MJbmnM
moffifi
m$CI
!se&w
IilirAS. lr[1un]6,5i
I L*-kli i PFmtm
Sarclangun
t:] m
n
., 5 per 1[0.00i1 p*nd$,Jui]
i -i
cer 1|,fl
r3S0
per 100 000 ^6
c*ndt;ttm
penruir
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAMBI 2010
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI JAMBI 2011
TIM PENYUSUN
Pengarah Dr. Hj. Andi Pada, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
Ketua Yan Niaga, SKM, M.Kes Kepala Seksi Pendataan dan Pengendalilan
Editor Herwan, SKM Heryantomi, Am.Kep
Anggota Herwan, SKM; Ika Asrini M, S.Pd; Parida Harahap, S. Psi; Hj. Evariani, S.Sos; Moerti Any, SE; Heryantomi, Am.Kep
Kontributor BPS Provinsi Jambi, Sekretaris Dinas Kesehatan, Bidang Evaluasi dan Pengendalian, Bidang Pelayanan Kesehatan, Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dan Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena dengan rahmat dan karuniaNya Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 telah dapat diselesaikan. Profil Kesehatan Provinsi Jambi merupakan sarana penyajian data dan informasi kesehatan yang merupakan potret status kesehatan masyarakat dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Profil kesehatan Provinsi Jambi selain sebagai penyajian data dan informasi kesehatan juga dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi dari program-program pembangunan kesehatan di kabupaten/ kota. Data Profil Kesehatan Provinsi Jambi saat ini telah pula dimanfaatkan dalam penyusunan RPJMD dan renstra Dinas Kesehatan.
Penyajian data dalam profil kesehatan diupayakan dalam bentuk data “facility based”
dan data “community based” serta data yang disajikan diupayakan
lengkap dari segi jenis dan cakupan. Profil Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2010 ini penyusunannya berbeda dari profil kesehatan sebelumnya, profil kesehatan yang sekarang penyajiannya menyesuaikan dengan Profil Kesehatan Indonesia, lebih banyak penyajian datanya. Sumber data masih sama dengan profil sebelumnya yaitu bersumber dari profil kesehatan kabupaten/ kota, data dari program dan juga data dari lintas sector terkait.
Seksi Pendataan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Provinsi Jambi sebagai koordinator Penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jambi bersama-sama dengan program di Dinas Kesehatan menyusun Profil Kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jambi ditampilkan dalam bentuk yang lebih menarik agar para pembaca lebih mudah menggunakannya. Profil Kesehatan ini menggambarkan tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan faktor terkaitlainnya serta perbandingan dengan Nasional.
Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 dengan segala keterbatasannya tetatp diupayakan agar dapat terbit lebih cepat dari tahun sebelummya. Profil
i
Kesehatan Provinsi Jambi 2010 dibuat dalam bentuk cetakan buku, bagi yang membutuhkan dapat menghubungi Seksi Pendataan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Kritik dan saran sangat kami butuhkan dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jambi ini.
Mudah-mudahan “Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010” ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data informasi di bidang kesehatan. Billahit taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jambi,
Oktober 2011
Kepala Seksi Pendataan dan Pengendalian
Yan Niaga, SKM, M.Kes NIP 19720429 200003 1002
ii
SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kahadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan bimbinganNya, Dinas Kesehatan Provinsi Jambi telah menerbitkan “Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010” yang mencakup seluruh kabupaten/ kota. Meskipun berat dan banyak tantangan didalam proses pengumpulan data dan informasi kesehatan ini, akhirnya Seksi Pendataan dan Pengendalian berhasil menghimpun data tahun 2010 dan menyusunnya dalam bentuk “Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010”.
Tantangan dan kendala dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu ternyata cukup banyak, sehingga data dan informasi dari kabupaten/ kota maupun program masih belum dapat terisi secara lengkap. Dengan terbitnya “Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010” ini, saya harapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak baik institusi pemerintah, swasta, profesi, mahasiswa dan lainnya diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi.
Ucapan selamat dan penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada semua pihak, terutama kepada Seksi Pendataan dan Pengendalian yang telah menjadi coordinator
dalam
penyusunannya,
dan
kontribusi
program,
sehinga
memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010” ini.
Billahit taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jambi,
Oktober 2011
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
Dr. Hj. Andi Pada, M.Kes NIP 19620318 198901 2 002
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB
I
PENDAHULUAN
1
BAB
II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
5
A. B. C. D. E.
5 9 13 19 21
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
Letak Geografi, Tofografi dan Pemerintahan Keadaan Penduduk Keadaan Ekonomi Keadaan Pendidikan Keadaan Kesehatan Lingkungan
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
27
A. Mortalita B. Morbiditas
27 35
SITUASI UPAYA KESEHATAN
57
A. B. C. D.
58 88 94 103
Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan Kesehatan Rujukan Perbaikan Gizi Masyarakat Pelayana Kesehatan dalam Situasi Bencana
SUMBER DAYAKESEHATAN
105
A. Sarana Kesehatan B. Tenaga Kesehatan C. Pembiayaan Kesehatan
105 112 116
PERBANDINGAN PROVINSI JAMBI DENGAN NASIONAL 120 A. Kependudukan B. Derajat Kesehatan C. Upaya Kesehatan
120 125 127
LAMPIRAN iv
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
No Tabel
Judul Tabel
Lampiran Tabel 1
Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 4
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 5
Persentase Penduduk Laki-laki Dan Perempuan Berusia 10 Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 6
Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 7
Jumlah Kematian Bayi Dan Balita Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 8
Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompk Umur Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 9
Jumlah Kasus AFP (NON POLIO) Dan AFP Rate (NON POLIO) Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tbel 10
Jumlah Kasus Baru TB Paru Dan kematian Akibat TB Paru Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Dan
Lampiran Tabel 11 Jumlah Kasus Dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 12 Jumlah KAsus Dan Kesembuhan TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 13 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 14 Jumlah Kasus Baru HIV,AIDS, Dan Infeksi Meular Lainnya Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 15 Persentse Donor Darah Diskrining Terhadap HIV, AIDS, Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 16 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 17 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin kabupaten / Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 18 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 19 Jumlah Kasus dan Prevalansi Penyakit Kusta Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 20 Persentase Penderita Kusta selesai Berobat Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 21 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dicegah Dengan Imunisasi Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 22 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin kabupaten/ Kota Tahun 2010. Lampiran Tabel 23 Jumlah Kasus DBD Menurut jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 24 Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 25 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi JambiTahun 2010.
Lampiran Tabel 26 Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 27 Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 28 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 29 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampira Tabel 30
Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet FE I Dan FE 3 Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 31 Jumlah Dan Persenatase Ibu Hamil Dan Neonatal Resiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 32 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Balita, Ibu Nifas Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 33 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 34 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 35 Jumlah Peserta KB Baru Dan KB Aktif Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 36 Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 37 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Jenis Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Kelamin
Lampiran Tabel 38 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 39 Cakupan Imunisasi DPT, HB Dan Campak Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 40 Cakupan Imunisasi BCG Dan Polio Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin kabupaten? Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 41 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 42 Pemberian Makanan Pendamping ASI Usia Anak 6-23 Bulan Keluarga Miskin Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 43 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 44 Jumlah Balita Yang Ditimbang Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 45 Cakupan Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin Kabupate/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 46 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 47 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 48 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Tahun 2010. Lampiran Tabel 49 Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 50 Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis KLB Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 51 Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani < 24 Jam Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 52 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 53 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 54 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 55 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 56 Cakupan Pelayanan Rawat JAlan Masyarakat Miskin (Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 57 Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (Hampir Miskin) Menurut Strata Kesehatan, Jenis Kelamin di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 58 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Inap, Dan Kunjungan Gangguan Jiwa Disarana Kesehatan Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 59 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 60 Indikator Kenerja Pelayanan di Ruamh sakit Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 61 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 62 Persenatse Rumah Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 63 Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk AEDES Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 64 Persentase Keluarga Menurut Sarana Air Bersih Yang Digunakan Di Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 65 Persenatase Keluarga Menurut Sumber Air Bersih Yang Digunakan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 66 Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 67 Persentase Tempat Umum Dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 68 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 69 Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 70 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 71 Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes Dan Memiliki Sfesialis Dasar di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 72 Jumlah Posyandu Menurut Strata Dan Kabupaten/ Kota di provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 73 Usaha Kesehatan Yang Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jmbi Tahun 2010. Lampiran Tabel 74 Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 75 Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 76 Jumlah Tenaga Kefarmasian Dan Gizi di Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 77 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarkat Dan Sanitasi Di Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 78 Jumlah Tenaga Teknisi Medis Dan Fsioterafis di Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 79 Anggaran Kesehatan Kabupten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator umur harapan hidup (UHH), angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.
Sistem informasi kesehatan adalah salah satu upaya pemerintah untuk menyediakan data dan informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat menyediakan data dan informasi yang evidence based sehingga belum mampu menjadi alat manajemen kesehatan yang efektif. Masih terfrakmentasinya sistem informasi. kesehatan sehingga mengakibatkan redundant data, duplikasi kegiatan dan tidak efisiennya penggunaan sumber daya, situasi ini mengakibatkan pendistribusian informasi menjadi terlambat terutama dari sumber data di unit pelayanan.
Profil Kesehatan Provinsi Jambi merupakan gambaran tentang situasi pembangunan kesehatan di Provinsi Jambi yang selalu diterbitkan setiap tahun. Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010, merupakan alat ukur capaian
indikator
pembangunan
kesehatan
di
kabupaten/
kota
dibandingkan dengan target provinsi, nasional dan target Millenium Development Goals (MDGs). Profil Kesehatan Provinsi Jambi menuat berbagai data kesehatan dan pendukung lainnya yang berhubungan
dengan kesehatan.seperti kependudukan, ekonomi, pendidikan dan keluaga berencana.
Data dianalisis secara sederhana dengan bentuk tampilan tabel, grafik, peta dan narasi, dengan melihat peringkat dari tiap indikator, sehingga kabupaten/ kota dapat mengetahui dimana posisinya dalam setiap indikator pembangunan kesehatan dibandingkan dengan kabupaten/ kota lainnya. Data profil kesehatan Provinsi Jambi juga digunakan sebagai bahan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan upaya kesehatan di kabupaten/ kota.
Dalam penyajian data Profil Kesehatan Provinsi Jambi diusahakan untuk menampilkan data dan informasi yang dapat menjawab visi dan misi Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Dimana visi Kementrian
Kesehatan
adalah
“Masyarakat
Sehat
yang
Mandiri”
sedangkan visi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi adalah “Masyarakat Jambi Sehat Adil dan Mandiri” dengan misi adalah sebagai berikut : 1.
Mendorong kemandirian dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.
2.
Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
3.
Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan kualitas lingkungan.
4.
Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya manusia bidang kesehatan.
5.
Meningkatkan kualitas manjemen, pembiayaan kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat maka, mengakibatkan kebutuhan informasi kesehatan dan akses terhadap informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan informasi kesehatan. Hal ini membawa dampak luas dalam pelayanan kesehatan
2
termasuk kesiapan informasi untuk mendisain dan menilai pelayanan kesehatan yang tepat. Disentralisasi adalah kebijakan yang mendorong untuk terjadinya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 diharapkan dapat bermamfaat dalam mendukung menajemen kesehatan yang lebih baik terutama untuk mendukung visi dan misi pembangunan kesehatan baik pusat dan daerah.
Adapun sistimatika Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 terdiri atas 6 (enam) BAB, yaitu : Bab
I. Pendahuluan, bab ini menyajikan tentang latar belakang
diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 serta sistimatikanya. Bab
II. Situasi Umum dan Perilaku Penduduk, bab ini menyajikan
tentang gambaran umum Provinsi Jambi yang meliputi, (1). Letak geografis,
fotografi,
dan
pemerintahan.
(2).
Kependudukan
(3).
Perekonomian. (4). Pendidikan. (5). Lingkungan fisik dan, (6). Perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan. Bab
III. Situasi Derajat Kesehatan, bab ini berisikan tentang uraian hasil-
hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2010, yang mencakup angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat. Bab
IV. Situasi Upaya Kesehatan, bab ini berisikan tentang upaya yang
telah dilaksakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2010, gambaran upaya kesehatan yang dilakukan meliputi : pencapaian kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, dan upaya perbaikan gizi masyarakat.
Bab
V. Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menyajikan tentang
sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai dengan tahun 2010. gambaran sumber daya mencakup keadaan tenaga, sarana kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
3
Bab
VI. Perbandingan Provinsi Jambi dengan Provinsi lain di Sumatera,
Bab ini menyajikan perbandingan beberapa indikator yang meliputi data kependudukan, angka kelahiran, angka kematian, dan beberapa penyakit tertentu.
***
4
A. Letak Geografi, Tofografi dan Pemerintahan Provinsi Jambi adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera, Provinsi Jambi secara resmi berdiri menjadi provinsi tahun 1958 sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 61 tahun 1958 tanggal 25 Juni 1958. Provinsi Jambi terletak antara 0° 45' sampai 2° 45' Lintang Selatan dan 101° 0' - 104° 55' Bujur Timur, terletak ditengah pulau sumatera membujur sepanjang pantai timur sampai barat, dengan luas wilayah keseluruhan 50.160,05.Km². Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada Pantai Timur Pulau Sumatera berhadapan dengan laut Cina Selatan.
Gambar 2.1 Letak Geografis Provinsi Jambi
Batas-batas wilayah Provinsi Jambi adalah sebagai berikut ; sebelah utara dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Selatan, sebelah barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu, sebelah timur dengan Laut Cina Selatan. Provinsi Jambi termasuk dalam kawasan segi tiga pertumbuhan IndonesiaMalaysia-Singapore (IMS-GT) dan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Jarak tempuh Jambi ke Singapura jalur laut melalui Batam dengan menggunakan kapal cepat (jet-foil) ditempuh ± 5 jam.
Luas wilayah Provinsi Jambi 50.160,05 km2, dengan luas wilayah per kabupaten/ kota adalah sebagai berikut : - Kabupaten Kerinci
3.355,27 km2
( 6,69%)
- Kabupaten Merangin
7.679
km2
(15,31%)
- Kabupaten Sarolangun
6.184
km2
(12,33%)
- Kabupaten Batanghari
5.804
km2
(11,57%)
- Kabupaten Muaro Jambi
5.326
km2
(10,62%)
- Kabupaten Tanjung Jabung Timur
5.445
km2
(10,86%)
- Kabupaten Tanjung Jabung Barat
4.649,85 km2
( 9,27%)
- Kabupaten Tebo
6.461
km2
(12,88%)
- Kabupaten Bungo
4.659
km2
( 9,29%)
- Kota Jambi
205,43 km2
( 0,41%)
- Kota Sungai Penuh
391,5 km2
( 0,78%)
Persentase luas wilayah kabupaten/ kota dalam Provinsi Jambi dapat dilihat pada gambar 2.2, dimana kabupaten yang paling luas wilahnya adalah Kabupaten Merangin, sedangkan wilayah terkecil adalah Kota Jambi.
6
Gambar 2.2 Persentase Luas Wilayah Kabupaten/ Kota Provinsi Jambi 2010
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
Otonomi daerah membuat adanya pemekaran wilayah sesuai dengan UU No.
54
tahun
1999
tentang pembentukan
Kabupaten
Merangin,
Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, maka ada 4 kabupaten yang dimekarkan. Wilayah Kabupaten Sarolangun Bangko dimekarkan menjadi dua yaitu Kabupaten Sarolangun dan
Kabupaten
Merangin,
Kabupaten
Sarolangun
beribukota
di
Sarolangun dan Kabupaten Merangin beribukota di Bangko. Kabupaten Tanjung Jabung dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Kabupaten Tanjung Jabung Barat beribukota di Kuala Tungkal dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur beribukota di Muara Sabak. Kabupaten Bungo Tebo dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo, Kabupaten Kabupaten Bungo beribukota di Muara Bungo dan Kabupaten Tebo beribukota di Muara Tebo.
Dengan ditetapkannya Kota Sungai Penuh sebagai daerah tingkat II yang baru berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2008, maka Provinsi
7
Jambi mempunyai 2 Kota dalam wilayahnya. Kota Sungai Penuh ini dimekarkan dari Kabupaten Kerinci sebagai induknya. Wilayah kecamatan yang menjadi bagian Kota Sungai Penuh adalah Kecamatan Tanah Kampung, Sungai Penuh, Hamparan Rawang, Pesisir Bukit dan Kumun Debai.
Saat ini Provinsi Jambi terbagi menjadi 9 Kabupaten dan 2 Kota, yaitu Kabupaten Kerinci ibukotanya Sungai Penuh, Kabupaten Sarolangun ibukotanya
Sarolangun,
Kabupaten
Merangin
ibukotanya
Bangko,
Kabupaten Bungo ibukotanya Muara Bungo, Kabupaten Tebo ibukotanya Muara Tebo, Kabupaten Batanghari ibukotanya Muara Bulian, Kabupaten Muaro Jambi ibukotanya Sengeti, Kabupaten Tanjung Jabung Barat ibukotanya Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Timur ibukotanya Muara Sabak, dan Kota Jambi yang juga merupakan ibukota Provinsi Jambi, dan yang terakhir adalah pembentukan Kota Sungai Penuh. Sampai dengan bulan Desember 2010 kecamatan di Provinsi Jambi berjumlah 128 sedangkan desa/ kelurahan berjumlah 1.367 Adanya pemekaran wilayah kabupaten/ kota kini jarak tempuh melalui jalan darat dari pusat kota Provinsi Jambi ke 9 Kabupaten dan 2 Kota terdiri dari : 1. Prov. Jambi ke Kabupaten Kerinci, (Ibukota Sungai Penuh) 419 Km. 2. Prov. Jambi ke Kabupaten Merangin, (Ibukota Bangko) 290 Km 3. Prov. Jambi ke Kabupaten Sarolangun, (Ibukota Sarolangun) 179 Km 4. Prov. Jambi ke Kabupaten Bungo, (Ibukota Muara Bungo) 252 Km. 5. Prov.Jambi ke Kabupaten Tebo, (Ibukota Muara Tebo) 206 Km 6. Prov.Jambi ke Kabupaten Batanghari, (Ibukota Muara Bulian) 60 Km 7. Prov.Jambi ke Kabupaten Muara Jambi, (Ibukota Sengeti) 27 Km 8. Prov.Jambi ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat, (Ibukota Kuala Tungkal) 131 Km
8
9. Prov.Jambi ke Kabupaten Tanjung Jabung Timur, (Ibukota Muara Sabak) 129 Km 10. Prov.Jambi ke Kota Jambi yang juga merupakan (Ibukota Propinsi Jambi) 3 Km 11. Prov.Jambi ke Kota Sungai Penuh (Ibukota Sungai Penuh) 420 Km
B. Keadaan Penduduk Berdasarkan data agregat per kabupaten/ kota hasil Sensus Penduduk 2010, Jumlah penduduk Provinsi Jambi adalah 3.092.265 yang terdiri dari 1.581.110 penduduk laki-laki dan 1.511.155 penduduk perempuan. Tabel 2.1 Distribusi Penduduk Provinsi Jambi Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
01 Kerinci
114.566
114.929
229.495
02 Merangin
171.106
162.100
333.206
03 Sarolangun
125.796
120.449
246.245
04 Batanghari
123.515
117.819
241.334
05 Muaro Jambi
177.712
165.240
342.952
06 Tanjab Timur
105.359
99.913
205.272
07 Tanjab Barat
144.775
133.966
278.741
08 Tebo
153.892
143.843
297.735
09 Bungo
155.455
147.680
303.135
71 Kota Jambi
268.102
263.755
531.857
40.832
41.461
82.293
1.581.110
1.511.155
3.092.265
72 Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
9
Tingkat persebaran penduduk Provinsi Jambi masih terpusat di Kota Jambi yaitu sebesar 17,20 persen. Sedangkan kabupaten/ kota lainnya seperti Kabupaten Muaro Jambi ditempati oleh sekitar 11,09 persen penduduk, Kabupaten Merangin ditempati oleh 10,78 persen penduduk dan kabupaten/ kota lain ditempati oleh kurang dari 10 persen penduduk Jambi. Tiga kabupaten/ kota lainnya dengan jumlah penduduk terendah di Provinsi Jambi yaitu Kota Sungai penuh, Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Kerinci. Provinsi Jambi dengan luas wilayah sebesar 53.435,38 kilo meter persegi dan jumlah penduduk 3.092.265 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Jambi sebanyak 57,87 jiwa per kilometer persegi. Kabupaten yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Jambi yaitu sebesar 2.589,62 jiwa per kilometer persegi, sedangkan kabupaten dengan tingkat kepadatan paling rendah adalah Kabupaten Sarolangun yaitu 31,49 jiwa per kilometer persegi. Distribusi penduduk Provinsi Jambi menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat kita lihat pada piramida penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 seperti pada gambar 2.3. Indikator tentang struktur umur penduduk bermanfaat untuk mengetahui piramida penduduk yang memberikan gambaran jumlah penduduk pada usia-usia belum produktif (0-14), usia produktif (15-64) dan tidak produktif lagi (65+). Jika ternyata jumlah penduduk usia produktif lebih sedikit dibandingkan penduduk usia belum dan tidak produktif lagi, maka beban tanggungan penduduk produktif di suatu wilayah akan besar. Piramida penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 dapat digolongkan dalam piramida penduduk muda (expansive) yang dicirikan dengan tingkat kelahiran tinggi serta tingkat kematian yang cukup rendah sehingga angka pertumbuhan penduduk relatif tinggi. Selain penduduk pada kelompok umur kurang dari 15 tahun yang terlihat sangat menonjol, penduduk pada kelompok umur 25-29 tahun juga terlihat lebih besar dibandingkan 10
kelompok umur lainnya. Penduduk pada kelompok umur ini adalah mereka yang terlahir di tahun 1980an dan termasuk dalam generasi baby boom, dimana pada saat periode sensus memasuki usia produktif. Gambar 2.3 Piramida Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2010
75+ 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4
200,000
150,000
100,000
50,000
0
Laki-Laki
50,000
100,000
150,000
200,000
Perempuan
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
Dari komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa banyak penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif.
Angka
ini
disebut
sebagai
angka
beban
tanggungan
(Dependency Ratio). Dependency Ratio tahun 2010 sebesar 51,69 mengandung arti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 52 orang penduduk tidak produktif yang terdiri dari 46 orang penduduk berumur kurang dari 15 tahun dan 5 orang penduduk berumur lebih dari 65 tahun.
11
Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
Angka beban tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan usia produktif (antara 15 sampai 64 tahun) dikalikan 100. Di Provinsi Jambi kabupaten/ kota dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu sebesar 61, 35 %, diikuti oleh Kota Sungai Penuh sebesar 59,24 % dan Kabupaten Batang Hari sebesar 54,24 %. Sedangkan kabupaten dengan beban tanggungan terendah adalah Kota Jambi yaitu sebesar 44,80 % dan Kabupaten Muaro Jambi sebesar 49,62 %. Angka beban tanggungan Provinsi Jambi per Kabupaten/ Kota tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 2.5 dan lampiran tabel 2.
12
Gambar 2.5 Angka Beban Tanggungan Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 51.73
Provinsi Jambi
61.35
Tanjab Barat
59.24
Sungai Penuh Batang hari
54.24
Kerinci
53.59
Sarolangun
53.1
Merangin
52.51
Tebo
52.35 51.59
Tanjab Timur Bungo
50.78
Muaro Jambi
49.62
Kota Jambi
44.8
0
10
20
30
40
50
60
70
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
C. Keadaan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah sama dengan pertumbuhan PDB. Apabila “diibaratkan” kue, PDB adalah besarnya kue tersebut. Pertumbuhan ekonomi sama dengan membesarnya “kue” tersebut yang pengukurannya merupakan persentase pertambahan PDB pada tahun tertentu terhadap PDB tahun sebelumnya .
13
PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan; dan penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstan (constant prices) dengan tahun dasar tertentu untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga. Saat ini BPS menggunakan tahun dasar 2000.
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian di Provinsi Jambi selama 2010 telah tumbuh dengan baik. Pertumbuhan ekonomi Jambi tidak hanya bisa berada di atas target yang ditetapkan sekitar 7 persen, bahkan tingkat pertumbuhannya berada di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2010 ini pertumbuhan perekonomian nasional ditargetkan tumbuh 5 persen, namun setelah melihat riak ekonomi semakin membaik lalu pemerintah menaikkan targetnya menjadi 5.5 persen. Pertumbuhan ekonomi Jambi 2010 ternyata masih jauh di atas target pertumbuhan nasional yang telah disesuaikan tersebut.
Tabel 2.2 Indikator Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 No
Tahun
Jenis Indikator Inflasi
PDRB (miliyar Rupiah) Berlaku
Pertumbuhan Ekonomi
Konstan
Perkapita
1. 2005
16,50 22.487,01 12.619,97
7.625,66
5,57
2. 2006
10,66 26.061,77 13.363,62
8.680,76
5,89
3. 2007
7,24 32.076,68 14.275,16
11.697,44
6,82
4. 2008
11,57 41.056,48 15.297,77
14.724,72
7,16
5. 2009
2,49 42.815,92 16.272,26
15.107,07
6,37
6. 2010
10,52 53.816,69 17.465,00
17.424,19
7,30
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
14
Tingkat capaian yang lebih tinggi dari target ini terutama didorong oleh semakin membaiknya harga produk-produk sektor pertanian dalam arti luas seperti produk perkebunan, peternakan, perikanan, dan pertanian tanaman pangan.
Bagusnya kondisi perekonomian Provinsi Jambi juga ditopang oleh indikator ekonomi lainnya seperti tingkat inflasi yang masih berada dalam ambang batas normal. Inflasi adalah Kenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2010 mencapai 10,52 %, sedangkan pertumbuhan ekonominya adalah 7,3 %. Di samping itu, kebijakan otoritas moneter yang menetapkan tingkat suku bunga rendah ikut pula berpengaruh terhadap sektor riil. Salah satu faktor lain yang menjadi determinan membaiknya perekonomian Provinsi Jambi adalah iklim politik dan keamanan yang semakin kondusif.
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun 2009 meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan
ini
didukung
oleh
semua
sektor
ekonomi
dengan
pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar 17,9 persen. Pertumbuhan terkecil terjadi pada Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan laju sebesar 0,7 persen. Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 mencapai Rp. 53.816,69 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2010 sebesar Rp. 17.465 milyar.
Salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, di samping keadaan angkatan
kerja
(economically
active
15
population)
dan
struktur
ketenagakerjaan
adalah
isu
pengangguran.
Dari
sisi
ekonomi,
pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah dibidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan berbagai masalah dibidang sosial, seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu data pokok yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah dan dalam suatu/kurun waktu tertentu. Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan pendekatan rumah tangga. Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi.
Tabel 2.3 Penduduk Bukan Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun ke Atas di Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010 (Agustus) Tahun
Bukan Angkatan Kerja Sekolah
Mengurus Rumah Tangga
2007
176.031
392.415
84.956 653.402
2008
171.621
400.766
94.169 666.556
2009
186.312
390.743
90.806 667.861
2010
212.777
484.057
107.225 804.059
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
16
Lainnya
Total
Salah satu alat ukur untuk melihat keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program-program pembangunan adalah dengan melihat indikator ketenagakerjaan yang dihasilkan baik dari data Survei maupun Sensus.
Akses ke pasar tenaga kerja yang lebih baik menyebabkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha penduduk juga meningkat, sehingga hal ini dapat menekan tingkat pengangguran di suatu wilayah. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan jumlah antara penduduk yang tergolong dalam angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. Jika digambarkan menurut kelompok umurnya, pola TPAK penduduk Provinsi Jambi menyerupai huruf ’U’ terbalik.
Pada kelompok usia muda, tingkat partisipasi angkatan kerjanya cenderung kecil, karena sebagian besar dari mereka masih berada di bangku sekolah. Angka TPAK tertinggi berada pada kelompok umur 25-59 tahun, untuk kemudian mulai mengalami penurunan pada usia di atas 60 tahun. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menggambakan banyaknya penduduk yang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha dan mereka yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (discourage worker). Pada umumnya pola TPT menurut kelompok umur di Provinsi Jambi mengindikasikan angka yang relatif tinggi di kelompok umur muda untuk kemudian mengalami penurunan pada kelompok umur setelahnya.
Indonesia memiliki ribuan suku bangsa yang beraneka ragam. Masingmasing suku bangsa saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan daerah lain atau kebudayaan yang berasal dari luar. Salah satu diantara suku bangsa tersebut adalah Suku Anak Dalam yang hidup di daerah Jambi. Suku Anak Dalam disebut juga Suku Kubu atau Orang Rimba. Suku Anak Dalam hidup secara nomaden atau tidak menetap dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun diantara
17
mereka sudah banyak yang telah memiliki lahan karet ataupun pertanian lainnya. Sebagian dari mereka masih berpaham animisme, meskipun sudah ada yang mengenal agama Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu di wilayah utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah selatan Provinsi Populasi Suku Anak Dalam hasil pendataan Sensus Penduduk 2010 berjumlah 3.205 orang yang hidup di wilayah administrasi Merangin, Sarolangun, Batang Hari, Tanjung Jabung Barat, Tebo dan Bungo. Tabel 2.4 Jumlah Suku Anak Dalam per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota
Laki-laki
Peremuan
Total
Merangin
436
429
865
Sarolangun
534
559
1.093
Batang Hari
39
40
79
Tanjung Jabung Barat
31
26
57
Tebo
416
406
822
Bungo
147
142
289
1.603
1.602
3.205
Total Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhdap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan di Provinsi Jambi relatif lebih rendah dibanding tingkat kemiskinan nasional. Tingkat kemiskinan Provinsi Jambi 8,77 persen lebih rendah dari nasional yang sebesar 14,15 persen. Untuk wilayah 18
Sumatera, Provinsi Jambi menempati urutan ketiga terendah setelah Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Jambi pada tahun 2010 mencapai 8,4 %.
Gambar 2.6 Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 14
11.88
12
11.37 10.27
10
9.28
8.55
8.4
2009
2010
8 6 4 2 0 2005
2006
2007
2008
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
D. Keadaan Pendidikan Indikator pendidikan dapat memberikan gambaran kualitas penduduk secara akademis yang merupakan modal pemerintah
untuk evaluasi,
perencanaan, dan intervensi program pendidikan yang menyangkut penduduk yang putus sekolah,
buta huruf, meningkatkan pendidikan
masyarakat, dll. Pendidikan merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat tingkat kemajuan sosial di suatu wilayah. Semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan, semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk baca tulis dan berbahasa Indonesia sehingga dengan demikian peran serta dalam kehidupan sosial serta peluang untuk mengakses informasi dan berkomunikasi dengan pihak lain semakin terbuka lebar.
19
Secara umum penduduk di perkotaan mempunyai kemampuan baca tulis yang lebih baik dibandingkan penduduk perdesaan. Angka melek huruf tertinggi terdapat di Kota Jambi sebesar 97,93 Dibandingkan provinsi lainnya, ternyata penduduk Provinsi Jambi bersekolah relatif lebih lama, dimana indikator ini ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah 7,7 tahun, atau memutuskan berhenti ketika kelas 1 SMP.
Tabel 2.5 Indikator Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010 Uraian
2007
2008
2009
2010
Angaka Melek Huruf Laki-laki
97,52
98,05
98,34
98,44
Perempuan
93,21
93,57
93,85
96,87
7,63
7,63
7,68
--
7 – 12
97,28
97,46
98,11
98,27
13 - 15
84,30
84,33
85,04
85,56
16 - 18
54,71
54,37
55,07
56,11
Rata-rata Lama Sekolah Laki-laki/ Perempuan Angka Partisipasi Sekolah
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
Capaian di bidang pendidikan terkait erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan. Jumlah guru yang tersedia pada suatu sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kualitas pendidikan di suatu sekolah. Semakin besar angka rasio ini, angka mutu pendidikan diharapkan akan lebih baik, dibanding sekolah yang mempunyai guru yang sedikit.
Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat dipengaruhi oleh perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dengan 20
melihat perkembangan angka IPM tiap tahun, tampaknya kemajuan yang dicapai Provinsi Jambi dalam pembangunan manusia tidak terlalu signifikan. Angka IPM Provinsi Jambi dalam 5 tahun terakhir hanya mengalami sedikit peningkatan dari 70,95 pada tahun 2005 menjadi 72,45 pada tahun 2009.
Gambar 2.7 Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2009 72.45 72.5
71.99
72 71.29 71.5
71.46
70.95
71 70.5 70 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
E. Keadaan Kesehatan Lingkungan Salah satu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Kesehatan lingkungan yang merupakan kegiatan lintas-sektor belum dikelola
dalam
suatu
sistem
kesehatan
kewilayahan.
Lingkungan
merupakan salah satu variable yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan
21
Makanan (TUPM) . Didalam memantau pelaksanaan program kesehatan lingkungan dapat dilihat beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai berikut : 1.
Air Bersih Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik
dan
biasa
dimanfaatkan
oleh
manusia
untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Hasil capaian pelaksanaan program air bersih untuk akses terhadap air bersih per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 2.8. Gambar 2.8 Persentase Akses Terhadap Air Bersih per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi dari Tahun 2010 94.61 Sungai Penuh
90.51 88.31
Kerinci
82.77 74.38
Provinsi Jambi
67.04 60.19
Sarolangun
58.97 58.92
Tanjab Barat
58.38 53.42
Tanjab Timur
35.06 0
20
40
Sumber : Bidang P2PL, 2010
22
60
80
100
Berdasarkan gambar 2.8 dapat dilihat bahwa akses terhadap air bersih di Provinsi Jambi pada tahun 2010 yaitu sebesar 67,04 %, jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 71,82 % hal ini mengalami penurunan sebesar 4.78 %, penyebab penurunan akses terhadap air bersih adalah karena Kabupaten Tanjung Jabung Timur persentase capaian rendah sekali sehingga dengan sendirinya persentase akses air bersih mengalami penurunan. Untuk sementara akses terhadap air bersih tertinggi di Kota Jambi sebesar 94,61 % dan terendah di kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 35,06 %.
2.
Rumah Sehat Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Gambar 2.9 Persentase Rumah Sehat di Provinsi Jambi Tahun 2010 Kota Jambi
92.54
Sungai Penuh
91.99 84.64
Sarolangun Batang Hari
82.72
Muaro Jambi
76.24 73.98
Merangin Provinsi Jambi
68.32
Kerinci
68.32 64.75
Tanjab Barat Bungo
59.12
Tebo
42.41 39.49
Tanjab Timur 0
20
40
Sumber : Bidang P2PL, 2010
23
60
80
100
Kegiatan
penyehatan
lingkungan
pemukiman
yang
telah
dilaksanakan pada 2010 diperoleh data persentase rumah sehat menurut kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.9 Provinsi
Jambi
tahun
2010
adalah
persentase rumah sehat di sebesar
69,58
%,
jika
dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 73,80% mengalami penurunan sebesar 4,22 %. Persentase kabupaten/ kota dengan rumah sehat tertinggi adalah Kota Jambi yaitu sebesar 92,54 % diikuti oleh Kota Sungai penuh sesar 91,99 %, sedangkan kabupaten/ kota terendah adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu sebesar 39,49 %.
3.
Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Sanitasi
tempat-tempat
umum
adalah
suatau
usaha
untuk
mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul dan menularnya berbagai jenis penyakit. Sasasan khusus yang harus diberikan dalam pengawasan tempat-tempat umum meliputi : (1)
Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum maupun personal hygiene) ;
(2)
Alat-alat kebersihan ;
(3)
Tempat kegiatan.
Pelaksanaan program tempat-tempat umum di Provinsi Jambi tahun 2010 memperoleh hasil sebagai berikut :
24
Tabel 2. 6 Persentase Tempat-Tempat Umum Sehat Di Provinsi Jambi Tahun 2006 s/d 2010 No
Kabupaten / Kota
% Tempat-Tempat Umum Sehat 2006 62,37
2007 63,05
2008 75,85
2009 72,98
2010 57,2
1
Kerinci
2
Merangin
62,48
63,16
70,96
73,09
65,3
3
Sarolangun
48,26
48,94
56,74
58,87
---
4
Batanghari
55,38
56,06
63,86
65,99
68,63
5
Muaro Jambi
67,61
68,29
71,07
78,22
57,88
6
Tanjab Timur
36,38
37,06
44,86
46,99
36,01
7
Tanjab Barat
37,33
38,01
45,81
47,94
---
8
Tebo
47,68
48,36
56,16
58,29
74,27
9
Bungo
64,13
64,81
72,61
74,74
72,70
10
Kota Jambi
67,32
68,00
75,80
77,93
90,21
11
Kota Sungai Penuh
---
---
---
---
---
54,89
55,57
63,37
65,50
62,24
Jumlah Sumber : Bidang P2PL, 2010
Dari tabel 2.6 dapat dilihat bahwa persentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2010 sebanyak 2.878 buah (62,24 %) dari semua TTU yang telah diperiksan (4.624 buah), dan jika dibandingkan dengan tahun 2009 (65,50 %) mengalami penurunan sebesar 3,26 %.
Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat dan konsumen terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanandan mencegah masyarakat dari keracunan makanan.
25
Upaya tersebut meliputi orang yang menangani makanan, tempat pengolahan
makanan
dan
proses
pengolahan
makanannya.
Sedangkan untuk pemeriksaan Tempat pengolahan makanan (TPM) di Provinsi Jambi tahun 2010 hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut ini.
Tabel 2.7 Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Di Provinsi Jambi Tahun 2010
No
Kabupaten/ Kota
% Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Jumlah Diperiksa Jumlah % Memenuhi Memenuhi Syarat Syarat 1 Kerinci 527 450 232 51.56 2 Merangin 190 172 132 76.74 3 Sarolangun --------4 Batanghari 375 53 37 69.81 5 Muaro Jambi 1.059 336 145 43.15 6 Tanjung Jabung Timur 717 278 170 61.15 7 Tanjung Jabung Barat ----------8 Tebo 2.522 994 747 75.15 9 Bungo 585 443 335 75.62 10 Kota Jambi 1.349 550 427 77.64 11 Kota Sungai Penuh --------Provinsi 7.324 3.276 2.225 67.92 Sumber : Bidang P2PL, 2010
Dari tabel 2.7 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 tercatat Tempat Pengolahan Makanan di Provinsi Jambi berjumlah sebanyak 7.324 buah dan baru diperiksa sebanyak 3.276 buah (44,73%). Dari jumlah yang diperiksa yang baru memenuhi syarat berjumlah sebanyak 2.225 buah (67,92 %). Berdasarkan kabupaten/ Kota persentase tertinggi yang memenuhi syarat adalah Kota Jambi yaitu sebanyak 427 buah (77,64 %) dan yang terendah adalah Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 145 buah (43,15 %).
26
Derajat kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, bukan hanya dilakukan oleh sektor kesehatan saja seperti pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana namun juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Faktor-faktor ini juga mempengaruhi kajadian morbiditas, mortalitas dan status gizi masyarakat.
Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat melalui angka morbiditas dan status gizi. Derajat kesehatan yang optimal dapat dipengaruhi oleh unsur kualitas hidup seta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya. Situasi derajat kesehatan di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit, serta Umur Harapan Hidup (UHH) dan status gizi masyarakat.
A. MORTALITAS Mortalitas adalah angka kematian yang tejadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Berikut ini adalah beberapa angka kematian yaitu kematian bayi, balita, ibu, dan angka kematian kasar.
1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dapat didefenisikan
sebagai
banyaknya
bayi
meninggal
sebelum
mencapai usia 1 tahun yang di nyatakan dalam 1.000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama. Angka kematian bayi merupakan indikator
yang
biasa
digunakan
untuk
menentukan
derajat
kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi maupun nasional. Banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam menurunkan angka kematian bayi.
Gambar 3.1 Estimasi Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007 80 70
JAMBI
74 68
60
68.3
NASIONA L
60.2 57
50
46
40
39 34
35 32
30 20 10 0 1991
1994
1997
2003
2007
Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007
Secara nasional berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991, pada tahun 1991 estimasi AKB nasional sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan hasil SDKI 2007 estimasi AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka
Kematian
Bayi
di
Provinsi
Jambi
menunjukkan
kecenderungan menurun juga dari tahun 1991 AKB di Provinsi Jambi sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKB Provinsi Jambi telah mencapai angka 39 per 1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan angka nasional AKB Provinsi Jambi pada tahun 2007 masih berada di atas angka nasional.
28
Beberapa faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB seperti yang ditampilkan,
diantaranya
pemerataan
pelayanan
kesehatan
dan
fasilitasnya. Hal ini disebabkan AKB sangat sensitif terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Perbaikan status ekonomi masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi terhadap penurunan kematian bayi.
Hasil laporan fasilitas kesehan pada tahun 2010 dapat dilihat jumlah bayi yang meninggal di Provinsi Jambi. Jumlah bayi yang meninggal paling banyak di laporkan terdapat di Kabupaten Merangin sedangkan paling sedikit terdapat di Kabupaten Muaro Jambi gambaran jumlah kematian yang di laporkan per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 dapat di lihat pada Gambar 3.2 berikut dan lampiran tabel 7.
Gambar 3.2 Jumlah Kematian Bayi Per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 Sungai Penuh
3
Kota Jambi
8
Bungo
3
Tebo
2
Tanjab Barat
6
Tanjab Timur Muaro Jambi
1
Batang Hari
2
Sarolangun Merangin
34
Kerinci
4 0
5
10
15
20
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota 2010
29
25
30
35
40
2. Angka Kematian Balita (AKABA). Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Pada periode tahun tertentu. AKABA mempersentasekan peluang terjadinya kematian pada pase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Millenium Developmeant Goals (MDGs) menetapkan nilai normative AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang dengan nilai 20-70 dan rendah dengan nilai < 20. Secara nasional hasil SDKI 2007 terjadi penurunan AKABA di Indonesia. Pada tahun 1991 AKABA nasional adalah 97 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKABA adalah 44 per 1.000 kelahiran hidup.
AKABA Per 1.000 Kelahiran Hidup
Gambar 3.3 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007 120 100
JAMBI INDONESIA
102 97 87.5 81
80
62.4 58
60 40
51 46
47 44
20 0 1991
1994
1997
2002/2003
2007
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
AKABA di Provinsi Jambi pada tahun 1991 tercatat pada angka 102 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 terjadi penurunan yaitu pada angka 47 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini masih di atas angka nasional.
30
Berdasarkan laporan dari pelayanan kesehatan di ketahui jumlah balita yang meninggal di Provisi Jambi tahun 2010 adalah 33 orang, jumlah kematian balita paling banyak terjadi di Kabupaten Merangin dengan jumlah 10 orang. Gambaran jumlah kematian balita per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 3.4 dan lampiran tabel 7.
Gambar 3.4 Jumlah Kematian Balita per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Sungai Penuh Kota Jambi
2
Bungo
5
Tebo Tanjab Barat Tanjab Timur
3
Muaro Jambi
4
Batang Hari
2
Sarolangun Merangin
10
Kerinci
7 0
2
4
6
8
10
12
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, 2010
3. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) adalah jumlah kematian ibu akibat proses kelahiran persalinan dan pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu. atau angka pengukuran resiko kematian wanita yang berkaitan dengan peristiwa kehamilan. Kematian ibu adalah kematian wanita dalam masa kehamilan, persalinan dan dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab apapun
31
yang berkaitan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau pengelolaannya,
bukan
akibat
kecelakaan.
Kematian
ibu
dikelompokkan menjadi kematian sebagai akibat langsung kasus kebidanan dan kematian sebagai akibat tidak langsung kasus kebidanan yang disebabkan oleh penyakit yang timbul selama kehamilan dan bukan akibat langsung kasus kebidanan, tetapi diperberat oleh pengaruh fisiologi kehamilan. Kematian wanita akibat kecelakaan misalnya kecelakaan mobil, tidak di golongkan sebagai kematian ibu.
AKI dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas
AKI
menjadikannya
terhadap indikator
perbaikan keberhasilan
pelayanan
kesehatan
pembangunan
sektor
kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalina dan nifas. Hasil SDKI 2007 AKI secara nasional menunjukkan kecenderungan menurun pada tahun 1994 AKI nasional adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Gambar 3.5 menunjukkan kecenderungan penurunan AKI secara nasional dari tahun 1994 s/d tahun 2007 per 100.000 kelahiran hidup.
32
Gambar 3.5 Angka kematian Ibu (per 100.0000 Kelahiran hidup) di Indonesia Tahun 1994 -2007 450 400
390 334
AKI Per 100.000 KH
350
307
300 228
250 200 150 100 50 0 1994
1997
2002
2007
Sumber : BPS, 2008
Hasil laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan terdapat jumlah kematian ibu (hamil, bersalin dan nifas) di Provinsi Jambi tahun 2010 adalah 78 kasus. Jumlah kematian ibu terbanyak terdeapat di kabupaten Tanjung Jabung Barat sedangkan paling sedikit terdapat di Kota Sungai Penuh. Gambaran jumlah kematin ibu per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat di lihat pada gambar 3.6 dan lampiran tabel 8.
33
Gambar 3.6 Jumlah Kematian Ibu (Hamil,Bersalin dan Nifas) per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 KERINCI
1
2
MERANGIN
1 5
SAROLANGUN
4
2
BATANGHARI
1
3 1
6 2 3
TEBO
3
10
2
7
2
KOTA JAMBI
0
1 0
TANJAB BARAT
BUNGO
4
1
MUARO JAMBI 0 TANJAB TIMUR
3
2 3
4
0 2
2
4
6
SUNGAI PENUH 0 1 0 0
2
8
10
12 HAMIL
14
BERSALIN
16 NIFAS
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, 2010.
4. Angka Kematian Kasar (AKK) Angka Kematian Kasar adalah banyaknya kematian selama setahun per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Angka kematian kasar di Indonesia pada tahun 2007, berdasarkan estimasi SUPAS 2005 adalah sebesar 6.9 per 1.000 penduduk.
5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat selain sebagai salah satu indikator derajat kesehatan UHH juga digunakan sebagai indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Keberhasilan pembangunan sektor kesehatan akan mempengaruhi peningkatan Umur Harapan Hidup. Di Indonesia Umur Harapan Hidup, berdasarkan data BPS dari tahun 2006 sampai tahun 2008 terjadi peningkatan dari 68,5 tahun
34
menjadi 69 tahun. Sedangkan Umur Harapan Hidup di Provinsi Jambi tahun 2007 sebesar 68,6 tahun, pada tahun 2009 mencapai 68,95 tahun. Umur Harapan Hidup tertinggi tahun 2009 pada kabupaten/kota adalah Kota Sungai Penuh yaitu sebesar 70,90 tahun dan terendah adalah Kabupaten Bungo 66,97 tahun. Gambar 3.7 Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2009 Sungai Penuh
70.9
Kota Jambi
69.82
Bungo
66.97
Tebo
68.98
Tanjab Barat
69.5
Tanjab Timur
70.06
Muaro Jambi
69.19
Batang Hari
68.95
Sorolangun
69.27
Merangin
68.17
Kerinci
70.7
Provinsi Jambi
68.95 65
66
67
68
69
70
71
72
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
B. MORBIDITAS Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insident maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit pada kurun waktu tertentu.
35
1. Pola 10 penyakit terbanyak di Provinsi Pola 10 penyakit terbanyak di Provinsi Jambi pada tahun 2010 menurut
daftar tabulasi
menunjukkan
bahwa
kasus terbanyak
merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas akut lainnya dengan jumlah kasus sebanyak 556,581 kasus. Rincian mengenai 10 penyakit terbanyak di Provinsi Jambi dapat di lihat pada tabel berikut .
Tabel 3.1 Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Provinsi Jambi Tahun 2008 s/d 2010 Persentase
No
Jenis Penyakit
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Infeksi akut lain saluran pernafasan atas Penyakit sistem otot dan jaringan pengikat Penyakit tekanan darah tinggi Penyakit kulit alergi Gastritis Diare (termasuk tersangka kolera) Penyakit infeksi kulit Penyakit lain pada saluran pernafasan atas Penyakit pulpa & jaringan/ rongga Kecelakaan dan rudapaksa Malaria klinis
2008 1 34,8 3 10,6 4 8,2 5 7,7 ---6 7,7 7 7,4 2 13,0 8 3,8 10 3,2 9 3,6
2009 1 34,3 2 12,4 3 26,4 5 8,6 8 5,9 4 8,9 7 6,2 6 8,5 ---9 3,2 10 3,1
2010 1 44.70 2 11.49 3 9.33 4 8.66 5 8.33 6 5.00 7 4.82 8 4.01 9 1.92 10 1.73 ----
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan, 2010
Gambaran pola 10 penyakit terbanyak selama 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan pola yang cenderung sama, yaitu penyakit infeksi akut lain saluran pernafasan atas dan penyakit sistem otot dan jaringan pengikat masih merupakan penyakit yang banyak ditemukan dimasyarakat. Dari 10 pola penyakit terbanyak di Puskesmas Provinsi Jambi pada tahun 2010 untuk penyakit malaria bukan merupakan 10 penyakit terbanyak lagi.
36
2. Penyakit Menular a. Malaria Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk di Indonesia karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi penyakit emerging dan re-emerging. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya kasus import, resistensi obat dan beberapa insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor, serta adanya vektor potensial yang dapat menularkan dan menyebarkan malaria. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana traspormasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasan hidup sehat.
Kementrian Kesehatan telah menetapkan Sertifikasi endemisitas malaria suatu wilayah di indonesia menjadi 4 strata yaitu : 1. Endemis Tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk. 2. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1.000 penduduk. 3. Endemis Rendah bila API 0 – 1 per 1.000 penduduk. 4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (daerah pembebasan malaria) atau API = 0.
37
Tabel 3.2 Jumlah Penderita, Kematian, AMI dan SPR Malaria Di Provinsi Jambi Tahun 2002 s/d 2010 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Malaria Klinis 64.346 47.634 42.013 34.396 56.137 47.510 51.401 55.486 41.691
Meninggal
AMI (%)
0 0 0 15 7 3 60 53 41
24,81 22,10 16,77 23,55 21,24 17,02 18,09 18,67 13,99
Sediaan darah Diperiksa 14.862 12.479 11.771 10.747 22.262 22.852 19.041 28.604 24.336
SPR (%) 23,09 26,19 28,02 40,05 38,31 16,22 37,04 51,6 58,4
Ket : AMI = Annual Malaria Incidence (%) SPR = Slide Positif Rate. Sumber : Bidang P2PL, 2010
Kasus malaria klinis tahun 2010 di Provinsi Jambi dilaporkan sebanyak 41.691 kasus, sebesar 24.336 dari kasus tersebut diperiksa sedian darahnya, dan dihasilkan 17.355 sedian darah yang positif. Relatif tingginya cakupan pemeriksaan sedian darah laboratorium. Gambar 3.8 Anual Malaria Incidence (%) Di Provinsi Jambi Tahun 2002 s/d 2010
Per 1.000 penduduk
30 25
24.81
23.55 22.1
21.24
20
17.02
18.09
18.67 13.99
16.77
15 10 5 0 2002
2003
2004
2005
Sumber : Bidang P2PL, 2010
38
2006
2007
2008
2009
2010
Upaya pengendalian malaria di Provinsi Jambi menggunakan Annual Malaria Incidence (AMI). Pada gambar 3.8 menunjukkan bahwa AMI di Provinsi Jambi dari tahun 2002 samapi dengan 2010 cenderung menurun. Pada tahun 2002 AMI di Provinsi Jambi berada pada angka 24,81 per 1.000 penduduk sampai dengan tahun 2010 menunjukkan angka 13,99 per 1.000 penduduk. Malaria klinis sebenarnya tidaklah akurat dijadikan indikator permasalahan malaria yang sebenarnya karena ditetapkannya sebagai malaria klinis hanya berdasar anamnese dokter dan pada awal perjalanan penyakit gejala dan tandanya sulit dibedakan dengan gejala penyakit infeksi lainnya (sering dijadikan diagnosa banding penyakit infeksi lainnya).
b. TB Paru Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru termasuk penyakit menular kronis. Waktu pengobatan yang panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus berobat selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah sehat atau faktor ekonomi. Akibatnya pola pengobatan harus dimulai dari awal dengan biaya yang bahkan menjadi lebih besar serta mengabiskan waktu berobat yang lebih lama. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui doplet orang yang telah terinfeksi basil TB. TB Paru menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmet global dalam MDGs.
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB Paru adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif ditmemukandan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Kementrian Kesehatan menetapkan target CDR minimal pada tahun 2010 sebesar 73 %. Dalam gambar 3.9 berikut ini dapat dilihat angka penemuan
39
kasus BTA (+) pada tahun 2010, dan persentase penemuan setiap kabupaten/ kota di Propinsi Jambi.
Gambar 3.9 Cakupan Case Detection Rate (CDR) TB Paru BTA (+) di Provinsi Jambi Tahun 2010 Provinsi Jambi
65.87
Bungo
87.82
Sarolangun
78.66
Tanjab Barat
78.48
Tanjab Timur
68.7 65.68
Muaro Jambi Kota Jambi
62.85
Kerinci
61.13 57.65
Merangin Sungai Penuh
55.97
Tebo
52.21
Batang Hari
51.59 0
20
40
60
80
100
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Pencapaian CDR pada tahun 2010 sebesar 65,87 %, angka ini belum memenuhi target minimal yang telah ditetapkan nasional yaitu sebesar 73%. Pada tingkat kabupaten/ kota, CDR tertinggi di Kabupaten Bungo yaitu sebesar 87,82 % diikuti Kabupaten Sarolangun sebesar 78,66 %. sedangkan kabupaten dengan CDR terendah terdapat di Kabupaten Batang Hari yaitu sebesar 51,59 %.
Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB Paru digunakan angka keberhasilan pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengindikasikan persentase
pasien
baru
TB
paru
40
BTA
positif
menyelesaikan
pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif.
Tabel 3.3 Hasil Cakupan Pengobatan Penderita TBC di Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010 No
Indikator
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perkiraan penderita TB Paru Jumlah suspek yg diperiksa Case Detect Rate (CDR) (%) Penderita diobati Konversi (%) Sukses Rate (%)
2007 440 18.757 58,78 2.770 88,77 89,98
Tahun 2008 2009 4.542 4.679 23.076 28.347 49,05 58,56 2.954 3.288 89,14 93,52 92,35 94,17
2010 4.779 31.393 65,87 3.455 94,61 *)
Ket : *) Angka Sukses Rate baru dievaluasi Th. 2011 Sumber : Bidang P2PL, 2010
Berdasarkan Tabel 3.3 terlihat bahwa pencapaian Success Rate (SR) pada tahun 2007 s/d 2009 telah melampaui target nasional 85 %. Dari tahun 2007 samapi dengan tahun 2009 terjadi peningkatan success rate, pada tahun 2007 berada pada angka 88,77 % sedangkan pada tahun 2009 telah mencapai angka 94, 17 %.
c. HIV & AIDS Human
Immunodeficiency
Virus
(HIV)
dan
Acquired
Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan heteroseksual, tranfusi darah yang tidak aman, penggunaan jarum suntik bersama yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui kandungan dan menyusui.
41
Di Provinsi Jambi HIV & AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahun. Sampai dengan Desembar 2010 jumlah komulatif kasus HIV dan AIDS mencapai 492 kasus, terdiri dari 243 kasus infeksi HIV dan 249 kasus AIDS. Sedangkan berdasarkan cara penularan AIDS secara kumulatif tercatat melalui IDU (HIV 24,28 % dan AIDS 63,45 %). Untuk heteroseks (HIV 69,96% dan AIDS 28,11 %) dan homoseks (HIV 3,29% dan AIDS 5,22%) . Gambar 3.10 Jumlah Kasus Baru HIV dan AIDS Per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 HIV
Sungai Penuh
0 0
Sarolangun
1 0
Kerinci
2 1
Tanjab Timur
2 2
Tebo
2 4
Tanjab Barat
4 5
Merangin
6 2 8
Batang Hari
2
Bungo
4
Muaro Jambi
AIDS
11
8
17 196
Kota Jambi
215 249 243
Provinsi Jambi 0
50
100
150
200
250
300
Sumber : Bidang P2PL, 2010.
Proporsi kumulatif kasus HIV/ AIDS tertinggi yang tercatat adalah pada kelompok umur >25 tahun (HIV sebanyak 149 penderita dan AIDS 207 kasus), disusul kelompok umur 20 - 24 tahun (HIV 68 kasus dan AIDS 37 kasus), kelompok umur 6 - 19 tahun (HIV 21 kasus dan AIDS 1 kasus) disamping itu untuk kelompok umur 0 - 5 tahun (HIV 5 kasus dan AIDS 4 kasus). Jumlah kasus HIV/AIDS yang tercatat untuk tahun 2010 berjumlah 492 penderita dan meninggal sebanyak 101 penderita
42
(20,53 %). Kasus HIV/AIDS di Provinsi Jambi paling banyak terdapat di Kota Jambi yaitu sebesar 411 penderita yang terdiri dari penderita HIV sebesar 215 orang dan AIDS sebesar 196 orang. Sementara kabupaten/ kota sampai saat ini yang belum terdapat penderita HIV/AIDS adalah Kota Sungai Penuh.
d. Pneumonia Pneumonia atau radang paru-paru adalah sebuah penyakit pada paruparu di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol. Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (aveoli). Radang paru-paru adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit menahun. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi, cakupan penemuan pneumonia pada balita sebesar 16,1 % dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 5,195 kasus. Berikut ini pada gambar 3.11 ditampilkan angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
43
Gambar 3.11 Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 1.6
Tanjab Timur
2.9 2.9
Kerinci
4.6 5.3
Muaro Jambi
6.1 7.2
Tebo
7.9 30.5
Kota Jambi
35.6 42.5
Provinsi Jambi
16.1
0
10
20
30
40
50
Sumber : Bidang P2PL, 2010.
Cakupan penemuan kasus Pneumonia Balita menurut kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar 3.11, yang tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Merangin, Kota Jambi dan Kabupaten Bungo, dan yang terendah terdapat pada Kabupaten Tanjab Barat.
e. Kusta Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan penyakit keturunan atau kutukan tuhan. Penatalaksanaan kasus yang
44
buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.
Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam
memberikan
pelayanan
yang
memadai
dalam
bidang
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan . Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan/ pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya.
Kemajuan teknologi dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta sudah bisa diatasi dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Akan tetapi mengingat kompleksnya masalah penyakit kusta, maka diperlukan program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh melalui strategi yang sesuai dengan endemisitas penyakit kusta, guna mencegah kecacatan.
Tabel 3.12 Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta Tipe PB dan MB di Provinsi Jambi Tahun 2004 s/d 2010 160
160 140 120 100 80
80
76
91
80
75
69
60 40 20
31 12
9
16
17
10
0 2004
2005
2006
2007
Sumber : Bidang P2PL, 2010
45
2008
4 2009
2010 PB
MB
Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi dilaporkan terdapat kasus baru tipe Pausi Basiler sebanyak 31 kasus dan tipe Multi Basiler sebanyak 91 kasus. Di Provinsi Jambi penyakit Kusta pada tahun 2010 termasuk Provinsi yang low endemic dengan prevalensi
< 1 per 100.000
penduduk, tetapi secara spesifik daerah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu menjadi perhatian, karena setiap tahun masih ditemukan penderita baru dibeberapa kabupaten/ kota, rata-rata 1 – 44 kasus tiap tahun atau NCDR antara 1 - 3 /100.000 penduduk. Pada tahun 2010 NCDR sebesar 3,95 per 100.000 penduduk. Gambar 3.13 Kasus Baru Kusta Per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 Sungai Penuh 0
6
Kota Jambi
3
7
Bungo
12
Tebo 1
10
5
Tanjab Barat 0
6
Tanjab Timur
8
Muaro Jambi
3
Batang Hari 1
8 4
Sarolangun 1
5
Merangin
3
2
36
Kerinci 01 0
10
20
30
40 PB
50 MB
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tingginya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0 – 14 tahun) diantara penderita baru. Kabupaten dengan kasus terbanyak
46
adalah kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan terendah adalah Kabupaten Kerinci. Informasi menurut kabupaten/ kota terkait penyakit kusta terdapat pada lampiran tabel 17.
3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Tetanus Neonatorium Penyakit tetanus neonatorum pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan menyusui secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut
dan
menetek,
disusul
dengan
kejang–kejang.
Kejang yang sering di jumpai pada bayi baru lahir, yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak bersih.
Tetanus Neonatorium (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang
masuk
menginfeksikan
kedalam bayi
tubuh
yang
baru
melalui lahir
luka. yang
Penyakit salah
ini
satunya
disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin. Di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dari 11 kabupaten/ kota dilaporkan tidak terdapat kasus Tetanus Neonatorium.
b. Campak Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/ konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan
47
karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2 - 4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2 - 3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus campak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret yang terinfeksi. Berikut dapat ditampilkan Insidence Rate (IR) Campak menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Gambar 3.14 Incidence Rate (IR) Campak Per 10.000 Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
Tanjab Timur
0
Tebo
0
Bungo
0
Sarolangun
0
Kerinci
0 0.49
Sungai Penuh Batang Hari
0.54
Muaro Jambi
0.56
Merangin
0.57 0.83
Tanjab Barat
3.63
Kota Jambi
0.85
Provinsi Jambi 0
0.5
1
1.5
Sumber : Bidang P2PL, 2010
48
2
2.5
3
3.5
4
Pada tahun 2010 dilaporkan terdapat 270 kasus campak dengan Incidence Rate sebesar 0,85 per 10.000 penduduk. Incidence Rate tertinggi pada tahun 2010 terdapat di Kota Jambi sebesar 192 kasus
diikuti oleh Kabupaten Tanjab Barat sebesar 0,83 per
10.000 penduduk, dan Kabupaten Merangin serta Kabupatan Muaro Jambi sebesar 0,57 per 10.000 penduduk. Sedangkan Kabupaten Kerinci, Sarolangun, Tanjab Timur, Tebo, Bungo memiliki IR sebesar 0 per 10.000 penduduk.
c. Polio dan AFP (Acute Paralisis Layu Akut) Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk kedalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0 - 3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan tangan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian beakibat pada kelumpuhan. Gambar 3.15 Non Polio AFP Rate per 100.000 Anak Usia < 15 Tahun Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang P2PL, 2010
49
Provinsi Jambi dengan non polio AFP Rate tertinggi adalah Kota Jambi sebesar 3,33 per 100.000 anak usia < 15 tahun, diikuti oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3 per 100.000 anak usia < 15 tahun, Kabupaten Kerinci, Merangin, Sarolangun, Muaro Jambi dan Tebo sebesar 2 per 100. 000 anak usia < 15 tahun. Sedangkan kabupaten dengan non polio AFP Rate terendah adalah Kabupaten Batang Hari dan Kota Sungai Penuh 0 per 100.000 anak usia < 15 tahun.
4. Penyakit Potensial KLB/ Wabah Terdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB/Wabah yang sering terjadi di Indonesia, diantaranya adalah Demam Berdarah (DBD), Diare,dan Cikungunya. Seluruh penyaki potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi.
a. Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun juga bisa menyerang orang dewasa. Masalah DBD tidak hanya berdampak pada masalah klinis individu yang terkena DBD, namun juga berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat
sehingga
penanganannya
tidak
hanya
diselesaikan oleh sektor kesehatan saja namun memerlukan peran aktif masyarakat, lintas sektor/ Pokjanal DBD, Pemerintah Daerah dan DPRD, khususnya ditingkat kabupaten/ kota. Hal ini sejalan dengan diterapkannya sistem otonomi daerah.
50
Sektor kesehatan sebagai instansi tekhnis dalam penanggulangan demam berdarah dengue dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita DBD masih dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain bahwa penemuan kasus DBD secara dini bukanlah hal yang mudah, karena pada awal perjalanan penyakit, gejala dan tandanya sulit dibedakan dengan gejala penyakit infeksi lainnya. Selain sulitnya penemuan dini kasus DBD secara surveilans epidemiologis
permasalahannya
adalah
kasus-kasus
yang
dilaporkan sebagai DBD, tidak semuanya didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium klinik, terutama adanya peningkatan hematokrit dan penurunan trombosit sebagaimana kriteria yang ditetapkan WHO. Hal ini menyebabkan pengelompokan penderita dan pelaporan demam dengue (DD), DBD atau Sindrom Syok Dengue (SSD) belum terlaksana seperti yang diharapkan.
Di Provinsi Jambi, kejadian Demam Berdarah Dengue telah menyebar ke seluruh kabupaten / kota. Kota Jambi masih mencatat kasus tertinggi sepanjang tahun 2006 hingga tahun 2010, sesuai dengan pattern of disease dari penyakit DBD, yaitu Urban Disease. Hal ini dapat dimengerti mengingat Kota Jambi telah mempunyai fasilitas
pelayanan
kesehatan
dengan
laboratorium
yang
mendukung dan mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis DBD merupakan faktor resiko tingginya kasus DBD di Kota Jambi. Sementara dibeberapa kabupaten/ kota lain juga dilaporkan terjadinya kasus sepanjang tahun yaitu : Kabupaten Batang Hari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Bungo) dan bahkan 3 tahun terakhir secara sporadis di Kabupaten Tebo, Sarolangun dan Merangin juga tercatat adanya kasus DBD.
51
Jika dibandingkan capaian angka kesakitan (diukur dengan incidence rate) dan angka kematian (diukur dengan case fatality rate) periode 5 tahun terakhir angkanya terlihat relatif menurun (IR tahun 2006 sebesar 10,1 per 100.000 penduduk; tahun 2007 sebesar 11,3 per 100.000 penduduk; tahun 2008 sebesar 8,6 per 100.000 penduduk, tahun 2009 sebesar 8,5 per 100.000 penduduk dan tahun 2010 sebesar 6,0 per 100.000 penduduk) sementara angka kematian masih berfluktuasi (CFR tahun 2006 sebesar 5,1%; tahun 2007 sebesar 1,6%; tahun 2008 sebesar 3,7%; tahun 2009 sebesar 2,0% dan tahun 2010 sebesar 2,8%).
14 12 10 8 6 4 2 0
6
5.1
5
13.3 10.1
11.3
3.7 8.6
3.1
8.5 2
2.8 6
1.6
4 3 2
CFR (%)
IR Per 100.000 Penduduk
Gambar 3.16 Incidence Rate DBD Per 10.000 Penduduk dan Case Fatality Rate DBD di Provinsi Tahun 2010
1 0
2005
2006
2007 IR
2008
2009
2010
CFR
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Incidence Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jambi pada periode 5 tahun terakhir relatif menurun. Hal ini dimungkinkan oleh dampak intervensi adanya kejadian luar biasa demam chikungunya tahun 2009, dimana upaya pembersihan sarang nyamuk oleh masyarakat masih terus dilakukakan. Karena penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Environment Based Disease) yang terkait erat dengan perilaku hidup bersih dari masyarakat.
52
b. Diare Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.
Penyakit Diare sering kita jumpai dimasyarakat bahkan timbul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB), sehingga membuat panik masyarakat dan petugas kesehatan. Hal ini dapat kita lihat dari angka kesakitan penyakit diare dari tahun ketahun selalu meningkat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare adalah oleh kuman melalui kontaminasi makanan/ minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan penderita diare. Sasaran program penanggulangan penyakit diare adalah semua kelompok umur dengan mengutamakan pelayanan bagi golongan balita.
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 kabupaten/ kota Provinsi Jambi dengan jumlah penderita sebesar 78.301 orang. Pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kasus Diare lebih tinggi dari tahun sebelumnya,yaitu sebesar 55.700 orang pada tahun 2009. Kasus panyakit diare di Provinsi Jambi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, kasus penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan dimasyarakat Propinsi Jambi dimana jumlah kasus penyakit diarenya masih relative cukup tinggi.
53
Gambar 3.17 Jumlah Kasus Diare per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 Kota Jambi
13,980
Merangin
10,806
Tanjab Barat
8,990
Bungo
7,842
Batang Hari
7,691
Tebo
6,344
Muaro Jambi
5,942
Sarolangun
5,567
Kerinci
4,896
Tanjab Timur
3,896
Sungai Penuh
2,347
0
2,000
4,000
6,000
8,000 10,000 12,000 14,000 16,000
Sumber : Bidang P2PL, 2010
c. Cikungunya Cikungunya adalah penyakit infeksi akut yang ditandai dengan gejala utama demam, ruam/bercak-bercak kemerahan di kulit dan nyeri persendian, penyakit disebabkan infeksi virus Chik yang ditularkan oleh nyamuk aegypti dan aedes albopictus.
Penyakit ini kerap di jumpai tdi daerah teropis/subtropis dan sering menimbulkan epidemi. Beberapa faoktor yang mempengaruhi munculnya penyakit ini antara lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyak tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
54
Gambar 3.18 Kasus Cikungunya Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Selama tahun 2010, laporan demam chikungunya hanya tersebar di 3 Kabupaten, yaitu : Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 23 kasus, Kabupaten Sarolangun sebanyak 19 kasus dan Kota Sungai Penuh sebanyak 56 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 kasus demam chikungunya menurun secara signifikan, dimana pada tahun 2009 terjadi kejadian luar biasa di 6 Kabupaten dalam Provinsi Jambi (Kabupaten Muaro Jambi, Batang Hari, Tebo, Sarolangun, Bungo dan Merangin) dengan jumlah kasus sebanyak 13.041 penderita tanpa kematian.
d. Filariasis Sesuai dengan kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by year 2020” yang merupakan realisasi dari resolusi WHO pada tahun 1997, ditetapkan 2 pilar utama kegiatan eliminasi filariasis, yaitu pengobatan massal untuk memutuskan transmisi penyakit dan
penatalaksanaan kasus kronis untuk meringankan
beban penderita filariasis kronis.
55
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari Wuchereria bancroofti, Brugia malayi dan timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (Getah Bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filariria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap dijaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan dilengan dan organ genital.
Dalam rangka melaksanakan komitmen Global Eliminasi Limfatik Filariasis di Provinsi Jambi telah dilakukan kegiatan pengobatan massal di 4 (empat) kabupaten endemis Filariasis, yaitu: Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Batang Hari. Kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan Pilot
Project
Pengobatan
Massal
filariasis
yang
awal
pelaksanaannya dengan kecamatan sebagai unit implementasi ( 2 kecamatan percontohan) yang diharapkan pada tahun ke 5 pengobatan
massal
sudah
mencakup
seluruh
desa
dalam
Kabupaten. Gambar 3.19 Jumlah Kasus Filariasis Di Provinsi Jambi Tahun 2010 140
126
120 100 80 58
60
57
40 2
3
6
5
Bungo
22 11
Tebo
20
10 0
Sumber : Bidang P2PL, 2010
56
Sungai Penuh
Kota Jambi
Tanjab Barat
Tanjab Timur
Muaro Jambi
Batang Hari
Sarolangun
Merangin
Kerinci
0
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, untuk itu dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan, masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, dan atau masyarakat serta swata, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan
kesehatan
perorangan.
Kesehatan
perorangan
mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam
rangka
memberikan
pelayanan
kesehatan
pada
masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut. ;
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Seorang ibu berperan penting dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang di alami seorang ibu yang sedang hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungannya hingga kelahiran dan masa pertumbuhan anaknya.
Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan disemua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah atau fasilitas pelayanan kesehatan swasta.
Dalam pencapaian MDG’s dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu diperlukan upaya-upaya terkait seperti ; peningkatan akses antenatal (cakupan ibu hamil K1), pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar (K4), dan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
58
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood Initiative
yang
mendapat perhatian besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada akhir tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS) yang di canang oleh pemerintah pada tahun 2000. Setelah melewati tahun 2010 dengan berbagai kegiatan yang memicu pemikiran-pemikiran baru tentang kesehatan ibu dan anak maka pada tahun 2011 ada kemungkinan akan terjadi berbagai perubahan besar. Kemungkinan-kemungkinan perubahan tersebut antara lain:
Berubahnya pandangan yang selama ini tidak mementingkan pendekatan klinik dan penanganan Rumah Sakit untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak. Pendekatan baru menyatakan bahwa
pengurangan
kematian
sebaiknya
dilakukan
secara
integratif antara preventif dan kuratif, tidak bisa dilakukan secara terpisah-pisah. Penanganan perlu dilakukan dengan pendekatan “natural history of disease”.
Penanganan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam pelayaan KIA akan berada di bawah satu unit yang berdampak pada integrasi lebih baik PONED dan PONEK. Restrukturisasi sangat penting untuk mengurangi fragmentasi pelayanan primer dengan sekunder dan tertier.
Peran penyedia pelayanan swasta ditingkatkan secara optimal.
Kebijakan
mengenai
penyebaran
tenaga
kesehatan
yang
mencakup sistem kontrak dalam kelompok, dokter plus dalam MDG4 dan MDG5, dan kepemimpinan teknis oleh klinisi.
Adanya kebijakan Jaminan Persalinan Nasional (Jampersal) dan BOK Puskesmas.
59
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang berkompeten yang memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesial kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
Pelayanan kesehatan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pungukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi
fundus uteri
menentukan presetasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan.
Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah 4 kali selama masa kehamilan, dengan ketentuan pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu : minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada trwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar untuk pelayanan kesehatan antenatal tersebut dianjukan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor resiko dan penanganan komplikasi.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinila dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang di hitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang melakukan
60
pemeriksaan antenatal yang pertama kali oleh tenaga kesehatan (untuk menghitung indikator K1) atau ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk menghitung indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun.
Gambar 4.1 memperlihat cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil selama enam tahun terakhir. Terlihat bahwa cakupan K1 selama
tahun
2005
sampai
tahun
2010
terus mengalami
peningkatan dari 91,27 % pada tahun 2005 menjadi 95,59 % pada tahun 2010. Sedangkan cakupan K4 sama dengan K1 pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 juga cenderung meningkat, pada tahun 2005 dari 78,48 % menjadi 88,10 % pada tahun 2010. Gambar 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 100
91.27
80 78.48
91.97
83.32
91.78
92.18
82.42
83.61
95.59
94.58
88.1
88.03
60 40 20 K1
K4
0 2005
2006
2007
Sumber : Bidang Yankes, 2010
61
2008
2009
2010
Dari gambar 4.1 dapat dilihat kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4. Pada tahun 2005 terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4 sebesar 12,79 % kemudian pada tahun 2010 kesenjangan atau selisih menjadi lebih kecil yaitu sebesar 7,49 %. Kesenjangan cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1K4, dengan kata lain kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan neonatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilannya dapat dipantau oleh petugas kesehatan.
Gambar 4.2 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K1) Per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target K1 Provinsi
95 104.06
Kota Jambi Kerinci
100.06
Tanjab Timur
97.28 96.8
Sungai Penuh Bungo
96.61
Batang Hari
96.15
Muaro Jambi
95.98
Tebo
95.67
Provinsi Jambi
95.59
Merangin
90.17
Sarolangun
88.31
Tanjab Barat
87.94 75
80
85
90
95
100
105
110
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Gambar 4.2 menyajikan hasil pencapaian cakupan ibu hamil K1 per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010, yang menunjukkan
62
pencapaian sebesar 95,59 %, yang berarti telah mencapai target K1 Provinsi Jambi tahun 2010 yaitu sebesar 95 %. Kota Jambi dan Kabupaten Kerinci merupakan kabupaten/ kota dengan pencapaian K1 lebih 100%. Sedangkan Kabupaten Merangin, Sarolangun dan Tanjung Jabung Barat merupakan kabupaten dengan capaian K1 terendah yaitu dibawah target Provinsi Jambi.
Gambar 4.3 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4) Per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target K4 Provinsi
91
Tanjab Timur
94.89
Kota Jambi
94.61
Sungai Penuh
94.05
Bungo
92.46
Kerinci
91.7
Muaro Jambi
91.17
Provinsi Jambi
88.1
Tebo
85.87
Batang Hari
85.43
Tanjab Barat
81.7
Merangin
80.81
Sarolangun
78.92 0
20
40
60
80
100
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Pada tahun 2010, hasil pencapain indikator pelayanan K4 di Provinsi Jambi sebesar 88,10 % yang berarti masih dibawahtarget yang ditetapkan di Provinsi Jambi yaitu sebesar 91 %. Dari kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi ada 6 kabupaten/ kota telah mencapai target cakupan K4 yang ditetapkan Provinsi Jambi. Kabupaten Tanjab Timur merupakan kabupaten dengan capaian
63
K4 tertinggi (94,89%), diikuti Kota Jambi (94,61 %) dan Kota Sungai Penuh (94,05 %). Sedangkan Kabupaten Sarolangun dengan capaian K4 terendah (78,92 %).
Sedangkan pencapaian cakupan pelayanan K4 ibu hamil menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 terlihat bahwa hanya 6 kabupaten/ kota dengan capaian cakupan K4 lebih dari 91 %, 5 kabupaten/ kota memiliki cakupan kurang dari 91%.
Gambar 4.4 Pencapaian Cakupan K4 Ibu Hamil Per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang Yankes, 2010
b. Pertolongan
Persalinan
oleh
Tenaga
Kesehtan
dengan
Kompetensi Kebidanan (Pn) Periode
persalinan
berkontribussi
merupakan
terhadap
Angka
salah Kematian
satu Ibu
periode di
yang
Indonesia.
Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60% dari kematian ibu (Maternal Mortality: who, when, where and why; lancet 2006). Sedangkan dalam target MDG’s salah satu upaya
64
yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta meningkat pertolongan persalinan oleh tenaga keseahatan menjadi 90 % pada tahun 2015 dari 40,7 % pada tahun 1992 (BPS). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.
Gambar 4.5 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 100 82.14
85.91 78.05
80
85.74
86.78
75.94
60 40 20 Pn
0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Gambar 4.5 menggambarkan cakupan persalinan yang ditolang oleh tenaga kesehatan di Provinsi Jambi dari tahun 2005 sampai 2010 yang cenderung meningkat. Pada tahun 2010 cakupan perertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Provinsi Jambi telah mencapai 86,78 %.
65
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) di Provinsi Jambi tahun 2010 yang sebesar 86,78 % belum mencapai target Pn tahun 2010, yang sebesar 87,5 % tetapi telah melampaui target Nasional yang ditetapkan untuk tahun 2010 sebesar 84 %. Dari indikator capaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010, dapat dilihat seperti pada gambar 4.6 bahwa kabupaten/ kota yang capaiannya telah melebihi target Provinsi (87,5 %) adalah Kota Jambi merupakan kabupaten dengan pencapaian tertinggi (100,94 %), diikuti oleh Kabupaten Bungo (92,18 %) dan Kota Sungai Penuh (91,86 %), diikuti Kabupaten Tanjung Jabung Timur (90,3 %) serta Kabupaten Batang Hari (88,2 %).
Gambar 4.6 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target Pn Provinsi
87.5 100.94
Kota Jambi Bungo
92.18
Sungai Penuh
91.86 90.3
Tanjab Timur Batang Hari
88.2
Provinsi Jambi
86.78
Kerinci
86.48
Muaro Jambi
86.24
Tebo
82.94
Tanjab Barat
81.65
Merangin
75.71
Sarolangun
74.49 0
20
40
60
Sumber : Bidang Yankes, 2010
66
80
100
120
Pada tahun 2010 sebanyak 5 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi telah mencapai target cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu sebesar 87,5 %. Pada gambar 4.6 terliaht bahwa sebanyak 4 kabupaten/ kota
di Provinsi Jambi yang memiliki
cakupan Pn diatas 90 %, kabupaten/ kota yang lainnya memiliki pencapaian kurang dari 90 %. Sehingga dalam upaya peningkatan cakupan persalinan perlu dilakukan melalui upaya pelaksanaan program unggulan kesehatan ibu, diantaranya adalah kemitraan bidan dukun, peningkatan persalinan difasilitas kesehatan melalui jaminan program persalinan, model rumah tunggu di kabupaten/ kota dengan Puskesmas didaerah terpencil guna
pencegahan
terhadap komplikasi yang terjadi selama persalinan, revitalisasi Bidan Koordinator melalui pelaksanaan supervisi fasilitatif untuk peningkatan mutu dan kualitas tenaga penolong persalianan, serta peningaktan
kualitas
suveilans
kesehatan
ibu
pelaksanaan
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak.
Dilapangan masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009, di Provinsi Jambi masih terdapat lebih dari 29 % persalinan ditolong bukan oleh tenaga kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap diupayakan seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonami Nasional (Susenas) 2009, sebesar 70 % kelahiran pada balita ditolong tenaga kesehatan. Persentase penolong kelahiran pada balita yang tertinggi adalah ditolong oleh bidan pada kelahiran pertama sebesar
55,36 %
sedangkan penolong kelahiran terakhir oleh bidan mencapai 61 %.
67
Gambar 4.7 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir Di Provinsi Jambi Tahun 2009 70
61
Pertama
55.36
60
Terakhir
50 36.43
40
29.5 30 20 10
7.71
8.86 0.5
0.65
0 Dokter
Bidan
Nakes Lain
Non Kesehatan
Sumber : BPS, Susenas 2009
c. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3) Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas yang kedua (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; dan 3) kunjungan nifas yang ke-3 (KF3) dilakukan pada minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakuakan pada saat dilaksanakannya kegiatan diposyandu dan dilakukan secara bersamaan pada kunjungan bayi.
Pelayanan ibu nifas yang diberikan meliputi ; 1) pemeriksaan tekanan darah nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; 3) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 4) pemberian kapsul vitamin A
68
200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam; dan 5) pelayanan KB pasca persalinan.
Gambar 4.8 berikut ini menyajikan persentase pelayanan ibu nifas menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Gambar 4.8 Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target KF Provinsi
87.5 95.28
Batang Hari Muaro Jambi
93.31
Sungai Penuh
89.61 87.05
Tebo Kerinci
78.1
Merangin
76.21
Provinsi Jambi
76.18
Tanjab Timur
73.45
Bungo
72.44
Tanjab Barat
67.4
Sarolangun
64.62
Kota Jambi
60.82 0
20
40
60
80
100
120
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Cakupan kunjungan ibu nifas rata-rata pada di Provinsi Jambi tahun 2010 adalah 76,18 %. Sementara taget kunjungan ibu nifas di Provinsi Jambi pada tahun 2010 adalah 87,5 %. Hasil capaian kunjungan ibu nifas tertinggi adalah Kabupaten Batang Hari dengan capaian sebesar 95,28 % jauh melampaui target provinsi, kemudian Kabupaten Muaro Jambi (93,31 %). Kabupaten/ kota dengan cakupan terendah adalah Kota Jambi (60,82 %).
69
d. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti) dan
memerlukan
pelayanan
kesehatan,
karena
terbatasnya
kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.
Risti/ komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/ komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g% tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedeme nyata, eklamsia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan 32 minggu, letak sungsang primigravida, infeksi berat/ sepsis, dan persalinan prematur.
Gambar 4.9 memperlihatkan cakupan komplikasi kebidanan menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Seluruh kabupaten/ kota belum mencapai cakupan penanganan komplikasi kebidanan 58,6 %, kecuali Kabupaten Muaro Jambi yang mencapai 77,46 %. Bahkan sebagian besar kabupaten/ kota memiliki cakupan kurang dari 58,6 %.
Neonatus risti/ komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorium, sipsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma ganggguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti/ komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/ komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit.
70
Gambar 4.9 Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target PK Provinsi
58.6 77.46
Muaro Jambi Tanjab Timur
57.6
Batang Hari
55.91 51.48
Tebo Kerinci
43.54
Provinsi Jambi
35.24
Merangin
35.17
Tanjab Barat
23.28
Sarolangun
20.52
Sungai Penuh
16.54
Bungo
13.31
Kota Jambi
6.21 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Pada tahun 2010 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang dlaporkan sebesar 24,70 %, dengan cakupan antar kabupaten/ kota. Sementara target yang ditetapkan di Provinsi Jambi untuk indikator tersebut yang harus dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 60 %. Gambaran cakupan penanganan komplikasi neonatal per kabupaten/ kota dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut ini. Pencapaian cakupan penanganan neonatal komplikasi tertinggi adalah Tanjab Timur 74,13 %, sedangkan cakupan yang terendah adalah Kota Jambi sebanyak 3.81 %.
71
Gambar 4.10 Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target PK Provinsi
60 74.13
Tanjab Timur Tebo
37.41
Provinsi Jambi
24.7 23.6
Muaro Jambi Sarolangun
20.97
Tanjab Barat
16.73
Kerinci
15.27
Sungai Penuh
14.64
Batang Hari
12.21
Merangin
10.5
Bungo
5.82
Kota Jambi
3.81 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sumber : Bidang Yankes, 2010
e. Kunjungan Neonatal Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar gedung
puskesmas,
termasuk
bidan
didesa,
polindes
dan
kunjungan kerumah. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan
resusitasi,
pencegahan
hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen Terpadu Balita, Muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan
72
disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
Bayi umur 0 - 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0 - 28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir; pada hari 3 sampai dengan 7 hari, dan hari 8 sampai dengan 28 hari.
Gambar 4.11 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal (KN1) Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target KN1 Provinsi
90
Batang Hari
100
Tebo
100
Kerinci
99.9
Sungai Penuh
99.7
Sarolangun
98.6
Tanjab Timur
98.5
Provinsi Jambi
94.5
Merangin
93.9
Muaro Jambi
93.1
Tanjab Barat
92
Bungo
90.5
Kota Jambi
87.7 80
85
90
Sumber : Bidang Yankes, 2010
73
95
100
105
Berdasarkan target capaian pelayanan kesehatan bayi menurut laporan rutin tahun 2010 yaitu cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) yang sebesar 90 %, untuk Provinsi Jambi sudah mencapai target yang diharapkan yaitu 90 %. Gambar 4.11 memperlihatkan kunjungan neonatal pertama (KN1) per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Dari hasil laporan masing-masing kabupaten/ kota di Provinsi Jambi hampir rata-rata kabupaten/ kota telah mencapai target. Untuk cakupan KN1 tertinggi adalah Kabupaten Batang Hari dan Tebo telah mencapai 100 %. Sedangkan untuk kabupaten/ kota yang terendah adalah Kota Jambi yaitu sebesar 87,7 %. Dari kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi, untuk Kota Jambi masih belum mencapai target yang ditetapkan Provinsi Jambi.
Pada tahun 2010 target cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap) adalah sebesar 85 %, sementara cakupan yang dicapai oleh Provinsi Jambi yaitu sebesar 85, 7 %. Dari data kabupaten/ kota ternyata ada 6 kabupaten/ kota yang telah melampaui target cakupan kunjungan neonatal lengkap. Kabupaten/ kota tertinggi adalah Kabupaten Batang Hari dengan capaian sebesar 99,8 %, diikuti oleh Kabupaten Tebo dengan capaian sebesar 96, 7 %. Kabupaten/ kota yang target pencapaiannya paling rendah adalah Kabupaten Sarolangun sebesar 67,2 %, diikuti diatasnya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 72,1 %, Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 74,1 % dan Kota Jambi sebesar 76,7 %. Untuk lebih lengkap melihat capaian dari masing-masing kabupaten/ kota tentang cakupan kunjungan neonatal lengkap dapat dilihat pada gambar 4.11.
74
Gambar 4.11 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target KN Provinsi
85 99.8
Batang Hari Tebo
96.7
Bungo
94.7
Muaro Jambi
93
Sungai Penuh
92.2
Merangin
91.5
Kerinci
89.7
Provinsi Jambi
85.7
Kota Jambi
76.7
Tanjab Barat
74.1
Tanjab Timur
72.1
Sarolangun
67.2 0
20
40
60
80
100
120
Sumber : Bidang Yankes, 2010
f. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi berumur 29 hari sampai dengan 11 bulan disarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit) maupun dirumah, posyandu, tempat penititipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas kesehatan. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali dalam setahun, yaitu pada umur 29 hari sampai dengan 3 bulan, satu kali pada umur 3 s/d 6 bulan, 1 kali pada umur 6 s/d 9 bulan, dan satu kali pada umur 9 s/d 11 bulan.
Pelayanan kesehatan yang di berikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1 s/d 3, Polio 1 s/d 4, dan Campak), indikator
75
ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyedian pelayanan kesehatan. Gambar 4.12 Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 70
Target Provinsi Muaro Jambi
111.5
Kota Jambi
110.1
Kerinci
100.8
Batang Hari
99.3 92.9
Tanjab Barat Sungai Penuh
89.6
Provinsi Jambi
89.5 87
Tebo Tanjab Timur
82.1 82
Merangin Sarolangun
63.9
Bungo
55.4 0
20
40
60
80
100
120
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan bayi di Provinsi Jambi yaitu sebesar 89,5 % sementara target yang ditetapkan Provinsi Jambi yaitu sebesar 70 % sedangkan untuk Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota yang harus dicapai pada tahun 2010 sebesar 90 %. Sebanyak 9 kabupaten/ kota yang mencapai target provinsi yaitu ; paling tinggi adalah Kabupaten Muaro Jambi dengan capaian 111, 5 diikuti oleh Kota Jambi dengan capaian
sebesar 110,1 %. Sedangkan
kabupaten/ kota yang belum mencapai target provinsi adalah paling rendah adalah Kabupaten Bungo dengan capaian sebesar 55,4 % dan Kabupaten Sarolangun sebesar 63,9 %. Cakupan pelayanan kesehatan pada bayi per kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar 4.12.
76
g. Pelayanan Kesehatan Pada Balita Balita merupakan anak usia 1 - 4 tahun,
pelayanan kesehatan
pada anak balita, meliputi ; pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala; penyuluhan pada orang tua ( Kebersihan anak, Perawatan gigi, Perbaikan gizi/ pola pemberian makan anak, Kesehatan lingkungan, Pendidikan seksual dimulai sejak balita atau sejak anak mengenali identitasnya sebagai laki-laki atau perempuan,
Perawatan anak sakit, dan Jauhkan anak dari
bahaya); Cara menstimulasi perkembangan anak; Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit; Pemberian vitamin A, kapsul vit.A berwarna merah diberikan 2 kali dalamsetahun; dan Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan cara menanggulanginya.
Gambar 4.13 Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Balita Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target Provinsi
75
Kota Jambi
68.3
Tanjab Timur
65.4
Bungo
61.9
Sungai Penuh
60.7
Muaro Jambi
59.8
Batang Hari
56.4
Provinsi Jambi
52.4
Kerinci
51.5
Tanjab Barat
45.4
Sarolangun
37.2
Merangin
36.8
Tebo
35 0
10
20
30
40
Sumber : Bidang Yankes, 2010
77
50
60
70
80
Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1 - 4 Tahun) sebesar 52,4 %, sementara target yang harus dicapai adalah sebesar 75 %. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita per kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar 4.13 dimana kabupaten/ kota yang capaiannya tertinggi adalah Kota Jambi yaitu sebesar 68,3 % diikuti Kabupaten Tanjung Jabung Tumur dengan capaian sebesar 65,4 %, sedangkan kabupaten paling rendah adalah Kabupaten Tebo yaitu sebesar 35 %.
h. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak Sekolah Dasar/ Sederajat, serta pelayanan kesehatan pada anak remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS, dan dokter kecil.
Berbagai data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia sekolah semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami oleh anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refleksi/ ketajaman penglihatan dan masalah gizi.
78
Gambar 4.14 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD/ Setingkat Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target Provinsi
70
Kota Jambi
100
Batang Hari
100
Merangin
97.2
Bungo
96.9
Tebo
93.2 88.7
Kerinci Provinsi Jambi
83.9
Sungai Penuh
80
Sarolangun
71.9 65.9
Tanjab Timur Tanjab Barat
63.3
Muaro Jambi
56.9 0
20
40
60
80
100
120
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Kabupaten/ kota dengan capaian cakupan penjaringan murid SD dan setingkat tertinggi adalah Kota Jambi dan Kabupaten Batang Hari dengan capaian sebesar 100 %, sedangkan kabupaten/ kota dengan capaian terendah adalah paling rendah Kabupaten Muaro Jambi dengan capaian sebesar 56, 9 %. Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD/ setingkat lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.14 dan lampiran tabel 46.
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Menurut hasil penelitian, usia subur wanita biasanya antara 15 - 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan ini lebih diprioritaskan mengguanakan alat/ cara KB.
79
Tingkat pencapaian keluarga berencana dapat dilihat cakupan peserta KB yang sedang/ pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Proporsi peserta KB Aktif dan KB Baru menurut jenis kontrasepsi yang digunakan di Provinsi Jambi dapat di lihat pada gambar 4.15.
Gambar 4.15 Proporsi Peserta KB Aktif dan KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Di Provinsi Jambi Tahun 2010 6.1
IUD
3.3 0.2
MOP
0.1 0.8
MOW
0.3 12.8
Implan
7.7 40.4
Suntik
46.5 36.2
Pil
35.8 1.6
Kondom
3.2 1.8
Lainnya
3.3 0
5
10
15 20 Peserta KB Baru
25 30 Peserta KB Aktif
35
40
45
50
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Proporsi peserta KB Aktif dan KB Baru menurut jenis kontrasepsi yang digunakan di Provinsi Jambi yang terbanyak adalah jenis kontrasepsi Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yaitu Suntik lebih dari 40 %, untuk peserta KB Aktif yang mengunkan Suntik yaitu sebesar 40,4 % sedangkan peserta KB Baru sebesar 46,5 %. Jenis kontrasepsi paling sedikit yang digunakan adalah Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yaitu MOP, untuk peserta KB Aktif sebesar 0,2 %, sedangkan peserta KB Baru sebesar 0,1 %.
80
Proporsi peserta KB Aktif menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010, rata-rata kabupaten/ kota proporsi peserta KB Aktif lebih dari 100 % hanya 3 kabupaten/ kota yang peserta KB Aktifnya dibawah 100 %, kabupaten/ kota terendah yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 87,6 %, diikuti diatasnya adalah Kota Jambi sebesar 88,8 %, dan Kabupaten Batang Hari 96, 7 %.
Gambar 4.16 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 132.3
Sarolangun Kerinci
123
Bungo
121.9
Tebo
119.1
Tanjab Barat
113.5
Sungai Penuh
112.9
Merangin
108.6
Provinsi Jambi
107.9 105
Muaro Jambi Batang Hari
96.7 88.8
Kota Jambi Tanjab Timur
87.6 0
20
40
60
80
100
120
140
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Kabupaten/ kota dengan persentase peserta KB aktif tertinggi adalah Kabupaten Sarolangun sebesar 132,3 %, diikuti Kabupaten Kerinci sebesar 123 % dan Kabupaten Bungo 121,9 %. Sedangkan persentase peserta KB aktif terendah adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 87,6 %.
Persentase peserta KB Baru menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 terlihat dalam gambar 4.17. Pada tahun 2010
81
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan persentase tertinggi yaitu sebesar 39,4 %, diikuti Kabupaten Tebo sebesar 37, 5 % dan Kabupaten Sarolangun serta Bungo sebesar 36, 4 %. Sedangkan Kabupaten/ kota paling rendah adalah Kabupaten Batang Hari sebesar 17,4 %
Gambar 4.17 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 39.4
Tanjab Barat Tebo
37.5
Sarolangun
36.4
Bungo
36.4 33.8
Tanjab Timur Kerinci
30.7 29.2
Provinsi Jambi Merangin
27.8 27
Muaro Jambi Sungai Penuh
24.5 18.4
Kota Jambi Batang Hari
17.4 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Sumber : Bidang Yankes, 2010
3. Pelayanan Imunisasi Bayi dan anak-anak memiliki resiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Typhus, Radang selaput otak, Radang paru-paru, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok beresiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi.
82
Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk kedalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi
tidak
terlalu
kuat,
karena
tubuh
belum
mempunyai
“pengalaman”. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atru seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang vatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi Polio atau Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap Tetanus dan Campak.
a. Imunisasi Dasar Pada Bayi Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisai Dasar Lengkap) pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak.
83
Diantara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak adalah penyebab utama kematian pada balita. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari beberapa tujuan yang disepakati dalam pertemuan dunia mengenai anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90 %. Gambar 4.18 Persentase Pencapaian Imunisasi Campak Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Pada tahun 2010, Provinsi Jambi telah mencapai cakupan imunisasi campak sebesar 95,7 %. Dengan demikian Provinsi Jambi telah mampu mencapai target imunisasi campak yang telah ditetapkan oleh WHO dan target Nasional.
Dari 11 kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi, 6 kabupaten/ kota telah mencapai target yang ditetapkan Nasional. Kabupaten/ kota yang capaiannya lebih dari 100 % adalah Kota Jambi,
84
Kabupaten Tebo dan Kota Sungai Penuh. Sedangka 5 kabupaten di Provinsi Jambi masih belum mencapai target yang ditetapkan Nasional sebesar 90 % yaitu Kabupaten Kerinci, Merangin, Sarolangun, Tanjab Barat dan Tanjab Timur.
Desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/ kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu. Gambar 4.19 Persentase Cakupan UCI di Tingkat Desa/ Kelurahan Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 100
92.98
90 88.95
88.6 85.88
85.06
83.97
80
UCI
70 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Cakupan desa UCI di Provinsi Jambi sampai dengan tahun 2010 berjumlah 1.214 desa dengan persentase cakupan sebesar 88,6 %, jika
dibandingkan
dengan
tahun
2009
cakupan
desa
UCI
mengalami peningkatan sebanyak 98 desa dengan presentase 83,97 %. Dari 11 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi dapat dilihat bahwa cakupan desa yang telah UCI untuk tahun 2010 tertinggi
85
adalah Kota Jambi, Sungai Penuh dan Kabupaten Muaro Jambi yaitu sebesar 100%, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sarolangun sebesar 72,3 %. Rendahnya cakupan desa UCI di Kabupaten Sarolangun disebabkan karena adanya beberapa daerah yang sulit dijangkau oleh petugas kesehatan. Untuk lebih jelas tentang cakupan desa UCI menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi dapat dilihat pada lampiran tabel 38.
b. Imunisasi Pada Ibu Hamil Tetanus disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang sistem saraf pusat. Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Penderita mengalami kejang otot serta diikuti kesulitan menelan dan bahkan bernafas. Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Tetanus khususnya beresiko pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi dirumah dengan peralatan yang tidak steril. Mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan.
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Upaya pencegahan tetanus neonatorum dilakukan dengan memberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil.
86
Manfaat Imunisasi TT Ibu Hamil adalah melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat. Dan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka. Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT untuk Ibu Hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc diinjeksikan intramuskuler/ subkutan dalam.
Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap. TT 1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu.
Gambar 4.20 Cakupan TT2+ Pada Ibu Hamil Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang Yankes, 2010
87
Pada tahun 2010 kabupaten/ kota dengan cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2+ tertinggi adalah Kabupaten Muaro Jambi dengan capaian sebesar 88,3 %, dan terendah adalah Kota Jambi yaitu sebesar 51,5 %. Gambar 4.20 dan lampiran table 29 memperlihatkan dari 11 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi hanya 4 kabupaten/ kota yang berhasil mencapai cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil > 80 % yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Batang Hari, Bungo dan Tebo. Sedangkan kabupaten/ kota dengan capaian 60 – 79 % adalah Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Merangin, Sarolangun, Tanjab Barat dan Tanjab Timur. Kota Jambi memiliki capaian < 60 %.
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Beberapa
kegiatan
pokok
upaya
kesehatan
perorangan
adalah
peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin dikelas III di rumah sakit, cakupan pelayanan gawat darurat , dan lain-lain.
1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/ BOR), rata-rata lama hari perawatan (Length of Stay/ LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn Over/ BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/ TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/ GDR), dan persentase pasien keluar yang meninggal ≥ 48 jam perawatan (Net Death Rate/ NDR).
88
Tabel 4.1 Indikator Kinerja Pelayanan Rumah Sakit Di Provinsi Jambi Tahun 2010 NO
NAMA RUMAH SAKIT
a
JENIS RS
JLH TT
BOR
LOS
TOI
GDR
NDR
1
RSU. RADEN MATTAHER JAMBI
UMUM
328
68.9
4.9
2.2
5.7
2.7
2
RSUD. H.A. MADJID BATOE
UMUM
112
44.0
3.2
4.1
2.5
1.0
3
RSUD. K.H. DAUD ARIF
UMUM
57
35.3
3.0
5.5
6.1
1.6
4
RSUD. H. HANAFIE
UMUM
188
51.8
3.3
3.1
4.7
1.3
5
RSUD. KOLONEL ABUNDJANI
UMUM
109
43.1
2.6
3.4
2.0
0.2
6
RSUD. MAYJEN H.A THALIB
UMUM
128
50.6
2.6
2.5
3.5
1.1
7
RSUD. NURDIN HAMZAH
UMUM
41
23.9
3.3
10.4
1.9
0.4
8
RSUD. ST.THAHA SAIFUDDIN
UMUM
49
20.2
4.5
17.9
2.0
1.0
9
RSUD. PROF. DR.H.M. CHATIB QUZWAIN
UMUM
73
28.3
2.4
6.0
2.8
1.3
10
RSUD. MUARO JAMBI
UMUM
94
19.4
3.5
14.6
1.2
0.6
11
RS. JIWA JAMBI
JIWA
200
71.8
27.6
10.8
0.1
0.1
12
RS. ST. THERESIA
UMUM
100
86.8
3.2
0.5
2.4
1.1
13
RS. BUDI GRAHA
UMUM
53
17.0
2.6
12.8
0.6
-
14
RS. ASIA MEDIKA
UMUM
109
40.0
3.7
5.6
2.3
0.7
15
RS. BHAYANGKARA
UMUM
40
30.0
3.1
7.2
0.7
-
16
RS Ibu dan Anak ANNISA
BERSALIN
30
64.8
2.8
1.5
-
-
17
RSUD.H.ABDUL MANAP KOTA JAMBI
UMUM
146
15.2
3.3
18.2
1.4
0.8
18
RS. DR. BRATANATA
UMUM
152
81.1
3.9
0.9
3.0
1.3
19
RS. BERSAUDARA
UMUM
23
0.0
0.0
0.0
-
-
20
RS. MAYANG MEDICAL CENTER
UMUM
50
34.0
2.9
5.5
3.9
1.3
21
RSUD. SUNGAI BAHAR
UMUM
50
2.8
0.8
27.9
0.2
-
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Berdasarkan data Bidang Pelayanan Kesehatan, tingkat pelayanan tempat tidur (BOR) di rumah sakit umum di Provinsi Jambi tahun 2010 sebagian besar belum mencapai angka ideal yang diharapkan (yaitu 60-85%). Beberapa rumah sakit pemerintah yang mencapai BOR diatas 60 % yaitu Rumah Sakit Jiwa sebesar 71,8 % dan Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi yaitu sebesar 68,9 %. Sedangkan BOR tertinggi adalah Rumah Sakit Swasta yaitu RS St. Theresia sebesar 86,8 % dan RS Bratanata sebesar 81,1 %.
89
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (biasanya satu tahun), berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Pada tahun 2010 BTO rumah sakit belum mencapai angka ideal, yaitu hanya sebesar 25 kali. Padahal selama enam tahun sebelumnya BTO di rumah sakit selalu berada pada kisaran 40-50 kali.
LOS adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Tabel 4.1 memperlihatkan rata-rata LOS di Provinsi Jambi masing-masing rumah sakit umum selama tahun 2010 yang berkisar antara 0,8 – 27,6 hari dan belum mencapai angka ideal. Berdasarkan rumah sakit, Rumah Sakit Jiwa Jambi memiliki LOS tertinggi (27,6 hari) dan RSUD Sungai Bahar memiliki LOS terendah (0,8 hari).
Indikator pelayanan rumah sakit yang lain adalah TOI. TOI adalah ratarata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah digunakan sampai saat digunakan kembali (rata-rata lama tempat tidur kosong antar pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Pada tahun 2010 TOI di rumah sakit berkisar antara 0,5 - 27,9 hari.
GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1.000 penderita keluar dari rumah sakit. Pada GDR, tidak melihat berapa lama pasien berada di rumah sakit dari masuk sampai meninggal. Nilai ideal GDR adalah < 45 per 1.000 pasien keluar. Pada tahun 2010 angka GDR di
90
rumah sakit Provinsi Jambi berkirar antara 0,1 – 6,1 kematian per 1.000 pasien keluar rumah sakit. NDR adalah angka kematian pasien setelah dirawat ≥ 48 jam per 1.000 pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal kurang dari 48 jam masa perawatan, dianggap faktor keterlambatan pasien datang kerumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien meninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25 per 1.000 pasien keluar. NDR pada tahun 2010 berada pada kisaran 0,1 - 2,7 per 1.000 pasien keluar. Dengan demikian NDR telah mencapai angka ideal yaitu < 25 per 1.000 pasien keluar.
2. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tujuan
penyelenggaraan
Jaminan
Kesehatan
Masyarakat
(Jamkesmas) yaitu untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif
dan
efisien.
Melalui
Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
Masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran disamping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi masyarakat miskin umumnya. Program ini telah berjalan lima tahun, dan telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan rumah sakit.
Pemerintah pusat telah melaksanakan program Jamkesmas untuk memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan terhadap masyarakat
91
miskin dan tidak mampu. Berdasarkan ketetapan Menteri Kesehatan RI jumlah masyarakat miskin dan tidak mampu di Provinsi Jambi yang menjadi kuota penjaminan melalui Jamkesmas tahun 2010 sebesar 784.842 jiwa sementara masyarakat miskin dan tidak mampu yang ada sebesar 849.016 maka terdapat sisa 64.174 yang mesti harus dIjamin melalui Jamkesmasda.
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 686/Menkes/SK/VI/2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas, Bahwa Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu diluar kuota Jamkesmas maka pembiayaan kesehatannya menjadi tanggungjawab Pemda setempat (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan mekaniskme pengelolaannya seyogyanya mengikuti Jamkesmas.
Provinsi Jambi bersama kabupaten/ kota telah mengembangkan Jamkesmasda tahun 2010 yang mencakup kepesertaan lebih kurang 95.472 jiwa dan menjamin pelayanan sampai ke Rumah Sakit Rujukan Pusat
pada
jenis
pelayanan
yang
mendekati
sama
dengan
Jamkesmas. Kabupaten/ kota yang menjadi perhatian : •
Kabupaten Tanjung Jabung Timur : baru dalam bentuk Bansos ketika sudah dilayani (Klaim) maka, perlu dirubah menjadi pola Jaminan.
•
Kabupaten Tanjung Jabung Barat : sudah menganggarkan untuk Jaminan tapi belum terlaksana maka perlu segera tahun 2011 dapat direalisasikan.
•
Kabupaten Bungo dan Merangin : sasaran maskin dan tidak mampu baru dijamin sampai dipelayanan di Puskesmas dan Jamkesmasda baru pada kelompok tertentu yakni kepala desa dan tokoh masyarakat lainnya.
92
Kepersertaan jaminan kesehatan masyarakat miskin di Provinsi Jambi pada tahun 2010, untuk kepesertaan Jamkesmas berjumlah 784.842 maskin dan 95.472 maskin menggunakan Jamkesda. Sedangkan
Jumlah
masyarakat
miskin
di
Provinsi
Jambi
berdasrkan data tahun 2008 berjumlah 849.016 maskin. Gambaran kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi seperti pada gambar 4.21.
Gambar 4.21 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 2,337
Sungai penuh
Maskin
22,211
Tanjab Timur
76,004 82,598
10,500
Tebo
62,436 71,117
5,000
Sarolangun
85,908 85,317
6,000
Bungo
63,886 63,886
3,330
Tanjab Barat
72,937 68,198
15,000
Batang Hari
69,032
4,000
Merangin
84,990 86,949 86,949
11,000
Kerinci
76,696 27,805
Kota Jambi 0
Jamkesda
75,881 75,409
10,500
Muaro Jambi
Jamkesmas
20,000
40,000
109,907 92,902
60,000
80,000
120,645
100,000 120,000 140,000
Sumber : Bidang PKM, 2010
Berdasarkan data tahun 2008 jumlah masyarakat miskin terbanyak berada di Kota Jambi yaitu sebanyak 120.645 maskin, dan paling sedikit adalah Kabupaten Bungo dengan jumlah 63.886 maskin. Untuk Kota Sungai Penuh jumlah masih bergabung dengan Kabupaten Kerinci, dengan jumlah maskin menjadi nomor 2 (dua) terbanyak di Provinsi Jambi yaitu sebanyak 109.907 maskin.
93
C. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Program perbaikan gizi masyarakat secara umum ditujukan untuk meningkatkan kemampuan, kesadaran dan keinginan masyarakat dalam mewujudkan kesehatan yang optimal khususnya pada bidang gizi, terutama bagi golongan rawan dan masyarakat yang berpenghasilan rendah baik di desa maupun di kota.
Kegiatan pokok Kementerian Kesehatan dalam mengimplementasikan Perbaikan Gizi Masyarakat meliputi, peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin A, dan kekurangan
zat
gizi
lebih,
peningkatan
surveillance
gizi,
dan
pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi (Perpres, 2007). Adapun sasaran pokok program Perbaikan Gizi Masyarakat yakni menurunnya prevalensi kurang gizi pada balita, terlaksananya penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin
1.
Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) Untuk mengatasi masalah anemia kekurangan zat besi pada ibu hamil pemerintah sejak tahun 1970 telah melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil di Puskesmas dan Posyandu dengan mendistribusikan tablet tambah darah, dimana 1 tablet berisi 200 mg fero sulfat dan 0,25 mg asam folat (setara dengan 60 mg besi dan 0.25 mg asam folat). Setiap ibu hamil dianjurkan minum tablet tambah darah dengan dosis satu tablet setiap hari selama masa kehamilannya dan empat puluh hari setelah melahirkan.
Anemia merupakan salah satu keadaan kurang gizi dengan keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari keadaan
94
normal. Orang yang mempunyai Hb yang rendah, secara fisik belum menunjukkan gejala anemia dan masih terlihat berada dalam keadaan yang relative sehat. Namun makin rendah Hb, menunjukkan makin berat keaadaan anemia yang diderita dan makin rendah pula kemampuan kerja fisiknya.
Penangulangan masalah anemia gizi besi saat ini terfokus pada pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) di Provinsi Jambi selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 4.22 berikut ini. Gambar 4.22 Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Fe Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 100 Fe1, 75.27
Fe1, 80
Fe1, 75.67
Fe1, 78.19
Fe1, 72.87
75 Fe1, 59.17
Fe3, 75.83
Fe3, 73.89
Fe3, 70.9
Fe3, 69.93 Fe3, 64.85
50
Fe3, 58.88
25 Fe1
Fe3
0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : Bidang PKM, 2010
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 terlihat ada kecendrungan peningkatan baik cakupan Fe1 dan Fe3. Pada tahun 2005 cakupan Fe1 Provinsi Jambi yaitu sebesar 59.17 % sampai
95
dengan tahun 2010 meningkat menjadi 78,19 %. Sedangkan untuk Fe3 di Provinsi Jambi tahun 2005 yaitu sebesar 58,88 % meningkat menjadi 73,89 % pada tahun 2010. Sebaran cakupan pemberian tablet tambah darah (Fe3) pada ibu hamil menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 4.23 berikut ini.
Gambar 4.23 Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Tambah Darah (Fe3) Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 91.18
Muaro Jambi Kota Jambi
88.77 85.27
Batang Hari Tebo
82.81
Provinsi Jambi
73.89
Tanjab Timur
73.48
Sarolangun
73.12
Kerinci
73 72.8
Tanjab Barat Sungai Penuh
64.35 54.4
Bungo Merangin
48.05 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sumber : Bidang PKM, 2010
Kabupaten/ kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Muaro Jambi yaitu sebesar 91,18 %, diikuti oleh Kota Jambi sebesar 88,77 % dan Kabupaten Batang Hari sebesar 85,27 %. Sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Merangin sebesar 48,05 %, diikuti diatasnya adalah Kabupaten Bungo sebesar 54,4 % dan Kota Sungai Penuh sebesar 64,35 %.
96
2.
Pemberian Kapsul Vitamin A Pelaksanaan pemberian kapsul vitamin A pada bayi (6-11 bulan) dan balita (12-59 bulan), dilakukan secara serentak dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus di posyandu atau puskesmas. Untuk bayi diberikan kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 SI, sedangkan untuk balita kapsul berwarna merah dengan dosis 200.000 SI. Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk meningkatkan daya tahan balita terhadap penyakit serta meningkatkan proses penglihatan. Dan juga bertujuan untuk menurunkan angka kematian, dan menghindari masalah kekurangan vitamin A. Kapsul vitamin A dalam dosis tinggi terbukti efektif dalam mengatasi masalah diatas apabila cakupannya tinggi.
Ada berbagai bukti yang menunjukkan peran besar vitamin A dalam menurunkan angka kematian anak. Jadi selain diberikan untuk menghindari kebutaan, maka pemberian vitamin A saat ini juga utamanya dikaitkan dengan masalah kelangsungan hidup anak, berikut kesehatan dan pertumbuhan mereka.
Vitamin A berguna bagi kesehatan mata serta mencegah kebutaan, dan juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Anak yang mendapatkan cukup vitamin A, tidak akan terlalu parah kondisinya saat ia terkena diare, campak, atau penyakit lain, sehingga penyakit yang menyerang tersebut tidak akan sampai mengancam jiwanya. Sementara itu pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas, diharapkan dapat dilaksanakan secara terpadu bersama dengan pelayanan kesehatan ibu nifas. Meski demikian, bila ibu nifas belum juga memperoleh kapsul vitamin A, maka vitamin ini masih bisa diberikan diluar pelayanan tersebut.
97
Gambar 4.24 Persentase Bayi, Balita dan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Provinsi Jambi Kerinci
Sarolangun
74.99
56.07
42.2
74.35
42.45 43
Batang Hari
95.29
54.9 58
Muaro Jambi
48.5
Tanjab Timur
Tebo
55.37
0
20
40
60
98.56
76.89
60
Sungai Penuh
87.49 84.47
66.02
48.8
Kota Jambi
69.06 72.5
45.9
Bungo
91.56
72.84 58.61
36.5
93.31
59.69
44.9
Tanjab Barat
Bufas Balita Bayi
85.28
61.88
51
Merangin
86.04
62.69
48.6
91.8 66.8
80
100
120
Sumber : Bidang PKM, 2010
Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi dengan jumlah 11 kabupaten/ kota terdapat 68.424 bayi laki-laki dan perempuan, namun hanya sebanyak 33.244 bayi berumur 6 – 11 bulan yang mendapat vitamin A sehingga persentasenya hanya 48,6% dari total bayi yang ada. Jumlah anak balita laki-laki dan perempuan sebanyak 321.836 dengan anak yang mendapatkan vitamin A 2x sebanyak 201.774, dan persentasenya mencapai 62,69 %. Ada sebanyak 73.132 ibu nifas dan yang mendapat vitamin A adalah 62.924 orang hingga persentasenya mencapai 86,04%.
98
3.
Cakupan Konsumsi Garam Beryodium Gangguan
Akibat
Kekurangan
Yodium
(GAKY)
merupakan
sekumpulan gejala yang muncul akibat kurangnya unsur Iodium secara terus menerus dalam jangka waktu lama pada tubuh seseorang. Kekurangan Iodium saat ini tidak terbatas hanya pada gondok dan kretinisme, melainkan juga berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia dalam arti luas. Mulai dari masalah tumbuh kembang,
termasuk
perkembangan
terjadinya
penurunan potensi tingkat
otak
yang
menyebabkan
kecerdasan
(Intelligence
Quotient = IQ). Pemantauan GAKY dilakukan melalui Ekspresi Yodium dalam Urine (EYU) sebagai cerminan mengenai asupan yodium serta cajupan rumah tangga mengonsumsi garam beryodium.
Gambar 4.25 Persentase Rumah Tangga yang Mengkonsumsi Garam Beryodium Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2007 Merangin
100
Muaro Jambi
99.6
Sarolangun
98.1
Kerinci
97.9
Bungo
96.5
Batang Hari
95.4
Tanjab Timur
95.1
Kota Jambi
94.6
Provinsi Jambi
94 84.5
Tebo 73.9
Tanjab Barat Sungai Penuh
0
20
40
60
Sumber : Bidang PKM, Riskesdas 2007
99
80
100
120
Pada gambar 4.25 dapat dilihat cakupan garam beryodium yang Cukup untuk tingkat rumah tangga adalah Kabupaten Merangin sebesar 100 % dan terendah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 73.9 % untuk angka Provinsi sebesar 94.0%
Permasalahan mengenai masih rendahnya cakupan konsumsi garam beryodium dimasyarakat disebabkan antara lain, belum optimalnya pemberdayaan masyarakat juga kampanye untuk menkonsumsi garam beryodium, dan ditambah dengan regulasi yang belum memadai. Masalah lain yang juga muncul adalah belum teraturnya pelaksanaan pemantauan garam beryodium dimasyarakat secara terus menerus.
4.
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.
Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.
100
Gambar 4.26 Persentase Bayi yang Diberikan ASI Eksklufif Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Bungo
50.1 36.1
Kota Jambi Batang Hari
35.7
Muaro Jambi
34.2
Kerinci
33.7
Sungai Penuh
33.7 33
Provinsi Jambi
30.5
Tanjab Barat
29.3
Merangin
27.5
Tanjab Timur
26.2
Tebo Sarolangun
23.2 0
10
20
30
40
50
60
Sumber : Bidang PKM, 2010
Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Jambi Tahun 2010 sebesar 33 %. Cakupan ini masih jauh di bawah target pencapaian pemberian ASI Eksklusif Nasional yaitu 80 %. Untuk pemberian ASI Eksklusif tertinggi adalah Kabupaten Bungo sebesar 50,1 % dan yang terendah adalah Kabupaten Sarolangun sebesar 23,2 %.
5.
Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S) Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang.
101
Hasil Riskesdas 2007 memberi gambaran nasional cakupan penimbangan balita (anak pernah ditimbang di Posyandu sekurangkurangnya satu kali selama sebulan terakhir) di posyandu sebesar 74,5%. Frekuensi kunjungan balita ke posyandu akan makin berkurang dengan makin bertambahnya umur anak. Sebagai ilustrasi, proporsi anak 6 – 11 bulan yang ditimbang di posyandu 91,3%, pada anak usia 12 – 23 bulan turun menjadi 83,6%, lalu pada usia 24 – 35 bulan turun menjadi 73,3%.
Gambar 4.27 Persentase Kunjungan Balita yang Ditimbang di Posyandu Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 79.3
Bungo Tanjab Timur
76.4
Muaro Jambi
71.7
Tanjab Barat
68.9
Tebo
65.4
Sungai Penuh
63.6
Provinsi Jambi
59
Batang Hari
53.2
Kota Jambi
51
Merangin
48.4
Kerinci
48
Sarolangun
30.8 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sumber : Bidang PKM, 2010
Berdasarkan laporan dari kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 cakupan penimbangan balita di posyandu sebesar 59,0 %. Cakupan penimbangan balita di posyandu menurut kabupaten/ kota tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 4.27.
102
Masalah yang berhubungan dengan kunjungan posyandu antara lain: dana operasional serta sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan posyandu; tingkat pengetahuan kader berikut kecakapan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling; tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu; dan pelaksanaan pembinaan kader.
D. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA Bisa dikatakan bahwa ada dua kategori bencana di Indonesia yaitu bencana lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan industri, tumpahan minyak dilaut; sementara bencana alam terjadi sebagai akibat dari aktivitas lapisan/kerak bumi/ fenomena alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin ribut yang kejadiannya sulit diprediksi.
Di Provinsi Jambi pada tahun 2010 telah terjadi bencana alam sebanyak 2 (dua) kali yaitu bencana banjir dan bencana kebakaran rumah. Bencana banjir yang terjadi pada tahun 2010 meliputi 8 (delapan) kabupaten/ kota yaitu : Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten Merangin, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Sarolangun. Bencana kebakaran terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Bencana banjir yang terjadi di 8 (delapan) kabupaten/ kota menyebabkan 37 kecamatan dan 143 desa terendam. Sedangkan jumlah yang terkena dampak dari bencana banjir terdiri dari 413.750 orang, 4.766 KK dan rumah sebanyak 16.913 rumah.
103
Akibat dari bencana banjir tersebut menyebabkan 1.724 orang menderita sakit, mengungsi sebanyak 6.452 orang dan yang meninggal dunia sebanyak 3 (tiga) orang. Disamping itu sarana umum yang terendam terdiri dari 22 unit tempat ibadah, Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak 7 uni dan sarana lain sebanyak 340 unit.
Adapun bencana kebakaran rumah yang terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang terkena dampak terdiri dari 1 (satu) Kecamatan dan 2 (dua) desa. Adapun jumlah yang terkena dampak terdiri dari 37 kepala keluarga dan 27 unit rumah penduduk. Sedangkan korban dari bencana kebakaran rumah tersebut menyebabkan 11 orang mengalami luka-luka.
Dalam
penanggulangan
bencana
ini
selain
memberikan
bantuan
pelayanan kesehatan kepada penduduk yang mengalami bencana juga diberikan bantuan obat-obatan kepada penduduk yang tertimpa bencana, bagi penduduk yang masih usia balita juga diberikan makanan pendamping asi (MP-ASI).
***
104
Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dengan harapan bisa memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya kesehatan diulas dengan memaparkan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
A. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan yang disajikan meliputi: puskesmas, rumah sakit (rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan, serta institusi pendidikan tenaga kesehatan.
1. Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa dikenal dengan Puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan,
tuntutan, kemampuan dan inovasi serta
kebijakan
pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.
Jumlah puskesmas di Provinsi Jambi sampai dengan tahun 2010 sebanyak 172 unit, dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 69 unit, puskesmas non perawatan 103 unit.
Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap masyarakat diwilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa puskesmas keliling dan puskesmas pembantu. Jumlah pusling dan pustu pada tahun 2010 di Provinsi Jambi dilaporkan berjumlah 722 unit dengan rincian;
puskesmas
keliling 152 unit, dan puskesmas pembantu sebanyak 570 unit. Salah satu indicator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000 penduduk. Pada kurun waktu 2005 s/d 2010 rasio puskemas per 100.000 penduduk di Provinsi Jambi adalah dari 5,12 menjadi 5,56 per 100.000 penduduk.
Gambar 5.1 Rasio Puskesmas Per 100.000 Penduduk Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
Per 100.000 Penduduk
10 8 6
5.12
5.22
5.67
5.4
5.75
5.56
4 2 Rasio Pusk 0 2005
2006
2007
2008 Tahun
Sumber : Bidang Evdal, 2010
106
2009
2010
Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut kabupaten/ kota menunjukkan
bahwa
rasio
tertinggi pada
tahun 2010
adalah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu sebesar 8,28 per 100.000 penduduk, sedangkan rasio terkecil adalah Kota Jambi yaitu sebesar 3,76 per 100.000 penduduk.
Gambar 5.2 Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang Evdal, 2010
2. Rumah Sakit Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain merupakan upaya promotif dan preventif, juga meliputi pembangunan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam lingkup kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan.
107
Pada tahun 2010 jumlah rumah sakit di Provinsi Jambi sebanyak 21 unit. Yang terdiri dari rumah sakit umum (RSU) sebanyak 19 unit dan rumah sakit khusus (RSK) sebanyak 2 unit. Rumah sakit tersebut dikelola oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota, TNI/ POLRI, serta sektor swasta.
Gambar 5.3 Persentase Kepemilikan Rumah Sakit di Provinsi Jambi Tahun 2010
Swasta, 29%
TNI/ Polri, 10%
Pemerintah, 61%
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Jumlah tempat tidur pada suatu rumah sakit dapat digunakan untuk menggambarkan
kemampuan
rumah
sakit
dimaksud
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
dalam
Di Provinsi
Jambi jumlah tempat tidur terbanyak masih dimiliki oleh RSU Raden Mattaher Jambi dengan 328 tempat tidur dan RS Bersaudara dengan hanya 23 tempat tidur untuk jumlah tempat tidur paling sedikit.
108
3. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk dengan melibatkan masyarakat sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Pendekatan dimaksud bisa dilihat dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). UKBM antara lain terdiri dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di Desa Siaga, Tanaman Obat Keluarga (Toga), dan Pos Obat Desa (POD).
Salah satu jenis UKBM yang sudah lama dikembangkan dan sangat dikenal baik oleh masyarakat adalah posyandu. Dalam menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare.. Dalam rangka menilai kinerja dan perkembangannya, posyandu diklasifikasikan menjadi empat tingkatan yakni, Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu Mandiri.
Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi sudah tercatat ada sebanyak 3.168 jumlah Posyandu yang aktif, dengan rincian yaitu 391 Posyandu Pratama, 1.757 Posyandu Madya, 796 Posyandu Purnama, dan 268 Posyandu
Mandiri.
Informasi
selengkapnya
mengenai
keadaan
posyandu di tiap kabupaten/kota dan juga dilihat dari jumlah puskesmas yang ada dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
109
Gambar 5.4 Persentase Posyandu Aktif Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Bungo
100
Sarolangun
100
Tebo
99.65
Tanjab Barat
99.6
Tanjab Timur
99.25
Kota Jambi
98.87
Kerinci
98.67
Provinsi Jambi
98.63
Batang Hari
98.24
Merangin
97.91
Muaro Jambi
96.9
Sungai Penuh
91.14 86
88
90
92
94
96
98
100
102
Sumber : Bidang PKM, 2010
Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk di desa sebagai upaya untuk mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dengan mendekatkan penyediaan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Kegiatan utama poskesdes yaitu pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans perilaku beresiko, lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan poskesdes juga mencakup tempat pertolongan persalinan dan pelayanan KIA. Poskesdes merupakan salah satu indikator sebuah desa untuk disebut desa siaga. Jumlah Poskesdes di Provinsi Jambi tahun 2010 adalah 560, dengan jumlah Desa Siaga sebanyak 1.320 desa dan Desa Siaga Aktif sebanyak 1.282 desa.
110
4. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi Pembangunan
kesehatan
berkelanjutan
membutuhkan
tenaga
kesehatan yang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan
tenaga
kesehatan
yang
berkualitas
tentu
saja
dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula. Kementrian Kesehatan merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan didalam penyedian tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut. Dalam penyelenggaraan tenaga kesehatan jenjang pendidikan menengah dan Diploma
(D-III)
Kesehatan
yang
berada
dikelompokkan
dibawah
dalam
pembinaan
Politeknik
Kementrian
Kesehatan
(milik
Kemenkes) dan Non Poltekkes (milik swasta,TNI/ POLRI dan Pemda). Pada 2010 jumlah institusi Diknakes di Provinsi Jambi sebanyak 16 institusi, yang terdiri dari 4 jurusan/ program studi di Poltekes dan 12 institusi Non poltekkes. Gambar 5.5 Jumlah Program Studi Pada Institusi Poltekes dan Non Poltekes Di Provinsi Jambi tahun 2010 8
7
Poltekes
Non Poltekes
6
6 4 2
1
1
1
1
1
1
0 Keperawatan
Kebidanan
Kesling
Kesehatan Gigi
Analis Kes
Farmasi
Sumber : Bidang Evdal, 2010
Gambar menunjukkan jumlah program pada institusi Diknakes non poltekkes;
untuk
prodi
keperawatan
terdiri
dari
kebidanan, kesehatan lingkungan dan kesehatan gigi.
111
keperawatan,
b. Akreditasi Institusi Dengan banyaknya institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada saat ini, Kementrian Kesehatan berusaha melakukan upaya untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan. Akreditasi merupakan salah satu upaya pembinaan yang dilakukan terhadap institusi-institusi pendidikan kesehatan yang ada, selain itu juga untuk melihat kualitas dari masing-masing institusi.
Akreditasi
dilaksanakan
bagi
institusi
yang
telah
menjalankan
perkuliahan sampai dengan semester V (lima), dan institusi lama yang telah habis masa berlaku akreditasinya. Pada tahun 2007 , institusi Diknakes milik Kemenkes mengalami perubahan status kelembagaan dari Akdemi menjadi Poltekkes. Untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada Poltekkes, mulai tahun 2004 Pusdiknakes melakukan akreditasi terhadap jurusan / program studi poltekkes yang ada.
B. TENAGA KESEHATAN Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Pada 2010 Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM-Kesehatan) yang bekerja pada unit kerja/ unit pelayanan kesehatan dalam wilayah administratif Provinsi Jambi berjumlah : 12.499 orang, terdiri dari 10.087 orang memiliki latar belakang pendidikan formal kesehatan dan 2.412 orang memiliki latar belakang pendidikan formal non-kesehatan.
112
Gambar 5.6 Proporsi SDM Kesehatan Menurut Latar Belakang Pendidikan Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Non Kesehatan 19% Kesehatan 81%
Sumber : Bidang Evdal, 2010
1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah tenaga kesehatan pelayanan kesehatan dimasyarakat.
yang bertugas di sarana Menurut pendataan Bidang
Evaluasi dan Pengendalian, jumlah tenaga medis di Kabupaten/ Kota dan Provinsi Jambi sebanyak 873 orang terdiri dari dokter spesialis sebanyak 143 orang, dokter umum sebanyak 592 dan dokter gigi sebanyak 138 orang. Rasio dokter umum terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar 18,3 per 100.000 penduduk di kabupaten/ kota. Rasio dokter umum terhadap jumlah penduduk menurut kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar 5.7
113
Gambar 5.7 Rasio Dokter Umum Terhadap 10.000 Penduduk Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Muaro Jambi
20.4
Batang Hari
17.4
Kota Jambi
15.8
Kerinci
15.3
Tanjab Barat
14.4
Tebo
13.4 12.2
Sarolangun Bungo
11.2
Tanjab Timur
10.7 10.5
Merangin Sungai Penuh
9.7 0
5
10
15
20
25
Sumber : Bidang Evdal, 2010
Jumlah tenaga dokter gigi pada tahun 2010 sebanyak 138 orang dengan rasio sebesar 4 per 100.000 penduduk. Kabupaten/ kota dengan rasio tertinggi adalah Kota Jambi dengan rasio sebesar 5,1 per 100.000 penduduk, sedangkan terendah adalah Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Merangin dengan rasio 2,4 per 100.000 penduduk.
Jumlah bidan pada tahun 2010 sebanyak 2.259 orang sehingga rasionya terhadap penduduk sebesar 73 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi kabupaten/ kota dengan rasio tertinggi terdapat pada Kabupaten Batang Hari dengan rasio 92,40 per 100.000 penduduk dan yang terendah adalah Kabupaten Kerinci dengan rasio 43,57 per 100.000 penduduk,
untuk lebih jelas dapat melihat pada
lampiran tabel 74 – 78.
114
2. Persebaran Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Provinsi Jambi terdiri dari SDM Kesehatan yang bertugas di unit kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan) diprovinsi dan kabupaten/ kota, dengan status kepegawaian PNS, CPNS, PTT, TNI/ POLRI dan swasta. SDM Kesehatan tersebut bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan unit pelaksana teknis (UPT), Dinas Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/ Poliklinik dan sarana kesehatan lainnya milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan TNI/ POLRI.
Dari data yang diterima tercatat sebanyak 12.499 orang yang terdiri dari 10.087 orang tenaga kesehatan dan 2.412 orang tenaga non kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari 873 orang tenaga medis, 6.689 orang tenaga keperawatan (4.430 orang tenaga perawatan dan gigi, 2.259 orang tenaga bidan), 628 orang tenaga kefarmasian, 1.105 orang tenaga kesehatan masyarakat, 196 orang tenaga gizi, 66 orang tenaga keterapian fisik 530 orang keteknisan medis.
Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat, kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki, terutama ketersedian tenaga kesehatan. Pada tahun 2010 terdapat 5.684 orang yang bertugas di puskesmas dengan rincian 5.382 orang tenaga kesehatan dan 302 orang tenaga non kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum yang bertugas di puskesmas sebanyak 300 orang, bila dibandingkan jumlah puskesmas yang terdata tenaganya (172 puskesmas) dengan jumlah dokter, maka puskesmas.
rasio
dokter umum adalah 1,7 dokter umum per
Jumlah dokter gigi di Puskesmas pada tahun 2010
sebanyak 86 orang, bila dibandingkan dengan seluruh puskesmas maka dapat diartikan bahwa belum seluruh puskesmas memiliki dokter gigi. Rasio dokter gigi terhadap puskesmas yaitu 0,5 per puskesmas.
115
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Salah
satu
komponen
sumber
daya
yang
diperlukan
dalam
menjalankan pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat.
1. Anggaran Kesehatan Provinsi Anggaran Kesehatan APBD Provinsi
Jambi dibagi berdasarkan
program/ kegiatan kesehatan yang terdiridari Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Jiwa. Program/ kegiatan yang bersifat promotif yaitu promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat diberikan pada Dinas Kesehatan. Sedangkan program/ kegiatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif diberikan pada Rumah Sakit. Tabel 5.1 Alokasi Anggaran Kesehatan terhadap APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 No
Peruntukan Dana
1. • • •
Alokasi
Total APBD Provinsi Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah
• • •
APBD Dinkes Provinsi Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah APBD RSU Provinsi Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah
• • •
APBD RS Jiwa Provinsi Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah
a. • • • b.
c.
Jumlah Total APBD Kesehatan Persentase APBD Kesehatan terhadap APBD Provinsi Sumber : Pemprov Jambi, 2010
116
Rp. Rp. Rp.
704.193.192.490,39 800.760.708.277,61 1.504.953.900.768,00
Rp. Rp. Rp.
21.023.117.178,00 12.300.000.000,00 33.323.117.178,00
Rp. Rp. Rp.
41.675.236.670,00 48.170.000.000,00 89.845.236.670,00
Rp. Rp. Rp.
9.632.896.927,53 8.175.000.000,00 17.807.896.927,53
Rp.
140.976.250.775,53 9,37 %
Persentase anggaran kesehatan yang bersumber dari APBD Provinsi
Jambi
untuk
bidang
kesehtan
berjumlah
Rp.
140.976.250.775,53 dengan persentase terhadap APBD Provinsi sebesar 9,37 %. Anggaran terbesar diberikan untuk pelayanan Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi yaitu sebesar Rp. 89.845.236.670,00.
Selain anggaran bersumber dari APBD Provinsi, anggaran kesehatan juga bersumber dari APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi, DAK, dan BOK. Informasi selengkapnya tentang alokasi anggaran kesehatan di Provinsi Jambi tahun 2010 terdapat pada lampiran tabel 79 .
Gambar 5.8 Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jambi Tahun 2010
BOK 17%
APBD Prov 58%
DAK 20%
APBD Prov Dekon DAK BOK
Dekon 5%
Sumber ; Bidang Evdal, 2010
2. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Menurut data tahun 2010 hanya 39,1 % penduduk yang tercakup oleh
jaminan
pembiayaan/
asuransi
kesehatan.
Persentase
penduduk yang memiliki jaminan pembiayaan oleh program jamnian pembiayaan/ asuransi disajikan pada gambar 5.9 menurut
117
sumber
pembiayaan
sampai
tahun
2010.
Data
mengenai
persentase penduduk yang memiliki jaminan pembiayaan/ asuransi kesehatan menurut kabupaten/ kota sampai tahun 2010 terdapat pada Lampiran tabel 55.
Gambar 5.9 Persentase Yang Dilindungi Jaminan Kesehatan Masyarakat/ Asuransi Kesehatan Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Askes 8% Jamkesmas 25%
Jaminan Kesehatan Lain 61%
Jamkesda 6% Askes Jamkesmas Jamkesda Jaminan Kesehatan Lain
Sumber ; Bidang PKM, 2010
Peserta
Jamkesmas
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
komprehensif dan berjenjang dari pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya hingga pelayanan kesehatan rujukan di Rumah Sakit. Pada tahun 2010 terdapat 172 unit Puskesmas
di
seluruh
Provinsi
Jambi
yang
melayani
Jamkesmas. Untuk pelayanan kesehatan rujukan tersedia 12 Rumah Sakit yang persentase terbesarnya merupakan rumah sakit umum dan khusus milik pemerintah sebanyak 3.038 orang
118
(4,08 %) secara keseluruhan peserta jamkesmas di layani oleh rumah sakit pemerintah. Gambar 5.10 menunjukkan cakupan pemberi pelayanan kesehatan rujukan peserta jamkesmas di Provinsi Jambi tahun 2010. Gambar 5.10 Cakupan Layanan Kesehatan Rujukan Peserta Jamkesmas Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Kerinci
5.22
Bungo
3.31
Batang Hari
2.94
Sarolangun
2.69
Tebo
1.78
Merangin
1.22
Muaro Jambi
0.95
Tanjab Barat
0.69
Tanjab Timur
0.54
Kota Jambi Sungai Penuh 0
1
2
3
4
5
6
Sumber : Bidang PKM, 2010
Dalam upaya meningkatkan keterjangkauan masyarakat miskin dan hampir miskin terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah melalui Kementrian Kesehatan dan beberapa pemerintah daerah telah memberikan jaminan pelayanan kesehatan secara gratis di puskesmas dan kelas III di rumah sakit bagi peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Jumlah yang di tanggung oleh program Jamkesmas pada tahun 2010 sebanyak 784.842 jiwa.
***
119
A. KEPENDUDUKAN Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, antara lain adalah ;
Pertama, kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan.
Kedua,
keadaan
dan
kondisi
kependudukan
yang
ada
sangat
mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan.
Ketiga, dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa dalam jangka yang panjang. Karena
dampaknya baru terasa dalam
jangka waktu yang panjang, sering kali peranan penting penduduk dalam pembangunan terabaikan. Sebagai contoh, beberpa ahli kesehatan memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan
dampak negatif terhadap kesehatan seseorang selama 25 tahun kedepan atau satu genarasi.
Gambar 6.1 Jumlah Penduduk Per Provinsi di Indonesia Tahun 2010 43
Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Sumatera Utara Banten DKI Jakarta Sulawesi Selatan Lampung Sumatera Selatan Riau Sumatera Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Aceh Kalimantan Barat Bali Kalimantan Selatan Kalimantan Timur D I Yogyakarta Jambi Papua Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah Bengkulu Kepulauan Riau Maluku Kepulauan Bangka Belitung Sulawesi Barat Gorontalo Maluku Utara Papua Barat
37 32 13 11 10 8 8 7 6 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45 50 Millions
Sumber : BPS Pusat, 2010
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 yaitu sebanyak 237.641.326 jiwa terdiri dari 119.630.913 jiwa lakilaki dan 118.010.413 jiwa perempuan. Dimana jumlah penduduk Provinsi Jambi berjumlah 3.092.265 jiwa, dengan 1.581.110 jiwa laki-laki dan 1.511.155 jiwa perempuan.
121
1. Laju Pertumbuhan Penduduk Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk disuatu wilayah dimasa yang akan dating. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui
pula
kebutuhan
dasar
penduduk
disegenap
bidang
kehidupan termasuk bidang kesehatan. Indikator tersebut biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi 3 faktor, yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat dilihat pada gambar 6.2 berikut.
Gambar 6.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Per Provinsi di Indonesia Tahun 1990 - 2000 Riau Papua Banten Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah B engkulu Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Sumatera Selatan Kalimantan Barat Jawa Barat Jambi Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Gorontalo Sulawesi Selatan Nanggroe Aceh Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sumatera Utara Bali Lampung Kep. Bangka Belitung Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Sumatera Barat Maluku Utara DKI Jakarta Maluku
4.35 3.22 3.21 3.15 2.99 2.97 2.81 2.57 2.39 2.29 2.03 1.84 1.82 1.64 1.59 1.49 1.46 1.45 1.33 1.32 1.31 1.17 0.97 0.94 0.72 0.7 0.63 0.48 0.17 0.08 0
1
2
Sumber : BPS Pusat, 2010
122
3
4
5
Laju pertumbuhan penduduk secara Nasional pada periode tahun 1990 – 2000 adalah sebesar 1,49. Pada gambar 6.2 dapat dilihat bahwa Provinsi dengan laju pertumbuhan penduduknya yang tinggi hádala Provinsi Riau dengan pertumbuhan 4,35, sedangkan paling kecil ádalah Provinsi Maluku dengan pertumbuhan 0,08. Sedangkan untuk Provinsi Jambi masih berada ditengah dengan pertumbuhan 1,84.
2. Penduduk Menurut Kelompok Umur Distribusi penduduk Indonesia menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat kita lihat pada piramida penduduk tahun 2010 seperti pada gambar 6.3. Indikator tentang struktur umur penduduk bermanfaat untuk mengetahui piramida penduduk yang memberikan gambaran jumlah penduduk pada usia-usia belum produktif (0-14), usia produktif (15-64) dan tidak produktif lagi (65+). Jika ternyata jumlah penduduk usia produktif lebih sedikit dibandingkan penduduk usia belum dan tidak produktif lagi, maka beban tanggungan penduduk produktif di suatu wilayah akan besar. Gambar 6.3 Piramida Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2010
TT/ Not State 75+ 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4
15,000,000
10,000,000
5,000,000
0 Laki-Laki
Sumber : BPS Pusat, 2010
123
5,000,000 Perem puan
10,000,000
15,000,000
Dari komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa banyak penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif.
Angka
ini
disebut
sebagai
angka
beban
tanggungan
(Dependency Ratio). Dependency Ratio Nasional tahun 2010 sebesar 51,33 mengandung arti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 51 orang penduduk tidak produktif yang terdiri dari 29 orang penduduk berumur kurang dari 15 tahun dan 5 orang penduduk berumur lebih dari 65 tahun.
3. Indeks Pembangunan Manusia Human Development Index (HDI) merupakan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia, yaitu panjang umur, dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari penghasilan/ pengeluaran riil perkapita).
Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat dipengaruhi oleh perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dengan melihat perkembangan angka IPM tiap tahun, tampaknya kemajuan yang dicapai Provinsi Jambi dalam pembangunan manusia tidak terlalu signifikan. Angka IPM Provinsi Jambi dalam 5 tahun terakhir hanya mengalami sedikit peningkatan dari 70,95 pada tahun 2005 menjadi 72,45 pada tahun 2009.
Sedangkan IPM Indonesia dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009 adalah 69,57 pada tahun 2005 menjadi 71,76 pada tahun 2009. Dilihat dari peringkat rangking Provinsi Jambi pada tahun 2005 berada pada peringkat 11, kemudian naik menjadi peringkat 10 dan pada tahun 2008 dan 2009 turun lagi menjadi peringkat ke 13.
124
Gambar 6.4 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2005 s/d 2009 72 71.5 71 70.5 70 69.5 69 68.5 68
71.76
71.17 70.59 70.1 69.57
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : BPS Pusat, 2010
B. DERAJAT KESEHATAN Angka kematian bayi merupakan indikator yang biasa digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi maupun nasional. Banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam menurunkan angka kematian bayi.
Gambar 6.5 Estimasi Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007 80 70
JAMBI
74 68
68.3
NASIONA L
60.2 57
60 50
46
40
39 34
35 32
30 20 10 0 1991
1994
1997
2003
2007
Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007
125
Secara nasional berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991, pada tahun 1991 estimasi AKB nasional sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan hasil SDKI 2007 estimasi AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka
Kematian
Bayi
di
Provinsi
Jambi
menunjukkan
kecenderungan menurun juga dari tahun 1991 AKB di Provinsi Jambi sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKB Provinsi Jambi telah mencapai angka 39 per 1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan angka nasional AKB Provinsi Jambi pada tahun 2007 masih berada di atas angka nasional.
Millenium Developmeant Goals (MDGs) menetapkan nilai normative AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang dengan nilai 20-70 dan rendah dengan nilai < 20. Secara nasional hasil SDKI 2007 terjadi penurunan AKABA di Indonesia. Pada tahun 1991 AKABA nasional adalah 97 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKABA adalah 44 per 1.000 kelahiran hidup.
AKABA Per 1.000 Kelahiran Hidup
Gambar 6.6 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007 120 100
JAMBI 102 97
INDONESIA 87.5 81
80
62.4 58
60 40
51 46
47 44
20 0 1991
1994
1997
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
126
2002/2003
2007
Hasil SDKI 2007 AKI secara nasional menunjukkan kecenderungan menurun pada tahun 1994 AKI nasional adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Gambar 3.5 menunjukkan kecenderungan penurunan AKI secara nasional dari tahun 1994 s/d tahun 2007 per 100.000 kelahiran hidup.
Gambar 6.7 Angka kematian Ibu (per 100.0000 Kelahiran hidup) di Indonesia Tahun 1994 -2007 450 400
390 334
AKI Per 100.000 KH
350
307
300 228
250 200 150 100 50 0 1994
1997
2002
2007
Sumber : BPS, 2008
C. UPAYA KESEHATAN Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan, masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, dan atau masyarakat serta swata, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
127
Dalam pencapaian MDG’s dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu diperlukan upaya-upaya terkait seperti ; peningkatan akses antenatal (cakupan ibu hamil K1), pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar (K4), dan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
***
128
MJbmnM
moffifi
m$CI
!se&w
IilirAS. lr[1un]6,5i
I L*-kli i PFmtm
Sarclangun
t:] m
n
., 5 per 1[0.00i1 p*nd$,Jui]
i -i
cer 1|,fl
r3S0
per 100 000 ^6
c*ndt;ttm
penruir
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAMBI 2010
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI JAMBI 2011
TIM PENYUSUN
Pengarah Dr. Hj. Andi Pada, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
Ketua Yan Niaga, SKM, M.Kes Kepala Seksi Pendataan dan Pengendalilan
Editor Herwan, SKM Heryantomi, Am.Kep
Anggota Herwan, SKM; Ika Asrini M, S.Pd; Parida Harahap, S. Psi; Hj. Evariani, S.Sos; Moerti Any, SE; Heryantomi, Am.Kep
Kontributor BPS Provinsi Jambi, Sekretaris Dinas Kesehatan, Bidang Evaluasi dan Pengendalian, Bidang Pelayanan Kesehatan, Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dan Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena dengan rahmat dan karuniaNya Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 telah dapat diselesaikan. Profil Kesehatan Provinsi Jambi merupakan sarana penyajian data dan informasi kesehatan yang merupakan potret status kesehatan masyarakat dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Profil kesehatan Provinsi Jambi selain sebagai penyajian data dan informasi kesehatan juga dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi dari program-program pembangunan kesehatan di kabupaten/ kota. Data Profil Kesehatan Provinsi Jambi saat ini telah pula dimanfaatkan dalam penyusunan RPJMD dan renstra Dinas Kesehatan.
Penyajian data dalam profil kesehatan diupayakan dalam bentuk data “facility based”
dan data “community based” serta data yang disajikan diupayakan
lengkap dari segi jenis dan cakupan. Profil Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2010 ini penyusunannya berbeda dari profil kesehatan sebelumnya, profil kesehatan yang sekarang penyajiannya menyesuaikan dengan Profil Kesehatan Indonesia, lebih banyak penyajian datanya. Sumber data masih sama dengan profil sebelumnya yaitu bersumber dari profil kesehatan kabupaten/ kota, data dari program dan juga data dari lintas sector terkait.
Seksi Pendataan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Provinsi Jambi sebagai koordinator Penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jambi bersama-sama dengan program di Dinas Kesehatan menyusun Profil Kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jambi ditampilkan dalam bentuk yang lebih menarik agar para pembaca lebih mudah menggunakannya. Profil Kesehatan ini menggambarkan tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan faktor terkaitlainnya serta perbandingan dengan Nasional.
Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 dengan segala keterbatasannya tetatp diupayakan agar dapat terbit lebih cepat dari tahun sebelummya. Profil
i
Kesehatan Provinsi Jambi 2010 dibuat dalam bentuk cetakan buku, bagi yang membutuhkan dapat menghubungi Seksi Pendataan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Kritik dan saran sangat kami butuhkan dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jambi ini.
Mudah-mudahan “Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010” ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data informasi di bidang kesehatan. Billahit taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jambi,
Oktober 2011
Kepala Seksi Pendataan dan Pengendalian
Yan Niaga, SKM, M.Kes NIP 19720429 200003 1002
ii
SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kahadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan bimbinganNya, Dinas Kesehatan Provinsi Jambi telah menerbitkan “Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010” yang mencakup seluruh kabupaten/ kota. Meskipun berat dan banyak tantangan didalam proses pengumpulan data dan informasi kesehatan ini, akhirnya Seksi Pendataan dan Pengendalian berhasil menghimpun data tahun 2010 dan menyusunnya dalam bentuk “Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010”.
Tantangan dan kendala dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu ternyata cukup banyak, sehingga data dan informasi dari kabupaten/ kota maupun program masih belum dapat terisi secara lengkap. Dengan terbitnya “Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010” ini, saya harapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak baik institusi pemerintah, swasta, profesi, mahasiswa dan lainnya diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi.
Ucapan selamat dan penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada semua pihak, terutama kepada Seksi Pendataan dan Pengendalian yang telah menjadi coordinator
dalam
penyusunannya,
dan
kontribusi
program,
sehinga
memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010” ini.
Billahit taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jambi,
Oktober 2011
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
Dr. Hj. Andi Pada, M.Kes NIP 19620318 198901 2 002
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB
I
PENDAHULUAN
1
BAB
II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
5
A. B. C. D. E.
5 9 13 19 21
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
Letak Geografi, Tofografi dan Pemerintahan Keadaan Penduduk Keadaan Ekonomi Keadaan Pendidikan Keadaan Kesehatan Lingkungan
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
27
A. Mortalita B. Morbiditas
27 35
SITUASI UPAYA KESEHATAN
57
A. B. C. D.
58 88 94 103
Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan Kesehatan Rujukan Perbaikan Gizi Masyarakat Pelayana Kesehatan dalam Situasi Bencana
SUMBER DAYAKESEHATAN
105
A. Sarana Kesehatan B. Tenaga Kesehatan C. Pembiayaan Kesehatan
105 112 116
PERBANDINGAN PROVINSI JAMBI DENGAN NASIONAL 120 A. Kependudukan B. Derajat Kesehatan C. Upaya Kesehatan
120 125 127
LAMPIRAN iv
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
No Tabel
Judul Tabel
Lampiran Tabel 1
Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 4
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 5
Persentase Penduduk Laki-laki Dan Perempuan Berusia 10 Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 6
Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 7
Jumlah Kematian Bayi Dan Balita Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 8
Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompk Umur Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 9
Jumlah Kasus AFP (NON POLIO) Dan AFP Rate (NON POLIO) Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tbel 10
Jumlah Kasus Baru TB Paru Dan kematian Akibat TB Paru Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Dan
Lampiran Tabel 11 Jumlah Kasus Dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 12 Jumlah KAsus Dan Kesembuhan TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 13 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 14 Jumlah Kasus Baru HIV,AIDS, Dan Infeksi Meular Lainnya Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 15 Persentse Donor Darah Diskrining Terhadap HIV, AIDS, Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 16 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 17 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin kabupaten / Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 18 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 19 Jumlah Kasus dan Prevalansi Penyakit Kusta Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 20 Persentase Penderita Kusta selesai Berobat Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 21 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dicegah Dengan Imunisasi Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 22 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin kabupaten/ Kota Tahun 2010. Lampiran Tabel 23 Jumlah Kasus DBD Menurut jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 24 Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 25 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi JambiTahun 2010.
Lampiran Tabel 26 Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 27 Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 28 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 29 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampira Tabel 30
Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet FE I Dan FE 3 Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 31 Jumlah Dan Persenatase Ibu Hamil Dan Neonatal Resiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 32 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Balita, Ibu Nifas Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 33 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 34 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 35 Jumlah Peserta KB Baru Dan KB Aktif Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 36 Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 37 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Jenis Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Kelamin
Lampiran Tabel 38 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 39 Cakupan Imunisasi DPT, HB Dan Campak Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 40 Cakupan Imunisasi BCG Dan Polio Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin kabupaten? Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 41 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 42 Pemberian Makanan Pendamping ASI Usia Anak 6-23 Bulan Keluarga Miskin Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 43 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 44 Jumlah Balita Yang Ditimbang Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 45 Cakupan Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin Kabupate/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 46 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 47 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 48 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Tahun 2010. Lampiran Tabel 49 Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 50 Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis KLB Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 51 Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani < 24 Jam Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 52 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 53 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 54 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 55 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 56 Cakupan Pelayanan Rawat JAlan Masyarakat Miskin (Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 57 Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (Hampir Miskin) Menurut Strata Kesehatan, Jenis Kelamin di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 58 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Inap, Dan Kunjungan Gangguan Jiwa Disarana Kesehatan Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 59 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 60 Indikator Kenerja Pelayanan di Ruamh sakit Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 61 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 62 Persenatse Rumah Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 63 Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk AEDES Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 64 Persentase Keluarga Menurut Sarana Air Bersih Yang Digunakan Di Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 65 Persenatase Keluarga Menurut Sumber Air Bersih Yang Digunakan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Lampiran Tabel 66 Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 67 Persentase Tempat Umum Dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 68 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 69 Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 70 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan di Provinsi Jambi tahun 2010. Lampiran Tabel 71 Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes Dan Memiliki Sfesialis Dasar di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 72 Jumlah Posyandu Menurut Strata Dan Kabupaten/ Kota di provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 73 Usaha Kesehatan Yang Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jmbi Tahun 2010. Lampiran Tabel 74 Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 75 Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 76 Jumlah Tenaga Kefarmasian Dan Gizi di Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 77 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarkat Dan Sanitasi Di Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 78 Jumlah Tenaga Teknisi Medis Dan Fsioterafis di Sarana Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2010. Lampiran Tabel 79 Anggaran Kesehatan Kabupten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010.
Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator umur harapan hidup (UHH), angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.
Sistem informasi kesehatan adalah salah satu upaya pemerintah untuk menyediakan data dan informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat menyediakan data dan informasi yang evidence based sehingga belum mampu menjadi alat manajemen kesehatan yang efektif. Masih terfrakmentasinya sistem informasi. kesehatan sehingga mengakibatkan redundant data, duplikasi kegiatan dan tidak efisiennya penggunaan sumber daya, situasi ini mengakibatkan pendistribusian informasi menjadi terlambat terutama dari sumber data di unit pelayanan.
Profil Kesehatan Provinsi Jambi merupakan gambaran tentang situasi pembangunan kesehatan di Provinsi Jambi yang selalu diterbitkan setiap tahun. Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010, merupakan alat ukur capaian
indikator
pembangunan
kesehatan
di
kabupaten/
kota
dibandingkan dengan target provinsi, nasional dan target Millenium Development Goals (MDGs). Profil Kesehatan Provinsi Jambi menuat berbagai data kesehatan dan pendukung lainnya yang berhubungan
dengan kesehatan.seperti kependudukan, ekonomi, pendidikan dan keluaga berencana.
Data dianalisis secara sederhana dengan bentuk tampilan tabel, grafik, peta dan narasi, dengan melihat peringkat dari tiap indikator, sehingga kabupaten/ kota dapat mengetahui dimana posisinya dalam setiap indikator pembangunan kesehatan dibandingkan dengan kabupaten/ kota lainnya. Data profil kesehatan Provinsi Jambi juga digunakan sebagai bahan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan upaya kesehatan di kabupaten/ kota.
Dalam penyajian data Profil Kesehatan Provinsi Jambi diusahakan untuk menampilkan data dan informasi yang dapat menjawab visi dan misi Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Dimana visi Kementrian
Kesehatan
adalah
“Masyarakat
Sehat
yang
Mandiri”
sedangkan visi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi adalah “Masyarakat Jambi Sehat Adil dan Mandiri” dengan misi adalah sebagai berikut : 1.
Mendorong kemandirian dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.
2.
Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
3.
Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan kualitas lingkungan.
4.
Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya manusia bidang kesehatan.
5.
Meningkatkan kualitas manjemen, pembiayaan kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat maka, mengakibatkan kebutuhan informasi kesehatan dan akses terhadap informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan informasi kesehatan. Hal ini membawa dampak luas dalam pelayanan kesehatan
2
termasuk kesiapan informasi untuk mendisain dan menilai pelayanan kesehatan yang tepat. Disentralisasi adalah kebijakan yang mendorong untuk terjadinya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 diharapkan dapat bermamfaat dalam mendukung menajemen kesehatan yang lebih baik terutama untuk mendukung visi dan misi pembangunan kesehatan baik pusat dan daerah.
Adapun sistimatika Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 terdiri atas 6 (enam) BAB, yaitu : Bab
I. Pendahuluan, bab ini menyajikan tentang latar belakang
diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010 serta sistimatikanya. Bab
II. Situasi Umum dan Perilaku Penduduk, bab ini menyajikan
tentang gambaran umum Provinsi Jambi yang meliputi, (1). Letak geografis,
fotografi,
dan
pemerintahan.
(2).
Kependudukan
(3).
Perekonomian. (4). Pendidikan. (5). Lingkungan fisik dan, (6). Perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan. Bab
III. Situasi Derajat Kesehatan, bab ini berisikan tentang uraian hasil-
hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2010, yang mencakup angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat. Bab
IV. Situasi Upaya Kesehatan, bab ini berisikan tentang upaya yang
telah dilaksakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2010, gambaran upaya kesehatan yang dilakukan meliputi : pencapaian kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, dan upaya perbaikan gizi masyarakat.
Bab
V. Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menyajikan tentang
sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai dengan tahun 2010. gambaran sumber daya mencakup keadaan tenaga, sarana kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
3
Bab
VI. Perbandingan Provinsi Jambi dengan Provinsi lain di Sumatera,
Bab ini menyajikan perbandingan beberapa indikator yang meliputi data kependudukan, angka kelahiran, angka kematian, dan beberapa penyakit tertentu.
***
4
A. Letak Geografi, Tofografi dan Pemerintahan Provinsi Jambi adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera, Provinsi Jambi secara resmi berdiri menjadi provinsi tahun 1958 sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 61 tahun 1958 tanggal 25 Juni 1958. Provinsi Jambi terletak antara 0° 45' sampai 2° 45' Lintang Selatan dan 101° 0' - 104° 55' Bujur Timur, terletak ditengah pulau sumatera membujur sepanjang pantai timur sampai barat, dengan luas wilayah keseluruhan 50.160,05.Km². Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada Pantai Timur Pulau Sumatera berhadapan dengan laut Cina Selatan.
Gambar 2.1 Letak Geografis Provinsi Jambi
Batas-batas wilayah Provinsi Jambi adalah sebagai berikut ; sebelah utara dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Selatan, sebelah barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu, sebelah timur dengan Laut Cina Selatan. Provinsi Jambi termasuk dalam kawasan segi tiga pertumbuhan IndonesiaMalaysia-Singapore (IMS-GT) dan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Jarak tempuh Jambi ke Singapura jalur laut melalui Batam dengan menggunakan kapal cepat (jet-foil) ditempuh ± 5 jam.
Luas wilayah Provinsi Jambi 50.160,05 km2, dengan luas wilayah per kabupaten/ kota adalah sebagai berikut : - Kabupaten Kerinci
3.355,27 km2
( 6,69%)
- Kabupaten Merangin
7.679
km2
(15,31%)
- Kabupaten Sarolangun
6.184
km2
(12,33%)
- Kabupaten Batanghari
5.804
km2
(11,57%)
- Kabupaten Muaro Jambi
5.326
km2
(10,62%)
- Kabupaten Tanjung Jabung Timur
5.445
km2
(10,86%)
- Kabupaten Tanjung Jabung Barat
4.649,85 km2
( 9,27%)
- Kabupaten Tebo
6.461
km2
(12,88%)
- Kabupaten Bungo
4.659
km2
( 9,29%)
- Kota Jambi
205,43 km2
( 0,41%)
- Kota Sungai Penuh
391,5 km2
( 0,78%)
Persentase luas wilayah kabupaten/ kota dalam Provinsi Jambi dapat dilihat pada gambar 2.2, dimana kabupaten yang paling luas wilahnya adalah Kabupaten Merangin, sedangkan wilayah terkecil adalah Kota Jambi.
6
Gambar 2.2 Persentase Luas Wilayah Kabupaten/ Kota Provinsi Jambi 2010
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
Otonomi daerah membuat adanya pemekaran wilayah sesuai dengan UU No.
54
tahun
1999
tentang pembentukan
Kabupaten
Merangin,
Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, maka ada 4 kabupaten yang dimekarkan. Wilayah Kabupaten Sarolangun Bangko dimekarkan menjadi dua yaitu Kabupaten Sarolangun dan
Kabupaten
Merangin,
Kabupaten
Sarolangun
beribukota
di
Sarolangun dan Kabupaten Merangin beribukota di Bangko. Kabupaten Tanjung Jabung dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Kabupaten Tanjung Jabung Barat beribukota di Kuala Tungkal dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur beribukota di Muara Sabak. Kabupaten Bungo Tebo dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo, Kabupaten Kabupaten Bungo beribukota di Muara Bungo dan Kabupaten Tebo beribukota di Muara Tebo.
Dengan ditetapkannya Kota Sungai Penuh sebagai daerah tingkat II yang baru berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2008, maka Provinsi
7
Jambi mempunyai 2 Kota dalam wilayahnya. Kota Sungai Penuh ini dimekarkan dari Kabupaten Kerinci sebagai induknya. Wilayah kecamatan yang menjadi bagian Kota Sungai Penuh adalah Kecamatan Tanah Kampung, Sungai Penuh, Hamparan Rawang, Pesisir Bukit dan Kumun Debai.
Saat ini Provinsi Jambi terbagi menjadi 9 Kabupaten dan 2 Kota, yaitu Kabupaten Kerinci ibukotanya Sungai Penuh, Kabupaten Sarolangun ibukotanya
Sarolangun,
Kabupaten
Merangin
ibukotanya
Bangko,
Kabupaten Bungo ibukotanya Muara Bungo, Kabupaten Tebo ibukotanya Muara Tebo, Kabupaten Batanghari ibukotanya Muara Bulian, Kabupaten Muaro Jambi ibukotanya Sengeti, Kabupaten Tanjung Jabung Barat ibukotanya Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Timur ibukotanya Muara Sabak, dan Kota Jambi yang juga merupakan ibukota Provinsi Jambi, dan yang terakhir adalah pembentukan Kota Sungai Penuh. Sampai dengan bulan Desember 2010 kecamatan di Provinsi Jambi berjumlah 128 sedangkan desa/ kelurahan berjumlah 1.367 Adanya pemekaran wilayah kabupaten/ kota kini jarak tempuh melalui jalan darat dari pusat kota Provinsi Jambi ke 9 Kabupaten dan 2 Kota terdiri dari : 1. Prov. Jambi ke Kabupaten Kerinci, (Ibukota Sungai Penuh) 419 Km. 2. Prov. Jambi ke Kabupaten Merangin, (Ibukota Bangko) 290 Km 3. Prov. Jambi ke Kabupaten Sarolangun, (Ibukota Sarolangun) 179 Km 4. Prov. Jambi ke Kabupaten Bungo, (Ibukota Muara Bungo) 252 Km. 5. Prov.Jambi ke Kabupaten Tebo, (Ibukota Muara Tebo) 206 Km 6. Prov.Jambi ke Kabupaten Batanghari, (Ibukota Muara Bulian) 60 Km 7. Prov.Jambi ke Kabupaten Muara Jambi, (Ibukota Sengeti) 27 Km 8. Prov.Jambi ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat, (Ibukota Kuala Tungkal) 131 Km
8
9. Prov.Jambi ke Kabupaten Tanjung Jabung Timur, (Ibukota Muara Sabak) 129 Km 10. Prov.Jambi ke Kota Jambi yang juga merupakan (Ibukota Propinsi Jambi) 3 Km 11. Prov.Jambi ke Kota Sungai Penuh (Ibukota Sungai Penuh) 420 Km
B. Keadaan Penduduk Berdasarkan data agregat per kabupaten/ kota hasil Sensus Penduduk 2010, Jumlah penduduk Provinsi Jambi adalah 3.092.265 yang terdiri dari 1.581.110 penduduk laki-laki dan 1.511.155 penduduk perempuan. Tabel 2.1 Distribusi Penduduk Provinsi Jambi Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
01 Kerinci
114.566
114.929
229.495
02 Merangin
171.106
162.100
333.206
03 Sarolangun
125.796
120.449
246.245
04 Batanghari
123.515
117.819
241.334
05 Muaro Jambi
177.712
165.240
342.952
06 Tanjab Timur
105.359
99.913
205.272
07 Tanjab Barat
144.775
133.966
278.741
08 Tebo
153.892
143.843
297.735
09 Bungo
155.455
147.680
303.135
71 Kota Jambi
268.102
263.755
531.857
40.832
41.461
82.293
1.581.110
1.511.155
3.092.265
72 Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
9
Tingkat persebaran penduduk Provinsi Jambi masih terpusat di Kota Jambi yaitu sebesar 17,20 persen. Sedangkan kabupaten/ kota lainnya seperti Kabupaten Muaro Jambi ditempati oleh sekitar 11,09 persen penduduk, Kabupaten Merangin ditempati oleh 10,78 persen penduduk dan kabupaten/ kota lain ditempati oleh kurang dari 10 persen penduduk Jambi. Tiga kabupaten/ kota lainnya dengan jumlah penduduk terendah di Provinsi Jambi yaitu Kota Sungai penuh, Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Kerinci. Provinsi Jambi dengan luas wilayah sebesar 53.435,38 kilo meter persegi dan jumlah penduduk 3.092.265 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Jambi sebanyak 57,87 jiwa per kilometer persegi. Kabupaten yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Jambi yaitu sebesar 2.589,62 jiwa per kilometer persegi, sedangkan kabupaten dengan tingkat kepadatan paling rendah adalah Kabupaten Sarolangun yaitu 31,49 jiwa per kilometer persegi. Distribusi penduduk Provinsi Jambi menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat kita lihat pada piramida penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 seperti pada gambar 2.3. Indikator tentang struktur umur penduduk bermanfaat untuk mengetahui piramida penduduk yang memberikan gambaran jumlah penduduk pada usia-usia belum produktif (0-14), usia produktif (15-64) dan tidak produktif lagi (65+). Jika ternyata jumlah penduduk usia produktif lebih sedikit dibandingkan penduduk usia belum dan tidak produktif lagi, maka beban tanggungan penduduk produktif di suatu wilayah akan besar. Piramida penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 dapat digolongkan dalam piramida penduduk muda (expansive) yang dicirikan dengan tingkat kelahiran tinggi serta tingkat kematian yang cukup rendah sehingga angka pertumbuhan penduduk relatif tinggi. Selain penduduk pada kelompok umur kurang dari 15 tahun yang terlihat sangat menonjol, penduduk pada kelompok umur 25-29 tahun juga terlihat lebih besar dibandingkan 10
kelompok umur lainnya. Penduduk pada kelompok umur ini adalah mereka yang terlahir di tahun 1980an dan termasuk dalam generasi baby boom, dimana pada saat periode sensus memasuki usia produktif. Gambar 2.3 Piramida Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2010
75+ 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4
200,000
150,000
100,000
50,000
0
Laki-Laki
50,000
100,000
150,000
200,000
Perempuan
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
Dari komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa banyak penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif.
Angka
ini
disebut
sebagai
angka
beban
tanggungan
(Dependency Ratio). Dependency Ratio tahun 2010 sebesar 51,69 mengandung arti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 52 orang penduduk tidak produktif yang terdiri dari 46 orang penduduk berumur kurang dari 15 tahun dan 5 orang penduduk berumur lebih dari 65 tahun.
11
Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
Angka beban tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan usia produktif (antara 15 sampai 64 tahun) dikalikan 100. Di Provinsi Jambi kabupaten/ kota dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu sebesar 61, 35 %, diikuti oleh Kota Sungai Penuh sebesar 59,24 % dan Kabupaten Batang Hari sebesar 54,24 %. Sedangkan kabupaten dengan beban tanggungan terendah adalah Kota Jambi yaitu sebesar 44,80 % dan Kabupaten Muaro Jambi sebesar 49,62 %. Angka beban tanggungan Provinsi Jambi per Kabupaten/ Kota tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 2.5 dan lampiran tabel 2.
12
Gambar 2.5 Angka Beban Tanggungan Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 51.73
Provinsi Jambi
61.35
Tanjab Barat
59.24
Sungai Penuh Batang hari
54.24
Kerinci
53.59
Sarolangun
53.1
Merangin
52.51
Tebo
52.35 51.59
Tanjab Timur Bungo
50.78
Muaro Jambi
49.62
Kota Jambi
44.8
0
10
20
30
40
50
60
70
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
C. Keadaan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah sama dengan pertumbuhan PDB. Apabila “diibaratkan” kue, PDB adalah besarnya kue tersebut. Pertumbuhan ekonomi sama dengan membesarnya “kue” tersebut yang pengukurannya merupakan persentase pertambahan PDB pada tahun tertentu terhadap PDB tahun sebelumnya .
13
PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan; dan penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstan (constant prices) dengan tahun dasar tertentu untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga. Saat ini BPS menggunakan tahun dasar 2000.
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian di Provinsi Jambi selama 2010 telah tumbuh dengan baik. Pertumbuhan ekonomi Jambi tidak hanya bisa berada di atas target yang ditetapkan sekitar 7 persen, bahkan tingkat pertumbuhannya berada di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2010 ini pertumbuhan perekonomian nasional ditargetkan tumbuh 5 persen, namun setelah melihat riak ekonomi semakin membaik lalu pemerintah menaikkan targetnya menjadi 5.5 persen. Pertumbuhan ekonomi Jambi 2010 ternyata masih jauh di atas target pertumbuhan nasional yang telah disesuaikan tersebut.
Tabel 2.2 Indikator Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 No
Tahun
Jenis Indikator Inflasi
PDRB (miliyar Rupiah) Berlaku
Pertumbuhan Ekonomi
Konstan
Perkapita
1. 2005
16,50 22.487,01 12.619,97
7.625,66
5,57
2. 2006
10,66 26.061,77 13.363,62
8.680,76
5,89
3. 2007
7,24 32.076,68 14.275,16
11.697,44
6,82
4. 2008
11,57 41.056,48 15.297,77
14.724,72
7,16
5. 2009
2,49 42.815,92 16.272,26
15.107,07
6,37
6. 2010
10,52 53.816,69 17.465,00
17.424,19
7,30
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
14
Tingkat capaian yang lebih tinggi dari target ini terutama didorong oleh semakin membaiknya harga produk-produk sektor pertanian dalam arti luas seperti produk perkebunan, peternakan, perikanan, dan pertanian tanaman pangan.
Bagusnya kondisi perekonomian Provinsi Jambi juga ditopang oleh indikator ekonomi lainnya seperti tingkat inflasi yang masih berada dalam ambang batas normal. Inflasi adalah Kenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2010 mencapai 10,52 %, sedangkan pertumbuhan ekonominya adalah 7,3 %. Di samping itu, kebijakan otoritas moneter yang menetapkan tingkat suku bunga rendah ikut pula berpengaruh terhadap sektor riil. Salah satu faktor lain yang menjadi determinan membaiknya perekonomian Provinsi Jambi adalah iklim politik dan keamanan yang semakin kondusif.
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun 2009 meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan
ini
didukung
oleh
semua
sektor
ekonomi
dengan
pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar 17,9 persen. Pertumbuhan terkecil terjadi pada Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan laju sebesar 0,7 persen. Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 mencapai Rp. 53.816,69 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2010 sebesar Rp. 17.465 milyar.
Salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, di samping keadaan angkatan
kerja
(economically
active
15
population)
dan
struktur
ketenagakerjaan
adalah
isu
pengangguran.
Dari
sisi
ekonomi,
pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah dibidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan berbagai masalah dibidang sosial, seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu data pokok yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah dan dalam suatu/kurun waktu tertentu. Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan pendekatan rumah tangga. Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi.
Tabel 2.3 Penduduk Bukan Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun ke Atas di Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010 (Agustus) Tahun
Bukan Angkatan Kerja Sekolah
Mengurus Rumah Tangga
2007
176.031
392.415
84.956 653.402
2008
171.621
400.766
94.169 666.556
2009
186.312
390.743
90.806 667.861
2010
212.777
484.057
107.225 804.059
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
16
Lainnya
Total
Salah satu alat ukur untuk melihat keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program-program pembangunan adalah dengan melihat indikator ketenagakerjaan yang dihasilkan baik dari data Survei maupun Sensus.
Akses ke pasar tenaga kerja yang lebih baik menyebabkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha penduduk juga meningkat, sehingga hal ini dapat menekan tingkat pengangguran di suatu wilayah. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan jumlah antara penduduk yang tergolong dalam angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. Jika digambarkan menurut kelompok umurnya, pola TPAK penduduk Provinsi Jambi menyerupai huruf ’U’ terbalik.
Pada kelompok usia muda, tingkat partisipasi angkatan kerjanya cenderung kecil, karena sebagian besar dari mereka masih berada di bangku sekolah. Angka TPAK tertinggi berada pada kelompok umur 25-59 tahun, untuk kemudian mulai mengalami penurunan pada usia di atas 60 tahun. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menggambakan banyaknya penduduk yang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha dan mereka yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (discourage worker). Pada umumnya pola TPT menurut kelompok umur di Provinsi Jambi mengindikasikan angka yang relatif tinggi di kelompok umur muda untuk kemudian mengalami penurunan pada kelompok umur setelahnya.
Indonesia memiliki ribuan suku bangsa yang beraneka ragam. Masingmasing suku bangsa saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan daerah lain atau kebudayaan yang berasal dari luar. Salah satu diantara suku bangsa tersebut adalah Suku Anak Dalam yang hidup di daerah Jambi. Suku Anak Dalam disebut juga Suku Kubu atau Orang Rimba. Suku Anak Dalam hidup secara nomaden atau tidak menetap dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun diantara
17
mereka sudah banyak yang telah memiliki lahan karet ataupun pertanian lainnya. Sebagian dari mereka masih berpaham animisme, meskipun sudah ada yang mengenal agama Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu di wilayah utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah selatan Provinsi Populasi Suku Anak Dalam hasil pendataan Sensus Penduduk 2010 berjumlah 3.205 orang yang hidup di wilayah administrasi Merangin, Sarolangun, Batang Hari, Tanjung Jabung Barat, Tebo dan Bungo. Tabel 2.4 Jumlah Suku Anak Dalam per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota
Laki-laki
Peremuan
Total
Merangin
436
429
865
Sarolangun
534
559
1.093
Batang Hari
39
40
79
Tanjung Jabung Barat
31
26
57
Tebo
416
406
822
Bungo
147
142
289
1.603
1.602
3.205
Total Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhdap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan di Provinsi Jambi relatif lebih rendah dibanding tingkat kemiskinan nasional. Tingkat kemiskinan Provinsi Jambi 8,77 persen lebih rendah dari nasional yang sebesar 14,15 persen. Untuk wilayah 18
Sumatera, Provinsi Jambi menempati urutan ketiga terendah setelah Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Jambi pada tahun 2010 mencapai 8,4 %.
Gambar 2.6 Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 14
11.88
12
11.37 10.27
10
9.28
8.55
8.4
2009
2010
8 6 4 2 0 2005
2006
2007
2008
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
D. Keadaan Pendidikan Indikator pendidikan dapat memberikan gambaran kualitas penduduk secara akademis yang merupakan modal pemerintah
untuk evaluasi,
perencanaan, dan intervensi program pendidikan yang menyangkut penduduk yang putus sekolah,
buta huruf, meningkatkan pendidikan
masyarakat, dll. Pendidikan merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat tingkat kemajuan sosial di suatu wilayah. Semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan, semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk baca tulis dan berbahasa Indonesia sehingga dengan demikian peran serta dalam kehidupan sosial serta peluang untuk mengakses informasi dan berkomunikasi dengan pihak lain semakin terbuka lebar.
19
Secara umum penduduk di perkotaan mempunyai kemampuan baca tulis yang lebih baik dibandingkan penduduk perdesaan. Angka melek huruf tertinggi terdapat di Kota Jambi sebesar 97,93 Dibandingkan provinsi lainnya, ternyata penduduk Provinsi Jambi bersekolah relatif lebih lama, dimana indikator ini ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah 7,7 tahun, atau memutuskan berhenti ketika kelas 1 SMP.
Tabel 2.5 Indikator Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010 Uraian
2007
2008
2009
2010
Angaka Melek Huruf Laki-laki
97,52
98,05
98,34
98,44
Perempuan
93,21
93,57
93,85
96,87
7,63
7,63
7,68
--
7 – 12
97,28
97,46
98,11
98,27
13 - 15
84,30
84,33
85,04
85,56
16 - 18
54,71
54,37
55,07
56,11
Rata-rata Lama Sekolah Laki-laki/ Perempuan Angka Partisipasi Sekolah
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
Capaian di bidang pendidikan terkait erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan. Jumlah guru yang tersedia pada suatu sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kualitas pendidikan di suatu sekolah. Semakin besar angka rasio ini, angka mutu pendidikan diharapkan akan lebih baik, dibanding sekolah yang mempunyai guru yang sedikit.
Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat dipengaruhi oleh perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dengan 20
melihat perkembangan angka IPM tiap tahun, tampaknya kemajuan yang dicapai Provinsi Jambi dalam pembangunan manusia tidak terlalu signifikan. Angka IPM Provinsi Jambi dalam 5 tahun terakhir hanya mengalami sedikit peningkatan dari 70,95 pada tahun 2005 menjadi 72,45 pada tahun 2009.
Gambar 2.7 Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2009 72.45 72.5
71.99
72 71.29 71.5
71.46
70.95
71 70.5 70 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010
E. Keadaan Kesehatan Lingkungan Salah satu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Kesehatan lingkungan yang merupakan kegiatan lintas-sektor belum dikelola
dalam
suatu
sistem
kesehatan
kewilayahan.
Lingkungan
merupakan salah satu variable yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan
21
Makanan (TUPM) . Didalam memantau pelaksanaan program kesehatan lingkungan dapat dilihat beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai berikut : 1.
Air Bersih Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik
dan
biasa
dimanfaatkan
oleh
manusia
untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Hasil capaian pelaksanaan program air bersih untuk akses terhadap air bersih per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 2.8. Gambar 2.8 Persentase Akses Terhadap Air Bersih per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi dari Tahun 2010 94.61 Sungai Penuh
90.51 88.31
Kerinci
82.77 74.38
Provinsi Jambi
67.04 60.19
Sarolangun
58.97 58.92
Tanjab Barat
58.38 53.42
Tanjab Timur
35.06 0
20
40
Sumber : Bidang P2PL, 2010
22
60
80
100
Berdasarkan gambar 2.8 dapat dilihat bahwa akses terhadap air bersih di Provinsi Jambi pada tahun 2010 yaitu sebesar 67,04 %, jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 71,82 % hal ini mengalami penurunan sebesar 4.78 %, penyebab penurunan akses terhadap air bersih adalah karena Kabupaten Tanjung Jabung Timur persentase capaian rendah sekali sehingga dengan sendirinya persentase akses air bersih mengalami penurunan. Untuk sementara akses terhadap air bersih tertinggi di Kota Jambi sebesar 94,61 % dan terendah di kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 35,06 %.
2.
Rumah Sehat Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Gambar 2.9 Persentase Rumah Sehat di Provinsi Jambi Tahun 2010 Kota Jambi
92.54
Sungai Penuh
91.99 84.64
Sarolangun Batang Hari
82.72
Muaro Jambi
76.24 73.98
Merangin Provinsi Jambi
68.32
Kerinci
68.32 64.75
Tanjab Barat Bungo
59.12
Tebo
42.41 39.49
Tanjab Timur 0
20
40
Sumber : Bidang P2PL, 2010
23
60
80
100
Kegiatan
penyehatan
lingkungan
pemukiman
yang
telah
dilaksanakan pada 2010 diperoleh data persentase rumah sehat menurut kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.9 Provinsi
Jambi
tahun
2010
adalah
persentase rumah sehat di sebesar
69,58
%,
jika
dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 73,80% mengalami penurunan sebesar 4,22 %. Persentase kabupaten/ kota dengan rumah sehat tertinggi adalah Kota Jambi yaitu sebesar 92,54 % diikuti oleh Kota Sungai penuh sesar 91,99 %, sedangkan kabupaten/ kota terendah adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu sebesar 39,49 %.
3.
Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Sanitasi
tempat-tempat
umum
adalah
suatau
usaha
untuk
mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul dan menularnya berbagai jenis penyakit. Sasasan khusus yang harus diberikan dalam pengawasan tempat-tempat umum meliputi : (1)
Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum maupun personal hygiene) ;
(2)
Alat-alat kebersihan ;
(3)
Tempat kegiatan.
Pelaksanaan program tempat-tempat umum di Provinsi Jambi tahun 2010 memperoleh hasil sebagai berikut :
24
Tabel 2. 6 Persentase Tempat-Tempat Umum Sehat Di Provinsi Jambi Tahun 2006 s/d 2010 No
Kabupaten / Kota
% Tempat-Tempat Umum Sehat 2006 62,37
2007 63,05
2008 75,85
2009 72,98
2010 57,2
1
Kerinci
2
Merangin
62,48
63,16
70,96
73,09
65,3
3
Sarolangun
48,26
48,94
56,74
58,87
---
4
Batanghari
55,38
56,06
63,86
65,99
68,63
5
Muaro Jambi
67,61
68,29
71,07
78,22
57,88
6
Tanjab Timur
36,38
37,06
44,86
46,99
36,01
7
Tanjab Barat
37,33
38,01
45,81
47,94
---
8
Tebo
47,68
48,36
56,16
58,29
74,27
9
Bungo
64,13
64,81
72,61
74,74
72,70
10
Kota Jambi
67,32
68,00
75,80
77,93
90,21
11
Kota Sungai Penuh
---
---
---
---
---
54,89
55,57
63,37
65,50
62,24
Jumlah Sumber : Bidang P2PL, 2010
Dari tabel 2.6 dapat dilihat bahwa persentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2010 sebanyak 2.878 buah (62,24 %) dari semua TTU yang telah diperiksan (4.624 buah), dan jika dibandingkan dengan tahun 2009 (65,50 %) mengalami penurunan sebesar 3,26 %.
Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat dan konsumen terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanandan mencegah masyarakat dari keracunan makanan.
25
Upaya tersebut meliputi orang yang menangani makanan, tempat pengolahan
makanan
dan
proses
pengolahan
makanannya.
Sedangkan untuk pemeriksaan Tempat pengolahan makanan (TPM) di Provinsi Jambi tahun 2010 hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut ini.
Tabel 2.7 Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Di Provinsi Jambi Tahun 2010
No
Kabupaten/ Kota
% Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Jumlah Diperiksa Jumlah % Memenuhi Memenuhi Syarat Syarat 1 Kerinci 527 450 232 51.56 2 Merangin 190 172 132 76.74 3 Sarolangun --------4 Batanghari 375 53 37 69.81 5 Muaro Jambi 1.059 336 145 43.15 6 Tanjung Jabung Timur 717 278 170 61.15 7 Tanjung Jabung Barat ----------8 Tebo 2.522 994 747 75.15 9 Bungo 585 443 335 75.62 10 Kota Jambi 1.349 550 427 77.64 11 Kota Sungai Penuh --------Provinsi 7.324 3.276 2.225 67.92 Sumber : Bidang P2PL, 2010
Dari tabel 2.7 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 tercatat Tempat Pengolahan Makanan di Provinsi Jambi berjumlah sebanyak 7.324 buah dan baru diperiksa sebanyak 3.276 buah (44,73%). Dari jumlah yang diperiksa yang baru memenuhi syarat berjumlah sebanyak 2.225 buah (67,92 %). Berdasarkan kabupaten/ Kota persentase tertinggi yang memenuhi syarat adalah Kota Jambi yaitu sebanyak 427 buah (77,64 %) dan yang terendah adalah Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 145 buah (43,15 %).
26
Derajat kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, bukan hanya dilakukan oleh sektor kesehatan saja seperti pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana namun juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Faktor-faktor ini juga mempengaruhi kajadian morbiditas, mortalitas dan status gizi masyarakat.
Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat melalui angka morbiditas dan status gizi. Derajat kesehatan yang optimal dapat dipengaruhi oleh unsur kualitas hidup seta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya. Situasi derajat kesehatan di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit, serta Umur Harapan Hidup (UHH) dan status gizi masyarakat.
A. MORTALITAS Mortalitas adalah angka kematian yang tejadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Berikut ini adalah beberapa angka kematian yaitu kematian bayi, balita, ibu, dan angka kematian kasar.
1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dapat didefenisikan
sebagai
banyaknya
bayi
meninggal
sebelum
mencapai usia 1 tahun yang di nyatakan dalam 1.000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama. Angka kematian bayi merupakan indikator
yang
biasa
digunakan
untuk
menentukan
derajat
kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi maupun nasional. Banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam menurunkan angka kematian bayi.
Gambar 3.1 Estimasi Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007 80 70
JAMBI
74 68
60
68.3
NASIONA L
60.2 57
50
46
40
39 34
35 32
30 20 10 0 1991
1994
1997
2003
2007
Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007
Secara nasional berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991, pada tahun 1991 estimasi AKB nasional sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan hasil SDKI 2007 estimasi AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka
Kematian
Bayi
di
Provinsi
Jambi
menunjukkan
kecenderungan menurun juga dari tahun 1991 AKB di Provinsi Jambi sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKB Provinsi Jambi telah mencapai angka 39 per 1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan angka nasional AKB Provinsi Jambi pada tahun 2007 masih berada di atas angka nasional.
28
Beberapa faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB seperti yang ditampilkan,
diantaranya
pemerataan
pelayanan
kesehatan
dan
fasilitasnya. Hal ini disebabkan AKB sangat sensitif terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Perbaikan status ekonomi masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi terhadap penurunan kematian bayi.
Hasil laporan fasilitas kesehan pada tahun 2010 dapat dilihat jumlah bayi yang meninggal di Provinsi Jambi. Jumlah bayi yang meninggal paling banyak di laporkan terdapat di Kabupaten Merangin sedangkan paling sedikit terdapat di Kabupaten Muaro Jambi gambaran jumlah kematian yang di laporkan per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 dapat di lihat pada Gambar 3.2 berikut dan lampiran tabel 7.
Gambar 3.2 Jumlah Kematian Bayi Per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 Sungai Penuh
3
Kota Jambi
8
Bungo
3
Tebo
2
Tanjab Barat
6
Tanjab Timur Muaro Jambi
1
Batang Hari
2
Sarolangun Merangin
34
Kerinci
4 0
5
10
15
20
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota 2010
29
25
30
35
40
2. Angka Kematian Balita (AKABA). Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Pada periode tahun tertentu. AKABA mempersentasekan peluang terjadinya kematian pada pase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Millenium Developmeant Goals (MDGs) menetapkan nilai normative AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang dengan nilai 20-70 dan rendah dengan nilai < 20. Secara nasional hasil SDKI 2007 terjadi penurunan AKABA di Indonesia. Pada tahun 1991 AKABA nasional adalah 97 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKABA adalah 44 per 1.000 kelahiran hidup.
AKABA Per 1.000 Kelahiran Hidup
Gambar 3.3 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007 120 100
JAMBI INDONESIA
102 97 87.5 81
80
62.4 58
60 40
51 46
47 44
20 0 1991
1994
1997
2002/2003
2007
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
AKABA di Provinsi Jambi pada tahun 1991 tercatat pada angka 102 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 terjadi penurunan yaitu pada angka 47 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini masih di atas angka nasional.
30
Berdasarkan laporan dari pelayanan kesehatan di ketahui jumlah balita yang meninggal di Provisi Jambi tahun 2010 adalah 33 orang, jumlah kematian balita paling banyak terjadi di Kabupaten Merangin dengan jumlah 10 orang. Gambaran jumlah kematian balita per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 3.4 dan lampiran tabel 7.
Gambar 3.4 Jumlah Kematian Balita per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010. Sungai Penuh Kota Jambi
2
Bungo
5
Tebo Tanjab Barat Tanjab Timur
3
Muaro Jambi
4
Batang Hari
2
Sarolangun Merangin
10
Kerinci
7 0
2
4
6
8
10
12
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, 2010
3. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) adalah jumlah kematian ibu akibat proses kelahiran persalinan dan pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu. atau angka pengukuran resiko kematian wanita yang berkaitan dengan peristiwa kehamilan. Kematian ibu adalah kematian wanita dalam masa kehamilan, persalinan dan dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab apapun
31
yang berkaitan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau pengelolaannya,
bukan
akibat
kecelakaan.
Kematian
ibu
dikelompokkan menjadi kematian sebagai akibat langsung kasus kebidanan dan kematian sebagai akibat tidak langsung kasus kebidanan yang disebabkan oleh penyakit yang timbul selama kehamilan dan bukan akibat langsung kasus kebidanan, tetapi diperberat oleh pengaruh fisiologi kehamilan. Kematian wanita akibat kecelakaan misalnya kecelakaan mobil, tidak di golongkan sebagai kematian ibu.
AKI dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas
AKI
menjadikannya
terhadap indikator
perbaikan keberhasilan
pelayanan
kesehatan
pembangunan
sektor
kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalina dan nifas. Hasil SDKI 2007 AKI secara nasional menunjukkan kecenderungan menurun pada tahun 1994 AKI nasional adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Gambar 3.5 menunjukkan kecenderungan penurunan AKI secara nasional dari tahun 1994 s/d tahun 2007 per 100.000 kelahiran hidup.
32
Gambar 3.5 Angka kematian Ibu (per 100.0000 Kelahiran hidup) di Indonesia Tahun 1994 -2007 450 400
390 334
AKI Per 100.000 KH
350
307
300 228
250 200 150 100 50 0 1994
1997
2002
2007
Sumber : BPS, 2008
Hasil laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan terdapat jumlah kematian ibu (hamil, bersalin dan nifas) di Provinsi Jambi tahun 2010 adalah 78 kasus. Jumlah kematian ibu terbanyak terdeapat di kabupaten Tanjung Jabung Barat sedangkan paling sedikit terdapat di Kota Sungai Penuh. Gambaran jumlah kematin ibu per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat di lihat pada gambar 3.6 dan lampiran tabel 8.
33
Gambar 3.6 Jumlah Kematian Ibu (Hamil,Bersalin dan Nifas) per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 KERINCI
1
2
MERANGIN
1 5
SAROLANGUN
4
2
BATANGHARI
1
3 1
6 2 3
TEBO
3
10
2
7
2
KOTA JAMBI
0
1 0
TANJAB BARAT
BUNGO
4
1
MUARO JAMBI 0 TANJAB TIMUR
3
2 3
4
0 2
2
4
6
SUNGAI PENUH 0 1 0 0
2
8
10
12 HAMIL
14
BERSALIN
16 NIFAS
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, 2010.
4. Angka Kematian Kasar (AKK) Angka Kematian Kasar adalah banyaknya kematian selama setahun per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Angka kematian kasar di Indonesia pada tahun 2007, berdasarkan estimasi SUPAS 2005 adalah sebesar 6.9 per 1.000 penduduk.
5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat selain sebagai salah satu indikator derajat kesehatan UHH juga digunakan sebagai indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Keberhasilan pembangunan sektor kesehatan akan mempengaruhi peningkatan Umur Harapan Hidup. Di Indonesia Umur Harapan Hidup, berdasarkan data BPS dari tahun 2006 sampai tahun 2008 terjadi peningkatan dari 68,5 tahun
34
menjadi 69 tahun. Sedangkan Umur Harapan Hidup di Provinsi Jambi tahun 2007 sebesar 68,6 tahun, pada tahun 2009 mencapai 68,95 tahun. Umur Harapan Hidup tertinggi tahun 2009 pada kabupaten/kota adalah Kota Sungai Penuh yaitu sebesar 70,90 tahun dan terendah adalah Kabupaten Bungo 66,97 tahun. Gambar 3.7 Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2009 Sungai Penuh
70.9
Kota Jambi
69.82
Bungo
66.97
Tebo
68.98
Tanjab Barat
69.5
Tanjab Timur
70.06
Muaro Jambi
69.19
Batang Hari
68.95
Sorolangun
69.27
Merangin
68.17
Kerinci
70.7
Provinsi Jambi
68.95 65
66
67
68
69
70
71
72
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
B. MORBIDITAS Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insident maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit pada kurun waktu tertentu.
35
1. Pola 10 penyakit terbanyak di Provinsi Pola 10 penyakit terbanyak di Provinsi Jambi pada tahun 2010 menurut
daftar tabulasi
menunjukkan
bahwa
kasus terbanyak
merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas akut lainnya dengan jumlah kasus sebanyak 556,581 kasus. Rincian mengenai 10 penyakit terbanyak di Provinsi Jambi dapat di lihat pada tabel berikut .
Tabel 3.1 Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Provinsi Jambi Tahun 2008 s/d 2010 Persentase
No
Jenis Penyakit
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Infeksi akut lain saluran pernafasan atas Penyakit sistem otot dan jaringan pengikat Penyakit tekanan darah tinggi Penyakit kulit alergi Gastritis Diare (termasuk tersangka kolera) Penyakit infeksi kulit Penyakit lain pada saluran pernafasan atas Penyakit pulpa & jaringan/ rongga Kecelakaan dan rudapaksa Malaria klinis
2008 1 34,8 3 10,6 4 8,2 5 7,7 ---6 7,7 7 7,4 2 13,0 8 3,8 10 3,2 9 3,6
2009 1 34,3 2 12,4 3 26,4 5 8,6 8 5,9 4 8,9 7 6,2 6 8,5 ---9 3,2 10 3,1
2010 1 44.70 2 11.49 3 9.33 4 8.66 5 8.33 6 5.00 7 4.82 8 4.01 9 1.92 10 1.73 ----
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan, 2010
Gambaran pola 10 penyakit terbanyak selama 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan pola yang cenderung sama, yaitu penyakit infeksi akut lain saluran pernafasan atas dan penyakit sistem otot dan jaringan pengikat masih merupakan penyakit yang banyak ditemukan dimasyarakat. Dari 10 pola penyakit terbanyak di Puskesmas Provinsi Jambi pada tahun 2010 untuk penyakit malaria bukan merupakan 10 penyakit terbanyak lagi.
36
2. Penyakit Menular a. Malaria Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk di Indonesia karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi penyakit emerging dan re-emerging. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya kasus import, resistensi obat dan beberapa insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor, serta adanya vektor potensial yang dapat menularkan dan menyebarkan malaria. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana traspormasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasan hidup sehat.
Kementrian Kesehatan telah menetapkan Sertifikasi endemisitas malaria suatu wilayah di indonesia menjadi 4 strata yaitu : 1. Endemis Tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk. 2. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1.000 penduduk. 3. Endemis Rendah bila API 0 – 1 per 1.000 penduduk. 4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (daerah pembebasan malaria) atau API = 0.
37
Tabel 3.2 Jumlah Penderita, Kematian, AMI dan SPR Malaria Di Provinsi Jambi Tahun 2002 s/d 2010 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Malaria Klinis 64.346 47.634 42.013 34.396 56.137 47.510 51.401 55.486 41.691
Meninggal
AMI (%)
0 0 0 15 7 3 60 53 41
24,81 22,10 16,77 23,55 21,24 17,02 18,09 18,67 13,99
Sediaan darah Diperiksa 14.862 12.479 11.771 10.747 22.262 22.852 19.041 28.604 24.336
SPR (%) 23,09 26,19 28,02 40,05 38,31 16,22 37,04 51,6 58,4
Ket : AMI = Annual Malaria Incidence (%) SPR = Slide Positif Rate. Sumber : Bidang P2PL, 2010
Kasus malaria klinis tahun 2010 di Provinsi Jambi dilaporkan sebanyak 41.691 kasus, sebesar 24.336 dari kasus tersebut diperiksa sedian darahnya, dan dihasilkan 17.355 sedian darah yang positif. Relatif tingginya cakupan pemeriksaan sedian darah laboratorium. Gambar 3.8 Anual Malaria Incidence (%) Di Provinsi Jambi Tahun 2002 s/d 2010
Per 1.000 penduduk
30 25
24.81
23.55 22.1
21.24
20
17.02
18.09
18.67 13.99
16.77
15 10 5 0 2002
2003
2004
2005
Sumber : Bidang P2PL, 2010
38
2006
2007
2008
2009
2010
Upaya pengendalian malaria di Provinsi Jambi menggunakan Annual Malaria Incidence (AMI). Pada gambar 3.8 menunjukkan bahwa AMI di Provinsi Jambi dari tahun 2002 samapi dengan 2010 cenderung menurun. Pada tahun 2002 AMI di Provinsi Jambi berada pada angka 24,81 per 1.000 penduduk sampai dengan tahun 2010 menunjukkan angka 13,99 per 1.000 penduduk. Malaria klinis sebenarnya tidaklah akurat dijadikan indikator permasalahan malaria yang sebenarnya karena ditetapkannya sebagai malaria klinis hanya berdasar anamnese dokter dan pada awal perjalanan penyakit gejala dan tandanya sulit dibedakan dengan gejala penyakit infeksi lainnya (sering dijadikan diagnosa banding penyakit infeksi lainnya).
b. TB Paru Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru termasuk penyakit menular kronis. Waktu pengobatan yang panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus berobat selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah sehat atau faktor ekonomi. Akibatnya pola pengobatan harus dimulai dari awal dengan biaya yang bahkan menjadi lebih besar serta mengabiskan waktu berobat yang lebih lama. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui doplet orang yang telah terinfeksi basil TB. TB Paru menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmet global dalam MDGs.
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB Paru adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif ditmemukandan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Kementrian Kesehatan menetapkan target CDR minimal pada tahun 2010 sebesar 73 %. Dalam gambar 3.9 berikut ini dapat dilihat angka penemuan
39
kasus BTA (+) pada tahun 2010, dan persentase penemuan setiap kabupaten/ kota di Propinsi Jambi.
Gambar 3.9 Cakupan Case Detection Rate (CDR) TB Paru BTA (+) di Provinsi Jambi Tahun 2010 Provinsi Jambi
65.87
Bungo
87.82
Sarolangun
78.66
Tanjab Barat
78.48
Tanjab Timur
68.7 65.68
Muaro Jambi Kota Jambi
62.85
Kerinci
61.13 57.65
Merangin Sungai Penuh
55.97
Tebo
52.21
Batang Hari
51.59 0
20
40
60
80
100
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Pencapaian CDR pada tahun 2010 sebesar 65,87 %, angka ini belum memenuhi target minimal yang telah ditetapkan nasional yaitu sebesar 73%. Pada tingkat kabupaten/ kota, CDR tertinggi di Kabupaten Bungo yaitu sebesar 87,82 % diikuti Kabupaten Sarolangun sebesar 78,66 %. sedangkan kabupaten dengan CDR terendah terdapat di Kabupaten Batang Hari yaitu sebesar 51,59 %.
Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB Paru digunakan angka keberhasilan pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengindikasikan persentase
pasien
baru
TB
paru
40
BTA
positif
menyelesaikan
pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif.
Tabel 3.3 Hasil Cakupan Pengobatan Penderita TBC di Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2010 No
Indikator
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perkiraan penderita TB Paru Jumlah suspek yg diperiksa Case Detect Rate (CDR) (%) Penderita diobati Konversi (%) Sukses Rate (%)
2007 440 18.757 58,78 2.770 88,77 89,98
Tahun 2008 2009 4.542 4.679 23.076 28.347 49,05 58,56 2.954 3.288 89,14 93,52 92,35 94,17
2010 4.779 31.393 65,87 3.455 94,61 *)
Ket : *) Angka Sukses Rate baru dievaluasi Th. 2011 Sumber : Bidang P2PL, 2010
Berdasarkan Tabel 3.3 terlihat bahwa pencapaian Success Rate (SR) pada tahun 2007 s/d 2009 telah melampaui target nasional 85 %. Dari tahun 2007 samapi dengan tahun 2009 terjadi peningkatan success rate, pada tahun 2007 berada pada angka 88,77 % sedangkan pada tahun 2009 telah mencapai angka 94, 17 %.
c. HIV & AIDS Human
Immunodeficiency
Virus
(HIV)
dan
Acquired
Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan heteroseksual, tranfusi darah yang tidak aman, penggunaan jarum suntik bersama yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui kandungan dan menyusui.
41
Di Provinsi Jambi HIV & AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahun. Sampai dengan Desembar 2010 jumlah komulatif kasus HIV dan AIDS mencapai 492 kasus, terdiri dari 243 kasus infeksi HIV dan 249 kasus AIDS. Sedangkan berdasarkan cara penularan AIDS secara kumulatif tercatat melalui IDU (HIV 24,28 % dan AIDS 63,45 %). Untuk heteroseks (HIV 69,96% dan AIDS 28,11 %) dan homoseks (HIV 3,29% dan AIDS 5,22%) . Gambar 3.10 Jumlah Kasus Baru HIV dan AIDS Per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 HIV
Sungai Penuh
0 0
Sarolangun
1 0
Kerinci
2 1
Tanjab Timur
2 2
Tebo
2 4
Tanjab Barat
4 5
Merangin
6 2 8
Batang Hari
2
Bungo
4
Muaro Jambi
AIDS
11
8
17 196
Kota Jambi
215 249 243
Provinsi Jambi 0
50
100
150
200
250
300
Sumber : Bidang P2PL, 2010.
Proporsi kumulatif kasus HIV/ AIDS tertinggi yang tercatat adalah pada kelompok umur >25 tahun (HIV sebanyak 149 penderita dan AIDS 207 kasus), disusul kelompok umur 20 - 24 tahun (HIV 68 kasus dan AIDS 37 kasus), kelompok umur 6 - 19 tahun (HIV 21 kasus dan AIDS 1 kasus) disamping itu untuk kelompok umur 0 - 5 tahun (HIV 5 kasus dan AIDS 4 kasus). Jumlah kasus HIV/AIDS yang tercatat untuk tahun 2010 berjumlah 492 penderita dan meninggal sebanyak 101 penderita
42
(20,53 %). Kasus HIV/AIDS di Provinsi Jambi paling banyak terdapat di Kota Jambi yaitu sebesar 411 penderita yang terdiri dari penderita HIV sebesar 215 orang dan AIDS sebesar 196 orang. Sementara kabupaten/ kota sampai saat ini yang belum terdapat penderita HIV/AIDS adalah Kota Sungai Penuh.
d. Pneumonia Pneumonia atau radang paru-paru adalah sebuah penyakit pada paruparu di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol. Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (aveoli). Radang paru-paru adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit menahun. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi, cakupan penemuan pneumonia pada balita sebesar 16,1 % dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 5,195 kasus. Berikut ini pada gambar 3.11 ditampilkan angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
43
Gambar 3.11 Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 1.6
Tanjab Timur
2.9 2.9
Kerinci
4.6 5.3
Muaro Jambi
6.1 7.2
Tebo
7.9 30.5
Kota Jambi
35.6 42.5
Provinsi Jambi
16.1
0
10
20
30
40
50
Sumber : Bidang P2PL, 2010.
Cakupan penemuan kasus Pneumonia Balita menurut kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar 3.11, yang tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Merangin, Kota Jambi dan Kabupaten Bungo, dan yang terendah terdapat pada Kabupaten Tanjab Barat.
e. Kusta Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan penyakit keturunan atau kutukan tuhan. Penatalaksanaan kasus yang
44
buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.
Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam
memberikan
pelayanan
yang
memadai
dalam
bidang
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan . Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan/ pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya.
Kemajuan teknologi dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta sudah bisa diatasi dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Akan tetapi mengingat kompleksnya masalah penyakit kusta, maka diperlukan program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh melalui strategi yang sesuai dengan endemisitas penyakit kusta, guna mencegah kecacatan.
Tabel 3.12 Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta Tipe PB dan MB di Provinsi Jambi Tahun 2004 s/d 2010 160
160 140 120 100 80
80
76
91
80
75
69
60 40 20
31 12
9
16
17
10
0 2004
2005
2006
2007
Sumber : Bidang P2PL, 2010
45
2008
4 2009
2010 PB
MB
Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi dilaporkan terdapat kasus baru tipe Pausi Basiler sebanyak 31 kasus dan tipe Multi Basiler sebanyak 91 kasus. Di Provinsi Jambi penyakit Kusta pada tahun 2010 termasuk Provinsi yang low endemic dengan prevalensi
< 1 per 100.000
penduduk, tetapi secara spesifik daerah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu menjadi perhatian, karena setiap tahun masih ditemukan penderita baru dibeberapa kabupaten/ kota, rata-rata 1 – 44 kasus tiap tahun atau NCDR antara 1 - 3 /100.000 penduduk. Pada tahun 2010 NCDR sebesar 3,95 per 100.000 penduduk. Gambar 3.13 Kasus Baru Kusta Per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 Sungai Penuh 0
6
Kota Jambi
3
7
Bungo
12
Tebo 1
10
5
Tanjab Barat 0
6
Tanjab Timur
8
Muaro Jambi
3
Batang Hari 1
8 4
Sarolangun 1
5
Merangin
3
2
36
Kerinci 01 0
10
20
30
40 PB
50 MB
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tingginya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0 – 14 tahun) diantara penderita baru. Kabupaten dengan kasus terbanyak
46
adalah kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan terendah adalah Kabupaten Kerinci. Informasi menurut kabupaten/ kota terkait penyakit kusta terdapat pada lampiran tabel 17.
3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Tetanus Neonatorium Penyakit tetanus neonatorum pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan menyusui secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut
dan
menetek,
disusul
dengan
kejang–kejang.
Kejang yang sering di jumpai pada bayi baru lahir, yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak bersih.
Tetanus Neonatorium (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang
masuk
menginfeksikan
kedalam bayi
tubuh
yang
baru
melalui lahir
luka. yang
Penyakit salah
ini
satunya
disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin. Di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dari 11 kabupaten/ kota dilaporkan tidak terdapat kasus Tetanus Neonatorium.
b. Campak Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/ konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan
47
karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2 - 4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2 - 3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus campak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret yang terinfeksi. Berikut dapat ditampilkan Insidence Rate (IR) Campak menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Gambar 3.14 Incidence Rate (IR) Campak Per 10.000 Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
Tanjab Timur
0
Tebo
0
Bungo
0
Sarolangun
0
Kerinci
0 0.49
Sungai Penuh Batang Hari
0.54
Muaro Jambi
0.56
Merangin
0.57 0.83
Tanjab Barat
3.63
Kota Jambi
0.85
Provinsi Jambi 0
0.5
1
1.5
Sumber : Bidang P2PL, 2010
48
2
2.5
3
3.5
4
Pada tahun 2010 dilaporkan terdapat 270 kasus campak dengan Incidence Rate sebesar 0,85 per 10.000 penduduk. Incidence Rate tertinggi pada tahun 2010 terdapat di Kota Jambi sebesar 192 kasus
diikuti oleh Kabupaten Tanjab Barat sebesar 0,83 per
10.000 penduduk, dan Kabupaten Merangin serta Kabupatan Muaro Jambi sebesar 0,57 per 10.000 penduduk. Sedangkan Kabupaten Kerinci, Sarolangun, Tanjab Timur, Tebo, Bungo memiliki IR sebesar 0 per 10.000 penduduk.
c. Polio dan AFP (Acute Paralisis Layu Akut) Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk kedalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0 - 3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan tangan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian beakibat pada kelumpuhan. Gambar 3.15 Non Polio AFP Rate per 100.000 Anak Usia < 15 Tahun Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang P2PL, 2010
49
Provinsi Jambi dengan non polio AFP Rate tertinggi adalah Kota Jambi sebesar 3,33 per 100.000 anak usia < 15 tahun, diikuti oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3 per 100.000 anak usia < 15 tahun, Kabupaten Kerinci, Merangin, Sarolangun, Muaro Jambi dan Tebo sebesar 2 per 100. 000 anak usia < 15 tahun. Sedangkan kabupaten dengan non polio AFP Rate terendah adalah Kabupaten Batang Hari dan Kota Sungai Penuh 0 per 100.000 anak usia < 15 tahun.
4. Penyakit Potensial KLB/ Wabah Terdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB/Wabah yang sering terjadi di Indonesia, diantaranya adalah Demam Berdarah (DBD), Diare,dan Cikungunya. Seluruh penyaki potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi.
a. Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun juga bisa menyerang orang dewasa. Masalah DBD tidak hanya berdampak pada masalah klinis individu yang terkena DBD, namun juga berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat
sehingga
penanganannya
tidak
hanya
diselesaikan oleh sektor kesehatan saja namun memerlukan peran aktif masyarakat, lintas sektor/ Pokjanal DBD, Pemerintah Daerah dan DPRD, khususnya ditingkat kabupaten/ kota. Hal ini sejalan dengan diterapkannya sistem otonomi daerah.
50
Sektor kesehatan sebagai instansi tekhnis dalam penanggulangan demam berdarah dengue dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita DBD masih dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain bahwa penemuan kasus DBD secara dini bukanlah hal yang mudah, karena pada awal perjalanan penyakit, gejala dan tandanya sulit dibedakan dengan gejala penyakit infeksi lainnya. Selain sulitnya penemuan dini kasus DBD secara surveilans epidemiologis
permasalahannya
adalah
kasus-kasus
yang
dilaporkan sebagai DBD, tidak semuanya didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium klinik, terutama adanya peningkatan hematokrit dan penurunan trombosit sebagaimana kriteria yang ditetapkan WHO. Hal ini menyebabkan pengelompokan penderita dan pelaporan demam dengue (DD), DBD atau Sindrom Syok Dengue (SSD) belum terlaksana seperti yang diharapkan.
Di Provinsi Jambi, kejadian Demam Berdarah Dengue telah menyebar ke seluruh kabupaten / kota. Kota Jambi masih mencatat kasus tertinggi sepanjang tahun 2006 hingga tahun 2010, sesuai dengan pattern of disease dari penyakit DBD, yaitu Urban Disease. Hal ini dapat dimengerti mengingat Kota Jambi telah mempunyai fasilitas
pelayanan
kesehatan
dengan
laboratorium
yang
mendukung dan mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis DBD merupakan faktor resiko tingginya kasus DBD di Kota Jambi. Sementara dibeberapa kabupaten/ kota lain juga dilaporkan terjadinya kasus sepanjang tahun yaitu : Kabupaten Batang Hari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Bungo) dan bahkan 3 tahun terakhir secara sporadis di Kabupaten Tebo, Sarolangun dan Merangin juga tercatat adanya kasus DBD.
51
Jika dibandingkan capaian angka kesakitan (diukur dengan incidence rate) dan angka kematian (diukur dengan case fatality rate) periode 5 tahun terakhir angkanya terlihat relatif menurun (IR tahun 2006 sebesar 10,1 per 100.000 penduduk; tahun 2007 sebesar 11,3 per 100.000 penduduk; tahun 2008 sebesar 8,6 per 100.000 penduduk, tahun 2009 sebesar 8,5 per 100.000 penduduk dan tahun 2010 sebesar 6,0 per 100.000 penduduk) sementara angka kematian masih berfluktuasi (CFR tahun 2006 sebesar 5,1%; tahun 2007 sebesar 1,6%; tahun 2008 sebesar 3,7%; tahun 2009 sebesar 2,0% dan tahun 2010 sebesar 2,8%).
14 12 10 8 6 4 2 0
6
5.1
5
13.3 10.1
11.3
3.7 8.6
3.1
8.5 2
2.8 6
1.6
4 3 2
CFR (%)
IR Per 100.000 Penduduk
Gambar 3.16 Incidence Rate DBD Per 10.000 Penduduk dan Case Fatality Rate DBD di Provinsi Tahun 2010
1 0
2005
2006
2007 IR
2008
2009
2010
CFR
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Incidence Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jambi pada periode 5 tahun terakhir relatif menurun. Hal ini dimungkinkan oleh dampak intervensi adanya kejadian luar biasa demam chikungunya tahun 2009, dimana upaya pembersihan sarang nyamuk oleh masyarakat masih terus dilakukakan. Karena penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Environment Based Disease) yang terkait erat dengan perilaku hidup bersih dari masyarakat.
52
b. Diare Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.
Penyakit Diare sering kita jumpai dimasyarakat bahkan timbul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB), sehingga membuat panik masyarakat dan petugas kesehatan. Hal ini dapat kita lihat dari angka kesakitan penyakit diare dari tahun ketahun selalu meningkat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare adalah oleh kuman melalui kontaminasi makanan/ minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan penderita diare. Sasaran program penanggulangan penyakit diare adalah semua kelompok umur dengan mengutamakan pelayanan bagi golongan balita.
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 kabupaten/ kota Provinsi Jambi dengan jumlah penderita sebesar 78.301 orang. Pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kasus Diare lebih tinggi dari tahun sebelumnya,yaitu sebesar 55.700 orang pada tahun 2009. Kasus panyakit diare di Provinsi Jambi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, kasus penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan dimasyarakat Propinsi Jambi dimana jumlah kasus penyakit diarenya masih relative cukup tinggi.
53
Gambar 3.17 Jumlah Kasus Diare per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 Kota Jambi
13,980
Merangin
10,806
Tanjab Barat
8,990
Bungo
7,842
Batang Hari
7,691
Tebo
6,344
Muaro Jambi
5,942
Sarolangun
5,567
Kerinci
4,896
Tanjab Timur
3,896
Sungai Penuh
2,347
0
2,000
4,000
6,000
8,000 10,000 12,000 14,000 16,000
Sumber : Bidang P2PL, 2010
c. Cikungunya Cikungunya adalah penyakit infeksi akut yang ditandai dengan gejala utama demam, ruam/bercak-bercak kemerahan di kulit dan nyeri persendian, penyakit disebabkan infeksi virus Chik yang ditularkan oleh nyamuk aegypti dan aedes albopictus.
Penyakit ini kerap di jumpai tdi daerah teropis/subtropis dan sering menimbulkan epidemi. Beberapa faoktor yang mempengaruhi munculnya penyakit ini antara lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyak tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
54
Gambar 3.18 Kasus Cikungunya Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Selama tahun 2010, laporan demam chikungunya hanya tersebar di 3 Kabupaten, yaitu : Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 23 kasus, Kabupaten Sarolangun sebanyak 19 kasus dan Kota Sungai Penuh sebanyak 56 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 kasus demam chikungunya menurun secara signifikan, dimana pada tahun 2009 terjadi kejadian luar biasa di 6 Kabupaten dalam Provinsi Jambi (Kabupaten Muaro Jambi, Batang Hari, Tebo, Sarolangun, Bungo dan Merangin) dengan jumlah kasus sebanyak 13.041 penderita tanpa kematian.
d. Filariasis Sesuai dengan kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by year 2020” yang merupakan realisasi dari resolusi WHO pada tahun 1997, ditetapkan 2 pilar utama kegiatan eliminasi filariasis, yaitu pengobatan massal untuk memutuskan transmisi penyakit dan
penatalaksanaan kasus kronis untuk meringankan
beban penderita filariasis kronis.
55
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari Wuchereria bancroofti, Brugia malayi dan timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (Getah Bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filariria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap dijaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan dilengan dan organ genital.
Dalam rangka melaksanakan komitmen Global Eliminasi Limfatik Filariasis di Provinsi Jambi telah dilakukan kegiatan pengobatan massal di 4 (empat) kabupaten endemis Filariasis, yaitu: Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Batang Hari. Kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan Pilot
Project
Pengobatan
Massal
filariasis
yang
awal
pelaksanaannya dengan kecamatan sebagai unit implementasi ( 2 kecamatan percontohan) yang diharapkan pada tahun ke 5 pengobatan
massal
sudah
mencakup
seluruh
desa
dalam
Kabupaten. Gambar 3.19 Jumlah Kasus Filariasis Di Provinsi Jambi Tahun 2010 140
126
120 100 80 58
60
57
40 2
3
6
5
Bungo
22 11
Tebo
20
10 0
Sumber : Bidang P2PL, 2010
56
Sungai Penuh
Kota Jambi
Tanjab Barat
Tanjab Timur
Muaro Jambi
Batang Hari
Sarolangun
Merangin
Kerinci
0
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, untuk itu dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan, masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, dan atau masyarakat serta swata, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan
kesehatan
perorangan.
Kesehatan
perorangan
mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam
rangka
memberikan
pelayanan
kesehatan
pada
masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut. ;
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Seorang ibu berperan penting dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang di alami seorang ibu yang sedang hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungannya hingga kelahiran dan masa pertumbuhan anaknya.
Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan disemua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah atau fasilitas pelayanan kesehatan swasta.
Dalam pencapaian MDG’s dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu diperlukan upaya-upaya terkait seperti ; peningkatan akses antenatal (cakupan ibu hamil K1), pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar (K4), dan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
58
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood Initiative
yang
mendapat perhatian besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada akhir tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS) yang di canang oleh pemerintah pada tahun 2000. Setelah melewati tahun 2010 dengan berbagai kegiatan yang memicu pemikiran-pemikiran baru tentang kesehatan ibu dan anak maka pada tahun 2011 ada kemungkinan akan terjadi berbagai perubahan besar. Kemungkinan-kemungkinan perubahan tersebut antara lain:
Berubahnya pandangan yang selama ini tidak mementingkan pendekatan klinik dan penanganan Rumah Sakit untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak. Pendekatan baru menyatakan bahwa
pengurangan
kematian
sebaiknya
dilakukan
secara
integratif antara preventif dan kuratif, tidak bisa dilakukan secara terpisah-pisah. Penanganan perlu dilakukan dengan pendekatan “natural history of disease”.
Penanganan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam pelayaan KIA akan berada di bawah satu unit yang berdampak pada integrasi lebih baik PONED dan PONEK. Restrukturisasi sangat penting untuk mengurangi fragmentasi pelayanan primer dengan sekunder dan tertier.
Peran penyedia pelayanan swasta ditingkatkan secara optimal.
Kebijakan
mengenai
penyebaran
tenaga
kesehatan
yang
mencakup sistem kontrak dalam kelompok, dokter plus dalam MDG4 dan MDG5, dan kepemimpinan teknis oleh klinisi.
Adanya kebijakan Jaminan Persalinan Nasional (Jampersal) dan BOK Puskesmas.
59
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang berkompeten yang memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesial kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
Pelayanan kesehatan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pungukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi
fundus uteri
menentukan presetasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan.
Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah 4 kali selama masa kehamilan, dengan ketentuan pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu : minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada trwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar untuk pelayanan kesehatan antenatal tersebut dianjukan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor resiko dan penanganan komplikasi.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinila dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang di hitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang melakukan
60
pemeriksaan antenatal yang pertama kali oleh tenaga kesehatan (untuk menghitung indikator K1) atau ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk menghitung indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun.
Gambar 4.1 memperlihat cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil selama enam tahun terakhir. Terlihat bahwa cakupan K1 selama
tahun
2005
sampai
tahun
2010
terus mengalami
peningkatan dari 91,27 % pada tahun 2005 menjadi 95,59 % pada tahun 2010. Sedangkan cakupan K4 sama dengan K1 pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 juga cenderung meningkat, pada tahun 2005 dari 78,48 % menjadi 88,10 % pada tahun 2010. Gambar 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 100
91.27
80 78.48
91.97
83.32
91.78
92.18
82.42
83.61
95.59
94.58
88.1
88.03
60 40 20 K1
K4
0 2005
2006
2007
Sumber : Bidang Yankes, 2010
61
2008
2009
2010
Dari gambar 4.1 dapat dilihat kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4. Pada tahun 2005 terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4 sebesar 12,79 % kemudian pada tahun 2010 kesenjangan atau selisih menjadi lebih kecil yaitu sebesar 7,49 %. Kesenjangan cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1K4, dengan kata lain kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan neonatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilannya dapat dipantau oleh petugas kesehatan.
Gambar 4.2 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K1) Per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target K1 Provinsi
95 104.06
Kota Jambi Kerinci
100.06
Tanjab Timur
97.28 96.8
Sungai Penuh Bungo
96.61
Batang Hari
96.15
Muaro Jambi
95.98
Tebo
95.67
Provinsi Jambi
95.59
Merangin
90.17
Sarolangun
88.31
Tanjab Barat
87.94 75
80
85
90
95
100
105
110
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Gambar 4.2 menyajikan hasil pencapaian cakupan ibu hamil K1 per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010, yang menunjukkan
62
pencapaian sebesar 95,59 %, yang berarti telah mencapai target K1 Provinsi Jambi tahun 2010 yaitu sebesar 95 %. Kota Jambi dan Kabupaten Kerinci merupakan kabupaten/ kota dengan pencapaian K1 lebih 100%. Sedangkan Kabupaten Merangin, Sarolangun dan Tanjung Jabung Barat merupakan kabupaten dengan capaian K1 terendah yaitu dibawah target Provinsi Jambi.
Gambar 4.3 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4) Per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target K4 Provinsi
91
Tanjab Timur
94.89
Kota Jambi
94.61
Sungai Penuh
94.05
Bungo
92.46
Kerinci
91.7
Muaro Jambi
91.17
Provinsi Jambi
88.1
Tebo
85.87
Batang Hari
85.43
Tanjab Barat
81.7
Merangin
80.81
Sarolangun
78.92 0
20
40
60
80
100
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Pada tahun 2010, hasil pencapain indikator pelayanan K4 di Provinsi Jambi sebesar 88,10 % yang berarti masih dibawahtarget yang ditetapkan di Provinsi Jambi yaitu sebesar 91 %. Dari kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi ada 6 kabupaten/ kota telah mencapai target cakupan K4 yang ditetapkan Provinsi Jambi. Kabupaten Tanjab Timur merupakan kabupaten dengan capaian
63
K4 tertinggi (94,89%), diikuti Kota Jambi (94,61 %) dan Kota Sungai Penuh (94,05 %). Sedangkan Kabupaten Sarolangun dengan capaian K4 terendah (78,92 %).
Sedangkan pencapaian cakupan pelayanan K4 ibu hamil menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 terlihat bahwa hanya 6 kabupaten/ kota dengan capaian cakupan K4 lebih dari 91 %, 5 kabupaten/ kota memiliki cakupan kurang dari 91%.
Gambar 4.4 Pencapaian Cakupan K4 Ibu Hamil Per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang Yankes, 2010
b. Pertolongan
Persalinan
oleh
Tenaga
Kesehtan
dengan
Kompetensi Kebidanan (Pn) Periode
persalinan
berkontribussi
merupakan
terhadap
Angka
salah Kematian
satu Ibu
periode di
yang
Indonesia.
Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60% dari kematian ibu (Maternal Mortality: who, when, where and why; lancet 2006). Sedangkan dalam target MDG’s salah satu upaya
64
yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta meningkat pertolongan persalinan oleh tenaga keseahatan menjadi 90 % pada tahun 2015 dari 40,7 % pada tahun 1992 (BPS). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.
Gambar 4.5 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 100 82.14
85.91 78.05
80
85.74
86.78
75.94
60 40 20 Pn
0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Gambar 4.5 menggambarkan cakupan persalinan yang ditolang oleh tenaga kesehatan di Provinsi Jambi dari tahun 2005 sampai 2010 yang cenderung meningkat. Pada tahun 2010 cakupan perertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Provinsi Jambi telah mencapai 86,78 %.
65
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) di Provinsi Jambi tahun 2010 yang sebesar 86,78 % belum mencapai target Pn tahun 2010, yang sebesar 87,5 % tetapi telah melampaui target Nasional yang ditetapkan untuk tahun 2010 sebesar 84 %. Dari indikator capaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010, dapat dilihat seperti pada gambar 4.6 bahwa kabupaten/ kota yang capaiannya telah melebihi target Provinsi (87,5 %) adalah Kota Jambi merupakan kabupaten dengan pencapaian tertinggi (100,94 %), diikuti oleh Kabupaten Bungo (92,18 %) dan Kota Sungai Penuh (91,86 %), diikuti Kabupaten Tanjung Jabung Timur (90,3 %) serta Kabupaten Batang Hari (88,2 %).
Gambar 4.6 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target Pn Provinsi
87.5 100.94
Kota Jambi Bungo
92.18
Sungai Penuh
91.86 90.3
Tanjab Timur Batang Hari
88.2
Provinsi Jambi
86.78
Kerinci
86.48
Muaro Jambi
86.24
Tebo
82.94
Tanjab Barat
81.65
Merangin
75.71
Sarolangun
74.49 0
20
40
60
Sumber : Bidang Yankes, 2010
66
80
100
120
Pada tahun 2010 sebanyak 5 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi telah mencapai target cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu sebesar 87,5 %. Pada gambar 4.6 terliaht bahwa sebanyak 4 kabupaten/ kota
di Provinsi Jambi yang memiliki
cakupan Pn diatas 90 %, kabupaten/ kota yang lainnya memiliki pencapaian kurang dari 90 %. Sehingga dalam upaya peningkatan cakupan persalinan perlu dilakukan melalui upaya pelaksanaan program unggulan kesehatan ibu, diantaranya adalah kemitraan bidan dukun, peningkatan persalinan difasilitas kesehatan melalui jaminan program persalinan, model rumah tunggu di kabupaten/ kota dengan Puskesmas didaerah terpencil guna
pencegahan
terhadap komplikasi yang terjadi selama persalinan, revitalisasi Bidan Koordinator melalui pelaksanaan supervisi fasilitatif untuk peningkatan mutu dan kualitas tenaga penolong persalianan, serta peningaktan
kualitas
suveilans
kesehatan
ibu
pelaksanaan
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak.
Dilapangan masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009, di Provinsi Jambi masih terdapat lebih dari 29 % persalinan ditolong bukan oleh tenaga kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap diupayakan seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonami Nasional (Susenas) 2009, sebesar 70 % kelahiran pada balita ditolong tenaga kesehatan. Persentase penolong kelahiran pada balita yang tertinggi adalah ditolong oleh bidan pada kelahiran pertama sebesar
55,36 %
sedangkan penolong kelahiran terakhir oleh bidan mencapai 61 %.
67
Gambar 4.7 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir Di Provinsi Jambi Tahun 2009 70
61
Pertama
55.36
60
Terakhir
50 36.43
40
29.5 30 20 10
7.71
8.86 0.5
0.65
0 Dokter
Bidan
Nakes Lain
Non Kesehatan
Sumber : BPS, Susenas 2009
c. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3) Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas yang kedua (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; dan 3) kunjungan nifas yang ke-3 (KF3) dilakukan pada minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakuakan pada saat dilaksanakannya kegiatan diposyandu dan dilakukan secara bersamaan pada kunjungan bayi.
Pelayanan ibu nifas yang diberikan meliputi ; 1) pemeriksaan tekanan darah nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; 3) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 4) pemberian kapsul vitamin A
68
200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam; dan 5) pelayanan KB pasca persalinan.
Gambar 4.8 berikut ini menyajikan persentase pelayanan ibu nifas menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Gambar 4.8 Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target KF Provinsi
87.5 95.28
Batang Hari Muaro Jambi
93.31
Sungai Penuh
89.61 87.05
Tebo Kerinci
78.1
Merangin
76.21
Provinsi Jambi
76.18
Tanjab Timur
73.45
Bungo
72.44
Tanjab Barat
67.4
Sarolangun
64.62
Kota Jambi
60.82 0
20
40
60
80
100
120
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Cakupan kunjungan ibu nifas rata-rata pada di Provinsi Jambi tahun 2010 adalah 76,18 %. Sementara taget kunjungan ibu nifas di Provinsi Jambi pada tahun 2010 adalah 87,5 %. Hasil capaian kunjungan ibu nifas tertinggi adalah Kabupaten Batang Hari dengan capaian sebesar 95,28 % jauh melampaui target provinsi, kemudian Kabupaten Muaro Jambi (93,31 %). Kabupaten/ kota dengan cakupan terendah adalah Kota Jambi (60,82 %).
69
d. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti) dan
memerlukan
pelayanan
kesehatan,
karena
terbatasnya
kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.
Risti/ komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/ komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g% tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedeme nyata, eklamsia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan 32 minggu, letak sungsang primigravida, infeksi berat/ sepsis, dan persalinan prematur.
Gambar 4.9 memperlihatkan cakupan komplikasi kebidanan menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010. Seluruh kabupaten/ kota belum mencapai cakupan penanganan komplikasi kebidanan 58,6 %, kecuali Kabupaten Muaro Jambi yang mencapai 77,46 %. Bahkan sebagian besar kabupaten/ kota memiliki cakupan kurang dari 58,6 %.
Neonatus risti/ komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorium, sipsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma ganggguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti/ komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/ komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit.
70
Gambar 4.9 Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target PK Provinsi
58.6 77.46
Muaro Jambi Tanjab Timur
57.6
Batang Hari
55.91 51.48
Tebo Kerinci
43.54
Provinsi Jambi
35.24
Merangin
35.17
Tanjab Barat
23.28
Sarolangun
20.52
Sungai Penuh
16.54
Bungo
13.31
Kota Jambi
6.21 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Pada tahun 2010 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang dlaporkan sebesar 24,70 %, dengan cakupan antar kabupaten/ kota. Sementara target yang ditetapkan di Provinsi Jambi untuk indikator tersebut yang harus dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 60 %. Gambaran cakupan penanganan komplikasi neonatal per kabupaten/ kota dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut ini. Pencapaian cakupan penanganan neonatal komplikasi tertinggi adalah Tanjab Timur 74,13 %, sedangkan cakupan yang terendah adalah Kota Jambi sebanyak 3.81 %.
71
Gambar 4.10 Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target PK Provinsi
60 74.13
Tanjab Timur Tebo
37.41
Provinsi Jambi
24.7 23.6
Muaro Jambi Sarolangun
20.97
Tanjab Barat
16.73
Kerinci
15.27
Sungai Penuh
14.64
Batang Hari
12.21
Merangin
10.5
Bungo
5.82
Kota Jambi
3.81 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sumber : Bidang Yankes, 2010
e. Kunjungan Neonatal Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar gedung
puskesmas,
termasuk
bidan
didesa,
polindes
dan
kunjungan kerumah. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan
resusitasi,
pencegahan
hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen Terpadu Balita, Muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan
72
disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
Bayi umur 0 - 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0 - 28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir; pada hari 3 sampai dengan 7 hari, dan hari 8 sampai dengan 28 hari.
Gambar 4.11 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal (KN1) Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target KN1 Provinsi
90
Batang Hari
100
Tebo
100
Kerinci
99.9
Sungai Penuh
99.7
Sarolangun
98.6
Tanjab Timur
98.5
Provinsi Jambi
94.5
Merangin
93.9
Muaro Jambi
93.1
Tanjab Barat
92
Bungo
90.5
Kota Jambi
87.7 80
85
90
Sumber : Bidang Yankes, 2010
73
95
100
105
Berdasarkan target capaian pelayanan kesehatan bayi menurut laporan rutin tahun 2010 yaitu cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) yang sebesar 90 %, untuk Provinsi Jambi sudah mencapai target yang diharapkan yaitu 90 %. Gambar 4.11 memperlihatkan kunjungan neonatal pertama (KN1) per kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010.
Dari hasil laporan masing-masing kabupaten/ kota di Provinsi Jambi hampir rata-rata kabupaten/ kota telah mencapai target. Untuk cakupan KN1 tertinggi adalah Kabupaten Batang Hari dan Tebo telah mencapai 100 %. Sedangkan untuk kabupaten/ kota yang terendah adalah Kota Jambi yaitu sebesar 87,7 %. Dari kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi, untuk Kota Jambi masih belum mencapai target yang ditetapkan Provinsi Jambi.
Pada tahun 2010 target cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap) adalah sebesar 85 %, sementara cakupan yang dicapai oleh Provinsi Jambi yaitu sebesar 85, 7 %. Dari data kabupaten/ kota ternyata ada 6 kabupaten/ kota yang telah melampaui target cakupan kunjungan neonatal lengkap. Kabupaten/ kota tertinggi adalah Kabupaten Batang Hari dengan capaian sebesar 99,8 %, diikuti oleh Kabupaten Tebo dengan capaian sebesar 96, 7 %. Kabupaten/ kota yang target pencapaiannya paling rendah adalah Kabupaten Sarolangun sebesar 67,2 %, diikuti diatasnya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 72,1 %, Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 74,1 % dan Kota Jambi sebesar 76,7 %. Untuk lebih lengkap melihat capaian dari masing-masing kabupaten/ kota tentang cakupan kunjungan neonatal lengkap dapat dilihat pada gambar 4.11.
74
Gambar 4.11 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target KN Provinsi
85 99.8
Batang Hari Tebo
96.7
Bungo
94.7
Muaro Jambi
93
Sungai Penuh
92.2
Merangin
91.5
Kerinci
89.7
Provinsi Jambi
85.7
Kota Jambi
76.7
Tanjab Barat
74.1
Tanjab Timur
72.1
Sarolangun
67.2 0
20
40
60
80
100
120
Sumber : Bidang Yankes, 2010
f. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi berumur 29 hari sampai dengan 11 bulan disarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit) maupun dirumah, posyandu, tempat penititipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas kesehatan. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali dalam setahun, yaitu pada umur 29 hari sampai dengan 3 bulan, satu kali pada umur 3 s/d 6 bulan, 1 kali pada umur 6 s/d 9 bulan, dan satu kali pada umur 9 s/d 11 bulan.
Pelayanan kesehatan yang di berikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1 s/d 3, Polio 1 s/d 4, dan Campak), indikator
75
ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyedian pelayanan kesehatan. Gambar 4.12 Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 70
Target Provinsi Muaro Jambi
111.5
Kota Jambi
110.1
Kerinci
100.8
Batang Hari
99.3 92.9
Tanjab Barat Sungai Penuh
89.6
Provinsi Jambi
89.5 87
Tebo Tanjab Timur
82.1 82
Merangin Sarolangun
63.9
Bungo
55.4 0
20
40
60
80
100
120
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan bayi di Provinsi Jambi yaitu sebesar 89,5 % sementara target yang ditetapkan Provinsi Jambi yaitu sebesar 70 % sedangkan untuk Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota yang harus dicapai pada tahun 2010 sebesar 90 %. Sebanyak 9 kabupaten/ kota yang mencapai target provinsi yaitu ; paling tinggi adalah Kabupaten Muaro Jambi dengan capaian 111, 5 diikuti oleh Kota Jambi dengan capaian
sebesar 110,1 %. Sedangkan
kabupaten/ kota yang belum mencapai target provinsi adalah paling rendah adalah Kabupaten Bungo dengan capaian sebesar 55,4 % dan Kabupaten Sarolangun sebesar 63,9 %. Cakupan pelayanan kesehatan pada bayi per kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar 4.12.
76
g. Pelayanan Kesehatan Pada Balita Balita merupakan anak usia 1 - 4 tahun,
pelayanan kesehatan
pada anak balita, meliputi ; pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala; penyuluhan pada orang tua ( Kebersihan anak, Perawatan gigi, Perbaikan gizi/ pola pemberian makan anak, Kesehatan lingkungan, Pendidikan seksual dimulai sejak balita atau sejak anak mengenali identitasnya sebagai laki-laki atau perempuan,
Perawatan anak sakit, dan Jauhkan anak dari
bahaya); Cara menstimulasi perkembangan anak; Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit; Pemberian vitamin A, kapsul vit.A berwarna merah diberikan 2 kali dalamsetahun; dan Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan cara menanggulanginya.
Gambar 4.13 Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Balita Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Target Provinsi
75
Kota Jambi
68.3
Tanjab Timur
65.4
Bungo
61.9
Sungai Penuh
60.7
Muaro Jambi
59.8
Batang Hari
56.4
Provinsi Jambi
52.4
Kerinci
51.5
Tanjab Barat
45.4
Sarolangun
37.2
Merangin
36.8
Tebo
35 0
10
20
30
40
Sumber : Bidang Yankes, 2010
77
50
60
70
80
Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1 - 4 Tahun) sebesar 52,4 %, sementara target yang harus dicapai adalah sebesar 75 %. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita per kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar 4.13 dimana kabupaten/ kota yang capaiannya tertinggi adalah Kota Jambi yaitu sebesar 68,3 % diikuti Kabupaten Tanjung Jabung Tumur dengan capaian sebesar 65,4 %, sedangkan kabupaten paling rendah adalah Kabupaten Tebo yaitu sebesar 35 %.
h. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak Sekolah Dasar/ Sederajat, serta pelayanan kesehatan pada anak remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS, dan dokter kecil.
Berbagai data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia sekolah semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami oleh anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refleksi/ ketajaman penglihatan dan masalah gizi.
78
Gambar 4.14 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD/ Setingkat Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Target Provinsi
70
Kota Jambi
100
Batang Hari
100
Merangin
97.2
Bungo
96.9
Tebo
93.2 88.7
Kerinci Provinsi Jambi
83.9
Sungai Penuh
80
Sarolangun
71.9 65.9
Tanjab Timur Tanjab Barat
63.3
Muaro Jambi
56.9 0
20
40
60
80
100
120
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Kabupaten/ kota dengan capaian cakupan penjaringan murid SD dan setingkat tertinggi adalah Kota Jambi dan Kabupaten Batang Hari dengan capaian sebesar 100 %, sedangkan kabupaten/ kota dengan capaian terendah adalah paling rendah Kabupaten Muaro Jambi dengan capaian sebesar 56, 9 %. Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD/ setingkat lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.14 dan lampiran tabel 46.
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Menurut hasil penelitian, usia subur wanita biasanya antara 15 - 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan ini lebih diprioritaskan mengguanakan alat/ cara KB.
79
Tingkat pencapaian keluarga berencana dapat dilihat cakupan peserta KB yang sedang/ pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Proporsi peserta KB Aktif dan KB Baru menurut jenis kontrasepsi yang digunakan di Provinsi Jambi dapat di lihat pada gambar 4.15.
Gambar 4.15 Proporsi Peserta KB Aktif dan KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Di Provinsi Jambi Tahun 2010 6.1
IUD
3.3 0.2
MOP
0.1 0.8
MOW
0.3 12.8
Implan
7.7 40.4
Suntik
46.5 36.2
Pil
35.8 1.6
Kondom
3.2 1.8
Lainnya
3.3 0
5
10
15 20 Peserta KB Baru
25 30 Peserta KB Aktif
35
40
45
50
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Proporsi peserta KB Aktif dan KB Baru menurut jenis kontrasepsi yang digunakan di Provinsi Jambi yang terbanyak adalah jenis kontrasepsi Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yaitu Suntik lebih dari 40 %, untuk peserta KB Aktif yang mengunkan Suntik yaitu sebesar 40,4 % sedangkan peserta KB Baru sebesar 46,5 %. Jenis kontrasepsi paling sedikit yang digunakan adalah Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yaitu MOP, untuk peserta KB Aktif sebesar 0,2 %, sedangkan peserta KB Baru sebesar 0,1 %.
80
Proporsi peserta KB Aktif menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010, rata-rata kabupaten/ kota proporsi peserta KB Aktif lebih dari 100 % hanya 3 kabupaten/ kota yang peserta KB Aktifnya dibawah 100 %, kabupaten/ kota terendah yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 87,6 %, diikuti diatasnya adalah Kota Jambi sebesar 88,8 %, dan Kabupaten Batang Hari 96, 7 %.
Gambar 4.16 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 132.3
Sarolangun Kerinci
123
Bungo
121.9
Tebo
119.1
Tanjab Barat
113.5
Sungai Penuh
112.9
Merangin
108.6
Provinsi Jambi
107.9 105
Muaro Jambi Batang Hari
96.7 88.8
Kota Jambi Tanjab Timur
87.6 0
20
40
60
80
100
120
140
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Kabupaten/ kota dengan persentase peserta KB aktif tertinggi adalah Kabupaten Sarolangun sebesar 132,3 %, diikuti Kabupaten Kerinci sebesar 123 % dan Kabupaten Bungo 121,9 %. Sedangkan persentase peserta KB aktif terendah adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 87,6 %.
Persentase peserta KB Baru menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 terlihat dalam gambar 4.17. Pada tahun 2010
81
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan persentase tertinggi yaitu sebesar 39,4 %, diikuti Kabupaten Tebo sebesar 37, 5 % dan Kabupaten Sarolangun serta Bungo sebesar 36, 4 %. Sedangkan Kabupaten/ kota paling rendah adalah Kabupaten Batang Hari sebesar 17,4 %
Gambar 4.17 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 39.4
Tanjab Barat Tebo
37.5
Sarolangun
36.4
Bungo
36.4 33.8
Tanjab Timur Kerinci
30.7 29.2
Provinsi Jambi Merangin
27.8 27
Muaro Jambi Sungai Penuh
24.5 18.4
Kota Jambi Batang Hari
17.4 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Sumber : Bidang Yankes, 2010
3. Pelayanan Imunisasi Bayi dan anak-anak memiliki resiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Typhus, Radang selaput otak, Radang paru-paru, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok beresiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi.
82
Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk kedalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi
tidak
terlalu
kuat,
karena
tubuh
belum
mempunyai
“pengalaman”. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atru seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang vatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi Polio atau Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap Tetanus dan Campak.
a. Imunisasi Dasar Pada Bayi Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisai Dasar Lengkap) pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak.
83
Diantara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak adalah penyebab utama kematian pada balita. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari beberapa tujuan yang disepakati dalam pertemuan dunia mengenai anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90 %. Gambar 4.18 Persentase Pencapaian Imunisasi Campak Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Pada tahun 2010, Provinsi Jambi telah mencapai cakupan imunisasi campak sebesar 95,7 %. Dengan demikian Provinsi Jambi telah mampu mencapai target imunisasi campak yang telah ditetapkan oleh WHO dan target Nasional.
Dari 11 kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi, 6 kabupaten/ kota telah mencapai target yang ditetapkan Nasional. Kabupaten/ kota yang capaiannya lebih dari 100 % adalah Kota Jambi,
84
Kabupaten Tebo dan Kota Sungai Penuh. Sedangka 5 kabupaten di Provinsi Jambi masih belum mencapai target yang ditetapkan Nasional sebesar 90 % yaitu Kabupaten Kerinci, Merangin, Sarolangun, Tanjab Barat dan Tanjab Timur.
Desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/ kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu. Gambar 4.19 Persentase Cakupan UCI di Tingkat Desa/ Kelurahan Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 100
92.98
90 88.95
88.6 85.88
85.06
83.97
80
UCI
70 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : Bidang P2PL, 2010
Cakupan desa UCI di Provinsi Jambi sampai dengan tahun 2010 berjumlah 1.214 desa dengan persentase cakupan sebesar 88,6 %, jika
dibandingkan
dengan
tahun
2009
cakupan
desa
UCI
mengalami peningkatan sebanyak 98 desa dengan presentase 83,97 %. Dari 11 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi dapat dilihat bahwa cakupan desa yang telah UCI untuk tahun 2010 tertinggi
85
adalah Kota Jambi, Sungai Penuh dan Kabupaten Muaro Jambi yaitu sebesar 100%, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sarolangun sebesar 72,3 %. Rendahnya cakupan desa UCI di Kabupaten Sarolangun disebabkan karena adanya beberapa daerah yang sulit dijangkau oleh petugas kesehatan. Untuk lebih jelas tentang cakupan desa UCI menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi dapat dilihat pada lampiran tabel 38.
b. Imunisasi Pada Ibu Hamil Tetanus disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang sistem saraf pusat. Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Penderita mengalami kejang otot serta diikuti kesulitan menelan dan bahkan bernafas. Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Tetanus khususnya beresiko pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi dirumah dengan peralatan yang tidak steril. Mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan.
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Upaya pencegahan tetanus neonatorum dilakukan dengan memberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil.
86
Manfaat Imunisasi TT Ibu Hamil adalah melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat. Dan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka. Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT untuk Ibu Hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc diinjeksikan intramuskuler/ subkutan dalam.
Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap. TT 1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu.
Gambar 4.20 Cakupan TT2+ Pada Ibu Hamil Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang Yankes, 2010
87
Pada tahun 2010 kabupaten/ kota dengan cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2+ tertinggi adalah Kabupaten Muaro Jambi dengan capaian sebesar 88,3 %, dan terendah adalah Kota Jambi yaitu sebesar 51,5 %. Gambar 4.20 dan lampiran table 29 memperlihatkan dari 11 kabupaten/ kota di Provinsi Jambi hanya 4 kabupaten/ kota yang berhasil mencapai cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil > 80 % yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Batang Hari, Bungo dan Tebo. Sedangkan kabupaten/ kota dengan capaian 60 – 79 % adalah Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Merangin, Sarolangun, Tanjab Barat dan Tanjab Timur. Kota Jambi memiliki capaian < 60 %.
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Beberapa
kegiatan
pokok
upaya
kesehatan
perorangan
adalah
peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin dikelas III di rumah sakit, cakupan pelayanan gawat darurat , dan lain-lain.
1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/ BOR), rata-rata lama hari perawatan (Length of Stay/ LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn Over/ BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/ TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/ GDR), dan persentase pasien keluar yang meninggal ≥ 48 jam perawatan (Net Death Rate/ NDR).
88
Tabel 4.1 Indikator Kinerja Pelayanan Rumah Sakit Di Provinsi Jambi Tahun 2010 NO
NAMA RUMAH SAKIT
a
JENIS RS
JLH TT
BOR
LOS
TOI
GDR
NDR
1
RSU. RADEN MATTAHER JAMBI
UMUM
328
68.9
4.9
2.2
5.7
2.7
2
RSUD. H.A. MADJID BATOE
UMUM
112
44.0
3.2
4.1
2.5
1.0
3
RSUD. K.H. DAUD ARIF
UMUM
57
35.3
3.0
5.5
6.1
1.6
4
RSUD. H. HANAFIE
UMUM
188
51.8
3.3
3.1
4.7
1.3
5
RSUD. KOLONEL ABUNDJANI
UMUM
109
43.1
2.6
3.4
2.0
0.2
6
RSUD. MAYJEN H.A THALIB
UMUM
128
50.6
2.6
2.5
3.5
1.1
7
RSUD. NURDIN HAMZAH
UMUM
41
23.9
3.3
10.4
1.9
0.4
8
RSUD. ST.THAHA SAIFUDDIN
UMUM
49
20.2
4.5
17.9
2.0
1.0
9
RSUD. PROF. DR.H.M. CHATIB QUZWAIN
UMUM
73
28.3
2.4
6.0
2.8
1.3
10
RSUD. MUARO JAMBI
UMUM
94
19.4
3.5
14.6
1.2
0.6
11
RS. JIWA JAMBI
JIWA
200
71.8
27.6
10.8
0.1
0.1
12
RS. ST. THERESIA
UMUM
100
86.8
3.2
0.5
2.4
1.1
13
RS. BUDI GRAHA
UMUM
53
17.0
2.6
12.8
0.6
-
14
RS. ASIA MEDIKA
UMUM
109
40.0
3.7
5.6
2.3
0.7
15
RS. BHAYANGKARA
UMUM
40
30.0
3.1
7.2
0.7
-
16
RS Ibu dan Anak ANNISA
BERSALIN
30
64.8
2.8
1.5
-
-
17
RSUD.H.ABDUL MANAP KOTA JAMBI
UMUM
146
15.2
3.3
18.2
1.4
0.8
18
RS. DR. BRATANATA
UMUM
152
81.1
3.9
0.9
3.0
1.3
19
RS. BERSAUDARA
UMUM
23
0.0
0.0
0.0
-
-
20
RS. MAYANG MEDICAL CENTER
UMUM
50
34.0
2.9
5.5
3.9
1.3
21
RSUD. SUNGAI BAHAR
UMUM
50
2.8
0.8
27.9
0.2
-
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Berdasarkan data Bidang Pelayanan Kesehatan, tingkat pelayanan tempat tidur (BOR) di rumah sakit umum di Provinsi Jambi tahun 2010 sebagian besar belum mencapai angka ideal yang diharapkan (yaitu 60-85%). Beberapa rumah sakit pemerintah yang mencapai BOR diatas 60 % yaitu Rumah Sakit Jiwa sebesar 71,8 % dan Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi yaitu sebesar 68,9 %. Sedangkan BOR tertinggi adalah Rumah Sakit Swasta yaitu RS St. Theresia sebesar 86,8 % dan RS Bratanata sebesar 81,1 %.
89
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (biasanya satu tahun), berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Pada tahun 2010 BTO rumah sakit belum mencapai angka ideal, yaitu hanya sebesar 25 kali. Padahal selama enam tahun sebelumnya BTO di rumah sakit selalu berada pada kisaran 40-50 kali.
LOS adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Tabel 4.1 memperlihatkan rata-rata LOS di Provinsi Jambi masing-masing rumah sakit umum selama tahun 2010 yang berkisar antara 0,8 – 27,6 hari dan belum mencapai angka ideal. Berdasarkan rumah sakit, Rumah Sakit Jiwa Jambi memiliki LOS tertinggi (27,6 hari) dan RSUD Sungai Bahar memiliki LOS terendah (0,8 hari).
Indikator pelayanan rumah sakit yang lain adalah TOI. TOI adalah ratarata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah digunakan sampai saat digunakan kembali (rata-rata lama tempat tidur kosong antar pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Pada tahun 2010 TOI di rumah sakit berkisar antara 0,5 - 27,9 hari.
GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1.000 penderita keluar dari rumah sakit. Pada GDR, tidak melihat berapa lama pasien berada di rumah sakit dari masuk sampai meninggal. Nilai ideal GDR adalah < 45 per 1.000 pasien keluar. Pada tahun 2010 angka GDR di
90
rumah sakit Provinsi Jambi berkirar antara 0,1 – 6,1 kematian per 1.000 pasien keluar rumah sakit. NDR adalah angka kematian pasien setelah dirawat ≥ 48 jam per 1.000 pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal kurang dari 48 jam masa perawatan, dianggap faktor keterlambatan pasien datang kerumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien meninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25 per 1.000 pasien keluar. NDR pada tahun 2010 berada pada kisaran 0,1 - 2,7 per 1.000 pasien keluar. Dengan demikian NDR telah mencapai angka ideal yaitu < 25 per 1.000 pasien keluar.
2. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tujuan
penyelenggaraan
Jaminan
Kesehatan
Masyarakat
(Jamkesmas) yaitu untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif
dan
efisien.
Melalui
Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
Masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran disamping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi masyarakat miskin umumnya. Program ini telah berjalan lima tahun, dan telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan rumah sakit.
Pemerintah pusat telah melaksanakan program Jamkesmas untuk memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan terhadap masyarakat
91
miskin dan tidak mampu. Berdasarkan ketetapan Menteri Kesehatan RI jumlah masyarakat miskin dan tidak mampu di Provinsi Jambi yang menjadi kuota penjaminan melalui Jamkesmas tahun 2010 sebesar 784.842 jiwa sementara masyarakat miskin dan tidak mampu yang ada sebesar 849.016 maka terdapat sisa 64.174 yang mesti harus dIjamin melalui Jamkesmasda.
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 686/Menkes/SK/VI/2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas, Bahwa Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu diluar kuota Jamkesmas maka pembiayaan kesehatannya menjadi tanggungjawab Pemda setempat (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan mekaniskme pengelolaannya seyogyanya mengikuti Jamkesmas.
Provinsi Jambi bersama kabupaten/ kota telah mengembangkan Jamkesmasda tahun 2010 yang mencakup kepesertaan lebih kurang 95.472 jiwa dan menjamin pelayanan sampai ke Rumah Sakit Rujukan Pusat
pada
jenis
pelayanan
yang
mendekati
sama
dengan
Jamkesmas. Kabupaten/ kota yang menjadi perhatian : •
Kabupaten Tanjung Jabung Timur : baru dalam bentuk Bansos ketika sudah dilayani (Klaim) maka, perlu dirubah menjadi pola Jaminan.
•
Kabupaten Tanjung Jabung Barat : sudah menganggarkan untuk Jaminan tapi belum terlaksana maka perlu segera tahun 2011 dapat direalisasikan.
•
Kabupaten Bungo dan Merangin : sasaran maskin dan tidak mampu baru dijamin sampai dipelayanan di Puskesmas dan Jamkesmasda baru pada kelompok tertentu yakni kepala desa dan tokoh masyarakat lainnya.
92
Kepersertaan jaminan kesehatan masyarakat miskin di Provinsi Jambi pada tahun 2010, untuk kepesertaan Jamkesmas berjumlah 784.842 maskin dan 95.472 maskin menggunakan Jamkesda. Sedangkan
Jumlah
masyarakat
miskin
di
Provinsi
Jambi
berdasrkan data tahun 2008 berjumlah 849.016 maskin. Gambaran kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi seperti pada gambar 4.21.
Gambar 4.21 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010 2,337
Sungai penuh
Maskin
22,211
Tanjab Timur
76,004 82,598
10,500
Tebo
62,436 71,117
5,000
Sarolangun
85,908 85,317
6,000
Bungo
63,886 63,886
3,330
Tanjab Barat
72,937 68,198
15,000
Batang Hari
69,032
4,000
Merangin
84,990 86,949 86,949
11,000
Kerinci
76,696 27,805
Kota Jambi 0
Jamkesda
75,881 75,409
10,500
Muaro Jambi
Jamkesmas
20,000
40,000
109,907 92,902
60,000
80,000
120,645
100,000 120,000 140,000
Sumber : Bidang PKM, 2010
Berdasarkan data tahun 2008 jumlah masyarakat miskin terbanyak berada di Kota Jambi yaitu sebanyak 120.645 maskin, dan paling sedikit adalah Kabupaten Bungo dengan jumlah 63.886 maskin. Untuk Kota Sungai Penuh jumlah masih bergabung dengan Kabupaten Kerinci, dengan jumlah maskin menjadi nomor 2 (dua) terbanyak di Provinsi Jambi yaitu sebanyak 109.907 maskin.
93
C. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Program perbaikan gizi masyarakat secara umum ditujukan untuk meningkatkan kemampuan, kesadaran dan keinginan masyarakat dalam mewujudkan kesehatan yang optimal khususnya pada bidang gizi, terutama bagi golongan rawan dan masyarakat yang berpenghasilan rendah baik di desa maupun di kota.
Kegiatan pokok Kementerian Kesehatan dalam mengimplementasikan Perbaikan Gizi Masyarakat meliputi, peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin A, dan kekurangan
zat
gizi
lebih,
peningkatan
surveillance
gizi,
dan
pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi (Perpres, 2007). Adapun sasaran pokok program Perbaikan Gizi Masyarakat yakni menurunnya prevalensi kurang gizi pada balita, terlaksananya penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin
1.
Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) Untuk mengatasi masalah anemia kekurangan zat besi pada ibu hamil pemerintah sejak tahun 1970 telah melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil di Puskesmas dan Posyandu dengan mendistribusikan tablet tambah darah, dimana 1 tablet berisi 200 mg fero sulfat dan 0,25 mg asam folat (setara dengan 60 mg besi dan 0.25 mg asam folat). Setiap ibu hamil dianjurkan minum tablet tambah darah dengan dosis satu tablet setiap hari selama masa kehamilannya dan empat puluh hari setelah melahirkan.
Anemia merupakan salah satu keadaan kurang gizi dengan keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari keadaan
94
normal. Orang yang mempunyai Hb yang rendah, secara fisik belum menunjukkan gejala anemia dan masih terlihat berada dalam keadaan yang relative sehat. Namun makin rendah Hb, menunjukkan makin berat keaadaan anemia yang diderita dan makin rendah pula kemampuan kerja fisiknya.
Penangulangan masalah anemia gizi besi saat ini terfokus pada pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) di Provinsi Jambi selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 4.22 berikut ini. Gambar 4.22 Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Fe Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010 100 Fe1, 75.27
Fe1, 80
Fe1, 75.67
Fe1, 78.19
Fe1, 72.87
75 Fe1, 59.17
Fe3, 75.83
Fe3, 73.89
Fe3, 70.9
Fe3, 69.93 Fe3, 64.85
50
Fe3, 58.88
25 Fe1
Fe3
0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : Bidang PKM, 2010
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 terlihat ada kecendrungan peningkatan baik cakupan Fe1 dan Fe3. Pada tahun 2005 cakupan Fe1 Provinsi Jambi yaitu sebesar 59.17 % sampai
95
dengan tahun 2010 meningkat menjadi 78,19 %. Sedangkan untuk Fe3 di Provinsi Jambi tahun 2005 yaitu sebesar 58,88 % meningkat menjadi 73,89 % pada tahun 2010. Sebaran cakupan pemberian tablet tambah darah (Fe3) pada ibu hamil menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 4.23 berikut ini.
Gambar 4.23 Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Tambah Darah (Fe3) Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 91.18
Muaro Jambi Kota Jambi
88.77 85.27
Batang Hari Tebo
82.81
Provinsi Jambi
73.89
Tanjab Timur
73.48
Sarolangun
73.12
Kerinci
73 72.8
Tanjab Barat Sungai Penuh
64.35 54.4
Bungo Merangin
48.05 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sumber : Bidang PKM, 2010
Kabupaten/ kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Muaro Jambi yaitu sebesar 91,18 %, diikuti oleh Kota Jambi sebesar 88,77 % dan Kabupaten Batang Hari sebesar 85,27 %. Sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Merangin sebesar 48,05 %, diikuti diatasnya adalah Kabupaten Bungo sebesar 54,4 % dan Kota Sungai Penuh sebesar 64,35 %.
96
2.
Pemberian Kapsul Vitamin A Pelaksanaan pemberian kapsul vitamin A pada bayi (6-11 bulan) dan balita (12-59 bulan), dilakukan secara serentak dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus di posyandu atau puskesmas. Untuk bayi diberikan kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 SI, sedangkan untuk balita kapsul berwarna merah dengan dosis 200.000 SI. Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk meningkatkan daya tahan balita terhadap penyakit serta meningkatkan proses penglihatan. Dan juga bertujuan untuk menurunkan angka kematian, dan menghindari masalah kekurangan vitamin A. Kapsul vitamin A dalam dosis tinggi terbukti efektif dalam mengatasi masalah diatas apabila cakupannya tinggi.
Ada berbagai bukti yang menunjukkan peran besar vitamin A dalam menurunkan angka kematian anak. Jadi selain diberikan untuk menghindari kebutaan, maka pemberian vitamin A saat ini juga utamanya dikaitkan dengan masalah kelangsungan hidup anak, berikut kesehatan dan pertumbuhan mereka.
Vitamin A berguna bagi kesehatan mata serta mencegah kebutaan, dan juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Anak yang mendapatkan cukup vitamin A, tidak akan terlalu parah kondisinya saat ia terkena diare, campak, atau penyakit lain, sehingga penyakit yang menyerang tersebut tidak akan sampai mengancam jiwanya. Sementara itu pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas, diharapkan dapat dilaksanakan secara terpadu bersama dengan pelayanan kesehatan ibu nifas. Meski demikian, bila ibu nifas belum juga memperoleh kapsul vitamin A, maka vitamin ini masih bisa diberikan diluar pelayanan tersebut.
97
Gambar 4.24 Persentase Bayi, Balita dan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Provinsi Jambi Kerinci
Sarolangun
74.99
56.07
42.2
74.35
42.45 43
Batang Hari
95.29
54.9 58
Muaro Jambi
48.5
Tanjab Timur
Tebo
55.37
0
20
40
60
98.56
76.89
60
Sungai Penuh
87.49 84.47
66.02
48.8
Kota Jambi
69.06 72.5
45.9
Bungo
91.56
72.84 58.61
36.5
93.31
59.69
44.9
Tanjab Barat
Bufas Balita Bayi
85.28
61.88
51
Merangin
86.04
62.69
48.6
91.8 66.8
80
100
120
Sumber : Bidang PKM, 2010
Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi dengan jumlah 11 kabupaten/ kota terdapat 68.424 bayi laki-laki dan perempuan, namun hanya sebanyak 33.244 bayi berumur 6 – 11 bulan yang mendapat vitamin A sehingga persentasenya hanya 48,6% dari total bayi yang ada. Jumlah anak balita laki-laki dan perempuan sebanyak 321.836 dengan anak yang mendapatkan vitamin A 2x sebanyak 201.774, dan persentasenya mencapai 62,69 %. Ada sebanyak 73.132 ibu nifas dan yang mendapat vitamin A adalah 62.924 orang hingga persentasenya mencapai 86,04%.
98
3.
Cakupan Konsumsi Garam Beryodium Gangguan
Akibat
Kekurangan
Yodium
(GAKY)
merupakan
sekumpulan gejala yang muncul akibat kurangnya unsur Iodium secara terus menerus dalam jangka waktu lama pada tubuh seseorang. Kekurangan Iodium saat ini tidak terbatas hanya pada gondok dan kretinisme, melainkan juga berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia dalam arti luas. Mulai dari masalah tumbuh kembang,
termasuk
perkembangan
terjadinya
penurunan potensi tingkat
otak
yang
menyebabkan
kecerdasan
(Intelligence
Quotient = IQ). Pemantauan GAKY dilakukan melalui Ekspresi Yodium dalam Urine (EYU) sebagai cerminan mengenai asupan yodium serta cajupan rumah tangga mengonsumsi garam beryodium.
Gambar 4.25 Persentase Rumah Tangga yang Mengkonsumsi Garam Beryodium Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2007 Merangin
100
Muaro Jambi
99.6
Sarolangun
98.1
Kerinci
97.9
Bungo
96.5
Batang Hari
95.4
Tanjab Timur
95.1
Kota Jambi
94.6
Provinsi Jambi
94 84.5
Tebo 73.9
Tanjab Barat Sungai Penuh
0
20
40
60
Sumber : Bidang PKM, Riskesdas 2007
99
80
100
120
Pada gambar 4.25 dapat dilihat cakupan garam beryodium yang Cukup untuk tingkat rumah tangga adalah Kabupaten Merangin sebesar 100 % dan terendah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 73.9 % untuk angka Provinsi sebesar 94.0%
Permasalahan mengenai masih rendahnya cakupan konsumsi garam beryodium dimasyarakat disebabkan antara lain, belum optimalnya pemberdayaan masyarakat juga kampanye untuk menkonsumsi garam beryodium, dan ditambah dengan regulasi yang belum memadai. Masalah lain yang juga muncul adalah belum teraturnya pelaksanaan pemantauan garam beryodium dimasyarakat secara terus menerus.
4.
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.
Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.
100
Gambar 4.26 Persentase Bayi yang Diberikan ASI Eksklufif Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Bungo
50.1 36.1
Kota Jambi Batang Hari
35.7
Muaro Jambi
34.2
Kerinci
33.7
Sungai Penuh
33.7 33
Provinsi Jambi
30.5
Tanjab Barat
29.3
Merangin
27.5
Tanjab Timur
26.2
Tebo Sarolangun
23.2 0
10
20
30
40
50
60
Sumber : Bidang PKM, 2010
Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Jambi Tahun 2010 sebesar 33 %. Cakupan ini masih jauh di bawah target pencapaian pemberian ASI Eksklusif Nasional yaitu 80 %. Untuk pemberian ASI Eksklusif tertinggi adalah Kabupaten Bungo sebesar 50,1 % dan yang terendah adalah Kabupaten Sarolangun sebesar 23,2 %.
5.
Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S) Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang.
101
Hasil Riskesdas 2007 memberi gambaran nasional cakupan penimbangan balita (anak pernah ditimbang di Posyandu sekurangkurangnya satu kali selama sebulan terakhir) di posyandu sebesar 74,5%. Frekuensi kunjungan balita ke posyandu akan makin berkurang dengan makin bertambahnya umur anak. Sebagai ilustrasi, proporsi anak 6 – 11 bulan yang ditimbang di posyandu 91,3%, pada anak usia 12 – 23 bulan turun menjadi 83,6%, lalu pada usia 24 – 35 bulan turun menjadi 73,3%.
Gambar 4.27 Persentase Kunjungan Balita yang Ditimbang di Posyandu Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 79.3
Bungo Tanjab Timur
76.4
Muaro Jambi
71.7
Tanjab Barat
68.9
Tebo
65.4
Sungai Penuh
63.6
Provinsi Jambi
59
Batang Hari
53.2
Kota Jambi
51
Merangin
48.4
Kerinci
48
Sarolangun
30.8 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sumber : Bidang PKM, 2010
Berdasarkan laporan dari kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2010 cakupan penimbangan balita di posyandu sebesar 59,0 %. Cakupan penimbangan balita di posyandu menurut kabupaten/ kota tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 4.27.
102
Masalah yang berhubungan dengan kunjungan posyandu antara lain: dana operasional serta sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan posyandu; tingkat pengetahuan kader berikut kecakapan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling; tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu; dan pelaksanaan pembinaan kader.
D. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA Bisa dikatakan bahwa ada dua kategori bencana di Indonesia yaitu bencana lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan industri, tumpahan minyak dilaut; sementara bencana alam terjadi sebagai akibat dari aktivitas lapisan/kerak bumi/ fenomena alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin ribut yang kejadiannya sulit diprediksi.
Di Provinsi Jambi pada tahun 2010 telah terjadi bencana alam sebanyak 2 (dua) kali yaitu bencana banjir dan bencana kebakaran rumah. Bencana banjir yang terjadi pada tahun 2010 meliputi 8 (delapan) kabupaten/ kota yaitu : Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten Merangin, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Sarolangun. Bencana kebakaran terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Bencana banjir yang terjadi di 8 (delapan) kabupaten/ kota menyebabkan 37 kecamatan dan 143 desa terendam. Sedangkan jumlah yang terkena dampak dari bencana banjir terdiri dari 413.750 orang, 4.766 KK dan rumah sebanyak 16.913 rumah.
103
Akibat dari bencana banjir tersebut menyebabkan 1.724 orang menderita sakit, mengungsi sebanyak 6.452 orang dan yang meninggal dunia sebanyak 3 (tiga) orang. Disamping itu sarana umum yang terendam terdiri dari 22 unit tempat ibadah, Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak 7 uni dan sarana lain sebanyak 340 unit.
Adapun bencana kebakaran rumah yang terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang terkena dampak terdiri dari 1 (satu) Kecamatan dan 2 (dua) desa. Adapun jumlah yang terkena dampak terdiri dari 37 kepala keluarga dan 27 unit rumah penduduk. Sedangkan korban dari bencana kebakaran rumah tersebut menyebabkan 11 orang mengalami luka-luka.
Dalam
penanggulangan
bencana
ini
selain
memberikan
bantuan
pelayanan kesehatan kepada penduduk yang mengalami bencana juga diberikan bantuan obat-obatan kepada penduduk yang tertimpa bencana, bagi penduduk yang masih usia balita juga diberikan makanan pendamping asi (MP-ASI).
***
104
Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dengan harapan bisa memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya kesehatan diulas dengan memaparkan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
A. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan yang disajikan meliputi: puskesmas, rumah sakit (rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan, serta institusi pendidikan tenaga kesehatan.
1. Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa dikenal dengan Puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan,
tuntutan, kemampuan dan inovasi serta
kebijakan
pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.
Jumlah puskesmas di Provinsi Jambi sampai dengan tahun 2010 sebanyak 172 unit, dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 69 unit, puskesmas non perawatan 103 unit.
Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap masyarakat diwilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa puskesmas keliling dan puskesmas pembantu. Jumlah pusling dan pustu pada tahun 2010 di Provinsi Jambi dilaporkan berjumlah 722 unit dengan rincian;
puskesmas
keliling 152 unit, dan puskesmas pembantu sebanyak 570 unit. Salah satu indicator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000 penduduk. Pada kurun waktu 2005 s/d 2010 rasio puskemas per 100.000 penduduk di Provinsi Jambi adalah dari 5,12 menjadi 5,56 per 100.000 penduduk.
Gambar 5.1 Rasio Puskesmas Per 100.000 Penduduk Di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2010
Per 100.000 Penduduk
10 8 6
5.12
5.22
5.67
5.4
5.75
5.56
4 2 Rasio Pusk 0 2005
2006
2007
2008 Tahun
Sumber : Bidang Evdal, 2010
106
2009
2010
Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut kabupaten/ kota menunjukkan
bahwa
rasio
tertinggi pada
tahun 2010
adalah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu sebesar 8,28 per 100.000 penduduk, sedangkan rasio terkecil adalah Kota Jambi yaitu sebesar 3,76 per 100.000 penduduk.
Gambar 5.2 Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2010
Sumber : Bidang Evdal, 2010
2. Rumah Sakit Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain merupakan upaya promotif dan preventif, juga meliputi pembangunan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam lingkup kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan.
107
Pada tahun 2010 jumlah rumah sakit di Provinsi Jambi sebanyak 21 unit. Yang terdiri dari rumah sakit umum (RSU) sebanyak 19 unit dan rumah sakit khusus (RSK) sebanyak 2 unit. Rumah sakit tersebut dikelola oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota, TNI/ POLRI, serta sektor swasta.
Gambar 5.3 Persentase Kepemilikan Rumah Sakit di Provinsi Jambi Tahun 2010
Swasta, 29%
TNI/ Polri, 10%
Pemerintah, 61%
Sumber : Bidang Yankes, 2010
Jumlah tempat tidur pada suatu rumah sakit dapat digunakan untuk menggambarkan
kemampuan
rumah
sakit
dimaksud
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
dalam
Di Provinsi
Jambi jumlah tempat tidur terbanyak masih dimiliki oleh RSU Raden Mattaher Jambi dengan 328 tempat tidur dan RS Bersaudara dengan hanya 23 tempat tidur untuk jumlah tempat tidur paling sedikit.
108
3. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk dengan melibatkan masyarakat sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Pendekatan dimaksud bisa dilihat dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). UKBM antara lain terdiri dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di Desa Siaga, Tanaman Obat Keluarga (Toga), dan Pos Obat Desa (POD).
Salah satu jenis UKBM yang sudah lama dikembangkan dan sangat dikenal baik oleh masyarakat adalah posyandu. Dalam menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare.. Dalam rangka menilai kinerja dan perkembangannya, posyandu diklasifikasikan menjadi empat tingkatan yakni, Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu Mandiri.
Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi sudah tercatat ada sebanyak 3.168 jumlah Posyandu yang aktif, dengan rincian yaitu 391 Posyandu Pratama, 1.757 Posyandu Madya, 796 Posyandu Purnama, dan 268 Posyandu
Mandiri.
Informasi
selengkapnya
mengenai
keadaan
posyandu di tiap kabupaten/kota dan juga dilihat dari jumlah puskesmas yang ada dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
109
Gambar 5.4 Persentase Posyandu Aktif Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Bungo
100
Sarolangun
100
Tebo
99.65
Tanjab Barat
99.6
Tanjab Timur
99.25
Kota Jambi
98.87
Kerinci
98.67
Provinsi Jambi
98.63
Batang Hari
98.24
Merangin
97.91
Muaro Jambi
96.9
Sungai Penuh
91.14 86
88
90
92
94
96
98
100
102
Sumber : Bidang PKM, 2010
Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk di desa sebagai upaya untuk mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dengan mendekatkan penyediaan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Kegiatan utama poskesdes yaitu pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans perilaku beresiko, lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan poskesdes juga mencakup tempat pertolongan persalinan dan pelayanan KIA. Poskesdes merupakan salah satu indikator sebuah desa untuk disebut desa siaga. Jumlah Poskesdes di Provinsi Jambi tahun 2010 adalah 560, dengan jumlah Desa Siaga sebanyak 1.320 desa dan Desa Siaga Aktif sebanyak 1.282 desa.
110
4. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi Pembangunan
kesehatan
berkelanjutan
membutuhkan
tenaga
kesehatan yang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan
tenaga
kesehatan
yang
berkualitas
tentu
saja
dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula. Kementrian Kesehatan merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan didalam penyedian tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut. Dalam penyelenggaraan tenaga kesehatan jenjang pendidikan menengah dan Diploma
(D-III)
Kesehatan
yang
berada
dikelompokkan
dibawah
dalam
pembinaan
Politeknik
Kementrian
Kesehatan
(milik
Kemenkes) dan Non Poltekkes (milik swasta,TNI/ POLRI dan Pemda). Pada 2010 jumlah institusi Diknakes di Provinsi Jambi sebanyak 16 institusi, yang terdiri dari 4 jurusan/ program studi di Poltekes dan 12 institusi Non poltekkes. Gambar 5.5 Jumlah Program Studi Pada Institusi Poltekes dan Non Poltekes Di Provinsi Jambi tahun 2010 8
7
Poltekes
Non Poltekes
6
6 4 2
1
1
1
1
1
1
0 Keperawatan
Kebidanan
Kesling
Kesehatan Gigi
Analis Kes
Farmasi
Sumber : Bidang Evdal, 2010
Gambar menunjukkan jumlah program pada institusi Diknakes non poltekkes;
untuk
prodi
keperawatan
terdiri
dari
kebidanan, kesehatan lingkungan dan kesehatan gigi.
111
keperawatan,
b. Akreditasi Institusi Dengan banyaknya institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada saat ini, Kementrian Kesehatan berusaha melakukan upaya untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan. Akreditasi merupakan salah satu upaya pembinaan yang dilakukan terhadap institusi-institusi pendidikan kesehatan yang ada, selain itu juga untuk melihat kualitas dari masing-masing institusi.
Akreditasi
dilaksanakan
bagi
institusi
yang
telah
menjalankan
perkuliahan sampai dengan semester V (lima), dan institusi lama yang telah habis masa berlaku akreditasinya. Pada tahun 2007 , institusi Diknakes milik Kemenkes mengalami perubahan status kelembagaan dari Akdemi menjadi Poltekkes. Untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada Poltekkes, mulai tahun 2004 Pusdiknakes melakukan akreditasi terhadap jurusan / program studi poltekkes yang ada.
B. TENAGA KESEHATAN Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Pada 2010 Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM-Kesehatan) yang bekerja pada unit kerja/ unit pelayanan kesehatan dalam wilayah administratif Provinsi Jambi berjumlah : 12.499 orang, terdiri dari 10.087 orang memiliki latar belakang pendidikan formal kesehatan dan 2.412 orang memiliki latar belakang pendidikan formal non-kesehatan.
112
Gambar 5.6 Proporsi SDM Kesehatan Menurut Latar Belakang Pendidikan Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Non Kesehatan 19% Kesehatan 81%
Sumber : Bidang Evdal, 2010
1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah tenaga kesehatan pelayanan kesehatan dimasyarakat.
yang bertugas di sarana Menurut pendataan Bidang
Evaluasi dan Pengendalian, jumlah tenaga medis di Kabupaten/ Kota dan Provinsi Jambi sebanyak 873 orang terdiri dari dokter spesialis sebanyak 143 orang, dokter umum sebanyak 592 dan dokter gigi sebanyak 138 orang. Rasio dokter umum terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar 18,3 per 100.000 penduduk di kabupaten/ kota. Rasio dokter umum terhadap jumlah penduduk menurut kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar 5.7
113
Gambar 5.7 Rasio Dokter Umum Terhadap 10.000 Penduduk Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Muaro Jambi
20.4
Batang Hari
17.4
Kota Jambi
15.8
Kerinci
15.3
Tanjab Barat
14.4
Tebo
13.4 12.2
Sarolangun Bungo
11.2
Tanjab Timur
10.7 10.5
Merangin Sungai Penuh
9.7 0
5
10
15
20
25
Sumber : Bidang Evdal, 2010
Jumlah tenaga dokter gigi pada tahun 2010 sebanyak 138 orang dengan rasio sebesar 4 per 100.000 penduduk. Kabupaten/ kota dengan rasio tertinggi adalah Kota Jambi dengan rasio sebesar 5,1 per 100.000 penduduk, sedangkan terendah adalah Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Merangin dengan rasio 2,4 per 100.000 penduduk.
Jumlah bidan pada tahun 2010 sebanyak 2.259 orang sehingga rasionya terhadap penduduk sebesar 73 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2010 di Provinsi Jambi kabupaten/ kota dengan rasio tertinggi terdapat pada Kabupaten Batang Hari dengan rasio 92,40 per 100.000 penduduk dan yang terendah adalah Kabupaten Kerinci dengan rasio 43,57 per 100.000 penduduk,
untuk lebih jelas dapat melihat pada
lampiran tabel 74 – 78.
114
2. Persebaran Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Provinsi Jambi terdiri dari SDM Kesehatan yang bertugas di unit kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan) diprovinsi dan kabupaten/ kota, dengan status kepegawaian PNS, CPNS, PTT, TNI/ POLRI dan swasta. SDM Kesehatan tersebut bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan unit pelaksana teknis (UPT), Dinas Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/ Poliklinik dan sarana kesehatan lainnya milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan TNI/ POLRI.
Dari data yang diterima tercatat sebanyak 12.499 orang yang terdiri dari 10.087 orang tenaga kesehatan dan 2.412 orang tenaga non kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari 873 orang tenaga medis, 6.689 orang tenaga keperawatan (4.430 orang tenaga perawatan dan gigi, 2.259 orang tenaga bidan), 628 orang tenaga kefarmasian, 1.105 orang tenaga kesehatan masyarakat, 196 orang tenaga gizi, 66 orang tenaga keterapian fisik 530 orang keteknisan medis.
Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat, kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki, terutama ketersedian tenaga kesehatan. Pada tahun 2010 terdapat 5.684 orang yang bertugas di puskesmas dengan rincian 5.382 orang tenaga kesehatan dan 302 orang tenaga non kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum yang bertugas di puskesmas sebanyak 300 orang, bila dibandingkan jumlah puskesmas yang terdata tenaganya (172 puskesmas) dengan jumlah dokter, maka puskesmas.
rasio
dokter umum adalah 1,7 dokter umum per
Jumlah dokter gigi di Puskesmas pada tahun 2010
sebanyak 86 orang, bila dibandingkan dengan seluruh puskesmas maka dapat diartikan bahwa belum seluruh puskesmas memiliki dokter gigi. Rasio dokter gigi terhadap puskesmas yaitu 0,5 per puskesmas.
115
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Salah
satu
komponen
sumber
daya
yang
diperlukan
dalam
menjalankan pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat.
1. Anggaran Kesehatan Provinsi Anggaran Kesehatan APBD Provinsi
Jambi dibagi berdasarkan
program/ kegiatan kesehatan yang terdiridari Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Jiwa. Program/ kegiatan yang bersifat promotif yaitu promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat diberikan pada Dinas Kesehatan. Sedangkan program/ kegiatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif diberikan pada Rumah Sakit. Tabel 5.1 Alokasi Anggaran Kesehatan terhadap APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 No
Peruntukan Dana
1. • • •
Alokasi
Total APBD Provinsi Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah
• • •
APBD Dinkes Provinsi Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah APBD RSU Provinsi Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah
• • •
APBD RS Jiwa Provinsi Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah
a. • • • b.
c.
Jumlah Total APBD Kesehatan Persentase APBD Kesehatan terhadap APBD Provinsi Sumber : Pemprov Jambi, 2010
116
Rp. Rp. Rp.
704.193.192.490,39 800.760.708.277,61 1.504.953.900.768,00
Rp. Rp. Rp.
21.023.117.178,00 12.300.000.000,00 33.323.117.178,00
Rp. Rp. Rp.
41.675.236.670,00 48.170.000.000,00 89.845.236.670,00
Rp. Rp. Rp.
9.632.896.927,53 8.175.000.000,00 17.807.896.927,53
Rp.
140.976.250.775,53 9,37 %
Persentase anggaran kesehatan yang bersumber dari APBD Provinsi
Jambi
untuk
bidang
kesehtan
berjumlah
Rp.
140.976.250.775,53 dengan persentase terhadap APBD Provinsi sebesar 9,37 %. Anggaran terbesar diberikan untuk pelayanan Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi yaitu sebesar Rp. 89.845.236.670,00.
Selain anggaran bersumber dari APBD Provinsi, anggaran kesehatan juga bersumber dari APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi, DAK, dan BOK. Informasi selengkapnya tentang alokasi anggaran kesehatan di Provinsi Jambi tahun 2010 terdapat pada lampiran tabel 79 .
Gambar 5.8 Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jambi Tahun 2010
BOK 17%
APBD Prov 58%
DAK 20%
APBD Prov Dekon DAK BOK
Dekon 5%
Sumber ; Bidang Evdal, 2010
2. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Menurut data tahun 2010 hanya 39,1 % penduduk yang tercakup oleh
jaminan
pembiayaan/
asuransi
kesehatan.
Persentase
penduduk yang memiliki jaminan pembiayaan oleh program jamnian pembiayaan/ asuransi disajikan pada gambar 5.9 menurut
117
sumber
pembiayaan
sampai
tahun
2010.
Data
mengenai
persentase penduduk yang memiliki jaminan pembiayaan/ asuransi kesehatan menurut kabupaten/ kota sampai tahun 2010 terdapat pada Lampiran tabel 55.
Gambar 5.9 Persentase Yang Dilindungi Jaminan Kesehatan Masyarakat/ Asuransi Kesehatan Di Provinsi Jambi Tahun 2010
Askes 8% Jamkesmas 25%
Jaminan Kesehatan Lain 61%
Jamkesda 6% Askes Jamkesmas Jamkesda Jaminan Kesehatan Lain
Sumber ; Bidang PKM, 2010
Peserta
Jamkesmas
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
komprehensif dan berjenjang dari pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya hingga pelayanan kesehatan rujukan di Rumah Sakit. Pada tahun 2010 terdapat 172 unit Puskesmas
di
seluruh
Provinsi
Jambi
yang
melayani
Jamkesmas. Untuk pelayanan kesehatan rujukan tersedia 12 Rumah Sakit yang persentase terbesarnya merupakan rumah sakit umum dan khusus milik pemerintah sebanyak 3.038 orang
118
(4,08 %) secara keseluruhan peserta jamkesmas di layani oleh rumah sakit pemerintah. Gambar 5.10 menunjukkan cakupan pemberi pelayanan kesehatan rujukan peserta jamkesmas di Provinsi Jambi tahun 2010. Gambar 5.10 Cakupan Layanan Kesehatan Rujukan Peserta Jamkesmas Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Kerinci
5.22
Bungo
3.31
Batang Hari
2.94
Sarolangun
2.69
Tebo
1.78
Merangin
1.22
Muaro Jambi
0.95
Tanjab Barat
0.69
Tanjab Timur
0.54
Kota Jambi Sungai Penuh 0
1
2
3
4
5
6
Sumber : Bidang PKM, 2010
Dalam upaya meningkatkan keterjangkauan masyarakat miskin dan hampir miskin terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah melalui Kementrian Kesehatan dan beberapa pemerintah daerah telah memberikan jaminan pelayanan kesehatan secara gratis di puskesmas dan kelas III di rumah sakit bagi peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Jumlah yang di tanggung oleh program Jamkesmas pada tahun 2010 sebanyak 784.842 jiwa.
***
119
A. KEPENDUDUKAN Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, antara lain adalah ;
Pertama, kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan.
Kedua,
keadaan
dan
kondisi
kependudukan
yang
ada
sangat
mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan.
Ketiga, dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa dalam jangka yang panjang. Karena
dampaknya baru terasa dalam
jangka waktu yang panjang, sering kali peranan penting penduduk dalam pembangunan terabaikan. Sebagai contoh, beberpa ahli kesehatan memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan
dampak negatif terhadap kesehatan seseorang selama 25 tahun kedepan atau satu genarasi.
Gambar 6.1 Jumlah Penduduk Per Provinsi di Indonesia Tahun 2010 43
Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Sumatera Utara Banten DKI Jakarta Sulawesi Selatan Lampung Sumatera Selatan Riau Sumatera Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Aceh Kalimantan Barat Bali Kalimantan Selatan Kalimantan Timur D I Yogyakarta Jambi Papua Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah Bengkulu Kepulauan Riau Maluku Kepulauan Bangka Belitung Sulawesi Barat Gorontalo Maluku Utara Papua Barat
37 32 13 11 10 8 8 7 6 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45 50 Millions
Sumber : BPS Pusat, 2010
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 yaitu sebanyak 237.641.326 jiwa terdiri dari 119.630.913 jiwa lakilaki dan 118.010.413 jiwa perempuan. Dimana jumlah penduduk Provinsi Jambi berjumlah 3.092.265 jiwa, dengan 1.581.110 jiwa laki-laki dan 1.511.155 jiwa perempuan.
121
1. Laju Pertumbuhan Penduduk Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk disuatu wilayah dimasa yang akan dating. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui
pula
kebutuhan
dasar
penduduk
disegenap
bidang
kehidupan termasuk bidang kesehatan. Indikator tersebut biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi 3 faktor, yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat dilihat pada gambar 6.2 berikut.
Gambar 6.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Per Provinsi di Indonesia Tahun 1990 - 2000 Riau Papua Banten Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah B engkulu Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Sumatera Selatan Kalimantan Barat Jawa Barat Jambi Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Gorontalo Sulawesi Selatan Nanggroe Aceh Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sumatera Utara Bali Lampung Kep. Bangka Belitung Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Sumatera Barat Maluku Utara DKI Jakarta Maluku
4.35 3.22 3.21 3.15 2.99 2.97 2.81 2.57 2.39 2.29 2.03 1.84 1.82 1.64 1.59 1.49 1.46 1.45 1.33 1.32 1.31 1.17 0.97 0.94 0.72 0.7 0.63 0.48 0.17 0.08 0
1
2
Sumber : BPS Pusat, 2010
122
3
4
5
Laju pertumbuhan penduduk secara Nasional pada periode tahun 1990 – 2000 adalah sebesar 1,49. Pada gambar 6.2 dapat dilihat bahwa Provinsi dengan laju pertumbuhan penduduknya yang tinggi hádala Provinsi Riau dengan pertumbuhan 4,35, sedangkan paling kecil ádalah Provinsi Maluku dengan pertumbuhan 0,08. Sedangkan untuk Provinsi Jambi masih berada ditengah dengan pertumbuhan 1,84.
2. Penduduk Menurut Kelompok Umur Distribusi penduduk Indonesia menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat kita lihat pada piramida penduduk tahun 2010 seperti pada gambar 6.3. Indikator tentang struktur umur penduduk bermanfaat untuk mengetahui piramida penduduk yang memberikan gambaran jumlah penduduk pada usia-usia belum produktif (0-14), usia produktif (15-64) dan tidak produktif lagi (65+). Jika ternyata jumlah penduduk usia produktif lebih sedikit dibandingkan penduduk usia belum dan tidak produktif lagi, maka beban tanggungan penduduk produktif di suatu wilayah akan besar. Gambar 6.3 Piramida Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2010
TT/ Not State 75+ 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4
15,000,000
10,000,000
5,000,000
0 Laki-Laki
Sumber : BPS Pusat, 2010
123
5,000,000 Perem puan
10,000,000
15,000,000
Dari komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa banyak penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif.
Angka
ini
disebut
sebagai
angka
beban
tanggungan
(Dependency Ratio). Dependency Ratio Nasional tahun 2010 sebesar 51,33 mengandung arti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 51 orang penduduk tidak produktif yang terdiri dari 29 orang penduduk berumur kurang dari 15 tahun dan 5 orang penduduk berumur lebih dari 65 tahun.
3. Indeks Pembangunan Manusia Human Development Index (HDI) merupakan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia, yaitu panjang umur, dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari penghasilan/ pengeluaran riil perkapita).
Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat dipengaruhi oleh perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dengan melihat perkembangan angka IPM tiap tahun, tampaknya kemajuan yang dicapai Provinsi Jambi dalam pembangunan manusia tidak terlalu signifikan. Angka IPM Provinsi Jambi dalam 5 tahun terakhir hanya mengalami sedikit peningkatan dari 70,95 pada tahun 2005 menjadi 72,45 pada tahun 2009.
Sedangkan IPM Indonesia dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009 adalah 69,57 pada tahun 2005 menjadi 71,76 pada tahun 2009. Dilihat dari peringkat rangking Provinsi Jambi pada tahun 2005 berada pada peringkat 11, kemudian naik menjadi peringkat 10 dan pada tahun 2008 dan 2009 turun lagi menjadi peringkat ke 13.
124
Gambar 6.4 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2005 s/d 2009 72 71.5 71 70.5 70 69.5 69 68.5 68
71.76
71.17 70.59 70.1 69.57
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : BPS Pusat, 2010
B. DERAJAT KESEHATAN Angka kematian bayi merupakan indikator yang biasa digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi maupun nasional. Banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam menurunkan angka kematian bayi.
Gambar 6.5 Estimasi Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007 80 70
JAMBI
74 68
68.3
NASIONA L
60.2 57
60 50
46
40
39 34
35 32
30 20 10 0 1991
1994
1997
2003
2007
Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007
125
Secara nasional berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991, pada tahun 1991 estimasi AKB nasional sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan hasil SDKI 2007 estimasi AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka
Kematian
Bayi
di
Provinsi
Jambi
menunjukkan
kecenderungan menurun juga dari tahun 1991 AKB di Provinsi Jambi sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKB Provinsi Jambi telah mencapai angka 39 per 1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan angka nasional AKB Provinsi Jambi pada tahun 2007 masih berada di atas angka nasional.
Millenium Developmeant Goals (MDGs) menetapkan nilai normative AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang dengan nilai 20-70 dan rendah dengan nilai < 20. Secara nasional hasil SDKI 2007 terjadi penurunan AKABA di Indonesia. Pada tahun 1991 AKABA nasional adalah 97 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKABA adalah 44 per 1.000 kelahiran hidup.
AKABA Per 1.000 Kelahiran Hidup
Gambar 6.6 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 Kelahiran Hidup di Provinsi Jambi dan Indonesia Tahun 1991 s/d 2007 120 100
JAMBI 102 97
INDONESIA 87.5 81
80
62.4 58
60 40
51 46
47 44
20 0 1991
1994
1997
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
126
2002/2003
2007
Hasil SDKI 2007 AKI secara nasional menunjukkan kecenderungan menurun pada tahun 1994 AKI nasional adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Gambar 3.5 menunjukkan kecenderungan penurunan AKI secara nasional dari tahun 1994 s/d tahun 2007 per 100.000 kelahiran hidup.
Gambar 6.7 Angka kematian Ibu (per 100.0000 Kelahiran hidup) di Indonesia Tahun 1994 -2007 450 400
390 334
AKI Per 100.000 KH
350
307
300 228
250 200 150 100 50 0 1994
1997
2002
2007
Sumber : BPS, 2008
C. UPAYA KESEHATAN Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan, masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, dan atau masyarakat serta swata, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
127
Dalam pencapaian MDG’s dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu diperlukan upaya-upaya terkait seperti ; peningkatan akses antenatal (cakupan ibu hamil K1), pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar (K4), dan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
***
128
RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 NO A. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
INDIKATOR
L
ANGKA/NILAI L+P
P
Satuan
No. Lampiran
GAMBARAN UMUM Luas Wilayah Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Rata-rata jiwa/rumah tangga 2 Kepadatan Penduduk /Km Rasio Beban Tanggungan Rasio Jenis Kelamin Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf Penduduk 10 tahun ke atas dengan pendidikan tertinggi SMP+
B. B.1 10 11 12 13 14 15 16 17
DERAJAT KESEHATAN Angka Kematian Jumlah Lahir Hidup Angka Lahir Mati (dilaporkan) Jumlah Bayi Mati Angka Kematian Bayi (dilaporkan) Jumlah Balita Mati Angka Kematian Balita (dilaporkan) Jumlah Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (dilaporkan)
B.2 18 19 20 21 22 23 24
Angka Kesakitan AFP Rate (non polio) < 15 th Angka Insidens TB Paru Angka Prevalensi TB Paru Angka kematian akibat TB Paru Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) Success Rate TB Paru Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani
1,581,110
1,511,155
96.9
97.7
47.8
41.1
0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
124 127 0 0.00 0.00 0
0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 78 118.0
53,435 1370 3,092,265 4.0 57.9 51.7 104.6 98.4
2
Km Desa/Kel Jiwa Jiwa 2 Jiwa/Km
Tabel 1 Tabel 1 Tabel 2 Tabel 1
%
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 2 Tabel 4
44.5 %
Tabel 5
66,111 5.1 63 1.0 96 1.5
2,12 78 101.83 79 103.29 0 2.91 0.00 65.89 0.00 94.17 0 16.1417616
Bayi Bayi per 1.000 KH Balita per 1.000 KH Ibu per 100.000 KH
Tabel 6 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 7 Tabel 7 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 8
per 100.000 pend <15thn per 100.000 penduduk per 100.000 penduduk per 100.000 penduduk % % %
Tabel 9 Tabel 10 Tabel 10 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13
NO 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 B.3 55 56 57
INDIKATOR Jumlah Kasus Baru HIV Jumlah Kasus Baru AIDS Jumlah Infeksi Menular Seksual Lainnya Jumlah Kematian karena AIDS Donor darah diskrining positif HIV Persentase Diare ditemukan dan ditangani Jumlah Kasus Baru Kusta (Pausi Basiler) Jumlah Kasus Baru Kusta (Multi Basiler) Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta Angka Prevalensi Kusta Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) Jumlah Kasus Difteri Case Fatality Rate Difteri Jumlah Kasus Pertusis Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum Jumlah Kasus Campak Case Fatality Rate Campak Jumlah Kasus Polio Jumlah Kasus Hepatitis B Incidence Rate DBD Case Fatality Rate DBD Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) Case Fatality Rate Malaria Angka Kesakitan Filariasis Status Gizi Bayi baru lahir ditimbang Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) Balita Gizi Baik
L
P
0 0 244 1 0.07 0.00 20 64 5 11.90 0.00 0.00 0.00 0.00 13
0 0 225 0 0.00 0.00 11 27 3 23.68 15.79 0.00 0.00 0.00 9
56 4
38 2
0
0
0
0
0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0
0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0
0 -
0 -
ANGKA/NILAI L+P Satuan 243 Kasus 249 Kasus 469 Kasus 1 Jiwa 0.05 % 59.86 % 31 Kasus 91 Kasus 4 per 100.000 penduduk 15.57 % 4.92 % 0.59 per 10.000 Penduduk 100.00 % 48.92 % 22 Kasus 0% 94 Kasus 6 Kasus 0% 0 Kasus #DIV/0! % 383 Kasus 0% 18 Kasus 9 Kasus 5.40 per 100.000 penduduk 0.60 % 7.87 per 1.000 penduduk 0.10 % 10 per 100.000 penduduk
100 % 0.78 % 96.18 %
No. Lampiran Tabel 14 Tabel 14 Tabel 14 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 17 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 22 Tabel 22 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 24 Tabel 25
Tabel 26 Tabel 26 Tabel 27
NO
INDIKATOR
58 Balita Gizi Kurang 59 Balita Gizi Buruk C. C.1 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
UPAYA KESEHATAN Pelayanan Kesehatan Kunjungan Ibu Hamil (K1) Kunjungan Ibu Hamil (K4) Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan Pelayanan Ibu Nifas Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 Bumil Risti/Komplikasi ditangani Neonatal Risti/Komplikasi ditangani Bayi Mendapat Vitamin A Anak Balita Mendapat Vitamin A Ibu Nifas Mendapat Vitamin A Peserta KB Baru Peserta KB Aktif Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) Kunjungan Bayi (minimal 4 kali) Desa/Kelurahan UCI Cakupan Imunisasi Campak Bayi Drop-Out Imunisasi DPT1-Campak Bayi yang diberi ASI Eksklusif Pemberian MP-ASI pada anak 6-23 bulan dari Gakin Cakupan Pelayanan Anak Balita (minimal 8 kali) Balita ditimbang Balita berat badan naik Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 87 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
L
ANGKA/NILAI L+P 2.27 % 0.66 %
P -
-
96 88.10 86.78 76.18 72.54 73.89 34.73 86.04
-
-
-
-
0 0
0 0
-
-
-
-
Satuan
No. Lampiran Tabel 27 Tabel 27
% % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % %
Tabel 28 Tabel 28 Tabel 28 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 Tabel 31 Tabel 32 Tabel 32 Tabel 32 Tabel 35 Tabel 35 Tabel 36 Tabel 36 Tabel 37 Tabel 38 Tabel 39 Tabel 39 Tabel 41 Tabel 42 Tabel 43 Tabel 44 Tabel 44 Tabel 44 Tabel 45 Tabel 46
77.12 %
Tabel 47
20.72 48.59 62.69 29.20 107.87 94.48 85.67 89.48 88.61 95.74 8.10 33.04 25.89 52.41 59.03 84 1 13.99 83.87
NO 88 89 90 91 92 93 94 95 96
INDIKATOR Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) Sarkes dgn kemampuan yan. gadar level 1 Desa/Kel. terkena KLB ditangani < 24 jam Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap SD/MI yang melakukan sikat gigi massal SD/MI yang mendapat pelayanan gigi Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan mulut
C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 97 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kes. Pra Bayar 98 Penduduk Miskin (dan hampir miskin) dicakup Askeskin/Jamkesmas 99 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 1 100 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 2&3 101 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 1 102 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 2&3 103 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 104 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 105 Gross Death Rate (GDR) di RS 106 Nett Death Rate (NDR) di RS 107 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 108 Length of Stay (LOS) di RS 109 Turn of Interval (TOI) di RS C.3 Perilaku Hidup Masyarakat 110 Rumah Tangga ber-PHBS C.4 Keadaan Lingkungan
L 88.27
P 89.35
0.06
0.06
29.67 51.91
25.95 51.84
ANGKA/NILAI L+P 88.79 % 100.00 % 100.00 % 0.08 6.31 sekolah 8.50 sekolah 40.05 % 65.88 %
51.91
51.84
65.88 %
Tabel 53
-
-
39.07 %
Tabel 55
-
-
82.23 % 41.01 %
Tabel 56
Satuan
No. Lampiran Tabel 48 Tabel 49 Tabel 51 Tabel 52 Tabel 49 Tabel 49 Tabel 53 Tabel 53
Tabel 56
-
-
4.08 %
-
-
0.36 %
-
-
0.74 %
Tabel 56 Tabel 57
4.61 0.12 -
3.94 0.10 -
4.28 0.11 3.29 1.25 3.96 4.14
% % per 100.000 pasien keluar per 100.000 pasien keluar % Hari Hari
#REF! %
Tabel 57 Tabel 58 Tabel 58 Tabel 59 Tabel 59 Tabel 60 Tabel 60 Tabel 60
Tabel 61
NO
INDIKATOR
111 112 113 114 115 116 117 118
Rumah Sehat Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes Keluarga dengan sumber air minum terlindung Keluarga memiliki Jamban Sehat Keluarga memiliki Tempat Sampah Sehat Keluarga memiliki Pengelolaan Air Limbah Sehat TUPM Sehat Institusi dibina kesehatan lingkungannya
D. D.1 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131
SUMBERDAYA KESEHATAN Sarana Kesehatan Jumlah Rumah Sakit Umum Jumlah Rumah Sakit Khusus Jumlah Puskesmas Perawatan Jumlah Puskesmas non-Perawatan Jumlah Apotek Sarkes yang memiliki laboratorium kesehatan Sarkes yang memiliki 4 spesialis dasar Jumlah Posyandu Posyandu Aktif Rasio posyandu per 100 balita Jumlah Desa Siaga Desa Siaga Aktif Jumlah Poskesdes
D.2 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141
Tenaga Kesehatan Jumlah Dokter Spesialis Rasio Dokter Spesialis Jumlah Dokter Umum Rasio Dokter Umum Jumlah Dokter Gigi Jumlah Bidan Rasio Bidan per 100.000 penduduk Jumlah Perawat Jumlah Tenaga Kefarmasian Jumlah Tenaga Gizi
L
P
984.00 -
1,275.00 71.24 -
ANGKA/NILAI L+P 93.37 % 38.18 % 308.06 % 29.53 % 40.81 % 6.34 % 48.46 % 42.66 %
Satuan
19.00 2.00 69.00 103.00 46.00 100.00 26.32 3,212.00 98.63 1.00 1,320.00 97.12 560.00
% % Posyandu % per 100 balita Desa % Poskesdes
143.00 4.59 592.00 18.30 138.00 2,259.00
Orang per 100.000 penduduk Orang per 100.000 penduduk Orang Orang
4,434.00 Orang 628.00 Orang 196.00 Orang
No. Lampiran Tabel 62 Tabel 63 Tabel 65 Tabel 66 Tabel 66 Tabel 66 Tabel 67 Tabel 68
Tabel 70 Tabel 70 Tabel 70 Tabel 70 Tabel 70 Tabel 71 Tabel 71 Tabel 72 Tabel 72 Tabel 72 Tabel 73 Tabel 73 Tabel 73
Tabel 74 Tabel 74 Tabel 74 Tabel 74 Tabel 74 Tabel 75 Tabel 75 Tabel 75 Tabel 76 Tabel 76
NO
INDIKATOR
142 143 144 145
Jumlah Tenaga Kesmas Jumlah Tenaga Sanitasi Jumlah Tenaga Teknisi Medis Jumlah Fisioterapis
D.3 146 147 148
Pembiayaan Kesehatan Total Anggaran Kesehatan APBD Kesehatan thd APBD Kab/Kota Anggaran Kesehatan Perkapita
L
P -
-
ANGKA/NILAI L+P 657.00 Orang 448.00 Orang 530.00 Orang 66.00 Orang
######### Rp 2.88 % 157,149.43 Rp
Satuan
No. Lampiran Tabel 77 Tabel 77 Tabel 78 Tabel 78
Tabel 79 Tabel 79 Tabel 79
TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Badan Pusat Statistik Provinsi - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
LUAS WILAYAH 2 (km ) 3
JUMLAH KECAMATAN
DESA
KELURAHAN
DESA+KEL.
JUMLAH PENDUDUK
4
5
6
7
8
JUMLAH RUMAH TANGGA
RATA-RATA JIWA/RUMAH TANGGA
KEPADATAN PENDUDUK
9
10
11
per km
2
4,160.85 6,380.00 7,820.00 4,983.00 6,147.00 4,870.00 5,330.00 7,160.00 6,340.00 205.38 39.15
12 24 10 8 11 11 13 12 17 8 5
207 203 132 100 145 73 64 100 133 65
2 10 9 13 5 20 6 5 12 62 4
209 213 141 113 150 93 70 105 145 62 69
229,495 333,206 246,245 241,334 342,952 205,272 278,741 297,735 303,135 531,857 82,293
67,017 81,828 59,285 58,761 85,199 51,462 71,228 73,314 73,912 126,829 21,795
3.42 4.07 4.15 4.11 4.03 3.99 3.91 4.06 4.10 4.19 3.78
55.16 52.23 31.49 48.43 55.79 42.15 52.30 41.58 47.81 2,589.62 2,101.99
53,435.38
131
1,222
148
1,370
3,092,265
770,630
4.01
57.87
TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR, RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN, DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH PENDUDUK 3
JUMLAH PENDUDUK 0-4
5-14
4
5
LAKI-LAKI 15-44 45-64 6
7
>=65 8
JUMLAH 9
0-4
5-14
10
11
PEREMPUAN 15-44 45-64 12
13
>=65 14
JUMLAH 15
RASIO RASIO BEBAN JENIS TANG KELAMIN GUNGAN 16
17
229,495 333,206 246,245 241,334 342,952 205,272 278,741 297,735 303,135 531,857 82,293
13,234 19,306 13,158 13,451 18,594 10,290 16,795 16,910 15,096 24,903 3,508
22,983 35,557 25,959 25,857 35,063 20,273 34,542 32,006 31,547 47,244 8,743
57,901 86,538 64,171 62,218 93,886 52,388 68,010 77,474 78,779 141,864 21,414
15,936 25,192 18,986 17,851 25,270 17,211 21,104 22,897 25,073 43,150 5,756
4,512 4,513 3,522 4,138 4,899 5,197 4,324 4,605 4,960 10,941 1,411
114,566 171,106 125,796 123,515 177,712 105,359 144,775 153,892 155,455 268,102 40,832
11,360 16,801 13,892 12,181 17,724 9,866 14,906 15,041 14,137 24,522 6,161
22,243 31,492 24,157 24,559 32,984 19,714 31,515 28,090 30,058 48,520 9,507
58,478 83,498 60,392 59,544 88,478 49,806 65,506 74,745 76,253 142,767 18,802
17,103 23,250 17,286 16,858 21,574 16,004 18,138 20,316 20,946 39,521 5,708
5,745 7,059 4,722 4,677 4,480 4,523 3,901 5,651 6,286 8,425 1,283
114,929 162,100 120,449 117,819 165,240 99,913 133,966 143,843 147,680 263,755 41,461
53.59 52.51 53.10 54.24 49.62 51.59 61.35 52.35 50.78 44.80 59.24
99.68 105.56 104.44 104.83 107.55 105.45 108.07 106.99 105.26 101.65 98.48
3,092,265
165,245
319,774
804,643
238,426
53,022
1,581,110
156,591
302,839
778,269
216,704
56,752
1,511,155
51.73
104.63
Sumber: - Badan Pusat Statistik Provinsi - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Catatan : Jumlah kolom 3 = jumlah kolom 9 + jumlah kolom 15, yaitu sebesar:
3,092,265
TABEL 3 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KELOMPOK UMUR (TAHUN)
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0-4 5-9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+ JUMLAH
Sumber: - Badan Pusat Statistik Provinsi - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI
PEREMPUAN
LAKI-LAKI+PEREMPUAN
3
4
5
165,245 164,070 155,704 137,956 140,802 154,307 142,870 124,677 104,031 86,606 70,938 49,476 31,406 21,954 15,376 15,692
156,591 155,159 147,680 133,375 142,777 152,920 135,097 117,254 96,846 81,216 63,859 41,850 29,779 21,726 16,375 18,651
321,836 319,229 303,384 271,331 283,579 307,227 277,967 241,931 200,877 167,822 134,797 91,326 61,185 43,680 31,751 34,343
1,581,110
1,511,155
3,092,265
TABEL 4 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA 2
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
LAKI-LAKI MELEK JUMLAH HURUF 3
4
%
JUMLAH PENDUDUK USIA 10 KE ATAS PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN MELEK MELEK JUMLAH % JUMLAH % HURUF HURUF
5
6
7
8
9
10
11
92,473 131,753 98,909 98,018 139,903 85,984 114,682 122,861 122,462 213,047 31,703
91,268 130,347 96,127 97,804 136,848 81,656 114,201 119,606 120,985 211,919 31,529
98.70 98.93 97.19 99.78 97.82 94.97 99.58 97.35 98.79 99.47 99.45
96,490 134,245 92,838 94,651 133,071 75,461 99,378 108,865 115,696 215,150 33,560
91,776 131,239 88,780 89,322 126,449 72,558 97,861 106,961 109,030 214,666 33,265
95.11 97.76 95.63 94.37 95.02 96.15 98.47 98.25 94.24 99.78 99.12
188,963 265,998 191,747 192,669 272,974 161,445 214,060 231,726 238,158 428,197 65,263
183,044 261,586 184,907 187,126 263,297 154,214 212,062 226,567 230,015 426,585 64,794
96.87 98.34 96.43 97.12 96.45 95.52 99.07 97.77 96.58 99.62 99.28
1,251,795
1,232,290
98.44
1,199,405
1,161,907
96.87
2,451,200
2,394,197
97.67
Sumber: - Badan Pusat Statistik Provinsi - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 5 PERSENTASE PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERUSIA 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 LAKI-LAKI NO
TIDAK/ TIDAK/ KABUPATEN/KOTA BELUM BELUM PERNAH TAMAT SEKOLAH SD/MI
1
2
3
4
SD/MI
5
SMP/ MTs 6
PEREMPUAN
AK/ SMA/ UNIVER DIPLOM SMK/ MA SITAS A 7
8
9
JUMLAH
10
TIDAK/ BELUM PERNAH SEKOLA H 11
TIDAK/ BELUM TAMAT SD/MI 12
SD/MI
13
SMP/ MTs 14
SMA/ SMK/ MA 15
LAKI-LAKI + PEREMPUAN AK/ UNIVER DIPLO SITAS MA 16
17
JUMLAH
18
TIDAK/ TIDAK/ BELUM BELUM PERNAH TAMAT SEKOLAH SD/MI 19
20
SD/MI
21
SMP/ MTs 22
SMA/ SMK/ MA 23
AK/ UNIVER DIPLO SITAS MA 24
25
JUMLAH
26
1
KERINCI
4,212
20,798
26,581
17,568
16,978
2,212
4,124
92,473
10,685
25,768
22,110
19,467
14,397
2,075
1,988
96,490
14,897
46,566
48,691
37,035
31,375
4,287
6,112
188,963
2
MERANGIN
4,592
23,097
49,353
25,332
23,115
2,251
4,013
131,753
13,731
24,765
46,409
25,957
16,400
3,519
3,464
134,245
18,323
47,862
95,762
51,289
39,515
5,770
7,477
265,998
3
SAROLANGUN
3,153
23,052
30,120
18,608
20,532
1,354
2,090
98,909
9,524
26,948
25,427
15,573
11,447
2,259
1,660
92,838
12,677
50,000
55,547
34,181
31,979
3,613
3,750
191,747
4
BATANGHARI
2,191
23,667
32,140
18,490
18,413
1,183
1,934
98,018
10,608
22,638
29,030
16,572
12,330
1,659
1,814
94,651
12,799
46,305
61,170
35,062
30,743
2,842
3,748
192,669
5
MUARO JAMBI
2,758
25,597
35,420
36,092
35,750
1,102
3,184
139,903
6,070
27,082
44,700
28,397
20,414
3,266
3,142
133,071
8,828
52,679
80,120
64,489
56,164
4,368
6,326
272,974
6
TANJAB TIMUR
5,527
29,947
29,368
12,715
7,200
425
802
85,984
12,091
25,776
19,431
11,472
5,601
491
599
75,461
17,618
55,723
48,799
24,187
12,801
916
1,401
161,445
7
TANJAB BARAT
2,568
28,340
35,529
24,032
20,291
1,214
2,708
114,682
8,264
29,881
27,544
16,236
12,832
2,147
2,474
99,378
10,832
58,221
63,073
40,268
33,123
3,361
5,182
214,060
8
TEBO
3,789
24,838
45,773
26,461
19,364
1,046
1,590
122,861
9,284
26,669
34,535
22,655
12,039
1,798
1,885
108,865
13,073
51,507
80,308
49,116
31,403
2,844
3,475
231,726
9
BUNGO
1,230
23,225
37,250
26,270
29,210
1,759
3,518
122,462
5,728
24,233
36,112
22,301
21,090
3,079
3,153
115,696
6,958
47,458
73,362
48,571
50,300
4,838
6,671
238,158
10 KOTA JAMBI
1,404
27,620
37,997
38,616
84,484
5,214
17,712
213,047
6,382
34,609
44,923
37,559
69,140
7,817
14,720
215,150
7,786
62,229
82,920
76,175
153,624
13,031
32,432
428,197
456
5,543
6,635
5,473
10,202
1,283
2,111
31,703
1,984
8,012
5,241
6,474
8,537
1,842
1,470
33,560
2,440
13,555
11,876
11,947
18,739
3,125
3,581
65,263
31,880
255,724
366,166
249,657
285,539
19,043
43,786
1,251,795
94,351
276,381
335,462
222,663
204,227
29,952
36,369
1,199,405
126,231
532,105
701,628
472,320
489,766
48,995
80,155
2,451,200
11 KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Badan Pusat Statistik - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 6 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PUSKESMAS
JUMLAH PROVINSI ANGKA LAHIR MATI (DILAPORKAN)
3
LAKI-LAKI HIDUP
MATI
HIDUP + MATI
4
5
6
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
JUMLAH KELAHIRAN PEREMPUAN HIDUP + HIDUP MATI MATI 7
8
9
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 #DIV/0!
0
10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 #DIV/0!
LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP + HIDUP MATI MATI
0
11
12
4,555 7,139 4,463 5,580 7,090 5,082 6,339 5,888 6,853 11,540 1,582
32 75 48 47 29 17 33 10 18 24 6
4,587 7,214 4,511 5,627 7,119 5,099 6,372 5,898 6,871 11,564 1,588
66,111
339 5.1
66,450
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
TABEL 7 JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 JUMLAH KEMATIAN NO
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
2
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
3
LAKI - LAKI
ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN)
LAKI - LAKI + PEREMPUAN
BAYI
ANAK BALITA
BALITA
BAYI
ANAK BALITA
BALITA
BAYI
ANAK BALITA
BALITA
4
5
6
7
8
9
10
11
12
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
PEREMPUAN
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
4 34 -
7 10 -
-
2 1
2 4 3
6 2 3 8 3
11 44
5 2 -
4 5 3 6 2 8 10 3
63
33
96
0.95
0.50
1.45
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan : Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
TABEL 8 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PUSKESMAS LAHIR HIDUP 3
4
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
4,555 7,139 4,463 5,580 7,090 5,082 6,339 5,888 6,853 11,540 1,582
JUMLAH PROVINSI 172 ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN)
66,111
JUMLAH KEMATIAN IBU KEMATIAN IBU HAMIL KEMATIAN IBU BERSALIN KEMATIAN IBU NIFAS < 20 20-34 ≥35 JUML < 20 20-34 ≥35 JUML < 20 20-34 ≥35 JUML Thn Thn Thn AH Thn Thn Thn AH Thn Thn Thn AH 5
6
7
8
9
10
11
1 5 2 1 2 3 3 2 3 -
-
22
13
14
15
2 4 3 1 6 1 10 7 2 2 1
-
-
12
-
-
-
39
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan: - Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas - Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi
16
1 3 4 1 2 4 2 -
-
-
17
JUMLAH KEMATIAN IBU < 20 20-34 ≥35 JUMLAH Thn Thn Thn 17
18
19
20
-
-
-
4 12 9 3 6 3 15 14 4 7 1
-
-
-
78 118.0
TABEL 9 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) DAN AFP RATE (NON POLIO) MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH
JUMLAH PENDUDUK <15
JUMLAH KASUS
AFP RATE
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI AFP RATE (NON POLIO)
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
69,820 103,156 77,166 76,048 104,365 60,143 97,758 92,047 90,838 145,189 27,919
2 2 1 0 2 3 2 1 1 5 0
2,00 2,00 2,00 0.00 2,00 3,00 1,51 2,00 1,00 3,33 0,00
944,449
19 2.01
2,12
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di di RS
Catatan : Jumlah kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 3, yaitu sebesar:
944,449
TABEL 10 JUMLAH KASUS BARU TB PARU DAN KEMATIAN AKIBAT TB PARU MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 JUMLAH KASUS TB PARU NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH PENDUDUK
KASUS BARU
KASUS LAMA
KASUS BARU + KASUS LAMA L P L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
125 113 117 60 127 81 128 86 150 180 24 1,191
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
114,566 171,106 125,796 123,515 177,712 105,359 144,775 153,892 155,455 268,102 40,832
114,929 162,100 120,449 117,819 165,240 99,913 133,966 143,843 147,680 263,755 41,461
229,495 333,206 246,245 241,334 342,952 205,272 278,741 297,735 303,135 531,857 82,293
107 168 163 129 206 155 207 145 259 376 52
125 113 117 59 127 80 127 86 150 174 24
232 281 280 188 333 235 334 231 409 550 76
0 3 0 3 3 2 0 5 14 6 0
0 0 0 1 0 1 1 0 0 6 0
0 3 0 4 3 3 1 5 14 12 0
107 171 163 132 209 157 207 150 273 382 52
172
1,581,110
1,511,155
3,092,265
1,967
1,182
3,149
36
9
45
2,003
124.4
78.2
101.8
ANGKA INSIDENS PER 100.000 PENDUDUK Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Keterangan: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS 3,092,265 Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar:
PREVALENSI (PER 100.000 PENDUDUK)
JUMLAH KEMATIAN AKIBAT TB PARU L P L+P
L
P
L+P
16
17
18
232 284 280 192 336 238 335 236 423 562 76
93.4 99.9 129.6 106.9 117.6 149.0 143.0 97.5 175.6 142.5 127.4
108.8 69.7 97.1 50.9 76.9 81.1 95.5 59.8 101.6 68.2 57.9
101.1 85.2 113.7 79.6 98.0 115.9 120.2 79.3 139.5 105.7 92.4
3,194
126.7
78.8
103.3
0
0
90
KEMATIAN PER 100.000 PENDUDUK
0.0
0.0
2.9
19
20
21
4 15 5 8 4 14 12 10 2 11 5
TABEL 11 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPTEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
TB PARU
JUMLAH PERKIRAAN KASUS BARU
KLINIS
BTA (+)
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
9
10
11
12
ANGKA PENEMUAN KASUS (CDR) L P L+P 13
14
15
1
KERINCI
18
380
17
11
28
107
125
232
61.05
2
MERANGIN
18
487
18
24
42
168
113
281
57.70
3
SAROLANGUN
12
356
11
6
17
163
117
280
78.65
4
BATANGHARI
16
362
17
16
33
129
59
188
51.93
5
MUARO JAMBI
18
507
19
4
23
206
127
333
65.68
6
TANJAB TIMUR
17
342
9
7
16
155
80
235
68.71
7
TANJAB BARAT
16
426
14
7
21
207
127
334
78.40
8
TEBO
14
442
5
6
11
145
86
231
52.26
9
BUNGO
18
466
14
9
23
259
150
409
87.77
10 KOTA JAMBI
20
875
26
27
53
376
174
550
62.86
5
136
5
6
11
52
24
76
55.88
4,779
155
123
278
1,967
1,182
3,149
65.89
11 KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
172
0
0
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 12 JUMLAH KASUS DAN KESEMBUHAN TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2009 TB PARU BTA (+) DIOBATI NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
L
P
KESEMBUHAN L
L+P
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
4
5
6
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
84 150 108 101 227 172 222 122 183 299 27
73 78 57 69 130 110 118 78 128 188 21
157 228 165 170 357 282 340 200 311 487 48
172
1,695
1,050
2,745
7
P
L+P
L
P
ANGKA KESUKSESAN (SUCCESS RATE/SR)
L+P
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
L
P
L+P
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0
PENGOBATAN LENGKAP
0.00
0
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
147 154 144 150 342 240 300 182 309 450 40
93.63 67.54 87.27 88.24 95.80 85.11 88.24 91.00 99.36 92.40 83.33
0.00
2,458
89.54
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0
0.00
0
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3 41 11 10 10 25 13 2 0 12 0
1.91 17.98 6.67 5.88 2.80 8.87 3.82 1.00 0.00 2.46 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
95.54 85.53 93.94 89,47 98.60 93.97 92.06 92.00 99.36 94.87 83.33
0.00
127
4.63
0.00
0.00
94.17
TABEL 13 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
JUMLAH BALITA
JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA L P L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
9
PNEUMONIA PADA BALITA PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH 10
11
12
13
14
% 15
1
KERINCI
18
13,234
11,360
24,594
1,323
1,136
2,459
0.0
0.0
112
4.6
2
MERANGIN
18
19,306
16,801
36,107
1,931
1,680
3,611
0.0
0.0
1,535
42.5
3
SAROLANGUN
12
13,158
13,892
27,050
1,316
1,389
2,705
0.0
0.0
79
2.9
4
BATANGHARI
16
13,451
12,181
25,632
1,345
1,218
2,563
0.0
0.0
184
7.2
5
MUARO JAMBI
18
18,594
17,724
36,318
1,859
1,772
3,632
0.0
0.0
221
6.1
6
TANJAB TIMUR
17
10,290
9,866
20,156
1,029
987
2,016
0.0
0.0
59
2.9
7
TANJAB BARAT
16
16,795
14,906
31,701
1,680
1,491
3,170
0.0
0.0
51
1.6
8
TEBO
14
16,910
15,041
31,951
1,691
1,504
3,195
0.0
0.0
251
7.9
9
BUNGO
18
15,096
14,137
29,233
1,510
1,414
2,923
0.0
0.0
892
30.5
10 KOTA JAMBI
20
24,903
24,522
49,425
2,490
2,452
4,943
0.0
0.0
1,760
35.6
5
3,508
6,161
9,669
351
616
967
0.0
0.0
51
5.3
172
165,245
156,591
321,836
16,525
15,659
32,184
0.0
5,195
16.1
11 KOTA SUNGAI PENUH JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
0
0.0
0
TABEL 14 JUMLAH KASUS BARU HIV, AIDS, DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINNYA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 JUMLAH KASUS BARU NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
HIV L
P
L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
9
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
AIDS
1 2 0 2 8 2 5 4 4 215 0 0
0
243
0
0
INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINNYA L P L+P 10
11
12
2 6 1 8 17 2 4 2 11 196 0
0 21 3 6 106 3 0 14 2 0 89
0 6 0 0 125 0 0 7 3 0 84
0 27 3 6 231 3 0 21 5 0 173
249
244
225
469
JUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS L
P
L+P
13
14
15
1
0
1
0
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Ket: Jumlah kasus baru adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
TABEL 15 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV-AIDS MENURUT JENIS KELAMIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO 1
UNIT TRANSFUSI DARAH
JUMLAH PENDONOR
2
1 Unit Donor Darah PMI Kota Jambi
JUMLAH
L
P
L+P
L JUMLAH
3
4
5
6
7,577
1,546
0 9,123
7,577
1,546
9,123
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
DONOR DARAH SAMPEL DARAH DIPERIKSA P L+P % JUMLAH % JUMLAH % 7
8
9
10
11
L JUMLAH
%
12
13
7,577
100.00
1,546
100.00
9,123
100.00
5
0.07
7,577
100.00
1,546
100.00
9,123
100.00
5
0.07
POSITIF HIV P JUMLAH % 14
15
0
L+P JUMLAH % 16
17
0.00
5
0.05
-
5
0.05
TABEL 16 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 DIARE NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH PUSKESMAS 3
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
JUMLAH PERKIRAAAN KASUS
JUMLAH PENDUDUK
DIARE DITANGANI P
L
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
114,566 171,106 125,796 123,515 177,712 105,359 144,775 153,892 155,455 268,102 40,832
114,929 162,100 120,449 117,819 165,240 99,913 133,966 143,843 147,680 263,755 41,461
229,495 333,206 246,245 241,334 342,952 205,272 278,741 297,735 303,135 531,857 82,293
4,846 7,238 5,321 5,225 7,517 4,457 6,124 6,510 6,576 11,341 1,727
4,861 6,857 5,095 4,984 6,990 4,226 5,667 6,085 6,247 11,157 1,754
9,708 14,095 10,416 10,208 14,507 8,683 11,791 12,594 12,823 22,498 3,481
172 1,581,110
1,511,155
3,092,265
66,881
63,922
130,803
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
0.0
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4,896 10,806 5,567 7,691 5,942 3,896 8,990 6,344 7,842 13,980 2,347
50.43 76.67 53.45 75.34 40.96 44.87 76.25 50.37 61.16 62.14 67.42
0.0
78,301
59.86
TABEL 17 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 KASUS BARU NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
JUMLAH PUSKESMAS 3
Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering 0-14 TAHUN ≥ 15 TAHUN L P L+P L P L+P L 4
5
1
KERINCI
18
2
MERANGIN
18
3
SAROLANGUN
12
4
BATANGHARI
16
0
5
MUARO JAMBI
18
6
TANJAB TIMUR
17
7
TANJAB BARAT
16
8
TEBO
14
9
BUNGO
18
6
10 KOTA JAMBI
20
1
11 KOTA SUNGAI PENUH JUMLAH PROVINSI
6
8
9
0
10
11
13
14
15
16
17
18
JUMLAH P L+P
19
20
21
PB + MB L
P
L+P
22
23
24
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
2
0
2
1
3
2
1
3
3
2
5
0
1
1
1
0
1
1
1
3
1
4
4
1
5
5
1
6
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
2
2
4
2
2
4
2
3
5
1
1
2
1
1
1
2
3
1
1
4
3
7
4
4
8
5
6
11
2
2
24
10
34
24
12
36
30
14
44
0
0
0
1
4
1
5
5
1
6
5
1
6
0
6
2
8
6
2
8
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
0
4
1
5
4
1
5
5
1
6
2
8
3
1
4
9
3
12
0
10
0
10
10
0
10
19
3
22
1
2
1
1
1
2
3
0
5
2
7
5
2
7
6
4
10
0
0
0
0
0
3
3
6
3
3
6
3
3
6
18
20
11
31
5
62
24
86
64
27
91
84
38
122
5.31
2.51
3.95
0 8
6
14
12
5
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
12
Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah 0-14 TAHUN ≥ 15 TAHUN L P L+P L P L+P L
1
1
5 172
7
JUMLAH P L+P
1
2
3
TABEL 18 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
KASUS BARU JUMLAH PENDERITA KUSTA 0-14 TAHUN PENDERITA KUSTA PUSKESMAS L P L+P JUMLAH JUMLAH % % % L P L+P JUMLAH 3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
1 3 5 2 5 30 5 5 19 6 3
2 1 3 6 14 1 1 3 4 3
1 5 6 5 11 44 6 6 22 10 6
1 1 1 6 1 -
0.00 0.00 20.00 0.00 20.00 0.00 20.00 0.00 31.58 16.67 0.00
1 1 2 2 2 1 -
50.00 0.00 33.33 33.33 14.29 0.00 0.00 66.67 25.00 0.00
1 1 1 3 2 1 8 2 -
0.00 20.00 16.67 20.00 27.27 4.55 16.67 0.00 36.36 20.00 0.00
172
84
38
122
10
11.90
9
23.68
19
15.57
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
L JUMLAH 13
CACAT TINGKAT 2 P L+P JUMLAH % JUMLAH % % 14
-
15
16
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1 1 1
0.00
17
18
3
50.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
1 1 1 3
100.00 20.00 16.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 50.00
6
15.79
6
4.92
TABEL 19 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA 2
JUMLAH PUSKESMAS 3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
L+P
4
5
6
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
-
172
-
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
L
PB P
7
8
9
-
-
-
KASUS TERCATAT MB L P L+P
-
2 1 1 3 9 1 11 3 -
-
31
-
-
L
JUMLAH P
L+P
10
11
12
1 8 6 8 14 61 12 8 11 17 6
-
-
1 10 7 9 17 70 13 8 22 20 6
152
-
-
183
0.0
0.0
0.59
TABEL 20 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA 2
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH PUSKESMAS 3
KUSTA (PB) PENDERITA PB 2009 L L P L+P JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
4
8
9
10
11
5
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan : Penderita PB tahun X - 1, Penderita MB tahun X - 2 X = tahun data.
6
7
1 1 1 -
RFT PB P
%
KUSTA (MB) PENDERITA MB 2008 L L P L+P JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
12
13
17
18
19
20
21
L+P
1 3
0.0 100.0 300.0
1 7
100.0 87.5
1 1
100.0 100.0
14
100.0
14
15
3 6 6 19 21 46 9 3 9 17 -
1 8
-
1 1
14
16
RFT MB P
0
0
139
0
0
L+P
2 2 5 15 10 18 1 3 1 11 -
66.7 33.3 83.3 78.9 47.6 39.1 11.1 100.0 11.1 64.7 -
68
48.9
TABEL 21 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA 2
JUMLAH PUSKESMAS 3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI CASE FATALITY RATE (%)
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
DIFTERI JUMLAH KASUS L P L+P 4
5
6
PERTUSIS
JUMLAH KASUS PD3I TETANUS (NON NEONATORUM)
MENINGGAL
L
P
L+P
7
8
9
10
JUMLAH KASUS L P L+P 11
12
TETANUS NEONATORUM
MENINGGAL
13
14
JUMLAH KASUS L P L+P 15
16
MENINGGAL
17
18
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
0 0 0 0 0 0 13 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 22 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 56 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 38 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 94 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
172
13
9
22
0
56
38
94
4
2
6
0
0
0
0
0
0.00
0.00
#DIV/0!
TABEL 22 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 JUMLAH KASUS PD3I NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS L
1
2
3
CAMPAK JUMLAH KASUS P L+P
4
5
POLIO MENINGGAL
6
7
HEPATITIS B
L
P
L+P
L
P
L+P
8
9
10
11
12
13
1
KERINCI
18
0
2
0
2
MERANGIN
18
19
2
0
3
SAROLANGUN
12
0
1
0
4
BATANGHARI
16
13
1
0
5
MUARO JAMBI
18
19
2
0
6
TANJAB TIMUR
17
0
2
0
7
TANJAB BARAT
16
136
1
9
8
TEBO
14
0
1
0
9
BUNGO
18
0
1
0
10 KOTA JAMBI
20
192
5
0
5
4
0
0
11 KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
175
CASE FATALITY RATE (%)
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
0
0
383
0 0.0
0
0
18
0
0
9
TABEL 23 JUMLAH KASUS DBD MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) NO 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA JUMLAH PUSKESMAS 2
3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK
JUMLAH KASUS
CFR (%)
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
9
10
11
12
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
MENINGGAL
0 0 0 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
15 15 3 17 115 0 0 0.0
0 0.0
167 5.4
0
0
1
0.0 0.0 0.0 0.0 #VALUE! 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
0.0
0.6
TABEL 24 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
4
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
MALARIA PENDERITA TANPA PEMERIKSAAN DENGAN PEMERIKSAAN MENINGGAL SEDIAAN DARAH SEDIAAN DARAH L P L+P L P L+P L P L+P 5
6
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
ANGKA KESAKITAN (API) PER 1.000 PENDUDUK Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
7
8
9
51 2,705 3,362 1,069 1,602 591 2,663 3,968 1,293 0 51 0
0
17,355
10
11
12
75 5,568 338 4,269 4,536 61 672 1,438 824 6,552 3 0
0
24,336
0.0
0.0
7.87
0
0
CFR L
P
L+P
13
14
15
0 2 0 0 0 0 1 1 1 36 0
0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.02 0.05 0.55 0.00
41
0.10
TABEL 25 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 PENDERITA FILARIASIS NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
KASUS BARU DITEMUKAN
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
L
P
L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
9
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
JUMLAH PROVINSI 172 ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA)
JUMLAH SELURUH KASUS
0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
7
2 11 3 58 126 57 22 6 5 10 0 0 0
0 0
300 10
TABEL 26 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
JUMLAH PUSKESMAS 3
JUMLAH LAHIR HIDUP
L
L
P
L+P
JUMLAH
4
5
6
7
BAYI BARU LAHIR DITIMBANG P L+P %
JUMLAH
8
9
%
JUMLAH
10
11
BBLR P
L %
JUMLAH
12
13
%
JUMLAH
14
15
L+P %
JUMLAH
%
16
17
18
1
KERINCI
18
4,555
4,555
100.0
87
1.9
2
MERANGIN
18
7,139
7,139
100.0
52
0.7
3
SAROLANGUN
12
4,463
4,463
100.0
56
1.3
4
BATANGHARI
16
5,580
5,580
100.0
56
1.0
5
MUARO JAMBI
18
7,090
7,288
102.8
58
0.8
6
TANJAB TIMUR
17
5,082
5,082
100.0
25
0.5
7
TANJAB BARAT
16
6,339
6,410
101.1
71
1.1
8
TEBO
14
5,888
5,888
100.0
58
1.0
9
BUNGO
18
6,853
6,853
100.0
17
0.2
10 KOTA JAMBI
20
11,540
11,540
100.0
32
0.3
5
1,582
1,582
100.0
3
0.2
66,111
66,380
100.4
515
0.8
11 KOTA SUNGAI PENUH JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 27 STATUS GIZI BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 BALITA NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
JUMLAH PUSKESMAS 3
BALITA DITIMBANG
GIZI LEBIH L
GIZI BAIK
P
L+P
L
GIZI KURANG
P
L+P
L
GIZI BURUK
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
KERINCI
18
0
0
11,804
40
0.34
10,562
89.48
1,175
9.95
27
0.23
2
MERANGIN
18
0
0
16,031
322
2.01
14,291
89.15
473
2.95
945
5.89
3
SAROLANGUN
12
0
0
8,335
177
2.12
7,805
93.64
316
3.79
37
0.44
4
BATANGHARI
16
0
0
13,642
96
0.70
13,323
97.66
211
1.55
12
0.09
5
MUARO JAMBI
18
0
0
26,067
298
1.14
25,628
98.32
124
0.48
17
0.07
6
TANJAB TIMUR
17
0
0
15,298
115
0.75
15,008
98.10
156
1.02
19
0.12
7
TANJAB BARAT
16
0
0
21,851
23
0.11
21,759
99.58
66
0.30
3
0.01
8
TEBO
14
0
0
20,536
152
0.74
20,172
98.23
195
0.95
17
0.08
9
BUNGO
18
0
0
22,754
270
1.19
21,930
96.38
522
2.29
32
0.14
10 KOTA JAMBI
20
0
0
25,231
0
0.00
24,456
96.93
650
2.58
125
0.50
5
0
0
5,865
163
2.78
5,319
90.69
373
6.36
10
0.17
172
0
0
187,414
1,656
0.88
180,253
96.18
4,261
2.27
1,244
0.66
11 KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 28 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 IBU HAMIL
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
JUMLAH
K1
%
K4
%
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
IBU BERSALIN DITOLONG JUMLAH NAKES 9
10
% 11
JUMLAH 12
IBU NIFAS MENDAPAT YANKES 13
% 14
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
5,214 9,496 6,116 6,186 8,017 5,738 7,366 7,207 7,812 11,991 1,814
5,217 8,563 5,401 5,948 7,695 5,582 6,478 6,895 7,547 12,478 1,756
100.1 90.2 88.3 96.2 96.0 97.3 87.9 95.7 96.6 104.1 96.8
4,781 7,674 4,827 5,285 7,309 5,445 6,018 6,189 7,223 11,345 1,706
91.7 80.8 78.9 85.4 91.2 94.9 81.7 85.9 92.5 94.6 94.0
4,978 9,064 5,840 5,905 7,652 5,477 7,030 6,541 7,457 11,456 1,732
4,305 6,862 4,350 5,208 6,599 4,946 5,740 5,425 6,874 11,564 1,591
86.5 75.7 74.5 88.2 86.2 90.3 81.7 82.9 92.2 100.9 91.9
4,978 9,064 5,840 5,905 7,652 5,477 7,030 6,541 7,457 11,456 1,732
3,888 6,908 3,774 5,626 7,140 4,023 4,738 5,694 5,402 6,968 1,552
78.1 76.2 64.6 95.3 93.3 73.5 67.4 87.1 72.4 60.8 89.6
172
76,957
73,560
95.6
67,802
88.1
73,132
63,464
86.8
73,132
55,713
76.2
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 29 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
JUMLAH IBU HAMIL
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL TT-1 JUMLAH
%
TT-2 JUMLAH
%
5
6
7
8
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
6,366 9,969 6,116 6,186 8,016 5,740 7,365 7,206 7,812 11,991 2,241
4,747 7,165 4,521 5,835 4,817 4,170 6,033 6,266 7,066 5,632 1,476
74.6 71.9 73.9 94.3 60.1 72.6 81.9 87.0 90.5 47.0 65.9
4,668 6,690 3,980 5,285 4,968 3,979 5,130 5,805 6,594 4,619 1,375
73.3 67.1 65.1 85,4 62.0 72,6 69.7 80.6 84.4 38.5 61.4
172
79,008
57,728
73.1
53,093
67.2
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TT-3 JUMLAH 9
% 10
0 1,730 0
1,730
21.6 2.2
TT-4 JUMLAH 11
TT-5 JUMLAH
% 12
0
0
0
13
% 14
TT2+ JUMLAH % 15
16
-
0 44 0 0 382 53 0 0 253 1,561 59
0.4 4.8 0.9 3.2 13.0 2.6
4,668 6,734 3,980 5,426 7,080 4,032 5,130 5,805 6,847 6,180 1,434
73.3 67.5 65.1 87.7 88.3 70.2 69.7 80.6 87.6 51.5 64.0
-
2,630
3.3
57,316
72.5
TABEL 30 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 FE1 (30 TABLET)
FE3 (90 TABLET)
NO
KABUPATN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
JUMLAH IBU HAMIL
JUMLAH
%
JUMLAH
%
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
6,366 9,969 6,116 6,186 8,016 5,740 7,365 7,206 7,812 11,991 2,241
5,049 6,083 5,019 5,741 7,695 4,543 5,678 3,984 5,414 11,039 1,529
79.31 61.02 82.06 92.81 96.00 79.15 77.09 55.29 69.30 92.06 68.23
4,647 4,790 4,472 5,275 7,309 4,218 5,362 5,967 4,250 10,645 1,442
73.00 48.05 73.12 85.27 91.18 73.48 72.80 82.81 54.40 88.77 64.35
172
79,008
61,774
78.19
58,377
73.89
TABEL 31 JUMLAH DAN PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATAL RISIKO TINGGI/KOMPLIKASI DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 BUMIL
NO 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA 2
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH JUMLAH BUMIL RISTI/ RISTI/KOMPLIKAS I DITANGANI PUSKESMAS IBU HAMIL KOMPLIKASI S % 3
4
5
JUMLAH LAHIR HIDUP L
P
L+P
L
P
L+P
10
11
12
13
6
7
8
9
NEONATAL RISTI/KOMPLIKASI DITANGANI
PERKIRAAN NEONATAL RISTI/KOMPLIKASI
L
P
L+P
S
%
S
%
S
%
14
15
16
17
18
19
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
5,214 9,496 6,116 6,186 8,017 5,738 7,366 7,207 7,812 11,991 1,814
1,043 1,899 1,223 1,237 1,603 1,148 1,473 1,441 1,562 2,398 363
454 668 251 567 1242 661 343 742 208 149 60
43.5 35.2 20.5 45,8 77.5 57.6 23.3 51.5 13.3 6.2 16.5
-
-
4,555 7,139 4,463 5,580 7,090 5,082 6,339 5,888 6,853 11,540 1,582
-
-
683 1,071 669 837 1,064 762 951 883 1,028 1,731 237
111 136 175 103 258 580 168 367 62 58 37
16.2 12.7 26.1 12.3 24.3 76.1 17.7 41.6 6.0 3.4 15.6
172
76,957
15,391
5345
34.7
-
-
66,111
-
-
9,917
2,055
20.7
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 32 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA
2
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH PUSKESMAS 3
JUMLAH L
P
L+P
4
5
6
BAYI BAYI 6-11 BULAN MENDAPAT VIT A L P L+P % % % S S S
L
P
7
13
14
8
9
10
11
12
JUMLAH
ANAK BALITA (1-4 TAHUN) MENDAPAT VIT A 2X L P L+P L+P % % S S S 15
16
17
18
19
20
% 21
IBU NIFAS MENDAPAT JUMLAH VIT A % S 22
23
24
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
4,846 8,631 5,563 4,713 7,288 5,216 6,695 6,541 7,102 10,144 1,685
2,472 3,640 2,393 2,734 3,537 2,344 2,446 3,003 3,467 6,083 1,125
51.0 42.2 43.0 58.0 48.5 44.9 36.5 45.9 48.8 60.0 66.8
13,234 19,306 13,158 13,451 18,594 10,290 16,795 16,910 15,096 24,903 3,508
11,360 16,801 13,892 12,181 17,724 9,866 14,906 15,041 14,137 24,522 6,161
24,594 36,107 27,050 25,632 36,318 20,156 31,701 31,951 29,233 49,425 9,669
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15,218 20,244 11,483 14,072 21,678 14,681 18,580 23,164 19,299 38,001 5,354
61.88 56.07 42.45 54.90 59.69 72.84 58.61 72.50 66.02 76.89 55.37
4,978 9,064 5,840 5,905 7,652 5,477 7,030 6,541 7,457 11,456 1,732
4,245 6,797 4,342 5,627 7,140 5,015 4,855 5,723 6,299 11,291 1,590
85.28 74.99 74.35 95.29 93.31 91.56 69.06 87.49 84.47 98.56 91.80
172
68,424
33,244
48.6
165,245
156,591
321,836
0
0
201,774
62.69
73,132
62,924
86.04
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 33 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 PESERTA KB AKTIF NO
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA
2
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
3
NON MKJP
MKJP
JUMLAH PUSKESMAS IUD
%
MOP
%
MOW
%
4
5
8
9
IM PLAN
%
10
11
JUMLAH
%
12
13
SUNTIK
%
14
15
6
7
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
10,814 2,183 613 1,104 1,091 1,195 2,624 1,890 2,465 4,347 2,394
23.3 3.9 1.6 3.0 2.0 4.0 5.3 3.8 4.3 6.2 16.3
29 132 36 49 77 119 137 217 125 133 10
0.1 556 0.2 304 0.1 164 0.1 258 0.1 393 0.4 130 0.3 242 0.4 323 0.2 404 0.2 1,087 0.1 139
1.2 0.5 0.4 0.7 0.7 0.4 0.5 0.6 0.7 1.6 0.9
4,924 7,098 6,459 4,965 5,086 3,407 5,929 11,499 9,225 3,127 2,625
10.6 12.6 16.7 13.4 9.6 11.4 12.0 22.9 16.3 4.5 17.9
16,323 9,717 7,272 6,376 6,647 4,851 8,932 13,929 12,219 8,694 5,168
35.1 17.3 18.8 17.2 12.5 16.3 18.0 27.7 21.5 12.4 35.2
13,003 21,138 16,627 15,981 24,088 12,124 21,439 20,224 22,733 31,438 4,316
172
30,720
6.1
1,064
0.2 4,000
0.8
64,344
12.8 100,128
19.9
203,111
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
28.0 37.7 43.0 43.2 45.2 40.7 43.2 40.2 40.1 44.9 29.4
PIL
%
KON DOM
%
OBAT VAGINA
%
LAIN NYA
%
16
17
18
19
20
21
22
23
16,281 22,734 13,998 13,714 21,164 11,532 16,588 14,213 19,858 26,928 4,932
35.0 422 40.5 1,200 36.2 383 37.1 434 39.7 638 38.7 575 33.4 1,248 28.3 860 35.0 913 38.4 1,434 33.6 128
0.9 2.1 1.0 1.2 1.2 1.9 2.5 1.7 1.6 2.0 0.9
40.4 181,942
36.2 8,235
1.6
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0
451 1,332 419 483 715 694 1,385 1,077 1,038 1,567 138
0.0 9,299
1.0 2.4 1.1 1.3 1.3 2.3 2.8 2.1 1.8 2.2 0.9
JUMLAH
%
24
25
30,157 46,404 31,427 30,612 46,605 24,925 40,660 36,374 44,542 61,367 9,514
1.8 402,587
64.9 82.7 81.2 82.8 87.5 83.7 82.0 72.3 78.5 87.6 64.8
MKJP + NON MKJP
% MKJP + NON MKJP
26
27
46,480 56,121 38,699 36,988 53,252 29,776 49,592 50,303 56,761 70,061 14,682
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
80.1 502,715
100.0
TABEL 34 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 PESERTA KB BARU NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
NON MKJP
MKJP IUD
%
MOP
%
MOW
%
IMPLAN
%
JUMLAH
%
SUNTIK
%
PIL
%
KONDOM
%
OBAT VAGINA
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
1,102 597 178 131 247 297 359 253 429 731 176
9.5 4.2 1.7 1.6 1.8 2.6 2.1 1.6 2.5 5.0 5.5
0 19 1 5 0 19 12 19 22 35 0
0.0 0.1 0.0 0.1 0.0 0.2 0.1 0.1 0.1 0.2 0.0
42 10 38 77 31 16 9 15 39 85 2
0.4 0.1 0.4 1.0 0.2 0.1 0.1 0.1 0.2 0.6 0.1
955 857 920 908 1,419 889 766 1,673 1,166 543 482
8.2 6.0 8.6 11.3 10.4 7.7 4.5 10.6 6.9 3.7 15.2
172
4,500
3.3
132
0.1
364
0.3
10,578
7.7
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
2,099 1,483 1,137 1,121 1,697 1,221 1,146 1,960 1,656 1,394 660
18.1 10.3 10.7 14.0 12.4 10.6 6.7 12.4 9.8 9.6 20.8
4,882 6,601 5,581 3,848 6,184 5,075 6,092 7,607 8,618 8,076 1,347
42.1 46.0 52.4 48.0 45.2 44.2 35.4 48.0 50.8 55.7 42.4
3,996 5,498 3,352 2,809 4,880 4,135 8,443 5,078 5,862 4,077 1,015
34.4 38.3 31.5 35.0 35.7 36.0 49.1 32.1 34.6 28.1 31.9
312 379 285 119 457 516 755 584 403 459 79
2.7 2.6 2.7 1.5 3.3 4.5 4.4 3.7 2.4 3.2 2.5
15,574 11.3
63,911
46.5
49,145
35.8
4,348
3.2
0
%
LAIN NYA
%
JUMLAH
%
21
22
23
24
25
% MKJP + MKJP + NON MKJP NON MKJP 26
27
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
312 398 286 124 457 535 767 603 425 494 79
2.7 2.8 2.7 1.5 3.3 4.7 4.5 3.8 2.5 3.4 2.5
9,502 12,876 9,504 6,900 11,978 10,261 16,057 13,872 15,308 13,106 2,520
81.9 89.7 89.3 86.0 87.6 89.4 93.3 87.6 90.2 90.4 79.2
11,601 14,359 10,641 8,021 13,675 11,482 17,203 15,832 16,964 14,500 3,180
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
0.0
4,480
3.3
121,884
88.7
137,458
100.0
TABEL 35 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
JUMLAH PUS
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
PESERTA KB AKTIF
PESERTA KB BARU JUMLAH
%
JUMLAH
%
5
6
7
8
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
37,777 51,688 29,257 38,257 50,700 33,986 43,704 42,247 46,573 78,862 13,001
11,601 14,359 10,641 6,662 13,675 11,482 17,203 15,832 16,964 14,500 3,180
30.7 27.8 36.4 17.4 27.0 33.8 39.4 37.5 36.4 18.4 24.5
46,480 56,121 38,699 36,988 53,252 29,776 49,592 50,303 56,761 70,061 14,682
123.0 108.6 132.3 96.7 105.0 87.6 113.5 119.1 121.9 88.8 112.9
172
466,052
136,099
29.2
502,715
107.9
TABEL 36 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
JUMLAH BAYI LAHIR HIDUP L
P
L +P
4
5
6
KUNJUNGAN NEONATUS 1 KALI (KN1) L P L+P JUMLAH JUMLAH JUMLAH % % % 7
8
9
10
11
12
KUNJUNGAN NEONATUS 3 KALI (KN LENGKAP) L P L+P JUMLAH JUMLAH JUMLAH % % % 13
14
15
16
17
18
1
KERINCI
18
4,555
4,550
99.9
4,088
89.7
2
MERANGIN
18
7,139
6,703
93.9
6,529
91.5
3
SAROLANGUN
12
4,463
4,401
98.6
3,001
67.2
4
BATANGHARI
16
5,580
5,580
100.0
5,570
99.8
5
MUARO JAMBI
18
7,090
6,599
93.1
6,596
93.0
6
TANJAB TIMUR
17
5,082
5,006
98.5
3,666
72.1
7
TANJAB BARAT
16
6,339
5,834
92.0
4,699
74.1
8
TEBO
14
5,888
5,888
100.0
5,692
96.7
9
BUNGO
18
6,853
6,204
90.5
6,489
94.7
10 KOTA JAMBI
20
11,540
10,120
87.7
8,851
76.7
5
1,582
1,578
99.7
1,459
92.2
172
66,111
62,463
94.5
56,640
85.7
11 KOTA SUNGAI PENUH JUMLAH PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 37 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
KUNJUNGAN BAYI (MINIMAL 4 KALI)
JUMLAH BAYI
JUMLAH PUSKESMAS L 4
3
P 5
L L+P 6
JUMLAH 7
% 8
P JUMLAH 9
% 10
L+P JUMLAH % 11 12
1
KERINCI
18
0
0
4,846
4,887
100.8
2
MERANGIN
18
0
0
8,631
7,081
82.0
3
SAROLANGUN
12
0
0
5,563
3,554
63.9
4
BATANGHARI
16
0
0
5,624
5,584
99.3
5
MUARO JAMBI
18
0
0
7,288
8,124
111.5
6
TANJAB TIMUR
17
0
0
5,216
4,281
82.1
7
TANJAB BARAT
16
0
0
6,695
6,223
92.9
8
TEBO
14
0
0
6,541
5,692
87.0
9
BUNGO
18
0
0
7,102
3,937
55.4
10 KOTA JAMBI
20
0
0
10,144
11,169
110.1
5
0
0
1,685
1,510
89.6
172
0
0
69,335
62,042
89.5
11 KOTA SUNGAI PENUH JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 38 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMAH PUSKESMAS
JUMLAH DESA/ KEL
DESA/ KEL UCI
% DESA/ KEL UCI
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
209 213 141 113 150 93 70 105 145 62 69
175 172 102 102 150 85 67 99 131 62 69
83.7 80.8 72.3 90.3 100.0 91.4 95.7 94.3 90.3 100.0 100.0
172
1,370
1,214
88.6
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 39 CAKUPAN IMUNISASI DPT, HB, DAN CAMPAK PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA
2
DPT1+HB1 P
L
L+P
BAYI DIIMUNISASI DPT3+HB3 P
L
L+P
DO RATE (%)
CAMPAK P
L
L+P
L
P
L+P
25
26
27
L
P
L+P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
-
-
4,846 8,631 5,563 4,713 7,288 5,216 6,695 6,541 7,102 10,144 1,685
4,750 8,260 5,246 4,784 8,301 5,326 6,889 6,188 7,642 11,950 1,950
98.0 95.7 94.3 101.5 113.9 102.1 102.9 94.6 107.6 117.8 115.7
4,473 8,398 5,157 4,440 8,294 5,164 6,802 6,116 7,478 11,605 1,825
92.3 97.3 92.7 94.2 113.8 99.0 101.6 93.5 105.3 114.4 108.3
3,940 7,656 4,840 4,270 7,062 4,454 6,012 6,744 6,988 11,848 1,697
81.3 88.7 87.0 90.6 96.9 85.4 89.8 103.1 98.4 116.8 100.7
17.1 7.3 7.7 10.7 14.9 16.4 12.7 -9.0 8.6 0.9 13.0
172
-
-
68,424
71,286
104.2
69,752
101.9
65,511
95.7
8.1
3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH BAYI
JUMLAH PUSKESMAS
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 40 CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN POLIO PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 BAYI DIIMUNISASI NO
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA
2
3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH BAYI
JUMLAH PUSKESMAS
L
L+P
POLIO3 P
L
L+P
L
P
L+P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4,846 8,631 5,563 4,713 7,288 5,216 6,695 6,541 7,102 10,144 1,685
172
0
0
68,424
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
BCG P
0
3,551
-
0
96
2,907
101
0 0 0 5,271 0 0 6,458 0 0 0 0 11,729
94
0
98
3,625
98
0
0
2,965
103
0 0 0 5,286 94,0 0 0 6,590 100 0 0 0 0 11,876
TABEL 41 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
JUMLAH BAYI L
P
L+P
4
5
6
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF L P L+P JUMLAH JUMLAH JUMLAH % % % 7
8
9
10
11
12
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
-
-
4,846 8,631 5,563 4,713 7,288 5,216 6,695 6,541 7,102 10,144 1,685
1,635 2,526 1,288 1,681 2,492 1,437 2,045 1,714 3,561 3,658 568
33.7 29.3 23.2 35.7 34.2 27.5 30.5 26.2 50.1 36.1 33.7
172
-
-
68,424
22,605
33.0
TABEL 42 PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI ANAK USIA 6-23 BULAN KELUARGA MISKIN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH DARI KELUARGA MISKIN PUSKESMAS L P L+P 3
4
5
6
ANAK 6-23 BULAN MENDAPAT MP-ASI L P L+P 7
8
9
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
0 0 0 305 0 384 610 1,005 0 3,830 713
0 0 0 39 0 316 70 1,005 0 134 209
172
6,847
1,773
Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
L
% P
L+P
10
11
12
12.79 82.29 11.48 100.00 3.50 29.31 25.89
TABEL 43 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 ANAK BALITA (12-59 BULAN) NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)
JUMLAH
L
P
L+P
L
P
L+P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
4
5
6
7
8
9
10
11
12
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
13,234 19,306 13,158 13,451 18,594 10,290 16,795 16,910 15,096 24,903 3,508
11,360 16,801 13,892 12,181 17,724 9,866 14,906 15,041 14,137 24,522 6,161
24,594 36,107 27,050 25,632 36,318 20,156 31,701 31,951 29,233 49,425 9,669
12,671 13,284 10,055 14,465 21,707 13,175 14,402 11,169 18,107 33,764 5,873
51.5 36.8 37.2 56.4 59.8 65.4 45.4 35.0 61.9 68.3 60.7
172
165,245
156,591
321,836
168,672
52.4
Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 44 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 BALITA NO
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA
2
JUMLAH PUSKESMAS 3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
BALITA YANG ADA
DITIMBANG P
L
L+P
BB NAIK P
L
L+P
BGM P
L
L+P
L
P
L+P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
13,234 19,306 13,158 13,451 18,594 10,290 16,795 16,910 15,096 24,903 3,508
11,360 16,801 13,892 12,181 17,724 9,866 14,906 15,041 14,137 24,522 6,161
24,594 36,107 27,050 25,632 36,318 20,156 31,701 31,951 29,233 49,425 9,669
11,802 17,475 8,335 13,642 26,022 15,403 21,848 20,884 23,176 25,231 6,149
48.0 48.4 30.8 53.2 71.7 76.4 68.9 65.4 79.3 51.0 63.6
9,529 12,898 6,468 10,588 22,587 14,286 20,768 17,265 18,936 20,220 5,319
80.7 73.8 77.6 77.6 86.8 92.7 95.1 82.7 81.7 80.1 86.5
50 815 77 122 145 105 118 116 607 351 285
0.42 4.66 0.92 0.89 0.56 0.68 0.54 0.56 2.62 1.39 4.63
172 165,245
156,591
321,836
189,967
59.0
158,864
83.6
2,791
1.47
Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 45 CAKUPAN BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 BALITA GIZI BURUK NO
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA
2
JUMLAH PUSKESMAS 3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
MENDAPAT PERAWATAN
JUMLAH
L
L
P
L+P
4
5
6
S
P %
7
8
S 9
L+P %
S
%
10
11
12
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
27 945 37 12 17 19 3 17 32 125 10
27 15 24 14 17 5 3 17 29 13 10
100.0 1.6 64.9 116.7 100.0 26.3 100.0 100.0 90.6 10.4 100.0
172
1,244
174
14.0
Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 46 CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH L
P
4
5
MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN L P L+P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % 6
7
8
9
10
11
12
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
4,345 9,126 8,901 4,795 10,193 5,275 6,870 10,217 7,118 13,450 2,025
3,854 8,870 6,400 4,795 5,800 3,476 4,349 9,524 6,897 13,450 1,620
88.7 97.2 71.9 100.0 56.9 65.9 63.3 93.2 96.9 100.0 80.0
172
82,315
69,035
83.9
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
83.9
TABEL 47 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 MURID SD DAN SETINGKAT NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH PUSKESMAS 3
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN SESUAI STANDAR
JUMLAH
L
P
L+P
L
P
L+P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
4
5
6
7
8
9
10
11
12
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
4,344 11,200 8,900 8,124 10,200 5,268 6,391 10,217 7,113 13,450 2,024
3,854 8,870 5,400 5,300 5,800 3,476 4,085 9,524 6,896 12,450 1,620
88.7 79.2 60.7 65.2 56.9 66.0 63.9 93.2 96.9 92.6 80.0
172
87,231
67,275
77.1
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 48 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 USILA (60TAHUN+) NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L
P
L+P
L
%
P
%
L+P
%
4
5
6
7
8
9
10
11
12
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
1,922 2,536 1,391 1,402 1,731 995 924 1,441 1,075 8,081 474
1,850 2,480 1,370 1,362 1,706 794 902 1,401 987 7,887 296
3,772 5,016 2,761 2,764 3,437 1,789 1,826 2,842 2,062 15,968 770
1,797 2,280 1,045 1,246 1,275 787 709 1,318 869 7,697 371
93.50 89.91 75.13 88.87 73.66 79.10 76.73 91.46 80.84 95.25 78.27
1,725 2,124 981 1,126 1,294 575 898 1,358 826 7,655 232
93.24 85.65 71.61 82.67 75.85 72.42 99.56 96.93 83.69 97.06 78.38
3,522 4,404 2,026 2,372 2,569 1,362 1,607 2,676 1,695 15,352 603
93.37 87.80 73.38 85.82 74.75 76.13 88.01 94.16 82.20 96.14 78.31
172
21,972
21,035
43,007
19,394
88.27
18,794
89.35
38,188
88.79
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 49 PERSENTASE SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
SARANA KESEHATAN
JUMLAH SARANA
1
2
3
1 RUMAH SAKIT UMUM
MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I JUMLAH
%
4
5
19
19
100.00
2 RUMAH SAKIT JIWA
1
1
100.00
3 RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA
1
1
100.00
4 PUSKESMAS PERAWATAN
69
69
100.00
5 SARANA YANKES.LAINNYA
0
0
-
90
90
100.00
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 50 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KLB PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 YANG TERSERANG NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH JUMLAH KEC DESA 3
4
1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
JUMLAH PENDUDUK TERANCAM
JUMLAH PENDERITA
ATTACK RATE (%)
JUMLAH KEMATIAN
CFR (%)
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
2 1 1 0 1 1 1 2 0 4 4
1,096 803 892 0 1,185 1,133 2,068 2,931 0 17,297 2,367
1,100 761 854 0 1,102 1,074 1,914 2,740 0 17,016 2,404
2,196 1,564 1,746 0 2,286 2,207 3,982 5,671 0 34,313 4,771
15 1 14 0 1 1 1 111 0 61 54
0.68 0.06 0.80 0.04 0.05 0.03 1.96 0.18 1.13
0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
17
29,773
28,965
58,738
259
0.44
2
100.00 100.00 0,77
TABEL 51 DESA/KELURAHAN TERKENA KLB YANG DITANGANI < 24 JAM MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 DESA/ KELURAHAN TERKENA KLB NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
JUMLAH JUMLAH DESA/ PUSKESMAS KELURAHAN
3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
4
JUMLAH
RATA2 KEJADIAN DESA/KELURAHAN KLB PER JUMLAH DESA/KELURAHAN
DITANGANI <24 JAM
%
5
6
7
8
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
209 213 141 113 150 93 70 105 145 62 69
2 1 1 0 1 1 1 2 0 4 4
0.01 0.00 0.01 0.00 0.01 0.01 0.01 0.02 0.00 0.06 0.06
2 1 1 0 1 1 1 2 0 4 4
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
172
1,370
17
0.01
17
100.00
TABEL 52 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
TUMPATAN GIGI TETAP
PENCABUTAN GIGI TETAP
L
P
L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
9
225
-
-
1,802
RASIO TUMPATAN/ PENCABUTAN L P L+P 10
11
12
0.1
109
92
201
1,891
1,549
3,440
0.1
0.1
0.1
109
92
426
1,891
1,549
5,242
0.1
0.1
0.1
TABEL 53 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 UKGS (PROMOTIF DAN PREVENTIF) NO
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA
2
JUMLAH JUMLAH PUSKESMAS JUMLAH SD/MI DGN
3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
SD/MI
SIKAT GIGI MASSAL
4
5
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
225 304 211 200 237 212 202 252 226 232 76
172
2,377
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
%
6
150
75.0
JUMLAH SD/MI MENDAPAT YAN. GIGI
%
7
8
-
JUMLAH MURID SD/MI
0.0
MURID SD/MI DIPERIKSA
PERLU PERAWATAN
MENDAPAT PERAWATAN
L
P
L+P
L
%
P
%
L+P
%
L
P
L+P
L
%
P
%
L+P
%
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
-
-
-
0.0
-
0.0
4,612
0.0
-
-
2,701
-
0.0
-
0.0
2,701
100.0
-
0.0
202
100.0
19,564
18,308
37,872
5,804
29.7
4,751
26.0
10,555
27.9
3,620
2,961
6,581
1,879
51.9
1,535
51.8
3,414
51.9
150
6.3
202
8.5
19,564
18,308
37,872
5,804
29.7
4,751
26.0
15,167
40.0
3,620
2,961
9,282
1,879
51.9
1,535
51.8
6,115
65.9
TABEL 54 JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 PENYULUHAN KESEHATAN NO
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH SELURUH JUMLAH JUMLAH KEGIATAN KEGIATAN PUSKESMAS PENYULUHAN
2
3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
SUB JUMLAH I 1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 2 Rumah Sakit JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
PENYULUHAN KELOMPOK
MASSA
4
5
2,839
-
3,056
398
5,895
398
5,895
398
TABEL 55 CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR MENURUT JENIS JAMINAN, JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 JUMLAH PESERTA JAMINAN KESEHATAN PRA BAYAR NO 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA 2
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI PERSENTASE (KAB/KOTA)
JUMLAH PUSKESMAS 3
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
JUMLAH PENDUDUK
ASKESKIN/JAMKESMAS LAINNYA/JAMKESDA
JUMLAH
%
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
114,566 171,106 125,796 123,515 177,712 105,359 144,775 153,892 155,455 268,102 40,832
114,929 162,100 120,449 117,819 165,240 99,913 133,966 143,843 147,680 263,755 41,461
172 1,581,110
1,511,155
Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
JAMSOSTEK
ASKES
229,495 333,206 246,245 241,334 342,952 205,272 278,741 297,735 303,135 531,857 82,293 3,092,265
30,921 15,623 21,343 17,361 12,355 9,369 13,858 9,207 26,641 82,819 14,020
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
76,696 86,949 85,908 69,032 76,004 75,881 72,937 62,436 63,886 92,902 22,211
11,243 1,800 5,000 54,761 6,600 1,535 4,000 10,500 900 41,297 32,000
118,860 104,372 112,251 141,154 94,959 86,785 90,795 82,143 91,427 217,018 68,231
51.8 31.3 45.6 58.5 27.7 42.3 32.6 27.6 30.2 40.8 82.9
253,517 8.2
0 0.0
784,842 25.4
169,636 5.5
1,207,995 39.1
39.1
TABEL 56 CAKUPAN PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENDAPAT YANKES RAWAT JALAN NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
DICAKUP ASKESKIN/JAMKESMAS
JUMLAH YANG ADA
L 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
2
3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH RSU RADEN MATTAHER RS JIWA JAMBI
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
L+P
L
P
L+P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
4
5
6
7
8
9
10
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
172
P
-
-
PELAYANAN KESEHATAN DASAR (PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1)
JUMLAH 11
L
P
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN (PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA 3)
L+P
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
12
13
14
15
16
JUMLAH 17
L
P
L+P
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
18
19
20
21
22
87,939 88,749 90,908 123,793 82,604 77,416 76,937 72,936 64,786 134,199 54,211
76,696 86,949 85,908 69,032 76,004 75,881 72,937 62,436 63,886 92,902 22,211
87.2 98.0 94.5 55.8 92.0 98.0 94.8 85.6 98.6 69.2 41.0
43,935 41,058 20,598 22,337 16,850 31,616 19,508 13,282 17,637 70,930 24,122
57.28 47.22 23.98 32.36 22.17 41.67 26.75 21.27 27.61 76.35 108.60
954,478
784,842
82.2
321,873
41.01
-
JUMLAH 23
% 24
4,003 1,058 2,313 2,031 721 412 502 1,112 2,113 11,031 6,742
5.22 1.22 2.69 2.94 0.95 0.54 0.69 1.78 3.31 0.00 0.00
32,038
4.08
TABEL 57 CAKUPAN PELAYANAN RAWAT INAP MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 MASYARAKAT MISKIN DAN HAMPIR MISKIN MENDAPAT YANKES RAWAT INAP NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
PELAYANAN KESEHATAN DASAR (PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1)
JUMLAH YANG ADA
L 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2
3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
P
L
P
L+P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
4
5
6
7
8
9
10
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN (PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA 3)
L+P JUMLAH % 11
12
L
P
JUMLAH
%
JUMLAH
%
13
14
15
16
L+P JUMLAH % 17
18
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
-
-
87,939 88,749 90,908 123,793 82,604 77,416 76,937 72,936 64,786 134,199 54,211
311 292 615 480 228 77 79 472 470 392 -
0.4 0.3 0.7 0.4 0.3 0.1 0.1 0.6 0.7 0.3 0.0
2,007 617 920 1,173 382 219 480 520 779 -
2.3 0.7 1.0 0.9 0.5 0.3 0.6 0.7 1.2 0.0 0.0
172
-
-
954,478
3,416
0.4
7,097
0.7
Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
TABEL 58 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 JUMLAH KUNJUNGAN NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN 1
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2
PUSKESMAS…….. KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
SUB JUMLAH I II RUMAH SAKIT 1 RS …. 2 RS …. 3 RS …. 4 5 6 7 RSD KH.DAUD ARIF 8 9 10 11 SUB JUMLAH II 1 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 2 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 3 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 4 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) SUB JUMLAH III JUMLAH PROVINSI JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA CAKUPAN KUNJUNGAN (%) Sumber: ……………… (sebutkan)
RAWAT JALAN
KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA RAWAT INAP
JUMLAH
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0
0
0 0 0 0 0 0 0 117,700 0 0 0 0 0 117,700 0 0 0 0 0 0 0 14,722 0 0 0 0 0 14,722 0 0 0 0 0 0
0
0
0 0 0 0 0 0 0 688 0 0 0 0 0 688 0 0 0 0 0 0 0 2,769 0 0 0 0 0 2,769 0 0 0 0 0 0
72,832
59,590
132,422
1,901
1,556
3,457
1,581,110
1,511,155
3,092,265
1,581,110
1,511,155
3,092,265
4.6
3.9
4.3
0.1
0.1
0.1
64,735
52,965
64,735
52,965
8,097
6,625
8,097
6,625
378
310
378
310
1,523
1,246
1,523
1,246
0
0
0 0 0 0 0 0 0 416 0 0 0 0 0 416 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0
247
202
449
229
187
229
187
18
15
18
15
TABEL 59 ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
NAMA RUMAH SAKIT
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
a
RSU. RADEN MATTAHER JAMBI RSUD. H.A. MADJID BATOE RSUD. K.H. DAUD ARIF RSUD. H. HANAFIE RSUD. KOLONEL ABUNDJANI RSUD. MAYJEN H.A THALIB RSUD. NURDIN HAMZAH RSUD. ST.THAHA SAIFUDDIN RSUD. PROF. DR.H.M. CHATIB QUZWAIN RSUD. MUARO JAMBI RS. JIWA JAMBI RS. ST. THERESIA RS. BUDI GRAHA RS. ASIA MEDIKA RS. BHAYANGKARA RS Ibu dan Anak ANNISA RSUD.H.ABDUL MANAP KOTA JAMBI RS. DR. BRATANATA RS. BERSAUDARA RS. MAYANG MEDICAL CENTER RSUD. SUNGAI BAHAR
JUMLAH PROVINSI
JENIS RS
b
3
UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM JIWA UMUM UMUM UMUM UMUM BERSALIN UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM
PASIEN KELUAR (HIDUP + MATI)
PASIEN KELUAR MATI ≥ 48 JAM DIRAWAT
JUMLAH TEMPAT TIDUR
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
328 112 57 188 109 128 41 49 73 94 200 100 53 109 40 30 146 152 23 50 50 2,132
PASIEN KELUAR MATI
16,676 5,596 2,428 10,617 6,640 9,103 1,096 797 3,187 1,892 1,899 9,806 1,250 4,284 1,414 2,519 2,485 11,614 2,172 636 -
-
96,111
952 139 149 501 133 318 21 16 88 22 1 233 8 98 10 35 354 85 1 -
-
3,164
-
-
GDR
458 57 38 138 13 99 4 8 41 12 1 109 31 20 147 29 -
5.7 2.5 6.1 4.7 2.0 3.5 1.9 2.0 2.8 1.2 0.1 2.4 0.6 2.3 0.7 1.4 3.0 3.9 0.2
2.7 1.0 1.6 1.3 0.2 1.1 0.4 1.0 1.3 0.6 0.1 1.1 0.7 0.8 1.3 1.3 -
1,205
3.3
1.3
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota a
NDR
Keterangan: termasuk rumah sakit swasta b Jenis rumah sakit RS umum atau RS khusus, untuk RS khusus sebutkan jenis kekhususannya (RS Jiwa, RS TB Paru, RS Kusta, dll)
TABEL 60 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
a
b
NO
NAMA RUMAH SAKIT
JENIS RS
1
2
3
JUMLAH PASIEN JUMLAH JUMLAH HARI TEMPAT PASIEN KELUAR PASIEN KELUAR PASIEN KELUAR ≥ 48 JAM PERAWATAN MATI TIDUR (HIDUP + MATI) MATI
BOR
LOS
TOI
9
10
11
DIRAWAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
RSU. RADEN MATTAHER JAMBI RSUD. H.A. MADJID BATOE RSUD. K.H. DAUD ARIF RSUD. H. HANAFIE RSUD. KOLONEL ABUNDJANI RSUD. MAYJEN H.A THALIB RSUD. NURDIN HAMZAH RSUD. ST.THAHA SAIFUDDIN RSUD. PROF. DR.H.M. CHATIB QUZWAIN RSUD. MUARO JAMBI RS. JIWA JAMBI RS. ST. THERESIA RS. BUDI GRAHA RS. ASIA MEDIKA RS. BHAYANGKARA RS Ibu dan Anak ANNISA RSUD.H.ABDUL MANAP KOTA JAMBI RS. DR. BRATANATA RS. BERSAUDARA RS. MAYANG MEDICAL CENTER RSUD. SUNGAI BAHAR
JUMLAH PROVINSI
UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM JIWA UMUM UMUM UMUM UMUM BERSALIN UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM
4
5
6
7
8
328 112 57 188 109 128 41 49 73 94 200 100 53 109 40 30 146 152 23 50 50
16,676 5,596 2,428 10,617 6,640 9,103 1,096 797 3,187 1,892 1,899 9,806 1,250 4,284 1,414 2,519 2,485 11,614 2,172 636
952 139 149 501 133 318 21 16 88 22 1 233 8 98 10 35 354 85 1
458 57 38 138 13 99 4 8 41 12 1 109 31 20 147 29 -
82,527 18,000 7,354 35,561 17,144 23,618 3,572 3,610 7,553 6,663 52,409 31,697 3,287 15,932 4,373 7,091 8,092 44,993 6,211 512
68.9 44.0 35.3 51.8 43.1 50.6 23.9 20.2 28.3 19.4 71.8 86.8 17.0 40.0 30.0 64.8 15.2 81.1 0.0 34.0 2.8
4.9 3.2 3.0 3.3 2.6 2.6 3.3 4.5 2.4 3.5 27.6 3.2 2.6 3.7 3.1 2.8 3.3 3.9 0.0 2.9 0.8
2.2 4.1 5.5 3.1 3.4 2.5 10.4 17.9 6.0 14.6 10.8 0.5 12.8 5.6 7.2 1.5 18.2 0.9 0.0 5.5 27.9
2,132
96,111
3,164
1,205
380,199
0.0
4.0
4.1
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota a
Keterangan: termasuk rumah sakit swasta b Jenis rumah sakit RS umum atau RS khusus, untuk RS khusus sebutkan jenis kekhususannya (RS Jiwa, RS TB Paru, RS Kusta, dll)
TABEL 61 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA 2
JUMLAH PUSKESMAS 3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
RUMAH TANGGA JUMLAH
JUMLAH DIPANTAU
% DIPANTAU
BER PHBS *
%
4
5
6
7
8
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
67,017 81,828 59,285 58,761 85,199 51,462 71,228 73,314 73,912 126,829 21,795
10,340 19,154
172
770,630
49,595
5,762 4,624
9,715
7.0 7.9 13.6 8.2 87.9
1,353
9,775
6,595 3,031 20,754
14 30.9 20 9.9 59.6 38.1 11.1 31.4 15.9 37 27.2 29.9
TABEL 62 PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA 2
JUMLAH PUSKESMAS 3
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
RUMAH JUMLAH YANG ADA
JUMLAH YANG DIPERIKSA
% DIPERIKSA
JUMLAH YANG SEHAT
% RUMAH SEHAT
4
5
6
7
8
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
67,017 81,828 59,285 58,761 85,199 51,462 71,228 73,314 73,912 126,829 21,795
172
770,630
4,624
7.9
3,824
82.7
4,659
8.0
3,394
73.0
43,824
34.6
42,369
96.7
53,107
6.9
49,587
93.4
TABEL 63 PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
JUMLAH RUMAH/BANGUNAN YANG ADA
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
67,017 81,828 59,285 58,761 85,199 51,462 71,228 73,314 73,912 126,829 21,795
172
770,630
RUMAH/BANGUNAN DIPERIKSA
RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK
JUMLAH
%
JUMLAH
%
5
6
7
8
5,762
7.04
5,246
91.04
140
0.24
108
77.14
4,220
8.00
2,308
55.00
12,919
59.28
1,135
8.79
23,041
2.99
8,797
38.18
TABEL 64 PERSENTASE KELUARGA MENURUT JENIS SARANA AIR BERSIH YANG DIGUNAKAN, DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 JUMLAH
NO
KABUPATEN/KOTA
JENIS SARANA AIR BERSIH
JUMLAH KELUARGA % JUMLAH KELUARGA DIPERIKSA KELUARGA PUSKESMAS
KEMASAN
YANG ADA SUMBER AIR DIPERIKSA JUMLAH BERSIHNYA
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2
3
4
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
5
6
7
49,487
3,936
8.0
54,982
4,659
8.0
104,469
8,595
8.2
-
LEDENG
SPT
SGL
MATA AIR
PAH
LAINNYA
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
0.0
3,595
91.3
-
0.0
27,077
687.9
-
0.0
220
5.6
15
0.0
2,596
56.0
310
7.0
7,861
169.0
-
0.0
34,277
736.0
15
0.2
6,191
72.0
310
3.6
34,938
406.5
-
0.0
34,497
401.4
33
-
33
0.8
30,925
785.7
0.0
45,059
967.1
0.4
75,984
884.0
TABEL 65 PERSENTASE KELUARGA MENURUT SUMBER AIR MINUM YANG DIGUNAKAN, DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 JUMLAH KELUARG
SUMBER AIR MINUM KELUARGA
A JUMLAH AIR KEMASAN NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS DIPERIKSA
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
SUMBER JUMLAH AIR MINUMNY 5 6
3
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
AIR ISI ULANG
LEDING METERAN
LEDING ECERAN
SUMUR TERLINDUNG
POMPA
MATA AIR TERLINDUNG
AIR HUJAN
SUMUR TAK TERLINDUNG
MATA AIR TAK TERLINDUNG
AIR SUNGAI
KELUARGA DENGAN SUMBER AIR MINUM TERLINDUNG
LAIN-LAIN
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
3,500
15
0.0
-
0.0
2,596
74.0
-
0.0
310
9.0
7,861
225.0
3,500
15
0.4
-
0.0
2,596
74.2
-
0.0
310
8.9
7,861
224.6
-
0
0.0
608
17.0
-
0.0
-
0.0
0.0
608
17.4
-
0.0
-
0.0
-
0
0.0
-
0.0
10,782
308.1
0.0
-
0.0
10,782
308.1
TABEL 66 PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 JAMBAN NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
JUMLAH KELUARGA
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
KELUARGA DIPERIKSA
TEMPAT SAMPAH
KELUARGA MEMILIKI
KELUARGA DIPERIKSA
SEHAT
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
KELUARGA MEMILIKI
KELUARGA DIPERIKSA
SEHAT
KELUARGA MEMILIKI
SEHAT
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
66,467
14,816
22.3
8,548
57.7
-
0.0
4,263
6.4
4,199
98.5
-
0.0
11,210
16.9
7,852
70.0
-
0.0
49,487
4,303
8.7
30,134
700.3
3,613
12.0
4,624
9.3
2,892
62.5
2,863
99.0
1,774
3.6
1,774
100.0
1,087
61.3
54,982
4,659
8.0
59,960
1287.0
19,933
33.0
-
0.0
-
0.0
-
0.0
-
0.0
-
-
0.0
22,874
10,176
44.5
10,176
100.0
8,593
84.4
218
1.0
218
100.0
120
55.0
8,079
35.3
8,079
100.0
35
0.4
172
193,810
33,954
17.5 108,818
320.5
32,139
29.5
9,105
4.7
7,309
80.3
2,983
40.8
21,063
10.9 17,705
84.1
1,122
6.3
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
0.0
TABEL 67 PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
JUMLAH SEHAT
% SEHAT
JUMLAH YG ADA
JUMLAH DIPERIKSA
JUMLAH SEHAT
% SEHAT
JUMLAH YG ADA
JUMLAH DIPERIKSA
JUMLAH SEHAT
% SEHAT
JUMLAH YG ADA
JUMLAH DIPERIKSA
JUMLAH SEHAT
% SEHAT
3
JUMLAH DIPERIKSA
2
JUMLAH YG ADA
1
JUMLAH TUPM
% SEHAT
JUMLAH PUSKESMAS
TUPM LAINNYA
JUMLAH SEHAT
KABUPATEN/KOTA
PASAR
JUMLAH DIPERIKSA
NO
RESTORAN/R-MAKAN
JUMLAH YG ADA
HOTEL
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
6
-
-
-
182
81
28
34.57
32
15
-
-
191
70
54
77.14
411
166
82
49.398
13
13
7
54.00
192
192
73
38.00
27
13
9
69.23
1,081
1,081
539
50.00
1,313
1,299
628
48
19
13
7
53.85
374
273
101
37.00
59
28
9
32.14
1,272
1,151
593
51.52
1,724
1,465
710
48.46
TABEL 68 PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
SARANA PELAYANAN KESEHATAN JUMLAH DIBINA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang P2PL - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
4
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
5
% 6
INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM JUMLAH DIBINA 4
5
SARANA PENDIDIKAN
%
JUMLAH DIBINA
6
7
8
%
JUMLAH DIBINA
9
130
93
71.5
-
-
-
336
-
42
42
100.0
-
-
-
190
172
172
135
78.5
-
-
-
526
172
SARANA IBADAH
10
-
11
% 12
PERKANTORAN JUMLAH DIBINA 13
14
SARANA LAIN
%
JUMLAH DIBINA
15
314
150
47.8
119
-
90.5
379
184
48.5
142
74
32.7
693
334
48.2
261
74
16
-
17
JUMLAH % 18
JUMLAH DIBINA 19
20
% 21
83
13
15.7
982
256
26.1
52.1
23
22
95.7
776
494
63.7
28.4
106
35
33.0
1,758
750
42.7
TABEL 69 KETERSEDIAAN OBAT MENURUT JENIS OBAT PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Sumber:
NAMA OBAT 2
Amoksisilin sirup kering 125 mg/ml Amoksisilin kapsul 500 mg Antasida DOEN tablet Antalgin tablet 500 mg Deksametason inj 5 mg/ml – 2ml Dekstrometorfan Sirup 10 mg/5ml Dekstrometorfan Tab 15 mg Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1ml Gliserin Guaiakolat tab 100 mg Glukosa Larutan Infus 5 % steril Ibuprofen tablet 200 mg Kloramfenikol kapsul 250 mg Kotrimoksazol tablet 480 mg Kotrimoksazol tablet 120 mg Kotrimoksazol Sirup Klorfeniramini Maleat tab 4 mg Kloroquin tablet Natrium Klorida Infus 0,9 % steril Parasetamol Tablet 500 mg Ringer Laktat Infus steril Vitamin B Kompleks Kapsul Retinol 200.000 IU Tablet Tambah darah Multivitamin Sirup Garam Oralit OAT Kat 1 OAT Kat 2 OAT Kat 3 OAT Kat Sisipan OAT Kat Anak Pyrantel Pamoat 125 mg tablet Salep 2-4 Infus set dewasa Infus set anak
SATUAN 3
Btl 60 ml Ktk @ 120 kap Btl @ 1000 tab Btl @ 1000 tab Ktk @ 100 ampul Btl 60 ml Btl @ 1000 tab Ktk @ 100 ampul Btl @ 1000 tab Btl 500 ml Btl @ 100 tab Btl @ 250 Kapsul Btl @ 100 tab Btl @ 100 tab Btl 60 ml Tablet Tablet Btl 500 ml Btl @ 1000 tab Btl 500 ml Btl @ 1000 Kapsul Btl @ 30 Kapsul Ktk @ 30 Tablet Botol Bungkus Pkt Pkt Pkt Pkt Pkt Btl @ 1000 Tablet Pot Kantong Kantong
STOCK OBAT
PEMAKAIAN RATARATA/ BULAN
4
5
TINGKAT KECUKUPAN (BULAN)
PERSENTASE TINGKAT KECUKUPAN
6
7
#DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
#DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
TABEL 70 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 PEMILIKAN/PENGELOLA NO
FASILITAS KESEHATAN
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT JIWA RUMAH SAKIT BERSALIN RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA PUSKESMAS PERAWATAN PUSKESMAS NON PERAWATAN PUSKESMAS KELILING PUSKESMAS PEMBANTU RUMAH BERSALIN BALAI PENGOBATAN/KLINIK PRAKTIK DOKTER BERSAMA PRAKTIK DOKTER PERORANGAN PRAKTK PENGOBATAN TRADISIONAL POSKESDES POSYANDU APOTEK TOKO OBAT GFK INDUSTRI OBAT TRADISIONAL INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
KEMENKES
PEM.PROV
PEM.KAB/KOTA
TNI/POLRI
BUMN
SWASTA
JUMLAH
3
4
5
6
7
8
9
0 0 0 0
1 1 0 0
11 0 0 0
2 0 0 0
0 0 0 0
5 0 1 0
0 0
0 0
9 8
0 0
0 0
5 3
0
104
1
32 2 10 32 0
14 9
19 1 1 69 103 152 570 14 11 104 560 3,179 46 11 11 32 -
TABEL 71 SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN LABKES DAN MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
SARANA KESEHATAN
JUMLAH
1
2
3
1 RUMAH SAKIT UMUM
LABORATORIUM KESEHATAN JUMLAH
%
JUMLAH
%
4
5
6
7
19
19
100.00
2 RUMAH SAKIT JIWA
1
1
100.00
3 RUMAH SAKIT KHUSUS
1
1
100.00
4 PUSKESMAS
172
172
100.00
JUMLAH PROVINSI
193
193
100.00
Sumber: - Laporan Bidang Yankes - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
4 (EMPAT) SPESIALIS DASAR
5
26.32
TABEL 72 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5 172
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
POSYANDU PRATAMA JUMLAH % 4 5 63 109 44 17 40 13 9 37 35 6 18 391
20.93 28.53 14.81 5.99 11.27 4.87 3.60 12.94 13.06 1.35 22.78 12.17
MADYA JUMLAH % 6 7 155 149 102 175 191 128 193 127 149 344 44 1,757
51.50 39.01 34.34 61.62 53.80 47.94 77.20 44.41 55.60 77.65 55.70 54.70
PURNAMA JUMLAH % 8 9 53 92 127 67 100 96 25 87 72 65 12 796
17.61 24.08 42.76 23.59 28.17 35.96 10.00 30.42 26.87 14.67 15.19 24.78
MANDIRI JUMLAH % 10 11
JUMLAH JUMLAH % 12 13
30 32 24 25 24 30 23 35 12 28 5
301 382 297 284 355 267 250 286 268 443 79
268
9.97 8.38 8.08 8.80 6.76 11.24 9.20 12.24 4.48 6.32 6.33 8.34
3,212
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 1.00
POSYANDU AKTIF JUMLAH 14 297 374 297 279 344 265 249 285 268 438 72 3,168
% 15 98.67 97.91 100.00 98.24 96.90 99.25 99.60 99.65 100.00 98.87 91.14 98.63
TABEL 73 UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PUSKESMAS
DESA/ KELURAHAN
2
3
4
KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang PKM - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
JUMLAH DESA SIAGA AKTIF JUMLAH %
DESA SIAGA JUMLAH % 5
6
7
POSKESDES
POSYANDU
8
9
18 18 12 16 18 17 16 14 18 20 5
62 150 113 113 93 141 70 105 146 209 69
209 213 141 62 150 93 70 105 146 62 69
337.10 142.00 124.78 54.87 161.29 65.96 100.00 100.00 100.00 29.67 100.00
209 213 131 51 133 93 70 105 146 62 69
100.00 100.00 92.91 82.26 88.67 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
27 81 49 51 45 74 42 97 79 8 7
297 374 297 289 344 265 250 285 268 438 72
172
1,271
1,320
103.86
1,282
97.12
560
3,179
TABEL 74 JUMLAH TENAGA MEDIS DI SARANA KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
UNIT KERJA
1
2
I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DR SPESIALIS
a
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
12
13
14
9
10
11
-
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
-
-
-
8 5 6 9 5 6 6 6 17 10 64 142
-
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 0.0
0.0
termasuk S3 termasuk Dokter Gigi Spesialis
-
0.0
0.0
-
-
-
-
-
-
-
-
16 28 22 31 55 14 30 25 23 48 8 300 27 12 14 20 20 14 16 21 28 46 180 398
10 1
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA/PROV
b
-
4.6
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
a
-
16 28 22 31 55 14 30 25 23 48 8 300 19 7 8 11 15 8 10 15 11 36 116 256
-
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK
Keterangan :
b
3
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT 1 KERINCI 2 MERANGIN 3 SAROLANGUN 4 BATANGHARI 5 MUARO JAMBI 6 TANJAB TIMUR 7 TANJAB BARAT 8 TEBO 9 BUNGO 10 KOTA JAMBI 11 KOTA SUNGAI PENUH 12 PROVINSI
Sumber: - Laporan Bidang Evdal - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
DOKTER GIGI
L PUSKESMAS KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
JUMLAH PROVINSI
JUMLAH
DOKTER UMUM
143
-
-
-
-
-
-
-
6 6 7 9 8 4 7 7 6 24 2 86 5 2 2 3 3 2 3 3 5 3 18 49
10
18.3
0.0
0.0
-
22.9
1
-
-
2
25
-
-
25
592
-
-
735
0.0
0.0
4.4 3 -
-
-
138
TABEL 75 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 BIDAN NO
UNIT KERJA
1
I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2
PUSKESMAS KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT 1 KERINCI 2 MERANGIN 3 SAROLANGUN 4 BATANGHARI 5 MUARO JAMBI 6 TANJAB TIMUR 7 TANJAB BARAT 8 TEBO 9 BUNGO 10 KOTA JAMBI 11 KOTA SUNGAI PENUH 12 PROVINSI SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
PERAWAT
BIDAN
DIII BIDAN
JUMLAH
3
4
5
54 85 61 67 140 54 44 56 102 196 17
28 191 121 125 75 40 116 106 99 76 21
876
998
6 17 3 5 21 2 44
12 27 28 14 4 8 11 8 26 24 64
98
226
82 276 182 192 215 94 160 162 201 272 38 1,874 18 27 28 31 4 8 14 13 47 26 108 324
5
5
-
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT DINAS KESEHATAN KAB/KOTA JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang Evdal - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan : a termasuk S2 dan S3 b termasuk SLTA, D-I, dan D-III
SARJANA KEPERAWATAN a L P L+P
L
6
9
7
8
PERAWAT P 10
-
-
-
-
-
1
-
L
P
11
12
13
-
-
-
-
39
-
-
JUMLAH L+P 113 264 245 272 218 151 179 180 305 182 53 2,162 105 136 103 109 59 37 56 78 193 108 968 1,952
2 5 6 5 1 4 4 2 1 5 35 7 4 11 1 9 13 4 68 117
b
-
-
71 -
L+P 14
-
-
115 269 251 277 219 155 183 182 306 182 58 2,197 112 136 103 113 70 37 57 87 206 112 1,036 2,069
-
-
-
-
-
-
40
-
-
139 34
20
20
22
12
-
-
10
26
36
10
84
-
-
94
984
1,275
2,259
4,249
-
-
4,434
-
-
185
-
-
TABEL 76 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DAN GIZI DI SARANA KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 TENAGA KEFARMASIAN NO
UNIT KERJA
1
2
I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
a
JUMLAH
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1 3 1 3 1 3 1 -
-
13
-
-
8 1 4 6 9 1 1 2 7 2 13 -
-
54
-
-
7 9 14 12 23 12 18 14 16 58 9
-
-
-
7 9 15 12 26 13 21 15 19 59 9
192
-
-
205
-
-
24 11 11 18 17 7 9 9 27 15 104 -
198
-
-
252
38
40
6
5
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
Keterangan : a termasuk S2 dan S3
34 -
-
145
-
-
483
2 -
-
-
-
-
-
-
-
-
13 4 16 5 7 8 11 13 5 21 5
106
-
-
108
8 5 3 4 1 1 2 5 6 2
1 2 1 -
-
4
-
-
628
8 5 3 4 1 1 2 5 7 4
23 -
-
-
60
-
-
-
-
-
-
17 7 -
-
13
-
183
64
-
6 -
17 -
24 -
-
82 -
2
13 4 16 3 7 8 11 13 5 21 5
-
11
48 -
-
78 -
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
-
16 10 7 12 8 6 8 7 20 13 91 -
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK
Sumber: - Laporan Bidang Evdal - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
JUMLAH
DI DAN D-III GIZI
a
P
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
JUMLAH PROVINSI
D-IV/SARJANA GIZI
L
RUMAH SAKIT KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
TENAGA GIZI
D-III FARMASI DAN ASS APOTEKER
3
PUSKESMAS KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II
APOTEKER DAN SARJANA FARMASI
24 -
-
196
TABEL 77 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI SARANA KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 TENAGA KESMAS NO
UNIT KERJA
1
2
L I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SARJANA KESMAS P
3
4
PUSKESMAS KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
a
L+P
L
D-III KESMAS b P
5
6
7
14 16 11 12 19 12 11 21 19 8 5
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT 1 KERINCI 2 MERANGIN 3 SAROLANGUN 4 BATANGHARI 5 MUARO JAMBI 6 TANJAB TIMUR 7 TANJAB BARAT 8 TEBO 9 BUNGO 10 KOTA JAMBI 11 KOTA SUNGAI PENUH 12 PROVINSI
-
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
-
-
148
-
-
14 2 10 7 5 3 3 3 16 58 -
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
121
L+P
L
P
L+P
8
9
10
11
-
-
-
14 16 11 12 19 12 11 21 19 8 5
-
-
-
148
-
-
16
-
-
-
121
-
-
-
16
0.0 62
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA JUMLAH PROVINSI Sumber: - Laporan Bidang Evdal - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Keterangan: a termasuk S2 dan S3 b termasuk D-I
-
310 -
-
657
-
-
L+P
12
13
14
26 10 19 12 31 15 21 18 22 43 14 -
-
231
14 2 10 7 5 3 3 3 16 58
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
L
TENAGA SANITASI P
JUMLAH
0.0
8 8 1 13 11 5 5 6 8 8 23 -
-
96 14
8.7
0.0
0.0
10.6
-
-
-
62
3
-
-
-
310
104
-
-
-
657
-
-
448
TABEL 78 JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI SARANA KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 NO
UNIT KERJA
1
2
I
PUSKESMAS KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
L
ANALIS LAB. P
L+P
L
3
4
5
6
TENAGA TEKNISI MEDIS TEM & P.RONTG P.ANESTESI P L+P L P 7
8
7 2 16 16 9 10 16 15 9 42 5
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT 1 KERINCI 2 MERANGIN 3 SAROLANGUN 4 BATANGHARI 5 MUARO JAMBI 6 TANJAB TIMUR 7 TANJAB BARAT 8 TEBO 9 BUNGO 10 KOTA JAMBI 11 KOTA SUNGAI PENUH 12 PROVINSI
-
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)
-
-
147
9
10 1 57 -
-
71
-
1 4 4 10 13 7
-
83
13
L
P
L+P
11
12
13
14
15
16
17
7 4 17 16 9 20 17 15 9 99 5
-
-
-
-
2
11
2
-
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
Sumber: - Laporan Bidang Evdal - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
-
28 -
-
366
-
162
0.0
-
13 -
-
15 9 3 1 3 6 2 2 23
-
-
49 -
15.2
0.0
0.0
11
-
1 -
15
6
-
252
-
-
1 -
130
0.0
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
218
-
11 8 8 4 6 4 18 19 30 14
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK
JUMLAH PROVINSI
-
-
43 -
L+P
2
-
167
JUMLAH P
-
-
87
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
-
1
-
L
-
2 1
10 8 8 3 2 4 14 9 15 7
-
10
FISIOTERAPIS
L+P
34 2
-
-
530
2.1 2
-
-
66
TABEL 79 ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAMBI TAHUN 2010
NO
SUMBER BIAYA
1
2
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN Rupiah 3
% 4
PROVINSI 5
KERINCI
MERANGIN 6
7
9,677,599,000
SAROLANGUN 8
BATANGHARI 9
MUARO JAMBI 10
TANJAB TIMUR 11
TANJAB BARAT 12
TEBO 13
BUNGO 14
KOTA JAMBI 15
SUNGAI PENUH 16
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER: 1 APBD KAB/KOTA
33,773,647,337.00
4,677,128,277
a. Belanja Langsung
105,993,163,319 49,135,288,725
21.81
16,130,004,750.00
2,494,261,370
b. Belanja Tidak Langsung
56,857,874,594
17,643,642,587.00
2,182,866,907
24,096,335,677
3,069,511,908,050
-
-
9,129,063,200
25,259,324,505
33,154,000,000
7,796,166,405
13,585,793,000
17,463,158,100
19,568,207,000
15,429,437,000
40,368,571,000
14,500,000,000
164,013,000
140,632,000
3,700,000,000
572,805,000
504,558,000
216,000,000
36,000,000,000
35,402,748,900
17,188,365,900
-
3,934,200,000
-
2 APBD PROVINSI
140,976,250,776
29.01
140,976,250,775.53
3 APBN :
223,455,266,850
45.98
99,128,769,000.00
16,170,101,125
- Dana Dekonsentrasi
38,743,782,000
7.97
11,579,769,000.00
10,000,000,000
- Dana Alokasi Khusus (DAK)
64,729,933,125
13.32
47,549,000,000.00
6,170,101,125
- ASKESKIN / JAMKESMAS
3,946,974,178
0.81
116,034,577,547
23.88
14,352,000,000
2.95
-
- Lain-lain (sebutkan) (Dana BOK) 4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN)
1,358,388,178
(GLOBAL FUND)
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN
4,055,327,000
-
3,596,000,000 1,358,388,178
1,030,896,000
480,327,000
40,000,000,000.00 -
41,958,577,547 2,500,000,000
39,458,577,547 -
-
14,300,000,000
(CWSHP)
8,201,896,000
3,575,000,000
3,575,000,000
3,575,000,000
3,575,000,000
-
3,575,000,000
-
3,575,000,000
52,000,000
1,171,000,000
3,627,000,000
-
3,574,200,000
360,000,000 3,575,000,000
-
-
3,575,000,000
52,000,000
0.24
1,171,000,000 3,077,622,562,050
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN
485,947,680,945
TOTAL APBD PROVINSI KAB/KOTA
3,675,554,333,600
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA Sumber: - Laporan Bidang Evdal - Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota
100.0
1,504,953,900,768.00
2.88
157,149.43
240,105,019,775.53
20,847,229,402
11,035,987,178
598,735,723,544
35,873,231,677
46,704,577,547
54,228,268,995
-
44,315,761,505
73,522,571,000
705,703,736,854
545,000,000,000
38,977,748,900
21,122,565,900
266,932,703,439
-