MK. MANAJEMEN KEUANGAN KONSUMEN (IKK 335)
PAJAK DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FEMA IPB 1-1
Copyright ©Houghton Mifflin Company. All rights reserved.
DEFINISI PAJAK PAJAK adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang Tanpa mendapatkan imbalan/balas jasa secara langsung (kontraprestasi), yang hasilnya digunakan untuk membiayai pembangunan dan penyelenggaraan negara DEPARTEMEN IKK - IPB
MANFAAT PAJAK PAJAK yang dibayarkan digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan negara, dan membiayai pembangunan seperti: pembangunan gedunggedung sekolah, sarana kesehatan (rumah sakit), sarana umum, pembangunan jalan raya, pertahanan dan keamanan negara, sarana penerangan, dll DEPARTEMEN IKK - IPB
1. orang pribadi; 2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; 3. badan; dan 4. bentuk usaha tetap. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subyektif (berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak) dan obyektif (berdasarkan pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak).
KEWAJIBAN PAJAK SUBYEKTIF OP (Objek Pajak) MULAI BERAKHIR Saat dilahirkan Saat meninggal Saat berada di Indonesia Saat meninggalkan atau bertempat tinggal di Indonesia untuk Indonesia selama-lamanya.
Cara Pemungutan Pajak Official Assesment (Penetapan oleh Pejabat Pajak) PBB Self Assesment (Dihitung oleh Wajib Pajak
sendiri) PPh ps 21 Withholding (Pemotongan dan /atau Pemungutan) PPh ps 22/23
DEPARTEMEN IKK - IPB
Pajak juga dapat dibedakan berdasarkan otoritas wilayah yang memungut pajak a. Pajak Daerah Pajak yang ditetapkan oleh masing-masing Daerah, berlaku hanya di Daerah di mana diterbitkannya Peraturan Perpajakan Daerah, dan digunakan untuk membiayai belanja masing-masing Daerah tersebut. Contohnya: Pajak Pembangunan I di DKI Jakarta, Pajak Reklame. b. Pajak Pusat Ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, dan berlaku bagi Wajib Pajak di Negara tersebut. Yang berlaku di Indonesia, misalnya: Pajak Penghasilan sebagaimana ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. DEPARTEMEN IKK - IPB
Perpajakan yang Berlaku Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai Pajak Bumi dan Bangunan Bea Materai
DEPARTEMEN IKK - IPB
(SIE PAJAK/MELA/20010)
Pajak Penghasilan (PPh) Pajak yang dikenakan berkaitan dengan penghasilan yang diterima selama satu tahun pajak Subyek PPh: orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
DEPARTEMEN IKK - IPB
PAJAK PENGHASILAN
ADALAH
PAJAK YANG DIKENAKAN TERHADAP SUBJEK PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA DALAM TAHUN PAJAK
WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
1 orang 1 keluarga dianggap sebagai satu kesatuan ekonomis
BADAN
sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha
Kewajiban NPWP = PPh UNDANG UNDANG
USAHA / KEGIATAN PEK. BEBAS
NPWP
SUBJEK PAJAK WAJIB PAJAK • Orang Pribadi • Badan NON - USAHA NON - PEK. BEBAS
OP > PTKP
Ya
Tidak termasuk: Badan perwakilan negara asing Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat Organisasi internasional Pejabat-pejabat perwakilan organisasi
internasional
DEPARTEMEN IKK - IPB
Obyek Pajak Penghasilan Penghasilan yaitu setiap kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan WP yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk: gaji, upah, tunjangan, honor, bonus, gratifikasi, hadiah, laba usaha, keuntungan, deviden, bunga, royalti, dll.
DEPARTEMEN IKK - IPB
Tidak termasuk obyek pajak:
Bantuan atau sumbangan zakat Harta hibahan dari keluarga sedarah Warisan Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal Imbalan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan, seperti mobil dan rumah dinas Pembayaran dari perusahaan asuransi dan dana pensiun, tunjangan hari tua (THT) dan jaminan hari tua (JHT) oleh perusahaan Dll. DEPARTEMEN IKK - IPB
PRINSIP PEMOTONGAN PPh 21 Setiap pegawai yang memperoleh Penghasilan (gaji dsb) wajib dipotong PPh 21 oleh pemberi kerja Bagi pegawai, pemotongan pajak tersebut merupakan angsuran pembayaran pajak dalam tahun berjalan keculai yang bersifat final Dilakukan setiap bulan / setiap pembayaran Ada perbedaan penghitungan untuk pegawai tetap dan tidak tetap untuk dasar pengenaanya Pajak yang dipotong ditambah 20% apabila pegawai tersebut tidak mempunyai NPWP 16
Pajak Penghasilan Pasal 21 Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Pemotong PPh ps 21:
1. Pemberi kerja 2. Bendaharawan pemerintah 3. Dana pensiun, jamsostek, PT Taspen 4. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap 5. Yayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi DEPARTEMEN IKK - IPB
KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 21 Pasal 21 ayat (1) PPh WP OP DALAM NEGERI
DIPOTONG, DISETOR DAN DILAPORKAN
GAJI, UPAH, HONOR, TUNJANGAN, DAN PEMBAYARAN LAIN SBG IMBALAM MENYANGKUT PEKERJAAN YG DILAKUKAN OLEH PEGAWAI ATAU BUKAN PEGAWAI
PEMBERI KERJA
GAJI, UPAH, HONOR, TUNJANGAN, DAN PEMBAYARAN LAIN YANG MENYANGKUT PEKERJAAN, JASA, ATAU KEGIATAN
BENDAHARAWAN PEMERINTAH
UANG PENSIUN ATAU PEMBAYARAN LAIN DALAM RANGKA PENSIUN
DANA PENSIUN
HONORARIUM ATAU IMBALAN SERTA PEMBAYARAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN JASA
OP/BADAN YANG MEMBAYAR
PEMBAYARAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN ADANYA KEGIATAN
PENYELENGGARA KEGIATAN
Penerima Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 Pegawai tetap Tenaga lepas Penerima pensiun Penerima honorarium Penerima upah Tenaga ahli
DEPARTEMEN IKK - IPB
Pembayaran Dipotong PPh 21 a. Yang diterima langsung : Gaji, Tunjangan beras, tunjangan Pajak, tunjangan Perumahan. Tunjangan Istri dll Bonus, THR, Gratifikasi, Tantiem dll b. Yang diterima tidak langsung : Asuransi yang dibayar perusahaan
PENGURANGAN YANG DIPERBOLEHKAN UNTUK MENGHITUNG PENGHASILAN NETO Biaya Jabatan (5% atau maks. 6.000.000 setahun. Iuran pensiun, THT, JHT yang dibayar pegawai
maksimal 5% atau 2.400.000 setahun.
DEPARTEMEN IKK - IPB
Pemotongan PPh 21 Penerima Pensiun (Pasal 14)
Peg. Tetap (Pasal 14)
Peg. Tdk. Tetap
Bukan Pegawai
Penerima Pesangon
Peserta kegiatan
(Pasal 14, 15)
(Pasal 16)
(Pasal 19)
(Pasal 19)
PER31/PJ/2009 jo. Per 57
Penghitungan Pemotongan Pensiun (Pasal 14)
Setiap Bulan (Jan-Nov)
Akhir tahun (Desember)
Gaji Bruto sebulan dikurangi Bi. Pensiun, PTKP (disetahunkan)
Gaji Bruto Setahun (Jan-Des) dikurangi : Bi. Pensiun, PTKP
Pasal 17 (1) dibagi 12
Pasal 17 (1) dikurangi Pembayaran Jan-Nov
Penghitungan Pemotongan Peg. Tetap (Pasal 14)
Setiap Bulan (Jan-Nov)
Akhir tahun (Desember)
Gaji Bruto sebulan dikurangi Biaya Jabatan, Iuran Pensiun, PTKP (disetahunkan)
Gaji Bruto Setahun (Jan-Des) dikurangi : Biaya Jabatan, Iuran Pensiun, PTKP
Pasal 17 (1) dibagi 12
Pasal 17 (1) dikurangi Pembayaran Jan-Nov
Contoh: PPh 21 Pegawai tetap 2008 3,000,000
2012 3,000,000
5% X Rp 3.000.000,00 Penghasilan neto sebulan Penghasilan neto disetahunkan (perkiraan)
150,000 2,850,000
150,000 2,850,000
12 x Rp 2,850.000,00 PTKP setahun (K/-) - untuk WP sendiri - tambahan WP kawin Jumlah PTKP setahun Penghasilan Kena Pajak setahun Pajak Penghasilan (Tarif PPh O P) Setahun PPh 21 sebulan (/12) – punya NPWP PPh 21 sebulan jika tdk Punya NPWP
34,200,000
34,200,000
13,200,000 1,200,000 14,400,000 19,800,000 990,000 82,500 82,500
15,840,000 1,320,000 17,160,000 17,040,000 852,000 71,000 85.200
Gaji sebulan Pengurangan : Biaya Jabatan :
2013 3,000,000
150,000 2,850,000 34,200,000 24,300,000 2,025,000 26,325,000 7,875,000 393,750 32,800 39,375
Contoh: Penghitungan Akhir Tahun Pegawai Tetap Gaji + tunjangan + bonus (Jan s.d. Des)
Rp 36,000,000
Pengurangan : 1
Biaya Jabatan : 5% X Rp 36.000.000,00
Max = 6.000.000
Penghasilan neto setahun sebenarnya
Rp 1,800,000 Rp 34,200,000
PTKP setahun (K/-) - untuk WP sendiri - tambahan WP kawin
Rp15,840,000 Rp1,320,000
Jumlah PTKP setahun
Rp 17,160,000
Penghasilan Kena Pajak setahun
Rp 17,040,000
Pajak Penghasilan Harus dipotong (tarif OP)
Rp
852,000
PPh 21 telah dipotong bulanan (Jan - Nov) misal :
Rp
781,000
PPh Yang kurang dipotong
Rp
71,000
Contoh Kasus: Budi Zaim, pegawai pada perusahaan PT Angin Mamiri (PT
AM), menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp 4 juta. PT AM mengikuti program Jamsostek, premi jaminan kecelakaan kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0.50% dan 0.30% dari gaji. PT AM juga menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3.70% dari gaji. Pak Zaim juga membayar iuran jaminan Hari Tua sebesar 2.00% dari gaji setiap bulan. Di samping itu PT AM juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT AM membayar iuran pensiun untuk pak Zaim ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulannya sebesar Rp 100,000, sedangkan Pak Zaim membayar iuran pensiun sebesar Rp 50,000 . Pada bulan juli 2013, Pak Budi hanya menerima pembayaran berupa gaji. Berapa pajak yang harus dibayar untuk bulan Juli 2013? DEPARTEMEN IKK - IPB
gaji premi kecelakaan (o,5%) premi kematian (0,3%)
4,000,000 20,000 12,000 4,032,000
total biaya jabatan 5% iuran pensiun 3.7% iruran jaminan hari tua 2% gaji
200,000 100,000 80,000 total
penghasilan neto sebulan penghasilan per tahun PTKP diri sendiri kawin
380,000 3,652,000 43,824,000 15,840,000 1,320,000
total penghasilan kena pajak pajak 5% per tahun pajak per bulan
DEPARTEMEN IKK - IPB
17,160,000 26,664,000 1,333,200 111,100
Penghitungan Pegawai Tidak Tetap Upah secara bulanan
Upah Harian, Mingguan, Borongan, Satuan
Pasal 14 PER-31
Upah sebulan Melebihi 1.320.000 (Pasal 15 PER-31)
Upah sebulan Tidak Melebihi 1.320.000 (Pasal 1 PMK 254) Pasal 12 Per 31
Upah sebulan > 6 jt
Upah sebulan s.d. 6 jt
Upah sehari > 150 rb
Gaji Bruto – PTKP sebulan (disetahunkan)
Upah Bruto – PTKP sebulan (disetahunkan)
Upah Bruto – PTKP jumlah hari
Upah Bruto – 150 rb. (Perhari)
Pasal 17 (1) dibagi 12
Pasal 17 (1) dibagi 12
5%
5%
Upah sehari s.d. 150 rb
NIHIL
PEGHITUNGAN PEGAWAI TIDAK TETAP DENGAN GAJI BULANAN Peg. Tetap
Gaji bulanan Pengurangan : Biaya Jabatan : 5% X Rp 2.000.000,00 Penghasilan neto sebulan Penghasilan neto disetahunkan (perkiraan) 12 x Pengh. Neto PTKP setahun (K/-) - untuk WP sendiri - tambahan WP kawin Jumlah PTKP setahun Penghasilan Kena Pajak setahun Pajak Penghasilan (Tarif PPh O P) Setahun PPh 21 sebulan (/12) – punya NPWP PPh 21 sebulan jika tdk Punya NPWP
Peg. Tdk. Tetap bulanan
2,000,000
2,000,000
100,000 1,900,000
2,000,000
22,800,000
24,000,000
15,840,000 1,320,000 17,160,000 5,640,000 222,000 18,500 22,200
15,840,000 1,320,000 17,160,000 6,840,000 342,000 28,500 34,200
PENGHITUNGAN PPH 21 PEGAWAI TIDAK TETAP (HARIAN, BORONGAN) Budi (kawin) bekerja selama 15 hari dalam bulan Juni 2011. Total gaji yang diterima Rp. 2.000.000, karena upah sebulan melebihi 1.320.000, maka PPh 21 yang dipotong adalah : Penghasilan bruto (15.840.000 + 1.320.000) X 15/360 PKP PPh 21 dipotong (5%) PPh 21 jika tdk berNPWP +20% =
= 2.000.000 = 715.000 = 1.285.000 = 64.250 77.100
Penghitungan PPh 21 Bukan Pegawai (Pasal 16 Per 57)
-Tidak Berkesinambungan
Berkesinambungan
Komisaris /Pengawas yg tidak Pegawai tetap
- Punya NPWP, dan - Ph hanya dr pemotong Pjk, dan - Tdk ada penghasilan lain
Tidak
Ya
Komulatif Honor/imbalan Bruto Yang tidak Teratur
50% Upah Bruto
50% Komulatif Upah Bruto
50% Komulatif Gaji Bruto – PTKP sebulan
Pasal 17 (1)
Pasal 17 (1)
Pasal 17 (1)
Pasal 17 (1)
Mantan Pegawai (Pasal 16 PMK 252)
Komulatif Japro, Tantiem, Bonus, Gratifikasi, Imbalan lain
Pasal 17 (1)
PENGHITUNGAN PPh 21 BUKAN PEGAWAI YANG TIDAK BERSIFAT KESINAMBUNGAN
Tax Based = 50% X penghasilan bruto
Tarif pajaknya adalah tarif umum Misalnya : Adi Wijaya, SE, Ak. Melakukan Audit dan dibayar
Rp. 20.000.000, PPh 21 dipotong saat pembayaran adalah : Penghasilan Bruto : 20.000.000 Dasar Pengenaan Pajak =50% : 10.000.000 PPh 21 dipotong (Pasal 17 (1)
= 5% X 10.000.000
: 500.000
Penghitungan PPh 21 Bukan pegawai yang bersifat kesinambungan (syarat PTKP tidak terpenuhi) Tidak memenuhi syarat komulatif : Punya NPWP, Hanya
memperoleh penghasilan dari pemotong pajak, dan tdk punya penghasilan. Lain Komulatif Bruto dikurangi PTKP sebulan Meliputi : Tenaga ahli (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris), MLM, PDL Asuransi, Penjaja Barang, dll yang bukan pegawai tetapi menerima penghslan secr berkesinambungan. Misalkan Supandi merupakan konsultan di PT S. Memperoleh honor sbb : - Januari 2009 = 90.000.000 - Februari 2009 = 100.000.000 - Maret 2009 = 150.000.000
Penghitungan PPh 21 Bukan pegawai yang bersifat kesinambungan (syarat PTKP tidak terpenuhi) Uraian
Januari
Februari
Maret
Penghasilan Bruto
90,000,000
100,000,000
150,000,000
Akumulasi Penghasilan bruto
90,000,000
190,000,000
340,000,000
DPP (50%)
45,000,000
95,000,000
170,000,000
2,250,000
9,250,000
20,500,000
-
2,250,000
9,250,000
PPh harus dipotong bulan tersebut
2,250,000
7,000,000
11,250,000
Apabila tidak punya NPWP + 20%
2,700,000
8,400,000
13,500,000
PPh 21 terutang (tarif Pasal 17 (1)) Telah dipotong masa sebelumnya
Penghitungan PPh 21 untuk penghasilan bukan pegawai bersifat berkesinambungan (syarat PTKP terpenuhi) DPP Dihitung dari 50% kumulatif penghasilan bruto
dikurangi PTKP sebulan dikalikan tarif Pasal 17 (1) Syarat dapat dikurangi PTKP: Punya NPWP, Hanya memperoleh pengh dari pemotong pajak, dan tdk punya pengh. Lain jika salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka tidak ada PTKP. (Pasal 12) Misalkan Pak Lamijan (K/-) anggotan MLM X Memperoleh penghasilan sbb : - Januari 2009 = 30.000.000 - Februari 2009 = 60.000.000 - Maret 2009 = 70.000.000 Penghitungan PPh 21 adalah :
Penghitungan PPh 21 untuk penghasilan bukan pegawai bersifat berkesinambungan (syarat PTKP terpenuhi)
Uraian
Januari
Februari
Maret
Penghasilan Bruto
30,000,000
60,000,000
70,000,000
Akumulasi Penghasilan bruto
30,000,000
90,000,000
160,000,000
Akumulasi 50% Penghasilan bruto
15,000,000
45,000,000
80,000,000
1,430,000
1,430,000
1,430,000
13,570,000
43,570,000
78,570,000
678,500
2,178,500
6,785,500
-
678,500
2,178,500
PPh harus dipotong bulan tersebut
678,500
1,500,000
4,607,000
Apabila tidak punya NPWP + 20%
814,200
1,800,000
5,528,400
(-) PTKP (K/-)= (15.840.000+1.320.000)/12
Penghasilan kena pajak PPh 21 terutang (Tarif Pasal 17 (1)) Telah dipotong masa sebelumnya
Contoh dokter yang bekerja di RS Tirta Nusantara memperoleh honor sebagai berikut : Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Jumlah
Jumlah Jasa Dokter yang dibayar Pasien (Rupiah) 30.000.000,00 30.000.000,00 25.000.000,00 40.000.000,00 30.000.000,00 25.000.000,00 180.000.000,00
Penghitungan PPh 21 Dokter Bulan
(1) Januari Februari Maret April Mei Juni Jumlah
Jasa Doketr yang dibayar Pasien
Dasar Pemotongan PPh Pasal 21
(Rupiah) (Rupiah) (2) (3)=50% x (2) 30.000.000,00 15.000.000,00 30.000.000,00 15.000.000,00 25.000.000,00 12.500.000,00 15.000.000,00 7.500.000,00 25.000.000,00 12.500.000,00 30.000.000,00 25.000.000,00 180.000.000,00
15.000.000,00 12.500.000,00 90.000.000,00
Dasar Pemotongan PPh Pasal 21 Kumulatif (Rupiah) (4) 15.000.000,00 30.000.000,00 42.500.000,00 50.000.000,00 62.500.000,00
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh (5) 5% 5% 5% 5% 15%
77.500.000,00 90.000.000,00
15% 15%
PPh Pasal 21 terutang (Rupiah) (6)=(3) x (5) 750.000,00 750.000,00 625.000,00 375.000,00 1.875.000,00 2.250.000,00 1.875.000,00 8.500.000,00
PESERTA KEGIATAN DAN PENERIMA PESANGON (PASAL 16 PER 57)
Peserta Kegiatan Pasal 16 (2) PER-57
Imbalan Bruto
Pasal 17 (1)
Penerima Pesangon (Pasal 19, PER-31) KMK 112/KMK03/2001
Tarif Progresif : 0-25 Juta : nihil 25-50 juta : 5% 50-100 juta : 10% 100-200 juta : 15% 200 : 25%
Final
KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK (PEMBERI KERJA) Menghitung dan memotong PPh 21 setiap Pegawai / pembayaran Membuat bukti pemotongan untuk setiap pegawai Membayarkan total Pajak (PPh 21) yang telah dipotong setiap bulan ke kas negara maks. Tgl. 10 bulan berikutnya
Melaporkan penghitungan, pemotongan, dan pembayaran tsb ke Kantor Pajak setiap bulan maks tgl. 20 bln berikutnya.
HAK DAN KEWAJIBAN PEGAWAI PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PAJAK
HAK : - Meminta Bukti pemotongan - Bukti pemotongan sebagai kredit pajak (angsuran pajak) yang telah dibayar KEWAJIBAN Melaporkan dalam SPT tahunan PPh Orang Pribadi (setiap tahun)
Tax Planning No.
Jenis Pembayaran
Obyek PPh 21
Biaya Perusahaan
Ya Ya
Ya Ya
1 2
Gaji, tunjangan, Bonus, THR, Gra.dll Asuransi (kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa) yang dibayar perusahaan
3
Pembayaran langsung kepada dana pensiun, Tidak jamsostek berupa iuran pensiun, THT & JHT oleh perusahaan
Ya
4
Bea siswa (kecuali kepada pemilik, komisaris, Direksi, Tidak pengurus) Pemberian dalam bentuk Natura/kenikmatan seperti Tidak mobil dinas, rumah dinas, termasuk PPh ditanggung perusahaan
Ya
5
Tidak
Tax Planning Bea siswa Apabila ada pegawai yang melakukan pendidikan dari pada diberikan dalam bentuk tunjangan, maka berikan dalam bentuk bea siswa karena bisa mengurangi PPh Badan tetapi bukan obyek PPh 21sehingga bisa menghemat jumlah pajak 5 – 30% tergantung jumlah Penghasilan kena pajak pegawai yang diberikan beasiswa tadi.
Tax Planning Pemberian Natura 1. Untuk pegawai dengan gaji s.d. 500 juta/th Jangan berikan bentuk natura karena tidak mengurangi biaya perusahaan shg dikenakan PPh badan lebih besar. 2. Untuk pegawai dengan gaji di atas 500 juta/th Berikan natura karena tarif tarif PPh badan lebih kecil dari PPh 21 (OP)
Tarif dan Penerapannya Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif
s/d Rp 50 juta
5%
Diatas Rp 50 juta – Rp 250 juta
15%
Diatas Rp 250 juta – Rp 500 juta
25%
Diatas Rp 500 juta
30%
Tarif Deviden
10%
Tidak memiliki NPWP (Untuk PPh Pasal 21) Tidak mempunyai NPWP untuk yang dipungut /potong(Untuk PPh Pasal 23) Pembayaran Fiskal untuk yang punya NPWP DEPARTEMEN IKK - IPB
20% lebih tinggi dari yang seharusnya 100% lebih tinggi dari yang seharusnya Gratis
24.3000.000 26.325.000 28.350.000 30.375.000 26.325.000 28.350.000
30.375.000 32.400.000
DEPARTEMEN IKK - IPB
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Keterangan Diri Wajib Pajak Orang Pribadi
2009-2012
2013
Rp. 15.840.000,- Rp. 24,300,000
Tambahan untuk Wajib Pajak Rp. 1.320.000,- Rp. 2,025,000 yang kawin Tambahan untuk seorang istri yang Rp. 15.840.000,- Rp. 24,300,000 penghasilannya digabung dengan penghasilan suami. Tambahan untuk setiap anggota Rp. 1.320.000,- Rp. 2,025,000keturunan sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang diatnggung sepenuhnya , maksimal 3 orang untuk setiap keluarga DEPARTEMEN IKK - IPB
Jenis SPT Tahunan
BADAN
ORANG PRIBADI
1770 S (sederhana) WP yg menerima : ph hanya dari 1 pemberi kerja, dikenakan PPh Final, dikenakan PPh tersendiri, bukan Objek
1770
1771
WP yg melakukan usaha / pekerjaan bebas
WP Badan
WP OP YG MENGGUNAKAN 1770 S PENGHASILAN WP Sebagai Karyawan Hanya Pada Satu Pemberi Kerja (Badan / Orang Pribadi)
1
PEKERJAAN DARI SATU PEMBERI KERJA
2
DIKENAKAN PPh FINAL
3
4
DIKENAKAN PAJAK TERSENDIRI BUKAN OBJEK
• • • • •
Bunga Deposito, Tabungan, Diskonto SBI Bunga/diskonto Obligasi di Bursa Efek Penjualan Saham di Bursa Efek Hadiah Undian Dll (akan disampaikan kemudian)
• •
Penghasilan Istri dari 1 pemberi kerja Penghasilan anak dari pekerjaan
• • •
Bantuan/sumbangan/hibah Warisan Bagian laba anggota CV tidak atas saham, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi Klaim asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, beasiswa
•
Pajak Penghasilan Pasal 22 Pajak penghasilan yang dipungut oleh:
1.Bendaharawan pemerintah berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang 2.Badan-badan tertentu berkenaan dengan kegiatan bidang impor atau usaha di bidang lain
DEPARTEMEN IKK - IPB
Pajak Penghasilan Pasal 23 Pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau hadiah dan penghargaan selain yang telah
dipotong PPh pasal 21 Contohnya: Deviden, bunga royalti: 15%
DEPARTEMEN IKK - IPB
Pajak penghasilan atas hadiah dan penghargaan Hadiah undian: 25% Hadiah atau penghargaan perlombaan:
PPh ps 21 (WPOP dalam negeri) PPh ps 26 (20%) untuk WP Luar Negeri Penghargaan atas prestasi Hadiah atas pekerjaan, jasa, dll
DEPARTEMEN IKK - IPB
Pajak Pertambahan Nilai: dikenakan atas: Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha Impor barang kena pajak
Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean atau Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak DEPARTEMEN IKK - IPB
Barang yang tidak dikenakan PPN Barang hasil pertambangan Barang kebutuhan pokok Makanan dan minuman yang disajikan di
resto, hotel, dll. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga
DEPARTEMEN IKK - IPB
Jasa yang tidak dikenakan PPN
Jasa bidang pelayanan kesehatan medis Jasa bidang pelayanan sosial Jasa bidang pengiriman surat berperangko Jasa bidang perbankan, asuransi, sewa guna usaha Jasa bidang keagamaan Jasa bidang pendidikan Jasa bidang kesenian Jasa bidang penyiaran yang bukan bersifat komersial Jasa bidang angkutan umum Jasa bidang tenaga kerja Jasa bidang perhotelan Jasa yang disediakan oleh pemerintah DEPARTEMEN IKK - IPB
Tarif PPN dan PPN-BM Tarif PPN = 10%
Tarif PPnBM = 10 – 200% Contoh: PKP A menjual tunai barang kena pajak kepada PKP B dengan harga jual Rp 25jt. PPN yang terhutang yang dipungut oleh PKP A adalah 10% x Rp 25 jt atau Rp 2.5 jt
DEPARTEMEN IKK - IPB
Contoh lain
PKP D mengimpor barang kena pajak X yang tergolong mewah dengan nilai impor Rp 50.000.000. Barang X tergolong mewah sehingga selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM dengan tarif 20%. Penghitungan pajaknya: 1. Dasar peghitungan pajak = 50 jt 2. PPN = 10% x 50 jt = 5 jt 3. PPnBM = 20% x 50 jt = 10 jt DEPARTEMEN IKK - IPB
Pajak Bumi dan Bangunan
1. 2.
a. b.
c. d. e.
Pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan UU no 12 tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan UU no 12 tahun 1994 Obyek: Bumi = permukaan bumi (tanah & perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia Bangunan = konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan Kecuali: Digunakan untuk kepentingan pelayanan umum Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau sejenisnya Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata dll Digunakan untuk perwakilan diplomatik Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional DEPARTEMEN IKK - IPB
PBB P2 Per 31 Desember 2013 berubah menjadi pajak
daerah kabupaten/kota untuk perdesaan dan perkotaan, kecuali PBB untuk sektor
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan Pemerintah Pusat akan mengalihkan semua kewenangan terkait pengelolaan PBB-P2 kepada kabupaten/kota. Kewenangan
tersebut antara lain: proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/ penagihan dan pelayanan DEPARTEMEN IKK - IPB
Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
DEPARTEMEN IKK - IPB
Apa tujuan dari pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak daerah sesuai UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD): Untuk meningkatkan local taxing power pada kabupaten/kota: a. Memperluas objek pajak daerah dan retribusi daerah b. Menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah (termasuk pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan dan BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) menjadi Pajak Daerah) c. Memberikan diskresi penetapan tarif pajak kepada daerah d. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada daerah
DEPARTEMEN IKK - IPB
Dasar Pengenaan PBB Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), ditetapkan berdasarkan wilayah melalui Kepmen Keu dengan pertimbangan dari gubernur, dengan memperhatikan: - Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli secara wajar - Perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis dan berdekatan, serta fungsinya sama dan telah diketahui harganya - Nilai perolehan baru - Penentuan NJOP pengganti DEPARTEMEN IKK - IPB
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) Batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak Besarnya berbeda menurut kab/kota
setinggi-tingginya Rp 12 juta Diketentuan baru UU PDRD NJOPTKP paling rendah Rp 10 juta setahun. Wajib pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak-banyaknya satu kali dalam satu tahun pajak Tidak bisa digabung dengan obyek pajak lainnya DEPARTEMEN IKK - IPB
Dasar Penghitungan PBB Nilai jual kena pajak (NJKP):
Obyek pajak perkebunan : 40% Obyek pajak kehutanan : 40% Obyek pajak pertambangan : 20% Obyek pajak pedesaan/pertanian: NJOP > Rp 1M : 40% NJOP < Rp 1M : 20% Pada ketentuan baru TIDAK mengenal NJKP Tarif PBB : 0.5% Pada ketentuan baru paling tinggi 0.3% DEPARTEMEN IKK - IPB
Artinya: Jika NJKP = 40% x (NJOP – NJOPTKP), maka PBB = 0.5% x 40% x (NJOP – NJOPTKP)
0.2% x (NJOP – NJOPTKP) Jika NJKP = 20% x (NJOP – NJOPTKP) maka PBB = 0.5% x 20% x (NJOP – NJOPTKP) 0.1% x (NJOP – NJOPTKP) DEPARTEMEN IKK - IPB
Contoh Obyek Perumahan:
- Luas tanah: 1000 m2 dg nilai jual Rp 840.000/m2 (nilai jual tanah tersebut termasuk kelas A17 dengan nilai jual standar Rp 802.000/m2 - Luas bangunan: 400 m2 dengan nilai jual Rp 1 jt/m2 (masuk kelas A2 dengan harga standar Rp 968.000/m2) DEPARTEMEN IKK - IPB
Penghitungan PBB: (lama) NJOP bumi = 1000 m2 x Rp 802.000 = Rp 802.000.000 NJOP bangunan = 400 m2 x Rp 968.000 = Rp 387.200.000 NJOP total = Rp. 1.189.200.000 NJOPTKP = Rp 12.000.000 NJOP untuk penghitungan = Rp 1.177.200.000 NJKP = 40% x Rp 1.177.200.000 = Rp 470.880.000 PBB terhutang = 0.5% x Rp 470.880.000 = Rp 2.354.400 DEPARTEMEN IKK - IPB
Contoh Penghitungan dengan ketentuan baru Wajib Pajak A mempunyai objek pajak berupa : Tanah seluas 800 m2 dengan harga jual Rp300.000,00/m2 Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual Rp350.000,00/m2 Taman seluas 200 m2 dengan nilai jual Rp50.000,00/m2
DEPARTEMEN IKK - IPB
Besarnya pokok pajak yang terutang adalah sebagai berikut: NJOP Bumi: 800 x Rp300.000,00 = Rp 240.000.000,00 NJOP Bangunan: Rumah dan garasi: 400 x Rp350.000,00 = Rp 140.000.000,00 Taman 200 x Rp 50.000,00 = Rp 10.000.000,00 Pagar (120 x 1,5) x Rp175.000,00 = Rp 31.000.000,00 (+) Total NJOP Bangunan = Rp 181.500.000,00 NJOPTKP = Rp 10.000.000,00 (-) Nilai Jual Bangunan Kena Pajak = Rp 171.500.000,00 Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak = Rp 411.500.000,00 Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah 0,2% PBB terutang : 0,2% x Rp 411.500.000,00 = Rp 823.000,00 DEPARTEMEN IKK - IPB
DEPARTEMEN IKK - IPB
END Sumber: dari berbagai pustaka/bahan presentasi DEPARTEMEN IKK - IPB