III.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan ketinggian tempat 95 m dpl bulan Juli 2012 hingga Maret 2013.
B. Bahan dan Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi polibag, timbangan digital, gelas ukur, alat tulis, penggaris, turus dan tali. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu benih terung, limbah sabut aren, nutrisi ABmix, air, pasir merapi dicuci dan arang sekam.
C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian ini akan dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dan terdiri atas dua faktor dengan tiga kali pengulangan. Faktor pertama yaitu jenis media (M) yang terdiri dari 3 macam, yaitu : M1
: pasir merapi
M2
: arang sekam
M3
: limbah sabut aren
Faktor kedua yaitu frekuensi pemberian air yang terdiri dari 4 macam, yaitu: P1
: 1 kali 24 jam pada pagi hari
P2
: 1 kali 24 jam pada sore hari
P3
: 2 kali 24 jam pada pagi dan sore hari
P4
: 1 kali 48 jam pada pagi hari
Frekuensi pemberian air dilakukan pada saat tanaman berumur 30-60 HST (Hari setelah penanaman). Dari kedua faktor perlakuan tersebut didapatkan 12 kombinasi perlakuan yaitu:
10
11
M1P1
M1P2
M1P3 M1P4
M2P1
M2P2
M2P3 M2P4
M3P1
M3P2
M3P3 M3P4
Masing-masing perlakuan kemudian diulang sebanyak tiga kali. Data hasil pengamatan dianalisis normalitasnya dengan uji K-S (Kolmogorov-Smirnov), dan Jika data tidak normal, menggunakan uji Kruskal Wallis. Lalu, dilanjutkan dengan analisis ragam berdasarkan uji F 5%. Apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap respon yang diamati dilanjutkan dengan uji perbandingan rerata menggunakan uji Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
D. Pelaksanaan Penelitian 1.
Persemaian Benih terung disemaikan dalam bak persemaian dengan media yang yang berisi campuran arang sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Langkah utama yang dilakukan untuk mengecambahkan benih yaitu menyiapkan media tersebut kemudian diratakan dalam wadah. Selanjutnya dilakukan penyiraman sampai kondisi media cukup lembab dan benih siap disebar. Setelah benih disebar merata pada media, selanjutnya benih ditutup dengan media kering. Benih terung disiram dengan air setiap hari satu kali. Setelah berumur sekitar 25 hari, bibit dapat dapat dipindah tanam.
2.
Pembuatan Media Media yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: pasir merapi, sabut aren dan arang sekam. Media pasir merapi dicuci dengan air untuk menghilangkan
abu
yang
masih
menempel
di
pasir.
Selanjutnya
membersihkan sabut aren dengan cara diketuk-ketuk agar debunya hilang. Arang sekam dibuat dari sekam padi yang dibakar dalam sebuah wadah atau tungku pembakaran hingga berwarna hitam.
12
3.
Pembuatan larutan nutrisi Pelaksanaan pembuatan nurisi ABmix meliputi pembuatan pekatan A dan pekatan B. Masing-masing pekatan yang dibuat untuk 30 liter. Tiap pekatan dilarutkan dengan air mata air sampai 10 liter kemudian diaduk merata sampai semua terlarut dalam air. Tabel 1. Komposisi Nutrisi ABmix Pekatan A (gram) KNO3
330
KH2PO4
84
CaNO3
582
MgSO4
426
MnSO4
8
CaSO4
0,4
ZnSO4
1,5
H2BO3
40
NaMo
0,1
Fe EDTA 23
4.
Pekatan B (gram)
Penanaman Bibit yang telah berumur 25 hari dari persemaian dipindahkan ke media tanam. Cara menanam dengan memasukkan bibit langsung ke dalam polibagpolibag yang berisi substrat sesuai perlakuan.
5.
Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman dilakukan sesuai perlakuan masing-masing. Dilakukan secara perlahan agar merata jadi sesuai kebutuhan tanaman tiap media. Pada penyiraman ini larutan nutrisi tidak diberikan setiap hari melainkan diberikan setiap 4 hari sekali. Selebihnya dilakukan penyiraman menggunakan air. F1 : 1x24 jam pada pagi hari
Pagi
siang
sore malem
pagi
siang
sore
malem
13
F2 : 1x24 jam pada sore hari
Pagi
siang
sore malem
pagi
siang
sore
malem
pagi
siang
sore
malem
pagi
siang
sore malem
F3 : 2x24 jam pada pagi dan sore
Pagi
siang
sore malem
F4 : 1x48 jam pada pagi hari
Pagi
siang
sore malem
pagi
siang
b. Penyulaman Penyulaman merupakan kegiatan mengganti tanaman yang telah mati. Bibit yang digunakan untuk penyulaman diperoleh dari cadangan persemaian. Bibit yang digunakan sebaiknya berumur yang hampir sama dan memiliki pertumbuhan yang baik. c. Pemupukan Pupuk yang digunakan adalah larutan nutrisi ABmix yang sudah diencerkan. Pembuatan larutan ABmix dibuat dalam bentuk pekatan sebanyak 30 liter. Pekatan tersebut selanjutnya diencerkan untuk mendapatkan larutan nutrisi. Pengenceran dilakukan dengan berbagai pertimbangan penggunaan larutan pekatan Adan B dalam 1 liter larutan nutrisi siap pakai. Tabel 2. Pengukuran nilai EC Pekatan A (ml)
Pekatan B (ml)
Air Mata Air (ml)
Nilai EC
50
50
900
1,98
100
100
800
3,06
150
150
700
3,73
14
Tanaman terung setelah pindah tanam dan memasuki masa vegetative awal diberi nutrisi dengan nilai EC 1.98. Memasuki masa generative siberikan nutrisi dengan nilai EC yang yang lebih tinggi yaitu 3,06. Setelah memasuku masa generative dan mengalami pembuahan tanaman terung disiram dengan nutrisi 3,73. Penyiraman larutan nutrisi dilakukan secara langsung dengan menyiramkan nutrisi pada masing-masing polibag. d. Perompesan Perompesan merupakan kegiatan mengurangi pertumbuhan vegetatif (tunas air) dan merangsang pertumbuhan generatif (buah). Perompesan dilakukan pada saat tanaman sudah mulai tumbuh tunas muda yang terletak di ketiak daun dan pucuk batang. Tanaman mulai muncul tunas muda sekitar umur 1 bulan. e. Pemasangan turus Pemasangan turus merupakan kegiatan memasang batang bambu di dekat lubang tanam. Kegiatan ini bertujuan untuk menopang tanaman agar tetap tegak. Selain itu penggunaan turus pada tanaman terung dapat mengurangi kerusakan fisik tanaman. Pemasangan turus dilaksanakan saat tanaman dipindah kepolibag. f. Penyiangan Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan gulma yang berada di sekitar tanaman karena gulma dapat menjadi pesaing bagi tanaman untuk mendapatkan air dan unsure hara. Penyiangan dilakukan di sekitar tanaman. g. Pengendalian hama penyakit Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Untuk pengendalian OPT dilakukan dengan menerapkan konsep PHT yaitu dengan meminimalisasi penggunaan pestisida.
15
6.
Panen Kegiatan panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 85 hari dengan memetikbuah terung yang telah matang.
7.
Pengamatan Pemberiaan Nutrisi Pemberian nutrisi dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Pemberuan nutrisi dilakukan dengan cara menyiram tanaman secara merata dan perlahan pada media. Penyiraman nutrisi diberikan 4 hari sekali selebihnya menggunakan air.
8.
Pengamatan Pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman dilakukan 1 minggu sekali dan hasil tanaman dilakukan pada saat panen. E. Variabel Pengamatan Adapun variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi:
1. Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman diukur setiap minggu dengan mengukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh dengan menggunakan meteran. Pengukuran dimulai dari satu minggu setelah tanam (MST) sampai 12 MST. 2. Jumlah Daun Pengamatan jumlah daun dihitung setiap minggu satu kali dengan menghitung daun satu persatu 3. Jumlah Bunga Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah bunga yang muncul. 4. Jumlah Buah Terbentuk Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang terbentuk. 5. Berat Buah Penghitungan dilakukan ketika panen dengan menimbang buah yang dihasilkan pada setiap sampel.
16
6. Kapasitas menahan air Pengukuran kapasitas menahan air dilakukan dengan cara menghitung jumlah air yang tertahan pada masing-masing media. Pengukuran dilakukan sebanyak satu kali dan dilakukan setelah pemanenan. 7. Sebaran akar Pengamatan sebaran akar menggunakan alat yaitu pinboard. Pengamatan dilakukan dengan mendeskridsikan sebaran akar yang telah ditancapkan pada pinboard kemudian difoto dengan kamera.