Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
ABSTRAK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X7 SMA NEGERI 7 BANJARMASIN PADA KONSEP EKOSISTEM MELALUI PENGGUNAAN MIND MAP (PETA PIKIRAN) DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF Oleh: M.Nofiar Hadi, St. Wahidah Arsyad, Sri Amintarti Konsep ekosistem merupakan salah satu konsep yang diajarkan pada siswa kelas X SMA yang menuntut siswa mampu mendeskripsikan dan menilai komponen ekosistem, interaksi dan hubungan dari masing-masing komponen, menemukan dan mengembangkan serta menghubungkan antar konsep. Berdasarkan informasi dari guru Biologi kelas X SMA Negeri 7 Banjarmasin dalam pembelajaran konsep Ekosistemterdapat beberapa konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami dan diingat serta perlu penjelasan yang mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan kualitas aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran, peningkatan hasil belajar serta respon siswa dan guru terhadap pembelajaran dengan penggunaanMind map. Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan jenis penelitian deskriptif yang dirancang dalam 2 siklus masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-7 SMA Negeri 7 Banjarmasin tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 32 orang. Data dianalisis secara deskriptif dengan teknik persentase. Hasil penelitian menunjukan aktivitas siswa dalam semua parameter mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II kecuali parameter 3 yaitu berdiskusi antar anggota kelompok yang konsisten berada dalam kategori baik. Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran tergolong baik. Hasil belajar berupa postes mengalami peningkatan ketuntasan klasikal (gain) yaitu sebesar 10,93% dan proses pembelajaran berupa mengerjakan soal LKS dalam kategori baik dan Mind map yang dibuat telah mencapai kategori istimewa. Respon siswa dan guru positif terhadap pembelajaran dengan strategi Mind map dimana 60,71% menyatakan sangat setuju dan 39,28% menyatakan setuju. Pembelajaran dengan penggunaanMindmap disimpulkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X7 SMA Negeri 7 Banjarmasin pada konsep Ekosistem. Kata Kunci: Mind map, Aktivitas siswa dan guru, Hasil belajar
1
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar proses belajar lebih memadai (fasilitator). Menurut Silberman (2009) pada proses pembelajaran peserta didik dapat mengalami kesulitan dasarnya
misalnya untuk
memusatkan mempelajari
perhatian
sesuatu
atau
dengan
mengingat.
Pada
baik,
perlu
kita
mendengarnya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang konsep yang dipelajari dan mendiskusikannya dengan orang lain. Bukan hanya itu, siswa perlu mengerjakan yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah mereka dapat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2013 kepada guru mata pelajaran biologi kelas X SMA Negeri 7 Banjarmasin, diperoleh penjelasan bahwa dalam pembelajaran konsep Ekosistem terdapat beberapa materi yang cukup sulit untuk dipahami dan perlu penjelasan yang mendalam walaupun dari segi nilai yang didapatkan oleh siswa pada tahun pelajaran yang lalu sudah berada di atas rata-rata KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran Biologi yaitu ≥75. Walaupun dari segi ketuntasan secara kognitif sudah berada di atas KKM yang ditetapkan, masih terdapat siswa yang kurang aktif. Siswa yang aktif hanyalah siswa-siswa tertentu saja. Mereka sering bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang disampaikan oleh guru dan mengajukan pendapat dan mencari informasi dari sumber belajar lainnya. Keadaan ini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan siswa yang kurang aktif. Siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran cenderung kurang berani untuk bertanya kepada guru dan mereka hanya menerima saja pengetahuan yang diberikan.Sebagian siswa kesulitan
2
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
mengingat konsep-konsep biologi tertentu yang disebabkan oleh masih adanya kebiasaan beberapa siswa yang tidak mencatat materi pelajaran atau setelah mencatat tidak membuka atau jarang membaca catatannya kembali dan terkesan monoton. Hal ini didukung oleh data hasil penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada siswa kelas X-7 SMA Negeri 7 Banjarmasin didapatkan data yaitu kebiasaan siswa yang selalu mencatat penjelasan guru yaitu sebanyak 16 orang (57,14%). Siswa yang kemudian membaca kembali catatan yang telah dibuatnya yaitu sebanyak 10 orang (35,71%), siswa yang menyatakan catatan yang dibuatnya tidak menarik sebanyak 10 orang (35,71%) dan 8 orang menyatakan kadang-kadang catatan yang telah dibuatnya menarik untuk dibaca kembali walaupun hampir seluruh siswa (92,85%) menyatakan mencatat penjelasan guru memberikan manfaat namun sebagian siswa enggan melakukannya. Salah satu siswa berpendapat catatan yang dibuatnya terkesan monoton karena hanya menggunakan pulpen berwarna hitam sehingga membuatnya kurang tertarik untuk membaca kembali buku catatannya. Penelitian mengenai Mind map pernah dilakukan oleh Sapitri (2010) yang mengatakan pada hasil penelitiannya bahwa pada proses belajar siswa kelas VII SMP Swasta Taman Pendidikan Islam Medan dengan penggunaan Mind map dapat meningkatkan aktivitas mengajukan pertanyaan dari 5,95% menjadi 15,08%, aktivitas menjawab pertanyaan meningkat sebesar 1,19% dari siklus I menjadi 3,35%, aktivitas memberikan pendapat untuk pemecahan masalah meningkat dari 1,19% menjadi 3,91%, aktivitas berlatih Mind map meningkatkan dari 36,90% menjadi 39,11% dan aktivitas perilaku yang tidak sesuai mengalami penurunan dari 48,21% menjadi 27,93%.
3
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Buzan
(2008)
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan Mind Map ini akan membantu anak: (1) mudah mengingat sesuatu; (2) mengingat fakta, angka, dan rumus dengan mudah; (3) meningkatkan motivasi dan konsentrasi; (4) mengingat dan menghafal menjadi lebih cepat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pembelajaran dengan menggunakan Mind map. Peneliti menggunakan Mind map dengan asumsi memiliki keunggulan yaitu dapat memetakan pikiran secara lebih kreatif, efektif, berdayaguna dan tentunya lebih menyenangkan.
Adapun
tujuan
penelitian
ini
untuk
mengetahui
penggunaan Mind map dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X-7 SMA Negeri 7 Banjarmasin pada konsep Ekosistem, kualitas aktivitas guru dalam proses pengelolaan pembelajaran melalui penggunaan Mind map dalam pembelajaran kooperatif pada konsep Ekosistem, peningkatan hasil belajar siswa kelas X-7 SMA Negeri 7 Banjarmasin dengan menggunakan Mind map pada konsep Ekosistem, respon siswa dan guru kelas X-7 SMA Negeri 7 Banjarmasin terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Mind map pada konsep Ekosistem.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kemmis & McTaggart (Susilo, 2008) PTK terdiri dari 3 tahapan yaitu
perencanaan
(planning),
tindakan
(acting)
dan
pengamatan
(observing) serta refleksi (reflecting). Desain Penelitian
Gambar 1. Desain PTK Model Kemmis & Mc Taggart
4
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus. Pada siklus I dan II masing-masing dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. Untuk lebih jelasnya tentang Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan lihat Tabel 1. Tabel 1. Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Siklus Pertemuan 1
1
Materi Pokok
Jam
Komponen Ekosistem dan Aliran Energi
2x 45’
2
2
1
Pencemaran
Lingkungan
berdasarkan
1x
tempat serta dampak bagi lingkungan
45’
Daur Biogeokimia
2x 45’
2
Pencemaran
Lingkungan
berdasarkan
1x
bahan pencemar dan tingkat pencemaran,
45’
faktor penyebab dan alternatif pemecahan masalah lingkungan Peneliti berkolaborasi dengan 2 orang dosen pembimbing, 1 orang guru Biologi Kelas X-7 SMA Negeri 7 Banjarmasin dan dibantu oleh 9 orang observer. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif
dilakukan
secara
deskriptif,
dengan
cara
menghitung
ketuntasan klasikal dan ketuntasan individual dengan rumus sebagai berikut: Ketuntasan Individual =
Ketuntasan Klasikal =
Jumlah skor Jumlah skor maksimal
x 100%
Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah seluruh siswa
x 100%
Keterangan: Ketuntasan individual: jika siswa mencapai ketuntasan ≥75%. Ketuntasan klasikal: Jika ≥85% dari seluruh siswa yang mencapai ketuntasan ≥75%.
5
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
a. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kualitatif dilakukan secara deskriptif yaitu hasil pengamatan aktivitas siswa, aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran, penilaian Mind map berdasarkan kategori yakni baik (76-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%) dan buruk (<40%) yang telah dimodifikasi (Arikunto, 2010), penilaian proses, penilaian psikomotor, penilaian perilaku berkarakter dan penilaian keterampilan sosial, serta respon siswa dan guru terhadap kegiatan pembelajaran yang diperoleh melalui angket yang diberikan pada akhir pertemuan siklus II. b. Data kuantitatif yang diperoleh dari penilaian pretes dan postes serta hasil selama proses pembelajaran berupa nilai soal LKS. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi semua komponen indikator kualitatif dan indikator kuantitatif (Arikunto, 1999). Kedua indikator di atas dilihat dari pergeseran hasil siklus I dan siklus II. 1. Indikator kualitatif, yaitu: a. Aktivitas siswa telah menunjukkan kenaikan dari siklus I ke siklus II atau pengelolaan guru dalam pembelajaran semakin baik dalam kegiatan belajar mengajar. b. Penilaian Mind map yang dikerjakan siswa secara berkelompok tergolong baik. c. Penilaian proses, psikomotor dan perilaku berkarakter semakin baik. d. Respon siswa dan guru terhadap pembelajaran adalah positif yang diperoleh berdasarkan angket yang diisi pada akhir pertemuan siklus II. 2. Indikator kuantitatif, seperti: a. Siswa mencapai ketuntasan secara individual (skor ≥75%) dan ketuntasan secara klasikal jika ≥85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang mana hal telah ditetapkan oleh sekolah. b. Hasil selama proses pembelajaran tergolong baik yang dinilai dari soal LKS.
6
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus I dan II Tabel 2. Ringkasan Data Aktivitas Siswa pada Siklus I dan II Sikl
Pertemu
us
an 1
I 2
Rata-rata
Aktivitas Yang Diamati 1
3
4
10
71,8
2
0
7
10
10
0
0
92,1
95,
10
8
3
0
10
10
0
0
10
10
0
0
10
10
0
0
4,7
0
84,3 90, 7 100
1
100
2
100
Rata-rata
100
II
Selisih ratarata (%)
2
7,82
5 50
6
3,12 3,12
68,7 53,1 18,7 5
2
5
70,3 51,5 10,9 1
6
71,8 56,2 7
5
7
3 25
6,25
4,68
9,37
8
9
0
3,12
3,12 18,7 5 1,56 10,9 3 12,5 18,7 5
71,4 53,5 28,7 17,8 14,2 2
7
5
5
25
8
71,6 54,9 26,8 13,6 13,3 21,8 4
1
1,34 3,35
7 15,9 4
Keterangan : 1. memperhatikan penjelasan guru 2. membaca hand out atau buku lain yang relevan 3. berdiskusi antar anggota kelompok 4. membuat Mind Map sesuai petunjuk yang ada di LKS 5. mengerjakan soal-soal yang ada di LKS 6. mempresentasikan Mind Map di depan kelas 7. aktif bertanya pada saat diskusi kelas 8. aktif menjawab saat diskusi kelas
7
1 8,93
9
7
11,8 10,9 3
4
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
9. membuat atau menuliskan kesimpulan Berdasarkan Tabel 2 memperlihatkan ringkasan aktivitas siswa pada tiap siklus. Semua aktivitas siswa mengalami peningkatan kecuali aktivitas
berdiskusi
dengan
anggota
kelompok
tidak
mengalami
penurunan maupun peningkatan. Aktivitas yang mengalami peningkatan dari hasil rata-rata siklus I ke siklus II adalah memperhatikan penjelasan guru (7,82%), membaca hand out atau buku lain yang relevan (4,7%), membuat Mind map sesuai petunjuk yang dala di LKS (1,34%), mengerjakan soal-soal yang ada di LKS
(3,35%), mempresentasikan
Mind map di depan kelas (15,94%), aktif bertanya pada saat diskusi kelas (8,93%), aktif menjawab saat diskusi kelas (11,83%) dan membuat atau menuliskan kesimpulan (10,94%).
Aktivitas guru dalam Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan terlihat kualitas aktivitas guru dari siklus I ke siklus II tergolong baik. Secara umum, kegiatan awal mengalami peningkatan dari baik menjadi sangat baik. Hanya poin no.3 yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran mendapat kategori kurang baik. Pada kegiatan inti dan akhir dari siklus I ke siklus II tergolong baik.
Hasil Penilaian Mind map Hasil selama proses pembelajaran dari nilai Mind map yang dibuat secara berkelompok mengalami peningkatan kategori pada siklus I yaitu pertemuan 1 ke pertemuan 2 masing-masing dengan rata-rata nilai Mind map 184,06 dengan kategori B+ (sangat baik) dan 133,75 dengan kategori A (istimewa). Namun, pada siklus II pertemuan 1 mengalami penurunan kategori menjadi B+ (sangat baik) dengan rata-rata nilai Mind map yang telah dibuat sebesar 235,81. Akan tetapi, pada siklus II pertemuan 2 terjadi peningkatan kategori penilaian menjadi istimewa (A) dengan nilai rata-rata Mind map yaitu 182,18. Berdasarkan nilai Mind map yang telah 8
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
diperoleh masing-masing kelompok, semuanya sudah sesuai dengan aturan pembuatan Mind map bahkan terdapat 5 kelompok (62,5%) yaitu kelompok 1, 3, 6, 7 dan 8 melebihi nilai Mind map yang telah dibuat oleh Peneliti. Hal ini menandakan anggota kelompok dapat bekerjasama dengan baik serta mampu mengembangkan konsep-konsep yang telah didapat menjadi lebih bermakna melalui penggunaan Mind map dalam pembelajaran kooperatif.
Hasil Pengamatan Kinerja Proses pada Siklus I dan Siklus II Penilaian proses siklus I dan siklus II dimana siklus I pertemuan 1 dan 2 penilaian proses termasuk dalam kategori kurang dan sedang dengan rata-rata sebesar 53,51% dan 56,25%
sehingga rata-rata
penilaian pada siklus I adalah 54,88% dengan kategori kurang. Selanjutnya, pada siklus II pertemuan 1 dan 2 mengalami peningkatan dengan rata-rata penilaian proses yang diperoleh adalah 58,59% dan 61,16%
dengan kategori sedang sehingga rata-rata penilaian proses
pada siklus II adalah 59,87% dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan penilaian proses dari siklus I ke siklus II sebesar 4,99%.
Hasil Pengamatan Kinerja Psikomotor pada Siklus I dan II Pada siklus I pertemuan 1 dan 2 penilaian psikomotor termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata sebesar 67,70% dan 71,87% sehingga rata-rata penilaian pada siklus I adalah 69,78% dengan kategori sedang. Selanjutnya, pada siklus II pertemuan 1 dan 2 rata-rata penilaian psikomotor yang diperoleh adalah 77,08% dan 80,95% dengan kategori baik sehingga rata-rata penilaian psikomotor pada siklus II adalah 78,84% dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kinerja psikomotor dari siklus I ke siklus II yaitu 9,6%.
9
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Sosial pada Siklus I dan II Perilaku berkarakter baik dari segi kerjasama dan menghargai pendapat teman dalam kategori baik pada siklus I dan siklus II. Selanjutnya, rata-rata penilaian keterampilan sosial berupa bertanya mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu dari 74,47% dengan kategori sedang menjadi 77,42% pada siklus II dengan kategori baik. Selanjutnya, rata-rata penilaian keterampilan sosial berupa menyumbang ide atau pendapat terjadi penurunan namun tidak signifikan dan masih dalam kategori yang sama yaitu baik dengan nilai sebesar 96,31% pada siklus I dan 95,83% pada siklus II. Respon Siswa dan Guru terhadap Pembelajaran dengan strategi Mind Map Secara umum siswa menyenangi atau memberikan respon yang positif dengan penggunaan strategi Mind map dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dari hasil yang didapatkan bahwa sebanyak 17 orang (60,71%) menyatakan sangat setuju dan 11 orang (39,28%) menyatakan setuju, sedangkan untuk kategori ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS) serta sangat tidak setuju (STS) masing-masing 0%. Oleh karena itu didapatkan kesimpulan data bahwa secara umum siswa menyetujui atau menyenangi pembelajaran strategi pembelajaran dengan Mind map pada konsep Ekosistem menyatakan bahwa respon siswa yang diperoleh selama proses pembelajaran adalah positif. Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi Mind map mendapat respon positif dari guru Biologi kelas X di SMA Negeri 7 Banjarmasin.
10
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Hasil Belajar Siswa berupa Pretes dan Postes Siklus I dan Siklus II Tabel 3.
Ringkasan data Ketuntasan Individual dan Ketuntasan Klasikal pada Siklus I dan II
Siklus Pertemuan
I
II
Tes
Jumlah Hasil Belajar Ketuntasan siswa Tuntas Tidak klasikal (%) (org) tuntas (org) 1 Pretes 32 6 26 18,75 Postes 19 13 59,37 2 Pretes 32 22 10 68,75 Postes 30 2 93,75 1 Pretes 32 3 29 9,37 Postes 24 8 75 2 Pretes 28 22 6 78,57 Postes 28 0 100 Peningkatan (%) dari siklus I ke siklus II
Rata-rata ketuntasan klasikal (%)
Hasil Selama Proses Pembelajaran Hasil proses pembelajaran yaitu dari hasil nilai LKS soal. Adapun untuk nilai LKS soal selama proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II berupa rata-rata LKS soal masing-masing 95,62 dan 96,87 dengan peningkatan sebesar 1,25.
PEMBAHASAN Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Aktivitas memperhatikan penjelasan guru, membaca hand out atau buku lain yang relevan, membuat Mind map sesuai petunjuk yang ada di LKS, mengerjakan soal-soal yang ada di LKS, mempresentasikan Mind map di depan kelas, aktif bertanya pada saat diskusi kelas, aktif menjawab pada saat diskusi kelas dan membuat atau menuliskan kesimpulan mengalami peningkatan. Hanya ada satu aktivitas yang konsisten tidak mengalami kenaikan maupun penurunan namun dalam kategori yang baik yaitu berdiskusi antar anggota kelompok. Hal ini menunjukkan siswa mampu bekerjasama dalam kelompok dengan baik sehingga akan
11
76,56
87,5 10,93
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
memberi pengaruh yang positif terhadap hasil belajar selama proses yang semakin membaik sehingga mendapatkan kategori istimewa. Aktivitasaktivitas siswa yang mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus II seperti membaca hand out dan membuat Mind map sesuai petunjuk LKS dianggap sudah cukup sesuai untuk meningkatkan pemahaman siswa dan menunjukkan proses pembelajaran yang telah berpusat pada siswa. Hal ini
sesuai
dengan
pendapat
Trianto
(2009)
yang
menyatakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat diartikan pembelajaran tersebut sudah efektif karena persyaratan utama keefektifan pengajaran yaitu persentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM dan rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.
Kualitas Aktivitas Guru dalam Proses Pengelolaan Pembelajaran Kualitas aktivitas guru dari siklus I ke siklus II tergolong dalam kategori baik. Pada siklus I pertemuan 1 beberapa poin dalam pengelolaan pembelajaran yang tergolong dalam kategori tidak baik dan kurang baik memperoleh skor 1 yaitu menyajikan Mind map sebagai pembanding
Mind
map
yang
telah
dikerjakan
oleh
siswa
dan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang memperoleh skor 2. Hal ini disebabkan oleh kendala waktu yang mengharuskan pembelajaran sesuai dengan rencana dan sintaks pembelajaran sehingga beberapa poin kurang dilaksanakan dengan baik. Selain itu, sistem moving class yaitu setiap jam pelajaran akan bertukar ruang kelas atau berpindah ruangan yang diterapkan di SMA Negeri 7 Banjarmasin mengharuskan pengaturan waktu yang baik agar sesuai dengan waktu yang telah tersedia. Namun, kekurangan ini segera diperbaiki pada pertemuan selanjutnya sehingga guru dapat dengan optimal melakukan pengelolaan pembelajaran. Dari hasil observasi menunjukkan guru telah berusaha mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas. Pada siklus I peneliti menghadapi beberapa kendala yaitu
12
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
kemampuan menerapkan langkah-langkah pembelajaran masih harus ditingkatkan dan kemampuan peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam diskusi masih kurang. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti melakukan upaya perbaikan pada siklus II yaitu Peneliti berusaha menerapkan
pembelajaran
sesuai
yang
telah
direncanakan
dan
memberikan motivasi pada siswa untuk belajar secara mandiri.
Penilaian Kinerja Proses dan Psikomotor Hasil penilaian proses pada siklus I dan II didasarkan pada hasil penilaian yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran terutama saat diskusi yang dipercayakan atau diwakilkan kepada observer. Penilaian proses diperjelas pada Tabel 7 dimana rata-rata penilaian proses siklus I pertemuan 1 yang diperoleh siswa sebesar 53,51% yang tergolong dalam kategori kurang. Kemudian, pada pertemuan 2 mengalami peningkatan kategori menjadi sedang dengan nilai sebesar 56,25% sehingga rata-rata penilaian proses siswa pada siklus I yaitu sebesar 54,88% yang termasuk dalam kategori kurang. Setelah dilakukan refleksi pada siklus I pada siklus II pertemuan 1 rata-rata penilaian proses terjadi peningkatan yaitu 58,87% dan pertemuan 2 menjadi 61,16% yang tergolong dalam kategori sedang sehingga rata-rata penilaian proses pada siklus II yaitu 59,87% yang tergolong dalam kategori sedang. Peningkatan kinerja proses dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 4,99%. Hasil penilaian psikomotor pada siklus I dan II didasarkan pada hasil penilaian guru yang diwakilkan kepada observer selama kegiatan belajar berlangsung. Penilaian psikomotor ini diperjelas pada Tabel 8 dimana rata-rata psikomotor yang diperoleh pada siklus I pertemuan 1 dan 2 yaitu masingmasing sebesar 67,70% dan 71,87% yang berada dalam kategori sedang sehingga rata-rata penilaian psikomotor pada siklus I adalah 69,78% dengan kategori sedang. Kemudian, pada siklus II pertemuan 1 dan 2 masing-masing 77,08% dan 80,95% tergolong dalam kategori baik
13
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
sehingga rata-rata penilaian psikomotor pada siklus II yaitu 78,84% dengan peningkatan kinerja dari siklus I ke siklus II sebesar 9,06%.
Penilaian Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Sosial Data kualitatif yang juga perlu diobservasi adalah perilaku berkarakter yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran. Perilaku berkarakter yang diamati yaitu kerjasama dan menghargai pendapat teman. Penilaian ini diperjelas pada Tabel 9 dimana rata-rata penilaian perilaku berkarakter yaitu kerjasama memperlihatkan peningkatan yaitu 93,22% pada siklus I dan 95,31% pada siklus II yang tergolong dalam kategori baik. Selain itu, perilaku menghargai pendapat teman juga mengalami peningkatan pada siklus I ke siklus II yaitu masing-masing sebesar 97,39% dan 100%. Hal ini menunjukkan siswa yang berada dalam kelompok mampu bekerjasama dan menghargai pendapat teman dengan baik dalam pembelajaran dan menunjukkan perilaku berkarakter yang diterapkan siswa memuaskan sehingga selama KBM dengan penggunaan strategi Mind map dapat berjalan dengan baik. Keterampilan sosial yang dilakukan siswa pada siklus I dan siklus II secara umum tergolong memuaskan. Keterampilan sosial yang diamati meliputi bertanya dan menyumbang ide atau pendapat. Rata-rata penilaian keterampilan sosial berupa bertanya mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu dari 74,47% dengan kategori sedang menjadi 77,42% pada siklus II dengan kategori baik. Selanjutnya, rata-rata penilaian keterampilan sosial berupa menyumbang ide atau pendapat terjadi penurunan namun tidak signifikan dan masih dalam kategori yang sama yaitu baik dengan nilai sebesar 96,31% pada siklus I dan 95,83% pada siklus II. Penerapan keterampilan sosial oleh siswa dalam pembelajaran dengan baik akan mendukung tercapai salah satu tujuan pembelajaran kooperatif. Menurut Ibrahim dalam Hamdani (2010) terdapat 3 tujuan penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar
14
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
akademik, penerimaan terhadap perbedaan individual dan pengembangan keterampilan sosial. Respon Siswa dan Guru Terhadap Kegiatan Pembelajaran pada Konsep Ekosistem dengan Strategi Mind map Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa respon siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan Mind map adalah sangat setuju. Respon siswa yang sangat setuju menunjukkan minat siswa dalam pembelajaran ini. Hal ini dapat dilihat pada hasil angket respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran
yang sangat setuju
dengan penggunaan Mind map dalam KBM sebesar 60,71% (17 orang) dan 39,28% (11 orang) menyatakan sangat setuju. Ini menunjukkan bahwa penggunaan strategi Mind map telah diterima dengan baik atau positif oleh siswa. Sesuai dengan pendapat Shaleh (2009) penggunaan Mind map sangat bermanfaat untuk mencatat dan memahami informasi dengan praktis dan lebih sederhana sehingga segala informasi penting baik yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung akan tertulis dengan jelas. Oleh karena itu, penggunaan strategi ini mampu menarik minat siswa untuk mencatat dengan cara yang sederhana namun berdayaguna. Berdasarkan data yang diperoleh dari Lampiran 32 respon guru terhadap strategi ini positif karena menurut guru LKS dan Lembar Evaluasi cukup membantu dalam pembelajaran. Selain itu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
dan
implementasinya
mudah
dilaksanakan.
Keuntungan yang diperoleh dari merencanakan dan melaksanakan RPP dengan strategi ini adalah memudahkan dalam penerapannya namun harus runtut dan sesuai dengan ketersediaan waktu. Sementara hambatan-hambatan
yang
muncul
selama
merencanakan
dan
melaksanakan RPP dengan strategi yang digunakan adalah sebagai berikut:
15
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
a. Mengontrol aktivitas siswa agar fokus dan tidak mengalihkan perhatian dan tetap bekerjasama dalam kelompok. b. Siswa cepat bosan jika setiap pertemuan digunakan strategi yang sama. Saran-saran
untuk
perbaikan
proses
pembelajaran
adalah
pemberian reward lebih ditingkatkan lagi agar tiap pertemuan lebih semangat dan pada saat perwakilan kelompok maju untuk presentasi, beri tugas
kelompok
lain
untuk
menganalisis
hasil
presentasi
(kesalahan/pendapat yang tidak sesuai).
Hasil Belajar Siswa Berdasarkan data yang diperoleh, hasil belajar yang didapat pada siklus I yaitu dilihat dari rata-rata hasil postes sebesar 76,56% belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu ≥85% namun mengalami peningkatan baik ketuntasan individual maupun kelompok. Pada pertemuan 1 ketuntasan klasikal yang diperoleh yaitu sebesar 59,37%. Berdasarkan data ada Lampiran diperoleh data rata-rata nilai postes yaitu terdapat 4 kelompok yang sudah mencapai ketuntasan kelompok yaitu kelompok 1, 2, 4 dan 5. Namun, tidak semua anggota kelompok mencapai ketuntasan individual. Hanya kelompok 5 yang mencapai ketuntasan individu maupun ketuntasan kelompok sehingga dapat dikatakan berhasil dalam pembelajaran, sedangkan kelompok 1, 2 dan 4 telah berhasil mencapai ketuntasan kelompok namun ada salah satu anggotanya yang belum mencapai ketuntasan individual yang ditetapkan yaitu ≥75 sehingga belum dapat dikatakan berhasil. Selain itu, untuk kelompok 3, 6, 7 dan 8 belum mencapai ketuntasan kelompok walaupun dalam masing-masing kelompok terdapat anggotanya yang telah mencapai ketuntasan individual sehingga masih dikategorikan belum berhasil. Selain itu hasil selama proses belajar pada siklus I pertemuan 1 meliputi LKS soal dan membuat Mind map seluruh kelompok dapat menyelesaikan dengan baik dengan rata-rata nilai 184,06
16
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
dan tergolong kategori sangat baik. Walaupun demikian, masih terdapat 1 kelompok yang mendapai nilai 70 dengan kategori sedang dalam mengerjakan LKS soal. Hal ini sesuai dengan hasil observasi aktivitas siswa, proses dan psikomotor yang belum merata yang dimaksudkan masih didominasi oleh anggota kelompok tertentu saja sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok sekaligus individual. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman (2010) yang menyatakan bahwa dalam sistem belajar kooperatif siswa belajar bekerjasama dengan anggota lainnya sehingga siswa memiliki dua tanggung jawab yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar sehingga bila ada satu saja anggota yang tidak ikut berpartisipasi maka akan
menyebabkan
kerugian
bagi
kelompok
yang
bersangkutan.
Selanjutnya pada pertemuan 2 telah mencapai ketuntasan klasikal yaitu sebesar 93,75% sehingga sudah mencapai kriteria keberhasilan yaitu ≥85% siswa telah mencapai nilai KKM yaitu ≥75. Namun, jika dilihat dari segi rata-rata ketuntasan klasikal siklus I belum mencapai kriteria yang telah ditentukan. Pada pertemuan 2 semua kelompok telah mencapai ketuntasan kelompok. Namun, pada kelompok 4 dan 8 masing-masing terdapat satu anggota kelompok yang belum mencapai ketuntasan individual sehingga belum dapat dikatakan sebagai kelompok yang berhasil. Setelah dilihat pada hasil observasi aktivitas, proses dan psikomotor anggota kelompok ini telah mencapai nilai yang baik namun pada penilaian psikomotor beberapa tugas kinerja terlihat pada no.6 yaitu menggunakan atau membuat gambar atau simbol tidak dikerjakan oleh anggota kelompok ini. Padahal gambar atau simbol merupakan salah satu unsur penting dalam pembuatan Mind map agar meningkatkan daya ingat. Sejalan dengan pendapat Buzan (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai akan membentuk rangkaian sederhana sehingga mudah diingat karena bekerja selaras dengan cara kerja alami otak. Oleh karena diduga karena salah
17
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
satu tugas kinerja inilah yang belum dikerjakan
menyebabkan belum
tercapai ketuntasan individual oleh anggota kelompok tersebut sehingga kurang memahami Mind map yang telah dibuat secara berkelompok. Penilaian LKS soal berada dalam kategori baik sedangkan Mind map yang dibuat secara berkelompok menunjukkan peningkatan kategori menjadi istimewa walaupun terdapat 1 kelompok yang berada pada kategori lebih dari cukup. Secara umum, siswa telah memahami pembuatan Mind map dengan baik dan kreatif sesuai imajinasinya masing-masing. Kemudian, pada siklus II pertemuan 1 hasil belajar berupa postes belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu masih dibawah kriteria keberhasilan yaitu sebesar 75%. Berdasarkan data yang telah diperoleh memperlihatkan terdapat 6 kelompok yang telah mencapai ketuntasan kelompok yaitu kelompok 1, 2, 3, 5, 6 dan 7 sedangkan kelompok 4 dan 8 belum mencapai ketuntasan kelompok walaupun beberapa anggota kelompoknya sudah ada yang berhasil mencapai ketuntasan individual. Walaupun terdapat 6 kelompok yang telah berhasil mencapai ketuntasan kelompok, namun terdapat 2 kelompok yang salah satu anggotanya belum mencapai ketuntasan individual sehingga belum dapat dikatakan sebagai kelompok yang berhasil mencapai tujuan kooperatif. Jika kita lihat secara umum pada hasil penilaian aktivitas, proses maupun psikomotor serta didukung oleh pengamatan perilaku berkarakter pada masing-masing kelompok sudah memperlihatkan peningkatan. Selain itu juga didukung oleh hasil penilaian LKS soal dan Mind map yang dikerjakan secara berkelompok yang mengalami perkembangan. Namun, pada awalnya saat membuat Mind map pada pertemuan ini hampir semua kelompok mengalami kebingungan karena membuat Mind map berupa siklus atau daur pada materi Daur Biogeokimia. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan Mind map sebelum tambahan waktu yang masih rendah walaupun beberapa kelompok mampu membuat Mind map dengan baik sehingga hal inilah yang menyebabkan rendahnya nilai ketuntasan klasikal.
18
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Selanjutnya pada pertemuan terakhir memperlihatkan ketuntasan belajar yang sangat memuaskan dilihat dari hasil postes yang mencapai ketuntasan klasikal bahkan melebihi ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu mencapai 100% sehingga telah tercapai ketuntasan individual maupun kelompok. Selain itu, juga didukung oleh hasil LKS soal dengan rata-rata 98,75 yang tergolong baik dan Mind map yang telah dibuat kelompok sebagian besar telah mencapai kategori istimewa bahkan beberapa kelompok telah melampaui nilai Mind map yang dibuat Peneliti. Mind map yang telah dibuat semakin baik, penuh warna, simbol atau gambar. Hal ini menunjukkan daya imajinasi dan kreativitas siswa telah berkembang sehingga memudahkan siswa mengingat kembali dan menghubungkan konsep-konsep yang telah dimiliki menjadi lebih bermakna, lebih menarik untuk dibaca, sederhana dan tentunya sesuai dengan cara kerja alami otak dalam menyimpan informasi.
PENUTUP Penggunaan Mind map dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X-7 SMA Negeri 7 Banjarmasin pada konsep Ekosistem. Aktivitas siswa yang mengalami peningkatan meliputi memperhatikan penjelasan guru (7,82%), membaca hand out atau buku lain yang relevan (4,7%), membuat Mind map sesuai petunjuk yang dala di LKS (1,34%), mengerjakan soalsoal yang ada di LKS (3,35%), mempresentasikan Mind map di depan kelas (15,94%), aktif bertanya pada saat diskusi kelas (8,93%), aktif menjawab saat diskusi kelas (11,83%) dan membuat atau menuliskan kesimpulan
(10,94%),
aktivitas
guru
dalam
proses
pengelolaan
pembelajaran tergolong baik, penggunaan Mind map dapat meningkatkan hasil belajar siswa berupa postes dari siklus I ke siklus II dengan gain sebesar 10,93%, respon siswa positif terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan Mind map dengan persentase siswa yang menyatakan sangat setuju (60,71%) dan setuju (39,28%) dan respon guru positif terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan strategi Mind map.
19
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA Affandi, Rahmad. 2009. Penerapan Metode Mind Map sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelas VII-A di SMP Piri Ngaglik Sleman Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Alfabeta, Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bumi Aksara, Jakarta. Buzan, Tony dan Barry Buzan. 1993. The Mind Map Book. Dutton, New York. Buzan, Tony. 2007a. Buku Pintar Mind Map untuk Anak. Terjemahan Sri Redjeki. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Buzan, Tony. 2008b. Buku Pintar Mind Map. Terjemahan Susi Purwoko. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. CV.Pustaka Setia, Bandung. Ibrahim, Muslimin., Fida Rachmadiarti, Mohamad Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana UNESA. University Press, Surabaya. Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA FKIP UNLAM Banjarmasin. 2007. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Edisi IV. FMIPA UNLAM, Banjarmasin. Purwanto, M. Ngalim. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya, Bandung. Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana Prenada Media Grup, Jakarta. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Profesionalisme Guru. Rajawali Press, Jakarta.
20
Mengembangkan
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Rahmawati, Yeni. 2010. Penggunaan Metode Mind Map dalam Pembelajaran Sains Biologi untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Materi Sistem Gerak pada Manusia Siswa Kelas VIIIA Semester 1 SMPN 1 Manisrenggo Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi S-1 Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Sapitri, Alfi. 2010. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa dengan Penggunaan Strategi Belajar Mind Map (Peta Pikiran) pada Siswa Kelas VII Semester II SMP Swasta Taman Pendidikan Islam Medan T.P. 2009/2010. Skripsi S-1 Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Medan. Silberman, M., 2009. Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif). Penerbit Nusamedia, Bandung. Saleh, Andri. 2009. Kreatif Mengajar dengan Mind Map. CV Regina, Bogor. Susilo, Herawati., Husnul Chotimah dan Yuyun Dwita Sari. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bayumedia Publishing, Malang. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Penerbit Jakarta, Jakarta.
21