PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU UNTUK PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JAKARTA FOOD SECURITY SUMMIT 2012 “FEED INDONESIA FEED THE WORLD” Menuju Swasembada Yang Kompetitif dan Berkelanjutan Serta Mendorong Produk-Produk Unggulan Menjadi Primadona Dunia
MENTERI PEKERJAAN UMUM JAKARTA, 7 FEBRUARI 2012
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
1
PENDAHULUAN VISI INDONESIA 2025 Mendorong Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 10 besar dunia di tahun 2030 dan 6 besar dunia pada tahun 2050 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan” Asumsi : pertumbuhan riil Antara 7-8% per tahun
PDB nominal : US$26.679 B PDB nominal/kapita: US$78.478 Kekuatan ekonomi 6 besar di dunia
PDB nominal : US$6.460 B – 8.152 B PDB nominal/kapita: US$20.600 – 25.900 Kekuatan ekonomi 10 besar di dunia PDB nominal : US$ 3,76 – 4,47 PDB nominal/kapita: US$ 12.855 – 16.160 PDB nominal : US$1.206 B PDB nominal/kapita: US$ 4.803 Kekuatan ekonomi 14 besar di dunia Sumber Kemenko Perekonomian
* Proyeksi Goldmann sachs ** Proyeksi tidak resmi dari pemerintah
2
RANGKUMAN TEMA PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI INDONESIA
3
JENIS KOMODITAS UTAMA, POTENSI PRODUKSI, DAN LOKASI KOMODITAS (RANGKUMAN ROADMAP PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA)
No
Komoditas Utama
Ranking Potensi
Ranking Produksi
Lokasi
KOMODITAS DENGAN DEMAND GLOBAL TINGGI 1
Minyak dan Gas
Potensi cadangan alam nomor 13 dunia sebesar 92,9 Triliun cubic feet
Produksi nomor 8 dunia
2
Batu Bara
Cadangan batubara 0,5 % dari cadangan dunia tahun 2008 (104 Milyar Ton)
Produksi nomor 5 dunia tahun 2009 (263 jt ton)
Sumatera
Ekspor Nomor 2 dunia tahun 2009 (230 Jt Ton/Tahun)
Kalimantan
Produksi Nomor 1 dunia (19.3 Juta Ton/Tahun atau 45% produksi dunia)
Sumatera
Eksportir nomor 2 dunia (30% dari total ekspor dunia)
Kalimantan dan Papua
3
Kelapa Sawit
4
Kelapa
5
Cokelat
6
Karet
7
Pariwisata
8
Tembaga
9
Nikel
Nomor 1 Dunia
(7.2 Triliun Cubic Feet)
Produksi Nomor 1 Asia Pasific tahun 2008 (16 Miliar Buah) Eksportir Nomor 2 Asia Pasific (649.000 Ton/Tahun) Nomor 1 Dunia (4,43 Ribu Ton/Tahun) 45% dari total 2.8 Juta kedatangan wisatwan asing adalah menuju Bali Cadangan tembaga Indonesia mencapai 4,1% dari cadangan dunia (Peringkat ke-7 dunia) Cadangan tambang Nikel cukup besar sebesar 609 Wet Metric Tons (WMT) atau 2,9 % cadangan Nikel dunia
Kalimantan
Sulawesi
Produsen Nomor 2 dunia (639.000 Ton)
Sulawesi
Nomor 2 dunia (3.234 Ribu Ton/Tahun)
Sumatera Bali dan Nusa Tenggara
Peringkat 2 dunia (10,4% dari produksi tembaga dunia)
Papua
Peringkat 4 dunia (8,6% dari total produksi nikel dunia)
Sulawesi
Produksi (Angka Penjualan 25,1 Miliar US$)
Jawa
KOMODITAS DENGAN DEMAND DOMESTIK TINGGI Growth 11% / Tahun
10
Makanan (Industri)
11
Tekstil
Growth 7% (Angka penjualan mencapai Rp. 172 Triliun)
12
Industri Peralatan
Angka penjualan mobil sebesar 954.000 unit (9% per tahun)
Nomor 2 dunia (Growth Produksi 11,1 % per tahun)
Jawa
13
Padi dan Jagung
Potensi Demand (234 Juta Jiwa)
Produsen beras nomor 3 dunia (9% bobot)
Sulawesi
14
Perikanan
Potensi menjadi produsen udang terbesar Indonesia
(234 Juta Jiwa Penduduk Indonesia)
Jawa
Sulawesi dan Maluku
Sumber: Roadmap Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, World Coal Institute, Asian and Pasific Coconut Community, & LEPMIDA
4
RANGKUMAN TEMA PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI INDONESIA
5
KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI: TRIPLE STRACK STRATEGY PLUS
Peningkatan Penciptaan Lapangan Kerja (PRO JOB)
Pengentasan Kemiskinan (PRO POOR)
Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas (PRO GROWTH)
+ Kelestarian Lingkungan (PRO GREEN)
Kedaulatan Negara (PRO NKRI) 6
POSISI DAYA SAING INDONESIA (Global Competitiveness Report 2010-2011, World Economic Forum)
Global Competitiveness Index Years
Rank
Score
2010-2011
44 out of 139
4,4
2009-2010
54 out of 133
4,3
2008-2009
55 out of 134
4,3
Tingkat daya saing Indonesia secara umum berada pada peringkat 44 dari 139 negara. Infrastruktur Indonesia sebagai salah satu pilar daya saing berada pada peringkat 82 dari 139 negara, sedangkan kualitas infrastrukturnya sendiri secara keseluruhan berada pada posisi 90.
Kurangnya ketersediaan infrastruktur menjadi faktor problematik investasi urutan ketiga (14,8%). 7
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN UNTUK MENDUKUNG AKTIVITAS DUNIA USAHA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Kebijakan Khusus Pemerintah
Penajaman RPJMN dan Renstra Kementerian PU
1)
Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional (koridor ekonomi) dengan membangun pusatpusat pertumbuhan di setiap koridor dengan mengembangkan cluster industri dan/atau KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) yang berbasis sumber daya unggulan.
2)
Perkuatan domestic connectivity yaitu meliputi konektivitas intra dan inter pertumbuhan, intra koridor dan keterkaitan dengan pintu perdagangan internasional (hub).
3)
Penguatan ketahanan pangan, keterjangkauan dan kesinambungan pasokan beras melalui pencapaian surplus beras 10 juta ton/tahun dalam waktu 5 – 10 tahun.
4)
Peningkatan penciptaan lapangan kerja untuk pengurangan pengangguran 1 juta orang/tahun
5)
Rencana percepatan penyediaan air minum, dalam rangka pencapaian target MDGs.
6)
Peningkatan dan perluasan program pro-rakyat melalui program: (a) PNPM Mandri, (b) Program BOS, tunjangan guru dan pemberian makanan tambahan anak sekolah, (c) Program dana Bantuan Operasional Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
7)
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Jalan untuk penanggulangan kemacetan transportasi Jakarta dan penyelesaian jalan tol Trans Jawa.
8)
Percepatan pembangunan Provinsi Papua, Papua Barat dan NTT melalui (khusus oleh Kementerian PU) peningkatan penyediaan infrastruktur transportasi, mendukung kawasan pusat-pusat pengembangan ekonomi, memberikan dukungan air baku, unit-unit produksi maupun peternak, meningkatkan prasarana irigasi untuk pengembangan MIFEE di Kabupaten Merauke serta pengembangan embung dan pemenuhan kebutuhan air bersih di Provinsi NTT. 8
pusat-pusat
PERAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN • Ketersediaan infrastruktur PU dan permukiman berperan sebagai pendukung kelancaran kegiatan sektor pembangunan lainnya, antara lain sektor pertanian, industri, kelautan dan perikanan serta sebagai stimulan dalam mendukung perkembangan ekonomi wilayah yang signifikan. • Oleh karenanya, perencanaan pembangunan infrastruktur perlu dilakukan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan suatu wilayah, serta berbasis pada potensi dan daya dukung sumber daya alam yang ada agar infrastruktur yang dibangun dapat meningkatkan perekonomian dan pengembangan wilayah di daerah yang bersangkutan. • Perwujudan pembangunan infrastruktur PU dan permukiman terlihat melalui: pertama, pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan untuk mendukung distribusi dan efisiensi lalu-lintas barang dan manusia dari daerah produksi ke outlet-outlet pemasaran maupun pembentuk struktur ruang wilayah; kedua, infrastuktur sumber daya air yang berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian air untuk keperluan domestik (rumah tangga), industri, dan pertanian guna mendukung ketahanan pangan, dan pelaksanaan konservasi sumber daya air, serta pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air; dan ketiga, infrastruktur permukiman yang berperan dalam menyediakan pelayanan air minum dan sanitasi lingkungan, infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan dan revitalisasi kawasan serta pengembangan kawasan agropolitan/minapolitan. Seluruh penyediaan infrastruktur tersebut diselenggarakan dengan berbasiskan penataan ruang. 9
SASARAN STRATEGIS
1
Meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah dan meningkatnya kapasitas jalan nasional guna mendukung perkuatan sistem konektivitas nasional
REALISASI: panjang jalan nasional 34.658 Km (2011), jalan tol 769,86 Km (2011) dengan kondisi mantap jalan 87,72%. TANTANGAN: peningkatan kemampuan untuk menunjang kelancaran sistem konektivitas yang menghubungkan simpul-simpul dan pusat kegiatan dan sistem logistik nasional didalam proses distribusi hasil produksi barang dan jasa guna mendukung pertumbuhan sektor riil RENCANA KE DEPAN: peningkatan kapasitas jalan melalui antara lain pelebaran jalan hingga 19.370 Km, peningkatan struktur jalan sepanjang 6.410 Km dan pembangunan jalan dan jembatan baru sepanjang 4.949 Km (revisi Renstra), target pencapaian kondisi mantap adalah 94% pada jaringan jalan nasional dan 60% pada penyelenggaraan jalan daerah SASARAN-SASARAN PENDUKUNG: meningkatkan efisiensi sistem jaringan. Targetnya adalah pembangunan dan preservasi jaringan jalan tol, pembangunan akses tol pada yang berorientasi ekspor seperti: Pembangunan Jalan Akses Tanjung Priok, Dry Port Cikarang dan Gedebage, Bandara Juanda dan Kualanamu, maupun jalan non-tol seperti jalan-jalan akses dari Lintas Timur Sumatera menuju Pelabuhan Belawan dan Pelabuhan, dan lain-lain 10
SASARAN STRATEGIS
1
Meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah dan meningkatnya kapasitas jalan nasional guna mendukung perkuatan sistem konektivitas nasional (……. lanjutan) Jalan akses Bandara Kualanamu dan Pelabuhan Belawan Jalan Lintas Pulau Kalimantan 3.347 Km
Jalan akses Pelabuhan Dumai
JalanLintas Pulau Sulawesi 4.510 Km
Jalan Lintas Pulau Papua 1.974 Km
Jalan tol baru 700 Km Jalan Lintas Pulau Sumatera 4.627 Km Jalan akses Tanjung Priok, Dryport Cikarang dan Jembatan Selat Sunda
Jalan akses Gedebage
Jalan Lintas Pulau Jawa 2.522 Km & Jalan akses Pelabuhan Cirebon Suramadu, Jalan akses Tanjung Perak & Bandara Juanda Jalan akses Tanjung Mas
Jalan lintas pulaupulau 2.390 Km
11
SASARAN STRATEGIS
2 3
Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air baku yang memadai (kuantitas, kualitas, dan kontinuitas) untuk memenuhi berbagai kebutuhan (domestik, industri, dan pertanian dalam rangka mempertahankan swasembada pangan) Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
REALISASI: peningkatan prosentase penduduk terlayani air bersih menjadi 47,71% (2009) TANTANGAN: semakin tingginya intensitas tingkat kerusakan sumber air untuk penyediaan air baku di dalam pengelolaan sumber daya air,rusaknya ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) akibat aktivitas masyarakat seiring pertumbuhan populasi dan kebutuhan lahan untuk permukiman dan industri RENCANA KE DEPAN: peningkatan debit air layanan sarana/prasarana air baku untuk air minum hingga mencapai 43,23 m3/detik di seluruh Provinsi melalui peningkatan kapasitas tampung sumber air melalui pembangunan/peningkatan kapasitas produksi waduk/embung/situ dengan target cakupan pelayanan air minum mencapai 730 kawasan 12
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRITIS The Critical River Basin 1984 : 22 River Basin 1992 : 39 River Basin 1998 : 59 River Basin 2005 : 62 River Basin
13
GAMBARAN KEBUTUHAN PANGAN NASIONAL 2010-2014 SUMBER: KEMENTERIAN PERTANIAN RI (Juta Jiwa)
(Juta Ton)
300
250
252,03
241,10
237,56
200
244,69
250
248,33
300
200
100
100
33,60
2011
2012
Product of Penduduk Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah
78.85 10,13 34,16
33,33
2010
8,30 33,88
71.46 6,57
4,31
0
68.06 4,94
33,06
50
75.04
150
66.47
150
50
0
Product Target Produksi TargetofProduksi Padi (Ton GKG)
2013 Product of Kebutuhan Konsumsi Beras Beras (Ton)
2014 Product of Surplus Surplus Beras (Ton)
CATATAN 1) Berdasarkan gambaran kebutuhan beras nasional 2010 – 2014 dari Kementerian Pertanian RI, diproyeksikan pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia akan bertambah 14.48 juta jiwa (dari tahun 2010) menjadi 252.03 juta jiwa. 2) Dalam rangka Ketahanan Pangan Nasional, Presiden RI menyatakan bahwa Pemerintah harus mampu mengamankan cadangan beras nasional dengan kemampuan surplus 10 juta ton pertahun pada akhir tahun 2014. 3) Sehingga, pada tahun 2014 dibutuhkan produksi padi sebesar 78.85 juta ton GKG.
14
KONDISI EKSISTING AREAL SAWAH DI INDONESIA Berdasarkan data BPS tahun 2010, diketahui bahwa Indonesia memiliki total areal sawah seluas 9,45 juta Ha. Sebagian besar diantaranya (7,23 juta Ha; 76%) merupakan sawah beririgasi, Sisanya adalah sawah rawa pasang surut (488.852 Ha; 5%), sawah rawa lebak (171.994 Ha; 2%), JIAT (92.090 Ha; 1%) dan areal lainnya seperti sawah tadah hujan, sawah irigasi desa, dan ladang (1.473.810 Ha; 16%).
Total Areal Sawah di Indonesia Sawah Irigasi
9,456,929
Ha BPS, 2010
7,230,183 Ha
Kepmen No. 390 tahun 2007
Sawah Rawa Pasang Surut
488,852 Ha
Inventarisasi Ditjen SDA
Sawah Rawa Lebak
171,994 Ha
Inventarisasi Ditjen SDA
92,090 Ha
Inventarisasi Ditjen SDA
JIAT Lain - lain (Sawah Tadah Hujan, Sawah Irigasi Desa, Ladang)
1,473,810 Ha
15
KONDISI EKSISTING AREAL SAWAH DI INDONESIA Summary : 1) 2) 3) 4)
Total areal sawah Produktivitas rata-rata nasional Produksi nasional 2009 Luas Panen 2009 nasional Provinsi
Luas Sawah (Ha) (BPS, 2010)
SUMATERA Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau JAWA DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten
2,789,650.00 415,898.00 482,785.00 238,866.00 244,414.00 179,330.00 788,475.00 105,271.00 314,638.00 19,660.00 313.00 3,350,912.00 1,215.00 944,773.00 980,021.00 56,712.00 1,170,661.00 197,530.00
: 9.456.929 Ha : 4,6 Ton/Ha : 64.398.890 Ton : 12.883.576 Ha
Produktivitas Padi (Ton/Ha) (BPS, 2011) Range Rata-rata 4- 5 4.3 4- 5 5 4- 5 5 4- 5 5 <4 4 4- 5 5 4- 5 5 <4 4 4- 5 5 4- 5 5 <4 4 4- 6 5 <4 4 5- 6 6 5- 6 6 5- 6 6 5- 6 6 4- 5 5
5) 6) 7) 8)
2009 (BPS, ATAP 2009) Produksi Luas Panen (Ton) (Ha) 14,696,457.00 3,330,613.00 1,556,858.00 359,375.00 3,527,899.00 768,407.00 2,105,790.00 439,542.00 531,429.00 149,423.00 644,947.00 155,802.00 3,125,236.00 746,465.00 510,160.00 132,975.00 2,673,844.00 570,417.00 19,864.00 8,063.00 430.00 144.00 34,880,131.00 6,093,603.00 11,013.00 1,974.00 11,322,681.00 1,950,203.00 9,600,415.00 1,725,034.00 837,930.00 145,424.00 11,259,085.00 1,904,830.00 1,849,007.00 366,138.00
IP rata-rata 2009 nasional Produksi nasional 2010 Luas Panen 2010 nasional IP rata-rata 2010 nasional 2010 (BPS, ATAP 2010) Produksi Luas Panen (Ton) (Ha) 15,200,136.00 3,379,728.00 1,582,393.00 352,281.00 3,582,302.00 754,674.00 2,211,248.00 460,497.00 574,864.00 156,088.00 628,828.00 153,897.00 3,272,451.00 769,478.00 516,869.00 133,629.00 2,807,676.00 590,608.00 22,259.00 8,180.00 1,246.00 396.00 36,374,771.00 6,116,897.00 11,164.00 2,015.00 11,737,070.00 2,037,657.00 10,110,830.00 1,801,397.00 823,887.00 133,369.00 11,643,773.00 1,736,048.00 2,048,047.00 406,411.00
: 1,4 : 66.469.394 Ton : 12.792.154 Ha : 1,4 IP 2009
2010
Rata-rata
1.3 1.0 1.6 1.8 1.0 1.0 1.0 1.3 1.8 1.0 1.0 1.9 1.6 2.1 1.8 2.6 1.6 1.9
1.3 1.0 1.6 1.9 1.0 1.0 1.0 1.3 1.9 1.0 1.3 1.9 1.7 2.2 1.8 2.4 1.5 2.1
1.3 1.0 1.6 1.9 1.0 1.0 1.0 1.3 1.9 1.0 1.3 1.9 1.7 2.2 1.8 2.4 1.5 2.1
16
KONDISI EKSISTING AREAL SAWAH DI INDONESIA Provinsi
Luas Sawah (Ha) (BPS, 2010)
BALI & NUSA TENGGARA Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur KALIMANTAN Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur SULAWESI Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat MALUKU & PAPUA Maluku Papua Maluku Utara Papua Barat
495,760.00 81,931.00 236,884.00 176,945.00 1,769,806.00 546,594.00 381,528.00 643,140.00 198,544.00 978,150.00 65,638.00 145,161.00 576,964.00 96,991.00 29,396.00 64,000.00 72,651.00 11,281.00 32,964.00 10,548.00 17,858.00
Produktivitas Padi (Ton/Ha) (BPS, 2011) Range Rata-rata 4- 6 5 5- 6 6 4- 5 5 <4 4 4- 5 4 <4 4 <4 4 <4 4 4- 5 5 5- 6 5 4- 5 5 4- 5 5 4- 5 5 4- 5 5 5- 6 6 4- 5 5 4- 5 4 4- 5 5 <4 4 <4 4 <4 4
2009 (BPS, ATAP 2009) Produksi Luas Panen (Ton) (Ha) 3,356,898.00 718,781.00 878,764.00 150,283.00 1,870,775.00 374,279.00 607,359.00 194,219.00 4,392,112.00 1,269,655.00 1,300,798.00 418,929.00 578,761.00 214,480.00 1,956,993.00 490,069.00 555,560.00 146,177.00 6,801,668.00 1,399,139.00 549,087.00 114,745.00 953,396.00 211,232.00 4,324,178.00 862,017.00 407,367.00 98,130.00 256,934.00 48,042.00 310,706.00 64,973.00 271,624.00 71,785.00 89,875.00 21,252.00 98,511.00 26,336.00 46,253.00 13,711.00 36,985.00 10,486.00
2010 (BPS, ATAP 2010) Produksi Luas Panen (Ton) (Ha) 3,199,153.00 643,699.00 869,161.00 145,030.00 1,774,499.00 331,916.00 555,493.00 166,753.00 4,425,272.00 1,290,827.00 1,343,888.00 399,832.00 650,416.00 229,665.00 1,842,089.00 505,846.00 588,879.00 155,484.00 6,994,688.00 1,299,940.00 584,030.00 103,189.00 957,108.00 204,342.00 4,382,443.00 770,733.00 454,644.00 110,498.00 253,563.00 44,548.00 362,900.00 66,630.00 275,374.00 61,063.00 83,109.00 15,352.00 102,610.00 22,957.00 55,401.00 14,497.00 34,254.00 8,257.00
IP 2009
2010
Rata-rata
1.5 1.8 1.6 1.1 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.4 1.7 1.5 1.5 1.0 1.6 1.0 1.3 1.9 1.0 1.3 1.0
1.4 1.8 1.4 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.3 1.6 1.4 1.3 1.1 1.5 1.0 1.2 1.4 1.0 1.4 1.0
1.4 1.8 1.4 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.4 1.6 1.4 1.3 1.1 1.5 1.0 1.2 1.4 1.0 1.4 1.0
17
KONTRIBUSI IRIGASI TERHADAP PRODUKSI PADI NASIONAL TAHUN 2009 & 2010 TAHUN 2010
TAHUN 2009
Total Produksi 2009: 64.398.890 ton
Total Produksi 2010: 66.809.828 ton
(BPS.go.id)
(BPS.go.id)
SAWAH IRIGASI MASIH MERUPAKAN KONTRIBUTOR DOMINAN PADA PRODUKSI PADI NASIONAL
18
13 - Jawa Tengah 14 - DI Yogyakarta
umlah Penduduk Per Pulau di Indonesia
GAMBARAN INFRASTRUKTUR IRIGASI DI INDONESIA 15 - Jawa Timur
16 - Banten 17 - Bali
18 - Nusa Tenggara Barat
LUAS AREAL IRIGASI (7.230.183 HA) (Juta Ha)
3.00
19 - Nusa Tenggara Timur
SUMBER AIR
3.0
Keterangan: 1 - Aceh
2 - Sumatera Utara 3 - Sumatera barat
2.50
4 - Riau
Waduk
5 - Jambi 6 - Sumatera Selatan
2.00
7 - Bengkulu
1.9
8 - Lampung
9 - Bangka Belitung
Non-Waduk
10 - Kepulauan Riau
1.50
11 - DKI Jakarta
12 - Jawa Barat
1.0
1.00
13 - Jawa Tengah
20 - Kalimantan Barat 21 - Kalimantan Tengah
22 - Kalimantan Selatan 23 - Kalimantan Timur 24 - Sulawesi Utara 25 - Sulawesi Tengah
26 - Sulawesi Selatan 27 - Sulawesi Tenggara 28 - Gorontalo
29 - Sulawesi Barat 30 - Maluku 31 - Maluku Utara 32 - Papua Barat
33 - Papua
14 - DI Yogyakarta
0.63 0.50
15 - Jawa Timur
0.48
16 - Banten 17 - Bali
0.15 0.00JAWA SUMATERA
BALI & NUSA TENGGARA
JAWA
KALIMANTAN
SULAWESI
BALI - NT
SULAWESI
18 - Nusa Tenggara Barat
0.04
KEP. MALUKU
MALUKU
PAPUA
KALIMANTAN
PULAU
Sumatera
Jawa
Index Penanaman - IP Produktivitas (Ton/Ha)
1.3 4.3
1.9 5.5
19 - Nusa Tenggara Timur
PAPUA 20 - Kalimantan Barat 21 - Kalimantan Tengah
22 - Kalimantan Selatan
Bali & NT Kalimantan Sulawesi 1.4 4.8
1.0 4.0
1.3 4.8
23 - Kalimantan Timur
Maluku Papua 24 - Sulawesi Utara
Rata - Rata
251.4 - Sulawesi Tengah1.0
1.4 4.6
264.2 - Sulawesi Selatan3.8
19
GAMBARAN KONDISI PRASARANA IRIGASI BERDASARKAN KEWENANGAN DI INDONESIA (Sumber: Rapid Assessment – Audit Teknis Irigasi, 2010) KEWENANGAN PUSAT: 2.315.000 HA
KEWENANGAN PROVINSI: 1.423.222 HA
KEWENANGAN KABUPATEN: 3.491.961 HA
1.70
1.70
1.70
1.50
1.50
1.50
1.30
1.30
1.30
1.10
1.10
1.10
0.90
0.90
0.90
0.70
0.70
0.70
0.50
0.50
0.50
0.30
0.30
0.30
0.10
0.10 -0.10
Sumatera
Warna
Jawa
Bali & Nusa Tenggara
Kalimantan
Kode
Sulawesi
Maluku
Papua
Indikator*
-0.10
0.10 Sumatera
Jawa
Bali & Nusa Tenggara
Rata - Rata IP
Target IP setelah Rehabilitasi
: Kondisi Baik
Level of Service ≥90%
1.6
1.6
: Kondisi Rusak Ringan
Level of Service 80% - 90%
1.4
1.6
: Kondisi Rusak Sedang
Level of Service 60% - 79%
1.2
1.6
: Kondisi Rusak Berat
Level of Service <60%
1
1.4
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Papua
-0.10
Sumatera
Jawa
Bali & Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Papua
KERUSAKAN JARINGAN IRIGASI DOMINAN TERJADI PADA DAERAH IRIGASI KEWENANGAN DAERAH
*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Lampiran pemeliharaan)
20
PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN 2010 – 2014 BIDANG IRIGASI Untuk mendukung pencapaian produksi padi nasional, Kementerian Pekerjaan Umum melaksanakan kegiatan sebagai pada TA 2010-2014 sebagai berikut: a. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, pada areal irigasi kewenangan Pemerintah seluas 2,315 juta Ha; b. Rehabilitasi jaringan irigasi, pada areal kewenangan Pemerintah seluas 1,342 juta Ha; c. Pembangunan/peningkatan jaringan irigasi, seluas 500 ribu Ha d. Di samping kegiatan pada areal irigasi kewenangan pusat, juga perlu dialokasikan bantuan perbaikan jaringan irigasi kepada areal irigasi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sebagai berikut : Kewenangan pemerintah provinsi seluas 0,87 juta Ha. Kewenangan pemerintah kabupaten/kota seluas 1,82 juta Ha. Sebagian pembiayaan telah dialokasikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). e. Dari kegiatan tersebut pada tahun 2014 diperkirakan akan diperoleh tambahan areal tanam seluas ± 3,13 juta ha.
21
SEBARAN POTENSI PENGEMBANGAN IRIGASI DI INDONESIA LUAS AREAL: 566.705 Ha NAD 53.793 Ha
KALBAR 12.500 Ha
SUMUT 33.650 Ha
KALTENG 5.000 Ha
KALTIM 18.104 Ha
JAMBI 3.628 Ha
SUMBAR 13.387 Ha
MALUT 4.000 Ha
PAPUA BARAT 73.282 Ha
SULTRA 4.500 Ha KALSEL 17.427 Ha
JABAR 5.313 Ha
1.776 Ha
SULTENG 3.988 Ha
SUMSEL 27.240 Ha
LAMPUNG 15.920 Ha
GORONTALO 3.800 Ha SULUT
JATIM 2.865 Ha
SULSEL 62.550 Ha
NTB 14.395 Ha
MALUKU 25.250 Ha
NTT 20.305 Ha
PAPUA 144.032 Ha
22
UPAYA UNTUK MENJAGA KETAHANAN PANGAN SETELAH TAHUN 2014 1. Melaksanakan modernisasi Irigasi pada daerah-daerah irigasi strategis yang telah melampaui umur ekonomisnya 2. Meningkatkan dana operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sehingga sesuai dengan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) 3. Melaksanakan konservasi sumber – sumber air berupa pembangunan/rehabilitasi embung-embung pemanen air hujan 4. Melaksanakan rehabilitasi jaringan irigasi, rawa dan jaringan irigasi air tanah 5. Melaksanakan pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi, rawa dan jaringan irigasi air tanah
23
SEKIAN DAN TERIMA KASIH JAKARTA, 7 FEBRUARI 2012 24
LAMPIRAN
RENCANA AKSI A. Skenario 1 (Ekstensifikasi) Difokuskan pada kegiatan fisik untuk mendapatkan luas tanam yang dibutuhkan dalam pencapaian produksi padi 2014. Angka Produktivitas diambil pada angka rata-rata produktivitas nasional yaitu 4,6 Ton/ha (ATAP 2010, BPS) B. Skenario 2 (Ekstensifikasi & Intensifikasi) Dengan Kegiatan Fisik (Pembangunan dan rehablitasi) sebagaimana tercantum dalam RENSTRA 2010-2014, dilakukan juga peningkatan Produktivitas sehingga tercapai produksi Padi 2014 Eksisting Areal Tanam diambil sesuai ATAP 2010, BPS (12.792.154 Ha), dengan memperhitungkan Irigasi, Rawa, JIAT, dan Sawah Tadah hujan. C. Skenario 3 (Ekstensifikasi & Intensifikasi) Dengan Kegiatan Fisik (Pembangunan dan rehablitasi) sebagaimana tercantum dalam RENSTRA 2010-2014, dilakukan juga peningkatan Produktivitas sehingga tercapai produksi Padi 2014 Eksisting Areal Tanam diambil 10.122.256 Ha, dengan memperhitungkan hanya Irigasi dengan IP = 1,4) 26
RENCANA AKSI
27
TREND PRODUKSI DAN LUAS TANAM 2005 – 2014 (juta Ton GKG)
0.47 13.78
14.25
0.470.2
75.04 0.25 13.54
Berdasarkan ARAM III
15.5 15.0 14.5
14.0 13.5 13.0
12.79
13.34
0.12 11.79
11.84
12.5
12.33
12.15
12.88
30.00 20.00
71.46
64.40
40.00
10.00
65.39
0.195
54.45
57.16
54.45
54.15
60.33
57.16
60.33
60.00 54.15 50.00
66.47
64.40
68.06
70.00
78.79
(juta Ha)
66.47
80.00
12.0 11.5
0.00
11.0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
: Realisasi Produksi Padi 2005 – 2010 (Ton GKG)
: Produksi Padi 2005 – 2010 (Ton GKG) : Proyeksi Produksi Padi 2011 – 2014 (Ton GKG) : Luas Panen (Ha) : Tambahan Luas Tanam dari Kegiatan Rehabilitasi (Ha) : Tambahan Luas Tanam dari Kegiatan Pembangunan (Ha)
28