20 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
ABSTRAK PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 8 BANJARMASIN PADA KONSEP HEWAN INVERTEBRATA Oleh : Amalia Rezeki, St.Wahidah Arsyad, Aminiddin P.P Pembelajaran konsep hewan Invertebrata biasa diajarkan di sekolah SMA Negeri 8 Banjarmasin dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga rata-rata kelas masih berada pada standar yang telah ditentukan. Disamping itu, keaktifan siswa sangat kurang dan respon siswa terhadap pembelajaran menunjukkan kurang ketertarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) peningkatan pemahaman siswa, 2) aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar, dan 3) respon siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin pada konsep hewan Invertebrata dengan menggunakan peta konsep. Metode penelitian adalah deskriptif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) melibatkan 33 orang siswa dan 1 orang guru sebagai subjek penelitian dengan dibantu 8 orang observer. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep dalam pembelajaran konsep hewan Invertebrata dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin yaitu sebesar (81,82% - 93,94%), proses pembelajaran melalui LKS sebesar (90,91%1085,18%), aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang konsisten mengalami peningkatan yaitu membuat peta konsep (32,4%) dan berdiskusi antar siswa/kelompok/guru (33,27%); respon siswa mengenai peta konsep menyatakan 84,85% menyenangkan dan 15,15% menyatakan tidak menyenangkan. Pembelajaran menggunakan peta konsep disimpulkan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin pada konsep hewan Invertebrata. Kata kunci: guru.
Peta konsep, pemahaman, Invertebrata, Aktivitas siswa dan
PENDAHULUAN Proses pembelajaran memiliki beberapa komponen unsur pendidikan, tiga diantaranya adalah guru sebagai pendidik, siswa sebagai peserta didik dan metode pembelajaran yang akan dipergunakan selama kegiatan belajar
21 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
mengajar. Proses pembelajaran di kelas diharapkan berhasil, tentunya dikarenakan oleh guru yang harus aktif dalam mendorong siswa untuk turut aktif dalam kegiatan belajar-mengajar dan memberikan pengalaman belajar yang memadai kepada siswa (Tirtarahardja & La Sula, 1995). Berdasarkan informasi dari guru biologi di SMA Negeri 8 Banjarmasin, terungkap bahwa pembelajaran biologi pada materi hewan Invertebrata merupakan salah satu materi pelajaran biologi yang cukup sulit untuk diingat siswa karena materinya yang banyak. Mata pelajaran biologi dengan konsep hewan Invertebrata biasa diajarkan di sekolah dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dua metode yang telah pernah diterapkan itu juga menggunakan media gambar dalam pembelajarannya. Namun masih saja membuat siswa sulit untuk memahami pelajaran. Pada pembelajaran dengan metode ceramah lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada siswa, akhirnya hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru ke siswa sehingga membuat pelajaran menjadi kurang bermakna. Kemudian ditambahkan lagi oleh guru yang bersangkutan berdasarkan tahun ajaran 2008/2009 walaupun nilai ulangan harian yang diperoleh siswa memang sudah memenuhi ketuntasan individual, namun rata-rata masih berada pada standar yang telah ditentukan. Selain itu, keaktifan siswa masih sangat kurang, banyak siswa yang pasif ketika proses pembelajaran berlangsung. Respon yang ditunjukkan siswa terhadap pembelajaran pun sepertinya kurang tertarik dan tentunya ini berkaitan juga dengan metode pembelajaran yang diterapkan. Melihat permasalahan dalam proses pembelajaran yang dialami tentunya perlu strategi yang tepat untuk pemecahannya. Salah satu strategi yang dapat direkomendasikan untuk solusi masalah ini adalah dengan penggunaan peta konsep karena peta konsep membantu siswa belajar bagaimana mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yang
22 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
baik. Hal yang diinginkan dengan adanya penggunaan peta konsep pada materi ini yaitu terjadinya peningkatan persentasi nilai dari nilai pada tahun ajaran sebelumnya, kemudian aktivitas siswa mengalami peningkatan jauh lebih besar dan respon yang diperlihatkan siswa pun menganggap pelajaran menyenangkan. Penelitian pembelajaran dengan menggunakan peta konsep memang sudah banyak dilakukan, dan ini menjadi bukti bahwa penerapan peta konsep
dalam
pembelajaran
biologi
memang
dapat
meningkatkan
pemahaman siswa. Salah satu hasil penelitian yang pernah menggunakan peta konsep yaitu Vidya
(2007) yang menyatakan bahwa dengan
penggunaan strategi peta konsep dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VIIIC SMPN 24 Banjarmasin tentang sub konsep Sistem Saraf dan Indera. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pemahaman siswa yaitu dari 32,5% untuk pretes meningkat menjadi 90% pada postes untuk siklus I, sedangkan pada siklus II juga terjadi peningkatan dari 10% menjadi 92,5% pada postes. Hasil selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dari kategori kurang pada siklus 1 menjadi kategori cukup baik pada siklus 2. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka peneliti melakukan penelitian pembelajaran yang berjudul ”Penggunaan Peta Konsep untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin pada Konsep Hewan Invertebrata”. Permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan yaitu apakah penggunaan peta konsep dalam pembelajaran konsep hewan Invertebrata dapat
meningkatkan
pemahaman
siswa
kelas
X.1
SMA
Negeri 8
Banjarmasin, bagaimana aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar dengan adanya penggunaan peta konsep, bagaimana respon siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin terhadap kegiatan belajar mengajar dengan adanya penggunaan peta konsep.
23 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Kemudian masalah ini dibatasi pada pemahaman siswa yang diperoleh berdasarkan nilai pretes, postes, tes formatif dan nilai peta konsep, nilai peta konsep dilihat berdasarkan peta konsep yang dibuat oleh siswa dalam kelompok; peta konsep yang dibuat oleh siswa berdasarkan kompetensi dasar dalam KTSP dengan jenis peta konsep pohon jaringan; aktivitas siswa dan guru diperoleh berdasarkan hasil observasi aktivitas selama kegiatan belajar mengajar; respon siswa diperoleh berdasarkan hasil kuisioner yang diisi oleh siswa setelah semua kegiatan belajar mengajar berakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: peningkatan pemahaman siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin dalam pembelajaran konsep hewan Invertebrata dengan menggunakan peta konsep, aktivitas siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin dan guru selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan peta konsep, respon siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin dalam pembelajaran konsep hewan Invertebrata dengan menggunakan peta konsep. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi Peneliti, guru, siswa, sekolah, dan mahasiswa
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan kegiatan yang diawali dengan pengembangan pembelajaran untuk memperbaiki kondisi dan proses dalam pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Pada siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, siklus II juga dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. Hal ini diketahui dari hasil belajar siswa yang meliputi pretes, postes, dan tes formatif setiap pertemuan, nilai peta konsep dari tugas kelompok, dan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Pada setiap siklus
24 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan analisis data, serta refleksi. Subjek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 33 orang. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dimulai pada bulan Januari 2010 dan berakhir pada bulan Juni 2010. Tempat pelaksanaan penelitian di SMA Negeri 8 Banjarmasin yang beralamat di Jalan Alalak Tengah RT 05 Banjarmasin. Teknik Analisis Data Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan secara deskriptif (Arikunto dkk., 2006). Analisis tersebut dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai berikut: Ketuntasan individual = Ketuntasan klasikal =
Jumlah skor 100% Jumlah skor maksimal
Jumlah siswa yang tuntas belajar 100% Jumlah seluruh siswal
Keterangan: Ketuntasan individual : Jika siswa mencapai ketuntasan > 65 Ketuntasan klasikal : Jika > 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan > 65%
Data kuantitatif diperoleh dari hasil ketuntasan belajar berupa nilai pretes, postes dan tes formatif serta hasil selama proses pembelajaran berupa nilai menjawab isian dalam bentuk peta konsep dan nilai peta konsep yang dibuat oleh tiap kelompok dengan menggunakan kategori yakni baik, sedang, kurang, dan buruk. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kualitatif dilakukan secara deskriptif tentang observasi aktivitas siswa dan guru, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru serta respon siswa dalam pembelajaran yang diperoleh berdasarkan kuisioner.
25 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Indikator Keberhasilan Penelitian Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi semua komponen indikator kualitatif dan kuantitatif yang dilihat dari pergeseran hasil siklus 1 ke siklus 2.
Indikator kuantitatif, seperti:
a. Siswa mencapai ketuntasan individual (skor ≥ 65) dan ketuntasan klasikal jika ≥ 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual (skor ≥ 65) (Trianto, 2008). b. Hasil selama proses pembelajaran tergolong baik. Hasil ini berupa nilai peta konsep dalam kelompok yang menggunakan kategori yakni baik (76%-100%), sedang (56%-75%), kurang (40%-55%), dan buruk (<40%) (Arikunto, 1998). Kemudian untuk indikator kualitatif, yaitu: a. Aktivitas siswa meningkat dan aktivitas guru berkurang dominansinya dalam kegiatan belajar mengajar. Aktivitas siswa dan guru diukur berdasarkan parameter aktivitas siswa dan guru pada lembar observasi Borich yang telah dimodifikasi (Supramono, 2005). b. Respon siswa terhadap pembelajaran adalah menyenangkan apabila persentasi yang menyatakan menyenangkan yaitu ≥ 80%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Pengukuran Data Kuantitatif Ketuntasan belajar siswa diperoleh berdasarkan hasil pretes, postes, dan tes formatif pada pembelajaran siklus I dan II. Adapun ringkasan data ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 1, untuk ringkasan hasil belajar tes formatif tiap siklus dapat dilihat pada Tabel 2, dan ringkasan data hasil selama proses pembelajaran dari pertemuan ke-1 sampai ke-6 pada siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 3 & Tabel 4.
26 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Tabel 1 Ringkasan data ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal untuk Pretest dan postest Hasil Belajar Tuntas Tidak % Tuntas Siklus Pertemuan Jumlah Tes (klasikal) (orang) Tuntas (orang) Pretest 4 29 12,12 1 33 Postest 27 6 81,82 Pretest 6 27 18,18 I 2 33 Postest 28 5 84,85 Pretest 7 26 21,21 3 33 Postest 29 4 87,88 Pretest 6 27 18,18 4 33 Postest 30 3 90,91 Pretest 12 21 36,36 II 5 33 Postest 31 2 93,94 Pretest 16 17 48,48 6 33 Postest 31 2 93,94 Tabel 2 Ringkasan hasil belajar tes formatif tiap siklus Hasil Belajar Siklus Jumlah Tuntas Tidak Tuntas (org) (org)
% Tuntas (klasikal)
I
33
30
3
90,91
II
33
32
1
96,97
Tabel 3 Ringkasan data hasil selama proses pembelajaran dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-3 pada siklus I Siklus I Kelompok Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori 1 80 Baik 90 Baik 255 Baik 2 80 Baik 90 Baik 233 Baik 3 90 Baik 100 Baik 213 Baik 4 100 Baik 100 Baik 178 Sedang 5 100 Baik 100 Baik 265 Baik 6 80 Baik 90 Baik 247 Baik 7 90 Baik 100 Baik 233 Baik 8 100 Baik 100 Baik 222 Baik 9 100 Baik 100 Baik 260 Baik 10 90 Baik 100 Baik 190 Sedang 11 90 Baik 100 Baik 222 Baik Rata-rata 90,91 Baik 97,28 Baik 228,91 Baik Nilai peta konsep 100 100 258 peneliti Selisih nilai peta konsep peneliti dengan kelompok tertinggi
0
0
3
27 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Keterangan: Untuk perhitungan kategori nilai peta konsep dimodifikasi berdasarkan Arikunto, 1998, dapat dilihat pada Lampiran 11
Tabel 4
Ringkasan data hasil selama proses pembelajaran dari pertemuan ke-4 sampai pertemuan ke-6 pada siklus II
Kelompok
Pertemuan ke-4 Nilai Kategori 339 Baik 317 Baik 337 Baik 342 Baik 337 Baik 339 Baik 336 Baik 340 Baik 211 Sedang 322 Baik 336 Baik 323,27 Baik
Siklus II Pertemuan ke-5 Nilai Kategori 457 Baik 406 Baik 274 sedang 409 Baik 292 sedang 405 Baik 409 Baik 346 Sedang 453 Baik 402 Baik 403 Baik 386,91 Sedang
Pertemuan ke-6 Nilai Kategori 1106 Baik 1167 Baik 1205 Baik 1172 Baik 1118 Baik 924 Sedang 1100 Baik 1165 Baik 855 Sedang 969 Sedang 1156 Baik 1085,18 Baik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Rata-rata Nilai peta konsep 389 519 1445 peneliti Selisih nilai peta konsep peneliti 49 62 240 dengan kelompok tertinggi Keterangan: Untuk perhitungan kategori nilai peta konsep dimodifikasi berdasarkan Arikunto, 1998, dapat dilihat pada Lampiran 12
2. Pengukuran Data Kualitatif a. Aktivitas siswa Data kualitatif mengenai aktivitas siswa selama pembelajaran dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-6 pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Ringkasan rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I dan siklus II Siklus
Pertemuan
I
1 2 3
1 15,51 14,60 12,19
2 14,17 13,52 11,67
Parameter yang teramati 3 4 5 6 19,57 17,58 11,59 3,95 17,12 17,38 10,98 8,10 17,99 22,35 10,06 10,30
7 6,28 7,92 7,38
8 11,05 10,38 9,09
28 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Rata-rata (%) 14,1 13,12 18,22 19,1 II 4 9,20 10,25 27,99 28,79 5 6,88 7,58 34,07 35,15 6 5,53 6,55 35,14 35,87 Rata-rata (%) 7,2 8,13 32,4 33,27 Keterangan : 1. Memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. 2. Membaca buku-buku yang relevan. 3. Membuat peta konsep. 4. Berdiskusi antar siswa/kelompok/guru. 5. Membaca peta konsep yang mereka buat. 6. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. 7. Mempresentasikan peta konsep yang mereka buat. 8. Membuat/menulis rangkuman pelajaran.
10,87 6,81 4,90 6,27 5,99
7,45 4,03 2,31 2,43 2,92
7,19 6,42 6,16 3,51 5,36
10,17 6,36 3,57 4,60 4,84
b. Aktivitas guru Data kualitatif mengenai aktivitas guru selama pembelajaran dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-6 pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6
Ringkasan rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I dan siklus II
Siklus
Pertemuan
I
1 21,65 20,22 18,75 20,21 20,83 19,23 11,11 17,05
2 16,49 15,73 15 15,74 14,58 15,38 11,11 13,69
Parameter yang teramati 3 4 5 13,40 14,43 12,37 14,61 15,73 12,36 15 16,25 13,75 14,34 15,47 12,83 12,5 16,67 14,58 11,54 15,38 11,54 11,11 22,22 11,11 11,72 18,09 12,41
1 2 3 Rata-rata (%) II 4 5 6 Rata-rata (%) Keterangan : 1. Membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep 2. Membimbing siswa membuat peta konsep 3. Membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru 4. Membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi peta buat. 5. Mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. 6. Membimbing siswa menyusun/melaporkan dan menyajikan peta buat 7. Membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran
6 11,34 11,24 11,25 11,28 10,42 15,38 22,22 16
7 10,31 10,11 10 10,14 10,42 11,54 11,11 11,02
konsep yang mereka konsep yang mereka
c. Pengelolaan Pembelajaran yang Dilakukan oleh Guru Selain aktivitas siswa dan guru, dalam kegiatan belajar mengajar juga harus diperhatikan aspek lain yang menunjang seperti pengelolaan
29 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus I dan siklus II, adapun ringkasan data observasi pengelolaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Ringkasan Data Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I dan II Tahapan
Pertemuan ke-1
Siklus I Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-4
Siklus II Pertemuan ke-5
Pertemuan ke-6
2,2
2,4
2,6
3,2
3,6
3,8
2,2
2,6
2,8
3,4
3,8
3,8
2,5
2,5
2,75
3,25
3,5
3,75
2,3 Cukup baik
2,5 Cukup baik
2,72 Cukup baik
3,28
3,63
3,78
Baik
Baik
Baik
A. Tahap 1. Kegiatan awal B. Tahap 2. Kegiatan inti C. Tahap 3. Kegiatan akhir Rata-rata Kategori
Keterangan : 1 = kurang baik; 2 = cukup baik ; 3 = baik; 4 = sangat baik (Sumber kategori : Boriech, 1994 ; telah dimodifikasi)
Pembahasan 1. Peningkatan Pemahaman Siswa dalam Pembelajaran Konsep Hewan Invertebrata dengan menggunakan Peta Konsep Peningkatan pemahaman siswa didasarkan pada data kuantitatif, meliputi data hasil ketuntasan belajar (meliputi ringkasan hasil pretes, postes, dan tes formatif) dan hasil selama proses pembelajaran (hasil menjawab isian dalam bentuk peta konsep dan hasil nilai membuat peta konsep tiap kelompok). Berdasarkan data yang diperoleh, ketuntasan belajar siswa semakin meningkat pada tiap pertemuan. Hal ini menunjukkan bahawa tujuan penelitian telah tercapai dengan terpenuhinya indikator keberhasilan untuk ketuntasan belajar karena ketuntasan belajar dianggap berhasil jika ≥ 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 65. Terjadinya peningkatan ketuntasan hasil belajar tentu saja dapat dijadikan indikator bahwa proses pembelajaran tersebut sudah berjalan cukup efektif, karena menurut Trianto (2009) untuk mengetahui kefektifan
30 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
mengajar adalah dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran, dan hasilnya adalah ketuntasan belajar yang diperoleh siswa tinggi. Meningkatnya ketuntasan belajar siswa tentu turut dipengaruhi oleh adanya pemberian tugas membuat peta konsep yang diberikan oleh guru, karena proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep dapat membuat pelajaran menjadi bermakna, hal ini disebabkan peta konsep membantu pebelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut (Holil, 2008). Selain itu, peta konsep memberikan manfaat bagi siswa dalam hal mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yang baik. Kemudian membantu siswa membuat susunan konsep pelajaran menjadi lebih baik sehingga mudah untuk keperluan ujian (Nisa, 2004). Selanjutnya, data kuantitatif yang diperoleh selain ketuntasan belajar yaitu hasil selama proses pembelajaran. Hasil selama proses pembelajaran didasarkan pada hasil menjawab isian dalam bentuk peta konsep dan hasil nilai membuat peta konsep tiap kelompok. Pada pertemuan ke-1 dan ke-2 dilihat dari segi nilai terjadi peningkatan dilanjutkan sampai pertemuan ke-3 yang mengalami peningkatan. Kemudian dilihat dari segi kategori, setiap pertemuan memiliki kategori yang baik, walaupun bentuk diskusi yang disajikan pada siswa berbeda jenis. Hal ini berarti menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I sudah berjalan dengan baik. Menurut Munthe (2009), proses pembelajaran dengan peta konsep dapat digunakan untuk strategi belajar bermakna, salah satunya yaitu sebagai sarana
belajar. Peta
konsep yang
telah
dihasilkan
dapat
menunjukkan tingkat penguasaan siswa, sehingga pendapat ini tentunya mendukung
dengan
hasil
proses
pembelajaran
siklus
I
mengenai
31 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
keterampilan proses yang menunjukkan hasil yang baik, artinya dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya cukup bagus dan nantinya ini akan menunjang untuk pembelajaran selanjutnya di siklus II. Nilai kelompok membuat peta konsep secara umum meningkat dibandingkan siklus I baik dari segi nilai maupun segi kategori. Namun hanya saja pada pertemuan ke-5 terjadi sedikit penurunan menjadi kategori sedang, tapi tidak penurunan nilai tidak terlalu jauh. Hal ini bisa terjadi diduga karena siswa mengalami kejenuhan sebab setiap pertemuan terus-menerus diberi tugas untuk membuat peta konsep, sehingga dapat diusahakan nantinya agar siswa tidak jenuh, perlu ditambah lagi variasi media dalam pembelajaran agar menarik. Walaupun begitu secara keseluruhan hasil selama proses pembelajaran
dapat
dikatakan
terjadi
peningkatan.
Hal
ini
karena
meningkatnya aktivitas siswa membuat dan mendiskusikan peta konsep sehingga nilai peta konsep siswa menjadi meningkat. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Aktivitas Siswa dan Guru dalam Pembelajaran Konsep Hewan Invertebrata dengan menggunakan Peta Konsep 2.1 Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Aktivitas siswa dan guru tergolong sebagai data kualitatif. Berdasarkan Tabel 7, ada aktivitas yang cenderung mengalami peningkatan dan penurunan. Aktivitas siswa yang dominan meningkat ada 2 yaitu membuat peta konsep (32,4%) dan berdiskusi antar siswa/kelompok/guru (33,27%). Sementara
aktivitas
yang
cenderung
menurun
yaitu
memperhatikan
penjelasan guru atau siswa lain (7,2%) dan membaca buku-buku yang relevan (8,13%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah berpusat pada siswa.
32 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Pembelajaran yang sudah berpusat pada siswa dapat dikatakan bahwa pembelajaran tersebut sudah efektif karena persyaratan utama kefektifan pengajaran yaitu: persentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM dan rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa (Trianto, 2009). Tentunya pernyataan ini sejalan dengan hasil observasi aktivitas siswa yang telah didapatkan. Di samping itu, parameter-parameter aktivitas siswa yang meningkat dianggap sudah cukup sesuai karena aktivitas seperti membuat peta konsep dan berdiskusi antar siswa/kelompok/guru seiring dengan tujuan peta konsep yaitu untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan dengan cara meminta siswa untuk membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antar konsep satu dengan konsep yang lain dalam satu peta konsep (Trianto, 2009).
2.2 Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan data yang diperoleh pada Lampiran 19 menunjukkan bahwa respon siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan peta
konsep
adalah
senang
dan
termotivasi dengan
pembelajaran
menggunakan peta konsep. Hal ini sejalan dengan penelitian Masrah (2008) bahwa senangnya siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan motivasi. Mereka lebih mudah memahami materi yang diajarkan dan juga membuat suasana belajar menjadi tidak bosan. Hal ini dilihat dari kuisioner respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Adapun respon siswa setelah pembelajaran menggunakan peta konsep adalah sebagai berikut : 1. Ada 28 siswa (84,85%) menyatakan senang dengan peta konsep. Ada 5 siswa (15,15%) menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan peta konsep tidak menyenangkan. 2. Semua
siswa
(100%)
berpendapat
bahwa
cara
guru
mengajar
menyenangkan dan bagaimana mereka belajar itu menyenangkan.
33 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
3. Ada 30 siswa (90,91%) menyatakan proses pembelajaran menyenangkan dan
3
siswa
(9,09%)
menyatakan
proses
pembelajaran
tidak
menyenangkan. 4. Ada 29 siswa (87,88%) berpendapat bahwa dengan menggunakan peta konsep sebagai media dalam bentuk power point dalam pembelajaran, menyatakan bahwa itu merupakan hal baru dan sangat membantu mereka dalam belajar. Sedangkan 1 siswa (3,03%) menyebut bahwa itu merupakan hal baru namun tidak membantunya dalam belajar. Kemudian ada 3 siswa (9,09%) yang menyatakan bahwa itu bukan merupakan hal baru dan membantu mereka dalam belajar. 5. Ada 15 siswa (45,45%) berpendapat mengenai tentang cara guru mengajar, menyatakan bahwa itu merupakan hal baru dan membantu mereka dalam belajar, kemudian 4 siswa (12,12%) menyatakan bahwa itu merupakan hal baru tapi tidak membantu mereka dalam belajar. Selebihnya 14 siswa (42,42%) menyatakan bahwa itu merupakan hal tidak baru tapi membantu mereka dalam belajar. 6. Ada 16 siswa (48,48%) menyatakan bahwa cara mereka belajar merupakan hal baru dan membantu mereka dalam belajar, ada 1 siswa (3,03%) menyatakan bahwa cara mereka belajar merupakan hal baru tapi tidak membantu mereka dalam belajar. Kemudian ada 15 siswa (45,45%) menyatakan bahwa cara mereka belajar merupakan hal yang tidak baru tapi membantu mereka dalam belajar, selanjutnya 1 siswa (3,03%) menyatakan bahwa cara mereka belajar merupakan hal yang tidak baru dan tidak membantu saya dalam belajar. 7. Ada 20 siswa (60,61%) menyatakan bahwa proses pembelajaran merupakan hal baru dan membantu mereka dalam belajar, ada 1 siswa (3,03%) menyatakan bahwa caranya belajar merupakan hal baru tapi tidak membantu mereka dalam belajar, ada 12 siswa (36,36%)
34 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
menyatakan bahwa cara mereka belajar merupakan hal tidak baru tapi membantu mereka dalam belajar. 8. Ada
26
siswa
(78,79%)
mengungkapkan
bahwa
mereka
dapat
menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan, dan 7 siswa (21,21%) mengungkapkan tidak dapat menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan. 9. Semua siswa menyatakan bahwa mereka berminat untuk mengikuti kegiatan belajar. 10. Ada
28
siswa
(84,85%)
menyatakan
dapat
memahami
media
pembelajaran dengan menggunakan peta konsep, dan selebihnya 5 siswa (15,15%) menyatakan susah memahami. Media pembelajaran di sini yaitu media berupa power point yang dikemas dalam bentuk peta konsep. 11. Ada 21 (63,64%) siswa menyatakan bahwa mereka susah memahami buku-buku/ bahan ajar yang digunakan, selanjutnya 12 siswa (36,36%) menyatakan bahwa mereka dapat memahaminya. Berdasarkan respon siswa mengenai pengalaman mereka pada pembelajaran peta konsep, ada sebagian siswa yang menyatakan hal baru dan tidak baru. Sebagian dari siswa tersebut ada yang sudah mengenal peta konsep, hal ini bisa terjadi diduga karena pemerolehan pengalaman belajar yang berbeda-beda yang dimiliki oleh siswa seperti ada sebagian siswa yang mengikuti bimbingan belajar pada lembaga tertentu di luar sekolah ataupun les privat dirumah. Sehingga pembelajaran dengan strategi peta konsep sudah mereka kenal terlebih dahulu jadi peta konsep merupakan hal yang tidak baru lagi menurut mereka. 2.3 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran Di samping aktivitas siswa, aktivitas guru juga turut dilakukan observasi sebagai data kualitatif. Berdasarkan Tabel 8, sebagian besar aktivitas guru sudah cenderung menurun, meskipun ada aktivitas yang meningkat yaitu parameter membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi peta
35 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
konsep
yang
mereka
buat
(18,09%),
membimbing
siswa
menyusun/melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat (16%), dan membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran (11,02%). Meningkatnya tiga aktivitas guru tersebut disebabkan guru ingin mengatasi kelemahan peta konsep itu dengan mengembangkan kemampuan maupun motivasi siswa secara optimal dan mandiri dalam menyerap konsep pelajaran melalui penggunaan peta konsep, karena seperti yang dijelaskan oleh Nisa (2004), bahwa kelemahan yang dimiliki oleh peta konsep yaitu pembelajaran dengan menggunakan peta konsep terletak pada kemampuan guru dalam menerapkannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang diharapkan dari penggunaan peta konsep dan juga mampu tidaknya guru dalam membimbing para siswa dalam upaya mengembangkan kemampuan maupun motivasinya secara optimal dalam menyerap konsep pelajaran melalui penggunaan peta konsep. Walaupun masih ada aktivitas guru yang cenderung meningkat namun hal ini menjadi pertanda bahwa guru tidak harus selalu mengurangi semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, hanya saja dapat dianggap aktivitas guru tidak dominan lagi atau telah mengurangi dominansinya dalam pembelajaran. Kemudian pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru dilihat dari siklus I sampai siklus II yaitu pada kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir selalu mengalami peningkatan setiap pertemuan. Peningkatan ini menunjukkan bahwa guru sudah berusaha mengoptimalkan pengelolaan pembelajaran
di
kelas.
Optimalnya
proses
pembelajaran
di
kelas
menandakan bahwa guru sudah bertindak efektif, karena guru yang efektif yaitu guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam satu mata pelajaran dengan persentase waktu
36 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
belajar akadmis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif dan hukuman (Trianto, 2009). Proses mengajar guru yang efektif ini merupakan salah satu keunggulan yang didapatkan dari adanya penggunaan peta konsep dalam KBM. Menurut Munthe (2009) beberapa keunggulan yang didapatkan oleh guru dengan penggunaan peta konsep dalam KBM yaitu: membantu guru untuk memperkenalkan keseluruhan materi dari mata pelajarannya secara utuh dalam satu lembar kertas, dalam bentuk gambar dan dalam waktu yang sama, memudahkan guru untuk merencanakan pemilihan secara berurutan atas konsep-konsep yang akan disampaikan di dalam proses pembelajaran, dapat digunakan sebagai panduan proses pembelajaran materi agar terhindar dari kesesatan penyampaian bahan ajar, dapat menjaga konsistensi pengontrolan penyampaian materi dan menjaga batas-batas informasi luar yang
akan
masuk
ke
dalam
materi
bahan
ajar,
dan
melokasi
kesalahpahaman mengenai materi dalam pembelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Pembelajaran
menggunakan
peta
konsep
pada
konsep
Hewan
Invertebrata dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X.I SMA Negeri 8 Banjarmasin pada siklus I dan siklus II mulai pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-6 yaitu berupa hasil ketuntasan belajar sebesar (81,82% - 93,94%) dan hasil selama proses pembelajaran (90,91%1085,18%). (2) Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dari siklus I yang konsisten mengalami peningkatan pada siklus II yaitu membuat peta konsep
(32,4%);
berdiskusi antar siswa/kelompok/guru
(33,27%).
37 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Kemudian aktivitas guru yang menurun dari siklus I sampai siklus II yaitu membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep (17,05%), membimbing siswa membuat peta konsep (13,69%), membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru (11,72%), mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru (12,41%). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran telah berpusat pada siswa. (3) Respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan peta konsep menyatakan (84,85%) menyenangkan dan (15,15%) menyatakan tidak menyenangkan.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka beberapa saran dapat dikemukakan di sini, yaitu : (1) Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan materi pelajaran dan frekuensi tugas. Hal ini dapat diatasi dengan variasi penggunaan media dalam pembelajaran. (2) Pada saat pembelajaran yang menggunakan peta konsep alokasi waktu harus benar-benar diperhatikan, sesuai dengan RPP dan jam pelajaran yang disediakan, agar kegiatan pembelajaran terorganisasi dengan baik. Perlu adanya penugasan terlebih dahulu pada siswa dirumah sehingga kegiatan belajar siswa di kelas dapat berjalan dengan lancar.
38 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, & Supardi 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Holil, Anwar. 2008. Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran.http://pkab.wordpress.com/2008/04/23/memper mudah-konsep-sulit-dalam-pembelajaran/. diakses tanggal 12 Januari 2009. Masrah. 2008. Meningkatkan Kemampuan Mengingat Konsep Sistem Gerak Melalui Peta Konsep Dalam Bentuk Laeflet Pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 17 Banjarmasin, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin (Tidak dipublikasikan). Munthe, Bermawi. 2009. Desain pembelajaran. Insan Madani, Yogyakarta. Nisa, H., 2004. Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Makhluk Hidup pada Siswa Kelas 1 SLTPN 6 Tanjung Tabalong dengan Menggunakan Pendekatan Lingkungan. Skripsi Sarjana. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan. Supramono. 2005. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penerapannya dalam KBM dengan Mode Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Siswa SD. Disertasi. Universitas Negeri Malang, Maalang. Tidak dipublikasikan. Tirtarahardja, Umar & La Sula. 1995. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual. Cerdas Pustaka, Jakarta. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana, Jakarta.
39 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Vidya, Mahrita. 2007. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VIIIC SMPN 24. Banjarmasin Tentang Subkonsep Sistem Saraf dan Indera dengan Menggunakan Strategi Peta Konsep dalam Pembelajaran Kooperatif, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, JurusanPendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin (Tidak dipublikasikan).