Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
Mesjid Agung Palembang dan Komunikasi Syiar Islam Bagi Masyarakat Oleh: Isnawijayani Abstract This research aims to know the relationship between Palembang great mosque and Islam propagation communication for community. The hypothesis is the function of Palembang great mosque (x) and Islam communication (y). The population of research is 55 board members of Palembang great mosque. The research uses full sampling technique. The result shows that 99 % Palembang great mosque has strong relationship to Islam propagation communication for community. The determination coefficient is 0,98, it means that Islam propagation communication is 98 determined by function of great mosque as place of worship. We can say that the function of great mosque as place of worship is influenced by 98 % Islam propagation communication and 2 % other factors such as personal communication done by the board. Keywords : Mosque, place of worship, Islam propagation communication
Pendahuluan Antara abad ke-7 sampai abad ke-10 kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah dalam rangka penguasaan Selat Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan Internasional. Kedatangan orang-orang Muslim ke daerah itu sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena mereka datang memang untuk usaha pelayaran dan berniaga. Keterlibatan orang-orang Islam dalam politik baru terlihat pada abad ke-9 M. Ketika mereka terlibat dalam pemberontakan petani-petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878889). Akibat pemberontakan itu, kaum muslimin banyak yang dibunuh, sebagian lainnya lari ke Kedah dan Palembang yang berada dalam wilayah Kerajaan Sriwijaya dan mereka membuat perkampungan Muslim. Kerajaan Sriwijaya pada waktu itu memang melindungi orang-orang Muslim di wilayah kekuasaannya karena kepentingan ekonomi. Kehadiran pedagang-pedagang Muslim di wilayah kekuasaan Sriwijaya ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan penduduk setempat, karena ajaran-ajaran Islam yang dibawa dan diajarkan oleh pedagang asing mudah menyatu dan dapat diterima masyarakat setempat disebabkan ajaran ini tampil sangat terbuka dan penuh toleransi serta mengajak pengikutnya berpikir dan berbuat rasional. Secara tidak langsung Agama Islam mulai berkembang, baik karena terjadinya hubungan perniagaan juga ada yang melalui hubungan perkawinan. Akibatnya terjadi akulturasi dan transformasi budaya yang cukup signifikan antara Islam dan budaya setempat, seperti adat istiadat, sikap, perilaku dan pola hubungan masyarakat. Berdasarkan hasil Seminar Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan pada tanggal 29 Nopember 1984 yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia Tingkat I Sumatera Selatan di Palembang.(Hanfiah: 1985), disimpulkan sbb: sumber-sumber sejarah
Doktor Ilmu Komunikasi; Dosen PNSD Kopertis Wilayah II DPK di Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UNBARA
19
Isnawijayani; 19 - 30
Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
sepanjang yang dapat diketahui, masuknya Islam ke Sumatera Selatan, khususnya Palembang diperkirakan terjadi sekitar abad pertama tahun Hijriyah atau abad ke-8 M, dengan jalan damai melalui pelayaran dan perdagangan. Para pedagang yang membawa agama Islam ini diterima dengan baik sebagai salah satu kelompok pedagang Muslim di lingkungan kerajaan Sriwijaya. Kelompok pedagang muslim ini selain berdagang, melakukan pula jubungan dengan kelompok masyarakat lainnya sehingga secara berangsur-angsur dan sesuai dengan kondisi setempat pada masa itu tumbuhlah agama ini secara lambat laun sepanjang abad ke-7 hingga abad ke-14 M. Pertumbuhan Agama Islm di Sumatera Selatan khususnya Palembang sejalan dengan pertumbuhan mesjid sebagai tempat ibadah. Lahirnya bangunan-bangunan mesjid sepanjang sejarah perkembangannya adalah sesuai dengan sejarah perkembangan Islam di Indonesia serta tidak lepas dari pengaruh perkembangan kebudayaan “semasa” yang melatarbelakanginya. Begitu juga yang terjadi di Palembang, Mesjid yang terkenal sejak kerajaan Sriwijaya, yaitu Mesjid Agung Palembang. Makna dan fungsi mesjid sebagai bangunan yang telah menyatu dengan perkembangan Islam di Indonesia tersebut dapat dibaca dari bentuk serta corak yang ditampilkan bangunan mesjid itu. Dalam perkembangan selanjutnya, apa yang ada di Mesjid Agung harus dijaga dan dipelihara untuk kepentingn umat. Untuk itulah dibentuk Yayasan Mesjid Agung Palembang. Yayasan ini berdiri pada 7 Maret 1952 dan dikukuhkan secara hukum pada 21 Oktober 1985. Kemudian, Mesjid Agung bukan hanya sekedar tempat ibadah, tetapi menjadi pusat ilmu, pusat seni, dan pusat informasi Islam, bahkan menjadi pusat-pusat kegiatan lainnya yang berkaitan dengan Agama Islam. Mesjid ini bukan hanya dikunjungi jemaah dari Sumatera Selatan, tetapi dari seluruh Indonesia. Biasanya mereka datang sambil berwisata mengunjungi tempat-tempat bersejarah, pariwisata, dan juga wisata kuliner. Di Mesjid Agung, banyak kegiatan yang diberikan sejak pengurus terbentuk. Dan jika seseorang berkunjung melihat keindahan Mesjid ini, sekaligus mendapatkan pengetahuan tentang ke Islaman. Inilah keuntungan mengunjungi Mesjid Agung. Untuk itulah penulis tertarik mengkaji Mesjid Agung Palembang dan Komunikasi Syiar Islam Bagi Masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Fungsi Mesjid Agung Palembang dengan Komunikasi Syiar Islam bagi Masyarakat Tinjauan Pustaka Mesjid (Sajadah, Yasjudu artinya adalah tempat sujud atau menyembah). Dalam arti “sempit”: mesjid adalah suatu bangunan, gedung atau suatu lingkungan yang berpagar sekelilingnya didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT, khususnya untuk mengerjakan sholat. Dalam arti “luas”: menurut hadist Buchari dikatakan “Seluruh jagat telah dijadikan bagiku mesjid” sedang hadist Muslim mengatakan “di mana saja engkau berada jika waktu sholat tiba, sholatlah, karena di situpun mesjid.” Ketika Nabi Muhammad SAW menginjakkan kakinya di kota Madinah dalam rangka hijrah dari kota Makkah Al Mukarramah pada tahun pertama hijriah (622 M), Beliau langsung membangun sebuah mesjid. Dari momentum inilah dapat diketahui betapa pentingnya fungsi sebuah mesjid. Mesjid pertama yang didirikan Rasulullah di kota Madinah itu dikenal dengan Mesjid Quba. Kaum muhajirin, golongan mukmin pertama secara gotong-royong atas pengarahan nabi Muhammad SAW mendirikan mesjid tersebut dengan bahan dari pelepahpelepah daun kurma serta batu-batu yang ada digurun pasir tersbut.
20
Isnawijayani; 19 - 30
Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
Mesjid sebagai lambang Islam, merupakan barometer dari kondisi dan kesadaran umat Islam pada suatu tempat dan waktu. Secara harfiah mesjid bermakna sebagai tempat sujud, tempat sholat. Mesjid berasal dari kata Arab “mesjidu”. Dalam dua hadist Nabi Muhammad SAW menyebutkan tempat sujud itu bukan semata-mata di mesjid. Selain tempat bersujud, sholat, keberadaan mesjid berfungsi sangat luas. Namun ada dua fungsi utama keberadaan mesjid yakni sebagai sarana penghubung secara vertikal (hablumminallah) dan sebagai sarana hubungan komunikasi secara horizontal (hablumminannas). Keduanya menunjukkan kedua mesjid berfugsi sebagai tempat ibadah (Bangun Lubis, 2003:27). Adapun fungsinya secara luas sebagai berikut : 1. Mesjid adalah tempat umat muslim berkumpul dan bersilahturahmi baik pada waktu sholat maupun sebagai pusat kegiatan upacara keagamaan (centre for divine service); 2. Nabi sering menerima wahyu di mesjid dan menerangkan hukum-hukum Islam, selain bidang agama juga bidang sekuler menurut Islam juga diajarkan; 3. Mesjid menjadi tempat mengumumkan hal-hal penting dalam kehidupan rakyat; 4. Biasanya disebelah utara mesjid dibangun ruangan Suffa untuk tempat tinggal bagi mereka yang ingin belajar secara mendalam tentang Islam; 5. Semasa Nabi hidup, segala persoalan mengenai Ad dien termasuk masalah-masalah hukum dapat ditanya atau dimintakan pemecahnnya pada Nabi sendiri. Mesjid sebagai pusat pendidikan (education centre); 6. Dimesjid disimpan pula kas negara atau kas masyarakat muslim guna membiayai kesejahteraan sosial kaum muslim; 7. Mesjid juga dapat dipergunakan sebagai tempat menerima utusan-utusan negara lain, tempat markas besar tentara muslim dan tempat merawat orang-orang yang terluka. Disini, mesjid sebagai institusi negara (state institution), dan; 8. Selain itu juga sebagai tempat menyelesaikan persalisihan, tempat upacara pernikahan, tempat jenazah disembahyangkan dan tempat menginap para musafir. Dengan demikian mesjid sebagai lembaga pertama dan utama bagi umat Islam serta pusat kehidupan masyarakat muslim, sekaligus mesjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam. Makna dan fungsi mesjid memang sangat luas. Tidak saja sebagai tempat peribadatan yang menyangkut masalah-masalah ukhrowi, tetapi juga mesjid dapat dijadikan umat Islam sebagai tempat membahas masalah-masalah duniawi. Tempat bertemu, bersosialisasi dan berkomunikasi. Sedangkan komunikasi berarti proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara lisan maupun tidak langsung melalui media. Jadi tujuannya adalah memberi tahu (information) atau mengubah sikap (attitude), memunculkan pendapat (opinion), atau merubah perilaku (behavior), sehingga komunikasi tujuannya bersifat informatif dan persuasif (Effendi, 2002). Rogers dan Kincaid (1982) menyebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses di mana partisipan membuat berbagai informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Sementara Barlund dalam Devito (1989) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi dapat berupa apapun termasuk di dalamnya syiar Islam. Syiar Islam artinya kemuliaan, kebesaran apa-apa yang terkandung dalam ajaran Islam. Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman pada Kitab Suci AlQur’an , yang diturunkan ke dunia melalui Wahyu Allah SWT (Depdiknas, 1993:388). 21
Isnawijayani; 19 - 30
Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
Metodologi Kajian ini dilakukan pada Agustus 2008, menggunakan metode deskritif analitis korelasional. Penelitian ini mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok(Singarimbun, 1989:3). Dalam penelitian tersebut populasinya adalah seluruh pengurus Mesjid Agung Palembang yang berjumlah 55 orang. Paradigma hubungan antar variabel penelitian adalah sebagai berikut: Operasional Variabel Hipotesisnya adalah Ada hubungan antara Mesjid Agung sebagai tempat peribadatan dengan komunikasi syiar Islam bagi masyarakat. Variabel Bebas (X), Dalam penelitian ini Mesjid Agung Palembang dan Variabel Terikat (Y) : Komunikasi Syiar Islam. Operasionalisasi variabel bebas dan variabel terikat (tidak bebas) tersebut di atas dituangkan dalam tabel berikut : Tabel Operasional Variabel Terhadap Indikator No 1.
Variabel X = V.bebas Mesjid Agung Palembang
2.
Y= V. terikat Komunikasi Syiar Islam Bagi Masyarakat.
Dimensi Tempat Peribadatan Komunikasi Syiar Islam
Indikator Mengatur dan Melayani Peribadatan Dakwah dan Kaderisasi. Irma Fordawa
Jadi didasarkan pada ukuran-ukuran variabel di atas dapat digambarkan menurut diagram jalur sebagai berikut : PXY X
Y Gambar Konstelasi Model Penelitian
Di mana : X : Variabel Fungsi Mesjid Agung Palembang Y : Variabel Komunikasi Pendidikan Syiar Islam bagi Masyarakat PXY : Parameter struktural yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel X terhadap Y : Faktor lain yang tidak di ukur di luar X Indikator-indikator dari variabel X dan Y tersebut di atas dijabarkan ke dalam bentuk kuesioner (daftar pertanyaan). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Pengurus Yayasan Mesjid Agung Palembang, berjumlah 55 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. 22
Isnawijayani; 19 - 30
Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
Kerangka sampel ini cukup valid menurut pendapat Champion dan AA. K. Bailay yang menyatakan bahwa analisis statistik di perlukan paling sedikit 30 sampai dengan 100 responden. Oleh karena itu teknik pengambilan sample yang digunakan adalah sample penuh. Teknik Analisis Data Penulis menggunakan skala interval untuk semua variabel yaitu mempunyai satu ciri tambahan pada skala ordinal : urutan data mempunyai jarak yang sama (Rakhmat, 1985:22). Jarak yang sama penelitian ini yaitu terletak pada jarak yang sama masing-masing atribut (nilai variabel penelitian. Adapun jenjang yang digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan nilai interval dengan 3 jenjang. Berdasarkan hipotesis konseptual, maka alat analisis yang dipergunakan adalah dengan uji statistik koefisien korelasi Product Moment (Hadi, 1992:273) dengan rumus sebagai berikut : Σ xy R yx = √( Σ x2)(Σ y2) Kemudian untuk menentukan tingkat korelasi antara X dengan Y digunakan tabel interprestasi koefisien korelasi dari pendapat Guilford (dalam Rakhmat, 1985:22): yaitu : 1. Kurang dari 0,20 hubungan rendah sekali, lemah sekali; 2. 0,20 – 0,40 hubungan rendah tetapi pasti; 3. 0,40 – 0,70 hubungan yang cukup berarti; 4. 0,70 – 0,90 hubungan yang tinggi, kuat, dan; 5. lebih dari 0,90 hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali dapat diandalkan . Kemudian dilihat signifikasi hubungan antara X dengan Y. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu selama 3 bulan. Dalam penelitian ini semua angket yang diedarkan dapat dikumpulkan secara lengkap. Setelah diperiksa, seluruh angket yang berjumlah 55 ini dianggap valid dan layak untuk dinalisis. Hasil rekapitulasi skor masing-masing variable dihitung dengan persentase per item dan analisis hubungan Product Moment. Dalam pengamatan selintas didapatkan bahwa semua responden adalah pengurus Mesjid Agung Palembang yang mengetahui seluk beluk tentang Mesjid Agung tersebut. Jumlah pertanyaan dalam angket ada 30 buah pertanyaan yang bersifat tertutup. Angket No. 1-15 berisi tentang latar Mesjid Agung Palembang sebagai tempat peribadatan. Sedangkan angket No. 16-30 berisi tentang pertanyaan Komunikasi Syiar Islam Bagi Masyarakat. Fungsi Mesjid sebagai Tempat Peribadatan Selama dalam pengamatan, pengurus Mesjid Agung Palembang bersama-sama mengatur keberadaan Mesjid Agung sebagai tempat peribadatan dan memberikan Komunikasi Syiar Islam Bagi Masyarakat dalam bentuk Mengatur dan Melayani Peribadatan. Ditanyakan kepada responden apakah Bidang Peribadatan mengatur dan melayani para jemaah yang akan melaksanakan sholat. Ternyata 50 orang (90%) mengatakan bahwa Bidang Peribadatan mengatur dan melayani para jemaah yang akan melaksanakan Shalat Rawatib, Jum’at, Tarawih, dan sholat sunat lainnya. Hanya 2 orang (3,6%) yang mengatakan kadang-kadang, dan 3 orang (5,4%) yang menyatakan tidak. 23
Isnawijayani; 19 - 30
Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
Dalam memfungsikan dirinya sebagai tempat peribadatan, Pengurus Yayasan Mesjid Agung 45 orang (82%) mengatakan selalu memperingati Tahun-Tahun Baru Islam. Hanya 10 orang responden (18%) yang menyatakan kadang-kadang dan tidak. Oleh karena itu agar masyarakat termotivasi untuk datang ke Mesjid Agung sebagai tempat peribadatan, 40 orang responden (72%) mengatakan selalu mengadakan silaturhmi Remaja Mesjid se Kota Palembang. 10 responden (18%) mengatakan kadang-kadang dan 5 orang (9%) yang mengatakan tidak. Sebagai tempat peribadatan, diperlukan kedisiplinan dan keteraturan bagi para jemaah untuk melaksanakan sholat. Oleh karena itu 40 responden (82%) mengatakan dilakukan pembuatan garis shaf. Responden lainnya 9 orang (16%) mengatakan kadang-kadang dan 6 orang (12%) mengatakan tidak. Dan ternyata untuk memasyarakatkan Mesjid Agung sebagai tempat peribadatan, 53 responden (96%) mengatakan di Mesjid ini dilaksanakan Tablig Akbar Hari Jadi Mesjid Agung Palembang. Selanjutnya dari 55 responden, 48 orang (87%) mengatakan bahwa di Mesjid Agung diadakan Haflah Al-Quran. 45 responden (82%). Ada 45 orang (82%) yang mengatakan di Mesjid Agung juga diadakan Mujawaddah Syarofal Anam (Perayaan-Perayaan dengan Budaya Islam seperti terbangan dan berzanji). Lalu 45 orang (82%) juga yang mengatakan di Mesjid Agung selalu mengadakan Pesantren Ramadan. Di samping diadakan peringatan tahun-tahun baru Islam, 45 responden (82%) mengatakan bahwa di Mesjid Agung diadakan juga peringatan Hari-Hari Besar Islam. Dan 47 responden (85%) mengatakan bahwa di Mesjid Agung selalu diadakan Lomba Ratib Hadad. Dalam angket nomor 11 hingga nomor 15 yang disebarkan, ternyata responden cukup mengetahui dan memahami apa-apa yang dilaksanakan di Mesjid Agung. Pernah dilakukan penertiban Jadwal Sholat menurut 50 responden (90%). Kegiatan kajian Imam Syafei dilakukan di Mesjid Agung menurut 45 orang (82%) responden. Agar di Bulan Ramadhan, kegiatan di bulan suci berjalan baik, maka sebelumnya sudah dilakukan Rapat Amaliah Ramadhan. Hal ini bertujuan agar para jemaah yang menjalankan peribadatan di bulan suci mendapat pelayanan yang prima. Hal ini diungkapkan 45 orang (82%) responden. Rencana Pembinaan Orang tua anak yatimpun diberikan di Mesjid Agung. Kegiatan ini dilakukan agar dalam mendidikan anak yatim, diarahkan pada pendidikan yang selalu ingat untuk beribadat kepada Penciptanya. hal ini dikatakan 48 orang (87%) responden. Pengurus yayasan Mesjid juga melakukan inventarisasi dan tes calon ulama untuk ikut Ma’had Aly (sekolah tinggi/lembaga pesantren tinggi). Informasi seperti ini diungkapkan oleh 50 orang (90%) responden. Hasil kajian ini sesuai dengan apa yang dikatakan Gajahnata (2000:233) bahwa sebagai Pengurus Mesjid dalam mengelola mesjid harus memiliki motivasi yang tinggi dari Hadist Nabi. Bukan hanya perlu memiliki kesadaran dan pengertian yang penuh terhadap tugas-tugas yang telah menjadi tanggungjawabnya juga perlu ditambahkan dengan motivasi keimanan yang tinggi sebagai prakondisi untuk menjadi pengurus Mesjid. Mesjid Agung yang sudah menjadi milik semua umat di Palembang, Indonesia, bahkan dunia menjadi semakin besar eksistensinya. Gajahnata (2000) juga menyebutkan, bahwa makin besar jangkauan pembinaan umat yang diasuh oleh mesjid itu hendaknya makin beraneka ragam kegiatan dapat diadakan. Titik berat program kegiatan tetaplah peribadatan dalam arti seluas-luasnya. Dari kegiatan Pengajian Al-Qur’anul Karim sampai kepada ceramah dan diskusi-diskusi ilmiah. Pendapat ini telah dilakukan oleh Pengurus Mesjid Agung Palembang. 24
Isnawijayani; 19 - 30
Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
Bahasan lain mengatakan mengapa Mesjid sebagai tempat peribadatan sangat diperlukan dalam era komunikasi seperti ini. Menurut Muis dalam Komunikasi Islami (2001:300) Dalam berbagai macam perubahan sosial sebenarnya agama harus tampil untuk membantu manusia memahami banyak kejadian baru yang sering sukar dijangkau oleh akal manusia. Mesjidlah tempatnya untuk memecahkan masalah dalam kegiatan-kegiatan yang diberikan pengurus kepada masyarakat. Komunikasi Syiar Islam Komunikasi Syiar Islam atau Komunikasi Islam yang lebih fokus pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW (Muis, 2001). Al-Qur’an sebagai sumber dari segala sumber tuntunan kehidupan manusia menjadikan wajib untuk dibaca oleh umatnya. Namun dalam mempelajari dan membacanya diperlukan proses yang panjang. Tentu saja Komuniasi Syiar Islam mempunyai implikasi-implikasi tertentu terhadap makna proses komunikasi, model komunikasi, media, etika dn kebijakan media. Oleh karena itu komunikasi syiar Islam proses penyampaian pesan antara manusia yang didasarkan pada ajaran Islam dalam bentuk Dakwah dan Kaderisasi. Dakwah menyampaikan dan mengajarkan Islam kepada umat manusia dan merealisasikannya di tengah-tengah kehidupan. Pada hakekatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dibidang kemasyarakatan. Semua dilaksanakan untuk mempengruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan bertindak pada tataran realita, individual, sosio kultural dalam rangka mewujudkan ajaran Islam di semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu (Palopi, 2001:40-41). Berkaitan dengan hal ini, Komunikasi Pendidikan Syiar Islam di Mesjid Agung menurut 52 orang (94%) responden mengatakan selalu, 2 orang (4%) mengatakan kadang-kadang, dan 1 orang (2%) responden mengatakan tidak, diadakan Pendidikan AlQur’an bagi masyarakat. Artinya 98% responden mengatakan bahwa di Mesjid Agung selalu dan kadang-kadang diadakan pendidikan Al-Qur’an. Komunikasi Syiar Islam juga diberikan di Mesjid Agung. Dalam bentuk Zikir Syarofah Anam 12-an (Puji-pujian kepada Allah dengan berlagu/seni). Kegiatan ini dilakukan agar dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, diarahkan pada pendidikan yang selalu ingat kepada Penciptanya. Hal ini dikatakan 50 orang (91%) responden, selalu dan kadang-kadang di Mesjid Agung dilakukan Zikir Syarofah 12-an bersama masyarakat yang berisi puji-pujian kepada Allah diiringi musik terbangan. Dalam mempelajari syiar agama Islam, di Mesjid Agung juga dilakukan Pendidikan Kitab Kuning yaitu kajian buku kuno kitab Agama Islam yang berisi sejarah kebudayaan Islam. Ciri dari seseorang mempelajari Islam dengan baik adalah faham Kitab Kuning. Hal ini selalu dilakukan menurut 45 orang (82%) responden. Dalam menunjang pendidikan syiar Agama Islam dan memudahkan membaca buku-buku kuno serta buku-buku lainnya, di Mesjid Agung diberikan Pendidikan Bahasa Arab bagi masyarakat. Menurut 53 orang (96%) responden Bidang Pendidikan Mesjid Agung selalu memberikan pendidikan Bahasa Arab bagi masyarakat. Semua kegiatan yang dilakukan di Mesjid Agung, tentu saja tidak akan berjalan secara otomatis, jika tidak diatur dan dimanajemen dengan baik. Untuk itulah Bidang Pendidikan menurut 40 orang (78%) responden selalu memberikan Pendidikan Administrasi Perkantoran 25
Isnawijayani; 19 - 30
Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
dan Keuangan kepada Pengurus Yayasan Mesjid dan kepada masyarakat. Dalam mengikuti perkembangan teknologi komunikasi yaitu dalam menggunakan komputer yaitu sarana atau alat yang digunakan dalam memudahkan mengirim dan menerima pesan (berkomunikasi). Selanjutnya orang sering juga menyebut dengan teknologi informasi. Bahkan untuk lebih memudahkan kadang-kadang orang menyebutnya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Tidak lain adalah pemahaman dan penggunaan komputer. Sejumlah 50 orang (98%) responden selalu dan kadang-kadang mengatakan, Bidang Pendidikan memberikan pendidikan komputer bagi Pengurus Yayasan Mesjid dan masyarakat. Bidang pendidikan memberikan pendidikan berzikir, tahlil, dan berjanji yang berisi puji-pujian akan kebesaran Allah. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara komunikasi pendidikan syiar Islam yang diberikan mesjid kepada masyarakat. Ada 45 orang (82%) responden yang mengatakan di Mesjid Agung selalu melakukan kegiatan ini. Mendidik anak mulai dari kandungan, setelah lahir ia akan tumbuh berkembang dan memasuki usia taman kanak-kanak. Pada masa inilah perlu ditanamkan pendidikan dasar tentang moral dan etika. Untuk itulah sebanyak 45 orang (82%) responden selalu memberikan Pendidikan Guru TK bagi masyarakat yang berkeinginan. Komunikasi Syiar Islam juga diberikan dalam bentuk Pendidikan dan Latihan Imam dan Khatib. Dalam kegitan ini bertujuan untuk penyelenggaraan Sholat dan do’a yang terorganisir dan terarah, sehingga tidak menyalahi aturan-aturan yang berlaku. Sebanyak 40 orang (72%) responden bersama masyarakat mendapat pendidikan dan Pelatihan Imam dan Khatib bekerjasama dengan Departemen Agama. Orang hidup di dunia pada akhirnya akan dipanggil oleh Allah SWT, untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukannya semasa hidup. Pada saat dipanggil inilah, seseorang dikatakn meninggal dunia dan menjadi jenazah. Tak satu gerak apapun yang dapat dilakukan, terhadap dirinyapun tak dapat dilakukannya. Menjadi kewajiban bagi orang yang masih hidup untuk menguru jenazah hingga dimakamkan. Tidak semua orang yang hidupun mengetahui dan faham cara mengurus jenazah. Ternyata menurut 43 orang (78%) di Mesjid Agung selalu menyelenggarakan pelatihan cara memandikan jenazah, menyolatkan jenazah, dan memakamkan jenazah bagi masyarakat. Hidup di dunia ada yang dipimpin dan yang memimpin. Begitu juga dalam hal menjalankan sholat lima waktu. Kapan agar umat Islam memulai sholat pada waktunya. Hal ini ditandai dengan adzan yang dikumandangkan oleh seorang Muazim. Lalu dalam Sholat ada Maasyirol yang mendampingi Imam dalam bersholat, dan diakhir Sholat ada Mubaligh yang berdakwah mensyiarkan Agama Islam. Untuk menunjang hal ini 45 orang (82%) responden mengatakan Bidang Pendidikan Mesjid Agung memberikan Pendidikan mu’azim, maasyirol dan mubaligh bagi masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang wajib melaksanakan komunikasi pendidikan syiar Islam, dan diharapkan menjadi seorang pemimpin dimanapun dalam kelompoknya. Untuk itu agar dapat menjadi pemimpin menurut syariat Islam, maka dalam kajian ini sejumlah 45 orang (82%) responden mengatakan di Mesjid Agung memberikan Pelatihan Kepemimpinan Islam bagi masyarakat. Sebelum menjadi tua, semua manusia dilahirkan dibesarkan dan menjadi remaja dan dewasa. Pada saat inilah perlu diberikan pendidikan dan pemahaman tentang Agama dan hidup dengan syariat Islam. Ternyata di Mesjid Agung juga memberikan kaderisasi pendidikan bagi generasi muda. Menurut 45 orang (82%) responden mengatakan di Mesjid Agung memberikan Pendidikan Generasi Muda Islam bagi masyarakat. Hal ini bertujuan agar generasi muda yang kreatif dan inovatif tidak salah langkah. 26
Isnawijayani; 19 - 30
Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
Di samping memberikan Komunikasi Pendidikan Syariat Islam yang terdiri dari pemahaman, pendidikan, dan pelatihan. Ternyata dunia Islam tidak lupa harus memiliki rasa keindahan dan kesenian. Sejumlah 40 0rang (72%) responden membenarkan bahwa di Mesjid Agung juga memberikan Pelatihan Kesenian Islam bagi masyarakat. Kesenian Islam memiliki aturan dan keindhan tersendiri yang dapat ditampilkan di depan umum. Ada keterbatasanketerbatasan yang harus dijaga, tetepi tidak mengurangi kreativitas dalam berseni. Menurut Quraisy Shihab (Yahya, 2004:161) seni adalah keindahan yang merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keselarasan, keserasian, keharmonisan, dan ketepatan yang mempesona batin manusia. Seni lahir dari sisi terdalam manusia, berupa rasa dan imajinasi yang terekspresi dalam ketrampilan bakat yang indah. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah yang dianugrahkan Allah kepada hamba-hambanya. Tidak semua orang dapat bertanya dan datang ke Mesjid Agung untuk berkonsultasi tentang Komunikasi Pendidikan Syiar Agama Islam. Komunikasi tidak harus bertatap muka, tapi juga dapat menggunakan media massa. Di Palembang ini ada 24 Radio Siaran Swasta, 1 stasiun RRI Cabang Madya Palembang, 2 televisi swasta dan satu TVRI Sumsel. Semua media ini dapat menyiarkan Syiar Islam sebagai pendidikan, sosialisasi, dan pemahaman tentang Islam. Komunikasi massa pada umumnya, mempunyai fungsi (Effendy, 1986:82) dalam masyarakat sebagai : a. Menyiarkan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) Dari ketiga fungsi tersebut, yang mana yang akan diutamakan, sangatlah tergantung kepada jenis media massanya. Fungsi utama surat kabar, sebagai media massa adalah untuk menyiarkan informasi. Karena khalayak berlangganan atau membeli surat kabar karena mereka memerlukan informasi, memerlukan berita, mengenai berbagai peristiwa. Ingin mengetahui apakah yang sedang dikerjakan oleh orang lain, apakah yang sedang dipikirkan oleh orang lain dan ingin pula mengetahui apakah yang dikatakan orang, tentang suatu peristiwa. Menurut 40 orang (72%) responden Pengurus Yayasan Mesjid Agung Palembang memberikan konsultasi Agama lewat RRI bagi masyarakat. Kegiatan ini diharapkan pesanpesan yang disampaikan dapat diterima oleh seluruh masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan. Hasil rata-rata persentase (80,6%) jawaban Mesjid Agung Sebagai Tempat Peribadatan berfungsi dengan baik masuk dalam kriteria baik, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Komunikasi Syiar Islam dilakukan dengan baik. PERHITUNGAN KORELASI UNTUK MELIHAT HUBUNGAN
Rumus Product Moment (Soegiyono, 1998) adalah : Σ xy ryx = -------------------√( Σ x2)(Σ y2)
27
Isnawijayani; 19 - 30
Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
Keterangan : r = Nilai korelasi X = Nilai Variabel bebas = 314,1 Y = Nilai Variabel Terikat= 309,25 Σ = Lambang jumlah Jika nilai itu dimaksukkan dalam rumus, menjadi
ryx
97109 97109 97109 = -------------------- = --------------- = ----------- = 0.99 (98658)( 95637) 9435355146 97136
Nilai 0,99 masuk dalam kategori hubungan sangat tinggi; kuat sekali dan dapat dipercayai. Setelah itu dilakukan uji signifikan korelasi product moment, dengan langsung merujuk pada tabel r product moment (dalam lampiran). Dari tabel dapat dilihat bahwa untuk n = 55, taraf kesalahan 5%, maka harga r tabel = 0.266 Ketentuan, bila r hitung lebih kecil daripada tabel, maka pernyataan tidak ada hubungan diterima dan ada hubungan ditolak. Sebaliknya jika r hitung lebih besar daripada tabel, maka ada hubungan yang diterima. Ternyata r hitung (0.99) lebih besar daripada r tabel (0.266). Dengan demikian koefesien korelasi 0.99 itu sifgnifikan. Analisis korelasi dilanjutkan dengan menghitung koefesien determinasi dengan cara mengkuadratkan koefesien yang dipengaruhi. Jadi determinasi untuk peningkatan tiras suratkabar adalah 0.992 = 0.98. Hal ini berarti varians yang terjadi pada Komunikasi Pendidikan Syiar Islam adalah 98% ditentukan oleh Fungsi Mesjid Agung sebagai Tempat Peribadatan. Pengertian ini diartikan bahwa Fungsi Mesjid Agung sebagai Tempat Peribadatan berakibat pada Komunikasi Pendidikan Syiar Islam sama dengan 98%, dan sisanya 2% dipengaruhi faktor lain, seperti komunikasi-komunikasi personal yang dilakukan pihak pengurus yayasan. Setelah dilakukan analisis per-item, dari setiap jawaban yang diberikan dan persentase jawaban, serta korelasi Product Moment, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima, dimana Fungsi Mesjid Agung Palembang Sebagai Tempat Peribadatan 98% berhubungan erat dengan Komunikasi Syiar Islam bagi masyarakat. Simpulan dan Saran Simpulan 1. Mesjid Agung berfungsi dengan baik sebagai Tempat Peribadatan dan melakukan komuniasi syiar Islam dengan baik. Komunikasi Syiar Islam dalam dakwah dan kaderisasi dilakukan dalam bentuk, ceramah, kajian, seni, kepemimpinan, lomba, teknologi dan lainlain. 2. Setelah dilakukan analisis per item, dari setiap jawaban yang diberikan dan persentase jawaban, serta korelasi Product Moment, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima, di mana Fungsi Mesjid Agung Sebagai Tempat Peribadatan 98% berhubungan erat dengan Komunikasi Syiar Islam bagi masyarakat. 28
Isnawijayani; 19 - 30
Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
Saran Untuk meningkatkan Fungsi Mesjid Agung sebagai Tempat Peribadatan dalam Komunikasi Syiar Islam bagi masyarakat, paling tidak mempertahankan fungsi yang sudah ada, maka : 1. Perlu selalu diberikan pendidikan dan pelatihan manajemen bagi pengurus Yayasan Mesjid Agung, agar masyarakat lebih bangga dan percaya kepada kepengurusan yang ada; 2. Memasyarakatkan dengan menggunakan media massa atau media khusus bahwa di Mesjid Agung dapat dipergunakan sebagai pusat kegiatan umat Islam di Sumatera Selatan. Misalnya sebagai balai pernikahan; 3. Memperbanyak frekuensi dakwah melalui media massa cetak dan elektronik. Mesjid Agung dapat memberdayakan radio swasta dan televisi lokal yang ada di Palembang, bahkan di Sumatera Selatan; 4. Mengajak masyarakat lebih dekat dan mau berkunjung ke Mesjid Agung agar banyak pendidikan syiar Islam yang didapatkan, dan; 5. Pemerintah mempromosikan Mesjid Agung sebagai pusat kegiatan ke Islaman dan Wisata Ibadah. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufik. 1987. Islam dan Masyarakat – Pantulan Sejarah Indonesia. Jakarta: LP3S Arifin, H.M. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Akib, RM. 1930. Sejarah Melayu Palembang: Bandung: Druuk Ekonomi Arni, Muhammad. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Gajahnata. 2000. Pendidikan Bernuansa Qur’ani. Palembang: Universitas Sriwijaya Gorden, William I. 1978. Communication: Personal and Public, California: Sherman Oks CA Alfred. Hadi, Sutrisno. 1992. Prosedur Penelitian. Bandung: Alfabeta Hall, Edward T. 1959. The Silent Language. New York: Doubleday Lubis, Bangun. 2003. Mesjid Agung Palembang. Palembang: Pemprov Sumsel. Mulyana, Dedy. 2000. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda Karya Muis, Abdul. 2001. Komunikasi Islam. Bandung: Remadja Rosdakarya 29
Isnawijayani; 19 - 30
Volume. 2, No. 3, Juni 2009
ISSN: 1979– 0899X
Rakhmat, Djalaluddin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung Remadja Rosdakarya Singarimun, Masri. 1989. Metodologi Penelitian Masyarakat. Yogyakarta: UGM Press Sugiono. 2001. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta Sumber Lain : Kitab Suci Al Qur’an Dan Al Hadist Palupi, Opi. 2001. Dakwah Islamiyah; dalam Wardah Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan, No 4/Th2/Desember 2001. Palembang: Fakultas Dakwah IAIN Raden Patah Yahya, Wildan. 2004. Strategi Dakwah dalam Pengembangan Seni dan Peradaban, dalam Mediator, Jurnal Vol.5. No1. hal. 161. Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA Wellan, JWJ. 1939. Bijdrage tot de Geschiedenis van de Mesjid Lama te Palembang. Culturrel Indie, Vol 1, Hal. 305-314)
30
Isnawijayani; 19 - 30