METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian direncanakan di wilayah administratif Kota Malang. Penentuan lokasi percontoh dilakukan berdasarkankerapatan penutupan
kanopi pohon
perkotaan dan RTH pada masing-masing ekosistem Kota Malang. Kegiatan penelitian ini mulaidilaksanakan dari bulan Oktober 2010 hingga bulanJanuari 2011. Lokasipenelitian tersebut tersaji pada Gambar 3 .
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Diolah)
22
Bahan dan Alat Penelitian Penelitian ini membutuhkan data dasar berupa citra dan peta spasial kawasan.Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer untuk deliniasi luasan area sampel penelitian dan pengolahan serta analisis data.Bahan dan Alat yang digunakan terdiri dari: 1. Landsat TM+7 tahun 2009 2. Peta Administrasi dan Tata Guna Lahan Kota Malang tahun 2009 3. Software ArcView 3.2 4. Extension CITYgreen 5.4, Image Analyst, dan Spatial Analyst 5. Seperangkat Personal Computer (prosesor Intel coretm 2 duo , hardisk 320 Gb, memory 2 Gb, VGA Intel share 1 G, DDR 5, monitor LCD 15,4 inchi). Bahan yang dibutuhkan berupa data tentang kondisi kawasan antara lain a) Data Biofisik a. Peta topografi b. Tanah (jenis tanah, struktur tanah); c. Hidrologi (sumber air, kebutuhan air, kapasitas air tanah dan run off); d. Iklim (suhu, kelembaban); e. Kualitas udara b) Data sosio-ekonomi-budaya a. Demografi (jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk) b. Sebaran penduduk dan etnis c. Aspek legal c) Data Teknis a. Rencana Umum Tata Ruang Kota Malang tahun 2008-2028 b. Evaluasi Rencana Umum Tata Ruang Kota Malang tahun 2009 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, meliputi pengambilan dan pengolahan data. Pengambilan data dilakukan melalui dekstop study dan survei. Analisis data dilakukan secara spasial dengan menggunakan SIG dan CITYgreen. Ruang lingkup kegiatan penelitian ini
23
meliputi keseluruhan ekosistem pepohonan dan ruang terbuka hijau padalima wilayah administratifdi kota Malang. Metode penelitian dibagi atas tiga komponen, yaitu ruang lingkup dan batasan penelitian, pengambilan data, serta pengolahan data. Batasan Penelitian Ruang lingkup kegiatan penelitian ini meliputi keseluruhan wilayah administratifKota Malang. Pengambilan data dilakukan secara sekunder pada masing-masing wilayah administratif yang terdiri atas lima kecamatan (Klojen, Belimbing, Sukun, Lowokwaru dan Kedungkandang). Pengambilan data tersebut dilakukan melalui identifikasi citra dan vektor Kota Malang, serta pengambilan foto terkait kebutuhan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup skala kota (city scale dan large/macro scale). Sesuai dengan user manual CITYgreen 5.4. Pada skala kota diasumsikan citra memiliki informasi yang telah tersedia sehingga tidak diperlukan pemasukan data atribut. Skala tapak memiliki tingkat kompleksitas yang lebih dibandingkan dengan skala kota, berdasarkan jenis informasi dan atribut ditail yang dimasukan. Untuk meningkatkan validasi dari data dalam penelitian ini digunakan metode sampling yang berasal dari data sekunder dan pengecekan tapak melalui desktop study sebagai verifikasi dan klarifikasi hasil olahan data secara total kawasan kota. Sampling tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan karakter kerapatan penutupan lahan pada masing-masing ekosistem kota yang berbeda-bedadi seluruh wilayah administrasi Kota Malang. Dalam pengolahan data pada skala kota, identitas dan atribut ditail dari vegetasi (jenis dan jumlah) dianggap sama sebagai klas vegetasi atau tutupan pohon. Struktur, komposisi dan konfigurasi dari tipe tutupan lahan (kanopi dan non kanopi) tetap dilakukan dengan beragam asumsi yang berdasarkan pada data ground truth check (foto dan data sekunder lainya). Prosedur Pengambilan Data Pengambilan
data
dilakukan
melalui
desktop
study
atau
studi
literatur.Desktop study dilakukan untuk mengumpulkan literatur berupa data spasial (citra) dan data pendukung lainya.Pelaksanaan pengambilan data
24
penelitian dibatasi pada deliniasi area penutupan lahan oleh vegetasi pada masingmasing wilayah kecamatan di Kota Malang.Deliniasi dilakukan pada citra satelit. Dengan mengetahui luasan lahan yang tertutup pepohonan, baik berupa jalur ataupun area, maka dapat diprediksikan komposisi dari ruang kota. Untuk akurasi data luasan dan jenis penutupan lahan pada lokasi studi dilakukan dengan melaksanakan pengecekan per sampel. Pengecekan per sampelpada penelitian ini dilakukan melalui metode sampling.Sampling dilakukan berdasarkan keberadaan pepohonan pada masingmasing ekosistem kotadi wilayah Kota Malang. Keberadaan pepohonan pada masing-masing ekosistem kota di seluruh wilayah Kota Malang digunakan untuk memberikan gambaran karakteristik ekosistem kota tersebut. Keberadaan pepohonan di Kota Malang secara umum berupa jalur hijau jalan. Sampling yang dilakukan pada jalur hijau pada masing-masing ekosistem kota. Pada tahapan ini, pengecekan dilakukan dengan mengambil foto pada masing-masing area sampel dan klarifikasi lokasi melalui Google Earth 2011. Pengambilan foto dilakukan untuk mengklarifikasi struktur penutupan oleh kanopi pohon. Melalui pengambilan foto tersebut dapat diidentifikasikan komposisi penutupan pohon secara vertikal pada masing-masing area sampel. Pengambilan foto dilakukan melalui pemotretan tipe vegetasi penutup lahan pada masing masing area studi. Verifikasi lokasi sampel digunakan untuk menduga posisi tutupan pohon pada masing-masing area. Dokumentasi studi ini diperlukan sebagai data pembanding dan pelengkap.Deliniasi kanopi pohon dilakukan melalui digitasi pada citra yang telah diolah dan dirubah format menjadi shapefile. Keterbatasan informasi pada citra Landsat mengakibatkan proses digitasi dilakukan dengan melihat kondisi penutupan lahan pada citra Google Earth (2011) serta melalui koreksi geografis. Lokasi sampel penelitian tersaji pada Gambar 4.
25
Gambar 4. Lokasi Sampel per Ekosistem Kota Malang (Sumber : Hasil Olahan)
Pengambilan data sekunder diperlukan sebagai data pelengkap untuk kebutuhan pembentukan model.Data sekunder meliputi data curah hujan tahunan, kualitas udara perkotaan, partikel polutan utama, jumlah penduduk, luasan wilayah penelitian. RUTR (Rencana
UmumTata Ruang) diperlukan untuk
mengidentifikasikan kebijakan pemanfaatan dan penggunaan lahan di Kota Malang. Komposisi ruang perkotaan eksisting digunakan sebagai pembanding dalam
model
pembentukan
kenyamanan
ruang
perkotaan
secara
26
spasial.Komposisi ruang terbuka dan ruang terbuka hijau digunakan untuk membandingkan tingkatan kenyamanan berdasarkan kapasitas stormwater control, pereduksi polutan, jerapan karbon dan karbon rosot, pada lokasi studi. PengolahanData Analisis data dilakukan secara spasial dengan menggunakan bantuan piranti lunak GIS (ArcView 3.2 dan CITYgren 5.4).Analisis spasial dilakukan untuk memetakan informasi secara spasial yang menggambarkan distribusi dan pola penutupan lahan perkotaan. Terdapat tiga jenis informasi yang perlu dipetakan, antara lain data kanopi pepohanan, data non kanopi (ruang terbuka, ruang terbuka hijau non tegakan pohon, semak dan perdu, tegalan, kebun dan persawahan, serta badan air (sungai, waduk, danau)), dan data area penelitian mencakup data curah hujan dan tipe hujan, kondisi tanah dan topografi. Data atribut tersebut diolah pada masing-masing wilayah administratif Kota Malang. Dengan mengetahui kondisi pada masing-masing wilayah administratif maka dapat disusun analisis dan assessment berdasarkan atribut data.Analisis valuasi manfaat ekologis kanopi pohon dan ruang terbuka hijau dilakukan berdasarkan perhitungan luasan penutupan kanopi pohon (tegakan pohon) dan non kanopi pohon (ruang terbuka hijau non tegakan pohon (sawah, tegalan, semak, perdu dan ruang terbuka), pemanfaatan lahan perkotaan (perumahan dan permukiman, industri, dan komersil) dan badan air) dengan menggunakan teknik GIS. Teknik GIS digunakan untuk mengidentifikasikan luasan penutupan lahan perkotaan serta menghitung manfaat ekologis dari keberadaan pepohonan dan ruang terbuka hijau melalui luasan penutupan lahan oleh kanopi pohon. Luasan penutupan oleh kanopi pepohonan digunakan sebagai dasar perhitungan manfaat ekologis ekosistem perkotaan terkait dengan parameter utama, yaitu penangkapan polutan udara, penyimpanan dan penyerapan (rosot) karbon, serta pengendalian air limpasan hujan. Pendugaan manfaat ekologis kanopi pepohonan menggunakan bantuan ekstensi program GIS yaitu CITYgreen 5.4 yang menghitung valuasi manfaat tersebut berdasarkan perhitungan yang telah dibakukan di dalam model alternatif piranti tersebut. Atribut yang dibutuhkan terkait dengan perhitungan/pendugaan
27
valuasi manfaat ekologis pepohonan skala perkotaan adalah luasan kanopi tegakan pepohonan, distribusi kelompok umur tanaman berdasarkan diameter kanopi pohon, kemiringan tapak, tipe iklim, tipe hidrologi tanah (hydrologic soil type), curah hujan dan biaya pembangunan saluran drainase. Atribut ditail pohon terkait jenis, kondisi pohon, tinggi dan diameter pohon setinggi dada (diameter brest height) tidak di identifikasikan secara rinci terkait dengan luasan area penelitian. Sumber data yang digunakan untuk identifikasi penutupan lahan perkotaan adalah citra Landsat TM+7. Citra tersebut diolah dan dirubah dalam bentuk format shapefiledan termasuk sebagai tema non kanopi. Tegakan pohon dilakukan melalui digitasi kanopi pohon yang merupakan tema kanopi. Area penelitian di deliniasi untuk menentukan secara terukur luasan area yang di teliti. Pada penelitian ini, kombinasi band yang digunakan berdasarkan tujuan untuk menganalisis penutupan lahan oleh pepohonan, serta identifikasi badan air dan tutupan urban lainya.Kombinasi yang digunakan untuk mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan penutupan lahan oleh kanopi pohon yaitu band 543. Identifikasi badan air dan penutupan bangunan menggunakan kombinasi 451. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan software ERDAS Imagine 9.1. Pengolahan data dilakukan dengan mengklasifikasikan tipe penutupan lahan dengan metode unsupervised classification(Gambar 4).
Klasifikasi penutupan
lahan terdiri dari berdasarkan user manual CITYgreen 5.4: 1. Lahan Pertanian/Ladang 2. Lahan Terbuka, Padang Rumput, Sawah 3. Semak 4. Kanopi Pohon 5. Lahan Perkotaan (perumahan, industri, perdagangan) 6. Badan Air (Sungai, Waduk/ Situ)
28
Gambar5. Hasil Klasifikasi (unsupervised) Penutupan Lahan (Sumber : Hasil Pengolahan)
Hasil olahan klasifikasi penutupan lahan pada band 453 dan 541 di atas dirubah (convert)dalam bentuk shapefile. Analisis ini kemudian dilanjutkan dengan image analysisdengan menggunakan Arc View 3.2.Hasil proses tersebut digunakan sebagai peta dasar tutupan lahan (Gambar 6)untuk analisis kapasitas ekosistem kota menggunakan ekstensi CITYgreen 5.4.
29
Gambar6. Penutupan Lahan di Kota Malang (Sumber : Hasil Pengolahan)
Analisis Valuasi Manfaat Ekologis Kanopi Pohon Parameter pendugaan valuasi CITYgreen 5.4 berfungsi sebagai alat untuk mengetahui manfaat kanopi pohon dan RTH terhadap kenyamanan perkotaan, sesuai dengan tujuan pertama dari penelitian ini. Prinsip dasar dalam analisis CITYgreen 5.4 yaitu kanopi pohon sebagai komponen RTH memberikan pelayanan ekosistem yang dapat diukur (American
Forest,
2002).Analisis
CITYgreen
digunakan
untuk
30
mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan valuasi dan jasa ekosistem dari kanopi pohon terhadap beragam atribut ekosistem (kapasitas air limpasan, kualitas udara, jerapan dan rosot karbon, dan klas pola penutupan lahan). A.Parameter Resapan Air Hujan CITYgreen menghitung volume limpasan air hujan berdasarkan data hujan tahunan (dua tahun). Permukaan kedap air menghasilkan air limpasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan area penutupan alami yang lebih menyerap air hujan dan mengurangi limpasan air tersebut. CITYgreen melaporkan volume limpasan dan nilai financial yang dihubungkan dengan penyerapan kelebihan air limpasan (stormwater) akibat dari perubahan pola penutupan lahan. CITYgreen menghitungberdasarkan
volume runoff yang harus
ditampung oleh saluran irigasi dan drainase apabila pepohonan dihilangkan. Nilai ekonomi didapatkan dengan mengalikan nilai volume runoff dengan biaya pembuatan saluran air.
B. Air pollutant removal Model penyerapan polusi udara menghitung kapasitas penyerapan dan penjerapan polutan oleh kanopi pohon. Hasil model menunjukkan prediksi kapasitas kanopi pohon dalam menyerap dan menjerap lima partikel utama polutan udara yang dikeluarkan ke atmosfer. CITYgreen mengestimasi jumlah polusi yang tersimpan berdasarkan studi sebelumnya berkaitan dengan data
31
polusi
kota
yang digunakan
sebagai
benchmark.
Mengestimasi
laju
penangkapan berdasarkan area penutupan kanopi. Nilai ekonomi dihitung berdasarkan externality cost, atau biaya tidak langsung yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk meningkatkan pengeluaran biaya kesehatan dan mengurangi biaya untuk wisata. CITYgreen melaporkan kuantitas penyerapan polutan tahunan dan
nilai finansial yang berkaitan dengan servis lingkungan, dan
dihitung berdasarkan rumus berikut,
a)
The pollutant flux (F; in g/m2/s)
b)
The deposition velocity (Vd; in m/s) and
c)
The pollutant concentration (C; in g/m3)
Nilai Pollutant Flux dikalikan dengan ukuran area penutupan pada area contoh/lokasi untuk menduga nilai total pollutant flux. Nilai fluxes sejaman dapat digunakan untuk menduga nilai polutan terjerap secara harian, bulanan atau tahunan. C. Carbon Stored and Sequestration Model ini berfungsi untuk menghitung jumlah karbon yang tersimpan di pepohonan. Kapasitas jerapan karbon dan rosot digambarkan pada peta dengan menghitunglandcovertahunan terhadap penghapusan karbon oleh pepohonan. Kapasitas Simpanan Karbon = Luasan Area (acres) x Persentase Luasan Kanopi Pohon x Faktor Pengkali Simpanan karbon Kapasitas Rosot Karbon = Luasan Area (acres) x Persentase Luasan Kanopi Pohon x Faktor Pengkali Rosot Karbon
Faktor pengkali simpanan dan rosot karbon ditentukan berdasarkan jenis distribusi kelompok umur pohon. Untuk simpanan karbon, kelompok umur tua (tipe 3) merupakan jenis pepohonan yang memiliki nilai pengkali tertinggi dibandingkan kelompok umur muda (tipe 1) dan dewasa/sedang (tipe 2). Untuk rosot karbon, kelompok umur pohon muda (tipe 1) memiliki nilai pengkali yang tertinggi dibandingkan kelompok umur dewasa/sedang dan tua. Nilai
32
faktor pengkali pada masing-masing kapasitas simpanan dan rosot karbon adalah sebagai berikut :
Distribusi kelompok umur pepohonan dalam model CITYgreen ditentukan berdasarkan diameter kanopi pohon yang dihitung melalui digitasi kanopi pohon pada tema kanopi. Persentase luasan kanopi dihitung berdasarkan total area penutupan lahan dalam tema kanopi dan non kanopi yang dapat diketahui secara otomatis berdasarkan deliniasi dan digitasi masing-masing tema. CITYgreen menganalisa landcover masing-masing wilayah penelitian berdasarkan pada petatutupan lahan (permukaan kedap air,kanopi pohon, ruang terbuka).Daerah analisis ini dilaporkan sebagai jumlah aktual hektar dan sebagai persentase dari total wilayah.
Tahapan pendugaan Secara keseluruhan, CITYgreen 5.4 membutuhkan tiga
tema, yaitu
kanopi, non-kanopi, dan area studi (site). Kanopi adalah tema yang mewakili area tertutupi kanopi pohon, non-kanopi adalah tema yang mewakili area selain kanopi pohon, dan site adalah tema yang mewakili batas studi area yang diteliti.Pembagian area studi diperuntukan membatasi area penelitian dan pendugaan kapasitas ekosistem menggunakan CITYgreen 5.4. Tahap awal dari analisis ini yaitu membuat batas area penelitian dalam tema tersendiri (Gambar 7), peta ini merupakan hasil deliniasi dari peta administrasi kawasan. Pada penelitian ini, cakupan wilayah studi adalahKota Malang.
33
Gambar7. Setting Study Site(Sumber : Hasil Pengolahan)
Tahap berikutnya adalah melakukan digitasi kanopi dan non kanopi. Tema kanopi dan non kanopi memiliki identitas berupa data tabel yang harus terisi agar dapat teridentifikasi oleh CITYgreen.
Gambar8. Setting Theme Kanopi(Sumber : Hasil Pengolahan)
34
Gambar9. Setting ThemeNon Kanopi (Sumber : Hasil Pengolahan)
Analisis CTYgreen diawali dengan inputing data, analisis dan assessment, serta modeling output.CITYgreen 5.4 menghitung peran dari RTH dalam menyerap dan menyimpan karbon di udara berdasarkan data atribut pohon pada dari citra satelit, area studi (dalam acres), persentase penutupan tajuk, dan tipe distribusi pohon. Tahapan dalam analisis dan Valuasi manfaat ekologis kanopi pohon perkotaan dengan menggunakan CITYgreen 5.4, antara lain 1.
Spesifikasi Area Studi CITYgreen membutuhkan informasi spesifik mengenai area studi yang telah
dibuat. Terdapat dua metode dalam pengisian informasi wilayah studi, yaitu : A.
Study Area Preferences
Tool ini terdapat di menu CITYgreen – Analyze Data. Digunakan setelah tema canopy dan non-canopyyang telah di update dan sudah terkonfigurasi oleh CITYgreen. Metode ini digunakan untuk area studi yang lebih spefisik (CITYgreen User Manual, 2003). Tahapan ini dilakukan dengan mengedit data tabel dari tema area studi yang telah dibuat, lalu tambahkan kolom baru sesuai data yang dibutuhkan. Khusus untuk analisis aliran permukaan (runoff), data tambahan yang dibutuhkan antara lain : a.
Hidrologic Soil Group
b.
Precipitation
c.
Rainfall Region
35
d.
Slope
e.
Cost contruction
Setelah penambahan field (kolom) selesai, kembali ke pilihan menu CITYgreen, analyze data, lalu terlihat tampilan toolbar
study area
preferences. Kolom yang telah dibuat akan dapat dipilih setelah kita mengklik study area preferences, kemudian pilih sesuai kategori yang diperlukan dalam penelitian, itu berarti tidak perlu semua option yang ada terisi, tergantung analisis apa yang akan digunakan.
Gambar 10. Setting Site area preference(Sumber : Hasil Pengolahan)
B. CITYgreen Preferences Metode ini digunakan untuk pengisian informasi area studi dengan cakupan yang luas (regional). Setelah dipergunakan, analisis berikutnya secara otomatis mengikuti informasi yang telah diisi CITYgreen preferences.
36
Gambar 11. Setting CITYgreen Preferences (Sumber : Hasil Pengolahan)
2. Running Analysis Tahap ini adalah langkah akhir dalam menganalisis dan menduga seberapa besarkah peran RTH yang diteliti, dengan arah studi yaitu air pollutan removal, carbon storage and sequistration, dan stormwater management. Hasil akhir berupa laporan terkait dengan tipe dan proporsi penutupan site; nilai ekologis berupa kapasitas serapan polutan udara dan karbon, serta kapasitas runoff; dan nilai manfaat ekonomi total dari kawasan.
Gambar 12. Prosedur Running Analysis CITYgreen (Sumber : Hasil Pengolahan)
3. Laporan Analisis (Output Model) Model dari hasil analisis CITYgreen memberikan laporan berupa luasan daerah penelitian dan menjelaskan tentang persentase serta komposisi klas
37
penutupan lahan (hutan atau pohon kanopi, padang rumput / padang rumput, dan penggunaan lahan perkotaan) sebagaimana tersaji pada Gambar 13 bagian 1. Model CITYgreen juga berfungsi untuk memprediksi proporsi dan nilai finansial dari penyerapan polutan udara (seperti ozon, oksida sulfur dan nitrogen, partikulat dan karbon monooksida), serta jumlah karbon yang tersimpan di dalam hutan atau pohon kanopi di suatu wilayah (Gambar 13, bagian 2). Model ini juga menghasilkan perhitungan valuasi secara keseluruhan dari manfaat tahunan kanopi pohon (Gambar 13, bagian 3).
\
1
2
3
Gambar 13.Model Output CITYgreen (Sumber : Hasil Pengolahan)
38
Analisis Strategi Pemecahan Masalah Analisis Strength, Weaknes, Opportunity and Threat (SWOT) digunakan untuk mendapatkan
strategi pemecahan masalah atas kendala yang dihadapi
terkait pengelolaan dan kebijakan ruang terbuka hijau serta pepohonan di Kota Malang. Analisis SWOT ini meliputi empat aspek yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang nantinya akan mendapatkan suatu kesimpulan sebagai upaya untuk mengoptimalkan perannya. Analisis ini dilakukan dalam dua tahapan yaitu : (1) analisis lingkungan internal yang meliputi komponen kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan dihadapi oleh kawasan serta (2) analisis lingkungan eksternal dengan dua komponen utamanya antara lain peluang dan tantangan / ancaman.
Konteks
analisis diarahkan pada kekuatan/potensi, kelemahan, peluang dan tantangan dalam pengembangan serta perbaikan kapasitas ekosistem kota Malang. Proses perumusan strategi didasarkan pada kerangka tiga tahap formulasi strategi yang terdiri dari tahap masukan (input), tahap pencocokan dan tahap keputusan. Analisis tiga tahap formulasi strategi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis lingkungan internal dan eksternal (IFE dan EFE), analisis SWOT dan analisis QSPM. Tahap Input 1.
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Kawasan Tahapan identifikasi faktor-faktor internal, yaitu dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang ditemukenali. Dalam penyajiannya, faktor yang bersifat positif (kekuatan) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan). Begitu pula dengan tahap identifikasi faktor eksternal kawasan.
2.
Pemberian Bobot Setiap Faktor Penentuan bobot pada analisis internal dan eksternal kawasan dilakukan dengan cara studi literatur terkait dengan pengembangan ruang terbuka hijau menggunakan metode paired comparison.Penentuan bobot mengacu pada Nurmasari (2010) dan Qomariyah (2010). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Tanpa memperdulikan apakah faktor kunci kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman kawasan, faktor-faktor yang
39
dianggap mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi kawasan diberi bobot tertinggi. Jumlah dari semua bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. 3. Penentuan Rating Penentuan peringkat dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis kawasan, untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi kawasan digunakan nilai peringkat dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 5 terhadap masing-masing faktor strategis. Untuk matrik IFE dan EFE, skala nilai peringkat yang digunakan, yaitu : 1 = lemah 2 =Sangat lemah 3 = Kuat 4 = Agak kuat 5 = Sangat kuat Selanjutnya, nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisis situasi kawasan dalam matriks. Total skor pembobotan pada matrik Internal Factor Evaluation (IFE)dan External Factor Evaluation (EFE) berkisar antara 1 sampai 5. Dengan mengetahui nilai total dari matrik IFE dan EFE, maka dapat ditentukan koordinat sumbu X dan Y untuk menentukan posisi kuadran SWOT. Koordinat X diperoleh melalui faktor internal dimana nilai kekuatan dikurangi dengan nilai kelemahan. Koordinat Y diperoleh berdasarkan faktor eksternal dimana nilai peluang dikurangi dengan nilai ancaman. Berdasarkan penilaian tersebut diketahui koordinat sumbu X dan Y dan posisinya sebagai berikut: a. Kwadran I (Growth), yaitu kuadran pertumbuhan, terdiri atas 2 ruang: 1) Ruang A dengan Rapid Growth Strategy, yaitu strategi petumbuhan aliran cepat untuk diperlihatkan pengembangan secara maksimal untuk target tertentu dan dalam waktu singkat. 2) Ruang B dengan Stable Growth Strategy, yaitu strategi pertumbuhan stabil dan pengembangan dilakukan secara bertahap dan target disesuaikan dengan kondisi eksisting. b. Kwadran II, terdiri atas 2 ruang: 1) Ruang C dengan Agresive Maintenance Strategy, yaitu pengelola obyek melaksanakan pengembangan secara aktif dan agresif
40
2) Ruang D dengan Selective Maintenance Strategy, yaitu pengelolaan obyek adalah dengan pemilihan hal-hal yang dianggap penting. c. Kwadran III, terdiri atas 2 ruang: 1) Ruang E dengan Turn Around Strategy, yaitu strategi bertahan dengan cara tambal sulam untuk operasional obyek 2) Ruang F dengan Guirelle Strategy, yaitu strategi gerilya, operasional dilakukan, diadakan pembangunan atau usaha pemecahan masalah dan ancaman. d. Kwadran IV (Diversification ), yaitu kuadran pertumbuhan, 1) Ruang G dengan Concentric Strategy, yaitu strategi pengembangan obyek dilakukan secara bersamaan dalam satu naungan atau koordinator oleh satu pihak. 2) Ruang H dengan Conglomerate Strategy, yaitu strategi pengembangan masing-masing kelompok dengan cara koordinasi tiap sektor itu sendiri. POSISI INTERNAL
Srength Kuadran II : Stability
Kuadran I : Growth C
B
A
Threat
Opportunity E
H
F
POSISI EKSTERNAL
D
G Kuadran IV : Diversification
Kuadran III : Survival Weakness
Gambar 14. Kuadran Analisis SWOT Matrik lain yang digunakan untuk mencocokkan hasil yang diperoleh pada matrik IFE dan EFE adalah matrik SWOT (Gambar 15). Matrik ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif startegi, yaitu strategi S-O
41
(Strenghts-Opportunities), strategi W-O (Weakness-Opportunities), strategi W-T (Weakness-Threaths), dan strategi S-T (Strenghts-Threaths).
Gambar 15. Matrik SWOT (Sumber : David,2004)
Tahap Keputusan Tahap terakhir dalam penyusunan strategi adalah menentukan alternatif strategi yang paling baik atau strategi yang mempunyai prioritas terlebih dahulu untuk dijalankan oleh kawasan. Sumber matrik Quantitative Strategic Planning (QSP) diperoleh dari alternatif strategi yang layak untuk direkomendasikan melalui analisis SWOT. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan strategi terpilih melalui Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) adalah sebagai berikut: 1. Membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Input datanya diperoleh dari matrik IFE dan EFE yang telah dibuat terlebih dahulu. 2. Memberi weight pada masing-masing internal dan eksternal key success factor. Weight tersebut sama dengan yang ada pada IFE dan EFE. 3. Mengidentifikasi strategi alternatif yang diperoleh dari analisis SWOT yang layak untuk diimplementasikan.
42
4. Menentukan skor kemenarikan relatif untuk masing-masing strategi alternatif yang terpilih. Nilai 1 tidak menarik, 2 agak menarik, 3 menarik, dan 4 sangat menarik. 5. Menghitung Total Attractive Score (TAS) yang diperoleh dari perkalian Weight dengan Total Attractive Score pada masing-masing baris. TAS menunjukkan relative attractiveness dari masing-masing alternatif strategi. 6. Menghitung TAS dengan cara menjumlahkan semua TAS pada masing-
masing kolom Matrik QSP. Nilai TAS yang tertinggilah yang menunjukkan
bahwa
diimplementasikan. Tabel 1. Alat Analisis QSPM
strategi
tersebut
yang
paling
baik
untuk
43
Alur penelitian Kegiatan riset berkaitan dengan inventarisasi tapak antara lain penentuan lokasi, sampel dan kategori/kriteria dari indikator penelitian. Analisis dan evaluasi dilakukan secara spasial guna mendapatkan hasil berupa valuasi kanopi pohon perkotaan dan rth sekitar.Analisis ini menggunakan bantuan piranti lunak GIS ArcView dan CITYgreen.Assessment merupakan suatu tahapan penilaiaan terhadap nilai valuasi objek penelitian terhadap tapak. Penelitian ini difokuskan untuk mengukur dan mengidentifikasi struktur kanopi perkotaan (komposisi dan sebaran jenis tanaman, jumlah dan ukuran pohon) dan pengaruhnya terhadap beragam atribut ekosistem kota (udara dan kualitas air, temperatur udara dan tanah). Penelitian dilakukan melalui tahapan analisis struktur kanopi pepohonan dan ruang terbuka hijau (assessing urban tree canopy structure), analisislayanan ekosistem (assessing ecosystem services), dan penilaian valuasi ekosistem (assessing ecosystem value).Penilaianstruktur kanopi pohon dilakukan melalui dua tahapan, yaitu analisis spasial total kawasan dengan caradeliniasi kanopi pohon melalui diameter kanopi untuk menentukan luasan kanopi pohon dan penilaian per sampel sebagai proses verifikasi dan klarifikasi secara parsial maupun tapak. Pendekatan spasial dilakukan melalui deliniasi kanopi pohon untuk menentukan persentase penutupanlahanpada wilayah tertentu. Penilaian per sampel dilakukan melalui sampel foto pada masing-masing wilayah pengamatan untuk verifikasi dan validasi kondisi tutupan kanopi pohon. Informasi struktural ini sebagai suatu proses cross check dan validasi manfaat kanopi pohon dan RTH yang diduga. Pendugaan kapasitas ekosistem kota tersebut dilakukan melalui pengukuran layanan ekosistem kota, yaitu: a. kapasitas penyerapan polutan. Komponen polutan udara yang dihitung meliputi ozon, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, karbon monooksida dan partikel (<10 mikron). b. total karbon yang tersimpan dan karbon rosot setiap tahun, dan c. kapasitas stormwater control. Analisis spasial menggabungkan penilaian data lapangan dengan peta penutup lahan
untuk menggambarkan pola penyebaran ekosistem (ecosystem
44
services). Model pemanfaatan lahan oleh struktur kanopi dan non kanopi digunakan untuk menduga dan mengukur kemungkinan perubahan penutupan lahan oleh hijauan dan penutup lahan kedap air di daerah perkotaan. Tujuan utama analisis spasial adalah membantu perencana lingkungan untuk menentukan struktur lanskap yang optimal guna mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia di daerah perkotaan. CITRA DAN PETA KOTA MALANG Tahapan Identifikasi struktur kota
ANALISIS GIS Tema Kanopi
Tema Non Kanopi
Tema Area Penelitian
Struktur Kota Malang
PENDUGAAN EKOSISTEM KOTA 1) 2) 3)
Polutant Removal Capacity Runoff Water Capacity Carbon Absorbtion & Sequstration
1) 2) 3)
Valuasi Manfaat Ekologis Kualitas Lingkungan Hidup Imbal jasa lingkungan
Tahapan Analisis Kapasitas Ekosistem dan Pengelolaan Lingkungan
Kapasitas Ekosistem Kota Malang Saat Ini (current condition)
ANALISIS SWOT DAN QSPM
Evaluasi Faktor Internal
Evaluasi Faktor Eksternal
Kapasitas Pengelolaan dan Keberadaan Kanopi Pohon dan RTH Pemerintah Kota Malang
REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOSISTEM KOTA MALANG Strategi dan Prioritas Pengembangan Model dan Usulan Pengembangan Tutupan Kanopi Pohon dan RTHK
Gambar 15. Skema Alur Pikir Penelitian
Tahapan Rekomendasi