METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) Kecamatan Amanuban Barat, dengan contoh tiga desa yaitu Desa Tublopo, Mnelalete dan Pusu pada bulan April–Juni 2010. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara non probabilistik dengan purposive sampling, yaitu penentuan lokasi yang dipilih secara langsung atau sengaja dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan daerah agihan produksi cendana sehingga dapat memberikan data secara maksimal. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif dan metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Metode survey adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejalagejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara aktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nasir 2003). Metode evaluasi digunakan untuk mengetahui kualitas hal-hal, program, dan sebagainya yang sudah terjadi, biasanya dengan membandingkan suatu standar (Irawan 2007). Metode survey difokuskan untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepemilikan cendana oleh masyarakat dan perilaku rumahtangga petani cendana yang mengembangkan cendana. Metode evaluasi difokuskan untuk mengkaji proses pembuatan dan implementasi kebijakan pengelolaan cendana di Kabupaten TTS sehingga dapat menjadi acuan bagi lokasi lain di NTT dengan karakteristik yang sama. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi (Baginski & Soussan 2002; Sugiyono 2008), yaitu : a.
Mempelajari dokumen (peraturan/kebijakan, hasil studi/kajian kebijakan atau laporan) dan pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber/instansi dan hasil penelitian terdahulu.
44 b.
Indepth interview atau wawancara mendalam yaitu informasi atau keterangan diperoleh secara langsung dari informan yaitu masyarakat atau tokoh masyarakat, pengusaha/pedagang yang berhubungan dengan cendana dan pengambil kebijakan di tingkat pemerintah daerah (pembuat dan pelaksana kebijakan, DPRD, LSM, perguruan tinggi, wartawan) dengan cara bertatap muka dan wawancara dengan menggunakan alat bantu interview guide (panduan wawancara) yang telah disusun sebelumnya.
c.
Pengamatan secara langsung di mana cara pengambilan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.
1.
Jenis Data Yang Dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi dari pelaku cendana dan para pengambil kebijakan, pemangku kepentingan (stakeholder) dan tokoh masyarakat/adat dengan berpedoman pada daftar isian pertanyaan, pengisian kuesioner dan pengamatan langsung ke lapangan. Data primer petani cendana meliputi karakteristik rumahtangga petani yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, alokasi waktu kerja anggota rumahtangga petani yang meliputi kegiatan pada usaha cendana dan di luar usaha cendana, pendapatan rumahtangga yang terdiri dari pendapatan usaha cendana dan non usaha cendana; dan pengeluaran petani yang meliputi pengeluaran untuk konsumsi pangan, konsumsi lain, investasi sumberdaya manusia. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi instansiinstansi terkait serta informan lainnya seperti tokoh masyarakat di daerah penelitian dan penelusuran kepustakaan, antara lain dokumen-dokumen peraturan/kebijakan pemerintah daerah tentang cendana, jurnal maupun laporan terkait. Data sekunder meliputi peraturan-peraturan daerah tentang cendana, data tegakan cendana, produksi cendana, keadaan geografi dan demografi, keadaan sosial ekonomi masyarakat, serta sarana dan prasarana yang terkait dengan kegiatan pengelolaan cendana oleh masyarakat.
45 2. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian atau alat bantu yang digunakan adalah kuesioner sebagai alat pengumpul data primer dan pedoman/panduan wawancara untuk melengkapi data primer yang telah diperoleh sebelumnya dan untuk kepentingan panduan pengamatan di lapangan (Sugiyono 2008). Dalam penelitian ini digunakan alat-alat bantu lain untuk mengumpulkan data seperti catatan harian, tape recorder dan kamera. 3. Pemilihan Responden Pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling) (Sugiarto et al. 2001; Sugiyono 2008). Pemilihan informan dalam mengkaji proses pembuatan dan implementasi kebijakan tentang cendana dilakukan dengan cara Snow-ball sampling yaitu dengan memilih informan secara berantai. Jika pengumpulan data dari informan kesatu sudah selesai, peneliti meminta agar informan tersebut memberikan rekomendasi untuk informan kedua, lalu informan kedua juga memberikan rekomendasi untuk informan ketiga, demikian seterusnya. Proses bola salju ini berlangsung terus sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai kebutuhan (Affifuddin & Saebani 2009; Sugiarto et al. 2001). Untuk mengetahui implementasi dan dampak dari kebijakan pengelolaan cendana dilakukan wawancara dengan instansi terkait, pedagang/pengusaha cendana, penguruan tinggi, LSM dan tokoh masyarakat/adat. Jumlah informan dalam proses pembuatan dan implementasi Perda Provinsi NTT (Perda No. 16 Tahun 1986, Perda No. 2 Tahun 1999) dan Perda Kabupaten TTS sebanyak 27 orang. Pemilihan responden dalam pengambilan keputusan rumahtangga dalam pengembangan cendana, responden yang dipilih adalah rumahtangga petani yang tinggal di lokasi penelitian sebagai unit analisis, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan mampu berpikir positif dan logis dalam setiap tindakan yang dilakukannya. Dengan demikian diharapkan responden akan memahami dan mampu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya. Kriteria responden untuk petani dipilih 60 orang terdiri dari 30 petani yang memiliki cendana dan 30 petani tidak memiliki cendana pada lahan yang diusahakan. Sedangkan kriteria petani untuk mengetahui perilaku ekonomi
46 rumahtangga petani cendana dipilih petani yang sekarang masih memiliki cendana. Analisis Data Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan melihat faktor-faktor yang berpengaruh di masyarakat terkait kepemilikan cendana (memiliki dan tidak memiliki) dan analisis perilaku ekonomi RT petani cendana. Sedangkan analisis kualitatif dilakukan untuk melihat proses pembuatan kebijakan dan implementasi dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Propinsi NTT dan Kabupaten TTS terkait pengelolaan cendana. a.
Analisis diskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan kegiatan sosialisasi dan implemetasi kebijakan perda tentang cendana di Kabupaten TTS, pengetahuan
dan
pemahaman
masyarakat
terhadap
cendana,
peran
masyarakat, lembaga adat dalam perencanaan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta karakteristik rumahtangga petani sebagai responden kemudian ditabulasi. b.
Analisis dengan model logit Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada peluang petani memiliki cendana dan tidak memiliki cendana dilakukan analisis dengan regresi logistik atau model logit ( Hosmer & Lemeshow 2000; Nachrowi & Usman 2005). Model regresi logistik (model logit) adalah suatu model yag mengukur seberapa besar peluang suatu kejadian satu dengan kejadian yang lainnya, di mana datanya mengikuti sebaran normal. Dua pilihan petani merupakan kejadian biner (dummy variable) yang bernilai 1 dan 0, di mana nilai 1 untuk petani yang memiliki cendana dan nilai 0 untuk petani yang tidak memiliki cendana. Faktor-faktor yang berpengaruh akan dilihat dari aspek ekonomi, sosial dan budaya yang terdapat pada petani sebagai variabel bebas dalam suatu model (Tabel 6). Adapun bentuk persamaan model logit yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : Ln
Pi 1 - Pi
= + 1 X1+ 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5
+
47 Di mana: Pi = peluang petani memiliki cendana 1- Pi = peluang petani tidak memiliki cendana = intersep X1 = Umur petani (tahun) X2 = Luas lahan (ha) X3 = Jumlah anggota keluarga (orang) X4 = Jarak lahan (km) X5 = Pendapatan rumahtangga (Rp/tahun) I = koefisien regresi = error/galat Tabel 6 Variabel yang berpengaruh, definisi operasional, parameter pengukuran dan keterangan penilaian yang digunakan dalam Model Logit Variabel Definisi operasional Parameter Keterangan pengukuran Penilaian Usia responden yang dihitung sejak Usia responden Umur Tahun lahir hingga saat dilakukan dinyatakan dalam (X1) wawancara dalam penelitian tahun Total luas lahan yang dikelola oleh Total luas lahan Luas lahan Hektar responden untuk tujuan produksi dinyatakan dalam (X2) usahatani. Luas lahan meliputi hektar luas sawah, kebun, kolam, dan mamar/pekarangan. Jumlah anggota keluarga yang Jumlah orang Jumlah Orang menetap dan menjadi tanggungan dalam keluarga anggota keluarga (X3) kepala keluarga dalam rumah Jarak tempuh yang dibutuhkan Jarak tempuh Jarak lahan Km responden dari tempat tinggal ke areal dalam kilometer (X4) lahan yang diusahakan untuk tanaman (Km) cendana Pendapatan Penghasilan rata-rata responden Jumlah Rp/tahun rumahtangga yang diperoleh dari berbagai pendapatan (X5) sumber baik yang berupa pekerjaan dinyatakan tetap maupun sampingan, yang dalam diperhitungkan berdasarkan nilai rupiah/tahun tukar uang
c.
Analisis pendapatan rumahtangga petani cendana Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumahtangga petani cendana seperti pada Tabel 7, dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda dengan delapan variabel yang dituliskan sebagai berikut: Y = + 1 X1+ 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6 + 7X7 + 8X8 +
48 Di mana:
= intersep
X1 = Umur petani (tahun) X2 = Pendidikan (tahun) X3 = Luas lahan (ha) X4 = Jumlah anggota keluarga (orang) X5 = Pendapatan cendana (Rp/tahun) X6 = Jarak lahan (km) X7 = Benih cendana (dummy) X8 = Hama penyakit cendana (dummy) I = Koefisien regresi
= error/galat
Tabel 7 Variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan rumahtangga petani cendana, definisi operasional, parameter pengukuran dan keterangan penilaian Variabel Pendidikan (X2)
Pendapatan cendana (X5)
Benih cendana (X7)
Hama penyakit cendana (X8)
Definisi operasional Usia responden yang dihitung sejak lahir hingga saat dilakukan wawancara dalam penelitian Penghasilan rata-rata responden yang diperoleh dari usaha cendana, yang kemudian diperhitungkan berdasarkan nilai tukar uang Kemudahan responden mendapatkan bibit atau benih cendana sampai saat dilakukan wawancara dalam penelitian Penangganan hama penyakit yang dilakukan terhadap cendana sampai saat dilakukan wawancara dalam penelitian
Parameter pengukuran Usia responden dinyatakan dalam tahun
Keterangan Penilaian Tahun
Jumlah pendapatan dinyatakan dalam rupiah/tahun
Rp/tahun
Dilihat dari aspek kemudahan mendapatkan benih/ bibit
Dummy: Mudah mendapatkan benih/bibit (1) Sulit mendapatkan benih/bibit (0)
Dilihat dari aspek adanya upaya penanganan terhadap hama penyakit cendana
Dummy: Melakukan upaya penanganan hama penyakit (1) Tidak melakukan upaya penanganan hama penyakit (0)
49 d.
Analisis pendapatan rumahtangga petani secara umum Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumahtangga petani secara umum di lokasi penelitian seperti pada Tabel 8, dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda dengan lima variabel yang dituliskan sebagai berikut: Y = + 1 X1+ 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + Di mana:
= intersep
X1 = Umur petani (tahun) X2 = Pendidikan (tahun) X3 = Jumlah anggota keluarga produktif (orang) X4 = Jarak lahan (km) X5 = Luas lahan (ha) I = Koefisien regresi
= error/galat
Tabel 8 Variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan rumahtangga petani secara umum, definisi operasional, parameter pengukuran dan keterangan penilaian
e.
Variabel
Definisi operasional
Jumlah anggota keluarga produktif (X3) Jarak lahan (X4)
Jumlah anggota keluarga yang berusia di atas 15 tahun sebagai tenaga yang siap bekerja pada berbagai bidang usaha Jarak tempuh yang dibutuhkan responden dari tempat tinggal ke areal lahan yang diusahakan untuk usahatani
Parameter pengukuran Jumlah orang dalam keluarga
Keterangan penilaian Orang
Jarak tempuh dinyatakan dalam kilometer (Km)
Km
Analisis perilaku ekonomi rumahtangga petani cendana Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga petani memproduksi cendana terkait alokasi tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani untuk konsumsi. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dalam kegiatan ekonomi rumahtangga petani dalam kegiatan produksi dan konsumsi dilakukan dengan model ekonomi rumahtangga dengan menggunakan persamaan simultan dalam ekonometrika (Koutsyiannis 1977; Sitepu & Sinaga 2006). Model merupakan suatu penjelasan dari fenomena aktual sebagai suatu
50 sistem atau proses (Sinaga 1997). Persamaan simultan memiliki sejumlah persamaan yang membentuk suatu sistem persamaan yang menggambarkan ketergantungan di antara berbagai variabel dalam persamaan-persamaan tersebut. Persamaan simultan yang digunakan menggambarkan hubungan masing-masing peubah penjelas terhadap peubah endogen, khususnya mengenai tanda dan besaran dari parameter yang diduga secara apriori berdasarkan teori-teori ekonomi (Sitepu & Sinaga 2006). Model ekonomi rumahtangga dirumuskan dalam sistem persamaan simultan terdiri dari persamaan struktural dan persamaan identitas. Persamaan struktural adalah persamaan yang menggambarkan struktur atau fenomena dari ekonomi yang diamati atau perilaku variabel endogen terhadap variabel penjelas dalam persamaan, sedangkan persamaan identitas adalah persamaan yang tidak dapat menunjukkan perilaku variabel endogen, dibentuk dari perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan beberapa variabel. Persamaan simultan yang diajukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Blok alokasi tenaga kerja a. Alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana Alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana merupakan jumlah tenaga kerja keluarga yang digunakan pada usaha cendana. Alokasi ini dipengaruhi oleh alokasi tenaga kerja (TK) sewa pada usaha cendana, produksi usaha cendana dan pendapatan dari luar usaha cendana, dengan persamaan struktural: AKD = ao + a1 AKL + a2 PROD + a3 RUL + U1 Parameter dugaan yang diharapkan: a1 , a3<0; a2 >0 di mana: AKD = Alokasi TK keluarga pada usaha cendana (HOK/tahun).
b.
AKL =
Alokasi TK sewa pada usaha cendana (HOK)
PROD =
Produksi usaha cendana (Kg/tahun)
RUL =
Pendapatan dari luar usaha cendana (Rp/tahun)
U1
Error term
=
Alokasi tenaga kerja keluarga pada kegiatan di luar usaha cendana Alokasi tenaga kerja keluarga untuk kegiatan di luar usaha cendana adalah merupakan jumlah alokasi tenaga kerja keluarga pada kegiatan di
51 luar usaha cendana seperti buruh, guru, dagang, ojek dan lain-lain. Alokasi tenaga kerja keluarga untuk kegiatan di luar usaha cendana dipengaruhi oleh pendidikan suami, jumlah anggota keluarga produktif, dan total pengeluaran rumahtangga, yang diformulasikan dengan persamaan struktural: AKDUL
=
b0 + b1 PDS + b2 JAP + b3TPRT + U2
Parameter dugaan yang diharapkan : b1, b2, b3, > 0; di mana: AKDUL = Alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana (HOK/tahun) PDS
=
Pendidikan suami (Tahun)
JAP
=
Jumlah anggota keluarga produktif (Orang)
TPRT
=
Total pengeluaran rumahtangga (Rp/tahun)
U2
=
Error term
c. Total alokasi tenaga kerja keluarga Total alokasi tenaga kerja keluarga merupakan persamaan identitas sebagai penjumlahan dari alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana dengan alokasi tenaga kerja keluarga di luar kegiatan usaha cendana sebagai berikut: TAK
= AKD + AKDUL
Di mana: TAK
= Total alokasi tenaga kerja keluarga (HOK/tahun).
AKD
= Alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana HOK/tahun).
AKDUL = Alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana (HOK/tahun) 2. Blok Produksi usaha cendana Produksi usaha cendana dipengaruhi oleh alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana, pendidikan suami, alokasi tenaga kerja sewa, dan biaya sarana produksi cendana. Persamaan strukturalnya dapat ditulis sebagai berikut: PROD = c0 + c1 AKD + c2 PDS + c3 AKL + c4 SPR + U3 Parameter dugaan adalah hipotesis : c1,c2,c3, c4 , > 0
52 Di mana : PROD =
Produksi usaha cendana (Kg/tahun).
AKD =
Alokasi TK keluarga pada usaha cendana (HOK/tahun)
PDS
Pendidikan suami (Tahun)
=
AKL =
Alokasi TK sewa pada usaha cendana (HOK)
SPR
=
Biaya sarana produksi yang digunakan (Rp/tahun)
U3
=
Error term
Biaya produksi usaha cendana Merupakan penjumlahan biaya total tenaga kerja yang digunakan dalam usaha cendana dengan jumlah biaya sarana produksi yang digunakan, dihitung dengan persamaan identitas: CPR
= CTK + SPR , di mana:
CPR
= Biaya
produksi
yang
digunakan
dalam
usaha
cendana
(Rp/tahun) CTK = Biaya tenaga kerja (Rp/tahun). SPR
= Biaya sarana produksi yang digunakan (Rp/tahun).
3. Blok pendapatan rumahtangga. a. Pendapatan dari usaha cendana. Pendapatan usaha cendana merupakan perkalian antara produksi usaha cendana yang diusahakan dengan harga jual cendana yang diusahakan dikurangi dengan biaya produksi. Pendapatan usaha cendana merupakan persamaan identitas. RUD =
HPR – CPR
HPR
PROD * Hrg jual
=
Di mana: RUD =
Penerimaan usaha cendana (Rp/tahun)
HPR
=
Penerimaan dari produksi usaha cendana (Rp/tahun)
CPR
=
Biaya produksi usaha cendana (Rp/tahun)
b. Total pendapatan rumahtangga. Total pendapatan rumahtangga merupakan persamaan struktural yang dipengaruhi oleh produksi usaha cendana, jumlah anggota keluarga
53 produktif, konsumsi total, investasi sumberdaya manusia, dan total alokasi tenaga kerja keluarga, sebagai berikut: TR = d0 + d1 PROD + d2 JAP + d3 KT + d4 INV + d5 TAK + U4 Parameter dugaan adalah hipotesis : d1,d2, d3, d5> 0; , d4 <0. Di mana : TR
=
PROD =
Total pendapatan rumahtangga (Rp/tahun) Produksi usaha cendana (Kg/tahun).
JAP = Jumlah anggota keluarga produktif (Orang)
4.
KT
=
Konsumsi total (Rp/tahun)
INV
=
Investasi sumberdaya manusia (Rp/tahun)
TAK =
Total alokasi tenaga kerja keluarga (HOK/tahun).
U4
Error term
=
Blok pengeluaran rumahtangga Pengeluaran rumahtangga petani merupakan total pengeluaran dalam bentuk konsumsi yang dikeluarkan rumahtangga. Konsumsi total dipengaruhi oleh total pendapatan rumahtangga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan istri, dan investasi sumberdaya manusia, dengan bentuk persamaan struktural sebagai berikut: KT
=
e0 + e1 TR + e2 JAK + e3 PDDI + e4 INV + U5
Parameter dugaan adalah hipotesis : e1, e2, > 0 dan e3, e4 <0. Di mana: KT
=
Konsumsi Total (Rp/tahun)
TR
=
Total pendapatan rumahtangga ((Rp/tahun)
JAK
=
Jumlah anggota keluarga (orang)
PDDI =
Pendidikan istri (Tahun).
INV
=
Investasi sumberdaya manusia (Rp/tahun)
U5
=
Error term
a. Total pengeluaran rumahtangga Total pengeluaran rumahtangga (TPRT) dirumuskan sebagai persamaan identitas yang merupakan penjumlahan dari konsumsi total dengan pengeluaran investasi. TPRT = KT + INV
54 Di mana: TPRT = Total pengeluaran rumahtangga (Rp/tahun) KT
= Total pengeluaran konsumsi rumahtangga (Rp/tahun)
INV = Pengeluaran investasi sumberdaya manusia (Rp/tahun) Identifikasi Model Model persamaan rumahtangga terdiri dari 10 persamaan yang terdiri dari 5 persamaan struktural dan 5 persamaan identitas. Identifikasi model dilakukan berdasarkan order condition menurut Koutsoyiannis (1997) sebagai berikut: (K – M) > (G - 1) Di mana : K =
Jumlah seluruh predetermined di dalam model (total jumlah variabel)
M=
Jumlah peubah predetermined (endogen dan eksogen) dalam suatu persamaan tertentu dalam model
G =
Jumlah persamaan dalam model (jumlah persamaan endogen)
Apabila (K- M) = (G - 1) maka persamaan dalam model dikatakan exactly identifited. Jika (K - M) < (G - 1) maka persamaan model dikatakan under identified dan jika (K - M) > (G - 1) maka persamaan dalam model dikatakan over identified. Berdasarkan hasil identifikasi model struktural yang dibentuk maka jumlah peubah endogen (G) diketahui sebanyak 10 buah, jumlah peubah predeterminan (K) sebanyak 21 buah, dan jumlah peubah predeterminan dalam suatu persamaan sebanyak 6 buah. Sesuai dengan prosedur order condition, maka dapat diketahui bahwa setiap persamaan dalam model yang telah disusun teridentifikasi berlebih (over identified), sehingga metode pendugaan yang digunakan adalah 2SLS (two stage least square) dengan bantuan aplikasi komputer Statistical Analysis System (SAS) 9.1. Data dianalisis berdasarkan: (1) nilai koefesien determinasi (R2) untuk mengukur proporsi keragaman peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh peubah penjelas; (2) nilai statistik uji-F, untuk mengetahui pengaruh peubah penjelas secara bersama-sama terhadap peubah endogen; dan (3)
55 nilai statistik uji t untuk mengetahui pengaruh masing-masing peubah penjelas terhadap peubah endogen. Untuk mengetahui derajat kepekaan (respon) peubah endogen terhadap peubah-peubah penjelas, dapat dilihat melalui nilai elastisitas dengan menggunakan rumus: = a X Y Di mana : = elastisitas a = nilai parameter dugaan peubah penjelas X = nilai rata-rata peubah penjelas Y = nilai rata-rata peubah endogen Analisis proses pembuatan dan implementasi kebijakan pengelolaan cendana f. Analisis Isi Kebijakan (Content Analysis) Analisis isi adalah satu teknik analisis terhadap berbagai sumber informasi termasuk bahan cetak (buku, artikel, novel, koran, majalah dan sebagainya) termasuk bahan non cetak seperti musik, gambar, benda-benda (Irawan 2007; Affifuddin & Saebani 2009). Dalam penelitian ini, analisis isi akan dilakukan untuk mengkaji isi kebijakan-kebijakan terkait pengelolaan cendana di Propinsi NTT dan Kabupaten TTS. Beberapa kebijakan yang dianalisis yaitu Perda Propinsi NTT No. 16 tahun 1986 tentang Cendana, Perda Gubernur NTT No. 2 Tahun 1997 tentang Pencabutan Perda No. 16 tahun 1986, Perda Kabupaten TTS No. 25 Tahun 2001 tentang Cendana, dan peraturan terkait lainnya. g. Analisis Para Pihak (Stakeholder Analysis) Analisis para pihak dilakukan untuk mengetahui sejauhmana setiap pihak dalam hal ini masyarakat, swasta, pemerintah, politisi serta kelompok interest lainnya memainkan perannya dalam pembuatan dan implementasi kebijakan dan upaya pengembangan cendana di Kabupaten TTS serta menyikapi kebijakan yang ada dan kendala-kendala yang dihadapi.
56 h. Analisis proses pembuatan kebijakan Analisis proses pembuatan kebijakan tentang cendana mengacu pada proses pembuatan kebijakan yang dilakukan Institute of Develovment Studies (IDS). IDS (2006) memandang bahwa proses pembuatan suatu kebijakan seringkali
melibatkan
berbagai
politik/kepentingan,
kerangka
pikir
(diskursus/narasi) serta aktor dan jaringan yang saling terkait. 1.
Kerangka pikir dan narasi (apa narasi kebijakan? Bagaimana kerangka itu dibuat melalui ilmu pengetahuan, penelitian dan sebagainya?)
2.
Aktor dan jaringan (siapa yang terlibat dan bagaimana mereka saling terkait)
3.
Politik dan kepentingan (apa yang mendasari dinamika kekuatan)
Gambar 5 Analisis proses pembuatan kebijakan (IDS 2006) Analisis diskursus adalah menguraikan mendekontruksikan dan memahami kerangka pikir yang digunakan dalam pembuatan kebijakan; diketahui berbagai perspektif yang diajukan serta ditemukan alternatif pendekatan terbaik untuk memecahkan kembali masalah kebijakan. Analisis diskursus berguna untuk mencari kesalahan-kesalahan cara berpikir dalam pembuatan suatu kebijakan, menggunakan kembali alternatif kebijakan yang dulu dibuang sehingga analisis tersebut dapat mengkontruksi kerangka pikir baru yang lebih sesuai (Apthorpe 1986 dalam Sutton 1999). Selain itu, analisis diskursus dapat digunakan untuk mempelajari perkembangan diskursus itu sendiri, kemungkinan tidak sejalan dengan struktur sosial, maupun menguraikan ide-ide siapa dihilangkan pada saat suatu kebijakan dirumuskan (Escobar 1995 dalam Sutton 1999).
57 Definisi Operasional
Definisi dan konsep pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rumahtangga adalah keluarga inti ditambah dengan orang lain, baik kerabat ataupun bukan yang tinggal di bawah satu atap. Anggota rumahtangga adalah semua orang yang biasanya tinggal di suatu rumhtangga, baik di rumah ataupun yang sedang berpergian kurang dari enam bulan. 2. Usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih dengan tidak membedakan antara yang sedang bersekolah, mengurus rumahtangga, pensiun, dan melaksanakan kegiatan lain. 3. Anggota keluarga produktif adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) dengan tidak membedakan antara yang sedang bersekolah, mengurus rumahtangga, pensiun, dan melaksanakan kegiatan lainnya. 4. Bekerja adalah semua penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih yang dalam periode pengamatan ikut terlibat dalam memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. 5. Curahan kerja adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota keluarga yang digunakan untuk kegiatan mencari pendapatan (mencari nafkah) atau keuntungan, baik dari kegiatan usaha cendana maupun di luar usaha cendana. 6. Kegiatan usaha cendana adalah alokasi waktu yang digunakan seseorang untuk kegiatan usaha cendana (on-farm) 7. Kegiatan di luar usaha cendana adalah alokasi waktu yang digunakan seseorang untuk kegiatan usahatani lainnya (kehutanan, pertanian, perkebunan, dan peternakan) dan kegiatan di luar usahatani (off-farm) seperti berdagang, mengajar, melakukan jasa ojek, menjadi buruh (bangunan) dan lain-lain. 8. Faktor produksi adalah semua unsur masukan produksi berupa lahan, tenaga
kerja, teknologi, dan atau modal, yang dapat mendukung terjadinya proses produksi dalam pengelolaan usaha cendana 9. Petani cendana adalah masyarakat/ petani yang sekarang/saat penelitian masih
memiliki, mengembangkan atau budidaya cendana di lahan yang diusahakan.