MENJAGA KEPERCAYAAN PEMBELI UNTUK MEMELIHARA PASAR BRIKET Oleh : Ferdianto Kangsotrisno Universitas Kristen Satya Wacana "How to maintain the business relationships with buyers in foreign countries of briquettes?" It is a question of discussion of this research. This study aims to explain how to maintain a business relationships with foreign buyers. This study used a qualitative method with resource persons Mr. Erwadi Rahardjo, coconut shell charcoal of briquettes owner business in Tingkir, Salatiga, Central Java. The results of this research is how to maintain business relationships with buyers from abroad of briquettes. From these results obtained, in maintaining business relationships with foreign buyers the required honesty first, the second is the company's business strategy, and the third is total quality management. By knowing how to maintain business relationships with foreign buyers, the level of entrepreneurship in Indonesia in the field of exports can be increased”
PENDAHULUAN Setelah terjadinya krisis pada tahun 1998 di Indonesia maka pemerintah semakin mengerti betapa pentingnya kewirausahaan (entrepreneurship). Kewirausahaan dapat membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sekarang ini wirausaha merupakan suatu hal yang digencarkan oleh pemerintah untuk memperbaiki perekonomian Indonesia. Hal ini tercermin pada pinjaman yang diluncurkan melalui lembaga keuangan untuk usaha kecil menengah. Pinjaman ini diberikan oleh pemerintah dalam rangka mengembangkan usaha kecil yang berpotensi menjadi besar. Beberapa negara berkembang di Asia yang sukses dalam melakukan kewirausahaan antara lain Singapore, China, dan Korea. China merupakan negara yang dapat dikatakan paling sukses dalam mengembangkan negara. Sekarang China merupakan negara yang berada di urutan nomor satu dibandingkan dengan semua negara dalam hal perekonomian. Hal tersebut dikarenakan jumlah pendapatan masyarakat China yang melonjak naik dengan cepat. Nurseto (2004) mengemukakan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan dan membuat keputusan – keputusan tentang lingkungan usaha, mengelola sejumlah modal dan menghadapi ketidakpastian untuk meraih keuntungan. Inovasi dan kreatifitas yang
1
tercipta dari jiwa entrepreneur merupakan awal terciptanya usaha baru yang dapat menopang kehidupan masyarakat Indonesia. Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang sangat besar. Sumber daya alam yang kita miliki seharusnya tidak membuat perekonomian di Indonesia terpuruk. Hal tersebut dikarenakan Indonesia tidak memiliki sumber daya manusia yang bagus untuk mengelola sumber daya alam yang ada. Pada akhirnya banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih bekerja di kantor daripada membuka lapangan pekerjaan baru. Namun di sisi lain, permasalahan yang selanjutnya dihadapi oleh sumber daya manusia adalah tuntutan perusahaan yang mengharuskan pekerjanya memiliki standar yang tinggi sedangkan sumber daya manusia di Indonesia tidak memenuhi syarat perekrutan pekerja di perusahaan. Hal itulah yang membuat masyarakat Indonesia memiliki jumlah pengangguran yang sangat tinggi. Kewirausahaan sangat dibutuhkan di Indonesia untuk mengurangi pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan yang sangat luas. Salah satu bentuk kewirausahaan yang sedang marak berkembang pada beberapa dekade terakhir ini adalah pembuatan briket dari tempurung/ batok kelapa. Adapun usaha ini berkembang secara luas dan dianggap relatif sesuai dikembangkan di Indonesia, karena bahan bakunya tersedia di hampir seluruh wilayah nusantara. Selanjutnya, usaha pembuatan briket batok kelapa ini secara berkesinambungan mengalami perkembangan yang positif dan hal ini terlihat pada pangsa pasar yang menjangkau negara-negara di dunia. Agar dapat memperluas jangkauan pasar maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha adalah menjaga hubungan bisnis. Pada penelitian ini penulis akan meneliti tentang faktor – faktor yang diperhatikan untuk menjaga hubungan bisnis di luar negeri. Penelitian ini menarik penulis karena penulis menganggap usaha ini sangatlah unik. Dalam usaha ini pangsa pasar briket arang batok kelapa sangatlah besar, namun hanya beberapa produsen saja yang dapat bertahan di pasar briket. Penelitian ini menarik karena di Indonesia hanya sedikit pelaku ekonomi yang berkecimpung di dunia ekspor. Wirausaha di Indonesia kebanyakan hanya berkecimpung di dunia perekonomian lokal. Diharapkan dengan adanya penelitian ini menambah wawasan para wirausahawan agar dapat memasuki dunia ekspor dengan menjaga hubungan bisnis antara pembeli di luar negeri dan wirausaha di dalam negeri. Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti cara menjaga hubungan bisnis dengan pembeli dari luar negeri yang digunakan oleh pemilik arang batok kelapa dalam menjalankan bisnisnya. Objek penelitian ini adalah usaha Arang dari batok kelapa yang terletak di Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah.Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dapat merumuskan persoalan penelitian sebagai berikut Bagaimana menjaga hubungan dengan pembeli briket di luar negeri?
2
Penelitian ini bertujuan untuk membantu para pelaku bisnis di Indonesia agar mengetahui cara menjaga hubungan bisnis di pasar ekspor. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sebagai bahan penelitian dan penulisan selanjutnya serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan tambahan di dalam keilmuan pengembangan masyarakat dan kewirausahaan.
REVIEW LITERATUR Entrepreneurship Di Indonesia kata entrepreneurship sering diartikan sebagai orang – orang yang tidak bekerja di sektor pemerintah. Entrepreneurship tidak jauh dengan kata entrepreneur atau wirausaha. Di Indonesia entrepreneur juga sering di artikan orang – orang yang dapat berdiri sendiri dalam mendirikan usahanya. Menurut Nurseto (2004) mengemukakan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan dan membuat keputusan – keputusan tentang lingkungan usaha, mengelola sejumlah modal dan menghadapi ketidakpastian untuk meraih keuntungan. Faktor – Faktor kesuksesan entrepreneur dalam menjalankan bisnis wirausaha dikatakan bahwa “Empat faktor paling penting bagi keberhasilan wirausaha yaitu pengalaman kerja sebelumnya, belajar dari keberhasilan dan kegagalan, tim manajemen, dan keberuntungan.” (Wadhwa et al, 2009). Menurut pandangan Nurseto, seorang wirausaha dalam mendirikan usahanya agar meraih keberhasilan lebih menekankan pada pengetahuan yang diketahui oleh seorang wirausaha tersebut. Dengan pengetahuannya yang luas, maka seorang wirausaha dapat menciptakan sesuatu yang baru dan tidak mudah ditiru oleh semua orang. Menurut Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008:h 10) Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi. Pada pandangan Hisrich, Peters, dan Sheperd, seorang wirausaha merupakan orang yang dapat membuat sesuatu yang baru dan memiliki nilai guna. Dari dua pandangan tersebut terdapat hubungan yang sama antara satu dengan yang lain. Menurut pandangan Nurseto, seorang wirausaha merupakan seseorang yang berpengetahuan luas dan menurut Hisrich, Peters, dan Sheperd seorang wirausaha adalah seseorang yang dapat membuat sesuatu yang baru serta memiliki nilai guna. Dari dua hal tersebut dapat diartikan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang sesuatu barang dan dapat mengolah barang tersebut menjadi barang baru yang bernilai
3
guna serta dapat menghasilkan keuntungan untuk diri sendiri maupun dengan orang lain. Alasan – alasan yang mendorong seseorang menjadi wirausaha yaitu adanya alasan keuangan, seseorang akan menjadi wirausaha karena membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Mu’minah (2001) pernah meneliti atas 8 orang pengusaha sukses di Pangandaran, hasil penelitian menunjukkan bahwa 8 pengusaha tersebut memulai usahanya karena keterpaksaan. Keterpaksaan tersebut karena himpitan ekonomi yang harus dipenuhi. Hal kedua yang mendorong seseorang menjadi wirausaha adalah keluarga. Sulasmi (1989) telah melakukan penelitian di Bandung kepada 22 orang pengusaha. Sekitar 55% pengusaha tersebut berasal dari keluarga pengusaha. Alasan ketiga yaitu karena orang yang ingin masuk ke wirausaha memang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Menurut Muhandri (2002), seorang wirausaha yang memiliki pendidikan tinggi memang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang pengusaha. Dengan banyak mempelajari hal – hal wirausaha, dapat mendorong seseorang untuk menjadi seorang pengusaha.
Strategi Bisnis Strategi bisnis sangat penting pada awal mendirikan usaha. Tanpa strategi usaha, usaha yang kita dirikan akan berjalan tanpa arah dan tidak ada tujuan yang ingin dicapai, Hal tersebut akan mempengaruhi kinerja dan hasil akhir yang dicapai. Menurut Amalia et. al (2010) Perumusan strategi bisnis merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik. Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu pertama adalah mengidentifikasi segmentasi pada saat akan memulai bisnis. Segmentasi yang dimaksud yaitu tentang target konsumen yang akan membeli dan menggunakan barang yang kita produksi. Yang kedua adalah melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi dalam memulai bisnis. Yang ketiga adalah merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategistrategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya. Yang keempat adalah menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki, kondisi eksternal yang dihadapi dan memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Bentley, Omer, & Sharp (2013) menyatakan bahwa
4
strategi bisnis sebagai diferensiasi produk tentang perbedaan – perbedaan barang yang diproduksi serta kepemimpinan biaya dari sisi eksplorasi dan eksploitasi.
TQM ( Total Quality Management ) TQM biasanya timbul dari kepedulian terhadap kualitas produk, program TQM yang paling sukses akhirnya menjadi inisiatif peningkatan efisiensi yang melibatkan perubahan organisasi dalam otoritas pengambilan keputusan dan ukuran kinerja. Untuk alasan ini, pelaksanaan yang efektif dari TQM membutuhkan perubahan besar. Menurut Karen Hopper (1994), Tiga komponen tersebut yaitu (1) sistem untuk mengalokasikan hak keputusan, (2) sistem pengukuran kinerja , dan (3) reward and punishment sistem. TQM sangat penting diterapkan diperusahaan untuk menjaga kualitas dari barang yang diproduksi. Untuk beberapa perusahaan TQM dilakukan dengan membayar Quality Control (QC) dari masing – masing negara. Dengan adanya QC perusahaan dapat memperkecil dan menekan kesalahan dalam memproduksi barang. Ada beberapa teori tentang TQM yang sudah dikemukakan oleh beberapa orang yaitu, Menurut Atkinson (1990), TQM merupakan sebuah strategi pendekatan untuk dapat menghasilkan produk dan jasa yang terbaik melalui adanya berbagai inovasi. Selanjutnya Departemen Perdagangan dan Industri Inggris (United Kingdom’s Department of Trade and Industry) (1991a) mengartikan TQM sebagai sebuah cara mengelola secara efektif, efisien, fleksibel dan kompetitive dari suatu usaha secara menyeluruh. The Deming Prize Committee (1986) memaknai TQM sebagai sebuah sisitem aktivitas untuk memastikan kualitas barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen secara ekonomis. Pfau (1989) menyatakan bahwa TQM merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan kulaitas barang dan jasa secara berkesinambungan melalui partisipasi dari seluruh fungsi dan tingkat dalam suatu produksi. Menurut Ekroman, Sri Soejatminah (2010) TQM diartikan sebagai Filosofi manajemen yang mencakup semua penekanan dari aspek kebutuhan dan harapan pelanggan, dan tujuan organisasi secara efektif dan efisien guna memaksimalkan potensi SDM agar dapat terlaksana secara maksimal bagi kelangsungan perusahaan. Sependapat dengan Ekroman, Tjiptono (2001:4) mengemukakan bahwa TQM merupakan suatu sistem yang dapat dikembangkan menjadi pendekatan dalam menjalankan usaha untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. Sementara Greech (1996) mengatakan bahawa TQM mencakup lima pilar yang terdiri atas produk, proses, organisasi, pemimpin dan komitmen. Sehingga dari ke lima pilar yang saling memiliki korelasi maka suatu
5
perusahaan dapat memaksimalkan sumberdaya yang dimilikinya sehingga dapaat melakukan produksi secara efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Kemampuan Membangun Relasi dan Mempertahankan Pasar Selain memperhatikan faktor manajemen kualitas, maka ada aspek lain yang perlu mendapatkan perhatian dari pelaku bisnis (termasuk bisnis briket batok kelapa) yaitu cara mengelola hubungan dengan customer. Hal ini perlu dilakukan agar dapat mempertahankan relasi/ rekan bisnis dan mengembangkannya. Sebagaimana diungkapkan oleh Parvatiyar & Sheth (2000) manajemen hubungan pelanggan (Customer Relatipnship Management / CRM) sebagai bagian dari strategi dan proses untuk menjangkau dan mempertahankan pelanggan mencakup beberapa hal penting yang di antaranya adalah hubungan dengan pelanggan individual, manajemen dan proses pengembangan bisnis pelanggan, pemasaran frekuensi, loyalitas dan bermitra dengan pelanggan. Dalam perspektif sempit, manajemen hubungan pelanggan adalah database pemasaran menekankan aspek promosi pemasaran terkait dengan upaya Database (Bickert, 1992). Sementara di sisi lain CRM dianggap hanya sebagai mencari retensi pelanggan dengan menggunakan berbagai taktik pemasaran setelah yang menyebabkan ikatan pelanggan atau tinggal berhubungan dengan pelanggan setelah penjualan adalah dibuat (Vavra, 1992). Agar dapat melaksanakan proses manajemen hubungan ini, maka pelaku usaha mulai dapat melakukan penerapan keterlibatan asli dengan pelanggan (berkomunikasi dan berbagi pengetahuan) Selanjutnya, sebagaimana diungkapkan oleh McKenna (1991). Berry (1995), dalam sedikit pengertian yang lebih luas, juga memiliki pandangan yang tepatberkaitan dengan CRM yang menekankan proses pemasaran dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan lebih dekat sehingga menjadi loyal. Lebih lanjut lagi Parvatiyar & Sheth (2001) juga menyatakan bahwa ada lima kunci yang tercakup pada CRM yaitu mengidentifikasi hubungan dengan pelanggan, membangun hubungan, mempertahankan, memperbaiki hubungan yang pernah mengalami masalah, serta meningkatkan hubungan yang lebih dekat dengan pelanggan.
METODE Sebelum mendapatkan pembahasan ini, saya mengikuti kuliah entrepreneur skill di Universitas Kristen Satya Wacana. Pengampu mata kuliah tersebut mengajak kelas entrepreneur skill ke tempat – tempat home industri yang ada di Salatiga. Salah satunya adalah pabrik briket arang batok kelapa. Dari mata kuliah tersebut saya melihat adanya pengetahuan yang perlu dibagikan pada masyarakat luas dan ada sesuatu yang unik dalam usaha ini. Setelah perkuliahan 6
selesai, saya datang kembali ke pabrik briket arang batok kelapa untuk bertanya tentang izin bila usaha dari briket arang batok kelapa milik Pak Irwadi akan digunakan untuk penulisan kertas kerja, dan disanalah Pak Irwadi mengijinkan dan berjanji akan membantu semaksimal mungkin. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan observasi. Wawancara dan observasi dilakukan di daerah Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah. Dalam pembuatan kertas kerja ini, saya bertanya kepada Pak Irwadi seputar awal pertama berdiri, proses masuk ke pasar ekspor, proses produksi, yang perlu diperhatikan dalam membangun usaha ekspor, dan rencana kedepan tentang usaha yang dibangun. Pada proses wawancara, saya menggunakan handphone untuk merekam pembicaraan dan membuat transkrip dari hasil wawancara. Pada saat wawancara, Pak Irwadi kurang dapat berkonsentrasi dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan yang saya ajukan. Hal itu dikarenakan beliau sibuk dengan beberapa telepon dari konsumen yang bertanya tentang barang yang mereka pesan. Bukan hanya telepon dari konsumen suara mesin dan para pegawai yang berkonsultasi kepada Pak Irwadi juga agak mengganggu jalannya wawancara. Dengan adanya gangguan itu, saya hanya dapat menunggu hingga keperluan dari pabrik yang membutuhkan tenaga dan pikiran Pak Irwadi selesai terlebih dahulu dan saya baru dapat melanjutkan wawancara saya dengan pak Irwadi. Saya melakukan observasi guna melihat mesin apa saja yang digunakan untuk membuat briket arang batok kelapa dan melihat proses produksi yang berlangsung pada pabrik. Pada saat observasi penulis melihat mesin produksi, pembagian jam kerja, dan penanganan pada mesin – mesin yang mengalami kerusakan. Pada mesin produksi terdapat 4 mesin yang digunakan yaitu mesin giling, mesin aduk, mesin cetak briket, dan oven. Proses observasi juga menggunakan kamera handphone untuk mengambil gambar dari mesin – mesin yang digunakan. Pada saat observasi Pak Irwadi mengijinkan saya untuk melihat – lihat dan mengambil gambar semau saya tanpa batasan. Pada saat observasi, saya berkeliling ditemani oleh asisten kepercayaan di pabrik milik Pak Irwadi. Pada saat mengambil gambar asisten Pak Irwadi menjelaskan cara kerja dari mesin – mesin yang saya foto. Hasil wawancara dan observasi yang telah saya lakukan, saya tuliskan ke dalam bentuk laporan. Saya menulis laporan dan melakukan analisis. Analisis yang kami lakukan menggunakan metode tematik analisis. Analisis dilakukan oleh dosen pembimbing dan saya. Analisis tersebut menuntun saya mulai menentukan topik – topik yang dapat diangkat pada penelitian ini. Tema yang digunakan yaitu Entrepreneurship. Dengan topik entrepreneur, strategi bisnis, dan Total Quality Management. Ketiga topik tersebut merupakan topik – topik yang akan dibahas pada penelitian ini. Saya membuat outline tulisan tentang topik
7
tersebut. Berikutnya saya melakukan penulisan temuan empirik. Kesulitan yang dialami pada saat di lapangan yaitu yang pertama sulitnya menentukan waktu yang sesuai antara nara sumber. Namun hal itu dapat teratasi dengan cara membuat janji ulang untuk pertemuan berikutnya.
BRIKET ARANG BATOK KELAPA Di daerah Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah, sebuah perusahaan didirikan Pak Irwadi memproduksi briket dari arang batok kelapa. Pada tahun 2007, paman Pak Irwadi berlibur di Indonesia dan memberikan informasi peluang usaha eksport briket arang batok kelapa. Ide ini dipandang sangat baik sehingga Pak Irwadi mulai mencari informasi mengenai besar potensi pasar briket dan kebutuhan arang batok kelapa di Amerika. Setelah pencarian informasi, Pak Irwadi melihat ada dua barang yang memiliki potensi pasar besar, yaitu briket dan batu akrilik. Kemudian Pak Irwadi mencari informasi mengenai bahan – bahan dan cara pembuatan batu akrilik dan briket. Beliau lebih tertarik membuat briket arang batok kelapa karena cara pembuatannya lebih mudah dibandingkan dengan membuat batu akrilik. Selain itu bahan baku briket lebih mudah diperoleh daripada akrilik. Briket berbahan dasar arang batok kelapa sejauh ini dianggap sebagai sampah dan sangat mudah ditemukan di Indonesia karena sebagian besar daratan Indonesia tumbuh pohon kelapa. Eksperimen awal memulai usaha baru, Pak Irwadi membuat dan mendesign sendiri mesin pencetak briket. Pada tahap ini Pak Irwadi tidak memiliki tentang pengetahuan mesin. Pak Irwadi memberikan informasi tentang pengetahuan mesin briket yang dibuat oleh beliau berdasarkan kebutuhan. Karena bila ingin membuat sebuah briket, pabrik harus memiliki mesin untuk memproduksi barang. Menurut Pak Irwadi hal tersebut dapat terjadi karena kepepet. Pada saat keadaan mendesak, seseorang dapat melakukan apa yang seharusnya tidak dapat dilakukan. Pengetahuan tersebut didapatkan karena adanya kebutuhan yang mendesak untuk memproduksi briket arang batok kelapa. Setelah berhasil membuat mesin, Pak Irwadi membuat briket dan dikirimkan ke laboratorium Sucofindo untuk tes kelayakan untuk di eksport. Percobaan pembuatan briket baru sesuai standart setelah enam kali, sebelumnya ditolak karena belum memenuhi standart. Standart briket yang ada di pabrik Pak Irwadi yaitu abu dari briket maksimal 2,5%. Karbon aktif dari briket minimal 75%, Kalori minimal 7200 kalori per kilogramnya. Kadar air 6,9% sampai 7%. Volatilmeter atau zat terbang 12% – 14%. Hasil penelitian ini berasal dari Laboratorium Sucofindo. Sedangkan untuk standard pasar Eropa kadar abu
8
maksimal 3%, kadar air maksimal 7%, karbon aktif minimal 75%, kalori minimal 7200kcal/kg, dan abu berwarna silver. Setelah briket yang diproduksi, memenuhi standard dari Eropa, Pak Irwadi mulai melakukan pemasaran briket melalui iklan Internet. Dari Internet itulah Pak Irwadi menemukan pembeli, mempertanyakan kualifikasi produk dan kalau setuju baru dibuat perjanjian mengenai pembelian produk. Jika sudah cocok, pembeli akan datang ke tempat produksi melihat dan melakukan kontrak, biasanya selama satu bulan. Selama kontrak berlangsung Pak Irwadi memproduksi briket sesuai dengan kontrak yang ada. Isi kontrak meliputi jumlah kontainer yang bisa dikirim dalam sebulan oleh Pak Irwadi. Untuk saat ini Pak Irwadi dapat memenuhi permintaan pelanggan hingga 8 kontainer setiap bulannya. Satu kontainer berisikan 20 ton briket dari arang batok kelapa. Harga setiap kilogram briket adalah Rp 8500,00 per kilogram. Bentuk briket dapat disesuaikan dengan permintaan dan sesuai dengan kegunaannya. Pak Irwadi dapat memproduksi dua bentuk briket yaitu briket yang digunakan untuk barbecue dan shiza. Setelah adanya kontrak, Pak Irwadi memulai produksi dan menyiapkan apa saja yang dibutuhkan. Bahan baku briket yang dipakai Pak Irwadi adalah arang batok kelapa, tepung terigu, dan air. Semua bahan baku ini dicampurkan dan giling serta dibentuk berupa kubus. Untuk bahan baku pak Irwadi mendapatkan dari luar pulau Jawa dan sudah dalam bentuk arang batok kelapa sesuai dengan standard yang diberikan. Sebagian besar arang batok kelapa berasal dari Sulawesi. Dalam seminggu Pak Irwadi mendapatkan kurang lebih 10 ton arang batok kelapa. Untuk bahan baku sendiri Pak Irwadi tidak mengalami kesulitan mendapatkannya. Beliau memberikan info bahwa hampir diseluruh Indonesia memiliki areal yang ditumbuhi dengan kelapa. Langkah awal pembuatan briket dari arang batok kelapa adalah penyortiran batok arang kelapa. Penyortiran arang batok kelapa dilakukan tiga sampai empat orang. Penyortiran bertujuan untuk membersihkan debu yang menempel pada arang batok kelapa. Proses penyortiran ini juga dilakukan untuk menentukan berat dari bahan baku yang dijual pada Pak Irwadi. Setelah bersih barulah arang batok kelapa itu ditimbang beratnya, setelah itu baru Pak Irwadi membayar bahan baku tersebut. Tahap selanjutnya adalah tahap penggilingan dan pencampuran bahan baku. Pada proses ini Pak Irwadi sedikit mengalami kesulitan karena proses pensortiran menggunakan tenaga manusia yang disortir sebanyak sepuluh ton, akibatnya ada beberapa arang batok kelapa yang kurang bersih. Tahap penggilingan merupakan proses penghalusan arang batok kelapa yang sudah disortir dan dibersihkan dari kotoran yang menempel. Arang batok kelapa akan dimasukkan ke mesin giling hingga halus menjadi serbuk arang. Setelah proses
9
penggilingan selesai, akan menuju ke proses pencampuran bahan baku. Dalam bentuk serbuk, arang tersebut nantinya akan dicampur dengan tepung dan air. Tahap pencampuran dilakukan menggunakan mesin yang mencapurkan arang batok kelapa yang sudah halus, air, dan tepung rose brand. Pada proses ini bahan baku yang dicampur akan agak lunak dan basah. Proses ini bertujuan memudahkan mesin pencetak briket mengolah bahan baku setengah jadi. Proses selanjutnya adalah proses pencetakan. Proses pencetakan merupakan proses dimana adonan yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pencetak briket. Pada mesin ini, briket akan dipanaskan dan dihaluskan kembali dengan mesin giling. Proses pemanasan di sini bertujuan mematangkan adonan agar dapat dibentuk menjadi briket yang diminta. Proses pematangan hingga pencetakan menggunakan tenaga mesin. Namun untuk proses selanjutnya membutuhkan tenaga manusia secara manual. Pada proses memasak serbuk arang menggunakan tenaga manusia pada saat adonan dimasukkan dan pada saat adonan keluar dalam bentuk briket. Pada penerimaan adonan yang sudah jadi, pekerja meletakkan adonan briket yang sudah terbentuk pada sebuah papan yang nantinya akan menuju proses pemotongan. Setelah pencetakan briket selesai, briket yang masih basah tersebut dipotong dengan mesin pemotong yang sudah disediakan. Proses pemotongan dilakukan dengan mesin yang sudah didesign sedemikian rupa agar mempermudah pemotongan briket yang masih basah. Pada saat proses pemotongan bagian tepi dari adonan dipisahkan dari adonan yang lain dan diolah kembali, karena pada tepi adonan ini tidak terbentuk dengan sempurna. Briket yang sudah selesai dipotong dengan mesin, akan di masukkan ke dalam mesin oven untuk pengeringan. Proses pengeringan yang dilakukan oleh Pak Irwadi menggunakan oven yang didesign sedemikian rupa agar dapat mengeringkan briket secara sempurna. Proses ini tidak pernah terkendala dengan musim yang ada di Salatiga, karena menggunakan oven yang sudah disetting suhu pengeringannya. Apabila ada panas matahari, biasa Pak Irwadi menggunakan tenaga panas matahari. Namun apabila suhu lembab, Pak Irwadi menggunakan mesin oven untuk proses pengeringan. Briket yang sudah kering dari mesin oven akan diletakkan sejenak supaya dingin dan siap dipacking menggunakan kotakyang disediakan konsumen atau pembeli briket. Langkah terakhir pada proses produksi yaitu pengujian briket untuk kadar abu, panas, dan asap. Pengujian bertujuan untuk mengecek kualitas briket,apakah layak untuk dikirim atau tidak. Setelah pengujian dinyatakan layak, maka briket akan dimasukkan kedalam dus yang sudah tersedia dan siap dimasukkan ke kontainer untuk dikirim ke daerah Eropa. Apabila tidak layak maka briket akan diolah kembali dari langkah awal. Pada proses ini pak Irwadi menggunakan jasa
10
Quality control dari setiap negara. Ada yang dari Eropa, Belanda, Inggris, Amerika, dan Jerman. Dari hasil wawancara, Pak Irwadi mendapatkan laba setiap kontainer dari briket tersebut sebesar Rp 55.000.000,00. Laba yang diterima merupakan laba bersih. Pajak dalam bisnis ini adalah 0% karena kebijakan pemerintah Indonesia menarik minat para wirausahawan untuk berbisnis dan melakukan eksport. Sistem pembayaran dalam bisnis briket tidak rumit. Jika kontrak disetujui, pihak konsumen akan memberikan tanda jadi sebesar 60% dari harga kesepakatan. Pada saat briket siap dimasukkan ke dalam dus, konsumen akan membayar 20% dari kekurangan pembayaran. Ketika barang sudah akan dimasukkan ke dalam kontainer 20% sisa pembayaran bayarkan sekaligus dilunasi semua. Setelah pelunasan selesai barulah barang – barang tersebut dimasukkan ke kontainer untuk dikirim. Di tempat pak Irwadi minimal seminggu sebelum jadwal pengiriman, pembayaran sudah dalam status lunas. Apabila pembayaran tidak dilakukan, maka pak Irwadi akan menunda pengiriman hingga pelunasan dilakukan. Saat ini Pak Irwadi memiliki sebuah pabrik pembuat briket dari arang batok kelapa. Untuk pabrik ini kapasitas produksi setiap bulannya adalah 4 kontainer. Satu kontainer berisikan 20 ton briket dari arang batok kelapa. Pada pabrik ini Pak Irwadi dapat memenuhi permintaan konsumen sebesar 80 ton briket arang batok kelapa setiap bulannya. Saat ini Pak Irwadi tidak melakukan proses marketing karena para konsumen yang membeli briket arang batok kelapa adalah konsumen yang selalu membeli briket arang batok kelapa. Proses marketing hanya dilakukan hanya sekali pada saat awal pabrik briket arang batok kelapa berdiri. Pada awalnya pabrik ini ingin dikuasai oleh satu pembeli saja, namun kebijakan yang diambil Pak Irwadi berbanding terbalik dengan konsumen yang menginginkan semua hasil produksinya dibeli hanya pada satu konsumen. Setelah proses marketing pada awal berdirinya usaha ini, para konsumen memberikan kontrak yang diperbaharui setiap awal bulan. Untuk saat ini Pak Irwadi mempunyai 3 konsumen yang diberikan secara adil untuk briket arang batok kelapa. Para konsumen mendapatkan hasil produksi dengan jumlah yang sama. Strategi ini dilakukan supaya konsumen tidak memainkan harga dan memonopoli hasil produksi. Untuk saat ini konsumen yang belum terlayani sebanyak 2 konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa pasar untuk briket arang batok kelapa sangatlah terbuka lebar dan besar. Pabrik milik Pak Irwadi yang baru merubah tenaga yang tadinya menggunakan diesel atau mesin penggerak menjadi listik industri. Hal ini dilakukan karena untuk menghemat pengeluaran dibagian produksi. Dengan menggunakan listrik industri, pengeluaran untuk produksi
11
menjadi berkurang. Bila satu bulan menggunakan bahan bakar solar sebanyak 60 juta rupiah, dengan menggunakan tenaga listrik akan menghabiskan listrik sekitar 40 juta rupiah saja. Maka pada pabrik yang kedua sudah menggunakan tenaga listrik industri. Kelemahan dari listrik industri yaitu pengeluaran yang membengkak pada awal pemasangan. Karena pemasangan listrik akan menghabiskan dana sekitar 120 juta rupiah. Pak Irwadi sedang berkonsentrasi mendirikan pabrik yang kedua. Direncanakan pabrik tersebut dapat memproduksi 8 kontainer setiap bulannya. Hal tersebut dilakukan karena banyaknya permintaan briket di Eropa. Namun dengan adanya pabrik kedua yang dibangun, permintaan briket arang batok kelapa masih sangat banyak sekali dan cakupan pasar briket arang batok kelapa sangat luas. Pasar briket arang batok kelapa sangatlah luas dikarenakan barang ini merupakan energi dan akan selalu dikonsumsi. Dengan adanya bahan baku yang tidak merusak alam, usaha dalam bidang briket arang batok kelapa dapat dikatakan tidak akan pernah mati dan untuk setiap tahunnya akan selalu bertambah jumlah kebutuhan akan briket ini. Untuk rencana ke depannya Pak Irwadi akan membuat satu pabrik untuk mengolah satu buah kelapa utuh. Untuk serabut kelapa akan di eksport ke Jepang. Nantinya di Jepang serabut kelapa akan digunakan untuk bahan baku pembuatan fiber. Untuk daging kelapa akan di eksport juga ke Eropa. Di sana daging kelapa akan dikeringkan dan digunakan sebagai bumbu dapur. Untuk air kelapanya akan digunakan sebagai nata de coco, dan batok kelapa akan tetap digunakan untuk bahan baku briket. Dalam waktu dekat ini, beliau membuka kesempatan untuk para wirausaha yang ingin berkecimpung di dalam bisnis ini. Dengan menggunakan modal tiga ratus juta rupiah, para wirausaha baru akan mendapatkan satu set mesin yang digunakan untuk memproduksi briket. Tentu saja wirausaha yang ingin bergabung tidak berjalan sendirian, Pak Irwadi akan membantu dalam produksi dan hasil produksi itu akan dibeli oleh Pak Irwadi untuk memenuhi permintaan pasar.
HASIL DAN DISKUSI Dalam rangka menjelaskan dinamika usaha Pak Irwadi, Saya mencoba membahasnya dari perspektif Enterpreneurship, strategi usaha, dan Total Quality Management.
Entrepreneurship Yang Dimiliki Pak Irwadi Entrepreneurship di Indonesia dekat dengan istilah wirausaha. Pada saat ini negara - negara berkembang memerlukan beberapa wirausaha untuk
12
meningkatkan pendapatan dan mengurangi angka pengangguran. Di Salatiga terdapat sebuah pabrik briket arang batok kelapa. Nama Pemilik dari usaha ini adalah Bpk Erwadi Rahandjo, SE. Pada awalnya Pak Irwadi memiliki usaha kuningan yang berada di Salatiga. Pabrik kuningan ini tidak berjalan dengan baik. Dan pada akhirnya usaha kuningan ini mengalami kebangkrutan dan tutup. Setelah gagal dalam membangun usaha kuningan, Pak Irwadi bekerja di perusahaan pengiriman briket arang batok kelapa yang berada di Bawen. Dari tempat itulah Pak Irwadi memiliki pengetahuan tentang briket. Pada saat di CocoBrasa posisi terakhir Pak Irwadi sebagai direktur perusahaan pada saat itulah Pak Irwadi mendapatkan ilmu tentang briket arang batok kelapa. Setelah beberapa tahun di perusahaan CocoBrasa, Pak Irwadi memutuskan untuk keluar dan membuat usaha briket sendiri. Pada awal usaha, Pak Irwadi mencari info cara membuat briket arang batok kelapa. Pak Irwadi memilih arang batok kelapa sebagai bahan baku utama karena ketersediaan arang batok kelapa di Indonesia sangat banyak. Setelah mendapatkan info tentang cara pembuatan, Pak Irwadi uji coba untuk pembelian mesin pencetak briket. Setelah mesin jadi, Pak Irwadi mengajak teman – teman yang ingin bekerja sama dengan beliau dalam membangun usaha briket arang batok kelapa. Setelah ada tiga teman yang menginginkan usaha tersebut bersama – sama, usaha briket arang batok kelapa mulai dibuat dan dijalankan. Tujuan mencari teman dalam membangun usaha ini adalah untuk mencari dana dalam pembuatan mesin pabrik dan modal awal pembangunan usaha. Berdasarkan dengan hasil wawancara yang sudah didapatkan, Pak Irwadi merupakan entrepreneur. Hal itu ditunjukkan dari kesesuaian pengertian dan ciri dari seorang entrepreneur. Pak Irwadi yang dulunya membuka usaha kuningan dan ternyata tidak berhasil merupakan cerminan dari kegagalan Pak Irwadi dalam membangun sebuah usaha. Hal ini sesuai dengan salah satu faktor kesuksesan entrepreneur yang dikemukan Nurseto tentang empat faktor paling penting bagi keberhasilan wirausaha. Setelah kegagalan dialami, lalu Pak Irwadi bekerja disebuah perusahaan pengiriman briket. Disana Pak Irwadi mengetahui tentang besarnya pangsa pasar untuk briket. Serta Pak Irwadi mencari informasi tentang ketersediaan bahan baku yang ada di Indonesia. Hal menunjukkan bahwa Pak Irwadi memiliki pengetahuan yang luas tentang bahan baku yang akan digunakan dalam usaha briket. Setelah mengetahui, Pak Irwadi membuat sebuah alat produksi untuk memcetak briket. Proses penciptaan mesin yang digunakan Pak Irwadi dalam membuat briket merupakan cerminan definisi pengertian entrepreneur dari Hisrich, Peters, dan Sheperd pada tahun 2008. Bukan hanya mesin saja namun Pak Irwadi dapat merubah sesuatu yang dianggap limbah menjadi sesuatu yang bernilai jual sangat tinggi yaitu batok kelapa. Batok kelapa selama ini digunakan untuk kerajinan tangan. Setelah Pak Irwadi mengetahui 13
tentang briket, batok kelapa yang tadinya hanya dibuang dan dibuat kerjainan, dapat diolah menjadi barang komoditi eksport yaitu menjadi briket arang batok kelapa.
Strategi Mempertahankan Pembeli Luar Negeri Strategi bisnis sangat dibutuhkan oleh perusahaan pada saat awal berdiri. Namun pada perusahaan briket arang batok kelapa milik Pak Irwadi, strategi bisnis pada saat awal berdiri hanya dilakukan satu kali saja. Pak Irwadi pada tahap strategi usaha hanya melakukan promosi melalui internet pada saat awal pembuatan usaha saja. Hingga saat ini Pak Irwadi tidak melakukan promosi kembali, karena hingga saat ini pelanggan yang ingin membeli produk briket dari Pak Irwadi sangat banyak sekali. Strategi perusahaan pada pabrik briket milik Pak Irwadi yaitu beliau membuatkan briket dalam satu pabrik terdiri dari 3 pembeli. Hal itu dilakukan supaya harga jual briket tidak dipermainkan oleh satu pembeli saja. Dengan adanya 3 pembeli dalam 1 pabrik, harga jual briket akan bersaing dengan sendirinya antara pembeli pertama dengan pembeli kedua begitu juga dengan pembeli ketiga. Pada usaha briket arang batok kelapa ini sasaran pasar yang dituju adalah para pembeli untuk daerah Eropa dan Amerika. Pada usaha briket arang batok kelapa ini sudah banyak para wirausahawan yang membuat. Namun menurut pengakuan dari Pak Irwadi, belum banyak para wirausahawan yang membuat untuk menembus pasar Eropa. Hal itu dikarenakan standart dari spesifikasi di daerah Eropa jauh lebih tinggi dan lebih sulit dibandingkan dengan menembus pasar Timur Tengah. Hal tersebut juga dikarenakan harga briket dengan standart Eropa lebih tinggi dibandingkan dengan harga briket dengan standart Timur Tengah. Pada usaha ini pun bahan baku yang dibutuhkan sangat banyak dijumpai di seluruh wilayah Indonesia. Saat ini bahan baku arang batok kelapa paling banyak berasal dari wilayah Sulawesi. Permintaan untuk briket saat ini sangat besar. Pabrik briket milik Pak Irwadi hingga saat ini sudah menolak 3 pembeli yang memesan sangat banyak. Untuk saat ini Pak Irwadi telah membuat satu pabrik baru untuk mengolah satu buah kepala utuh. Kulit kelapa akan di ekspor lagi ke Jepang untuk digunakan sebagai coco fiber, daging kelapa akan digunakan untuk bumbu yang akan di ekspor ke Amerika dan Eropa, batok kelapa akan digunakan untuk bahan baku briket, dan air kelapa akan dijual untuk nata de coco. Bentley, Omer, & Sharp (2013) menyatakan bahwa strategi bisnis sebagai diferensiasi produk tentang perbedaan – perbedaan barang yang diproduksi serta kepemimpinan biaya dari sisi eksplorasi dan eksploitasi. Dalam strategi bisnisnya Pak Irwadi sudah melakukan diferensiasi barang yang diproduksi, yaitu dengan menetapkan standart Eropa pada briket yang diproduksi. Hal itu
14
membedakan antara briket yang diproduksi kebanyakan orang dan briket yang diproduksi di pabrik milik Pak Irwadi. Kebanyakan pengusaha briket hanya membuat briket yang tembus hingga pasar Timur Tengah saja. Yang dapat dikatakan memiliki kualitas rendah. Pada sisi kepemimpinan biaya, Pak Irwadi telah melakukan strategi untuk menghemat pengeluaran yang harus dikeluarkan tiap bulan dengan menarik listrik industri ke dalam pabrik yang sekarang. Dalam segi eksplorasi dan eksploitasi. Eksplorasi yang dilakukan Pak Irwadi yaitu dengan mencari bahan baku yang mudah ditemui dan tidak merusak lingkungan. Bahan baku yang digunakan ramah lingkungan, tidak berlimbah, dan berkualitas tinggi. Pada sisi eksploitasi, Pak Irwadi menggunakan batok kelapa yang biasanya hanya dibakar menjadi arang dan dibuang menjadi suatu barang komoditi yang bernilai jual tinggi dibandingkan dengan arang – arang yang ada di Indonesia. Menurut Amalia et. al (2010) Langkah pertama dalam membuat strategi bisnis adalah mengidentifikasi segmentasi pada saat akan memulai bisnis. Pak Irwadi sudah melakukan segmentasi para pabrik yang briket, yaitu dengan menentukan pasar yang akan dituju adalah pasar Eropa. Dengan kualitas tinggi dan bagus. Yang kedua adalah melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh dalam memulai bisnis. Menurut peneliti sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan, Pak Irwadi sudah melakukan langkah kedua. Pada tahap ini kekuatan yang dimiliki oleh Pak Irwadi adalah pengetahuan yang luas tentang briket dan sedikitnya jumlah pesaing yang berkecimpung dalam usaha briket arang batok kelapa untuk pasar Eropa. Karena pada pasar Eropa jarang ada para produsen briket yang dapat memenuhi standart kualitas dari negara tersebut. Kelemahan pada usaha ini adalah ketergantungan perusahaan untuk pemasok bahan baku arang batok kelapa. Karena pemasok bahan baku hanya dapat mengirimkan arang batok kelapa dalam jumlah tertentu, namun Pak Irwadi membutuhkan bahan baku setiap hari dalam jumlah yang besar. Akibatnya muncul ancaman apabila pemasok tidak dapat mengirimkan arang batok kelapa ke pabrik briket milik Pak Irwadi. Peluang pada usaha ini sangatlah luas, karena jumlah pembeli yang sangat banyak dan kurangnya produsen, maka dalam usaha ini produsen dapat mengembangkan usaha sebesar – besarnya. Hal itu dikarenakan sedikitnya produsen briket yang memenuhi standart untuk pasar Eropa. Yang ketiga adalah merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya. Kunci sukses yang ada pada Pak Irwadi adalah pengetahuan Pak Irwadi tentang mesin yang dirancang sendiri dan tentang pengetahuan beliau akan briket arang batok kelapa. Yang keempat adalah menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi dan memilih 15
strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Pada tahap keempat ini Pak Irwadi memilih untuk membuat pabrik baru yang akan mengolah satu buah kelapa utuh. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi apabila bahan baku yang dipasok kurang mencukupi permintaan briket arang batok kelapa. Pabrik baru ini juga akan dapat meningkatkan pendapatan Pak Irwadi sendiri.
TQM (Total Quality Management) Dalam Usaha Arang Batok Kelapa Total Quality Management pada perusahaan produksi sangatlah penting. Karena hal ini digunakan untuk menjaga kualitas dan menjaga kepercayaan pelanggan terhadap suatu perusahaan. Pada perusahaan Pak Irwadi Total Quality Control dilakukan sejak awal bahan baku datang ke pabrik. Di pabrik tersebut arang batok kelapa yang datang akan disortir secara manual untuk menghilangkan debu dan untuk membedakan mana kualitas yang biasa – biasa saja dengan kualitas yang bagus. Arang batok kelapa pun yang akan dibayar tidak semuanya, hanya yang sesuai dengan standart untuk pembuatan briket arang batok kelapa. Penyortiran arang batok kelapa yang datang dilakukan kurang lebih tiga orang. Setelah penyortiran selesai, arang batok kelapa akan dihaluskan dan dicampur dengan bahan baku. Setelah tercampur, adonan akan dicetak menjadi briket dalam bentuk kubus. Proses selanjutnya adalah pengeringan. Proses pengeringan dilakukan menggunakan oven. Setelah kering, briket akan diuji coba sebelum dimasukkan ke dalam kardus yang sudah disediakan oleh para konsumen. Uji coba dilakukan oleh Quality Control kepercayaan dari setiap negara. Hal yang dilihat pada saat uji coba briket yaitu kadar panas pada saat setelah dipanaskan, warna abu, warna asap yang dikeluarkan dari briket. Briket akan menjadi berwana sangat merah setelah dipanaskan, briket yang berwarna merah ini menandakan bahwa panas yang terkandung di dalam briket sangatlah tinggi. Bukan hanya kadar panas yang di uji, namun pengujian juga dilakukan pada asap dan abu. Bila aku tidak berwana putih, maka barang tersebut tidak memenuhi standart. Pada uji coba ini abu dapat berwarna putih dan dapat berwarna cream. Apabila abu berwarna orange, maka briket tidak dapat di masukkan kedalam dus dan tidak dapat dikirim. Demikian pula dengan asap. Apabila asap yang ditimbulkan terlalu banyak dan tidak berwarna putih, maka briket tersebut tidak sesuai dengan standart yang ada. Menurut Karen Hopper (1994), TQM biasanya timbul dari kepedulian terhadap kualitas produk, program TQM yang paling sukses akhirnya menjadi inisiatif peningkatan efisiensi yang melibatkan perubahan organisasi-lebar dalam otoritas pengambilan keputusan dan ukuran kinerja. Pak Irwadi melakukan TQM
16
sejak bahan baku masuk dari pabrik hingga proses terakhir. Pak Irwadi melakukan hal ini karena tidak mau mengecewakan para pembeli yang sudah mempercayakan pembelian briket di tempat Pak Irwadi. Pak Irwadi juga memberikan kisi – kisi tentang keberhasilan dalam berbisnis ekspor yaitu tentang kejujuran. Pada tahap akhir dari pembuatan briket juga melibatkan banyak ahli. Pak Irwadi menggunakan jasa para QC ( Quality Control ) dari masing – masing negara untuk mengontrol pembuatan briket dari awal hingga dikirim ke Eropa. Menurut Atkinson (1990), TQM merupakan sebuah strategi pendekatan untuk dapat menghasilkan produk dan jasa yang terbaik melalui adanya berbagai inovasi. Dalam perusahaan briket arang batok kelapa ini, Pak Irwadi menghasilkan briket arang batok kelapa dengan kualitas terbaik. Hal itu terbukti dari standart yang digunakan untuk membuat briket menembus pasar briket standart Eropa. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa standart Eropa merupakan standart tertinggi. Departemen Perdagangan dan Industri Inggris (United Kingdom’s Department of Trade and Industry) (1991a) mengartikan TQM sebagai sebuah cara mengelola usaha dengan efektif, efisien, fleksibel dan kompetitive secara menyeluruh. Pak Irwadi mengambil keputusan untuk mengganti mesin penggerak yang menggunakan diesel dengan listrik industri. Hal ini dikarenakan pengeluaran pabrik briket akan jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan mesin penggerak diesel. The Deming Prize Committee (1986) memaknai TQM sebagai sebuah sisitem aktivitas untuk memastikan kualitas barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen secara ekonomis. Kualitas dan standart yang sudah ditetapkan di pabrik dipantau dari awal bahan baku memasuki pabrik. Pemantauan dimulai pada saat penyortiran arang batok kelapa sampai menjadi briket arang batok kelapa. Tidak hanya berhenti sampai disitu, pemantauan tetap dilakukan sampai briket arang batok kelapa akan dikirim ke konsumen. Pfau (1989) menyatakan bahwa TQM merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan kualitas barang dan jasa secara berkesinambungan melalui partisipasi dari seluruh fungsi dan tingkat dalam suatu produksi. Briket arang batok kelapa yang diproduksi Pak Irwadi selalu dibuat dengan semaksimal mungkin untuk memenuhi standart yang sudah diterapkan. Hal itu dilakukan untuk menjaga kualitas dari barang yang diproduksi. Menurut beliau apabila briket arang batok kelapa sudah tercampur dengan bahan – bahan yang dilarang seperti kayu, pada uji laboratorium akan berbeda hasilnya dan para konsumen tidak akan menerima barang tersebut. Menurut Ekroman, Sri Soejatminah (2010) TQM diartikan sebagai Filosofi manajemen yang mencakup semua penekanan dari aspek kebutuhan dan harapan pelanggan, dan tujuan organisasi secara efektif dan efisien guna memaksimalkan potensi SDM agar dapat terlaksana secara maksimal bagi kelangsungan perusahaan . Sependapat dengan Ekroman , Tjiptono (2001:4) mengemukakan bahwa TQM merupakan 17
suatu sistem yang dapat dikembangkan menjadi pendekatan dalam menjalankan usaha untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terusmenerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pemanfaatan dan pengembangan usaha briket batok kelapa yang dikembangkan di wilayah Tingkir Salatiga Jawa Tengah, di mana pengusaha briket berupaya memaksimalkan potensi sumber daya yang ada di sekitarnya. Mulai dari sumber daya alam hingga sumber daya manusia. Dari segi sumber daya alam, Pak Irwadi telah menggunakan batok kelapa yang di Indonesia sangat berlimpah keberadaannya. Dari segi sumber daya manusia, pekerja – pekerja yang ada di pabrik briket merupakan warga sekitar. Dengan adanya pembagian jam kerja yang teratur, maka usaha ini dapat berjalan 24 jam dengan masing – masing pekerjaannya. Dari tiga perspektif diatas, masing – masing pembahasan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Dalam study kasus ini pengusaha yang ingin membangun usaha atau bisnis harus memiliki kemauan untuk belajar dan berani keluar dari zona nyaman yang telah dijalani. Pak Irwadi yang dulunya seorang direktur perusahaan memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan tersebut dan mencoba untuk membuat usaha sendiri dari pengetahuan yang didapat selama ini. Dari pengetahuan Pak Irwadi itulah yang menjadikan usaha briket arang batok kelapa menjadi diminati oleh banyak konsumen. Tentunya keberhasilan ini tidak semata – mata datang sendiri, Pak Irwadi telah menghitung matang – matang tentang bisnis ini pada saat awal usaha. Meskipun promosi briket dilakukan hanya satu kali, Pak Irwadi mampu mendapatkan perhatian konsumen hingga sekarang. Pak Irwadi mengatakan bahwa kejujuran dalam berbisnis juga penting karena dengan kejujuran itulah Pak Irwadi dipercaya oleh para konsumen. Dalam rangka mempertahankan konsumen, Pak Irwadi tidak ingin mengecewakan konsumen. Kualitas briket arang batok kelapa yang diproduksi semaksimal mungkin akan dipertahankan. Untuk mempertahankan kualitas itulah Pak Irwadi melakukan kontrol secara rutin sejak awal arang batok kelapa masuk ke pabrik. Pak Irwadi menyortir arang batok kelapa sejak awal proses produksi. Sortir bertujuan untuk memilik mana arang batok kelapa yang baik dan mana yang buruk. Apabila pemilihan bahan baku salah atau kurang cermat, briket yang dihasilkan juga tidak akan sempurna. Ketiga perspektif diatas memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini kata entrepreneurship, strategi bisnis, dan Total Quality Management tidak dapat terpisahkan. Pak Irwadi sebelum mendirikan briket sudah mengasah kemampuan entrepreneur pada usaha kuningan, setelah gagal Pak Irwadi membuat sebuah pabrik baru untuk produksi briket arang batok kelapa. Strategi bisnis yang digunakan yaitu promosi pada awal bisnis dengan menggunakan internet. Setelah banyak pesanan, ntuk
18
mempertahankan kualitas Pak Irwadi melakukan kontrol menyeluruh pada proses produksi.
KESIMPULAN Penulis menemukan beberapa hal penting yang terdapat pada kertas kerja ini. Penemuan ini berkaitan dengan cara menjaga hubungan bisnis dengan pembeli di luar negeri. Hal pertama yang dibutuhkan pada bisnis ekspor yaitu kejujuran (Honesty). Dengan kejujuran banyak orang akan percaya (Trush) dengan barang produksi kita dan banyak orang yang akan berminat dengan barang yang diproduksi oleh perusahaan kita. Yang kedua untuk membuat sebuah usaha yang maju, tidak dibutuhkan modal yang banyak untuk membuat usaha. Dengan adanya banyak sumber daya alam yang di Indonesia, kita dapat menggunakannya untuk menolong perekonomian diri sendiri dan perekonomian negara. Yang ketiga, dalam membangun sebuah usaha perlu adanya strategi bisnis. Strategi bisnis yang dibutuhkan dalam membangun sebuah usaha bukan hanya memperhitungkan pendapatan dan pengeluaran namun juga harus melihat visi dan misi yang akan dicapai. Yang keempat, apabila seseorang ditempatkan di posisi yang mendesak maka seseorang tersebut akan menggunakan segala akal untuk mendapatkan sesuatu. Termasuk Pak Irwadi, beliau terdesak dengan adanya tuntutan ekonomi, beliau menggunakan pengetahuan yang ada untuk membuat sesuatu yang tadinya limbah menjadi sesuatu yang bernilai jual tinggi. Dari keempat hal yang sudah disebutkan, kejujuran dalam melakukan bisnis merupakan hal yang paling dibutuhkan. Dengan adanya kejujuran, para konsumen yang membeli barang dan jasa dari kita tidak akan mengalami rasa kecewa. Dengan adanya kejujuran tersebut dapat menjadikan usaha kita dipercaya oleh konsumen dam dari kepercayaan itu juga yang akan membuat konsumen membeli kembali barang dari kita. DAFTAR PUSTAKA Amalia, Alfi; Hidayat, Wahyu & Budiatmo, Agung. 2010. “Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada UKM Batik Semarangan Di Kota Semarang”. Alma, Buchari. 2001. Kewirausahaan. C.V. Alpabeta, Bandung. Atkinson, P.E. 1990. Creating culture change: The key to successful Total Quality Management. IFS Publications. Bentley, Omer, Sharp. 2013. Business Strategy, Financial Reporting Irregularities, and Audit Effort.CAR Vol. 30 No. 2. Berry, L. L. 1995, Fall “Relationship Marketing of Services--Growing Interest, 19
Emerging Perspectives.” Journal of the Academy of Marketing Science, pp. 236245. Bickert, J. 1992, May. “The Database Revolution.” Target Marketing, pp.14-18. Deming Prize Committee. 1986. The Deming prize guide. Tokyo: Japanese Union of Scientists and Engineers. Department of Trade and Industry. 1991a. Total Quality Management – a practical approach. London: DTI Publications. Drucker, Peter F. 1985. Inovasi dan Kewirausahaan, Praktek dan Dasar-dasar. (Terjemahan Rusjdi Naib). Surabaya: Erlangga. Ekroman, Sri Soejatminah. 2010. Quality Assurance Dalam Sistem Pendidikan Tinggi. Balitbang Diknasmen DIKTI, PLSP Kebudayaan SETJEN ITJEN. Editorial jurnal pendidikan dan kebudayaan edisi 34. Edward P.Lazear; 2003. “Entrepreneurship”. Greech, B. 1996. Lima Pilar TQM (penerjemah:Sindoro, A)Jakarta: Binarupa Aksara. Karen Hopper Wruck, Michael C. Jensen; 1994. “Science, Specific Knowledge and Total Quality Management”. McKenna, R. 1991. Relationship Marketing: Successful Strategies for the Age of the Customers. Addison-Wesley. Muhandri, T. 2002. “Karakteristik Produk Pangan yang Sesuai untuk UKM”. Tesis. Magister Program Studi Teknik dan Manajemen Industri. Institut Teknologi Bandung. Muhandri, T. 2002. Strategi Penciptaan Wirausaha (Pengusaha) Kecil Menengah Yang Tangguh. Bogor : Falsafah Sain IPB. Nurseto, Tejo. 2004. Strategi Menumbuhkan Wirausaha Kecil Menengah yang Tangguh. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol 1, No 1. Pfau, L.D. 1989. Total Quality Management gives companies a way to enhance position in global market. Industrial Engineering, April. Parvatiyar, A. & Sheth, J. N. 2000. “The Domain and Conceptual Foundations of Relationship Marketing.” In J. N. Sheth & A. Parvatiyar (Eds.), Handbook of Relationship Marketing (pp. 3-38. Thousand Oaks, CA: Sage Publications,.
20
Robert Hisrich, Michael Peters, Dean Sheperd. 2008. “ Entrepreneurship”. Sulasmi. 1989. ”Karakteristik 22 Pengusaha Wanita di Bandung”. Tesis. Magister Program Studi Teknik dan Manajemen Industri. Institut Teknologi Bandung. Tjiptono, F. 2001. Prinsip-prinsip Total Quality Service, Yogyakarta: Andi Offset.
21