SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
Model Kebijakan Kombinasi dalam Perlindungan HAM Terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan SRI HARTINI, ANANG PRIYANTO, IFFAH NURHAYATI Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum FIS UNY
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan menggambarkan model kebijakan kombinasi perlindungan HAM terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan DIY. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ditentukan secara purposive, pengumpulan data dengan wawancara dan dokumentasi diperkuat FGD, analisis data dengan analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan model kebijakan kombinasi perlindungan HAM terhadap Narapidana dapat digambarkan: 1) Mengatur “eksistensi” hak kebutuhan biologis narapidana dalam bentuk perubahan Undang-Undang; 2) Mengatur anggaran pengadaan obat-obatan bagi narapidana yang sakit sehingga pelayanan kesehatannya terpenuhi; 3) Mengatur anggaran melanjutkan keterampilan bagi narapidana; 4) Mengatur pengadaan SDM profesional bidang pendidikan, agama, kesehatan, psikologi, serta keterampilan. Teknis kebijakan dirancang dalam peraturan menteri dengan memperhatikan pertimbangan rasional, menekankan pada aspek efektivitas, efisiensi, dan ekonomis. Efektivitas pelaksanaan model kebijakan kombinasi tersebut belum terlaksana sehingga belum dapat diobservasi, disebabkan: sistem kewenangan sentralistik, uji coba model kebijakan kombinasi berimplikasi pada banyak aspek, narapidana jumlahnya besar, serta anggaran penyediaan fasilitas pendukung pelaksanaan dan lokasi uji coba kebijakan sangat bersifat politis. Kata kunci: model kebijakan, HAM, narapidana Abstract This study aims to describe the combination of policy models protection of human rights of prisoners in Penitentiary DIY. This research is a descriptive qualitative approach. The subject of research is determined purposively, collecting data through interviews and FGD strengthened by documentation, data analysis with inductive analysis. The results showed a combination of protection of human rights policy model of Prisoners can be drawn: 1) Set the "existence" of biological needs of prisoners rights in the form of changes to the Act; 2) Set a budget for the procurement of medicines for sick prisoners so that health services are met; 3) Adjust the budget to continue the skills for prisoners; 4) Set the procurement of HR professionals in education, religion, health, psychology, as well as skills. Technical policies designed in a ministerial regulation with regard rational considerations, emphasizes the aspects of effectiveness, efficiency, and economical. The effectiveness of the implementation of the policy model of such combinations has not done so yet observable due to: a centralized authority system, the test model of policy combinations implicated in many aspects, large numbers of prisoners, as well as supporting the implementation of the budget provision of facilities and test sites highly political policy. Keywords: model of policy, human rights, prisoners
120
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
PENDAHULUAN
pelbagai
konteks
pemahaman
Latar Belakang
sudah dikenal dan diperjuangkan
Dewasa ini masalah hak asasi
puluhan bahkan ratusan tahun
manusia (HAM) semakin marak di
yang lalu oleh bangsa-bangsa di
Indonesia. Hal ini ditandai semakin
dunia. Bangsa-bangsa di dunia
meningkatnya tuntutan anggota
pada
masyarakat baik secara individu
”Universal Declaration of Human
maupun
Raights” (UDHR) telah sepakat
kolektif
terhadap
HAM.
Fenomena
penegakan tersebut
menunjukkan
besar
perhatian
terhadap
HAM,
1948
menyatakan
melalui
bahwa”
setiap
betapa
manusia dilahirkan merdeka dan
masyarakat
sama dalam martabat dan hak-
baik
yang
haknya”.
menyangkut pribadi maupun HAM secara
tahun
kelompok.
HAM berasal dari martabat
Berbicara
yang inheren dalam diri manusia,
masalah HAM dapat berkaitan
dengan ditegaskan oleh Konvensi
dengan pelbagai dimensi kajian,
PBB mengenai hak sipil dan politik
antara
tahun 1966. Hak ini bersifat sangat
lain
konstelasi
berkaitan politik,
dengan ekonomi,
mendasar,
dalam
arti
hukum, sosial, dan budaya serta
pelaksanaannya mutlak diperlukan
pertahanan
keamanan,
agar manusia dapat berkembang
HAM
sesuai dengan bakat, cita-cita serta
dan
sehingga
masalah
sebenarnya menyangkut berbagai
martabatnya.
segi kehidupan dalam berbangsa
dianggap universal artinya dimiliki
dan bernegara.
manusia
Masalah HAM sesungguhnya bukanlah
merupakan
masalah
Hak tanpa
ini
juga
perbedaan
berdasarkan bangsa, ras, agama atau jenis kelamin.
baru sebagaimana istilah HAM
Secara
objektif
yang baru dikenal setelah Perang
perlindungan
Dunia II pada awal pembentukan
antara negara yang satu dengan
PBB pada Tahun 1945. HAM dalam
lainnya 121
adalah
terhadap
prinsip
sama.
HAM Namun
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
pelaksanaannya tidaklah demikian.
Lembaga
Artinya pada suatu waktu ada
Cebongan Kabupaten Sleman DIY.
persamaan kehendak terhadap apa
Pemasyarakatan
Sehubungan
dengan
yang sebaiknya dilindungi dan
pelanggaran HAM di Indonesia
diatur, namun pada waktu yang
berdasar
lain ada perbedaan persepsi dan
Internasional tahun ini mencatat
penafsiran terhadap HAM antara
masih ada pelanggaran HAM di
negara yang satu dengan negara
Indonesia. Dalam Laporan berjudul
yang lainnya. Perbedaan tersebut
“The State of the Worlds Human
lebih banyak disebabkan adanya
Rights”:
latar belakang kehidupan yang
melanggar HAM di enam wilayah
mencakup
yaitu penggunaan kekerasan oleh
ideologi,
politik,
Laporan
Amnesti
Indonesia
ekonomi, sosial dan budaya dari
polisi
masing-masing negara yang tidak
terhadap kebebasan berekpresi;
sama.
pelanggaran
Berkaitan
dan
masih
tentara; atas
tekanan kebebasan
dengan
beragama; pembatasan hak-hak
pelaksanaan perlindungan HAM di
perempuan dan impunitas serta
Indonesia, selama ini Indonesia
hukuman
sering dijadikan “kambing hitam”
penyiksaan, penganiayaan lannya,
terutama oleh pihak-pihak Barat.
penggunaan senjata dan kekuatan
Dalam hal ini tidak sedikit kasus
yang
yang ditudingkan negara Barat
dikemukakan
atau dunia internasional bahwa
Jenderal
Indonesia sebagai pelanggar HAM
Salil Shetty, dalam laporannya
berat, seperti dalam kasus tragedi
yang
Semanggi,
Munir
Elektronik (Koran Tempo, tanggal
ini
belum
24 Mei 2013 : A6).
yang
aktual
Berdasarkan uraian tersebut
11
angota
di atas dalam era globalisasi bagi
kopasus terhadap 4 tahanan di
negara yang tidak menegakkan
yang
terbunuhnya
sampai
terungkap, pembunuhan
saat
dan oleh
122
mati.
berlebihan. oleh
Amnesti
dikirim
Termasuk
Hal
ini
Sekretaris Internasional
melalui
Surat
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
HAM akan mengalami kesulitan
berdampak
dalam
demokratis atau otoritairnya suatu
hubungan
internasional.
Dalam proses globalisasi tidak hanya
melanda
kepada
citra
pemerintahan.
kehidupan
Sebenarnya Indonesia sejak
ekonomi, tetapi telah melanda
menyatakan
kemerdekaannya
kehidupan yang lain seperti politik,
sudah
terhadap
sosial
Undang-Undang Dasar 1945 yang
budaya,
keamanan
pertahanan
(hankam),
ilmu
peduli
HAM.
dibuat sebelum lahirnya Deklarasi
pengetahuan dan teknologi (iptek),
Universal
pendidikan dan hukum. Globalisasi
1948,
di bidang politik antara lain terasa
ketentuan-ketentuan
dengan
berkenaan dengan HAM dalam
adanya
isue
tentang
tentang sudah
HAM
tahun
mencantumkan yang
lingkungan hidup, transparansi,
Pembukaan
keterbukaan, demokratisasi dan
Tubuhnya. Demikian juga dalam
HAM.
kedua UUD yang pernah berlaku di
Globalisasi
semakin
maupun
memperkuat pemikiran-pemikiran
Indonesia
untuk mengoperasionalkan nilai-
(Kontsitusi RIS) dan UUDS juga
nilai dasar HAM yang bersifat
sudah
universal,
tentang HAM.
invisble
and
yakni
Batang
UUD
memasukkan
RIS
bahasan
Kemudian
pada
interdependent and interrelated.
masa orde baru sudah berhasil
(Muladi, 1997: 11). Senada dengan
dibuat
Muladi,
perundang-undangan
Hartono
(1997:
61)
pelbagai
mengemukakan bahwa globalisasi
mempunyai
kaitan
dengan
telah
pelaksanaan
HAM,
HAM
lembaga
keterbukaannya,
mengangkat
persoalan
yang
peraturan yang dengan Lembaga-
dapat
menjadi
mejadi persoalan Global, dalam
tumpuan dalam pelaksanaan HAM
arti pelanggaran terhadap HAM
juga
yang
Komisi Nasional HAM (Komnas)
terjadi
menjadi
di
suatu
perhatian
negara dan
HAM.
keprihatinan internasional yang
sudah
Kemudian
reformasi,
123
dibentuk
telah
seperti
pada
era
berhasil
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
mengundangkan UU RI Nomor 39
pemasayarakatan. (Hartini, 2005:
Tahun 1999 tentang Hak Asasi
32). Narapidana seperti halnya
Manusia dan UU RI Nomor 26
manusia
Tahun 2000 tentang Pengadilan
mempunyai hak-hak yang juga
Hak Aasasi Manusia. Di samping
harus dilindungi oleh hukum. Hak-
itu empat kali amandemen UUD
hak
1945,
pasal
terutama hak-hak yang sifatnya
mengenai HAM (Pasal 28A s/d
tidak dapat diingkari dan diganggu
Pasal
gugat
banyak 28J).
memuat Namun
dalam
kenyataannya yang terjadi dalam
pada
yang
umumnya
dilindungi
oleh
tersebut
siapapun
dalam
keadaan apapun yakni HAM.
praktik dewasa ini masih dijumpai
Berkaitan
dengan
bahwa para penyelenggara negara
perlindungan
HAM
terhadap
dalam
Narapidana
di
Lembaga
persoalan konkret yang terkait
Pemasyaraktan
ini
dengan
telah
menangani HAM
persoalan-
masih
terdapat
diatur
sebenarnya
dalam
kelemahan dan kekurangan, yakni
perundang-undangan.
lebih
dapat
banyak
kekuasaan
pendekatan
(power
approach)
diketahui
peraturan Hal
dari
ini
Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1999
daripada pendekatan hukum.
tentang
Berkaitan dengan masalah
Pasal
Pemasyarakatan, 14
ayat
(1),
bahwa
HAM di Indonesia tersebut dari
narapidana
dimensi hukum khususnya yang
ibadah sesuai dengan agama atau
terkait dengan perlindungan HAM
kepercayaannya,
di bidang penegakan hukum masih
perawatan
bersifat
jasmani, mendapat pendidikan dan
diskriminatif,
sehingga
prinsip persamaan di muka hukum
pengajaran,
tidak
terpenuhi,
penyidikan,
berhak:
pada
melakukan mendapat
rohani
maupun
mendapatkan
baik
dari
pelayanan kesehatan dan makanan
penuntutan
dan
yang
peradilan sampai pada tingkat
keluhan,
pembinaan narapidana di lembaga
bacaan
124
layak,
menyampaikan
mendapatkan dan
mengikuti
bahan siaran
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
media massa lainnya yang tidak
kebebasan dasar Manusia, antara
dilarang; mendapatkan upah atau
lain: hak untuk hidup, hak untuk
premi
berkeluarga,
atas
pekerjaan
yang
hak
untuk
dilakukan; menerima kunjungan
mengembangkan diri, hak untuk
keluarga, penasehat hukum atau
memperoleh keadilan, hak untuk
orang
lainnya,
kebebasan pribadi, hak atas rasa
mendapatkan
remisi;
aman, hak turut serta dalam
mendapatkan
kesempatan
tertentu
berasimilasi
termasuk
pemerintahan,
cuti
dengan
atas
kesejahteraan, hak wanita dan hak
menjelas bebas; dan hak-hak lain sesuai
hak
anak (Pasal 9 s/d Pasal 66).
peraturan
Namun
dalam
kenyataan
yang
perlindungan
HAM
terhadap
Narapidana
di
Lembaga
perundang-undangan berlaku.
Perlindungan HAM tersebut
Pemasyarakatan belum terpenuhi
juga ditegaskan dalam Undang-
secara
Undang Nomor 39 Tahun 1999
pemberitaan
tentang Hak asasi Manusia, bahwa
masih
HAM adalah seperangkat hak yang
kekerasan terhadap Narapidana di
melekat
dalam LAPAS. Hal ini diketahui
pada
keberadaan
hakikat
manusia
dan
sebagai
dari
maksimal. di
sering
Media terjadi
terungkapnya
Menurut massa tindak
kasus
makhluk Tuhan Yang Maha Esa
kekerasan berupa pemukulan dan
dan
anugerah-Nya
pungutan liar (pungli) di LAPAS
yang wajib dihormati, dijunjung
Kelas I A Lowokwaru Malang, yang
tinggi dan dilindungi oleh negara,
dikemukakan
hukum dan pemerintah, dan setiap
Narapidana Lowokwaru, mengaku
orang dalam kehormatan serta
mendapat
perlindungan harkat dan martabat
Lapas (Affandi, 2011).
merupakan
oleh
penyiksaan
mantan saat
di
manusia (Pasal 1 angka 1). Di
Berita metrotvnews tanggal
samping itu dalam undang-undang
15 Maret 2013, ratusan anggota
tersebut juga melindungi HAM dan
salah
125
satu
kelompok
ormas
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
berunjuk rasa di LAPAS Salemba
dan HAM yang dituangkan dalam
Jakarta
berbagai
Pusat
yang
terkait
bentuk
peraturan
penyerangan kelompok Napi kasus
perundang-undangan.
penyerangan di RSPAD terhadap
tersebut dilaksanakan di Lembaga
Napi kasus Terorisme di Lapas
Pemasyarakatan se DIY secara apa
Salemba(Yudhistira, 2013) Kasus
adanya. HAM yang dipenuhi di
aktual juga terjadi di Lembaga
Lapas hanya mengikuti apa yang
Pemasyarakatan
telah
(LAPAS)
Cebongan
(Sleman)
sebagaimana
dikemukakan
diatur
Kebijakan
dalam
kebijakan-
DIY,
kebijakan pusat, artinya pihak
Siti
lapas tidak mengupayakan adanya
Noor Laila dari Komnas HAM
hak-hak lain. Selain itu, relatif
kepada
sering
Rakyat
Merdeka
“ada
terdapat
perubahan
indikasi pelanggaran HAM dalam
kebijakan,
kasus Cebongan pembunuhan oleh
kebijakan yang dituangkan dalam
11 anggota kopasus atas 4 tahanan
bentuk
penghuni Sub Anggrek 5 di LAPAS
undangan tersebut sifatnya tambal
Cebongan. Indikasi pelanggaran
sulam
HAM atas hak hidup seseorang,
kebijakan
hak
terhadap Narapidana di Lapas se
atas
rasa
perlindungan
aman,
harta
hak
kekayaan,
DIY
namun
perubahan
peraturan saja.
perundang-
Dengan
demikian
perlindungan
menggunakan
HAM Model
harta benda, nyawanya, hak bebas
Kebijakan Elite. Namun dalam hal
dari
teknis
penganiayaan
(Prabowo,
2013).
pelaksanaan/pemenuhan
HAM Narapidana di Lapas se DIY,
Hasil penelitian pada kajian
pada kenyataannya mengharuskan
serupa pada tahun 2014 yang
kreativitas petugas pembina lapas,
dilakukan oleh Sri Hartini, dkk
agar pelaksanaan/pemenuhan hak
menunjukkan bahwa perlindungan
dapat berjalan dengan baik, yang
HAM
pada kondisi tertentu berbeda
bagi
menjadi kebijakan
para
salah
narapidana
satu
Kementerian
sasaran
dengan
Hukum
ditetapkan
126
peraturan oleh
yang sudah Kementerian
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
Hukum dan HAM RI, namun dapat
Yogyakarta
diterima oleh Narapidana. Dalam
penelitian ini adalah penelitian
hal ini sebenarnya kebijakan yang
diskriptif.
diterapkan
penelitian/informan
Model
juga
menggunakan
Kebijakan
Rasional.
cara
(Wirogunan).
Jenis
Penentuan
purposive,
subjek
ini
dengan
yakni
memilih
(Hartini, 2014: 76). Oleh karena itu
subjek penelitian/informan secara
penting untuk meneliti efektifitas
sengaja oleh peneliti berdasarkan
model kebijakan kombinasi (model
kreteria
Kebijakan
Elit
tertentu (Faisal, 1995: 67). Teknik
Kebijakan
Rasional)
perlindungan
dan
Model
atau
pertimbangan
tentang
pengumpulan
bagi
menggunakan
wawancara
dokumentasi,
yang
HAM
Narapidana di Lapas se DIY.
data
dengan dan
diperkuat
dengan FGD. Dalam penelitian ini Tujuan Penelitian
untuk memeriksa keabsahan data
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
gambaran
digunakan
memperoleh
mengenai
teknik
cross
check.
Analisis data yang dilakukan dalam
model
penelitian
ini
analisis
kebijakan kombinasi perlindungan
induktif
HAM terhadap narapidana untuk
pengumpulan
dapat
pengumpulan data yang bersifat
diterapkan
Pemasyarakatan
di
Lembaga
se
Daerah
yang
adalah
terbuka.
dilakukan
sejak
sampai
akhir
Analisis untuk
induktif
Istimewa Yogyakarta secara tepat
digunakan
menilai
dan
dan berhasil guna.
menganalisis data yang sudah difokuskan pada model kebijakan
METODE
kombinasi
Penelitian ini dilaksanakan di
terhadap
Lembaga Pemasyarakatan Daerah Istimewa
Yogyakarta
perlindungan Napi
di
Lembaga
Pemasyarakatan DIY.
meliputi
Lembaga Pemasyarakatan Sleman
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Cebongan), Sleman (Pakem), dan
Model Kebijakan
127
HAM
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
Perlindungan
Hak
Asasi
Wilayah Kementerian Hukum dan
Manusia (HAM) sudah menjadi
HAM Daerah Istimewa Yogyakarta
harga mati dalam demokrasi dan
mengungkapkan
sebuah
diterapkannya
negara
hukum.
tentang
mulai
pembinaan
Perlindungan tersebut ditujukan
narapidana
juga
narapidana.
Kebijakan baru ini akan membawa
narapidana
dampak yang signifikan terhadap
merupakan orang yang sedang
pemenuhan hak asasi narapidana
menjalani
setelah
di Indonesia. Dengan menggunaan
dinyatakan bersalah, maka hak
pijakan HAM dalam pembinaan
asasi yang diberikan akan berbeda
narapidana,
dengan orang kebanyakan. Namun
konsekuensinya
paradigma
menyediakan
terhadap
Mengingat
bahwa sanksi
pemidanaan
era
berbasis
HAM.
sebagai negara
harus
regulasi
yang
sekarang telah bergeser, yakni
memadai,
pemidanaan
berorientasi
mencukupi, serta petunjuk teknis
perlakuan
yang mampu menjadi guidelines
restoratif,
lebih sehingga
terhadap
narapidana
diarahkan
kepada
juga
bagi
program-
anggaran
penyelenggara
narapidana,
dalam
yang
pembinaan rangka
program yang bisa membantu
memastikan hak asasi narapidana
meningkatkan
diri
terpenuhi; hal-hal inilah yang akan
narapidana. Program pembinaan
mengarahkan pada bentuk hukum
terhadap narapidana dilaksanakan
HAM yatiu obligation to fulfill dari
dengan
negara.
kualitas
mendasarkan
kebijakan
pemerintah
pada melalui
Selama
berbagai produk hukum. Terkait perlindungan
dengan HAM
ini
kebijakan
pembinaan narapidana, khususnya upaya
mengenai
narapidana,
hak-hak
narapidana,
seperti Undang-Undang Nomor 12
terdapat suatu kemajuan dalam
Tahun
pengembangan kebijakan. Kepala
Pemasyarakatan,
Divisi
Pemerintah Peraturan Pemerintah
Pemasyarakatan
Kantor
128
1995
tentang Peraturan
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang
oleh Sri Hartini, dkk. Permasalahan
Pembinaan
tersebut antara lain disebabkan
Dan
Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan,
karena
Peraturan Pemerintah RI Nomor
dengan
32 Tahun 1999 jo Peraturan
mendukung.
Pemerintah RI Nomor 28 Tahun
permasalahan
2006
kesehatan
tentang
Peraturan
Perubahan
lainnya
tidak
satu saling
Misalnya pemenuhan
yang
terjadi
hak akibat
kebijakan anggaran yang tidak
Tahun 1999 tentang Syarat dan
memadahi, persoalan kewenangan
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
urusan Pemerintah Daerah, juga
Binaan Pemasyarakatan, Peraturan
kebijakan mengenai BPJS yang
Pemerintah RI No. 99Tahun 2012
menyulitkan
tentang Perubahan kedua Atas
dalam mendapatkan bantuan dana
Peraturan
32
kesehatan. Selain itu narapidana
Cara
tidak mendapatkan premi dari
Pelaksanaan Hak Warga Binaan
hasil pekerjaannya di dalam lapas
Pemasyarakatan
karena
Pemerintah
Syarat
dan
No.
kebijakan
32
Tahun
Pemerintah
Atas
antara
No.
tata
dan
lain-lain,
klaim
narapidana
ada
peraturan
secara umum telah mengacu dari
perundangan
instrumen
keuangan negara yang mengatur
SMR
atau
United
yang
mengatur
Nations Standard Minimum Rules
bahwa
for the Treatment of Prisoners.
dihasilkan
Instrumen ini merupakan regulasi
pemerintah, termasuk lapas, harus
internasional
menjadi
masuk ke kas negara sebagai
dalam
penghasilan negara bukan pajak,
pemenuhan hak-hak narapidana.
sehingga hak narapidana atas upah
Hanya
pekerjaan tidak diperolehnya. Unit
pedoman
yang
negara-negara saja
implementasi
dalam
tahap
mengalami
pelaksana
penghasilan oleh
teknis
yang instansi
Lapas
lebih
permasalahan teknis dan kendala
“memilih” menerapkan peraturan
sebagaimana terungkap pada hasil
keuangan
penelitian Tahap I Tahun 2014
menghindari dugaan tindak pidana
129
negara
untuk
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
korupsi.
Jika
dicermati
diselesaikan
melalui
kebijakan
permasalahan-permasalahan yang
kombinasi tersebut antara lain:
muncul
1.Tidak tersedianya “Bilik Cinta”
dalam
pembinaan
narapidana,
yang
include
dalamnya
pemenuhan
di
untuk narapidana yang sudah
hak
menikah;
narapidana, disebabkan kebijakan yang
dikembangkan
2. Tidak tersedianya anggaran
lebih
negara untuk biaya kesehatan
menggunakan model elitis di mana pengaruh
politik
narapidana;
cukup
3. Belum adanya kelanjutan dari
determinan.
keterampilan
Untuk
dapat
mengembangkan
yang
menciptakan
kebijakan
bisa
pekerjaan
narapidana;
pembinaan narapidana berbasis
4. Ketidak tersedianya SDM yang
HAM, akan lebih efektif dengan
profesional
menggunakan
pendidikan, agama, kesehatan
kombinasi, kebijakan rasional,
model
kebijakan
kombinasi elit
dan
seperti
antara
dan
kebijakan
bidang
psikologis
serta
keterampilan;
telah
Hasil
rumusan
kebijakan
direkomendasikan peneliti pada
kombinasi
dibuat
Naskah
hasil penelitian tahap I. Model
Akademik yang divalidasi dengan
kombinasi
kebijakan
yang
ahli hak asasi manusia dan ahli
dirancang
terkait
dengan
Hukum Pidana dan dilaksanakan
identifikasi permasalahan dalam
FGD untuk mendapatkan Naskah
perlindungan HAM narapidana.
Akademik yang sesuai dengan
Hasil pertama
yang
dalam
penelitian diperoleh
kebijakan
kombinasi
tahap
kondisi
model
keseluruhan
yaitu
rasional
permasalahan
yang
yang dapat
secara diuraikan
hasilnya sebagai berikut:
kombinas antara model elit dan model
riil
1. Masalah
dengan
Bilik
Cinta
Lembaga Pemasyarakatan
perlu
130
dalam
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
Bilik
cinta
merupakan
legislatif),
mengingat
suatu upaya untuk memenuhi
pengakuan
kebutuhan seksual narapidana
narapidana tersebut diatur
dalam rangka mendapatkan hak
dalam
menjalani hidup secara layak.
Pemasyarakatan, maka sudah
Namun sejauh ini bilik cinta
seharusnya
belum
karena
kebutuhan
dalam peraturan perundang-
narapidana
undangan tidak menyebutkan
undang-undang. Dalam hal
sama sekali mengenai hal ini,
ini perlu ada pembaharuan
sementara
Undang-Undang
diwujudkan
pada
sisi
lain
atas
hak-hak
Undang-Undang hak
atas biologis
diatur
dalam
narapidana membutuhkannya.
Pemasyarakatan yang telah
Jika kebutuhan tersebut tidak
ada, atau dengan kata lain
terpenuhi,
akan
ada perubahan secara tambal
beberapa
sulam. Ini merupakan salah
maka
berpotensi
pada
perilaku seksual menyimpang,
satu
seperti homoseksual, lesbian
kebijakan elit. Hanya saja di
atau perilaku lainnya. Selain itu
sini pembuat kebijakan harus
akan
mempunyai perspektif yang
meningkatkan
angka
cirikhas
perceraian (ketidakharmonisan
luas
keluarga) narapidana.
fakta di lapangan.
Kebijakan diambil
yang
dalam
terpenuhinya
hak
dan
b. Mengenai pelaksanaan hak
rangka
atau teknisnya, diatur dalam
atas
suatu
peraturan
Kebijakan
sebagai berikut:
dalam
a. Mengatur “eksistensi” hak
menteri
kebutuhan
memperhatikan
bisa
kebutuhan biologis ini adalah
atas
model
biologis
menteri.
ini
dirancang
sebuah
peraturan dengan
memperhatikan
narapidana di Lapas dalam
pertimbangan
Undang-Undang
dengan menekankan pada
(produk
131
rasional
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
aspek
efektivitas,
efisiensi
serius terutama dari keluarga
dan ekonomis. Kebijakan ini
yang tidak mampu. Berkaitan
bertujuan untuk keuntungan
dengan
sosial yang maksimal. Untuk
narapidana
mencapai efektifitas, efisiensi
memperoleh
dalam program “bilik cinta”,
kesehatan yang layak. Sudah
maka
seharusnya
harus
diperhatikan
hal
ini
setiap
berhak
untuk
pelayanan setiap
lapas
aspek-aspek seperti dampak
disediakan poliklinik beserta
positif, dukungan, kelemahan
fasilitasnya
dan
sekurang-kurangnya
tantangan,
kebijakan
sehingga
yang
dan
disediakan seorang
dihasilkan
dokter dan tenaga kesehatan
akan lebih efektif dan efisien.
lainnya. Pemeriksaan kesehatan
Kebijakan
dilakukan paling sedikit 1 kali
ini
merupakan
kebijakan rasional. 2. Masalah
tidak
dalam 1 bulan dicatat dalam
tersedianya
kartu kesehatan. Dalam hal napi
Anggaran Negara untuk biaya
ada
kesehatan Narapidana
keselamatan, maka dokter atau
Tidak
tersedianya
anggaran/dana
keluhan
mengenai
tenaga kesehatan lainnya di
kesehatan
Lapas
wajib
melakukan
merupakan bentuk pelanggaran
pemeriksaan. Biaya perawatan
HAM
di
kesehatan di rumah sakit bagi
lembaga pemasyarakatan untuk
penderita dibebankan kepada
memperoleh
pelayanan
negara sebagaimana ditegaskan
kesehatan. Permasalahan yang
dalam Peraturan Pemerintah
muncul dari tidak tersedianya
No. 32 Tahun 1999 tentang
dana
sangat
Syarat
unsur
Pelaksanaan Hak Warga Binaan
kemanusiaan yang dirasakan
Pemasyarakatan. Namun dalam
bagi narapidana (warga binaan)
realita masih terbatas sarana
yang
dan prasarana yang menunjang
bagi
narapidana
kesehatan
berkaitan
dengan
menderita
sakit
yang
132
dan
Tata
Cara
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
perlindungan para narapidana
anggaran untuk pelayanan
atas
yang
kesehatan bagi narapidana di
diperolehnya. Di samping itu
lapas. Dengan kata lain ada
tidak adanya anggaran untuk
perubahan
obat-obatan bagi narapidana di
sulam. Ini merupakan salah
seluruh lapas di Indonesia. Dari
satu
berbagai
kebijakan elit.
kesehatan
nara
dokumen
sumber
anggaran
dan
belanja,
b. Teknis
yang
untuk
dianggarkan.
adanya
itu
tambal
cirikhas
pengadaan obat-obatan tidak Disamping
secara
model diperlukan
mengatasi
tidak
anggaran
guna
adanya pemangkasan anggaran
memberikan
dari pemerintah.
kesehatan bagi narapidana
Kebijakan diambil
yang
dalam
terpenuhinya kebutuhan
bisa
yang
rangka
hak
atas
anggaran
untuk
pelayanan di
lapas
untuk
dengan
pihak ketiga atau pihak lain
adalah
seperti asuransi kesehatan
anggaran
pengadaan
sama lembaga
pemasyarakatan
dan
pos
dengan
kerja
antara
sebagai berikut: a. Mengatur
dilakukan
mengadakan
kesehatan
narapidana
pelayanan
pemerintah
sehingga
obat-
atas
daerah,
pemenuhan
pelayanan
hak
kesehatan
obatan bagi narapidana yang
narapidana tidak terganggu
menderita
karena adanya pemangkasan
pelayanan akan
sakit
sehingga
kesehatannya
terpenuhi.
anggaran
Berkaitan
peraturan
Kebijakan ini dirancang
terhadap
dalam
perundang-
sebuah
menteri
undangan yang telah ada
memperhatikan
yang
pertimbangan
terkait
dari
pemerintah.
dengan hal ini perlu adanya pembahruan
kesehatan
dengan
133
peraturan dengan rasional
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
dengan menekankan pada
terbengkalai. Hal ini sanagat
aspek
tidak efektif dan mengganggu
efektivitas,
efisiensi
dan ekonomis. Kebijakan ini
keberlanjutan
bertujuan untuk keuntungan
keterampilan
sosial yang maksimal. Untuk
menyebabkan
mencapai
efektifitas
dan
dana. Alat-alat pembinaan yang
efisiensi.
Kebijakan
ini
tidak
pembinaan bahkan
dapat
pemborosan
digunakan
dan
termasuk model kebijakan
terbengkalai memerlukan biaya
rasional
tinggi untuk perbaikan jika akan
3. Belum adanya kelanjutan dari keterampilan
yang
menciptakan
digunakan lagi. Apalagi bila
bisa
narapidana yang sudah saatnya
pekerjaan
bebas belum tuntas pembinaan
narapidana;
keterampilannya,
Negara bertanggung jawab
kembali menyebabkan
narapidana untuk mendapatkan
mengalami
keterampilan
karena
dengan
harapan
pelatihan,
saat
kemasyarakat
penuh untuk memenuhi hak dan
maka
dirinya kesulitan
tidak
akan hidup
memiliki
narapidana
keterampilan yang memadahi
setelah bebas akan mempunyai
yang dapat membantu dirinya
kemandirian secara ekonomi.
untuk survive di masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembinaan
Jika
keterampilan
terjadi maka menjadi beban
keterbatasan
adanya anggaran
sumber
daya
profesional
serta
manusia menyebabkan
pelaksanaan
yang
demikian
masyarakat
atas
munculnya
kejahatan
yang
dilakukan
mantan narapidana.
pembinaan
keterampilan
kondisi
Kebijakan
menjadi
diambil
yang
dalam
rangka
terhambat, terhenti dan alat-
terpenuhinya
alat
kelanjutan dari keterampilan
yang
pembinaan
digunakan
dalam
keterampilan
yang
134
bisa
hak
bisa atas
menciptakan
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
pekerjaan narapidana adalah
memperhatikan
sebagai berikut:
pertimbangan
a. Mengatur
mengenai
rasional
dengan menekankan pada
anggaran yang dipergunakan
aspek
untuk
melanjutkan
dan ekonomis. Kebijakan ini
dengan
bertujuan untuk keuntungan
pembaharuan
sosial yang maksimal. Untuk
keterampilan melakukan terhadap
peraturan
efisiensi
mencapai
efektifitas
dan
telah ada sebelumya, yang
efisiensi.
Kebijakan
ini
terkait
termasuk model kebijakan
dengan
yang
efektivitas,
anggaran
untuk pelayanan kesehatan
rasional
bagi narapidana di lapas. Dengan
kata
perubahan
lain
secara
4. Ketidaktersedianya SDM yang
ada
profesional
tambal
dalam
pendidikan, agama, kesehatan
sulam. Ini merupakan salah
dan
satu
keterampilan;
cirikhas
model
kebijakan elit. b. Mengenai diperlukan
bidang
psikologis
serta
Ketidak tersedianya SDM teknik
yang
yang profesional dalam bidang
dalam
rangka
pendidikan, agama, kesehatan
terpenuhinya
hak
atas
dan
psikologis
serta
kelanjutan dari keterampilan
keterampilan di Lapas se DIY,
kerjasama antara Lembaga
mengakibatkan kurang adanya
Pemasyarakatan dengan LSM
kemandirian dari Lapas dalam
dalam
menjalankan tugas pokok dan
pendirian
penampungan
selter
sementara
fungsinya
(tupoksi).
untuk melakukan pembinaan
tersedianya
keterampilan
sesuai
narapidana. dirancang
kepada Kebijakan
dalam
ini
SDM
sebuah
profesional
bidangnya
memadahi
Tidak yang
menjadikan
pembinaan kepada narapidanan
peraturan menteri dengan
di
135
Lapas
se
DIY
kurang
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
maksimal. Hal ini memaksa
merupakan
lapas melibatkan SDM yang
cirikhas model kebijakan elit.
dimiliki
untuk
tugas
menjalankan
pembinaan
salah
b. Mengenai
dengan
diperlukan
satu
teknik
yang
dalam
rangka
kemampuan secara amatir. Hal
terpenuhinya
ini
menjamin
profesional
dimilikinya keterampilan yang
pendidikan,
maksimal
narapidana
kesehatan dan psikologi serta
sebagai bekal setelah bebas
keterampilan yang dilakukan
mejalani masa pidananya.
oleh petugas lapas yakni
kurang bagi
Kebijakan diambil
yang
dalam
terpenuhinya profesional
bisa
dalam
dalam
bidang
dalam
menjalankan
yang
yang agama,
kreativitas
rangka
SDM
SDM
tugasnya
dengan menjalin kerjasama
bidang
antara
Lembaga
pendidikan, agama, kesehatan
Pemasyarakatan dengan LSM
dan
baik
psikologi
keterampilan
serta
yang
menciptakan narapidana
bisa
pemerintah
daerah maupun LSM untuk
pekerjaan adalah
dengan
melakukan
sebagai
pembinaan
bidang pendidikan, agama,
berikut:
dan
keterampilan
a. Mengatur tentang pengadaan
narapidana.
kepada
Kebijakan
SDM yang profesional dalam
dirancang
bidang pendidikan, agama,
peraturan menteri dengan
kesehatan dan psikologi serta
memperhatikan
keterampilan
pertimbangan
melakukan terhadap
dengan pembaharuan
peraturan
dalam
ini
sebuah
rasional
dengan menekankan pada
yang
aspek
efektivitas,
efisiensi
telah ada sebelumya. Dengan
dan ekonomis. Kebijakan ini
kata
bertujuan untuk keuntungan
secara
lain
ada
tambal
perubahan sulam.
Ini
sosial yang maksimal untuk
136
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
mencapai
efektifitas
dan
tugasnya mengikuti kebijakan
efisiensi.
Kebijakan
ini
dari pusat yaitu Kementerian
termasuk model kebijakan
Hukum dan HAM.
rasional.
2. Untuk melaksanakan uji coba model
kebijakan
kombinasi,
Efektifitas Pelaksanaan Model
akan berimplikasi pada banyak
Kebijakan Kombinasi
aspek yaitu struktur organisasi,
Mengenai pelaksanaan
efektivitas
narapidana
kebijakan
besar
model
kombinasi
perlindungan
HAM
yang
dan
jumlahnya
anggaran
digunakan
untuk
yang
keperluan
terhadap narapidana di Lembaga
penyediaan fasilitas pendukung
Pemasyarakatan se DIY belum
pelaksanaan.
terlaksana
karena
beberapa
adanya
kendala
3. Lokasi tempat uji coba kebijakan
struktural,
sangat bersifat politis
antara lain:
Kebijakan itu sangat tergantung
1. Sistem kewenangan pengambil
pada kemauan politik (political
kebijakan di Pemerintahan yang
wiil)
sentralistik. Secara kelembagaan,
atau
SIMPULAN
Lembaga
Dari hasil dan pembahasan
Pemasyarakatan se DIY hanya
penelitian
sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
di
bawah
dan
HAM
DIY.
HAM
Di
sehingga
dalam
terhadap
narapidana
di
dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
Kementerian Hukum dan HAM instansi
model
Lembaga Pemasyarakatan se DIY
samping itu Kantor Wilayah merupakan
tentang
kebijakan kombinasi perlindungan
koordinasi
Kantor Wilayah Kementerian Hukum
kebijakan
beserta kelompoknya
struktur
organisatoris/institusi
pengambil
1. Model
vertikal,
kebijakan
perlindungan
pelaksanaan
HAM
kombinasi terhadap
Narapidana dapat digambarkan
137
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
sesuai permasalahan riil, antara
kebijakan elit. Hanya saja
lain:
di sini pembuat kebijakan
a.Tidak tersedianya “Bilik Cinta”
harus
mempunyai
untuk narapidana yang sudah
perspektif yang luas dan
menikah.
memperhatikan fakta di
Kebijakan yang bisa diambil
lapangan.
dalam rangka terpenuhinya
2) Mengenai pelaksanaan hak
hak atas kebutuhan biologis
atau
teknisnya,
ini adalah sebagai berikut :
dalam
1) Mengatur “eksistensi” hak
menteri.
suatu
diatur
peraturan
Kebijakan
ini
atas kebutuhan biologis
dirancang dalam sebuah
narapidana di Lapas dalam
peraturan menteri dengan
Undang-Undang
memperhatikan
legislatif),
(produk mengingat
pertimbangan
rasional
pengakuan atas hak-hak
dengan menekankan pada
narapidana
tersebut
aspek efektivitas, efisiensi
diatur
Undang-
dan ekonomis. Kebijakan
dalam
Undang Pemasyarakatan,
ini
maka sudah seharusnya
keuntungan sosial yang
hak
kebutuhan
maksimal.
Untuk
biologis narapidana diatur
mencapai
efektifitas,
dalam
undang-undang.
efisiensi dalam program
Dalam hal ini perlu ada
“bilik cinta”, maka harus
pembaharuan
diperhatikan aspek-aspek
atas
Undang yang dengan
Undang-
Pemasyarakatan
telah kata
ada, lain
bertujuan
seperti
atau
dampak
untuk
positif,
dukungan, kelemahan dan
ada
tantangan,
sehingga
perubahan secara tambal
kebijakan yang dihasilkan
sulam.
akan
Ini
merupakan
salah satu cirikhas model
efisien.
138
lebih efektif dan Kebijakan
ini
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
merupakan
kebijakan
salah satu cirikhas model
rasional
kebijakan elit.
b. Masalah tidak tersedianya
2) Teknis yang diperlukan
Anggaran Negara untuk biaya
untuk
kesehatan Narapidana
adanya
Kebijakan yang bisa diambil
memberikan
dalam rangka terpenuhinya
kesehatan bagi narapidana
hak atas kebutuhan anggaran
yang
untuk pelayanan kesehatan
mengadakan kerja sama
narapidana di lapas adalah
antara
sebagai berikut :
pemasyarakatan
1)Mengatur untuk
pos
anggaran
pengadaan
mengatasi
tidak
anggaran
guna
pelayanan
dilakukan
dengan lembaga dengan
pihak ketiga atau pihak
obat-
lain
seperti
asuransi
obatan bagi narapidana
kesehatan dan pemerintah
yang
daerah,
menderita
sehingga
pelayanan
kesehatannya
adanya
ini
perlu
atas
kesehatan
narapidana
tidak
terganggu karena adanya
pembahruan
terhadap
hak
pelayanan
Berkaitan
hal
sehingga
pemenuhan
akan
terpenuhi. dengan
sakit
pemangkasan
peraturan
kesehatan
perundang-undangan yang
anggaran dari
pemerintah.
telah ada yang terkait
Kebijakan
dengan anggaran untuk
dirancang
pelayanan kesehatan bagi
peraturan menteri dengan
narapidana
memperhatikan
Dengan
kata
di lain
lapas. ada
dalam
ini
pertimbangan
sebuah
rasional
perubahan secara tambal
dengan menekankan pada
sulam.
aspek efektivitas, efisiensi
Ini
merupakan
dan ekonomis. Kebijakan ini
139
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
bertujuan
untuk
keuntungan
sosial
merupakan
yang
salah
satu
cirikhas model kebijakan
maksimal. Untuk mencapai
elit.
efektivitas
dan
efisiensi.
2) Mengenai teknik yang
Kebijakan
ini
termasuk
diperlukan dalam rangka
model kebijakan rasional
terpenuhinya
c. Belum adanya kelanjutan dari keterampilan
yang
menciptakan
hak
kelanjutan
bisa
dari
keterampilan
pekerjaan
atas
kerjasama
antara
Lembaga
narapidana;
Pemasyarakatan
Kebijakan yang bisa diambil
LSM dalam pendirian selter
dalam rangka terpenuhinya
penampungan
sementara
hak
dari
untuk
melakukan
bisa
pembinaan
atas
kelanjutan
keterampilan
yang
menciptakan
pekerjaan
narapidana.
Kebijakan
berikut :
dalam
Mengatur
mengenai
anggaran melanjutkan dengan
ini
dirancang
sebuah
peraturan
menteri
yang
dipergunakan
dengan
memperhatikan
untuk
pertimbangan
rasional
keterampilan
dengan menekankan pada
melakukan
aspek efektivitas, efisiensi
terhadap
dan ekonomis. Kebijakan ini
pembaharuan
peraturan yang telah ada
bertujuan
sebelumya.
keuntungan
dengan
keterampilan
kepada
narapidana adalah sebagai 1)
dengan
yang
anggaran
terkait untuk
untuk sosial
yang
maksimal. Untuk mencapai
pelayanan kesehatan bagi
efektifitas
dan
efisiensi.
narapidana di lapas. Dengan
Kebijakan
ini
termasuk
kata lain ada perubahan
model kebijakan rasional
secara tambal sulam. Ini
140
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
d. Ketidak tersedianya SDM yang
profesional
2) Mengenai teknik yang
dalam
diperlukan dalam rangka
bidang pendidikan, agama,
terpenuhinya SDM yang
kesehatan
profesional dalam bidang
dan
psikologis
serta keterampilan.
pendidikan,
Kebijakan yang bisa diambil
kesehatan dan psikologi
dalam rangka terpenuhinya
serta keterampilan yang
SDM yang profesional dalam
dilakukan oleh petugas
bidang pendidikan, agama,
lapas yakni kreativitas
kesehatan dan psikologi serta
dalam
keterampilan
bisa
tugasnya
dengan
pekerjaan
menjalin
kerjasama
yang
menciptakan
agama,
menjalankan
narapidana adalah sebagai
antara
berikut :
Pemasyarakatan dengan
1)
Mengatur pengadaan
tentang SDM
LSM
yang
Lembaga baik
dengan
pemerintah
daerah
profesional dalam bidang
maupun
pendidikan,
melakukan
pembinaan
kesehatan dan psikologi
bidang
pendidikan,
serta
agama, dan keterampilan
agama, keterampilan
dengan
melakukan
pembaharuan
kepada
LSM
untuk
narapidana.
terhadap
Kebijakan ini dirancang
peraturan yang telah ada
dalam sebuah peraturan
sebelumya. Dengan kata
menteri
lain
memperhatikan
ada
perubahan
dengan
secara tambal sulam. Ini
pertimbangan
rasional
merupakan salah satu
dengan
cirikhas model kebijakan
pada aspek efektivitas,
elit.
efisiensi dan ekonomis.
menekankan
Kebijakan ini bertujuan
141
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
untuk keuntungan sosial
Hukum dan HAM merupakan
yang maksimal. Untuk
instansi
mencapai efektifitas dan
dalam pelaksanaan tugasnya
efisiensi. Kebijakan ini
mengikuti
termasuk
pusat
model
kebijakan rasional
sehingga
kebijakan
yaitu
dari
Kementerian
Hukum dan HAM.
2. Efektifitas Pelaksanaan Model
b. Untuk melaksanakan uji coba
Kebijakan Kombinasi Mengenai
vertikal,
model kebijakan kombinasi, efektivitas
akan
berimplikasi
pada
pelaksanaan model kebijakan
banyak aspek yaitu struktur
kombinasi perlindungan HAM
organisasi, narapidana yang
terhadap
jumlahnya
narapidana
di
besar
Lembaga Pemasyarakatan se
anggaran
DIY belum terlaksana karena
untuk keperluan penyediaan
adanya
fasilitas
beberapa
kendala
struktural, antara lain: a. Sistem
digunakan pendukung
pelaksanaan.
kewenangan
pengambil
yang
dan
kebijakan
Pemerintahan
c. Lokasi
di
tempat
kebijakan
yang
uji
sangat
coba
bersifat
politis; Kebijakan itu sangat
sentralistik.
tergantung pada kemauan
Secara
struktur
organisatoris/institusi
politik
atau
kelembagaan,
Lembaga
Pemasyarakatan
se
(political
wiil)
pengambil kebijakan beserta kelompoknya
DIY
UCAPAN TERIMA KASIH
hanya sebagai Unit Pelaksana
Tim Peneliti mengucapkan terima
Teknis
kasih kepada :
(UPT)
di
bawah
koordinasi Kantor Wilayah Kementerian
Hukum
1. Rektor UNY dan jajarannya,
dan
Dekan
beserta
pengelola
HAM DIY. Di samping itu
Fakultas Ilmu Sosial UNY dan
Kantor Wilayah Kementerian
LPPM
142
UNY
yang
telah
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
memfasilitasi
perolehan
Kajian HAM UII Yogyakarta atas
dana/finansial untuk penelitian
validasinya
ini
penyempurnaan Usulan Naskah
melalui
kompetisi
penyelenggaraan dana
penelitan
untuk
Akademik Rancangan Kebijakan
melalui skim penelitian Hibah
Perlindungan
Bersaing serta dukungan lain
Narapidana di lapas se DIY
sehingga penelitian ini berjalan
HAM terhadap
5. Kepala
lancar.
Lembaga
Pemasyarakatan
2. Kepala
Kantor
Wilayah
Yogyakarta Kepala
DIY
Pemasyarakatan
Kepala
Pemasyarakatan
yang
memberikan melakukan
Devisi
ijin
telah
penelitian
Lembaga
Sleman
untuk
IIA
(Wirogunan),
Kementerian Hukum dan HAM c.q
Kelas
Kelas
(Cebongan),
Lembaga
IIB
Kepala
Pemasyarakatan
di
Narkotika Kelas IIA Yogyakarta
Lembaga Pemasyarakatan se
(Pakem) dalam hal ini Bagian
DIY,
seksi
menyediakan
pelaksanaan
focus
tempat group
Pembinaan
Pemasyarakatan,
yang
telah
discussion (FGD) dan juga telah
memberikan masukan dalam
memberikan
kegiatan focus group discussion
data
penelitian
yang dibutuhkan;
(FGD) sebagai salah satu teknik
3. Prof. Dr.Marcus Priyo gunarto,
pengumpulan data penelitian.
S.H; M.Hum sebagai pakar ahli hukum pidana hukum UGM terhadap
6. Beberapa
dari Fakultas
Pemasyarakatan
atas validasinya usulan
Petugas
Lembaga
Kelas
IIA
Yogyakarta, Kelas IIB Sleman
naskah
dan Lembaga Pemasyarakatan
akademik Rancangan Kebijakan
Narkotika Kelas IIA Yogyakarta
Perlindungan
yang
HAM terhadap
Narapidana di lapas se DIY
telah
mengikuti
focus
group discussion (FGD).
4. Eko Riyadi, S.H; M.H sebagai
7. Semua rekan (dosen dan admin)
pakar ahli HAM dari Pusat
di Jurusan PKNH atas semua
143
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 120-144
dukungan
dalam
rangka
Pemerintahan
pelaksanaan penelitian ini.
Yang
Baik.
Jakrta: In Hill Co. 16
8. Semua pihak yang tidak dapat
Muladi. 1997. Hak Asasi Manusia,
disebutkan satu per satu yang
Politik dan Sistem Peradilan
telah
dan
Pidana. Semarang: UNDIP for
terselesaikannya
Prison Officials. New York
membantu
mendukung penelitian ini.
and Geneva: United Nation.
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, Dani. 2013. “Komnas
Afandi, A.S. 2011. “Mantan Napi Lowokwaru
HAM:
Mengaku
Ada
Pelanggaran
Indikasi
HAM
dalam
Mendapat Penyiksaan Saat di
Kasus
Lapas.
http/www.rmol.co/read/201
http://mediacenter.malangk
3/04/16/106575/Siti-Noor-
ota.go.id/tay/kekerasan-pd-
Laila: Ada-pelanggaran-HAM-
napi/8/6-2011. diunduh 24
dalam
April 2013.
diunduh 26 April 2013.
Hartini, Sri. 2005. “Perlindungan HAM
dalam
Praktek
Manusia. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Civics. Vol 2, No. 1. dkk.
2014.
cebongan.
1999 tentang Hak Aasasi
dalam Era Globalisasi”. Jurnal Sri,
kasus
Undang-undang Nomor 39 Tahun
Ketatanegaraan Di Indonesia
Hartini,
Cebongan”,
1995 Hasil
tentang
Pemasyarakatan.
penelitian Tahap I tentang
Yudhistira, Andri.
2013. “Napi
Kebijakan Perlindungan HAM
Kasus Terorisme Dianiaya,
terhadap
di
Ormas Datangi LP Salemba”
Lembaga Pemasyarakatan Se
http/www.metrotvnews.com
Daerah Istimewa Yogyakarta.
/metronew/video/2013/03/
Yogyakarta: LPPM UNY.
15/6/173270/napi-kasus-
Hartono,
Narapidana
Dimyati.
Langkah
1997.
Lima
terorisme- dianiaya, diunduh
Membangun
26 April 2013.
144