Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
PENERAPAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN HPP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK DUPA PADA UD GANESHA Putu Lina Mariani1, Made Ary Meitriana1, Anjuman Zukhri2 Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perhitungan harga pokok produksi dalam menetukan harga jual produk dupa yang dilakukan oleh UD Ganesha, (2) perhitungan harga pokok produksi dalam menetukan harga jual dengan penerapan metode full costing pada UD Ganesha, dan (3) perbandingan perhitungan harga pokok produksi dalam menetukan harga jual antara metode full costing dengan perhitungan harga pokok produksi pada UD Ganesha. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi yang selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) Perhitungan harga pokok produksi dupa pada UD Ganesha hanya membebankan biaya bahan baku sebesar Rp 537.660.000,00, biaya tenaga kerja Rp 116.800.000,00 dan perusahaan belum menghitung seluruh biaya overhead pabrik sehingga biaya overhead pabrik sebesar Rp 28.325.000,00. Harga pokok produksi dupa Rp 682.785.000,00, harga pokok produksi dupa satu karung yang berisi 40 kg dupa Rp 233.830,40 dan harga jual Rp 280.600,00, (2) harga pokok produksi dengan metode full costing yang sudah memperhitungkan semua unsur biaya yang terkait dengan proses produksi, sehingga harga pokok produksi dupa Rp 687.215.333,34, harga pokok produksi dengan metode full costing satu karung yang berisi 40 kg dupa Rp 235.347,60 dan harga jual Rp 282.500,00, (3) selisih harga pokok produksi antara perhitungan metode full costing dengan perhitungan perusahaan Rp 1.517,20 per satu karung dupa, selisih harga jual antara perhitungan metode full costing dengan perhitungan perusahaan Rp1.900,00. Kata kunci: harga pokok produksi, harga jual, metode full costing Abstract The research aims to find out (1) the calculation of production main cost in determining the sale price of incense product that done by UD. Ganesha, (2) the calculation of production main cost in determining the sale price by implementing full costing method at Ganesha, and (3) the comparison of calculation of production main cost in determining the sale price between full costing method and the calculation of production main cost at UD. Ganesha. The study belonged to quantitative descriptive research type. The data collected through documentation, analyzed by descriptive analytical technique and quantitative approach. The research showed that (1) The calculation of the cost of production at UD Ganesha incense only charge Rp 537.660.000,00 of raw materials, labor costs Rp 116.800.000,00 and the company has not enumerate all factory overhead costs so that manufacturing overhead Rp 28.325.000, 00. Cost of production of Rp 682.785.000,00 incense, incense production cost of one bag containing 40 kg of incense Rp 233.830,40 and Rp 280.600,00 selling price, (2) the cost of production with a full costing method which already takes into account all elements of cost associated with the production process, so that the production cost of Rp 687.215.333,34 incense, the cost of production with a full costing method sacks containing 40 kg of incense Rp 235.347,60 and Rp 282.500,00 selling price, (3) the difference of production main cost between the calculation of full costing method and calculation of company was about Rp. 1.517,20 for one bag of incense, the difference of sale price between the calculation of full costing and calculation of company was Rp1.900,00. Keywords: production main cost and sale price, full costing method
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
PENDAHULUAN Perusahaan yang menghasilkan suatu produk dalam proses produksinya memerlukan informasi mengenai berapa besar jumlah biaya yang digunakan dalam menghasilkan produk dan sekaligus diharapkan dapat menghitung biaya-biaya yang diperlukan seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik untuk dapat menetukan harga pokok penjualan yang tepat terhadap produk yang dihasilkan. Dengan tajamnya persaingan tersebut perusahaan dituntut mampu menghadapi persaingan yang ada, sehingga jika perhitungan biaya produksi dilakukan dengan tepat maka akan diperoleh biaya produksi yang tepat. Menurut Mulyadi (2005:16), dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya nonproduksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum. Berkaitan dengan kegiatan proses produksi, perusahaan harus mempunyai kemampuan untuk dapat mendayagunakan segenap sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan sebanding dengan bahanbahan dan jasa-jasa yang diolah menjadi produk. Bahan-bahan yang diperlukan oleh perusahaan sangat menentukan atau mempengaruhi tingkat kualitas dan kuantitas produk dan harga jual produk karena bila harga bahan yang diperoleh terlalu tinggi dengan kualitas dan kuantitas yang kurang memuaskan tentunya akan mempengaruhi tingkat biaya produksi dan harga jual produk sehingga perusahaan akan mengalami kerugian, sebaliknya bila harga pembelian bahan rendah atau murah sesuai dengan harga yang berlaku di pasaran dengan kuantitas dan kualitas yang baik serta waktu penyerahan yang tepat, maka perusahaan dapat menekan tingkat biaya produksi dan harga jual produk mampu bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya sehingga apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat
tercapai. Menurut Witjaksono (2012:5), hal terpenting dari penerapan metode pengukuran biaya yang makin akurat, adalah semakin terbukanya wawasan untuk melakukan peningkatan (improvement) dalam proses produksi barang dan jasa agar semakin efisien dan efektif. Biayabiaya ini agar lebih efektif, maka yang dicatat haruslah yang benar-benar dibebankan karena pengalokasian biaya produksi merupakan suatu proses yang penting dan berpengaruh terhadap penentuan harga pokok produksi. Penentuan harga pokok produksi akan berguna terhadap harga jual dan dalam menentukan harga jual terlebih dahulu harus diketahui harga pokok dari pembuatan produknya dan berapa biaya produksi yang dikeluarkan, sehingga produk tersebut dapat bersaing dengan produk lain dipasaran. Pihak manajemen selain dituntut untuk dapat mengkoordinasikan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien, juga dituntut untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang pencapaian tujuan perusahaan serta mempercepat perkembangan perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2001:633), harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Seorang pelanggan atau konsumen seringkali mempertimbangkan harga dalam membuat keputusan apakah ia akan membeli suatu produk atau tidak. Walaupun tidak jarang juga kualitas lebih diunggulkan daripada harga, namun tidak dapat dipungkiri bahwa harga sangat berperan dalam proses pembuatan keputusan pembelian barang konsumen. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan kesalahan dalam penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah serta juga menimbulkan kesalahan dalam penentuan nilai persedian produk selesai dan produk dalam proses. Menurut Stanton (1993:316), harga jual yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan produk yang ditawarkan
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
perusahaan akan sulit bersaing dengan produk sejenis yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk terlalu rendah akan mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula. Hal tersebut dapat diatasi dengan penentuan harga pokok produksi dan menetukan harga jual yang tepat. Harga pokok merupakan faktor terpenting dalam pertimbangan untuk menentukanharga jual suatu produk yang nantinya diharapkan akan mendatangkan laba bagiperusahaan. Salah satu metode yang digunakan dalam menghitung biaya produksi tersebut ialah metode harga pokok penuh (full costing method). Menurut Mulyadi (2005:17), Full Costing Method, merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi. Kos produk yang dihitung melalui pendekatan full costing terdiri dari unsur kos produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap). Perhitungan harga pokok produksi mempunyai peran yang sangat penting dalam penyajian informasi ringkas dan sistematis kepada pemakai laporan.Metode full costing memperhitungkan biaya tetap karena biaya ini dianggap melekat pada harga pokok persediaan baik barang jadi maupun persediaan barang dalam proses yang belum terjual dan dianggap harga pokok penjualan jika produk tersebut sudah habis dijual. Dengan demikian maka perusahaan akan memperoleh biaya yang akurat serta dapat menetapkan harga jual yang lebih kompetitif. UD Ganesha merupakan usaha yang bergerak di bidang produksi dupa yang berlokasi di Jalan Satria Dharma, Gang Cendana Desa Tukadmungga, Kabupaten Buleleng. Dalam kegiatan operasionalnya ditahun 2013 perusahaan memproduksi dupa sebanyak 116.800 kg dupa dengan memperkerjakan 10 orang karyawan. Harga pokok produksi pada 2013 sebesar Rp dengan rincian biaya bahan baku Rp 537.660.000,00, biaya tenaga kerja Rp116.800.000,00, biaya overhead pabrik variabel Rp 28.325.000,00 dan biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp
17.005.000,00, harga pokok untuk 1 kg dupa sebesar Rp 5.850,00, harga jual untuk 1 kg dupa Rp 7.000,00, dan laba yang diharapkan dari total biaya produksi sebesar 20%. UD Ganesha di dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan belum sepenuhnya menghitung biaya overhead pabrik yang diperlukan dalam proses produksi dupa seperti biaya penyusutan mesin di pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, selain itu biaya listrik, air, telepon di pabrik dan di toko perhitungannya tidak dimasukkan ke laporan harga pokok produksi melainkan dibawa ke laporan laba/rugi,sehingga harga pokok produksi yang dihasilkan menjadi terlalu rendah dan akan berdampak terhadap harga jual produk. Dalam penyajian laporan keuangan perusahaan harus menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku danbelum sepenuhnya menghitung biaya overhead pabrik yang diperlukan dalam proses produksi dupa sehingga laporan harga pokok produksi yang disajikan oleh perusahaan menjadi tidak wajar dan harga jual yang ditetapkan menjadi tidak sesuai dan akan berdampak terhadap laba perusahaan. Munculnya masalah tersebut, untuk mengetahui seluruh biaya yang dikeluarkan untuk produksi dupa maka perlu diterapkan metode full costing untuk melakukan perhitungan harga pokok produksi dan penetapan harga jual. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mencoba untuk menerapkan metode full costing. Adapun judul yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Penerapan Metode Full Costing Sebagai Dasar Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual Produk Dupa Pada UD Ganesha”. METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang dikumpulkan berupa cacatan harga pokok produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Data yang diharapkan dapat membantu UD Ganesha dalam menghitung harga pokok
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
produksi dalam menentukan harga jual produk dupa yang tepat dan sesuai dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dengan menggunakan metode full costing, sehingga akan terlihat perbedaan antara perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh UD Ganesha dan perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah di UD Ganesha, Jalan Satria Dharma, Gang Cendana Desa Tukadmungga, Kabupaten Buleleng. Subjek dalam penelitian ini adalah UD Ganesha, sedangkan objek dari penelitian ini adalah penerapan metode full costing. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Kuantitatif yang berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pemilik usaha yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas seperti perhitungan harga pokok produksi. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa angka-angka dalam laporan harga pokok produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik pada UD Ganesha. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan menghitung secara matematis dalam menentukan harga pokok produksi dalam menetukan harga jual dengan perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan dan dengan metode full costing. Adapun unsur biaya produksi yang digunakan dalam perhitungan metode full costing adalah sebagai berikut. Biaya bahan baku xx Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya overhead pabrik variabel xx Biaya overhead pabrik tetap xx Harga pokok produk xx + (Mulyadi, 2005:17) Hasil analisis perhitungan harga pokok produksi akan terdapat perbandingan dari dua metode yang berbeda antara perhitungan harga pokok produksi dalam
menetukan harga jual yang digunakan oleh perusahaan dan dengan penerapan metode full costing. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada tahun 2013 UD Ganesha memproduksi dupa sebanyak 116.800 Kg dan biaya bahan baku yang dikeluarkan untuk memproduksi dupa sebesar Rp 537.660.000,00. Adapun rincian untuk biaya bahan baku pembuatan dupa pada bulan Januari sebesar Rp 47.970.000,00, bulan Februari sebesar Rp 43.200.000,00, bulan Maret sebesar Rp 36.900.000,00, bulan April sebesar Rp 47.970.000,00, bulan Mei sebesar Rp 47.970.000,00, pada bulan Juni sebesar Rp 46.125.000,00, pada bulan Juli sebesar Rp 49.815.000,00, bulan Agustus sebesar Rp 40.590.000,00, bulan September sebesar Rp 46.125.000,00, bulan Oktober sebesar Rp 46.435.000,00, pada bulan November sebesar Rp 44.280.000,00, dan pada bulan Desember sebesar Rp 44.280.000,00. Bahan baku untuk memproduksi dupa terdiri dari serbuk lengket putih, serbuk jadi, serbuk batok, serbuk kasaran gergaji, stik dan sumba. UD Ganesha memiki 10 orang tenaga kerja yang bekerja untuk memproduksi dupa dan sistem pemberian upah sebesar Rp 1.000,00 per satu kilogram dupa yang mereka kerjakan, dalam satu hari 10 tenaga kerja tersebut mampu menghasilkan 400 kg dupa sehingga masing-masing tenaga kerja mampu menghasilkan 40 kg dupa dengan penghasilan Rp 40.000,00. Biaya tenaga kerja pada tahun 2013 sebesar Rp 116.800.000,00 dengan rincian bulan Januari sebesar Rp 10.400.000,00, bulan Februari sebesar Rp 9.600.000,00, bulan Maret sebesar Rp 8.000.000,00, bulan April sebesar Rp. 10.400.000,00, bulan Mei sebesar Rp 10.400.000,00, pada bulan Juni sebesar Rp 10.000.000,00, pada bulan Juli sebesar Rp 10.800.000,00, pada bulan Agustus sebesar Rp 8.800.000,00, pada bulan September Rp 10.000.000,00, pada bulan Oktober Rp 9.200.000,00, pada bulan November Rp 9.600.000,00 dan pada bulan Desember Rp 9.600.000,00. Biaya overhead pabrik pada UD Ganesha terdiri dari biaya overhead pabrik
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Biaya overhead pabrik variabel selama satu tahun yang dikeluarkan oleh UD Ganesha sebesar Rp 11.320.000,00 dengan rincian biaya sebagai berikut. Pada bulan Januari Rp 980.000,00, bulan Februari Rp 920.000,00, bulan Maret Rp 840.000,00, bulan April Rp. 980.000,00, bulan Mei Rp 980.000,00, bulan Juni Rp 950.000,00, bulan Juli Rp 1.030.000,00, bulan Agustus Rp 900.000,00, bulan September Rp 900.000,00, bulan Oktober Rp 950.000,00, bulan November Rp 920.000,00 dan bulan Desember Rp 920.000,00. Biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp 17.005.000,00 dengan rincian sebagai berikut. Timbangan besar yang jumlahnya 4 buah dengan beban penyusutannya per tahun sebesar Rp 400.000,00, timbangan kecil yang jumlahnya 3 buah dengan beban penyusutannya per tahun sebesar Rp
105.000,00, bambu yang jumlahnya 50 batang dengan beban penyusutannya per tahun sebesar 375.000,00, batako yang jumlahnya lima puluh buah dengan beban penyusutannya per tahun sebesar Rp 125.000,00, bangunan pabrik dan toko yang jumlahnya satu unit dengan beban penyusutannya sebesar Rp 16.000.000,00, Perhitungan harga pokok produksi dupa pada UD Ganesha hanya membebankan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan perusahaan belum memasukkan seluruh biaya overhead pabrik. Harga Pokok Produksi pada UD Ganesha Tahun 2013 sebesar Rp 682.785.000, 00, dengan jumlah produksi 116.800 kg dupa sehingga harga pokok produksi satu kilogram dupa Rp 5.845,76 dapat dilihat pada tabel 1 dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 1 Harga Pokok Produksi Keterangan Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Biaya overhead pabrik tetap Jumlah total Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi per satu kilogram dupa pada UD Ganesha sebesar Rp 5.845,76. UD Ganesha menjual satu karung dupa dengan isi 40 kg dupa, satu karung dupa berisi 40 kg dupa dengan harga pokok produksi sebesar Rp 233.830,40. Laba yang diharapkan dari harga pokok produksi sebesar 20 % sehingga satu karung dupa berisi 40 kg dupa dijual dengan harga Rp 280.596,48 dibulatkan menjadi Rp 280.600,00 dengan harga satu kilo sebesar Rp 7.014,912. Jadi laba yang didapat per satu karung dupa yang berisi 40 kg dupa sebesar Rp 46.769,60. Harga pokok produksi yang dihitung melalui pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya
Total Biaya Rp 537.660.000,00 Rp 116.800.000,00 Rp 11.320.000,00 Rp 17.005.000,00 Rp 682.785.000,00 Rp 5.845,76 overhead pabrik tetap). Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh UD Ganesha untuk memproduksi dupa Rp 537.660.000,00. Adapun rincian untuk biaya bahan baku sebagai berikut. Pada bulan Januari sebesar Rp 47.970.000,00, pada bulan Februari sebesar Rp 43.200.000,00, pada bulan Maret sebesar Rp 36.900.000,00, bulan April sebesar Rp 47.970.000,00, pada bulan Mei sebesar Rp 47.970.000,00, pada bulan Juni sebesar Rp 46.125.000,00, pada bulan Juli sebesar Rp 49.815.000,00, bulan Agustus sebesar Rp 40.590.000,00, bulan September Rp 46.125.000,00, bulan Oktober Rp 46.435.000,00, pada bulan November Rp 44.280.000,00 dan pada bulan Desember Rp 44.280.000,00.Bahan baku untuk memproduksi dupa terdiri dari serbuk lengket putih, serbuk jadi, serbuk batok, serbuk kasaran gergaji, stik dan
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
sumba. Biaya tenaga kerja pada tahun 2013 sebesar Rp 116.800.000,00 dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 10 orang dan sistem gaji diberikan upah sebesar Rp 1.000,00 tiap satu kilogram dupa yang dihasilkan. Rincian biaya tenaga kerja per bulan adalah sebagai berikut, pada bulan Januari Rp 10.400.000,00, Februari Rp 9.600.000,00, Maret Rp 8.000.000,00, bulan April Rp. 10.400.000,00, bulan Mei Rp 10.400.000,00, Juni Rp 10.000.000,00, Juli Rp 10.800.000,00, bulan Agustus Rp 8.800.000,00, September Rp10.000.000,00, Oktober Rp 9.200.000,00, November Rp 9.600.000,00 dan bulan Desember Rp 9.600.000,00. Biaya overhead pabrik tahun 2013 pada UD Ganesha dengan menghitung semua unsur biaya yang dikeluarkan karena terdapat biaya yang sebelumnya tidak diperhitungkan oleh UD Ganesha seperti biaya penyusutan mesin di pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, selain itu biaya listrik, air, telepon di pabrik dan di toko perhitungannya tidak dimasukkan ke laporan harga pokok produksi melainkan dibawa ke laporan laba/rugi, sehingga biaya overhead pabrik untuk menunjang proses produksi dengan perhitungan menggunakan metode full costing sebesar Rp 35.755.333,34, karena terdapat dua biaya overhead pabrik maka biaya overhead pabrik variabel sebesar Rp 17.885.000,00 ditambahkan dengan biaya overhead varibel tetap Rp 17.870.333.34. Rincian biaya overhead pabrik variabel sebagai berikut, pada bulan Januari sebesar Rp 1.540.000,00, pada bulan Februari sebesar Rp 1.455.000,00, pada bulan Maret sebesar Rp 1.370.000,00, bulan April sebesar Rp. 1.540.000,00, bulan Mei sebesar Rp 1.525.000,00, pada bulan Juni sebesar Rp 1.500.000,00, pada bulan Juli sebesar Rp 1.650.000,00, pada bulan Agustus sebesar Rp 1.435.000,00, pada bulan September sebesar Rp 1.490.000,00, bulan Oktober sebesar Rp 1.480.000,00, bulan November sebesar Rp 1.440.000,00 dan bulan Desember sebesar Rp 1.460.000,00. Biaya overhead pabrik tetap Rp 432,000,00 ditambahkan dengan penyusutan aktiva tetap sebesar Rp
17.438.333,34 sehingga total biaya overhead pabrik tetap Rp 17.870.333.34, dengan rincian biaya sebagai berikut bulan Januari sebesar Rp 36.000,00, bulan Februari sebesar Rp 36.000,00, bulan Maret sebesar Rp 36.000,00, bulan April sebesar Rp. 36.000,00, bulan Mei sebesar Rp 36.000,00, bulan Juni sebesar Rp 36.000,00 bulan Juli sebesar Rp 36.000,00 bulan Agustus sebesar Rp 36.000,00, bulan September Rp 36.000,00 bulan Oktober Rp 36.000,00 bulan November Rp 36.000,00 dan bulan Desember Rp 36.000,00 serta rincian untuk penyusutan aktiva tetap adalah sebagai berikut, timbangan besar yang jumlahnya empat buah dengan beban penyusutannya per tahun sebesar Rp 400.000,00, timbangan kecil yang jumlahnya tiga buah dengan beban penyusutannya per tahun sebesar Rp 105.000,00, bambu yang jumlahnya lima puluh batang dengan beban penyusutannya per tahun sebesar 375.000,00, batako yang jumlahnya lima puluh buah dengan beban penyusutannya per tahun sebesar Rp 125.000,00, bangunan pabrik dan toko yang jumlahnya satu unit dengan beban penyusutannya sebesar Rp 16.000.000,00, mesin disel yang jumlahnya 1 buah dengan beban penyusutan per tahun sebesar Rp 266.666,67 serta mesin kompresor yang jumlahnya satu buah dengan beban penyusutan per tahun sebesar 166.666,67. Harga pokok produksi pada UD Ganesha tahun 2013 dengan perhitungan menggunakan metode full costing tahun 2013 sebesar Rp 687.215.333,34 dengan jumlah produksi sebanyak 116.800 kg dupa sehingga harga pokok produksi satu kilogram dupa sebesar Rp 5.883,69, dapat dilihat pada tabel 2 dengan rincian sebagai berikut.
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
Tabel 2 Harga Pokok Produksi Keterangan Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variable Biaya overhead pabrik tetap Jumlah total Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi per satu kilogram dupa pada UD Ganesha sebesar Rp 5.883,69. UD Ganesha menjual satu karung dupa dengan isi 40 kg dupa, satu karung dupa berisi 40 kg dupa dengan harga pokok produksi sebesar Rp 235.347,60. Laba yang diharapkan dari harga pokok produksi sebesar 20 % sehingga satu karung dupa berisi 40 kg dupa dijual dengan harga Rp 282.417,20 dibulatkan menjadi Rp 282.500,00 dengan harga satu kilo sebesar Rp 7.060,43. Jadi laba yang didapat per satu karung dupa
Total Biaya (Rp) Rp 537.660.000,00 Rp 116.800.000,00 Rp 17.885.000,00 Rp 17.870.333,34 Rp 687.215.333,34 Rp 5.883,69 yang berisi 40 kg dupa sebesar Rp 47.152,40. Perbandingan harga pokok produksi dalam menetukan harga jual antara metode full costing dengan metode perhitungan harga pokok produksi pada UD Ganesha. Berdasarkan perhitungan sebelumnya dapat dianalisis perbedaan kedua metode perhitungan yaitu antara perhitungan harga pokok produksi dengan perhitungan yang dilakukan perusahaan dengan metode full costing. Perbedaan antara kedua metode tersebut dapat dilihat pada tabel 3 dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3 Perbandingan harga pokok produksi dalam menetukan harga jual antara metode full costing dengan metode perhitungan harga pokok produksi pada UD Ganesha. Metode Full Costing (Rp) Biaya bahan baku 537.660.000,00 Biaya tenaga kerja 116.800.000,00 langsung Biaya overhead pabrik 17.885.000,00 variabel Biaya overhead pabrik 17.870.333,34 tetap Jumlah total 687.215.333,34 Harga Pokok Produksi 5.883,69 Selisih jumlah total harga pokok produksi antara perhitungan metode full costing dengan perhitungan perusahaan tahun 2013 pada UD Ganesha sebesar Rp 4.430.333,34. Harga pokok produksi antara perhitungan metode full costing dengan metode perusahaan Rp 37,93 per satu kilogram dupa, sedangkan selisih harga pokok produksi antara perhitungan metode full costing dengan perhitungan perusahaan Rp 1.517,20 per satu karung dupa yang
Metode Perusahaan (Rp) Biaya bahan baku 537.660.000,00 Biaya tenaga kerja 116.800.000,00 langsung Biaya overhead pabrik 11.320.000,00 variabel Biaya overhead pabrik 17.005.000,00 tetap Jumlah total 682.785.000,00 Harga Pokok Produksi 5.845,76 berisi 40 Kg dupa, perbedaannya terdapat pada biaya overhead pabrik karena dengan
perhitungan perusahaan belum menghitung semua unsur biaya yang terkait dengan proses produksi seperti biaya penyusutan mesin di pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, selain itu biaya listrik, air, telepon di pabrik dan di toko perhitungannya dimasukkan ke laporan laba rugi, sedangkan dengan metode full
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
costing perhitungan harga pokok produksi dupa pada UD Ganesha sudah menghitung semua unsur biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dupa seperti biaya penyusutan mesin di pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, selain itu biaya listrik, air, telepon di pabrik dan di toko perhitungannya dimasukkan ke laporan harga pokok produksi. Selisih harga jual antara perhitungan metode full costing dengan metode perusahaan Rp 1.900,00 per satu karung dupa dan selisih laba antara perhitungan metode full costing dengan perhitungan perusahaan Rp 382,80. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan metode full costing sebagai dasar perhitungan harga pokok produksi dalam menentukan harga jual produk dupa pada UD Ganesha yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dilihat bahwa harga pokok produksi dupa tahun 2013 dengan metode full costing sebesar Rp 687.215.333,34. Harga pokok produksi per satu kilogram dupa dengan metode full costing sebesar Rp 5.883,69. UD Ganesha menjual satu karung dupa dengan isi 40 kg dupa, satu karung dupa berisi 40 kg dupa dengan harga pokok produksi sebesar Rp 235.347,60 dan laba yang diharapkan dari harga pokok produksi sebesar 20 % sehingga satu karung dupa berisi 40 kg dupa dijual dengan harga Rp 282.500,00 dengan harga satu kilogram sebesar Rp 7.014,912. Jadi laba yang didapat per satu karung dupa yang berisi 40 kg dupa sebesar Rp 47.152,40. Perhitungan harga pokok produksi dupa dengan perhitungan perusahaan Rp 682.785.000,00. Harga Pokok Produksi per satu kilogram dupa pada UD Ganesha sebesar Rp 5.845,76. UD Ganesha menjual satu karung dupa dengan isi 40 kg dupa, satu karung dupa berisi 40 kg dupa dengan harga pokok produksi sebesar Rp 233.830,40. Laba yang diharapkan dari harga pokok produksi sebesar 20 % sehingga satu karung dupa berisi 40 kg dupa di jual dengan harga Rp 280.600,00 dengan harga satu kilo sebesar Rp 7.014,912. Jadi laba yang didapat per satu
karung dupa yang berisi 40 kg dupa sebesar Rp 46.769,60. Selisih harga pokok produksi antara perhitungan metode full costing dengan perhitungan perusahaan Rp 1.517,20 per satu karung dupa, selisih harga jual antara perhitungan metode full costing dengan perhitungan perusahaan Rp 1.900,00 per satu karung dupa dan selisih laba antara perhitungan metode full costing dengan perhitungan perusahaan Rp 382,80. Diketahui bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan perhitungan perusahaan dan metode full costing memiliki perbedaan. Pada perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing harga pokok produksi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi dengan perhitungan perusahaan. Menurut Mulyadi (2005:17) metode penentuan harga pokok produksi dengan metode full costing membebankan seluruh biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Hal ini karena dengan menggunakan metode full costing semua biaya dirinci secara jelas, baik itu biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik sedangkan pada perhitungan harga pokok produksi dengan perhitungan yang digunakan perusahaan harga pokok produksi yang dihasilkan lebih kecil karena perusahaan tidak memasukkan biaya overhead pabrik secara rinci ke dalam biaya produksinya serta dengan metode full costing mampu menyajikan laporan keuangan sesuai dengan prinsip Akuntansi Indonesia yang menghendaki kewajaran laporan keuangan kepada pihak ekstenal perusahaan. Prinsip Akuntansi Indonesia mengikuti konsep penentuan harga pokok penuh karena harga pokok berarti jumlah pengeluaran langsung atau tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa didalam kondisi dan tempat dimana barang atau jasa tersebut di jual, dan juga metode full costing memasukkan seluruh elemen biaya dalam perhitungan harga pokok produk baik biaya variabel maupun biaya tetap atau period cost.
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
Hasil temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Silvania Eprilianta (2011) tentang Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu Dengan Metode Full Costing Pada Industri Kecil (Studi Kasus CV Laksa Mandiri Bogor) dan penelitian yang dilakukan oleh Monalisa Apriani dengan judul analisis perhitungan harga pokok produksi pesanan pada CV. Hentoro Depok dengan metode full costing yang menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi dengan perhitungan perusahaan sehingga menghasilkan nilai jual yang lebih tinggi karena menghitung semua unsur biaya yang menunjang proses produksi karena metode full costing memasukkan seluruh elemen biaya dalam perhitungan harga pokok produk baik biaya variabel maupun biaya tetap atau period cost. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Perhitungan harga pokok produksi dupa pada UD Ganesha pada tahun 2013 hanya membebankan biaya bahan baku sebesar Rp 537.660.000,00, biaya tenaga kerja Rp 116.800.000,00 dan perusahaan belum menghitung seluruh biaya overhead pabrik seperti biaya penyusutan mesin di pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin. Perhitungan biaya listrik, air, telepon di pabrik dan di toko tidak dimasukkan ke laporan harga pokok produksi melainkan dibawa ke laporan laba/rugi, sehingga biaya overhead pabrik sebesar Rp 28.325.000,00. Harga pokok produksi dupa sebesar Rp 682.785.000,00, Harga pokok produksi dupa satu karung yang berisi emapat puluh kg dupa Rp 233.830,40 dan harga jual produk dupa Rp 280.600,00. Perhitungan harga pokok produksi dupa dengan metode full costing yang sudah memperhitungkan semua unsur biaya yang terkait dengan proses produksi seperti biaya penyusutan mesin di pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, selain itu biaya listrik, air, telepon di pabrik
dan di toko perhitungannya dimasukkan ke laporan harga pokok produksi, sehingga harga pokok produksi dupa sebesar Rp 687.215.333,34 dengan rincian biaya bahan baku sebesar Rp 537.660.000,00. Biaya tenaga sebesar Rp 116.800.000,00, biaya overhead pabrik sebesar Rp 35.755.333,34 dengan rincian biaya overhead pabrik variabel sebesar Rp 17.885.000,00 ditambahkan dengan biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp 17.870.333,34. Harga pokok produksi dengan metode full costing Rp 235.347,60 dan harga jual produk dupa Rp 282.500,00 Perhitungan harga pokok produksi dengan perhitungan perusahaan dan metode full costing memiliki perbedaan. Pada perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing harga pokok produksi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi dengan perhitungan perusahaan. Selisih harga pokok produksi antara perhitungan metode full costing dengan perhitungan perusahaan Rp 1.517,20 untuk satu karung dupa, selisih harga jual antara perhitungan metode full costing dengan perhitungan perusahaan Rp 1.900,00, dan selisih laba antara perhitungan metode full costing dengan perhitungan perusahaan Rp 382,80. Berdasarkan hasil simpulan di atas, dapat diungkapkan saran yang terkait dengan hasil penelitian ini sebagai berikut. Dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi dupa hendaknya perusahaan memperhitungkan semua unsur biaya yang terkait dengan proses produksi dupa terutama dalam menghitung biaya overhead pabrik seperti biaya penyusutan mesin di pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, selain itu biaya listrik, air, telepon di pabrik dan di toko perhitungannya seharusnya dimasukkan ke laporan harga pokok produksi sehingga dapat menentukan harga jual yang tepat, karena menghitung semua unsur biaya yang menunjang proses produksi karena metode full costing memasukkan seluruh elemen biaya dalam perhitungan harga pokok produk baik biaya variabel maupun biaya tetap atau period cost.
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
Bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian penerapan metode full costing sebagai dasar perhitungan harga pokok produksi dalam menentukan harga jual diharapkan mampu menganalisis pada subyek lain selain UD (Usaha Dagang), sehingga dapat melakukan perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA Hansen dan Mowen, 2001. Manajemen Biaya, Buku II. Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi, 2005. Akuntansi Biaya. Edisi ke-5. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Sugiono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Stanton, William J. 1993. Prinsip Pemasaran. Edisi ke Tujuh. Jilid ke-1. Jakarta: Erlangga Witjaksono, Armanto. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi Revisi. Yogyakarta: GarahaI lmu.