Jurnal Ilmiah IKIP Mataram
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA Fitran Sari SMP Negeri 3 Mataram E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Melatih tingkat sosial siswa dalam kegiatan pembelajaran tidaklah mudah. Kurang percaya diri karena tidak memiliki kemampuan belajar yang sama dengan teman yang lebih dari diri siswa salah satu penyebabnya. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa yang mempunyai kemampuan belajar lebih cepat akan mendominasi kegiatan pembelajaran sedangkan yang berkemampuan belajar yang lambat akan menjadi siswa yang tidak aktif. Oleh sebab itu peneliti sebagai guru mata pelajaran IPA kelas IX memanfaatkan kemampuan belajar siswa yang lebih cepat untuk membantu siswa yang berkemampuan belajar lambat. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari 2 siklus, pada materi persilangan. Kelas IX-1 dijadikan subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas, karena ada kesenjangan yang cukup tinggi antara siswa yang berkemampuan belajar lebih cepat dengan lambat, dan dianalisis berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan guru, tutor sebaya dan tes hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Siklus I jumlah siswa yang tuntas 58 % sedangkan siklus II 87,1%. Nilai rata-rata kelas Siklus I 76.77% sedangkan Siklus II 88.39 %, tindakan guru Siklus I 73% Sedangkan tindakan guru Siklus II 93% tindakan tutor sebaya Siklus I 87.5%, sedangkan siklus II 93.75%, sehingga dari penelitian tidakan kelas ini dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX-1 di SMP N 3 Mataram. Kata Kunci: Tutor Sebaya, Hasil Belajar, Persilangan. PENDAHULUAN Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan
memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Berdasarkan hasil observasi selama kegiatan pembelajaran di kelas IX-1 SMPN 3 Mataram, ditemukan bahwa hasil belajar siswa pada matapelajaran biologi masih rendah. Sebagian kecil siswa memperoleh nilai yang cukup bagus, namun disisi lain ditemukan masih banyak siswa yang memiliki nilai yang rendah. Dari penemuan ini dapat diidentifikasi bahwa ketuntasan belajar siswa rata-rata hanya mencapai 63%. Rendahnya hasil belajar siswa ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar siswa. Motivasi belajar berkorelasi dengan hasil belajar yang diraih siswa. Hal ini dapat diamati pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memperoleh hasil belajar yang baik, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah memperoleh hasil belajar yang kurang baik. Rendahnya motivasi belajar siswa di kelas IX-1 SMPN 3 Mataram diduga disebabkan oleh proses belajar mengajar yang belum optimal dan kurangnya penerapan model
440
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam belajar. Oleh karena itu, dalam memecahkan masalah rendahnya hasil belajar siswa pada kelas IX-1 SMPN 3 Mataram yang disebabkan oleh rendahnya motivasi siswa, maka dianggap perlu untuk menerapkan model pembelajaran, salah satunya yaitu model pembelajaran tutor sebaya. Tutor sebaya merupakan strategi pembelajaran aktif. Menurut beberapa ahli, satu pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya. Dengan tutor sebaya, akan memberikan kesempatan dan mendorong peserta didik mempelajari sesuatu dengan baik, dan pada waktu yang sama ia menjadi nara sumber bagi yang lain. Pembelajaran tutor sebaya merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan kemampuan mengajar teman sebaya (Sibermen, 2001). Melalui pembelajaran tutor sebaya diharapkan siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini sejalan dengan Arikunto (1992), yang menyatakan bahwa seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan yang lain karena tidak adayanya rasa enggan atau malu untuk bertanya. Penelitian ini mengkaji penerapan model pembelajaran tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa di SMPN 3 Mataram. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Waseso (1994), penelitian tindakan merupakan proses siklus, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, dan refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang. Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat komponen penelitian tindakan ini masuk kedalam siklus PTK seperti yang ditampilkan pada Gambar 1.
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358 Planning Reflection Action/Observati on
Revised Planning
Reflection Action / Observation Dan seterusnya
Revised Planning
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX-1 SMPN 3 Mataram yang berjumlah 32 orang siswa. Penelitian dilaksanakan pada bulan September- nopember tahun 2011. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan masingmasing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data hasil belajar siswa diperoleh dari nilai Ujian Akhir Semester (UAS), sedangkan aktivitas tutor sebaya diperoleh dari lembar observasi pelaksanaan pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dan II Berdasarkan analisis hasil belajar siswa berdasarkan nila ujian akhir semester diperoleh rerata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 76,77, sedangkan untuk siklus II sebesar 88,39. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa pada siklus I dan II setelah penerapan model pembelajaran tutor sebaya. Rerata hasil belajar siswa pada siklus I dan II ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Rerata Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan II 2. Persentase pelaksanaan pembelajaran dengan tutor sebaya pada siklus I dan II
441
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Aktivitas pelaksanaan model pembelajaran tutor sebaya berdasarkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas pembelajaran menggunakan model pembelajaran tutor sebaya pada siklus I dan II. Pada siklus I aktivitas pembelajaran dengan tutor sebaya sebesar 87,5 %, sedangkan untuk siklus II meningkat menjadi 93,73%. Aktivitas pelaksanaan tutor sebaya pada siklus I dan II ditampilkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Aktivitas Tutor Sebaya pada Siklus I dan II B. Pembahasan Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus, yaitu siklus I dan II. Masing-masing siklus dilaksanakan kegiatan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berikut dijabarkan kegiatan selama kegiatan siklus I dan II. 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan I Pada tahap perencanaan I kegiatan yang dilakukan adalah (a) analisis hasil ulangan harian. Hasil analisis ulangan harian siswa kelas IX-1 yang berjumlah 32 orang siswa diketahui bahwa 21 siswa memperoleh nilai yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), sedangkan sisanya sebanyak 11 siswa belum mencapai KKM. Rentangan nilai yang diperoleh siswa berkisar antara 30-100. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang memperoleh hasil belajar yang rendah, sehingga belum mencapai KKM. Hal ini diduga karena rendahnya motivasi belajar siswa, sehingga perlunya modifikasi pembelajaran yang
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358 dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selanjutnya peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Ada langkah-langkah dalam merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 1) Peneliti memilih siswa yang akan menjadi tutor sebaya yang mempunyai kemampuan dalam membantu dan berkomunikasi dengan temantemannya dalam kegiatan pembelajaran. 2) Peneliti mengatur alokasi waktu sesuai dengan materi yang akan disajikan. 3) Peneliti menyiapkan lembar observasi bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa. 4) Peneliti menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa, 5) Peneliti menyiap materi Persilangan Monohibrida dan kancing genetika. 6) Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pada akhir kegiatan pembelajaran peneliti menyiapkan lembar soal evaluasi barupa soal uraian. b. Tahap pelaksanaan I Pada tahap pelaksanaan I peneliti melaksanakan kegiatan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu: Pendahuluan, kegiatan inti (memberdayakan tutor sebaya), pada kegiatan inti di mulai dari kegiatan eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi, kegiatan penutup siswa merangkum pembelajaran dan peneliti memberi tugas rumah. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa peneliti memberi tes uraian. c. Tahap observasi I Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam proses pembelajaran sebesar 73 %, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru belum mencapai indikator keberhasilan. Adapun kelemahannya adalah peneliti belum optimal memberdayakan tutor sebaya, memotivasi siswa
442
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram dan kurang aktif memfokuskan konsentrasi siswa dalam kegiatan pembelajaran . Sedangkan berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas tutor sebaya sebesar 87.5%. hal ini menunjukkan belum mencapai indikator keberhasilan. Tutor sebaya belum maksimal berperan sebagai tutor, tutor sebaya kurang kepercayaan diri untuk menyampaikan pendapat kepada anggota kelompoknya, canggung dan sungkan untuk mengajak teman-teman yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan observasi terhadap hasil evaluasi siswa, maka yang tuntas sebesar 58 % dari 31 siswa dan nilai rata-rata kelas sebesar 76.77. Hasil observasi tersebut menunjukkan belum mencapai indikator keberhasilan yaitu minimal 85% siswa memperoleh nilai ≥ 75, nilai rata-rara kelas 75 dan aktivitas tutor sebaya dan guru ≥ 90 % . d. Tahap refleksi I Hasil observasi terhadap kegiatan guru dan tutor sebaya dan hasil belajar siswa, maka peneliti memperoleh beberapa kelemahan yaitu : 1) Kurang mempersiapkan tutor sebaya baik dari penguasaan materi 2) maupun kemampuan dalam berkomunikasi dengan temanteman, sehingga tutor sebaya masih belum optimal dalam menyampaikan materi. 3) Peneliti sebagai nara sumber dalam kegiatan pembelajaran belum optimal dalam membantu siswa yang masih belum menguasai materi 4) Masih kurang motivasi belajar siswa, ada beberapa siswa yang mengerjakan tugas pelajaran yang lain dan memainkan alat-alat pembelajaran. Sehingga dari kelemahan-kelemahan tersebut maka perlu adanya perbaikan pada siklus II.
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358 2. Siklus II a. Tahap Perencanaan II Pada tahap perencanaan II ini, peneliti memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan (muncul) pada siklus I. Adapun tahap perencanaan II peneliti menyiapkan materi persilangan dengan dua sifat beda (dihibrida), menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, menyiapkan Lembar Kerja Siswa, dan menyusun alat Evaluasi (tes uraian). Untuk memperbaiki kelemahan pada siklus I sehari sebelum kegiatan pembelajaran tutor sebaya bersama peneliti membahas materi yang akan disampaikan pada siklus II. Kegiatan ini dilaksanakan untuk membantu tutor sebaya agar lebih optimal membantu temantemanya dalam kegiatan pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan II Pada tahap pelaksanan II, peneliti melaksanakan kegiatan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu: Pendahuluan, Kegiatan inti (memberdayakan tutor sebaya) di mulai dari kegiatan eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi, dan kegiatan penutup siswa merangkum pembelajaran dan peneliti memberi tugas rumah. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa peneliti memberi tes uraian. c. Tahap observasi II Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam proses pembelajaran sebesar 93% hal ini menunjukkan bahwa sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu ≥ 90%. Pada siklus II peneliti mempersiapkan tutor sebaya sehari sebelum kegiatan pembelajaran dan membahas materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Peneliti secara bergantian membantu kelompok yang masih membutuhkan bantuan. Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas tutor sebaya
443
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram sebesar 93,75% ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu sebesar ≥ 90%. Tutor sebaya telah menjalankan perannya sebagai tutor yang secara optimal membantu anggota kelompoknya dalam kegiatan pembelajaran. Anggota kelompok sangat antusias menyelesaikan percobaan dihibrida yang menggunakan kancing genetika. antara tutor sebaya dengan anggota kelompok terjadi komunikasi dan saling berdiskusi sehingga semua kelompok menyelesaikan tugas baik percobaan maupun latihan soal dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan hasilnya memuaskan. Sedangkan dari observasi hasil evaluasi siswa, yang tuntas 26 (87,1%) yang tidak tuntas 5 orang dan nilai rata-rata kelas 88,39. Dari hasil observasi tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 87,1% sudah mencapai nilai ≥75, nilai rata-rata kelas ≥ 75 dan observasi kegiatan guru dan tutor sebaya ≥ 90 % . d. Tahap Refleksi II Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru, aktivitas tutor sebaya dan hasil evaluasi belajar tentang materi persilangan dihibrida sudah mencapai indikator keberhasilan. Namun perlu menanamkan kepada tutor sebaya sikap rendah hati, dan saling membantu dalam aktivitas pembelajaran.
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358 DAFTAR RUJUKAN Bafadal, I. 1994. Proses Perubahan di Sekolah. Desertasi Tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana IKIP Malang Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research In Education. Boston: Allyn & Bacon Guba, E. G., & Lincoln, Y.S 1981 Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara Miles, M. B., & Hubermen, A.M. 1984. Analisis Data Qualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Universitas Indonesia, Jakarta Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito Nurhadi, & Senduk, G., A., 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Spradley, J., P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston Suparno, P., Rohandi, R., Sukadi, G., Kartono, S. 2001. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Usman, Uzer, M. 2002. Menjadi Guru Profesional. Edisi Kedua. Cetakkan ke empat belas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar Biologi siswa kelas IX-1 SMP Negeri 3 Mataram pada materi Persilangan Monohibrida dan Dihibrida dengan menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dari hasil evaluasi siswa setelah kegiatan pembelajaran berakhir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran tutor sebaya.
444