IV 4.1
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang potensial untuk dikembangkan di wilayah Wonosobo mengingat adanya pertumbuhan ketertarikan wisatawan dari tahun ke tahun. Kawasan Dieng dan sekitarnya juga termasuk ke dalam salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2010. Salah satu lokasi yang termasuk ke dalam Kawasan Dieng dan sekitarnya adalah Wisata Agro Tambi. Peta Kawasan Strategis Pariwisata Nasional untuk Kawasan Dieng dan sekitarnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Wisata Agro Tambi juga belum banyak melakukan pengembangan usaha, sehingga membutuhkan strategi pengembangan usaha
yang tepat agar
eksistensinya terjaga di antara persaingan yang semakin ketat. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2012. 4.2
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir 2005). Menurut Kuncoro (2003) penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur. Setidaknya terdapat dua manfaat penggunaan penelitian deskriptif, (1) untuk studi di bidang bisnis terutama digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis, dan (2) untuk mengenali distribusi dan perilaku data yang kita miliki. Dalam strategi pengembangan, setelah menganalisis data, para peneliti akan memprediksi hasil dari beberapa langkah bisnis yang dilakukan.
27
Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus (case study). Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail mengenai latar belakang, sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang umum. Tujuan dari penelitian studi kasus mengenai strategi pengembangan usaha Wisata Agro Tambi ini sendiri adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail mengenai faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi eksistensi suatu agrowisata, yang kemudian akan digunakan sebagai landasan perumusan strategi pengembangan bagi agrowisata tersebut. 4.3
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak Wisata Agro Tambi yang mencakup manajer, kepala seksi (kasi) keuangan, kasi umum serta konsumen, selain itu juga terdapat responden yang berasal dari luar yaitu kepala UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Dieng serta kepala Bagian Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah kuesioner. Data sekunder diperoleh dari arsip PT Tambi, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) Wonosobo, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, Perpustakaan FEM (Fakultas Ekonomi dan Manajemen) IPB, Perpustakaan LSI (Lembaga Studi Informasi) IPB, dan internet. 4.4
Metode Penentuan Responden Penelitian ini menentukan responden dengan menggunakan metode
purposive sampling dan convenience sampling. Purposive sampling adalah metode pemilihan responden yang dilakukan secara sengaja namun dengan pertimbangan bahwa responden yang dipilih mampu memberikan jawaban yang tepat atas pertimbangan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Purposive sampling digunakan untuk memilih pihak-pihak yang bertanggung jawab atau
28
yang memiliki informasi secara lengkap mengenai Wisata Agro Tambi, dalam hal ini adalah manajer, kasi keuangan dan kasi umum Wisata Agro Tambi. Selain itu, pemilihan responden secara purposive sampling juga dilakukan pada responden yang berasal dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta dari objek wisata lain, penetapan responden dari luar ini dilakukan untuk melihat penilaian dari pihak luar tentang Wisata Agro Tambi. Penentuan responden dengan menggunakan metode ini ditujukan untuk pengisian matriks pendapat gabungan pada matriks IFE dan EFE. Pengisian nilai daya tarik pada QSPM juga menggunakan metode purposive sampling. Responden yang akan berperan dalam pengisian QSPM adalah pengambil keputusan tertinggi dalam Wisata Agro Tambi yaitu manajer Wisata Agro Tambi. Metode penentuan responden yang kedua adalah metode convenience sampling. Responden tujuannya adalah pengunjung yang datang ke Wisata Agro Tambi, pengunjung selanjutnya akan mengisi kuesioner berupa daftar pertanyaan mengenai gambaran umum konsumen dan penilaian konsumen mengenai bauran pemasaran jasa. Jumlah responden yang ditentukan berdasarkan metode convenience sampling ini adalah 30 pengunjung. Pengisian kuesioner ini bertujuan
untuk
memperkuat
argumentasi
peneliti
dan
sebagai
bahan
pertimbangan dalam perumusan strategi pengembangan usaha. Kriteria konsumen yang melakukan pengisian kuesioner adalah sebagai berikut: 1) Konsumen sebagai responden dibatasi pada usia 17 tahun ke atas karena diasumsikan telah mengerti prosedur tanya jawab dalam kuesioner dan telah memiliki kemampuan menganalisis pertanyaan maupun informasi. 2) Konsumen sebagai responden adalah konsumen yang pernah mengunjungi Wisata Agro Tambi minimal satu kali. 4.5
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan, yaitu:
1) Observasi : melakukan pengamatan langsung terhadap aktifitas Wisata Agro Tambi terutama yang terkait dengan kegiatan pengembangan perusahaan. 2) Wawancara : melakukan wawancara dengan manajer, kasi keuangan dan kasi umum Wisata Agro Tambi, kepala Bagian Promosi Disparbud Kabupaten
29
Wonosobo serta konsumen, hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan mendetail. 3) Kepustakaan : membaca buku-buku yang terkait, mempelajari hasil penelitian terdahulu, data-data dari lembaga terkait dan perusahaan yang tersedia, serta literatur-literatur relevan yang menunjang. 4) Studi Pendahuluan : mendatangi perusahaan, melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan sebelum memulai penyusunan skripsi. 5) Pengisian Kuesioner : untuk pengisian matriks pendapat gabungan pada matriks EFE dan IFE yang dilakukan oleh manajer, kasi keuangan, kasi umum, Kepala UPTD Dieng serta kepala Bagian Promosi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Wonosobo, serta nilai daya tarik pada QSPM yang dilakukan oleh pihak yang berperan dalam pengambilan keputusan prioritas strategi pengembangan perusahaan yaitu manajer. Selain itu, kuesioner juga diberikan kepada 30 pengunjung sebagai responden untuk mengetahui gambaran umum konsumen dan penilaian terhadap bauran pemasaran Wisata Agro Tambi. 4.6
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif, analisis kualitatif, dan analisis kuantitatif yang disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan uraian. Tahapan awal adalah analisis deskriptif melalui observasi/pengamatan di Wisata Agro Tambi, wawancara dengan pihak internal yaitu manajer, kasi keuangan, dan kasi umum Wisata Agro Tambi serta dengan pihak eksternal yaitu Kepala UPTD Dieng dan kepala Bagian Promosi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Selain itu juga dilakukan studi literatur melalui buku, data terkait, penelitian terdahulu, dan penyebaran kuesioner kepada pihak internal dan eksternal Wisata Agro Tambi serta kepada pengunjung. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan. Tahap selanjutnya adalah konfirmasi kepada pihak manajemen perusahaan untuk meningkatkan keakuratan data yang diperoleh.
30
Analisis kuantitatif yang dihasilkan pada penelitian ini adalah hasil analisis berupa bobot, rating, dan skor, sedangkan analisis kualitatif berupa uraian dari hasil analisis kuantitatif. Data-data yang berhasil dikumpulkan diolah dan dianalisis dalam tiga tahap yaitu tahap input (input stage), tahap pencocokkan (matching stage), dan tahap keputusan (decision stage) dengan menggunakan alat analisis yang terdiri dari matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM (David 2009). 4.6.1
Tahap Input (Input Stage) Alat analisis yang digunakan pada tahap input adalah matriks IFE dan
matriks EFE. Matriks IFE berhubungan dengan tingkat kepentingan relatif dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan, sedangkan matriks EFE berhubungan dengan tingkat kepentingan relatif dari faktor-faktor peluang dan ancaman perusahaan. Informasi yang diperoleh dari kedua matriks ini menjadi informasi input dasar untuk matriks-matriks tahap pencocokan dan tahap keputusan. 4.6.1.1
Analisis Lingkungan Eksternal Analisis eksternal berfokus pada upaya identifikasi dan evaluasi tren dan
kejadian yang berada di luar kendali suatu perusahaan. Analisis eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan sehingga perusahaan harus dapat merespon perubahan eksternal tersebut dengan merumuskan strategi guna mengambil keuntungan dari adanya peluang dan menghindari atau meminimalkan dampak dari ancaman yang muncul. Langkah yang dilakukan dalam merumuskan lingkungan eksternal Wisata Agro Tambi adalah dengan melakukan studi pustaka mengenai perkembangan faktor-faktor eksternal perusahaan seperti kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan, kekuatan politik, pemerintah, dan hukum, kekuatan teknologi, dan Kekuatan persaingan. Hasil penelusuran studi pustaka tersebut kemudian dirumuskan menjadi variabel-variabel yang kemungkinan besar memiliki pengaruh terhadap Wisata Agro Tambi. Selanjutnya, variabel-variabel yang ada dicocokkan dengan kondisi lapang dan dikonfirmasi kepada pihak pengelola Wisata Agro Tambi. Kesimpulan yang didapatkan dari hasil konfirmasi adalah adanya 20 faktor eksternal yang dapat dibagi menjadi 13 faktor peluang dan tujuh faktor ancaman. Faktor
31
eksternal ini berhasil dirumuskan setelah melakukan empat kali kunjungan ke Wisata Agro Tambi dan satu kali kunjungan ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. 4.6.1.2 Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal menekankan pada identifikasi dan evaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan perusahaan yang tidak mudah ditiru oleh dinamakan kompetensi khusus. Membangun keunggulan kompetitif melibatkan kemampuan untuk memanfaatkan kompetensi khusus. Strategi dirancang untuk memperbaiki kelemahan perusahaan, mengubahnya menjadi kekuatan, dan mungkin menjadi kompetensi khusus (David 2009). Langkah yang dilakukan dalam merumuskan lingkungan internal Wisata Agro Tambi adalah dengan melakukan wawancara secara intensif dengan pihak pengelola Wisata Agro Tambi diantaranya adalah manajer, kasi keuangan dan kasi umum Wisata Agro Tambi, dan karyawan, panduan yang digunakan untuk melakukan wawancara adalah buku Manajemen Strategis (David 2009). Gambaran mengenai lingkungan internal Wisata Agro Tambi juga diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh 30 orang pengunjung Wisata Agro Tambi. Hasil wawancara dan kuesioner tersebut kemudian dirumuskan menjadi variabel-variabel yang kemungkinan besar memiliki pengaruh terhadap Wisata Agro Tambi. Selanjutnya, variabel-variabel yang ada dicocokkan dengan kondisi lapang dan dikonfirmasi kembali kepada pihak pengelola Wisata Agro Tambi. Kesimpulan yang didapatkan dari hasil konfirmasi adalah adanya 17 faktor internal yang dapat dibagi menjadi sebelas faktor kekuatan dan enam faktor kelemahan. Faktor internal ini berhasil dirumuskan setelah melakukan lima kali kunjungan ke Wisata Agro Tambi guna melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner. 4.6.1.3
Matriks EFE dan IFE Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal maka
hasilnya dimasukkan ke dalam matriks EFE dan IFE. Matriks EFE (External Factor Evaluation) ditujukan untuk merangkum dan mengevaluasi informasi mengenai peluang dan ancaman dari analisis faktor eksternal. Matriks IFE
32
(Internal Factor Evaluation) ditujukan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dari analisis faktor internal dalam area fungsional bisnis (David 2009). Matriks EFE dan IFE dapat dibuat dengan lima tahapan: 1) Identifikasi dan mendaftarkan faktor-faktor eksternal utama (peluang dan anacaman) serta faktor internal utama (kekuatan dan kelemahan) yang dihadapi perusahaan. Pada matriks EFE dan IFE harus memasukkan 10 hingga 20 faktor utama. Jumlah faktor tidak memiliki pengaruh terhadap kisaran total skor pembobotan karena bobot selalu berjumlah 1,0. Hasil Identifikasi Wisata Agro Tambi sendiri menghasilkan 20 faktor eksternal utama dan 17 faktor internal utama. 2) Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak internal Wisata Agro Tambi dan pihak eksternal yaitu Kepala UPTD Dieng serta Dinas Pariwisata
dan
Kebudayaan
dengan
menggunakan
metode
Paired
Comparison. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian berupa bobot terhadap setiap faktor penentu eksternal dan internal. Penilaian bobot setiap faktor dengan nilai total mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot. Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah: 1=jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2=jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3=jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel baris (indikator horizontal) dibandingkan dengan variabel kolom (indikator vertikal) dan harus konsisten. Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus : αi =
∑
Keterangan: αi = bobot faktor Xi = nilai variabel ke-i Σ Xi = nilai total variabel Eksternal= n=15 i=A, B, C,…,O Internal=n=14 i=A, B, C,..., N
33
3) Penentuan rating (peringkat) untuk setiap faktor eksternal dan internal kunci. Penentuan rating dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis situasi perusahaan. Dalam mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan skala 1, 2, 3 dan 4. Pemberian nilai peringkat peluang dan ancaman pada matriks EFE menggunakan skala: 1= respon perusahaan rendah
3= respon perusahaan di atas rata-rata
2= respon perusahaan rata-rata
4= respon perusahaan superior
Pemberian nilai rating kekuatan dan kelemahan pada matriks IFE menggunakan skala: 1 = sangat lemah (kelemahan utama)
3 = cukup kuat (kekuatan kecil)
2 = tidak begitu lemah (kelemahan kecil) 4 = sangat kuat (kekuatan utama) 4) Mengalikan setiap bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang (skor pembobotan). Dalam langkah 4 ini diperoleh hasil berupa skor bobot untuk masing-masing faktor. 5)
Menjumlahkan nilai tertimbang dari setiap faktor untuk menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi. Nilai tertimbang yang diperoleh dari masingmasing faktor dijumlahkan secara vertikal untuk mendapatkan total nilai tertimbang. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternalnya. Total nilai tertimbang tertinggi adalah 4,0 dan terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Pada matriks EFE total nilai tertimbang 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan dampak yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai tertimbang 1,0 mengindikasikan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal. Pada matriks IFE total nilai tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan kondisi perusahaan yang lemah secara internal, sedangkan total nilai tertimbang di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal perusahaan yang kuat.
34
4.6.2
Tahap Pencocokan (Matching Stage) Strategi seringkali didefinisikan sebagai pencocokan yang dibuat oleh
suatu organisasi antara sumber daya dan keterampilan internalnya dengan peluang dan risiko yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal (David, 2009). Tahap pencocokan dari kerangka perumusan strategi terdiri atas lima teknik yang dapat digunakan , yaitu Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Grand Strategy Matrix. Alat-alat ini bergantung pada informasi yang diperoleh dari tahap input untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Dalam penelitian ini analisis pada tahap pencocokkan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Mencocokkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan. 4.6.3.1
Matriks IE Matriks IE (Internal-External) merupakan pemetaan skor matriks EFE
dan IFE yang telah dihasilkan dari tahap input (input stage) dan memposisikan perusahaan dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor pembobotan IFE pada sumbu horizontal dan total skor pembobotan EFE pada sumbu vertikal. Pada sumbu horizontal dari matriks IE, total skor bobot dari 1,0 hingga 1,99 menunjukkan posisi internal lemah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah sedang; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah posisi internal yang kuat. Pada sumbu vertikal dari matriks IE, total skor bobot dari 1,0 hingga 1,99 menunjukkan posisi eksternal yang lemah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 menunjukkan pengaruh eksternal sedang; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah pengaruh eksternal yang kuat. Konsep matriks IE dapat dilihat pada Gambar 7. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda-beda. Pertama, divisi yang masuk dalam sel I, II, dan IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi yang intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) dapat menjadi strategi yang paling sesuai untuk divisi dalam sel ini. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik menggunakan strategi menjaga dan mempertahankan (hold and
35
maintain). Strategi yang tepat untuk tipe ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Ketiga, rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, dan IX adalah panen atau divestasi (harvest or divestiture). Strategi yang banyak digunakan adalah penciutan dan divestasi perusahaan. 4.6.3.2
Matriks SWOT Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats Matrix)
merupakan alat untuk mencocokkan yang penting dalam membantu manajer mengembangkan oppportunities),
empat WO
tipe
strategi:
SO
(kelemahan-peluang;
(kekuatan-ancaman;strengths-threats),
dan
(kekuatan-peluang;
strength-
weaknesses-opportunities), WT
ST
(kelemahan-ancaman;
weaknesses-threats). Mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci adalah bagian yang paling sulit dalam mengembangkan matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik (David 2009). Matriks SWOT terdiri atas sembilan sel. Ada empat sel faktor kunci, empat sel strategi dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong (sel di kiri atas). Empat sel strategi (SO, WO, ST dan WT) dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci (S, W, O, dan T). Terdapat delapan langkah yang terlibat dalam membuat matriks SWOT: 1) Menuliskan peluang eksternal kunci perusahaan. 2) Menuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan. 3) Menuliskan kekuatan internal kunci perusahaan. 4) Menuliskan kelemahan internal kunci perusahaan. 5) Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan mencatat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan. 6) Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan mencatat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan. 7) Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan mencatat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan. 8) Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan mencatat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan.
36
4.6.3
Tahap Keputusan (Decision Stage) Tahap terakhir dalam kerangka perumusan strategi adalah tahap
keputusan, dalam tahap ini digunakan alat analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masingmasing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal (David 2009). Untuk Wisata Agro Tambi sendiri, penentuan daya tarik QSPM hanya dilakukan oleh satu orang yaitu manajer Wisata Agro Tambi sebagai pengambil keputusan utama wisata agro, pengisian daya tarik QSPM dilakukan pada satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 30 April 2012. Tahapan kerja pengolahan data dengan menggunakan metode QSPM (David 2009) adalah: 1) Membuat daftar peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. 2) Pemberian bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks EFE dan IFE. Bobot disajikan dalam kolom disamping kanan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal. 3) Evaluasi matriks tahap pencocokkan dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Strategi-strategi ini dicatat pada baris atas dari QSPM. 4) Menentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS), didefinisikan sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu. Jangkauan untuk nilai daya tarik adalah: 1= tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik. 5) Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Scores-TAS) didefinisikan sebagai hasil dari pengalian bobot (langkah 2) dengan nilai daya
37
tarik (langkah 4) dalam masing-masing baris. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik alternatif strategi tersebut. 6) Penjumlahan total nilai daya tarik dengan menambahkan total nilai daya tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik/Sum Total Attractiveness Scores (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.
38