MILIK NEGARA Tidak perjualbelikan
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI TAHUN 2015
MILIK NEGARA Tidak perjualbelikan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI TAHUN 2015
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL Kurikulum sebagai jantungnya sebuah program pendidikan. Kurikulum juga sebagai strategi dan cara yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyadari betapa pentingnya kedudukan dan peran kurikulum untuk
memberi
arah pada
program pendidikan dalam pembentukan
kompetensi output pendidikan yang diharapkan. Kompetensi yang selaras denga tuntutan zaman dimana anak menjalani kehidupannya. Kurikulum 2013 mencakup pengembangan pada aspek struktur kurikulum, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan penilaian yang
bersifat
otentik.
Kurikulum
2013
mengusung
pengembangan
pembelajaran konstruktivisme yang lebih bersifat fleksibel dalam pelaksanaan sehingga memberi ruang pada anak untuk mengembangkan potensi dan bakatnya. Model pendekatan kurikulum tersebut berlaku dan ditetapkan di seluruh tingkat serta jenjang pendidikan sejak Pendidikan Anak Usia Dini hingga Pendidikan Menengah. Keajegan model pendekatan disemua jenjang ditujukan untuk membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang lebih konsisten sejak awal, sehingga diharapkan peserta didik mampu berkembang menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sikap beragama, kreatif, inovatif, dan berdaya saing dalam lingkup yang lebih luas. Sebagai jenjang paling dasar, Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan menjadi fundamen bagi penyiapan peserta didik agar lebih siap dalam memasuki jenjang pendidikan lebih tinggi. Menghantarkan anak usia dini yang siap melanjutkan pendidikan tidak hanya terbatas pada
kemampuan anak membaca, menulis, dan berhitung, akan tetapi dalam keselurun aspek perkembangan. Tanggung jawab ini harus dipikul bersama antara pemerintah, pengelola dan pendidikan PAUD, orang tua dan masyarakat. Untuk menyamakan langkah, khususnya bagi para pelaksana layanan program PAUD, maka perlu diberikan pedoman, pelatihan, dan acuan-acuan yang dapat dijadikan sebagai rujukan para pendidik menerapkan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini di satuan pendidikannya. Pencapaian pendidikan yang lebih baik melalui penerapan Kurikulum 2013 PAUD merupakan suatu keniscayaan jika diusung oleh semua komponen. Terima kasih Jakarta,
Juli 2015
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,
Ir. Harris Iskandar, Ph.D NIP. 196204291986011001
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberkahi kita semua sehingga Penyusun Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini terselesaikan sesuai waktu yang ditetapkan. Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini sebagai jembatan penghubung dari kajian yuridis, filosofis, sosiologis, teoretis, dan pedagogis yang menjadi landasan pengembangan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini menjadi langkah praktis dalam menerapkan kurikulum 2013 kepada peserta didik di satuan PAUD masing-masing. Pedoman-pedoman disusun sesederhana mungkin agar mampu dipahami oleh seluruh pendidik Pendidikan Anak Usia Dini yang sangat beragam dan tersebar dengan tetap merujuk pada kajian-kajian yang melandasinya. Pedomanpedoman implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini ini bersifat terbuka dan fleksibel, artinya sangat memungkinkan pada penerapannya disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan budaya setempat. Hal penting yang diusung dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini adalah keterbukaan kita menerima perubahan baik perubahan dalam cara berpikir, kebiasaan, sikap, dan cara kerja. Perubahan tersebut akan berimbas pada perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Untuk semua usaha yang telah dilakukan, kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun, Tim Penelaah, Tim Reviewer yang telah bekerja keras memfinalkan pedoman implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Terima kasih. Jakarta, Juli 2015 Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,
DR. Erman Syamsuddin NIP: 195703041983031015
iii
DAFTAR ISI Sambutan Direktur Jenderal
.........................................................
i
Kata Pengantar
.........................................................
iii
Daftar Isi
.........................................................
iv
PENDAHULUAN
.........................................................
1
A. Latar Belakang
.........................................................
1
B. Dasar Hukum
.........................................................
2
C. Tujuan
.........................................................
2
D. Sasaran
.........................................................
3
UMUM
.........................................................
4
A. Karakteristik cara belajar anak usia dini ..........................
4
B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD
7
BAB I
BAB II
BAB III
PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
.............
16
.........................................................
16
B. Pentingnya Pendekatan Siantifik Sejak Anak Usia Dini .....
17
C. Yang Dipelajari Anak Dengan Pendekatan Saintifik ...........
25
PROSES SAINTIFIK
..........................................................
28
A. Mengamati
..........................................................
28
B. Menanya
..........................................................
30
C. Mengumpulkan Informasi ...............................................
32
D. Menalar
..........................................................
34
E. Mengomunikasikan ..........................................................
35
A. Pengertian
BAB IV
..........................
iv
BAB V
PENUTUP
...........................................................
42
LAMPIRAN
...........................................................
43
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................
46
v
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Dalam struktur kurikulum 2013 PAUD hasil belajar anak dituangkan ke dalam kompetensi inti sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penanaman
sikap
dibangun
melalui
pembiasaan
(habituasi) dan keteladanan (modeling). Pengembangan pengetahuan dan
keterampilan
dilakukan
melalui
pendekatan
saintifik
(untuk
penanaman sikap akan dipandu dengan pedoman tersendiri. Pendekatan saintifik mengembangkan kemampuan berpikir anak.
Pendekatan saintifik mendukung anak-anak dalam proses mencari tahu tentang sesuatu dengan caranya sendiri atau dengan bimbingan guru.
Pendekatan saintifik mendukung anak untuk melakukan penemuan mereka sendiri.
Pendekatan
saintifik
menumbuhkan
minat,
mengembangkan
gagasan, kesempatan mengekspresikan kebebasan, imajinasi, dan kreativitas anak, serta menguatkan perasaan anak terhadap sesuatu.
Hasil berpikir dapat dikomunikasikan pada orang lain. Pendekatan saintifik digunakan pada saat anak terlibat dalam
kegiatan main (termasuk saat kegiatan pembelajaran sains), maupun kegiatan lainnya, misalnya main peran, main balok, main persiapan, melakukan kegiatan seni. Agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan 1
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI setiap kemampuan yang hendak dicapai, maka diperlukan pedoman pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak yang mengacu pada kurikulum 2013 PAUD yang dapat menjadi acuan bagi Guru di lapangan. B.
Dasar Hukum 1.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3.
Undang-undang
Nomor
17
Tahun
2005
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang
dituangkan
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Nasional; 4.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
5.
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif;
6.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini;
7.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini;
8.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum tahun 2013 pasal 7.
C.
Tujuan 1.
Sebagai
pedoman
bagi
guru
dalam
pembelajaran dengan pendekatan saintifik. 2
mengelola
kegiatan
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2.
Sebagai pedoman bagi pengelola satuan Pendidikan dalam mengelola satuan PAUD berdasarkan kurikulum 2013 PAUD sesuai prinsip-prinsip pembelajaran anak.
3.
Sebagai pedoman bagi penyelenggara satuan Pendidikan, tenaga kependidikan, orangtua, pemangku kebijakan dan masyarakat dalam
mewujudkan
proses
pembelajaran
sesuai
dengan
kemampuan, kebutuhan dan minat serta karakteristik peserta didik. D.
Sasaran 1.
Guru
2.
Pengelola satuan Pendidikan Anak Usia Dini
3.
Pengawas dan Penilik Pendidikan Anak Usia Dini
4.
Pemangku kepentingan dari berbagai unsur
3
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BAB II PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI
Kegiatan Pembelajaran pada anak usia dini harus disesuaikan dengan beberapa hal, yakni: A.
Karakteristik cara belajar anak usia dini.
Berta hap
Belajar dari bersosia lisasi
cara anak belajar
Ber sifat khas
Berba gai cara
1.
Anak belajar secara bertahap. Anak pembelajar alami dan sangat senang belajar. Anak belajar sejak lahir. Anak senang mencari pemecahan dari masalah yang dihadapinya. Anak belajar mulai dengan cara:
bertahap sesuai dengan tingkat kematangan perkembangan berpikirnya.
mulai segala sesuatu yang bersifat konkrit ke abstrak.
4
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Menggunakan merasakan,
seluruh
inderanya:
mencicipi,
menarik,
menemukan,
mendorong,
menggerak-gerakan
dengan berbagai cara yang disukainya. 2.
Cara berpikir anak bersifat khas. Cara anak berpikir berakar dari pengalamannya seharihari.
Sumber
pengalaman
anak didapat dari:
pengalaman sensory dengan menggunakan seluruh inderanya (penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa, pengecap)
pengalaman berbahasa saat mereka berkomunikasi dengan teman, orang tua, guru atau orang lain
pengalaman budaya dalam bentuk kebiasaan di rumah, nilai yang diterapkan dalam keluarga termasuk yang berlaku di lingkungan
pengalaman sosial dari teman sepermainan, perilaku orang dewasa, dll
pengalaman yang bersumber dari media masa, misal dari surat kabar, majalah, televisi, radio, dll.
Anak cenderung melihat sesuatu berpusat pada dirinya sendiri dan memandang benda seperti manusia. Misalnya saat anak melihat
5
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI batu yang akan diinjak temannya, anak berkata, “Jangan diinjak ya, nanti batunya sakit”. 3.
Anak belajar dengan berbagai cara. Anak
senang
mengamati
dan
menggunakan mainannya dengan berbagai
cara.
Misalnya
mobil-
mobilan
dapat
digerakan
maju
mundur,
dimainkan
rodanya,
dibongkar, dll. Seringkali orang dewasa hanya menginginkan anak bermain seperti yang dipikirkan mereka. Contoh: Bernus memukul-mukul dinding dengan tangan, sekali-kali ia juga memukul menggunakan alat atau menjejakkan kakinya. Selintas ia sedang berbuat yang dapat merusak dinding. Tetapi saat ditanya, Bernus menjawab, “Aneh ya kalau dipukul tangan suaranya dung-dung, kalau pake pensil jadi tek tek, tapi kalau pake kaki jadi bum-bum.” Ternyata Bernus sedang melakukan percobaan perubahan bunyi pada dinding.
4.
Anak belajar saat bersosialisasi. Anak belajar banyak pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa,
kemampuan
sosial-
emosional, dan kemampuan lainnya berkembang pesat bila anak diberi kesempatan bersosialisasi dengan teman, benda, alat main, dan orang-orang yang ada di sekitarnya. 6
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
B.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD
bemain lingk. kondusif
Kecakapa n hidup
sesuai perkem bangan
Prinsip Pembela jaran
pengmb. karkter
sesuai kebutuha n
anak sbg pusat Aktif
1.
Belajar Melalui Bermain Anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain. Pemberian rangsangan Pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain, dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak. a.
Bermain merupakan kegiatan melatih otot besar dan kecil, melatih keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah, mengelola emosi, bersosialisasi, mengenal matematika, sains, dan banyak hal lainnya.
b.
Bermain bagi anak juga sebagai pelepasan energi, rekreasi, dan emosi saat bermain anak merasa nyaman dan gembira. Dalam keadaan nyaman semua syaraf otak dalam keadaan 7
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI rileks
sehingga
memudahkan
menyerap
berbagai
pengetahuan dan membangun pengalaman positif. c.
Kegiatan pembelajaran melalui bermain mempersiapkan anak menjadi senang belajar.
2.
Berorientasi pada Perkembangan Anak Guru
harus
mampu
mengembangkan semua aspek perkembangan sesuai dengan usia anak. Perkembangan anak tergantung pada kematangan anak.
Kematangan
anak
dipengaruhi oleh status gizi, kesehatan,
pengasuhan,
Pendidikan, dan faktor bawaan. Perkembangan anak bersifat individu. Anak yang usianya sama bisa jadi perkembangannya berbeda. Guru perlu memberikan kegiatan dan dukungan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak secara perseorangan walaupun kegiatannya dilakukan di dalam kelompok. Untuk itulah pentingnya Guru memahami tahapan perkembangan anak.
3.
Berorientasi Pada Kebutuhan Anak secara Menyeluruh Guru harus mampu memberi rangsangan Pendidikan atau stimulasi sesuai
dengan
kebutuhan
anak,
termasuk
anak-anak
mempunyai kebutuhan khusus. Untuk dapat hidup secara sehat dan cerdas membutuhkan: a. Kenyamanan b. Pengasuhan, Gizi 8
yang
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI c.
Pendidikan dan
d. Perlindungan. Program
layanan
PAUD
harus
memenuhi kebutuhan tersebut. Penyelenggara PAUD
harus
bekerjasama dengan
layanan
kesehatan, gizi, kesejahteraan sosial, hukum, dan orang tua. Dengan kata lain layanan PAUD Holistik Integratif menjadi keharusan termasuk untuk anak berkebutuhan khusus. 4.
Berpusat pada Anak Anak diberi kesempatan untuk mencari, menemukan, menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan aktif melakukan serta mengalami sendiri Anak sebagai pusat pembelajaran, artinya: a.
Kegiatan pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan untuk mengembangkan seluruh potensi fisik dan psikhis anak.
b.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan
sesuai
dengan
cara
berpikir
dan
perkembangan kognitif anak. c.
Pembelajaran PAUD berorientasi pada anak, bukan pemenuhan keinginan lembaga/guru/orang tua.
9
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
5.
Pembelajaran Aktif Guru harus mampu menciptakan kegiatan-kegiatan yang menarik dan membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis, dan kreatif. Pembelajar aktif berarti anak belajar, melakukan atas dasar idenya bukan hanya mengikuti instruksi atau arahan guru. Pembelajaran aktif tidak hanya aktif anggota tubuhnya, tetapi yang penting juga aktif proses berpikirnya.
6.
Berorientasi Pada Pengembangan Karakter Pemberian rangsangan Pendidikan dan pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai karakter. Pengembangan nilainilai karakter dilakukan secara terpadu baik melalui pembiasaan dan keteladanan baik yang bersifat spontan maupun terprogram. Nilai-nilai karakter yang termuat dalam kompetensi dasar sikap meliputi: a.
Menerima ajaran agama yang dianutnya 10
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI b.
Menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
c.
Memiliki perilaku hidup sehat
d.
rasa ingin tahu,
e.
kreatif,
f.
estetis,
g.
percaya diri,
h.
disiplin,
i.
sabar,
j.
mandiri,
k.
peduli,
l.
toleran,
m.
menyesuaikan diri,
n.
bertanggung jawab,
7.
o.
jujur,
p.
rendah hati, dan santun dalam berinteraksi
Berorientasi pada Pengembangan Kecakapan Hidup Pemberian rangsangan Pendidikan dan pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecakapan hidup yang dimaksud adalah kemampuan untuk menolong diri sendiri, sehingga anak tidak tergantung secara fisik maupun pikiran kepada orang lain. Pengembangan kecakapan hidup dilakukan secara terpadu baik melalui pembiasaan, keteladanan, maupun kegiatan terprogram.
11
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 8.
Lingkungan Kondusif Lingkungan
pembelajaran
diciptakan
sedemikian
rupa
agar
menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang diatur agar anak dapat berinteraksi dengan Guru, pengasuh, dan anak lain. Lingkungan yang kondusif mampu mendorong munculnya proses pemikiran ilmiah. Lingkungan yang kondusif atau yang mendukung mencakup suasana yang baik, waktu yang cukup, dan penataan yang tepat. Waktu yang cukup maksudnya waktu cukup untuk bermain, cukup untuk beristirahat, dan cukup untuk bersosialisasi.
Suasana lingkungan yang mendukung anak belajar: a. Memberikan perlindungan dan kenyamanan saat anak bermain dengan bahan dan alat sesuai ide anak. b. Memberi kebebasan untuk anak melakukan eksplorasi dan eksperimentasinya. c.
Memberi kesempatan anak untuk memberikan
penjelasan
tentang cara kerja dan hasil yang dibuatnya.. d. Menyediakan berbagai alat dan bahan yang dapat mendukung cara anak bermain. e. Memberi dukungan dalam bentuk pertanyaan yang mendorong anak mengembangkan ide, bukan memberi arahan untuk dilakukan anak.
12
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Penataan lingkungan yang mendukung belajar adalah lingkungan yang: a.
Terjaga kebersihannya,
b.
Semua alat, perabot, dan kondisi ruangan dipastikan terjaga keamanannya.
c.
Ditata dengan rapi untuk membiasakan anak berperilaku rapi dan teratur.
d.
Ditata sesuai dengan tinggi badan anak untuk membangun perilaku mandiri.
9.
Berorientasi pada Pembelajaran Demokratis. Pembelajaran
yang
demokratis
sangat
diperlukan
untuk
mengembangkan rasa saling menghargai antara anak dengan guru, dan dengan anak lain. Pembelajaran demokratis memupuk sikap konsisten pada gagasan sendiri, tetapi menghargai orang lain dan mentaati aturan.
13
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI a.
Menghargai
perbedaan
dan
keistimewaan
anak
tanpa
hasil
anak
tanpa
membeda-bedakan. b.
Menghargai
gagasan
dan
karya
membandingkan dengan anak lainnya c.
Memberi kesempaan pada anak melakukan dan menolong dirinya sesuai dengan kemampuannya untuk mendapatkan pengalamanbermain yang berharga.
d.
Memfasilitasi anak dengan beragam obyek baik alam maupun buatan
yang
menarik
sehingga memunculkan rasa ingin tahu anak dan anak
akan
pengamatan, bunga-bunga,
melakukan misalnya kolam
ikan, aquarium, sangkar burung
atau
kandang
kelinci, dll. 10. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar Penggunaan media dan sumber yang ada di lingkungan ini bertujuan agar pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna, lebih dekat dengan kehidupan anak. Sumber belajar yang dimaksud adalah orang-orang dengan profesi tertentu yang sesuai dengan tema, misalnya: dokter, polisi, nelayan, dan petugas pemadam kebakaran. Pembelajaran kontekstual menguntungkan anak. a.
Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat menggali dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Anak yang terbiasa menggunakan alam dan 14
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI lingkungan sekitar untuk belajar, akan berkembang lebih peka kesadaran untuk memelihara lingkungan. b.
Piaget meyakini bahwa anak belajar banyak dari media dan alat yang digunakannnya saat bermain. Karena itu media belajar bukan hanya yang sudah jadi berasal dari pabrikan, tetapi juga segala bahan yang ada di sekitar anak, misalnya daun, tanah, batu-batuan, tanaman, dan sebagainya.
Ajaklah anak untuk memperhatikan saluran air yang ada di sekitar Lembaga PAUD. Diskusikan dengan anak: o
Apa saja yang terlihat..?
o
Ada benda apa saja yang ikut hanyut ?
o
Apa jadinya jika banyak benda yang dibuang di saluran tersebut?
o
Apa yang seharusnya dilakukan?
Pastikan saluran air yang diamati tidak membahayakan baik dari kedalaman, kederasan air, kandungan limbah, maupun pagar pembatasnya. Pastikan aman, tidak ada anak yang jatuh ke dalam saluran air.
15
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BAB III PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK A.
Pengertian Anak seorang peneliti. Semua yang ada di sekitarnya menarik perhatiannya. Anak akan
memperhatikan, meneliti, mencoba, dan
bertanya. Cara belajar alamiah tersebut dikukuhkan menjadi pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan upaya untuk mengembangkan dan meneruskan perilaku positif tersebut. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif dapat mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.
Penerapan pendekatan saintifik yang baik akan menumbuhkan kemampuan berpikir anak. Agar optimal dalam penerapan pendekatan tersebut maka penting untuk diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Guru harus melihat anak-anak sebagai pembelajar aktif
Guru
memberi
mengeksplorasi
mereka
kesempatan
untuk
mencoba/
dan menggunakan berbagai obyek/bahan
dengan cara yang beragam
Guru memberi dukungan dengan pertanyaan (dan atau bimbingan) yang tepat.
Guru menghargai setiap usaha dan hasil karya anak dengan tidak membandingkan dengan anak lainnya.
16
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Saat Alifa bermain di halaman
ia
tertarik pada bunga bakung. Ia lalu menghampiri,
mengamati
dan
mencium bunga yang mekar. Alifa berkata “berapa lama bunga kuncup ini
bisa
mekar?”Alifa
bertanya
tentang bunga bakung kepada bu guru
dan
tukang
kebun
sekolahnya.Kemudian ia mengambil kertas
dan
pensil
warna
menggambar bunga bakung dan ditunjukkan pada bu Guru, “Ini bunga bakung..” Alifa sudah menerapkan proses saintifik. B.
Pentingnya Pendekatan Saintifik Sejak Anak Usia Dini Pembelajaran dengan pendekatan saintifik diterapkan di lembaga PAUD untuk melanjutkan perilaku belajar yang telah dimiliki anak. Hal ini penting untuk membantu anak memahami dunia sekitarnya. Proses mengumpulkan, mengolah informasi dan mengomunikasikan yang diketahuinya merupakan
langkah
pengembangan berpikir kritis. Anak kelompok A sedang bermain di sentra memasak.
Mereka akan membentuk bulatan dari tepung beras. Ari “aku beri air dulu tepungnya biar bisa dibulat-bulat” 17
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Mira, “kasih airnya sedikit saja supaya tidak lembek.” Kemudian mereka bekerja bersama membentuk bulatan. Mereka telah mengatasi masalah, menganalisa dan juga mengevaluasi bahan tepung agar bisa di bentuk bulatan. Dari ilustrasi / contoh aktifitas saintifik sederhana di atas, dapat ditarik beberapa manfaat penerapan pendekatan saintifik, yaitu: 1.
Lebih mudah diterima oleh anak
2.
Lebih bermakna bagi anak
3.
Lebih utuh diterima oleh anak
4.
Lebih melekat menjadi perilaku anak
5.
Mengurangi
verbalisme
(menghindari
guru
untuk
banyak
menjelaskan secara lisan) 6.
Lebih mudah diterapkan oleh anak
7.
Anak lebih menghargai kemampuan yang diperolehnya
8.
Anak lebih percaya diri
9.
Anak lebih bangga terhadap kemampuan yang diperolehnya
10. Kemampuan yang diperoleh lebih permanen Secara
lebih
khusus,
contoh
penerapan
dalam
setiap
lingkup
perkembangan adalah sebagai berikut: 1.
Contoh penerapan
pendekatan saintifik bagi lingkup
perkembangan nilai agama dan moral. Pada kegiatan pijakan sebelum bermain, Ita mengatakan “Bu Guru tadi Dito tidak mau mengucapkan salam” Itu kan tidak boleh ya Bunda? Kata mamaku tidak sopan.” Bu Dewi mengatakan “Oh begitu, kenapa Dito tidak mau mengucapkan salam?”
18
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Dito menyahut “Pokoknya tidak mau.” Bu
Dewi
bertanya
”Teman-teman
kenapa
kita
harus
mengucap salam?” Sinta menjawab “Biar teman kita banyak Bunda” Fifi mengatakan “Biar teman-teman tahu kalau kita sudah datang Bunda. Kalau kita diam saja, kan teman yang lain tidak tahu kita sudah datang” Bu
Dewi
mengatakan
“Betul
semuanya.
Kalau
kita
mengucapkan salam, kita mendoakan teman kita. Jadi teman kita akan semakin banyak. Kalau mempunyai teman yang banyak, rasanya bagaimana?” “Senang Bunda, kemana-mana ada teman bermainnya, seperti aku.” Kata Usman. Tiko mengatakan “Kalau begitu Dito nanti tidak punya banyak teman, Dito mau?” Dito tampak menggelengkan kepala “Aku tidak mau.” Pada kegiatan diskusi tadi, anak-anak telah melakukan kegiatan pengamatan, melakukan proses diskusi untuk menemukan jawaban dan menemukan solusi dari permasalahan yang ada. 2.
Contoh
penerapan
pendekatan
saintifik
bagi
lingkup
perkembangan sosial emosional Pada hari berikutnya, Bu Dewi mengajak anak-anak ke halaman dan memperhatikan semut-semut yang sedang berjalan. “Teman-teman, coba kita perhatikan, apa yang dilakukan semutsemut itu ya.” Kata Bu Dewi “Bu, semutnya banyak ya. Kalau jalan berbaris” kata Ita.
19
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Dito menimpali “Eh lihat, itu semutnya mengangguk ke temannya.” Tiko juga menyahut, “Betul Bunda, yang ini semutnya juga mengangguk.” Ternyata semutnya semua mengangguk kalau ketemu temannya.” Bu Dewi mengatakan “Kalau kita bertemu teman, apa yang harus kita lakukan?” “Semut juga seperti kita ya Bun, kalau bertemu temannya menyapa.” Pada kesempatan itu, Dito mempraktekkan menganggukkan kepalanya ke Tiko, keduanya tampak saling mengangguk. “Hi hi hi, seperti semut,” kata Ita. Bu Dewi menambahkan “Kalau kita bertemu teman, apa yang kita lakukan teman-teman?” “Menyapa Bunda, mengucap salam,” jawab Dito. “Berarti semut sayang dengan teman ya Bunda,” Dito menambahkan. Pada kegiatan ini anak melakukan kegiatan pengamatan, mendapatkan informasi tentang cara semut menyapa temannya, mengasosiasi dan mengomunikasikan pada yang lain. 3.
Contoh
penerapan
pendekatan
saintifik
bagi
lingkup
perkembangan seni “Teman-teman, di sini Bunda mempunyai banyak bahan, ada daun kering, ranting, bunga kering, kertas warna-warni, kertas karton, playdough, tas plastik kresek warna hitam, karet gelang, gunting, dan lem, kira-kira bisa tidak ya kita membuat sesuatu berbentuk semut dengan bahan ini?” tanya Bu Dewi. Ita, “Aku mau membuat semut warna merah Bun.” 20
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bu Dewi, “ Ita membutuhkan bahan apa?” “Aku mau menggunakan kertas lipat warna merah Bun. Nanti aku gunting kepala, badan, dan kaki semutnya. Aku mau tempel dengan lem Bun” Ita menjelaskan. “Kok semutmu nggak ada antenanya Ita?” tanya Fifi “Bunda, semutku nggak ada antenanya? Bagaimana cara membuatnya?” Ita bertanya. “Kalau antena, bentuknya seperti apa?” tanya Bu Dewi Fifi menjawab,”Seperti tangkai bunga Bunda. Oh aku bisa membuatnya, tinggal menggunting seperti tangkai bunga Bun.” Dito, “Bunda, kalau membuat semut dari ranting, berarti untuk badannya apa ya? Terus untuk kepalanya gimana?” Bu Dewi, “Teman-teman ada yang punya ide bagaimana membuat kepala semut dan badannya dari ranting?” Usman berkata, “Dari kresek hitam bisa diremas dibuat jadi kepala semut.” Sinta menambahkan, “Pakai playdough aja, kan tinggal dibulat-bulat lalu tempel di ranting.” Dito menjawab, “Aku pakai playdough aja deh. Lebih mudah. Dan lebih bagus Bunda, tuh kan lebih rapi. Aku bisa membuat mulutnya.” “Aku mau membuat kue sarang semut boleh tidak Bunda?” tanya Fifi Bu Dewi berkata, “Boleh, tapi kenapa Fifi ingin membuat kue sarang semut?” Fifi menjawab, “enak bunda, aku suka.”
21
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Dalam menemukan
kegiatan
di
atas,
permasalahan,
anak-anak
mencoba
terlibat
diskusi,
menemukan
solusi,
menemukan solusi yang efektif. 4.
Contoh
penerapan
pendekatan
saintifik
bagi
lingkup
perkembangan bahasa “Sinta-sinta, ada semut lho di nama kamu.” Kata Fifi sambil menunjuk huruf S pada kartu nama Sinta yang ditempel di papan nama. “Tuh kan, sama.” Kata Fifi sambil menunjuk tulisan S E M U T yang ditempel di dinding. Sinta dan Fifi menghampiri Bu Dewi dan bertanya, “Bunda, Sinta dan Semut sama ya?” Bu Dewi ganti bertanya, “Apa nya yang sama?” Fifi memegang tangan Bu Dewi dan menariknya ke papan nama, “Ini lho Bunda, sama kan?” kata Fifi sambil menunjuk huruf S di kartu nama Sinta dan huruf S pada tulisan SEMUT. Bu Dewi mengatakan, “ Betul Fifi, itu huruf S. Selain semut dan sinta, kata apalagi ya yang diawali huruf S, Sssss....?” kata Bu Dewi
pada
Sinta
dan
Fifi.
“Sendal
Bunda,”
kata
Sinta.
“Sssss.....selang Bunda, Ssss....... senam.” Timpal Fifi. Beberapa saat kemudian, Sinta mengambil playdough dan memilinnya menjadi huruf S. Dia menunjukkan dan mengatakan, “Bunda, ini namaku.” Dalam kegiatan di atas, anak menemukan huruf S melalui proses sainstifik, mengamati, menanya, mengumpulkan informasi dari
bahan
yang
ada
di
mengomunikasikan.
22
lingkungan,
mengasosiasi,
dan
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 5.
Contoh
penerapan
pendekatan
saintifik
bagi
lingkup
perkembangan fisik motorik Winda tampak sedang mengejar beberapa kupu-kupu yang beterbangan di antara bunga-bunga di halaman PAUD. Kemudian Winda mendekati Bu Sinta dan bertanya “Bunda, kupu-kupu kok bisa terbang? Kenapa aku nggak bisa terbang Bunda?”, Bu Sinta menjawab,
“Coba
kita
lihat
kupu-kupu
yuk.
Coba
Winda
perhatikan, kupu-kupu terbang menggunakan apa?” “ Menggunakan sayap Bunda.” Jawab Winda “ Kalau Winda, punya sayap tidak?’ bu Sinta bertanya “Aku punya tangan Bunda, bukan sayap.” Kemudian Bu Sinta bertanya, “Apa ya bedanya tangan dan sayap?” “Kalau
tanganku
untuk
mengambil
makanan,
untuk
memegang balok, meremas playdough Bunda.” Kata Winda Bu Sinta menjawab,”Ya, untuk apalagi?” “Bisa membuat bulatan Bunda.” Jawab Sinta “Masih ada lagi tidak? Tanya Bu Sinta ‘Banyak
sih, bisa untuk
menulis
namaku, bisa untuk
memegang gelas, bisa untuk menarik mobil-mobilan, banyak Bunda.” “Ya, kalau sayap burung, bagaimana? Sama tidak dengan tangan kita?” “Hmm, kalau sayap untuk terbang Bunda, tapi nggak bisa untuk mengambil makanan?’ jawab Winda “Jadi kenapa ya Winda tidak bisa terbang?” tanya Bu Sinta “Ya, karena aku tidak punya sayap Bunda, tapi aku punya tangan, aku senang punya tangan. Aku bisa bermain apa saja.” Jawab Winda.
23
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI “Ya Winda, alhamdulillah kita punya tangan. Kita bisa melakukan baanyaaaak hal dengan tangan. Tapi Tuhan juga memberi burung dengan sayap yang luar biasa. Dia bisa terbang kemana-mana dengan sayapnya. Nah, karena Tuhan sudah memberi kita karunia berupa tangan, perlu dirawat tidak tangan kita?” tanya Bu Sinta “Ya Bunda, aku merawat tanganku lho, aku kan rajin mencuci tangan.” Jawab Winda “Alhamdulillah Bunda senang Winda pintar merawat tangan mu nak.” Tutur Bu Sinta 6.
Contoh
penerapan
pedekatan
saintifik
bagi
lingkup
perkembangan kognitif “Bunda, semutnya kok ada yang besar dan ada yang kecil?” tanya Dito pada Bu Sinta. Bu Sinta menimpali, “Oh begitu ya, kalau warnanya sama tidak ya?” “Tidak Bunda, ada yang merah, ada yang merah sedikit, ada yang hitam, ada juga yang hitamnya tidak hitam sekali tuh Bun.” Jawab Dito “Jadi, yang sama apanya?” tanya Bu Sinta “Kalau bentuknya sama Bun, tapi warna dan ukurannya beda.” Jawab Dito “Binatang apalagi ya yang bentuknya sama, tapi ukurannya dan warnanya beda?” tanya Bu Sinta “Oh iya ya Bunda, binatang yang lain juga. Kucing, ayam, burung, kupu-kupu. Mereka juga ukuran dan warnanya beda, tapi badannya sama.” Jawab Dito
24
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Dari kegiatan pengamatannya, Dito menemukan informasi yang
menggelitik
rasa
ingin
tahunya
tentang
semut.
Dito
menemukan informasi melalui pengamatan dan dukungan dari Bu Sinta. C.
Yang Dipelajari Anak Dengan Pendekatan Saintifik Banyak pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari anak saat bermain:
Konsep nilai agama dan moral (benar-salah, ciptaan Tuhan, sifat Tuhan, cara beribadah, dll)
Konsep matematika (membilang, menjumlah, mengelompokkan, pola, ukuran, dll)
Konsep sains (perubahan benda, kembang biak, cara hidup, sifat benda, dll)
Konsep bahasa (memahami ucapan, mengucapkan, membedakan bunyi huruf, dll)
Konsep sosial (tempat, kebiasaan, budaya, cara berpakaian, cerita masa lalu, dll)
Konsep seni (nada, lagu, gerak berirama, kriya, membentuk, menggambar, dll)
Proses berpikir ilmiah menghubungkan semua konsep dalam suatu rangkaian kerja, tidak dilakukan secara terpisah-pisah.
Hilman sedang bermain timbangan. Ia menimbang kerang-kerang yang sudah dihitungnya. Timbangan kanan dan kiri tidak sejajar. menghampiri “sepertinya timbangannya berat sebelah”
25
Bu guru
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Hilman “Ya yang kanan lebih berat.” Lalu ia mengambil kerang di kanan dimasukkan ke kiri dan seterusnya hingga kedua sisi timbangan itu sejajar. Lalu Hilman berteriak “horee.. berhasil.. bu Guru sekarang timbangannya sudah sama berat.”
Hilman sudah belajar konsep berat-ringan, belajar
memecahkan masalah,
sama berat. Hilman juga
ketekunan, mengomunikasikan hasil,
dan membangun percaya diri. Anak
membangun
kemampuan
pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan dengan cara melakukan, bukan didikte ataupun hapalan.
26
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Di sudut main peran terjadi percakapan berikut: Femy : “wah bapak sudah rapi, mau berangkat kerja ya.” Alfian, “iya mau ada rapat di kantor.” Femy, “naik apa ke kantor pak..” Alfian, “naik motor saja biar cepat” Femy, “hati-hati di jalan pak banyak mobil.Jangan lupa berdoa ya.” Kedua anak itu sudah memiliki konsep sosial tentang pekerjaan, teknologi tentang sepeda motor mempercepat waktu, lingkungan tentang kondisi jalanan, dan konsep agama tentang berdoa. Hilda merasa takjub ketika beberapa benda menempel pada magnet yang dipegangnya.Hilda mencoba menempelkan magnet pada benda-benda lainnya, ternyata ada benda yang tidak bisa menempel pada magnetnya.Hilda mengulang dan mengulang lagi.Akhirnya Hilda menyimpulkan tidak semua benda bisa menempel. Bu Aristi mendekat, “apakah semua benda dapat menempel Hilda?” Hilda, “kaleng dan besi bisa menempel, tetapi kertas, daun, dan plastic tidak menempel.” Hildasecara langsung belajar mengelompokan benda magnetik dan bukan magnetik.
27
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BAB IV PROSES SAINTIFIK Proses Saintifik merupakan rangkaian mencari tahu dengan cara menjelajah melalui tahapan:
Mengama ti
Mengomu ni kasikan
Menanya
PROSES SAINTIFIK Mengum pulkan informasi
Menalar
1.
Mengamati; Mengamati berarti kegiatan menggunakan semua indera (penglihatan, pendengaran, penghiduan, peraba, dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka semakin banyak informasi yang diterima dan diproses dalam otak anak. Guru berperan sebagai pengamat dan pendukung/fasilitator bukan sebagai instruktur.
28
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Adira bermain-main di halaman dengan
membawa
pembesar.
Adira
kaca
mengamati
dengan cara membolak-balikan kaca pembesar. Lalu ia melihat rumput dengan kaca pembesar. Adira, “ daun rumputnya jadi besar-besar, ada bulu-bulunya, dipegangnya halus.” Lalu Adira mengamati kerikil.“ batunya bolong-bolong.” mengamati dilakukan Kegiatan mengamati dapat dilakukanProses bersama-sama di dalam atau di dengan atau luar kelas. Media untuk diamati bisa apapun. menggunakan Media yang disiapkan tanpa menggunakan alat. sesuai dengan tema yang sedang dipilih. Bu Arini, “teman-teman siapa tahu bunga apa yang dipegang ibu?” Aristi, “bunga bakung bu” Bu Arini, “Ini namanya bunga sri rejeki atau aglaonema. Siapa yang dapat menyebutkan bagian-bagiannya?” Hilman,” ada daunnya” Fadli,” ada akarnya” Reta, “ada batangnya” 29
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bu Arini, “boleh dipegang dan diusap, apa yang kamu rasakan?” Aristi, “daunnya halus tapi batangnya kasar.” Fadli, “ daunnya bau’ Reta, “warnanya hijau dan putih” Hilman, “akarnya kecil-kecil banyak.” a.
Proses mengamati penting untuk membangun pengetahuan awal anak tentang suatu benda atau kejadian. Guru dapat menuliskan disertai gambar sederhana tentang pengetahuan yang sudah disebutkan anak tadi.
b.
Proses
mengamati
juga
untuk
membangun
mninat
anak
mengetahui lebih banyak tentang sesuatu yang diamatinya. 2.
Menanya; Menanya merupakan proses berfikir yang didorong oleh minat keingintahuan anak tentang suatu benda atau kejadian. Pada dasarnya anak senang bertanya. Anak akan terus bertanya sampai rasa penasarannya terjawab. Seringkali orang tua dan guru mematahkan rasa keingintahuan anak dengan menganggap anak yang cerewet. Menanya sebagai proses menggali pengetahuan baru. Guru dapat membantu anak untuk menyusun pertanyaan yang ingin mereka ketahui. Saat pembelajaran dengan tema “binatang” dan sub tema “binatang peliharaan”. Bu Aristi membahas tentang kelinci. Bu Aristi membawa seekor kelinci putih ke dalam kelas, lalu anak diminta mengamati apa saja yang anak-anak ketahui tentang kelinci. Anak-anak menjawab bahwa kelinci warnanya putih, kakinya empat, matanya dua, telinganya dua dan panjang, makannya rumput, jalannya melompat-lompat. Bu Aristi menuliskan apa yang disampaikan anak-anak tersebut di atas kertas manila dengan spidol warna hitam.
30
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bu Aristi menanyakan apa yang ingin anak-anak ketahui tentang kelinci. Budiman, “kalau kelinci bisa bertelur tidak?” Alifa, “kelinci bisa memanjat tidak?” Suci, “daging kelinci boleh dimakan tidak?’ Alianus, “kenapa kelinci tidak boleh tidur bareng aku di kasur?” Bu Aristi mencatat pertanyaan anak di kertas manila sebelumnya dengan spidol biru.
Di tahap menanya, guru perlu bersabar.Terkadang anak menyampaikan keingintahuannya tidak dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya: Aldi,” kelincinya putih semua..” lalu bu Aristi menyempurnakan kalimat Aldi, “Aldi mau bertanya, apakah semua kelinci berwarna putih?” Cara guru mengulang perkataan anak, menunjukkan contoh atau pemodelan
cara bertanya. Hal
ini
mengembangkan
kemampuan
berbahasa anak. Saat guru menuliskan semua pertanyaan anak, guru tidak perlu menjawabnya, tetapi ajaklah anak untuk mencari jawabannya ke berbagai sumber. Beberapa tipe pertanyaan ini dapat digunakan untuk merangsang berpikir anak: Bentuk pertanyaan Mengi ngat:
Memahami:
Tujuannya
Contoh
mengulang kembali, menyatakan yang diobservasi
Apa yang kamu ketahui tentang buah jambu? Tadi bermain apa saja? Apa yang kamu kerjakan tiap pagi? Berapa banyak? Apa saja isi tasmu?
Menjelaskan, menguraikan, 31
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Bentuk pertanyaan
Tujuannya
Contoh
memperkirakan
Menerapkan:
Analisa:
Evaluasi:
Mencipta:
3.
Lihat diatas sana awan nya terlihat gelap, kira-kira apa yang akan terjadi? Menggunakan Apa yang kita perlukan agar air pengetahuan ini menjadi manis? dengan situasi Alat apa yang kita pakai untuk baru mencetak pasir ini? Membandingkan, Mana yang lebih berat? mengelompokkan, Dapatkah dikelompokkan membedakan, roncean sesuai warna? membangun, Bagaimana agar timbangan ini mengatasi menjadi sejajar? masalah Apa yang harus kita lakukan agar tidak kehujanan? Mengkritisi, Apa yang terjadi bila ikan tidak menilai memiliki sirip? pernyataan, Ibu lihat hari ini kamu sangat memutuskan senang. Apa yang membuatmu untuk menolak senang? atau menyetujui Bagaimana pendapat kamu sesuatu kalau tiangnya memakai balok yang kecil? Merancang, Apa yang akan kamu buat merencanakan, dengan playdough ini? membuat, Apa yang akan kamu tanyakan menghasilkan pada pak petani bayam? Bisa kamu ceritakan, apa saja yang sudah dibuat?
Mengumpulkan informasi; a.
Mengumpulkan informasi/ data merupakan proses mencari jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan
menanya.
32
yang
disampaikan
anak
ditahap
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI b.
Mengumpulkan data dapat dilakukan berulang-ulang di pijakan awal sebelum bermain (pembukaan) setiap hari dengan cara yang berbeda.
c.
Mengumpulkan data dapat berasal dari berbagai sumber, baik manusia, buku, film, mengunjungi tempat atau internet.
Hari ini bu Aristi mengajak anak membaca buku tentang kelinci. Anak dikenalkan bahwa buku sebagai sumber informasi untuk menambah pengetahuan.Sejak dini anak dibiasakan untuk mencintai buku. Tiba-tiba Aldi berseru, “ada kelinci coklat. ” Bu Aristi menyambut “ ini warna abu-abu. Jadi Aldi sekarang tahu kalau kelinci ada warna abu-abu juga ya.”
Hari lainnya bu Aristi mengajak anakanak mengunjugi kandang kelinci pak Suherman. Kunjungan langsung sebagai salah satu cara mengumpulkan informasi. Anak-anak bertanya tentang kelinci kepada pak Suherman. Jadilah pak Suherman sebagai nara sumber. Alifa berkata, “bu guru kata pak Suherman kelincinya pintar melompat tapi tidak bisa memanjat.”
33
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 4.
Menalar Proses menalar untuk anak usia dini menghubungkan atau mencocokkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengalaman baru yang didapatkannya. Sepertinya pernyataan anak-anak di atas tidak nyambung, tetapi sesungguhnya Dafa menghubungkan kangkung termasuk tumbuhan daun dan Alifa menghubungkan binatang yang suka makan daun. Proses asosiasi dapat terlihat saat anak mampu: a.
Menyebutkan persamaan: “Telinga kelinci panjang seperti telinga kambing”
b.
Menyebutkan perbedaan: “Tapi telinga kelinci ujungnya ke atas, kalau telinga kamping ujungnya ke bawah.”
c.
Mengelompokkan: “Kelinci itu kakinya empat, seperti kodok, kambing, kucing, dan anjing”
d.
Membandingkan: “yang lompatnya paling cepat pastilah kanguru”
e.
Dst Bu Aristi mengajak diskusi, “Kelinci senang makan daundaunan.” Dafa menimpali, ”kelinci suka kangkung tidak ya.?” “ulat juga makan daun” kata Alifa
34
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Sebagian besar anak mengalami kesulitan untuk membuat hubungan satu benda dengan benda lain atau satu kejadian dengan kejadian lain. Guru
bisa
membantu
membangun
pemahaman
anak
dengan
mengajukan pertanyaan.
Daun ini pinggirnya bergerigi seperti apa ya..?
Apabila anak menghubungkan dengan sesuatu , maka guru harus menguatkan dan bertanya yang lebih luas lagi, misalnya: “Bu guru daunnya warna coklat seperti warna pintu itu”. Guru bisa menguatkan: “oya ... benar, terus apa lagi yang berwarna coklat ...?”
5.
Mengomunikasikan; Mengomunikasikan
adalah
pengetahuan/keterampilan
baru
proses yang
penguatan
didapatkan
anak.
Mengomunikasikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya bahasa lisan, gerakan, hasil karya. Kalimat yang sering dilontarkan anak, misalnya:
“Bu
guru
aku
tahu,
kalau
…….”
Biasanya
anak
menyampaikannya dengan cara menunjukkan karyanya. “Bu guru…aku sudah membuat….” Itu kalimat yang sering disampaikan anak.Dukungan guru yang tepat akan menguatkan pemahaman anak terhadap konsep atau pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh. Sebaliknya bila guru mengabaikan pendapat anak atau menyalahkannya maka keinginan untuk mencari tahu dan mencoba hal baru menjadi hilang.
35
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Dukungan Dukungan guru saat anak mengomunikasikan karyanya adalah perhatian yang tulus. “Bu
guru
lihat…aku
sudah
contoh
celoteh
membuat….”
anak. tanggapan guru: “oya.. Bisa kamu ceritakan kepada ibu guru..?”
Untuk
penguatan,
guru
dapat menyatakan: Kamu berhasil
menyelesaikan
tugasmu
dengan
baik,
apakah
kamu
mau
melanjutkan dengan menambah beberapa ide lain pada karyamu, membuat karya lain lagi atau mencoba kegiatan main yang lain..? Berikut ini adalah contoh dukungan yang dapat diberikan oleh guru pada setiap tahapan:
Tahapan Mengamati
Contoh
Dukungan Guru
Penerapan Anak-anak
-
Memberi waktu yang cukup untuk
mengamati pohon
mengamati (pengamatan pada tahap
pisang
ini ditujukan untuk mengetahui minat anak tentang pengalaman belajar yang menarik baginya) -
Mendorong
anak
menggunakan
seluruh indera -
Mendorong anak untuk mengamati dari berbagai sudut/arah dan bagian-
36
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Tahapan
Contoh
Dukungan Guru
Penerapan
bagian pohon pisang -
Menyediakan alat dan bahan yang menunjang
pengamatan,
misalnya
kaca pembesar, sarung tangan, sekop, dll. Menanya
Guru memberikan -
Memberi
waktu yang cukup
misalnya,
agar
ketahui dari pohon pisang ini?”
anak-anak
bertanya
-
pertanyaan “Apa
yang
pancingan, ingin
kalian
Mencermati ungkapan menanya anak baik melalui kata-kata, ekspresi wajah atau gerak tubuh anak. Contoh ungkapan menanya melalui kata-kata, “Bu Guru, ini apa sih?” Contoh ungkapan menanya melalui ekspresi wajah (perhatikan raut muka anak, terutama kening dan matanya. Ketika mendapati anak yang
berekspresi
kebingungan,
pertanda ia sedang bertanya. Maka guru dapat menggali hal yang ingin dipertanyakan
anak,
“Ada
yang
ingin kamu ketahui, Ali?” Contoh ungkapan menanya melalui gerakan
anggota
tubuh
anak
terutama bagian tangan. Jika anak menunjuk sesuatu maka guru dapat merespons dengan, “Apa yang ingin kamu ketahui, Ali?”
37
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Tahapan
Contoh
Dukungan Guru
Penerapan -
Guru
menjawab
dengan
pertanyaan
kalimat
sederhana
atau
anak
jawaban
(sesuai
dengan
pemahaman anak) -
Dari kegiatan menanya guru mendata pengalaman belajar yang akan dilalui anak saat mengumpulkan informasi nanti, seperti: “Kita akan mencari tahu tentang batang pisang, daun pisang, akar pohon pisang.” “Kita juga akan belajar tentang manfaat buah pisang, daun pisang dan batang pisang.”
Mengumpul Anak-anak
-
Memberi waktu yang cukup untuk
kan
berupaya
mengeksplorasi pohon pisang melalui
informasi
mengumpulkan
pengamatan
data
(pengamatan ini ditujukan agar anak
tentang
pisang
mendapatkan lebih
mendalam pengalaman
dalam
dan
belajar
mendapatkan
informasi lebih rinci) -
Guru
memfasilitasi
ekplorasi
dan
pengamatan anak, seperti ketika anak bertanya guru menjawab, ketika anak membutuhkan melanjutkan
sesuatu
untuk
eksplorasi
guru
menyediakannya. -
38
Bagi
anak
yang
guru
dapat
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Tahapan
Contoh
Dukungan Guru
Penerapan
membantunya
dengan
pertanyaan-
pertanyaan berikut: “Kalian
sudah
lihat
bagian
dalamnya? Coba kalian amati.” “Kalian sudah coba rasakan ada cairan di bonggolnya? Coba kalian raba.” - Mendorong anak untuk mencatat yang didapatnya
dengan
menggunakan
coretan, gambar, symbol, atau bentuk lainnya yang dikuasai anak. - Pastikan anak sudah mendapatkan pengalaman belajar melalui berbagai inderanya. Menalar
Anak-anak
- Memperjelas/mematangkan
membandingkan,
pengetahuan
mengelompokkan
sesuai dengan standar pengetahuan
dan
yang
melakukan
pengukuran
yang
seharusnya
diperoleh dengan
anak
berbagai
cara, contohnya: Dengan membandingkan, misalnya, “Coba perhatikan kembali, apakah sama pelepah daun pisang tunas, dengan pelepah pisang yang muda dan yang tua?” Dengan mengelompokkan, misal, “Mari kita pilah apakah semua pisangnya sudah matang? Dengan menganalisa,
39
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Tahapan
Contoh
Dukungan Guru
Penerapan
“Bagaimana kita tahu kalau buah pisang itu sudah matang?” Dengan misal,
melakukan “Kira-kira
pengukuran,
berapa
jengkal
panjang batang daun pisang itu? Siapa yang akan mengukurnya.” -
Berikan penguatan atas pengetahuan baru
yang didapatkan
anak
agar
menjadi bagian pengetahuan yang masuk ke dalam ingatan anak. Mengomuni Anak-anak kasikan
- Memberi
anak
kesempatan
mengomunikasika
mengomunikasikan pengetahuan baru
n apa yang telah
melalui beragam cara, misalnya:
mereka
ketahui
Cerita
terkait
dengan
Gambar/lukisan
Grafik
Kolase
Coretan
Puisi/lagu
Konstruksi bangunan
Tulisan, dll
pohon pisang
- Memberi
anak
menemukan
kesempatan ide
kreatif
untuk untuk
mengembangkan/memperluas gagasannya pengetahuan
lebih
lanjut
atas
baru
yang
telah
diperolehnya dan dikomunikasikannya. Contoh:
40
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Tahapan
Contoh
Dukungan Guru
Penerapan a. Anak
menunjukkan
hasil
gambarnya, guru berkata, “Jika kamu diberi waktu lagi, apa yang akan
kamu
tambahkan
pada
gambar pohon pisang ini?” b. Anak menunjukkan kebun pisang yang dibuatnya dari balok-balok, guru menemukan bahwa belum ada gubug tempat tukang kebun beristirahat, lalu
guru berkata,
“Coba kita cermati, dimana tempat istirahat bagi tukang kebun yang merawat kebun pisang ini?”
41
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BAB V PENUTUP Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, bahwasanya Pedoman pembelajaran untuk Pendidikan anak usia dini telah selesai disusun. Kami menyadari masih banyak keterbatasan di sana-sini. Semoga pedoman ini dapat memberi inspirasi pada para Guru PAUD tentang bagimana menerapkan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dengan pendekatan saintifik. Penerapan
pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik
diharapkan
mampu mengoptimalkan potensi anak, sehingga anak usia dini tumbuh dan berkembang menjadi sumber daya manusia yang mempuni, handal, kompetitif, kreatif, dan tangguh. Apabila dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengalami kesulitan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan guru inti dan mendiskusikannya di Gugus PAUD. Silakan kontak kami di http/www.paudkemdiknas.go.id.
Salam
Penyusun
42
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI LAMPIRAN I
Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Berbagai Model Pembelajaran Kelompok Kelompok berdasarkan berdasarkan Sentra Model Area sudut kegiatan Tahapan Kegiatan kegiatan pengaman Penyiap an - Guru - Guru menata - Guru menata - Guru menata Lingkungan menata 4 tempat ragam main ragam main Main ragam main kegiatan main sesuai dengan sesuai sesuai yang terdiri area yang dengan dengan dari 3 tempat akan sentra yang sudut yang untuk digunakan digunakan akan kegiatan (minimal 4 (minimal 4 digunakan utama dan 1 area) kegiatan (mininal 4 tempat untuk - Satu area main). sudut). kegiatan dapat diisi - Untuk anak - Satu sudut pengaman. dengan yang sudah dapat diisi beragam mampu dengan kegiatan main dapat beragam dilibatkan kegiatan dalam main. penataan lingkungan main
Pembukaan
- Di setiap tempat kegiatan main tersedia alat, bahan, sumber atau media yang dapat dieksplorasi untuk menerapkan pendekatan saintifik. - Lingkungan yang disiapkan memungkinkan terbangunnya pemahaman anak yang mendalam terhadap topik atau tema yang dibahas - Guru memfasilitasi (menunjukkan, membacakan, mengajak, menampilkan, dll) anak dengan beragam alat ,bahan, sumber atau media untuk diamati, baik di dalam ruangan atau di luar ruangan sesuai dengan tema/sub tema
43
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Inti
- Anak mengamati (dengan berbagai indera) alat, bahan, sumber atau media - Anak diberi kesempatan untuk menanya dan mengungkapkan perasaannya - Guru dan anak menyepakati fokus dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan anak saat kegiatan inti - Anak - Anak - Anak - Anak beraktifitas beraktifitas di beraktifitas di beraktifitas di sudut kelompok area untuk di sentra untuk untuk mengumpulka untuk mengumpul mengumpulka n informasi mengumpulk kan n informasi - Guru an informasi informasi - Guru melakukan - Guru mendampingi individualisasi memberikan salah satu kepada anak pijakan agar kelompok agar anak anak agar anak mendapatkan mendapatka mendapatkan informasi n informasi informasi yang lebih yang lebih yang lebih optimal optimal optimal - Dalam kegiatan mengumpulkan informasi anak diberi kesempatan untuk mengamati dan menanya secara lebih luas dan mendalam - Anak melakukan uji coba/eksperimen/praktek dengan alat, bahan, sumber atau media yang tersedia secara individu maupun berkelompok - Anak membandingkan, mengelompokkan, melakukan pengukuran, dll dengan menggunakan alat, bahan, sumber atau media - Anak diberi kesempatan untuk membuat berbagai karya dengan menggunakan alat, bahan, sumber atau media sesuai dengan minat, ide dan kreativitas masing-masing - Guru menghargai setiap ide yang dilontarkan oleh anak, mendorong anak untuk memunculkan kreativitasnya, membangun minat anak dan juga terjadinya proses belajar - Guru memperjelas/mematangkan pengetahuan yang diperoleh anak serta mendorong anak untuk dapat memperluas gagasan dan hasil karyanya 44
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Penutup
- Guru memberikan penguatan atas pengetahuan baru yang didapatkan anak agar menjadi bagian pengetahuan yang masuk ke dalam ingatan anak. - Anak diberi waktu untuk menyampaikan pengalaman yang diperolehnya di hadapan teman-temannya - Dalam proses ini anak didorong untuk menumbuhkan keinginan dalam menggali pengetahuan lebih jauh lagi - Guru mendorong anak agar tumbuh keinginan untuk terus menggali pengetahuan yang lebih jauh lagi - Guru menyampaikan rencana ke depan untuk menindaklanjuti kegiatan selaras dengan ide yang disampaikan anak
45
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Daftar Kepustakaan Bredekamp, S., & Copple, C. (2009). Developmentally Appropriate Practice.
In Early Childhood Programs Serving Children From Birth Through Age 8. 3rd ed. NAEYC Books: Washington
Brierley.J.,(1994). Give Me A Child Until He Is Seven. Brain Studies And Early Childhood Education. The Fallmer Press: Washinton DC Dale, Edgar.(1969). Audio-Visual Methods in Teaching, 3rd ed., Holt, Rinehart & Winston, New York, p. Developing Child at Harvard University (2011).Building the Brain’s “Air Traffic
Control” System: How Early Experiences Shape the Development of Executive Function: Working Paper No.11.
Dyer, J.H et al. (2009): ”The Innovator’s DNA”, ” in “Harvard Business Review”, December , pp. 2-8. Goldberg, E. (2009). The New Executive Brain: Frontal Lobes in a Complex World. New York: Oxford University Press. Grantham-McGregor. S., Cheung. Y.B., Cueto. S., Glewwe. P., Richter. L., Strupp. B, & the International Child Development Steering Group. (2007). Developmental potential in the first 5 years for children in developing countries. Lancet; 369: 60–70 Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Undang-undang Nomor 20
Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Kementerian Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Kementerian Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 dan perubahan yang kedua dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015
46
PEDOMAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Presiden Nomor
60 Tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum tahun 2013 pasal 7.
Mc Lachlan. C., Fleer .M., & Erwards. S (2010). Early Childhood Curriculum. Planning. Assesment & Implementation. Cambridge University Press
47
Dicetak oleh: DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI TAHUN 2015 hhtp://www.paud.kemdikbud.go.id/