METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan di dua pasar tradisional di kota Medan yaitu Pasar Pagi Padang Bulan dan Pasar Sei Kambing Kecamatan Medan Helvetia. Penentuan daerah sampel ditentukan secara purposive dengan pertimbangan perbedaan pengelolaan. Pasar tradisional Pajak Pagi Padang Bulan milik swasta sedangkan pasar tradisional Sei Kambing milik pemerintah. Pasar tradisional Pajak Pagi Padang Bulan dan Pajak Sei kambing relatif sudah lama dan cukup besar (lihat lampiran 5).
Metode Penentuan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah pasar tradisional. Metode yang dilakukan adalah metode deskriptif
survei yaitu penyelidikan yang diadakan
untuk memperoleh fakta-fakta yang ada dan mencari keterangan-keterangan tentang keadaan yang sebenarnya.
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dipasar tradisional dan pasar modern serta wawancara kepada pedagang dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik, Perusahaan Daerah Pasar Petisah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Medan dan buku-buku pendukung lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Metode Analisis Data Untuk masalah (1) digunakan analisis deskriptif dengan mendiskripsikan perkembangan pasar tradisional di Kota Medan dari data yang akan didapat dari instansi terkait. Untuk masalah (2) digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan matriks SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pasar tradisional disesuaikan dengan kelemahan yang dimilikinya. Analisis SWOT meyediakan pemahaman realistis tentang hubungan suatu organisasi dengan lingkungannya untuk mendapatkan terciptanya strategi yang dapat memaksimunkan kekuatan dan peluang
serta meminimunkan
kelemahan dan ancaman yang ada. Dengan gambaran tersebut kita akan dapat melihat bagaimana strategi pengembangan pasar tradisional di Medan. Langkah-langkah pembuatan SWOT 1. Menentukan
penelitian
tujuan
untuk
mengetahui
seberapa
besar
perkembangan pasar tradisional di kota Medan. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar. Dengan itu kita akan menemukan beberapa variabel yang akan menentukan perkembangan suatu pasar tersebut. Data ini diperoleh dari data sekunder penelitian sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar antara lain : 1. Sistem tawar-menawar 2. Sebagai sarana pendukung ekonomi rakyat kecil 3. Adanya gotong-royong dalam pasar tradisional 4. Harga barang yang murah di pasar tradisional
Universitas Sumatera Utara
5. Adanya pedagang kaki lima 6. Fasilitas-fasilitas yang dibangun pemerintah dalam pasar tradisional 7. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional 8. Kondisi dan keadaan pasar tradisional 9. Adanya konsumen tetap yang berbelanja di pasar tradisional 10. Kenyamanan pedagang berjualan di pasar tradisional 11. Jumlah modal yang dimiliki pedagang pasar tradisional 12. Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional 13. Waktu buka pasar tradisional 14. Promosi yang dilakukan pedagang pasar tradisional terhadap barang dagangan 15. Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang 16. Kualitas barang yang rendah 17. Tempat strategis dekat dengan pemukiman penduduk 18. Kelalaian pemerintah dalam mengelola pasar tradisional 19. Keragaman barang yang lengkap 20. Jam operasional pasar yang terbatas 3. Setelah di peroleh faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar tradisional, kemudian dipilih faktor-faktor yang lebih strategis dalam mempengaruhi perkembangan pasar. Pemilihan variabel ini ditentukan setelah melakukan pra survei yaitu dengan mewawancarai 12 pedagang dan pengamatan langsung ke pasar tradisional. Daari hasil pra survei tersebut disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan pasar tradisional adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Sistem tawar menawar 2. Adanya pedagang kaki lima 3. Fasilitas-fasilitas yang dibangun pemerintah dalam pasar tradisional 4. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional 5. Kondisi dan keadaan pasar tradisional 6. Adanya konsumen tetap yang berbelanja di pasar tradisional 7. Kenyamanan pedagang berjualan di pasar tradisional 8. Jumlah modal yang dimiliki pedagang pasar tradisional 9. Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional 10. Waktu buka pasar tradisional 11. Promosi yang dilakukan pedagang pasar tradisional terhadap barang dagangan 12. Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang 4. Setelah di ketahui faktor-faktor strategis, kemudian faktor-faktor tersebut diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu : a. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang tidak dapat di kendalikan oleh pedagang pasar tradisional. b. faktor Internal, yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh pedagang pasar tradisional. 5. Setelah diklasifikasi faktor-faktor yang intenal dan eksternalnya, kemudian disusun kuisioner untuk menentukan skor setiap faktor. Skor tersebut menentukan apakah faktor tersebut masuk kedalam faktor Internal menjadi kekuatan dan kelemahan atau Faktor Eksternal menjadi peluang dan ancaman.
Universitas Sumatera Utara
Faktor dibagi menjadi 4 kategori yaitu 1dan 2 nilai rendah dan 3 dan 4 nilai tinggi. Pada internal 1 dan 2 = Kelemahan, 2 dan 4 = Kekuatan, sedangkan pada eksternal : 1 dan 2 = Ancaman dan 2 dan 4 = Peluang. 6. Setelah diperoleh skor tiap faktor, kemudian dilakukan pembobotan dalam tiap faktor. Pembobotan ini dilakukan untuk dengan cara tehnik komparasi berpasangan dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1991) pada menggunakan model AHP (Analytical Hierarchy Process) yaitu membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu tingkat hirarki berpasangan sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala banding berpasangan yang diemukan oleh Saaty (1991) dengan tingkat perbandingan : Kepentingan
1
2
3
Defenisi
Penjelasan
Kedua elemen pentingnya
sama Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan yang akan di capai Elemen yang satu lebih Penilaian lebih sedikit pentng dari elemen yang mempengaruhi satu faktor lainnya dibanding faktor lainnya. Satu faktor mutlak lebih Faktor tersebut paling penting dari faktor lainnya penting dari pada faktor lainnya yang memilki tingkat penegasan tertinggi
7. Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap responden dengan memakai tehnik pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1991), kemudian dibuat matrik penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.
Universitas Sumatera Utara
8. Setelah diperoleh penilaian tiap faktor dari seluruh responden, kemudian dicari rata-rata perbandingan dari seluruh responden yang disebut dengan ratarata geometris. Nilai dan rata-rata geometris dicari dengan menggunakan rumus:
G=n Ket :
x1• x • x3........• x 2
n
X1 = Nilai untuk responden 1 X2 = Nilai untuk responden 2 Xn = Nilai untuk responden n
9. Setelah di ketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut di normalisasi untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis Pasar Tradisional. 10. Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dalam tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana reaksi pasar tradisional terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan faktor strategis internalnya. 11. Kemudian di lakukan penyusunan faktor-faktor strategis dengan menggunakan matrik SWOT.
Universitas Sumatera Utara
Defenisi dan Batasan Operasional Adapun defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Defenisi 2. Modal merupakan biaya atau sejumlah uang yang dikeluarkan untuk pembelian barang atau komoditi sayuran yang akan diperdagangkan (Rupiah) 3. Pasar Tradisional adalah suatu tempat bagi para pembeli dan penjual melakukan transaksi perdagangan sembako dengan sistem tawar menawar hingga terjadi kesepakatan akan harga. 4. Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeliya tidak berinteraksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum pada barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh pramuniaga. Swalayan, minimarket, supermarket, hipermarket termasuk dalam kategori pasar modern. 5. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkomsumsi sembako dan memenuhi kebutuhan hidupnya dan anggota keluarganya. 6. Jumlah pedagang (responden) adalah jumlah pedagang yang menjual dagangannya yang ada di pasar tradisional dalam kurun waktu penelitian. 7. Matriks SWOT , matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh pasar tradisional sesuai dengan kekuatan dan kelemahan pasar. 8. Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar tradisional yang yang tidak dapat dikontrol oleh pasar.
Universitas Sumatera Utara
9. Faktor Internal yaitu faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar tradisional yang dapat dokontrol oleh pasar tradisional. 10. Jumlah kios yaitu jumlah tempat berjualan pedagang dimana dilakukan sebagai tempat pedagang berjualan. 11. Perkembangan yaitu kondisi keadaan suatu daerah yang dilihat dari pembangunan yang dilakukan dalam kurun waktu penelitian. 12. Strategi yaitu alat yang digunakan untuk mengetahui bagaimana cara untuk mencapai tujuan.
Batasan Operasional 1. Daerah penelitian dilakukan di Kota Medan. 2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2009. 3. Sampel yang di teliti adalah Pedagang Pasar Tradisional : Pasar Pagi Padang Bulan dan Pasar Sei Kambing
Universitas Sumatera Utara
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Keadaan Geografis Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 20.27’– 20.47’ dan 980.35’980.44’ BT. Kota
Medan berada pada ketinggian 2,5 m – 37,5 m di atas
permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Sampali berkisar antara 23,3 0C – 24,4 0C dan suhu maksimum berkisar antara 30,9 0C – 33,6 0C. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2004 menurut Stasiun sampali rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 171,2 mm. Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Menurut batas administratifnya, Kota Medan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang baik di sebelah utara, sebelah selatan, sebelah barat maupun sebelah timur.
Universitas Sumatera Utara
Tata guna Tanah/Lahan Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnya. Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar yaitu mulai dari bangunan pemukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah, pusat-pusat perbelajaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak. Keadaan Penduduk a. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan Penduduk Kota Medan berjumlah 2.036.185 orang dengan 460.080 rumah tangga yang tersebar disetiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah dan persentase penduduk kota Medan berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008. Golongan Umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65+ Jumlah
Laki-Laki Jiwa Persen(%) 101.775 51,52 101.269 51,61 103.651 51,17 117.631 49,32 111.668 46,92 99.908 47,82 87.795 49,53 72.206 49,66 62.618 50,86 47.771 51,52 32.519 50,97 25.591 49,94 20.563 49,81 27.075 45,44 1.012.040 49,70
Perempuan Jiwa Persen(%) 95.778 48,48 94.953 48,39 98.904 48,83 120.873 50,68 126.338 53,08 109.029 52,18 89.473. 50,47 73.186 50,34 60.490 49,14 44.961 48,48 31.285 49,03 25.652 50,06 20.716 50,19 32.507 54,56 1.024.045 50,30
Jumlah (Jiwa) 197.553 196.222 202.555 238.504 238.006 208.937 177.268 145.392 123.108 92.732 63.804 51.243 41.279 59.582 2.036.185
Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2006
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2006 adalah sebanyak 2.036.185 jiwa yang terdiri dari 1.012.040 jiwa lakilaki (49,70 %) dan 1.024.045 jiwa perempuan (50,30 %). Jadi jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Dari Tabel 2 juga menunjukkan jumlah umur produktif (15-54 tahun) adalah sebanyak 1.287.751 jiwa (63,25 %). Umur produktif adalah umur dimana seseorang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Sedangkan umur tidak produktif (0-14 tahun) sebanyak 596.330 jiwa (29,28 %) dan manula (>55 tahun) sebanyak 152.104 jiwa (7,47 %). b. Penduduk menurut Jenis Pekerjaan Untuk mengetahui jumlah penduduk Kota Medan menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 3 . Tabel 3. Jumlah penduduk Kota Medan menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2008 No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Pegawai Negeri 18.670 4,88 2 Pegawai Swasta 14.570 3,81 3 TNI/ POLRI 3.562 0,93 4 Tenaga Pengajar 43.551 11,38 5 Tenaga Kesehatan 2.399 0,63 6 Lain-lain 300.000 78,37 Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2008
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk Kota Medan yang memiliki pekerjaan dengan jumlah terbesar adalah sebagai tenaga pengajar yaitu sebesar 43.551 jiwa (11,08 %), pegawai negeri 18.670 jiwa (4,88 %), pegawai swasta 14.570 jiwa (3,81 %).
Universitas Sumatera Utara
c. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Medan berdasarkan tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD,SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 SD 412.893 21,51 2 SLTP 626.617 32,65 3 SLTA 670.597 34,94 4 Perguruan Tinggi 209.246 10,90 Jumlah 1.919.353 100 Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2008.
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 670.597 orang (34,94%), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar 626.617 orang (32,65%), Sekolah Dasar (SD) berjumlah 412.893 orang (21,51%), dan perguruan tinggi (PT) 209.246 orang (10,90%). Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan saat ini sangat baik, hal ini dapat kita lihat dari kesehatan, transportasi dan pasar yang sudah cukup memadai. Sarana transportasi di Kota Medan sangat lengkap baik didalam kota, keluar kota maupun ke luar negeri. Transportasi yang tersedia yaitu darat (Bus, Angkutan Kota, dan Kereta Api), laut (Kapal) serta udara (Pesawat). Untuk transportasi didalam kota, sebagian besar masyarakat Kota Medan memanfaatkan jasa angkutan kota (angkot) dengan trayek yang bermacam-macam.
Universitas Sumatera Utara
Untuk transportasi laut, pelabuhan yang terkenal di Kota Medan adalah pelabuhan Belawan. Untuk transportasi udara, di Kota Medan terdapat bandara Polonia Medan. Untuk mengtahui lebih jelas sarana dan prasarana di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sarana dan Prasarana Kota Medan Tahun 2008 No Sarana dan Prasarana Sekolah a. SD b. SLTP 1 c. SLTA d. Perguruan Tinggi
2
3
4
Kesehatan a. Puskesmas b. Pustu c. BPU d. Rumah Bersalin e. Rumah Sakit Transportasi a. Jalan Baik b. Jalan Sedang c. Jalan Rusak Pasar a. Pasar Tradisional b. Pasar Swalayan
Jumlah (Unit) 797 335 322 28 39 41 375 270 68 1.869,60 Km 446,15 Km 128,37 Km 56 30
Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2006
Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskam bawa sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas hingga Perguruan Tinggi. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan. Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu BPU 375 unit, rumah bersalin 270 unit, rumah sakit 68 unit, pustu 41 unit dan puskesmas 39 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
Sarana tempat ibadah di Kota Medan juga sangat memadai. Tempattempat ibadah berdiri dengan megah di setiap sudut kota sesuai dengan agama yang dianut masing-masing masyarakat. Adapun tempat-tempat ibadah yang ada di Kota Medan adalah Mesjid rumah ibadah untuk agama Islam, Gereja sebagai rumah ibadah agama Kristen, Wihara sebagai rumah ibadah agama Budha dan Kuil sebagai rumah ibadah agama Hindu. Pasar-pasar atau pusat perbelanjaan di Kota Medan juga sangat banyak dan sangat cukup memadai. Pasar-pasar yang ada di Kota Medan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tradisional indentik dengan bangunan-bangunan yang biasa saja, atau tidak terlalu megah. Sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan-bangunan yang besar dan megah.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah
pedagang di pasar Sei Kambing
Medan. Karakteristik Pedagangg sampel yang dimaksud meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan jenis komoditi yang di perdagangkan. Karakteristik pedagang sampel dijelaskan secara rinci pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Pedagang Sampel di Pasar Sei Kambing Medan No Karakteristik Satuan Rataan Rentang 1 Umur Tahun 40,27 26-50 2 Pendidikan Tahun 10 6-12 3 Jumlah Tanggungan Jiwa 4 1-8 4 Pengalaman Tahun 6,67 3-11 Berdagang 5 Jenis Komoditi - Pedagang Ikan Jiwa - Pedagang Telur - Pedagang Sayur - Pedagang Kelontong 6 Jam Buka WIB 6.33 5.00-9.00 7 Jam Tutup WIB 18.47 17.00-20.00 Sumber : Data diolah dari lampiran 3
Bulan
Oktober Oktober
Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat jumlah pedagang sampel memiliki ratarata umur 40 tahun 2 bulan 4 hari (40,27 tahun) dengan rentang umur antara 26-50 tahun. Artinya, umur pedagang sampel bersifat produktif, hal ini dikarenakan umur produktif secara umum adalah 15-49 tahun. Pendidikan pedagang sampel memiliki rata-rata 10 tahun dengan rentang antara 6-12 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan 10 (sepuluh) tahun berarti tingkat pendidikan pedagang sampel adalah tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Rata-rata tingkat pendidikan pedagang masih dikatakan sedang, hal ini
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan rata-rata pendidikan pedagang sudah mengecap program Pemerintah Wajib Belajar 9 (sembilan) tahun. Jumlah tanggungan pedagang sampel memiliki rata-rata 4 jiwa dengan rentang antara 1-8 jiwa. Jumlah tanggungan pedagang sampel dikatakan besar karena rata-rata jumlah tanggungan pedagang lebih besar dari 2 jiwa, yaitu program yang dicanangkan Pemerintah melalui Program KB. Pengalaman berdagang pedagang sampel memiliki rata-rata 6,67 tahun dengan rentang antara3-11 tahun. Jenis pedagang sampel terdiri dari 4 (empat), yaitu pedagang telur, pedagang ikan, pedagang sayur dan pedagang kelontong. Karakteristik pedagang sampel dapat dilihat juga pada waktu jam buka dan jam tutup. Pedagang sampel memiliki rata-rata jam buka adalah pukul 6.33WIB dengan rentang 500-900 WIB. Sedangkan waktu jam tutup memiliki rata-rata sebesar 18.47 WIB dengan rentang 1700-2000 WIB.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Pasar Tradisional di Kota Medan Perkembangan pasar tradisional dilihat dari beberapa aspek. Aspek yang dilihat dalam penelitian ini adalah jumlah pasar tradisional di kota Medan, jumlah kios dan jumlah pedagang. Jumlah pasar tradisional di kota Medan dilihat selama selang 3 (tiga) tahun terakhir yaitu tahun 2007-2009. Perkembangan jumlah kios dan jumlah pedagang di pasar tradisional dilihat selama 3 (tiga) tahun terakhir juga yaitu 2007-2009. Perkembangan jumlah kios dan jumlah pedagang dilihat dari pasar yang menjadi studi kasus penelitian ini yakni pasar Sei Kambing dan pasar Pagi Padang Bulan. Perkembangan pasar tradisional, jumlah kios dan jumlah pedagang dianalisis secara deskriptif dengan metode tabulasi sederhana. Kemudian dicari persentase
perkembangannya.
Untuk
mencari
persentase
perkembangan
digunakan metode tahun dasar. Tahun dasar yaitu tahun yang bersifat konstan yang menjadi dasar perhitungan. Perkembangan jumlah pasar tradisional di kota Medan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 7. Tabel 7. Perkembangan Jumlah Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 20072009 Keterangan Jumlah Pasar Perkembangan (%) Tahun 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Jumlah
50
50
50
0
0
0
Sumber : Diolah dari lampiran 5,6
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa jumlah pasar taradisional di kota Medan tahun 2007-2009 sebanyak 50 unit pasar. Jumlah pasar tradisional di kota Medan tidak mengalami perkembangan, karena persentase perkembangannya adalah 0 %. Artinya mulai tahun 2007 – 2009 tidak ada terjadi pembangunan pasar tradisional oleh Pemerintah kota Medan. Perkembangan jumlah kios di pasar Sei Kambing dapat dilihat secara rinci pada Tabel 8. Tabel 8. Perkembangan Jumlah Kios Pedagang di Pasar Sei Kambing Tahun 2007-2009 Pasar Sei Jumlah Kios Perkembangan (%) Kambing Tahun 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Jumlah 640 640 640 0 0 0 Sumber : Diolah dari lampiran 7
Dari Tabel 8 diketahui bahwa jumlah kios tahun 2007-2009 sebesar 640 unit. Jumlah kios di pasar Sei Kambing tidak mengalami perkembangan, karena jumlah kios dari tahun 2007-2009 adalah konstan. Perkembangan jumlah pedagang di Pasar Sei Kambing dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 9. Tabel 9. Perkembangan Jumlah Pedagang di Pasar Sei Kambing Tahun 20072009 Pasar Sei Jumlah Pedagang Perkembangan (%) Kambing Tahun 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Jumlah 0 0 0 480 480 480 Sumber : Diolah dari lampiran 7
Dari Tabel 9 diketahui bahwa jumlah pedagang tahun 2007-2009 sebesar 480 pedagang. Jumlah pedagang di pasar Sei Kambing tidak mengalami perkembangan, karena jumlah kios dari tahun 2007-2009 adalah konstan.
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 8 dan 9 dapat diketahui bahwa jumlah kios tidak sama dengan jumlah pedagang, atau dengan kata lain jumlah kios lebih banyak dari jumlah pedagang. Perbedaan ini disebabkan karena ada beberapa pedagang yang memiliki lebih dari 1 (satu) kios. Perkembangan jumlah kios dan jumlah pedagang di pasar Pasar Pagi Padang Bulan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 10 dan 11. Tabel 10.
Perkembangan Jumlah Kios Pedagang di Pasar Pagi Padang Bulan Tahun 2007-2009 Pasar Pagi Jumlah Kios Perkembangan (%) Padang Bulan Tahun 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Jumlah 140 140 160 0 0 14,29
Sumber : Diolah dari lampiran 8
Dari Tabel 10 diketahui bahwa jumlah kios tahun 2007 sebesar 140 unit, tahun 2008 sebesar 140 dan tahun 2009 sebesar 160 unit. Jumlah kios di pasar Pagi Padang Bulan tidak mengalami perkembangan dari tahun 2007-2008. Sedangkan pada tahun 2009, jumlah kios mengalami perkembangan sebesar 20 unit, atau sebesar 14,29 % dari tahun 2007. Perkembangan jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan dapat dilihat secara jelas pada Tabel 11. Tabel 11. Perkembangan Jumlah Pedagang di Pasar Pagi Padang Bulan Tahun 2007-2009 Pasar Pagi Jumlah Pedagang Perkembangan (%) Padang Bulan Tahun 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Jumlah 0 0 16,67 120 120 140 Sumber : Diolah dari lampiran 8
Dari Tabel 11 diketahui bahwa jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan tahun 2007 sebesar 120 jiwa, tahun 2008 sebesar 120 jiwa dan tahun 2009 sebesar 140 jiwa. Jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan tidak mengalami
Universitas Sumatera Utara
perkembangan dari tahun 2007-2008, karena persentase perkembangan adalah 0%. Sedangkan pada tahun 2009, jumlah pedagang mengalami perkembangan sebesar 20 pedagang, atau sebesar 16,67 % dari tahun 2007. Dari Tabel 10 dan 11 dapat diketahui bahwa jumlah kios tidak sama dengan jumlah pedagang, atau dengan kata lain jumlah kios lebih banyak dari jumlah pedagang. Perbedaan ini disebabkan karena ada beberapa pedagang yang memiliki lebih dari 1 (satu) kios.
Universitas Sumatera Utara
Strategi Pengembangan Pasar Tradisional di Kota Medan Penentuan strategi pasar tradisional memiliki tahapan-tahapan. Tahapan pertama adalah mengidentifikasi faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Pada tahapan pengidentifikasian faktorfaktor eksternal dan internal dilakukan dengan pembuatan parameter penilaian. Pembuatan parameter penilaian dalam penelitian ini terdiri dari 12 (dua belas) parameter. Kedua belas parameter penilaian diberi batasan penilaian yang terdiri dari empat kriteria. Setiap kriteria diberi nilai dengan rentang 1-4. Sehingga dapat diperoleh parameter yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Faktor kekuatan terdiri atas 4 (empat) parameter, kelemahan terdiri atas 3 (tiga) parameter, peluang terdiri atas 2 (dua) parameter, dan ancaman terdiri atas 3 (tiga) parameter. Tahapan kedua adalah penentuan strategi pengembangan pasar tradisional. Strategi pengembangan Pasar Tradisonal di daerah penelitian dapat dilihat dengan analisis SWOT yaitu dengan melihat kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (Oppurtunity), dan ancaman (Treaths). Penentuan strategi pengembangan pasar tradisional adalah membuat matriks kombinasi keempat faktor yaitu kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (Oppurtunity), dan ancaman (Treaths). Strategi yang dibuat dari kombinasi keempat faktor adalah kekuatanpeluang (S-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahan-peluang (W-O), dan kelemahan ancaman (W-T). Tahapan ketiga adalah evaluasi strategi pengembangan pasar tradisional. Evaluasi strategi faktor eksternal dan internal dilakukan dengan membuat tabel Matriks Evaluasi Faktor eksternal dan faktor internal. Hal-hal yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dalam evaluasi faktor eksternal dan internal adalah membuat bobot, menentukan nilai rating, dan mencari nilai bobot dikali dengan rating. Besarnya bobot dapat dicari melalui perbandingan antara banyaknya jumlah sampel yang menyatakan tentang parameter yang diuji dengan total sampel. Rating dibuat oleh peneliti sendiri yang sesuai dengan literatur dan sesuai dengan data yang diperoleh. Identifikasi faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan internal (kekuatan dan kelemahan) strategi pengembangan pasar tradisional yang diolah dari lampiran 8-11 sebagai berikut : Adapun beberapa faktor strategis eksternal yang mempengaruhi Strategi pengembangan pasar tradisional beserta pembobotannya dapat dilihat pada tabel 12 sebagai berikut: Tabel 12. Pembobotan Faktor Strategis Eksternal Faktor-faktor Strategis Eksternal
Bobot
Adanya pedagang kaki lima
0.11
Fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah dalam pengembangan pasar tradisional Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional Kondisi dan keadaan pasar tradisional Adanya konsumen yang suka dan setia (konsumen tetap) yang berbelanja di pasar tradisional Keamanan pedagang berjualan di pasar tradisional Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang Total
0.13 0.09 0.17 0.21 0.19 0.1 1
Sumber : Diolah dari lampiran 14
Adapun alasan pembobotan beberapa faktor strategis eksternal pada tabel 12 di atas adalah sebagai berikut: 1. Adanya pedagang kaki lima Pedagang Kaki Lima merupakan pedagang yang berjualan di pinggiran atau yang membuka lapak di tempat yang tidak termasuk dalam pasar tradisional
Universitas Sumatera Utara
karena pedagang kaki lima adalah pedagang yang berjualan di daerah yang dapat mengganggu ketertiban lalu lintas dan merusak pemandangan pasar trdisional menjadi kumuh sehingga dapat menjadi suatu ancaman. 2. Fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah dalam pasar tradisional Fasilitas pasar tradisional juga merupakan suatu faktor dalam menilai pengembangan pasar tradisional. Tetapi jika tidak adanya fasilitas atau rusaknya fasilitas pasar tradisional dapat menjadi suatu ancaman pasar tradisional dalam pengembangannya. 3. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional Keberadaan pasar modern merupakan hal yang wajar pada masa ini dimana melihat kebutuhan konsumen yang tidak terbatas. Tetapi dalam hal ini, pasar modern bisa menjadi ancaman bagi pasar tradisional karena pasar modern dapat melemahkan perekonomian pasar tradisional bahkan dapat mengurangi tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional. 4. Kondisi dan keadaan pasar tradisional Kondisi dan keadaan pasar tradisional merupakan bagian yang dari fisik pasar tradisional. Kondisi dan keadaan fisik pasar tradisional dapat menjadi peluang serta dapat juga menjadi ancaman pasar tradisional. Jika kondisi fisik pasar tradisional rapi dan teratur serta bersih dapat menjadi peluang pasar tradisional dalam berkembang, tetapi sebaliknya jika kondisi dan keadaan pasar yang tidak teratur, kotor, serta bau dapat menjadi ancaman bagi pasar tradisional. 5. Adanya konsumen yang suka dan setia (konsumen tetap) Konsumen adalah orang yang memenuhi kebutuhannya dengan membeli keperluan hidupnya. Konsumen bersifat dinamis yaitu selalu bergerak. Konsumen
Universitas Sumatera Utara
tetap merupakan konsumen yang selalu berbelanja pada satu tempat yang di anggap murah atau menguntungkan sehingga dapat menjadi peluang bagi pedagang dalam menjual dagangannya. 6. Keamanan pedagang berjualan di pasar tradisional Keamanan pedagang tradisional dalam berjualan dapat menjadi peluang jika di dalam pasar tradisional tidak terjadi hal-hal negatif yang dapat merudikan pedagang. Misalnya tidak adanya pencurian atau premanisme dapat meningkatkan kepercayaan pedagang dalam berjualan dan kepercayaan pembeli terhadap suatu pasar tradisional. 7. Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang. Biaya retribusi merupakan biaya yang tidak terduga yang dikeluarkan pedagang dalam menjalankan usahanya. Jika biaya retribusi yang di bayar pedagang tinggi dapat menjadi kelemahan dalam pengembangan pasar tradisional. Adapun beberapa faktor strategis Internal yang mempengaruhi strategi pengembangan pasar tradisional beserta pembobotannya dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut: Tabel 13. Pembobotan Faktor Strategis Internal Faktor-faktor Strategis Internal Jumlah modal yang dimiliki oleh pedagang pasar tradisional Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional Waktu buka pasar tradisional Promosi terhadap barang dagangan Ada proses tawar menawar Total
Bobot 0.24 0.2 0.25 0.15 0.16 1
Sumber : Diolah dari lampiran 13
Adapun alasan pembobotan beberapa faktor strategis internal pada tabel 14 di atas adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Jumlah modal yang dimiliki oleh pedagang pasar tradisional Modal merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam menjalankan usaha pedagang. Jumlah modal sangat mempengaruhi pendapatan pedagang serta dapat menjadi sebuah kekuatan dalam mengembangakan pasar tradisional. 2. Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional Pendapatan pedagang pasar tradisional dapat menjadi sebuah kekuatan dalam mengembangkan pasar tradisional dimana jumlah pendapatan pedagang dipengaruhi oleh penjualan hasil dagangannya
yang menghasilkan laba bagi
pedagang pasar tradisional 3. Waktu buka pasar tradisional Waktu
buka
suatu
pedagang
dapat
menjadi
kekuatan
dalam
mengembangakan pasar tradisional. Semakin cepat pedagang pasar tradisional membuka usahanya semakain banyak pembeli/konsumen yang memiliki keterbatasan waktu di dalam berbelanja untuk memenuhi kebutuhan. 4. Promosi terhadap Barang/Produk Dagangan Promosi merupakan pengenalan suatu produk/barang yang dijual kepada konsumen agar konsumen mengetahui keberadaan/tempat serta harga suatu barang. Tidak adanya promosi yang dilakukan dapat menjadi suatu kelemahan dalam pengembangan pasar tradisional. 5. Ada proses tawar menawar Budaya tawar
menawar dapat
menjadi sebuah kekuatan dalam
pengembangan pasar tradisional. Karena hanya di dalam pasar tradisional konsumen dan penjual dapat saling berinteraksi dan menentukan harga suatu barang yang diperjualbelikan sampai di dapat kesepatan harga antara kedua pihak.
Universitas Sumatera Utara
Menentukan rating dan skoring faktor-faktor strategis Pada tahap penentuan rating, identifikasi faktor strategis eksternal ditinjau dari peluang dan ancaman yang ada dan identifikasi faktor strategis internal ditinjau dari kekuatan dan kelemahan yang ada. Rating diberikan kepada masingmasing faktor strategis internal dan eksternal untuk menunjukkan seberapa efektif pengolah merespon faktor-faktor strategis. Hasil skor dapat diperoleh dari pengalian bobot dengan rating yang telah di dapat. Adapun tabel perhitungan pembobotan x rating faktor strategis eksternal pengembangan pasar tradisional di daerah penelitiandapat dilihat pada tabel 15 berikut ini: Tabel 14. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS) Faktor-faktor Strategis Eksternal PELUANG Adanya konsumen yang suka dan setia (konsumen tetap) yang berbelanja di pasar tradisional Keamanan pedagang berjualan di pasar tradisional ANCAMAN Adanya pedagang kaki lima Fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah dalam pengembangan pasar tradisional Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional Kondisi dan keadaan pasar tradisional Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang Total
Bobot x Bobot Rating Rating 0.21
3
0.63
0.19
3
0.57
0.11
2
0.22
0.13
2
0.26
0.09 0.17 0.1
2 2 2
0.18 0.34 0.2
1
16
2.4
Sumber : Diolah dari lampiran 15
2. Peluang (Opportunities) Pasar Tradisional di Kota Medan Dalam pengembangannya dijumpai berbagai peluang pada pasar tradisional di kota Medan. Adapun peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan pasar tradisional sebagai pengembangannya adalah :
Universitas Sumatera Utara
•
Adanya Konsumen yang Suka dan Setia (Konsumen Tetap) Berbelanja di Pasar Tradisional Ada beberapa konsumen memiliki pola pikir yang sama, yaitu berbelanja
di pasar tradisional merupakan suatu tradisi. Sehingga dapat dikatakan bahwa, pasar tradisional memiliki konsumen tetap, konsumen tetap ini biasanya berasal dari kalangan orang tua, yang masih memiliki pola pikir lebih senang berbelanja di pasar tradisional. Hal ini merupakan peluang bagi pasar tradisional karena masih memiliki diminati oleh pembeli tetap.yang masih potensial. •
Keamanan Pedagang Berjualan di Pasar Tradisional Tingkat keamanan di pasar tradisional mulai terjamin, hal ini ditandai
dengan masih telah berkurangnya tindakan premanisme atau kriminalisme. Tindakan premanisme yang terjadi di pasar tradisional meliputi pungutan liar, pencurian barang dagangan. Hal ini membuat pedagang maupun pembeli sudah mulai merasa nyaman. 3. Ancaman (Threats) Pasar Tradisional di Kota Medan Pengembangan pasar tradisional di kota Medan memiliki ancaman yang merupakan tantangan dalam usaha pengembangan pasar tradisional. Adapun ancaman-ancaman yang dihadapi pasar tradisional adalah : •
Adanya pedagang kaki lima Pedagang kaki lima adalah pedagang yang berjualan di depan pasar
tradisional yang tidak memiliki kios untuk berdagang. Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan suatu ancaman bagi pedagang di pasar tradisional. Karena pedagang kaki lima ini berjualan di depan dari suatu pasar. Dengan berjualan di depan pedagang kaki lima menjadi pilihan para pembeli mengingat dengan efektifitas waktu pembeli dan dengan harga yang relatif murah.
Universitas Sumatera Utara
•
Fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah dalam pengembangan pasar tradisional Pasar tradisional belum memiliki fasilitas yang mendukung, seperti tidak
ada kamar mandi umum dan atau tidak terawatnya kamar mandi umum dan kios pedagang. Fasilitas yang belum lengkap ini membuat pedagang dan pembeli menjadi tidak nyaman. •
Adanya pasar modern di sekitar Pasar Tradisional Pasar modern meliputi pasar swalayan dan pasar hipermarket. Kehadiran
pasar modern mengakibatkan dampak yang negatif bagi pasar tradisional. Letak pasar modern yang jaraknya berdekatan merupakan suatu ancaman bagi pasar tradisional. Hal ini dikarenakan sebagian pembeli pasar tradisional diserap oleh pasar modern. Sehingga pembeli pada pasar tradisional menjadi lebih sedikit. •
Kondisi dan Keadaan Pasar Tradisional Kondisi fisik pasar tradisional merupakan suatu kelemahan, karena kondisi
fisik pasar tradisional ini bau, becek dan masih kotor. Kondisi ini menyebabkan pembeli kadang enggan untuk berbelanja ke pasar tradisional. •
Besarnya Retribusi yang Dikeluarkan Pedagang Biaya rutin/retribusi adalah hal yang memberatkan bagi setiap pedagang
pasar tradisional. Karena pedagang harus membayar setiap hari biaya yang tidak dapat dinikmati kembali. Hal ini membuat citra pasar tradisional menjadi negatif menurut pedagang maupun pembeli. Adapun tabel perhitungan pembobotan x rating faktor strategis internal usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFAS) Faktor-faktor Strategis Internal
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0.24
3
0.72
0.2
3
0.6
0.25 0.16
3 4
0.75 0.64
0.15 1
1 14
0.15 2.86
KEKUATAN Jumlah modal yang dimiliki oleh pedagang pasar tradisional Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional Waktu buka pasar tradisional Ada proses tawar menawar KELEMAHAN Promosi terhadap barang dagangan Total Sumber : Diolah dari lampiran 16
4. Kekuatan (Strenghts) Pasar Tradisional di Kota Medan Dalam pengembangannya dijumpai berbagai kekuatan pada pasar tradisional di kota Medan. Adapun kekuatan yang dapat dimanfaatkan pasar tradisional sebagai pengembangannya adalah : •
Jumlah Modal yang Dimiliki Pedagang Pasar Tradisional Modal merupakan faktor yang penting dalam kegiatan berdagang. Modal yang
digunakan pada saat berdagang diharapkan dapat meningkatkan keuntungan usaha. Modal yang digunakan tergantung paada kemampuan pribadi dan keluarga pedagang. Jumlah modal yang digunakan untuk pembelian barang dagangan dihitung dalam rupiah per bulan. Besarnya jumlah modal ditentukan jenis pedagang. Jenis pedagang yang ada di pasar tradisional adalah pedagang sayur, pedagang daging/ikan, pedagang kelontong dan pedagang telur. Untuk pedagang telur dab pedagang sayur memiliki modal berkisar antara Rp. 1.000.000-Rp. 3.000.000, sedangkan pedagang ikan dan pedagang kelontong memiliki modal levih besar dari Rp. 5.000.000.
Universitas Sumatera Utara
•
Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Pendapatan pedagang diperleh dari selisih dari jumlah barang yang laku
terjual dikali dengan harga jual masing-masing barang dengan harga beli barang ditambah dengan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang selama sebulan. Tingkat pendapatan yang tinggi akan membuat pedagang menjadi lebih serius dalam melaksanakan usahanya. Pendapatan pedagang pasar tradisional adalah lebih besar dari Rp. 2.000.000 per bulan. •
Waktu Buka Pasar Tradisional Pedagang pasar tradisional Pasar tradisional biasanya buka lebih cepat
dibandingkan dengan pasar tradisional. Sejalan dengan komoditi dagangan pasar tradisional yakni kebutuhan pokok dengan waktu buka yang cepat, menjadikan pasar tradisional prioritas berbelanja masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. •
Adanya proses tawar menawar Tawar menawar harga merupakan budaya yang terjadi di pasar tradisional.
Tawar menawar ini merupakan daya tarik bagi pembeli/konsumen. Hal ini dikarenakan konsumen memiliki pemikiran akan bisa mendapatkan harga yang diinginkan dan juga dapat berinteraksi dengan pedagang. 5. Kelemahan (Weakness) Pasar Tradisional di Kota Medan Dalam pengembangannya dijumpai berbagai kelemahan pada pasar tradisional di kota Medan. Adapun kelemahan yang terdapat pada pasar tradisional sebagai pengembangannya adalah :
Universitas Sumatera Utara
•
Promosi terhadap barang dagangan Pedagang pasar tradisional tidak pernah melakukan promosi atas barang
dagangan kepada konsumen, sehingga konsumen tidak mengetahui barang dagangan yang dijual oleh pedagang tersebut dengan pasti. Hal ini menyebabkan konsumen yang sering berbelanja di pasar tradisional saja yang menjadi pembeli. Padahal, banyak konsumen lain yang bersifat potensial yang tidak mengetahui letak untuk tiap jenis barang dagangan Dari penjelasan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan maka dapat ditentukan strategi alternatif untuk pengembangan pasar tradisional di kota Medan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17. Penentuan Alternatif Strategi Strategi pengembangan Pasar Tradisional di Kota Medan dilakukan dengan cara membuat SWOT matriks. SWOT matriks ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi, baik internal (kekuatan dan kelemahan) maupun eksternal (peluang dan ancaman).Berdasarkan matriks posisi analisis SWOT yang ada maka dapat disusun 4 (empat) strategi utama, yaitu Strenghts-Opportunities (S-O), Weaknesses-Oppurtunities (W-O), Strenghts-Threats (S-T), dan WeaknessesThreats (W-T).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16.
Penentuan Strategi Pengembangan Pasar Tradisional di Kota Medan IFAS
EFAS Peluang (O) 1. Adanya konsumen yang suka dan setia (konsumen tetap) berbelanja di pasar tradisional 2. Keamanan pedagang berjualan di pasar tradisional
Ancaman (T) 1. Adanya pedagang kaki lima (PKL) yang mengurangi pendapatan pedagang pasar tradisional 2. Tidak adanya fasilitas yang dibangun oleh pemerintah 3. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional 4. Kondisi dan keadaan pasar tradisional dari hari kehari semakin rusak 5. Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang per bulannya
Kekuatan (S) 1. Jumlah modal yang dimiliki setiap pedagang Kelemahan (W) 2. Pendapatan yang 1. Pedagang tradisional diperoleh pedagang tidak ada melakukan pasar tradisional promosi terhadap 3. Waktu buka pedagang barang dagangan pasar tradisional 4. Ada proses tawar menawar Strategi SO • Memamfaatkan keamana pasar untuk mempertahankan waktu buka yang lebih awal (S3, O2) • Memamfaatkan modal dan pendapatan pedagang untuk menambah dagangan yang dapat meningkatkan pelayanan bagi konsumen (S1, S2 O1) • Strategi ST • Mempertahankan dan meningkatkan budaya yang telah lama terjadi di pasar tradisional yang bersifat positif (S3, S4, T3, T4) • Melengkapi fasilitas penerangan dan kebijakan harga (S2, S3, T1, T2, T5) • Meningkatkan kualitas dan kuantitas barang dagangan dan tetap mempertahankan harga yang yang bersaing (S3, S4 T1, T3)
•
Strategi WO Meningkatkan keamanan konsumen dan pedagang dengan memperbaiki sistem yang ada di pasar tradisional, misalnya penertiban parkir dan kebersihan, dan melakukan piket pagi bagi pegawai Dinas Pasar (W2, O1, O2)
Strategi WT • Memamfaatkan layanan promosi dalam bentuk kerjasama dengan Perusahaan Pelayanan Iklan(W1, T2, T3,) • Perlu perhatian Pemerintah dalam memperbaiki fasilitas pasar tradisional dan menertibkan pedagang kaki lima (PKL) yang mengganggu kenyamanan konsumen (W1 , W 2, T1, T2, T3, T4)
Sumber : Diolah dari Lampiran 9-11
Universitas Sumatera Utara
Strategi SO Adapun strategi yang dilaksanakan pada pasar tradisional dengan melihat antara kekuatan dengan peluang sebagai berikut : • Membina pedagang pasar tradisional agar dapat mengetahui harga pasar (S1, O2) • Meningkatkan jumlah modal pedagang, dengan jumlah modal yang besar pedagang dengan menambah dagangan yang dapat menarik minat konsumen (S1, S2 O1) • Mempercepat waktu buka pedagang berjualan dan meningkatkan pelayanan kepada konsumen (S1, S3, O1)
Strategi WO Adapun strategi yang dilaksanakan pada pasar tradisional dengan melihat antara kekuatan dengan kelemahan dengan peluang sebagai berikut : •
Meningkatkan keamanan konsumen dan pedagang dengan memperbaiki sistem yang ada di pasar tradisional, misalnya penertiban parkir dan kebersihan, dan melakukan piket pagi bagi pegawai Dinas Pasar (W2, O1, O2)
Strategi ST Adapun strategi yang dilaksanakan pada pasar tradisional dengan melihat antara kekuatan dengan ancaman sebagai berikut : • Mempertahankan dan meningkatkan budaya yang telah lama terjadi di pasar tradisional yang bersifat positif (S3, S4, T3, T4) • Melengkapi fasilitas penerangan dan kebijakan harga (S2, S3, T1, T2, T5)
Universitas Sumatera Utara
• Meningkatkan
kualitas
dan
kuantitas
barang
dagangan
dan
tetap
mempertahankan harga yang yang bersaing (S3, S4 T1, T3)
Strategi WT Adapun strategi yang dilaksanakan pada pasar tradisional dengan melihat antara kelemahan dengan ancaman sebagai berikut : • Memamfaatkan layanan promosi dalam bentuk kerjasama dengan Perusahaan Pelayanan Iklan(W1, T2, T3,) • Perlu perhatian Pemerintah dalam memperbaiki fasilitas pasar tradisional dan menertibkan pedagang kaki lima (PKL) yang mengganggu kenyamanan konsumen (W1 , W 2, T1, T2, T3, T4)
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan 1.
a. Pasar Tradisional yang diteliti selama 3 (tiga) tahun yakni 2007-2009 tidak mengalami perkembangan dalam jumlah kios dan jumlah pedagang. Hal ini disebabkan karena jumlah pasar di kota Medan tetap. b. Jumlah kios dan jumlah pedagang di pasar tradisional Sei Kambing selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni tahun 2007-2009 tidak mengalami perkembangan. c. Jumlah kios di pasar Pagi Padang Bulan selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni tahun 2007-2009 mengalami perkembangan. Sedangkan jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni tahun 2007-2009 juga mengalami perkembangan
2. a.
Pasar
tradisional
dalam
usahanya
untuk
menjalankan
strategi
pengembangan pasar tradisional dalam memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman masih di bawah rata-rata. Hal ini dilihat dari nilai total skoring sebesar 2,40. c. Pasar
tradisional
dalam
usahanya
untuk
menjalankan
strategi
pengembangan pasar tradisional dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan meminimilisasi kelemahan adalah masih di bawah rata-rata. Hal ini dilihat dari nilai skor pembobotan adalah 2,86. d. Jika dibandingkan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan), maka nilai skor faktor strategis eksternal lebih kecil dari nilai skor faktor strategis internal. Artinya
Universitas Sumatera Utara
strategi pengembangan pasar tradisional lebih memanfaatkan kekuatan dan meminimalisasi kelemahan daripada peluang dan ancaman yang terjadi
1. Saran a) Kepada Pemerintah Disarankan kepada Pemerintah agar memperbaiki fasilitas-fasilitas pasar tradisional, menertibkan petugas parkir dan kebersihan, menertibkan pedagang kaki lima (PKL). b) Kepada Pedagang Tradisional Disarankan agar mempertahankan budaya yang bersifat positif misalnya tawar-menawar harga dan waktu buka usaha yang lebih cepat meningkatkan kualitas produk dengan cara membuat promosi. c) Kepada PeneLiti Diharapkan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Dampak Sosial dan Ekonomi atas Keberadaan Pasar Modern di sekitar Pasar Tradisional.
Universitas Sumatera Utara