Metode Pengajaran Perspektif Filosofis Konservatif Dan Liberal (Analisis Pada Implementasi dan Metode)
Oleh:
Hayati1
Abstrak
Filsafat konservatif adalah sebuah filsafat politik yang mengandung nilai-nilai tradisional, yang sifatnya menjaga, memelihara, mengamankan. Konservatif cenderung ke arah penyesuaian tata cara yang lama dengan metode baru, cenderung menyukai disiplin belajar dan hafalan sebagai pembentukan kebiasaan yang baik untuk anak didik di kelas dasar sedangkan anak yang lebih tinggi pendidikannnya, lebih kepada pengembangan intelektual, lebih menekankan aspef kognitif dan afektif antar personal. Penilaian cenderung pada test/ujian untuk mengukur keterampilan. Sedangkan filsafat liberal berpandangan bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik utama. Kedua landasan berpikir di atas, bertolak belakang antara satu dengan yang lain, namun jika dilihat dari hakikatnya kedua landasan filosofis di atas sama sama berupaya mengembangkan potensi anak didik kearah lebih maju, baik dari asfek, afektif, kognitif dan psikomotor. Kata Kunci: Metodologi, Filsafat Konservatif dan Liberal
1
Penulis adalah dosen UIN Ar-Raniry DPK Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah, saat ini penulis menjabat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah.
Hayati
I. PENDAHULUAN Keberhasilan dalam pembelajaran bukanlah karena kaya dan banyaknya materi yang diberikan kepada anak didik. Keberhasilan dalam pembelajaran merupakan hasil internalisasi beberapa unsur yang saling mengikat dan berjalan dengan beriringan serta bersama-sama sehingga keberhasilan tersebut tercapai. Kemahiran guru dalam mengelola pengajaran merupakan modal keberhasilan dalam proses pengajaran. Pengelolaan tersebut dimulai dari mendesain bahan materi pengajan, pendekatan yang digunakan dalam mengajar serta mengatur strategi dan trik-trik yang digunakan dalam mengajar. Di samping keberhasilan dalam dunia pendidikan tidak sedikit dijumpai yang mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut juga disebabkan oleh banyak faktor, seperti guru tidak mampu menggunakan motode-metode yang bervariasi dalam mengajar sehingga dengan mengandalkan satu metode saja tidak cukup untuk mengajar. Skill guru dalam mengatur strategi mengajar sangat penting, hal ini disebabkan anak didik akan mengalami kebosanan dan kejenuhan dalam belajar jika guru tidak menguasai banyak metode. Maka kegagalan terseut bisa jadi bukan karena hal-hal yang lain akan tetapi disebabkan oleh metode yang tidak cocok dan tidak sesuai dengan materi pembelajaran. Dalam pembelajaran salah satu unsur yang urgen adalah metode, disamping unsur-unsur lain. Penggunaan metode yang tepat dan benar akan membantu mempercepat anak didik dalam menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pada dasar guru boleh menggunakan berbagai macam metode dan metode tersebut harus membawa anak didik untuk berpikir. Salah seorang tokoh filsafat klasik Suckrates (470-399 SM) mengatakan metode pengajaran, yaitu metode dialektis dan dialogis yang ditujukan untuk mendorong seseorang agar belajar berpikir secra cermat, menguji coba diri
90
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2014
Metode Pengajaran Perspektif Filosofis Konservatif Dan Liberal (Analisis Pada Implementasi Dan Metode)
sendiri, serta memperbaiki pengetahuannya. 2 Maka dari itu, dalam tulisan singkat ini penulis berusaha menemukan dan mengangkat metodologi pengajaran yang termuat dalam filsafat konservatif dan liberal.
II. PEMBAHASAN Metode
pendidikan
Islam
merupakan
prosedur
umum
dalam
penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai suprasistem. Sedangkan tekni pendidikan Islam adalah langkah-langkah kongkret pada waktu seorang pendidik melaksanakan tugas pengajaran di kelas. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi mengartikan motode sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada peserta didik. Abd Aziz mengartikan metode dengan cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan, kebiasaan berpikir, serta cinta pada ilmu, guru dan sekolah.3 Metodologi pengajaran (metodik) membicarakan tentang cara-cara mengajar bidang studi tertentu dimana prinsip-prinsip umum tersebut berlaku di dalamnya. Jadi metodik bergerak dalam lingkaran atau dalam suatu kondisi kegiatan belajar mengajar pada umumnya. Sedangkan metodologi pengajaran (metodik) bergerak dalam strategi dan teknik yang akan ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Sehingga dikatakan antara Didaktik dan metodologi pengajaran tersebut terdapat hubungan yang erat, terutama dalam kesiapan guru pada saat berlangsung kegiatan belajar mengajar.4 Dalam penggunaan metode pendidikan yang perlu diamati adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat motode dan relevansinya 2
Abuddin Nata Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner: Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik Dan Hukum, Cet I (jakarta: Rajawali Press, 2009), h 125. 3 Abdul Mujib dkk Ilmu Pendidikan Islam, cet. I (Jakarta: Kencana, 2006), h 165. 4 M. Basyiruddun Usman Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Cet. III (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h 6.
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari – Juni 2014
91
Hayati
dengan tujuan utama pendidikan. Disamping itu, tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar lebih berdaya guna berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkannya. Uraian ini menunjukan bahwa fungsi metode adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta dorongan usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik. Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada
anak
didik.
Penyampaian
pengetahuan
dilaksanakan
dengan
menggunakan metode.5 Penyampaian pengajaran harus disertai dengan metode yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran yang sedang berlangsung.
1.
Metodologi Pengajaran Filsafat Konservatif Filsafat
konsevatif
(Al-Muhafidz)
dalam
persoalan
pendidikan
cenderung bersikap murni keagamaan. Mereka memaknai ilmu dengan pengertian sempit, nyakni hanya cakupan-cakupan ilmu yang dibutuh saat sekarang (hidup di dunia) yang jelas-jelas akan membawa manfaat kelak di akhirat. Penuntut ilmu harus mengawali belajarnya dengan Kitabullah Al-Qur‟an dengan metode menghafal dan mampu menafsirkannya. 6 Tokoh-tokoh filsafat konservatif dalam pendidikan Islam; Ghazali, Nasiruddin al-Thusi, Ibnu Jama‟ah, Sahnun, Ibnu Hajar al-Haitami dan al-Qabisi. Menurut penulis, Aliran-aliran filsafat pendididkan umum yang termasuk
5
dalam
kelompok
konservati
ialah
idealisme,
perenialisme,
Oemar Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran, Cet X (Jakarta:Bumi Aksara, 2010), h
55. 6
Mahmud Arif. Terj, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam, Cet I (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002), h 75.
92
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2014
Metode Pengajaran Perspektif Filosofis Konservatif Dan Liberal (Analisis Pada Implementasi Dan Metode)
esensialisme dan materialisme dimana metode pengajaran yang digunukan dalam aliran-aliran filsafat ini masih bersifat tradisional atau konvensional. a.
Idealisme Idealisme termasuk dalam kelompok filsafat tertua. Tokoh aliran ini
adalah Plato (427-347) yang secara umum dipandang sebagai bapak idealisme di Barat yang hidup kira-kira 2500 tahun yang lalu. Aliran filsafat ini menurut Peodjawitna memandang dan menganggap yang nyata hanya ide. Ide tersebut selalu tetap atau tidak mengalami perubahan atau penggeseran. Aliran filsafat idealisme menekankan pada moral dan realita spritual sebagai sumber-sumber utama di alam ini. Prinsip idealisme bahwa realitas tersusun di atas subtansi sebagai mana gagasan-gagasan atau ide-ide (spritual). Menurut penganut idealisme, dunia beserta bagian-bagiannya suatu sistem yang masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spritual. Realita atau keyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan gambaran atau eksprisi dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia. 1. Implimentasi idealisme dalam pendidikan. Pendidikan bukan hanya mengembangkan atau menumbuhkan, tetapi juga harus digerakkan keseluruh tujuan, yaitu terhadap tujuan dimana nilai telah direalisasikan kedalam bentuk yang kekal tak terbatas. Belajar adalah proses
“self development of mind as spritual substance” yang menempatkan jiwa bersifat kreatif. Pendidikan adalah proses melatih daya-daya jiwa seperti pikiran, ingatan, perasaan, baik bentuk memahami realita, nilai-nilai dan kebenaran, maupun sebagai warisan sosial. Tujuan pendidikan bersifat mutlak untuk itu, kurikulum seyogyanya bersifat tetap dan tidak menerima perkembangan. Bertitik tolak atas dasar tersebut, maka tatkala para ilmuan telah mencapai ke tingkat ilmu yang tinggi, Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari – Juni 2014
93
Hayati
maka ia berusaha pula mentrasnspernya dari satu generasi kegenarasi yang berikutnya. Dalam kontek ini agama, akhlak dan ilmu humaniora dipandang sebagai core kurikulum. 2. Metode pengajaran Aliran filsafat dealisme lebih mengutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat juga dimanfaatkan.7 Menurut aliran filsafat ini metode yang tepat digukan untuk mendidik adalah metode dialektika disamping juga bisa digunakan metode lain yang diangga sesuai.
b. Perenialisme Perenialisme bersal dari kata diartikan continuing throuht the whole
year, atau lasting for avery long time abadi atau kekal dan baqa berarti pula tiada akhir. Dengan demikian esensi kepercayaan filsafat perenialisme adalah berpegang pada nilai-nilai norma-norma yang bersifat abadi. Perenialis sesuai dengan namanya yang berarti segala sesuatu yang ada sepanjang sejarah ini akan dianggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali kepada nilai-nilai asasi manusia masa silam untuk menghadapi problematika kehidupan manusia masa sekarang dan bahkan sampai kapanpun dan di manapun.8 Menariknya lagi istilah filsafat perenil ini populer sekali dikalangan banyak intelektual terutama yang peduli terhadap studi agama-agama dan filsafat. Sehingga banyak kontribusi pemikiran para ahli tentang filsafat perenialisme ini. Perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang bagaikan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpangsiyuran. Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan 7
Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan, Cet I (Bandung: Alfabeta, 2009), h
8
Ramayulis dkk Filsafat Pendidikan Islam, Cet III (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), h 21.
103.
94
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2014
Metode Pengajaran Perspektif Filosofis Konservatif Dan Liberal (Analisis Pada Implementasi Dan Metode)
lingkungan sosial kultural yang lain. Ibarat kapal yang akan berlayar, zaman memerlukan pangkalan dan arah tujuan yang jelas. Perenialis me berpendapat bahwa mencari dan menemukan pangkalan yang demikian itu merupakan tugas yang pertamam-tama dari filsafat dan filsafat perenialisme. Perenialisme mengambil jalan regresif, karena mempunyai pandangan bahwa tidak ada jalan lain kembali kepada prinsipumum yang telah menjadi dasar tingkah laku dan perbuatan zaman kono dan abad pertengahan. Yang dimaksud dengan ini adalah keprcayaan-kepercayaan aksiomatris mengenai pengetahuan, realita dan nilai dari zaman-zaman tersebut. Semua ini telah dianggap sebagai dasar sivilisasi dari abad ke abad.9 Mengambilan cara regresif bukanlah rindu nilai-nilai lama sebagai nostalgia belaka akan tetapi nilai-nilai tersebut mempunyai kedudukan yang vital bagi pembangunan kebudayaan abad kedua puluh. Tokoh-tokoh filsafat perenialisme seperti Plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas memiliki pendirian dan pandangan-pandangan yang masih mempunyai arti bagi abad keduapuluh ini. Di samping itu pendirian dan pandanganpandangan itu masih dapat pula dipertimbangkan sebagai dasar dan pedoman kebudayaan abad keduapuluh.
1. Implementasi perenialisme dalam pendidikan Perkembangan konsep perenialisme banyak dipengaruhi oleh tokoh-tkoh yang berpengruh seperti Plato, Aristoteles dan Thomas Aguino. Menurut Plato ilmu pengetahuan dan nilai sebgai manispestasi dan hukum universal yang abadi dan ideal sehingga ketertiban sosial hanya akan mungkin dicapai bila ide itu menjadi tolak ukur yang meniliki asas normative dalam semua aspek kehidupan. Menurut Aristoteles, orientasi pendidikan ditujukan kebahagian, melalui pengembangan kemampuan-kemampuan kerohaniah seperti emosi, kognisi serta 9
Imam Barnadib Filsafat Pendidikan, Cet V (Yogyakarta: Andi Offset, 1988), h 59.
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari – Juni 2014
95
Hayati
jasmaniah manusia. Menurut Thomas Aguino bahwa tujuan pendidikan sebagai usaha untuk merealisasikan kapasitas dalam tiap individu manusia sehingga menjadi aktualitas. Out-put yang diharapkan menurut perenialisme adalah manusia mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan mental.
2. Metode pengajaran Latihan mental dalam bentuk diskusi, anlisis buku melalui pembacaan buku-buku yang tergolong karya-karya besar tentang peradaban barat.10 Pengkajian bahan dan materi pelajaran dengan cara membaca serta didiskusikan secara bersama untuk memperdalam. Metode diskusi ialah suatu cara mempelajarai materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.11cara seperti ini menimbulkan perhatian anak dan perubahan tingkah laku anak didik dalam belajar. metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang anak didik dalam belajar dan berfikir secara kritis dan mengeluarkan pendaptanya secara rasional dan objektif. Prinsip-prinsip metode diskusi; Pertama, melibatkan anak didik secara aktif dalam diskusi. Kedua, diperlukan keterlibatan dan keteraturan dalam mengemukakan pendapat secara bergilir dipimpin seorang ketua atau moderator.
Ketiga,
maslah yang didiskusikan disesuaikan dengan perkembangan anak
didik. Keempat, guru terus mendorong siswanya yang kurang aktif untuk mengeluarkan sesuatu pendapatnya. Kelima, anak didik dibiasakan menghargai pendapat orang lain dalam menyetujui atau menentang pendapat. Keenam, aturan dan jalannya diskusi hendaknya dijelaskan kepada siswa yang masih
10
Redja Mudyahardjo Pengantar Pendidikan, Cet IV (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h 167. 11 M. Basyiruddun Usman Metodologi Pembelajaran Agama Islam..., h 36.
96
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2014
Metode Pengajaran Perspektif Filosofis Konservatif Dan Liberal (Analisis Pada Implementasi Dan Metode)
belum mengenal tatacara berdiskusi agar mereka dapat secara lancar mengikutinya. Tugas pendidik adalah memberikan pengatahuan tentang kebenaran yang pasti, dan abadi. Kurikulum diorganisasikan dan ditentukan lebih dahulu oleh orang
dewasa,
dan
ditujukan
untuk
melatih
aktivitas
akal,
untuk
mengembangkan akal. Anak harus diberikan pelajaran yang pasti, yang akan memperkenalkannya dengan keabadian dunia. Anak tidak boleh dipaksa untuk mempelajari pelajaran yang tampaknya penting untuk suatu saat saja. Begitu juga kepada anak jangan memberikan pelajaran yang hanya menarik pada saatsaat tertentu yang khusus. Yang dipentingkan dalam kurikulum adalah mata pelajaran „general education‟, yang meliputi bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni, dan 3R‟s (membaca, menulis dan berhitung). Mata-mata pelajaran tersebut merupakan esensi dari general education.
c.
Esensialisme Esensialisme muncul pada zama renaissana, dengan ciri-ciri utama yang
berbeda dengan progresivisme. Perbedaan ini terutama dalam memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibelitas, di mana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada ketrikatan dengan doktrin tertentu. Bagi esensialisme, pendidikan yang berpijak pada dasar pandangan itu mudah goyah dan mudah terarah. Karena itu esensialisme mamandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberi kestabilan dan arah yang jelas.12 Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan meterialistik. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham pengikut aliran idealisme dan realisme. Tokoh utama yang berperan dalam 12
Zuhairini, dkk Filsafat Pendidikan Islam, Cet IV (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h 25.
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari – Juni 2014
97
Hayati
penyebaran esensialisme, adalah; Desiderrius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad 16. Johann Amos Comenius (1592-1670), Jhon locke (1632-1704), Johann Henrich Pestalozzi (1746-1827),
Johann Friederich Frobel (1782-1852), Johann Friederich Herbert (1776-1841), William T. Harris tokoh dari Amirika Serikat hidup pada tahun (1835-1909). Dalam rangka mempertahankan pahamnya, khususnya dari persaingan dengan paham progresivisme, tokoh-tokoh esensialis mendirikan satu organisasi yang bernama “Esentialist committee for the Advancement of Education” pada tahun 1930. Melalui organisasi ini pandangan esensialisme dikembangkan dalam dunia pendidikan sebagaimana telah disinggung di atas bahwa esensialisme mempunyai pandangan yang dipengaruhi oleh paham idealisme dan realisme, maka konsep-konsepnya tentang pendidikan sedikit banyaknya ikut diwarnai oleh konsep-konsep idealisme dan realisme. Konsep pendidikan esensialisme adalah back to basics, gerakan ini mulai dipertengahan tahun 1970-an merupakan dorongan skala besar yang mutakhir untuk menerapkan program-program esensialis di sekolah-sekolah. Menurut kaum esensialis sekolah harus melatih dan mendidik anak-anak berkomunikasi dengan jelas dan logis.
Keterampilan-keterampilan inti dalam kurikulum
haruslah berupa membaca, menulis, berbicara dan berhitung serta sekolah memiliki tanggungjawab untuk memperhatikan apakah siswa menguasai keterampilan-ketrempilan tersebut.13 1.
Implimentasi esensialisme dalam pendidikan Tujuan pendidikan, tranmisi kebudayaan untuk menetukan solidoritas
dan kesejahtraan. Kurikulum di pendidikan dasar berupa membaca, menulis dan berhitung. Keterampilan berkomunikasi adalah esesial untuk mencapai prestasi skolastik dan hidup sosial yang layak. Kurikulum sekolah berisikan apa yang harus diajarkan. Kedududkan siswa, sekolah bertanggung jawab atas pemberian 13
98
Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan..., h 160.
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2014
Metode Pengajaran Perspektif Filosofis Konservatif Dan Liberal (Analisis Pada Implementasi Dan Metode)
pengajaran yang logis atau dapat dipercaya. Sekolah berkuasa untuk menentukan hasil belajar, bukan mengatur pelajaran. Peran guru, guru harus terdidik, secara moral guru merupakan orang yang dapat dipercaya, dan secara teknis harus memiliki kemahiran dalam mengarahkan proses belajar. 2.
Metode pengajaran a. Berpusat pada guru (teacher centered). b. Umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul mengetahui apa yang diinginkan, dan mereka harus dipaksa belajar. oleh karena itu pedagogi yang bersifat lembah lembut harus dijauhi, dan memustkan diri pada penggunaan metode-metode latihan dan tradisional yang tepat. c. Metode utama adalah latihan mental misalnya melalui diskusi dan pemberian tugas; dan penguasaan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian informasi dan membaca.14 d. Materialisme Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi,
bukan rohani, bukan spritual dan supernatural. Demokritos (460-360 SM), merupakan pelopor pandangan meterialisme klasik, yang disebut juga „atomisme‟ Demokritos beserta pengikutnya beranggapan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (yang disebut atom-atom). Atom-atom merupakan bagian terkecil dari yang begitu kecil sehingga mata kita tidak bisa melihatnya. Atom-atom bergerak sehingga membentuk realitas pada mata kita. Materialisme dan positivisme pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan secara ekplisit. Bahkan menurut Hendersen (1959), materialisme belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber tiori pendidikan. Menurut behaviorisme, apa yang disebut dengan kegiatan mental kenyataanya 14
Redja Mudyahardjo Pengantar Pendidikan..., h 163.
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari – Juni 2014
99
Hayati
tergantung pada kegiatan fisik, yang merupakan berbagai kombinasi dan meteri dalam gerak. Gerak fisik yang terjadi dalam otak, kita sebut berpikir, dihasilkan oleh dunia lain dalam materi, baik materi yang ada dalam tubuh manusia maupun materia yang ada diluar tubuh manusia. Behaviorisme yang berakar pada positivisme dan materialisme telah populer dalam menyusun tiori pendidikan, terutama dalam tiori belajar yaitu apa yang disebut dengan “conditionong theory”, yang dikembangkan oleh E.L. Thorndike dan B.F. Skenmer.15 Pendidikan,
dalam
hal
ini
proses
belajar
merupakan
proses
kondisionisasi lingkungan, misalnya dengan mengadakan percobaan terhadap anak yang tidak pernah takut terhadap kucing, akhirnya ia menjadi takut pada kucing. Percobaan biasa dilakukan dengan membunyikan suara keras (misalnya bunyi gong, bunyian-bunyian yang keras mengagetkan anak, atau dengan jalan menakut-nakutinya) setiap kali anak mememgang atau mendekati kucing kesayangannya.
Dengan
percobaan
ini
pengikut
behaviorisme
ingin
menunjukkan bahwa manusia dapat dibentuk (men are built, not born).
1.
Implimentasi materialisme dalam pendidikan Manusia yang baik dan efesien dihasilkan dengan proses pendidikan
terkontrol secara ilmiah dan seksama. Tujuan pendidikan, perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang komplek. Kurikulum, isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya dan handal, dan diorganisasikan selalu berhubungan dengan sasaran perilaku. Kedudukan siswa, tidak ada kebebasan. Perilaku ditentuaka oleh kekuatan dari luar. Pelajar sudah dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar. Peran guru, guru
15
100
Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan..., h 116.
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2014
Metode Pengajaran Perspektif Filosofis Konservatif Dan Liberal (Analisis Pada Implementasi Dan Metode)
memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
2.
Metode pengajaran
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operan conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.16
2.
Metodologi Pengajaran Filsafat Liberalisme liberalisme merupakan filsafat pendidikan yang bersifat domokratis
dalam pendidikan. Pendidikan menurut liberalisme tidak boleh ikat oleh keingan tertentu akan tetapi pendidikan bergerak dengan lebih luas tanpa diikat oleh kemaun suatu golongan. Pendidikan liberalisme menitik berat pada kebebasan, belajar tidak terpaku pada buku teks dan guru akan tetapi belajar berdasarkan pengalam.17 Pendidikan liberalisme juga indentik dengan corak pendidikan progresif. Oleh karena demikian pendekatan dan motode yang digunakan dalam pengajaran juga bersifat demokratis. Dalam pemikiran pendidikan Islam, aliran pragmatis (Al-Dzarai‟iy) yang dikembangkan oleh Ibnu Khaldun, merupakan wacana baru dalam pemikiran pendidikan Islam. Bila kalangan konservatif mempersempit lingkup “ sekuler” di hadapan rasionalitas Islam dan mengaitkannya secara kaku dengan pemikiran atau warisan salaf, sedangkan kaum rasionalis dalam sistem pendidikan (program kurikuler) berpikiran idealistik sehingga memasukan semua disiplin keilmuan yang dianggap substantif dan bernilai, maka Ibnu Khaldu mengakomodir ragam keilmuan yang nyata terkait dengan kebutuhan langsung manusia, baik kebutuhan spritual-rohaniah maupun kebutuhan material.18
16
Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan..., h 118. Hani‟ah. Terj, Experienci & Education Pendidikan Berbasis Pengalaman, Cet I (Jakrta: Teraju PT. Mizan Publika, 2004), h 4. 18 Mahmud Arif. Terj, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam..., h 109. 17
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari – Juni 2014
101
Hayati
Menurut hemat penulis, aliran-aliran filsafat pendidikan yang tergolong dalam filsafat leberalisme adalah realisme, pragmatisme, progresivisme, eksistensialisme dan rekonstruksionalisme. Untuk lebih jelas berikut bahasannya tentang metode pengajaran menurut masing-masing aliran filsafat tersebut:
a.
Realisme Realisme berasal dari kata real yang berarti aktual atau ada. Realisme
adalah aliran yang patuh kepada yang ada (fakta), realisme termasuk dalam pemikiran klasik. Aliran ini berpijak atas dasar percaya akan hakikat-hakikat yang kekal dan tidak mengalami perubahan dalam situasi dan kondisi apapun. Kaum realisme mamandang dunia ini dari sudut materi. Menurut mereka, realita didunia ini adalah alam. Segala sesuatu berasal dari alam dan yang menjadi subjek adalah hukum alam (dunia nyata alam, dan benda).19 1.
Implementasi realisme dalam pendidikan
Tujuan pendidikan adalah transmisi dari; Pertama,kebenaran universal yang terpisah dari pikiran, pendapat dan pernyataan intelektual. Kedua, pengetauan Tuhan, pengetahuan manusia dan masalah alamiah hanya ada jika ada Tuhan. Ketiga, nilai atau keunggulan kultural pendidikan seharusnya menjadi seorang sadar terhadap dunia
nyata, termasuk nilai dan potensi
kehidupan. Perhatian pendidikan realisme tertuju pada pemenuhan akal para murid dengan peraturan-peraturan dan hakikat yang terlihat dalam alam. Seorang guru realisme mesti ahli dalam bidang studinya (kompetensi profesional). Sebab, tugas seorang guru terpusat dalam usaha memindahkan apa yang ia lihat benar kepada murid secara terus menerus.
19
Ramayulis dkk Filsafat Pendidikan Islam..., h 18
.
102
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2014
Metode Pengajaran Perspektif Filosofis Konservatif Dan Liberal (Analisis Pada Implementasi Dan Metode)
2.
Metode pengajaran
Metode pengajaran dalam pendidikan realisme tunduk pada prinsip “mempengaruhi
dan menerima”,
dimana
realisme
menentukan tujuan
pendidikannya dengan „mempengaruhi‟ dan memandang kenyataan atau realita materi pendidikan yang utama. Pendidikan realisme mengutakan pendidikan akal (rasio) atas dasar bahwa pendidikan adalah tujuan dan sasaran untuk mendapatkan segala sesuatu yang diperoleh melalui proses berpikir yang didapat melalui metode latihan yang benar. Karena hal itu merupakan perhatian terhadap studi-studi dasar yang punya hubungan dengan segi-segi akhlak, rasio dan logika kemanusiaan, maka kewajiban guru adalah berupaya menciptakan model-model dalam pengajaran dengan pendekatan pada kenyataan inderawi, kemudian pindah pada hal-hal/ materi abstrak.20 Belajar tergantung pada pengalam, baik langsung atau tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme. 21
b. Pragmatisme Pragmatisme berasal dari kata „pragma‟ (bahasa Yunani) berarti tindakan,
perbuatan.
Pragmatisme
adalah
aliran
dalam
filsafat
yang
berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu memiliki kegunaan bagi kehidupan nya. Pragmatisme berpandangan bahwa subtansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memilki fungsi dan manfaat bagi kehidupan. Misalnya, beragama sebagai kebenaran, jika agama memberikan kebahagiaan; menjadi dosen adalah kebenaran jika memperoleh kenikmatan intelektual, mendapat gaji atau apaun yang bernilai kuantitatif dan kalitatif. Sebaliknya jika memberi kemudharatan,
20 21
Ramayulis dkk Filsafat Pendidikan Islam..., h 20. Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan..., h 113.
Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Januari – Juni 2014
103