24
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan. Kehadiran kegiatan tersebut cenderung “bernuansa proyek” semata, lebih bersifat sentralistik, dan tidak partisipatif. Masyarakat hanya dijadikan obyek pelaksana teknis di lapangan, sehingga cukup beralasan bila dijumpai beberapa kasus penerapan kegiatan GN-RHL yang cenderung “gagal”. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah hingga saat ini masih belum memahami ”makna sebenarnya” dari konsep partisipasi (la. Soetrisno 1995; Setyarso 2004). Pemahaman partisipasi yang berlaku di lingkungan aparat perencana adalah "kemauan masyarakat untuk mendukung secara mutlak kegiatan-kegiatan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh pemerintah”. Kegiatan GN-RHL diistilahkan sebagai proyek pembangunan kehutanan yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga “harus dilaksanakan”. Kondisi tersebut menyebabkan respon dan partisipasi masyarakat bersifat semu terhadap kegiatan . Prasyarat agar suatu partisipasi dapat disebut sebagai “partisipasi yang sesungguhnya” sedikitnya memiliki enam tolak ukur (Ostrom et a.l 1993), di antaranya: (a) adanya akses dan kontrol (penguasaan) atas lahan dan sumberdaya hutan oleh warga, (b) adanya keseimbangan kesempatan dalam menikmati hasilhasil dari hutan, (c) adanya komunikasi (tukar wacana) yang baik dan hubungan yang konstruktif (saling menopang) antar pihak yang berkepentingan terhadap hutan, (d) adanya keputusan kampung yang dibuat oleh warga kampung tanpa tekanan dari luar (masyarakat tidak didikte saja oleh pihak luar), dan prakarsaprakarsa dilakukan sendiri oleh warga kampung tanpa tekanan pihak manapun, (e) adanya pengaturan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan sumberdaya hutan, dengan cara yang mengarah pada penghindaran terjadinya perselisihan dan pengadaan penyelesaian perselisihan secara adil, dan (f) adanya kemampuan teknis warga kampung dalam mengelola hutan.
25
Dari uraian tersebut nampak bahwa tinggi-rendahnya partisipasi masyarakat ditentukan pula oleh seberapa jauh kegiatan tersebut mampu melembaga dan memenuhi kebutuhan masyarakat, serta memberikan jaminan atas kepastian hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan demikian, partisipasi masyarakat harus dipandang sebagai bentuk ”kerjasama” antara pemerintah dan masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan. Kajian terkini tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terkait
pengelolaan sumberdaya hutan, mengklasifikasikannya ke
dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal di antaranya: umur, tingkat pendidikan formal dan informal, jumlah anggota keluarga, luas lahan garapan, pendapatan dari dan di luar kegiatan, pengalaman berorganisasi, pekerjaan sampingan, status sosial petani, kepahaman kontrak, kekosmopolitan, peranan kelembagaan informal, persepsi, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal terdiri atas: peran
pemerintah, peran pendamping lapangan, kejelasan hak dan
kewajiban, serta aspek sosial budaya masyarakat (Pujo 2003; Sunartana 2003; Trison 2005). Lebih jauh, Slamet (1989) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempegaruhi tahapan partisipasi, di antaranya adalah status sosial ekonomi (pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan). Lapisan sosial penduduk yang berstatus lebih tinggi umumnya lebih banyak terlibat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan, kelas sosial menengah lebih banyak dalam proses pelaksanaan, sedangkan kelas sosial yang lebih rendah biasanya terlibat pada proses pemanfaatan. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini menggunakan konsepsi pemikiran dan temuan di atas sebagai landasan analisis terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL di Propinsi Sulawesi Tengah. Faktor-faktor yang dianalisis terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas lahan garapan
yang
dikuasai,
tingkat
pendapatan,
pekerjaan
sampingan,
kekosmopolitan, persepsi, dan motivasi yang dimiliki. Faktor eksternal meliputi; intensitas sosialisasi kegiatan, peran pendamping lapangan, dan kejelasan hak dan kewajiban. Secara skematis disajikan pada Gambar 3.
26
Program GN-RHL
Tahap Pelaksanaan (Y2)
- Umur peserta (X1.1) - Tingkat pendidikan (X1.2) - Jumlah anggota keluarga (X1.3) - Luas lahan garapan (X1.4) - Tingkat pendapatan (X1.5) - Kekosmopolitan (X1.6) - Pekerjaan sampingan (X1.7) - Persepsi (X1.8) - Motivasi instrinsik (X1.9) - Motivasi Ekstrinsik (X1.10)
Tahap Evaluasi (Y3)
Tahap Pemanfaatan (Y4)
-
Partisipasi masyarakat
-
Intensitas sosialisasi program (X2.1) Peran pendamping lapangan (X2.2) Kejelasan hak dan kewajiban (X2.3)
Strategi Pengembangan Partisipasi masyarakat Peubah Internal
Peubah Eksternal
Unsur Kekuatan Unsur Kelemahan
Unsur Peluang Unsur Ancaman
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Faktor Eskternal
Faktor Internal
Tahap Perencanaan (Y1)
27
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Layana Kecamatan Palu Timur Kotamadya Palu dan Kelurahan Lambara Kecamatan Palu Utara Kotamadya Palu, Sulawesi Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan utama bahwa kedua lokasi tersebut merupakan eks-lokasi kegiatan pembuatan tanaman GN-RHL tahun 2004. Pertimbangan lainnya adalah kedua lokasi ini memiliki tipologi hutan dan sistem penerapan GN-RHL yang berbeda, sehingga baik untuk dibandingkan. Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan mulai dari Bulan Januari 2007 – Juni 2007.
Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional, yang mendeskripsikan secara sistematis mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti (Nasir 1993). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei melalui teknik wawancara terbuka, penyebaran kuesioner, wawancara mendalam, dan diskusi pakar. Tenik-teknik tersebut digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menjelaskan hubungan di antara peubah-peubah yang telah ditetapkan sebelumnya, serta menyusun strategi pengembangan partisipasi masyarakat (Singarimbun dan Effendi 1995).
Metode Pengambilan Contoh Responden
yang terpilih adalah responden yang terlibat langsung
(peserta) dalam kegiatan GN-RHL. Pemilihan responden dilakukan dengan metode sensus. Untuk Lambara, responden yang diambil adalah sebanyak 45 orang, sedangkan untuk Layana sebanyak 50 orang. Mengacu pada pendapat Arikunto (1993) dalam Safei (2005), bahwa apabila subyeknya kurang dari 100 orang, sebaiknya diambil secara keseluruhan. Selain itu, ditetapkan pula 5 orang responden ahli, yang diambil dari perwakilan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan GN-RHL, baik yang berinteraksi langsung dengan GN-RHL maupun tidak, namun masih memiliki keterkaitan dengan kegiatan GN-RHL. Responden ahli terdiri atas: 1 orang dari
28
unsur perguruan tinggi, 2 orang dari dinas kehutanan propinsi dan kabupaten, 1 orang dari penyuluh lapangan, 1 orang dari lembaga swadaya masyarakat yang terlibat. Pengumpulan Data Data primer diperoleh secara langsung dari responden dengan teknik wawancara dan atau mengisi daftar isian (kuesioner) serta pengamatan langsung di lapangan. Data primer meliputi: identitas responden, jenis kegiatan, kelembagaan, dan manfaat kegiatan GN-RHL. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data yang terkait dengan kajian-kajian penelitian terdahulu melalui penelusuran berbagai pustaka yang ada, dan dari berbagai instansi terkait (balai pengelolaan daerah aliran sungai, dinas lingkup pertanian dan kehutanan, badan perencana pembangunan daerah, kantor statistik daerah). Data sekunder meliputi keadaan geografis, demografi, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Variabel Pengamatan Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Karakteristik individu (faktor internal) meliputi: umur, tingkat pendidikan, jumlah
anggota
keluarga,
luas
lahan
garapan,
tingkat
pendapatan,
kekosmopolitan, pekerjaan sampingan, persepsi, dan motivasi. 2. Faktor eksternal meliputi: intensitas sosialisasi kegiatan, peran pendamping kelembagaan dan kejelasan hak dan kewajiban. 3. Tingkat partisipasi masyarakat (keterlibatan peserta dalam kegiatan GN-RHL mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pemanfaatan) Metode Analisis Data a. Pengolahan Data Sebelum dianalisis, data terlebih dahulu diedit. Khusus data yang bersifat kuantitatif, proses pengeditan terdiri atas: (a) penghitungan total skor tiap-tiap variabel dan (b) pengelompokan data sesuai dengan variabel masing-masing. Sementara itu, data kualitatif diproses melalui tiga tahap, yaitu (a) tahap
29
interpretasi dan penjelasan hasil catatan lapangan serta kategorisasi data, (b) mendeskripsikan kategori-kategori data, dan (c) mengelompokkan data. b. Analisis Data Analisis data penelitian digunakan untuk menjawab tujuan dan menguji hipotesis yang telah diajukan. Adapun metode analisis yang digunakan sebagai berikut: 1. Untuk menjawab tujuan pertama, yakni mengkaji tingkat partisipasi masyarakat peserta kegiatan GN-RHL dijelaskan secara deskriptif-kuantitatif. Analisis ini digunakan untuk menghitung jumlah dan persentase dari data-data yang dikumpulkan, melalui cara tabulasi yang selanjutnya disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. 2. Untuk menjawab tujuan yang kedua, yakni mengkaji hubungan di antara faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL, dijelaskan secara deskriptif-kualitatif dengan menggunakan analisis statistik non parametrik yaitu uji korelasi Spearman Rank, dengan rumus : (Walpole 1992; Sugiyono 2000).
ρ =1−
6∑ bi 2 n(n 2 − 1)
di mana:
ρ bi n
= Koefisien korelasi Spearman Rank = Selisih peringkat X dan Y = Banyaknya sampel
Untuk kemudahan dan ketepatan pengolahan digunakan bantuan komputer dengan program Statistical Program for Social Sience (SPSS) versi 14. 3. Untuk menjawab tujuan ketiga, yaitu menyusun strategi pengembangan partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL , digunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat).
Analisis ini
dilakukan
dengan melihat kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman. Faktor-faktor tersebut diperoleh dari berbagai informasi, literatur, wawancara pakar dan pihak terkait, sehingga didapatkan sejumlah faktor yang dapat kembali
30
diajukan sebagai bahan pertanyaan dalam kuisioner, peubah-peubah yang menjadi faktor internal
sehingga didapatkan
dan eksternal yang dapat
mempengaruhi pengembangan partisipasi masyarakat. Analisis dilakukan ke dalam tiga tahapan pokok, yaitu: (1) Tahapan identifikasi. Pada tahap ini, terlebih dahulu dibuat Internal Factors Evaluations Matrix (Matriks IFE) dan External Factors Evaluation Matrix (Matriks EFE). Matriks IFE (Tabel 2) digunakan untuk menganalisis peubah-peubah internal dan mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan. Demikian halnya dengan matriks EFE (Tabel 3) digunakan untuk menganalisis peubah-peubah eksternal, dan mengklasifikasikannya menjadi peluang dan ancaman. Tabel 2 Matriks Internal Factor Evaluation Bobot (2)
Rating (3)
........
........
........
........
10.
........
........
........
Kelemahan 1.
........
........
........
........
........
........
........
10.
........
........
........
Strategi Internal (1) Kekuatan
Skor = Bobot x Rating (4)
1.
Total Sumber: Rangkuti (2000).
31
Tabel 3 Matriks Eksternal Factor Evaluation Peubah Strategi Eksternal (1)
Bobot (2)
Rating (3)
Skor = Bobot x Rating (4)
Peluang 1.
........
........
........
........
........
........
........
10. Ancaman
........
........
........
1.
........
........
........
........
........
........
........
10.
........
........
........
Total Sumber: Rangkuti (2000).
Terdapat 6 tahapan untuk membuat matrik IFE dan EFE, yaitu: (a) Pada kolom pertama (1) ditentukan faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman). (b) Pada kolom kedua (2) pemberian bobot masing-masing peubah dengan skala mulai dari 1 (paling penting) sampai 0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh peubah-peubah tersebut. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap peubah strategis internal dan eksternal dengan cara membandingkan variabel horisontal terhadap variabel vertikal. Penentuan bobot untuk setiap variabel dilakukan dengan memberikan nilai 1, 2, 3; di mana nilai 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal, nilai 2 = jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal, nilai 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal. (c) Pada kolom ke tiga (3) pemberian rating mulai dari nilai 1 – 4 untuk masing-masing peubah dengan pengaruh kecil-sedang-besar-sangat besar. (d) Pada kolom ke empat (4), bobot pada kolom kedua (2) dikalikan dengan rating pada kolom ketiga (3). Kemudian hasil kali tersebut dijumlahkan bobot skor pada kolom ke empat untuk memperoleh total skor pembobotan.
32
(2) Tahapan pemaduan. Tahapan ini berfungsi untuk memadukan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Alat analisis yang digunakan adalah diagram SWOT atau diagram internal-eksternal. (3) Tahapan perumusan strategi pengembangan partisipasi masyarakat. Tahapan ini digunakan untuk menetapkan strategi berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman seperti disajikan pada matriks SWOT (Tabel 4)
Tabel 4 Matrik analisis SWOT Faktor Internal
Kekuatan
Kelemahan
Faktor Eksternal Peluang
Strategi kekuatan-peluang
Strategi kelemahanpeluang
Ancaman
Strategi kekuatan-ancaman
Strategi kelemahanancaman
Penjelasan: a. Strategi kekuatan – peluang,
strategi ini didasarkan pada pemanfaatan
seluruh kekuatan dari pengembangan partisipasi masyarakat pada kegiatan GN-RHL yang telah dilakukan untuk memanfaatkan peluang sebesarbesarnya. b. Strategi kekuatan – ancaman, strategi ini didasarkan pada pemamfaatan seluruh kekuatan dari pengembangan partisipasi masyarakat yang telah dilakukan untuk mengatasi ancaman yang ada. c. Strategi kelemahan – peluang, strategi ini didasarkan pada pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan. d. Strategi kelemahan – ancaman, strategi ini didasarkan pada meminimalkan kelemahan
yang ada dalam pengembangan partisipasi masyarakat pada
kegiatan GN-RHL serta menghindari ancaman.
33
Definisi Operasional 1. Umur
adalah usia responden yang dihitung dari tahun lahir sampai saat
penelitian dilaksanakan dan dinyatakan dalam tahun, di mana pembulatan ke atas bila usia responden 5 bulan keatas dan pembulatan ke bawah bila usia responden kurang dari 5 bulan. Umur responden diukur dalam tahun dan terdiri atas tiga kategori, meliputi : rendah (< 40); sedang (40-55); dan tinggi (>55) 2. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden yang dinyatakan dengan tidak sekolah dan tidak tamat SD, tamat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Tingkat Pendidikan diukur berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh dan terbagi atas tiga kategori, meliputi; rendah (<3); sedang (3); dan tinggi (>3). 3. Jumlah anggota keluarga
adalah jumlah keseluruhan
anggota keluarga
meliputi suami, istri, anak dan keluarga lain yang menjadi tanggungan keluarga. Jumlah anggota keluarga diukur berdasarkan jumlah orang yang terbagi kedalam dikategorikan, meliputi; rendah (<3 orang); sedang (3-4 orang); dan tinggi (>4 orang) 4. Luas lahan garapan adalah keseluruhan luas lahan yang di garap oleh responden, diukur dalam hektar (ha) dan terdiri atas tiga kategori yaitu: kecil (<1 ha); sedang (1-2.5 ha); dan tinggi (>2.5 ha). 5. Pendapatan adalah penghasilan rata-rata responden setiap bulan yang diperoleh dari berbagai sumber dan diukur dalam Rp/bulan. Pendapatan responden terdiri atas tiga kategori, yaitu: rendah (
Rp750.000,-). 6. Kekosmopolitan adalah sifat responden yang selalu mencari informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan kegiatan GN-RHL, diukur berdasarkan frekuensi dalam kunjungan ke tempat lain, mengadakan kontak dan berdiskusi dengan sumber informasi (teman, tetangga, tokoh masyarakat, pendamping dan lembaga pemerintahan. Kekosmopolitan dikategorikan ke dalam tiga yaitu: rendah (<7); sedang (7-12); dan tinggi (>12).
34
7. Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan lain atau pekerjaan tambahan yang dilakukan responden di luar pekerjaan utamanya dalam satu tahun terakhir. Pekerjaan sampingan diukur berdasarkan berapa jumlah pekerjaan yang digeluti dan dikategorikan ke dalam: rendah (<2); sedang (2); dan tinggi (>2). 8. Persepsi adalah pandangan dan penilaian responden terhadap tujuan, manfaat
dan pelaksanaan kegiatan GN-RHL, diukur berdasarkan penilaian responden terhadap kegiatan GN-RHL yang terdiri atas tiga kategori, yaitu: rendah (<5); sedang (5-8); dan tinggi (>8) 9. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam untuk mewujudkan harapan
dengan adanya interaksi yang dilakukan. Motivasi instrinsik ini diukur berdasarkan
keinginan
untuk
memenuhi
kebutuhan
di
antaranya;
1) Peningkatan pendapatan, 2) Peningkatan pengetahuan, 3) Peningkatan status sosial, dan dikategorikan ke dalam; rendah (<4); sedang (4-6); dan tinggi (>6). 10. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar untuk mewujudkan harapan dengan adanya interaksi yang dilakukan. Motivasi ekstrinsik, diukur berdasarkan keinginan untuk memenuhi kebutuhan di antaranya; 1) Ajakan dari tokoh masyarakat, 2)Ajakan anggota keluarga, 3) Penghasilan dan bantuan yang menarik, 4) Ancaman kerusakan hutan dan dikategorikan ke dalam; rendah (<5); sedang (5-8); dan tinggi (>8). 11. Peran petugas lapangan adalah seseorang yang diberikan tugas khusus oleh Dinas Kehutanan Kota Palu terkait pelaksanaan kegiatan GN-RHL, meliputi: penerangan, bimbingan teknis yang
diberikan kepada peserta dalam
pelaksanaan kegiatan di lapangan pada satu tahun terakhir. Diukur berdasarkan frekuensi dalam menjalankan tugas dan dikategorikan ke dalam: rendah (<6); sedang (6-10); dan tinggi (>10). 12. Intensitas sosialisasi adalah jumlah kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh pelaksana
kegiatan
GN-RHL untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan peserta dalam pelaksanaan kegiatan, yang dilaksanakan oleh petugas Dinas Kehutanan dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Di mana hal ini diukur berdasarkan frekuensi pertemuan, peyuluhan, dan pelatihan, dan dikategorikan ke dalam: rendah (<3); sedang (3-5); dan tinggi (>5).
35
13. Kejelasan hak dan kewajiban adalah kejelasan tentang aturan main pelaksanaan kegiatan GN-RHL, yang meliputi kejelasan hak dan kewajiban dalam kesepakatan yang dibuat oleh masyarakat dan pemerintah dan pengetahuan responden tentang kejelasan batas-batas kewenangan masyarakat dan pemerintah dalam kegiatan ini. Hal diukur berdasarkan pengetahuan dan pemahaman responden tentang aturan main pelaksanaan kegiatan, dan dikategorikan ke dalam: rendah (<3); sedang (3-6); dan tinggi (>6). 14. Partisipasi adalah keterlibatan peserta kegiatan GN-RHL dalam setiap tahapan kegiatan (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pemanfaatan). 15. Partisipasi
masyarakat
pada
tahap
perencanaan
adalah
keterlibatan
(keikutsertaan) peserta pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan yang rasional pada kegiatan GN-RHL. Hal ini diukur berdasarkan tingkat keterlibatan responden pada tahap ini, dan dikategorikan menjadi tiga yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. 16. Partisipasi
masyarakat
pada
tahap
pelaksanaan
adalah
keterlibatan
(keikutsertaan) peserta dalam tahap pelaksanaan kegiatan GN-RHL. Diukur berdasarkan tingkat keterlibatan responden pada tahap ini, dan dikategorikan menjadi tiga yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. 17. Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi adalah keterlibatan (keikutsertaan) peserta dalam tahap evaluasi kegiatan GN-RHL. diukur berdasarkan tingkat keterlibatan responden pada tahap ini, dan dikategorikan menjadi tiga yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. 18. Partisipasi
masyarakat
pada
tahap
pemanfaatan
adalah
keterlibatan
(keikutsertaan) peserta pada tahap pemanfaatan hasil kegiatan GN-RHL. diukur berdasarkan tingkat keterlibatan responden pada tahap ini, dan dikategorikan menjadi tiga yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. 19. Strategi pengembangan partisipasi masyarakat adalah suatu rencana alternatif yang cermat dan sistematik, terkait dengan pengembangan partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan meminimalkan kelemahan serta memanfaatkan peluang yang ada dengan mengatasi ancaman yang datang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1.