150
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016
MODEL KUANTITATIF MANAJEMEN STRES KERJA DAN MOTIVASI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PETUGAS REKAM MEDIS DI RS ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA 1
Laili Rahmatul Ilmi 1
Program Perekam Medis dan Informasi Kesehatan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, Jl. Ringroad Barat Ambarketawang Gamping Sleman, Telp. (0274) 4342000, Email:
[email protected] ABSTRACT Background: Workload may indirectly cause stress. The ability to manage work stress may affect staff’s motivation and performance. The staff performance will affect decision-making in improving the service quality. Objective: This study aimed to analyze the relationship between stress management, work motivation and work performance. Method: This was an analytic observational study with a cross sectional approach. A sample of 19 medical record staff, working at Prof. Dr. R Soeharso orthopedic hospital Surakarta, were selected for this study. A set of questionnaires were developed and administered to measure stress management, work motivation and work performance. Data were then analyzed with a bivariate correlation analysis. Results: There were statistically significant correlations between work stress management, work motivation and work performance. The ability to manage stress positively increased the motivation (r= 0,56; p= 0,013), as well as the work performance (r= 0,49; p= 0,036). Moreover, a higher motivation will lead to a higher performance (r= 0,42; p= 0,071). Conclusion: There were positive relationships between work stress management, work motivation and work performance. Key words: work stress management, motivation, performance.
PENDAHULUAN
harian dan analisis beban kerja petugas
Data jumlah pengunjung pasien rawat
rekam medis pada tahun 2011, jumlah
jalan di RS Ortopedi Prof. Dr. Soeharso
tenaga yang dibutuhkan sebanyak 21 orang,
Surakarta dalam kurun waktu 3 tahun sejak
sedangkan tenaga yang tersedia berjumlah
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
19 orang, jadi masih dibutuhkan 2 petugas
menunjukkan
pengunjung
lagi untuk memenuhi kebutuhan tenaga.
rawat jalan pasien tahun 2011 mengalami
Petugas pendaftaran di IGD yang belum
penurunan dibandingkan dengan tahun 2010,
tersedia,
namun
memberlakuan jadwal piket kepada seluruh
pada
bahwa
jumlah
tahun
2012
mengalami
peningkatan kembali.
petugas
menyebabkan
rekam
medis,
rumah
karena
sakit
tempat
Jumlah kunjungan pasien pada tahun
penerimaan pasien di IGD merupakan bagian
2010 sampai dengan tahun 2012 terus
dari instalasi rekam medis. Pemberlakuan
meningkat. Peningkatan jumlah pengunjung
jadwal piket diharapkan dapat membantu
dan kunjungan berdampak pada beban kerja
pelayanan
petugas
pendaftaran rawat inap.
di
instalasi
rekam
medis.
Berdasarkan data perhitungan tugas pokok
pendaftaran
di
IGD
dan
151
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016
Petugas rekam medis bekerja selama
pengevaluasian kembali jadwal piket petugas
lima hari kerja sejak hari Senin hingga Jumat
rekam medis di pendaftaran IGD, rancangan
pada jam pelayanan pagi yaitu pada jam
ulang
(08.00 s.d 16.00 WIB). Pada jam kerja pagi,
kemampuan
semua petugas selalu siap on call untuk
evaluasi
memberikan pelayanan di IGD. Namun,
mengukur kinerja petugas. Kedua upaya
jadwal piket diberlakukan pada piket siang
inilah merupakan cara untuk mengelola stres
jam (16.00 s.d 21.00) dan piket malam jam
kerja.
(21.00 s.d 07.30 WIB). Pada hari sabtu
pekerjaan
disesuaikan
masing-masing
kerja
petugas
Kemampuan
dengan petugas,
sehingga
mengelola
stres
dapat
kerja
hingga minggu jadwal piket diberlakukan
dengan baik, secara langsung berpengaruh
sejak piket pagi jam (07.30 s.d 14.00 WIB),
terhadap
piket siang jam (14.00 s.d 21.00 WIB) dan
Kinerja petugas sangat berpengaruh pada
piket malam jam (21.00 s.d 07.30 WIB).
pengambilan keputusan oleh pimpinan dalam
Walaupun
memperbaiki
piket,
petugas
pada
diwajibkan
mendapatkan
hari
masuk
berikutnya kembali
jadwal petugas
pada
motivasi
dan
kualitas
kinerja
petugas.
pelayanan
dan
menentukan target selanjutnya.
jam BAHAN DAN CARA PENELITIAN
pelayanan pagi. Dari data tugas pokok harian petugas
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
rekam medis tahun 2010. Masing-masing
analitik observasional dengan pendekatan
petugas dibebankan jam kerja efektif selama
potong lintang (cross sectional), karena
8 jam. Petugas yang mendapatkan piket, total
semua variabel yang diteliti, baik variabel
jam kerja yang dibebankan hingga 13 jam
independen maupun dependen diukur pada
dalam satu hari. Hal ini tidak hanya melebihi
saat
standar
tetapi
dilaksanakan pada Februari 2013 dan lokasi
menyebabkan lama kerja yang semakin
penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam
panjang.
Medis RS Ortopedi Prof. Dr. Soeharso
beban
Lama
kerja
kerja
yang
efektif,
panjang
dapat
yang
sama.
Waktu
penelitian
Surakarta.
menimbulkan tingkat stres kerja petugas.
Subjek penelitiannya adalah petugas
Kemampuan mengelola stres kerja dapat
rekam medis yang bekerja di rumah sakit tipe
dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
A. Populasi pada penelitian ini petugas rekam
pendekatan
organisasi.
medis yang berjumlah 19 orang yang bekerja
Pendekatan individu salah satunya dengan
di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
mengelola waktu dengan baik, pendekatan
Surakarta. pengumpulan data dari subjek
organisasi berupa kerja sama dari kepala
penelitian
rekam medis. Kerja sama tersebut seperti
kepada 19 petugas instalasi rekam medis
individu
dan
dengan
membagi
kuesioner
152
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016
pada bulan Februari 2013. Setelah data
tahun), masa kerja terendah (3 tahun, nilai
terkumpul, dilanjutkan dengan tabulasi data
mean (6,33) dan standar deviasinya (3,041).
yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
Tabel 2 Karakateristik Subjek Penelitian Menurut Umur Dan Masa Kerja Kategori n Min. Max. Mean SD
statistik.
Umur
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Masa_Kerja 9
24
39
30.00 5.000
3
11
6.33
3.041
Tabel 1 dapat diketahui persentase jenis kelamin perempuan petugas di instalasi rekam medis (66,7%), status pegawai negeri sipil (PNS) dengan persentase (66,7%) dan latar belakang pendidikan lulusan diploma III dengan persentase (88,9%), sebagai berikut: Tabel 1 Karakateristik Subjek Penelitian Menurut Jenis Kelamin, Status Pegawai Dan Pendidikan No. Karakteristik
n
(%)
3 6 9
33,3 66,7 100,0
6 3 9
66,7 33,3 100.0
1 8 9
11.1 88.9 100.0
1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan . Total 2. Status pegawai PNS BLU Total 3. Pendidikan SMA/SMK Diploma III Total
Gambar 1 Gambar 1 Hubungan Positif Antara Motivasi Dengan Kinerja
Tabel 2 menjelaskan karakteristik subjek penelitian merupakan data kontinu, sehingga dipaparkan dalam n, minimun, maksimum, mean,
dan
SD
(Standar
Deviasi).
Karakteristik subjek penelitian berdasarkan umur dan masa kerja. Diketahui usia petugas terendah (24 tahun), usia tertua (39 tahun) dengan nilai mean (30,00) dan SD (5,000). Diketahui masa kerja petugas tertinggi (11
Gambar 2 Hubungan Positif Antara Manajemen Stres Kerja Dengan Motivasi
153
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016
Secara statistik terdapat hubungan positif dengan tingkat korelasinya tinggi. Analisis hubungan antara manajemen stres kerja dengan motivasi secara statistik signifikan. Kemampuan mengelola stres mempengaruhi motivasi seseorang. Hal ini telah sesuai dengan
teori-teori
Luthans(1)
sebelumnya,
manajemen
menurut
stres
yaitu
menanggulangi stres secara adaptif dan Gambar 3 Gambar 3 Hubungan Positif Antara Manajemen Stres Kerja Dengan Kinerja
efektif. Menurut Kendall(2) et al intervensi dalam manajemen stres kerja dibagi menjadi tiga, yaitu: a) Pendekatan primer dengan
Analisis Bivariat Tabel 3 menjelaskan terdapat korelasi
menggunakan
strategi
positif dan secara statistik signifikan antara
timbulnya
stres
kemampuan
dengan
untuk
kerja;
b)
mencegah Pendekatan
stres
kerja,
sekunder
Makin
tinggi
dalam menghadapi stres kerja dengan cara
kemampuan mengelola stres, makin tinggi
melakukan relaksasi dan membangun tim
motivasi petugas (r = 0,56; p = 0,013). Makin
kerja; dan c) Pendekatan tersier dengan
tinggi kemampuan mengelola stres, makin
menggunakan pihak ketiga atau instruktur
tinggi kinerja petugas (r = 0,49; p = 0,036).
untuk
Makin tinggi motivasi, makin tinggi kinerja
mengurangi stres kerja. Dipihak lain, motivasi
petugas (r = 0,42; p = 0,071).
seseorang
Tabel 3 Korelasi Bivariat Antara Kemampuan Manajemen Stres, Motivasi Dan Kinerja Variabel 1 Variabel 2 Koefisien P korelasi Spearman (r)
seseorang dalam mengelola stres kerjanya,
Manajemen Motivasi stres
0,56
0,013
kekuatan psikologis yang mendorong untuk
Manajemen Kinerja stres
0,49
0,036
Motivasi
0,42
motivasi,
manajemen dan
kinerja.
Kinerja
Hasil
korelasi
membantu
mengajarkan
individu
memberikan
terapi
dipengaruhi oleh kemampuan
hal ini telah sesuai dengan teori yang dijelaskan
Lewin
(3)
Fishbach
dikutip
Tillary
dan
bahwa motivasi merupakan
melakukan suatu perbuatan. Motivasi dapat didefinisikan sebagai kondisi kejiwaan dan
hubungan
0,071
mental berupa keinginan, harapan, dorongan
antara
dan kebutuhan yang membuat seseorang
manajemen stres kerja dengan motivasi
melakukan
sesuatu (4)
untuk
mengurangi
diperoleh nilai (r = 0,56; p = 0,013). Semakin
kesenjangan.
tinggi kemampuan dalam mengelola stres
penelitian
kerja,
variabel stres kerja dan motivasi terhadap
motivasi
petugas
semakin
tinggi.
Penelitian ini sejalan dengan
Fika(5)menjelaskan
hubungan
154
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016
kinerja karyawan di perusahaan PT. Panca
manajemen stres yaitu menanggulangi stres
Menara
secara adaptif dan efektif. Penelitian ini tidak
Mitra
memiliki
pengaruh
yang
sejalan
sekitar 81,8%. Kinerja Karyawan dipengaruhi
Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman
variabel stres kerja dan motivasi. Sedangkan
antara stres kerja dengan kinerja karyawan,
sisanya 18,2% dipengaruhi oleh variabel
diperoleh nilai koefisien korelasi terbesar
lainnya yang tidak dijelaskan dalam penelitian
pada variabel hubungan teknologi dengan
ini. Maka untuk meningkatkan tingkat kinerja
loyalitas dan wewenang dengan disiplin
karyawan, perusahaan harus benar-benar
dengan nilai peluang nyata yang diperoleh
memperhatikan
dan
dari 5 persen (P-Value < α = 0,05) dengan
Namun,
nilai koefisien yang diperoleh berada pada
motivasi
faktor
dalam
Stres
kerja
perusahaan.
dengan
penelitian.(7)
signifikan yaitu sebesar 0.818, yang berarti
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
selang
Hariyono(6)
menunjukkan
at
al
menyatakan
bahwa
-0,020≤
hasil
r
<-0,040.
bahwa
variabel
Hal
ini
hubungan
hubungan antara variabel stres kerja dan
teknologi pada stres kerja dengan loyalitas
kinerja mempunyai koefisien korelasi sebesar
karyawan pada kinerja karyawan memiliki
(-0,459). Hal ini menunjukkan korelasi yang
hubungan yang lemah atau disebut dengan
cukup kuat antara stres kerja dan kinerja.
moderately
Arah
menunjukkan
hubungan
stres
semakin besar stres kerja akan membuat
karyawan
sangat
kinerja
penelitian Pradipta(8)et al hubungan antara
hubungan
negatif
menurun
dan
mengakibatkan
law
kerja
dengan
lemah.
kinerja hasil
manajemen
ini, perawat dengan stres kerja yang tinggi
berpengaruh
akan semakin meningkatkan kelelahan kerja
karyawan sebesar 78,3%. Penelitian ini juga
pada perawat.
sejalan dengan hasil penelitian Sihombing(9)
korelasi
signifikan
secara
parsial
terhadap
kinerja
antara
hubungan antara variabel manajemen stres
kinerja
kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan
diperoleh nilai (r = 0,49; p = 0,036). Makin
secara simultan yaitu 36,3%, sedangkan
tinggi kemampuan dalam mengelola stres
sisanya 63,7% dijelaskan oleh sebab-sebab
kerja, kinerja petugas semakin tinggi. Secara
yang
statistik terdapat hubungan positif dengan
penilaian kinerja atau yang lainnya.
manajemen
tingkat
stres
hubungan
kerja
Menurut
Artinya
kelelahan otot. Demikian pula pada penelitian
Hasil
stres
association.
kerja
korelasinya
dengan
sedang.
lain,
mungkin
dikarenakan
sistem
Analisis
Hasil korelasi hubungan antara motivasi
hubungan antara manajemen stres kerja
dengan kinerja diperoleh nilai (r = 0,42; p =
dengan kinerja secara statistik signifikan.
0,071). Makin tinggi motivasi, kinerja petugas
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang
disampaikan
Luthans(1)
dalam
semakin tinggi. Secara statistik terdapat hubungan positif Analisis hubungan antara
155
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016
motivasi dengan kinerja secara statistik
petugas (r = 0,56; p = 0,013). Ada hubungan
signifikan.
positif
antara
manajemen
stres
dengan
Menurut Maltis dan Jackson (2001)
kinerja. Hubungan tersebut memiliki tingkat
faktor yang mempengaruhi kinerja meliputi: a.
korelasinya sendang dan secara statistik
Kemampuan
c.
signifikan.
Dukungan yang diterima; d. Keberadaan
mengelola
pekerjaan yang mereka lakukan dan e.
petugas (r = 0,49; p = 0,036). Ada hubungan
Hubungan
positif
mereka;
mereka
b.
Motivasi;
dengan
organisasi.
Makin stres,
antara
tinggi
kemampuan
semakin
motivasi
tersebut
tinggi
kinerja
dengan
kinerja.
Menurut Deci dan Ryan (1999), motivasi
Hubungan
memiliki
tingkat
terdiri dari: Motivasi intrinsik merupakan
korelasinya sedang dan secara statistik
suatu usaha seseorang yang berasal dari
signifikan. Makin tinggi motivasi, semakin
dalam tubuh dan sudah ada sejak lahir, serta
tinggi kinerja petugas (r = 0,42; p = 0,071).
berhubungan dengan perilaku kognitif yang menimbulkan rasa keingintahuan, rasa puas,
KEPUSTAKAAN
rasa sosial, keterampilan dalam mencapai
1.
suatu
tujuanBerdasarkan
hasil
penelitian
Luthans,
F.
Organizational
behavior
modification. Glenview, IL: Scott. 2006.
Pradipta et al (2009) Motivasi secara parsial
berpengaruh
disparities/stress> Diakses 22 Desember
Karyawan
signifikan sebesar
terhadap
Kinerja
16,7%.Penelitian
ini
2012
sejalan dengan hasil penelitian.(11) Dari data analisis, diketahui bahwa motivasi pegawai
2. Kendall, E; Murphy, P; O’Neil, V dan Bursnall, S. Occupational stress: factors
Disduknakertrans berbanding lurus dengan
that contribute to its occurrence and
kinerja.
effective Worker’s
KESIMPULAN
Rehabilitation
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka berikut
dapat
ditarik
ada
kesimpulan
hubungan
positif
manajemen
stres
3.
korelasinya
tinggi
signifikan.
Makin
dan
secara
tinggi
statistik
kemampuan
mengelola stres, semakin tinggi motivas
and
Commission.
2000.
Fishback, A dan Tillery, T. The course of motivation.
Journal
of
Consumer
Psychology 2011; 10: 30-42
dengan
motivasi. Hubungan tersebut memiliki tingkat
Compensation
df> Diakses 6 Januari 2012
antara
dan secara statistik signifikan. Ada hubungan antara
Australia:
sebagai
manajemen stres kerja, motivasi dan kinerja
positif
management.
4.
Mathis, RL and Jackson, JH. Human Resource
Management
Prespective. Cencage 2012. www.cencage.com
Essental
Learning: USA.
156
5.
6.
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016
Fika, Aditya. Analisis Pengaruh Stres
2011. Jornal Keseatan Masyarakat 25(1)
www.library.binus.ac.id
89-102
kelelahan kerja perawat di rumah sakit islam Yogyakarta PDHI. 2009. Sinulingga, AF. Hubungan stres kerja dengan
kinerja
departemen Lasallefoof Ekonomi
karyawan
produksi Indonesia, dan
Bisnis.
bagian
PT.
2009.
Depok.
Jurnal
9(1)118-131
http://repository.ipb.ac.id Diakses 7 Maret 2013 Pradipta, AF dan Sanny, L. Analisis pengaruh
stres
kerja
dan
motivasi
terhadap kinerja karyawan PT. Panca menara
mitra.
2009.
http://thesis.binus.ac.id Diakses 8 Maret 2013 9.
dan
Karyawan PT. Panca Menara Mitra. 2011.
Hariyono, W; Suryani, D dan Wulandari,
Sihombing, OS. Pengaruh stress kerja terhadap
kinerja
karyawan
pada
karyawan PT Indah mandiri sari Medan. . 2012. Jurnal Ekonomi dan Bisnis 13(2) 78-95
Diakses 7 Maret 2013 10. Deci, LE and Ryan, M. Intrinsic and extrinsic motivations: classic definitions and
new
directions.
2000.
Diakses 23 Desember 2012 11. Sarworini, F. Hubungan kemampuan dan motivasi terhadap kinerja pegawai dinas
kabupaten
kerja
transmigrasi
stres kerja dan tingkat konflik dengan
8.
tenaga
Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja
Y. 2009. Hubungan antara beban kerja,
7.
kependudukan,
Karanganyar.
Diakses 08 Maret 2013