METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS LELAND
ARSYAD L
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Metode Numerik untuk Menentukan Harga Opsi dengan Model Volatilitas Leland adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2015 Arsyad L NIM G551130131
RINGKASAN ARSYAD L. Metode Numerik untuk Menentukan Harga Opsi dengan Model Volatilitas Leland. Dibimbing oleh DONNY CITRA LESMANA dan ENDAR HASAFAH NUGRAHANI Salah satu hal penting dalam perdagangan opsi adalah penentuan harga jual yang optimal. Teori penentuan harga opsi telah dikembangkan pada tahun 1973 oleh Fisher Black dan Myron Scholes yang berhasil merumuskan masalah penentuan harga opsi ke dalam bentuk persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes. Model Black scholes menggunakan beberapa asumsi, yang salah satunya adalah tidak terdapat biaya transaksi. Model Black scholes tidak relevan sebab pada kenyataannya terdapat biaya transaksi di pasar saham. Dengan memasukkan biaya transaksi ke dalam model, Leland menunjukkan bahwa persaman diferensial parsial (PDP) Black Scholes berubah menjadi persamaan diferensial parsial taklinear. Selanjutnya dengan mengasumsikan biaya transaksi proporsional dengan nilai uang dari aset yang dijual atau dibeli, Leland memodifikasi persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes standar menjadi persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes taklinear. PDP tak linier tersebut tidak mempunyai solusi analitik sehingga dibutuhkan pendekatan metode numerik untuk menentukan solusi hampirannya. Pada penelitian ini digunakan metode beda hingga upwind untuk diskretisasi ruang (harga saham) serta diskretisasi eksplisit dan implisit untuk diskretisasi waktu. Pada penelitian ini dapat terlihat bahwa penggunaan metode beda hingga upwind akan konvergen ketika menggunakan skema diskretisasi implisit terhadap waktu. Skema diskretisasi ini terbukti monoton, konsisten dan stabil. Berdasarkan hasil dari simulasi numerik, telah ditunjukkan bahwa orde kekonvergenan untuk metode beda hingga upwind dengan model volatilitas Leland adalah sekitar 1.80 untuk opsi Call, 1.80 untuk opsi Put , 1.35 opsi Cash or Nothing, serta 1.84 untuk opsi Butterfly. Kata kunci: Harga opsi, Kekonvergenan, Metode beda hingga upwind, Model volatilitas Leland, Persamaan differensial parsial takliniear.
SUMMARY ARSYAD L. Metode Numerical Method for Determining The Price Of Option With Leland Volatility Model. Supervised by DONNY CITRA LESMANA and ENDAR HASAFAH NUGRAHANI One of the most important things in options trading is the determination of the optimal sales price. Option pricing theory was developed in 1973 by Fisher Black and Myron Scholes. They successfully formulated option pricing problems into partial differential equations (PDE) form that called Black Scholes equation. Black Scholes model uses several assumptions, one of which is there is no transaction fee. Black-Scholes model is irrelevant because there is in fact the cost of transactions in the stock market. Furthermore, assuming that the transaction costs are proportionate to the value of money from assets being sold or purchased, Leland modifies the standard equation into a nonlinear partial differential equation (PDE). Nonlinear PDE is hardly to solve by analytic method. Therefore Numerical methods may be needed to determine the solutions. In this study we use upwind finite difference method for discretizing space (stock price) and the implicit discretization for discretizing time. In this study, it can be seen that the use of upwind finite difference method will converge when using implicit discretization scheme. The convergence is shown by proving that the discretization is monotone, consistent and stable. Using numerical simulations, it can be seen that the order of convergence for this methode is about 1.80 for a call option and put option, 1.35 for cash or nothing option, and 1.84 for butterfly option. Keywords: Option value, Leland volatility model, Upwind finite difference methode, Convergence, Nonlinear partial diferencial equation.
ยฉ Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS LELAND
ARSYAD L
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Matematika Terapan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Dr Ir IGP Purnaba, DEA
Judul Tesis
: Metode Numerik untuk Menentukan Nilai Opsi dengan Model Volatilitas Leland Nama : Arsyad L NIM : G551130131 Program Studi : Matematika Terapan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Donny C. Lesmana MFinMath Ketua
Dr. Ir. Endar H. Nugrahani MS Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Matematika Terapan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Jaharuddin, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 9 September 2015
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taโala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan januari 2015 ini ialah keuangan, dengan judul Metode Numerik untuk Menentukan Harga Opsi dengan Model Volatilitas Leland Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada program studi Matematika Terapan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Lahmuddin dan Ibu Baeyana selaku orang tua penulis. 2. Dr Donny C. Lesmana MFinMath selaku Ketua Komisi Pembimbing. 3. Dr Ir Endar H. Nugrahani MS selaku Anggota Komisi Pembimbing. 4. Dr Dr Ir IGP Purnaba, DEA selaku Penguji Luar Komisi Pembimbing. 5. Dr Jaharuddin, MS selaku Ketua Program Studi Matematika Terapan. 6. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) sebagai sponsor Beasiswa Pendidikan Pascasarjana dalam Negeri (BPP-DN). 7. Seluruh keluarga yang selalu memberi dorongan dan doa untuk keberhasilan studi penulis. 8. Seluruh mahasiswa Departemen Matematika khususnya teman-teman angkatan tahun 2013 di Program Studi S2 Matematika Terapan. 9. Sahabat-sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Semoga semua bantuan, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapatkan balasan dari Allah subhanahu wa taโala. Akhirnya, semoga penulisan tesis ini dapat memperkaya pengalaman belajar dan wawasan kita semua.
Bogor, November 2015 Arsyad L
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian
1 1 2
2 TINJAUAN PUSTAKA Sekuritas Teori Tentang Opsi Faktor-faktor yang Memengaruhi Harga Opsi Lemma Itoโ Proses Harga Saham Persamaan Black-Scholes Standar Model Volatilitas Leland Metode Beda Hingga Upwind Metode Iterasi Newton-Raphson Matriks M Solusi Viskositas
2 2 2 3 4 5 5 7 7 8 8 9
3 METODE PENELITIAN
9
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Syarat Awal dan Syarat Batas Diskretisasi Implisit Kekonvergenan dari Skema Numerik Solusi Sistem Taklinear Skema Diskretisasi Simulasi Numerik
9 9 10 12 15 17
5 SIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
30
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Hasil perhitungan norma dan rasio untuk opsi call Hasil perhitungan norma dan rasio untuk opsi put Hasil perhitungan norma dan rasio untuk opsi cash or nothing Hasil perhitungan norma dan rasio untuk opsi butterfly
22 22 22 23
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Harga dari opsi call Eropa dengan M = 20 dan N = 40. Harga dari opsi call Eropa dengan M = 80 dan N = 160. Harga dari opsi put Eropa dengan M = 20 dan N = 40. Harga dari opsi put Eropa dengan M = 80 dan N = 160. Harga dari opsi cash or nothing Eropa dengan M = 20 dan N = 40. Harga dari opsi cash or nothing Eropa dengan M = 80 dan N = 160. Harga dari opsi butterfly Eropa dengan M = 20 dan N = 40. Harga dari opsi butterfly Eropa dengan M = 80 dan N = 160.
18 18 19 19 20 20 21 21
DAFTAR LAMPIRAN 1 Sintaks program untuk diskretisasi eksplisit 2 Sintaks program untuk diskretisasi implisit
25 26
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi. Fungsi yang pertama adalah sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain sebagainya. Kemudian, fungsi yang kedua adalah menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masingmasing instrumen. Peran pasar modal dalam pembangunan perekonomian bangsa ataupun pembangunan nasional dapat membawa keuntungan yang sangat besar jika dilakukan dalam koridor yang baik, adil, benar, dan efisien. Keikutsertaan masyarakat investor melalui instrumen pasar modal menjadi harapan bersama untuk memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi secara nasional. Produk-produk yang diperdagangkan pada industri pasar modal mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jika dulu hanya ada produk dasar seperti saham dan obligasi, sekarang juga meliputi produk turunannya (derivatif). Salah satu produk derivatif yang sering diperdagangkan adalah opsi.Opsi adalah suatu kontrak antara dua pihak di mana pemegang opsi mempunyai hak untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu dengan harga dan waktu yang telah ditentukan (Zhao 2007). Hal terpenting dalam perdagangan opsi adalah penentuan harga jual yang optimal. Teori penentuan harga opsi telah dikembangkan pada tahun 1973 oleh Fisher Black dan Myron Scholes yang berhasil merumuskan masalah penentuan harga opsi ke dalam bentuk persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes. Model ini menggunakan beberapa asumsi, yang salah satunya adalah tidak terdapat biaya transaksi (Black & Scholes 1973). Model Black Scholes standar tidak relevan sebab pada kenyataannya terdapat biaya transaksi di pasar saham. Adanya biaya transaksi akan memengaruhi harga suatu opsi (Company et al. 2008). Dengan memasukkan biaya transaksi ke dalam model, Leland (1985) menunjukkan bahwa persaman diferensial parsial (PDP) Black Scholes berubah menjadi persamaan diferensial parsial tak linear. Akibat adanya biaya transaksi, volatililitas dari harga saham menjadi tidak konstan dan merupakan fungsi dari turunan kedua opsi terhadap harga saham. Hal itu menyebabkan PDP menjadi tidak linear. PDP tak linear tersebut tidak mempunyai solusi analitik sehingga dibutuhkan pendekatan metode numerik untuk menentukan solusi hampirannya. Beberapa pendekatan secara numerik dapat dilakukan untuk menentukan harga opsi yaitu dengan metode beda hingga (finite difference method), metode elemen hingga, metode volume hingga (finite volume method) (Zhang & Wang 2009), dan lain-lain. Pada penelitian ini akan dikembangkan metode beda hingga upwind (Lesmana & Wang 2013).
2
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. mengembangkan metode numerik untuk mencari harga opsi ketika terdapat biaya transaksi. Metode tersebut didasarkan pada metode implisit untuk diskretisasi waktu, serta metode beda hingga upwind untuk diskretisasi ruang (harga saham). 2. menentukan orde kekonvergenan dari metode beda hingga upwind.
2. TINJAUAN PUSTAKA Sekuritas Definisi 2.1 Sekuritas Primitif Sekuritas primitif (primitive security) adalah instrumen seperti saham atau obligasi yang pembayarannya hanya bergantung pada status keuangan pihak penerbit (Bodie et al. 2003). Definisi 2.2 Sekuritas Derivatif Sekuritas derivatif (derivative security) dibentuk dari perangkat sekuritas primitif yang menghasilkan imbal hasil yang bergantung pada faktor-faktor di luar karakteristik pihak penerbit dan mungkin dikaitkan dengan harga aset lain (Bodie et al. 2003). Teori Tentang Opsi Definisi 2.3 Opsi Opsi pada suatu aset adalah suatu kontrak antara dua pihak, yang memberikan hak, tetapi bukan kewajiban, untuk melakukan jual atau beli aset pada harga tertentu yang disebut strike price atau exercise price dan dalam jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Berdasarkan jenisnya opsi dibagi menjadi dua yaitu opsi call dan opsi put. Definisi 2.4 Opsi Call Opsi call memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli suatu aset pada harga eksekusi pada saat atau sebelum tanggal jatuh tempo (maturity) yang ditentukan. Definisi 2.5 Opsi Put Opsi put memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjual suatu aset dengan harga eksekusi tertentu pada saat atau sebelum tanggal jatuh temponya. Berdasarkan waktu eksekusinya, opsi dibedakan atas opsi Eropa (European option) dan opsi Amerika (American option).
3
Definisi 2.6 Opsi Eropa Opsi Eropa (European option) adalah opsi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual underlying asset dengan harga tertentu hanya pada waktu jatuh tempo. Definisi 2.7 Opsi Amerika Opsi Amerika (American option) memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual underlying asset pada harga tertentu pada saat atau sebelum waktu jatuh tempo. Faktor-faktor yang Memengaruhi Harga Opsi Harga opsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah harga aset yang mendasari, harga eksekusi, waktu jatuh tempo, volatilitas, dan suku bunga bebas risiko. a. Harga aset yang mendasari dan harga eksekusi Harga aset yang mendasari (saham) adalah harga jual atau beli yang berlaku pada pasar dari perdagangan aset yang mendasari (saham). Harga eksekusi merupakan harga jual atau beli saham yang tercantum dalam kontrak opsi, biasa juga disebut sebagai harga exercise atau harga strike. b. Tanggal jatuh tempo Semakin lama waktu jatuh tempo maka semakin tinggi nilai dari suatu opsi call, karena semakin besar nilai waktunya. Sementara nilai waktu (time value) akan menurun ketika mendekati masa jatuh tempo dengan begitu nilai dari opsi call juga akan menurun. Demikian juga dengan opsi put, semakin lama waktu jatuh tempo semakin tinggi nilai dari opsi put, karena semakin besar nilai waktunya. Nilai waktu akan menurun ketika mendekati waktu jatuh tempo, oleh karena itu harga opsi put akan turun nilainya ketika mendekati waktu jatuh tempo. c. Volatilitas Volatilitas atas aset yang mendasari adalah sebuah ukuran tingkat ketidakpastian mengenai penyimpangan harga aset dari nilai harapan aset yang mendasari tersebut di masa datang. Jika volatilitas meningkat maka akan meningkat pula peluang aset yang mendasari untuk mengalami peningkatan atau penurunan terhadap suatu opsi. d. Suku Bunga Bebas Risiko (Risk Free Interest Rate) Suku bunga bebas risiko memengaruhi harga suatu opsi. Jika tingkat suku bunga dalam perekonomian mengalami kenaikan, maka akan mempengaruhi harapan kenaikan harga aset yang mendasari (dalam hal ini saham). Dengan mengasumsikan bahwa semua peubah tetap, maka harga opsi put akan menurun jika suku bunga bebas risiko mengalami peningkatan. Begitu pula sebaliknya, harga opsi call akan selalu meningkat seiring dengan peningkatan suku bunga bebas risiko. Untuk memodelkan persamaan Black-Scholes, didefinisikan atau ditentukan beberapa istilah berikut:
4
Definisi 2.8 Proses Stokastik Proses stokastik ๐ = {๐(๐ก), ๐ก โ ๐ป} adalah suatu koleksi (gugus, himpunan, atau kumpulan) dari peubah acak (random variables). Untuk setiap t pada himpunan indeks H, W(t) adalah suatu peubah acak dan t sering diinterpretasikan sebagai waktu (Ross 1996). Definisi 2.9 Gerak Brown Proses stokastik ๐ = {๐(๐ก), ๐ก โ ๐ป} disebut gerak Brown jika memenuhi persyaratan berikut (Ross 1996): 1. ๐ (0) = 0 2. Untuk 0 < ๐ก1 < ๐ก2 < โฏ < ๐ก๐ peubah acak ๐(๐ก๐ ) โ ๐(๐ก๐โ1 ), ๐ = 1,2,3, โฆ , ๐ saling bebas. 3. Untuk setiap ๐ก > 0, ๐(๐ก) berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi ๐ 2 ๐ก. Definisi 2.10 Proses Wiener Proses Wiener adalah gerak Brown dengan rataan 0 dan variansi 1 (Niwiga 2005). Definisi 2.11 Proses Wiener Umum Proses Wiener Umum (Generalized Wiener Process) untuk suatu peubah acak S dapat dinyatakan sebagai berikut (Hull 2006): ๐๐ = ๐๐๐ก + ๐๐๐(๐ก) (1) ๐๐๐ก disebut sebagai komponen deterministik dan ๐๐๐(๐ก) menyatakan komponen stokastik, serta ๐(๐ก) adalah proses Wiener, sedangkan ๐ dan ๐ masing-masing menyatakan rataan dan standar deviasi dari S. Definisi 2.12 Proses Itoโ Proses Itoโ adalah proses Wiener umum dengan ๐ dan ๐ menyatakan suatu fungsi dari peubah acak S dan waktu t. Secara aljabar proses Itoโ dapat dinyatakan sebagai berikut (Hull 2006): ๐๐ = ๐(๐, ๐ก)๐๐ก + ๐(๐, ๐ก)๐๐(๐ก) (2) Lemma Itoโ Lemma 2.1 Misalkan fungsi ๐น(๐ฅ, ๐ก) merupakan fungsi kontinu yang dapat diturunkan secara ๐๐น ๐๐น ๐2 ๐น
parsial terhadap x dan t, yaitu ๐๐ก , ๐๐ฅ , ๐๐ฅ 2 ada. Selanjutnya didefinisikan persamaan differensial stokastik dari variabel ๐ฅ dengan drift rate ๐(๐ฅ, ๐ก) dan variansi rate ๐ 2 (๐ฅ, ๐ก), ๐๐ฅ = ๐(๐ฅ, ๐ก)๐๐ก + ๐(๐ฅ, ๐ก)๐๐ (3) di mana ๐๐ merupakan gerak Brown, ๐ dan ๐ adalah fungsi dari x dan t, maka fungsi ๐น(๐ฅ, ๐ก) akan mengikuti proses:
(
5
๐๐น = {
๐๐น ๐๐น 1 ๐ 2๐น ๐๐น ๐(๐ฅ, ๐ก) + + ๐ 2 (๐ฅ, ๐ก) 2 } ๐๐ก + ๐(๐ฅ, ๐ก) ๐๐ ๐๐ฅ ๐๐ก 2 ๐๐ฅ ๐๐ฅ
(4)
Proses Harga Saham Harga saham merupakan variabel stokastik, karena harga saham pada waktu yang akan datang tidak bisa ditentukan sekarang. Harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dapat ditentukan secara pasti. Faktor-faktor ini dipandang sebagai komponen stokastik yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, perubahan harga saham dapat dipandang sebagai persamaan diferensial stokastik berikut: ๐๐(๐ก) = ๐๐(๐ก)๐๐ก + ๐๐(๐ก)๐๐(๐ก).
(5)
dengan ๐ dan ๐ sebagai konstanta yang berturut-turut menyatakan ekspektasi dari return dan volatilitas saham. Persamaan ini juga dikenal sebagai model pergerakan harga saham. Selanjutnya dari Lemma Itรด, diketahui bahwa sebuah fungsi ๐(S,t) akan mengikuti proses: ๐๐ ๐๐ 1 2 2 ๐ 2 ๐ ๐๐ (6) ๐๐ = (๐๐ + + ๐ ๐ ) ๐๐ก + ๐๐ ๐๐(๐ก). 2 ๐๐ ๐๐ก 2 ๐๐ ๐๐ Solusi dari persamaan (5) adalah: ๐(๐ก) = ๐(0) exp {(๐ โ
๐2 ) ๐ + ๐๐๐ }. 2
(7)
dengan ๐0 , ๐๐ , ๐, ๐, dan T berturut-turut adalah harga saham pada awal kontrak, harga saham pada akhir kontrak, tingkat suku bunga bebas resiko, volatilitas harga saham dan waktu sampai dengan jatuh tempo. Persamaan Black-Scholes Standar Fischer Black dan Myron Scholes (1973) dalam merumuskan nilai suatu opsi mendasarkan pada beberapa asumsi, yaitu: 1. Suku bunga bebas risiko r adalah konstan dan sama untuk semua waktu jatuh tempo. 2. Dimungkinkan adanya short selling terhadap aset (saham) yaitu menjual aset tanpa harus memiliki aset terlebih dahulu. 3. Perdagangan dari aset yang mendasari bersifat kontinu. 4. Tidak terdapat peluang arbitrage. 5. Tidak ada pembayaran dividen selama opsi berlaku. 6. Harga dari aset yang mendasari mengikuti proses Wiener yang mempunyai fungsi kepekatan peluang lognormal. 7. Tidak ada biaya transaksi dalam pembelian atau penjualan aset atau opsi dan tidak ada pajak. Misalkan ๐(๐, ๐ก) menyatakan harga opsi pada harga saham S dan pada waktu t, serta dari persamaan (5) diketahui bahwa perubahan harga saham S bergerak mengikuti proses
6
๐๐ = ๐๐๐๐ก + ๐๐ ๐๐. Berdasarkan Lemma Itoโ, proses untuk U yang berubah pada interval waktu dt yang sangat kecil adalah ๐๐(๐, ๐ก) = (๐๐
๐๐ ๐๐ 1 2 2 ๐ 2 ๐ ๐๐ + + ๐ ๐ ) ๐๐ก + ๐๐ ๐๐. ๐๐ ๐๐ก 2 ๐๐ 2 ๐๐
(8)
Versi diskret dari persamaan (5) dan (9) adalah โ๐ = ๐๐โ๐ก + ๐๐ โ๐
(9)
dan ๐๐ ๐๐ 1 2 2 ๐ 2 ๐ ๐๐ โ๐ = (๐๐ + + ๐ ๐ ) โ๐ก + ๐๐ โ๐, ๐๐ ๐๐ก 2 ๐๐ 2 ๐๐
(10)
di mana โ๐ dan โ๐ adalah perubahan harga saham S dan harga opsi U pada selang waktu โ๐ก. Adapun โ๐ pada persamaan (9) dan (10) adalah proses Wiener yang didefinisikan sebagai โ๐ = ๐โโ๐ก karena proses Wiener pada persamaan (9) dan (10) adalah sama. Selanjutnya dipilih sebuah portofolio dari saham S dan opsi U sehingga proses Wiener โ๐ dapat dihilangkan.Portofolio tersebut adalah ๐๐ โ1 opsi dan + saham. Pemegang portofolio ini akan menjual satu opsi dan ๐๐ membeli saham sebanyak dengan
๐๐ ๐๐
. Nilai dari portofolio tersebut adalah sebesar x, ๐๐
๐ฅ = โ๐ + ๐๐ ๐. Perubahan nilai portfolio โ๐ฅ, dalam selang waktu โ๐ก adalah ๐๐ โ๐ฅ = โโ๐ + ๐๐ โ๐. Substitusi (9) dan (10) ke dalam (12), menghasilkan ๐๐
1
(11) (12)
๐2 ๐
โ๐ฅ = (โ ๐๐ โ 2 ๐ 2 ๐ 2 ๐๐2 ) โ๐ก.
(13)
Portofolio ini dikatakan tidak berisiko karena tidak ada faktor ketidakpastian. portofolio ini mempunyai pendapatan yang sama dengan aset yang bebas risiko. Perubahan nilai portofolio bebas risiko dapat dinyatakan dengan โ๐ฅ = ๐๐ฅโ๐ก, dengan r adalah suku bunga bebas risiko. Dengan menggunakan persamaan (11) dan โ๐ฅ = ๐๐ฅโ๐ก ke persamaan (13) diperoleh
๐๐ ๐๐ 1 2 2 ๐ 2 ๐ (๐๐ โ ๐๐) โ๐ก = ( + ๐ ๐ ) โ๐ก ๐๐ ๐๐ 2 ๐๐ 2 1 2 2 ๐ 2๐ ๐๐ ๐๐ ๐ ๐ + ๐๐ + โ ๐๐ = 0. 2 2 ๐๐ ๐๐ ๐๐ก Persamaan (15) ini dikenal sebagai persamaan Black-Scholes standar. Dengan melakukan transformasi ๐ = ๐ โ ๐ก, maka ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ = = โ ๐๐ก ๐๐ ๐๐ก ๐๐ sehingga persamaan (15) dapat dituliskan sebagai berikut:
(14) (15)
(16)
7
1 2 2 ๐ 2๐ ๐๐ ๐๐ ๐ ๐ + ๐๐ โ โ ๐๐ = 0. 2 2 ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ 1 2 2 ๐ 2 ๐ ๐๐ โ ๐ ๐ โ ๐๐ + ๐๐ = 0. ๐๐ 2 ๐๐ 2 ๐๐
(17)
(18)
Model Volatilitas Leland Seperti yang dijelaskan sebelumnya volatilitas menyatakan tingkat risiko penyimpangan harga suatu aset dari nilai harapannya. Semakin besar nilai volatilitas, semakin tak terduga pergerakan harga saham. Sebaliknya, semakin kecil volatilitas, semakin mudah untuk menduga harga saham tersebut (Morgenson dan Harvey 2002). Volatilitas harga saham bisa berupa konstanta atau merupakan sebuah fungsi. Pada saat terdapat biaya transaksi, volatilitas harga saham tidak konstan tapi merupakan fungsi dari turunan kedua harga opsi terhadap harga saham. Selanjutnya dengan mengasumsikan biaya transaksi proporsional dengan nilai uang dari aset yang dijual atau dibeli, Leland memodifikasi persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes menjadi persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes tak linear ๐๐ =
๐2 2
๐ 2 ๐๐๐ + ๐๐๐๐ โ ๐๐,
(19)
dengan ๐= ๐ โ ๐ก dan volatitas termodifikasi sebagai berikut 2
๐ 2 = ๐0 2 (1 + โ๐ (๐
0
๐ 2 โ๐ฟ๐ก
) Sign(๐๐ ๐ )),
(20)
di mana ฯ adalah volatilitas termodifikasi, k adalah biaya transaksi dan ๐ฟ๐ก adalah periode transaksi (Leland 1985). Metode Beda Hingga Upwind Metode beda hingga upwind adalah suatu metode numerik untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial taklinear dengan cara mengkombinasikan metode beda hingga maju dan beda hingga mundur untuk diskretisasi ruang (harga saham). Persamaan Black-Scholes taklinear akan diaproksimasi dengan diskretisasi harga dan waktu. Untuk diskretisasi harga, misalkan ๐ผ = (0, ๐๐๐๐ฅ ) dibagi menjadi ๐ sub-interval, di mana ๐ผ๐ = (๐๐ , ๐๐+1 ), ๐ = 0,1, โฆ . , ๐ โ 1 dengan 0 = ๐0 < ๐1 < โฏ < ๐๐ = ๐๐๐๐ฅ , dan untuk setiap ๐ = 0,1, โฆ . , ๐ โ 1 dimisalkan โ = ๐๐+1 โ ๐๐ . Untuk diskretisasi waktu, misalkan ๐ = (0, ๐) dibagi menjadi ๐ sub-interval, di mana ๐๐ = (๐๐ , ๐๐+1 ), ๐ = 0,1, โฆ . , ๐ โ 1 dengan 0 = ๐0 < ๐1 < โฏ < ๐๐ = ๐ dan untuk setiap ๐ = 0,1, โฆ . , ๐ โ 1 dimisalkan โ๐ = ๐๐+1 โ ๐๐ . Aproksimasi turunan parsial pertama dan kedua diperoleh dari ekspansi deret Taylor, seperti berikut ini:
8
Untuk sembarang ๐ ๐ = (๐0๐ , ๐1๐ , โฆ , ๐๐๐ )โฒ dan ๐๐ = (๐๐0 , ๐๐1 , โฆ , ๐๐๐ )โฒ dengan ๐ = 0,1, โฆ . , ๐ dan ๐ = 0,1, โฆ . , ๐, didefinisikan turunan pertama dan turunan kedua mengikuti operator beda hingga berikut (๐ฟ๐ ๐๐ )(๐) = (๐ฟ๐+ ๐ ๐ )(๐) =
๐๐๐+1 โ ๐๐๐
(21)
,
โ๐๐ ๐ ๐๐+1 โ ๐๐๐
(๐ฟ๐โ ๐ ๐ )(๐) = โ (๐ฟ๐โ ๐ ๐ )(๐) ๐ (๐ฟ๐๐ ๐ )(๐) = 2โ ๐ ๐ ๐๐โ1 โ2 ๐๐๐ +๐๐+1 = . โ2 ,
โ (๐ฟ๐+ ๐ ๐ )(๐)
๐ ๐๐๐ โ ๐๐โ1
โ
,
(22) (23)
Metode Iterasi Newton-Raphson Metode Newton-Raphson (umumnya disebut dengan metode Newton) merupakan metode penyelesaian persamaan taklinear yang sering digunakan di antara metode lainnnya, karena metode ini memberikan konvergensi yang lebih cepat dibandingkan dengan metode lainnya. Metode Newton sering konvergen dengan cepat, terutama bila iterasi dimulai "cukup dekat" dengan akar yang diinginkan. Namun bila iterasi dimulai jauh dari akar yang dicari, metode ini dapat meleset tanpa peringatan. Implementasi metode ini biasanya mendeteksi dan mengatasi kegagalan konvergensi. Metode Newton Raphson merupakan metode yang paling dikenal untuk mencari hampiran terhadap akar fungsi real dan dapat memecahkan persamaan f(x)=0, dengan f diasumsikan mempunyai turunan kontinu. Metode ini menggunakan suatu garis lurus sebagai hampiran fungsi. Garis tersebut adalah garis singgung pada kurva. Dengan menggunakan suatu nilai awal x0 dan ditetapkan xi adalah titik potong sumbu x dengan garis singgung pada kurva f dititik x0. Dalam setiap iterasi akan terbentuk xi secara berulang-ulang hingga menghasilkan nilai x yang membuat f(x) = 0. Matriks M Matriks M merupakan bagian dari matriks P, dan juga matriks dengan invers matriks bernilai positif (Fujimoto & Ranade 2004). Nama Matriks M awalnya dipilih oleh Alexander Ostrowski mengacu pada nama Hermann Minkowski, yang membuktikan bahwa jika suatu matriks Z yang memiliki semua baris jumlah yang positif, maka determinan matriks yang bernilai positif (Bermon et al. 1994). Matriks M sendiri didefisikan sebagai berikut Definisi 2.13 Misalkan A adalah suatu matriks real ๐๐๐ฅ๐ , yaitu ๐ด = (๐๐๐ ) di mana ๐๐๐ โค 0 untuk setiap ๐ โ ๐, 1 โค ๐, ๐ โค ๐. A disebut matriks M jika suatu matriks ๐ด๐๐ฅ๐ dapat dinyatakan dalam bentuk ๐ด = ๐ ๐ผ โ ๐ต, di mana ๐ต = (๐๐๐ ) dan ๐๐๐ โฅ 0 untuk setiap, 1 โค ๐, ๐ โค ๐ dan, ๐ โฅ ๐(๐ต) maksimun modulus dari nilai eigen B.
9
Menurut teorema Perron Frobenius, untuk matriks tak-singular A, maka nilai ๐ โฅ ๐(๐ต), dan untuk matriks-M tak-singular, elemen-elemen diagonal utama ๐๐๐ dari matriks A haruslah bernilai positif. Solusi Viskositas Misalkan diberikan PDP orde-2 sebagai berikut ๐น(๐ฅ, ๐ข, ๐ท๐ข , ๐ท๐ข2 ) = 0. Solusi viskositas diberikan pada definisi berikut
(24)
Definisi 7 (Solusi Viskositas) Misalkan ฮฉ โ ๐
2 adalah himpunan terbuka dan ๐ข kontinu di ฮฉ. i. Dikatakan bahwa ๐ข adalah subsolusi viskositas persamaan (24) pada titik ๐ฅ0 โ ฮฉ, jika dan hanya jika, untuk setiap fungsi uji ๐ โ ๐ถ 2 (ฮฉ) sedemikian sehingga ๐ข โ ๐ mencapai maksimum lokal di ๐ฅ0 , dan ๐น(๐ฅ0 , ๐ข(๐ฅ0 ), ๐ท๐ (๐ฅ0 ), ๐ท๐2 (๐ฅ0 )) โค 0, (25) ii. Dikatakan bahwa ๐ข adalah supersolusi viskositas persamaan (24) pada titik ๐ฅ0 โ ฮฉ, jika dan hanya jika, untuk setiap fungsi uji ๐ โ ๐ถ 2 (ฮฉ) sedemikian sehingga ๐ข โ ๐ yang mencapai minimum lokal di ๐ฅ0 , dan ๐น(๐ฅ0 , ๐ข(๐ฅ0 ), ๐ท๐ (๐ฅ0 ), ๐ท๐2 (๐ฅ0 )) โฅ 0, (26) iii. Dikatakan bahwa ๐ข adalah solusi viskositas pada himpunan terbuka jika ๐ข adalah subsolusi viskositas dan supersolusi viskositas, pada setiap titik ๐ฅ0 โ ฮฉ (Dragoni 2009).
3. METODE PENELITIAN Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. melakukan diskretisasi untuk model Black-Scholes taklinear dengan diskretisasi beda hingga upwind untuk diskretisasi ruang (harga saham) serta diskretisasi implisit untuk diskretisasi waktu. 2. memeriksa kekonvergenan skema numerik metode beda hingga upwind. 3. melakukan simulasi numerik untuk menunjukkan akurasi dari metode diskretisasi beda hingga upwind. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menyelesaikan suatu permasalahan persamaan diferensial parsial dengan menggunakan metode beda hingga upwind ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi syarat awal dan syarat batas, diskretisasi persamaan tersebut, serta kekonvergenan dari skema beda hingga upwind. Syarat Awal dan Syarat Batas Sebelum membahas skema diskretisasi untuk metode beda hingga upwind yang akan digunakan, terlebih dahulu ditentukan syarat batas dari persamaan
10
diferensial parsial Black-Scholes taklinear. Karena persamaaan Black-Scholes taklinear mempunyai domain ๐ โ (0, โ) maka untuk perhitungan komputasi perlu dibatasi menjadi ๐ โ (0, ๐๐๐๐ฅ ), dengan ๐๐๐๐ฅ merupakan nilai yang cukup besar yang menjamin akurasi dari solusi. Syarat batas untuk persamaaan Black-Scholes taklinear adalah sebagai berikut: (27) ๐(๐, 0) = ๐1 (๐), ๐ โ (0, ๐๐๐๐ฅ ), (28) ๐(0, ๐) = ๐2 (๐), ๐ โ (0, ๐], (29) ๐(๐๐๐๐ฅ , ๐) = ๐3 (๐), ๐ โ (0, ๐], dengan ๐1 , ๐2 , dan ๐3 adalah suatu fungsi yang diberikan dengan ๐1 (0) = ๐2 (0) dan ๐1 (๐๐๐๐ฅ ) = ๐3 (0). Fungsi ๐1 , ๐2 , dan ๐3 dipilih berdasarkan tipe opsi, di mana dalam penelitian ini opsi yang akan digunakan adalah opsi eropa berupa opsi call , put , butterfly, dan cash or nothing (con) dengan syarat awal dan syarat batas sebagai berikut: max(๐ โ ๐พ, 0) untuk call untuk put max(๐พ โ ๐, 0) ๐1 = { max(๐ โ ๐พ1 , 0) โ 2 max(๐ โ ๐พ2 , 0) + max(๐ โ ๐พ3 , 0) untuk butterfly untuk con ๐ต ร โ(๐ โ ๐พ) 0 ๐พ๐ โ๐๐ ๐2 = { 0 0
untuk call untuk put untuk butterfly untuk con
๐๐๐๐ฅ โ ๐พ๐ โ๐๐ untuk call untuk put ๐3 = { 0 untuk butterfly 0 โ๐๐ untuk CoN ๐ต๐ dengan โ adalah fungsi heaviside, ๐ต adalah konstanta, ๐พ, ๐พ1 , ๐พ2 , dan ๐พ3 adalah harga strike. Diskretisasi Implisit Dengan menggunakan diskretisasi skema implisit terhadap waktu, persamaan Black-Scholes taklinear (19) diaproksimasi mengikuti bentuk metode beda hingga upwind menggunakan operator (21-23) menjadi seperti berikut: 1 ๐ฟ๐ ๐๐ (๐) โ 2 ๐ 2 ((๐ฟ๐๐ ๐ ๐+1 )(๐)๐๐2 (๐ฟ๐๐ ๐ ๐+1 )(๐) โ 1+๐ ๐๐๐(๐)
(
2 ๐๐๐๐+1
) ๐๐๐ (๐ฟ๐+ ๐ ๐+1 )(๐) โ (
1โ๐ ๐๐๐(๐) 2
) ๐๐๐ (๐ฟ๐โ ๐ ๐+1 )(๐) +
(30)
= 0.
Dalam model volatilitas Leland diketahui bahwa nilai ๐ > 0, sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi: 1 ๐ฟ๐ ๐๐ (๐) โ 2 ๐ 2 ((๐ฟ๐๐ ๐ ๐+1 )(๐)๐๐2 (๐ฟ๐๐ ๐ ๐+1 )(๐) โ ๐๐๐ (๐ฟ๐+ ๐ ๐+1 )(๐) + (31) ๐๐๐๐+1 = 0. Selanjutnya diperoleh:
11
1
1
๐+1 ๐๐โ1 (โ 2โ2 ๐ 2 (๐ฟ๐๐ ๐ ๐+1 )(๐)๐๐2 ) + ๐๐๐+1 (โ๐ + 1
2
๐+1
๐
๐๐๐
)(๐)๐๐2
๐ (๐ฟ๐๐ ๐ + โ + ๐) + โ2 1 ๐๐ ๐+1 ๐๐+1 (โ 2โ2 ๐ 2 (๐ฟ๐๐ ๐ ๐+1 )(๐)๐๐2 โ โ ๐ )
(32) ๐๐๐
= โ๐ . ๐
Untuk penyederhanaan, persamaan (32) dapat dituliskan menjadi bentuk berikut 1
๐+1 ๐+1 ๐ผ๐๐+1 (๐ ๐+1 )๐๐โ1 + ๐ฝ๐๐+1 (๐ ๐+1 )๐๐๐+1 + ๐พ๐๐+1 (๐ ๐+1 ) ๐๐+1 = โ๐ ๐๐๐ ,
(33)
๐
untuk ๐ = 1, โฆ . , ๐ โ 1 dan ๐ = 1, โฆ . , ๐ โ 1, di mana: 1 ๐ผ๐๐+1 (๐ ๐+1 ) = โ 2 ๐ 2 (๐ฟ๐๐ ๐ ๐+1 )(๐)๐๐2 , ๐ฝ๐๐+1 (๐ ๐+1 ) =
2โ 1
โ๐๐
1
+ โ2 ๐ 2 (๐ฟ๐๐ ๐ ๐+1 )(๐)๐๐2 +
1
๐พ๐๐+1 (๐ ๐+1 ) = โ 2โ2 ๐ 2 (๐ฟ๐๐ ๐ ๐+1 )(๐)๐๐2 โ
๐๐๐ โ
๐๐๐ โ
(34)
+ ๐,
(35)
.
(36)
Berdasarkan syarat batas (27-29), didefinisikan syarat awal dan syarat batas untuk persamaan (33) adalah sebagai berikut ๐ (37) ๐๐0 = ๐1 (๐๐ ) ๐0๐ = ๐2 (๐๐ ) ๐๐ = ๐3 (๐๐ ) untuk ๐ = 1, 2, โฆ . , ๐ โ 1 dan ๐ = 1, โฆ . , ๐, sehingga persamaan (33) dapat dituliskan menjadi bentuk matriks berikut
ฬ ๐+1 = ๐ด๐+1 (๐ ๐+1 ) ๐
1 โ๐๐
ฬ ๐ + ๐ต๐+1 , ๐
untuk ๐ = 1, โฆ . , ๐ โ 1, di mana ๐ฝ๐+1 ๐พ๐+1 1 1 ๐ผ๐+1 2 ๐+1
๐ด
(๐
๐+1 )
0 โฎ
=
[
0 0 0
0
๐ฝ๐+1 2 ๐+1 ๐ผ3
๐พ๐+1 2 ๐ฝ๐+1 3
โฎ
โฎ
0 0 0
0 0 0
(38) โฆ โฆ โฆ โฑ โฏ โฆ โฆ
0 0 0
0 0 0
0 0 0
โฎ
โฎ
๐ฝ๐+1 ๐โ3 ๐ผ๐+1 ๐โ2
๐พ๐+1 ๐โ3 ๐ฝ๐+1 ๐โ2 ๐+1 ๐ผ๐โ1
โฎ 0
0
๐ ฬ ๐ = (๐1๐ , ๐2๐ , โฆ , ๐๐โ1 )๐ untuk ๐ = ๐, ๐ + 1 ๐
๐พ๐+1 ๐โ2 ๐ฝ๐+1 ๐โ1 ]
๐+1 ๐+1 )๐ ๐ต ๐+1 = (โ๐ผ1๐+1 ๐0๐+1 , 0, โฆ ,0, โ๐พ๐โ1 ๐๐
Teorema 4.1 Matriks-M Untuk sembarang ๐ = 0, 1, โฆ , ๐, ๐ด๐ = (๐ด๐๐๐ ) adalah suatu matriks-M untuk ๐ ๐ yang diberikan. Bukti: Untuk membuktikan Teorema 4.1, harus ditunjukkan bahwa untuk ๐ = 1, 2, โฆ , ๐ โ 1 : (39) ๐ผ๐๐ < 0, ๐ฝ๐๐ > 0, ๐พ๐๐ < 0 ๐ ๐ ๐ (40) ๐ฝ๐ โฅ |๐ผ๐ | + |๐พ๐ | ๐+1 Untuk matriks ๐ด , dari persamaan (34) - (36) dapat dilihat bahwa syarat 1 (39) terpenuhi. Selanjutnya syarat (40), karena ๐ โฅ 0 dan โ๐ โฅ 0 maka: ๐
1
๐ฝ๐๐+1 โฅ |๐ผ๐๐+1 | + |๐พ๐๐+1 | + ๐+ โ๐
๐
12
โฅ |๐ผ๐๐+1 | + |๐พ๐๐+1 | Dari definisi ๐ด๐ = (๐ด๐๐๐ ) dan berdasarkan (41), diperoleh:
(41)
๐โ1
๐ด๐๐๐
โค 0,
๐ด๐๐๐
๐ โ ๐,
> 0,
๐ด๐๐๐
> โ |๐ด๐๐๐ | ๐=1
Dengan demikian, ๐ด๐ merupakan matriks-M karena matriks tridiagonal ๐ด๐ memiliki diagonal utama yang bernilai positif dan dua diagonal di atas dan di bawah diagonal utama bernilai negatif. Kekonvergenan dari Skema Numerik Barles (1997) telah menunjukkan bahwa metode numerik dikatakan konvergen ke solusi viskositas jika metode tersebut terbukti konsisten, stabil dan monoton. Pada bagian ini akan ditunjukkan bahwa skema diskretisasi metode beda hingga upwind yang digunakan memenuhi syarat konvergen tersebut. Untuk 1 โค ๐ โค ๐ โ 1 dan 0 โค ๐ โค ๐ โ 1 didefinisikan suatu fungsi ๐๐๐+1 di mana ๐+1
๐๐๐+1 (๐๐
๐+1
๐+1
๐
, ๐๐+1 , ๐๐โ1 , ๐๐ ) = (โ
๐๐๐
๐๐๐
โ
โ๐๐
1
๐+1 ) ๐๐+1 + (โ๐ + ๐
๐๐๐ โ
+ ๐) ๐๐๐+1 โ
(42)
1
โ โ2 ๐ 2 ((ฮ ๐+1 )(๐))(ฮ ๐+1 )(๐).
Kemonotonan Skema diskretisasi (33) akan ditunjukkan monoton melalui Lemma 4.1. Lemma 4.1 Skema diskretisasi pada persamaan (33) monoton yaitu untuk sembarang ๐ > 0 dan ๐ = 1, 2, โฆ , ๐ โ 1, ๐+1 ๐+1 ๐+1 ๐+1 ๐ ๐+1 ๐+1 ๐+1 ๐+1 ๐ (43) ๐๐ (๐๐ , ๐๐+1 + ๐, ๐๐โ1 + ๐, ๐๐ + ๐) โค ๐๐ (๐๐ , ๐๐+1 , ๐๐โ1 , ๐๐ ) dan ๐+1 ๐+1 ๐+1 ๐+1 ๐ ๐+1 ๐+1 ๐+1 ๐+1 ๐ (44) ๐๐ (๐๐ , ๐๐+1 , ๐๐โ1 , ๐๐ ) โฅ ๐๐ (๐๐ , ๐๐+1 + ๐, ๐๐โ1 + ๐, ๐๐ + ๐) Bukti: ๐+1
๐๐
=โ
๐๐๐ ๐+1 1 ๐๐๐ 1 ๐ ๐+1 ๐๐+1 + (๐ + + ) ๐๐ โ ๐ โ โ๐๐ โ โ๐๐ ๐
(45)
1
โ 2 ๐๐2 ๐ 2 (๐ค๐+1 (๐)) (๐ค๐+1 (๐)). Karena โ
๐๐๐ โ
โค 0,
1
โ๐๐
> 0 dan
1
โ๐๐
+
๐๐๐ โ
+ ๐ > 0, maka tiga bagian pertama pada ๐+1
ruas kanan dari persamaan (42) secara berturut-turut taknaik terhadap ๐๐+1 , naik ๐+1 ๐ terhadap ๐๐ dan turun terhadap ๐๐ . โฒ
Misalkan ๐ธ๐ = (0, 0, โฆ , โ 1 , 0, โฆ , 0) adalah suatu matriks berukuran (๐ โ 1) ร 1. ๐
Berdasarkan definisi ๐ฟ๐๐ , diperoleh
1 2 1 ๐+1 ๐+1 ๐+1 (๐๐โ1 + ๐) โ 2 (๐๐ ) + 2 (๐๐+1 + ๐) 2 โ โ โ 1 1 2 1 1 ๐+1 ๐+1 ๐+1 = โ2 ๐๐โ1 + โ2 ๐ โ โ2 ๐๐ + โ2 ๐๐+1 + โ2 ๐
(๐ฟ๐๐ (๐๐+1 + ๐๐ธ๐โ1 + ๐๐ธ๐+1 )) (๐) =
13
2 = (๐ฟ๐๐ ๐๐+1 )(๐) + 2 ๐ โ 2 = (ฮ๐+1 )(๐) + 2 ๐ โ
(46)
dan 1 2 1 ๐+1 ๐+1 ๐+1 (๐๐โ1 ) โ 2 (๐๐ + ๐) + 2 (๐๐+1 ) 2 โ โ โ 1 2 2 1 ๐+1 ๐+1 +1 = โ2 ๐๐โ1 โ โ2 ๐๐ โ โ2 ๐ + โ2 ๐๐+1
(๐ฟ๐๐ (๐๐+1 + ๐๐ธ๐ )) (๐) =
2
= (๐ฟ๐๐ ๐๐+1 )(๐) โ โ2 ๐ 2
(47)
= (ฮ๐+1 )(๐) โ โ2 ๐. Lebih lanjut diperiksa ๐+1 ๐+1 โ 2 ๐ ((ฮ )(๐))(ฮ )(๐), dimana volatilitas Leland, yaitu 1
2
tanda ๐ 2 (ฮ)
2
๐ 2 = ๐0 2 (1 + โ๐ ( ๐
0
2
Misalkan C = โ๐ (๐
0
๐ 2 โ๐ฟ๐ก
๐ 2 โ๐ฟ๐ก
pada bagian taklinear didefinisikan sebagai model
) sign(๐๐ ๐ )).
), dan 0โคC <1.
Untuk sembarang ๐, ๐ง1 dan ๐ง2 , dengan ๐ง1 dan ๐ง2 โค 0, 1 (๐ 2 (๐, ๐ง1 )๐ง1 โ ๐ 2 (๐, ๐ง2 )๐ง2 ) = [(๐ง1 โ ๐ง2 ) + ๐ถ(sign(๐ง1 )๐ง1 โ sign(๐ง2 ))] ๐0 2 =[1 + ๐ถsign(๐ง1 )](๐ง1 โ ๐ง2 ) + ๐ถ(sign(๐ง1 ) โ sign(๐ง2 ))๐ง2 ๐ถ1 (๐ง1 โ ๐ง2 ) ๐ง1 ๐ง2 > 0 ๐ง1 > 0 > ๐ง2 ={ (1 + ๐ถ)๐ง1 + (๐ถ โ 1)๐ง2 > 0 ๐ง2 > 0 > ๐ง1 (1 โ ๐ถ)(๐ง1 โ ๐ง2 ) โ 2๐ถ๐ง2 < 0 2 dimana ๐ถ1 = 1 + ๐ถsign(๐ง1 ) > 0, untuk 0โคC <1. Sehingga ๐ (๐, ๐ง)๐ง adalah fungsi naik pada z. Dengan demikian untuk sembarang ๐ > 0 dan ๐ = 1, 2, โฆ , ๐ โ 1 diperoleh gabungan bagian linear dan bagian taklinear dari persamaan (50) sebagai berikut: ๐+1 ๐+1 ๐๐๐+1 (๐๐๐+1 , ๐๐+1 + ๐, ๐๐โ1 + ๐, ๐๐๐ + ๐) ๐๐ 1 ๐๐ 1 ๐+1 = (โ โ2๐ ) ( ๐๐+1 + ๐) + (โ๐ + โ2๐ + ๐) ๐๐๐+1 โ โ๐ (๐๐๐ + ๐) ๐
๐
2 ๐ 2 1 โ ๐02 ๐๐2 (1 + โ ( ) sign(๐๐ ๐ )) (๐ข๐๐+1 + 2 ๐) โ 2 ๐ ๐0 2 โ๐ฟ๐ก ๐+1 ๐+1 โค ๐๐๐+1 (๐๐๐+1 , ๐๐+1 , ๐๐โ1 , ๐๐๐ ).
dengan cara yang sama diperoleh ๐+1 ๐+1 , ๐๐โ1 , ๐๐๐ ) ๐๐๐+1 (๐๐๐+1 + ๐, ๐๐+1 ๐๐๐ 1 ๐๐๐ 1 ๐+1 )+( (๐ ๐ ) = (โ ) ( ๐๐+1 + + ๐) ( ๐๐๐+1 + ๐) โ โ โ๐๐ โ โ๐๐ ๐
14
2 1 ๐ 2 โ ๐02 ๐๐2 (1 + โ ( ) sign(๐๐ ๐ )) (๐ข๐๐+1 โ 2 ๐) ๐ ๐0 2 โ๐ฟ๐ก 2 โ ๐+1 ๐+1 โฅ ๐๐๐+1 (๐๐๐+1 , ๐๐+1 , ๐๐โ1 , ๐๐๐ ). โ
Kestabilan Skema diskretisasi (33) akan ditunjukkan stabil melalui Lemma 4.2 Lemma 4.2 ๐
๐+1 ฬ ๐+1 โฒ ๐+1 ) , ๐๐ ) di mana Untuk setiap ๐ = 0, 1, โฆ , ๐ โ 1, misalkan ๐๐+1 = (๐0 , (๐ ฬ๐+1 adalah solusi dari (38), maka ๐๐+1 memenuhi ๐ โฅ ๐๐+1 โฅโ โค ๐๐๐ฅ{โฅ ๐ข0 โฅโ , โฅ ๐1 โฅโ , โฅ ๐2 โฅโ } dengan ๐1 , ๐2 dan ๐3 adalah syarat awal dan syarat batas (27โ 29) dan โ. โโ adalah norma ๐โ .
Bukti: Untuk sembarang 0 โค ๐ โค ๐ โ 1, persamaan (33) dapat dituliskan sebagai berikut: 1 ๐ ๐+1 ๐+1 ๐ฝ๐๐+1 ๐๐๐+1 = โ๐ผ๐๐+1 ๐๐โ1 โ ๐พ๐๐+1 ๐๐+1 + ๐ โ๐๐ ๐ untuk tiap 1 โค ๐ โค ๐ โ 1. Perlu diingat kembali bahwa ๐ผ๐๐+1 < 0, ๐พ๐๐+1 < 0 dan ๐ฝ๐๐+1 > 0. Dari bentuk di atas diperoleh: 1 ๐+1 ๐+1 |๐ ๐ | ๐ฝ๐๐+1 |๐๐๐+1 | โค โ๐ผ๐๐+1 |๐๐โ1 | โ ๐พ๐๐+1 |๐๐+1 |+ โ๐๐ ๐ 1 โค โ๐ผ๐๐+1 โ๐ ๐+1 โโ โ ๐พ ๐+1 โ๐ ๐+1 โโ + โ๐ ๐ โโ โ๐๐ untuk 1 โค ๐ โค ๐ โ 1. Jika โฅ ๐ ๐+1 โฅโ = |๐๐๐+1 | untuk ๐ โ {1,2, โฆ , ๐ โ 1}, maka persamaan berikut: 1 ๐ฝ๐๐+1 โ๐๐๐+1 โโ โค โ๐ผ๐๐+1 โ๐ ๐+1 โโ โ ๐พ๐๐+1 โ๐ ๐+1 โโ + โ๐ ๐ โโ โ๐๐ dengan ๐ = ๐ menjadi: 1 (๐ผ๐๐+1 + ๐ฝ๐๐+1 + ๐พ๐๐+1 )โ๐ ๐+1 โโ โค โ๐ ๐ โโ โ๐๐ dengan demikian, karena ๐ผ๐๐+1 < 0 dan ๐พ๐๐+1 < 0 maka diperoleh bentuk pertidaksamaan berikut ini: 1/โ๐๐ โ๐ ๐+1 โโ โค ๐+1 โ๐ ๐ โโ โค โ๐ ๐ โโ (48) (๐ผ๐ + ๐ฝ๐๐+1 + ๐พ๐๐+1 ) โค โ๐ ๐โ1 โโ โค โฏ โค โ๐ 0 โโ โค โ๐1 โโ . ๐+1 |maka ๐+1 Selanjutnya jika โ๐ โโ = |๐0๐+1 | atau โ๐ ๐+1 โโ = |๐๐ berdasarkan persamaan (28), (29) dan (37) dapat dilihat bahwa: ๐+1 | } (49) โฅ ๐ ๐+1 โฅโ โค ๐๐๐ฅ{|๐0๐+1 |, |๐๐ โค ๐๐๐ฅ{โฅ ๐2 โฅโ , โฅ ๐3 โฅโ } Dengan menggabungkan (36) dan (37), diperoleh: ๐+1 |} โฅ ๐ ๐+1 โฅโ โค ๐๐๐ฅ{โฅ ๐ ๐ โฅโ , |๐0๐+1 |, |๐๐ โค ๐๐๐ฅ{โฅ ๐1 โฅโ , โฅ ๐2 โฅโ , โฅ ๐3 โฅโ }. โ Diskretisasi (33) terbukti stabil.
15
Kekonsistenan Skema diskretisasi (33) akan ditunjukkan konsisten melalui Lemma 4.3. Lemma 4.3 Skema diskretisasi (33) konsisten. Bukti: Teorema ekuivalensi Lax menyatakan bahwa metode beda hingga konsisten untuk masalah nilai awal yang diberikan (Strikwerda 1989). โ Teorema 4.2 Kekonvergenan Skema diskretisasi (33) konvergen ke solusi (19) dengan syarat batas (27) - (29) ketika (โ, โ๐) โ 0. Bukti: Barles (1997) membuktikan bahwa jika suatu diksretisasi dari PDP taklinear orde2 konsisten, stabil dan monoton, maka konvergen ke solusi viskositas. Karena diksretisasi (33) terbukti konsisten, stabil dan monoton, maka diskretisasi (33) konvergen. Teorema 4.5 merupakan akibat dari Teorema 4.2, 4.3 dan 4.4. โ Solusi Sistem Taklinear Skema Diskretisasi Untuk menyelesaikan sistem taklinear skema diskretisasi (38) disusun sebuah metode iterasi pada setiap langkah waktu. Diketahui diskretisasi (38) berbentuk
ฬ ๐+1 = ๐ด๐+1 (๐ ๐+1 ) ๐
1 โ๐๐
ฬ ๐ + ๐ต๐+1 , ๐
ฬ ๐+1 โ ๐๐ ฬ ๐ โ ๐ต ๐+1 = 0, dengan ๐ = 1 โ ๐ ๐+1 (๐ ๐+1 ) = ๐ด๐+1 (๐ ๐+1 ) ๐ โ๐ ๐
Misalkan ๐+1 (๐ ๐+1 )) ๐ ๐+1 (๐ ๐+1 ) = (๐ง1๐+1 (๐ ๐+1 ), ๐ง2๐+1 (๐ ๐+1 ), โฆ , ๐ง๐โ1
๐
komponen ke-i dari ๐ ๐+1 (๐ ๐+1 ) ๐+1 ๐+1 ๐ง๐๐+1 (๐ ๐+1 ) = ๐ผ๐๐+1 (๐ ๐+1 )๐๐โ1 + ๐ฝ๐๐+1 (๐ ๐+1 )๐๐๐+1 + ๐พ๐๐+1 (๐ ๐+1 ) ๐๐+1 1 ๐ โ ๐ โ๐๐ ๐ ๐+1 dengan ๐0๐+1dan ๐๐ didefinisikan pada (37). Matriks Jacobi dari ๐ ๐+1 (๐ ๐+1 ) ๐+1 (๐ ๐+1 ), dinotasikan sebagai ๐ฝ dengan ๐+1 ๐ฝ11 ๐+1 ๐ฝ21 0 ๐+1 (๐ ๐+1 ) โฎ ๐ฝ = 0 0 0 [
๐+1 ๐ฝ12 ๐+1 ๐ฝ22 ๐+1 ๐ฝ32 โฎ
๐+1 ๐ฝ23 ๐+1 ๐ฝ33
0 0 0
0 0 0
0
โฎ
โฆ โฆ โฆ โฑ
0 0 0 โฎ
๐+1 โฏ ๐ฝ(๐โ3)(๐โ3) ๐+1 โฆ ๐ฝ(๐โ2)(๐โ3) โฆ 0
0 0 0 โฎ
0
๐+1 ๐ฝ(๐โ3)(๐โ2)
0 0 0 โฎ 0
๐+1 ๐ฝ(๐โ2)(๐โ2)
๐+1 ๐ฝ(๐โ2)(๐โ1)
๐+1 ๐ฝ(๐โ1)(๐โ2)
๐+1 ๐ฝ(๐โ1)(๐โ1) ]
16
๐๐ง ๐+1
๐+1 di mana ๐ฝ๐๐ = ๐๐๐๐+1 untuk semua ๐ dan ๐. Dengan menggunakan persamaan ๐
(21) - (23), dan (20), serta menggunakan notasi Lemma 4.1, diperoleh persamaan untuk turunan berikut ๐+1 ๐+1 ๐ฝ๐,๐โ1 = ๐ผ๐๐+1 + ๐๐โ1 ๐+1 ๐ฝ๐,๐โ1 = ๐ผ๐๐+1 โ
๐๐2 ๐02 2
๐+1 ๐+1 ๐๐ผ๐๐+1 ๐+1 ๐๐ฝ๐ ๐+1 ๐๐พ๐ + ๐ + ๐ ๐ ๐+1 ๐+1 ๐+1 ๐+1 ๐๐๐โ1 ๐๐๐โ1 ๐๐๐โ1 1
๐+1 )โ (โ2 (๐๐โ1
2
1
โ
โ
(๐๐๐+1 ) + 2
๐+1 (๐๐+1 )) 2
๐+1 ๐ฝ๐,๐โ1 = ๐ผ๐๐+1 Dengan cara yang serupa, diperoleh
๐๐2 ( ๐๐ ๐ ) ๐+1 ๐๐๐โ1
๐+1 ๐ฝ๐,๐ = ๐ฝ๐๐+1 ๐+1 ๐ฝ๐,๐+1 = ๐พ๐๐+1
Menggunakan matriks Jacobi ๐ฝ๐+1 , diberikan algoritma metode Newton sebagai berikut Algoritma 1 0 ฬ 0 = (๐10 , โฆ , ๐๐โ1 )๐ , 1. Pilih ๐ > 0. Untuk ๐ = 0, evaluasi syarat awal ๐ menggunakan (37). ฬ0 2. Ambil ๐ = 0 dan ๐ ๐ = ๐ 3. Selesaikan ๐ฝ๐+1 (๐ ๐ )๐ฟ๐ = โ๐ ๐+1 (๐ ๐ ) untuk ๐ฟ๐. Hitung ๐ ๐+1 = ๐ ๐ + ๐ฟ๐ 4. Jika โ ๐ฟ๐โโ โฅ ๐, set ๐: = ๐ + 1 dan kembali ke langkah 3. Jika sebaliknya, lanjutkan ke langkah berikutnya. ฬ ๐+1 = ๐ ๐+1 . Jika ๐ < ๐ โ 1. Set ๐: = ๐ + 1 dan kembali ke 5. Tentukan ๐ langkah 2. Jika sebaliknya berhenti. Dengan menggunakan matriks Jacobi ๐ฝ๐+1 , diperoleh Teorema 3 berikut. Teorema 4.3 Untuk sembarang ๐ ๐+1 dengan ๐ = 1, 2, . , ๐ โ 1, ๐ฝ๐+1 adalah matriks M. Bukti: Untuk membuktikan Teorema 3, harus ditunjukkan bahwa ๐ ๐ ๐ ๐ฝ๐,๐โ1 < 0, ๐ฝ๐,๐ > 0, ๐ฝ๐,๐+1 < 0, ๐ ๐ ๐ ๐ฝ๐,๐ โฅ |๐ฝ๐,๐โ1 | + |๐ฝ๐,๐+1 |.
Untuk matriks ๐ฝ๐+1 , diperoleh ๐ ๐ฝ๐,๐โ1
=
๐ผ๐๐+1
๐02 ๐๐2 2 ๐ =โ (1 + โ ( ) Sign(๐๐ ๐ )) < 0. 2 2 2โ ๐ ๐0 โ๐ฟ๐ก
Hal yang sama untuk
(50) (51)
17
๐ ๐ฝ๐,๐ = ๐ฝ๐๐+1
1 ๐๐๐2 ๐02 ๐๐2 2 ๐ = + + ๐ + 2 (1 + โ ( ) Sign(๐๐ ๐ )) > 0. โ๐๐ โ โ ๐ ๐0 2 โ๐ฟ๐ก ๐ ๐ฝ๐,๐+1 = ๐พ๐๐+1
=โ
๐๐๐2 โ
โ
๐02 ๐๐2 2โ2
2
(1 + โ๐ (๐
0
Selanjutnya karena ๐ > 0 dan
1 โ๐๐
๐ 2 โ๐ฟ๐ก
) Sign(๐๐ ๐ )) < 0.
> 0 maka
๐+1 ๐+1 ๐+1 ๐ฝ๐,๐ = |๐ฝ๐,๐โ1 | + |๐ฝ๐,๐+1 |+๐+ ๐+1 ๐+1 โฅ |๐ฝ๐,๐โ1 | + |๐ฝ๐,๐+1 |.
1 , โ๐๐
๐+1 =0= untuk sembarang ๐ = 0, 1, โฆ , ๐ โ 1 dengan ketentuan bahwa ๐ฝ1,0 ๐+1 ๐+1 ๐ฝ๐โ1, ๐ . Oleh karena itu, matriks ๐ฝ adalah matriks M. โ
Sistem linear pada langkah 3 dari Algoritma 1 biasanya berskala besar dan teorema di atas menjamin bahwa sistem linear tersebut memiliki solusi khusus. Solusi untuk sistem linear dengan dekomposisi LU atau metode iteratif akan stabil secara numerik. Simulasi Numerik Pada bagian ini akan disajikan hasil pendekatan numerik dari empat jenis harga opsi tipe Eropa untuk melihat perilaku dan kekonvergenan dari metode beda hingga upwind baik dengan skema eksplisit maupun implisit. Pada simulasi numerik ini akan ditentukan derajat kekonvergenan dari metode iteratif untuk penyelesaian persamaan taklinear dengan memilih serangkaian mesh yang dibangkitkan dengan membagi-dua parameter mesh pada iterasi sebelumnya. a) Opsi call 1. Perhitungan harga opsi call menggunakan parameter ๐ = 0,1, ๐0 = 0,2 , ๐ = 1, ๐พ = 40, ๐๐๐๐ฅ = 80, k = 0,01, ๐ฟ๐ก = 0,02, ๐ = 20 dan ๐ = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 1.
18
(a) Skema eksplisit
(b) Skema implisit
Gambar 1 Harga dari opsi call Eropa dengan ๐ = 20 dan ๐ = 40. 2. Perhitungan harga opsi call menggunakan parameter ๐ = 0,1, ๐0 = 0,2 , ๐ = 1, ๐พ = 40, ๐๐๐๐ฅ = 80, k = 0,01, ๐ฟ๐ก = 0,02, ๐ = 80 dan ๐ = 160. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 2.
(a) Skema eksplisit
(b) Skema implisit
Gambar 2 Harga dari opsi call Eropa dengan ๐ = 80 dan ๐ = 160. Dengan memasukkan nilai parameter, dapat dilihat hubungan antara harga opsi call, harga saham dan waktu. Pada Gambar 1 terlihat hasil dari skema implisit dan eksplisit tidak jauh berbeda. Pada Gambar 2, setelah jumlah partisinya diperbesar maka hasil yang ditampilkan jauh berbeda antara skema ekplisit dan implisit, yaitu skema eksplisit menjadi tidak stabil. b) Opsi put 1. Perhitungan harga opsi put menggunakan parameter ๐ = 0,1, ๐0 = 0,2, ๐ = 1, ๐พ = 40, ๐๐๐๐ฅ = 80, k = 0,01, ๐ฟ๐ก = 0,02, ๐ = 20 dan ๐ = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 3.
(a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 3 Harga dari opsi put Eropa dengan ๐ = 20 dan ๐ = 40.
19
2. Perhitungan harga opsi put menggunakan parameter ๐ = 0,1, ๐0 = 0,2, ๐ = 1, ๐พ = 40, ๐๐๐๐ฅ = 80, k = 0,01, ๐ฟ๐ก = 0,02, ๐ = 20 dan ๐ = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 4.
(a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 4 Harga dari opsi put Eropa dengan ๐ = 80 dan ๐ = 160. Gambar 3 dan 4 memperlihatkan hubungan antara harga opsi put, harga saham dan waktu dengan menggunakan parameter yang sama pada perhitungn opsi call. Seperti yang terjadi pada opsi call dari Gambar 3 dapat dilihat untuk opsi put perbedaan yang terjadi pada kedua skema yang digunakan tidak signifikan. Pada Gambar 4, karena metode eksplisit tidak stabil maka hasilnya memiliki pola yang tidak beraturan. c) Opsi cash or nothing 1. Perhitungan harga opsi cash or nothing menggunakan parameter ๐ = 0,1, ๐0 = 0,2 , ๐ = 1, ๐พ = 40, ๐๐๐๐ฅ = 80, k = 0,01 , ๐ฟ๐ก = 0,02, ๐ = 20 dan ๐ = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 5.
(a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 5 Harga dari opsi cash or nothing Eropa dengan ๐ = 20 dan ๐ = 40.
20
2. Perhitungan harga opsi cash or nothing menggunakan parameter ๐ = 0,1, ๐0 = 0,2 , ๐ = 1, ๐พ = 40, ๐๐๐๐ฅ = 80, k = 0,01 , ๐ฟ๐ก = 0,02, ๐ = 20 dan ๐ = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 6.
(a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 6 Harga dari opsi cash or nothing Eropa dengan ๐ = 80 dan ๐ = 160. d) Opsi butterfly 1. Perhitungan harga opsi butterfly menggunakan parameter ๐ = 0,1, ๐0 = 0,2, ๐ = 1, ๐พ = 40, ๐๐๐๐ฅ = 80, k = 0,01 , ๐ฟ๐ก = 0,02, ๐ = 20 dan ๐ = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 7.
(a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 7 Harga dari opsi butterfly Eropa dengan ๐ = 20 dan ๐ = 40. 2. Perhitungan harga opsi butterfly menggunakan parameter ๐ = 0,1, ๐0 = 0,2, ๐ = 1, ๐พ = 40, ๐๐๐๐ฅ = 80, k = 0.01 , ๐ฟ๐ก = 0,02, ๐ = 20 dan ๐ = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 8.
21
(a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 8 Harga dari opsi butterfly dengan ๐ = 80 dan ๐ = 160. Dari Gambar 1-8 dapat dilihat untuk semua jenis opsi call. put, cash or nothing dan butterfly pada saat ๐ = 20 ๐๐๐ ๐ = 20 hasil yang diperlihatkan metode eksplisit dan implisit tidak jauh berbeda. Namun ketika jumlah partisinya diperbesar menjadi ๐ = 80 ๐๐๐ ๐ = 160 perbedaan yang terjadi antara kedua metode tersebut sangat signifikan, hal ini di sebabkan karena metode ekplisit tidak stabil sehingga polanya tidak beraturan untuk partisi yang lebih besar. Selanjutnya akan dihitung orde kekonvergenan metode tersebut dengan membandingkan solusi eksaknya. Dalam menghitung orde kekonverenan metode tersebut, dipilih serangkaian mesh yang dibangkitkan secara berurutan dengan membagi dua ukuran mesh sebelumnya. Karena solusi eksak tidak diketahui, maka digunakan solusi numerik dari mesh seragam dengan โ = 0,03125, ๐ = 2560 dan โ๐ = 0,00078125, ๐ = 1280 sebagai solusi โeksakโ, dilambangkan dengan ๐๐๐๐ ๐๐ . Selanjutnya dengan menggunakan solusi โeksakโ tersebut, dihitung rasio dari solusi numerik dari mesh yang berurutan dengan โ๐hโฯ โ ๐eksak โโ Rasio = โ โ๐hโฯโ2 2 โ ๐eksak โ โ
di mana ๐โโ๐ adalah solusi pada mesh dengan โ ukuran mesh saham dan โ๐ ukuran mesh waktu, serta โ๐โโ๐ โ ๐๐๐๐ ๐๐ โโ โ max |๐๐๐ โ ๐๐๐๐ ๐๐ (๐๐ , ๐๐ )|. 1โค๐โค๐;1โค๐โค๐
Untuk orde kekonvergenan metode numeriknya dihitung dengan Orde kekonvergenan = rata-rata rasio Tabel 1 Hasil perhitungan norma dan rasio untuk opsi call Skema Implisit M N โ. โโ Rasio 0,6848 11 6 0,3821 1,79 21 11 0,2121 1,80 41 21 0,1219 1,74 81 41 0,073 1,67 161 81 0,0442 1,65 321 161 0,0253 1,75 641 321
22
0,0114 2,22 1281 641 Hasil perhitungan rasio di Tabel 1 menunjukkan orde kekonvergenan metode upwind pada opsi call adalah sekitar 1,80 . Tabel 2 Hasil perhitungan norma dan rasio opsi put Skema Implisit M N โ. โโ Rasio 0,6798 11 6 0,3808 1,79 21 11 0,2118 1,80 41 21 0,1218 1,74 81 41 0,0729 1,67 161 81 0,0442 1,65 321 161 0,0253 1,75 641 321 0,0114 2,23 1281 641 Hasil perhitungan rasio di Tabel 2 menunjukkan orde kekonvergenan metode upwind pada opsi put adalah sekitar 1,80. Tabel 3 Hasil perhitungan norma dan rasio opsi cash or nothing Skema Implisit M N โ. โโ Rasio 0,4013 11 6 0,3326 1,21 21 11 0,2594 1,28 41 21 0,1922 1,35 81 41 0,1438 1,34 161 81 0,1155 1,25 321 161 0,0852 1,36 641 321 0,0512 1,66 1281 641 Hasil perhitungan rasio di Tabel 3 menunjukkan orde kekonvergenan metode upwind pada opsi cash or nothing adalah sekitar 1,35. Tabel 4 Hasil perhitungan norma dan rasio opsi butterfly Skema Implisit M N โ. โโ Rasio 1,2637 11 6 0,7017 1,80 21 11 0,3866 1,82 41 21 0,2142 1,80 81 41 0,1223 1,75 161 81 0,0712 1,72 321 161 0,0398 1,79 641 321 0,0176 2,26 1281 641 Hasil perhitungan rasio di Tabel 4 menunjukkan orde kekonvergenan metode upwind pada opsi butterfly adalah sekitar 1,84 .
23
5. SIMPULAN Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa penggunaan metode beda hingga upwind akan konvergen ketika menggunakan skema diskretisasi implisit terhadap waktu. Skema diskretisasi ini terbukti monoton, konsisten dan stabil. Berdasarkan hasil dari simulasi numerik, dapat ditunjukkan bahwa orde kekonvergenan untuk metode beda hingga upwind dengan model volatilitas Leland adalah sekitar 1,80 untuk opsi call dan opsi put, 1,35 opsi cash or nothing, serta 1,84 untuk opsi butterfly.
DAFTAR PUSTAKA Bermon A, Robert J & Plemmons. 1994. Nonnegative Matrices in the Mathematical Sciences, Philadelphia: Society for Industrial and Applied Mathematics. Barles G. 1997. Convergence of Numerical Schemes for Degenerate Parabolic Equations Arising in Finance, in: L.C.G. Rogers, D. Talay (Eds.), Numerical Methods in Finance. Cambridge: Cambridge University Press. Black F, Scholes M. 1973. The Pricing of Option and Corporate Liabilities. J. Political Economy. 81: 637-659. Bodie Z, Kane A, Marcus AJ. 2003. Invesment. United State of America: The McGraw-Hill. Company R, Navarro E, Pintos JR. 2008. Numerical solution of linear and nonlinear BlackโScholes option pricing equations. J. Computers and Mathematics with Applications. 56 :813โ821. Dragoni F. 2009. Introduction to Viscosity Solutions for Nonlinear PDEs. London: Notes Imperial College London. Fujimoto T, Ranade R. 2004. Two characterizations of inverse-positive matrices: the Hawkins-Simon condition and the Le Chatelier-Braun principle. Electronic Journal of Linear Algebra 11: 59โ65. Hull J, White A. 2006. Option. Future. and Other Derivatives. 6th edition. New Jersey: Prentice โ Hall. Hull J, White A. 1987. The pricing of option on asset with stochastic volatilities. J. Finance. 42:281-300. Leland HE. 1985. Option pricing and replication with transaction costs. J. Finance. 40: 1283-1301. Lesmana DC, Wang S. 2013. An upwind finite difference for a taklinear BlackScholes equation governing European option valuation under transaction costs. J. Applied Mathematics and Computation. 219: 8811-8828 Niwiga DB. 2005. Numerical method for valuation of financial derivatives. [Thesis]. South Africa : University of Werstern Cape. Morgenson G, Harvey CR. 2002. The New York Times Dictionary of Money and Investing: The Essential A-to-Z Guide to The Language of The New Market. New York: Times Book. Ross SM, 1996. Sthochastic Process. New York : John Wiley & Son Inc.
24
Strikwerda JC. 1989. Finite Difference Schemes and Partial Differential Equations. 1st Ed. Madison: Wadsworth & Brooks. Zhang K, Wang S. 2009. A Computational scheme for options under jump diffusion processes. J. Numerical Analysis and Modeling 6 : 110-123. Zhao Jichao. 2007. Compact ๏ฌnite difference method for American option pricing. J. Computational and Applied Mathematics 206 : 306โ321.
LAMPIRAN 1.
Sintaks program untuk diskretisasi eksplisit
function D=ExplisitAr(u0,g1,g2,S_end,T,nS,nt) format long nS1 = nS + 1; %% jumlah titik S nt1 = nt + 1; %% jumlah titik t hS = S_end/nS; %% panjang sub-interval S hS2 = hS*hS; ht = T/nt; %% panjang sub-interval t sigma0 = 0.2; r = 0.08; %% tingkat suku bunga bebas risiko %k = 0.01; %% biaya transaksi %dt = 0.02; %% periode transaksi %%%% Grid untuk variabel S dan t
25
Svec = hS*(0:nS); tvec = ht*(0:nt);
%% size = 1x(nS+1) %% size = 1x(nt+1)
%%%% Batas U= zeros(nt1, nS1); %% size = (nt+1)x(nS+1) for p = 1:nS1 U(1,p) = feval(u0,Svec(p)); %%Syarat awal end for k = 1:nt1 U(k,1) = feval(g1,tvec(k)); %% Syarat batas 1 U(k,nS1) = feval(g2,tvec(k)); %% syarat batas 2 end for m = 2:nt1 %% iterasi waktu Vtemp = U(m-1,:); U_SS = zeros (1, nS1-2); for j = 2:nS1-1 U_SS(j-1) = (Vtemp(j-1)-2*Vtemp(j)+ Vtemp(j+1))/hS2; end %%%% Volatilitas Leland sigma2 = zeros(nS1-2, 1); for i = 1:nS1-2 if U_SS(i)>0 sigma2(i) = sigma0^2*(1+((2/3.14)^0.5)*0.01/(sigma0*(0.02)^0.5)); elseif U_SS(i)<0 sigma2(i) = sigma0^2*(1((2/3.14)^0.5)*0.01/(sigma0*(0.02)^0.5)); else sigma2(i) = sigma0^2; end end %%%% for j = 1:nt1-1 for i = 2:nS1-1 U(j+1,i) = ht*0.5*sigma2(i1)*(Svec(i)^2)*((U(j,i-1)-2*U(j,i)+ U(j,i+1))/hS2)+ ht*r*Svec(i)*((U(j,i+1)-U(j,i))/hS) + ht*(1/ht r)*U(j,i); end end end D = zeros(nt1,nS1);
26
for j = 1:nt1 D(j,:) = U((nt1+1)-j,:); end %%%%% Plot Solusi Numerik surf(Svec,tvec,D) ylabel('Waktu'); xlabel('Harga Saham'); zlabel('Harga Opsi'); s1=sprintf('h_t=%6.4f h_S=%6.4f', ht, hS); title(s1); end 2. Sintaks program untuk diskretisasi implisit function V=BedaHinggaUP(u0,g1,g2,S_end,T,nS,nt) nS1 = nS+1; %% jumlah ruang saham(S) hS = S_end/nS; %% panjang sub-interval S hS2 = hS*hS; nt1 = nt+1; %% jumlah ruang waktu(t) ht = T/nt; %% panjang sub-interval t sigma0 = 0.2; %k = 0.01; %% Biaya Transaksi %dt = 0.02; %% periode transaksi r = 0.08; %% tingkat suku bunga bebas risiko rasio = 1/ht; %% rasio dari panjang ruang dan panjang waktu %%%% Grid untuk variabel S dan t Svec = hS*(0:nS); %% size = 1x(nS+1) tvec = ht*(0:nt); %% size = 1x(nt+1) %%%% Mendefenisiakan Nilai Opsi U = zeros(nt1, nS1); %% size = (nt+1)x(nS+1) for k = 1:nS1 U(1,k) = feval(u0,Svec(k)); end for k = 1:nt1 U(k,1) = feval(g1,tvec(k)); U(k,nS1) = feval(g2,tvec(k)); end for m = 2:nt1 %% iterasi waktu Vtemp = U(m-1,:); Vtemphit = U(m-1,2:nS1-1)'; Un = U(m-1,2:nS1-1); tol = 1; iter = 1; while tol > 1.0e-5 && iter <= 1000
27
U_SS = zeros (1, nS1-2); for j = 2:nS1-1 U_SS(j-1) = (Vtemp(j-1)-2*Vtemp(j)+ Vtemp(j+1))/hS2; end Svechit = zeros(1, nS1-2); for j=1:(nS1-2) Svechit(j) = Svec(j+1); end %%%% Volatilitas Leland sigma2 = zeros(nS1-2, 1); for i = 1:nS1-2 if U_SS(i)>0 sigma2(i) = sigma0^2*(1+((2/3.14)^0.5)*0.01/(sigma0*(0.02)^0.5)); else sigma2(i) = sigma0^2*(1((2/3.14)^0.5)*0.01/(sigma0*(0.02)^0.5)); end end %%%% c = r*Svechit; A = zeros(nS1-2,3); %%%% Nilai dari A^(i+1) for i = 1:(nS1-2) A(i,2) = rasio+2*sigma2(i)*(Svechit(i)^2)/hS2 + (1/(hS)*c(i))+ r; end for i = 1:(nS1-2) A(i,1) = -sigma2(i)*(Svechit(i)^2)/hS2; end for i = 1:(nS1-2) A(i,3) = -sigma2(i)*(Svechit(i)^2)/hS2 (1/hS)*c(i); end %%%% Nilai F = Un/(delta tau) + B(i+1) F = zeros(nS1-2,1); F(1) = A(1,1)*U(m,1) + A(1,2)*Vtemphit(1) +A(1,3)*Vtemphit(2)-rasio*Un(1); F(nS1-2) = A(nS1-2,1)*Vtemphit(nS1-3)+A(nS12,2)*Vtemphit(nS1-2)+A(nS1-2,3)*U(m, nS1) rasio*Un(nS1-2); for i = 2:(nS1-3) F(i)=A(i,1)*Vtemphit(i-1) + A(i,2)*Vtemphit(i) +A(i,3)*Vtemphit(i+1)-rasio*Un(i); end %%%% Matriks Jacobi
28
Ja = zeros(nS1-2,3); for i = 1:(nS1-2) Ja(i,2) = A(i,2); end for i = 2:(nS1-2) Ja(i,1) = A(i,1); end for i = 1:(nS1-3) Ja(i,3) = A(i,3); end %%%% Menyelesaikan Tridiagonal Solvers Ja*Z=-F dgn Crout Factorization lamb1 = zeros(nS1-2,1); lamb1 (1)=Ja(1,3)/Ja(1,2); d = zeros(nS1-2,1); d(1) = -F(1)/Ja(1,2); for k = 2:(nS1-3) lamb1(k) = Ja(k,3)/(Ja(k,2)-Ja(k,1)*lamb1(k1)); d(k) = (-F(k)-Ja(k,1)*d(k-1))/(Ja(k,2)Ja(k,1)*lamb1(k-1)); end z = zeros(nS1-2,1); z(nS1-2) = (-F(nS1-2)-Ja(nS1-2,1)*d(nS13))/(Ja(nS1-2,2)-Ja(nS1-2,1)*lamb1(nS1-3)); for k = (nS1-3):-1:1 z(k) = d(k) - lamb1(k)*z(k+1); end %%%%% Tridiagonal Solvers Selesai Vtemphit = Vtemphit + z; tol = max(z); iter = iter + 1; Vtemp = [U(m,1) Vtemphit' U(m,end)]; end for i = 1:nS1 U(m,i) = Vtemp(i); end end %%%%% Harga Opsi V = zeros(nt1, nS1); for j = 1:nt1 V(j,:) = U((nt1+1)-j,:); end %%%%% Plot Solusi Numerik surf(Svec,tvec,V) xlabel('Harga Saham'); ylabel('Waktu'); zlabel('Harga Opsi');
29
s1=sprintf('h_t=%6.4f h_S=%6.4f', ht, hS); title(s1);
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ketulungan, Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada tanggal 20 juli 1988, sebagai anak ketiga dari pasangan Lahmuddin dan Baeyana. Pendidikan sekolah menengah ditempuh di SMA Negeri 1 Sukamaju, Luwu Utara, Sulawesi Selatan Program IPA, lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis diterima di program studi Matematika Universitas Negeri Makassar, dan menyelesaikannya tahun 2011. Pada tahun 2013 Penulis diterima di program studi Matematika Terapan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan sponsor Beasiswa Pendidikan Pascasarjana dalam Negeri (BPP-DN) dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI). Selama mengikuti Program S-2, penulis aktif diberbagai organisasi di antaranya menjadi ketua umum Gugus Mahasiswa Pascasarjana Matematika IPB, pengurus Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB, Forum Mahasiswa IPB Sulawesi Selatan dan Himpunan Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana IPB. Penulis pernah menjadi perwakilan IPB dalam undangan seminar aktuaria yang di selenggarakan oleh Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI).
30
Sebuah artikel dengan judul โNumerical method for determining option price with Leland volatility modelโ telah diterima untuk diterbitkan di jurnal Applied Mathematical Sciences (AMS), Hikari Ltd, Bulgaria. Karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari penelitian S-2 penulis.