PROGRAM DAKWAH ISLAM DI TELEVISI KOMUNITAS PALMERAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Ahmad Tamamy NIM: 107051001921
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.
PROGRAM DAKWAH ISLAM DI TELEVISI KOMUNITAS PALMERAH
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh: Ahmad Tamamy NIM : 107051001921
Di Bawah Bimbingan
Drs. H. Sunandar, MA NIP: 19206261994031002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi dengan judul ”PROGRAM DAKWAH ISLAM DI TELEVISI KOMUNITAS PALMERAH” merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juni 2011
Ahmad Tamamy 107051001921
ABSTRAK
Ahmad Tamamy Program Dakwah Islam di Televisi Komunitas Palmerah Memasuki era globalisasi, kegiatan dakwah perlu diperbaharui untuk mencapai keefektifannya. Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi (Iptek), bisa sangat membantu kegiatan dakwah di era ini. Televisi, sebagai media massa elektronik dianggap media yang cocok untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah saat ini. Maka banyak sekali program acara di stasiun televisi yang mengandung unsur dakwah Islam. Akan tetapi, stasiun televisi konvensional tak lepas dari industrialisasi media sehingga acara dakwah yang ada masih sangat minim untuk kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu lahir telivisi komunitas salah satunya televisi komunitas Palmerah (PAL TV) yang didirikan sebagai media dakwah untuk memenuhi kebutuhan dakwah di komunitasnya dengan menayangkan program-program dakwah Islam yang lebih banyak. Dari pendahuluan (introduction) di atas, maka timbul pertanyaan yang merupakan tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1) apa program dakwah Islam yang ada di televisi komunitas Palmerah? 2) bagaimana proses produksi program dakwah Islam ditelevisi komunitas Palmerah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan desain analisis data deskriptif yaitu menganalisis dan meninterpretasikan data, gambaran, fakta, dan peristiwa yang didapat apa adanya dari objek penelitian. pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara (interview), observasi dan dokumentasi dengan analisis data interaktif. Penelitian ini menggunakan teori uses and gratifications (kebutuhan dan kepuasan). teori mengasumsikan audiens merupakan khalayak aktif dan mengarah pada satu tujuan. Media hanyalah dianggap sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya dan individu dapat saja memenuhi kebutuhannya itu melalui media atau cara lain. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa program dakwah Islam yang ada di televisi komunitas Palmerah (PAL TV) yaitu liputan-liputan acara Islam yang ada di wilayah komunitasnya, tayangan murotal al-Quran dan Jazirah Nabi. Proses produksi yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu pra roduksi, produksi, dan pasca produksi.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas kehendak dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi dan Rasul akhir zaman, Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, para sahabat, thabi’in, thabi’thabi’in dan seluruh umat manusia yang setia kepadanya hingga akhir zaman. Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi. Berkat Rahman dan Rahim Allah SWT dan kemuliaan Nabi-Nya serta keikhlasan hati dan kerja keras disertai doa dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak, sehingga kesulitan dan hambatan dapat penulis lalui dengan sebaik-baiknya. Selain usaha yang tidak kenal lelah, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, dari relung hati yang paling dalam perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Ayahanda H. Ahmad Kamil dan Ibunda Hj. Nurbaiti yang tercinta yang tidak kenal lelah selalu memberikan curahan kasih sayang, dukungan moril dan materiil yang tidak ternilai harganya. Memotivasi Ananda untuk selalu semangat dan tidak kenal menyerah dalam mencapai cita-citanya.
ii
2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Drs. Study Rizal LK, MA, selaku pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 3. Drs. H. Sunandar, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan menyarankan sehingga dapat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Drs. Jumroni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), dan Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA., Sekretaris Jurusan KPI. 5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih atas ilmu dan penegtahuannya yang telah diberkan kepada penulis selama menunutu ilmu di bangku kuliah, semoga ilmu yang diberkannya dapat bermanfaat khususnya bagi penulis. 6. Firmansyah, sebagai pendiri dan ketua dewan penyiaran Televisi Komunitas Palmerah (PAL TV), yang dengan sukarela meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan data-data dalam pelaksanaan skripsi ini. 7. Terima kasih untuk Pimpinan dan Staf Karyawan Perputakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk referensi buku-bukunya. 8. Terima kasih untuk abang saya H. Abdul Bashir, SE. Sy. yang telah memberikan masukkan dan saran selama penulisan skripsi, serta yang
iii
tercinta Siti Nur Fauziah yang telah banyak memberikan motivasi dan mengingatkan saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua sahabat Lucky Isnaeni, Miftahul Munjiat, Herman, Lena Ulfiana, Rahmi Ardhila, Nadia Nurfitria, Alfiyatur Rohmah, Anggi Ria. Terima kasih banyak untuk segala kecerian dan persabatan yang telah kalian berikan. Semoga kita bisa terus menyambung tali silaturrahmi. 10. Terima kasih untuk seluruh teman seperjuangan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam periode 2007 khususnya kelas D, semoga kebersamaan kita terus terjaga seiring berjalannya waktu. 11. Kepada teman-teman Badan Esekutif Mahasiswa Jurusan (BEM-J) KPI periode 2009-2010 dan 2010-2011 yang telah banyak mengisi hari-hari selama di kampus, sehingga banyak sekali pengalaman bermanfaat yang saya dapatkan dari kalian. Akhir kata, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bantuan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satupersatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi pembaca umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin…
Jakarta, 20 Juni 2011
Ahmad Tamamy
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... KATAPENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI ...............................................................................................
i ii v
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Batasan dan Perumusan Masalah .......................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 7 D. Metodologi Penelitian ........................................................... 7 E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10
BAB II
LANDASAN TEORI A. Ruang Lingkup Dakwah ...................................................... 12 1. Pengertian Dakwah………………………………......... 12 2. Subyek dan Obyek Dakwah …………………….......... 14 3. Tugas dan Fungsi Dakwah ………………………........ 15 4. Metode Berdakwah …………………………….…....... 17 5. Media Dakwah ………………………………….…...... 19 B. Sekilas Tentang Televisi dan Televisi Komunitas ............... 20 1. Pengertian Televisi ....................................................... 20 2. Sejarah Televisi ............................................................ 22 3. Sejarah Televisi di Indonesia ....................................... 24 4. Fungsi Televisi ………………………………….….... 28 5. Program Televisi …………………………………...... 32 6. Pengertian dan Sejarah Televisi Komunitas ................. 48 7. Fungsi dan Tujuan Televisi Komunitas ........................ 49
BAB III
PROFIL TELEVISI KOMUNITAS PALMERAH A. Sekilas Tentang Televisi Komunitas Palmerah .................. B. Visi dan Misi PAL TV ....................................................... C. Luas Daerah Jankauan Siar PAL TV ................................... D. Struktur Organisasi PAL TV ................................................ E. Visi Misi PAL TV ................................................................ F. Struktur Organisasi PAL TV ................................................
53 54 55 56 57 57
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Program Dakwah Islam di PAL TV .................................... B. Produksi Program Dakwah Islam di PAL TV ..................... C. Materi Program Dakwah Islam di PAL TV ........................ D. Pengisi Program Dakwah Islam di PAL TV …………........ E. Tujuan Program Dakwah Islam di PAL TV…………….....
58 64 67 69 71
BAB IV
v
F. Faktor Pendukung dan Kendala Program Dakwah Islam di PAL TV ........................................................................... 73 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 76 B. Saran .................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 79 LAMPIRAN ................................................................................................. 81
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini, banyak program-program acara yang mengandung unsur agama pada stasiun-stasiun televisi di Indonesia. Seperti program acara Islam itu Indah dan Iqra di Trans TV, Assalamuala’ikum Ustadz di RCTI, Nikmatnya Sedekah dan Taman Hati di MNC TV, U2: Uje & Udin di Trans7 dan lain-lain. Akan tetapi tak bisa dielakkan bahwa televisi konvensional tak lepas dari industrialisasi media. Yang dimaksud dengan idustrialisasi media bahwa media konvensional selalu berlandaskan untuk mencari keuntungan (profit oriented). Maka tak heran bahwa televisi konvensional selalu menerima iklan sebanyakbanyaknya tanpa memperdulikan nilai-nilai iklan tersebut. Tak heran jika kita saksikan realitas yang ada bahwa durasi acara keagamaan yang ada di teleivisi konvensional memiliki durasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan durasi iklan yang ada. Di samping itu, penayangan program acara keagamaan ditayangkan pagi hari di mana masih sedikit masyarakat yang menontonnya. Maka dari itu, untuk mengatasi masalah tersebut bermunculan media komunitas seperti radio dan televisi komunitas.
Kemunculan televisi komunitas di Indonesia tidak terlepas dari proses kritik terhadap keberadaan berbagai televisi di Indonesia itu sendiri, di mana stasiun televisi sebagai media massif yang efektif ternyata tidak mencerahkan kehidupan masyarakat. Sebagian besar program siaran yang
1
2
ditayangkan tidak mendidik dan jauh dari realitas kehidupan sosial masyarakat kita.1 Memasuki abad ke-21 memang terjadi sindrom globalisasi. Seakan-akan menciptakan tuntutan baru terhadap agama, agar agama melakukan adaptasi dengan globalisasi. Itu berarti timbulnya keperluan agama untuk menjalankan reaktualisasi firman-firman Allah dalam alQuran. Jika tidak demikian, ajaran Islam sulit dilibatkan untuk menerangkan globalisasi dalam berbagai dimensi kehidupan umat. Globalisasi itu sendiri hakikatnya merupakan implikasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Mengupayakan pemahaman mengenai kemajuan Iptek dari sudut agama dan sebaliknya, pemahaman mengenai agama dengan memakai pendekatan ilmu pengetahuan, agkanya akan selalu merupakan pilihan yang tepat, jika kita bermaksud memecahkan berbagai masalah kehidupan manusia sekarang dan di masa mendatang.2 Di era globalisasi, rekonstruksi pemikiran dakwah perlu dilakukan. Dalam masalah ini, banyak di antara kaum muslim yang memahami dakwah dalam arti sempit, sehingga dakwah dipandang identik dengan tablîgh (ceramah atau pidato). Pandangan semacam ini akan menentukan kriteria da’i hanya kepada mereka yang aktif berceramah lewat mimbar.3 Lembaga dakwah tak hanya berpusat di masjid-masjid, di forumforum diskusi, pengajian, dan semacamnya. Dalam pengertian demikian,
1
Sejarah Pertumbuhan Televisi Komunitas di Indonesia, oleh Budhi Hermanto. Artikel ini diakses tanggal 18 Februari 2011 dari http://krisnamulawarman.com/files/sejarah_tv_komunitas_ ind.pdf. 2 A. Muis, Komunikasi Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2001), h. 131-132 . 3 Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: Penamadani), Cet. ke-2, h. 5.
3
dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan. Ia harus berada di bawah, di pemukiman kumuh, di rumah-rumah sakit, di teater-teater, di studio-studio film, musik, di kapal laut, kapal terbang, di pusat-pusat perdagangan, di tempat-tempat pembangunan gedung pencakar langit, di bank-bank, di pengadilan, dan sebagainya.4 Untuk mencapai sasaran dakwah di tempat-tempat yang lebih luas, perlu media dakwah yang bisa mencapainya. Dengan masyarakat yang melek akan teknologi sudah seharusnya pergerakan dakwah Islam dilakukan dengan menggunakan media massa elektronik. Televisi merupakan media yang dianggap efektif dalam pergerakan dakwah Islam. Karena hampir semua masyarakat di Indonesia menonton televisi. Ada satu hal yang kurang menjadi perhatian masyarakat, media televisi memiliki
karakteristik yang tidak dimiliki oleh media lain.
Televisi secara simultan memiliki karakteristik yang ada di media cetak, radio dan film. Secara jujur dapat dikatakan, media televisi mampu mempengaruhi penonton lebih kuat dibanding media yang lain, terutama karena sifatnya yang sangat atraktif. Karena itulah muncul kesadaran baru, bahwa kegiatan dakwah akan lebih efektif jika disampaikan melalui media audio visual, antara lain melalui siaran televisi. Kemunculan stasiun tv swasta di Indonesia tak lain dikarenakan kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi. Tidak hanya itu, televisi merupakan media komunikasi massa. Program-program acara yang ditayangkan di televisi baik berupa pendidikan, informasi, atau hiburan,
4
A. Muis, Komunikasi Islam, h. 133.
4
bisa mengubah pola pikir, nilai-nilai, bahkan norma pemirsanya, serta televisi
diyakini
sebagai
agen
penyetara
dalam
budaya
atau
mengembangkan suatu budaya. Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa televisi sudah menjadi agama masyarakat industry, ini artinya bahwa masyarakat sekarang sudah belajar hidup dari televisi.5 Selain itu menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera khalayak. Dengan media massa khalayak memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak dialami secara langsung. Dunia ini terlalu luas untuk masuki semuanya. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik; televisi menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai informasi yang jauh dari jangkauan alat indera kita.6 Walaupun sampai saat ini banyak pandangan stereotip yang menganggap televisi sebagai media deskrutif dalam masyarakat. Program acara televisi banyak yang menayangkan unsur-unsur yang bisa merusak moral
pemirsanya
seperti
kekerasan,
sadisme,
pornografi,
dan
semacamnya. Salah satu contoh stasiun televisi komunitas yaitu Televisi Komunitas Palmerah atau yang biasa disebut PAL TV.
PAL TV
merupakan televisi komunitas di Kecamatan Palmerah Jakarta Barat yang sudah berdiri sejak tahun 2006 dengan tujuan sebagai media dakwah.
5
Jalaluddin Rakhmat, Catatan Kang Jalal visi Media, politik dan Pendidikan (Bandung, Remaja Rosda karya 1998), Cet ke-2, h. 26. 6 Drs. Jalauddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 224.
5
Secara umum fungsi strategis dari TV Komunitas adalah: 1. Menjadi sarana penyampaian informasi multi arah yang secara langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, yang bermuara pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. 2. Menjadi sarana Pendidikan dan Penyuluhan yang langsung bermanfaat bagi masyarakat, karena menukik pada sasaran. 3. Menjadi agen Pendidikan Literasi Media, yaitu mempersiapkan masyarakat agar memiliki imunitas terhadap dominasi siaran televisi komersial yang bersifat racun dan candu. 4. Memberi ruang bagi keberagaman budaya dan keberagaman citarasa. 5. Memberi ruang bagi berkembangnya pemikiran, aspirasi, dan kreasi yang bersifat lokal tetapi berskala nasional atau bahkan global. 6. Menumbuhkan “kedekatan” antara rakyat biasa dengan pimpinan daerah
yang
dengan
sendirinya
akan
memperlancar
program
pembangunan. 7. Ikut mendorong dan menjaga “keterbukaan” sebagai bagian dari good governance di tingkat Pemerintah Daerah, Kecamatan dan Desa.7 Memang sedikit sekali tayangan televisi konvensional yang memberikan acara-acara dakwah, maka untuk mengimbangi kebutuhan dakwah perlu adanya televisi komunitas yang menyajikan program dakwah lebih banyak. Oleh karena itu, menarik bagi peneliti unutuk melakukan penelitian bagaimana program dakwah di televisi komunitas
7
Potensi Televisi Publik Lokal dan Komunitas dalam Pembangunan Desa, oleh Hartanto. Artikel ini diakses pada 18 Februari 2011 dari http://www.ppma.or.id/content/potensi-televisipublik-lokal-dan-komunitas-dalam-pembangunan-desa
6
palmerah (PAL TV). Maka berdasarkan uraian di atas penelitian ini diberi judul: “Program Dakwah Islam di Televisi Komunitas Palmerah”
B. Batasan dan Perumusan Masalah Sebagai televisi komunitas yang bergerak di bidang dakwah, PAL TV tidak hanya menayangkan program-program dakwah, tetapi ada tayangan lain seperti film, hiburan, dan liputan kegiatan di komunitas Palmerah. Agar penelitian ini terarah, peneliti membatasi hanya pada program dakwah Islam di PAL TV. Dari batasan masalah di atas, maka penulis menentukan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa program dakwah Islam yang ada di Televisi Komunitas Palmerah? 2. Bagaimana proses produksi program dakwah Islam di Televisi Komunitas Palmerah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: 1. Menganalisis program dakwah Islam yang ada di Televisi Komunitas Palmerah. 2. Mengetahui proses produksi program dakwah Islam di Televisi Komunitas Palmerah.
7
Manfaat Penelitian: 1. Secara praktis, bagi warga yang berada di Kecamatan Palmerah bisa memanfaatkan media televisi komunitas (PAL TV) untuk memenuhi kebutuhan dakwah. 2. Secara akademisi, mudah-mudahan penelitian ini bisa menambah pengetahuan tentang pentingnya televisi komunitas serta untuk memberikan perkembangan dan kemajuan bagi televisi komunitas yang sudah ada.
D. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.8 Mengenai sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut Lofland ialah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.9
8
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, ed.Revisi, 2007), h. 4. 9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 157.
8
1. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan, ialah sebagai berikut: a. Observasi. Peneliti mengamati langsung ke stasiun televisi komunitas Palmerah (PAL TV). Untuk mendapatkan data mengenai PAL TV dan progam-progam dakwahnya. b. Wawancara. Peneliti mewawancarai pendiri sekaligus ketua dewan penyiaran PAL TV untuk mendapatkan data cara memproduksi program dakwah di tv komunitas, serta gambaran lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian. c. Dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan catatancatatan yang terkait dengan judul penelitian sebagai dokementasi baik berbentuk visual maupun audio visual. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan. Yang menjadi subjek penelitian adalah stasiun PAL TV. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah program-program dakwah di PAL TV. Sumber data didapat dari PAL TV sebagai stasiun televisi komunitas yang menayangkan program dakwah serta mereka yang memberikan informasi mengenai objek penelitian. 3. Teknik Analisa Data Dari data-data yang dikumpulkan, kemudian penulis analisis dan dari hasil analisis yang dirasa kurang tepat, peneliti kritisi lebih lanjut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yang
9
melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran, dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul apa adanya, kemudian disimpulkan.
E. Tinjauan Pustaka Berdasarkan
tinjauan
penulis
terhadap
beberapa
sumber
kepustakaan, ada penelitian yang mengkaji tentang “Dakwah Melalui Televisi (Studi Terhadap Program Acara Lentera Hati di Metro TV)” yaitu Aliyah mahasiswi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005. Pada penelitian ini menjelaskan motivasi diadakannya program acara Lentera Hati di Metro TV, dan format program acara tersebut. Kemudian ada yang melakukan penelitian di Televisi Komunitas Palmerah yaitu Hafidz Muttaqin
mahasiswa Universitas Al Azhar
Indonesia yang meneliti pada tahun 2008 dengan judul “Fenomena Televisi Komunitas di Jakarta: Studi Kasus pada Televisi Komunitas PAL TV di Palmerah Jakarta Barat.” Tujuan penelitian ini yaitu untuk: 1) mengetahui bagaimana fenomena kehadiran PAL TV di daerah Palmerah Jakarta Barat, 2) mengetahui opini khalayak di Palmerah atas isi program PAL TV, 3) mengetahui manfaat apa yang didapat oleh masyarakat setempat atas kehadiran tayangan program PAL TV.
10
Sedangkan pada penelitian ini yang berjudul “Program Dakwah Islam di Televisi Komunitas Palmerah” Peneliti akan membahas program dakwah Islam yang ada di televisi komunitas Palmerah, serta bagaimana proses produksi progam dakwah Islam di televisi komunitas Palmerah.
F. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan skripsi, maka akan disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut : BAB I: PENDAHULUAN yang berisi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORITIS yang membahas pengertian dakwah, pengertian dan sejarah televisi, fungsi televisi, program siaran televisi, produksi program televisi, pengertian televisi komunitas, fungsi dan tujuan televisi komunitas, serta aspek hukum. BAB III: PROFIL STASIUN TELEVISI KOMUNITAS PALMERAH yang membahas gambaran umum Televisi Komunitas Palmerah, sejarah, visi dan misi, struktur organisasi. BAB IV: TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN yang membahas program dakwah Islam yang ada di televisi komunitas Palmerah, produksi, materi, tujuan, pengisi, dan faktor
pendukung dan kendala program
dakwah Islam di televisi komunitas Palmerah. BAB V: PENUTUP yang membahas kesimpulan dan saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Ruang Lingkup Dakwah 1) Pengertian Dakwah Secara bahasa dakwah berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madhi), yad’u (mudhari), berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Kata dakwah juga bisa berarti do‟a.1 Sedangkan secara istilah (terminologi) banyak para pakar yang mendefinisikan dakwah diataranya:2 1. Syaikh Ali Mahfudz: dakwah adalah memotivasi manusia untuk berbuat kebajikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan kebaikan, dan mencegah kemungkaran, agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 2. M.
Natsir:
dakwah
adalah
usaha-usaha
menyerukan
dan
menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi amar ma‟ruf nahi munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya
dalam
perikehidupan
bermasyarakat
dan
perikehidupan bernegara.
1
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah (Jakarta: Penamadani, 2008), Cet. ke-2, h. 144. 2 Samsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta: Amzah, 2008), Cet. ke-1, h. 5-7.
11
12
3. Toha Yahya Omar: dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, yaitu keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. 4. A. Hasjmy: dakwah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan syariah Islam yang terlebih dahulu diyakini dan diamalkan oleh pendakwah itu sendiri. 5. Abubakar Aceh: dakwah yang berasal dari da‟a, berarti perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan sahita yang baik, tetapi tidak keluar daripada tujuan mengajak manusia hidup sepanjang agama dan hukum Allah. 6. Endang Saifuddin Anshari: dakwah adalah segala aktivitas dan usaha yang mengubah satu situasi kepada situasi yang lebih baik menurut ajaran Islam. Tetapi juga berupa usaha-usaha menyerukan ajaran Islam. Tetapi juga berupa usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat tentang konsepsi Islam, pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf dan nahi munkar, dengan berbagai media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing pengalamannya dalam kehidupan perorangan, kehidupan rumah tangga, perikehidupan masyarakat kehidupan negara. 7. Amrullah Ahmad: secara makro, pada hakekatnya dakwah islam merupakan aktualisasi imani
yang dimanifestasikan dalam suatu
sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang
13
dilaksanakan secara teratur, mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran individual dan sosiokultural dalam rangka menusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu. Dari beberapa definisi diatas dakwah berarti mengajak, menyeru, memanggil umat manusia untuk menuju jalan Allah dengan melakukan amar ma‟ruf nahi munkar dengan cara-cara yang bijaksana melalui media dakwah agar tercapainya tujuan dakwah tersebut. 2) Subyek dan Obyek Dakwah Yang menjadi subyek dakwah yaitu mereka yang melaksanakan tugas dakwah. Mereka biasanya dikenal dengan ulama, muballigh, dan da'i. Khusus mereka yang perempuan biasa dipanggil mubalighoh dan daiyah. Pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan atau kelompok. Pada pokoknya, yang dimaksud subyek di sini adalah seorang yang mempunyai nilai keteladanan yang baik atau uswatun hasanah dalam segala hal, baik lisan, iman dan amal perbuatan.3 Sedangkan yang menjadi obyek dakwah atau mad'u atau sasaran dakwah, adalah mereka yang diseru, dipanggil, atau diundang. Maksudnya ialah orang yang diajak ke dalam Islam sebagai penerima dakwah.4 3) Tugas dan Fungsi Dakwah Menurud Sayyid Quthud tugas dan fungsi dakwah setidaknya ada tiga macam, yaitu:5
3
Rafiudin, S.Ag., Drs. Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), Cet. Ke-1, hal. 47. 4 Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-1, hal. 34.
14
1. Menyampaikan kebenaran Islam (al-tabligh wa al-bayan) Tugas menyampaikan kebenaran dinamakan tabligh, secara harfiah kata tablîgh, iblâgh, atau balâgh berarti al-îshâl, menyampaika sesuatu kepada pihak lain. Balâgh dapat pula bearti sesuatu (materi atau pesan) yang disampaikan juru penerang (mubaligh) baik dari al-Quran dan as-sunah maupun dari dirinya sendiri. Jadi menurut Qurhub tabligh menyampaikan dan menyeru manusia kepada kebenaran agama, terutama kebenaran aqidah tauhid. 2. Amar Ma‟ruf dan Nahi Munkar Amar ma‟ruf dan nahi munkar merupakan keharusan agama dan tuntutan iman. Amar ma‟ruf merupakan bagian penting dalam dakwah, merupakan kewajiban kaum muslim baik sebagai individu maupun umat, sekaligus menjadi cirri dan karakternya yang menonjol yang membedakan antara masyarakat Islam dengan masyarakat lain. Dalam tugas ini al-Quran menjelaskan:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah….” (QS. Ali Imran : 110)
5
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah (Jakarta: Penamadani, 2008), Cet. ke-2, h. 164-177.
15
Dalam ayat ini, sebagai umat terbaik Islam diwajibkan atas tiga hal. Pertama, amar ma‟ruf yaitu menyeru kepada kebaikan. Kedua, nahi munkar yaitu mencegah manusia dari kemungkaran (sesuatu yang buruk) yang dipandang oleh agama dan akal. Ketiga, beriman kepada Allah, ini merupakan dasar dari tugas sebelumnya. 3. Perang Suci (Jihad Fi Sabilillah) Perang suci (jihad fi sabilillah, yang selanjutnya disebut jihad) merupakan suatu kewajiban atau tugas penting dalam Islam. Jihad beasal dari kata al-juhud, berarti kemampuan , kesanggupan, kesulitan, atau yang mendekatinya. Jihad bisa dipahami sebagai usaha yang sungguh-sungguh, dengan mengeluarkan segala kemampuan yang dimiliki di wakru perang, atau diwaktu damai, dengan lisan atau dengan apa saja demi meninggikan kalimat Allah dan memuliakan agama-Nya. 4) Metode Berdakwah Untuk metode berdakwah, Allah SWT telah mengajarkan kita dalam firmannya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik....” (QS. An Nahl: 125)
16
Dari ayat tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu ; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, dan metode mujadalah billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama‟ terhadap tiga prinsip metode tersebut antara lain : a. Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan. b. Metode mau’izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi ingat kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati. c. Metode mujadalah dengan sebaik-baiknya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran.6 Begitulah kiranya metode dakwah yang telah dijelaskan dalam alQuran. Di samping firman Allah tersebut, Rasulullah SAW juga menjelaskan metode-metode berdakwah dalam sabdanya: 6
Sudirman, Merode Dakwah: Solusi untuk Menhadapi Problematika Dakwah Massa Kini, artikel diakses pada 06 Maei 2011 pukul 08:15 PM dari http://www.uinsuska.info/dakwah/ attachments/093_08 metodedakwah.pdf.
17
“Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidakmampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ]. Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ; a. Metode dengan tangan (bil-yadd), tangan di sini bisa dipahami secara tekstual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa dipahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah. b. Metode dakwah dengan lisan (bil-lisan), maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad‟u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati. c. Metode dakwah dengan hati (bil-qolbi), yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad‟u dengan tulus, apabila suatu saat mad‟u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da‟i atau muballigh, maka hati da‟i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da‟i hendaknya mendo‟akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
18
5) Media Dakwah Secara harfiah media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang berarti perantara atau saluran. Media dakwah berarti perantara atau saluran yang digunakan da‟i dalam kegiatan dakwah agar sampai kepada mad‟unya dengan efektif. Dalam kegiatan dakwah, banyak sekali media yang bisa digunakan. Baik secara lisan (tabligh, pidato, ceramah) maupun tulisan (buku, jurnal, majalah). Akan tetapi di era kemajuan teknologi, berdakwah tidak akan efektif jika menggunakan metode lama seperti berceramah. Saat ini seorang da‟i atau organisasi Islam harus bisa memanfaatkan teknologi informasi komunikasi sebagai media dakwah, seperti radio, televisi, bahkan internet. Pada jaman sekarang televisi diyakini sebagai media yang lebih efektif dibanding media lain untuk berdakwah. Hampir di setiap rumah memiliki televisi, pasalnya masyarakat khususnya di Indonesia merupakan pengomsumsi berat televisi. Disamping itu televisi yang bercirikan audiovisual akan memberikan kesan yang menarik. Oleh karena itu sudah selayaknya bagi juru dakwah bisa memanfaatkan media ini untuk kesuksesan berdakwah.
19
B. Sekilas Tentang Televisi dan Televisi Komunitas 1. Pengertian Televisi Televisi secara etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar7. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).8 Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh.9 Menurut Skornis dalam bukunya Television and Society: An Incuest and Agenda (1985), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio surat kabar, majalah, buku dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur diatas.10 Televisi adalah media yang mampu mempersatukan gambar dan bahasa. Secara keseluruhan, bahasa yang ada dalam materi acara terdiri 7
Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi (Medan: Firma Rimbow, 1989), Cet. ke-2, h. 221. 8 Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI, Tesis, (Yogyakarta: 1998) 9 “Televisi” data ini diakses pada tanggal 24 April 2011 pukul 08:23 PM dari http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi 10 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah analisis isi media televisi (Jakarta, PT Rineka Cipta, 1996), Cet. ke-1, h. 5.
20
dari bahasa asing, bahasa sehari-hari dan bahasa Indonesia. Ini tampak dalam film asing maupun lokal, sinetron, musik, serta iklan.11 Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar.12 2. Sejarah Televisi Kemajuan dan perkembangan televisi tidak lepas dari teleskop (telescope) oleh Galilei pada tahun 1608. Teropong atau alat pengelihat jauh pada waktu itu dianggap sebagai penemuan yang mempunyai arti penting bagi komunikasi jarak jauh dengan menggunakan isyarat-isyarat. Sesudah
tahun
1800
yakni
ditemukannya
elemen-galvanik
yang
memungkinkan dibangkitkannya aliran listrik, maka cara-cara baru untuk berkomunikasi jarak jauh dapat dikembangkan.13 Ada Tahun 1835 sorang Amerika bernama S. Morse menemukan telegraph (tele berarti jauh, graphein berarti menggambar atau menulis) yang memungkinkan pengiriman dan perekaman isyarat-isyarat dalam jarak jauh. Setelah ditemukannya alat komunikasi jarak jauh ini yang berupa garis dan titik, para cendikiawan mempunyai pemikiran yang lebih jauh, bahwa akan lebih baik jika komunikasi jarak jauh tersebut tidak berbentuk garis dan titik melainkan suara manusia. Maka pada tahun1875 11
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah analisis isi media televisi, h. 83. “Pengertian Televisi” data ini diakses pada 28 April 2011 pukul 1:33 PM dari http://www.definisionline.com/2010/10/pengertian-televisi.html. 13 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek (Bandung: Mandar Maju, 1993), Cet. Ke-2, hal. 31. 12
21
lahirlah telephone (tele berarti jauh, phone berarti suara) yang ditemukan oleh Alexander Graham Bell.14 Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, yaitu hukum Gelombang Elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi
elektronik.
George Carey (1876) menciptakan Selenium Camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai Sinar Katoda.15 Peletakan dasar utama teknologi pertelevisian dimulai tahun 1884, ketika insinyur Jerman bernama Paul Nipkow mampu menciptakan mekanisme televisi dengan benar untuk pertama kali. Ia menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Nipkow disk atau Nipkow Sheibe.16 Dari penemuan Nipkow itulah para ahli komunikasi dan elektronik terus melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas siaran televisi. Televisi pernah dikenalkan kepada umum pada tahun 1930-an baik di Amerika, Inggris, dan Rusia. Tahun 1939 di New York Amerika Serikat dilangsungkan World‟s Fair khalayak sudah dapat menikmatinya, akan
14
Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, h. 32. “Sejarah Penemuan dan Inovasi Televisi” data ini diakses pada 28 April 2011 pukul 9:06 PM. dari http://duniatv.blogspot.com/2008/02/sejarah-televisi.html 16 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi (Bandung: PT. REMAJA ROSDA KARYA, 2005), Cet. Ke-2, hal. 4. 15
22
tetapi terhenti karena perang dunia kedua. Setelah usai perang dunia kedua siaran televisi kembali dimunculkan.17 Pertelevisian di Amerika berkembang sangat cepat, bukan saja dari kuantitas stasiun penyiaran dan pesawat-pesawat penerima, tetapi dari kualitas televisi hitam putih jadi berwarna dan penemuan-penemuan barus seperti satelit komunikasi, tv kabel, perekam pita video, perekam kaset video, dll. Puncak kemajuan itu pada 21 Juli 1969 ketika Amerika mampu menyiarkan secara langsung manusia yang mendarat di bulan yaitu Neil Amstrong dan Adrlin dengan menggunakan pesawat Apollo yang bisa disaksikan oleh seluruh dunia.18 Kemajuan-kemajuan televisi tidak hanya di monopoli oleh Amerika, tetapi juga oleh negara-negara lain tidak tinggal diam baik di Eropa dan Asia berusaha untuk mengadakan siaran televisi begitupun dengan Indonesia. 3. Sejarah Televisi di Indonesia Televisi di Indonesia hadir pada tahun 1962, bertepatan dengan diselenggarakannya ASIAN GAMES di gelanggang oleah raga senayan. sejak itu pula Televisi Republik Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) hingga sekaran. Hari pertama menyiarakan Pesta Olah Raga se-Asia IV itu, tepatnya tanggal 24 Agustus, diperingati sebagai hari jadi Televisi Republik Indonesia.19
17
Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek (Bandung: Mandar Maju, 1993), Cet. Ke-2, hal. 36-37. 18 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, h. 37. 19 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, h. 54
23
Setidaknya ada tiga pemikiran dasar berdirinya TVRI yang ditulis oleh Paul Kitley dan dikutip oleh Erica dan Iqbal dalam bukunya (2006). Pertama, secara politis diperkirakan akan menguntungkan pemerintah dalam kampanye pemilu pertama 1955. Kedua, dapat menempa persatuan nasional lewat pendidikan. Ketiga, momen Asian Games, di mana dengan adanya stasiun televisi, bangsa Indonesia akan mendapatkan prestise sebagai bangsa yang modern, berkembang cepat, dan canggih dalam perkara teknologi.20 Karena kelahirannya yang prematur, pertumbuhan TV di Indonesia tidak sebaik di Barat. Benar bahwa selama dua pekan Asian Games TVRI punya bahan liputan langsung dari berbagai lapangan olah raga untuk disiarkan. Namun, setelah itu yang tersisa hanya pola teknik sehingga antara 12 hingga 18 September 1962, siaran terpaksa diistirahatkan karena TVRI tidak punya program yang jelas untuk disiarkan. Ketika diudarakan lagi, untuk masa cukup lama siaran hanya dapat dilaksanakan tidak lebih dari 30 menit sehari.21 Untuk menyikapi masalah itu, baru kemudian pada tanggal 20 Oktober 1963 – lebih setahun setelah siaran pertama – kehadiran TVRI diatur melalui Keppres No. 215 tahun 1963 yang antara lain menetapkan statusnya sebagai suatu yayasan, yaitu Yayasan Televisi Republik Indonesia (disingkat TVRI). Hanya saja, palaksanaannya tidak lagi murni.
20
Kutipan dari: Paul Kitley, Kontruksi Budaya Bangsa di Layar Kaca, Jakarta, ISAI, 2001, hlm 25-26 dan 33. 21 Idi Subandi Ibrahim dan Deddy Mulyana, ed., Bercinta Dengan Televisi: Televisi di Indonesia dan Pengaturannya (Bandung: PT. REMAAJA ROSDA KARYA, 1997),Cet. Pertama, hal.12.
24
Dulu berdasarkan Keppres No. 215/1963, TVRI berada langsung di bawah presiden. Kini ia lebih banyak diatur Departemen Penerangan (Deppen).22 Pada tanggal 1 April 1981 TVRI tidak menyiarkan iklan. Hal ini
dilakukan oleh pemerintahan
Orde
Baru
guna menghindari
konsumerisme masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan perkembangannya, maka pada tanggal 16 Agustus 1976 TVRI resmi menggunakan Satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi, sehingga jangkauan siaran dan daya pancarnya lebih luas hampir seluruh pelosok Nusantara. Perkembangan
pertelevisian
di
Indonesia
mengalami
perkembangan yang sangat pesat setelah pada tahun 1989 pemerintah Indonesia secara resmi melakukan terobosan dengan memberi izin pendidikan stasiun yang bersifat komersial yang ditandai dengan berdirinya stasiun televisi swasta pertama yaitu RCTI yang secara resmi beroperasi pada tahun 1990 kemudian disusul oleh stasiun televisi swasta lainnya SCTV, TPI yang mengudara tahun 1991, ANTV mulai tahun 1993, INDOSIAR 1995, awal tahun 2000- an Metro TV, Trans TV, TV 7, Lativi dan TV Global. Gagasan untuk membuatan stasiun televisi swasta sebenarnya sudah ada sejak 1975, tetapi hal ini bisa diredam hingga tahun 1987 karena ada masalah yang membuat hal ini harus terjadi, yaitu belum adanya undang-undang penyiaran. Lahirnya televisi swasta merupakan manifestasi dari Kepmenpen No. 111 tahun 1990 yang terbentuk berdasarkan Keppres
22
Idi Subandi Ibrahim dan Deddy Mulyana, ed., hal. 12-13.
25
No. 215 tahun 1963 yang menyatakan “dalam batas-batas tertentu TVRI dapat menunjuk pihak lain (swasta/masyarakat) menjadi pelaksana siaran TV melalui hubungan kerjasama yang diatur dalam perjanjian tertulis”. Stasiun televisi siaran swasta itu antara lain adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang mulai dioperasikan pada bulan April 1989 dan menjadi stasiun swasta pertama di Indonesia yang dimiliki oleh Bambang Triatmojo. RCTI diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1989 tepat pada hari lahirnya TVRI ke-28, dan RCTI di Bandung baru dioperasikan 1 Mei 1991. Kemudian disusul oleh Surabaya Centra Televisi (SCTV) yang mulai dioperasikan pada bulan Agustus 1989 yang memiliki cabang di Denpasar, Bali. Selain itu ada Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang dikelolah oleh PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI) dipimpin oleh Ny. Siti Hardianti Indra Rukmana yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Januari 1991 bertempat di studio 12 TVRI Senayan, Jakarta. Walaupun TPI berstatus swasta, tetapi penyiarannya untuk sementara bekerjasama dengan TVRI. Pada tahun 1992, buletin intern TVRI “Lensa” nomor 10 tahun 1992 memuat berita tentang perkembangan televisi di Indonesia. Dalam waktu dekat ini enam stasiun TV swasta siap beroperasi, satu diantaranya ialah Indosiar Visual Mandiri (IVM) yang berjangkau siaran secara nasional beroperasi di Darmogot, Jakarta. Dan lima stasiun TV lainnya berjangkau siaran secara lokal adalah Ramako Indo Televisi Batam (RITB) di Pulau Batam, Cakrawa Bumi
26
Sriwijaya Televisi (CBST) di Palembang, Cakrawala Andalas Televisi (CAT) di Lampung, Sanitya Mandarata Televisi (SMT) di Yogyakarta dan Merdeka Citra Televisi Indonesia (MCTI) di semarang. Pada millenium ketiga, menyusul televisi swasta lainnya di Jakarta, yaitu: ANTV, Metro TV. Trans TV, TV 7 (sekarang Tans7), Lativi, Global TV, O Chenel, dan TVG. Di sejumlah negara berkembang seperti di Asia Tenggara, media melakukan perannya yang dilukiskan sebagai “agen pembangunan”.23 Di Indonesia misalnya, pemerintah melihat media sebagai sumber daya yang kritis untuk membantu dalam mengkomunikasikan pendidikan dan informasi vital mengenai isu mendasar seperti kesehatan, perairan, pengendalian kelahiran pada kurang lebih 200 juta jiwa penduduk bangsa ini yang tinggal di lebih dari 13.000 pulau. Media diharapkan bisa membantu pemerintah dalam tugasnya mempersatukan, membangun dan membentuk jiwa nasionalisme masyarakat. 4. Fungsi Televisi Dari sekian banyak media komunikasi massa seperti surat kabar, radio, televisi dan internet tidak hanya berfungsi sebagai sarana informasi, menurut Onong Uchajana yang menjabarkan fungsi media sebagai berikut:24 a. Menyiarkan Informasi (to inform) Menyiarkan informasi adalah fungsi media massa yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat 23
Jim Macnamara, Strategi Jitu Menaklukkan Media (Jakarta: Mitra Media, 1999), Cet. Ke-1, hal. 9-10. 24 Effendy, MA, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, hal. 93-94.
27
kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini: mengenai peristiwa yang terjadi di masyarakat dan dunia, menunjukkan hubungan kekuasaan, dan memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan. Di Eropa informasi biasanya dijelaskan pada abad ke-17 dan ke-18 sebagai kecerdasan, pendidikan sebagai pelajaran, dan hiburan sebagai rekreasi, penumbuh waktu atau kesenangan.25 Dalam wacana
komunikasi
politik,
informasi
merupakan
gradasi
komunikasi yang berarti penyampaian fakta kepada komunikan. b. Mendidik (to educate) Fungsi kedua dari media massa ialah mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar memuat tulisantulisan atau tayangan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi medidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita, dapat juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Pada fungsi ini diharapkan media dapat memberikan kontribusi dalam mencerdaskan masyarakat. Saat ini sedang ramai program media literacy atau program melek media yang dilakukan oleh negara-negara yang sudah maju dan beberapa negara berkembang. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya akulturasi negatif melalui media massa.
25
Asa Briggs dan Peter Burke, SEJARAH SOSIAL MEDIA; Dari Gutenberg Sampai Internet (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), Cet. Ke-I, hal. 230.
28
c. Menghibur (to entertaint) Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat media massa untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Televisi biasa menayangkan film-film kartoon dan film-film yang bersifat heroik serta acara-acara yang sifatnya tidak membutuhkan konsentrasi dalam menikmati acara tersebut. Menurut Wright, pada fungsi ini media sebagai alat menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana rekreasi serta alat untuk meredakan ketegangan sosial. Sedangkan menurut McQuail fungsi menghibur pada media sebagai: melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan, bersantai, mendapatkan kenikmatan jiwa dan estetis, mengisi waktu, dan lainnya.26 Televisi sebagai hiburan secara emplisit juga merupakan ancaman bagi pemirsa yang menontonnya. Karena banyak sekali tayangantayangan media yang secara etika dan moral sangat bertentangan dengan kultur di Indonesia. Hal ini sebagaimana pernah disinggung Drs. Redi Panuju dalam bukunya ”Komunikasi Organisasi.”27 Maksud pembuatan isi yang mengandung hiburan, semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah para pembaca dihidangkan berita dan artikel yang berat dan menguras pikiran.
26
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar (Jakarta: Erlangga, 2005), Cet. Ke-2, hal. 72. 27 Redi Panuju, Komunikasi Organisasi (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Pertama, hal. 131-132.
29
d. Mempengaruhi (to influence) Fungsinya
yang
keempat
yakni,
mempengaruhi.
Yang
menyebabkan media massa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana, artikel, dan opini yang dapat mengkonstruk pikiran masyarakat lewat permainan bahasa dan tayangan di TV. Fungsi mempengaruhi untuk bidang perniagaan terdapat pada iklan-iklan yang dipesan oleh perusahaan-perusahaan. Memang media massa merupakan alat yang paling efektif untuk menyebarkan pengaruh. Dalam ranah politik misalnya, seringkali para elit polotik menyebarkan jargon-jargon dan memperkenalkan calon mereka kepada masyarakat saat melaksanakan pesta demokrasi (pemilu). Mereka melakuan sublimated message dan mempengaruhi masyarakat agar mereka mau memilih kandidat calon dari pihak mereka. Dari fungsi-fungsi tersebut, maka banyak sekali program-program yang mewarnai acara media, khususnya TV. Mungkin para pemirsa yang menonton bisa bingung karena selain banyaknya program acara yang ditawarkan televisi, ditambah lagi dengan banyaknya stasiun TV yang ada. Lebih lanjut, ada yang berpendapat bahwa fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan Radio), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Fungsi Televisi di antaranya yaitu sebagai berikut
30
1. Proses penyerapan informasi Tayangan televisi dapat dijadikan sumber belajar. Masyarakat dapat memilih dan menilai informasi apa yang tepat dan cocok bagi dirinya. 2. Sumber sosialisasi Televisi bisa jadi suatu “Symbolic environment”, karena Televisi memiliki pengaruh kuat sebagai sumber sosialisasi. 3. Pembentuk citra Kemampuan Televisi dapat menampilkan gambar dengan jelas dan berulang-ulang baik berupa budaya, nilai gaya, dan norma tertentu sehingga dapat membentuk citra bagi penontonnya.28 5. Program Televisi Menurut kamus WJS Purwodarminto, pengertian program adalah acara, sementara kamus Webster International volume 2 lebih merinci lagi, yakni: program adalah suatu jadwal (schedule) atau perencanaan untuk ditindaklanjuti dengan penyusunan “butir” siaran yang berlangsung sepanjang siaran itu berada di udara.29 Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya.
28
Jurnal TEKNODIK, Pendidikan dan Informasi Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2001, No. 9/V/TEKNODIK/ Oktober 2001, hal. 28. 29 RM. Soenarto, Programa Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2007), Cet. I, h. 1
31
Untuk menyusun program siaran diperlukan sistem pemrograman siaran. Dengan sistem itu diharapkan acara-acara yang hadir di layar televisi dapat membuat asik penonton, dapat disenangi penonton, bahkan bisa menjadi panutan penonton. Di Indonesia, program siaran akan mengisi siarannya sepanjang rata-rata 18 sampai 24 jam setiap harinya. Sedangkan program siaran terdiri dari berbagai macam produksi siaran pendukung program. Produksi itu bisa dibuat sendiri oleh stasiun televisi bersangkutan (in house production) atau dibeli/disewa dari luar, seperti production house atau distributor film asing. Karena itu programmer harus terlebih dahulu merencanakan pola siaran. Dari pola siaran
ini dapat diketahui dan
ditentukan jenis-jenis programnya: program untuk anak-anak, program untuk dewasa, program berita, program musik, program
ilmu
pengetahuan, dan lain sebagainya. a. Ragam Program Televisi Pada program televisi ada berbagai ragam program siaran televisi, yaitu sebagai berikut: Program siaran pagi hari. Untuk program siaran pagi hari, kita perlu memperhatikan apa saja kegiatan orang-orang pada pagi hari. Menurut data yang ada, pada pagi hari antara pukul 06.00-09.00 WIB, diperlukan acara-acara untuk kalangan menengah ke bawah. Artinya, penontonnya adalah para pekerja, petani, praktisi, atau kaum ibu yang memerlukan informasi belanja. Karena itu, format acaranya dapat bersifat informal, religi, kesehatan, atau program hiburan ringan yang menyenangkan.
32
Program siaran tengah hari. Program tengah hari sangat cocok untuk acara pemberitaan dan keagamaan. Alasannya: pemberitaan ditunggu pemirsa karena mereka ingin tahu berbagai peristiwa sampai tengah hari. Program siaran sore hari. Program berita dapat dimunculkan lagi pada sore hari, disamping acara-acara pendidikan informal dalam format kuis, selain sinetron serial, dan acara olahraga. Program siaran malam hari. Program acara malam hari dapat dikonsentrasikan pada acara-acara yang di-prime-time-kan. Waktu primetime di Indonesia antara pukul 19.00 sampai 21.00 WIB. Program primetime ini bisa variatif. Bisa berisi sinetron cerita, film cerita, atau variety show. Program acara siaran larut malam. Program acara larut malam dapat diisi dengan acara-acara yang tenang dan sasarannya penonton usia dewasa, tengah baya, dan manusia lanjut usia (manula). Program siaran berita. Penamaan program yang didasarkan isinya, antara lain adalah program siaran berita. Ciri-ciri program siaran berita adalah: aktual, disusun menurut kaidah jurnalistik, beritanya disampaikan berimbang, dan disiarkan dalam kesempatan pertama. Program siaran infotainment. Program siaran infotainment (dari: infotainment – gabungan antara „information‟ dan „entertainment‟) termasuk program siaran format baru yang berisi informasi promosi dagang dunia hiburan, yang dibuat sangat ringan, menghibur, dan menarik.
33
Program siaran drama. Program siaran drama berisi cerita fiksi. Sinetron drama dapat ditempatkan pada pagi hari, sore hari, atau malam hari – tergantung pada tema cerita untuk sasaran siapa. Program siaran nondramatik. Acara nondramatik merupakan bentuk acara yang tidak disertai bumbu cerita. Acara nondramatik diolah seperti apa adanya. Acara nondramatik dapat ditempatkan pada pagi atau sore hari. Program siaran olahraga. Program siaran olahraga terdiri dari format, yaitu: pertandingan olahraga langsung, komentar olahraga, instruksional cabang olahraga, dan olahraga yang bersifat hiburan. Penempatan acara olahraga sangat cocok untuk sore hari. Program siaran musik atau klips video. Program siaran musik adalah salah satu acara yang luwes dan fleksibel. Dapat ditempatkan di mana saja. Bisa pagi, sore, bisa pula malam hari. Program reality show. Dalam acara ini mengharapkan pengungkapan perasaan nyata seseorang, yang tidak dibuat-buat dalam menghadapi suatu peristiwa. Program siaran penunjang atau filler. Program siaran penunjang atau filler ditempatkan sebagai program pengisi waktu. Program ini sengaja diplot untuk menjelang acara yang ditunggu-tunggu. Program filler berdurasi pendek, antara 30 detik sampai satu-dua menit. Biasanya berupa sebuah lagu atau iklan layanan masyarakat. Program siaran film cerita. Yang dimaksud film cerita adalah film yang dibuat untuk diputar di gedung bioskop. Pemutaran film cerita yang kemudian disiarkan televisi banyak disenangi penonton, meskipun
34
ceritanya sudah pernah dilihat di bioskop. Jadwal penempatan film cerita bisa dilakukan agak menjelang larut malam, namun bisa juga pada tengah hari atau siang untuk segmentasi penonton tertentu. Prime-time. Adalah waktu terbaik untuk menyuguhkan program siaran yang top, mengingat waktu tersebut ditonton oleh sebagian besar penonton. Menurut hasil survey, waktu prime-time di Indonesia adalah antara pukul 19.00 sampai 21.00 WIB. Pada jam-jam tersebut setiap keluarga biasanya berkumpul dan menonton acara televisi. Program akhir pekan. Isi program weekend dipilihkan program-program ringan dan menghibur. b. Produksi Program Televisi Produksi Program Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.30 Berpikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser professional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai, dan memiliki makna. Produksi yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang memiliki visi. Namun, apakah visi itu tumbuh dari suatu acuan mendalam yang bermuara pada orientasi, ideology, religi, dan 30
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet. I, h. 23.
35
pemikiran-pemikiran kritis atas sarana yang dipakai untuk menampilkan materi produksi. Atau, visi itu sekedar mengikuti arus yang mengalir. Bertolak dari dorongan kreativitas, seorang produser yang menghadapi materi produksi akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini intelektualitas dan spiritualitas secara kritis menentukan materi mana yang diperlukan dan mana yang tidak. Kemudian akan lahir ide atau gagasan. Dilengkapi dengan materi atau bahan lain yang menunjang ide ini, akan tercipta konsep berupa naskah untuk produksi. Naskah ini merupakan bahan dasar yang perlu dipirkan oleh seorang produser ketika ia akan mulai berproduksi. 1. Materi Produksi Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan
manusia
merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Suatu kejadian yang istimewa biasanya merupakan materi produksi yang baik untuk program-program dokumenter atau sinetron. Tentu saja kejadian itu masih harus dilengkapi dengan latar belakang kejadian dan hal-hal lain yang perlu untuk menjadikan program itu sebuah program yang utuh. Untuk itu, masih diperlukan riset yang lebih mendalam agar semua data yang bersangkut-paut dengan materi hasil produksi itu lengkap. Dari hasil riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang kemudian akan diubah menjadi tema untuk program dokumenter atau sinetron (film televisi). Mungkin juga gagasan itu langsung menjadi
36
konsep program. Tema ataupun konsep program kemudian diwujudkan menjadi treatment. Treatment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program. Oleh karena itu, treatment untuk setiap format program berbeda-beda. Dari treatment akan diciptakan naskah (script) atau langsung dilaksanakan produksi program. Bobot atau muatan sebuah program sebetulnya sudah tampak ketika gagasan diwujudkan menjadi treatment. Dari sinilah penyempurnaan konsep program dapat dilaksanakan sehingga menghasilkan naskah atau program yang baik. 2. Sarana Produksi Sarana
produksi
adalah
sarana
yang
menjadi
penunjang
terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu saja diperlukan kualitas alat standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Kualitas standar dari ketiga unit peralatan ini menjadi pertimbangan utama seorang produser ketika ia mulai dalam perencanaan produksinya. Selebihnya berfungsi sebagai peralatan penunjang produksi. Seperti alat transportasi untuk produksi luar studio dan unit studio dengan dekorasi untuk produksi dalam studio. 1. Biaya Produksi Tidak terlalu sederhana merencanakan biaya untuk suatu program produksi. Dalam hal ini, seorang produser dapat memikirkan sampai
37
sejauh mana produksi itu kiranya akan memperoleh dukungan financial dari suatu pusat produksi atau stasiun televisi. Oleh karena itu, perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan, yaitu: a. Financial Oriented Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan keuangan yang ada. Kalau keuangan terbatas berarti tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi. Misalnya: tidak menggunakan artis yang pembayarannya mahal, menggunakan lokasi shooting yang tidak terlalu jauh, konsumsi yang tidak terlalu mewah. Segala sesuatunya didasari atas kemungkinan keuangan. b. Quality Oriented Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, tidak ada masalah keuangan. Produksi dengan orientasi badget semacam ini biasanya produksi prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan keuntungan besar, baik dari segi nama maupun financial. Untuk menghasilkan kualitas yang paling tinggi dari produksi itu, produser boleh melibatkan semua orang nomor satu dibidangnya. Menentukan biaya produksi suatu program televisi dengan video bagi produser atau manager siapa pun merupakan hal yang rumit. Banyak faktor tidak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Oleh karena itu, membuat perencanaan anggaran produksi seolah-olah mengharuskan mata dan pikiran kita melihat hal-hal tersembunyi atau yang sekiranya tidak
38
ketahuan dan yang mungkin memerlukan biaya. Estimasi biaya yang tertera dalam rencana anggaran, paling tidak dapat membuat batasanbatasan
yang
baik
ketika
pelaksanaan
produksi
dan
mencegah
pemborosan. Bagaimanapun tidak ada produksi yang ingin menderita kerugian dan menjadi macet karena kekeliruan dalam melaksanakan rencana anggaran atau membuat estimasi biaya. 2. Organisasi Pelaksanaan Produksi Suatu produksi program
televisi melibatkan banyak orang,
misalnya para artis, crew, dan fungsionaris lembaga penyelenggara, polisi, aparat setempat dimana lokasi shooting dilaksanakan, dan pejabat yang bersangkut-paut dengan masalah perijinan. Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan lancar, produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksana produksi yang serapi-rapinya. Dalam hal ini, produser dapat dibantu oleh asisten produser atau sering disebut produser pelaksana atau production manager. Ia mendampingi sutradara dalam mengendalikan organisasi. Produser pelaksana membawahi bendahara dan kasir yang mengatur keuangan dan membayar kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Sementara itu, sekretariat mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan surat menyurat, kontrak, dan perijinan. Tanggungjawab untuk pelaksanaan dari organisasi yang bersifat lapangan ini dipikul oleh bagian yang disebut unit manager. Bagian ini menanggung tugas dari dua sisi sekaligus; sisi organisasi dan sisi artistik. Bidang yang langsung di bawah koordinasi pelaksana unit manager, misalnya perijinan, transportasi, konsumsi, dan
39
akomodasi. Lokasi, setting/dekorasi, property (perlengkapan), kostum dan make-up, pelaksanaan lapangan berada dalam koordinasi unit manager, tetapi segi artistik sepenuhnya di bawah tanggungjawab art designer atau art director. Sutradara dibantu sepenuhnyaoleh art designer dan director of photography (kamerawan). Sementara kamerawan membawahi bagian pencahayaan
(lighting)
dan
suara
(sound).
Sutradara
adalah
penanggungjawab penuh suatu produksi. Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di studio memiliki nama yang berbeda pula. Sutradara disebut pengarah program atau program director (PD). Fungsi dan tugasnya mirip denga sutradara. Hanya ia bekerja di belakang meja kontrol di ruang kontrol. Asisten sutradara disebut Floor Director (FD) tugasnya membantu sutradara mengarahkan pemain dan crew di dalam studio rekaman gambar. Pembantu pengarah program yang lain adalah switcher. Ia bertugas membantu pengarah acara men-switch kamera melalui tombol di meja kontrol. Pelaksana produksi lain sama dengan pelaksana produksi shooting lapangan. Bedanya pada jumlah kameramen. Dengan multikamera diperlukan dua sampai empat kamerawan sekaligus. 3. Tahap Pelaksanaan Produksi Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang
40
jelas dan efisien. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standart operasion procedure (SOP), seperti berikut: a. Pra-Produksi (Perencanaan dan Persiapan) Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut: 1) Penemuan Ide Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan idea tau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset. 2) Perencanaan Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti. 3) Persiapan Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. b. Produksi Sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis, crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.
41
Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan (scene). Berikut ini adalah beberapa posisi kamera (camera position), yang apabila terangkaikan akan menjadi suatu cerita yang hidup:31 1. Shoot jauh (long shoot) Suatu pengambilan objek oleh kamera dari jarak yang jauhnya cukup untuk dapat mengambil pemandangan yang lengkap dari suatu adegan. 2. Shoot dekat (close shoot) Suatu pengambilan objek dari bahu ke atas. Close shoot dalam naskah kamera disingkat CS. 3. Shoot agak dekat (medium shoot) Suatu pengambilan objek oleh kamera dari dada ke atas. Dalam naskah kamera istilah itu disingkat MCS. 4. Shoot sewajah (close-up) Suatu pengambilan objek untuk menghasilkan gambar wajah seseorang sebatas dagu ke atas. Istilah ini disingkat CU. 5. Shoot terdekat (big close-up) Pengambilan sebuah objek secara khusus oleh kamera untuk menampilkan salah satu bagian dari tubuh manusia atau suatu benda tertentu sehingga tampak amat sangat jelas. Big close-up yang lazim disingkat BCU, kadang-kadang disebut juga Extra close-up dan Extreme
31
Sunandar, Telaah Format Program Keagamaan di Televisi; Studi Deskriptif Analisis Televisi Pendidikan Indonesia, Tesis (Yogyakarta: IAIN Sunan Kali Jaga, 1998)
42
close-up. Dengan big close-up dapat ditampilkan mata, hidung, bibir, dan lain-lain secara khusus untuk memberikan kesan tertentu kepada pemirsa. 6. Shoot sedang (medium shoot) Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas pinggang ke atas. Dalam naskah kamera, shoot tersebut disingkat MS. 7. Shoot agak jauh (medium long shoot) Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas lutut ke atas. Shoot yang sering kali disingkat MLS ini dinamakan juga shoot lutut (knee shoot). 8. Shoot dua (two shoot) Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan dua orang sebatas dada ke atas. 9. Shoot kelompok (group shoot) Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan sejumlah orang sebatas dada ke atas. 10. Shoot udara (aerial shoot) Pengambilan objek oleh kamera dari udara untuk menghasilkan suatu pemandangan yang mengesankan. 11. Shoot lebar (wide shoot) Pengambilan suatu objek yang tidak terlalu jauh, suatu pengambilan gambar oleh kamera yang melingkupi area yang luas. 12. Shoot amat jauh (very long shoot) Suatu pengambilan objek oleh kamera yang melingkupi area yang amat luas dimana terdapat suatu objek.
43
Semua shoot yang dibuat dicatat oleh bagian pencatat shoot dengan mencatat time code pada saat mulai pengambilan, isi shoot dan time code pada akhir pengambilan adegan. Kode waktu (time code) adalah nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing. Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam di akhir shooting hari itu untuk melihat apakah hasil pengambilan gambar sungguh baik. Apabila tidak maka adegan itu perlu diulang pengambilan gambarnya. Sesudah semua adegan di dalam naskah selesai diambil maka hasil gambar asli (original material/row foot-age) dibuat catatannya (logging) untuk kemudian masuk dalam proses post production, yaitu editing. c. Pasca-Produksi Pasca-produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, dan mixing. Dalam hal ini, terdapat dua macam editing, yaitu: pertama, yang disebut editing dengan teknik analog atau linier. Kedua, editing dengan teknik digital atau non linier dengan computer.32 (1) Editing offline dengan teknik analog Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline (dengan copy video VHS supaya
32
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, h. 42-44
44
murah) sesuai dengan gagasan yang ada dalam sinopsis dan treatment. Materi hasil shooting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan seksama dalam screening. Apabila masih perlu ditambah atau diedit lagi, pekerjaan ini dapat langsung dikerjakan sampai hasilnya memuaskan. Sesudah hasil editing offline ini dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Naskah editing ini formatnya sama dengan skenario. (2) Editing online dengan teknik analog Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing. (3) Mixing (pencampuran gambar dengan suara) Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. (4) Editing offline dengan teknik digital atau non-linier Editing non-linier atau editing digital adalah editing yang menggunakan komputer dengan peralatan khusus untuk editing. Alat
45
editing tersebut bermacam-macam nama, jenis, dan fasilitasnya, misalnya: Pinacle – Matrox – Canupus, dll. Tahapan pertama, yang harus dilakukan adalah memasukkan seluruh hasil shoot (gambar) yang dalam catatan atau logging memperoleh OK, ke dalam hardisk. Proses ini disebut capturing atau digitizing, yaitu mengubah hasil gambar dalam pita menjadi file, yang ketika diperlukan dapat dipanggil untuk disusun berdasarkan urutan yang diinginkan sutradara. Sesudah tersusun baik baru diurutkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh, proses ini disebut render. Setelah render dapat dilakukan screening. Apabila dalam screening masih perlu koreksi, maka koreksi dapat dikerjakan dengan menambah, mengurangi, atau menyisipi shoot yang diperlukan. (5) Editing online dengan teknik digital Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal penyempurnaan hasil editing offline dalam komputer, sekaligus mixing dengan musik ilustrasi atau efek gambar (misalnya perlu animasi atau wipe efek) dan suara (sound effect atau narasi) yang harus dimasukkan. Sesudah semua sempurna, hasil online ini kemudian dimasukkan kembali dari file menjadi gambar pada pita Betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standart. Setelah program dimasukkan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai dan kelanjutannya adalah bagian dari pekerjaan di stasiun televisi. 6. Pengertian dan Sejarah Televisi Komunitas Televisi komunitas sebagai media komunitas memiliki pengertian yang sama dengan media massa konvensional (surat kabar, majalah) dan
46
media elektronik (radio dan televisi). Hanya sasaran audiensnya yang hanya terbatas pada komunitas tertentu saja. Menurut Ghazali (2002) media komunitas merupakan lembaga penyiaran yang didirikan untuk melayani komunitas tertentu saja, baik dalam konteks suatu batasan geografis maupun dalam konteks rasa identitas atau minat yang sama.33 Kemunculan televisi komunitas di Indonesia tidak terlepas dari proses kritik terhadap keberadaan berbagai televisi di Indonesia itu sendiri, dimana stasiun televisi sebagai media massif yang efektif ternyata tidak mencerahkan kehidupan masyarakat. Sebagian besar program siaran yang ditayangkan tidak mendidik dan jauh dari realitas kehidupan sosial masyarakat kita. Sinetron misalnya, selalu mengetengahkan kemewahan yang tidak dipunyai masyarakat kebanyakan.34 Perkembangan media sebenarnya diikuti oleh tuntutan kepada media untuk memiliki suatu tanggungjawab sosial. Kebebasan yang dimiliki media perlu disertai tanggungjawab sosial dan dan kecenderungan berorientasi pada kepentingan umum, baik secara individual maupun kelompok. (Wibowo, 1997:58). Namun pada kenyataannya, media penyiaran (khususnya televisi swasta) menafikkan tanggungjawab sosialnya karena tuntutan bisnis untuk meraih keuntungan yang sebesarbesarnya dengan rating televisi (ukuran banyak pemirsa yang menonton sebuah acara di televisi pada satu waktu) menjadi dewa dan barometer bagi industri televisi tanpa melihat dampak yang bisa ditimbulkannya. 33
Atie Rachmiatie, Radio Komunitas: Eksalasi Demokratisasi Komunikasi, (Bandung: Simbiosa Rekartama Media, 2007), h. 41-42 34 Budhi Hermanto, “Sejarah Perumbuhan Televisi Komunitas di Indonesia” artikel ini diakses pada 20 April 2011 pukul 20:15 WIB, dari http://krisnamulawarman.com/files/sejarah _tv_komunitas_ind.pdf
47
Televisi komunitaslah yang kemudian dianggap sebagai media yang memiliki tanggungjawab sosial terhadap masyarakatnya (khalayak pemirsa). Media komunitas dirasa tepat sebagai pilihan media yang berpihak pada kepentingan masyarakat. Televisi komunitas lahir menjadi tonggak baru dalam dunia penyiaran di Indonesia. Media komunitas ini hadir sebagai media alternatif yang mengusung keberagaman kepemilikan (diversity of ownership), yang juga mendorong adanya keberagaman isi (diversity of content) dalam program-program siaran karena melayani komunitasnya yang juga beragam. Karena keberagaman kepemilikan itulah, masyarakat bisa melakukan kontrol sendiri (self controlling) terhadap isi siaran. Pengelola televisi komunitas tidak bisa sewenangwenang menayangkan program siaran yang tidak sesuai dengan nilai, aturan, maupun budaya lokal.35
7. Fungsi dan Tujuan Televisi Komunitas Televisi komunitas hadir untuk memberikan alternatif informasi dan hiburan bagi khalayak pemirsa di komunitasnya. Jika industri penyiaran melalui televisi swasta mendefinisikan khalayak pemirsa televisi hanya sebagai objek pasif yang menerima apa yang disampaikannya, dimana khalayak diposisikan tidak punya kuasa dalam relasi kapital media mainstream. Maka televisi komunitas kebalikannya, sebagai media non komersial, ia menempatkan warga komunitas (khalayak penonton) sebagai “produser” yang memiliki kuasa atas segala informasi dan hiburan yang
35
Budhi Hermanto, “Sejarah Pertumbuhan Televisi Komunitas di Indonesia”
48
dibutuhkan warga komunitas itu sendiri. Wacana pentingnya televisi komunitas sebagai perwujudan demokratisasi penyiaran, pertama kali digulirkan ketika advokasi terhadap Rancangan Undang-undang Penyiaran dilakukan pada tahun 2000. Diskursus mengenai televisi komunitas mulai mengemuka untuk pertamakalinya ketika diselenggarakan kegiatan seminar dan workshop “Masa Depan Televisi Komunitas di Indonesia” oleh Fakultas Film dan Televisi IKJ di Jakarta pada bulan Mei 2007, yang dihadiri sejumlah lembaga dari perguruan tinggi, LSM, aktivis penyiaran dan pemerintah . Beberapa point penting yang dihasilkan pada forum tersebut adalah: Pertama, community dimaknai citizen sehingga televisi komunitas mendiami geografis tertentu dan melayani komunitas dalam batasan geografis
tersebut.
Televisi
komunitas
diharapkan
menyuarakan
kepentingan dan kebutuhan warga dalam geografis tersebut, baik televisi berbasis warga, maupun televisi sekolah/kampus. Karenanya televisi komunitas tidak studio based, tetapi field based sehingga program siaran televisi komunitas tidak terhambat karena harus memenuhi “standard broadcasting” sebagaimana stasiun televisi swasta. Dengan menggunakan ruang public sebagai studio siaran bagi televisi komunitas, ia justru sedang memenuhi keragaman isi (diversity of content) berdasar realitas kehidupan komunitasnya. Kedua, Isi siaran TV komunitas pada intinya membebaskan manusia dari keterasingan sebagai konsekuensi logis dari tekanan kapitalisme. Dalam kaitan ini, kehadiran media komunitas diharapkan
49
dapat digunakan untuk menyambung kembali relasi sosial dalam lingkungan
komunitas.
Televisi
komunitas
sebagai
community
broadcasting menyuarakan suara akar rumput yang tidak terwadahi dalam media mainstream, sehingga ia mampu memberikan akses informasi pada masyarakat tentang kehidupan sehari-hari sekaligus mampu merangsang dialog sebagai bagian dari proses demokratisasi dan kontrol sosial serta memberikan lahan subur bagi budaya, identitas dan kearifan lokal. Program siaran yang baik dalam televisi komunitas adalah yang dekat dengan masyarakatnya, bahasanya dikenal, struktur bahasa dipahami, masalah digali dari masyarakat lokal, memakai musik dan gambar yang dikenal di daerah tersebut. Dengan ini, community broadcasting diharapkan membuat masyarakat lebih suka menonton karena mereka bisa menonton/mendengar sesuatu yang berhubungan dengan mereka sendiri. Ketiga, televisi komunitas harus menjadi bagian dari proses membuat masyarakat berdaya. Harus ada proses pemberdayaan, bahkan jika itu diinisiasi oleh orang luar komunitasnya. Salah satu proses pemberdayaan yang bisa dilakukan adalah menjadikan televisi komunitas sebagai outlet bagi produk gerakan media literacy atau pendidikan melek media, sehingga masyarat bisa kritis terhadap isi siaran media. Keempat, advokasi bagi pendirian dan perijinan televisi komunitas. Kendati telah terakomodasi dalam UU Penyiaran No 32 tahun 2002, keberadaan televisi komunitas masih membutuhkan bantuan advokasi, khususnya terkait dengan perijinan, alokasi frekuensi dan standart teknis
50
bagi televisi komunitas. Advokasi juga diperlukan terkait dengan perkembangan teknologi digital dalam penyiaran yang akan diberlakukan oleh pemerintah bagi dunia penyiaran di Indonesia. Kelima, televisi komunitas membutuhkan dedikasi karena tidak berorientasi mencari keuntungan. Modal utama bagi televisi komunitas adalah partisipasi masyarakat. Sehingga program siaran televisi komunitas merepresentasikan, merefleksikan sekaligus melibatkan komunitas, bukan perorangan. Televisi komunitas juga harus bertanggung jawab atas produk yang diproduksi. Keenam, pengembangan jaringan. Untuk mewujudkan harapan sebagaimana terurai pada point diatas. Televisi komunitas perlu mengembangan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak. Khususnya untuk penguatan kapasitas baik ketrampilan maupun pengetahuan bagi para pengelola televisi komunitas.36
36
Budhi Hermanto, “Sejarah Perumbuhan Televisi Komunitas di Indonesia”
BAB III PROFIL TELEVISI KOMUNITAS PALMERAH (PAL TV)
A. Sekilas Tentang Televisi Komunitas Palmerah Televisi Komunitas Palmerah (PAL TV) berdiri sejak tahun 2006 yang beroperasi pada channel 11 VHF/220 MHZ, meliputi wilayah siaran sekitar kecamatan Palmerah Jakarta Barat. PAL TV memiliki studio yang terletak Gedung yayasan Yatim Sa’adatuddarain lantai 2 Jl. H.Sainin RT 04/01 Kel Palmerah Jakarta barat 11480 dan Studio 2 di Jl. Anggrek Rosliana VII GG. H.Rausin Rt 002/01 No B68 Kel. Palmerah Jakarta barat 11480. Televisi Komunitas Palmerah merupakan kumpulan pemudapemudi di Palmerah yang memiliki tekad kuat dan kemandirian untuk terus
berusaha
dan
berkarya
dengan
mengedepankan
motto
"KAMPOENG KITE KALO BUKAN PEMUDE PEMUDI KITE NYANG NERUSIN NGURUSIN DAN NGEJAGE SIAPE LAGI". Berawal dari sekitaran rumah meningkat ke wilayah RT sampai dengan seKecamatan, kami berusaha memperluas area siaran. Sudah 5 tahun PAL TV berjalan dengan tujuan pembinaan remaja di wilayah Palmerah, meningkatkan tali silaturahmi antar warga asli Jakarta dengan pendatang, dan yang utama mengedepankan akhlak agama agar penerus-penerus bangsa kita ini tidak mudah diracuni dengan bungabunga dunia. Dari mulai tukang ojek di kawasan Slipi, supir mikrolet M24 sampai tukang pasang tenda bisa ikut bergabung dalam berkreativitas.
51
52
Mereka dapat menjadi presenter, cameraman, ataupun menjadi editor. Yang jelas keberadaan Televisi Komunitas Palmerah ini memang berpengaruh besar untuk perkembangan dan pembinaan komunitas di Palmerah.1 PAL TV didirikian dengan asumsi apabila diwilayah kita pemudapemudinya rusak moral dan akhlaknya maka rusaklah masa depan wilayah tersebut . maka sangat penting sekali adanya sebuah televisi komunitas di wilayah kita, selain untuk memberikan hiburan kita juga dapat membuka sebuah wadah pembinaan dan kreatifitas ketrampilan untuk para pemudapemudi agar lebih jauh dari kegiatan – kegiatan yang negatif . tidak memandang mereka siapa atau darimana asalnya yang penting adanya kemauan untuk kemajuan bersama. kami siap untuk menampung dan memberikan tempat untuk mereka bisa berkreasi – berkarya yang paling utama kita harus menjalankannya dengan penuh istiqomah.
B. Visi Misi PAL TV VISI: Masyarakat Peduli terhadap Lingkungan, Membangkitkan gairah cinta ilmu serta meningkatkan mental spiritual masyarakat. MISI: 1.
Menyiarkan Agama ke rumah-rumah lewat televisi.
2.
Memberikan Pengenalan Lurah Lurah di Kec. Palmerah serta Rutinitas kerja di Kelurahan itu sendiri.
1
“Sekilas tentang PAL TV” data ini diakses pada 23 April 2011 pukul 05:00 PM dari http://paltvmanteb.blogspot.com/search/label/Kabar\
53
3.
Memberikan Pengenalan Kepala Kecamatan serta rutinitas kerja di Kecamatan.
4.
Mengajak dan memberikan penyuluhan terhadap masyarakat agar mencintai kebersihan dan arti penghijauan di Lingkungan.
5.
Meningkatkan Pembinaan Mental Spiritual Masyarakat.
6.
Memperkenalkan Organisasi Masyarakat yang di Kec. Palmerah.
7.
Memberikan Penyuluhan Kepada kaum Muda tentang arti
dan
akibat dari Narkoba. 8.
Membuka lapangan pekerjaan Bagi Orang Yang Putus Sekolah.
9.
Membina Para Remaja Dalam Berbagai Ketrampilan
C. Luas Daerah Jangkauan Siar PAL TV Pada awal berdiri, tayangan PAL TV hanya bisa disaksikan oleh warga di lingkungan RT yang sama dengan lokasi stasiun PAL TV berada. Saat ini PAL TV sudah memiliki pemancar setinggi 25 meter, dengan jangakaun siar sampai wilayah se-kecamatan Palmerah Jakarta Barat dan sekitarnya. Kecmatan Palmerah memiliki lima kelurahan, yaitu kelurahan Slipi, kelurahan Kota Bambu, kelurahan Jati Pulo, kelurahan Palmerah, dan kelurahan Kemanggisan.
54
D. Struktur Organisasi PALTV Struktur Kepengurusan Televisi Komunitas Palmerah channel 11 vhf / 220 mhz Ketua Dewan Penyiaran Firmansyah Hasanudin Thawil Ketua Umum Penyiaran Mubarik Thawil Ketua Umum Siaran M. Irfan Syarif Mualim Penanggung Jawab Siaran Abdul Rozaq Thamsir Ketua Teknisi Siaran Benny Kresno, S.E Sekretaris Ahmad Zaky, S.E Bendahara Muhammad Nur Humas Faisal Rahman
55
E. Jadwal Program Siaran PAL TV Jadwal program acara yang ada di televisi komunitas Palmerah secara umum hampir sama setiap harinya, yaitu: Senin s/d Minggu pada pukul 12:00-17:00 WIB program hiburan, pukul 17:00-18:00 program Jazirah Nabi, pukul 18:00-19:30 WIB. program pengajian kitab, pukul 19:30-21:00 WIB. program live interaktif, pukul 21:00-22:00 WIB. Program liputan kampung, pukul 22:00-24:00 WIB program film.
F. Paket Pemancar TV /VHF PAL TV Saat ini televisi komunitas Palmerah memeiliki beberapa alat pemancar, yaitu: 1. Pemancar TV/UHF unit a) exiciter + modulator unit dengan daya 3 watt. b) RF Amplifier TV/VHF unit dengan daya 50 watt. c) Adjustable Power out (Built –In 1- 50W) d) Power Supply Unit (Switching 220V /24V/10A e) Rack Unit 19” 2. Antena Unit a) Antena Cross Dipole 2 Bay (4 element circular pol) b) Kabel Feeder (25mtr /Heliax ½”) c) Mounting Bracket (1 set)
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Program Dakwah Islam di Televisi Komunitas Palmerah PAL TV berdiri sejak tahun 2006, selama lima tahun berjalan sebagai televisi komunitas PAL TV berusaha untuk menyajikan tayangantayangan yang bernuansa Islam. Hal ini dikarenakan tujuan didirikannya PAL TV sebagai media dakwah. Sebagai mana yang diungkapkan Firman sebagai perintis berdirinya PAL TV: “Tujuan didirikan PAL TV untuk silaturrahmi antar warga dan juga sebagai salah satu stasiun untuk dakwah di komunitas dengan menayangkan pengajian dan dakwah-dakwah bernuansa Islam, dan juga untuk membuka wadah bagi pemuda-pemudi Palmerah untuk berkreatifitas.”1 Untuk membuat suatu program acara setidaknya ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan spereti alokasi biaya, prasarana (peralatan, studio) yang dimiliki, SDM pengelola acara, dan daya jangkau siar stasiun. PAL TV sebagai televisi komunitas memiliki keterbatasan pada unsurunsur tersebut. Maka, program acara dakwah yang ada tidak selamanya hasil produksi secara keseluruhan. Acara-acara dakwah yang ditayangkan di PAL TV sebagian besar merupakan hasil liputan dari kegiatan kampung atau warga di komunitasnya. Walaupun ada acara yang merupakan hasil produksi dari 1
Wawancara pribadi dengan Firmansyah, ketua dewan penyiaran PAL TV, Rabu 4 Mei 2011 di Studio PAL TV
56
57
PAL TV baik dari segi ide, format acara, dsb. Selain itu ada juga acara dakwah yang dibeli dalam bentuk dvd. Program acara dakwah Islam di PAL TV ketika pertama kali berdiri hanya bisa ditonton oleh warga yang berada disekitar studio PAL TV atau dalam lingkup satu RT. Kemudian tahun berikutnya melihat pentingnya televisi komunitas sebagai media dakwah maka warga yang ada di sekitar bertekad untuk bekerjasama dalam meluaskan jangkauan siar televisi komunitas Palmerah. Dari tekad warga tersebut untuk memperluas jangkaun siar PAL TV akhirnya warga memberikan gedung Yayasan Sa’adatudarain tepatnya di lantai 2 sebagai studio televisi komunitas Palmerah, dan di atas gedung tersebut didirikan pemancar PAL TV setinggi 25 meter. Sehingga pada tahun 2007 luas jangkauan siar PAL TV yang bermula hanya dalam lingkup RT menjadi se-kecamatan Palmerah. Program dakwah Islam yang ada di televisi komunitas ini sangat berbeda dengan program dakwah Islam yang ada di stasiun televisi konvensional. Perbedaan itu terlihat dari kualitas gambar dan juga durasi acara. Pada kualitas gambar, program dakwah yang ada di televisi komunitas
Palmerah
memang
kurang
baik
dibanding
televisi
konvensional. Hal ini dikarenakan kualitas SDM yang masih minim, selain itu juga kualitas alat-alat pertelevisian. Akan tetapi keunggulan program dakwah Islam yang ada di televisi komunitas Palmerah yaitu dari segi durasi. Pada televisi konvensional biasanya durasi acara hanya 30-60 menit dan dikurangi oleh iklan.
58
Program dakwah Islam di PAL TV tidak mempermasalahkan tentang durasi, sehingga warga yang ada di komunitas Palmerah bisa mengkonsumsi dakwah Islam lebih banyak. Program acara dakwah Islam yang bisa disaksikan oleh warga yang tinggal di lingkungan kecamatan Palmerah: 1. Liputan Kampung. Program liputan kampung merupakan hasil liputan crew PAL TV dari kegiatan acara Islam yang ada di komunitas Palmerah. Acara-acara Islam yang ada di komunitas Palmerah meliputi: maulid nabi, santunan yatim, Isra’ dan M’iraj, dan lain-lain. kegiatan acara tersebut mengandung unsur dakwah, karena acara seperti maulid nabi ada ceramah dari para ulama atau da’i, baik da’i yang ada di komunitas itu sendiri maupun yang diluar komunitas. Program acara ini merupakan program acara yang sangat disukai oleh warga Palmerah, karena pada program acara ini orang yang disaksikan merupakan warga itu sendiri. Sehingga tak heran jika warga yang ingin mengadakan acara islam selalu memanggil crew televisi komunitas Palmerah untuk diliput dan ditayangkan. Selain itu jika ada kegiatan Islam warga yang belum ditayangan banyak dari pihak tuan rumah atau penyelenggara acara tersebut yang menghubungi pihak PAL TV untuk segera ditayangakan. Hal ini membuktikan bahwa program acara liputan kampung sangat diminati warga dan menjadi program unggulan televisi komunitas Palmerah.
59
Hal yang paling disukai oleh warga pada program acara ini jika penyelenggara acara mengundang penceramah atau ulama dari luar komunitasnya seperti Habib Rizieq Syihab, H. Rhoma Irama, dan lain-lain. sehingga warga yang tidak bisa hadir pada acara tersebut bisa ikut menyaksikan melalui chanel televisi komunitas Palmerah. Karena minat yang banyak dari para warga maka sangat efektif jika dakwah dilakukan melalui program acara ini. Oleh karena itu hampir setiap hari selalu ada acara program liputan kampung yang berisi tentang acara-acara maulid Nabi, Isra’ wal mi’raj, untuk memberikan dakwah Islam bagi warga di kecamatan Palmerah. Program acara liputan kampung ini biasanya ditayangkan ba’da isya atau sekitar pukul 19:00 WIB. Penayangan tersebut dilakukan pada waktu prime time dengan asumsi pada pukul tersebut banyak warga yang sedang bersantai sambil menonton televisi. Jadi warga bisa menyaksikan kembali acara-acara Islam yang ada dilingkungannya. Selain itu, program acara liputan kampung ini mengandung unsur dakwah Islam yang sangat bermanfaat bagi warga. Maka televisi komunitas Palmerah selalu menayangkan program acara ini pada waktu prime time di mana pada waktu tersebut stasiun-stasiun televisi swasta banyak yang menayangkan program acara yang banyak mengandung unsur negatif seperti kekerasan, pornografi, dan lain-lain. 2. Liputan Perjalanan Haji dan Umroh Pada program acara ini merupakan hasil liputan kerjasama antara pihak PAL TV dengan yayasan Al-Hijroh dan Fiddin. Yayasan Al-Hijroh
60
dan Fiddin merupakan yayasan untuk perjalanan ibadah haji dan umroh yang ada di kecamatan Palmerah Jakarta Barat. Pada program acara ini terdapat liputan perjalanan ibadah haji dan umroh, mulai dari acara pelepasan di tanah air, kegiatan para jama’ah selama berada di tanah suci, sapai pulang kembali ke tanah air. Dari kegiatan jama’ah salah satunya mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di kota Mekah dan Madinah. Program acara perjalanan Haji dan Umroh ini sangat menarik bagi warga yang belum pernah ke tanah suci ataupun yang sudah. Mereka bisa menyaksikan kembali suasana kota Mekkah dan Madinah. Selain itu warga juga bisa mengetahui bagaimana sejarah yang ada di kota Mekkah dan Madinah. Karena disamping melakukan kunjungan pembimbing juga menceritakan sejarah-sejarah kedua kota suci tersebut. Program acara ini diadakan atas inisiatif dari pihak yayasan yang ingin menambahkan tayangan seputar dakwah untuk warga di kecamatan Palmerah. maka setelah kembali ke Tanah Air, hasil liputan terebut diserahkan ke PAL TV untuk diedit dan disiarkan, sehingga para warga bisa menyaksikan perjalanan haji atau umroh yang dilaksanakan oleh yayasan tersebut.
Program acara ini ditayangkan diwaktu prime time, biasanya setelah acara liputan kampung. Durasi pada acara ini cukup panjang karena memang menggambarkan perjalanan haji dan umroh dari tanah air sampai kembali ke tanah air.
61
3. Murotal al-Quran Program acara murotal al-Quran merupakan program acara di PAL TV yang khusus disiarkan pada hari Kamis sore sampai Jumat sore. Penayangan murotal al-Quran pada malam Jumat karena pada malam tersebut kita dianjurkan untuk perbanyak membaca al-Quran dan berdzikir kepada Allah SWT. Program acara murotal al-Quran sengaja ditayangkan satu hari dengan tujuan warga di komunitas Palmerah mau membaca al-Quran pada malam Jumat. Setidaknya dengan ditayangakan program acara ini, warga yang sungkan atau malas membaca al-Quran bisa mendengarkan latunan ayat-ayat suci. Dan dengan sering mendengarkan semoga warga yang ada di Palmerah mempunyai semangat untuk terus belajar dan membaca alQuran. Pada program ini pihak PAL TV membeli kaset murotal quran berbentuk DVD yang dilengkapi visual. Jadi warga di komunitasnya tidak hanya mendengarkan lantunan ayat suci al-Quran tetapi juga bisa membaca teks arab dan artinya, serta bisa melihat visual dari tayangan tersebut. 4. Jazirah Nabi Jazirah Nabi merupakan kisah-kisah perjalanan para nabi. Pada program acara ini PAL TV membeli kaset tentang perjalanan Nabi-Nabi lalu ditayangkan ke rumah-rumah warga. Jazirah Nabi ditayangkan jika tidak ada liputan kegiatan acara agama di lingkungan Palmerah. Karena
62
tidak mungkin setiap hari warga di wilayah Palmerah mengadakan acara maulid, Isra’ wal Mi’raj, santunan yatim, dll. Melihat dari tujuan didirikannya televisi komunitas Palmerah sebagai media dakwah, dan hampir seluruh tayangan-tayangannya mengandung unsur dakwah Islam, maka program acara ini ditayangakan sebagai antisipasi jika tidak ada produksi acara kegiatan Islam di kampung wilayah kecamatan Palmerah.
B. Produksi Program Dakwah di PAL TV Untuk memproduksi program acara di televisi setidaknya ada lima hal yang harus dipikirkan secara mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi pelaksana produksi, dan tahap pelaksanaan produksi.2 Begitu juga pada PAL TV, jika akan memproduksi acara sendiri setidkanya perlu memperhatikan lima unsur tersebut. Seperti yang kita ketahui, bahwa televisi komunitas merupakan televisi yang bersifat non-komersil/tidak menerima iklan. Hal ini juga dijelaskan dalam UU No.32 tahun 2002 tentang Lembaga Penyiaran Komunitas yang berbunyi: “Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.”3
2
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet.ke-1, h.23. 3 UU No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, diakses pada 22 Mei 2011 dari http://www.kpi.go.id/download/regulasi/UU%20No.%2032%20Tahun%202002%20tentang%20% 20Penyiaran.pdf
63
Karena sifatnya yg non-komersil, biaya produksi pun jadi kendala. Maka dari itu program dakwah Islam di PAL TV tidak selamanya diproduksi sendiri. PAL TV akan memproduksi program dakwah jika dipanggil atau diundang oleh komunitasnya untuk meliput acara seperti maulid, santunan yatim, dan lain-lain. Dalam proses produksi setidaknya ada tiga tahapan yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi yang lazim disebut Standard Operation Procedure (SOP).4 1. Pra produksi Tahapan ini adalah tahap paling penting dalam sebuah produksi televisi. Pra produksi merupakan semua tahapan persiapan sebelum sebuah produksi dimulai. Makin baik sebuah perancanaan produksi maka akan memudahkan nantinya dalam produksi. Pada tahap pra produksi, PAL TV menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk meliput acara kegiatan warga, seperti kamera, lampu pencahayaan (lighting), kabel roll, kaset mini dvd, dll. Lalu mengirimkan beberapa kameramennya untuk menuju lokasi acara tersebut. Selain mempersiapkan alat-alat, pihak televisi komunitas Palmerah juga mempersiapkan dana yang kira-kira akan digunakan. Mulai dari banyaknya kaset kamera yang akan terpakai, konsumsi para crew, sampai dana saat pengeditan atau pasca produksi . Setelah semua persiapan sudah terpenuhi. Firman sebagai pendiri PAL TV dan ketua dewan penyiaran akan mengumpulkan anggotanya
4
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, h. 39
64
yang berjumlah 27 orang dan akan membagikan tugas kepada mereka. Biasanya Firman akan menanyakan terlebih dahulu kepada anggotanya siapa yang bisa untuk terjun ke lokasi untuk meliput acara. Karena anggota atau crew yang ada di televisi komunitas Palmerah tidak terikat. Jadi Firman tidak akan memaksa jika anggotanya ada keperluan lain. Setelah sudah ada crew yang siap untuk terjun ke lokasi acara, kemudian dibagikan tugas yang akan menjadi kameramen dan pengatur cahaya, selain itu juga ada reporter jika memang diperlukan. Pada tahap ini keterampilan dari crew sangat dibituhkan supaya hasil liputan memuaskan. 2. Produksi Sesudah perencanaan dan persiapan selesai dengan benar, pelaksanaan produksi dimulai. Produser bekerjasama dengan para crew untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan sebelumnya menjadi gambar dan tayangan yang dapat dinikmati pemirsa. Para crew yang sudah ditugaskan langsung berangkat ke tempat lokasi acara yang berada di wilayah kecamatan Palmerah. Sebanyak mungkin kameramen mengambil gambar dari kegiatan acara yang ada di lingkungan Palmerah, biasanya dalam satu kegiatan acara diliput dengan dua atau tiga kamera. Pada tahap produksi biasanya pada stasiun swasta memiliki run down acara, akan tetapi pada PAL TV ketika akan melakukan produksi tidak menggunakan run down acara. Seorang kameramen hanya meliput kegiatan acara sampai acara selesai.
65
Waktu pengambilan gambar acara ini bervariasi, bisa pagi hari, siang hari atau malam hari. Biasanya pada pagi dan siang hari pal tv meliput acara islami yang diadakan oleh majlis ta’lim ibu-ibu. Sedangkan pada malam hari biasanya majlis ta’lim untuk kaum bapak-bapak. Pada tahap produksi, kecermatan bekerja para crew harus diperhatikan. Karena pada saat peliputan acara jika ada gangguan teknis maka tidak bisa diulang acara tersebut atau di cut. 3. Pasca Produksi Kemudian tahap akhir yaitu pasca produksi, hasil liputan yang diambil dari suatu acara kemudian diedit oleh editor. Pada tahap editing diperlukan kreatifitas yang tinggi dari seorang editor supaya hasil produksi yang ada bisa bagus dan dinikmati oleh permisa komunitasnya. Tempat editing berada di studio televisi komunitas Palmerah. pekerjaan editing ini biasanya dilakukan oleh Firman, hal ini dikarenakan hanya beliau yang bisa melakukan editing. Akan tetapi pada saat editing, Firman juga mengajarkan cara-cara editing kepada crewnya supaya mereka juga bisa mengedit hasil liputan. Setelah editing selesai, hasil editing kemudian di dokumentasikan dalam bentuk kaset dvd lalu ditayangkan ke rumah-rumah warga yang ada di lingkungan Palmerah. C. Materi Program Dakwah di PAL TV Materi program pada acara televisi biasanya telah ditentukan atau ide dari seorang produser. Akan tetapi pada di PAL TV materi program tidak selamnaya merupakan hasil ide dari seorang produser. Hal ini
66
dikarenakan program dakwah yang ada di PAL TV merupakan hasil dari liputan acara-acara Islam yang ada di lingkungan komunitasnya. Content/isi dari media/televisi komunitas merupakan informasi yang terpilih sesuai dengan kondisi dan kepentingan komunitas tersebut. isi dirancang oleh lembaga media bersama anggota komunitas. Biasanya warga yang ada di komunitas Palmerah selalu menghubungi atau meminta kepada pihak televisi komunitas Palmerah tentang program yang ditayangkan di televisi komunitas, terutama bagi warga yang telah mengadakan kegiatan acara Islam lalu diliput oleh PAL TV dan belum ditayangkan. Selain materi yang diusulkan oleh komunitasnya ada yang direncanakan
oleh
produser
yaitu
berupa
materi-materi
kultum,
sebagaimana diungkapkan Firman: “materinya ada kultum, kita membuat produksi sendiri dengan ulama atau kiyai setempat dan murotal al Quran.”5 Pada acara kultum yang diproduksi oleh PAL TV merupakan hasil ide dari seorang produser. Materi yang disampaikan meliputi cara meningkatkan ketakwaan kepada Allah, Ulama sebagai pewaris para nabi, pentingnya diadakan peringatan maulid nabi, kerukunan rumah tangga, anjuran menyayangi anak yatim, dan tentang amaliyah sehari-hari lainnya. Pada materi yang ada di program murotal al-Quran juga hasil rencana dari produser. Karena program ini ditayangkan khusus mulai malam Jum’at sampai Jum’at sore. Hal ini dilakukan dengan tujuan 5
Wawancara pribadi dengan Firmansyah, ketua dewan penyiaran PAL TV, Rabu 4 Mei 2011 di Studio PAL TV.
67
komunitas yang ada di Palmerah mau membaca al-Quran terutama pada malam Jum’at. Pesan dakwah atau materi dakwah yang hendak disampaikan melalui media massa khususnya televisi hendaklah bersifat umum dan selintas, karena khalayaknya majemuk. Harus diperhatikan kemampuan daya serap rata-rata pendengar atau pemirsa. Yang dimaksudkan dengan selintas ialah pesan yang dapat dikonsumsi sekali. Apabila da’i mengupas suatu topik secara mendalam, maka sukar ditangkap dan dicerna oleh pendengar atau pemirsanya karena sifat komunikasinya satu arah. Kemampuan menyerap melalui pendengaran hanya 11%.6 Menurut pakar penyiaran Robert K. Avery ada 3 tingkat reaksi khalayak:7 1. Selective attention pendengar radio atau pemirsa televisi yang peduli pada suatu yang menarik baginya. 2. Selective perception pendengar radioa atau pemirsa televisi yang punya penafsiran sendiri terhadap pesan yang diterimanya. 3. Selective retention pendengar radio atau pemirsa televisi yang hanya mengingat pesan yang ia perlukan.
D. Pengisi Program Dakwah di PAL TV Pengisi program dakwah di PAL TV yaitu ulama-ulama di sekitar wilayah Palmerah, sebagaimana dikatakan Firman:8
6
Samsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islan (Jakarta: AMZAH, 2008) cet. ke-1, h. 188. 7 Samsul Munir Amin, Teknik Produksi Program Televisi, h. 189.
68
“pengisinya ulama-ulama yang ada di komunitas kita, dengan alasan kita tidak perlu mengeluarkan cost dan juga kita membuka peluang kepada ulama-ulama kita untuk bisa berdakwah di media kita.” Tak bisa dipungkiri kendala yang sangat besar dalam memproduksi program di televisi komunitas yaitu dana atau keuangan. Jika PAL TV mengundang pengisi acara/narasumber di luar komunitasnya tentu biayanya akan mahal. Jika yang diundang dari ulama di komunitas itu sendiri maka tidak perlu mengeluarkan biaya, karena ulama yang ada di komunitas itu sangat mendukung jika mereka berdakwah melalui PAL TV karena jangkauan mad’unya akan lebih luas. Sampai saat ini media televisi masih dianggap media yang efektif untuk penyampaian pesan dakwah. Karena hampir disetiap rumah memiliki telivisi. Selain itu televisi komunitas mempunyai daya tarik tersendiri, warga sangat bangga jika diwilayahnya memiliki telivisi komunitas. Karena orang yang diskasikan merupakan orang yg ada di wilayah itu sendiri. Selain dari ulama yang ada di komunitasnya, pengisi acara pada program dakwah Islam di PAL TV ada yang di luar dari komunitasnya. Hal ini sesuai dengan kegiatan acara yang ada di warga. Biasanya jika ada acara seperti maulid, isra’ mi’raj, banyak yang mengundang penceramah atau da’i yang sudah terkenal seperti KH. Zainuddin MZ, Habib Rizieq, H. Rhoma Irama, dan lain-lain. 8
Wawancara pribadi dengan Firmansyah, ketua dewan penyiaran PAL TV, Rabu 4 Mei 2011 di Studio PAL TV.
69
E. Tujuan Program Dakwah Islam di PAL TV Dari fenomena tersebut, televisi komunitaslah yang kemudian dianggap sebagai media yang memiliki tanggungjawab sosial terhadap masyarakatnya (khalayak pemirsa). Media komunitas dirasa tepat sebagai pilihan media yang berpihak pada kepentingan masyarakat. Televisi komunitas lahir menjadi tonggak baru dalam dunia penyiaran di Indonesia. Media komunitas hadir sebagai media alternatif yang mengusung keberagaman kepemilikan (diversity of ownership), yang juga mendorong adanya keberagaman isi (diversity of content) dalam program-program siaran karena melayani komunitasnya yang juga beragam.9 Karena
keberagaman
kepemilikan
itulah,
masyarakat
bisa
melakukan kontrol sendiri (self controlling) terhadap isi siaran. Pengelola televisi komunitas tidak bisa sewenang-wenang menayangkan program siaran yang tidak sesuai dengan nilai, aturan, maupun budaya lokal. Jika diamati pada program-program dakwah di stasiun swasta atau konvensional banyak yang memasang iklan, lalu durasi acara dakwah lebih sedikit dibandingkan dengan iklan-iklan. Durasi pada acara dalam setiap segmen mungkin 4 sampai 5 menit, lalu durasi iklan bisa menyampai 10 menit bahkan bisa lebih. Hal ini jelas membuktikan bahwa industrialisasi media massa menjandi sebuah kebutuhan pada organisasi media massa tersebut. Lalu masalah penepatan waktu, kebanyakan dari stasiun-stasiun yang mempunyai program acara dakwah di tempatkan pada waktu sebelum subuh di mana pemirsa mayoritas masih dalam waktu 9
Budhi Hermanto, “Sejarah Perumbuhan Televisi Komunitas di Indonesia” artikel ini diakses pada 20 April 201 pukul 20:15 WIB dari http://krisnamulawarman.com/files/sejarah_ tv_komunitas_ind.pdf.
70
tidur. Jarang sekali stasiun tv yang menempatkan program acara dakwah pada waktu prime time (pukul 17:00-20:00). Di sinilah peran televisi komunitas Palmerah sebagai televisi komunitas yang memberikan program-program dakwah untuk warga komunitasnya. Tujuan dari program dakwah untuk penyeimbang (balancing) dari tayangan-tayangan televisi yang dianggap berkualitas rendah oleh norma agama. Hampir 80% tayangan PAL TV bernuansa Islami yang ditayangkan sebelum dan sesudah magrib, dengan harapan warga di komunitasnya tidak terlena dengan tontonan sinetron atau yang dianggap kurang layak setelah magrib. Karena Rasul mencontohkan kepada umatnya untuk banyak berdzikir dan mengaji sebelum dan setelah magrib. Selain
itu,
pada
wawancara
pribadi
kepada
Firman,
ia
menambahkan tujuan dari program dakwah di PAL TV: “tujuannya untuk pembelajaran dakwah supaya masyarakat kita ini saling mempererat silaturrahmi, tidak ada timbul kericuhan di antara warga.”10 Silaturrahmi memang sangat penting, terjadinya konflik antar warga, perang antar suku merupakan dampak dari kurangnya pembelajaran dakwah untuk meningkatkan silaturrahmi. Program-program dakwah di PAL TV bisa meningkatkan silaturrahmi antar warga, karena jika ada kegiatan islam di suatu mejelis atau salah satu RT lalu diliput dan ditayangkan kembali melalui PAL TV, banyak majelis atau RT lain yang 10
Wawancara pribadi dengan Firmansyah, ketua dewan penyiaran PAL TV, Rabu 4 Mei 2011 di Studio PAL TV
71
minta diliput dan ditayangkan juga, dari situlah warga di kecamatan Palmerah Jakarta Barat dari tingkat RW sampai RT bisa saling mengenal dan berinteraksi.
F. Faktor Pendukung dan Kendala Program Dakwah di PAL TV Dalam memproduksi suatu program televisi tentu tidak semudah yang dibayangkan. Tentu banyak kendala yang dihadapi oleh seorang produser atau tim pelaksana produksi lainnya. Namun, ada pula faktor pendukung yang membuat acara tersebut menjadi semakin baik dan menarik. Faktor pendukung dari program dakwah di PAL TV ini datang dari alim ulama atau juru dakwah dari komunitas itu sendiri. Mereka sangat antusias dengan adanya PAL TV ini, karena mereka bisa berdakwah melalui media televisi komunitas sehingga sasaran dakwah mereka lebih luas dibanding berdakwah tanpa media televisi komunitas. Selain itu banyak instansi-intsansi pemerintah seperti kelurahan, kecamatan yang juga antusias dengan adanya televisi komunitas Palmerah, para intansi pemerintah banyak yang melakukan kerja sama secara suka rela untuk mempertahankan dan mengembangkan PAL TV ini. Karena warga di wilayah Palmerah Jakarta Barat ini sangat bangga di komunitasnya memiliki stasiun televisi. Selain faktor pendukung di atas, ada juga kendala yang dihadapi PAL TV dalam memproduksi atau berdakwah melalui program acara. Sebagaimana yang diungkapkan Firman:
72
“kendalanya mungkin jika tidak ada moment, contohnya jika bukan bulan maulid itu pasti sepi, mungkin ketemu lagi pas isra mi’raj atau bulan puasa. Jadi untuk sehari-hari kita mensiasati dengan membeli kaset-kaset bernuansa Islam.”11 Dari ungkapan Firman, kendala yang dihadapi PAL TV untuk menayangkan program dakwah kepada pemirsa komunitasnya jika dalam wilayah Palmerah tidak ada yang mengadakan acara-acara Islam seperti maulid, santunan yatim, dan lain-lain. Memang tidak selamanya kegiatankegiatan Islam di wilayah Palmerah akan selalu ada.
akan tetapi hal
tersebut bisa disiasati dengan menayangkan kaset-kaset dvd yang bernuansa Islam seperti perjalanan Rasul atau kisah-kisah Rasul. Selain itu kendala yang diahadapi yaitu masalah keuangan dan peralatan. Kita ketahui bahwasannya televisi komunitas bersifat nonkomersil atau tidak menerima iklan demi mengejar keuntungan. Jadi dana yang masuk hanya dari sumbangan warga atau intansi pemerintah seperti kecamatan dan kelurahan. Karena keterbatasan keuangan crew yang ada di televisi komunitas Palmerah juga tidak terikat, dalam artian crew tidak mendapatkan gaji, crew-crew yang ada bekerja dengan suka rela. Untuk pengisi acarapun memanggil ulama/da;I yang ada di komunitas Palmerah, karena para da’i bisa dibayar dengan cost yang rendah bahakan kebanyakan para da’i mengisi acara di televisi komunitas Palmerah dengan suka rela.
11
Wawancara pribadi dengan Firmansyah, ketua dewan penyiaran PAL TV, Rabu 4 Mei 2011 di Studio PAL TV
73
Dari keterbatasan biaya berdampak pada keterbatasan alat-alat pertelevisian yang ada di PAL TV sperti kamera shooting, komputer untuk editing, dan alat pemancar. Saat ini PAL TV hanya memiliki alat pemancar atau antena pemancar yang tingginya hanya 25 meter, hal ini menyebabkan kualitas gambar yang diterima di rumah-rumah warga yang letaknya jauh dari pemancar tersebut kurang bagus.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah melakukan observasi, menganalisa data dalam rangka menjawab rumusan pertanyaan dalam skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Program dakwah Islam yang ada di teleivis komunitas Palmerah yaitu a) program acara liputan kampung, acara ini berisi kegiatan islami warga yang ada di wilayah kecamatan Palmerah seperti maulid, santunan yatim, dll. b) Liputan perjalanan haji dan umroh, c) program murrotal al-Quran, dan d) program jazirah nabi. 2. Proses produksi yang dilakukan televisi komunitas palmerah hanya pada program acara liputan kampung, Sedangkan untuk program dakwah yang lain sudah berbentuk dokumentasi atau pihak televisi komunitas Palmerah membeli kaset dvd. Proses produksi program liputan kampung sebagai berikut: a. Pra produksi Tahapan ini adalah tahap paling penting dalam sebuah produksi televisi. Pada tahap pra produksi, PAL TV menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk meliput acara kegiatan warga, seperti kamera, lampu penerangan, kabel roll, kaset
mini
dvd,
dll.
Lalu
mengirimkan
kameramennya untuk menuju lokasi acara tersebut.
74
beberapa
75
b. Produksi Pada tahap ini, Crew atau kameramen dari PAL TV meliput kegiatan acara sampai akhir. Sebanyak mungkin kameramen mengambil gambar dari kegiatan acara yang ada di lingkungan Palmerah, biasanya dalam satu kegiatan acara diliput dengan dua atau tiga kameramen. c. Pasca Produksi Kemudia tahap akhir yaitu pasca produksi, hasil liputan yang diambil dari suatu acara kemudian diedit oleh editor. Pada tahap editing diperlukan kreatifitas yang tinggi dari seorang editor supaya hasil produksi yang ada bisa bagus dan dinikmati oleh permisa komunitasnya. Lalu hasil editing kemudian ditayangkan ke rumah-rumah warga yang ada di lingkungan Palmerah.
B. Saran Dari uraian yang dikemukakan dan fakta yang ditemukan. Maka saran-saran penulis sebagai berikut: 1. Selain di wilayah Palmerah Jakarta Barat, televisi komunitas sangat perlu diadakan di wilayah atau komunitas lain sebagai penyeimbang tontonan pemirsa dan sebagai media dakwah di suatu komunitas. Karena dakwah Islam dibutuhkan di masa mendatang.
masih sangat
76
2. Bagi pemerintah daerah khususnya wilayah palmerah dan juga komunitasnya bisa bekerjasama untuk mempertahankan dan mengembangkan televisi komunitas yang ada, serta bekerja sama dalam meningkatkan kualitas program acara, kualitas gambar, SDM, serta peralatan siaran. 3. Bagi PAL TV agar terus berusaha memberikan dakwah Islam untuk kebutuhan komunitasnya, serta menjadi media komunitas yang bisa memberikan nilai-nilai positif dalam pembinaan remaja di wilayah Palmerah.
77
Daftar Pustaka
Buku-Buku Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekartama Media, 2006. Effendy, Onong Uchjana. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju, 1993. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1993. Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006. Iriantara, Yosal. Literasi Media Apa Mengapa Bagaimana. Bandung: Simbiosa Rekartama Media, 2009. Iskandar, Deddy. Jurnalistik Televisi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Ismail, Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah. Jakarta: Penamadani, 2008 Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2009. Littlejohn, Stephen M, Karen A foss. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika, 2009. McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga, 2005. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Muis, Andi Abdul. Komunikasi Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Munir Amin, Samsul. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: AMZAH, 2008. Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005. Rachmiatie, Atie. Radio Komunitas Eksalasi Demokratisasi Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekartama Media, 2007.
78
Rakhmat, Jalaluddin. Catatan Kang Jalal visi Media. politik dan Pendidikan. Bandung, Remaja Rosda karya 1998. _ _ _ _. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Soenarto. Program Televisi Dari Penyusun Sampai Pengaruh Siaran. Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2007. Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University, 2004. Wahid, Abdurrahman. Pergulatan Negara Agama dan Kebudayaan. Depok: Desantara, 2001. Wibowo, Fred. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007.
Hasil Penelitian Sunandar, “Telaah Format Keagamaan di Televisi; Studi Deskriptif Analisis TPI,” Yogyakarta, Tesis:1998. Aliyah, Dakwah Melalui Televisi; Studi Terhadap Program Acara Lentera Hati di Metro TV, Skrpisi, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syahid, 2005. Muttaqin, Hafiz, Fenomena Televisi Komunitas di Jakarta: Studi Kasus Pada Televisi Komunitas PAL TV di Palmerah Jakarta Barat, Skripsi, Jakarta: Perpustakaan Mandiri UAI, 2008.
Website http://krisnamulawarman.com/files/sejarah_tv_komunitas_ind.pdf http://www.ppma.or.id/content/potensi-televisi-publik-lokal-dan-komunitasdalam-pembangunan-desa http://www.uinsuska.info/dakwah/attachments/093_08metodedakwah.pdf http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi http://www.definisionline.com/2010/10/pengertian-televisi.html http://duniatv.blogspot.com/2008/02/sejarah-televisi.html http://krisnamulawarman.com/files/sejarah_tv_komunitas_ind.pdf
TELEVISI KOMUNITAS PALMERAH Redaksi: Jl. H. Sainin RT 04/01 Kel. Palmerah Jakarta Barat 11480 Telp: 0813 106 76 321 SURAT KETERANGAN Nomor: B.020/PALTV/V/2011 Yang bertanda tangan di bawah ini Ketua Dewan Penyiaran Televisi Komunitas Palmerah (PAL TV), menerangkan: Nama NIM Tempat/Tgl. Lahir Semester Jurusan/Konsentrasi Alamat
: Ahmad Tamamy : 107051001921 : Jakarta, 16 Januari 1989 : VIII (delapan) : Komunikasi Penyiaran Islam : Jl. KH. Sya’dan Gg. H. Cholil RT 002/012 No. 99C Kemanggisan, Jakarta Barat
Adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengadakan penelitian, dalam rangka penulisan skripsi di Televisi Komunitas Palmerah dengan judul penelitian: “Dakwah di Televisi Komunitas (studi pada program dakwah di PAL TV)”
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 04 Mei 2011
Ketua Dewan Penyiaran PAL TV
Firmansyah
HASIL INTERVIEW Nama Jabatan Hari Waktu Tempat
: Firmansyah : Ketua Dewan Penyiaran PAL TV : Senin, 4 Mei 2011 : Pukul 21.00 WIB : Studio PAL TV Jl. H. Sainin RT 04/01 Kel. Palmerah Jakarta Barat
1. Bagaimana sejarah berdirinya PAL TV? Jawab: PAL TV berdiri pada tahun 2006, dengan asumsi apabila diwilayah kita pemuda-pemudinya rusak moral dan akhlaknya maka rusaklah masa depan wilayah tersebut . maka sangat penting sekali adanya sebuah televisi komunitas di wilayah kita. 2. Apa tujuan didirikan PAL TV? Jawab: Tujuannya untuk silaturrahmi antar warga dan juga sebagai salah satu stasiun untuk dakwah di komunitas dengan menayangkan pengajian dan dakwah-dakwah bernuansa Islam, dan juga untuk membuka wadah bagi pemuda-pemudi Palmerah untuk berkreatifitas. 3. Apakah PAL TV sudah mendapat izin siaran? Jawab: Komunitas itu khusus untuk di DKI Jakarta kebetulan kita adalah televisi komunitas Palmerah yang pertama, karena kita sudah melakukan EDP dengan pendapat kepada Komisi Penyiaran Indonesia, Menkoinfo serat anggota DPRD yang menangani tentang penyiaran. Di dalam undang-undang komunitas itu tidak dilarang dan tidak dizinkan jadi dalam artian direkomendasikan, silahkan memakai kanal atau frekuensi yang kosong yang tidak mengganggu frekuensi lain. Kenapa tidak diberikan izin yang pasti karena mereka khawatirkan akan timbul jual-beli frekuensi, karena yang namanya komunitas bisa dibilang sekarang berdiri besok bisa tidak. Jadi untuk
saat ini kami direkomendasikan oleh KPI dan Menkominfo kelayakan siaran atau hak siaran di komuntas kami. 4. Darimana sumber keuangan PAL TV? Jawab: Komunitas itu dalam dunia pertelevisian tidak sama dengan televisitelevisi yang internasional atau nasional seperti RCTI atau SCTV yang mereka berdiri dan bisa maju karena pemasukan iklan atau saham-saham dari luar negri. Sedangkan komunitas itu bukan tidak boleh menerima iklan atau saham dari luar negri karena untuk sponsor atau iklan tidak mungkin masuk ke komunitas karena area pemancar terbatas. Dan kita
memang pemasukan
bukan dari iklan, karena kita diawali dengan sosial kemasyarakatan jadi pemasukan kita berasal dari liputan-liputan seperti kawinan, khitanan, ulang tahun, dan liputan-liputan keagamaan dan lingkungan yang kita kerjasama dari pemerintah seperti kecamatan dan kelurahan.” 5. Bagaimana SDM yang ada di Pal TV? Jawab: Sampai saat ini kurang lebih hampir 27 orang dan mereka tidak terikat bisa dibilang independen, karena kita tidak ada gajih. Jadi kita membuka wadah ini bagi siapa saja pemuda pemudi yang ingin berkecimpung atau belajar di dalam dunia broadcast atau pertelevisian bisa bergabung langsung ke sini. Jadi banyak sekali yang kita ambil bukan dari SDM yang sebenarnya atau anak kuliahan yang bidangnya di dunia pertelevisian. Tujuan kita yang jelas pemuda-pemudi yang mungkin putus sekolah atau pengangguran disini mereka bisa belajar menjadi kameramen mengedit, dll.” 6. Kapan waktu siaran PAL TV? Jawab: Kalau seandainya tidak ada kendala dengan cuaca karena di khawatirkan tower kami tersambar petir, kami siaran dari jam 12 siang sampai
12 malam, yang isinya itu ada hiburan siraman rohani, pengajian, liputan warga, dan film-film yang sifatnya jadul atau sduah tidak ada itu kita tayangkan lagi. 7. Apa saja kendala yang ada di PAL TV? Jawab: Kalau dibilang kendala banyak, apalagi kita membangun organisasi sosial, salah satunya mungkin peralatan dalam pertelevisian. Seperti keterbatasan kamera, keterbatasan komputer, dan banyak sekali keterbatasan dalam alat jangkauan yang lebih jauh, contoh antena kita paling tidak harus 50 meter sekarang hanya 25 meter. 8. Apa yang melatarbelakangi didirikannya PAL TV sebagai media dakwah? Jawab: Saya melihat dunia pertelevisian kita secara global, dakwah kalau bukan bulan puasa itu sangat jarang sekali, contohnya sebelum atau setelah maghrib digambarkan dengan sinetron yang menghilangkan nuansa Islami. Makanya saya dirikan televisi komunitas yang 80% dakwah untuk me-rem daripada lawan-lawan televisi yang menayangkan seperti itu. 9. Bagaimana Strtegi dakwah melalui tv komunitas? Jawab: Strategi dakwahnya kita mensiasati dengan menayangkan kegiatankegiatan pengajian di komunitas kita, dengan meliput dan menayangkan otomatis mereka bisa melihat kembali tayangan bernuansa Islam. Dan banyak lagi seperti rekaman-rekaman kiyai yg menarik buat mereka. 10. Apa saja program-program dakwah di PAL TV? Jawab: programnya ada murotal al Quran, liputan-liputan maulid, liputanliputan bernuansa Islam, jazirah nabi, dan lain-lain.
11. Bagaimana cara memproduksi program-program dakwah di PAL TV? Jawab: ketika ada warga mengadakan acara maulid kita hadir untuk bisa dapat dokumennya lalu kita siarkan kembali. Dan juga kita membeli kaset-kaset seperti jazirah nabi. 12. Apa saja materi dakwah pada program dakwah di PAL TV? Jawab: materinya ada kultum, kita membuat produksi sendiri dengan ulama atau kiyai setempat dan murotal al Quran. 13. Kapan program dakwah itu disiarkan? Jawab: program-program dakwah kami siarkan sebelum dan sesudah magrib. 14. Siapa pengisi program dakwah di PAL TV? Jawab: kebanyakan pengisinya ulama-ulama yang ada di komunitas kita, dengan alasan kita tidak perlu mengeluarkan cost dan juga kita membuka peluang kepada ulama-ulama kita untuk bisa berdakwah di media kita. 15. Apa tujuan program dakwah di PAL TV? Jawab: tujuannya untuk pembelajaran dakwah supaya masyarakat kita ini saling mempererat silaturrahmi, tidak ada timbul kericuhan di antara warga, 16. Apa saja faktor pendukung untuk memproduksi program dakwah? Jawab: banyak sekali faktor pendukungnya, seperti dari alim ulama, intansi pemerintahan, dan intansi kepolisian semua mendukung, karena media untuk pembelajaran dakwah ini sangat perlu. 17. Apa saja kendala dalam memproduksi program dakwah? Jawab: kendalanya mungkin jika tidak ada moment, contohnya jika bukan bulan maulid itu pasti sepi, mungkin ketemu lagi pas isra mi’raj atau bulan puasa. Jadi untuk sehari-hari kita mensiasati dengan membeli kaset-kaset bernuansa Islam.
18. Menurut anda, efektifkah berdakwah melalui tv komunitas? Jawab: Jelas, itu lebih melekat untuk komunitas itu sendiri. Karena yang kita tayangkan orang-orang di komunitas itu juga jadi cepat menyatu. Contohnya banyak sekali majelis-majelis ta’lim yang mengundang kita untuk meliput kegiatan dakwah mereka, lalu majelis ta’lim lain yang menonton makin semangat mengadakan event-event dakwah juga. 19. Dengan banyaknya stasiun tv, apakah anda yakin tayangan PAL TV di tonton warga? Jawab: Stasiun tv memang banyak, tapi jika suatu wilayah memiliki tv kebanggaan diwilayahnya otomatis itu di tonton. Contohnya kita pernah membuka acara live interaktif, dan itu sangat antusias sekali dari sms ataupun telepon dari warga RT sana RT sini. Contohnya lagi jika kita meliput, di sana minta diliput di sini minta diliput, berarti mereka menonton.
Pewawancara
(Ahmad Tamamy)
Yang diwawancarai
(Frimansayah)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN Bagian keenam Lembaga Penyiaran Komunitas Pasal 21 (1) Lembaga Penyiaran Komunitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf c merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. (2) Lembaga Penyiaran Komunitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan : a. tidak untuk mencari laba atau keuntungan atau tidak merupakan bagian perusahaan yang mencari keuntungan semata; dan b. untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi budaya, pendidikan, dan informasi yang menggam-barkan identitas bangsa. (3) Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan komunitas nonpartisan yang keberadaan organisasinya: a. tidak mewakili organisasi atau lembaga asing serta bukan komunitas internasional; b. tidak terkait dengan organisasi terlarang; dan
c. tidak untuk kepentingan propaganda bagi kelompok atau golongan tertentu. Pasal 22 (1) Lembaga Penyiaran Komunitas didirikan atas biaya yang diperoleh dari kontribusi komunitas tertentu dan menjadi milik komunitas tersebut. (2) Lembaga Penyiaran Komunitas dapat memperoleh sumber pembiayaan dari sumbangan, hibah, sponsor, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Pasal 23 (1) Lembaga Penyiaran Komunitas dilarang menerima bantuan dana awal mendirikan dan dana operasional dari pihak asing. (2) Lembaga Penyiaran Komunitas dilarang melakukan siaran iklan dan/atau siaran komersial lainnya, kecuali iklan layanan masyarakat. Pasal 24 (1) Lembaga Penyiaran Komunitas wajib membuat kode etik dan tata tertib untuk diketahui oleh komunitas dan masyarakat lainnya. (2) Dalam hal terjadi pengaduan dari komunitas atau masyarakat lain terhadap pelanggaran kode etik dan/atau tata tertib, Lembaga Penyiaran Komunitas wajib melakukan tindakan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku.
Logo PAL TV
Ruang Editing PAL TV
Studio PAL TV
Studio Utama, gedung Sa’adatu Darain lt.2
Studio 2 di samping ruang editing
Pemancar PAL TV
Suasana kegiatan Editor
Dokumentasi Produksi PAL TV