MENJABARKAN PEMBANGUNAN JEMAAT
TRILOGI
5-11 Januari 2014 TEMA BULANAN: “Menghadirkan Kerajaan Allah” TEMA MINGGUAN: “Mulailah dengan kebersamaan ” Bahan Alkitab: Mazmur. 133:1-3; IKorintus. 3:1-9 ALASAN PEMILIHAN TEMA Jemaat sebagai orang percaya yang menampakkan persekutuannya dalam kehidupan bergereja dan berjemaat, merupakan kawan sekerja Allah di dunia ini untuk meng¬hadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah melalui pelayanannya dan melalui seluruh aktivitas kehidupannya. Inilah yang sebenarnya merupakan pengertian dari unsur koinonia yang merupakan salah satu dari vvujud dan hakikat Gereja. Persekutuan ini memerlukan suatu suasana yang pada satu pihak di dalamnya tidak ada iri hati, perselisihan, dendam, mencari keuntungan sendiri, mengorbankan orang lain untuk keuntungan diri sendiri dan lain sebagainya, tetapi pada pihak lain memerlukaan adanya kesadaran betapa banyaknya talenta dan karunia yang diberikan kepada masingmasing yang harus digunakan semaksimal mungkin bukan hanya untuk kepentingan dan keperluan kita sebagai manusia tetapi yang terutama adalah bagaimana menggunakannya untuk kemuliaan dan kebesaran nama Tuhan Allah (band. Ibr. 10:24-25). Di dalam persekutuan dan kebersa-maan ini, haruslah nampak persekutuan antara Allah dan manusia sebagaimana yang telah dipulihkan oleh Yesus Kristus sendiri melalui kelahiran-Nya sebagai Putra Natal. Persekutuan inilah yang harus menjadi dasar dan motivasi bagaimana orang- orang percaya, warga gereja, untuk hidup bersama sebagai satu umat Tuhan, sekaligus bagaimana sebagai umat Tuhan, untuk dapat hidup bersama dengan semua orang lain dari berbagai latar belakang ras, agama, suku, bahasa dan bangsa. Cara hidup seperti nilah yang menunjukkan bahwa sebagai Gereja kita telah berada pada tingkat kedewasaan dan sementara menjadi jemaat yang Mandiri, inklusif dan missioner. Di situ akan nampak kualitas kita sebagai umat Tuhan yang dapat menjadi berkat bagi orang lain dengan mengelola dan memanfaatkan semua talenta dan
berbagai karunia yang yang Tuhan telah karu-niakan kepada kita. Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan sampai selama-lamanya. Inilah lukisan tentang suasana Kerajaan Allah yang seyogianyalah telah dapat dirasakan pada masa kini melalui kehadiran Gereja sebagai rekan sekerja Allah sebagaimana yang menjadi isi doa Tuhan Yesus dalam Yohanes pasal 17. PEMBAHASAN TEMATIS Pembahasan Teks Alkitab (Exegese) Pesan tentang persukutuan dan hidup bersama dalam kasih terdapat dalam banyak bagian Alkitab. Malah pesan ini menggambarkan bahwa kehidupaan persukutuan itu merupakan gambaran untuk hidup dalam kerajaan Allah yang menjadi tujuan hidup bagi semua orang percaya. Ketika sebagai umat Allah orang Israel telah berada dalam keadaan yang terpecah-pecah dan hidup saling bermusuhan, maka Daud meng- ungkapkan Mazmur 133. Mazmur ini menggunakan kiasan yang bersifat ekologis (ay. 2 dan 3) untuk memberi makna pada indahnya hidup bersama dalam persaudaraan yang berdasarkan kasih (Allah). Pemaz- mur menggambarkan keindahan persekutuan ini se¬perti acara penahbisan Harun di Keluaran 29 (Mzm. 133:2). Dalam upacara itu, Harun diurapi minyak sebagai tanda pemberian jabatan imam. Urapan itu memberikan Harun wewenang untuk menjadi pengan- tara Israel dengan Allah. Urapan yang mengalir dari janggut ke jubah Harun melambangkan efek pelayanan keimaman yang mempersatukan umat Tuhan. Dalam tradisi Perjanjian Lama, minyak dipakai untuk sesuatu yang bernilai sakral, kudus, misalnya mengurapi imam. Selain itu, minyak juga melambangkan kesukaan. Arti- nya, kerukunan dan persatuan menjaga kekudusan jemaat dan kesukaan mengalir rata ke semua pihak. Persatuan itu sendiri mendatangkan sukacita. Ke- indahan ini bak embun yang turun dari gunung Hermon (wilayah kerajaan utara) ke Sion (wilayah kerajaan selatan) (3a). Embun melambangkan penyegaran kehidupan. Berkat dan kehidupan sebagai dampak positif kerukunan akan terpancar dan dialami oleh mereka yang hidup dalam kerukunan. Persekutuan ini adalah berkat bagi umat Tuhan. Dan pada gilirannya dapat menjadi berkat bagi semua orang. Dalam Perjanjian Baru, khusunya dalam konteks jemaat Korintus, Paulus mengatakan bahwa dengan adanya perpecahan, iri hati, dan perselisihan yang terjadi di antara mereka (IKor. 3:3),
mereka justru tampak “belum dewasa” (IKor. 3:1; Yun.: nepios, juga: “bayi”). Itu berarti mereka tidak memperlihatkan kehidupan persekutuan sebagai umat Allah yang sesungguhnya dan dengan demikian tidak mewujud- kan hidup bersama dalam kasih Allah. Paulus menye- but mereka seperti “manusia duniawi” (IKor. 3:1; Yun.: sarkinos); bahkan mereka adalah “manusia duniawi” (IKor. 3:3; Yun.: sarkikos). Dari perbedaan istilah yang digunakan, jelas bahwa jemaat Korintus tidak masuk kategori “manusia duniawi” di IKor. 2:1; yang tidak mengenal Allah. Paulus menggunakan kata-kata di atas dalam nada ironi, agar jemaat Korintus sadar akan adanya kerancuan dalam diri mereka: mereka rohani dan “matang” (IKor. 2:6; Yun.: teleios, juga: “dewasa”) karena telah menerima Roh dan hikmat Allah (IKor. 2:10,12), tetapi seperti bayi dan menjadi manusia duniawi karena hidup seperti manusia biasa yang belum menerima Roh (IKor. 2:4). Sadar, bertobat, dan setia kepada jati diri kristiani, ini sebenarnya yang menjadi maksud Paulus bagi mereka. Ironi ini makin kentara ketika nyata bahwa bukti keduniawian jemaat Korintus adaiah perpecahan ka- rena prokontra mengenai para hamba Tuhan (IKor. 2:5-8). Mereka duniawi dalam tindakan mereka untuk urusan hal “rohani”: membela hamba Tuhan favorit. Untuk meluruskan ini, Paulus menggunakan metafora pertanian milik seorang tuan tanah. Paulus, Apolos dan rekan-rekannya hanyalah “anak buah” Allah Sang Pemilik (IKor. 2:5,8,9). Sebagai manusia rohani, jemaat Korintus seharusnya mengerti untuk hanya bermegah di dalam Tuhan (IKor. 1:31), bukan dengan konyol bermegah dalam para hamba. Sebab, yang terpenting dalam pertumbuhan jemaat hanyalah Allah sendiri (IKor. 1:8). Sebab hanyalah persekutuan yang telah dewasa dan matang dalam iman yang mampu menghadirkan tandatanda kerajaan Allah dalam kehidupannya sekarang ini. Makna dan Implikasi Finnan Dengan adanya perpecahan yang disebabkan oleh iri hati dan perselisihan menunjukan bahwa kehidupan jemaat selaku warga gereja masih bersifat manusiawi dan duniawi. Karena dengan adanya perpecahan semacam itu jemaat akan terjebak pada kehidupan yang terkotak-kotak yang menempatkan kepelbagaian dan keragaman bukan sebagai suatu kekayaan yang membawa berkat tetapi dilihat ancaman yang lebih mempertajam perbedaan. Keterkotak-kotakan dalam jemaat dan masyarakat bukan hanya
disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan yang bersifat umum seperti, suku, warna kulit, bahasa, budaya dan lain sebagainya, tetapi juga justru disebabkan oleh perbedaan mengenai figur pemimpin yang ada dalam jemaat, kelompok partai politik yang berbeda dan bagaimana menentukan prioritas dalam melaksanakan program pelayanan. Situasi dan kondisi semacam inilah yang jika terjadi dalam kehidupan berjemaat harus memerlukan solusi pemecahannya, di mana dasar dari solusi ini adalah firman Allah, terutama yang dipesankan oleh Mazmur 133 dan 1 Korintus 3:1-9 seperti: Diam bersama dengan rukun dengan menjunjung tinggi otoritas pelayanan keimaman. Otoritas pela¬yanan keimaman inilah yang “menjelma” dalam pelayanan Gereja dan melalui otoritas inilah para pelayan memiliki “wewenang” secara spiritual untuk mempersatukan umat/jemaat. Dengan de- mikian setiap pelayan khusus harus menjadi pelopor dalam jemaat untuk kehidupan bersama dengan rukun yang penuh kasih. Diam bersama dengan rukun sebagai umat Allah adalah terciptanya suasana sakral dan kudus yang di dalamnya selalu teralami suasana senang, gem- bira dan sukacita. Itu berarti diam bersama dengan rukun bagi umat Allah bukan didasarkan pada hal- hal yang lahiriah, dunia dan manusiawi, tetapi harus bersifat rohani, spiritual dan alkitabaiah. Diam bersama dengan rukun ”seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion”. Pada satu pihak hal ini mengambarkan suasana yang tidak mungkin karena gunung Hermon berada jauh di sebelah utara dan gunung Sion berada di sebelah selatan. Tetapi bagi manusia mustahil namun bagi Allah Tidak. Tapi embun itu sendiri hendak melambangkan penyegaran kehidupan. Bahwa hidup bersama dengan rukun sebagai umat Allah kehidupan itu selalu terasa segar. Segar secara spiritual tapi juga segar secara ekologis. Hidup bersama sebagai jemaat Tuhan adalah hidup bersama yang di dalamnya tidak ada perpecahan, perselisihan dan iri hati. Karena jika hal-hal ini masih ada maka jemaat itu belum hidup secara rohani tetapi masih hidup secara duniawi bukan dalam arti beium mengenai Allah tetapi dalam arti belum melakukan kehendak Allah dengan baik dan sempurna. Oleh sebab itu memerlukan kesadaran dan pertobatan. Hidup bersama sebagai jemaat Tuhan tidak bergantung pada salah satu figur pelayan saja dan kemudian membeda-bedakan salah
seorang pela- yanan dengan pelayan lainnya, apalagi dengan menjadikan salah seorang pelayan sebagai favorit. Bahwa pelayan itu hanyalah manusia biasa. Karena semua kepelayanan yang berlaku dalam jemaat bukan bergantung kepada siapapun tetapi bergan¬tung kepada Allah. Bukan untuk kemuliaan dan kebesaran siapapun tetapi hanya untuk kemuliaan dan kebesaran riama Tuhan. Bahwa dalam keber- samaan jemaat itu, sebagai manusia rohani, hanya bermegah di dalam Tuhan (IKor 1:31), bukan de¬ngan konyol bermegah dalam para pelayan khusus. Di dalam jemaat yang hidup bersama dengan rukun ke sanalah berkat Tuhan mengalir samapai selama- lamanya. Di dalam Jemaat yang hidup bersama dengan rukun, kematangan dan kedewasaan akan semakin nampak, sehingga akan dapat mengalirkan berkat bagi semua orang dan menghadirkan tandatanda Kerajaan Allah. PERTANYAAN DISKUSI 1. Apakah tanda-tanda perselisihan dan atau kebersamaan dalam persekutuan menurut teks-teks Alkitab ini? 2. Mengapa Jemaat itu harus diam bersama dengan rukun? Berikan alasan-alasannya! 3. Apa dampak dan makna “hidup bersama dengan rukun” di dalam menjalani kehidupan di tahun 2014? Jelaskan! NAS PEMBIMBING: Yohanes 17:21 POKOK-POKOK DOA – Menjauhkan diri dari dari perpecahan, perselisihan dan irihati dan Lain sebagainya. – Mengambil bagian secara aktif dalam pelayanan yang mengusahakan terciptanya jemaat yang hidup bersama dengan rukun berdasarkan kasih. – Mendorong semua usaha GMIM dalam rangka rekon- siliasi UKIT (kalau masih relevan). – Kiranya Pemilihan BPMW dan BPMS, Anggota DPD, Anggota DPR serta Anggota DPRD tidak akan membawa pada perpecahan tetapi sebaliknya lebih mewujudkan suasana persekutuan dalam jemaat dan masyarakat.