Pembentukan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif melalui Implementasi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD)
MODEL PELAKSANAAN ESD MELALUI KEGIATAN INTRAKURIKULER
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Jakarta, 2009
i
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pengkajian Pembentukan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif: Pengembangan Model Pembentukan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif melalui Implementasi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD) - Model Pelaksanaan ESD melalui Kegiatan Intrakurikuler. - - Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Balitbang Depdiknas, 2009 vi, 34h ISBN : 978-602-8613-06-4 1. 2. 3. 4. I. II. III.
Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan Insan Cerdas Komprehensif dan Kompetitif Model Kegiatan intrakurikuler Judul Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Balitbang Depdiknas Seri Pengembangan Model
Tim Penyusun
Penyunting
:
:
:1. 2. 3. 4.
Drs. Philip Suprastowo, APU Nur Listiawati, S.S., M.Ed Dra. Asri Ika Dwi Martini Dra. Etty Sisdiana
5. Dra. Karmidah, M.Si 6. Sudiyono, S.Pd 7. Teguh Supriyadi, S.Si., M.Si
Prof. Dr. Zaenal Arifin Prof. Dr. Nadiroh Drs. Mahdiansyah, MA
Desain Sampul dan Tata Letak : Anugrah Sukma
PERNYATAAN HAK CIPTA
© Puslitjaknov/Copyright @ 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Diperbolehkan mengutip dengan menyebut sumber. Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Balitbang Depdiknas Kompleks Depdiknas, Gedung E Lt-19 Jl. Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta 12401 Telp. 021-5736365, Faks. 021-5741664 Website: puslitjaknov.org e-mail:
[email protected]
Pembentukan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif melalui Implementasi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD)
MODEL PELAKSANAAN ESD MELALUI KEGIATAN INTRAKURIKULER
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, 2009
ii
Balitbang, Depdiknas
PENGANTAR Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) dalam sidang umum pada sesi ke 57 tahun 2002 mendeklarasikan periode 2005-2014 sebagai dekade pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (Decade of Education for Sustainable Development/DESD). Tujuan DESD adalah untuk mengintegrasikan prinsipprinsip, nilai, dan praktek pembangunan berkelanjutan ke dalam semua aspek pendidikan dan pembelajaran. Upaya ini diharapkan akan mendorong terjadinya perubahan sikap yang dapat menciptakan masa depan yang berkelanjutan dalam konteks integritas lingkungan, pembangunan ekonomi, komunitas yang adil bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Berdasarkan konteks tersebut pada tahun 2009 Puslitjaknov Balitbang Depdiknas melakukan kegiatan tentang „Pengkajian Pembentukan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif berupa Pengembangan Model Pembentukan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif melalui Implementasi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD)‟. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menemukan suatu model yang dapat digunakan sebagai acuan guna mengimplementasikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Secara spesifik model tersebut meliputi: (1) Model Strategi Nasional Pelaksanaan ESD, (2) Model Pelaksanaan ESD melalui Kegiatan Intrakurikuler, dan (3) Model Pelaksanaan ESD melalui Kegiatan Ekstrakurikuler. Buku ini merupakan Model Pelaksanaan ESD melalui Kegiatan Intrakurikuler yang diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang implementasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di tingkat satuan pendidikan. Model tersebut juga dapat dijadikan acuan bagi pemerintah (Depdiknas), pemerintah daerah (dinas pendidikan provinsi dan dinas pendidikan kabupaten/kota), kepala sekolah, dan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan tersebut. Model ini telah divalidasi di beberapa kota/kabupaten dengan melibatkan dinas pendidikan, kepala sekolah dan para guru, serta diseminarkan di lingkungan Depdiknas secara terbatas. Kami berharap model ini dapat ditindaklanjuti serta didayagunakan oleh para pengambil kebijakan dan para pelaksana di lapangan dalam mengimplementasikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
Jakarta, November 2009 Kepala Puslitjaknov
Burhanuddin Tola, Ph.D. NIP: 19510818 198112 1 001
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
iii
iv
Balitbang, Depdiknas
DAFTAR ISI
PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................... v Bab I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Tujuan .................................................................................... 3 C. Ruang Lingkup ............................................................................ 3 D. Pengguna .................................................................................. 3 Bab II LANDASAN HUKUM DAN HAKEKAT ESD .......................................... 5
A. Landasan Hukum ......................................................................... 5 n Hambatan B. Hakekat ESD .............................................................................. 6 C. Pengertian Kecerdasan Komprehensif dan Kompetitif ............................. 14 Bab III PELAKSANAAN ESD MELALUI INTRAKURIKULER ............................... 17 A. Model Pelaksanaan ESD ................................................................. 17 B. Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 18 Bab IV PRINSIP DAN IMPLIKASI ........................................................... 31 31 A. Prinsip ..................................................................................... 31 B. Implikasi .................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 33
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
v
vi
Balitbang, Depdiknas
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
P
embangunan telah dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia sejak beberapa dasawarsa yang lalu. Hasil pembangunan pun telah dirasakan dan bangsa Indonesia telah mampu menempatkan diri dalam kesejajaran hidup dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pada kenyataannya pembangunan bukan hanya menimbulkan berbagai dampak positif tetapi juga memunculkan berbagai permasalahan yang perlu diatasi. Salah satu dampak negatif adalah terjadinya kerusakan lingkungan di sejumlah tempat dikarenakan tindakan eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam. Misalnya eksploitasi sumber daya hutan besarbesaran di Kalimantan telah menyebabkan gundulnya hutan di wilayah ini dan mengakibatkan berbagai dampak lainnya, seperti banjir dan terganggunya ekosistem (Koran Tempo, 28 Maret 2008). Menyimak beberapa kasus tersebut maka pelaksanaan pembangunan perlu mempertimbangkan dampak negatif yang ditimbulkan. Pemanfaatan kayu hutan untuk kesejahteraan masyarakat misalnya, perlu dilakukan upaya penanaman kembali untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada. Proses pembangunan selayaknya memperhatikan dan menjaga kelestarian ekosistem sehingga tidak mengakibatkan kerugian dalam kehidupan manusia, baik dalam lingkup lokal, regional, maupun global. Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang ”Lingkungan Hidup Manusia” (the Human Environment) di Stockholm, Swedia, 1972, menjadi penggerak bagi manusia untuk memfokuskan perhatian pada masalah lingkungan. Pada konferensi-konferensi selanjutnya masyarakat global menegaskan perlunya interrelasi antara lingkungan dan isu-isu sosial ekonomi baik yang menyangkut kemiskinan maupun keterbelakangan dalam pembangunan. Sejak tahun 1980-an tumbuh Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) sebagai respon terhadap kebutuhan untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan sosial dengan perhatian pada lingkungan dan pelestarian terhadap sumber-sumber daya alam. Pembangunan yang berkelanjutan dapat dicapai melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana untuk mengubah persepsi, sikap dan perilaku manusia. Pertemuan Puncak Johannesburg 2002, memperluas visi pembangunan berkelanjutan dan menegaskan kembali tujuan-tujuan pendidikan dalam Millennium Development Goals dan Education for All Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
1
yang dicetuskan dalam Dakar Framework for Action, serta mengajukan Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Decade of Education for Sustainable Development/DESD). PBB dalam sidang umumnya pada sesi ke 57 tahun 2002 mendeklarasikan periode 2005 – 2014 sebagai DESD. UNESCO ditunjuk untuk memandu dekade ini agar dapat memainkan peran kuncinya dalam mengembangkan standar kualitas dalam Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD). Nilai-nilai yang terkandung dalam ESD telah tercakup dalam berbagai aturan perundang-undangan kendati tidak tampak secara eksplisit. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengamanatkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional adalah membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif, yang meliputi; cerdas spiritual, cerdas emosional dan sosial, cerdas intelektual, serta cerdas kinestetik. (Renstra Depdiknas 2005-2009). Segenap aspek kecerdasan dalam tujuan pendidikan itu diperlukan guna mensinergikan aspek ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam. Pembangunan sumberdaya manusia Indonesia harus diperlakukan sebagai pusat dari pembangunan berkelanjutan. Penanaman nilai-nilai pembangunan berkelanjutan dalam diri manusia Indonesia perlu sejak dini diantisipasi dan direspon untuk menjawab tantangan perkembangan jaman. Hasil penelitian Balitbang tahun 2008 menemukan bahwa: 1.
2.
3.
Banyak kepala sekolah dan guru belum memahami sepenuhnya tentang ESD, baik secara konsep, tujuan, kebijakan, dan program. Hal tersebut berkonsekuensi logis terhadap penerapan ESD kepada peserta didik. Belum ada kebijakan yang eksplisit tentang ESD yang dapat dijadikan acuan untuk menyusun program dan penerapannya di tingkat satuan pendidikan. Belum ada acuan tentang implementasi ESD di sekolah khususnya bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Atas dasar itu masih dinilai perlu adanya pemikiran dan langkah-langkah yang sistematis untuk menerapkan nilai-nilai ESD ke dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif. Oleh karena itu perlu adanya sebuah model implementasi nilai-nilai ESD ke dalam kegiatan intrakurikuler yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Model tersebut diharapkan dapat menjawab hal-hal berikut:
2
Balitbang, Depdiknas
(1) landasan hukum dan hakekat ESD, serta Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif, (2) penerapan nilai-nilai ESD ke dalam kegiatan intrakurikuler, serta (3) gambaran tentang prinsip dan implikasi model pelaksanaan ESD melalui kegiatan intrakurikuler.
B. Tujuan Secara umum model ini bertujuan untuk memberikan acuan dasar bagi guru dalam mengimplementasikan ESD melalui kegiatan intrakurikuler, yang mencakup: 1. Landasan hukum dan hakekat ESD, serta Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif 2. Penerapan nilai-nilai ESD ke dalam kegiatan intrakurikuler mencakup: a) kompetensi (SK dan SKL); b) proses pembelajaran; c) sumber belajar (sarana dan prasarana); d) pengelolaan kelas; dan e) penilaian. 3. Gambaran tentang prinsip dan implikasi model pelaksanaan ESD melalui kegiatan intrakurikuler.
C. Ruang Lingkup 1. Penerapan ESD melalui kegiatan intrakurikuler disampaikan pada satuan pendidikan SD/MI untuk kelompok kelas rendah (kelas I,II, dan III) dan kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI). 2. Kegiatan intrakurikuler meliputi seluruh mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar.
D. Pengguna 1. Pimpinan Pemerintah Daerah, terutama Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; serta Kanwil Depag Provinsi dan Kandep Depag Kota/Kabubaten. 2. Kepala sekolah/madrasah 3. Komite sekolah/madrasah 4. Guru mata pelajaran/guru kelas.
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
3
4
Balitbang, Depdiknas
BAB II
LANDASAN HUKUM DAN HAKEKAT ESD A. Landasan Hukum 1. UUD 1945
P
embukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. 2. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 3) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3. Renstra Depdiknas 2005-2009 Pembentukan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif sesuai dengan yang diamanatkan pada Renstra Depdiknas Tahun 2005-2009 yang tertera pada bab II Dasar Kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional pada bagian Visi Departemen Pendidikan Nasional. Insan Indonesia cerdas komprehensif dan kompetitif merupakan suatu target dari visi pendidikan nasional yaitu ”terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia sehingga berkembang menjadi manusia yang berkualitas dan mampu serta proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”. Insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas secara komprehensif, yang meliputi cerdas spiritual, cerdas emosional dan sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis. Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
5
4. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025; … untuk mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan adil; sumber daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional. 5. UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Pasal 1 ayat 3) Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan; 6. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 7. PP 19 SNP 2005 (pasal 5 –18, pasal 25,26,27) Delapan standar pendidikan, yakni: (1) Isi, pasal 6, 7, 17 (2) Proses, pasal 19, (3) Kompetensi lulusan, (4) Pendidik dan tenaga kependidikan, pasal 28 (5) Sarana dan prasarana, (6) Pengelolaan, (7) Pembiayaan, dan (8) Penilaian pendidikan. Kedelapan standar tersebut memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan programnya.
B. Hakekat ESD 1.
Pengertian ESD ESD adalah upaya yang luas dan sepanjang hayat yang menantang setiap individu, lembaga dan komunitas untuk memandang hari esok sebagai hari bagi kita semua. ESD merupakan konsep dinamis yang mencakup sebuah visi baru pendidikan yang mengusahakan pemberdayaan orang segala usia untuk turut bertanggungjawab dalam menciptakan sebuah masa depan berkelanjutan. ESD berurusan dengan upaya mengubah perilaku dan gaya hidup kita bagi transformasi masyarakat yang
6
Balitbang, Depdiknas
positif1. Dalam hal ini perlu dikembangkan nilai-nilai pembangunan berkelanjutan melalui pendidikan sehingga dapat mengubah perilaku dan gaya hidup kita bagi transformasi masyarakat yang positif. Nilai-nilai pembangunan berkelanjutan dimaksud adalah sebagai berikut. a. Menghargai nilai-nilai dan hak-hak semua manusia diseluruh planet bumi dan komitment terhadap keadilan sosial dan ekonomi bagi semua. b. Menghargai hak-hak azasi manusia generasi mendatang dan komitmen terhadap tanggungjawab antar-generasi. c. Menghargai dan peduli pada kehidupan komunitas dengan keanekaragamannya yang mencakup perlindungan dan perbaikan terhadap ekosistem planet bumi. d. Menghargai keanekargaman budaya dan komitmen untuk membangun toleransi budaya lokal dan global, perdamain dan anti kekerasan (non-violence). Tujuan umum dari dekade ESD adalah untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip, nilai, dan praktek pembangunan berkelanjutan kedalam semua aspek pendidikan dan pembelajaran. Upaya kependidikan ini akan mendorong terjadinya perubahan sikap yang mendorong terciptanya masa depan yang lebih berkelanjutan dalam konteks integritas lingkungan, keberlanjutan pembangunan ekonomi, komunitas yang adil bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. ESD adalah untuk setiap orang, dan berlaku pada setiap tahapan kehidupan dimana masing-masing orang menemukan diri mereka. Oleh karena itu, ESD berlaku dalam sebuah perspektif belajar sepanjang hidup, mencakup semua semua ruang lingkup belajar yang memungkinkan, baik formal, non-formal dan informal, serta dimulai dari usia dini hingga dewasa. ESD menuntut reorientasi pendekatan pendidikan, struktur dan isi kurikulum, pedagogi dan sistem ujian. ESD harus mendemonstrasikan hal-hal sebagai berikut2. a. Lintas Disiplin dan Holistik/Menyeluruh; belajar untuk pembangunan berkelanjutan harus tercakup didalam semua kurikulum, bukan sebagai subjek yang terpisah. b. Nilai Pendorong; penting bahwa norma-norma, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang dimiliki bersama dapat menopang pembangunan berkelanjutan dan harus dibuat seeksplisit mungkin sehingga dapat diukur, diuji, diperdebatkan dan diaplikasikan. 1
http://www. UNESCObkk.org/index. php?id =3808 2 http://www.yplhc.org/konsep_desd.php
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
7
c. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah; menuntun pada kepercayaan dan keyakinan untuk mengatasi dilema dan kebingungan serta tantangan dalam pembangunan berkelanjutan. d. Multi-Metode; puisi, drama, debat, pengalaman dan lainlain, adalah pedagogi-pedagodi yang berbeda yang menjadi model proses-proses dalam ESD. Pengajaran yang hanya mengtransfer pengetahuan sudah seharusnya diganti dengan pendekatan dimana para guru dan murid bekerja bersama untuk mencari pengetahuan dan memainkan peranan penting membangun lingkungan dalam institusi pendidikan mereka. e. Pengambilan Keputusan secara Partisipatif; murid berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang bagaimana mereka harus belajar. f. Dapat Diterapkan (aplicable); pengalaman belajar menawarkan terintegrasinya kehidupan personal dan profesional dari hari ke hari. g. Relevan secara Lokal; mengkaji masalah dan isu baik lokal maupun global menggunakan bahasa yang digunakan oleh peserta didik. Konsep-konsep pembangunan berkelanjutan harus secara hati-hati diekspresikan dalam bahasa yang lain karena pada kenyataannya masing-masing bahasa dan budaya mengekspresikan hal-hal secara berbeda-beda, dan setiap bahasa memiliki cara-cara kreatif dalam mengekspresikan konsep-konsep. UNESCO dalam publikasinya (http://www. UNESCObkk.org/ index.php.id=3808) mengidentifikasi tujuh kelompok pemangku kepentingan yang dapat melaksanakan ESD, yakni: pemerintah dan Komisi Nasional UNESCO, masyarakat, sektor swasta, lembaga pendidikan formal, masyarakat adab (civil society), media, dan lembaga internasional. Pemerintah adalah penggerak utama karena ia melaksanakan perundang-undangan dan kebijakan bangsa. Komisi-Komisi Nasional UNESCO merupakan lembaga utama di tingkat nasional. Komisi-Komisi itu, umumnya berpusat di kementerian pendidikan suatu negara, mempunyai peran yang diperlukan, yaitu mereka melakukan kerja koordinasi dengan lembaga pemerintah dan nonpemerintah lain dan menyiapkan mekanisme untuk kegiatan-kegiatan ESD. Masyarakat merupakan sasaran yang harus dijangkau ESD. Unsur masyarakat seperti kaum perempuan, pemuda, dan kelompok beragama adalah tempat ESD ditanamkan dan disemaikan. ESD harus diakarkan di masyarakat lokal karena dampak pembangunan berkelanjutan dan pembangunan tidak berkelanjutan dirasakan langsung di tingkat lokal. Sektor swasta merupakan mesin pertumbuhan yang memiliki tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/ CSR) yang
8
Balitbang, Depdiknas
memainkan peran penting dalam menyertakan sumber daya profesional dan keuangan untuk mendukung ESD. Lembaga pendidikan berpotensi dalam menyebarkan ESD kepada peserta didik di segenap jenjang pendidikan. Namun penyebaran ESD melalui jalur pendidikan hendaknya jangan dijadikan sebagai satu mata pelajaran tersendiri, sebaliknya diintegrasikan dalam semua mata ajaran. Organisasi non-pemerintah berperan dalam mengadvokasikan dan mengkampanyekan nilai ESD kepada warga masyarakat. Sementara itu dukungan media memiliki peran penting untuk mengkomunikasikan pesan ESD kepada masyarakat secara meluas. Dengan demikian diharapkan membangun kesadaran, pemahaman, dan tanggung jawab sosial warga masyarakat dalam mengembangkan kehidupan yang sesuai dengan jiwa dan semangat ESD. Lembaga-lembaga internasional berfungsi memperluas kerjasama dalam ESD pada tingkat kawasan dan global, terutama dalam mempengaruhi arah politik penyebaran ESD di setiap Negara. Berdasarkan uraian di atas ESD dirumuskan sebagai pendidikan yang bermakna, berfungsi dan bertujuan untuk: (1) pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup generasi sekarang tanpa harus mengesampingkan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, (2) meningkatkan mutu hidup manusia dengan tetap hidup di dalam daya dukung ekosistem, dan (3) menguntungkan bagi semua makhluk di bumi (manusia dan ekosistem) pada masa kini maupun di masa yang akan datang. Dengan demikian nilai-nilai ESD dapat menjadi “roh pendidikan”. 2.
Komponen ESD Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga perspektif penting, yakni sosial-budaya, lingkungan, dan ekonomi3. Perspektif Sosial-Budaya merupakan sebuah pemahaman terhadap institusi sosial dan peran manusia dalam perubahan dan pembangunan. Sama halnya dengan sistem demokrasi dan partisipasi yang memberikan peluang untuk mengemukakan pendapat, memilih pemerintahan, mengembangkan kesepakatan dan menyadari adanya perbedaan.
3
UNESCO, UNESCO and Sustainable Development, 2005
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
9
Perspektif Lingkungan merupakan suatu kesadaran terhadap sumber-sumber daya alam, lingkungan hidup fisik yang sensitif, dampak aktifitas manusia, dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan komitmen untuk menciptakan kebijakan pembangunan sosial dan ekonomi. Perspektif Ekonomi merupakan kepekaan terhadap keterbatasan dan potensi pertumbuhan ekonomi serta dampaknya terhadap masyarakat maupun lingkungan, dikaitkan dengan komitmen untuk mengevaluasi tingkat konsumsi individu dan masyarakat sebagai bentuk keprihatinan terhadap lingkungan serta keadilan sosial. Ketiga perspektif tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan (gambar 1). Ini berarti dalam melakukan pembangunan berkelanjutan tidak bisa mempertimbangkan satu aspek saja, seperti aspek ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan aspek lainnya seperti aspek sosial-budaya dan lingkungan.
Gambar 1. Skema pembangunan berkelanjutan pada titik temu tiga pilar (Sumber: Hagan Foundation Center for the Humanities /http://www.scc.spokane.edu/?hfchsustain)
10
Balitbang, Depdiknas
Ketiga perspektif tersebut terdiri dari 15 komponen seperti pada tabel berikut. Tabel 1. Komponen ESD untuk masing-masing perspektif4
Sosial-Budaya
Lingkungan
1. Hak Azasi Manusia
8.
Sumber Daya Alam
2. Keamanan
9.
Perubahan cuaca
3. Kesetaraan gender
10. Pembangunan perdesaan 11. Urbanisasi berkelanjutan
4. Keragaman budaya dan pemahaman lintas budaya 5. Kesehatan 6. HIV/AIDS 7. Tata Kelola
Ekonomi 13. Pengurangan kemiskinan 14. Tanggung jawab perusahaan (CSR) 15. Ekonomi pasar
12. Pencegahan dan penanganan bencana
Ke-15 komponen dari tiga perspektif ESD (Sosial-Budaya, Lingkungan, dan Ekonomi) tersebut masih belum cukup operasional untuk kepentingan implementasinya dalam pembelajaran di tingkat satuan pendidikan. Untuk kepentingan kegiatan di satuan pendidikan, masih perlu dijabarkan lebih lanjut. Tabel-2 di bawah ini merupakan salah satu contoh penjabaran dimaksud yang didapatkan dengan cara mengidentifikasi dan mengkategorisasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) untuk mata pelajaran tingkat SD. Tabel 2. Aspek-Aspek dalam Tiga Perspektif ESD
No 1 1.1 1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4 1.1.5 1.1.6 1.1.7 1.1.8 1.1.9 1.1.10
4
Aspek-Aspek dalam Tiga Perspektif ESD Perspektif Sosial Budaya Hak Azasi Manusia Hak untuk hidup Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan Hak untuk mengembangkan diri Hak atas kebebasan pribadi Hak atas rasa aman Hak memperoleh keadilan Hak turut serta dalam pemerintahan Hak atas kesejahteraan Hak wanita Hak anak
UNESCO, UNESCO and Sustainable Development, 2005
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
11
No 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 1.3 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6 1.3.7 1.3.8 1.4 1.4.1 1.4.2 1.4.3 1.4.4 1.4.5 1.4.6 1.5 1.5.1
12
Aspek-Aspek dalam Tiga Perspektif ESD Keamanan Hidup rukun, damai, kasih sayang, dan tolong menolong dalam keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa, dan dunia Hidup saling bertoleransi Bersikap sportif, objektif, dan menjadi suri tauladan Rendah hati, santun, dan saling menghargai Jujur, tanggung jawab Persatuan dan kesatuan bangsa (NKRI) Kesetaraan Gender Kesadaran terhadap orientasi seksual dan Relasi yang setara antara Laki-laki dan perempuan Persamaan hak atas pendidikan dan kesehatan Persamaan hak mendapatkan pekerjaan/jabatan Persamaan hak terhadap hukum Persamaan hak terhadap agama Persamaan hak untuk bernegara Peran serta/partisipasi termasuk mengutarakan aspirasi, pendapat (memperjuangkan kodrat) Persamaan hak terhadap reproduksi Keragaman Budaya dan Pemahaman Lintas Budaya Menghargai perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan dan budaya Rukun dalam kemajemukan (kebhinekaan) dan menghargai ciri khas budaya lokal Kerjasama dan toleransi antar suku, agama, ras, dan antar golongan dan budaya Memberikan kesempatan dan peluang dalam pengembangan kebudayaan suku bangsa Menghargai/ apresiasi terhadap keberagaman karya seni tari, lukis, teater, patung, suara dan musik Menghargai keberagaman nilai-nilai, norma, aturan, dan budaya setempat.
1.5.2
Kesehatan Kesadaran diri untuk hidup bersih, sehat jiwa dan raga (pengetahuan, sikap, dan perilaku) Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar
1.6 1.6.1 1.6.2 1.6.3
HIV/AIDS Pemahaman tentang HIV (termasuk penyebabnya) Kesadaran diri tentang bahaya HIV Cara penanggulangan HIV
1.7 1.7.1
Tata Kelola Musyawarah dan mufakat dalam mengambil keputusan
Balitbang, Depdiknas
No 1.7.2 1.7.3 1.7.4 1.7.5 1.7.6 1.7.7
Aspek-Aspek dalam Tiga Perspektif ESD Pelayanan kehidupan publik (pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, transportasi dsb.) Mengenal aturan-aturan yang berlaku dalam pemerintahan (desa, kecamatan, kab/kota, propinsi dan nasional) serta sanksi bagi yang melanggar. Mengenal strukrur dan lembaga pemerintahan (desa, kecamatan, kab/kota, propinsi dan nasional) Menjaga keutuhan NKRI Akuntabilitas publik (pelayanan, pertanggungjawaban, dan penyalahgunaan wewenang, mis. korupsi) Kerjasama antarnegara (dalam cakupan ASEAN, ASIA, ASIA PASIFIK dll)
2 2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3
Lingkungan Sumber Daya Alam Pelestarian, konservasi, rehabilitasi (reboisasi) SDA Pengelolaan, pemanfaatan (pendayagunaan) SDA Eksplorasi dan eksploitasi SDA
2.2 2.2.1
Perubahan Cuaca Pengetahuan perubahan suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan Penyebab perubahan suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan Dampak perubahan suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan terhadap kehidupan manusia, binatang, tumbuhtumbuhan, dan alam semesta
2.2.2 2.2.3
2.3 2.3.1 2.3.2 2.3.3 2.3.4
Pembangunan Perdesaan Perubahan potensi SDA daerah Perubahan mata pencaharian Perubahan peta daerah Perubahan sistem pemerintahan (otonomi)
2.4 2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.4.4
Urbanisasi Berkelanjutan Terbatasnya mata pencaharian di desa Pembangunan yang tidak merata Keamanan hidup Dampak urbanisasi (SDM di desa berkurang, mempengaruhi tata kota, keamanan/kriminalitas meningkat, kerusakan lingkungan)
2.5 2.5.1 2.5.2 2.5.3 2.5.4
Pencegahan dan Penanganan Bencana Macam-macam bencana alam Cara mencegah bencana alam Penyelamatan diri Empati terhadap korban bencana
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
13
No
Aspek-Aspek dalam Tiga Perspektif ESD
3 3.1 3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.1.5 3.1.6
Ekonomi Pengurangan Kemiskinan Etos kerja Penciptaan lapangan kerja Pemberdayaan masyarakat Usaha Masyarakat Kelompok Mandiri (UMKM) Koperasi dan usaha rakyat lain Pemberian bantuan masal dari pemerintah (BLT, setelah bekerja)
3.2 3.2.1 3.2.2 3.2.3 3.2.4 3.2.5
Tanggung Jawab Perusahaan (CSR) Pemberdayaan masyarakat Mendorong kemandirian masyarakat Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat Meningkatkan kesehatan Pengurangan kemiskinan
3.3 3.3.1 3.3.2 3.3.3 3.3.4 3.3.5 3.3.6
Ekonomi Pasar Harga ditentukan oleh penawaran dan permintaan Kemampuan menguasai jaringan pasar Kompetensi mutu produk Kemampuan negosiasi dan diplomasi Kewirausahaan Penguasaan ICT
C. Pengertian Kecerdasan Komprehensif dan Kompetitif Kecerdasan merupakan kondisi dan proses berpikir yang mengindikasikan makna kesempurnaan, perkembangan akal budi, dan kesempurnaan pertumbuhan (sehat, kuat). Howard Gardner mengkategorikan adanya Sembilan kecerdasan yakni: (1) linguistik, (2) logis-matematis, (3) spasial, (4) kinestetik-jasmani, (5) musikal (6) interpersonal, (7) intrapersonal, (8) naturalis, dan (9) eksistensialis. Renstra Depdiknas dalam menetapkan tujuan pendidikan nasional mengacu pada pembentukan insan cerdas komprehensif dan kompetitif. Makna Kecerdasan komprehensif meliputi: (1) cerdas intelektual, (2) cerdas spiritual, (3) cerdas emosional dan sosial, dan (4) cerdas kinestetis. Kecerdasan intelektual merupakan aktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan aktualisasi insan intelektual yang
14
Balitbang, Depdiknas
kritis, kreatif, dan imajinatif. Sementara kecerdasan spiritual merupakan aktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Kecerdasan emosional dan sosial dimaknai sebagai aktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiasi akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya, dan aktualisasi diri melalui interaksi sosial yang membina dan memupuk hubungan timbal balik, demokratis, empatik dan simpatik, ceria dan percaya diri, menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, serta berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara, sedangkan Kecerdasan Kinestetis diartikan sebagai aktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya tahan, sigap, terampil, dan trengginas, dan aktualisasi insan adiraga. Makna kompetitif adalah upaya pembentukan insan yang berkepribadian unggul dan „gandrung‟ akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring, bersahabat dengan perubahan, inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif, sadar mutu, berorientasi global, dan pembelajar sepanjang hayat.
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
15
16
Balitbang, Depdiknas
BAB III
PELAKSANAAN ESD MELALUI KEGIATAN INTRAKURIKULER A. Model Pelaksanaan ESD
P
elaksanaan nilai-nilai ESD tidak berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang ada. Aspek-aspek ESD secara tidak langsung sudah tercakup di dalam beberapa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Namun dalam pelaksanaannya, umumnya guru belum memahami tentang konsep dan komponen-komponen ESD, oleh karena itu perlu disusun model yang dapat dijadikan acuan bagi guru untuk menyampaikan nilai-nilai ESD dalam proses belajar mengajar. Model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. SEKOLAH
Visi sekolah sebagai Pusat Pendidikan dan Pembudayaan Siswa INTRAKURIKULER
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mata Pelajaran SK KD
Pelaksanaan Pembelajaran Kompetensi (SI dan SKL) Proses Pembelajaran (Standar Proses) Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sumber Belajar (Sarana Prasarana) Pengelolaan Penilaian
Perspektif ESD Lingkungan
Sosbud
Ekonomi
Cerdas Komprehensif dan Kompetitif
Gambar 2. Model Pelaksanaan Kegiatan Intrakurikuler Berwawasan ESD
Diagram di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Tiga lingkaran pada gambar di atas adalah tiga perspektif ESD yang meliputi Lingkungan, Sosial budaya, dan Ekonomi. Jika nilai-nilai ESD pada
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
17
komponen-komponen dalam ketiga perspektif dilaksanakan, maka akan tercapai apa yang disebut pembangunan berkelanjutan. Sementara itu jika nilai-nilai ESD pada komponen dalam perspektif Sosial Budaya dan Lingkungan sudah dilaksanakan maka terjadi keselarasan antara lingkungan dan sosial budaya, di mana lingkungan dapat memenuhi atau menanggung (bearable) kebutuhan masyarakat, dan masyarakat memelihara dan mempergunakan sumber daya alam secara tidak berlebihan. Jika nilai-nilai ESD pada komponen perspektif Lingkungan dan Ekonomi sudah dilaksanakan dengan baik maka akan tercipta lingkungan yang aman, dan kehidupan masyarakat yang layak (viable) secara ekonomi. Jika nilai-nilai ESD dalam komponen perspektif Sosial Budaya dan Ekonomi sudah dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta masyarakat yang aman, saling menghargai, adil (equitable) dan berkecukupan. Perwujudan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif dilakukan melalui ESD, serta diimplementasikan dalam bentuk peraturan pemerintah yang merupakan kebijakan pemerintah (Depdiknas), pemerintah daerah, dan sekolah. Kebijakan tersebut berupa rencana strategi nasional pelaksanaan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan disusun sebagai acuan yang jelas supaya pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), terutama Depdiknas (unit kerja terkait), pemerintah daerah dan sekolah memiliki persepsi, pemahaman, komitmen yang sama tentang ESD. Acuan ini memiliki fungsi supaya terjadinya sinkronisasi dan terkoordinasinya kebijakan, strategi, program dan kegiatan dari tingkat pusat, daerah sampai di tingkat sekolah. Peran masingmasing tersebut dalam pelaksanaan ESD memudahkan dalam monitoring dan penyusunan laporan dari tingkat pusat, daerah dan sekolah. Dalam implementasi ESD pada tingkat sekolah di bagi dua arah yaitu ESD melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Untuk kegiatan intrakurikuler, ESD diimplementasi kedalam matapelajaran yang disusun sekurang-kurangnya memuat kriteria: (1) aspek ESD, (2) matapelajaran, (3) kecerdasan komprehensif dan kompetitif.
B. Kegiatan Pembelajaran 1.
Kompetensi Kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kompetensi bersifat kompleks dan merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang yang dapat
18
Balitbang, Depdiknas
diaktualisasikan dalam menjalankannya.
bentuk
tindakan
atau
kinerja
untuk
Sistem pendidikan nasional memuat istilah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. SK dan KD dirumuskan untuk setiap mata pelajaran pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Nilai-nilai ESD sudah terdapat dalam SK dan KD. Prinsip pembelajaran dengan mengintegrasikan konsep dan nilai-nilai ESD, secara eksplisit dirancang terintegrasi dalam kurikulum maupun dalam proses pembelajaran/metode pembelajaran sebagai kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Cara yang dapat dilakukan guru adalah menyesuaikan nilai-nilai ESD (lihat tabel 2) dengan KD mata pelajaran. Untuk mengintegrasikan nilai-nilai ESD ke dalam mata pelajaran, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut. a. Hubungan Kompetensi dengan Perspektif ESD Sebagaimana disampaikan di muka bahwa terdapat tiga perspektif dalam pembangunan berkelanjutan, yakni sosialbudaya, lingkungan, dan ekonomi5. Masing-masing perspektif tersebut telah dirinci ke dalam 15 aspek ESD yakni Perspektif Sosial-Budaya mencakup 7 aspek, perspektif lingkungan mencakup 5 aspek dan perspektif ekonomi mencakup 3 aspek. Untuk kepentingan kegiatan intrakurikuler berwawasan ESD, 15 aspek ESD telah dikaji dan dirinci lebih lanjut menjadi 77 (tujuh puluh tujuh) komponen agar memudahkan dalam mengkaitkannya dengan SK dan KD yang merupakan acuan bagi sekolah dalam menetapkan aktivitas pembelajaran. Ke 77 komponen tersebut merupakan contoh yang dapat diperkaya sesuai dengan pemahaman guru. Hasil kajian komponen ESD tersebut disampaikan pada tabel-2 di atas. b. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pada pembelajaran tematik di sekolah dasar, penerapan nilainilai ESD bisa dilaksanakan dengan menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran, menggabungkan dua atau lebih standar kompetensi/kompetensi dasar yang ada pada satu mata pelajaran atau tanpa menggabungkan mata pelajaran dan atau standar kompetensi/ kompetensi dasar.
5
UNESCO, UNESCO and Sustainable Development, 2005
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
19
Setiap komponen dan tahapan aktivitas dituangkan dalam perencanaan proses mencakup silabus dan RPP. Silabus dan RPP guru seorang diri atau bergabung dengan lingkup sekolah, MGMP atau gugus sekolah.
pembelajaran harus pembelajaran yang dapat dikembangkan guru lainnya dalam
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai KD yang dimuat dalam standar isi. Setiap guru harus menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Dalam mengembangkan Silabus dan RPP untuk pembelajaran yang bernuansa ESD, seharusnya gambaran tentang nuansa ESD tersebut terlihat. Khusus pada pembelajaran kelas rendah yang biasanya menggunakan pendekatan tematik, penyusunan silabus dan RPP-nya harus sedemikian rupa sehingga siswa tidak merasakan adanya perbedaan yang jelas antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya saat pembelajaran oleh guru. Pembelajaran berlangsung menggunakan prinsip pembelajaran. b) Proses Pembelajaran Pembelajaran ESD merupakan suatu proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran bisa terjadi di dalam atau di luar kelas. Pembelajaran dimaksudkan untuk memenuhi pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagaimana dimuat di dalam standar isi. Pembelajaran ESD perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Proses pembelajaran sebaiknya berlangsung secara fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar yang ditetapkan dalam rangka menghasilkan lulusan yang bermutu sesuai dengan keragaman latar belakang, budaya dan karakteristik siswa. Selain itu, pembelajaran seharusnya berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta member ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Pembelajaran ESD di sekolah dapat dijadikan wahana bagi proses pembudayaan dan pemberdayaan siswa yang berkualitas. Oleh sebab itu, guru seharusnya dapat memberikan keteladanan, membangun kemauan (motivasi), dan mengembangkan potensi serta kreativitas siswa. Pembelajaran saat ini berbeda dengan pembelajaran sebelum diberlakukannya berbagai peraturan mendiknas berkaitan dengan
20
Balitbang, Depdiknas
sistem persekolahan kita. Pembelajaran saat ini harus mengacu pada standar nasional pendidikan, dan seluruh aktivitasnya dibawah kendali kepala sekolah. Salah satu standar nasional pendidikan yang harus diikuti guru dan sekolah adalah standar proses yang berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada sekolah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Contoh pengintegrasian nilai-nilai ESD ke dalam SK dan KD dapat dilihat pada tabel berikut.
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
21
Tabel 3. Contoh: Pengintegrasian Nilai-nilai ESD di dalam SK KD Mata Pelajaran PPKN di Kelas I, Semester 1 SK
Sosial Budaya 1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan
1.1 Mengenal perbedaan jenis kelamin, agama, suku bangsa
1.1 Komponen HAM Menghargai perbedaan dalam kebersamaan Hak untuk beragama dan menjalankan ibadah dengan kesadaran untuk saling bertoleransi Hak untuk mengembangkan diri dengan tangung jawab sosial. 1.2 Komponen Gender Kesadaran terhadap kesetaraan gender dan relasi yang setara antara laki-laki dan perempuan Persamaan hak atas pendidikan dan kesehatan tanpa memandang perbedaan gender Persamaan hak terhadap hukum tanpa memandang perbedaan gender, kedudukan, suku bangsa dan agama Persamaan hak terhadap agama tanpa membedakan jenis kelamin Persamaan hak untuk bernegara bagi setiap orang
22
Insan Cerdas Komprehensif & Kompetitif
Perspektif ESD
KD
Lingkungan 2.1 Komponen SDA Hak untuk mengelola dan memanfaatkan potensi alam tanpa membedakan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa.
Ekonomi 3.1 Pengurangan kemiskinan Pemberdayaan perempuan dalam mendukung ekonomi keluarga 3.2 Tanggung Jawab Perusahaan Pemberdayaan perempuan melalui program CSR Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat (laki-laki dan perempuan) Meningkatkan kesehatan perempuan dan bayi
Kecerdasan spiritual Olah hati/kalbu untuk meningkatkan hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia Cerdas emosional dan sosial Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang : Membina dan memupuk hubungan timbal balik Demokratis Empati dan simpatik Ceria dan percaya diri Menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, serta Berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara
Balitbang, Depdiknas
SK
Perspektif ESD
KD Sosial Budaya 1.3 Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah
1.1 Komponen HAM Hak untuk mengembangkan diri dalam kebersamaan memandang perbedaan ras, gender, dan kedudukan. Peran serta/partisipasi mengutarakan pendapat /memperjuangkan kodrat tanpa memandang perbedaan gender, agama, ras, suku bangsa. Persamaan hak terhadap reproduksi bagi laki-laki dan perempuan
Lingkungan
2.1 Komponen SDA Kesadaran dalam kebersamaan untuk melestarikan, konservasi, rehabilitasi (reboisasi) SDA tanpa membedakan jenis kelamin, agama dan suku bangsa. Kerjasama dalam pengelolaan dan pemanfaatan (pendayagunaan) 1.3 Komponen Ketahanan Perdamaian SDA Hidup rukun, damai, kasih sayang, dan tolong menolong dalam keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa, dan dunia Hidup saling bertoleransi kepada tetangga, teman, dan anggota masyarakat lainnya. Bersikap sportif, objektif, dan menjadi contoh yang baik bagi teman-teman di sekolah maupun di rumah. Rendah hati, santun, dan saling menghargai antar sesama Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa (dalam rangka NKRI)
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
Ekonomi 3.1Pengurangan kemiskinan Pemberdayaan masyarakat melalui Koperasi dan usaha rakyat lainnya Pemberian bantuan masal dari pemerintah (BLT, setelah bekerja) 3.2 Tanggung Jawab Perusahaan Pemberdayaan masyarakat melalui program CSR Mendorong kemandirian, keamanan, dan perdamaian di dalam masyarakat Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat Meningkatkan kesehatan masyarakat Pengurangan kemiskinan melalui program-program CSR
Insan Cerdas Komprehensif & Kompetitif Kecerdasan spiritual Olah hati/kalbu untuk meningkatkan hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia Cerdas emosional dan sosial Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang : Membina dan memupuk hubungan timbal balik Demokratis Empati dan simpatik Ceria dan percaya diri Menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, serta Berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara
23
SK
Perspektif ESD
KD Sosial Budaya 1.4
24
Komponen Keragaman Budaya (Multikultur) Menghargai perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan dan budaya Rukun dalam kemajemukan (kebhinekaan) dan menghargai ciri khas budaya lokal Kerjasama dan toleransi antar suku, agama, ras, dan antar golongan dan budaya Menghargai dan mematuhi keberagaman nilai-nilai, norma, aturan, dan budaya setempat.
Lingkungan
Ekonomi
Insan Cerdas Komprehensif & Kompetitif Kecerdasan spiritual Olah hati/kalbu untuk meningkatkan hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia Cerdas emosional dan sosial Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang : Membina dan memupuk hubungan timbal balik Demokratis Empati dan simpatik Ceria dan percaya diri Menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, serta Berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara
Balitbang, Depdiknas
Tabel 4. Contoh: Pengintegrasian Nilai-nilai ESD di dalam SK dan KD Mata Pelajaran IPA di SD Kelas III, Semester 2 SK
Perspektif ESD
KD Sosial Budaya
Lingkungan
Ekonomi
6. Bumi dan 6.1 Mendeskripsi- 1.1 HAM 2.1 Komponen SDA 3.1 Pengurangan Alam kan kenampakHak untuk mempelajari dan Kerjasama dalam Kemiskinan Semesta an permukaan memahami tentang Kegiatan eksploitasi menjaga, melestarikan, Memahami bumi di karakteristik, manfaat dan alam untuk konservasi, dan kenampakan lingkungan bahaya yang ditimbulkan kebutuhan pangan rehabilitasi/reboisasi permukaan sekitar oleh kenampakan tertentu atau papan (SDA) sehingga mencegah bumi, cuaca dari permukaan bumi di sebaiknya tidak kerusakan pada dan lingkungan sekitar. berlebihan sehingga permukaan bumi. pengaruhnya bisa merusak Kerjasama dalam bagi manusia, 1.2 Komponen Gender permukaan bumi. pengelolaan dan serta Hak untuk mengutarakan pemanfaatan potensi hubungannya pendapat dan aspirasi alam sehingga tidak dengan cara tentang keadaan terjadi eksplorasi dan manusia lingkungan sekitar sebagai eksploitasi yang memelihara suatu bentuk partisipasi berlebihan terhadap dan dan perhatian terhadap kekayaan alam. melestarikan kondisi lingkungan alam di alam sekitarnya.
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
Insan Cerdas Komprehensif & Kompetitif Cerdas spiritual (dikaitkan dengan tugas manusia sebagai khalifah di bumi yang seharusnya memelihara dan memanfaatkan potensi alam dengan tidak berlebihan).
25
SK
Perspektif ESD
KD Sosial Budaya 6.2 Menjelaskan hubungan antara keadaan awan dan cuaca
26
Ekonomi
1.1 HAM Hak untuk memahami dan mempelajari hubungan keadaan awan dan cuaca
2.2 Perubahan Iklim Mempelajari dan mengetahui tentang perubahan suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan. Memahami penyebab perubahan suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan serta dampaknya bagi kehidupan di alam semesta.
3.1 Pengurangan Kemiskinan Keadaan cuaca yang buruk akan menghalangi dan membatasi manusia mencari nafkah dalam mata pencaharian tertentu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
1.6 Kesehatan Kesadaran diri untuk hidup bersih, sehat jiwa dan raga (pengetahuan, sikap, dan perilaku) dikaitkan dengan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan
2.3 Perubahan tingkat desa Mempelajari dan memahami perubahan potensi SDA daerah berdasarkan identifikasi terhadap cara manusia mengelola lingkungannya Mengidentifikasi perubahan potensi alam yang dapat menyebabkan perubahan mata pencaharian
3.2 Tanggung Jawab Perusahaan memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar melalui program-program CSR
6.3 Mendeskripsikan pengaruh cuaca bagi kegiatan manusia
6.4 Mengidentifikasi cara manusia dalam memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar
Lingkungan
Insan Cerdas Komprehensif & Kompetitif Cerdas emosional dan sosial (merasakan penderitaan mereka yang terkena musibah, membantu, dan memotivasi korban agar tabah dan mau bangkit lagi) Cerdas intelektual (mampu memprediksi akan adanya bahaya sesuai gejala alam yang terjadi, dan berusaha untuk mengantisipasi
Balitbang, Depdiknas
SK
Perspektif ESD
KD Sosial Budaya
Lingkungan
Ekonomi
Insan Cerdas Komprehensif & Kompetitif
2.5 Pencegahan bencana alam Memahami macammacam bencana alam dan penyebabnya Mempelajari cara mencegah bencana alam Mempelajari cara penyelamatan diri Memberikan empati terhadap korban bencana
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
27
c) Sumber Belajar (Sarana Prasarana) Sumber belajar (learning resources) yang digunakan untuk pembelajaran ESD disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan karakteristik peserta didik. Sumber belajar tersebut berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi agar mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Ada dua jenis sumber pembelajaran ESD yaitu: (1) sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yakni secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal, dan (2) sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didisain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan, dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sumber belajar dapat berbentuk (1) pesan, informasi, cerita dan sebagainya; (2) orang yaitu guru, instruktur, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, siswa, dan sebagainya; (3) bahan yaitu buku, film, slides, gambar, relief dan sebagainya; (4) alat atau perlengkapan berupa perangkat keras, komputer, radio, dan sebagainya; (5) pendekatan/metode/teknik: diskusi, seminar, simulasi, permainan, talk shaw dan sebagainya, serta (6) lingkungan yaitu ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, taman, kebun, pasar, museum, kantor, dan sebagainya. Dalam memilih sumber belajar harus diperhatian kriteria sebagai berikut: ekonomis (tidak harus mahal), praktis (tidak membutuhkan pemeliharaan/pengelolaan yang rumit), mudah (dekat dan tersedia di lingkungan sekitar), fleksibel (dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional), dan sesuai dengan tujuan (mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dan membangkitkan motivasi dan minat belajar peserta didik). Peran sarana pendidikan sangat penting dalam memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran berwawasan ESD. Di satu sisi harapan yan dibebankan pada sistem persekolahan sangat banyak, tetapi di sisi lain banyak pula hambatan yang dihadapi sekolah ketika harus menyiapkan sarana pendidikan yang memadai untuk pembelajaran. Keterbatasan sarana pendidikan jangan menjadi hambatan dalam pembelajaran yang menjadikan alasan bagi guru sebagai penyebab menurunnya kualitas hasil pembelajaran. Sekolah, khususnya guru
28
Balitbang, Depdiknas
dapat mengembangkan sendiri berbagai sarana yang diperlukan tersebut. d) Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas dalam pembelajaran berwawasan ESD dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Depdiknas no 19 tahun 2007 tentang pengelolaan yang menyatakan bahwa: Guru mengatur tempat duduk sesuai karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan; volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik; tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik; guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik; guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran; guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung; guru menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku, jenis kelamin dan status sosial ekonomi; Guru menghargai pendapat peserta didik; Guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi; pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya; dan guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. e) Penilaian Penilaian yang dilaksanakan untuk pembelajaran berwawasan ESD tidak berbeda dengan penilaian pada pembelajaran lainnya, yakni menggunakan Permendiknas nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Nilai-nilai ESD diintegrasikan ke dalam mata pelajaran maka penilaian tidak dilakukan tersendiri. Penilaian dapat berupa ulangan atau ujian. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan terdiri atas Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, dan Ulangan Kenaikan Kelas sedangkan Ujian meliputi Ujian Nasional dan Ujian Sekolah/Madrasah.
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
29
30
Balitbang, Depdiknas
BAB IV
PRINSIP DAN IMPLIKASI A. Prinsip 1. Otonomi Guru
G
uru secara otonom diberi kesempatan dan peluang yang seluasluasnya untuk mengembangkan nilai-nilai ESD sesuai dengan konteks, kebutuhan, dan lingkungan lokal setempat, serta kreativitas guru sehingga memberikan warna dan variasi yang bermakna bagi pengembangan ESD melalui kegiatan intrakurikuler. 2. Bersifat Integratif ESD bukan sebagai mata pelajaran mandiri, melainkan dilaksanakan melalui pengintegrasian program pembelajaran dengan suatu mata pelajaran tertentu. Oleh sebab itu tercapainya tujuan pembelajaran ESD secara komplementer dan terpadu mengikuti tercapainya tujuan pembelajaran untuk mata pelajaran pokok yang sedang diajarkan guru mata pelajaran/guru kelas. 3. Proses Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis mencakup pembelajaran berpusat pada peserta didik dan pembelajaran kontekstual.
B. Implikasi Jika pelaksanaan ESD melalui kegiatan intrakurikuler ini dilaksanakan, maka ada beberapa implikasi yang harus mendapatkan perhatian dari berbagai pihak antara lain sebagai berikut. 1. Kepala sekolah dan guru mata pelajaran/kelas perlu memiliki Pengertian tentang hakekat, dan landasan dasar dan tujuan dan pentingnya ESD serta Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif sehingga memiliki pemahaman dan persepsi yang sama tentang hal-hal tersebut. Oleh sebab itu Dinas pendidikan kota/kabupaten perlu melakukan sosialisasi tentang pentingnya pelaksanaan ESD di sekolah, khususnya melalui kegiatan intrakurikuler, 2. Pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lain, terutama Depdiknas (unit kerja terkait), pemerintah daerah, forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Kelompok Kerja Guru (KKG) di tingkat SD, serta Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
31
bagian kurikulum di Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten perlu memahami model ini untuk merencanakan serta mengalokasikan biaya dalam penyelenggaraan ESD melalui kegiatan intrakurikuler. 3. Implikasi dari pendekatan pembelajaran terintegrasi adalah perlu tersedianya buku, panduan, dan atau bahan ajar serta pegangan guru. 4. Guna memahami tingkat keberhasilan ESD secara nasional perlu dilaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan ESD di tingkat satuan pendidikan, khususnya yang dilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler sebagai perwujudan akuntabilitas publik dan bahan laporan periodik untuk kepentingan domestik maupun dalam rangka laporan DESD.
32
Balitbang, Depdiknas
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009, Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional, MPPNJP, Depdiknas, Jakarta. Gardner, Howard. Multiple Intelligences: The Theory in Practice. New York: Basic, 1993. Gardner, Howard. Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century. Hagan
Foundation Center for the Humanities: http://www.scc.spokane. edu/?hfchsustain
Sustainability
(2009),
http://www. UNESCObkk.org/index.php?id =3808. http://www.yplhc.org/konsep_desd.php. Sustainable Development (DESD)
Konsep
Decade
http://www.yplhc.org/krgka_implementasi_int.php. Internasional (DESD)
of
Kerangka
Education
for
Implementasi
http://www.yplhc.org/latar_belakang_desd.php. Latar Belakang Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993), Balai Pustaka. Koran Tempo, 28 Maret 2008, Sedikitnya 10.000 Warga Pekanbaru Mengungsi Akibat Banjir Panjang Nasional Tahun 2005-2025; PP 19 SNP 2005 (pasal 5 –18, pasal 25,26,27) PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; Ramli, Mansyur, Prof.Dr., 2008, Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan Renstra 2010 – 2014 (dalam Perencanaan) Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup UNESCO, UNESCO and Sustainable Development, 2005 UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka UUD 1945
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
33
34
Balitbang, Depdiknas