MODEL PASAR JAGUNG, PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA: SUATU ANALISIS SIMULASI
ARISTO EDWARD
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan ini sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia: Suatu Analisis Simulasi merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan bimbingan ketua dan anggota komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Agustus 2008
Aristo Edward NRP. A.151040151
ABSTRACT ARISTO EDWARD. 2008. Market Model of Corn, Feed and Chicken Meat in Indonesia: A Simulation Analysis (BONAR M. SINAGA as Chairman, and NUNUNG KUSNADI as Member of Advisory Committee). Corn has an important role in the production of chicken meat; as it can be seen from its big proportion in chicken meat, amounting to 51.4 percent. An increased production of chicken meat will also raise the demand for feed and corn. In practice, the domestic production of corn and chicken meat cannot meet such demand. Therefore, the import of corn and chicken meat cannot be avoided, i.e. as a result of the gap or imbalance between the supply and demand for corn and chicken meat in Indonesia. The objectives of this research were (1) to analyze some influential factors and the interrelationship of corn, feed, and chicken meat markets in Indonesia, (2) to analyze the effect of internal and external factors on supply, demand, and the price of corn, feed, and chicken meat in Indonesia, and (3) to analyze the effect of internal and external factors on the producer and consumer’s surplus in corn, feed, and chicken meat as well as the government’s revenue. The research results showed a significant relationship between feed and chicken meat markets through the influence of chicken meat price on the demand for chicken feed, but a lack of relationship between the chicken feed and corn markets. The changes in the internal factors affected the market behavior of corn, feed, and chicken meat in Indonesia, but had only little effect on the world’s market of corns, and no effect on the world’s market of chicken meat. The internal changes had an impact on the increase in the welfare of producers and consumers in corn, feed and chicken meat markets, government’s revenue, and expenditure from the state’s reserve. The abolishment of import tariffs for corns and chicken meat as well as the depreciation of Indonesian currency rate has increased the welfare of producers and consumers in corn and feed markets, but reduced the welfare of producers and consumers in chicken meat market, government’s revenue and expenditure from the state’s reserve. The changes in the external factors affected the market behavior of corn, feed, and chicken meat in Indonesia as well as the world’s market of corns, but did not affect the world’s market behavior of chicken meat. The external changes had only a little impact on the market behavior of chicken meat in Indonesia and in the world and increased the welfare of people in general as well as the expenditure from the state’s reserve. Keywords: market, corn, feed, chicken meat, model.
RINGKASAN Jagung mempunyai peranan yang besar dalam produksi daging ayam. Hal ini terlihat dari proporsi jagung dalam pakan ternak khususnya untuk pakan ayam ras yang mencapai 51.4 persen, lalu diikuti oleh bungkil kedelai 18.0 persen, dedak 15.0 persen, pollard 10.0 persen, tepung ikan 5.0 persen, dan feed suplement sebesar 0.6 persen. Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat, telah meyebabkan produksi dan konsumsi daging ayam secara nasional terus meningkat. Selama periode 1980-2005 jumlah produksi daging ayam di Indonesia rata-rata mengalami peningkatan sebesar 7.91 persen per tahun dan konsumsi daging ayam di Indonesia meningkat sebesar 5.53 persen per tahun atau sebesar 3.2 persen per kapita per tahun. Meningkatnya jumlah produksi daging ayam ras akan berdampak terhadap kenaikan permintaan pakan ayam ras. Permintaan pakan yang meningkat tersebut diikuti dengan peningkatan produksi pakan. Produksi pakan pada tahun 1996 sebesar 6.5 juta ton dan menurun menjadi 3.7 juta ton pada tahun 1999, kemudian kembali meningkat berturut-turut menjadi 5.1 juta ton pada tahun 2000 dan 6.5 juta ton pada tahun 2001. Hal ini menunjukkan bahwa peranan pakan dalam produksi daging ayam ras sangat besar. Pertumbuhan produksi jagung di Indonesia masih relatif rendah akibat masih rendahnya produktivitas dan areal pertanaman, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan dalam negeri. Impor jagung tidak dapat dihindarkan karena adanya kelebihan permintaan jagung dalam negeri. Pada pasar pakan ternak ayam ras, penyediaan pakan yang belum sesuai harapan menjadi masalah karena ketergantungan pabrik pakan akan bahan baku impor masih tinggi. Pada pasar daging ayam ras, fenomena yang terjadi sekarang ini adalah produksi daging ayam ras dalam negeri belum mampu memenuhi permintaannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa impor daging ayam tidak dapat dihindarkan akibat tidak tercapainya keseimbangan antara penawaran dan permintaan daging ayam secara nasional. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan keterkaitan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia, (2) menganalisis dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap penawaran, permintaan dan harga jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia, dan (3) menganalisis dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap surplus produsen dan surplus konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras serta penerimaan pemerintah di Indonesia. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa pasar pakan ayam ras memiliki keterkaitan yang kuat dengan pasar daging ayam ras melalui pengaruh harga daging ayam ras terhadap permintaan pakan ayam ras, sedangkan pasar pakan ayam ras kurang memiliki keterkaitan dengan pasar jagung. Karena kurangnya keterkaitan pasar jagung dengan pasar pakan, maka kebijakan pemerintah melalui peningkatan harga jagung, pakan dan daging ayam ras sebaiknya lebih banyak diarahkan pada pasar jagung dan pasar pakan untuk dapat meningkatkan kinerja kedua pasar tersebut. Hasil pendugaan juga menunjukkan bahwa luas areal panen
jagung merupakan faktor yang menentukan produksi jagung di Indonesia dibandingkan faktor harga jagung, karena produksi lebih respon terhadap perubahan luas areal panen dibandingkan peningkatan harga jagung. Daging ayam merupakan barang normal bagi masyarakat Indonesia, sedangkan telur, ikan dan daging sapi merupakan barang substitusi dari daging ayam. Hasil simulasi menunjukkan bahwa ada perubahan faktor internal berupa penurunan tingkat suku bunga bank, depresiasi rupiah, peningkatan harga jagung, pakan, DOC dan daging ayam ras serta penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam ras berdampak terhadap perilaku pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. Perubahan faktor internal tersebut hanya berdampak kecil terhadap pasar jagung dunia dan tidak berdampak terhadap pasar daging ayam ras dunia. Perubahan faktor internal berupa penurunan suku bunga dan depresiasi rupiah dapat meningkatkan surplus produsen di ketiga pasar. Oleh karena itu, kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga dan depresiasi rupiah dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan surplus produsen dan konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras. Perubahan faktor internal berupa penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam ras serta depresiasi rupiah berdampak pada peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen pasar jagung dan pakan, tetapi menurunkan kesejahteraan produsen dan konsumen pasar daging ayam ras, serta menurunkan penerimaan pemerintah dan pengeluaran devisa negara. Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan kebijakan penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam dalam era liberalisasi perdagangan, karena kebijakan penghapusan tarif impor hanya dapat meningkatkan produksi jagung saja, tetapi menurunkan produksi pakan dan daging ayam ras. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan ekspor jagung USA dan peningkatan impor jagung Jepang berdampak terhadap perilaku pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dan pasar jagung dunia, tetapi tidak berdampak terhadap perilaku pasar daging ayam dunia. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan ekspor daging ayam USA dan peningkatan impor daging ayam Cina dan Jepang hanya berdampak kecil terhadap perilaku pasar daging ayam ras di Indonesia dan perilaku pasar daging ayam ras dunia. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan impor daging ayam ras Cina dan Jepang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan peningkatan pengeluaran devisa negara.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
MODEL PASAR JAGUNG, PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA: SUATU ANALISIS SIMULASI
ARISTO EDWARD
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS
Judul Tesis
: Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia: Suatu Analisis Simulasi
Nama Mahasiswa
: Aristo Edward
Nomor Pokok
: A151040151
Program Studi
: Ilmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Ketua
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
3. Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian: 30 Juni 2008
Tanggal Lulus: 25 Agustus 2008
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 9 Nopember 1979, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Djamal Eka Pinem dan Ibu Betsheba Ginting (Alm). Penulis menyelesaikan pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama, serta pendidikan sekolah menengah umum pada tahun 1993, 1995, dan 1997 di Perguruan Kristen Immanuel Medan. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan sarjana (SP) pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga karya ilmiah dengan judul: "Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia: Suatu Analisis Simulasi", dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA., sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS., sebagai anggota, yang telah begitu banyak mencurahkan segala waktu dan pikirannya serta saran-saran dalam membimbing penulis hingga tesis ini selesai. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS. sebagai dosen penguji luar komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini. 2. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana, dan Ketua Program Studi serta segenap dosen pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk memperdalam ilmu pengetahuan. 3. Rekan-rekan EPN 2004: Yuhka Sundaya, M. Ilham Riyadh, Herny Kartika Wati, Ria Kusumaningrum, Adi Hadianto, Handayani Boa, dan khususnya kepada Iwan Hermawan dan Meilia Rotua yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Staff Program Studi EPN: Ruby, Santi, Yani, dan Aam yang telah banyak memberikan bantuan administrasi kepada penulis dari awal perkuliahan hingga tesis ini selesai. 5. Bapak D. E. Pinem dan Ibu B. Ginting (Alm) sebagai orang tua, serta abang dan kakak atas doa dan dorongan yang tak henti-hentinya kepada penulis. Akhirnya penulis tetap menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak luput dari kekurangan, namun demikian penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Agustus 2008
Aristo Edward
DAFTAR ISI Halaman
I.
II.
DAFTAR TABEL .........................................................................
v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................
ix
PENDAHULUAN .........................................................................
1
1.1. Latar Belakang ........................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................
3
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................
6
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ..........................
6
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
9
2.1. Profil Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras ..............
9
2.1.1
III.
Profil Pasar Jagung....................................................
9
2.1.2. Profil Pasar Pakan .....................................................
17
2.1.3. Profil Pasar Daging Ayam Ras .................................
19
2.2. Kebijakan Pemerintah dalam Kelembagaan Usaha Ternak Ayam Ras ..............................................................................
24
2.3. Beberapa Studi Terdahulu.....................................................
28
2.3.1. Pasar Jagung................................................................
28
2.3.2. Pasar Pakan .................................................................
31
2.3.3. Pasar Daging Ayam Ras..............................................
33
KERANGKA TEORI ....................................................................
37
3.1. Produksi dan Penawaran Jagung...........................................
39
3.2. Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak................
41
3.3. Permintaan Pakan Ternak dan Penawaran Daging Ayam.....
42
3.4. Permintaan Daging Ayam .....................................................
43
3.5. Penggunaan Peubah Lag .......................................................
44
3.6. Elastisitas ..............................................................................
45
3.7. Surplus Produsen dan Surplus Konsumen ............................
46
IV.
3.8. Tarif Impor ............................................................................
49
3.9. Ekspor Impor Jagung dan Daging Ayam ..............................
52
METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
55
4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia ....................................................................
55
4.2. Persamaan Pasar Jagung .......................................................
58
4.2.1. Produksi Jagung .......................................................
58
4.2.2. Penawaran Jagung.....................................................
58
4.2.3. Permintaan Jagung Industri Pakan ............................
59
4.2.4. Permintaan Jagung ....................................................
59
4.2.5. Harga Jagung Domestik ............................................
60
4.2.6. Impor Jagung.............................................................
60
4.2.7. Ekspor dan Impor Jagung Dunia...............................
61
4.2.8. Harga Jagung Dunia..................................................
62
4.3. Persamaan Pasar Pakan Ayam Ras .......................................
63
4.3.1. Produksi Pakan Ayam Ras ........................................
63
4.3.2. Permintaan Pakan Ayam Ras ....................................
63
4.3.3. Penawaran Pakan Ayam Ras.....................................
64
4.3.4. Harga Pakan Ayam Ras Domestik............................
64
4.4. Persamaan Pasar Daging Ayam Ras .....................................
65
4.4.1. Produksi Daging Ayam Ras ......................................
65
4.4.2. Permintaan Daging Ayam Ras ..................................
65
4.4.3. Penawaran Daging Ras Ayam...................................
66
4.4.4. Harga Daging Ayam Ras Domestik..........................
66
4.4.5. Impor Daging Ayam Ras ..........................................
67
4.4.6. Ekspor Daging Ayam Ras.........................................
68
4.4.7. Harga Daging Ayam Ras Impor................................
69
4.4.8. Ekspor dan Impor Daging Ayam Ras Dunia ............
69
4.4.9. Harga Daging Ayam Ras Dunia................................
70
4.5. Prosedur Analisis ..................................................................
71
4.5.1. Jenis dan Sumber Data ..............................................
71
4.5.2. Identifikasi Model .....................................................
71
ii
V.
VI.
4.5.3. Metode Pendugaan Model.........................................
72
4.5.4. Validasi Model ..........................................................
73
4.5.5. Simulasi Model .........................................................
74
4.5.5.1. Simulasi Faktor Internal.............................
74
4.5.5.2. Simulasi Faktor Eksternal ..........................
76
4.5.5.3. Analisis Surplus Produsen dan SurplusKosumen ........................................
76
ANALISIS PASAR JAGUNG, PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA....................................................................
78
5.1. Hasil Pendugaan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia .........................................................
78
5.2. Persamaan Pasar Jagung .......................................................
79
5.2.1. Produksi Jagung ........................................................
79
5.2.2. Permintaan Jagung Industri Pakan ............................
81
5.2.3. Harga Riil Jagung Domestik .....................................
82
5.2.4. Impor Jagung.............................................................
83
5.2.5. Harga Riil Jagung Dunia...........................................
84
5.3. Persamaan Pasar Pakan Ayam Ras .........................................
85
5.3.1. Produksi Pakan Ayam Ras ........................................
85
5.3.2. Permintaan Pakan Ayam Ras ....................................
86
5.3.3. Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik.....................
88
5.4. Persamaan Pasar Daging Ayam Ras .......................................
89
5.4.1. Produksi Daging Ayam Ras ......................................
89
5.4.2. Permintaan Daging Ayam Ras ................................
90
5.4.3. Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik...................
92
5.4.4. Impor Daging Ayam Ras ..........................................
93
5.4.5. Ekspor Daging Ayam Ras.........................................
94
5.4.6. Harga Riil Daging Ayam Ras Impor.........................
96
5.4.7. Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia.........................
97
EVALUASI FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL ...............................................................
98
6.1. Validasi Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia ...........................................................................
98
iii
VII.
6.2. Hasil Simulasi Faktor Internal ..............................................
100
6.2.1. Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Sebesar 30 Persen dan Depresiasi Rupiah Sebesar 20 Persen ...................................................................
100
6.2.2. Peningkatan Harga DOC Sebesar 25 Persen dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Sebesar 30 Persen......................................................
101
6.2.3. Peningkatan Harga Pakan dan DOC Masing-Masing Sebesar 25 Persen......................................................
103
6.2.4. Peningkatan Harga Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras Masing-Masing Sebesar 25 Persen..........
104
6.2.5. Penghapusan Tarif Impor Jagung dan Daging Ayam, serta Depresiasi Rupiah Sebesar 20 Persen...
106
6.3. Hasil Simulasi Faktor Eksternal............................................
107
6.3.1. Peningkatan Ekspor Jagung USA Sebesar 30 Persen ...................................................................
107
6.3.2. Peningkatan Impor Jagung Jepang Sebesar 30 Persen ........................................................................
119
6.3.3. Peningkatan Ekspor Daging Ayam Ras USA Sebesar 30 Persen......................................................
110
6.3.4. Peningkatan Impor Daging Ayam Ras China dan Jepang Masing-Masing Sebesar 30 Persen ...............
112
6.4. Dampak Alternatif Simulasi Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ....................................
113
SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN.............................
122
7.1. Simpulan ...............................................................................
122
7.2. Implikasi Kebijakan ..............................................................
126
7.3. Saran Penelitian Lanjutan .....................................................
127
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................
128
LAMPIRAN ...................................................................................
133
iv
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Perkembangan Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Jagung di Indonesia, Tahun 1990-2005..........................................................
9
Perkembangan Ekspor, Impor dan Penawaran Jagung Indonesia, Tahun 1990-2005 ..........................................................................
11
Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia, Tahun 19902005................................................................................................
12
Komposisi Penggunaan Jagung Impor dan Domestik dalam Pembuatan Pakan Ternak di Indonesia, Tahun 1990-2005............
13
Perkembangan Produksi Jagung pada Lima Negara Produsen Utama Dunia, Tahun 1990-2005....................................................
14
Perkembangan Ekspor Jagung pada Beberapa Negara Eksportir Utama Dunia, Tahun 1990-2005....................................................
15
Perkembangan Impor Jagung pada Beberapa Negara Importir Utama Dunia, Tahun 1990-2005....................................................
16
Perkembangan Produksi Pakan dan Penggunaannya di Indonesia, Tahun 1990-2005 ...........................................................................
17
Perkembangan Ekspor-Impor Komponen Pakan Indonesia dan Dunia, Tahun 1980-2001 ...............................................................
18
Perkembangan Populasi, Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 1990-2005 ..............................................
19
Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam Ras Indonesia Tahun 1990-2005. ..........................................................................
20
Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras pada Beberapa Negara Produsen Utama Dunia, Tahun 1990-2005 ....................
21
Perkembangan Ekspor Daging Ayam Ras pada Beberapa Negara Eksportir Dunia, Tahun 1990-2005 ...............................................
23
Perkembangan Impor Daging Ayam Ras pada Beberapa Negara ImportirUtama Dunia, Tahun 1990-2005 ......................................
24
15.
Hasil Pendugaan Parameter Produksi Jagung (PJI) .......................
79
16.
Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Jagung Industri Pakan (DJP)....................................................................................
81
Hasil Pendugaan Parameter Harga Rill Jagung Domestik (HJDR) ...........................................................................................
82
18.
Hasil Pendugaan Parameter Impor Jagung (MJI) ..........................
83
19.
Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Jagung Dunia (HJWR) ....
84
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
17.
20.
Hasil Pendugaan Parameter Produksi Pakan (PPD).......................
86
21
Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Pakan Ayam Ras (DPI)..
87
22.
Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik (HPDR)..........................................................................
88
23.
Hasil Pendugaan Parameter Produksi Daging Ayam Ras (PDD) ..
89
24.
Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Daging Ayam Ras (DDD) ............................................................................................
90
Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik (HDDR) .........................................................................
92
26.
Hasil Pendugaan Parameter Impor Daging Ayam (MDI)..............
94
27.
Hasil Pendugaan Parameter Ekspor Daging Ayam Ras (XDI)......
95
28.
Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Daging Ayam Ras Impor (HDMR) ..............................................................................
96
Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia (HDWR) ..............................................................................
97
Hasil Pengujian Validasi Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2000-2005 .......................
99
Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia 30 Persen dan Depresiasi Rupiah 20 Persen, Tahun 2000-2005 .............................................
100
Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Harga DOC 25 Persen dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia 30 Persen, Tahun 2000-2005 .........................................
102
Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Harga Pakan dan DOC 25 Persen, Tahun 2000-2005....................
103
Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Harga Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras 25 Persen, Tahun 2000-2005 ...........................................................................
105
Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Penghapusan Tarif Impor Jagung dan Daging Ayam, serta Depresiasi Rupiah 20 Persen, Tahun 2000-2005..........................................................
106
Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Ekspor Jagung AS 30 Persen, Tahun 2000-2005...........................
108
Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Impor Jagung Jepang 30 Persen, Tahun 2000-2005 ......................
110
Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Ekspor Daging Ayam AS 30 Persen, Tahun 2000-2005................
111
25.
29. 30. 31.
32.
33. 34.
35.
36. 37. 38.
vi
39.
40.
41.
Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Impor Daging Ayam Cina dan Jepang 30 Persen, Tahun 2000-2005 ...........................................................................
112
Dampak Perubahan Faktor Internal Terhadap Kesejahteraan Para Pelaku Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2000-2005 .....................................................
114
Dampak Perubahan Faktor Eksternal Terhadap Kesejahteraan Para Pelaku Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2000-2005 .....................................................
118
vii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kerangka Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia .......................................................................................
38
2. Distribusi Surplus Konsumen dan Produsen ......................................
47
3. Dampak Penerapan Tarif Impor Terhadap Surplus Konsumen, Surplus Produsen, Penerimaan Pemerintah dan Biaya Proteksi. ......
51
4. Mekanisme Penawaran dan Permintaan Jagung dan Daging Ayam antar Negara Eksportir dan Importir di Pasar Dunia.........................
54
5. Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia .......................................................................................
57
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Data Aktual Peubah Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 1980-2005 .................................................
134
2. Program Pendugaan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 1980-2005. ................................................
139
3. Hasil Pengolahan Data Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia,Tahun 1980-2005........................................
143
4. Program Validasi dan Simulasi Historis Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2000-2005 ........
158
5. Hasil Validasi Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2000-2005 ........................................................
163
6. Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Perubahan Nilai Rata-Rata Endogen, Tahun 2000-2005 ..................
166
7. Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Perubahan Indikator Kesejahteraan Ekonomi, Tahun 2000-2005 ....
167
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas tanaman palawija yang memiliki berbagai macam kegunaan. Pada awalnya, jagung diproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, namun dalam perkembangannya jagung juga menjadi komoditas pangan yang penting dalam perdagangan produk pertanian. Permintaan jagung di pasar domestik maupun pasar dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena komoditas jagung memiliki keunggulan yang bersifat multiguna, baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku berbagai aneka industri pengolahan. Keunggulan komoditas jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak sampai saat ini belum dapat digantikan oleh produk pertanian lainnya. Selain itu, kontribusi jagung dalam PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia mengalami peningkatan sebesar 3.15 persen selama sepuluh tahun terakhir (Deptan, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa komoditas jagung mempunyai peranan yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jagung juga mempunyai peranan yang besar dalam produksi daging ayam ras. Hal ini terlihat dari proporsi jagung dalam pakan ternak khususnya untuk pakan ayam ras yang mencapai 51.4 persen, lalu diikuti oleh bungkil kedelai 18.0 persen, dedak 15.0 persen, pollard 10.0 persen, tepung ikan 5.0 persen dan feed suplement sebesar 0.6 persen (Tangendjaja et al, 2002 dan Deptan, 2002). Sejak adanya pencanangan Pembangunan Industri Peternakan Unggas Nasional (1971), ternak unggas telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.
2
Pertumbuhan tersebut juga ditandai dengan perkembangan yang kuat dari sektor industri pendukung yakni industri pabrik pakan, pembibitan, farmasi dan industri RPA (Rumah Potong Ayam). Proporsi daging unggas, khususnya pada komoditas daging ayam ras, mempunyai kontribusi sebesar 57.67 persen dari total produksi daging nasional (Ditjen Peternakan, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa komoditas daging ayam ras mempunyai peranan yang besar di dalam penyediaan daging di Indonesia. Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan produksi dan konsumsi daging ayam ras secara nasional terus meningkat. Selama periode 1980-2005 jumlah produksi daging ayam ras di Indonesia rata-rata mengalami peningkatan sebesar 7.91 persen per tahun dan konsumsi daging ayam ras di Indonesia meningkat sebesar 5.53 persen per tahun atau sebesar 3.2 persen per kapita per tahun (Statistik Peternakan, 2005). Meningkatnya jumlah produksi daging ayam ras akan berdampak terhadap kenaikan permintaan pakan ayam ras. Permintaan pakan yang meningkat tersebut diikuti dengan peningkatan produksi pakan. Produksi pakan pada tahun 1996 sebesar 6.5 juta ton dan menurun menjadi 3.7 juta ton pada tahun 1999, kemudian kembali meningkat berturut-turut menjadi 5.1 juta ton pada tahun 2000 dan 6.5 juta ton pada tahun 2001 (Deptan, 2002). Selain itu, pakan juga merupakan bagian terbesar dari biaya produksi, yaitu mencapai 70 persen (Yusdja dan Pasandaran, 1998), sedangkan pangsa biaya lainnya seperti DOC (Day Old Chicken) hanya sebesar 13 persen (Rusastra dan Siregar, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa peranan pakan dalam produksi daging ayam ras sangat besar.
3
1.2. Perumusan Masalah Seiring dengan berkembangnya sektor peternakan yang didukung oleh berkembangnya industri pakan dan pangan yang menggunakan bahan baku jagung, menyebabkan permintaan jagung dalam negeri terus meningkat. Di sisi lain, pertumbuhan produksi jagung di Indonesia masih relatif rendah akibat masih rendahnya produktivitas dan areal pertanaman, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan dalam negeri. Untuk mengatasi kelebihan permintaan tersebut, pemerintah melakukan impor jagung yang setiap tahunnya meningkat, dan bahkan mulai tahun 1990-an status Indonesia telah berubah menjadi negara net importer jagung (Kasryno, 2002 dalam Kariyasa, 2003). Pada tahun 1991 jumlah impor jagung Indonesia sebesar 323.18 ribu ton (5.16 persen dari total produksi jagung nasional) dan pada tahun 2000 telah menjadi 1.26 juta ton (13.53 persen dari total produksi jagung nasional), atau selama periode tersebut meningkat sebesar 20.35 persen (Deptan, 2002). Dari uraian tersebut sangat menarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pasar jagung tesebut dan bagaimana dampaknya jika terjadi perubahan pada pasar pakan dan daging ayam ras. Pada pasar pakan ayam ras, fenomena yang terjadi selama ini adalah laju kenaikan harga pakan melebihi laju kenaikan harga jagung dan kedelai. Hal ini dapat dilihat dari semakin lebarnya rasio harga jagung terhadap pakan ternak ayam ras, yaitu dari 0.78 pada tahun 1980 menjadi 0.22 pada tahun 1996 (Purba, 1999). Dari uraian tersebut perlu dikaji faktor-fakor apa saja yang mempengaruhi pasar pakan tersebut dan bagaimana dampaknya jika terjadi perubahan pada pasar jagung dan daging ayam ras. Selain itu, penyediaan pakan yang belum sesuai
4
dengan harapan juga menjadi masalah karena ketergantungan pabrik pakan akan bahan baku impor masih tinggi. Volume perdagangan jagung di pasar dunia mengalami peningkatan yang besar dalam periode 1960-1980. Puncaknya terjadi di tahun 1980 dimana volumenya mencapai 82 juta ton atau sekitar 20.0 persen dari produksi jagung dunia (Kasryno, 2002). Setelah periode tersebut volume perdagangan jagung dunia terus menurun, walaupun produksi meningkat. Pada tahun 2000 dan 2001, volume ekspor jagung menjadi 80 juta dan 79 juta ton atau 13.4 persen dan 12.85 persen dari total produksi dunia. Setelah tahun 1980 ketergantungan negara berkembang pada impor jagung semakin meningkat dikarenakan semakin berkembangnya industri peternakan. Kondisi pasar jagung dunia yang bersifat tipis diduga kurang menguntungkan bagi pengembangan pabrik pakan dan usaha peternakan dalam negeri, karena adanya keterkaitan antara pasar jagung domestik dan dunia. Pada pasar daging ayam ras, fenomena yang terjadi sekarang ini adalah produksi daging ayam ras dalam negeri belum mampu memenuhi permintaannya. Walaupun dalam periode 1980-2005 laju peningkatan produksi daging ayam ras dalam negeri lebih tinggi laju konsumsinya (7.91 persen berbanding 5.53 persen), namun demikian Indonesia tetap berstatus sebagai negara net importer (BPS, 2005). Kenyataan menunjukkan bahwa impor daging ayam ras tidak dapat dihindarkan akibat tidak tercapainya keseimbangan antara penawaran dan permintaan daging ayam secara nasional. Peningkatan selera konsumen dan perbedaan harga daging ayam impor yang lebih murah dibandingkan dengan harga daging ayam domestik akan mendorong masuknya produk daging impor ke
5
pasar domestik. Dari uraian tersebut sangat menarik untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pasar daging ayam ras dan bagaimana dampaknya apabila terjadi perubahan pada pasar jagung dan pakan ayam ras. Produksi daging ayam dunia dalam periode 1990-2004 mengalami peningkatan sebesar 4.93 persen per tahun (FAO, 2004). Sedangkan rata-rata volume daging ayam ras yang diperdagangkan selama periode tersebut sebesar 9.50 persen dari total produksi dunia, dengan laju peningkatan sebesar 10.71 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar daging ayam dunia bersifat tipis (thin market) sama halnya seperti yang terjadi pada pasar beras. Sementara itu, laju impor daging ayam dunia sebesar 9.70 persen per tahun. Dengan demikian, walaupun pangsa impor Indonesia relatif kecil (0.06 persen), mengingat jumlah dan pertumbuhan penduduk Indonesia masih tinggi maka potensi peningkatan pangsa dimungkinkan bisa terjadi. Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1998 mengakibatkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung melemah. Kondisi tersebut diduga akan berpengaruh terhadap produksi pakan dan daging ayam nasional, karena komponen bahan bakunya mayoritas diperoleh dari impor, sehingga perlu diketahui sampai sejauh mana dampak perubahan nilai tukar terhadap pasar pakan dan daging ayam ras. Jumlah produksi jagung dan daging ayam ras serta kelangsungan industri pakan domestik sangat ditentukan oleh adanya kondisi sarana dan fasilitas penunjang seperti tingkat suku bunga kredit yang kondusif, kebijakan harga pupuk dan lain sebagainya. Sehingga perlu diketahui dampak dari perubahanperubahan tersebut terhadap pasar jagung, pakan dan daging ayam ras.
6
Perubahan lingkungan strategis internasional akan berimplikasi terhadap penurunan subsidi dan proteksi serta akan membuat pasar domestik semakin terintegrasi dengan pasar dunia. Besarnya tarif impor jagung dan daging ayam pada saat ini adalah sebesar 5 persen (Depkeu, 2001). Oleh sebab itu perlu diketahui bagaimana pengaruh perubahan tarif impor terhadap pasar jagung, pakan, dan daging ayam ras. 1.3. Tujuan Penelitian 1.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan keterkaitan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia.
2.
Menganalisis dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap penawaran, permintaan dan harga jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia.
3.
Menganalisis dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap surplus produsen dan surplus konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras serta penerimaan pemerintah di Indonesia.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia melalui pendugaan respon penawaran dan permintaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Respon tersebut merupakan cerminan perilaku produsen dan konsumen. Penawaran jagung domestik merupakan penjumlahan dari produksi jagung domestik dengan selisih volume ekspor dan impor jagung. Oleh karena itu, dari sisi penawaran jagung domestik dilakukan pendugaan penawaran jagung yang
7
berasal dari produksi domestik maupun dari impor. Dari sisi permintaan dilakukan pendugaan yang meliputi: (1) permintaan jagung untuk industri pakan, (2) permintaan jagung untuk konsumsi langsung dan (3) permintaan jagung untuk industri pangan. Sehingga total permintaan jagung merupakan penjumlahan dari ketiga jenis permintaan tersebut. Pada pasar pakan ayam ras pendugaan dilakukan pada: (1) produksi pakan ayam ras, (2) permintaan pakan ayam ras dan (3) harga pakan ayam ras domestik. Pada pasar daging ayam ras pendugaan dilakukan pada: (1) produksi daging ayam ras, (2) permintaan daging ayam ras, (3) penawaran daging ayam ras, yang merupakan penjumlahan dari produksi daging ayam ras dengan selisih ekspor impor daging ayam ras. Oleh sebab itu, dari sisi penawaran daging ayam ras dilakukan pendugaan penawaran daging ayam ras yang berasal dari ekspor maupun impor, (4) harga daging ayam ras domestik, (5) ekspor impor daging ayam ras, (6) harga daging ayam ras impor dan (7) harga daging ayam ras dunia. Model yang dibangun kemudian divalidasi untuk simulasi faktor-faktor internal dan eksternal, dengan tujuan untuk melihat dampak dari perubahan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap pasar jagung, pakan dan daging ayam ras serta sejauh mana pengaruhnya terhadap perubahan surplus produsen, surplus konsumen dan penerimaan pemerintah. Keterbatasan dari penelitian ini adalah: (1) tidak memasukkan pasar bibit ayam (DOC) di dalam model. Mengingat adanya keterbatasan ketersediaan data DOC, hanya variabel harga saja yang dapat dimasukkan dalam model. Selain itu pangsa DOC dalam biaya produksi daging ayam relatif rendah, yaitu hanya sekitar 13 persen, (2) tidak mendisagregasi pola pemeliharaan ayam yaitu dari peternakan
8
rakyat dan swasta, karena data daging ayam yang ada tidak dapat dipisahkan menurut pola pemeliharaannya, (3) tidak mendisagregasi daging ayam menurut jenisnya yaitu daging ayam ras dan buras, karena ketersediaan data untuk daging ayam buras sangat terbatas, (4) hanya mengkaji pasar pakan untuk ternak ayam ras, serta tidak mempelajari perilaku ekspor dan impor negara eksportir dan importir utama dunia dan (5) tidak mempelajari pasar pakan dunia, mengingat dalam pasar dunia komoditas yang diperdagangkan belum dalam bentuk pakan, melainkan masih dalam bentuk komponen pakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras 2.1.1. Profil Pasar Jagung Perkembangan luas areal, produktivitas dan produksi jagung di Indonesia periode 1990-2005 disajikan pada Tabel 1. Rata-rata luas areal tanaman jagung di Indonesia sekitar 3.74 juta hektar dengan peningkatan sebesar 1.13 persen per tahun. Kalau dibandingkan dengan tanaman pesaingnya, luas pertanaman jagung selama periode 1990-2005 hanya sekitar 0.31 dari luas pertanaman padi, sebaliknya sekitar 2.49 kali dari luas pertanaman kedelai. Tabel 1. Perkembangan Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Jagung di Indonesia, Tahun 1990-2005 Luas Areal (000 ha) 3 158 1990 4 158 1991 5 158 1992 6 158 1993 3 109 1994 3 651 1995 3 744 1996 3 355 1997 3 456 1998 3 848 1999 3 500 2000 3 286 2001 3 298 2002 3 310 2003 3 322 2004 3 334 2005 59 844 Total 3 740 Rataan 1.13 r(%/thn) Sumber: BPS, 2005 (diolah) Tahun
Produktivitas (ton/ha) 2.13 2.15 2.20 2.20 2.21 2.26 2.49 2.61 2.94 2.39 2.76 2.79 2.86 2.93 3.00 3.07 41 2.56 2.85
Produksi (000ton) 6 734 6 255 7 995 6 459 6 869 8 245 9 307 8 771 10 169 9 204 9 677 9 165 9 422 9 685 9 957 10 235 138 149 8 634 3.75
Dari aspek produktivitas, tampaknya produktivitas jagung di Indonesia masih sangat rendah dan baru mencapai 2.56 ton per hektar, walaupun cenderung meningkat sebesar 2.85 persen per tahun. Masih rendahnya produktivitas
10
menggambarkan bahwa penggunaan benih jagung hibrida di tingkat petani masih rendah, disamping cara pemeliharaannya belum intensif. Keadaan ini sangat kontradiktif dengan pengembangan benih jagung hibrida yang telah dilakukan oleh pemerintah secara resmi pada tahun 1983 berdasarkan SK Menteri Pertanian pada tanggal 4 Juni 1983, melalui jagung hibrida C-1 yang bertujuan untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri, yang pada akhirnya dapat diharapkan dapat meningkatkan petani jagung di Indonesia. Dalam periode 19902005 rata-rata produksi jagung di Indonesia sebesar 8.63 juta ton dan cenderung meningkat sebesar 3.75 persen per tahun. Kalau dilihat lebih jauh, tampaknya peningkatan produksi jagung di Indonesia lebih banyak ditentukan oleh adanya perbaikan produktivitas dari pada peningkatan luas tanam. Fenomena ini menunjukkan bahwa perluasan penggunaan benih hibrida di tingkat petani diduga secara signifikan akan mampu meningkatkan produksi jagung, mengingat varietas jagung ini bisa berproduksi 6-8 ton per hektar. Kalau
dikaitkan
dengan
kebutuhan
jagung
dalam
negeri
yang
menunjukkan bahwa produksi jagung di Indonesia secara umum dalam periode 1990-2005 belum mampu memenuhi kebutuhannya. Kondisi ini ditunjukkan selama periode tersebut, kecuali pada tahun 1993 dan 1998 status Indonesia dalam perdagangan jagung dunia adalah sebagai net importer (Tabel 2). Rata-rata impor jagung Indonesia sebesar 830 ribu ton dan mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu 11.28 persen per tahun, namun tanpa ada upaya untuk memacu produksi jagung dalam negeri, volume impor jagung mempunyai potensi untuk terus meningkat, mengingat peningkatan kebutuhan dalam negeri lebih cepat dari peningkatan produksinya.
11
Tabel 2. Perkembangan Ekspor, Impor dan Penawaran Jagung Indonesia, Tahun 1990-2005 Ekspora Tahun
Volume (000 ton)
Pangsac (%)
Impora Volume (000 ton)
Pangsad (%)
1990 141.80 2.10 90.10 1991 33.20 0.53 323.30 1992 149.70 1.87 55.70 1993 60.80 0.94 494.50 1994 37.40 0.54 1 118.30 1995 79.10 0.96 969.20 1996 26.80 0.29 616.90 1997 18.90 0.22 1 098.40 1998 632.50 6.22 313.50 1999 90.60 0.98 618.10 2000 28.10 0.29 1 264.60 2001 90.50 0.99 1 035.80 2002 86.81 0.92 1 154.06 2003 83.26 0.86 1 345.45 2004 79.86 0.80 1 354.51 2005 76.60 0.75 1 427.70 Rataan 107.25 1.20 830.01 r(%/thn) 5.20 1.10 11.28 Sumber: a FAO, 2005 (diolah) b Produksi + Impor – Ekspor (diolah) Keterangan: c persentase terhadap produksi dalam negeri d persentase terhadap kebutuhan dalam negeri
1.40 5.20 0.70 7.60 14.80 11.20 6.60 11.70 3.40 6.70 12.20 10.80 11.00 12.29 12.06 12.32 8.75 7.89
Net (X-M) (000 ton)
Kebutuhanb (000 ton)
51.70 -290.10 94.00 -433.70 -1 080.90 -890.10 -590.10 -1 079.50 319.00 -527.50 -1 236.50 -945.30 -1 067.25 -1 262.19 -1 274.65 -1 351.10 -722.76 11.04
6 682 6 545 7 901 6 893 7 950 9 135 9 897 9 851 9 850 9 732 10 914 10 110 10 489 10 948 11 231 11 586 9 357.08 4.41
Secara umum penggunaan jagung di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: (1) konsumsi langsung, (2) bahan baku pakan ternak, (3) bahan baku industri pangan dan (4) kebutuhan lainnya. Perkembangan penggunaan jagung di Indonesia periode 1990-2005 disajikan pada Tabel 3. Rata-rata penggunaan jagung untuk konsumsi langsung relatif sedikit yaitu 647.7 ribu ton per tahun atau hanya 8.04 persen dari total penggunaan jagung, bahkan cenderung mengalami penurunan masing-masing 4.86 persen dan 7.43 persen per tahun menurut volume dan pangsa. Penggunaan jagung terbesar adalah untuk kebutuhan industri pangan. Penggunaan jagung untuk industri pangan sekitar 4.9 juta ton atau 54.64 persen per tahun dan meningkat masing-masing 9.04 persen dan 3.78 persen per tahun menurut volume dan pangsa. Sementara itu,
12
penggunaan jagung untuk kebutuhan pakan periode 1990-2005 sekitar 2.3 juta ton atau 27.68 persen dari total penggunaan jagung. Baik dari segi volume maupun pangsa, penggunaan jagung untuk bahan baku pakan mengalami peningkatan masing-masing 5.60 persen dan 1.84 persen per tahun. Tabel 3. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia, Tahun 1990-2005 Konsumsia
Pakanb
Industri Pangan
Lainnya
Tahun
Volume (000 ton)
Pangsa (%)
Volume (000 ton)
Pangsa (%)
Volume (000 ton)
1990
1 112
17.72
2 112
33.66
2 593
41.32
458
7.29
6 275
1991
1 034
16.82
2 174
35.37
2 498
40.64
441
7.17
6 147
1992
948
12.7
2 236
29.95
3 639
48.75
642
8.60
7 465
1993
864
13.45
2 298
35.77
2 772
43.16
489
7.62
6 423
1994
723
9.67
2 359
31.56
3 733
49.95
659
8.81
7 474
1995
567
6.6
2 420
28.18
4 761
55.44
840
9.78
8 588
1996
416
4.47
3 315
35.61
4 741
50.93
837
8.99
9 309
1997
460
4.96
3 075
33.16
4 877
52.60
861
9.28
9 273
1998
516
5.57
1 294
13.96
6 342
68.40
1 119
12.07
9 271
1999
563
6.15
1 717
18.77
5 838
63.81
1 030
11.26
9 148
2000
573
5.57
2 285
22.23
6 308
61.37
1 113
10.83
10 279
Pangsa (%)
Volume (000 ton)
Pangsa (%)
Total
2001
582
6.12
2 518
26.47
5 452
57.30
962
10.11
9 514
2002
548
5.50
2 558
25.70
5 820
58.47
1 027
10.32
9 953
2003
516
4.95
2 599
24.94
6 213
59.60
1 096
10.52
10 424
2004
485
4.44
2 641
24.16
6 632
60.69
1 170
10.71
10 929
2005
457
3.98
2 683
23.39
7 080
61.73
1 249
10.89
11 469
Rataan
647.71
8.04
2 392.77
27.68
4 956.19
54.64
874.61
9.64
8 871.27
r(%/thn)
-4.86
-7.43
5.6
1.84
9.04
3.78
9.04
3.78
8.76
Sumber: a SUSENAS (diolah) b Statistik Peternakan berbagai series (diolah)
Tujuan utama dilakukan impor jagung adalah dalam upaya untuk memenuhi kekurangan kebutuhan jagung dalam negeri khususnya untuk bahan baku pakan. Sementara itu, penggunaan jagung impor untuk bahan baku industri makanan dan non makanan masih relatif terbatas, diperkirakan hanya sekitar 15 persen. Pada Tabel 4 disajikan perkembangan komposisi penggunaan jagung impor dan produksi domestik periode 1990-2005. Pada tahun 1991 dari total jagung yang digunakan dalam pembuatan pakan ternak, pangsa penggunaan jagung impor masih sangat kecil yaitu hanya 3.63 persen. Artinya hampir sekitar 96.37 persen masih menggunakan jagung domestik, sehingga dapat dikatakan
13
bahwa jagung impor hanya sebagai pelengkap saja. Mulai tahun 1994, ketergantungan pabrik pakan Indonesia terhadap jagung impor sangat tinggi, dimana pada tahun tersebut sekitar 40.29 persen dipenuhi dari jagung impor, bahkan tahun 2003 penggunaan jagung impor dan jagung domestik dalam pembuatan pakan ternak hampir berimbang (50.85 persen dan 51.12 persen). Pada Tabel 4 terlihat bahwa selama periode 1990-2005 pangsa penggunaan jagung impor mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu 11.81 persen per tahun, sebaliknya pangsa penggunaan jagung produksi domestik mengalami penurunan sebesar 3.77 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa ketergantungan pabrik pakan yang semakin tinggi terhadap jagung impor kurang menguntungkan bagi perkembangan industri pakan dan peternakan di Indonesia (Kasryno, 2002). Tabel 4. Komposisi Penggunaan Jagung Impor dan Domestik dalam Pembuatan Pakan Ternak di Indonesia, Tahun 1990-2005 Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Total Rataan r(%/thn)
Komposisi Jagung Impor (%) 3.63 12.64 2.12 18.29 40.29 34.04 15.82 30.36 20.59 30.60 47.04 34.97 42.17 50.85 61.32 73.95 228.30 57.07 11.81
Domestik (%) 96.37 87.36 97.88 81.71 59.71 65.96 84.18 69.64 79.41 69.40 52.96 65.03 57.66 51.12 45.32 40.18 194.28 48.57 -3.77
Sumber: Tabel 2 dan 3, (jagung impor untuk non pakan sebesar 15% (diolah))
14
Pada tingkat dunia, produsen jagung utama adalah negara Amerika Serikat. Dalam periode 1990-2005, rata-rata pangsa produksi jagung Amerika Serikat sebesar 40.22 persen terhadap produksi dunia, dimana jumlah produksinya cenderung meningkat 4.38 persen per tahun (Tabel 5). Produsen jagung terbesar kedua adalah China dengan pangsa sebesar 19.79 persen dan produksinya juga cenderung meningkat 2.30 persen. Produsen jagung terbesar berikutnya masing-masing Brazil dan Mexico, dengan pangsa masing-masing 5.61 persen dan 3.17 persen. Sementara itu, pangsa produksi Indonesia terhadap produksi jagung dunia pada periode yang sama hanya sebesar 1.48 persen. Tabel 5. Perkembangan Produksi Jagung pada Lima Negara Produsen Utama Dunia, Tahun 1990-2005 (000 ton) Tahun
AS 1990 201 532 1991 189 866 1992 240 719 1993 160 985 1994 255 293 1995 187 969 1996 234 527 1997 233 867 1998 247 882 1999 239 549 2000 251 854 2001 241 485 2002 245 445 2003 249 471 2004 253 562 2005 257 720 Rataan 230 733 Share 40.22 r(%/thn) 4.38 Sumber: FAO, 2005 (diolah)
Cina 97 214 99 148 95 773 103 110 99 674 112 362 127 865 104 648 133 198 128 287 106 180 114 254 114 265 114 277 114 288 114 300 111 178 19.79 2.30
Negara Brazil 21 348 23 624 30 506 30 056 32 488 36 267 32 185 32 948 29 602 32 038 31 879 41 439 43 934 46 578 49 382 52 355 35 414 5.61 6.97
Mexico 15 664 16 530 17 245 18 631 19 141 17 005 16 000 18 922 16 934 17 788 19 000 19 000 19 333 19 671 20 015 20 365 18 203 3.17 2.11
Indonesia 6 734 6 431 7 995 7 197 6 869 8 246 9 307 8 771 10 169 9 134 9 677 9 347 10 035 10 029 10 496 10 640 8 817 1.48 3.75
Dunia 483 329 494 359 533 526 476 681 569 212 517 068 589 174 584 920 615 460 606 946 592 501 614 234 627 563 641 181 655 095 669 310 579 410 100.00 2.56
Negara produsen jagung utama dunia tampaknya tidak secara otomatis menjadi negara eksportir jagung utama dunia, terkecuali Amerika Serikat. (Tabel 6). Hal ini mungkin disebabkan karena kebutuhan jagung di dalam
15
negerinya cukup besar, sehingga kegiatan memproduksi jagung diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Negara eksportir jagung utama dunia adalah Amerika Serikat. Dalam periode 1990-2005, pangsa Amerika Serikat dalam perdagangan jagung dunia sangat besar yaitu mencapai sekitar 63.42 persen. Dengan demikian, volume perdagangan jagung dunia sangat tergantung dari produksi, kebutuhan serta kebijakan Amerika dalam perdagangan jagung dunia. Negara yang termasuk eksportir utama berikutnya adalah Argentina dan China dengan pangsa masing-masing 9.90 persen dan 8.59 persen. Sedangkan pangsa ekspor Indonesia terhadap ekspor dunia hanya sebesar 0.16 persen. Tabel 6. Perkembangan Ekspor Jagung pada Beberapa Negara Eksportir Utama Dunia, Tahun 1990-2005 Tahun
Negara Cina 3 405 7 783 10 340 11 098 8 740 113 159 6 617 4 687 4 305 10 466 5 998 6 306 6 630 6 971 7 330 6 309 8.34 1.02
AS Argentina Hungaria 1990 52 172 2 998 156 1991 44 558 3 898 494 1992 43 236 6 093 2 525 1993 40 365 4 871 169 1994 35 877 4 154 181 1995 60 240 6 001 601 1996 52 410 6 425 129 1997 41 792 10 979 1 192 1998 42 125 12 442 2 109 1999 51 975 7 890 1 708 2000 47 971 10 847 1 007 2001 47 944 10 910 1 569 2002 47 173 12 191 1 898 2003 46 497 13 622 2 296 2004 45 809 15 221 2 778 2005 45 122 17 008 3 361 Rataan 46 579 9 097 1 386 Share 63.42 9.90 1.34 r(%/thn) 0.48 10.59 -2.83 Sumber: FAO, 2005 (diolah) Keterangan: a persentase terhadap total produksi dunia
Indonesia 142 33 150 61 37 79 27 19 633 91 28 90 86 83 79 76 107 0.16 5.20
(000 ton) Dunia Jumlah % 72 039 14.90 66 161 13.38 73 842 13.84 67 817 14.23 65 147 11.45 78 222 15.13 71 754 12.18 73 066 12.49 76 095 12.36 78 903 13.00 82 124 13.86 78 910 12.85 79 557 12.68 80 209 12.51 80 867 12.34 81 530 12.17 75 390 12.43 100.00 1.49 -0.87
Pada Tabel 6 juga tampak bahwa rata-rata volume jagung yang diperdagangkan di pasar dunia periode 1990-2005 hanya 75.3 juta ton atau 12.43 persen dari total produksi dunia, dimana volume tersebut cenderung
16
menurun sebesar 0.87 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar jagung dunia relatif bersifat tipis (thin market). Perkembangan impor dunia periode 1990-2005 disajikan pada Tabel 7. Dalam periode tersebut, rata-rata impor dunia sebesar 75.8 juta ton dan cenderung meningkat sekitar 1.45 persen per tahun. Negara importir jagung utama dunia adalah Jepang. Pangsa impor jagung Jepang periode 1990-2005 sekitar 22.29 persen, disusul Korea Selatan dengan pangsa impor 10.11 persen, Taiwan 7.20 persen, Mexico dan Malaysia masing-masing 4.92 persen dan 2.78 persen. Sementara pangsa impor jagung Indonesia terhadap impor dunia relatif masih kecil (0.9 persen). Tabel 7. Perkembangan Impor Jagung pada Beberapa Negara Importir Utama Dunia, Tahun 1990-2005 (000 ton) Tahun
Jepang Korsel 1990 16 008 6 158 1991 16 646 5 477 1992 16 382 6 612 1993 16 863 6 207 1994 15 930 5 749 1995 16 580 9 035 1996 16 004 8 679 1997 16 097 8 313 1998 16 049 7 111 1999 16 606 8 115 2000 16 111 8 715 2001 16 222 8 482 2002 16 390 8 729 2003 16 542 8 983 2004 16 699 9 244 2005 16 854 9 513 Rataan 16 374 7 820 Share 22.29 10.11 r(%/thn) -0.11 3.65 Sumber: FAO, 2005 (diolah)
Negara Mexico 4 104 1 422 1 306 211 2 747 2 687 5 843 2 519 5 212 5 546 5 348 6 174 6 403 6 641 6 887 7 142 4 387 4.92 11.22
Malaysia 1 480 1 464 1 816 2 058 1 969 2 383 2 227 2 745 1 841 2 200 2 249 1 975 2 027 2 080 2 134 2 190 2 052 2.78 2.80
Indonesia 9 323 56 495 1 118 969 617 1 098 314 618 1 265 1 036 1 154 1 345 1 355 1 428 825 0.90 11.28
Dunia 73 632 65 831 72 304 68 951 63 212 76 964 71 103 72 358 72 845 75 912 81 896 82 079 82 883 83 696 84 516 85 344 75 845 100.00 1.45
17
2.1.2. Profil Pasar Pakan Perkembangan produksi pakan dan penggunaannya di Indonesia periode 1990-2005 menunjukkan bahwa selama periode tersebut rata-rata produksi pakan di Indonesia mencapai 4 juta ton, dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan sebesar 7.25 persen (Tabel 8). Dari segi penggunaannya, tampak bahwa pada tahun 1990-1993 lebih dari 94 persen dari total produksi pakan digunakan untuk memenuhi permintaan peternak ayam ras, sisanya sekitar 6 persen untuk memenuhi permintaan lainnya. Dalam periode 1990-2005 rata-rata penggunaan pakan untuk ternak ayam ras 2.4 juta ton atau sekitar 48.2 persen. Tabel 8. Perkembangan Produksi Pakan dan Penggunaannya di Indonesia, Tahun 1990-2005 Kebutuhan Ternak Ayam Ras Jumlah Pangsa (%) 1 598 1 545 96.68 1990 1 887 1 792 94.97 1991 1 806 1 774 98.23 1992 1 916 2 409 94.99 1993 3 340 2 841 85.06 1994 3 550 3 145 93.88 1995 4 296 3 448 80.26 1996 4 445 3 017 67.87 1997 2 086 1 665 79.82 1998 2 774 1 526 55.01 1999 4 497 2 497 55.53 2000 4 991 2 466 54.89 2001 5 511 2 571 52.07 2002 6 860 2 680 49.39 2003 7 180 2 794 46.85 2004 7 462 2 913 44.45 2005 4 012 2 443 48.19 Rataan 7.25 1.77 -4.36 r(%/thn) Keterangan: a Termasuk untuk kebutuhan selain ternak ayam ras dan stok Tahun
Produksi (000 ton)
Lainnyaa (%) 3.32 5.03 1.77 5.01 19.94 6.12 19.74 32.13 20.18 44.99 44.47 45.11 40.53 40.93 41.41 42.03 41.23 16.99
Walaupun dari segi jumlah permintaan pakan dari peternak ayam ras mengalami peningkatan sebesar 1.77 persen per tahun, namun dari sisi pangsanya terhadap total penawaran mengalami penurunan sebesar 4.36 persen per tahun.
18
Sementara itu, pangsa permintaan lainnya (peternakan lainnya dan stok) mengalami peningkatan hampir sekitar 16.99 persen per tahun. Dalam perdagangan komponen pakan dunia, selama periode 1980-2001 jumlah yang diperdagangkan rata-rata 186.5 juta ton dengan peningkatan relatif lamban, hanya 0.01 persen per tahun (Tabel 9). Dari sisi ekspor, Indonesia melakukan ekspor komponen pakan hanya pada tahun 1989, 1991, 1992 dan 1995. Secara keseluruhan, pangsa ekspor Indonesia terhadap dunia sangat kecil, yaitu hanya sekitar 0.01 persen. Tabel 9.
Perkembangan Ekspor dan Impor Komponen Pakan Indonesia dan Dunia, Tahun 1980-2001 (000 ton)
Tahun
Ekspor
Indonesia 1980 0 1981 0 1982 0 1983 0 1984 0 1985 0 1986 0 1987 0 1988 0 1989 162 1990 0 1991 44 1992 208 1993 0 1994 35 1995 253 1996 0 1997 0 1998 0 1999 0 2000 0 2001 0 Rataan 22 Share (%) 0.01 R (%/thn) Sumber: FAO, 2002 (diolah)
Impor Dunia 292 215 225 181 190 123 153 316 365 312 278 129 135 114 154 161 112 202 181 136 163 191 186
Indonesia 017 977 504 758 807 925 592 958 980 072 771 213 286 466 047 297 633 150 906 417 191 838 554 100 0.1
0 90 88 1 19 389 922 196 175 230 161 137 320 433 670 3 886 0 0 0 0 0 0 241 0.26 -
Dunia 162 666 161 111 177 230 253 631 225 363 198 054 168 668 174 345 102 469 102 859 131 610 71 105 98 710 74 937 66 148 40 400 39 198 58 861 56 942 57 402 50 058 44 326 91 230 100 0.31
19
Pada periode yang sama jumlah impor komponen pakan dunia rata-rata 91.2 ribu ton dengan peningkatan sekitar 0.31 persen. Dalam impor komponen pakan pada pasar dunia, kontribusi Indonesia juga masih sangat kecil yaitu 0.26 persen. Indonesia mulai mengimpor komponen pakan mulai tahun 1981 seiring mulai berkembangnya industri peternakan ayam ras di Indonesia. 2.1.3. Profil Pasar Daging Ayam Ras Pada periode 1990-2005, rata-rata populasi ayam ras di Indonesia mencapai 601 juta ekor dan cenderung meningkat sebesar 1.18 persen per tahun (Tabel 10). Sementara itu, rata-rata produksi ayam ras pada periode yang sama mencapai 520 ribu ton, dengan peningkatan 2.76 persen per tahun. Kalau dari jumlah ekor dikonversi dalam bentuk daging, maka diperoleh rata-rata satu ekor ayam ras mampu menghasilkan daging sekitar 0.87 kg. Tabel 10. Perkembangan Populasi, Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 1990-2005 Tahun
Populasia (000 ekor)
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Rataan r(%/thn)
326 612 407 908 459 097 528 159 622 965 689 467 755 956 641 374 354 004 324 347 530 874 621 870 865 075 847 744 778 970 864 246 601 167 1.18
Produksi Jumlaha (000 ton) 261.40 326.40 267.40 422.70 498.50 551.80 605.00 515.30 285.00 294.50 515.00 537.00 751.90 771.10 846.10 883.40 520.78 2.76
: a Statistik Peternakan, 1990-2005 (diolah) b Neraca Bahan Makanan Indonesia, 2005 (diolah) Keterangan : c Pangsa terhadap produksi daging Indonesia
Sumber
Pangsac (%) 51.39 55.94 56.88 60.51 60.59 63.01 63.89 57.35 45.88 47.24 62.98 62.88 64.03 65.20 66.40 67.61 59.49 0.25
Konsumsib (kg perkapita/thn) 0.766 0.973 1.07 1.18 1.37 1.51 1.64 1.41 0.780 0.780 1.36 1.56 1.66 1.77 1.88 2.00 1.53 2.46
20
Pangsa produksi daging ayam ras terhadap produksi daging Indonesia selama periode 1990-2005 berkisar 45.88-67.61 persen, dengan rata-rata 59.49 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa peranan daging ayam ras dalam penyediaan daging nasional sangat besar, apalagi dikaitkan dengan pangsanya yang cenderung meningkat sebesar 0.25 persen per tahun. Dari sisi konsumsi menunjukkan bahwa pada periode yang sama rata-rata konsumsi daging ayam ras di Indonesia sebanyak 1.53 kg/kapita/tahun dan mengalami peningkatan 2.46 persen per tahun. Tabel 11. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam Ras Indonesia, Tahun 1990-2005 (000 ton) Ekspor (X) Tahun 1990 0.89 1991 0.60 1992 1.21 1993 0.63 1994 1.10 1995 1.00 1996 2.18 1997 0.00 1998 3.99 1999 2.87 2000 5.54 2001 1.84 2002 3.08 2003 3.72 2004 0.12 2005 0.46 29.23 Total 1.83 Rataan 16.54 r(%/thn) Sumber : FAO, 2005 (diolah)
Dengan
rata-rata
Impor (M) 0.12 0.17 1.18 0.48 2.00 1.48 0.49 0.45 0.35 8.14 14.02 14.54 9.49 17.55 18.05 18.79 107.29 6.71 24.80
pertumbuhan
penduduk
Net (X-M) 0.77 0.43 0.03 0.15 -0.90 -0.48 1.69 -0.45 3.64 -5.27 -8.48 -12.70 -6.41 -13.83 -17.93 -18.33 -78.06 -4.88 30.27
yang
masih
tinggi
(1.62 persen per tahun) dan didukung oleh semakin terjangkaunya harga daging ayam, maka dapat diperkirakan bahwa permintaan daging ayam ras pada masa mendatang akan mengalami peningkatan yang cukup tajam. Artinya dalam upaya mengurangi ketergantungan pada pasar daging ayam dunia, maka peningkatan
21
produksi daging ayam ras dalam negeri masih sangat potensial, mengingat sampai saat Indonesia lebih banyak berstatus sebagai negara net importir, seperti yang disajikan pada Tabel 11. Dalam periode 1990-2005 dalam perdagangan daging ayam ras dunia, dari sisi volume Indonesia hanya pada tahun 1990, 1991, 1992, 1993 dan 1998 mengalami surplus perdagangan. Selama periode tersebut rata-rata volume ekspor dan impor daging ayam ras Indonesia berturut-turut 1.83 ribu ton dan 6.71 ribu ton atau defisit sekitar 4.9 ribu ton, dengan laju peningkatan berturut-turut 16.54 persen, 24.80 persen dan 30.27 persen per tahun. Perkembangan produksi daging ayam ras pada negara produsen utama dunia disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras pada Beberapa Negara Produsen Utama Dunia, Tahun 1990-2005 (000) ton Tahun
AS Cina 8 667 2 663 1990 9 194 3 171 1991 9 801 3 590 1992 10 219 4 572 1993 10 965 5 155 1994 11 468 6 056 1995 12 072 6 159 1996 12 497 7 244 1997 12 763 7 954 1998 13 618 8 369 1999 13 944 9 025 2000 14 267 9 310 2001 2002 14 913 10 369 2003 15 589 11 547 2004 16 295 12 860 2005 17 033 14 323 Total 203 305 122 367 Rataan 12 707 7 648 Share 24.47 12.85 r(%/thn) 4.65 12.69 Sumber : FAO, 2005 (diolah)
Negara Brazil Jepang 2 356 1 391 2 628 1 357 2 872 1 365 3 143 1 318 3 412 1 256 4 050 1 252 4 052 1 236 4 461 1 234 4 854 1 212 5 526 1 211 5 981 1 195 6 223 1 184 6 772 1 167 7 369 1 150 8 019 1 133 8 726 1 116 80 445 19 777 5028 1 236 8.69 2.67 9.33 -1.44
Perancis 1 049 1 101 1 110 1 145 1 240 1 232 1 354 1 342 1 342 1 275 1 242 1 208 1 223 1 239 1 255 1 271 19 629 1 227 2.57 1.39
Indonesia 261 326 267 423 499 552 605 515 285 295 515 537 752 771 846 883 8 333 521 1.50 5.95
Dunia 35 511 37 270 38 916 41 382 43 757 46 638 47 882 50 907 53 078 55 957 58 518 60 269 63 162 66 194 69 371 72 701 841 512 52 595 100.00 4.93
22
Rata-rata produksi daging ayam dunia adalah 52.6 juta ton, dimana sebanyak 24.47 persen dihasilkan oleh Amerika Serikat. Pangsa Amerika Serikat diduga akan terus naik, mengingat produksi daging ayamnya mengalami peningkatan sebesar 4.65 persen per tahun. Sementara produsen daging ayam utama berikutnya adalah Cina dan Brazil dengan pangsa masing-masing 12.85 persen dan 8.69 persen. Kedua negara tersebut juga diperkirakan pangsa produksinya terus meningkat, karena peningkatan produksi daging ayam ras di kedua negara tersebut cukup besar yaitu masing-masing 12.29 persen dan 9.33 persen per tahun. Kontribusi Jepang sebagai produsen daging ayam ras dunia diperkirakan akan turun, mengingat produksi daging ayam ras di negara ini cenderung menurun sebesar 1.44 persen per tahun. Sementara itu, pangsa produksi daging ayam ras Indonesia terhadap dunia hanya sekitar 1.50 persen. Dalam pasar daging ayam ras dunia, negara Amerika Serikat merupakan eksportir utama dunia. Selama periode 1990-2005, rata-rata pangsa ekspornya sekitar 35.96 persen dan cenderung mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu 13.29 persen per tahun (Tabel 13). Eksportir utama berikutnya adalah Brazil dan Perancis dengan pangsa masing-masing 12.25 persen dan 9.26 persen. Pangsa ekspor Amerika, Brazil, Belanda dan Cina diperkirakan akan terus meningkat, karena negara-negara tersebut mengalami peningkatan volume ekspor yang cukup tajam yaitu berkisar 7.93-17.76 persen per tahun. Sementara itu, pangsa ekspor Perancis diperkirakan relatif tidak banyak berubah, karena negara ini mengalami peningkatan volume ekspor hanya sebesar 1.12 persen per tahun. Dalam perdagangan daging ayam ras dunia, pangsa ekspor Indonesia relatif sangat rendah, yaitu 0.02 persen, walaupun mengalami peningkatan yang cukup tajam
23
akibat jumlahnya sangat fluktuatif. Secara umum volume perdagangan daging ayam ras dunia hanya sebesar 9.50 persen dari total produksi dunia, dengan peningkatan sebesar 6.34 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar daging ayam ras dunia juga bersifat tipis. Tabel 13. Perkembangan Ekspor Daging Ayam Ras pada Beberapa Negara Eksportir Dunia, Tahun 1990-2001 (000 ton) Negara
Dunia
Tahun AS
Brazil
Perancis
Belanda
1990
529.14
292.20
340.0
248.0
1991
582.93
313.80
382.8
1992
698.33
370.70
396.6
1993
917.07
511.40
1994
1 347.54
1995
Cina
Indonesia
Jumlah
%a
73.4
0.89
2 201.10
6.20
274.5
95.0
0.60
2 337.40
6.27
302.9
106.0
1.21
2 689.00
6.91
444.6
316.7
164.8
0.63
3 198.40
7.73
485.20
446.8
356.4
200.0
1.10
3 785.30
8.65
1 811.95
429.00
479.6
381.5
319.9
1.00
4 554.20
9.76
1996
2 129.91
558.60
499.3
433.7
520.6
2.18
5 358.50
11.19
1997
2 224.23
373.80
469.8
447.2
529.8
0.00
5 430.00
10.67
1998
2 249.96
612.50
500.7
467.3
551.2
3.99
5 958.30
11.23
1999
2 284.37
770.60
453.1
561.3
707.9
2.87
6 302.80
11.26
2000
2 613.62
906.80
415.1
581.1
775.0
5.54
6 889.40
11.77
2001
2 794.69
1 249.30
370.1
586.6
660.6
1.84
7 424.00
12.32
2002
2 335.88
1 599.92
372.95
632.47
792.52
3.08
8 244.35
13.09
2003
2 448.71
1 922.04
375.82
681.93
950.79
3.72
9 155.35
13.91
2004
2 343.29
2 424.52
378.72
735.26
1 140.66
0.12
10 167.02
14.77
2005
2 648.19
2 799.50
381.63
792.76
1 368.45
0.46
11 290.48
15.70
Rataan
1 872.49
976.24
377.28
710.60
1 063.11
1.83
5 936.60
9.50
Share(%)
35.96
12.25
9.26
8.83
8.38
0.02
100.00
-
r(%/thn)
13.29
8.61
1.12
7.93
17.76
16.54
10.71
6.34
Sumber : FAO, 2005 (diolah) Keterangan : a Persentase terhadap total produksi dunia
Dari sisi permintaan (impor), dalam periode 1990-2005 Rusia merupakan importir daging ayam ras dunia (Tabel 14). Pangsa impor negara ini sebesar 14.76 persen dan cenderung meningkat sebesar 17.27 persen per tahun. Negara importir utama berikutnya adalah Cina dan Jepang dengan pangsa yang hampir sama yaitu berkisar 11.26 -11.10 persen. Pangsa impor daging ayam ras Jerman dan Saudi Arabia juga hampir sama yaitu berkisar 5.57-5.71 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa pangsa impor daging ayam ras hampir terdistribusi merata pada banyak negara. Pangsa impor daging ayam ras Indonesia sama halnya
24
dengan pangsa ekspornya relatif masih sangat rendah terhadap volume impor dunia, sehingga dapat dipastikan adanya perubahan impor daging ayam ras Indonesia tidak berpengaruh banyak terhadap harga daging ayam ras dunia. Tabel 14. Perkembangan Impor Daging Ayam Ras pada Beberapa Negara Importir Utama Dunia, Tahun 1990-2005 (000) ton Negara Tahun
Cina
Jepang
1990 162.93 291.23 1991 206.32 347.31 1992 276.98 393.96 1993 339.13 390.32 1994 467.47 444.11 1995 647.15 535.96 1996 710.34 546.57 1997 772.44 496.14 1998 802.78 497.25 1999 1 061.03 551.36 2000 993.78 568.27 2001 879.85 523.09 2002 498.70 524.44 2003 565.08 466.11 2004 180.73 353.79 2005 121.86 308.74 Total 8 686.57 7 238.65 Rataan 542.91 452.42 Share (%) 11.26 11.10 r(%/thn) 13.62 4.76 Sumber: FAO, 2005 (diolah)
Rusia 0.00 0.00 45.7 73.9 500.6 825.4 752.0 759.6 617.3 131.9 580.1 1 219.30 1 664.10 2 271.16 3 099.69 4 230.45 12 484.70 1783.53 14.76 17.27
Jerman 213.6 246.9 253.3 213.8 227.6 214.1 264.9 239.5 256.1 203.6 195.4 232.9 234.72 236.55 238.39 240.25 949.91 237.48 5.57 -0.46
Saudi Arabia 210.1 244.2 174.0 168.4 140.7 262.8 230.3 209.8 272.5 362.0 266.4 290.3 298.81 307.56 316.57 325.85 1 248.79 312.20 5.71 4.58
Indonesia 0.12 0.17 1.18 0.48 2.00 1.48 0.49 0.45 0.35 8.14 14.02 14.54 9.49 17.55 18.05 18.79 107.29 6.71 0.06 24.56
Dunia 2 182.60 2 326.70 2 596.30 2 766.00 3 418.80 4 277.00 4 526.00 4 668.70 5 008.70 5 546.90 5 971.50 6 353.00 6 969.88 7 646.65 8 389.14 9 203.73 81 851.60 5 115.72 100.00 9.70
2.2. Kebijakan Pemerintah dalam Kelembagaan Usaha Ternak Ayam Ras Era sebelum diterbitkan Keppres nomor 22 Tahun 1991 telah diimplementasikan (1) Program Bimmas, (2) Pola Pembinaan Usaha melalui Keppres 50/1981 dan (3) Pola PIR Perunggasan. Ketiga pola tersebut diatas ternyata perkembangannya tidak seperti apa yang diharapkan semula. Misi dari Keppres 50 pada dasarnya hendak memberikan ruang dan peluang yang lebih baik kepada usaha ternak skala kecil yang sudah ada untuk tetap hidup dan anggota masyarakat yang memiliki modal terbatas yang berminat
25
pada lapangan usaha ini, dapat memasukinya dengan nyaman karena dapat memberikan keuntungan yang memadai dalam meningkatkan pendapatan. Namun harapan ini tidak terpenuhi karena para peternak skala kecil belum dapat mengatasi gejolak harga sarana produksi ternak (terutama pakan) dan gejolak harga produk ayam ras, serta tidak dapat memperbaiki bargaining position mereka yang lemah. Di lain pihak, koperasi/KUD yang diharapkan tampil untuk mengatasi kendala yang dialami para peternak kecil, ternyata juga tidak berkembang dalam memberikan pelayanan, baik dalam hal pengadaan sapronak maupun penyaluran produk ayam ras (Pusat Penelitian Agro Ekonomi dan Fapet UNPAD, 1983). Sebagai kelanjutan dari penataan usaha ternak ayam ras, pada tahun 1984 pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan melalui Keputusan Menteri Pertanian No. TN 330/342/KPTS/5/1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Peternakan Ayam Keppres 50/1981, yang lebih dikenal dengan pola usaha Perusahaan Inti Rakyat (PIR) perunggasan. Dari kebijaksanaan ini diharapkan usaha ternak skala kecil akan didukung oleh pihak yang memiliki kemampuan yang lebih besar, baik dalam permodalan, pengetahuan, teknologi serta manajemen, sehingga usaha ternak ayam ras skala kecil akan lebih berkembang dan dapat memperoleh keuntungan yang seimbang antara unsur yang berkaitan dengan pola tersebut. Setelah tiga sampai empat tahun pola PIR dilaksanakan, ternyata masih ditemukan berbagai kendala dan masalah yang dihadapi Inti. Poultry shop yang bertindak sebagai Inti tidak aktif dalam pembinaan plasmanya. Hal ini terjadi karena pola PIR membawa konsekuensi perubahan pola usaha (manajemen dan permodalan) dari usaha dagang yang bergerak di bidang produksi, dimana mereka
26
belum mempunyai pengetahuan dan teknologi budidaya ayam ras. Di sisi lain, pihak pembibit kurang memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap Inti dan peternak untuk meningkatkan keterampilan, disamping pasokan DOC yang belum kontinu baik dalam kuantitas maupun kualitas, bahkan ada yang tidak melalui Inti (Yusdja et al, 2004). Dari berbagai hasil studi, pelaksanaan Keppres 50 dan PIR Perunggasan kurang berhasil, sehingga pada tahun 1990 pemerintah menerbitkan Keppres nomor 22 Tahun 1990 yang dilengkapi dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 362/KPTS/TN.120/5/1990, menggantikan Keppres 50, Keppres 22/90 beserta perangkatnya merupakan titik balik dari Keppres 50. Pada hakekatnya Keppres 50 mengatur pembatasan skala usaha budidaya ayam ras, untuk ayam ras petelur dengan skala maksimal 5 000 ekor dan ayam broiler dengan produksi maksimum 750 ekor per minggu, sedangkan Keppres 22 mengatur penggolongan antara Perusahaan Peternakan dan Peternakan Rakyat. Bagi usaha budidaya ayam ras yang memelihara ayam petelur di atas 10 000 ( >10 000) ekor atau broiler diatas 15 000 ( >15 000) ekor per siklus produksi dimasukkan ke dalam kategori Perusahaan Peternakan, sedangkan usaha budidaya yang memelihara di bawah jumlah tersebut dikategorikan ke dalam Peternakan Rakyat. Di samping itu Keppres 22 memberikan peluang (mengizinkan) kepada Perusahaan Peternakan untuk melakukan integrasi vertikal, yang artinya Perusahaan Peternakan dapat memiliki industri pakan dan pembibitan sendiri (untuk keperluan sendiri) serta memiliki sarana pengolahan/pemotongan ayam. Hal ini berarti Keppres 22 membawa usaha ternak ayam ras kembali pada kondisi sebelum adanya Keppres 50. Hanya saja keadaan sebelum Keppres 22 usaha ternak skala besar
27
tidak mempunyai kewajiban bekerjasama dengan usaha ternak skala kecil, sedangkan era Keppres 22 usaha ternak skala besar berkewajiban bekerjasama dengan Peternakan Rakyat. Pola kerjasama antara Perusahaan Peternakan dengan Peternakan Rakyat yang dimaksud adalah Perusahaan Peternakan menyediakan sarana produksi, membantu penyediaan modal kerja dan modal investasi serta memasarkan hasil produksi peternakan rakyat. SK Mentan nomor 362/KPTS/TN.120/5/1990 telah mengatur dengan cermat usaha budidaya ayam ras dan usaha pembibitan (breeding farm). Untuk pembibitan, menurut ketentuan dalam Pasal 1 surat keputusan ini dan Pasal 1 Keppres 22/1990, haruslah diselenggarakan oleh perusahaan yang tidak terintegrasi dengan usaha budidaya ayam ras. Artinya, bibit (DOC) yang dihasilkan haruslah ditujukan untuk pasar dan bukan untuk keperluan sendiri. Di pihak lain, ketentuan tentang perusahaan pengolahan pakan ayam ras belum termuat dalam Keppres 22/90 maupun SK Mentan 362/90. Padahal kesulitan utama dari Peternakan Rakyat ayam ras adalah rasio pakan dan hasil budidaya ayam ras yang kurang menguntungkan. Tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter, yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi dan politik. Hal ini berdampak kepada kenaikan bahan baku industri, yang mengakibatkan penurunan produk industri ayam
ras
antara
50-60
persen
(Anonymous,
2003).
Saragih
(1998)
mengidentifikasikan penyebabnya yakni karena faktor eksternal seperti krisis moneter dan krisis ekonomi dan faktor internal seperti struktur dan perilaku agribisnis berbasis peternakan sangat rapuh dan diperparah oleh bias kebijakan
28
makro dan strategi industrialisasi yang kurang bersahabat khususnya dengan subsektor peternakan. Tahun 2000 pemerintah mencabut Keppres No.22 dan berakhirlah secara operasional intervensi pemerintah dalam pengaturan skala usaha (Yusdja et al., 2001).
Kebijakan-kebijakan
masa
lalu
membentuk
struktur
pasar
monopoli/oligopoli dalam pasar pakan dan bibit serta membentuk pasar monopsoni/oligopsoni dalam pembelian produk unggas yang berasal dari usaha rakyat. Pada tahun 2002 industri ayam ras mulai meningkat di bawah kendali perusahaan-perusahaan skala besar, karena usaha rakyat yang mandiri sudah tidak ada lagi kecuali usaha rakyat yang bermitra dengan perusahaan skala besar. 2.3. Beberapa Studi Terdahulu 2.3.1. Pasar Jagung Altermeier dan Adinugroho (1988) dalam Suryana (1991) melakukan penelitian tentang aspek penawaran untuk analisis kebijakan pertanian selama periode 1969 – 1986. Untuk alokasi areal panen dipakai model Adaptive Response dan untuk produktivitas dipakai model Profit Function. Dari hasil kajiannya diperoleh bahwa areal dan produktivitas jagung kurang respon terhadap perubahan peubah harga jagung dengan nilai elastisitas berturut-turut 0.69 dan 0.79, sebaliknya penawaran jagung cukup respon terhadap perubahan peubah harganya sendiri dengan elastisitas sebesar 1.25. Sementara itu, pengaruh harga pupuk terhadap produktivitas jagung relatif kecil yaitu sebesar -0.08 di Jawa, -0.05 di luar Jawa dan -0.07 di Indonesia. Temuan hampir serupa diperoleh dalam penelitian Suryana (1991) tentang respon penawaran jagung di Propinsi Jawa Timur dengan menggunakan data
29
tahun 1976-1988 menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu: (1) peubah harga jagung berpengaruh nyata terhadap luas tanam, namun tidak berpengaruh nyata pada produktivitas, (2) luas tanam lebih respon terhadap perubahan peubah harga dibanding produktivitas, (3) penawaran jagung cukup respon terhadap perubahan peubah harga sendiri dan (4) terdapat hubungan kompetitif dalam penggunaan lahan antara tanaman jagung, padi dan kedelai. Samendawai (1994) menggunakan analisis regresi tentang permintaan jagung dan industri pakan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa populasi ternak berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung untuk industri pakan di Jawa Barat maupun Jawa Timur, namun harga jagung tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung, karena jagung ditentukan sepihak oleh pabrik pakan. Sementara itu, untuk Jawa Timur, komoditas kedelai merupakan barang komplementer dan berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung, namun kurang respon (elastisitas = 0.74). Hasil penelitian Nurkhalik (1999) tentang analisis agribisnis jagung dan strategi pengembangannya di Indonesia dengan menggunakan data selama periode 1969-1996 dengan sistem persamaan simultan dengan menggunakan metode 2SLS menunjukkan peubah harga jagung, harga pupuk dan harga beras berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Indonesia dan tandanya sesuai dengan teori ekonomi. Namun demikian, baik jangka pendek maupun jangka panjang penawaran jagung kurang respon terhadap terhadap perubahan dari masing-masing peubah tesebut. Penelitian ini membedakan permintaan untuk kebutuhan pangan dan pakan. Peubah harga jagung itu sendiri, harga kedelai, harga beras dan tingkat pendapatan berpengaruh nyata terhadap permintaan
30
jagung untuk pangan. Beras dan kedelai merupakan barang substitusi bagi jagung untuk tujuan konsumsi, serta komoditas ini merupakan barang normal bagi masyarakat Indonesia. Ada tiga peubah yang berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung untuk bahan baku pakan yaitu harga jagung itu sendiri, harga kedelai dan harga pakan. Berbeda dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumsi, hubungan antara jagung dan kedelai untuk bahan pakan dari hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang bersifat komplemen. dan hasil ini sejalan dengan temuan penelitian Samendawai (1994). Temuan dalam penelitian Nurkhalik (1999) dan Semendawai (1994) ini diperkuat juga oleh hasil penelitian Tangendjaja et al, (2002), Sadra (2002), Pasaribu et al, (2001), dan Rachman (2003) bahwa dalam komposisi bahan pakan jagung dan kedelai bersifat komplemen dan sampai saat ini posisi jagung belum bisa digantikan oleh input lainnya termasuk kedelai. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang permintaan jagung untuk kebutuhan pakan ternak kurang respon terhadap perubahan peubah-peubah tersebut, kecuali terhadap perubahan harga pakan dan itu pun dalam jangka panjang. Hasil penelitian Purba (1999) tentang keterkaitan pasar jagung dan pakan ternak ayam ras di Indonesia: suatu analisis simulasi dengan menggunakan data deret waktu periode 1969-1996 dengan sistem persamaan simultan dengan menggunakan metode 2SLS menunjukkan bahwa produksi jagung di Indonesia secara nyata dan sesuai dengan teori ekonomi dipengaruhi oleh peubah harga harga jagung itu sendiri, harga pupuk, tingkat suku bunga, upah tenaga kerja, luas areal dan produktivitas. Namun demikian, baik jangka pendek maupun jangka panjang produksi jagung kurang respon terhadap perubahan dari masing-masing
31
peubah penjelas termasuk terhadap peubah harganya sendiri. Hasil kajian ini kurang sejalan dengan hasil Altermeier dan Adinugroho (1988) dalam Suryana (1991) yang menginformasikan bahwa penawaran jagung cukup respon terhadap perubahan peubah harganya sendiri. 2.3.2. Pasar Pakan Hasil penelitian Hutabarat et al, (1993) di empat propinsi (DKI, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan) dan Sajuti (2001), dimana jagung merupakan bahan baku utama, dengan pangsa 40-60 persen dari bahan baku pabrik pakan ternak. Besarnya komponen jagung dalam bahan baku pakan ternak disebabkan karena harganya relatif murah, mudah diproduksi dalam jumlah banyak, mengandung kalori yang tinggi dan sangat disukai ternak. Oleh sebab itu upaya untuk mengganti jagung dengan bahan lain belum berhasil hingga saat ini. Temuan ini juga diperkuat oleh hasil kajian Tangendjaja et al, (2002), yang menunjukkan bahwa peranan jagung dalam produksi pakan ternak sangat penting dan posisinya belum bisa digantikan secara sempurna oleh bahan baku lainnya. Penelitian Yusdja dan Pasandaran (1996) dengan menggunakan metode Linear Programming menghasilkan temuan yang sangat mendukung hasil penelitian di atas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa jagung merupakan bahan baku utama dari industri pakan ternak. Pangsa jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak mencapai 56-62 persen dari keseluruhan bahan baku pakan ternak. Sementara itu biaya pakan mencapai 87.8 persen dari keseluruhan biaya produksi daging ayam. Pada tahun 1996, Alim meneliti tentang efisiensi skala usaha pabrik pakan dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas dan pendugaan laba dengan
32
metode SUR (Seemingly Unrelated Regression). Penelitian ini memanfaatkan pool data, yang terdiri dari data penampang lintang dari tiga pabrik yang berlokasi di wilayah Bogor dan Bekasi, serta data bulanan selama tiga tahun (1992-1994), sehingga jumlah pengamatan adalah 108 titik data. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa harga jagung kuning sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat laba dan efisiensi usaha. Hal ini disebabkan jagung kuning mempunyai pangsa yang relatif tinggi dalam penyusunan pangsa pakan ternak dan belum tersedia bahan substitusi yang mempunyai kandungan gizi yang setara. Hasil penelitian Suryana et al, (1997) meneliti tentang harga kesepakatan jagung dengan menggunakan metode Linear Programming menunjukkan bahwa kebutuhan jagung dalam pakan adalah 60.6 persen untuk ayam pedaging dan 59.4 persen untuk ayam petelur. Analisis sensivitas terhadap perubahan harga jagung hingga kenaikan sebesar 100 persen ternyata tidak merubah komposisi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya jagung sebagai bahan baku pakan ternak, sehingga tidak tergantikan oleh bahan lain. Hasil penelitian Purba (1999) tentang keterkaitan pasar jagung dan pakan ternak ayam ras di Indonesia: suatu analisis simulasi dengan mengunakan data deret waktu periode 1969-1996 dengan sistem persamaan simultan dengan menggunakan metode 2SLS menunjukkan bahwa produksi pakan ternak sesuai dengan teori ekonomi secara nyata dipengaruhi oleh peubah selisih pakan dan jagung, tingkat suku bunga dan populasi ayam ras. Akan tetapi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang produksi pakan ternak kurang respon terhadap perubahan dari peubah-peubah tersebut. Sementara itu, peubah-peubah yang
33
berpengaruh nyata terhadap permintaan pakan ternak adalah rasio harga pakan terhadap harga ayam ras dan populasi ayam ras. 2.3.3. Pasar Daging Ayam Ras Simatupang et al, (1995) melakukan studi tentang respon penawaran daging ternak di Indonesia, salah satu diantaranya adalah daging ayam. Studi tersebut menggunakan persamaan tunggal The Quantity Partial Adjustment Cum Extrapolative Price Expectation Model (QPAM-EPEM). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa untuk semua peubah input dan lag produksi daging ayam mempunyai arah yang sesuai dengan harapan dan signifikan. Kemampuan dari peubah-peubah penjelas untuk menerangkan variasi dari nilai peubah endogennya hampir sempurna yaitu sekitar 99 persen. Dalam jangka pendek penawaran daging ayam kurang respon terhadap perubahan daging ayam itu sendiri (ESR = 0.52), namun dalam jangka panjang cukup respon (ELR = 1.29). Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang ternyata penawaran daging ayam kurang respon terhadap perubahan harga jagung yang ditandai oleh nilai elastisitasnya kurang dari satu. Soedaryanto et al, (1995) dalam penelitiannya di delapan propinsi di Sumatera dan Kalimantan dengan memanfaatkan data Susenas tahun 1990 dan menggunakan model AIDS (Almost Ideal Demand System) menunjukkan bahwa elastisitas permintaan terhadap harga itu sendiri bertanda negatif dan elastisitas permintaan terhadap pendapatan bertanda positif. Artinya kenaikan harga daging ayam menyebabkan permintaan terhadap daging tersebut menurun, sebaliknya meningkatnya pendapatan masyarakat menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap daging ayam, sehingga daging ayam merupakan barang normal bagi
34
masyarakat, bahkan untuk kasus Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, daging ayam merupakan barang mewah yang dicirikan oleh elastisitas permintaan terhadap pendapatan masyarakat lebih besar dari satu. Sifat substitusi dan komplemen komoditas daging ayam dengan beberapa komoditas ternak lainnya tidak khas dan berbeda untuk tiap daerah. Kusumawardhani (1993) dalam penelitiannya di Jawa Timur menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan baik di pedesaan maupun perkotaan, konsumsi terhadap daging sapi semakin meningkat. Hasil pendugaaan parameter permintaan daging sapi menunjukkan bahwa peubah-peubah nilai daging sapi berpengaruh positif, nilai daging ayam buras berpengaruh negatif, pendapatan rumah tangga berpengaruh positif, dan jumlah anggota rumah tangga berpengaruh positif terhadap permintaan daging sapi di pedesaan. Di perkotaan nilai daging sapi berpengaruh positif, pendapatan rumah tangga berpengaruh positif, jumlah anggota rumah tangga berpengaruh positif terhadap permintaan daging sapi. Daging kambing merupakan komoditas substitusi terhadap daging sapi, sedangkan daging ayam ras dan ayam buras bersifat komplementer baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Permintaan daging sapi tidak responsif terhadap perubahan pendapatan baik di pedesaan maupun di perkotaan. Soedjana et al, (1994) dalam penelitian di Bali menunjukkan bahwa adanya sifat komplementer antara daging sapi dan daging ayam. Hal tersebut terjadi karena perilaku kondisi masyarakat Bali, dimana terdapat berbagai upacara keagamaan yang praktis menggunakan hasil ternak terutama daging unggas dan
35
telur, sementara khusus untuk daging sapi ternyata sebagian masyarakat Bali masih mengkonsumsinya. Deptan (2002) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa harga daging ayam, populasi ayam pedaging, dan penawaran daging ayam sebelumnya berpengaruh positif terhadap penawaran daging ayam namun berpengaruh nyata terhadap populasi ayam pedaging. Penawaran daging ayam, baik jangka pendek maupun jangka panjang tidak elastis terhadap perubahan semua penjelasnya. Harga daging ayam, daging kambing/domba, telur ayam, dan permintaan daging ayam sebelumnya merupakan empat faktor utama yang mempengaruhi permintaan daging ayam di Indonesia. Permintaan daging ayam baik jangka pendek maupun jangka panjang tidak elastis terhadap perubahan pendapatan dan juga mengindikasikan daging ayam sudah banyak dikonsumsi masyarakat. Oleh karena itu, upaya meningkatkan gizi masyarakat melalui konsumsi protein hewani akan lebih murah dan efektif dengan cara mengembangkan usaha peternakan ayam pedaging. Fizanti et al, (1997) melakukan studi aspek penawaran dan permintaan secara terpisah, dimana aspek penawaran tidak memisahkan antara daging peternakan rakyat dan industri peternakan. Hasil penelitian menunjukkan penawaran daging sapi dipengaruhi oleh harga daging, harga sapi bakalan, suku bunga dan teknologi. Konsumsi daging sapi dipengaruhi oleh harga daging, pendapatan masyarakat dan harga daging ayam. Sedangkan harga daging sapi dipengaruhi oleh jumlah penawaran dan tarif impor. Ilham et al, (2001) melakukan penelitian tentang analisis penawaran dan permintaan
komoditas
peternakan
unggulan
menggunakan
data
periode
36
1970-1999 dengan sistem persamaan tunggal dengan menggunakan metode OLS menghasilkan beberapa kesimpulan. Dari aspek penawaran menunjukkan bahwa harga daging ayam dan populasi ternak ayam mempunyai pengaruh positif terhadap penawaran daging ayam, sebaliknya harga pakan dan harga impor daging ayam mempunyai pengaruh negatif. Baik jangka pendek maupun panjang penawaran daging ayam kurang respon terhadap perubahan keempat peubah penjelas tersebut. Sementara dari aspek permintaan menunjukkan bahwa harga daging ayam mempunyai pengaruh yang negatif terhadap permintaannya. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang daging ayam merupakan barang normal, tapi bukan termasuk barang mewah bagi masyarakat Indonesia. Daging sapi merupakan barang substitusi dari daging ayam, sebaliknya telur dan ikan tongkol merupakan barang komplementer bagi daging ayam. Baik jangka pendek maupun jangka panjang permintaan ayam sangat respon terhadap perubahan harganya sendiri, harga daging sapi dan harga telur sebaliknya kurang respon terhadap perubahan harga ikan tongkol dan pendapatan.
III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat ditunjukkan oleh adanya permintaan input dan penawaran output. Permintaan input pada masing-masing pasar merupakan permintaan turunan dari pasar lainnya. Permintaan input jagung merupakan permintaan turunan dari pasar pakan dan permintaan input pakan merupakan permintaan turunan dari pasar daging ayam. Adanya perubahan pada pasar daging ayam akan menyebabkan perubahan permintaan input pakan di pasar pakan akan menyebabkan perubahan permintaan input jagung di pasar jagung. Begitu sebaliknya jika terjadi perubahan pada pasar jagung akan menyebabkan terjadinya perubahan penawaran output pakan di pasar pakan akan menyebabkan terjadinya perubahan penawaran output daging ayam di pasar daging ayam. Dari sisi pasar, keterkaitan ketiga pasar tersebut ditunjukkan oleh adanya pengaruh yang dihubungkan oleh harga, yaitu harga jagung domestik, harga jagung dunia, harga pakan domestik, harga komponen pakan impor, harga daging ayam domestik dan impor, dan harga daging ayam dunia. Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia mulai dari petani sampai konsumen akhir melalui beberapa tahapan. Pertama, petani jagung sebagai produsen menggunakan input berupa lahan, tenaga kerja dan pupuk sebagai faktor produksi. Kedua, jagung yang dihasilkan petani merupakan input utama dari industri pakan ternak ayam ras dalam memproduksi pakan, dimana kontribusi jagung sebagai bahan baku pakan mencapai 51.4 persen.
38
Tahap Produksi
Pasar
Gambar 1. Kerangka Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia
39
Selain dari petani jagung, pabrik pakan juga menggunakan jagung impor yang diperoleh dari pasar dunia. Ketiga, pabrik pakan ternak menghasilkan pakan ternak, dimana produk ini selanjutnya ditawarkan pada peternak di pasar pakan. Keempat, peternak yang membeli pakan sebagai input utama dalam budidaya ayam ras akan menghasilkan daging ayam yang selanjutnya akan ditawarkan pada konsumen di pasar daging ayam. 3.1. Produksi dan Penawaran Jagung Faktor produksi dapat dibedakan menjadi faktor produksi tetap dan tidak tetap. Akan tetapi pembagian faktor juga tergantung pada sisi produsen dalam jangka waktu tertentu. Dalam jangka pendek, faktor produksi terdiri dari faktor produksi tetap dan tidak tetap, dimana faktor teknologi belum berubah. Sedangkan dalam jangka panjang, semua faktor produksi adalah tidak tetap dan teknologi belum berubah. Setelah produsen berada pada posisi jangka waktu yang sangat panjang, maka faktor produksi dan teknologi adalah tidak tetap. Permintaan K dan R sebagai faktor produksi tergantung pada harga produk suatu produktivitas dari faktor tersebut. Dalam proses produksi diasumsikan bahwa produsen bertindak rasional yaitu selalu memaksimumkan keuntungan pada tingkat produksi yang maksimum dan harga pasar tertentu. Untuk memaksimumkan produksi ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu first order condition (syarat pertama) dan second order condition (syarat kedua) (Koutsoyiannis, 1977). Pada tingkat teknologi tertentu, fungsi produksi K dan R dapat dirumuskan sebagai berikut: QJ = QJ (QK,QR) ............................................................................
(1)
40
dimana: QJ = jumlah produksi jagung (unit) QK = jumlah faktor produksi K (unit) QR = jumlah produksi lainnya (unit). Dan harga masing-masing adalah sebagai berikut: PJ = harga jagung per unit PK = harga faktor produksi K per unit PR = harga faktor produksi lainnya per unit Fungsi keuntungan produsen jagung dapat dirumuskan sebagai berikut: π = PJ* QJ (QK,QR) – (PK*QK + PR*QR).........................................
(2)
Jika syarat pertama dan kedua di atas dapat dipenuhi, maka fungsi keuntungan dapat dimaksimumkan sebagai berikut: ∂π/∂QK = PJ*QK’ – PK = 0 atau PK = PJ*QK’ .................................
(3)
∂π/∂QR = PR*QR’ – PR = 0 atau PR = PR*QR’.................................
(4)
dimana QK’ dan QR’ merupakan produk marginal dari faktor produksi QK dan QR. Dari fungsi persamaan (3) dan (4) diketahui bahwa peubah eksogen terdiri dari PK, PR dan PJ serta peubah endogen adalah QK dan QR. Fungsi permintaan faktor produksi K dan R dapat dirumuskan sebagai berikut: QDK = QDK (PK / PR, PJ)..................................................................
(5)
QDR
(6)
=
QDR
(PR / PK, PJ) ..................................................................
Dengan mensubstitusi persamaan (5) dan (6) ke persamaan (1) maka fungsi penawaran jagung oleh produsen jagung dapat dirumuskan sebagai berikut: QSJ = QSJ (PJ / PK, PR).....................................................................
(7)
Persamaan (7) menunjukkan bahwa jumlah penawaran jagung oleh produsen jagung merupakan fungsi dari harga jagung (PJ) dan harga faktor-faktor produksi (PK dan PR), sedangkan faktor lain dianggap tetap.
41
3.2. Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak Faktor produksi utama dari pabrik pakan ternak adalah jagung, karena jagung merupakan input bagi pabrik pakan ternak atau permintaan turunan (derived demand) dari pabrik pakan ternak. Oleh sebab itu fungsi permintaan jagung dapat didefinisikan sebagai fungsi dari harga jagung, harga pakan ternak dan input lain. Fungsi permintaan input termasuk jagung dan penawaran pakan ternak, dapat diturunkan dari fungsi produksi pabrik pakan ternak, yang dirumuskan sebagai berikut: QP = QP (QJ, QR) ............................................................................
(8)
dimana QP = produksi pakan ternak, QJ = volume penggunaan jagung, dan QR = jumlah penggunaan input lainnya . Bila PP = harga per unit pakan ternak, PJ = harga per unit jagung dan PR = harga per unit input R, maka keuntungan pabrik pakan ternak dapat dirumuskan sebagai berikut: π = PP*QP (QJ, QR) – (PJ*QJ + PR*QR) ..........................................
(9)
Dengan memaksimumkan fungsi keuntungan di atas dan bila second order condition dapat dipenuhi, maka keadaan keseimbangan pada pabrik pakan ternak adalah sebagai berikut: PJ = PP * QJ’ ...................................................................................
(10)
PR = PP * QR’..................................................................................
(11)
dimana PP, PJ, dan PR merupakan peubah eksogen, QJ dan QR merupakan peubah endogen. Dengan demikian fungsi permintaan jagung oleh produsen pakan ternak adalah: Permintaan jagung: QDJ = QDJ (PJ / PP, PR)................................................
(12)
42
Permintaan input lainnya: QDR = QDR (PR / PJ, PP).....................................
(13)
Dengan mensubstitusikan persamaan (12) dan (13) ke dalam persamaan (8) maka fungsi penawaran pakan ternak oleh produsen pakan ternak dapat dirumuskan sebagai berikut: QSP = QSP (PP / PJ, PR) ....................................................................
(14)
3.3. Permintaan Pakan Ternak dan Penawaran Daging Ayam Permintaan pakan ternak oleh peternak merupakan permintaan turunan (derived demand) dari penawaran daging ayam. Dengan asumsi bahwa kegiatan usaha ternak ayam dan produksi daging ayam berada dalam satu pasar, maka jumlah produksi daging ayam sangat ditentukan oleh peubah populasi ayam dan pakan ternak yang digunakan. Dengan demikian, permintaan input produksi oleh peternak dalam usaha ayam ras dapat diturunkan dari fungsi produksi yang dirumuskan sebagai berikut: QDA = QDA (QP, QR)........................................................................
(15)
dimana QDA = produksi daging ayam ras, QP = jumlah pakan ternak yang digunakan dan QR = input produksi lainnya. Bila PDA adalah harga daging ayam ras, PP adalah harga pakan ternak dan PR adalah harga input produksi R maka fungsi keuntungan peternak dapat dirumuskan sebagai berikut: π = PDA*QDA(QP,QR) – (PP*QP + PR*QR) ......................................
(16)
Dengan memaksimumkan fungsi keuntungan di atas dan bila second order condition dapat dipenuhi, maka keadaan keseimbangan adalah pada saat: PP = PDA*QP’ ..................................................................................
(17)
PR = PDA*QR’ ................................................................................
(18)
43
dimana PDA, PP dan PR adalah peubah eksogen, QP dan QR merupakan peubah endogen. Dengan demikian fungsi permintaan pakan ternak oleh produsen daging ayam adalah: Permintaan pakan: QDP = QDP (PP / PDA, PR) .............................................
(19)
Permintaan faktor lainnya: QDR = QDR (PR / PDA, PP) ................................
(20)
Dengan mensubstitusi persamaan (19) dan (20) ke persamaan (15), maka fungsi penawaran daging ayam dari produsen daging ayam dapat dirumuskan sebagai berikut: QSDA = QSDA (PDA / PP, PR) ............................................................
(21)
3.4. Permintaan Daging Ayam Menurut Henderson and Quandt (1980), fungsi permintaan diturunkan dari fungsi utilitas konsumen yang dimaksimumkan dengan kendala tingkat pendapatan. Bila diasumsikan bahwa fungsi utilitas konsumen daging ayam adalah: UDA = UDA(QDA, QC) .....................................................................
(22)
dimana: UDA = total utilitas mengkonsumsi daging ayam QDA = jumlah konsumsi daging ayam QC = jumlah konsumsi barang lain (substitusi/komplemen) Jika harga daging ayam PDA dan harga barang lain PC, dengan asumsi semua pendapatan digunakan untuk menkonsumsi barang, maka fungsi kendala pada tingkat pendapatan tertentu (YO) bagi konsumen adalah: YO = PDA* QDA + PC* QC ..............................................................
(23)
Dengan mensubstitusikan fungsi kendala (23) ke dalam fungsi utilitas (22), maka didapatkan fungsi Lagrangian sebagai berikut:
44
V = UDA (QDA,QC) + λ (YO – PDA*QDA – PC*QC)..........................
(24)
dimana λ = Lagrange Multiplier Selanjutnya memaksimumkan utilitas dengan syarat turunan parsial pertama sama dengan nol, sebagai berikut: ∂V/∂QDA= ∂UDA/∂QDA – λPDA = 0 atau QDA’ = λPDA ...................
(25)
∂V/∂QC = ∂UDA/∂QC – λPC = 0 atau QC’ = λPC ............................
(26)
∂V/∂λ= YO – PDA*QDA – PC*QC = 0 .............................................
(27)
Dengan menyelesaikan persamaan (25) dan (26) diperoleh: λ = QDA’/PDA = QC’/PC atau QDA’/QC’ = PDA/PC...........................................
(28)
dimana QDA’ dan QC’ masing-masing adalah utilitas marjinal barang QDA dan QC. Dari persamaan (25), (26), dan (27) diketahui bahwa PDA, PC dan YO merupakan peubah eksogen, sedangkan QDA dan QC merupakan peubah endogen. Oleh karena itu secara fungsional permintaan daging ayam oleh konsumen daging ayam diformulasikan sebagai berikut: QDDA = QDDA (PDA / PC, YO) ..........................................................
(29)
3.5. Penggunaan Peubah Lag Pada kenyataannya, respon produksi suatu komoditas pertanian terhadap perubahan harga dan faktor penentu lainnya memerlukan tenggang waktu (time lag). Sebagai contoh kegiatan berproduksi jagung atau produksi daging ayam secara biologis memerlukan waktu, sehingga ketika terjadi perubahan harga tidak dapat direspon dengan segera oleh produsen bila proses produksi sedang berjalan dan dapat direspon oleh produsen pada produksi berikutnya. Demikian juga keputusan untuk konsumsi seringkali dipengaruhi oleh perilaku sebelumnya (t-1), sehingga keputusan untuk produksi dan konsumsi pada waktu t pada umumnya
45
juga didasarkan pada produksi dan konsumsi sebelumnya (t-1). Untuk menangkap fenomena ini maka persamaannya harus melibatkan peubah tenggang waktu (lagged variable) sebagai peubah penjelas (explanatory variable). Kelebihan dengan dimasukkan peubah lag sebagai peubah penjelas menyebabkan model menjadi bersifat dinamis sehingga mampu menginformasikan baik respon jangka pendek maupun jangka panjang. 3.6. Elastisitas Untuk mendapatkan ukuran kuantitatif respon suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya, digunakan konsep elastisitas. Untuk model yang dinamis, dapat dihitung elastisitas jangka pendek dan jangka panjang (Gujarati, 1995). Elastisitas jangka pendek (ESR) dan jangka panjang (ELR) dapat dihitung dengan rumus berikut: ESR = ∂Yt / ∂Xt * X t / Yt ..............................................................
(30)
ELR = ESR / 1-b ..............................................................................
(31)
dimana: b
= koefisien dugaan peubah lag endogen
Xt
= rata-rata peubah eksogen
Yt
= rata-rata peubah endogen
Ukuran-ukuran elastisitas umumnya digunakan pada analisis permintaan yang mengacu pada teori tingkah laku konsumen. Menurut Koutsoyiannis (1977), ada tiga elastisitas yang penting dalam teori tersebut, yaitu: (1) elastisitas harga (ep), (2) elastisitas pendapatan (eγ) dan (3) elastisitas silang (exy). Nilai elastisitas tersebut dapat ditentukan dengan rumus berikut:
46
ep = ∂Q / ∂P * P / Q ......................................................................
(32)
eγ = ∂Q / ∂Y * Y / Q ......................................................................
(33)
exy = ∂Qx / ∂Py * Py / Q x ...............................................................
(34)
dimana: Q Q P P Qx Qx Py Py
= jumlah barang yang diminta = rata-rata Q = harga Q = rata-rata P = jumlah barang X yang diminta = rata-rata jumlah barang X yang diminta = harga barang Y = rata-rata Py
Nilai elastisitas pendapatan yang bernilai positif untuk barang normal, bernilai nol untuk barang netral dan bernilai negatif untuk barang inferior. Beberapa penulis dapat mengklasifikasikan barang mewah dan barang kebutuhan pokok dari nilai elastisitas pendapatan. Jika nilai elastisitas pendapatan lebih besar dari satu maka barang tersebut termasuk barang mewah dan jika lebih kecil dari satu termasuk barang kebutuhan pokok. Nilai elastisitas silang (exy) dapat mengklasifikasikan apakah suatu barang berhubungan sebagai substitusi atau komplemen. Jika tanda elastisitas silang negatif maka barang X bersifat komplemen terhadap barang Y dan jika bertanda positif, maka barang X merupakan barang substitusi terhadap barang Y. 3.7. Surplus Produsen dan Surplus Konsumen Konsep surplus konsumen dan surplus produsen sering digunakan untuk mengukur perubahan kesejahteraan masyarakat, sebagai akibat adanya perubahan faktor internal dan faktor eksternal. Krugman dan Obstfeld (1991) dalam Imron
47
(2007) menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu barang akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan konsumen dan produsen dari barang tersebut, yang dapat diukur dari besaran surplus produsen dan konsumen. Secara grafis disajikan pada Gambar 2. P S
A E PE P
D
B O
QE
Q
Gambar 2. Distribusi Surplus Konsumen dan Produsen Gambar 2 menunjukkan besarnya surplus produsen dan surplus konsumen dalam perekonomian yang mengalami keseimbangan penawaran dan permintaan. Distribusi kesejahteraan diukur dari besar surplus yang diterima oleh masingmasing pelaku ekonomi, baik produsen maupun konsumen. Segitiga AEPE menunjukkan besarnya surplus konsumen, sedangkan segitiga BEPE menunjukkan besarnya surplus produsen. Surplus produsen dapat didefenisikan sebagai perbedaan antara jumlah nilai uang yang benar-benar diterima produsen dengan jumlah nilai minimum yang diinginkan produsen tersebut. Surplus konsumen adalah perbedaan antara jumlah maksimum nilai uang yang ingin dibayar oleh konsumen dengan nilai yang benar-benar dibayar terhadap jumlah tertentu dari suatu produk.
48
Vesdapunt (1984) dalam Sitepu (2002) menyatakan bahwa ada tiga dasar postulat yang penting dalam penggunaan surplus produsen dan surplus konsumen untuk mengukur tingkat kesejahteraan, yaitu : (1) pemerintah merupakan refleksi dari keinginan untuk membayar, (2) penawaran merupakan refleksi dari biaya marginal (marginal cost) dan (3) perubahan pada pendapatan individu bersifat penambahan (additive). Besar surplus dapat diukur berdasarkan asumsi bahwa kepuasan marginal uang sama bagi tiap individu. Secara matematis, surplus produsen dan surplus konsumen diukur dengan pengintegralan fungsi penawaran dan fungsi permintaan (Chiang, 1984) pd
CS = ∫ Qd ( P)dP ......................................................................... Pe
pe
PS = ∫ Qm( P)dP ....................................................................... Pm
(35) (36)
dimana: CS PS Pe Pd Pm
= = = = =
besar surplus konsumen (Rp) besar surplus produsen (Rp) harga keseimbangan (Rp) harga pada perpotongan kurva permintaan dengan sumbu harga harga pada perpotongan kurva penawaran dengan sumbu harga
Dalam hal perdagangan dunia, pemerintah dapat melindungi produsen maupun konsumen domestik dengan melakukan kebijakan tarif, pembatasan (restriction, quota) dan monopoli impor untuk kasus negara pengimpor, atau subsidi ekspor untuk negara pengekspor. Kebijakan ini umumnya berdampak terhadap produsen, konsumen maupun pemerintah.
49
3.8. Tarif Impor Beberapa kebijakan pemerintah yang terkait dengan kinerja pasar jagung, pakan dan daging ayam ras adalah tarif impor, suku bunga, subsidi input dan lain sebagainya. Namun yang akan akan dijelaskan disini hanya dampak kebijakan tarif impor jagung dan daging ayam saja, sesuai dengan fenomena yang ada sekarang ini. Dalam arti luas, kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan pembayaran secara internasional. Kebijaksanaan ini dapat berupa tarif/bea masuk, pelarangan impor, kuota dan subsidi (Boediono, 1990). Menurut tujuannya, tarif diklasifikasikan sebagai tarif proteksi, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang tinggi untuk mencegah/membatasi impor barang tertentu dan tarif revenue, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara. Berdasarkan tujuan tersebut, maka fungsi tarif bea masuk menurut Hady (2000) adalah untuk mengatur perlindungan kepentingan ekonomi/industri dalam negeri (fungsi regulend), sebagai salah satu sumber penerimaan negara (fungsi budgeter) dan pemerataan, yaitu untuk pemerataan distribusi pendapatan nasional. Untuk mengetahui dampak penerapan tarif impor terhadap surplus konsumen, surplus produsen dan penerimaan pemerintah dari tarif, dapat digunakan pendekatan keseimbangan parsial. Ada empat implikasi yang akan terjadi dari penerapan tarif yaitu : (1) dampak penerapan tarif terhadap produsen, yaitu terjadinya surplus produsen karena pengenaan tarif, (2) dampak pengenaan
50
tarif terhadap konsumen, yaitu berkurangnya surplus konsumen akibat pengenaan tarif. Besarnya pengurangan surplus konsumen terjadi akibat berkurangnya permintaan karena terjadinya kenaikan harga jagung dan daging ayam, (3) dampak penerapan tarif terhadap penerimaan pemerintah, yaitu pemasukan yang akan diterima pemerintah dari tarif impor jagung dan daging ayam. Besarnya pemasukan ini tergantung dari harga jagung dan daging ayam di pasar dunia, tarif ad valorem yang ditetapkan, jumlah jagung dan daging ayam yang diimpor serta besarnya nilai tukar rupiah terhadap negara eksportir dan (4) dampak sosial atau biaya proteksi, yaitu suatu kerugian yang harus ditanggung oleh perekonomian akibat pengalihan sebagian sumber daya domestik untuk memproduksi jagung dan daging ayam, dibanding dengan kondisi yang lebih efisien apabila diimpor. Mengingat pangsa impor jagung dan daging ayam terhadap volume perdagangan dunia, maka Indonesia merupakan negara kecil (small country). Oleh sebab itu Indonesia bertindak sebagai price taker di pasar dunia. Dampak pengenaan tarif impor terhadap surplus produsen, konsumen dan penerimaan pemerintah dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 memperlihatkan bahwa sebelum pengenaan tarif impor, harga jagung dan daging ayam di pasar domestik sebesar P, dengan produksi jagung dan daging ayam domestik sebesar Qs dan konsumsi sebesar Qd. Pada tingkat harga P=Pw tersebut, surplus konsumen tercermin oleh bidang 1,2,3,4,5,6,7,8 dan 10. Pengenaan tarif impor sebesar t telah menyebabkan kenaikan harga jagung dan daging ayam di pasar domestik menjadi P’, yang diikuti dengan kenaikan produksi jagung dan daging ayam domestik menjadi Qs’ dan penurunan konsumsi menjadi Qd’. Dengan asumsi perbedaan harga merupakan refleksi dari pengenaan
51
52
tarif, maka kenaikan harga ini akan menurunkan suplus konsumen menjadi bidang 1,2,3 dan meningkatkan surplus produsen menjadi bidang 8 dan 9. Penerimaan pemerintah yang diperoleh dari pengenaan tarif tergambar oleh bidang 5 dan 6, sedangkan biaya proteksi atau dampak sosial yang harus ditanggung oleh perekonomian sebesar bidang 4 dan 7. Dampak pengenaan tarif spesifik terhadap impor jagung dan daging ayam pada satu sisi akan meningkatkan kesejahteraan produsen berupa peningkatan harga jagung dan daging ayam yang diterima produsen dalam negeri sehingga mendorong peningkatan penawaran. Tetapi di sisi lain akan memberikan dampak yang merugikan bagi konsumen berupa peningkatan harga yang harus dibayarkan sehingga mendorong penurunan konsumsi. 3.9. Ekspor Impor Jagung dan Daging Ayam Indonesia merupakan negara net importer komoditas jagung dan daging ayam. Menurut data BPS, impor Indonesia sebagian besar berasal dari Amerika Serikat. Dalam analisis selanjutnya, Amerika Serikat merupakan negara pengekspor jagung dan daging ayam ke Indonesia. Kondisi net importer Indonesia menunjukkan adanya defisit produksi (excess demand). Sedangkan sebagai negara pengekspor, Amerika menunjukkan adanya surplus produksi (excess supply). Sebelum ada perdagangan kondisi excess demand mengakibatkan kenaikan harga dan kondisi excess supply mengakibatkan penurunan harga (Henderson and Quandt, 1980). Perbedaan harga ini merupakan salah satu penyebab terjadinya perdagangan antar negara, dimana produk-produk mengalir dari daerah surplus ke daerah defisit, sampai perbedaan harga mendekati biaya transfer (Purcell, 1979; Tomek and Robinson, 1980).
53
Tanpa perdagangan harga jagung dan daging ayam di negara eksportir sebesar OP1A dan di negara importir OP1B. Jika di negara eksportir harga di atas P1A, produsen akan memproduksi lebih besar dari OQEA yang selama ini diminta P
oleh konsumen. Jadi fungsi penawaran SA di atas keseimbangan EA mencerminkan fungsi excess supply negara eksportir. Dengan cara yang sama di negara importir, bila harga di bawah P1B, konsumen akan meminta lebih banyak dari OQEB. Jadi fungsi permintaan di bawah keseimbangan EB mencerminkan fungsi excess demand negara importir. Bila terjadi perdagangan antar kedua negara, dengan asumsi biaya transport sama dengan nol, maka kurva penawaran dan permintaan di pasar dunia merupakan kurva excess supply dan excess demand kedua negara, dimana keseimbangan terjadi pada titk EW dengan tingkat harga PW dan volume perdagangan sebesar QEW (impor sama dengan ekspor). Secara umum, jumlah impor sangat dipengaruhi oleh harga impor, pendapatan (income), dan jumlah impor tahun sebelumnya (Labys, 1975), sehingga model impor diformulasikan sebagai berikut: Mt = f (PMt, Y, Mt-1) ......................................................................
(37)
Gambar 4 memperlihatkan perilaku penawaran dan permintaaan jagung dan daging ayam yang terjadi pada perdagangan dua negara. Pada Gambar 4 dapat dilihat adanya keterkaitan antara penawaran, permintaan, harga, ekspor impor jagung dan daging ayam. Peubah-peubah tersebut masih dipengaruhi oleh peubahpeubah lain yang bersifat kompleks dan membentuk sistem yang simultan. Artinya, perubahan pada satu peubah akan mempengaruhi sistem secara menyeluruh.
54
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Dengan penyederhanaan itu, idealnya yang ditampilkan adalah komponenkomponen utama dari fenomena nyata yang diamati, sehingga dapat dilakukan estimasi secara akurat. Salah satu model pendekatan kuantitatif yang dipakai untuk menganalisis masalah ekonomi adalah model ekonometrika (Hallam, 1990 dalam Purba, 1999). Pembentukan model dimulai dari identifikasi masalah aktual yang terjadi, lalu dipilih metode pendekatan masalah yang digunakan, yaitu model ekonometrika. Langkah-langkah yang ditempuh adalah spesifikasi, identifikasi dan metode pendugaan model. Selanjutnya melakukan evaluasi hasil untuk menentukan apakah parameter-parameter yang diduga bermakna dilihat dari kriteria ekonomi dan memuaskan dilihat dari kriteria statistika dan ekonometrika. Langkah selanjutnya adalah penerapan model dalam bentuk simulasi kebijakan. Tahapan pembentukan model ini merupakan suatu proses berulang (iteratif) sampai diperoleh suatu model yang lebih sahih yang bisa menangkap permasalahan yang ada. Model ekonometrika adalah merupakan suatu model statistika yang menghubungkan peubah-peubah ekonomi yang mencakup unsur statistika (Intriligator, 1978). Koutsoyiannis (1977) lebih lanjut menyatakan bahwa suatu model yang baik seharusnya dapat memenuhi kriteria ekonomi, statistika dan ekonometrika.
56
Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia merupakan suatu sistem yang terdiri dari tiga pasar, yaitu: (1) pasar jagung, (2) pasar pakan dan (3) pasar daging ayam. Volume dan harga yang terjadi pada masing-masing pasar tidak ditentukan oleh pasar yang bersangkutan saja, namun ditentukan secara bersama-sama dengan pasar lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan di ketiga pasar yang dikaji. Setiap komponen dalam masing-masing pasar diwakili oleh sebuah peubah endogenous, sedangkan instrumen faktor internal seperti suku bunga, nilai tukar, tarif impor dan depresiasi rupiah merupakan peubah exogenous dalam model pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. Perubahan faktor internal dan eksternal akan berdampak terhadap kinerja di ketiga pasar yang dikaji. Adanya perubahan faktor internal seperti perubahan tarif impor jagung dan daging ayam akan menyebabkan perubahan harga serta volume impor jagung dan daging ayam. Perubahan tersebut akan mempengaruhi volume dan harga pakan di pasar pakan dan selanjutnya mempengaruhi volume dan harga jagung di pasar jagung. Berubahnya harga dunia akan mempengaruhi harga impor dan selanjutnya akan mempengaruhi produksi, permintaan dan harga di ketiga pasar domestik, namun tidak berlaku sebaliknya karena Indonesia merupakan negara kecil (small country) dalam perdagangan jagung dan daging ayam dunia. Model pasar jagung, pakan dan daging daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Model Pasar Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras di Indonesia
57
58
4.2. Persamaan Pasar Jagung 4.2.1. Produksi Jagung Produksi jagung merupakan fungsi dari perubahan harga riil jagung domestik, luas areal panen jagung, harga riil pupuk, upah tenaga kerja, tingkat suku bunga riil Bank Indonesia, dummy krisis moneter, trend waktu dan produksi jagung tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: PJIt
= a0 + a1 (HJDRt – HJDRt-1) + a2 LAJt + a3 HPKRt + a4 WRt + a5 SBRt + a6 Dt + a7 Tt + a8 PJIt-1 + u1 .........
(38)
dimana: = Produksi jagung (000 ton) PJIt HJDRt = Harga riil jagung domestik (Rp/kg) HJDRt-1 = Peubah bedakala HJDRt (Rp/kg) LAJt = Luas areal panen jagung (Ha) HPKRt = Harga riil pupuk (Rp/kg) WRt = Upah tenaga kerja (Rp/ha) SBRt = Tingkat suku bunga riil Bank Indonesia (%/tahun) Dt = Dummy krisis moneter (sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1) Tt = Trend waktu PJIt-1 = Peubah bedakala PJIt (000 ton) u1 = Peubah pengganggu Tanda parameter yang diharapkan: a3, a4, a5, a6<0 ; a1, a2, a7>0 ; 0
= PJIt + MJIt - XJIt ..........................................................
dimana: SJIt PJIt MJIt XJIt
= Penawaran jagung (000 ton) = Produksi jagung (000 ton) = Impor jagung (000 ton) = Ekspor jagung (000 ton)
(39)
59
4.2.3. Permintaan Jagung Industri Pakan Permintaan jagung oleh industri pakan dipengaruhi oleh harga riil jagung domestik, rasio harga riil pakan domestik tahun sebelumnya dengan harga riil jagung domestik tahun sebelumnya, rasio harga riil kedelai tahun sekarang dengan harga riil kedelai tahun sebelumnya, dan permintaan jagung industri pakan tahun sebelumnya. Meningkatnya harga riil jagung akan menyebabkan menurunnya permintaan terhadap jagung, sebaliknya meningkatnya harga riil pakan menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap jagung. Dalam produksi pakan, kedelai merupakan barang komplementer dari jagung, sehingga jika harga kedelai meningkat maka permintaan jagung akan berkurang. Dengan demikian persamaannya adalah: DJPt
= b0 + b1 HJDRt + b2 (HPDRt-1 / HJDRt-1) + b3 (HKDRt / HKDRt-1) + b4 DJPt-1 + u2...................................................(40)
dimana: DJPt = Permintaan jagung industri pakan (000 ton) HJDRt = Harga riil jagung domestik (Rp/kg) HJDRt-1 = Peubah bedakala HJDRt (Rp/kg) HPDRt-1 = Peubah bedakala HPDRt (Rp/kg) HKDRt = Harga riil kedelai (Rp/kg) HKDRt-1= Peubah bedakala HKDRt (Rp/kg) DJPt-1 = Peubah bedakala DJPt (000 ton) = Peubah penggangu u2 Tanda parameter yang diharapkan: b1, b3<0 ; b2>0 ; 0
60
DJIt
= DJPt + DJMt + DJIPt ...................................................
(41)
dimana: DJIt DJPt DJMt DJIPt
= Permintaan jagung (000 ton) = Permintaan jagung industri pakan (000 ton) = Permintaan jagung konsumsi langsung (000 ton) = Permintaan jagung industri pangan (000 ton)
4.2.5. Harga Jagung Domestik Secara umum harga komoditas di pasar ditentukan oleh permintaan dan penawarannya (Henderson and Quant,1980). Dengan demikian harga riil jagung domestik merupakan fungsi dari rasio penawaran jagung tahun sekarang dengan penawaran jagung tahun sebelumnya, permintaan jagung, harga riil jagung dunia dan harga riil jagung domestik tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: HJDRt
= c0 + c1 (SJIt / SJIt-1) + c2 DJIt + c3 HJWRt + c4 HJDRt-1 + u3.........................................................................................................................
(42)
dimana: HJDRt = Harga riil jagung domestik (Rp/kg) SJIt = Penawaran jagung (000 ton) = Peubah bedakala SJIt (000 ton) SJIt-1 DJIt = Permintaan jagung (000 ton) HJWRt = Harga riil jagung dunia (USD/kg) HJDRt-1 = Peubah bedakala HJDRt (Rp/kg) u3 = Peubah pengganggu Tanda parameter yang diharapkan: c1<0 ; c2, c3>0 ; 0
61
populasi penduduk, rasio produk domestik bruto tahun sekarang dengan produk domestik bruto tahun sebelumnya, perubahan tarif impor jagung dan impor jagung tahun sebelumnya. Meningkatnya harga riil jagung impor menyebabkan penurunan volume impor komoditas ini. Sebaliknya peningkatan harga riil jagung impor dan menguatnya kurs rupiah akan menyebabkan meningkatnya volume impor. Persamaannya adalah sebagai berikut: MJIt
= d0 + d1 HJDRt + d2 HJWRt + d3 NTRt + d4 POPt + d5 (PDBRt / PDBRt-1) + d6 (TJt - TJt-1) + d7 MJIt-1 + u4 .
(43)
dimana: = Impor jagung (000 ton) MJIt HJDRt = Harga riil jagung domestik (Rp/kg) HJWRt = Harga riil jagung dunia (USD/kg) NTRt = Nilai tukar riil (Rp/USD) POPt = Populasi penduduk (000 jiwa) PDBRt = Produk domestik bruto (Rp milyar) PDBRt-1 = Peubah bedakala PDBRt TJt = Tarif impor jagung (%) TJt-1 = Peubah bedakala TJt (%) MJIt-1 = Peubah bedakala MJIt (000 ton) u4 = Peubah pengganggu Tanda parameter yang diharapkan: d2, d3, d6<0 ; d1, d4, d5>0 ; 0
62
1. Ekspor Jagung Dunia XJWt
= XJUSt + XJIt + XJRWt ...............................................
(44)
dimana: XJWt XJUSt XJIt XJRWt
= Ekspor jagung dunia (000 ton) = Ekspor jagung Amerika Serikat (000 ton) = Ekspor jagung Indonesia (000 ton) = Ekspor jagung sisa dunia (000 ton)
2. Impor Jagung Dunia MJWt
= MJIt + MJJt + MJRWt .................................................
(45)
dimana: MJIt MJWt MJJt MJRWt
= Impor jagung Indonesia (000 ton) = Impor jagung dunia (000 ton) = Impor jagung Jepang (000 ton) = Impor jagung sisa dunia (000 ton)
4.2.8. Harga Jagung Dunia Pergerakan harga jagung dunia ditentukan oleh rasio jumlah penawaran (ekspor) jagung dunia tahun sekarang dengan ekspor jagung dunia tahun sebelumnya, permintaan (impor) jagung dunia, trend waktu dan harga jagung dunia tahun sebelumnya. Adanya kenaikan jumlah ekspor jagung dunia akan menyebabkan harga jagung dunia cenderung menurun, sebaliknya adanya kenaikan impor jagung dunia akan menyebabkan meningkatnya harga jagung dunia. Dengan demikian, persamaan harga jagung dunia dirumuskan sebagai berikut: HJWRt = e0 + e1 (XJWt / XJWt-1) + e2 MJWt + e3 Tt + e4 HJWRt-1 + u5............................................................................................. dimana: HJWRt XJWt XJWt-1 MJWt
= Harga riil jagung dunia (USD/kg) = Ekspor jagung dunia (000 ton) = Peubah bedakala XJWt = Impor jagung dunia (000 ton)
(46)
63
Tt = Trend waktu HJWRt-1 = Peubah bedakala HJWRt (USD/kg) u5 = Peubah pengganggu Tanda parameter yang diharapkan: e1, e3<0 ; e2>0 ; 0<e4<1 4.3. Persamaan Pasar Pakan Ayam Ras 4.3.1. Produksi Pakan Ayam Ras Produksi pakan ayam ras dipengaruhi oleh harga riil pakan domestik tahun sebelumnya, harga riil jagung domestik tahun sebelumnya, harga riil komponen pakan impor tahun sebelumnya, tingkat suku bunga riil Bank Indonesia tahun sebelumnya, trend waktu, dan produksi pakan ayam ras tahun sebelumnya. Persamaannya dirumuskan sebagai berikut: PPDt
= f0 + f1 HPDRt-1 + f2 HJDRt-1 + f3 HKIRt-1 + f4 SBRt-1 + f5 Tt + f6 PPDt-1 + u6 ................................................................................
(47)
dimana : PPDt = Produksi pakan (000 ton) HPDRt-1 = Peubah bedakala HPDRt (Rp/kg) HJDRt-1 = Peubah bedakala HJDRt (Rp/kg) HKIRt-1 = Peubah bedakala HKIRt (USD/kg) SBRt-1 = Peubah bedakala SBRt (%/tahun) = Trend waktu Tt PPDt-1 = Peubah bedakala PPDt (000 ton) u5 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: f2, f3, f4<0 ; f1, f5>0 ; 0
= g0 + g1 HPDRt + g2 HDDRt + g3 PAt + g4 DPIt-1 + u7 .....
(48)
64
DPIt = Permintaan pakan ayam ras (000 ton) HPDRt = Harga riil pakan ayam ras domestik (Rp/kg) HDDRt = Harga riil daging ayam ras domestik (Rp/kg) PAt = Populasi ayam ras (000 ekor) DPIt-1 = Peubah bedakala DPIt (000 ton) u7 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: g1<0 ; g2, g3>0 ; 0
= PPDt + STPt-1 ................................................................................................
(49)
dimana: SPIt PPDt STPt-1
= Penawaran pakan ayam ras (000 ton) = Produksi pakan ayam ras (000 ton) = Stok pakan ayam ras pada tahun sebelumnya (000 ton)
4.3.4. Harga Pakan Ayam Ras Domestik Harga riil pakan ayam ras terbentuk dari rasio permintaan dengan penawaran pakan ayam ras, dummy krisis moneter, trend waktu serta harga pakan ayam ras domestik tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: HPDRt = h0 + h1 (SPIt / DPIt) + h2 Dt + h3 Tt + h4 HPDRt-1 + u8 ............................................................
(50)
dimana: HPDRt = Harga riil pakan ayam ras domestik (Rp/kg) SPIt = Penawaran pakan ayam ras (000 ton) DPIt = Permintaan pakan ayam ras (000 ton) Dt = Dummy krisis moneter (sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1) Tt = Trend waktu HPDRt-1 = Peubah bedakala HPDRt (Rp/kg) u8 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: h1, h3<0 ; h2>0 ; 0
65
4.4. Persamaan Pasar Daging Ayam Ras 4.4.1. Produksi Daging Ayam Ras Produksi daging ayam ras dipengaruhi oleh rasio harga riil daging ayam ras domestik terhadap perubahan harga riil daging ayam ras domestik, perubahan harga riil DOC, perubahan harga riil pakan ayam ras domesik, populasi ayam ras, rasio tingkat suku bunga riil Bank Indonesia tahun sekarang dengan suku bunga riil Bank Indonesia tahun sebelumnya, trend waktu dan produksi daging ayam ras tahun sebelumya. Peningkatan harga daging ayam ras domestik menyebabkan peningkatan produksi daging ayam ras. Meningkatnya harga pakan dan suku bunga bank akan menurunkan produksi daging ayam ras dan demikian juga sebaliknya. Persamaannya adalah sebagai berikut: PDDt
= i0 + i1 (HDDRt / (HDDRt - HDDRt-1) + i2 (HDOCRt / HDOCRt-1) + i3 (HPDRt / HPDRt-1) + i4 PAt + i5 (SBRt / SBRt-1) + i6 Tt + i7 PDDt-1 + u9 ..................................
(51)
dimana : PDDt = Produksi daging ayam ras (000 ton) HDDRt = Harga riil daging ayam ras domestik (Rp/kg) HDDRt-1 = Peubah bedakala HDDRt (Rp/kg) HDOCRt = Harga riil DOC (Rp/kg) HDOCRt-1 = Peubah bedakala HDOCRt (Rp/kg) HPDRt = Harga riil pakan ayam ras domestik (Rp/kg) HPDRt-1 = Peubah bedakala HPDRt (Rp/kg) PAt = Populasi ayam ras (000 ekor) SBRt = Tingkat suku bunga riil Bank Indonesia (%/tahun) SBRt-1 = Peubah bedakala SBRt (%/tahun) Tt = Trend waktu = Peubah bedakala PDDt (000 ton) PDDt-1 u9 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: i2, i3, i5<0 ; i1, i4, i6>0 ; 0
66
sebelumnya, harga riil daging sapi, pendapatan per kapita, dummy krisis moneter dan permintaan daging ayam ras tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: DDDt
= j0 + j1 HDDRt-1 + j2 HTRt-1 + j3 HIRt-1 + j4 HSDRt + j5 PPKt + j6 Dt + j7 DDDt-1 + u10 ...................................
(52)
dimana: DDDt = Permintaan daging ayam ras (000 ton) HDDRt-1 = Peubah bedakala HDDRt (Rp/kg) HTRt-1 = Peubah bedakala HTRt (Rp/kg) HIRt-1 = Peubah bedakala HIRt (Rp/kg) HSDRt = Harga riil daging sapi (Rp/kg) PPKt = Pendapatan per kapita (Rp juta/kapita/tahun) = Dummy krisis moneter (sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1) Dt DDDt-1 = Peubah bedakala DDDt u10 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: j1, j6<0 ; j2, j3, j4, j5>0 ; 0<j7<1 4.4.3. Penawaran Daging Ras Ayam Penawaran daging ayam ras merupakan suatu persamaan identitas, yang merupakan penjumlahan dari produksi daging ayam ras dan volume impor daging ayam ras dikurangi dengan volume ekspornya. Persamaannya adalah sebagai berikut: SDDt = PDDt + MDIt - XDIt .....................................................................................
(53)
dimana: SDDt PDDt MDIt XDIt
= Penawaran daging ayam ras (000 ton) = Produksi daging ayam ras (000 ton) = Impor daging ayam ras (000 ton) = Ekspor daging ayam ras (000 ton)
4.4.4. Harga Daging Ayam Ras Domestik Harga riil daging ayam ras domestik merupakan fungsi dari penawaran dan permintaan daging ayam ras, harga riil daging ayam ras dunia tahun
67
sebelumnya, dummy krisis moneter dan harga riil daging ayam ras domestik tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: HDDRt
= k0 + k1 SDDt + k2 DDDt + k3 HDWRt-1 + k4 Dt + k5 HDDRt-1 + k11 .....................................................................................
(54)
dimana: HDDRt = Harga riil daging ayam ras domestik (Rp/kg) SDDt = Penawaran daging ayam ras (000 ton) DDDt = Permintaan daging ayam ras (000 ton) HDWRt-1 = Peubah bedakala HDWRt (USD/kg) Dt = Dummy krisis moneter (sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1) HDDt-1 = Peubah bedakala HDDRt (Rp/kg) u11 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: k1<0 ; k2, k3, k4>0 ; 0
= l0 + l1 (HDMRt - HDMRt-1) + l2 HDDRt + l3 (DDDt / DDDt-1) + l4 (PDBRt / PDBRt-1) + l5 (POPt / (POPt POPt-1)) + l6 TAt-1 + l7 NTRt + l8 MDIt-1 + u12............
dimana: MDIt = Impor daging ayam ras (000 ton) HDMRt = Harga daging ayam ras impor (USD/kg)
(55)
68
HDMRt-1= Peubah bedakala HDMRt HDDRt = Harga daging ayam ras domestik (Rp/kg) DDDt = Permintaan daging ayam ras (000 ton) DDDt-1 = Peubah bedakala DDDt (000 ton) PDBRt = Produk domestik bruto riil (Rp milyar) PDBRt-1 = Peubah bedakala PDRBt (Rp milyar) POPt = Populasi penduduk (000 jiwa) POPt-1 = Peubah bedakala POPt (000 jiwa) TAt = Tarif impor daging ayam (%) NTRt = Nilai tukar riil (Rp/USD) MDIt-1 = Peubah bedakala MDIt (000 ton) u12 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: l1, l6<0 ; l2, l3, l4, l5, l7>0 ; 0
(56)
dimana: XDIt = Ekspor daging ayam ras (000 ton) PDDt = Produksi daging ayam ras (000 ton) PDDt-1 = Peubah bedakala PDDt (000 ton) HDDRt = Harga daging ayam ras domestik (Rp/kg) HDDRt-1 = Peubah bedakala HDDRt (Rp/kg) HDWRt = Harga riil daging ayam ras dunia (USD/kg) NTRt = Nilai tukar riil (Rp/USD) NTRt-1 = Peubah bedakala NTRt (Rp/USD) Dt = Dummy krisis moneter (sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1) = Trend waktu Tt XDIt-1 = Peubah bedakala XDIt (000 ton) u13 = Peubah pengganggu
69
Tanda parameter dugaan yang diharapkan: m2, m4<0 ; m1, m3, m5, m6>0 ; 0<m7<1 4.4.7. Harga Daging Ayam Ras Impor Harga riil daging ayam ras impor Indonesia dipengaruhi oleh perubahan harga riil daging ayam ras dunia, nilai tukar riil, trend waktu dan harga riil daging ayam ras impor tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: HDMRt
= n0 + n1 (HDWRt - HDWRt-1) + n2 NTRt + n3 Tt + n4 HDMRt-1 + u14...........................................................................................
(57)
dimana: HDMRt = Harga riil daging ayam ras impor (USD/kg) HDWRt = Harga riil daging ayam ras dunia (USD/kg) HDWRt-1 = Peubah bedakala HDWRt (USD/kg) NTRt = Nilai tukar riil (Rp/USD) Tt = Trend waktu HDMRt-1 = Peubah bedakala HDMRt (USD/kg) u14 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: n3<0 ; n1, n2>0 ; 0
= XDUSt + XDIt +XDRWt.....................................................................
dimana: XDWt = Ekspor daging ayam ras dunia (000 ton) XDUSt = Ekspor daging ayam ras USA (000 ton)
(58)
70
XDIt = Ekspor daging ayam ras Indonesia (000 ton) XDRWt = Ekspor daging ayam ras sisa dunia (000 ton) 2. Impor Daging Ayam Ras Dunia MDWt
= MDCt + MDJt +MDIt + MDRWt ................................
(59)
dimana: MDWt MDCt MDJt MDIt MDRWt
= Impor daging ayam ras dunia (000 ton) = Impor daging ayam ras Cina (000 ton) = Impor daging ayam ras Jepang (000 ton) = Impor daging ayam ras Indonesia (000 ton) = Impor daging ayam ras sisa dunia (000 ton)
4.4.9. Harga Daging Ayam Ras Dunia Pergerakan harga daging ayam ras dunia ditentukan oleh volume ekspor, impor dan produksi dari komoditas tersebut. Meningkatnya impor daging ayam ras dunia akan berpengaruh terhadap peningkatan harga daging ayam ras dunia. Sebaliknya meningkatnya ekspor daging ayam ras dunia cenderung menyebabkan penurunan harga daging ayam ras dunia. Persamaannya adalah sebagai berikut: HDWRt = o0 + o1 XDWt + o2 MDWt-1 + o3 PDWt + o4 Tt + o5 HDWRt-1 + o15 ....................................................................................... dimana: HDWRt = Harga riil daging ayam ras dunia (USD/kg) XDWt = Ekspor daging ayam ras dunia (000 ton) MDWt-1 = Peubah bedakala MDWt (000 ton) PDWt = Produksi daging ayam ras dunia (000 ton) Tt = Trend waktu HDWRt-1 = Peubah bedakala HDWRt (USD/kg) u15 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: o1,o3<0 ; o2,o4>0 ; 0
(60)
71
4.5. Prosedur Analisis 4.5.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data yang sifatnya dapat mewakili kondisi secara umum di Indonesia berupa data sekunder selama 26 tahun terakhir (tahun 1980-2005) yang merupakan data deret waktu (time series data) dari berbagai sumber diantaranya adalah dari BPS, FAO, IMF, Statistik Peternakan dan lain sebagainya, disamping data kualitatif yang dikumpulkan dari berbagai pihak terkait dengan kegiatan impor jagung dan daging ayam. Data kualitatif meliputi identifikasi permasalahan, kendala, serta alternatif yang dapat direkomendasikan dalam rangka kebijakan impor jagung dan daging ayam 4.5.2. Identifikasi Model Setelah menduga model persamaan simultan dilakukan identifikasi model. Rumus identifikasi model struktural berdasarkan order condition menurut Koutsoyiannis (1977): (K – M) ≥ (G – 1) ..........................................................................
(61)
dimana: K : Total peubah dalam model (peubah endogen dan predetermine) M : Jumlah peubah endogen dan eksogen dalam persamaan yang diidentifikasi G : Total persamaan (jumlah peubah endogen) dalam model Jika
(K – M) = (G – 1), persamaan dalam model exactly identified (K – M) < (G – 1), pesamaaan dalam model unidentified (K – M) > (G – 1), pesamaaan dalam model over identified Model analisis pasar jagung, pakan, dan daging ayam ras di Indonesia
terdiri dari 15 persamaan struktural dan 8 persamaan identitas. Model terdiri dari 23 peubah current endogenous, 15 peubah lag endogenous, 36 peubah exogenous,
72
sehingga ada 51 peubah predetermine. Hasil identifikasi dalam model tersebut adalah over identified, dengan perhitungan (74-8) > (23-1). 4.5.3. Metode Pendugaan Model Persamaan yang over identified dapat diduga dengan menggunakan metode pendugaaan 2SLS, 3SLS, LIML, atau FIML. Dalam penelitian digunakan metode pendugaan 2SLS, karena dapat manghasilkan hasil dugaan parameter yang lebih efisien dengan asumsi: 1. Peubah-peubah pengganggu harus memenuhi asumsi stokastik. 2. Spesifikasi model dianggap benar. 3. Jumlah pengamatan contoh lebih besar dari jumlah peubah predetermined dalam model. 4. Peubah penjelas tidak mengalami kolinearitas sempurna. Penelitian ini menggunakan data urut waktu time series maka dilakukan uji Durbin-Watson untuk mengetahui ada tidaknya korelasi serial yang serius. Namun uji ini tidak valid digunakan untuk persamaan yang mengandung peubah endogen bedakala, seperti pada model persamaan simultan pada penelitian ini. Oleh sebab itu pengujian kondisi korelasi serialnya akan menggunakan statistika Durbin-h (Pindyck and Rubinfeld, 1991) h = [1- 0.5 DW] [T/{(1-t) * (Var Bhat)}]0.5 .................................. dimana : h T Var Bhat DW
: : : :
(62)
Angka Durbin h Statistik Jumlah pengamatan contoh Varians dari koefisien lagged endogenous variables Nilai statistik Durbin-Watson
Uji statistik Durbin-h tidak valid apabila hasil kali T (Var Bhat) lebih besar dari nilai krisis distribusi normal, maka model tidak mengalami korelasi
73
serial. Suatu persamaan dapat dikatakan tidak mengalami masalah autokorelasi pada kondisi nomal yakni taraf nyata 5 persen, dan nilai h hitung berada diantara -1.96 dan 1.96. 4.5.4. Validasi Model Untuk mengetahui apakah suatu model cukup valid untuk membuat suatu simulasi alternatif kebijakan dan non kebijakan, maka perlu dilakukan suatu validasi model dengan tujuan untuk menganalisis sejauh mana persamaan tersebut dapat mewakili dunia nyata. Kriteria statistika yang digunakan untuk validasi model nilai pendugaan model ekonometrika adalah Root Mean Square Error (RMSE), Root Mean Square Percent Error (RMSPE) dan Theil’s Inequality Coefficient (U). Kriteria-kriteria tersebut dirumuskan sebagai berikut: T 2⎤ ⎡ RMSE= ⎢1 / T ∑ Yt s − Yt a ⎥ t −1 ⎣ ⎦
(
)
{(
0.5
........................................................
)( )}
T ⎡ RMSPE= ⎢1 / T ∑ Yt s − Yt a / Yt a t −1 ⎣
T 2⎤ ⎡ 1 / T Yt s − Yt a ⎥ ∑ ⎢ t −1 ⎣ ⎦
(
U=
)
2
⎤ ⎥ ⎦
0.5
...........................................
(64)
..........................................
(65)
0.5
T T 2⎤ ⎡ ⎡ s 2⎤ 1 / T T + 1 / T Yt a ⎥ ∑ ∑ t ⎢ ⎥ ⎢ t −1 t −1 ⎣ ⎦ ⎣ ⎦
( )
(63)
( )
0.5
dimana: RMSE = Akar tengah kuadrat galat simulasi (Root Mean Square Error) RMSPE = Akar tengah kuadrat persen galat (Root Mean Square Percent Error) U = Koefisien ketidaksamaan Theil (Theil’s Inequality Coefficient) s Yt = Nilai pendugaan model
Yt a T
= Nilai pengamatan contoh = Jumlah pengamatan dalam simulasi
74
Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari nilai aktualnya dalam ukuran relatif (persen) atau seberapa dekat nilai dugaan tersebut mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Sedangkan nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model dalam menganalisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil (U) berkisar antara 0 dan 1. Jika U = 0 maka pendugaan model tersebut sempurna dan jika
U = 1 maka pendugaan model naïf. Untuk melihat keeratan arah (slope) antara nilai aktual dengan hasil yang disimulasi, ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasinya (R2). Pada dasarnya semakin kecil nilai RMSPE dan U-Theil’s serta makin besar R2, maka pendugaan model semakin baik. 4.5.5. Simulasi Model Analisis simulasi model dibedakan menjadi simulasi faktor internal dan faktor eksternal. Simulasi model ini dibedakan untuk menerangkan perilaku penawaran, permintaan, dan harga jagung, pakan dan daging ayam ras terhadap perubahan faktor internal dan eksternal serta dampaknya terhadap surplus produsen dan konsumen serta penerimaan pemerintah. 4.5.5.1. Simulasi Faktor Internal Simulasi faktor internal adalah: (1) penurunan tingkat suku bunga bank 30 persen dan depresiasi rupiah 20 persen, (2) peningkatan harga DOC 25 persen dan penurunan tingkat suku bunga bank 20 persen, (3) peningkatan harga pakan dan DOC masing-masing 25 persen, (4) peningkatan harga jagung, pakan dan daging
75
ayam ras masing-masing 25 persen dan (5) penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam ras serta depresiasi rupiah 20 persen. Penurunan tingkat suku bunga bank 30 persen. Suku bunga bank merupakan faktor input bagi usaha yang menggunakan jasa bank untuk mendapatkan modal. Dalam upaya memacu produksi jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia, penurunan suku bunga sebesar 30 persen diduga dapat merangsang peningkatan produksi jagung, pakan dan daging ayam ras. Depresiasi rupiah 20 persen. Berubahnya nilai tukar Rp/USD berdampak pada perubahan harga impor pada pasar jagun dan daging ayam. Pada analisis ini depresiasi rupiah yang terjadi sebesar 20 persen, atas dasar pertimbangan bahwa dalam periode 2000-2005 rupiah terdepresiasi stabil pada kisaran 20 persen. Peningkatan harga jagung 25 persen. Pada saat terjadi krisis moneter tahun 1997, pemerintah didesak oleh IMF untuk menghapuskan subsidi sektor pertanian. Pada tahun 1998 pemerintah mulai menghapus subsidi pupuk yang menyebabkan harga pupuk meningkat, khususnya TSP dan urea yang diperlukan dalam produksi jagung. Peningkatan harga pakan 25 persen. Kenaikan harga jagung akibat penghapusan subsidi pupuk akan mengakibatkan kenaikan harga pakan, karena komposisi jagung sangat besar dalam proses pembuatan pakan. Simulasi peningkatan harga pakan 25 persen dinilai relevan dilakukan mengingat trend harga input juga mengalami peningkatan dari tahun 2000-2005. Peningkatan harga DOC 25 persen. Kenaikan harga jagung dan pakan juga turut berperan dalam kenaikan harga DOC, karena usaha pembibitan DOC juga tergantung dari pakan yang dikonsumsi oleh ayam ras dalam menghasilkan DOC.
76
Hal ini juga diikuti dengan trend peningkatan harga DOC dari tahun 2000-2005. Oleh karena itu sangat relevan dilakukan simulasi peningkatan harga DOC sebesar 25 persen. Peningkatan harga daging ayam ras 25 persen. Kenaikan harga pakan karena adanya peningkatan harga jagung akan mempengaruhi biaya produksi industri ayam ras. Hal ini dikarenakan karena produksi daging ayam ras sangat tergantung pada pakan yang digunakan, yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan harga daging ayam ras. 4.5.5.2. Simulasi Faktor Eksternal Simulasi faktor eksternal adalah: (1) peningkatan ekspor jagung AS 30 persen, (2) peningkatan impor jagung Jepang 30 persen, (3) peningkatan ekspor daging ayam AS 30 persen dan (4) peningkatan impor daging ayam Cina dan Jepang masing-masing 30 persen. Pertimbangan memasukkan negara-negara tersebut dalam simulasi karena negara-negara tersebut merupakan negara eksportir dan importir utama jagung dan daging ayam di pasar dunia. Jika terjadi perubahan ekspor dan impor dari negara-negara tersebut akan berdampak lebih besar dibanding dengan negara lainnya terhadap kinerja pasar domestik. Besarnya perubahan sebesar 30 persen berdasarkan kecenderungan adanya peningkatan volume ekspor atau impor dari negara yang bersangkutan mendekati 30 persen. 4.5.5.3. Analisis Surplus Produsen dan Surplus Kosumen Indikator tingkat kesejahteraan yang digunakan adalah surplus produsen dan konsumen jagung, pakan dan daging ayam di Indonesia. Nilai surplus produsen dan konsumen akan digunakan sebagai dasar evaluasi alternatif
77
kebijakan yang diambil. Analisis surplus produsen dan konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras dapat dirumuskan sebagai berikut (Sinaga 1989): 1. Perubahan Surplus Produsen Domestik. a. Jagung SJIb(HJDs–HJDb) + ½ (SJIs–SJIb)(HJDs–HJDb)………………….
(66)
b. Pakan SPIb(HPDs–HPDb) + ½ (SPIs–SPIb)(HPDs–HPDb)………………
(67)
c. Daging Ayam Ras SDDb(HDDs–HDDb) + ½ (SDDs–SDDb)(HDDs–HDDb)………..
(68)
2. Perubahan Surplus Konsumen Domestik a. Jagung DJIb(HJDs–HJDb) + ½ (DJIs–DJIb)(HJDs–HJDb)............................
(69)
b. Pakan DPIb(HPDs–HPDb) + ½ (DPIs–DPIb)(HPDs–HPDb)………….......
(70)
c. Daging Ayam Ras DDDb(HDDs–HDDb) + ½ (DDDs–SDDb)(DDDs–HDDb)…………
(71)
3. Perubahan Pengeluaran Devisa Negara. a. Jagung (MJIs*HJWs*TJs) – (MJIb *HJWb*TJb)............................................
(72)
b. Daging Ayam Ras (MDIs*HDWs*TAs) – (MDIb*HDWb*TAb)..................................... dimana: subskrip b subskrip s
= menyatakan nilai simulasi dasar = menyatakan nilai simulasi kebijakan
(73)
V. ANALISIS PASAR JAGUNG, PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Pendugaan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Besaran uji nilai F hitung adalah antara 2.102 dan 203.627 dan nyata pada taraf α = 0.0001 dan 0.1098. Dengan demikian secara keseluruhan dapat diinterpretasikan bahwa variasi peubah-peubah eksogen dalam persamaan struktural secara bersama-sama dapat menjelaskan dengan baik variasi peubah masing-masing peubah endogennya. Secara keseluruhan pendugaan parameter model ekonometrika dalam penelitian ini memberikan hasil yang cukup baik. Nilai koefisien determinasi (R2) masing-masing persamaan struktural berkisar antara 0.1867-0.9854. Persamaan harga riil daging ayam ras dunia (HDWR) memberikan nilai koefisien determinasi terendah (0.1867), dan persamaan produksi jagung (PJI) memberikan nilai koefisien determinasi tertinggi (0.9854). Dengan demikian secara umum peubahpeubah penjelas yang dimasukkan dalam persamaan struktural dalam penelitian ini mampu menjelaskan dengan baik keragaman peubah-peubah endogennya. Selain itu, semua peubah penjelas mempunyai tanda dugaan parameter yang sesuai dengan harapan dan logis dari sudut pandang teori ekonomi. Hasil uji statistik t yang diperoleh menunjukkan bahwa ada beberapa peubah penjelas yang tidak signifikan atau berpengaruh nyata terhadap peubah endogennya pada taraf α = 0.05. Dalam penelitian ini taraf α yang digunakan cukup fleksibel (berlaku untuk tiap persamaan struktural), sehingga sebagian besar peubah penjelas berpengaruh nyata terhadap peubah endogennya. Taraf nyata yang digunakan adalah (A) merupakan taraf nyata pada α sebesar 0.05, (B)
79
merupakan taraf nyata pada α sebesar 0.10, (C) merupakan taraf nyata pada α sebesar 0.15 dan (D) merupakan taraf nyata pada α sebesar 0.20. Nilai Durbin Watson (DW) berkisar antara 1.173 sampai 2.816. Nilai terendah DW terdapat pada persamaan harga riil jagung domestik (HJDR), sedangkan nilai DW yang tertinggi terdapat pada persamaan produksi jagung (PJI) yaitu sebesar 2.883. Berdasarkan hasil dugaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini cukup representatif dalam menjelaskan model pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia.
5.2. Persamaan Pasar Jagung 5.2.1. Produksi Jagung Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Pendugaan Parameter Produksi Jagung (PJI) Dugaan Parameter
Peubah
t-hitung
Elastisitas Jangka Jangka Panjang Pendek
INTERCEP
-165.584
-0.106
HJDR2 (Perubahan harga riil jagung)
1.171603
1.425 (D)
0.0102
0.0103
LAJ (Luas areal panen jagung)
1.961529
7.698 (A)
0.8956
0.9025
HPKR (Harga riil pupuk)
-0.418077
-0.569
-0.008
-0.008
WR (Upah riil tenaga kerja)
-0.023105
-0.925
-0.0202
-0.0204
-2.469 (A)
-0.0131
-0.0132
SBR (Suku bunga riil)
-17.730325
D (Dummy krisis moneter)
-384.247251
T (Trend waktu) LPJI (Produksi jagung t-1)
Keterangan:
117.044158
-1.144 2.442 (A)
0.007544 0.055 R2 = 0.9854, Fhitung = 203.627, Dw = 2.883
(A) nyata pada α = 0.05 (D) nyata pada α = 0.20
Hasil pendugaan parameter produksi jagung mempunyai nilai R2 yang tinggi yaitu 0.985. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas dalam persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik peubah endogennya.
80
Sebesar 98 persen produksi jagung dapat dijelaskan oleh peubah-peubah perubahan harga riil jagung domestik, luas areal panen jagung tahun sebelumnya, harga riil pupuk, suku bunga riil, trend waktu dan produksi jagung tahun sebelumnya. Perubahan harga riil jagung domestik menstimulasi produksi jagung. Hal ini ditunjukkan dengan peubah harga riil jagung domestik yang signifikan secara statistika dengan hubungan yang positif. Apabila perubahan harga riil jagung domestik meningkat sebesar Rp. 1 per kilogram maka akan meningkatkan produksi jagung sebesar 1.17 ribu ton, ceteris paribus. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang, peubah produksi jagung tidak responsif terhadap perubahan harga riil jagung domestik. Luas areal panen jagung tahun sebelumnya secara statistika berpengaruh nyata terhadap produksi jagung dengan arah yang positif. Jika luas areal panen jagung tahun sebelumnya meningkat 1 hektar, maka akan meningkatkan produksi jagung sebesar 1.96 ribu ton, ceteris paribus. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang produksi jagung cukup responsif terhadap luas real areal panen jagung tahun sebelumnya. Selain luas areal panen jagung, suku bunga riil juga berpengaruh nyata terhadap produksi jagung dengan hubungan yang negatif. Apabila ada kenaikan suku bunga riil sebesar 1 persen per tahun akan menurunkan produksi jagung sebesar 17.73 ribu ton. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang produksi jagung tidak responsif (inelastis) terhadap suku bunga riil.
81
Trend waktu juga berpengaruh nyata terhadap produksi jagung dengan hubungan yang positif. Hal ini berarti seiring dengan adanya perkembangan waktu, produksi jagung akan meningkat sebesar 117.04 ribu ton, ceteris paribus. 5.2.2. Permintaan Jagung Industri Pakan Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung industri pakan disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Jagung Industri Pakan (DJP) Dugaan Parameter
Peubah
t-hitung
Elastisitas Jangka Jangka Panjang Pendek
INTERCEP
2656.0247
2.257 (A)
HJDR (Harga riil jagung domestik) HPDR5 (Rasio harga riil pakan domestik t-1 dengan harga riil jagung domestik t-1) HKDR2 (Rasio harga riil kedelai t dengan harga riil kedelai t-1) LDJP (Permintaan jagung industri pakan t-1)
-0.421298
-0.917
-0.1386
-0.9347
382.06674
0.964
0.3131
2.1115
-1.2563
-8.4730
-2450.4364
-4.399 (A)
0.851733
7.966 (A)
2
R = 0.7351, Fhitung = 17.647, Dw = 2.336
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05
Hasil pendugaan parameter permintaan jagung industri pakan mempunyai nilai R2 yang tinggi yaitu 0.73. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas dalam persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik peubah endogennya. Sebesar 73 persen permintaan jagung industri pakan dapat dijelaskan oleh peubah rasio harga riil kedelai domestik dan harga riil kedelai domestik tahun sebelumnya dan permintaan jagung industri pakan tahun sebelumnya. Apabila ada kenaikan rasio antara harga riil kedelai domestik dengan harga riil kedelai domestik tahun sebelumnya sebesar Rp. 1 per kg, maka akan menurunkan permintaan jagung industri pakan sebesar 2 450 ribu ton, ceteris paribus. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, permintaan jagung industri pakan sangat responsif terhadap rasio harga riil kedelai domestik dengan harga riil kedelai domestik tahun sebelumnya.
82
Permintaan jagung industri pakan tahun sebelumnya juga mempengaruhi permintaan jagung industri pakan tahun sekarang. Apabila permintaan jagung industri pakan tahun sebelumnya naik sebesar 1 000 ton, maka permintaan jagung industri pakan tahun sekarang akan naik sebesar 0.85 ribu ton, ceteris paribus. 5.2.3. Harga Riil Jagung Domestik Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi harga riil jagung domestik disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Pendugaan Parameter Harga Rill Jagung Domestik (HJDR) Peubah INTERCEP SJI1 (Rasio penawaran jagung t dengan penawaran jagung t-1) DJI (Permintaan jagung) HJWR (Harga riil jagung dunia) LHJDR (Harga riil jagung domestik t-1)
Dugaan Parameter
t-hitung
359.22513
1.411 (D)
-291.2207
-2.491 (A)
Elastisitas Jangka Jangka Panjang Pendek -0.4362
-3.9197
0.005213
0.264
0.0548
0.4922
103.876745
0.652
0.0225
0.2019
0.888725
6.193 (A)
R2 = 0.6854, Fhitung = 14.072, Dw = 1.173
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05 (D) nyata pada α = 0.20
Hasil pendugaan parameter harga riil jagung domestik memiliki nilai R2 yang tinggi yaitu 0.685. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas dalam persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik peubah endogennya. Sebesar 68 persen harga riil jagung domestik dapat dijelaskan dengan baik oleh peubah rasio penawaran jagung tahun sekarang dengan penawaran jagung tahun sebelumnya, permintaan jagung, harga riil jagung dunia dan harga riil jagung domestik tahun sebelumnya. Secara statistika rasio penawaran jagung tahun sekarang dengan penawaran jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga riil jagung domestik dengan arah yang negatif. Artinya jika ada peningkatan antara rasio penawaran jagung tahun sekarang dengan penawaran jagung domestik tahun
83
sebelunya sebesar 1 000 ton, akan menyebabkan penurunan harga riil jagung domestik sebesar Rp. 291.22 per kilogram, ceteris paribus. Harga riil jagung domestik kurang respon terhadap rasio penawaran jagung tahun sekarang dengan penawaran jagung tahun sebelumnya dalam jangka pendek, namun responsif dalam jangka panjang. Harga riil jagung domestik tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga riil jagung domestik tahun sekarang dengan arah yang positif. Jika ada kenaikan harga riil jagung domestik tahun lalu sebesar Rp. 1 per kilogram akan meningkatkan harga riil jagung domestik tahun sekarang sebesar Rp. 0.89 per kilogram, ceteris paribus. 5.2.4. Impor Jagung Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi impor jagung disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil Pendugaan Parameter Impor Jagung (MJI) Dugaan Parameter
Peubah INTERCEP
-2159.8283
LHJDR (Harga riil jagung domestik t-1) HJWR (Harga riil jagung dunia)
0.64013 -306.01574
NTR (Nilai tukar riil Rp/USD)
-0.127085
POP (Populasi penduduk Indonesia) PDB2 (Rasio PDB riil t dengan PDB riil t-1) TJ1 (Perubahan tarif impor jagung) LMJI (Impor jagung t-1)
t-hitung
Elastisitas Jangka Jangka Panjang Pendek
-0.848 1.283
0.7463
1.1897
-0.419
-0.0851
-0.1357
-2.769 (A)
-0.9328
-1.4870
0.012971
1.000
4.5188
7.2038
291.048941
0.722
0.5935
0.9461
-1.416229
-0.028
0.0005
0.0008
0.372714
1.649 (C)
R2 = 0.8172, Fhitung = 16.327, Dw = 2.046
Keterngan: (A) nyata pada α = 0.05 (C) nyata pada α = 0.15
Hasil pendugaan parameter pada persamaan impor jagung mempunyai nilai R2 sebesar 0.817. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas dalam persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik peubah endogennya.
84
Sebesar 82 persen impor jagung dapat dijelaskan oleh peubah nilai tukar riil dan impor jagung tahun sebelumnya. Nilai tukar riil terbukti secara statistika berpengaruh nyata terhadap impor jagung dengan arah yang negatif. Artinya bila nilai tukar riil meningkat Rp. 1 per USD dapat menurunkan impor jagung sebesar 0.13 ribu ton, ceteris paribus. Dalam jangka pendek, impor jagung kurang responsif terhadap nilai tukar riil namun responsif dalam jangka panjang. Impor jagung tahun yang lalu berpengaruh nyata terhadap impor jagung tahun sekarang. Hal ini berarti bila ada peningkatan impor jagung tahun sebelumnya sebesar 1 000 ton maka akan meningkatkan impor jagung saat ini sebesar 0.37 ribu ton. 5.2.5. Harga Riil Jagung Dunia Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi harga riil jagung dunia disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Jagung Dunia (HJWR) Dugaan Parameter
Peubah INTERCEP XJW1 (Rasio ekspor jagung dunia t dengan ekspor jagung dunia t-1) MJW (Impor jagung dunia) T (Trend waktu) LHJWR (Harga riil jagung dunia t-1)
0.158596 -0.086192
t-hitung
Elastisitas Jangka Jangka Panjang Pendek
1.041 -1.539 (C)
-0.5637
-1.1723
5.407E-06
2.101 (A)
2.6888
5.5916
-0.019884
-2.969 (A)
0.519137
4.166 (A)
R2 = 0.9694, Fhitung = 191.188, Dw = 2.050
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05 (C) nyata pada α = 0.15
Hasil pendugaan parameter pada persamaan harga riil jagung dunia memiliki R2 yang tinggi yaitu sebesar 0.969. Hal ini menunjukkan bahwa peubahpeubah penjelas pada persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik peubah endogennya.
85
Sebesar 97 persen harga riil jagung dunia dapat dijelaskan oleh peubah rasio ekspor jagung dunia, impor jagung dunia, tren waktu dan harga riil jagung dunia tahun sebelumnya. Ekspor jagung dunia terbukti secara statistika berpengaruh nyata terhadap harga riil jagung dunia dengan arah negatif. Jika ada peningkatan ekspor jagung dunia sebesar 1 000 ton maka harga riil jagung dunia akan mengalami penurunan sebesar USD 0.086 per kilogram, ceteris paribus. Dalam jangka pendek harga riil jagung dunia tidak responsif bila dibandingkan dalam jangka panjang terhadap ekspor jagung dunia. Impor jagung dunia berpengaruh nyata terhadap harga riil jagung dunia dengan arah yang positif, yang berarti jika terjadi kenaikan impor jagung dunia sebanyak 1 000 ton, maka harga riil jagung dunia akan mengalami kenaikan sebesar USD 0.000005 per kilogramnya, ceteris paribus. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, harga riil jagung dunia sangat responsif terhadap impor jagung dunia. Seiring dengan perkembangan waktu, harga riil jagung dunia akan menurun sebesar USD 0.02 per kilogram. Harga riil jagung dunia tahun sebelumnya juga signifikan secara statistika, yang berarti apabila ada kenaikan harga riil jagung dunia tahun sebelumnya naik sebesar USD 1 per kilogram, maka akan meningkatkan harga riil jagung dunia tahun sekarang sebesar USD 0.52 per kilogram, ceteris paribus. 5.3. Persamaan Pasar Pakan Ayam Ras 5.3.1. Produksi Pakan Ayam Ras Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pakan ayam ras disajikan pada Tabel 20.
86
Tabel 20. Hasil Pendugaan Parameter Produksi Pakan (PPD) Dugaan Parameter
Peubah INTERCEP
2949.4701
LHPDR (Harga riil pakan domestik t-1) LHJDR (Harga riil jagung domestik t-1)
t-hitung
Elastisitas Jangka Jangka Pendek Panjang
1.334 (D)
0.026483
0.031
0.0098
0.028 -1.3353
-2.153431
-1.228
-0.4697
-372.01782
-0.844
-0.0855
-0.243
LSBR (Suku bunga riil t-1)
-14.01346
-0.849
-0.0257
-0.0731
T (Trend waktu)
97.611096
1.302
LHKIR (Harga riil komponen pakan impor)
LPPD (Produksi pakan t-1)
0.648221
3.103 (A)
2
R = 0.8970, Fhitung = 35.833 , Dw = 1.870
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05 (D) nyata pada α = 0.20
Hasil pendugaan parameter pada persamaan produksi pakan ayam ras memiliki nilai R2 sebesar 0.90. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas pada persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik peubah endogennya. Sebesar 90 persen produksi pakan ayam ras dapat dijelaskan hanya oleh peubah produksi pakan ayam ras tahun sebelumnya. Apabila ada kenaikan produksi pakan ayam ras tahun sebelumnya sebesar 1 000 ton, maka akan meningkatkan produksi pakan ayam ras tahun sekarang sebesar 0.65 ribu ton, ceteris paribus. 5.3.2. Permintaan Pakan Ayam Ras Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pakan ayam ras disajikan pada Tabel 21. Hasil pendugaan parameter pada persamaan permintaan pakan ayam ras memiliki nilai R2 sebesar 0.94. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas pada persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik peubah endogennya. Sebesar 94 persen permintaan pakan ayam ras dapat dijelaskan oleh peubah harga riil pakan ayam ras domestik, harga riil daging ayam ras domestik, populasi ayam ras dan permintaan pakan ayam ras tahun sebelumnya.
87
Tabel 21 Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Pakan Ayam Ras (DPI) Dugaan Parameter
Peubah INTERCEP
-120.47168
t-hitung
Elastisitas Jangka Jangka Pendek Panjang
-0.218
HPDR (Harga riil pakan ayam ras domestik)
-0.349539
-1.978 (A)
-0.2212
-0.3282
HDDR (Harga riil daging ayam ras domestik)
0.117847
2.937 (A)
0.3033
0.4500
PA (Populasi ayam ras)
0.002461
5.711 (A)
0.5569
0.8261
LDPI (Permintaan pakan ayam ras t-1)
0.325899
2.875 (A)
R2 = 0.9359, Fhitung = 88.539, Dw = 1.557
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05
Harga riil pakan ayam ras domestik secara statistika berpengaruh nyata terhadap permintaan pakan ayam ras domestik dengan arah yang negatif. Artinya, jika ada peningkatan harga riil pakan ayam ras sebesar Rp. 1 per kilogram akan menyebabkan permintaan pakan ayam ras akan mengalami penurunan sebesar 0.35 ribu ton, ceteris paribus. Baik dalam jangka pendek dan jangka panjang permintaan pakan ayam ras kurang responsif terhadap harga riil pakan ayam ayam ras domestik. Harga riil daging ayam ras domestik juga berpengaruh nyata secara statistik terhadap permintaan pakan ayam ras dengan arah yang positif. Artinya, jika ada peningkatan harga riil ayam ras domestik sebesar Rp. 1 per kilogram akan menyebabkan kenaikan akan permintaan pakan ayam ras sebesar 0.12 ribu ton, ceteris paribus. Permintaan pakan ayam ras inelastis terhadap harga riil daging ayam ras domestik, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Populasi ayam ras berpengaruh nyata terhadap permintaan pakan ayam ras dengan besaran yang negatif. Hal ini berarti jika ada peningkatan populasi ayam ras sebanyak 1 000 ekor, maka akan menyebabkan kenaikan permintaan pakan ayam ras sebanyak 0.002 ribu ton, ceteris paribus. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang permintaan pakan ayam ras kurang responsif terhadap populasi ayam ras.
88
Permintaan pakan ayam ras tahun sebelumnya juga mempengaruhi permintaan pakan ayam ras tahun sekarang. Jika permintaan pakan ayam ras tahun sebelumnya naik sebesar 1 000 ton, maka permintaan pakan ayam ras tahun sekarang juga akan meningkat sebesar 0.32 ribu ton, ceteris paribus. 5.3.3. Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi harga riil pakan ayam ras domestik disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik (HPDR) Dugaan Parameter
Peubah INTERCEP SPI1 (Rasio penawaran dengan permintaan pakan ayam ras) D (Dummy krisis moneter)
-128.38343 614.27886
2.732 (A)
T (Trend waktu)
-51.911479
-1.510 (C)
LHPDR (Harga riil pakan ayam ras domestik t-1)
2987.5538
t-hitung
0.106664
Elastisitas Jangka Jangka Panjang Pendek
3.297 (A) -0.94
-0.1949
-0.2182
0.523
R2 = 0.2700, Fhitung = 2.775, Dw = 2.312
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05 (C) nyata pada α = 0.15
Hasil pendugaan parameter pada persamaan harga riil pakan ayam ras domestik memiliki nilai R2 sebesar 0.27. Hal ini menunjukkan bahwa peubah endogen dapat dijelaskan cukup baik oleh peubah-peubah penjelas pada persamaan ini. Dari 6 variabel penjelas pada persamaan tersebut, hanya 2 variabel yang berpengaruh nyata secara statistika, yaitu dummy krisis moneter dan trend waktu. Selain itu dapat dijelaskan bahwa jika terjadi krisis moneter, maka harga riil pakan ayam ras domestik akan mengalami kenaikan sebesar Rp. 614.28 per kilogram. Sedangkan seiring dengan perkembangan waktu, harga riil pakan ayam
89
ras domestik mengalami penurunan sebesar Rp. 91.51 per kilogram, ceteris paribus. 5.4. Persamaan Pasar Daging Ayam Ras 5.4.1. Produksi Daging Ayam Ras Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging ayam ras disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Hasil Pendugaan Parameter Produksi Daging Ayam Ras (PDD) Dugaan Parameter
Peubah INTERCEP HDDR3 (Rasio harga riil daging ayam ras domestik terhadap perubahan harga riil daging ayam ras domestik) HDOCR1 (Perubahan harga riil DOC) HPDR1 (Perubahan harga riil pakan ayam ras domestik) PA (Populasi ayam ras) T (Trend waktu) LPDD (Produksi daging ayam ras t-1)
Elastisitas Jangka Jangka Pendek Panjang
-38.28954
-1.239
0.16513
0.603
-0.0242
-0.0317
-0.015905
-1.116
-0.0023
-0.003
-0.019706
-0.411
-0.0061
-0.008
0.679
0.8913
-0.0055
-0.0073
0.000586
SBR2 (Rasio suku bunga rill t dengan suku bunga riil t-1)
t-hitung
-2.290469
4.774 (A) -0.763
5.732866
1.361 (D)
0.238137
1.573 (C)
2
R = 0.9572, Fhitung = 77.743, Dw = 1.539
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05 (C) nyata pada α = 0.15 (D) nyata pada α = 0.20
Hasil pendugaan parameter pada persamaan produksi daging ayam ras memiliki R2 sebesar 0.96. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas pada persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik peubah endogennya. Pada persamaan ini populasi ayam ras, trend waktu dan produksi daging ayam ras tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap produksi daging ayam ras. Populasi ayam ras berpengaruh nyata terhadap produksi daging ayam ras dengan hubungan yang positif. Artinya, jika terjadi peningkatan populasi ayam ras sebesar 1 000 000 ekor, maka akan meningkatkan produksi daging ayam ras sebesar 0.59 ribu ton. Produksi daging ayam ras kurang responsif terhadap populasi ayam ras baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Produksi
90
daging ayam ras cenderung meningkat sebesar 5.73 ribu ton seiring dengan berjalannya waktu. Produksi daging ayam ras tahun sebelumnya juga mempengaruhi produksi daging ayam ras tahun sekarang dengan hubungan yang positif. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan produksi daging ayam ras tahun sebelumnya sebesar 1 000 ton, maka akan meningkatkan produksi daging ayam ras tahun sekarang sebesar 0.24 ribu ton, ceteris paribus. 5.4.2. Permintaan Daging Ayam Ras Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam ras disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Daging Ayam Ras (DDD) Dugaan Parameter
Peubah INTERCEP LHDDR (Harga riil daging ayam ras domestik t-1)
t-hitung
-342.56731
-2.520 (A)
-0.013649
-1.470 (D)
Elastisitas Jangka Jangka Panjang Pendek -0.1827
-0.3944
LHTR (Harga riil telur t-1)
0.018018
0.738
0.1915
0.4133
LHIR (Harga riil ikan t-1)
0.037836
1.442 (D)
0.3197
0.6900
HSDR (Harga riil daging sapi domestik)
0.012256
1.611 (C)
0.4634
1.0001
PPK (Pendapatan per kapita Indonesia)
0.079196
1.528 (C)
0.4072
0.8788
-171.398868
-2.957 (A)
0.536641
2.647 (A)
D (Dummy krisis moneter) LDDD (Permintaan daging ayam ras t-1) 2
R = 0.9350, Fhitung = 50.308 , Dw = 1.961
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05 (C) nyata pada α = 0.15 (D) nyata pada α = 0.20
Hasil pendugaan parameter pada persamaan permintaan daging ayam ras memiliki nilai R2 sebesar 0.94. Ini menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas pada persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik peubah endogennya. Harga riil daging ayam ras domestik tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam ras dengan hubungan yang negatif. Artinya jika ada kenaikan harga riil daging ayam ras domestik tahun sebelumnya sebesar
91
Rp. 1 000 per kilogram maka akan menurunkan permintaan daging ayam ras sebesar 13.65 ribu ton. Dalam jangka pendek dan jangka panjang permintaan daging ayam ras kurang responsif terhadap harga riil daging ayam ras domestik tahun sebelumnya. Harga riil ikan tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam ras dengan hubungan yang porsitif. Artinya, jika ada kenaikan harga riil ikan tahun sebelumnya sebesar Rp. 1 000 per kilogram maka akan meningkatkan permintaan daging ayam ras sebesar 37.84 ribu ton. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang permintaan daging ayam ras kurang responsif terhadap harga riil ikan tahun sebelumnya. Harga riil daging sapi domestik berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam ras dengan hubungan yang positif. Artinya, jika terjadi kenaikan harga riil daging sapi domestik sebesar Rp. 1 000 per kilogram maka akan meningkatkan permintaan daging ayam ras sebesar 12.26 ribu ton. Dalam jangka pendek permintaan daging ayam ras kurang responsif terhadap harga riil daging sapi domestik, namun responsif dalam jangka panjang. Pendapatan per kapita berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam ras dengan hubungan yang positif. Artinya, jika ada peningkatan pendapatan per kapita sebesar Rp. 1 juta per kapita per tahun maka akan meningkatkan permintaan daging ayam ras sebesar 0.08 ribu ton. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang permintaan daging ayam ras kurang responsif terhadap pendapatan per kapita. Selain itu dapat dijelaskan bahwa jika terjadi krisis moneter, maka permintaan daging ayam ras akan mengalami penurunan sebesar 171.40 ribu ton.
92
Permintaan daging ayam ras tahun sebelumnya juga mempengaruhi permintaan daging ayam ras tahun sekarang dengan hubungan yang positif, dimana bila ada kenaikan permintaan daging ayam ras tahun sebelumnya sebesar 1 000 ton, maka akan meningkatkan permintaan daging ayam ras tahun sekarang sebesar 0.54 ribu ton, ceteris paribus. 5.4.3. Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi harga riil daging ayam ras domestik disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik (HDDR) Dugaan Parameter
Peubah
t-hitung
INTERCEP
4257.1911
SDD (Penawaran daging ayam ras)
-3.974155
-1.038
DDD (Permintaan daging ayam ras)
1.753426
0.444
LHDWR (Harga riil daging ayam ras dunia t-1) D (Dummy krisis moneter)
0.17471 59.048662
LHDDR (Harga riil daging ayam ras domestik t-1)
0.465083
Elastisitas Jangka Jangka Panjang Pendek
1.637
1.662 (C)
-0.3041
-0.5685
0.121
0.2263
0.00005
0.0001
0.091 2.195 (A)
R2 = 0.6456, Fhitung = 9.745, Dw = 1.659
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05 (C) nyata pada α = 0.15
Hasil pendugaan parameter pada persamaan harga riil daging ayam ras domestik memiliki nilai R2 sebesar 0.65. Hal ini menunjukkan bahwa peubahpeubah penjelas pada persamaan ini mampu menjelaskan dengan cukup baik peubah endogennya. Dari 5 peubah penjelas pada persamaan harga riil daging ayam ras domestik, hanya ada 2 peubah yang berpengaruh nyata terhadap peubah endogennya yaitu harga riil daging ayam ras dunia tahun sebelumnya dan harga riil daging ayam ras domestik tahun sebelumnya.
93
Harga riil daging ayam ras dunia tahun sebelumnya mempunyai hubungan yang positif dengan harga riil daging ayam ras domestik. Jika ada kenaikan harga riil daging ayam ras dunia tahun sebelumnya sebesar Rp. 1 per kilogram maka akan meningkatkan harga riil daging ayam ras domestik sebesar Rp. 0.17 per kilogram. Dalam jangka pendek maupum jangka panjang harga riil daging ayam ras domestik inelastis terhadap harga riil daging ayam ras dunia tahun sebelumnya. Harga riil daging ayam ras domestik tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga riil daging ayam ras tahun sekarang dengan hubungan yang positif. Artinya jika ada kenaikan harga riil daging ayam ras domestik tahun sebelumnya sebesar Rp. 1 000 per kilogram akan meningkatkan harga riil daging ayam ras domestik tahun sekarang sebesar Rp. 465.08 per kilogram, ceteris paribus. 5.4.4. Impor Daging Ayam Ras Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi impor daging ayam ras disajikan pada Tabel 26. Hasil pendugaan parameter pada persamaan impor daging ayam ras memiliki nilai R2 sebesar 0.85. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas pada persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik peubah endogennya. Dari semua peubah-peubah penjelas pada persamaan impor daging ayam ras, hanya ada 1 peubah yang berpengaruh nyata terhadap peubah endogennya, yaitu impor daging ayam ras tahun sebelumnya. Impor daging ayam ras tahun sebelumnya mempengaruhi impor daging ayam ras tahun sekarang dengan hubungan yang positif. Hal in berarti jika ada kenaikan impor daging ayam ras
94
tahun sebelumnya sebesar 1 000 ton, maka akan meningkatkan impor daging ayam ras tahun sekarang sebesar 0.64 ribu ton, ceteris paribus. Tabel 26. Hasil Pendugaan Parameter Impor Daging Ayam Ras (MDI) Dugaan Parameter
Peubah INTERCEP HDMR1 (Perubahan harga riil daging ayam ras impor) HDDR (Harga riil daging ayam ras domestik) DDD1 (Rasio permintaan daging ayam ras t dengan permintaan daging ayam ras t-1) PDB2 (Rasio PDB riil t dengan PDB riil t-1) POP3 (Rasio populasi penduduk terhadap perubahan populasi penduduk) LTA (Tarif impor daging ayam t-1) NT (Nilai tukar riil Rp/USD) LMDI (Impor daging ayam ras t-1)
t-hitung
Elastisitas Jangka Jangka Pendek Panjang
-2.770036
-0.329
-8.047E-05
-0.712
0.000
0.000
0.000298
0.525
0.333
0.932
0.803216
0.474
0.216
0.604
2.874758
0.507
0.734
2.052
0.008137
0.714
0.143
0.398
-0.1731
-1.077
-0.908
-2.541
0.000382
0.858
0.351
0.981
0.642445
2.892 (A)
R2 = 0.8546, Fhitung = 18.627, Dw = 2.474
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05
5.4.5. Ekspor Daging Ayam Ras Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor daging ayam ras disajikan pada Tabel 27. Hasil pendugaan parameter pada persamaan ekspor daging ayam ras memiliki nilai R2 sebesar 0.53. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas pada persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik peubah endogennya. Rasio produksi daging ayam ras tahun sekarang dengan produksi daging ayam ras tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap ekspor daging ayam ras dengan hubungan yang positif. Artinya apabila ada kenaikan rasio produksi daging ayam ras tahun sekarang dengan produksi daging ayam ras tahun sebelumnya sebesar 1 000 ton, maka akan meningkatkan ekspor daging ayam ras sebesar 1.66 ribu ton, ceteris paribus. Baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, respon ekspor daging ayam ras sangat elastis terhadap perubahan produksi daging ayam ras.
95
Tabel 27. Hasil Pendugaan Parameter Ekspor Daging Ayam Ras (XDI) Peubah INTERCEP PDD1(Rasio produksi daging ayam ras t dengan produksi daging ayam ras t-1) HDDR3 (Rasio harga riil daging ayam ras domestik dengan perubahan harga riil daging ayam ras domestik) HDWR (Harga riil daging ayam ras dunia) NTR3 (Rasio nilai tukar terhadap perubahan nilai tukar)
Dugaan Parameter
t-hitung
-4.322071
-2.065 (B)
1.656166
1.556 (C)
-0.009334
-1.172
50.0533
56.7662
0.4382
0.4969
0.000255
1.999 (B)
0.0003
0.0003
-0.00241
-2.497 (A)
-0.0472
-0.0536
D (Dummy krisis moneter)
0.867969
1.027
T (Trend waktu)
0.077706
1.386 (D)
0.118256
0.558
LXDI (Ekspor daging ayam ras t-1)
Elastisitas Jangka Jangka Pendek Panjang
2
R = 0.5358, Fhitung = 4.957, Dw = 2.297
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05 (B) nyata pada α = 0.10 (C) nyata pada α = 0.15 (D) nyata pada α = 0.20
Harga riil daging ayam ras dunia berpengaruh nyata terhadap ekspor daging ayam ras dengan hubungan yang positif. Artinya, jika ada peningkatan harga riil daging ayam ras dunia sebesar Rp. 1 per kilogram maka akan meningkatkan ekspor daging ayam ras sebesar 0.0002 ribu ton. Ekspor daging ayam ras bersifat inelastis terhadap harga riil daging ayam ras dunia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio nilai tukar Rp/USD terhadap perubahan nilai tukar Rp/USD berpengaruh nyata terhadap ekspor daging ayam ras dengan hubungan yang negatif. Artinya, jika ada kenaikan dalam rasio nilai tukar Rupiah/USD terhadap perubahan nilai tukar Rp/USD sebesar Rp. 1/USD akan mengakibatkan penurunan ekspor daging ayam ras domestik sebesar 0.002 ribu ton, ceteris paribus. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang ekspor daging ayam ras kurang responsif terhadap rasio nilai tukar terhadap perubahan nilai tukar dan ekspor daging ayam ras cenderung meningkat sebesar 0.08 ribu ton seiring dengan trend waktu.
96
5.4.6. Harga Riil Daging Ayam Ras Impor Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi harga riil daging ayam ras impor disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Daging Ayam Ras Impor (HDMR) Dugaan Parameter
Peubah INTERCEP HDWR1 (Perubahan harga riil daging ayam ras dunia) NTR (Nilai tukar riil)
7179.4701
2.005 (B)
0.638696
1.616 (C)
0.553845
T (Trend waktu) LHDMR (Harga riil daging ayam ras impor t-1)
t-hitung
0.873
-351.92377
-2.233 (A)
0.364121
2.014 (B)
Elastisitas Jangka Jangka Panjang Pendek 0.0161
0.0253
1 438.1000
2 261.5939
R2 = 0.5442, Fhitung = 8.162 , Dw = 2.221
Keterangan:
(A) nyata pada α = 0.05 (B) nyata pada α = 0.10 (C) nyata pada α = 0.15
Hasil pendugaan parameter persamaan harga riil daging ayam ras impor memiliki nilai R2 sebesar 0.54, yang menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas pada persamaan ini dapat menjelaskan dengan cukup baik peubah endogennya. Perubahan harga riil daging ayam ras dunia berpengaruh nyata terhadap harga riil daging ayam ras impor dengan hubungan yang positif. Artinya jika ada peningkatan sebesar Rp. 1 per kilogram pada perubahan harga riil daging ayam ras dunia akan menyebabkan peningkatan harga riil daging ayam ras impor meningkat sebesar Rp. 0.64 per kilogram, ceteris paribus. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang harga riil daging ayam ras impor kurang responsif terhadap perubahan harga riil daging ayam ras dunia. Seiring dengan trend waktu harga riil daging ayam ras impor menurun sebesar Rp. 351.92 per kilogram. Harga riil daging ayam ras impor tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga riil daging ayam ras impor sekarang dengan hubungan yang positif. Artinya, jika ada kenaikan pada harga riil daging ayam ras impor sebesar Rp. 1 per kilogram akan meningkatkan harga riil
97
daging ayam ras impor tahun sekarang sebesar Rp. 0.36 per kilogram, ceteris paribus. 5.4.7. Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi harga riil daging ayam ras dunia disajikan pada Tabel 29. Tabel 29. Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia (HDWR) Dugaan Parameter
Peubah INTERCEP XDW (Ekspor daging ayam ras dunia) LMDW (Impor daging ayam ras dunia t-1)
t-hitung
12904
1.269
-0.895827
-0.534
-3 152.4447
-3 852.5586
0.807346
0.431
2 005.5230
2 450.9217
-11 619.5253
-14 200.0595
PDW (Produksi daging ayam ras dunia)
-0.000535
-0.75
T (Trend waktu)
785.17152
1.604 (C)
LHDWR (Harga riil daging ayam ras dunia t-1)
Elastisitas Jangka Jangka Panjang Pendek
0.181727
0.819
R2 = 0.1867, Fhitung = 2.102 , Dw = 2.114
Keterangan:
(C) nyata pada α = 0.15
Hasil pendugaan parameter pada persamaan ini memiliki nilai R2 sebesar 0.19, yang menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas pada persamaan ini tidak dapat menjelaskan dengan cukup baik peubah endogennya. Dari seluruh peubah-peubah penjelas pada persamaan tersebut hanya trend waktu yang berpengaruh nyata dengan hubungan yang positif. Seiring dengan waktu harga riil daging ayam ras dunia akan naik sebesar Rp. 785.17 per kilogram.
VI. EVALUASI FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL 6.1. Validasi Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Tingkat kevalidan suatu model untuk disimulasi dapat dilihat dari beberapa indikator seperti Root Mean Square Error (RMSE), Root Mean Square Percent Error (RMSPE) dan Theil’s Inequality Coefficient (U) dan nilai koefisien determinasi (R2) semua peubah endogen, Validasi model pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dilakukan dengan simulasi dasar untuk periode sampel pengamatan tahun 2000-2005. Validasi ini untuk mengetahui kualitas model dalam menduga perilaku data aktual yang digunakan. Indikatior validasi statistika yang digunakan adalah Root Mean Squares Percentage Error (RMSPE) untuk mengukur seberapa dekat nilai masing-masing peubah endogen hasil pendugaan mengikuti nilai data aktualnya selama periode pengamatan. Selain itu digunakan statistika proporsi bias (UM), proporsi regresi (UR), proporsi distribusi (UD), dan juga Theils Inequality Coeficient (U). Hasil validasi berdasarkan kriteria-kriteria di atas disajikan pada Tabel 30. Terdapat 23 persamaan yang membentuk model, 22 persamaan (95.65%) yang memiliki nilai RMSPE dibawah 50 persen dan 1 persamaan (4.35%) mempunyai nilai RMSPE di atas 100 persen. Artinya nilai prediksi dapat mengikuti kecenderungan data historisnya dengan baik. Sedangkan berdasarkan nilai U Theil, 23 persamaan (100 %) memiliki nilai U Theil di bawah 0.2. Artinya simulasi model mengikuti data aktualnya dengan baik.
99
Tabel 30. Hasil Pengujian Validasi Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2000-2005 Mean % Error
Peubah
RMS % Error
Corr (R)
Bias (UM)
Reg (UR)
Dist (UD)
Var (US)
Covar (UC)
U
PJI
0.293
2.397
0.866
0.013
0.047
0.940
0.002
0.985
0.011
SJI
0.188
2.766
0.897
0.006
0.328
0.666
0.146
0.848
0.013
DJI
-2.576
3.878
0.901
0.457
0.030
0.514
0.113
0.430
0.020
DJP
-9.833
15.388
-0.820
0.457
0.484
0.060
0.007
0.536
0.083
HJDR
14.979
16.241
0.972
0.879
0.098
0.023
0.109
0.012
0.071
MJI
-1.084
12.619
0.874
0.000
0.840
0.160
0.661
0.339
0.063
MJW
-0.004
0.196
0.994
0.000
0.975
0.025
0.958
0.042
0.001
XJW
0.079
0.082
1.000
0.925
0.008
0.067
0.008
0.067
0.000 0.159
14.318
35.163
0.887
0.234
0.736
0.030
0.665
0.101
PPD
HJWR
-22.320
22.460
0.983
0.954
0.023
0.023
0.028
0.018
0.126
SPI
-15.688
15.805
0.987
0.954
0.023
0.023
0.027
0.019
0.087
DPI
4.811
11.704
0.649
0.186
0.718
0.096
0.496
0.318
0.056
HPDR
4.371
6.336
0.925
0.450
0.320
0.230
0.436
0.114
0.029
PDD
-4.154
8.551
0.921
0.272
0.034
0.693
0.126
0.602
0.047
SDD
-4.008
8.422
0.921
0.260
0.037
0.703
0.132
0.608
0.047
9.984
11.660
0.951
0.695
0.000
0.305
0.005
0.301
0.053
HDDR DDD
-6.468
8.258
0.596
0.617
0.067
0.316
0.001
0.383
0.043
MDI
6.473
27.527
0.510
0.007
0.030
0.963
0.537
0.456
0.089
XDI
-29.199
248.656
0.807
0.021
0.017
0.962
0.204
0.775
0.196
HDMR
-5.784
18.684
0.976
0.033
0.878
0.089
0.817
0.150
0.073
MDW
0.004
0.043
1.000
0.007
0.072
0.921
0.074
0.919
0.000
XDW
-0.002
0.013
1.000
0.021
0.298
0.681
0.298
0.681
0.000
2.485
9.097
0.797
0.018
0.035
0.947
0.265
0.717
0.051
HDWR
Apabila dilihat dari proporsi bias terdapat 15 Persamaan (65.22%) memiliki nilai UM lebih kecil dari 0.3. Sedangkan bila dilihat dari proporsi regresi terdapat 15 persamaan (65.22%) yang memiliki nilai UR lebih kecil dari 0.3. Dan ada 6 persamaan (26.09%) yang memiliki UD lebih besar dari 0.7, sehingga dengan demikian bias (error) yang terjadi dalam simulasi model lebih banyak disebabkan oleh faktor non sistemik (unsystemic error). Berdasarkan semua kriteria di atas maka dapat disimpulkan bahwa model yang dibangun cukup valid untuk melakukan simulasi alternatif kebijakan dan non kebijakan melalui simulasi historis.
100
6.2. Hasil Simulasi Faktor Internal 6.2.1. Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Sebesar 30 Persen dan Depresiasi Rupiah Sebesar 20 Persen Dampak kebijakan penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia sebesar 30 persen dan depresiasi Rupiah sebesar 20 persen disajikan pada Tabel 31. Tabel 31. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia 30 Persen dan Depresiasi Rupiah 20 Persen, Tahun 2000-2005 Peubah
Nilai Dasar
Nilai Simulasi Kebijakan
PJI (Produksi Jagung) SJI (Penawaran Jagung) DJI (Permintaan Jagung) DJP (Permintaan Jagung Industri Pakan) HJDR (Harga Riil Jagung Domestik) MJI (Impor Jagung) MJW (Impor Jagung Dunia) XJW (Expor Jagung Dunia) HJWR (Harga Riil Jagung Dunia) PPD (Produksi Pakan Ayam Ras) SPI (Penawaran Pakan Ayam Ras) DPI (Permintaan Pakan Ayam Ras) HPDR (Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik) PDD (Produksi Daging Ayam Ras) SDD (Penawaran Daging Ayam Ras) DDD (Permintaan Daging Ayam Ras) HDDR (Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik) MDI (Impor Daging Ayam Ras) XDI (Ekspor Daging Ayam Ras) HDMR (Harga Riil Daging Ayam Ras Impor) MDW (Impor Daging Ayam Ras Dunia) XDW (Ekspor Daging Ayam Ras Dunia) HDWR (Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia)
10 063.000 11 250.000 9 999.000 2 331.000 1 392.000 1 260.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 727.000 7 256.000 2 736.000 2 166.000 682.590 695.934 515.703 8 077.000 15.641 2.297 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
10 047.000 10 970.000 9 990.000 2 322.000 1 397.000 996.913 81 984.000 93 505.000 0.121 4 660.000 7 189.000 2 733.000 2 171.000 682.567 695.871 515.692 8 078.000 15.602 2.297 5 571.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
Perubahan Unit % -16.000 -280.000 -9.000 -9.000 5.000 -263.087 -264.000 0.000 -0.003 -67.000 -67.000 -3.000 5.000 -0.023 -0.063 -0.011 1.000 -0.040 0.000 1 161.000 0.000 0.000 0.000
-0.159 -2.489 -0.090 -0.386 0.359 -20.880 -0.321 0.000 -2.026 -1.417 -0.923 -0.110 0.231 -0.003 -0.009 -0.002 0.012 -0.255 -0.004 26.327 0.000 0.000 0.000
Kombinasi kebijakan ini belum mampu meningkatkan produksi jagung, bahkan produksi jagung menurun sebesar 0.159 persen. Hal ini tentu saja membuat supply jagung menurun sebesar 2.489 persen. Dari sisi demand, permintaan jagung mengalami penurunan sebesar 0.090 persen. Peningkatan permintaan ini membuat harga riil jagung domestik mengalami kenaikan sebesar
101
0.359 persen. Produksi pakan pada akhirnya mengalami penurunan sebesar 1.417 persen dan supply pakan juga menurun sebesar 0.923 persen. Penurunan produksi pakan tersebut mengakibatkan produksi daging ayam ras menurun sebesar 0.003 persen, karena kontribusi pakan dalam produksi daging ayam ras sangat besar. Oleh sebab itu, penurunan produksi pakan akan diikuti oleh penurunan produksi daging ayam. Dengan adanya penurunan produksi daging ayam ras tersebut, maka supply daging ayam ras juga ikut mengalami penurunan sebesar 0.009 persen. Di sisi lain, penurunan tingkat suku bunga bank sebesar 30 persen akan mendorong masyarakat melakukan investasi. Hal ini membuat permintaan daging ayam ras menurun sebesar 0.002 persen, sedangkan harga riil ayam ras domestik meningkat sebesar 0.012 persen. Peningkatan harga ini akan mendorong penurunan ekspor daging ayam ras sebesar 0.004 persen. Sedangkan peningkatan harga daging ayam ras impor justru mendorong penurunan impor daging ayam ras sebesar 0.254 persen. 6.2.2. Peningkatan Harga DOC Sebesar 25 Persen dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Sebesar 30 Persen Dampak kebijakan peningkatan harga DOC sebesar 25 persen dan penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia sebesar 30 persen disajikan pada Tabel 32. Kombinasi kedua kebijakan ini berdampak pada peningkatan jumlah daging ayam ras yang diproduksi sebesar 0.235 persen. Penurunan harga DOC masih dapat di-off set oleh penurunan suku bunga bank, sehingga produsen daging ayam ras masih mendapatkan insentif untuk meningkatkan produksinya. Hal ini akan meningkatkan supply daging ayam ras sebesar 0.229 persen. Harga riil
102
daging ayam ras domestik akan menurun sebesar 0.124 persen, sehingga permintaan daging ayam ras itu sendiri meningkat sebesar 0.037 persen. Harga riil pakan domestik meningkat sebesar 0.092 persen. Hal ini mendorong penurunan permintaan pakan sebesar 0.110 persen. Peningkatan harga jagung domestik akan mendorong penurunan produksi pakan sebesar 0.994 persen, sehingga secara keseluruhan supply pakan meningkat sebesar 0.648 persen. Tabel 32. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Harga DOC 25 Persen dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia 30 Persen, Tahun 2000-2005 Peubah
Nilai Dasar
Nilai Simulasi Kebijakan
PJI (Produksi Jagung) SJI (Penawaran Jagung) DJI (Permintaan Jagung) DJP (Permintaan Jagung Industri Pakan) HJDR (Harga Riil Jagung Domestik) MJI (Impor Jagung) MJW (Impor Jagung Dunia) XJW (Expor Jagung Dunia) HJWR (Harga Riil Jagung Dunia) PPD (Produksi Pakan Ayam Ras) SPI (Penawaran Pakan Ayam Ras) DPI (Permintaan Pakan Ayam Ras) HPDR (Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik) PDD (Produksi Daging Ayam Ras) SDD (Penawaran Daging Ayam Ras) DDD (Permintaan Daging Ayam Ras) HDDR (Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik) MDI (Impor Daging Ayam Ras) XDI (Ekspor Daging Ayam Ras) HDMR (Harga Riil Daging Ayam Ras Impor) MDW (Impor Daging Ayam Ras Dunia) XDW (Ekspor Daging Ayam Ras Dunia) HDWR (Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia)
10 063.000 11 250.000 9 999.000 2 331.000 1 392.000 1 260.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 727.000 7 256.000 2 736.000 2 166.000 682.590 695.934 515.703 8 077.000 15.641 2.297 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
10 047.000 11 234.000 10 000.000 2 331.000 1 393.000 1 261.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 680.000 7 209.000 2 733.000 2 168.000 684.196 697.531 515.895 8 067.000 15.636 2.301 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
Perubahan Unit % -16.000 -16.000 1.000 0.000 1.000 1.000 0.000 0.000 0.000 -47.000 -47.000 -3.000 2.000 1.607 1.597 0.193 -10.000 -0.006 0.004 0.000 0.000 0.000 0.000
-0.159 -0.142 0.010 0.000 0.072 0.079 0.000 0.000 0.000 -0.994 -0.648 -0.110 0.092 0.235 0.230 0.037 -0.124 -0.037 0.152 0.000 0.000 0.000 0.000
Harga riil jagung domestik meningkat sebesar 0.072 persen, sehingga permintaan jagung menurun sebesar 0.010 persen. Selain itu impor jagung Indonesia meningkat sebesar 0.079 persen dan produksi jagung menurun sebesar 0.159 persen. Secara keseluruhan supply jagung menurun sebesar 0.142 persen.
103
6.2.3. Peningkatan Harga Pakan dan DOC Masing-Masing Sebesar 25 Persen Dampak kebijakan peningkatan harga pakan dan DOC masing-masing sebesar 25 persen disajikan pada Tabel 33. Tabel 33. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Harga Pakan dan DOC 25 Persen, Tahun 2000-2005 Peubah
Nilai Dasar
Nilai Simulasi Kebijakan
PJI (Produksi Jagung) SJI (Penawaran Jagung) DJI (Permintaan Jagung) DJP (Permintaan Jagung Industri Pakan) HJDR (Harga Riil Jagung Domestik) MJI (Impor Jagung) MJW (Impor Jagung Dunia) XJW (Expor Jagung Dunia) HJWR (Harga Riil Jagung Dunia) PPD (Produksi Pakan Ayam Ras) SPI (Penawaran Pakan Ayam Ras) DPI (Permintaan Pakan Ayam Ras) HPDR (Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik) PDD (Produksi Daging Ayam Ras) SDD (Penawaran Daging Ayam Ras) DDD (Permintaan Daging Ayam Ras) HDDR (Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik) MDI (Impor Daging Ayam Ras) XDI (Ekspor Daging Ayam Ras) HDMR (Harga Riil Daging Ayam Ras Impor) MDW (Impor Daging Ayam Ras Dunia) XDW (Ekspor Daging Ayam Ras Dunia) HDWR (Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia)
10 063.000 11 250.000 9 999.000 2 331.000 1 392.000 1 260.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 727.000 7 256.000 2 736.000 2 166.000 682.590 695.934 515.703 8 077.000 15.641 2.297 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
10 065.000 11 255.000 10 370.000 2 702.000 1 397.000 1 263.000 82 251.000 93 505.000 0.123 4 743.000 7 272.000 2 520.000 2 707.500 685.411 698.740 516.016 8 060.000 15.632 2.302 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
Perubahan Unit % 2.000 5.000 371.000 371.000 5.000 3.000 3.000 0.000 0.000 16.000 16.000 -216.000 541.500 2.821 2.806 0.313 -17.000 -0.010 0.005 0.000 0.000 0.000 0.000
0.020 0.044 3.710 15.916 0.359 0.238 0.004 0.000 0.000 0.339 0.221 -7.895 25.000 0.413 0.403 0.061 -0.211 -0.061 0.222 0.000 0.000 0.000 0.000
Kombinasi kebijakan meningkatkan harga pakan dan DOC sebesar 25 persen ternyata mampu menstimulasi peningkatan produksi jagung sebesar 0.02 persen. Oleh sebab itu supply jagung meningkat sebesar 0.044 persen. Permintaan terhadap jagung di Indonesia meningkat sebesar 3.71 persen, sehingga harga riil jagung domestik mengalami kenaikan sebesar 0.359 persen. Hal ini terjadi karena pakan menggunakan jagung sebagai inputnya, sehingga peningkatan harga pakan akan mendorong peningkatan permintaan jagung.
104
Harga riil pakan daging ayam ras domestik yang meningkat akan mendorong peningkatan produksi pakan daging ayam ras sebesar 0.338 persen, sehingga supply pakan ayam ras meningkat sebesar 0.220 persen. Harga riil pakan ayam ras domestik yang meningkat sebesar 25 persen akan mengakibatkan permintaan pakan ayam ras menurun sebesar 7.895 persen. Pada pasar pakan ayam ras, produksi ayam ras mengalami peningkatan sebesar 0.413 persen, sehingga supply ayam ras juga meningkat sebesar 0.403 persen. DOC dan pakan adalah input utama dalam produksi daging ayam ras, sehingga dengan adanya kenaikan harga masing-masing input maka akan mempengaruhi pasar daging ayam ras. Namun di sisi produksi, produksi daging ayam ras masih menunjukkan adanya peningkatan. Keadaan tersebut terjadi karena besaran kenaikan masing-masing harga input belum berdampak besar terhadap produksi daging ayam ras. Hal ini tentu saja akan menurunkan harga riil ayam ras domestik sebesar 0.210 persen. Keadaan tersebut ternyata meningkatkan permintaan terhadap ayam ras di Indonesia sebesar 0.061 persen. Penurunan harga riil daging ayam ras Indonesia menjadi alasan eksportir untuk meningkatkan ekspor, sehingga ekspor daging ayam ras Indonesia meningkat sebesar 0.222 persen dan menurunkan impor daging ayam ras sebesar 0.061 persen. 6.2.4. Peningkatan Harga Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras MasingMasing Sebesar 25 Persen Dampak kebijakan peningkatan harga jagung, pakan dan daging ayam ras masing-masing sebesar 25 persen disajikan pada Tabel 34. Kombinasi ketiga kebijakan ini berdampak pada peningkatan produski daging ayam ras sebesar 0.077 persen, walaupun harga jagung dan pakan meningkat sebesar 25 persen.
105
Pada pasar daging ayam ras, supply daging ayam ras meningkat sebesar 0.168 persen. Peningkatan harga riil daging ayam ras domestik sebesar 25 persen akan menurunkan permintaan daging ayam ras sebesar 7.325 persen. Tabel 34. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Harga Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras 25 Persen, Tahun 2000-2005 Peubah
Nilai Dasar
Nilai Simulasi Kebijakan
PJI (Produksi Jagung) SJI (Penawaran Jagung) DJI (Permintaan Jagung) DJP (Permintaan Jagung Industri Pakan) HJDR (Harga Riil Jagung Domestik) MJI (Impor Jagung) MJW (Impor Jagung Dunia) XJW (Expor Jagung Dunia) HJWR (Harga Riil Jagung Dunia) PPD (Produksi Pakan Ayam Ras) SPI (Penawaran Pakan Ayam Ras) DPI (Permintaan Pakan Ayam Ras) HPDR (Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik) PDD (Produksi Daging Ayam Ras) SDD (Penawaran Daging Ayam Ras) DDD (Permintaan Daging Ayam Ras) HDDR (Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik) MDI (Impor Daging Ayam Ras) XDI (Ekspor Daging Ayam Ras) HDMR (Harga Riil Daging Ayam Ras Impor) MDW (Impor Daging Ayam Ras Dunia) XDW (Ekspor Daging Ayam Ras Dunia) HDWR (Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia)
10 063.000 11 250.000 9 999.000 2 331.000 1 392.000 1 260.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 727.000 7 256.000 2 736.000 2 166.000 682.590 695.934 515.703 8 077.000 15.641 2.297 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
9 993.000 11 363.000 9 926.000 2 257.000 1 740.000 1 444.000 82 431.000 93 505.000 0.125 3 808.000 6 338.000 2 708.000 2 707.500 683.118 697.100 477.926 10 096.250 16.315 2.333 4 410.000 6 473.000 9 252.000 7 566.000
Perubahan Unit
%
-70.000 113.000 -73.000 -74.000 348.000 184.000 183.000 0.000 0.002 -919.000 -918.000 -28.000 541.500 0.528 1.166 -37.776 2 019.250 0.673 0.035 0.000 1.000 0.000 0.000
-0.696 1.004 -0.730 -3.175 25.000 14.603 0.223 0.000 1.459 -19.442 -12.652 -1.023 25.000 0.077 0.168 -7.325 25.000 4.303 1.537 0.000 0.016 0.000 0.000
Peningkatan harga riil daging ayam ras domestik sebesar 25 persen akan menurunkan produksi pakan ayam ras sebesar 19.441 persen, sehingga supply pakan ayam ras menurun sebesar 12.652 persen. Hal ini terjadi karena harga jagung sebagai input pakan meningkat sebesar 25 persen, sehingga akan menstimulasi kenaikan harga pakan ayam ras sebesar 25 persen. Peningkatan harga pakan ras domestik sebesar 25 persen akan menurunkan permintaan pakan ayam ras sebesar 1.023 persen.
106
Kombinasi ketiga kebijakan tersebut juga belum mampu meningkatkan produksi jagung, dimana produksi jagung mengalami penurunan sebesar 0.696 persen dan meningkatkan impor jagung Indonesia sebesar 14.603 persen. Secara keseluruhan supply jagung meningkat sebesar 1.004 persen. Harga riil jagung domestik yang meningkat sebesar 25 persen akan mendorong penurunan permintaan jagung sebesar 0.730 persen. 6.2.5. Penghapusan Tarif Impor Jagung dan Daging Ayam serta Depresiasi Rupiah Sebesar 20 Persen Dampak kebijakan penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam ras serta depresiasi Rupiah sebesar 20 persen disajikan pada Tabel 35. Tabel 35. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Penghapusan Tarif Impor Jagung dan Daging Ayam, serta Depresiasi Rupiah 20 Persen, Tahun 2000-2005 Peubah
Nilai Dasar
Nilai Simulasi Kebijakan
PJI (Produksi Jagung) SJI (Penawaran Jagung) DJI (Permintaan Jagung) DJP (Permintaan Jagung Industri Pakan) HJDR (Harga Riil Jagung Domestik) MJI (Impor Jagung) MJW (Impor Jagung Dunia) XJW (Expor Jagung Dunia) HJWR (Harga Riil Jagung Dunia) PPD (Produksi Pakan Ayam Ras) SPI (Penawaran Pakan Ayam Ras) DPI (Permintaan Pakan Ayam Ras) HPDR (Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik) PDD (Produksi Daging Ayam Ras) SDD (Penawaran Daging Ayam Ras) DDD (Permintaan Daging Ayam Ras) HDDR (Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik) MDI (Impor Daging Ayam Ras) XDI (Ekspor Daging Ayam Ras) HDMR (Harga Riil Daging Ayam Ras Impor) MDW (Impor Daging Ayam Ras Dunia) XDW (Ekspor Daging Ayam Ras Dunia) HDWR (Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia)
10 063.000 11 250.000 9 999.000 2 331.000 1 392.000 1 260.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 727.000 7 256.000 2 736.000 2 166.000 682.590 695.934 515.703 8 077.000 15.641 2.297 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
10 064.000 10 985.000 9 989.000 2 321.000 1 397.000 995.056 81 982.000 93 505.000 0.121 4 707.000 7 236.000 2 732.000 2 169.000 682.580 698.730 516.013 8 060.000 18.448 2.298 5 571.000 6 475.000 9 252.000 7 568.000
Perubahan Unit % 1.000 -265.000 -10.000 -10.000 5.000 -264.944 -266.000 0.000 -0.003 -20.000 -20.000 -4.000 3.000 -0.010 2.796 0.310 -17.000 2.807 0.000 1 161.000 3.000 0.000 2.000
0.010 -2.356 -0.100 -0.429 0.359 -21.027 -0.323 0.000 -2.026 -0.423 -0.276 -0.146 0.139 -0.001 0.402 0.060 -0.211 17.943 0.017 26.327 0.046 0.000 0.026
107
Kebijakan ini merubah jumlah jagung yang diimpor oleh Indonesia, dimana impor jagung Indonesia menurun sebesar 21.027 persen. Produksi jagung meningkat sebesar 0.010 persen dan menyebabkan supply jagung menurun sebesar 2.356 persen. Harga riil jagung domestik meningkat sebesar 0.359 persen, sehingga permintaan jagung menurun sebesar 0.100 persen. Harga riil jagung domestik yang meningkat akan menyebabkan produksi pakan ayam ras menurun sebesar 0.423 persen karena jagung merupakan input utama dalam produksi pakan, sehingga supply pakan ayam ras menurun sebesar 0.276 persen. Permintaan pakan ayam ras yang menurun sebesar 0.146 persen akan mendorong peningkatan harga riil pakan ayam ras domestik sebesar 0.138 persen. Peningkatan harga riil pakan domestik akan mendorong penurunan produksi daging ayam ras sebesar 0.001 persen sehingga supply daging ayam ras menurun sebesar 0.402 persen. Harga riil daging ayam ras domestik yang mengalami penurunan sebesar 0.210 persen akan mendorong peningkatan ekspor daging ayam ras sebesar 0.017 persen karena harga daging ayam ras di pasar dunia lebih tinggi daripada di pasar domestik. Penurunan harga daging ayam ras di pasar domestik akan meningkatkan permintaan daging ayam ras sebesar 0.061 persen. Penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam serta depresiasi Rupiah akan meningkatkan impor daging ayam ras sebesar 17.943 persen. 6.3. Hasil Simulasi Faktor Eksternal 6.3.1. Peningkatan Ekspor Jagung USA Sebesar 30 Persen Dampak kebijakan peningkatan ekspor jagung USA sebesar 30 persen disajikan pada Tabel 36.
108
Tabel 36. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Ekspor Jagung AS 30 Persen, Tahun 2000-2005 Peubah
Nilai Dasar
Nilai Simulasi Kebijakan
PJI (Produksi Jagung) SJI (Penawaran Jagung) DJI (Permintaan Jagung) DJP (Permintaan Jagung Industri Pakan) HJDR (Harga Riil Jagung Domestik) MJI (Impor Jagung) MJW (Impor Jagung Dunia) XJW (Expor Jagung Dunia) HJWR (Harga Riil Jagung Dunia) PPD (Produksi Pakan Ayam Ras) SPI (Penawaran Pakan Ayam Ras) DPI (Permintaan Pakan Ayam Ras) HPDR (Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik) PDD (Produksi Daging Ayam Ras) SDD (Penawaran Daging Ayam Ras) DDD (Permintaan Daging Ayam Ras) HDDR (Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik) MDI (Impor Daging Ayam Ras) XDI (Ekspor Daging Ayam Ras) HDMR (Harga Riil Daging Ayam Ras Impor) MDW (Impor Daging Ayam Ras Dunia) XDW (Ekspor Daging Ayam Ras Dunia) HDWR (Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia)
10 063.000 11 250.000 9 999.000 2 331.000 1 392.000 1 260.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 727.000 7 256.000 2 736.000 2 166.000 682.590 695.934 515.703 8 077.000 15.641 2.297 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
10 063.000 11 251.000 10 005.000 2 337.000 1 391.000 1 261.000 82 249.000 107 531.000 0.119 4 733.000 7 262.000 2 734.000 2 169.000 682.589 695.933 515.700 8 077.000 15.642 2.297 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
Perubahan Unit % 0.000 1.000 6.000 6.000 -1.000 1.000 1.000 14 026.000 -0.004 6.000 6.000 -2.000 3.000 -0.001 -0.001 -0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.009 0.060 0.257 -0.072 0.079 0.001 15.000 -3.323 0.127 0.083 -0.073 0.139 0.000 0.000 -0.001 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Amerika Serikat adalah salah satu eksportir jagung terbesar di dunia. Apabila ada kenaikan ekspor jagung USA sebesar 30 persen, maka akan meningkatkan ekspor jagung dunia sebesar 15 persen. Peningkatan ini akan menurunkan harga riil jagung dunia sebesar 3.322 persen. Indonesia adalah salah satu negara kecil dalam perdagangan jagung dunia, sehingga penurunan harga riil jagung dunia akan diikuti dengan penurunan harga riil jagung domestik sebesar 0.072 persen. Produksi jagung tidak mengalami perubahan, sedangkan impor jagung Indonesia meningkat sebesar 0.079 persen untuk memenuhi permintaan jagung di dalam negeri yang meningkat sebesar 0.060 persen. Harga riil jagung domestik yang menurun akan mendorong peningkatan produksi pakan ayam ras sebesar 0.127 persen dan secara keseluruhan supply
109
pakan ayam ras juga akan meningkat sebesar 0.083 persen. Di sisi lain harga riil pakan ayam ras domestik yang meningkat sebesar 0.138 persen juga direspon dengan penurunan permintaan pakan ayam ras sebesar 0.073 persen. Peningkatan harga riil pakan ayam ras domestik mendorong penurunan produksi daging ayam ras sebesar 0.0002 persen dan peningkatan impor daging ayam ras sebesar 0.0006 persen. Secara keseluruhan supply daging ayam ras menurun sebesar 0.0001 persen. Harga riil daging ayam ras domestik tidak mengalami perubahan akan membuat ekspor daging ayam ras Indonesia juga tidak mengalami perubahan, sedangkan permintaan daging ayam ras menurun sebesar 0.0005 persen. 6.3.2. Peningkatan Impor Jagung Jepang Sebesar 30 Persen Dampak kebijakan peningkatan impor jagung Jepang sebesar 30 persen disajikan pada Tabel 37. Peningkatan impor jagung Jepang akan meningkatkan impor jagung dunia sebesar 5.993 persen. Keadaan ini akan meningkatkan harga riil jagung dunia sebesar 36.872 persen, sehingga harga riil jagung domestik juga akan meningkat sebesar 0.934 persen. Dampak selanjutnya, kebijakan ini akan menurunkan permintaan jagung sebesar 0.390 persen, namun di sisi lain akan meningkatkan produksi jagung sebesar 0.050 persen. Peningkatan harga riil jagung domestik akan menurunkan produksi pakan ayam ras sebesar 0.698 persen, sehingga supply pakan ayam ras menurun sebesar 0.455 persen. Harga riil pakan ayam ras domestik menurun sebesar 1.893 persen dan akan meningkatkan permintaan pakan ayam ras sebesar 0.694 persen.
110
Tabel 37. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Impor Jagung Jepang 30 Persen, Tahun 2000-2005 Peubah
Nilai Dasar
Nilai Simulasi Kebijakan
PJI (Produksi Jagung) SJI (Penawaran Jagung) DJI (Permintaan Jagung) DJP (Permintaan Jagung Industri Pakan) HJDR (Harga Riil Jagung Domestik) MJI (Impor Jagung) MJW (Impor Jagung Dunia) XJW (Expor Jagung Dunia) HJWR (Harga Riil Jagung Dunia) PPD (Produksi Pakan Ayam Ras) SPI (Penawaran Pakan Ayam Ras) DPI (Permintaan Pakan Ayam Ras) HPDR (Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik) PDD (Produksi Daging Ayam Ras) SDD (Penawaran Daging Ayam Ras) DDD (Permintaan Daging Ayam Ras) HDDR (Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik) MDI (Impor Daging Ayam Ras) XDI (Ekspor Daging Ayam Ras) HDMR (Harga Riil Daging Ayam Ras Impor) MDW (Impor Daging Ayam Ras Dunia) XDW (Ekspor Daging Ayam Ras Dunia) HDWR (Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia)
10 063.000 11 250.000 9 999.000 2 331.000 1 392.000 1 260.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 727.000 7 256.000 2 736.000 2 166.000 682.590 695.934 515.703 8 077.000 15.641 2.297 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
10 068.000 11 242.000 9 960.000 2 292.000 1 405.000 1 248.000 87 177.000 93 505.000 0.169 4 694.000 7 223.000 2 755.000 2 125.000 682.797 696.140 515.735 8 076.000 15.641 2.298 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
Perubahan Unit % 5.000 -8.000 -39.000 -39.000 13.000 -12.000 4 929.000 0.000 0.046 -33.000 -33.000 19.000 -41.000 0.207 0.206 0.033 -1.000 -0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.050 -0.071 -0.390 -1.673 0.934 -0.952 5.993 0.000 36.872 -0.698 -0.455 0.694 -1.893 0.030 0.030 0.006 -0.012 -0.006 0.013 0.000 0.000 0.000 0.000
Penurunan harga riil pakan ayam ras domestik mendorong peningkatan produksi daging ayam ras sebesar 0.030 persen, sehingga supply daging ayam ras meningkat pula sebesar 0.030 persen. Harga riil daging ayam ras domestik menurun sebesar 0.012 persen dan permintaan daging ayam ras meningkat sebesar 0.006 persen. Di sisi lain, penurunan harga riil daging ayam ras domestik akan mendorong peningkatan ekspor daging ayam ras sebesar 0.013 persen dan menurunkan impor daging ayam ras sebesar 0.006 persen. 6.3.3. Peningkatan Ekspor Daging Ayam Ras USA Sebesar 30 Persen Dampak kebijakan peningkatan ekspor daging ayam ras USA sebesar 30 persen disajikan pada Tabel 38.
111
Tabel 38. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Ekspor Daging Ayam USA 30 Persen, Tahun 2000-2005 Peubah
Nilai Dasar
Nilai Simulasi Kebijakan
PJI (Produksi Jagung) SJI (Penawaran Jagung) DJI (Permintaan Jagung) DJP (Permintaan Jagung Industri Pakan) HJDR (Harga Riil Jagung Domestik) MJI (Impor Jagung) MJW (Impor Jagung Dunia) XJW (Expor Jagung Dunia) HJWR (Harga Riil Jagung Dunia) PPD (Produksi Pakan Ayam Ras) SPI (Penawaran Pakan Ayam Ras) DPI (Permintaan Pakan Ayam Ras) HPDR (Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik) PDD (Produksi Daging Ayam Ras) SDD (Penawaran Daging Ayam Ras) DDD (Permintaan Daging Ayam Ras) HDDR (Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik) MDI (Impor Daging Ayam Ras) XDI (Ekspor Daging Ayam Ras) HDMR (Harga Riil Daging Ayam Ras Impor) MDW (Impor Daging Ayam Ras Dunia) XDW (Ekspor Daging Ayam Ras Dunia) HDWR (Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia)
10 063.000 11 250.000 9 999.000 2 331.000 1 392.000 1 260.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 727.000 7 256.000 2 736.000 2 166.000 682.590 695.934 515.703 8 077.000 15.641 2.297 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
10 063.000 11 250.000 9 998.000 2 330.000 1 392.000 1 260.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 727.000 7 256.000 2 710.000 2 162.000 682.749 696.236 518.483 7 904.000 15.552 2.065 4 272.000 6 472.000 10 011.000 6 766.000
Perubahan Unit % 0.000 0.000 -1.000 -1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -26.000 -4.000 0.159 0.302 2.781 -173.000 -0.089 -0.233 -138.000 0.000 759.000 -800.000
0.000 0.000 -0.010 -0.043 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.950 -0.185 0.023 0.043 0.539 -2.142 -0.572 -10.121 -3.129 0.000 8.204 -10.574
Peningkatan ekspor daging ayam ras USA ini akan meningkatkan total ekspor daging ayam ras dunia sebesar 8.204 persen. Harga riil daging ayam ras dunia akan menurun sebesar 10.574 persen. Penurunan harga riil daging ayam ras dunia ini akan menurunkan juga harga riil daging ayam ras domestik sebesar 2.142 persen. Selanjutnya, kebijakan ini mengakibatkan permintaan daging ayam ras meningkat sebesar 0.539 persen. Di samping itu, penurunan harga riil daging ayam domestik akan mendorong produsen meningkatkan produksinya sebesar 0.023 persen, sehingga supply daging ayam ras juga meningkat sebesar 0.043 persen.
112
Penurunan harga riil daging ayam ras tidak direspon oleh produksi pakan ayam ras. Permintaan pakan ayam ras yang menurun sebesar 0.950 persen akan menurunkan harga riil pakan ayam ras domestik sebesar 0.185 persen. Di pasar jagung, peningkatan ekspor daging ayam ras USA sebesar 30 persen juga belum mampu mendorong peningkatan produksi jagung, penawaran dan harga riil jagung domestik, sehingga permintaan jagung menurun sebesar 0.010 persen. 6.3.4. Peningkatan Impor Daging Ayam Ras China dan Jepang MasingMasing Sebesar 30 Persen Dampak kebijakan peningkatan impor daging ayam ras Cina dan Jepang, masing-masing sebesar 30 persen disajikan pada Tabel 39. Tabel 39. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan Impor Daging Ayam Cina dan Jepang 30 Persen, Tahun 2000-2005 Peubah
Nilai Dasar
Nilai Simulasi Kebijakan
PJI (Produksi Jagung) SJI (Penawaran Jagung) DJI (Permintaan Jagung) DJP (Permintaan Jagung Industri Pakan) HJDR (Harga Riil Jagung Domestik) MJI (Impor Jagung) MJW (Impor Jagung Dunia) XJW (Expor Jagung Dunia) HJWR (Harga Riil Jagung Dunia) PPD (Produksi Pakan Ayam Ras) SPI (Penawaran Pakan Ayam Ras) DPI (Permintaan Pakan Ayam Ras) HPDR (Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik) PDD (Produksi Daging Ayam Ras) SDD (Penawaran Daging Ayam Ras) DDD (Permintaan Daging Ayam Ras) HDDR (Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik) MDI (Impor Daging Ayam Ras) XDI (Ekspor Daging Ayam Ras) HDMR (Harga Riil Daging Ayam Ras Impor) MDW (Impor Daging Ayam Ras Dunia) XDW (Ekspor Daging Ayam Ras Dunia) HDWR (Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia)
10 063.000 11 250.000 9 999.000 2 331.000 1 392.000 1 260.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 727.000 7 256.000 2 736.000 2 166.000 682.590 695.934 515.703 8 077.000 15.641 2.297 4 410.000 6 472.000 9 252.000 7 566.000
10 063.000 11 250.000 9 999.000 2 331.000 1 392.000 1 260.000 82 248.000 93 505.000 0.123 4 727.000 7 256.000 2 745.000 2 167.000 682.539 695.836 514.839 8 138.000 15.672 2.375 4 449.000 6 772.000 9 252.000 7 833.000
Perubahan Unit % 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 9.000 1.000 -0.051 -0.098 -0.864 61.000 0.031 0.078 39.000 300.000 0.000 267.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.329 0.046 -0.008 -0.014 -0.168 0.755 0.196 3.395 0.884 4.635 0.000 3.529
113
Peningkatan impor daging ayam ras Cina dan Jepang masing-masing sebesar 30 persen akan mendorong peningkatan total impor daging ayam ras dunia sebesar 4.635 persen, sedangkan harga riil daging ayam dunia meningkat sebesar 3.529 persen. Harga riil daging ayam ras domestik menurun sebesar 0.755 persen, sedangkan permintaan daging ayam ras menurun sebesar 0.168 persen. Peningkatan impor daging ayam dunia akan mendorong ekspor daging ayam ras sebesar 3.395 persen. Hal ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi daging ayam ras, dimana produksi daging ayam ras menurun sebesar 0.007 persen dan supply daging ayam ras juga menurun sebesar 0.014 persen. Peningkatan harga riil daging ayam ras domestik tidak menstimulasi peningkatan maupun penurunan produksi dan supply pakan ayam ras. Permintaan pakan ayam ras meningkat sebesar 0.329 persen, sehingga harga riil pakan ayam ras meningkat sebesar 0.046 persen. Pada pasar jagung, produksi, penawaran, permintaan dan harga riil jagung domestik tidak mengalami perubahan. 6.4. Dampak Alternatif Simulasi Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Model pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari adanya perubahan tingkat kesejahteraan para pelaku pasarnya. Hasil kajian menunjukkan bahwa secara umum dampak perubahan faktor internal mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dampak alternatif faktor internal terhadap kesejahteraan para pelaku pasar jagung, pakan dan daging ayam ras secara keseluruhan disajikan pada Tabel 40.
114
Tabel 40. Dampak Perubahan Faktor Internal Terhadap Kesejahteraan Para Pelaku Pasar Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2000-2005 Indikator Kesejaheteraan
No 1
2
3
Perubahan Indikator Kesejahteraan Satuan Sim 1
Sim 2
Sim 3
Sim 4
Sim 5
Perubahan Surplus Produsen a. Jagung
Rp Miliar
55.5500
11.2420
56.2625
3 934.6620
55.5875
b. Pakan
Rp Miliar
36.1125
14.4650
3 933.4560
3 680.5755
21.7380
c. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
0.6959
-6.9673
-11.8547
1 406.4420
-11.8546
Total
Rp Miliar
92.3584
18.7397
3 977.8638
9 021.6795
65.4709
a. Jagung
Rp Miliar
49.9725
9.9995
50.9225
3 466.9500
49.9700
b. Pakan
Rp Miliar
13.6725
5.4690
1 423.0620
1 473.9630
8.2020
Perubahan Surplus Konsumen
c. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
0.5157
-5.1580
-8.7696
1 003.1926
-8.7696
Total Perubahan Penerimaan Pemerintah dariTarif Impor
Rp Miliar
64.1607
10.3105
1 465.2149
5 944.1056
49.4024
-23.4926
a. Jagung
Rp Miliar
-5.2818
0.0186
0.0559
3.8234
b. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
-0.0176
-0.0026
-0.0042
0.2969
-6.8994
Total
Rp Miliar
-5.2994
0.0161
0.0517
4.1203
-30.3920
4
Net Surplus
Rp Miliar
151.2197
29.0663
5 443.1304
14 969.9053
84.4813
5
Perubahan Pengeluaran Devisa a. Jagung
Rp Miliar
-318.1804
319.3036
2.2464
226.9547
-550.5484
b. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
17.9379
-17.9635
-0.0168
3.0107
30.8263
Rp Miliar
-300.2424
301.3401
2.2296
229.9654
-519.7221
Total Keterangan: Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Simulasi 4 Simulasi 5
: Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia 30% dan Depresiasi Rupiah 20% : Peningkatan Harga DOC 25% dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia 30% : Peningkatan Harga Pakan dan DOC 25% : Peningkatan Harga Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras 25% : Penghapusan Tarif Impor Jagung dan Daging Ayam & Depresiasi Rupiah 20%
Dampak penurunan suku bunga Bank Indonesia sebesar 30 persen dan depresiasi nilai tukar Rp/USD sebesar 20 persen mampu meningkatkan kesejahteraan di pasar jagung dan pakan ayam ras, yaitu masing-masing sebesar 92.358 miliar dan Rp. 64.161 miliar. Namun demikian kombinasi kebijakan ini mengurangi penerimaan pemerintah dari tarif impor jagung dan daging ayam ras masing-masing sebesar Rp. 5.282 miliar dan Rp. 0.018 miliar. Hal ini terjadi karena jumlah impor jagung dan daging ayam ras Indonesia menurun masingmasing sebesar 20.880 persen dan 0.254 persen, sehingga mempengaruhi penerimaan pemerintah. Dampak secara keseluruhan dari kebijakan ini menyebabkan kesejahteraan masyarakat meningkat sebesar Rp. 151.220 miliar.
115
Berdasarkan pelaku pasar, maka dampak kebijakan ini paling banyak diperoleh petani jagung, karena kesejahteraan petani jagung sebagai produsen maupun konsumen meningkat, yaitu masing-masing sebesar Rp. 55.550 miliar dan Rp. 49.972 miliar. Sementara itu pabrik pakan sebagai produsen pakan menempati urutan kedua, sedangkan peternak ayam ras sebagai produsen daging ayam ras menempati urutan ketiga. Oleh sebab itu, kebijakan penurunan suku bunga Bank Indonesia dan depresiasi nilai tukar Rp/USD merupakan alternatif kebijakan yang kondusif dalam pengembangan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. Kebijakan menaikkan harga DOC sebesar 25 persen dan menurunkan suku bunga bank sebesar 30 persen masih memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan bagi masyarakat sebesar Rp. 29.066 miliar. Bahkan penerimaan pemerintah total dari tarif juga masih positif sebesar Rp. 0.016 miliar. Apabila dilihat setiap pelaku pasar, maka produsen daging ayam ras tidak memperoleh kesejahteraan dengan adanya kebijakan ini. Hal ini disebabkan karena surplus produsen dan konsumen mengalami penurunan dibandingkan kedua pasar lainnya, yaitu sebesar Rp. 6.967 miliar dan Rp. 5.158 miliar. DOC merupakan salah satu input terpenting bagi produksi daging ayam ras. Oleh sebab itu apabila terjadi kenaikan harga DOC akan menjadi disinsentif bagi kesejahteraan produsen daging ayam ras. Selain itu perubahan terbesar diperoleh petani jagung dan pabrik pakan. Dampak peningkatan harga pakan dan DOC, masing-masing sebesar 25 persen secara umum mempunyai pola yang sama dengan kebijakan sebelumnya (Simulasi 2). Surplus produsen maupun konsumen pada pasar jagung dan pakan ayam ras mengalami peningkatan, kecuali pada pasar daging ayam ras.
116
Peningkatan harga pakan ternyata direspon dengan positif oleh pabrik pakan, sehingga dampak kebijakan ini mampu memberikan peningkatan surplus produsen yang terbesar dibandingkan di dua pasar lainnya. Selain itu, kebijakan ini masih memberikan penerimaan bagi pemerintah dari tarif impor jagung dan daging ayam ras sebesar Rp. 0.052 miliar. Oleh sebab itu, kebijakan menaikkan harga pakan dan DOC bukan merupakan alternatif kebijakan yang kondusif dalam pengembangan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. Kebijakan menaikkan harga jagung, pakan dan daging ayam ras sebesar 25 persen akan memberikan dampak yang positif di tiga pasar. Dampak kebijakan ini dirasakan manfaatnya oleh pelaku di ketiga pasar, baik produsen maupun konsumen, yaitu sebesar Rp. 9 021.679 miliar dan Rp. 5 944.106 miliar. Selain itu kebijakan ini juga memberikan dampak yang positif terhadap penerimaan pemerintah dari tarif impor jagung dan daging ayam ras, yaitu sebesar Rp. 4.120 miliar. Berdasarkan pelaku pasar, maka kesejahteraan terbesar yang diperoleh dengan adanya kebijakan ini adalah pada pasar jagung, lalu diikuti oleh pasar pakan dan pasar daging ayam ras. Oleh sebab itu, apabila pemerintah mampu menstimulasi kenaikan harga output di ketiga pasar itu, maka hal tersebut akan mendorong pengembangan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. Liberalisasi perdagangan merupakan salah satu kesepakatan antar negaranegara di dunia untuk mengurangi dan pada akhirnya menghapus trade barrier. Penghapusan tarif jagung dan daging ayam ras serta adanya depresiasi Rp/USD akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Hal ini terlihat dari perubahan surplus produsen dan konsumen di ketiga pasar tersebut.
117
Secara keseluruhan dampak kebijakan ini kesejahteraan hanya diperoleh para pelaku di pasar jagung dan pakan saja, tapi tidak pada para pelaku pasar daging ayam ras. Petani jagung mengalami peningkatan kesejahteraan terbesar, lalu berikutnya adalah pabrik pakan. Baik surplus produsen dan konsumennya masih menunjukkan peningkatan yang positif. Pada pasar daging ayam ras, kebijakan ini ternyata membuat surplus produsen dan konsumennya mengalami penurunan, yaitu sebesar Rp. 11.855 miliar dan Rp. 8.770 miliar. Selain itu penerimaan pemerintah dari tarif jagung dan daging ayam ras menurun drastis dibanding semua simulasi kebijakan yang dilakukan, yaitu sebesar Rp. 30.392 miliar. Gambaran ini menunjukkan bila penghapusan tarif akan memberikan dampak kemandirian bagi perkembangan pelaku pasar tersebut, namun di sisi lain ketidaksiapan pelaku pasar daging ayam ras justru akan memperburuk tingkat kesejahteraan produsen, konsumen dan pemerintah. Dampak perubahan faktor-faktor eksternal terhadap kesejahteraan para pelaku pasar jagung, pakan dan daging ayam ras secara keseluruhan disajikan pada Tabel 41. Peningkatan ekspor jagung USA sebesar 30 persen akan berdampak negatif terhadap total kesejahteraan di pasar jagung domestik. USA adalah salah satu negara produsen jagung dunia, sehingga peningkatan ekspornya akan menurunkan harga jagung dunia. Hal ini akan membuat harga jagung domestik sulit bersaing di pasar domestik dan dunia. Oleh sebab itu, peningkatan kesejahteraan justru banyak diperoleh para pelaku ekonomi di pasar pakan dan juga daging ayam ras.
118
Tabel 41. Dampak Perubahan Faktor Eksternal Terhadap Kesejahteraan Para Pelaku Pasar Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2000-2005 Indikator Kesejaheteraan
No 1
2
3
Satuan
Perubahan Indikator Kesejahteraan Sim 6
Sim 7
Sim 8
Sim 9
Perubahan Surplus Produsen a. Jagung
Rp Miliar
-11.2505
146.1980
0.0000
0.0000
b. Pakan
Rp Miliar
21.7770
-296.8195
-29.0240
7.2560
c. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
0.0000
-0.6960
-120.4227
42.4490
Total
Rp Miliar
10.5265
-151.3175
-149.4467
49.7050
a. Jagung
Rp Miliar
-10.0020
129.7335
0.0000
0.0000
b. Pakan
Rp Miliar
8.2050
-112.5655
-10.8920
2.7405
Perubahan Surplus Konsumen
c. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
0.0000
-0.5157
-89.4571
31.4315
Total Perubahan Penerimaan Pemerintah dari Tarif Impor
Rp Miliar
-1.7970
16.6523
-100.3491
34.1720
a. Jagung
Rp Miliar
-0.7625
8.3559
0.0000
0.0000
b. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
0.0000
-0.0004
-0.7648
0.2574
Total
Rp Miliar
-0.7625
8.3555
-0.7648
0.2574
4
Net Surplus
Rp Miliar
7.9670
-126.3097
-250.5605
84.1344
5
Perubahan Pengeluaran Devisa a. Jagung
Rp Miliar
274.2890
549.3048
-503.3697
0.0000
b. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
-33.7942
-0.0044
-2.5365
3.2866
Rp Miliar
240.4948
549.3004
-505.9062
3.2866
Total Keterangan: Simulasi 6 Simulasi 7 Simulasi 8 Simulasi 9
: Peningkatan Ekspor Jagung AS 30% : Peningkatan Impor Jagung Jepang 30% : Peningkatan Ekspor Daging Ayam AS 30% : Peningkatan Impor Daging Ayam Ras Cina dan Jepang 30%
Dampak dari peningkatan ekspor jagung USA sebesar 30 persen di pasar jagung domestik bias kepada konsumen, yaitu dengan penurunan surplus sebesar Rp. 10.00 miliar yang masih lebih rendah daripada surplus produsen dan net surplusnya meningkat sebesar Rp. 7.967 miliar. Penerimaan pemerintah dari tarif berkurang sebesar Rp. 0.762 miliar akibat kebijakan ini. Di pasar pakan ayam ras domestik, kebijakan ini bias kepada produsen, yaitu sebesar Rp. 21.777 miliar. Secara keseluruhan, dampak kebijakan ini banyak diperoleh pabrik pakan dibandingkan pelaku pasar jagung dan daging ayam ras. Total kesejahteraan akibat kebijakan ini di tiga pasar adalah sebesar Rp. 7.967 miliar, walaupun di sisi lain penerimaan pemerintah menurun. Oleh sebab itu keadaan ini tidak
119
menguntungkan bagi kesejahteraan pelaku pasar, khususnya petani jagung dan peternak ayam ras. Peningkatan impor jagung Jepang sebesar 30 persen justru akan bias kepada produsen jagung, yaitu sebesar Rp. 146.20 miliar dengan net surplus sebesar Rp. 126.31 miliar. Selain itu, penerimaan pemerintah dari adanya tarif impor jagung mencapai Rp. 8.356 miliar. Di pasar pakan ayam ras, konsumen mengalami penurunan surplus sebesar Rp. 112.57 miliar, dimana surplusnya masih lebih rendah dibandingkan penurunan kesejahteraan pada surplus produsen. Net surplus di ketiga pasar berkurang sebesar Rp. 409.39 miliar. Sedangkan di pasar daging ayam ras, kebijakan ini juga bias kepada konsumen dengan surplus konsumen yang berkurang sebesar Rp. 0.52 miliar. Pada pasar daging ayam ras, kebijakan ini mengakibatkan penerimaan pemerintah dari tarif impor berkurang sebesar Rp. 0.0004 miliar. Peningkatan impor jagung Jepang akan menyebabkan peningkatan harga jagung dunia. Oleh sebab itu harga jagung domestik menjadi lebih kompetitif, sehingga total kesejahteraan meningkat sebesar Rp. 126.31 miliar. Berbeda di pasar pakan dan daging ayam ras, peningkatan impor jagung Jepang akan menstimulasi peningkatan jumlah jagung yang diekspor, sehingga mengurangi pasokan jagung untuk produksi pakan, selanjutnya mengurangi pasokan pakan untuk produksi daging ayam ras. Hal in mengakibatkan total kesejahteraan di pasar jagung dan daging ayam ras cenderung mengalami penurunan. Peningkatan ekspor daging ayam ras USA mengakibatkan perubahan surplus di pasar pakan ayam ras, dimana kebijakan ini bias kepada konsumen dengan pengurangan surplus sebesar Rp. 10.89 miliar dan net surplus yang
120
menurun sebesar Rp. 39.92 miliar. Di pasar daging ayam ras domestik, kebijakan ini bias kepada konsumen dengan surplus yang menurun sebesar Rp. 89.46 miliar dan net surplus yang searah menurun sebesar Rp. 209.88 miliar. Penerimaan pemerintah total dari tarif berkurang sebesar Rp. 0.765 miliar akibat kebijakan ini. Secara keseluruhan kebijakan ini tidak berpengaruh langsung terhadap pasar jagung. Pelaku pasar daging ayam ras mengalami penurunan kesejahteraan yang terbesar bila dibandingkan dua pasar lainnya. Peningkatan ekspor daging ayam ras USA akan menyebabkan penurunan harga daging ayam ras dunia, sehingga kegiatan ekspor mengalami penurunan. Hal ini akan mempengaruhi permintaan terhadap kebutuhan jagung dan pakan di Indonesia. Dengan adanya peningkatan impor daging ayam ras Cina dan Jepang sebesar 30 persen, maka total net surplus produsen dan konsumen di tiga pasar meningkat sebesar Rp. 49.705 miliar dan Rp. 34.172 miliar. Total penerimaan pemerintah dari tarif impor juga masih positif, yaitu sebesar Rp. 0.257 miliar. Perubahan impor daging ayam ras Cina dan Jepang tersebut memberikan dampak yang positif bagi perkembangan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. Apabila ditinjau dari setiap pelaku pasar, maka dampak kebijakan ini di pasar pakan ayam ras adalah kesejahteraan yang bias kepada produsen, yaitu dengan surplus yang mengalami peningkatan sebesar Rp. 7.256 miliar dan net surplus yang meningkat sebesar Rp. 10.000 miliar. Di pasar daging ayam ras, kebijakan ini bias kepada produsen dengan surplus positif sebesar Rp. 42.419 miliar dan net surplus yang meningkat sebesar Rp. 73.88 miliar. Kebijakan ini
121
juga memberikan keuntungan kepada negara dari tarif impor daging ayam sebesar Rp. 0.257 miliar. Secara keseluruhan, peningkatan impor daging ayam ras Cina dan Jepang tidak berpengaruh langsung terhadap pasar jagung domestik. Peningkatan ini akan berkontribusi dalam peningkatan harga daging ayam ras dunia, sehingga mendorong peningkatan produksi pakan dan daging ayam ras. Oleh sebab itu total kesejahteraan pelaku di pasar daging ayam ras dan pakan cenderung meningkat.
VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil pendugaan parameter dan simulasi model, maka faktorfaktor yang mempengaruhi dan keterkaitan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras serta dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran, permintaan dan harga jagung, pakan dan daging ayam ras serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia adalah: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar jagung: a. Produksi jagung dipengaruhi oleh harga jagung domestik, luas areal panen jagung tahun sebelumnya, tingkat suku bunga riil dan trend waktu. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang, produksi jagung responsif terhadap perubahan luas areal panen jagung tahun sebelumnya. b. Permintaan jagung industri pakan dipengaruhi dan responsif terhadap permintaan jagung industri pakan tahun sebelumnya dan rasio harga riil kedelai dengan harga riil kedelai tahun sebelumnya. c. Harga riil jagung domestik dipengaruhi oleh rasio penawaran jagung tahun sekarang dengan penawaran jagung tahun yang lalu dan harga riil jagung domestik tahun sebelumnya. Harga riil jagung domestik responsif terhadap rasio penawaran jagung tahun sekarang dengan penawaran jagung tahun sebelumnya dalam jangka panjang, namun tidak responsif dalam jangka pendek. d. Impor jagung dipengaruhi oleh nilai tukar riil Rp/USD dan impor jagung tahun sebelumnya. Dalam jangka pendek dan jangka panjang impor jagung tidak responsif terhadap perubahan nilai tukar riil Rp/USD.
123
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar pakan ayam ras: a. Produksi pakan ayam ras dipengaruhi oleh produksi pakan ayam ras tahun sebelumnya dan harga riil pakan ayam ras domestik dipengaruhi oleh dummy krisis moneter dan trend waktu. b. Permintaan pakan ayam ras dipengaruhi oleh harga riil pakan ayam ras domestik, harga riil daging ayam ras domestik, populasi ayam ras dan permintaan pakan ayam ras tahun sebelumnya. Dalam jangka pendek dan jangka panjang permintaan pakan ayam ras tidak responsif terhadap perubahan harga riil pakan dan harga riil daging ayam ras domestik, tetapi responsif terhadap perubahan populasi ayam ras dalam jangka panjang. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar daging ayam ras: a. Produksi daging ayam ras dipengaruhi oleh populasi ayam ras, tingkat suku bunga dan produksi daging ayam ras tahun sebelumnya. Produksi daging ayam ras tidak responsif terhadap perubahan populasi ayam ras dalam jangka pendek, tetapi responsif dalam jangka panjang. b. Permintaan daging ayam ras dipengaruhi oleh harga riil daging ayam ras domestik, harga riil ikan, harga riil sapi, pendapatan per kapita, dummy krisis moneter dan permintaan daging ayam ras tahun sebelumnya. Permintaan daging ayam ras responsif terhadap perubahan harga riil daging ayam ras domestik dalam jangka pendek dan responsif terhadap perubahan harga daging sapi dan pendapatan per kapita dalam jangka panjang. Daging ayam merupakan barang normal bagi masyarakat Indonesia, sedangkan telur, ikan dan daging sapi merupakan barang substitusi dari daging ayam.
124
c. Harga riil daging ayam ras domestik dipengaruhi oleh harga riil daging ayam ras dunia tahun sebelumnya dan harga riil daging ayam ras domestik tahun sebelumnya. Dalam jangka pendek dan jangka panjang harga riil daging ayam ras domestik tidak responsif terhadap perubahan harga riil daging ayam ras dunia. d. Ekspor daging ayam ras dipengaruhi oleh produksi daging ayam ras, harga riil daging ayam ras dunia, rasio nilai tukar terhadap perubahan nilai tukar dan trend waktu. Dalam jangka pendek dan jangka panjang ekspor daging ayam ras responsif terhadap perubahan produksi daging ayam ras tetapi tidak responsif terhadap perubahan harga riil daging ayam ras dunia dan nilai tukar. e. Impor daging ayam ras dipengaruhi oleh impor daging ayam ras tahun sebelumnya, dan harga riil daging ayam ras impor dipengaruhi oleh perubahan harga riil daging ayam ras dunia serta trend waktu. Dalam jangka pendek dan jangka panjang harga riil daging ayam ras impor tidak responsif terhadap perubahan harga riil daging ayam ras dunia. 4. Pasar pakan ayam ras memiliki keterkaitan yang kuat dengan pasar daging ayam ras melalui pengaruh harga daging ayam ras terhadap permintaan pakan ayam ras, sedangkan pasar pakan ayam ras kurang memiliki keterkaitan dengan pasar jagung. 5. Dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap penawaran, permintaan dan harga: a. Perubahan faktor internal berupa penurunan tingkat suku bunga bank, depresiasi rupiah, peningkatan harga jagung, pakan, DOC dan daging
125
ayam ras serta penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam ras berdampak terhadap perilaku pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa harga dan jumlah yang terjadi dalam suatu pasar tidak hanya ditentukan oleh kekuatan pasar itu sendiri, melainkan juga ditentukan secara bersama-sama oleh kekuatan pasar lainnya. Perubahan faktor internal hanya berdampak kecil terhadap pasar jagung dunia dan tidak berdampak terhadap pasar daging ayam ras dunia. b. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan ekspor jagung USA dan peningkatan impor jagung Jepang berdampak terhadap perilaku pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dan pasar jagung dunia, tetapi tidak berdampak terhadap perilaku pasar daging ayam dunia. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan ekspor daging ayam USA dan peningkatan impor daging ayam Cina dan Jepang hanya berdampak kecil terhadap perilaku pasar daging ayam ras di Indonesia dan perilaku pasar daging ayam ras dunia. 6. Dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap surplus produsen dan surplus konsumen: a. Perubahan faktor internal berupa peningkatan harga jagung, pakan dan daging ayam ras berdampak pada peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras, penerimaan pemerintah dari tarif impor jagung dan daging ayam, serta peningkatan pengeluaran devisa negara. b. Perubahan faktor internal berupa penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam ras serta depresiasi rupiah berdampak pada peningkatan
126
kesejahteraan produsen dan konsumen pasar jagung dan pakan, tetapi menurunkan kesejahteraan produsen dan konsumen pasar daging ayam ras, serta menurunkan penerimaan pemerintah dan pengeluaran devisa negara. c. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan impor daging ayam ras Cina dan Jepang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan peningkatan pengeluaran devisa negara. 7.2. Implikasi Kebijakan 1. Kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga dan depresiasi rupiah dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan surplus produsen dan konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras. 2. Karena kurangnya keterkaitan pasar jagung dengan pasar pakan, maka kebijakan pemerintah melalui peningkatan harga jagung, pakan dan daging ayam ras sebaiknya lebih banyak diarahkan pada pasar jagung dan pasar pakan untuk dapat meningkatkan kinerja kedua pasar tersebut. 3. Luas areal panen jagung merupakan faktor yang menentukan produksi jagung di Indonesia dibandingkan faktor harga jagung, karena produksi lebih respon terhadap perubahan luas areal panen dibandingkan peningkatan harga jagung. Peningkatan luas areal panen jagung sebaiknya didukung dengan kebijakan peningkatan harga pakan dan DOC, karena kebijakan tersebut dapat meningkatan produksi, surplus produsen dan surplus konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. 4. Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan kebijakan penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam dalam era liberalisasi perdagangan, karena kebijakan penghapusan tarif impor hanya dapat meningkatkan produksi jagung saja,
127
tetapi menurunkan produksi pakan dan daging ayam ras. Kebijakan ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan pelaku pasar (produsen dan konsumen) jagung dan pakan saja, tetapi tidak pada pelaku pasar (produsen dan konsumen) daging ayam ras. 7.3. Saran Penelitian Lanjutan 1. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya juga memperhatikan pakan selain untuk ternak ayam ras, sehingga akan terlihat lebih jelas bagaimana keterkaitan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dari hulu sampai hilir secara komprehensif lagi. 2. Perlu dilakukan disagregasi produksi daging ayam ras menurut pola pemeliharannya (industri peternakan rakyat dan swasta) dan menurut jenisnya (daging ayam ras dan buras) sehingga produksi daging ayam dapat diketahui dengan jelas. 3. Perlu penelitian lanjutan untuk memperoleh gambaran perilaku konsumsi jagung di Indonesia, sehingga pembentukan harga jagung dapat dikaji lebih spesifik, karena pembentukan harga jagung juga dipengaruhi oleh perilaku produksi dan konsumsi. 4. Perlu penelitian lanjutan mengenai liberalisasi perdagangan jagung dan daging ayam ras dunia dengan memasukkan perilaku negara produsen, negara eksportir dan negara importir utama jagung serta daging ayam ras, sehingga dampak liberalisasi perdagangan jagung dan daging ayam ras dapat diketahui dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA Alim, M.R. 1996. Keragaan Industri Pakan Ayam Ras di Wilayah Bogor dan Bekasi: Suatu Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anonymous. 2003. Evaluasi Kinerja Pembangunan Pertanian Tahun 2002. Inspektorat Jenderal. Departemen Pertanian, Jakarta. BPS. 2001. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. . 2005. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. . 2005. Neraca Bahan Makanan Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. Branson, W.H. and J.M. Litvack. 1981. Macroeconomics of Production. John Willey & Sons Inc., Washington D.C. Boediono. 1990. Ekonomi Internasional. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Chiang, A.C. and K. Wainwright. 1984. Fundamental Methods of Mathematical Economics. The McGraw-Hill Companies, Inc., New York. DEPTAN. 2001. Statistik Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. . 2002. Agribisnis Jagung, Informasi dan Peluang. Festival Jagung Pangan Alternatif, Istana Bogor 26-27 April 2002. Departemen Pertanian, Jakarta. . 2005. Statistik Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. . 2005. Statistik Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. DEPKEU. 2001. Buku Tarif Bea Masuk Indonesia. Direktorat Jenderal Keuangan, Jakarta. Doll, J.P. and F. Orazem. 1984. Production Economics: Theory with Applications. Second Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York. FAO. 2002. Trade Yearbook. Food and Agriculture Organization, Rome. . 2005. Trade Yearbook. Food and Agriculture Organization, Rome.
129
Fizanti, T. N. Ilham, H. Afriansyah dan N. Rusono. 1997. Analisa Struktur Pasar Daging Sapi Indonesia. Suatu Simulasi Kebijakan. Paper (tidak dipublikasi). Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gujarati, D.N. 1995. Basic Econometrics. Third Edition. McGraw-Hill Inc, New York. Hady, H. 2004. Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Buku Kesatu. Ghalia Indonesia, Jakarta. Hallam, D. 1990. Econometric Modelling of Agricultural Commodity Markets. Routledge, London. Henderson, J.M. and R.E. Quandt. 1980. Microeconomic Theory: A Mathematical Approach. McGraw-Hill International Book Company, London. Hutabarat, B. dan Y. Yusdja. 1993. Dominasi Industri Pakan dalam Penentuan Harga Jagung: Suatu Ciri Pola Kemitraan yang Sub Optimal. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Ilham, N. 1998. Penawaran dan Permintaan Daging Sapi di Indonesia: Suatu Analisis Simulasi. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. ., K. Kariyasa, Wiryono dan Hastuti. 2001. Analisis Penawaran dan Permintaan Komoditas Peternakan Unggulan. Laporan Teknis Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Imron, A. 2007. Dampak Kebijakan Ekonomi dan Perubahan Faktor Eksternal Terhadap Kinerja Pasar Jagung dan Produk Turunannya di Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascacasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. IMF. 2005. International Financial Statistics Yearbook. International Monetary Fund, Washington D.C. Intriligator, M.D. 1978. Econometric Model, Techniques and Applications. Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. Kariyasa, I.K. 2003. Keterkaitan Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Economertics: An Introductory Exposition of Econometric Methods. Second Edition. Macmillan Publishers Ltd., London.
130
Krugman, P.R., and M. Obstfeld. 1991. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan. Terjemahan Faisal H. Basri. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kusumawardhani, I. 1993. Analisis Permintaan Daging Sapi pada Konsumen Keluarga di Propinsi Jawa Timur. Skripsi Sarjana. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Labys, W.C. 1975. Dynamic Commodity Models: Spesification, Estimation and Simulation. D.C. Heat and Company, Lexington. Nurkhalik, A. 1999. Analisis Agribisnis Jagung dan Strategi Pengembangannya di Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pasaribu, A.M., S. Saenong dan A.G. Tabir. 2001. Kajian Penelusuran Tataniaga Komoditas Jagung Sulawesi Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 4(2): 127-134. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Priyanto, D. 2003. Evaluasi Kebijakan Impor Daging Sapi Melalui Pendekatan Analisis Penawaran dan Permintaan dalam Proteksi Peternak Domestik. Usulan Penelitian. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Purba, H.J. 1999. Keterkaitan Pasar Jagung dan Pasar Pakan Ternak Ayam Ras di Indonesia: Suatu Analisis Simulasi. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Purcell, W.D. 1979. Agricultural Marketing Systems, Coordination, Cash and Future Prices. Reston Publishing Company, Inc. A Prentice-Hall Company. Reston, Virginia. Pyndick, R.S. and D.I. Rubinfeld. 1991. Econometric Models and Economic Forecast. Third Edition. McGraw-Hill International Edition, Singapore. Rachman, B. 2003. Dinamika dan Harga Perdagangan Komoditas Jagung. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 3 (1): 32-41. Fakultas Pertanian. Universitas Udayana, Denpasar. Rusastra, I.W., dan M. Siregar, 2002. Kebijakan Tarif Impor Paha Ayam dalam Melindungi Perunggasan Nasional. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Sadra, D.K. 2002. Corn Self Sufficient in Indonesia: The Past 30 Years and Futures Prospects. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertaniam, 21(3): 75-83. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
131
Saragih, B. 1988. Krisis Ekonomi dan Reformasi Agribisnis Berbasis Peternakan. Makalah Disampaikan Dalam Dialog Nasional Peternakan. Fakultas Peternakan IPB 1988. Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor, Bogor. . 1998. Agribisnis Peternakan. Pustaka Wirasaha Muda. P.T. Loji Grafika Griya Sarana, Bogor. Simatupang, P.,T. Soedaryanto dan S. Mardianto. 1995. Livestock Supply Response in Indonesia. Center for Agro Socio-Economic Research, BogorIndonesia in Collaboration with International Food Policy Research Institute, Washington D.C. USA. Center for Agro Socio-Economic Research, Bogor. Sinaga, B.M. 1989. Econometric Model of the Indonesian Hardwood Products Industry: A Policy Simulation Analysis. PhD Dissertation. University of the Phillippines, Los Banos. Sitepu, R.K. 2002. Dampak Kebijakan Ekonomi dan Liberalisasi Perdagangan Terhadap Penarawaran dan Permintaan Beras di Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soedjana, T.D., T. Sudaryanto, R. Sayuti, Subandriyo, Soepono dan A. Mulyadi. 1994. Estimasi Parameter Sistem Permintaan Komoditas Ternak dan Hasil Ternak di Kawasan Timur Indonesia. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Soehadji. 1992. Pembangunan Peternakan dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II. Prosiding Agroindustri Peternakan di Pedesaan. Balai Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor: 88-92. . 1995. Tinjauan Aspek Perencanaan Dalam Membangun Agribisnis Peternakan Yang Tangguh Menghadapi Era Pasar Bebas (Paper tidak dipublikasi). Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. Soedaryanto, T., R. Sayuti, dan T.D. Soedjana. 1995. Pendugaan Parameter Permintaan Hasil Ternak di Beberapa Propinsi Sumatera dan Kalimantan. Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia, (2): 22-35. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Tangendjaja, B. 1999. Indonesia di Tengah Kompetisi Global Industri Peternakan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan, Bogor: 24-38.
132
., Y. Yusdja dan N. Ilham. 2002. Analisis Ekonomi Permintaan Jagung untuk Pakan. Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4 Juni 2002 di Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Tomek, W.G. and K.L. Robinson. 1980. Agricultural Product Prices. Third Edition. Cornell University Press, Ithaca and London. Sajuti, R. 2001. Analisis Agribisnis Ayam Buras Melalui Pendekatan Fungsi Keuntungan Multi Output, Kasus Jawa Timur. Jurnal Agro Ekonomi, 21(3): 75-83. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Vesdapunt, K. 1984. Thailand Rice Policy Model: A Simulation Analysis. PhD Dissertation. University of The Philippines, Los Banos. Yusdja, Y. 1988. Pembangunan Peternakan Unggas Berada di Persimpangan Jalan. Poultry Indonesia, April No.100. Margi Group, Jakarta. . dan E. Pasandaran. 1998. Arah Restrukturisasi Industri Agribisnis Perunggasan di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, 16(2): 21-32. ., N. Ilham, dan R. Sajuti. 2004. Tinjauan Penerapan Kebijakan Industri Ayam Ras: Antara Tujuan dan Hasil. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 22 (1): 21-36. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Aktual Peubah Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 1980-2005 LAJ 2 734.94 2 955.03 2 061.29 3 002.00 3 086.00 2 440.00 3 142.75 2 626.03 3 405.75 2 944.19 3 158.09 2 909.10 3 629.34 2 939.53 3 109.39 3 651.83 3 679.69 3 754.22 3 796.83 3 861.28 3 910.78 3 970.51 4 023.25 4 080.76 4 135.01 4 191.49 BPS
PJI 3 525.60 4 509.30 3 234.83 5 087.24 5 287.83 4 329.50 5 920.26 5 154.74 6 651.92 6 192.51 6 734.03 6 431.05 7 995.46 7 196.74 6 868.89 8 245.90 9 307.42 8 770.85 10 169.49 9 134.44 9 676.90 9 347.20 10 034.60 10 029.00 10 495.60 10 640.40 BPS
DJP 899.00 1 033.00 1 188.00 1 331.00 1 491.00 1 670.00 1 870.00 1 923.00 1 986.00 2 049.00 2 112.00 2 174.00 2 236.00 2 298.00 2 359.00 2 420.00 3 315.00 3 075.00 1 294.00 1 717.00 2 285.00 2 518.00 2 593.00 2 671.00 2 748.00 2 825.00 BPS
DJM 2 175.00 1 796.00 1 830.00 2 477.00 2 915.00 2 509.00 2 157.00 1 715.00 1 668.00 1 532.00 1 454.00 1 339.00 1 231.00 1 108.00 952.00 799.00 633.00 652.00 682.00 702.00 716.00 730.00 763.00 817.00 892.00 989.00 BPS
DJIP 400.00 1 426.00 249.00 1 096.00 664.00 167.00 1 654.00 1 473.00 2 570.00 2 054.00 2 580.00 2 727.00 3 770.00 3 568.00 3 943.00 5 030.00 5 057.00 5 205.00 6 694.00 6 157.00 6 726.00 5 988.00 6 920.00 6 758.00 7 313.00 7 397.00 BPS
DJI 3 474.00 4 255.00 3 267.00 4 904.00 5 070.00 4 346.00 5 681.00 5 111.00 6 224.00 5 635.00 6 146.00 6 240.00 7 237.00 6 974.00 7 254.00 8 249.00 9 005.00 8 932.00 8 670.00 8 576.00 9 727.00 9 236.00 10 277.00 10 245.00 10 953.00 11 210.00 BPS
SJI 3 345.80 4 306.20 3 114.40 4 926.40 5 165.80 4 205.30 5 810.90 5 215.20 6 561.30 6 084.20 6 601.10 6 721.40 7 901.40 7 630.20 7 950.20 9 136.10 9 897.30 9 850.30 9 850.00 9 661.50 10 913.50 10 293.00 11 102.40 11 291.80 11 770.80 11 992.10 BPS
HJD 130.00 144.00 198.00 196.00 205.00 224.00 227.00 257.00 287.00 309.00 338.00 358.00 362.00 388.00 437.00 507.00 619.00 693.00 1 229.00 1 481.00 1 440.00 1 450.00 1 493.00 1 547.00 1 605.00 1 665.00 BPS
MJI 33.80 2.00 76.50 28.20 59.40 50.00 57.80 221.00 63.50 39.60 9.10 323.30 55.90 494.50 1 118.30 969.20 616.90 1 098.40 313.50 618.10 1 264.60 1 035.80 1 154.06 1 345.45 1 354.51 1 427.70 FAO
XJI 214.00 205.00 197.00 189.00 181.00 174.00 167.00 161.00 154.00 148.00 142.00 33.00 150.00 61.00 37.00 79.00 27.00 19.00 633.00 91.00 28.00 90.00 86.00 83.00 79.00 76.00 FAO
MJJ 12 830.00 13 590.00 13 571.00 14 701.00 14 170.00 14 225.00 14 653.00 16 504.00 16 555.00 15 811.00 16 008.00 16 646.00 16 382.00 16 863.00 15 930.00 16 580.00 16 004.00 16 097.00 16 049.00 16 606.00 16 111.00 16 222.00 16 390.40 16 542.30 16 698.90 16 854.20 FAO
134
Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sumber
Lampiran 1. Lanjutan MJRW 67 050.00 67 263.00 56 180.00 54 850.00 53 552.00 56 489.00 44 214.00 48 055.00 50 324.00 61 342.00 57 616.00 48 862.00 55 865.00 51 594.00 46 164.00 59 415.00 54 482.00 55 162.00 56 483.00 58 688.00 64 520.00 64 821.00 64 591.60 64 509.90 64 387.10 64 275.80 FAO
MJW 79 914.00 80 855.00 69 828.00 69 579.00 67 781.00 70 764.00 58 925.00 64 780.00 66 943.00 77 193.00 73 633.00 65 831.00 72 303.00 68 952.00 63 212.00 76 964.00 71 103.00 72 357.00 72 846.00 75 912.00 81 896.00 82 079.00 82 136.00 82 398.00 82 441.00 82 558.00 FAO
XJUS 63 152.00 54 856.00 48 942.00 47 629.00 49 085.00 44 016.00 27 086.00 40 906.00 46 568.00 56 513.00 52 172.00 44 558.00 43 236.00 40 365.00 35 877.00 60 240.00 52 410.00 41 792.00 42 125.00 51 975.00 47 971.00 47 944.00 47 173.00 46 496.90 45 808.80 45 122.10 FAO
XJRW 62 938.36 54 650.91 48 745.12 47 440.00 48 903.56 43 841.83 26 918.80 40 745.49 46 413.91 56 365.08 52 030.00 44 525.00 43 086.00 40 304.00 35 840.00 60 161.00 52 383.00 41 773.00 41 492.00 51 884.00 47 943.00 47 854.00 47 086.73 46 414.21 45 729.54 45 046.12 FAO
XJW 126 090.00 109 507.00 97 687.00 95 069.00 97 989.00 87 858.00 54 005.00 81 651.00 92 982.00 112 878.00 104 202.00 89 083.00 86 322.00 80 669.00 71 717.00 120 401.00 104 793.00 83 565.00 83 617.00 103 859.00 95 914.00 95 798.00 94 260.00 92 911.00 91 538.00 90 168.00 FAO
HJM 0.22 0.36 0.17 0.19 0.16 1.14 0.11 0.11 0.13 0.14 0.19 0.14 0.15 0.14 0.14 0.16 0.22 0.16 0.15 0.13 0.13 0.12 0.12 0.12 0.13 0.13 FAO
HJW 0.17 0.18 0.15 0.16 0.16 0.14 0.14 0.12 0.14 0.15 0.15 0.15 0.16 0.15 0.16 0.16 0.20 0.16 0.14 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.14 FAO
PPD 447.00 594.00 647.00 740.00 890.00 1 061.00 1 209.00 1 342.00 1 331.00 1 459.00 1 598.00 1 887.00 1 806.00 1 916.00 3 340.00 3 550.00 4 296.00 4 445.00 2 086.00 2 774.00 4 497.00 4 991.00 5 511.00 6 860.00 7 180.00 7 462.00 Deptan
DPI 425.00 564.00 615.00 703.00 846.00 1 007.00 1 148.00 1 275.00 1 255.00 1 368.00 1 546.00 1 793.00 1 775.00 2 409.00 2 841.00 3 145.00 3 448.00 3 017.00 1 665.00 1 526.00 2 497.00 2 466.00 2 531.00 2 620.00 2 714.00 2 809.00 Deptan
STP 32.20 35.00 40.20 47.70 58.40 66.40 73.10 82.70 98.60 59.30 99.20 40.40 130.10 511.70 254.90 868.50 1 512.80 563.80 790.10 2 074.80 2 230.00 2 367.88 2 481.71 2 589.94 2 696.82 2 808.91 Deptan
SPI 479.20 629.00 687.20 787.70 948.40 1 127.40 1 282.10 1 424.70 1 429.60 1 518.30 1 697.20 1 927.40 1 936.10 2 427.70 3 594.90 4 418.50 5 808.80 5 008.80 2 876.10 4 848.80 6 727.00 7 358.88 7 992.71 9 449.94 9 876.60 10 270.52 Deptan
135
Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sumber
Lampiran 1. Lanjutan HPD 182.00 210.00 392.00 397.00 401.00 414.00 381.00 444.00 520.00 575.00 604.00 634.00 686.00 732.00 691.00 825.00 929.00 998.00 2 328.00 2 263.00 2 345.00 2 470.00 2 577.00 2 687.00 2 796.00 2 905.00 Deptan
HKI 0.39 0.49 0.47 0.39 0.40 0.38 0.48 0.52 0.52 0.56 0.64 0.71 0.54 0.69 0.85 1.09 1.02 0.92 0.84 0.78 0.84 0.87 0.87 0.87 0.89 0.91 FAO
PDD 21.22 23.42 25.86 72.99 78.50 114.50 139.20 174.60 181.70 210.40 261.40 326.40 267.40 422.70 498.50 551.80 605.00 515.30 285.00 294.50 515.00 537.00 751.90 771.10 846.10 883.40 Deptan
SDD 21.69 24.27 26.74 73.56 78.72 114.54 139.26 174.66 181.75 210.43 260.63 325.97 267.37 422.55 499.40 552.28 603.31 515.75 281.36 299.77 523.48 549.70 758.31 784.93 864.03 901.73 Deptan
DDD 21.22 23.42 25.86 73.00 92.15 119.71 144.82 181.81 189.20 210.00 261.14 326.21 368.44 423.63 500.10 553.00 605.00 515.00 288.00 295.86 515.74 517.74 536.05 558.04 580.86 603.87 Deptan
HDD 1 432.00 1 686.00 1 817.00 2 041.00 1 671.00 1 863.00 2 030.00 2 262.00 2 310.00 2 351.00 2 638.00 2 994.00 3 128.00 3 510.00 3 905.00 3 861.00 4 699.00 4 696.00 7 746.00 11 883.00 10 483.00 8 764.00 8 583.00 8 779.00 9 066.00 9 375.00 Deptan
HDOC 179.00 243.00 230.00 219.00 205.00 195.00 176.00 175.00 141.00 125.00 134.00 143.00 715.00 730.00 924.00 100.00 1 026.00 888.00 1 264.00 2 704.00 2 424.00 2 707.00 2 706.00 872.00 1 435.00 1 341.00 Deptan
PA 23 646.00 25 462.00 28 110.00 31 033.00 110 580.00 143 657.00 173 795.00 218 183.00 227 044.00 262 918.00 326 612.00 407 908.00 459 097.00 528 159.00 622 965.00 689 467.00 755 956.00 641 374.00 354 004.00 324 347.00 530 874.00 621 870.00 865 075.00 847 744.00 778 970.00 864 246.00 Deptan
MDI 0.47 0.85 0.88 0.57 0.22 0.04 0.06 0.06 0.05 0.03 0.12 0.17 1.18 0.48 2.00 1.48 0.49 0.45 0.35 8.14 14.02 14.54 9.49 17.55 18.05 18.79 FAO
MDC 63.92 54.38 63.43 60.62 60.70 70.56 70.38 90.48 90.16 134.42 162.93 206.32 276.98 339.13 467.47 647.15 710.34 772.44 802.78 1 061.03 993.78 879.85 498.70 565.08 180.73 121.86 FAO
MDJ 70.26 98.00 102.93 100.58 103.73 100.46 174.43 195.33 260.87 270.59 291.23 347.31 393.96 390.32 444.11 535.96 546.57 496.14 497.25 551.36 568.27 523.09 524.44 466.11 353.79 308.74 FAO
T 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 25.00 26.00 Trend
136
Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sumber
Lampiran 1. Lanjutan MDRW 1 176.03 1 505.23 1 468.72 1 340.52 1 248.63 1 239.41 1 341.11 1 442.42 1 461.31 1 441.24 1 728.29 1 772.88 1 924.19 2 036.11 2 505.25 3 042.41 3 268.62 3 399.70 3 708.29 3 926.34 4 395.43 4 949.14 5 376.14 5 723.92 6 022.15 6 289.40
Sumber
FAO
MDW 1 310.68 1 658.46 1 635.96 1 502.29 1 413.28 1 410.47 1 585.98 1 728.29 1 812.39 1 846.28 2 182.57 2 326.68 2 596.31 2 766.04 3 418.83 4 227.00 4 526.02 4 668.73 5 008.67 5 546.87 5 971.50 6 366.62 6 408.77 6 772.66 6 574.72 6 738.78 FAO
XDI 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.89 0.60 1.21 0.63 1.10 1.00 2.18 0.00 3.99 2.87 5.54 1.84 3.08 3.72 0.12 0.46 FAO
XDUS 280.25 244.12 237.11 203.45 196.07 198.09 257.40 346.91 358.04 453.07 529.14 582.93 698.33 917.07 1 347.54 1 811.95 2 129.91 2 224.23 2 249.96 2 284.37 2 613.62 2 794.69 2 335.88 2 448.71 2 343.29 2 648.19 FAO
XDB 168.80 293.90 296.80 289.50 280.40 277.50 232.70 211.30 238.50 239.20 292.20 313.80 370.70 511.40 485.20 429.00 558.60 373.80 612.50 770.60 906.80 1 249.30 1 599.90 1 922.00 2 424.50 2 799.50 FAO
XDRW 1 057.31 1 374.42 1 385.04 1 372.33 1 282.69 1 252.90 1 325.47 1 366.06 1 499.55 1 512.30 1 672.00 1 754.47 1 990.63 2 281.33 2 437.73 2 742.25 3 228.56 3 205.73 3 708.32 4 018.38 4 275.82 4 629.28 4 851.87 5 039.87 5 218.71 5 395.14
XDW 1 506.37 1 912.48 1 918.92 1 865.26 1 759.20 1 728.50 1 815.57 1 924.26 2 096.07 2 204.53 2 494.23 2 651.80 3 060.87 3 710.43 4 271.57 4 984.20 5 919.25 5 803.76 6 574.77 7 076.22 7 801.78 8 675.11 8 790.75 9 414.34 9 986.64 10 843.29
FAO
FAO
HDM 1.64 2.28 1.86 2.01 1.99 2.00 4.19 2.84 2.04 1.91 1.29 2.68 1.39 1.31 1.47 1.31 0.69 0.82 1.00 0.67 0.68 0.64 0.65 0.65 0.58 0.53
HDW 1.55 1.45 1.31 1.20 1.23 1.18 1.37 1.43 1.43 1.52 1.63 1.64 1.65 1.46 1.49 1.44 1.44 1.36 1.29 1.13 1.02 1.06 1.05 1.03 1.01 0.98
FAO
FAO
HKD 334.00 378.00 406.00 475.00 528.00 566.00 634.00 720.00 817.00 835.00 956.00 1 042.00 1 077.00 1 167.00 1 221.00 1 272.00 1 323.00 1 497.00 3 108.00 3 471.00 2 114.00 2 518.00 2 601.00 2 706.00 2 809.00 2 912.00 BPS
HSD 2 132.00 2 448.00 2 524.00 2 478.00 2 832.00 3 100.00 3 451.00 4 141.00 4 464.00 4 650.00 5 131.00 6 094.00 6 741.00 8 220.00 9 203.00 10 002.00 10 991.00 11 062.00 15 971.00 24 488.00 25 584.00 28 241.00 30 045.00 31 515.00 32 856.00 34 146.00 BPS
D 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 Dummy Krismon
137
Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Lampiran 1. Lanjutan HT 931.00 977.00 911.00 1 089.00 1 186.00 1 148.00 1 235.00 1 352.00 1 535.00 1 765.00 1 890.00 1 928.00 1 999.00 1 970.00 2 339.00 2 477.00 2 884.00 3 018.00 5 774.00 8 702.00 8 650.00 8 780.00 9 044.00 9 363.00 9 704.00 10 054.00 BPS
HPK 143.00 167.00 150.00 147.00 159.00 186.00 165.00 131.00 133.00 111.00 104.00 119.00 123.00 127.00 140.00 140.00 140.00 140.00 140.00 140.00 139.00 139.00 139.00 139.00 139.00 139.00 BPS
PDB 40 903.00 60 894.00 65 847.00 78 507.00 89 768.00 99 417.00 102 279.00 124 539.00 135 143.00 156 636.00 226 149.00 250 946.00 273 503.00 336 240.00 358 217.00 399 972.00 447 677.00 504 033.00 627 290.00 511 166.00 641 890.00 604 441.00 592 849.00 634 454.00 658 600.00 693 521.00 IMF
POP 148 040.00 149 667.00 152 988.00 156 372.00 159 831.00 163 367.00 166 489.00 170 179.00 173 799.00 174 730.00 178 170.00 181 256.00 184 491.00 187 589.00 190 676.00 193 486.00 196 480.00 199 837.00 202 873.00 205 915.00 206 533.00 208 901.00 212 003.00 215 276.00 218 268.00 221 251.00 IMF
PPK 239.11 406.88 430.42 520.01 561.61 608.51 614.40 731.80 777.61 883.12 1 269.28 1 385.74 1 482.52 1 792.46 1 878.71 2 067.21 2 274.66 2 522.15 3 092.04 2 484.49 3 056.11 2 821.42 2 796.42 2 947.15 3 044.59 3 171.49 IMF
W 6 861.51 6 858.00 6 803.00 6 691.00 5 721.00 6 189.00 6 571.00 6 675.00 6 501.00 6 741.00 6 340.00 6 036.00 5 048.00 4 788.00 6 493.00 6 526.00 6 557.00 6 576.00 6 596.00 6 615.00 6 634.00 6 654.00 6 674.00 6 693.00 6 736.82 6 778.50 BPS
IHK 12.74 14.30 15.65 17.50 19.33 20.24 21.42 23.41 25.29 26.91 29.02 31.74 34.12 37.43 40.62 44.45 47.56 50.50 79.80 96.36 100.00 111.50 124.66 133.10 141.17 155.93 IMF
NT 633.00 636.00 662.00 915.00 1 026.00 1 110.00 1 283.00 1 644.00 1 686.00 1 771.00 1 844.00 1 950.00 2 030.00 2 087.00 2 171.00 2 267.00 2 346.00 2 884.00 9 983.00 7 976.00 8 238.00 10 124.00 8 940.00 8 645.00 9 177.00 9 488.00 BI
INF 18.00 12.20 9.50 11.80 10.50 4.70 5.80 9.30 8.00 6.40 7.80 9.40 7.50 9.70 8.50 9.40 7.00 6.20 58.00 20.70 3.80 11.50 11.80 6.80 6.10 10.50 BI
SB 1.20 2.80 -1.10 3.20 4.20 7.60 4.30 6.00 10.50 8.10 7.60 7.50 7.20 6.80 6.50 6.30 3.90 3.50 6.80 6.60 5.20 4.90 5.20 5.30 5.50 5.70 BI
TA 40.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 20.00 20.00 20.00 15.00 15.00 10.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 Depkeu
TJ 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 5.00 5.00 Depkeu
138
Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sumber
139
Lampiran 2. Program Pendugaan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia PROC SORT DATA=AYAM1;BY PROC SORT DATA=AYAM2;BY PROC SORT DATA=AYAM3;BY PROC SORT DATA=AYAM4;BY PROC SORT DATA=AYAM5;BY DATA AYAM00; MERGE AYAM1 AYAM2 AYAM3 BY TAHUN;
TAHUN;RUN; TAHUN;RUN; TAHUN;RUN; TAHUN;RUN; TAHUN;RUN; AYAM4 AYAM5;
HJMR HKDR HPKR HJWR HJDR HKIR HPDR HDDR WR SJI SPI DJI HDOCR HSDR SDD HDMR HDWR XJW MJW XDW MDW SBR HIR HTR PDBR NTR
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
(HJM/IHK)*100; (HKD/IHK)*100; (HPK/IHK)*100; (HJW/IHK)*100; (HJD/IHK)*100; (HKI/IHK)*100; (HPD/IHK)*100; (HDD/IHK)*100; (W/IHK)*100; PJI+MJI-XJI; PPD+STP; DJP+DJM+DJIP; (HDOC/IHK)*100; (HSD/IHK)*100; PDD+MDI-XDI; (HDM/IHK)*NT*100; (HDW/IHK)*NT*100; XJUS+XJRW; MJI+MJJ+MJRW; XDUS+XDB+XDI+XDRW; MDC+MDJ+MDI+MDRW; (SB-INF); (HI/IHK)*100; (HT/IHK)*100; (PDB/IHK)*100; (NT/IHK)*100;
LPJI LHJWR LHJMR LSJI LDJI LDJP LMJI LHJW LPPD LDPI LSTP LHPDR LHKDR LPDD LDDD LSDD LHDDR LMJJ LXJUS LMDI
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
LAG(PJI); LAG(HJWR); LAG(HJMR); LAG(SJI); LAG(DJI); LAG(DJP); LAG(MJI); LAG(HJW); LAG(PPD); LAG(DPI); LAG(STP); LAG(HPDR); LAG(HKDR); LAG(PDD); LAG(DDD); LAG(SDD); LAG(HDDR); LAG(MJJ); LAG(XJUS); LAG(MDI);
LXDI LHDMR LHDWR LXDW LMDW LMDC LMDJ LXDUS LXDB LSPI LHJDR LMJW LXJW LHPDR
= = = = = = = = = = = = = =
LHKIR = LSBR = LWR = LHTR = LHIR = LTA = LTJ = LNTR = LPOP = LPDBR = LHDOCR= LHSDR =
LAG(XDI); LAG(HDMR); LAG(HDWR); LAG(XDW); LAG(MDW); LAG(MDC); LAG(MDJ); LAG(XDUS); LAG(XDB); LAG(SPI); LAG(HJDR); LAG(MJW); LAG(XJW); LAG(HPDR); LAG(HKIR); LAG(SBR); LAG(WR); LAG(HTR); LAG(HIR); LAG(TA); LAG(TJ); LAG (NTR); LAG(POP); LAG(PDBR); LAG(HDOCR); LAG(HSDR);
HJDR2 = (HJDR-LHJDR); HPDR1 = (HPDR-LHPDR); HPDR5 = (LHPDR/LHJDR); HKDR2 = (HKDR/LHKDR); SBR2 = (SBR/LSBR); HDOCR1= (HDOCR-LHDOCR); TJ1 = (LTJ-TJ); NTR3 = (NTR/(NTR-LNTR)); POP3 = (POP/(POP-LPOP)); PDB2 = (PDBR/LPDBR); HDMR1 = (HDMR-LHDMR); DDD1 = (DDD/LDDD); PDD1 = (PDD/LPDD); XDW1 = (XDW/(XDW-LXDW)); HDDR3 = (HDDR/(HDDR-LHDDR)); SJI1 = (SJI/LSJI); SPI1 = (SPI/DPI); XJW1 = (XJW/LXJW);
140
Lampiran 2. Lanjutan Label PPD SJI LAJ PJI DJI DJP XJI HJWR HJMR XJW MJW MJI HJDR HKIR SB DPI HPDR HDDR PA SPI PDD HDOCR STP HSDR POP PPK SDD MDI XDI DDD HDMR PDBR HDWR XDW XDUS XDRW MDW MDC MDJ MDRW TA TJ INF SBR HPKR HKDR IHK HTR HSDR HIR HDWR HDWR HJDR NTR T D
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
'produksi pakan' 'penawaran jagung'; 'luas areal panen jagung' 'produksi jagung' 'permintaan jagung' 'permintaan jagung industri pakan' 'ekspor jagung' 'harga riil jagung dunia' 'harga riil jagung impor' 'ekspor jagung dunia' 'impor jagung dunia' 'impor jagung' 'harga riil jagung domestik' 'harga riil komponen impor' 'tingkat suku bunga' 'permintaan pakan ayam ras' 'harga riil pakan ayam ras domestik' 'harga riil daging ayam ras domestik' 'populasi ayam ras' 'penawaran pakan ayam ras' 'produksi daging ayam ras' 'harga riil DOC' 'stok pakan ayam ras' 'harga riil daging sapi domestik' 'populasi penduduk' 'pendapatan per kapita' 'penawaran daging ayam ras' 'impor daging ayam ras' 'ekspor daging ayam ras' ’permintaan daging ayam ras’ 'harga riil daging ayam ras impor' 'PDB riil' 'harga daging ayam ras dunia' 'ekspor daging ayam ras dunia' 'ekspor daging ayam ras USA' 'ekspor daging ayam ras sisa dunia' 'impor daging ayam ras dunia' 'impor daging ayam ras dunia' 'impor daging ayam ras Jepang' 'impor daging ayam ras sisa dunia' 'tarif impor daging ayam' 'tarif impor jagung' 'tingkat inflasi' 'suku bunga riil' 'harga riil pupuk' 'harga riil kedelai' 'indeks harga konsumen Indonesia' 'harga riil telur' 'harga riil daging sapi domestik' 'harga riil ikan' 'harga riil daging ayam ras dunia' 'harga riil daging ayam ras dunia' 'harga riil jagung domestik' 'nilai tukar riil' 'trend waktu' 'dummy krisis moneter'
141
Lampiran 2. Lanjutan WR LPPD LPDD HPDR LDPI LHPDR LHDDR LDDD LHDDR LHDMR LHIR LTA LWR LMDI LSBR LXDI LHDWR LMDW LHJMR LHJDR LHTR LPJI LMJI LHJWR LDJP LHKIR HDOCR1 HPDR1 HPDR5 HDMR1 HDDR3 DDD1 PDB2 NTR3 PDD1 XDW1 POP3 HJDR2 SJI1 SBR2 HKDR2 TJ1 SPI1 XJW1
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
'upah riil tenaga kerja' 'produksi pakan t-1' 'produksi daging ayam ras t-1' 'harga riil pakan ayam ras domestik' 'permintaan pakan ayam ras t-1' 'harga riil pakan ayam ras domestik t-1' 'harga riil daging ayam ras domestik t-1' 'permintaan daging ayam ras t-1' 'harga riil daging ayam ras domestik t-1' 'harga riil daging ayam ras impor t-1' 'harga riil ikan t-1' 'tarif impor daging ayam t-1' 'upah riil tenaga kerja t-1' 'impor daging ayam ras t-1' 'suku bunga riil t-1' 'ekspor daging ayam ras t-1' 'harga riil daging ayam ras dunia t-1' 'impor daging ayam ras dunia t-1' 'harga riil jagung impor t-1' 'harga riil jagung domestik t-1' 'harga riil telur t-1' 'produksi jagung t-1' 'impor jagung t-1' 'harga riil jagung dunia t-1' 'permintaan jagung industri pakan t-1' 'harga riil komponen impor t-1' '(HDOCR-LHDOCR)' '(HPDR-LHPDR)' '(LHPDR/LHJDR)' '(HDMR-LHDMR)' '(HDDR/(HDDR-LHDDR))' '(DDD/LDDD)' '(PDBR/LPDBR)' '(NTR/(NTR-LNTR))' '(PDD/LPDD)' '(XDW/(XDW-LXDW))' '(POP/(POP-LPOP))' '(HJDR-LHJDR)' '(SJI/LSJI)' '(SBR/LSBR)' '(HKDR/LHKDR)' '(LTJ-TJ)' '(SPI/DPI)' '(XJW/LXJW)';
; RUN; PROC SYSLIN DATA=AYAM00 2SLS; ENDOGENOUS PJI SJI DJI DJP HJDR MJI MJW XJW HJWR PPD SPI DPI HPDR PDD SDD DDD HDDR MDI XDI HDMR MDW XDW HDWR; INSTRUMENTS
LAJ MJJ MJRW XJUS XJRW DJM DJIP WR HTR HIR HKIR PA POP HSDR D TA PDBR NTR MDJ MDC MDRW XDUS XDB XDRW SBR HDOCR LHJDR LAJ LWR LPJI LSJI LDJI LPDBR LMJI LHJWR LHPDR LSBR LPPD LDPI LHDDR LHDMR LHDOCR LPDD LHTR LHIR LHSDR LDDD LHDWR LPOP LTA LMDI LNTR LXDI LMDW XJI;
142
Lampiran 2. Lanjutan MODEL PJI MODEL DJP MODEL HJDR MODEL MJI MODEL HJWR MODEL PPD MODEL DPI MODEL HPDR MODEL PDD MODEL DDD MODEL HDDR MODEL MDI MODEL XDI MODEL HDMR MODEL HDWR IDENTITY SJI IDENTITY DJI IDENTITY MJW IDENTITY XJW IDENTITY SPI IDENTITY XDW IDENTITY MDW IDENTITY SDD RUN;
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
HJDR2 LAJ HPKR WR SBR D T LPJI/DW; HJDR HPDR5 HKDR2 LDJP/DW; SJI1 DJI HJWR LHJDR/DW; LHJDR HJWR NTR POP PDB2 TJ1 LMJI/DW; XJW1 MJW T LHJWR/DW; LHPDR LHJDR LHKIR LSBR T LPPD/DW; HPDR HDDR PA LDPI/DW; SPI1 D T LHPDR/DW; HDDR3 HDOCR1 HPDR1 PA SBR2 T LPDD/DW; LHDDR LHTR LHIR HSDR PPK D LDDD/DW; SDD DDD LHDWR D LHDDR/DW; HDMR1 HDDR DDD1 PDB2 POP3 LTA NT LMDI/DW; PDD1 HDDR3 HDWR NTR3 D T LXDI/DW; HDWR1 NTR T LHDMR/DW; XDW LMDW PDW T LHDWR/DW; PJI + MJI - XJI; DJP + DJM + DJIP; MJI + MJJ + MJRW; XJUS + XJI + XJRW; PPD + STP; XDUS + XDB + XDI + XDRW; MDC + MDJ + MDI + MDRW; PDD + MDI - XDI;
143
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
1
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: PJI Dependent variable: PJI produksi jagung Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
8 114708648.28 14338581.035 16 1126653.9343 70415.87090 24 115835302.22 Root MSE Dep Mean C.V.
265.35989 7497.84400 3.53915
R-Square Adj R-SQ
F Value
Prob>F
203.627
0.0001
0.9903 0.9854
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP HJDR2 LAJ HPKR WR SBR D T LPJI
1 1 1 1 1 1 1 1 1
-165.584001 1.171603 1.961529 -0.418077 -0.023105 -17.730325 -384.247251 117.044158 0.007544
1556.416880 0.822187 0.254807 0.734914 0.024968 7.179774 335.903603 47.933608 0.137829
-0.106 1.425 7.698 -0.569 -0.925 -2.469 -1.144 2.442 0.055
0.9166 0.1734 0.0001 0.5773 0.3685 0.0252 0.2695 0.0266 0.9570
Variable
DF
INTERCEP HJDR2 LAJ HPKR WR SBR D T LPJI
1 1 1 1 1 1 1 1 1
Variable Label Intercept (HJDR-LHJDR) luas areal panen jagung harga riil pupuk upah riil tenaga kerja suku bunga riil dummy krisis moneter trend waktu produksi jagung t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
2.883 25 -0.443
144
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
2
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: DJP Dependent variable: DJP permintaan jagung industri pakan Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
4 6528482.5385 1632120.6346 20 1849712.0215 92485.60107 24 8378194.5600 Root MSE Dep Mean C.V.
304.11445 2127.24000 14.29620
R-Square Adj R-SQ
F Value
Prob>F
17.647
0.0001
0.7792 0.7351
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP HJDR HPDR5 HKDR2 LDJP
1 1 1 1 1
2656.024664 -0.421298 382.066740 -2450.436389 0.851733
1176.969466 0.459565 396.171411 557.004996 0.106918
2.257 -0.917 0.964 -4.399 7.966
0.0354 0.3702 0.3464 0.0003 0.0001
Variable
DF
INTERCEP HJDR HPDR5 HKDR2 LDJP
1 1 1 1 1
Variable Label Intercept harga riil jagung domestik (LHPDR/LHJDR) (HKDR/LHKDR) permintaan jagung industri pakan t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
2.336 25 -0.170
145
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
3
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: HJDR Dependent variable: HJDR harga riil jagung domestik Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error C Total
4 398215.30546 20 141497.00607 24 539712.31153 Root MSE Dep Mean C.V.
84.11213 1186.50664 7.08906
F Value
Prob>F
99553.82637 7074.85030
14.072
0.0001
R-Square Adj R-SQ
0.7378 0.6854
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP SJI1 DJI HJWR LHJDR
1 1 1 1 1
359.225132 -291.220701 0.005213 103.876745 0.888725
254.636051 116.898591 0.019714 159.438255 0.143513
1.411 -2.491 0.264 0.652 6.193
0.1737 0.0216 0.7942 0.5221 0.0001
Variable
DF
INTERCEP SJI1 DJI HJWR LHJDR
1 1 1 1 1
Variable Label Intercept (SJI/LSJI) permintaan jagung harga riil jagung dunia harga riil jagung domesttk t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
1.173 25 0.390
146
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
4
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: MJI Dependent variable: MJI impor jagung Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
7 5878226.3023 839746.61461 17 874386.16661 51434.48039 24 6752612.4689 Root MSE Dep Mean C.V.
226.79171 551.89280 41.09344
R-Square Adj R-SQ
F Value
Prob>F
16.327
0.0001
0.8705 0.8172
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP LHJDR HJWR NTR POP PDB2 TJ1 LMJI
1 1 1 1 1 1 1 1
-2159.828318 0.640130 -306.015743 -0.127085 0.012971 291.048941 -1.416229 0.372714
2548.017048 0.498949 730.672883 0.045892 0.012969 403.007853 50.767477 0.225965
-0.848 1.283 -0.419 -2.769 1.000 0.722 -0.028 1.649
0.4084 0.2167 0.6806 0.0131 0.3312 0.4800 0.9781 0.1174
Variable
DF
INTERCEP LHJDR HJWR NTR POP PDB2 TJ1 LMJI
1 1 1 1 1 1 1 1
Variable Label Intercept harga riil jagung domesttk t-1 harga riil jagung dunia nilai tukar riil populasi penduduk (PDBR/LPDBR) (LTJ-TJ) impor jagung t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
2.046 25 -0.031
147
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
5
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: HJWR Dependent variable: HJWR harga riil jagung dunia Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error C Total
4 20 24
2.26499 0.05923 2.32422
Root MSE Dep Mean C.V.
0.05442 0.44877 12.12688
F Value
Prob>F
0.56625 0.00296
191.188
0.0001
R-Square Adj R-SQ
0.9745 0.9694
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP XJW1 MJW T LHJWR
1 1 1 1 1
0.158596 -0.086192 0.000005407 -0.019884 0.519137
0.152321 0.056010 0.000002574 0.006696 0.124604
1.041 -1.539 2.101 -2.969 4.166
0.3102 0.1395 0.0485 0.0076 0.0005
Variable
DF
INTERCEP XJW1 MJW T LHJWR
1 1 1 1 1
Variable Label Intercept (XJW/LXJW) impor jagung dunia trend waktu harga riil jagung dunia t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
2.050 25 -0.099
148
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
6
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: PPD Dependent variable: PPD produksi pakan Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
6 102735975.92 17122662.653 18 8601318.7204 477851.04002 24 111337294.64 Root MSE Dep Mean C.V.
691.26771 2938.88000 23.52147
F Value
Prob>F
35.833
0.0001
R-Square Adj R-SQ
0.9227 0.8970
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP LHPDR LHJDR LHKIR LSBR T LPPD
1 1 1 1 1 1 1
2949.470118 0.026483 -2.153431 -372.017820 -14.013460 97.611096 0.648221
2210.251154 0.859646 1.753585 440.990970 16.503308 74.986067 0.208910
1.334 0.031 -1.228 -0.844 -0.849 1.302 3.103
0.1987 0.9758 0.2353 0.4100 0.4070 0.2094 0.0061
Variable
DF
INTERCEP LHPDR LHJDR LHKIR LSBR T LPPD
1 1 1 1 1 1 1
Variable Label Intercept harga riil pakan ayam ras domestik t-1 harga riil jagung domesttk t-1 harga riil komponen impor t-1 suku bunga riil t-1 trend waktu produksi pakan t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
1.870 25 0.062
149
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
7
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: DPI Dependent variable: DPI permintaan pakan ayam ras Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
4 17227590.026 4306897.5065 20 972881.41380 48644.07069 24 18200471.440 Root MSE Dep Mean C.V.
220.55401 1903.32000 11.58786
R-Square Adj R-SQ
F Value
Prob>F
88.539
0.0001
0.9465 0.9359
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP HPDR HDDR PA LDPI
1 1 1 1 1
-120.471675 -0.349539 0.117847 0.002461 0.325899
553.249694 0.176698 0.040120 0.000431 0.113356
-0.218 -1.978 2.937 5.711 2.875
0.8298 0.0619 0.0081 0.0001 0.0094
Variable
DF
INTERCEP HPDR HDDR PA LDPI
1 1 1 1 1
Variable Label Intercept harga riil pakan ayam ras domestik harga riil daging ayam ras domestik populasi ayam ras permintaan pakan ayam ras t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
1.557 25 0.132
150
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
8
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: HPDR Dependent variable: HPDR harga riil pakan ayam ras domestik Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
5 793560.05199 158712.01040 19 1086596.8429 57189.30752 24 1880156.8949 Root MSE Dep Mean C.V.
239.14286 2060.69737 11.60495
F Value
Prob>F
2.775
0.0479
R-Square Adj R-SQ
0.4221 0.2700
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP SPI1 D T LHPDR
1 1 1 1 1
2987.553761 -128.383428 614.278855 -51.911479 0.106664
906.260747 136.578198 224.815718 34.388219 0.203850
3.297 -0.940 2.732 -1.510 0.523
0.0038 0.3590 0.0132 0.1476 0.6069
Variable
DF
INTERCEP SPI1 D T LHPDR
1 1 1 1 1
Variable Label Intercept (SPI/DPI) dummy krisis moneter trend waktu harga riil pakan ayam ras domestik t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
2.312 25 -0.193
151
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
9
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: PDD Dependent variable: PDD produksi daging ayam ras Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
7 1590984.9033 227283.55761 17 49699.91405 2923.52436 24 1640684.8173 Root MSE Dep Mean C.V.
54.06963 374.14680 14.45145
R-Square Adj R-SQ
F Value
Prob>F
77.743
0.0001
0.9697 0.9572
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP HDDR3 HDOCR1 HPDR1 PA SBR2 T LPDD
1 1 1 1 1 1 1 1
-38.289540 0.165130 -0.015905 -0.019706 0.000586 -2.290469 5.732866 0.238137
30.902975 0.274007 0.014255 0.047984 0.000123 3.002816 4.212439 0.151426
-1.239 0.603 -1.116 -0.411 4.774 -0.763 1.361 1.573
0.2322 0.5547 0.2800 0.6864 0.0002 0.4561 0.1913 0.1342
Variable
DF
INTERCEP HDDR3 HDOCR1 HPDR1 PA SBR2 T LPDD
1 1 1 1 1 1 1 1
Variable Label Intercept (HDDR/(HDDR-LHDDR)) (HDOCR-LHDOCR) (HPDR-LHPDR) populasi ayam ras (SBR/LSBR) trend waktu produksi daging ayam ras t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
1.539 25 0.154
152
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
10
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: DDD Dependent variable: DDD permintaan daging ayam ras Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
7 905983.87596 129426.26799 17 43735.46184 2572.67423 24 949719.33780 Root MSE Dep Mean C.V.
50.72154 340.34600 14.90293
R-Square Adj R-SQ
F Value
Prob>F
50.308
0.0001
0.9539 0.9350
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP LHDDR LHTR LHIR HSDR PPK D LDDD
1 1 1 1 1 1 1 1
-342.567306 -0.013649 0.018018 0.037836 0.012256 0.079196 -171.398868 0.536641
135.943505 0.009284 0.024406 0.026245 0.007609 0.051837 57.971348 0.202760
-2.520 -1.470 0.738 1.442 1.611 1.528 -2.957 2.647
0.0220 0.1598 0.4704 0.1676 0.1256 0.1450 0.0088 0.0170
Variable
DF
INTERCEP LHDDR LHTR LHIR HSDR PPK D LDDD
1 1 1 1 1 1 1 1
Variable Label Intercept harga riil daging ayam ras domestik t-1 harga riil telur t-1 harga riil ikan t-1 harga riil daging sapi domestik pendapatan per kapita dummy krisis moneter permintaan daging ayam ras t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
1.961 25 -0.048
153
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
11
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: HDDR Dependent variable: HDDR harga riil daging ayam ras domestik Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
5 45981185.951 9196237.1903 19 17929808.063 943674.10858 24 63910994.014 Root MSE Dep Mean C.V.
971.42890 9230.67280 10.52392
R-Square Adj R-SQ
F Value
Prob>F
9.745
0.0001
0.7195 0.6456
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP SDD DDD LHDWR D LHDDR
1 1 1 1 1 1
4257.191096 -3.974155 1.753426 0.174710 59.048662 0.465083
2600.503789 3.829716 3.945717 0.105151 646.690051 0.211897
1.637 -1.038 0.444 1.662 0.091 2.195
0.1181 0.3124 0.6618 0.1130 0.9282 0.0408
Variable
DF
INTERCEP SDD DDD LHDWR D LHDDR
1 1 1 1 1 1
Variable Label Intercept penawaran daging ayam ras permintaan daging ayam ras harga riil daging ayam ras dunia t-1 dummy krisis moneter harga riil daging ayam ras domestik t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
1.659 25 0.142
154
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
12
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: MDI Dependent variable: MDI impor daging ayam ras Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error C Total
8 16 24
972.51901 104.41764 1076.93666
Root MSE Dep Mean C.V.
2.55462 4.40240 58.02798
F Value
Prob>F
121.56488 6.52610
18.627
0.0001
R-Square Adj R-SQ
0.9030 0.8546
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP HDMR1 HDDR DDD1 PDB2 POP3 LTA NT LMDI
1 1 1 1 1 1 1 1 1
-2.770036 -0.000080466 0.000298 0.803216 2.874758 0.008137 -0.173100 0.000382 0.642445
8.422474 0.000113 0.000567 1.696148 5.674564 0.011401 0.160679 0.000446 0.222151
-0.329 -0.712 0.525 0.474 0.507 0.714 -1.077 0.858 2.892
0.7465 0.4867 0.6070 0.6422 0.6193 0.4857 0.2973 0.4035 0.0106
Variable
DF
INTERCEP HDMR1 HDDR DDD1 PDB2 POP3 LTA NT LMDI
1 1 1 1 1 1 1 1 1
Variable Label Intercept (HDMR-LHDMR) harga riil daging ayam ras domestik (DDD/LDDD) (PDBR/LPDBR) (POP/(POP-LPOP)) tarif impor daging ayam t-1 nilai tukar impor daging ayam ras t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
2.474 25 -0.251
155
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
13
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: XDI Dependent variable: XDI ekspor daging ayam ras Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error C Total
7 17 24
38.64860 18.93619 57.58478
Root MSE Dep Mean C.V.
1.05541 1.16920 90.26783
F Value
Prob>F
5.52123 1.11389
4.957
0.0033
R-Square Adj R-SQ
0.6712 0.5358
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP PDD1 HDDR3 HDWR NTR3 D T LXDI
1 1 1 1 1 1 1 1
-4.322071 1.656166 -0.009334 0.000255 -0.002410 0.867969 0.077706 0.118256
2.093494 1.064047 0.007968 0.000128 0.000965 0.844865 0.056065 0.211746
-2.065 1.556 -1.172 1.999 -2.497 1.027 1.386 0.558
0.0546 0.1380 0.2576 0.0619 0.0231 0.3187 0.1837 0.5838
Variable
DF
INTERCEP PDD1 HDDR3 HDWR NTR3 D T LXDI
1 1 1 1 1 1 1 1
Variable Label Intercept (PDD/LPDD) (HDDR/(HDDR-LHDDR)) harga riil daging ayam ras dunia (NTR/(NTR-LNTR)) dummy krisis moneter trend waktu ekspor daging ayam ras t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
2.297 25 -0.231
156
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
14
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: HDMR Dependent variable: HDMR harga riil daging ayam ras impor Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
4 427397609.73 106849402.43 20 261814089.21 13090704.460 24 689211698.94 Root MSE Dep Mean C.V.
3618.10786 9174.08469 39.43835
R-Square Adj R-SQ
F Value
Prob>F
8.162
0.0005
0.6201 0.5442
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP HDWR1 NTR T LHDMR
1 1 1 1 1
7179.470110 0.638696 0.553845 -351.923771 0.364121
3580.242642 0.395232 0.634075 157.591703 0.180759
2.005 1.616 0.873 -2.233 2.014
0.0587 0.1218 0.3928 0.0371 0.0576
Variable
DF
INTERCEP HDWR1 NTR T LHDMR
1 1 1 1 1
Variable Label Intercept (HDWR-LHDWR) nilai tukar riil trend waktu harga riil daging ayam ras impor t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
2.221 25 -0.113
157
Lampiran 3. Lanjutan The SAS System
18:40 Monday, March 17, 1997
15
SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: HDWR Dependent variable: HDWR harga riil daging ayam ras dunia Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
5 41843764.698 8368752.9396 19 75657109.572 3981953.1354 24 117500874.27 Root MSE Dep Mean C.V.
1995.48318 8315.40411 23.99743
R-Square Adj R-SQ
F Value
Prob>F
2.102
0.1098
0.3561 0.1867
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
INTERCEP XDW LMDW PDW T LHDWR
1 1 1 1 1 1
12904 -0.895827 0.807346 -0.000535 785.171515 0.181727
10165 1.678079 1.871519 0.000713 489.383127 0.221866
1.269 -0.534 0.431 -0.750 1.604 0.819
0.2196 0.5996 0.6710 0.4625 0.1251 0.4229
Variable
DF
INTERCEP XDW LMDW PDW T LHDWR
1 1 1 1 1 1
Variable Label Intercept ekspor daging ayam ras dunia impor daging ayam ras dunia t-1 produksi daging ayam ras dunia trend waktu harga riil daging ayam ras dunia t-1
Durbin-Watson (For Number of Obs.) 1st Order Autocorrelation
2.114 25 -0.062
158
Lampiran 4. Program Validasi dan Simulasi Historis Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia PROC SORT DATA=AYAM1;BY PROC SORT DATA=AYAM2;BY PROC SORT DATA=AYAM3;BY PROC SORT DATA=AYAM4;BY PROC SORT DATA=AYAM5;BY DATA AYAM00; MERGE AYAM1 AYAM2 AYAM3 BY TAHUN;
TAHUN;RUN; TAHUN;RUN; TAHUN;RUN; TAHUN;RUN; TAHUN;RUN; AYAM4 AYAM5;
HJMR HKDR HPKR HJWR HJDR HKIR HPDR HDDR WR SJI SPI DJI HDOCR HSDR SDD HDMR HDWR XJW MJW XDW MDW SBR HIR HTR PDBR NTR
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
(HJM/IHK)*100; (HKD/IHK)*100; (HPK/IHK)*100; (HJW/IHK)*100; (HJD/IHK)*100; (HKI/IHK)*100; (HPD/IHK)*100; (HDD/IHK)*100; (W/IHK)*100; PJI+MJI-XJI; PPD+STP; DJP+DJM+DJIP; (HDOC/IHK)*100; (HSD/IHK)*100; PDD+MDI-XDI; (HDM/IHK)*NT*100; (HDW/IHK)*NT*100; XJUS+XJRW; MJI+MJJ+MJRW; XDUS+XDB+XDI+XDRW; MDC+MDJ+MDI+MDRW; (SB-INF); (HI/IHK)*100; (HT/IHK)*100; (PDB/IHK)*100; (NT/IHK)*100;
LPJI LHJWR LHJMR LSJI LDJI LDJP LMJI LHJW LPPD LDPI LSTP LHPDR LHKDR LPDD LDDD LSDD LHDDR LMJJ LXJUS LMDI
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
LAG(PJI); LAG(HJWR); LAG(HJMR); LAG(SJI); LAG(DJI); LAG(DJP); LAG(MJI); LAG(HJW); LAG(PPD); LAG(DPI); LAG(STP); LAG(HPDR); LAG(HKDR); LAG(PDD); LAG(DDD); LAG(SDD); LAG(HDDR); LAG(MJJ); LAG(XJUS); LAG(MDI);
LXDI LHDMR LHDWR LXDW LMDW LMDC LMDJ LXDUS LXDB LSPI LHJDR LMJW LXJW LHPDR
= = = = = = = = = = = = = =
LHKIR = LSBR = LWR = LHTR = LHIR = LTA = LTJ = LNTR = LPOP = LPDBR = LHDOCR= LHSDR =
LAG(XDI); LAG(HDMR); LAG(HDWR); LAG(XDW); LAG(MDW); LAG(MDC); LAG(MDJ); LAG(XDUS); LAG(XDB); LAG(SPI); LAG(HJDR); LAG(MJW); LAG(XJW); LAG(HPDR); LAG(HKIR); LAG(SBR); LAG(WR); LAG(HTR); LAG(HIR); LAG(TA); LAG(TJ); LAG (NTR); LAG(POP); LAG(PDBR); LAG(HDOCR); LAG(HSDR);
HJDR2 = (HJDR-LHJDR); HPDR1 = (HPDR-LHPDR); HPDR5 = (LHPDR/LHJDR); HKDR2 = (HKDR/LHKDR); SBR2 = (SBR/LSBR); HDOCR1= (HDOCR-LHDOCR); TJ1 = (LTJ-TJ); NTR3 = (NTR/(NTR-LNTR)); POP3 = (POP/(POP-LPOP)); PDB2 = (PDBR/LPDBR); HDMR1 = (HDMR-LHDMR); DDD1 = (DDD/LDDD); PDD1 = (PDD/LPDD); XDW1 = (XDW/(XDW-LXDW)); HDDR3 = (HDDR/(HDDR-LHDDR)); SJI1 = (SJI/LSJI); SPI1 = (SPI/DPI); XJW1 = (XJW/LXJW);
159
Lampiran 4. Lanjutan Label PPD SJI LAJ PJI DJI DJP XJI HJWR HJMR XJW MJW MJI HJDR HKIR SB DPI HPDR HDDR PA SPI PDD HDOCR STP HSDR POP PPK SDD MDI XDI DDD HDMR PDBR HDWR XDW XDUS XDRW MDW MDC MDJ MDRW TA TJ INF SBR HPKR HKDR IHK HTR HSDR HIR HDWR HDWR HJDR NTR T D
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
'produksi pakan' 'penawaran jagung'; 'luas areal panen jagung' 'produksi jagung' 'permintaan jagung' 'permintaan jagung industri pakan' 'ekspor jagung' 'harga riil jagung dunia' 'harga riil jagung impor' 'ekspor jagung dunia' 'impor jagung dunia' 'impor jagung' 'harga riil jagung domestik' 'harga riil komponen impor' 'tingkat suku bunga' 'permintaan pakan ayam ras' 'harga riil pakan ayam ras domestik' 'harga riil daging ayam ras domestik' 'populasi ayam ras' 'penawaran pakan ayam ras' 'produksi daging ayam ras' 'harga riil DOC' 'stok pakan ayam ras' 'harga riil daging sapi domestik' 'populasi penduduk' 'pendapatan per kapita' 'penawaran daging ayam ras' 'impor daging ayam ras' 'ekspor daging ayam ras' ’permintaan daging ayam ras’ 'harga riil daging ayam ras impor' 'PDB riil' 'harga daging ayam ras dunia' 'ekspor daging ayam ras dunia' 'ekspor daging ayam ras USA' 'ekspor daging ayam ras sisa dunia' 'impor daging ayam ras dunia' 'impor daging ayam ras dunia' 'impor daging ayam ras Jepang' 'impor daging ayam ras sisa dunia' 'tarif impor daging ayam' 'tarif impor jagung' 'tingkat inflasi' 'suku bunga riil' 'harga riil pupuk' 'harga riil kedelai' 'indeks harga konsumen Indonesia' 'harga riil telur' 'harga riil daging sapi domestik' 'harga riil ikan' 'harga riil daging ayam ras dunia' 'harga riil daging ayam ras dunia' 'harga riil jagung domestik' 'nilai tukar riil' 'trend waktu' 'dummy krisis moneter'
160
Lampiran 2. Lanjutan WR LPPD LPDD HPDR LDPI LHPDR LHDDR LDDD LHDDR LHDMR LHIR LTA LWR LMDI LSBR LXDI LHDWR LMDW LHJMR LHJDR LHTR LPJI LMJI LHJWR LDJP LHKIR HDOCR1 HPDR1 HPDR5 HDMR1 HDDR3 DDD1 PDB2 NTR3 PDD1 XDW1 POP3 HJDR2 SJI1 SBR2 HKDR2 TJ1 SPI1 XJW1
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
'upah riil tenaga kerja' 'produksi pakan t-1' 'produksi daging ayam ras t-1' 'harga riil pakan ayam ras domestik' 'permintaan pakan ayam ras t-1' 'harga riil pakan ayam ras domestik t-1' 'harga riil daging ayam ras domestik t-1' 'permintaan daging ayam ras t-1' 'harga riil daging ayam ras domestik t-1' 'harga riil daging ayam ras impor t-1' 'harga riil ikan t-1' 'tarif impor daging ayam t-1' 'upah riil tenaga kerja t-1' 'impor daging ayam ras t-1' 'suku bunga riil t-1' 'ekspor daging ayam ras t-1' 'harga riil daging ayam ras dunia t-1' 'impor daging ayam ras dunia t-1' 'harga riil jagung impor t-1' 'harga riil jagung domestik t-1' 'harga riil telur t-1' 'produksi jagung t-1' 'impor jagung t-1' 'harga riil jagung dunia t-1' 'permintaan jagung industri pakan t-1' 'harga riil komponen impor t-1' '(HDOCR-LHDOCR)' '(HPDR-LHPDR)' '(LHPDR/LHJDR)' '(HDMR-LHDMR)' '(HDDR/(HDDR-LHDDR))' '(DDD/LDDD)' '(PDBR/LPDBR)' '(NTR/(NTR-LNTR))' '(PDD/LPDD)' '(XDW/(XDW-LXDW))' '(POP/(POP-LPOP))' '(HJDR-LHJDR)' '(SJI/LSJI)' '(SBR/LSBR)' '(HKDR/LHKDR)' '(LTJ-TJ)' '(SPI/DPI)' '(XJW/LXJW)';
/*TITLE 'SIMULASI 1 (PENURUNAN TINGKAT SUKU BUNGA 30% DAN DEPRESIASI RUPIAH 20%)'; SBR=0.7*SBR;LSBR=0.7*LSBR;NTR=1.2*NTR;LNTR=1.2*LNTR;*/ /*TITLE 'SIMULASI 2 (PENINGKATAN HARGA DOC 25% DAN PENURUNAN TINGKAT SUKU BUNGA BANK 30%)'; HDOCR=1.25*HDOCR;LHDOCR=1.25*LHDOCR;SBR=0.7*SBR;LSBR=0.7*LSBR;*/ /*TITLE 'SIMULASI 3 (PENINGKATAN HARGA PAKAN DAN DOC 25%)'; HPDR=1.25*HPDR;LHPDR=1.25*LHPDR;HDOCR=1.25*HDOCR;LHDOCR=1.25*LHDOCR;*/
161
Lampiran 4. Lanjutan /*TITLE 'SIMULASI 4 (PENINGKATAN HARGA JAGUNG, PAKAN, DAN DAGING AYAM RAS 25%)'; HJDR=1.25*HJDR;LHJDR=1.25*LHJDR; HPDR=1.25*HPDR;LHPDR=1.25*LHPDR; HDDR=1.25*HDDR;LHDDR=1.25*LHDDR;*/ /*TITLE 'SIMULASI 5 (PENGHAPUSAN TARIF IMPOR JAGUNG DAN DAGING AYAM & DEPRESIASI RUPIAH 20%)'; TJ=0.00*TJ;LTJ=0.00*LTJ;TA=0.00*TA;LTA=0.00*LTA;NTR=1.2*NTR;LNTR=1.2*LNTR;*/ /*TITLE 'SIMULASI 6 (PENINGKATAN EKSPOR JAGUNG AS 30%)'; XJUS=1.30*XJUS;*/ /*TITLE 'SIMULASI 7 (PENINGKATAN IMPOR JAGUNG JEPANG 30%)'; MJJ=1.30*MJJ;*/ /*TITLE 'SIMULASI 8 (PENINGKATAN EKSPOR DAGING AYAM AS 30%)'; XDUS=1.30*XDUS;*/ /*TITLE 'SIMULASI 9 (PENINGKATAN IMPOR DAGING AYAM RAS CINA DAN JEPANG 30%)'; MDC=1.30*MDC;MDJ=1.30*MDJ;*/ ; RUN; PROC SIMNLIN DATA=AYAM00 STATS SIMULATE OUTPREDICT THEIL OUT=DAGING MAXITER=5000; ENDOGENOUS PJI SJI DJI DJP HJDR MJI MJW XJW HJWR PPD SPI DPI HPDR PDD SDD DDD HDDR MDI XDI HDMR MDW XDW HDWR; INSTRUMENTS
LPJI LHJWR LSJI LDJI LDJP LMJI LHJW LPPD LDPI LHPDR LPDD LDDD
LAJ MJJ MJRW XJUS XJRW DJM DJIP WR HTR HIR HKIR PA POP HSDR D TA PDBR NTR MDJ MDC MDRW XDUS XDB XDRW SBR HDOCR LHJDR LAJ LWR LPJI LSJI LDJI LPDBR LMJI LHJWR LHPDR LSBR LPPD LDPI LHDDR LHDMR LHDOCR LPDD LHTR LHIR LHSDR LDDD LHDWR LPOP LTA LMDI LNTR LXDI LMDW XJI; LSDD LHDDR LMDI LXDI LHDMR LHDWR LXDW LMDW LSPI LHJDR LMJW LXJW
=LAG(PJI); =LAG(HJWR); =LAG(SJI); =LAG(DJI); =LAG(DJP); =LAG(MJI); =LAG(HJW); =LAG(PPD); =LAG(DPI); =LAG(HPDR); =LAG(PDD); =LAG(DDD);
parm a0 -165.584001 a5 -17.730325 b0 2656.024664 c0 359.225132 d0 -2159.828318 d5 291.048941 e0 0.158596 f0 2949.470118 f5 97.611096 g0 -120.471675
a1 a6 b1 c1 d1 d6 e1 f1 f6 g1
1.171603 -384.247251 -0.421298 -291.220701 0.640130 -1.416229 -0.086192 0.026483 0.648221 -0.349539
a2 a7 b2 c2 d2 d7 e2 f2
1.961529 117.044158 382.066740 0.005213 -306.015743 0.372714 0.000005407 -2.153431
g2 0.117847
a3 a8 b3 c3 d3
=LAG(SDD); =LAG(HDDR); =LAG(MDI); =LAG(XDI); =LAG(HDMR); =LAG(HDWR); =LAG(XDW); =LAG(MDW); =LAG(SPI); = LAG(HJDR); =LAG(MJW); =LAG(XJW);
-0.418077 0.007544 -2450.436389 103.876745 -0.127085
a4 -0.023105 b4 0.851733 c4 0.888725 d4 0.012971
e3 -0.019884 f3 -372.017820
e4 0.519137 f4 -14.013460
g3 0.002461
g4 0.325899
162
Lampiran 4. Lanjutan h0 h5 i0 i5 j0 j5 k0 k5 l0 l5 m0 m5 n0 o0 o5
2987.553761 0.106664 -38.289540 -2.290469 -342.567306 0.079196 4257.191096 0.465083 -2.770036 0.008137 -4.322071 0.867969 7179.470110 12904 0.181727;
PJI DJP HJDR MJI HJWR PPD DPI HPDR PDD DDD HDDR MDI XDI HDMR HDWR SJI DJI MJW XJW SPI XDW MDW SDD
h1 -128.383428
h2 -909.287129
h3 614.278855
h4 -51.911479
i1 i6 j1 j6 k1
0.165130 5.732866 -0.013649 -171.398868 -3.974155
i2 i7 j2 j7 k2
-0.015905 0.238137 0.018018 0.536641 1.753426
i3 -0.019706
i4 0.000586
j3 0.037836
j4 0.012256
k3 0.174710
k4 59.048662
l1 l6 m1 m6 n1 o1
-0.000080466 -0.173100 1.656166 0.077706 0.638696 -0.895827
l2 l7 m2 m7 n2 o2
0.000298 0.000382 -0.009334 0.118256 0.553845 0.807346
l3 0.803216 l8 0.642445 m3 0.000255
l4 2.874758
n3 -351.923771 o3 -0.000535
n4 0.364121 o4 785.171515
m4 -0.002410
= a0 + a1*(HJDR-LHJDR) + a2*LAJ + a3*HPKR + a4*WR + a5*SBR + a6*D + a7*T + a8*LPJI; = b0 + b1*HJDR + b2*(LHPDR/LHJDR) + b3*(HKDR/LHKDR) + b4*LDJP; = c0 + c1*(SJI/LSJI) + c2*DJI + c3*HJWR + c4*LHJDR; = d0 + d1*LHJDR + d2*HJWR + d3*NTR + d4*POP + d5*(PDBR/LPDBR) + d6*(LTJ-TJ) + d7*LMJI; = e0 + e1*(XJW/LXJW) + e2*MJW + e3*T + e4*LHJWR; = f0 + f1*LHPDR + f2*LHJDR + f3*LHKIR + f4*LSBR + f5*T + f6*LPPD; = g0 + g1*HPDR + g2*HDDR + g3*PA + g4*LDPI; = h0 + h1*(SPI/DPI) + h2*HJWR + h3*D + h4*T + h5*LHPDR; = i0 + i1*(HDDR/(HDDR-LHDDR)) + i2*(HDOCR-LHDOCR) + i3*(HPDR-LHPDR) + i4*PA + i5*(SBR/LSBR) + i6*T + i7*LPDD; = j0 + j1*LHDDR + j2*LHTR + j3*LHIR + j4*HSDR + j5*PPK + j6*D + j7*LDDD; = k0 + k1*SDD + k2*DDD + k3*LHDWR + k4*D + k5*LHDDR; = l0 + l1*(HDMR-LHDMR) + l2*HDDR + l3*(DDD/LDDD) + l4*(PDBR/LPDBR) + l5*(POP/(POP-LPOP)) + l6*LTA + l7*NT + l8*LMDI; = m0 + m1*(PDD/LPDD) + m2*(HDDR/(HDDR-LHDDR)) + m3*HDWR + m4*(NTR/(NTR-LNTR)) + m5*D + m6*T + m7*LXDI; = n0 + n1*(HDWR-LHDWR) + n2*NTR + n3*T + n4*LHDMR; = o0 + o1*XDW + o2*LMDW + o3*PDW + o4*T + o5*LHDWR; = PJI + MJI - XJI; = DJP + DJM + DJIP; = MJI + MJJ + MJRW; = XJUS + XJI + XJRW; = PPD + STP; = XDUS + XDB + XDI + XDRW; = MDC + MDJ + MDI + MDRW; = PDD + MDI - XDI;
RANGE TAHUN = 2000 TO 2005; RUN;
163
Lampiran 5. Hasil Validasi Model Pasar Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras di Indonesia The SAS System
21:03 Wednesday, March 19, 1997
1
SIMNLIN Procedure Model Summary Model Variables Endogenous Parameters RANGE Variable Equations
23 23 100 TAHUN 23
Number of Statements
47
Program Lag Length
1
The SAS System
21:03 Wednesday, March 19, 1997
SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Summary Dataset Option DATA= OUT=
Dataset AYAM00 DAGING
Variables Solved
23
Simulation Lag Length Solution RANGE First Last
1 TAHUN 2000 2005
Solution Method NEWTON CONVERGE= 1E-8 Maximum CC 1.67731E-9 Maximum Iterations 3 Total Iterations 17 Average Iterations 2.83 Observations Processed Read Lagged Solved First Last
7 1 6 21 26
Variables Solved For: PJI SJI DJI DJP HJDR MJI MJW XJW HJWR PPD PDD SDD HPDR SPI DPI HDDR DDD MDI XDI HDMR MDW XDW HDWR
2
164
Lampiran 5. Lanjutan The SAS System
21:03 Wednesday, March 19, 1997
3
SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range TAHUN = 2000 To 2005 Descriptive Statistics Actual Variable
Predicted
Nobs
N
Mean
Std
Mean
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
10037 11227 10275 2607 1218 1264 82251 93432 0.1051 6084 717.4167 730.3633 2082 8613 2606 7376 552.0500 15.4067 2.4600 4533 6472 9252 7463
485.7923 611.8310 737.0817 191.4687 133.2180 145.4549 253.2192 2322 0.0156 1244 156.0151 159.0169 172.8443 1453 134.2943 1644 35.5044 3.4845 2.0649 1017 295.8810 1072 1357
10063 11250 9999 2331 1392 1260 82248 93505 0.1234 4727 682.5898 695.9339 2166 7256 2736 8077 515.7026 15.6414 2.2973 4410 6472 9252 7566
PJI SJI DJI DJP HJDR MJI MJW XJW HJWR PPD PDD SDD HPDR SPI DPI HDDR DDD MDI XDI HDMR MDW XDW HDWR
Std Label 474.7914 738.6768 586.4419 153.9033 65.6967 289.0095 426.0481 2314 0.0493 991.6056 130.1020 132.1225 82.1801 1205 366.2664 1581 34.2578 1.2453 1.5030 1688 295.0492 1073 923.9555
produksi jagung penawaran jagung permintaan jagung permintaan jagung industri pakan harga riil jagung domestik impor jagung impor jagung dunia ekspor jagung dunia harga riil jagung dunia produksi pakan produksi daging ayam ras penawaran daging ayam ras harga riil pakan ayam ras domestik penawaran pakan ayam ras permintaan pakan ayam ras harga riil daging ayam ras domestik permintaan daging ayam ras impor daging ayam ras ekspor daging ayam ras harga riil daging ayam ras impor impor daging ayam ras dunia ekspor daging ayam ras dunia harga riil daging ayam ras dunia
Statistics of Fit
Variable
N
Mean Error
Mean % Error
Mean Abs Error
Mean Abs % Error
RMS Error
RMS % Error
R-Square
PJI SJI DJI DJP HJDR MJI MJW XJW HJWR PPD PDD SDD HPDR SPI DPI HDDR DDD MDI XDI HDMR MDW XDW HDWR
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
26.0649 22.8722 -275.8581 -275.8581 174.7944 -3.1927 -3.1927 73.6667 0.0183 -1357 -34.8269 -34.4294 84.0209 -1357 129.6775 700.7640 -36.3474 0.2348 -0.1627 -123.2570 0.2348 -0.1627 103.1214
0.2925 0.1876 -2.5763 -9.8325 14.9789 -1.0840 -0.004413 0.0790 14.3184 -22.3203 -4.1538 -4.0075 4.3711 -15.6877 4.8112 9.9842 -6.4684 6.4726 -29.1992 -5.7835 0.004103 -0.002479 2.4845
179.2005 233.8366 393.7114 393.7114 174.7944 133.0111 133.0111 73.6667 0.0346 1357 55.3629 54.7022 110.9974 1357 261.4345 700.7640 37.1643 1.9622 1.0175 605.3132 1.9622 1.0175 621.2180
1.84288 2.11916 3.78793 14.99015 14.97885 10.43450 0.16178 0.07905 32.37711 22.32027 7.52550 7.26176 5.52145 15.68775 10.09367 9.98419 6.62613 16.23011 160.12373 15.12027 0.03019 0.01114 7.86758
228.8145 302.7729 408.2607 408.2607 186.4390 161.2000 161.2000 76.5789 0.0378 1389 66.7204 67.5328 125.2867 1389 300.7543 840.8154 46.2854 2.7894 1.1343 678.6368 2.7894 1.1343 769.0854
2.3969 2.7659 3.8779 15.3878 16.2414 12.6187 0.1962 0.0822 35.1630 22.4602 8.5509 8.4221 6.3363 15.8050 11.7036 11.6597 8.2575 27.5268 248.6564 18.6838 0.0432 0.0126 9.0971
0.7338 0.7061 0.6318 -4.4558 -1.3503 -0.4739 0.5137 0.9987 -6.0655 -0.4945 0.7805 0.7836 0.3695 -0.0958 -5.0185 0.6860 -1.0394 0.2310 0.6379 0.4652 0.9999 1.0000 0.6148
165
Lampiran 5. Lanjutan The SAS System
21:03 Wednesday, March 19, 1997
5
SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range TAHUN = 2000 To 2005 Theil Forecast Error Statistics
Variable
N
MSE
PJI SJI DJI DJP HJDR MJI MJW XJW HJWR PPD PDD SDD HPDR SPI DPI HDDR DDD MDI XDI HDMR MDW XDW HDWR
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
52356 91671 166677 166677 34760 25985 25985 5864 0.00143 1928864 4452 4561 15697 1928864 90453 706971 2142 7.78052 1.28653 460548 7.78052 1.28653 591492
Corr (R) 0.866 0.897 0.901 -.820 0.972 0.874 0.994 1.000 0.887 0.983 0.921 0.921 0.925 0.987 0.649 0.951 0.596 0.510 0.807 0.976 1.000 1.000 0.797
MSE Decomposition Proportions Bias Reg Dist Var Covar (UM) (UR) (UD) (US) (UC) 0.013 0.047 0.940 0.002 0.985 0.006 0.328 0.666 0.146 0.848 0.457 0.030 0.514 0.113 0.430 0.457 0.484 0.060 0.007 0.536 0.879 0.098 0.023 0.109 0.012 0.000 0.840 0.160 0.661 0.339 0.000 0.975 0.025 0.958 0.042 0.925 0.008 0.067 0.008 0.067 0.234 0.736 0.030 0.665 0.101 0.954 0.023 0.023 0.028 0.018 0.272 0.034 0.693 0.126 0.602 0.260 0.037 0.703 0.132 0.608 0.450 0.320 0.230 0.436 0.114 0.954 0.023 0.023 0.027 0.019 0.186 0.718 0.096 0.496 0.318 0.695 0.000 0.305 0.005 0.301 0.617 0.067 0.316 0.001 0.383 0.007 0.030 0.963 0.537 0.456 0.021 0.017 0.962 0.204 0.775 0.033 0.878 0.089 0.817 0.150 0.007 0.072 0.921 0.074 0.919 0.021 0.298 0.681 0.298 0.681 0.018 0.035 0.947 0.265 0.717
Theil Relative Change Forecast Error Statistics Relative Change MSE Decomposition Proportions Variable
N
MSE
PJI SJI DJI DJP HJDR MJI MJW XJW HJWR PPD PDD SDD HPDR SPI DPI HDDR DDD MDI XDI HDMR MDW XDW HDWR
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
0.0005775 0.0008965 0.00166 0.02818 0.02368 0.04135 4.17184E-6 6.57784E-7 0.10745 0.07638 0.01077 0.01032 0.00366 0.03319 0.02016 0.00968 0.01322 0.03753 28.04429 0.02649 1.90306E-7 1.89027E-8 0.00881
Corr (R) 0.803 0.910 0.949 0.992 0.669 0.898 0.999 1.000 -.654 0.984 0.946 0.944 0.035 0.977 0.843 0.810 0.980 0.898 0.884 0.672 1.000 1.000 0.552
Bias (UM) 0.009 0.000 0.407 0.318 0.846 0.045 0.002 0.920 0.149 0.946 0.290 0.275 0.470 0.969 0.061 0.775 0.521 0.003 0.141 0.091 0.008 0.036 0.026
Reg (UR) 0.144 0.364 0.344 0.675 0.138 0.231 0.582 0.079 0.846 0.037 0.013 0.006 0.370 0.011 0.188 0.016 0.264 0.079 0.847 0.761 0.028 0.013 0.001
Dist (UD) 0.847 0.635 0.249 0.007 0.016 0.723 0.416 0.001 0.005 0.017 0.698 0.720 0.159 0.020 0.751 0.209 0.215 0.918 0.012 0.148 0.964 0.951 0.973
Var (US) 0.468 0.603 0.256 0.667 0.099 0.460 0.605 0.079 0.586 0.042 0.063 0.048 0.050 0.015 0.471 0.000 0.315 0.253 0.797 0.492 0.030 0.012 0.250
Covar (UC) 0.524 0.396 0.337 0.015 0.055 0.495 0.393 0.001 0.264 0.012 0.647 0.677 0.480 0.017 0.468 0.224 0.164 0.744 0.061 0.417 0.962 0.951 0.724
Inequality Coef U1 U 0.0228 0.0269 0.0396 0.1563 0.1524 0.1269 0.0020 0.0008 0.3563 0.2244 0.0912 0.0907 0.0600 0.1594 0.1153 0.1117 0.0837 0.1773 0.3660 0.1467 0.0004 0.0001 0.1017
0.0114 0.0134 0.0201 0.0825 0.0712 0.0630 0.0010 0.0004 0.1592 0.1262 0.0468 0.0465 0.0294 0.0865 0.0561 0.0534 0.0433 0.0888 0.1964 0.0730 0.0002 0.0001 0.0507
Inequality Coef U1
U
0.5275 0.4332 0.5075 1.1714 2.4000 0.4604 0.0634 0.0242 4.5589 0.9850 0.2966 0.2939 1.3545 0.9901 0.5435 0.7367 0.3769 0.4058 3.9521 1.3816 0.0087 0.0017 0.7268
0.2971 0.2477 0.2422 0.4297 0.8756 0.2741 0.0324 0.0121 0.9104 0.6222 0.1609 0.1585 0.7330 0.6279 0.3026 0.4652 0.2224 0.2208 0.6780 0.4573 0.0044 0.0008 0.4450
Lampiran 6. Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Nilai Rata-Rata Endogen, Tahun 2000-2005 Simulasi Faktor Internal
Peubah Sim 1
Sim 2
Sim 3
Simulasi Fakor Eksternal Sim 4
Sim 5
Sim 6
Sim 7
Sim 8
Sim 9
PJI (Produksi Jagung)
-0.1590
-0.1590
0.0199
-0.6956
0.0099
0.0000
0.0497
0.0000
0.0000
SJI (Penawaran Jagung)
-2.4889
-0.1422
0.0444
1.0044
-2.3556
0.0089
-0.0711
0.0000
0.0000
DJI (Permintaan Jagung)
-0.0900
0.0100
3.7104
-0.7301
-0.1000
0.0600
-0.3900
-0.0100
0.0000
DJP (Permintaan Jagung Industri Pakan)
-0.3861
0.0000
15.9159
-3.1746
-0.4290
0.2574
-1.6731
-0.0429
0.0000
0.3592
0.0718
0.3592
25.0000
0.3592
-0.0718
0.9339
0.0000
0.0000
HJDR (Harga Riil Jagung Domestik) MJI (Impor Jagung)
-20.8799
0.0794
0.2381
14.6032
-21.0273
0.0794
-0.9524
0.0000
0.0000
MJW (Impor Jagung Dunia)
-0.3210
0.0000
0.0036
0.2225
-0.3234
0.0012
5.9929
0.0000
0.0000
XJW (Expor Jagung Dunia)
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
15.0003
0.0000
0.0000
0.0000
HJWR (Harga Riil Jagung Dunia)
-2.0259
0.0000
0.0000
1.4587
-2.0259
-3.3225
36.8720
0.0000
0.0000
PPD (Produksi Pakan Ayam Ras)
-1.4174
-0.9943
0.3385
-19.4415
-0.4231
0.1269
-0.6981
0.0000
0.0000 0.0000
SPI (Penawaran Pakan Ayam Ras)
-0.9234
-0.6477
0.2205
-12.6516
-0.2756
0.0827
-0.4548
0.0000
DPI (Permintaan Pakan Ayam Ras)
-0.1096
-0.1096
-7.8947
-1.0234
-0.1462
-0.0731
0.6944
-0.9503
0.3289
0.2308
0.0923
25.0000
25.0000
0.1385
0.1385
-1.8929
-0.1847
0.0462
PDD (Produksi Daging Ayam Ras)
-0.0034
0.2354
0.4133
0.0774
-0.0014
-0.0002
0.0304
0.0232
-0.0075
SDD (Penawaran Daging Ayam Ras)
-0.0090
0.2295
0.4032
0.1676
0.4018
-0.0001
0.0296
0.0434
-0.0141
DDD (Permintaan Daging Ayam Ras)
-0.0021
0.0373
0.0608
-7.3252
0.0601
-0.0005
0.0063
0.5392
-0.1676
0.0124
-0.1238
-0.2105
25.0000
-0.2105
0.0000
-0.0124
-2.1419
0.7552
-0.2545
-0.0371
-0.0614
4.3033
17.9428
0.0006
-0.0058
-0.5716
0.1956
HPDR (Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik)
HDDR (Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik) MDI (Impor Daging Ayam Ras) XDI (Ekspor Daging Ayam Ras)
-0.0044
0.1524
0.2220
1.5366
0.0174
0.0000
0.0131
-10.1206
3.3953
HDMR (Harga Riil Daging Ayam Ras Impor)
26.3265
0.0000
0.0000
0.0000
26.3265
0.0000
0.0000
-3.1293
0.8844
0.0000
0.0000
0.0000
0.0155
0.0464
0.0000
0.0000
0.0000
4.6354
MDW (Impor Daging Ayam Ras Dunia) XDW (Ekspor Daging Ayam Ras Dunia)
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
8.2036
0.0000
HDWR (Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia)
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0264
0.0000
0.0000
-10.5736
3.5289
166
Keterangan: Sim 1 : Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank 30% dan Depresiasi Rupiah 20% Sim 2 : Peningkatan Harga DOC 25% dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank 30% Sim 3 : Peningkatan Harga Pakan dan DOC 25% Sim 4 : Peningkatan Harga Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras 25% Sim 5 : Penghapusan Tarif Impor Jagung dan Daging Ayam & Depresiasi Rupiah 20% Sim 6 : Peningkatan Ekspor Jagung USA 30% Sim 7 : Peningkatan Impor Jagung Jepang 30% Sim 8 : Peningkatan Ekspor Daging Ayam USA 30% Sim 9 : Peningkatan Impor Daging Ayam Ras Cina dan Jepang 30%
Lampiran 7. Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Indikator Kesejahteraan Ekonomi, Tahun 2000-2005 Perubahan Indikator Kesejahteraan No
Indikator
Satuan
Simulasi Faktor Internal Sim 1
1
2
3
Sim 2
Sim 3
Simulsi Faktor Eksternal Sim 4
Sim 5
Sim 6
Sim 7
Sim 8
Sim 9
Perubahan Surplus Produsen a. Jagung
Rp Miliar
55.5500
11.2420
56.2625
3934.6620
55.5875
-11.2505
146.1980
0.0000
0.0000
b. Pakan
Rp Miliar
36.1125
14.4650
3933.4560
3680.5755
21.7380
21.7770
-296.8195
-29.0240
7.2560
c. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
0.6959
-6.9673
-11.8547
1406.4420
-11.8546
0.0000
-0.6960
-120.4227
42.4490
Total
Rp Miliar
92.3584
18.7397
3977.8638
9021.6795
65.4709
10.5265
-151.3175
-149.4467
49.7050
Perubahan Surplus Konsumen a. Jagung
Rp Miliar
49.9725
9.9995
50.9225
3466.9500
49.9700
-10.0020
129.7335
0.0000
0.0000
b. Pakan
Rp Miliar
13.6725
5.4690
1423.0620
1473.9630
8.2020
8.2050
-112.5655
-10.8920
2.7405
c. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
0.5157
-5.1580
-8.7696
1003.1926
-8.7696
0.0000
-0.5157
-89.4571
31.4315
Total
Rp Miliar
64.1607
10.3105
1465.2149
5944.1056
49.4024
-1.7970
16.6523
-100.3491
34.1720
0.0000
Perubahan Penerimaan Pemerintah dariTarif Impor a. Jagung
Rp Miliar
-5.2818
0.0186
0.0559
3.8234
-23.4926
-0.7625
8.3559
0.0000
b. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
-0.0176
-0.0026
-0.0042
0.2969
-6.8994
0.0000
-0.0004
-0.7648
0.2574
Total
Rp Miliar
-5.2994
0.0161
0.0517
4.1203
-30.3920
-0.7625
8.3555
-0.7648
0.2574
4
Net Surplus
Rp Miliar
151.2197
29.0663
5443.1304
14969.9053
84.4813
7.9670
-126.3097
-250.5605
84.1344
5
Perubahan Pengeluaran Devisa 0.0000
a. Jagung
Rp Miliar
-318.1804
319.3036
2.2464
226.9547
-550.5484
274.2890
549.3048
-503.3697
b. Daging Ayam Ras
Rp Miliar
17.9379
-17.9635
-0.0168
3.0107
30.8263
-33.7942
-0.0044
-2.5365
3.2866
Total
Rp Miliar
-300.2424
301.3401
2.2296
229.9654
-519.7221
240.4948
549.3004
-505.9062
3.2866
167
Keterangan: Sim 1 : Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank 30% dan Depresiasi Rupiah 20% Sim 2 : Peningkatan Harga DOC 25% dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank 30% Sim 3 : Peningkatan Harga Pakan dan DOC 25% Sim 4 : Peningkatan Harga Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras 25% Sim 5 : Penghapusan Tarif Impor Jagung dan Daging Ayam & Depresiasi Rupiah 20% Sim 6 : Peningkatan Ekspor Jagung USA 30% Sim 7 : Peningkatan Impor Jagung Jepang 30% Sim 8 : Peningkatan Ekspor Daging Ayam USA 30% Sim 9 : Peningkatan Impor Daging Ayam Ras Cina dan Jepang 30%