SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id
Menteri Ekonomi ASEAN Bertemu Untuk Membahas Pelaksanaan ASEAN Economic Community 2015 Peningkatan Arus Perdagangan dan Investasi Penting Bagi Pengembangan Ekonomi ASEAN Manado, 10 Agustus 2011 – Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Ministers Meeting atau AEM) yang ke-43 resmi dibuka pada hari ini oleh Wakil Presiden RI Boediono di Manado, Sulawesi Utara. Selain Menteri Ekonomi ASEAN, pertemuan AEM ke-43 ini dihadiri oleh Menteri Ekonomi atau wakil dari mitra dialog ASEAN yang terdiri dari Australia, India, Jepang, Korea, Selandia Baru dan RRT selain dari Amerika Serikat dan Rusia yang pertama kali hadir dalam pertemuan tingkat Menteri Ekonomi ASEAN. Secara bersama, ke-18 negara yang hadir di Manado untuk pertemuan AEM yang ke-43 ini mewakili sekitar 43% dari keseluruhan nilai perdagangan dunia di 2010. Selama pertemuan ini, para Menteri Ekonomi ASEAN akan membahas perkembangan dan tantangan dari implementasi cetak biru (blue print) dari ASEAN Economic Community (AEC) 2015, yang telah disetujui di tahun 2007 dan mulai diimplementasikan pada tahun 2008. Para Menteri Ekonomi ASEAN percaya bahwa implementasi AEC yang efektif dan tepat waktu akan menciptakan komunitas ekonomi yang sangat kompetitif, inklusif dan merata. Anggota ASEAN telah mencapai beberapa perkembangan yang positif dalam hal pengurangan hambatan bagi arus perdagangan dan investasi. Misalnya, pada tahun 2010, 99,1% tarif atau bea masuk dari ASEAN-6 (Brunei, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand) sudah pada tarif 0%, sedangkan 99,86% tarif dari ASEAN-4 (Kamboja, Laos, Myanmar dan Viet Nam) telah berada di kisaran 0% dan 5%. Perdagangan barang ASEAN naik sebanyak 32,9% di 2010 dengan nilai perdagangan naik dari US$1,54 triliun ke US$2,04 triliun di 2010 (pada tahun 2009, nilai perdagangan anggota ASEAN turun 19% dikarenakan krisis keuangan global pada tahun 2008). Arus ekspor dan impor meningkat signifikan sebesar 33% di 2010 dan perdagangan intraASEAN naik 38,2%. Perdagangan ASEAN dengan komunitas global naik 31,2% yang juga mendorong kenaikan kontribusi perdagangan intra-ASEAN dengan perekonomian global dari 24,5% di 2009 ke 25,4% di 2010. Investasi langsung internasional (foreign direct investment atau FDI) ke ASEAN juga menunjukkan kinerja yang positif. Total arus FDI ke ASEAN di 2010 mencapai US$75,8 miliar, atau dua kali lipat dari total FDI sebesar US$37,9 miliar di 2009. FDI intra-ASEAN meningkat 131,8% di 2010, lebih cepat dari total arus FDI ke ASEAN. Perlu dicatat bahwa
arus dari sumber intra-ASEAN mewakili 16% dari total arus FDI ke ASEAN di 2010, sehingga ASEAN sendiri adalah sumber ketiga FDI terbesar untuk kawasan Asia Tenggara. Sektor jasa juga menunjukkan kinerja yang positif dari segi nilai dan kontribusi arus FDI dengan nilai sebesar US$49,2 miliar atau 65,7% dari total arus FDI ke ASEAN di 2010. Sektor manufaktur menempati posisi kedua dengan nilai US$21 miliar atau 28,1% dari total arus FDI. Sedangkan kontribusi dari sektor pertambangan sekitar 5,5% di tahun 2010. Tarif yang lebih rendah dan akses ke pasar yang lebih luas yang merupakan hasil dari implementasi perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement atau FTA) antara ASEAN dan mitra dialognya seperti Australia, Korea, RRT dan Selandia Baru memberikan kontribusi yang positif terhadap momentum perekonomian di kalangan anggota ASEAN. Indonesia, misalnya, baru-baru ini mencatat pertumbuhan PDB sebesar 6,49% di triwulan II 2001. Kinerja ekspor yang tinggi memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia walaupun kondisi perekonomian global yang relatif tidak stabil. Untuk periode semester I 2011, ekspor mencapai US$98,6 miliar atau naik 36% dari periode yang sama di 2010. Antara 2004 dan 2010, ekspor industri Indonesia ke mitra FTA naik rata-rata 12,5% per tahun dibandingkan kenaikan rata-rata 9,8% untuk perdagangan dengan mitra diluar FTA. Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN dan mitra dialognya di Manado akan membahas upaya untuk memaksimalkan rangkaian kesepakatan yang sudah ada dan pada saat yang sama, membahas aspek seputar inklusifitas dan pemerataan. Dengan lebih dari 600 juta penduduk, pertumbuhan ekonomi yang berkisar antara 5,7% dan 6,4%, dan total PDB mendekati US$1,5 triliun, ASEAN memiliki potensi besar sebagai motor pertumbuhan di kawasan Asia Pasifik. Anggota ASEAN harus lebih mengintesifikasikan kolaborasi dan kerja sama untuk mencapai sasaran pengembangan perekonomian ASEAN terlepas dengan kondisi perekonomian global yang sedang bergejolak. Dan salah satu aspek yang akan dibahas adalah ASEAN Connectivity, yang merupakan platform atau pondasi untuk menghubungkan ASEAN dengan mitra perdagangannya secara lebih efisien. Satu agenda yang akan dibahas seputar komunitas ekonomi ASEAN yang inklusif dan merata adalah mengenai peranan dan upaya untuk melibatkan pengusaha kecil dan menengah (UKM). Sebagai ketua ASEAN tahun ini, Indonesia sangat aktif mendorong kerangka kerjasama untuk mewujudkan strategi pembangunan yang inklusif dan merata yang ditopang oleh dua hal. Pertama, pengembangan sektor UKM dan kedua, pengurangan jenjang pembangunan (development gaps) di kalangan anggota ASEAN. Untuk hal pengembangan peran UKM, menteri ekonomi ASEAN mendukung terbentuknya Badan Penasehat UKM ASEAN (ASEAN SME Advisory Board), pengembangan portal khusus niaga UKM di ASEAN (ASEAN SME Biz Portal), pelaksanaan ASEAN SME Trade Fair, dan rangkaian program sosialisasi tentang manfaat dari FTA bagi sektor UKM. “Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN di tahun ini dilaksanakan pada saat yang penting ditengah-tengah ketidakpastian perekonomian global yang disebabkan kondisi fiskal di Amerika Serikat dan beberapa anggota masyarakat ekonomi Eropa. Menurut hemat kami, ASEAN perlu mengimplementasikan AEC Blueprint 2015 tepat waktu karena hal ini akan membawa manfaat positif bagi seluruh anggota ASEAN dan juga memfasilitasi pengembangan kerja sama ASEAN dengan mitra dialog. Kami juga perlu memperkokoh konektivitas di tingkat ASEAN dan dengan kawasan Asia Pasifik sehingga ASEAN bisa menjadi bagian dari rantai penyaluran barang di tingkat global. Yang kami harapkan adalah ASEAN yang kompetitif, inklusif, merata, berkesinambungan dan memiliki 2
ketahanan yang tinggi,” kata Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu. Pelaksanaan pertemuan AEM yang ke-43 ini diadakan di Manado, ibukota provinsi Sulawesi Utara yang juga sudah lama menjalin kerja sama dan hubungan dagang dengan negara anggota ASEAN, Filipina. Sulawesi Utara juga berada di lokasi strategis di antara kawasan kerja sama ekonomi Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area yang dikenal sebagai BIMP-EAGA. Jika selama ini, Manado dan Sulawesi Utara dikenal sebagai tujuan wisata, banyak potensi daerah di Sulawesi Utara yang mendapat manfaat dari rangkaian inisiatif kerja sama perdagangan dan investasi ASEAN. Beberapa potensi daerah tersebut termasuk di sektor pertanian dan agribisnis. Sejalan dengan program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah nasional. Program hilirasi perindustrian tersebut akan memberikan manfaat bagi sektor usaha mikro, kecil dan menengah di Sulawesi Utara dengan nilai tambah yang dihasilkan proses pengemasan yang dijalankan. Pelaksanaan AEM ke-43 di Manado dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk mempromosikan potensi daerahnya kepada para Menteri Ekonomi ASEAN dan delegasi yang hadir pada pelaksanaan AEM ke-43 tersebut. --selesai-Informasi lebih lanjut hubungi: Frank Kandou Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711 Email:
[email protected]
Iman Pambagyo Direktur Kerja Sama ASEAN Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3858203
3
PRESS RELEASE Public Relations Center, Ministry of Trade Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Phone: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id
ASEAN Economic Ministers Meet to Review Progress of ASEAN Economic Community 2015 Accelerating Trade & Investment to Sustain Southeast Asia’s Economic Development Manado, 10 August 2011 - The 43rd ASEAN Economic Ministers (AEM) Meeting and Related Meetings was officially opened by Indonesia’s Vice President Boediono in Manado, North Sulawesi. In addition to ASEAN Ministers, Economic Ministers from ASEAN dialogue partners are also coming to have consultations with the AEM. They are ministers from Australia, China, India, Japan, Korea and New Zealand, as well as senior trade representatives from the United States and Russia. Together these 18 countries represent more than 43% of total global trade in 2010. During the meeting, AEM will discuss progress and challenges on the implementation of ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint 2015 which was agreed upon in 2007 and implemented beginning in 2008. AEMs strongly believe that effective and timely implementation of the AEC Blueprint will lead to an economic community that is highly competitive, inclusive and equitable. ASEAN Member States have indeed made significant progress to lower barriers in trade and investment among its members. By 2010, for example, 99.11% tariffs of ASEAN-6 (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore and Thailand) were already 0%, whilst 98.86% tariffs of ASEAN-4 (Cambodia, Lao, Myanmar and Viet Nam) were ranging between 0 and 5%. ASEAN’s merchandise trade grew by 32.9% in 2010 as trade value jumped from US$ 1.54 trillion in 2009 to US$ 2.04 trillion in 2010 (following a 19% decline in 2009 due to the 2008 global financial crisis). Exports and imports increased significantly by 33% in 2010 and intra-ASEAN trade was up by 38.2%. ASEAN’s trade with the rest of the world increased by 31.2%, which contributed to an increase of intra-ASEAN trade share to 25.4% in 2010 from 24.5% in 2009. Foreign direct investment (FDI) inflows into ASEAN also showed positive performance. Total FDI inflows into ASEAN in 2010 reached US$75.8 billion, doubled the 2009 level of US$ 37.9 billion. Intra-ASEAN FDI inflows jumped by 131.8% in 2010, faster than the total FDI inflows. It should be noted that the inflows from intra-ASEAN sources accounted for 16% of ASEAN inflows in 2010, and keeping ASEAN itself as the third largest source of investment for the region. 4
Services sector continued to perform well both in terms of value and share of the FDI inflows, amounting to US$ 49.2 billion or 65.7% of total ASEAN FDI inflows in 2010. The manufacturing sector came second with US$ 21 billion or 28.1% of total flows. The share of mining and quarrying sector was 5.5% in 2010. Lower tariff regime and greater access to markets following the implementation of free trade agreements (FTA) between ASEAN and its dialogue partners such as Australia, China, Korea and New Zealand contribute to positive economic momentum for ASEAN Member States. Indonesia recently recorded 6.49% growth in GDP in Q2 2011. Strong export contributed to Indonesia’s economic momentum despite volatile global economic environment. In the first half of 2011, export reached US$98.6 billion or up 36% from the same period in 2010. Between 2004 and 2010, Indonesia’s industrial exports to FTA partners grew by an average annual rate of 12.5% compared to an annual growth rate of 9.8% for trade with non-FTA partners. It is against all those backdrops that AEMs meet among themselves and with Dialogue Partners to further enhance the utilization of the existing agreements while addressing the issues of inclusivity and equity. With more than 600 million people, an economic growth of between 5.7% and 6.4% this year, and combined GDP of close to US$1.5 trillion, ASEAN has a role to play as an engine of growth in Asia Pacific. The current global economic uncertainty underscores the need for ASEAN economies to collaborate and cooperate to sustain economic development goals of the group. AEMs will also discuss ASEAN Connectivity, which serves as a platform for connecting ASEAN and its trade partners closer and more efficiently. Another important aspect for a more inclusive and equitable ASEAN Economic Community to be discussed amongst the Ministers is the engagement and full participation of Small and Medium Scale Enterprises (SMEs) in the region. As the Chair for ASEAN this year, Indonesia is actively proposing the framework for inclusive and equitable development strategy with a special focus on two elements, among others. They are the development of SMEs and narrowing the development gaps. In this respect, the AEMs welcome the establishment of the ASEAN SME Advisor Board, development of ASEAN SME Biz Portal, convening of the ASEAN SME Trade Fair, and ongoing awareness campaign on the benefit of FTA for SMEs. “This year’s ASEAN Economic Ministerial meeting takes place at a critical juncture when there is so much uncertainty about the global economy given the fiscal situations in the United States and members of the European Union. From Indonesia’s perspective, it is imperative that ASEAN implements the AEC Blueprint 2015 on time as this will bring benefits to all of its members and allow ASEAN to grow together with our Dialogue Partners. We also need to strengthen ASEAN’s connectivity with the rest of Asia Pacific to make ASEAN well-connected into global supply chain. What we envision is an ASEAN which is competitive, inclusive, equitable, sustainable and resilient,” said Indonesia’s Minister of Trade Mari Elka Pangestu. --the end-For further information, please contact: Frank Kandou Head of Public Relations Center Ministry of Trade Phone/Fax: 021-3860371/021-3508711 Email:
[email protected]
Iman Pambagyo Director of ASEAN Cooperation Directorate General International Trade Cooperation, Ministry of Trade Phone/Fax: 021-3858203
5
6