LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004
STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA Dr. Surono DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI
BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006 •
2 Pebruari 2005, Kab Bandung, Tempat pembuangan sampah >176 orang meninggal, 48 rumah rusak, 20 Ha lahan pertanian rusak p
•
1 Januari 2006, Kab Jember, Jawa Timur, Longsoran diikuti banjit bandang, > 98 orang meninggal, > 140 rumah rusak.
•
4 Januari 2006, Kab. B j Banjarnegara, J Jawa T Tengah. h Longsoran menimpa pemukiman dibawah lereng terjal, >142 orang meninggal, > 100 rumah rusak
• 26 Maret 2004, Tinggi Moncong, Gowa, Sulawesi Selatan • 300 juta m3 debris, 33 orang meninggal, 12 rumah rusak, 10 Ha lahan pertanian rusak • 21-April-2004, Kecamatan Cililin, Kab. Bandung, Jawa Barat, longsoran diikuti b ji bandang, banjir b d 15 orang meninggal, 60 rumah rusak, 15 Ha lahan pertanian rusak
BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007 Longsoran Di Kab. Karanganyar 64 orang meninggal, >60 rumah rusak
Longsoran Di Kab. Manggarai, NTT 62 orang meninggal, >1000 orang mengungsi
1
POKOK BAHASAN Apa yang bisa kita pelajari dari hal tersebut?
Landasan Hukum Mitigasi dan Strategi Mitigasi
• Meminimalkan bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama (Pemerintah dan masyarakat)
Kejadian gerakan tanah/ tanah longsor berdasarkan tipe gerakan
• Pentingnya Koordinasi antar Pemerintan dan Pemerintah Daerah.
Korban bencana gerakan tanah/ tanah longsor berdasarkan tipe gerakan tanah, batuan dasar, kemiringan lereng, tataguna lahan, dan
• Pemberdayaan masyarakat di daerah rawan bencana
tanah, kemiringan lereng, batuan dasar dan tempat khusus.
zona kerentanan gerakan tanah Bahasan, Kesimpulan dan Rekomendasi
BATASAN MASALAH ¾Tidak dibahas kuantitas curah hujan sebagai pemicu longsor ¾Tidak dibahas konsisi geologi secara rinci
Landasan Hukum Berkaitan Dengan Mitigasi Bencana Geologi 1. UU no. 24 Tahun 2007 tentang ”Penanggulangan Bencana” 2. UU no. 26 Tahun 2007 tentang ”Penataan Ruang” 3. PP no. 25 Tahun 2000 4 KEPPRES RI no 4. no. 165 Tahun 2000
Mengapa Perlu Mitigasi Geologi ??? Besarnya Dampak Bencana Geologi (Korban >>, kerugian >>)
Belum dapat diramal, Kapan, berapa besar
Mendadak & Tidak teratur
Waktu cepat & dampak bencana lama
IPTEK Dapat diidentifikasi wilayah rawan bencana geologi
MITIGASI BENCANA GEOLOGI
“ MENGURANGI DAMPAK BENCANA GEOLOGI “
2
Tantangan Ke Depan Pada Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Geologi
Informasi Kawasan Rawan Bencana Geologi
TATAAN GEOLOGI INDONESIA INDONESIA TERLETAK INTERAKSI DARI 3 LEMPENG (TRIPLE JUNCTION) YANG MEMBENTUK ZONA SUBDUKSI YANG UNIK DI DUNIA, AKIBATNYA; • Indonesia mempunyai 129 gunungapi aktif (terbanyak di dunia) • Banyak terjadi gempabumi baik di darat maupun di laut yang bisa memicu tsunami
Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Geologi
• Banyak terdapat lipatan, patahan, punggungan, bukit d dengan kkemiringan ii sedang d hi hingga tterjal j l kkondisi di i yang demikian menyebabkan rentan terjadi gerakan tanah/ tanah longsor yang di picu oleh curah hujan atau gempabumi
“ Penataan Ruang Berbasis Kebencanaan Geologi ”
Tingkatan Status Kerentanan Gerakan Tanah Dan Respon Masyarakat
MITIGASI GERAKAN TANAH
Tinggi •Sering terjadi gerakan tanah jika musim hujan •Gerakan tanah lama bisa aktif kembali
TANGGAP DARURAT GERAKAN TANAH PERINGATAN DINI PERINGATAN DINI Rendah
SOSIALISASI PEMANTAUAN GERAKAN TANAH DI OBYEK VITAL STRATEGIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
Sangat Rendah
Gerakan Tanah berpotensi terjadi jika curah hujan tinggi dan ada gangguan lereng
Gerakan tanah bisa terjadi jika ada gangguan lereng
Sangat jarang terjadi Gerakan Tanah
Tidak dibangun permukiman, bangunan vital strategis, Konservasi Lahan Waspada, Mengungsi jika Curah Hujan Tinggi
Tidak melakukan pemotongan lereng Waspada jika curah hujan tinggi Jangan tinggal di lereng terjal
Tidak tinggal di bantaran sungai
Lokasi bangunan vital & Strategis.
PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
3
SISTEM PERINGATAN DINI (EARLY WARNING) 107° 14' 35"
107° 46' 20"
Ε
Ε
¾ Sistem peringatan dini gerakan tanah dilakukan pada awal musim hujan dengan mengirim surat, booklet, dan poster tentang mitigasi bencana gerakan tanah. ¾ Peta perkiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah dibuat dengan cara overlay antara peta zona kerentanan gerakan tanah dan prediksi curah hujan bulanan. Hasilnya berupa 3 tingkatan zona potensi gerakan tanah tinggi, sedang dan rendah yang diinformasikan kepada Pemerintah Daerah Daerah.
PETA KERENTANAN GERAKAN TANAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT
Cikalongwetan Cikalongwetan
Ε
-6° 47' 35"
∗
Lembang Lembang Padalarang Padalarang
Sekala 1 : 550.000 Digambar Oleh : Tutang . s dan Agus. S
Batujajar Batujajar
BANDUNG Ujungberung Ujungberung
KETERANGAN
Ujungberung Ujungberung
Cililin Cililin
PETA PERKIRAAN CURAH HUJAN
ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH RENDAH
Cicalengka Cicalengka Gununghalu Gununghalu
PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH SANGAT RENDAH
Soreang Soreang Banjaran Banjaran
ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH MENENGAH
Nagrek Nagrek Majalaya Majalaya
ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH TINGGI Jalan
Ciwidey Ciwidey
S Sungai Pangalengan Pangalengan
Waduk
Sumber : PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI
Tipe Gerakan Tanah Vs Frequensi gerakan tanah Th 2003 - 2007 Longsoran Sampah 1 1%
Runtuhan Batu Longsoran + 7 Banjir Bandang 4% 21 12%
Nendatan/Reta kan/Rayapan 37 21%
Tipe gerakan tanah yang banyak terjadi adalah tipe longsoran. Karena banyak dijumpai kemiringan lereng sedang – terjal.
Longsoran 108 62%
Jenis Gerakan Tanah Vs Jumlah Korban Th 2003 - 2007
Ju m lah K Korban (oran g)
3500 2882
3000 2500
2023 Meninggal
2000
Korban Jiwa dan harta benda pada tipe longsor diikuti banjir bandang. Karena masih banyak pemukiman di alur lembah/sungai, lereng sedang-terjal.
Rumah Rusak
1500 1000 366
500
672
516
34
0
163
176 48
pa
h
tu
Kejadiannya berlangsung cepat dan malam hari.
m Sa
an
an
uh
so r
nt
ng
so r
Lo
+ an
Ru
Ba ir nj Ba
et /R an
Ba
an
g
an
nd
so r ng Lo
ak
an
/R
ay ap
an
0
Lo
ng
at
Santosa Santosa
-7° 13' 40"
nd
Ε
Ne
Cibuni Cibuni
Jenis Gerakan Tanah
4
Kejadian gerakan tanah pada berbagai kelerengan Th 2003 - 2007 9° - 17° 11 6%
> 36° 54 31%
• Jumlah korban dan kejadian gerakan tanah paling banyak terjadi pada lereng 27 – 36 dan lereng > 36
17° - 27° 48 28%
Kelerengan Vs Jumlah Korban
Batu Pasir Tufaan 53 30%
Sifat fisik dan mekanik breksi sebagai bidang gelincir yang p kedap p air,, lapukannya p y sempurna/ lolos air tinggi, tanah pelapukan umumnya subur sehingga banyak pemukiman dan aktivitas penduduk, serta keberadaanya di daerah terjal/ vulkanik
Breksi 82 47%
Jenis Batuan Vs Jumlah Korban dan Rumah Rusak Th 2003 - 2007
9° - 17°
17° - 27°
27° - 36°
pi ng m
n
3 0
at u
Ba tu ga
ha
La va
ali m
ng
An de si t
lan au
fa
ba
tu ap u
si
s ir
> 36°
5 2
sa b
> 36°
10940
Sifat fisik dan mekanik lempung yang licin dan mengembang pada saat kena air menjadi bidang gelincir yang sempurna, tetapi gerakannya bersifat lambat karena keberadaannya di daerah relatif datar
ak ,b
0
Kelerengan
Tu fa an
516 243
Pa
500
Ba tu
8
222 98
3 0
Br
1000
546 328
184 24 ng
1500
Tu
2044
2000
Rumah Rusak 704
pu
206
2500
Meninggal
ek
Jumlah Korb ban (orang)
2888
1881
2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
Le
Rumah Rusak
432
27° - 36°
Kejadian dan jumlah korban paling banyak terdapat pada batuan breksi, karena ;
Lempung 20 11%
Tufa batuapung 1 1%
m
Kelerengan
Ba tu
K o r b a n m e n i n g g a l (o r a n g )
3500 3000
17° - 27°
Batugamping 2 1%
Kelerengan Vs Rum ah Rusak
742
9° - 17°
lanau malihan Lava 1 5 1% 3%
Andesit 10 6%
hal ini karena ; g yang y g rendah 1. Stabilitas lereng 2. Kejadiannya cepat dan tidak sempat menghindar 3. Pada daerah datar umumnya terjadi kerusakan konstruksi rumah dan sarana prasarana
27° - 36° 61 35%
800 700 600 500 400 300 200 100 0
Frequensi gerakan tanah pada berbagai batuan dasar Th 2003 - 2007 Batu sabak, batu
Kejadian gerakan tanah
Jenis Gerakan Tanah
GERAKAN TANAH VS TATAGUNA LAHAN
1288
55
ut an
ng
H
in in - la La
40
5
K
am
eb
un
C
+S aw
am
ah
p
10
La da
1400 1200 1000 800 600 400 200 0
Pe r
m uk
im
an
+
Ko l
Jumlah Korban (orang)
Tata guna lahan Vs Jumlah Korban dan Rumah Rusak Th 2003 - 2007
Jenis Tata guna lahan
Frequensi gerakan tanah pada berbagai Tata guna lahan Th 2003 - 2007
Lain-lain Lain lain 12 7%
Ladang 12 7%
Hutan 5 3%
Kolam+Sawah 11 6%
Permukiman + Kebun Camp. 134 77%
Jumlah kejadian dan jumlah korban akibat gerakan tanah banyak terjadi pada tata guna lahan pemukiman yang berada di kebun campuran pada lereng sedang – terjal. Terjadi penggemburan tanah karena aktivitas pertanian menyebabkan lahan menjadi lolos air tinggi, pembebanan oleh pemukiman, sudut lereng sedang-terjal sehingga stabilitas lereng terganggu, tanah g baru sehingga gg mencari keseimbangan mudah terjadi longsor. Karena banyaknya pemukiman dan aktivitas penduduk di daerah tersebut, maka potensi terjadinya bencana relatif tinggi.
Lem bah dan alur sungai 48 28%
Dibaw ah tim bunan sam pah 2 1%
Kejadian Gerakan Tanah Pada Lokasi Pemukiman 2003 - 2007
Bukit dan Kaki bukit 124 71%
Dibawah timbunan sampah 176 13%
Bukit dan Kaki bukit 435 31%
Lembah dan alur sungai 787 56% Jumlah Korban Gerakan Tanah Pada Lokasi Pemukiman 2003 - 2007
Gerakan tanah yang banyak terjadi di atas, pada dan kaki bukit dengan kemiringan lereng sedang – terjal. Stabilitas lereng menurun disebabkan oleh pembebanan pemukiman, penambahan bobot tanah yang mengandung air dan gaya gravitasi.
Korban Jiwa dan harta benda banyak terjadi pada lembah/ alur sungai; ¾Karena masih banyak pemukiman di alur lembah/sungai, lereng sedangterjal. ¾Kejadiannya berlangsung cepat (sifat aliran bahan rombakan dengan viskositas tinggi sehingga daya rusaknya tinggi) dan sering terjadi malam hari .
5
KEJADIAN GERAKAN TANAH PADA PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH (2003 - 2007) ZKGT SANGAT RENDAH 0 0%
KEJADIAN GERAKAN TANAH DI BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA 2003 - 2007 Sulaw esi Barat Papua Sulaw esi Tengah NTT Kal Tim 2 3 3 9 3 NAD 1% Sumatera Barat 1% 1% 3% 0% 1 12 0%Sulaw esi Selatan Sulaw esi Utara 4% 1 Sumatera Utara 8 0% 12 3% 4% Jaw a Timur 14 5%
ZKGT RENDAH 4 3% ZKGT MENENGAH 48 41%
ZKGT TINGGI 66 56%
Jaw a Barat 158 57%
Jaw a Tengah 60 21%
Kejadian Gerakan tanah banyak terjadi pada ZKGT menengah – tinggi;
Kejadian gerakan tanah banyak terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur; Daerah Vulkanik, banyak populasi penduduk, pertumbuhan t b h penduduk d d k mengarah ke lereng sedangterjal sehingga terjadi perubahan tata guna lahan
• ZKGT TINGGI sering terjadi gerakan tanah dan gerakan tanah lama bisa aktif kembali jika dipicu hujan lebat • ZKGT MENENGAH terjadi gerakan tanah karena gangguan lereng dan perubahan tata guna lahan.
GERAKAN TANAH DI INDONESIA Th 2001 - 2007 Papua 6 0% NAD 8 1%
Jumlah Korban Jiwa Gertan 2003 - 2007
Sulaw esi Selatan 33 2%
Sulaw esi Barat 2 0%
350 300
Jaw a Barat 329 24%
Sumatera Jawa Kalimantan Nusa Tenggara Peningkatan Kewaspadaan; Sulawesi JAWA ; Desember – Maret Irian
250 J u m la h K o rb a n
Sulaw esi Tengah 57 4%
Kal Tim 3 NTT 0% 66 5%
200 150
Sulaw esi Utara 257 18%
100 50 0
Jaw a Tengah 274 20%
Sumatera Barat 84 6% Sumatera Utara 170
1
2
3
4
5
6
7 Bulan
8
9
10 11 12
SUMATRA; November, Desember, Maret NUSA TENGGARA; Pebruari – Maret SULAWESI; Januari – Maret dan Juni-Juli IRIAN; Oktober- Januari
Jaw a Timur 116 8%
6
DISKUSI, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan kejadian gerakan tanah di beberapa wilayah di indonesia dari tahun 2003 – 2007, dapat dikelompokan secara garis besar berdasarkan sudut lereng, batuan dasar, tata guna lahan dan zona kerentanan gerakan tanah dari sangat berbahaya – berbahaya – perlu diwaspadai untuk pemukiman dan aktivitas penduduk. penduduk SUDUT LERENG
27 - 36°
> 36°
17 - 27°
BATUAN DASAR
BREKSI
BATUPASIR TUFAAN
LEMPUNG
TATA GUNA LAHAN
KEBUN CAMPURAN
LAIN-LAIN
LADANG, SAWAH DAN KOLAM
ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
TINGGI
MENENGAH
RENDAH
KETERANGAN
SANGAT BERBAHAYA
BERBAHAYA
PERLU DIWASPADAI
Tidak layak untuk pemukiman, karena sangat berbahaya dan sering terjadi gerakan tanah
Tidak layak untuk pemukiman, karena sangat berbahaya dan mempunyai kelerangan terjal
Dapat untuk pemukiman, namun tidak ada kolam dan sawah. Sebaliknya jika ada kolam dan sawah maka tidak ada pemukiman
Berdasarkan Korban Jiwa dan harta benda akibat bencana gerakan tanah di beberapa wilayah di indonesia dari tahun 2003 – 2007, dapat dikelompokan secara garis besar berdasarkan sudut lereng, batuan dasar, tata guna lahan dan lokasi khusus dari sangat berbahaya – berbahaya – perlu diwaspadai untuk pemukiman dan aktivitas penduduk. SUDUT LERENG
27 - 36°
BATUAN DASAR TATA GUNA LAHAN
> 36°
17 - 27°
BREKSI
BATUPASIR TUFAAN
LEMPUNG
KEBUN CAMPURAN
LAIN-LAIN
LADANG, SAWAH DAN KOLAM
LOKASI KHUSUS
ALUR LEMBAH
BUKIT
LAIN-LAIN
KETERANGAN
SANGAT BERBAHAYA
BERBAHAYA
PERLU DIWASPADAI
Tidak layak untuk pemukiman, karena sangat berbahaya dan sering terjadi banyak korban jiwa
Tidak layak untuk pemukiman, karena sangat berbahaya, punya kelerangan terjal Dan banyak korban jiwa
Dapat untuk pemukiman, namun tidak ada kolam dan sawah. Sebaliknya jika ada kolam dan sawah maka tidak ada pemukiman
KEWASPADAAN KEJADIAN GERAKAN TANAH DI BEBERAPA PULAU DI INDONESIA PULAU
PERIODE BULAN
KETERANGAN
JAWA
NOVEMBER s/D MARET
November-Desember November Desember banyak terjadi gerakan tanah tipe rayapan, Puncak penghujan, longsor dan diikuti banjir bandang, akhir musim penghujan longsoran besar
SUMATRA
NOVEMBER, DESEMBER, MARET
Sumatra Barat puncak penghujan hatihati/waspadai banjir bandang disungaisungai yang berhulu di Gunungapi aktif.
NUSA TENGGARA
PEBRUARI, MARET
Puncak musim penghujan longsoran besar di tebing dengan susut lereng sedang-terjal di tepi t i jalan j l dan d pemukiman. ki
SULAWESI
JANUARI – MARET dan JUNI - JULI
Puncak musim penghujan hati-hati banjir bandang di alur sungai Jeneberang, beberapa wilayah di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara.
Langkah-langkah mitigasi bencana gerakan tanah yang dilakukan meliputi; Pemetaan zona kerentanan gerakan tanah, pemantauan gerakan tanah, sosialisasi, peringatan dini dan tanggap darurat Penataan Ruang yang terkait dengan perlindungan masyarakat dalam pencapaian kesejahteraannya perlu memperhatikan, pada matrik yang disajikan dari wilayah-wilayah sangat berbahaya, berbahaya dan waspada tinggi
7