ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE TRADISIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PT. LAKSANA TEKHNIK MAKMUR Tri Rohma Sari, Pariang Siagian Binus University, Jln. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11530, +6285697176397,
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this study is to assist the company in determining a good method as well as methods that can be applied to accurately and according to the PT. Laksana Tekhnik Makmur. In doing research on the PT. Laksana Tekhnik Makmur, the authors conducted a qualitative study using primary data. Data collection method used is a direct method, which is fieldwork with a visit to the company to obtain information through interview, observation, documentation and library research by collecting data based on the theory book. Object of this study is that the focus of activity costs in producing garnish and muffler to determine the allocation of the cost of raw materials, direct labor costs and overhead costs. The results showed that the cost of production using Activity Based Costing (ABC) for garnish products occur overstated and understated to happen muffler products. The conclusions of this research is a method of Activity Based Costing (ABC) is less appropriate in the company. (TRS) Keywords: Method, Activity Based Costing (ABC), Traditional Method, Cost of Production ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk membantu perusahaan dalam menentukan metode yang baik serta metode yang dapat diterapkan dengan akurat dan sesuai pada PT. Laksana Tekhnik Makmur. Dalam melakukan penelitian pada PT. Laksana Tekhnik Makmur, penulis melakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan data primer. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode langsung, yaitu penelitian lapangan dengan melakukan kunjungan ke perusahaan untuk memperoleh informasi dengan wawancara, observasi, dokumentasi serta penelitian kepustakaan dengan pengumpulan data berdasarkan buku – buku teori. Objek penelitian ini adalah biaya – biaya yang menjadi fokus aktivitas dalam memproduksi garnish dan muffler untuk menentukan alokasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Hasil penelitian menunjukan bahwa harga pokok produksi menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) untuk produk garnish terjadi overstated dan untuk produk muffler terjadi understated. Simpulan dari penelitian yaitu metode Activity Based Costing (ABC) kurang tepat digunakan pada perusahaan tersebut. (TRS) Kata Kunci : Metode, Activity Based Costing (ABC), Metode Tradisional. Harga Pokok Produksi.
PENDAHULUAN Pada saat ini perusahaan sedang dihadapi dengan persaingan yang ketat, baik persaingan dari dalam negeri maupun persaingan yang berasal dari luar negeri. Untuk menghadapi persaingan yang ketat tersebut perusahaan harus mampu mengambil keputusan untuk menentukan strategi yang baik dan tepat dalam menjalankan bisnisnya. Pengambilan keputusan tersebut ditentukan oleh manajemen serta didukung oleh seluruh pihak yang ada diperusahaan tersebut. Pengambilan keputusan merupakan hal yang penting dalam perusahaan, karena berkaitan dengan keberlangsungan perusahaan dimasa depan, bila salah memilih keputusan maka perusahaan akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya bila keputusan yang dipilih tepat maka perusahaan akan mengalami peningkatan. Salah satu pengambilan keputusan yang berpengaruh besar dan penting dalam perusahaan yaitu dalam menetapkan harga pokok produksi. Dimana bila perusahaan tidak akurat dalam menetapkan harga pokok produksi, maka perusahaan akan mengalami pembebanan biaya yang besar dan bila hal ini terjadi maka profit yang diperoleh perusahaan menjadi kecil serta biaya yang besar membuat produk sulit untuk bersaing dipasar karena harga yang tinggi.
Penetapan harga jual dapat diperoleh melalui harga pokok produksi. Dalam penetapan harga pokok produksi diperlukan perhitungan berdasarkan informasi yang relevan. Untuk melakukan perhitungan tersebut harus sesuai dengan jenis perusahaan tersebut, apakah perusahaan dagang, jasa atau perusahaan manufaktur. Pada perusahaan manufaktur, informasi dapat diperoleh melalui biaya dalam melakukan proses produksi. Saat melakukan perhitungan ini tidak dapat membebankan semua biaya dalam harga produk, namun biaya yang dapat dibebankan hanya yang terkait dengan produk tersebut agar biaya yang dibebankan pada produk tidak telalu besar, sehingga tidak terjadi distorsi biaya. Dengan harga pokok produksi yang akurat dan relevan maka perusahaan akan memperoleh laba yang tinggi. Namun, yang sering terjadi adalah perusahaan salah dalam menentukan harga pokok produksi, penyebabnya adalah membebankan semua pengeluaran pada biaya produksi. Hal itu dapat saja terjadi sebab ketidak tahuan, ketidak mampuan atau ketidak pahaman dalam melakukan perhitungan biaya yang lebih akurat.
Pada umumnya perhitungan penetapan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan metode tradisional atau konvensional dan Activity Based Costing (ABC). Metode tradisional merupakan pembebanan biaya produksi pada sebuah produk menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit (unit level activity drivers), dimana biaya berubah seiring dengan berubahnya unit. Metode ini hanya menggunakan aktivitas berbasis unit atau volume yang diproduksi dalam perhitungan harga pokoknya, sehingga informasi yang dihasilkan kurang akurat. Sedangkan pada ABC perhitungan biaya dilakukan berdasarkan aktivitas tidak hanya berdasarkan volume produksi. Perbedaan dalam memilih metode yang digunakan menyebabkan hasil harga pokok produksi yang berbeda.
Harga pokok produksi dapat digunakan manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan, membantu dalam menentukan menerima atau menolak suatu pesanan produk dan untuk menghitung laba / rugi
suatu produk serta menjadi bagian dalam laporan keuangan. Mengingat pentingnya hal tersebut, perusahaan tidak boleh salah dalam melakukan perhitungan ini agar keputusan yang diambil akurat dan relevan dengan yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk memilih judul skripsi “ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE TRADISIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PT. LAKSANA TEKHNIK MAKMUR”.
Karena harga pokok produksi memiliki peranan penting pada perusahaan, maka metode yang dipilih haruslah tepat, yang dapat menggambarkan biaya yang benar – benar terpakai pada saat produksi. Dalam hal ini studi kasus dilakukan pada PT. Laksana Tekhnik Makmur yang merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang aksesoris mobil. Penelitian ini fokus pada harga pokok produksi Garnish Cover Spare Wheel Rush dan Muffler Pajero Sport untuk membantu perusahaan memilih metode yang lebih akurat dalam menentukan harga pokok produksi.
Harga Pokok Produksi
Menurut Garrison, Noreen dan Brewer yang diterjemahkan oleh Budisantoso (2000:61) harga pokok produksi merupakah biaya manufaktur yang berkaitan dengan barang – barang yang diselesaikan dalam periode tertentu.
Unsur – Unsur Harga Pokok Produksi
Menurut Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:40) unsur – unsur harga pokok produksi meliputi: 1. Biaya bahan baku langsung (Direct Material Cost) adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. 2. Biaya tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost) adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. 3. Biaya overhead pabrik (factory overhead) disebut juga overhead manufacture, beban manufaktur atau beban pabrik, terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu.
Metode Tradisional
Menurut Hansen & Mowen yang diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary (2009:162) biaya tradisional adalah perhitungan biaya produk dengan membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk dan biaya overhead dibebankan dengan menggunakan penggerak aktivitas
unit. Penggerak aktivitas unit adalah faktor – faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi.
Metode Activity Based Costing (ABC)
Menurut Blocher (2011:206), ABC merupakan pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya. Metode ABC merupakan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas agar informasi yang dihasilkan lebih akurat. Perbedaan Antara Metode ABC Dengan Metode Tradisional Activity Based Costing (ABC)
Tradisional
Menyediakan data untuk laporan keuangan
Menyediakan data untuk laporan keuangan
internal.
eksternal.
Hanya
biaya
produksi
yang
dibebankan
keproduk. Beberapa
Biaya produksi yang dibebankan termasuk beban penjualan, umum dan administrasi.
biaya
produksi
mungkin
tidak
Semua biaya produksi dibebankan ke produk
disertakan kedalam biaya produk.
termasuk yang tidak disebabkan oleh produk.
Alokasi biaya ke produk dan objek biaya dengan
Alokasi biaya ke produk dan objek biaya dengan
menggunakan ukuran aktivitas masing – masing
menggunakan satu ukuran, seperti berdasarkan
yang khusus sesuai cost driver.
volume produk.
Menggunakan cost driver berdasarkan volume
Menggunakan jam tenaga kerja langsung sebagai
dan aktivitas.
cost driver.
Konsep Dasar Metode ABC
Mengacu pada Carter (2006:496) yang diterjemahkan oleh Krista bahwa dalam metode ABC terdapat dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead disebut sebagai pemicu (driver). Pemicu sumber daya (resource Driver) adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya keberbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut. Sedangkan pemicu aktivitas (activity driver) adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan atau objek biaya. Activity Based Costing mengakui aktivitas, biaya aktivitas dan pemicu aktivitas pada tingkatan agregasi (level of aggregation) yang berbeda dalam satu lingkungan produksi. Berikut adalah klasifikasi tingkat aktivitas tersebut: 1.
Tingkat Unit
Biaya tingkat unit adalah biaya yang meningkat saat unit diproduksi. Biaya ini adalah satu – satunya biaya yang selalu dapat dibebankan secara akurat terhadap volume. 2.
Tingkat Batch
Biaya tingkat batch adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual, seperti contoh biaya tingkat batch meliputi biaya persiapan dan kebanyakan biaya penanganan bahan
baku. Jika bahan baku dipesan dari supplier untuk batch tertentu, maka sebagian dari biaya pembelian, penerimaan dan inspeksi barang masuk merupakan biaya tingkat batch. 3.
Tingkat Produk
Biaya tingkat produk adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda dari yang dihasilkan, contohnya adalah biaya desain produk, pengembangan produk dan lain – lain. 4.
Tingkat Pabrik
Biaya tingkat pabrik adalah biaya pemeliharaan kapasitas dilokasi produksi, seperti misalnya adalah sewa, penyusutan, pajak property dan asuransi untuk bangunan pabrik.
Mekanisme Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Menurut Garrison et al. tahapan menerapkan metode ABC antara lain: 1.
Alokasi tahap pertama (first – stage allocation)
Pada tahap ini dilakukan proses pembebanan biaya overhead ke pool biaya aktivitas dalam metode ABC. Langkah – langkah dalam tahap ini antara lain: a.
Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas Langkah ini menjadi dasar dalam menerapkan metode ABC. Tahap pertama dalam mendesain metode ABC adalah melakukan analisis aktivitas untuk mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas perusahaan.
b.
Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas Pool biaya aktivitas adalah sebuah wadah yang mengakumulasikan semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas tunggal dalam metode ABC.
c.
Menghitung tarif aktivitas Tariff aktivitas akan digunakan untuk pembebanan biaya overhead ke produk dan pelanggan.
2.
Alokasi tahap kedua (second – stage allocation)
Pada tahap ini dilakukan suatu proses dimana tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke produk dan pelanggan dalam metode ABC. Langkah – langkah pada tahap dua antara lain sebagai berikut: a.
Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas
b.
Menyiapkan laporan manajemen
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari perusahaan serta menghasilkan data deskriptif berupa angka – angka dan tulisan hasil dari analisa perhitungan harga pokok produksi. Data tersebut diperoleh dari laporan yang tersedia di perusahaan,
seperti laporan produksi, buku besar dan laporan lainnya yang terkait. Ada dua Metode penelitian yang dilakukan penulis yaitu metode pengumpulan data dan metode pengolahan data. A. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data terbagi menjadi dua bagian, dimana ada metode penelitian lapangan dan metode penelitian kepustakaan. 1. Metode penelitian lapangan (Field Research Method) Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperoleh melalui kunjungan pada perusahaan agar memperoleh data dan informasi secara langsung. Penelitian ini dilakukan dengan cara: a.
Wawancara
b.
Observasi
c.
Dokumentasi
d.
Reperformance
2. Metode penelitian kepustakaan Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data teoritis dari literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Hal ini dilakukan untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian. B. Metode pengolahan data Dalam metode pengolahan data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode tradisional dan metode Activity Based Costing (ABC). Metode deskriptif tersebut diperoleh dari hasil analisa harga pokok produksi yang berupa tulisan, dimana data tersebut adalah data primer yang diperoleh dari PT. Laksana Tekhnik Makmur.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
PT. Laksana Tekhnik Makmur (PT. LTM) merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang aksesoris mobil yang berlokasi di Jl. Alternatif Cileungsi – Cibubur Km. 1 No. 60, Cileungsi - Bogor. Perusahaan tersebut merupakan pengembangan status dari Bengkel Laksana Teknik yang didirikan oleh H. Suwarno pada tahun 1998. Produk aksesoris yang dihasilkan berupa produk yang digunakan pada bagian luar mobil atau body mobil. Penelitian fokus pada perhitungan harga pokok produksi dibatasi pada 2 jenis produk yaitu Garnish dan Muffler tahun 2011 dan 2012.
HASIL PENELITIAN
PT. Laksana Tekhnik Makmur hanya menggunakan volume produksi sebagai pemicu biaya. Oleh karena itu perusahaan menerapkan metode akuntansi biaya tradisional pada setiap produk berikut adalah biaya produksi yang dikeluarkan berdasarkan data – data yang diperoleh dari perusahaan tersebut.
Tabel 1: Laporan Harga Pokok Produksi Tahun 2011 Garnish
Muffler
Biaya Bahan Baku Langsung
Rp 4.045.911.224
Rp 180.570.936
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 1.085.891.805
Rp 151.920.750
Total Biaya Langsung
Rp 5.131.803.029
Rp 332.491.686
Total Biaya Overhead
Rp1.007.345.310
Rp 96.692.531
Harga Pokok Produksi
Rp6.139.148.339
Rp 429.184.217
Tabel 2: Biaya Overhead tahun 2011 Keterangan Biaya Overhead Pabrik:
Garnish
Muffler
Total
Biaya Bahan Baku Tidak Langsung
Rp
475.547.274
Rp62.016.453
Rp 537.563.728
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Rp
159.133.554
Rp10.376.359
Rp 169.509.913
Biaya Peralatan Biaya Pemeliharaan dan perbaikan gedung Biaya Pemeliharaan dan perbaikan Mesin Biaya Listrik
Rp
33.171.099
Rp 2.162.933
Rp
35.334.032
Rp
24.882.407
Rp 1.622.466
Rp
26.504.873
Rp
137.524.469
Rp 8.967.331
Rp 146.491.800
Rp
31.634.531
Rp 2.062.741
Rp
33.697.272
Rp
Rp
13.631.018
Biaya Penyusutan Gedung
Rp
12.796.611
Biaya Penyusutan Mesin
Rp
132.655.365
Rp 8.649.840
Rp 141.305.204
Rp 1.007.345.310
Rp96.692.531
Rp1.104.037.840
122.769 Unit
8.807 Unit
131.576 Unit
Total Biaya Overhead Unit Produksi
834.407
Tarif Overhead
Rp
8.391
Tabel 3: Harga Pokok Produksi dengan Metode Tradisional Pada Tahun 2011 Garnish
Muffler
Biaya Bahan Baku Langsung
Rp
4.045.911.224
Rp
180.570.936
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp
1.085.891.805
Rp
151.920.750
Total Biaya Langsung Biaya Overhead :
Rp
5.131.803.029
Rp
332.491.686
Rp
1.030.139.399
Total HPP Volume
Rp
HPP Per Unit
Rp
Rp
73.898,441
6.161.942.429
Rp 406.390,127
122.769 Unit
8.807 Unit
50.191
Rp
46.144
Tabel 4: Laporan Harga Pokok Produksi Tahun 2012 Garnish
Muffler
Biaya Bahan Baku Langsung
Rp5.384.236.411
Rp196.374.737
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp1.207.633.787
Rp165.217.050
Total Biaya Langsung
Rp6.591.870.197
Rp361.591.787
Total Biaya Overhead
Rp1.181.094.362
Rp122.979.458
Harga Pokok Produksi Tabel 5: Biaya Overhead Tahun 2012 Keterangan Biaya Overhead Pabrik: Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Rp7.772.964.560
Garnish
Rp
531.442.177
Rp484.571.246
Muffler
Rp 87.375.790
Total
Rp
618.817.967
Biaya Peralatan Biaya Pemeliharaan dan perbaikan gedung Biaya Pemeliharaan dan perbaikan Mesin Biaya Listrik
Rp
163.637.699
Rp 8.968.033
Rp
172.605.732
Rp
69.795.513
Rp 3.825.087
Rp
73.620.601
Rp
53.816.942
Rp 2.949.394
Rp
56.766.336
Rp
169.985.136
Rp 9.315.899
Rp
179.301.036
Biaya Penyusutan Gedung
Rp
36.243.340
Rp 1.986.287
Rp
38.229.628
Biaya Penyusutan Mesin
Rp
12.515.932
Rp
685.926
Rp
13.201.858
Total Biaya Overhead
Rp
143.657.622
Rp 7.873.041
Rp
151.530.663
Harga Pokok Produksi
Rp1.181.094.362
Rp122.979.458
Rp1.304.073.820
136.533 Unit
9.578 Unit
146.111 Unit
Unit Produksi Tarif Overhead
Rp
8.925
Tabel 6: Harga Pokok Produksi dengan Metode Tradisional Pada Tahun 2012 Garnish
Muffler
Biaya Bahan Baku Langsung
Rp
5.384.236.411
Rp
196.374.737
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp
1.207.633.787
Rp
165.217.050
Total Biaya Langsung
Rp
6.591.870.197
Rp
361.591.787
Biaya Overhead :
Rp
Total HPP
1.218.587.998 Rp
7.810.458.195
Volume
Rp
85.485.823 Rp
136.533 Unit
HPP Per Unit
Rp
57.206
447.077.610 9.578 Unit
Rp
46.678
Tabel 7: Daftar Cost Driver 2011
Keterangan Garnish Volume Produksi (Unit)
2012
Muffler Total 2011
Garnish Muffler
122.769
8.807
131.576
136.533
9.578
146.111
39.168
27.648
66.816
46.080
36.864
82.944
34.272
24.192
58.464
40.320
32.256
72.576
1.000
400
1.400
1.000
400
1.400
JTKL (Jam) JM (Jam) 2)
Luas Tanah (m
Tabel 8: Kelompok Aktivitas dan Kelompok Biaya Sejenis Aktivitas Perusahaan
Aktivitas
Cost Driver
Kelompok 1 (volume produksi) Aktivitas Pemakaian Peralatan
Produk
Volume Produk
Aktivitas Pemakaian Listrik
Unit
Volume Produk
Aktivitas Packing
Produk
Volume Produk
Kelompok 2 (Jam Tenaga Kerja Langsung) Aktivitas Persiapan Produksi
Unit
JTKL
Aktivitas Penyimpanan
Unit
JTKL
Aktivitas penerimaan dan pemilihan bahan baku
Unit
JTKL
Aktivitas pemindahan barang
Unit
JTKL
Aktivitas QC (Quality Control)
Unit
JTKL
Kelompok 3 (Jam Mesin) Aktivitas Pemeliharaan dan perbaikan Mesin
Produk
Jam Mesin
Aktivitas Pemakaian Penyusutan Mesin
Produk
Jam Mesin
Kelompok 4 (Luas Lantai)
Total 2012
Aktivitas Pemeliharaan dan perbaikan gedung
Fasilitas
Luas Lantai
Aktivitas Penyusutan Gedung
Fasilitas
Luas Lantai
Tabel 9: Perhitungan Pool Rate Aktivitas Perusahaan Kelompok 1 (Berkaitan dengan volume produksi)
2011
2012
Aktivitas Pemakaian Peralatan
Rp
35.334.032
Rp
73.620.601
Aktivitas Pemakaian Listrik
Rp
33.697.272
Rp
38.229.628
Aktivitas Packing
Rp
52.630.400
Rp
58.444.400
Total Biaya Kelompok 1
Rp 121.661.704
Rp 170.294.629
131.576 Unit
146.111 Unit
Volume Tarif Overhead Per Unit Kelompok 2 (Berkaitan dengan Jam Tenaga Kerja Langsung atau JTKL)
Rp
925
Aktivitas Persiapan Produksi
Rp
49.495.155
Rp
Rp
1.166
55.399.659
Aktivitas Penyimpanan
Rp 282.829.456
Rp 316.569.480
Aktivitas penerimaan dan pemilihan bahan baku
Rp 197.980.620
Rp 221.598.636
Aktivitas pemindahan barang
Rp
Rp
Aktivitas QC (Quality Control)
Rp 141.414.728
Rp 158.284.740
Total Biaya Kelompok 2
Rp 707.073.641
Rp 791.423.699
JTKL
35.353.682
66.816 Jam
82.944 Jam
Tarif Overhead Per JTKL Kelompok 3 (Berkaitan dengan jam mesin)
Rp
Aktivitas Pemakaian Pemeliharaan dan perbaikan Mesin
Rp 146.491.800
Rp 179.301.036
Aktivitas Pemakaian Penyusutan Mesin
Rp 141.305.204
Rp 151.530.663
Total Biaya Kelompok 3
Rp 287.797.004
Rp 330.831.699
58.464 Jam
72.576 Jam
Jam Mesin
10.582
39.571.185
9.542
Rp
4.558
Tarif Overhead Per Jam Mesin Kelompok 4 (Berkaitan dengan luas lantai)
Rp
Aktivitas Pemeliharaan dan perbaikan gedung
Rp 26.504.873
Rp 56.766.336
Aktivitas Penyusutan Gedung
Rp
834.407
Rp 13.201.858
Total Kelompok 4
Rp 27.339.280
Rp 69.968.194
1.400 m2
1.400 m2
Luas Lantai Rp
Tarif Overhead Per Luas Lantai
4.923
Rp
19.528
Rp
Tabel 10: Perhitungan Overhead Berdasarkan Metode Activity Based Costing (ABC) Tahun 2011 Garnish Muffler Keterangan Kelompok 1 Rp 925 x 122.769 Unit
Rp
113.518.314
Rp 925 x Rp 8.807 Kelompok 2 Rp 10.582 x 39.168 JTKL
Rp
Rp 4.923 x 24.192 Jam Mesin
Rp
8.143.390
Rp
292.582.196
Rp
119.088.416
414.491.445
Rp 10.582 x 27.648 JTKL Kelompok 3 Rp 4.923 x 34.272 Jam Mesin
Rp
168.708.589
49.977
Kelompok 4 Rp 19.528 x 1.000
Rp
19.528.057
Rp 19.528 x 400 Total
Rp
716.246.405
Rp
7.811.223
Rp
427.625.224
Tabel 11: Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing (ABC) Tahun 2011 Keterangan
Garnish
Muffler
Biaya Bahan Baku Langsung
Rp
4.045.911.224
Rp 180.570.936
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp
1.085.891.805
Rp 151.920.750
Total Biaya Langsung
Rp
5.131.803.029
Rp 332.491.686
Biaya Overhead :
Rp
716.246.405
Rp 427.625.224
Total HPP
Rp
5.848.049.434
Rp 760.116.911
122.769 Unit
8.807 Unit
Volume Produksi HPP Unit
Rp
47.635
Rp
86.308
Tabel 12: Perhitungan Overhead Berdasarkan Metode Activity Based Costing (ABC) Tahun 2012 Keterangan Garnish Muffler Kelompok 1 Rp 1.166 x 136.533 Unit
Rp 159.131.322
Rp 1.166 x 9.578 Unit
Rp 11.163.307
Kelompok 2 Rp 9.542 x 46.080 JTKL
Rp 439.679.833
Rp 9.542 x 36.864 JTKL
Rp 351.743.866
Kelompok 3 Rp 4.558 x 40.320 Jam Mesin
Rp 183.795.388
Rp 4.558 x 32.256 Jam Mesin
Rp 147.036.311
Kelompok 4 Rp 49.977 x 1.000
Rp
49.977.282
Rp 49.977 x 400 Total
Rp 19.990.913 Rp 832.583.824
Rp 529.934.396
Tabel 13:Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing (ABC) Tahun 2012 Keterangan
Garnish
Muffler
Biaya Bahan Baku Langsung
Rp
5.384.236.411
Rp 196.374.737
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp
1.207.633.787
Rp 165.217.050
Total Biaya Langsung
Rp
6.591.870.197
Rp 361.591.787
Biaya Overhead :
Rp
832.583.824
Rp 529.934.396
Total HPP
Rp
7.424.454.022
Rp 891.526.184
136.533 Unit
9.578 Unit
Volume HPP Per Unit
Rp
54.378
Rp
93.081
PERBANDINGAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN TRADISIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
METODE
Tabel 14: Perbandingan Harga Pokok Produksi Tahun 2011 Produk
Metode Tradisional
Metode Activity Based Costing (ABC)
Overstated / (Understated)
Garnish
Rp
50.191
Rp
47.635
Rp
2.557
Muffler
Rp
46.144
RP
86.308
Rp
(40.164)
Tabel 15: Perbandingan Harga Pokok Produksi Tahun 2012 Produk
Metode Tradisional
Metode Activity Based Costing (ABC)
Overstated / (Understated)
Garnish
Rp
57.206
Rp
54.378
Rp
2.827
Muffler
Rp
46.678
Rp
93.081
Rp
(46.403)
Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi diatas biaya overhead dengan metode ABC berbeda dengan menggunakan metode tradisional, karena biaya overhead dengan metode ABC dialokasikan berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi pada masing – masing produk. Dengan begitu, maka dapat diketahui besaranya biaya yang benar - benar dikonsumsi oleh masing – masing produk. Selain itu juga, cost driver pada metode ABC tidak hanya berdasarkan volume produksi saja, tapi berdasarkan Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL), Jam Mesin (JM), dan Luas Lantai (LL). Dengan perbedaan tersebut, maka harga pokok produksi yang diperoleh mengalami perbedaan. Perbedaan alokasi / pembebanan overhead mengakibatkan terjadinya overstated pada produk garnish dan understated pada produk muffler.
SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini adalah terjadinya perbedaan harga pokok produksi antara metode tradisional dengan metode Activity Based Costing (ABC) dikarenakan adanya perbedaan dalam pengalokasian biaya overhead. Berdasarkan analisis dan penelitian yang dilakukan, PT. Laksana Tekhnik Makmur dapat dikatakan kurang tepat bila menerapkan metode Activity Based Costing (ABC), hal ini disebabkan karena perusahaan ini masih terbilang masih kecil bila dilihat dari volume produksi yang dihasilkan dan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam biaya overhead lebih kecil dari biaya langsung. Maka cost driver berdasarkan non unit tidak mempangruhi secara signifikan terhadap cost driver yang bersifat unit. Dengan begitu, perusahaan masih dapat menggunakan metode tradisional. Saran dari penelitian ini bagi PT. Laksana Tekhnik Makmur adalah perusahaan perlu mengevaluasi kembali dalam mengklasifikasikan biaya dan keakuratan perhitungan harga pokok produksi yang sudah digunakan pada saat ini sebelum menerapkan metode Activity Based Costing (ABC). Sedangkan saran untuk peneliti selanjutnya agar lebih mendalam dalam melakukan perhitungan dengan metode tersebut serta dapat menambahkan periode penelitian menjadi tiga tahun atau lebih.
REFERENSI Akbar, Muh (2011). Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel Pada Hotel Coklat Makassar. Universitas Hasanuddin. Makasar. Anggrayani, Novi (2006). Analisis Kemungkinan Penerapan Activity Based Costing Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada PT. Biginusindo Permai. Universitas Bina Nusantara. Jakarta. Asih, Anita Lisa (2012). Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing (ABC) Pada Pabrik Roti Sam Jaya. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/maj. Blocher E J, Chen K H, Cokins G & Lin T W (2011). Manajemen Biaya: Penekanan Strategis 1. Jakarta: Salemba Empat. Carter K William (2005). Akuntansi Biaya Edisi 14. Terjemahan Krista. Jakarta: Salemba Empat. Carter, William K dan Milton F Usry (2006). Akuntansi Biaya, Edisi Ketigabelas Buku 1. Jakarta: Salemba 4.
Garrison R H dan Norren E W (2000). Akuntansi Manajerial Jilid 1 Terjemahan Budi Santoso. Jakarta: Salemba Empat. Garrison R H dan Norren E W (2008). Cost Managerial 14 Edition. Mc Graw Hill. Garrison R H dan Norren E W (2013). Akuntansi Manajerial Edisi 14 Buku 1 Terjemahan Kartika Dewi. Jakarta: Salemba Empat. Gaspersz Vincent (2006). Continous (sic) Cost Reduction Through Lean – Sigma Approach. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Handayani Astri (2009). Analisis Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Sistem Tradisional dan Sistem Activity Based Costing Pada PT. Kapasindo Prima. Universitas Bina Nusantara. Jakarta. Hansen D R & Mowen M M (2000). Akuntansi Manajemen Jilid 2 Terjemahan Hermawan A A. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hansen D R & Mowen M M (2003). Management Accounting 6 edition. South Western: Thomson Learning. Hansen D R & Mowen M M (2008). Cost Management 8 edition. South Western. Hansen D R & Mowen M M (2009). Akuntansi Manajemen Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat. Horngren C T, Foster G & Datar S M (2003). Cost Accounting: A Managerial Emphasis 10 Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Horngren T Charles, Srikant M Datar, George Foster (2008). Akuntansi Biaya Edisi 12. Terjemahan P A Lestari. Jakarta:Erlangga. Huynh, Tandung, Guangming Gong, Ngocminh Ngo (2013). Apply Activity Based Costing to Calculate Product Cost in Small and Medium Enterprises. International Journal of Business and Economic Research Vol 2 (3). China Krismiaji (2002). Dasar – Dasar Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: AMP YKPN. Kumar, Nitin & Dalgobind Mahto (2013). A Comparative Analysis and Implementation of Activity Based Costing (ABC) and Traditional Cost Accounting (TCA) Methods in an Automobile Parts Manufacturing Company: A Case Study). Global Journal Of Management and Business Research Vol 13 (4). Rahmaji, Danang (2013). Penerapan Activity Based Costing System Untuk Menentukan Harga Pokok Produksi PT. Celebes Mina Pratama. Jurnal EMBA Vol. 1 (3). Universitas Sam Ratulangi. Manado. Suratinoyo W, Ayu (2013). Penerapan Sistem ABC Untuk Penentuan Harga Pokok Produksi Pada Bangun Wenang Beverage. Jurnal EMBA Vol. 1 (3). Universitas Sam Ratulangi. Manado.
RIWAYAT PENULIS Tri Rohma Sari lahir di Bogor pada 1 Juli 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2014.