MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 1
BAB I MENGENAL ILMU DAN TEORI KOMUNIKASI Bab ini bertujuan agar: Mahasiswa mampu menjelaskan ilmu, teori dan fungsi komunikasi A. Definisi dan Fungsi Komunikasi Adapun pengerian komunikasi adalah sebagai berikut: Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna (John R. Wenburgtdan William W. Wilmot) Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih (Donald Byker dan Loren J. Anderson) Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan. (William I. Gorden) Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna (Judi C. Pearson dan Paul E. Nelson) Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih ( Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss) Mengapa Kita Berkomunikasi??? Untuk memudahkan kita menjawab hal tersebut, sebaiknya dirumuskan pertanyaan-pertanyaan spesifik: 1. Apa yang mendorong kita berkomunikasi? 2. Manfaat-manfaat apa yang kita peroleh dari komunikasi? Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial, dan untuk mempengaruhi orang lain. Namun tujuan kita berkomunikasi menurutnya adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita. Fungsi-fungsi Komunikasi: Komunikasi Sosial: mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari ketegangan, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Komunikasi Ekspresif: komunikasi ini dapat dilakukan pada diri sendiri (sendirian) atau dengan orang lain dalam kelompok. Komunikasi ini tidak bertujuan langsung mempengaruhi orang lain. Namun lebih kepada bagaimana perasaan2 (emosi) kita disampaikan melalui pesan-pesan nonverbal: perasaan sayang, peduli, marah, benci, takut, dsb. Komunikasi Ritual : Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif, namun dilakukan secara kolektif melalui upacara-upacara keagamaan misalnya berdoa, sholat, misa, dan sebagainya. Komunikasi Instrumental mempunyai beberapa tujuan: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku, atau menggerakan tindakan, dan juga menghibur (bersifat persuasif).
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 2
B. Pengertian Ilmu Banyak definisi tentang ilmu yang dirumuskan oleh para ahli dan masing-masing mempunyai penekanan arti yang berbeda; sebagaimana terlihat di bawah ini: Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematik yang bersumber dari hasil penyimpulan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum (Nasir, 1988) Konsepsi Ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal yaitu adanya rasionalitas, dapat digeneralisasikan dan dapat disistematisasi (Shapere, 1974). Pengertian ilmu mencakup logika, interpretasi terhadap realitas sosial, dan konsisten dengan realitas sosial tersebut (Schutz, 1962) Ilmu tidak hanya merupakan suatu pengetahuan yang terhimpun secara sistematis tetapi juga merupakan suatu metodologi (Tan, 1954) Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang suatu hal, baik yang menyangkut alam (natural) atau sosial (kehidupan masyarakat) yang diperoleh manusia melalui proses berpikir. Pengertian ilmu dalam dunia ilmiah menuntut tiga ciri yaitu: 1. Ilmu harus merupakan suatu pengetahuan yang didasarkan pada logika; 2. Ilmu harus terorganisasikan secara sistematik; 3. Ilmu harus berlaku umum. C. Pengertian Ilmu Komunikasi Pengertian mengenai ilmu komunikasi pada dasarnya mempunyai karakteristik yang sama dengan pengertian ilmu secara umum. Hanya saja objek perhatiannya difokuskan pada peristiwa-peristiwa komunikasi antarmanusia. Salah satu pengertian yang cukup jelas mengenai ilmu komunikasi ini diberikan oleh Charles R. Berger dan Zechariah Chaafee 1987) dalam bukunya Handbook of Communication science: ilmu komunikasi adalah suatu pengamatan terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori dapat diuji dan dapat digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistemsistem tanda dan lambang. Pengertian ilmu komunikasi sebagaimana dikemukakan Berger dan Chaffeini memberikan 3 pokok pikiran yaitu sebagai berikut: 1. Objek pengamatan yang jadi fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia. 2. Ilmu komunikasi bersifat ilmiah empiris (Scientific) dalam arti pokok-pokok pikiran dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berlaku umum. 3. Ilmu komunikasi menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan produksi proses dan pengaruh dari sistem-sistem. D. Pengertian Teori dalam Komunikasi Teori dalam komunikasi diartikan sebagai himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Karlinger, 1973:9). Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian sebagai berikut: a. Teori adalah abstraksi dari realitas. b. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan definisi-definisi yang c. secara konseptual mengorganisasi aspek-aspek dunia empiris secara sistematis. MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 3
d. Teori terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi dan aksioma-aksioma dasar yang saling berkaitan. e. Teori terdiri dari teorema-teorema yakni generalisasi-generalisasi yang diterima atau terbukti secara empiris. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena. Teori memiliki dua ciri umum yakni sebagai berikut: 1. Semua teori adalah abstraksi tentang suatu hal. Dengan demikian teori komunikasi sifatnya terbatas. Teori tentang radio kemungkinan besar tidak dapat dipergunakan untuk menjelaskan hal-hal menyangkut televisi. 2. Semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia karenanya sifatnya relatif tergantung cara pandang si pencipta teori, sifat dan metode secara individual dan kondisi-kondisi lain, seperti waktu dan tempat. Berdasarkan uraian di atas, secara sederhana dapat dikatakan bahwa teori komunikasi pada dasarnya merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia. Peristiwa dimaksud sebagaimana dimaksud Berger dan Chafee mencakup produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang yang terjadi dalam kehidupan manusia. E. Sifat, Tujuan, dan Fungsi Teori Sifat dan tujuan teori, menurut Kaflan (1964) adalah bukan semata-mata untuk menemukan fakta yang tersembunyi tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta mempresentasikan fakta tersebut. Teori yang baik adalah teori yang sesuai dengan realitas kehidupan. Dengan kata lain, teori yang baik adalah teori konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Teori juga mempunyai fungsi, menurut Littlejohn fungsi teori ada 9, yaitu: 1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan tentang suatu hal. Artinya dalam mengamati realitas tidak boleh melakukannya secara sepotongsepotong. Hasilnya akan berupa teori-teori yang dapat dipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upayaupaya studi berikutnya. 2. Memfokuskan terhadap hal-hal atau aspek-aspek dari suatu objek yang diamati, objek yang diamati itu harus jelas fokusnya. Teori pada dasarnya hanya mejelaskan tentang suatu hal bukan banyak hal. 3. Menjelaskan bahwa teori harus mampu membuat tentang hal yang diamati. Penjelasan ini tidak hanya berguna untuk memahami pola-pola hubungan tetapi juga untuk menginterpretasikan peristiwa-peristiwa itu. 4. Pengamatan, yaitu menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang apa yang sebaiknya diamati, tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya, karena itu teori yang baik adalah yang berisikan tentang konsep-konsep operasional. 5. Membuat prediksi, yaitu meskipun kejadian yang diamati berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini, harus dibuat suatu perkiraan tentang keadaan bakal sambil mengamati hal-hal yang berkaitan dengan itu. Fungsi prediksi ini terutama sekali penting bidang-bidang komunikasi terapan seperti persuasi dan perubahan sikap, komunikasi organisasi, dinamika kelompok kecil, periklanan, hubungan masyarakat dan media massa. 6. Fungsi Heuristik/heurisme. Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yang baik adalah teori yang mampu merangsang penelitian dan upaya-upaya penelitian selanjutnya. MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 4
7. Komunikasi yang menunjukkan bahwa teori seharusnya tidak menjadi monopoli si penciptanya. Teori harus dipublikasikan dan terbuka terhadap kritikan-kritikan. Dengan cara ini maka modifikasi dan upaya penyempurnaan teori dapat dilakukan. 8. Kontrol/mengawasi, yaitu bersifat normatif karena asumsi-asumsi teori dapat berkembang menjadi norma-norma atau nilai-nilai yang dipegang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, teori berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia. 9. Fungsi generatif. Fungsi ini terutama sekali menonjol dikalangan pendukung tradisi/aliran, pendekatan interpretatif dan teori kritis. Menurut pandangan aliran ini, teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan kultural serta untuk menciptakan pola dan cara kehidupan baru.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 5
BAB II TRADISI-TRADISI TEORI KOMUNIKASI Bab ini bertujuan agar: Mahasiswa mampu menjelaskan tradisis-tradisi teori komunikasi A., Pendahuluan Craig menguraikan 7 (tujuh) tradisi pemikiran dalam teori-teori komunikasi yaitu retorika, semiotika, fenomenologi, sibernetika, sosiopsikologi, sosiokultural dan kritikal. Tradisi retorika memahami komunikasi sebagai pidato publik yang indah; tradisi semiotika memahami komunikasi sebagai proses pertukaran makna melalui tanda-tanda; tradisi fenomenologi memahami komunikasi sebagai pengalaman diri sendiri dan orang lain melalui dialog; tradisi sibernetika memahami komunikasi sebagai pemrosesan informasi; tradisi sosiopsikologi memahami komunikasi sebagai pengaruh antarpribadi; tradisi sosiokultural memahami komunikasi sebagai penciptaan realitas sosial; dan tradisi kritikal memahami komunikasi sebagai penolakan reflektif terhadap wacana yang tidak adil. Tabel 2.1 Tradisi Pemikiran Dalam Teori Komunikasi
TRADISI Retorika
Semiotika
Fenomenologi
MHM-TKIK-FSH-UBD
DESKRIPSI Teori-teori dalam tradisi ini memahami komunikasi sebagai seni praktis (practical art). Komunikator (speakers, media producers, writers) memahami persoalan sebagai hal yang perlu diatasi melalui pesan-pesan yang dirancang secara cermat. Komunikator mengembangkan strategi, sering memakai pendekatanpendekatan umum (daya tarik logis dan emosional) untuk mengarahkan khalayak. Tradisi ini melihat karya komunikator diatur oleh seni dan metoda; bergantung pada perasaan bahwa kata-kata itu memiliki kekuatan, informasi berguna untuk membuat penilaian, dan komunikasi dapat dievaluasi dan diperbaiki. Teori-teori retorika sering menentang pandangan yang menegaskan bahwa kata-kata bukanlah tindakan, penampakan bukanlah realitas, gaya bukanlah hal yang pokok dan opini bukanlah kebenaran. Memfokuskan pada tanda-tanda dan simbol-simbol; memperlakukan komunikasi sebagai jembatan antara dunia privat dari individu-individu dengan tanda-tanda untuk mendapatkan makna. Kekuatan semiotika bertumpu pada gagasan-gagasan tentang kebutuhan akan bahasa yang sama, identifikasinya tentang subyektivitas menjadi kendala untuk mencapai pemahaman, dan keterikatannya dengan makna yang beragam. Teori-teori semiotika sering bertentangan dengan teori-teori yang menekankan bahwa kata-kata memiliki makna yang tepat, tanda-tanda merepresentasikan obyek atau bahasa yang bersifat netral. Tradisi fenomenologi memberi perhatian pada pengalaman pribadi. Komunikasi dilihat sebagai pertukaran pengalaman pribadi melalui dialog. Dalam tradisi ini, wacana yang muncul mencakup istilah-istilah seperti exeperience, self, dialogue, genuine, supportiveness dan openness. Page 6
Sibernetika
Sosiopsikologi
Sosiokultural
Kritikal
Istilah-istilah tersebut merupakan pendekatan teoritik ketika menegaskan kebutuhan akan kontak, penghormatan, pengakuan adanya perbedaan dan landasan bersama. Komunikasi dipahami sebagai kegiatan pemrosesan informasi, dan persoalan-persoalan yang dihadapi dikaitkan dengan noise, overload dan malfunction. ‘ Tradisi sibernetika menjadi gagasan yang bisa diterima secara logis ketika muncul isu-isu yang berkaitan dengan pikiran, rasionalitas dan sistem yang kompleks. Secara umum, tradisi ini menentang argumen-argumen yang membuat perbedaan antara mesin dengan manusia atau mengasumsikan hubungan liner sebab-akibat. Memusatkan perhatian pada asek-aspek komunikasi yang mencakup ekspresi, interaksi dan pengaruh. Wacana dan tradisi ini menekankan pada perilaku, variabel, efek, kepribadian dan sifat, persepsi, kognisi, sikap dan interaksi. Sosiopsikologi menjadi tradisi pemikiran yang kuat, khususnya dalam situasi dimana kepribadian menjadi penting, penilaian menjadi bias oleh keyakinan dan perasaan, dan orang memiliki pengaruh yang nyata satu sama lain. Tradisi sosiopsikologi menentang pandangan bahwa orang bersikap rasional, individu-individu mengetahui apa yang mereka pikirkan, dan persepsi merupakan jalur yang jelas untuk melihat apa yang nyata. Tatanan sosial sebagai pusat kajian dan melihat komunikasi sebagai perekat masyarakat. Persoalan dan tantangannya diarahkan pada konflik, alienasi dan kegagalan untuk melakukan koordinasi. Ilmuwan dalam tradisi ini menggunakan bahasa yang mencakup elemenelemen seperti masyarakat, struktur, ritual, aturan dan kultur. Ilmuwan tersebut meniadakan argumen-argumen yang mendukung kekuatan dan tanggung jawab individu, penyatuan diri atau pemisahan interaksi manusia dari struktur sosial. Cenderung melihat komunikasi sebagai perencanaan sosial dari kekuasaan dan penindasan. Teori-teori kritikal memberi respon terhadap persoalan-persoalan ideologi, kekuasaan dan dominasi. Wacana kritikal mencakup istilah-istilah seperti ideology, dialectic, oppression, consciousness raising, resistance dan emancipation. Tradisi kritikal merupakan pendekatan terhadap teori dalam situasi yang mencakup pengekalan kekuasaan, nilai-nilai kebebasan dan kesetaraan. Tabel 2.2 Ranah Konseptual Teori Komunikasi
Ranah konseptual Retorika Semiotika
Fenomenologi
Komunikasi diteorikan Persoalan komunikasi diterorikan sebagai sebagai Seni wacana praktis Urgensi sosial yang mempersyaratkan pertimbangan kolektif yang mendalam. Mediasi antarsubyektif Kesalahpahaman atau kesenjangan pandanganmelalui pandangan subyektif tanda-tanda. Pengalaman dari Ketiadaan atau kegagalan untuk menopang relasi “otherness”, dialog. manusia yang otentik.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 7
Sibernetika
Pemrosesan informasi.
Sosiopsikologi
Ekspresi, interaksi dan pengaruh. (Re)produksi tatanan sosial. Refleksi diskursif.
Sosiokultural Kritikal
Noise, overload, underload, alfunction dalam suatu sistem. Situasi yang mempersyaratkan manipulasi sebabsebab perilaku untuk mencapai hasil yang spesifik Konflik, pengasingan, kegagalan, koordinasi. Ideologi hegemonik, secara sistematis mendistorsi situasi ujaran.
Sumber: Katherine Miller, Communication Theories, Perspective, Processes, and Contexts, Second Edition, 2005: 13.
Tabel 2.3 Teori-Teori Komunikasi Dalam Skala Objective – Interpretive
Interpersonal Communication Symbolic Interactionism Coordinated Management of Meaning Expectancy Violations Theory Interpersonal Deception Theory Social penetration Theory Uncertainty Reduction Theory Social Information Processing Theory The Interactional View Constructivism Social Judgement Theory Elaboration Likelihood Model Cognitive Dissonance Theory Relational Dialectics Group and Public Communication Functional Perspective on Group Decision Making Adaptive Structuration Theory Symbolic Convergence Theory Information Systems Approach Cultural Approach Critical Theory of Communication Approach The Rhetoric Dramatism Narrative Paradigm Mass Communication Semiotics Cultural Studies Cultivation Theory Agenda-Setting Theory Spiral of Silence Cultural Context Anxiety/Uncertainty Management Theory Face-Negotiation Theory Speech Codes Theory Genderlect Styles Standpoint Theory Muted Group Theory
Objective
Interpretive
Objective
Interpretive
Objective
Interpretive
Objective
Interpretive
Sumber: Em Griffin, A First Look At Communication Theory, Sixth Edition, 2006: 518
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 8
BAB III TEORI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI Bab ini bertujuan agar: Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Teori-Teori Dalam Konteks Komunikasi Antar Pribadi Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik: sedangkan makna yaitu suatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi. Dibalik pengertian ini sebenarnya terdapat sejumlah karakteristik yang menentukan kegiatan dapat disebut komunikasi antarpribadi, yakni sebagai berikut: 1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri (self). Berbagai persepsi komunikasi yang mengangkat pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita. 2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional; anggapan ini mengacu pada tindakan-tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan. 3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek pesan dan hal antarpribadi. Maksudnya komunikasi antarpribadi tidak hanya berkenaan dengan isi pesan yang dipertukarkan tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan partner tersebut. 4. Komunikasi antarpribadi mengisyaratkan adanya kedekatan fisik antar pihak yang berkomunikasi. 5. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan yang lainnya (interdependent) dalam proses komunikasi. 6. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita, mungkin kita dapat meminta maaf dan diberi maaf, tetapi komunikasi tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan. Demikian pula kita tidak dapat mengulang suatu pernyataan dengan harapan untuk mendapatkan suatu hasil yang sama, karenanya dalam proses komunikasi antar manusia hal ini akan sangat tergantung dari respon partner komunikasi kita. Berdasarkan karakteristik komunikasi antarpribadi tersebut, maka teori-teori dalam konteks komunikasi antarpribadi pada dasarnya menyangkut beberapa hal antara lain: a. Individu dalam komunikasi antarpribadi. Hal ini menyangkut pemahaman diri pribadi b. Memahami orang lain, dalam hubungannya dengan aspek relasional dalam komunikasi antarpribadi.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 9
A. Individu dalam Komunikasi Antarpribadi: Pemahaman Diri Pribadi (Kesadaran Diri) Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat didalamnya; karena pemahaman tersebut bersifat pribadi dan sangat bermakna bagi individu. Maka setiap individu dalam kegiatan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pemahaman psikologis acap kali dianggap sebagai makna sesungguhnya dari hubungan antarpribadi. Aspek psikologi dari komunikasi antarpribadi menempatkan makna hubungan sosial ke dalam individu yaitu dalam partisipan komunikasi. Fungsi psikologi dari komunikasi adalah untuk menginterpretasikan tanda-tanda melalui tindakan atau perilaku yang dapat diamati ketika kita berkomunikasi dengan orang lain proses intrapribadi kita memiliki paling sedikit 3 tataran (pandangan) yang berbeda yang berkaitan dengan sejumlah diri yang hadir dalam situasi antarpribadi yaitu: 1. Persepsi (pandangan kita mengenai diri kita sendiri) 2. Meta persepsi (pandangan kita mengenai diri orang lain) 3. Meta-meta persepsi (pandangan kita mengenai pandangan orang lain tentang kita). Persepsi sendiri adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra. Definisi ini melibatkan sejumlah karakteristik yang mendasari upaya untuk memahami proses antarpribadi. Adapun sifat-sifat persepsi meliputi persepsi pengalaman, selektif, penyimpulan tidak akurat dan persepsi adalah evaluatif. Langkah pertama dalam evaluasi diri adalah mengetahui atau menyadari diri kita (self wareness) yaitu mengungkap siapa dan apa kita ini. Sesungguhnya menyadari siapa diri kita adalah juga persepsi diri untuk dapat menyadari siapa diri kita pertama kali kita harus memahami apa diri atau self tersebut. Diri kita secara sederhana dapat diartikan sebagai identitas individu. Aubrey B. Fisher menyebutkan ada beberapa elemen dari kesadaran diri yaitu: 1. Konsep diri (bagaimana kita memandang diri kita sendiri) Untuk dapat menyadari diri kita, pertama kali kita harus memahami apakah diri atau self itu. “diri” secara sederhana dapat kita artikan sebagai identitas individu. Jadi identitas diri adalah cara-cara yang kita gunakan untuk membedakan individu satu dengan individu-individu lainnya. Dengan demikian “diri” adalah suatu pengertian yang mengacu kepada identitas spesifik dari individu. Pada umumnya orang cenderung menggolongkan dirinya sendiri dalam tiga kategori, yaitu: karakteristik/sifat pribadi (laki-laki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dan sebagainya) atau kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dll) karakteristik/sifat (ramah atau ketus, ekstrovert atau introvert, cerewet atau pendiam, penuh perhatian atau tidak peduli) peran sosial (ayah, istri, guru, polisi, eksekutif, dan sebagainya). Peran sosial ini dapat pula berbentuk afiliasi terhadap budaya, etnik, agama 2. Self esteem (ungkapan yang digunakan untuk menyatukan persepsi evaluatif seseorang terhadap diri sendiri) 3. Multiple selves (masing-masing diri merupakan berbagai identitas dari yang berbeda). Menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita disebut menggunakan social self yang dikenal dengan istilah looking glass self.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 10
Dalam setiap komunikasi yang melibatkan dua orang akan terdapat dua pribadi yang harus dikenali yaitu diri kita pribadi dan orang lain yang menjadi partner komunikasi kita. Pemahaman mengenai hubungan merupakan aspek penting dari studi tentang komunikasi antarpribadi karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Teori-Teori Tentang “Diri” (Konsep Diri) Pembicaraan tentang konsep diri dapat dilacak sampai William James. James membedakan antara: “The I”, diri yang sadar dan aktif, dan “The Me”, diri yang menjadi objek renungan kita. Konsep diri kemudian tenggelam ketika Behaviorisme berkuasa. Baru pada tahun 1943, Gordon E. Allport menghidupkan kembali konsep diri. Berikut ini beberapa teori lain tentang konsep diri:
Carl Ransom Rogers (1902-1987) Carl Rogers selain dikenal sebagai tokoh psikologi humanistis, ia dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu, yang mana realitas tiap orang akan berbeda-beda tergantung pada pengalaman- pengalaman perseptualnya. Menurutnya perilaku seseorang adalah merupakan fakta dari lapangan fenomenal (Carl Rogers menyebut dengan istilah realitas subyektif). Rogers berpendapat bahwa lapangan fenomenal merupakan rangkuman dari semua pengalaman dari apa yang dialami, dirasa, dinilai, ditafsirkan atas dasar pengertian individu baik yang disadari atau tidak. Konsep diri adalah bagian sadar dari lapangan fenomenal (fenomenal field) yang merupakan kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan dirinya dan akan membedakan dirinya dengan yang bukan dirinya. Sebagai tambahan pada konsep diri, individu mempunyai “diri ideal” (ideal self), yaitu apa yang diinginkan atau dianggapnya seharusnya demikian. Di mana individu menempatkan nilai tertinggi mengenai dirinya. Apabila perbedaan antara konsep diri (disebut juga diri real) dan diri ideal adalah besar, maka orang merasa tidak puas dan tidak dapat menyesuaikan diri (Supratiknya, 1993:135 ; Rom Harre & Roger Lamb, 1996: 261 ).
Teori RD Laing R.D. Laing seorang psikiatris berkebangsaan Inggris yang telah menulis banyak buku tentang proses persepsi dan pengalaman dalam komunikasi. Tesis utama dari teorinya adalah bahwa perilaku komunikatif seseorang sebagian besar terbentuk oleh persepsi (pengalaman) nya ketika ia berhubungan dengan komunikator yang lainnya. Menurut RD Laing, hubungan interpersonal melibatkan dan membentuk kedua belah pihak. Ketika saya berhubungan dengan anda, anda bukan lagi anda yang biasa; anda berubah karena pertemuan dengan saya. Saya pun berubah karena anda. Laing bersama H. Phillipson, dan A.R. Lee mengungkapkan seperti ini: When Peter meets Paul, Paul’s behavior becomes Peter’s experience; Peter’s behavior becomes Paul’s experience
B. Memahami Orang Lain Dalam setiap komunikasi yang melibatkan dua orang, tidak sesederhana yang kita pikirkan. Dalam proses komunikasi tersebut akan terdapat dua diri pribadi yang harus dikenali, yaitu diri kita sendiri dan diri orang lain yang menjadi partner komunikasi kita. MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 11
Upaya mengenali orang lain memang bukanlah persoalan yang mudah. Upaya ini menyangkut proses psikologis yaitu menyangkut persepsi. Meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan untuk melakukan persepsi terhadap orang lain, namun ada tiga jenis informasi terpenting yang perlu kita ketahui, yaitu: a). tujuan orang tersebut, b). kondisi internalnya (psikologis), dan c). kesamaan antara kita dengan orang tersebut. Mempersepsi tujuan orang memiliki beberapa arti bagi kita: 1. Sebagai mekanisme proteksi, yaitu ingin mengetahui apa yang diharapkannya dari kita melalui komunikasi yang dia lakukan. 2. Melalui pemahaman terhadap tujuan orang, kita dapat mengevaluasi kesungguhan atau akurasi dari penampilannya. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa kita menganggap sebagian besar perilaku memiliki tujuan tertentu, dan kita menggunakan persepsi untuk mengenali secara cermat apa tujuan orang lain.
Setelah kita memperoleh informasi tentang orang lain yang dibutuhkan, apa yang harus dilakukan dengan informasi tersebut. Dalam komunikasi antarpribadi, setiap partisipan perlu mengenali partisipan lainnya dalam rangka mencapai dua tujuan, yaitu mengurangi ketidakpastian (uncertainty reduction) dan perbandingan sosial (social comparison). Berikut ini penjelasan tentang dua tujuan tersebut akan kita bahas secara tersendiri.
Uncertainty Reduction Theory (Teori Pengurangan Ketidakpastian) Teori Uncertainty Reduction Theory atau teori pengurangan ketidakpastian dikemukakan oleh Charles Berger dan Richard Calabrase pada tahun 1975. Teori ini digunakan untuk menjelaskan proses komunikasi antar dua orang yang tidak saling kenal sebelumnya, sehingga berupaya mencari informasi guna mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian ini bisa dikurangi setahap demi setahap pada hal-hal ‘self disclosure’ (membuka diri), ‘nonverbal-warmth’ (kehangatan gerak tubuh, ekspresi wajah, dll.), dan similarity increase (bertambahnya kesamaan). Penjelasan teori ini adalah sebagai berikut: Ketika kita pertama kali bertemu dengan seseorang, biasanya akan muncul banyak pertanyaan di dalam benak kita. Siapa orang ini ? Bagaimana saya harus berperilaku di depan orang tersebut. Untuk itu, mereka akan berusaha mengurangi ketidakpastian satu sama lain. Dalam situasi tersebut, mereka juga akan mencoba meningkatkan kemampuan mereka dalam memprediksi perilaku mitra komunikasi mereka masing-masing. Teori ini menjelaskan komunikasi awal antara orang-orang yang tidak saling mengenal. Untuk mengurangi ketidakpastian dan memperoleh pengetahuan tentang orang yang belum kita kenal, terdapat tiga strategi: 1. Strategi pasif. Yakni melihat orang lain dari jarak jauh, atau mengobservasi dia dalam berbagai situasi sosial. Berbagai informasi itu dikumpulkan tanpa interaksi dengan yang bersangkutan. 2. Strategi aktif. Yakni mencari informasi secara intensif tentang orang yang bersangkutan; bertanya kepada orang lain, dll. 3. Strategi interaktif, yakni melakukan interaksi face to face dengan orang yang bersangkutan. Kita berinteraksi langsung dengannya.
Teori ini memprediksikan, kita akan terdorong untuk mencari informasi mengenai seseorang, jika kita memandang bahwa orang itu dapat memberikan keuntungan, atau berpotensi merugikan kita, orang itu terkait dengan kepentingan kita.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 12
Teori Perbandingan Sosial Teori perbandingan sosial dari Leon Festinger ini berbicara tentang proses membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita dengan kelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai dari status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan sebagainya. Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. Di mana orang biasanya melakukan evaluasi diri, yaitu suatu cara untuk mengetahui diri kita sendiri (konsep diri). Selain itu kita juga ingin mengetahui bagaimana menilai diri kita (self esteem). Sebagai manusia, kita selalu ingin merasa baik, oleh sebab itu kita melakukan proses evaluasi diri (seperti pendapat, ide, hasil-hasil yang telah kita capai, konsep diri, dll) dengan membandingkan diri kita pada orang lain. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu peluang untuk melakukan perbandingan sosial. Ketika melakukan perbandingan sosial, kita cenderung untuk melakukan dengan orang yang setara. Artinya, jarang kita membandingkan diri dengan orang lain yang jauh di atas ukuran kita. Misalnya kita membandingkan keyakinan politik kita dengan orang yang memiliki keyakinan hampir sama, status sosial ekonomi kita dengan orang lain yang statusnya hampir sama, dan sebagainya. Jadi, perbandingan sosial bukanlah upaya untuk melakukan evaluasi diri secara obyektif. Meskipun demikian ini adalah cara yang sehat untuk menjaga kestabilan konsep diri dan self esteem, karena jika kita membandingkan diri dengan ukuran yang tidak setara maka risikonya adalah merosotnya self esteem dan meningkatnya gangguan psikologis. Sebagai catatan tambahan bahwa proses pengurangan ketidakpastian dan perbandingan sosial terbatas pada tahap “pengenalan/mulai mengenal”, yaitu tahap awal dalam komunikasi antarpribadi. Interaksi selanjutnya akan semakin mengurangi ketidakpastian dan memperjelas bagaimana harus berinteraksi, dan biasanya juga membawa kepada penemuan kesamaan. Setelah berhubungan selama beberapa waktu, proses pengurangan ketidakpastian dan perbandingan sosial menjadi tidak terlalu penting lagi. Misalnya, jika kita telah memupuk persahabatan dengan seseorang, biasanya kita tidak terlalu menganggap penting perbedaan-perbedaan yang terjadi antara kita dengan orang tadi.
C. Memahami Hubungan Antarpribadi Hubungan antarpribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan kita. Kita tergantung kepada orang lain dalam perasaan, pemahaman, informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri kita dan membantu kita dalam mengenali harapan-harapan orang lain. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hubungan antarpribadi membuat kehidupan menjadi lebih berarti. Sebaliknya, hubungan yang buruk bahkan dapat membawa efek negatif seperti stres hingga dapat menyebabkan kemungkinan terserang hipertensi. Secara umum orang memerlukan hubungan antarpribadi terutama untuk dua hal, yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan yang secara emosional intensif. Sementara ketergantungan mengacu pada instrumen perilaku antarpribadi, seperti membutuhkan bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari kedekatan. Selain itu, orang juga saling membutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup (survival). MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 13
Kompleksitas kehidupan masa kini semakin membuat kita saling tergantung satu dengan lainnya, dibanding masa-masa sebelumnya. Hasilnya adalah kita merasa perlu untuk saling berbagi dan bekerja sama. Teori-Teori Pengembangan Hubungan Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi komunikasi antarpribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi.
Teori Self Disclosure Dari semua komponen tindak komunikasi, yang paling penting adalah diri (self). Siapa anda dan bagaimana anda mempersepsikan diri sendiri dan orang lain akan mempengaruhi komunikasi anda dan tanggapan anda terhadap komunikasi orang lain. Self disclosure atau proses pengungkapan diri telah lama menjadi fokus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses pengungkapan informasi pribadi kita kepada orang lain dan sebaliknya. Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham. Dikenal juga dengan nama Johari Window.
1
2
DIRI TERBUKA (diketahui diri sendiri dan orang lain)
DIRI BUTA Tidak diketahui diri sendiri, tapi diketahui orang lain
3
4
DIRI TERSEMBUNYI / RAHASIA (diketahui diri sendiri tapi tidak diketahui orang lain
DIRI GELAP (tidak diketahui diri sendiri maupun orang lain)
Kesadaran diri merupakan landasan bagi semua bentuk dan fungsi komunikasi. Ini dapat dijelaskan dengan baik melalui Johary Window). Jendela ini dibagi menjadi empat daerah atau kuadran pokok, yang masing-masing berisi diri (self) yang berbeda. Daerah terbuka (open self), berisikan semua informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan dan sebagainya yang diketahui oleh diri sendiri dan oleh orang lain. Daerah buta (blind self), berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Komunikasi menuntut keterbukaan pihakpihak yang terlibat. Bila ada daerah buta, komunikasi menjadi sulit. Daerah tersembunyi (hidden self), mengandung semua hal yang anda ketahui tentang diri sendiri dan tentang orang lain tetapi anda simpan hanya untuk anda sendiri. Ini adalah daerah tempat anda merahasiakan segala sesuatu tentang diri sendiri dan tentang orang lain. Daerah tidak diketahui (unknown self), adalah bagian dari diri kita yang tidak diketahui baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain. Ini adalah informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 14
Idealnya, kuadran 1 yang mencerminkan keterbukaan akan semakin membesar/meningkat. Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing ke dalam kuadran “terbuka”. Kuadran 4 sulit untuk diketahui. Meskipun self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri ada batasnya. Artinya, perlu kita pertimbangkan kembali apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri kita kepada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi hubungan kita dengan orang tersebut.
Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory) Kita dapat menguraikan hubungan seperti, persahabatan, percintaan, kekeluargaan, dari segi keluasan dan kedalaman. Konsep ini sangat penting bagi teori penetrasi sosial yang dikembangkan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor (1973). Mereka mengemukakan suatu model perkembangan hubungan yang disebut social penetration atau penetrasi sosial, yaitu proses di mana orang saling mengenal satu dengan lainnya. Teori ini menegaskan bahwa ketika suatu hubungan tertentu antar orang menjadi berkembang, komunikasi bergeser dari yang asalnya dangkal (shallow) dan tidak intim, berubah meningkat menjadi lebih personal. Pada tahap awalnya suatu hubungan biasanya ditandai dengan kesempitan (narrowness) – topik yang dibahas hanya sedikit dan dangkal (shallowness). Topik yang didiskusikan hanya dibahas secara dangkal. Jika pada permulaan hubungan topik-topik dibahas secara mendalam biasanya anda akan merasakan ketidaknyamanan. Bila pengungkapan diri yang bersifat intim dilakukan pada tahap awal suatu hubungan, kita merasa ada yang janggal pada orang yang melakukannya. Bila hubungan berkembang ke tingkat yang akrab dan kuat, baik keluasan dan kedalaman meningkat, dan peningkatan ini dipandang nyaman, normal, dan alamiah. Singkatnya, penetrasi sosial merupakan proses yang bertahap, dimulai dari komunikasi basa basi yang tidak akrab dan terus berlangsung hingga menyangkut topik pembicaraan yang lebih pribadi/akrab, seiring dengan berkembangnya hubungan. Di sini orang akan membiarkan orang lain untuk lebih mengenal dirinya secara bertahap.
Teori Pertukaran Sosial (social exchange theory) Teori ini memang sudah cukup lama lahirnya, yakni tahun 1952, dikembangkan oleh Thibault dan Kelley. Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibaut dan Kelley, pemuka utama dari teori ini menyimpulkan teori ini sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”. Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini. Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain. Buat orang kaya mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang. Buat si miskin, hubungan interpersonal yang dapat mengatasi kesulitan ekonominya lebih memberikan ganjaran daripada hubungan yang menambah pengetahuan.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 15
Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun berubahubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat di dalamnya. Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba. Misalnya, Anda mempunyai kawan yang pelit dan bodoh. Anda banyak membantunya, tetapi hanya sekedar supaya persahabatan dengan dia tidak putus. Bantuan Anda (biaya) ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang Anda terima. Anda rugi. Menurut teori pertukaran sosial, hubungan anda dengan sahabat pelit itu mudah sekali retak dan digantikan dengan hubungan baru dengan orang lain. Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternatif hubungan lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu, seorang individu mengalami hubungan interpersonal yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun. Bila seorang gadis pernah berhubungan dengan kawan pria dalam hubungan yang bahagia, ia akan mengukur hubungan interpersonalnya dengan kawan pria lain berdasarkan pengalamannya dengan kawan pria terdahulu. Makin bahagia ia pada hubungan interpersonal sebelumnya, makin tinggi tingkat perbandingannya, berarti makin sukar ia memperoleh hubungan interpersonal yang memuaskan.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 16
BAB IV TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK Bab ini bertujuan agar: Mahasiswa mampu menjelaskan teori dan model komunikasi kelompok dengan benar
A. Definisi Komunikasi Kelompok Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan, atau pun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat di dalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindak komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam beragam konteks. Salah satunya adalah dalam konteks komunikasi kelompok (group communication). Kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian kita. Sejak kita lahir, kita telah bergabung dalam sebuah kelompok, itulah kelompok pertama sekaligus kelompok primer yang paling dekat, yaitu keluarga. Kemudian seiring dengan perjalanan waktu, dan sejalan dengan pertambahan usia dan intelektualitas, kita masuk dan terlibat dalam kelompokkelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama, tempat pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan ketertarikan kita. Ringkasnya, kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita, karena melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya. Dengan kata lain komunikasi kelompok sangatlah penting, salah satu alasan lainnya adalah semakin banyak karier yang membutuhkan ketrampilan kerja tim dan kerja kelompok. Komunikasi kelompok dibagi dua bentuk: 1. Komunikasi antar kelompok kecil (small Group Communication). Komunikasi antar seorang manajer yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi seorang manajer yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal. “Menurut Robert F. Bales” Sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lingkungan dalam satu pertemuan yang bersifat tatap muka di mana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan satu sama lailn. Keuntungan komunikasi dengan kelompok kecil: - Terdapat kontak pribadi - Umpan balik bersifat langsung. - Suasana lingkungan komunikasi dapat diketahui - Kelemahan komunikasi dengan kelompok kecil. - Frame or Reference komunikan tidak diketahui secara individual - Kondisi fisik dan mental komunikan tidak dipahami secara individual. 2. Komunikasi kelompok besar (Large Group Communication) Kelompok komunikan yang karena jumlahnya yang banyak, dalam situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberi tanggapan secara verbal, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan. Mengingat bahwa kesadaran tentang teori sangat penting bagi pengembangan bagi suatu penelitian, maka para ahli komunikasi kelompok berusaha mencari hipotesis dan mengalihkan perhatian mereka pada teori psikologi sosial tentang tingkah laku dalam kelompok kecil.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 17
Teori-teori psikologi sosial yaitu sejumlah teori tentang tingkah laku kelompok untuk menunjang usaha-usaha memahami gejala kelompok kecil. Komunikasi dalam kelompok (kelompok atau group communication) baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana untuk setiap orang mewujudkan harapan dan keinginanya berbagai informasi dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk mengungkapkan sarana untuk meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan lain-lain. Jadi, banyak manfaat yang dapat dipetik apabila terlibat dalam kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) seseorang. Michael Bingoon dan Michael Ruffner dalam bukunya “Human Communication and Revision of Approacting Speech/Communicatiion”, memberi batasan mengenai komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki; seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat, (The face to face interacting of three or more individuals for a recognized propose such as information sharing, self maintainance, or problem solving, such that the members are able to recall personal characteristics of the other members accurately). Ada 4 elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu: 1. Interaksi tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya. 2. Jumlah partisipan yang terlibat dalam komunikasi kelompok (interaksi) berkisar antara 3 sampai 20 orang; pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20 orang kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi dimana setiap kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya, karenanya kelompok. 3. Maksud dan tujuan; ayitu berbagi kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi informasi guna menanamkan pengetahuan (to impact knowledge) dan tujuan pemeliharaan diri (self maintenance) 4. Kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik personal anggota lainnya secara akurat. B. Karakteristik Komunikasi Kelompok Ada 2 karakteristik yang melekat pada suatu kelompok yaitu sebagai berikut: 1. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berprilaku satu dengan lainnya. Dalam sosiologi disebut hukum (law) atau aturan (rule) yaitu perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok. 2. Peran (role) adalah pola-pola prilaku dari setiap anggota kelompok ada dua fungsi peran, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan. C. Fungsi Komunikasi Kelompok Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup: a. Fungsi hubungan sosial bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya. b. Pendidikan bagaimana suatu kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. c. Persuasi seorang anggota kelompok berupaya mempersuasi anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 18
d. Kelompok mencerminkan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. e. Terapi kelompok yang memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya karena kelompok teapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi ini adalah membantu setiap individu mencapai perubahan persoalannya. (contoh kelompok terapi: kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotik, kelompok perokok berat dan lain-lain). D. Teori-Teori Komunikasi Kelompok Groupthink Theory Groupthink adalah sebuah istilah yang dipergunakan oleh seprang ahli psikologi sosial, Irving Janis (1972), yang akan terjadi apabila sebuah kelompok mengambil keputusan yang salah karena adanya tekanan kelompok yang mengakibatkan turunnya efisiensi mental, berkurangnya pengujian realita dan pertimbangan moral. Kelompokkelompok yang dipengaruhi oleh groupthink akan mengabaikan alternatif-alternatif lain dan cenderung mengambil tindakan irasional yang mendehumanisasi kelompokkelompok yang lain. Suatu kelompok sangat rentan terhadap groupthink terutama apabila para anggotanya memiliki latarbelakang yang seragam, apabila kelompok tersebut terisolasi dari opini-opini luar, dan apabila tidak ada aturan pengambilan keputusan yang jelas. Ciri-ciri atau Gejala Groupthink Apakah tanda-tanda yang menunjukkan bahwa loyalitas kelompok telah menyebabkan para anggota tergelincir ke dalam suatu mentalitas groupthink? Janis telah membuat daftar dari tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kemunculannya akan membuat kelompok menjadi menyimpang. Hal-hal tersebut antara lain: 1. Ilusi kekebalan: suatu optimisme yang berlebihan. Yaitu, suatu keyakinan bahwa kegagalan itu tak mungkin terjadi. Hal ini disebabkan karena menganggap kelompok mereka adalah kelompok khusus, atau kelompok terbaik yang brilian. Ilusi ini menyebabkan mereka mengabaikan informasi yang biasanya akan membangkitkan concern terhadap bahaya yang mungkin terjadi. Akhirnya mendorong kelompok tersebut untuk mengambil resiko yang ekstrim. 2. Rasionalisasi atas tindakan yang diputuskan. Yaitu, suatu mekanisme pertahanan yang memungkinkan kelompok tersebut mendistorsi arti informasi yang tak dikehendaki tanpa mengevaluasinya secara memadai. 3. Keyakinan atas superioritas moral kelompok. Yaitu, suatu anggapan bahwa kelompok sendiri sebagai agen-agen kebajikan, hanya kelompok merekalah yang benar. 4. Stereotipe atas kelompok-kelompok luar. Yaitu, suatu asumsi-asumsi sederhana yang bermakna negatif dan belum tentu kebenarannya mengenai orang-orang atau kelompok yang diluar kelompok mereka. 5. Tekanan-tekanan langsung pada anggota-anggota kelompok yang berbeda pendapat. Yaitu, para anggota kelompok yang berbeda pendapat akan dibujuk atau ditentang dalam rangka untuk tidak menentang pemikiran kelompok. 6. Sensor diri. Yaitu, berusaha menahan diri atas pendapat yang menentang pendapat mayoritas dalam kelompok. MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 19
7. Ilusi persetujuan dan kebulatan suara Hal ini mengakibatkan setiap anggota hanya dapat berdiam diri. 8. Munculnya pembela-pembela keputusan atas inisiatif sendiri untuk melindungi kelompok dan pemimpin kelompok dari pendapat yang merugikan dan informasi yang tidak diinginkan. Cara Mengatasi Groupthink Janis memberikan resep dalam rangka mengatasi groupthink, antara lain: 1. Pemimpin kelompok menangguhkan penilaian, mendorong munculnya berbagai kritik atas keputusan yang diusulkan. 2. Menugaskan satu atau dua orang anggota kelompok menjadi devil’s advocat untuk menantang pendapat mayoritas. 3. Harus diundang satu atau lebih ahli untuk menghadiri setiap pertemuan yang diragukan. Ahli yang berasal dari luar ini harus didorong untuk menantang pandangan dari para anggota. 4. Kelompok harus membuat keputusan secara bertahap bukan sekaligus.
Simbolic Convergence Theory (Teori Konvergensi Simbolik) Kemunculan Teori konvergensi simbolik diilhami dari hasil riset Robert Bales mengenai komunikasi yang berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil. Pada penelitian yang dilakukan tahun 1950-an tersebut Bales sebenarnya memfokuskan penyelidikannya pada perilaku anggota kelompok yang terkait dengan cara mereka mengakomodasi informasi yang diterima dan menggunakannya untuk membuat suatu keputusan dalam kelompok. Namun dalam proses tersebut Bales mewnemukan lkenyataan lain yang juga menarik minatnya yakni adanya kecenderungan anggotaanggota kelompok menjadi dramatis dan kemudian berbagi cerita ketika kelompok mengalami ketegangan. Menurut Bales, cerita-cerita tersebut yang diantaranya meliputi lelucon, kisah, ritual, perumpamaan atau permainan kata-kata ternyata memiliki fungsi yang penting dalam mengurangi ketegangan kelompok bahkan mampu meningkatkan kesolidan kelompok. Bales menyebut fenomena ini sebagai fantasy theme. Ernest Bormann kemudian meminjam gagasan tersebut untuk direplikasi kedalam tindakan retoris masyarakat dalam skala yang lebih luas dari sekedar proses komunikasi dalam kelompok kecil. Teori konvergensi simbolik dengan tokoh utamanya adalah Ernest Bormann, adalah teori umum yang mengupas tentang fenomena pertukaran pesan yang memunculkan kesadaran kelompok yang berimplikasi pada hadirnya makna, motif dan perasaan bersama. Artinya, teori ini berusaha menerangkan bagaimana orang-orang secara kolektif membangun kesadaran simbolik bersama melalui suatu proses pertukaran pesan. Kesadaran simbolik yang terbangun dalam proses tersebut kemudian menyediakan semacam makna, emosi, dan motif untuk bertindak bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat didalamnya. Sekumpulan individu ini dapat berasal dari kelompok orang yang telah saling mengenal dan berinteraksi dalam waktu yang relatif lama atau orang-orang yang tidak saling mengenal dan memiliki cara berbeda dalam menafsirkan lambang yang digunakan tapi mereka kemudian saling berkomunikasi sehingga terjadi konvergensi yang pada gilirannya menciptakan realitas simbolik bersama. Dengan demikian proses konvergensi dapat muncul bukan hanya dalam kelompok kecil yang relatif saling mengenal, tapi juga dapat terjadi dalam rapat akbar, atau saat seseorang mendengarkan ceramah atau ketika kita menikmati film dan iklan politik ditelevisi. MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 20
Gagasan pokok dari teori ini adalah bahwa: bertukar fantasi (tema fantasi): lelucon, analogi, ritual, atau sekedar permainan kata-kata, akan membawa pada pemusatan makna dan perasaan dari orang-orang yang terlibat. Tema fantasi (fantasy theme) ini ternyata memiliki fungsi yang penting dalam mengurangi ketegangan kelompok bahkan mampu meningkatkan kesolidan kelompok atau kelompok yang kohesif. Karena konsep fantasi menjadi kata kunci dalam teori ini maka Borman kemudian membuat metode untuk mengoperasionalkan teorinya dengan istilah Fantasy Theme Analysis (FTA) atau analisis tema fantasi.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 21
BAB V TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI Bab ini bertujuan agar: Mahasiswa mampu menjelaskan definisi organisas, dimensi organisasi, serta memahami komunikasi internal dan eksternal berikut teori yang mendukung dengan tepat A. Definisi Organisasi Organisasi merupakan satu kumpulan atau sistem individual yang melalui satu hierarki jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan (an organization is a collection, or system or individual who commonly, trough a hierarchy and division of labour, seek to achive a predetermined goal). Adler dan Rodman (1981) dalam buku Understanding Human Communication menguraikan masing-masing fungsi dari ketiga arus komunikasi dalam organisasi yaitu: 1. Downward Communication berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada yang bawahnya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: a. Pemberian (penyampaian) instruksi kerja (Job Instruktion) b. Penjelasan dan pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job instruction). c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (Procedures and practices) d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. 2. Upward Communication terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasan, yaitu: a. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan. b. Penyampaian infirasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan c. ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan. d. Penyampaian sasaran-sasaran perbaikan dari bawawan. e. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. 3. Horizontal Communication berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan dan setara, fungsi arus komunikasi horizontal ini adalah: a. Memperbaiki koordinasi tugas b. Upaya pemecahan masalah c. Saling berbagi infirasi d. Upaya memecahkan konflik e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama. B. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Dalam satu organisasi baik yang berorientasi komersial sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan 4 (empat) fungsi yaitu: 1. Fungsi informatif, dimana organisasi dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information/processing system) yaitu seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 22
2. Fungsi regulatif, berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. 3. Fungsi persuasi, yaitu dalam mengatur suatu organisasi kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. 4. Fungsi integrasif, yaitu setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik yaitu saluran komunikasi formal (penerbitan khusus, misalnya new letter, bulletin dsb); dan saluran komunikasi informal seperti perbincangan pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olah raga antar karyawan atau kegiatan darmawisata dan sebagainya. Pelaksanaan aktifitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. Secara umum ada dua jenis saluran yaitu saluran komunikasi lisan (oral communication) dan saluran komunikasi tertulis (written communication). Keuntungan komunikasi lisan antara lain kecepatannya (pesan dapat disampaikan dengan segera), munculnya umpan balik yang segera (instant feedback) dan memberikan kesempatan pada pengirim pesan untuk mengendalikan situasi (sender dapat melihat keadaan receiver pada saat berlangsungnya tindak komunikasi). Sedangkan komunikasi tertulis keuntungannya adalah bahwa ia bersifat permanent (pesan-pesan disampaikan tertulis), penyimpangan (distorsi) dapat dicegah. Sifatsifat komunikasi baik lisan maupun tertulis dapat dilihat dalam table di bawah ini: Komunikasi Lisan
Komunikasi Tertulis
Lebih personal/praktis Efektif untuk gagasan yang relative sederhana Memberikan umpan balik segera
Lebih formal (resmi) Efektif untuk gagasan yang relatif kompleks Memberikan umpan balik yang tertunda Ada catatan resmi Efektif dalam mencari respon yang tertunda
Off the record Efektif kalau mencari respon yang cepat dan emosional
Sumber : Rodald B Alder & George Rodman, “Understanding Human Communication”, Second Edition, Hal. 249
C. Dimensi-dimensi Komunikasi dalam Organisasi 1. Komunikasi internal Komunikasi internal didefinisikan oleh Brennan sebagai “Interchange of ideas among the administrator and its particular structur (organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm which get word done (operation and manjement)” (pertukaran atau jawaban yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan menejemen). Komunikasi internal dapat dibagi menjadi dua dimensi dan dua jenis:
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 23
a. Dimensi komunikasi internal 1. Komunikasi vertikal Komunikasi vertikal yaitu komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dari bawah ke atas (upward communication), adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan komunikasi bawahan kepada pimpinan secara timbal balik (two way traffic communication) . Komunikasi timbal balik ini sangat penting agar tercipta roda organisasi yang baik. 2. Komunikasi horizontal Komunikasi horizontal adalah komunikasi mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan dan sifat dari komunikasi ini lebih tidak formal. b. Jenis komunikasi internal 1. Komunikasi personal (personal communication) Komunikasi personal adalah komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan dua cara: a. Komunikasi tatap muka (face to face communication) b. Komunikasi bermedia (mediated communication) 2. Komunikasi kelompok (group communication) Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan kelompok orang dalam situasi tatap muka contohnya rapat, breafing, upacara bendera dan sebagainya. 2. Komunikasi Eksternal Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pimpinan dengan khalayak luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara timbal balik: a. Komunikasi Dari Organisasi Kepada Khalayak Luar Komunikasi dari organisasi kepada khalayak luar pada umumnya bersifat informative, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak memiliki keterlibatan, setidak-tidaknya ada hubungan batin. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak dapat melalui berbagai bentuk: majalah, radio, poster, dll. Pada jaman modern sekarang ini media massa memegang peranan penting dalam penyebaran informasi untuk melancarkan komunikasi eksternal. b. Komunikasi Dari Khalayak Kepada Organisasi Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Berdasarkan pembahasan di atas, teori-teori komunikasi organisasi bertrumpu pada eori komunikasi personal dan komunikasi kelompok.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 24
BAB VI TEORI KOMUNIKASI MASSA Bab ini bertujuan agar: Mahasiswa mampu menjelaskan teori dan model dasar komunikasi massa, menjelaskan teori dan model tentang pengaruh komunikasi massa terhadap individu dan masyarakat serta teori tentang audience dengan benar A. Pendahuluan Marshall McLuhan mengatakan bahwa kita sekarang hidup dalam suatu “desa global”. Pernyataan McLuhan ini mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang memungkinkan terjadinya suatu penaklukan teknologis yang unik terhadap ruang dan waktu, yang mengakibatkan jarak fisik dalam komunikasi antar manusia dapat diabaikan. Pentingnya komunikasi massa dalam kehidupan manusia modern dewasa ini, terutama dengan kemampuannya untuk menciptakan publik, menentukan issue, memberikan kesamaan kerangka pikir, dan menyusun perhatian publik, pada gilirannya telah mengundang berbagai sumbangan teoretis terhadap kajian tentang komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses di mana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses di mana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas. B. Teori-Teori Dasar Komunikasi Massa Teori-teori awal mengenai komunikasi massa lahir melalui berbagai penelitian yang didorong oleh perhatian terhadap pengaruh politik terhadap media surat kabar. Penelitian sejenis yang banyak dilakukan pada awal abad ini, dan kemudian juga penelitian mengenai dampak sosial dan moral dari radio dan film, terus berkembang hingga akhir Perang Dunia II. Berikut ini akan diuraikan sejumlah teori dasar yang cukup berpengaruh dan memberikan inspirasi terhadap perkembangan teori dan penelitian komunikasi massa berikutnya. a. Formula Lasswell Lasswell dengan ungkapannya yang terkenal : “Who Says What In Which Channel Ti Whom With What Effect” . Meskipun sangat sederhana atau terlalu menyederhanakan suatu fenomena komunikasi massa, telah membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur pada kajian terhadap komunikasi massa. Lasswell sendiri menggunakan formula ini untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Hal ini dapat disimak pada visualisasi berikut: b. Pendekatan Transmisional Teori-teori yang termasuk dalam pendekatan transmisional pada dasarnya menjelaskan suatu proses komunikasi dengan melihat komponen-komponen yang terkandung di dalamnya dan rangkaian aktivitas yang terjadi antara satu komponen dengan komponen lainnya.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 25
Teori tentang transmisi pesan ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli matematika, Claude Shannon dengan rekannya Warren Weaver. Teori ini mengadopsi proses telekomunikasi untuk diterapkan dalam konteks komunikasi manusia. c. Pendekatan Psikologi Sosial Pendekatan yang lebih memperhitungkan variabel lain dalam proses komunikasi massa dikemukakan oleh Mcleod dan Chaffee. Teori Ko-orientasi mereka menjelaskan adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kekuatan politik, publik, dan media massa dalam menanggapi suatu peristiwa tertentu. Bagan ini menggambarkan bahwa “elit” biasanya diartikan sebagai kekuatan politik yang ada dalam masyarakat. “Peristiwa” atau topik/issue adalah perbincangan/perdebatan mengenai suatu kejadian yang terjadi dalam masyarakat, di mana dari sini akan muncul berbagai informasi (seperti digambarkan dengan deretan x). “Publik” adalah kelompok/komunitas dalam masyarakat yang berkompeten dengan peristiwa yang diinformasikan dan sekaligus sebagai audience dari media. Sementara itu “media” mengacu pada unsur-unsur yang ada di dalam media, seperti wartawan, editor, reporter, dan sebagainya. Garis yang menghubungkan berbagai elemen tersebut memiliki sejumlah interpretasi. Dapat berupa hubungan, sikap, ataupun persepsi. Akhirnya Riley dan Riley mengemukakan teori yang lebih sosiologis dengan menyatakan bahwa dalam proses komunikasi massa, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh primary group, secondary group dan sistem sosial secara menyeluruh. C. Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Individu Studi tentang komunikasi massa pada umumnya membahas tentang efek. Efek atau pengaruh ini telah menjadi pusat perhatian bagi berbagai pihak dalam masyarakat yang melalui pesan-pesan yang hendak disampaikannya berusaha untuk menjangkau khalayak yang diinginkan. Oleh karenanya mereka akan berusaha untuk menemukan saluran yang paling efektif untuk dapat mempengaruhi khalayak. Dalam hal ini terdapat dua aliran yang banyak mewarnai teori-teori komunikasi massa berikutnya. Aliran pertama, beranggapan bahwa media massa memiliki efek yang langsung dapat mempengaruhi individu sebagai audience. Sementara aliran kedua, beranggapan bahwa proses pengaruh dari media massa tidak terjadi secara langsung, melainkan melalui perantaraan hubungan komunikasi antarpribadi. D. Teori-Teori Komunikasi Massa Aliran Pertama Stimulus-Respons Prinsip stimulus-respons pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah: 1). Pesan (stimulus); 2). Seorang penerima/receiver (organism); dan 3). Efek (respons). Prinsip Stimulus-Respons mengasumsikan bahwa pesan dipersiapkan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat tersedia bagi sejumlah besar individu, dan bukannya ditujukan pada orang per orang. Penggunaan teknologi untuk reproduksi dan distribusi diharapkan dapat memaksimalkan jumlah penerimaan dan respons oleh audience.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 26
Dalam hal ini tidak diperhitungkan kemungkinan adanya intervensi dari struktur sosial atau kelompok dan seolah-olah terdapat kontak langsung antara media dan individu. Konsekuensinya, seluruh individu yang menerima pesan dianggap sama/seimbang. Jadi hanya agregasi jumlah yang dikenal, seperti konsumen, suporter, dan sebagainya. Selain itu diasumsikan pula bahwa terpaan pesan-pesan media, dalam tingkat tertentu, akan menghasilkan efek. Jadi kontak dengan media cenderung diartikan dengan adanya pengaruh tertentu dari media, sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan media tidak akan terpengaruh. Model Jarum Hipodermik (Hypodermic Needle Model) dari Elihu Katz. Prinsip stimulus-respons telah memberikan inspirasi pada teori jarum hipodermik. Suatu teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Model ini pada hakekatnya adalah model komunikasi searah, berdasarkan anggapan bahwa mass media memiliki pengaruh langsung, segera dan sangat menentukan terhadap audience. Mass media merupakan gambaran dari jarum raksasa yang menyuntik audience yang pasif. Teori komunikasi satu langkah Teori ini berpendapat bahwa pengaruh media bersifat langsung dan segera. Anda membaca suratkabar, misalnya, dan diyakinkan oleh apa yang anda baca. Sebagai akibatnya, anda mengubah pemikiran dan perilaku anda sesuai dengan apa yang disuntikkan media. Pesan merasuk hanya dalam satu langkah – dari media ke pembaca. Suatu kelemahan utama teori satu langkah ini adalah pengabaiannya akan interaksi antarpribadi. Sebelum kita menyerap opini atau mengubah sikap, kita mencari dukungan dan konfirmasi dari orang lain. Diabaikannya pengaruh antarpribadi ini menyebabkan para periset memodifikasi teori satu tahap menjadi teori komunikasi dua tahap. E. Teori-Teori Komunikasi Massa Aliran Kedua Two step flow theory (teori komunikasi dua tahap) dari Katz dan Lazarsfeld Teori ini berawal dari hasil penelitian yang dilakukan Paul Lazarsfeld dan kawankawannya mengenai efek media massa dalam suatu kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1940. Studi tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulusrespons bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukkan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah, dan asumsi stimulus-respons tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan pembentukan pendapat umum. Para periset menemukan bahwa orang lebih dipengaruhi oleh orang lain daripada oleh media massa (terutama suratkabar dan radio). Dalam analisisnya terhadap hasil penelitian tersebut, Lazarsfeld kemudian mengajukan gagasan mengenai “komunikasi dua tahap”, dengan konsep utamanya “pemuka pendapat”. Teori ini berasumsi bahwa media tidak membuat orang langsung terpengaruh oleh muatan informasi yang dibawahnya. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa proses pengaruh yang biasanya diartikan sebagai perubahan sikap dan perilaku terjadi justeru melalui perantaraan orang-orang yang dikenal dengan sebutan pemuka pendapat (opinion leader). Dalam hal ini proses yang terjadi adalah pemuka pendapat memperoleh informasi dari media, dan kemudian dapat menyebarluaskannya kepada orang-orang lain di sekitarnya. Pemuka pendapat ini pula yang berperan dalam merekomendasikan dan mengkonfirmasi perubahan sikap dan perilaku masyarakat di sekitarnya.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 27
Teori Difusi Inovasi (Roger dan Shoemaker) Teori ini berkaitan dengan komunikasi massa karena dalam berbagai situasi di mana efektivitas potensi perubahan yang berawal dari penelitian ilmiah dan kebijakan publik, harus diterapkan oleh masyarakat yang pada dasarnya berada di luar jangkauan langsung pusatpusat inovasi atau kebijakan publik. Dalam pelaksanaannya, sasaran dari upaya difusi inovasi umumnya petani dan anggota masyarakat pedesaan. Dengan memanfaatkan kekuatan media massa sampai pada taraf tertentu, proses komunikasi juga melibatkan jaringan antarpribadi yang akan memperkuat tingkat adopsi seseorang atas sesuatu inovasi. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa paling sedikit ada 4 langkah dalam proses difusi inovasi, yaitu: a. Pengetahuan: individu dihadapkan pada kesadaran akan adanya inovasi dan memperoleh pemahaman tentang bagaimana inovasi itu berfungsi. b. Persuasi: individu-individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. c. Keputusan: individu melibatkan diri pada aktivitas yang mengarah pada pilihan untuk menerima atau menolak inovasi. d. Konfirmasi: individu mencari penguatan (dukungan) terhadap keputusan yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin saja berbalik keputusan jika ia memperoleh isi pernyataan tentang inovasi yang bertentangan. Periset dalam bidang difusi inovasi membedakan lima tipe adopter: 1. Inovator, orang yang pertama-tama mengadopsi inovasi, belum tentu adalah pencetus gagasan baru ini, tetapi merekalah yang memperkenalkannya secara cukup luas. 2. Adopter awal, adalah orang yang membawa pengaruh atau melegitimasi gagasan dan membuatnya diterima oleh masyarakat pada umumnya. 3. Mayoritas awal, mengikuti pembawa pengaruh dan melegitimasi lebih jauh inovasi ini. 4. Mayoritas akhir, mengadopsi inovasi agak belakangan. 5. Laggards atau kelompok yang tertinggal, merupakan kelompok terakhir yang mengadopsi inovasi, mungkin mengikuti jejak orang-orang dari tiga kelompok terdahulu. F. Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Masyarakat dan Budaya Selain memiliki efek terhadap individu, media massa juga menghasilkan efek terhadap masyarakat dan budayanya. Efek dalam pengertian ini umumnya mengacu pada suatu efek jangka panjang yang tidak langsung. Teori Agenda Setting (Shaw dan McCombs) Dari beberapa asumsi mengenai efek komunikasi massa, satu yang bertahan dan berkembang dewasa ini menganggap bahwa media massa dengan memberikan perhatian pada issue tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Bila anda menyusun agenda, anda mendaftarkan hal-hal yang harus anda lakukan. Dengan cara yang serupa, media mengatur agenda kita dengan memusatkan perhatian pada tokoh atau peristiwa tertentu. Teori Agenda setting menjelaskan kemampuan media untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. ”Media mengatakan kepada kita apa yang penting dan apa yang tidak. Artinya media dengan menyusun prioritas topik akan mempengaruhi perhatian audience terhadap topik mana yang dianggap lebih MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 28
penting dari topik lainnya. Dengan kata lain, dengan menyusun agenda pemberitaannya media akan mempengaruhi agenda audiencenya meskipun hanya sampai pada tataran kognitif. Asumsi agenda setting ini memiliki kelebihan karena mudah dipahami dan relatif mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai topik yang di muat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media. Perkiraan ini dapat diuji dengan membandingkan hasil dari analisis isi media secara kuantitatif dengan perubahan dalam pendapat yang diukur melalui survey pada dua atau lebih waktu yang berbeda. McCombs dan Shaw (1976) memakai masalah Watergate sebagai ilustrasi fungsi agenda setting. Sebenarnya tidak ada hal yang baru dalam pengungkapan kasus korupsi politik, tetapi pemuatan yang intensif oleh pers setelah peristiwa Watergate telah membuat isyu itu menjadi ”topic of the year”. Spiral of Silence (Spiral keheningan) Teori Spiral of Silence atau spiral keheningan berkaitan dengan pertanyaan mengenai bagaimana opini terbentuk. Dikemukakan pertama kali oleh Profesor Elisabeth Noelle – Neumann (1974) seorang sosiolog Jerman, pada tahun 1974, menyatakan dalam modelnya ini bahwa jawaban untuk masalah ini terletak pada hubungan antara komunikasi massa, komunikasi interpersonal dan persepsi individu tentang opininya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain dalam masyarakat. Model ini berdasarkan pada pemikiran awal tentang psikologi sosial, yang menyatakan bahwa opini seseorang sebagian besarnya bergantung pada apa yang dipikirkan orang lain dan terlebih-lebih lagi pada apa yang orang anggap sebagai opini orang lain. Ide terpenting yang mendasari model ini adalah bahwa sebagian besar individu mencoba menghindari isolasi, dalam pengertian sendirian mempunyai kepercayaan atau sikap tertentu. Karenanya seseorang memperhatikan lingkungannya dalam rangka mempelajari pandanganpandangan mana yang semakin kuat dan yang mana yang semakin tidak populer. Jika seseorang yakin bahwa pandangannya termasuk dalam kategori yang terakhir, ia akan cenderung tidak ingin menyatakannya karena takut terisolasi. Dengan demikian, pendapat yang dominan akan menjadi semakin kuat. Persepsi individu tentu saja bukan satu-satunya kekuatan dalam model ini. Kekuatan lainnya adalah media massa. Kekuatan lain yang ikut dalam proses ini adalah tingkatan dukungan orang-orang dalam satu lingkungan. Pada saat seseorang bersikap diam, orang lain akan demikian pula, dan dengan demikian media massa dan kurangnya dukungan terhadap pandangan seseorang dalam komunikasi interpersonal akan menimbulkan spiral tadi. Dalam beberapa kondisi, media massa nampaknya menggabungkan persepsi opini yang dominan dan dengan demikian mempengaruhi individu. Pendekatan Uses and Gratification Penelitian mengenai efek komunikasi massa adalah tentang apa yang dilakukan media terhadap orang/audience atau agenda setting maka pada pendekatan uses and gratification adalah mengenai apa yang dilakukan orang terhadap media. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratification) atas kebutuhan seseorang. Pendekatan uses and gratification memberikan suatu cara alternative untuk memandang pada hubungan antara isi media dan audience dan pengkategorian isi media menurut fungsinya sesuai dengan tingkat selera yang berbeda. Menurut para pendirinya Elihu Kats, Yay G Blumber dan Michael Gurevith, logika yang mendasari penelitian mengenai media uses and gratification adalah sebagai berikut: MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 29
1) Kondisi sosial psikologis seseorang akan menyebarkan adanya: 2) Kebutuhan yang menciptakan; 3) Harapan-harapan terhadap; 4) Media massa atau sumber lain yang membawa kepada; 5) Perbedaan pola penggunaan media yang akhirnya akan menghasilkan; 6) Pemenuhan kebutuhan.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 30
BAB VII TEORI KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL Bab ini bertujuan agar mahasiswa mampu: Menguraikan dengan terperinci karakteristik komunikasi verbal dan non verbal. Menjelaskan pendekatan teoritis tentang komunikasi verbal dan non verbal dengan benar. A. Pemahaman Umum Komunikasi Verbal & Nonverbal Dalam setiap peristiwa komunikasi, penggunaan lambang-lambang verbal dan non verbal tidak dapat saling dipisahkan (memiliki sifat holistik). Artinya, keduanya saling membutuhkan guna tercapainya komunikasi yang efektif, dalam penciptaan suatu makna yang komunikatif. Pada dasarnya, pesan nonverbal berfungsi dengan satu dari tiga cara ini: menggantikan, menguatkan, atau menentang pesan verbal. Sebuah pesan nonverbal yang menggantikan pesan verbal sering mudah ditafsirkan. Misalnya, “Tidak” digantikan dengan menggelengkan kepala. Bila sebuah pesan nonverbal menguatkan pesan verbal, makna yang dihasilkannya cepat dan mudah, dan meningkatkan pemahaman. Kadang-kadang suatu isyarat tunggal seperti gerakan tangan atau tertegun beberapa saat, memberi penekanan khusus kepada satu bagian pesan sehingga kita mampu untuk melihat apa yang paling dipentingkan oleh pembicara. Isyarat nonverbal biasanya lebih berpengaruh daripada pesan verbal.Umumnya, bila kita sebagai penerima menangkap dua pesan yang tidak sesuai, kita lebih condong mempercayai pesan nonverbal. Menurut Sendjaja (1994:227) Setidaknya ada tiga ciri utama menyangkut komunikasi verbal dan nonverbal: a. Lambang-lambang non verbal digunakan paling awal sejak kita lahir ke dunia, menyusul penggunaan bahasa verbal seiring pertumbuhan pengetahuan dan kedewasaan kita. b. Komunikasi verbal kurang universal dibandingkan dengan komunikasi non verbal, sebab bila kita bepergian ke luar negeri dan tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh masyarakat di negara tersebut, kita bisa menggunakan isyarat-isyarat nonverbal dengan orang asing yang kita temui. c. Komunikasi verbal merupakan aktivitas yang lebih intelektual dibanding dengan bahasa nonverbal yang lebih merupakan aktivitas emosional. Artinya, bahwa kdengan bahasa verbal lebih mengkomunikasikan gagasan dan konsep-konsep yang abstrak, sementara komunikasi non verbal lebih berhubungan dengan kepribadian, perasaan dan emosi yang kita miliki.
B. Definisi Komunikasi verbal Komunikasi verbal dapat didefinisikan sebagai “suatu bentuk komunikasi dengan menggunakan kata-kata, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan”. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi verbal adalah identik dengan bahasa atau dengan kata lain suatu proses komunikasi dengan menggunakan bahasa.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 31
Komunikasi nonverbal: Secara sederhana, komunikasi nonverbal dapat didefinisikan sebagai: Non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata, sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai “komunikasi tanpa kata-kata”. Tetapi definisi ini bisa dikatakan merupakan suatu bentuk penyederhanaan yang berlebihan (oversimplification). Dikatakan demikian karena kata yang berbentuk tulisan tetap dianggap “verbal” meskipun tidak memiliki unsur suara. Senada dengan itu Adler dan Rodman (Sendjaja, 1994:227) membedakan antara vocal communication yaitu tindak komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal communication yaitu tindak komunikasi yang menggunakan kata-kata. Dengan demikian maka definisi kerja dari komunikasi non verbal adalah: “Pesan lisan dan bukan lisan yang dinyatakan melalui alat lain di luar alat kebahasaan (oral and nonoral message expressed by other than linguistic means)”. Untuk memahami dengan lebih jelas, kita dapat melihat tabel mengenai tipe-tipe komunikasi berikut ini: Komunikasi verbal yang termasuk dalam komunikasi vokal adalah bahasa lisan, sedang yang tergolong dalam komunikasi non vokal adalah bahasa tertulis. Sementara komunikasi nonverbal yang termasuk dalam komunikasi vokal adalah nada suara, desah, jeritan, kualitas vokal. Dan yang termasuk dalam klasifikasi komunikasi nonvokal adalah isyarat, gerakan tubuh, penampilan fisik, ekspresi wajah dan sebagainya. C. Perbedaan Antara Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Komunikasi verbal dan nonverbal secara umum adalah dua jenis komunikasi yang tidak terpisahkan. Keduanya bekerja secara bersamaan dalam menciptakan makna. Tetapi keduanya juga memiliki beberapa perbedaan yang akan dijelaskan berikut ini: a. Kesengajaan (intentionality) Satu perbedaan utama antar komunikasi verbal dan nonverbal adalah persepsi mengenai niat (intent). Pada umumnya komunikasi verbal dikirimkan oleh sumber dengan sengaja. Sedangkan dalam komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat tersebut. b. Perbedaan-perbedaan simbolik (Symbolic Differences) Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk komunikasi yang diantarai. Dalam arti kita mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan pada suatu pilihan kata. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih alami, ia beroperasi sebagai norma dan perilaku yang didasarkan pada norma. Singkatnya komunikasi verbal lebih eksplisit dibanding komunikasi nonverbal yang lebih implisit. c. Mekanisme Pemrosesan Perbedaan lainnya adalah berkaitan dengan pemrosesan informasi. Pesan-pesan verbal lebih terstruktur ketimbang pean-pesan nonverbal. D. Beberapa Teori 1. Hipotesis Sapir-Whorf: Dunia yang kita ketahui terutama ditentukan oleh bahasa dalam budaya kita. Bahasa tidak sekedar deskriptif, yakni sebagai sarana untuk melukiskan suatu fenomena atau lingkungan, tetapi juga dapat mempengaruhi cara kita melihat lingkungan kita. Implikasi penting dari hipotesis ini adalah bahwa jika suatu komunitas budaya menggunakan lebih banyak kosa kata untuk suatu hal atau suatu aktivitas, maka hal atau aktivitas tersebut adalah penting dalam komunitas budaya tersebut.
Contoh, masyarakat di Kepulauan Solomon mempunyai variasi nama untuk menyebut kelapa, karena kelapa dianggap penting oleh penduduk tersebut. MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 32
2. Teori Fungsional Tentang Bahasa (General Semantics) Teori General Semantics oleh Alfred Korzybski yang menyebutkan bahwa “ketika kita berkomunikasi, seperti telah kita ketahui kita menerjemahkan gagasan dalam bentuk yang lazim disebut penyandian (encoding) dengan menggunakan bahasa.” Hanya dengan memfokuskan pada makna dari kata (dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku), general semantics menganggap bahwa bahasa harus dapat lebih merefleksikan dunia di mana kita hidup. Asumsi yang mendasari pemikiran general semantics adalah bahwa “the word is not the thing”. Kata dianggap sebagai abstraksi dari realitas. Oleh karenanya general semantics memandang bahwa kata harus sedekat mungkin dengan realitas yang direfleksikannya. Untuk itu melalui berbagai konstruknya, pendekatan ini berupaya untuk untuk mengubah sifat bahasa, agar lebih mampu merefleksikan objek, benda, atau hal yang dideskripsikannya. Meskipun demikian mereka menyadari bahwa ini suatu hal yang sulit, karena bahasa seringkali tidak lengkap mewakili kenyataan; kata-kata hanya menangkap sebagian saja aspek kenyataan. Hal ini terjadi karena kemampuan bahasa sangat terbatas untuk mengungkapkan kenyataan, kita sering menyalahgunakan bahasa.
3. Konstruktivisme: Perspektif Pesan dalam Bahasa Jesse G. Delia dan Ruth Anne Clark mengemukakan suatu teori yang dikenal sebagai Konstruktivisme. Teori ini menaruh perhatian pada proses berpikir yang terjadi sebelum pesan dikemukakan dalam suatu tindak komunikasi. Mereka menyebut proses berpikir ini sebagai “kognisi sosial”. Analisis mereka telah membawa kepada usaha untuk memahami bagaimana orang menyusun dan mengubah suatu kesan pada orang lain, dan bagaimana kesan digunakan untuk menyusun strategi pesan serta bagaimana orang merasionalisasikan strategi tersebut. Komunikasi Nonverbal Pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar danRichard E. Porker komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsasangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja dan juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Mayoritas isyarat nonverbal tidak juga universal, melainkan terikat oleh budaya. Jadi dipelajari, bukan bawaan. Paul Ekman menyebutkan 5 fungsi pesan nonverbal yang dapat dilakukan dengan perilaku mata, antara lain: 1. Emblem (kedipan mata) 2. Ilustrator (pandangan mata ke bawah) 3. Regulator (memalingkan mata) 4. Penyesuai (kedipan mata yang cepat) 5. Affect Display (pembesaran manik mata/pupil) Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsifungsi sebagai berikut: 1. Dapat mengulangi perilaku verbal. 2. Mempengaruhi, menekankan atau melengkapi perilaku verbal 3. Dapat menggantikan perilaku verbal. 4. Dapat meregulasi perilaku verbal. 5. Dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 33
Klasifikasi pesan nonverbal: 1. Bahasa tubuh, meliputi: a. Isyarat tangan b. Gerakan tubuh dan posisi kaki c. Postur tubuh dan posisi kaki d. Eksprsi wajah dan tatapan mata 2. Sentuhan (haptics), meliputi: a. Fungsional-profesional (bersifat dingin) b. Sosial-sopan c. Persahabatan-kehangatan d. Cinta-keintiman e. Rangsangan seksual 3. Parabahasa, yaitu merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami. 4. Penampilan fisik a. Busana b. Karakteristik fisik 5. Bau-bauan Teori-teori komunikasi Nonverbal Teori Bird Whistell berpendapat bahwa lebih dari 700.000 sinyal fisik dapat disampaikan melalui gerakan tubuh terutama melalui ekspresi wajah. Teori Jepitan Ganta oleh Gregory Bateston yang menyatakan bahwa akan terjadi banyak kesulitan kita dalam menafsirkan makna muncul bila kita menerima pesan nonverbal yang berlawanan dengan pesan verbal.
MHM-TKIK-FSH-UBD
Page 34