IN PI
Kata Pengantar Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Kinerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun 2016 telah selesai disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran strategis pada Tahun 2016. Laporan Kinerja BNPB tahun 2016 telah memasuki tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis BNPB 2015-2019. Laporan Kinerja ini menggambarkan sejumlah capaian kinerja yang telah dicapai dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan di tahun 2016 beserta analisisnya. Seluruh Kebijakan yang ditempuh selama tahun 2016 merupakan upaya pencapaian tujuan dalam RPJMN 2015-2019 yaitu “Menurunnya Indeks Risiko Bencana Pada Pusat Pertumbuhan Ekonomi Yang Memiliki Indeks Risiko Tinggi Bencana”. Baik kebijakan yang bersifat makro maupun mikro telah dilaksanakan dalam upaya penanggulangan bencana. Permasalahan dan kendala yang dihadapi BNPB akan menjadi rencana dan tindak lanjut untuk perbaikan kinerja ke depan. Berkat dukungan dan kerja keras dari seluruh jajaran, program dan kegiatan penanggulangan bencana dapat mencapai kemajuan yang cukup besar. Hal ini menjadi modal dasar untuk lebih mengembangkan penanggulangan bencana di masa datang, sehingga sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Demikian Laporan Kinerja ini disusun, semoga dapat menjadi penilaian atas kinerja BNPB yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Jakarta, Februari 2017 Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun 2016, merupakan perwujudan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan sebagai pelaksana penanggulangan bencana sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Selain itu , Laporan Kinerja BNPB merupakan perwujudan dari kinerja dalam pencapaian visi dan misi, sebagaimana dijabarkan
dalam
tujuan/sasaran
strategis
yang
mengacu
pada
Rencana
Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016. Visi BNPB adalah Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana. Untuk mewujudkan visi tersebut, BNPB mempunyai lima misi yaitu: (1) melindungi bangsa dari ancaman bencana dengan membangun budaya pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana menjadi bagian yang terintegrasi dalam pembangunan nasional; (2) membangun sistem penanganan darurat bencana secara cepat, efektif dan efisien; (3) menyelenggarakan pemulihan wilayah dan masyarakat pascabencana melalui rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih baik yang terkoordinasi dan berdimensi pengurangan risiko bencana; (4) menyelenggarakan dukungan dan tata kelola logistik dan peralatan penanggulangan bencana; (5) menyelenggarakan penanggulangan bencana secara transparan dengan prinsip good governance. Dalam mencapai visi dan misi, BNPB menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam tahun 2015-2019 yaitu Menurunnya Indeks Risiko Bencana Pada Pusat Pertumbuhan Ekonomi Yang Memiliki Indeks Risiko Tinggi Bencana dengan sasaran strategis yang meliputi: (1) Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan; (2) Meningkatnya keandalan dan kecepatan penanganan darurat bencana; (3) Terselesaikannya pemulihan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi
(4) Tersedianya logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai; dan (5) Terlaksananya peningkatan kapasitas pelayanan dan kinerja penyelenggaraan penanggulangan bencana. Sasaran strategis ini
diukur melalui Indikator Kinerja
BNPB yaitu: (1) jumlah Kabupaten/Kota yang difasilitasi kajian risiko bencana; (2) ii
rata-rata waktu respon kejadian bencana; (3) prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana; (4) prosentase daerah yang memiliki logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai; dan (5) ratarata waktu penyebaran informasi kejadian bencana. Dari hasil pengukuran kinerja, capaian kinerja BNPB secara umum telah mencapai 100 % target yang telah ditetapkan dengan rincian sebagaimana tabel berikut: Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama
Target 2016
Realisasi 2016
Capaia n (%)
Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan Meningkatnya keandalan dan kecepatan penanganan darurat bencana Terselesaikannya pemulihan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi Tersedianya logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai
Jumlah Kabupaten/Kota yang difasilitasi kajian risiko bencana
15%
21%
140%
Rata-rata waktu respon kejadian bencana
1 hari / 24 jam
1 hari / 24 jam
100%
Prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana
65%
69,49%
107%
Prosentase daerah yang memiliki logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana
45%
50,20%
112%
2.26 Jam
150%
Terlaksananya peningkatan kapasitas pelayanan dan kinerja penyelenggaraan penanggulangan bencana
4,5 Jam
Dari sisi capaian realisasi anggaran, pagu anggaran BNPB dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahun 2016 setelah penghematan adalah sebesar Rp 2.902.822.377.000,- dengan capaian realisasi anggaran sebesar 99.39% atau sebesar Rp 2.885.212.691.196,-. Ke depan, seiring dengan intensitas kejadian bencana yang semakin meningkat, pelaksanaan program dan kegiatan penyelenggaraaan penanggulangan bencana nasional harus semakin optimal sehingga perlu didukung oleh peningkatan koordinasi dan kerjasama antar lembaga pemerintah, pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana. iii
DAFTAR ISI Kata Pengantar ………………………………………………………………….. i Ikhtisar Eksekutif ……………………………………………………......………. ii Daftar Isi ………………………………………………………………………….. iv Daftar Tabel ……………………………………………………………………… v Daftar Gambar …………………………………………………………………… vii BAB I PENDAHULUAN .……………………………………………………...… 1 1. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1 2. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………. 2 3. Tugas dan Fungsi BNPB ………………………………………………… 3 4. Keragaman SDM BNPB …………………………………………………. 7 5. Aspek Strategis dan Potensi Permasalahan …………………………... 9 6. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja ………………………………… 11 BAB II PERENCANAAN KINERJA …………………………………………….. 12 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ……………………………………..….…. 15 A. Capaian Kinerja Organisasi …………………….………………………… 15 B. Realisasi Anggaran …………………………………….………...………... 97 BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………….. 101 LAMPIRAN ………………………………………………………………………… 103 Perjanjian Kinerja Kepala BNPB ………………………………………………. 104
iv
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Penetapan Kinerja BNPB…………………………………………… Tabel 2 : Pagu Anggaran BNPB Tahun 2016 ……………………..………… Tabel 3 : Capaian Kinerja BNPB Tahun 2016 ………………………………. Tabel 4 : Capaian Kinerja Tahun 2016 ………………………………………. Tabel 5 : Jumlah Kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana…. Tabel 6 : Capaian Rata-rata Waktu Respon Kejadian Bencana…. ……….. Tabel 7 : Rekapitulasi Lokasi Bencana Tahun 2016……………..……….…. Tabel 8 : Rekapitulasi Posko Kedaruratan Tahun 2016 …………………….. Tabel 9 : Rekapitulasi Koordinasi Penanganan Daurat Tahun 2016.……… Tabel 10 : Capaian Kinerja Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Tahun 2016……..………………………………….. Tabel 11 : Perbandingan capaian kinerja bidang rehabilitasi dan rekonstruksi tahun 2015 dan 2016…………………....…....…… Tabel 12 : Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Termasuk Dalam Sasaran Lokus PB 2015-2019…....…….…..…………………… Tabel 13 : Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Diluar Dari Sasaran Lokus PB 2015-2019 ………………………….…...…… Tabel 14 Daftar Wilayah yang Mendapat Intervensi Kegiatan Sosial Ekonomi Pada Tahun 2016…………….……....……………………, Tabel 15 : Rencana & Realisasi Capaian Sasaran Logistik dan Peralatan .. Tabel 16 : Dukungan Bantuan Logistik dan Peralatan ke BPBD Prov/Kab/Kota.………………………………………………..……… Tabel 17 : Perbandingan Capaian Keuangan Tahun 2012 s/d 2016…...….. Tabel 18 : Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dan 2016…………. Tabel 19 : Sebaran data dan informasi kejadian bencana yang slow on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun 2016 ………………….…..…………………..…. Tabel 20 : Sebaran data dan informasi kejadian bencana yang sudden on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun 2016 ………………….…..………………..…… Tabel 21 : Pagu Anggaran BNPB Setelah Penghematan ……………..……. Tabel 22 : Realisasi Anggaran BNPB Setelah Penghematan …….…..……. Tabel 23 : Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun 2015 Dan Tahun 2016 Per Program……………….. ……………..……. Tabel 24 : Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Penyusunan Peta Risiko Bencana Tahun 2016……………….. ……………..………..…….
13 14 15 20 28 32 33 28 39 45 47 47 48 50
74 74 75 79
83
88 97 98 100 106
v
Tabel 25 Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Kota Tangguh Risiko ..……. Tabel 26 : Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Penyusunan Rencana penanggulangan Bencana Tahun 2016……….…..………..……. Tabel 27 : Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Sekolah/Madrasah Aman Bencana dan sister school ……….…..………..……………..…… Tabel 28 : Lokasi Fasilitasi Rencana kontinjensi .…..…..……………..…… Tabel 29 : Lokasi Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana dan Pemasangan Instrumentasi Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah.………………………………………..…..……………..…… Tabel 30 : Lokasi Fasilitasi Desa Tangguh Bencana Tahun 2016.…..……
106 107 107 108
109 110
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Peta Wilayah Prioritas Nasional RPJMN 2015-2019…………… Gambar 2 : Struktur Organisasi BNPB…………………………….…………… Gambar 3 : Daerah Kejadian Bencana Tahun 2016…………………………. Gambar 4 : Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dan 2016…………. Gambar 5 : Pemasangan webbing jute sebagai penahan longsor di Kab. Badung .. . Gambar 6 : Ambon Disaster Response Exercise (Ambon DiREx 2016): Tabletop Exercise on the East Asia Summit Disaster Response Toolkit…………………………………………………………………. Gambar 7: Penanganan Banjir dan Tanah Longsor Purworejo Tanggal 5 Februari 2016…………………………………………… Gambar 8: Penanganan Banjir Bandang Kab. Garut tanggal 21 September 2016………………………………………………………………..… Gambar 9: Posko Kedaruratan Gempa Bumi di Prov Aceh tanggal 22 Desember 2016……………………………………..… Gambar 10: Koordinasi dengan Instansi terkait di Bencana Banjir dan Tanah Longsor Kab. Sumedang Tanggal 23 September 2016.. Gambar 11: Koordinasi siaga darurat bencana Asap Akibat Karhutla di Kab. Banjar Prov. Kalimantan Selatan Tanggal 5 September 2016………………………………………………………………….. Gambar 12: Kegiatan Simulasi Lapangan penanganan darurat bencana oleh peserta peningkatan kapasitas TRC Daerah Tanggal 20 Maret 2016 .…………………………………………………….. Gambar 13: Peningkatan Kapasitas Penanganan Pengungsi di Kabupaten Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat Tanggal 16 Maret 2016 ………………....…………………………………………………….. Gambar 14: Peningkatan kapasitas Petugas Pengelola Bantuan Kedaruratan bencana di Pusdiklat WATSAN PMI Kab. Sumedang, Provinsi Jawa Barat Tanggal 16 Mei 2016….. Gambar 15: Bantuan Kebutuhan Dasar di Kab. Temanggung Tanggal 1 September 2016……………………………………………………... Gambar 16: Inventarisasi/verifikasi/supervisi Perbaikan darurat di Kab. Bombana Tanggal 13 April 2016…………………………………... Gambar 17: Pembersihan Lingkungan pasca bencana gempa bumi Prov Aceh Tanggal 7 Desember 2016………………………………… Gambar 18: Kegiatan Inventarisasi/ Pendataan Pengungsi tanggal 10 November 2016……………………………………… Gambar 19: Kegiatan Rakor Dalam Rangka Penandatanganan PHD…….. Gambar 20: Rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Mentawai ………..
2 7 9 16 24
31 33 36 37 38
39
40
41
42 42 43 43 44 51 52 vii
Gambar 21: Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca banjir bandang Manado.. 54 Gambar 22: Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca erupsi Sinabung……….. 56 Gambar 23: Penampilan tarian dari masyarakat terdampak bencana dalam Kegiatan Gelar Budaya Kab Tasikmalaya dan Minahasa Selatan ……………………………………………….. 61 Gambar 24: Aplikasi e-Jitupasna ………………………………………….….. 62 Gambar 25: Aplikasi e-Proposal ………………………………………….….. 63 Gambar 26: Aplikasi e-Pelaporan ………………………………………….…. 64 Gambar 27: Aplikasi e-Asset ……………………………………………….…. 65 Gambar 28: Mapping Asset ………………………..……………………….…. 66 Gambar 29: Buku ASEAN Disaster Recovery Reference Guide Foto 2 dan 3: Buku Pelatihan PDRR & PDNA……………………….…. 70 Gambar 30: Kegiatan koordinasi dalam rangka inisiasi pembentukan Forum RR dengan Interdep, Dunia Usaha/Lembaga Non Pemerintah/Lembaga Internasional dan Perguruan Tinggi .…. 71 Gambar 31: Penyelenggaraan Pameran PRB Manado dikunjungi juga oleh Kepala BMKG dan Bupati Minahasa Utara..…………….. 72 Gambar 32: Penyerahan Penghargaan Kepada Peserta Pameran Terbaik dalam Pameran PRB Manado oleh Kepala BNPB..…………... 72 Gambar 33: BPBD Penerima bantuan Logistik dan Peralatan tahun 2012 s/d 2016..……………………………………………………..…... 72 Gambar 34: Pengiriman Paket Bantuan Logistik di Banjir Sampang Madura..……………………………………………………..…... 77 Gambar 35: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim..... 77 Gambar 36: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim..... 77 Gambar 37: Pemanfaatan Logistik di Banjir Jawa Barat…………………... 77 Gambar 38: Logistik yang Telah diterima Masyarakat …………..………... 77 Gambar 39: Proses Bongkar Logistik di Kabupaten Garut ………………... 77 Gambar 40: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah sementara pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya …………... 78 Gambar 41: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah sementara pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya …………... 78 Gambar 42: Pemanfaatan Mobil Tangki Air untuk suplai air bersih pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya ……….……………………... 78 Gambar 43: Pemanfaatan Mobil Dapur Umum Lapangan sebagai Sarana Dapur Umum pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya … 78
viii
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebagai
amanah
Undang-Undang
Nomor
24
Tahun
2007
tentang
Penanggulangan Bencana yang selanjutnya diturunkan melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB melaksanakan fungsi koordinasi, Komando dan pelaksana dalam penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Sesuai dengan arah kebijakan penanggulangan bencana dalam RPJMN 2015-2019 adalah untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. Untuk selanjutnya dijabarkan ke dalam kebijakan strategis sebagai prioritas yang harus dituntaskan pada akhir pelaksanaan RPJMN tahun 2019, yang meliputi: percepatan penyelesaian pembangunan sistem peringatan dini nasional untuk bencana alam, peningkatan kapasitas masyarakat melalui pembentukan desa tangguh bencana, pembangunan sistem logistik kebencanaan 6 wilayah pulau (dan alat transportasinya), peningkatan penyediaan logistik kebencanaan, peningkatan jumlah kajian risiko bencana, peningkatan kapasitas sumberdaya nasional untuk menghadapi keadaan darurat, percepatan manajemen pemulihan pascabencana,
dan
mengkoordinasikan
upaya-upaya
khusus
untuk
pengurangan dampak bencana hidrometeorologi. Untuk itu BNPB berkomitmen untuk meningkatkan pengelolaan bencana yang diarahkan dalam menurunkan indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan tingkat risiko tinggi di 136 kabupaten/kota. Target sasaran yang akan dicapai adalah penurunan indeks risiko bencana sebesar 30%
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
1
di akhir Tahun 2019 melalui strategi: 1). Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan di Pusat dan daerah; 2). Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; dan 3). Peningkatan kapasitas dalam penanggulangan bencana
Gambar 1: Peta Wilayah Prioritas Nasional RPJMN 2015-2019
Dalam melaksanakan program dan kegiatan dalam pengurangan indeks risiko bencana, BNPB sebagai unit kerja pemerintah semakin dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan sistem manajemen pemerintahan yang mengarah ke asas akuntabilitas, dimana setiap penyelenggaraan negara diminta agar dapat mempertanggungjawabkan kinerja atau hasil dari seluruh program dan kegiatan yang memiliki dampak pada masyarakat serta atas penggunaan dana dan kewenangan yang diberikan. Atas dasar hal-hal tersebut, BNPB sebagai Instansi Pemerintah dan Penyelenggara Negara telah menetapkan target kinerja tahun 2016 sebagai wujud akuntabilitas dari pelaksanaan Program dan Kegiatan. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
2
2. Maksud Dan Tujuan Penyusunan Laporan Kinerja BNPB Tahun 2016 adalah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan pada setiap akhir tahun kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Adapun tujuan penyusunan BNPB Tahun 2016 adalah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan sasaran BNPB selama tahun 2016, dan selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut menjadi masukan dalam perencanaan di tahun berikutnya. 3. Tugas Dan Fungsi BNPB Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang ditetapkan pada Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagaimana diubah dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10 Tahun 2013 Tentang : Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang dipimpin oleh Kepala setingkat menteri yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Dalam hal ini BNPB mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan dalam bidang Penanggulangan Bencana, yaitu meliputi: 1. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi secara adil dan setara; 2. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
3
3. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat; 4. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; 5. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional; 6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundanganundangan; dan 8. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana tersebut di atas, BNPB mempunyai fungsi: 1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien; dan 2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Badan Nasional Penanggulangan Bencana didukung oleh: a. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana; Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana terdiri dari Ketua yang dijabat oleh Kepala BNPB dan 19 (sembilan belas) anggota yang terdiri dari 10 (sepuluh) Pejabat Pemerintah Eselon I atau yang setingkat, yang diusulkan oleh Pimpinan Lembaga Pemerintah, dan 9 (sembilan) anggota yang berasal dari unsur masyarakat profesional.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
4
Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana mempunyai tugas memberikan masukan dan saran kepada Kepala BNPB dalam penanggulangan bencana. Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan konsep kebijakan penanggulangan bencana nasional; 2) Pemantauan, dan 3) Evaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana nasional. b. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana Unsur
Pelaksana
Penanggulangan
Bencana
mempunyai
tugas
melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi yang meliputi prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana, untuk melaksanakan tugas tersebut, unsur pelaksana menyelenggarakan fungsi: 1) Koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana; 2) Komando penyelenggaraan penanggulangan bencana; dan 3) Pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Di dalam unsur pelaksana terdapat 6 (enam) Unit Eselon I sebagai berikut: 1) Sekretariat Utama (Settama) yaitu unsur Pendukung yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Utama dan bertugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi dilingkungan BNPB. Susunan organisasi Settama terdiri dari: Biro Perencanaan, Biro Hukum dan Kerjasama, Biro Keuangan, Biro Umum, Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana. 2) Inspektorat Utama (Ittama), yaitu unsur pengawasan fungsional dalam melaksanakan pengawasan fungsional dilingkungan badan. Ittama dipimpin oleh seorang Inspektorat Utama. Susunan organisasi Ittama terdiri dari: Inspektorat I dan Inspektorat II.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
5
3) Kedeputian bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Mitigasi Bencana. Kedeputian bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dipimpin oleh seorang Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan. Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, dan Direktorat Kesiapsiagaan. 4) Kedeputian bidang Penanganan Darurat, yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Penanganan darurat saat tanggap darurat. Kedeputian bidang Penanganan Darurat dipimpin oleh seorang Deputi Penanganan Darurat. Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat Tanggap Darurat, Direktorat Bantuan
Darurat,
Direktorat
Perbaikan
Darurat,
dan
Direktorat
Pengungsi. 5) Kedeputian bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Kedeputian bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi dipimpin oleh seorang Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat Penilaian Kerusakan, Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Fisik. 6) Kedeputian bidang Logistik dan Peralatan, yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Logistik dan Peralatan. Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat Logistik dan Direktorat Peralatan.
Susunan Organisasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana dapat dilihat pada gambar berikut: (Sesuai Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10 Tahun 2013 yang diperbarui dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008).
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
6
Gambar 2: Struktur Organisasi BNPB
4.
Keragaman SDM BNPB Sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 jumlah pegawai di BNPB mencapai
520 orang, dengan rincian sebagai berikut: 1) Jumlah pegawai menurut unit Eselon I : Sekretariat Utama 195 orang, Inspektorat Utama 34 orang, Kedeputian Pencegahan dan Kesiapsiagaan 65 orang, Kedeputian Penanganan Darurat 123 orang, Kedeputian Rehabilitasi dan Rekonstruksi 56 orang, dan Kedeputian Logistik dan Peralatan 47 orang. 2) Jumlah pegawai menurut golongan: Golongan IV sebanyak 72 orang, Golongan III sebanyak 290 orang, Golongan II sebanyak 158 orang.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
7
3) Jumlah pegawai menurut jabatan: Jabatan Pimpinan Tinggi Madya sebanyak 6 orang, Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama sebanyak 19 orang, jabatan Administrator sebanyak 47 orang, jabatan Pengawas sebanyak 97 orang, Jabatan Fungsional Tertentu sebanyak 78 orang, dan pelaksana sebanyak 274 orang. 4) Jumlah pegawai menurut tingkat pendidikan: S-3 sebanyak 3 orang, S-2 sebanyak 79 orang, S-1 sebanyak 274 orang, D-3 sebanyak 80 orang, SMA sebanyak 84 orang. 5) Jumlah pegawai menurut status kepegawaian: PNS sebanyak 520 orang. 6) Jumlah pegawai menurut jenis kelamin: Laki-laki sebanyak 302 orang, sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 218 orang.
Persentase Pegawai Berdasarkan Unit Eselon I Sekretariat Utama
9%
Inspektorat Utama
11% 37%
24% 12%
7%
Kedeputian Pencegahan dan Kesiapsiagaan Kedeputian Penanganan Darurat Kedeputian Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kedeputian Logistik dan Peralatan
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan 300
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
250 200 14%
150
30%
Golongan IV
100
Golongan III
50 0 Jumlah
Golongan II S3 3
S2 79
S1 274
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
D3 80
SMA 84
56%
8
5.
Aspek Strategis Dan Potensi Permasalahan
Selama tahun 2016 terdapat 2.342 kejadian bencana. Tertinggi dalam pencatatan kejadian bencana sejak tahun 2002. Sebagai perbandingan pada tahun 2016 (2.342 bencana), 2015 (1.732 bencana), 2014 (1.967 bencana), 2013 (1.674 bencana), 2012 (1.811). Jika dibandingkan dengan kejadian bencana tahun 2015 terjadi peningkatan 35 persen. Dari 2.342 bencana tersebut sekitar 92
persen
adalah
bencana
hidrometeorologi yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung. Selama 2016 terjadi 766 bencana banjir, 612 longsor, 669 puting beliung, 74 kombinasi banjir dan longsor, 178 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa, 7 erupsi gunung meletus, dan 23 gelombang pasang dan abrasi. Dampak yang ditimbulkan bencana telah menyebabkan 522 orang meninggal dunia dan hilang, 3,05 juta jiwa mengungsi dan menderita, 69.287 unit rumah rusak dimana 9.171 rusak berat,
Sumber: dibi.bnpb.go.id
Gambar 3: Daerah Kejadian Bencana Tahun 2016
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
9
13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan, dan 2.311 unit fasilitas umum rusak. Dibandingkan dengan tahun 2015, kejadian banjir meningkat 52 persen, longsor 19 persen, putting beliung 15 persen dan kombinasi antara banjir dan longsor meningkat 139 persen.Kebakaran hutan dan lahan selama 2016 dapat dikendalikan dengan baik. Pencegahan yang dilakukan serius oleh Pemerintah dan Pemda telah menyebabkan jumlah hotspot menurun 80% dibandingkan tahun 2015. Daerahdaerah langganan kebakaran hutan dan lahan seperti di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan mampu dikendalikan sehingga kebakaran tidak meluas. Tidak ada daerah di Sumatera dan Kalimantan yang tertutup asap pekat seperti halnya tahun 2015. Meningkatnya kejadian bencana di tahun 2016 tentu menuntut upaya pengurangan risiko bencana yang perlu ditingkatkan. Budaya sadar bencana masih cukup rendah. Jutaan masyarakat Indonesia masih tinggal di daerah rawan bencana dengan tingkat mitigasi bencana yang rendah. Berdasarkan analisis lingkungan strategis, maka aspek strategis dan potensi permasalahan yang dihadapi BNPB dalam melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan penanggulangan bencana di tahun 2016 antara lain adalah: 1. Penyelesaian pembangunan Sistem Peringatan Dini Nasional untuk bencana alam untuk meningkatkan respon Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam menghadapi resiko bencana, 2. Peningkatan kapasitas masyarakat melalui program pembentukan Desa Tangguh Bencana, 3. Pembangunan sistem logistik kebencanaan nasional di 6 wilayah pulau, beserta kelengkapan sarana transportasinya, 4. Peningkatan ketersediaan logistik dan peralatan kebencanaan daerah, 5. Peningkatan jumlah kajian risiko bencana, 6. Peningkatan kesiapan sumber daya nasional dalam menghadapi kejadian keadaan darurat bencana,
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
10
7. Percepatan manajemen pemulihan pascabencana, 8. Pengkoordinasian upaya-upaya khusus untuk pengurangan dampak bencana hidrometeorologi. 6.
Sistematika Penyajian Laporan Kinerja Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, LKJ BNPB Tahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan Menjelaskan secara umum organisasi dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi;
Bab II
Perencanaan Kinerja Menjelaskan Rencana Strategis BNPB selama tahun 2015-2019, Rencana Kinerja Tahun 2016 dan Penetapan Kinerja tahun 2016;
Bab III
Akuntabilitas Kinerja Menjelaskan analisis pencapaian kinerja BNPB selama tahun 2016 dari sisi capaian kinerja organisasi dan realisasi anggaran dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis.
Bab IV
Penutup Menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja BNPB selama tahun 2016 dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja dimasa mendatang.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
11
BAB II PERENCANAAN KINERJA Selama
periode 2015-2019,
Presiden telah
menetapkan Nawa Cita (agenda
pembangunan) yang terdiri dari 9 agenda prioritas dalam periode 5 tahun. Terkait dengan Tugas dan Fungsi BNPB dalam penanggulangan bencana yang merupakan amanat UU No 24 Tahun 2017, salah satu agenda prioritas yang harus diwujudkan adalah “Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik” dengan fokus pada 6 sub agenda, salah satunya adalah Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. Dalam upaya mencapai agenda pembangunan tersebut, telah disusun RPJMN 2015-2019 dengan arah kebijakan “Untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam menghadapi bencana”. Untuk mencapai sasaran dalam RPJMN, BNPB telah menyusun Renstra BNPB 2015-2019 dengan sasaran nasional yang akan dicapai adalah menurunnya indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang beresiko tinggi (136 Kab/Kota). Komitmen BNPB dalam pencapaian sasaran tersebut, harus didorong dengan peningkatan ketangguhan dalam menghadapi bencana. Untuk itu mengacu kepada Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 65.C Tahun 2015 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2015-2019, maka tujuan yang ingin dicapai selama periode 2015-2019 adalah:
“Menurunnya Indeks Risiko Bencana Pada Pusat Pertumbuhan Ekonomi Yang Memiliki Indeks Risiko Tinggi Bencana”
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
12
Penetapan Kinerja BNPB Tahun 2016 Tahun 2016 BNPB telah menetapkan perjanjian kinerja sebagai berikut: Tabel 1: Penetapan Kinerja BNPB Tahun 2016 Target 2016
Waktu Penyelesaian
15%
Periodik Setahun
1 hari / 24 jam
Perkejadian Bencana
Prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana;
65%
Periodik Setahun
Prosentase daerah yang memiliki logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai
45%
Periodik Setahun
Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana.
4.5 Jam
Perkejadian Bencana
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama
1
Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan
Jumlah Kabupaten/Kota yang difasilitasi kajian risiko bencana;
2
Meningkatnya keandalan dan kecepatan penanganan darurat bencana Terselesaikannya pemulihan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi Tersedianya logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai Terlaksananya peningkatan kapasitas pelayanan dan kinerja penyelenggaraan penanggulangan bencana
Rata-rata waktu kejadian bencana;
3
4
5
respon
Untuk melaksanakan program dan kegiatan dalam pencapaian target dalam Perjanjian Kinerja diatas, BNPB sesuai dengan DIPA BNPB Tahun 2016, memperoleh
alokasi
anggaran
Rp.
3.453.901.048.000,-
dengan
rincian
sebagaimana tabel di bawah ini:
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
13
Tabel 2: Pagu Anggaran BNPB Tahun 2016 No
Program
Anggaran
1
Program Penanggulangan Bencana
Rp. 3.057.826.947.000,-
2
Program Sarana dan Prasarana Aparatur BNPB
Rp.
148.902.465.000,-
3
Program
Rp.
13.000.000.000,-
Rp.
234.171.672.000,-
Pengawasan
dan
Peningkatan
Akuntabilitas Aparatur BNPB 4
Program
Dukungan
Manajemen
dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya TOTAL
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
Rp. 3.453.901.048.000,-
14
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Capaian kinerja BNPB pada tahun 2016 dapat mencapai target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja. Dari 5 (lima) Indikator Kinerja Utama (IKU) di Tahun 2016 seluruhnya dapat tercapai. Secara detail pencapaian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 3: Capaian Kinerja BNPB Tahun 2016 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama
Target 2016
Realisasi 2016
Capaian (%)
Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan Meningkatnya keandalan dan kecepatan penanganan darurat bencana Terselesaikannya pemulihan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi Tersedianya logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai
Jumlah Kabupaten/Kota yang difasilitasi kajian risiko bencana
15%
21%
140%
Periodik Setahun
Rata-rata waktu respon kejadian bencana
1 hari / 24 jam
1 hari / 24 jam
100%
Per kejadian Bencana
Prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana
65%
69,49%
107%
Periodik Setahun
Prosentase daerah yang memiliki logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai
45%
50,20%
112%
Periodik Setahun
Terlaksananya peningkatan kapasitas pelayanan dan kinerja penyelenggaraan penanggulangan bencana
Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana
2.26 Jam
150%
Per kejadian Bencana
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
4,5 Jam
Waktu Penyelesaian
15
Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya di tahun 2015, secara umum capaian kinerja BNPB mengalami peningkatan. Kenaikan capaian ini tentunya didukung oleh beberapa hal, diantaranya penggunaan Teknologi Informasi (IT), munculnya inovasi-inovasi baru serta peningkatan kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Perbandingan dengan capaian tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dan 2016 160%
140%
130%
140%
112% 100%
120% 100%
150%
100%
100%
100%
100%
107%
113.75%
106.25% 100%
100%
PROSENTASE PENINGKATAN PENYELESAIAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DAERAH PASCA BENCANA
PROSENTASE DAERAH YANG MEMILIKI LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA YANG MEMADAI
100%
80% 60% 40% 20% 0% JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG DIFASILITASI KAJIAN RISIKO BENCANA
Target
2015
RATA-RATA WAKTU RESPON KEJADIAN BENCANA
RATA-RATA WAKTU PENYEBARAN INFORMASI KEJADIAN BENCANA
2016
Gambar 4: Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dan 2016
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
16
Evaluasi dan Analisis Kinerja
Sasaran Strategis 1: Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan
Jumlah Kabupaten/Kota yang Difasilitasi Kajian Risiko Bencana
Arah kebijakan pembangunan nasional 2015-2019 bidang kebencanaan adalah untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana dengan strategi internalisasi pengurangan risiko bencana dalam rangka pembangunan berkelanjutan di Pusat dan daerah, penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana dan peningkatan kapasitas dalam penanggulangan bencana. Analisis risiko ini telah diperkaya dengan informasi tentang kerentanan dan kapasitas dari masyarakat, serta indikasi potensi kerugian. Sembari berupaya untuk menyelesaikan pengkajian- pengkajian tentang risiko di tingkat daerah, BNPB mengaku perlunya untuk memutakhirkan pengkajian-pengkajian risiko tingkat nasional secara rutin dan menyelaraskannya dengan metodologi pengkajian risiko yang lebih baik dan masukanmasukan ilmiah. Target penurunan indeks risiko bencana sangat dipengaruhi oleh komponen penyusunnya yaitu komponen bahaya, kerentanan dan kapasitas. Dari ketiga komponen penyusun indeks risiko, komponen bahaya merupakan komponen yang sangat kecil kemungkinan untuk diturunkan, maka indeks risiko bencana dapat diturunkan dengan cara peningkatan kapasitas (komponen kapasitas). Peningkatan kapasitas dapat dilakukan pada setiap tataran pemerintahan dan masyarakat. Peningkatan kapasitas juga diselaraskan dengan Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015 – 2030 yang memiliki 7 (tujuh) target global yaitu: 1. Mengurangi angka kematian bencana 2. Mengurangi jumlah orang yang terdampak LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
17
3. Mengurangi kerugian ekonomi secara langsung akibat bencana dalam kaitannya dengan Produk Domestik Bruto 4. Mengurangi kerusakan akibat bencana pada bangunan kritis dan gangguan terhadap layanan dasar, diantaranya fasilitas kesehatan dan pendidikan, termasuk melalui ketangguhan mereka 5. Meningkatkan jumlah negara yang memiliki strategi PRB pada skala nasional dan lokal 6. Meningkatkan kerjasama internasional untuk negara – negara berkembang melalui dukungan yang memadai dan berkelanjutan untuk melengkapi aksi nasional 7. Meningkatkan keberadaan dan akses terhadap sistem peringatan dini yang multi hazard dan informasi risiko bencana serta penilaiannnya kepada masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Kepala BNPB No 2 Tahun 2012, tentang pedoman umum kajian risiko bencana yang merupakan perangkat untuk menilai kemungkinan dan besaran kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian, fokus perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana menjadi lebih efektif. Dapat dikatakan kajian risiko bencana merupakan dasar untuk menjamin keselarasan arah dan efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu daerah. Fungsi kajian Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko bencana. Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dan sebagainya. Berdasarkan IKU yang menjadi dasar pengukuran kinerja dalam Kedeputian Pencegahan dan Kesiapsiagaan, maka jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana akan menyangkut terkait dengan unit teknis dalam Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Direktorat Kesiapsiagaan, dan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat. Kajian Risiko Bencana ini menjadi dasar pelaksanaan dalam kinerja unit teknis dengan mengacu
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
18
pada lokasi kegiatan yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019, Indikator penurunan Indeks Risiko Bencana, serta program dan kegiatan yang mendukung peningkatan tingkat kapasitas sebagai upaya penurunan indeks risiko bencana. Penetapan
lokasi
kegiatan
sesuai
dengan
indiator
kinerja
utama
“jumlah
kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana” tahun 2016 mengacu pada 136 kabupaten/kota yang merupakan daerah pusat pertumbuhan ekonomi nasional yang mempunyai indeks risiko bencana tinggi dan sedang. Kegiatan yang dilaksanakan pada lokasi dimaksud merupakan implikasi kajian risiko bencana dengan mengacu kepada 71 indikator penurunan indeks yang terdapat pada Kebijakan dan Startegi Penanggulangan Bencana 2015-2019. Dari 71 indikator tersebut terdapat 12 indikator yang menaungi seluruh kegiatan yang telah dialaksanakan. Kedua belas indikator tersebut yaitu: 1.
Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui penyusunan kajian dan peta risiko skala 1:50.000 pada kabupaten dan skala 1:25.000 untuk kota, yang difokuskan pada kabupaten/kota risiko tinggi terhadap bencana
2.
Tersusun dan diimplementasikannya Rencana Penanggulangan Bencana Daerah
3.
Tersedianya Peraturan tentang pembentukan Forum PRB
4.
Dibentuknya Forum PRB
5.
Terselenggaranya Perlindungan daerah tangkapan air pada daerah berisiko banjir, longsor dan kekeringan
6.
Terselenggaranya restorasi sungai pada daerah berisiko banjir dan kekeringan
7.
Rencana Kontinjensi
8.
Terselenggaranya Sekolah dan Madrasah Aman Bencana (SMAB)
9.
Diterapkannya pembangunan sumur resapan dan/atau biopori pada kawasan domestik dan komersil
10.
Tersedianya Rencana Evakuasi Bencana Tsunami beserta fasilitas yang dibutuhkan
11.
Tersedianya Rencana Evakuasi Bencana Gunungapi beserta fasilitas yang dibutuhkan
12.
Terbangunnya Desa Tangguh Bencana
Adapun rincian kegiatan dan realisasi kabupaten/kota yang dilaksanakan dengan mengacu pada indikator kinerja utama yang telah ditentukan dapat dilihat pada Tabel berikut ini. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
19
Tabel 4: Capaian Kinerja Tahun 2016 No 1
Indikator Kinerja Jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana
Target (%) 15%
Capaian (%) 21%
Uraian
Realisasi Jumlah Kabupaten/kota
Kajian Risiko Bencana
45
Kajian Risiko Bencana Aglomerasi Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)
6 15
Kota Tangguh
12
Sekolah dan madrasah Aman Bencana Sosialisasi Sekolah dan Madarasah Aman Bencana Gerakan PRB
13
Mitigasi Struktur Partisipatif Rencana Kontinjensi Penyediaan dan Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana Pemasangan Alat Peringatan Dini Gerakan Tanah Desa Tangguh Bencana Forum PRB Relawan PRB
5
6
23
12 20
17
49 (108 desa) 6 4 (2000 relawan)
* Lokasi masing – masing kegiatan dapat dilihat pada lampiran
Berdasarkan Tabel tersebut, capaian realisasi kinerja jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana adalah sebesar 21% dari target 15% atau sebanyak 111 kab/kota dari total 515 Kab/Kota telah terfasilitasi kajian risiko. Akselerasi capaian kinerja BNPB tersebut disebabkan adanya dukungan dan kerjasama dari Pemerintah Daerah di Kabupaten/Kota yang turut serta melaksanakan, mengembangkan, dan mereplikasi program/kegiatan karena
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
20
dapat menjadi sebuah investasi bagi daerah tersebut untuk menjaga pertumbuhan dan pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, hal ini juga menjadi tantangan bagi BNPB dalam upaya nya untuk menurunkan indeks risiko bencana mengingat Indonesia adalah Negara Kepulauan dengan beragam unsur kearifan lokal nya sehingga program/kegiatan untuk mendukung penurunan indeks tersebut mesti terus menerus dilakukan dan selalu menjalin kenitraan serta berkolaborasi antar pemangku kepentingan harus selalu ditingkatkan agar penanggulangan bencana menjadi upaya bersama yang cepat, tepat, terpadu, dan terkoordinasi. Kegiatan yang terkait dengan indikator kinerja utama tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Kajian Risiko Bencana Fasilitasi Peta Risiko oleh BNPB pada tahun 2017 cukup banyak yaitu 45 Kabupaten/Kota. Dimana kegiatan ini merupakan prioritas dalam upaya kajian risiko bencana sehingga dapat dijadikan dasar bagi daerah dalam penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah yang nantinya akan berimplikasi pada alokasi anggaran APBD. Penyusunan Peta Risiko dibantu oleh Pihak Ketiga bersama BPBD dan stakeholder terkait, dengan melibatkan Tim Asistensi dari BNPB. Tantangan dari kegiatan ini adalah ketersediaan data di lapangan yang digunakan dalam penyusunan peta risiko. Peta ini dapat diupdate demi menuju kesempurnaan. Oleh sebab itu diharapkan daerah dapat mengelola ketersediaan data yang ada di daerahnya. Alokasi anggaran, realisasi dan SDM sudah dapat dimanfaatkan secara optimal.
2.
Kajian Risiko Bencana Aglomerasi Kegiatan kajian risiko bencana aglomerasi merupakan kegiatan awal untuk mengidentifikasi potensi risiko di wilayah kajian yang berdampak pada berbagai sektor. Pengembangan antar kabupaten/kota untuk kemajuan wilayah tentunya harus melihat potensi kerugian akibat bencana sehingga pembangunan yang berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan baik. Pada Tahun ini BNPB memfasilitasi 6 Wilayah yaitu:
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
21
a) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Kedungsepur, Provinsi Jawa Tengah; b) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Banjarbakula, Provinsi Kalimantan Selatan; c) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Mamminasata, Provinsi Sulawesi Selatan; d) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Mebidangro, Provinsi Sumatera Utara; e) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Sarbagita, Provinsi Bali; dan f) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Gerbangkertosusilo, Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini dibantu oleh pihak ketiga dengan Tim Asistensi dari BNPB. Capaian kegiatan ini tepat waktu dan sesuai dengan ketersediaan alokasi anggaran. 3.
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Penyusunan Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana ini bertujuan untuk Membantu Pemerintah Daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten/Kota dalam merancang mekanisme sinkronisasi kebijakan penanggulangan bencana di tingkat nasional hingga daerah berdasarkan hasil kajian risiko. Pelaksanaan kegiatan ini juga dibantu oleh Pihak ketiga dan Tim Asistensi dari BNPB. Permasalahan yang seringkali ditemui adalah ketersediaan data dan informasi serta efektifitas koordinasi dengan pemerintah daerah.
4.
Kota Tangguh Penilaian Kota Tangguh dilakukan menggunakan 2 (dua) Perangkat penilaian yaitu : Scorecard dan 71 Indikator Ketahanan Kota terhadap bencana. Kegiatan ini diselenggarakan melalui penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara BNPB dan BPBD. Pelaksanaan Kegiatan ini di daerah juga dibantu oleh fasilitator. Permasalahan yang ditemukan antara lain kurangnya kapasitas fasilitator dan kekurangan pahaman perangkat didaerah dalam memberikan informasi secara objektif. Perlu dilakukan pelatihan intensif dan sharing informasi untuk fasilitator sehngga dapat memilki persepsi dan pemahaman yang sama.
5.
Sekolah dan Madrasah Aman Bencana dan Sosialisasi Sekolah dan madrasah Aman Bencana Sebagai implementasi penerapan Perka BNPB No.12 tahun 2012 tentang penerapan sekolah/madarasah aman dari bencana dan mendukung kampanye global satu juta LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
22
sekolah dan rumah sakit aman, BNPB melakukan implementasi sekolah/madrasah aman di 13 Kabupaten/Kota. Serta melakukan sosialisasi Penerapaan Sekolah dan Madrasah Aman di 6 Kabupaten/Kota. Pelaksaan kegiatan ini dibantu oleh fasilitator nasional dan fasilitator daerah yang telah mengikuti pembekalan. Permasalahan yang sering ditemuai adalah terkait dengan kapasitas fasilitator dalam mengawal kegiatan ini. Sehingga diperlukan pelatihan yang intensif terkait penerapan kegiatan ini di daerah. Kegiatan ini diselenggarakan melalui penandatanganan Perjanjian Kerjasama anatara BNPB dan BPBD. 6.
Gerakan PRB Gerakan Pengurangan Risiko Bencana merupakan sebuah proses pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Kegiatan ini diselenggarakan melalui penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara BNPB dan BPBD. Sejauh ini kegiatan yang telah terselenggara mendapat tanggapan positif dari kepala daerah yang disertai dengan komitmen kepala daerah untuk melakukan kegiatan tersebut secara rutin.
7.
Mitigasi Struktur Partisipatif Dengan adanya kegiatan ini maka dapat tersosialisasinya Program PRB (Mitigasi Struktur Partisipatif) kepada Aparat Pemerintah dan Masyarakat sehingga dapat didorong pernyataan dukungan Pemerintah Daerah Terhadap Kegiatan Mitigasi Struktur Partisipatif. Dengan adanya kegiatan ini masyarakat akan merasa memiliki asset terkait karena mereka secara partisipatif membangun infrastruktur untuk mitigasi bencana. Kegiatan ini diselenggarakan melalui penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara BNPB dan BPBD.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
23
Gambar 5: Pemasangan webbing jute sebagai penahan longsor di Kab. Badung
8.
Rencana Kontinjensi Selama Tahun 2016, jumlah kabupaten/kota yang terfasilitasi penyusunan rencana kontinjensi adalah 12 kabupaten/kota (rincian terlampir). Penentuan lokasi kegiatan tersebut didasarkan pada 136 kabupaten/kota yang merupakan daerah pusat pertumbuhan ekonomi nasional yang mempunyai indeks risiko bencana tinggi dan sedang. Dengan terfasilitasinya penyusunan rencana kontinjensi ini setiap pemangku kepentingan baik di Pusat dan daerah memiliki panduan dalam memobilisasi sumberdaya yang dimiliki dan dapat dikerahkan pada saat kejadian bencana. Permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan rencana kontinjensi ini adalah kurangnya pemahaman akan pentingnya rencana kontinjensi bagi unsur pimpinan di daerah. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi awal yang lebih intensif kepada pimpinan di daerah serta pembekalan dan pendampingan kepada daerah selama penyusunan. Dengan adanya pemahaman yang sama akan pentingnya dokumen rencana kontinjensi dan diperkuat dengan disahkannya dokumen oleh Kepala Daerah maka rencana kontinjensi yang telah disusun mampu menjadi panduan dalam melaksanakan tindakan yang cepat dan tepat ketika bencana terjadi.
9.
Penyediaan dan Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana Penerapan
kajian
risiko
bencana
juga
dimanfaatkan
dalam
mengembangkan
infrastruturkur penanggulangan bencana yaitu penyediaan dan pemasangan rambu dan papan informasi bencana. Rambu dan papan informasi bencana merupakan sarana yang memudahkan masyarakat untuk evakuasi. Dengan adanya rambu dan informasi bencana, masyarakat dapat mengetahui lokasi/tempat evakuasi terdekat melalui jalur evakuasi yang LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
24
telah ditetapkan. Pada Tahun 2016, terdapat 20 kabupaten/kota yang sudah terfasilitasi. Adapun rincian lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel (terlampir). Permasalahan yang timbul dalam kegiatan fasilitasi ini adalah kurangnya pemahaman di kalangan masyarakat terhadap fungsi rambu dan papan informasi bencana sehingga seringkali rambu dan papan informasi yang telah dan akan dipasang mengalami kerusakan (pengrusakan secara sengaja). Oleh karena itu, diperlukan penyebaran informasi secara merata di kalangan masyarakat melalui sosialisasi secara intensif terkait fungsi rambu dan papan informasi bencana. Selain itu, sinkronisasi kegiatan antara pusat dan daerah minimal satu tahun sebelumnya terkait rencana pemasangan rambu dan papan informasi bencana perlu dilakukan agar tujuan utama kegiatan fasilitasi untuk meningkatkan kapasitas dalam rangka penurunan risiko bencana dapat tercapai. 10. Pemasangan Alat Peringatan Dini Gerakan Tanah Langkah internalisasi pengurangan risiko bencana di Pusat dan daerah dilakukan melalui pengembangan pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah. Lokasi pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah didasarkan pada 136 kabupaten/kota yang memiliki tingkat risiko tinggi dan rendah terhadap ancaman bencana gerakan tanah (longsor). Pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah ini mampu memberikan pengetahuan dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana gerakan tanah sehingga apabila bencana gerakan tanah (longsor) terjadi kerugian jiwa, harta dan benda dapat dihindari ataupun dikurangi. Tantangan yang seringkali dihadapi adalah belum adanya jaringan komunikasi yang memadai dan lahan yang telah ditetapkan sebagai lokasi pemasangan alat merupakan tanah adat sehingga mempersulit proses pemasangan. Selain itu, kurangnya pengawasan dan pemeliaharaan terhdaap fungsi dan keberadaan alat menjadi salah satu faktor kurang optimalnya pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah ini. Langkah yang dilakukan dalam mengatasi tantangan tersebut adalah diperlukan sosialisasi dan keterlibatan dari tokoh masyarakat dan pimpinan masyarakat setempat terkait pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
25
11. Desa Tangguh Bencana Salah satu tujuan dalam pengembangan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (perka BNPB No. 1 Tahun 2012) ialah untuk meningkatkan kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam PRB, pihak pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, LSM, organisasi masyarakat dan kelompok-kelompok lainnya yang peduli. Tujuan yang ingin dicapai dari pengembangan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana ini adalah masyarakat memiliki kesiapan untuk menghadapi bencana dan kemampuan untuk mengurangi risiko, serta memiliki ketahanan dan kekuatan untuk membangun kembali kehidupannya setelah terkena dampak bencana. program. Pada tahun 2016 kegiatan desa tangguh meliputi fasilitasi pembentukan desa/kelurahan tangguh baru sebanyak 108 desa di 29 provinsi dan 49 Kabupaten/Kota. Rincian lokasi adalah sebagaimana tabel (terlampir). Penentuan lokasi pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah 2015-2019. Di tahun 2016, dari pembentukan 108 desa, BNPB telah menginisiasi pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana dengan ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan (karhutla) sebagai upaya pencegahan dan kesiapsiagaan berbasis masyarakat. Pembentukan desa/kelurahan tangguh dengan ancaman kebakaran hutan dan lahan dilakukan sebanyak 30 desa, di 7 provinsi dan 14 Kabupaten/Kota (Rincian lokasi terlampir). 12. Forum PRB Upaya pengurangan risiko bencana juga dapat dilakukan melalui Forum Pengurangan Risiko Bencana yang telah terbentuk, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Forum pengurangan risiko bencana merupakan wadah bagi para pelaku/pemangku kepentingan untuk saling bertukar informasi, pelajaran-pelajaran dan praktik-praktik yang baik dalam pengurangan risiko bencana. Forum PRB ini dibentuk dalam rangka untuk menghadirkan atau menyuarakan kepentingan-kepentingan kelompok rentan dan kelompok yang terpinggirkan dalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu, keterwakilan semua unsur masyarakat dan keikutsertaan kelompok marjinal dalam forum
menjadi
suatu
prioritas.
Isu-isu
keterlibatan
kelompok
disabilitas,
pengarustamaan gender dalam penanggulangan bencana, maupun peran kelompok LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
26
usaha mikro, kecil, dan menengah, menjadi salah satu hal yang penting dalam upaya penurunan indeks risiko bencana. Tahun 2016, BNPB telah melakukan inisiasi pembentukan dan penguatan forum PRB sebanyak 6 kali. Upaya ini dilakukan agar inisiasi ini kemudian dapat dilanjutkan oleh BPBD sehingga Forum PRB ini tidak hanya kemudian terbentuk di tingkat provinsi, melainkan juga hingga kabupaten/kota bahkan juga pembentukan forum-forum tematik. Hingga tahun 2016, Forum PRB telah terbentuk di 20 Provinsi, dan 48 Kabupaten/Kota, dengan 20 Forum Tematik. Permasalahan yang dihadapi adalah berkaitan dengan sumber daya baik manusia dan juga anggaran. Untuk itu, penciptaan modeling disertai lesson learn atas keberhasilan dan pengaruh forum PRB dalam upaya penurunan indeks risiko bencana serta pengawasan dan pemantauan serta evaluasi yang kuat dari berbagai pihak merupakan hal yang pokok dalam upaya mewujudkan dan menjaga eksistensi forum PRB di masa depan. 13. Relawan PRB Selanjutnya, upaya pengurangan risiko bencana dilakukan dengan peningkatan kapasitas masyarakat melalui pengembangan kapasitas relawan. BNPB sesuai fungsinya, melakukan koordinasi dengan berbagai kelompok relawan yang tersebar di Indonesia
dalam
upaya
untuk
menyiapkan
dan
mendukung
upaya-upaya
penanggulangan bencana, baik di masa pra, tanggap, maupun pasca bencana. Kelompok relawan yang dilibatkan dalam penanggulangan bencana berasal dari beragam komponen seperti, TNI/POLRI, Organisasi Sosial Masyarakat (Nasional, Lokal, dan Internasional), Perguruan Tinggi, dan juga Dunia Usaha. Pelibatan kelompok relawan merupakan hal yang penting karena bencana merupakan tanggung jawab bersama, bukan semata menjadi tanggung jawab pemerintah. Sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, perlu dikoordinasi dan dimobilisasi saat dibutuhkan. Jika bencana belum terjadi, pembinaan melalui pelatihan-pelatihan kerelawanan perlu terus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas relawan dalam
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
27
penanggulangan bencana, mengingat intensitas bencana setiap tahun semakin meningkat. Tahun 2016, BNPB telah melakukan upaya peningkatan kapasitas kesiapsiagaan melalui pelatihan relawan PB sebanyak 2000 relawan. Keterbatasan anggaran dan juga sumber daya manusia yang tersedia menjadi tantangan yang mesti BNPB hadapi agar keterwakilan, keterlibatan, data atas peran-peran komunitas relawan ini dapat terus ditingkatkan dan digerakkan dalam upaya penanggulangan bencana. Di satu pihak, organisasi kerelawanan adalah suatu organisasi yang cair dan tidak mengikat sehingga akan selalu ada perubahan atas sumber daya manusia yang ada pada suatu organisasi kerelawanan. Karena itu, kerja sama multipihak untuk meningkatkan kapasitas relawan PB di seluruh wilayah Indonesia menjadi tanggung jawab bersama agar penanganan bencana dapat dilakukan secara tepat, terkoordinasi dan terpadu. Tabel 5: Jumlah Kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana No
Kegiatan
Realisasi 2015 15
2016 45
1
Kajian Risiko Bencana
2
0
6
0
15
8
12
8
13
0
6
7
Kajian Risiko Bencana Aglomerasi Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kota Tangguh Sekolah dan Madrasah Aman Bencana Sosialisasi Sekolah dan Madrasah Aman Bencana Gerakan PRB
0
23
8
Mitigasi Struktur Partisipatif
5
5
9
Rencana Kontinjensi Penyediaan dan Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana Pemasangan Alat Peringatan Dini Gerakan Tanah
0
12
49
20
34
17
45 (100 desa) 6
49 (108 desa) 6 4 (2000 relawan)
3 4 5 6
10 11 12
Desa Tangguh Bencana
13
Forum PRB
14
Relawan PRB
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
4 (2000 relawan)
28
Setiap pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan penanggulangan bencana akan selalu menghadapi tantangan terutama dalam hal koordinasi dan pertukaran informasi baik di tingkat Pusat maupun daerah. Dalam rangka meminimalisasi tantangan tersebut diperlukan pemutakhiran pengkajian risiko secara rutin yang akan memperkuat informasi risiko, salah satunya adalah dengan mengembangkan sistem pemantauan bencana atau yang dikenal sebagai Pusat Analisis Situasi Siaga Bencana (Pastigana). Pastigana merupakan fasilitas yang dirancang untuk melaksanakan koordinasi kesiapsiagaan berbasis teknologi yaitu sebagai focal point pengumpulan data anomali dan deteksi awal kejadian-kejadian yang kemudian diproses untuk menghasilkan laporan analisa yang akan digunakan sebagai bahan utama pengambilan keputusan eksekutif. Dengan adanya pengembangan Pastigana, diharapkan kapasitas pengurangan risiko bencana baik di tingkat Pusat dan daerah dapat ditingkatkan. Dengan adanya kegiatan yang telah dilaksanakan sebagaimana disajikan pada Tabel diatas, diharapkan seluruh komponen penanggulangan bencana memiliki kemampuan dalam mengenali ancaman dan kerentanan didaerahnya, serta mengetahui kapasitas yang dimiliki, sehingga dapat memastikan tindakan yang cepat dan tepat apabila terjadi bencana. Selain itu, guna meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan di kawasan regional Asia Pasifik Pemerintah Indonesia berinisiatif untuk melakukan latihan bersama berupa Tabletop Exercise (TTX). Inisiatif Pemerintah Indonesia ini mendapat dukungan dari Emergency Management Australia (EMA). Nama kegiatan ini adalah Ambon Disaster Response Exercise (Ambon DiREx 2016 : Tabletop Exercise on the East Asia Summit Disaster Response Toolkit. Ambon DiREx 2016 merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Joint Paper antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia pada tahun 2011 mengenai “A Practical Approach to Enhance Regional Cooperation on Disaster Rapid Response”, dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama yang lebih luas melalui mekanisme-mekanisme regional ASEAN yang telah ada seperti AHA Centre, AADMER, ACDM, ERAT, ARF DiREx dan lain sebagainya. Ambon Disaster Response Exercise (Ambon DiREx 2016) : Tabletop Exercise on the East Asia Summit Disaster Response Toolkit dilaksanakan di Kota Ambon dengan melibatkan 10 negara ASEAN dan negara mitra wicara ASEAN yaitu Amerika Serikat, LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
29
Australia, Jepang dan Selandia Baru. Tema Ambon DiREx 2016 adalah “Promoting EAS Rapid Disaster Response Toolkit as Regional Protocol in Strengthening Effective Collaboration Disaster Response and Resilience in the Region”. Adapun organisasi internasional yang turut berpartisipasi pada kegiatan Ambon DiREx 2016 diantaranya Sekretariat ASEAN, AHA Centre, UNOCHA, WHO, UNDP, UNESCO, FAO, WFP, UNICEF, UNHCR, UNFPA, IFRC, OXFAM, HOPE Worldwide, Save the Children, World Vision, Mercy Corps. Pelaksanaan Ambon DiREx 2016: Tabletop Exercise mempunyai dua tujuan utama. Di tingkat nasional, TTX tersebut bertujuan untuk memperkuat mekanisme operasional yang terkoordinasi dan terencana untuk memastikan penanganan bencana yang efektif. Sedangkan di tingkat regional, bertujuan untuk meningkatkan mekanisme/prosedur regional dalam berbagi informasi, kapasitas dan sumberdaya yang terkait penanganan bencana serta untuk meningkatkan ketangguhan kawasan. Target Geladi Ruang Ambon DiREx 2016 : Tabletop Exercise on the EAS Rapid Disaster Response Toolkit yaitu: 1. Memvalidasi mekanisme sharing informasi melalui peran dan fungsi National Focal Points (NFP) dalam tanggap darurat bencana 2. Meningkatkan pemahaman yang sama dalam menangani/melindungi warga negara asing (WNA) di wilayah terdampak bencana 3. Meningkatkan pemahaman yang sama terkait Standard Operating Procedure For Regional Standby Arrangement and Coordination of Joint Disaster Relief and Emergency Response Operations (SASOP Chapter VI). SASOP Chapter VI penggunaan aset-aset militer 4. Memvalidasi EAS Rapid Disaster Response Toolkit yang merupakan panduan referensi bagi para pengambil keputusan dalam mengkoordinasikan penerimaan maupun penawaran/pemberian bantuan saat tanggap darurat bencana 5. Menunjukkan pentingnya latihan bersama dalam meningkatkan kapasitas regional terhadap respon bencana yang terkoordinasi Ambon DiREx 2016 ini menjadi kesempatan bagi negara-negara East Asia Summit (EAS) maupun pemangku kepentingan lainnya yang terkait untuk dapat memperkuat kerjasama satu
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
30
dengan yang lain serta meningkatkan pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing pihak mengenai peran dan tanggungjawabnya serta interoperability antar prosedur yang ada dalam penanganan darurat bencana yang cepat dan efektif.
Gambar 6: Ambon Disaster Response Exercise (Ambon DiREx 2016): Tabletop Exercise on the East Asia Summit Disaster Response Toolkit
Selama pelaksanaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan kajian risiko bencana dapat dikatakan efektif dan efisien namun belum optimal baik dalam penganggaran maupun sumberdaya manusia yang ada. Seluruh kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan target meskipun dengan jumlah sumberdaya manusia yang terbatas dengan alokasi anggaran yang tersedia. Meskipun demikian, perlu adanya pengkajian yang lebih intesif dalam hal penyediaan sumberdaya dan anggaran khususnya dalam hal penanggulangan bencana.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
31
Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Keandalan dan Kecepatan Penanganan Darurat Bencana
Rata-rata Waktu Respon Kejadian Bencana Selama kurun waktu tahun 2008 – 2016 intensitas
kejadian
bencana
semakin
meningkat. Sehingga penanganan bencana dituntut untuk semakin cepat, efektif dan profesional. Salah satu indikator kinerja utama BNPB pada tahun 2016 yang menggambarkan
penanganan
bencana
adalah rata-rata waktu respon kejadian bencana, dimana pengukuran Rata-rata waktu respon kejadian bencana adalah seberapa cepat upaya penanganan darurat pada awal informasi kejadian bencana yang diterima oleh Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB dari Pusdalops BPBD terdampak bencana. Tabel 6: Capaian Rata-rata Waktu Respon Kejadian Bencana Indikator
2016
Capaian 2015
Target
Realisasi
% Realisasi
Rata-rata waktu respon
1 hari atau 24
1 hari atau 24
1 hari atau 24
100 %
kejadian bencana
jam
jam
jam
Pencapaian rata-rata waktu respon kejadian bencana tersebut dapat terpenuhi karena: a. Adanya kecepatan informasi kejadian bencana dari BPBD daerah yang terdampak bencana yang diterima oleh Pusdalops BNPB yang selalu aktif siaga 24 jam untuk menerima segala berita/ informasi kejadian bencana di seluruh Indonesia. Selanjutnya petugas Pusdalops BNPB mengeskalasi dan melaporkan kejadian bencana tersebut
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
32
kepada Kepala BNPB, Deputi Bidang Penanganan Darurat, Direktur Tanggap Darurat dan seluruh pejabat di lingkungan Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB. b. Adanya dukungan informasi yang berasal dari instansi terkait (BMKG, PVMBG) maupun Media elektronik (sosial media, internet, TV, radio). c. Mobilisasi bergerak
TRC
yang
dapat
cepat
dalam
waktu
maksimal 1 hari atau 24 jam sehingga rata-rata waktu respon kejadian bencana dapat tercapai. d. Perlengkapan dan Peralatan TRC yang memadai (Alat Komunikasi, GPS, Kamera, Drone, dan lain-lain).
Gambar 7: Penanganan Banjir dan Tanah Longsor PurworejoTanggal 5 Februari 2016
Adapun data waktu respon kejadian bencana yang ditangani oleh BNPB Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7: Rekapitulasi Lokasi Bencana Tahun 2016 TANGGAL NO
LOKASI
BENCANA KEJADIAN
LAPORAN DITERIMA
TRC TIBA DI LOKASI
REALISASI CAPAIAN
1
Kab. Buru Selatan, Provinsi Maluku
Gempa Bumi
17 Januari 2016
17 Januari 2016
18 Januari 2016
100 %
2
Kab. Pidie, Provinsi Aceh
Banjir
27 Januari 2016
27 Januari 2016
28 Januari 2016
100 %
3
Kab. Provinsi Tengah
Banjir dan Tanah Longsor
5 Februari 2016
5 Februari 2016
5 Februari 2016
100 %
4
Kab. Indramayu, Provinsi Jawa Barat
Banjir
7 Februari 2016
7 Februari 2016
8 Februari 2016
100 %
5
Kab. Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Gempa Bumi
12 Februari 2016
12 Februari 2016
13 Februari 2016
100 %
6
Kab. Karawang, Provinsi Jawa Barat
Banjir
26 Februari 2016
26 Februari 2016
27 Februari 2016
100 %
Purworejo, Jawa
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
33
TANGGAL NO
LOKASI
BENCANA KEJADIAN
LAPORAN DITERIMA
TRC TIBA DI LOKASI
REALISASI CAPAIAN
7
Kab. Cianjur, Provinsi Jawa Barat
Tanah Longsor
8 Maret 2016
8 Maret 2016
9 Maret 2016
100 %
8
Kota Lampung, Lampung
Banjir Bandang
15 Maret 2016
15 Maret 2016
16 Maret 2016
100 %
9
Kab. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo
Banjir Sesuai
9 Mei 2016
9 Mei 2016
10 Mei 2016
100 %
10
Kab. Karo, Provinsi Sumatera Utara
Banjir Dingin
Lahar
9 Mei 2016
9 Mei 2016
10 Mei 2016
100 %
11
Kab. Subang, Provinsi Jawa Barat
Banjir Bandang dan Tanah Longsor
22 Mei 2016
22 Mei 2016
23 Mei 2016
100 %
12
Kab. Provinsi Tengah
Kebumen, Jawa
Banjir dan Tanah Longsor
18 Juni 2016
18 Juni 2016
19 Juni 2016
100 %
13
Kota Provinsi Barat
Padang, Sumatera
Banjir
16 Juni 2016
16 Juni 2016
17 Juni 2016
100 %
14
Kab. Provinsi Tengah
Banyumas, Jawa
Banjir dan Tanah Longsor
18 Juni 2016
18 Juni 2016
19 Juni 2016
100 %
15
Kab. Provinsi Tengah
Purworejo, Jawa
Banjir dan Tanah Longsor
18 Juni 2016
18 Juni 2016
19 Juni 2016
100 %
16
Provinsi Jawa Timur
Banjir
18 Juni 2016
18 Juni 2016
19 Juni 2016
100 %
17
Provinsi Utara
Sulawesi
Banjir dan Tanah Longsor
21 Juni 2016
21 Juni 2016
22 Juni 2016
100 %
18
Kab. Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan
Banjir dan Tanah Longsor
24 Juni 2016
24 Juni 2016
24 Juni 2016
100 %
19
Kab. Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara
Banjir dan Tanah Longsor
16 Juli 2016
16 Juli 2016
17 Juli 2016
100 %
20
Kab. Pandeglang, Provinsi Banten
Banjir Bandang
24 Juli 2016
24 Juli 2016
25 Juli 2016
100 %
Bandar Provinsi
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
34
TANGGAL NO
LOKASI
BENCANA KEJADIAN
LAPORAN DITERIMA
TRC TIBA DI LOKASI
REALISASI CAPAIAN
21
Kab. Garut, Provinsi Jawa Barat
Banjir Bandang
20 September 2016
20 September 2016
21 September 2016
100 %
22
Kab. Gresik, Provinsi Jawa Timur
Banjir
30 September 2016
30 September 2015
1 Oktober 2015
100 %
23
Kab. Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah
Banjir
2 Oktober 2016
2 Oktober 2016
2 Oktober 2016
100 %
24
Kab. Bandung, Provinsi Jawa Barat
Tanah Longsor
7 Oktober 2016
7 Oktober 2016
8 Oktober 2016
100 %
25
Kab. Pangandaran, Provinsi Jawa Barat
Banjir dan Tanah Longsor
9 Oktober 2016
9 Oktober 2016
10 Oktober 2016
100 %
26
Kab. Sampang, Provinsi Jawa Timur
Banjir
10 Oktober 2016
10 Oktober 2016
11 Oktober 2016
100 %
27
Kab. Klungkung, Provinsi Bali
Kegagalan Teknologi
16 Oktober 2016
16 Oktober 2016
17 Oktober 2016
100 %
28
Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat
Banjir
24 Oktober 2016
24 Oktober 2016
24 Oktober 2016
100 %
29
Kab. Boalemo, Provinsi Gorontalo
Banjir
26 Oktober 2016
26 Oktober 2016
27 Oktober 2016
100 %
30
Kab. Sukabumi, Provinsi Jawa Barat
Banjir dan Tanah Longsor
8 November 2016
8 November 2016
8 November 2016
100 %
31
Kab. Tangerang, Provinsi Banten
Banjir
13 November 2016
13 November 2016
14 November 2016
100 %
32
Kab. Karawang, Provinsi Jawa Barat
Banjir
13 November 2016
13 November 2016
14 November 2016
100 %
33
Kab. Provinsi Tengah
Banjir
3 Desember 2016
3 Desember 2016
3 Desember 2016
100 %
34
Kab. Pidie Jaya, Kab. Pidie, Kab. Bireun, Provinsi Aceh
Gempa Bumi
7 Desember 2016
7 Desember 2016
7 Desember 2016
100 %
Wonogiri, Jawa
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
35
TANGGAL NO
LOKASI
35
BENCANA
Kab. Bima dan Kota Bima, Provinsi NTB
Banjir Bandang
KEJADIAN
LAPORAN DITERIMA
TRC TIBA DI LOKASI
21 Desember 2016
21 Desember 2016
22 Desember 2016
REALISASI CAPAIAN
100 %
Pengerahan personil TRC BNPB melihat besaran kejadian bencana, sehingga tidak semua kejadian bencana dikerahkan TRC BNPB. Untuk kejadian bencana yang dampak dan skalanya kecil dan dapat ditangani oleh BPBD daerah maka penanganannya lebih diutamakan oleh TRC BPBD daerah. Mengingat BNPB telah meningkatkan kapasitas TRC BPBD daerah melalui pelatihan-pelatihan serta dukungan perlengkapan dan peralatan TRC. Dalam rangka mobilisasi personil TRC BNPB untuk melaksanakan kaji cepat ke lokasi bencana, BNPB telah melakukan efisiensi penggunaan sumberdaya diantaranya:
Meminimalkan jumlah personil TRC sesuai dengan dampak dan skala kejadian bencana.
Mengirimkan personil TRC yang kompeten dan mempunyai keahlian sesuai dengan jenis bencana.
Melakukan koordinasi dengan BPBD daerah dalam pemanfaatan dukungan perlengkapan dan peralatan yang telah diberikan BNPB kepada BPBD daerah.
Melakukan unsur
TNI,
Provinsi
kerjasama Polri, dan
dengan
Pemerintah Pemerintah
Kabupaten / Kota, BPBD, PMI, Pemadam Kebakaran, Manggala Agni, dan organisasi / institusi penggiat
Penanggulangan
Bencana. Gambar 8: Penanganan Banjir Bandang Kab. Garut tanggal 21 September 2016
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
36
Dalam rangka menunjang pencapaian rata-rata waktu kecepatan respon kejadian bencana, BNPB telah melakukan beberapa kegiatan antara lain:
a. Pendampingan Posko Kedaruratan Pada status keadaan darurat bencana, Komandan
penanganan
darurat
mengaktifkan atau meningkatkan pusat pengendali operasi menjadi pos komando tanggap
darurat
sesuai
tingkatan bencananya.
lokasi
dan
Pos komando
tanggap darurat tersebut berfungsi untuk mengkoordinasikan, memantau
mengendalikan,
dan
mengevaluasi
penanganan tanggap darurat. Mengingat Gambar 9: Posko Kedaruratan Gempa Bumi di Prov Aceh tanggal 22 Desember 2016
intensitas kejadian bencana di wilayah Indonesia
dari
tahun
ke
tahun
frekuensinya meningkat baik dari jumlah kejadian, jumlah korban, maupun dampak kerusakan sarana dan prasarana umum lainnya, maka perlu dilakukan Pendampingan Posko kedaruratan dalam rangka mendampingi daerah untuk memberikan petunjuk dan arahan, perintah serta mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang terkait dalam masa kedaruratan bencana di daerah yang terkena bencana pada saat penanganan darurat sehingga penanganan darurat bencana dapat dilakukan secara tepat, cepat dan akuntabel. Selama tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan pendampingan posko kedaruratan dengan mengaktifkan Pusdalops BNPB yang berlokasi di Kantor BNPB untuk memonitor dan menerima segala informasi kejadian bencana secara up to date dari seluruh wilayah Indonesia dan dengan segera merespon kejadian bencana secara cepat dan tepat. Selain mengaktifkan Pusdalops BNPB, pada tahun 2016
juga dilaksanakan
pendampingan posko kedaruratan ke 10 (sepuluh) lokasi di Indonesia, adapun pendampingan posko kedaruratan yang dilaksanakan sebagai berikut: LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
37
Tabel 8: Rekapitulasi Posko Kedaruratan Tahun 2016 NO
WILAYAH
JENIS BENCANA
1
Kab. Minahasa Tenggara
Banjir dan Tanah Longsor
2
Kab. Alor
Gempa Bumi
3
Provinsi DKI Jakarta
Banjir
4
Kab. Solok Selatan
Banjir dan Tanah Longsor
5
Provinsi Riau
Karhutla
6
Kab. Bandung
Banjir dan Tanah Longsor
7
Kab. Karo
Erupsi Gunung Api
8
Provinsi Sumatera Selatan
Karhutla
9
Kota Ternate
Banjir dan Tanah Longsor
10
Provinsi Kalimantan Barat
Karhutla
b. Koordinasi Penanganan Darurat Untuk
meningkatkan
koordinasi
antara pusat dan daerah serta dengan
instansi
terkait
lainnya
dalam rangka penanganan darurat bencana,
maka
diperlukan
koordinasi
dalam
penanganan
darurat. koordinasi
Pelaksanaan ini
kegiatan
dilakukan
pertemuan-pertemuan pimpinan/
pejabat
melalui antara
BNPB
dengan
Gambar 10: Koordinasi dengan Instansi terkait di Bencana Banjir dan Tanah Longsor Kab. Sumedang Tanggal 23 September 2016
pejabat daerah dan instansi lainnya guna mengambil suatu kebijakan atau keputusan dalam percepatan penanganan darurat bencana, sehingga diharapkan dengan pelaksanaan koordinasi tersebut penanganan darurat dapat dilakukan secara cepat, tepat dan akuntabel. Hasil dari koordinasi penanganan darurat diantaranya adalah:
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
38
Kecepatan
informasi
kejadian
bencana. 1. Percepatan
penanganan
darurat bencana. 2. Terpenuhinya
kebutuhan
dasar bagi korban bencana dengan segera. 3. Optimalisasi
penanganan
Gambar 11: Koordinasi siaga darurat bencana Asap Akibat Karhutla di Kab. Banjar Prov. Kalimantan Selatan Tanggal 5 September 2016
pengungsi akibat bencana. 4. Kemudahan akses dalam penanganan darurat bencana. 5. Percepatan pemulihan sarana dan prasarana secara darurat bagi masyarakat korban bencana. 6. Mengedepankan usaha-usaha preventif dalam situasi siaga darurat. Selama tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan Koordinasi Penanganan Darurat ke 21 (dua puluh satu) lokasi di Indonesia sebagai berikut : Tabel 9: Rekapitulasi Koordinasi Penanganan Daurat Tahun 2016 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
WILAYAH Kota Semarang Prov. Kalimantan Barat Kota Bekasi Kota Tangerang Prov. Kalimantan Tengah Prov. Kalimantan Selatan Prov. Sumatera Selatan Prov. Sulawesi Selatan Prov. Sumatera Barat Kab. Karo Prov. Jawa Tengah Kab. Kapuas Hulu Kab. Biak Kota Manokwari Kab. Pekalongan
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
JENIS BENCANA Banjir Karhutla Banjir Banjir Karhutla Karhutla Karhutla Banjir dan Tanah Longsor Banjir dan Tanah Longsor Erupsi Gunung Api Banjir dan Tanah Longsor Karhutla Banjir dan Tanah Longsor Banjir dan Tanah Longsor Banjir dan Tanah Longsor
39
NO 16 17 18 19 20 21
WILAYAH Prov. Jawa Barat Prov. DKI Jakarta Kab. Bandung Kab. Garut Kota Ternate Prov. Sulawesi Utara
JENIS BENCANA Banjir dan Tanah Longsor Banjir Banjir Banjir Banjir Banjir dan Tanah Longsor
c. Peningkatan Kapasitas Personil Penanggulangan Bencana Peningkatan Kapasitas TRC Daerah Kegiatan Peningkatan Kapasitas TRC Daerah secara umum bertujuan untuk menyiapkan TRC PB daerah yang mampu melaksanakan tugas operasi penanganan darurat awal pada setiap kejadian/ancaman bencana di wilayah kerjanya. Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut: 1) Mampu memahami manajemen penanganan darurat bencana; 2) Mampu memahami peran TRC PB dalam perkuatan Indonesia tangguh bencana; 3) Mampu melaksanakan kaji cepat pada keadaan darurat bencana; 4) Mampu membantu dalam pelaksanaan penyelamatan dan evakuasi korban; 5) Mampu membantu penanganan pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban dan pengungsi pada fase awal keadaan darurat bencana; 6) Mampu memahami sistem komando penanganan darurat bencana. Selama tahun 2016 BNPB melaksanakan kegiatan Peningkatan Kapasitas TRC Daerah yang diikuti oleh 199 (seratus sembilan puluh sembilan) Personil TRC dari 40 (empat puluh) BPBD Provinsi/Kab/Kota seluruh Indonesia.
Gambar 12: Kegiatan Simulasi Lapangan penanganan darurat bencana oleh peserta peningkatan kapasitas TRC Daerah Tanggal 20 Maret 2016
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
40
Peningkatan kapasitas penanganan pengungsi Kegiatan peningkatan kapasitas diberikan kepada personil BNPB dan BPBD khususnya yang masuk kategori wilayah dengan indeks risiko bencana tinggi. Peningkatan kapasitas tentang koordinasi dan manajemen tempat pengungsian yang meliputi Pendataan Pengungsi, Desain Tempat Pengungsian, Distribusi Logistik (Kebutuhan Dasar) di tempat pengungsian, dan Dukungan Psikososial/ Psychological First Aid, respon kebencanaan khususnya dalam koordinasi penanganan pengungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Gambar 13: Peningkatan Kapasitas Penanganan Pengungsi di Kabupaten Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat Tanggal 16 Maret 2016
Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Bantuan Kedaruratan Bencana Kegiatan peningkatan kapasitas petugas pengelolaan bantuan kedaruratan bencana secara umum bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petugas bantuan pemenuhan kebutuhan dasar yaitu bantuan kesehatan, air bersih, sandang, pangan, hunian sementara dan fasilitas hunian sementara di tingkat pusat maupun daerah, dan secara khusus bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman terkait pelaksanaan pemberian bantuan kebutuhan dasar sehingga mampu dilaksanakan sesuai dengan standar minimal pelayanan.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
41
Peserta kegiatan ini berjumlah 40 (empat puluh) orang, yaitu terdiri dari 22(dua puluh dua) orang personil BPBD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dan 18 (delapan belas) personil dari BNPB.
Gambar 14: Peningkatan kapasitas Petugas Pengelola Bantuan Kedaruratan bencana di Pusdiklat WATSAN PMI Kab. Sumedang, Provinsi Jawa Barat Tanggal 16 Mei 2016.
d. Penyaluran Bantuan Kebutuhan Dasar Untuk pelaksanaan pemberian bantuan darurat pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat korban bencana, BNPB bersama dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat/dunia usaha bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan dasar korban bencana pada saat status darurat bencana. Selama pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut, masyarakat sudah mulai merasakan telah tercukupi. Hal ini dikarenakan pemenuhan kebutuhan dasar merupakan prioritas kedua setelah kegiatan pertolongan, penyelamatan dan evakuasi korban bencana. Untuk mendukung pemerintah daerah dalam
memenuhi
kebutuhan
dasar
korban bencana BNPB selama tahun 2016 memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar
sebanyak
11,97%
dengan rincian: Bantuan pemenuhan pangan korban bencana 3,07%, bantuan pemenuhan sandang korban bencana 0,83%,
bantuan
pemenuhan
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
hunian
Gambar 15: Bantuan Kebutuhan Dasar di Kab. Temanggung Tanggal 1 September 2016
42
beserta fasilitas hunian korban bencana 6,32%, bantuan pelayanan kesehatan korban bencana 0,41% dan bantuan pemenuhan air bersih dan sanitasi 1,34%, sedangkan untuk pemenuhannya sampai dengan 100% telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan didukung oleh Dunia Usaha dan lembaga non pemerintah lainnya. e. Inventarisasi/ verifikasi/ supervisi perbaikan darurat Inventarisasi/
verifikasi/
supervisi
perbaikan darurat yaitu kegiatan yang meliputi perbaikan darurat prasarana dan sarana vital di lokasi bencana sehingga fungsi sosial dan fungsi ekonomi dapat berjalan
dengan
baik.
Inventarisasi
/verifikasi /supervisi perbaikan darurat yang telah dilaksanakan di tahun 2016 telah terealisasi sebanyak 24 (dua puluh empat) lokasi.
Gambar 16: Inventarisasi/verifikasi/supervisi Perbaikan darurat di Kab. Bombana Tanggal 13 April 2016
f. Pendampingan Pembersihan Lingkungan Pembersihan upaya
yang
lingkungan
adalah
dilakukan
untuk
membersihkan suatu
lokasi dari
lumpur, sampah, puing, dan bahanbahan berbahaya yang ditimbulkan akibat kejadian bencana. Kegiatan identifikasi Gambar 17: Pembersihan Lingkungan pasca bencana gempa bumi Prov Aceh Tanggal 7 Desember 2016
dan
supervisi
pembersihan lingkungan yang telah dilaksanakan di tahun 2016 adalah sebanyak 16 (enam belas) lokasi.
g. Inventarisasi/Pendataan Pengungsi Pendataan pengungsi yang dilaksanakan secara rinci by name by address diperlukan sebagai dasar pemberian bantuan kepada para pengungsi baik itu untuk LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
43
kebutuhan hunian darurat, kebutuhan logistik dasar dan dukungan psikososial. Semakin cepat data pengungsi didapatkan semakin cepat penanganan terhadap para pengungsi bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Gambar 18: Kegiatan Inventarisasi/ Pendataan Pengungsi tanggal 10 November 2016
Sasaran Strategis 3: Terselesaikannya Pemulihan Daerah Terdampak Bencana Melalui Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Prosentase Peningkatan Penyelesaian Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Daerah Pasca Bencana
Target kinerja pada tingkat sasaran strategis dijadikan tolak ukur dalam mengukur keberhasilan organisasi didalam upaya pencapaiannya. Pengukuran, evaluasi dan analisis capaian kinerja peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pascabencana menggunakan kategori capaian kinerja dengan skala pengukuran ordinal disampaikan sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
44
Tabel 10: Capaian Kinerja Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Tahun 2016 Indikator Kinerja Sasaran Sasaran Strategis Target Realisasi Strategis Menurunnya indeks risiko bencana di pusat – pusat pertumbuhan yang berisiko tinggi
Prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pascabencana
65 %
69,48 %
Dalam pencapaian target kedeputian pada tahun 2016 yaitu peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah pascabencana, ditetapkan sebesar 65%. Prosentase kinerja didapatkan melalui formula sebagai berikut :
𝐏𝐫𝐨𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞 𝐏𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐞𝐥𝐞𝐬𝐚𝐢𝐚𝐧 𝐑𝐑 =
(𝐗∗𝟏 )+(𝐘∗𝟎,𝟓) 𝟏𝟑𝟔 𝐑𝐏𝐉𝐌𝐍
x 100%
Keterangan :
X adalah jumlah daerah yang menyelesaikan RR dalam wilayah 136 RPJMN dengan nilai bobot 1. Nilai X pada pelaksanaan RR Tahun 2016 sejumlah 48 wilayah dengan rincian sebagai berikut: o 33 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan hibah RR tahun anggaran 2015 yang termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan bencana tahun 2015-2019; o 15 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan bantuan bidang sosial ekonomi tahun anggaran 2016 yang termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan bencana tahun 2015-2019 Y adalah jumlah daerah yang menyelesaikan RR di luar wilayah 136 RPJMN dengan nilai bobot 0,5. Nilai Y pada pelaksanaan RR Tahun 2016 sejumlah 93 wilayah dengan rincian sebagai berikut: o 83 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan hibah RR tahun anggaran 2015 yang tidak termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan bencana tahun 20152019 o 10 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan bantuan bidang sosial ekonomi tahun anggaran 2016 yang tidak termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
45
bencana tahun 2015-2019. Penetapan prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pascabencana berdasarkan pada jumlah daerah yang telah menyelesaikan kegitan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang bersumber dari alokasi anggaran dana cadangan yang diberikan dalam bentuk hibah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk bantuan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dan anggaran DIPA BNPB untuk kegiatan pemulihan sosial ekonomi. Hibah RR yang dihitung dalam kinerja ini adalah hibah RR yang dianggarkan dan disalurkan pada TA 2015 dan pelaksanaan/penyelesaiannya pada tahun 2016. Sementara untuk pemulihan sosial ekonominya merupakan kegiatan pada DIPA BNPB TA 2016 yang dilaksanakan dan selesai pada tahun 2016. Berdasarkan perhitungan pada rumus diatas, diperoleh hasil sebagai berikut :
𝐏𝐫𝐨𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞 𝐏𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐞𝐥𝐞𝐬𝐚𝐢𝐚𝐧 𝐑𝐑 =
(𝟒𝟖∗𝟏 )+(𝟗𝟐∗𝟎,𝟓) 𝟏𝟑𝟔
x 100%
= 69,48%
Berdasarkan skala pengukuran tersebut, capaian kinerja BNPB untuk penyelesaian Rehabilitasi dan Rekonstruksi dapat dikatakan sangat baik, karena melampaui target pencapaian yang ditetapkan. Apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2015 sebesar 63,75%, maka capaian kinerja Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 5,74%, seiring dengan meningkatnya target yang ingin dicapai yaitu 65%.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
46
Tabel 11:
Perbandingan capaian kinerja bidang rehabilitasi dan rekonstruksi tahun 2015 dan 2016 2015
2016
Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pascabencana
Target
Realisasi
Target
Realisasi
60 %
63,75 %
65 %
69,48 %
Target sesuai RPJMN yang harus dicapai pada rentang waktu dari tahun 2015 sampai tahun 2019 sebesar 70%. Melihat realisasi yang telah dicapai pada tahun 2016 sebesar 69,48%, maka sasaran strategis berupa terselesaikannya pemulihan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi optimis dapat tercapai. Tabel 12: Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Termasuk Dalam Sasaran Lokus PB 2015-2019 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Provinsi/Kota/Kab Kab. Karo Kota Padang Kab. Kep. Mentawai Kab. Lampung Barat Kab. Tanggamus Kota Bandar Lampung Kab. Lahat Kab. Cilacap Kab. Kebumen Kab. Semarang Kab. Sidoarjo Kab. Jember Kab. Bangkalan Kab. Malang Kab. Sangihe Kab. Minahasa Selatan Kota Manado Kab. Parigi Moutong Kab. Konawe Kab. Bantaeng Kab. Ketapang Kab. Lombok Timur
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
Keterangan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
47
No. 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi/Kota/Kab Kab. Lombok Barat Kab. Dompu Kab. Bima Kab. Ngada Kab. Alor Kab. Kep. Morotai Kab. Buru Kota Ambon Kota Jayapura Kab. Teluk Wondama Kab. Manokwari Total
Keterangan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33
Tabel 13 Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Diluar Dari Sasaran Lokus PB 2015-2019 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Provinsi/Kota/Kab Prov. Aceh Kab. Aceh Barat Daya Kab. Aceh Selatan Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Tengah Kab. Bener Meriah Prov. Sumatera Utara Kab. Mandailing Natal Kab. Nias Kab. Humbang Hasundutan Kab. Nias Barat Kab. Tapanuli Selatan Kab. Labuhan Batu Sltn Kota. Tebing Tinggi Kab. Pakpak Barat Prov. Sumatera Barat Kab. Solok Selatan Kab. Tanah Datar Kota Sawahlunto Kab. Solok Prov. Jambi Kota Sungai Penuh Prov. Lampung Prov. Sumatera Selatan Kota Pagar Alam Prov. Jawa Tengah
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
Keterangan 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 48
No. 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 3 64 65 66 67 68
Provinsi/Kota/Kab Kab. Pati Kab. Temanggung Kab. Jepara Kab. Pekalongan Kab. Karanganyar Prov. Jawa Timur Kota. Probolinggo Kab. Lumajang Kab. Situbondo Kab. Tuban Kab. Tulungagung Kab. Blitar Prov. Bali Kab. Karangasem Prov. Sulawesi Utara Kab. Kep. Sitaro Kab. Bolaang Mongondouw Kab. Minahasa Kota Tomohon Prov. Sulawesi Tengah Prov. Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka Utara Kab. Konawe Utara Kab. Muna Kota. Baubau Prov. Gorontalo Kab. Gorotalo Utara Prov Sulawesi Selatan Kab. Pinrang Kab. Enrekang Kab. Luwu Kab. Wajo Kab. Kep. Selayar Kab. Soppeng Kab. Toraja Utara Kab. Sidenreng Rappang Kota Pare-pare Kab. Barru Kab. Malinau Prov. Kalimantan Tengah Kab. Kotawaringin Barat Kab. Kotawaringin Timur
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
Keterangan 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
49
No. 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
Provinsi/Kota/Kab
Keterangan 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 33
Prov. Kalimantan Barat Prov. Kalimantan Selatan Kab. Hulu Sungai Utara Prov. NTB Prov. NTT Kab. Timor Tengah Utara Kab. Sumba Tengah Kab. Kupang Kab. Flores Timur Kab. Manggarai Barat Prov. Maluku Kab. Keerom Kab. Tolikara Kab. Yapen Kab. Tambrauw Total
Tabel 14: Daftar Wilayah yang Mendapat Intervensi Kegiatan Sosial Ekonomi Pada Tahun 2016
Termasuk Dalam Sasaran Lokus PB 2015-2019 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Provinsi/Kota/Kab Kab. Karo Kab Manggarai Kab Pacitan Kab. Bojonegoro Kota Manado Kota Balikpapan Kab Sukabumi Kota Bandung Kab. Tasikmalaya Kab. Minahasa Selatan Kab Alor Kab Badung Kab Parigi Moutong. Kota Surabaya Prov DI Yogyakarta Total
Keterangan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
Tidak Termasuk Dalam Sasaran Lokus PB 2015-2019 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Provinsi/Kota/Kab Kota Batam Kab Agam Kab. Majalengka Kab Bolaang Mongondow Kab Bener Meriah Kab Kediri Kab Bombana Kab Aceh Tengah Kab Banjarnegara Kota Semarang
Total
Keterangan 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
10
50
Pada tahun sebelumnya (2009, 2010, 2011 dan 2013), penyelesaian kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana kepada pemerintah daerah yang terkena bencana diberikan bantuan dana sosial berpola hibah dalam bentuk block grand. Sedangkan bantuan dana rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahun 2012 dan 2014 tidak cair, sehingga rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah pascabencana tidak dapat dilaksanakan sesuai perencanaan. Dalam rangka peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana telah disusun kebijakan baru terkait dengan bantuan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Bantuan dengan sistem dana sosial berpola hibah digantikan dengan hibah pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang disalurkan langsung oleh Kementerian Keuangan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah sebagaimana tertuang pada: 1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.07/2015 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. 2) Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2015 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat
kepada
Pemerintah
Daerah dalam Rangka Bantuan Pendanaan
Rehabilitasi
dan
Rekonstruksi Pascabencana. 3)
Petunjuk
Pelaksanaan
Hibah dari Pemerintah Pusat kepada dalam Gambar 19: Kegiatan Rakor Dalam Rangka Penandatanganan PHD
Pemerintah Rangka
Pendanaan
Daerah Bantuan
Rehabilitasi
dan
Rekonstruksi Pascabencana.
Penggunaan bantuan ini merupakan “lex specialist” atau aturan khusus pada hibah rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dimana bencana tidak mengenal tahun anggaran. Demikian juga dengan pemanfaatan hibah bantuan dana rehabilitasi dan LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
51
rekonstruksi yang tidak harus mengikuti siklus anggaran Januari sampai dengan Desember pada tahun berjalan. Kekhususan lainnya adalah penyaluran hibah dilakukan secara sekaligus sejumlah yang tercantum dalam perjanjian hibah. Berdasarkan kebijakan pengehematan anggaran dari Kementerian Keuangan sebesar 50%, maka BNPB melakukan perubahan yang semula akan dialokasikan kepada 124 pemda diubah menjadi 96 pemda dan dilakukan penyesuaian alokasi per daerah. Beberapa daerah yang semula diusulkan untuk mendapatkan hibah pada tahun anggaran 2016 menjadi tertunda dan akan diusulkan kembali pada tahun anggaran 2017. Hibah yang dialokasikan tahun 2016 prioritas untuk penyelesaian pemukiman bagi korban gempa bumi dan tsunami Mentawai, banjir dan longsor Sulawesi Utara khususnya kota Manado serta bencana lainnya di berbagai daerah yang berdampak pada sektor tertentu, terutama infrastruktur yang rusak dan perlu segera diperbaiki agar kerusakan dan kerugian tidak semakin bertambah. BNPB dalam fungsinya untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan RR pascabencana melakukan pemantauan secara berkala dan melaporkan progres kegiatan serta mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan di daerah penerima hibah RR Pascabencana. Sesuai dengan program priotas nasional dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Kepulauan Mentawai Prov. Sumatera Barat, Kab. Karo, Prov. Sumatera Utara dan Kota Manado, Prov. Sulawesi Utara, berikut disampaikan progres kegiatan RR pada ketiga daerah tersebut pada tahun 2016. 1. RR Pasca Gempa Kep. Mentawai Hingga akhir Desember 2016 huntap telah terbangun 100% yaitu sebanyak 2.072 KK beserta kelengkapan infrastruktur prasarana lingkungan dan air sanitasi. Sementara itu pemenuhan terhadap kebutuhan penerangan dari 2.072 KK telah terfasilitasi penerangan/listrik melalui anggaran RR BNPB dengan daya PLN = 311 KK dan
Gambar 20: Rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Mentawai
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
52
Kementerian ESDM dengan daya PLTS = 584 KK. Melalui dana hibah RR TA 2015 digunakan untuk memfasilitasi listrik dengan daya PLTS = 778 KK yang pelaksanaannya tahun 2017 dan ditargetkan selesai bulan November 2017, sedangkan kekurangan 399 KK akan difasilitasi melalui daya PLN dalam program listrik desa 2017. 2. RR Pasca Banjir Bandang Manado Pada pemulihan Ex-Situ (Relokasi), sasaran relokasi sebesar 2.054 KK (unit rumah) dengan target pembangunan tahap I sebesar: 1.000 KK (unit rumah), dengan stimulan bantuan sebesar Rp40jt/KK (unit rumah) menggunakan pola pemberdayaan masyarakat. Progres pembangunan rumah ex-situ di Kelurahan Pandu hingga akhir Desember 2016 selesai terbangun 1.000 unit. Pada pemulihan In-Situ, sasaran sebesar 3.018 KK (unit rumah), dengan stimulant bantuan sebesar Rp40jt/KK (unit rumah) untuk rusak berat dan Rp20jt/KK (unit rumah) untuk rusak sedang dengan pembangunan menggunakan pola
pemberdayaan
masyarakat. Progres pembangunan rumah in-situ tahun 2016 telah terfasilitasi bantuan dana rumah (BDR) sebanyak 2.030 hingga akhir Desember 2016. Sisanya dana yang tersedia untuk 988 KK (Rusak Berat =537 KK dan Rusak Sedang =451 KK), namun setelah dilakukan verifikasi dan validasi cukup untuk 1.360 KK (RB=165 KK dan RS=1.195 KK) akan akan dilanjutkan pada tahun 2017 melalui perpanjangan pemanfaatan dana hibah TA 2015. Upaya pemulihan sektor sosial berupa penguatan para tokoh agama, upaya ini sekaligus akan memberikan ruang bagi terbentuknya komunitas relawan kebencanaan di sektor agama; hal ini sangat dibutuhkan karena sejauh ini upaya penanggulangan bencana sangat membutuhkan peran dan tanggungjawab lembaga agama, terutama dalam menguatkan kembali sruktur mentalitas dan spiritualitas masyarakat korban bencana. Keberadaan para Tokoh Agama di tengah masyarakat hingga saat ini masih merupakan figur sentral yang relatif masih lebih dipercaya dan didengar oleh masyarakat. Oleh karena itu, upaya penguatan kapasitas para Tokoh Agama tersebut akan menjadi bagian strategis dari upaya membangun dan menguatkan kembali
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
53
kesadaran dalam aspek mentalitas dan spiritualitas masyarakat di wilayah pascabencana. Upaya pemulihan sektor ekonomi di Kota Manado telah dilakukan dalam kegiatan Pendampingan Ekonomi ialah usaha kuliner. BNPB telah menyalurkan stimulan berupa peralatan dan bahan-bahan kepada kelompok yang dibentuk oleh masyarakat di Desa Karame, Kecamatan Singkil, Kota Manado. Berdasarkan kesepakatan masyarakat, maka dibentuklah Kelompok Usaha Masyarakat Kuliner Kukis Cerdas. Setelah kegiatan pendampingan ekonomi dilakukan, BNPB akan melakukan kegiatan pembinaan pendampingan ekonomi dalam rangka memperkuat kelompok usaha serta peranan pemerintah daerah
Gambar 21: Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca banjir bandang Manado
3. Gunung Sinabung Kabupaten Karo Pada pembangunan huntap relokasi menggunakan dana hibah TA 2015, sasaran relokasi sebesar 1.683 KK (unit rumah). Hasil verifikasi dan validasi sebanyak 1.682 KK telah ditetapkan melalui SK Bupati Karo. Besarnya stimulan bantuan dana rumah (BDR) sebesar Rp. 59,4 juta untuk pembelian tapak rumah dan pembangunan rumah serta bantuan lahan usaha tani (BDLUT) sebesar Rp.50,6 juta.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
54
Pembangunan menggunakan pola pemberdayaan masyarakat dengan mekanisme relokasi mandiri. Relokasi mandiri adalah masyarakat menyiapkan lahan dan membangun rumahnya secara mandiri dengan didampingi secara teknis oleh Tim Pendamping (fasilitator). Pembatasan relokasi mandiri yaitu di luar 7 Km dari puncak Gunung Sinabung dan atau di luar batas Area Terdampak Langsung (ATL) berdasarkan rekomendasi PVMBG dan lokasinya masih berada di dalam wilayah Kabupaten Karo. Progres pembangunan rumah relokasi sampai dengan saat ini telah terealisasi sebanyak 93 KK sedang proses pembangunan fisik rumah melalui pendampingan Tim Rekompak Kemen PUPR dan 55 KK telah dicairkan bantuannya karena telah membangun sendiri rumahnya. Sementara untuk Bantuan Lahan Usaha Tani (BDLUT), telah terealisasi sebanyak 1.263 KK. Sehubungan dengan dana bantuan baik rumah dan lahan usaha tani telah tertransfer dari rekening kas umum daerah ke rekening kelompok masyarakat, maka sifat dana adalah dana masyarakat sehingga proses pembangunan hunian tetap relokasi mandiri dapat dilanjutkan pada TA 2017 yang masih akan mendapatkan pendampingan dari Tim Rekompak Kemen PUPR. Kegiatan pendampingan sosial dilaksanakan di Kawasan Relokasi Siosar pada masingmasing desa, yaitu Desa Simacem, Kelompok Tari Siosar mengembangkan pelatihan tari dan pelatihan tudung serta make up tari. Desa Sukameriah berupa pendampingan sosial yang dilaksanakan berupa peningkatan kemampuan Bahasa Inggris untuk siswa/i SD, SMP, dan SMA. Serta Desa Bekerah dilaksanakan revitalisasi Posyandu Desa bekerah dengan kegiatan berupa Pelatihan Kader Posyandu dan pemberian makanan tambahan bagi balita. Upaya pemulihan sektor ekonomi di Kawasan Relokasi Siosar telah dilakukan dalam kegiatan Pendampingan Ekonomi ialah usaha keripik kentang. BNPB telah menyalurkan stimulan berupa peralatan dan bahan-bahan kepada kelompok yang dibentuk oleh masyarakat di Desa Simacem, Kawasan Relokasi Siosar, Kabupaten Karo. Berdasarkan kesepakatan masyarakat, maka dibentuklah Kelompok Usaha Bersama (KUB) Simacem Simalem. BNPB telah memberikan lima (5) set alat
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
55
pengolahan keripik kentang untuk kelompok tersebut. Setelah kegiatan pendampingan ekonomi dilakukan, BNPB akan melakukan kegiatan pembinaan pendampingan ekonomi dalam rangka memperkuat kelompok usaha serta peranan pemerintah daerah.
Gambar 22: Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca erupsi Sinabung
Dalam upaya peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pascabencana BNPB memberikan dorongan berupa stimulan dalam memulihkan penghidupan sosial ekonomi masyarakat dilakukan dengan melalui pendampingan ekonomi, pembinaan pendampingan ekonomi, dukungan pemasaran, pendampingan sosial serta gelar budaya.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
56
1) Pendampingan Ekonomi BNPB selama tahun 2016 telah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam bentuk pendampingan pada sektor ekonomi. Pendampingan ini menjadi stimulan masyarakat terdampak agar menjadi semakin lenting dan resisten terhadap bencana yang baru saja mereka alami. Hasil dari kegiatan ini telah mengangkat dan meningkatan kemampuan ekonomi warga diwilayah kebencanaan, serta ketangguhan masyarakat dalam hal memulihkan kondisi ekonomi pasca bencana, mendorong terciptanya kearifan lokal dalam memanfaatkan potensi dan sumberdaya lokal yang ada untuk mencegah atau mengurangi dampak kebencanaan (jika sewaktu-waktu datang kembali) dan menimpa perekonomian masyarakat.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
57
Pelaksanaan kegiatan Pembinaan pendampingan ekonomi merupakan keberlanjutan program pendampingan ekonomi yang berfokus pengembangan usaha komoditas unggulan berbasis sumberdaya lokal. Pada tahun 2016 BNPB menginisiasi beberapa perjanjian antara BNPB, BPBD dan SKPD pemerintah daerah untuk menjaga keberlanjutan program pemulihan ekonomi berupa stimulan untuk kelompok masyarakat terdampak yang telah dimulai sejak tahun 2015. Dengan campur tangan pemerintah daerah maka kelompok masyarakat yang masih mendapatkan pendampingan diarahkan agar mereka semakin mandiri.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
58
2) Dukungan Pemasaran Kelompok Terdampak Bencana Dukungan Bencana
Pemasaran Merupakan
diharapkan
ada
Kelompok kegiatan
dukungan
Terdampak
publikasi
yang
pemasaran
pada
kelompok korban terdampak bencana yang sudah mulai
bangkit
memperbaiki
perekonomiannya.
Melalui kegiatan pameran juga diharapkan dapat membantu mempromosikan produk yang dihasilkan korban
terdampak
bencana,
sehingga
dapat
meningkatkan penjualan dan pendapatan. Adapun dalam
tataran
pelaksanaan
kegiatan
berupa
pameran dengan melibatkan dan menampilkan produk hasil karya masyarakat terdampak bencana yang diselenggarakan di Jakarta, Bali, Surabaya, Batam, Manado, Semarang dan Yogyakarta Pemulihan dan Peningkatan Sosial Pascabencana 1) Pendampingan Sosial BNPB
melaksanakan program dan kegiatan
Pendampingan Sosial di daerah pascabencana dengan pola pemberdayaan masyarakat dengan fasilitasi pendampingan dari tenaga- tenaga profesional pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini telah berjalan dan mendapat apresiasi positif dari masyarakat karena kebutuhan sosial mereka menjadi terpenuhi. Bahkan beberapa kelompok masyarakat yang terdampak bergantung terhadap pemulihan sosial yang terdiri dari seni dan budaya lokal. Dampak langsung dari kegiatan ini adalah terbangunnya hubungan antara kelompok masyarakat di wilayah terdampak bencana yang tadinya tersekat dengan stratifikasi sosial. Diharapkan pola hubungan yang terbangun
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
59
didalam masyarakat menjadi semakin solid dalam menghadapi bencana.
2) Gelar Budaya Kegiatan Gelar Budaya di Wilayah Pascabencana adalah memulihkan dan meningkatkan kesejahteraan sosial di wilayah pascabencana menumbuhkan kembali semangat, motivasi dan kepercayaan diri masyarakat pascabencana berdasarkan kesenian yang berkembang sesuai dengan masyarakat di wilayah pascabencana pada tahun 2016 ini dilaksanakan di di Kab Minahasa Selatan dan Kab Tasikmalaya. Gelar Budaya adalah salah satu upaya BNPB untuk memulihkan sektor sosial serta menumbuhkan kembali kearifan lokal masyarakat terdampak bencana. Melalui gelar budaya, BNPB berhasil mengangkat semangat masyarakat untuk bersosialisasi, menyamakan persepsi dan semangat dalam penanggulangan bencana di wilayahnya. Dampak yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat adalah bagaimana mereka tetap menjaga kearifan lokal khususnya dalam pengurangan risiko bencana. Dengan peranan BNPB selanjutnya mereka dapat lebih resisten dan memiliki daya lenting untuk menghadapi bencana di wilayahnya
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
60
Gambar 23: Penampilan tarian dari masyarakat terdampak bencana dalam Kegiatan Gelar Budaya Kab Tasikmalaya dan Minahasa Selatan
Dalam pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, beberapa inovasi yang telah dilakukan BNPB antara lain: a) Aplikasi Pendukung dalam Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (RR) Seluruh
aplikasi
diintegrasikan
RR
dalam
akan sebuah
web RR, sebagai basis data dijital dari seluruh rangkaian kegiatan
rehabilitasi
rekonstruksi guna
pascabencana
mendukung
peningkatan
dan
program
penyelenggaraan
rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana berbasis e-Governance.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
61
e-Jitupasna Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (Jitupasna) merupakan tahap awal yang dilakukan dari rangkaian proses rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah pascabencana. Dalam rangka meningkatkan akurasi Jitupasna berupa kajian dampak, akibat serta kebutuhan pemulihan pascabencana secara cepat, tepat, akurat dan terpadu, dikembangkan aplikasi e-Jitupasna untuk memudahkan proses pengkajian tersebut. e-Jitupasna dilengkapi dengan Petunjuk teknis, buku panduan, serta aplikasi desktop dan web-based, yang telah digunakan pada tahap perencanaan RR Pascabencana baik di BNPB maupun di BPBD. Pemanfaatan
e-jitupasna
mendukung
kinerja
peningkatan
penyelesaian
rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah pascabencana dengan cepat, tepat dan terintegrasi.
Gambar 24: Aplikasi e-Jitupasna
e-Proposal Aplikasi e-proposal rehabilitasi dan rekonstruksi bertujuan untuk menertibkan pemasukan proposal/usulan bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang disampaikan oleh pemerintah daerah (BPBD prov/kab/kota) kepada BNPB melalui satu pintu secara online. Hal ini dilakukan untuk menjaga akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi. Hanya proposal yang memenuhi syarat administrasi
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
62
lengkap yang akan mendapat nomor registrasi dan layak ditindaklanjuti untuk verifikasi lapangan. Pembuatan rancangan e-proposal sudah selesai dan uji coba kepada beberapa BPBD telah dilakukan pada tahun 2016. Tahap selanjutnya perlu disosialisasikan kepada seluruh BPBD dan dibuat aturan/legislasi untuk penerapan/implementasinya.
Gambar 25: Aplikasi e-proposal
e-Pelaporan e-Pelaporan rehabilitasi
merupakan dan
aplikasi
rekonstruksi
yang
mendukung
pascabencana
terkait
pelaporan
kegiatan
pemanfaatan
hibah
pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam rangka bantuan pendanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Tujuan dari e-pelaporan adalah untuk memudahkan pembuatan laporan, meminimalisir kesalahan dalam pembuatan laporan, mempercepat penyampaian laporan dan menyediakan database dan arsip elektronik pelaporan. e-Pelaporan mulai diaplikasikan pada pemerintah daerah penerima dana hibah RR sejak tahun anggaran 2015. Pada aplikasi ini tersimpan seluruh data pelaksanaan RR mulai dari data penyaluran, rencana kerja (RKA) sampai dengan progress triwulan dan laporan akhir.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
63
Gambar 26: Aplikasi e-pelaporan
e-Asset Pengembangan e-Asset dilakukan untuk inventarisasi seluruh aset fisik hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi tahun 2009 s.d 2013. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menyediakan database hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dengan lingkup kegiatan adalah seluruh hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang menggunakan alokasi dana APBN pada DIPA BNPB tahun anggaran 2009, 2010, 2011 dan 2013 yang dikelola oleh provinsi/kabupaten/kota penerima dana. Proses inventarisasi dan manajemen database dilakukan secara bertahap, mulai dari April 2015 dan masih berlangsung hingga saat ini. Diharapkan seluruh aset fisik hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dapat diinventarisasi sehingga mempermudah dalam monitoring dan evaluasi secara keseluruhan, terhadap kebijakan, pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah secara komprehensif. Untuk selanjutnya hasil e-Asset akan terkoneksi dengan ePelaporan yang menghasilkan database komprehensif seluruh kegiatan RR pascabecana mulai dari 2009 sampai dengan saat ini.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
64
Gambar 27: Aplikasi e-asset
Mapping asset Mapping asset merupakan kegiatanpemetaan rumah dan aset fisik hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana berbasis web-GIS. Kegiatan ini terutama dimaksudkan guna melengkapi informasi spasial dari basis data aset kegiatan RR Pascabencana tahun 2009 – 2013. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap, dimulai pada tahun Anggaran 2015. Kegiatan
dilakukan
dengan
membangun
aplikasi
berbasis
web
untuk
menampilkan hasil pemetaan aset yang dilaksanakan di 5 (lima) provinsi yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah, DIY, Papua dan Papua Barat. Pada tahun 2016, kegiatan pemetaan aset dilanjutkan dengan mengembangkan aplikasi untuk survey lapangan dalam bentuk aplikasi mobile berbasis android. Pemetaan dilaksanakan di 2 (dua) provinsi yaitu Aceh dan NTB.Untuk selanjutnya, akan dilakukan pemetaan rumah dan aset rehabilitasi dan rekonstruksi untuk wilayah yang belum tercover pada T.A 2015 dan 2016.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
65
Gambar 28: Mapping Asset
b)
Indeks Pemulihan Pascabencana Indeks pemulihan pascabencana adalah indeks yang mengukur pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana pada suatu daerah/wilayah/kawasan terdampak bencana
melalui
perkembangan
data
dan
informasi
kondisi
sosial
ekonomi
masyarakatnya. Salah satu metoda yang digunakan adalah Indonesia Post Disaster Recovery Index (Ina-PDRI), suatu metoda yang dikembangkan dan diperkenalkan oleh penggiat rehabilitasi dan rekonstruksi di Indonesia, diantaranya BNPB, BPS, Akademisi, UNDP, dll. Rumusan Ina-PDRI yang digunakan untuk menghitung Indeks pemulihan ekonomi di wilayah pascabencana adalah indeks komposit yang terdiri dari beberapa indeks dari aspek: (1) pendidikan, (2) kesehatan dan (3) ekonomi.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
66
Cara pengumpulan data (berupa data kualitatif dan kuantitatif) adalah dengan survey, wawancara, dan pengamatan, serta desk studi dari dokumen yang tersedia, meliputi: 1) Data subjek terkait dengan opini, sikap, pengalaman, dan karakteristik; 2) Data fisik terkait dengan fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, ekonomi dan infrastruktur;
fasilitas
3) Data dokumenter seperti jurnal, laporan kegiatan, hasil kajian. Adapun parameter yang diukur adalah sebagai berikut: 1) Aspek pendidikan berupa Angka partisipasi murni (APM) SD, SLTP dan SLTA. 2) Aspek Ekonomi berupa Angka Partisipasi Angkatan Kerta (TPAK), dan 3) Aspek kesehatan berupa Angka Kesakitan (Morbidity). Pada tahun anggaran 2016 telah dilaksanakan pengukuran indeks pemulihan pascabencana metoda Ina-PDRI di 30 kabupaten/kota, termasuk diantaranya adalah wilayah yang terdampak bencana masif, yaitu Kabupaten Karo Sumatera Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat, dan Kota Manado Sulawesi Utara. Pada tahun anggaran 2017 direncanakan pelaksanaannya akan dikembangkan di kabupaten/kota penerima dana hibah rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana tahun anggaran 2015. Dengan menggunakan metode penentuan jumlah sampel untuk menentukan jumlah KK pada masyarakat terdampak bencana yang diwawancarai dengan purposive sampling, pelaksanaan pengukuran Indeks Pemulihan Bencana (InaPDRI) di 30 kabupaten/kota menunjukkan :
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
67
tingkat kesejahteraan adalah suatu komposit indeks yang terdiri dari indeks pemulihan aspek pendidikan, indeks pemulihan aspek kesehatan dan indeks pemulihan aspek ekonomi.
peningkatan nilai indeks Ina-PDRI rata-rata dari tahun 2014 ke tahun 2015 adalah sebesar 2,46%.
Kesimpulan hasil perhitungan Ina-PDRI di 30 kabupaten/kota kajian bahwa telah terjadi peningkatan nilai indeks pemulihan ekonomi dari saat terjadinya bencana sampai dengan tahun 2015. Peningkatan nilai indeks Ina-PDRI rata-rata dari tahun 2014 ke tahun 2015 adalah sebesar 2,46%. Peningkatan nilai ini artinya adalah upaya dari pemerintah khususnya BNPB telah mampu membantu mendorong masyarakat terdampak agar dapat kembali hidup mandiri dengan segala sumber daya yang dimilikinya. Karena pencapaian-pencapaian program BNPB pada masa pemulihan pascabencana
memang
mengupayakan
masyarakat
agar
tidak
berlarut-larut
tenggelam dalam suasana bencana. Oleh karena itu masih diperlukan program rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana untuk mencapai terjadinya pemulihan seperti sedia kala atau kearah yang lebih baik lagi. Beberapa penghargaan yang diterima oleh BNPB dalam kegiatan pameran yang diikuti selama tahun 2016 adalah: 1) Penghargaan meraih juara 2 kategori stand terbaik dalam
acara
Pameran
Invesda Expo di Jogjakarta pada tanggal 26-29 Mei 2016. 2) Penghargaan meraih Juara Harapan 2 kategori umum penataan display produk terbaik dalam acara Batik Bordir dan Aksesoris Fair di Surabaya pada tanggal 11LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
68
15 Mei 2016. 3) Penghargaan sebagai kategori stand terbaik dalam acara Batam Creative Industry Expo 2016 15-19 September 2016 di Mega Mall, Batam. 4) Penghargaan meraih juara 2 kategori stand terbaik dalam acara Pameran KTNA Expo di Samarinda Convention Hall, Kalimantan Timur pada tanggal 23-26 September 2016. Dalam penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi selama tahun 2016, BNPB melakukan koordinasi dengan berbagai Instansi di lingkup nasional dan internasional dengan beberapa capaiannya adalah : a) Peran BNPB dalam Working Group Recovery Dalam penanggulangan bencana di level ASEAN, Indonesia dalam hal ini BNPB khususnya Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi memiliki dipercaya menjadi co chair dalam keanggotaan Working Group Recovery (WGR). BNPB berpartisipasi aktif dalam capaian ADDMER WORK PROGRAME sejak tahun 2009 - 2016. WGR bekerja sesuai dengan rumusan yang tertera dalam AADMER Priority Programme 7: RECOVER, bercita-cita untuk memberdayakan negara-negara anggota ASEAN dalam melakukan pemulihan bencana dengan cepat dan berbasiskan kemampuan serta sumber daya lokal yang ada. Beberapa output aktifitas kegiatan yang dilakukan berikut peran serta BNPB adalah sebagai berikut: 1. Menyebarluaskan
Panduan
Referensi
Pemulihan
Bencana
ASEAN
untuk
membangun kesadaran di antara lembaga pemerintah mengenai pengaturan pemulihan yang dibutuhkan, yang pada pertemuan ke 6 WGR di Nay Pyi Taw, Myanmar dilakukan diseminasi dan pelatihan simulasi (SIMEX) penggunaan buku panduan tersebut bagi negara-negara anggota WGR. 2. Memperkenalkan beberapa alat untuk penilaian/assessment (PDNA dan penilaian dampak sosial), serta monitoring dan evaluasi (Indeks Pemulihan) dan disesuaikan ke dalam konteks ASEAN. BNPB berkontribusi dan berbagi tools/alat assessment yang telah dibuat, yakni Jitu Pasna/PDNA, e-PDNA/elektronic PDNA, Post-Disaster Rehabilitation and Reconstruction dan Post-Disaster Recovery Index/PDRI.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
69
3. Membentuk Forum Pemulihan Reguler ASEAN, dilakukan back-to-back dengan sesi terbuka Kelompok Kerja Pemulihan ACDM, untuk mengumpulkan mitra, sektor swasta, dan pemangku kepentingan lainnya, guna mengembangkan pengaturan pemulihan pra-bencana di wilayah bencana.
Gambar 29: Buku ASEAN Disaster Recovery Reference Guide
Foto 2 dan 3: Buku Pelatihan PDRR & PDNA
b) Inisiasi BNPB dalam Pembentukan Forum RR Pascabencana Pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi yang bertujuan untuk memulihkan kehidupan masyarakat di wilayah yang terkena bencana berjalan lambat dan tidak tuntas. Persoalan ini telah mengakibatkan penderitaan masyarakat korban bencana menjadi berkepanjangan dan memicu terjadinya gejolak sosial dan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah Pusat dan Daerah. Terhadap permasalahan tersebut, dalam rangka peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, harus ditingkatkan efektivitas fungsi pelaksanaan hubungan kerja dengan multi pihak, baik K/L, dunia usaha seperti BUMN/D dan swasta serta Perguruan Tinggi yang dapat mendorong setiap pihak yang potensial terlibat dalam pemenuhan komitmen untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah yang terdampak bencana, sehingga pemulihan kehidupan masyarakat yang terkena bencana dapat segera terwujud.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
70
Gambar 30: Kegiatan koordinasi dalam rangka inisiasi pembentukan Forum RR dengan Interdep, Dunia Usaha/Lembaga Non Pemerintah/Lembaga Internasional dan Perguruan Tinggi
Fungsi pelaksanaan hubungan kerja dimaksud akan dapat diefektifkan dilakukan melalui pembentukan Forum RR Pascabencana yang dibagi dalam klaster sesuai bidangnya, yang telah diinisiasi rancangan pembentukannya oleh BNPB pada tahun anggaran 2016 melalui koordinasi dengan berbagai stakeholder dan penyusunan draft pedomannya akan dilanjutkan pada TA 2017. Melalui Forum ini diharapkan akan secara aktif dilakukan pemantauan terhadap daerah yang memerlukan bantuan RR dan menjaringpenyediaan pendanaan dengan metode konstruksi yang membangun lebih baik dan lebih aman yang berbasis pengurangan risiko bencana. c)
Apresiasi BNPB terhadap Kontribusi Lembaga Eksternal dalam Penanggulangan Bencana Dalam rangka meningkatkan kordinasi antar stakeholder BNPB khususnya bidang rehabilitasi dan rekonstruksi ikut mengambil peran pada kegiatan bulan Pengurangan Risiko Bencana yang dibarengi dengan kegiatan ACDM ke 24, yang dilaksanakan di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara, berupa kegiatan pameran LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
71
kebencanaan. Tiap instansi/lembaga yang bekerja di bidang kebencanaan dapat menunjukkan hasil kinerjanya kepada masyarakat, BPBD Se-Indonesia dan negaranegara ASEAN.
Gambar 31: Penyelenggaraan Pameran PRB Manado dikunjungi juga oleh Kepala BMKG dan Bupati Minahasa
Utara.
Pengunjung yang datang setiap harinya mencapai 1.500 orang dari berbagai kalangan dari prkatisi, anak sekolah, BPBD
Se-Indonesia
dan
juga
masyarakat setempat karena pameran juga menjadikan salah satu media edukasi penanggulangan bencana bagi masyarakat
Kota
Manado
dan
sekitarnya. Selain itu, Pameran PRB turut dikunjungi oleh para pejabat, antara lain Sekjen Kemenkes, Kepala
Gambar 32: Penyerahan Penghargaan Kepada Peserta Pameran Terbaik dalam Pameran PRB Manado oleh Kepala BNPB
BMKG, para bupati/walikota, Kepala Pelaksana BPBD provinsi/kabupaten/kota, perwakilan dari Kementerian Bappenas, perwakilan dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
72
perwakilan dari Kementerian Perhubungan, perwakilan dari Badan Pusat Statistik, dan perwakilan dari Kementerian Pertanian. Melalui kegiatan pameran diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kegiatan kebencanaan serta memberikan aperesiasi kepada pelaku-pelaku kebencanaan dilapangan. Penyerahan hadiah, sertifikat, dan tropi diberikan oleh Kepala BNPB untuk apresiasi yang diberikan, BNPB berharap dapat terus mensinergikan antar elemen-elemen stakeholder agar penanggulangan bencana dapat terjaga dan semakin baik koordinasinya. Bidang rehabilitasi dan rekonstruksi BNPB didukung oleh 54 orang pegawai negeri sipil dan 17 orang tenaga pendukung. Jumlah tersebut masih belum memadai mengingat besarnya beban kerja yang tidak sebanding dengan jumlah sumber daya manusia. Selain itu, dikarenakan kebijakan penghematan anggaran yang dilakukan pada 2016, terdapat beberapa kegiatan terkait pengembangan kapasitas sumber daya yang tidak dapat dilaksanakan. Hal tersebut secara langsung tidak mempengaruhi output kinerja, namun cukup penting dalam mendukung kinerja bidang rehabilitasi dan rekonstruksi secara keseluruhan. Untuk itu masih diperlukan peningkatan sumber daya baik dari segi jumlah maupun kapasitas karyawan guna meningkatan kinerja dalam bidang rehabilitasi dan rekonstruksi.
Sasaran Strategis 4: Tersedianya Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana Yang Memadai
Prosentase Daerah Yang Memiliki Logistik Dan Peralatan Penanggulangan Bencana Yang Memadai
Dalam Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana sudah mendukung kegiatan penanggulangan bencana yang memadai keseluruh provinsi yang ada di Indonesia. Dimulai dengan pengadaan sampai kepada pendistribusian dan pelatihan sumber daya manusia di daerah untuk memenuhi standar yang dibutuhkan untuk
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
73
menanggulangi bencana khususnya dibidang logistik dan peralatan. Terdapat 10 Paket bantuan logistik dan 19 Paket peralatan yang didorong kedaerah dalam rangka kesiap siapsiagaan dan penguatan kelembagaan. Pemberian bantuan logistik dan peralatan dilakukan untuk mendukung kesiapan daerah dalam penanggulangan bencana dan untuk menurunkan indeks risiko, selain hal tersebut untuk mendukung dalam siaga darurat ketika bencana terjadi, hal ini ditujukan untuk membuat BPBD serta masyarakat segera mendapat bantuan tidak kurang dari 72 hari. Sampai dengan tahun 2016, sudah terbentuk sebanyak 501 BPBD Prop/Kab/Kota, dari total BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota tersebut yang telah menerima bantuan logistik dan peralatan rata-rata sebesar 50,20% dari target 45%, atau dengan capaian kinerja sebesar 111,55%, dengan rincian penggunaan Anggaran sebagai berikut : Tabel 15. Rencana & Realisasi Capaian Sasaran Logistik dan Peralatan Tahun 2016
Angaran 2016
No
Indikator Kinerja
Capaian 2015
Target
Realisasi
Tersedia
Realisasi
Realisasi
1
Prosentase Daerah yang memiliki Peralatan Penanggul angan Bencana yang memadai
45.00%
45,00%
50.20%
477.541.000.000
476.713.422.004
99,83%
Penghitungan Peningkatan dukungan bantuan logistik ke BPBD dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebagai berikut: Tabel 16. Dukungan Bantuan Logistik dan Peralatan ke BPBD Prov/Kab/Kota TAHUN
LOGISTIK (Prov/Kab/Kota)
%
PERALATAN (Prov/Kab/Kota)
%
TOTAL
2012 2013 2014 2015 2016
95 122 100 101 250
18.96 24.35 19.96 20.16 49.90
186 492 392 501 253
37.13 98.20 78.24 100.00 50.50
281 614 492 602 503
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
% RATARATA 28.04 61.28 49.10 45.00 50.20
74
GRAFIK BPBD PENERIMA BANTUAN LOGISTIK DAN PERALATAN TAHUN 2012 S/D 2016 LOGISTIK
PERALATAN
TOTAL
614
602
492
503
501
492 392
281 186
95
2012
250 253 122
101
100
2013
2014
2015
2016
Gambar 33: BPBD Penerima bantuan Logistik dan Peralatan tahun 2012 s/d 2016
Bila dibandingkan dengan capaian keuangan dengan tahun sebelumnya (tahun 2012 s/d 2016) sebagai berikut: Tabel 17. Perbandingan Capaian Keuangan Tahun 2012 s/d 2016 TAHUN
Dana DIPA (Rp.)
Realisasi (Rp.)
% Capaian
2012
490,570,000,000
461,769,464,386
94.13%
2013 2014 2015 2016
520,291,548,000 363,022,180,000 477,422,068,000 477,541,000,000
516,044,870,199 360,064,196,002 473,674,444,559 476,713,422,004
99.18% 99.19% 99.22% 99.83%
Dalam penganggulangan bencana berkaitan dengan logistik dan peralatan BNPB tidak hanya mendukung bantuan logistik dan peralatan, namun juga melakukan kegiatankegiatan yang bersifat mendukung sasaran strategis utama yang dituangkan kedalam bentuk kegiatan yaitu: 1.
Peningkatan Kapasitas SDM di tingkat BPBD melalui kegiatan Peningkatan pengetahuan manajemen logistik dan Pembekalan/Workshop Logistik dan Peralatan, Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan bidang manajemen logistik peralatan bagi BPBD 33 Provinsi.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
75
2.
Kegiatan Inventarisasi Ketersediaan & Kebutuhan logistik dan peralatan bagi BPBD 33 Provinsi Kegiatan ini untuk mengetahui kebutuhan logistik dan peralatan dari masing – masing BPBD, serta untuk mengetahui ketersediaan logisik dan peralatan di BPBD. Kegiatan gelar peralatan, Dengan diselenggarakannya kegiatan ini bertujuan agar BNPB memiliki kesiapan dalam menghadapi situasi darurat bencana, baik dari segi SDM nya maupun dari segi peralatan PB.
3.
Penilaian kebutuhan logistik dan peralatan di BPBD Provinsi/Kab/Kota, Dari hasil kegiatan penilaian kebutuhan akan menghasilkan data kebutuhan dari masing – masing BPBD, dan dari data tersebut akan dijadikan acuan pengadaan logistik dan peralatan di tahun mendatang.
4.
Penguatan manajemen logistik dan peralatan di daerah rawan bencana
5.
Menyusun Pedoman/ Petunjuk Pelaksanaan / Petunjuk Teknis / SOP terkait logistik dan Peralatan. Dengan adanya peraturan diharapkan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya akan sesuai kaidah yang berlaku, dan akam meningkatkan kinerja BNPB
6.
Pengadaan logistik dan peralatan, Diharapkan ketersediaan logistik dan peralatan yang akan mendukung penanggulangan bencana di daerah
7.
Distribusi logistik dan peralatan ke BPBD Prov/Kab/Kota, Kegiatan ini menyalurkan logistik dan peralatan ke 34 Provinsi yang merupakan bentuk bantuan penguatan.
8.
Monitoring dan evaluasi logistik dan peralatan di 33 propinsiMelakukan monitoring dan evaluasi guna mengetahui hasil dukungan logistik dan peralatan, dan mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan logistik dan peralatan apakah telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pemanfaatan Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana saat terjadi bencana Pada saat masa tanggap darurat Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana senantiasa siap siaga untuk memberikan bantuan baik berupa logistik maupun Peralatan penanggulangan
Bencana,
berikut
ini
adalah
pemanfaatan
Logistik
Peralatan
Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat bencana.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
76
Gambar 34: Pengiriman Paket Bantuan Logistik di Banjir Sampang Madura
Gambar 35: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim
Gambar 36: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim
Gambar 37: Pemanfaatan Logistik di Banjir Jawa Barat
Gambar 38: Logistik yang Telah diterima Masyarakat
Gambar 39: Proses Bongkar Logistik di Kabupaten Garut
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
77
Gambar 40: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah sementara pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya
Gambar 41: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah sementara pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya
Gambar 42: Pemanfaatan Mobil Tangki Air untuk suplai air bersih pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya
Gambar 43: Pemanfaatan Mobil Dapur Umum Lapangan sebagai Sarana Dapur Umum pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
78
Dengan terpenuhinya dukungan logistik dan peralatan, hasil yang dicapai adalah: a. Semua pihak yang terkait dalam penanganan bencana baik Pemerintah Pusat (BNPB) maupun Pemerintah Daerah (BPBD) lebih siap, cepat dan tanggap dalam menghadapi ancaman bencana. b. Dapat menguatkan kelembagaan penanggulangan bencana dalam sarana dan prasarana di BPBD daerah. c. Dengan adanya penguatan berupa persiapan logistik dan peralatan di daerah, maka
ketika
terjadi
bencana
BPBD
Propinsi/Kabupaten/Kota
dapat
mengantisipasi kejadian bencana atau dengan kata lain risiko bencana yang datang dapat dikurangi.
Sasaran Strategis 5: Terlaksananya Peningkatan Kapasitas Pelayanan dan Kinerja Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Rata-rata Waktu Penyebaran Informasi Kejadian Bencana
Indikator kinerja utama (IKU) selanjutnya adalah rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana. Pencapaian IKU pada 2016 sangat baik, yaitu sebesar 199%. Target rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana pada tahun 2016 selama 4,5 jam dan BNPB mampu merealisasikan dalam waktu rata-rata sudden on set dan slow on set 2,26 jam. Sementara itu, sebagai perbandingan target BNPB pada 2015 selama 5 jam dan 2019 nanti selama 3 jam. Berikut ini perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja pada tahun sebelumnya. Tabel 18: Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dan 2016
No 1 2
Tahun 2015 2016
3
2019
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
Target 5 jam 4,5 jam 3 jam
Pencapaian 3,5 jam 2,26 jam
Persentase 155% 150%
N/A
79
BNPB menilai bahwa penyebaran data dan informasi sangat penting dengan latar belakang prinsip keselamatan jiwa dan seminimum mungkin kerugian dampak bencana. Target penerima dan pengguna data dan informasi tersebut adalah publik, seperti masyarakat dan media massa. Di samping itu, BNPB juga memandang mitra kerja seperti kementerian/lembaga, TNI, Polri, pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah, organisasi masyarakat, lembaga donor, maupun dunia usaha yang memiliki kepedulian di bidang bencana untuk mendapatkan data dan informasi. Melihat pencapaian dalam penyebaran data dan informasi, BNPB menggunakan media atau kanal yang dapat diakses secara mudah oleh publik. Penyebaran data dan informasi bencana yang dilakukan melalui beberapa media, sebagai berikut: 1. Sosial media (Whatsapp, Instagram, Twitter, Facebook, Line) 2. Sistem
Informasi/Aplikasi
(website
BNPB,
InAWARE,
Pantauan
Bencana,
Geospasial) 3. Pendekatan Media Massa (konferensi pers, siaran pers)
Secara ringkas, alur data dan informasi yang disebarkan kepada publik bersumber dari monitoring room BNPB, pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat provinsi, kabupaten/kota, pejabat BPBD di tingkat provinsi, kabupaten/kota serta stakeholders, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi.
Data dan informasi dari Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB digunakan sebagai acuan informasi oleh media massa dalam bentuk berita di media online, running text di televisi serta berita di media konvensional, seperti koran. Pada era teknologi informasi, media sosial merupakan kanal yang paling efektif dalam penyebaran data dan informasi kejadian bencana. Cara kerja penyebaran data dan informasi kejadian bencana yang cepat dilakukan yaitu BNPB membroadcast berita via Whatsapp dan media massa menerbitkan berita berdasarkan sumber BNPB tersebut.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
80
Media sosial Whatsapp mampu menyimpan 250 database kontak wartawan dari media massa lokal, nasional maupun internasional. Strategi Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB mengganti media sosial dari Blackberry Messenger (BBM) ke Whatsapp karena beberapa hal sebagai berikut: 1. Aplikasi lebih popular dan mudah dalam penggunaan untuk berkomunikasi via smartphone 2. Kemampuan untuk mengirimkan text dengan karakter tidak terbatas, gambar, suara dan video 3. Kapasitas penyimpan contact person besar di dalam grup.
Melalui media atau kanal yang dimiliki BNPB, informasi dapat disampaikan secara cepat kepada
masyarakat,
khususnya
kejadian
bencana,
upaya
penanganan
dan
perkembangan terkini pascabencana.
Rata-rata penyebaran informasi kebencanaan slow on set adalah 3 jam 10 menit dan sudden on set adalah 1 jam 43 menit. Kecepatan penyebaran informasi ini didukung oleh penyampaian laporan kejadian bencana yang cepat dari daerah ke pusat. Hal ini tidak terlepas dari bantuan Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB ke BPBD-BPBD di tingkat daerah berupa peralatan radio komunikasi, teknologi informasi, pembentukan pusat pengendali operasi dan mobil komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan mudahnya masyarakat dalam mengakses berita membuat penyampaian informasi kebencanaan lebih cepat sampai kepada masyarakat.
Peningkatan Penyebaran Informasi kejadian bencana yang dilakukan BNPB: a. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian bencana slow on set (durasi waktu 5 jam pasca bencana) Penyebaran data dan informasi kejadian bencana slow on set mengarah kepada kejadian bencana yang sebelumnya dapat diprediksikan, seperti banjir, tanah longsor, dan erupsi gunung api. Sebagai contoh pada kejadian bencana erupsi gunungapi, lembaga yang berwenang, PVMBG – Badan Geologi akan menetapkan status dan
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
81
rekomendasi terkait dengan gunungapi (umumnya kenaikan status diberlakukan pada durasi 1 – 2 jam kemudian sebelum kejadian). Data dan informasi yang berupa status dan rekomendasi tersebut mengalami proses analisis hingga pernyataan resmi pemerintah pertama ke publik melalui Whatsapp (khusus media massa), Twitter, dan website BNPB pada durasi 5 – 10 menit. Setelah itu, jika terjadi bencana, dalam durasi 30-60 menit, pemerintah mengeluarkan pernyataan resmi kedua ke publik yang berisi analisis lebih lanjut berupa dampak dan penanggulangan kejadian bencana. Indikator yang digunakan dalam mengukur sasaran strategis ini adalah:
Terbangun koordinasi dalam bentuk pertukaran data dan informasi antara BNPB, BMKG, PVMBG-Badan Geologi, Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), BPBD di tingkat provinsi, kabupaten/kota serta mitra penanggulangan bencana, seperti Palang Merah Indonesia, Taruna Siaga Bencana, lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa, lembaga non-pemerintah, dan lembaga donor.
Integrasi data kependudukan BPS dan informasi geospasial wilayah terdampak dari BNPB.
Publik mendapatkan informasi terkini terkait tanggap darurat bencana di lokasi bencana.
Tersebarnya informasi, yang bersumber dari BNPB, di media massa baik nasional maupun lokal.
BNPB sebagai acuan media massa dalam menginformasikan kejadian bencana
Dengan capaian ini informasi kejadian bencana bisa lebih cepat dari yang ditargetkan sehingga memungkinkan masyarakat atau para pemangku kepentingan untuk melakukan langkah-langkah antisipasi. Dengan demikian risiko bencana dapat dikurangi. Berikut ini beberapa penyebaran data dan informasi kejadian bencana yang slow on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun 2016 yang bersumber dari BNPB, baik melalui Whatsapp (WA), konferensi pers dan website BNPB (www.bnpb.go.id) :
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
82
Tabel 19: Sebaran data dan informasi kejadian bencana yang slow on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun 2016
No 1
2
3
4
5
Kejadian Bencana Waktu dari Jenis sumber Bencana informasi Longsor 9 Maret 2016 Cianjur Info: BPBD Kabupaten Cianjur Banjir 9 Mei 2016 Gorontalo Utara Info: BMKG
Analisis Awal Pemicu kejadian Dampak Upaya
16.00 WIB
Pemicu kejadian Dampak Upaya Potensi bencana Upaya
http://bnpb.go.id/home/detail/29 35/Dua-Orang-Terseret-BanjirBandang-di-Gorontalo-Utara
28 Agustus 20169 Mei 2016
16.00 WIB
4 jam 49 menit
http://bnpb.go.id/home/detail/30 70/44-Hotspot-KarhutlaSebabkan-Kualitas-Udara-RiauMemburuk
28 Agustus 2016
21.48 WIB
4 jam 48 menit
Pemicu kejadian Dampak Upaya 11.30 Pemicu WIB kejadian Dampak Upaya
http://sumatera.metrotvnews.co m/peristiwa/gNQxYOOK-lebih2-000-warga-terisolir-lantaranbanjir-menerjang-di-aceh-jaya
7 November 2016
09.00 WIB
5 jam
http://www.bbc.com/indonesia/in donesia-38413070
23 Desember 2016
13.29 WIB
2 jam 79 menit
28 Agustus 2016
17.00 Wib
Info: LAPAN Banjir Aceh Info: BMKG
7 November 2016
04.00 WIB
23 Desember 2016
Durasi Waktu (jam)
21.00 WIB
Karhutla Riau
Banjir Bima Info: BMKG
Penyebaran Data dan Informasi Media (sampel) yang mengacu pada Waktu informasi BNPB http://regional.kompas.com/re 9 Maret 2016 22.21 WIB ad/2016/03/09/12503311/Long sor.Terjang.Hotel.di.Cianjur.pa da.Tengah.Malam
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
83
1 jam 21 menit
Penyebaran data dan informasi kejadian bencana pada konteks slow on set
Gambar 44: media sosial (Twitter) dan website (www.bnpb.go.id)
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
84
InAWARE (http://inaware.bnpb.go.id/inaware/)
Geospasial (http://geospasial.bnpb.go.id/)
Gambar 45: InAware dan Geospasial
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
85
Gambar 46: Twitter (@BNPB_Indonesia) dan Youtube BNPB
b. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian bencana sudden on set (durasi waktu 1 jam pasca bencana)
Penyebaran data dan informasi kejadian bencana sudden on set mengarah kepada kejadian bencana yang tidak dapat diprediksikan, seperti gempabumi. Sebagai contoh pada kejadian bencana gempabumi, lembaga yang berwenang, yaitu BMKG akan menginformasikan kejadian yang terjadi dalam durasi 5 menit kepada Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB dan Kepala BNPB. Kemudian Pusdalops melakukan pengecekan ke lokasi dan pemetaan otomatis dampak gempabumi tersebut. Ini memerlukan waktu 10 menit. Setelah itu, proses analisis awal hingga pernyataan resmi pemerintah awal dengan periode waktu yang dibutuhkan 5 – 10 menit. Pernyataan itu disebarluaskan kepada publik melalui Whatsapp (khusus media massa), twitter, facebook, dan website BNPB. Selanjutnya pemerintah memberikan pernyataan resmi kedua pada
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
86
publik dengan periode waktu 30 – 60 menit. Pernyataan resmi kedua berisi analisis lebih lanjut berupa dampak dan penanggulangan. Indikator yang digunakan dalam mengukur sasaran strategis ini adalah: Terbangun koordinasi dalam bentuk pertukaran data dan informasi antara BNPB, BMKG, PVMBG, BIG, BPS, KLHK, BPBD di tingkat provinsi, kabupaten/kota serta mitra penanggulangan bencana, seperti Palang Merah Indonesia, Taruna Siaga Bencana, lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa, lembaga non-pemerintah, dan lembaga donor. Integrasi data kependudukan BPS dan informasi geospasial wilayah terdampak dari BNPB. Akses secara online kejadian bencana dengan internet (InAWARE dan Pantauan Bencana) Publik mendapatkan informasi terkini terkait tanggap darurat bencana di lokasi bencana. Tersebarnya informasi, yang bersumber dari BNPB, di media massa baik nasional maupun lokal. BNPB sebagai acuan media massa dalam menginformasikan kejadian bencana Berikut ini beberapa penyebaran data dan informasi kejadian bencana yang sudden on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun 2016 yang bersumber dari BNPB, baik melalui Whatsapp (WA), konferensi pers, dan website BNPB (www.bnpb.go.id):
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
87
Tabel 20: Sebaran data dan informasi kejadian bencana yang sudden on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun 2016 Kejadian Bencana Penyebaran Data danInformasi Durasi Waktu Media (Sampel) yang No Analisis awal Jenis Waktu dari sumber (Jam) mengacu pada informasi Waktu Bencana informasi BNPB 1 Gempa 12 Februari 17.02 http://bnpb.go.id/home/detail/280 12 17.53 51 menit Kekuatan gempa Sumba Barat 2016 WIB 5/Gempa-6,6-SR-GuncangFebruari WIB Kondisi Info:BMKG Sumba-Barat,-Komunikasi-Sulit- 2016 masyarakat Dilakukan Dampak korban 2
Gempa Malang Info: BMKG
2 Maret 2016
13.09 WIB
dan kerusakan Monitoring BNPB Kekuatan gempa
3
Gempa Garut Info: BMKG
6 April 2016
21.45 WIB
Monitoring BNPB Kekuatan gempa
4
Gempa Bengkulu Info: BMKG
10 April 2016
09.14 WIB
5
Banjir Garut Info : BMKG
01.00 WIB
6
Gempa Pidie, Aceh Info : BMKG
21 September 2016 7 Desember 2016
Kekuatan gempa Kondisi masyarakat Dampak korban dan kerusakan Pemicu banjir Upaya
05.03 WIB
Kejadian (kekuatan,
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
http://bnpb.go.id/home/detail/283 0/Malang-Diguncang-Gempa5,2-SR-MasyarakatBerhamburan http://bnpb.go.id/home/detail/287 9/Gempa-6,1-SR-GuncangBarat-Daya-Garut,-TerasaHingga-Jakarta http://bnpb.go.id/home/detail/288 2/Gempa-5,9-SR-di-BengkuluTidak-Berpotensi-Tsunami
2 Maret 2016
14.29 WIB
1 jam 20 menit
6 April 2016
22.05 WIB
40 menit
10 April 2016
10.23 WIB
1 jam 9 menit
http://www.bbc.com/indonesia/be rita_indonesia/2016/09/160921_i ndonesia_banjir_garut http://www.antaranews.com/berit a/600319/52-orang-tewas-akibatgempa-pidie-jaya
21 September 2016 7 Desember 2016
07.13 WIB
6 jam 13 menit
06.39 WIB
1 jam 36 menit
88
Kejadian Bencana No
Jenis Bencana
Analisis awal
Waktu dari sumber informasi
7
Banjir Bandang Bima Info : BMKG
21 Desember 2016
03.00 WIB
8
Gempa Maluku Info : BMKG
21 Desember 2016
07.17 WIB
koordinat, spesifikasi gempa) Dampak Upaya Monitoring BNPB Dampak korban dan kerusakan infrastruktur Kejadian (kekuatan, koordinat, spesifikasi gempa) Dampak Upaya
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
Penyebaran Data danInformasi Media (Sampel) yang mengacu pada informasi Waktu BNPB
Durasi Waktu (Jam)
http://bnpb.go.id/home/detail/322 0/Ribuan-Rumah-TerendamBanjir-di-Bima
21 Desember 2016
05.05 WIB
2 jam 5 menit
https://nasional.tempo.co/read/n ews/2016/12/21/058829406/gem pa-6-6-sr-guncang-maluku-takberpotensi-tsunami
21 Desember 2016
07.41 WIB
24 menit
89
Live via stasiun televisi
Konferensi pers
Gambar 47: Live melalui TV dan Konferensi Pers Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
90
Sarana Prasarana Pendukung Kecepatan Informasi Kecepatan informasi mengenai bencana yang disebarkan oleh BNPB tergantung dari laporan kejadian bencana dari daerah ke pusat. Kejadian bencana yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia dipantau oleh Pusdalops yang bekerja selama 24 jam. Informasi dari daerah dapat secara cepat didapatkan karena bantuan peralatan teknologi informasi yang sangat mendukung. Berdasarkan data bencana BNPB, kecenderungan kenaikan kejadian bencana meningkat, salah satu faktor adalah pencatatan yang lebih baik dilakukan oleh BPBD di tingkat kabupaten dan kota.
Informasi bencana yang didapatkan dari daerah, langsung disebarluaskan ke media massa melalui Whatsapp dan dimuat dalam website, twitter, ataupun facebook BNPB. Dukungan BNPB kepada BPBD dengan pembuatan pusdalops daerah, pemberian bantuan peralatan teknologi informasi dan mobil komunikasi sangat membantu dalam penyampaian informasi bencana. Selain itu, peningkatan sumberdaya di daerah juga dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan, sehingga sumber daya daerah semakin handal dalam pelaporan kejadian bencana.
Tantangan BNPB yang berdiri sejak delapan tahun lalu terus berupaya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan penyebarluasan data dan informasi pada setiap kejadian bencana memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berbagai faktor yang melatarbelakangi karakteristik tersebut, seperti kondisi geografis terjadinya bencana, infrastruktur komunikasi setempat, kondisi masyarakat hingga sumberdaya lokal.
BNPB melakukan penyebaran informasi kejadian bencana yang sifatnya slow dan sudden on set sepanjang tahun 2016. Namun demikian, suatu tantangan khususnya dalam mengukur indikator yang bersifat kualitatif khususnya bagaimana perilaku dan pemahaman publik menyikapi informasi yang disampaikan oleh BNPB, baik secara langsung maupun melalui media massa.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
91
Di sisi lain, sebagai lembaga yang masih relatif baru, BNPB selalu membenahi diri dalam kapasitas sumber daya seperti keterampilan, pengetahuan, dan infrastruktur. Berikut ini beberapa tantangan yang dihadapi BNPB dalam menjawab target dari sasaran rencana strategis. Kecepatan penyebaran data dan informasi kejadian bencana dipengaruhi oleh alur data dan informasi dari lapangan ke pusdalops untuk kemudian diteruskan ke bagian Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB (khususnya terkait penyebaran informasi ke publik), kemudian data dan informasi tersebut diberikan dengan skala prioritas pada pimpinan BNPB sebagai pengambil kebijakan tanggap darurat. Tim lapangan dari unit kerja lain belum memiliki kapasitas dalam menganalisis kondisidi lokasi bencana secara spasial. Kondisi ini berpengaruh pada pembuatan peta geospasial tematik terkait kejadian bencana. Optimalisasi pendirian infrastruktur dan penyediaan jaringan internet sesaat setelah bencana. Belum ada prosedur baku atau standard operating procedure (SOP) untuk mendelegasikan secara cepat tim Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB ke lokasi bencana.
Capaian Penyebaran Informasi untuk Kejadian Bencana dan Penurunan Risiko
a. Dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pencapaian rata-rata yang melebihi target dalam penyebaran informasi kejadian bencana tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai antara lain dengan terbangunnya sistem informasi dan komunikasi yang handal pada seluruh fase bencana. BNPB selalu melakukan peningkatan dan penguatan kapasitas perangkat TIK di BNPB dan BPBD.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
92
Pembangunan pusdalops di 60 BPBD provinsi , kabupaten/kota adalah suatu upaya nyata dengan tujuan untuk mendukung penyebaran data dan informasi secara cepat, khususnya kepada BNPB dan publik, sehingga sasaran indeks resiko bencana turun di Indonesia. BNPB memberikan bantuan ke daerah berupa renovasi ruangan, meubeleir dan perangkat teknologi informasi untuk mendukung operasional petugas pusdalops di BPBD. Selain itu, penguatan dan pemeliharaan perangkat teknologi informasi di Data Center dengan perangkat yang diupgrade juga dapat membantu mengoptimalkan penyebaran data dan informasi lebih cepat, akurat dan menyeluruh kepada publik.
Teknologi lain yang digunakan untuk penyebaran informasi kebencanaan adalah ‘Çloud Computing’, penggunaan sistem ini memiliki manfaat terpusatnya data dan fleksibelitas dengan skalabilitas yang tinggi. Kemudian rutinitas rollcall radio komunikasi dan video conference melalui Mondopad yang dilaksanakan setiap harinya oleh operator radio di BPBD merupakan aksi untuk penyebaran informasi yang efektif dan efisien.
b. Respon Media Massa Melalui mesin monitoring, berita bencana yang bersumber dari BNPB sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilacak dengan kata kunci ‘BNPB’ dan ‘Sutopo Purwo Nugroho’ (selaku Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB). Sepanjang tahun 2016, berita terkait bencana didominasi sumber BNPB dengan narasumber Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB. Ini menunjukkan bahwa BNPB sangat cepat dan responsif pada setiap kejadian bencana maupun informasi perkembangan terkini penanggulangan
bencana
di
Indonesia.
Data
tersebut
diakses
pada
http://bnpb.monitoring.web.id, seperti contoh pada Agustus dan Oktober 2016.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
93
Berdasarkan narasumber dan jumlah pada berita bencana Agustus 2016
Gambar 48: Rekapitulasi Narasumber dan Jumlah Berita Bencana
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
94
Oktober 2016
Gambar 49: Rekapitulasi Media Online Yang Memberitakan BNPB
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
95
Gambar 50: Rekapitulasi Narasumber oleh Media
c. Diorama Edukasi Bencana BNPB tidak hanya melakukan penyebaran data dan informasi ke publik pada konteks kejadian bencana, tetapi juga penyebaran informasi prabencana. Kegiatan unggulan yang saat ini menjadi trending topik yaitu diorama edukasi bencana. Diorama edukasi bencana merupakan media untuk meningkatkan pemahaman kepada publik terkait risiko dan penanggulangan bencana di Indonesia. Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB mencatat kelompok pengunjung sangat beragam, mulai dari siswa sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA),
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
96
mahasiswa, para menteri, delegasi asing dan mitra kerja BNPB, nasional dan internasional. Sepanjang 2016, kunjungan ke diorama berjumlah 800 orang dari berbagai lembaga tersebut. d. Penghargaan Kehumasan Penyebaran informasi bencana selama 2016 kepada media massa mendapatkan apresiasi dari insan media massa. Hal tersebut terwujud dalam penghargaan kepada Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho sebagai Humas Paling Kooperatif 2016 dari Perhimpunan Wartawan Luar Negeri. Media massa merupakan stakeholder BNPB yang memiliki jaringan luas di tengah publik dan bersifat strategis, terlebih dengan perkembangan teknologi informasi digital dewasa ini.
B. Realisasi Anggaran Alokasi Anggaran BNPB di Tahun 2016 sebesar Rp. 3.453.901.084.000,- . Pagu alokasi anggaran ini dialokasikan untuk 4 Program Penanggulangan Bencana. Pada tahun 2016, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016, BNPB melakukan penghematan sebesar Rp. 551.078.707.000,- sehingga pagu anggaran BNPB menjadi Rp. 2.902.822.377.000,- sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 21:
Pagu Anggaran BNPB Setelah Penghematan Kode
Program
Pagu Anggaran
Penghematan
Pagu Anggaran setelah Penghematan
103.01.01
Program
Dukungan
Manajemen
Rp. 234.171.672.000,-
Rp. 68.706.807.000,-
Rp. 165.464.865.000,-
dan
Pelaksanaan Teknis Lainnya
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
97
Kode
Program
Pagu Anggaran
Penghematan
Pagu Anggaran setelah Penghematan
103.01.02
Program
Rp. 148.902.465.000,-
Rp. 35.871.900.000,-
Rp. 113.030.565.000,-
Rp. 13.000.000.000,-
Rp. 2.000.000.000,-
Rp. 11.000.000.000,-
Rp. 3.057.826.947.000,- Rp. 444.500.000.000,-
Rp. 2.613.326.947.000,-
Rp. 3.453.901.084.000,- Rp. 551.078.707.000,-
Rp. 2.902.822.377.000,-
Peningkatan Sarana Dan
Prasarana
Aparatur BNPB 103.01.03
Program Pengawasan
Dan
Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BNPB 103.01.06
Program Penanggulangan Bencana
TOTAL
Capaian realisasi anggaran BNPB sampai dengan akhir tahun 2016 adalah sebesar Rp. 2.885.212.691.196,- atau sebesar 99.39% dari total pagu anggaran setelah penghematan. Realisasi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian realisasi pada tahun 2015 sebesar 95.17%. Tabel 22: Realisasi Anggaran BNPB Setelah Penghematan Kode
103.01.01
Program
Program
Dukungan
Pagu Anggaran setelah
Realisasi
%
Penghematan
Anggaran
Capaian
Rp. 165.464.865.000,-
Rp. 157.225.544.833,-
95.02%
Rp. 113.030.565.000,-
Rp. 111.863.823.321,-
98.97%
Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya 103.01.02
Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur BNPB
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
98
Kode
103.01.03
Program
Program
Pengawasan
Peningkatan
Dan
Pagu Anggaran setelah
Realisasi
%
Penghematan
Anggaran
Capaian
Rp. 11.000.000.000,-
Rp. 10.649.097.907,-
96.81%
Rp. 2.613.326.947.000,-
Rp. 2.605.474.225.135,-
99.70%
Rp. 2.902.822.377.000,-
Rp. 2.885.212.691.196,-
99.39%
Akuntabilitas
Aparatur BNPB 103.01.06
Program
Penanggulangan
Bencana TOTAL
PERSENTASE REALISASI PER PROGRAM 100.00% 99.70% 99.00% 98.97% 98.00% 97.00% 96.81% 96.00% 95.00% 95.02% 94.00% 93.00%
92.00% 1 Program Dukungan Manajemen dan PelaksanaanTeknis Lainnya 2 Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur BNPB
3 Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BNPB 4 Program Penanggulangan Bencana
Gambar 51: Persentase Realisasi Anggaran BNPB Per Program Tahun 2016
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
99
Tabel 23.Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun 2015 Dan Tahun 2016 Per Program 2016
2015 No
1
Program Pagu
Realisasi
%
Pagu Setelah Penghematan
Realisasi
%
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
234.613.640.000
213.537.526.540
91,02
165.464.865.000
157.225.544.833
95.02
450.253.958.000
336.248.803.203
74,68
113.030.565.000
111.863.823.321
98.97
21.475.000.000
18.284.273.233
85,14
11.000.000.000
10.649.097.907
96.81
2.884.747.200.000
2.849.408.961.000
98,77
2.613.326.947.000
2.605.474.225.135
99.70
3.591.089.798.000
3.417.479.563.976
95,17
Teknis Lainnya 2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
3
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BNPB
4
Program Penanggulangan Bencana Total
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
2.902.822.377.000
2.885.212.691.196
100
99.39
BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja BNPB disusun sebagai pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggung jawaban dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja di Tahun 2016 serta mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dari sasaran dan kegiatan secara umum telah dapat dicapai dengan baik. Dari hasil pengukuran kinerja terhadap 5 (lima) Indikator Kinerja Utama BNPB, disimpulkan bahwa secara umum terjadi peningkatan capaian kinerja di tahun 2016. Dengan situasi dan perubahan iklim yang mendorong peningkatan resiko bencana, langkah-langkah ke depan yang perlu dilakukan BNPB dalam meningkatkan kinerja dan menghadapi tantangan kedepan antara lain: 1. Kesiapan menghadapi ancaman bencana tahun 2017, yang diikuti dengan peningkatan alokasi anggaran dana cadangan bencana dalam APBN; 2. Pengalokasian anggaran dana kontinjensi untuk kesiapsiagaan dalam APBN; 3. Percepatan pencapaian target RPJMN 2015-2019, yang diikuti dengan peningkatan upaya koordinasi, komunikasi, dan kerjasama antar lembaga; 4. Percepatan penyelesaian National Logistic Support fo DM di 6 wilayah pulau yang dilengkapi dengan dukungan peralatan transportasi yang memadai untuk konektivistas mobilisas akses wilayah terpencil, terluar dan terisolir; 5. Memperkuat peran dan kapasitas kelembagaan BPBD dalam kerangka pelaksanaan UU 23/2015; 6. Restrukturisasi kelembagaan BNPB dalam menghadapi perubahan dinamis dan multidimensional lingkungan kebencanaan; 7. Penyelesaian penanganan bencana di Sinabung, Purworejo, Garut, Pidie Jaya, dan Bima. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
101
8. Budaya sadar bencana masih perlu ditingkatkan, risiko bencana perlu didorong masuk sebagai dimensi kehidupan sehari-hari, dan peningkatan kapasitas perlu menjadi prioritas untuk dilaksanakan, agar terbangun kemandirian masyarakat dalam penanggulanan bencana; Dengan adanya Laporan Kinerja ini dapat memberikan gambaran kepada pihak terkait dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sehingga dapat memberikan umpan balik dalam peningkatan kinerja pada periode berikutnya.
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
102
LAMPIRAN
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
103
PERNYATAAN PERJAN1IAN KINERJA
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
BNPB
PERJANllAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan -akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Willem Rampangilei
Jabatan
: Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Pada tahun 2016 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Jakarta,
Januari 2016
Kepala BNPB,
Wil m Rampangilei
f
FORMULIR PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA
KEMENTERIAN/LEMBAGA
: BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
TAHUN
: 2016
Menurunnya indeks risiko bencana di pusat-pusat pertumbuhan yang beresiko bencana tinggi
Jumlah kabupatenlkota yang difasilitasi kajian risiko bencana
Rata-rata waktu respon kejadian bencana
1 haril
24 jam
Prosentase peningkatan penyelesa ian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana.
65%
Prosentase daerah yang memiliki logistic 1 45% dan peralatan penaggu langan bencana yang memadai .
Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana . L - _ . . L -_ _ _ _ _ _ _ __ _
_ _ '----_
_ _ _ __
_ __
Jakarta,
\
4,5Jam
-I ,
I
Januari 2016
KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,
1
Tabel 24. Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Penyusunan Peta Risiko Bencana Tahun 2016 NO.
KABUPATEN/KOTA
PROVINSI
NO.
KABUPATEN/KOTA
PROVINSI
1
Kota Jambi
Jambi
24
Kota Bogor
Jawa Barat
2
Soralangun
Jambi
25
Pangandaran
Jawa Barat
3
Tanggamus
Lampung
26
Magelang
Jawa Tengah
4
Banyuasin
Sumatera Selatan
27
Jember
Jawa Timur
5
Simalungun
Sumatera Utara
28
Banyuwangi
Jawa Timur
6
Kota Pontianak
Kalimantan Barat
29
Bojonegoro
Jawa Timur
7
Sambas
Kalimantan Barat
30
Buleleng
Bali
8
Ketapang
Kalimantan Barat
31
Lombok Tengah
Nusa Tenggara Barat
9
Sintang
Kalimantan Barat
32
Gorontalo
Gorontalo
10
Landak
Kalimantan Barat
33
Polewali Mandar
Sulawesi Barat
11
Kapuas Hulu
Kalimantan Barat
34
Luwu Timur
Sulawesi Selatan
12
Bengkayang
Kalimantan Barat
35
Parigi Moutong
Sulawesi Tengah
13
Kotabaru
Kalimantan Selatan
36
Poso
Sulawesi Tengah
14
Kapuas
Kalimantan Tengah
37
Morowali
Sulawesi Tengah
15
Kota Palangka Raya
Kalimantan Tengah
38
Sigi
Sulawesi Tengah
16
Kota Tarakan
Kalimantan Utara
39
Kolaka
Sulawesi Tenggara
17
Kota Tarakan
Kalimantan Utara
40
Konawe
Sulawesi Tenggara
18
Tangerang
Banten
41
Kota Ambon
Maluku
19
Sleman
D.I. Yogyakarta
42
Kota Sorong
Papua Barat
20
Kota Yogyakarta
D.I. Yogyakarta
43
Kota Kupang
Nusa Tenggara Timur
21
Bekasi
Jawa Barat
44
Manggarai
Nusa Tenggara Timur
22
Bandung Barat
Jawa Barat
45
Ende
Nusa Tenggara Timur
23
Ciamis
Jawa Barat
Tabel 25. Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Kota Tangguh Risiko NO.
DAERAH
PROVINSI
1 2
Kota Yogyakarta Kota Bima
DIY Nusa Tenggara Barat
3
Kabupaten Demak
Jawa Tengah
4
Kota Semarang
Jawa Tengah
5
Kabupaten Magelang
Jawa Tengah
6
Kota Pekalongan
Jawa Tengah
7
Kabupaten Jepara
Jawa Tengah
8
Kabupaten Pemalang
Jawa Tengah
9 10
Kabupaten Klaten Kabupaten Wonosobo
Jawa Tengah Jawa Tengah
11
Kabupaten Cilacap
Jawa Tengah
12
Kabupaten Boyolali
Jawa Tengah
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
106
Tabel 26. Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Penyusunan Rencana penanggulangan Bencana Tahun 2016 NO.
DAERAH
PROVINSI
1
Kota Medan
Sumatera Utara
2
Kota Bandar Lampung
Lampung
3
Kota Cilegon
Banten
4
Kabupaten Demak
Jawa Tengah
5
Kabupaten Kendal
6
Kabupaten Gresik
7
Kabupaten Lamongan
8
Kabupaten Tabanan
Bali
9
Kabupaten Gorontalo
Gorontalo
10
Kabupaten Donggala
Sulawesi Tengah
11
Kota Palu
12
Kabupaten Gowa
13
Kota Makassar
14
Kota Balik Papan
Kalimantan Timur
15
Kabupaten Sarmi
Papua
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Tabel 27. Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Sekolah/Madrasah Aman Bencana dan sister school No
Daerah
SEKOLAH
1
Kabupaten Lombok Timur
SMKN Sambelia
2
Kabupaten Pacitan
MIN Sidoharjo Pacitan SD Sidomulyo IV Ngadirojo
3
Kabupaten Tanggamus
SDN 3 Pasar Madang
4
Kota Samarinda
SMPN 17 Samarinda
5
Kabupaten Minahasa Utara
SMP Kristen Yobel Kema II
6
Kabupaten Ende
SDN Ende 1
7
Kota Bogor
MIN Kota Bogor SDN Sempur Kaler
8
Kabupaten Halmahera Utara
SDN Bailengit
9
Provinsi Bengkulu
MAN Model Kota Bengkulu SMP N 3 Bengkulu Tengah
10
Kabupaten Gowa
MTS Ikhuwah Islamiyah Pattallassang
11
Kabupaten Kolaka
SDN 1 Oneeha
12
Pemerintah Aceh
MAN Model Banda Aceh
13
Kabupaten Sleman (sister school)
Sman 1 Peukan Bada - Aceh Besar
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
SD Tarakanita Ngembesan - SMP Aloisius Turi SD Pandanpuro 2 - SD Muhammadiyah Pakem
107
Tabel 28. Lokasi Fasilitasi Rencana kontinjensi No
Judul
Lokasi
1
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir dan Longsor
2
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami
Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat
3
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami
Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung
4
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir
Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur
5
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir
Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara
6
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir
Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan
7
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami
8
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir
Kabupaten Pulang Pisang, Provinsi Kalimantan Tengah
9
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir dan Longsor
Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat
10
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Gempabumi
Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur
11
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir
Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara
12
Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir
Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh
Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara
108
Tabel 29. Lokasi Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana dan Pemasangan Instrumentasi Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah
No
Lokasi Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana
Lokasi Pemasangan Instrumentasi Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah
1.
Kabupaten Maluku Tenggara
Kabupaten Kerinci
2.
Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Kabupaten Purworejo
3.
Kabupaten Seram Bagian Barat
Kabupaten Magelang
4.
Kabupaten Seram Bagian Timur
Kabupaten Cianjur
5.
Kabupaten Maluku Tengah
Kota Manado
6.
Kabupaten Buru
Kabupaten Bantaeng
7.
Kabupaten Kepulauan Aru
Kabupaten Lombok Timur
8.
Kota Ambon
Kabupaten Lombok Tengah
9.
Kota Jayapura
Kabupaten Lombok Barat
10.
Kabupaten Kepulauan Yapen
Kabupaten Sikka
11.
Kabupaten Biak Numfor
Kota Ambon
12.
Kabupaten Sarmi
Kabupaten Maluku Tengah
13.
Kabupaten Garut
Kabupaten Buru
14.
Kabupaten Bandung Barat
Kabupaten Nabire
15.
Kabupaten Wonosobo
Kota Jayapura
16.
Kabupaten Lumajang
Kabupaten Manokwari
17.
Kabupaten Malang
Kabupaten Teluk Manokwari
18.
Kabupaten Lombok Timur
19.
Kabupaten Sikka
20.
Kota Ternate
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
109
Tabel 30. Lokasi Fasilitasi Desa Tangguh Bencana Tahun 2016 TAHUN 2016 No
PROVINSI No
1
2
3
ACEH
1
Kab. Deli Serdang
3
Kab. Padang Lawas
4
Kab. Tapanuli Selatan
5
Kab. Labuhan Batu Selatan
6
Kab. Kampar
KECAMATAN
SUMATERA BARAT
LAMPUNG
10
11 JAMBI (KARBUNHUT LA)
No
Meuraxa
1
2
Syiah Kuala
2
3
Sunggal
3
4
Hamparan Perak
4
5
Sosopan
5
Gampong Deah Glumpang Gampong Kampong Jawa Desa Paya Geli Desa Kota Rantang Desa Hulim
6
Sosa
6
Desa Hapung
7
Angkola Sangkunur
8 9
Sungai Kanan Kampung Rakyat
7 8 9 10
Kampar Kiri Hilir
11
11
Tapung
12
12
Siak
13
13
Sungai Apit
14
14
Dayun
15
15
Bonjol
16
16
Panti
17
17
Batipuh
18
18
Batipuh Selatan
19
Kota Bandar Lampung
19
Teluk Butung Timur
Kota Jambi
20
Kab. Siak
Kab. Pasaman
Kab. Tanah Datar
Jambi Timur
20 21 22 23
12
Kab. Tanjung Jabung Timur
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
DESA/ KELURAHAN
1
10
RIAU (KARBUNHUT LA)
9
6
No
SUMATERA UTARA
8
5
Kota Banda Aceh
2
7
4
KABUPATEN/ KOTA
24 21
Gragai 25
Desa Bandar Tarutung Desa Batu Godang Desa Marsonja Desa Tanjung Mulia Desa Mentulik Desa Karya Indah Kampung Rawang Air Putih Kampung Mengkapan Kampung Dayun Nagari Koto Kaciak Nagari Panti Nagari Gunung Rajo Nagari Guguak Malalo Kel. Kota Karang Kel. Kota Karang Raya Kel. Payo Selincah Kel. Sejinjang Desa Rantau Karya Desa Pandan Sejahtera
110
TAHUN 2016 No
PROVINSI No
7
8
BENGKULU
SUMATERA SELATAN (KARBUNHUT LA)
13
Kab. Kaur
14
Kab. Banyuasin
15
16 9
JAWA BARAT
Kab. Bandung Barat Kab. Cianjur
20
Kota Bogor
Kab. Kendal
JAWA TENGAH 22
13
Kota Cilegon
19
21
12
Kab. Pandeglang
No
Kab. Jepara
23
Kab. Bangkalan
24
Kab. Nganjuk
25
Kab. Sleman
KECAMATAN Dendang
23
Nasal
24
Rambutan
29
25
Talang Kelapa
30
26
Plakat Tinggi
31
27
Batanghari Leko
32
28
Keluang
33
29
Saketi
31
Grogol Pulo Merak
26 27 28
Desa Catur Rahayu Desa Suku Tiga Desa Merpas Desa Sungai Dua Desa Talang Keramat Desa Warga Mulya Desa Talang Leban Desa Mekar Sari
34
Desa Talagasari
35
Desa Sukalangu
36
Kel. Gerem Kel. Lebak Gede Desa Cikahuripan Desa Cinta Asih
37
Lembang
38
33
Cipongkor
39
34
Campaka
40
35
Cibeber
41
36
Bogor Barat
42
37
Bogor Tengah
43
38
Kota Kendal
44
39
Singorojo
45
40
Plantungan
46
41
Keling
47
Kel. Panaragan Kel. Kebondalem Desa Cening Desa Tlogopayung Desa Tempur
42
Kalinyamatan
48
Desa Batukali
43
Mayong
49
Desa Bungu
44
Blega
50
45
Tanjungbumi
51
46
Sawahan
47
Cankringan
54
48
Pakem
55
Desa Blega Desa Tanjungbumi Desa Bareng Desa Kebonagung Desa Umbulharjo Desa Purwobinangun
52
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
DESA/ KELURAHAN
32
JAWA TIMUR
DI YOGYAKART A
No
22
30
18
11
Kab. Musi Banyuasin
BANTEN 17
10
KABUPATEN/ KOTA
53
Desa Susukan Desa Karangnunggal Kel. Pasirjaya
111
TAHUN 2016 No
PROVINSI No
14
15
16
17
KABUPATEN/ KOTA
26
Kab. Badung
27
Kab. Tabanan
BALI
No
KECAMATAN
57 58
Sulangai
Tabanan
59
Sudimara
52
Kerambitan
60
Tibubiu
53
Sambelia
61
54
Labuhan Haji
62 63
Desa Belanting Desa Surya Wangi Desa Baru
64
Desa Kalimango
65
Desa Namodale
66
Turi
50
Petang
51
56
28
Kab. Lombok Timur
29
Kab. Sumbawa
55
Alas
30
Kab. Rote Ndao
56
Lobalain
31
Kota Kupang
57
Oebobo
67
58
Kelapa Lima
68
Desa Metina Kel. Tuak Daun Merah Kel. Oesapa
59
Terentang
69
Desa Empening
70
60
Sei Ambawang
61
Matan Hilir Selatan
Desa Permata Desa Teluk Bakung Desa Sungai Pelang Desa Sungai Besar Desa Garong
NTT
32
33
Kab. Kubu Raya
Kab. Ketapang
71 72 73 74
34 18
KALIMANTAN TENGAH (KARBUNHUT LA)
36
19
Kab. Pulang Pisau
62
Kota Palangkaraya
KALIMANTAN TIMUR
75
Pahandut Kota
77
64
Jekan Raya
78
65
Sungai Tabuk
79
66
Martapura Barat
80
Desa Tangkas
81
Desa Stagen
82
Desa Sungup Kanan
83
Desa Sungai
84
Desa Makroman
Kab. Banjar
67 37
Kab. Kotabaru
38
Kota Samarinda
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
Desa Henda Desa Tumbang Nusa Kelurahan Kereng Bangkirai Kelurahan Petuk Katimpun Desa Lok Buntar
63
68 69
20
Jabiren Raya
76
35
KALIMANTAN SELATAN (KARBUNHUT LA)
DESA/ KELURAHAN Desa Wonokerto Plaga
49
NTB
KALIMANTAN BARAT (KARBUNHUT LA)
No
70
Pulau Laut Utara Pulau Laut Tengah Kelumpang Hulu Sambutan
112
TAHUN 2016 No
PROVINSI No
KABUPATEN/ KOTA
No
KECAMATAN
(KARBUNHUT LA)
85
39
40 21
No
SULAWESI UTARA
Kab. Kutai Timur
Kab. Minahasa
41
Kab. Bolaang Mongondouw
DESA/ KELURAHAN Desa Sungai Kapih Desa Sangatta Utara
71
Sangatta Utara
86
72
Sangatta Selatan
87
73
Teluk Pandan
88
74
Tombulu
89
75
Pineleng
90
Desa Teluk Pandan Desa Rumengkor Desa Tateli
76
Sangtombolang
91
Desa Bolangat
92
Desa Lolanan
77
Sumalata
93
78
Monano
94
79
Tobadak
95
Desa Hutakalo Desa Mokonowu Desa Sejati
80
Pangale
96
Desa Pangale
97
Desa Lemusa
98
Desa Gangga
99
Desa Ambulanu Desa Lalonggotomi
Desa Sangkima
22
GORONTALO
42
Kab Gorontalo Utara
23
SULAWESI BARAT
43
Kab. Mamuju Tengah
24
SULAWESI TENGAH
44
Kab. Parigi Moutong
81
Parigi Selatan
25
SULAWESI TENGGARA
45
Kab. Konawe
82
Pondidaha
83
Tiroang
101
26
SULAWESI SELATAN
Kel. Mattiro Deceng
84
Simbang
102
Desa Banto Tallasa
103
Desa Hutumuri
104
Desa Amahusu
27
28
MALUKU MALUKU UTARA
46
47
48
100
Kab. Maros
Kota Ambon Kab. Halmahera Utara
86
Letimusu Selatan Teluk Ambon
87
Galele Barat
105
Desa Roko
88
Galele Utara
106
Desa Limau
85
107 29
PAPUA
49
Kab. Jayapura
89
Distrik Depapre 108
LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016
Kampung Tablasupa Kampung Tablananusa
113