ANALISIS METODE PENGAJARAN GITAR KLASIK DI LPM FARABI KOTA MEDAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN OLEH : NAMA: NIKANOR PERMATA INARI SITOMPUL NIM : 05 0707021
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 0
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya selalu merespons alam sekitar. Misalnya ketika ia lapar dan ingin makan dan minum, maka ia berusaha menggunakan bahan-bahan makanan dan minuman di sekitarnya. Manusia juga menginginkan ilmu pengetahuan, maka terbentuklah lembaga pendidikan, baik yang sifatnya formal maupun informal atau nonformal. Dalam rangka memenuhi akan rasa keindahan, maka manusia akan menciptakan kesenian. Kesenian juga dalam proses transmisinya dari satu generasi ke generasi lain memerlukan proses pendidikan. Sehingga berdirilah berbagai institusi pendidikan kesenian di seluruh dunia. Selain itu, karena adanya hubungan secara global, maka sekelompok manusia sudah terbiasa meminjam dan memakai kebudayaan kelompok manusia lainnya. Misalnya, kelompok masyarakat budaya Barat meminjam dan menggunakan ilmuilmu matematika ari kebudayaan masyarakat Timur, sebaliknya masyarakat Timur meminjam dan menggunakan berbagai pemikiran demokrasi dari budaya Barat dan menggunakan teknologi yang berasal dari dunia Barat. Termasuk di bidang kesenian masyarakat di seluruh dunia menggunakan satu alat musik dari Barat yang begitu popular yaitu gitar. Dengan kepopulerannya, maka masyarakat di seluruh dunia, perlu belajar memainkan gitar, baik dari aliran popular, klasik, sampai jazz. Begitu pula, teknik memainkan gitar dalam konteks ensambel yaitu gitar melodi, gitar ritme (rhythm), maupun gitar bas. Berkat perkembangan teknologi kini dikenal pula selain gitar akustik juga gitar elektrik atau gitar listrik. Alat music gitar elektrik ini dapat
1
diklasifikasikan sebagai elektrofon, yaitu alat music yang penggetar utamanya sinyal listrik dan kemudian diransmisikan menjadi gelombang bunyi. Saat ini gitar termasuk ke dalam salah satu instrumen musik yang paling populer di dunia. Gitar adalah alat musik yang paling terkenal si seluruh dunia. Alat musik ini dimainkan menurut tipe atau jenisnya. Di antara sekian banyak tipe gitar, jenis gitar klasik adalah salah satu alat musik yang cukup banyak diminati. Gitar juga sangat menarik untuk dibicarakan terutama dalam konteks persebarannya.1 Jika kita bandingkan dengan alat musik dawai lainnya di dunia, gitar merupakan satu-satunya alat musik dawai yang banyak diminati oleh berbagai bangsa di dunia (Harahap:105).
1
Dalam ilmu etnomusikologi, dikenal dua teori yang berkaitan dengan perubaan dan persebaran kebudayaan. Mengenai perubahan biasanya selalu dikaji melalui teori evolusi dan persebaran melalui teori difusi, yang diambil dari disiplin biologi, sejarah, atau arkeologi. Bukti pentingnya ilmu arkeologi dan sejarah dalam disiplidin etnomusikologi adalah dengan digunakan teori-teori dalam disiplin arkeologi dan sejarah dalam etnomusikologi. Di antaranya adalah teori evolusi. Seperti diketahui bahwa teori evolusi ini awalnya dikembangkan di dalam ilmu biologi, terutama oleh Charles Darwin. Teori ini mengemukakan bahwa dengan perubahan-perubahan yang lambat laun, nenek moyang manusia adalah kera. Awalnya berbulu lebat, berjalan dengan kaki dan tangan, bentuk kepala seperti kera, kemudian berjalan membungkuk, dan kemudian menjadi manusia modern (homo sapiens) yang berjalan dengan kedua kaki dan tangan digunakan untuk mengerjakan berbagai bidang pekerjaan manusia. Sementara itu di bidang antropologi teori ini dikonsepkan sebagai perubahan unsur-unsur kebudayaan dari yang sederhana menuju ke bentuk yang lebih kompleks. Dalam ilmu sejarah dan arkeologi, teori ini dikonsepkan sebagai perubahan manusia dan kebudayaannya secara lambat-laun menurut dimensi waktu dan ruang yang dilaluinya. Dalam kedua disiplin ini selalu pula dilakukan pembabakan atau periodesai berdasarkan kejadian-kejadian arkeologis dan sejarah yang berubah. Dalam etnomusikologi, teori evolusi digunakan untuk mengkaji perubahan musik (alat musik, genre musik, melodi, ritem, tangga nada, dan lainnya) dari bentuknya yang sederhana menjadi lebih kompleks. Pembabakan dalam sejarah dan arkeologi juga digunakan dalam etnomusikologi dan musikologi (Barat). Turunan dari teori ini adalah teori monogenesis, yang konsepnya adalah satu alat musik lahir dari satu kebudayaan tertentu. Lawannya teori poligenesis yang menyatakan beberapa unsur kebudayaan atau musik memiliki bentuk dan fungsi yang sama, namun itu kebetulan sama fungsi universalnya dalam kebudayaan manusia. Misalnya dayung perahu di seluruh dunia ini bentuk dan fungsinya adalah sama, namun tidak ada satu kawasan sumber dari dayung perahu ini. Selain itu digunakan pula teori difusi, yaitu persebaran kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Teori difusi ini berhubungan erat dengan teori monogenesis. Selain itu digunakan pula teori floating terms, yang dapat dikonsepkan penggunaan istilah yang sama namun bentuknya berbeda. Misalnya hasapi Batak Toba adalah alat musik lute petik berleher pendek, sedangakan kacapi Sunda alah alat musik zither. Banyak lagi teori lainnya yang menunjukkan adanya hubungan saintifik antara arkeologi dan sejarah dengan etnomusikologi dan musikologi.
2
Pendidikan seni tidak hanya dapat diperoleh dari pendidikan formal saja melainkan bisa dari pendidikan nonformal, contohnya seperti les privat ataupun lembaga kursus musik.
Karena itu sekarang banyak pendidikan seni yang
menawarkan berbagai pilihan dari alat-alat musik yang ditawarkan untuk dipelajari, seperti: vokal, piano, biola, drum, bass, gitar elektrik, dan gitar klasik. Lembaga kursus music di berbagai kota di Indonesia, dalam rangka meningkatkan daya saing sesame mereka ada yang menggunakan merek dagang ternama seperti Yamaha Musik, atau mengikutkan nama kota Medan menjadi Medan Musik. Namun ada pula yang mengikutkan nama orang terkenal seperti Purwacaraka Musi Studio. Ada pula yang menggunakan nama tokoh peradaban dunia, seperti AlFarabi, seorang tokoh musik Dunia Islam, yang digunakan oleh lembaga kursus music yang dibina oleh Dwiki Darmawan. Semua ini adalah untuk membuat spesifikasi dan popularitas lembaga-lembaga pendidikan nonformal tersebut. Menurut UU No. 22 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pendidikan dibagi ke dalam 3 kategori yaitu: (1) informal adalah pendidikan di rumah tangga; (2) formal adalah pendidikan yang berjenjang dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi; (3) nonformal adalah pendidikan luar sekolah seperti lifeskill. Menurut Robert V. Tarigan dalam tulisannya berjudul Peranan Pendidikan Nonformal Memberdayakan Ekolem, disebutkan bahwa: Pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah merupakan usaha sadar untuk menyiapkan, meningkatkan, dan mengembangkan sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya saing. Dengan demikian mampu merebut peluang dan tumbuh berkembang serta mengoptimalkan sumber-sumber di lingkungan masing-masing.
Beberapa alasan orang untuk kursus musik klasik adalah untuk prestisi, karena bila seseorang belajar musik klasik adalah orang yang cukup terpandang atau
3
terpelajar. Namun ada juga yang sekedar hobi ataupun untuk sekedar mengisi waktu luang saja. Manusia juga memerlukan pendidikan yang membedakannya dengan makhluk hewan. Berkat pendidikan ini, menusia memiliki peradaban ( sivilisasi ) dan berkembang dari masa ke masa. Selain itu, pada dasarnya manusia memerlukan keindahan dalam kehidupannya. Keperluan terhadap keindahan ini dipenuhi oleh unsure budaya yang disebut kesenian, seni atau lazim disebut seni budaya. Dalam rangka kegiatan berkesenian ini, manusia yang terlibat di dalamnya perlu sebuah sistem pengelolaan, agar prosesnya terjadi secara teratur, terarah, terpadu, dan mencapai sasaran. Mengingat begitu orang yang menikmati gitar klasik maka saat ini sudah banyak kursus-kursus (Muhammad Ali 2006) musik yang membuka jurusan gitar klasik. Untuk Kota Medan saat ini ada banyak kursus musik yang membuka jurusan gitar klasik antara lain: Medan Musik2, Era Musika (Yamaha Music School), Lembaga Pendidikan Musik Farabi, Purwacaraka Music Studio, dan masih banyak lagi. Pengenalan akan sistem notasi akan sangat menunjang, menurut Soewita (1993: 5) notasi musik adalah “ suatu sistem yang digunakan untuk menulis dan mencatat musik diatas kertas agar kita dapat membaca, menyimpannya untuk dokumen, atau disampaikan kepada orang lain. “ Kebanyakan orang yang mempelajari gitar secara otodidak3, namun kelemahan yang dihadapi dari hal semacam ini adalah lemahnya penguasaan teori-
2
Saat ini Medan Musik sudah mempunyai cabang di Jalan Ahmad Yani (Kesawan), Deli Plaza (Lantai 3 ), Jalan Orion, Jalan Setia Budi, dan Jalan Cirebon Medan. 3
Otodidak pengertiannya adalah memperoleh secara alami tanpa melalui hal yang bersifat formal. Dalam masyarakat tradisional, termasuk di Sumatera Utara, transmisi
4
teori penting yang harus didapatkan dari musik itu. Pengetahuan yang hanya sebatas mengenal akord dan teknik meminkan yang sederhana tentu akan kurang mempunyai daya tarik yang baik. Hal ini berbeda jika kita mempunyai pengetahuan praktik dan teori yang didapatkan lebih baik karena ditunjang oleh pengetahuan teori musik dan praktik dasar dan format kurikulum yang teratur dari lembaga kursus musik atau privat yang ada. Beberapa hal juga mendukung dalam metode pengajaran gitar juga meliputi pengajarannnya. Misalnya, bagaimana kualitas dan keahlian yang dimiliki oleh pengajar sehingga mampu mengangkat kemampuan murid yang belajar gitar. Dan yang lain juga sama pentingnya ialah sarana dan prasarana yang ada, sehingga faktor kenyamanan siswa/murid juga diperhatikan dan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Timawar (2003:13) mengatakan : “ Metode mengajar musik adalah cara mengajar yang didasarkan pada pola atau contoh yang diberikan guru/pelatih sesuai dengan taraf pendidikan siswa untuk memperoleh tujuan yang diharapkan. “ Berdasarkan kutipan diatas jelas sekali bahwa metode pendidikan yang meliputi pengajar, kurikulum, dan sarana prasarana seperti alat peraga dalam hal ini alat musik dan buku yang digunakan sangatlah penting peranannya. Karena didalam pendidikan seni musik kita tidak hanya mementingkan teori saja, tetapi antara praktik dan teori mempunyai peranan yang seimbang. Hal ini dikarenakan di dalam musik kita tidak hanya berbicara saja tetapi kita butuh memainkan dan mempraktikannya.
kesenian awalnya adalah melalui teknik otodidak atau dalam tradisi lisan. Para pemusik atau seniman muda yang mau menimba ilmu kepada yang lebih tua, dengan cara melihat, menonton, dan menirukan permainan guruna, tanpa melalui system tulisan aau notasi.
5
Dalam konteks etnomusikologi, pentingnya perhatian kepada proses pembelajaran atau enkulturasi, dikemukakan oleh Merriam (1964) seperti yang penulis terjemahkan sebagai berikut: Dalam etnomusikologi pendidikan (enkulturasi ) budaya musik menjadi salah satu fokus kajiannya. Pendidikan musik ini menjadi salah satu fungsi musik yaitu untuk menjaga kontinuitas kebudayaan. Selain itu pendidikan musik mencakup pada aspek bagaimana kedudukan pemusik meneruskan keahliannya kepada generasi pemusik yang lebih muda.
Lembaga Pendidikan Musik (LPM) Farabi sebagai salah satu lembaga kursus musik yang cukup terkenal di Kota Medan juga memiliki teknik yang berbeda dalam hal mendidik siswa atau murid dalam memberi pengetahuan dan keterampilan bermusik. Hal ini seiring upaya dari pihak manajemen untuk mengembangkan lembaga kursus ini menjadi yang terdepan. Hal ini bisa kita lihat dari guru-guru berkualitas dan berpengalaman dalam mengajar yang dipunyai oleh LPM Farabi. Kemudian disertai sarana dan prasarana yang baik, guna mendukung proses belajar mengajar. LPM Farabi juga mengadakan home concert (pertunjukan di lingkungan sendiri) rutin setiap tahunnya dan menjadi wadah bagi para siswa / murid untuk menunjukan keterampilannya yang diperoleh selama mengajar. Dari beberapa hal diatas inilah yang mendorong penulis untuk meneliti bagaimana manajemen pendidikan yang dilaksanakan di LPM Farabi dengan judul Analisis Metode Pengajaran Bitar Klasik di Lembaga Pendidikan Musik (LPM) Farabi Kota Medan.
6
1.2 Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas maka dapat diambil dua pokok permasalahan, yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini diantarannya : (1) Bagaimana metode pengajaran yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan murid bermain gitar di LPM Farabi? (2) Bagaimana kemampuan murid yang belajar gitar klasik di LPM Farabi? Dua pokok permasalahan di atas bertujuan untuk melihat apa relevansi dan hubungan antara metode pengajaran dan tingkat kemampuan siswa. Seterusnya akan berdampak kepada popularitas lembaga pendidikn LPM Farabi. Selain itu juga akan dikaji masalah-masalah yang dihadapi oleh LPM Farabi.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Secara
umum
suatu
penelitian
bertujuan
untuk
mengetahui
atau
mengungkapkan objek yang diteliti sehingga ditemukan suatu kesimpulan yang menjadi pemecahan masalah yang diteliti.
1.3.1 Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) Mengetahui sejauh mana perkembangan kemampuan dan keterampilan para murid di LPM Farabi dalam memainkan alat musik gitar klasik. (2) Mengetahui sistem metode pengajaran yang ada di LPM Farabi. (3) Mengetahui faktor kesulitan yang ditemui selama proses belajar mengajar. (4) Mengetahui sarana dan prasarana yang terdapat di LPM Farabi.
7
1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana cara atau metode pengajaran yang baik serta teori yang digunakan dalam mengajar alat musik gitar klasik agar lebih meningkatkan kemampuan murid untuk memainkan alat musik gitar klasik. Selain itu manfaat lain yang dapat dirasakan dalam penelitian ini yaitu: (1) Sebagai bahan informasi atau referensi bagi guru gitar klasik yang ingin meningkatkan kualitas dan metode pengajarannya. (2) Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh penulis selama belajar di Departemen Etnomusikologi. (3) Sebagai sarana untuk menssosialisasikan kepada masyarakat bagaimana cara atau metode pengajaran gitar klasik yang baik. (4) Secara keilmuan akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu etnomusikologi, yang juga memperhatikan pendidikan atau enkulurasi musik secara informal, khususnya alat musik gitar.
1.4 Konsep Dan Teori Ynag Digunakan Untuk membantu atau mendukung peneliti dalam melakukan analisa data dan informasi yang didapatkan, untuk itu peneliti harus memahami konsep yang akan diteliti dan teori apa yang digunakan agar mempermudah penelitian.
1.4.1 Konsep Konsep meruipakan defenisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variable mana kita ingin menentukan adanya hubungan empiris (Merton
8
1963:89). Pemilihan konsep yang tepat amatlah penting, tetapi rumit karena adanya sekian banyak konsep yang dapat dipilih. Maka perlulah ditentukan ruang lingkup dan batasan persoalan, sehingga jumlah konsep yang bersangkut paut dengan persoalan itu juga dapat dibatasi. Dalam hal ini adanya teoritis dapat membantu dan meringankan pekerjaan si peneliti. Dalam tulisan ini, konsep-konsep yang penulis gunakan dan perlu diterangkan mencakup: (a) seni pertunjukan, (b) seni, (c) musik, (d) pendidikan, (e) manajemen, dan (f) pengajaran. Seni pertunjukan yang didukung oleh musik, tari, dan teater menjadi satu bahagian dari konsep estetika. Musik sendiri adalah sebuah aktivitas yang material dasarnya adalah bunyi-bunyian yang mengandung nada dan ritme tertentu. Dengan demikian dalam seni pertunjukan pendekatan struktural atau teks dan fungsional atau konteks menjadi bahagian yang saling berintegrasi dan saling mendukung. Dalam seni pertunjukan gitar klasik misalnya, sekarang ini, bukan hanya gitar klasiknya saja yang ditampilkan tetapi terkadang diselingi juga oleh vokal dan bahkan dengan tarian seperti untuk mengiringi opera atau kabaret dalam tradisi budaya Eropa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta dkk. 1995), seni diartikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu ( dinilai dari segi kahalusannya, keindahannya, dan sebagainya). Sedangkan musik diartikan sebagai nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung suatu irama, lagu, dan keharmonisan. Menurut Panoe Bono dalam kamus musiknya (2003:288 ) kata musik berasal dari kata Muse yaitu salah satu dewa dalam mitologi kuno Yunani bagi cabang seni dan ilmu yaitu salah satu dewa seni dan ilmu pengetahuan. Musik yang baik harus
9
punya unsur ritme, melodi, dan harmoni. Oleh karena itu musik digolongkan sebagai ilmu pengetahuan yang harus dipelajari dan digunakan secara benar pula. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan Metode ialah suatu langkah atau cara-cara yang teratur yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan melalui suatu proses. Manajemen berasal dari bahasa Inggris management yang berarti kegiatan mengelolah atau mengurus kebutuhan manusia (Takari 2008). Dalam konteks tulisan ini, manajemen yang penulis maksudkan adalah manajemen pendidikan, disertai manajemen organisasi, dan manajemen produksi yang dilakukan oleh LPM Farabi Kota Medan. Pengajaran ialah suatu cara yang dilakukan dalam mentransfer suatu ilmu atau pengetahuan dari seseorang kepada orang lain melalui suatu proses yang dinamakan belajar dan mengajar. Kata kunci pengajaran inilah yang menjadi fokus utama, kajian ini. Perhatian ditumpukan kepada bagaimana cara institusi LPM Farabi dalam mentransfer ilmu dan keterampilan, khususnya kursus gitar. Berdasarkan hal diatas maka metode pengajaran gitar klasik adalah bermakna sebagai kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk menciptakan proses belajar mengajar gitar klasik agar lebih efektif dan efisien bagi guru atau siswa dan sasaran dari proses pengajaran tersebut dapat dicapai dengan baik.
1.4.2 Teori Teori adalah ketentuan-ketentuan dasar yang akan diaplikasikan dan kebenarannya secara rasionalitas dan objektivitas telah diujicoba dengan mengikuti
10
disiplin-disiplin ilmu tertentu, dan kebenaran objektifitasnnya telah diuji oleh pakar di bidangnnya. Teori yang digunakan dalam hal ini tentunnya masih relevan dengan ilmu yang digunakan dalam disiplin ilmu etnomusikologi. Ilmu pengetahuan (sains ) adalah suatu disiplin yang mempunyai tahap-tahap dan prosedur tertentu, yang sering disebut dengan pendekatan ilmiah. Dalam hal ini dapat juga digunakanpendekatan saintifik yang biasanya digunakan dalam mengkaji fenomena alam biologi, social, budaya, dan lain-lainnya.dengan teori seorang ilmuwan dibekali dasar-dasar bagaimana mencari dan mengolah data sehingga didapatkan kesimpulan yang abash. Teori menurut Marckward ( 1990 : 1303 ) memiliki tujuh pengertian yaitu : (1) Sebuah rancangan atau skema pikiran. (2) Prinsip dasar atau penerapan ilmu pengetahuan. (3) Abstrak pengetahuan yang antonym dengan praktik. (4) Rancangan hipotesis untuk menangani berbagai fenomena. (5) Hipotesis yang mengarahkan seseorang. (6) Dalam matematika sebuah teorema yang menghadirkan pandangan sistematik dari beberapa subjek, dan (7) Ilmu pengetahuan tentang komposisi musik. Dalam hal ini teori sangat dibutuhkan dalam penelitian untuk membantu ata mempermudah penulis dalam mengumpulkan informasi ( data ) yang diperlukan dalam atau melakukan penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori pendidikan dengan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Yang dimaksud dengan teori pendidikan (didaktik) adalah prinsip-prinsip yang umum yang berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran agar murid dapat menguasai sesuatu bahan pelajaran. Didaktik berasal dari bahasa Yunani kuno yang
11
artinya didaskein atau pengajaran yang berarti perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan atau kecakapan baru bagi orang lain. Didaktik dapat dibagi atas dua bidang yaitu: didaktik umum, didaktik khusus. Didaktik umum memberikan prinsip-prinsip umum yang berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran agar anak dapat menguasai sesuatu bahan pelajaran. Prinsip-prinsip ini berlaku bagi semua mata pelajaran contoh misalnnya: minat, peragaan, motivasi, dan sebagainnya, yang kesemuanya itu menyangkut semua mata pelajaran. Di sisi lain didaktik khusus membicarakan tentang cara mengajarkan mata pelajaran tertentu dimana prinsip didaktik umum digunakan. Seperti kita ketahui setiap mata pelajaran mempunyai cirri khas yang berbeda satu sama lain. Jika kita lihat sebenarnya fungsi utama dari diadakannya tempat kursus ialah sebagai tempat untuk pembelajaran alat musik gitar klasik serta media sosialisasi penggunaan alat musik ini sesuai dengan teori-teori yang ada. Yang dimaksud dengan teorinya adalah aturan-aturan yang berlaku dalam memainkan alat musik ini yang seperti bagaimana cara membaca not balok dan memainkannya dengan membaca not tersebut, dan aturan ini berlaku di seluruh dunia. Pada dasarnya penyajian gitar klasik sebagai seni pertunjukan mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai hiburan dan reaksi jasmani (lihat Merriam 1964:210-228). Sebagai salah satu bagian dari seni pertunjukan, maka tentunya ada dua unsur yang terpenting yaitu pemain atau penyaji dan penonton. Dalam hal ini tujuan dari orangorang yang belajar gitar klasik adalah ia pastinnya ingin menunjukan permainannya apabila ia sudah mendapatkan ilmu selama ia belajar di tempat kursus atau privat. Ada juga festifal gitar klasik yang diadakan oleh Universitas Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Nommensen yang dapat menjadi media pertunjukan bagi para pemain gitar klasik, tentunya di sini ada penonton dan pemain yang saling berhubungan.
12
1.5 Metode Penelitian Kemampuan siswa merupakan indikator dari keberhasilan suatu pengajaran oleh karena itu sangat perlu untuk dinilai tentang bagaimana kemampuan siswa di LPM Farabi dalam bermain gitar setelah belajar sekian lama di LPM Farabi. Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos yang berarti mengajar, menyelidiki, cara melakukan sesuatu atau prosedur. Di samping itu metode dibagi lagi berdasarkan atas dua hal yaitu: (a) metodik umu dan (b) metodik khusus. Metodik umum yaitu pengetahuan yang membahas caracara mengajarkan sesuatu jenis mata pelajaran tertentu secara umum artinya hanya secara garis besar jalan pelajaran beserta kesulitan-kesulitan pada suatu mata pelajaran tertentu. Metodik khusus adalah pengetahuan yang membentangkan caracara mengajarkan sesuatu jenis pelajaran tertentu yang secara mendetail artinya diuraikan sampai kepada bagian-bagian yang sekecil-kecilnya. Metode ialah cara atau jalan menyangkut masalah kerja yang dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu bersangkutan (Koentjaraningrat, 1985). Metode penelitian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitiab ini penulis melakukan pendekatan kualitatif agar lebih mengenai masalah pada objek dan agar data yang diperoleh lebih detail perolehan datanya bersumber dari ungkapan, catatan, atau tingkah laku masyarakat yang diteliti. Menurut Nettl (1964) juga berpendapatr bahwa ada dua kerangka kerja etnomusikologi yaitu : kerja lapangan (fieldwork ) dan kerja laboratorium. Sehingga data yang dikumpul di lapangan akan dianalisa di laboratorium dan hasilnya akan didapatkan setelah kedua metode kerja itu dilakukan.
13
1.6 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang penulis tentukan hanya meliputi kota Medan yang merupakan salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara, tepatnya di jalan Burjamhal No. B 28-29 Kota Medan. Sebagai alasan mengapa penulis menjadikannya sebagai lokasi penelitian adalah mengingat saat ini LPM Farabi merupakan tempat kursus yang ada di Medan sehingga sangat baik untuk perkembangan pendidikan musik di kota Medan.
1.7 Kerja Lapangan Dalam hal ini beberapa metode yang penulis lakukan ialah dengan wawancara dan observasi sebagai berikut.
1.7.1 Wawancara Wawancara atau interview, merupakan cara yang dilakukan kalau kita mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari responden atau informan, dengan interaksi komunikasi dangan informan atau responden. Dalam penelitian kali ini penulis melakukan metode wawancara berfokus dan wawancara bebas. Sebelum melakukan wawancara itu maka harus ditentukan dulu siapa yang akan diwawancara, dan hasilnya ditulis langsung di lapangan. Di dalam mengajukan pertanyaan penulis tidak memberi pertanyaan yang terlalu terpaku pada pokok pembicaraan namun dapat menyinggung berbagai hal walaupun tidak menyimpang dari konsep penelitian. Menurut Koentjaraningrat (1990:190) wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : (1) wawancara berfokus ( focused interview), (2) wawancara bebas (free interview), (3) wawancara sambil lalu (cassual interview). Wawancara berfokus
14
mengutarakan pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu, tetapi selalu berpusat pada pokok permasalahan. Wawancara bebas yaitu tidak berpusat pada pokok permasalaha tetapi tidak beralih dari satu hal ke hal lain. Sedangkan wawancara sambil lalu, yaitu dimana wawancara dilakukan tanpa persiapan sebelumnya, dan orang yang diwawancara itu kebetulan berada di suatu tempat.
1.7.2 Observasi (Pengamatan) Observasi atau pengamatan dapat digunakan untuk menghimpun data dari interaksi antara peneliti dengan informan dengan mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh informan tersebut. Sebelum melakukan pengamatan, maka harus diperhatikan : ruang dan lokasi penelitian, objek yang diteliti, kegiatan yang diteliti, waktu, tujuan penelitian tersebut. Agar lebih mendalami apa yang akan diteliti maka peneliti harus mengamati langsung objek yang akan diteliti dalam hal ini LPM Farabi kota Medan.
1.8 Studi Kepustakaan Untuk mencari konsep dan teori yang berhubungan dengan tulisan ini yang dapat dijadikan bahan bacaan yang relevan dengan objek penelitian. Sumber bacaan tersebut dapat berupa majalah, ensiklopedia, bulletin, buku, dan lain-lain. Semua itu merupakan sumber informasi yang dapat membantu penulis dalam mengerjakan penulisan ilmiah ini.
1.9 Kerja Laboratorium Dalam kerja laboratorium semua data yang siudah didapatkan dari penelitian lapangan akan dianalisis dan diseleksi agar dapat dibuat menjadi bahan tulisan. Data-
15
data akan disusun kembali sesuai dengan teknik-teknik penulisan karya ilmiah. Kemudian, seluruh hasil pengolahan data disusun dalam suatu hasil lapangan berbentuk skripsi.
1.10 Pengalaman Pribadi Ada banyak hal yang bisa saya dapat sebagai penulis dari tulisan ilmiah ini antara lain saya dapat mengetahui tentang bagaimana dunia pendidikan dan bagaimana cara mengajar yang baik. Musik merupakan salah satu bagaian dari kehidupan manusia. Hampir setiap hari manusia pasti mendengarkan musik, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanpa adanya musik maka kehidupan akan terasa sepi dan membosankan. Manusia menggunakan musik dalam banyak hal antara lain : sebagai media yang digunakan untuk mencairkan suasana, peningkat daya kerja, bahkan penemuan yang ada adalah musik dapat digunakan untuk merangsang otak bayi yang masih dalam kandungan guna meningkatkan tingkat kecerdasan bayi tersebut. Bisnis seni sendiri begitu menonjol setelah dunia mengalami proses globalisasi. Lihat saja penghasilan yang relative besar para seniman baik itu musik, tari, atau teater yang ada di Indonesia seperti Ahmad Dhani, Purwacaraka, Dwiki Dharmawan, Konduktor Adie M.S dan Pemain Band seperti Peterpan, Nidji, Dewa, Dsb. Mereka merupakan contoh seniman yang baerhasil di dunianya yang tentu saja semuanya berhasil didapat oleh karena keseriusan, dan kerja keras sejak dini. Pengelolaan seni
seperti dari sisi produksi, organisasi, maupun pemasaran juga
menjadi penting ketika yang dihadapi adalah dunia industri seni. Walaupun demikian, ada sebahagian kecil seniman professional dalam masyarakat tradisional, yang keseluruhan waktu dan hidupnya digunakan untuk
16
berkarir di bidang-bidang seni. Dalam konteks Sumatera Utara misalnya sepengamatan penulis ada nama-nama seperti Marsius Sitohang yang bekerja sebagai seniman musik Batak Toba. Ia bergabung dengan beberapa kelompok ensambel musik tiup, sebagai seniman ia juga menjadi dosen honorer di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Selain itu ada juga Yusuf Wibisono yang pekerjaan utamanya adalah seniman dan manajer kesenian Melayu. Ia juga membuat gendang ronggeng Melayu yang pangsa pasarnya sampai ke Kalimantan, Semenanjung Malaysia, Brunai, Singapura dan lainnya. Sepengetahuan penulis mereka dapat hidup dari penghasilannya dan mencukupi nafkahnya sebagai seniman tradisional. Peranan pendidikan nonformal seperti lifeskill ternyata juga berperan dalam membentuk suatu keterampilan seseorang dengan tujuan tentunya semakin meningkatkan sumber daya manusia untuk siap bersaing di dunia kerja. Saat ini pemerintah juga sudah menyikapi tuntutan dari era globalisasi ini dengan mendukung setiap warga Negara untuk mempunyai keterampilan di luar dari pendidikan formal. Contohnya saja di sekolah- sekolah saat ini sudah mencanangkan pengembangan diri sebagai ekstrakulikuler wajib seperti : musik, olahraga, bahasa asing, computer dan lain sebagainya, sebagai syarat agar siswanya dapat memiliki keterampilan. Penulis
terkadang
melihat
seseorang
dengan
hanya
mengandalkan
keterampilannya saja bisa dapat bekerja dan mencukupi kebutuhan hidupnya, bahkan terkadang seseorang yang tidak mempunyai pendidikan formal pun dapat mencukupi nafkahnya hanya dengan keterampilannya saja. Hal inilah yang menjadikan seseorang harus mempunyai keterampilan khusus agar dapat menambah daya saing di dunia kerja maupun di masyarakat. Dengan saya meneliti di LPM Farabi saya dapat melihat bagaimana cara mengajar yang baik, dan bagaimana cara membuat suatu usaha di bidang pendidikan
17
serta bagaimana manajemen suatu pendidikan non formal dalam mengembangkan bisnisnya. Selain itu fungsi seni yang dampak dan kaitannya lebih dalam pada sebuah kebudayaan, diantaranya adalah : untuk integrasi sosial masyarakat, baik yang homogen apalagi yang heterogen, seperti masyarakat Sumatera Utara. Fungsi seni juga untuk melanjutkan generasi manusia, untuk hiburan yang dapat menentramkan diri dalam menghadapi permasalahan dunia yang semakin lama-semakin kompleks.
18
BAB II IDENTIFIKASI DAERAH PENELITIAN
2.1 Pengenalan Pada Bab II ini akan dijelaskan kota Medan sebagai tempat atau lokasi LPM Farabi itu sendiri berada, hal ini juga dikarenakan Medan sebagai tempat domisili dari guru dan murid yang belajar di LPM Farabi . Selain itu Medan juga dikenal sebagai kota yang besar tentu juga memiliki potensi keunggulan budaya yang besar dan karakter masyarakatnya yang sangat kaya akan seni budaya serta kultur adat istiadatnya yang menarik untuk dibahas.
2.2 Gambaran Umum Kota Medan Berabad-abad lampau, tepatnya sekitar tahun 15904 Guru Patimpus, seorang keturunan Raja Singa Maharaja memerintah negeri Bakerah di Dataran Tinggi Karo membangun sebuah perkampungan yang disebut Medan Puteri.kampung ini berkembang dan dipercaya sebagai cikal bakal Kesultanan Deli5. Secara terminologi, menurut Tengku Lukman Sinar, SH6, laksamana Turki Sidi Ali dalam bukunya “ Al Muhiz ” (1554 M) menyebutkan adanya Aru dan Medina sebagai sebuah Bandar setelah melewati Bandar ini akan sampai di pulau Berhala. Ada orang tidak sependapat bahwa “Medan“ dihubungkan dengan Medan pertempuran. Sultan Deli pertama memang berasal dari Hindustan yang ditunjuk oleh
4
Tanggal 1 Juni 1590 kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Medan.
5
Dalam perkembangannya, pada tahun 1669 Kesultanan Deli Diplokamirkan oleh Tuanku Panglima Perungit sebagai upaya memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. 6
T. Lukman Sinar merupakan Sultan Kesultanan Melayu Serdang.
19
Kesultanan Aceh untuk memerintah di tanah Deli. Sultan Kerajaan baru ini Kerajaan Deli diambil dari nama Dehli yaitu dari nama negeri asalnya. Tempat kerajaan yang datar itu disebut “ Meiden “. Kata Maiden kemudian berubah pengucapannya oleh lidah orang Melayu menjadi Medan , tempat datar yang kemudian menjadi Medan. Menurut catatan seorang pegawai kota Medan, seorang Inggris yang pernah berkedudukan di Penang bernama John Andersson yang pernah berkunjung ke Medan tahun 1823, menulis sebuah buku yang berjudul Mission To The East Coast Of Sumatera edisi Edinburg tahun 1826 menuliskan bahwa Medan masih sebuah kampong dengan jumlah penduduk sekitar 200 orang.
2.1.1 Masyarakat Kota Medan Dan Budayanya Menurut Koentjaraningrat
(1980 :146-147 )
bahwa masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Hal senada dikemukakan oleh Roucek dan Warren
(1984:12-13),
mengatakan bahwa masyarakat adalah satu kumpulan manusia yang berhubungan secara tetap dan tersusun dalam menjalankan berbagai kegiatannya secara kolektif, dan merasakan bahwa mereka hidup bersama. Bukan individu yang sama saja yang menjadi anggota masyarakatnnya, karena anggota baru akan terus menerus lahir dan ada pula yang mati. Penduduk Kota Medan saat ini ada +/- 2.000.000 ( sensus penduduk tahun 2000). Secara cultural saat ini suku bangsa yang dapat ditemukan di Medan di antaranya Melayu, Tionghoa, Jawa, Batak, Karo, Dairi, Simalungun, Minang, Aceh, Benggali, Tamil, dan lain sebagainya.
20
Menurut Biro Staristik, kota adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya lebih dari 2500 jiwa. Selain itu, salah satu kriteria penilaian terhadap suatu kota adalah berdasarkan tingkat kemajuan yang sudah dicapainnya, terutama dari segi ekonomi,serta menjadi pusat pemerintahan. Dalam hal ini, Medan merupakan pusat pemerintahan dari Provinsi Sumatera Utara. Dari keterangan di atas, dapat kita ambil suatu pengertian dari masyarakat kota Medan yaitu sekumpulan orang yang jumlah penduduknya lebih dari 2500 jiwa yang berhubungan secara tetap dan menjalankan kegiatannya serta terikat oleh satu rasa identitas bersama yaitu masyarakat Medan atau yang disebut “ orang Medan “. Dalam tulisan ini yang menjadi masyarakat kota Medan yang dijadikan sebagai objek penelitian bukanlah masyarakat Medan secara keseluruhan yang mencapai jutaan orang, namun masyarakat tertentu yang ada di wilayah kota Medan yang menjadi objek penelitian tulisan ini yaitu pengajar/instruktur dan murid di LPM Farabi Medan. Mayoritas penduduk kota Medan beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha. Heterogenitas masyarakat kota Medan ini didukung oleh berkembangnya budaya toleransi yang tinggi. Karakter masyarakat yang demikian memungkinkan berkembangnya keharmonisan hubungan antara kelompok etnis atau suku bangsa dan agama yang berbeda-beda. Masyarakat Kota Medan terdiri dari berbagai latar belakang sosial budaya yang semuanya mempunyai kebiasaan-kebiasaan serta adat-istiadat yang berbedabeda. Mereka membentuk satu kesatuan dan saling berinteraksi, hingga membentuk suatu masyarakat yang disebut masyarakat kota medan. Roucek dan Warren dalam bukunya Pengantar Sosiologi berpendapat sebagai berikut: Komunitas kota sering menekankan pada kelompok sekuler yaitu kelompok yang hanya melibatkan kekerabatan kecil, wujudnya 21
temporer dan menyebabkan kurangnya kontak antar pribadi, sikap acuh merupakan cirri dari kelompok sekunder. Kontak antar anggota di dalam kelompok sekunder seperti : tempat kerja, organisasi politik, gereja, kelap, pertunjukan, dan lain sebagainya.
Selain itu status sosial masyarakat juga merupakan hal yang penting untuk dibahas. Karena pada umumnya orang yang mampu untuk mendapatkan pendidikan nonformal, seperti kursus musik, les, privat, dsb. Tentulah orang yang harus mampu untuk membiayai semua keperluan itu. Berdasarkan pengamatan penulis selama di lapangan dan wawancara dengan informan Dino Irwan, memang kebanyakan yang menjadi siswa di LPM Farabi berasal dari kelas ekonomi menengah yang tentunya mampu untuk membiayai kebutuhan pendidikannya. Masyarakat kota Medan memang umumnya sangat apresiasi sekali terhadap seni ini terbukti dari munculnya kursus-kursus musik di kota Medan yang muncul seperti cendawan di musim hujan. Animo masyarakat terhadap seni juga terbukti dengan dibukanya jurusan Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara yang selama ini sangat konsisten dalam mengembangkan kesenian etnik daerah khususnya Sumatera Utara. Selain itu dengan semakin banyaknya tempat-tempat kursus musik diharapkan nanti akan menjadi media untuk mengembangkan bakat seni masyarakat. Menurut Allan P.Merriam (1964 ) secara Etnomusikologi tempat kursus musik ini dapat menjadi media transformasi dalam regenerasi budaya masyarakat yaitu yang bersifat oral, tulisan, dan elektronik. Dalam hal ini LPM Farabi dapat menjadi sarana untuk proses itu, karena LPM Farabi dapat menjadi sarana untuk mengembangkan seni dan musik sehingga dapat mangasuh bakat yang ada pada masyarakat kota Medan agar menjadi sebuah potensi dan berguna untuk kemudian hari.
22
2.2 Latar Belakang LPM Farabi Mempelajari musik sebenarnnya mudah jika kita hanya mempelajari dasarnnya saja, tetapi untuk mendalami musik itu sulit. Oleh karena itu dibutuhkan ketekunan dan kerja keras supaya dapat mempelajarinnya dengan baik. Maksudnya adalah untuk menikmati musik sebenarnya kita cukup mendengarkan saja, tetapi jika ingin mengetahui lebih banyak, maka haruslah dipelajari bagaimana bentuk musik itu sendiri. Seperti bagaimana dinamikanya, tempo, birama atau pesan yang disampaikan musik itu sendiri. Hal inilah yang perlu ketekunan dan kerja keras untuk mengetahuinya lebih dalam. Pada zaman sekarang ini dunia musik semakin maju dan semarak, sehingga selain menjadi hiburan, musik juga merupakan salah satu pencaharian ( Penghasilan ) bagi sebahagian orang atau masyarakat. Atan Hamdju dan Armillah Windawati ( 1981 : 10 ) menyatakan bahwa musik dibagi dalam 3 bagian yaitu: (1) Vokal adalah musik yang dibunyikan dengan suara manusia ( Mulut ). (2) Instrument artinya alat musik. (3) Campuran artinya vocal dengan instrument. Untuk memiliki keterampilan bermain gitar yang baik seseorang harus sering belajar dan latihan sehingga memiliki Skill yang baik. Terkadang seseorang tentunya sudah memiliki bakat keterampilan bermain gitar secara alami. Namun, hal itu belum cukupuntuk bisa diandalkan dalam bersaing terhadap orang lain. Seseorang harus dilatih dan dibimbing oleh seseorang yang mengerti dan memahami tentang gitar klasik tersebut. Dengan demikian perkembangan dalam mengolah bakat bermain gitar itu akan terealisasi dengan baik. Keberhasilan dalam bermain gitar bukan cukup hanya dapat
23
dilihat jika seseorang itu sudah bisa meminkan chord gitar dengan benar tapi dia juga mampu untuk menguasai teori yang ada serta teknik yang ada dalam gitar klasik, sehingga orang tersebut akan mampu meminkan gitar dengan baik dan benar. Pertama kali LPM Farabi7 dipelopori berdirinya oleh Almarhum Jack Lesamana pada tahun 1978. kemudian diambil alih oleh anak-anaknya diantaranya Indra Lesamana, Gilang Ramadhan, dan Dwiki Dharmawan. Tetapi kemudian Dwiki Dharmawan orang yang meneruskannya apada tahun 1997 hingga sekarang. Farabi diambil dari bahasa Arab dan dari seorang ahli musik arab yang manciptakanb tangganada maqam ( tangga nada musik Arab ). Yang dalam bahasa Arab terkadang disebut juga sebagai ahli musik. Salah satu alasan didirikannya LPM Farabi adalah sebagai wadah untuk menjadi media pembelajaran musik serta mengembangkan bakat masyarakat. Hal ini sesuai dengan motto daripada LPM Farabi itu sendiri yaitu karena bakat saja tidak cukup. LPM Farabi juga mempopulerkan Jazz sebagai salah satu jurusan musik yang tersedia di LPM Farabi. Dengan membuka kelas Jazz di setiap kjurusannya bukan berarti LPM Farabi lebih mengedepankan Jazz karena di LPM Farabi juga tersedia kelas pop dan klasik. LPM Farabi merupakan lembaga kursus musik yang memberikan program pertunjukan musik kontemporer bahkan dengan disiplin musik etnik. Menurut kurikulum ada enam level/grade yang bisa dipelajari di lembaga kursus musik ini. Profesionalitas
dan kreatifitas merupakan modal utama untuk melatih dan
menyiapkan peserta didik menuju industri musik kontemporer yang ada di Indonesia. Para siswa nantinya akan mendapatkan sertifikat sebagai hasil belajar mereka sesuai dengan jurusan yang mereka pelajari yang antara lain terdiri dari : Gitar, Bas, 7
Secara terminologi Farabi berasal dari bahasa Arab untuk merujuk kepada ahli teori music Islam, yang bernama Al-Farabi, yang menulis buku Kitab Al-Musiqi Al-Kabir di abad pertengahan.
24
Drum dan Vokal. Selain musik kontemporer LPM Farabi juga tersedia kursus musik klasik yang terdiri dari : Strings Instruments, Woodwind Instruments, Brass Instruments, dan Vokal. Ada beberapa kegiatan kursus yang ada di LPM Farabi : 1. Private Lessons Untuk jurusan ini tersedia sekali seminggu dengan pulihan jurusan alat musik yang tersedia dan diarahkan oleh instruktur sesuai dengan standart kurikulum yang ada di Farabi. 2. Ensembles Sebulan sekali diadakan pertunjukan ensamble dengan memainkan repertoar yang disediakan untuk mengembangkan kemampuan bermain siswa. 3. Performance Para siswa dari berbagai jurusan yang ada di LPM Farabi dituntut untuk bisa mempunyai karakter permainan dalam penampilannya seperti improvisasi dan interpretasi. 4. Workshop dan Klinik LPM Farabi juga mengadakan klinik musik dan Workshop tentang music untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi siswa.
2.3 Penjelasan Mengenai LPM Farabi 2.3.1 Asal-usul Nama Al-Farabi dalam Konteks Dunia Islam Pertama kali LPM Farabi berdiri tahun 1978 di Jakarta yang didirikan oleh musisi Jazz Indonesia yaitu Jack Lesmana. Kemudian tahun 1997 sampai sekarang kini LPM Farabi dipimpin oleh seorang musisi etnik dan jazz Indonesia yaitu Dwiki Dharmawan. Baik Jack Lesmana maupun Dwiki Darmawan tampaknya terinspirasi
25
oleh seorang ilmuwan dan tokoh music Islam Al-Farabi dalam menamakan LPM mereka ini. Untuk itu akan penulis kaji siapa Al-Farabi itu. Nama Farabi diambil dari nama seorang ilmuwan dari Persia yaitu Al Farabi. Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870-950, Bahasa Persia: یﻣﺤﻤــﺪ ﻓــﺎراب ) atau Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzalagh al-Farabi), juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir adalah seorang filsuf Islam yang menjadi salah satu ilmuwan dan filsuf terbaik di zamannya. Ia berasal dari Farab, Kazakhstan. Sampai umur 50, ia tetap tinggal di Kazakhstan. Tetapi kemudian ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun. Lalu ia pergi ke Alepo (Halib), Suriah untuk mengabdi kepada sang raja di sana.
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles, dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Ia dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik. Kehidupan sufi asketik yang dijalaninya membuatnya ia tetap berkehidupan sederhana dengan pikiran dan waktu yang tetap tercurah untuk karir filsafatnya. Akhirnya, pada bulan Desember 950, ia meninggal dunia di tempat ini (Damaskus) pada usia delapan puluh tahun.
Dalam konteks Dunia Islam, tokoh filosof yang paling banyak mengkaji tentang estetika di dalam musik adalah Al-Farabi. Nama lengkapnya adalah Abu Nasir Muhammad Ibnu Al-Farakh Al-Farabi, lahir di desa Wasij, dekat Farab di
26
Turkistan tahun 259 H (870 M), wafat 950 M dalam usia 80 tahun. Kampungnya kini masuk ke dalam bagian Republik Uzbekistan di Asia Tengah. Ayahnya seorang jenderal militer dan memiliki status sosial yang relatif baik. Namun sejak kecil lagi, Al-Farabi meninggalkan kampung Farab menuju Baghdad, untuk menimba ilmu bahasa Arab dan logika dari gurunya Abul Bashar Matta. Kemudian dia juga belajar filsafat dari Yuhanna Ibnu Khailan di daerah Harran. Kemudian ia juga mendalami ilmu-ilmu Aristoteles melalui Yuhanna. Ia paling gemar mengkaji pikiran Aristoteles yang tertuang dalam buku Anima dan Physica. Kemudian ia mengembara ke Syiria, terus ke Mesir, dan akhirnya sampai ke Damaskus. Dalam pengembaraan ini, secara ekonomis ia begitu miskin, akhirnya ia dibantu secara finansial oleh Pangeran Saif Al-Dawlah dari Damaskus. Ia belajar, mengarang, mensyarah, mengkritik, dan bergulat di dunia sastra. Ia terkenal sampai ke Eropa bukan hanya filsafatnya tetapi juga logika dan metafisikanya. Di bidang musik, dengan dijiwai oleh ajaran Islam ia mengolah kembali model dan logika berpikir Yunani dalam musik, disertai dengan praktik musik kontemporer saat itu. Ia juga mencipta dan mengolah sistem-sistem musik yang berasal dari Timur Tengah. Bagaimanapun, Al-Farabi secara tegas membedakan manusia di dunia ini menurut AlQuran, yaitu manusia yang bertakwa dan manusia yang tidak bertakwa. Al-Farabi menghasilkan sebuah buku teori musik yang secara historis sangat fenomenal dalam dunia Islam dan global, yang bertajuk Kitabul Musiqil Kabir (Kitab Besar tentang Musik). Buku ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama memusatkan perhatian pada musik, bagian kedua pada alat-alat musik, dan pada bagian ketiga mengenai komposisi musik. Ada dua tempat dalam buku itu yang membicarakan gerakan melodi dalam musik: satu tempat di bagian pertama dan satu lagi di tempat ketiga. Dalam buku itu ia menceritakan bagaimana proses melakukan komposisi
27
musik. Tujuan utama Al-Farabi mengkaji dan menjelaskan komposisi musik adalah untuk membantu dan memberi arah kepada para komposer dalam menciptakan melodi.
Ia menjelaskan bahwa setelah komposer memilih unsur-unsur melodi,
selanjutnya dapat berkonsultasi dengan tabel-tabel konsonan dan gerak melodi yang dibuatnya, begitu juga dengan wilayah nada atau suara penyanyi.
Kemudian
disesuaikan dengan modus-modus ritmik yang telah disusun secara logis. Dalam membentuk gerak melodi ini ia menawarkan konsep-konsep interval satu nada ke nada berikutnya dengan memakai konsonan dan disonan dalam sistem modal. Saat transisi melodi seharusnya menggunakan interval konsonan. Al-Farabi menggunakan interval konsonan ke dalam tiga jenis: (a) konsonan besar, seperti oktaf dan balikannya, disajikan bersama atau melodis, (b) konsonan medium, yaitu kuint, kuart, antara oktaf dan kuint, serta antara oktaf dan kuart, disajikan secara bersama atau melodis, dan (c) konsonan kecil yang terdiri dari sekunde mayor (dengan rasio 9/8) atau interval lain yang lebih kecil dari kuart. Menurut Al-Farabi, melodi dapat didefinisikan sebagai sejumlah nada tertentu, yang semuanya atau sebagian besar berjalin berdasarkan interval konsonan, yang dirancang dalam kelompok tertentu, dan dipergunakan dalam sebuah genus (tetrakord) tertentu, interval-intervalnya berada dalam tonalitas tertentu; yang bergerak melalui sebuah modus ritmik yang pasti pula.
Satu rangkaian melodi
menggunakan satu tetrakord ditambah satu langkah penuh. Jika seorang komposer menggunakan interval kuint, ia harus mengimbanginya dengan interval yang lebih kecil. Sebuah melodi nyanyian disebutnya tidak lengkap, apabila ambitusnya tidak mencapai satu oktaf. Jika sampai satu oktaf disebut melodi yang lengkap, dan jika mencapai dua oktaf disebut sangat lengkap. Dalam menyusun melodi sebaiknya menggunakan interval-interval yang berbeda.
28
Al-Farabi menyebut gerak melodi dengan istilah al-intiqal,
yang secara
harfiah artinya bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Al-intiqal ini menurutnya adalah transisi yang dapat terjadi antara satu nada dengan nada lain, dari interval yang satu ke interval lain, dari satu genus ke genus lain, jika kelompok nada itu terdiri dari tetrakord, kelompok nada, dan tonalitas yang berbeda. Namun tetap terdapat satu nada nukleus. Selanjutnya, Al-Farabi membuat kategori-kategori gerak melodi dalam bahasa Arab, yaitu: (1) al-nuqlah ‘ala istiqamah, artinya adalah gerak langsung atau rektilinier, yaitu gerakan yang tidak kembali ke nada awalnya; (2) al-nuqlah ‘ala in’itaf, artinya gerak berlipat, bertukar, melengkung, dan berkeliling. Artinya dalam melodi adalah kembali ke nada awal; (3) al-nuqlah ‘ala istidarah, artinya gerakan sirkular, berputar. Dalam melodi artinya kembali ke nada awal dan gerakannya terus diulang; (4) al-nuqlah ‘ala in’iraj, artinya adalah gerakan pembiasan atau deviasi— dalam melodi maksudnya adalah kembali ke nada awal, tetapi tidak sejauh gerakgerak pertamanya; (5) al-nuqlah bi-in gerak melodi yang memperluas gerak sebelumnya, baik ke arah atas maupun ke bawah dengan nada awal yang berubahubah pula.
Menurut Al-Farabi, gerak-gerak melodi di atas boleh saja saling
dipadukan dengan menjaga rasa musik (Lihat Takari 2003) Dalam membahas teori, selain sistem modal dengan menggunakan tetrakord dalam tangga nada heptatonik, Al-Farabi juga menganalisis sistem-sistem maqam yang ada di dunia Islam, seperti maqam: rast, bayati, husaini, jiharkah, hijaz, sikkah, dukah, sikahirah, dan lainnya yang menjadi dasar komposisi musik dunia Islam. Ia juga mengkaji modus-modus ritmik seperti: ramal maia, wahdah wa nifs (maksum), cahar mezarb, zarbi, iqa’at, durub, usul, dan mazim. Dalam membahas alat-alat musik, ia memfokuskan kajian secara detil tentang alat musik ‘ud (lute petik) sebagai asas dari penciptaan maqam dan melodi. Alat seperti ini yang diuraikannya dapat
29
menurunkan tangga-tangga nada seperti yang dilakukan oleh Phytagoras dari Yunani dengan membagi proporsi matematis senarnya.
Sistem ini kemudian dalam
etnomusikologi dikategorikan sebagai sistem devisif (pembagian). Dalam buku ini, memang unsur logika memang begitu menonjol dituangkannya, namun ia juga berharap bahwa jangan melupakan unsur perasaan dan spiritualitas dalam mengembangkan seni musik. Bagaimanapun, musik itu adalah bagian dari totalitas ajaran Islam dalam rangka tauhid kepada Allah. Demikian menurut pandangan AlFarabi
Gambar 1. Al Farabi
Sumber: www.wikipidea.com
Keterangan Gambar : Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870-950
Jika ditinjau dari fungsi dan tugasnya maka secara umum fungsi dari adanya Lembaga Pendidikan Musik Farabi ini adalah untuk mengelola, membantu dan melestarikan
kesenian
masyarakat
Indonesia.
Sedangkan
tugasnya
yakni,
melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelatihan seni, pertunjukan seni, serta informasi seni dan musik. 30
Jika ditinjau dari fungsi keberadaan LPM Farabi itu sendiri,maka penulis mengacu kepada teori Alan P. Merriam yaitu :
…use then refers to the situation in which is employed in human action: fungtion concern the reason for its employment and particularly the broader purpose which it serves …“ ( Merriam 1964 :210 ) Dari kalimat di atas dapat diartikan bahwa use (penggunaan) menitikberatkan pada alas an penggunaan atau menyangkut tujuan pemakaian musik, terutama maksud yang lebih luas, sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Sesuai dengan yang sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa memang LPM Farabi didirikan oleh dasar keinginan yang kuat untuk membina bakat-bakat atau talenta masyarakat Indonesia di bidang seni. LPM Farabi merasa saat ini hanya dengan modal bakat alam tentu tidaklah cukup untuk bersaing di dunia seni hiburan atau seni pertunjukan, untuk itu maka siswa LPM Farabi nantinya dituntut untuk memiliki Skill dan pengetahuan yang maksimal mengenai bakat yang dimilikinya. Ditinjau dari segi etnisitas maka sepanjang penelitian, penulis melihat bahwa para instruktur gitar klasik yang ada di LPM Farabi kebanyakan adalah orang Batak toba ( dari ke-4 Instruktur semuanya merupakan suku Batak Toba ). Sedangkan murid yang belajar gitar klasik di LPM Farabi kota Medan kebanyakan didominasi oleh etnis Tionghoa. Bahkan jika di kumulatifkan mayoritas dari segi etnik yang belajar musik di LPM Farabi adalah orang dari etnis Tionghoa, sedangkan para guru/Instrukturnya merupakan etnis pribumi ( Mayoritas Batak Toba ). Untuk pimpinan LPM Farabi Kota Medan yaitu Bpk Dino Irwan adalah dari dari etnis Tionghoa. Para instruktur LPM Farabi kota medan yaitu : Wonter Purba, Darwin Manalu, Ronald Pasaribu, dan Michael Panggabean merupakan satu alumni yaitu dari Universitas HKPB Nommenssen. Sehingga dalam bekerja mereka sudah saling 31
mengenal dikarenakan satu almamater. Dan untuk pengalaman dan keahlian mereka memang sudah cukup ahli dan terampil bermain gitar dengan sertifikasi yang sesuai dengan standart LPM Farabi.
2.3.2 Perkembangan Sekolah LPM Farabi merupakan salah satu tempat pendidikan non formal yang ada di kota Medan yang didirikan pada 1 Maret 2007. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI 2003 : 365 ) “ Gitar adalah alat musik dengan bahan kayu seperti biola, berleher panjang, berdawai 6 atau lebih, dimainkan dengan memetik dawai atau dengan jari “. Menurut Banoe Panoe ( 2003 : 175 ) “ Gitar adalah alat musik dawai berpapan nada ( frets ) dalam berbagai bentuk dan modifikasi “. Pengertian klasik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2003 : 574 ) yakni “ Bersifat seperti seni klasik, sederhana, serasi, dan tidak berlebihan “. Sedangkan menurut Banoe Panoe ( 2003 : 87 ) “ Klasik adalah keadaan atau kondisi yang mutunnya patut dicontoh dan terikat pada tradisi “. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gitar klasik adalah alat musik berdawai 6 atau lebih yang memiliki bentuk telah disempurnakan dan memiliki keharmonisan nada. Untuk cabang LPM Farabi saat ini memiliki total 9 cabang ( 7 diantaranya ada di pulau Jawa ) yang tersebar di Indonesia dengan pusatnya yang terletak di Jakarta tepatnya di Jalan Dharmawangsa XI/5, Kebayoran Baru, Jakarta. Sedangkan untuk di Medan LPM Farabi sendiri baru mempunyai satu cabang yaitu di Jalan Burjamhal No : 28-29 B. Berikut adalah cabang cabang Farabi yang ada tersebar di Indonesia :
32
1. Farabi Bintaro Jaya Branch 2. Farabi Hang Lekir Branch 3. Farabi Bogor Branch 4. Farabi ITC Cempaka Mas Branch 5. Farabi Kelapa Gading Branch 6. Farabi Cibubur Branch 7. Farabi Medan Branch, North Sumatra 8. Farabi Denpasar Branch, Bali 9. Farabi Depok Branch, West Java
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Bpk. Dino Irwan selaku pimpinan LPM Farabi cabang Medan ( 14 Mei 2009 ), ia mengatakan bahwa untuk membuka cabang LPM Farabi tidaklah mudah karena butuh modal yang besar untuk membuka sebuah cabang LPM Farabi. Selain dari segi Finance yang lebih penting juga adalah dalam peneriamaan guru yang sangat professional sekali. LPM Farabi tidak sembarangan di dalam hal penerimaan Instruktur atau Pengajar. Karena itu setiap diadakan audisi penerimaan guru, LPM Farabi mendatangkan langsung penguji dari Jakarta dengan tujuan untuk menjaga dan menyesuaikan kredibilitas para intruktur di LPM Farabi.
33
Gbr.2 LPM Farabi Medan
( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 ) Keterangan Gambar : Gambar ini merupakan tampilan halaman luar gedung LPM Farabi Kota Medan yang terletak di jalan Burjamhal No : 29 A/B
2.3.3 Pandangan dan Sikap Masyarakat Kota Medan Terhadap LPM Farabi Secara umum, masyarakat mengatakan bahwa musik sebagai suatu yang penting dalam kehidupanya. Karena masih merupakan hiburan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Selain berfungsi sebagai penghibur, dapat juga berfungsi sebagai pengiring pelaksanaan kegiatan ( acara ) dalam masyarakat. Selain itu persepsi masyarakat terhadap musik klasik yang menurut penelitian para ahli dapat meningkatkan kecerdasan intelektual anak menjadi salah satu alasannya untuk memberi anaknya kursus musik. Menurut pengamatan penulis di lapangan banyak masyarakat yang masih menilai untuk kursus musik itu merupakan kebutuhan tersier yang bukan prioritas 34
disbanding dengan kursus-kursus lainyya seperti les bahasa, computer, maupun les mata pelajaran sekolah. Namun harus diketahui bahwa kursus musik juga merupakan Lifeskill yang merupakan keahlian bagi seseorang yang dapat menjadi bekal dia kelak dan dapat menjadi sumber pencahariannya apabila ia memang serius dalam mempelajarinya. Mengenai tanggapan murid dan orang tua murid tentang pengajaran gitar klasik di LPM Farabi dapat disimpulkan berbagaio persepsi seperti : (1)
Guru atau instruktur sangat dekat dengan murid sehingga dengan pendekatan yang baik maka murid akan merasa senang dan betah belajar di LPM Farabi selain itu akan menambah citra positif karena instruktur atau pengajarnya dapat berinteraksi secara baik dengan murid-muridnya.
(2)
Selain itu akselerasi tingkat kemahiran murid juga cukup terasa hal ini membuat adanya persepsi dari si murid maupun orang tuanya bahwa mereka dating belajar ke tempat ini dengan tidak sia-sia hal ini terbukti dengan kemampuan si murid yang maju cukup signifikan sejak belajar di LPM Farabi Medan.
(3)
Yang tidak kalah pentingnya adalah factor sarana dab parasarana yang baik yang membuat si murid semakin betah dalam ruangan. Berbagai fasilitas disediakan oleh LPM Farabi untuk menunjang kebutuhan proses belajar mengajar. Hal ini bisa dilihat dari tempat mengajar yang nyaman jauh dari kebisingan hal ini mutlak harus dimilik oleh setiap kursus musik guna kenyamanan proses belajar mengajar.
Masyarakat juga berpendapat bahwa dengan adanya lembaga kursus musik yang ada di kota Medan akan dapat menumbuhkan rangsangan untuk menjadikan masyarakat kota Medan menjadi lebih kreatif. Terutama untuk mendapatkan
35
pendidikan musik secara formal sehingga tujuannya mereka tidak hanya bias memainkan alat musik tetapi juga mengerti apa yang mereka mainkan.
36
BAB III STUDI ORGANOLOGI ALAT MUSIK GITAR KLASIK
Pada bab sebelumnya, kita sudah membahas mengenai identifikasi daerah penelitian yang meliputi kota Medan dan LPM Farabi sebagai lokasi penelitian. Pada bab ini, penulis akan membicarakan mengenai mengenal lebih dekat tentnag alat musik gitar klasik sebagai sarana penelitian beserta detai-detail yang terdapat didalamnya. Terlebih dahulu penulis akan membahas mengenai pengenalan instrument.
3.1 Sejarah Perkembangan Gitar Klasik. 3.1.1 Sejarah Singkat Gitar Klasik Kata gitar atau guitar dalam bahasa Inggris, pada mulannya diambil dari nama alat musik petik kuno di wilayah Persia pada kira-kira tahun 1500 SM yang dikenal dengan nama Citar atau Cehtar. Alat musik ini kemudian berkembang menjadi berbagai model gitar kuno yang dikenal dengan istilah umum tanbur. Pada tahun 300 SM Tanbur Persia dikembangkan oleh bangsa Yunani dan enam abad kemudian oleh bangsa Romawi ( Bellow, 1970 : 54 – 55 ). Pada tahun 476 SM alat musik ini dibawa oleh bangsa Romawi ke Spanyol dan bertransformasi menjadi : 1) Guitara Morisca yang berfungsi sebagai pembawa melodi; dan 2) Guitarra Latina yang memainkan akor. Tiga abad kemudian bangsa Arab membawa semacam gitar gambus dengan sebutan al ud ke Spanyol ( Summerfield, 1982 : 12 ).
37
Berdasarkan konstruksi al ud Arab dan kedua hasilnya, Vihuella menjadi popular di Spanyol sementara alat-alat musik pendahulunya sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Di Eropa al ud disambut baik dan berkembang menjadi berbagai model lute Eropa hingga kira-kira akhir abad ke-17. Sementara itu vihuela berkembang terus menjadi berbagai macam gitar selama berabad-abad hingga akhirnya menjadi gitar klasik yang digunakan pada saat ini. Sudah sekian banyak ahli menyelidiki, namun sampai kini asal usul gitar yang sesungguhnya masih terus diperdebatkan. Sekian banyak pendapat bertebaran, namun tetap saja di dalamnya mengandung sebuah keraguan. Sebuah alat musik kuno bernama Khitarra sering disebut sebagai nenek moyang gitar. Kendati begitu, hanya namanya saja yang mirip, lantaran bentuknya seperti harpa kecil. Berbagai artefak kuino di Mesopotamia dan Mesir juga menunjukan adanya alat musik petik dengan tubuh dan leher seperti gitar. Kenyataanya, hampir di semua kawasan pusat peradaban manusia, alat musik petik mirip gitar senantiasa ada. Pada abad ke 11, di Eropa mulai bermunculan instrument-instrumen petik mirip gitar. Desainnya diyakini berasal dari alat-alat musik yang ada di Asia salah satunya Gitern. Bentuknya sudah mirip dengan gitar modern. Bahkan dilengkapi dengan Freet pada lehernya. Senarnya terbuat dari usus domba ( bukan usus kucing, kendati julikanya adalah Catgut.
38
Gbr 3. Gambar alat musik Chitarra atau Khittara
( Sumber : www. Gitaris.Com ) Keterangan Gambar : Gambar ini merupakan gambar alat musik Chitara atau Khitara dalam lukisan mitologi Persia
Selama dua abad lebih, Gitern berkembang menjadi berbagai bentuk dengan nama-nama baru yang mirip semisal Guitara, Guoitere,Gitarer, dan Gitar. Pada tahun 1300-an di Eropa berkembang dua desain Gitern dengan nama Guitare Latine dan Guitare Morrisca. Memasuki abad ke-15 mulai berkembang instrument petik lain dari Arab bernama Lute bentuknya seperti gitar namun tubuhnya mirip buah pir dengan Course yang lebih banyak. Menjelang abad ke-20 desain gitar di Eropa tidaklah seragam. Masing-masing gitaris bisa saja meminkan gitar yang berbeda jenis dari gitar yang lainnya. Orang yang paling bertanggung jawab mendesain gitar hinga bentuknya ada seperti yang sekarang ini adalah Antonio De Torres Jurado (1817-1892). Pembuat gitar dari spanyol ini menemukan standar anatomi gitar (Dimensi, rangka, panjang badan/dawai, dan sebagainya) yang mampu menghasilkam kualitas suara yang
39
maksimal, sekaligus nyaman dimainkan. Temuan jurado ini segera diikuti para pembuat gitar lainnya. Kini kendati tiap pembuat gitar punya kekhasan dan “resep “ masing-masing, ada patokan-patokan tertentu pada desain gitar yang mengikuti dan berpegang kepada desain Torres.
Gbr.4 dan 5 Guitara Latina dan Guitara Morisca
Guitara Latina
Guitara Morisca ( Sumber : www. Gitaris .Com )
Keterangan Gambar : Gambar ini merupakan contoh alat musik Gitara Latina dan Guitara Morisca yang digunakan di eropa sekitar abad ke 16 dan 17 yang kelak menjadi asal mula gitar klasik
Gbr. 6 Al’ ud
( Sumber : www. Gitaris .Com )
40
Keterangan Gambar : Al’ut merupakan alat musik yang banyak dijumpai di timur tengah biasa juga digunakan dalam orkes musik gambus. Gbr. 7 Evolusi tanbur
( Sumber : www. Gitaris .Com ) Keterangan Gambar : Jenis tanbur dari Persia yang merupakan bagian dari evolusi gitar klasik. Jika dibandingkan dengan alat musik saz dari Turki maka akan terlihat sekali kemiripannya Gbr. 8. Guitarra Morisca Repro
41
( Sumber : www. Gitaris.com ) Keterangan Gambar : Gambar gutara Morisca dalam relief pada sebuah guci dan seorang wanita yang sedang memainkan guitara morisca
42
Gbr. 9. Instrumen Hittie ( Instrumen mirip gitar tertua )
( Sumber : www. Gitaris.com )
Keterangan Gambar : Lukisan dari mesir kuno menggambarkan instrument hitie yaitu alat musik yang tergolong chordophone yang berjenis lira
3.1.2 Perkembangan Gitar Klasik Di Kota Medan 3.1.2.1 Compact Disk ( CD ) Sekitar tahun 90-an munculah rekaman-rekaman lagu-lagu gitar klasik dalam bentuk Compact Disk (CD) yang dapat disaksikan atau didengar melalui Video Compact Disc (VCD) yang lagi “ Naik Daun “ masa sekarang. Munculnya CD di pasaran mengurangi pasaran rekaman kaset karena lebih mudah diperoleh dan harga yang relativ murah. Selain itu adannya bentuk visual yang bisa disaksikan bisa membantu untuk mempelajari gitar klasik secara detail karena gambar pemain yang memainkan gitar bisa dilihat dan sambil dipelajari.
43
Gbr.10 Sampul CD Andres Segovia
( Sumber : www. Partiture.org ) Keterangan Gambar : Andress Segovia merupakan salah satu musisi gitar klasik yang berpengaruh di abad ke-20.
3.1.2.2 Kaset Dan Rekaman Salah satu media sosialisasi gitar klasik di Indonesia ialah melalui kaset rekaman yang banyak dijual di toko-toko kaset, plaza-plaza maupun pasar bahkan kaki lima di pinggiran jalan. Selain itu melalui kaset ini kita bisa mendengarkan melalui walkman sambil bersantai sekaligus juga mempelajari lagu-lagu gitar klasik. Banyak lagu-lagu gitar klasik baik musisi lokal maupun luar negeri mengkomersilkan lagu mereka melalui media ini seperti Jubing Kristianto dengan albumnya ” Hujan Fantasi “ maupun John Wiliams, Francis Goya dan lain sebagainya.
3.1.2.3 Internet
44
Tidak bisa dipungkiri seiring zaman yang semakin maju tentu diiringi juga dengan teknologi dan informasi yang semakin maju. Pada abad ke- 21 ini internet menjadi hal yang lumrah bagi generasi sekarang. Hal ini juga berimbas kepada perkembangan gitar klasik, banyak orang sekarang lebih memilih Browsing di internet saja ketimbang harus membeli CD MP3, Kaset atau majalah. Ini dikarenakan kita bisa mendapat semua fasilitas itu di internet. Banyak siswa, mahasiswa, akademisi, dan praktisi yang mencari kebutuhan mereka melalui internet. Bagi para siswa gitar klasik mereka bisa men-download partiture gitar, lagu, maupun video dari internet, bahkan bisa mengirim video permainan mereka ke internet agar bisa dilihat orang banyak. Salah satu situs ( Alamat ) dari internet yang banyak diunduh para musisi gitar klasik antara lain : www.partiture.com, www.gitaris.com, www.geocities.com/jubing, www.youtube.video.com dan lain sebagainya.
3.2 Pengenalan Instrumen. Hal-hal yang harus dikuasai oleh seorang siswa pada tingkat dasar adalah pengenalan terhadap komponen-komponen gitar klasik yang berkaitan langsung dengan permainan gitar klasik. Selain itu juga harus dipahami tentang klasifikasi gitar yang mencakup klasifikasi alat musiknya. Karena dengan mengenal komponenkomponen gitar klasik maka siswa akan dituntut untuk lebih menguasai alat musik tersebut. Abad ke- 20 juga menyaksikan lahirnya jenis gitar baru antara lain gitar listrik/elektrik. Penemuan listrik membawa banyak revolusi pada dunia termasuk pada instrument gitar. Adalah Lyoid Loar dari perusahaan pembuat gitar Gibson yang diketahui pertama kali bereksperimen dengan pick-up megnetik pada gitar. Kendati
45
demikian, Adolph Rickenbecker sera dua rekannya Paul Bart dan George Beucamhmplahyang
sukses
mewujudkan
gitar
elektrik
pertama
dan
memproduksinnya secara komersial di tahun 1930-an. Lankah ini diikuti oleh perusahaan-perusahaan pembuat gitar lainnya, termasuk Gibson yang akhirnya malah memimpin pasar gitar elektrik. Persaingan ketat melahirkan berbagai desain gitar yang beragam. Dengan demikian, jenis gitar yang umum dipakai saat ini adalah 1) Keterangan Gambar :Gitar Klasik. Jenis gitar akustik berbahan senar nilondan sutra yang dililit logam.lehernya lebih lebar dari jenis alat musik lainnya
( Sumber : Gitarpedia, Jubing Kristianto, 2005 ) 2) Keterangan Gambar : Gitar Folk-Akustik. Desain dasar seperti gitar klasik namun memiliki tubuh lebih lebar, leher yang lebih panjang dan sempit, serta senar dari logam. Suaranya lebih berdenting dan cemerlang digunakan untuk musik-musik balada, folk, country, blues, dan pop.
46
3) Keterangan Gambar : Akustik Elektrik. kerap juga disebut semi akustik. Semua jenis gitar akustik yang dilengkapi dengan system amplifier di dalam tubuhnya agar dapat disambingkan langsung ke amplifier.
47
48
4) Keterangan Gambar : Guitar Elektric. Gitar elektrik dengan badan dari kayu tipis namun padat. Salah satu keunggulanya adalah penggunaan jenis suara yang hamir tak terbatas berkat adanya dukungan dari peranti efek. Lazim digunakan padaband-band rock, jazz, maupun pop.
49
3.2.1 Pengenalan Bagian Gitar Bagian-bagian pada gitar penting untuk diingat agar kita bias memahami bagian-bagian apa saja yang terdapat pada gitar. Tentunya ada istilah-istilah yang umum yang digunakan secara resmi oleh kursus-kursus yang ada dimanapun di dunia ini. Umumnya istilah yang digunakan memakai bahasa Spanyol karena memang asalanya dari sana tetapi di sini akan digunakan bahasa Indonesia saja agar lebih mudah dipahami dan diingat. Gbr 11. Pengenalan Instrumen. Gitar Klasik
( Sumber : Gitarpedia Jubing Kristianto, 2005 ) Gbr 12. Pengenalan Instrumen Gitar Elektrik
50
( Sumber : Gitarpedia Jubing Kristianto, 2005 )
51
3.2.2 Klasifikasi Sachs Dan Hornbostel Curt Sachs ( 1913 ) dan Erich Von Hornbostel ( 1933 ) adalah dua ahli organologi alat musik ( Instrumentenkunde ) berkebangsaan Jerman yang telah mengembangkan satu system pengklasifikasian / penggolongan alat musik.8 System penggolongan alat musik Sahcs dan Hornbostel berdasarkan pada sumber penggetar utama dari bunyi yang dihasilkan oleh sebuah alat musik. Selanjutnya Sahcs-Hornbostel menggolongkan berbagai alat musik atas lima golongan besar, yaitu : 1) Membranofon, di mana pengetar utama penghasil bunyi adalah membrane atau kulit. Contoh adalah gendang dan drum. 2) Idiofon, di mana penggetar utama bunyi adalah badan atau tubuh dari alat musik itu sendiri. Contoh adalah gong, symbal, atau alat perkusi. 3) Aerofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah udara. Sebagai contoh adalah suling, terompet, atau saksofon 4) Kordofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah dawai yang direngangkan. Contoh adalah gitar dan biola.
Dari system pengelompokan yang mereka lakukan, selanjutnya SahcsHornbostel menggolongkan lagi alat musik kordofon menjadi lebih terperinci berdasarkan karakteristik bentuknya yakni: 1) Jenis Busur 2) Jenis Lira 3) Jenis Harpa 4) Jenis Lute 8
Sebelumnya sudah ada system pengklasifikasikan musik tradisional seperti yang ada di India dan Cina.
52
5) Jenis Siter
Gbr 13. Pembagian alat musik dawai berdasarkan bentuknya : a) Busur ; b) Lira ; c) Harpa ; d) Lute ; e) Siter
( Sumber : Alat Musik Dawai Irwansyah Harahap 2004 )
Untuk Gitar klasik digolongkan kepada jenis lute , pada prinsipnya berarti gitar klasik menggunakan kotak resonator suara. Selain itu jenis lute mempunyai leher ( Neck ) yang berfungsi sebagai papan jari ( Finger Board ) atau juga sebagai penyangga dawai ( String Bearer ). Jenis lute ( pada umumnya tergolong keluarga gitar ) juga dapat ditemukan di berbagai wilayah lain di dunia. Kita temukan Sehtar di Persia, Tanbur di Turki, Sitar dan Sarangi di India, Pipe di Cina, Al’Ud di Arab, Vihuella dari Spanyol dan lain sebagainya. Untuk jenis alat musik yang terakhir ini bentuknya sangat mirip dengan gitar klasik bahkan merupakan embrio dari gitar klasik modern.
53
3.2.3 Pemain – Pemain Gitar Klasik Terpenting. Repertoar gitar bertumbuh pesat dengan makin berlimpahnya gitaris dan composer yang tak henti mempopulerkan gitar. Salah satunya Fransesco Tarrega ( 1852-1909 ), gitaris dan composer kelahiran spanyol. Tarrega adalah perintis permainan gitar klasik menjadi sebuah ilmu dan seni tersendiri. Ia bukan saja dikenal sebagai pendidik yang bertangan dingin namun juga composer yang inovatif. Posisi duduk bermain gitar klasik yang dikenal sekarang ini adalah digagas oleh Tarrega. Posisi ini memungkinkan gitar dalam posisi stabil, serta membantu lengan kanan maupun kiri menjelajahi Freatboard dan senar di posisi manapun dengan leluasa. Gebrakan Tarrega lainnya adalah mentranskrip berbagai komposisi untuk alat musik lain ke gitar tunggal. Termasuk berbagai komponis lainnya seperti Granados ( Piano ), Albeniz ( Piano ), Chopin ( Piano ), Bach ( Biola ), hingga Mahdelson ( Kuartet Gesek ). Murid-murid Tarrega pun menjadi sadar betapa gitar memiliki kemampuan setara dengan alat-alat musik lain yang lebih “ Bergengsi “. Hingga saat ini terdapat cukup banyak gitaris-gitaris klasik dari berbagai belahan dunia. Di antaranya yang paling terkenal ialah gitaris-gitaris legendaries dan berkelas dunia yaitu :
54
1) Andres Segovia (Spanyol, 21 Februari 1893 – 3 Juni 1987)
( Sumber : www. Partiture.com ) 2) Heitor Villa-Lobos (Brasil, 5 Maret 1887-17 November 1959)
( Sumber : www. Partiture.com )
3) Isaak Albeniz (Spanyol, 1860-1909 )
( Sumber : www. Partiture.com )
4) Francisk Tarrega (1852-1909) Spain
55
( Sumber : www. Partiture .com )
5) Ferdinando Carulli ( Italy,1770-1841 )
( Sumber : www. Partiture .com ) Di anatara mereka, Segovia adalah yang paling terpenting karena jasanya yang besar dalam perkembangan gitar masa depan gitar klasik sejak awal abad ke-20. dengan usahanya yang amat produktif dan kreatif beliau telah membawa gitar menjadi sebuah alat musik solo standar di samping piano. Kerjasamanya dengan para musisi dan komponis non gitar telah menyebabkan suatu perkembangan yang signifikan pada repertoar gitar. Sejak itu gitar tidak lagi dimainkan solo atau ensamble bersama gitar lain, namun sebagai solois dalam orkestra dan msuik kamar. Hampir semua gitaris terkemuka di abad ke-20 lahir dari tangan dingin Segovia sebagai pengajar. Beberapa di antaranya seperti John Wiliams, K. Yamashita, Julian Bream dan lain sebagainya.
56
BAB IV ANALISIS METODE PENGAJARAN GITAR KLASIK DI LPM FARABI KOTA MEDAN
Pada bab ini penulis akan membicarakan mengenai hasil pengamatan dan tinjauan ilmiah penulis selama berada di LPM Farabi kota Medan. Fakta-fakta yang terkumpul di lapangan akan disusun sedemikian rupa sesuai dengan standart penulisan ilmiah. Selanjutnya akan dibahas mengenai sarana dan prasarana yang ada di LPM Farabi juga akan dibahas tentang hasil pembelajaran siswa selama belajar di LPM Farabi dengan indikator ujian Grade yang diadakan oleh LPM Farabi dan hasil yang diraih oleh siswa. 3.3 Teknik Umum Bermain Gitar Klasik Dalam bermain gitar klasik, setiap jari-jari tangan baik kiri ataupun kanan sudah memiliki aturan atau nama-nama yang ditentukan. Berikut ini beberapa hal yang sangat penting untuk diketahui dalam bermain gitar klasik.
3.3.1 Posisi Jari dan Tangan 3.3.1.1 Posisi Jari Pengenalan nama-nama jari tangan kiri dan kanan : -Jari kiri diberi tanda dengan urutan angka 1- 4, urutannya yakni -Jari telunjuk diberi tanda dengan nomor 1 -Jari tengah diberi tanda dengan nomor 2 -Jari manis diberi tanda denga nomor 3
57
-Jari kelingking diberi tanda dengan nomor 4
Untuk lebih jelas lihat gambar berikut ini :
Gbr. 14 Urutan jari kiri
( Sumber : Yamaha Classic Guitar Fundamental )
- Pemberian nama-nama jari tangan kanan, ditandai secara tradisional, dan diberi huruf-huruf yang berasal dari bahasa Spanyol yaitu : p untuk pulgar ( ibu jari ) i untuk indicio ( Jari telunjuk ) m untuk medio ( Jari tengah ) a untuk anular ( Jari manis ) Ch untuk chico ( Jari kelingking ) Sedangkan untuk jari kelingking tidak digunakan untuk petikan. Untuk lebih jelas lihat gambar :
58
Gbr. 15 Urutan jari kanan
( Sumber : Yamaha Classic Guitar Fundamental )
3.3.1.2 Posisi Tangan Pengunaan tangan kiri dalam bermain gitar klasik ialah sebagai berikut penjelasannya : 1) Semua kuku tanga kiri harus dipotong pendek, sehingga tidak menggangu waktu menekan senar. 2) Jempol kiri bertugas sebagai penopang dan jari-jari kiri. 3) Jari-jari kiri bertugas menekan senar dengan tegak lurus pada papan jari. 4) Dalam hal ini ibu jari harus selalu serasi dengan jari tengah dan tidak boleh kelihatan saat memainkan gitar. \
59
Gbr 16. Posisi tangan kiri
60
( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 )
Skema penggunaan tangan kanan dalam bermain gitar klaik adalah sebagai berikut : 1) Jari tangan kanan berdiri tegak lurus di atas senar ( petikan melodi ). 2) Kuku jari tangan dipotong melengkung, mencapai panjang kurang lebih 2 mm. 3) Jari kanan memetik senar bas ke-4 samapi ke-6. sedang senar 3 di petik oleh jari ( I, m,dan a ) 4) Dalam memetik gitar hendaknya pada posisi normal yaitu berada di depan soundhole atau lubang suara, karena suara gitar terbagi tiga yaitu harmonic, normal, dan hard
Gbr. 17 Posisi tangan kanan
( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 )
61
3.3.2 Letak Atau Posisi Gitar Saat Dimainkan Dalam memilih sikap bermain gitar, kita harus memperhitungkan bahwa baik lagu yang sederhana maupun yang sulit perlu kita bawakan dengan baik. Oleh karena itu tangan kiri dan kanan kita harus mampu bergerak dengan bebas. Untuk merealisasikan sikap ini dengan baik ada beberapa hal penting yang harus dilakukan yaitu : 1) Posisi duduk di bangku ( Kursi tanpa sandaran ), dengan keadaan badan tegak lurus dan rileks. 2) Pandangan mata berada dalam posisi melihat naskah lagu ( Partiture ), dan sesekali melihat pada senar gitar yang ditekan. 3) Posisi jari pada tangan kiri pada leher gitar, untuk menekan senar, dan jari kanan untuk memetik senar. 4) Posisi kaki kiri berada di atas pijakan agar bias menopang gitar. Gbr. 18 posisi yang baik dan benar
( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 ) 3.3.3 Pengenalan Notasi dan Nada Dasar
62
Jika ingin belajar gitar klasik dengan benar dan bias mengembangkan sendiri kemampuan musik siswa secara mandiri, mau tidak mau siswa harus memahami notasi, baik notasi angka , balok, dan nada dasar.
3.3.3.1 Notasi Angka dan Balok Notasi angka adalah symbol nada dalam bentuk angka 1 sampai 7 yang digunakan dalam menulis nada – nada yang telah kita kenal dalam bentuk bunyi 1( do), 2 ( re ), 3 ( mi ), 4 ( fa ), 5 ( sol ), 6 ( la ), 7 ( si ), 1’ ( do’ ) yang tersusun dalam bentuk 1-1-1/2-1-1-1-1/2. Notasi balok adalah symbol nada dalam bentuk huruf C sampai G yang digunakan dalam menulis nada-nada yang telah kita kenal dalam bentuk bunyi C ( do ), D ( re ), E ( mi ), F ( fa ), G ( sol ), A ( la ), B ( si ), C’ ( do’ ) yang tersusun dalam bentuk 1-1-1/2-1-1-1-1/2. Gbr. 19 Notasi Balok
( Sumber : Yamaha Classic Guitar Fundamental ) 3.3.3.2 Garis Paranada dan Spasi
63
Garis paranada adalah tempat untuk meletakan not yang terdiri dari 5 ( Lima ) buah garis sejajar yang setiap garisnya memiliki jarak yang sama. Kelima garis sejajar itu menghasilkan 4 ( empat ) ruangan yang disebut spasi.
Gbr.20 Garis paranada dan spasi
( Sumber : Yamaha Classic Guitar Fundamental )
3.3.4 Bentuk Tanda Istirahat/Diam, Bentuk Not,Tanda Mula, Dan Birama. Tanda istirahat menunjukan nilainya masing-masing. Sebagai langkah awal dalam memahami jumlah ketukan dalam setiap istirahat, siswa harus mempelajari dan menghapal semua bentuk tanda istirahat berikut nilai yang telah ditentukan. Gbr. 21 Bentuk tanda istirahat Bentuk Tanda Diam
Nilai Tanda Diam Penuh Setengah Seperempat Seperdelapan Seperenambelas
Bentuk not dalam notasi balok bermacam-macam. Setiap not menunjukan nilai not tersebut. Perhatikan gambar untuk lebih jelas :
64
Gbr. 22 Bentuk dan nilai not Bentuk Nada
Nama Nada
Nilai Nada
Nada Penuh
4 Ketuk
Nada Setengah
2 Ketuk
Nada Seperempat
1 Ketuk
Nada Seperdelapan
½ Ketuk
Nada Seperenambelas
¼ Ketuk
Tanda mula adalah angka berbentuk bilangan pecahan yang selalu ditulis sesudah tanda kunci pada garis pertama suatu lagu ( komposisi musik ). Bilangan pertama letaknya disebelah atas ( Pembilang ) dan bilangan kedua letaknya dibawah dan disebut (Penyebut ). Tanda mula yang biasa dipakai misalnnya, 4/4, 3/3, 2/4, 6/8, 3/8, dan 2/2. tanda mula4/4 dan 2/4 biasanya juga ditulis C dengan tegak lurus memotong ditengahnya. Birama adalah garis tegak lurus yang membagi setiap baris garis paranada menjadi beberapa ruas yang mengandung jumlah ketukan not dan tanda istirahat yang sama banyaknya.
Gbr. 23 Birama
RUANG BIRAMA
GARIS BIRAMA 65
Tempo juga harus diperhatikan di dalam permainan karena tempo adalah cepat lambatnya pembawaan lagu, kecepatan tempo dikelompokan sebagai berikut : - Tempo sangat lambat
- Tempo sedang lambat
- Tempo sedang cepat
- Tempo cepat
- Tempo paling cepat
: Grave
- Sangat Lambat
Largo
- Lebar dan luas
Largissimo
- Lebih lambat dari largo
Adagio
- Lambat
Lento
- Lambat Sedang
: Largeto
- Lebih cepat dari largo
Andante
-Lebih lambat dari moderato
Andantino
- Lebih cepat dari andante
Maestosso
- Agung
Moderato
- Sedang
Allegreto
- Gembira
Animato
- Gembira
Allegro
- Gembira
Allegro Vivae
- Lebih cepat dari allegro
Vavace
- tergesa-gesa
Presto
- Sangat Cepat
Presstissimo
- Secepat-cepatnya
3.4 Jenis Pertunjukan Gitar Klasik Yang Ada Di Kota Medan Selain melalui rekaman kaset, CD, dan lain sebagainya sosialisasi gitar klasik juga bisa dilakukan melalui pertunjukan secara langsung melalui pementasan yang berhadapan langsung dengan penonton.
66
Bentuk pertunjukan tersebut bisa berupa kejuaraan / festifal atau bisa juga melalui mini concert yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kursus. Salah satu kejuaraan yang pernah ada yaitu kejuaraan gitar klasik se-Indonesia yang diselenggarakan oleh kedutaan Spanyol tahun 2001. atau kejuaraan gitar klasik yang disponsori oleh Yamaha, untuk event ini biasanya juara untuk satu negara akan diadu dengan negara lainnya dan negara-negara yang bersaing di sini adalah dari Asia. Untuk kota Medan sendiri salah satu event yang ada antara lain yaitu Nommensen Classic Guitar Festifal yang diadakan tahun 2007 lalu. Pada ajang kali ini penulis menjadi juara pertama untuk kategori senior. Ada juga Nommensen Classical Guitar Ensamble oleh Universitas HKPB Nommensen ( UHN ) yang sering mengadakan concert gitar klasik dengan mengundang penonton umum dan menurut pengamatan penulis yang hadir pada saat itu penonton terlihat cukup antusias dalam mengikuti acara ini. Diharapkan dengan banyaknya kompetisi ini maka akan merangsang masyarakat untuk semakin tertarik mempelajari gitar klasik. Karena diharapkan gitar klasik tidak kalah dari instrument lainnya seperti piano, gitar elektrik, keyboard dan sebagainya yang intensitas kompetisinya cukup sering sehingga banyak peminatnya.
Gbr.24 Pertunjukan gitar klasik di kota Medan
67
( Sumber : Dokumentasi Nikanor ,2001 )
4.1. Tujuan Diadakannya Kursus Gitar Klasik Dalam tulisan ini, penulis membahas tentang kursus gitar klasik berdasarkan fungsi dan kegunaanya. Seperti umumnya kursus atau les lainnya dilaksanakannya kursus ialah untuk melatih kemampuan dan keterampilan seseorang yang belum ia miliki atau ia ingin agar lebih terampil. Misalnya seseorang yang kursus bahasa Inggris sengaja kursus bahasa inggris karena ingin lebih terampil berbahasa Inggris meskipun di sekolah ia sudah mendapat pelajaran bahasa Inggris. Sama seperti yang sudah dipaparkan di atas bahwa pada dasarnya tujuan diadakannya kursus gitar klasik bertujuan untuk melatih bakat-bakat yang ada pada seseorang agar ia lebih terampil memainkan alat musik ini dan ditambah dengan pengetahuan tentang teori musik agar ia tidak hanya bisa memainkan tetapi juga tahu apa yang ia mainkan. Maka secara garis besarnya tujuan diadakannya kursus gitar klasik bertujuan juga sebagai : (1) untuk mencari keuntungan/komersial atau mendatangkan uang (
68
bagi guru / instruktur dan yayasan ) ; (2) fungsi edukasi yaitu memberi pengetahuan ilmiah bagi yang mempelajarinya. Dalam tulisan ini penulis lebih hanya membahas dua tujuan pelaksanaan kursus gitar klasik yaitu sebagai : (1) media perkembangan seni ; (2) gitar klasik sebagai salah satu seni pertunjukan.
4.1.1. Media Perkembangan Seni Allan P Meriam seorang etnomusikolog paling berpengaruh dalam bukunya The Anthropology of Music menyebutkan bahwa transkulturasi budaya, salah satunya musik dapat terjadi melalui oral/lisan, tulisan, dan elektronik. Secara tidak langsung tempat kursus sebagai tempat untuk mempelajari musik dapat menjadi media bagi perkembangan seni. Hal ini didukung oleh visi dan misi dari LPM Farabi itu sendiri yaitu sebagai media untuk mengembangkan bakat seni masyarakat Indonesia, juga mendidik siswanya untuk dapat bersaing di dunia hiburan musik tanah air. Tidak dapat dipungkiri LPM Farabi memiliki para pengajar yang berkredibilitas dibidangnya yang pastinya dapat membina siswanya menjadi musisi professional dan kreatif. Lembaga formal seperti sekolah yang kejuruannya di bidang seni ataupun perguruan tinggi yang jurusannya seni, tujuannya ialah sebagai media untuk mengembangkan seni. Selain dari itu tempat kursus ini menjadi salah satu institusi non formal yang dapat menjadi media pengembangan seni bahkan cakupannya lebih luas karena tidak
69
mengenal umur dan latar belakang pendidikan jadi lebih luas dalam pengembangan seni masyarakat. 4.1.2 Gitar Klasik Sebagai Salah Satu Seni Pertunjukan Menurut Allan P Meriam ( 1964 ) fungsi utama seni pertunjukan yaitu sebagai fungsi hiburan dan reaksi jasmani. Begitu juga dengan gitar klasik sebagai salah satu seni pertunjukan yang ada di kota Medan maka dapat juga berfungsi sebagai hiburan pada masyarakat. Seni pertunjukan juga dapat dibagi menjadi seni pertunjukan drama/teater, musik, lukis, dan tari. Maka untuk gitar klasik dikategorikan menjadi seni pertunjukan musik. Perlu juga diketahui bahwa fungsi hiburan dalam seni pertunjukan musik terjadi akibat adanya interaksi antara penonton atau Audiens dengan yang menyajikan acara. Saat ini sudah banyak pertunjukan gitar klasik seperti concert solo gitar yang sering dilakukan Jubing Kristianto pada saat Launching albumnya yang banyak menyambut apresiasi dari masyarakat. Ada juga kunjungan dari musisi gitar klasik dari luar negeri yang menampilkan permainan gitar klasik di beberapa tempat seperti di kampus-kampus, di hall dan gedung publik lainnya.
4.2 Metode Pengajaran Gitar Klasik Di LPM Farabi Berikut adalah hasil pengamatan yang penulis lakukan selama di LPM Farabi mengenai metode pengajaran gitar klasik di LPM Farabi Kota Medan :
4.2.1. Bahan Ajar Yang Digunakan
70
Bahan ajar atau kurikulum yang digunakan di LPM Farabi adalah kurikulum yang disusun sendiri oleh pengajar di LPM Farabi, buku yang digunakan juga untuk kalangan sendiri yaitu milik Farabi. Tetapi dalam hal ini pengajar tetap boleh menggunakan acuan lain seperti lagu bebas atau pop jika murid menginginkan hal itu, yang terpenting adalah murid tetap mampu mengikuti pelajaran dan dapat ujian dengan tepat waktu. Buku yang digunakan di LPM Farabi Medan untuk menyajikan materi pelajarannya ialah semuannya menggunakan not balok. Dalam hal ini buku dibagi berdasarkan grade atau tingkatan untuk gitar klasik memiliki grade sampai enam. Selain dari grade 1 – 6 ada yang namanya grade Pre L dan L sebagai dasar. Sedangkan untuk Pre L biasanya diberikan kepada kelas junior ( anak-anak dibawah 10 tahun ), umumnya materi yang diajarkan hanya sebatas pengenalan gitar, notasi, dan pengenalan dasar dalam musik lainnya. Sedangkan untuk L merupakan kelas fundamental atau dasar ( Pre- Grade )sebelum masuk grade 1. Dalam hal ini pengajar memiliki target waktu bagi siswa untuk melewati buku dasar, target waktu sekitar 5-6 bulan. Tetapi kalau ternyata siswa bisa melewatinya lebih cepat maka itu akan menjadi nilai plus bagi siswa tersebut, karena ia lebih cepat untuk bisa mengikuti ujian kenaikan grade. Sebagai bahan tambahan pengajar memberikan bahan latihan seperti teknikteknik penjarian yang bertujuan untuk pemanasan jari juga untuk mempermudah siswa dalam bermain nantinya, seperti teknik etude ( latihan ) dari M. Carcassi atai F.Sor. sehingga siswa akan semakin bertambah wawasannya baik dari penjarian, atau tentang lagu-lagu yang menggunakan notasi balok.
4.2.2. Metode Pengajaran
71
LPM Farabi mempunyai metode-metode tersendiri dalam pengjarannya, bertujuan untuk memudahkan siswa memahami bahan pengajaran yang diberikan oleh pengajar. Di samping metode mengajar, media/alat peraga dan buku tidak kalah pentingnya dalam proses belajar mengajar. Alat peraga, buku dan media yang relevan dengan materi yang akan disajikan mempunyai peranan yang penting sebagai alat Bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Di dalam proses belajar mengajar, guru memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik pengajaran, atau biasanya disebut metode mengajar. Peranan metode dalam pengajaran adalah menumbuhkan gairah peserta dalam menerima pelajaran atau materi yang disajikan. Oleh karena itu, metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar para peserta. Adapun metode-metode mengajar yang mungkin dapat dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di LPM Farabi Medan adalah sebagai berikut: 1) Tanya jawab 2) Diskusi 3) Demonstrasi 4) Sosiodrama 5) Karya wisata 6) Kerja kelompok 7) Latihan 8) Pemberian tugas 9) Eksperimen
72
Ada beberapa metode mengajar gitar klasik yang dilakukan oleh pengajar dalam mengajarkan gitar klasik di LPM Farabi, yakni dengan metode ceramah, metode demonstrasi dan metode pemberian tugas. Penjelasannya sebagai berikut : 1) Metode Ceramah Metode ceramah merupakan metode awal yang digunakan pengajar dalam mengajar, metode ini bertujuan untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh siswa sehingga pengajar akan membatasinya. Metode ini juga bertujuan untuk mengatasi kejenuhan yang dialami siswa pada saat sedang belajar gitar klasik, yakni dengan mengajak siswa bercerita, sehingga siswa akan sedikit lebih santai atau rileks. Gbr. 25 Pengajar menggunakan metode ceramah
( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 ) 2) Metode Demonstrasi Metode demonstrasi bertujuan untuk memperagakan bahan pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa ataupun bahan yang telah dipelajari, yakni dengan cara pengajar
memperagakan
menggunakan
73
gitar
klasik,
kemudian
siswa
mempraktekannya. Pengajar mendemonstrasikan teknik dasar penjarian dengan tangga nada sebagai pemanasan jari, kemudian siswa menirukan. Pengajar memainkan lagu beberapa bagian ( bar ) atau seluruh lagu dari awal sampai akhir untuk ditirukan oleh siswa, hal ini dilakukan apabila siswa sudah merasa bingung dengan bahan pelajarannya. Setelah siswa berhasil memainkan bahan pelajaran yang telah diberikan kemudian pengajar menambahkan dengan materi yang lain dengan catatan pelajaran yang lama tetap akan diulang. 3) Metode Pemberian Tugas Setelah selesai jam pelajaran pengajar memberikan bahan tambahan yang akan dipelajari siswa di rumah selain bahan yang sedang ia pelajari, yang bertujuan untuk melihat perkembangan siswa apakah siswa tersebut benar-benar memahami apa-apa saja yang sudah disampaikan oleh pengajar dan bila ada yang tidak dimengerti maka akan di bahas pada pertemuan berikutnya. 4.2.3 Langkah-Langkah Pengajaran Langkah langkah yang digunakan pengajar dalam menyajikan materi yakni, 1) Pembagian hari belajar dan jadwal belajar Hari belajar di LPM Farabi yaitu hari senin sampai sabtu. Sedangkan jadwal belajarnya bisa bebas dipilih siswa asal masih dalam jam kerja yaitu dari jam 9 pagi sampai jam 7 malam. 2) Pemberian materi pelajaran dan penerapan metode Dalam menyampaikan materi pelajaran, metode sangatlah membantu karena dapat mengatasi hal-hal yang dianggap susah, sehingga dianggap sebagai salah satu alat komunikasi dengan siswa.
74
Pada siswa tingkat pemula, maka materi yang diajarkan ialah pengenalan tentang gitar. Itu meliputi seperti dimana terdapat pegs atau kupingan untuk mengatur nada pada senar, freet, lubang suara, jembatan atau bridge, saddle dan lain sebagainya. Kemudian pengenalan terhadap jari kanan dan kiri. Kemudian setelah itu siswa diajarkan bagaimana posisi yang baik dan benar dalam bermain gitar klasik. Setelah siswa dianggap mengerti kemudian pengajar memberitahukan bagaimana cara memetik gitar seperti dengan cara apoyando ( bersandar ) atau tirando (bebas). Siswa kemudian diajarkan teori dasar musik dengan pengenalan notasi dengan nilai notnnya dan tanda diam dengan nilainya. Setelah bahan yang dirasa cukup bagi siswa maka pengajar sudah bisa memberikan bahan pelajaran dasar untuk siswa dari buku Farabi yang meliputi teknik-teknik dasar dalam bermain gitar klasik. Untuk tingkat
menengah metode bertujuan untuk menjelaskan dan
mempraktekan kepada siswa bahan pelajaran yang akan dipelajari ataupun bahan yang sudah ia lewati sebelumnnya. Siswa juga dituntut untuk cepat membaca notasi ataupun memeainkannya. Untuk tingkat mahir maka system pengajarannya bertujuan untuk membahas bahan yang tentunnya merupakan bahan yang lebih sulit lagi dari bahan-bahan sebelumnnya dan menggunakan buku dari Farabi.
4.2.4. Kendala Yang Dihadapi Untuk melihat tercapai atau tidaknya pengajaran perlu dilakukan tindakan evaluasi dan penilaian. Tujuan daripada itu adalah untuk mengetahui efektif tidaknya
75
proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Menurut Hamalik ( 2002 : 211 ) funsi evaluasi adalah : 1) untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar para siswa 2) menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan sesuai dengan tingkat kemampuan, minat dan berbagai karakteristik yang dimiliki oleh tiap siswa . 3) mengetahui latar belakang siswa 4) sebagai umpan balik guru yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar dan program remedial bagi siswa. Secara umum faktor kesulitan yang dihadapi di LPM Farabi yang datang dari siswa yakni ; 1) Kurang menguasai teori dasar musik Kurangnya siswa dalam menguasai teori dasar musik merupakan salah satu faktor utama dalam proses belajar mengajar karena hal ini bisa mengakibatkan kemalasan terhadap siswa untuk mempelajari gitar klasik.
2) Usia muda Dalam mempelajari gitar klasik sangat dibutuhkan ketekunan, sedangkan seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak tidak bisa dipaksakan untuk tekun sehingga siswa yang masih terlalu muda untuk belajar gitar klasik sering merasa cepat bosan. Hal ini diakibatkan karena anggapan bahwa mempelajari not balok itu susah, sehingga tidak jarang beberapa dari mereka sering kewalahan menangkap materi pengajaran yang diajarkan. 3) Padatnya kegiatan jadwal dari sekolah
76
Beberapa siswa di LPM Farabi masih duduk di bangku sekolah sehingga terkadang mereka sering terhambat latihan karena adanya jadwal ekstra kulikuler dari sekolah.
4) Karena kemalasan Faktor kemalasan dalam diri setiap manusia merupakan salah satu faktor yang sangat umum, dalam hal ini cukup banyak siswa di LPM Farabi Medan yang mulai merasa malas berlatih karena kurangnya keseriusan dari diri siswa itu sendiri. 5) Kurangnya keseriusan siswa Ada beberapa siswa yang datang belajar di LPM Farabi Medan terkadang kurang mengerti tujuannya ia kursus gitar klasik, sehingga siswa tersebut terkadang hanya datang untuk mengisi waktu luangnnya saja atau hanya sekedar mengisi absent.
4.3. Komponen Pendukung Di LPM Farabi Komponen pengajaran dapat dikelompokan dalam 3 kategori yaitu : 1) Guru 2) Isi atau materi pelajaran 3) Murid Interaksi antara ke tiga komponen utama tersebut melibatkan saran dan prasarana seperti metode, media, dan piñata lingkungan tempat belajar sehingga tercapai situasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pengajar perlu melakukan persiapan mengajar karena dalam persiapan mengajar pelaksanaan pengajaran akan berjalan dengan baik dan efisien. Guru juga dituntut untuk memiliki ketrampilan yang
77
berkaitan dengan bagaimana menyelenggarakan pengajaran yang dapat mengantarkan murid mencapai tujuan yang direncanakan. Unsur-unsur atau komponen pengajaran menurut Gulo ( 2002 : 8-9 ) : 1) Tujuan yang dicapai 2) Guru 3) Peserta didik 4) Materi pelajaran 5) Metode pengajaran 6) Media pengajaran 7) Factor administrasi dan financial
Dalam hal ini penulis membagi komponen pendukung di LPM Farabi sebagai penyaji, pelaksana, dan instruktur atau pengajar 4.3.1. Penyaji Penyaji dalam hal ini adalah LPM Farabi yang merupakan penyedia tempat untuk belajar. LPM Farabi juga bertindak sebagai penyedia jasa bagi murid-murid yang ingin belajar berbagai jurusan musik yang tersedia di LPM Farabi. Pada dasarnya tujuan darpada LPM Farabi menjadi penyaji dalam komponen ini adalah untuk : 1. Mengembangkan kemampuan murid, dengan memperkaya keterampilan dengan dasar-dasar teori musik sehingga kemampuan murid menjadi semakin baik lagi. 2. agar si murid lebih dapat terampil membaca not balok, hal ini dikarenakan system pembelajaran dengan menggunakan media partiture.
78
3. murid dapat mengetahui jenis- jenis lagu klasik baik itu dari jaman barok hingga renaissance. 4. Tujuan akhir ialah murid mendapatkan sertifikat sebagai wujud nyata hasil kemampuan selama belajar di LPM Farabi dan dapat digunakan kelak baik ketika ia ingin menjadi guru musik atau melanjutkan di tempat kursus yang lain. 4.3.2. Pelaksana Dalam hal ini yang menjadi pelaksana adalah murid-murid yang belajar di LPM Farabi. Harus disadari sebuah lembaga kursus tidak akan mungkin dapat beroperasi jika tidak ada siswanya. Maka dari itu siswa di LPM Farabi berperan sebagai yang melaksanakan jalannya kegiatan belajar mengajar di LPM Farabi. Pada dasarnya pengajaran membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa pengajaran merupakan suatu usaha menorganisasi lingkungan belajar dalam hubungannya dengabn anak didik dan bahan pengajar yang menimbulkan terjadinya proses belajar mengajar. 4.3.3. Instruktur/Pengajar Tidak akan mungkin sebuah perusahaan dapat berjalan jika tidak ada pegawai yang mengoperasikannya, demikian juga dengan sekolah atau tempat kursus lainnya juga membutuhkan tenaga kerja dalam hal ini tenaga pengajar. Para pengajar atau instruktur di LPM Farabi berperan untuk menjalankan sistem belajar mengajar. Merupakan suatu kewajiban bagi seorang guru/Instruktur untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, agar kita dapat mengajar dengan sukses. Sukses atau tidaknya mengajar itu dapat diketahui dari adanya perubahan pada tingkah laku anak menuju kesempurnaan.
79
Pengajaran dikatakan suskes apabila : 1. Hasilnya mantap/tahan lama dan dapat digunakan oleh si pelajar dalam hidupnya. 2. Anak-anak dapat menggunakan apa yang dipelajarinya dengan bebas serta penuh kepercayaan diberbagai situasi dalam hidupnya. Selain itu pada dasarnya hendaknya seorang pengajar haruslah dapat memahami dan mengerti murid sebab pada hakekatnya mengejar adalah suatu hubungan antar manusia. Pengajar yang baik juga dapat menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran yang diberikan.
4.4 Bentuk Pengajaran, Jalan Pengajaran, Gaya Mengajar, Dan Alat Pelajaran. 4.4.1 Bentuk Pengajaran Bentuk pengajaran adalah cara bagaimana guru dan murid dimassukan ke dalam peristiwa pengajaran. Beberapa bentuk pengajaran adalah : 1. Memberitahukan ialah apabila guru dalam mengajar bersifat memberitahu saja. Bentuk ini dapat dibedakan atas : a. Monologis atau Stractis apabila guru yang aktif, sedang murid hanya mendengarkan saja. b. Deiktis, apabila guru banyak memberikan contoh menunjukan, atau memperlihatkan sedangkan murid hanya mengamati saja. 2. Membangkitkan ialah apabila guru dalam mengajar dapat membangkitkan keaktifan murid. Bentuk ini dilaksanakan pada :
80
a. Dialogis atau socratis apabila guru berusaha mengaktifkan murid baik dengan cara bertanya ataupun diskusi. b. Kreatif apabila murid sendiri untuk mengetahui kelanjutannya dengan atau tidak dengan bimbingan guru. 4.4.2 Jalan Pengajaran Jalan pengajaran adalah sesuatu susunan dari beberapa bagian dari suatu bahan pelajaran yang merupakan suatu kesatuan yang berhubung-hubungan. Beberapa jalan pengajaran adalah : 1. Jalan pengajaran progresif adalah bersifat maju terus misalnya pelajaran yang berlangsung selama waktunya. 2. Jalan pelajaran konsentris setiap kali pembicaraan mulai dari seluruhnya dalam tiap-tiap tahun pelajaran. Adapun bahan pelajaran untuk tahun berikutnya diberikan dengan tambahan seperlunya untuk memperdalam atau memperluas. 3. Jalan pengajaran yang regresif : guru memulai pelajaran dari apa yang diketahui anak kemudian mundur dan seterusnya setelah murid-murid mempunyai dasar pengetahuan yang akan ditanamkan lalu maju sesuai dengan kemampuan murid-murid. 4.4.3 Gaya Mengajar Gaya mengajar adalah cara atau metode yang dilakukan si pengajar dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didiknya. Gaya mengajar meliputi : 1. Suara, suara sangat mempengaruhi proses pengajaran. Suara diatur supaya berirama yang menarik dan tidak membosankan serta dapat didengar di seluruh peserta didik.
81
2. Pandangan Mata, yaitui pandangan pengajar hendaknya merata ke seluruh kelas sehingga dapat mengetahui keseluruhan kegiatan dari murid-muridnya. 3. Sikap badan, pengajar sebaiknya memperhatikan posisi pada saat di kelas agar tetap memperhatikan aktifitas seluruh muridnya. 4. Cara menulis, menulis di papan tulis musli dari atas sebelah kir, jelas dan terbaca oleh seluruh murid di kelas. 5. Mimik, raut wajah pengajar hendaknya ramah tetapi memberi kesan tegas dan berwibawa. 4.4.4 Alat Pelajaran Alat pelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk memperlancar jalanyya pelajaran. Ditinjau dari jumlah pemakaiannya dibedakan atas : a. alat pelajaran perseorangan : dalam hal ini seperti gitar, buku musik, footstool dll. b. Alat pelajaran klasikal : papan tulis, spidol, penghapus dll. Ditinjau menurut jenisnya dibedakan atas : a. Alat pelajaran dua dimensi : gambar b. Alat pelajaran tiga dimensi : benda-benda c. Alat pelajaran proyeksikan : slight d. Alat pelajaran audiovisual : tape, laptop, infokus dll Ditinjau dari cara pelaksanaanya dapat dikatakan sebagai alat peraga yaitu alat Bantu yang menunjang keberhasilan dari proses pengajaran tersebut.
4.5. Sarana Dan Prasarana Pendukung
82
Sarana dan prasarana adalah salah satu faktor yang paling mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang baik. Menurut penulis sarana dan prasarana yang ada di LPM Farabi sudah cukup memadai untuk siswa yang belajar, sarana dan prasarana tersebut antara lain :
4.5.1. Sarana Mengajar Sarana mengajar yang digunakan menurut penulis cukup nyaman untuk keberlangsungan proses belajar mengajar. Kelengkapan sarana yang ada di LPM Farabi bias dilihat sebagai berikut : 1) 3 buah gitar Yamaha C 330 A. 2) 3 buah Stand Book. 3) 3 buah Foot Stool. 4) 3 buah bangku belajar. 5) Kaca yang dalam hal ini bisa berfungsi sebagai papan tulis dan juga sebagai alat untuk melihat diri siswa dalam bermain gitar. 4.5.3. Prasarana Mengajar Prasarana juga merupakan suatu hal yang harus diperhatikan, karena dengan prasarana yang memadai maka proses belajar mengajar akan lebih baik lagi. Prasarana yang ada di LPM Farabi antara lain : 1) Luas ruangan 3 x 3 m. 2) Kamar mandi / toilet. 3) Penyejuk ruangan / AC. 4) Tempat parkir yang luas dan aman. 5) Lokasi yang cukup strategis.
83
Gbr.26 Sarana dan prasarana mengajar di LPM Farabi Medan
( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 )
4.6 Hasil Tinjauan Terhadap Kemampuan Murid Di LPM Farabi 4.6.1 Analisis Materi Pengajaran Materi pengajaran gitar klasik di LPM Farabi Medan baik kelas Pre L, Elementer, maupun L 1-6 bersumber dari bahan yang sama yaitu buku dari LPM Farabi sendiri. Perbedaannya hanya pada penggunaan durasi atau alokasi waktu untuk masing-masing siswa, dengan perbandingan sebagai berikut : a. Grup Pre L ( Usia 12 tahun kebawah ) = 30 Menit. b. Grup Elementry sampai L 6 = 45 Menit. Dalam konteks kelas Pre L, menurut Dino Irwan ( Wawancara tanggal 22 Juni 2009 ), materi pelajaran Pre L hanya sebatas pengenalan dasar gitar seperti
84
pengenalan senar, bagian-bagian gitar, penjarian, dan pengenalan not serta komposisi sederhana. Sedangkan untuk tingkat elementer dan level one sampai six pokok bahasan terdiri dari : 1) Teknik 2) Etude 3) Tangganada 4) Pieces Tujuan program gitar klasik di LPM Farabi adalah menghasilkan pemain gitar yang edukatif dan berwawasan seni Untuk teknik dibagi menjadi teknik 1-6 ( Berdasarkan Grade/Level ) demikian juga dengan Etude, Tanggnada, dan Pieces. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat berikut ini : 1) Level Elementer dan 1 -
Pengenalan dasar gitar
-
Posisi tangan, duduk, dan petikan
-
Arpeggio
-
Open string ( membaca notasi )
-
Tangganada mayor dan minor dengan arpeggio.
Tujuan : dapat memahami dan mampu memainkan beberapa teknik awal permainan gitar klasik. Memainkan pieces ringan dalam posisi dasar. Silabus : - Tahap pertama dalam membaca notasi -
Senar bass terbuka
-
Memainkan lagu dengan menggunakan semua senar ke enam senar terbuka.
85
-
Notasi pada senar pertama,2,3,4,5, dan 6.
-
Posisi duduk , petikan tirando dan open string
-
Posisi tangan
-
arpegio
2) Level 2 -
Mengenal teknik slur
-
Posisi IV, V, VI, VII
-
Memainkan beberapa etude dari zaman klasik
-
Tangganada mayor dan minor 4 krois dan 4 mol hingga 2 oktaf
-
Memainkan pieces
Tujuan : dapat memahami dan mampu memainkan beberapa etude periode zaman klasik. Dapat memahami dan mampu memainkan pieces dengan berbagai posisi. Silabus : - M. Giulliani -
M. Carcassi
-
F.Sor
-
Mengenal slur ( Pukul dan tarik ) beberapa ornament
-
Posisi pada gitar
3) Level 3 -
Mempelajari teknik legato dan barre
-
Memainkan etude periode zaman klasik
-
Tangganada hingga 6 krois dan 6 mol dengan arpeggio
-
Pieces dari zaman romantic hingga klasik
86
Tujuan : Dapat memahami dan mampu memainkan beberapa etude periode zaman klasik. Mampu memainkan pieces dari zaman renaissance hingga zaman romantic. Silabus : - M.Giulliani -
M. Carcassi
-
F.Sor
-
Legato dengan beberapa teknik tangan kiri.
-
Bare penuh dan setengah
4) Level 4 -
Teknik Tremolo
-
Pengembangan legato dan slur
-
Etude zaman klasik dan pengenalan etude modern
-
Memainkan tangganada terts, sekt, oktaf
-
Trinada dalam beberapa tangganada
-
Memainkan pieces dari zaman renaissance hingga modern
Tujuan : dapat memahami dan memainkan etude periode zaman klasik dan pengenalan etude periode modern. Dapat memainkan piecesdari zaman renaissance sampai zaman modern Silabus : - M. Carcassi -
M. Giulliani
-
F.Sor
-
N. Coste
-
Hook dan Walker
-
Tremolo playing
-
Legato lanjutan
87
-
Slur
5) Level 5 -
Teknik Advance lanjutan
-
Legato slur
-
Teknik Pizzicato
-
Memainkan etude klasik, romantic, dan modern
-
Tangganada mayor dan minor dengan berbagai variasi
Tujuan : dapat Memahami dan mampu memainkan etude periode klasik, romantic, dan modern. Dapat memahami dan mampu memainkan pieces dari zaman renaissance sampai akhir zaman modern. Silabus : - H.V Lobbos -
F. Tarrega
-
F. Sor
-
N. Coste
-
Special teknik lanjutan kedua tangan kanan dan kiri
-
Legato slur
-
Barre
-
Barre dengan triller
-
Flageolert
-
Pizzicato
-
Harmonic
6) Level 6 -
Memahami teknik-teknik lanjutan pada gitar klasik
-
Memahami etude lanjutan periode klasik hingga modern
-
Memainkan pieces dari zaman barok hingga modern
88
Tujuan ; Dapat memahami dan mampu memainkan etude-etude lanjutan priode zaman klasik dan modern. Dapat memahami dan mampu memainkan pieces dari zaman barok sampai dengan modern. Silabus : - H.V Lobbos -
F. Sor
-
Hook dan Walker
-
Special teknik-teknik lanjutan pada gitar.
4.6.2 Analisis Keberhasilan Pengajaran Menurut Dino Irwan ( Wawancara, tanggal 22 Juni 2009 ). Sistem ujian dalam pengajaran gitar klasik di LPM Farabi menggunakan standart dan aturan dari LPM Farabi pusat. Persyaratan bagi penguji haruslah tim penguji yang didatangkan dari pusat yang diturunkan di masing-masing wilayah di Indonesia. Tim penguji dari daerah (guru/instruktur di setiap cabang ), berperan sebagai penguji pendamping. Materi ujian terdiri dari beberapa bagian yaitu : 1) Tangganda ( Scale ) atau beberapa etude 2) Lagu wajib. 3) Lagu pilihan 4) Sight playing ( baca cepat ) Dalam hal ini ketiga persyaratan tersebut umumnya dipilihkan oleh instruktur siswa yang bersangkutan. Umumnya bahan tersebut dapat berasal dari buku pegangan murid/siswa, kemudian bahan yang sudah dipilih oleh instruktur dikirim ke Jakarta untuk kemudian diseleksi apakah sudah sesuai dengan standart kurikulum. System penilaian atau bobot nilai untuk keseluruhan aspek penilaian tersebut, ditentukan dengan penjumlahan dari 3 penilaian penguji ( dalam hal ini 3 orang satu
89
dari pusat dan 2 daerah ). Kemudian ke 4 kriteria penilaian itu dibagi dengan total hasil penilain penguji. Syarat bagi seorang siswa untuk dapat dinyatakan lulus dan layak untuk naik ke grade/level selanjutnya ialah tidak mempunyai nilai total dibawah 60.
4.6.3 Hasil Ujian Murid Menurut data-data yang tersedia di bagian administrasi LPM Farabi Medan, saat ini yang mengikuti ujian kenaikan grade/level pada 30 Mei 2009 adalah sebanyak 13 orang. Dengan klasifikasi level yaitu terdiri dari 9 orang level pre L, 3 orang level elementary, dan 1 orang level 1. Berdasarkan system penilaian dan tata cara ujian menurut LPM Farabi Medan, dari ke-13 siswa ( sample penelitian ) ditemukan hasil ujian atau keberhasilan pengajaran sebagai berikut :
Gbr 27 Daftar kumpulan nilai ujian gitar klasik 30 Mei 2009
NO
NAMA
LEVEL
NILAI
HASIL
1
Evangelina
Pre L A
73,33
Naik
2
Bonifesius Triyoga
Pre L A
77,66
Naik
3
Julius Iswara
Pre L A
73,33
Naik
4
Melvin Anggelo Widjaya
Pre L A 1
81,88
Naik
5
Jason Jingga
Pre L A 2
83,33
Naik
6
Miranda Marpaung
Pre L C
75
Naik
7
Julius Tantono
Pre L C
76,66
Naik
90
8
Anggelyn
Pre L C
76,66
Naik
9
Clarisah Marbun
Pre L C
77,50
Naik
10
Gabriel
Elementer
73,66
Naik
11
Daniel
Elementer
76,66
Naik
12
Willy Setiawan
Elementer
78,66
Naik
13
Ray Anderson
Level 1
81,66
Naik
Berdasarkan hasil ujian di atas maka yang medapatkan nilai tertinggi di ujian kali ini adalah Jason Jingga dengan nilai 83,33 dan nilai terendah pada 2 orang siswa yang masing-masing mendapatkan nilai 73,33 ialah Evangelina dan Julius Iswara. Dari keseluruhan analisis data yang penulis dapatkan, dapat dikatakan bahwa system pengajaran gitar klasik di LPM Farabi yang mengacu pada kurikulum LPM Farabi telah mampu mencapai tingkat keberhasilan yang baik.
91
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dalam sub bab ini, penulis akan membuat rangkuman dari uraian-uraian yang ada pada bab-bab sebelumnya. Berbicara mengenai bentuk pertunjukan, ada banyak bentuknya yaitu seni pertunjukan tari, drama, dan musik. Dalam hal ini gitar klasik digolongkan kepada bentuk seni pertunjukan musik. Pada saat ini pendidikan non formal sangat perlu guna meningkatkan kualitas mustu sumber daya manusia. Banyak hal yang bisa didapatkan melalui hal ini, seperti keterampilan khusus yang nantinya dapat berguna bahkan untuk menjadi sumber nafkah sekalipun. Saat ini di kota Medan banyak bermunculan kursus-kursus musik yang seperti cendawan di musim hujan, untuk itu kita harus selektif dalam memilih tempat kursus yang memang berkredibilitas dalam menawarkan pendidikan musik. Hal inilah yang saat ini sudah dilakukan oleh LPM Farabi dengan memberikan fasilitas yang memuaskan bagi siswa yang ingin mendapatkan pengetahuan tentang musik. Gitar klasik telah banyak mengalami evolusi dan telah mengalaminya selama ratusan tahun hingga menjadi bentuk yang kita kenal sekarang sebagai gitar modern. Perkembangannya begitu pesat sehingga alat musik ini menjadi alat musik yang cukup digemari di dunia ini dan bahkan sangat popular, alat musik ini juga menjadi yang paling banyak digunakan oleh orang banyak dan hampir setiap orang bisa memainkannya. Secara umum faktor kemampuan mambaca notasi adalah salah satu tujuan daripada sebuah lembaga kursus musik diadakan. Hal inilah yang membedakan seorang yang mendapatkan pengetahuan formal musik dengan yang hanya
92
mendapatkannya secara alamiah atau otodidak. Selain itu dengan belajar di institusi formal musik siswa juga bisa mengevaluasi hasil belajarnya melalui ujian yang diadakan dan pada akhirnya akan mendapatkan sebuah sertifikat yang merupakan sebuah hasil yang akan diperoleh setelah menempuh pendidikan di institusi formal musik. Dengan ini juga nantinnya dapat digunakan jika ingin menjadi pengajar kelak. Berdasarkan analisa dan pengolahan data yang dilakukan selama penelitian, penulis menarik kesimpulan dan memberikan beberapa hal yang dianggap penting sebagai bahan masukan dalam peningkatan metode pengajaran gitar klasik di LPM Farabi kota Medan. Adapaun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut sebagai berikut : 1.
LPM Farabi telah berhasil melakasanakan metodenya dalam pelaksanaan pengajaran gitar klasik. Dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa hasil ujian murid mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan.
2.
Metode pengajaran di LPM Farabi sangat membantu siswa dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh pengajar.
3.
Sistem pengajaran di LPM Farabi dengan menggunakan sistem metode ceramah, metode demonstrasi dan pemberian tugas, ternyata mampu memberikan motifasi yang sangat tinggi pada siswa untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan pengajar.
4.
Keberhasilan LPM Farabi dalam pelaksanaan metode pengajaran gitar klasiknya sangat
didukung oleh kemampuan pengajar yang memiliki latar belakang
pendidikan dalam bidang pengajaran gitar klasik. 5.
Keberhasilan LPM Farabi juga dapat dilihat dari berhasilnya mereka menciptakan murid yang berkualitas dan terampil serta kreatif.
6.
93
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Amani. Banoe, Panoe. 1984. Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Jakarta: C.V. Baru Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1995. Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kamus Besar Bahasa
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Hamdju Atan dan Windawati Armilla. 1981. Pengetahuan Seni Musik, Jakarta: Mutiara. Harahap,Irwansyah. 2004. Alat Pendidikan Seni Nusantara.
Musik
Dawai.
Medan:
Lembaga
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Iryanto, Tata Soeharto. 1989. Kamus Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Indah. Ikip Surabaya (Team). 1989. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM. Jakarta: C.V. Rajawali. Koentjaningrat (Ed.) . 1977. Metode - Metode Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
Penelitian
Pada
Kodijat, Latifah. 1983. Istilah-istilah Musik. Jakarta : Penerbit Djambatan. Koizumi. T. 1982. Guitar Course Fundamental. Jakarta : Yamaha Music Foundation. Kristanto,Jubing.2005. Gitarpedia Buku Pintar Gitar. Jakarta. Gramedia Merton,R.K.,P.L.Kendall.194F6. The Focusd Interview American Journal Of Sociology. LI:Hlm.541-557 Merriam, Alan P. 1964. Antropology University Press.
Of Music. Bloomington, Indiana :
Nettl, Bruno. 1964. Theory And Method In Ethnomusicology. New York : The Free Press-4 Division od Me Willau Pulishing Co.,Inc.
94
Roucek & Waren. 1984. Pengantar Sosiologi Terj Drs. Sahat Simamora. Jakarta : Bina Marga Sagala, Syaiful, H. 2006. Konsep Dan Makna Pengajaran. Bandung : Alfabeta. Silitonga, Timawar : 2003. Metode Pengajaran Ensamble Musik Anak Sekolah Minggu HKBP Di Sanggar Anugrah jalan Barowati No.4 Medan. Skripsi : Unimed Takari, Muhammad.2008. Manajemen Seni. Medan : Studia Kultura. Takari, Muhammad, 1993. “Estetika dalam Kesenian Melayu,” dalam Studia Kultura, Jurnal Ilmih Ilmu-ilmu Budaya. Medan: Studia Kultura. Tarigan, Robert V. 2008. Peranan Pendidikan Non Formal Memberdayakan Ekolem. Dalam, Analisa, 20 desember 2008. Medan. www . wikipedia. com www. Partiture. org www. Gitaris.com
95