EDISI 26I JULI 2016 I 16 HALAMAN TabloidVerbeek
Informasi, Interaksi, Inspirasi
@TabloidVerbeek
Dipublikasikan oleh Divisi Komunikasi PT Vale Indonesia Tbk
- Tidak Diperjualbelikan -
SOSOK > HAL 10
WAWASAN > HAL 12
DOKTER MENJAWAB > HAL 14
Darlan, PPL Desa Ledu-Ledu: “Petani Itu Butuh Contoh Nyata dari Penyuluh”
Kiat Budidaya Udang Windu
Pahami Layanan dan Prosedur BPJS Kesehatan
Program Mitra Desa Mandiri
Munculnya Kesadaran untuk Memelihara Kegiatan
Wawasan > Hal 11
Organik, Masa Depan Pertanian Dunia Event > Hal 16
Pujasera, Etalase Baru Magani Laporan Utama > Hal 7
PTPM Pertanian Berkelanjutan
Lahan Makin Produktif, Hasil Panen Meningkat Tim Monev PMDM mengunjungi lokasi rumah genset di Desa Tole, Kecamatan Towuti. Kegiatan pengadaan genset itu telah menggerakkan ekonomi warga, mulai dari sektor pertanian hingga UMKM. Keberhasilan kegiatan ini ada pada keterbukaan, kebersamaan yang tulus, dan perencanaan matang seputar pengelolaan dan pemeliharaan yang menjadikannya layak menjadi kegiatan percontohan.
SCAN ME!
2
EDITORIAL Verbeek edisi 26 | 2016
Pembaca yang budiman, Monitoring dan evaluasi (Monev) merupakan kegiatan yang tidak dapat ditawar bagi berhasilnya suatu program atau organisasi yang dijalankan secara rasional. Secara akademik, monitoring didefinisikan sebagai suatu kegiatan mengamati dengan seksama suatu keadaan atau kondisi mutakhir, termasuk perilaku atau kegiatan. Tujuannya adalah agar semua informasi yang diperoleh dapat menjadi landasan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan ke depan. Sementara evaluasi adalah proses menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi merupakan penilaian obyektif dan sistematik atas suatu intervensi yang direncanakan, sedang berlangsung, maupun yang telah diselesaikan. Hal-hal yang dievaluasi bisa berupa proyek, program, kebijakan, organisasi, dsb. Sebagai program yang diselenggarakan secara sistematik dan rasional, PMDM (Program Mitra Desa Mandiri) juga melakukan Monev menjelang akhir siklus kedua. Hasilnya menggembirakan. Program ini telah mendorong warga ikut berpartisipasi aktif dalam wujud gotong-royong dan telah menjadikan kegiatan-kegiatan yang diusulkan sebagai milik sendiri. PMDM juga telah memunculkan kesadaran baru untuk hidup lebih sehat. Di Desa Mahalona, misalnya, awalnya hampir seluruh warga tidak memiliki jamban keluarga. Mereka lazim buang air di sungai yang berjarak 300 meter dari rumah. Setelah diadakan sosialisasi sanitasi lingkungan, banyak warga membangun jamban keluarga sehat. Pembaca, Verbeek kali ini menyajikan hasil Monev menjelang akhir siklus kedua PMDM sebagai laporan utama. Sebagaimana biasa, kami sajikan pula artikel-artikel lain yang menarik. Anda bisa membaca tulisan seputar dunia pertanian peluang di sektor komoditas perkebunan, tentang pentingnya seorang guru untuk terus belajar, atau pengetahuan umum bagi keluarga tentang mengatasi perundungan anak. Masih ada dua desa yang belum menuntaskan tahapan kegiatan disiklus kedua ini. Hal itu disebabkan dukungan para pemangku kepentingan di desa dan kompetensi pelaku pelaksana kegiatan belum maksimal. Hal ini menjadi catatan penting bagi Tim PMDM untuk meningkatkan kualitas koordinasi dan penguatan kapasitas para pelaku. Selamat membaca.
SURAT PEMBACA KONTRIBUSI FOTO DAN LAPORAN
Halo Verbeek, Beberapa kali saya mengirimkan foto dan laporan singkat tentang kegiatan-kegiatan PMDM melalui email Tabloid Verbeek. Apakah foto dan laporan saya bisa dimuat? Terima kasih. Alwi Chaidir Fasilitator Teknik PMDMKabupaten Luwu Timur.
Halo Pak Alwi, Laporan dan foto-foto kiriman Bapak sudah beberapa kali kami tayangkan, baik di edisi cetak maupun di Facebook Tabloid Verbeek, dan kami selalu menuliskan sumber foto serta laporan. Kontribusi bisa dilakukan oleh seluruh pelaku PMDM maupun penerima manfaat.
EDISI KHUSUS DAERAH TERPENCIL
Jika saya perhatikan, Verbeek jarang mengulas kegiatan PMDM di tempat-tempat yang jauh, seperti di Kecamatan Malili dan desa-desa pelosok. Kendala jarak dan akses pasti ada. Bisakah suatu saat Verbeek membuat edisi khusus tentang kegiatan PMDM di desa terpencil? Rasanya bagus kalau kemajuan desa-desa tersebut berkat PMDM dipotret lebih dalam. Sangkala, Fasilitator PMDM-Kecamatan Malili. Di beberapa edisi, Verbeek sudah mengulas pelaksanaan PMDM di desa-desa terpencil. Selain itu, Verbeek membuka kontribusi laporan maupun foto dari pelaku PMDM demi pemerataan publikasi kegiatan. Terima kasih atas masukan dari Pak Sangkala.
DISTRIBUSI DI MUSYAWARAH DESA
Sebagai Komite Desa, kami sering mengundang masyarakat untuk musyawarah yang membahas kegiatan PMDM. Bisakah kami mendapatkan tabloid Verbeek edisi terbaru di setiap musyawarah? Karena banyak masyarakat yang suka membaca Verbeek tapi tidak tahu di mana bisa dapat secara rutin. Kadang kami lihat di kantor desa tapi cepat sekali habis. Kalau dibagikan saat ada musyawarah mungkin lebih efektif dan tokoh-tokoh masyarakat di desa bisa kebagian semua. Terima kasih. Suarni, Anggota Komite Desa Sorowako, Kecamatan Nuha. Saat ini, Verbeek baru bisa kami distribusikan ke Kantor Camat, Kantor Kepala Desa, dan beberapa fasilitas umum. Pembaca juga bisa mendapatkan tabloid Verbeek di kantor Departemen Komunikasi dan Hubungan Luar PT Vale. Masyarakat juga bisa mengakses Verbeek melalui media sosial dan website resmi PT Vale Indonesia Tbk.
Herawati, staf BP3K Model-Kecamatan Nuha membaca tabloid Verbeek di sela-sela kesibukannya menjadi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Tips seputar pertanian menjadi artikel favoritnya di Verbeek.
Tabloid ini diterbitkan sebagai upaya mengampanyekan transparansi dari pelaksanaan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) PT Vale. Juga sebagai media alternatif masyarakat dalam memperoleh informasi dan wawasan. Kirimkan kritik dan saran Anda untuk tabloid Verbeek melalui email atau surat ke alamat redaksi. 08114056715
570946F9
Tabloid Verbeek
TabloidVerbeek
@TabloidVerbeek
Tabloid Verbeek
Pelindung: Dewan Direksi PT Vale | Penasihat: Basrie Kamba (Direktur Komunikasi & Hubungan Luar), Busman Dahlan Shirat (Senior Manajer Program Pengembangan Sosial) | Penanggung Jawab: Bayu Aji Suparam (Senior Manajer Komunikasi) | Redaktur Pelaksana: Sihanto B. Bela | Editor:La Ode M. Ichman, Aswaddin, Asriani Aminuddin, Megawati Ihyamuis, Iskandar Ismail, Baso Haris, Misdar | Redaksi: Rohman Hidayat Yuliawan, Nala Dipa Alamsyah, Nuki Adiati, Maman Ashari, Wahyudi | Fotografer: Doni Setiadi | Desain & Tata Letak: Azwar Marzuki | Alamat Redaksi: Kantor Departemen Komunikasi & Hubungan Luar, Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan - 92984.
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 26 | 2016
3
Program Mitra Desa Mandiri
Mendalami Program Lewat Monev Di pengujung siklus kedua, tim Monev kembali meninjau kegiatan-kegiatan PMDM.
D
idampingi para fasilitator, menjelang akhir siklus kedua Program Mitra Desa Mandiri (PMDM), Tim Program Pengembangan Sosial PT Vale melakukan monitoring-evaluasi (Monev). Ketika Monev dilaksanakan pertengahan Januari 2016, kegiatan-kegiatan PMDM di desa sudah banyak yang rampung, dan pelaku PMDM sedang mempersiapkan Musyawarah Desa Pertanggungjawaban. Berbagai temuan menarik hingga evaluasi program digali dari kegiatan Monev. Sebagai contoh, Monev di kawasan Mahalona, Kecamatan Towuti, memberi gambaran bahwa PMDM telah mendorong gaya hidup sehat. Di Desa Mahalona, sebelum tersentuh PMDM, hampir seluruh warga tidak memiliki jamban keluarga. Mereka terbiasa buang air di sungai yang jaraknya 300 meter dari rumah. Setelah diadakan sosialisasi sanitasi lingkungan, banyak warga mulai sadar untuk membangun jamban keluarga sehat. “Setelah edukasi, kita dorong warga untuk membangun jamban. Dana PMDM hanya stimulan saja, Rp1,3 juta per unit, tidak akan cukup untuk menyelesaikan pembangunan jamban. Ternyata mereka setuju dan tidak keberatan menambah biayanya,” kata Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Mahalona, Marlan. “Sebenarnya masyarakat mampu membangun jamban sendiri, tapi karena tidak ada edukasi, ya mereka tidak tahu apa pentingnya. Edukasi dan stimulan inilah yang merupakan peran penting PMDM,” lanjut Marlan. Tim Monev menemui Misna, satu dari 16 keluarga penerima manfaat bantuan pembangunan jamban di Desa Mahalona. Anggota keluarga petani merica itu menyatakan bahwa setelah mendapat bantuan berupa lima sak semen, kloset, pipa, dan pasir, ayahnya membangun kamar mandi di bagian belakang rumah dengan ukuran cukup besar, sekitar 3 x 3 meter. “Totalnya lebih Rp10 juta. Bapak yang tambah-tambah sendiri beli materialnya, karena yang dari bantuan tidak cukup,” kata Misna. Ketika ditanya siapa yang memberi bantuan, Misna hanya mengangkat bahu. Pada siklus kedua yang bergulir sepanjang 2015, PMDM mendukung pembangunan 372 unit jamban keluarga di empat wilayah terdampak operasi PT Vale, plus 2 WC umum di Kecamatan Towuti. Pada siklus pertama, jumlah jamban yang dibangun 558 unit, sehingga selama dua siklus PMDM telah mewujudkan pembangunan 930 unit jamban keluarga sehat.
Posyandu dan PAUD
Selain mengunjungi penerima manfaat jamban keluarga sehat, Tim Monev meli-
Tm Monev mendatangi Pustu di Desa Mahalona, Kecamatan Towuti. PMDM sektor kesehatan menyalurkan bantuan berupa mobiler, alat kesehatan, dan perlengkapan penunjang Pustu.
hat lokasi Posyandu Kalapi di Desa Mahalona, yang dibangun dengan dana PMDM sektor kesehatan. Tahun lalu, PMDM juga mendanai pembangunan Posyandu Mahoni di desa yang sama. Di Desa Libukan Mandiri, dana PMDM sektor kesehatan sebesar Rp83 juta juga dialokasikan untuk pembangunan Posyandu Mekarsari. Tim Monev mengapresiasi pembangunan Posyandu itu, karena selama ini kegiatan bulanan Posyandu dilakukan di sebuah bangunan kayu semi permanen, sempit, dan minim perlengkapan. Sepanjang 2015, PMDM membangun empat Posyandu, masing-masing satu unit di Desa Asuli, Mahalona, Libukan Mandiri, dan Bantilang. Seluruhnya di Kecamatan Towuti. Di desa-desa lainnya, dana PMDM sektor kesehatan dialokasikan untuk merenovasi Posyandu, penambahan fasilitas, pelatihan kader, dan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi bayi dan Balita peserta Posyandu. Di sektor pendidikan, PMDM membangun 10 unit prasarana pendidikan anak usia dini (PAUD). Pendidikan merupakan bidang baru dalam cakupan PMDM pada siklus kedua. TK Darmawanita, Desa Kalosi, Kecamatan Towuti, merupakan salah satu bangunan PAUD baru yang dikunjungi Tim Monev. Tim melihat urgensi pembangunan fasilitas pendidikan usia dini di desa hasil
pemekaran wilayah Mahalona itu karena memang selama ini bangunan PAUD belum ada. Anak-anak usia TK belajar di bangunan Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) tanpa kelengkapan penunjang. Dana PMDM sektor pendidikan sebesar Rp80 juta seluruhnya dialokasikan untuk pembangunan gedung sekolah. Pada kesempatan terpisah, Tim Monev mengunjungi lokasi pembangunan PAUD di Desa Nuha, Kecamatan Nuha. Untuk rehabilitasi berat bangunan, dana PMDM
dialokasikan senilai Rp30.766.000 juta, dan Rp10 juta untuk pengadaan mobiler, alat permainan, serta buku-buku bacaan. Bangunan PAUD itu akan dimanfaatkan untuk fasilitas kelompok bermain (KB) dan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), karena selama ini anak-anak belajar mengaji di teras masjid. Melalui Monev, pelaku PMDM dan PT Vale bisa melihat secara langsung tonggak pencapaian selama satu siklus Program Mitra Desa Mandiri.[]
Di Desa Libukan Mandiri, dana PMDM sektor kesehatan dialokasikan untuk membangun satu-satunya Posyandu di desa tersebut. Sebelum dibangun, kegiatan Posyandu dilakukan di bangunan yang sempit dan minim perlengkapan.
4
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 26 | 2016
Monev PMDM Sektor Ekonomi
Munculnya Kesadaran untuk Memelihara Kegiatan Warga Desa Tole menepis kekhawatiran PMDM lemah dalam pengelolaan dan pemeliharaan kegiatan.
D
ari kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) PMDM siklus kedua, terlihat sejumlah kegiatan punya dampak positif, tepat sasaran, dan mengarah pada kemandirian serta keberlanjutan. Salah satunya adalah pengadaan genset di Desa Tole, Kecamatan Towuti. Kegiatan ini menerapkan konsep dan perencanaan yang matang. Jika pengunjung datang ke desa di kawasan Mahalona itu sebelum Oktober 2015, kondisi Desa Tole gelap-gulita di malam hari. Mungkin hanya segelintir orang yang memiliki genset pribadi dan bisa menikmati “kemewahan” menyalakan satu atau dua bola lampu. Selebihnya hanya ditemani pelita. Anak-anak harus rela belajar dengan penerangan lilin. Ketika PMDM bergulir, masyarakat sepakat untuk mengalokasikan seluruh anggaran sektor ekonomi sebanyak Rp140 juta untuk pengadaan genset dan 6.000 meter kabel induk. Genset tersebut digunakan oleh 185 KK dari 207 KK yang ada di Desa Tole. Dari jumlah yang merasakan manfaat genset, tujuh di antaranya masuk kategori Rumah Tangga Miskin (RTM). Unsur swadaya juga tampak. PMDM menyediakan kabel induk, sementara warga membeli sendiri kabel sekunder untuk mengalirkan listrik ke dalam rumah. Tidak ada warga yang menyatakan keberatan atas gagasan swadaya.
Pemeliharaan
Tim Monev melihat genset di Desa Tole, Kecamatan Towuti, yang merupakan bantuan PMDM. Kegiatan tersebut menjadi salah satu best practice PMDM 015 berkat keberhasilan pelaku PMDM dan masyarakat desa merumuskan mekanisme pengelolaan dan pemeliharaan.
warga yang tidak membayar selama tiga Perencanaan matang terlihat ketika bulan berturut-turut, listrik akan dicabut. Tim Monev menggali sisi pengelolaan Jumlah pemasukan dari iuran warga dan pemeliharaan kegiatan. Setiap bulan, per bulan mencapai Rp17,5 juta. Pemagenset yang menerangi Desa Tole mem- sukan itu dialokasikan ke dalam tiga pos butuhkan 1.300 liter solar yang harus di- pengeluaran, yaitu 60% untuk pembelian beli dengan harga Rp13 juta. Untuk itu, solar, 20% untuk gaji dua orang pengelowarga menyepakati mekanisme iuran la, 20% untuk pemeliharaan genset dan yang dibagi dalam enam kelas pembayar- dana cadangan desa. an, bergantung pada jumlah alat elektronik yang dipakai tiap G e n s e t d i g u n a k a n o l e h 1 8 5 K K d i D e s a rumah. To l e , t u j u h d i a n t a r a n y a m a s u k k a t e g o r i Sebagai contoh, kelas I atau kelas pa- R u m a h Ta n g g a M i s k i n ( R T M ) . ling bawah diwajibkan membayar Rp50 ribu per bulan untuk bisa menikmati Dalam merumuskan aturan pengelolanyala tiga bola lampu. Sementara kelas V an itu, mereka tetap berpihak pada mamembayar iuran Rp200 ribu untuk bisa syarakat miskin dan rentan, sesuai prinmenyalakan 4-6 bola lampu ditambah sip PMDM. “Ada lima rumah yang kami tiga perkakas elektronik rumah tangga. masukkan ke dalam kelas khusus kareMereka juga menyepakati mekanisme na mereka masyarakat miskin. Di antara sanksi. Jika ada warga yang belum mem- mereka ada perempuan tua yang tidak bayar iuran hingga jatuh tempo, yaitu punya anak laki-laki sebagai tulang puntanggal 1-7 setiap bulan, mereka dike- ggung keluarga. Bagi warga yang masuk nai denda Rp5.000 per hari atau Rp40 kelas khusus, cukup membayar separuh ribu jika sudah menunggak sebulan. Bagi dari iuran kelas I,” kata Budianto, ang-
gota Tim Pemelihara Kegiatan. Tim Pemelihara dan Pengelola mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran dengan rapi di sebuah buku kas berukuran besar. Laporan keuangan pengelolaan genset diumumkan setiap hari Jumat di masjid setempat sebagai bagian dari perwujudan prinsip transparansi. Selain itu, laporan keuangan juga ditempel di Kantor Kepala Desa. Jika pengelola menemui masalah, hal itu juga segera disosialisasikan melalui forum masjid atau musyawarah desa sehingga masyarakat secara gotongroyong mengupayakan solusi bersama.
Menghidupkan ekonomi
Selain menghidupkan suasana desa, kehadiran listrik di Desa Tole telah menggerakkan perekonomian masyarakat. “Sekarang penjual makanan dan minuman semakin kreatif. Karena mereka sudah bisa pakai blender dan alatalat lain, jualannya makin bervariasi. Pendapatan mereka juga meningkat,” Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Tole, Ramli Rauf. Karena itulah, gagasan pengadaan genset mereka kategorikan
dalam kegiatan PMDM sektor ekonomi. Dia menambahkan, listrik telah menghidupkan usaha kecil dan petani bisa berdiskusi di malam hari di balai pertemuan warga, diterangi cahaya lampu. Untuk bangunan publik seperti balai desa dan rumah ibadah, warga telah sepakat untuk menggratiskan iuran listrik. Usaha kecil ikut terdongkrak. Jika beberapa bulan lalu, Mirah, seorang pemilik warung, hanya bisa membuka warung hingga sore hari, kini warung makannya buka hingga pukul 10 malam. Penghasilan pun naik 3 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya. Jika sebelumnya Mirah mendapat pemasukan Rp100150 ribu rupiah, dengan adanya listrik Mirah dapat mengantongi hingga Rp400 ribu per hari. Hal serupa dialami Aris Mijah, salah seorang penerima manfaat yang masuk kategori RTM. “Dulu saya hanya menggunakan lampu pelita untuk penerangan dan saya tidak bisa bekerja di malam hari. Namun dengan adanya penerangan saya tetap bisa menjalankan usaha menjahit pada malam hari,” kata Aris.[] (Laporan: Iskandar Ismail)
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 26 | 2016
5
Monev PMDM Sektor Ekonomi dan Kesehatan
Memajukan Desa Lewat Infrastruktur Di Nuha dan Wasuponda, dua pembangunan infrastruktur berdampak besar pada ekonomi desa dan akses air bersih.
D
esa Matano merupakan daerah dengan wilayah terluas di Kecamatan Nuha. Topografi Desa Matano yang berbukit dan jarak ke ibukota kecamatan yang relatif jauh, 27 kilometer, membuat dusun-dusun di Desa Matano masuk dalam kategori dusun terpencil. Dusun Landangi, misalnya. Dari Sorowako yang juga berada di Kecamatan Nuha, dusun tersebut bisa ditempuh dengan perahu menyeberangi Danau Matano, dilanjutkan dengan berkendara atau perjalanan darat selama empat jam mengitari kaki gunung melalui Kecamatan Malili. Perjalanan tidak mudah, karena akses menuju Dusun Landangi sebagian besar masih berupa jalan berbatu dan jalan tanah. Karena lokasinya terpisah dari pusat pertumbuhan, infrastruktur dasar di Dusun Landangi masih minim. Air bersih menjadi kendala bagi kebanyakan warga, karena rumah mereka jauh dari sumber air. “Selama ini mereka tarik selang saja dari sumber air. Hasilnya, ya, distribusi air tidak rata dan sering sekali bocor. Banyak juga yang mengambil air langsung dari gunung. Mereka berjalan jauh sambil membawa tempat-tempat untuk ambil air,” kata Fasilitator Teknik PMDM Alwi Chaidir, saat meninjau kegiatan pada awal 2016. Dalam musyawarah desa, warga mengusulkan kegiatan pemasangan pipa air bersih untuk didanai Program PMDM. Usulan tersebut terealisasi. Anggaran sebesar Rp47 juta digunakan untuk memasang pipa sepanjang 2.400 meter dari sumber air di bukit hingga ke bak penampungan. Usulan tersebut semakin matang karena Pemerintah Desa Matano bersedia membiayai pembuatan bak penampungan air yang menghabiskan dana Rp22 juta. Pengerjaan dilakukan secara gotong-royong oleh masyarakat. Kemitraan tiga pilar antara PT Vale, pemerintah, dan masyarakat terlihat jelas dalam kegiatan ini. Ada 28 KK di Dusun Landangi yang merasakan manfaat akses air bersih. “Mereka tinggal sambung dengan selang, atau ambil air dari bak penampungan yang jaraknya 10-20 meter saja dari rumah warga,” kata Alwi.
Mendorong ekonomi
Di Desa Parumpanai, Kecamatan Wasuponda, tepatnya di Dusun Roroi, sebuah kegiatan usulan warga memiliki dampak besar terhadap perekonomian petani. Sudah bertahun-tahun warga dusun tidak bisa memanfaatkan area
[Atas] Petani sayur di Dusun Roroi, Desa Parumpanai, Kecamatan Wasuponda, kini bisa menanam aneka jenis tanaman hortikultura tanpa khawatir lahan mereka terendam banjir. [Bawah kanan] Hasil panen petani labu di Dusun Roroi diangkut untuk dijual ke pasar terdekat. Seorang petani labu bahkan mendapat penghasilan Rp20 juta dari hasil panen yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan. [Bawah kiri] Pipa air bersih di Dusun Landangi, Desa Matano, Kecamatan Nuha, yang telah membuka akses air bersih bagi warga dusun.
di sekitar sawah untuk menanam aneka jenis tanaman perkebunan dan sayursayuran. Padahal potensi tanaman pangan, perkebunan, hingga hortikultura di Dusun Roroi cukup baik. Padi, sawit, dan kakao bisa tumbuh subur di desa ini. Semua itu karena lahan perkebunan warga tergenang banjir yang tak kunjung surut hingga hitungan bulan, ketika musim penghujan tiba. Penyebabnya adalah pendangkalan saluran pembuangan dari
sawah. Karena itu, warga mengusulkan kegiatan normalisasi saluran pembuangan yang bisa mendorong sektor pertanian dan berujung pada kesejahteraan penduduk. Anggaran PMDM senilai Rp35 juta dialokasikan untuk membiayai normalisasi tersebut. Dampaknya terasa oleh sekitar 100 KK. “Sekarang mereka sudah berhasil panen labu, jagung, kedelai, semangka, dan lain-lain. Ada petani labu
yang sudah dapat Rp20 juta dari hasil panennya selama dua bulan. Sebelumnya dia tidak bisa tanam sama sekali,” kata Suhaebah, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Parumpanai. Sebuah inisiatif yang memajukan perekonomian warga, sekaligus mengatasi masalah banjir yang sudah lebih dari 10 tahun menghambat kemajuan warga di desa di sebelah barat Kecamatan Wasuponda itu.[Foto: Suhaebah, Alwi Chaidir]
6
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 26 | 2016
PMDM Sektor Ekonomi dan Pendidikan
Membuka Lapangan Kerja, Memperbaiki Fasilitas Belajar Di Kecamatan Malili, sejumlah kegiatan PMDM menarik untuk disimak.
Y
ang pertama adalah kegiatan kursus menjahit bagi warga Desa Laskap yang diadakan selama tiga bulan, mulai akhir Januari 2016. Kegiatan yang tampak sederhana itu ternyata memiliki visi keberlanjutan yang digagas oleh pemerintah desa dan pelaku PMDM. Dalam musyawarah desa, masyarakat mencari kegiatan yang bisa mengangkat ekonomi warga, khususnya kelompok rumah tangga miskin. “Di Laskap masih minim sekali tukang jahit. Yang ada pun belum profesional, jadi hanya bisa mengerjakan pekerjaan jahit sederhana dan hanya bisa terima sedikit orderan,” kata Erna, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Laskap. Karena itulah dana PMDM bidang ekonomi senilai Rp21 juta dialokasikan untuk membiayai enam warga mengikuti kursus jahit. Namun kuota enam orang dianggap terlalu sedikit. Maka atas inisiatif kepala desa, peserta ditambah menjadi 40 orang. Mereka yang mendapat kesempatan mengikuti kursus 80% berasal dari kelompok rumah tangga miskin (RTM). Dukungan terhadap kegiatan tersebut juga datang dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang membelikan 20 unit alat jahit, mulai dari mesin jahit, mesin potong, hingga mesin bordir. Setelah menamatkan kursus, para peserta direkrut menjadi karyawan BUMDes. “Dukungan pemerintah desa dan BUMDes bagus sekali. Sekarang malah peserta kursus sudah menerima pesanan seragam sekolah yang dikerjakan bersama,” kata Erna.
Mengoptimalkan proses belajar
Kegiatan lain di Kecamatan Malili yang juga menarik untuk dicermati adalah renovasi TK Al-Mukminun di Desa Pasi-Pasi. Lembaga pendidikan anak usia dini itu merupakan satu-satunya di Desa Pasi-Pasi, namun kondisinya memprihatinkan. Tampak luar bangunan tersebut seperti tak terawat. Dindingnya kotor, tidak ada satu pun alat permainan di halaman, dan tidak ada kamar kecil bagi siswa maupun guru. Gedung pendidikan yang miskin fasilitas itu membuat kegiatan belajar-mengajar jauh dari optimal. Dana PMDM bidang pendidikan dialokasikan untuk perbaikan prasarana di TK Al-Mukminun. Dinding sekolah dicat dan dilukis oleh seniman setempat dengan biaya Rp5.574.000. Kini tampilan luar TK Al-Mukminun mencerminkan dunia anak yang ceria dan penuh sukacita. Tak lupa visi dan misi TK Al-Mukminun Pasi-Pasi dituliskan di dinding luar. Maka setiap siswa, guru, dan orangtua murid punya gambaran yang jelas tentang pola didik di sekolah. Kini jumlah siswa di TK Al-Mukminun bertambah, dari 19 menjadi 25 siswa. Untuk menunjang kegiatan belajar, sejumlah alat permainan dipasang di halaman sekolah dengan dana Rp15 juta. Kini siswa bisa menikmati asyiknya bermain ayunan dan seluncuran di jam istirahat dan pulang sekolah. Selain itu, dana sebesar Rp10.630.000 dialokasikan untuk pembangunan toilet yang letaknya bersebelahan dengan gedung utama sekolah. Dengan berbagai penambahan dan perbaikan infrastruktur, diharapkan kegiatan belajar anak-anak usia dini di Desa Pasi-Pasi bisa dioptimalkan.[]
Sebelum
Kegiatan kursus jahit bagi 40 orang warga Desa Laskap, Kecamatan Malili, yang sebagian besar masuk kategori RTM. Lulus dari kursus, peserta langsung diserap menjadi karyawan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan mendapat pekerjaan pertama mereka untuk membuat seragam sekolah secara massal.
Sesudah
TK Al-Mukminun, satu-satunya Taman Kanak-Kanak di Desa Pasi-Pasi, Kecamatan Malili, mendapat bantuan dari PMDM berupa pengecatan dinding, pengadaan alat permainan luar ruang, dan pembangunan toilet. Seluruh kegiatan tersebut dimaksudkan demi mengoptimalkan proses belajar siswa usia dini.
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 26 | 2016
7
PTPM Pertanian Berkelanjutan
Lahan Makin Produktif, Hasil Panen Meningkat Petani Mahalona mencatatkan kenaikan volume produksi di musim tanam kedua padi SRI Organik.
B
udidaya System of Rice Intensification (SRI) Organik yang dipraktikkan di Desa Libukan Mandiri, Kecamatan Towuti, kembali berbuah manis. Setelah sukses melakukan panen perdana pada Desember 2015 dengan hasil 5,3 ton gabah per hektar, di musim kedua petani berhasil menaikkan produktivitas lahan. Terbukti, hasil panen mereka naik menjadi 6,8 ton gabah per hektar. Tiga puluh petani dari Kelompok Tani (Poktan) Harapan Mulya mulai menggarap lahan pada Januari dan melakukan panen raya pada pertengahan Mei 2016. Poktan Harapan Mulya menerapkan pola budidaya SRI Organik di hamparan sawah seluas 22 hektar di desa mereka yang berada di kawasan Mahalona. Luas lahan SRI Organik meningkat dari 18,5 hektar di musim perdana. “Target kami semula hanya 20 hektar, ternyata kami bisa melampaui target yang kami pasang sendiri. MOL dan kompos yang berhasil kami buat juga cukup untuk menggarap lahan seluas itu. Bangga juga rasanya,” kata Sujarwo, Sekretaris Poktan Harapan Mulya. Sukses petani meningkatkan produksi beras organik tak lepas dari keberhasilan mereka membuat sendiri 2.342 liter mikro organisme lokal (MOL) dan 1.092 ton kompos. MOL dan kompos merupakan kunci sukses pola budidaya SRI Organik. Seluruh gabah kering yang dihasilkan petani Mahalona diserap oleh PT Bumi Timur Agro sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di bidang agroindustri. Selanjutnya, BUMD yang akan melakukan penggilingan gabah, mengemas, dan mendistribusikan beras organik dengan label beras Batara Guru. Beras tersebut telah dinyatakan 100% bebas residu kimia oleh Laboratorium Kimia Agro Jawa Barat. Distribusi beras Batara Guru telah menjangkau pasar tradisional dan warung sembako di Luwu Timur, koperasi karyawan PT Vale, bahkan hingga ke supermarket besar di Makassar.
Terus belajar
Berbuat salah itu manusiawi, mengakui kesalahan adalah mulia. Kalimat itu sangat cocok menggambarkan kebesaran hati anggota Poktan Harapan Mulya. Di musim tanam kedua, mereka mengganti benih padi dengan varietas yang berasal dari padi konvensional. “Karena kami sudah merasa mampu menanam dengan metode SRI Organik, kami mau coba-coba meng-organik-kan benih konvensional. Ternyata hasilnya tidak sebaik yang kami harapkan. Kalau pakai benih yang sama dengan musim lalu, hasil panen pasti lebih banyak. Ini murni kesalahan kami sebagai petani,” kata Sujarwo.
Anggota Kelompok Tani Harapan Mulya, Desa Libukan Mandiri, Kecamatan Towuti, memanen padi yang mereka tanam dengan pola SRI Organik. Sudah dua musim tanam mereka bertani dengan metode tersebut. Produktivitas meningkat, tanah makin subur, pola pikir berubah ke arah yang lebih baik, dan kekerabatan petani makin kuat.
Petani juga mengakui “kesalahan” karena mengubah jarak tanam yang semula 30x30 cm menjadi 27x27 cm. Hal itu mereka lakukan karena mereka ingin melakukan trial and error terhadap pembelajaran yang selama ini mereka dapatkan. Akibatnya, anakan tanaman padi tidak dapat tumbuh maksimal. Meskipun berdampak pada produktivitas, semangat petani untuk terus belajar layak diapresiasi. Pakar SRI Organik Alik Sutariat memberi saran bagi petani untuk membuat lahan percontohan yang tidak terlalu luas jika mereka ingin membandingkan dan memelajari teknik budidaya. Perlakukan trial and error tidak disarankan untuk seluruh hamparan lahan. Demikian juga dalam hal pemilihan bibit. Ada baiknya petani memperhatikan selera pasar dalam menentukan varietas dan berkoordinasi dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) serta pendamping dari Yayasan Aliksa Organik SRI. “Pasar menyukai beras Mahalona salah satunya karena aromanya yang harum. Sehingga untuk musim berikut sebaiknya dipilih varietas aromatik meskipun varietas yang sekarang ini juga bagus,” kata Alik.
saya ragu kerena ini bukan cara bertani yang biasa kami lakukan selama puluhan tahun. Karena saya tidak mau ini gagal dan membuat malu di depan Pemerintah Kabupaten dan PT Vale yang sudah membantu, saya pantau terus perkembangan petani. Sampai turun ke sawah juga saya lakukan,” kata Sahril. Untuk musim tanam selanjutnya, Poktan Harapan Mulya mematok target perluasan lahan SRI Organik menjadi 40 hektar. Dari sisi ketersediaan lahan, hal itu sangat memungkinkan kerena area yang potensial dijadikan lahan pertanian di Desa Libukan Mandiri seluas 700 hektar. “Untuk selanjutnya, Pemerintah Desa dibantu Koramil akan mendorong perte-
muan-pertemuan kelompok tani. Total ada 13 kelompok tani di desa kami. Coba bayangkan kalau mereka semua nantinya jadi petani organik, pasti Libukan Mandiri akan semakin maju dan bisa jadi desa percontohan,” lanjut Sahril. Penerapan SRI Organik untuk tanaman pangan merupakan bagian dari Program Pertanian Berkelanjutan yang digagas PT Vale dan Pemerintah Daerah Luwu Timur, dengan menggandeng konsultan pertanian Yayasan Aliksa Organik SRI. Praktik SRI Organik dimulai pada Februari 2015 setelah petani dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mendapatkan pelatihan yang dilanjutkan dengan pendampingan sepanjang musim tanam.[]
Dukungan berbagai pihak
Di musim tanam kedua, dukungan bagi pertanian ramah lingkungan semakin deras. Tidak tanggung-tanggung, Kepala Desa Libukan Mandiri Sahril ikut membantu petani membuat kompos. “Awalnya
Diskusi petani, Pemerintah Daerah, dan PT Vale di penghujung syukuran panen raya. Petani melaporkan capaian sekaligus tantangan yang mereka hadapi untuk mempraktikkan budidaya padi SRI Organik.
8
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 26 | 2016
PTPM Pertanian Berkelanjutan
Memperluas Jangkauan Pertanian Ramah Lingkungan Beras organik diharap bisa menjadi ikon pertanian Luwu Timur.
Padi SRI Organik di kawasan Mahalona dibudidayakan dalam sebuah hamparan tunggal seluas 22 hektar. Petani bertekad menambah luasan padi organik di musim tanam berikutnya.
S
epanjang dua musim tanam, SRI Organik terus menampakkan kemajuan. Tanah makin subur, panen meningkat. Dalam seremoni sederhana panen raya yang dilakukan pada pertengahan Mei 2016 di Desa Libukan Mandiri, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Luwu Timur Nursih Hariani yang mewakili Bupati Lutim mengungkapkan harapan agar “virus” ramah lingkungan bisa menular ke penjuru Luwu Timur. “Pada akhirnya, semoga cita-cita kita bersama untuk menjadikan beras organik sebagai ikon Luwu Timur bisa terwujud,” kata Nursih. Seremoni panen raya musim kedua juga dihadiri oleh Wakil Ketua II DPRD Lutim Aris Situmorang yang juga menjabat Ketua Asosiasi Masyarakat Organik (AKAR) Lutim, Direktur Komunikasi dan Hubungan Luar PT Vale Indonesia Tbk Basrie Kamba, Direktur Utama PT Bumi Timur Agro Bakri Madong, Danramil Nuha, Towuti, Wasuponda Alex M, serta Kepala Desa Libukan Mandiri Sahril. Aris Sitomorang memberi apresiasi kepada Kelompok Tani (Poktan) Harapan Mulya karena semangat mereka telah menginspirasi petani-petani di kecamatan lain di Luwu Timur. Saat ini, SRI Organik dipraktikkan di 27 desa di 7 kecamatan se-Luwu Timur dengan 90 petani yang terlibat sebagai pelaku. Dia menambahkan, di musim tanam ketiga, proses sertifikasi beras organik Luwu Timur akan dilakukan demi menjamin mutu dan meningkatkan kesejahteraan petani. Sertifikasi dilakukan oleh Indonesia Organic Farming Certification (INOFICE). Poktan Harapan Mulya menyatakan kesiapan menjadi petani kader untuk me-
nyebarkan “virus” pertanian ramah lingkungan. “Kalau ada petani di tempat lain yang tertarik belajar budidaya SRI Organik, kami siap membantu memberikan pelatihan,” kata Paimin, Ketua Poktan Harapan Mulya. Jangkauan pertanian ramah lingkungan memang perlu diperluas karena bukan hanya memperbaiki alam dan produktivitas lahan, melainkan juga memperbaiki kesehatan petani. “Dulu kalau waktunya menyemprot racun kimia saya sering marah-marah sampai bertengkar sama istri karena pusing sekali kepala kalau kena racun. Belum lagi badan gatal-gatal semua. Sekarang alhamdulillah sudah tidak ada keluhan-keluhan itu. Badan lebih sehat, emosi juga lebih stabil,” kata Sujarwo, Sekretaris Poktan Harapan Jaya, Desa Libukan Mandiri, Kecamatan Towuti.
Mendukung program pemerintah
Petani Libukan Mandiri bertekad mewujudkan desa mereka sebagai desa organik. Tidak sebatas tanaman pangan, mereka berniat menerapkan praktik ramah lingkungan pada tanaman hortikultura bahkan peternakan. Melalui praktik ini, Basrie Kamba mengatakan, petani di Desa Libukan telah andil mewujudkan satu dari sembilan agenda prioritas (Nawacita) Jokowi-JK yang bercita-cita mengembangkan Indonesia Go Organik melalui 1.000 Desa Organik. “Bersama Pemerintah, PT Vale hanya memberikan pemahaman, penyuluhan, pelatihan dan pendampingan budidaya padi organik yang sehat, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Bibit, kompos, dan peralatan semua disediakan mandiri oleh petani. Tidak ada uang di sini. Budaya ini
Petani di Desa Libukan Mandiri, Kecamatan Towuti, akan mengembangkan pertanian organik tidak sebatas tanaman pangan, melainkan ke tanaman hortikultura hingga peternakan. Diharapkan Libukan Mandiri bisa menjadi ikon desa organik di Luwu Timur.
harus dijaga, bukan dikontaminasi,” kata Basrie Kamba. “Langkah ini juga berperan menurunkan beban subsidi pupuk di Kabupaten Lutim,” kata Nursih Hariani. Anggaran subsidi dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Kabupaten Luwu Timur untuk pengadaan 31.000 ton pupuk pada 2015 telah mencapai Rp123 miliar. Desa Libukan Mandiri, dengan 22 hektar hamparan sawah yang digarap dengan pola SRI Organik, berpotensi mencatatkan diri sebagai desa dengan hamparan sawah organik terluas di Indonesia. Apalagi jika target Poktan Harapan Mulya untuk menambah luas lahan padi SRI Organik menjadi 40 hektar bisa terwujud di musim tanam ketiga.
Makin kompak
Meskipun produktivitas naik dan petani bisa melewati musim tanam dengan sukses, berbagai kendala masih mereka rasakan dalam menerapkan pertanian ramah lingkungan. Kendala pertama adalah kesulitan mendapatkan bahan organik yang bersumber dari kotoran hewan. Kedua, mereka mencacah bahan organik yang digunakan sebagai bahan baku kompos secara manual, tidak menggunakan mesin penghancur. Hal itu menyita waktu dan tenaga ekstra. Selain itu, keterbatasan alat pengolahan lahan membuat musim tanam tidak bisa dilakukan secara serentak. Terkait kualitas beras yang dihasilkan, perangkat yang digunakan untuk dalam pengeringan gabah sangat memengaruhi. Saat ini, petani di Libukan Mandiri masih menjemur gabah dengan alas terpal. Ketiadaan lantai jemur membuat proses pengeringan tidak bisa dijalankan optimal.
Namun kendala-kendala tersebut tidak menyurutkan semangat petani. Mereka mencari jalan keluar dengan memaksimalkan potensi yang ada. “Pertanian organik ini memang susah di awal. Kelihatannya berat sekali tapi kalau sudah dijalani, kesulitan bisa diatasi. Yang penting kami tetap gotong-royong. Mulai dari pengolahan lahan sampai membendung tanggul kami semua gotong-royong,” kata Sujarwo. Kelompok tani yang guyub merupakan “efek samping” paling nyata yang terlihat sejak petani menerapkan metode SRI Organik. “Dulu kita kerja sendiri-sendiri, cuek, dan sepertinya saling tidak peduli. Tapi sejak SRI ini kita ngumpul setiap hari. Kalau ada yang kelihatan mondar-mandir pasti kita penasaran dia lagi ngapain, tanya-tanya, diskusi. Kampung jadi ramai rasanya,” kata Elis Setyawati, seorang wanita tani anggota Poktan Harapan Mulya. Terlebih dengan dibangunnya Sekretariat Kelompok Tani yang lokasinya berdekatan dengan area persawahan, anggota Poktan Harapan Mulya punya prasarana untuk berkumpul dan berdiskusi. Ketika tabloid Verbeek berkunjung ke Sekretariat pertengahan Mei, sekitar 7 orang anggota Poktan sedang mempelajari cara memakai alat pengukur kadar air gabah yang baru saja mereka dapatkan. Awalnya mereka terkendala karena buku manual alat impor itu ditulis menggunakan Bahasa Inggris. Namun setelah berdiskusi dan mencoba beberapa kali dengan diselingi canda-tawa, akhirnya mereka bisa mengoperasikannya. Rumah kayu sederhana itu menjadi saksi keberhasilan-keberhasilan kecil yang menuntun petani menjadi lebih arif dan berdaya.[]
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 26 | 2016
9
PTPM Pertanian Berkelanjutan
Menjamin Mutu, Mengejar Sertifikasi Petani padi Luwu Timur bertekad mendapatkan sertifikasi organik di akhir musim tanam ketiga.
S
alah satu diskusi yang mengemuka dalam seremoni panen raya di Desa Libukan Mandiri, Kecamatan Towuti, pertengahan Mei 2016 adalah seputar sertifikasi padi organik. Satu bulan sebelumnya, tim dari Indonesian Organic Farm Certification (INOFICE)—lembaga sertifikasi organik yang telah terverifikasi Otoritas Kompeten Pangan Organik (OKPO) Kementerian Pertanian RI dan mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN)—berkunjung ke kawasan Mahalona untuk melakukan sosialisasi. Ada empat aspek yang akan dinilai selama proses pengajuan sertifikasi, yaitu aspek budidaya, upaya pencegahan kontaminasi, kelembagaan tani, dan dokumentasi atau pencatatan kegiatan. Petani yang mempraktikkan teknik budidaya SRI Organik sudah satu langkah lebih dekat menuju padi bersertifikasi. Ketua Asosiasi Masyarakat Organik (AKAR) Lutim Aris Situmorang menargetkan musim tanam ketiga sebagai titik awal proses sertifikasi. Setelah sosialisasi, INOFICE mengirimkan formulir permohonan sertifikasi dan meminta kelengkapan dokumentasi. “Mulai sekarang petani harus rajin mencatat. Setiap kegiatan yang dilakukan di sawah dan hasil pengamatan harus dicatat dengan detail supaya dokumen yang diperlukan bisa dilengkapi,” kata Aris. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan inspeksi yang meliputi wawancara, inspeksi fisik (peninjauan lahan dan cara budidaya, inspeksi administrasi), serta pengambilan sampel untuk dianalisis bila diperlukan. Setelah itu Komisi Sertifikasi membahas hasil inspeksi dan menentukan kelulusan sertifikasi. Jika dinyatakan lulus, INOFICE akan mengeluarkan sertifikat. INOFICE melaksanakan proses sertifikasi berdasarkan SNI 6729:2013 tentang Sistem Pertanian Organik yang merupakan standar acuan pertanian organik di Indonesia. Standar ini mencakup tata cara usaha tani, penggunaan input produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pengemasan, serta tata cara sertifikasi produk organik oleh lembaga sertifikasi organik. Setelah lulus sertifikasi, pelaku usaha tani bisa mencantumkan label organik pada produk yang dihasilkan
Keuntungan sekaligus tantangan
Petani Libukan Mandiri menyambut rencana sertifikasi dengan antusias. “Kalau beras kami sudah disertifikasi, pembeli tidak ragu lagi bahwa ini benar-benar beras organik. Kalau tidak ada labelnya kan bisa saja petani bilang ini beras or-
Kegiatan pengemasan beras Batara Guru di fasilitas milik Badan Usaha Milih Daerah (BUMD) di Kecamatan Malili.
ganik padahal sebenarnya bukan atau belum 100% organik,” kata Sutrisno, anggota Kelompok Tani Harapan Mulya. Selain meningkatkan kepercayaan konsumen, sertifikasi organik juga dapat meningkatkan wawasan terhadap produk, ikut berpartisipasi dalam program keamanan pangan, mendukung sistem jaminan mutu, meningkatkan citra dan kompetensi organisasi petani maupun pelaku usaha tani, dan memperbesar kesempatan untuk memasuki pasar global. “Harga juga lebih stabil kalau kita pegang sertifikasi. Kalau tidak, petani terus dipermainkan oleh tengkulak,” tambah Sutrisno. Di sisi lain, sertifikasi organik memunculkan tantangan baru bagi petani. “Kami harus bisa menjaga standar dan kualitas. Itu tantangan utama. Bisa saja kan pembeli atau pihak manapun tiba-tiba datang untuk mengecek langsung teknik budidaya kami. Kalau tiba-tiba pembeli nemu botol racun kimia di sawah, bisabisa mereka lapor dan sertifikat kami dicabut,” kata Tugiman, anggota Kelompok Tani Harapan Mulya. Salah satu sistem pengawasan mutu yang sedang didorong pembentukannya di Luwu Timur adalah sistem kontrol internal (internal control system/ICS). Keuntungan memiliki ICS adalah prosedur pengawasan mudah dilakukan serta tidak memerlukan biaya mahal karena pengawasan dapat dilakukan secara internal oleh pihak terkait yaitu petani, pembeli, dan badan independen.
Inspeksi tahunan
Satu kali mendapat hak untuk memasang label organik pada kemasan beras, bukan berarti sertifikasi organik bisa digunakan seumur hidup. Ada inspeksi yang dilakukan setiap tahun dan setelah tiga tahun dilakukan re-sertifikasi. “Karena itu, lebih baik petani dan pelaku usaha berupaya keras di awal supaya tahun-tahun berikutnya tinggal menjaga standar. Dari awal budidaya dilakukan dengan benar, pengolahan pasca-panen dibenahi, pasar diperluas, dan sebagainya,” kata Yayan Royan, inspektor dari INOFICE. Petani dan inspektor menilai bahwa petani Mahalona punya modal yang kuat untuk mendapatkan sertifikasi. Pertama karena ada AKAR Lutim sebagai asosiasi yang mendukung praktik pertanian berkelanjutan dalam segala aspek. Selain
itu, beras Batara Guru telah dinyatakan 100% bebas residu kimia berdasarkan uji laboratorium, kawasan Mahalona merupakan hamparan persawahan organik skala besar sehingga kontaminasi udara dari sawah konvensional dapat diputus, pengairan langsung (tidak melewati sawah konvensional) sehingga kontaminasi air bisa dicegah, dan lahan yang masih “perawan” yang membuat residu di dalam tanah masih sangat minim. “Sebenarnya dengan menerapkan metode SRI Organik sudah jadi modal besar untuk mendapat sertifikasi. Selain itu, kami juga melihat petani di Mahalona sangat guyub. Ini modal yang tak kalah besar karena dari guyub itulah petani terbiasa gotong-royong yang di kelak akan memperkuat kelembagaan tani. Itu juga poin yang dinilai dalam sertifikasi,” tambah Yayan.[]
Beras Batara Guru kemasan 5kg yang siap didistribusikan. Beras tersebut telah dinyatakan 100% bebas residu kimia berdasarkan uji Laboratorium Kimia Agro, Jawa Barat..
10
SOSOK Verbeek edisi 26 | 2016
Darlan, PPL Desa Ledu-Ledu, Kecamatan Wasuponda
“Petani Perlu Contoh Nyata dari Penyuluh”
B
ersama 10 Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) lain dan seorang koordinator, Darlan sehari-hari menghidupkan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Wasuponda. Nyaris setiap hari mereka melakukan kunjungan lapangan untuk bertemu petani, perorangan maupun kelompok. Darlan mendapat tugas mendampingi 25 kelompok tani di Desa Ledu-Ledu, yang 16 di antaranya menggarap komoditas tanaman pangan. “Wilayah binaan saya itu paling banyak kelompoknya. Kadang saya kewalahan juga, tapi ya tetap harus dilaksanakan. Namanya juga tugas,” begitu kata pria lulusan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa 45 Makassar itu. Semangatnya tak perlu diragukan lagi. Selain sebagai PPL, Darlan aktif di Asosiasi Masyarakat Organik (AKAR) Luwu Timur. “Kalau sudah bicara pertanian organik, saya makin semangat. Yang bikin saya paling suka itu, karena konsepnya selaras dengan alam. Produksi naik, alam terjaga. Ini, kan, ideal sekali,” kata Darlan yang lahir dan besar dari keluarga petani. Di sela-sela kesibukannya, Darlan menyempatkan diri berbincang sejenak dengan redaksi Verbeek sambil memperlihatkan beberapa petak sawah yang dijadikan demplot pertanian. Berikut petikan perbincangan kami.
Besar di keluarga petani, Anda tidak bosan melihat sawah seumur hidup? Mengapa tidak mencari profesi lain?
Sepertinya hidup saya tidak bisa jauh dari sawah, memang. Bertani adalah kegiatan yang sangat akrab dengan saya sejak kecil, sehingga saya merasa inilah keahlian saya. Saya tidak canggung berinteraksi dengan petani, tanah, sawah. Jadi saya bisa lebih maksimal menekuni bidang pertanian. Sejak 2007 saya sudah menjadi PPL. Tugas pertama di Kabupaten Enrekang, daerah asal saya, sebelum pindah ke Wasuponda tahun 2013.
Bagaimana cara Anda mendampingi 25 kelompok tani seorang diri?
Dalam satu hari saya bisa kunjungi 2-3 kelompok tani. Ya pintar-pintar saja atur waktu, meskipun kadang-kadang kesulitan juga. PPL itu punya kewajiban membuat jadwal kunjungan selama satu tahun. Jadi perencanaan di awal memang penting sekali untuk manajemen waktu. Sekarang saya bersyukur karena sudah ada satu PPL yang menemani saya di wilayah binaan Desa Ledu-Ledu, jadi kami
bisa bagi-bagi tugas. Desa saya ini yang paling banyak jumlah kelompok taninya di Kecamatan Wasuponda sehingga memang sebaiknya ada lebih dari satu PPL.
Menurut Anda, seberapa penting peran PPL penting bagi kemajuan petani?
PPL itu membimbing petani dalam tiga aspek: pengetahuan, keterampilan, sikap. Petani mungkin sudah hafal soal pengetahuan pertanian, tapi belum tentu bisa menerapkan keterampilan bertani. Petani mungkin sudah mahir pengetahuan dan keterampilan, tapi sikapnya dalam bertani belum tentu baik, misalnya enggan aktif berkelompok. Itulah yang kami bina. Yang paling sulit itu penyadaran sikap, membentuk karakter. Kalau karakter petani sudah baik, terbuka menerima penjelasan, mau menyerap hal-hal baik, pasti mereka lebih maju.
Sulitkah mengubah sikap petani?
Banyak petani sudah puluhan tahun menggarap sawah pakai teknik yang mereka yakini. Bibit tua baru ditanam, satu lubang ditanam banyak bibit, sawah digenangi, dan sebagainya. Itu cara-cara yang sangat jauh dari teknik peningkatan produksi. Lalu pada 2013 ada program SL-PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu—red) yang fokusnya pada peningkatan produksi dan efisiensi input pertanian. Petani di sini sulit sekali menerima teknik-teknik baru. Mereka tidak percaya. Namun setelah kami buat demplot dan hasil panen naik drastis, dari 3 ton jadi 9,6 ton, barulah mereka terbuka. Petani itu sangat membutuhkan contoh nyata.
Bagaimana kiat menghadapi kelompok tani yang “bandel”? Kalau ada kelompok yang sulit diajak diskusi bersama atau tidak mau terima saran-saran bagus, saya justru bikin demplot di sawah mereka. Ini yang sedang saya lakukan sekarang. Ada kelompok yang cuek sekali dengan teknologi baru. Mereka bertanam sesuai keyakinan, benih dihakika begitu saja. Itu, hambur kirikanan…hahahaha. Nah, salah satu petak sawahnya saya bikin demplot SRI Organik. Saya sendiri yang kerjakan. Pulang kerja, saya gasrok
Selepas menjalankan tugas sebagai PPL, setiap hari Darlan menggarap sawah seluas 20 are miliknya yang menerapkan teknik budidaya SRI Organik.
sendiri. Mereka lihat dari jauh sambil bisik-bisik, tidak tahu bisik apa. Nanti kalau sudah kelihatan berhasil, baru saya mau dekati mereka lagi.
Berarti mengajak petani untuk menerapkan metode SRI Organik sangat sulit?
Tadi saya cerita ada SL-PTT tahun 2013. Saat petani sedang semangatsemangatnya menerapkan SL-PTT karena lihat hasilnya, masuk lagi SRI Organik. Awalnya saya kesulitan. Tapi kemudian setelah semakin mendalami SRI Organik, saya makin yakin inilah metode terbaik, karena membebaskan petani dari ketergantungan pada bahan kimia. Petani tinggal memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya untuk mendukung kegiatan bertani. Masuk musim tanam kedua ini, sudah ada yang merasakan hasilnya dan mereka senang. Apalagi dukungan dari berbagai pihak terus mengalir. Saya yakin program ini akan sukses.
Anda cukup aktif di media sosial. Apakah media sosial bisa mendukung pekerjaan?
Media sosial itu seperti parang. Kita mau pakai untuk kejahatan bisa, untuk kebaikan bisa. Tergantung manusianya. Bagi saya, media sosial itu baik, karena kita bisa cerita ke lebih banyak orang tentang banyak hal yang baik-baik. Bagus untuk menyebarkan informasi dengan cepat. Saya punya pengalaman berharga. Tahun 2015, saya ikut lomba Penyuluh Teladan. Sudah masuk tiga besar. Ketika diminta presentasi, dua kandidat yang lain punya dokumentasi kegiatan yang lengkap. Ada foto dan video. Sementara saya cuma siapkan foto seadanya saja. Di situ saya kalah. Saya berpikir, kalau saja waktu itu saya manfaatkan media sosial sebaik-baiknya untuk dokumentasi, tidak repot lagi saya siapkan materi presentasi. Buat arsip pribadi juga bagus. Mulai dari situ saya jadi aktif di media sosial.[]
WAWASAN Verbeek edisi 26 | 2016
11
Organik, Masa Depan Pertanian Dunia Selain menyehatkan tubuh dan lingkungan, pertanian organik meningkatkan kesejahteraan petani serta menambah devisa negara.
“M
Tren telah bergeser. Isu lingkungan dan keamanan pangan serta keinginan masyarakat modern untuk mempraktikkan gaya hidup sehat sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan organik.
ulailah sedikit-sedikit beralih ke pertanian organik karena harga beras yang dijual sangat tinggi. Selain itu, dapat menembus pasar Eropa dan Amerika,” kata Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, dikutip dari tabloid Sinar Tani. Sejak era Revolusi Hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk kimia karena praktis, murah, dan mudah diperoleh. Namun penggunaan pupuk kimia berdampak pada kondisi lahan pertanian. Hasil penelitian mengindikasikan sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan. Kini, tren telah bergeser. Isu lingkungan dan keamanan pangan serta keinginan masyarakat modern yang semakin gencar mempraktikkan gaya hidup sehat, sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan organik. Pertanian organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian, mengurangi pencemaran lingkungan, meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan, dan mendukung gaya hidup sehat. Setiap tahun, Lembaga Riset Pertanian Organik (FiBL) dan Federasi Internasional Gerakan Pertanian Organik (IFOAM) meluncurkan laporan berjudul “The World of Organic Agriculture” atau Dunia
Pertanian Organik. Laporan edisi terakhir 2016 menuliskan, pertanian organik telah dipraktikkan di 172 negara, dan 43,7 juta hektar lahan pertanian dikelola secara organik oleh sekitar 2,3 juta petani. Penjualan makanan dan minuman organik secara global telah mencapai 80 miliar dollar AS pada 2014. Direktur Eksekutif IFOAM Markus Arbenz menyatakan peran penting sektor organik dalam menerangi kegiatan pertanian dunia.
Pasar ekspor
Laporan FiBL-IFOAM mengungkap, sejauh ini konsumsi dan pasar produk pertanian organik masih sangat terkonsentrasi di negara-negara industri maju. Sepuluh negara tertinggi dalam konsumsi per kapita negara-negara industri maju. Meskipun negara kita masih punya pekerjaan rumah untuk menggenjot konsumsi pangan organik, data tersebut bisa dilihat sebagai peluang ekspor yang bisa ditangkap oleh petani organik Indonesia. Di tengah panasnya isu impor beras, justru seharusnya Indonesia bisa mengekspor beras organik. Salah satu beras premium yang berhasil menembus pasar mancanegara berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Beras yang diekspor adalah beras organik yang dibudidayakan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Simpatik. Gapoktan ter-
sebut mampu mengekspor beras organik ke Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Belgia, dan Belanda. Ekspor perdana sebanyak 18 ton ke AS dilepas Menteri Pertanian saat itu, Anton Apriyantono, pada Agustus 2009. Volume ekspor terus meningkat, dan pada 2015 total ekspor mencapai 132,4 ton. Gapoktan Simpatik mengembangkan padi organik saat Badan Litbang Pertanian mengadakan pelatihan System of Rice Intensification (SRI) di Tasikmalaya pada 2000. Kini 11 kelompok tani di bawah Gapoktan Simpatik lolos sertifikasi nasional dan internasional beras organik. Produk mereka menembus pasar ekspor melalui eksportir PT Bloom Agro. Selain Gapoktan Simpatik, gapoktan/ poktan dan pelaku usaha padi organik yang telah tersertifikasi saat ini berada di Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, dan Bali. Keuntungan yang didapat dengan ekspor beras, selain menambah devisa negara, dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Harga beras organik lebih tinggi dibandingkan beras non-organik. Harga beras organik di Eropa diperkirakan mencapai 5-6 Euro atau sekitar Rp90 ribu/kg. Anda tertarik? Mulailah beralih ke pertanian ramah lingkungan.[]
12
WAWASAN Verbeek edisi 26 | 2016
Kiat Budidaya Udang Windu Perhatikan lokasi dan penyiapan sumber air tambak. Ikan predator yang mati dari pembasmian harus dibuang secepatnya karena bila mengendap dapat memicu tumbuhkan bakteri. Pengendalian hama tidak dianjurkan menggunakan pestisida karena berbahaya untuk manusia dan produknya nanti. Dua hal yang perlu diperhatikan ketika pengisian air tambak adalah soal tendon dan saringan air.
Tandon
B
anyaknya lahan rata di tepi teluk di Luwu Timur, membuka potensi pembuatan empang kian besar. Empang merupakan tempat budidaya ikan bolu (bandeng) atau udang windu. Di beberapa tempat di Malili dan sekitarnya, budidaya bolu dan udang windu tampak maju. Seperti apa memulai budidaya udang windu tanpa merusak kelestarian hutan bakau? Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditi perikanan andalan Indonesia. Statistik perikanan tahun 2014, produksi udang windu nasional mencapai 141.340 ton. Sebanyak 40% dari produksi tersebut berasal dari hasil budidaya. Sedangkan harga jual udang windu di pasar domestik antara Rp80.000-Rp120.000 per kilogram. Namun sejak tahun 2000-an, dunia budidaya udang windu nasional dihadapi dua masalah besar. Pertama soal penyakit dan kedua soal konversi lahan mangrove menjadi tambak. Penyakit udang windu membuat turunnya volume produksi. Sedangkan persoalan kedua berhubungan dengan aspek lingkungan.
Penyiapan lokasi
Langkah awal budidaya udang windu adalah penyiapan lahan atau lokasi. Lokasi yang paling ideal untuk tambak udang windu sebaiknya berada di area pasang surut air laut (dengan selisih ideal pasangsurut sedalam satu meter). Kedua, lokasinya dekat sumber air, baik dari muara, sungai maupun langsung dari laut. Tidak terletak di daerah
bercurah hujan tinggi (bebas banjir) ataupun tidak di daerah yang mempunyai musim kemarau panjang. Sehingga air tambak tidak mengalami perubahan salinitas terlalu besar. Tanah tidak mudah bocor (porous). Tanah yang baik yaitu yang bertekstur lempung (komposisi liat, pasir dan debu berimbang) dan liat berpasir. Yang terakhir, adanya akses yang dapat dilalui transportasi darat atau air juga ketersediaan listrik dan air bersih. Langkah selanjutnya adalah membangun pintu air. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuatnya adalah materi pintu air berbentuk bujur sangkar terbuat dari kayu dengan ukuran 0,8-1 meter yang dilengkapi saringan. Hal ini untuk menghalau masuknya ikan atau hewan liar lainnya ke dalam tambak. Jalur pengisian air dan penguras air sebaiknya terpisah. Tiap tambak seluas 1 hektar, sebaiknya memiliki dua pintu air. Untuk menambah volume oksigen dalam tambak, bisa dijuga ditambahkan kincir kayu pada setiap 1 hektar lahan. Tiap kincir memiliki 6-8 kipas dengan penggerak mesin diesel. Perhatikan juga tangki bahan bakar mesin, jangan sampai ada tetesan solar masuk ke dalam tambak karena dapat mematikan udang. Posisikan pompa di pinggir tambak dan memudahkannya ketika menarik dan menguras air tambak.
Pengisian air tambak
Untuk pekerjaan ini, pengisian air tambak sebaiknya pada saat pasang air laut.
Gunakan pompa melalui pintu air. Pastikan air tidak keruh dan jangan sampai lumpur laut masuk mencemari tambak. Gunakan air tandan untuk membantu pengisian air tambak. Air dalam tandon harus didesinfektan menggunakan kaporit sebelum dimasukkan dalam tambak. Pengisian tambak biasanya memakan waktu 4-6 hari. Pada hari pertama sebaiknya pengisian air cukup sedalam 30 sentimeter, hal ini untuk proses pengendalian hama dan penyakit. Pada tahap ini juga perlu dilakukan pembasmian predator (hewan pesaing) dengan pemberian saponin (bungkil biji teh) dengan dosis 20 ppm.
Tandon berfungsi menampung air yang akan digunakan dalam proses budidaya. Rasio besar tandon dengan luas tambak adalah 1:2 (satu tandon untuk dua tambak). Tandon perlu diisi dengan beberapa biota, misalnya rumput laut yang berguna menyerap nutria, ikan mujair untuk memangsa udang liar sehingga tidak masuk ke dalam tambak atau ikan bandeng untuk menambah kandungan oksigen dalam air tambak.
Saringan Air
Saringan yang digunakan adalah berbahan waring hijau berbentuk bulat dengan diameter satu milimeter dan diikatkan ke pipa. Pasangkan saringan ini pada pintu air. Saringan ini berguna untuk menghalau masuknya organisme yang tidak diinginkan.[]
Tambak percontohan (demfarm) komoditas udang di Provinsi Lampung.Tambak tersebut merupakan milik nelayan, sementara pemerintah memfasilitasi keperluan budidaya, seperti kincir air, plastik, pakan. Demfarm menghasilkan 23 ton udang per hektar. Lampung adalah penghasil udang terbesar yang berkontribusi 60% untuk pasokan udang nasional.(Foto: lampungprov.go.id)
SAFETY Verbeek edisi 26 | 2016
13
Stop Bullying di Sekolah! Gunakan strategi konsekuensi untuk menghadapi pelaku bullying.
D
i edisi sebelumnya, Verbeek telah membahas definisi dan dampak dari bullying atau perundungan/ penggencetan dalam bahasa Indonesia. Bullying merupakan bentuk kekerasan yang dilakukan berulang-ulang, terjadi karena adanya ketimpangan kekuatan (misalnya anak yang lebih besar atau lebih tua mengganggu juniornya di sekolah yang bertubuh kecil), dan umumnya pelaku senang melihat korbannya ketakutan atau cemas. Kami juga sudah memaparkan “gejala” yang ditampakkan seorang anak ketika menjadi korban atau pelaku penggencetan, sekaligus cara untuk menghentikannya. Selain verbal dan fisik, ada juga bullying sosial dan cyber. Contoh bullying sosial antara lain menyebarkan gosip, mempermalukan seseorang di depan umum, menertawakan, atau menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan. Sedangkan cyber bullying dilakukan melalui media elektronik seperti website, chatting room, email, SMS, dan lain-lain. Cyber bullying umumnya terjadi saat anak mengakses internet atau HP di rumah. Melindungi korban tentu sebuah kewajiban bagi orangtua, guru, orang dewasa, atau sesama anak. Tapi bagaimana dengan pelaku? Menyalahkan, memarahi, atau mengancam pelaku penggencetan tidak akan menyelesaikan masalah. Anda perlu menunjukkan sikap tegas tapi tetap menghargai pribadi anak, memberi contoh baik dalam relasi sehari-hari, menggali akar masalah, dan memberikan konsekuensi yang tepat bagi pelaku bullying.
Dampingi pelaku
Anak-anak yang menggencet anak lain harus tahu bahwa perilaku mereka salah dan menyakiti. Anda perlu menunjukkan
Gunakan Konsekuensi untuk Memberi Pelajaran
bahwa bullying adalah perbuatan serius. Dengan tenang namun tegas, katakan, “Penggencetan tidak bisa ditoleransi.” Contohkan perilaku saling menghargai ketika Anda sedang menegur si penggencet, bukan memarahi atau balas mempermalukan dia di depan banyak orang. Orangtua dan guru perlu menggali alasan di balik praktik bullying. Terkadang seorang anak menjadi perundung karena dia ingin menjadi bagian dari sebuah kelompok. Jika demikian, anak tersebut bisa Anda libatkan ke dalam kegiatan positif, seperti olahraga tim atau klub ekstrakulikuler. Anak tipe ini bisa diberi peran sebagai ketua tim dan beri kesempatan dia untuk berteman tanpa perlu menyakiti. Ada juga anak yang menjadi penggencet karena dia mengalami kejadian buruk dalam hidup, misalnya ada masalah di rumah, menjadi korban penganiayaan, atau merasa stres. Ada juga kemungkinan dia menjadi korban bullying di tempat lain. Anak-anak seperti ini memerlukan pendampingan ekstra, misalnya mendatangkan psikolog untuk berkonsultasi. Dampingi anak yang melakukan bullying untuk “memperbaiki” situasi. Tujuannya adalah membuat mereka melihat dampak sebuah perilaku terhadap perasaan orang lain. Sebagai contoh, si anak diminta menulis surat permintaan maaf kepada korban. Bisa juga dengan memberi kesempatan si penggencet untuk berbuat baik terhadap korban atau melakukan kebaikan kecil untuk masyarakat sekitar. Buatlah dia merasa senang dengan melakukan hal-hal baik.[]
Konsekuensi yang melibatkan pembelajaran atau membangun empati bisa mencegah kejadian bullying berulang di kemudian hari. Guru perlu menjalankan atau membuat kode etik siswa yang melibatkan konsekuensi dan mengajarkan disiplin. Sebagai contoh, anak yang melakukan tindakan penggencetan diminta untuk: • Memimpin diskusi kelas dengan tema “menjadi teman yang baik”. • Menuliskan cerita tentang dampak bullying atau manfaat kerja sama tim. • Bermain peran atau membuat presentasi tentang pentingnya menghargai teman, tentang dampak buruk menyebarkan berita buruk, atau tentang kerja sama. • Mengerjakan pekerjaan rumah bertema bullying. • Membaca buku cerita bertema bullying. • Membuat poster kampanye anti-bullying, anti-cyber bullying, dan cara menjadi cerdas di dunia maya.
Dukung Hobi Anak
Kenalkan anak dengan berbagai aktivitas, gali minatnya, dan biarkan dia menjalani hobi. Anak bisa berolahraga, ikut paduan suara, bermain teater, atau mengikuti berbagai ekstrakulikuler di sekolah. Kegiatan-kegiatan semacam itu akan memberi kesempatan anak untuk bersenang-senang dan bertemu anak lain yang sehobi. Mereka bisa membangun kepercayaan diri dan pertemanan yang dapat menghindarkan anak dari lingkaran bullying.
14
KESEHATAN Verbeek edisi 26 | 2016
Pahami Manfaat dan Layanan BPJS Kesehatan Maksimal 2019, seluruh warga Indonesia wajib menjadi peserta BPJS.
Oleh Desi Adriani Lubis, Kepala Layanan Operasional BPJS Kesehatan Luwu Timur
B
PJS Kesehatan merupakan layanan penting bagi kesehatan masyarakat. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk oleh Pemerintah RI untuk menjamin kesehatan masyarakat Indonesia. Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Setiap perusahaan diharuskan mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sementara individu atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya dan membayar iuran BPJS Kesehatan secara mandiri. Iuran peserta kelas I, II, dan III masing-masing sebesar Rp80.000, Rp51.000, dan Rp25.500 per bulan. Bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung Pemerintah. Untuk masingmasing kelas, tidak ada perbedaan jenis obat, kualitas obat, dan penanganan medis. Yang membedakan hanya pelayanan non-medisnya, seperti kelas ruang inap. Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh warga Indonesia wajib memiliki jaminan kesehatan tersebut. Saat ini, lebih dari 166 juta masyarakat Indonesia telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Pendaftaran peserta BPJS Kesehatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu offline dan online. Ketika Anda memilih mendaftar secara offline, Anda bisa mendatangi kantor BPJS Kesehatan terdekat. Bagi warga Sorowako dan sekitarnya, pendaftaran dapat dilakukan di Kantor BPJS Kesehatan di Malili. Jika memung-
kinkan, mendaftarlah secara kolektif melalui Ketua RT agar lebih mudah. Sesampainya di kantor BPJS Kesehatan, Anda akan diminta mengisi formulir dan diberi akun virtual sebagai media pembayaran maupun transfer dana klaim saat dibutuhkan. Lakukan pembayaran di bank yang telah ditunjuk lalu kembalilah ke kantor BPJS Kesehatan untuk menyerahkan bukti transfer. Tunggu hingga kartu BPJS Kesehatan selesai dicetak. Sementara untuk pendaftaran secara online, Anda perlu memiliki alamat email serta nomor handphone aktif. Buka situs www.bpjs-kesehatan.go.id, isi data dengan benar yang mencakup data diri serta pilihan kelas yang ditawarkan, alamat lengkap, dan fasilitas kesehatan yang Anda pilih sebagai tempat rujukan. Tunggu notifikasi nomor registrasi di email Anda, lalu cetak lembar akun virtual yang diberikan. Lakukan pembayaran iuran bulan pertama di bank yang telah ditunjuk. Setelah akun kepersertaan BPJS Kesehatan aktif, silakan cek email Anda karena akan ada balasan dari BPJS berupa e-ID Card yang bisa dicetak sendiri. Kartu peserta BPJS Kesehatan akan aktif dan bisa digunakan untuk berobat dalam waktu 14 hari.
dokter keluarga. Ketika pasien memerlukan pelayanan dokter spesialis, barulah peserta BPJS Kesehatan dapat dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut, seperti tempat praktik dokter spesialis atau rumah sakit. Singkat kata, tanpa rujukan dari Puskesmas, pasien tidak bisa langsung berobat di rumah sakit. Hingga 1 Juni 2016, sebanyak 22.068 fasilitas kesehatan, 1.868 apotek, dan 925 optik di seluruh Indonesia membuka layanan bagi peserta BPJS Kesehatan. Anda bisa melihat daftar Faskes BPJS Kesehatan di situs http://bpjs-kesehatan.go.id. Namun dalam keadaan gawat darurat, peserta dapat dilayani di Faskes ting-
kat manapun tanpa surat rujukan, baik yang bekerja sama maupun yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Jika kondisi kegawat daruratan telah teratasi dan dapat dipindahkan, maka pasien segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Kriteria gawat darurat telah disusun oleh BPJS Kesehatan, misalnya anak panas tinggi hingga >40OC, cedera kepala berat, gagal napas, trauma mata, demam berdarah dengue (DBD), kejang, dan sebagainya. Penentuan apakah kondisi pasien masuk dalam kategori gawat darurat yang dijamin BPJS atau bukan dilakukan oleh Faskes, bukan oleh pasien.[]
Rujukan berjenjang
Hampir semua pengobatan penyakit, termasuk tindakan operasi, ditanggung oleh BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan menjamin biaya kesehatan peserta dari seluruh jenjang usia dan semua tingkat keparahan penyakit yang diderita. Namun ada beberapa jenis layanan dan pengobatan yang tidak ditanggung, seperti pengobatan kecelakaan kerja (karena dijamin oleh BPJS Ketenagakerjaan) dan pengobatan kecelakaan lalu lintas (karena ditanggung Jasa Raharja). Pelayanan kosmetika, gangguan kesehatan akibat ketergantungan obat-obatan, dan pengobatan akibat menyakiti diri sendiri juga tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan. Tidak seperti asuransi kesehatan swasta, BPJS Kesehatan menerapkan sistem rujukan berjenjang. Pasien harus mendatangi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terlebih dulu. Yang termasuk FKTP adalah Puskesmas dan
[Atas] Loket BPJS Kesehatan di RS Inco. Rumah Sakit tersebut merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut yang baru bisa diakses setelah pasien mendapat rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. [Bawah] Kartu BPJS Kesehatan yang bisa didapat oleh peserta setelah mendaftar melalui Kantor BPJS Kesehatan terdekat maupun mendaftar secara online.
GALERI FOTO Verbeek edisi 26 | 2016
15
Galeri Foto
Momen yang te rt kamera sepanja angkap n Program Terpa g pelaksanaan du Pengemban gan Masyarakat (P TP memiliki fotofo M). Jika Anda to dengan pelaksa yang terkait n silakan kirim k aan PTPM, e Redaksi Tablo Verbeek melalu id i verbeek@gma email tabloid. il.c foto minimal 5 om (ukuran 00KB). Foto ya ng dimuat akan m endapatkan suvenir menari k.
Kegiatan PMDM peningkatan kapasitas pemuda melalui pelatihan pengelasan yang dilakukan di Desa Baruga, Kecamatan Towuti, Januari 2016. Usai mengikuti pelatihan, keterampilan yang didaat para pemuda desa langsung diaplikasikan dalam proyek pengerjaan lampu penerangan jalan.
Kegiatan peningkatan kapasitas kelompok perempuan melalui pelatihan pembuatan makanan ringan di Desa Matompi, Kecamatan Towuti, Februari 2016. Kegiatan yang didanai oleh PMDM itu juga bertujuan untuk menggerakkan ekonomi skala rumah tangga yang dimotori perempuan.
Pembelajaran Ekologi Tanah (PET) dan pelatihan dasar teknik budidaya padi dengan metode SRI Organik yang diikuti oleh tujuh Kelompok Tani di Desa Ledu-Ledu, Kecamatan Wasuponda, April 2016. Peserta belajar cara membuat kompos dan Mikro Organisme Lokal (MOL) yang dipandu fasilitator dari Yayasan Aliksa Organik SRI.
Pelatihan perdana pengenalan tanaman obat keluarga (TOGA) kepada staf Dinas Kesehatan, Puskesmas Nuha, BP3K, BP4K, dan masyarakat. Pelatihan obat herbal itu akan berlangsung setiap bulan selama satu tahun. Diharapkan dalam setahun bisa terwujud Posyandu Herbal yang dikelola mandiri oleh masyarakat.
Suasana Musyawarah Desa Sosialisasi (MDSos) di Kecamatan Nuha, Mei 2016. MDSos merupakan tahap awal pelaksanaan siklus baru PMDM yang dihadiri oleh Pemerintah Kecamatan, PT Vale, dan masyarakat. Dengan MDSos 2016, dimulailah siklus ketiga PMDM.
16
EVENT Verbeek edisi 26 | 2016
Pujasera, Etalase Baru Kelurahan Magani
S
orowako tampak semarak di Sabtu pagi, pertengahan April 2016. Sejak pukul 07.00 WITA, area Camp Site sudah dipenuhi warga Kecamatan Nuha dan siswa-siswi sekolah dasar. Keceriaan itu didedikasikan untuk menyambut HUT Kabupaten Luwu Timur ke-13. Senam pagi dan jalan sehat menjadi pembuka rangkaian acara yang berlangsung hingga tengah hari. Bupati Luwu Timur M. Thoriq Husler dan Wakil Bupati Irwan Bachri Syam yang hadir dalam kesempatan itu melebur dengan masyarakat saat melakukan jalan sehat. Usai rangkaian acara di Camp Site, rombongan bergerak ke Pujasera Magani untuk meresmikan fasilitas publik yang dibangun dengan dana Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) PT Vale. Lurah Magani Chaeruddin M. Arfah mengatakan bahwa Pujasera tersebut merupakan etalase Kelurahan Magani dan Sorowako secara keseluruhan. Ketika pengunjung datang ke Sorowako, Pujasera itulah yang akan dilihat untuk pertama kali. Pujasera Simpang Tiga dibangun dengan dana sebesar Rp108 juta dari PMDM Kelurahan Magani dan Rp117 juta dari dana PMDM Kecamatan Nuha. “Selain itu, ada pihak-pihak lain yang membantu dalam bentuk material bangunan dan ada juga swadaya para penjual. Kemitraan, yang menjadi sema-
s i u K
Suasana peresmian Pujasera Simpang Tiga, Kelurahan Magani, Kecamatan Nuha, pertengahan April 2016.
ngat PMDM, terlihat jelas di Pujasera ini.” Senior Manager Program Pengembangan Sosial PT Vale Busman Dahlan Shirat mengingatkan perlunya menjaga dan merawat fasilitas yang diperuntukkan bagi publik. Sementara Bupati Lutim berharap PMDM yang diterapkan di area pemberdayaan PT Vale bisa menjadi contoh bagi pemanfaatan dana CSR perusahaan di tempat-tempat lain. “Ke depan akan ada Perda CSR untuk menghimpun seluruh pengusaha di Luwu Timur. Jadi pengusaha-pengusaha yang ada di sini tahu
persis kemana harus mengalokasikan kewajiban CSR-nya.” Usai memberi sambutan, Bupati Luwu Timur M. Thoriq Husler membuka tirai dan melakukan seremoni gunting pita untuk meresmikan Pujasera Simpang Tiga, Kelurahan Magani. Acara ditutup dengan ramah-tamah antara Bupati dan jajarannya dengan seluruh penjual yang ada di Pujasera Simpang Tiga. Hari itu, 19 pedagang makanan tampak antusias bersalaman, berbincang, hingga berfoto bersama Bupati. Mereka juga mengungkapkan sukacita atas ba-
ngunan Pujasera yang kini tertata rapi dan indah dipandang. Iuran kebersihan, keamanan, dan perawatan bangunan tidak dianggap memberatkan oleh pedagang. “Iuran kebersihan dan keamanan dipungut setiap hari, Rp5.000. Karena harian jadi tidak memberatkan. Jumlahnya juga wajar. Untuk perawatan bayar Rp30.000 per bulan ke pengelola. Jadi kalau ada kerusakan kita tinggal lapor. Enak sistemnya,” kata Amil Bejo, pemilik Warung Jayadi yang sejak 2004 berjualan di lokasi Pujasera Magani.[]
Teka- Teki Silang
Menurun
1. Naiknya suhu permukaan laut di Pasifik yang mengakibatkan kemarau panjang 2. Seorang yang berprofesi pengajar 3. Koperasi Unit Desa (disingkat) 4. Salah satu ikan empang 6. Nama virus baru yang disebarkan nyamuk DBD 7. Bahan untuk membuat tas rajutan 8. Terbitnya matahari 9. Salah satu nama komoditas 10. Pertanian tanpa pupuk kimia 11. Lengkung spektrum warna di langit 12. Bahan makanan favorit untuk sarapan 13. Warisan tak benda Indonesia 15. Zat kimia pembasmi hama 18. Bahan pembuat mi
Mendatar
3. Silabus pendidikan 5. Pendidikan Anak Usia Dini (disingkat) 12. Perpindahan penduduk kota ke desa 13. Bahan bakar fosil 14. Cairan yang dihasilkan lebah 16. Bahan pembuat MOL 17. Ilmu hayat 18. Nama ikan endemik di Luwu Timur. 20. Nama danau di Luwu Timur
Kirimkan jawaban melalui email
[email protected] atau melalui surat ke alamat redaksi tabloid Verbeek, Kantor Communications & External Affairs PT Vale, Jl. Ternate 44, Pontada, Kec. Nuha, Kab. Luwu Timur, 92984. Sepuluh pengirim yang beruntung akan mendapatkan suvenir dari redaksi. Nama-nama pemenang kuis diumumkan melalui Facebook Tabloid Verbeek.