STEK PUCUK MERAWAN (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) DENGAN PERLAKUAN MEDIA TUMBUH DAN HORMON
REVI NOVAN
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*) Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Stek Pucuk Merawan (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) dengan Perlakuan Media Tumbuh dan Hormon adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, atas arahan pembimbing skripsi Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS dan Ir Atok Subiakto, MAppSc dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun dan oleh perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang dikutip di dalam tulisan ini semuanya telah dimasukkan di dalam daftar pustaka di bagian belakang skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan karya tulis beserta hak cipta di dalamnya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 23 Juni 2014 Revi Novan E44080029
*) Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait.
ABSTRAK REVI NOVAN. Stek Pucuk Merawan (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) dengan Perlakuan Media Tumbuh dan Hormon. Dibimbing oleh ARUM SEKAR WULANDARI dan ATOK SUBIAKTO. Merawan (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) adalah salah satu dari beberapa tanaman yang sedang diusahakan untuk bisa dikembangbiakkan oleh PPPKR (Pusat Penelitian Pengembangan Kehutanan dan Rehabilitasi) Gunung Batu. Tanaman ini dibawa dari habitat alami di Lampung ke PPPKR untuk penelitian lanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh perlakuan terbaik yang bisa digunakan untuk usaha perkembangbiakan spesies merawan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan media pasir+arang sekam 5% berpengaruh sangat nyata terhadap persentase hidup stek, persentase stek bertunas; dan berpengaruh nyata untuk persentase stek berakar, jumlah akar, dan panjang akar. Perlakuan hormon Rootone-F berpengaruh nyata untuk persentase hidup stek dan persentase stek bertunas. Nilai tertinggi untuk persentase hidup stek dimiliki oleh media pasir+arang sekam sebesar 91.38% dan Rootone-F sebesar 86.00%. Nilai terbesar untuk persentase stek bertunas dimiliki oleh media pasir+arang sekam sebesar 77.18% dan 71.43% untuk hormon Rootone-F. Hasil tertinggi untuk persentase stek berakar, panjang akar, dan jumlah akar dimiliki oleh media pasir+arang sekam sebesar 18.57%, 214.25 cm, dan 64 akar. Kata kunci: Hopea cernua, hormon, media tumbuh, stek pucuk ABSTRACT REVI NOVAN. Shoot Cuttings of Merawan (Hopea cernua) with Rooting Media and Hormone Treatments. Supervised by ARUM SEKAR WULANDARI and ATOK SUBIAKTO. Merawan (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) is one of species that being tested in Center for Conservation and Rehabilitation Research and Development (CCRRD) Gunung Batu. This species brought from its natural source in Lampung to CCRRD for the advanced research. The purpose is to acquire the best treatments that can be used for species propagation effort. This research shown that sand media with 5% husk charcoal has a very real effect for survival percentage, shooting percentage; and has a real effect for rooting percentage, root length and number of roots. Rootone-F hormone has a real effect for the survival percentage and shooting percentage. The highest result for survival percentage were seen in sand media with husk charcoal by 91.38% and in Rootone-F by 86.00%. The highest results for shooting percentage were seen in sand media with husk charcoal by 77.18% and 71.43% for Rootone-F hormone. The highest result for rooting percentage, root length and number of roots were seen in sand media with husk charcoal by 18.57%, 214.25 cm, and 64 roots. Key words: growth media, Hopea cernua, hormone, shoot cuttings
STEK PUCUK MERAWAN (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) DENGAN PERLAKUAN MEDIA TUMBUH DAN HORMON
REVI NOVAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi: Stek Pucuk Merawan (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) dengan Perlakuan Media Tumbuh dan Hormon Nama : Revi Novan NIM : E44080029
Disetujui
Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS Pembimbing I
Ir Atok Subiakto, MAppSc Pembimbing II
Diketahui
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan banyak sekali kemudahan, sehingga karya ilmiah saya yang berjudul “Stek Pucuk Meranti (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) dengan Perlakuan Media Tumbuh dan Hormon” dapat terselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 hingga Oktober 2013 bertempat di rumah kaca PPPKR Gunung Batu, Bogor. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada kedua pembimbing skripsi saya, Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS dan Ir Atok Subiakto, MAppSc yang telah rela mengorbankan waktu, ilmu dan nasehat yang berharga sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik, dan kepada pihak Puslitbang Gunung Batu dan staf yang telah memberikan tempat, fasilitas dan segala bantuan yang dapat mendukung kegiatan penelitian saya selama di sana. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada keluarga besar Pandawa, Om Agus, Om Budi, dan Om Bambang sekeluarga yang telah banyak membantu dalam pembiayaan kuliah saya di IPB, teman-teman seperjuangan HARPI, teman-teman Silvikultur angkatan 45, bu Puja, pak Atang, staf tata usaha Silvikultur, teman-teman mentoring, teman-teman Ibaadurrahmaan, dan Tree Grower Community (TGC), teman-teman kostan Capita Selecta dan wisma Alamanda yang banyak membantu selama penelitian, dan untuk semua orang yang telah berjasa di dalam hidup saya, saya ucapkan terima kasih. Tulisan saya ini memang jauh dari sempurna. Namun, saya berharap apa yang saya sampaikan ini dapat berguna, dan segala ketidaksempurnaan yang ada bisa menjadi solusi di kemudian hari.
Bogor, 23 Juni 2014
Revi Novan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Peubah yang Diamati Rancangan Percobaan Analisis Data HASIL Hasil Rekapitulasi Nilai Kuadrat Tengah Pengaruh perlakuan media dan hormon terhadap peubah yang diukur Persentase Hidup Stek Hopea cernua Persentase Stek Bertunas Hopea cernua Persentase Stek Berakar Hopea cernua PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
vii vii 1 1 2 2 2 2 2 3 4 4 5 6 6 6 7 8 10 10 13 13 14 14 16
DAFTAR TABEL 1 Analisis ragam data pengamatan 2 Rekapitulasi nilai kuadrat tengah (mean square) pengaruh perlakuan media tanam dan hormon terhadap persentase hidup stek, persentase stek bertunas, persentase stek berakar, panjang akar dan jumlah akar H. cernua selama 16 minggu pengamatan 3 Persentase hidup stek, persentase stek bertunas, persentase stek berakar, panjang akar dan jumlah akar stek H. cernua selama 16 minggu pengamatan 4 Persentase hidup stek H. cernua selama 16 minggu pengamatan 5 Persentase stek bertunas H. cernua selama 16 minggu pengamatan 6 Persentase stek berakar berbagai spesies Hopea
5 6
6
8 10 11
DAFTAR GAMBAR 1 Persentase hidup stek pucuk H. cernua selama 16 minggu pengamatan dengan perlakuan: (a) media tanam, (b) hormon 2 Persentase stek bertunas H. cernua selama 16 minggu pengamatan dengan perlakuan: (a) media tanam, (b) hormon 3 Persentase stek berakar H. cernua pada minggu ke-16
8 9 10
PENDAHULUAN Latar Belakang Hopea sp. (merawan) merupakan salah satu genus dari famili Dipterocarpaceae yang mendominasi hutan-hutan di Indonesia. Pemanfaatan genus merawan ini masih belum banyak dilakukan, padahal genus merawan tercatat sebagai spesies terbanyak kedua dari famili Dipterocarpaceae di pulau Kalimantan, spesies terbanyak ketiga di pulau Sumatra, dan sebagai spesies terbanyak di pulau Jawa (Atun 2012). Merawan (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) yang bersinonim dengan H. argentea ditemukan pada ketinggian 0–1650 mdpl (Soerianegara 1993), tersebar terutama di daerah Sumatra (Bangka, dan bagian barat pulau Sumatra), dan Kalimantan (kecuali di daerah selatan dan barat). Spesies ini dapat tumbuh di tanah subur, dan terutama dapat tumbuh di tanah bebatuan menengah hingga bebatuan dasar, termasuk tanah kapur. Kayunya dapat digunakan untuk pembuatan lantai (flooring), alat-alat rumah tangga, pengerjaan kayu halus, dan pengerjaan kayu bubut (Newman 1998a). Spesies ini memiliki kulit kayu yang halus hingga bercelah-celah dalam dengan warna kulit coklat kehitaman. Tinggi pohon dapat mencapai 35 m, berbanir dengan tinggi 4 m dan lebar mencapai 3 m. Akar dapat tumbuh dan menonjol ke permukaan tanah. Diameternya termasuk besar, yaitu mencapai 125 cm. Tajuknya kecil, rapat dan hampir bulat. Ranting-rantingnya bulat, tidak rontok, dan sedikit bengkok. Daunnya sering memiliki bulu-bulu tipis yang berwarna keperakan, memiliki tulang daun yang menonjol, urat daun yang simetris dengan urat tambahan yang tumbuh lebih pendek dari urat utama. Bunganya memiliki petal berwarna putih atau kuning yang berukuran kecil, stamennya berjumlah sebanyak 15–18 buah. Buahnya bersayap, dengan 2 sayap yang lebih panjang dari 3 sayap lainnya, dan bijinya berukuran antara 6–9 x 8–9 mm (Newman 1998b). Periode pembungaan dan masa pembuahan spesies H. cernua masih belum diketahui. Penelitian tentang masa pembuahan genus Hopea masih belum banyak dilakukan. Spesies yang telah diteliti, Hopea odorata memiliki masa pembungaan setiap 2 tahun sekali dengan masa pematangan buah sekitar 3 bulan (Soerianegara 1993). Kegiatan pembibitan spesies H. cernua biasanya dilakukan dengan biji (generatif). Merawan dikembangbiakkan dengan biji yang diunduh saat masih berada di pohon, dan semai yang bisa diperoleh di sekitar pohon induk. Biji H. cernua harus langsung ditanam sesaat setelah diunduh karena daya kecambah biji akan menurun drastis jika disimpan dalam waktu yang lama (rekalsitran). Namun masih belum diketahui mengenai lama waktu penyimpanan maksimal biji tanpa mengalami penurunan daya perkecambahan. Biji yang sudah matang biasanya berwarna kecoklatan, dan akan jatuh jika tidak diunduh. Ketika biji jatuh ke tanah, biji ini akan segera dimakan oleh hewan-hewan pemakan biji, sehingga jika tidak segera diunduh di pohon, jumlah biji yang bisa dipanen akan berkurang. Usahausaha perbanyakan yang dilakukan saat ini masih belum maksimal mengingat ketersediaan biji H. cernua yang terbatas, sehingga hanya bisa dihasilkan sedikit
2
bibit untuk tujuan penanaman hutan tanaman. Oleh karena itu, dibutuhkan cara yang lebih baik, sehingga bibit yang dihasilkan lebih banyak, dan kualitas-kualitas unggul yang berada di dalam spesies H. cernua dapat tetap terjaga. Untuk itu, perlu dilakukan perbanyakan bibit H. cernua secara vegetatif, salah satunya dengan cara stek pucuk. Stek pucuk dapat digunakan sebagai teknik alternatif dalam pengadaan bibit beberapa spesies Dipterocarpaceae yang diprioritaskan untuk pembangunan hutan komersial (Subiakto 2005), dan penanganan spesies-spesies langka untuk tujuan konservasi. Perbanyakan tanaman dengan stek pucuk telah berhasil dengan baik untuk jenis H. odorata dan H. sangal dengan hasil persentase stek berakar lebih dari 90% (Sakai 2007). Di dalam penelitian ini, stek pucuk digunakan sebagai alternatif untuk perbanyakan H. cernua karena benih H. cernua masuk ke dalam golongan rekalsitran (benih yang tidak bisa disimpan lama karena daya berkecambahnya cepat menurun). Dengan digunakan teknik stek pucuk, bibit H. cernua dapat dihasilkan sepanjang tahun, sehingga ketersediaan bibit H. cernua dapat lebih terjamin.
Tujuan Penelitian Tujuan dari kegiatan penelitian stek pucuk H. cernua ini adalah (1) mendapatkan komposisi media yang tepat untuk stek pucuk H. cernua, (2) mendapatkan hormon yang tepat yang dapat meningkatkan keberhasilan stek pucuk H. cernua.
Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini adalah hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi setiap orang yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang H. cernua, atau untuk penelitian yang berhubungan dengan stek pucuk.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai dari bulan Juni 2013 hingga bulan Oktober 2013 di rumah kaca dengan sistem KOFFCO (Komatsu-FORDA Fog Cooling) Pusat Penelitian Pengembangan Kehutanan dan Rehabilitasi (PPPKR) Gunung Batu, Bogor, Jawa Barat.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah sungkup stek dengan politube, gunting stek, label penanda, penjepit sungkup, selang penyemprot atau sprayer, dan ember untuk proses penyetekan, kamera digital, buku catatan dan pulpen, laptop yang telah terinstal software SAS v.09, serta program pengolah foto. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit merawan (H. cernua) umur 2 tahun
3
yang berasal dari Lampung, zat pengatur tumbuh (ZPT) Rootone-F dan hormon NAA, media pasir, arang sekam, cocopeat, sekam padi, dan pasir zeolit.
Metode Penyiapan sungkup propagasi Sungkup yang akan digunakan harus bersih dan dijaga kualitasnya selama penelitian. Sungkup dicuci dan dibersihkan dari segala kotoran. Pada bagian dasarnya ditaburkan pasir zeolit setinggi 1 cm atau hingga permukaan sungkup bagian bawah tertutup. Pasir zeolit digunakan untuk menjaga kelembaban dalam sungkup, dan agar politube dapat berdiri dengan tegak dalam sungkup. Penyiapan media tanam Media tanam yang digunakan adalah campuran cocopeat (serbuk sabut kelapa) dan sekam padi, dengan perbandingan 2:1 (v/v); dan campuran pasir dan arang sekam dengan perbandingan 9.5:0.5 (v/v). Cocopeat, sekam padi, dan pasir sebelumnya dikukus pada suhu 1200C selama 4 jam dalam alat pengukus steamer. Setelah itu, cocopeat dicuci agar zat ekstraktif berwarna kecoklatan dapat berkurang. Pasir zeolit dicuci bersih sebelum digunakan. Bahan media dicampur sesuai dengan perlakuan, lalu dimasukkan ke dalam politube dan disiram hingga jenuh. Persiapan bahan stek Bahan stek dipotong dari bibit H. cernua dengan menggunakan gunting stek. Bahan stek dipotong dengan ukuran 5–7 cm dan memiliki 2–3 buku daun yang segar. Bahan stek lalu direndam dalam ember berisi air agar penguapan berkurang. Setelah itu, 1/3 hingga 1/2 daun dipotong untuk mengurangi penguapan, dan dasar batang dipotong dengan kemiringan sudut 450. Pemberian hormon Hormon yang digunakan ialah zat pengatur tumbuh Rootone-F dan NAA 100 ppm. Rootone-F berbentuk tepung dan dapat langsung digunakan, sedangkan NAA sebanyak 100 mg dilarutkan dalam beberapa tetes NaOH agar menjadi cair, kemudian diencerkan dengan aquades 1 liter untuk mendapatkan NAA 100 ppm. Rootone-F dibubuhkan secara langsung pada bagian bawah bahan stek yang dipotong. Pemberian hormon NAA 100 ppm dilakukan dengan cara merendam bahan stek pada larutan hormon selama ± 5 menit. Penanaman dan pemeliharaan stek Media dalam politube dilubangi dengan kayu seukuran bahan stek, lalu bahan stek ditancapkan ke dalam media. Media kemudian dirapatkan di sekeliling bahan stek, lalu disiram, dan sungkup ditutup kembali. Proses pemeliharaan stek meliputi kegiatan penyiraman air, pembersihan gulma, dan pembuangan daun dan batang stek yang rontok atau mati agar tidak membusuk dan menjalar ke bahan stek lainnya. Penyiraman dilakukan dengan interval 2 hari sekali pada 2 minggu pertama, 3 hari sekali pada 2 minggu kedua, 1 minggu sekali pada 2 minggu ketiga dan 2 minggu sekali sampai minggu ke-16.
4
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah persentase hidup stek, persentase stek bertunas, persentase stek berakar, jumlah akar dan panjang akar. Teknik pengambilan datanya disajikan sebagai berikut: Persentase hidup stek Persentase hidup stek diamati setiap minggu dengan menghitung jumlah stek yang hidup dibandingkan dengan jumlah total stek secara keseluruhan. Rumus yang digunakan adalah: Persentase hidup stek =
∑ stek yang hidup x 100% ∑ stek pada awal penelitian
Persentase stek bertunas Persentase stek bertunas diamati setiap minggu dengan menghitung jumlah stek yang bertunas dan dibandingkan dengan jumlah total stek secara keseluruhan. Rumus yang digunakan adalah: Persentase stek bertunas =
∑ stek yang bertunas x 100% ∑ stek pada awal penelitian
Persentase stek berakar Persentase stek berakar dihitung pada akhir penelitian dengan menghitung jumlah stek yang berakar dibandingkan dengan jumlah total stek secara keseluruhan, yaitu dengan rumus: Persentase berakar stek =
∑ stek berakar pada akhir penelitian x 100% ∑ stek pada awal penelitian
Jumlah akar Jumlah akar stek dihitung dengan menjumlahkan akar tiap bahan stek hingga didapatkan jumlah akar total per ulangan dalam perlakuan. Akar yang dihitung adalah akar primer yang keluar dari permukaan batang bawah bahan stek. Pengukuran dilakukan satu kali pada akhir penelitian. Panjang akar Panjang akar stek dihitung dengan mengukur panjang akar stek yang berakar, selanjutnya dirata-ratakan dengan jumlah akar yang muncul pada stek. Bahan stek yang dihitung panjang akarnya hanyalah yang berakar pada akhir penelitian.
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, dengan 2 faktor, yaitu faktor media tanam yang terdiri dari 2 taraf dan faktor hormon yang terdiri dari 2 taraf. Faktor media tanam terdiri atas (1) campuran cocopeat dan sekam padi 2:1 (v/v); (2)
5
campuran pasir dan arang sekam 9.5:0.5 (v/v). Faktor hormon terdiri atas (1) Rootone-F, dan (2) NAA 100 ppm. Masing-masing perlakuan diulang 5 kali dan masing-masing ulangan terdiri dari 35 bahan stek yang diletakkan dalam 1 sungkup. Dengan demikian, dalam penelitian ini terdapat 4 kombinasi perlakuan, yaitu: M1H1: media cocopeat+sekam padi dengan hormon Rootone-F M2H1: media pasir+arang sekam dengan hormon Rootone-F M1H2: media cocopeat+sekam padi dengan hormon NAA M2H2: media pasir+arang sekam dengan hormon NAA Data yang diperoleh dari hasil pengamatan diolah dan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Model matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Yijk = µ + τi + αj + (τα)ij + εijk Keterangan: Yijk = Nilai rata-rata pada perlakuan media ke-i, hormon ke-j dan ulangan ke-k µ = Nilai rata-rata umum τi = Pengaruh perlakuan media ke-i αj = Pengaruh perlakuan hormon ke-j (τα)ij = Pengaruh interaksi perlakuan media ke-i dan hormon ke-j Εijk = Pengaruh acak pada perlakuan media ke-i, hormon ke-j dan ulangan ke-k
Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan software statistical analysis system (SAS) versi 9.0 dan menggunakan analisis ragam ANNOVA seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Analisis ragam data pengamatan Derajat bebas
Sumber keragaman
Jumlah kuadrat
Kuadrat tengah
M
(a-1)
JKA
JKA/(a-1)
H
(b-1)
JKB
JKB/(b-1)
M*H
(a-1) (b-1)
JKAB
JKAB/(a-1) (b-1)
Sisaan
Ab(r-1)
JKE
JKE/ab(r-1)
Total
Abr-1
JKT
( …)
Faktor koreksi (C) JKt = ∑∑Yijk2 −C KTp = Jkp/JKb Fhit a = KTa/KTe Fhit b = KTb/KTe Fhit ab = KTab/KTae
JKp JKb JKe JKa JKab
= ∑∑Y2ij/r –C = ∑Y2j/ar –C = JKp = ∑Yi2../br –C = JKp-JKa-
6
HASIL Hasil rekapitulasi nilai kuadrat tengah Media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap peubah persentase hidup stek dan persentase stek bertunas H. cernua; berpengaruh nyata terhadap peubah persentase stek berakar, panjang akar, dan jumlah akar H. cernua. Pemberian hormon berpengaruh nyata terhadap persentase hidup stek dan persentase stek bertunas H. cernua, namun untuk persentase stek berakar, panjang akar dan jumlah akar H. cernua, hormon Rootone-F dan NAA bernilai sama. Tidak ada interaksi antara perlakuan media tanam dan hormon terhadap keberhasilan stek pucuk H. cernua (Tabel 2). Tabel 2 Rekapitulasi nilai kuadrat tengah (mean square) pengaruh perlakuan media tanam dan hormon terhadap persentase hidup stek, persentase stek bertunas, persentase stek berakar, panjang akar dan jumlah akar H. cernua selama 16 minggu pengamatan Perlakuan
Derajat bebas
Persentase hidup stek 1.4098** 0.1786** 0.0252tni 0.0124tin
Persentase stek bertunas 141.2993** 17.8227** 2.3530tni 1.2697tin
Kuadrat Tengah Persentase Panjang stek berakar akar 0.0819*t 0.0938*i 0.0003tn 0.0031tn 0.0562tn 0.0832tn 0.0169tn 0.0283tn
Media (M) 111 Hormon (H) 111 M*H 111 Galat 1611 Total 1911 tn = tidak berpengaruh nyata, * = berpengaruh nyata, ** = berpengaruh sangat nyata.
Jumlah akar 96.8000*i 0.2000tn 72.2000tn 19.8750tn
Pengaruh perlakuan media dan hormon terhadap peubah yang diukur Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan media pasir+arang sekam memberikan hasil yang lebih tinggi pada peubah persentase hidup stek, persentase stek bertunas, persentase stek berakar, panjang akar dan jumlah akar H. cernua dibandingkan dengan media cocopeat+sekam padi. Pada perlakuan hormon, hormon Rootone-F memberikan hasil lebih tinggi pada peubah persentase hidup stek dan persentase stek bertunas H. cernua dibandingkan dengan hormon NAA. Perlakuan hormon Rootone-F memberikan hasil sama dengan hormon NAA untuk peubah persentase stek berakar, panjang akar, dan jumlah akar H. cernua. Tabel 3
Persentase hidup stek, persentase stek bertunas, persentase stek berakar, panjang akar dan jumlah akar stek H. cernua selama 16 minggu pengamatan Perlakuan
Persentase hidup stek (%)
Persentase stek bertunas (%)
Persentase stek berakar (%)
Panjang akar (cm)
Jumlah Akar
Media tanam Cocopeat+sekam padi 70.24b 50.10b 5.71b 77.83b 20b Pasir+arang sekam 91.38a 77.18a 18.57a 214.25a 64a Hormon Rootone-F 86.00a 71.43a 12.57a 159.53a 43a NAA 75.61b 55.85b 11.71a 132.55a 41a Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% berdasarkan uji jarak berganda Duncan.
7
Media tanam pasir+arang sekam menunjukkan nilai terbaik untuk semua peubah terhadap H. cernua. Perlakuan media tanam pasir+arang sekam memiliki nilai persentase hidup stek H. cernua lebih tinggi 21.14% dari media cocopeat+sekam padi. Persentase stek bertunas H. cernua lebih tinggi 27.08% dari media cocopeat+sekam padi. Persentase stek berakar H. cernua pada media tanam pasir+arang sekam lebih tinggi 12.86% dari media cocopeat+sekam padi. Panjang akar dan jumlah akar stek H. cernua dengan perlakuan media cocopeat+sekam padi masing-masing lebih rendah 63.67% dan 68.75% dari perlakuan media pasir+arang sekam. Sementara itu, untuk perlakuan hormon, nilai terbaik yang didapatkan untuk 2 peubah terlihat pada hormon Rootone-F. Perlakuan hormon Rootone-F memiliki nilai persentase hidup stek H. cernua 10.39% lebih tinggi dan persentase stek bertunas 15.85% lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan hormon NAA. Bahan stek H. cernua mulai berakar pada minggu ke-13. Pada minggu ke13, sebagian bahan stek berakar, sedangkan sebagian bahan stek lain hanya muncul calon akar. Setelah minggu ke-16, banyak bahan stek yang telah berakar. Persentase hidup stek Hopea cernua Persentase hidup stek menunjukkan jumlah bahan stek yang berpotensi untuk berakar dan berpotensi untuk menjadi bibit. Semakin tinggi persentasenya, maka semakin banyak bahan stek yang kemungkinan akan berakar. Hasil pengamatan persentase hidup stek ditunjukkan pada Gambar 1. Sebagian bahan stek H. cernua mengalami kematian selama penelitian. Kematian bahan stek mulai terjadi pada minggu pertama. Total kematian yang terjadi pada bahan stek H. cernua selama penelitian sebesar 70.00% untuk perlakuan media cocopeat+sekam padi; 16.86% untuk perlakuan media pasir+arang sekam; 34.00% untuk perlakuan hormon Rootone-F dan 52.86% untuk perlakuan hormon NAA. Hingga akhir penelitian, sebagian bahan stek H. cernua masih mampu bertahan hidup (Tabel 4). Cocopeat+sekam padi Pasir+arang sekam
120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
140.00 Persentase hidup stek (%)
Persentase hidup stek (%)
140.00
Rootone-F NAA
120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
0
2
4
6 8 10 12 14 16 Minggu ke-
(a)
0
2
4
6 8 10 12 14 16 Minggu ke-
(b)
Gambar 1 Persentase hidup stek pucuk H. cernua selama 16 minggu pengamatan dengan perlakuan: (a) media tanam, (b) hormon
8
Tabel 4 Persentase hidup stek H. cernua selama 16 minggu pengamatan Uji F persentase hidup stek (%) Cocopeat+sekam padi Pasir+arang sekam Rootone-F NAA 0 (awal) 100.00tni 100.00tni 100.00tni 100.00tni 1 97.14tni 97.43tni 98.00tni 96.57tni 2 93.43tni 97.14tni 96.57tni 94.00tni 3 90.86tni 96.29tni 96.29tni 90.86tni 4 88.86** 96.00** 95.14tni 89.72tni 5 87.14** 95.43** 94.57tni 88.00tni 6 85.43** 94.00** 94.00** 85.43** 7 82.00** 92.86** 92.29** 82.57** 8 77.43** 92.00** 91.14** 78.29** 9 70.29** 90.86** 86.29** 74.86** 10 64.57** 89.14** 84.00** 69.72** 11 58.57** 87.72** 80.57** 65.72** 12 51.72** 86.57** 76.57** 61.72** 13 44.57** 85.71** 73.14** 57.14** 14 38.57** 85.14** 70.29** 53.43** 15 33.43** 84.00** 67.14** 50.29** 16 30.00** 83.14** 66.00** 47.14** tn = tidak berpengaruh nyata, * = berpengaruh nyata, ** = berpengaruh sangat nyata. Minggu ke-
Kematian tertinggi bahan stek H. cernua dengan perlakuan media cocopeat+sekam padi terjadi pada minggu ke-9 dan minggu ke-13 yang mencapai 7.14%, sedangkan pada perlakuan media pasir+arang sekam, kematian tertinggi terjadi pada minggu ke-1 yang mencapai 2.57%. Kematian tertinggi pada perlakuan hormon Rootone-F terjadi pada minggu ke-9 yang mencapai 4.86%. Pada perlakuan NAA kematian tertinggi terjadi pada minggu ke-10 yang mencapai angka 5.14% (Tabel 4). Perlakuan media tanam memberikan perbedaan yang nyata pada bahan stek H. cernua dimulai dari minggu ke-4 dan sangat nyata pada minggu ke-8 hingga minggu ke-16. Sementara itu, perlakuan hormon memberikan perbedaan nyata dimulai dari minggu ke-6 dan sangat nyata pada minggu ke-8 hingga minggu ke-16. Persentase stek bertunas Hopea cernua Persentase stek bertunas menunjukkan jumlah bahan stek yang mampu menghasilkan tunas yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman ke arah atas. Kematian masih terjadi pada bahan stek yang bertunas. Jika persentase stek bertunas tinggi, maka tanaman dapat tumbuh dengan baik. Hasil pengamatan persentase hidup stek ditunjukkan pada Gambar 2. Pada Gambar 2, nilai persentase stek bertunas H. cernua naik pada minggu pertama penelitian, namun mulai turun pada pertengahan hingga minggu ke-16. Hal ini disebabkan adanya bahan stek yang mati selama penelitian berlangsung. Kematian ini terjadi tidak hanya pada bahan stek yang belum tumbuh tunas, tetapi juga pada bahan stek yang telah tumbuh tunas, sehingga persentase stek bertunas terlihat menurun. Urutan nilai persentase stek bertunas cenderung mirip dengan nilai persentase hidup stek, namun persentase stek bertunas memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan persentase hidup stek.
9
Cocopeat+sekam padi Pasir+arang sekam
120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
140.00 Persentase stek bertunas (%)
Persentase stek bertunas (%)
140.00
Rootone-F NAA
120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
0
2
4
6 8 10 12 14 16 Minggu ke-
(a) Gambar 2
0
2
4
6 8 10 12 14 16 Minggu ke-
(b)
Persentase stek bertunas H. cernua selama 16 minggu pengamatan dengan perlakuan: (a) media tanam, (b) hormon
Pertumbuhan tunas H. cernua setiap minggunya berbeda antara perlakuan satu dengan yang lainnya. Pertumbuhan tunas sudah mulai terjadi pada minggu ke-1 penelitian (Tabel 5). Pertambahan tunas yang terbanyak terjadi pada perlakuan media cocopeat+sekam padi mencapai 29.72% pada minggu ke-2, sedangkan media pasir+arang sekam menghasilkan persentase stek bertunas terbanyak pada minggu ke-2 mencapai 36.00%. Pertambahan tunas terbanyak dialami oleh bahan stek dengan perlakuan hormon Rootone-F pada minggu ke-1 yang mencapai 47.43%, sedangkan hormon NAA menghasilkan persentase stek bertunas terbanyak pada minggu ke-2 yaitu mencapai 38.00%. Tabel 5 Persentase stek bertunas H. cernua selama 16 minggu pengamatan Uji F persentase stek bertunas (%) Cocopeat+sekam padi Pasir+arang sekam Rootone-F 0 (awal) 0.00tni 0.00tni 0.00tni 1 28.57tni 32.57tni 50.28** 2 58.29tni 68.57tni 78.00** 3 64.86tni 80.00tni 81.71** 4 66.29** 85.14** 83.14** 5 66.57** 89.14** 84.86** 6 67.43** 89.43** 84.00** 7 68.86** 88.86** 82.86tni 8 67.14** 89.43** 82.86** 9 62.57** 89.72** 81.14** 10 57.43** 88.00** 79.14** 11 52.57** 86.29** 76.29** 12 47.43** 85.43** 73.43** 13 42.57** 85.14** 71.71** 14 37.43** 84.57** 69.43** 15 32.29** 83.72** 66.57** 16 30.00** 83.14** 66.00** tn = tidak berpengaruh nyata, * = berpengaruh nyata, ** = berpengaruh sangat nyata. Minggu ke-
NAA 0.00tnii 10.86** 48.86** 63.14** 68.29** 70.86** 72.86** 74.86tni 73.71** 71.14** 66.29** 62.57** 59.43** 56.00** 52.57** 49.43** 47.14**
10
Perlakuan media tanam terhadap species H. cernua memberikan perbedaan nyata pada minggu ke-4 dan perbedaan sangat nyata pada minggu ke-5 hingga minggu ke-16. Perlakuan hormon memberikan pengaruh sangat nyata pada minggu ke-1, berbeda nyata mulai minggu ke-3, lalu sangat nyata pada minggu ke-10 hingga minggu ke-16. Persentase Stek Berakar Hopea cernua Persentase stek berakar merupakan peubah terpenting dalam menentukan keberhasilan stek pucuk. Setiap perlakuan berpengaruh berbeda terhadap persentase stek berakar. Untuk perlakuan media tanam, persentase stek berakar tertinggi adalah pada perlakuan pasir+arang sekam sebesar 18.57%, lalu diikuti media cocopeat+sekam padi sebesar 5.71%. Pada perlakuan hormon, hormon yang memiliki nilai persentase stek berakar tertinggi adalah Rootone-F sebesar, 12.57%, lalu diikuti NAA sebesar 11.71%. 13.40
24.00 Media Tanam 20.00
12.90
16.00
12.40
12.00
11.90
8.00
11.40
4.00
10.90
0.00
10.40 Cocopeat+sekam padi
Pasir+arang sekam
Hormon
Rootone-F
NAA
Gambar 3 Persentase stek berakar H. cernua pada minggu ke-16.
PEMBAHASAN Semakin tua usia bahan stek maka semakin rendah kemampuan bahan stek tersebut untuk menghasilkan akar, sehingga persentase stek berakarnya akan lebih rendah (Danu 2012). Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa bahan stek H. cernua yang diambil dari bibit induk yang berusia 2 tahun masih dapat menghasilkan tanaman baru sebesar 18.57%. Sakai (2007) menyatakan bahwa setiap jenis dari genus Hopea yang berasal dari bibit berusia 1 tahun memiliki persentase stek berakar yang berbeda-beda dengan rentang 14.70%–85.03% (Tabel 6). Perbanyakan H. cernua dengan stek pucuk belum pernah dilakukan, sehingga persentase keberhasilannya belum diketahui. Persentase stek berakar ini masih dapat bertambah, karena persentase hidup stek masih cukup tinggi tiap perlakuan, sehingga potensi pertambahan bahan stek yang berakar masih terus ada dengan penambahan waktu pengamatan. Selain itu, perlu dicari perlakuan yang bisa meningkatkan persentase stek berakar. Kemampuan tumbuh akar H. cernua dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor media tanam dan hormon. Media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan bentuk akar. Sifat media tanam yang berpengaruh adalah penetrabilitas tanah, air tanah, aerasi tanah, suhu tanah serta faktor kimia
11
tanah (Goldsworthy 1992). Menurut Sitompul (1995), potensi pertumbuhan akar perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi pertumbuhan bagian atas tanaman. Perlakuan media tanam yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu (1) media cocopeat+sekam padi; dan (2) pasir+arang sekam. Tabel 6 Persentase stek berakar berbagai spesies Hopea* Nama spesies
Nama lokal
Hopea bancana
Bancana
Hopea dryobalanoides Hopea dyeri Hopea gregaria Hopea mangarawan
Merawan Bangkirai tanduk Mandonor, pooti Merawan
Hopea odorata
Merawan
Hopea sangal Merawan siput Hopea sp. Merawan * Sumber: Sakai (2007).
Asal bahan Bogor Kuok Bogor Samarinda Bogor Bogor Kuok Bogor Banjarbaru Kuok Samarinda Bogor Samarinda
Jumlah yang ditanam 450 27 270 425 955 200 985 3805 345 5812 1010 885 522
Jumlah yang berakar 66 12 96 249 370 39 257 3660 314 4963 843 843 249
Persentase stek berakar (%) 14.7 44.4 35.6 58.6 38.7 19.5 26.1 96.2 91.0 85.4 83.5 95.3 47.7
Nilai persentase hidup stek pucuk H. cernua menurun setiap minggu sampai 16 minggu pengamatan. Media cocopeat+sekam padi, memiliki nilai penurunan persentase hidup stek yang tertinggi, sedangkan media dengan penurunan persentase terendah terdapat pada media pasir+arang sekam (Tabel 4). Adanya perbedaan sifat fisika seperti kapasitas menahan air dalam media dan sifat kimia seperti derajat keasaman (pH) dari media tanam dapat mempengaruhi keberhasilan stek pucuk. Media cocopeat+sekam padi 2:1 (v/v) memiliki bulk density sebesar 0.68 g/cm3, porositas sebesar 58.85%, kadar air pada kapasitas lapang (moisture content) sebesar 36.87% (v/v), kadar air pada titik layu permanen (moisture content at permanent wilting point) 26.60% (v/v), pori drainase (drainage pore) 5.25% (v/v) dan jumlah air tersedia (available water capacity) 12.38% (v/v) (Danu 2011). Hal ini berarti bahwa media cocopeat+sekam padi memiliki kelembaban media yang cukup tinggi sehingga tidak perlu sering disiram air. Kondisi ini mendukung perakaran tanaman untuk sebagian tanaman, tetapi untuk spesies H. cernua, hasil perlakuan media cocopeat+sekam padi menunjukkan nilai persentase berakar yang lebih rendah, yaitu 5.71% dibandingkan dengan persentase stek berakar untuk spesies damar (Agathis loranthifolia), yaitu 67.00% (Danu 2011). Hal ini diduga karena cocopeat+arang sekam memiliki daya simpan (kapasitas) air, dan kapasitas menahan air yang lebih tinggi daripada media tanam pasir+arang sekam. Daya simpan air yang tinggi membuat media lebih basah, sedangkan tempat tumbuh alami H. cernua lebih kering, yaitu di daerah berbatu dan daerah kapur, sehingga media yang lebih basah diduga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan akar. Aminah (2004) menyatakan bahwa perlakuan media tanam pasir, serabut kelapa, dan kombinasi antara pasir dan serabut kelapa (1:1) tidak memberikan
12
hasil yang signifikan terhadap persentase stek berakar dan jumlah akar stek batang Shorea parvifolia dan Shorea macroptera. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian ini. Penggunaan media tanam pasir+arang sekam bernilai lebih tinggi untuk persentase berakar stek H. cernua dibandingkan dengan penggunaan media tanam cocopeat+arang sekam, artinya penggunaan media yang sesuai dapat memicu tumbuhnya akar. Perbedaan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan media tanam tidak sama terhadap berbagai jenis. Pertumbuhan akar yang terganggu berakibat pada berkurangnya pasokan zat hara dari batang bawah ke batang atas, sehingga proses fotosintesis berkurang. Akibatnya pertumbuhan bagian-bagian tanaman seperti tunas terhambat (media tanam cocopeat+sekam padi memberikan nilai lebih rendah untuk persentase stek bertunas dibandingkan nilai media pasir+arang sekam) dan dalam kondisi ekstrim dapat mematikan tanaman selama penelitian (media tanam cocopeat+sekam padi memberikan nilai lebih kecil untuk persentase hidup stek dibandingkan nilai media pasir+arang sekam). Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa media tanam pasir+arang sekam memberikan nilai sekitar 2–3 kali lebih besar untuk peubah persentase stek berakar, panjang akar dan jumlah akar. Media pasir+arang sekam memberikan hasil yang lebih baik untuk semua peubah yang diamati. Hal ini disebabkan pasir mempunyai porositas yang cocok dengan spesies H. cernua yang dapat tumbuh di tanah subur hingga tanah kapur. Pasir juga secara umum merupakan media tanam terbaik dalam menghasilkan persentase berakar, jumlah akar, dan panjang akar stek pucuk pulai darat (Alstonia angustiloba Miq.) (Mashudi 2012). Media pasir+arang sekam juga menunjukkan hasil yang terbaik dalam penelitian ini. Sifat porositas pasir yang cocok untuk H. cernua diperkirakan berasal dari bentuk pasir yang terdiri dari butiran batu kecil berukuran 0.05–2.0 mm. Pasir juga tidak memiliki zat hara, dan tidak memiliki daya tahan air. Oleh karena itu, biasanya dicampur dengan bahan organik ketika digunakan (Hartmann 1983). Penambahan arang sekam pada pasir akan memperbaiki kualitas pasir dalam menahan air. Kemampuan menahan air ini muncul karena arang sekam memiliki berat volume (bulk density) sebesar 0.29 kg/liter, kapasitas menahan air (water holding) sebesar 75.00%, porositas sebesar 79.00%, dan kemudahan terbasahi kembali (wettability) dengan kecepatan hingga 0.9 menit (Hardiwinoto 2010). Semakin tinggi kapasitas menahan air, maka air yang membasahi media akan semakin banyak yang dapat diserap. Hormon berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Hormon NAA dan Rootone-F yang mengandung auksin dapat mempercepat pembelahan dan pertumbuhan sel-sel tumbuhan. Hormon auksin memiliki kemampuan untuk merangsang pemanjangan sel pada batang yang mengalami pembelahan dan pada bagian koleoptil, tetapi hormon ini juga mempengaruhi perkembangan pusat respon, termasuk pembentukan akar, diferensiasi jaringan pembuluh, respons tropik, dan perkembangan kuncup ketiak, bunga dan buah (Hopkins 2004). Penggunaan hormon sangat perlu dalam mempercepat pertumbuhan akar stek Posidonia oceanica. Faktanya, tidak ada satupun stek tanpa diberikan hormon yang menghasilkan akar dalam waktu penelitian. Akar baru tumbuh pada bulan ke-5 setelah penanaman (Balestri 2006). Oleh karena itu, penggunaan hormon sangat diperlukan. Dalam penelitian ini, perlakuan hormon Rootone-F
13
sama hasilnya dengan hormon NAA terhadap stek pucuk H. cernua untuk peubah persentase akar, panjang akar dan jumlah akar. Panjang akar dan jumlah akar H. cernua dipengaruhi oleh jumlah hormon auksin yang dimiliki oleh tanaman. Semakin banyak hormon auksin, maka pertumbuhan akar semakin tinggi. Hormon Rootone-F memiliki kandungan auksin (MNAA dan IBA) yang lebih tinggi dibandingkan dengan hormon NAA 100 ppm. Rootone-F mengandung hormon yang lebih bervariasi dibandingkan dengan NAA, yaitu 1-Naphthaleneacematide (NAD) 0.060 %, 2-Methyl-1Naphthaleneacetic Acid (MNAA) 0.033 %, 3-Methyl-1-Naphthaleneacematide (MNAD) 0,013 %, Indole-3-Butiryc Acid (IBA) 0.057 %, dan Tetramethyl thiuram disulfida (Thiram) 4.00 % (Simbolon 2011). Hasil membuktikan bahwa konsentrasi auksin yang lebih tinggi pada Rootone-F berpengaruh terhadap persentase hidup stek dan persentase stek bertunas, tetapi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan akar. Dengan kandungan hormon yang lebih bervariasi, Rootone-F dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan hormon NAA yang bekerja sebagai hormon tunggal. Namun, konsentrasi auksin (MNAA dan IBA) pada Rootone-F yang cukup tinggi, yaitu 0.033% atau 330 ppm, memberikan hasil yang sama dengan hormon NAA 100 ppm. Hormon yang diberikan berpengaruh berbeda untuk sebagian peubah dan juga akan berbeda jika dibandingkan dengan pengaruh hormon tanaman yang berbeda. Menurut Djamhuri (2011), pemberian NAA 100 ppm terhadap stek pucuk meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.) mampu meningkatkan semua peubah pertumbuhan stek pucuk dibandingkan dengan kontrol. Hasilnya ialah persentase hidup sebesar 80.00%, persentase stek bertunas sebesar 73.33%, dan persentase stek berakar sebesar 73.00%. Akan tetapi, pemberian NAA 100 ppm terhadap H. cernua menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian terhadap meranti tembaga. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Salisbury (1995), bahwa setiap hormon mempengaruhi respon pada banyak bagian tanaman. Respon itu bergantung pada spesies, bagian tanaman, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon yang diketahui, dan berbagai faktor lingkungan. Selain itu, perlu diperhatikan konsentrasi tertinggi yang masih dapat digunakan untuk tanaman H. cernua, karena menurut Hess (1975), penambahan dosis IAA akan mengarah kepada penambahan pertumbuhan bagian longitudinal, tetapi pada saat tertentu ketika pertumbuhan telah maksimal, penambahan dosis akan menjadi penghambat pertumbuhan, dan akhirnya tidak memicu pertumbuhan. Konsentrasi optimal hormon untuk setiap organ tanaman nilainya berbeda-beda.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian menghasilkan stek H. cernua berakar sebanyak 18.57%. Keberhasilan hidup stek pucuk H. cernua lebih tinggi pada media pasir+arang sekam dibandingkan dengan cocopeat+sekam padi dan pada hormon Rootone-F dibandingkan dengan hormon NAA. Keberhasilan bertunas stek pucuk H. cernua lebih tinggi pada media pasir+arang sekam dibandingkan dengan cocopeat+sekam padi dan hormon Rootone-F dibandingkan dengan hormon NAA. Keberhasilan
14
berakar stek pucuk H. cernua lebih tinggi pada media pasir+arang sekam dibandingkan dengan cocopeat+sekam padi. Saran Perlu dilakukan pengujian kandungan hara dan zat lain yang terkandung dalam media yang digunakan, dan pengaruhnya bagi pertumbuhan. Selain itu diperlukan pengamatan yang lebih lama terhadap tanaman H. cernua agar dapat diketahui persentase perakaran maksimal yang dapat diperoleh dengan perlakuan yang dilakukan. Penggunaan bibit yang lebih muda juga perlu dilakukan agar pertumbuhan stek H. cernua dapat lebih terlihat, dan hasil yang didapatkan baik.
DAFTAR PUSTAKA Aminah H, Hasnita RMNN, Hamzah M. 2006. Effects of indole butyric acid concentrations and media on rooting of leafy stem cuttings of Shorea parvifolia and Shorea macroptera. Journal of Tropical Forest Science 18(1):1-7. Atun S. 2012. Fitokimia Tumbuhan Meranti (Dipterocarpaceae). Yogyakarta(ID): UNY Press. Balestri E, Lardicci C. 2006. Stimulation of root formation in Posidonia oceanica cuttings by application of auxins (NAA and IBA). Marine Biology 149:393400. doi10.1007/s00227-005-0193-0. Danu, Kurniaty N. 2012. Perbanyakan tanaman kilemo (Litsea cubeba Persoon L.) dengan teknik stek pucuk. Tekno Hutan Tanaman [Internet]. [diunduh 2014 Feb 25]; 5(1):1-6. Tersedia pada: http://forda-mof.org/files. Danu, Subiakto A, Putri KP. 2011. Uji stek pucuk damar (Agathis loranthifolia Salisb.) pada berbagai media dan zat pengatur tumbuh. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam [Internet]. [diunduh 2014 Feb 25]; 8(3):245-252. Tersedia pada: http://forda-mof.org/files. Djamhuri E. 2011. Pemanfaatan air kelapa untuk meningkatkan pertumbuhan stek pucuk meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.). Jurnal Silvikultur Tropika [Internet]. [diunduh 2014 Feb 25]; 2(1):5-8. Tersedia pada: http://repository. ipb.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/54452. Goldsworthy PR, Fisher NM, editor. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika. Tohari, penerjemah; Soedharoedjian, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: The Physiology of Tropical Field Crops. Ed ke-1. Hardiwinoto S, Adriana, Nurjanto HH, Widianto, Dhina F, Priyo E. 2010. Pengaruh sifat fisika media terhadap kemampuan berakar dan pembentukan akar stek pucuk Shorea platyclados di PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan [Internet]. [diunduh 20014 Feb 25]; 4(1):37-47. Tersedia pada: http://forda-mof.org/files. Hartmann HT. Kester DE. 1983. Plant Propagation. New Jersey (US): PrenticeHall Inc. Hopkins WG, Huner NPA. 2004. Introduction to Plant Physiology. New Jersey (US): John Wiley & Sons, Inc. Mashudi. 2013. Pengaruh provenan dan komposisi media terhadap keberhasilan teknik penunasan pada stek pucuk pulai darat. Jurnal Penelitian Hutan
15
Tanaman [Internet]. [diunduh 2014 Feb 25]; 10(1):25-32. Tersedia pada: http://forda-mof.org/files. Newman MF, Burgess PF, Whitmore TC. 1998. Borneo Island Medium and Heavy Hardwood. Jakarta (ID): Center for International Forestry Research (CIFOR). Newman MF, Burgess PF, Whitmore TC. 1998. Sumatra Medium and Heavy Hardwoods: Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Shorea (Balau). Jakarta (ID): Center for International Forestry Research (CIFOR). Sakai C, Subiakto A. 2007. Pedoman Pembuatan Jenis-Jenis Dipterokarpa dengan KOFFCO System. Bogor (ID): PPPKR Gunung Batu. Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Lukman RD, Sumaryono, penerjemah; Niksolihin, editor. Bandung(ID): Penerbit ITB Bandung. Terjemahan dari: Plant Physiology. Ed ke-4. Simbolon AM. 2011. Pengaruh zat pengatur tumbuh akar dan media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek kamboja jepang (Adenium Obesum) [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara. Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Soerianegara I, Lemmens RHMJ, editor. 1993. Plant Resources of South-East Asia No 5. Wageningen (NL): Pudoc Scientific Publishers. Subiakto A, Sakai C, Purnomo S, Taufiqurahman. 2005. Teknik perbanyakan stek beberapa spesies Dipterokarpa di P2HKA, PT. SBK dan PT. ITCIKU. Di dalam: Hardiyanto EB, editor. Seminar Nasional Peningkatan Produktivitas Hutan; 2005 Mei 26-27; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. hlm 81-90
16
RIWAYAT HIDUP Revi Novan dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 9 November 1989 oleh pasangan Sugeng Suharto (Alm.) dan Lilis Suryani. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Jenjang pendidikannya dilakukan di SMAN 1 Glagah, Banyuwangi. Pada tahun 2008, penulis lulus dari SMA, dan pada tahun yang sama, penulis diterima di jurusan Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) lewat jalur PMDK (USMI) IPB. Selama kuliah, penulis banyak menghabiskan waktu menimba ilmu, dan tak lupa, disela kesibukan kuliah, Revi juga mengikuti beberapa organisasi kampus, diantaranya DKM Al-Hurriyyah IPB tahun 2008-2009, DKM Ibaadurrahmaan Fahutan 2009-2010, dan menjadi ketua divisi Infokom untuk organisasi yang sama pada tahun 2010-1011. Menjadi anggota divisi Scientific Improvement (SI) pada himpunan profesi (Himpro) Tree Grower Community (TGC) pada tahun 2009-2010. Selain itu, penulis juga pernah aktif di aktivitas hobi Klub Manga IPB pada tahun 2012-2013. Selain itu, Penulis juga pernah mendapatkan beasiswa pendidikan dari BRI selama 1 tahun pada April 2011-April 2012. Penulis juga berpengalaman mengikuti beberapa praktik lapang dan magang selama di bangku perkuliahan. Beberapa diantaranya adalah magang di KIIC Karawang selama 2 minggu pada tahun 2010, praktek lapang di TN GedePangrango pada tahun 2010, praktek lapang di kawah Putih, Ciwidey, Bandung Selatan (2011), praktek pengenalan ekoistem Hutan (PPEH) di CilacapBaturraden (2011), praktek pengolahan hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 2012, dan praktek kerja profesi (PKP) di PT. SK. Networks INNI JOA Plantation, Batulicin, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada bulan Februari-April 2012. Dan untuk menyelesaikan studi S1 di IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul ”Stek Pucuk Merawan (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) dengan Perlakuan Media Tumbuh dan Hormon”. Kegiatan penelitian ini dibimbing oleh Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS. dan Ir Atok Subiakto, MAppSc.