Peningkatan Keaktifan Siswa.... (Made Wahyu Utami) 803
MODEL ICM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PELAJARAN IPA KELAS VB SDN DEMAKIJO 1 INCREASING OF 5th GRADE STUDENTS ACTIVITY ON SCIENCE THROUGH ICM MODEL Oleh: Made Wahyu Utami, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas VB SDN Demakijo 1 dengan model active learning tipe index card match. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Taggart. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan catatan lapangan. Analisis data dilaksanakan dengan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model index card match dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VB SDN Demakijo 1. Peningkatan keaktifan siswa ditunjukkan dengan peningkatan persentase aktivitas siswa. Aktivitas visual pada pra tindakan 32,26%, siklus I 91,40%, siklus II mencapai 96,77%. Aktivitas lisan pada pra tindakan 11,61%, siklus I 58,71%, siklus II mencapai 89,03%. Aktivitas mendengarkan pada pra tindakan 20,00%, siklus I 70,32%, siklus II mencapai 93,55%. Aktivitas menulis pada pra tindakan 43,55%, siklus I 80,65%, siklus II mencapai 85,48%. Aktivitas mental pada pra tindakan 0,00%, siklus I 72,90%, siklus II mencapai 93,55%. Kata kunci: model active learning tipe index card match, keaktifan siswa, IPA Abstract This study aimed to improve the student activity of 5th grade students on B class SDN Demakijo 1 applying index card match model in science. The kind of this research was classroom action research which was used Kemmis and Taggart model. Data collecting technique was carried on observation and field notes. Data analysis that had been used is quantitative descriptive and qualitative. The results showed that applying index card match model in science, can improve students activity on fifth B grade SDN Demakijo 1. Improvement can be seen by the increase on visual activity 32,26%, cycle I 91,40%, cycle II 96,77%. Pre action of oral activity 11,61%, cycle I 58,71%, cycle II 89,03%. Pre action of oral activity 20,00%, cycle I 70,32%, cycle II 93,55%. Pre action of writing activity 43,55%, cycle I 80,65%, cycle II 85,48%. Pre action of mental activity 0,00%, cycle I 72,90%, cycle II 93,55%. Keyword: active learning model index card match type, students activity, science
PENDAHULUAN
IPA. Tujuan mata pelajaran IPA di sekolah dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah
tertuang pada Permendiknas Nomor 22 Tahun
ilmu yang menawarkan berbagai cara agar dapat
2006 yaitu untuk mengenal, menyikapi, dan
mempelajari serta memahami gejala-gejala alam
mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan agar kita dapat hidup di alam ini. Sebagai
serta
menanamkan
kebiasaan
berpikir
dan
sebuah produk, IPA tidak dapat dipisahkan dari
berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif , dan
hakekatnya sebagai proses, sehingga IPA bukan
mandiri.
hanya berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori
Mata pelajaran IPA di sekolah dasar
tetapi IPA juga merupakan cara berpikir, cara
ditekankan pada pembelajaran sains, lingkungan,
bekerja, dan cara memecahkan masalah.
teknologi dan masyarakat (Sri Sulistyorini,
Muatan kurikulum sekolah dasar meliputi sejumlah mata pelajaran, salah satunya adalah
2007:39). Oleh karena itu, IPA untuk anak SD harus
dimodifikasi
agar
anak-anak
dapat
804 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke-5 2016
mempelajarinya. harus
Ide-ide
disederhanakan
dan agar
konsep-konsep sesuai
dengan
pemahaman
terhadap
materi
yang
disampaikan guru.
kemampuan anak untuk memahaminya (Srini M. Iskandar, 1997:1).
siswa
Peran
guru
dalam
kegiatan
belajar
mengajar bukanlah sebagai satu-satunya sumber
Model belajar yang cocok untuk anak
utama pengetahuan, melainkan guru berperan
adalah belajar melalui pengalaman langsung
sebagai fasilitator. Peran sebagai fasilitator tentu
(learning by doing) (Usman Samatowa, 2011:5).
tidak mudah. Guru harus mampu memilih model
Pernyataan ini sejalan dengan John S. Richardson
dan metode yang tepat dalam kegiatan belajar
dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligi
mengajar dan mendesain sebuah suasana belajar
(1993:12) yang menyarankan digunakannya tujuh
yang membutuhkan keterlibatan siswa secara
prinsip dalam proses belajar mengajar agar suatu
aktif yang nantinya dapat mengantarkan siswa
kegiatan IPA dapat berhasil. Ketujuh prinsip itu
pada tujuan belajar yang ditetapkan.
adalah (1) prinsip keterlibatan siswa secara aktif,
Pada pelaksanaan di lapangan seringkali
(2) prinsip belajar berkesinambungan, (3) prinsip
metode ceramah menjadi pilihan dalam kegiatan
motivasi, (4) prinsip multi saluran, (5) prinsip
belajar mengajar. Metode ini kurang menuntut
penemuan, (6) prinsip totalitas, (7) prinsip
adanya keaktifan siswa dalam kegiatan belajar
perbedaan individual. Dari pernyataan diatas
mengajar. Belajar bukan hanya mengingat, akan
dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA saat ini
tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami (Oemar
menekankan pada keaktifan siswa dalam proses
Hamalik, 2001:27). Rendahnya keaktifan siswa
pembelajaran
pada kegiatan belajar mengajar juga berpengaruh
yang didukung pengajaran oleh
guru.
pada rendahnya pemahaman dan penguasaan Salah satu ciri-ciri belajar adalah proses
materi yang disampaikan guru.
belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui
(Oemar
kegiatan belajar mengajar IPA adalah kurangnya
Hamalik, 2001:31). Dengan demikian sasaran
keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
utama kegiatan belajar adalah keaktifan siswa.
IPA seingga berdampak pada rendahnya hasil
Siswa
subjek
belajar. Sesuai dengan hasil wawancara yang
sekaligus objek, guru sebagai arsitek dan
dilakukan pada 10 Oktober 2015 dengan guru
sutradara sekaligus pelaku dalam pengajaran
kelas
(Nana Sudjana, 1990:59). Tanpa keterlibatan
menyatakan bahwa ketika guru menjelaskan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
siswa asyik dengan berbicara dengan teman
maka kegiatan belajar mengajar tidak akan
dikelompoknya, ketika diberi pertanyaan tentang
berlangsung
untuk
materi yang dijelaskan siswa tidak menjawab, dan
menciptakan lingkungan belajar yang dapat
ketika diberi kesempatan untuk bertanya siswa
menunjang keterlibatan siswa secara aktif dalam
diam dan menunduk melihat kearah buku
kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar
meskipun sudah ditunjuk oleh guru.
dan
William
Burton
kegiatannya
baik.
Guru
dalam
Masalah yang sering muncul dalam
merupakan
berperan
mengajar yang baik tentunya berpengaruh pada
VB
SD
Negeri
Demakijo
1
yang
Peningkatan Keaktifan Siswa.... (Made Wahyu Utami) 805
Selain wawancara, untuk mengetahui
aktif melakukan aktivitas belajar sehingga siswa
penyebab kurang optimalnya hasil belajar IPA di
mampu
kelas ini maka dilakukan pengamatan langsung
tercermin dari hasil belajarnya. Salah satu model
pada proses pembelajaran di kelas, penyebabnya
yang dapat digunakan untuk meningkatkan
diperkirakan
seperti:
keaktifan
pembelajaran
siswa
(1)
selama
proses
mempelajari
siswa
suatu
yaitu
pelajaran
active
dan
learning.
enam
Pembelajaran aktif adalah istilah payung bagi
kelompok namun tujuan duduk dengan kelompok
berbagai model pembelajaran yang berfokus
belum tercapai, bahkan memberikan kesempatan
kepada siswa sebagai penanggung jawab belajar
siswa untuk melakukan kegiatan yang tidak
(Warsono
mendukung
misalnya
learning dipandang dapat menempatkan siswa
berbicara dengan teman dikelompoknya; berbuat
sebagai subjek dalam pembelajaran sehingga
usil dengan menyembunyikan alat tulis teman
dapat mengubah cara belajar yang berpusat pada
dikelompoknya; mengambil buku teman secara
guru (teacher center) menjadi belajar yang
paksa sehingga menimbulkan keributan, (2)
berpusat pada siswa (student center). Ada dua
ketika guru menjelaskan materi pembelajaran,
macam
siswa yang duduk dikelompok bagian pojok
individual mandiri dan active learning kolaboratif
belakang berbicara dengan teman sekelompok
(Warsono
namun topik pembicaraan diluar materi pelajaran,
learning individual mandiri memberikan kegiatan
(3) saat diberi tugas berupa soal, ada siswa yang
untuk siswa secara individu, sedangkan active
sama sekali tidak mengerjakan, (4) ketika
learning kolaboratif membutuhkan partner untuk
melakukan pembahasan soal, siswa menjawab
membentuk suatu kegiatan.
proses
terbagi
menjadi
pembelajaran
dan
Hariyanto,
2013:5).
Active
active learning yaitu active learning
dan
Hariyanto,
2013:5).
Active
Model active learning yang dipandang
cenderung siswa yang sama. Berdasarkan wawancara dengan beberapa
dapat
mengatasi
masalah
kegiatan
belajar
siswa kelas VB, didapatkan beberapa anggapan
mengajar IPA di kelas VB SD Negeri Demakijo 1
bahwa (1) IPA membosankan karena diberi
adalah Active Learning tipe Index Card Match.
banyak tugas di buku, (2) IPA sulit karena materi
Model Active Learning tipe Index Card Match
sangat banyak dan banyak menghafal. Hal ini
adalah model yang mengarahkan siswa untuk
berpengaruh pada hasil belajar IPA siswa kelas
melakukan aktivitas mencari pasangan kartu yang
VB. Rata-rata nilai ulangan harian IPA yaitu
tepat. Diharapkan dengan model Active Learning
60,32 dan rata-rata nilai ulangan tengah semester
tipe Index Card Match dapat meningkatkan
adalah
tersebut
aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar
menunjukan hasil yang kurang optimal karena
mengajar IPA dan menjadikan pembelajaran IPA
syarat ketuntasan minimal adalah 65,0.
menyenangkan
48,26.
Tentu
saja
angka
Agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar maka guru harus memilih model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
bagi
siswa,
sehingga
dapat
berpengaruh pada peningkatan hasil belajar IPA di kelas VB. Berkaitan dengan masalah belajar IPA di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 yang telah
806 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke-5 2016
dikemukakan diatas maka peneliti tertarik untuk
2012:24). Masing-masing siklus terdiri dari dua
melakukan penelitian yang berjudul “Model
pertemuan.
Active Learning tipe Index Card Match untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa
pada
Mata
Subjek dan Objek Penelitian
Pelajaran IPA Kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman”.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB
SD
Negeri
Demakijo
1,
Guyangan,
Nogotirto, Gamping, Sleman, dengan jumlah METODE PENELITIAN
seluruh siswa sebanyak 31 yang terdiri dari 21
Jenis Penelitian
laki-laki dan 10 perempuan. Adapun objek dalam
Penelitian
ni
menggunakan
model
penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA.
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan
(2)
melaksanakan
Tempat dan Waktu Penelitian
(3)
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
Demakijo 1 Kecamatan Nogotirto, Kabupaten
partisipatif
memperbaiki
Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar
pada bulan Januari sampai Februari di kelas VB
siswa dapat meningkat (Wijaya Kusumah dan
semester genap tahun ajaran 2015/2016.
dengan
tujuan
Dedi Dwitagama, 2011:9). Salah
adalah
pola
dirancang
dan
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dilaksanakan oleh suatu tim yang biasanya terdiri
dalam penelitian ini adalah observasi dan catatan
atas guru, kepala sekolah, dosen LPTK, dan
lapangan.
kolaboratif
satu yaitu
pola PTK
PTK
Teknik Pengumpulan Data
orang lain yang terlibat dalam tim peneliti (Wina Sanjaya, 2009:9). Kolaboratif yang dimaksudkan
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian
dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
dilakukan
oleh
guru
kelas
yang
ini berupa lembar observasi digunakan untuk
bersangkutan dan bekerja sama dengan peneliti
mengamati
yang
aktivitas yang dilakukan guru dan siswa dalam
bertujuan
untuk
mengatasi
masalah
pembelajaran di kelas yaitu keaktifan siswa.
pembelajaran,
dan
mengumpulkan
serta
catatan
informasi
lapangan
yang
berisikan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh Model Penelitian
guru
dan
siswa
dalam
pembelajaran
Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti
menggunakan model active learning tipe index
menggunakan model yang dikembangkan oleh
card match, sehingga dapat diketahui hambatan
Kemmis dan McTaggart. Model ini memiliki tiga
dan kendala yang ditemui dalam pembelajaran.
alur kerja yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan dan observasi, dan (3) refleksi (Fitri Yuliawati dkk,
Peningkatan Keaktifan Siswa.... (Made Wahyu Utami) 807
Validasi Instrumen Validasi instrumen dalam penelitian ini
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian
menggunakan uji validitas konstruk yang dapat
Hasil penelitian yang diuraikan adalah
dilakukan dengan expert judgement dari dosen
data mengenai keaktifan siswa dalam kegiatan
ahli.
pembelajaran
sebelum
menggunakan
model
active learning tipe index card match dan pelaksanaan tiap-tiap siklus untuk meningkatkan
Analisis Data Pada penelitian ini digunakan dalam
keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA dengan
penelitian ini adalah analisis data kualitatif untuk
menggunakan model active learning tipe index
aktivitas guru dan deskriptif kuantitatif untuk
card match. Pra tindakan dilakukan sebelum
aktivitas siswa kemudian dihitung persentasenya.
pelaksanaan
Perhitungan untuk persentase keaktifan siswa
observasi aktivitas untuk mengukur keaktifan
menggunakan rumus berikut:
siswa pada pelajaran IPA.
siklus
I
dengan
melakukan
(Ngalim Purwanto, 2013:102) Keterangan: NP R SM 100
= nilai persen yang dicari atau diharapkan = skor mentah yang diperoleh siswa = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan = bilangan tetap Menentukan kriteria penilaian tentang
Gambar 01. Diagram Batang Keaktifan Siswa Pra Tindakan
hasil observasi aktivitas siswa, maka dilakukan pengelompokkan atas 5 kriteria penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Adapun kriteria persentase tersebut menurut Ngalim Purwanto (2010: 103 ) adalah sebagai berikut. Tabel 01. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Prenstase (%) Keterangan 86-100 Sangat Baik 76-85 Baik 60-75 Cukup 55-59 Kurang ≤54 Sangat Kurang
Berdasarkan diagram batang di atas prersentase rata-rata yang diperoleh siswa pada aktivitas visual yaitu 32,26%, aktivitas lisan persentase rata-rata yang diperoleh yaitu 11,61%, pada
aktivitas
mendengarkan
diperoleh
persentase rata-rata 20%, pada aktivitas menulis persentase rata-rata yang diperoleh yaitu 43,55% dimana
persentase
menulis
ini
merupakan
perolehan tertinggi dari aktivitas yang diukur, sedangkan aktivitas mental persentase rata-rata yang
diperoleh
yaitu
0%.
Data
tersebut
menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada mata pelajara IPA masih sangat rendah karena kurang dari 54%. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru harus mampu memilih model pelajaran yang
808 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke-5 2016
dapat meningkatkan kekatifan siswa dalam proses
ditetapkan bahwa penelitian dikatakan berhasil
pembelajaran. Berdasarkan data hasil observasi
apabila mengalami peningkatan ≥75%.
yang diperoleh, peneliti merencanakan sebuah
Pada
siklus
2
tetap
dilakukan
penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
pembelajaran dengan model active learning tipe
kekatifan siswa kelas VB pada pelajaran IPA
index card match namun dengan beberapa
dengan model active learning tipe index card
perbaikan yang telah disepakati guru dan peneliti
match.
saat diadakan evaluasi siklus 1. Upaya perbaikan Data
keaktifan
siswa
peningkatan setelah dilakukan
menunjukan
yang
dilakukan
berdampak
pada
proses
pembelajaran
pembelajaran yang lebih baik dan keaktifan siswa
dengan model active learning tipe index card
pada pembelajaran IPA meningkat. Peningkatan
match pada siklus 1. Peningkatan tersebut dapat
keterampilan komunikasi IPA pada pra tindakan,
diihat pada diagram batang dibawah ini.
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini.
Gambar 02. Diagram Batang Persentase Peningkatan Keaktifan siswa pada Siklus I Diagram diatas menunjukkan bahwa pada siklus I keseluruhan aspek sudah mengalami peningkatan dari pra tindakan. Aktivitas visual
Gambar 03. Diagram Batang Peningkatan Presentase Keaktifan Siswa pada Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II
mengalami peningkatan dari 32,26% menjadi Diagram diatas menunjukkan bahwa pada
91,40%. Aktivitas lisan mengalami peningkatan dari
11,61%
menjadi
58,71%.
Aktivitas
mendengarkan mengalami peningkatan dari 20% menjadi 70,32%. Aktivitas menulis mengalami peningkatan
dari
43,35%
menjai
80,65%.
Kegiatan mental mengalami peningkatan dari 0% menjadi 72,90%. Persentase aktivitas lisan, mendengarkan dan mental belum dapat disebut berhasil karena belum mencapai ≥75% . Pada penelitian ini
siklus
II
Keseluruhan
aspek
mengalami
peningkatan dari pra tindakan dan siklus I. Aktivitas visual mengalami peningkatan dari 91,40%
menjadi
96,77%.
Aktivitas
lisan
mengalami peningkatan dari 58,71% menjadi 89,03%. Aktivitas mendengarkan mengalami peningkatan dari 70,32%
menjadi 93,55%.
Aktivitas menulis mengalami peningkatan dari 80,65%
menjadi
85,48%.
Aktivitas
mental
Peningkatan Keaktifan Siswa.... (Made Wahyu Utami) 809
mengalami peningkatan dari 72,90% menjadi
indeks dan aspek aktivitas mendengar yaitu
93,55%.
mendengarkan presentasi dari teman. Kemudian II
guru melemparkan pertanyaan kepada siswa lain
mengalami peningkatan mencapai ≥75%. Dari
untuk mengonfirmasi kebenaran pasangan kartu,
perolehan tersebut, penelitian ini dikatakan
siswa menjawab pertanyaan guru dengan butir
berhasil dan siklus dihentikan pada siklus II.
pengamatan
Seluruh
aktivitas
pada
siklus
aspek
aktivitas
lisan
yaitu
menanggapi pertanyaan/pertnyataan guru. Pada aktivitas presentasi ini juga diamati
Pembahasan Tahap pertama
active
penggunaan bahasa yang jelas oleh guru dan
learning tipe index card match adalah siswa
siswa. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar
menyimak penjelasan guru tentang petunjuk
mengajar muncul jika siswa melakukan aktivitas,
index
seperti berpartisipasi dalam tugas belajar ,
card
match
dalam
dengan
model
butir
indikator
pengamatan dari aspek aktivitas mendengarkan
mengajukan
yaitu mendengarkan penjelasan arahan/petunjuk
sebagainya. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa
penggunaan
indeks.
diatas sesuai dengan kegiatan belajar menurut
Selanjutnya, tahap model active learning tipe
Paul D.Dierich dalam Oemar Hamalik (2001:
index card match yaitu siswa menerima kartu
172), belajar terbagi dalam 8 kelompok yaitu
indeks secara acak dan mengamati isi dari kartu
kegiatan
indeks dengan butir indikator pengamatan dari
mendengarkan,
aspek aktivitas visual yaitu mengamati media
menggambar, kegiatan metrik, kegiatan mental,
berupa kartu indeks dan aspek aktivitas mental
dan kegiatan emosional.
index
card/
kartu
pertanyaan,
visual,
berpendapat
kegiatan kegiatan
dan
lisan,
kegiatan
menulis,
kegiatan
yaitu mencari pasangan kartu indeks yang sesuai
Kegiatan atau aktivitas yang terdapat
serta aspek aktivitas lisan yaitu menanyakan hal-
dalam model active learning tipe index card
hal yang kurang jelas dan bertanya menggunakan
match tersebut dapat memunculkan keaktifan
bahasa yang jelas.
siswa dalam pembelajaran dikarenakan langkah-
Tahap
ketiga,
sudah
langkah pada model active learning tipe index
mendapatkan pasangan kartu duduk berdekatan
card match terdapat aktivitas yang melibatkan
dengan teman yang memegang kartu yang sesuai
siswa
dengan miliknya. Siswa kembali mencocokan
menyelesaikan LKS, mencocokan isi pada kartu,
pasangan kartu, jika dirasa belum cocok siswa
mempresentasikan
kembali mencari kartu indeks lain. Aktivitas
sehingga menumbuhkan interaksi antara siswa
tersebut masuk pada aspek aktivitas mental yaitu
dengan guru dan siswa dengan siswa
mencocokan ini pada pasangan kartu indeks.
membahas materi. Berdasarkan kegiatan yang
Selanjutnya
telah
siswa
siswa
yang
mempresentasikan
hasil
untuk
berpikir
dilakukan,
hasil
dalam
berdiskusi,
mencocokan
penggunaan
kartu
dalam
model
active
match
dalam
mencari dan mencocokan pasangan kartu indeks
learning
dengan butir pengamatan aspek aktivitas lisan
pembelajaran IPA di kelas VB SD Negeri
yaitu mempresentasikan hasil mencocokan kartu
Demakijo
tipe
1
index
Sleman
card
dapat
meningkatkan
810 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke-5 2016
keaktifan siswa. Hal ini dibuktikan dengan data
siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif
hasil pengamatan keaktifan siswa pra tindakan
dalam melakukan kegiatan belajar sehingga
sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada
tujuan pengajaran dapat dicapai dengan lebih baik
siklus II setiap aktivitas yang diamati mengalami
(Nana Sudjana, 1996:20). Hal ini mendukung
peningkatan ≥75%.
hasil
Persentase paling tinggi
penelitian
yang
menunjukkan
bahwa
96,77% yaitu pada aktivitas visual, hal ini
peningkatan keaktifan siswa juga perpengaruh
dikarenakan masing-masing siswa mendapatkan
terhadap peningkatan prestasi belajar.
materi yang wajib dibaca untuk memudahkan
Dari
pembahasan
di
atas
dapat
siswa mengisi LKS dan mengikuti langkah index
disimpulkan bahwa penggunaan model active
card match.
learning
Persentase tertinggi kedua 93,55% yaitu
tipe
index
card
match
dalam
pembelajaran IPA di kelas VB SD Negeri
pada aktivitas mental dan mendengarkan, siswa
Demakijo
sangat berantusias dan ingin tahu terhadap kartu
keaktifan siswa, hal ini sejalan dengan pernyataan
indeks yang dibawa oleh guru menyebabkan
Warsono dan Hariyanto (2013:12)
siswa menyimak dengan baik setiap penjelasan
learning mengkondisikan agar siswa selalu
dan arahan guru serta ikut aktif dalam proses
melakukan pengalaman belajar yang bermakna
pembelajaran. Persentase tertinggi ketiga 89,03 %
dan senantiasa berpikir tentang apa yang apat
yaitu aktivitas lisan, siswa dengan berani
dilakukannya selama pembelajaran. Keterlibatan
mempresentasikan
siswa dalam pembelajaran membuat pelajaran
pasangan
peroleh, aktif menanggapi
kartu
yang
pertanyaan
di atau
lebih
1
Sleman
bermakna.
dapat
Pengalaman dalam
belajar
active
yang
pernyataan yang diberikan guru ketika pelajaran
bermakna
bagi
perlangsung. Terakhir dengan persentase 85,48%
bertujuan
untuk
yaitu aktivitas menulis, setiap pertemuan siswa
memahami
memiliki tugas untuk menyelesaikan LKS,
menyenangkan
evaluasi dan mencatat inti-inti materi.
meningkatkan prestasi belajar. Dalam penelitian
Pencapaian prestasi belajar yang lebih
siswa
meningkatkan
menjadikan
materi
dan
yang
tindakan
perolehan siswa pada pra tindakan mencapai
keaktifan siswa setiap siklus.
81,77, kemudian pada siklus II
siswa
lebih
pelajaran
lebih
akhirnya
dapat
ini, perbaikan yang dilakukan guru selama
baik juga dibuktikan dengan nilai rata-rata
48,26, pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai
pembelajaran
dapat
terlihat
dari
meningkatnya
Pencapaian hasil belajar yang lebih baik
nilai rata-rata
juga dibuktikan dengan nilai rata-rata perolehan
siswa mencapai 90,48. Peningkatan prestasi
siswa pada pra tindakan 48,26, pada siklus I nilai
belajar siswa ini terjadi karena setiap siswa
rata-rata siswa mencapai 81,77, kemudian pada
terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga
siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 90,48.
materi yang dipelajari akan cepat dipahami.
Peningkatan hasil belajar siswa ini terjadi karena
Pembelajaran aktif adalah suatu proses
setiap siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,
kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya
sehingga materi yang dipelajari akan cepat
terlibat secara intelektual dan emosional, jadi
dipahami.
Peningkatan Keaktifan Siswa.... (Made Wahyu Utami) 811
Pembelajaran aktif adalah suatu proses
Pada siklus I, keaktifan siswa sudah
kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya
meningkat namun peningkatan persentase pada
terlibat secara intelektual dan emosional, jadi
tiga butir indikator pengamatan keaktifan siswa
siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif
belum mencapai ≥75% sehingga dibutuhkan
dalam melakukan kegiatan belajar sehingga
pelaksanaan siklus II. Pada siklus II seluruh
tujuan pengajaran dapat dicapai dengan lebih baik
indikator
(Nana Sudjana, 1996:20). Hal ini mendukung
siswa telah mencapai ≥75%. Peningkatan hasil
hasil
bahwa
belajar siswa dapat diihat dari peningkatan
peningkatan keaktifan siswa juga perpengaruh
ketuntasan KKM yang mengalami peningkatan
terhadap peningkatan prestasi belajar.
dari pra siklus, siklus I sampai sikus II. Pada pra
penelitian
yang
menunjukkan
pengamatan
pengamatan
keaktifan
tindakan rata-rata nilai siswa 48,26, pada siklus I Kesimpulan dan Saran
rata-rata nilai siswa mencapai 81,77, dan pada
Kesimpulan
siklus II rata-rata nilai siswa berhasil mencapai
Berdasarkan pembahasan
hasil
dapat
penelitian
ditarik
dan
kesimpulan
penggunaan model active learning tipe index card match dalam pelajaran IPA khususnya materi perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam dengan cara mencocokkan kartu soal dengan kartu jawaban dapat
90,48.
meningkatkan
Saran Berdasarkan pada kesimpulan di atas, dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Model active learning tipe index card match dapat dijadikan salah satu cara
keaktifan siswa. Model ini dapat melibatkan
melaksanakan
siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran.
inovatif di sekolah.
Tahap pertama guru membacakan aturan
model
pembelajaran
2. Bagi guru
penggunaan kartu indeks, kemudian mengocok
Penggunaan model active learning
kartu indeks hingga tercampur antara kartu soal
tipe index card match dalam pembelajaran
dengan jawaban. Tahap kedua guru membagikan
IPA hendaknya dijadikan alternatif untuk
kartu indeks kepada siswa secara acak. Tahap
meningkatkan
siswa
dan
ketiga siswa dipersilakan untuk mencari pasangan
diharapkan guru selalu kreatif
serta
kartu indeks yang sesuai. Tahap keempat siswa
inovatif dalam mengemas pembelajaran
diarahkan untuk duduk bersama sesuai dengan
seperti model active learning tipe index
pasangan
kartu.
mempresentasikan
Dan hasil
terakhir
siswa
card match sehingga dapat meningkatkan
mencocokan
kartu
keaktifan yang nantinya berpengaruh pada
indeks. Kegiatan tersebut membuat siswa terlibat aktif
dalam
ditunjukan
proses dengan
keaktifan
pembelajaran. Hal peningkatan
ini
persentase
keaktifan siswa dari pra tindakan hingga siklus II.
prestasi belajar. 3. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai
pembanding
bagi
812 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke-5 2016
peneliti lainnya yang berminat untuk meneliti masalah ini lebih luas. Daftar Pustaka Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi KTSP. Jakarta: Kemendiknas Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kagilis. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud. M. Ngalim Purwanto. (2013). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. (1996). Cara belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru. Oemar Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Srini M. Iskandar. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud Sri Sulistyorini. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana. Suharjo. (2006). Mengenal pendiidkan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Jakarta: Depdiknas. Usman Samatowa. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Warsono dan Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.