15
METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006). Penelitian dilakukan di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wreda (RPSTW) Sukma Raharja dan Panti Wreda (PW) Salam Sejahtera. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2011. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling berdasarkan pertimbangan bahwa RPSTW Sukma Raharja merupakan satu-satunya panti yang dikelola Pemda Kota Bogor, sedangkan PW Salam Sejahtera yang dikelola pihak swasta dipilih dengan pertimbangan jumlah lansia yang dirawat relatif lebih banyak dibandingkan dengan panti-panti swasta lainnya. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Keseluruhan lansia di RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera masing-masing berjumlah 60 dan 62 orang. Penentuan jumlah contoh dilakukan dengan cara proporsional stratified random sampling. Jumlah contoh diperoleh dengan menentukan jumlah contoh minimal terlebih dahulu, yaitu 30 untuk masing-masing panti. Perhitungan jumlah contoh dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perhitungan jumlah contoh Panti RPSTW Sukma Raharja PW Salam Sejahtera Total
Jumlah lansia P L 59 1 31 31
Total
Ukuran Contoh
60 62 122
60/122 x 60 = 30 62/122 x 60 = 31 61
Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah contoh 61 orang dengan masing-masing 30 lansia dari RPSTW Sukma Raharja dan 31 lansia PW Salam Sejahtera. Penentuan lansia yang menjadi contoh penelitian ialah dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : 1. Tidak pikun 2. Masih bisa berkomunikasi dengan baik 3. Bersedia diwawancarai dan dilakukan penimbangan terhadap makanan yang dikonsumsi. Jenis dan Cara Pengambilan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapun data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik
15
16 lansia (nama, umur, jenis kelamin, dan pendidikan), konsumsi pangan dan cairan, aktivitas fisik, status gizi, dan data kejadian konstipasi contoh. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi jumlah lansia yang berada di Panti, menu yang diberikan dari pihak panti, dan gambaran umum panti. Jenis dan cara pengumpulan data primer dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data No 1
Variabel Karakteristik Contoh
Data Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
2
Data asupan
Konsumsi makanan dan minuman
3
Aktivitas Fisik
4
Status Gizi
Jenis dan alokasi waktu untuk aktivitas fisik dan olah raga Berat badan dan tinggi badan
5
Kejadian Konstipasi Lokasi penelitian
6
Gejala-gejala konstipasi Gambaran umum Panti
Cara Pengumpulan Data Wawancara menggunakan kuesioner. Penimbangan makanan (food weighing) yang disediakan panti dan recall makanan jajanan selama 2 hari berturut-turut, dengan mencatat jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi mulai dari bangun tidur sampai mau tidur malam. Wawancara menggunakan kuesioner dan recall 2x 24 jam. Pengukuran langsung menggunakan timbangan bath room merk Camry dengan ketelitian 0,1 kg dan kapasitas 120 kg. Pengukuran tinggi badan menggunakan Microtoise merk Design dengan ketelitian 0,1 cm dan kapasitas 200 cm. Wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data profil panti
Data konsumsi makanan dari kedua panti diperoleh dengan cara yang berbeda. Pada RPSTW Sukma Raharja, konsumsi nasi dan sayuran lansia per kali makan diperoleh dengan menanyakan dan mengamati langsung banyaknya nasi yang diambil dan dihabiskan lansia. Berat atau jumlah pangan yang diambil diketahui dengan terlebih dahulu menimbang berat pangan yang diambil setiap per satuan alat (sendok sayur) yang dipakai oleh pihak panti saat memberikan makanan kepada penghuni panti. Hal tersebut karena petugas dapur RPSTW Sukma Raharja membagikan makanan secara prasmanan dan tidak disediakan tempat/wadah khusus. Lansia membawa piring/mangkuk milik sendiri sebagai tempat/wadah makanan mereka, sehingga porsi yang diterima penghuni panti cenderung berbeda, sedangkan makanan yang berupa potongan seperti pangan hewani dan nabati dilakukan penimbangan dengan cara mengambil 3 potong dari
17 jenis pangan yang sama dan dianggap dapat mewakili porsi yang diberikan terhadap semua penghuni panti. Pada PW Salam Sejahtera, total konsumsi nasi lansia per kali makan diperoleh dengan menanyakan dan mengamati langsung banyaknya nasi yang diambil dan dihabiskan lansia. Penimbangan dilakukan untuk lauk pauk dan sayuran, yaitu dengan cara mengambil 3 potong dari jenis pangan yang sama dan dianggap dapat mewakili porsi yang diberikan terhadap semua penghuni panti. Recall 2x24 jam dilakukan pada kedua panti untuk makanan yang dikonsumsi lansia contoh diluar dari yang diberikan oleh pengelola panti, serta makanan yang dikonsumsi penghuni panti pada saat malam hari, karena peneliti hanya melakukan penelitian dari pagi hingga sore. Data konsumsi dan aktivitas fisik juga diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap masing-masing lansia contoh. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi bias dari lansia contoh yang telah mengalami penurunan daya ingat. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, tabulasi dan analisis data. Pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excel dan Software Statistik. Data karakteristik. Data karakteristik contoh yang meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan, data asupan /asupan makanan dan minuman, data aktivitas fisik, dan data status gizi. Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Data umur contoh yang diperoleh dikelompokkan menjadi tiga kelompok menurut WHO (1997) yaitu lanjut usia (elderly): 60-74 tahun, usia tua (old): 75-90 tahun, dan sangat tua (very old): >90 tahun. Data tingkat pendidikan contoh diolah dengan mengelompokkannya menjadi enam kategori yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, tamat Perguruan Tinggi/D3. Data konsumsi. Data konsumsi yang diperoleh dikonversi dalam satuan gram kemudian dihitung kandungan energi, protein, karbohidrat, lemak, dan serat dengan menggunakan program nutrisurvey kemudian hasil akhirnya diperoleh rata-rata untuk 2 hari. Asupan energi dan protein. Angka kecukupan gizi contoh dihitung berdasarkan status gizi contoh. Apabila status gizi normal maka menggunakan Angka Kecukupan Gizi (2004) yang telah dikoreksi dengan berat badan aktual
18 contoh sehingga didapatkan angka kecukupan energi dan protein koreksi. Status gizi kurang tingkat berat dan lebih tingkat berat menggunakan berat badan ideal dalam menghitung angka kecukupan zat gizi contoh. Rumus yang digunakan dalam mengkoreksi angka kecukupan zat gizi adalah sebagai berikut (Hardinsyah & Tambunan 2004): AKG Koreksi=
berat badan aktual (kg) x AKG berat badan standar dalam daftar AKG
Angka kecukupan gizi kemudian digunakan untuk menghitung tingkat kecukupan zat gizi. Tingkat kecukupan zat gizi contoh diperoleh dengan menggunakan rumus (Hardinsyah & Tambunan 2004): Tingkat kecukupan zat gizi =
asupan zat gizi aktual x 100% angka kecukupan gizi
Penggolongan tingkat kecukupan dilakukan berdasarkan Depkes (1996) dalam Supariasa (2002) yaitu defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG), dan kelebihan (≥120% AKG). Asupan serat. Data asupan serat contoh dibandingkan dengan kebutuhan serat orang dewasa dan dilakukan penggolongan tingkat konsumsi serat berdasarkan anjuran asupan serat per hari yaitu 20-30 g dengan kategori kurang (< 20 g), cukup (20-30 g), dan lebih (> 30 g) (Muchtadi 2009). Asupan cairan. Data asupan cairan dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan sumbernya, yaitu air yang berasal dari makanan, minuman, dan air metabolik. Asupan air dari makanan dihitung berdasarkan kandungan air dari rata-rata konsumsi pangan selama 2 hari. Kandungan air pangan diperoleh dari Tabel Komposisi Pangan Indonesia dalam Mahmud et al (2009) dengan rumus: Kgij= {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan: Kgij
= Kandungan zat-zat gizi-i dalam bahan makanan-j
Bj
= Berat makanan-j yang dikonsumsi (g)
Gij
= Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j
BDDj = Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan Air metabolik merupakan air hasil metabolisme zat gizi pangan (karbohidrat, protein, lemak). Jumlah air yang dihasilkan dari proses metabolisme zat gizi dapat dilihat pada Tabel 4. Asupan cairan dihitung dari rata-rata konsumsi cairan dalam 2 hari penelitian baik dari makanan, minuman, maupun
19 air metabolik dibandingkan dengan kebutuhan cairan perhari dikali 100%. Kebutuhan cairan lansia dihitung dengan rumus 30ml/kg BB (untuk lansia dengan status gizi kurang/kurus 100ml/10 kg pertama, 30 ml/10 kg kedua, dan 15 ml/kg sisanya) (WHO 2002). Kemudian
dilakukan penggolongan tingkat
konsumsi cairan yang dianalogikan sama dengan pemenuhan zat gizi, yaitu kurang minum (<90%), cukup minum (90-110%), dan minum berlebih (>110%) (Depkes 2005). Tabel 4 Air metabolik Zat Gizi Karbohidrat Protein Lemak
Air Hasil Metabolisme (ml/100 g zat gizi) 55 41 107
Sumber : Muchtadi et al (1993)
Aktivitas fisik. Data aktivitas fisik didapatkan dengan metode recall 2x24 jam dan pengeluaran energi aktivitas fisik dihitung berdasarkan jenis kegiatan dengan menggunakan faktor kelipatan dan EMB untuk tiap jenis kegiatan. Menurut FAO/WHO/UNU (2001) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dlam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut: PAL=
∑(PAR ×alokasi waktu tiap aktivitas) 24 jam
Keterangan: PAL = Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik) PAR= Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu) Tingkat aktivitas fisik kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu ringan (1,40≤ PAL≤1,69), sedang (1,70≤PAL≤1,99), dan berat (2,00≤PAL≤2,39) (FAO/WHO/UNU 2001). Jenis aktivitas fisik yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada FAO/WHO/UNU (2001) dengan nilai PAR yang berbeda dalam setiap jenis kegiatan kkal per menitnya antara laki-laki dan perempuan. Nilai PAR yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Keseimbangan energi diperoleh dengan menghitung selisih antara energi yang didapat dari konsumsi pangan (asupan energi) dan pengeluaran energi dari aktivitas fisik, masing-masing dalam satuan kalori. Keseimbangan energi dikatakan positif apabila asupan energi lebih besar dari pengeluaran energi, dan dikatakan negatif bila asupan energi lebih kecil dari pengeluaran energi.
20 Perhitungan pengeluaran energi aktivitas fisik dapat dilihat dengan rumus sebagai berikut: Pengeluaran Energi = PAL x EMB Keterangan: PAL = Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik) EMB = Energi Metabolisme Basal Penentuan nilai EMB didasarkan pada umur dan BB disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Rumus FAO/WHO/UNU untuk menentukan EMB Kelompok Umur 0–3 3 – 10 10 – 18 18 – 30 30 – 60 ≥ 60 Sumber: Almatsier S (2004)
EMB (kkal/hari) Laki-laki Perempuan 60,9 BB - 54 61,0 BB – 51 22,7 BB + 495 22,5 BB + 499 17,5 BB + 651 12,2 BB + 746 15,3 BB + 679 14,7 BB + 496 11,6 BB + 879 8,7 BB + 829 13,5 BB + 487 10,5 BB + 596
Status gizi. Status gizi contoh diukur berdasarkan indeks massa tubuh yang terdiri dari 5 kategori menurut Depkes (1994) dalam Supariasa et al (2002) yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kategori status gizi berdasarkan IMT Kurus Normal Gemuk
Kategori Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat
IMT : < 17,0 kg/m2 : 17,0 – 18,49 kg/m2 : 18,5 – 24,9 kg/m2 : 25,0 – 27,0 kg/m2 : >27,0 kg/m2
Data IMT diperoleh dengan terlebih dahulu mengetahui tinggi dan berat badan lansia. Tinggi dan berat badan lansia diperoleh dengan pengukuran langsung terhadap lansia contoh. Akan tetapi, ada beberapa lansia contoh dikedua panti yangmengalami kelainan tulang yaitu 4 orang di RPSTW Sukma Raharja dan 10 orang di PW Salam Sejahtera, sehingga digunakan pengukuran TL yang dikonversi ke dalam TB dengan menggunakan rumus Chumlea (1984). Konstipasi. Data konstipasi diperoleh dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner mengenai gejala-gejala dasar konstipasi seperti perut terasa penuh, konsistensi feses lebih keras dari biasanya, feses susah dikeluarkan pada saat BAB atau mengejan secara berlebihan saat BAB, dan tidak BAB selama 2 hari atau lebih dengan jawaban ya atau tidak. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi, rata-rata dan standard deviasi. Data
21 yang dianalisis secara deskriptif adalah data karakteristik contoh, asupan zat gizi, aktivitas fisik, status gizi dan kejadian konstipasi contoh. Untuk mengetahui perbedaan asupan energi, protein, karbohidrat, lemak, serat, cairan, aktivitas fisik, dan status gizi pada lansia di Panti Wreda Sukma Raharja yang dikelola pihak Pemda dan Panti Wreda Salam sejahtera yang dikelola pihak swasta dianalisis dengan independent sample t-test. Sedangakan analisis data yang digunakan untuk menguji hubungan antara variabel adalah uji korelasi Rank Spearman.
22 Definisi Operasional Contoh adalah lansia di Sukma Raharja dan Salam Sejahtera laki-laki dan perempuan berusia ≥ 60 tahun. Asupan serat adalah asupan serat yang dikonsumsi oleh contoh dari makanan dan minuman dalam satuan gram sehari. Asupan cairan adalah asupan cairan yang dikonsumsi oleh contoh dari makanan, minuman, dan air metabolik dalam satuan liter sehari. Aktivitas fisik adalah data recall semua aktivitas fisik yang dilakukan contoh selama 24 jam atau 1 hari penuh. Gejala-gejala konstipasi adalah tanda-tanda konstipasi yang dialami contoh berupa gangguan buang air besar dengan gejala tidak BAB selama 2 hari atau lebih, perut terasa penuh, konsistensi feses lebih keras dari biasanya, feses susah dikeluarkan pada saat BAB atau mengejan secara berlebihan saat BAB. Karakteristik sosial adalah karakterisitk lansia contoh yang meliputi umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah diperoleh oleh contoh. Status gizi contoh adalah keadaan gizi contoh yang diukur dari BB dan TB yang dikonversikan dan dikategorikan berdasarkan IMT contoh. Asupan energi adalah jumlah rata-rata energi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh contoh dalam satuan kkal dalam sehari. Asupan protein adalah jumlah rata-rata protein dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh contoh dalam satuan gram dalam sehari. Asupan karbohidrat adalah jumlah rata-rata karbohidrat dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh contoh dalam satuan gram dalam sehari. Asupan lemak adalah jumlah rata-rata lemak dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh contoh dalam satuan gram dalam sehari.