MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah & Rahmiliya Apriyani Program Magister Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin E-mail:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan aktivitas guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa dengan menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make a Match. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5 Banjarmasin pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus I mencapai 67,5 sedangkan pada siklus II menjadi 92,5. Aktivitas siswa secara klasikal pada siklus I mencapai persentase 52,63% sedangkan pada siklus II persentase menjadi 91,05%. Hasil belajar siswa pada materi Perkembangan Teknologi pada siklus I mencapai ketuntasan 60,53% sedangkan pada siklus II ketuntasan menjadi 89,47%. Saran yang bisa diberikan model ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pemilihan model pembelajaran dalam pembelajaran IPS serta dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Kata kunci: Student Team Achievement Divisions, Make a Match, Hasil Belajar, Perkembangan Teknologi. inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Kenyataan di lapangan proses pembelajaran IPS tidak seperti yang diharapkan, berdasarkan hasil wawancara, observasi dan data yang dikumpulkan oleh peneliti menyatakan bahwa permasalahan dalam penguasaan materi dan hasil belajar yang diperoleh siswa terhadap mata pelajaran IPS masih kurang terutama pada materi perkembangan teknologi. Hal ini didukung dengan hasil belajar siswa sebelumnya yang belum mencapai KKM. Dari nilai rata-rata pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 diketahui dimana 22 orang siswa dari 38 orang siswa mendapat nilai dibawah KKM atau sebanyak 57,89% dan yang tuntas dari 38 orang siswa adalah 16 orang atau sebanyak 42,11%. Sementara itu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah adalah 65 untuk mata pelajaran IPS. Rendahnya hasil belajar dalam pembelajaran IPS ini disebabkan karena siswa kurang antusias dalam pembelajaran, tidak adanya interaksi antar siswa dikelas seperti berdiskusi sehingga menyebabkan anak kurang memahami materi, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga masih kurang, masih banyak siswa yang kurang
PENDAHULUAN Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Di jaman yang modern ini teknologi mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guna mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat diwujudkan dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sapriya (2014:11) mengemukakan bahwa Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisaskan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Hal ini didukung oleh pendapat Susanto (2013:149) bahwa mata pelajaran IPS di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, 37
Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015 berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi perkembangan teknologi dan siswa juga terlihat kurang termotivasi dalam pembelajaran. Permasalahan diatas, apabila tidak ada upaya perbaikan maka akan berdampak pada pembelajaran yang tidak bermakna, artinya pelajaran tersebut hanya bersifat hafalan dan lama-kelamaan akan mudah terlupakan tanpa memberikan suatu pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Selain itu akan menghambat siswa untuk dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan, sehingga dapat berdampak pula bagi siswa untuk melanjutkan kekelas atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Upaya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di SDN Sungai Miai 5 Banjarmasin khusus nya kelas IV B ini adalah dengan cara memperbaiki proses pembelajaran IPS sehingga merangsang, memotivasi dan memberikan pengalaman serta dapat mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep dalam pembelajaran. Dalam hal ini maka peneliti mencoba untuk menggunakan strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa secara aktif dan meningkatkan motivasi sehingga dapat mencapai tujuan bersama dalam kegiatan pembelajaran dan guna meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan tersebut yaitu Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Variasi Make A Match. Penggunaan gabungan kedua Model pembelajaran ini akan dapat melibatkan peran siswa secara aktif adalah pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD), model pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa lebih termotivasi untuk mempelajari IPS dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keunggulan model ini lebih menekankan pada kinerja kelompok secara heterogen sehingga siswa dalam belajar berdiskusi dan saling membantu dalam mempelajari isi materi pelajaran yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Sedangkan model Make a Match berbasis keterampilan proses dengan mengajak siswa belajar sambil bermain dengan mencari pasangan kartu yang diterimanya. Penerapan model ini dimulai dari siswa melakukan pengamatan kemudian untuk lebih mendalami materi siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal. Penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make A Match mampu mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, meningkatkan kemampuan untuk berfikir, meningkatkan rasa ingin tahu, mendorong siswa untuk berani mengungkapkan ide, mengajarkan kepada siswa untuk saling menghargai. METODOLOGI Penelitian tindakan
kelas
ini
pendekatan kualitatif, meskipun data yang dikumpulkan pada pendekatan kualitatif ini bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, proses Sama pentingnya dengan produk. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suharsimi, 2011:16), yaitu berbentuk spiral dari siklus satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi). Lang-kah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I di-lakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru kelas, kehadiran peneliti sebagai pengajar dan dibantu seorang observer, yaitu guru kelas di SDN Sungai Miai 5 Banjarmasin. Dengan cara ini diharapkan akan mendapatkan data yang objektif demi kevalidan data yang diperlukan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: (1) data tentang aktivitas guru dalam pelak-sanaan pembelajaran dengan meng-gunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan variasi Make A Match; (2) data tentang aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan variasi Make A Match; (3) data hasil belajar siswa tentang kemampuan memecahkan masalah pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkem-bangan teknologi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Instrument-instrument yang berka-itan dengan proses pembelajaran, yaitu: lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang berfungsi sebagai alat untuk mengetahui data hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran yang berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran; (2) Instrument-instrument yang berkaitan dengan hasil belajar siswa, yaitu berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK), kuis dan tes evaluasi hasil belajar tertulis yang dilaksanakan di akhir pembelajaran setiap kali pertemuan dalam setiap siklus. Indikator keberhasilan aktivitas guru dalam pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran memperoleh skor 82 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran secara rata-rata kelas dapat mencapai skor ≥ 82 dengan kriteria sangat aktif dan apabila dilihat secara klasikal mencapai 81% siswa berada pada
adalah 38
Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015 kriteria Hampir Seluruhnya Aktif atau Seluruhnya Aktif. Hasil belajar siswa mendapat nilai 70 (KKM) tuntas secara individual dan secara klasikal mencapai 80% siswa tuntas. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif. (1) Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui kualitas proses model pembelajaran koope-ratif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan variasi Make A Match melalui kegiatan observasi aktivitas guru terkait cara mengajar dan keaktifan siswa selama proses pem-belajaran berlangsung; (2) Analisis kuantitatif dilakukan untuk menge-tahui hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal, sesuai dengan KKM yang telah ditentukan. Analisis data mengenai hasil belajar siswa dilakukan dengan menghitung jumlah siswa yang telah tuntas dari evaluasi di akhir pembelajaran setiap pertemuan dengan materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran yaitu mengenai perkembangan teknologi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan temuan penelitian, aktivitas guru dari siklus I sampai siklus II memperlihatkan adanya perbaikan serta peningkatan yang signifikan pada aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan variasi Make A Match.
keberhasilan aktivitas guru sudah tercapai yakni 85% berdasarkan interpretasi keaktifan guru. Peningkatan hasil aktivitas guru dalam pembelajaran di atas disebabkan oleh adanya perbaikan pembelajaran melalui refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan. Refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara. Penggunaan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make a Match pada materi Perkembangan Teknologi dapat meningkatkan aktivitas guru dalam proses belajar mengajar sehingga berjalan dengan efektif. Menurut Rusman (2014:58) mengemukakan bahwa guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru. Menurut Susanto (2013:19) “pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik”. Menurut Suriansyah (2014:226), pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik, juga siswa dapat menjadi kreatif dalam proses pembelajaran. Dari paparan diatas dapat diketahui bahwa aktivitas guru menunjukkan peningkatan kegiatan dari pertemuan ke-1 siklus I hingga pertemuan ke-2 siklus II. Peningkatan terjadi karena pembenahan dan perbaikan dari guru, berdasarkan hasil observasi dalam mengajar menggunakan model Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make a Match. Maka aktivitas guru dalam pembelajaran IPS pada materi Perkembangan Teknologi dinyatakan berhasil. Berdasarkan beberapa data dan hasil temuan serta hasil refleksi bahwa hasil aktivitas siswa secara individual pada setiap pertemuan disetiap siklusnya mengalami peningkatan Dimana pada siklus I pertemuan 1 siswa dengan rata-rata kelas mencapai skor 61,97 kategori aktif dan ketuntasan secara klasikal yaitu 52,63% sedangkan pada pertemuan 2 rata-rata kelas mencapai skor 69,47 dengan kategori aktif dan secara klasikal mencapai 69,47% dan pada siklus II pertemuan 1 rata-rata kelas menjadi 78,42
Aktivitas Guru 67.5
77.5
80
92.5
Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert.2 Sik.1 Sik.1 Sik.2 Sik.2
Aktivitas pembelajaran oleh guru pada siklus I dan II pada mata pelajaran IPS materi Perkembangan Teknologi melalui model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make a Match mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari lembar hasil observasi guru yang telah dinilai oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Pada siklus I pertemuan 1 skor aktivitas guru yang diperoleh 67,5 dengan kategori baik, dan pada siklus I pertemuan 2 memperoleh skor 77,5 dengan kategori baik untuk pada siklus II pertemuan 1 perolehan skor meningkat menjadi 80 dengan kategori baikdan pada siklus II pertemuan 2 memperoleh 92,5 dengan kategori Sangat Baik. Dengan demikian indikator
39
Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015 dengan kategori sangat aktif dan secara klasikal mencapai 78,95% dan meningkat pada siklus II pertemuan 2 rata-rata kelas menjadi 85,13 dengan kategori sangat aktif dan secara klasikal menjadi 91,05%.
digunakan sudah dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV dalam belajar. Hasil belajar siswa pada siklus I sampai dengan siklus II menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make A Match menunjukkan adanya peningkatan,
Aktivitas Siswa Secara Rata-rata kelas
Hasil Belajar
61.97 69,.47 78.42 85.13 60.53% 71.05% 78.95%
Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert.2 Sik.1 Sik.1 Sik.2 Sik.2
Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert.2 Sik.1 Sik.1 Sik.2 Sik.2
Aktivitas Siswa Secara Klasikal 52.63% 69.47% 78.95%
89.47%
Persentase ketuntasan klasikal setiap pertemuan mengalami peningkatan pada siklus I pertemuan 1 hanya mencapai 60,53% meningkat pada siklus I pertemuan 2 yaitu 71,05% Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 mencapai 78,95% dan pada siklus II pertemuan 2 meningkat menjadi 89,47%. Ketuntasan klasikal dikatakan tuntas apabila siswa yang mendapat nilai 70 mencapai ≥80%. Data diatas memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa antara siklus I dengan siklus II melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Make A Match. “Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar” (Susanto, 2013:5). Sedangkan menurut Gagne (dalam Suprijono, 2013:5-6) hasil belajar berupa: Informasi verbal, Keterampilan intelektual, Strategi kognitif, Keterampilan motorik dan sikap. Berdasarkan analisis hasil belajar siswa, dapat dilihat tiap siklus mengalami peningkatan hasil evaluasi serta terjadi ketuntasan hasil belajar siswa baik secara individu maupun klasikal yang dipengaruhi oleh pelakasanaan proses pembelajaran yang tepat dan cara penyampaian informasi yang sistematis yang tentu dalam hal ini ada hubungannya dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make a Match. Hal tersebut disebabkan semakin baiknya proses pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru sehingga siswa lebih memahami materi yang diberikan. Dengan meningkatnya ketuntasan individual yang dicapai maka ketuntasan klasikal pun turut meningkat dengan demikian ketuntasan klasikal telah tercapai sesuai ketuntasan klasikal yang telah
91.05%
Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert.2 Sik.1 Sik.1 Sik.2 Sik.2
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa terjadi peningkatan pada setiap pertemuannya. Aktivitas siswa dalam menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make a Match dikatakan meningkat secara rata-rata kelas apabila memperoleh skor ≥ 82 dengan kategori sangat aktif dimasing-masing aspek. Sedangkan untuk aktivitas siswa secara klasikal dikatakan meningkat apabila ≥ 81% siswa sudah dapat mencapai kategori hampir seluruhnya aktif atau seluruhnya aktif. Peningkatan aktivitas siswa ini disebabkan ketepatan guru dalam melaksanakan dan menerapkan model Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make A Match. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make a Match ternyata dapat meningkatkan aktivitas siswa dimana siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, keaktifan siswa selalu meningkat di setiap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan menjadi kategori aktif dan sangat aktif yaitu dari 5 aspek yang diobservasi. Hal ini disebabkan dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah mampu bekerjasama mengerjakan tugas menunjukkan bahwa terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru. Sebab siswa sudah mulai berani bertanya jika mereka tidak memahami materi yang sedang dipelajari. Terjadinya aktivitas ini menunjukkan bahwa model yang 40
Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015 ditentukan.
kategori sangat aktif. (3) Hasil belajar siswa kelas IV materi Perkembangan Teknologi menggunakan model Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan variasi Make a Match di SDN Sungai Miai 5 dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari setiap pertemuannya, sehingga siswa mencapai ketuntasan secara individual dan secara klasikal.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make a Match yang telah diterapkan guru dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang Perkembangan Teknologi di kelas IV SDN Sungai Miai 5 Banjarmasin. Dengan mengacu kepada tujuan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make A Match pada materi Perkembangan Teknologi pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5 Banjarmasin dalam pelaksanaannya sudah mengalami perubahan. Hal ini dilihat pada siklus II pertemuan 2 menjadi kategori sangat baik. (2) Aktivitas siswa dalam mempelajari materi Perkembangan Teknologi dengan menggunakan model Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make A Match pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5 Banjarmasin mengalami peningkatan. Hal ini dilihat pada siklus II pertemuan 2 yakni rata-rata kelas kategori sangat aktif dan secara klasikal dengan
DAFTAR RUJUKAN Ahmad, Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prena Media Group. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suata Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sapriya. 2012. Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suharsimi, Arikunto. 2011. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media. Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Suriansyah, A., Aslamiah, Sulaiman, Noorhafizah. 2014. Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
41
Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015
42