Apabila penetapan harga pokok produksi terlalu tinggi maka mengakibatkan harga jual barang akan tinggi, dan apabila penetapan harga pokok produksi terlalu rendah akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan sendiri, karena laba yang dinikmati terlalu kecil atau terjadi penurunan keuntungan perusahaan. Keputusan penetapan harga jual dianggap merupakan suatu keputusan tunggal harus diambil seorang pemimpin, alasannya penentuan harga bukan hanya keputusan pemasaran atau finansial. Keputusan penentuan harga jual adalah keputusan yang menyangkut seluruh aspek aktivitas perusahaan dan akibatnya pada perusahaan. Bila penentuan harga jual tidak sesuai dengan harga pokok produksinya, maka terjadi adalah tidak adanya keseimbangan antara harga pokok produksi dan harga pokok penjualannya. Sehingga mengakibatkan tidak menentunya pendapatan dalam perusahaan. Maka sebab itulah penetapan harga pokok produksi harus disesuaikan dengan harga jual produk.
METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK Nurul Badriyah,SE,MPd
ABSTRAK Direct costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi. Manfaat informasi harga pokok produksi massa bagi manajemen menurut Mulyadi (2007:65) adalah : Menentukan harga jual produk, memantau realisasi biaya produksi, Menghitung laba atau ruperiodik, Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Penetapan harga pokok produksi sangat penting maka dalam penentuan harus diusahakan seteliti-telitinya. Karena kesalahan perhitungan harga pokok dapat mempengaruhi pengambilan keputusan tentang harga jual dari produk yang dihasilkan, tinggi rendahnya harga pokok produksi akan berpengaruh pada harga yang dibayarkan pada konsumen atas barang yang diterimannya semakin tinggi harga pokok suatu barang akan semakin tinggi pula harga jual produk.
Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2007:8) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang memungkinkan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Usry (1994:25) biaya adalah nilai tukar prasyarat, pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Sedangkan menurut Hansen (1999:40) biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi.
Kata kunci : Metode Direct costing, penentuan harga jual, produk
Setiap perusahaan yang akan didirikan pasti mempunyai tujuan, dalam hal ini terdapat dua tujuan utama perusahaan yaitu: keuntungan (profit) dan maksimalisasi kemakmuran (wealth). Kegiatan yang dilakukan melalui langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan. Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan antara lain meliputi kegiatan produksi dan memasarkan hasil produksi tersebut. Kegiatan dalam proses produksi harus memperhatikan cara-cara yang tepat, sehingga terjadi efisiensi biaya produksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan harus diklasifikasikan secara tepat sehingga penentuan harga pokok produksi sesuai dengan apa yang diharapkan.
Klasifikasi Biaya Menurut Mulyadi (2007:13) biaya dapat digolongkan menjadi: 1) Penggolongan biaya berdasarkan obyek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya 2) Penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi yang siap dijual. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini
1
2
dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contoh: biaya iklan, biaya promosi, biaya angkut dari gudang perusahaan ke gudang pembelian. Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. contoh: biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat. 3) Penggolongan biaya berdasarkan hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Menurut Mulyadi (2007:14)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubunganya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost).
4) Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume aktivitas Biaya variabel adalah biaya-biaya yang secara total selalu mengalami perubahan,dimana perubahan itu searah dan sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan. Meliputi: Biaya bahan baku langsung dan biaya tenega kerja langsung.
Biaya semivariabel adalah biayabiaya yang tidak bersifat tetap, tetapi tidak pula bersifat variabel.Biaya ini mengalami perubahan,tetapi tidak sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan yang meliputi: biaya bahan baku tidak langsung,biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya pemeliharaan dan biaya peralatan.
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu yang meliputi: gaji direktur produksi, pajak kekayaan dan asuransi.
5) Penggolongan biaya berdasarkan jangka waktu manfaatnya Pengertian Biaya Produksi menurut Munandar (1997:25) biaya produksi dibagi kedalam 3 hal: biaya bahan mentah adalah biaya yang terdiri dari semua bahan yang dikerjakan dalam proses produksi untuk diubah menjadi barang jadi upah tenaga kerja adalah upah yang dibayarkan untuk tenga krja yang secara langsung memproses barang mentah mnejadi barang jadi. biaya pabrik tidak langsung adalah semua biaya yang terdapat serta terjadi dalam lingkungan pabrik tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan proses produksi. Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007:18) pengertian harga pokok produksi adalah sebagian dari seluruh biaya yang dibebankan atau dikeluarkan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang diharapkan. Harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan, biaya yang hanya dibebankan ke barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur, biaya bahan langsung dan overhead (Hansen, 1999:49). Fungsi Perhitungan Harga Pokok Produksi manfaat informasi harga pokok produksi massa bagi manajemen menurut Mulyadi (2007:65) adalah: Menentukan harga jual produk memantau realisasi biaya produksi Menghitung laba atau ruperiodik
3
Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca Variabel Costing/Direct Costing Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi. Harga pokok produk menurut metode ini terdiri dari : 1) 2) 3) 4)
Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead variabel pabrik Harga pokok produk
xx xx xx xx
Dalam metode ini biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai periode cost dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam priode terjadinya. Metode variabel costing ini dikenal dengan nama direct costing. Istilah direct costing sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan istilah direct cost (biaya langsung). Pengertian langsung dan tidak langsungnya suatu biaya tergantung erat tidaknya hubungan biaya dengan obyek penentuan biaya, misalnya: produk, proses, departemen, dan pusat biaya yang lain. Proses Pengumpulan Biaya Produksi Dalam variabel costing dengan metode harga pokok proses, harga pokok produk persatuan dihitung setiap akhir periode, misalnya setiap akhir bulan, dengan cara membagi total biaya produksi variabel selama satu bulan dengan total ekuivalensi produksi selama periode yang sama. Dengan demikian biaya overhead pabrik variabel tidak dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka, namun dibebankan kepada produk menurut biaya yang sesungguhnya terjadi dalam periode tertentu. Karena variabel costing dengan metode harga pokok proses menghendaki biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk menurut biaya overhead pabrik variabel yang sesungguhnya terjadi selama periode akutansi tertentu, tidak sebesar tarif yang ditentukan di muka seperti halnya dengan metode harga
pokok pesanan, maka akutansi biaya produksi dilakukan sebagai berikut: a. Biaya produksi variabel, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, dicatat langsung pada saat terjadinya dengan mendebit rekening barang dalam proses yang bersangkutan. b. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan pertama kali mendebit rekening biaya overhead pabrik Sesungguhnya. Pada akhir bulan, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, yang didebitkan ke dalam rekening biaya xx overhead xx Pabrik Sesungguhnya, dianalisis xx untuk menentukan biaya overhead pabrik xx variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Teknik analisis yang digunakan dapat xx berupa analisis statistik (analisis regresi) atau analisis yang lebih sederhana (misalnya metode titik tertinggi dan terendah). Hasil analisis terhadap rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya tersebut digunakan untuk membuat jurnal berikut ini: Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
xx xx xx
c. Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi dalam periode akutansi tertentu dengan jurnal: Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx Biaya Overhead Pabrik Variabel xx
d. Biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum juga perlu dipisahkan menurut perilaku biaya tersebut dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sesungguhnya terjadi pertama kali dicatat ke dalam rekening kontrol biaya pemasaran atau biaya administrasi dan umum. Pada akhir bulan, biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum yang didebitkan ke dalam rekening biaya pemasaran atau biaya administrasi dan umum dianalisis untuk menentukan biaya yang berperilaku variabel dan biaya yang berperilaku tetap. Teknik analisis yang digunakan dapat berupa analisis statistik (analisis regresi) atau analisis yang lebih sederhana, misalnya metode titik tertinggi dan terendah. Hasil analisis terhadap rekening biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum tersebut digunakan untuk membuat jurnal berikut ini:
4
Biaya Pemasaran Variabel Biaya Pemasaran Tetap Biaya Pemasaran Biaya Administrasi dan Umum Variabel Biaya Administrasi dan Umum Tetap Biaya Administrasi dan Umum
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke xx gudang dalam periode waktu tertentu xx sebagai berikut: xx
xx xx xx xx xx xx
Akuntansi biaya produksi dan biaya nonproduksi dalam metode variabel costing dibagi menjadi tahap berikut ini: 1) Pencatatan Pemakaian Bahan Baku dan Bahan Penolong Pemakaian bahan baku selama periode tertentu tersebut jurnal sebagai berikut: Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen 1 Persediaan Bahan Baku
xx xx
2) Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja di departemen produksi dalam periode tertentu dijurnal sebagai berikut: Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja-Departemen 1 xx Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja-Departemen 1 xx Gaji dan Upah xx
3) Pencatatan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode tertentu dicatat oleh PT X dengan jurnal sebagai berikut: Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Departemen 1 xx Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Departemen 2 xx
Berbagai Rekening yang Dikredit Pembagian biaya overhead pabrik menurut perilakunya dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Variabel xx Biaya Overhead Pabrik Tetap xx Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
4) Pencatatan Harga Pokok Produk dalam Proses Departemen Pertama Pada Akhir Periode Harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen 1 Persediaan Produk dalam Proses xx Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Variabel xx
5) Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi yang Ditransfer ke Gudang
xx Persediaan Produk Jadi xx xx Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx Barang Dalam Proses-BiayaBiaya Tenaga Administrasi Kerja danxx Umum Barang Proses-Biaya Overhead Pabrik Variabel xx
6. Pencatatan Harga Pokok Produk dalam Proses di Departemen Setelah Pertama Pada Akhir Periode Harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen 2 pada akhir bulan dicatat sebagai berikut: Persediaan Produk dalam Proses xx xx Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx xx Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx BarangdalamProses-Biaya Overhead Pabrik Variabelxx
7). Pencatatan Penjualan Produk Hasil penjualan produk selama periode waktu tertentu dicatat sebagai berikut: Piutang Hasil penjualan
xx xx
xx xx
Harga pokok produk yang dijual dalam periode waktu tertentu dicatat sebagai berikut: Harga Pokok Penjualan Persediaan Produk Jadi
xx xx xx
8). Pencatatan Biaya Komersial Biaya nonproduksi yang terjadi xx dalam periode tertentu dicatat dengan jurnal xx sebagai berikut: Biaya Pemasaran Biaya Administrasi dan Umum Berbagai Rekening yang Dikredit
xx xx xx
Menentukan Harga Jual Produk a. Memantau Realisasi Biaya Produksi xx Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu tidak diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan didalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk xx mengumpulkan informasi biaya produksi xx apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi untuk jangka waktu tertentu
Barang dalam Prose
5
tersebut dilakukan dengan menggunakan metode harga pokok proses. b. Menghitung Laba atau Rugi Bruto Periode Tertentu Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode waktu tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi bruto periodik diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok dalam proses digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk periode tertentu guna menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap periode. c. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses Yang Disajikan Dalam Neraca Metode harga pokok pesanan digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi labar atau rugi bruto tiap pesanan. Pada saat Manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode. Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca. Pengertian Harga Jual Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa
yang dijual atau diserahkan dalam satuan uang (Sulastiningsih, 1999: 82). Pada umumnya penentuan harga jual merupakan salah satu keputusan yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Menurut Sugiri (2004:16) harga jual merupakan salah satu keputusan manajemen, hidup atau matinya perusahaan dalam jangka panjang bergantung pada keputusan ini. Dalam jangka panjang, harga jual harus cukup untuk menutup seluruh biaya dan laba normal, agar perusahaan dapat bertahan. Jika biaya dan laba yang diinginkan tidak dapat ditutup oleh harga jual, maka investor akan mencari peluang yang lebih menguntungkan. Tujuan Penetapan Harga 1) Dalam laba maksimum Dalam praktek terjadinya harga memang ditentukan oleh penjual dan pembeli. Makin besarnya daya beli konsumen semakin besar pula kemungkinan bagi penjual menpunyai harapan untuk mendapatkan keuntungan maksimal sesuai dengan kondisi yang ada. 2) Mendapatkan pengendalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih Harga yang dapat dicapai dalam penjualan dimaksudkan pula untuk menutup investasi secara berangsur-angsur. Dana yang dipakai untuk mengembalikan investasi hanya bisa diambil dari perusahaan, dan laba hanya bisa diperoleh bilamana harga jual lebih besar dari jumlah seluruhnya. 3) Mencegah atau mengurangi saingan Tujuan mencegah atau mengurangi saingan dapat dilakukan melalui kebijakan harga. Hal ini dapat diketahui bilamana penjual menawarkan barang dengan harga yang sama. Oleh karena itu persaingan hanya dapat dilakukan tanpa melalui kebijakan harga. 4) Mempertahankan atau memperbaiki market share (pangsa pasar) Memperbaiki market share hany mungkin dilakukan bilamana kemampuan dan kapasitas produk perusahaan masih cukup longgar, disamping juga kemampuan dibidang lain seperti pemasaran keuangan dan sebagainya.
6
Penentuan Harga Jual Suatu Produk Menurut Mas’ud (1995:113) Adalah Sebagai Berikut: 1) Gross marjin pricing Dalam penentuan harga jual berupa gross marjin pricing, pada umumnya sangat tepat digunakan oleh perusahaan yang beroperasi di bidang perdagangan dimana jenis perusahaan ini tidak membuat sendiri produk yang dijual sehingga banyak aktiva tetap yang digunakan. Caranya dengan menentukan prosentase tertentu diatas harga (cost) produk yang dibeli. Presentasi ini disebut “mark on prosentase” atau “mark up” prosentase ini meliputi bagian untuk menutup biaya operasi dan bagian menentukan laba yang diinginkan. Prosentase mark up besarnya berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Perusahaan yang mempunyai resiko besar akan menentukan prosentase mark up ini lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang resikonya tidak begitu besar. Sebagai contoh perusahaan fashion yang menjual pakaianpakaian mode mark up nya relatif besar dari pada perusahaan yang tidak dipengaruhi mode dalam menjual produknya. Penentuan harga jual dengan metode ini yaitu dengan menentukan cost barang yang dijual ditambah mark up yang diinginkan, dirumuskan sebagai berikut: Harga jual =
Cost Produk + ( % Mark up x Dasar penentuan Mark up )
2) Direct cost pricing Metode ini dikenal dengan nama “marginal income pricing“ karena hanya memperhitungkan biaya berhubungan dengan volume atau penjualan sehingga menghasilkan marginal income. Marginal income berapa yang dikehendaki oleh perusahaan, hal ini sebagai dasar penentuan harga jual, dirumuskan :
saja sedang dalam metode ini semua jenis biaya dipakai sebagai dasar untuk harga jual. Jadi metode ini memasukkan semua biaya untuk membuat produk ditambah prosentase yang diinginkan untuk menutup biaya operasi dan laba yang diinginkan, dirumuskan sebagai berikut : Harga Jual
=
Biaya variabel + Biaya lain-lain
Biaya produksi total + Margin ( Biaya produksi total ) + Biaya operasi
4) Time and material pricing Dalam metode ini tarif tertentu ditentukan dari upah langsung dan tarif lainnya dari bahan baku masing-masing. Tarif ini dijadikan satu ditambah jumlah tertentu dari biaya tenaga kerja ini merupakan jumlah dari : a) Upah langsung dari premi-premi pada karyawan b) Bagian yang layak dan berhubungan dengan upah tenaga kerja c) Bagian untuk laba Yang dimaksud “material” adalah semua beban yang dimasukkan dalam faktur pembelian material yang digunakan untuk job atau pekerjaan tertentu ditambah pemakaian material. Beban-beban material ini biasanya ditentukan dengan prosentase dari harga pokok material. 5) Capital employed pricing cost Metode ini prosedurnya dengan menentukan prosentase mark up tertentu dari kapital yang dianggap mempunyai peranan dalam memproduksi barang atau produk. Harga jual ini dirumuskan sebagai berikut : Harga Jual
=
Total Cost + (% dari capital employed) Volume penjualan dalam unit
Atau menggunakan rumus sebagai berikut :
Harga Jual Harga Jual
=
=
Total Cost (% x aktiva tetap ) Volume p enjualan dalam unit 1 - % x aktiva tetap
+ ( % Laba yang diinginkan x
3) Full cost pricing Dasar penentuan laba ) Penentuan harga jual dengan metode ini hampir sama dengan metode direct cost pricing. Perbedaannya terletak pada dasar pembebanan costnya. Kalau dalam “direct cost pricing” hanya biaya-biaya variabel
Peranan Penetapan Harga Pokok Produksi Untuk Menetapkan Harga Jual Produk penetapan harga pokok produksi sangat penting maka dalam penentuan harus diusahakan seteliti-telitinya. Karena kesalahan perhitungan harga pokok dapat mempengaruhi
7
pengambilan keputusan tentang harga jual dari produk yang dihasilkan, tinggi rendahnya harga pokok produksi akan berpengaruh pada harga yang dibayarkan pada konsumen atas barang yang diterimannya Dengan demikian semakin tinggi harga pokok suatu barang akan semakin tinggi pula harga jualnya. Setiap konsumen pada umumnya memberi harga jual terendah dari barang sejenis meskipun kualitas produk suatu perusahaan lebih tinggi, maka konsumen akan membeli produk dari perusahaan yang lebih rendah dari harga jualnya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa harga pokok yang terlalu tinggi akan mempersulit perusahaan. Jika pendekatan variabel costing digunakan dalam penentuan biaya produk, harga jual produk harus dapat menutup taksiran biaya penuh, yang merupakan jumlah biaya variabel (biaya produksi dan biaya non produksi) biaya tetap (biaya produksi tetap dan biaya non produksi tetap) sebesar yang akan dikeluarkan, ditambah dengan laba wajar. (Mulyadi, 2001: 79) Adapun pendekatan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Penentuan Harga Pokok Dengan Metode Direct Costing
Produksi
Metode direct costing: penentuan harga produksi yang hanya membebankan biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produksi. Metode direct costing terdiri dari: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Harga pokok produk
Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx
DAFTAR RUJUKAN Carter, William K., and Milton F. Usry. 2006. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi 13. Krista, Penerjemah. Jakarta: Salemba Empat. Halim, Abdul. 1999. Dasar-dasar Akuntansi Biaya. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Hansen, Don R., and Maryanne M. Mowen. 1999. Akuntansi Manajemen. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: Erlangga. Hartanto. 1992. Akuntansi Biaya Untuk Perhitungan Harga Pokok Produk. Yogyakarta: BPFE. Mas’ud,
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN. Munandar. 1997. Budgeting. Yogyakarta: BPFE.
(Biaya produksi variabel + biaya lain variabel) + (laba yang diinginkan) Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Jumlah biaya variabel Mark up Harga jual produk
Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx
Edisi
I.
Subiyanto. 2000. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx
Supardi.
Rp. xxx
2. Penentuan Harga Jual Dengan Menggunakan Metode Direct Costing
Machfoed. 1995. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: STIE Widya Wiwaha
2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta.
Sulastiningsih. 1999. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN. Sugiri, Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx
Slamet, dan Sulastiningsih. 2004. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
Supriyono, R.A. 1999. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Rp. xxx Pengertian mark up disini adalah: laba yang dikehendaki + biaya administrasi dan umum. Prosentase mark up disini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Laba yang dikehendaki + biaya pemasaran + biaya administrasi dan umum.
Usry,
Milton F. 1994. Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok Produk. Jakarta: Salemba Empat.