MINUM SUSU DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN TANPA GULA DENGAN JUMLAH KARIES ANAK USIA 3-6 TAHUN 1
2
3
Utami Ariyani , Siti Sulastri , Marjana Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2,3 Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jl. Kyai Mojo no. 56. Pingit, Yogyakarta e-mail :
[email protected] 1
ABSTRAK
ABSTRACT
Gigi berlubang pada balita atau dalam istilah medis disebut Early Childhood Caries (ECC) adalah merupakan karies gigi pada 1 gigi atau lebih, atau hilang / rusaknya gigi dengan kondisi parah karena karies. Karies gigi pada anak disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi. Hal ini merupakan awal dari timbulnya karies gigi pada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan minum susu dengan penambahan gula dan tanpa penambahan gula dengan jumlah karies gigi anak usia 3-6 tahun di dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang. Jenis penelitian yang dilakukan analitik korelasi bersifat retrospektif yang dilakukan dengan pengamatan langsung dan menggunakan kuesioner dengan desain penelitian cross sectional. Variabel bebas yang digunakan adalah penambahan gula dan tanpa penambahan gula pada susu dengan variabel terikat jumlah karies pada anak usia 3-6 tahun di dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang. Populasi pada penelitian ini adalah anak usia 3-6 tahun di Dusun Jagang Kidul dengan sampel 30 responden usia 3 - 6 tahun di lokasi tersebut. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan analisis chi square untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan bentuk data nominal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 26,7% responden yang tidak menambahkan gula pada waktu minum susu formula mempunyai karies gigi dalam kategori banyak dan 46,7% responden yang menambahkan gula pada waktu minum susu formula mempunyai karies gigi dalam kategori banyak. Dari hasil analisis uji chi-square diketahui bahwa nilai p sebesar 0,042 (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara minum susu dengan penambahan gula dan tanpa penambahan gula dengan jumlah karies anak usia 3-6 tahun di dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang.
Caries in young or in medical terms is called Early Childhood Caries (ECC) is a dental caries in 1 or more of, or damage to the teeth with a severe condition due to caries. Dental caries in children is caused by the consumption of food and beverages with high sugar content. This is the beginning of the onset of dental caries in children. This research aimed to determine the relationship between drinking milk with the addition of sugar and without addition of sugar toward the number of dental caries of children aged 3–6 years old in Jagang Kidul, Salam, Magelang. This retrospective corelation analytical reseach conducted by direct observation and used questionaire with cross sectional design. Addition of sugar and without addition of sugar in formulated milk used as independent variable with the number of caries of children aged 3–6 years old in Jagang Kidul, Salam, Magelang. The population of this reseach was children aged 3–6 years old in jagang Kidul, Salam, Magelang with 30 respondents used as sample. Data that had been collected then analyzed with chi-square to determine the relationship between independent variable and dependent variable in term of nominal data. Reseach result showed that 26.7% of respondents who didn't add sugar in their formulated milk had many carieses and 46.7% of rrespondents who add sugar in their formulated milk had many carieses. Chi-square analysis obtained p value of 0.042 with a significance level of 0.05 (p < 0.05) which concluden that there was a significant relationship between drinking milk with addition of sugar and without addition of sugar toward the number of dental caries children aged 3–6 years old in Jagang Kidul, Salam, Magelang. Keywords : milk, addition of sugar, caries
Kata Kunci : susu, penambahan gula, karies
ISSN : 2338-963X
53
JURNAL GIGI DAN MULUT VOL.3, NO. 1, APRIL 2016
PENDAHULUAN Kesehatan gigi dan mulut masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya perilaku masyarakat, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Perilaku masyarakat memegang peranan penting terhadap kesehatan gigi dan mulut karena terkait langsung dengan upaya masyarakat dalam perawatan gigi dan mulut. Masalah kesehatan gigi di Indonesia merupakan salah satu masalah yang belum terpecahkan 1 . Gigi berlubang pada balita atau dalam istilah medis disebut Early Childhood Caries (ECC) adalah merupakan karies gigi pada 1 gigi atau lebih, atau hilang / rusaknya gigi dengan kondisi parah karena karies gigi, atau adanya penambalan gigi pada gigi susu 2 ketika anak berusia antara 0-6 tahun . Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, dan berbagai kasus berbahaya lainnya. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi oleh pola makan. Walaupun apa yang terlihat dapat berbeda, faktor-faktor resiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi terjadinya karies tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjadi lubang coklat. Walaupun karies dapat saja dilihat dengan mata telanjang, diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerahdaerah pada gigi dan menetapkan seberapa 3 jauh penyakit itu merusak gigi . Gula merupakan pemicu utama karies pada anak. Merujuk pada anjuran WHO, asupan gula tambahan yang direkomendasikan tidak disarankan melebihi 10 persen dari total energi yang dikonsumsi. Anak usia 1 hingga 3 tahun maksimal mengkonsumsi gula lima sendok teh (25 gram) gula per hari, sedangkan anak usia 4 hingga 6 tahun maksimal delapan sendok teh (38 gram) gula per hari, dari total keseluruhan makanan dan 4 minumannya . Gula tambahan yang 54
dikonsumsi anak-anak di Indonesia adalah senyawa sukrosa dan umumnya ditambahkan pada susu formula. Susu formula untuk balita diberikan agar kebutuhan gizi terpenuhi selama masa pertumbuhanya. Dalam susu formula ada tambahan nutrisi yang sudah terukur dan di sesuaikan dengan gizi yang di butuhkan anak karena itu pemberian susu formula harus disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kandungan yang telah dianjurkan 5. Karies disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa,_dan glukosa. Asam yang diproduksi tersebut mempengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah (asam). Gigi tersebut dapat mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH turun menjadi di bawah 5,5, proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi 3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan minum susu dengan penambahan gula dan tanpa gula pada susu formula dengan jumlah karies anak usia 3-6 tahun. Subjek penelitian adalah anak-anak berusia 3-6 tahun di Dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang, Jawa Tengah. Dusun Jagang Kidul terletak di Desa Salam, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Dusun Jagang Kidul terdiri dari 1 Rukun Warga (RW) dan 5 Rukun Te t a n g g a ( R T ) . B e r d a s a r k a n s t u d i pendahuluan di Dusun Jagang Kidul terdapat kurang lebih 49 anak berusia 3-6 tahun. Hasil survey, yang telah dilakukan membuktikan bahwa terdapat 8 dari 10 anak mempunyai karies gigi yang cukup banyak. Dari wawancara terhadap orang tua ternyata 23 anak diantaranya meminum susu formula dengan penambahan gula dan 26 anak meminum susu formula tanpa gula. Tujuan ISSN : 2338-963X
Utami Ariyani, dkk : Minum Susu Dengan Penambahan Gula Dan Tanpa Gula Dengan Jumlah Karies Anak Usia 3-6 Tahun
penelitian ini adalah diketahuinya hubungan minum susu dengan penambahan gula dan tanpa gula dengan jumlah karies gigi anakanak usia 3-6 tahun di dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang, diketahuinya jumlah karies anak-anak usia 3-6 tahun yang minum susu dengan penambahan gula di Dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang serta diketahuinya jumlah karies anak-anak usia 36 tahun yang minum susu tanpa gula di Dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang. Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan masukan kepada responden tentang minum susu dengan penambahan gula dan tanpa gula dengan jumlah karies gigi anak usia 3-6 tahun di dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang khususnya orang tua agar dapat memperhatikan kesehatan gigi dan mulut anak, memberikan wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Keperawatan Gigi khususnya dalam minum susu dengan penambahan gula dan tanpa gula dengan jumlah karies gigi anak usia 3-6 tahun, serta bagi peneliti dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang minum susu dengan penambahan gula dan tanpa gula dengan jumlah karies gigi anak usia 3-6 tahun di dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan analitik korelasi bersifat retrospektif yang dilakukan dengan pengamatan langsung dan menggunakan kuesioner dengan desain 6 penelitian cross sectional . Dengan desain penelitian : X Y Gambar 6. Desain penelitian Keterangan : X = Kebiasaan minum susu (dengan penambahan gula dan tanpa gula)
ISSN : 2338-963X
Y = Jumlah karies anak usia 3-6 tahun di dusun Jagang kidul, Salam, Magelang Dalam penelitian ini jumlah populasi penelitian adalah 49 anak. Dengan kriteria inklusi meliputi : anak laki-laki, anak perempuan, umur 3-6 tahun, meminum susu formula, mempunyai karies gigi. Sampel dalam penelitian yaitu 30 anak dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan cara lottery technique atau mengundi anggota populasi. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas meliputi penambahan gula dan tanpa penambahan gula pada susu, variabel terikat meliputi jumlah karies pada anak usia 3-6 tahun di dusun Jagang kidul, Salam, Magelang dan variabel tak terkendali meliputi menu makanan setiap hari, usia mulai minum susu formula. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada responden, yaitu orang tua anak yang dijadikan sampel penelitian dan melakukan pemeriksaan terhadap anak (sampel penelitian). Dilakukan dengan: a) Membuat kesepakatan antara peneliti dengan Kepala Dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang; b) Membagikan kuesioner kepada responden, yaitu orang tua anak yang dijadikan sampel penelitian; c) Melakukan pemeriksaan terhadap anak (sampel penelitian); d) Mencatat dan mengolah data hasil pemeriksaan. Data yang diperoleh dari kuesioner dan hasil pemeriksaan gigi pada anak usia 3-6 tahun di dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang dikelompokkan dan kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Data dianalisis menggunakan analisis chi square untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan bentuk data nominal.
55
JURNAL GIGI DAN MULUT VOL.3, NO. 1, APRIL 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Responden Usia 3 tahun 4 tahun 5 tahun 6 tahun Total
Frekuensi (responden) 7 5 10 8 30
Persentase (%) 23,3 16,7 33,3 26,7 100
Menurut Tabel 1 di atas diketahui bahwa usia responden yang paling banyak yaitu usia 5 tahun sebanyak 10 responden (33,3%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (responden) (%) Perempuan 17 56,7 Laki-laki 13 43,3 Total 100 30
Menurut tabel 2 di atas diketahui bahwa jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 17 responden (56,7). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Minum Susu pada Responden Usia 3–6 Tahun di Dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang Kategori Minum Susu Tanpa Gula Dg penambahan gula = a.Sedikit Gula (1 sendok teh) b.Banyak Gula (1 sendok makan) Total
Frekuensi (responden) 15
(%) 50,0
9
30,0
6
20,0
30
100
Berdasarkan pada tabel 3 diatas diketahui bahwa jumlah anak usia 3-6 tahun di Dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang yang minum susu tanpa penambahan gula berjumlah 15 responden dengan persentase 50%. 56
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jumlah Karies Gigi pada Responden Usia 3–6 Tahun di Dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang Karies Gigi
Frekuensi Persentase (responden) (%) 8 26,7 22 73,3 30 100
Sedikit (1-2) Banyak ( ≥ 3) Total
Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui bahwa sebagian besar anak usia 3 - 6 tahun di Dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang mempunyai karies gigi dalam kriteria banyak yaitu sejumlah 22 responden (73,3 %). Tabel 5. Tabulasi Silang Kebiasaan Minum Susu dengan Jumlah Karies Gigi pada Responden Usia 3–6 Tahun di Dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang Kebiasaan Minum Susu Tanpa Gula Sedikit Gula Banyak Gula Total
Jumlah Karies Gigi Sedikit Banyak % n n % 7 23,3 8 26,7 1 3,30 8 26,7 0 0 6 20,0 8 26,7 22 73,3
Jumlah % 15 9 6 30
50,0 30,0 20,0 100
Berdasarkan pada tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa dari 15 anak (50 %) yang tidak menambahkan gula terdapat 7 responden (23,3 %) berkaries gigi sedikit dan 8 responden (26,7 %) berkaries banyak. Untuk mengetahui hubungan antara minum susu dengan penambahan gula dan tanpa gula dengan jumlah karies anak usia 3-6 tahun, maka dilakukan uji analisis ChiSquare dengan hasil sebagai berikut : Tabel 6. Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square N 30
2
X 6,364 a
p 0,042
α 0,05
P < 0,05 = signifikan
ISSN : 2338-963X
Utami Ariyani, dkk : Minum Susu Dengan Penambahan Gula Dan Tanpa Gula Dengan Jumlah Karies Anak Usia 3-6 Tahun
Hasil analisa terhadap kebiasaan minum susu menunjukkan bahwa anak usia 3–6 tahun di Dusun Jagang Kidul, Salam, Magelang yang tidak menambahkan gula pada waktu minum susu sebanyak 15 anak (50 %). Anak yang menambahkan sedikit gula pada waktu minum susu sebanyak 9 orang (30 %) dan menambahkan gula banyak sejumlah 6 orang (20 %). Hasil analisa terhadap jumlah karies gigi pada anak menunjukkan bahwa semua anak usia 3–6 tahun mempunyai karies gigi yaitu dalam kriteria banyak (≥ 3) sejumlah 22 anak ( 73,3 %) dan anak yang berkaries sedikit (≤ 2) sejumlah 8 anak ( 26,7 %). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak usia 3–6 tahun yang mengkonsumsi susu dengan gula (sedikit dan banyak) mayoritas mempunyai karies gigi dalam kategori banyak yaitu sejumlah 14 anak (46,7 %) dan hanya ada 1 anak (3,3 %) saja yang mempunyai karies dalam kategori sedikit. Hasil uji chi square diketahui nilai χ2 hitung = 6,364 dengan p value 0,042 < α = 0,05 menunjukkan bahwa kebiasaan minum susu mempunyai hubungan signifikan dengan jumlah karies gigi pada anak. Anak usia 3–6 tahun yang mengkonsumsi susu dengan menambahkan gula akan terkena karies yang lebih banyak daripada anak yang mengkonsumsi susu tanpa menambahkan gula. KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara minum susu dengan penambahan gula dan tanpa penambahan gula dengan jumlah karies gigi anak-anak usia 3-6 tahun di dusun Jagang Kidul, Salam.
ISSN : 2338-963X
2. Sebagian besar anak usia 3–6 tahun yang tidak menambahkan gula pada waktu minum susu formula mempunyai karies gigi dalam kategori banyak (26,7 %). 3. Sebagian besar anak usia 3–6 tahun yang menambahkan gula pada waktu minum susu formula mempunyai karies gigi dalam kategori banyak (46,7 %). SARAN 1. Bagi Responden Untuk mengurangi terjadinya karies gigi pada anak, sebaiknya anak tidak menambahkan gula pada waktu minum susu, mengurangi makanan/minuman kariogenik dan berperilaku baik dalam menggosok gigi. 2. Bagi Institusi Kesehatan Institusi kesehatan sebaiknya melakukan promosi dan pendidikan kesehatan gigi kepada anak dengan cara bekerjasama dengan pengelola PAUD dan Taman Kanak-kanak. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi penelitian sejenis, sebaiknya menambahkan variable bebas yang lain di luar penambahan gula dan mengambil lokasi penelitian yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA 1 Susi., Bachtiar, H., dan Azmi, U. (2012). Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Karies pada Gigi Sulung Anak Umur 4 dan 5 Tahun. Makalah Kedokteran Andalas I(36), 98-105 2 Karies Gigi pada Balita. Diunduh tanggal 7 November 2013 dari http://escaladedental.com/karies-gigi-pada-balita/.
57
JURNAL GIGI DAN MULUT VOL.3, NO. 1, APRIL 2016
3 Fitriasari, R. (2011). Karies Gigi. Diunduh tanggal 22 Januari 2014 dari http://els.fkik. umy.ac.id/. 4 Samantha, G. (2011). Gula Berlebih dalam Susu Picu Obesitas Anak. Diunduh tanggal 7 November 2013 dari http://nationalgeographic.co.id/berita/201 1/06/gula-berlebih-dalam-susu-picuobesitas-anak. 5 Buckle K. A, Edwards R. A, Fleet G.H, dan Wooton M. (2009). Ilmu Pangan (Terjemah). Jakarta: UI Press. 6 Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
58
ISSN : 2338-963X