Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2004, Volume 3, Nomor 2, Halaman 81 - 86
MENYIASATI BANJIRNYA PROGRAM ANAK-ANAK DI TELEVISI Rusni
Abstract For high education society class, the child need in a family more wide. As the continues generation, the children are in grow and develop period, and knowing their world. So they use information and entertainment as learning vehicles. They can get by supplying appropriate reading book and entertainment for them and their world. The television is not strange for family, children, adolescent, adult, and parent. Beside the parent, adolescent, and adult programs, the television station also supply the children programs. From morning to evening, from Sunday to Saturday, the children entertainments appear in televisions. The children program is supplied for four to twelve years old. According to research by Indonesian Child Welfare Foundation, the children television spend 125 hours in a week, and they are dominated by foreign cartoon films and they are not so good for children potent development. Keywords: child future, child need, child welfare
Pendahuluan Menurut Majalah Cakram dalam laporan ekslusif tentang Media Anak Berkembang Biak (2003), Nielsen Media Research mencatat, peringkat 10 besar rating program anak Minggu ke dua dan ke empat September 2003 untuk pasar Jakarta dan luar Jakarta cukup tinggi. Di pasar Jakarta, peringkat pertama diambil Doraemon (RCTI) dengan rating 13,6 diikuti Let’s and Go (RCTI) 12,1 dan Hamtaro 11,9. Di pasar luar Jakarta, posisi Doraemon disodok Let’s and Go dengan rating 12, sementara Doraemon 11,4 kemudian diikuti Hamtaro 10,9. Sedangkan untuk keseluruhan pasar, film animasi boneka kucing Jepang yang memiliki kantong ajaib itu berada di posisi pertama dengan rating 12,6 diikuti Let’s and Go 12,1 dan Hamtaro 11,4. Keberhasilan Doraemon berada di posisi teratas perolehan rating bukan tanpa sebab. Doraemon yang lahir semenjak kelahiran RCTI (1989) merupakan ikon stasiun televisi tersebut. Animasi buah tangan Fujiko F Fujio ini merupakan animasi peling terkenal di dunia. Program ini selalu mem iliki pesan moral yang
bisa diserap oleh penontonnya. Sebagai kucing ajaib yang berasal dari abad 21, Doraemon memiliki prilaku suka menolong dan membantu kawannya Nobita. Namun sayang kebaikan Doraemon terkadang disalahgunakan nobita, anak yang tidak pernah mandiri dan selalu bergantung pada orang lain. Alhasil, hingga kini RCTI masih menayangkan program yang tayang lebih dari 20 tahun tanpa terputus. Petualangan di Negeri Matahari dan Petualangan di Luar Angkasa. Doraemon adalah salah satu program anak yang terbilang aman ditonton pemirsanya dan memiliki rating tinggi. Jika dikaitkan antara jarak usia dengan tayangan program yang diungkapkan diatas orang tua sebagai orang yang terdekat dari anak harus mengantisipasi serta mengarahkan anak agar tidak terpengaruh pada tontonan program televisi yang bisa merugikan, seperti malas belajar, tidak membuat PR dan tugas-tugas lain karena asyik menonton program tayangan anak di Televisi.
Rusni adalah Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU 86
Tabel 1. Sepuluh Besar Program Anak di Televisi All Market No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Program Doraemon Lets and Go Hamtaro Chibi Maruko Chan One Piece Bey Blade Crayon Shinchan Dragon Ball B Daman Little red Riding Hood
Stasiun
Rating
RCTI RCTI RCTI RCTI RCTI RCTI RCTI LTV RCTI RCTI
12,6 12,1 11,4 10,5 8,1 7,9 4,5 7,3 6,9 6,6
Stasiun
Rating
RCTI RCTI RCTI RCTI RCTI RCTI RCTI RCTI RCTI RCTI
13,6 12,1 11,9 10,7 8,8 8,6 8 7,9 7,2 7
Tabel 2. Sepuluh Besar Program Anak di Televisi Jakarta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Program Doraemon Lets and Go Hamtaro Chibi Maruko Chan Bey Blade One Piece B Daman Crayon Shinchan Little red Riding Hood Medabots
Tabel 3. Sepuluh Besar Program Anak di Televisi Luar Jakarta No
Program
Stasiun
1 Lets and Go RCTI 2 Doraemon RCTI 3 Hamtaro RCTI 4 Chibi Maruko Chan RCTI 5 Dragon Ball IVM 6 Ultraman Cosmos IVM 7 Digimon rontier IVM 8 One Piece RCTI 9 Crayon Shinchan RCTI 10 Crush Geer Turbo LTV Sumber: Nielsen Media Research dan KAI Periode 4-09-2003 dan 20-09-2003
Pembahasan Para pakar psikologi menyebutkan, betapa banyaknya potensi yang terpendam dalam diri anak, dan potensi yang terpendam itu akan nampak kepermukaan setelah mengalami proses pendidikan dan pelatihan. Howard Gardner seorang psikolog dari Harvard University, dalam bukunya Frame of Minds, yang dikutip oleh H.M. Farid Nasution Ma mengemukakan (Analisa 2005) bahwa setiap
Rating 12 11,4 4,1 3,5 4,2 2,9 2,2 3,5 4,2 2,3
anak memiliki delapan jenis kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan majemuk (multiple intelligences) dan setiap individu memiliki keunggulan pada satu atau lebih jenis kecerdasan tersebut. Kedelapan kecerdasan itu ialah verbal linguistik yaitu kemampuan menggunakan katakata. Kecerdasan logika matematika, yaitu ketrampilan berhitung, logika, pemecahan masalah dan penalaran, kecerdasan kinestetik jasmani yaitu kemampuan mengkoordinasikan
87
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2004, Volume 3, Nomor 2, Halaman 87 - 91
tubuh dan pikiran sehingga menghasilkan gerak yang sempurna, kecerdasan memvisual-spasial merupakan kemampuan memvisualisasikan gambar, membentuk dua atau tiga dimensi, kecerdasan musik adalah kecerdasan yang berhubungan dengan nada dan ritme, kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan berhubungan dengan orang lain, empati dan memanage orang lain, kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenal dan memahami alam sekitarnya/lingkungan. Seiring dengan itu Dr. Chaterine Nelson yang dikutip oleh Antar Venus Khadiz (1997) mengemukakan, berdasarkan penelitiannya menyatakan bahwa memori anak yang menetap mulai terbentuk pada usia 3,5 - 4 tahun. Pada usia ini memori anak secara kumulatif mulai merekam berbagai kejadian sekitar hidupnya. Hal-hal penting, berkesan, dan terjadi berulangulang akan direkam secara ‘relatif menetap’ dalam ingatan. Hal-hal lainnya akan terlupakan begitu saja. Era globalisasi membuat anak terperangkap dalam banjir informasi dan hiburan. Stimulus (khususnya tayangan TV) yang menerpa anak semakin meruyak, bervariasi dan penuh daya pikat. Anak-anak mengalami kesulitan untuk membedakan mana hal-hal penting yang harus disisakan (positif) dan mana yang mesti disisihkan (negatif). Dalam situasi confiusion seperti ini, anak mesti disadarkan untuk bersikap kritis. Selanjutnya menurut Jean Piaget (1997), mulai usia 7 – 8 tahun, anak mulai kritis terhadap lingkungannya (life space) dan membutuhkan penjelasan konkret dan masuk akal. Ketika memasuki usia belasan tahun, anak mulai dapat berpikir secara abstrak (symbolic), dan pandai memberikan respons dan jawaban alternatif terhadap stimulus (baca persoalan) yang dihadapinya. Sejalan dengan itu juga menurut Psikolog Yulia Singgih Gunarsa usia anak 6 –12 tahun memasuki masa belajar di dalam dan luar sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah. Banyak aspek perilaku dibentuk melalui penguatan (reinforcement) verbal, keteladanan dan identifikasi. Anak-anak pada masa ini harus menjalani tugas-tugas perkembangan yakni : 1. Belajar ketrampilan permainan biasa 88
fisik
atau
2. Membentuk sikap sehat mengenai dirinya sendiri 3. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya 4. Belajar peranan sejenis yang sesuai dengan jenisnya 5. Membentuk ketrampilan dasar: membaca, menulis, dan berhitung 6. Membentuk konsep-konsep yang perlu untuk hidup sehari-hari 7. Membentuk hati nurani, nilai moral, dan nilai sosial 8. Memperoleh kebebasan pribadi 9. Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga. Dalam perkembangan ini anak tetap memerlukan penambahan pengetahuan melalui belajar. Belajar secara sistematis di sekolah dan mengembangkan sikap, kebiasaan dalam keluarga. Anak perlu memperoleh perhatian dan pujian perilaku bila prestasi-prestasinya yang baik, baik di rumah maupun di sekolah. Anak tetap memerlukan pengarahan dan pengawasan dari guru dan orang tua untuk memunculkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan ketrampilanketrampilan baru. Pengawasan yang terlalu ketat atau persyaratan yang terlalu luas bisa berakibat kurangnya inisiatif untuk mengembangkan berakibat kurangnya inisiatif untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya. Terlebih lagi, apabila anak terlalu ketat dibatasi ruang geraknya ia tak akan bisa mengembangkan dirinya. Penyesuaian dan pengarahan diri menjadi sulit baginya. Anak yang bergantung akan memindahkan ketergantungannya dari orang tua ke orang lain, teman sebaya. Hubungan timbal balik dan saling memuaskan dengan orang tua dan teman sebaya perlu dalam pembentukan harga diri dan sosialisasinya. Dari pendapat para pakar psikologi diatas tersebut dapat disimpulkan bahwasanya perkembangan potensi yang ada dalam diri anak tidak dapat terlepas dari arahan, perhatian dari orang tua sebab bagaimanapun anak-anak pada usia ini masih dalam tahap “meniru” , dan tahap ini membuat anak mudah melakukan peniruan, rentan terhadap pengaruh, selfcensorship rendah, belum mempunyai kerangka rujukan yang mantap (frame of reference) yang mantap. Sejalan dengan itu YKAI memberikan solusi tingkat keamanan bagi anak-anak untuk
Rusni, Menyiasati Membanjirnya…
menonton tayangan program televisi yakni, program anak tidak mepertontonkan kekerasan fisik, seksual, kekerasan mental, memiliki alur cerita yang simple, memperlihatkan batas-batas yang jelas antara baik dan buruk, tidak mendua, boleh dan tidak boleh, menggunakan kata-kata yang pantas dan tidak kasar, dan tontonan yang menimbulkan nilai positif dari anak, seperti kreativitas, berpikir kritis, menolong orang lain, menumbuhkan keinginan membaca, menghargai budaya lain. Media Televisi yang Bermanfaat Bagi AnakAnak Menurut Zulkarimein Nasution dalam tulisannya yang berjudul Bagaimana Cara Manonton Televisi Yang Pas Bagi Anak (1997) mengungkapkan: Televisi, jika dikonsumsi menurut cara-cara yang benar, akan menghasilkan sejumlah manfaat bagi anak, antara lain: 1. Membantu memahami dunia sekitar. Anak-anak akan tertolong dalam memenuhi keingintahuan mereka tentang segala sesuatu yang ada di seputar kehidupan ini. Terutama yang menjadi lingkungan sekitar, baik yang dekat maupun yang jauh. Itulah sebabnya televisi dijuluki sebagai “jendela dunia”. 2. Membantu proses belajar baca tulis dan melek visual (visual literacy). Kemampuan televisi menyajikan segala hal dalam bentuk visual pada dasarnya telah mempermudah anak-anak untuk mengenal dan menguasai huruf. Selain itu, televisi mengakrabkan anak dengan penampilan visual dari benda-benda yang telah dan belum mereka kenal. 3. Memperluas wawasan/membukakan cakrawala. Begitu luas dan rumitnya kehidupan ini sehingga tanpa bantuan orang lain rasanya amat sukar bagi anak untuk dapat mencernanya sendiri. Televisi datang mengisi sebagian fungsi ini terutama untuk hal-hal yang bersifat kompleks, yang sekiranya dijelaskan secara biasa hampir tidak mungkin. 4. Memperkaya pengalaman hidup. Televisi telah memungkinkan anak untuk “mengalami” berbagai hal tanpa harus merasakannya sendiri. Mereka
bahkan dapat menyaksikan kesenangan ataupun penderitaan orang lain di layar kaca. 5. Menunjang pelajaran sekolah terutama dalam pengetahuan umum. Jika pandai memilih informasi yang disajikan televisi, sebenarnya terdapat banyak muatan yang dapat berfungsi sebagai penunjang dan pengayaan (enrichment) bagi pengetahuan yang diperoleh di ruang kelas. 6. Memberikan “sambungan” dengan dunia global. Melalui televisi, anak dapat merasakan ketersambungannya dengan bagian yang lebih luas dari lingkungan sekitar dimana mereka berada, ketersambungan ini membuat mereka dapat merasakan dunia yang lain dari dunianya. Yang penting, ketersambungan ini bukan cuma dalam arti fisik, tetapi juga mental, brikut kehidupan yang ada di tempat lain itu, masalah yang berkembang disana, isi pikiran yang sedang dipikirkan orang dan sebagainya. Kesimpulan Anak-anak belum memiliki kemampuan untuk memilih dan memilah materi siaran mana yang bersifat khayalan dan mana yang bersifat informatife faktual. Anak-anak, sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya, belum mengetahui bahwa adegan sadis dan porno di layar TV, video, film dan laser disc itu hanyalah khayalan atau bohongan. Disini diperlukan peran orang yang lebih dewasa atau orang tua untuk menjelaskan kepada anak-anak. Perlu disadari bersama bahwa “masa anakanak” merupakan masa suka meniru. Siapa dan apa yang ditiru adalah sesuatu yang memang mereka sukai. Di sini, peranan medium TV yang bersifat audio visual menjadi saran efektif untuk pembentukan sifat dan sikap anak-anak, asalkan isi pesan yang disajikan, baik audio maupun visualnya, memang dirancang untuk keperluan itu. Informasi olahan atau isi pesan, termasuk informasi audio visual, merupakan hasil dari proses intelektual yang kreatif (creative intellectual process). Untuk apa dan untuk mencapai tujuan informasi itu diolah dan disajikan, sepenuhnya berada di tangan si perekayasa informasi termasuk di dalamnya para 89
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2004, Volume 3, Nomor 2, Halaman 87 - 91
praktisi bisnis informasi, khususnya para praktisi bisnis informasi audio visual seperti pengelola siaran TV perfilman dan rumah produksi nasional. Wajar bila ada imbauan yang berbunyi “seyogianya, para praktisi bisnis informasi perlu didampingi oleh para pemikir proses komunikasi’ sehingga profit oriented tetap dapat dipertahankan tanpa harus melupakan segi-segi idealnya.
Daftar Pustaka Deddy, Mulyana, & Idi, Subandy, Ibrahim, 1997, Bercinta dengan Televisi, Remaja Rosdakarya, Bandung. Yulia, Singgih, D. Gunarsa, 1993, Psikologi Praktis Anak, Renaja, dan Keluarga, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta. Majalah Cakram Komunikasi, (Percetakan Penebar Swadaya, Jakarta, Edisi 2003/238). Surat Kabar Harian Analisa, (Percetakan PT. ARTA SEMESTA GRAFIKA, Medan, 12 Maret 2005).
90