Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
ANALISIS RISIKO BENCANA GERAKAN TANAH DI KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG THE RISK ANALYSIS OF SOIL MOVEMENT DISASTER IN SALAMAN SUBDISTRICT MAGELANG REGENCY Oleh: Himatul Khoiriyah, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh tingkat bahaya, kerentanan, dan kapasitas terhadap bencana, (2) menganalisis tingkat dan sebaran risiko bencana, (3) menyusun teknik mitigasi sesuai dengan zonasi tingkat risiko bencana gerakan tanah di wilayah Kecamatan Salaman. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini terdiri dari populasi fisik dan non fisik. Populasi fisik dalam penelitian ini ialah keseluruhan unit geologi yang terdiri dari 8 satuan geologi yaitu Qsm, Qsmo, Tmok, Teon, Tmj, Da, a, dan Qa sedangkan populasi non fisik ialah seluruh penduduk Kecamatan Salaman sejumlah 68.656 jiwa. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah (1) wawancara, (2) observasi, (3) dokumentasi (4) interpretasi peta. Analisis Data yang digunakan ialah pengharkatan (scoring), tumpang susun (overlay) dan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Masing-masing variabel faktor bahaya, kerentanan, dan kapasitas memiliki pengaruh yang berbeda terhadap risiko bencana, Variabel bahaya dan kerentanan dapat meningkatkan tingkat risiko bencana, sedangkan variabel kapasitas dapat mengurangi tingkat risiko bencana (2) Tingkat dan sebaran risiko bencana gerakan tanah di Kecamatan Salaman memiliki lima tingkatan, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Tingkat risiko sangat tinggi seluas 415,85 ha meliputi Krasak, Kaliabu, dan Purwosari. Tingkat risiko bencana tinggi seluas 350,59 ha meliputi Purwosari, Sawangargo, Tanjunganom, Krasak, dan Kaliabu. Tingkat risiko bencana sedang seluas 570,04 ha meliputi Kebonrejo, Salaman, Krasak, dan Kaliabu. Tingkat risiko bencana rendah seluas 2.259,41 ha meliputi Banjarharjo, Tanjunganom, Sidomulyo, Kalirejo, Menoreh, Kalisalak, Sriwedari, Salaman, Ngadirejo, dan Ngampeldento. Tingkat risiko sangat rendah seluas 3.120,17 ha meliputi Ngargoretno, Margoyoso, Sidosari, Jebengsari, Paripurno, Desa Ngadirejo, Kalisalak, Sriwedari, Menoreh, dan Ngampeldento, 3) Teknik mitigasi untuk zonasi tingkat risiko sangat tinggi, tinggi, dan sedang adalah mitigasi struktural dan non struktural, sedangkan untuk zonasi tingkat risiko rendah dan sangat rendah adalah mitigasi non struktural. Kata kunci: Risiko bencana, Bencana Gerakan Tanah, Kecamatan Salaman.
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
ABSTRACT This study is aims to: (1) analyze influence level hazard, vulnerability, and capacity of soil movement disaster, (2) analyze the level and the distribution of soil movement disaster’s risk (3) arrange mitigation technique with zoning the risk of soil movement disaster in Salaman subdistrict. This research was the decriptive quantitative. The population was consist of physical and non physical population. The physical population was all of geological units consist of 8 geological units that is Qsm, Qsmo, Tmok, Teon, Tmj, Da, a, and Qa while the non physical population is all of citizens in Salaman subdistrict amounts 68.656 people. The data were collected by using (1) interview, (2) observation (3) documentation, (4) interpretation of map. The technique of data analysis used in this research were scoring, overlay, and descriptive. The result show: (1) the hazard factor, the vulnerability, and the capacity factor has different influence for disaster risk. The hazard and the vulnerability factor can increase the level of disaster risk, while the capacity factor can decrease the level of disaster risk, (2) The level and the risk distribution of soil movement disaster in Salaman subdistrict were divided into five levels, those were extra high, high, medium, low, and extra low risk level. The extra high level with an area 415,85 hectares was located in Krasak, Kaliabu, and Purwosari. The high risk level with an area 350,59 hectares was located in Purwosari, Sawangargo, Tanjunganom, Krasak, and Kaliabu. The medium risk level with an area 570,04 hectares was located in Kebonrejo, Salaman, Krasak, and Kaliabu. The low risk level with an area 2.259,41 hectares was located in Banjarharjo, Tanjunganom, Sidomulyo, Kalirejo, Menoreh, Kalisalak, Sriwedari, Salaman, Ngadirejo, and Ngampeldento. The extra low risk level with an area 3.120,17 hectares was located in Ngargoretno, Margoyoso, Sidosari, Jebengsari, Paripurno, Desa Ngadirejo, Kalisalak, Sriwedari, Menoreh, and Ngampeldento (3) Mitigation technique for zoning the extra high, high, and medium risk level is structural and non structural mitigation, while for zoning the low and extra low risk level is non structural mitigation.
Keyword: Disaster risk, Soil Movement Disaster, and Salaman Subdistrict
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
I.
Kabupaten
PENDAHULUAN Gerakan merupakan alam
terjadi di setiap
tanah
merupakan salah satu wilayah
bencana
yang termasuk dalam zona
paling
sering
merah atau daerah rawan
Indonesia
pada
jenis
yang
Magelang
musim
penghujan.
gerakan
tanah.
Kecamatan
Salaman yang terletak di
Potensi gerakan tanah sangat
Kabupaten
tinggi terutama pada daerah-
merupakan
daerah yang memiliki curah
termasuk dalam zona merah
hujan tinggi, kondisi geologis
tersebut
terdiri
gerakan
batuan
yang
telah
lapuk, dan kedalaman solum
Magelang wilayah
dengan
yang
potensi
tanah
menengah-
Tercatat,
sepanjang
tinggi.
tanah cukup tebal, di bawah tanah tebal itu terselip lapisan-
tahun 2013 hingga Februari
lapisan batuan yang tidak
2015 terdapat 52 kejadian
tembus
longsor yang tersebar di 9 desa
air
(impermeable
layers) yang berfungsi sebagai
di
bidang
serta
Salaman. Penyebab kejadian
mempunyai kemiringan lebih
ini beragam diantaranya hujan
dari 30 derajat (Sudibyakto,
deras
2011: 71).
menerus,
gelincir,
Jawa Tengah masuk
wilayah
pada
yang
Kecamatan
terjadi
terus-
retakan-retakan
tanah,
erosi
tebing
dalam zona rawan bencana
curam,
pergerakan tanah tertinggi di
penggunaan lahan di daerah
Indonesia. Berdasarkan data
dengan
Peta
Zona
yang curam, dan sebagainya.
Kerentanan Gerakan Tanah
Banyaknya kejadian bencana
dengan
gerakan tanah yang terjadi di
Overlay
Perkiraan
Curah
perubahan
kemiringan
lereng
Hujan dari Dinas ESDM bulan
Kecamatan
Desember 2014, ada 32 daerah
menimbulkan kerugian yang
Rawan Gerakan Tanah (Zona
akumulatif dari waktu ke
merah)
waktu.
di
Jawa
Tengah.
Kerugian
Salaman
tersebut
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
berupa
korban
jiwa
dan
bencana gerakan tanah di
kerusakan bangunan seperti
wilayah Kecamatan Salaman
rumah, jembatan, talud, serta
dengan
tertutupnya jalan penghubung
Risiko Bencana Gerakan
antar wilayah akibat material
Tanah
longsoran.
Salaman
Penelitian
di
Kecamatan Kabupaten
Magelang”.
risiko
bencana gerakan tanah di
“Analisis
judul
II.
METODE PENELITIAN
Kecamatan Salaman sangat
Penelitian
ini
diperlukan mengingat masih
merupakan
minimnya informasi terkait
deskriptif kuantitatif dengan
bencana gerakan tanah. Kajian
metode survei. Penelitian di
mengenai
bencana
Kecamatan Salaman. Variabel
untuk
penelitian meliputi variabel
mengetahui tingkat bahaya
yang terkait dengan bahaya
gerakan tanah yang terdapat di
gerakan tanah, variabel yang
Kecamatan Salaman, tingkat
terkait
kerentanan (fisik, ekonomi,
kerentanan
sosial, dan lingkungan), serta
ekonomi, dan lingkungan),
tingkat
serta variabel yang terkait
dapat
risiko digunakan
kapasitas
kemampuan
yang
dan dimiliki
dengan
penelitian
dengan
faktor
(fisik,
faktor
sosial,
kapasitas
masyarakat dan pemerintah
(kelembagaan
dalam menghadapi bencana.
penanggulangan
Hasil
risiko
keberadaan dan jenis sistem
bencana digunakan sebagai
peringatan dini, keberadaan
dasar
rencana
sosialisasi
kebencanaan,
terkait
keberadaan
dan
jenis
faktor
risiko
pengkajian
penyusunan
kebijakan
daerah
penyelenggaraan
pengurangan
penanggulangan Oleh
karena
bencana. itu
organisasi bencana,
dasar, keberadaan mitigasi
peneliti
bencana).
Populasi
melakukan
penelitian
ini
populasi
fisik
tertarik
untuk
kajian
mengenai
risiko
terdiri (8
dalam dari satuan
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
geologi
diantaranya:
wawancara,
observasi,
Qsmo, Tmok, Teon, Tmj, Qa,
dokumentasi, dan interpretasi
a, dan Da) dan populasi non
peta.
fisik (penduduk yang tinggal
digunakan berupa analisis SIG
di
yaitu scoring dan overlay
wilayah
Salaman jiwa).
Kecamatan
sebanyak Waktu
Desember Februari
68.656
penelitian
untuk
data
variabel
bahaya,
kerentanan, dan kapasita serta analisis
2016.
Teknik
menggambarkan hasil analisis
data ini
dalam
deskriptif
untuk
SIG.
adalah c. Sebelah Selatan: DIY
HASIL DAN
dan
PEMBAHASAN
Kabupaten
Purworejo
A. Deskripsi Wilayah
d. Sebelah
Penelitian 1. Kondisi Geografis Kecamatan
Salaman
di
Tempuran Kecamatan
Magelang, terdiri dari 20
Borobudur
Luas
Timur:
Kecamatan
Kabupaten
desa.
yang
sampai
penelitian
terletak
Analisis
2015
pengumpulan
III.
Qsm,
wilayah
Kecamatan Salaman 68,87
dan
2. Kondisi Fisik a. Iklim
km2.
Batas-batas
Rata-rata curah hujan
administratif
Kecamatan
Kecamatan
Salaman
yaitu
sebagai
berikut. a. Sebelah
Kabupaten Purworejo
selama 10 tahun terakhir sebesar
Utara:
Kecamatan Kajoran b. Sebelah
Salaman
Barat:
2.820
mm/tahun. Kecamatan Salaman memiliki iklim tipe C (agak basah). b. Ketebalan Tanah Kecamatan
Salaman
merupakan
daerah
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
dengan ketebalan tanah
geologi, meliputi Qsm,
0-4 meter.
Qsmo,
c. Jenis Tanah
Formasi
Kecamatan
Salaman
memiliki 4 jenis tanah diantaranya Coklat
Tmok,
Kompleks
Latosol
Jonggrangan,
Qa, a, Da. 3. Kondisi Demografi
Aluvial Kekelabuan,
Teon,
Kecamatan
Salaman
memiliki jumlah penduduk sebanyak
68.656
jiwa.
Coklat Kemerahan dan
Angka
beban
Litosol,
Kompleks
ketergantungan 51. Jumlah
Litosol
Merah
penduduk
perempuan
Kekuningan dan Latosol
34.445
Coklat,
peduduk anak-anak dan
dan
Latosol
Coklat.
jiwa.
Jumlah
orang tua 23.293 jiwa.
d. Kemiringan Lereng Kecamatan
Salaman
memiliki kemiringan beragam
Tingkat
mulai
penduduk 997 jiwa/km2.
tingkat
B. Bahaya, Kerentanan, dan
yang
Kapasitas Bencana Gerakan
dari
kemiringan datar hingga sangat terjal. e. Jenis
Kepadatan
Tanah
di
Kecamatan
Salaman 1. Bahaya
Penggunaan
Lahan
a. Tingkat I Bahaya
gerakan
Penggunaan
lahan
tanah tingkat I dengan
terluas
kebun
karakteristik
untuk
campuran yaitu sebesar
terjadi
36,56%, sawah 30,27%,
salah satu lereng apabila
permukiman
19,51%,
terjadi pemicu. Pemicu
tegalan 13,27%, 0,39%.
ini dapat berupa hujan
f. Struktur Geologi Kecamatan memiliki
pada
deras, getaran-getaran,
Salaman 8
gerakan
sering
satuan
penggalian pemotongan
atau lereng,
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
penebangan
atau
penanaman
pohon
breksi andesit formasi Andesit
tua,
dan
secara sembarangan dan
batupasir dengan sisipan
penambahan beban pada
lempung
lereng.
Nanggulan
Zona
bahaya
tingkat I secara umum
memiliki
terletak
tanah
pada
daerah
formasi yang ketebalan 2-4
meter
akumulasi air misalnya
mendekati
4
meter.
daerah
lereng
pada
Gerakan
tanah
yang
lembah
sungai
atau
terjadi pada zona bahaya
lereng-lereng di sekitar
tingkat
parit alamiah dengan
berupa
sudut kemiringan lebih
luncuran, jatuhan, serta
dari 15% hingga lebih
tipe
dari 40%.
(kombinasi)
Lereng-
lereng tersebut tersusun
rayapan
oleh berupa
I
umumnya nendatan,
kompleks atau
pada
batuan
vulkan
yang
lahar
breksi,
(kemiringan <15 %).
b. Tingkat II
relatif
lereng landai
dan pembebanan yang
Bahaya
gerakan
berlebihan pada lereng.
tanah tingkat II dengan
Zona bahaya tingkat II
karakteristik
terletak
kadang-
pada
kadang terjadi gerakan
kemiringan lereng 8-
pada salah satu lereng
15% dengan mayoritas
apabila terjadi pemicu.
lebih
Pemicu ini dapat berupa
kemiringan
setelah
hujan
Batuan tersebut tersusun
deras, penggalian dan
dari lahar breksi hasil
pomotongan
lereng,
pengendapan gunungapi
penanaman
atau
dan tuff pasiran dengan
penebangan
pohon
sisipan lempung formasi
secara
terjadi
sembarangan,
Nanggulan
mendekati 15%.
dengan
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
ketebalan
tanah
2-4
1) Jumlah Penduduk
meter. Gerakan tanah yang
terjadi
berupa
dapat
penduduk terancam
nendatan,
paling banyak per
jatuhan
serta
kompleks
(kombinasi)
tipe
dan rayapan.
desa
terdapat
gerakan
di
Desa Menoreh yang termasuk
c. Tingkat III Bahaya
Jumlah
dalam
tingkat
I dengan
jumlah
penduduk
tanah tingkat III dengan
7.385
karakteristik
jarang
10,76% dari total
pada
jumlah penduduk.
terjadi
gerakan
salah
satu
meskipun pemicu.
jiwa
lereng
Jumlah
terjadi
terancam
Zona
ini
terletak
atau
penduduk
sedikit
paling terdapat
pada
pada tingkat II yaitu
kemiringan lereng 0-
di Desa Banjarharjo
8%.
dengan
Lereng
tersebut
jumlah
tersusun dari endapan
penduduk
aluvial,
batuan
jiwa atau 1,94%
terobosan seperti dasit,
dari total penduduk.
dan
andesit
ketebalan
dengan
2) Kepadatan
1-2
Penduduk
meter. Gerakan tanah
Desa
yang
tanah
terjadi
berupa
rayapan tanah.
meliputi berikut.
dengan
kepadatan tertinggi terdapat pada zona bahaya tingkat II
2. Kerentanan a. Kerentanan
1.331
Sosial, faktor-faktor
yaitu Desa Salaman dengan kepadatan
tingkat 3.288
jiwa/km2, sedangkan
desa
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
dengan
kepadatan
yang
terendah terdapat di
merupakan
zona bahaya tingkat
zona
I
tingkat
yaitu
Desa
Ngargoretno dengan
II
dengan jumlah tingkat
kepadatan
485
jiwa/km2. 3) Rasio
bahaya
penduduk perempuan sebesar 673.
Kelompok
b) Penduduk
Rentan, meliputi:
Anak-anak dan
a) Penduduk
Orang tua
Perempuan
Jumlah
Jumlah
penduduk
penduduk
kelompok
perempuan
umur
paling
tertinggi
tinggi
terdapat
0-14
di
berada di Desa
Desa Menoreh
Menoreh (zona
yang
bahaya tingkat
merupakan
I)
zona
1.880
bahaya
tingkat
I
sebesar
3.697
sebesar jiwa,
sedangkan jumlah
jiwa,
penduduk
sedangkan
kelompok
jumlah
umur
penduduk
terendah
perempuan
terdapat
terendah
Desa
terdapat
di
0-14
di
Banjarharjo
Desa
(zona
Banjarharjo
tingkat
bahaya II)
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
sebesar
yaitu
Desa
Menoreh
yang
penduduk
termasuk
dalam
kelompok
zona bahaya tingkat
jiwa.
341 Jumlah
umur
>64
tertinggi
rumah
berada di Desa
2.204 atau 11,91%
Menoreh (zona
dari total jumlah
bahaya tingkat
rumah yang ada,
I) sebesar 626
sedangkan jumlah
jiwa,
total
sedangkan
terendah terdapat di
jumlah
Desa Tanjunganom
penduduk
dengan
kelompok
rumah
umur
>64
terdapat
di
sebanyak
rumah
418
jumlah sebanyak
rumah
atau
dari
total
2,12%
Desa
jumlah rumah yang
Banjarharjo
ada.
(zona
bahaya
2) Jumlah
tingkat
II)
Umum
sebesar
111
jiwa. b. Kerentanan meliputi
I dengan jumlah
Fasilitas
Jumlah fasilitas
total umum
Fisik,
tertinggi terdapat di
faktor-faktor
Desa Menoreh yang
berikut.
termasuk
1) Jumlah Rumah
bahaya
Desa
zona tingkat
I
dengan
sebanyak
76
jumlah total rumah
bangunan
atau
baik
10,35% dari jumlah
maupun
permanen non-
permanen tertinggi
total
fasilitas
umum, sedangkan
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
jumlah
total
fasilitas
umum
terendah terdapat di Desa
1,79%
dari
total
lahan produktif. 2) Jumlah Ternak
Jebengsari
Jumlah ternak
yang termasuk zona
total paling banyak
bahaya
terdapat di Desa
tingkat
I
sebanyak
17
bangunan
atau
Margoyoso sebanyak
28.476
2,32% dari jumlah
ekor atau 35,15%
total
dari jumlah total
fasilitas
umum.
ternak,
c. Kerentanan Ekonomi 1) Luas
sedangkan
jumlah ternak total
Lahan
paling
Produktif
sedikit
terdapat di Desa
Luas
lahan
produktif
total
Salaman sebanyak 453
ekor
atau
tertinggi terdapat di
0,56% dari jumlah
Desa Kalirejo yang
ternak total.
termasuk bahaya
zona tingkat
d. Kerentanan Lingkungan
I
Penggunaan lahan
seluas 559,51 ha
untuk jenis lahan semak
atau 10,47% dari
belukar hanya terdapat
total
di 7 desa diantaranya di
lahan
produktif, sedangkan
Desa luas
Ngargoretno,
Kalirejo,
Menoreh, Sriwedari,
lahan
produktif
Kalisalak,
total
terendah
dan
Krasak
yang
terdapat di Desa
termasuk dalam zona
Salaman
yang
bahaya tingkat I dan
termasuk
zona
Desa Sidomulyo yang
bahaya tingkat II
termasuk dalam zona
seluas 95,69 ha atau
bahaya
tingkat
III.
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
Penggunaan lahan jenis
Desa
lahan
belukar
Sidomulyo. Penggunaan
paling luas terdapat di
lahan untuk jenis lahan
Desa
Kalirejo
seluas
tegalan terluas terdapat
11,04
ha,
sedangkan
di Desa Ngargoretno
penggunaan lahan jenis
yang termasuk dalam
lahan
zona bahaya tingkat I
semak
semak
belukar
Ngadirejo
paling sempit terdapat di
seluas
Desa Krasak seluas 0,13
sedangkan penggunaan
ha.
lahan untuk jenis lahan Penggunaan lahan
untuk
jenis
lahan
286,06
dan
ha,
tegalan paling sempit terdapat
di
Desa
tegalan terdapat di 15
Sriwedari
desa diantaranya Desa
termasuk dalam zona
Ngargoretno, Paripurno,
bahaya tingkat I seluas
Kalirejo,
0,11 ha.
Menoreh,
Margoyoso,
Sidosari,
Sriwedari,
Jebengsari,
Jenis lahan
yang
penggunaan
untuk
sawah
Ngampeldento, Kaliabu,
paling luas terdapat di
Sawangargo,
Desa
dan
Menoreh
yang
Krasak yang termasuk
termasuk dalam zona
dalam
bahaya
bahaya tingkat I seluas
tingkat I. Penggunaan
193,52 ha, sedangkan
lahan untuk jenis lahan
jenis penggunaan lahan
tegalan
untuk
zona
pada
zona
sawah
paling
bahaya tingkat II hanya
sempit terdapat di Desa
terdapat
Kaliabu yang termasuk
Salaman,
di
Desa
sedangkan
penggunaan lahan untuk jenis lahan tegalan pada
pada
zona
bahaya
tingkat I seluas 4,50 ha. Jenis
penggunaan
zona bahaya tingkat III
lahan
untuk
kebun
terdapat di 2 desa yaitu
campuran paling luas
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
terdapat
di
Margoyoso
Desa
sedangkan total jenis
yang
penggunaan
lahan
termasuk zona bahaya
paling sempit terdapat di
tingkat I seluas 366,73
Desa Jebengsari yang
ha,
jenis
termasuk zona bahaya
penggunaan lahan untuk
tingkat I seluas 123,99
kebun campuran paling
ha atau 1,86% dari total
sempit di Desa Salaman
penggunaan lahan.
sedangkan
seluas 8,64 ha. Jenis
3. Kapasitas
penggunaan
lahan
untuk
permukiman paling luas terdapat
di
a. Kelembagaan Penanggulangan Bencana
Desa
Setiap
Menoreh yang termasuk
Kecamatan
zona bahaya tingkat I
memiliki
kerjasama
seluas
dengan
organisasi
149,07
sedangkan
ha, jenis
desa
di
Salaman
penanggulangan
penggunaan lahan untuk
bencana
permukiman
kabupaten. Sebanyak 9
paling
sempit terdapat di Desa
desa
Ngampeldento
organisasi
yang
di
tingkat
memiliki
termasuk zona bahaya
penanggulangan
tingkat I seluas 32,31
bencana di tingkat desa
ha.
diantaranya Total
penggunaan
Desa
jenis
Ngargoretno, Paripurno,
lahan
Kalirejo,
Menoreh,
paling luas terdapat di
Margoyoso,
Desa
Kalisalak, Sriwedari dan
Kalirejo
yang
Sidosari,
termasuk zona bahaya
Ngadirejo.
tingkat I seluas 641,70
Kelembagaan
ha atau 9,61 % dari total
pemerintah yaitu BPBD.
penggunaan
Beberapa
lahan,
dari
desa
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
tergabung
dalam
organisasi
tempat
umum
dan
kentongan.
penanggulangan bencana
c. Keberadaan Sosialisasi Garuda
Menoreh.
Selain
terdapat
itu
organisasi
Kebencanaan Sosialisasi kebencanaan
telah
penanggulangan
dilakukan di setiap desa
bencana lain yaitu Siaga
yang
Bencana
Kecamatan
Selorejo,
Fortiz-Margoyoso, Kepel
Alam,
terdapat
di
Salaman.
Sosialisasi kebencanaan dan
Pitulung.
dilakukan
oleh
pemerintah daerah dan
b. Keberadaan dan Jenis
pemerintah desa serta
Sistem Peringatan Dini
lembaga
(Early Warning System)
penanggulangan
Beberapa
desa
bencana baik tingkat
Desa
daerah dan tingkat desa.
Ngargoretno, Sidosari,
d. Keberadaan dan Jenis
seperti
dan
Kalisalak
yang
Pengurangan
termasuk dalam zona
Risiko Dasar
bahaya
tingkat
I
Kebijakan
memiliki jenis sistem
dilakukan
peringatan
terkait
modern
dini
yang
yaitu
alat
Faktor
yang
pemerintah dengan
pengurangan
deteksi gerakan tanah.
risiko
Sedangkan
desa
dilakukan oleh 9 desa
sistem
yang termasuk dalam
yang
zona bahaya tingkat I
di
lainnya, peringatan
dini
dasar
faktor telah
digunakan yaitu sistem
diantaranya
desa
peringatan
Ngargoretno,
Desa
sederhana
dini
yang berupa
speaker yang ada di
Paripurno, Menoreh,
Kalirejo, Margoyoso,
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
Sidosari,
Kalisalak,
Sriwedari,
dan
Jebengsari, desa
sedangkan
lainnya
drainase, pembangunan bronjong longsor
penahan pada
tebing-
tidak
tebing dan bangunan
menerapkan kebijakan
penahan gerakan massa.
pemerintah
terkait
Zona bahaya tingkat III,
dengan
faktor
semua
pengurangan
risiko
melakukan
dasar.
desa
bencana
e. Keberadaan
Mitigasi
Bencana
tidak mitigasi
baik
mitigasi
berupa
struktural
maupun non struktural.
Zona
bahaya
C. Tingkat dan Sebaran Risiko
tingkat I, semua desa
Bencana Gerakan Tanah di
sudah
Kecamatan Salaman
melakukan
mitigasi
bencana
struktural
berupa
1. Tingkat
sebaran
bahaya bencana gerakan
pembangunan
fisik,
tanah
sedangkan
untuk
Salaman
mitigasi
dan
di
nonstruktural
a. Tingkat I
hanya dilakukan oleh
Zona
Kecamatan
bahaya
Desa Margoyoso. Zona
tingkat I seluas 3.453,67
bahaya
ha, meliputi 13 desa
tingkat
II,
mitigasi dilakukan oleh
yang berada
Desa
selatan, barat, barat laut
Kebonrejo,
Tanjunganom, Banjarharjo. yang
dan Mitigasi
dilakukan
desa-desa
pada
di
sisi
dan utara diantaranya: Desa
Ngargoretno,
oleh
Kalirejo,
Paripurno,
zona
Menoreh,
Kalisalak,
bahaya tingkat II hanya
Driwedari, Margoyoso,
berupa
Krasak,
pembangunan
fisik
seperti
pembangunan
saluran
Sawangargo,
Kaliabu,
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
Jebengsari,
Sidosari,
dan Ngampeldento. b. Tingkat II Zona tingkat
Kebonrejo,
Salaman,
dan
Sidomulyo.
Tingkat
kerentanan
bahaya
sedang terdapat di 5
seluas
desa yaitu Ngargoretno,
II
2.427,61 ha meliputi 4
Purwosari,
desa
Ngampeldento,
yaitu
Desa
Tanjunganom, Salaman,
Sidosari, dan
Tanjunganom.
Kebonrejo,
dan Banjarharjo.
b. Kerentanan Fisik Tingkat kerentanan
c. Tingkat III
tinggi
Zona
bahaya
mendominasi
hampir sebagian besar
tingkat III seluas 834,80
wilayah
Kecamatan
meliputi 2 desa yaitu
Salaman
yang
Desa
mencakup
Ngadirejo
dan
Sidomulyo. 2. Tingkat
diantara
dan
kerentanan gerakan
13
desa Desa
sebaran
Ngargoretno, Kalirejo,
bencana
Menoreh,
Kalisalak,
Sriwedari,
Krasak,
tanah
di
Kecamatan Salaman a. Kerentanan Sosial Tingkat kerentanan
Margoyoso,
Kaliabu,
Sidosari,
Kebonrejo,
Salaman,
Sidomulyo,
sedang
mendominasi
dan Ngadirejo. Tingkat
hampir
di
kerentanan
wilayah
semua
Kecamatan
terdapat di empat desa
Salaman meliputi Desa
yaitu
Kalirejo,
Paripurno,
Banjarharjo,
Menoreh,
Ngadirejo,
Tanjunganom,
Kalisalak,
Sriwedari,
Jebengsari.
Krasak,
Margoyoso,
Kaliabu,
Sawangargo,
Banjarharjo, Jebengsari,
sedang
Ngampeldento,
dengan
dan Wilayah tingkat
kerentanan fisik sedang memiliki
tingkat
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
kerentanan sedang pada
Jebengsari, Kebonrejo,
variabel jumlah rumah
Salaman,
dan
Sidomulyo.
fasilitas
Tingkat
umum.
kerentanan
d. Kerentanan Lingkungan
rendah terdapat di tiga desa
yaitu
Desa
dan
Wilayah
yang
memiliki
tingkat
Sawangargo, Purwosari,
kerentanan tinggi hanya
dan Paripurno.
sebagian
c. Kerentanan Ekonomi
kecil
dari
wilayah
Kecamatan
Salaman,
sedangkan
ekonomi tinggi terdiri
tingkat
kerentanan
dari empat desa yaitu
lingkungan
sedang
Desa
mendominasi
hampir
Tingkat kerentanan
Margoyoso,
Krasak, Kalisalak, dan Sriwedari.
Tingkat
kerentanan
ekonomi
diseluruh wilayah. e. Kerentanan Total Kerentanan
total
sedang meliputi tujuh
merupakan hasil overlay
desa diantaranya Desa
peta kerentanan sosial,
Kaliabu,
fisik,
Menoreh,
Sidosari,
ekonomi,
dan
Ngadirejo,
lingkungan. Kerentanan
Kalirejo, Paripurno, dan
total terhadap bencana
Ngargoretno.
gerakan
Tingkat
kerentanan
rendah
tanah
Kecamatan
di
Salaman
mendominasi sebagian
memiliki empat tingkat
besar
wilayah
kerentanan yaitu sangat
Kecamatan
Salaman
tinggi, tinggi, sedang,
yang
mencakup
dan
rendah.
Tingkat
sembilan
desa
kerentanan total sangat
diantaranya
Desa
tinggi
merupakan
Kaliabu, Ngampeldento,
wilayah
yang
paling
Purwosari, Banjarharjo,
sempit seluas 470,51 ha.
Tanjunganom,
Tingkat kerentanan ini
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
terletak di area yang
Ngampeldento,
dekat dengan jalan raya
Tanjunganom,
dan
jenis
Banjarharjo,
lahan
Jebengsari.
memiliki
penggunaan berupa
permukiman.
3. Tingkat
dan
Tingkat kerentanan total
kapasitas
tinggi
gerakan
mendominasi
sebagian besar wilayah Kecamatan
dan
sebaran bencana
tanah
di
Kecamatan Salaman
Salaman
Kapasitas
total
seluas 3.815,27 ha yang
merupakan
meliputi
penghitungan data variabel
Desa
Margoyoso, Krasak,
Kaliabu, Sriwedari,
Kalisalak,
Kalirejo,
Menoreh,
Ngadirejo,
kapasitas
hasil
yaitu
dari
variabel
kelembagaan penanggulangan bencana, keberadaan
dan
jenis
Sidomulyo, Kebonrejo,
sistem
dan
(early warning system),
Salaman,
serta
peringatan
dini
sebagian kecil Sidosari,
keberadaan
Paripurno, Ngargoretno
kebencanaan, keberadaan
dan
dan
Sawangargo.
Tingkat
kerentanan
sosial
sedang
menempati
jenis
sosialisasi
pengurangan
faktor risiko dasar, serta keberadaan
mitigasi
wilayah
bencana. Tingkat kapasitas
seluas 1.929,97 ha yang
sangat tinggi menempati
meliputi
Purwosari,
wilayah seluas 573,11 ha
Sidosari,
Sawangargo,
yang meliputi satu desa
Paripurno,
dan
Ngargoretno.
yaitu
Desa
Margoyoso.
Tingkat
Tingkat kapasitas tinggi
kerentanan total rendah
menempati wilayah seluas
terdapat
898,31 ha yang meliputi
di
wilayah
seluas 500,33 ha yang
Desa
Ngargoretno
dan
meliputi wilayah Desa
Sidosari. Tingkat kapasitas
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
total sedang mendominasi
diantaranya tingkat risiko
wilayah
sangat
Kecamatan
tinggi,
tinggi,
Salaman seluas 2.471,86 ha
sedang, rendah, dan sangat
yang meliputi lima desa
rendah.
diantaranya
Desa
sangat tinggi dengan luas
Sriwedari,
415,85 ha atau 6,19% dari
Menoreh, Paripurno, dan
luas wilayah mendominasi
Kalirejo. Tingkat kapasitas
Desa Krasak, Kaliabu, dan
rendah mencakup wilayah
sebagian kecil Purwosari.
seluas 580,49 ha yang
Tingkat
meliputi Desa Jebengsari,
tinggi dengan luas 350,59
Ngadirejo,
ha atau 5,22% dari luas
Kalisalak,
dan
Ngampeldento.
Tingkat
kapasitas sangat
rendah
Tingkat
risiko
risiko
wilayah
bencana
mendominasi
sebagian Desa Purwosari,
mencakup wilayah seluas
Sawangargo,
2.192,32 ha yang meliputi
kecil
Desa Kaliabu, Kalisalak,
Krasak, dan
Kaliabu.
Sawangargo,
Tingkat
bencana
Purwosari,
Tanjunganom,
Tanjunganom,
risiko
sedang dengan luas 570,04
Banjarharjo,
Kebonrejo,
Sidomulyo, dan Salaman. 4. Tingkat
sebagian
dan
sebaran
ha atau 8,49% dari luas wilayah sebagian
mendominasi besar
wilayah
risiko bencana gerakan
Desa Kebonrejo, sebagian
tanah
kecil Salaman, Krasak, dan
di
Kecamatan
Salaman Risiko
merupakan
Kaliabu.
Tingkat
bencana
rendah
dengan
hasil overlay peta bahaya,
luas
kerentanan
33,64% dari luas wilayah
total,
dan
2.259,41
risiko
ha
atau
kapasitas. Tingkat risiko
mendominasi
bencana gerakan tanah di
Desa
Kecamatan Salaman terdiri
Tanjunganom, Sidomulyo,
dari
Kalirejo,
lima
tingkatan
sebagian Banjarharjo,
Menoreh,
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
Kalisalak, Sriwedari, dan
mitigasi yang disarankan pada
sebagian kecil
Salaman,
masing-masing zonasi tingkat
dan
risiko bencana gerakan tanah
Tingkat
di Kecamatan Salaman antara
Ngadirejo, Ngampeldento. risiko
sangat
rendah
dengan luas 3.120,17 ha atau 46,46%
dari luas
wilayah
mendominasi
Desa
Ngargoretno,
Margoyoso,
Sidosari,
lain: 1. Zonasi
Risiko
Sangat
Tinggi a. Struktural 1) Mengatur
dan
memperbaiki
Jebengsari,
Paripurno,
drainase lereng baik
sebagian
Ngadirejo,
air
Kalisalak,
Sriwedari,
maupun
Menoreh,
dan
Ngampeldento.
permukaan bawah
permukaan. 2) Mengurangi
D. Teknik
Mitigasi
Berdasarkan
Zonasi
tebal
tanah atau merubah geometri
Tingkat Risiko Bencana Di
kemiringan lereng
Kecamatan Salaman
pada lereng yang
Hasil
tingkat
risiko
curam.
bencana gerakan tanah terdiri
3) Menutup
retakan
dari 5 zonasi yaitu zona
tanah
dengan
tingkat risiko bencana gerakan
segera pada musim
tanah sangat tinggi, tinggi,
penghujan
sedang, rendah, dan sangat
menggunakan
rendah.
kedap
zonasi
Masing-masing tersebut
memiliki
tingkat ancaman, kerentanan, dan kapasitas yang berbeda
air
yang
dimasukkan
pada
retakan tanah. 4) Membuat bangunan
sehingga teknik mitigasi yang
penahan
disusun juga berbeda pada
massa,
tiap-tiap
kawat pada lereng,
zonasi.
Teknik
gerakan bronjong
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
dan
jangkar
(anchor).
mengurasi rembesan
5) Membuat
tanggul
penahan
untuk
air
ke dalam tanah dan
beban
reruntuhan batuan
massa
tanah
(rockfall).
sebagai faktor
6) Terasering dengan sistem yang
drainase tepat
agar
tidak menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah.
b) Penggenangan air c) Menggali,
dan
tanaman
keras yang ringan dengan
gerakan.
momotong,
7) Penghijauan dengan
pemicu
perakaran
menggetarkan lereng d) Menanam/men
intensif dan dalam
ebang
bagi kawasan yang
secara
curam
sembarangan.
dan
menempel di atas lapisan permeabel. b. Non Struktural
pohon
3) Mengontrol secara berkala
dan
mengadakan sistem
1) Mengidentifikasi
peringatan
dini
(mengenali) lereng-
untuk mewaspadai
lereng yang rentan
munculnya
bergerak.
awal gerakan tanah.
2) Mengurangi faktor
gejala
4) Menyediakan
risiko dasar seperti:
informasi dan peta
a) penutupan
bencana
kolam
ikan
tanah
tanpa
alas
masyarakat.
untuk
gerakan bagi
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
5) Sosialisasi
upaya
pencegahan
dan
penanggulangan bencana
gerakan
tanah.
pada lereng yang curam. 3) Menutup
retakan
tanah
dengan
segera pada musim
6) Membentuk
dan
penghujan
menguatkan
menggunakan
lembaga
kedap
air
yang
penanggulangan
dimasukkan
pada
bencana
sebagai
retakan tanah.
langkah
antisipasi
bencana.
4) Membuat bangunan penahan
7) Mengungsi hujan
saat turun
terutama
ketika
retakan
terus
berkembang.
massa,
gerakan bronjong
kawat pada lereng, dan
jangkar
(anchor). 5) Membuat
8) Pemerintah
tanggul
penahan
untuk
mengupayakan
reruntuhan batuan
relokasi.
(rockfall).
2. Zonasi Risiko Tinggi
6) Terasering dengan
a. Struktural
sistem
1) Mengatur
dan
yang
drainase tepat
agar
memperbaiki
tidak menjadi jalan
drainase lereng baik
meresapkan air ke
air
permukaan
dalam tanah.
bawah
7) Penghijauan
maupun permukaan. 2) Mengurangi
dengan tebal
tanaman
keras yang ringan
tanah atau merubah
dengan
perakaran
geometri
intensif dan dalam
kemiringan lereng
bagi kawasan yang
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
curam
dan
d) Menanam/
menempel di atas
menebang
lapisan permeabel.
pohon
b. Non Struktural
secara
sembarangan.
1) Mengidentifikasi
3) Mengontrol secara
(mengenali) lereng-
berkala
lereng yang rentan
peringatan
bergerak
untuk mewaspadai
2) Mengurangi faktor risiko dasar seperti: a) penutupan
sistem dini
munculnya
gejala
gerakan tanah. 4) Menyediakan
kolam
ikan
informasi dan peta
tanpa
alas
bencana
gerakan
untuk
tanah
mengurasi
masyarakat.
rembesan
bagi
air
5) Membentuk
dan
ke dalam tanah
menguatkan
dan
beban
lembaga
massa
tanah
penanggulangan
sebagai faktor
bencana
sebagai
pemicu
langkah
antisipasi
gerakan seperti
bencana.
pada
gambar
25. b) Penggenangan air c) Menggali,
6) Apabila
terjadi
hujan deras selama lebih dari 2 jam atau hujan
terus-
menerus disarankan
momotong,
untuk
dan
atau
menggetarkan
sementara
lereng
lereng yang rentan bergerak
mengungsi menjauh dari
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
3. Zonasi Risiko Sedang
yang
a. Struktural
memicu
gerakan.
1) Mengatur
dan
3) Mengadakan sistem
memperbaiki
peringatan
drainase lereng baik
dengan pengamatan
air
permukaan
tanda-tanda gerakan
bawah
tanah secara berkala.
maupun permukaan.
dini
4) Menyediakan
2) Merubah geometri
informasi dan peta
kemiringan lereng
bencana
pada lereng yang
tanah
curam.
masyarakat.
3) Menambal rekahan-
gerakan bagi
5) Membentuk
dan
rekahan pada tanah
menguatkan lembaga
dan bangunan.
penanggulangan
4) Membuat bangunan
bencana
sebagai
gerakan
langkah
antisipasi
bronjong
bencana.
penahan massa,
kawat pada lereng, dan
jangkar
(anchor). 5) Membuat penahan
6) Apabila turun hujan terus menerus selama 2 jam, disarankan
tanggul untuk
reruntuhan batuan (rockfall). b. Non Struktural 1) Mengidentifikasi
untuk
menghindari
lereng-lereng
yang
rentan bergerak. 4. Zonasi Risiko Rendah 1) Tetap
mewaspadai
potensi
bencana
(mengenali) lereng-
gerakan tanah yang
lereng yang rentan
ada.
bergerak. 2) Mengurangi berbagai faktor risiko dasar
2) Penyediaan informasi dan peta bencana
gerakan
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
tanah
bagi
masyarakat.
Faktor
3) Penguatan kapasitas masyarakat
dalam
gerakan
tanah
di
5. Zonasi
Risiko
Sangat
Rendah
bahaya
dan dapat
meningkatkan risiko
tanah
Salaman.
kerentanan
menghadapi bencana
Kecamatan Salaman.
tingkat
bencana di
gerakan
Kecamatan
Salaman, sedangkan faktor kapasitas merupakan faktor yang dapat memperkecil
1) Tetap
mewaspadai
potensi
bencana
gerakan tanah yang ada.
tingkat
risiko
bencana
gerakan tanah. 2. Tingkat dan sebaran risiko bencana gerakan tanah di
2) Penyediaan
Kecamatan
Salaman
informasi dan peta
memiliki
beberapa
bencana
gerakan
tingkatan risiko. Tingkat
bagi
risiko dibagi menjadi lima
tanah masyarakat.
tingkatan,
3) Penguatan kapasitas masyarakat
dalam
tinggi,
Tingkat
gerakan
gerakan
tanah
di
yaitu
sangat
tinggi,
sedang,
rendah, dan sangat rendah.
menghadapi bencana
Kecamatan Salaman. IV.
Kecamatan
risiko
bencana
tanah
Kecamatan
di
Salaman
KESIMPULAN DAN
tersebar di seluruh wilayah.
SARAN
Tingkat
risiko
bencana
sangat tinggi dengan luas
A. Kesimpulan 1. Masing-masing
variabel
715,85 ha meliputi Desa
faktor bahaya, kerentanan,
Purwosari,
dan
memiliki
Kaliabu
dan
Krasak.
berbeda
Tingkat
risiko
bencana
kapasitas
pengaruh
yang
Sawangargo,
terhadap risiko bencana
tinggi dengan luas 50,59 ha
gerakan
tersebar di Desa Kaliabu,
tanah
di
Analisis Risiko Bencana. . . . (Himatul Kh)
Krasak,
Salaman,
dan
rendah dan sangat rendah
Kebonrejo. Tingkat risiko
adalah
sedang dengan luas 570,04
struktural.
ha
tersebar
di
Kebonrejo,
Desa
Salaman,
Kaliabu,
Krasak,
mitigasi
non
B. Saran 1. Bagi Peneliti
dan
a. Perlu adanya penelitian
Sriwedari. Tingkat risiko
tentang risiko bencana
bencana
dengan
di wilayah-wilayah lain
luas 2.259,41 ha tersebar di
yang berpotensi terjadi
Desa
Tanjunganom,
bencana baik bencana
Sidomulyo,
alam maupun bencana
rendah
Banjarharjo, Sriwedari,
Kalisalak,
Menoreh,
Kalirejo,
Ngampeldento,
non alam. b. Perlu
adanya
dan
pengembangan metode
Ngadirejo. Tingkat risiko
dalam penelitian risiko
bencana
bencana.
sangat
rendah
dengan luas 3.120,17 ha tersebar
di
Ngargoretno,
2. Bagi Masyarakat
Desa
a. Perlu adanya sosialisasi
Paripurno,
hasil penelitian risiko
Margoyoso,
bencana gerakan tanah
Ngampeldento, Jebengsari,
di Kecamatan Salaman
Menoreh, Kalisalak, dan
hingga tingkat Desa.
Ngadirejo.
b. Perlu adanya sosialisasi
3. Teknik mitigasi bencana gerakan
tanah
mitigasi
yang
sesuai
dengan
Kecamatan Salaman untuk
karakteristik
wilayah
zonasi tingkat risiko sangat
untuk
tinggi, tinggi, dan sedang
kapasitas
masyarakat
adalah
dalam
mengurangi
teknik
struktural struktural,
di
teknik
mitigasi
dan
non
sedangkan
untuk zonasi tingkat risiko
meningkatkan
tingkat risiko bencana gerakan
tanah
Kecamatan Salaman.
di