IN DEPTh REPORTING
Mengenal Lebih Dalam tentang Kanker Wawancara dengan dr. Asrul Harsal SpPD-KHOM* dan DR. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM** *) Divisi Hematologi Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RS Pusat Kanker Nasional Dharmais, Jakarta **) Divisi Hematologi Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Apa yang terbersit di dalam pikiran Anda saat mendengar kata “cancer” atau “kanker”? Ya, penyakit mematikan ini memang masih menjadi sesuatu yang mencekam di telinga dan di pikiran masyarakat Indonesia bahkan di dunia. Selain menjadi penyakit yang mematikan, kanker juga dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Berdasarkan data yang dilansir dari situs WHO, angka kejadian kasus kanker di dunia pada tahun 2012 mencapai 14 juta kasus dan diprediksi akan meningkat sebanyak 70% dalam dua dekade selanjutnya. Dari jumlah kasus kanker di dunia tersebut, 60% diantaranya terjadi di kawasan benua Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Sementara di Indonesia, data terakhir dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang diterbitkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa prevalensi kanker mencapai 0,14% penderita dan diestimasi akan meningkat jumlah penderitanya menjadi 347.792 penduduk. APA ITU KANKER? Menurut spesialis hematologi onkologi medik RS Pusat Kanker Nasiona Dharmais, dr. Asrul Harsal, SpPD-KHOM, kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak normal (tidak terkontrol) dan mampu bermetastasis. Dr. Asrul menambahkan, jika sel kankernya bersifat padat, maka dapat menyebar ke organ lain, misalnya, sel kanker di usus bisa saja menyebar ke hati dan paru melalui darah ataupun
10
MEDICINUS
kelenjar getah bening. Jadi, sangatlah memungkinkan jika seseorang yang didiagnosa menderita kanker usus, ia bisa memiliki keluhan di paru. Namun, jika kanker (leukemia), maka penyakitnya sendiri ada dalam darah bersama aliran darah dan kecepatan tumbuh dan penyebarannya cenderung lebih cepat dibandingkan dengan kanker yang bersifat padat. Sedangkan sifat sel-sel tubuh yang normal, menurut ahli hematologi onkologi medik RSCM, DR. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM adalah melakukan pembelahan diri (mitosis) secara alami dalam jumlah yang sudah seharusnya dan nantinya akan mengalami kematian/kehancuran (mikrosis) secara alamiah sesuai dengan masa tayangnya. Berbeda dengan sel normal, lanjut DR. dr. Andhika, sel kanker bermitosis secara terus-menerus dalam jumlah yang banyak dan tidak mengalami kematian secara alamiah. Bagaimana proses pertumbuhan kanker? Semua kanker berawal dari sel, bagian dasar tubuh dari sebuah kehidupan. Untuk memahami kanker, akan sangat membantu bila kita mengetahui apa yang terjadi apabila sel normal berubah menjadi sel kanker. Badan manusia terdiri dari berbagai macam tipe sel. Sel ini tumbuh dan membelah dalam kondisi terkendali untuk memproduksi lebih banyak sel karena mereka dibutuhkan untuk menjaga agar tubuh tetap sehat. Saat sel menua atau rusak, mereka akan mati dan digantikan oleh sel baru.
Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016
IN DEPTh REPORTING Tetapi kadangkala, proses yang sedemikian teratur itu terganggu. Material genetik (DNA) dari sebuah sel dapat rusak atau berubah, menghasilkan mutasi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembelahan sel normal. Saat hal ini terjadi, sel tersebut tidaklah mati pada saatnya mereka mati dan sel baru pun tercipta saat tubuh tidak memerlukannya. Sel ekstra ini kemudian membentuk sebuah benjolan/massa yang disebut tumor. Tidak semua tumor memiliki sifat kanker; tumor bisa jinak atau ganas. Tumor jinak tidak bersifat kanker. Sel-sel pada tumor jinak tidak menyebar ke anggota tubuh lainnya. Tumor ganas adalah kanker yang memiliki sifat bisa tumbuh ke tempat lain. Sel dalam tumor seperti ini dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Penyebaran kanker dari satu anggota tubuh ke bagian tubuh lainnya disebut metastasis. Penamaan kanker berkaitan dengan organ atau tipe sel awal mereka tumbuh. Misalnya, kanker yang berawal dari usus besar disebut kanker usus besar. FAKTOR RISIKO KANKER Faktor risiko kanker pada umumnya terdiri dari faktor risiko internal dan eksternal. Faktor risiko internal merupakan elemen penyebab kanker yang tidak dapat dikontrol keberadaannya, seperti usia dan gen.
Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016
Sedangkan pada faktor eksternal merupakan faktor risiko kanker yang dapat dikontrol kondisinya, yakni seperti gaya hidup dan lingkungan. a. Faktor internal - Usia Pertambahan usia menjadi faktor risiko yang paling penting bagi penderita kanker. Menurut data statistik terbaru dari National Cancer Institute’s Surveillance, Epidemiology and End Results Program, usia yang paling berisiko terkena kanker adalah 65 tahun. Faktor risiko ini pun juga berbeda antara jenis kanker satu dengan lainnya.
MEDICINUS
11
in depth reporting
- Gen/keturunan Sebagian besar jenis kanker juga berkembang sebagai akibat mutasi gen dalam garis keturunan yang sama, yakni dari orangtua ke anaknya. Khusus pada penderita kanker payudara, terdapat tes genetika BRCA I dan BRCA II. Jika dari tes BRCA I dan II menunjukkan hasil positif, DR. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM kembali menjelaskan bahwa kemungkinan besar akan menurun kepada anaknya. DR. dr. Andhika menyebutkan contoh seperti yang terjadi pada aktris dan aktivis asal Amerika Serikat, Angelina Jolie, yang langsung menjalani mastectomy (operasi pengangkatan payudara untuk mencegah terjadinya kanker) setelah mengetahui hasil positif dari tes gen BRCA I dan II, yang membuatnya dinyatakan berisiko besar terkena kanker payudara dan kanker ovarium, seperti yang dialami oleh ibu dari Angelina sebelumnya. Namun, alat deteksi tersebut belum dioperasikan sepenuhnya di Indonesia, karena pertimbangan harga yang sangat mahal. Kalaupun ada, menurut DR. dr. Andhika, alat tes BRCA I dan II ini masih sebatas untuk penelitian saja.
4. Obesitas. Orang yang mengalami obesitas, termasuk di dalamnya yang kurang atau tidak pernah berolahraga ataupun tidak melakukan diet yang sehat, juga berkontribusi meningkatkan risiko kanker. 5. Alkohol. Konsumsi alkohol dalam jumlah dan frekuensi yang tinggi menjadi salah satu gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker, yaitu kanker mulut, kanker esofagus, kanker laring, kanker liver dan kanker payudara. 2. Lingkungan DR. dr. Andhika Rachman SpPD-KHOM menjelaskan bahwa faktor lingkungan berupa paparan berlebihan dari polutan udara (asap rokok, asap pabrik dan kendaraan), polutan air (berasal dari limbah industri), pestisida, radiasi sinar ultraviolet (seperti dari sinar matahari), sinar X-ray dan gas radioaktif yang dilepaskan dari tanah juga memiliki sifat karsinogenik yang tinggi yang dapat memicu terjadinya kanker, seperti kanker kulit, kanker paru, kanker leukemia dan kanker limfoma.
b. Faktor eksternal 1. Gaya hidup Faktor gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker antara lain adalah asupan makanan, alkohol, merokok, obesitas, serta pola diet yang salah. 2.Makanan. Banyaknya asupan makanan tidak sehat, yakni yang mengandung kalori dan lemak tinggi, seperti konsumsi daging merah berlebihan yang tidak diolah dengan baik (hingga matang) menjadi faktor risiko yang cukup tinggi bagi seseorang untuk bisa terkena kanker usus besar. 3.Merokok. Konsumsi tembakau atau merokok menjadi faktor risiko tertinggi pada kanker. Tidak hanya perokok aktif, perokok pasif (second hand smoker) pun dapat terkena kanker bila terpapar asap rokok pada intensitas dan frekuensi yang sangat tinggi.
12
MEDICINUS
3. Tidak Menyusui Beberapa penelitian menyatakan bahwa wanita yang tidak menyusui memiliki risiko terkena kanker, khususnya kanker payudara. Sebab, jika tidak menyusui, tubuh tidak menghasilkan hormon oksitosin yang berfungsi mencegah berkembangnya sel kanker. Di sisi lain, produksi hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang tidak menyusui akan semakin meningkat yang bisa memicu risiko munculnya sel kanker di dalam tubuh. 4. Faktor Hormonal Meskipun peluang risikonya cukup kecil, tetapi pemakaian obat hormonal harus hati hati karena ada yang menghubungkan dengan penyakit kanker Seberapa besar masalah ini di Indonesia belum ada data. 5.Gangguan Infeksi Pada beberapa kasus, serangan virus human papilomavirus (HPV) jenis tertentu dan virus hepa-
Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016
in depth reporting
titis B (HBV) serta Epstein Barr Virus ( EBV ) juga bisa menjadi penyebab berkembangnya sel kanker. GEJALA UMUM KANKER Gejala penyakit kanker tergantung kepada asal organ yang dikenainya atau bisa juga daerah tempat penyebarannya, dan sebagian kecil malah tidak mempunyai gejala yang khas. Berikut adalah gejala-gejala kanker secara umum menurut DR. dr. Andhika dan Dr. Asrul: 1. Batuk dan suara serak, sakit di area dada sampai terasa sesak napas Waspadalah jika mengalami batuk yang terus-menerus sampai 3 minggu lebih. Periksakan segera ke dokter, karena ada kemungkinan ini merupakan gejala kanker paru atau kanker laring. 2. Terdapat benjolan pada payudara atau pada bagian tubuh lainnya Jika menemukan benjolan ataupun penebalan pada kulit di bagian tubuh tertentu, seperti di payudara, testikel, getah bening, dan benjolan tersebut tidak terasa sakit, sebaiknya segera konsultasikan kepada dokter. Sebab, bisa jadi itu merupakan pertanda awal kanker. 3. Perubahan perilaku kebiasaan pada buang air besar atau fungsi kandung kemih Susah buang air besar kronis, diare, atau perubahan ukuran tinja dapat mengindikasikan kanker usus besar. Rasa sakit saat buang air kecil, terdapat darah dalam urin atau perubahan fungsi kandung kemih (seperti lebih sering atau jarang BAK) dapat berkaitan dengan kanker kandung kemih atau prostat. Setiap perubahan dalam fungsi kandung kemih atau buang air besar harus segera diperiksakan ke dokter. 4.Perdarahan abnormal Segera periksakan ke dokter jika mengalami perdarahan seperti keluar darah di dalam urin, buang air besar berdarah, keluar darah berlebihan dan dalam waktu yang lama saat menstruasi, keluar darah saat batuk dan muntah, atau terjadi mimisan yang banyak tanpa sebab yang diketahui.
Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016
5. Kesulitan menelan Sulit menelan bisa menjadi gejala awal munculnya kanker esofagus, kanker perut atau kanker faring (tenggorokan). 6. Perubahan pada tahi lalat Beberapa perubahan tahi lalat yang juga harus diwaspadai adalah jika tahi lalat memiliki bentuk yang tidak biasa atau asimetris, tepi tahi lalat yang bergerigi, tahi lalat dengan warna yang lebih dari satu (bisa berupa flek berwarna cokelat, hitam, merah dan putih), diameter lebih dari 7 mm dan tahi lalat terasa sangat gatal, mengeras bahkan mengeluarkan darah 7. Penurunan berat badan secara signifikan yang tidak jelas Kehilangan berat badan sekitar 5 kg atau lebih yang tidak jelas, dapat menjadi gejala awal kanker, khususnya kanker pankreas, perut, esofagus. atau paru-paru, lalu diikuti dengan gejala lain seperti demam. 8. Sariawan yang berulang Sariawan berulang dan bertambah parah pada area lidah dapat menjadi pertanda kemungkinan adanya kanker lidah. TATA LAKSANA TERHADAP KANKER Saat ini, menurut dr. Asrul Harsal SpPD-KHOM, proses pengobatan kanker di Indonesia sudah berkembang cukup pesat, terlebih lagi hampir semua jenis terapi didukung peralatan yang berteknologi canggih. Tujuan utama dari pengobatan kanker adalah untuk menghilangkan sel-sel kanker, mencegah berkembangnya dan penyebaran sel kanker yang lebih luas, serta memastikan agar sel kanker tersebut tidak akan kembali lagi. Pengobatan kanker saat ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang harapan hidup si penderitanya. Jika menginginkan hasil yang baik, maka pengobatan kanker harus multidisiplin, melibatkan beberapa ahli yang bekerja sama untuk memberikan hasil yang terbaik untuk pasien kanker.
MEDICINUS
13
in depth reporting
Berikut ini merupakan jenis-jenis pengobatan bagi kanker:
moterapi selesai, efek samping tersebut juga akan menghilang secara perlahan.
a. Operasi atau pembedahan Operasi atau pembedahan merupakan salah satu upaya penanganan terhadap kanker yang bersifat lokal, yakni dengan cara mengambil atau menghilangkan jaringan tubuh yang terdiagnosis kanker. Upaya pembedahan biasanya dilakukan terhadap sel kanker yang bersifat padat (solid tumor). Secara umum tujuannya untuk mencegah penyebaran sel kanker ke jaringan atau bagian organ lain di sekitarnya, mengetahui level keganasan, menentukan stadium (stage). Ada beberapa tipe operasi bedah yang dilakukan terhadap kanker seperti bedah kuratif, bedah preventif, bedah diagnostik, staging surgery, debulking surgery, bedah paliatif, bedah restoratif dan bedah suportif. Tindakan ini sebaiknya dilakukan oleh ahlinya yaitu spesialis bedah.
Kemoterapi dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti diminum langsung, disuntik melalui otot di bagian lengan, paha, panggul atau tepat di bawah kulit di bagian lengan yang tertutup lemak. Selain itu, pemberian kemoterapi dalam bentuk injeksi juga bisa dilakukan melalui vena.
b. Kemoterapi. Terapi ini diterapkan pada penderita kanker dengan cara konsumsi obat-obatan kimia. Tujuannya adalah menghancurkan sel kanker, mengontrol sel kanker agar tidak tumbuh semakin besar, bermitosis semakin banyak dan menyebar luas serta meringankan gejala-gejala yang timbul karena kanker. Kemoterapi juga digunakan bersamaan dengan terapi kanker lainnya seperti operasi bedah, radioterapi dan terapi biologi, yaitu memperkecil sel kanker sebelum dilakukan operasi pembedahan atau radioterapi (neoadjuvant chemotherapy), menghancurkan sel kanker yang masih terisa pasca operasi bedah atau radioterapi, membantu proses radioterapi dan teapi biologi agar berjalan dengan baik serta menghancurkan sel kanker yang tumbuh kembali atau yang sedang menyebar ke jaringan lain. Tetapi terkadang, jenis pengobatan ini menimbulkan efek samping. Selama kemoterapi berlangsung, sel-sel tubuh yang sehat pada jaringan tertentu akan terus tumbuh dan membelah diri, sehingga akan memberikan efek seperti sering lelah, mual, muntah, diare atau konstipasi, penurunan jumlah sel darah, rambut rontok, sariawan, rasa sakit di badan, dan sebagainya. Namun, setelah ke-
14
MEDICINUS
c. Radioterapi Terapi radiasi atau radioterapi merupakan salah satu standar pengobatan kanker dengan menggunakan gelombang energi pengion dan non pengion. Contoh dari energi pengion yaitu: Sinar X (Roentgen), sinar γ (Co60). Sedangkan energi non pengion seperti menggunakan panas (hyperthermal). Pengobatan dengan radiasi dapat diberikan tunggal ataupun secara kombinasi, baik dengan pembedahan maupun kemoterapi. Radioterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker dan stadium. Tujuan dari pemberian radioterapi pada kanker adalah membunuh sel kanker, memperkecil sel kanker, mengurangi rasa nyeri dan obstruksi serta mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan meminimalisir kerusakan pada sel-sel normal pada tubuh. Radioterapi dapat diberikan melalui dua cara, yaitu: 1. External radiotherapy, dengan menggunakan pancaran sinar X-ray dari luar tubuh melalui mesin akselerator linier pada dosis yang disesuaikan dengan kemampuan pasien. 2. Internal radiotherapy, dengan cara pemasangan radioaktif ke bagian terdekat dengan sel kanker itu berada. d. Terapi target Teknik terapi ini hampir menyerupai kemoterapi yaitu dengan cara meminum obat-obatan anti kanker atau disuntik. Namun, pada terapi target, obatnya mempunyai efek langsung pada sel kanker yang termutasi, tidak mengganggu sel-sel sehat yang ada di sekitarnya dan memiliki efek
Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016
in depth reporting
samping yang sangat kecil. Mekanisme terapi target antara lain memutuskan pembuluh darah yang mengalir ke sel kanker, sehingga dapat menghentikan suplai darah dan nutrisi bagi sel kanker yang akhirnya akan menghentikan proses pertumbuhan dan pembelahan (mitosis) sel kanker tersebut. Beberapa jenis kanker yang bisa ditangani dengan terapi target adalah kanker paru, kanker payudara, kanker kolorektal, kanker darah tipe tertentu dan kanker kulit. e. Terapi Hormon Pada beberapa jenis kanker, hormon sebagai salah satu faktor yang bisa meningkatkan pertumbuhan sel kanker. Melalui terapi hormon, obat yang diminum oleh pasien kanker akan memblok efek hormon yang bisa menumbuhkan sel kanker dan menghentikan pertumbuhan hormon tersebut. Jenis kanker yang bisa diobati dengan terapi hormon antara lain kanker payudara (yang bisa diterapi dengan obat jenis tamoxifen dan aromatase inhibitors), kanker prostat, kanker rahim, kanker tiroid dan sebagainya. f. Modifikasi Gaya Hidup Penatalaksanaan kanker bukan hanya dilakukan melalui intervensi medis, melainkan juga dengan meningkatkan kewaspadaan sebagai upaya pencegahan dan perubahan gaya hidup. Diakui oleh dr. Asrul Hasral SpPD-KHOM bahwa kewaspadaan masyarakat terhadap kanker hingga saat ini masih kurang, karena memang beberapa jenis kanker memiliki sifat “symptomless” atau tidak ada gejala yang khas. Meskipun pada permulaan kanker, misalnya kanker payudara ditandai dengan adanya benjolan yang tidak terasa nyeri, masyarakat pun masih kurang begitu mengindahkan bahwa benjolan tersebut bisa tumbuh hingga menjadi kanker. Upaya awareness lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan informasi yang sebanyak dan sesering mungkin mengenai bahaya kanker dan faktor-faktor risiko apa saja yang bisa menyebabkan kanker, oleh berbagai elemen masyarakat, misalnya komunitas-komunitas masyarakat tertentu.
Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016
Selain itu, DR. dr. Andhika menambahkan bahwa petugas kesehatan juga harus menyampaikan informasi lebih detail kepada penderita kanker mengenai jenis kanker apa dan bagaimana penanganan yang terbaik untuk kanker tersebut. Sedangkan modifikasi gaya hidup bisa dilakukan dengan rajin berolahraga secara rutin, menjauhkan diri dari rokok, minuman beralkohol, menjaga pola makan yang sehat, makan sayur setiap hari dan juga buah, menjaga berat badan (jangan sampai obesitas), menghindari elemen-elemen yang mengandung karsinogen, seperti polusi udara, air, limbah, tanah, radiasi. Pada kanker payudara, DR. dr. Andhika Rachman SpPD-KHOM mengungkapkan, gaya hidup sehat bagi para wanita bisa dilakukan dengan: • Upayakan menikah sebelum 30 tahun • Upayakan untuk menyusui bayinya setelah melahirkan • Hindari pemakaian silikon pada payudara • Lakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri), yakni dengan cara meraba sekeliling area payudara dengan menggunakan permukaan jari tangan guna mendeteksi dini adanya benjolan yang mungkin bisa berpeluang menjadi kanker. (NDA)
daftar pustaka 1. All about cancer [www.cancer.gov/about-cancer/causes-prevention]. Maryland: National Cancer Institute; 2015 2. Cancer Factsheet [http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs297/en/]. Geneva: World Health Organization; 2015 3. Cancer Risk Factors [http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cancer/basics/risk-factors/con-20032378]. Minnesota: Mayo Clinic Health Care; 2015 4. Chemotherapy treatment for cancer [http://www.nhs.uk/Conditions/chemotherapy]. London: National Health Service UK; 2015 5. How Does Cancer Develops? [http://www.parkwaycancercentre. com/learn-about-cancer/about-cancer/what-causes-cancer/]. Singapore: Parkway Cancer Center; 2015 6. Radiasi[ http://www.dharmais.co.id/index.php/radiasi.html]. Jakarta: Web RS Dharmais; 2015 7. Targeted therapy for cancer [http://www.webmd.com/cancer/targeted-cancer-therapies-questions-answers?/]. New York: WebMD; 2015 8. What Causes Cancer? [http://www.parkwaycancercentre.com/ learn-about-cancer/about-cancer/what-causes-cancer/]. Singapore: Parkway Cancer Center; 2015 9. What to expect from radiation therapy [www.webmd.com/cancer/ what-to-expect-from-radiation-therapy]. New York: WebMD; 2015
MEDICINUS
15