Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK (HPP) DI PT. WIKA BETON DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) Abdul Wachid dan Moses Laksono Singgih Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email:
[email protected] dan
[email protected]
ABSTRAK Faktor biaya merupakan tolok ukur keberhasilan dalam hal persaingan industri besar maupun kecil. Strategi penetapan harga sangatlah penting bagi perusahaan. Sistem biaya berdasarkan aktivitas/Activity Based Costing System melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian keberbagai produk, dan sistem ini menawarkan lebih dari hanya ketelitian informasi mengenai harga pokok produk. PT. WIKA Beton adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri beton pracetak, dalam menentukan harga pokok produknya masih menggunakan sistem biaya tradisional. Sistem Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem biaya yang didasarkan pada aktivitas. Sistem ini menelusuri biaya produksi tak langsung ke produk berdasarkan pada pemikiran bahwa produk mengkonsumsi aktivitas, aktivitas mengkonsumsi sumberdaya dan sumberdaya mengkonsumsi biaya. Dalam melakukan pembebanan biaya sistem ini mempergunakan suatu pemicu biaya yang sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Dengan prosedur inilah sistem ABC mampu memberikan informasi biaya yang lebih akurat. Dari penelitian menunjukkan penetapan Harga Pokok Produk dengan metode ABC pada kenyataannya lebih mendekati kenyataan. Pada produk Tiang Beton terjadi Undercost, total biaya produksi dengan metode Konvensional Rp. 2.841.935.459,84 sedangkan dengan metode ABC Rp. 2.929.222.632,59. Pada produk Tiang Pancang terjadi Overcost, total biaya produksi dengan metode Konvensional Rp. 18.338.026.452,67 sedangkan dengan metode ABC Rp. 18.250.739.279,92 Kata kunci: Biaya Produksi, Aktivitas, Activity Based Costing (ABC), Metode Konvensional
LATAR BELAKANG Pada arus globalisasi, setiap perusahaan yang ingin bertahan (survive) harus meningkatkan daya saingnya, dengan meningkatkan efisiensi dan efektifitas. Menurut D’Aveni (1994) lingkungan bisnis semakin turbulent dan tingkat persaingan semakin tajam (Hyper competition). Pada saat ini, perusahaan berlomba-lomba untuk menarik konsumen sebanyak mungkin agar mampu bertahan. Dilihat dari sudut pandang konsumen sebagai pengguna, konsumen akan cenderung memilih produk berdasarkan fungsi dengan harga murah tetapi dengan kualitas baik. Salah satu hal yang penting dalam persaingan adalah penentuan harga pokok produk. Penentuan HPP sistem konvensional memberikan hasil yang kurang tepat, disebabkan pembebanan biaya produksi tak langsung. Sistem yang dimaksud menurut Tunggal (1992) adalah metode Activity-Based Costing (ABC). Sistem ini menurut Hicks
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
(1992) yang intinya untuk mengendalikan keuangan dengan berpusat pada aktivitas (Activity-Based Costing). Activity-based Costing (ABC) telah dipromosikan dan diadopsi sebagai dasar untuk pembuatan keputusan yang strategis dan untuk meningkatkan kinerja laba (Bjornenak dan Mitchell, 1999). ABC banyak direkomendasikan untuk mendukung peningkatan proses (Turney dalam Cagwin dan Bouwman, 2002) dan untuk mengembangkan desain produk yang hemat biaya (Cooper dan Turney, 1989). Walaupun sistem ABC sering dihubungkan dengan perusahaan manufaktur, ABC dapat diterapkan dalam semua jenis organisasi (Rotch et al., dalam Cagwin dan Bouwman, 2002). PT. Wijaya Karya Beton dibentuk pada 11 Maret 1997, sebagai perusahaan anak PT. Wijaya Karya, dengan produk-produk yang dihasilkan dibagi menjadi beberapa SBU diantaranya Tiang Beton dan Tiang Pancang. Dalam menentukan HPP menggunakan sistem konvensional. Perhitungan dengan sistem ABC diharapkan dapat menentukan harga pokok produksi lebih tepat dan proprosional, sehingga didapat harga jual produk yang lebih kompetitif. Permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah perhitungan HPP dengan sistem perhitungann metode Activity Based Costing (ABC). Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan harga pokok produksi berdasarkan aktivitas. 2. Mendapatkan harga pokok produksi yang lebih kompetitif. 3. Membandingkan penghitungan HPP metode Activity Based Costing (ABC) dengan metode Konvensional sehingga didapat Harga Pokok Produksi (HPP) yang lebih akurat. Penelitian ini masukan bagi perusahaan untuk menghitung HPP berdasarkan aktivitas, sehingga menghasilkan biaya produksi yang akurat. Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan Tesis ini adalah: 1. Penelitian hanya pada perhitungan HPP Tiang Pancang dan Tiang Beton. 2. Data dan laporan keuangan periode bulan Januari – Desember 2008. 3. Analisa pada penentuan HPP, dengan membandingkan sistem Konvensional dengan ABC. Berdasarkan pada batasan masalah, maka asumsi yang digunakan adalah: 1. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, selama penelitian dianggap konstan. 2. Kebijakan pemerintah terutama dalam hal perekonomian tidak mengalami perubahan dan keadaan ekonomi berjalan stabil. 3. Kalkulasi biaya produksi total diasumsikan telah diidentifikasikan sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan. 4. Tidak ada masalah pada proses produksi. PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK Sistem Pembebanan Biaya Konvensional Adalah sistem dimana bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dibebankan pada produk, dan overhead yang ditetapkan dengan menggunakan tarif yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Semua biaya tersebut digabung dan kemudian dibagi dengan jumlah unit produk. Dalam penentuan harga pokok produk ini terdapat dua metode Full Cost dan Variable Cost.
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-38-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
Konsep Dasar Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing) ABC membebani biaya ke produk atau kepada pelanggan berdasarkan sumber daya yang dikonsumsi. Aktivitas mengkonsumsi sumber daya dan produk mengkonsumsi aktivitas, beberapa manfaat dari Activity Based Costing System adalah sebagai berikut: a. Mendukung pengambilan keputusan (management decision making). b. Mendukung perbaikan berkesinambungan (continous improvement). ABC memungkinkan tindakan eliminasi atau perbaikan aktivitas yang tidak bernilai tambah. c. Kemudahan penentuan biaya yang kurang relevan (cost reduction), Sistem ABC yang transparan menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan dieliminasi. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di PT. Wijaya Karya Beton selama satu tahun mulai bulan Januari 2008 dan pengerjaan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti pada Gambar 2.
Gambar 2 Langkah-langkah Penelitian
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-38-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Berdasarkan batasan penelitian, periode produksi yang dianalisa yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2008. Data yang diperlukan yaitu: laporan biaya produksi, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, data jam tenaga kerja, data jam mesin, dan data set up, serta data aktivitas perusahaan. Tabel 1 Biaya Bahan Baku Langsung
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Tabel 2 Biaya Tenaga Kerja Langsung
Total Biaya Bahan Baku Langsung Rp. 1,467,599,994 Rp. 1,483,365,229 Rp. 1,490,531,244 Rp. 1,460,433,979 Rp. 1,460,433,979 Rp. 1,460,433,979 Rp. 1,467,599,994 Rp. 1,467,599,994 Rp. 1,456,134,369 Rp. 1,463,300,385 Rp. 1,466,166,791 Rp. 1,460,433,979 Rp. 17,604,033,917
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Tabel 3 Data Jam Tenaga Kerja (jam) Bulan
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des Total
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 244,800,000 Rp. 244,800,000 Rp. 244,800,000 Rp. 244,800,000 Rp. 244,800,000 Rp. 244,800,000 Rp. 244,800,000 Rp. 244,800,000 Rp. 244,800,000 Rp. 244,800,000 Rp. 244,800,000 Rp. 244,800,000 Rp. 2,937,600,000
Tabel 4 Data Jam Mesin (jam)
Jenis Produk (dalam jam) Tiang Tiang Beton Pancang Bulat (TB) Berongga (TP) 38 242 38 242 38 242 35 245 38 242 38 242 38 242 38 242 38 242 38 242 37 243 38 242 451 2909
Bulan
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des Total
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-38-4
Jenis Produk (dalam jam) Tiang Tiang Pancang Beton Bulat Total (TB) Berongga (TP) 79 150 229 85 142 227 89 146 235 77 175 252 85 133 218 112 175 287 147 188 335 98 138 236 101 200 301 120 180 300 93 195 288 126 187 313 1212 2009
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
Tabel 5 Perbandingan Kalkulasi Biaya HPP untuk Tiang Beton (TB) Biaya Per Unit Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Total
Tiang Beton Konvensional 311,009.38 51,898.37 11,277.30 374,185.05
ABC 311,009.38 51,898.37 22,770.02 385,677.77
Simpangan
Undercost
Tabel 6 Perbandingan Kalkulasi Biaya HPP untuk Tiang Pancang (TP) Biaya Per Unit Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Total
Tiang Pancang Konvensional ABC 1,595,177.15 1,595,177.15 266,188.58 266,188.58 57,841.64 48,706.41 1,919,207.37 1,910,072.14
Simpangan
Overcost
PEMBAHASAN Dari analisa diatas penetapan HPP dengan pendekatan ABC lebih akurat, hal ini disebabkan karena metode ABC tidak hanya menggunakan unit produksi sebagai pemicu biaya (cost driver) melainkan juga menggunakan cost driver yang tidak berkaitan dengan unit produksi (jam mesin, jumlah set up, jam tenaga kerja) untuk membebankan biaya overhead pabrik ke produk. Dari analisa dapat diketahui perusahaan kelebihan mengkalkulasi biaya (overcost) pada produk Tiang Pancang. Kelebihan disebabkan karena jumlah kegiatan yang lebih banyak besar sehingga rasio penggunaan biaya semakin kecil yang menyebabkan biaya per kegiatan ditekan lebih kecil pada metode ABC, dimana hal tersebut tidak dapat diperlihatkan pada metode konvensional. Hal ini terlihat pada konsumsi jam tenaga kerja, konsumsi jam mesin, dan konsumsi set up yang terjadi pada produk tiang beton cukup besar yang dapat digunakan sebagai pemacu biaya sehingga HPP dapat ditekan menjadi lebih kecil. Sedangkan pada produk Tiang Beton, perusahaan kekurangan mengkalkulasi biaya (undercost). Disebabkan karena pada metode konvensional tidak memperhatikan beban rasio konsumsi seperti jam tenaga kerja, konsumsi jam mesin, dan konsumsi set up, dimana seluruh biaya dianalisa berdasarkan single cost driver yaitu unit produksi. Sedangkan dengan metode ABC kekurangan kalkulasi tersebut disebabkan karena metode ABC membebankan kegiatan jumlahnya sedikit sehingga rasio konsumsinya membesar dan menyebabkan kegiatan tersebut memiliki biaya lebih besar sehingga HPP ikut membesar KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan: 1. Harga Pokok Produksi Konvensional dan ABC (Activity Based Costing) masingmasing produk selama tahun 2008 sebagai berikut: Jenis Produk Tiang Beton (TB) Tiang Pancang (TP)
Jumlah Produksi Unit 7,595 9,555
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-38-5
Harga Pokok Produksi Konvensional ABC 374,185.05 385,677.77 1,919,207.37 1,910,072.14
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
2. Dengan asumsi harga jual dan volume produksi untuk Tiang Pancang tetap, maka laba untuk penjualan Tiang Pancang akan meningkat. Atau harga jual Tiang Pancang dapat diturunkan dengan tetap menjaga prosentase laba sehingga volume produksi dan penjualan dapt ditingkatkan. Beberapa hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh harga pokok produk yang lebih akurat maka perusahaan disarankan untuk mulai menerapkan perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan metode Activity Based Costing supaya dapat menghindari terjadinya penyimpangan biaya (overcosting dan undercosting) untuk tiap produk. 2. Perlu adanya keterbukaan perusahaan terhadap konsep – konsep baru yang berkaitan dengan proses menuju Continous Improvement dan tidak perlu terpaku dengan konsep – konsep yang sudah ada, mengingat perkembangan informasi dan teknologi perlu diaplikasikan untuk mengimbangi persaingan yang ada. DAFTAR PUSTAKA Cooper, R., dan R.S. Kaplan, (1999), The Design of Cost Management Systems: Text and Cases, Second Edition, Prentice hall, New Je3rsey. Mulyadi, (2003), Activity Based Cost System: Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Tunggal, A.W. (1995), Activity-Based Costing untuk Manufakturing dan Pemasaran, Harvarindo, Jakarta.
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-38-6