BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan nyanyian di dalam setiap jenis peribadahan yang ada. Dengan demikian maka ada berbagai nyanyian dalam sebuah peribadahan. Bahkan timbul berbagai usaha
W
dari berbagai denominasi yang ada di Indonesia untuk membuat berbagai buku nyanyian yang dapat digunakan dalam kegiatan peribadahan. Usaha-usaha ini memberikan sebuah
KD
hasil yang baik dengan munculnya berbagai buku nyanyian. Namun buku nyanyian ini hanya digunakan oleh denominasi tertentu saja misalnya buku nyanyian Ende hanya digunakan oleh gereja batak (HKBP), Nyanyian Pujian (Baptis), Puji-pujian Rohani
U
(GKMI).1 Buku-buku nyanyian ini dapat membantu jemaat dalam proses ibadah yang dilakukan walaupun hanya terbatas pada satu denominasi saja. Pemahaman oikumenis
IK
telah ada di Indonesia namun tidak disertai dengan nyanyian yang oikumenis Dari sinilah muncul keinginan untuk membuat sebuah buku nyanyian yang bersifat
M IL
oikumenis. Salah satu usaha yang dilakukan oleh gereja-gereja di Indonesia dalam naungan PGI dalam hal ini Yamuger menerbitkan buku nyanyian Kidung Jemaat yang digunakan secara oikumenis di Indonesia. Buku Kidung Jemaat ini digunakan oleh hampir sebagian besar gereja-gereja mainstream di Indonesia. Jika buku Kidung Jemaat yang digunakan di dalam kebaktian
tentu ada berbagai hal yang dipertimbangkan dalam
penggunaan buku ini. Salah satunya adalah teologi dibalik pembuatan dan penggunaan Kidung Jemaat. Pembuatan buku Kidung Jemaat ini mempunyai latar belakang teologi tersendiri. Pemahaman teologi yang muncul memberikan sebuah pemaknaan teologis terhadap berbagai nyanyian yang ada di dalam buku Kidung Jemaat. Adakah penggunaan Kidung Jemaat oleh gereja-gereja didasarkan pada pertimbangan teologis atau sekedar pertimbangan tradisi? 1
Ferdi Suleeman, Suatu analisis dan Kritik “Kidung Jemaat”, dalam jurnal Teologi GEMA Duta Wacana. No. 48 thn. 1994, hal 95
1
B. Rumusan Masalah Rangkaian ibadah dalam sebuah kebaktian tidak bisa dilepaskan begitu saja dari perkembangan bentuk peribadahan itu sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa Kekristenan yang tumbuh dari latar belakang Yahudi tentu juga berpengaruh dalam seluruh aspek peribadahan termasuk pujian yang digunakan. Jika melihat akan perkembangan peribadahan yang bermula dari tradisi Yahudi dimana musik atau pujian juga merupakan sesuatu yang integral di dalam sebuah ibadah maka hal ini mempunyai pengaruh yang
W
cukup besar terhadap perkembangan peribadahan. Salah satu aspek yang cukup penting dalam peribadahan adalah penyembahan kepada Allah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa
KD
unsur penyembahan tersebut ada dalam Nyanyian Jemaat yang mempunyai peranan penting dalam sebuah peribadahan yang dikemas dalam sebuah liturgi. Dalam musik liturgi terjadi dua peristiwa yang bergantian antara Pujian dan doa.2 Nyanyian jemaat yang mempunyai
U
peranan dalam peribadahan dari zaman gereja mula-mula hingga saat ini mempunyai perkembangan sesuai zaman dengan berbagai pergumulan zamannya
IK
Masuknya Kekristenan di Indonesia membawa seluruh pengajaran, begitu juga dengan nyanyian tetap dibawa dari Barat dimana gereja itu berasal. Paham-paham musik yang telah
M IL
menjadi sebuah pandangan dari para reformator juga menjadi sesuatu yang baku dan terus diberlakukan di dalam kehidupan jemaat. Tahlil-tahlil yang dipakai oleh gereja Protestan di Indonesai (GMIM, GPM, GMIT dan GPIB)
adalah terjemahan Schroder dari buku
nyanyian Belanda yang lama dengan pemahaman bahwa ada beberapa
tahlil yang
ditinggalkan.3 Warisan ini juga tentu memberikan sebuah pemahaman dalam gereja tentang nyanyian, apa saja yang harus digunakan di dalam sebuah peribadahan. Ini dipengaruhi oleh salah satu pikiran dari tokoh reformasi yakni John Calvin yang melihat bahwa hanya Mazmur saja yang layak digunakan di dalam sebuah rangkaian ibadah. Dengan pemahaman seperti ini maka musik ataupun nyanyian yang kita kenal mempunyai bahasa yang universal dibatasi dengan nyanyian yang telah ditetapkan. Yang menjadi 2
Marsius Tinambunan, Resensi Buku: Music and the Church; David B. Pass, dalam Jurnal Teologi GEMA Duta Wacana, No. 48 thn. 1994, hal 159. 3 J.L. Ch. Abnineno, Unsur-unsur liturgi yang dipakai oleh gereja-ereja di Indonesia, hal 114.
2
pertanyaan adalah bagaimana seseorang dapat datang kepada Tuhannya yang disembah jika ia dibatasi oleh pujian yang harus dia naikan kepada Allah? Kita perlu melihat bahwa seseorang datang beribadah untuk membangun sebuah hubungan atau relasi dengan Tuhan. Maka hal-hal yang membangun sebuah ibadah harus menjadi perhatian. Demikian pula nyanyian jemaat yang digunakan dalam ibadah juga merupakan bahasa yang tidak lazim dibandingkan dengan bahasa sehari-hari, harus menjadi perhatian dalam peribadahan. Dalam nyanyian ada pesan yang merupakan bahasa yang menyentuh, menggugah emosi bahkan mempengaruhi pola pikir seseorang.
W
Sebagai bahasa maka nyanyian tidak terlepas dari budaya setempat dimana nyanyian itu dibuat. Dari situlah maka nyanyian merupakan bahasa dari sebuah kelompok masyarakat.
KD
Seperti yang diungkapakan oleh Allan P. Merriam, seorang etnomusikolog: . . . Music cannot be defined as a phenomenon of sound alone, for it involves the behavior of individuals and groups of individuals, . . .song texts clearly reflect the culture of
U
which they are a part.
( . . . musik tidak dapat di definisikan sebagai semata-mata suatu fenomena suara karena ia . . . teks lagu dengan jelas
IK
melibatkan kebiasaan individu dan kelompok individu,
merefleksikan budaya dimana mereka menjadi bagian di dalamnya).4
M IL
Nyanyian jemaat yang dinyanyikan merupakan ekspresi dari sang penyanyi, demikian juga sebuah gubahan nyanyian jemaat juga merupakan ekspresi dari sang penggubah.5 Ini dipengaruhi oleh latarbelakang budaya dari sang penggubah serta pengalaman religiusnya. Dengan kata lain suatu nyanyian merupakan sebuah refleksi dari orang yang membuat atau menggubah lagu tersebut sesuai dengan konteks pada saat lagu tersebut digubah. Dengan demikian maka lagu atau nyanyian yang digubah itu mempunyai makna teologis di dalamnya. Ada begitu banyak nyanyian yang digubah, namun dari berbagai lagu atau nyanyian yang digubah, dipilih beberapa nyanyian dan dijadikan nyanyian jemaat yang dibukukan dalam 4
Allan P. Merriam, The Anthropology of Music, Evansto: Nort Western University Press, 1986, hal 27-29, 204-205. 5 Penggubah ini menunjuk kepada orang yang mengubah nyanyian misalnya aransemen ataupun terjemahan dari nyanyian yang sebelum bukan berasal dari tradisinya.
3
satu buku atau beberapa buah buku. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa nyanyiannyanyian yang dipilih ini tidak semua dinyanyikan dalam berbagai ibadah. Hanya beberapa nyanyian saja yang sering dinyanyikan. Padahal nyanyian-nyanyian ini berada dalam satu buku dan mempunyai tujuan yang sama yakni dipergunakan dalam sebuah peribadahan. Dapat dilihat bahwa penggunaan nyanyian dan pemilihan nyanyian dalam ibadah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah makna dari setiap kalimat di dalam nyanyian tersebut. Nyanyian yang sering dinyanyikan ternyata ikut membentuk pemahaman teologis jemaat. Ada berbagai nyanyian jemaat, dan ada pula berbagai
dibukukan. Kriteria-kriteria seperti
W
pertimbangan untuk memilih dan menyeleksi nyanyian jemaat untuk selanjutnya ini juga yang digunakan dalam penyusunan buku
KD
Kidung Jemaat. Kidung Jemaat menjadi salah satu buku nyanyian yang telah digunakan secara luas di Indonesia.
Gereja-gereja di Indonesia dalam naungan PGI telah
menggunakan Kidung Jemaat dari tahun 1984 hingga saat ini.
U
Isi dari buku Kidung Jemaat merupakan kumpulan dari berbagai lagu yang ada dalam buku-buku nyanyian sebelumnya. Tetapi Kidung Jemaat juga hanya mengambil lagu-lagu
IK
yang dianggap pas buat kondisi saat ini. Kidung Jemaat merupakan sebuah jalan yang berusaha untuk mendialogkan kehidupan oikumenis dari berbagai gereja yang ada di
M IL
Indonesia. Ini juga merupakan sebuah wujud upaya mengkontekstualisasikan musik gereja yang ada dengan budaya dan kebutuhan dari gereja setempat. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa lagu etnik yang digunakan dalam Kidung Jemaat. Dengan menerima dan menggunakan KJ sebagai buku nyanyian ibadah, maka
gereja sudah tentu akan mendapat tambahan sejumlah nyanyian baru. Tetapi serentak pula mungkin ada sejumlah nyanyian tertentu yang disukai oleh gereja terpaksa harus disingkirkan atau tidak dinyanyikan lagi.6
Hal ini terlihat dengan beberapa gereja yang menggunakan Kidung Jemaat sebagai nyanyian wajib di dalam kebaktian. Nyanyian dalam Kidung Jemaat sebagian besar diambil dari lagu-lagu dalam buku-buku nyanyian yang sudah ada seperti Nyanyian Rohani, Kidung Pujian dan berbagai buku nyanyian lain yang telah digunakan sebelumnya. Dapat 6
Ferdi Suleeman, Suatu analisis dan Kritik “Kidung Jemaat”, dalam jurnal Teologi GEMA Duta Wacana. No. 48 thn. 1994, hal 98.
4
diasumsikan bahwa lagu-lagu dalam Kidung Jemaat sebagian besar telah diketahui oleh jemaat. Berbagai ketakutan muncul dalam diri para pakar musik gereja dimana pada saat ini Kidung Jemaat sepertinya digunakan sebagai buku nyanyian wajib dalam gereja. Padahal ada berbagai jenis musik yang kaya akan makna sebagai penyembahan kepada Tuhan tidak bisa digunakan dalam kebaktian. Seperti munculnya berbagai nyanyian rohani yang bisa digunakan dalam sebuah ibadah. Juga berbagai nyanyian rohani serta Mazmur tidak bisa lagi dinyanyikan atau dilagukan lagi dalam sebuah ibadah. Nyanyian di dalam gereja bukan hanya terdiri dari Himne saja atau lagu di dalam Kidung Jemaat, tetapi
W
nyanyian rohani ataupun nyanyian-nyanyian yang lain. Musik mempunyai fungsi yang lebih luas yakni musik mampu menghembuskan makna ke dalam teks. Perhatikan
KD
mengenai cara melagukan mazmur-mazmur dalam bentuk mereka yang tidak terbagi dalam ayat-ayat, dalam proses ini tekanan musik mengarah kepada interpretasi, sedangkan antifoni menyampaikan warna atau tema dari mazmur itu.7
U
Salah satu tujuan bernyanyi adalah mengekspresikan perasaan dan diri kepada Tuhan. Sama seperti semua kesenian, sama seperti semua yang bernafas, demikian pula musik
IK
sebenarnya diciptakan untuk memuji Tuhan.8 Jika salah satu fungsi dari musik atau nyanyian adalah memuji Tuhan maka yang memainkan musik juga harus dengan rela untuk
M IL
memuliakan Tuhan. Nyanyian yang dipakai sebagai bentuk ekspresi diri kepada Tuhan harus dipahami dengan baik dan benar-benar timbul dari hati orang yang melakukan penyembahan. Seseorang tidak bisa mengekspresikan dirinya jika musik atau nyanyian tidak ia pahami makna apa yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu sebuah nyanyian hendaknya dipahami apa makna dibalik kata-kata yang dinyanyikan. Karena ada pemaknaan teologis dari puji-pujian kepada Allah. Atau boleh dikatakan bahwa sebuah nyanyian hendak menyampaikan sesuatu melalui kata-kata yang ada. Kidung Jemaat yang telah digunakan selama kurang lebih 26 tahun mempunyai asumsi teologis dibalik setiap nyanyiannya. Asumsi teologi yang ditemui dalam Kidung Jemaat tidak terlepas dari apa yang dialami oleh penggubah ataupun pembuat lagu. Lagu-lagu 7 8
E.H. van Olst, Alkitab dan Liturgi, hal. 146. J.L. Ch. Abineno, Unsur-unsur Lturgia yanga dipakai oleh gereja-gereja di Indonesaia. Hal 116
5
tersebut juga mungkin tersirat tentang keselamatan/soteriologi yang diwartakan melalui pujian atau nyanyian. Soteriologi dalam Alkitab telah kita lihat dan telah kita ketahui. Groenen mengatakan bahwa Umat Kristen, terutama para pemimpinnya, sudah lebih dari 2000 tahun mewartakan keselamatan dengan memakai bermacam-macam istilah, ungkapan dan lambang.9 Sebagai buku nyanyian Kidung Jemaat apakah mempunyai pemaknaan soteriologi atau mengungkapkan tentang keselamatan? Nah apakah sebagai nyanyian yang diberlakukan secara oikumene di gereja-gereja di Indonesia, Kidung Jemaat mempunyai konsep tentang keselamatan di dalam nyanyian-nyanyiannya?
W
Pemaknaan terhadap sebuah lagu atau nyanyian perlu dilakukan sesuai dengan konteks dimana kita berada saat ini. Lagu yang dibuat atau digubah berdasarkan pengalaman yang
KD
dialami, latar belakang budaya serta refleksi iman dari orang yang membuat atau menggubah lagu tersebut. Lagu-lagu dalam Kidung Jemaat sebagian besar merupakan gubahan dari lagu-lagu Hymn yang dibawa oleh gereja barat ke Indonesia. Pemaknaannya
U
sesuai dengan kondisi mereka. Kita perlu memberi makna ulang terhadap nyanyiannyanyian tersebut. Apakah konsep keselamatan dari pembuat lagu atau penggubah lagu
IK
relevan dengan konteks saat ini di Indonesia? C. Batasan Masalah
M IL
Dari uraian permasalahan di atas maka dalam tulisan ini hanya akan dibatasi dengan melihat bagaimana pemaknaan teologis buku Nyanyian Kidung Jemaat di dalam sebuah ibadah. Ini bukan berarti akan melihat setiap lagu di dalam Kidung Jemaat dan melihat apa makna teologisnya. Tetapi hanya akan melihat tentang konsep keselamatan yang ada di dalam nyanyian-nyanyian Kidung Jemaat. Apakah ada nyanyian dalam Kidung Jemaat yang mempunyai makna soteriologinya? Dalam hal ini tentunya penulis akan memaparkan tentang apa yang melatar belakangi sampai adanya Kidung Jemaat, setelah itu akan melihat soteorologi secara umum. Lagu-lagu seperti apa saja yang ada di dalam kidung jemaat dengan melihat sistematika dari Kidung Jemaat tersebut.
9
C. Groenen OFM, Soteriologi Alkitabiah “Keselamatan yang Diberitakan Alkitab”, hal 11,
6
Setelah itu akan melihat soteriologi di dalam Kidung Jemaat dengan melihat beberapa nyanyian yang tentunya di dalam nyanyian tersebut tersirat atau tersurat makna soteriologi dalam rangkaian kalimat atau kata-kata
dalam lagu. Dalam hal ini penulis akan
menganalisis nyanyian-nyanyian yang dipilih untuk melihat makna soteriologi dalam lagulagu tersebut. Hal ini menurut penulis perlu diketahui karena sering orang hanya ingin mendengar khotbah. Padahal di dalam nyanyian jemaat juga terkandung didikan atau ajaran tentang Allah ataupun tentang keselamatan itu sendiri. Jika kita bernyanyi dengan baik dan benar, liriknya mendidik dan menggembalakan kita, nyanyian gereja berfungsi
W
untuk mengajar dan menuntun kita.10
Setelah melihat akan makna soteriologi dalam nyanyian yang telah dianalisis maka akan
KD
dilihat masih cocokkah makna soteriologi yang ada dalam nyanyian-nyanyian tersebut, dengan konteks saat ini? Tidak dipungkiri bahwa ketika sebuah lagu ditulis dipengaruhi oleh berbagai hal yakni budaya sang penulis atau penggubah, pengalaman iman pencipta
U
atau pembuat lagu dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar kita bisa memaknai sebuah lagu yang ada di dalam Kidung Jemaat dengan konteks saat ini, dengan berbagai
IK
permasalahan dan pergumulan teologis yang dialami.
M IL
Dalam tulisan ini akan didasarkan pada pemahaman soteriologi atau paham keselamatan yang dikemukakan oleh Groenen tentang Soteriologi Alkitabiah. Yakni pemahaman keselamatan yang diberitakan oleh Alkitab. Sebuah gambaran keselamatan yang bermula dari pemahaman yang ideal tentang keselamatan yang digambarkan di dalam Alkitab dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Selanjutnya menggambarkan tentang Allah yang berkarya dan menyelamatkan manusia berdosa. Pemahaman ini akan penulis gunakan untuk menemukan pemaknaan soteriologi lagu-lagu dalam Kidung Jemaat. Selain itu juga tidak menutup kemungkinan bagi penulis untuk menggunakan pemaknaan soteriologi dari beberapa tokoh lain sebagai pelengkap.
10
http://www.gki-samanhudi.or.id/content/daftar_renungan.
7
D. Tujuan Penulisan Dengan berdasarkan uraian-uraian di atas, tujuan dari pembahasan ini adalah melihat teologi dari Kidung Jemaat. Namun dikhususkan pada soteriologi atau paham keselamatan dalam nyanyian yang ada di dalam Kidung Jemaat. Dengan pendekatan ini penulis melihat bahwa Kidung Jemaat yang sebagian besar lagu-lagunya merupakan lagu gubahan dari barat dapat dimaknai dengan baik oleh jemaat pada saat ini. Bagaimana jemaat memaknai atau memahami makna soteriologi dalam nyanyian-nyanyian Kidung Jemaat. Selain itu melihat apakah perlu pemaknaan ulang dari lagu-lagu Kidung Jemaat sesuai dengan konteks saat ini. Dimana makna teologis yang ada dalam sebuah lagu tentu sesuai dengan
W
pembuat atau penggubah. Sehingga jemaat dan gereja perlu memaknai ulang lagu-lagu
KD
dalam Kidung Jemaat.
E. Judul
U
Soteriologi dalam Kidung Jemaat
F.
Metodologi
M IL
Metode Penulisan
IK
(Sebuah Usaha Pencarian Makna Soteriologi Dalam Nyanyian Kidung Jemaat)
Dalam tulisan ini akan menggunakan analisis kepustakaan yang melihat tentang konsep keselamatan pada nyanyian atau lagu-lagu Kidung Jemaat. Konsep keselamatan atau soteriologi ini akan di gali dengan menggunakan berbagai buku penunjang. Groenen memaparkan tentang keselamatan sebagai utopia11 Ilahi, dan bagaimana utopia tidak dapat dicapai karena keberdosaan manusia.
12
Maka Allahlah yang menyelamatkan manusia
berdosa dan dari sana menuju kepada Utopia Ilahi. Konsep keselamatan yang digambarkan oleh Groenen didasarkan pada Alkitab sebagai sebuah perjalanan sejarah penyelamatan. Konsep keselamatan akan digali dengan melihat paham keselamatan dari sudut epistimologi untuk melihat penggunaannya di dalam Kidung Jemaat. 11
Utopia sebagai gambaran ideal terhadap sesuatu, sering dipahami secara negatif: sesuatu yang tidak real dan tidak mungkin terjadi. 12 C. Groenen OFM, Soteriologi Alkitabiah “Keselamatan yang Diberitakan Alkitab”, hal 33
8
Untuk mengetahui konsep keselamatan yang ada di dalam lagu, maka lagu-lagu dalam Kidung Jemaat akan dipilih dan dianalisis untuk mengetahui makna soteriologinya. Untuk pemilihan lagu-lagu yang ada di dalam Kidung Jemaat akan disesuaikan dengan sistematika penggunaan buku Kidung Jemaat dan juga akan didasarkan pada tahun penulisan atau pembuatan lagu guna mengetahui makna teologis yang terkandung di dalam lagu tersebut. G.
Sistematika
Agar pembahasan dalam skripsi ini dapat dilakukan dengan baik dan sistematis maka penulis melihat harus ada sistematisasi dalam proses penulisan skripsi ini. Yang dapat
penulisannya adalah sebagai berikut:
KD
BAB I PENDAHULUAN
baik, maka sistematika
W
membahas serta menguraikan pokok-pokok pikiran dengan
Dalam Bab ini penulis akan mengemukakan latar belakang mengapa penulis melihat makna
U
soteriologi di dalam nyanyian Kidung Jemaat penting untuk diangkat menjadi topik penyusunan skripsi. Setelah itu penulis memaparkan apa yang menjadi rumusan masalah,
IK
batasan masalah, tujuan penulisan, pemilihan judul, metodologi dan sistematika penulisan. Hal ini dimaksudkan guna
memperjelas apa yang hendak dibahas dalam bab-bab
M IL
selanjutnya, sehingga sebelum membaca skripsi ini secara keseluruhan, maka pembaca dapat mengetahui apa yang hendak dibahas dalam tulisan ini. BAB II SOTERIOLOGI
Dalam bab ini akan di deskripsikan tentang apa itu soteriologi secara umum yang berhubungan dengan upaya pemaknaan soteriologi terhadap Kidung Jemaat. Soteriologi akan dibahas dari pemahaman Groenen dalam buku Soteriologi Alkitabiah. Selain itu pemahaman Soteriologi juga dilihat dari pendapat berbagai tokoh yang cukup mempunyai sumbangsih di dalam paham keselamatan. BAB III SOTERIOLOGI DALAM NYANYIAN-NYANYIAN KIDUNG JEMAAT Analisis pemakanaan soteriologi dalam nyanyian atau lagu-lagu dalam Kidung Jemaat yang telah dipilih. Dalam analisis yang dilakukan dalam bab ini akan melihat dari pemahaman 9
soteriologi yang telah di bahas dalam bab sebelumnya yakni bab II. Pemilihan lagu-lagu dalam Kidung Jemaat di dasarkan pada sistematika Kidung Jemaat dan didasarkan pada kata-kata setiap lagu. BAB
IV
NYANYIAN-NYANYIAN
KIDUNG
JEMAAT
DARI
PERSPEKTIF
KONTEKSTUAL Dalam bab ini nyanyian-nyanyian Kidung Jemaat yang telah dianalisis pada bab III dilihat dari sudut pandang kontekstual. Dengan latarbelakang pemikiran bahwa nyanyian-nyanyian dalam Kidung Jemaat sebagian merupakan nyanyian dari barat, apakah masih relevan
W
dengan pergumulan kehidupan dan konteks kehidupan gereja-gereja di indonesia dengan melihat kepada konteks Indonesia yang plural. Namun sebelum masuk kepada nyanyian
KD
yang kontekstual tersebut maka soteriologi yang mewarnai lagu-lagu akan dilihat apakah dalam pemahaman soteriologi itu telah tercermin soteriologi perspektif kontekstual. Yakni
U
kehidupan masyarakat yang plural, dalam hal ini akan dilihat soteriologi Groenen. BAB V PENUTUP
IK
Dalam bagian ini akan diambil suatu kesimpulan dari Soteriologi dalam Kidung Jemaat. Juga jawaban dari permasalahan yang terdapat pada Bab I dapat dilihat pada bagian ini.
M IL
Selain itu ada beberapa saran yang diungkapkan oleh penulis dalam rangka Soteriologi dalam Kidung Jemaat.
10