PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NARAPIDANA ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA PURWOKERTO
SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Disusun Oleh : ESTI SETYAWATI E1A005387 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2012
PENGESAHAN ISI DAN FORMAT SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NARAPIDANA ANAK
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA PURWOKERTO
Oleh :
ESTI SETYAWATI E1A005387 Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Diterima dan Disahkan Pada Tanggal.....................2012 Penguji I/ Pembimbing I
Penguji II/ Pembimbing I
Penguji III
Dr. Noor Aziz Said, S.H.,M.S Dr. Setya Wahyudi, S.H.,M.H Dr. Angkasa, S.H.,M.Hum NIP.195404261980031004 NIP.196105271987021001 NIP.196409231989011001
Mengetahui, Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S. NIP. 19520603 198003 2 001
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NARAPIDANA ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA PURWOKERTO Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data serta informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Purwokerto, Agustus 2012
Esti Setyawati E1A005387
1
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis pa njatka n keha dirat Alla h S WT ya ng tela h melimpahkan berkah, rahmat, petunjuk, dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perlindungan Hukum terhadap
Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Kelas HA Purwokerto. Tujuan penulisan skripsi ini adalah guna memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. Melalui skripsi ini penulis menyadari besarnya bantuan dari berbagai pihak dan penulis selayaknya menghaturkan terima kasih tak terhingga kepada 1. Allah SWT, atas segala rahmat dan kemudahan yang telah diberikan; 2. Ibu Hj. Rochani Urip Salami S.H.,M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman; 3. Bapak Dr. Noor Aziz Said, S.H.,M.S., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini; 4. Bapak Dr. Setya Wahyudi, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini; 5. Bapak Dr. Angkasa, S.H.,M.Hum., selaku dosen penguji yang telah memberikan penilaian dan masukkan saran perbaikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;
2
6. Bapak Agus Mardianto, S.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan dan nasehat kepada penulis dari awal perkuliahan hingga sekarang; 7. Bapak ibuku dan adik-adikku tercinta yang selalu memberikan restu dan dukungannya bagi penulis; 8. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Hanya keikhlasan doa dan untaian kata terima kasih yang penulis dapat sampaikan, semoga kebaikan kalian semua akan dibalas dengan kebaikan yang berlipat oleh Allah SWT. Tiada gading yang tak retak, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis sangat menghargai dan mengharapkan saran demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam rangka pengembangan ilmu hukum pidana.
Pur wokerto, Agustus 2012
Esti Setyawati
3
HALAMAN PERSEMBAHAN Thanks t0......
KELUARGA TERCINTAAAA : Bapak Ibuuuuuuu......... makasiiiiiii .... i banyaaaaakkkkk atas dukungannya selama ini, kalian bnr2 super hero buad aku, perjuangan kalian bnr2 besar banged sampe aku jadi sarjana sekarang...... maap ya pak, bu kalo aku baru bs lulus sekarang, hehehe.......pokoknya skripsi ini bener2 aku persembahkan buad bapak sama ibu karna tanpa kalian aku ga bs jadi sarjana hukum kaya sekarang . Eneeeeeennnkkkkk.......... my sista ya ng dari kecil sa mpe skr g tida k bs terpisahkan, selalu bareng2 ama aku tapi maap yaaa nenk klo buad skrg aku lulus duluan, hehehehe........ selain adik, km juga teman hidup aku yang paliiiiinggg baik, yang selalu ada di saat aku senang dan susah...... makasiiiii eneeenk . Ad000000000.......... adik aku yang paling nakal, yang paling sering bikin aku kesel......... tapi ado bikin suasana rumah jadi rame dan lebih berwarna..... ado juga sering aku suruh macem2 walaupun kadang minta upah, hehehehe makasii ya adooo guthenk . SARABAT-SARABATKUUUUU : Basc00mmmm....... Mamihkyuuuuu, Bundokyuuuu, Eneeenk, Nopheeee.... kalian teman-teman terbaik aku sampe skrg aku lulus, kalian teman-teman tergokil aku,kalian teman-teman aku disaat lempeng dan disaat belok-belok (walaupun byk belok-beloknya, hahahaha ), hidup aku jadi lebih berwarna karena kalian, makasiii yaaa teman-teman atas dukungannya selama ini, moga ajah persahabatan kita selalu terjaga sampe kita tua nanti . Luph U Bascoommmm . Teteh Irma, Teteh Dewi, Mba Dinda, Mamah Dyah, Ulan, Andien....... kalian adalah teman-teman aku waktu aku pertama kali harus berjuang sendiri di pwt, disaat aku masih takut ngekost dan jauh dari ortu, kalian lah yang menjadi keluarga kedua aku...... walaupun skrg kita sudah terpisah-pisah, tapi aku pngen kita tetep bisa bersahabat..... makasiiiiii yaaaaaaa Mba Erni, Mba Putri, Mba Desi, Bunda Dian, Atha, Tunk2........ ka lia n sahabat-sahabat aku dari SMA sampe skrg, dari aku masih lugu sampe aku sedikit nakal skrg, hehehehe...... kalian yang bikin masa SMA aku jadi lebih indah dan berwarna, walaupun dulu kalian juga sering marahin aku kalo aku nakal...... makasiiii yaa temaaaannnnnnnnn . Eyaaanggg Utiiiii....... temen aku yang paling bawel, walaupun aku sering kesel ama dia tapi dia adalah salah satu sahabat terbaik aku..... dia sering nemenin aku klo aku lagi kesepian karena kita emank sama-sama sering kesepian, hahahaha..... makassiii eyaaangggg..... cepetan nyusul jadi S.H yaaa... semangadh... kejar terus jin tomang, hahahaha . Ichaaaaaa......... km adalah teman aku yang sangat unik makasiii yaaaa uda jd teman baik aku selama ini, km selalu semangatin aku buat cepetan lulus, km selalu bikin rame suasana, aku kangen kamuuuuuu........ .....
.. .. .. . .. .. . .. ..
.....
4
TEMAN-TEMANKuuuuuuu : Anak=anak GM ............Danny, Om Bowo, Latiep, Ipink, Unggun kalian lah yang bikin aku jadi makin ngerti kota pwt..... kalian juga yang bikin hari-hariku jadi lebih berwarna selama aku kuliah di pwt....... makasiii yaaaaa . .....
Om peink ..............makasiii ya om uda sering minjemin aku motor, makasii juga sering beliin aku makan, makasii juga uda sering ngegendong aku kalo aku pingsan, hehehehe....... km juga uda bikin rame rumah kalo aku ama enenk kesepian dirmh makasiiiiii banyaaakkkkk moga langgeng ama enenk. .......
.....
Upiiiii111111......................km orang spesial buad aku, km selalu kasii dukungan buad aku da n k m ju ga sela lu ka sii a ku se ma nga d bua d c ep et nyeles ein skr ipsi ini.....walaupun km sering juga bikin aku gag semangad buad garap skripsi, hehehe........makasiii ya upil uda pernah hadir di hidup aku . Teman=teman kampus .......... anak angkatan 2005 maupun anak angkatan lain yang kenal aku, makasiii yaaaa kalian uda bantu aku selama aku kuliah di fakultas hukum UNSOED, dari pertama kali aku masuk sampe skrg aku lulus . Teman=teman KKN Sumbaga .......... Arul, Anggi, Komeng, Gemma, Dian, Deny, Arif, Tommy, Minang makasii kalian uda jd temen, sahabat, dan keluarga aku selama KKN...... tanpa klian mgkn KKN jadi sepi dan mgkn aku gag betah di Sumbaga. .....
Teman=teman kostan Kartini dan F1a3 ...........kalian lah keluarga aku selama aku di pwt.....kita tinggal satu atap, makan rame-rame, nonton tipi juga rame-rame, nggosip rame-rame, hehehehe...... Teman=teman yang 1ain ..........yang ga bs aku sebutin satu per satu, termasuk aa' rental, mas-mas fotocopyan dan orang-orang yang uda bantu aku selama aku kuliah di pwt makasiiii semuanyaaaaa........ ........
I !.oYE You A!.!..
. . . . . . .. . . . . . .
5
AB STRAK Perlindungan hukum terhadap Narapidana Anak adalah bentuk perlindungan yang diberikan oleh Pemerintah dan Lembaga Negara kepada anak yang berhadapan dengan hukum untuk menjamin dan melindungi hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, dan berkembang secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kema nusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan dis kr imina si. Nara pida na Ana k dite mpatka n da n dibina di L emba ga Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan atau LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Purwokerto dan untuk mengetahui apakah perlindungan hukum tersebut sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Undangunda ng Nomor 23 Ta hun 2002 tenta ng P erlindunga n Ana k. P enelitia n menggunakan metode yuridis sosiologis, dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis, jenis data yang digunakan yaitu data primer yang diperoleh melalui wawancara yang ditujukan kepada informan penelitian dan data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan. Data tersebut disajikan dalam bentuk uraian yang disusun secara sistematis. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto mempunyai hak sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; Mendapat perawatan, baik jasmani maupun rohani; Mendapat pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa; Menerima kunjungan keluarga; Mendapat remisi, pembebasan bersyarat, dan cuti menjelang bebas; Mendapat hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
P er l i n du n ga n hu k u m t er ha da p N a r a p i da na A na k di L e m b a ga Pemasyarakatan Purwokerto belum sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan karena ada hak-hak Narapidana Anak yang belum terpenuhi. Pelaksanaan perlindungan hukum bagi Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto juga belum sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak karena hak-hak Narapidana Anak belum sepenuhnya terlaksana. Kata kunci : perlindungan hukum, Narapidana Anak, Lembaga Pemasyarakatan.
6
ABSTRACT Children of Prisoners Legal protection is a form ofprotection provided by the Government and the State Agency for children in conflict with the law to ensure and protect the rights to life, to grow and develop optimally in accordance with the dignity of humanity and get protection from violence and discrimination. Child Prisoners placed and constructed in prison. Prison or prisons is the place to carry out coaching Prisoners and Correctional Learners. The purpose of this study was to determine the legal protection of Prisoners on Prisons Children Class IIA Navan and to determine whether the pr otection of the law is in accor dance with Law No. 12 Year 1995 on Correctional and Law No. 23 of 2002 on Child Protection. Juridical sociological research methods, descriptive analytical research specifications, the type of data used is primary data obtained through interviews addressed to research informants and secondary data obtained from the study of literature. The data are presented in the form of descriptions systematically arranged. Based on this study result that Children in Prison Inmates Navan has the following rights: 1.To worship according to his religion or belief; 2.Treatment, both physical and spiritual; 3.Health services and decent food; 4.Get the reading materials andfollow the broadcast media; 5.Receive family visits; 6.Got remission, parole, and leave before free; 7.Got any other rights in accordance with applicable legislation. Legal pr otection of Pr isoner s on Pr isons Navan Childr en not in accordance with Law No. 12 Year 1995 on Corrections because the rights of child prisoners are not being met. Implementation of legal protection for child Prisoners on Prisons Navan also not in accordance with Law No. 23 of 2002 on Child Protection for Child Prisoners' rights have not been fully implemented. Keywords: legal protection, Child Prisoners, Prisons.
DAFTAR ISI Halaman HAL AM AN JUD UL
i
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... SURAT PERNYAT AAN
iii
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATAPENGANTAR............................................................................. H AL AM AN P ER S EM B AH AN ABSTRAK
ii
iv vi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
viii
ABSTRACT.............................................................................................
ix
DAFTARISI...........................................................................................
x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 B. Perumusan Masalah............................................................................
7
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 7 D. Kegunaan Penelitian........................................................................... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.
Tindak Pidana Anak.................................................................. 1. Istilah dan Pengertian Tindak Pidana.....................................
9 9
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana................................................... 11 3. T i n d a k P i d a n a A n a k
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
14
4. Narapidana Anak................................................................... 16 B. Jenis P idana dan T inda kan Ba gi Anak Na kal 1. Sanksi Pidana
...............................
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8
17 17
2. Sanksi Tindakan.................................................................... 21 C. Perlindungan Hukum terhadap Narapidana Anak........................ 23 1. P er lindu n ga n H u ku m s ecara u mu m
. ......................................
2 . P er l i n d u n g a n H u k u m t er h a d a p a na k 25
.......................................
3 . P erlindunga n Huku m ter ha dap Na rapida na Ana k 27 D.
S ist em P e ma s ya ra ka ta n
23
. . ... .. .. ... .. ... .. .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
30
1. Pengertian sistem pemasyarakatan........................................ 30 2. L e m b a g a P e m a s y a r a k a t a n
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Pendekatan................................................................... 36 B. Spesifikasi Penelitian................................................................. 36 C. Lokasi Penelitian....................................................................... 37 D. J e n i s d a n S u m b e r D a t a
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
E. T e k n i k P e m i l i h a n I n f o r m a n
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
37 37
F. Metode Pengumpulan Data........................................................ 38 G. Metode Penyajian Data............................................................... 39 H. M e t o d e A n a l i s i s D a t a
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Ha sil P enelitia n
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
40
B . Pembahasan.............................................................................. 62
9
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................ 83 B. Saran......................................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial yang pada dasarnya hidup secara berkelompok dan melakukan interaksi dengan sesamanya. Dalam hidup berkelompok dan melakukan interaksi ini, kadang kala akan timbul berbagai macam masalah dan konflik kepentingan dan hukum adalah salah satu solusinya. Huku m pa da dasar nya a da la h suatu ja la n untu k menyelesaikan suatu masalah atau konflik kepentingan. Manusia selalu hidup berkelompok dan berinteraksi seperti yang sudah dijelaskan di atas, maka kehidupan manusia pun pada dasarnya juga tidak akan pernah lepas dan selalu menghadapi masalah. Hukum berfungsi untuk menyelesaikan masalah atau konflik kepentingan tersebut sehingga pada dasarnya manusia akan hidup dengan hukum dan berhadapan dengan hukum. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi .Orang tua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara hak asasi anak sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus citacita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional.
11
Anak adalah salah satu bagian terpenting yang tidak dapat terpisahkan keberlangsungan sebuah Negara. Dengan pentingnya peran anak ini, dalam Pembukaan UUD 1945 telah diamanatkan kepada bangsa Indonesia yang ter muat dala m salah satu tujuan Negara Republik Indonesia a da la h untuk melindungi segenap ba ngsa Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa serta menja min setiap anak atas kelangsungan hidupnya, tumbuh dan berkembang serta berhak atas per lindu nga n dari kekera sa n da n diskr imina si. 1 Da la m ra ngka mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial serta perlindungan dari hal yang membahayakan mereka. Dalam hal upaya perlindungan tersebut, kadang-kadang dijumpai penyimpangan perilaku dikalangan anak, bahkan lebih dari ini terdapat anak yang melakukan perbuatan melanggar hukum tanpa mengenal status sosial dan ekonomi. Seiring dengan laju perkembangan industrialisasi dan urbanisasi tingkat kejahatan semakin meningkat. Bentuk dan jenis kejahatan ternyata bukan hanya dari kalangan orang dewasa saja, akan tetapi anak-anak juga merupakan pelaku kejahatan. Kejahatan yang dilakukan oleh anak pada umumnya disertai unsur mental dengan motif subyektif yaitu untuk mencapai satu objek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresi. Umumnya anak remaja sangat
1
Pasal 28 B ayat ( 2) UUD 1945 hasil amandemen
12
egoistis dan suka sekali menyalahgunakan harga dirinya.2 Anak dalam usia remaja merupakan usia yang sangat produktif dan cepat tanggap dalam menerima hal-hal baru karena pada usia-usia ini perkembangan otak anak sangatlah cepat. Hal-hal baru yang diterima oleh anak, terkadang tidak mampu dipahami secara baik oleh si anak dan hal tersebut dapat menjadi masalah bagi anak-anak itu sendiri dan menyebabkan anak melakukan kej ahatan.3 Masalah penegakan hak-hak anak dan hukum anak sendiri sebenarnya sama dengan masalah penegakan hukum secara keseluruhan. Masala h penega ka n huku m a nak ini dipengaruhi beberapa fa ktor diantaranya adalah : 1. Peraturan hukumnya yaitu peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang masalah hukum tertentu. 2. Aparat penegak hukum yaitu para petugas hukum atau lembaga yang berkaitan dengan proses berlangsungnya hukum dalam masyarakat. Untuk menegakkan hak-hak anak dan menegakkan hukum anak, menghadapi permasalahan umum yang melanda Indonesia yakni keterbatasan kemampuan para penegak hukum yang memahami hukum anak dan hak-hak anak, kualitas, pendidikan dan keahlian masing-masing penegak hukum dan kemampuan organisasi dalam menegakkan hukum anak dan hak-hak anak.
2
Wagiati Soetodjo,2006. Hukum Pidana Anak. Bandung: Refika Aditama, hlm.2
3
Kartono Kartini.1986.Patologi Sosial 2 ( Kenakalan Remaja ).Jakarta: Rajawali Pers, hlm.5
13
3. Budaya hukum masyarakat yaitu struktur sosial dan pandangan kultural yang berlangsung dan diyakini masyarakat dalam menegakkan huku m s eba ga i pedoma n tingka h la ku sehar i-hari. M asa la h penegakkan hukum merupakan masalah penting dalam menegakkan hukum di Indonesia yang menyangkut keyakinan masyarakat pada hukum dan para penegak hukum di Indonesia. 4. Masyarakat hukum yaitu tempat bergeraknya hukum dalam kehidupan sehari-hari yang mencakup dengan sejauh mana kepatuhan masyarakat kepada hukum, kepedulian masyarakat untuk menegakkan hukum untuk menuju ketertiban dan kedamaian. Dalam hal penegakkan hakha k a na k, ma ka masyara kat a da la h ba gia n ter penting untuk menghormati hak-hak anak dalam praktek kehidupan sehari-hari. Hukum anak hanya pedoma n yang bisa dijadikan acuan untuk mengarahkan bagaimana masyarakat bertindak jika masalah anak ditemukan.4 Untuk melaksanakan pembinaan dan memberikan perlindungan terhadap anak diperlukan dukungan baik yang menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum yang lebih memadai, oleh karena itu diperlukan adanya penyelenggaran pidana anak secara khusus. Sistem pemenjaraan sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan sehingga institusi yang dipergunakan sebagai tempat pembinaan adalah rumah penjara bagi Narapidana dan rumah pendidikan
Moh. Joni dan Zulchaina Z. Tanamas,1999,Aspek Hukum Perlindungan Anak,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hlm.90 4
14
negara bagi anak yang bersalah. Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga "rumah penjara" secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar Narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga m a s ya r a ka t ya n g b er t a n g gu n g ja wa b b a gi dir i, k e lu a r ga da n lingkungannya. Pidana penjara yang diberikan kepada anak-anak bukanlah solusi yang tepat, guna mengurangi jumlah kejahatan atau pembinaan bagi anak untuk tidak mengulangi perbuatannya kembali. Pemberian pidana tersebut justru memberikan dampak yang sangat besar terhadap seorang anak. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka sejak tahun 1964 sistem pembinaan bagi Narapidana dan Anak Pidana telah berubah secara mendasar yaitu dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan. Begitu pula institusinya yang semula disebut rumah penjara berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan berdasarkan Surat Instruksi Kepala Direktorat Pemasyarakatan Nomor J.H.G.8/506 tanggal 17 Juni 1964. 5 Diga ntinya sistem kep enjaraa n menja di sistem kema syara kata n dimaksudkan bahwa selain untuk merumuskan dari pidana penjara, pemasyarakatan juga merupakan sistem pembinaan dala m bidang treatment of offender yang multilateral oriented dengan menggunakan 5
Endang Sumiarni.2003.Perlindungan Hukum terhadap Anak Dalam Hukum Pidana.Yogyakarta Universitas Atmajaya,hlm.429.
15
pendekatan yang berpusat pada potensi-potensi yang ada pada Narapidana yang bersangkutan. Sistem pemasyarakatan merupakan satu rangkaian kesatua n penegakan hukum pidana, oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan. Sistem pemasyarakatan disamping bertujuan untuk mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, serta merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dala m Pancasila. Anak yang bersalah pembinaannya ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Penempatan anak yang bersalah kedalam Lembaga Pemasyarakatan Anak, dipisah- pisahkan sesuai dengan status mereka masing-masing yaitu Anak Pidana, Anak Negara dan Anak Sipil. Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut diatas melalui pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi. Namun dalam hal ini ,Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto bukan merupakan Lembaga Pemasyarakatan Anak. Tetapi didalamnya juga terdapa t Narapidana Anak walaupun jumlahnya tidak begitu banyak. Terkait dengan hal tersebut, kiranya perlu dikaji mengena i perlindungan hukum terhadap anak didalamnya apakah sudah sesuai 16
dengan aturan hukum yang ada sebagaimana tercantum dalam Undangundang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan mengingat bahwa Lemba ga P ema syara kata n ter sebut buka n mer upa ka n Lemba ga Pemasyarakatan Anak. Hal ini menarik minat penulis untuk meneliti dan menuliskan hasilnya dalam skripsi yang berjudul "PERLINDUNGAN H UK UM T ER H AD AP N AR AP I D AN A AN AK D I L E M BAG A PEMASYARAKATAN KELAS IIA PURWOKERTO ". B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut 1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto ? 2. Apakah perlindungan hukum
yang dilakukan
oleh Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto terhadap Narapidana Anak sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto. 2. Untuk mengetahui apakah perlindungan hukum yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto terhadap Narapidana
17
Anak sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 dan Undang-undang Nomor 23 tahun 2002.
D. ICEGUNAAN PENELITIAN 1. Secara teoritis a.
Hasil penelitian ini diharapka n dapat diguna ka n untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hukum pidana, khususnya hukum pidana anak.
b.
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dan masyarakat secara umum.
2. Secara praktis Penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi petugas Lembaga Pemasyarakatan khususnya di Purwokerto dan petugas Lembaga Pemasyakatan di Indonesia pada umumnya.
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINDAK PIDANA ANAK 1. Istilah dan Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana dipakai sebagai pengganti strafbaarfeit. Dalam perundang-undangan negara kita dapat dijumpai istilah-istilah lain yang maksudnya juga strafbaarfeit misalnya peristiwa pidana, perbuatan pidana, perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum, hal yang diancam dengan hukum dan perbuatan-perbuatan yang dapat dikenakan hukuman. Sudarto mengguna ka n istila h tindak pidana denga n alasan pemakaian istilah yang berlainan itu tidak menjadi soal asal diketahui apa yang dimaksudkan dan dala m hal ini yang penting adalah isi dari pengertian itu. Namun lebih condong untuk memakai istilah tindak pidana seperti yang dilakukan oleh pembentuk undang-undang. Istilah ini sudah dapat diterima olah masyarakat. Jadi punya sosiologische gelding. 6 Moeljatno menganggap lebih tepat dipergunakan istilah perbuatan pidana. Menurut Moeljatno, perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar laranga n tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja
6
Sudarto, 1991, Hukum Pidana jilid 1 A-B Purwokerto, Purwokerto:Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, hlm. 5
19
dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan, (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), s eda ngka n a nca ma n p ida na nya dit u ju ka n kepa da or a ng ya n g menimbulkannya kejadian itu.7 Simons menera ngka n ba hwa strafbaarfeit ada la h kela kua n (handeling) ya ng dianca m denga n pida na,ya ng bersifat mela wa n hukum,yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab. Van Hamel merumuskan bahwa strafbaarfeit adalah kelakuan orang ( menselijke gedraging) yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana (strafwaardig) dan dilakukan dengan kesalahan.8 Pendapat Simons dan Van Hammel yang mencampuradukkan antara perbuatan pidana dan pertanggung jawaban pidana ternyata diakui oleh beberapa ahli hukum pidana Indonesia. Komariah Emong Supardjaja mengatakan bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan manusia yang memenuhi rumusan delik, mela wan hukum dan pembuat bersala h melakukan perbuatan itu.9 Mengenai pengertian strafbaarfeit, Sudarto membagi menjadi 2(dua) pandangan sebagai berikut : a. Pandangan monistis yaitu melihat keseluruhan syarat untuk adanya pidana itu kesemuanya merupakan sifat dari perbuatan. Moeljatno, 1993, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.54 Ibid., hlm. 56 9 Mahrus Ali.2011.Dasar-Dasar Hukum Pidana. Yogyakarta: Sinar Grafika, hlm.99 7 8
20
b. Pandangan dualistis yaitu pandangan yang memisahkan pengertian perbuatan pidana (criminal act) dan pertanggungjawaban (criminal responsibility).1° Menurut Moeljatno, asas legalitas mengandung tiga pengertian yaitu : a.
Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undangundang.
b. Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan analogi. c.
Aturan-aturan hukum pidana tidak berlaku surut. 11 Menurut Wirjono Prodjodikoro bahwa suatu tindak pidana adalah
pelanggran norma-norma dalam tiga bidang hukum lain yaitu hukum perdata, hukum ketatanegaraan dan hukum tata usaha pemerintah, yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuma n pidana. 12 2. Unsur=unsur Tindak Pidana Seseorang dapat dijatuhi pidana adalah apabila orang itu telah memenuhi unsur tindak pidana yang telah dirumuskan KUHP karena pada umumnya pasal dalam KUHP terdiri dari unsur tindak pidana. Hal ini sesuai dengan unsur tindak pidana menurut Lamintang yang membagi
Sudarto, Op.Cit.hlm. 24 Moeljatno,Op. Cit., hlm. 25 12 Wirjono Prodjodikoro,1986. Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Bandung: Eresco, hlm. 54 10 11
21
unsur tindak pidana menjadi dua macam unsur yakni unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur objektif. Yang dimaksud dengan unsur-unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedang yang dimaksud dengan unsur-unsur objektif itu adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.13 Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah : a. Kesengajaan atau ketidak jujuran ( dolus/culpa ); b. Maksud atau vornemen pada suatu percobaan ataupoging; c. Macam-macam maksud atau oogmerk~ misalnya seperti yang terdapat di dala m kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain; d. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedacthe raad, misalnya seperti yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP); e. Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Unsur-unsur objektif dari suatu tindak pidana itu adalah a. Sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkheid; b. Kualitas dari si pelaku, misalnya "keadaan sebagai seorang pegawai negeri" di dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415 Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP) atau "keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas" di dalam kejahatan menurut Pasal 398 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP); c. Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.14
Lamintang, P.A.F.1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm.193 14 Ibid. hlm. 12-13 13
22
Unsur-unsur tindak pidana dikemukakan oleh ahli hukum dalam pandangan monistis, sebagaimana dikutip oleh Sudarto adalah sebagai berikut :
Menurut Simons unsur-unsur strafbaarfeit adalah a. b. c. d. e.
Perbuatan manusia (positif dan negatif; berbuat atau tidak berbuat atau membiarkan); Diancam dengan pidana (strafbaargesteld); Mela wan hukum (onrechtmatig); Dilakukan dengan kesalahan ( met schuld in verband staand ); Oleh orang yang mampu bertanggung jawab ( teorekeningsvatbaar persoon).
Van Hammel menyebutkan unsur-unsur strafbaarfeit adalah sebagai berikut
a. b. c. d.
Perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang; Bersifat melawan hukum; Dilakukan dengan masalah; Patut dipida na. Sedangkan sarjana yang menganut pandangan aliran dualistis
antara lain a. Pompe Tindak pidana ada beberapa unsur, yaitu : 1. Perbuatan manusia yang bersifat melawan hukum; 2. Dilakukan dengan kesalahan. b. M oeljatno Untuk adanya perbuatan pidana harus ada unsur-unsur : 1. Perbuatan ( manusia ) : 2.Yang memenuhi rumusan dalam Undang-undang ( syarat formil ); 3.Bersifat melawan hukum ( syarat materiil ). 15
Soedarto.1991.Hukum Pidana Jilid I A-B.Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, hlm.80-81 15
23
J. Baumman menyebutkan unsur-unsur tindak pidana yaitu adanya perbuatan yang memenuhi rumusan delik, bersifat melawan hukum dan dilakukan dengan kesalahan. Menurut Wirjono Prodjodikoro, beliau mengemukakan definisi pendek yaitu tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana. Jelas sekali dilihat dari definisi-definisi di atas tidak adanya pemisahan antara criminal act ( perbuatan pidana ) dan criminal responsibility (pertanggungjawaban pidana). 16 Dapat diambil kesimpulan bahwa suatu perbuatan dikatakan sebagai tindak pidana apabila perbuatan itu memenuhi syarat-syarat pemidanaan, yaitu a. Memenuhi rumusan undang-undang; b. Bersifat melawan hukum (tidak ada alasan pembenar); c.
Terhadap pelakunya atau orangnya harus ada unsur kesalahan;
d. Orang yang melakukan tindakan mampu bertanggung jawab; e.
Dolus atau Culpa (tidak ada alasan pemaaf).
3. Tindak Pidana Anak Anak menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 8(delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18(delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.
16
Ibid.hlm.24-25
24
Anak menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 adalah seseorang yang belum berusia 18(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Anak Nakal menurut Pasal 1 ayat ( 2 ) Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 adalah
a. Anak yang melakukan tindak pidana; atau b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Tindak pidana anak adalah tindak pidana sama seperti yang dilakukan oleh orang dewasa, hanya yang membedakan adanya sanksi pidana yang sifatnya lebih ringan daripada sanksi pidana orang dewasa. Pembedaan perlakuan dan ancaman yang diatur dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dimaksudkan untuk lebih melindungi dan mengayomi anak tersebut agar dapat menyongsong masa depa nnya ya ng masih pa nja ng. S ela in itu, pemb edaa n t er sebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada anak agar melalui pembinaan akan diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab dan berguna bagi diri, keluarga, bangsa dan negara.17
17
Penjelasan atas Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Bagian Umum.
25
Tindak pidana anak menurut penjelasan atas Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 adalah "Tindak pidana yang dilakukan oleh anak, yang berumur 8 tahun tetapi belum berumur 18 tahun dan belum kawin atau yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan — Pasal 1 angka 1 dan 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak."
4. Narapidana Anak Pengertian narapidana menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dalam Pasal 1 angka 7 yaitu :
" Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS".
Di dalam hal ini, narapidana termasuk juga didalamnya anak pemasyarakatan, dan di dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 Pasal 1 angka 8 dijelaskan mengenai Anak Didik Pemasyarakatan.
Anak Didik Pemasyarakatan adalah a. Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama samapi umur 18 tahun. b. Anak Negara yaitu : anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan kepada Negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS Anak paling lama sampai umur 18 tahun. c. Anak Sipil yaitu : anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di LAPAS Anak paling lama sampai berusia 18 tahun.
26
B. JENIS PIDANA DAN TINDAKAN BAGI ANAK NAKAL Jenis pidana dan tindakan bagi anak nakal menurut Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 adalah
1. Sanksi pidana Khusus mengenai sanksi terhadap anak dala m Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak ditentukan berdasarkan perbedaan umur anak yaitu bagi anak yang masih berumur 8 (delapan) tahun sampai dengan umur 12 ( dua belas) tahun hanya dikenaka n tindakan, sedangkan terhadap anak nakal yang telah mencapai umur diatas 12 (dua belas) tahun sampai umur 18 (delapan belas) tahun dijatuhkan pidana.
Penjatuhan sanksi pidana menurut Pasal 23 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 yaitu "Pidana yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah pidana pokok dan pidana tambahan." Menurut Pasal 23 UU No 3 tahun 1997 yaitu 1. Pidana yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah pidana pokok dan pidana tambahan. 2. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah a. Pidana penj ara b. Pida na kurunga n c. Pidana denda; atau d. Pidana pengawasan 3. Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud diatas terhadap Anak Nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan berupa perampasan barang-barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi. 4. Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
27
Penjatuhan pidana pokok dan pidana tambahan terhadap anak nakal berbeda dengan penjatuhan pidana terhadap orang yang sudah dewasa. Hal ini menjadi hal yang sudah sewajarnya, karena anak-anak tentu masih mempunyai masa depan yang lebih panjang untuk dijalaninya. Rincian bentuk-bentuk pidana pokok dan pidana tambahan terhadap anak nakal yaitu sebagai berikut 1) Pidana penjara Ketentuan mengenai pidana penjara terhadap anak nakal diatur dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 sebagai berikut a) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a paling lama 1/2 (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa. b) Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, melakukan tindak pidana yang dianca m dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak tersebut paling lama 10 (sepuluh) tahun. c) Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana penjara seu mur hidup, maka terhadap anak nakal
28
tersebut hanya dapat dijatuhka n tindakan sebagaima na dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b. d) Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang tidak diancam pidana mati atau tidak diancam pidana seumur hidup, maka terhadap anak nakal tersebut dijatuhkan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24. 2) Pidana kurungan Pidana kurungan yang dapat dijatuhkan kepada anak na kal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama 1/2 (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana kurungan bagi orang dewasa ( Pasal 27 Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak). 3) Pidana denda Pidana denda diatur dalam Pasal 28 Undang-undang Nomor 3 tahun 1997, yaitu a)
Pidana denda yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal paling banyak 1/2 (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa.
b)
Apabila pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ternyata tidak dapat dibayar maka diganti dengan wajib latihan kerj a. 29
c) Wajib latihan kerja sebagai pengganti denda dilakukan paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja dan lama latihan kerja tidak lebih dari 4 (empat) jam sehari serta tidak dilakukan pada malam hari. 4) Pidana pengawasan Pidana pengawasan adalah pidana yag khusus dikenakan terhadap anak, yakni yang dilakukan oleh jaksa terhadap perilaku anak da la m kehidupa n sehari-har i di ru ma h a na k tersebut, da n p emb er ia n bimb inga n ya ng dila ku ka n oleh pe mb imb ing kemasyarakatan dimana anak tersebut dibimbing. Ketentuan mengenai pidana pengawasan terhadap anak diatur dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 yang rumusannya sebagai berikut "Pidana pengawasan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal sebagaimana dalam Pasal 1 angka 1 huruf a, paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun." Mengenai pidana tambahan tidak ada pengaturan yang lebih khusus dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 ini, sehingga sudah cukup jelas seperti yang telah dijelaskan diatas, yaitu diatur dalam Pasal 23 ayat (3) dan ayat (4). Anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun sampai 18 (delapan belas) tahun selain dapat dikenakan sanksi pidana juga dapat
30
dikenakan sanksi tindakan. Hal ini sesuai dengan rumusan Pasal 22 Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 yaitu "Terhadap anak nakal hanya dapat dijatuhkan pidana atau tindakan yang ditentukan dalam Undang-undang ini." Untuk anak yang belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana seumur hidup, maka terhadap anak tersebut hanya dapat dijatuhkan tindakan menyerahkan kepada Negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja. Hal ini sesuai dengan rumusan Pasal 26 a yat (3) Unda ng-unda ng Nomor 3 ta hu n 1997 tenta n g Pengadilan Anak.
2. Sanksi tindakan Dalam pengenaan sanksi berupa tindakan, pelaku tindak pidana dibagi menjadi dua kelompok yaitu tidak dapat dan kurang dapat dipertanggung jawabkan. Terhadap yang tidak dapat dipertanggung jawabkan maka tidak dapat dijatuhi pidana, sedangkan terhadap yang kurang dapat dipertanggung jawabkan pidananya dapat dikurangi atau dikenakan tindakan.
Menurut Pasal 24 UU No 3 tahun 1997 yaitu 1. Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah a. Mengembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja; atau c. Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan dan latihan kerja. 31
2. Tindakan sebagaimana dimaksud diatas dapat disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh Hakim. Ditingkat praktis, perbedaan antara sanksi pidana dan sanksi tindakan sering agak samar, namun di tingkat ide dasar keduanya memiliki perbedaan fundamental. Keduanya bersumber dari ide dasar yang berbeda. Sanksi pidana bersumber pada ide dasar " mengapa diadakan pembinaan ?", sedangkan sanksi tindakan bertolak dari ide dasar " untuk apa diadakan pembinaan itu?".
Sanksi pidana lebih menekankan unsur pembalasan ( pengimbalan). Ia merupakan penderitaan yang sengaja dibebankan kepada seorang pelanggar. Sedangkan sanksi tindakan bersumber dari ide dasar perlindungan masyarakat dan pembinaan atau perawatan si pembuat. Sanksi pidana dititik beratkan pada pidana yang diterapkan untuk kejahatan yang dilakukan, sedangkan sanksi tindakan mempunyai tujuan yang bersifat sosial.18
Berdasarkan tujuannya, sanksi pidana dan sanksi tindakan juga bertolak dari ide dasar yang berbeda. Sanksi pidana bertujuan memberi penderitaan istimewa kepada pelanggar supaya ia merasakan akibat perbuatannya. Selain ditujukan pada pengenaan penderitaan terhadap pelaku, sanksi pidana juga merupakan bentuk pernyataan pencelaan terhadap perbuatan si pelaku.
Sholehudin.2002. Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana (Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya).Jakarta: PT. Raja Grafindo, hlm.32 18
32
C. Perlindungan Hukum terhadap Narapidana Anak Perlindungan hukum terhadap anak yaitu :
1. Perlindungan secara umum Hukum merupakan karya manusia yang berupa norma-norma dan berisikan petunjuk-petunjuk tingkah laku. Hukum juga merupakan pencerminan baru kehendak manusia tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu dibina dan diarahkan. Hukum harus memperhatikan kebutuhan dan kepentingan anggota masyarakat serta memberikan perlindungan terhadapnya. Beberapa sarjana kemudian memberikan batasan tentang definisi hukum sesuai pendapat mer eka masing- masing, seperti ya ng diungkapkan Immanuel Kant berikut ini : "Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menurut hukum tentang kemerdekaan, hukum ditujukan terutama pada perilaku pelanggaran yang nyata-nyata dibuat, bukan untuk penyempurnaan manusia melainkan untuk ketertiban masyarakat. Hukum merupakan kekuasaan keluar yang memaksa ke dalam diri manusia yang membebani manusia dengan kewajiban memberi hak."19 Tujuan dibuatnya hukum dalam lingkungan masyarakat adalah untuk menjaga keseimbangan kepentingan, ketertiban, keadilan, ketentraman dan kebahagiaan setiap manusia. Menurut Sudikno
Mertokusumo, hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia agar kepentingan manusia terlindungi maka hukum harus Sudikno Mertokusumo.1999.<engena/ Hukum sebagai Suatu Pengantar. Yogyakarta:Liberty, hlm.12 19
33
dilaksanakan. Fungsi hukum menurutnya adalah sebagai instrumen pengatur dan perlindungan yang diarahkan pada suatu tujuan yaitu untuk menciptakan hubungan antara subyek hukum secara harmonis, seimbang, damai dan lain sebagainya. Perlindungan hukum merupakan suatu bentuk perlindungan yang diberikan oleh pemerintah kepada setiap warga negara dengan tujuan untuk mengatur dan menjamin pelaksanaan dalam berbagai sektor kehidupan dengan tujuan terciptanya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan kehidupan dalam suatu negara. Perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah kepada setiap warga negara merupakan suatu jaminan sehingga kita dapat dengan aman dan tenang melaksanakan berbagai macam kegiatan dala m berbagai sektor kehidupan artinya bahwa kegiatan tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan, ketertiban umum, dan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat. Dengan adanya rasa aman dan tenang tersebut, kita sebagai warga negara yang baik diharapkan dapat turut serta dalam meningkatkan pembangunan nasional yang nantinya akan berimbas pada kesejahteraan hidup bermasyarakat. Salah satu bentuk perlindungan yang diberikan pemerintah adalah perlindungan hukum anak karena anak mempunyai peranan da n kedudukan yang sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa dan negara. Perlindungan hukum anak tentu saja diwujudkan atau
34
dimanifestasikan dalam bentuk hak anak yg ditetapkan dalam undangundang.
2. Perlindungan hukum terhadap anak Hak anak dan perlindungannya sering terabaikan akibat dari kurangnya perhatian keluarga sebagai masyarakat terkecil juga sebagai akibat dari lingkungan sekitar anak. Pemikiran mengenai jaminan hak anak serta perlindungannya perlu dimulai pada perbaikan pola pembinaan anak dalam masyarakat kita,dengan mendasarkan kepada kasih sayang dan cinta kasih dari orang tua, yang pada gilirannya akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan cinta kepada sesama manusia pada jiwa sang anak di kemudian hari. Perlindungan anak merupakan suatu kegiatan bersa ma yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang, lembaga pemerintah dan swasta dengan tujuan mengusahakan pengamanan, pengadaan dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak sesuai dengan kepentingan dan hak asasinya.20 Perlindungan anak menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hakhaknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1984.Simposium Aspek-aspek Hukum Masalah Perlindungan Anak dilihat dari Segi Pembinaan Generasi Muda. hlm. 53 20
35
Perlindungan ini ada hubungannya dengan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu 1. Pengayoman Yang dilindungi dapat merasa aman dalam perlindungan tersebut. Kepentingan dan hak asasinya terjamin dan tidak dirugikan bahkan diusahakan dikembangkan sehingga dapat mencapai pertumbuhan fisik, mental dan sosial secara maksimal. 2. Usaha bersama a) Kegiatan perlindungan adalah suatu kegiatan yang menjadi tanggung jawab bersama antara pihak-pihak yang dilindungi dan yang melindungi. b) Pada perlindunga n ini harus ada pertemua n da n saling pengertian antar mereka sebagai pihak-pihak yang bersangkutan agar mencapai hasil yang baik. Perlindungan ini adalah hasil suatu interaksi karena adanya interelasi. c) Pihak yang dilindungi harus diyakinkan bahwa ia ikut serta dala m kegiatan perlindungan anak ini dengan berusaha melindungi dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya. d) Kegiatan perlindungan bukan merupakan monopoli seorang atau badan/organisasi swasta maupun pemerintah. 3. Kepentingan bersama Dilihat dari segi Kamtibmas, perlindungan anak merupakan suatu usaha di bidang pertahanan nasional, sebab melindungi yang 36
dilindungi diri sendiri yag melindungi dikemudian hari dalam arti luas. Dan dengan melindungi seseorang anak tadi, berarti juga dihindarkan dari kesulitan yang mu ngkin aka n menimpa/mengancam yang melindungi (orang tua, pemerintah) dibandingkan dengan apabila anak tidak dilindungi/dilayani kepentingannya. Jadi penggunaan dana yang besar secara tepat bukanlah suatu hal yang sia-sia. 4. Lingkup perlindungan Perlindungan yang pokok yaitu meliputi pemenuhan kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. 5. Unsur-unsur yang edukatif Pemberian perlindungan harus bersifat edukatif dan membangun dalam arti perlindungan harus diarahkan kepada kemampuan untuk mengembangkan diri sehingga nantinya dapat bermanfaat untuk pembangunan nasional. Hak anak menurut Pasal 1 UU No 23 tahun 2002 adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Hak anak di Indonesia secara umum ditentukan dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 18 UU No 23 tahun 2002.
3. Perlindungan Narapidana Anak Pentingnya persoalan anak mendorong masyarakat bangsa-bangsa di dunia memberikan perlindungan yang mendalam terhadap anak.
37
Hal ini diawali dengan adanya Deklarasi Jenewa tahun 1924 tentang Hak-hak Anak yang diakui dalam Deklarasi PBB tentang Universal Declaration of Human Right (UNHR). Tahun 1948 deklarasi tersebut mendasari disahkannya tentang Deklarasi Hak-hak Anak (Declaration of The Right of The Children) oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20 November 1958. Sejalan dengan apa yang telah di deklarasikan dalam Konvensi Hak-hak Anak tersebut, Seminar perlindungan anak mengenai Hakhak Anak dan Peradilan Anak tahun 1997 menyimpulkan dua rumusan tentang upaya masyarakat melindungi hak-hak anak dan peradilan anak yaitu 1. Segala upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintahan dan swasta yang bertujuan untuk mengusa ha ka n penga ma na n, penga daa n, da n pemenuha n kesejahteraan fisik, mental dan sosial anak dan remaja yang sesuai dengan kepentingan dan hak asasinya. 2. Segala daya upaya bersama yang dilakukan dengan sadar oleh perorangan, keluarga, masyarakat, badan-badan pemerintahan dan swasta untuk pengamanan atau pengadaan dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak berusia 0-21 tahun tidak dan belum menikah sesuai dengan hak asasi manusia dan
38
kepentingannya agar dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin.21 Perlindungan khusus terhadap anak juga diatur dalam UndangUndang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak di dalam Pasal 59 yang rumusannya sebagai berikut : " Pemerintah dan Lembaga Negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat a diktif la innya, a na k korba n penculika n, penjua la n da n perdagangan, anak korban kekerasan fisik dan atau mental anak yang menyandang cacat, dan atau anak korban perlakuan salah dan penelantaran." Dala m hukum nasional kita juga telah ditetapkan mengenai perlindungan terhadap Narapidana Anak atau anak yang berhadapan dengan hukum. Hal itu diatur dalam Pasal 64 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang merumuskan : 1.Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud dala m Pasal 59 meliputi anak yang berkonflik denga n hukum da n anak korba n tinda k pidana merupakan kewajiban dan tanggung ja wab pemerintah dan masyarakat. 2.Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui :
21
Shanty Dellyana.1998. Wanita dan Anak-Anak di Mata Hukum. Bandung: Armico, hlm.54
39
a.Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak b.Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini c. Penyediaan sarana dan prasarana khusus d.Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak e. Pemantauan dan pencatatan terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum f. Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tuan dan keluarga g. Perlindungan dan pemberian identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi. Menurut Pasal 14 UU No 12 tahun 1995, Narapidana Anak berhak a. b. c. d. e. f.
Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani Mendapatkan pendidikan dan pengajaran Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak Menyampaikan keluhan Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yg tidak dilarang g. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya h. Mendapatkan pengurangan masa pidana ( remisi ) i. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga j. Mendapatkan kebebasan bersyarat k. Mendapatkan cuti menjelang bebas l. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
D. Sistem Pemasyarakatan 1. Pengertian Sistem Pemasyarakatan Narapidana adalah anggota masyarakat yang dipisahkan dari induknya dan selama waktu tertentu itu diproses dalam lingkungan tempat tertentu dengan tujuan, metode, dan sistem pemasyarakatan. Pada suatu saat Narapidana itu akan kembali menjadi manusia anggota masyarakat yang baik dan taat hukum.
40
Menurut Romli Atmasasmita , pemidanaan merupakan suatu pembaharuan pidana penjara yang dinilai mempunyai nilai humanisme ya n g l e b i h b er s i f a t u n i v er s a l. P e m a s ya r a ka t a n ya n g b er a r t i memasyarakatkan kembali terpidana sehingga menjadi warga negara yang baik dan berguna, pada hakekatnya adalah resosialisasi. Menurut Brim dan Wheeler, resosialisasi digunakan untuk memperbaiki kekurangankekurangan yang terjadi dalam proses resosialisasi.22 Pembinaan merupakan inti dari sistem pemasyarakatan Narapidana karena dengan pembinaan maka diharapkan dapat merubah Narapidana menjadi warga negara yang baik dan dapat kembali hidup bermasyarakat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Yazid Effendi dan Kuat Puji Prayitno "Pelaksanaan sistem pemasyarakatan Narapidana dibimbing denga n pembinaan. Pembinaan yang dilakukan diharapkan dapat meruba h Narapidana menjadi warga negara yang baik dan dapat hidup di tengahtengah masyarakat sesuai dengan aturan dan norma yag berlaku. Menurut Master, kontrol seseorang dipengaruhi oleh tekanan sosial, psikologis, dan biologis."23 Sistem pemasyarakatan merupakan salah satu pilihan pembaharuan pelaksanaan pidana penjara yang mengandung upaya baru pelaksanaan pidana penjara dan perlakuan cara baru terhadap Narapidana ya ng berlandaskan kemanusiaan yang bersifat universal. Pembaharuan baru tersebut menumbuhkan pemikiran tentang metode baru untuk mencegah kejahatan dan memperbaiki penjahat. Sistem pemasyarakatan dapat
22
Romli Atmasasmita.1982.3epenjaraan dalam Suatu Bunga Rampai. Bandung:Armico.hlm.45 23
Yazid Effendi dan Kuat Puji Prayitno.2005.Hukum Penitensier Indonesia. Purwokerto:Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.hlm.45
41
diartikan sebagai kegiatan untuk mewujudkan upaya baru pelaksanaan pidana penjara dan perlakuan cara baru terhadap Narapidana agar hasil pembinaan menjadi manusia yang baik.
Sistem pemasyarakatan menurut Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 adalah "Suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab". Konsepsi pemasyarakatan bukan semata-mata merumuskan tujuan dari pidana penjara, melainkan merupakan suatu sistem pembinaan. Menurut Bambang Poernomo, sistem pemasyarakatan harus menjadi kebijaksanaan pelaksanaan pidana atau penal policy sebagai berikut :
a. Sistem pemasyarakatan mengandung kebijaksanaan pidana dengan upaya baru pelaksanaan pidana penjara yang institusional yang berupa aspek pidana yang dirasakan tidak enak dan aspek tindakan pembinaan di dalam dan atau bimbingan diluar lembaga agar melalui langkahlangkah yang selektif dapat menuju kepada deinstitusional atas dasar kemanusiaan. b. Sistem pemasyarakatan mengandung perlakuan terhadap Narapidana agar sema kin terintegrasi dala m masyarakat da n memper oleh bimbingan yang terarah berlandaskan pada pedoman pelaksanaan pembinaan yag disesuaikan dengan aturan yang ada. 24
Bambang Poernomo.1986.Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyarakatan.Yogyakarta:Liberty.hlm.89 24
42
2. Lembaga Pemasyarakatan Apa yang sekarang ini disebut dengan Lembaga Pemasyarakatan sebenarnya adalah suatu lembaga yang dahulunya dikenal sbagai rumah penjara, yakni tempat dimana orang-orang yang telah dijatuhi dengan pidana-pidana tertentu oleh hakim itu harus menjalankan pidana mereka. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.
Dirubahnya sistem kepenjaraan menjadi Lembaga Pemasyarakatan sedikit banyak memberikan dampak positif bagi anak-anak. Anak-anak yang dimasukkan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan tentunya tidak akan mengalami siksaan badan seperti halnya yang diberikan pada sistem penjara. Dengan adanya hal tersebut paling tidak mental dan fisik anak menjadi sedikit terlindungi.
Pemasyarakatan disini berarti memasyarakatkan kembali terpidana sehingga menjadi warga yang lebih baik dan berguna ( healty reentry into the community ) pada hakekatnya adalah resosialisasi. 25 Dapatla h dijabarkan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu : a.
Sistem pemasyarakatan selain mengandung unsur rehabilitatif juga menitikberatkan pada unsur reedukatif.
b. Tujuan memasyarakatkan narapidana berarti :
25
Romli Atmasasmita.1983.3epenjaraan dalam Suatu Bunga Rampai.Bandung: Armico,hlm. 44
43
1) Berusaha agar Narapidana/Anak Didik tidak melanggar hukum lagi di masyarakat kelak 2) Menjadi Narapidana/Anak Didik sebagai peserta yang aktif dan kreatif dalam pembangunan 3) Membantu Narapidana/Anak Didik kelak bahagia di dunia dan akhirat. c. Berdasarkan pada tujuan pokok di atas maka unsur yang sangat berperan dalam sistem pemasyarakatan ialah : 1) Petugas Lembaga Pemasyarakatan 2) Narapidana 3) Masyarakat.26 Dalam proses resosialisasi ini yang menjadi inti persoalan adalah merubah tingkah laku Narapidana agar sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat bebas pada umumnya. 27 Tujuan pemasyarakatan menurut Andi Hamzah yaitu a. Memasukkan bekas Narapidana ke dalam masyarakat sebagai warga Negara yang baik jika berdasarkan kemanusiaan; b. Melindungi masyarakat dari kambuhnya kejahatan bekas Narapidana ya ng mengu la ngi per bua ta nnya s etela h mer eka ke mba li k e masyarakat.28
26
Firdaus DH.2010.http://www.lapasrajabasa-lampung.com/profil/tentang-lapas/104-katasambutan-kepala-lembaga-pemasyarakatan-kelas- 1 -bandar-lampung.html.diakses tanggal 11 April 2012 27 Romli Atmasasmita.Op.Cit.hlm.50 28 Eduward Manihuruk.2009.Kendala Pelaksanaan Pembinaan Narapidana. http://bmuwk.blogsome.com/. Diakses tanggal 24 Mei 2012
44
Tujuan pemas yarakatan juga diatur dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dalam Pasal 2 yang merumuskan
"Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab."
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis, hukum dipelajari dan diteliti sebagai suatu studi mengenai law in action, karena mempelajari dan meneliti hubungan timbal balik antara hukum dengan lembaga-lembaga sosial yang lain. Studi terhadap law in action merupakan studi lmu sosial yang non-doktrinal dan bersifat empiris. Hukum secara empiris merupakan gejala masyarakat, yang dapat dipelajari sebagai suatu variabel penyebab yang menimbulkan akibat-akibat pada berbagai segi kehidupan sosial. Selain itu, hukum dapat dipelajari sebagai variabel akibat yang timbul sebagai hasil akhir dari berbagai kekuatan dalam proses sosial .&9
B. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitis yaitu apa yang dinyatakan responden dan informan secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sa tu kesa t ua n ya ng ut u h, t ida k s e ma ta - ma t a b er tu jua n u nt u k mengungkapkan kebenaran namun juga untuk memahami suatu kebenaran. Hasil penelitian yang diperoleh akan diolah sehingga memunculkan hipotesa yang akan berujung pada ditemukannya kebenaran sementara Ronny Hanitidjo Soemitro.1986 Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta. Ghalia Indonesia.hlm. 13 29
46
sehingga dapat mengungkapkan kebenaran sekaligus memahami suatu kebenaran berdasarkan fakta empiris yang ditemukan saat penelitian. 30 C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto. D. Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Data sekunder mencakup bahan hukum primer (norma, peraturan dasar, perundang-undangan dll9, dan bahan hukum sekunder yaitu penjelasan bahan hukum primer berupa hasil karya dalam bentuk buku-buku dan artikel. 2. Data primer yaitu berupa data dasar yang diperoleh langsung dari infor man penelitian, bisa berupa uraian lisan atau tertulis yang ditujukan oleh informan khususnya Narapidana Anak, Petugas Lapas dan Kepala Lapas. E. Teknik Pemilihan Informan Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat purposive denga n criterian based selection ya itu peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya
30
Hadari Nawawi. 2003. Metodologi Penelitian di Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.hlm. 63
47
untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui permasalahan secara mendalam.31 Informan tersebut berasal dari Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto, petugas LAPAS dan Kepala LAPAS. Ketiga informan tersebut merupakan pihak yang mengetahui keadaan yang sesungguhnya yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan.
F. Metode Pengumpulan Data 1. Data primer diperoleh dengan melaksanakan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada informan penelitian. Selain menggunakan wawancara dilakukan pula observasi terhadap perilaku si anak. Teknik wawancara yang dipandang tepat untuk dipakai dalam penelitian ini adalah teknik wawancara bebas terpimpin dengan maksud memberikan kebebasan sehingga kewajaran dapat dicapai dengan maksimal guna memudahkan diperoleh data secara mendalam.32 2. Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur dan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan obyek atau materi penelitian. Stu di pusta ka mer upa ka n car a me mp er oleh da ta -da ta denga n memfokuskan pada data yang ada pada pustaka-pustaka baik yang
hlm.72 Soerjono Soekanto dan Sri Pamudji.1985.Penelitian Hukum Normati~.Jakarta: CV. Rajawali, hlm.27 31 ~i~~~ 32
48
terorganisir maupun yang tidak. Studi pustaka dimaksudkan untuk mencari data sekunder yang dibutuhkan guna memperjelas data primer.
G. Metode Penyajian Data Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk uraian yang disusun secara sistematis, maksudnya bahwa seluruh bahan yang diperoleh akan dihubungkan antara satu dengan yang lainnya dan disesuaikan dengan pokok permasalahan sehingga tercipta suatu kesatuan yang utuh tentang masalah yang diteliti.
H. Metode Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis secara normatif kualitatif, yaitu dengan cara menjabarkan dan menafsirkan data hasil penelitian yang diperoleh secara sistematis dengan didasarkan pada norma-norma hukum, khususnya dalam hukum pidana yang relevan dengan pokok-pokok masalah yang diteliti.
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Data Sekunder a. Kondisi Umum dan Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Purwokerto Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.PR.07.03 Tahun1985 Tanggal 26 Februari 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan kapasitas tempat kedudukan dan kegiatan kerjanya, ditetapkan sebagai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B, selanjutnya berdasarkan Surat K eputusa n M enter i Huku m Da n Ha k Asa si M a nusia Nomor M.16.PR.03 Ta hun 2003 Tanggal 31 Desember 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan kapasitas tempat kedudukan dan kegiatan kerjanya, ditetapkan sebagai Lembaga P e m a s y a r a ka t a n K e l a s I I A y a n g m e m b a w a h i L e m b a g a P emasyarakata n Ba nyu ma s, Purbalingga, da n Ba njar negara. B er da sa r ka n S ur a t K ep utusa n M e nt er i K eh a ki ma n N o m o r M . 0 3. U M . 0 1. 0 6 T a hu n 1 9 8 3 t ent a ng P en et a pa n L e m b a ga Pemasyarakatan Tertentu sebagai rumah tahanan ( RUTAN ).
b. Kondisi Sarana dan Prasarana Fisik Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto berdiri sejak Tahun 1823, di atas tanah seluas 6.250 meter persegi dengan luas gedung 2.370
50
meter persegi. Bangunan ini merupakan peninggalan kolonial Belanda yang berlokasi di Jalan Jenderal Soedirman No. 104 Purwokerto, yang terletak di tengah-tengah kota tidak jauh dari Kabupaten Banyumas, kompelks pertokoan dan perumahan penduduk. Sejak dibangun pertama kali, gedung Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto baru mengalami renovasi pada tahun 2001, gedung kantor mendapat p er lu a sa n m e n ja d i 2 ( du a ) la nta i. S a r a na f is ik L e m b a ga Pemasyarakatan Kelas II A Purwokerto sebagai berikut 1) Perkantoran Gedung Perkantoran terdiri dari a) Ruang Kepala; b) Ruang Kasubag Tata Usaha; c) Ruang Umum; d) Ruang Kepegawaian dan Keuangan; e) Ruang Komandan Jaga; f) Ruang Kepala Administrasi Keamanan dan Ketertiban; g) Ruang Keamanan dan Pelaporan Tata Tertib; h) Ruang Kepala Penga ma nan Lemba ga P emasyarakatan (KPLP); i) Ruang Administrasi KPLP; j) Ruang Kasubsi Perawatan dan Pembinaan; k) Ruang Kasubsi Registrasi; l) Ruang Kasi BINADIK;
51
m)Ruang Keuangan; n) Ruang Kasi Bimbingan Kerja; 2) Da p ur U mu m; 3) P oliklinik; 4) Ruang Latihan Kerja Narapidana; 5) Rua ng Guda ng; 6) Empat Pos Pengamanan; 7) Satu Pos Penjagaan Luar; 8) Ruang Ibadah/ Masjid; 9) Ruang Perpustakaan; 10) Lapangan olahraga; 11) Garasi Motor/ Mobil; Adapun tempat untuk Narapidana dan Tahanan terbagi menjadi 2 blok yaitu : a. Blok P yang terdiri dari 6 kamar yang ditempati Narapidana : Kamar No. 24,26,22 Kamar No. 21 Kamar No. 23 Kamar No. 10
: Khusus Narapidana : Narapidana Narkoba : Narapidana membantu kebersihan kantor : Narapidana yang tugas di dapur
b. Blok A yang terdiri dari 21 kamar yang ditempati Tahanan Kamar No. 19,20
: Ruang Isolasi
Kamar No. 1-9, 12-18
: Kamar Tahanan
Kamar No. 11
: Tahanan Narkoba
52
Kapasitas dari blok dan kamar Narapidana dan Tahanan adalah 111 orang, sedangkan penghuni dari Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto adalah 368 orang. Selain itu, untuk menunjang pekerjaan pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Purwokerto juga disediakan fasilitas komputer di setiap sub bagian serta kendaraan inventaris berupa mobil dan sepeda motor. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat digunakan untuk pegawai dalam menjalankan pekerjaannya.
c. Keadaan Pe ng hu ni Lemb aga Pemas yarakatan Kelas IIA Purwokerto Jumlah penghuni di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Purwokerto pada bulan Juli 2012 adalah 368 orang terdiri dari Narapidana dan Tahanan. Jumlah Narapidana dan Tahanan bulan Juli 2012 : Narapidana
: 266 orang
Tahanan
: 102 orang
Sedangkan Narapidana Anak sendiri berjumlah 4 orang dan Tahanan Anak berjumlah 2 orang.
d. Keadaan Pegaw ai Lemb ag a P emas yar akatan Kelas IIA Purwokerto Jumlah pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto pada bulan Juli 2012 sebanyak 99 orang yang terdiri dari
53
laki-laki dan wanita. Laki-laki berjumlah 82 orang dan wanita berjumlah 17 orang. Tabel 1 Golonga n da n Jumla h P ega wai Lemba ga Pemasyarakatan Gol.I Gol.II
No.
Jenis
Gol.III
Gol.IV
Jumlah
1.
A
=
6
15
=
21
2.
B
=
15
46
1
62
3.
C
=
2
2
=
4
4.
D
=
2
10
=
12
5.
Jumlah
=
25
73
1
99
Tabel 2
D a f t a r T i n g k a t P en d i d i k a n P eg a wa i L e mb a ga Pemasyarakatan Purwokerto
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
SD
1
2.
SMP
2
3.
SMA
68
4.
D3
4
5.
S1
23
6.
S2
1
7.
Jumlah
99
54
e. Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto dipimpin oleh 1 (satu) orang Kepala Unit Pelaksana Teknis ( Kepala Lembaga Pemasyarakatan ) dan dibantu oleh 13 ( tiga belas ) orang pejabat struktural yang terdiri dari 5 (lima) orang Kepala Seksi dan 8 (delapan) orang Kepala Sub Seksi dengan organisasi sebagai berikut: 1) Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Lembaga Pemasyarakatan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi sebagai berikut : a)
Melakukan urusan kepegawaian
b) Melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan, dan rumah tangga Lembaga Pemasyarakatan
Sub Bagian Tata Usaha terdiri atas a)
Urusan Kepegawaian dan Keuangan Urusan Kepegawaian dan Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian dan keuangan
b) Ur us a n u mu m Urusan umum mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan rumah tangga. 2) Seksi Bimbingan Narapidana Anak Didik dan Kegiatan Kerja
55
Seksi Bimbingan Narapidana Anak Didik dan Kegiatan Kerja mempunyai tugas memberikan bimbingan pemasyarakatan terhadap Narapidana/ Anak Didik. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Seksi Bimbinga n Narapidana/ Anak Didik dan Kegiatan Kerja mempunyai fungsi sebagai berikut a) M ela ku ka n r egistr a s i da n m e mb u a t sta tist ik s er ta dokumentasi sidik Narapidana/ Anak Didik. b) Mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi Narapidana/ Anak Didik. c) Memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan fasilitas sarana kerja dan mengelola hasil kerja. Seksi Bimbingan Narapidana/ Anak Didik dan Kegiatan Kerja terdiri atas
a) Sub seksi Registrasi dan Bimbingan Kemasyarakata n mempunyai tugas melakukan pencatatan, membuat statistik, dokumentasi sidik jari serta memberikan bimbingan dan penyulu ha n r oha ni, asimila si, cuti da n pe m bebasa n Narapidana/ Anak Didik. b) Sub seksi Perawatan Narapidana/ Anak Didik Sub seksi Perawatan Narapidana/ Anak Didik mempunyai tugas mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi Narapidana/ Anak Didik.
56
c)
Sub seksi Kegiatan Kerja Sub seksi Kegiatan Kerja mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan fasilitas sarana kerja dan mengelola hasil kerja.
3) Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan, menerima laporan harian, dan berita acara dari satuan penga manan yang bertugas serta menyusun lapora n berkala di bidang keamanan dan penegakkan tata tertib. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib mempunyai fungsi sebagai berikut a)
Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan.
b) Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang menegakkan tata tertib.
Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib terdiri atas a)
Sub seksi Keamanan mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan, dan pembagian tugas pengamanan.
b) Sub seksi Pelaporan dan Tata Tertib, mempunyai tugas menerima laporan harian da n berita acara dari satua n
57
penga manan yang bertugas serta mempersiapkan laporan berkala di bidang keamanan dan penegakkan tata tertib. 4) Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Kesatuan Penga ma nan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) m e m p u n ya i t u ga s m e nja ga k ea ma na n da la m L e m b a g a Pemasyarakatan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut KPLP mempunyai fungsi sebagai berikut a) M e la ku ka n p e n ja ga a n da n p e n ga wa s a n t er h a da p Narapidana/Anak Didik. b) Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban. c)
Melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan, dan pengeluaran Narapidana/Anak Didik.
d) Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan. e)
Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan keamanan.
Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan dipimpin oleh seorang Kepala dan membawahi petugas pengamanan Lembaga Pemasyarakatan.
Kepala
Kesatuan
Pengamanan
Lembaga
Pemasyarakatan berada di ba wa h da n bertanggung ja wab langsung kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan.
58
Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas HA Purwokerto
Kepala Lapas Kepala KPLP Kasubag TU Staff KPLP Kepala Kepegawaian Dan Keuangan
Petugas
Kaur Umum
Keamanan Kasi Binadik dan Keg. Kerja
Kasi Administrasi dan Kamtib
Kasubsi Registrasi dan Bimkemas
Kasubsi Keamanan Staff Keamanan
Staff Registrasi KasubsiPerawatan Napi/Anak Didik
Kasubsi Pelaporan dan Kamtib
Staff Perawatan
Staff Pelaporan
Kasubsi Kegiatan Kerja Staff Kegiatan Kerja
Sumber : Data Sekunder Kasubag TU
59
f. Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PR.07.03 Tahun 1985, maka Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto mempunyai tata kerja sebagai berikut
1) Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Lembaga Pemasyarakatan, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Kesatuan Pengamanan, Kepala Seksi, Kepala Sub Integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar LAPAS sesuai dengan tugas pokok masing-masing. 2) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar mangambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Setiap pimpinan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasi bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya. 4) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masingmasing dan menyampaikan laporan berkala tepat waktu. 5) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk 60
penyusunan laporan dan untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahannya. 6)Kepala Lembaga Pemasyarakatan menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman. 7)Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan wajib disa mpaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerj a. 8)Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh Kepala Satuan Organisasi di bawahnya dan dalam rangka pembinaan bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat berkala. 9)Bimbingan teknis Pemasyarakatan kepada LAPAS secara fungsional dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melalui Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman yang bersangkutan.
61
g. Perlindungan Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto Di dalam pelaksanaan perlindungan Narapidana Anak, Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto melaksanakan program-program pelayanan sebagai berikut : 1) Pelayanan untuk meningkatkan kualitas keimanan/ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang meliputi pendidikan agama, pesantren kilat, ibadah agama, ceramah agama, pelajaran baca tulis huruf Arab dan lain sebagainya dan mendorong Narapidana Anak/ Anak Didik untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. 2) Pelayanan untuk meningkatkan kualitas keterampilan yang meliputi pelatihan kerja yaitu pertukangan kayu, kerajinan keset dan sapu, perbengkelan, kesenian dan pertanian. 3) Pelayanan kualitas kesehatan jasmani dan rohani yang meliputi pembinaan olahraga, kesehatan, dan perawatan kesehatan jasmani. 4) Pelayanan kesejahteraan Narapidana Anak/ Anak Didik : a)
Pemberian perlengkapan makan, minum, mandi, ibadah dan tempat tidur yang layak.
b) Pemberian jatah makanan dan minuman sesuai syarat kesehatan diberikan tiga kali sehari dengan waktu makan sebagai berikut : - Ma kan pagi
: 07.15 WIB
- M a ka n sia ng : 12. 30 W I B
62
- Ma kan sor e
: 16.00 WIB
Sedangkan jadwal kegiatan harian dan jadwal kunjungan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto adalah sebagai berikut :
Tabel 3 Jadwal Keg iatan Har ian Penghu ni Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto No. 1.
2.
3.
Jam
Kegiatan
04.30-05.30
- Bangun pagi dan shalat subuh
05.30-06.00
- Bersih kamar dan tempat tidur
06 00-07 . . 00
- Bersih halaman/lingkungan dan mandi pagi
07.00-07.15
- Apel penjagaan pagi
07.15-07.30
- Makan pagi
08.00-09.00
- Pengajian pagi
09.00-11.30
- Kunjungan dari keluarga
12.00-12.15
- Shalat Zuhur berjamaah
8.
12.15-13.00
- Makan siang
9.
13.00-13.15
- Apel siang
13. 15-14. 00
- Istirahat siang
4.
5.
6.
7.
10.
11.
63
No.
Jam 14.00-16.00
12.
Kegiatan - Pengajian, olahraga, membersihkan halaman, mandi sore, shalat Ashar berjamaah
13.
16.00-16 .30
- Makan sore
16.30-18.00
- Apel sore ( masuk kamar )
18.00-18.30
- Shalat Magrib
19.00-22.00
- Shalat Isya
22.00- ....
- Istirahat/ tidur
14.
15.
16.
17.
Sumber : Data Sekunder Kasi Binadik Narapidana Anak/ Anak Didik selama dalam masa pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto diberikan hak-hak sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 pasal 14. Hakhak yang dimiliki oleh Narapidana Anak/ Anak Didik sama dengan hakhak yag dimiliki oleh Narapidana lainnya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995. Hak-hak 1995. Hak-ha k Narapidana Anak/ Anak Didik adalah
a. b. c. d. e. f. g.
Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya; Mendapat perawatan baik perawatan jasmani maupun rohani; Mendapatkan pendidikan dan pengajaran; Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; Menya mpaikan keluhan; Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak terlarang; Mendapatkan upah atas pekerjaan yang dilakukan;
64
h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, orang tertentu lainnya; i. Mendapatkan pengurangan masa pidana ( remisi); j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga; k. Mendapatkan kebebasan bersyarat; l. Mendapat cuti menjelang bebas; dan m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundangundangan lainnya. Kewajiban petugas dalam rangka pelaksanaan perlindungan Narapidana Anak/ Anak Didik adalah melindungi Narapidana Anak/ Anak Didik agar dapat melaksanakan hak-haknya dengan baik dan tanpa tekanan dari petugas. Kewajiban Lembaga Pemasyarakatan dala m pelaksanaan perlindungan Narapidana adalah
a. Menyediakan petugas untuk memberikan pendidikan dan bimbingan keagamaan; b. Menyediakan petugas bimbingan rohani; c. Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran bagi Narapidana Anak/ Anak Didik; d. Disediakan petugas pendidikan dan pengajaran; e. Dalam hal Narapidana Anak/ Anak Didik ada keluhan mengenai kesehatannya maka dokter atau petugas kesehatan lainnya wajib memeriksa; f. Menyediakan makanan yang mencukupi bagi kebutuhan Narapidana dan dipenuhinya syarat-syarat kesehatan dan gizi; g. Mendengarkan keluhan dari Narapidana Anak/ Anak Didik yang hak-hak asasinya terganggu; 65
h. Menyediakan bahan bacaan, media massa yang berupa media cetak dan media elektronik; i.
Memberikan upah bagi Narapidana Anak/ Anak Didik yang bekerja di Lembaga Pemasyarakatan;
j.
Lembaga Pemasyarakatan menyediakan ruangan khusus untuk menerima kunjungan.
2. Data Primer Data primer adalah data dasar yang diperoleh langsung dari lapangan. Dalam hal ini yang berkaitan dan relevan dengan penelitian ini. Data ini diperoleh dari narasumber yaitu Narapidana Anak dan pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto. Data primer ini diperoleh oleh penulis melalui wawancara dengan para responden. Responden yang dimaksud adalah: a. Narapidana Anak yang berjumlah 2 orang : 1) S a i f u l N g i b a d, u mu r 1 7 t a h u n, T i n d a k P i d a n a Penyalahgunaan Narkotika Gol. I Bagi Diri Sendiri ( Pasal 127 ayat 1 UU No. 35 Tahun 2009), pidana 1 tahun 1 bulan. 2 ) Puja Dewantoro, umur 17 tahun, Tindak Pidana melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa anak untuk melakukan persetubuhan dengannya/ dengan orang lain ( UU No. 23 Tahun 2002), pidana 3 tahun subs 3 bulan. b. Petugas dan Pembina di Lembaga Pemasyarakatan yaitu Efendi
Wahyudi selaku Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak
66
Didik LAPAS Purwokerto, Sunarto selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha LAPAS Purwokerto, Aris Supriyadi selaku Kepala Sub Seksi Bimaswat LAPAS Purwokerto dan Awalludin selaku Staff dari Sub Seksi Registrasi. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Aris selaku Kepala Sub Seksi Bimaswat, Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto menempati kamar tersendiri yang terpisah dengan kamar Narapidana dewasa. Narapidana Anak ditempatkan di Lembaga P ema syara kata n P ur wokerto buka n di L AP AS Ana k kar ena permintaan keluarga dengan alasan agar tidak jauh dari keluarga. Pembinaan yang diberikan kepada Narapidana Anak berupa pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian seperti baca tulis Al-Quran, pengajian, solat berjamaah bagi yang Muslim dan kebaktian bagi yang Nasrani. Selain itu, dalam pembinaan kerohanian, Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto juga bekerja sama dengan pihak dari luar seperti dari Departemen Agama, S T AI N , U ni v er s ita s J e n d er a l S o edir ma n d a n Uni v er s ita s Muhammadiyah Purwokerto.33 Pembinaan kemandirian dilaksanakan sesuai dengan bakat masing-masing seperti keterampilan kesenian, pertukangan kayu, perbengkelan baik bengkel las maupun bengkel motor, kerajinan membuat keset da n perta nia n. Dala m pela ksa naan pembinaa n Basil wawancara dengan Pak Sunarto selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha tanggal 23 Juli 2012. 33
67
kemandirian, Narapidana Anak terpisah dengan Narapidana dewasa, kalaupun dilaksanakan bersama maka akan ada pengawasan dari petugas Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana Anak tidak diwajibkan untuk mengikuti pembinaan kemandirian dan mereka pun tidak dipekerjakan seperti Narapidana dewasa. P embinaa n ya ng diberika n kepa da Narapida na Ana k b er tujua n a ga r pa da sa at mer eka keluar da r i L e mba ga P e ma s ya r a ka ta n, m er eka su da h s ia p u ntu k ke mb a li hidu p ber masyarakat. Menurut Pak Aris, Lembaga Pemasyarakatan merupakan miniatur dari masyarakat.34 Sedangkan fasilitas memadai diberikan kepada Narapidana Anak bertujuan agar Narapidana Anak tidak begitu merasakan dampak dari pidana penjara yang seharusnya Narapidana Anak tidak boleh dikenakan pidana penjara. Mengenai hak Narapidana Anak, Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan mendapatkan fasilitas yang cukup. Seperti makanan bergizi 3 kali sehari, mereka juga bebas untuk menonton televisi, mendengarkan radio, membaca buku dan koran. 35 Mereka juga memiliki hak untuk mendapat kunjungan dari keluarga. Di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto juga terdapat poliklinik yang di dalamnya ada 1 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi dan 3 orang perawat.
34
Hasil wawancara tanggal 23 Juli 2012
35
Hasil wawancara tanggal 23 Juli 2012
68
Dari hasil wawancara dengan Puja, dia saat ini masih berstatus sebagai siswa salah satu SMA di Wangon, hanya saja dia sekarang ini sedang cuti sekolah karena tersandung kasus dan harus menja la ni pida na di Lemba ga P e ma syara kata n P ur woker to. M enurutnya, di Lemba ga P emasyara kata n Pur wokerto tida k disediakan tenaga pengajar sehingga mereka tidak mendapatkan pendidikan seperti di sekolah. Begitu juga dengan yang dikatakan oleh Saiful. Saiful bahkan sudah dikeluarkan dari sekolahnya karena dia tersandung kasus Narkotika.36 Menurut Pak Awalludin selaku Staff Sub Seksi Registrasi, di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto tidak disediakan tenaga pengajar karena sampai saat ini Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto tidak bekerja sama dengan Dinas Pendidikan. Selain itu, jarang ada tenaga pengajar dari luar yang mau mengajar di dalam Lembaga Pemasyarakatan.37 M engena i pemb inaa n, di Le mba ga P e ma sya ra ka ta n Purwokerto ada 2 pembinaan yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Hanya saja Saiful dan Puja tidak mengikuti pembinaan kema ndirian, mer eka hanya mengikuti pembinaa n kepribadian seperti pengajian yang diadakan setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu. Menurut Saiful dan Puja, di LAPAS diajarkan juga baca tulis Al-Quran yang nantinya apabila Narapidana Anak tersebut sudah 36
Hasil wawancara tanggal 24 Juli 2012 37
Hasil wawancara tanggal 24 Juli 2012
69
m e n y e l es a ika n m e m b a ca Al - Q u r a n sa mp a i a khir , m er ek a mendapatkan sertifikat. Menurut Saiful, dia tidak mengikuti pembinaan kemandirian karena tidak diperbolehkan oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto dengan alasan Saiful adalah terpidana kasus Narkotika ya ng merupa ka n kasus pida na khusus. S eda ngka n Puja tida k mengikuti pembinaan kamandirian karena kemauannya sendiri. 38 Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto t ela h m e nda pa t ka n p ela ya na n kes e ha ta n d e nga n ba ik da n mendapatkan makanan yang bergizi. Menurut Saiful, bila dia sedang sakit, dia bisa pergi ke poliklinik yang ada di LAPAS untuk diperiksa dokter dan mendapatkan pengobatan gratis. Saiful dan Puja juga mengatakan bahwa mereka mendapatkan makanan 3 kali sehari dengan menu telor, ikan, daging sapi, sayur asem dan mereka juga mendapatkan susu setiap 2 hari sekali. Mereka juga mendapat buah walaupun hanya buah pisang. Untuk hiburan, Narapida na Anak di Lembaga Pemsyarakatan Purwokerto hanya bisa mendengarkan radio karena di dala m ka mar mereka tidak disediakan televisi. Televisi hanya disediakan dikamar Narapidana dewasa. Menurut Puja dan Saiful, setiap hari mereka hanya mendengarkan radio dan membaca koran.
38
• Hastl wawancara tanggal 24 Juli 2012
70
Puja terkadang bermain gitar untuk mengusir rasa bosan, sedangkan Saiful bermain catur atau karambol dengan teman sekamarnya. Nara pida na Ana k di L emba ga P ema syar a kata n juga mempunyai hak untuk mendapatkan kunjungan dari keluarganya. Jam kunjungan keluarga di LAPAS Purwokerto adalah dari jam 09.00 WIB- 11.30 WIB. Hanya saja setiap Narapidana hanya berha k mendapatkan kunjungan selama 15 menit. Saiful sendiri mendapatkan kunjungan dari keluarganya setiap hari sedangkan Puja mendapatkan kunjungan dari keluarganya hanya seminggu sekali dikarenakan rumahnya jauh dari Purwokerto.39 Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto juga mendapatkan remisi. Pada hari raya idul Fitri nanti, Saiful akan mendapatkan remisi dan itu berarti dia akan bebas, yang seharusnya dia baru bebas bulan Oktober mendatang. Sedangkan Puja pada Idul Fitri nanti tidak akan mendapatkan remisi. 40 Menurut Pak Awalludin, Puja tida k menda patka n r emisi kar ena dia tela h mela ku ka n pelanggaran register F yaitu Puja melakukan persetubuhan dengan sesama Narapidana laki-laki di dalam Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto walaupun itu dilakukan dengan dasar suka sama suka. Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto juga berhak mendapatkan cuti menjelang bebas. Menurut Saiful, Narapida na Ana k di LAP AS P ur wokerto bisa menda pat cuti
39
Hasil wawancara tanggal 24 Juli 2012
40
Hasil wawancara dengan Pak Awalludin tanggal 24 Juli 2012
71
menjelang bebas kalau mereka mengajukan dan mengurus prosedur cuti menjelang bebas. Saiful sendiri tidak mengajukan prosedur cuti menjelang bebas karena menurut orang tuanya, Saiful tidak perlu mengajukan prosedur tersebut walaupun untuk mengurusnya tidak dikenakan biaya. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto, jarang sekali ada kekerasan antar penghuni, pengelompokkan, pencurian atau bentuk prisonisasi lainnya. Menurut Puj a, selama dia ada di dalam LAP AS, dia tida k per na h menga la mi kekerasa n atau bentu k prisonisasi lainnya. Sedangkan menurut Saiful, pernah ada pencurian dika marnya. Teman seka marnya mencuri uang tema nnya da n temannya yang mencuri uang tersebut langsung dipukuli secara bersama-sama.41
B. PEMBAHASAN 1. Perlindungan Hukum terhadap Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto Perlindungan hukum terhadap anak merupakan suatu kegiatan bersa ma yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang, lembaga pemerintah dan swasta dengan tujuan mengusahakan penga manan, pengadaan, dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak sesuai dengan kepentingan dan hak asasinya.42 41
Hasil wawancara tanggal 24 Juli 2012. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1984,Simposium Aspek-aspek Hukum Masalah Perlindungan Anak dilihat dari Segi Pembinaan Generasi Muda, hlm.53 42
72
Perlindungan Anak menurut UU No. 23 Tahun 2002 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan khusus terhadap anak juga diatur dalam Undangundang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak di dalam Pasal 59 yang rumusannya sebagai berikut " Pemerintah dan Lembaga Negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksua l, ana k ya ng diper da ga ngka n, ana k ya ng menja di korba n penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korba n kekerasan fisik dan atau mental anak yang menyandang cacat, dan atau anak korban perlakuan salah dan penelantaran." Dalam hal ini Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto memberikan perlindungan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya da mpa k nega tif di da la m p enja ra a ntara la in mela lui pr ogr a m pembinaannya maupun kegiatan lain yang memang dirancang untuk mempersiapkan Narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto agar mampu dan sukses untuk menjalani kehidupan bersama masyarakat ketika keluar dari LAPAS nanti di kemudian hari. P ela ksa na a n p emb ina a n p e ma s ya ra ka ta n tentu nya ha r us memperhatikan prinsip-prinsip pada bimbingan atau pembinaan yaitu
73
pengayoman, bimbingan, perawatan, perlindungan hak asasi manusia, pendidikan dan pengarahan terhadap Narapidana Anak. Pembinaan Narapidana di Indonesia setelah keluarnya Undangundang Nomor 12 Tahun 1995 dilaksanakan Sistem Pemasyarakatan. Yang dimaksud Sistem Pemasyarakatan adalah : " Suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarka Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab." Pemasyarakatan disini berarti memasyarakatkan kembali terpidana sehingga menjadi warga yang lebih baik dan berguna ( healty reentry into the community) pada hakekatnya adalah resosialisasi. 43 Dengan sistem pemasyarakatan tidak saja merumuskan pada tujuan pidana penjara saja tetapi juga merupakan sistem pembinaan Narapidana yang mencakup untuk pencegahan kejahatan dan juga untuk membentuk manusia yang baru yang nantinya bisa berguna dan juga dapat diterima oleh masyarakat. Lebih lanjut di dalam sistem pemasyarakatan terdapat proses pemasyarakatan yang diartikan sebagai suatu proses sejak seorang Narapidana masuk ke Lembaga Pemasyarakatan sampai lepas kembali ke tengah-tengah masyarakat. 43
Romli Atmasasmita,1983,Kepenjaraan dalam Suatu Bunga Rampai, Bandung: Armico,hlm.44
74
P emasyarakata n juga berfungsi untuk menyiapka n War ga Binaannya untuk dapat berinteraksi secara sosial di dalam masyarakat, karena Narapidana yang telah masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan biasanya akan merasa terasingkan. Sehingga disini pembinaan dilakukan untuk mengatasi permasalahan itu. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995. Bagi sistem pemasyarakatan, hukuman atau pidana penjara merupakan jenis pidana yang terpenting. Sebabnya karena fungsi pemasyarakatan memiliki 2 ( dua) aspek yang sangat menonjol yaitu sebagai pembinaan dari pelaksanaan pidana dan sebagai pembinaan terhadap mereka yang dikenakan pidana atas dijatuhi pidana, khususnya mereka yang dipidana. "
P ela ksa na a n p e m b ina a n N a r a p ida na A na k di L e m b a ga Pemasyarakatan Purwokerto berpedoman pada peraturan perundangundangan sebagai berikut : a.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
b. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. c.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 T e n t a n g P e m b i na a n da n P e m b i m b i n g a n W a r ga B i na a n Pemasyarakatan.
44
Gunakarya Widiada,1988,Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan,Bandung: CV Armico,hlm.86
75
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. e.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan perubahan dari Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1999.
f.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1999 Tentang Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
g.
Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan ( PPLP) Dirjen Bina Tuna Warga Departemen Kehakiman Nomor Surat Dp. 3.3/17/1 tanggal 12 Januari 1975.
h. Himpunan peraturan dari Dirjen Pemasyarakatan Bidang Keamanan dan Ketertiban. i.
Protap Lapas yang dikeluarkan oleh Dirjen Pemasyarakatan. 45 Usaha pembinaan itu dilakukan secara terus menerus dengan
terarah dan tertuju sejak masuk dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto sampai dengan mereka bebas, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai. Model pembinaan dan bimbingan Narapidana dilakukan dengan metode sebagai berikut a. Pembinaan berupa interaksi langsung yang sifatnya kekeluargaan antara pembina dengan yang dibina ( Warga Binaan Pemasyarakatan)
45
Hasil wawancara dengan Efendi Wahyudi selaku Kepala Seksi Pembinaan Napi dan Anak Didik Lapas Purwokerto tanggal 23 Juli 2012
76
b. Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil di antara sesama mereka sehingga menggugah hatinya untuk melakukan hal-hal terpuji, menempatkan warga binaan pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan memiliki harga diri dengan hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lainnya. c. Pembinaan berencana, terus menerus dan sistematika. d. Pemeliharaan dan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan dengan tingkat keadaan yang dihadapi. e. Pendekatan individual dan kelompok. f. Dalam rangka menumbuhkan keikhlasan dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan, ketaatan dan keteladanan di dalam pengabdiaannya terhadap negara, hukum dan masyarakat. J enis p e mb ina a n da n b imb inga n t er ha da p wa r ga bina a n pemasyarakatan dilaksanakan secara terpadu dengan tujuan agar mereka setelah selesai menjalani pidananya, pembinaannya dan bimbingannya dapat menjadi warga masyarakat yang baik. Pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan disesuaikan dengan asas-asas yang terkandung dalam Pancasila, Undang-undang Dasar 1945 dan Standard Minimum Rules ( SMR) yang tercatat dalam sepuluh prinsip pemasyarakatan. Pada dasarnya arah pelayana n, pembinaan dan bimbingan yang perlu dilakukan oleh petugas adalah
77
memperbaiki tingkah laku warga binaan pemasyarakatan agar tujuan pembinaan dapat tercapai. Ruang lingkup pembinaan Narapidana Anak dapat dibagi ke dalam tiga bidang yaitu: a. Pembinaan kepribadian yang meliputi : 1) Pembinaan kesadaran beragama, usaha ini diperlukan agar dapat diteguhkan iman terutama memberikan pengertian agar warga binaan pemasyarakatan dapat menyadari akibat dari perbuatan yang benar dan perbuatan-perbuatan yang salah. Pembinaan kepribadian dilaksanakan melalui bimbingan dan konsultasi. 2) Pembinaan kemampuan intelektual yaitu melalui pendidikan non formal yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan melalui kursus-kursus, latihan-latihan keterampilan dan sebagainya. Bentuk pendidikan non formal yang paling mudah adalah dengan kegiatan-kegiatan ceramah umum dan membuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh informasi dari luar misalnya membaca koran atau majalah, menonton televisi, mendengar radio dan sebagainya. 3) Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat yang juga dikatakan pembinaan sosial kemasyarakatan yang bertujuan pokok a gar N ara pida na A na k s etela h beba s dar i L emba ga Pemasyarakatan mudah diterima kembali oleh masyarakat lingkungannya.
78
b. Pembinaan Kemandirian diberikan melalui program-program seperti keterampilan untuk mendukung usaha mandiri seperti kerajinan tangan, keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil dan keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masingmasing. c. Asimilasi Pembinaan Narapidana Anak yang dilaksanakan dengan b er la nda s ka n s ist e m p e ma s ya r a ka ta n ini, ber tu jua n u nt u k mempersiapkan Narapidan kembali ke dalam kehidupan masyarakat sebagai warga yang taat dan patuh terhadap hukum, mandiri serta produktif sehingga dapat berguna bagi pembangunan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui pelaksanaan proses membawa Narapidana ke dalam kehidupan masyarakat. Pembinaan asimilasi dapat berbentuk Pembebasan Bersyarat, Cuti Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Remisi. Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto hal tersebut telah dilakukan dengan baik.46 Diharapkan melalui adanya progra m pembinaan maupun kegiatan lain yang bertujuan membentuk Anak Didik Pemasyarakatan agar dapat diterima di masyarakat. Mengingat bahwa tujuan dari pemidanaan menurut Muladi adalah
46
Basil wawancara dengan Pak Aris selaku Kepala Sub Seksi Bimaswat tanggal 23 Juli 2012
79
a.
Tujuan pemidanaan adalah pencegahan ( umum dan khusus), salah satu tujuan utama pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana adalah mencegah atau menghalangi pelaku tindak pidana tersebut dan juga orang-orang lain yang mempunyai maksud sama dan karenanya mencegah kejahatan lebih lanjut. Pencegahan ini mempunyai aspek ganda yakni yang individual dan yang bersifat umum. Dikatakan ada pencegahan individual atau pencegahan khusus, bilamana seorang penjahat dapat dicegah melakukan suatu kejahatan dikemudian hari apabila ia sudah mengalami dan sudah meyakini bahwa kejahatan itu membawa penderitaan baginya, disini dianggap mempunyai daya untuk mendidik dan memperbaiki. Dikatakan ada pencegahan umum bila penjatuhan pidana yang dilakukan oleh pengadilan dimaksudkan agar orang lain tercegah untuk melakukan kejahatan.
b. Tujuan pemidanaan adalah perlindungan masyarakat, perlindungan masyarakat sebagai tujuan pemidanaan mempunyai dimensi yang bersifat luas, karena secara fundamental ia merupakan tujuan semua pemidanaan. Secara sempit hal ini digambarkan sebagai kebijaksanaan pengadilan untuk mencari jalan melalui pemidanaan agar masyarakat terlindung dari bahaya pengulangan tindak pidana. c.
Tujuan pemidanaan adalah memelihara solidaritas masyarakat, pemeliharaan solidaritas masyarakat dalam hal mengandung beberapa pengertian, bahwa pemidanaan bertujuan untuk menegakkan adat istiadat masyarakat dan mencegah balas dendam perseorangan atau
80
balas denda m ya ng tida k r es mi ( privat revenge or an official retalation). Pengertian kedua berkaitan dengan pernyataan Durkheim yang menyatakan bahwa tujuan pemidanaan adalah untuk memelihara atau mempertahankan kepaduan masyarakat yang utuh. d. Tujuan pemidanaan adalah pengimbalan atau pengimbangan. Van Bemmelen menyatakan bahwa untuk hukum pidana dewasa ini maka menghindari atau mencega h orang main hakim sendiri tetapi merupakan fungsi yang penting sekali dalam penerapan huku m pidana, yakni memenuhi keinginan akan pembalasan. Hanya saja penderitaan yang dikaitkan oleh pidana harus dibatasi dalam batsanbatasan yang paling sempit dan pidana harus menyumbangkan pada penyesuaian kembali terpidana pada kehidupan sehari-hari da n disamping itu beratnya pidana tidak boleh melebihi kesalaha n terdakwa, bahkan tidak dengan alasan-alasan prevensi general apapun. Lebih khusus tentang tujuan pemidanaan bagi anak tidak dapat dilepaskan dari tujuan utama untuk mewujudkan kesejahteraan anak yang pada dasarnya merupakan bagian integral dari kesejahteraan sosial. D a la m p e l a k s a n a a n p e m b i n a a n d i d a la m L e m b a g a Pemasyarakatan, ada beberapa hak terpidana yang wajib dilindungi. Karena ditakutkan akan terjadinya suatu tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dalam pengaturan Hak Anak juga diatur di dalam Undangundang Nomor 23 Tahun 2002 bahwa
81
" Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara." Sebagai negara hukum, hak-hak Narapidana itu dilindungi dan diakui oleh penegak hukum, khususnya para petugas di Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana juga harus diayomi hak-haknya walaupun telah melanggar hukum. Sebagaimana hal ini diatur di dalam Pasal 14 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995. Hak-hak Narapidana Anak yang harus dilindungi menurut Undangundang Nomor 12 Tahun 1995 adalah a. b. c. d. e. f.
Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; Mendapatkan pendidikan dan pengajaran; Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; Menya mpaikan keluhan; Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang; g. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya; h. Mendapatkan pengurangan masa pidana ( remisi); i. Mendapatkan kebebasan bersyarat; j. Mendapatkan cuti menjelang bebas; k. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto, Narapidana Anak bebas melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing walaupun tidak dalam bimbingan orang tua tetapi dalam bimbingan petugas Lembaga Pemasyarakatan. Di dalam LAPAS Purwokerto,setiap hari diadakan salat berjamaah di masjid. Narapidana Anak juga mengikuti
82
pengajian, ceramah keagamaan dan Baca tulis Al-Quran, dan Bagi yang Beragama Nasrani juga diadakan keBaktian walaupun hanya di aula. Menurut Saiful dan Puja, mereka mengikuti pengajian rutin setiap hari Senin, RaBu dan SaBtu. Mereka terkadang juga Belajar memBaca AlQuran, Bahkan menurut Saiful, apaBila mereka dapat menyelesaikan memBaca Al-Quran, mereka akan mendapatkan sertifikat. Di dalam LemBaga Pemasyarakatan Purwokerto, Narapidana Anak tidak mendapatkan pendidikan dan pengajaran untuk melanjutka n sekolahnya. Hal ini dikarenakan sampai saat ini LemBaga Pemasyarakatan Purwokerto tidak Bekerja sama dengan Dinas Pendidikan. Selain itu, Pemasyarakatan Purwokerto.47 Saiful Bahkan sudah dikeluarkan dari sekolahnya karena dia tersandung masalah hukum, sedangkan Puja harus cuti sekolah terleBih dahulu sampai dia selesai menjalani masa pidananya. Dengan Narapidana Anak tidak mendapatkan pendidikan dan pengajaran selama mereka Berada di dalam LemBaga Pemasyarakatan Purwokerto, maka hak mereka seBagai anak untuk mendapatka n pendidika n tidak terpenuhi. Di dala m LemBa ga P emasyarakata n Purwokerto, Narapidana Anak hanya memperoleh pendidikan dari pemBinaan kemandirian Berupa keterampilan-keterampilan. Namun kegiatan keterampilan ini tidak wajiB diikuti oleh Narapidana Anak. Ketersediaan pelayanan kesehatan dan makanan Bagi Narapidana Anak di dalam LemBaga Pemasyarakatan Purwokerto telah memadai. Di 47
• Hastl wawancara dengan Pak Awalludin tanggal 24 Juli 2012
83
dalam Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto terdapat poliklinik yang disertai dengan dokter dan pera wat. Peralatan yang tersedia tela h memenuhi standar kesehatan dan untuk masalah obat-obatan tela h mencukupi kebutuhan Narapidana. Menurut Saiful, sewaktu dia sakit, dia mendapatkan perawatan dari dokter di poliklinik dan mendapatkan obatobatan secara gratis. Narapidana Anak di dalam Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto setiap harinya mendapatkan makanan yang cukup bergizi. Mereka mendapat makanan setiap jam 07.15 WIB, 12.30 WIB dan 16.00 WIB. Saiful dan Puj a mengatakan bahwa mereka mendapatkan makanan 3 kali sehari dengan menu telor, ikan, daging, sayur asem dan mereka juga mendapatkan susu setiap 2 hari sekali. Mereka juga mendapat buah walaupun hanya buah pisang. M enurut Pasal 14 Unda ng-unda ng Nomor 12 Tahun 1995, Narapidana Anak berhak untuk mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto, terdapat perpustakaan dengan bahan bacaan seadanya dimana Narapidana Anak bisa mengisi waktu luang mereka de n ga n m e m b a ca b u ku ya ng a da . Na r a p ida na Ana k ju ga b is a mendengarkan radio tetapi mereka tidak bisa dengan bebas menonton televisi karena memang tidak disediakan televisi dikamar mereka. Salah satu asas dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan adalah dengan dipidananya seseorang bukan berarti putus hubungan dengan
84
keluarga dan orang tertentu lainnya dan itu merupakan salah satu hak bagi Narapidana Anak untuk mendapatkan kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya. Jam kunjungan keluarga di LAPAS Purwokerto adalah dari jam 09.00 WIB- 11.30 WIB. Hanya saja setiap Narapidana hanya berhak menda patka n kunju nga n sela ma 15 menit. M enur ut Saiful , dia mendapatkan kunjungan dari keluarganya setiap hari sedangkan Puja mendapatkan kunjungan dari keluarganya hanya seminggu sekali dikarenakan rumahnya jauh dari Purwokerto. Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto tidak mendapatkan kunjungan dari penasihat hukum karena kebanyakan dari mereka tidak didampingi penasihat hukum. Narapidana Anak juga mempunyai hak untuk mendapatkan remisi, asimilasi, pembebasan bersyarat dan cuti menjelang bebas. Mengenai remisi, diatur di dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 yakni " Setiap Narapidana dan Anak Pidana yang selama menjalani masa pidana berkelakuan baik berhak mendapatkan remisi." Menurut Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi sebagai aturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006, remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari a. R emisi u mu m ya ng diberika n pa da hari peringata n Pr okla masi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus; 85
b. Remisi khusus yang diberikan pada hari besar keagamaan yang dianut oleh Narapida na da n Ana k Pida na ya ng bersa ngkuta n, denga n ketentuan jika suatu agama mempunyai lebih dari 1 (satu) hari besar keagamaan dalam 1 (satu) tahun, maka dipilih adalah hari besar yang paling dimuliakan oleh penganut agama yang bersangkutan. Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto juga mendapatkan remisi asalkan mereka berkelakuan baik selama berada di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Pak Awalludin, Saiful pada hari raya Idul Fitri tahun ini akan mendapatkan remisi, sedangkan Puja pada hari raya Idul Fitri tahun ini tidak akan mendapatkan remisi. Puja tidak mendapatkan remisi karena dia telah melakukan pelanggaran register F yaitu Puja melakukan persetubuhan dengan sesama Narapidana laki-laki di dalam Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto walaupun itu dilakukan dengan dasar suka sama suka. Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto juga berhak mendapatkan cuti menjelang bebas, tetapi untuk mendapatkan cuti menjelang bebas Narapidana harus mengajukan dan mengurus prosedur tertentu terlebih dahulu. Saiful sendiri tidak mengajukan pro sedur cuti menjelang bebas karena menurut orang tuanya, Saiful tidak perlu mengajukan prosedur tersebut walaupun untuk mengurusnya tida k dikenakan biaya. Di dala m Pasal 14 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995, disebutkan bahwa Narapidana Anak berhak mendapatkan hak-hak lain
86
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Hak-hak lain yang dimaksud misalnya adalah hak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan, penganiayaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. Sebagaimana seperti yang disebutkan juga di dalam Pasal 16 Undangundang Nomor 23 Tahun 2002. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto, jarang sekali ada kekerasan antar penghuni ataupun kekerasan dari petugas LAPAS. Di L e mb a ga P e ma s ya r a ka ta n P ur wo k er t o ju ga ja r a ng s eka li a da pengelompokkan dan pencurian. Menurut Puja, selama dia ada di dalam LAPAS, dia tidak pernah mengalami kekerasan. Sedangkan menurut
Saiful, pernah ada pencurian dikamarnya. Teman sekamarnya mencuri uang temannya dan temannya yang mencuri uang tersebut langsung dipukuli secara bersama-sama.
2. Kesesuaian Perlindungan Hukum Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto dengan Peraturan Perundangan yang Berlaku. Perlindungan anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai denga n harkat da n martabat kema nusiaan serta mendapa t perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hak anak di Indonesia secara umum ditentukan dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 18 Undangundang Nomor 23 Tahun 2002 yaitu antara lain 87
1)
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
2)
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.
3)
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.
4)
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
5)
Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
6)
Setiap anak berha k memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
7)
Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
88
8) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.
Narapidana Anak juga termasuk ke dalam anak yang hak-haknya harus dilindungi seperti halnya anak-anak pada umumnya walaupun mereka harus berkonflik dengan hukum. Dalam hal ini, hukum Nasional kita telah menetapkan mengenai perlindungan terhadap Narapidana Anak atau anak yag berhadapan dengan hukum. Hal ini diatur dalam Pasal 64 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 yang merumuskan a.
Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 meliputi anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.
b.
Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui 1)
Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak anak;
2)
Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;
3)
Penyediaan sarana dan prasarana khusus;
4)
Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak;
5)
Pemantauan dan pencatatan terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum;
89
6)
Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua dan keluarga;
7)
Perlindungan dari pemberian identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi.
D a r i ha s i l w a w a n c a r a , N a r a p i da n a A n a k d i L e m b a g a Pemasyarakatan Purwokerto, mendapatkan perlakuan yang baik dari para petugas LAPAS. Mereka tidak pernah mendapat kekerasan baik dari petugas LAPAS maupun dari Narapidana yang lain. 48 Hal ini juga dikarenakan kamar maupun kegiatan Narapidana Anak dipisahkan dengan Narapidana yang sudah dewasa. Di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto, Narapidana Anak tidak mendapatkan petugas pendamping khusus. Petugas hanya mendampingi mereka saat mereka melakukan kegiatan tertentu seperti kegiatan pengajian.
Penyediaan sarana dan prasarana khusus bagi Narapidana Anak juga tidak ada di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto. Narapidana Anak mendapatkan sarana dan prasarana yang sama dengan Narapidana yang lain, yang khusus hanya kamarnya saja. Dalam UU No. 23 Tahun 2002, Narapidana Anak seharusnya mendapat penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan terbaik anak, walaupun sebenarnya penjatuhan sanksi berupa pidana penjara memberikan dampak negatif bagi anak.
48
• Hastl wawancara dengan Narapidana Anak tanggal 24 Juli 2012.
90
Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto, Narapidana Anak dapat dikunjungi oleh keluarganya setiap hari. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan hubungan yang baik antara Narapidana Anak dengan keluarganya. Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto juga melarang peliputan mengenai Narapidana Anak melalui media massa karena untuk menghindari adanya labelisasi dari masyarakat. Di lihat dari penjelasan tersebut diatas, perlindungan hukum terhadap Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto belum sesuai dengan Undangundang Nomor 23 Tahun 2002.
Hak-hak Narapidana Anak selain diatur di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, juga diatur di dalam Pasal 14 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995. Di lihat dari pelaksanaannya, perlindungan hukum yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto kepada Narapidana Anak belum sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 karena ada beberapa hak Narapidana Anak yang belum terpenuhi. Hak-hak yang belum terpenuhi antara lain hak Narapidana Anak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan kunjungan dari penasihat hukum dan hak untuk menyampaikan keluhan sangat terbatas. Narapidana Anak juga belum sepenuhnya bisa mendapatkan hak cuti menjelang bebas dan pembebasan bersyarat. Dengan terpenuhinya hak-hak Narapidana Anak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, diharapkan Narapidana Anak tersebut tidak kehilangan haknya sebagai anak walaupun mereka
91
adalah anak yang berhadapan dengan hukum. Selain itu, perlindungan hukum yang diberikan kepada Narapidana Anak bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari pidana penjara. Oleh karena itu sebisa mungkin pidana penjara menjadi solusi terakhir bagi anak yang melakukan tindak pidana karena pidana penjara memiliki dampak negatif bagi anak. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 yakni: "Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir." Perlindungan hukum dan pembinaan yang diberikan kepada Narapidana Anak selama mereka di dalam Lembaga Pemasyarakatan diharapkan bisa menjadi bekal mereka nanti saat mereka keluar dari Lembaga Pemasyarakatan dan kembali kepada masyarakat. Dengan pembinaan tersebut, Narapidana Anak bisa menjadi anak yang lebih baik lagi sesuai dengan tujuan dari sistem pemasyarakatan.
92
BAB V PENUTUP A. ICESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. P erlindunga n hukum ter ha dap Narapida na Ana k di Lemba ga Pemasyarakatan Purwokerto yaitu dengan terpenuhinya hak-hak Narapidana Anak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Hak-hak Narapidana Anak yang telah diberikan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto yaitu a. b. c. d.
Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang; Menerima kunjungan keluarga; Mendapatkan remisi; Mendapatkan kebebasan bersyarat; Mendapatkan cuti menjelang bebas; Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
e. f. g. h. i.
Hak-hak yang belum diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto dala m rangka memberika n perlindungan hukum bagi Narapidana Anak antara lain a.Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran; b.
Hak untuk menyampaikan keluhan;
c. Hak untuk didampingi penasihat hukum; d.
Hak untuk cuti mengunjungi keluarga.
93
2. P erlindunga n huku m ter ha da p Narapida na Ana k di Lemba ga Pemasyarakatan Purwokerto belum sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan karena ada hak-hak Narapidana Anak yang belum terpenuhi. Pelaksanaan perlindungan hu ku m ba gi Nar a pida na Ana k di L e mba ga P e ma s ya r a ka ta n Purwokerto juga belum sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Ta hun 2002 tenta ng P erlindunga n Ana k. Ha l ini dikar ena ka n Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto belum sepenuhnya mendapatkan haknya sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002. B. SARAN Berdasarkan keadaan yang ada pada saat ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut 1. S ehar usnya ma s yara ka t da pa t mener ima kemba li da n tida k mengucilkan Narapidana Anak yang telah keluar dari Lembaga P emasyarakata n sehingga mer eka merasa nya ma n da n tida k mengulangi kejahatannya lagi dan diharapkan bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. 2. Perlu diberikan alternatif pidana bagi anak yang telah melakukan tindak pidana untuk menghindari dampak negatif dari pelaksanaan pidana penjara seperti yang diatur oleh Undang-undang Nomor 3 Tahunn 1997 yaitu a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh; 94
b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja; atau c. Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja.
95
DAFTAR PUSTAKA
A. LITERATUR Atmasasmita, Romli. 1983. Kepenjaraan dalam Suatu Bunga Rampai. Bandung: Armico. Dellyana, Shanty. 1998. Wanita dan Anak-anak di Mata Hukum. Bandung Armico. Endang, Sumiarni. 2003. Perlindungan Hukum terhadap Anak Dalam Hukum Pidana. Yogyakarta: Universitas Atmajaya. Gunakarya, Widiada. 1988. Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan. Bandung: CV Armico. Kartono, Kartini. 1986. Patologi Sosial 2 ( Kenakalan Remaja ). Jakarta Rajawali Pers. La minta ng, P. A.F. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. M ertokusu mo, S udikno. 1999. Mengenal Hukum Sebagai Suatu Pengantar. Yogyakarta : Liberty. Moeljatno. 1993. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : Rineka Cipta. Na wa wi, Ha dar i. 2003. Metodologi Penelitian di Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pamudji, Sri dan Soerjono Soekanto. 1985. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta : CV. Rajawali. Poernomo, Bambang. 1986. Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyarakatan. Yogyakarta: Liberty. Pra yitno, Kuat Puji da n Yazid Effendi. 2005. Hukum Penitensier Indonesia. Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Prodjodikoro, Wirjono. 1986. Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Bandung: Eresco.
96
Soedarto. 1993. Hukum Pidana jilid 1 A-B Purwokerto. Purwokerto Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. Soemitro.HR. 1986. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia. Soetodjo, Wigati. 2006. Hukum Pidana Anak. Bandung: Refika Aditama. Sholehudin. 2002. Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana ( Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya ). Jakarta: PT. Raja Grafindo. Tanamas Zulchaina Z. dan Moh. Joni.1999.Aspek Perlindungan Hukum Anak. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. B. PERATURAN PERUNDANGAN Undang-Undang Dasar 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang S y a r a t d a n T a t a C a r a P el a k s a n a a n H a k W a r g a B i n a a n Pemasyarakatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1999 tentang Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakat
97
C. SUMBER LAIN Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman. 1984. Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Anak Dilihat dari Segi Pembinaan Generasi Muda. Firdaus, DH. 2010. www. Lapasrajasa-lampung.com/profil/tentanglapas/104.kata-sambutan-kepala-lembaga-pemasyarakatan-kelas-I-bandarlampung.html. Diakses tanggal 11 April 2012. Eduward Manihuruk. 2009. Kendala Pelaksanaan Pembinaan Narapidana .http://bmuwk.blogsome.com/. Diakses tanggal 24 Mei 2012
98