III. 3.1
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Desa Sungai Ambangah
Kecamatan Sungai Raya, dan Desa Pasak Piang Kecamatan Sungai Ambawang, terletak di Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling, yaitu dipilih langsung dua desa tersebut. Oleh karena itu, penelusuran data dan informasi mencakup kedua desa yang bersangkutan. Kemudian dari dua desa terpilih ditentukan secara sengaja petani yang tinggal di kawasan dan sekitar rawa lebak. Penelitian lapangan untuk memperoleh data dan informasi faktual sesuai dengan tujuan dan persoalan yang dikaji. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010.
[a]
[c]
[b]
[d]
Gambar 2 Peta lokasi penelitian: [a] Provinsi Kalimantan Barat, [b] Kabupaten Kubu Raya, [c] Kecamatan Sungai Raya, dan [d] Kecamatan Sungai Ambawang
3.2
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dan disesuaikan dengan data
yang dikumpulkan terdiri dari: (1) bahan kimia dan Munsell Soil Color Chart yang digunakan untuk analisis kimia dan fisik tanah; (2) wadah untuk sampel tanah berupa plastik; (3) bahan kuesioner untuk keperluan wawancara; dan (4) peta lokasi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dan disesuaikan dengan data yang dikumpulkan terdiri dari; bor tanah, pH meter, GPS, kompas, kamera seperangkat alat laboratorium untuk analisis tanah, dan alat tulis kantor. 3.3
Disain Penelitian Tahap awal dari penelitian ini dimulai dengan memotret secara menyeluruh
dan komprehensif keadaan karakteristik rawa lebak dan persoalan berkenaan dengan masyarakat petani di sekitar rawa lebak, selanjutnya merumuskan atau mendisain model berdasarkan keadaan tersebut. Aspek utama yang menjadi fokus perhatian adalah mengidentifikasi dan memetakan interaksi antara petani dengan rawa lebak serta elemen-elemen kunci yang mempengaruhinya. Setelah
melakukan
identifikasi
dan
pemetaan
interaksi
kemudian
dilanjutkan dengan identifikasi kebutuhan petani menurut skala prioritasnya (Storey, 1999). Kebutuhan diilustrasikan sebagai suatu hubungan yang saling terkait. Elemen-elemen kunci yang menjadi dasar pengelolaan diperoleh dengan mengidentifikasi dan memilah sejumlah faktor penting yang diperoleh secara parsial pada masing-masing dimensi penelitian yang dikaji. Selanjutnya elemen kunci yang diperoleh dikonfirmasikan kembali melalui diskusi bersama dengan pakar dan stakeholder terkait dalam bentuk expert meeting/focus group discussion. Dengan demikian maka proses dan mekanisme perumusan disain pengelolaan rawa lebak merupakan kesepakatan atau hasil bersama oleh seluruh stakeholder (Schonhuth dan Kievelitz, 1984). Disain penelitian pada Gambar 3 menunjukkan tahapan dan alur kegiatan yang dilakukan dalam penyelesaian studi ini. Dalam hal ini sasaran akhir yang ingin dicapai adalah disain model pengelolaan rawa lebak berbasis sumberdaya lokal untuk pengembangan usahatani secara berkalanjutan (tujuan umum penelitian). Untuk keperluan perumusan model, maka dilakukan pengkajian terhadap aspek biofisik, sosial ekonomi petani, kelembagaan, serta sarana dan
prasarana yang ada di kawasan rawa lebak. Pada masing-masing aspek kajian yang ditelaah dilakukan pengumpulan data dan informasi sesuai dengan variabel dan parameter yang diukur. Data dan informasi yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara parsial dengan menggunakan berbagai instrumen dan alat analisis disesuaikan dengan substansi yang ditelaah/dikaji. Hasil analisis parsial dan fakta-fakta aktual lainnya yang diperoleh di lapangan kemudian disintesis (secara deskriptif) untuk dijadikan dasar penyusunan model sesuai dengan sasaran dan tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian ini tujuan penelitian 1, 2, 3, 4, dan 5 merupakan tujuan antara yang disintesis untuk menjawab tujuan penelitian 6 (sebagai tujuan umum penelitian). Secara rinci struktur tujuan, metode, variabel analisis, dan keluaran penelitian dapat dilihat pada Gambar 3
METODE PENGUMPULAN DATA
Tujuan 1: Karakteristik rawa lebak dan petani
1. Survey: pengamatan langsung, pengambilan contoh tanah dan wawancara - Sui Ambangah - Pasak Piang
1. Karakteristik rawa lebak 2. Karakteristik sosekbud petani 3. Pendapatan & kebutuhan RT
2. Wawancara dan PRA: - Sui Ambangah - Pasak Piang
1. Teknis budidaya RL 2. Penggunaan saprotan 3. Sarana prasarana pendukung
Tujuan 2: Analisis kesesuaian lahan
Tujuan 3: Analisis kelayakan usahatani Tujuan 4: Mengetahui indeks dan status keberlanjutan dan variabel dominan
Tujuan 5: Disain model dan kebijakan pengelolaan rawa lebak berkelanjutan
3. Observasi - Kawasan RL - Diluar Kaw. RL
1. Kondisi biofisik RL 2. Fakta dan fenomena lainya
4. Penelusuran dokumen: - Laporan penelitian - Laporan dinas - Dokumen2 lainnya
1. Data/informasi SDA,SDM,SDT lokal, utilitas, dll 2. Jenis kegiatan/proyek, kebijakan serta hasil pelaks.
ANALISIS DATA
1. 2. 3. 4.
Deskriptif Analisis kesesuaian lahan Analisis R/C; B/C Analisis KHL
KELUARAN/OUTPUT PENELITIAN
1. Jenis rawa lebak 2. Struktur pendapatan & pengeluaran RT 3. Keragaan petani,dan usahatani
1. Analisis MDS 2. Analisis leverage 3. Monte Carlo
1. Indeks & status keberlanjutan 2. Atribut penting 3. Nilai random error
1. Analisis stakeholder 2. Analisis prospektif
1. Faktor penting 2. Faktor-faktor yg berpengaruh
Sumberdaya lokal 5. Wawancara mendalam - Pakar - Informan kunci
Ket:
aliran informasi dan
1. Masalah-masalah dlm pengelolaan. RL 2. Alternatif solusi pemecahan masalah 3. Harapan di masa depan
Sintesis
kesatuan atribut yg disentesis untuk menyusun model
Gambar 3 Struktur tujuan, metode, variabel dan keluaran/output penelitian
Model Pengelolaan RL Berkelanjutan
26
VARIABEL & DATA/INFORMASI
TUJUAN PENELITIAN
3.4
Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka rancangan penelitian yang
digunakan terdiri dari, (1) studi literatur (desk study); (2) survey dan observasi langsung ke lapangan (direct observation); (3) wawancara (interview dan indepth interview); dan (4) analisis tanah di laboratorium. Studi literatur, dilakukan untuk memperluas dan melengkapi hasil kajian yang terkait dengan lingkup penelitian. Penelusuran literatur dilakukan terhadap berbagai laporan dan dokumen hasil-hasil penelitian terkait, serta data dan informasi dari sumbersumber lain. Survey dan observasi langsung ke lapangan (direct observation), dilakukan untuk mengetahui dan melihat secara langsung berbagai keadaan dan perilaku petani dan stakeholders lainnya, serta keberadaan dan ketersediaan infrastruktur pendukung. Hasil kegiatan ini digunakan sebagai dasar klarifikasi dan cek silang (cross check) terhadap berbagai informasi yang ada. Wawancara (interview), dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi kuantitatif dan kualitatif dari kelompok sasaran (responden) yang telah ditetapkan. Data dan informasi yang dikumpulkan berkenaan dengan karakteristik ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan kelembagaan.
Sedangkan in-depth interview,
dilakukan untuk mengetahui kebutuhan stakeholders, permasalahan yang dihadapi, harapan dan pendapat yang terkait dengan masalah pengembangan pertanian berkelanjutan dan lingkungan di rawa lebak secara lebih mendalam dan komprehensif. Kelompok sasaran dalam wawancara ini adalah informan kunci (key informan) yang memiliki kompetensi (pakar) dengan kajian yang ditelaah. Analisis laboratorium, dilakukan terhadap contoh tanah dari masingmasing penggunaan lahan (eksisting) yang ada di dua lokasi penelitian. Petani yang menjadi sampel (responden) dari penelitian ini adalah petani yang bertempat tinggal dan yang berusahatani di rawa lebak, terkecuali responden pakar. Penetapan jumlah sampel (responden) mengacu pada pendapat Arikunto (1993); (1) apabila obyek penelitian jumlahnya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya; (2) jika jumlahnya besar atau lebih dari 100 dapat diambil antara 10 – 15 persen atau 20 – 25 persen atau lebih, tergantung waktu, tenaga, dana, luas wilayah pengamatan, atau besar sedikitnya data, dan besarnya risiko penelitian serta tingkat homogenitas sampel. Sedangkan responden pakar berasal dari daerah lain, karena pemilihan pakar yaitu para ahli atau praktisi yang memiliki keahlian, reputasi dan atau pengalaman pada aspek yang terkait dengan penelitian ini.
3.5
Jenis dan Sumber Data
3.5.1 Data fisik tanah dan iklim Dalam kegiatan survey lapangan dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel tanah dan pengumpulan data iklim. (1) Data tanah yang diamati, yaitu melalui pengamatan dan pengukuran di lapangan meliputi: bentuk lahan, lereng, drainase, kedalaman efektif, kedalaman sulfidik, bahaya erosi, bahaya banjir, batuan permukaan, dan kemudahan pengolahan. (2) Pengambilan contoh tanah untuk analisis laboratorium dilakukan pada masing-masing satuan penggunaan lahan yang ada, yaitu di lahan pertanaman padi, kebun karet dan kebun kelapa sawit. Dalam hal ini, ketiga tanaman tersebut paling umum diusahakan oleh petani setempat. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara stratified random sampling. Setiap satuan penggunaan lahan yang ada, diambil contoh tanah komposit masing-masing untuk lahan sawah pada kedalaman 0 – 30 cm, sedangkan untuk kedua lahan karet dan kelapa sawit, diambil pada kedalaman 30 – 60 cm.
Selanjutnya, contoh tanah tersebut dianalisis di laboratorium untuk
diperoleh data berupa: pH, kandungan bahan organik, N total, P tersedia, kation-kation dapat tukar (K, Na, Ca, Mg), Kapasitas Tukar Kation, kejenuhan basah, Al dan H dapat tukar, dan tekstur. Parameter kimia dan fisik serta metode analisis tanah yang digunakan selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Parameter kimia dan fisik serta metode analisis yang digunakan Parameter kimia dan fisik
Metode analisis
pH H2O C organik (%) N total (%) P2O5 (ppm) + -1 K-tersedia (cmol kg ) + -1 Na (cmol kg ) + -1 Ca (cmol kg ) + -1 Mg (cmol kg ) + -1 KTK (cmol kg ) Kejenuhan basa (%) + -1 Al-dd (cmol kg ) + -1 H-dd (cmol kg ) Tekstur (3 fraksi)
Gelas elektroda Walkley and Black Kjeldhal Bray I Ekstrak NH4OAc 1N pH:7 Ekstrak NH4OAc 1N pH:7 Ekstrak NH4OAc 1N pH:7 Ekstrak NH4OAc 1N pH:7 Ekstrak NH4OAc 1N pH:7 Ekstrak NH4OAc 1N pH:7 Ekstrak KCl 1N Ekstrak KCl 1N Pipet (gravimetri)
(3) Data iklim berupa: data curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara merupakan data sekunder yang dikumpulkan atau diambil dari stasiun
meteorologi yang terdekat dengan lokasi penelitian dalam hal ini adalah Stasiun Meterologi Supadio Pontianak. 3.5.2 Data tanaman Data
dan
informasi
sistem
budidaya
tanaman
diperoleh
pengamatan langsung di lapangan dan wawancara terhadap petani.
melalui Data
tersebut meliputi: jenis benih atau bibit yang digunakan, asal benih atau bibit, teknis penanaman dan jarak tanam, waktu tanam, pemeliharaan (pemupukan, pengairan, pengendalian hama penyakit, penyiangan, pemangkasan), produksi, pasca panen dan pemasaran. 3.5.3 Data sosial, ekonomi, teknologi dan kelembagaan Data sosial, ekonomi, teknologi dan kelembagaan diperoleh melalui wawancara langsung ke petani, pedagang, petugas penyuluh lapangan, tokoh masyarakat, aparat desa dan kecamatan, para pakar dan juga melalui pengumpulan dokumen mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi. Jenis data, sumber data dan teknik pengumpulan data secara lengkap disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis, sumber dan teknik pengumpulan data No
Jenis Data
1.
Tanah (fisik dan kimia), iklim (curah hujan, suhu, kelembaban udara), fisiografi.
2.
Sistem usahatani (benih/bibit yang digunakan, pemeliharaan: pemupukan, pengendalian hama penyakit; panen, produksi, pemasaran)
3.
Sosial ekonomi petani (demografi, pemilikan lahan, jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif, curahan tenaga kerja, penggunaan saprodi, biaya hidup, harga saprodi, harga komoditas, pengeluaran-pendapatan usahatani dan non usahatani, preferensi petani terhadap komoditas dan rawa lebak) Kelembagaan (kebijakan sumber penyediaan saprodi, lembaga keuangan, KUD, sistem penanganan hasil, ketersediaan informasi dan teknologi, pelayanan penyuluhan) Infrastruktur pendukung (pasar, jalan, gudang, pabrik pengolahan, pompa air, irigasi, alsintan)
4.
5.
Ket: PRA (Participatory Rural Appraisal)
Sumber Data Primer
Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan contoh dan analisis tanah, pengukuran di lapang Sekunder Studi literatur, dokumentasi dan laporan dinas terkait Primer Desk study, PRA, Survey dan observasi lapang, wawancara (interview dan indepth interview) Sekunder Laporan penelitian, jurnal, dokumen Primer Desk study, PRA, Survey dan observasi lapang, wawancara (interview dan indepth interview) Sekunder Laporan penelitian, jurnal, dokumen Primer
Desk study, PRA, Survey dan observasi lapang, wawancara (interview dan indepth interview) Sekunder Studi literatur dan dokumen Primer Desk study, PRA, Survey, observasi lapang, dan wawancara (interview dan indepth interview)
3.6
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan secara partisipatif melalui diskusi,
wawancara, pengisian kuesioner, pengambilan contoh tanah, serta pengamatan langsung terhadap sistem usahatani di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, peta, laporan hasil penelitian, dan dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian. 3.7
Teknik Pengambilan Sampel Sampel responden untuk analisis kondisi sosial ekonomi petani terdiri dari
ketua kelompok dan anggota kelompok tani yang dipilih secara acak (random sampling). Dari sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Kubu Raya ditentukan secara sengaja (purposive) dua kecamatan sebagai sampel yang mewakili daerah rawa lebak. Responden dipilih secara acak (random sampling), sebanyak 25 persen dari 174 kepala keluarga yaitu 45 responden di Desa Sungai Ambangah, dan 25 persen dari 112 kepala keluarga yaitu 28 responden di Desa Pasak Piang. Responden pakar ditentukan secara sengaja (purposive sampling) sebanyak sembilan orang yang mewakili semua pemangku kepentingan atau mewakili unsur birokrasi, akademisi, LSM, dan Masyarakat, seperti Ketua Bappeda Kabupaten Kubu Raya, ahli pengelolaan sumberdaya lahan, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), ahli dibidang pengairan dan rawa, dan berbagai instansi teknis yang berhubungan dengan pengembangan sistem usahatani (Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan).
Dasar pertimbangan dalam
penentuan responden ini dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. Keberadaan responden dan kesediaan untuk dijadikan responden. 2. Memiliki reputasi, kedudukan atau jabatan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai pakar pada bidang yang diteliti. 3. Telah memiliki pengalamanan dalam bidangnya. 3.8
Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian serta jenis data sifat data yang
dikumpulkan, maka analisis data yang dilakukan meliputi: (1) analisis deskriptif, (2) analisis kesesuaian lahan, (3) analisis kelayakan usahatani, (4) analisis keberlanjutan untuk masing-masing dimensi, (5) analisis leverage, (6) analisis Monte Carlo, (7) analisis kebutuhan pemangku kepentingan, (9) analisis
prospektif, (9) analisis pendapatan dan kebutuhan rumahtangga, dan (10) analisis kebutuhan hidup layak. 3.8.1
Analisis deskriptif Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai (khususnya tujuan 1), maka
pelaksanaan penelitian bersifat eksploratif-deskriptif. Arah penelitian adalah penemuan kriteria rawa lebak dan keragaan petani yang ada di lokasi penelitian berdasarkan kondisi faktual di lapangan. Selanjutnya dibuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat terhadap fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ditelaah dan merumuskan berbagai alternatif solusi sesuai dengan aspek yang dikaji. Untuk mendapatkan data dan informasi objektif sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik yaitu: survey dan pengukuran langsung di lapangan, wawancara (interview dan indepth interview), dan studi literatur. 3.8.2 Analisis kesesuaian lahan Analisis kesesuian lahan dilakukan untuk mendapatkan kesesuaian penggunaan lahan untuk penggunaan suatu jenis tanaman tertentu, melalui pendekatan matching atau kecocokan antara kualitas dan sifat-sifat tanah (land qualities/land characteristics) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh suatu komoditas pertanian yang berbasis lahan (Djaenudin et al., 2003). 3.8.3
Analisis kelayakan usahatani Analisis usahatani yang dilakukan adalah analisis revenue cost ratio
(RCR) dan benefit cost ratio (BCR). Kedua analisis ini untuk mengetahui apakah usahatani yang dijalankan saat ini, menguntungkan atau tidak menguntungkan. Analisis R/C ratio dan B/C ratio dengan menggunakan persamaan Soekartawi (2002): n Σ i=0
Bt -------t (1+i)
B/C=------------------------n Σ i=0
…………………………..…………..(1)
Ct --------t (1-t)
Keterangan : Bt Ct
= manfaat tahun ke-t = biaya pada tahun ke-t
i t
= discount rate (%) = tahun (umur)
Apabila nilai R/C ratio atau B/C ratio lebih besar dari satu, maka usahatani dikatakan menguntungkan dikembangkan, sebaliknya bila R/C ratio
atau B/C ratio lebih kecil dari satu, maka usahatani tidak menguntungkan untuk dikembangkan. Dalam
penilaian
mempertimbangkan, yaitu:
kelayakan
usahatani
tanaman
dengan
(1) umur ekonomis untuk tanaman tahunan yang
diusahakan dalam hal ini tanaman karet dan kelapa sawit, masing-masing sampai
umur
35
tahun
untuk
tanaman
karet
yang
didasarkan
hasil
informasi/wawancara terhadap petani di lapangan dan 25 tahun untuk tanaman kelapa sawit; (2) tingkat suku bunga (discount factor) yang digunakan dalam analisis ekonomi adalah 18%. Tingkat suku bunga berperilaku progresif untuk mengurangi nilai sekarang terhadap hasil dan manfaat yang diperoleh di waktu yang akan datang. Semakin jauh waktu dipilih ke depan, semakin kecil nilai manfaat untuk waktu yang akan datang. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas (Monde, 2008). Analisis ini dengan berpatokan kepada kenaikkan pendapatan dan penurunan produksi dan biaya produksi. Analisis ini dilakukan dengan mengasumsikan nilai-nilai yang diperoleh terhadap kemungkinan yang akan terjadi dengan perubahan sebesar 20%: - Biaya produksi meningkat 20%, jumlah dan harga produksi tetap - Harga produksi turun 20%, jumlah dan biaya produksi tetap - Harga produksi turun 20%, biaya produksi naik 20%, jumlah produksi tetap - Jumlah dan harga produksi masing-masing turun 20%, biaya produksi tetap - Jumlah dan harga produksi masing-masing turun 20%, biaya produksi naik 20% - Produksi tetap harga naik 20% - Produksi turun dan harga naik 20% 3.8.4
Analisis keberlanjutan Untuk mengetahui kondisi dan tingkat keberlanjutan usahatani di lahan
rawa lebak saat ini dan hasil penyusunan skenario untuk masa yang akan datang, dilakukan analisis keberlanjutan dengan menggunakan metode rapid appraisal menggunakan analisis Rap-Lebak (Rap-lebak). Analisis ordinasi RapLebak dengan metode MDS dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu (1) tahap penentuan atribut sistem usahatani rawa lebak yang meliputi lima dimensi yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan kelembagaan; (2) tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal (scoring) berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi; (3) tahap analisis ordinasi
Rap-lebak dengan metode MDS dengan menggunakan software Rap-Lebak excel untuk menentukan ordinasi dan nilai stress melalui ALSCAL Algoritma; (4) penyusunan indeks dan status keberlanjutan sistem usahatani saat ini berdasarkan lima dimensi yang menjadi indikator keberlanjutan. Pada setiap dimensi terdiri dari tujuh hingga delapan atribut yang mencerminkan keberlanjutan usahatani di rawa lebak dan masing-masing atribut tersebut diberikan penilaian/skor. Skor ini menunjukkan nilai dalam kisaran baik (good) dan buruk (bad). Berdasarkan skor tersebut kemudian dilakukan analisis mengunakan ordinasi statistik yang disebut Multi Dimensional Scalling (MDS). Jika nilai indeks lebih dari 50% maka sistem yang dikaji tersebut dapat dikategorikan berkelanjutan (sustainable) dan apabila nilai indeks kurang dari 50% maka sistem yang dikaji dianggap belum berkelanjutan. Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kategori indeks dan status keberlanjutan Nilai Indeks 0 25 50 80
Kategori
– 24,99 – 49,99 – 79,99 – 100,00
Buruk : Tidak berkelanjutan Kurang : Kurang berkelanjutan Cukup : Cukup berkelanjutan Baik : Sangat berkelanjutan
Nilai indeks keberlanjutan untuk setiap dimensi di atas, dapat pula divisualisasikan
dalam
bentuk
diagram
layang-layang
sebagaimana ditunjukkan Gambar 4.
Dimensi Ekologi 100 80 60 Dimensi Kelembagaan
40
Dimensi Ekonomi
20 0
Dimensi Teknologi
Dimensi Sosial Budaya
Gambar 4 Diagram layang indeks keberlanjutan
(kite
diagram)
3.8.5
Analisis Leverage Analisis laverage (daya ungkit) dilakukan untuk mengetahui atribut yang
sensitif dan intervensi yang perlu dilakukan. Hasil analisis laverage dinyatakan dalam bentuk persen (%) perubahan root mean square (RMS) dari masingmasing atribut jika dihilangkan dalam ordinasi. Atribut-atribut dengan persentase tertinggi
merupakan
atribut
yang
paling
sensitif
berpengaruh
terhadap
keberlanjutan (Kavanagh, 2001; Pitcher dan David, 2001). Atau semakin besar perubahan root mean square (RMS), maka semakin sensitif peranan atribut tersebut terhadap peningkatan status keberlanjutan. 3.8.6 Analisis Monte Carlo Analisis Monte Carlo dilakukan untuk menduga pengaruh galat pada selang kepercayaan 95 persen. Analisis ini merupakan metode simulasi statistik untuk mngetahui pengaruh random error pada proses pendugaan dan diperlukan untuk mempelajari efek ketidakpastian dari beberapa faktor seperti (1) kesalahan pembuatan skoring dalam setiap atribut, (2) dampak keragaman skoring dari perbedaan penilaian, (3) stabilitas MDS dalam running, dan (4) tinggi nilai SStress dari algoritma ASCAL. Jika perbedaan antara hasil perhitungan MDS dan Monte Carlo kurang dari satu, maka sistem yang dikaji cukup baik atau sesuai dengan kondisi nyata (Kavanagh, 2001; Pitcher dan David, 2001). Nilai S-stress dan koefisien determinasi (R2) berfungsi juga untuk mengetahui perlu tidaknya penambahan atribut, dan sekaligus mencerminkan keakuratan dimensi yang dikaji dengan keadaan yang sebenarnya. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan dua titik yang berdekatan terhadap titik asal ordinasi. Sedangkan penentuan jarak dalam MDS didasarkan pada euclidian distance (Fauzi dan Anna, 2005). Dalam ruang berdimensi n dengan persamaan sebagai berikut:
d= Ordinasi
.............................(2) dari
obyek
atau
titik
kemudian
diaproksimasi
dengan
meregresikan jarak euclidian (dij) dari titik i ke titik j dengan titik asal (δij). dij = + βδij + ε
.............................................................................(3)
Untuk meregresikan persamaan di atas, digunakan metode least squared bergantian berdasarkan akar eucludian distance (square distance) atau disebut dengan metode ALSCAL (Fauzi dan Anna, 2005). Metode ini mengoptimalkan
jarak kuadrat (squared distance = dijk) terhadap data kuadrat (titik asal = Oijk), dalam ruang tiga dimensi (i,j,k) yang disebut S-Stress, sesuai dengan persamaan berikut: –
................................................................(4)
Jarak kuadrat merupakan jarak euclidian, sesuai dengan persamaan berikut:
.................................................................(5) Goodness of fit dalam MDS untuk mengukur ketepatan konfigurasi dari suatu titik yang dapat mencerminkan data aslinya. Goodness of fit mencerminkan besaran nilai S-Stress dari R2. Nilai S-Stress yang rendah menunjukkan good fit, sedangkan nilai S-stress yang tinggi menunjukkan sebaliknya (Fauzi dan Anna, 2005). Menurut Kavanagh and Pitcher (2004), model yang baik atau hasil analisis cukup baik, apabila nilai S-Stress kurang dari 0,25 (S<0,25), dan R2 mendakati 1 (100%). 3.8.7
Analisis kebutuhan pemangku kepentingan (Stakeholder) Analisis kebutuhan pemangku kepentingan dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor
penting
yang
berpengaruh
dan
berperan
dalam
sistem
pengembangan rawa lebak secara berkelanjutan pada masa yang akan datang. Analisis ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam (indepth interview) dan identifikasi kebutuhan semua pemangku kepentingan terhadap rawa lebak. Berbagai kebutuhan stakeholder tersebut kemudian diformulasikan dalam bentuk deskripsi faktor kunci pemenuhan kebutuhan stakeholder pengelolaan kawasan rawa lebak pada masa yang akan datang. Faktor-faktor ini menjadi masukan dalam skenario yang akan disusun. 3.8.8 Analisis prospektif Analisis prospektif dilakukan untuk menyusun skenario arahan kebijakan dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh dan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. tahapan, yaitu
Analisis prospektif dilakukan melalui beberapa
(1) menetapkan tujuan, (2) melakukan identifikasi kriteria, (3)
mendiskusikan kriteria yang telah ditentukan, (4) analisis pengaruh antara faktor, (5) membangun dan memilih skenario, dan (6) implikasi skenario (Bourgeois, 2007).
Penentuan
faktor
kunci
dalam
analisis
ini
dilakukan
dengan
menggabungkan faktor-faktor kunci yang sensitif berpengaruh terhadap kinerja sistem dari hasil analisis keberlanjutan dan faktor kunci yang diperoleh dari analisis kebutuhan. Pengaruh antar faktor kunci diberikan nilai (skor) oleh pakar dengan menggunakan pedoman seperti pada Tabel 5. Tabel 5 Pedoman penilaian Skor
Keterangan
0 1 2 3
Tidak ada pengaruh Berpengaruh kecil Berpengaruh sedang Berpengaruh sangat kuat
Sumber: Hardjomidjojo, 2006
Pengaruh antar faktor diisi dengan memberikan angka pada masingmasing faktor dengan pedoman sebagai berikut: (1) Jika faktor tersebut tidak ada pengaruh terhadap faktor lain, jika ya diberikan nilai 0 (2) Jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya kecil, diberikan nilai 1, dan jika pengaruh sedang, diberikan nilai 2. (3) Jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya diberikan nilai 3. Pengaruh antar faktor selanjutnya disusun ke dalam bentuk matriks sebagaimana Tabel 6. Tabel 6 Pengaruh antar faktor Dari A Terhadap A B C D ...... Sumber: Bourgeois, 2007
B
C
D
.............
Untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan yang terbaik pada masa yang
akan
datang,
dilakukan
penentuan
faktor-faktor
penting/faktor
pengungkit/elemen-elemen kunci dari beberapa faktor yang telah disusun sebelumnya. Faktor-faktor penting/pengungkit tersebut, dianggap faktor kunci yang sangat berpengaruh terhadap model pengelolaan rawa lebak secara berkelanjutan. Penentuan faktor-faktor penting/pengungkit dilakukan dengan cara seperti pada Gambar 5.
Pengaruh
(1)
(2)
Faktor Penentu
Faktor Penghubung (Leverage Variables) STAKE
(DrivingVariables) INPUT
(3)
(4)
Faktor Bebas (Marginal Variables) UNUSED
Faktor Terkait (Output Varables) OUTPUT Ketergantungan
Gambar 5
Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem
Masing-masing kuadran dalam diagram mempunyai karakteristik faktor yang berbeda (Bourgeois and Jesus, 2004), yaitu: a. Kuadran 1 (driving variables), memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh kuat dengan tingkat ketergantungan yang kurang kuat. Faktor pada kuadran ini merupakan faktor penentu atau penggerak (driving variables) yang paling kuat dalam sistem. b. Kuadran 2 (leverage variables), memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh dan ketergantungan yang kuat (leverage variables).
Faktor
pada kuadran ini dianggap peubah yang kuat. c. Kuadran 3 (outout variables), memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh kecil, namun ketergantungannya tinggi. d. Kuadran 4 (marginal variables), memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh dan ketergantungan kecil (rendah). Berdasarkan faktor-faktor penting/faktor pengungkit yang diperoleh di atas, selanjutnya dijadikan sebagai alternatif dalam penyusunan skenario. Ilustrasi keadaan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Ilustrasi keadaan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang Faktor penting 1 2 3 .... n
1A 2A 3A .... nA
Keadaan yang mungkin terjadi 1B 2B 3B .... nB
1C 2C 3C .... nc
Berdasakan hasil dari Tabel 7, langkah selanjutnya adalah membangun skenario rekomendasi kebijakan pengembangan model pengelolaan rawa lebak berkelanjutan dengan beberapa kemungkinan skenario seperti Tabel 8. Tabel 8 Kemungkinan skenario model pengelolaan rawa lebak berkelanjutan Skenario 1 2 3
3.8.9
Uraian
Urutan faktor
Bertahan pada kondisi saat ini, dengan perbaikan terbatas Melakukan perbaikan tetapi tidak maksimal Melakukan perbaikan secara menyeluruh dan terintegrasi
............................ .................. ............................ .................. ............................ ..................
Analisis pendapatan dan kebutuhan rumahtangga Untuk mengetahui pendapatan rumahtangga petani dilakukan analisis
dengan menjumlahkan penghasilan semua anggota keluarga (kepala keluarga, istri, anak, dan anggota lainnya) yang bersumber dari luar kegiatan usahatani maupun dari kegiatan usahatani yang dihitung dalam suatu periode tertentu. Selanjutnya dihitung proporsi pendapatan rumahtangga yang bersumber dari usahatani. Pada saat yang sama, dilakukan perhitungan kebutuhan rumahtangga dengan menjumlahkan semua kebutuhan rumahtangga, baik untuk kebutuhan primer, sekunder, dan kebutuhan tersier yang juga dihitung dalam suatu periode tertentu. Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan keluarga dan inventarisasi berbagai macam kebutuhan berdasarkan prioritas pemenuhannya. Dalam hal ini kebutuhan rumahtangga dibatasi pada kebutuhan-kebutuhan pokok (kebutuhan primer). Langkah berikutnya, dilakukan formulasi keseimbangan antara kebutuhan dengan penghasilan rumahtangga. 3.8.10 Analisis kebutuhan hidup layak (KHL) Untuk mengukur apakah suatu keluarga tani telah hidup layak, maka dilakukan analisis kebutuhan hidup layak (KHL). Dalam hal ini kebutuhan hidup layak didasarkan pada kebutuhan dasar, yaitu untuk pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan sosial.
Analisis ini dilakukan dengan cara
menyetarakan jumlah pendapatan bersih yang diperoleh setiap rumahtangga petani untuk dapat hidup layak yaitu minimal senilai beras 320 kg/th x harga (Rp/kg) x jumlah anggota keluarga x 2,5 (Sinukaban, 2007). Pedoman yang dipakai untuk perhitungan adalah:
- Nilai setara 320 kg beras per orang per tahun untuk memenuhi 3 (tiga) kebutuhan
hidup
primer (pangan, sandang, papan) dengan rincian 8,9 kg
beras x 3 x 12 bulan = 320,4 kg atau dibulatkan 320 kg/org/th (100%). Dalam sehari kebutuhan hidup per orang sebesar 290 gram beras, sebulan 290 gram x 30 = 8,9 kg per bulan. - Untuk kebutuhan kesehatan dan rekreasi 50% x 320 kg beras/org/th - Kebutuhan pendidikan 50% x 320 kg beras/org/th. - Kebutuhan sosial, asuransi dll. 50% x 320 kg beras/org/th. Untuk melengkapi hasil analisis ini dilanjutkan dengan analisis kebutuhan lahan minimal yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hidup layak, yaitu dengan mengkonversi nilai kebutuhan hidup layak ke nilai produktivitas lahan minimum. Dalam penetapan luas lahan minimal (Lm), digunakan persamaan: Lm = KHL/Pb, dimana: Pb adalah pendapatan bersih per hektar (Monde, 2008). 3.9
Rekomendasi Kebijakan Dari
serangkaian
analisis
yang
dilakukan,
selanjutnya
disusun
rekomendasi. Rekomendasi kebijakan dalam bentuk model pengelolaan rawa lebak berkelanjutan, merupakan tujuan utama dari penelitian ini. Rekomendasi kebijakan ini diharapkan dapat menjadi bahan rancangan kebijakan untuk pengelolaan rawa lebak di Kabupaten Kubu Raya pada khususnya dan daerah lain pada umumnya.