MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN MEDIA TORSO Ari Murdiati SMPN 1 Srono Banyuwangi Email:
[email protected]
Abstract The purpose of the research is to improve science learning result of human and animal’s organs for grades V students. The research method was developed by using classroom action research that was conducted from August 26 2013 to September 10, 2013. The hope through the application of learning model “jigsaw” through using torso props can improve Natural science learning result of human and animal’s organ grades nine students. The research performance indicators are the increased value of the average to 70 and reaches completeness 75%. The action is given to the integrated student in the learning process model “jigsaw” through using torso props. After students are given the action and take the test, the results showed an increase in learning achievement are encouraging. In the first cycle, the average value increased to 65.38 and reached completeness 73.08%. While in the second cycle showed more satisfactory results where the average value of the rate can reach 76.15 with the completeness level 80.77%. Based on the empirical fact concluded that through the application of learning model “jigsaw” through using torso props can improve Natural science learning achievement of human and animal’s organ for the first semester of fifth grade students of SMPN 1 Srono academic year 2014/2015. Keywords: learning model “jigsaw”, torso, anatomie, peer tutor Hasil belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan siswa kelas 9 semester I SMPN 1 Srono masih rendah.Nilai rata-rata ulangan harian 56,34 dengan tingkat ketuntasan sebesar 61,54 % KKM ditetapkan sebesar 70 dengan tingkat ketuntasan ideal 75%. Berdasarkan kriteria tersebut, maka hasil belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan siswa kelas 9 perlu ditingkatkan. Faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa antara lain: guru tidak menerapkan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta pengelolaan kelas belum optimal. Untuk meningkatkan hasil belajar guru menerapkan model
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan yaitu model pembelajaran jigsaw melalui penggunaan alat peraga torso. Penulis mengangkat masalah ini sebagai penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw melalui penggunaan alat peraga torso untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan bagi Siswa Kelas 9 Semester I SMPN 1 Srono Tahun Pelajaran 2014/2015”. Permasalahan rendahnya hasil belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan siswa kelas 9 teridentifikasikan dalam beberapa hal, yaitu rendahnya hasil belajar 791
792 Kolaborasi, Vol 1, No 8, Juli 2015, Hlm: 791-799
siswa dikarenakan guru tidak menerapkan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, hasil belajar siswa perlu ditingkatkan agar tidak berpengaruh buruk pada hasil UASnya, faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa datang dari guru, siswa, dan kelas. Pembatasan Masalah: (1) Penerapan berarti proses, cara, pemasangan, pemanfaatan, perihal mempraktikan. Jadi yang dimaksud penerapan disini adalah pemanfaatan model pembelajaran jigsaw melalui penggunaan alat peraga torso dalam mengelola pembelajaran IPA organ tubuh manusia dan hewan bagi siswa kelas 9. (2) Model pembelajaran jigsaw adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa. Siswa belajar dalam kelompokkelompok kecil, masing-masing siswa dalam kelompok mendapat nomor yang berbeda satu sama lainnya. (3) Hasil belajar IPA adalah hasil belajar organ tubuh manusia dan hewan siswa setelah mempelajari materi dari guru melalui penerapan model pembelajaran jigsaw melalui penggunaan alat peraga torso. (4) Model pembelajaran numbered heads togheter adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menyenangkan di mana siswa belajar secara aktif dalam kelompokkelompok kecil yang masing-masing siswa mendapat nomor yang berbeda. (5) Torso adalah alat peraga yang dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA organ tubuh manusia dan hewan. Alat peraga torso berupa model anatomi tubuh manusia dan hewan yang lengkap. (6) Siswa kelas 9 adalah siswa kelas 9 semester I SMPN 1 Srono Kabupaten Banyuwangi tahun
pelajaran 2014/2015 sejumlah 26 siswa terdiri 14 putra dan 12 putri. Rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan model pembelajaran jigsaw dengan menggunakan alat peraga torso dapat meningkatkan hasil belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan bagi siswa kelas 9 semester I SMPN 1 Srono Tahun pelajaran 2014/2015?” Cara pemecahan masalah rendahnya hasil belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan siswa kelas 9 semester I melalui penerapan model pembelajaran jigsaw melalui penggunaan alat peraga torso. Model pembelajaran jigsaw melibatkan aktivitas seluruh siswa mulai dari perencanaan. Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang saling memberi kontribusi. Setiap siswa diberi nomor yang berbeda. Tugas yang diberikan oleh guru dikerjakan oleh masing-masing kelompok secara bersama-sama. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar untuk nomornomor yang diterima. Setiap kelompok juga harus dapat memastikan bahwa tiap anggota kelompok sudah dapat mengerjakan jawaban yang benar. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka sedangkan kelompok yang lain bisa memberi tanggapan. Selesai semua nomor dipanggil, membuat kesimpulan bersama dipandu guru. Tujuan umum penelitian untuk meningkatkan hasil belajar IPA SMPN 1 Srono. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan bagi siswa kelas 9 Semester I SMPN 1 Srono tahun pelajaran 2014/2015.
Ari Murdiati, Meningkatkan hasil belajar IPA melalui ...
KAJIAN TEORI Oemar Hamalik dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar” (2003:27) memberikan penjelasan tentang pengertian belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Pengertian belajar yang cukup konprehensif diberikan oleh Bell-Gredler dalam Udin S Winataputra (2007:1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Ratna Willis Dahar (1989: 11) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Sumadi Suryabrata (1993: 249) membagi faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua klasifikasi yaitu internal (fisiologis dan psikologis) dan eksternal (sosial dan keluarga) Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor kondisional yang ada.Oemar Hamalik (2003:32) memberi penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajaradalah : faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan, faktor latihan, faktor suasana yang menyenangkan,faktor asosiasi, faktor pengalaman masa lampau (bahan apersepsi), faktor kesiapan belajar, faktor minat dan usaha, faktor fisiologis, dan faktor intelegensi. Benyamin S Blomm dalam W Gulo (2004: 50) mengklasifikasi hasil belajar menjadi tiga yaitu: kognitif (berhubungan dengan pengetahuan, pengenalan, keterampilan, serta kemampuan intelektual), afektif (berhubungan
793
dengan sikap, nilai, perkembangan moral, dan keyakinan), psikomotor (berhubungan dengan keterampilan motorik). Jerome Bruner dalam Ruseffendi (1994:23) mengemukakan bahwa dalam proses belajar IPA siswa melewati tiga tahap yaitu: enaktif (siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi bendabenda konkrit), ikonik (kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya), simbolik (siswa memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu). Dengan memanfaatkan alat peraga torso, siswa belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan melalui tahap ikonik. Dengan model torso, siswa dapat mengamati organ-organ tubuh manusia dan hewan sehingga siswa mendapatkan pengalaman semi nyata tentang sistem pernapasan dan pencernaan yang dipelajari. Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.Pelaksanaan belajar tidak selalu lancar dan berhasil di dalam belajar baik formal maupun non formal, pasti ada kesulitan atau hambatan yang kita sebut masalah belajar. Dengan demikian masalah belajar dihadapi oleh setiap orang yang melakukan kegiatan belajar. Menurut Max Darsono (2001: 62) masalah belajar ialah berbagai problema yang menghambat atau mengganggu proses belajar atau pencapaian tujuan belajar. Menurut Winarno Surakhmad (1998:47) kesulitan umum yang dihadapi oleh siswa yang belajar adalah tidak cukupnya pengetahuan mereka mengenai cara-cara belajar. Model pembelajaran jigsaw adalah salah satu model
794 Kolaborasi, Vol 1, No 8, Juli 2015, Hlm: 791-799
pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa mulai dari perencanaan. Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang saling memberi kontribusi. Harun (2008) dalam makalah model-model pembelajaran yang disampaikan pada saat teaching clinic pasca setifikasi tahun 2008 di LPMP Semarang menjelaskan bahwa salah satu pembelajaran kooperatif yang menyenangkan serta tidak membosankan siswa adalah model pembelajaran jigsaw (NHT). Model pembelajaran jigsaw (NHT) melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) Membagi siswa dalam kelompokkelompok kecil, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor yang berbeda. (2) Guru memberi tugas dan KONDISI AWAL
RENCANA TINDAKAN
KONDISI AKHIR
masing-masing kelompok mengerjakannya. (3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawaban yang benar. (4) Guru memanggil salah satu nomor, siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. (5) Tanggapan dari teman yang lain. Kemudian guru menunjuk nomor yang lain. (6) Membuat kesimpulan bersama. Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang logis dalam melaksanakan penelitian tindakan yang digambarkan dalam bagan berikut.
Belum menerapkan model pembelajaran jigsaw
Hasil belajar rendah
Siklus 1 Hasil belajar meningkat Sudahmenerapkan model pembelajaran jigsaw
Diduga melalui penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas penulis mengajukan hipotesis tindakan bahwa diduga melalui penerapan
Siklus 2 Hasil Belajar melampaui indikator kinerja
model pembelajaran jigsaw melalui penggunaan alat peraga torso dapat meningkatkan hasil belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan bagi siswa kelas 9 semester I SMPN 1 Srono tahun pelajaran 2014/2015.
Ari Murdiati, Meningkatkan hasil belajar IPA melalui ...
METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada Semester I tahun pelajaran 2014/2015 dari tanggal 26 Agustus 2013 sampai dengan 10 September 2013. Alasan pengambilan waktu penelitian pada Semester I antara lain: materi dialokasikan pada kelas 9 Semester I, dan untuk mempersiapkan siswa kelas 9 menghadapi ulangan akhir semester I (UAS I). Penelitian ini mengambil lokasi di SMPN 1 Srono Kabupaten Banyuwangi. Alasan dipilihnya SMPN 1 Srono sebagai lokasi penelitian antara lain: penulis bertugas di SMPN 1 Srono, penulis lebih mengenal lokasi dan potensi yang dimiliki, lebih mudah mengkoordinir siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas 9 semester I SMPN 1 Srono tahun pelajaran 2014/2015 sejumlah 26 siswa terdiri dari 14 putra dan12 putri. Data yang diperoleh berasal dari sumber data primer dan sekunder.Data primer berupa nilai siswa baik nilai ulangan harian maupun nilai tes tindakan serta data dari hasil pengamatan, sedangkan data sekunder berupa daftar siswa dari dokumen kelas yang ada. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Alat pengumpulan data berupa butirbutir soal tes, sedangkan yang berhubungan dengan teknik non tes (pengamatan) menggunakan alat pengumpulan data berupa lembar pengamatan. Penelitian tindakan ini merupakan ragam penelitian kualitatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar. Analisis data yang dipakai adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik komparasi untuk mencari nilai
795
rata-rata dan tingkat ketuntasan. Kemudian dikomparasikan dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Dari nilai rata-rata dan ketuntasan inilah dapat diketahui perkembangan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberi tindakan. Guna mengetahui keberhasilan dari pelaksanaan penelitian tindakan ini perlu ditetapkan indikator kinerjanya. Adapun indikator kinerja penelitian ini penulis tetapkan sebagai berikut: (1) meningkatnya nilai siswa secara perorangan, (2) meningkatnya nilai rata-rata dari 56,34 menjadi minimal 70, (3) meningkatnya tingkat ketuntasan dari 61,54 % menjadi minimal 75%. Secara prosedural penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas yang direncanakan dalam dua siklus. Apabila dalam dua siklus hasilnya belum memenuhi indikator kinerja maka pelaksanaan tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini akan berlanjut sampai mencapai indikator kinerja yang ditetapkan. Secara keseluruhan pelaksanaan penelitian berlangsung dari tanggal 26 Agustus 2013 sampai dengan 10 September 2013. Tahapan setiap siklusnya meliputi: (1) Perencanaan, Dalam kegiatan perencanaan ini, penulis membuat persiapan sebelum melaksanakan tindakan. Persiapan yang dilakukan meliputi: menyusun RPP, menyiapkan alat peraga, menyusun lembar pertanyaan, membuat lembar pengamatan, menyusun soal tes tindakan, dan membuat format penilaian. (2) Tindakan, Tindakan yang diberikan kepada siswa terintegrasi dalam program pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran organ tubuh manusia dan hewan dengan menerapkan
796 Kolaborasi, Vol 1, No 8, Juli 2015, Hlm: 791-799
model pembelajaran jigsaw dan memanfaatkan alat peraga torso memberi pengalaman belajar siswa secara nyata. Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang saling memberi kontribusi. Model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menyenangkan serta tidak membosankan. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah: (a) Membagi siswa dalam kelompokkelompok kecil, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor yang berbeda. (b) Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. (c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawaban yang benar. (d) Guru memanggil salah satu nomor, siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. (e) Tanggapan dari teman yang lain. Kemudian guru menunjuk nomor yang lain. (f) Membuat kesimpulan bersama. Pembelajaran tiap siklus diatur dalam 4 x 35 menit atau 2 kali pertemuan.Tes tindakan dilaksanakan untuk mengukur tingkat perkembangan belajar siswa. Tes tindakan diberikan kepada siswa berbentuk soal objektif sebanyak 20 butir dengan waktu mengerjakan 30 menit. (3) Observasi / Pengamatan, Kegiatan pengamatan dilakukan seiring berlangsungnya proses pembelajaran. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh guru kolaborator dikandung maksud agar di dalam melakukan pengamatan dapat terfokus pada subjek dan aspekaspek yang diamati. Adapun subjek yang diamati adalah siswa dan guru penelitiserta kondisi kelas. Aspekaspek yang diamati untuk siswa
meliputi aktif diskusi, memberi kontribusi, memberi tanggapan, dan menjawab pertanyaan guru. Sedangkan aspek untuk guru peneliti meliputi penguasaan materi, penguasaan teknik, penguasaan metode, penguasaan kelas, penguasaan alat evaluasi, penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian bahasa pengantar, penyajian materi pembelajaran, dan pengelolaan pembelajaran. (4) Refleksi, Dalam hal kegiatan penelitian tindakan, refleksi diperlukan untuk memberi gambaran keadaan selama dan setelah berlangsungnya tindakan. Sehingga dapat diketahui kelebihan, kekurangan, kekuatan, dan kelemahan yang ada. Kelebihan dan kekuatan untuk diperteguh dan dimantapkan, sedangkan kekurangan dan kelemahan untuk dapat diperbaiki. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan siswa kelas 9 Semester I belum memenuhi harapan. Nilai rata-rata ulangan harian sebesar 56,34 dengan tingkat ketuntasan 61,54 % nilai tertinggi 90 dan terendah 20. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah guru tidak menerapkan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.Hasil belajar siswa harus ditingkatkan agar tidak berpengaruh buruk pada UASnya nanti. Upaya meningkatkan hasil belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan siswa kelas 9 melalui penerapan model pembelajaran jigsaw dengan menggunakan alat peraga torso. Model pembelajaran
Ari Murdiati, Meningkatkan hasil belajar IPA melalui ...
jigsaw dengan menggunakan alat peraga torso siswa memperoleh pengalaman belajar secara nyata dalam organ tubuh manusia dan hewan. Pembelajaran jigsaw melalui penggunaan alat peraga torso menumbuhkan motivasi siswa, pemanfaatan tutor sebaya membantu memberi pemahaman kepada siswa yang lemah. Kolaborator melakukan pengamatan yang direkam pada lembar pengamatan. Setelah siswa mengikuti rangkaian pembelajaran, untuk mengukur tingkat keberhasilan, penulis melaksanakan tes. Hasil tes dianalisis menurut prosedur analisis deskriptif komparasi. Soal tes berbentuk objektif sebanyak 20 butir dengan waktu 30 menit KKM 70. Secara empirik hasil tes menunjukkan peningkatan di mana nilai tertinggi 100, terendah 40, nilai rata-rata 65,38 dan ketuntasan 73,08 %. Hasil pengamatan kolaborator untuk kategori tinggi pada aspek aktif diskusi 53,84 %, memberi kontribusi 50 %, memberi tanggapan 57,69 %, dan menjawab pertanyaan guru 61,54 %. Rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 55,77%. Pelaksanaan siklus I merefleksikan hal-hal sebagai berikut: (1) penerapan model pembelajaran jigsaw melalui penggunaan alat peraga torso membuat siswa aktif baik individu maupun kelompok, (2) beberapa siswa masih rendah aktivitas belajarnya, (3) hasil belajar siswa belum memenuhi ketetapan indikator kinerja, (4) kondisi kelas saat proses pembelajaran aktif, dinamis, serta menyenangkan, (5) masih perlu dilakukan tindakan siklus berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, penulis menyusun perencanaan tindakan siklus II. Beberapa siswa yang aktivitas
797
belajarnya masih rendah diberi motivasi agar mengikuti pembelajaran labih serius dan sungguh-sungguh. Mereka hendaknya mengikuti semua proses pembelajaran dengan antusias supaya hasil belajarnya meningkat. Pembelajaran dilakukan 2 kali pertemuan yang setiap pertemuan disetting 2 x 35 menit. Langkahlangkah pembelajaran jigsaw dilaksanakan dengan penuh kecermatan. Tugas yang diberikan kepada siswa lebih variatif. Selesai melaksanakan proses pembelajaran, siswa melakukan tes. Soal tes berbentuk objektif sebanyak 20 butirdengan waktu mengerjakan 30 menit.Hasil tes mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai tertinggi 100, terendah 55, rata-rata 76,15 dan ketuntasan 80,77 %. Hasil tes siklus II secara implisit sudah memenuhi ketentuan indikator kinerja penelitian yang ditetapkan. Nilai rata-rata 76,15 melampaui ketetapan indikator kinerja sebesar 70. Tingkat ketuntasan 80,77 % juga melampaui ketetapan indikator kinerja sebesar 75 %. Secara faktual pelaksanaan penelitian ini berhasil mencapai tujuan yang dikehendaki. Hasil pengamatan kolaborator terhadap kegiatan siswa untuk kategori tinggi pada aspek aktif diskusi 84,61 %, memberi kontribusi 76,92 %, memberi tangapan 88,46 % dan menjawab pertanyaan guru 84,61 %. Rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 83,65 %. Pelaksanaan siklus II merefleksikan hal-hal sebagai berikut: (1) hasil belajar siswa meningkat dilihat dari nilai perorangan, rata-rata kelas dan ketuntasan, (2) penerapan model pembelajaran jigsaw melalui penggunaan alat peraga torso efektif meningkatkan hasil belajar siswa, (3)
798 Kolaborasi, Vol 1, No 8, Juli 2015, Hlm: 791-799
nilai rata-rata dan ketuntasan sudah memenuhi ketetapan indikator kinerja, (4) kondisi kelas sangat hidup dengan interaksi yang tinggi, (5) pemberian latihan soal yang beragam berdampak pada peningkatan hasil belajar. Pada kondisi awal hasil belajar siswa masih rendah. Nilai rata-rata ulangan harian sebesar 56,34 dengan tingkat ketuntasan sebesar 61,54 %. Motivasi belajar siswa juga masih rendah. Pada siklus I setelah siswa diberi tindakan melalui model pembelajaran jigsaw No 1 2 3 4
Nilai Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Ketuntasan
Kondisi Awal 90 20 56,34 61,54 %
Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, dan tingkat ketuntasan mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata 76,15 sudah melampaui ketentuan indikator kinerja penelitian sebesar 70, begitu pula untuk tingkat ketuntasan sebesar 80,77 % juga sudah memenuhi ketentuan indikator kinerja sebesar 75 %. Memperhatikan hasil analisis data yang sudah diuraikan di atas menunjukkan fakta empirik bahwa ketercapaian indikator kinerja penelitian sudah terpenuhi dilihat dari: (a) Nilai perorangan mengalami peningkatan, (b) nilai rata-rata 76,15 melampaui ketetapan indikator kinerja minimal 70, (c) ketuntasan 80,77 % melampaui ketetapan indikator kinerja sebesar 75%. Berdasarkan pertimbangan segi ketercapaian indikator kinerja penelitian membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran jigsaw melalui penggunaan alat
dengan memanfaatkan alat peraga torso, hasil belajar siswa materi organ tubuh manusia dan hewan mengalami peningkatan walaupun belum memenuhi harapan. Nilai ratarata mencapai 65,38 dengan tingkat ketuntasan sebesar 73,08 %. Hasil pelaksanakan tindakan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata mencapai 76,15 dengan tingkat ketuntasan sebesar 80,77 %. Untuk melihat perkembangan belajar siswa secara utuh disajikan tabel komparasi sebagai berikut: Siklus I 100 40 65,38 73,08 %
Siklus II 100 55 76,15 80,77 %
Ket Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
peraga torso dapat meningkatkan hasil belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan bagi siswa kelas 9 semester I SMPN 1 Srono tahun pelajaran 2014/2015. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas ini berhasil mencapai tujuan seperti yang diharapkan. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data serta memperhatikan hasil penelitian seperti yang sudah diuraikan sebelumnya di mana diperoleh fakta empirik bahwa ketercapaian indikator kinerja terpenuhi dilihat dari aspek: (1) nilai perorangan yang meningkat, (2) nilai rata-rata 76,15 melampaui ketetapan indikator kinerja minimal 70, (3) ketuntasan 80,77 % melampaui ketetapan indikator kinerja sebesar 75%, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran jigsaw dengan menggunakan alat peraga torso dapat
Ari Murdiati, Meningkatkan hasil belajar IPA melalui ...
meningkatkan hasil belajar IPA organ tubuh manusia dan hewan bagi siswa kelas 9 semester I SMPN 1 Srono tahun pelajaran 2014/2015. DAFTAR PUSTAKA Darsono, Max dkk. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP Semarang Press. Gulo, W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ratna, Wilis Dahar. 1989. Teori Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Ruseffendi.1994. Pendidikan IPA organ tubuh manusia dan hewan 3. Jakarta: Depdikbud. Suryasubrata, Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Surakhmad, Winarno. 1998. Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta: Jemmars. Winataputra, Udin S. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: UT.
799