TERBATAS
MIDTERM REVIEW REPELITA V
DipersiaPkan oleh
:
Tim Analisis Makro DePuti lll
Yang terdiridari
:
Dr. Boediono (Pengarah) Dr. Soekarno (Koordinator) lr. Bambang Prijambodo Drs. Daroedono Tabri Drs. Onny Noyorono lr. Bobby Hamzar Rafinus
lr. BudiSektiaji lr. lmarita Trihanda lr. Tubagus Achmad Ghusni lr. Wismana Adi Suryabrata Dr. William E. Wallace (Konsultan)
*
laporan ini dibuat sebelum RAPBN 1992/93 selesai disusun. Asumsi-asumsi anggaran yang dipakai untuk tahun 1992/93 tidak sepenuhnya sama dengan asumsi-asumsi RAPBN 1 992/93.
*
Skenario-skenario makro dalam laporan ini dibuat dengan menggunakan model makro yang merupakan pengembangan lebih laniut dari Revised Minimum Standard Model Bank Dunia yang disesuaikan dengan keperluan perencanaan di Bappenas.
DAFTAR ISI
RINGKASAN
i-iii
REALISASI VS SASARAN
1-
Pertumbuhan Ekonomi
I
Inflasi dan Perkembangan Moneter
2
Neraca Pembayaran
3
Keuangan Negara
5
Pemerataan Pendapatan
6
Kesempatan Kerja
7
Investasi Pemerintah
9
Investasi Swasta
12
PERKEMBANGAN EKONONfl MAKRO I99I192. 1995/96
13
t4 -25
Strategi Pokok
I4
Pertumbuhan Ekonomi
15
Inflasi dan Perkembangan Moneter
16
Investasi
t7
Keuangan Negara
L7
Neraca Pembayaran
20
Kesempatan Kerja
24
DAFTAR TABEL Thbel
1
Iaju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor (1989/90-199019I)
Thbel 3
(1989/90-1990/91) Neraca Pembayaran Indonesia (1989/90-199019L)
Thbel 4
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Thbel 5
Pangsa Pengeluaran Kelompok 40%
Thbel 2
Investasi
(1989/90-1990191,
Penduduk
1
2 3 5
7
Berpenghasilan Terendah
Thbel 6 Thbel 7
(1989/90-1990/91) Realisasi Anggaran Pembangunan Selama Tiga Thhun Penduduk dan Tenaga Kerja
7 8
Repelita V Thbel 8
Sepuluh Subseklor Dengan Realisasi Anggaran Pembangunan Terendah Selama Tiga Thhun Repelita
V
Pencapaian Sasaran Fisik Pembangunan Prasarana
10
Thbel 10
V Pencapaian Sasaran Pembangunan Tenaga; Listrik Selama Dua Thhun Pelaksanaan Repetita V
10
Thbel 11
Perkembangan Sarana dan Tenaga Sektor Kesehatan
11
Thbel 12
Perkembangan Sarana Sektor Pendidikan
11
Thbel 13
Pembangunan Sektor Pendidikan Dua Thhun
t2
Thbel 9
Jalan Selama Dua Thtrun Pelaksanaan Repelita
Pelaksanaan Repelita V
Thbel 14 Thbel 15
Usaha Penanaman Modal Asing Menurut Bidang Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri Menurut Bidang
13 13
Thbel 17
Iaju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor (1991192-1995/96) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (1991192-1995196)
Tbbel 18
Neraca Pembayaran Indonesia
2L
Thbel 19
Perkiraan Disbursement,
22
Thbel 16
(199L192-1995196) Amortisasi Dan Pembayaran
15 19
Bunga Sesuai Batasan PKLN Thbel 20
Penduduk dan Tenaga Kerja (1991192-1995196)
24
DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Thhunan Uang Beredar (Maret 1989 - Juni 1991)
2
Nilai T[kar Riil Rupiah (Maret 1989
4
:
100)
MIDTER,M REVMW REPELITA V
RINGKASAI{
PEI{DAHLJLUA}'I
: membandingkan antara dalam 2 tahun pelaksanaan Repelita v, mengidentifikasikan
1: Tujuan Midterm Review Repelita V dimaksudkan sasaran dengan realisasi
urrtuk
memperkirakan perkembangan ekonomi masalah-masalah pokok yang dihadapi, serta untuk 5 tahun mendatang'
REALISASI VS SASARAI\ 2. Penumbuhan Ekonomr Dalam 2 tahun
pelaksanaan Repelita
v'
pertumbuhan ekonomi '
cukuptinggi,rata-ratasebesarT,4?osetahun.Investasiduniausaha,yangtelahmenca-' sumbangan yang cukup besar pai 54To dari seluruh sasaran Repelita v, memberikan Semua sektor tumbuh di atas perkipada pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut' ekonomi yang pesat tersebut raan, kecuali untuk sektor pertanian. Perkembangan diikuti oleh peningkatan inflasi dan defisit transaksi berjalan' dua digit' Hal 3. Moneterl-aju inflasi melebihi sasaran dan bahkan cenderung mendekati cepat dalam tahun ini disebabkan oleh jumlah uang beredar yang meningkat terlalu penyesuaian harga beberapa 1989 dan 1990 serta dorongan biaya produksi akibat barang Penting.
4.
jauh di atas perkiraan' Hal ini disebabNetuca Pembayamn Defisit transaksi berjalan akibat dari peningkatan kegiatan kan oleh peningkatan impor yang sangat cepat sebagai
meskipun laju ekspor melebihi investasi dan produksi di dalam negeri. Akibatnya, Defisit tersebut diikuti dengan sasaran semula, defisit transaksi berjalan memburuk.
5.
peningkatanpemasukanmodalsektorswastayangsemakinbesarpula. dihimpun melampaui sasaran Keuangan Negara Dana pembangunan yang berhasil Penerimaan minyak bumi berkat penerimaan dalam negeri yang meningkat cepat' tinggi dari yang diperkirakan' melampaui sasaran karena harga minyak yang lebih sasaran' Namun apabila dinyataPenerimaan nonmigas, secara absolut juga melampaui nonmigas tetap' Mengingat asas kan sebagai persentasi dari PDB nonmigas, penerimaan potensi pajak masih belum progresivitas dalam sistem perpajakan, hal ini berarti batrwa dapat dimanfaatkan secara optimal'
6.
pembangunan' beberapa sektor Investasi Pemerintah Dalam hal realisasi anggaran mencatat realisasi yang yang diprioritaskan (perumahan, pendidikan dan kesehatan) sisi pencapaian sasaran lebih rendah dibandingkan sektor-sektor non prioritas. Dari yang antara lain fisik, beberapa sektor juga mencatat pencapaian yang relatif rendah' jembatan (2,6%)' serta pembanadalatr pembangunan jalan baru (35,9 /o), pemngkatan masing 2O'2/o ' gunan tenaga listrik, jaringan transmisi dan gardu disfibusi (masing23,77o
.
dm tl,4%).
telah turun dafi 30,0 juta pada 7. Pememlaan Pendapatar Jumlah penduduk yang miskin pembagian pendapatan juga makin tahun 1987 menjadi2T,2juta pada tahun 1990. Pola pangsa pengeluaran kelompok 40% membaik seperti yang tercermin dari meningkatnya penduduk berPenghasilan rendah. dengan kenaikan angkatan 8. Kesempatan Keria Kesempatan kerja meningkat sepadan kerja tersebut kerja, tetapi masih di bawah sasaran Repelita v. Peningkatan kesempatan
dikemukakan bahwa tingkat sebagian besar diciptakan oleh sektor industri. Perlu tTvo sedang pengangguran terbuka tulusan.SMA (usia |5 - 24 tahun) 30% ' sarjana muda dan sarjana (usia 20 -29 tahun) mencapai sekitar
T**|:j"'dtar
pnnxmmANGANEKoNon[IMAKRO|99L|92.|995|96
g.
ekonomi, pertumPeftumbuhan Ekonomi Dengan tetap mempertimbangkan stabilitas per tahun untuk 3 tahun sisa buhan ekonomi diperkirakan dapat mencapai 5,5 - 6,0% nanti. Sektor pertapetaksanaan Repelita v dan 6,57o per tahun pada awal Repelita VI produktivitas, terutama nian akan tumbuh sebesar 3% per tahun karena tingkat kenaikan diperkirakan dapat tumbuh subsektor pertanian bahan Pffigm, menurun. Sektor industri peluang cukup tinggi, yaitu sekitar 10 - llTo per tahun dengan masih terbukanya sektor perdagangan dan transportasi diperkirakan akan tumbuh
ekspor. Sedangkan
lainnya dimasing-masing sebesar 7,5 - 8To dan 8,5 - 9To per tahun. Sektor-sektor dapat perkirakan akan tumbuh sebesar 6To per tahun. PDB nonmigas diperkirakan PDB migas' yang meningkat sekitar 7% per tahun untuk periode l99ll92 - L995196' metiputi subsektor migas pada sektor pertambangan dan sektor industri, diperkirakan
hanya tumbuh 0,5% Per tahun. jumlah uang beredar' tingkat inflasi 10. Moneter Dengan pengendalian pertumbuhan 1995196' Bersadiasumsikan secara berangsur turun hingga menjadi 5,6Vo pada tatrun (deposito) juga maan dengan menurunnya tingkat inflasi tersebut, tingkat suku bunga pada tahun 1995196' dapat menurun dari 19,5 % padatahun lggllg2 menjadi 17,5To
pertumbuSejalan dengan upaya untuk mendinginkan mesin perekonomian, dari sekitar 22Vo han (nominal) investasi diperkirakan akan menurun secara bertahap pada tahun l99Lt92 menjadi sekitar 17% padaakhir Repelita v. Investasi swasta tetap
ll.Investasi
ll
71,5% dari seluruh investasi memegang peranan penting dan diperkirakan mencapai pada tahun 1995196. 12. Keuangan
0,9% pet Negara Penerimaan migas diperkirakan hanya tumbuh rata-rata sekitar 2'4% pembangunan diperkirakan juga hanya akan meningkat
tahun. Penerimaan
terletak pada penerimaan per tahun. Dengan demikian, beban keuangan neg:fa akan Pengeluaran rutin dikenpajak yang diperkirakan meningkat rata-rata Lg,1% per tahun' ini dapat dicapai maka dana dalikan melalui pengufangan subsidi BBM. Apribila hal per tahun' Jika diinginkan laju pembangunan diperkirakan meningkat rata-rata L5,6To dipacu antara lain melalui pembangunan yang lebih cepat, penerimaan pajak perlu pemungutan pajak' penyesuaian penerapan cara-cara baru yang mampu meningkatkan itu' untuk metarif pajak dan penggunaan biaya tambahan (surcharge)' Sementara mengambil alih ringankan beban anggaran pembangunan, BUMN didorong untuk disediakan oleh sektor swasta' sebagian pembangunan prasara:na dasar yang tidak akan menerbitkan obligasi' Sebagai tambahan sumber pembiayaan, BUMN dapat permintaan impor diperkirakan tetap akan tinggi sehingga pada L3.Neraca pembayaran 5,5 miliar' Sebagai akhir Repelita V nanti defisit transaksi berjalan akan mencapai US$ pada tatrun 1992193 sebesar rasio terhadap PDB, defisit ini akan mencapai puncaknya tahun 1995196' 4,0% dan kemudian terus menurun hingga mencapai 2,570 pada kunci untuk mengamankan Kemampuan memacu ekspor non migas tetap merupakan neraca pembaYaran. 14.
posisi neraca pembayaran Oleh karena defisit transaksi berjalan cukup besar, maka modal sektor swaspada 5 tahun mendatang juga tergantung pada kemampuan menarik jumlah defisit ta. Pembatasan PKLN perlu dikompensasi dengan arus PMA. Apabila khusus transaksi berjalan melebihi perkiraan diperlukan kebijaksanaan-kebijaksaan dan penyesuaian struktur antara lain penyesuaian nilai tukar rupiah yang lebih cepat tarif.
tersebut di atas, jumlalt ll.Kesempatan Keria Dengan laju pertumbuhan ekonomi seperti meningkat' Namun, pengangguran terbuka secara absolut diperkirakan masih sedikit keda' pengangguran terbuka masih tetap di sekitar 2% - 37o dari angkatan
lll
REPELITA V
MID TERM REVIEW 1.
Mid term review ini dimaksudkan untuk
(a)
membandingkan secara garis besar antara apa yang dicapai selama 2 tahun pertama
:
Repelita V dengan sasaran-sasaran yang ditentukan,
o)
menggarisbawahi masalah-masalah pokok yang dihadapi sehubungan dengan perkembangan keadaan sampai dengan tahun kedua Repelita
(c)
memperkirakan kembali beberapa besaran
V, dan
(atau sasaran) atas
dasar
parameter-parameter baru untuk 5 tahun mendatang.
REALISASI VS SASARAN Pertumbuhan Ekonomi
2.
I-aju pertumbuhan ekonomi selama 2 Tabcl
tahun pertama Repelita
IAru
V melebihi
sasaftrn rata-rata 5%ltahun,
yutu
I
PERTUMBU}IAN EKONOMI MENURUT SEKTOR (5 pcr tahu)
Suam V
masing-masing 7,57o dan 7,4Vo per
Rcpclita
tahun (dalam tahun frskal
l. Pcrtmiu
pertumbuhannya adalah 6,3Vo darr
2.
7,5%). Penyebab utama dari laju 3.
pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini
3,6
Perhmbango
0,4
Ralisi tggglg} l99/|ltg1
-0,6
2,6
5,0 3,9 lE,0
6,6 6.9
ll,6
Migar Bukao Migu
NA NA
Indutri Migar Bukan Migu
4,2 10,0
r0,2 1,8 13,0
E,5
4.2
rl,5 r1,8
adalah investasi oleh dunia usahayang
4.
Bmgunm
6,0
14,9
10,0
melebihi perkiraan. Pertumbuhan
5.
Pcrdagmgm
6,0
7,O
r2,3
masing-masing sektor juga melebihi
6.
Kmmikui
6,4
9,9
r1,l
perkiraan semula, kecuali sektor
7.
hi*L.rh
6,1
't,6
t,2
penanian. Sektor yang masih
Produk Domcrtik
Pcngangkutan
dm
Bruto
5,0
Tahun Kalender
= 7,5;7,4
menyumbang lebih dan20% bagi PDB
ini hanya tumbuh
dengan rata-rata
"
7.5
ir""n.
2,&Toltahun, agak jauh di bawah sasaran yang ditetapkan sebesar rata-rata
3,6Toltahun. Penyebab utamanya adalah peningkatan produlsi tanaman pangan
(lerutama padi) yang berada di bawatr sasaran. Profuksi padi perlu perltuian l*ursns
di tahw+ahun mendaang. 3.
Dalam 2 tahun pertama T$cl 2 INVES'Ti{SI
Repelita V, realisasi
(tiliu
napirtf
investasi telah mencapai l9t9/90 -
RcpclihV
Rp 114,5 triliun atau
i sil"-G" '
48Vo dari rencana
investasi. Dari jumlah
Pcob. Modd
Tdp
1990/91
Ralisi
Pccnm
(BrA)
100,0
114,5
100,0
17,9 .|{},0
(A)
6)
239,1
(B)
(r)
$)
tersebut, investasi
Farcrhtrl
1U7,5
45,0
4l,O
t7.6
swasta diperkirakan
Swrdr
131,6
55,0
71.5
e2,4 9,3
telatr mencapai Rp 71,5
triliun atau 54To dari perkiraan nilai investasi sektor
swasta untuk seluruh periode
Repelita V.
Inflasi dan Perkembangan Moneter
4.
Laju inflasi melebihi slsaran dan swnpai al&ir-aLhir ini belum terliha tanda+anda akan menyusut.
I:ju
ta.trnbshG xrr.G
ltbuu EltDe' l.tadat atat - JtEt ltta
(.) aa
inflasi
meningkat dari 7,5% dalam tahun 1989/90 menjadi 9,5% dalam tahun 1990/91. I-aju
inflasi selama dua tahun pertama Repelita
V ini jauh
melebihi sasaftur sebesar 5%
GXI
Trlwu].a:l'
per tahun. Dalam tahun I99 | 192 dorongan inflasi
tFlst.5G
-a-
Elqrl5
-o-
masih sangat terasa dan perlu diperhatikan. Selama 11 bulan pertama tahun 1991 laju inflasi mencapai 9,3%.
5. (a)
Kombinasi dari berbagai faktor merupakan penyebab dari inflasi yang tinggi ini:
Fahor moncter, yaitu jumlatr uang beredar yang meningkat terlalu cepat.
Selama
tahun 1989,
Ml
meningkat dengan 39,8%. Selama tahun 1990, meskipun sudah ada
kebijaksanaan pengetatan uang mulai bulan dengan L8,4To. Selama enambulan pertama
Mei, uang beredar masih meningkat
l99l, Ml
hanya meningkat dengan 3,3To,
karena kebijaksanaan pengetatan uang yang kedua pada bulan Pebruali. Walaupun demikian inflasi tahun 90191masih cukup tinggi antara lain karena penganth yang tertunda (lagged effects) dari peningkatan
O)
yng ai waktu lampau
masih ada.
Folaor cost-push, yaitu penyesuaian beberapa harga barang-barutg penting @BM,
listrik dan terif anglnran) yang dilaksanakan dalam tatrun 1989, 1990 dan 1991. Di walou-waktu mendatang falaor rnoruter perlu diperhaikan dan fahor cost-ptuh (antara lain, suplai beras) perlu diwaspodai.
Neraca Pembayaran
,6. '
Defisit tansal<si Tabcl 3 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA I9E9/90 DAN I99O/9I
brrjatanjauh lebih
(mitiar US$)
tinggi daripada yang diperkirakan dalan
1990/91
Repelita V. Apabila
Reali-
REP-V
menurut Repelita V
(A)
easi
(B)
Reali-
(B/A)
%
REP-V
(A)
rasi
(B)
(B/A) %
defisit transaksi berjalan diperkirakan secara
berangsur-angsur turun
dari US$ 2,4 mlliar
Barang Dan fasa
l.
Ekspor
2. Impor 3.
(f.o.b.)
(f.o.b.)
Iasa-Jasa
4. Transsksi
pada tahun 1989/90
Bcrjalan
2O,3 23,8
117,6
22,6
zE,t
124,6
-15,3 -17,4
113,3
-17,2
-23,0
134,2
-7,4 -8,1
rc9,4
-7,7
-8,9
115,6
-2,4 -1,6
65,6
-2,2
-3,7 r6E,2
Pcrmerintah 6,4 '{,1 1,0 4,9 Lalu Lintar Morrcter
Pinjaman
menjadi US$ 2,2
miliar pada tahun
Pelunasan Pin. Pemerinah Pemanrkan Modal Lein (rpto)
Selisih yg tdk
5,5 -3,7 0,6 4,2
Diperhinragkan 4,6
86,4
903 56,9 2E,4
5,0 79,5 -4,1 922 lrl 5,9 532,4 4,7 a3 444,4 6,3
4,4
0,3
199019I, ternyata
defisit tersebut meningkat dari US$
Cadangan Dcvisa Debt Sewicc R.r6o Cadargan Bulan Inpor
6,2 29,3%
5,0
9,5
?5,4% 5,9
1,6 miliar menjadi sekitar US$ 3,7 miliar untuk tahun 1990/91. Defisit tersebut diperkirakan masih akan
meningkat lagi untuk tahun 1991192, yaitu mencapai US$ 4,7 miliar (ebih lanjut
mengenai hal ini, lihat perkiraan nerilcit pembayaran ddam Tabel 18). 7.
Defisit transalxsi berjalan yang meningkat tersebut terutama disebabkan oleh impor yang naik dengan cepat. Apabila menurut Repelita mencapai US$ 17,2
23,0 miliar,
atrau
V impor diperkirakan
hanya
miliar dalam tatrun 1990/91, ternyata realisasinya mencapai US$
34% diatas perkiraan Repelita V. Kenaikan tersebut terutama terjadi
pada impor barang modal yang mencerminkan peningkatan kegiatan investasi di dalam
negeri. Peningkatan investasi yang cepat pada dasarnya diperlukan. Akan tetapi peningkatan investasi tersebut harus diserasikan dengan daya dulung infrastruktur yang ada atau direncanakan ada, serta sesuai pula dengan program ekspansi laedit dalam negeri dan pinjaman komersial luar negeri yang irman bagi kestabilan ekonomi. Sementara itu el<spor juga ruik jauh di aas perkiraan Repelita V, terutama disebabkan
penerimaan ekspor migas yang jauh lebih besar dari perkiraan semula, sedangkan
ekspor nonmigas kurang lebih sesuai dengan perkiraan Repelita
V.
Walaupun
demikian akhir-akhir ini pertumbuhan elspor nonmigas menunjukkan gejala melambat.
Kombinasi dari tingkat
!III.A-
?r|UICJA.R,
RIIL RIJPIiIII - i-oo
M{rt.'G tgat
pertumbuhan ekspor
fthususnya nonmigas) yang melambat dan pertumbuhan impor
yang meningkat tersebut perlu diwaspadai. Peningkatan kembali
laju pertumbuhan aa.as.
ekspor nonmigas
t o. taa.a6
.1at.l$.
t at.ata.lta.lta.lia.atl.ltt
ra
merupakan kunci untuk mengatasi masalah neraca pembayaran. Dalam pada
itu, pada tahun 1989 nilai tukar riil Rupiah ter.hadap
Yen mengalami apresiasi. Hal ini diiringi dengan menurunnya pangsa ekspor nonmigas di Jepang dari26To pada tahun 1989 menjadi2l% pada tahun 1990. Dalam
tahun 1990 nilai tukar
9.
riil
Rupiah terhadap Yen telah mengalami depresiasi kembali.
Dalam rekening modal pada neraca pembayaran tercatat bahwa dalam dua tahun
pertama Repelita V pemasukan modal lain neto (yaitu alimn modal non Pemerintalt)
meningkat dengan cepat sehingga walaupun defisit transaksi berjalan membengkak akan tetapi cadangan devisa masih cukup besar, yaitu sekitar lima bulan impor.
10.
Sebagian besar dari pemasukan modal
ini bersumber dari pinjaman komersial. Dalam
jangka pendek pinjaman komersial membantu membiayai defisit transaksi berjalan. Akan tetapi dalam jangka yang lebih panja+g pinjaman tersebut dapat memberatkan neraca pembayafim. Oleh karena itu pinjaman komersiat perlu dikelola sebaik-baiknya.
Keuangan Negara
11.
Dana Pembangunan
Trbcl .l
yang berhasil
ANC,GARAN PENDAPATAN DAN
BEIAN'A NEGAM
(nitir npirh)
dihimpun dalarn 2 tahun terakhir ini mencapai di atas
Rali.
REP-V
(A)
sasaran walaupun penerimann
l. Pouinrln
DLn Ncgcri
Migu
7,9
Buhn Migu
pembangunan (bantuan
luar negeri) di bawalt scnaran Qihat tabel 4).
Hal ini disebabkan realisasi tabungan
zsJ 17A
2. Pog. hlia 3, Tahmger Parcrinrah 4. Pa. Pcabuguma Bonual Prqnn
23,5
1,t
ll,3
Bcnorn Prcyc&
t
2t,7 114 lt,3 r42 17,5 101 u,3 104 4,4 2& 9,1 t3 r3,8 l3,t
7. Dcfirit Dooccik Pajak/PDB
(B)
(B/A)
-11,3
-9,4
Nmigu
RatL
si (A) (B)
REP-V
D,4 39,5 9,1 t7,7 20,t 2t,t 24,t 30,0 4,6 9,5 ll,6 9,9
(B/A)
* 134
l9l l0t
tzl
2ff1
t6
t,4
1,0 8,4
5. DanPobrngrm 6. Pcng. PGmb.
Po.
si
105 105
16,2
8,5
t6,2
19,5
tm tm
-11,6
-7,9
6E
r2.5
11,2
r9,5
pemerintah jauh di atas sasaran. Pada
gilirannya, tabungan pemerintah yang melampaui sasaran ini disebabkan oleh realisasi penerimaan dalam negeri migas yang ternyata
di ot$ s6aran. Harga minyak yang terjadi
di atas perkiraan Repelita V.
Sementara
itu sampai dengan tahun kedua
Repelita Y , pencrimann d,alwn negei rcrvnigas kurang lebih seswi dengan perkirann
Repelita V. Bantuan luar negeri yang dimanfaatkan ternyata lebih rendah dari perkiraan antara lain karena menurunnya bantuan khusus yang diterima.
ni tahun-
tahun mendatang, keterbatasan bantuan luar negeri yang tersediaperlu diperhitungkan.
12.
Realisasi penerimaan pajak selama dua tatrun pertama Repelita V juga di atas sasaran.
Realisasi penerimaan pajak dalam tahun
l990l9l adalah
sebesar
Rp 19,7 triliun,
sedang sasaran addah sebesar Rp 17,7
triliun. Walaupun demikianpencrimoatpaj&,
dfuryatakan sebagai prosentese dari produk dorn'estik bruto selaor rnn-migas, bant
mencapai 11,2% dibandinglundcngansosaransebesar 12,5%. Haliniberartibahwa upaya peningkatan lnnerimaan negara melalui perpajakan belum mencapai hasil yang
optimal. Dengan pertumbuhan pendapatan nasional yang tinggi dalam tahun 1989 dan 1990, penerimaan pajak seharusnya masih dapat lebih besar daripada Rp 19,7 triliun.
Dalam tahun lggltgz ini penerimaan pajak diperkirakan sekitar Rp 22,7 triliun atau IOLVo
dari sasaran dalam Repelita V. Narnun, perkifinn penerimaan pajak tersebut
baru mencapai sekitar 10,37o dari Produk Domestik Bnrto nonmigas sedang sasann
dalam Repelita
V
adalah l4,2%. Sasaran yang berupa rasio penerimaan
paj&
terhadap PDB narunigas ini seharusrrya menjodi pegangan knrena menggambarlwt kemwnpuan pemanfauan potensi pajak yang sesungguhnya. Oleh karena itu upaya
peningkatan peneima.an pajak perlu digalal
l7,I% dari PDB.
Pemerataan Pendapatan
13.
Hasil sementarapengolahan Susenas 1990 menunjukkan bahwajumlahpendudukyang hidup di bawah garis kemiskinan telah turun dari 30,0 juta pada tahun 1987 menjadi
27,2 jfia pada tahun 1990, atau turun dari l7,4Vo dari jumlah penduduk menjadi
l5,l%.
Penurunan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tersebut
terjadi di kota maupun di desa, yaitu masing-masing dari 9,7 juta menjadi 9,4 juta dan
dari 20,3 juta menjadi 17,8 juta untuk periode 1987-1990. Apa yang terjadi setelah tahun 1990 belum dapat ditentukan. Namun dengan berlangsungnya musim kering yang panjang dalam tahun 1991
ini dan
kemungkinan musim kering yang lebih
panjang dalam tahun 1992 nanti, pemantauan terhadap kelompok-kelompok yang rawan kemiskinan perlu ditingkatlen. I^angkah-langkah dini perlu dipersiapkan untuk
paling tidak mempertahankan kesejahteraan mereka.
t4.
Dalam pada itu, Susenas 90 juga menunjukkan bahwa pola pembagian pendapatan semakin baik, seperti yang tercermin dalam kenaikan pangsa pengeluaran (sebagai
proksi pendapatan) dari kelompok 40% penduduk yang berpenghasilan terendah dibandingkan dengan pengeluaran dari seluruh penduduk. Pada daerah perkotaan dan pedesaan, kelompok
ini mempunyai
pangsa yang semakin meningkat, yaitu dari L8.,l%
pada tahun 1978 menjadi Tabcl 5 PANGSA PENGELUARAN KEI-MFOK,t0li PENDI'DT'K BERPENGHASILAN TERENDAH
2l,3To pada tahun 1990. Di daerah pedesaan,
I(otr*Dcra
kecenderungan perbaikan pola
l97t l98o l9El ym4 1987 l99o
pembagian pendapatan tersebut lebih besar, yaitu
dari 19,97o pada tahun 1978 menjadi 24,4% pada tahun
'
17,& l9,EE 1t,66 21,17 20,t3 XL,E2 20,63 y1,35 21,4t 24,30 19,67 24,41
lt,l3 19,55
N,4 20,75 20,E7 21,31
Scbagri prokri pcndaprtan
1990. Sedangkan di daerah perkotaan, pangs hanya
meningkat
dai t7,4%
pada tahun 1978 menjadi 19,7/o pada tahun 1990. Perlu
dikemukakan di sini bahwa untuk wilayatr perkotaan keadaan pada tahun 1990 tersebut
sedikit memburuk dibandingkan dengan tahun 1987.
Kesempatan Kerja
15.
Dalam 2 tahun pelaksanaan Repelita
(s/d kuartal
III
T$cl 6 PENDT'DUK DAN TEI{AGA KERIA
V
(utr omt)
tahun
1990), jumlah REP-V
angkatan kerja
si
(B/A)
(A) (B) r
REP-V
ui
(B/A)
(A) (B) r
meningkat 3,4 juta orang, yaitu dari 74,6
juta menjadi 78,0 juta. Sedangkan jumlah kesempatan kerja
l. Padduk
t7E,9 176,'
9E,5
tEz,' t79,9
9t,7
2. Paduduk Urir Kcrjr
t33,9 133,1
99,4
1t7,9 tt6,6
99,0
76,7 75,5
98,4
79,0 7t,0
9t,7
76,9 75,9 42,2 4r,6
9t,5
3. An8kltts Kcrjr a.
Kmpatm Kaja Pettrnim
Indtutri
Iu
74,? 41,4 6,4 26,t
7r,4 41,3 7,3 24,8
9E,3
99,7 113,4
92,4
98,7
6,9 t,l 117,9 Tl,t 26,2 9/1,3
meningkat dan72,5
juta menjadi75,9
juta, atau naik
sebesar 3,4
juta. Walaupun demikian dibandingkan dengan
pertambahan kesempatan keda dalam Repelita
sasaran
V, yaitu 2,3 jutaper tahun atau 4,6 juta
dalam 2 tahun, maka penciptun lesempaon lcerja dalarn 2 tohun tersebut rnasih di bawah s(Neran.
16.
Di lihat dari segi lokasi, pertambatran angkatan kerja di Jawa adalah
sebesar 1,4 juta
atau 41% dari seluruh pertambatran angkatan kerja, sedangkan pertambahan angkatan
kerja di luar Jawa adalah sebanyak 2 jrfta atzu 59%. Pertambahan kesempatan kerja
di
wilayatr-wilayah tersebut sesuai (proporsional) dengan pertambahan angkatan
kedanya. 17.
Sejalan dengan perubahan struktur ekonomi, sektor industri memberikan tambatnn kesempatan keda sebanyakz,ljuta, sektor pertanian memberikan
l juta kesempatan
kerja dan sektor lain-lain memberikan 0,3' juta kesempatan kerja. Dibandingkan dengan sasaran-sasaran al*rir Repelita
V,
pertambatran.kesempatan kerja
di
sektor
industri Selah mencapaL 9L%, sementara sektor pertanian baru mencapai 25% dan sektor lain-lain hanya 6%. Dari gambaran di atas terlihat bahwa seldor industri, yang
dimotori oleh industri-industri ekspor, telah berhasil menciptokan kesempaan lcerja sedangkan seloor pertanian dan seldor lain-lain masih perlu ditingkalun. 18.
Dilihat dari jqmlah jam kerja dalam seminggu, jumlah pekerja yang bekerja selama 35 jam ke atas dalam seiringgu meningkat lebih cepat dari pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu, yaitu
juta.
Sedangkan
d^i
43,7 juta menjadi 46,4 juta ata-u
nuk2,7
jumlah pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu hanya
meningkat dari 28,8 juta menjadi29,5 juta atau naik 0,7 juta. Walaupun demikian jumloh pekerjdyong setengahmenganggur ini masih cukup besar sehingga diperlukan upaya l
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah besarnya tingkat pengangguran dalatn kelompokyang relatif terpelajar. Berdasarkan Sakernas 1990 tingkat pengangguran terbuka adalah sebesar 2,'7To. Tingkat pengangguran terbuka lulusan SMA mencapai
l2To. Saqana muda dan sadana mencatat tingkat pengangguran terbuka sebesar 9%.
Untuk itu perlu adanya keserasian antara sistem pendidikan menengah dan tinggi dengan lapangan kerja yang akan menyerapnya. Sementara
itu, tingkat pengangguran
(kurang dan 25 jam kerja per minfgu) angkatan kerja yang berusia antara 25 - 54 tahun mencapai 26To dari pengangguran terbuka.
20.
Dalam 2 tahun pelaksanaan Repelita V, jumlah pekerja yang mendapat penghasilan
bersih Rp 100.000,- ke atas sebulan terus meningkat. Berdasarkan data Sakernas (sebagian
smpel), pada akhir Repelita IY 2I,0Vo dari seluruh pekerja mendapat
penghasilan bersih Rp 100.000,- ke atas sebulan. Iumlah tersebut meningkat menjadi
32,1% pada tahun kedua Repelita V.
Investasi Pemerintah
2t.
Realisasi anggaran
T.hl 7 NtsALISASI ANGGARAN PEMBANGUNAN
pembangunan pemerintah
SEI,JMA TIGATAIIT'N PEIAKSANAAN REFELITA V
(rbl3ri pqrcoorc drri llm
menurut sektor APBN
lin trhm) Rcetld
t
selama tiga tahun pelaksanaan Repelita
V
bila dibandingkan dengan sasarannya mencatat hasil
yang sangat bervariasi. Sektor Perumahan Rakyat dan Pemukiman mencatat
realisasi terendah yaitu sebesar 30,5% sedang
sektor Aparatur Pemerintah mencatat
t. 2. 3. 4. 5. 6.
Pcnnfrra l*yrt drn Pcoulinrn Padidftm' CffiriMu&, Kcbrdeyra Narlrd &aKcpcoyn taidrp Tuho Yeng ltftb E
30,5 ?5,7
Hrfrm
112
PcrtnLn dn Pcqrirrn
4t,1
&.D
Kactlro, Kc.cj.hEd.n Scirl, Pcnnrn f.pcodrdu&rn tls tchn4r Bcrtocelr
Weaiu
7. PcdrhrooduXanr-. Nglnd E. Pambr4radraEoct3i 9. TagrKaidraTnomi3roi 10. Pafubu3ndu Prrivintr ll. Iptrtdm Pcoclitio 12. Pobrryrnrn Drcnh, Dan & Kotr 13. Pmgrq Pcn & Koouikui Saiel 14. Pcrdrjrqu & Kopcnri 15. Inddri 16. Pca3cobra3rn Dunie Ucir 17. Srdcr Abm & Lingkungu Hllup 18. Aprntr Pwilrh Rrt!-ntr Ralisi
42,5 4E,3 4.t,4 51,3 52,O
52,' 52,7 53,4 59,?
d!,1
el,9 ?6,5
n,4 95,1
47,7
Seluruh Scktor
realisasi yang tertinggi
yaitu sebesar 95,4%. Dalam rentang realisasi Trbcl
tersebut, beberapa selctor yang diprioritaskan masih
t
SEPUUUH SUBSEKTOR DENGAN REAI.ISASI
ANGGAMN PEMMNGI,JNAN TERENDAH SEIAI{A TIGA TAHUN REPELITA V
mencatat realisasi yang
Falisi
t
lebih rendah dari realisasi sektor-sektor non prioritas.
(lihat Tabel 7). Sektor Perumahan, Pendidikan dan Kesehatan masingmasing baru mencapai
l. Prriwhtr 2. Pconlhln Ra&yrt drn Panrkinaa 3. PadidLrn dm G*rui Muda 4. F.DSriru 5. Pcrmbrngrn 6. Kacfihlcrun Scial dm Pcnmn Wmitr 7. Huh6 E. Atru 9. Putuhrngrntrc 10, Perhla
20,6 30,5
y!
35,r 36,5
3t,6 4t,2 42,5
4,6 4,9
30,5Vo, 35,7 7o dan 48,3Vo
dari sasarannya. Dijabarkan lebih lanjut dalam tingkat subsektor, erunn dari sepuhth subsehor yang pencapaiannya terendah adalah merupakan subselctor yang justru
diprioitaskan (ihat Tabel 8). Perbedaan dalam realisasi ini, tfiususnya bagi sektor dan subsektor yang diprioritaskan namun realisasinya masih tertinggal, perlu mendapat
perhatian yang lebih besar. 22.
Sementara itu, dari segi Trbcl 9 PENCAPAIAN SASARAN FISIK PEIT{BANGT]NAN PRASAMNA IAIAN SETAIi{A DUA TAITT'N PEI.AKSANAAN REPETTTA V
pencapaian sasaran
fisik, pembangunan
Sc&tor
Fcoc.p.btt
r'
beberapa prasarana
dasar perlu mendapat
l.
perhatian yang lebih
PcoinStea
besar. Pembangunan
jalan baru mencapai
21.2
.
hn drn labrnrn
Jrhr
55,9
Icrnbrlu
2,6
lihn
35,9
Jcobrtrn
70,6 59,4
Jrho Tol
direncanakan untuk
V. Rehabilitasi
t
42,'
;
Pcmbrrylolo Brru
36% dariyang
seluruh periode Repelita
R.trdilirri dra Parclihrnra
trlr Jcobrtra
r Tcrtrd+ myro3dirmndoauaurk5 tlhu
dan
pemeliharaan jalan dan
jembatan masingTabd r0 PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK SEI,AMA DUA TAHUN PEIAI$ANAAN REPELITA V
masing mencatat 42To dan
2L% dari yang
Pcocrpoim
*'
direncanakan. Pembangunan
t.
listrik, jaringan t.
transmisi serta gardu 4.
8,7
Urtril6.4
Dbtribu.i Jringrn Tegmgm Maagah
Juiryrn Tcgrngrn Grrdu Dirtritnri
distribusi masing
20,2%,23,'7To, dan
Lirir&
JringmTmiri Gardu
masing baru mencapai
Togr
Trrmbi
pembangkit tenaga
tl,4% . Perlu
Pobragkit
Ustrik
18,2 13,6
Rcndah
tt,4
PGdgu
Dc.r
35,3
'Tcrndap runtr yug dirmoakan unk 5 trhm
dicatat
bahwa sasaran pembangunan prasarana dasar dalam Repelita
V diaxahl€n untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi sebesar 5To, dangrealisasi selama dua tahun Repelita V lebih
daiT%.
Oleh karena itu wajar apabila pembangunan prasarana dasar masih dianggap
kurang memadai. Akan tetapi, khusus untukpembangunanterugalistrik, realisasinya memang masih jauh dari sasaran.
10
23.
Sementara
itu, seltor
Kesehatan Tabd
perkembangan sebagai berilnrt
(lihat Tabel
ll,
lf
PtsRXEMBANGAN SANANA DAN TENAGA SEKTOR KESEHATAN
dan seltor Pendidikan mencatat
ini Pcrphr
*'
12 dan 13). Secara
umum, pencapaian sasaran fisik
l.
Jumlah Sarana Kesehatan 68 106 39
Puskesmas ]'Puskesmas Pembantu - Puskesmas Keliling
sektor Kesehatan menunjuld
Jumlah Tenaga Kesehatan Dokter Porawat Kesehatan Paramedis Non Psrawat dan
pertama Repelita V, lrmbangunan Puskesmas mencapai 68To dan
18
25 20
Pekarya Kesehatan
Puskesmas Pembantu sudah lebih
67
Tenaga Akadomis Bidang Kesehatan
dan rcU% sasaran Repelita V. Namun, penyediaan tenaga
'
Terhadap sasaran yang direncanakan untuk 5 tahun
kesehatan, seperti tenaga dolcter,
perawat dan paramedis mising-masing baru mencapu l8%o, 25To dan 2OTo.
Di
sektor Pendidikan, penyediaan Tabel 12
prasarana fisik dan tingkat
PERKEMBANGAN SARANA SEKTOR PENDIDIKAN
partisipasi sekolah masih di bawah Pencapaian
sasaran. Pembangunan gedung dan
%'
ruang kelas untuk SMP dan SMA 1.
perlu mendapat perhatian lebih besar. Dalam pengembangan
2.
sumberdaya manusia dicatat, untuk
Sekolah Dasar 19,7
Ruang Kelas Rehabilitasi
54,5
Sekolah Menengah Pertama Pombangunan Gedung SMP
28,8
Ruang Kelas
tahun 199019L, tingkat partisipasi 3.
sekolah untuk SD, SMP, SMA dan
9.O
Sekolah Menengah Atas Pembangunan Gedung SMA
30,4
Ruang Kelas
1
1.8
PT masing-masing mencapai sekitar t00To, 47,1%, 34,7% darr
8,2%. Dibandingkan sasaran tahun Repelita
V,
'
Torhadap sasaran yang direncanakan untuk 5 tahun
dua
kecuali untuk
tingkat partisipasi SD, pencapaian tersebut masih lebih rendah daripada sasarannya. Pencapaian tingkat partisipasi sekolah yang lebih rendah
ini
sebagian disebabkan oleh
prasarana fisik (sekolah dan ruang kelas) yang belum mencapai sasaran. Oleh
1l
karenanya, T$le
13
PEMMNGUNAN SEKTOR PEI{DIDIKAN DUA TAHUN PETAI$ANAAN REPETITA V (utr onns)
pembangunan prasarana tersebut,
nalirrri
khususnya untuk
Pcnct
p.Ln
*'
SMP dan SMA,
perlu dipercepat.
l.
Sckohh Denr
IunS
Siryr
nmhh Sim
SD
I
SD Uah ?-12
AnStr P.rdlbci
(t)
Sckohh Mcocagah Pcrtam Iumhh SD Imhh Sirm Ban SMP tunLh SLwl SMP
tdua
Angkr P$iiripci Sc&obh
Iumhh
D,7 ?s9
9,2 98t
100,0
r00.0
3,t 3,3 E,6
(t)
5t,4
Mmgah Atr
hhm
2,6 2,2
SMP
IuoLh Sim Baru SMA Jmlrh Sisr Slv{A Arykr Prr&ipui (t) 4.
30,5
262 lm,0
3,6 2,O 6,0 q,t
94.,2
I,t 1,5
71,6 67,4
61,6
@,3
m,6
5,E
4,r
7t,t
39,7
34,7
t7,4
1,0 0,5 2,5
t,2 0,5
1r6,6 r06,5
t,7
6E,l
9,4
t,2
87,2
Pqdllftrn Tinggi
Iqlah Lulu
SMA
I'mhh Sbwr Baru PT Jumhh
Siru
PT
Anekr Prrtilipui (S)
'Tcrtadap
rum mpai tahu
1990/91
Investasi Swasta
24.
Minat investasi sektor swasta, baik PMDN maupun PMA, meningkat dengan cepat. Persetujuan yang telah diberikan, baik untuk proyek-proyek baru maupun perluasan,
dalam rangka PMDN telah meningkat hampir lima kali lipat untuk tahun l990l9L dibandingkan tahun 1988/89. Dalam periode yang sama persetduan investasi yang
diberikan dalam rangka PMA meningkat hampir tiga kali lipat. Kecenderungan tersebut masih terasa hingga semester
I
tahun I99I192. Agar realisosi PMA
d.an
PMDN yang telah disetujui tersebut dapat berjalan lancor maka pembangurwn
pr$arann, tenfictma prLsarano perhubungan, komunilcasi dan tenilga listrik, perlu dipercepat. Demikian pula dalam hal penyediaan tenaga kerja terampil dan siap pakai masih perlu mendapat perhatian yang intensif.
25.
Komposisi PMDN dan PMA tahun
l990l9l menunjuklen bahwa sektor industri
mempunyai peranan 70%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas investasi baru masih akan berada pada sektor industri pengolahan baik yang menghasilkan devisa maupun
yang menghemat devisa.
L2
Tabel 14
PENANAMAN MODAL DAI-AM NEGERI MENT]RUT BIDANG USAHA
(niliar Rp.)
Bidang Usaha
1990/91
1989/90
1988/89
Nilai Peran. Nilai
(%)
Pertanian
3.696 X,7
Industri Non-Migas
8.852
Peran. I(nk.
.
Nilai
(%)
3.822
12,9
1,0
Peran. Knk. (%)
8.464
13,2
2,2
2,4 45.M2 0,6 1.229 2,1 10.752 o,8 2.228 20,4 9.465 2,3 L4.176 3,9 4.534 4,5 2.658
70,3
1,9
2,L 1,6
3,5
2,4
14,8
2,4 2,4
1.319
2t.550
Makanan
9,2
773
72,6 2,6
Tekstil
2.734
19,0 7 ,9 1,4
5.863
19,8
r7,5 3L4 2,2 629 4,4
5.930
1.225 2.8L4
4,1 9,5
L854 12,8
4.300
14,5
2,3
10.609
16,5
2,5
100
2,1
64.115
100
2,2
Kayu Kertas
Kimia Mineral Bkn Logam I-ain-lain
Iain-lain Jumlatr
61,5
1.134
196
2.526
14.402
100
934
3,2
4.W7
13,5 2O,O
29.672
Tabel
16,8
22,I 7,1 4,L
1,8
3,7
0,9
15
PENANAMAN MODAL ASING MENURUT BIDANG USAIIA (miliar Rp.)
Bidang Usaha
Nilai
Peran.
Nilai
Peran. Knk. (%)
(%) Pertanian
Industri Non-Migas Makanan
Tekstil
K"yt Kertas
Kimia Mineral Bkn I-ogam I-ain-lain I-ain-lain Jumlalr
1990/91
1989/90
1988/89
62
3,4
t20
3,7
1.551
85,6
2.579
79,8 3,6
392
Lz,l 2,r
l19
Nilai
Peran. Knk. (%\
82 1,6
17 lo4
5,8
357
11,1
1,7 3.669 70,4 85 1,6 L,2 3,1 589 11,3 1,6 116 2,2 0,2 826 15,8 3,2 L.2t7 23,3 38 O,7 9,7 3,4 798 15,3
198
11,0
532
t6,5
2,7 r.463
1.811
100
95 125 42
115
5,2 6,9
69 120
2,3
740 &,8 428 23,7
1.360
166
1,0
3.231
13
3,7 42,1
5,1
100
28,O
0,7
t14 o,7
2,8
1,5
tr7 6,9 0r9
o,2 2,2
1,8 5.214 100 1,6
PERKE,IVIBANGAN EKONOMI
25.
MAKRO 199L192 -
1995196
Perkiraan perkembangan ekonomi malro untukperiode I99Ll92 - l995l96inrbulrutrltasil proyelcsi ekonometris tetapi merupakan hosil proses perencanutn. Pendekatan yang dipilih adalah mencntulun strategi pol
perl\ ditempult dalarn kurun walau 1991/92 '
1995/96 guna mencapai sasaran-s(Neran pening tertentu. Sudah barang tentu dalam menentukan sasaran-sasaran tersebut telah dipertirnbangkan keseimbangan antara apa yang
ingin dicapai dengan apa yang mungkin dicapai. Penentuan strategi pokok dan
sasaran
tersebut tidak terlepas dari identifikasi permasalahan-permasalahan yang sedang kita hadapi saat
ini
serta perkiraan tentang tantangan, kesempatan dan kendala yang akan
dihadapi untuk kurun waktu lima tahun mendatang.
Strategi
26.
Pokok
"
Dilihat dari konteks makro, stategi pokok yang menjadi acuon dalam penyl$urun perkiraan makro adalah mengupayakan stabilitas ekonomi, mendorong elcspor nonmi gas dan mengupayakan tersedianya dana pembangunan yang optimal. Stabilitas ekonomi tercermin dari pertumbuhan produksi dan kesempatan kerja yang mantap yang didukung oleh stabilitas harga dan stabilitas neraca pembayaran. Agar stabilitas neraca pembayaran dapat dicapai bersama dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi maka strategi menjaga stabilitas ekonomi tersebut perlu dilengkapi dengan strategi mendorong ekspor nonmigas. Peningkatan ekspor yang cukup pesat tersebut diperlukan untuk mengimbangi
peningkatan impor barang dan jasa yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut pada gilirannya memerlukan prasarana dasar dan prasanma sosial yang memadai. Untuk
itu pengeluaran pembangunan perlu
terus ditingkatkan, dengan terlebih dahulu meningkatkan penerimaan negara. Keseluruhan
strategi tersebut merupakan prasyarat yang harus dipenuhi guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang lebih luas, baik di bidang ekonomi maupun sosial.
l4
Pertumbuhan Ekonomi
27.
Sasaranpeftwn-
Trbd f6
IA'U PMTTJMBUIIAN
buhan ekonomi untuk
EKONOMT
MENT'RUT SEKTOR pcr thn)
(l
kurun wolou tiga tahun terakhir
Repelita Vyang
Reclilr.v (grltZ) (921v3) (vtt%, (94/9t
serasi dengan tujuan menjaga stabilitas
f. Famira
t,6
2,5
2,t
3,0
2. Fcnrnbm;u
0,/t NA NA
5,7
-0,9 -1,9 5,5
-1,9
t,7
10,t
6,3 10,5
-2,2
1,6
lr,0
t2,s
Brrynm
6,0
t,5
t,5
t,5
5. Pcdgn3ra
6,0
7,3
7,5
t,0
6,4
t,5
9,0
t,5
t,0
7,5
6,1
5.6
5,t
4,t
5,0
5,1
5,5
5,t
6.2
6,5
per tahun. Mulai
ekonomi
Idu.tri Eolrolfi3r.
a.
dapat
:
5,5
-3,2
5.5
t. Pafrnfhlmdn Komuoilrri 7. Lrin-I.ah
yang lebih tinggi,
hoduk
6,5
5,t
I,t
5,5
ro,t 0,1
r2,5
t,5 7,t
i
didorong ke tingkat
ya.l,xri sekitar
2A
9,7
3.
MiSu
pertumbuhan
3,0
t,5 1,2 lo,o
h*o Miu
awal Repelita V[,
3,0 -0,3 -1,3 5,5 ll.l 2,7 r2,5 t.5 7.9
Migo
ekorumi adalalt sekitar 5,5 - 6,0%
(95/96)
Dmere
Bnto
5,0
%
per tahun. 28.
Adapun perkiraan pertumbuhan sektoral adalah sebagai berikut. Produlcsi seldor pertanian, dengan tinglcat kcruilcan produldivitas yong menurun, diperkiralwn tutnbult 3,0% per tahun yang berarti di bawah target rata-rata Repelita V sebesar 3,6%. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena secara implisit diperkirakan bahwa ringkat pemtmbuhon produtcsi
padi akan lanban. Di samping itu, untuk terus meningkatkan ekspor hasil
pertanian, upaya peneFasi pasar menjadi bagian yang sangat penting untuk mendorong
laju produksi komoditas pertarrian andalan. Pertumbuhan sektor produksi lain yang termasuk "tradeable", khususnya indushi pengolahan, diperkirakan masih cukup tinggi,
yakni sekitar
l0-ll%
per tahun. Dampak positif dari deregulasi sektor moneter dan
rill
serta masih terbukanya peluang ekspor merupakan faktor yang mendorong pertumbuhan
sektor ini.
29.
Sementara
itu,
pertumbuhan sektor "non tradeable" adalah sebagai 15
berikut.
Sektor
bangunan diperkirakan dapat tumbuh sekitar 8,5% per tahun karena dorongan dari
kenaikan pengeluaran pembangunan. Sektor perdagangan yang sangat dipengaruhi pertumbuhan produksi sektor lain, terutama seltor pertanian dan industri, diperkirakan tumbuh sekitar 7,5-8,0To. Dalam pada itu, upaya-upaya intensif yang dilakukan dalam mngka mengatasi kendala prasarana diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan sektor transportasi dan komunikasi pada tingkat yang cukup tinggi, yaitu antara 8,5-9,0% per
tahun. Sedangkan sellor lainnya, yang
di dalamnya
termasuk seltor jasa dan
pemerintahan, diharapkan tumbuh sekitar 6,OTo per tahun. SecaraimplisitPDB non migas
tumbuh rata-rata 7,UVo per tahun. 30.
Perkembangan PDB migas adalah sebagai berikut. Produksi minyak bumi dalam negeri, berdasarkan perkiraan kuota OPEC, menurun dari 1,59 juta barel per hari pada tahun
l99Il92 menjadi
1,53 juta barel/hari pada tahun 1992193 dan menurun lagi menjadi 1,40
juta barel/hari pada tahun 1994195 dan tahun 1995196. Sementara itu, dengan perbaikan kilang yang sudah ada danierluasan serta pembangunan kilang baru, kapasitas kilang diperkirakan akan meningkat dari 280,9 juta barel pada tahun l990l9l menjadi 315,1juta barel pada tahun 1995196. Dalam kurun waktu yang sama, produksi dan pemanfaatan gas
alam diperkirakan meningkat sedang pengolahan LNG dan LPG kurang lebih tetap. Berdasarkan berbagai asumsi tersebut maka pertumbuhan
PDB migas (meliputi
pertambangan migas dan industri migas) diperkirakan rata-rata O,5Vo per tahun dalam
kurun waktu l99Il92
-
L995196. Sementara
itu, harga minyak Indonesia dalam tahun
I9glt92 dan 1992193 diperkirakan masing-masing
sebesar
US$ 19 per barel dan US$
18
per barel. Pada tahun-tahun berikutnya, harga minyak diasumsikan meningkat semra bertahap mengikuti perkembangan inflasi dunia.
Inllasi dan Perkembangan Moneter
31.
Sasaran
inflasi yang rendah tetap dipegang pada tahun-tahun mendatang, yaitu sehtzrT%
pada akhir Repelita
V
dan sekitar 6Vo pada tahun 1995196. Sehubungan dengan itu
penurnbuhan jumlah uang beredar
(MI) yang sudah mulai menurun dalarn tahun
1991/92 perlu dipertohankan menjadi sekitar 15To sanpai dengan ta]run 1995/%. I-angkahJangkah untuk mendukung kebijaksanaan tersebut antara 16
lain
dengan
menyempurnakan pasar uang. Pengembangan SBI, instrumen moneter lainnya dan lembaga pasar uang sangat diperlukan untuk lebih mengefektifkan pengendalian jumlah uang beredar. Pengembangan SBI antara lain dapat diupayakan melalui: penyempurnaan
mekanisme lelang SBI serta meningkatkan peran market maker.
32.
Penurunan tingkat inflasi diharapkan dapat mendorong turunnya tingkat suku bunga
menjadi l8,5To pada tatrun 1993194
dn
17,5% pada tatrun 1995/96. Meskipun suku
bunga menurun pertumbuhan kredit kepada swasta dan perorangan dihanpkan dapat menurun pula sesuai dengan sasaran menurunkan pertumbuhan jumlah uang beredar.
Investasi
33.
Sesuai dengan upaya Pemerintah dalam menstabilkan ekonomi maka pertumbuhan investasi juga diasumsikan menurun dari sekitar 20To padatahun L99Ll92 menjadi sekitar L4Vo
-
LTVo dalam empat tahun berikutnya. Investasi swasta masih akan meningkat lebih
cepat dari investasi Pembrintah, sehingga peranan investasi swasta menunjukkan kecenderungan meningkat hingga mencapai 7l,5To pada tahun 1995196. Dalam pemupukan tabungan swasta, peranan sumber dana luar t egeri meningkat dari 9,67o pada
tahun L99O|9L menjadi L4,2% pada tahun L993194 untuk kemudian menurun hingga mencapai 7,3Vo pada tahun 1995196.
Keuangan Negara
34.
Upaya mempercepat laju pembangunan selama lima tahun mendatang menghadapi tantangan yang semakin besar karena kemampuan yang terbatas untuk meningkakan
penerimaannegara, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun yang bersumber dari
luar negeri. Penerimaan dalam negeri diperkirakan tumbuh rata-rata 12,3% per tahun, dengan perincian penerimaan migas meningkat rata-rata 0,9Vo per tatrun dan penerimaan
nonmigas rata-rata I9,3Vo
per tahun.
Penerimaan pajak pada olchir Repelita V
diperkirakan sesuai dengan scmaran absolutrrya. Nomun, ditinjau dari sasaran
r6io
pencimaan pajak terhadap PDB non migas, perkiraan penerimaan tersebut, yang hanya 11,0%, masihjauh
dai
yang ditetapkan dalarn Repelita Vyaitu sebesar 17,1%.Indikator
I7
ini menunjukkan bahwa kemampuan meningkatkan penerimaan pajak perlu ditingkatkan secara optimal.
35.
Mengingat keterbatasan ini, pengelunran rutin perlu tents dikcndalikan, antara lain, melalui pengurangan subsidi BBM. Beberapa catatan mengenai subsidi BBM dapat disampaikan sebagai berikut
-
:
Konsumsi BBM meningkat dengan cepat dan meskipun subsidi BtsM dikurangi,
impor BBM masih akan terus meningkat dan menimbulkan beban yang makin besar pada neraca pembayaran.
-
Dalam mengelola harga BBM, Pemerintah perlu mengkaitkan dengan harga internasional. Harga minyak internasional diperkirakan akan stabil atau menurun pada beberapa tahun mendatang.
Ini
merupakan kesempatan yang baik untuk
menerapkan sistem penentuan harga yang terkait langsung dengan harga internasional.
36.
Dalam skenario ini diasurn'sikan terdapat kenaikan gaji sebesar LO% setrap tahun mulai tahun l9g3tg4. Dana yang diperlukan untuk itu diperkirakan meningkat s@ara bertahap
dari sekitar Rp 1,3 triliun pada tahun 1993194 menjadi sekitar Rp 1,8 triliun pada tatrun 1995196. Pos pengeluaftm rutin lainnya yang diperkirakan naik adalah pelunasan kembali
pinjaman luar negeri. Pembayaran pokok dan cicilan hutang diperkirakan masih akan menyerap dana yang cukup besar dan mencapai nilai tertinggi pada tahun L993194 sebesar
Rp 16,2 triliun atau 44,8% total pengeluaran rutin. 37.
Dengan perkiraan perkembangan penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin seperti tersebut di atas, tabungan pemerintah yang dapat dihimpun meningkat rata-ntta 24,37o
pr
tahun. Sementara itu, dengan semakin membaiknya perekonomian dalam negeri dan langkanya dana luar negeri maka penerimaan pembangunan diperkirakan menurun dari
US$ 5,9
miliar
pada tahun L99ll92 menjadi US$ 5,2 miliar pada tahun 1992193 dan
kemudian sekitar US$ 4,6 miliar pada tiga tahun berikutnya. Dalam nilai rupiah, penerimaan
ini meningkat rata-rata,2,4% per tahun. Dengan perkiraan tersebut, dana
pembangunan meningkat rata-rata 1.5,6% per tahun. Peningkatan dana pembangunan yang terendah diperkirakan akan terjadi pada tahun 1993194, yaitu sebesar l2,3Vo. Untuk
18
memperbesar dana pembangunan pada tahun tersebut, Cadangan Anggaran Pembangunan
yang disisihkan pada tahun I99O|9I, sebesar Rp 2 triliun, perlu dimanfaatkan.
T$cl
17
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BEIINJA NEGARA (triliun npilh)
I 1s9rr9
t9,,u9n PcrkiREP.V
(A)
l.
Pcacrinnn Dhn NcAai
Itligu
&*mMigu 2. Pog. Rutin 3. Trbmgm Pcmcrintrh
4. Pa.
'
Pembugrman Bmt.ran Progno
Brntna Proyef 5. Dana Pcnbongum 6. Pog. Pmb. 7. Dcfirit Domgtik
Pa.
38.
Pajak/PDB
Nomigu (5)
34,9 e,7 25,r 26,6 8,3 12,6
nm (B)
(B/A)
REP-V rn
(A)
%
1t,6 ll9 16A 169
(B/A) REP-V nm (B/A) (A) (B) % '
4t,5 46,2 ul u,0 t4,t r35 30,5 3r,4 r03 28,O t2,4 116 13,5 t3,7 rO2 12,2 to,1 t7
25,2 100 30,E 116 r0,8 t3r
10,3
(B)
95/96
t2
48,9 ll,t ?7,1 30,0 r9,0 r2.7
55,5 113 16,6 l4l
36,9 99 36,2 t2l 19,3 toz 10,0 79
r,5
0,5
0,0
8,E
to,2
10,0
20,9 21,2 101 2O,9 - 2r,2 lol -12,6 -10,4 t2
25,7 ,U,4 25,7 24,4
95 95
31,7 29,4 3r,7 29,4
93 93
-r2,2 -1o,7
87
-t2,7 -10,0
79
15,6
t4,2
10,6
t7.l
ll,0
6l,t 70.5 r7,2 lt,6 41,9 51,9 3E,2 42,r 22,9 28,4 10,5 ll,2 0,0 0,0 10,5 tr,2 33,5 39,6 33,5 39,6 -r0,5 -rt,2 u,4
I 1,9
Dengan masih adanya kendala infrastruktur dan meningkatnya kebutuhan pembangunan di bidang lainnya, laju pengeluaran pembangunan sepertiyang diperkirakandi aas masih belum memadai. Untuk ilu perlu dilakukan upaya-upaya khusus. Pertama, meningkatkan
penerimaan pajok dan, kedua, mengurangi beban anggaran pembangunan.
39.
Sumber utama penerimaan pajak adalah Pajak Pertambahan
Nilai (PPID dan
Pajak
Penghasilan (PPh). Upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu dasarpajak (ta:rbase), tarif pajak (tax rate) dan kemampuan dalam memungut pajak (collection effort). Ketiga faktor ini perlu diperhitungkan dalam upaya meningkatkan
PPN dan PPh. Prioritas perlu diberikan kepada upaya meningkatkan kemampuan dalam memungut pajak (collection effort). Apabila hasil upaya
ini
kurang memadai maka
langkah penyempurnaan tarif dan perluasan dasar terpajak perlu dipertimbangkan. 40.
Peningkatan kemampuan dalam memungut pajak dapat dilaksanakan melalui penambatran
19
dan pelatihan aparatur pajak, penegakan hukum perpajakan dan peningkatan kemampuan pendataan wajib pajak, termasuk kemampuan dalam meneliti kebenaran pelaporan wajib
pajak atas pajak yang t€rtanggung. Sistem 'cross-checking datz" perlu segen disempurnakan. Upaya-upaya tersebut tenrtama sangat dibutuhkan dalam meningkatkan penerimaan pajak penghasilan.
41.
Tarif PPN, berdasarkan Undang-undang
Noml
8 Tahun 1983, dapat
ditingkatkan sampai
dengan L5Vo. Apabila hasil yang dicapai dari trpaya pemungutan pajak kurang memadai,
tarif yang diterapkan sejak diberlakukannya Undang-undang tersebut, yalad sebesar 10%, perlu dinaikkan meskipun tidak sampai mencapai tarif malsimal. 42.
Sementara
itu, BIJIUI{ didorong untuk
mengambil
alih sebagian beban
anggaran
pembangunan melalui partisipasi yang lebih besar dalam membiayai operasi dan pemeliharaan melalui pembebanan biaya tambahan ("surcharge") pada pemakai atau konsumen produk tertentu seperti tplelnn, listrik, dan sebagainya. Sistem ini diharapkan dapat mengurangi konsumsi yang bbrlebihan terhadap produk tersebut. Sebagai tambahan
sumber pembiayaan dalam membangun prasarana dasar, BITMN dapat menerbitkan obligasi. Obligasi BUMN, sebagai upaya memanfaatkan dana yang ada pada masyarakat,
tidak bersifat menambah jumlah uang beredar. Namun, pinjaman tersebut dapat mendorong peningkatan tingkat suku bunga dalam negeri. Untuk
itu,
perlu
dipertimbangkan kemampuan pengendalian tingkat suku bunga sebelum menentukan berapa besar obligasi BIJMN yang akan dimasyarakatkan tiap tahunnya.
Neraca Pembayaran
43.
Def,rsit transaksi berjalan tahun 1992193 diperkirakan US$ 5,8 miliar, lebih besar dari
perkiraan transalai berjalan tahun
ini
sebesar US$
4,7 miliar. Ada dua perkiraan yang
mendorong peningkatannya. Harga ekspor minyak bumi yang turun dari US$ 19 per barel
menjadi US$ 18 per barel dan produksi yang menuun dad 1,59 juta bareUhari menjadi 1,53 juta barel/hari akan menambah defisit sekitar US$ 900
juta. Di samping itu, impor
non migas yang meningkat cepat sebagai akibat dari investasi yang terus meningkat dan
impor migas yang meningkat pesat menambatr pula defisit fransaksi berjalan.
44.
Pada akhir Repelita
V nanti defisit transal$i berjalan masih cukup besar, yaitu sebesar 20
Tabel lE NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
t99u92
t9v2t93
Perki-
Pcrki-
1993t94
REP-V nen (WA) REP-V nm @/A) REP'V
Saonn Banng dan jasa l. Ekspor (f.o.b.) Bukan Migar Mig"s 2. Inpor Bukan Migae
Migas
3. Iasa-Iasa 4. Tnnsaksi Bcrjalan (fB) Piqiernan Permerintah Pelunasan Pin. Permerintah Pemasukan Modal Lain Investasi hngsung(netto) Jangka Panjang (neuo) Jangka Pendek (netto)
Lalu Untas Moncter Cadangan Devisa Debt Service Ratio Cfotal) Debt Service Ratio (Ofticial) Cadangan Bulan Impor
TB/PDB
(A)
(B) % (A) (B) %
(t\ril. $) (% Knk) (% Knk)
25,5 29,7 15,5 l?,6
Qr,Iil.$)
-19,2 -25,2
8,2
(% Knk) (% Knk) (Mil. $)
(Mil.$) (Mit. $) (Mil. $) (Mit. $) (Mil. $) (Mil. $)
-
2E,6 31,8
15,4 13l
13,4
1,6 -9,5 -?,8 -92 tt7 -1,5 4,7 3ll
5,4 17,6 :1,9 -9,5
r20
-5,t
63E
o,2
'3,2
-t,4
-1,8
35,9
15,4
16,1
-24,3
-31,3
96 99 441
{,9
10,5
6,0 6,1 102 4,3 4,4 toz 1,2 5,t 44 1,0 2,3 0,1 2,6 o3
0r1
t33
-1,9 4,9
I1,4
12,3
(%) (%)
32,3 26,6 6,2 3,6
33,3 24,7 6r0
(%)
31,9
I,0
130
13,4 l3,l
(Mit. $)
@ulan)
lll
16,8
-21,6 -2E,1
Pcrkiraan (WA)
(A) (B)
4,5 {,1
-9,1
6,2 6,0 4,4 4,4 I,l 5,0 0,9 1,7
(Ir,til. $) (lr,ril. $)
l16
49
4,0
r994t95 1995/96
%
ll3
6,6
t3,4 lo,4 3,3 l7,s -g,l -10,1
4,5 -5,5 5,8 5,8 4,4 4,7 t,2 5,3 l,l 3,1 0,1 1,7 -2,r
129
124
tuzz 100 106
446
0r5
-1,0
50
13,4 32,E
2t,9 5,9 3,5
39,9 4,E 15,6 16,0
l,l 3,4 -38,8 lo,1 ll,7 13,4 10,4 -10,4 -r0,7 -5,3 4,6 5'9 5,9 4,9 -3,E 4,5 3,7 3,1 2,6 0,9 0,8 0,5 0,3 -l,l -1,2 t4,4 15,6 3r,0 27,9 It,4 16,3 5,7 5,5 3,1 2,5
-34,8
US$ 5,5 miliar, jauh dari perkiraan semula sebesar US$ 0,5 miliar. Baru setelah tahun 1993/94 defisit diharapkan berangsur-angsur turun. Penurunan tersebut disebabkan oleh
pertumbuhan ekspor, terutama elcpor nonmigas, yang pada gilirannya mampu mengimbangi dan kemudian melampaui pertumbuhan impor. Rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB mencapai puncaknya pada tahun 1992193 sebesar 4,0Vo, kemudian terus menurun hingga mencapai 2,5V0 pada tahun 1995196. 45.
Defisit transaksi berjalan yang meningkat diharapkan dapat diimbangi arus modal masuk. Dalam perkiraan ini tercakup asumsi batrwa pembatasan pinjaman komersial luar negeri
("off-shore borrowing') yang sudah diumumkan akan dilaksanakan sepenuhnya, dan pembatasan tersebut akan mendoJong penanaman modal langsung. Asumsi
ini didasarkan
di bidang ekspor nonmigas dan substitusi impor mempunyai prospek yang cerah. Potensi pendapatan dari investasi ("return on
pada perkiraan bahwa usaha-usaha
2l
investment") yang tinggi mendorong para pemilik modal, terutama investor asing, mengalihkan penyaluran dananya dari bentuk pinjaman komersial luar negeri ke bentuk penanaman modal langsung.
46.
Perlu dicatat bahwa menengah. (ncto), di
jilu
investasi langsung (tuto) dan perwnattwn modol janglw
lwr pernbuasan PKLN, htrang dai
yang dilwrapkan melco telcarun
pada neraca pembayaran ol
BI (lihat Tabel 19), arus modal (neto) turun dari US$ 4,1 miliar
pada talrun 1990/91 menjadi hanya US$ 776 juta pada tahun L995196. Keselunrhan arus
dana (neto), ymg memperhitungkan pembayaran bunga, menjadi negatif dalam tahun
1995/96. Asumsi yang digunakan adalah 75% pinjaman berupa pinjaman jangka menengah ('grace period'
I
tahun dan 'maturity' 3 tahun)
pinjaman jangka panjang ('grace
dan 25%
sisanya berupa
perid' 3 tatrun dan 'maturity' 9 tahun). Pada tahun
1994195 dan 1995/96, untuk mengimbarlgi arus modal (neto) yang kurang dari
US$
1
mitiar dan defisit transaksi berjalan yang sekitar US$ 4 - 5 miliar, diperlukan investasi langsung(neto) dan pinjaman jangka menengah (neto) sekiar US$ 3 miliar. Jumlatr ini
hampir dua kali lipat dari yang diperoleh pada tahun 1990/91. Tabel
1
9
PERKIRAAN DISBURSEMENT, AMORTISASI DAN PEMBAYARAN BUNGA SESUAI BATASAN PKLN (uta $)
Uraian
41 68
4000
o
782
Arus Modal (netol
41 68
Arus Dana (neto)
93/94
91192
Disbursement Amortisasi
Pembayaran Eunga
47.
90/91
4too
4200 2474
4300
4400
532
3428
3624
321 9
2569
1726
872
776
o
377
665
887
1028
990
41 68
2841
839
-1
1
1
903
56
-214
Dalam pada itu, komposisi hutang luar negeri Indonesia berubah dengan cepat. Apabila dalam tahun 1988/89 hutang sektor swasta baru mencapai kurang lebih US$ 5 miliar dan hutang Pemerintah sekitar US$ 38 miliar, pada akhir periode Repelita 22
V hutang swasta
akan menjadi sekitar US$ 24 miliar dan hutang pemerintatr menjadi sekitar US$ 50 miliar.
Oleh karena syarat pinjaman sektor swasta lebih berat dari pemerintah maka beban pembayaran kembali juga akan lebih berat. Dengan perkembangan tersebut, DSR @emerintah) diharapkan secara bertatrap tunrn dari sekitar 26% dalan tahun 1990/91 menjadi sekitar 22% dalan tahun terakhir Repelita
V. Namun, DSR (total) meningkat
hingga pada tatrun 1992193 mencapai sekitar t3% dankemudian menurun secarabertahap
hingga sekitar 28Vo pada tahun 1995/96.
Dalam mengelola defisit transat<si berjalan dapat dilakulcan langkah-langkah:
-
mengurangi lqiu permintaan agregat ('agregate demand') dan merubah harga relatif ekspor dan impor.
Langkah terakhir dapat ditempuh jika defisit tnnsal$i berjalan melebihi perkiraan, yaitu
melalui kebijaksanaan berikut ini. 49.
Pertama, kebijalcsanaan d.alary mengelola nilai tukar. Sepeni yang dikemukakan dalam uraian di depan, nilai tukiantara rupiah dan US$ cukup memadai. Tetapi, karena nilai
tukar Yen terhadap US$ bergejolak, nilai tukar riil Rupiah terhadap Yen menjadi kurang memadai. Jika diperlukan depresiasi Rupiatr yang lebih cepat, besar depresiasi sebaiknya
tidak hanya ditentukan terhadap US$ saja. Otoritas moneter perlu mempersiapkan pengelolaan nilai tukar yang mempertimbangkan nilai perdagangan yang 0ertimbang atau
melalui SDR. 50.
Kedua, penyempurruun dalam strulour tarif. Kebijaksanaan
ini
merupakan langkah
penyempurnaan kebijaksanaan penerapan tarifyang rasional sebagai bagian dari deregulasi
di bidang industri. Di beberapa bidang, perubahan tarif justru dapat mendorong elspor dan mengurangi impor. Sebagai contoh, di bidang ekspor, tarif pajak ekspor kayu gergajian yang berlaku selama ini mungkin terlalu tinggi sehingga kurang memungkinkan pertumbuhan industri kayu dalam negeri yang maftsimal. Sementara itu, pendapatan pajak ekspor juga belum dapat diandalkan.
Di bidang impor, bea masuk tambatran untuk semua
atau sebagian barang mewatr perlu ditingkatkan. Untuk itu diperlukan penelitian yang
mendalam agar upaya tersebut dapat mencapai sasaran namun tidak mendorong penyelundupan.
23
Kesempatan Kerja
51.
Perkembangan perekonomian mempunyai dampak positif pada perluasan kesempatan
kerja. Kesempatan kerja menunjuklcan kecenderungan meningkat sehingga tinglut pengangguran, sebagai persentasi dari jumlah, anglutan lccrja, cenderutg mcturun, yutu dan2,7To pada tahun l99olgl menjadi 2,3% pad^tahun 1995196. Perlu dikemulakan di
sini bahwa secara absolut jumlah penganggur.on masih sedikit meninglcat yalni dali 2,L
juta menjadi 2,7 jutz. Peningkatan tersebut disebabkan di satu pihak jumlah absolut kesempatan kerja yang dapat disediakan dalam kurun waktu tersebut adalalt sebesar 13,1
juta, sedangkan angkatan kerja naik dengan 13,7 juta. Perkiraan tingkat pengangguran terbuka tahun 1990'an menunjukkan tingkat yang sama dengan periode 1980'an. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran terbuka sebesar 2Vo - 3Vo per tahun mentpakan "natural rate of unemploymentn untuk Indonesia (di negara maju diperkirakan *lortar
6To
- 8To), suatu tingk4t yang tidak terlalu mengkhawatirkan. Trbcl 20 PENDI,'DTJK DAN TENAGA XER'A
0oomg) 199y94.
Pcrti' REP.V
(A)
Pcnduduk Peududuk Uria Kcrja
Angkatan Kcrja Keacmpatan Kcrja
Perl$im Industri
Irin-lain Kontribui
(*)
Pcrtanian
Irdutri I.oin-hin
TPAK I) Tingkat Pmgmggunn
185,8 t42,r il,4 T,2 43,r 7,t 2t,t 100,0 9,4 9,3 ?6,4 57,3 2,69
ru
(B/A) REP-V rlrn
(B)r($(8)%
1t3,0 Lt9,7 t0,6 7t,4 41,E t,7 2t.0 100,0
5t,3
l1,r t5,7 57,7 2,63
9t,5 98,3 99,0 97,O
95,0 116,4 95.2
It9,3 185,3 146,3 142,9 r3,9 t3,0 tl,6 8l,t 43,9 42,2 9,t 7,t 29,E t),8 100,0 100,0 53,9 52,0 9,6 tt,2 36,6 36,t 57,3 5t,1 2,6t 2,3E
(B/A)
9t,4 97.7 99,0 99,t 96,0 1t6,2 99,E ' ' -
REP-V iltr (B) (A) t92,9 tSO,1
t6,4 84,1 44,E
t,3 30,9 100,0 s3,3
(B/A) %
189,6 9t,3 t46,2 yl.o t5,6 9,1 t3,? 99,6 42,7 95,2 9,5 tt4,2 31,5 101,9 100,0 51,0
9,9
ll,4
t6,t
37,6
57,1 2,65
5t,6 2,TL
lql,o 196,6 149,7 153,2 8t,3 91,7 t6,4 tt,9 43,2 43,E 9.9 tO,2 132 34,9 100;0 100,0 50,1 49,2
11,5 3t,5 59,0 2,t2
rr,5 ?9,?
59,t 2,8)
l) Tingkrt Prrtiripui Aqkat8r Ktrjr
52.
Penurunan peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja disebabl€n pertumbuhan sektor tersebut lebih lambat dibandingkan sektor-sektor lainnya. Sementara
itu, penyerapan angkatan kerja di sektor industri tidak dapat berlangsung lebih 24
cepat
karena produktivitasnya yang relatif tinggi.
Di sektor-seltor lainnya produktivitas
tenaga
kerja lebih rendatr sehingga dalam 1% pertumbuhannya mampu menyerap angkatan kerja yang lebih besardibandingkan sektor indusEi.
Untukitu, dalam meningkatkan penciptaan
lapangan kerja, pertumbuhan sektor tertentu yang banyak menyenp tenaga kerja perlu mendapat perhatian.
25