MENEBAR DONGENG DENGAN FITNAH (Membongkar Konspirasi Menjatuhkan Ketua KPK)
DAFTAR ISI :
PENDAHULUAN A. Pengertian Konspirasi B. Bukti Tidak Adanya Motif Pembunuhan C. Membuka Tabir Konspirasi
KEJANGGALAN-KEJANGGALAN PERISTIWA
ANALISA FAKTA PERSIDANGAN Keterangan Saksi-Saksi Analisa Keterangan Saksi-Saksi Analisa Terhadap Barang Bukti Sinkronisasi Keterangan Saksi dan Bukti
ANALISA YURIDIS
KESIMPULAN DAN PERMOHONAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PENDAHULUAN
“…tuntutan mati untuk Antasari,yang didakwa sebagai aktor intelektual pembunuhan terlalu bombastis dan dipaksakan . Bombastis karena banyak benang merah yang tidak bisa dibuktikan jaksa selama persidangan….” (Kompas 20/1/010) (Prof Dr Indriyanto Seno Aji ahli hukum Pidana UI )
Majelis Hakim yang Mulia, Jaksa Penuntut Umum dan sidang yang kami hormati. Kami telah memulai pembacaan nota pembelaan ini dengan terlebih dahulu mengutip pernyataan ahli hukum Pidana UI Prof Dr Indriyanto Senoaji SH ,: ”bombastis dan dipaksakan banyak benang merah yang tidak bisa dibuktikan….tegas Prof Dr Indriyanto
Pernyataan tersebut disampaikan tentunya setelah beliau mencermati jalannya persidangan dan kemudian mendengarkan tuntutan JPU atas kasus yang menarik perhatian ini. Mengapa Prof Indriyanto menggunakan istilah “bombastis dan dipaksakan” ? Seorang Profesor tentunya tidak asal mengucapkan kata-kata seperti itu jika tidak punya alasan yang bisa dipertanggung jawabkan. Memang benar, banyak “benang merah “ yang tidak bisa dibuktikan. Fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan telah membuktikan secara meyakinkan sinyalemen tersebut. Tetapi mengapa sdr JPU masih saja nekat bahkan telah berani mengambil resiko dengan mengorban profesionalitasnya untuk melakukan tuntutan yang kata Prof Indriyanto “bombastis” itu, bahkan, dalam surat tuntutannya sampai berani menuduh Tim Penasihat Hukum “selalu berusaha mengaburkan pemeriksaan perkara ini dengan mengatakan
bahwa perkara Terdakwa Antasari Azhar adalah suatu rekayasa….. ini dapat menyesatkan masyarakat Indonesia“ : kata JPU.
Majelis Hakim yang kami muliakan,
Justru sebaliknya, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa beralasan untuk mengatakan, bahwa kejaksaan sebagai institusi penuntut umum telah sengaja membiarkan insitusinya diperalat oleh penyidik atau barangkali malahan bersama-sama ikut bermain dalam rekayasa untuk menjatuhkan ketua KPK ? Mengapa ? Sdr JPU sendiri dalam tuntutannya mengakui prestasi terdakwa selaku ketua KPK dengan mengatakan :”….. masih jelas dalam ingatan kita pada sekitar bulan Nopember 2008 adalah masa meroketnya prestasi Terdakwa sebagai ketua KPK…..” Menjadi pertanyaan prestasi apa yang telah dilakukan oleh Terdakwa? Jawabannya adalah gebrakan Terdakwa selaku ketua KPK dalam memberantas Korupsi yang tidak pandang bulu. Ada anggota DPR, mantan Kapolri juga pejabat kejaksaan yang telah diseret dan diadili dimuka pengadilan termasuk beberapa orang pengusaha karena Korupsi. Tentunya banyak yang tidak menyukai gebrakan ketua KPK, oleh karenanya dia harus segera dijatuhkan dan disingkirkan, termasuk yang jadi target adalah wakil ketua KPK yang lain yaitu Bibit Samad dan Chandra Hamzah akan tetapi dengan alasan yang berbeda. Khusus untuk terdakwa sengaja diciptakan alasan yang bisa mempermalukan harga diri dan kehormatannya. Maka dimunculkan seorang Rani untuk melakukan peran tersebut. Sebagaimana diakui sendiri oleh JPU, Rani datang menemui Terdakwa dikamar hotel atas perintah bahkan diantar suaminya sendiri dengan permintaan HP di-onkan agar pembicaraan bisa direkam. Beberapa lama kemudian, Nazarudin mati tertembak, Rani menghilang dan kemudian muncullah cerita mesum dari mulut istri ketiga Nazarudin tersebut yang disampaikan kepada Penyidik ditempat Rani bersembunyi atau disembunyikan. Cerita mesum, vulgar dan jorok yang keluar dari mulut Rani itulah yang kemudian sengaja dibangun sedemikian rupa dan kemudian disodorkan sebagai “motifasi” mengapa terdakwa sampai punya keinginan untuk membunuh Nazarudin sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan. Masalah ini akan kami uraikan dalam bab tersendiri dari nota pembelaan ini.
Majelis Hakim yang kami muliakan Sdr Penuntut Umum yang terhormat
Selanjutnya, sesuai dengan etika dan sopan santun dalam pemeriksaan perkara pidana dimuka pengadilan, kami Tim Penasihat Hukum Terdakwa Antazari Azhar juga ingin menyampaikan penghargaan kami kepada Majelis Hakim, khususnya yang mulia Ketua Majelis yang telah memimpin jalannya pemeriksaan atas perkara terdakwa Antasari Azhar dengan fair, cermat dan bijaksana, sehingga segala sesuatu yang selama ini dicoba dan direkayasa untuk ditutup-tutupi, pada akhirnya telah dapat terungkap dengan jelas, dan kebenaran yang hakiki telah muncul kepermukaan dengan terang benderang.
Kami juga mencatat bahwa selama persidangan ini sebelum yang mulia ketua majelis membuka sidang selalu memulai dengan menyebut asma ALLAH, “Bismilaahirrochman Arrochmin” atas nama Allah yang maha pengasih lagi penyayang, itu mengindikasikan bahwa nantinya keadilan yang hakiki, keadilan atas nama Tuhan akan dihadirkan dalam persidangan atas nama Terdakwa. Seperti firman Allah “Wa idza hakamtum bainnanas antahkumu bil adl“ ( jika kamu mengadili seseorang jatuhkanlah hukuman yang adil )
Majelis Hakim yang kami muliakan
Melalui persidangan yang mengedepankan asas “fair trial” dan terbuka ini, akhirnya kita telah dapat menjawab pertanyaan yang paling mendasar dalam perkara ini, yaitu: ”apakah benar Terdakwa telah melakukan perbuatan yang didakwakan yaitu bersama-sama menyuruh, memberikan kesempatan…. dan seterusnya untuk dilakukannya perbuatan pembunuhan berencana sebagaimana diuraikan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam surat dakwaan.
Jawaban atas pertanyaan ini akan kami uraikan dan paparkan dalam bagian lain dari Nota Pembelaan ini.
Majelis Hakim yang kami muliakan.
Dalam persidangan, memang seringkali terjadi perdebatan yang sengit dan terkadang memanas antara rekan Jaksa Penuntu Umum dengan kami selaku Penasihat Hukum terdakwa dalam posisinya masing-masing. Yakni, Jaksa Penuntut Umum dalam usahanya untuk membuktikan surat dakwaan dan kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa dalam rangka membela hak-hak terdakwa. Dalam suasana perdebatan yang memanas itu, lagi-lagi Ketua Majelis Hakim dengan kewibawaannya telah mampu menengahi dengan sangat bijaksana sehingga ketegangan yang terjadi segera mencair kembali. Dalam kesempatan ini pula penghargaan patut kami sampaikan kepada rekan-rekan jaksa karena telah berusaha menjalankan tugas kewajibannya sebagai Penuntut Umum dengan penuh tanggung jawab dalam usahanya untuk membuktikan surat dakwaannya tersebut, Sayangnya, JPU pada akhirnya terkesan sangat memaksakan diri untuk membuat satu kesimpulan yang keliru dengan mengeyampingkan begitu saja fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan tanpa alasan dengan mengatakan dalam tuntutannya bahwa surat dakwaannya telah dapat dibuktikan. Padahal, dalam persidangan, Ketua Majelis Hakim, berulangkali telah mengingatkan, bahwa yang akan dijadikan dasar pembuktian dalam perkara ini adalah apa yang disampaikan di muka sidang di bawah sumpah, dan bukan yang tertulis dalam BAP, apalagi dalam bentuk bantahan dan atau reaksi berupa keterangan pers yang beberapakali sengaja dilakukan oleh Mabes Polri untuk menanggapi apa yang terjadi dan terungkap dalam persidangan. Termasuk, akan tetapi tidak terbatas dari konfrensi Pers dari saksi Rani yang berulangkali ditayangkan di tv. Konprensi pers tsb jelas telah diatur dan dipersiapkan terlebih dahulu. Sepertinya, keterangan pers itu sengaja diadakan untuk mengimbangi kesaksian Rani yang sangat diragukan kebenarannya yang disampaikan dalam sidang tertutup.
Reaksi berlebihan dari Mabes Polri ternyata juga muncul yaitu setelah saksi Wiliardi Wizard dan Susno Duaji memberikan kesaksian, termasuk juga pemanggilan mendadak terhadap saksi ahli Dr Mun’im setelah ybs memberikan keterangan di muka sidang, sebagaimana diberitakan secara luas di berbagai mass media. Reaksi berlebihan dan tidak proporsional karena dilakukan di luar sidang tersebut, jelas dimaksudkan, untuk mencoba menutupi adanya fakta rekayasa yang beberapa kali muncul dipersidangan.
Majelis hakim yang kami muliakan
Sebagaimana diketahui, Saksi Rani yang sejak peristiwa tertembaknya alm Nazarudin menghilang, ngumpet dan atau sengaja disembunyikan di satu tempat (belakangan baru diketahui ternyata berada disatu apartemen) telah muncul dipersidangan dengan pengawalan super ketat, bahkan tetap meminta dikawal oleh penyidik pada saat sidang yang dinyatakan tertutup sehingga ketua Majelis meminta agar pengawal yang ternyata dari Polri untuk keluar. Selama dan atau setelah menghilang demikian lama itulah saksi Rani kemudian memunculkan rangkaian cerita tentang apa yang didongengkan sebagai “peristiwa vulgar di kamar hotel” yang dicoba dikesankan seolah-olah telah dilakukan dan diperbuat terdakwa kepadanya. Padahal, sebetulnya Rani bisa keluar dan lari mengingat pintu kamar tidak ditutup jika seandainya quod-non peristiwa jorok itu terjadi. Cerita vulgar, jorok dan memalukan (yang kemudian diulangi lagi dalam tuntutannya) itulah yang kemudian oleh sdr JPU dituangkan dalam surat dakwaannya dan kemudian dibacakan dimuka umum, bahkan disiarkan langsung oleh beberapa stasiun TV. Oleh karenanya, tidaklah mengherankan kalau kemudian muncul berbagai reaksi keras baik dari PWI, KOMNAS perlindungan anak bahkan dari ibu-ibu rumah tangga yang mengikuti jalannya sidang. Pertanyaan yang dimunculkan adalah apakah memang perlu cerita khayal yang jorok,vulgar dan porno itu ditulis demikian detil dalam surat dakwaan dan kemudian dibacakan didepan public dan disiarkan secara luas oleh mass media ? Seorang jaksa senior yang telah pensiun dan mengikuti jalannya persidangan sambil geleng-geleng kepala menyatakan, dia tidak pernah mendengar ada cerita vulgar dan jorok dimuat dalam surat dakwaan demikian rinci seperti layaknya tulisan porno yang dijual dan diedarkan secara diam-diam kemasyarakat kalau tujuannya memang bukan untuk mempermalukan Terdakwa didepan public dan juga dihadapan keluarganya. Mempermalukan, karacter assassination dan atau menghancurkan reputasi serta kehormatanTerdakwa, itulah tujuan utama dari JPU dengan cerita jorok tersebut. Sungguh menyedihkan, kalau sdr JPU dalam usahanya apa yang disebutnya “untuk menegakkan keadilan “begitu mudahnya menguyah dan kemudian menelan mentahmentah cerita jorok seorang Rani? Nampaknya, JPU masih saja menganut faham Machiavelist yang dikenal dengan semboyannya “menghalalkan segara cara” tanpa perlu mempertimbangkan dampak dari satu surat dakwaan yang vulgar tersebut .Yang penting permalukan dan hancurkan dulu harga diri dan kehormatan Antasari didepan umum, semangat itulah yang nampaknya lebih dikedepankan oleh sdr JPU dalam perkara ini ketimbang mencari kebenaran dan menegakkan keadilan.
Seorang jaksa yang professional dan jujur dalam menjalankan tugas profesinya tentunya harus mampu menjawab pertanyaan itu sehingga tidak terkesan asal menuntut saja. Seorang jaksa yang professional dan jujur tidak selayaknya hanya memilil-milih “kesaksian” yang menguntungkan untuk membuktikan dakwaannya akan tetapi mengeyampingkan begitu saja fakta persidangan tanpa alasan.Sikap semacam ini justru telah mempertontonkan sikap yang tidak jujur dari seorang penuntut yang katanya dalam persidangan perkara pidana mewakili kepentingan umum.
A. Teori Konspirasi
Ironis memang, jika kita membaca tuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa Antasari Azhar yang dituntut hukuman mati. Padahal, “Tidak ada seorang koruptor pun yang dituntut hukuman mati, tapi sang pemburu koruptor justru dituntut mati.”
Bahkan, yang lebih memprihatinkan lagi, melalui proses persidangan terdakwa Antasari Azhar ini, rakyat telah dipertontonkan bagaimana terjadinya kesewenang-wenangan dengan mengatasnamakan undang-undang yang dipergunakan sebagai senjata. Rakyat telah dipertontonkan bagaimana terjadinya konspirasi yang melahirkan fitnah dengan mengatasnamakan hukum, hanya demi sebuah tujuan: menjatuhkan kursi Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar, yang kini telah dicopot dari jabatannya.
Mengerikan, memang. Pasalnya, dengan menyaksikan model atau modus konspirasi kasus hukum seperti ini, akan mengakibatkan rakyat menjadi tidak tenang, akan mengakibatkan rakyat menjadi was-was, akan mengakibatkan rakyat menjadi serba ketakutan, dikarenakan akan selalu tertanam dibenaknya, bahwa: “jika seorang yang melek hukum seperti Antasari Azhar saja bisa dijadikan korban konspirasi, bisa “digarap”, bisa “dikerjai” semena-mena dengan mengatasnamakan hukum, bagaimana pula jadinya dengan rakyat biasa?” Bukankah nantinya rakyat dapat pula dengan sangat mudahnya dijadikan “bulan-bulanan” penskenarioan kasus hukum demi kepentingan tertentu? Bukankah ini sama saja artinya: “Jalan menuju gelapnya keadilan?”
Maka, tak berlebihan kiranya, jika kita patut mengenakan pita hitam sebagai tanda berkabung atas kesewenang-wenangan, bahkan kematian, terhadap proses penegakan hukum di negeri ini.
Tentu, kami tidak asal bersuara, kami tidak asal tuding, bahwa telah terjadi konspirasi dalam perkara ini sebagaimana yang telah dikeluhkan oleh Jaksa Penuntut Umum. Karena kami memiliki dasar, kami memiliki bukti telah terjadinya konspirasi seperti yang sudah terlihat di persidangan selama ini. Oleh sebab itu, agar Jaksa Penuntut Umum dapat dibukakan mata, hati dan pikirannya, akan kami tuntun secara perlahan-lahan untuk melihat bagaimana berjalannya sebuah proses konspirasi untuk menjatuhkan terdakwa Antasari Azhar melalui pledoi kami ini.
Tak berlebihan kiranya, jika kita patut mengenakan pita hitam sebagai tanda berkabung atas kesewenang-wenangan, bahkan kematian, terhadap proses penegakan hukum di negeri ini.
Tentu, kami tidak asal bersuara, kami tidak asal tuding, bahwa telah terjadi konspirasi dalam perkara ini sebagaimana yang telah dikeluhkan oleh Jaksa Penuntut Umum. Karena kami memiliki dasar, kami memiliki bukti telah terjadinya konspirasi seperti yang sudah terlihat di persidangan selama ini. Oleh sebab itu, agar Jaksa Penuntut Umum dapat dibukakan mata, hati dan pikirannya, akan kami tuntun secara perlahan-lahan untuk melihat bagaimana berjalannya sebuah proses konspirasi untuk menjatuhkan terdakwa Antasari Azhar melalui pledoi kami ini. Jelas, terdakwa Antasari Azhar adalah target konspirasi. Namun, tampaknya Jaksa Penuntut Umum tidak mengerti (pura-pura tidak mengerti) dan tidak memahami (purapura tidak memahami) pengertian “konspirasi”. Karena, seperti yang tertuang di dalam Tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum menuliskan bahwa “terdakwa telah melakukan pemufakatan jahat (konspirasi) dengan Sigid Haryo Wibisono dan Kombes Wiliardi Wizard.” Konspirasi hanya diartikan sekadar “pemufakatan jahat”. Padahal tidak seperti itu artinya. Oleh sebab itu, agar Jaksa Penuntut Umum dapat mengerti tentang arti konspirasi, kami akan menjelaskannya, sehingga nantinya kita dapat memahami bahwa sebetulnya justru terdakwa Antasari Azhar lah yang menjadi target dan korban konspirasi.
Pengertian Konspirasi adalah merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang disusun secara detail sedemikian rupa yang dilakukan oleh lebih dari satu pihak yang bertujuan agar peristiwa itu bergulir secara normal atau wajar di tengah-tengah masyarakat.
Konspirasi, menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1995), diartikan sebagai “sebuah rencana rahasia yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan sesuatu yang ilegal atau merugikan”.
Dalam berbagai leteratur diajarkan, bahwa: teori konspirasi lahir dari bangunan prakonsepsi, asumsi, praduga atau bahkan imajinasi yang sudah terbangun mendahuli fakta. Oleh sebab itu, dalam teori konspirasi, bukti-bukti yang dikedepankan seringkali tidaklah untuk mendukung pembuktian suatu peristiwa tetapi digunakan untuk melakukan pembenaran terhadap suatu peristiwa. Dengan demikian, berbagai penyebab kejadian yang rumit dan berlapis-lapis dapat disederhanakan dalam bentuk kambing hitam.
Dalam teori konspirasi juga dinyatakan bahwa “Konspirasi itu sulit dibuktikan, kecuali salah satu pihak berbuat kesalahan.” Maka, dalam suatu peristiwa pembunuhan yang dilatarbelakangi konspirasi, sudah barang tentu bukanlah perkara mudah menemukan aktor atau dalangnya, kecuali pelaku konspirasi itu sendiri mengaku atau berbuat kesalahan dalam tindakan dan ucapannya.
Pembunuhan John F Kennedy telah diyakini adalah hasil dari suatu konspirasi yang melibatkan dunia intelejen. Namun, sampai kini sulit membuktikan siapa aktor atau dalangnya. Masyarakat hanya tahu Lee Harvey Oswald adalah pembunuhnya. Pembunuhan aktivis Munir adalah target dari suatu konspirasi. Tapi, sampai sekarang kita tidak pernah tahu siapa aktor atau dalang di balik semua itu. Masyarakat hanya tahu Polycarpus adalah pembunuhnya. Nah, begitu pula yang kini dialami terdakwa Antasari Azhar, yang telah menjadi target konpirasi dengan dijadikan kambing hitam dalam pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.
Peristiwa yang disebabkan oleh adanya konspirasi itu menjadi mudah mencuat di masyarakat apabila media massa telah digunakan sebagai alat untuk membentuk opini publik. Media massa telah menyebarkan rumor dan rumor itu menjadi semakin membesar karena masyarakat mendapatkan kepuasan psikologis dari rumor itu sendiri. Nah, situasi seperti itulah yang juga dihadapi oleh terdakwa Antasari Azhar, bahwa kejatuhannya sebagai Ketua KPK yang begitu tragis, merupakan hasil konspirasi dari kekuatankekuatan tertentu. Dan, melalui media massa, telah dikembangkan rumor bahwa terdakwa Antasari Azhar telah terjebak dalam drama cinta segitiga dan telah melakukan pelecehan seksual terhadap saksi Rani Juliani. Sehingga, dari drama cinta segitiga itulah yang dijadikan motif untuk melakukan pembunuhan terhadap korban Nasrudin Zulkarnaen. Sungguh kejam konspirasi yang menuai fitnah itu.
Namun, syukurlah, ketika proses pengadilan terdakwa Antasari Azhar bergulir, media massa sudah dapat melihatnya secara obyektif. Bahkan, kami dan terdakwa Antasari Azhar patut mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada media massa karena telah memberikan perhatian yang begitu besar terhadap jalannya persidangan ini, termasuk adanya liputan penayangan secara langsung (live), sehingga masyarakat dapat dibukakan mata hatinya dan dapat menilai sendiri kejanggalankejanggalan yang telah terjadi di pengadilan berkait dengan fakta-fakta persidangan.
Sehingga, apabila Jaksa Penuntut Umum mengabaikan fakta-fakta persidangan dalam membuat Surat Tuntutan, maka masyarakat dengan sendirinya dapat menilai kebohongan-kebohongan atau manipulasi fakta berkat adanya berita-berita dan tayangan media massa. Tentu, kini, kita menjadi bertanya-tanya: mengapa terdakwa Antasari Azhar perlu dijadikan target konspirasi?
Sebetulnya, masyarakat pun sudah tahu jawabannya. Karena masyarakat sekarang ini sudah cukup cerdas untuk melihat dan menilai peristiwa-peristiwa yang melibatkan para pengelola negeri ini, termasuk aparat penegak hukum di dalamnya.
Konspirasi untuk menjatuhkan terdakwa Antasari Azhar dilakukan oleh sebab adanya ketakutan dan balas dendam dari pihak-pihak tertentu yang telah gerah dengan sepak terjang terdakwa Antasari Azhar dalam memberantas korupsi semasa menjadi Ketua KPK. Rakyat pun sudah tahu, bahwa KPK di bawah kepemimpinan terdakwa Antasari Azhar sudah banyak mengukir prestasi, dengan gebrakannya menjebloskan banyak pejabat tinggi ke penjara, mulai dari Gubernur, Jenderal TNI atau Polisi, Jaksa, anggota DPR, konglomerat, CEO dari perusahaan ternama, dan para eks petinggi Bank Indonesia.
Bahkan, tak hanya itu saja. Sepak terjang terdakwa Antasari Azhar sebagai pimpinan KPK juga merambat ke Kejaksaan Agung. Bahkan, di kalangan koleganya di Kejaksaan, terdakwa Antasari Azhar sudah dianggap sebagai pengkhianat.
Lihat saja, dalam kasus Artalyta dan jaksa Urip Tri Gunawan, di mana KPK telah mengobok-obok lembaga pimpinan Jaksa Agung Hendarman Supandji itu sehingga membuat dua Jaksa Agung Muda copot dari jabatannya. Maka, tak heran pula jika pada saat kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen ini mencuat, saat terdakwa Antasari Azhar masih diperiksa di Kepolisian dan belum ditentukan statusnya, dengan secara tergesagesa Kejaksaan melakukan konprensi pers dan mengumumkan bahwa status Antasari Azhar sudah menjadi tersangka dan dicekal ke luar negeri. Padahal, saat itu pihak Kepolisian belum menentukan status tersangka bagi Antasari Azhar. Sungguh aneh!
Lebih aneh lagi, jauh sebelum proses persidangan dimulai, Jaksa Agung Hendarman Supandji telah menyatakan di media massa akan menuntut hukuman MAKSIMAL terhadap terdakwa Antasari Azhar, karena perkaranya sudah diekspose dengan Jaksa Penuntut Umum yang menangani dakwaan (Media Indonesia, 10 September 2009). Ucapan Jaksa Agung itu dilontarkan sebulan sebelum persidangan dimulai yakni pada 8 Oktober 2009.
Bagaimana mungkin Jaksa Agung sudah membuat pernyataan akan melakukan tuntutan maksimal, padahal sidang belum digelar untuk membuktikan dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Dengan fakta ini memang sudah terlihat secara nyata tuntutan maksimal sudah disiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Sehingga sidang yang digelar ini dianggap Jaksa Penuntut Umum hanyalah sekadar formalitas belaka.
Hal yang sama juga terjadi di Kepolisian yang pernah gerah dengan sepak terjang KPK. Pasalnya, KPK pernah memproses dan memenjarakan eksi petinggi Polri yang berpangkat bintang 4. Maka, tak heran pula jika rapat untuk membahas rencana mengikuti Nasrudin Zulkarnaen berlangsung di salah satu ruang di Mabes Polri. Sehingga, wajar saja jika para eksekutor Nasrudin Zulkarnaen, seperti yang terungkap di persidangan, diberi motivasi bahwa yang dilakukannya itu adalah “menjalankan tugas Negara”.
Belum lagi, banyaknya kasus korupsi yang melibatkan konglomerat yang dekat dengan kekuasaan yang akan dibongkar dan dimejahijaukan oleh KPK. Apakah mereka dapat tidur nyenyak dan tidak akan melakukan “perlawanan”?
Memang, pada akhirnya, beberapa kasus korupsi itu belum sempat diajukan ke pengadilan, lantaran Antasari Azhar keburu dijadikan terdakwa dan dimasukan ke
penjara. Nah, dari berbagai prestasi dalam pemberantasan korupsi itulah yang justru akhirnya menjadikan terdakwa Antasari Azhar harus “dilenyapkan” dari kedudukannya sebagai Ketua KPK.
Begitulah sepak terjang terdakwa Antasari Azhar semasa memimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Maka, seharusnya, terdakwa Antasari Azhar pantas dijuluki sebagai “Pendekar” pemberantasan korupsi. Namun, apa balasan yang telah diterimanya?
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Sebagai upaya untuk menjatuhkan terdakwa Antasari Azhar dari kedudukannya sebagai Ketua KPK, maka disusunlah suatu skenario pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen berdasarkan motif drama asmara cinta segitiga antara terdakwa Antasari Azhar, Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani.
Mengapa drama asmara yang perlu dikedepankan sebagai motif pembunuhan? Karena masyarakat Indonesia yang berciri bangsa timur tentunya masih belum dapat mentoleransi adanya perselingkuhan, apalagi yang melibatkan pejabat negara, termasuk aparat penegak hukum. Oleh karenanya, isu drama asmara inipun semula cukup berhasil untuk membunuh karakter terdakwa Antasari Azhar. Media massa dengan cepat dan sangat mudahnya termakan isu drama asmara ini sehingga menjadi rusaklah reputasi sosok Antasari Azhar, yang mengakibatkan tak ada empati serta simpati publik terhadap dirinya. Namun, syukurlah, konspirasi itu terbongkar juga di persidangan ini. Setidaknya dapat kita lihat dari beberapa fakta persidangan yang memperlihatkan adanya indikasi konspirasi itu.
Kita tentu patut bertanya-tanya: mengapa untuk mencari motif pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang melibatkan terdakwa Antasari Azhar, pada saat itu Polisi Republik
Indonesia (Polri) sampai harus membentuk tim Motivasi mencari kesalahan Antasari di luar struktur yang ada ata di luar dari tim resmi yang ditunjuk?
“Tim Motivasi Mencari Kesalahan Antasari” itu diketuai Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko. Tim itu ditugasi untuk dapat mencari motif kesalahan Antasari Azhar. Dan, yang perlu digarisbawahi di sini, bahwa terbongkarnya tim itu justru muncul dari korps kepolisian itu sendiri, berdasarkan keterangan dari kesaksian Komjen Susno Duadji, yang saat itu menjabat sebagai Kabareskrim. Hal mana keterangan Komjen Susno Duadji itu memperkuat apa yang telah diungkap sebelumnya oleh Kombes Wiliardi Wizar dan Sigid Haryo Wibisono di persidangan ini.
Lantas, apa tujuan Tim Motivasi Mencari Kesalahan Antasari dari Mabes Polri itu? Tujuannya adalah: bagaimana dapat menciptakan suatu kesalahan hukum yang dilakukan oleh terdakwa Antasari Azhar. Atau, dengan kata lain: bagaimana tim bayangan ini dapat mengolah suatu kasus atas terbunuhnya Nasrudin Zulkarnaen dengan target Antasari Azhar sebagai pelakunya (aktor intelektual) atau pihak yang memerintahkan pembunuhan itu. Sehingga, nantinya, Antasari Azhar dapat dicopot dari jabatannya sebagai Ketua KPK dan dijebloskan ke dalam penjara.
Upaya untuk menjatuhkan terdakwa Antasari Azhar dengan diselimuti konspirasi ini, ternyata membutuhkan “tumbal” yang sangat mengerikan. Betapa tidak. Untuk menjalankan skenario atau merekayasa kasus ini, para pelaku konspirasi dengan tegateganya harus menghabisi nyawa Nasrudin Zulkarnaen yang sebelumnya kami sinyalir juga merupakan bagian dari kelompok konspirasi itu. Bahkan, tak hanya itu saja. Korban dari konspirasi itu, selain hilangnya nyawa Nasrudin Zulkarnaen, adalah juga mengorbankan karir Kombes Wiliardi Wizard dan pengusaha Sigid Haryo Wibisono, sehingga keduanya dijadikan terdakwa pula sekalipun mereka semula -- entah itu disadari atau tidak -- adalah merupakan lingkaran dari konspirasi itu sendiri.
Namun demikian, sebagaimana teori konspirasi mengatakan, bahwa: “KONSPIRASI TIDAK AKAN DAPAT DIBUKTIKAN, KECUALI SALAH SATU PIHAK BERBUAT KESALAHAN”, maka terjawablah sudah adanya bukti-bukti telah terjadinya konspirasi di persidangan ini. Bukti-bukti itu muncul justru datang dari KESAKSIAN DAN KESALAHAN TINDAKAN DARI PARA PELAKU YANG SEMULA BAGIAN DARI KONSPIRASI ITU.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam teori konspirasi, sang sutradara rupanya telah melakukan kesalahan sehingga konspirasi ini dapat terbongkar atau dibuktikan, yakni: Kombes Wiliardi Wizard yang semula dijanjikan hanya akan dihukum indisipliner jika mau mengakui bahwa terdakwa Antasari Azhar sebagai aktor intelektual atau orang yang memerintahkan pembunuhan terhadap diri Nasrudin Zulkarnaen, ternyata malah ditahan bahkan dijadikan terdakwa pula dengan ancaman hukuman yang sangat berat. Adanya kesalahan tindakan dari pelaku konspirasi terhadap Kombes Wiliardi Wizard itulah yang akhirnya Kombes Wiliardi Wizard membongkar adanya konspirasi ini, dengan mengaku telah diintimidasi oleh atasannya Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko dan diarahkan untuk menjadikan terdakwa Antasari Azhar sebagai target.
Hal yang sama juga terjadi pada diri Sigid Haryo Wibisono. Jika semula Sigid Haryo Wibisono adalah pihak yang mengatur dan mengarahkan peristiwa ini, bahkan juga bertindak sebagai penyandang dana demi untuk menjalankan skenario dari sang sutradara konspirasi itu, pada akhirnya ia juga malah dijebloskan ke penjara dan diancam hukuman berat. Sigid Haryo Wibisono akhirnya pun mengungkap dan memberikan pengakuan di persidangan bahwa sebetulnya terdakwa Antasari Azhar tidak pernah memerintahkan untuk membunuh Nasrudin Zulkarnaen; dan terdakwa Antasari Azhar tidak pernah merencanakan mencari orang untuk membunuh Nasrudin Zulkarnaen. Di tambah lagi, Konspirasi itu juga terbongkar karena adanya kesalahan dalam proses pemeriksaan dengan pembuatan BAP (Berita Acara Pemeriksaan) yang tidak cermat, tidak teliti, bahkan cenderung sembrono, di mana terdapat banyak kejanggalan di dalamnya. Seperti halnya, terlihat dari banyaknya jawaban dari saksi-saksi yang mengkopi atau dalam istilah computer “copy paste” dari kesaksian Rani Juliani, Wiliardi Wizard, dan Sigid Haryo Wibisono. Lihat saja di BAP-nya masing-masing, apakah mungkin ada beberapa poin pertanyaan yang dilakukan pada hari dan waktu yang berbeda akan tetapi memiliki jawaban yang sama persis, bahkan sampai pada titik komanya? Hal inilah yang terlihat dengan jelas dari BAP masing-masing saksi tersebut.
Di tambah lagi, banyaknya kejanggalan dalam pembuatan rekonstruksi, di mana berbagai adegan telah direkayasa sedemikian rupa. Terbongkarnya konspirasi ini semakin lengkap setelah adanya pengakuan dan kesaksian dari seorang jenderal di Kepolisian, yaitu pengakuan Komisaris Jendral Susno Duadji yang pada saat itu menjabat sebagai Kabareskrim, dengan mengakui dan mengungkap, bahwa: “ADA TIM LAIN (TIM MOTIVASI MENCARI KESALAHAN ANTASARI) YANG DI LUAR TIM RESMI DI KEPOLISIAN YANG BERTUGAS SEBAGAI TIM PENCARI MOTIVASI KESALAHAN ANTASARI AZHAR”, yang diketuai oleh Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko.
Ketika Komjen Susno Duadji ditanya di persidangan: adakah kepentingan dari tim bayangan itu? Dengan lugas dan penuh makna, Komjen Susno Duadji mengatakan, “Tentu ada kepentingannya. Dan, tentang kepentingannya apa? Ya, hanya dia dan Tuhan yang tahu.”
Bayangkan, seorang Kabareskrim Mabes Polri saja tidak mengetahui adanya gerakan rahasia diinstitusinya. Dan, ucapan Kombes Suno Duadji penuh arti itu, tak lain untuk menggambarkan betapa tertutupnya kepentingan tim itu sekalipun di dalam institusi kepolisian sendiri maupun di tingkat pejabat tinggi kepolisian sekelas Kabareskrim. Semoga, Jaksa Penuntut Umum mampu mencerna, meresapi dan memaknai kalimat penuh arti dari saksi Komjen Susno Duadji ini.
Yang menariknya lagi, keterangan penuh makna juga diungkap oleh Komjen Susno Duadji di persidangan, bahwa Tim Motivasi Mencari Kesalahan Antasari yang diketuai oleh Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko itu telah dinyatakan GAGAL dan dibubarkan.
Bukankah hal itu juga membuktikan adanya Konspirasi? Bahwa Konspirasi ini bisa terbongkar karena adanya kesalahan-kesalahan dari para pelaku konspirasi, sehingga tim ini dinyatakan Gagal.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Dari apa yang telah terungkap di persidangan ini, maka menjadi sangat aneh, bahkan memprihatinkan, apabila Jaksa Penuntut Umum masih tidak dapat juga melihat adanya konspirasi dalam persidangan ini. Padahal, masyarakat awam, masyarakat yang tidak sekolah hukum, masyarakat biasa sekalipun dapat menilai dengan sangat mudahnya bahwa ternyata ada penskenarioan dalam kasus terdakwa Antasari Azhar ini. Lihat saja, komentar-komentar masyarakat di berbagai media massa, rasanya sudah cukup membuktikan adanya kecerdasan masyarakat yang sudah muak, sudah bosan, dibohongi oleh berjalannya rekayasa kasus hukum yang dialami oleh terdakwa Antasari Azhar.
Apakah Jaksa Penuntun Umum masih juga belum mampu melihat hal ini, sehingga menuntut terdakwa Antasari Azhar dengan hukuman mati?
Simak pula berita-berita yang muncul di media massa. Bahkan, yang menarik, krimninolog UI Erlangga Masdiana di portal detik.com sampai-sampai meragukan intelektualitas Jaksa Penuntut Umum dengan menyatakan, “Memang kalau saya lihat, jaksa kasus Antasari ini kontroversial. Intelektualitas mereka juga kurang. Bukti-bukti yang ada muncul di persidangan tidak diperhatikan,” kata Erlangga kepada detikcom, Rabu, 20 Januari 2010.
Wajar saja, jika kriminolog UI itu berpendapat demikian. Karena menurutnya (dan tentunya menurut kita semua yang berkecimpung di dunia peradilan), bahwa fakta-fakta di persidanganlah yang seharusnya menjadi landasan untuk menyusun berkas tuntutan.
Selain itu, Erlangga Masdiana juga melihat tidak ada fakta yang bisa menjelaskan Antasari turut serta dalam pembujukan untuk membunuh Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) itu. Antara Antasari sendiri dengan eksekutor di lapangan tidak terhubung langsung.
“Makanya, kalau menurut saya ini dikaji ulang tentang tuntutan jaksa ini. Ini cenderung ada dugaan sebagian masyarakat bahwa persoalan AA (Antasari) terkait dengan unsur politis, sehingga tuntutan itu diperberat,” kata Erlangga Masdiana kepada detik.com.
Apakah Jaksa Penuntut Umum masih tidak malu melihat komentar-komentar masyarakat di media massa yang meragukan kualitas intelektual Jaksa Penuntut Umum? Sebab, terlihat, seorang kriminolog yang notabene bukanlah seorang profesional dalam persidangan ternyata lebih pintar dan lebih mengerti ketimbang Jaksa Penuntut Umum karena telah mengabaikan fakta-fakta persidangan.
Lalu, baca pula komentar Prof.Dr. Indriyanto Seno Aji, ahli hukum pidana UI, di Kompas, 20/1/2010. Menurutnya, “… tuntutan mati untuk Antasari, yang didakwa sebagai aktor intelektual pembunuhan terlalu bombastis dan dipaksakan. Bombastis karena banyak benang merah yang tidak bisa dibuktikan jaksa selama persidangan..”
Mengapa Prof Dr. Indriyanto menggunakan istilah “bombastis dan dipaksakan”? Seorang professor tentunya tidak asal mengucapkan kata-kata seperti itu jika tidak punya alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Memang benar, banyak “benang merah” yang tidak bisa dibuktikan. Fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan telah membuktikan secara meyakinkan sinyalemen Prof Indriyanto itu. Tetapi, mengapa Jaksa Penuntut Umum masih saja nekat bahkan berani mengambil risiko dengan mengorbankan profesionalitasnya untuk melakukan tuntutan yang “bombastis” itu?
Sekarang, coba saja kita simak lagi komentar-komentar yang dilontarkan masyarakat awam di media massa, agar Jaksa Penuntut Umum semakin terbuka wawasannya.
Kutip dari mediaindonesia.com: Benar nggak sih Saya mohon kepada Jaksa & hakim untuk benar2 berfikir untuk menjatuhkan hukuman bagi Antasari. Apakah pantas Antasari menerima hukuman mati, sedangkan apa yang dituduhkan selama ini belum terbukti? Saya harap orang yang benar2 menjadi otak pembunuhan ditemukan, sehingga hukum benar2 ditegakkan di Negara kita ini. (dari: Nancy Panggabean, tanggal 21-01-2010, pukul 21:20:51 WIB).
Mudah2an keadilan yang hakiki berbicara Sangat prihatin menyimak proses peradilan Antasari ini. Nurani saya mengatakan bahwa ada skenario yang lebih besar disini – karena banyak misteri yang tidak terjawab tetapi dianggap cukup bukti (?) yang dilanjutkan tuntutan yang bombastis… Misteri itu a.l. apa motif sebenarnya Rani ketemu AA, dgn bawa HP yg siap untuk merekam – direkaman terdengar Rani yg lebih banyak ngomong dgn sok ramah… juga Sigit dgn rekamannya & kenapa begitu aktif mendanai penyelesaian yg melanggar hukum dll… (dari: Haryono, tanggal 23-01-2010, pukul 01:30:17 WIB).
Kutipan Media Indonesia (cetak), Kamis, 21-1-2010, hlm 2:
Beri Pendidikan Hukum pada Jaksa Luar biasa tuntutan penuntut umum. Tidak satupun fakta persidangan jadi rujukan. Para Jaksa mestinya diberi pendidikan khusus ilmu pemahaman fakta persidangan; atau ilmu kejujuran hati dan akidah keadilan (dari: Adi Aspandi)
Apabila Jaksa Penuntut Umum masih belum puas juga melihat bagaimana tanggapantanggapan masyarakat di media massa mengenai kasus ini, maka bersama pledoi ini kami lampirkan berita-berita dari berbagai media massa tersebut. Pada intinya, berita-berita di media massa itu berisi berbagai komentar, baik dari para ahli hukum, tokoh masyarakat hingga rakyat biasa, yang menggugat adanya tuntutan mati dari Jaksa Penuntut Umum dan juga kecurigaan terhadap proses persidangan ini.
Harapan kami, agar Jaksa Penuntut Umum dan aparat penegak hukum lainnya mampu menyadarinya bahwa kasus ini telah mendapat perhatian besar dari masyarakat.
Melihat apa yang dilakukan Jaksa Penutut Umum dalam Surat Tuntutannya itu, tak berlebihan jika kita mengatakan bahwa kejaksaan sebagai institusi penuntut umum telah sengaja membiarkan institusinya diperalat oleh penyidik, atau boleh jadi pula Jaksa Penuntut Umum dan Polisi bersama-sama ikut bermain dalam konspirasi ini untuk menjatuhkan Ketua KPK.
Pertanyaannya kemudian, sudahkah Jaksa Penuntut Umum menyadari sebelumnya akan dampak yang bakal diterimanya, sehingga harus menuntut terdakwa Antasari Azhar dengan hukuman mati?
Agar lebih jelas lagi, Jaksa Penuntut Umum akan kami ajak untuk melihat sekadar perbandingan, yang hal ini penting sebagai pembelajaran bagi Jaksa Penuntut Umum, sehingga tidak diragukan lagi pendidikannya. Bahkan, kelihatannya, Jaksa Penuntut Umum perlu sekolah lagi. Seperti yang pernah diucapkan Jaksa Penuntut Umum (dalam hal ini Cyrus Sinaga) di televisi, yang menjadi populer balakangan ini, “Makanya.. sekolah dulu…!!”).
Bahwa dalam kasus terbunuhnya seorang penting yakni hakim agung Syaifudin Kartasasmita dengan melibatkan Tommy Soeharto sebagai aktor intelektual, Jaksa Penuntut Umum saat itu menuntut hukuman HANYA 15 tahun penjara. Padahal, Tommy Soeharto didakwa melanggar 4 pasal yakni, Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Tahun 1951 juncto pasal 55 KUHP dalam kasus kepemilikan senjata api dan bahan peledak; melanggar Pasal 340 juncto Pasal 55 ayat (1) dan (2) KUHP dalam kasus pembunuhan berencana terhadap hakim agung Syaifudin Kartasasmita; dan juga dijerat Pasal 216 KUHP saat menjadi buronan.
Lantas, dari mana pula rujukan Jaksa Penuntut Umum yang menuntut mati terdakwa Antasari Azhar? Pernahkah Jaksa Penuntut Umum menuntut mati terdakwa kasus korupsi? Mengapa terdakwa Antasari Azhar yang notabene adalah sang pemburu koruptor justru dituntut hukuman mati tanpa melihat jasa-jasanya yang telah melakukan pemberantasan korupsi di negeri ini?
Persoalan lain yang juga tidak kalah memprihatinkannya, sehingga tidaklah salah jika banyak pihak meragukan intelektualitas Jaksa Penuntut Umum, adalah dalam hal: “Tuntutan dibuat tidak berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan. Tuntutan hanya berdasarkan dakwaan dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).”
Kalau memang seperti itu jalan pikiran Jaksa Penuntut Umum, lantas untuk apa persidangan ini digelar dengan sangat melelahkan hingga 4 bulan lamanya? Apakah persidangan ini dianggap hanya sebagai formalitas saja? Bukankah itu sama saja artinya Jaksa Penuntut Umum telah melakukan pelecehan persidangan? Padahal, di perkuliahan ilmu hukum saja, mahasiswa sudah diajarkan bahwa di dalam hukum acara pidana terdapat suatu kaitan antara fakta-fakta persidangan dengan penemuan hukumnya (dalam arti kata: di dalam menyusun tuntutan, pledoi (pembelaan), maupun putusan hakim harus berdasarkan fakta-fakta nyang terungkap di persidangan).
Sementara yang dilakukan Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya adalah mengcopy paste berita acara dan dakwaan semata.
Bayangkan, betapa mengerikannya jika para ahli hukum di negeri ini mengikuti jalan pemikiran Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya, karena akan menangislah
hukum di republik tercinta ini dan tidak ada gunanya lagi fakultas hukum, karena semua orang akhirnya bisa menjadi pokrol bambu.
Bukankah dengan Surat Tuntutan yang membabi-buta itu sama saja artinya Jaksa Penuntut Umum ingin menyandera majelis hakim dan memfait a comply (menjerumuskan) Majelis Hakim menjadi penghukuman terhadap terdakwa yang tidak bersalah, sehingga dapat dikategorikan sebagai “cold blooded execution” atau eksekusi berdarah dingin?
Sedangkan dalam istilah Hermann Moster dalam bukunya “Peradilan yang Sesat” (terjemahan), Grafity Pers, 1983, dihukumnya orang-orang yang tidak bersalah oleh pengadilan disebut sebagai “pembunuhan peradilan”. Menurut Herman Moster, pembunuhan peradilan itu terjadi apabila penghukuman bagi orang yang tidak bersalah itu dihukum semata-mata hanya karena alasan nista (tentu termasuk juga dihukum karena adanya unsur politis dan uang). Sehingga, bila instansi yang bertanggungjawab atas keadilan menjatuhkan hukuman terhadap orang yang tidak bersalah, maka institusi itu telah melakukan pembunuhan. Dan pembunuhan itu bisa berarti pembunuhan jiwa atau pencemaran nama baik atau penghancuran kesuksesan dan kebahagiaan seseorang beserta kaum kerabatnya.
Nah, apakah Jaksa Penutut Umum mempelajari dan memahami hal ini?
Sebab, apabila Jaksa Penuntut Umum memegang teguh prinsip/ketentuan hukum, maka Jaksa Penuntut Umum di dalam membuat Surat Tuntutannya harus didasarkan faktafakata yang terungkap di persidangan. Dan apabila Jaksa Penuntut Umum konsiten terhadap fakta-fakta yang terungkap di persidangan, maka SEHARUSNYA Jaksa Penuntut Umum menuntut bebas terdakwa Antasari Azhar. Karena, tidak ada satu buktipun, baik saksi dan alat bukti lain yang dapat menyatakan terdakwa Antasari Azhar adalah sebagai orang yang turut serta melakukan perbuatan, dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasan atau martabat, dengan kekuasaan, ancaman atau penyesatan, atau memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, sebagaimana yang tertuang dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan,
Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
B. Bukti Tidak Adanya Motif Pembunuhan
Baiklah, untuk memudahkan dan menuntun Jaksa Penuntut Umum agar dapat melek atau dapat terbuka mata dan hatinya dalam melihat adanya konspirasi dalam perkara ini, sekaligus memperlihatkan tidak adanya motif pembunuhan dari terdakwa Antasari Azhar, maka kami akan paparkan kembali peristiwanya dengan aktor-aktor atau pelaku-pelaku yang mendukungnya.
Siapakah Nasrudin Zulkarnaen? Bahwa Nasrudin Zulkarnaen ini adalah orang yang bermasalah dan mempunyai masalah. Seperti yang diungkap istri sirinya sendiri Rani Juliani di persidangan, bahwa Nasrudin Zulkarnaen mengatakan sedang diperiksa oleh BPKP terkait masalah di kantornya mengenai adanya kerugian dari Rp 6 miliar menjadi Rp 11 miliar. Dengan demikian, posisi Nasrudin Zulkarnaen sebetulnya sangat mudah dimanfaatkan oleh orang lain. Namun begitu, di sisi lain, Nasrudin Zulkarnaen juga merupakan informan yang memberikan data-data korupsi di PT RNI dan juga di instansiinstansi lain kepada KPK melalui terdakwa Antasari Azhar. Bahkan, salah satu informasi yang telah diberikan Nasrudin Zulkarnaen, yaitu mengenai korupsi di PT RNI dengan melibatkan Direktur Keuangannya, yang akhirnya dihukum oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Kendati demikian, Nasrudin Zulkarnaen masih kurang puas juga karena ia ingin Direktur Utama PT RNI yang dihukum.
Melihat posisi Nasrudin Zulkarnaen seperti itu, tentu mengakibatkan banyak orang yang tidak suka atau tidak merasa nyaman dengan tingkah laku Nasrudin Zulkarnaen. Namun, sebaliknya, Nasrudin Zulkarnaen juga dapat dimanfaatkan oleh orang lain pula, termasuk dirinya disuruh untuk membantu menjatuhkan terdakwa Antasari Azhar.
Yang menariknya lagi, sebagaimana pengakuan Kompol Helmi Santika di persidangan. Bahwa ternyata Nasrudin Zulkarnaen ini adalah teman lama dari Kompol Helmi Santika yang merupakan salah satu anggota Tim Penyelidikan terhadap pelaku teror dan pengancaman terhadap Ketua KPK di bawah pimpinan Kombes Chairul Anwar. Apakah
ini suatu kebetulan? Yang pasti, jauh sebelum terjadi peristiwa di kamar 803 itu, mereka berdua sudah saling bertemu.
Selanjutnya, untuk dapat menjatuhkan terdakwa Antasari Azhar dari kursi Ketua KPK, sang sutradara pelaku konspirasi memanfaatkan peran Nasrudin Zulkarnaen yang sedang memiliki banyak persoalan. Untuk itu, Nasrudin Zulkarnaen menjalankan skenario menjebak terdakwa Antasari Azhar dengan cara mengumpankan Rani Juliani. Rencananya, terdakwa Antasari Azhar dibuat telah melakukan pelecehan seksual terhadap Rani Juliani yang kemudian dipergoki oleh Nasrudin Zulkarnaen. Selanjutnya, Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani akan membuka persoalan ini ke publik, dan dengan demikian terdakwa Antasari Azhar akan mengundurkan diri karena malu. Begitulah skenarionya semula.
Lalu siapakah Rani Juliani? Rani Juliani adalah istri siri Nasrudin Zulkarnaen. Ia bekerja sebagai caddy di Modernland Golf Tangerang dan sering melayani pejabat-pejabat dari Kejaksaan yang bermain golf di tempat itu. Rani Juliani memang sudah terbiasa di lingkungan pejabat-pejabat tinggi Kejaksaan. Bahkan, Rani Juliani merupakan caddy tetap Sudibyo Saleh, yang saat itu sebagai Sekretaris Jaksa Agung Muda Pembinaan, dan merupakan mantan atasan terdakwa Antasari Azhar.
Pada tahun 2006, terdakwa Antasari Azhar sudah tidak lagi menjadi members di Modernland Golf, sehingga tidak pernah lagi berjumpa dengan Rani Juliani.
Pada tahun 2007, terdakwa Antasari Azhar menduduki jabatan Ketua KPK. Pada saat itulah, Rani Juliani aktif berusaha mencari-cari nomor telepon genggam terdakwa Antasari Azhar. Akhirnya, Rani Juliani pun mendapatkan nomor telepon genggam Antasari Azhar melalui mantan pejabat Kejaksaan Agung, Ishak Aungadi.
Setelah mendapatkan nomornya, ia berusaha berkali-kali menghubungi terdakwa Antasari Azhar, namun tidak pernah direspon, tidak pernah diangkat, karena terdakwa Antasari Azhar tidak mengenal nomornya.
Suatu kali, Rani Juliani mengirim SMS kepada terdakwa Antasari Azhar dengan menyebut bahwa dirinya adalah caddy Sudibyo Saleh. Karena menyebut nama Sudibyo
Saleh yang notabene adalah mantan atasannya, maka terdakwa Antasari Azhar pun baru mau menanggapi SMS dari Rani Juliani itu. Pada sekitar Mei 2008, setelah Nasrudin Zulkarnaen mengetahui terdakwa Antasari Azhar mau menanggapi SMS dari Rani Juliani, maka Nasrudin Zulkarnaen pun menyuruh Rani Juliani untuk membuat janji bertemu dengan terdakwa Antasari Azhar.
Dua minggu setelah itu, ternyata Rani Juliani berhasil mendapatkan janji bertemu dengan terdakwa Antasari Azhar. Alasan Rani Juliani: ia ingin mengajak terdakwa Antasari Azhar menjadi members di Modernland Golf, sebab dirinya sudah tidak lagi menjadi caddy tapi di bagian marketing. Padahal, menurut pengakuan Rani Juliani di persidangan, ia tidak pernah diberi tugas oleh atasannya ibu Ivone untuk menarik terdakwa Antasari Azhar menjadi members di Modernland Golf. Hal ini adalah inisiatif Rani Juliani sendiri.
Dengan adanya janji pertemuan itu, Nasrudin Zulkarnaen kemudian menyuruh Rani Juliani untuk merayu terdakwa Antasari Azhar agar melakukan pelecehan seksual.
Sebetulnya, Nasrudin Zulkarnaen adalah seorang pencemburu. Sifat pencemburu itu terungkap di persidangan berdasarkan keterangan Rani Juliani sendiri, yakni salah satunya: ketika Rani Juliani pernah diberi handphone oleh teman prianya bernama Aan, dan saat Nasrudin Zulkarnaen mengetahui hal itu sontak tanpa sungkan-sungkan ia menelpon Aan dan memarahinya. Hal ini cukup membuktikan bahwa Nasrudin Zulkarnaen adalah seorang yang pencemburuan.
Nah, apakah mungkin seorang yang pencemburuan seperti Nasrudin Zulkarnaen ini rela atau bahkan mau mengantarkan istrinya sendiri ke hotel dan menyuruh istrinya menjumpai Antasari Azhar di dalam kamar hotel, jika tidak mempunyai kepentingan tertentu? Atau dengan kata lain: adanya kepentingan untuk menjebak terdakwa Antasari Azhar?
Begitulah, karena Nasrudin Zulkarnaen mempunyai misi tertentu, tujuan atau kepentingan tertentu, maka Nasrudin Zulkarnaen pun merelakan istri sirinya menemui terdakwa Antasari Azhar di kamar hotel.
Setelah Rani Juliani berhasil mengontak terdakwa Antasari Azhar, dijanjikan akan bertemu keesokan harinya, namun waktu (jam) dan tempatnya belum ditentukan. Pada saat itu pula, Rani Juliani memberitahu Nasrudin Zulkarnaen perihal janjinya dengan terdakwa Antasari Azhar. Begitu Nasrudin Zulkarnaen mendapatkan informasi pertemuan tersebut, Nasrudin Zulkarnaen saat itu juga menghubungi terdakwa Antasari Azhar dan meminta janji bertemu dengan alasan akan memberikan dokumen-dokumen kasus korupsi. Bahkan, Nasrudin Zulkarnaen berupaya mengkondisikan untuk bertemu keesokan harinya pula.
Keesokan harinya, Rani Juliani kembali menanyakan kepada terdakwa Antasari Azhar mengenai janji pertemuannya. Terdakwa Antasari Azhar pun memintanya untuk bertemu di Grand Mahakam Hotel, namun belum ditentukan di mana tempat bertemunya hanya saja dijanjikan pada sekitar pukul 14.00 WIB. Mengapa di tempat itu? Karena saat itu, terdakwa Antasari Azhar telah punya janji bertemu dengan guru spiritualnya dari Padang yang rencananya akan diinapkan di kamar 803 Hotel Grand Mahakam. Dan, hotel itu memang sudah menjadi langganan terdakwa Antasari Azhar setiap kali ia buat janji bertemu dengan koleganya.
Setelah Rani Juliani mendapatkan jawaban waktu dan tempat pertemuannya dengan terdakwa Antasari Azhar, tak berselang lama Nasrudin Zulkarnaen menghubungi terdakwa Antasari Azhar untuk segera bertemu pula, dengan alasan mendesak: ingin memberi informasi kasus korupsi dan akan menyerahkan dokumen-dokumennya. Karena terdakwa Antasari Azhar juga memiliki serangkaian janji dengan beberapa orang termasuk dengan Rani Juliani, maka terdakwa Antasari Azhar pun memutuskan agar Nasrudin Zulkarnaen datang ke Grand Mahakam Hotel.
Setelah Nasrudin Zulkarnaen mendapat kepastian bertemu, dengan tergesa-gesa ia meminta Rani Juliani berangkat dan janji bertemu di RS Harapan Kita. Setelah itu, mereka berangkat bersama-sama menuju Grand Mahakam Hotel untuk menjumpai terdakwa Antasari Azhar.
Sesampainya di hotel, Rani Juliani mengirim SMS kepada terdakwa Antasari Azhar untuk memberitahu keberadaannya di lobby hotel. Terdakwa Antasari Azhar membalas SMS itu dengan mengatakan tunggu perintah. Tak berapa lama kemudian, terdakwa Antasari Azhar meminta Rani Juliani naik ke kamar 803.
Dengan adanya fakta bahwa Nasrudin Zulkanaen mengantar sendiri bahkan menyuruh Rani Juliani mendatangi dan masuk ke kamar 803 menemui terdakwa Antasari Azhar sebagaimana keterangan Rani Juliani di persidangan, jelas membuktikan bahwa adanya unsur atau niat untuk melakukan JEBAKAN yang dilakukan Nasrudin Zulkarnaen terhadap terdakwa Antasari Azhar. Indikasinya, apakah mungkin seorang suami mengantar dan membiarkan istrinya menjadi umpan menemui seseorang pria sendirian di kamar hotel jika tidak ada kepentingan tertentu? Apakah mungkin Nasrudin Zulkarnaen dengan rela menyuruh istrinya Rani Juliani menemui seorang pria bernama Antasari Azhar di dalam kamar hotel jika tidak ada kepentingan atau tujuan tertentu? Apakah ini sesuatu yang wajar bagi seorang suami, apalagi dia bersifat pencemburuan?
Peristiwa selanjutnya, Nasrudin Zulkarnaen berencana menjebak terdakwa Antasari Azhar dengan peristiwa pelecehan seksual terhadap Rani Juliani. Dengan sifat dan tingkah polah Rani Juliani yang ia kenal selama ini, Nasrudin Zulkarnaen yakin dengan kemampuan merayu istri sirinya itu, sehingga akan berhasil menjebak terdakwa Antasari Azhar dengan pelecehan seksual.
Namun, agar Nasrudin Zulkarnaen mengerti apa yang terjadi di dalam kamar dan mendapatkan momentum untuk masuk memergoki mereka berdua, maka Nasrudin Zulkarnaen menyuruh Rani Juliani menghidupkan telepon genggamnya atau dalam keadaan “on”. Tujuannya, selain agar dapat didengar percakapan mereka berdua, juga ia dapat merekamnya untuk menjalankan skenario jebakan.
Setelah itu, Rani Juliani menuju ke kamar 803 melalui lift. Dan, setelah Rani Juliani berada di kamar, kurang lebih 10 menit kemudian Nasrudin Zulkarnaen menghubungi terdakwa Antasari Azhar dengan mengatakan dirinya sudah berada di bawah (lobby),
menanyakan di lantai dan kamar berapa dia bisa menjumpai terdakwa Antasari Azhar. Terdakwa Antasari Azhar pun memberi tahu di kamar 803.
Sesampainya di kamar 803, Rani Juliani pun masuk dan pintu tidak dikunci. Bahkan, saat itu roomboys juga masuk membawa makanan. Setelah berdua di kamar, Rani Juliani mulai menawarkan menjadi members di Modernland Golf.
Saat itu, Terdakwa Antasari Azhar jelas tidak mungkin berbuat macam-macam dalam arti melakukan pelecehan seksual terhadap Rani Juliani sebagaimana yang digambarkan Jaksa Penuntut Umum. Mengapa? Karena saat itu terdakwa Antasari Azhar sedang menunggu tamu yakni guru spiritualnya dari Padang yang sebentar lagi akan datang dan saat itu posisinya sudah di airport Cengkareng. Selain itu, terdakwa Antasari Azhar juga sudah berjanji bertemu dengan Nasrudin Zulkarnaen. Di tambah lagi, posisi pintu kamar 803 tidak dalam keadaan terkunci. Oleh sebab itu, pertemuan mereka berdua hanya sebentar berlangsung 10-15 menit.
Tentu kita patut menjawab pertanyaan ini dengan logika yang bersih: apakah mungkin seseorang dapat melakukan pelecehan seksual dalam pertemuan sekitar 10-15 menit, sementara saat itu juga ia sedang menunggu kedatangan dua orang tamu lainnya yang notabebe salah satunya adalah seorang guru spiritual dan satunya lagi adalah informan kasus korupsi? Jelas tidak mungkin. Karena secara psikologis, situasi dan kondisi itu tidak nyaman untuk bermesra-mesraan, bercumbu rayu, dengan perempuan lain yang bukan istrinya.
Pada saat itu, Rani Juliani memang tidak berhasil membujuk terdakwa Antasari Azhar menjadi members di Modernland Golf. Apalagi, terdakwa Antasari Azhar saat itu terkesan ingin menyudahi pertemuan, mengingat ia akan menerima tamu-tamunya. Namun, sebelum pulang, Rani Juliani menerima telepon dari Nasrudin Zulkarnaen, dan Rani Juliani pun memberi kode dengan mengatakan dirinya sedang di rumah Tuti (kita patut bertanya: apa makna dari kode itu? Padahal, Nasrudin Zulkarnaen sendiri yang mengantarkannya ke hotel Grand Mahakam, dan mengapa pula Rani Juliani harus berbohong menyebut berada di rumah Tuti?).
Tak berapa lama berselang, ketika terdakwa Antasari Azhar mengantarkan Rani Juliani menuju pintu kamar 803 untuk pulang, tiba-tiba Nasrudin Zulkarnaen masuk ke kamar dengan pintu yang tidak terkunci. Dengan aktingnya, Nasrudin Zulkarnaen menghardik terdakwa Antasari Azhar dengan mengatakan, “Mengapa bapak bersama istri saya? Saya bisa laporkan kasus ini ke wartawan.” Terdakwa Antasari Azhar yang tidak mengetahui hubungan suami istri antara Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani, dengan tenang mengatakan, “Lho, kalian ini suami istri?”
Menurut versi Jaksa Penuntut Umum, saat itu Nasrudin Zulkarnaen juga menampar pipi Rani Juliani sambil menghardik mengapa ia berada di dalam kamar bersama terdakwa
Antasari Azhar. Tentu, versi ini tidak dapat diterima, karena sarat kebohongan. Mengapa? Sebab, dalam kesaksian Rani Juliani sendiri, setelah ditampar dan mereka berdua pulang, ternyata Rani Juliani tidak pernah sedikitpun bertanya kepada suaminya Nasrudin Zulkarnaen: mengapa dirinya ditampar? Padahal, kalau memang benar terjadi adegan penamparan itu, secara logika seharusnya Rani Juliani menanyakan hal itu, karena ia berada di kamar 803 atas suruhan suaminya Nasrudin Zulkarnaen! Bukankah cerita versi Jaksa Penuntut Umum itu menjadi janggal? Adegan penamparan itu mungkin saja dilakukan apabila hal itu memang sudah direncanakan dari awal oleh Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani!
Hal yang janggal pula terjadi ketika Nasrudin Zulkarnaen bertanya kepada Antasari Azhar, “Mengapa bapak bersama istri saya? Saya bisa laporkan kasus ini ke wartawan.” Bukankah pertanyaan itu adalah sesuatu yang janggal?! Sebab, Rani Juliani berada di kamar 803 itu atas suruhan Nasrudin Zulkarnaen. Dengan adanya pertanyaan itu, justru membuka tabir bahwa yang dilakukan Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani adalah JEBAKAN!”
Kejadian selanjutnya, terdakwa Antasari Azhar terheran-heran dengan ucapan Nasrudin Zulkarnaen itu, apalagi ia juga tidak mengetahui bahwa keduanya adalah suami istri. Akan tetapi, karena terdakwa Antasari Azhar tidak berbuat apa-apa terhadap diri Rani Juliani, maka terdakwa Antasari Azhar pun bersikap tenang dan mengajak bicara Nasrudin Zulkarnaen sebagaimana layaknya teman baik.
Di sisi lain, niat Nasrudin Zulkarnaen untuk menggertak terdakwa Antasari Azhar pun urung dilakukannya lantaran ia tak punya bukti kuat telah terjadi pelecehan seksual sebagaimana yang direncanakannya semula. Hal ini dikarenakan, ketika Nasrudin Zulkarnaen masuk ke dalam kamar, posisi terdakwa Antasari Azhar dan Rani Juliani berada di depan pintu hendak keluar kamar. Di tambah lagi, saat itu terdakwa Antasari Azhar wajahnya terlihat tenang-tenang saja, tidak merasa panik, sehingga dengan situasi dan kondisi seperti itu menjadi tidak memungkinkan untuk memojokkan terdakwa Antasari Azhar telah melakukan pelecehan seksual. Bahkan, saat itu, terdakwa Antasari Azhar justru menagih janji Nasrudin Zulkarnaen yang katanya ingin memberikan dokumen-dokumen kasus korupsi. Namun, ternyata Nasrudin Zulkarnaen tidak membawa dokumen-dokumen yang dimaksud. Maka, gagalah skenario itu.
Bahwa benar, antara terdakwa Antasari Azhar dan Nasrudin Zulkarnaen telah terjalin pembicaraan yang baik. Terbukti, pada saat itu Nasrudin Zulkarnaen sempat mengeluhkan ibunya yang sedang sakit di Singapura. Kemudian terdakwa Antasari Azhar
menanyakan, “siapa yang membantu pengobatan selama ini?” Dijawab oleh Nasrudin Zulkarnaen, “Tanri Abeng”. Dan pada saat itu juga Nasrudin Zulkarnaen menelpon Tanri Abeng dan menyampaikan ia sedang bersama terdakwa Antasari Azhar. Kemudian terdakwa Antasari Azhar berbicara dengan Tanri Abeng, yang saat itu Tanri Abeng mengucapkan terima kasih kepada terdakwa Antasari Azhar karena pernah menjenguk ibunda Tanri Abeng ketika menderita sakit di Padang semasa terdakwa Antasari Azhar menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat. Setelah itu, terdakwa Antasari Azhar tergerak hatinya untuk membantu biaya pengobatan ibunda Nasrudin Zulkarnaen. Oleh sebab itu, terdakwa Antasari Azhar memberinya uang Rp 2 juta sebagai bantuan. Sedangkan pembicaraan antara terdakwa Antasari Azhar dan Nasrudin Zulkarnanen di kamar 803 itu berlangsung sekitar 1 jam lamanya.
Maka, menjadi pertanyaan: Apakah mungkin jika situasinya seperti yang digambarkan Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutannya yakni dengan situasi yang panas, kemudian saat itu sempat-sempatnya menelpon Tanri Abeng? Apabila saat itu terjadi pelecehan seksual, tentu Nasrudin Zulkarnaen akan menyampaikan masalah itu ke Tanri Abeng. Terlebih lagi, pertemuan mereka di dalam kamar berlangsung selama kurang lebih 1 jam. Ini memperlihatkan bahwa tidak terjadi apa-apa antara terdakwa Antasari Azhar dan Nasrudin Zulkarnaen sebagaimana yang digambarkan oleh Jaksa Penuntut Umum.
Setelah peristiwa di kamar 803 itu, rupanya Nasrudin Zulkarnaen tetap berhubungan baik dengan terdakwa Antasari Azhar. Bahkan, mereka berdua sampai enam kali bertemu di kantor KPK.
Pertemuan berkali-kali antara Nasrudin Zulkarnanen dan terdakwa Antasari Azhar di KPK ini membuktikan bahwa sebetulnya tidak terjadi hubungan yang buruk di antara keduanya. Karena itu, kita perlu menjawab pertanyaan ini: “Apakah mungkin jika ada dua orang yang saling punya masalah dan salah satunya adalah Ketua KPK, kemudian orang itu bisa datang berkali-kali dan diterima baik di kantor KPK?”
Yang sesungguhnya terjadi adalah, Nasrudin Zulkaranen sering memberi informasi kasus-kasus korupsi. Dan, salah satu informasi yang diberikannya adalah kasus korupsi di PT RNI yang melibatkan Direktur Keuangan. Berkat informasi Nasrudin Zulkarnaen, akhirnya kasus itu dapat diajukan ke pengadilan dan diputus bersalah oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Sekalipun begitu, Nasrudin Zulkarnaen masih belum puas karena bukan Direktur Utama yang dihukum sebagaimana yang diharapkannya.
Keberadaan Nasrudin Zulkarnaen ini telah dijadikan layaknya informan tidak resmi oleh terdakwa Antasari Azhar untuk mendapatkan informasi mengenai kasus-kasus korupsi. Sedangkan Nasrudin Zulkarnaen berharap terdakwa Antasari Azhar dapat membantunya dalam hal pelantikan dirinya menjadi salah satu Direktur di PT RNI; termasuk menggolkan proyek-proyeknya, di samping pula meminta agar saudaranya dapat masuk menjadi karyawan KPK. Namun, permintaan Nasrudin Zulkarnaen itu tak satupun yang dipenuhi terdakwa Antasari Azhar karena memang di luar kewenangannya.
Tentu saja, kegagalan Nasrudin Zulkarnaen menjalankan skenario menjatuhkan terdakwa Antasari Azhar itu membuat aktor-aktor konspirasi menjadi tidak nyaman. Terlebih lagi, Nasrudin Zulkarnaen tetap berhubungan baik dengan Antasari Azhar demi kepentingannya sendiri.
Karena itu, dilancarkan skenario kedua, yang sebetulnya masih rangkaian dari kisah semula tentang pertemuan di kamar 803 Grand Mahakam Hotel. Aktor-aktor konspirasi ini meminta Nasrudin Zulkarnaen untuk mengirim SMS kepada terdakwa Antasari Azhar yang isinya mempertanyakan tentang kejadian pelecehan seksual di kamar 803 Grand Mahakam Hotel yang sebetulnya sudah berlangsung 6 bulan lalu.
Maka, pada sekitar DESEMBER 2008 atau selang sekitar 6 bulan kemudian dari pertemuan mereka bertiga di kamar 803 Grand Mahakam Hotel, tiba-tiba terdakwa Antasari Azhar menerima SMS dari Nasrudin Zulkarnaen yang isinya mempertanyakan tindakan pelecehan seksual yang dilakukan terdakwa Antasari Azhar terhadap Rani Juliani di kamar 803 Grand Mahakam Hotel. Isi SMS-nya: “Ternyata pada waktu Bapak berjumpa di Hotel Grand Mahakam dengan istri saya, ternyata melakukan pelecehan seksual”. Atas SMS itu, terdakwa Antasari Azhar menjawabnya, “Astagfirullah.. Pak janganlah sekejam itu menuduh saya.”
Di sinilah keanehan terlihat. Bagaimana tidak aneh, selang 6 bulan kemudian peristiwa di kamar 803 itu coba diungkit-ungkit kembali oleh Nasrudin Zulkarnaen, ada apa?! Padahal, sesungguhnya, selama ini setelah kejadian di kamar 803 itu mereka berdua sudah sering bertemu dan tidak pernah terjadi percekcokan.
Memang, pada mulanya, terdakwa Antasari Azhar tidak begitu mempedulikan adanya ancaman itu. Karena dianggapnya sudah menjadi resiko jabatannya sebagai Ketua KPK.
Akan tetapi, serangkaian teror terus berlanjut, termasuk mulai menteror istri terdakwa Antasari Azhar, salah satunya ia pernah dihardik di pusat perbelanjaan dan peneror itu mencaci maki KPK.
Untuk dapat menimbulkan motif adanya peristiwa ancam mengancam antara Nasrudin Zulkarnaen dan terdakwa Antasari Azhar, maka sang pelaku konspirasi pun mengirim SMS bernada ancaman pula kepada Nasrudin Zulkarnaen yang seolah-olah dikirim oleh terdakwa Antasari Azhar. Teknik adu domba pun dijalankan. Salah satu bunyi SMS sebagaimana yang diyakini Jaksa Penuntut Umum telah dikirimkan terdakwa Antasari Azhar kepada Nasrudin Zulkarnaen adalah “maaf mas masalah ini yang tahu hanya kita berdua kalau sampai terblow up tahu konsekwensinya, AA.”
Di sinilah terlihat kejanggalan dari SMS itu. Mengapa? Karena, apakah mungkin seorang Antasari Azhar yang saat itu menjabat sebagai Ketua KPK mau mengirimkan SMS bernada ancaman dengan menuliskan namanya? Namun, pertanyaan inipun sudah mendapat jawaban di pengadilan. Yakni, pertama, bahwa ternyata Jaksa Penuntut Umum tidak mampu menunjukkan bukti adanya SMS bernada ancaman dari terdakwa Antasari Azhar di persidangan, baik itu dari telepon genggam milik Nasrudin Zulkarnaen maupun dari data CDR (Call Detail Record) dari operator. Kedua, bahwa melalui keahlian seorang ahli teknologi komunikasi sebagaimana yang diperlihatkan di persidangan, ternyata seseorang dapat mengirim SMS ke telepon genggam orang lain dengan menggunakan nomor telepon genggam orang yang lain pula. Ketiga, bahwa dengan adanya penetapan Ketua Majelis Hakim untuk mengetahui apakah benar terdakwa Antasari Azhar mengirim SMS kepada Nasrudin Zulkarnaen, pihak operator telah mengeluarkan data CDR yang kemudian dianalisa oleh saksi ahli, yang hasilnya: bahwa seluruh hp yang dimiliki terdakwa Antasari Azhar tidak pernah mengirimkan SMS ke Nazrudin Zulkarnaen sebagaimana yang dimaksud oleh Jaksa Penuntut Umum di dalam Dakwaannya. Padahal, SMS inilah yang dijadikan dasar Dakwaan utama sebagai bukti adanya motif dari terdakwa Antasari Azhar untuk menghabisi nyawa Nasrudin Zulkarnaen. Dengan demikian, sesuai fakta persidangan, bahwa sebetulnya bukti adanya SMS ancaman dari terdakwa Antasari Azhar kepada Nasrudin Zulkarnaen adalah bukti sampah yang harus dikesampingkan. Dan oleh karenanya, hal ini sudah semakin nyata memperlihatkan adanya otak di balik pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Maka, sudah seharusnya penyidik sejak dini mengungkap siapa pelaku yang sebenarnya, dan demikian juga Jaksa Penuntut Umum yang baik dan profesional tidak serta merta menerima berkas
ini sejak awal terkecuali ada target lain untuk mendudukan Antasari Azhar sebagai terdakwa dan menghabisi karirnya sebagai Ketua KPK.
Bukti hasil analisa saksi ahli IT telah diserahkan langsung oleh saksi ahli a quo kepada Majelis Hakim pada persidangan tanggal 5 Januari 2010 (copy terlampir).
Maka, peristiwa yang sesungguhnya terjadi adalah, sang pelaku konspirasi dengan kemampuan teknologinya melalui web server mengirim SMS ke telepon genggam Nasrudin Zulkarnaen bernada ancaman dengan mengatasnamakan terdakwa Antasari Azhar. Sudah barang tentu, Nasrudin Zulkarnaen menjadi marah kepada terdakwa Antasari Azhar. Sekali lagi, begitulah cara-cara adu domba dijalankan.
Dengan serangkaian peristiwa di atas, maka motif terdakwa Antasari Azhar membunuh Nasrudin Zulkarnaen karena drama asmara sebagaimana yang digambarkan Jaksa Penuntut Umum MERUPAKAN IMAJINER DAN MENGADA-ADA. Bahkan, FAKTA yang sebenarnya yang terbukti adalah adanya upaya JEBAKAN terhadap diri terdakwa Antasari Azhar.
Unsur-unsur yang tidak dapat membuktikan motif dilakukannya pembunuhan karena adanya pelecehan seksual, pada intinya adalah: Keterangan Rani Juliani mengenai keberadaannya di dalam kamar 803 dengan terdakwa Antasari Azhar tidak dapat dijadikan bukti, karena sangat lemah. Hal mana banyak bertolak belakang dengan berbagai fakta pendukung lainnya. Dari keterangannya di persidangan, saksi Rani Juliani ini jelas secara moralitas, cara hidup dan kesusilaan tidak dapat dikatakan baik, sehingga mempengaruhi kualitas kesaksiannya yang dapat dipercaya atau tidak. Hal mana juga ditegaskan Pasal 185 ayat (6) huruf d yang berbunyi: “Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan: (d) cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya”. Kualitas keterangan saksi Rani Juliani tidak memenuhi unsur Pasal 185 ayat (6) huruf d tersebut. Lihat saja, salah satunya, saksi Rani Juliani pernah melakukan aborsi akibat perbuatannya berzinah sebelum pernikahan dengan Nasrudin Zulkarnaen. Ia mudah merayu kaum pria. Sehingga, dari tingkah lakunya, seperti yang diperlihatkan di
persidangan maupun menurut keterangannya sendiri, sudah cukup membuktikan bahwa saksi Rani Juliani bukanlah orang yang baik-baik dalam arti moralitas dan cara hidupnya. Adanya upaya yang sengaja untuk melakukan jebakan terhadap terdakwa Antasari Azhar di kamar 803, namun tidak berhasil. Kiriman dan tulisan melalui SMS bernada ancaman itu sudah tidak dapat dijadikan bukti. Karena faktanya Jaksa Penuntut Umum tidak dapat memperlihatkan bukti SMS tersebut, bahkan setelah dianalisa saksi ahli IT ternyata dari data CDR tidak ditemukan terdakwa Antasari Azhar pernah mengirim SMS kepada Nasrudin Zulkarnaen.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
C. Membuka Tabir Konspirasi
Masih pada bulan DESEMBER 2008; sehubungan dengan jabatan barunya sebagai Kapolri, terdakwa Antasari Azhar berkunjung sekaligus membicarakan agenda kerjasama dengan Kapolri. Pada saat berdialog, Kapolri menanyakan suka dukanya menjadi Ketua KPK. Kemudian, terdakwa Antasari Azhar menyatakan suka dukanya sering mendapat SMS-SMS, nama saya dicoret-coret, termasuk ada pertemuan dan salah paham bahwa saya dibilang melakukan pelecehan seksual. Dan kemudian saat itu Kapolri mengatakan, “Wah, hati-hati, jangan sampai ada upaya penjebakan Ketua KPK, pejabat Negara tidak boleh digitukan.”
Namun, rupanya, Kapolri cukup tanggap dengan curahan hati terdakwa Antasari Azhar. Kapolri pun membentuk tim untuk melaksanakan penyelidikan terhadap pelaku teror sebagaimana yang pernah disampaikan terdakwa Antasari Azhar.
Dalam perkembangannya, pelaku konspirasi juga mengirim SMS bernada teror ke telepon genggam istri Antasari Azhar. Tujuannya untuk membangun motif bahwa terdakwa Antasari Azhar mulai terganggu dengan ulah Nasrudin Zulkarnaen.
Pada 1 JANUARI 2009, istri terdakwa Antasari Azhar mendapat teror melalui telepon dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang mengatakan: “suamimu tidur dengan perempuan lain, perempuannya ada di sampingku,” kemudian terdengar suara perempuan yang mengatakan “suamimu sudah kutiduri”.
Tujuan dari teror-teror itu, tentunya agar terdakwa Antasari Azhar menjadi gelisah, marah, dan mulai terganggu, sehingga akan terbangun motif untuk melenyapkan pelaku teror.
Namun demikian, adalah hal yang aneh, janggal, di luar logika atau nalar sehat, jika memang terdakwa Antasari Azhar ingin menghabisi nyawa Nasrudin Zulkarnaen, untuk apa terdakwa Antasari Azhar harus bercerita kepada Kapolri sebelumnya? Untuk apa pula repot-repot sampai akhirnya banyak pihak yang menjadi tahu, bahkan sampai dibentuk tim di kepolisian, tentang masalahnya dengan Nasrudin Zulkarnaen? Bukankah logikanya, “jika seseorang ingin membunuh orang lain haruslah diupayakan sedikit mungkin orang tahu termasuk motif atau penyebabnya?”
Lalu, bagaimana dengan peran Sigid Harjo Wibisono? Perlu diketahui, Sigid Harjo Wibisono ini layaknya seorang intelejen. Kemana terdakwa Antasari Azhar pergi, Sigid Harjo Wibisono selalu mengetahui keberadaannya. Itu karena pengawal atau ajudanajudan Antasari Azhar telah diberi uang setiap bulannya oleh Sigid Harjo Wibisono tanpa sepengetahuan terdakwa Antasari Azhar. Dan hal itu baru diketahui terdakwa Antasari Azhar setelah para ajudannya memberitahukannya di penjara, saat dilakukan perpisahan dengan para ajudannya itu.
Bahkan, yang luar biasanya pula, Sigid Harjo Wibisono yang seorang sipil dan berprofesi sebagai pengusaha ini sampai mengetahui lebih dahulu tim pembentukan Kapolri di bawah pimpinan Kombes Chairul Anwar, padahal saat itu terdakwa Antasari Azhar pun tidak mengetahuinya. Bahkan, seorang Kombes Wiliardi Wizard yang berkantor di Mabes Polri pun tidak mengetahui pembentukan tim itu. Maka, menjadi pertanyaan: siapa sebenarnya Sigid Harjo Wibisono yang notabene seorang pengusaha tetapi memiliki akses penting dan sangat luar biasa di lembaga-lembaga aparat penegak hukum maupun pemerintah?
Untuk mempermudah kita melihat siapa sebetulnya Sigid Harjo Wibisono, baiklah kita lihat fakta ini sebagaimana yang terungkap dipersidangan.
Pada tanggal 4 Januari 2009, Sigid Harjo Wibisono bertemu dengan Chairul Anwar di Hotel Manhattan, Jl. Casablanca, Jakarta. Dalam pertemuan itu, sebagaimana diungkap Kompol Helmy Santika di persidangan, adalah untuk membicarakan masalah adanya peneror yang dialami Ketua KPK Antasari Azhar. Padahal, sesungguhnya, tim dari Kapolri saat itu belum resmi dibentuk. Namun, Sigid Harjo Wibisono di sini terlihat justru sudah turut campur tangan di dalam internal kepolisian.
Barulah pada tanggal 5 JANUARI 2009, berdasarkan perintah lisan Kapolri kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Perintah No. Pol: Sprin/22/I/2009, dibentuklah Tim Penyelidikan terhadap pelaku teror dan pengancaman terhadap Ketua KPK. Tim ini di bawah Kapolres Jakarta Selatan Kombes Chairul Anwar. Masa berlakunya tim ini dari 5 Januari 2009 sampai dengan 5 Pebruari 2009.
Tim ini berbeda dengan tim Motivasi Mencari Kesalahan Antasari Azhar yang diketuai Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko sebagaimana yang diungkap oleh Komjen Susno Duadji (yang saat itu sebagai Kabareskrim). Tugas tim ini adalah “mencari motif kesalahan Antasari Azhar.”
Dua hari kemudian dari pertemuan Sigid Harjo Wibisono dengan Kombes Chairil Anwar di Hotel Manhattan itu, atau tepatnya pada tanggal 6 Januari 2009, Sigid Harjo Wibisono menghubungi via telepon terdakwa Antasari Azhar dengan mengatakan ingin bertemu mengenai permasalahan terdakwa Antasari Azhar terkait teror ancaman itu. Tentu saja terdakwa Antasari Azhar merasa heran dan kaget, karena selama ini terdakwa Antasari Azhar tidak pernah bercerita kepada siapapun kecuali curahan hatinya kepada Kapolri. Akan tetapi, mengapa Sigid Harjo Wibisono bisa mengetahuinya?
Ketika keduanya bertemu, Sigid Harjo Wibisono bertanya kepada terdakwa Antasari Azhar. “Kenapa pak Antasari Azhar tidak cerita pada saya mengenai adanya teror ancaman itu?” Terdakwa Antasari Azhar balik bertanya, “Dari mana Pak Sigid mengetahui hal ini?” Dengan entengnya Sigid Harjo Wibisono mengatakan, “Saya banyak kenalan di kepolisian. Jadi, kalau urusan-urusan di kepolisian saya pasti tahu.”
Saat itu, Sigid Harjo Wibisono menginformasikan pula kepada terdakwa Antasari Azhar bahwa Kapolri telah memerintahkan dibentuknya Tim Penyelidikan terhadap pelaku teror dan pengancaman terhadap Ketua KPK. Untuk meyakinkan informasi dibentuknya tim itu, terdakwa Antasari Azhar kemudian menghubungi Kapolri via telepon untuk mengkonfirmasikan mengenai adanya tim tersebut, dan dibenarkan oleh Kapolri.
Dari rangkaian cerita ini sebagaimana yang terungkap dalam persidangan, maka kita pun patut bertanya-tanya siapa sebetulnya Sigid Harjo Wibisono yang begitu luas perannya dan memiliki akses ke kepolisian? Anggota intelejenkah dia? Dengan peran yang luar biasa dari Sigid Harjo Wibisono itu, rasanya dapat diduga/disinyalir bahwa dirinya juga merupakan bagian dari pelaku konspirasi.
Setelah tim kepolisian itu terbentuk, mereka pun bekerja. Salah satu tugasnya: mencaricari kesalahan pidana Nasrudin Zulkarnaen. Bahkan, pada pertengahan Januari 2009, Tim melakukan penggerebekan di salah satu hotel tempat Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani menginap di Kendari. Namun, ternyata tidak ditemukan perbuatan pidana yang dilakukan Nasrudin Zulkarnaen.
Akibat peristiwa penggerebekan itu, Nasrudin Zulkarnaen langsung menuding bahwa kejadian itu adalah ulah terdakwa Antasari Azhar. Oleh sebab itu, Nasrudin Zulkarnaen meminta Rani Juliani untuk mengadukan pertemuannya dengan terdakwa Antasari Azhar di kamar 803 Grand Mahakam Hotel ke DPR. Namun, Rani Juliani didukung orang tuanya menolak permintaan Nasrudin Zulkarnaen itu.
Sementara itu, untuk mengetahui siapa orang yang telah menteror istri terdakwa Antasari Azhar, maka melalui lembaganya KPK, terdakwa Antasari Azhar meminta untuk dilakukan deteksi terhadap nomor-nomor yang masuk ke telepon genggam istrinya, terutama untuk mencari nomor SMS yang bernada mengancam atau mengganggu secara psikologis hubungan keluarganya, mengingat nomor SMS tersebut tidak keluar di layar hp istrinya.
Ternyata setelah dideteksi, dari hp milik Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani tidak ada SMS ancaman maupun teror yang ditujukan kepada telepon genggam isteri terdakwa Antasari Azhar.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Lantas, bagaimana peran selanjutnya dari Sigid Harjo Wibisono? Dalam memainkan perannya, Sigid Harjo Wibisono selalu memancing-mancing dan mengarahkan terdakwa Antasari Azhar untuk berbicara mengenai adanya teror ancaman itu. Bahkan, dengan diam-diam Sigid Harjo Wibisono juga sengaja merekam pembicaraan mereka berdua, dengan pembicaraan yang diarahkan oleh Sigid Harjo Wibisono.
Tentu kita menjadi bertanya-tanya, apa maksud Sigid Harjo Wibisono secara diam-diam harus merekam pembicaraannya dengan terdakwa Antasari Azhar? Sudah tentu, Sigid Harjo Wibisono akan mengarahkan pembicaraan sesuai dengan keinginannya. Hanya saja, rekaman itu tidak diakui dan tidak mempunyai kekuatan apa-apa sebagai pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP. Karena hal ini menyangkut peradilan umum, secara imperatif rekaman tidak dapat dijadikan alat bukti. Pun, demikian kalau kita cermati, rekaman yang diajukan Jaksa Penuntut Umum tidak terdengar jelas isinya dan sangat janggal materi pembicaraannya, serta yang mendominasi pembicaraan secara utuh adalah Sigid Harjo Wibisono. Padahal, semua orang tahu, bahwa sifat terdakwa Antasari Azhar adalah orang yang suka mendominasi pembicaraan.
Maka, yang terjadi kemudian, sekalipun Sigid Harjo Wibisono sudah berupaya memancing-mancing arah pembicaraan dengan terdakwa Antasari Azhar untuk menyelesaikan secara tuntas kasus teror ancaman itu, namun ternyata tidak ada satu kalimat pun yang keluar dari terdakwa Antasari Azhar untuk menghabisi nyawa Nasrudin Zulkarnaen.
Hal ini pun diakui Sigid Haryo Wibisono di pengadilan bahwa terdakwa Antasari Azhar tidak pernah memerintahkan untuk menghabisi nyawa Nasrudin Zulkarnaen.
Kita memang patut curiga dengan peran besar yang dilakukan Sigid Harjo Wibisono ini. Bagaimana tidak, tim kepolisian yang dibentuk Kombes Chairul Anwar itu selalu memberikan laporannya di kediaman Sigid Harjo Wibisono di Jalan Patiunus No. 35 Kebayoran Baru. Hal ini pun diakui sendiri oleh Sigid Harjo Wibisono di persidangan.
Selanjutnya, dengan kelihaiannya itu, Sigid Harjo Wibisono pada satu kesempatan yang sudah dirancangnya, telah mengenalkan terdakwa Antasari Azhar dengan Kombes Wiliardi Wizard. Dalam pertemuan itu, mereka hanya mengobrolkan seputar masalah pengalaman tugas. Bahkan, pada pertemuan-pertemuan selanjutnya antara Sigid Harjo Wibisono, terdakwa Antasari Azhar dan Kombes Wiliardi Wizard, telah diakui Kombes Wiliardi Wizard bahwa tidak pernah ada terlontar kata-kata siap mengamankan kepada terdakwa Antasari Azhar, termasuk pula tidak ada kata-kata untuk menghabisi nyawa Nasrudin Zulkarnaen.
Fakta peristiwa selanjutnya adalah, Sigid Harjo Wibisono mengatakan pada Kombes Wiliardi Wizard mengenai adanya tugas untuk menyelidiki seseorang dari Kapolri dan saat itu sudah dibentuk tim yang dipimpin oleh Kapolres Jakarta Selatan Kombes Chairil Anwar. Tugas itu adalah mengikuti Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani terkait teror yang diterima terdakwa Antasari Azhar.
Di sinilah hebatnya Sigid Harjo Wibisono, yang notabene adalah seorang pengusaha tapi sudah mengetahui pembentukan tim itu, sementara Kombes Wiliardi Wizard yang seorang perwira di Mabes Polri tidak mengetahui adanya pembentukan tim itu.
Untuk meyakinkan Kombes Wiliardi Wizard, Sigid Harjo Wibisono kemudian mengatakan tugas itu hanyalah memback-up tim dari Mabes Polri yang sudah dibentuk. Alasan mengenai perlunya bantuan Kombes Wiliardi Wizard dikarenakan tim dari Mabes Polri tidak bisa mengikuti Nasrudin Zulkarnaen secara terus menerus selama 24 jam. Oleh karenanya perlu di back up atau dibantu tim lain dari masyarakat sipil. Setelah mendengar permintaan Sigid Harjo Wibisono, kemudian Kombes Wiliardi Wizard melakukan konfirmasi dengan menghubungi Kombes Arif, sekretaris pribadi Kapolri, untuk menanyakan benar tidaknya telah dibentuk tim di kepolisian mengenai masalah terdakwa Antasari Azhar yang telah diteror itu. Dan, Kombes Arif membenarkannya, bahkan meminta Kombes Wiliardi Wizard turut juga membantunya.
Perkembangan selanjutnya, Sigid Harjo Wibisono kemudian meminta Kombes Wiliardi Wizard untuk mencarikan informan yang dapat menjalankan tugas tersebut.
Pada sekitar bulan Februari 2009, Kombes Wiliardi Wizard meminta Jery Hermawan Lo untuk mencarikan orang yang dapat melaksanakan tugas pengintaian itu. Setelah itu, Kombes Wiliardi Wizard diperkenalkan kepada Edo oleh Jery Hermawan Lo di Ancol. Pada pertemuan itu, Kombes Wiliardi Wizard menjelaskan tugasnya yaitu mengikuti Nasrudin Zulkarnaen dan kalau ada gerak-geriknya yang mencurigakan segera laporkan. Dan, hal ini merupakan “tugas Negara.”
Dua hari setelah pertemuan itu, Edo menghubungi Kombes Wiliardi Wizard dan mengatakan tim pengintai sudah siap untuk melakukan tugas pengintaian. Untuk itu, Kombes Wiliardi Wizard meminta mereka bertemu di Mabes Polri. Dalam pertemuan itu, Kombes Wiliardi Wizard menegaskan tugasnya hanya mengikuti seseorang dan mengawasi gerak-geriknya untuk kemudian dilaporkan setiap saat. Saat itu, diserahkan pula amplop coklat yang diterimanya dari Sigid Harjo Wibisono berupa foto Nasrudin Zulkarnaen kepada tim pengintai tersebut.
Sekitar tiga minggu kemudian setelah mereka bertemu, Edo meminta dana opersional untuk pengintaian tersebut. Untuk itu, Kombes Wiliardi Wizard menyampaikannya kepada Sigid Harjo Wibisono, yang kemudian Sigid Harjo Wibisono menyerahkan uang sebesar Rp 500 juta.
Mengenai dana operasional Rp 500 juta ini pun patut kita analisa. Sebab, semula Sigid Harjo Wibisono sempat menanyakan kepada Muhammad Agus, Direktur Keuangan koran “Merdeka”, mengenai kondisi keuangan perusahaannya itu karena ia ingin mengambil dana dari kas kantornya. Namun dijawab tidak ada, karena di kas hanya ada Rp 30 juta. Tapi, anehnya, tak berselang lama, Sigid Harjo Wibisono bisa menyerahkan uang Rp 500 juta kepada Kombes Wiliardi Wizard sebagai dana operasional mengikuti Nasrudin Zulkarnaen.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Temuan yang menarik lagi, yang membuka tabir konspirasi, telah terungkap di persidangan. Yaitu mengenai kronologis peristiwa pada saat Kombes Wiliardi Wizard dan Sigid Harjo Wibisono ditangkap dan diperiksa, sedangkan saat itu terdakwa Antasari Azhar masih belum diperiksa di kepolisian.
Pada 29 April 2009, Sigid Harjo Wibisono diperiksa polisi, dan saat itu di BAP Sigid Harjo Wibisono mengatakan bahwa, pada intinya: yang mempunyai kepentingan untuk menghilangkan nyawa Nasrudin Zulkarnaen adalah Antasari Azhar karena keluarganya merasa diganggu oleh Nasrudin Zulkarnaen.
Hanya saja, pada waktu yang sama pula yaitu pada 29 April 2009, Kombes Wiliardi Wizard juga diperiksa dan dibuatkan BAP, akan tetapi tidak menyebut-nyebut nama Antasari Azhar sebagai orang yang memerintahkan menghabisi nyawa Nasrudin Zulkarnaen.
Tampaknya, polisi masih kesulitan untuk menahan terdakwa Antasari Azhar, karena hanya berdasarkan keterangan satu orang saksi saja yaitu Sigid Harjo Wibisono.
Oleh sebab itu, pada 30 April 2009, Kombes Wiliardi Wizard kembali diperiksa dan kali ini penyidiknya mengatakan bahwa kalau hanya berdasarkan keterangan BAP tanggal 29 April 2009 tidak akan bisa menjerat Antasari Azhar. Oleh karenanya, Direskrim Kombes Iriawan meminta Kombes Wiliardi Wizard untuk menyamakan BAP-nya dengan BAP milik Sigid Harjo Wibisono.
Untuk keperluan penyamaan BAP itu, Kombes Wiliardi Wizard pun dipanggil oleh Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko, dan meminta agar jika ditanya penyidik, Kombes Wiliardi Wizard mengatakan bahwa dirinya dapat perintah dari Antasari Azhar untuk membunuh tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh orang lain.
Sebetulnya, Kombes Wiliardi Wizard merasa keberatan dengan permintaan Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko itu. Namun, kemudian ia diperiksa dengan penuh
intimidasi dan tekanan psikis, di mana pada pukul 1 malam Kombes Wiliardi Wizard dibangunkan untuk menghadap Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko dan disuruh membuat keterangan apa saja asal bisa menjerat Antasari Azhar.
Di samping itu, Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko pun menjanjikan kepada Kombes Wiliardi Wizard apabila ia mengikuti kemauan pimpinan untuk membuat pengakuan bahwa terdakwa Antasari Azhar yang menyuruh menghabisi Nasrudin Zulkarnaen, maka Kombes Wiliardi Wizard dijanjikan hanya akan dihukum indispliner karena menyalahi kewenangan dalam bertugas.
“Targetnya Antasari Azhar,” begitu ungkap Kombes Wiliardi Wizard di persidangan menirukan ucapan Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko saat dirinya diperiksa.
Atas perintah pimpinanya itu, Kombes Wiliardi Wizard pun menurutinya asal dengan catatan: dirinya dijamin. Dan, Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko pun dengan tegas akan menjamin. Setelah itu, Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko pun memanggil penyidik dan memerintahkan untuk memeriksa dan membuatkan BAP bagi Kombes Wiliardi Wizard. Akhirnya, di BAP Kombes Wiliardi Wizard tertanggal 30 April 2009 tersebut dikatakan bahwa yang memerintahkan menghabisi Nasrudin Zulkarnanen adalah Antasari Azhar.
Selanjutnya apa yang terjadi? Karena adanya perubahan BAP Wiliardi Wizard tanggal 29 April 2009 dengan BAP tanggal 30 April 2009, di tambah lagi BAP Sigid Harjo Wibisono, maka akhirnya ditemukanlah alasan untuk memeriksa terdakwa Antasari Azhar.
Alhasil, pada tanggal 4 Mei 2009, tepatnya pukul 10.00 WIB, terdakwa Antasari Azhar diperiksa di Polda Metro Jaya. Namun, hanya berselang 3,5 jam kemudian, atau tepatnya pada pukul 13.30 WIB, terdakwa Antasari Azhar telah ditetapkan sebagai tersangka. Setelah itu, pukul 16.00 WIB, terdakwa Antasari Azhar menandatangani Berita Acara Penangkapan, dan pada pukul 16.30 WIB, terdakwa Antasari Azhar pun ditetapkan sebagai tahanan. Kesemuanya itu dilakukan hanya dalam satu hari! Ada apa?
Yang sangat-sangat ganjil bin aneh, ketika Antasari Azhar belum ditentukan statusnya di kepolisian saat itu, namun korpsnya di Kejaksaan Agung, melalui Kepala Pusat
Penerangan dan Hukum Kejaksaan Agung, Jasman Panjaitan, telah melakukan konprensi pers pada Jum’at, 1 Mei 2009 dan mengumumkannya kepada publik bahwa Antasari Azhar sudah menjadi tersangka, dicekal keluar negeri, bahkan juga dikatakan sebagai pelaku aktor intelektual (lihat: Polisi menetapkan status Antasari Azhar baru pada 4 Mei 2009). Padahal, bukan menjadi kewenangan Kejaksaan untuk mengumumkan status tersangka itu. Tampaknya, Kejaksaan telah melampiaskan dendamnya terhadap terdakwa Antasari Azhar.
Kendati demikian, sebagaimana telah kami sampaikan di awal pledoi ini mengenai teori konspirasi, bahwa pada akhirnya tabir konspirasi ini terbongkar juga setelah di persidangan kedua saksi yakni Sigid Harjo Wibisono dan Kombes Wiliardi Wizard mencabut keterangan-keterangannya di BAP, dan mereka berdua mengakui bahwa, pada intinya: terdakwa Antasari Azhar tidak pernah memerintahkan untuk membunuh Nasrudin Zulkarnaen; dan terdakwa Antasari Azhar tidak pernah merencanakan mencari orang untuk membunuh Nasrudin Zulkarnaen.
Di persidangan, Sigid Harjo Wibisono mencabut keterangan BAP tertanggal 2 Mei 2009 yang semula menyatakan bahwa “maksud dari mengamankan teror adalah menghilangkan nyawa Nasrudin Zulkarnaen”. Karena fakta yang sesungguhnya adalah: “yang dimaksud itu adalah menghilangkan teror dan perbuatannya, bukan nyawanya.”
Hal yang sama juga terjadi dengan Kombes Wiliardi Wizard. Di persidangan, Kombes Wiliardi Wizard mencabut keterangan BAP tanggal 30 April 2009, dan mengakui bahwa pertemuannya dengan terdakwa Antasari Azhar di rumah Sigid Harjo Wibisono tidak ada kata-kata untuk menghabisi nyawa Nasrudin Zulkarnaen.
Dalam persidangan ini, kita menyaksikan betapa saksi Kobes Wiliardi Wizard dengan terbata-bata dan penuh emosi yang meledak-ledak menerangkan bahwa dia merasa dibohongi oleh atasannya untuk mengarang cerita terdakwa Antasari Azhar lah yang menyuruh membunuh Nasrudin Zulkarnaen sebagaimana yang juga telah diterangkan Sigid Harjo Wibisono. Intinya: saksi diminta oleh atasannya agar menyesuaikan saja keterangannya dengan keterangan Sigid Harjo Wibisono.
Kesaksian Wiliardi Wizard yang disampaikan dengan nada tinggi, emosional bahkan berulang kali mengangkat sumpah, jelas merupakan kesaksian yang tidak dibuat-buat dan atau sedang bersandiwara melainkan fakta yang sebenarnya terjadi.
Memang, pada akhirnya kita melihat ada seorang Nasrudin Zulkarnaen yang tewas tertembak. Namun, apakah para eksekutor yang telah dihukum PN Tangerang itu pelakunya? Entahlah. Terus terang, kami meragukannya. Karena mereka hanyalah korban dari konspirasi. Mengapa?
Dalam persidangan terdakwa Antasari Azhar ini terungkap beberapa hal yang tidak masuk diakal dari Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum mengenai masalah penembakan dan senjata api yang dijadikan barang bukti. Mengenai peluru yang berada di kepala korban, menurut Dokter Forensik Abdul Mun’im Idris, bahwa anak peluru yang dikeluarkan dari tubuh korban berukuran 9 mm. Namun pada saat itu, pihak penyidik meminta agar tulisan peluru berukuran 9 mm dihilangkan. Akan tetapi permintaan itu ditolak oleh Abdul Mun’im Idris, karena memang begitulah faktanya. Ternyata, setelah dipersidangan barulah terbukti apa makna dari permintaan dihilangkannya tulisan itu, dikarenakan senjata yang menjadi bukti adalah revolver S&W caliber 38. Dengan demikian, seharusnya peluru yang bersarang di kepala Nasrudin Zulkarnaen adalah peluru 0,38.
Demikian pula keterangan saksi ahli balistik yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, yaitu Drs. Maruli Simanjuntak yang menyatakan bahwa senjata S&W berkaliber 0,38, anak pelurunya harus 0,38 dan tidak bisa menggunakan peluru 9 mm. Saksi ahli balistik itu juga menyatakan peluru 9 mm adalah senjata FN, sedangkan yang diajukan Jaksa Penuntut Umum adalah senjata S&W caliber 38.
Hal ini pun diperkuat oleh keterangan saksi ahli senjata Roy Haryanto yang menyatakan, peluru 9 mm adalah dari senjata otomatis tidak mungkin digunakan untuk revolver 38 spesial.
Di samping itu, Roy Haryanto juga menyatakan, salah satu silinder dari senjata yang dijadikan barang bukti ternyata trigernya macet sehingga akurasi penembakan akan banyak tidak kena sasaran dan akan sulit menembak dengan satu tangan, kecuali ada faktor keberuntungan.
Yang menarik lagi, menurut saksi ahli senjata Roy Haryanto ini, bahwa seseorang amatir tidak mungkin dapat menembak dengan satu tangan di atas kendaraan bermotor yang berjalan. Karena untuk bisa melakukan hal itu, perlu latihan dengan 3.000-4.000 peluru.
Apa makna dari kesaksian ini? Bahwa, kami menduga ada penembak jitu atau penembak ahli/profesional yang dapat melakukan hal itu. Tak menutup kemungkinan, sang eksekutor yang telah dihukum kalah cepat dengan penembak gelap yang mendahului melakukan tembakan.
Sudahkah Jaksa Penuntut Umum meyadari bahwa peluru yang bersarang di kepala korban dengan pistol yang dijadikan barang bukti berbeda?
II . KEJANGGALAN-KEJANGGALAN PERISTIWA
Majelis Hakim yang Mulia, Jaksa Penuntut Umum dan hadirin yang kami hormati.
Dalam persidangan ini, Jaksa Penuntut Umum begitu mempercayai sosok Rani Juliani sebagai saksi kunci telah terjadinya pelecehan seksual yang dilakukan terdakwa Antasari Azhar, sehingga menimbulkan motif terjadinya pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen.
Baiklah, untuk menyadarkan Jaksa Penuntut Umum, maka kami akan sedikit menyinggung mengenai novel The “Mohicans of Paris” karya Alexandre Dumas, di mana di dalam novel itu dikenal istilah 'cherchez la femme' (cari si wanita). Karena apa yang tertuang dalam novel tersebut memiliki kemiripan untuk menentukan motif pembunuhan yang masuk akal dan akan menjadi perhatian pers, sebagaimana yang telah dialami terdakwa Antasari Azhar.
Dalam novel itu, dikisahkan untuk menentukan motif pembunuhan yang masuk akal dan akan menjadi perhatian pers, maka dicarikan seorang wanita yang bukan datang dari kalangan atas tetapi harus dari strata bawah atau paling tidak menengah bawah. Ini gunanya bukan hanya untuk menyusun motif rencana pembunuhan, tetapi juga sekaligus dapat digunakan untuk merusak harkat, martabat dan nama baik Terdakwa. Selain itu, mencari wanita seperti itu tidak akan terlalu sulit untuk ditemukan, lagi pula mereka bisa diintimidasi dan bisa juga dibeli dengan harga yang murah. Cukup dengan dicarikan tempat murah, diajak makan di restoran, maka sang wanita itu bisa mengikuti kemauan para penyidik.
Bukankah situasi dalam novel itu juga mirip dengan apa yang diterangkan oleh Rani Juliani dihadapan sidang yang mulia ini? Bahwa dirinya dalam menjalani pemeriksaan pembuatan BAP dibawa penyidik ke restoran, apartemen, hotel di Ancol dan bukan seluruhnya di kantor polisi, sekalipun di dalam BAP tertulis di kantor polisi.
Mengapa kami mengambil sedikit kisah dari novel? Karena memang sedari awal persidangan ini, sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam Eksepsi, bahwa bergulirnya kasus ini tak ubahnya dengan “DONGENG” yang berujung di Pengadilan. Dan, setelah kita mengikuti proses persidangan ini, semakin terbukti keyakinan kami, bahwa perkara ini hanyalah DONGENG.
Apa yang telah kami gambarkan di atas, adalah sebuah prolog dari sekian banyak terkuaknya berbagai kejanggalan-kejanggalan yang ada dalam perkara pidana ini.
Andaikata perkara pidana ini berjalan sebagaimana mestinya tanpa adanya penskenarioan dari suatu konspirasi, sudah barang tentu tidak akan banyak kejanggalan dan manipulasi fakta yang terjadi, baik itu dalam peristiwanya maupun persidangannya. Untuk itu, akan kami paparkan kejanggalan-kejanggalan dan manipulasi fakta tersebut.
Dalam persidangan tanggal 19 Januari 2010, Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini telah membacakan tuntutan pidananya. Tuntutan pidana yang dibacakan dengan suara yang sangat lantang, terutama ketika membacakan pidana yang diminta untuk dijatuhkan yaitu hukuman mati. Tuntutan Saudara Penuntut Umum terhadap Terdakwa ini sungguh membuat kami terperanjat. Tuntutannya maksimal, hukuman mati dengan tulisan tangan yang sangat besar.
Menurut Jaksa Penuntut Umum, terdakwa Antasari Azhar telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, sebagai “Orang yang melakukan perbuatan membujuk orang lain melakukan Pembunuhan Berencana” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 55 ayat (1) ke 2 jo. Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Dalam Tuntutan setebal 165 halaman yang ditandatangani seorang diri oleh Jaksa Penuntut Umum CIRUS SINAGA, S.H.,M.H, Jaksa Utama Pratama, Surat Tuntutan Atasnama Terdakwa ANTASARI AZHAR, S.H.,M.H., No. Reg.Perkara: PDM – 1393/JKTSL/08/2009. Surat Tuntutan dibagi dalam empat bagian yaitu: Pendahuluan (halaman 1-11); Fakta Persidangan (halaman 11 – 126); Analisa Fakta Persidangan (halaman 126 – 136) Analisa Yuridis (halaman 136 – 161); Hal-hal yang memberatkan/meringankan; Tuntutan.
Dalam Surat Tuntutan halaman 2, Jaksa Penuntut Umum menyatakan sebagai berikut: “Banyak orang yang selama ini seolah tidak percaya dan selalu mengatakan: “Ah, masa iya Antasari yang Ketua KPK mau melakukan perbuatan tidak senonoh kepada seorang Rani yang hanya Caddy golf ???. Yah tidak mungkinlah, bukankah untuk yang lebih dari Ranipun Antasari mampu. Pendapat-pendapat yang sedemikian adalah lumrah dan sangat logis, namun disisi lain di balik nama besar dan jabatan strategis sebagai Ketua KPK yang sedang menanjak karirnya terdakwa Antasari Azhar adalah tetap manusia biasa, seorang laki-laki normal. Sebagai seorang insan maka pastilah tidak akan luput dari kekurangan dan kesilapan, maka demikian pula halnya Terdakwa……”
Pernyataan Jaksa Penuntut Umum ini adalah satu bentuk pelecehan terhadap terdakwa Antasari Azhar, karena hanya mempercayai Rani Juliani dan hilang kepercayaannya terhadap Terdakwa. Betul, bahwa terdakwa Antasari Azhar ini adalah seorang manusia biasa dan laki-laki normal. Karena manusia biasa dan normal itulah dia terpilih menjadi Ketua KPK. Andaikan terdakwa ini bukan manusia biasa dan tidak normal, maka tidak mungkin dia akan terpilih menduduki jabatan strategis sebagai Ketua KPK. Sebab, pemilihan Ketua KPK itu dilakukan oleh manusia biasa dan normal untuk memilih manusia biasa dan normal pula. Tidak dilakukan oleh para malaikat.
Namun, satu hal yang perlu diingat oleh Jaksa Penuntut Umum bahwa keadaan terdakwa sebagai manusia biasa dan laki-laki normal itu tidak langsung akan menjadikan terdakwa ini telah melakukan perbuatan tercela seperti yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum. Justru, yang kami khawatirkan dari pernyataan Jaksa Penuntut Umum itu adalah seperti mengukur baju orang dengan bajunya sendiri. Dalam hal ini membuat kesimpulan atas sikap moral orang dengan dasar sikap moral dirinya sendiri. Menganggap orang berbuat buruk, karena seperti itulah yang akan dia lakukan kalau berada dalam posisi seperti Terdakwa. Kekhawatiran kami terhadap Jaksa Penuntut Umum setidaknya mendekati kebenaran. Karena nampaknya dalam benak Jaksa Penuntut Umum sudah tertanam bahwa semua keterangan Rani Juliani adalah benar belaka. Semua keterangan Terdakwa adalah tidak benar dan keterangan itu adalah bohong belaka.
Jelas, kami sungguh-sungguh tidak dapat memahami dasar kepercayaan Jaksa Penuntut Umum terhadap Rani Juliani. Padahal, sebagaimana yang terungkap dalam persidangan, bahwa Rani Juliani adalah orang yang menghalalkan segala cara untuk dapat menikmati hidup, mendapatkan uang sekadar membasahi kerongkongan. Bayangkan, dia berani
melepas masa remajanya untuk menjadi isteri ketiga yang hanya dikawin secara siri oleh seorang Direktur Perusahaan BUMN. Padahal, tak banyak orang yang berani tutup mata dan telinga dari segala bentuk cemooh dan umpatan untuk menjadi isteri ketiga yang dikawin secara siri. Akan tetapi, seperti itulah yang dilakukan oleh Rani Juliani.
Sungguh, kami sangat kecewa dengan Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Kekecewaan kami bukan saja dikarenakan beratnya tuntutan terhadap terdakwa, akan tetapi Surat Tuntutan itu dibuat tanpa dasar, terlebih lagi disebabkan oleh pengingkaran terhadap keterangan-keterangan yang dikemukakan di persidangan. Kami juga kecewa dengan banyaknya keterangan saksi yang dikutip secara persis dari keterangan hasil pemeriksaan dalam penyidikan (BAP). Bahkan, ada keterangan yang dicatat seolah-olah keterangan saksi Sigid Haryo Wibisono (halaman 28-29 Surat Tuntutan), padahal saksi Sigid Haryo Wibisono, dalam catatan kami, keterangannya berbeda dengan catatan fakta persidangan versi Jaksa Penuntut Umum.
Lihat saja, dalam Surat Tuntutan yang dikutip oleh Jaksa Panuntut Umum: “Bahwa benar pada saat pertemuan Terdakwa dengan Kombes Wiliardi Wizar, terdakwa pernah menyampaikan keluhan tentang teror yang dialami terdakwa kepada Kombes Wiliardi Wizar kemudian terdakwa memberi tugas kepada Kombes Wiliardi Wizar untuk mengamankan karena Kombes Wiliardi Wizar seorang Polisi. Kemudian Kombes Wiliardi Wizar meminjam dana untuk operasional sebesar Rp 500 juta di mana Kombes Wiliardi Wizar yang meminta sendiri Rp. 500 juta. Bahwa benar sebelum menyerahkan uang tersebut kepada Kombes Wiliardi Wizar saksi lebih dahulu melaporkan kepada terdakwa, kemudian terdakwa mengatakan, ‘Kasih dulu nanti kita carikan gantinya.’ Bahwa saksi mau memberi uang uang itu karena saksi sering juga dibantu oleh Terdakwa”.
Padahal, sesuai yang terungkap di persidangan, saksi Sigid Haryo Wibisono tidak pernah mengatakan bahwa terdakwa Antasari Azhar menyatakan, “Kasih dulu nanti kita carikan gantinya,” seperti dinyatakan dalam fakta persidangan (hal 29). Melainkan, dalam keterangannya, Sigid Haryo Wibisono menyatakan bahwa uang sebesar Rp. 500 juta yang dipinjam oleh Wiliardi Wizar adalah untuk biaya pendidikan anaknya di Australia. Bahkan, dalam BAP Sigid Haryo Wibisono, dinyatakan Wiliardi menyerahkan jaminan cek sebesar Rp. 500 juta.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Begitulah salah satu bentuk manipulasi fakta yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Meskipun kita mafhum, bahwa manipulasi fakta ini bukan hal yang baru dalam kasus yang kita hadapi ini. Hal ini dapat kita telusuri sejak awal diberitakannya terdakwa Antasari Azhar terkait dengan kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnain.
Manipulasi lain yang tidak terbantahkan dari fakta persidangan, yang telah dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum adalah terhadap keterangan Saksi Kombes Wiliardi Wizar (Surat Tuntutan halam 30). Kami kutip: "Bahwa benar pada saat pertemuan tersebut saksi ada mendengar Terdakwa mendapat telpon dari salah satu anggota Polri yang bernama Helmy Santika dan pada saat itu Terdakwa menanyakan kepada Helmy Santika, "Bagaimana sasaran kita dan di mana tempatnya?“. Saksi mendengar kalau sasaran sedang di Kuningan di jalan. Kemudian saksi bertanya ke Sigid, "sasaran apa mas?“ dijawab oleh Sigid, "kita ada tugas untuk mengkuti orang“, saksi bertanya lagi "tugas apa mas?“ Sigid menjawab, "ini yang bertugas tim yang ditunjuk oleh Kapolri yang dipimpin oleh Chairul Anwar“. Saksi bertanya lagi, "tugas apa itu mas?“, dijawab Sigid, "ini tugas Negara tapi laporannya lamban sekali“.
Kutipan Surat Tuntutan halam 30-31, "Bahwa benar pada saat Terdakwa ditelpon oleh Helmi Santika, saksi diberi tahu juga oleh Sigid bahwa ada tugas Negara dari KPK dan tugas Kepolisiannya masalah narkoba. Sigid berkata kepada saksi bahwa, "tim ini agak lamban bisa gak cari informan yang bisa mengikuti 24 jam?“
Padahal, sesuai yang terungkap di persidangan, pada pertemuan tersebut yang mendapat telpon dari anggota Polri bukanlah terdakwa Antasari Azhar, tetapi adalah saksi Sigid Haryo Wibisono. Keterangan Sigid Harjo Wibisono tersebut yang kami catat adalah sebagai berikut:
Bahwa Saksi Wiliardi Wizar pada saat pertemuan mendengar pak Sigid mendapat telpon dari Helmi Santika dan beliau bicara, “bagaimana sasaran kita sedang apa dan di mana?” Lalu saksi Wiliardi Wizar bertanya sasaran apa, dijawab oleh Sigid, “Ada tugas untuk menyelidiki seseorang dari Kapolri dan sudah dibentuk team yang dipimpin oleh Kombes Chairul Anwar, Kapolres Jakarta Selatan.” Bahwa pak Sigid mengatakan ada tugas Negara yaitu mengawasi seseorang yang ada hubungannya dengan KPK dan Kepolisian, yang berkaitan dengan KPK kasus korupsi dan Kepolisian adalah kasus narkoba.”
Cara-cara seperti itulah yang dilakukan Jaksa Penuntut Umum dalam bentuk manipulasi fakta yang digunakan untuk menuntut terdakwa Antasari Azhar dengan hukuman maksimal, hukuman mati. Bagaimana hal seperti ini bisa tejadi? Jawabnya yang paling mudah yakni Jaksa Penuntut Umum secara sengaja mamanipulasi fakta, seolah-olah terdakwa telah melakukan rangkaian pembicaraan dan tindakan untuk melakukan pembunuhan. Meskipun tidak tertutup kemungkinan hal ini terjadi karena ada copy paste dengan perkara lain, atau bisa terjadi karena kemalasan Jaksa Penuntut Umum untuk membaca secara cermat fakta persidangan. Dan hanya percaya kepada tukang ketik yang tidak mengikuti jalannya persidangan.
Mencermati dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan, terlihat Jaksa Penuntut Umum sudah tidak mempunyai rasa malu lagi untuk melakukan manipulasi. Sebab hanya dengan cara manipulasi itulah, terdakwa Antasari Azhar dapat dituntut. Tanpa ada manipulasi fakta persidangan, maka tuntutan Jaksa Penuntut Umum seharusnya membebaskan terdakwa dari segala dakwaan. Akan tetapi, dengan manpulasi fakta persidangan, maka tuntutan yang dapat disampaikan adalah tuntutan yang maksimal dan akan tercatat sebagai sejarah baru dalam Penuntutan terhadap pejabat negara.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Tuntutan hukuman mati ini sungguh luar biasa dan pasti ada niat dikandung supaya sensasional. Apalagi dalam alasan yang memberatkan tuntutan, karena terdakwa Antazari Azhar dinilai berbelit-belit dan membuat gaduh. Sungguh kami tidak dapat memahami pada bagian mana dan keterangan yang mana, serta sikap yang mana dari terdakwa
Antasari Azhar yang dapat dinyatakan mempersulit persidangan dan membuat gaduh. Apakah karena terdakwa Antasari Azhar mampu membantah keterangan saksi yang tidak masuk diakal dan karena adanya kemampuan Terdakwa menjelaskan dan memberikan tanggapan secara detil dan konsisten yang disebut berbelit-belit? Kalau hal ini yang menjadi alasannya, ini adalah tidak masuk akal sehat kami. Kalau ini yang menjadi dasarnya, berarti Jaksa Penuntut Umum menghendaki agar terdakwa Antasari Azhar ini tidak menggunakan akal budinya. Terdakwa tidak boleh menggunakan rahmat Tuhan berupa kecerdasan otak. Kalau betul Terdakwa tidak boleh menggunakan akal budinya, tidak boleh menggunakan kecerdasan otaknya, maka hal ini dapat dikatakan Jaksa Penuntut Umum secara sengaja dan terencana telah menghina orangorang berakal dan mempunyai kecerdasan. Menghina kemanusiaan, karena yang membedakan manusia dengan bukan manusia itu adalah akalnya. Inilah yang dilakukan oleh Terdakwa menggunakan akal sehatnya.
Orang yang tidak boleh dibantah dan selalu benar itu adalah perilaku orang yang otoriter. Orang-orang yang menganggap kebenaran itu hanya milik mereka. Orang lain adalah salah dan kalau orang memberi argumen orang itu berbelit-belit. Sehingga, Jaksa Penuntut Umum salah tempat dan salah waktu. Seharusnya tidak menjadi Jaksa di masa sekarang, pada masa ketika pikiran dihargai, ketika kebebasan berpendapat mendapat tempat sebagai rahmat Tuhan, akan tetapi menjadi Jaksa Penuntut Umum pada masa ketika kekuasaan tidak boleh dibantah oleh orang-orang yang didakwa merongrong kekuasaan pemerintah.
Sikap otoriter yang dicerminkan oleh tuntuntan Jaksa Penuntut Umum ini menurut hemat kami, bukan sikap yang baik dan terpuji dalam mencari kebanaran dan keadilan. Sikap ini adalah sikap yang buruk, sikap hanya mau benar sendiri dan sikap sebagai pemilik kebenaran. Sikap yang baik dan benar bagi seorang penegak hukum itu adalah menerima kebenaran dan mau mendengar sisi lain dari satu cerita.
Persidangan, menurut undang-undang dan juga bagi kami, adalah untuk mencari kebenaran dalam rangka menegakkan keadilan yang substantif. Bukan untuk menghukum orang dengan semena-mena. Bukan pula untuk menghancurkan harkat dan martabat manusia. Apalagi mengingat dalam ketentuan undang-undang keterangan yang bernilai secara hukum itu adalah keterangan yang disampaikan dihadapan sidang. Artinya bantahan seorang Terdakwa dihadapan sidang itu harus dihargai sebagai bantahan atau keterangan yang bernilai secara hukum.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Dalam Surat Tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum menyebut 10 butir hal yang memberatkan terdakwa, antara lain: Terdakwa sangat mempersulit persidangan; Terdakwa pada setiap persidangan selalu membuat gaduh. Kemudian dikatakan, selama persidangan tidak ditemukan hal-hal yang meringankan terhadap diri terdakwa.
Inilah satu bentuk manipulasi sejarah yang dilakukan secara kasat mata dan tanpa malumalu oleh Jaksa Penuntut Umum. Kita tidak tahu apakah sikap buruk dan manipulatif ini diketahui oleh Jaksa Agung. Kalau hal ini diketahui dan direstui, maka hal ini diartikan bahwa manipulasi ini secara sengaja dilakukan dan direstui. Aneh memang, ketika instansi tempat terdakwa mengabdi hampir separuh hidupnya dengan sejumlah jabatan, mulai dari jabatan tidak bergengsi sampai jabatan yang sangat terhormat, seperti dua kali menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi dan Direktur Penuntutan pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum, tidak dihitung bahwa terdakwa Antasari Azhar ini mempunyai kebaikan bahkan mempunyai jasa ikut membangun institusi Kejaksaan.
Begitu juga halnya, Jaksa Penuntut Umum secara sengaja menafikan kerja keras terdakwa Antasari Azhar dan jajarannya di KPK dalam mengungkap sejumlah kasus besar, tidak dianggap sebagai prestasi. Mungkin hal ini tidak dianggap ada oleh Jaksa Penuntut Umum, karena Jaksa Penuntut Umum tidak mau mengakui bahwa di Kajaksaan ada juga Jaksa yang berperilaku buruk dan ada aparat Kejaksaan yang pernah menghadapi tuntutan dari KPK. Atau, dengan kata lain, Jaksa Penuntut Umum melampiaskan dendam institusinya terhadap terdakwa Antasari Azhar.
Menurut hemat kami, sikap dan penilaian buruk yang mengada-ada ini sesungguhnya adalah cermin dari contoh yang tidak baik dan perangai yang buruk dalam menegakkan hukum yang secara senagaja dipertontonkan oleh Jaksa Penuntut Umum dan direstui oleh atasannya.
Hal ini kami kemukakan, mengingat Kejaksaan sebagai satu atap dan adanya sistem komando yang selalu diterapkan, terutama dalam hal yang berhubungan dengan penuntutan. Seperti selama ini kita kenal adanya rencana tuntutan yang tidak jarang berasal dari perintah atasan, atau paling tidak berdasarkan usulan Jaksa Penuntut Umum, kemudian diberikan persetujuan oleh atasan. Dan kami yakin betul bahwa tidak mungkin menuntut terdakwa dengan tuntutan maksimal jika Jaksa Penuntut Umum tidak mendapat restu dari atasannya, paling tidak Direktur Penuntutan pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Apa yang kami khawtirkan, bahwa tuntutan yang tinggi ini terjadi sebagai upaya fait accompli terhadap Majelis Hakim, yang sengaja dilakukan karena tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung kebenaran dari dakwaan. Dengan tuntutan yang maksimal ini tentu dalam benak Jaksa Penuntut Umum, Majelis Hakim tidak akan memberikan hukuman yang ringan, apalagi membebaskan terdakwa Antasari Azhar.
Tuntutan yang tinggi ini pada hekekatnya adalah ancaman terhadap pengadilan agar tidak memutus perkara yang tidak sesuai dengan kepentingan Jaksa Penuntut Umum. Dengan cara seperti ini, diharapkan agar masyarakat dapat memberikan dukungan kepada Kejaksaan yang selalu dirundung malang dan sedang mengalami musibah karena pejabatnya dianggap dan diberitakan berperangai buruk, atau mungkin juga digunakan untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari berbagai persoalan yang menyelimuti negeri ini.
Bukan tidak mungkin, dengan situasi politik seperti sekarang ini, ada pesan-pesan tertentu yang hendak disampaikan bahwa hati-hati para calon lawan politik, anda bisa menjadi salah satu korban karena perbedaan keyakinan politik dan pilihan politik, apalagi kalau mencoba menyentuh kalangan tertentu. Nasibmu akan sama dengan nasib Antasari Azhar. Singa dijadikan kambing yang patah kaki dan terkurung dalam kandang sempit dan pengap. Lihat saja, nasib terdakwa Antasari Azhar. Karena sepak terjangnya itu, akan diberikan hukuman yang tinggi kalau mencoba untuk menjadi lawan, mencoba untuk membantah kehendak orang atau pihak tertentu.
Bukan tanpa alasan, jika kami kemukakan demikian. Pasalnya, terdakwa Antasari Azhar ini, sebelum terkena musibah, menjadi salah seorang penegak hukum yang disegani karena keberanian dan independensinya dalam menegakkan hukum.
Tentu, kami memahami pula bahwa Nazarudin Zulkarnaen menjadi korban pembunuhan. Dan akibat dari pembunuhan itu tidak mungkin mengembalikan nyawa dari Nazarudin Zulkarnaen, apapun hukuman terhadap orang yang diduga melakukan pembunuhan. Keluarga korban juga dipermalukan oleh cerita ini. Begitu juga dengan keluarga Rani Juliani, tentu merasa dipermalukan oleh berita ini.
Akan tetapi, hukuman paling berat tentunya dialami oleh Antasari Azhar dan keluarganya. Hukuman sosial akibat “cerita perselingkuhan” yang diceritakan secara vulgar dan kasar mulai dari Surat Dakwaan hingga Surat Tuntutan, akan menjadi beban dan melekat pada diri terdakwa Antasari Azhar seumur hidup. Akan menjadi lebih berat lagi bagi terdakwa Antasari Azhar, karena cerita ini tetap terbawa kemanapun dia pergi, akan menjadi cemooh dan ejekan sepanjang hayat. Bahkan, akan menjadi warisan sejarah bagi anak cucu, sekalipun misalnya Antasari Azhar dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Berita Acara Pemeriksaan (BAP), selama ini telah diperlakukan layaknya sebagai “Kitab Suci” yang seolah tidak perlu lagi diuji kebenarannya. BAP telah mendapat legitimasi yang seolah menjadi haram hukumnya untuk disangkal keabsahan isinya di persidangan.
Bayangkan, betapa ironisnya dunia hukum dan sistem hukum kita apabila BAP telah berfungsi menjadi pegangan kebenaran dengan harga mati seperti “kitab suci”. Sehingga, tidak ada artinya lagi kita mengakui adanya “azas praduga tidak bersalah”. Padahal lagi, sudah banyak kasus membuktikan bahwa BAP belum tentu benar dan banyak menimbulkan masalah ketika hukuman hanya didasarkan pada keterangan yang dibuat di BAP.
Seperti halnya kejanggalan pembuatan BAP dalam kasus terdakwa Antasari Azhar ini. Bagaimana kita dapat percaya sepenuhnya terhadap BAP yang dibuat dengan proses yang janggal, di mana berkali-kali saksi-saksi diintimidasi, dilakukan tipu daya, untuk dipaksa menadatangani BAP?
Majelis Hakim yang terhormat, Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang yang mulia,
JPU dalam halaman pertama surat tuntutannya sudah “membombastis” persidangan ini dengan kata-kata: “ bahwa sejak awal persidangan ini yang dimulai dengan pembacaan surat dakwaan, eksepsi/keberatan, dan pada setiap tahap pemeriksaan (saksi, ahli, surat, barang bukti dan terdakwa) bahkan ketika press release melalui media; tim penasihat hukum terdakwa selalu mencoba mengarahkan kepada suatu asumsi adanya rencana besar (grand scenario) yang dilakukan oleh pihak lain dalam perkara ini. Tim penasihat hukum, selalu mengaburkan pemeriksaan perkara ini dengan mengatakan bahwa perkara terdakwa Antasari Azhar adalah suatu rekayasa yang dilakukan oleh institusi penegak hukum”. Kemudian JPU mengatakan: “ Hal ini sangat kami sayangkan karena dapat menyesatkan masyarakat Indonesia, tetapi kami dapat memahami apa yang dilakukan oleh penasihat hukum terdakwa tersebut sebagai suatu keniscayaan yang merupakan konsekwensi logis dari fungsi dan tugas yang diemban, bahwa penasihat hukum akan selalu berupaya dengan berbagai cara untuk
menyatakan bahwa dakwaan JPU tidak terbukti dan mengupayakan terdakwa dibebaskan dari hukuman, dan di sisi lain kami selaku tim JPU juga mempunyai tanggung jawab membuktikan dakwaan kami dan pada saatnya mengajukan tuntutan terhadap terdakwa”.
Oh... “indahnya” (dibaca : oh, alangkah menyesatkannya) pembukaan surat tuntutan JPU ini. Kalau kami, Penasihat Hukum, dikatakannya selalu dengan berbagai cara untuk menyatakan dakwaan JPU tidak terbukti, sedangkan JPU menyebutnya, mempunyai tanggung jawab untuk membuktikan dakwaan dan tuntutannya. Pertanyaannya sekarang, bukankah di dalam persidangan ini kelihatan dengan terang benderang sekali, JPU-lah yang dengan berbagai cara, kami ulangi lagi, dengan segala cara, dan dengan terangterangan, dengan tidak sungkan, melanggar undang-undang dan hukum. Apalagi JPU ini berani-beraninya mengatakan, “ ........ bahkan ketika press release melalui media; tim penasihat hukum terdakwa selalu mencoba mengarahkan kepada suatu asumsi adanya rencana besar (grand scenario) ............”, selanjutnya JPU mengatakan, “ ........... tim penasihat hukum, selalu mengaburkan pemeriksaan perkara ini dengan mengatakan bahwa perkara terdakwa Antasari Azhar adalah suatu rekayasa yang dilakukan oleh institusi penegak hukum. Hal ini sangat kami sayangkan karena dapat menyesatkan masyarakat Indonesia”. Itu kata JPU.
Majelis Hakim yang Mulia, Sdr. Penuntut Umum yth
Kami tambahkan disini, pada setiap perkara/kasus yang menarik perhatian masyarakat ada kewajiban luhur dari para penegak hukum, yaitu menjadi tugas luhur bagi kita penegak hukum untuk mengajar masyarakat mengetahui hukum dengan benar. Mereka, masyarakat umum, tidak belajar hukum di fakultas hukum, mereka awam hukum. Tugas kita para penegak hukum di dalam menangani suatu perkara yang menarik perhatian masyarakat tersebut, adalah menunjukkan apa hukum itu, bagaimana hukum itu dijalankan dan dipraktikkan, bagaimana keadilan itu ditegakkan. Bukankah itu tugas yang luhur. Kalau kita di dalam menegakkan hukum melanggar undang-undang, tidakkah ini menyesatkan masyarakat yang menaruh perhatian dalam kasus ini. Kami tidak ingin berpanjang lebar memberikan kuliah hukum disini, namun karena JPU mengatakan, kami para penasihat hukum dengan segala cara berusaha untuk menyatakan dakwaan JPU tidak terbukti dan mengupayakan Terdakwa dibebaskan dari hukuman, di sisi lain JPU mempunyai tanggung jawab membuktikan dakwaannya, artinya dengan kata lain JPU mengatakan upaya penasihat hukum hanya untuk membebaskan Terdakwa, dan upaya JPU hanya untuk membuktikan dakwaannya.
Maka menangislah kami, menangislah masyarakat umum, dan menangislah ibu pertiwi. Sebegitu “cetek”kah dan sebegitu dangkalkah tujuan JPU dalam persidangan di pengadilan ini. Mencari menang? Pendapat seperti inilah yang harus dihindari dalam setiap perkara, apalagi perkara yang menarik perhatian masyarakat. Dapat kita bayangkan para mahasiswa fakultas hukum, yang mengikuti persidangan ini, (baik langsung maupun melalui media elektronik), dan kita menyaksikan sendiri dalam persidangan disini, para jaksa muda, dengan pakaian seragam jaksa mereka, yang sedang mengikuti pendidikan jaksa, hadir dalam persidangan ini, mengikuti persidangan ini sebagai kurikulum wajib dari lembaga pendidikannya. Mereka (mungkin) akan sesat dengan berpikir : “Ooooh, JPU dan Penasihat Hukum itu “bergaduh” di pengadilan hanya mau menang. Tujuan mereka hanya untuk menang, bukan untuk menegakkan hukum”. Sangat disayangkan bukan pendapat sesat seperti ini terjadi hanya karena JPU mengatakan, ke pengadilan hanya untuk mencari menang.
Bukankah kita semua yang terlibat dalam persidangan ini sedang menggali kebenaran yang hakiki untuk menemukan fakta yang sesungguhnya, untuk memberikan keadilan dan menegakkan hukum. Alangkah berbahayanya apabila masyarakat awam, apalagi adik-adik, anak-anak kita, yang sedang mengikuti kuliah di fakultas hukum, mengikuti cara berpikir JPU bahwa ke pengadilan ini hanya untuk mencari menang. Kalau JPU bertujuan semata-mata untuk menang, mungkin ada untungnya bagi mereka, yaitu mendapat promosi dalam jabatannya, dan mendapat tepukan di pundak dari atasannya dengan ucapan, “GOOD JOB, WELL DONE”. Kalau kami para Penasihat Hukum, apa untungnya. Untuk jelasnya, seperti apa yang dijelaskan Terdakwa di persidangan ini, dalam pembelaan ini kami para Penasihat Hukum tidak di bayar, kami terpanggil karena semata-mata untuk menegakkan hukum, untuk memberikan keadilan bagi kita semua, dan juga menunaikan tugas luhur memberikan pembelajaran hukum bagi masyarakat yang mengikuti persidangan disini.
Sekarang marilah kita menilai, apakah yang akan kami uraikan di bawah ini, merupakan fakta dan menjadi bukti tentang adanya rencana besar (grand scenario), atau merupakan upaya mengaburkan pembuktian dakwaan dan tuntutannya. Marilah kita simak baik-baik fakta yang terungkap di persidangan di bawah ini tentang adanya rekayasa/rencana besar, atau meminjam istilah JPU adanya grand scenario :
Pemeriksaan para saksi dilakukan secara melanggar hukum, karena tidak menyebutkan para saksi diperiksa untuk tersangka siapa, sehingga akibatnya saksi ini bisa digunakan berulang-ulang untuk terdakwa-terdakwa lain. Tidakkah ini rekayasa?
Dalam Berita Acara Pengungkapan Kasus, tertanggal 26 April 2009, tercantum keterangan bahwa “Petugas kemudian melakukan penyelidikan TKP untuk mencari saksi-saksi yang mengetahui tentang kejadian tersebut. Hasil penyelidikan ditemukan saksi atas nama SARWIN dan ERWIN bin MUHAD, dst ...........”
Namun faktanya, selama pemeriksaan perkara ini, baik dalam surat dakwaan, maupun dalam pemeriksaan saksi, bahkan sampai saat persidangan pun, kedua orang saksi ini tidak pernah dihadirkan. Ini menjadi pertanyaan penting, mengapa kedua orang ini, yang sudah diketahui identitasnya dan yang berada di TKP, tidak diperiksa sebagai saksi. Tolonglah jawab pertanyaan ini JPU, supaya tidak diperiksanya dan tidak dijadikannya kedua orang saksi ini, tidak dibilang rekayasa. Tolonglah jawab mengapa.
Berita Acara Pengungkapan Kasus dibuat secara “misterius”. Dalam berita acara pengungkapan kasus, dinyatakan bahwa pemeriksaan terhadap Terdakwa (Tersangka pada saat itu) dilakukan pertama sekali pada tanggal 4 Mei 2009. Namun Berita Acara Pengungkapan Kasus dibuat pada tanggal 26 April 2009. Artinya sebelum Terdakwa diperiksa, penyidik sudah mempersiapkan Berita Acara Pengungkapan Kasus, yang isinya mengarahkan Terdakwa melakukan perbuatan-perbuatan yang dituduhkan penyidik dan JPU. Jelas ini adalah sebuah rekayasa.
Dalam persidangan saksi Suparmin, saksi mengatakan bahwa korban pernah menceritakan marah besar kepada karyawan korban di kantor yang bernama Yurisman. Namun karyawan tersebut ternyata tidak pernah di BAP, apalagi dihadirkan dalam persidangan ini untuk dimintai keterangannya. Bukankah orang ini pun bisa mempunyai motifasi?
Dalam persidangan saksi Rani Juliani, saksi mengatakan bahwa korban pernah memarahi saksi karena menerima pemberian handphone dari temannya, diamana teman saksi itu dimarahi oleh korban. Orang ini kan bisa tersinggung, dan tentunya bisa punya motivasi menghilangkan nyawa korban. Namun dalam persidangan ini, teman saksi tersebut juga tidak pernah dihadirkan sebagai saksi.
Dasar hukum atau pasal yang dipakai untuk memeriksa para saksi berbeda dengan pasal yang didakwakan kepada Terdakwa. Dengan demikian para saksi tersebut diperiksa bukan untuk perkara Terdakwa disini. Tidakkah ini rekayasa?
Para saksi diperiksa tanpa didampingi oleh penasihat hukum, sehingga mengakibatkan banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum, para saksi tidak bebas memberikan keterangan, dan keterangan yang diberikan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya, sehingga merugikan Terdakwa. Tidakkah ini rekayasa? Bukankah faktanya BAP hasil rekayasa ini digunakan oleh JPU menjadi dasar dakwaan dan surat tuntutannya?
Pemeriksaan terhadap saksi-saksi, antara lain saksi Rani Juliani yang hanya satu kali diBAP di kantor polisi, selebihnya sebanyak 6 (enam) kali tidak dilakukan di kantor polisi, melainkan di hotel di Ancol, di rumah makan, di apartment yang disediakan oleh polisi, di tempat tinggal saksi Rani Juliani. Saksi Rani Juliani ini selama berbulan-bulan telah didampingi, dilindungi, “dijaga” siang dan malam oleh polisi. Walaupun diperiksa/di-BAP di kantor polisi hanya satu kali, namun dalam 6 (enam) BAP saksi Rani Juliani, di dalam kop surat BAP-nya dituliskan/dicantumkan diperiksa di kantor polisi di Direktorat Reserse Polda Metro Jaya. Tidakkah ini rekayasa? Bukankah BAP/hasil rekayasa ini digunakan oleh JPU menjadi dasar dakwaan dan surat tuntutannya? Terbukti bukan? Bukan kami yang ingin menyesatkan masyarakat, terbukti JPU-lah yang menyesatkan, dan menjadi lebih menyesatkan, sudah menyesatkan menuduh orang lain menyesatkan.
Polisi memanggil, menjemput saksi-saksi tanpa surat-surat yang sah.
Perubahan BAP dilakukan atas inisiatif Penyidik. Polisi mengatur perubahan-perubahan, penyesuaian-penyesuaian, perbaikan-perbaikan BAP para saksi, sehingga kelihatannya berkesesuaian (ketika diuji di persidangan, terbukalah semua itu bahwa polisi-lah yang berperan mengatur para saksi ini). Contoh :
Saksi Setyo Wahyudi menyampaikan kepada saksi Arifin : “katanya disuruh perbaiki BAP nya. Disuruh ganti tanggalnya, supaya terpenuhi”. Ini artinya penyidik ingin tanggal-tanggal yang dikehendakinya berkesesuaian seperti yang diinginkan para penyidik tersebut. Dialognya pada saat memeriksa saksi Arifin seperti ini: Penyidik : “tanggal berapa?” Saksi
: “saya lupa”
Penyidik : “coba kamu telpon Yudi” Kemudian saksi Arifin menelepon saksi setyo Wahyudi, dan diubahlah BAP saksi Arifin tentang tanggal, sebagaimana diinginkan oleh penyidik. (Silakan memeriksa BAP Arifin dan keterangansaksi dibawah sumpah dipersidangan ).
Demikian juga dengan saksi Budi Ibrahim dan saksi Ina Susanti, yang sama-sama diperiksa dan di BAP oleh penyidik Kompol R. Arif Setiawan, SH. dalam hari yang sama dan saat yang sama. Hal ini terbukti dipersidangan. Maka dapat dimengerti dan tidak menjadi aneh dan ganjil, dan tidak mengherankan karena penyidik Kompol R. Arif Setiawan, SH. memeriksa 2 orang saksi, dalam waktu yang bersamaan, dan hasil isinya sama. Dalam BAP-nya tertanggal 13 Agustus 2009, saksi Budi Ibrahim merubah keterangannya di BAP sebelumnya tertanggal 2 Juni 2009, yang mengatakan reaksi Saudara Antasari Azhar biasa-biasa saja, menjadi : “ Sdr. Antasari Azhar terdiam sejenak namun tiba-tiba dengan nada kesal Sdr. Antasari Azhar mengatakan “saya atau dia yang mati”. Kalimat ini persis sama dengan isi BAP Tambahan saksi Ina Susanti yang diperiksa pada hari yang sama, di saat yang sama, oleh penyidik yang sama, dengan saksi Budi Ibrahim, yang mengatakan : “ Sdr. Antasari Azhar terdiam sejenak namun tiba-tiba dengan nada kesal Sdr. Antasari Azhar mengatakan “saya atau dia yang mati”. Padahal sebelumnya kedua saksi ini tidak mengucapkan kalimat ini. Jelas perubahan BAP kedua saksi ini, yang dilakukan pada hari yang sama dan saat yang sama, adalah rekayasa yang dilakukan oleh penyidik. Kami mempersilahkan persidangan yang mulia ini meneliti keterangan di dalam BAPBAP kedua orang saksi. Masihkah JPU mengatakan semua ini bukan rekayasa?
Saksi-saksi “disekap”, dalam arti disuruh tinggal selama berhari-hari di kantor polisi, tanpa surat penangkapan, tanpa surat penahanan, baru kemudian di-BAP. Lihat keterangan saksi Suparmin di persidangan.
Saksi diperiksa tanpa surat panggilan – dipanggil melalui saksi lain.
Polisi menjadikan sebagai barang bukti dan alat bukti, barang-barang yang menurut undang-undang bukan merupakan alat bukti, yaitu alat rekaman. Undang-undang melarang bukan. Mengapa JPU masih juga menggunakan hal-hal yang dilarang oleh undang-undang, untuk menjadi dasar surat dakwaan dan surat tuntutannya. Ditambah lagi polisi memanggil saksi ahli untuk menjelaskan tentang barang-barang yang menurut hukum tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti. Sehingga jelas keterangan saksi ahli ini, yang menerangkan tentang barang bukti yang tidak sah, tentunya juga menjadi tidak sah menurut hukum.
Polisi merekayasa rekonstruksi untuk menjebak Terdakwa, yang pada waktu itu tidak didampingi Penasihat Hukumnya. Pada saat dilaksanakan rekonstruksi di rumah saksi Sigit Haryo Wibisono, Terdakwa menolak beberapa adegan yang tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Akan tetapi penyidik tetap saja “meminta” Terdakwa untuk memperagakan adegan tersebut, karena kata penyidik adegan tersebut sesuai dengan BAP saksi Sigit Haryo Wibisono. Walaupun Terdakwa (Tersangka pada saat itu) menolak adegan, namun tetap difoto oleh penyidik, tanpa diganti perannya oleh orang lain, seperti yang seharusnya dilakukan dalam suatu rekonstruksi, apabila tersangka tidak setuju memerankan adegan itu, maka perannya digantikan oleh orang lain. Penyidik berbohong yang mengatakan akan dibuat rekonstruksi sesuai BAP Terdakwa (Tersangka pada saat itu), namun tidak pernah dilakukan. Tim Penasihat Hukum juga sudah meminta rekonstruksi ulang kepada kejaksaan, namun tidak pernah dijawab, apalagi dikabulkan.
Saksi diperiksa di bawah tekanan dan intimidasi penyidik, sehingga saksi tidak bebas dalam memberikan keterangan. Bahkan saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete Al. Edo
mengaku di persidangan bahwa waktu ditahanan penyidik, saksi disiksa, dipukuli habishabisan. Saudara JPU, ini bukan rekayasa Penasihat Hukum. Ini fakta yang terungkap di persidangan.
Penyidik berbohong kepada saksi, dengan mengiming-imingi dan menjanjikan saksi hanya mendapat sanksi disiplin, dan agar memberikan keterangan yang tidak benar dan memberatkan Terdakwa.
Penyidik mengarahkan saksi dalam pelaksanaan rekonstruksi. Dalam adegan rekonstruksi (pada saat Alm. Nasrudin/korban menampar saksi Rani Juliani), beberapa penyidik yang hadir mengarahkan saksi Rani Juliani, antara lain dengan mengatakan “ditamparnya pakai tangan kiri ...., pakai tangan kiri ....”. Penasihat Hukum menyaksikan kejadian ini.
Penyidik memaksakan adegan rekonstruksi yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Penyidik menggelapkan BAP saksi. Dalam persidangan, terbukti bahwa BAP saksi Williardi Wizar tanggal 29 April 2009, yang tidak menyebutkan nama Terdakwa, tidak dimasukkan dalam berkas perkara. Padahal saksi Williardi Wizar sendiri mengakui bahwa BAP itu seharusnya ada. Jelas ini merupakan rekayasa.
Penyidik memeriksa saksi dengan melanggar hukum dan hak asasi saksi. Saksi diperiksa pada tengah malam, dan pada pagi buta.
Adanya intervensi dari Mabes Polri dalam melakukan penyidikan dan pemeriksaan saksi. Pada saat pemeriksaan Rani Juliani, ada anggota polisi dari Mabes Polri yang datang, yaitu Bapak Didik.
Penyidik melakukan penyitaan secara melawan hukum. Saksi Sigit Haryo Wibisono mengatakan dalam persidangan bahwa dia selaku pemilik rekaman tidak tahu bagaimana proses penyitaan alat rekam oleh penyidik, yang saksi tahu BAP Penyitaan disodorkan
kepadanya dan saksi hanya menandatanganinya saja. Sampai sekarang pun penemuan barang bukti ini, dimana, dari siapa, siapa yang menunjukkan tempatnya, menjadi sangat misterius. Kami tidak mendalaminya karena kami menganggap alat rekam itu bukan merupakan alat bukti dalam persidangan ini.
Para penyidik meminta Dr. Abdul Mun’im Idries, Sp.F., saksi ahli forensik, untuk mengubah keterangan yang dibuat oleh saksi ahli pada saat memeriksa mayat korban tentang jenis ukuran peluru, dan agar tidak menyebut jenis ukuran pelurunya. Penyidik mengambil CCTV, senjata api jenis pistol merek SMITH & WESSON beserta empat butir pelurunya, milik saksi Sigit Haryo Wibisono, tertera dalam BAP saksi ini, dan penyidik mengakui dalam persidangan, namun CCTV dan pistol merek SMITH & WESSON beserta empat butir pelurunya itu, entah dimana sekarang keberadaannya.
Penyidik tidak menyita baju korban, sehingga tidak dapat menghadirkannya dalam persidangan. Bukankah baju korban ini (menurut saksi ahli) menjadi kunci untuk mengetahui apakah tembakan dilakukan dari jarak jauh atau dari jarak dekat. Alangkah jelasnya rekayasa ini, kemana hilangnya baju itu. Bukankah ini rekayasa untuk menghilangkan bukti penting. Kami ingatkan, dalam persidangan ini, saat JPU menunjukkan barang bukti celana di persidangan, Penasihat Hukum menanyakan kepada JPU dimana barang bukti baju, saudara JPU kelihatannya berlagak sibuk mencari, dan menimbulkan kesan seolah-olah saat itu baju korban ketinggalan dan tidak dibawa dalam sidang. Padahal kemudian fakta telah membuktikan bahwa baju korban telah dihilangkan entah kemana, dan tidak dijadikan barang bukti.
JPU mengatakan dalam surat tuntutan “matinya”, Terdakwa membuat gaduh. Pertanyaannya, pernahkan Terdakwa diperingatkan oleh Majelis Hakim karena membuat kegaduhan. Bukankah JPU yang sering diingatkan Majelis Hakim untuk tidak membuat kegaduhan.
Contoh yang menyolok dari manipulasi-manipulasi yang dilakukan oleh JPU adalah dalam keterangan saksi Rani Juliani, halaman 21 s/d 26, dimana JPU memanipulasi, kalau JPU berkeberatan kami sebutkan menggelapkan, dan kalau masih keberatan juga kami istilahkan, tidak mencantumkan keterangan saksi Rani Juliani yang menjelaskan bahwa :
pemeriksaan terhadap dirinya dilakukan oleh penyidik di apartment, di rumah makan, dan di hotel di Ancol. Pada awalnya dalam persidangan ini saksi Rani Juliani mengatakan diperiksa oleh penyidik di kantor polisi. Namun setelah “didesak” oleh Penasihat Hukum, saksi mengakui hanya satu kali diperiksa di kantor polisi, selebihnya diperiksa di apartment, di rumah makan, dan di hotel di Ancol. Dimana selama masa pemeriksaan saksi Rani Juliani “diamankan”, dikawani, ditemani, “dijaga selama 24 jam”, selama berbulan-bulan oleh penyidik polisi. Sehingga patutlah keterangan saksi Rani Juliani ini tidak dapat diterima sebagai alat bukti di persidangan ini. Namun sangat disayangkan keterangan saksi Rani Juliani di persidangan ini tidak dicantumkan oleh JPU. JPU hanya berpegangan pada BAP saksi di penyidikan. Di bawah nanti, dalam pembahasan keterangan saksi Rani Juliani akan kami jelaskan lebih mendalam tentang kemunafikan saksi Rani Juliani ini.
JPU mencantumkan hal yang sangat lucu dan menjadi bahan tertawaan di persidangan, antara lain sebagai contoh JPU mengatakan bahwa saksi membenarkan pernah memberikan keterangan kepada penyidik dan membenarkan paraf dan tandatangan dirinya di 7 (tujuh) BAP, yaitu 2 (dua) kali BAP tanggal 15 Maret 2009, BAP tanggal 19 Maret 2009, BAP tanggal 20 Maret 2009, BAP tanggal 10 Juni 2009, BAP tanggal 12 Juni 2009, BAP tanggal 26 Juni 2009, yang berisi puluhan pertanyaan dan jawaban saksi Rani Juliani. Hal ini adalah tidak logis. Bagaimana saksi ini bisa mengingat tujuh BAP dengan berpuluh-puluh pertanyaan? Bukankah tidak logis. Nyatanya saksi ini tidak ingat berapa kali di BAP, berapa banyak pertanyaan dan jawabannya, bahkan mula-mula tidak ingat diperiksa dimana. Sudah saksinya nggak beres, BAP-nya nggak beres, penyidiknya nggak beres, dipakai pula oleh JPU sebagai dasar tuntutannya. Tentunya persidangan yang mulia disini, yang dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim, tidak akan mau terbawa-bawa menjadi tidak beres, apalagi menggunakan analisa JPU yang tidak beres sebagai dasar di dalam mengambil putusan.
c. JPU menempatkan keterangan para saksi dalam surat tuntutannya tidak sesuai dengan fakta persidangan. JPU sengaja memanipulasi waktu, urutan dari keterangan saksi yang didengar dalam persidangan. Kami persilahkan persidangan yang mulia ini melihat bagaimana susunan saksi yang memberikan keterangan di persidangan ini urutannya dicantumkan dalam surat tuntutan TIDAK SESUAI DENGAN URUTAN FAKTA YANG SEBENARNYA.
Waktu atau jam pemeriksan saksi dalam BAP tidak benar/tidak sesuai fakta sebenarnya. Dalam BAP saksi Endang Muhamad Hasan tanggal 15 Maret 2009 disebutkan pemeriksaan pada jam 22.00 WIB, tetapi menurut saksi yang benar adalah jam 10.00 WIB.
Lembaran atau jumlah halaman BAP tidak lengkap. Dalam BAP saksi Setyo Wahyu tanggal 03 Mei 2009 tidak terdapat halaman 2.
Nama penyidik pemeriksa berbeda dengan nama yang menandatangani BAP. Dalam BAP saksi Rani Juliani tanggal 20 Maret 2009, nama penyidik pemeriksa adalah Jairus Saragih dan Suryaningrat, sementara yang menandatangani BAP adalah Supiyanto dan Sugiatno.
Nah, apakah hal kejanggalan-kejanggalan, “kehilangan-kehilangan” seperti di atas, suatu hal yang kebetulan atau memang rekayasa. Kalau kebetulannya satu kali, dua kali, tiga kali, okelah masih mungkin kebetulan, tapi kalau berpuluh-puluh kali terjadi “kejanggalan”, masih bisa disebut kebetulan? Atau memang sengaja direkayasa. Kami persilahkan persidangan menilainya. Jadi JPU, jangan bilang kami yang menyesatkan masyarakat. Andalah JPU, yang mencoba menyesatkan masyarakat. Yang lebih menyedihkan JPU ikut serta merekayasa dan menyesatkan masyarakat, tidak mengaku dan malah menuduh kami yang melakukan penyesatan. Kami rasa cukuplah kami ungkapkan kejanggalan-kejanggalan yang terjadi dalam persidangan ini, sebab seandainya harus semuanya kami masukkan tidak akan cukup satu hari ini untuk menyampaikannya. Namun untuk kejelasan bagi Majelis Hakim dalam menentukan apakah ini rekayasa atau bukan, kami lampirkan disini daftar pelanggaran dan kejanggalan yang dilakukan oleh penyidik dan digunakan oleh JPU.
Beruntunglah persidangan terbuka ini diliput mass media, sehingga masyarakat luas bisa menilai siapa yang merekayasa dan ingin menyesatkan masyarakat dan persidangan ini.
III. ANALISA FAKTA PERSIDANGAN
KETERANGAN SAKSI-SAKSI DAN TERDAKWA Saksi Rusli pada sidang tanggal 3 November 2009, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi tidak kenal dengan Terdakwa. Bahwa saksi mengetahui di jalan Haryono lokasi terjadinya penembakan. Bahwa saksi dan tim langsung ke TKP setelah penembakan di jalan Haryono Tangerang.
mendengar adanya
Bahwa Saksi mengetahui korban sudah dibawa supirnya ke Rumah Sakit Mayapada Tangerang setelah saksi tiba di TKP. Bahwa Saksi bertemu Suparmin, supir korban, di parkiran rumah sakit Mayapada dan langsung minta keterangan terkait dengan kejadian di jalan Haryono. Bahwa menurut Suparmin, bosnya ditembak oleh dua orang yang naik motor Scorpio warna silver. Bahwa saksi bersama tim langsung memeriksa mobil dan di dalamnya banyak darah dan kertas. Bahwa di kaca mobil ada dua lubang bekas tembakan.
Bahwa saksi melihat korban di ICU lagi ditangani oleh tim dokter. Bahwa informasi nama korban Nasrudin Zulkarnaen didapat dari Suparmin supir korban. Bahwa di TKP ada gundukan polisi tidur. Bahwa sewaktu dirumah sakit saksi tidak bisa melihat korban secara langsung karena sedang ditangani para Dokter. Bahwa kepala yang kena tembakan bagian kepala sebelah kiri. Bahwa di TKP ada ceceran darah dan pecahan kaca. Bahwa saksi bertugasnya dibagian penyidikan Polres Jaksel. Bahwa saksi berangkat ke lokasi bersama satu team berisi 5 orang dan saksi sebagai Katimnya. Bahwa di TKP polisi sudah banyak ada yang dari Samapta dan polisi lalu lintas Tangerang dan Polsek Menteng. Bahwa di TKP tidak lama karena korban sudah dibawa ke rumah sakit Mayapada dan kami langsung ke rumah sakit. Bahwa saksi dengar di TKP ada penembakan. Bahwa korban terkena tembakan. Bahwa saksi mendapat informasi hanya dari supirnya saja. Bahwa saksi sempat melihat korban waktu diruang ICU dan masih bernapas. Bahwa korban mendapatkan luka tembak kepala sebelah kiri. Bahwa saksi pada saat tiba di rumah sakit Mayapada korban sudah ditangani dokter, kepalanya sudah diperban. Bahwa saksi mengetahui dua tembakan dikepala korban berdasarkan keterangan dari dokter yang menangani. Bahwa pada saat saksi dirumah sakit belum ketemu dengan keluarga korban. Bahwa saksi mendapat perintah dari pimpinan untuk membawa supir dan mobil ke Polres Tangerang.
Bahwa saksi tidak ikut menangani perkara tersebut Bahwa Unit Jatanras Polda Metro Jaya yang menangani kasus tersebut. Bahwa saksi tidak diberi tugas untuk menyelidiki kasus tersebut. Bahwa Saksi tidak mengetahui apakah Rani sudah diperiksa atau belum oleh Polres Tangerang. Bahwa Saksi tidak mengetahui masalah pemeriksaan saksi-saksi. Bahwa saksi diperiksa sebagai saksi pelapor berdasarkan BAP. Bahwa saksi bukan sebagai saksi pelapor dalam kasus ini. Bahwa saksi melaporkan ke Jatanras Polda tentang penembakan di jalan Haryono Tangerang. Bahwa saksi datang ke TKP bersama tim identifikasi dari Polres Jaksel yang terdiri dari 3 tim yang diketuai masing-masing yaitu saksi sebagai Katim, Brigadir Andreas, Brigadir Hapit. Bahwa saksi sesampai di lokasi rumah sakit Mayapada langsung menemui supir untuk meminta keterangan dan memeriksa mobil. Bahwa saksi berada dilokasi TKP hanya sekitar 10 menit. Bahwa saksi tidak komunikasi dengan polisi yang ada di TKP. Bahwa saksi tidak menemukan selonsong peluru di TKP. Bahwa saksi melakukan pemotretan barang bukti. Bahwa saksi hanya lihat kaca yang bolong bekas tembakan dan darah yang lebih banyak dijok di sebelah kiri. Bahwa Laporan secara lisan di Unit Jatanras Reskrim dengan AKP Supriyanto. Bahwa kaca mobil korban hanya bolong saja. Bahwa didalam mobil ada pecahan kaca. Bahwa di TKP saksi menemukan ada pecahan dan didalam mobil juga ada pecahan kaca.
Pertanyaan Terdakwa:
Sebagai Katim apakah saksi memeriksa kepala korban atau tidak? Saksi tidak melihat kepala korban karena sudah diperban. Dari mana saksi tahu ada luka tembakan 2 dikepala korban? Saksi tidak menjawab. Jarak dari TKP kerumah sakit Mayapada berapa jauh? Kira-kira setengah kilo posisi memutar balik. Sewaktu saksi datang ke TKP ada banyak polisi dari Jaksel dan Polsek Menteng. Yang jelas di TKP saksi melihat sudah banyak polisi berbaju dinas dan berpakaian preman. Saksi melihat polisi-polisi hanya kumpul di TKP tidak menyebar.
Keberatan Terdakwa tidak ada.
Saksi Irawati Arienda, pada sidang tanggal 3 November 2009, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa Saksi tidak kenal Terdakwa. Bahwa korban almarhum Nasrudin adalah suaminya. Bahwa Saksi menikah dengan almarhum di Bandung. Bahwa Saksi mempunyai dua anak dari pernikahannya dengan almarhum. Bahwa Saksi selama berumah tangga tidak pernah cek-cok dengan almarhum. Bahwa sewaktu almarhum melamar saksi, almarhum mengaku masih jejaka dan belum pernah berumah tangga. Bahwa saksi mengetahui almarhum bukan jejaka setelah kasus ini.
Bahwa saksi menikah dengan almarhum sebelum di Putra RNI. Bahwa ketika menikah almarhum masih ikut Tanri Abeng. Bahwa korban bekerja di Putra RNI tahun 2002 langsung sebagai staff ahli. Bahwa almarhum menjadi Dirut RNI tahun 2008 setelah itu tidak ada jabatan lagi. Bahwa almarhum tidak pernah menceritakan masalah kantor dirumah karena sudah komitmen dari awal urusan kantor tidak boleh dibawa ke rumah. Bahwa pada tanggal 14 Maret 2009, saksi mengetahui penembakan almarhum dari Pak Ujang supir rumah. Bahwa pada tanggal 13 almarhum masih makan malam di rumah bersama saksi dan anak-anak. Bahwa pada tanggal 13 jam 06.00 almarhum pamit kepada saksi mau pergi tapi saksi minta beliau menemani saksi dirumah dan anaknya. Bahwa Pak Ujang yang memberitahukan kepada saksi bahwa bapak masuk rumah sakit. Bahwa saksi sesampai dirumah sakit, Pak Parmin mengatakan pada saksi jika bapak ditembak, kemudian saksi langsung menuju ke UGD. Bahwa Pak Parmin adalah supir kantor dan Pak Ujang supir rumah. Bahwa saksi berangkat sendiri sewaktu kerumah sakit Mayapada. Bahwa sebelum berangkat ke Moderland Golf almarhum berpesan kepada saksi kalau Parmin datang suruh dia drop saksi di Moderland Golf. Bahwa Saksi tidak mendatangi TKP. Bahwa Saksi hanya serahkan pada polisi semua prosesnya. Bahwa Saksi tidak mengenal Pak Antasari Azhar hanya mengetahui beliau dari media sebagai Ketua KPK. Bahwa Saksi pernah mendengar nama Rani saat almarhum menelpon seseorang kemudian beliau menyebut nama Rani dan saksi bertanya siapa Rani? Beliau menjawab anak angkat dari pak Antasari Azhar. Bahwa Saksi tidak mengetahui kalau almarhum punya kegiatan selain di BUMN.
Bahwa almarhum pernah bilang mau pergi ke Sulawesi masih urusan kantor mau menjual kapal Bahwa amarhum tidak pernah cerita kepada saksi tentang perjalananya ke Sulawesi dan tidak ada perubahan dengan sikap beliau sepulang dari Sulawesi Selatan Bahwa pada saat almarhum dipindahkan ke RSPAD jam 10.30 karena di Mayapada ICU nya full, saksi ikut mengantar tetapi pisah mobil dengan mobil yang membawa almarhum Bahwa pada saat dirumah sakit Mayapada, almarhum sudah tidak bisa diajak komunikasi lagi Bahwa Saksi tidak diberitahukan jika almarhum akan diotopsi Bahwa almarhum dikebumikan di Makassar Bahwa alamarhum tidak pernah cerita pernah mendapat teror atau ancaman dari siapapun Bahwa Saksi sebelum menikah dengan almarhum, saksi bekerja sebagai pramugari Garuda Bahwa keluarga almarhum datang pada saat pernikahan saksi dengan almarhum Bahwa Saksi kenal dengan Andi sebagai adik almarhum Bahwa pada saat saksi menikah Andi tidak hadir Bahwa Saksi setiap lebaran mereka selalu pulang ke Makassar Bahwa almarhum berangkat sendiri ke Moderland untuk bermain golf pada saat itu Bahwa waktu sampai di rumah sakit Mayapada saksi melihat beliau sudah ditangani tem oleh team dokter Bahwa menurut saksi, ada salah satu penyidik yang memberikan no HP kepada saksi yaitu pak Subianto di polres Tangerang dan pak Sugiono Bahwa Kompol Arif yang saksi tahu bertugas di polda Bahwa Saksi dua kali di BAP Tangerang dan di polda satu kali Bahwa Saksi di periksa sebagai saksi apa saksi lupa Bahwa Saksi tidak pernah mengetahui ada hubungan apa antara Antasari Azhar dengan almarhum
Bahwa alamarhum hanya pernah menceritakan temannya yang bernama Suseno, orangnya baik Bahwa suami saksi memang hobi main golf Bahwa jadwal main golf suami saksi tidak tentu Bahwa kalau main golf beliau selalu bawa baju ganti Bahwa pakaian ganti diurus sendiri karena seleranya berbeda dengan pilihan saksi Bahwa Saksi tidak mengenal siapa Sigit, Williardi dan Jerry Bahwa keluarga tidak pernah mengungkap statusnya almarhum yang sudah menikah dengan saksi Terdakwa tidak mempunyai keberatan dan pertanyaan.
Saksi Suparmin di bawah sumpah, di depan persidangan tanggal 3 November 2009 menerangkan sebagai berikut : Bahwa Saksi kenal Terdakwa Bahwa Saksi kenal dengan almarhum mantan bosnya di Putra RNI Bahwa Saksi sudah satu tahun bekerja sebagai supir kantor Almarhum Bahwa Saksi pada saat terjadi penembakan saksi dengar letusan dor…dor.. kemudian saksi menoleh kebelakang melihat almarhum sudah tergeletak ke kanan, kemudian saksi menoleh kedepan melihat dua orang naik motor Scorpio, kemudian saksi langsung rem tangan dan membuka mobil teriak-teriak minta tolong,kemudian orang-orang langsung berkerumunan berdatangan Bahwa Saksi lihat pada saat itu ada dua orang yang naik motor Scorpio yang dibonceng agak kecil Bahwa Saksi tidak melihat mereka memegang senjata api karena tangannya diayun kebawah Bahwa pada saat itu kejadian sangat cepat sekali Bahwa korban dibawa kerumah sakit Mayapada oleh saksi sendiri
Bahwa selama perjalanan saksi menelpon pak ujang untuk memberi tahu istri korban bahwa korban tertembak dijalan Haryono Bahwa banyak darah keluar dari sekitar kepala almarhum Bahwa setelah sampai dirumah sakit maya pada saksi ditanya dua orang polisi pakaian dinas minta keterangan dan KTP saksi Bahwa kaca yang segi tiga mobil ada dua bolongan bekas tembakan Bahwa saksi pernah ketemu dengan Rani sekitar pertengahan tahun 2008 waktu itu pulang dari Plaza Blok M menuju rumah Tangerang, dan antara almarhum dan Rani tarik menarik tas yang menyebut uang dolar untuk disumbangkan ke anak yatim Bahwa Saksi tidak mengetahui masalah uang 500 dolar dan tidak pernah melihatnya Bahwa almarhum tidak ada menyebut nama-nama orang lain saat bertengkar antara Almarhum dan Rani Bahwa Saksi diikuti mobil Avanza setelah gundukan lalu disalip didepan Bahwa Saksi hanya mengetahui Rani adalah anak angkat dari korban Bahwa saksi mengetahui Rani sebagai istri siri almarhum setelah diperiksa di Polres Tangerang Bahwa Saksi pada tahun 2008 – 2009 pernah mengantar Almarhum Nasrudin ke kantor KPK Bahwa almarhum ke kantor KPK kurang lebih lima kali tenggang waktunya lupa Bahwa setiap kekantor KPK almarhum tidak pernah membawa dokumen Bahwa almarhum tidak pernah cerita masalah rumah dimobil selama perjalanan Bahwa pada 3 maret 2009 saksi minta izin dan tidak masuk dan pada hari selasanya saksi ditegor almarhum dan mengatakan “gara-gara kamu ga masuk mobil saksi ditabrak dari belakang” Bahwa pengendara sepeda motor Scorpio yang melakukan penembakan pada saat itu yang depan pake tutup kepala dan yang dibelakang pakai helm Bahwa Saksi diperiksa tiga kali, di Tangerang sekali dan di polda dua kali Bahwa saksi sebelum di BAP oleh penyidik, menginap selama 4 hari di kantor polisi.
Bahwa waktu diparkiran Moderland setelah main Golf, pak Nasrudin menelpon orang kantor dan menayakan di kantor ada siapa saja dan kemudian beliau bilang saksi segera kesana Bahwa setelah Avanza menyalip di depan terdengar suara do..dor…dan Avansa masih di depan saksi Bahwa kejadian itu sekejap dan setelah melihat kebelakang saksi mengerem mobil dan minta tolong, Avansa sudah tidak ada lagi didepan Bahwa Saksi melihat motor saat menoleh kekiri Bahwa Saksi diperiksa di Polres Tangerang tidak tahu sebagai apa Bahwa pada BAP yang ke 2 polisi yang mengingatkan saksi tentang adanya mobil avanza Bahwa polisi yang menanyakan no polisi, merek motor dan saksi hanya membenarkan saja. Bahwa Saksi tidak pernah mendengar namanya Sigid dan tidak pernah membawa almarhum Nasrudin ke jalan Patiunus Bahwa Saksi tidak pernah mendengar almarhum Nasrudin punya masalah dengan Terdakwa /Antasari Azhar Bahwa Saksi yang mengantar Rani dan almarhum Nasrudin ke hotel Grand Mahakam Bahwa pada BAP dan Rekonstuksi, juga keterangan Rani , Nasrudin ke hotel Grand Mahakam bersama Rani naik Taxi, tetapi menurut Saksi beliaulah yang mengantar ke hotel Grand Mahakam. Saksi mengatakan helm yang dipakai oleh pelaku saat itu berwarna hitam
Saksi Sri Martuti, dibawah sumpah di depan persidangan tanggal 3 November 2009 menerangkan sebagai berikut: Bahwa Korban adalah suami saksi. Bahwa Saksi masih istri sah dari korban dan saksi menikah pada tanggal 23 Desember 1990 Bahwa pernikahannya hanya di atas kertas saja semenjak almarhum menikah dengan Irawati (istri kedua alm)
Bahwa Saksi mempunyai satu orang anak dari korban . Bahwa pada saat bertemu dengan korban yang dibicarakan hanya tentang anak, karena sang anak mau kuliah. Bahwa pada waktu ketemu almarhum, almarhum sempat bercerita pekerjaan, tapi diluar pekerjaanya di BUMN, bahwa beliau akan mendapatkan uang sebesar 1,5 Milyar rupiah, terus saksi akan di beri 500 juta rupia. Menurut almarhum masalah fee ini halal karna sudah konsultasikan dengan pak Antasari Azhar. Bahwa kebutuhan saksi sangat dicukupi oleh almarhum Bahwa saksi menelpon almarhum tanggal 13 Maret 2009, yang di bicarakan hanya seputar tentang anak yang sudah mau lulus sekolah saja dan akan kuliah dimana. Bahwa keesokan harinya tepatnya magrib, saksi mendapat telpon bahwa Almarhum masuk RS Mayapada. Bahwa saksi mengetahui terjadinya penembakan pada hari Sabtu tanggal 14 Maret 2009 di telpon oleh keluarga dari Palu sepupu dari almarhum Bahwa komunikasi terakhir dengan Almarhum pada tangal 13 Maret 2009 Bahwa Saksi tidak dapat mengetahui, siapa saja yang ada dirumah sakit Mayapada karena sudah dalam kerumunan orang, dan saksi menenangkan anak saksi karena masih shock. Bahwa Saksi menanyakan kepada supirnya kenapa almarhum masuk rumah sakit , Supirnya bilang almarhum tertembak setetelah main golf. Bahwa Saksi sempat melihat almarhum yang sudah di perban kepalanya. Bahwa Saksi tidak mengetahui teman-teman almarhum main golf karna sering berpindahpindah main golfnya, jadi saksi tidak mengetahuinya. Bahwa saksi tidak mengetahui almarhum mempunyai hubungan dengan Antasari Azhar ketua KPK Bahwa Saksi ikut mengantar kepindahan almarhum dari rumah sakit Mayapada ke RSPAD tetapi beda mobil dengan almarhum Bahwa almarhum dikuburkan di Makassar, dan saksi ikut mengantarnya. Bahwa almarhum naik Mobil BMW No pol B 191 F pada saat Antasari tertembak Bahwa pada saat kejadian almarhum bersama supir kantor.
Bahwa Saksi mengetahui almarhum kenal dengan pak Antasari Azhar, setelah almarhum cerita tentang pak Antasari Azhar sebelum tanggal 9 Maret yang beliau menceritakan akan mendapatkan proyek yang sudah dikonsultasikan dengan Antasari Azhar. Bahwa almarhum tidak pernah menceritakan mendapat teror dan ancaman dari siapapun Bahwa Saksi tidak mengetahui jam berapa almarhum sampai di RS. Mayapada. Bahwa almarhum tidak pernah bercerita mengenai di kantor sedang ada masalah yang sangat rumit Bahwa Saksi
tidak pernah mendengar yang namanya Rani Juliani
Bahwa Saksi mengetahui Rani setelah muncul di berita di Televisi Bahwa Saksi pernah diperiksa di Polres Tangerang dan tidak mengetahui diperiksa sebagai apa. Bahwa almarhum tidak pernah bercerita punya masalah dengan Antasari Azhar
5. Saksi Sigid Haryo Wibisono pada sidang tanggal 5 November 2009, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :
Bahwa saksi kenal dengan Antasari Azhar sejak tahun 2007 saat masih proses pemilihan ketua KPK Bahwa saksi tidak ada hubungan keluarga dengan Terdakwa Bahwa saksi menjadi anggota DPR sekitar tahun 19998-1999 Bahwa saksi sekarang bekerja di mass media “Suara Merdeka” Bahwa saksi kenal Terdakwa dikenalkan oleh seseorang “Pengusaha” tapi lupa namanya Bahwa Saksi pertama kali bertemu dengan Terdakwa di restoran Grand Mahakam ahir 2007 Bahwa saksi menyatakan hubungannya dengan Terdakwa hanya sebagai teman saja
Bahwa saksi mengetahui dari lawyernya bahwa Terdakwa didakwa sebagai pembunuhan berencana terhadap Nazrudin Zulkarnaen Bahwa Perannya dalam masalah ini adalah sebagai penyandang dana memberikan uang kepada Williardi sebesar 500 juta rupiah Bahwa saksi mengetahui penembakan terhadap Nasrudin pada tanggal 14 maret pada saat diatas pesawat ke Jakarta dari Semarang Bahwa saksi sangat kaget mendengar Nasrudin mati tertembak karena pada awalnya tidak ada rencana pembunuhan Bahwa pak Antasari Azharlah yang pertama menemuinya di rumah terus beliau menceritakan kalau lagi mendapat teror dari Nasrudin terkait kejadian di hotel Grand Mahakam Bahwa Terdakwa bilang ada teror melalui telepon dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang meresahkan Terdakwa karena teror sudah ke istrinya Bahwa saksi menyarankan Terdakwa untuk melaporkan teror ke Kapolri Bahwa saksi pada tanggal 3 Januari belum melapor ke bapak Kapolri karena pak Antasari Azhar ada rencana mau main Golf bersama Kapolri Bahwa pertemuan dengan Antasari Azhar hanya konsultasi masalah teror yang menimpa pak Antasari Azhar dan istrinya yang mengaku mengenai asusila Bahwa di rumahnya pada saat pertemuan dengan pak Antasari Azhar dan ada staf sekretarisnya yang bernama Setyo Wahyudi (yudi) dan yang biasa mengantar minuman dan makanan Bahwa sekitar akhir bulan Pebruari intensitas ketemu agak tinggi dengan Terdakwa Antasari Azhar Bahwa hasil pertemuan dengan bapak Kapolri yaitu mencari sumber dari teror tersebut Bahwa benar ada rekaman pembicaraan antara saksi dan pak Antasari Azhar sewaktu mengobrol dirumahnya di jalan Patiunus Bahwa Terdakwa tidak mengetahui kalau sedang direkam pembicaraanya Bahwa alat rekam ditaruh di bawah meja kerjanya Bahwa hanya satu kali merekam percakapannya dengan pak Antasari Azhar dan hanya sebagai file saja
Bahwa saksi yang mengenalkan Pak Antasari Azhar ke Williardi dirumahnya di Jl.Patiunus no 35 Kebayoran Baru Jakarta Selatan l Bahwa saksi pertama kali bertemu Williardi di kantor jalan Kerinci no 63 bulan Februari 2009 Bahwa saksi kenal dengan Williardi sekitar bulan pebruari 2009 dikenalkan oleh dirut PT. PIM yang bernama M.Agus, maksud dan tujuan perkenalan tersebut untuk meminta dukungan kepada pak Antasari Azhar dalam promosi jabatan pak Williardi Bahwa saksi pada saat bertemu pertama kali dengan Williardi hanya perkenalan biasa menceritakan dia mantan Kapolres Jaksel dan baru selesai Sespati. Bahwa ada satu team yang dipimpin Kombes Chairul Anwar, Kapolres Jaksel untuk melakukan penyelidikan terhadap terror yang dialami pak Antasari Azhar sebelum bertemu dengan Williardi Bahwa team khusus terus berjalan karena teror makin meningkat Bahwa pada waktu merekam, saksi sudah kenal Williardi karena karena sudah ada pertemuan Bahwa saksi merekam karena dikunjungi terus dan merasa dikejar-kejar terus dan saksi merasa terganggu Bahwa pak Antasari Azhar bisa pagi, siang, sore terus menceritakan masalah team pencari fakta tersebut Bahwa Nero adalah sebutan Nasrudin atau si peneror Bahwa pertemuan pertama dengan team adalah mengetahui siapa Nasrudin dan Rani Bahwa laporan dari team yang dipimpim pak Chairul biasanya dilakukan di rumahnya Bahwa ada beberapa orang atau petugas dari team Chairul Anwar yang melakukan penyelidikan terhadap pelaku teror pak Antasari Azhar Bahwa salah satu teamnya Chairul Anwar yang bernama Helmi Santika diketahui ada kedekatan dengan Nasrudin waktu di Makassar Bahwa ada informasi dari team bahwa Nero mendapat proyek dan beliau ingin izin tapi tidak selesai-selesai Bahwa ada rencana untuk mengajak istrinya Nasrudin ke diskotik untuk mencari tindak pidananya
Bahwa yang mempunyai ide untuk memacari istri pak Nasrudin dari pak Antasari Azhar Bahwa pak Antasari Azhar sangat hati-hati terkait dengan beliau Nasrudin Bahwa di dalam pertemuan-pertemuan pak Antasari Azhar pernah membicarakan ada penabrakan mobil dan perampokan untuk mencari tindak pidananya Bahwa eksekusi yang dimaksud dalam BAP hanya untuk menghabisi terornya saja bukan membunuhnya Bahwa pak Antasari Azhar sudah sangat kesal karena Nasrudin sudah ke kantor dan ke rumah Bahwa ide penabrakan tidak ada polisi hanya intern saja Bahwa saksi ketemu Williardi hanya sekali Bahwa pak Williardi ketemu pak Antasari Azhar hanya untuk mengamankan teror dan mencari tindak pidananya Bahwa setelah adanya team Chairul Anwar baru muncul team pak Williardi Bahwa dana operasional pak Williardi setiap pertemuan selalu saksi laporkan ke pak Antasari Azhar Bahwa dana yang sudah keluar 150 juta rupiah Bahwa alasan saksi membantu pak Antasari Azhar karena dalam proses hidup saksi pak Antasari Azhar banyak membantu Bahwa pak Williardi minta dipinjamkan uang Rp 500 juta untuk dikirim ke Australia biaya anaknya sekolah bukan untuk operasional Willardi untuk melakukan pengamanan Bahwa pinjaman uang pak Williardi dengan memberikan jaminan cek tunai diserahkan kepada sekretaris saksi Setyo Wahyudi Bahwa saksi sebelumnya tidak kenal dengan Jerry tapi dikenalkan pak Williardi Bahwa Williardi pernah minta 30 juta rupiah untuk biaya ibunya yang masuk rumah sakit Bahwa saksi yang menyarankan pak Antasari Azhar untuk laporan ke Kapolri Bahwa pak Antasari Azhar pernah mengatakan tidak puas dengan team yang dibentuk bapak Kapolri
Bahwa pada waktu ketemu Willardi pak Antasari Azhar menceritakan teror tersebut dan minta untuk mengamankannya Bahwa waktu ketemu tidak membicarakan biaya operasional Bahwa tidak ada ucapan untuk mencari orang lain untuk melakukan pengamanan Bahwa ada penyerahan file amplop coklat ke pak Williardi dirumahnya dijalan patiunus Bahwa Williardi hanya mengawasi, memantau ada tidaknya tindak pidana yang dilakukan si peneror Bahwa setelah kejadian saksi menelpon ke pak Antasari Azhar dan ” hati-hati mas” Bahwa setelah kejadian pulang ke Jakarta saksi menelpon pak Antasari Azhar bilang “ mas kok makin runyam” Bahwa saksi mendapat email photo almarhum, mobil, alamat rumah terima langsung dikirim Pak Antasari Azhar Bahwa isi teror yang diterima pak Antasari Azhar adalah tindakan asusila pak Antasari Azhar terhadap istri laki-laki tersebut Bahwa saksi lupa berapa lama team Cahirul Anwar kerja melakukan penyidikan Bahwa saksi jadi mengetahui Rani dan Nasrudin karena dari hasil laporan Team Bahwa photo asli dari team Chairul Anwar melalui email yang dikirim dan juga yang diantar langsung oleh saudara M .Joni Bahwa saksi yang memberikan amplop coklat adalah Terdakwa kepada Williardi Bahwa saksi bertemu bertiga hanya satu kali sekitar 15 menit , Antasari Azhar menceritakan masalah teror yang diterimanya dirumah dan Williardi bilang siap mengamankan Bahwa tidak ada pertemuan lagi dengan Williardi setelah pertemuan pertama Bahwa pertemuan bertiga dalam suasana serius Bahwa sewaktu pak Antasari Azhar diberi tahu team bahwa Rani adalah istri dari Nasrudin pak Antasari Azhar tidak kaget, biasa saja, hanya konsen masalah teror Bahwa saksi setelah bertemu bertiga, Williardi tidak pernah menghubungi saksi lagi, hanya pada suatu saat beliau menelpon dan minta pinjam uang untuk ibunya yang sakit
Bahwa saksi tidak pernah mengetahui pak Antasari Azhar telah bertemu Kapolri Bahwa yang dimaksud menghilangan nyawa pada BAP tanggal 2 Mei 2009 poin (22) adalah menghilangkann teror bukan menghilangkan nyawa Bahwa pemeriksaan saksi tanggal 29 Maret 2009 tidak didampingi oleh penasehat hukum Bahwa saksi saat diperiksa merasa tertekan Bahwa dirinya ditangkap oleh kepolisian Polda Metro Jaya Bahwa saksi diperiksa jam 1 sampai jam 2 malam hari Bahwa Saksi pertama melihat berita pembunuhan Nasrudin dikoran pada saat mau ke Jakarta dari Semarang Bahwa saksi pada BAP 29 April 2009 poin (42) membenarkan bahwa pistolnya disita dan diambil oleh polisi Bahwa yang dimaksud dihilangkan adalah teror dan perbuatannya bukan nyawanya Bahwa yang melakukan perekaman terhadap Terdakwa adalah sekretaisnya Setyo Wahyudi atas perintah saksi Bahwa setiap melakukan pertemuan selalu dirumah saksi karena atas permintaan pak Antasari Azhar Bahwa yang mengundang pak Williardi kerumahnya dan ditemukan dengan pak Antasari Azhar adalah atas permintaan saksi sendiri Bahwa dalam pertemuan itu tidak ada kata-kata untuk menghilangkan nyawa orang Bahwa saksi kenal dengan Kombes Chairul sewaktu beliau menjabat Kapolres Jakarta Selatan sebelum ada kasus pak Antasari Azhar Bahwa kombes Chairul diangkat jadi ketua team identifikasi teror oleh pak Suhardi Alius, kospri Kapolri Bahwa yang mengajak pertemuan di rumah saksi adalah pak Antasari Azhar Bahwa saksi yang mengundang Kombes Chairul datang kerumahnya Bahwa uang 500 juta adalah pinjaman pak Williardi kepada saksi untuk biaya anaknya yg di Australia dan biaya operasional pengamanan Williardi yang minta
Bahwa photo Rani dan Nasrudin diemail ke staf saksi Setyo Wahyudi oleh team Cahirul Anwar Bahwa foto dan email tersebut dihapus langsung atas perintah team Bahwa yang mengambil photo Rani dan Nasrudin yang dalam amplop dari mobil pak Antasari Azhar adalah staff saksi yang bernama Setyo Wahyudi Bahwa tidak pernah ada perintah untuk membunuh Nasrudin dari pak Antasari Azhar Bahwa tidak ada rencana untuk mencari orang untuk membunuh Nasrudin Bahwa uang 500 juta rupiah bukan untuk operasional membunuh Nasrudin Bahwa setelah terjadi peristiwa penembakan saksi menelpon Terdakwa dan Terdakwa bilang sudah tenang saja, saksi sudah kordinasi dengan team Bahwa saksi pernah mendengar dari pak Antasari Azhar kalau Nasrudin minta proyek a/n KPK tapi tidak berhasil Bahwa sebelum Terdakwa dilantik jadi ketua KPK segala keperluan dari pengawalan saksi yang mengurus semua keperluannya, dan sejak itulah saksi menjadi sahabat beliau sehingga apa yang menjadi masalah beliau selalu cerita kepada saksi Bahwa team dari KPK hanya investigasi sendiri yang namanya Budi tapi tidak pernah jumpa hanya pernah dengar melalui telpon masalah hasil nomor sadapan Bahwa dana diserahkan ke pak Williardi atas sepengetahuan Terdakwa Bahwa saksi yang selalu minta photo dan hasil laporan dari team Chairul Bahwa barang bukti juga disita oleh polisi Bahwa penyerahan photo ke Williardi tidak ada perintah apa-apa untuk orang yang ada diphoto Bahwa pada adegan ke 7 rekonstruksi, saksi tidak melihat Antasari Azhar menyerahkan photo ke Williardi Wizard Bahwa pada saat penyerahan photo tidak ada menyebut nama pak Antasari Azhar Bahwa dalam rekonstruksi tidak ada adengan penyerahan photo antara saksi dan Williardi
Keberatan Terdakwa Pertemuan pertama kali di Grand Mahakam ditolak Menceritakan yang melakukan teror Nasrudin ditolak Saksi menyarankan melapor ke Kapolri ditolak Pertemuan dijalan Kerinci ditolak Saksi dikejar-kejar dan diteror ditolak Pertemuan denga WW penyerahan photo ditolak Intervensi KPK ditolak Korban memeras proyek Sumsel ditolak Yang menentukan team tempat posko saksi ditolak Untuk mencari tindak pidana secara tegas ditolak Biaya operasional yang diminta Williardi Wizard oleh saksi sudah mengatakan kepada Terdakwa ditolak Bahwa Terdakwa resah karena teror ditolak Setelah kejadian saksi menelpon Terdakwa dan Terdakwa mengatakan tenang saja sudah dikoordinasikan, ditolak, karena pada saat itu Terdakwa sedang berada di Australia Korban pelaku narkoba di tolak Adanya pertemuan berdua dengan Williardi dikediaman ditolak Semua hasil kerja team Chairul diserahkan ke Saksi ditolak karena ada team langsung dari Kapolri Tentang saksi mengurus pengawalan sejak Terdakwa jadi ketua KPK ditolak karena ada pengawalan resmi dari Kapolri
Saksi Rani Juliani pada sidang tanggal 5 November 2009, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi menikah dengan Nasrudin Zulkarnaen pada 17 Juni 2007. Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sejak tahun 2006. Bahwa saksi awal kenal dengan Terdakwa status Saksi masih lajang. Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa secara formal setelah di lapangan. Bahwa selama menikah saksi bertemu dengan Terdakwa sebanyak dua kali. Bahwa saksi pernah di beri uang oleh Terdakwa tidak tentu. Bahwa pertama kali di beri uang oleh Terdakwa sebesar Rp 200.000,Bahwa saksi selama menjalani penikahan dengan almarhum, saksi bertemu dengan Terdakwa sebanyak dua kali. Bahwa saksi pertama kali bertemu dengan Terdakwa di hotel Grand Mahakam pada bulan Mei 2008. Bahwa saksi bertemu dengan Terdakwa dalam kapasitas sebagai marketing di Modern Golf, dan saksi menanyakan kenapa tidak main golf lagi dan saksi mengajak Terdakwa untuk bermain golf lagi. Bahwa saksi bertemu Terdakwa di hotel karna Terdakwa lah yang mengatur waktu dan tempat pertemuannya. Bahwa saksi tahu bahwa Terdakwa ini adalah sebagai ketua KPK. Bahwa saksi pada awal bulan Mei menghubungi Terdakwa melalui SMS untuk mengajak bertemu. Bahwa saksi mengatakan sms SMS tersebut adalah memperkenalkan saksi adalah caddy-nya Pak Dibyo, Bahwa saksi mengatakan intti sms saksi adalah mengajak bertemu dengan terdakwa Bahwa saksi pada saat pertemuan pertama tanpa sepengetahuan korban (suami). Bahwa saksi bertemu Terdakwa berangkat dari rumah jam 12 siang. Bahwa saksi berangkat dari rumah naik taxi Blue Bird.
Bahwa saksi setelah sampai di hotel Grand Mahakam, saksi menghubungi kembali Terdakwa memberi tahu bahwa saksi sudah sampai dihotel dan sudah berada di lobi hotel. Bahwa saksi mendapat kan SMS nomor, lantai dan kamar hotel tempat pertemuannya. Bahwa saksi pada saat bertemu dengan Terdakwa memakai celana jeans dan atasan kemeja. Bahwa saksi setelah masuk ke kamar,yang membuka dan menutup pintu kamar adalah saksi sendiri. Bahwa saksi ketika masuk ke kamar hotel Terdakwa sedang merokok. Bahwa saksi di dalam kamar hotel hanya membicara kan tentang member golf dan mengajak kembali Terdakwa untuk bermain golf. Bahwa saksi setelah selesai berbicara dengan Terdakwa saksi minta izin pulang,dan ketika saksi mau membuka pintu Terdakwa memeluk saksi sambil berkata “masih kangen ni”, lalu saksi berkata “next time aja pak” kepada terdardakwa dan Terdakwa memberikan uang yang masih di dalam amplop dan saksi langsung pulang ke rumah. Bahwa saksi setelah sampai di rumah suami (korban) bertanya kepada saksi, dari mana kamu? lalu saksi berbohong memberi alasan dari rumah teman, pada akhirnya kebohongan saksi ketahuan karna korban membaca SMS dari HP saksi bahwa saksi habis bertemu Terdakwa. Bahwa setelah sang suami tahu saksi habis bertemu Terdakwa, lalu korban manyuruh saksi menghubungi kembali Terdakwa untuk bertemu kembali. Bahwa saksi di perintah kan bertemu Terdakwa kembali dalam rangka meminta bantuan agar suami secepatnya di lantik sebagai direktur BUMN. Bahwa saksi setelah menghubungi Terdakwa 1 minggu kemudian bertemu kembali dengan Terdakwa untuk yang kedua kalinya. Bahwa saksi pertemuan yang kedua kalinya berangkat dari rumah naik taksi dan janjian dengan suami dijalan lalu sama-sama ke hotel Grand Mahakam. Bahwa setelah sampai di hotel Grand Mahakam bersama korban langsung menghubungi Terdakwa bahwa saksi sudah sampai di hotel. Bahwa saksi setelah menghubungi Terdakwa saksi langsung menuju ke kamar lantai 8 kamar 803 dan suami menunggu di bawah, dan suami memerintahkan nanti saksi telpon lalu angkat dan jangan di matikan, dengan tujuan memantau pertemuan itu.
Bahwa saksi setelah sampai di depan kamar hotel saksi langsung masuk karna pintu tidak dikunci dan menutupnya kembali karna Terdakwa lah yang menyuruh. Bahwa saksi langsung duduk di sofa langsung dan langsung membicarakan apa yang di perintahkan sang suami untuk segera secepatnya dilantik sebagai direktur BUMN,dan Terdakwa manjawab kalo bersih bisa di bantu. Bahwa saksi setelah itu Terdakwa berpindah duduk dan meminta saksi untuk memijit Terdakwa dan Terdakwa meminta saksi untuk memijatnya di tempat tidur, lalu saksi bilang di sini saja pak ( di sofa ) setelah itu saksi memijit pundak Terdakwa. Bahwa saksi sering memijit PAK SUDIBYO SALEH waktu menjadi caddy golf. Bahwa saksi ketika memijat Terdakwa, Terdakwa membalikkan badan lalu mencium bibir saksi. Bahwa saksi ketika di cium bibirnya tangan Terdakwa membuka kancing baju saksi dan tangan Terdakwa masuk kedalam BH saksi lalu menurunkan BH saksi dan Terdakwa mengisap putting buah dada saksi, tetapi saksi tidak berusaha mencegahnya dan tidak berusah kabur, lalu saksi mematikan Hp saksi yang sedang ON kemudian Terdakwa membuka celananya dan saksi disuruh memegang kemaluan dan saksi melakukan hand job kemaluan Terdakwa sampai keluar air maninya sampai mengenai tangan Terdakwa lalu membersih kan dengan tisu yang di ambil dari tas saksi dan semua yang di lakukan ini adalah inisiatif saksi. Bahwa setelah saksi selesai, saksi mendapatkan telpon dari suami menyakan kenapa Hp di matikan dan saksi menjawab karna tidak sengaja kepencet (dimatikan). Dan Terdakwa masih di dalam kamar mandi. Bahwa saksi setelah kejadian tersebut,saksi tidak merasa senang dan jengkel dan biasa saja. Bahwa saksi setelah itu pamit pulang kepada Terdakwa yang sudah selesai dari kamar mandi, dan Terdakwa memberi uang kepada saksi yang masih berada di dalam amplop. Bahwa saksi ketika membuka pintu, suami saksi sudah berada di depan pintu,dan suami saksi mendorong saksi kedalam. Bahwa suami saksi mengatakan kepada Terdakwa “ngapain bapak berduaan di dalam bersama istri saya “ dan saksi juga di Tanya oleh korban mengapa saksi berduaan di dalam kamar hotel sambil saksi di tampar oleh korban Bahwa saksi ditampar oleh korban dengan menggunakan tangan kiri..
Bahwa setelah itu Terdakwa mengatakan kepada korban bahwa saksi tidak berbuat apaapa hanya membicarakan tentang member untuk main golf saja,dan saksi juga tidak melakukan apa-apa dengan Terdakwa. Bahwa saksi duduk di sofa sambil menangis saja, korban dan Terdakwa berbicara sambil berdiri dan korban mengatakan kepada Terdakwa bisa saja saksi berbicara kepada wartawan jika anda berada di dalam kamar hotel berdua sama istri saya dan hancur karir bapak sebagai ketua KPK. lalu Terdakwa bilang jangan karena saksi masih ingin membela Negara. Setelah itu mereka berbicara berdua di pojok kamar dan saksi tidak mengetahui apa yang di bicarakan mereka berdua. Bahwa saksi lalu pamit pulang sama Terdakwa dan suami (korban) lalu menarik tangan saksi keluar kamar hotel. Bahwa saksi lalu pulang naik taksi, tapi saksi di turun kan di Blok M Plaza. Bahwa saksi setelah sampai di Blok M Plaza, beberapa menit kemudian di jemput oleh suami naik mobil BMW,dan selama di dalam mobil saksi bertengkar. Bahwa saksi mengakui semua apa yang mereka lakukan di dalam kamar hotel Grand Mahakam karena di desak dan disumpah di atas AL QURAN oleh suami saksi. Bahwa pada saat pulang ke rumah, di dalam mobil saksi rebutan tas dengan suami saksi karena suami saksi menemukan amplop yang berisi uang dalam tas saksi. Bahwa saksi diberikan uang oleh Antasari sebanyak dua kali, yang pertama 300 ribu dollar dan yang kedua 500 ribu dollar. Bahwa saksi diajak ke DPR untuk mengadukan kejadian di hotel setelah lama waktunya yaitu Januari 2009, saksi diajak untuk menjadi saksi di DPR, namun saksi tidak mau Bahwa saksi mengetahui suaminya tertembak pada tanggal 14 Maret 2009 pada sore hari, dari teman saksi yaitu Ulfa teman sesama marketing di Modern Land Bahwa saksi mengetahui suaminya meninggal dunia ketika saksi berada di Polres Tangerang Bahwa saksi bersama suami pernah digrebek di hotel ketika berada di Kendari sekitar bulan Januari 2009 Bahwa saksi tidak pernah tau atau melihat suami saksi meneror atau mengancam Terdakwa Bahwa ketika suami saksi menceritakan peristiwa di Kendari kepada orang tua saksi karena ulah Antasari dan mengajak saksi menjadi saksi di DPR, saksi tidak mau dan mengatakan belum tentu itu perbuatan Antasari
Bahwa saksi tidak mengetahui kalau ada sms dari suami saksi kepada istri Terdakwa dan suami tidak pernah cerita soal sms kepada saksi. Bahwa saksi pernah membuka handpone suami saksi, dan saksi tidak pernah menemukan sms yang bertuliskan kata-kata, “suamimu tidur dengan perempuan lain, perempuannya ada di sampingku”. Bahwa setelah saksi tidak mau jadi saksi di DPR, suami saksi tidak pernah lagi membicarakan soal Antasari Bahwa saksi sejak peristiwa penembakan sampai saat ini, saksi bersama orangtua dibawa ke tempat khusus dengan pengawalan polisi. Bahwa saksi tidak pernah di suruh oleh suami saksi untuk mengirimkan sms kepada Terdakwa Bahwa saksi pernah membaca sms yang diperlihatkan oleh suami saksi yang isinya Astagafirullah itu. Bahwa saksi kemudian pernah juga membaca sms lainnya yang isinya “Mas, permasalahan ini hanya kita yang tahu, ehh.. sampai ke blow up, tahu konsekuensinya”. Sms ini diperlihatkan oleh suami pada bulan Pebruari. Bahwa saksi mengetahui itu sms dari Terdakwa karena saksi baca di atasnya itu pengirimnya Antasari KPK. Bahwa saksi mengatakan membaca sms di hanphone korban yang di E 90 Bahwa saksi pernah diberitahu oleh suami saksi bahwa suami saksi pernah bertemu Terdakwa sebanyak dua kali namun saksi tidak tahu apa pembicaraan dalam pertemuan itu Bahwa saksi pernah menjadi caddy pak Sudibyo di Modern Land sejak tahun 2005 dan sering diberikan uang oleh pak Dibyo sekitar 500 ribu rupiah setiap jadi caddynya Bahwa tim kejaksaan yang sering bermain di Modern Land selain pak Dibyo adalah pak Nurahma, pak Darmoko, pak Rusal Bahwa saksi menikah dengan almarhum sekitar bulan Januari 2007 Bahwa saksi pernah mempunyai pacar yang bernama Abdul Sirri sekitar tahun 2005 Bahwa saksi pernah melakukan aborsi dengan suami saksi di Raden Saleh
Bahwa suami saksi hanya kadang-kadang saja menginap di rumah saksi, seringnya di rumah istrinya di Banjar Wijaya Bahwa saksi mengetahui kalau suaminya mempunyai satu istri lainnya yang bernama Irawati Bahwa saksi pernah meminta cerai dengan almarhum sebanyak dua kali, pertama sekitar bulan Desember tahun 2008 dan kedua akhir Pebruari 2009 karena saksi merasa sudah tidak cocok lagi Bahwa saksi pernah mendengar suaminya mengatakan kalau ia sedang diperiksa oleh BPKP karena ada masalah di kantornya yaitu rugi dari 6 milyar menjadi 11 milyar. Bahwa saksi pernah mendengar suaminya marah kepada Yurisman, staff di RNI Bahwa saksi pernah menelpon Terdakwa sebanyak kurang lebih dua kali namun tidak diangkat oleh Terdakwa, selanjutnya saksi meng-sms Terdakwa. Bahwa saksi pernah meminta nomor telepon Terdakwa kepada pak Ishak Bahwa saksi pada saat bertemu dengan Terdakwa di hotel Grand Mahakam, saksi berbohong kepada suami saksi dengan mengatakan sedang di rumah teman namanya Puji. Bahwa saksi berbohong kepada suami karena suami saksi itu pertanyaannya panjang, dan saksi berniat untuk menceritakan kepada suami saksi kalau memang saksi tidak ada kepentingan apa-apa, hanya datang ketemu Pak Antasari untuk meminta Pak Antasari main lagi di Modern Land. Bahwa saksi pernah menjelaskan kepada suami saksi kalau pertemuan yang pertama tidak ada terjadi apa-apa di antara saksi dengan Pak Antasari. Bahwa saksi pernah diminta oleh suami saksi untuk menghubungi Terdakwa, kata beliau, Mah, tolong kamu hubungi Pak Antasari lagi untuk minta ketemu. Terus saksi bilang, ngapain, nanti aku bilang apa? Ya kamu bilang aja kalau kamu punya Saudara yang kerja di BUMN, SK-nya sudah di turun.. sudah turun tapi belum dilantik. Bahwa ketika dalam taksi menuju hotel Grand Mahakam, saksi diminta untuk meng on kan hpnya jangan dimatikan. Bahwa ketika dalam kamar hotel, saksi sudah duduk di sofa, ,lalu ada telepon masuk, lalu saksi angkat, lalu suami saksi bilang jangan dimatikan handphone. Bahwa menurut saksi, suami saksi mengatakan kalau nanti saya telepon, kamu bilang di rumah teman..lalu dia bilang ya sudah HP jangan dimatikan, taro di tas.
Bahwa kalimat bilang di rumah teman adalah kode dari suami saksi, dan saksi tidak menanyakan lebih lanjut karena itu perintah dari suami saksi. Bahwa ketika suami saksi masuk dalam kamar dan marah-marah, Saksi tidak tahu jalan pikiran suami saksi seperti apa, saksi hanya bengong saja. Bahwa saksi juga di tampar oleh suami saksi dan saksi menangis Bahwa saksi setelah keluar dari kamar hotel bersama suami saksi hanya diam-diam saja sampai dengan saksi menuju ke blok M Mall. Bahwa saksi mengatakan ketika melakukan hand job hanya bingung dan takut. Bahwa saksi disuruh menghidupkan telepon adalah untuk memonitor pembicaraan. Bahwa saksi didatangi oleh 5 orang polisi dan dibawa ke Polres Tangerang tanpa ada surat panggilan. Bahwa saksi dibawa oleh polisi dengan meminta izin kepada orang tua saksi. Bahwa saksi diperiksa di kantor polisi sebagai istri siri korban Bahwa Saksi selama pemeriksaan selalu diantar oleh Polisi dan diawasi oleh polisi Bahwa saksi selain diperiksa di kantor polisi juga diperiksa di Apartemen Mediterania Kemayoran lantai 28 Bahwa menurut saksi yang menyediakan apartemen tempat saksi tinggal adalah saudara Jarono Bahwa saksi mengakui Jarono adalah seorang anggota Polisi. Bahwa saksi diperiksa di apartemen Mediterania sebanyak tiga kali Bahwa saksi diperiksa oleh polisi laki-laki tidak ada polwan Bahwa yang pernah datang ke apartemen memeriksa saksi selain polisi Polda juga dari Mabes Bahwa saksi juga pernah diperiksa di rumah makan Sari Kuring dan di hotel BI Ancol. Di Hotel BI saksi pernah di temui oleh orang Mabes namanya pak Didik. Bahwa saksi berangkat dari apartemen bersama orang Polda menuju hotel di Ancol, disana sudah menunggu orang dari Mabes
Bahwa saksi pernah membuat surat permohonan perlindungan kepada Kepolisian secara resmi dan tertulis, pada saat itu kepada kepala Kasat, pak Niko Bahwa saksi menikah sirri dengan korban di depan amil, disaksikan orang tua, tidak ada buku nikah. Bahwa saksi ketika berada dalam kamar tidak melihat ada tempat tidur Bahwa saksi ketika masuk kamar pintu tidak terkunci, lalu saksi duduk di sofa Bahwa saksi melihat Terdakwa sedang membuat kopi Bahwa saksi pernah jalan bersama saudara Aan dan pernah diberikan handpone. Bahwa saksi pernah ke karaoke bersama Aan tanpa sepengetahuan korban Bahwa korban pada awalnya marah-marah ketika saksi tahu pergi ke tempat karaoke tapi setelah dijelaskan hubungannya ia tidak marah lagi, malah saya follow up menjadi member . Bahwa saksi ketika di apartemen dijaga sama polisi namanya Syuaib, Dominggus. Mereka tidur dikamar lain. Ada 2 kamar di apartemen
Saksi Chairul Anwar pada sidang tanggal 10 November 2009, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut: Bahwa photo Nasrudin dan Rani diambil sekretarisnya pak Sigid (sdr Yudi) dari mobil pak Antasari Azhar pada saat pertemuan dirumah pak Sigid dengan Terdakwa Bahwa saksi diperiksa di Polda Metro jaya sebagai saksi atas peristiwa penembakan di Tangerang Bahwa saksi pernah dihubungi Sigid melalui telpon genggam meminta bertemu dirumahnya, kemudian saksi datang sudah ada pak Antasari Azhar disana, kemudian pak Antasari Azhar minta tolong untuk melakukan penyelidikan dan saksi menjawab saksi tidak bisa melaksanakan karena saksi mempunyai tanggung jawab wilayah kecuali ada perintah dari pimpinan saksi Bahwa saksi pada saat itu mendengar pak Antasari Azhar menelpon pak Kapolri, beliau bercerita, lagi ada masalah pribadi dan mohon bantuan melakukan penyelidikan dan agar
tugas tersebut dapat dilaksanakan saksi, setelah itu pak Antasari Azhar menyampaikan pada saksi nanti saksi akan dihubungi bapak Kapolri Bahwa dalam melakukan penyelidikan terhadap teror yang didapat pak Antasari Azhar karena sudah dapat perintah dari bapak Kapolri untuk melakukan penyidikan Bahwa pada tanggal 4 Januari mendapat telpon dari pak Suhardi Alius agar menghadap Wakapolri, kemudian saksi menghadap bersama kompol Iwan dan M Joni (anggota team) pada saat menghadap mendapat arahan yang intinya dalam melakukan penyelidikan harus sesuai dengan prosedur, objektif dan tidak boleh melakukan rekayasa Bahwa perintah dari pak Kapolri secara lisan untuk melakukan penyelidikan, kemudian yang membuat surat perintah penyidikan dan membentuk team saksi sendiri dan ketua ketua team saksi sendiri Bahwa target yang dituju dalam melakukan penyidikan adalah tentang Identitas dan profile si peneror Bahwa proses penyidikan dilakukan selama tiga minggu dan setelah itu saksi dan team membuat laporan hasil kerja yang diserahkan kepada pak Suhardi Alius yang akan disampaikan kepada bapak Kapolri Bahwa laporan hasil kerja itu berupa data, identitas dan photo si peneror Bahwa photo yang didapat itu adalah photo dari saudara Nasrudin dan Rani Bahwa laporan tidak ada yang diberikan kepada pak Antasari karena yang selalu minta laporan adalah pak Sigid, karena dia mengaku sebagai keluarga pak Antasari Azhar dan penyerahan laporan itu dirumah saudara Sigid di jalan Patiunus Bahwa untuk menghubungi pak Antasari Azhar saksi tidak punya akses dan pernah satu kali mencoba menelpon pak Antasari Azhar tapi tidak bisa karena tidak sembarangan orang yang bisa menghubunginya Bahwa yang aktif untuk meminta laporan dan komunikasi dengan saksi adalah pak Sigid dan beliaulah yang mengatur semua setiap pertemuan-pertemuan dirumahnya Bahwa akhir Desember 2008 bertemu pak Antasari Azhar dirumah Sigid dan itu merupakan pertemuan pertama dan disitu membicarakan adanya teror dan ancaman yang diterima pak Antasari Azhar yang terkait dengan kejadian di hotel Grand Mahakam Bahwa untuk pertemuan kedua yang mengatur saudara Sigid lagi di rumanya di jalan Patiunus Bahwa penyelidikan dilakukan sejak tanggal 9 januari sampai 23 januari sekitar 3 mingguan
Bahwa waktu penggerebekan di Kendari saksi tidak ikut karena keluar dari wilayahnya dan saksi meminta bantuan pada kepolisian Sulawesi Selatan untuk melakukan penggrebekan tapi pada saat itu saksi ada di Kendari untuk melihat laporan hasil penggerebekan untuk dilaporkan Bahwa pertemuan ke tiga tetap sama di rumah Sigid setelah dari Kendari dan membicarakan laporan hasilnya dari Kendari bahwa tidak ditemukan tindakan Nasrudin Zulkarnaen yang membahayakan dan saksi mengatakan tim sudah maksimal, di Kendari Nasrudin Zulkarnaen tidak terbukti menggunakan narkoba dan tugas saksi selesai Bahwa saksi setiap hari memberikan laporan secara lisan ke Koosprin Suhardi Alius untuk dilaporkan ke bapak Kapolri Bahwa waktu terjadi penembakan saksi sudah tidak ada komunikasi lagi dengan pak Sigid karena sebelumnya tugas kami sudah selesai untuk mencari identits peneror, alamat dan photo si peneror Bahwa berdasarkan cerita pak Antasari saudara Nasruddin pernah meminta proyek di Kendari pada pak Antasari Azhar dan kalau tidak dibantu dia mengancam akan mempublikasikan kejadian di hotel Grand Mahakam ke media Bahwa tugas atau perintah dari bapak Kapolri tidak ada yang spesifik Bahwa data awal diperoleh identitas alamat rumah, no Hp, dari pak Antasari pada pertemuan awal dirumah Sigid Bahwa pak Antasari menelpon bapak Kapolri dulu baru dimulainya penyidikan Bahwa karena bapak Antasari sebagai ketua KPK dan pejabat tinggi Negara makanya kami memberikan perhatian lebih padanya yang mendapat teror Bahwa dari hasil laporan penyidikan di Kendari kami laporkan ke pak Antasari Azhar dan beliau tidak ada komentar kemudian saksi menyarankan pada pak Antasari Azhar untuk membuat laporan, setelah itu saksi menyampaikan tugas tim selesai. Bahwa pernah ada cerita dari pak Antasari Azhar, Nasrudin minta uang 2 juta setengah untuk ibunya yang sakit kepada Antasari Azhar setelah kejadian di hotel Grand Mahakam lalu pak Antasari memberikannya. Bahwa bapak Kapolri tidak pernah memerintahkan orang lain selain team yang saksi bentuk untuk melakukan penyidikan terhadap teror kepada pak Antasari Azhar Bahwa setelah mendapatkan photo dari Helmi Santika, photo tersebut lalu diserahkan kepada Pinora sebagai file
Bahwa Sigid yang minta photo, data, kegiatan hasil penyidikan untuk diemail dan yang kedua Sigid meminta agar data diantar langsung kerumahnya dan diantar oleh M. Joni Bahwa yang selalu memfasilitasi pertemuan saksi dengan pak Antasari Azhar adalah saudara Sigid Bahwa pak Antasari Azhar tidak menyimpan photo korban yang dari hasil penyelidikan Bahwa Saksi tidak mengetahui hubungan Kombes Suhardi Alius dengan Sigid Bahwa tidak ada biaya operasional dalam melakukan penyelidikan karena semua sudah merupakan tugas dan tanggung jawab Negara Bahwa setiap hasil penyidikan selalu dilaporkan ke pak Suhardi Alius baik secara lisan maupun secara tertulis dan beliau yang melaporkan ke bapak Kapolri Bahwa sejalan dengan itu pak Antasari Azhar dan Nasrudin masih mempunyai hubungan baik telpon. Bahwa Saksi menduga Sigid tidak pernah melakukan komunikasi dengan team lain selain saksi Bahwa antara pak Antasari Azhar dan Sigid selama pertemuan tidak ada pembicaraan Antasari Azhar masalah penabrakan mobil dan perampokan terhadap pak Nasrudin Bahwa memang tidak pernah ada perintah dari pak Antasari Azhar untuk menyerahkan semua laporan ke pak Sigid
Tanggapan Terdakwa: Pak ANTASARI AZHAR ditelpon SHW katanya ada kombes Chairul ingin ketemu dan kombes Chairul ditelpon SHW yang pak ANTASARI AZHAR ingin ketemu Pertemuan dengan Chairul anwar sebelum bertemu bapak Kapolri
8. Saksi Helmi Santika pada sidang tanggal 10 November 2009 di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa tugas saksi sebagai ketua team adalah sebagai profiling terhadap seseorang yang telah diduga melakukan teror terhadap ketua KPK Antasari Azhar.
Bahwa kenapa saksi diminta pak Chairul Anwar membantunya karena setelah penyelidikan dilakukan, sebelumnya diperoleh informasi bahwa Nasrudin memiliki adik bernama Helmi Santika yang berdinas di polda Metro jaya Bahwa Saksi mengenal Nasrudin sejak kecil tapi pisah sewaktu saksi pindah ke Jakarta Bahwa Saksi berkaitan dengan tugasnya di atas saksi diberikan tugas untuk mendapatkan photo atau gambar Nasrudin Bahwa Saksi pernah beberapa kali menelpon almarhum dan akhirnya saksi dapat berbicara dengan beliau dan saksi katakan ingin ketemu karena sudah lama tidak bertemu dan ingin ngobrol-ngobrol, kemudian beliau menyampaikan untuk datang ke kantornya di Kuningan Bahwa keesokan hari saksi datang sekitar pukul 11 siang saksi bertemu dengannya dikantornya, lalu setelah makan siang saksi minta untuk berphoto bersama menggunakan HP BB Bold milik saksi Bahwa Saksi setelah mendapatkan photo nasrudin tugasnya selesai Bahwa Saksi sudah mendapat cerita tentang ada ancaman terhadap ketua KPK dan pelaku diduga Nasrudin dari hasil penyidikan team Chairul Anwar sebelumnya Bahwa Saksi pada kasus Antasari Azhar akan ikut team, pak Chairul Anwar bertanya pada saksi apakah saksi kenal dengan Nasrudin dan saksi katakan kenal Bahwa setelah mendapatkan photo Nasrudin lalu saksi serahkan photo tersebut kepada team setelah itu tugas saksi selesai Bahwa Saksi pernah mengikuti pertemuan team dirumah Sigid satu kali bersama sama team yang terdiri dari Chairul Anwar, Ponora, M.Joni, Iwan Kurniawan di jalan Patiunus, pada saat itu kita masuk satu persatu keruangan pak Sigid dan di dalam sudah ada pak Antasari Azhar Bahwa Saksi sewaktu bertemu pak Antasari Azhar dirumah pak Sigid tidak ada perintah apa-apa dari beliau, Bahwa tujuan dari team adalah untuk mencari tindak pidana dari si peneror Bahwa Saksi mengetahui no Hp, dan nama Nasrudin setelah diajak pak Chairul Anwar bergabung dengan team untuk melakukan penyelidikan terhadap peneror pak Antasari Azhar Bahwa yang aktif berbicara pada Antasari Azhar ketika bertemu di jalan Patiunus adalah pak Sigid
Bahwa pertemuan dengan pak Antasari Azhar di rumah Sigid, pak Antasari Azhar itu beliau hanya menanyakan sejauh mana saksi mengenal Nasrudin. Bahwa Saksi menyerahkan photo kepada pak Pionora berupa “chip” bukan berupa photo yang sudah jadi gambar Bahwa Saksi tidak mengetahui masalah photo Rani dan alamat rumah Nasrudin Bahwa Saksi hanya mengetahui pak Antasari Azhar mendapat teror tapi tidak tau terornya berupa apa Bahwa Saksi setelah mendapat kabar dari Chairul Anwar untuk bergabung dengan team saksi melaporkan dahulu kepada pimpinan pada tanggal 13 Januari secara tertulis minta izin untuk membantu team pak Cahirul Anwar untuk menyelidiki teror yang menimpa pak Antasari Azhar. Pimpinan saksi adalah Nico Afinta (Kasat Jatanras III) kemudian pimpinan mengizinkan untuk bergabung dengan team pak Chairul Anwar Bahwa Saksi bergabung dalam team yang dibentuk pak Chairul Anwar tidak ada surat perintah atau yang berupa SK dari pimpinan, hanya secara lisan Bahwa Saksi tidak mengikuti pertemuan pada kasus Antasari untuk perumusan dalam melakukan penyelidikan Bahwa Saksi mengetahui bahwa pak Nico salah satu penyidik pak Antasari Azhar dalam kasus ini Bahwa pertemuan pertama kali dengan Sigid adalah di Coffe Shop hotel Manhatan, Jakarta Selatan, pada saat itu membicarakan masalah penyelidikan terhadap si peneror pak Antasari Azhar, kemudian setelah kita ngobrol-ngobrol baru pak Sigid datang yang menceritakan masalah yang sedang dialami pak Antasari Azhar
9. Saksi Williardi Wizard, pada sidang tanggal 10 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa Saksi kenal dengan Terdakwa tidak punya hubungan saudara Bahwa Saksi pada saat itu diBAP tidak didampingi oleh penasehat hukum Bahwa Saksi kenal dengan Terdakwa karena dikenalkan oleh saudara Sigid Haryo Wibisono Bahwa Saksi sudah lama mengenal Sigid tetapi belum pernah ketemu sebelumnya hanya mendengar namanya saja
Bahwa Saksi pada bulan januari dihubungi oleh Agus staff pak Sigid dan beliau meminta saksi untuk datang ke Kerinci kantornya pak Sigid karena beliau ingin mengenalkan saksi dengan bosnya Sigid. Pada saat itu saksi sudah tugas di Mabes polri Bahwa Saksi dikantor pak Sigid hanya setengah jam, dan pertemuan itu hanya ngobrol biasa seputar pekerjaan saksi dan beliau menanyakan sekarang saksi tugas dimana dan saksi menjawab di Mabes, selain itu cerita-cerita masalah pengalaman-pengalaman kerja (pertengahan Januari 2009) Bahwa Saksi kontak lagi sekitar awal Pebruari di Patiunus rumah Sigid, pembicaraan biasa masalah pengalaman kerja dan masalah saksi pernah tugas dimana saja. Bahwa Saksi sebelumnya tidak mengetahui pak Sigid kenal dengan pak Kapolri dan pimpinan KPK Bahwa Saksi pada saat dikenalkan ke pak Antasari Azhar, hanya ngobrol biasa saja selama setengah jam, obrolan pada saat itu hanya seputar masalah pengalaman tugas. Bahwa Saksi pada saat pertemuan mendengar pak Sigid mendapat telpon dari Helmi Santika dan beliau bicara “bagai mana sasaran kita sedang apa dan dimana” Lalu saksi bertanya sasaran apa, dijawab oleh Sigid ada tugas untuk menyelidiki seseorang dari Kapolri dan sudah dibentuk team yang dipimpin oleh kombes Chairul Anwar, Kapolres Jakarta Selatan Bahwa pada hari Minggu pak Sigid menelpon untuk kerumah pak Antasari kemudian saksi jawab saksi tidak mengetahui alamat rumahnya pak Antasari Azhar, lalu Sigid mengatakan ke kantornya saja di jalan Kerinci nanti diantar oleh Yudi Bahwa pak Sigid mengatakan ada tugas Negara yaitu mengawasi seseorang yang ada hubungannya dengan KPK dan Kepolisian, yang berkaitan dengan KPK kasus korupsi dan Kepolisian adalah kasus narkoba kata beliau. Bahwa Saksi dalam hal ini tidak punya kepentingan apapun hanya untuk membantu teman dan tidak ada janji untuk promosi jabatan Bahwa Pak Sigid minta kepada saksi untuk dicarikan orang di luar anggota Polri yang bisa mengikuti orang yang gambarnya ada didalam amplop coklat secara terus menerus selama 24 jam Bahwa Saksi setelah mendapatkan orang yang diminta pak Sigid untuk melakukan pengintaian selama 24 jam, saksi menghubungi beliau dan mempertemukannya kemudian orang itu meminta pada saksi biaya operasional untuk melakukan pengintaian tersebut, kemudian saksi sampaikan kepada pak Sigid bahwa anak-anak minta uang operasional dan beliau langsung memberikan uang 500 juta rupiah kepada saksi sebagai operasional untuk menyelidiki seseorang itu
Bahwa Saksi mencari informan untuk menyelidiki terhadap seseorang yang telah dikoordinir Sigid Bahwa pak Sigid pada saat itu menyuruh saksi mencari informan di rumah beliau dan hanya kami berdua Bahwa Saksi mencari informan melalui Jery Hermawan dan pada saat itu bertemu Jerry, saksi mengatakan kepada beliau bahwa ada tugas mencari informan, setelah itu akhirnya dikenalkanlah Edo kepada saksi oleh Jerry di bowling Ancol,saat itu pada bulan Februari. Bahwa Saksi setelah bertemu dengan Edo, saksi mengatakan kepada beliau ada tugas untuk mengikuti seseorang dan gerak-geriknya kalau ada yang mencurigakan laporkan, pada saat itu tidak membicarakan dana Bahwa setelah dua hari Edo menghubungi saksi dan mengatakan team sudah siap untuk melakukan pengintaian kemudian saksi mengatakan ke kantor saksi saja di Mabes kalo mau ketemu Bahwa Saksi meminta ketegasan masalah tugas dan saksi menjelaskan tugas ini hanya mengikuti seseorang dan mengawasi gerak-geriknya dan laporkan setiap saat Bahwa target yang siap diikuti dan diawasi tidak jelas dan tidak tau karena cuma ada amplop coklat dari Sigid dan isinya tidak tahu karena tidak pernah saksi buka Bahwa Saksi tahu target Nasrudin setelah saksi ditangkap Bahwa setiap ada laporan Edo ke saksi, saksi selalu melaporkan lagi ke pak Sigid kemudian Sigid melapor lagi ke team sekitar bulan Februari Bahwa uang operasional sebesar Rp 500 juta diterima dari pak Sigid setelah team Edo sudah siap dan uang tersebut diterima di kantor Sigid di jalan Kerinci Bahwa Saksi setelah terima uang dari Sigid, saksi langsung menelpon Edo untuk bertemu di Citos karena kebetulan saksi mau pulang ke Tangerang lewat jalan belakang Bahwa pada saat pertemuan itu Edo ditemani supirnya Bahwa ketika di Citos, saksi keluar dari mobil dan masuk ke mobil Edo dan kami ingin ngopi-ngopi di daerah Kemang, tapi karena sudah tutup caffe yang kita maksud akhirnya kami pisah dan saksi kembali kemobil. Bahwa Saksi dengan Terdakwa tidak pernah membicarakan masalah pencarian informan untuk melakukan pengintaian karena semua laporan ke pak Sigid Bahwa semua uang sebesar Rp 500 juta diserahkan langsung ke Edo
Bahwa uang 500 juta rupiah tersebut tidak ada perjanjian apa-apa dengan pak Sigid, semua itu hanya untuk operasional saja Bahwa Saksi mengetahui kejadian penembakan di Moderland dari TV, tapi saksi merasa biasa saja karena tidak tahu kalau Nasrudin adalah target yang dimaksud selama ini yang diintai dan diawasi oleh Edo setelah kejadian tidak ada lagi dengan Pak Sigid Bahwa Saksi pernah menghubungi Kombes Arif, sekretaris pribadi Kapolri untuk menanyakan masalah kasus pak Antasari Azhar ini benar atau tidaknya, lalu beliau mengatakan memang ada, jadi mohon dibantu Bahwa yang mengundang datang untuk bertemu bertiga adalah pak Sigid dan yang datang duluan pak Antasari Azhar, disana Terdakwa tidak pernah cerita tentang masalahnya dengan Nasrudin Bahwa dari awal percakapan sampai akhir bertiga terus, pak Sigid tidak pernah meninggalkan saksi dan pak Antasari Azhar ngobrol berdua. Bahwa Saksi hanya kurang lebih 10 menit ngobrol dirumah Sigid pada pertemuan pertama Bahwa Saksi tidak pernah ada ucapan siap mengamankan kepada pak Antasari Azhar pada saat pertemuan Bahwa saksi menerima amplop coklat dari pak Sigid pada pertemuan pertama Bahwa pada pertemuan ketiga tidak ada penyerahan amplop Bahwa setelah tiga minggu bertemu, Edo baru meminta uang operasional ke Sigid Bahwa tidak ada jaminan cek untuk uang 500 juta rupiah yang diberikan pak Sigid ke saksi sebagai uang operasional anak-anak untuk melakukan pengintaian Bahwa uang yang diserahkan ke Edo sebesar 500 juta rupiah tidak ada pertanggung jawaban untuk apa uang tersebut Bahwa benar saudara Edo pernah ke kantorya dijemput supir saksi untuk membicarakan masalah orang yang akan diikuti dan diintai dalam waktu 24 jam tersebut Bahwa saksi tidak pernah ada telpon dari Sigid setelah terjadi peristiwa di Tangerang Bahwa Saksi Sigid mengatakan team yang dibentuk Kapolri kerjanya lamban dan ahirnya Sigid meminta saksi untuk mencari informan untuk mengawasi dan mengintai korban dalam waktu 24 jam
Bahwa tugas mengikuti orang itu tidak resmi didapatkannya Bahwa pencarian informan itu atas permintaan Sigid untuk bergabung dengan team Mabes Polri Bahwa permintaan Sigid kepada informan yang saksi cari adalah untuk mengawasi korban dan melaporkan kalau ada tindak pidana supaya bisa dilaporkan ke team biar mereka yang bergerak Bahwa Hp saksi dua buah telah disita oleh penyidik yang bermerek Nokia dan Esia Bahwa uang 500 juta rupiah tidak untuk membunuh hanya untuk mengawasi gerak-gerik orang yang dimaksud dalam amplop Choklat Bahwa Saksi bertemu Terdakwa hanya dua kali dan yang aktif dalam komunikasi adalah pak Sigid, dalam pertemuan saksi dengan pak Antasari Azhar tidak pernah beliau cerita tentang masalahnya dengan Nasrudin kita hanya ngobrol biasa masalah pengalaman kerja Bahwa BAP yang diakui kebenarannya hanya yang tanggal 29 April 2009 karena selain itu semua BAP nya isinya adalah Kebohongan Bahwa saksi pada BAP tanggal 30 April yang menyebut nama pak Antasari Azhar karena telah dikondisikan dan diintimidasi oleh pejabat petinggi Polri Bahwa dalam BAP saksi tanggal 30 April 2009 tersebut munculnya nama Pak Antasari Azhar setelah didatangi oleh WAKABARESKRIM Mabes Polri HADIATMOKO, Dir reskrim Polda Metro Jaya KOMBES Pol. M. Iriawan, serta Wadir reskrim,dan kasat I dan III jatanras Polda Metro Jaya, mereka bilang ikuti saja semuanya karena sasaran kita hanya pak Antasari Azhar. Bahwa saksi pada saat pertemuan dengan Wakabareskrim dan Dir.reskrim mereka mengkondisikan BAP saksi untuk menjerat pak Antasari Azhar, dan mengiming-imingi saksi bahwa saksi tidak akan ditahan dan dan akan dijamin oleh pimpinan Polri, saksi hanya dikenakan disipliner saja. dan kepada istri saksi juga beliau mengatakan tenang saja, suami kamu aman tidak akan ditahan. Bahwa pada saat pembuatan BAP diminta Dir.reskrim kombes pol Iriawan untuk menyamakan BAP dengan BAP punya pak Sigid Hadi Wibisono Bahwa kemudian BAP nya ditayangkan di televisi swasta yang menyatakan keterlibatannya, karena BAP tersebut akhirnya membuat ibu saksi sakit dan anak – anak saksi tidak mau sekolah dan saksi ditahan Bahwa dalam BAP yang menyebutkan saksi kemudian menghubungi Dir.reskrimum melalui pesan singkat (SMS)yang isinya “mana janjimu tolong diklarifikasi aku tak
sebejat itu “, saksi memperotes isi BAP tersebut karena saksi tidak pernah memberikan keterangan seperti itu dan itu faktanya Bahwa setelah itu saksi ingin mencabut BAP saksi tentang Rekayasa yang sudah dibuat itu, lalu saksi dicaci maki oleh petinggi Polri dengan mengatakan penghianat dan katakata yang tidak sewajarnya Bahwa pada jam 1 (satu) malam dibangunkan oleh wakabareskrim dan saksi disuruh membuat apa saja keterangan yang bisa menjerat pak Antasari Azhar Bahwa penyidik mengatakan kepada saksi kalau hanya berdasarkan BAP tanggal 29 April mana bisa menjerat pak Antasari Azhar Bahwa pertemuan dengan pak Antasari Azhar dirumah Sigid tidak ada kata-kata untuk menghabisi nyawa orang lain karena bisa dibuktikan dilihat dirumah pak Sigid ada alat perekam dan CCTV Bahwa pada saat rekonstruksi, amplop coklat diberikan oleh Sigid kemudian penyidik minta tolong seakan-akan itu pak Antasari Azhar yang menyerahkan padahal pada kenyataannya tidak seperti itu Bahwa Saksi mengetahui Nasrudin terbunuh pada saat sudah ditahan, Wakabareskrim Hadiatmoko pada awalnya mengajak saksi ngopi-ngopi di bareskrim lalu ditanya kenal pak Antasari Azhar? kenal Sigid, kenal Jerry, dan beliau bertanya lagi kenal Edo? Lalu saksi jawab kenal dan beliau bertanya lagi apa kamu pernah diberi uang 500 juta rupiah oleh pak Sigid? saksi menjawab ya karena saksi memang tidak mengetahui bahwa penembakan Nasrudin ada hubungannya dengan pertanyaan itu Bahwa Saksi tidak pernah diperintahkan mencari orang untuk membunuh Nasrudin hanya diminta untuk mencari informan untuk mengawasi seseorang Bahwa pernyataannya di Sinar Harapan yang menyebutkan bahwa otak dari semuanya Herman Supanji Tidak benar Bahwa Saksi tidak mengetahui kenapa pak Antasari Azhar yang dijadikan target Bahwa selama pemeriksaan, saksi mendapat tekanan dari Wakabareskrim pak Hadiatmoko dan kombes Pol Iriawan dalam peroses pemeriksaan Bahwa saksi sewaktu rekonstruksi tidak didampingi penasehat hukum Bahwa Saksi waktu diperiksa BAP sebagai tersangka, BAP dikasih penyidik setelah berkas dinyatakan P21 oleh Kejaksaan Bahwa Saksi pada saat pertemuan pertama dengan Sigid, beliau memperlihatkan kepada saksi nama-nama team yang dibentuk dan disebutkan tugas atas nama Negara
Bahwa BAP yang sebenarnya adalah tanggal 29 April karena BAP yang tanggal 30 April dibuat setelah didatangi pejabat petinggi Polri Bahwa saksi membenarkan pernah mengirimin surat ke KOMNAS HAM terkait masalah pemeriksaanya
10. Saksi H JA Pinora SIK, pada sidang tanggal 10 November 2009, dibawah sumpah saksi menerangkan sebagai berikut :
Bahwa Saksi kenal dengan Terdakwa dan tidak ada hubungan keluarga Bahwa Saksi mendapat telpon dari Kabaintelkam Polri agar saksi membantu pak Cahirul Anwar untuk melaksanakan tugas khusus dari bapak Kapolri setelah itu saksi menghubungi pak Chairul Anwar kemudian beliau menjelaskan pada saksi bahwa ada orang yang melakukan teror kepada ketua KPK Bahwa setelah itu saksi mengadakan pertemuan di Hotel Manhatan, kemudian pak Sigid datang sendiri selanjutnya saksi diperkenalkan kepada saudara Sigid Haryo Wibisono Bahwa dalam penyidikan telah berhasil diketahui identitas orang yang melakukan teror terhadap ketua KPK Bahwa team diketuai oleh pak Chairul Anwar Bahwa tugas saksi dalam team sebagai administrasi, mengumpulkan hasil data lapangan yang berupa photo Nasrudin dan Rani Juliani, alamat rumah dan identitas peneror Bahwa hasil photo yang didapat dari Helmi Santika lalu dikirim melalui email:
[email protected] kepada pak Sigid melalui email:
[email protected]. atas perintah dari pak Chairul Anwar Bahwa Saksi pernah bertemu dengan pak Sigid sebanyak dua kali bersama semua team, yang pertama bertemu di hotel Manhattan dan yang kedua bertemu dirumah Sigid di jalan Patiunus juga bersama Terdakwa Bahwa pertemuan pertama di hotel Manhattan yang dibicarakan hanya perkenalan saja dan masalah yang sedang menimpa pak Antasari Azhar pada saat itu pak Sigid datang belakangan dari team Bahwa pada pertemuan kedua dilakukan dirumah pak Sigid di jalan Patiunus yang menyampaikan laporan hasil kerja team
Bahwa teror yang diterima pak Antasari Azhar tidak dijelaskan oleh ketua team secara detail Bahwa hasil penyidikan photo yang didapat pertama kali dari pak Helmi yaitu berupa soft cofy Bahwa kami ditugaskan untuk mengungkap siapa jati diri si peneror pak Antasari Azhar Bahwa hasil dari penyidikan itu berupa photo-photo Nasrudin dan Rani setelah itu saksi buat laporan kepada ketua team Bahwa penyidikan dilakukan sesuai dengan perintah ketua team, tidak ada arahan dari ketua apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, semua yang dilakukan harus sesuai perintah yang telah diberikan Bahwa pada saat rapat team dirumah Sigid saksi ikut dan disana juga ada Terdakwa Bahwa tidak ada perintah dari pak Antasari Azhar untuk melakukan penabrakan terhadap mobil Nasrudin Bahwa rencana penyidikan semua secara lisan dan tidak secara tertulis Bahwa setelah masa tugas kami berahir tidak ada lagi kontak dengan Sigid Bahwa laporan hasil penyelidikan yang kita buat ditanda tangani oleh pak Chairul Anwar bertemu dengan Pak Sigid karena ditelpon oleh Kabaintelkam untuk ketemu pak Chairul tanggal 4 januari 2009
11. Saksi M. Joni pada sidang tanggal 10 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa Saksi kenal dengan Terdakwa dan tidak ada hubungan keluarga Bahwa Saksi tugas di Satreskrim Polres Jaksel Bahwa penugasan saksi masuk salah satu team sebagai penyidik ada Surat perintah dari pimpinan Bahwa tugas saksi mengumpulkan data-data yang meneror ketua KPK Bahwa data yang dikumpulkan adalah alamat tempat rumah dan photo Nasrudin Zulkarnaen dan Rani
Bahwa semua hasil itu diserahkan kepada ketua team pak Chairul Anwar Bahwa saksi yang mengantar photo Nasrudin dan Rani ke rumah pak Sigid dan beliau tidak ada lalu diserahkan kepada staffnya Yudi Bahwa dalam proses penyelidikan kami melaporkan kepada Ketua team kemudian Ketua team melaporkan kepak Suhardi Alius untuk dilaporkan lagi kepada pak Kapolri Bahwa pertemuan di Manhattan seluruh team hadir, yang dibicarakan masalah pak Antasari Azhar yang diteror Nasrudin Zulkarnaen untuk dilakukan penyelidikan, dan masalah strategi, dan pada saat itu itu Sigid datang belakangan Bahwa pembicaraan itu sekitar 45 menit Bahwa pada saat membicarakan strategi dalam masalah peneror pak Antasari Azhar, keberadaan Sigid tidak mengganggu team karena pak Sigid mengaku sebagai saudara dari pak Antasari Azhar. Bahwa Saksi pernah datang kerumah pak Sigid dan ketemu Terdakwa, pada pertemuan itu Terdakwa tidak pernah memerintahkan untuk menabrak mobil korban dan melakukan tindak pidana lainnya Bahwa Saksi pada saat pertemuan terakhir dengan Terdakwa pada saat menyampaikan hasil laporan terakhir dari Kendari dan saat itu raut muka Terdakwa biasa-biasa saja.
12. Saksi M. Agus dalam persidangan tanggal 12 November 2009 dibawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut : Bahwa saksi tidak kenal dengan Terdakwa Bahwa saksi mengenal Williardi Bahwa saksi bekerja diharian Merdeka sebagai Direktur Pengembangan Bahwa saksi bekerja di Suara Merdeka atas rekomendasi dari saudara Boni teman saksi Bahwa saksi mulai bekerja sekitar akhir tahun 2008 Bahwa saksi pernah mengenalkan Williardi Wizar dengan Sigid Haryo Wibisono sekitar bulan Januari akhir tahun 2009 Bahwa saksi yang menelpon pak Williardi untuk bertemu dengan pak Sigid
Bahwa alasan saksi ingin menemukan pak Williardi dengan Sigid karena saksi pernah ketemu Williardi dan beliau cerita baru selesai Sespati dan lagi menunggu jabatan, kemudia sepengetahuan saksi pak Sigid sudah banyak membantu polisi-polisi untuk mendapatkan jabatan, maka saksi berkeinginan mengenalkan beliau dengan pak Sigid Bahwa saksi pada pertemuan awal antara pak Sigid dengan Williardi hanya ngobrol biasa saja sekitar 15 menit karena pak Williardi lagi buru-buru ada acara Bahwa pak Williardi tidak pernah minta bantuan jabatan kepada pak Sigid Bahwa setelah pertemuan itu saksi bertemu lagi dengan pak Williardi sewaktu acara ulang tahun ibu pak Sigid di Semarang Bahwa saksi tidak pernah membicarakan masalah kerjaan untuk pak Williardi ke pak Sigid Bahwa saksi tidak pernah menceritakan polisi-polisi yang pernah dibantu pak Sigid untuk mendapat jabatan ke pak Williardi Bahwa saksi sudah biasa datang ke rumah Sigid dan tidak pernah melihat pak Antasari Azhar disana Bahwa dikantor yang di Ampera, di Kerinci dan di rumah pak Sigid ada polisi yang menjaga 24 jam secara aplusan dan bergantian Bahwa supir tetap pak Sigid adalah Arifin dan sekretaris pribadi pak Sigid yaitu Setyo Wahyudi Bahwa saksi setiap bertemu dengan pak Sigid beliau selalu lengkap dengan pengawalnya Bahwa saksi pada waktu ulang tahun ibunya Sigid, saksi melihat pak Williardi ngobrol dengan pak Sigid sekitar setengah jam Bahwa saksi datang ke acara ulang tahun ibu pak Sigid bersama dengan pak Williardi dan pada saat di perjalanan pak Williardi bilang sebenarnya saksi malas sekali datang katanya” waktu kerumah ibunya pak Sigid Bahwa saksi mengetahui pak Sigid selalu dijaga oleh kepolisian Bahwa memang ada kerja sama dengan KPK yang diurus oleh team Khusus Bahwa saksi tidak bisa menjelaskan secara spesifik kerjasama antara KPK dengan suara Merdeka ( Layanan Masyarakat) karena hanya dapat laporan saja dan dilaporkan kembali ke pak Sigid
Bahwa saksi pada saat memberikan keterangan merasa grogi Bahwa saksi dua kali di BAP oleh kepolisian Polda Metro Jaya Bahwa saksi diperiksa untuk memberikan keterangan untuk kesaksian pak Sigid pada tanggal 3 Mei 2009 dan yang kedua pada tanggal 22 juli 2009 juga masih untuk pak Sigid Bahwa saksi setelah selesai memberikan keterangan langsung pulang Bahwa saksi diperiksa oleh kepolisian tidak menggunakan surat panggilan hanya dipanggil melalui staff pak Sigid yang bernama Yudi dan mengatakan “pak diminta kepolda untuk memberikan keterangan” Bahwa saksi mengatakan untuk panggilan kedua juga melalui pak Yudi Bahwa saksi sewaktu pemeriksaan kedua di Polda saksi diminta dan diyakinkan polisi untuk crosscek masalah tanggal dan bulan karena tidak cocok dengan tanggal yang lain kata polisi Bahwa saksi pada pemeriksaan awal bulan Januari dan pada BAP yang kedua akhir januari karena diminta oleh penyidik kepolisian Bahwa saksi tidak pernah diperiksa untuk saksi pak Antasari Azhar
Terdakwa tidak mempunyai Keberatan dan Tanggapan
13. Saksi Endang Muhamad Hasan pada sidang tanggal 12 November 2009 Dibawah sumpah sebagai berikut : Bahwa saksi tidak kenal dengan Terdakwa Bahwa saksi yang menikahkan Rani dengan Nasrudin pada tanggal 17 juli 2007 yang dihadiri dari keluarga besar saksi (nikah siri) Bahwa saksi jarang ngobrol dengan almarhum Bahwa pada saat Nasrudin tertembak, Rani masih istri almarhum Bahwa saksi pada waktu pulang dari Kendari petengahan Januari almarhum pernah mengatakan kepada saksi “waduh pak sepertinya ada orang yang akan mencelakakan saya” lalu saksi bertanya siapa yang akan mencelakai kamu, almarhum jawab “pak Antasari Azhar”
Bahwa almarhum ingin ke anggota DPR untuk melaporkan pak Antasari terkait kejadian di Jakarta dan Rani akan jadi saksi Bahwa saksi tidak mengetahui kejadian di Jakarta yang dimaksud oleh almarhum Bahwa almarhum datang kerumahnya dua sampai tiga kali dalam seminggu Bahwa pasca tertembaknya Nasrudin, Rani tidak ke rumah sakit karena takut bertemu dengan istri Nasrudin Bahwa saksi pada hari Minggu tanggal 15 Maret, Rani didatangi polisi dari Polres Tangerang dan dibawa mereka untuk dimintai keterangan Bahwa saksi setiap datang kerumah almarhum selalu diantar supirnya Suparmin Bahwa saksi Nasrudin tidak pernah cerita kepada saksi masalah di Kendari Bahwa saksi Nasrudin maupun Rani tidak pernah bercerita masalah Rani kepergok di hotel Grand Mahakam. Bahwa saksi diperiksa polisi tanggal 15 Maret 2009 tidak ada surat panggilan Bahwa Rani dibawa polisi tanggal 15 Maret 2009 jam 10 pagi Bahwa saksi diperiksa untuk BAP dua kali yang pertama bersama Rani di polres Tangerang tanggal 15 Maret 2009 dan yang kedua diperiksa di apartemen, di polda tidak ada pemeriksaan terhadap saksi Bahwa saksi menegaskan lagi bahwa saksi diperiksa di polres Tangerang jam 10 pagi tanggal 15 Maret 2009 Bahwa selama berumah tangga denga Nasrudin, Rani tidak pernah mengadu atau bercerita jika ada percekcokan Bahwa saksi menikahkan Rani secara siri dengan Nasrudin karena mengetahui almarhum sudah punya istri Bahwa saksi tidak mengetahui masalah Rani pernah mau bercerai dengan almarhum Bahwa saksi tidak mengetahui sebelum dengan Nasrudin, Rani pernah melakukan aborsi Bahwa pernikahan Rani dengan Nasrudin merupakan pernikahan yang pertama bagi Rani
Bahwa saksi menikahkan Rani denga Nasrudin karena melihat hubungan mereka sudah sangat dekat dan Rani belum punya status makanya dinikahkan Bahwa setelah penembakan, Rani menghilang karena dibawa polisi ke hotel karena Rani merasa takut lalu minta perlindungan kepolisian Bahwa pada saat melamar Rani, almarhum mengaku kepada saksi bekerja sebagai pilot
Keberatan Terdakwa : Terdakwa sangat keberatan atas cerita almarhum yang mengatakan ada yang ingin mencelakakan dirinya dan menyebut nama Antasari Azhar.
14. Saksi Arifin pada sidang tanggal 12 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa Bahwa saksi jadi supir pak Sigid sejak tahun 1999 sampai 2009 Bahwa saksi yang selalu bawa mobil pak Sigid jika akan pergi kemana-mana Bahwa saksi pernah melihat Terdakwa datang kerumah pak Sigid Bahwa pak Antasri Azhar datang ke rumah Sigid sejak jadi ketua KPK Bahwa saksi pernah melihat Williardi Wizar kerumah pak Sigid di jalan Patiunus Bahwa saksi pernah melihat pak Williardi, pak Antasari Azhar bertemu bertiga dengan pak Sigid di rumah pak Sigid kira-kira dua atau tiga kali Bahwa saksi tidak pernah mengantar pak Williardi kerumah pak Antasari Azhar Bahwa saksi pernah diperintahkan pak Sigid untuk mengantar beliau ke rumah pak Antasari Azhar di Serpong, pertemuan sekitar kurang lebih satu jam Bahwa saksi setelah pulang dari rumah pak Antasari Azhar, pak Sigid langsung turun kemudian saksi langsung mengisi BBM dan sewaktu kembali dari mengisi BBM saksi melihat sudah banyak polisi di rumah dan menangkap pak Sigid
Bahwa ajudan dan pengawal pak Sigid anggota polisi, serta rumah, kantor yang di Ampera dan kantor di Kerinci juga dijaga oleh polisi Bahwa sekretaris pak Sigid adalah Setyo Wahyudi dan Ajeng Bahwa saksi kenal dengan Setyo Wahyudi sekretaris pak Sigid Bahwa saksi membenarkan semua keterangannya di BAP Bahwa saksi diperiksa oleh polisi dua kali di Polda Metro Jaya Bahwa saksi dipanggil untuk memberikan keterangan di Polda ditelpon oleh Setyo Wahyudi tidak dengan surat panggilan Bahwa saksi diperiksa di polda hanya sebagai saksi untuk pak Sigid Bahwa saksi mengetahui berita penembakan pak Nasrudin ketika baca Koran Bahwa yang membuat keteranganya di BAP adalah polisi Bahwa pemeriksan pertama dan kedua di Polda tidak dengan surat panggilan, hanya melalui Setyo Wahyudi melalui telpon disuruh menghadap pak Helmi Bahwa saksi pada pemeriksaan ke dua disuruh pak Helmi memperbaiki tanggal. Bahwa saksi waktu diperiksa pertama bulan Januari dan saksi lupa tanggalnya, kemudian penyidik menyuruh saksi untuk menelpon pak Setyo Wahyudi untuk menanyakan tepatnya kapan biar sama waktunya, dan berdasarkan keterangan dari Yudi yang ditulis penyidik dan selanjutnya saksi tandatangani BAP tersebut Bahwa tugas Setyo Wahyudi sebagai sekretaris dan penerima tamu pak Sigid Bahwa saksi setiap mengantar pak Sigid berpergian ajudan kadang-kadang duduk didepan dan dibelakang, tidak menentu. Bahw ajudan pak Sigid adalah Waskito dan Hendrik Polisi dari Jakarta Selatan Bahwa Saksi sewaktu mengantar pak Sigid ke rumah pak Antasari Azhar pada pukul 9 malam saksi lupa berapa lama perjalanan menuju rumah pak Antasari Azhar kemudian kembali ke Patiunus pukul 12 malam saksi langsung isi BBM ke Pejompongan dan sewaktu kembali ke rumah pak Sigid sudah banyak orang dari Kepolisian Polda setelah itu bapak dibawa ke Polda. Bahwa saksi di BAP tanggal 2 Mei 2009 poin 6 isi BAP di dapat berdasarkan keterangan dari Setyo Wahyudi
Bahwa pulang dari Serpong tidak ada perubahan apa-apa pada wajah pak Sigid, biasa saja. Bahwa saksi di BAP tanggal 4 Agustus 2009 poin 3 (jawaban tidak tau) Bahwa saksi sebelum tanggal 14 Maret 2009 pernah melihat pak Antasari Azhar datang kerumah pak Sigid dua kali Bahwa saksi pernah melihat pak Williardi datang ke kantor Ampera setelah penembakan dan beliau tidak memakai baju seragam, sekitar dua sampai tiga kali melihat Bahwa saksi tidak pernah melihat pak Antasari Azhar setelah terjadi penembakan datang kerumah pak sigid Terdakwa tidak ada pertanyaan dan keberatan Hasil konfrontir antara saksi Rani dan saksi Parmin, dibawah sumpah dalam persidangan menerangkan:
Kesaksian Rani: Ke hotel Grand Mahakam bersama suaminya menggunakan taxi, bertemu di depan RS Harapan Kita dari jam 1 siang samapai di hotel Grand Mahakan jam 3 sore Kesaksian Parmin : Ke hotel Grand Mahakam Nasrudin bersamanya berangkat dari kantor Putra RNI jam setengah lima sore, setelah dari Grand Mahakam bapak pulang sendiri lalu bapak perintahkan ke plaza blok M menjemput Rani.
15. Saksi Setyo Wahyudi pada sidang tanggal 12 November 2009, dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi sebagai karyawan pers Suara Merdeka Bahwa saksi bertugas melayani semua kebutuhan pak Sigid, dan memberikan makan dan minum di kantor Bahwa saksi mengatakan pernah melihat pak Antasari Azhar di rumah pak Sigid di jalan Patiunus setelah menjabat sebagai ketua KPK
Bahwa pak Antasari Azhar dalam satu minggu bisa dua kali atau satu bulan sekali datang ke rumah pak Sigid di jalan Patiunus Bahwa setiap pak Antasari Azhar ngobrol dengan pak Sigid kira-kira selama satu jam-an Bahwa saksi pernah melihat satu kali pak Williardi datang kerumah pak Sigid dan pada saat itu ada Terdakwa Bahwa saksi mengetahui kedatangan pak Antasari Azhar diberitahu terlebih dahulu oleh pak Sigid Bahwa saksi kenal dengan Chairul Anwar, Pionora, Helmi Santika karena pernah datang ke rumah pak Sigid Bahwa saksi pernah diminta membuka email dilaptop pak Sigid yang berisikan photo seorang laki-laki dan perempuan yang tidak ada namanya dan juga peta alamat rumah Bahwa photo tersebut atas perintah pak Sigid ditambahkan nama, alamat, dan tempat tanggal lahir, dimasing-masing photo Nazrudin dan Rani yang didapat dari BB pak Sigid Bahwa hasil photo tersebut langsung diperintahkan pak Sigid untuk dikirim ke rumah pak Antasari Azhar Bahwa ada dua kali pengiriman photo kerumah pak Antasari Azhar yang diantar oleh Alfian Bahwa pengiriman pertama adalah berupa data, photo Nasrudin dan Rani yang mengantar pak Alfian Makarim dan yang kedua data yang diterima dari pak M.Joni yang berupa photo mobil BMW, photo rumah dan yang kedua yang mengantar map coklat itu tetap masih saudara Alfian ke rumah pak Antasari Azhar Bahwa saksi pernah mengasih uang Rp 500 juta kepada pak Williardi Bahwa penyerahan uang tersebut setelah pertemuan antara pak Williardi, pak Antasari Azhar dan pak Sigid Bahwa penyerahan uang tersebut pak Sigid mengatakan bahwa pak Williardi meminjam uang 500 juta rupiah dan satu bulan lagi akan dikembalikan Bahwa ada jaminan dari pak Williardi atas pinjaman uang tersebut yang berupa cek BRI KCP BRI Menteng tertanggal 4 Maret 2009 setelah jatuh tempo cek tidak bisa dicairkan dan saksi laporkan ke pak Sigid Bahwa pak Sigid meminta untuk mengembalikan cek kepada pak Williardi dan berpesan kepada saksi pak Williardi disuruh membayar cash saja
Bahwa setelah tanggal 14 Maret 2009 saksi tidak pernah lagi melihat pak Antasari Azhar datang kerumah pak Sigid Bahwa saksi setelah tanggal 14 Maret pernah beberapa kali melihat pak Williardi datang ke kantor Kerinci dan kantor Ampera Bahwa saksi pernah memasang alat perekam suara dibawah meja dan alat rekam gambar disamping TV atas perintah pak Sigid Bahwa saksi memasang alat perekam karena dapat perintah pak Sigid beliau mengatakan “pak kumis mau datang tolong pasang alat rekam” Bahwa saksi belum pernah membuka atau mendengar hasil rekaman percakapan antara pak Antasari Azhar dan pak Sigid Bahwa saksi tanggal 28 Maret 2009 pernah mengantar pak Williardi kerumah pak Antasari Azhar atas perintah pak Sigid, saksi kesana saksi menaiki mobil pak Williardi Bahwa pertemuan antara pak Williardi dan pak Antasari Azhar sekitar kurang lebih 45 menit Bahwa saksi setelah mengantar pak Williardi langsung pulang naik mobil teman yang sudah mengikutinya dari belakang Bahwa saksi pada tanggal 29 April 2009 setelah kejadian tanggal 14 Maret pernah kerumah pak Antasari Azhar dengan pak Sigid, supir, dan satu orang lagi lupa Bahwa saksi setelah pulang dari rumah pak Antasari Azhar, dalam perjalanan pulang pak Sigid tidak cerita apa-apa Bahwa pertemuan antara pak sigid dan pak Antasari Azhar kurang lebih satu jam, saksi lupa jam berapa pulang dari rumah pak Antasari Azhar tetapi waktu sampai rumah sekitar jam 12 malam Bahwa saksi sesampainya di rumah pak Sigid sudah banyak orang dan anggota polisi yang akan membawa pak Sigid terkait dengan pembunuhan pak Nasrudin Bahwa pak Sigid mengeluarkan uang tiap bulan untuk pengawalan pak Antasari Azhar sekitar 6-10 juta rupiah. Bahwa saksi diperiksa di Polda sekitar lima kali Bahwa saksi hanya diperiksa untuk saksi pembunuhan Nasrudin Bahwa saksi sekitar tahun 2008 pernah beberapa kali memesankan kamar di hotel Grand Mahakam untuk pak Antasari Azhar
Bahwa saksi pernah diperintahkan pak Antasari Azhar mengambil map didalam mobilnya Bahwa saksi pernah masuk ruangan mengantar minuman pada saat pak Sigid, pak Antasari Azhar dan pak Williardi bertemu Bahwa serah terima uang dengan Williardi di jalan Kerinci Bahwa bantuan operasional kepada pak Antasari Azhar sejak tahun 2008 sampai april 2009 Bahwa saksi yang memesan tiket pak Williardi ke Semarang untuk menghadiri acara ulang tahun ibu pak sigid pada tahun 2009 Bahwa saksi pada acara ulang tahun ibu sigid pak Antasari Azhar tidak hadir Bahwa saksi tidak pernah diperiksa untuk kasus pak Antasari Azhar Bahwa saksi pernah mencabut BAP tapi lupa tanggalnya Bahwa saksi pertama kali diperiksa bersamaan dengan waktu penangkapan pak Sigid pada malam hari Bahwa saksi waktu diperiksa di kepolisian melalui telpon tidak memakai surat panggilan Bahwa yang melakukan pemeriksaan terhadap saksi adalah pak Arif Bahwa saksi yang mengirim data kerumah pak Antasari adalah Alvian, tidak ada Triana Bahwa CCTV di rumah pak Sigid sudah disita oleh Kepolisian Bahwa pinjaman uang Rp 500 juta ke pak Williardi adalah pak Sigid yang ngomong dan Terdakwa tidak ada Bahwa saksi tidak mengetahui apakah uang tersebut pernah dibicarakan atau tidak oleh pak Sigid kepada pak Antasari Azhar Bahwa saksi sewaktu membuka email dari Baintelkam Polri tidak langsung di print tetapi dilaporkan ke pak Sigid terlebih dahulu baru beliau memerintahkan kepada saksi untuk menambahkan nama Nasrudin dan Rani dari BB pak Sigid Bahwa saksi tidak mengetahui data-data Nasrudin dan Rani yang ada di BB pak Sigid kiriman dari siapa Bahwa saksi tidak mengetahui ciri-ciri khusus alat rekaman, cuma mengetahui mereknya saja
Bahwa saksi tidak pernah mendengar dan diperdengarkan isi rekaman tersebut baik di rumah pak Sigid atau sewaktu di penyidik polda Bahwa saksi tidak mengetahui masalah penyitaan alat rekaman yamg dilakukan oleh pihak kepolisian Bahwa saksi pada saat di BAP, rekaman tidak pernah diputar oleh penyidik Bahwa yang mengetahui pemasangan alat rekaman itu hanya saksi, pak Sigid dan Karno Bahwa saksi memasang alat perekam itu sekitar 10 menit sebelum pak Antasari Azhar datang Bahwa saksi melakukan perekaman terhadap pak Antasari Azhar hanya satu kali Bahwa saksi lupa mematikan rekaman atau tidak setelah pak Antasari Azhar pulang karena terakhir saksi melihat rekaman itu sudah disita polisi Bahwa alat perekaman di tangan polisi karena sudah ada penggeledahan di kantor Kerinci Bahwa saksi tidak ingat waktu alat perekaman diambil polisi Bahwa istilah jatuh tempo adalah tanggal untuk mencairkan cek tapi pak Williardi mengatakan belum bisa dicairkan Bahwa saksi menyerahkan copy cek jaminan pak Williardi ke polisi, karena sebelum cek dikembalikan ke pak Williardi saksi mencopynya terlebih dahulu Bahwa saksi tidak megetahui ada taxi setelah mereka sampai di rumah pak Antasari Azhar Bahwa saksi yang masuk duluan ke rumah pak Antasari Azhar saksi dan pak Sigid dibelakang Bahwa saksi tidak melihat ada polisi di luar rumah pak Antasari Azhar pada saat pak Sigid di dalam Bahwa setelah pulang dari rumah pak Antasari Azhar, sesampainya di rumah Patiunus saksi melihat sudah banyak polisi yang ingin menjemput pak Sigid dan polisi masuk ruang kerja pak Sigid kira-kira selama satu jam di dalam Bahwa ada komunikasi antara penyidik dengan pak Sigid sebelum dibawa “polisi masuk dulu keruang kerja sekitar satu jaman baru dibawa kepolda”
Bahwa saksi diperiksa polisi pada saat itu juga selang beberapa menit setelah dibawanya pak Sigid oleh polisi Bahwa pada malam itu saksi langsung di BAP oleh penyidik Bahwa saksi diperiksa pada jam 4 pagi dan diberitahu penyidik diperiksa untuk kasus pembunuhan Nazrudi Zulkarnaen Bahwa sewaktu penyidik menyebut nama Nasrudin Zulkarnain saksi teringat photo yang pernah dikirim kerumah pak Antasari Azhar Bahwa saksi menerangkan pada penyidik rekaman yang ditaruh dibawah meja Bahwa alat rekam setelah merekam dibiarkan dibawah meja tergeletak begitu saja Bahwa saksi pernah diperintahkan oleh pak Sigid untuk mem print hasil photo Rani dan Nasrudin berikut denah rumahnya untuk dikirim ke rumah pak Antasari Azhar kemudian saksi masukan dalam amplop coklat ukuran folio, kemudian saksi menyuruh Alvian untuk mengantar data tersebut dan yang menerima amplop tersebut adalah pak Silaban, lalu saksi telepon beliau untuk menyampaikan ampolp coklat tersebut kepada pak Antasari Azhar, beliau menjawab besok pagi diberikan soalnya sekarang bapak sedang tidur Bahwa saksi pernah melihat pak Williardi yang membawa amplop coklat setelah bertemu bertiga antara pak Sigid, pak Antasari Azhar dan pak Williardi Bahwa saksi tidak pernah mendengar pak Sigid dan pak Antasari Azhar membicarakan akan membunuh Nasrudin Zulkarnaen Bahwa ajudan dan 6 (enam) pengawal pak Sigid semuanya adalah polisi Bahwa saksi tidak mengetahui siapa yang memerintahkan untuk melakukan pengawalan pak Antasari Azhar Bahwa saksi tidak pernah diperiksa sebagai saksi kasus Williardi Wizard Bahwa saksi hanya diperiksa sebagai kasus Nazrudin Bahwa saksi yang menyerahkan photo copy cek dari Williardi kepada penyidik Bahwa laptop hilang setelah dikembalikan lagi ke kantor Kerinci tanggal 5 Maret 2009 Bahwa saksi setelah merekam tidak mengetahui lagi alat perekaman tersebut, dan terahir saksi mengetahui lagi alat perekaman setelah di polda sudah ditangan penyidik
Pertanyaan Terdakwa : Pada saat saksi datang kerumah saksi yang masuk duluan siapa ? Saksi : pada saat itu yang pertama masuk saksi dan pak Sigid dibelakang dan pak Antasari sudah ada diteras rumahnya Apakah saksi pernah mengirim surat tembusan kerja sama KPK dengan Suara Merdeka ? Saksi : ya pernah
Keberatan Terdakwa: Terdakwa tidak pernah minta photo Terdakwa tidak pernah dikirim photo apalagi sampai dua kali Terdakwa baru tahu pengawalan pribadi Terdakwa atas perintah Sigid, sepengetahuan Terdakwa memang sudah disiapkan oleh Kapolri. Terdakwa tidak pernah menyuruh mengambil map didalam mobil Terdakwa Terdakwa memesan kamar 803 di hotel Grand Mahakam karena ada tamu dari luar kota dan itu tidak grati Catatan : Saksi menulis nama Nasrudin Zulkarnaen dan Rani yang diperintahkan oleh SHW dan hasilnya diprint lalu saksi file nero dan romeo saksi sobek-sobek di jalan kerinci tetapi keterangan sebelumnya dijalan Patiunus
16. Saksi Suhardi Alius pada sidang tanggal 17 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi kenal dengan Sigid tahun 2005 hanya sekilas, intensitas ketemu setelah menyusun keamanan pak Antasari Azhar sebagai ketua KPK, beliau yang telepon merekomendasikan kemudian saksi komfirmasikan lagi ke pak Antasari Azhar
Bahwa pada saat itu no Hp pak Sigid adalah 08189889, 081388788789, 08580000989, 088866990, 08180756399 Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sewaktu menjabat sebagai koorspri Kapolri yang mengurusi masalah permintaan pengamanan para pejabat Negara Termasuk mengurus masalah pengamanan Pak Antasari Azhar sebagai ketua KPK Bahwa team pengamanan dari Kapolri untuk Pak Antasari Azhar atas rekomendasi dari pak Sigid Bahwa pada awal Januari saksi diperintahkan bapak Kapolri untuk menghubungi saudara Chairul Anwar untuk menghadap, yang hadir adalah saksi, Arif Sulistianto, pemanggilan itu berkaitan dengan informasi dan cerita pak Antasari Azhar yang mendapat intimidasi dari seseorang. Bahwa saksi menerangkan arahan Kapolri adalah untuk membantu penyelidikan mencari identitas lengkap yang melakukan intimidasi terhadap pak Antasari Azhar agar dilakukan secara profesional dan tetap dalam koridor hukum Bahwa saksi menerangkan setelah pertemuan itu kombes Chairul Anwar langsung membentuk team untuk melakukan identifikasi Bahwa saksi selalu mendapatkan laporan dari kombes Chairul Anwar dalam melakukan identifikasi terhadap si peneror seperti photo, identitas sipeneror Bahwa saksi setelah mendapat laporan dari team Chairul Anwar langsung dilaporkan kepada Kapolri Bahwa saksi pada akhir Januari team membuat laporan yang intinya tidak ditemukannya suatu tindak pidana dan laporan itu dilaporkan kepada Kapolri Bahwa saksi tidak pernah ada kontak dengan Antasari azhar dan Sigid Bahwa saksi tidak mengetahui pertemuan team selalu dirumah Sigid Bahwa Williardi tidak pernah ada komunikasi dengan saksi terkait dengan masalah pak Antasari Azhar Bahwa saksi tidak pernah ada kontak dan pertemuan dengan Williardi selama bulan Januari 2009 Bahwa hasil laporan tidak ada tembusan ke pak Antasari Azhar. Bahwa yang mengetahui hasil laporan hanya team dan bapak Kapolri
Bahwa sigid juga pernah meminta pengamanan atas nama pak Antasari Azhar untuk melakukan pengamanan terhadap putri pak Antasari Azhar di Magelang dalam rangka kuliah praktek karena beliau merasa cemas terhadap anaknya dan pengamanan kami lakukan secara tertutup Bahwa saksi mengetahui laporan Rani dan Nasrudin Zulkarnaen ke Kendari setelah mereka dari Kendari Bahwa saksi yang mengkomunikasikan izin personil team dengan pimpinan untuk melakukan penyelidikan adalah Chairul Anwar Bahwa saksi mengetahui Chairul Anwar melapor juga kepada Wakabareskrim Mabes polri Bahwa dari hasil laporan team, pak Antasari Azhar tidak pernah mengeluh dan mengucapkan tidak puas terhadap kerja team Bahwa saksi tidak mengetahui Terdakwa menganjurkan untuk melakukan pembunuhan Bahwa file yang bernama Romeo dan Nero tidak ada dalam keterangan laporan Bahwa untuk personel pengamanan ketua KPK sudah dipersiapkan oleh Kapolri termasuk mobil pengawalan Bahwa gaji polisi yang mengawal ketua KPK dibayar oleh Negara tetapi mendapat tambahan insentif dari KPK
Keberatan Terdakwa: Masalah penawaran pengamanan
17. Saksi Indra Apriadi pada sidang tanggal 17 November 2009 dibawah sumpah merangkan sebagai berikut : Bahwa saksi tidak kenal dengan Terdakwa Bahwa saksi kenal Williardi sebagai atasan di kantor Bahwa saksi sebagai driver pak Williardi sewaktu di polres Jakarta Selatan sampai pak Willardi menjabat sebagai Subdit pariwisata Mabes Polri
Bahwa saksi pernah mengantar Williardi ke jalan Patiunus tetapi tidak mengetahui rumah siapa dan menemui siapa Bahwa sewaktu Williardi ke jalan Patiunus, saksi yang mengantar menggunakan mobil Terrano hitam Bahwa saksi mengantar pak Williardi kejalan Patiunus cuma satu kali Bahwa saksi pernah mengantar pak Williardi ke Kedoya dan tidak mengetahui menemui siapa disana beliau hanya sekitar 15 menit Bahwa saksi menerangkan pada saat di Kedoya tidak melihat dan tidak tahu pak Williardi membawa map atau amplop warna coklat Bahwa saksi pernah mengantar Williardi ke boling Ancol dan Hailai Ancol Bahwa saksi pernah mengantar pak Williardi ke Kerinci satu kali dan tidak tahu menemui siapa Bahwa saksi setelah dari Kerinci pak Williardi membawa sebuah koper bag ke mobil Bahwa setelah dari Kerinci saksi diperintahkan ke Citos oleh pak Williardi, setelah sampai di Citos di pinggir jalan berhenti, kemudian ada mobil kijang warna biru datang lalu pak Williardi turun dari mobil menghampiri, setengah perjalanan beliau kembali lagi dan minta koper bagnya yang dibawa dari jalan Kerinci, setelah itu pak Williardi ikut mobil kijang menuju Kemang, kemudian sampai di Kemang pak Williardi kembali lagi ke mobil, di Kemang sekitar 10 menit Bahwa saksi pernah diperintahkan pak Williardi untuk mengantar rokok dan amplop coklat yang sangat tipis di bawa ke atas lantai dua ruangan Jerry Bahwa saksi mengenal Edo sewaktu menjemput beliau di hotel Ambara, lalu membawa beliau ke Mabes polri bertemu pak Williardi, pertemuan itu sekitar 15 menit. Bawa pertemuan kedua dengan Edo di Kemang, setelah pertemuan di Citos sekitar bulan Februari 2009 Bahwa saksi sewaktu di polda diperiksa untuk kasus pak Nasrudin Zulkarnaen dan tidak dijelaskan diperiksa untuk siapa Bahwa saksi diperiksa tiga kali, yang pertama memakai surat pangilan, yang kedua dan ketiga dipanggil melalui telepon oleh kompol Arif Bahwa pemeriksaan terhadap saksi setelah dilakukan penahanan atas pak Williardi
Bahwa perubahan isi dan no BAP di Polda diperlihatkan oleh penyidik melalui komputer bagian mana yang akan dirubah Bahwa untuk perubahan isi no BAP adalah dari Polisi Bahwa pertemuan di Citos setelah jemput Edo di hotel Ambara Bahwa saksi tidak pernah mendengar Terdakwa menganjurkan untuk melakukan pembunuhan Bawa amplop coklat yang dibawa ketempat Jerry sangat tipis dan sangat enteng sekali
Tidak ada keberatan dari Terdakwa
Catatan : Pada keterangan saksi dengan yakin bertemu dengan Terdakwa hanya dua kali sedangkan di BAP ada 3 kali pertemuan Didalam BAP saksi tidak ada surat panggilan untuk pemeriksaan Saksi Pada keterangan Setyo Wahyudi Pak Williardi kerumah Sigid selalu menggunakan mobil Harier warna hitam tetapi berdasarkan keterang saksi Indra Apriadi Driver dari Williardi menjelaskan bahwa mobil yang dipakai pak Williardi ke jalan patiunus dan kerinci adalah Mobil Terrano warna hitam
18. Saksi Irjen Pol Hadiatmoko (WakabaReskrim), pada sidang tanggal 17 November 2009 dibawah Sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi menemui Williardi pada tanggal 28 April 2009 karena mendapat telepon dari Kombes Iriawan, Dir Reserse Polda Metro Jaya, yang menginformasikan adanya keterlibatan Perwira Menengah Polri dalam pembunuhan Nasrudin Bahwa saksi sebagai pelaksana teknis lalu menyampaikan informasi tersebut kepada Kapuspaminal (Kepala Pusat Pengamanan Internal) untuk dilakukan crosscheck Bahwa saksi pada saat BAP dirinya hanya menanyakan apakah kenal dengan Jerry dan Edo, dan apakah pernah ke Bowling Ancol menyerahkan sesuatu, jawaban Williardi pada saat itu dia tidak kenal dan tidak pernah ke Bowling Ancol
Bahwa saksi mendapat photo Jerry dan Edo dari Dir Krimum untuk menindaklanjuti permintaan crosscheck Bahwa terhadap proses pencabutan BAP Williardi, dirinya sudah tidak mengikuti lagi, karena sudah masuk dalam proses penyidikan Bahwa saksi tidak benar mengintimidasi Williardi dan mengkondisikan BAP Williardi disamakan dengan BAP Sigid untuk menjerat Antasari Azhar dalam proses pembuatan BAP Bahwa saksi mengatakan tidak pernah mengiming-iming serta memberi jaminan tidak ditahan hanya akan dikenakan pelanggaran kode etik pada saat Williardi di BAP Bahwa saksi pernah menerima SMS dari Istri dan anaknya Williardi untuk dapat berjumpa pada suaminya alasanya harus membayar uang pengacara 600 juta, cuma itu saja yang dibicarakan pada saat bertemu dengan Istri Williardi Bahwa saksi menerangkan yang bertanggung jawab terhadap BAP adalah penyidik Bahwa Kabag Reskrim mengetahui sendiri tentang keterlibatan Williardi dalam kasus ini bukan dari saksi Bahwa saksi pada saat bertemu Williardi tidak dilakukan perekaman Bahwa saksi tidak mengetahui perubahan BAP Williardi Wizar
Tanggapan Williardi: menyatakan tetap pada keterangannya
19. Saksi Kombes Pol Iriawan (Dir. Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya) pada sidang tanggal 17 November 2009, dibawah sumpah menerangkan Sebagai berikut :
Bahwa saksi pada tanggal 30 April 2009 sore mendapatkan SMS dari Williardi ketika itu Williardi sudah berada dalam pemeriksaan Provos Bahwa isi SMS, Williardi meminta untuk bertemu namun saksi ragu untuk dating, tapi setelah meminta saran Tornagogo dan Daniel akhirnya kami berangkat ke Provos
Bahwa pada saat bertemu itulah Williardi meminta agar dirinya tidak terlibat dalam kasus pembunuhan Nazrudin dan beliau meminta agar keterangan Jerry dan Edo tolong di cut supaya tidak mengarah kepadanya namun dengan tegas saksi tidak bisa membantu karena sangat berbahaya, alasannya Jerry dan Edo masih hidup, setelah menolak Williardi mengatakan “Bodohnya diriku.” Bahwa masalah adanya perubahan pada BAP yang menyebut nama Antasari Azhar saksi tidak mengetahuinya Bahwa saksi tidak mengetahui adanya pencabutan BAP tanggal 30 April 2009 meski dirinya bertanggung jawab atas penyidikan kasus tersebut Bahwa saksi menegaskan dirinya tidak pernah dilaporkan secara detail oleh penyidik karena seluruhnya diserahkan kepada penyidik Bahwa penyidik hanya melaporkan semua sudah selesai dan tinggal Rekonstruksi Bahwa saksi tidak pernah bertemu Wakabareskrim Hadiatmoko, melaporkan hanya lewat telepon Bahwa BAP tanggal 29 dan 30 April yang menyebut nama Antasari Azhar saksi tidak mengetahui Bahwa saksi melapor ke Wakabareskrim kenapa tidak ke Kabareskrim, saksi sempat melaporkan dan tidak direspon Bahwa hanya kasus Williardi saja yang dikonsultasikan dengan Wakabareskrim saat itu Bahwa yang bertanggung jawab dalam penyidikan adalah dirinya Bahwa saksi tidak pernah memeriksa saksi-saksi dan tersangka secara langsung
Tanggapan Williardi: Menyatakan tetap pada keterangannya
20. Saksi AKBP Daniel Tifaona (Kasat kamneg Polda Metro Jaya), pada sidang tanggal 17 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi pernah menemui Williardi di ruang Provos Mabes Polri pada tanggal 30 April 2009 pertemuan itu karena ada SMS dari Williardi ke Dir reskrimum (Iriawan) yang isinya meminta untuk bertemu
Bahwa saksi pada saat di Provos Mabes, Williardi minta kepada Rir Reserse untuk mengcut keterangan Edo dan Jerry dan Dir Reserse tidak bisa bantu karena berbahaya, Edo dan Jerry masih hidup Bahwa saksi tidak pernah meminta dan menunjukan BAP Sigid kepada Williardi untuk mengkondisikan menjerat pak Antasari Azhar Bahwa pemeriksaan BAP Williardi dilakukan secara objektif Bahwa keterangan di BAP tentang menghilangkan nyawa adalah keluar dari mulut Williardi sendiri Bahwa saksi pernah memeriksa Williardi hanya pada tanggal 22 Juli 2009 Bahwa saksi tidak mengetahui proses BAP Williardi didampingi penasehat hukum atau tidak pada tanggal 29 April 2009 Bahwa pemeriksaan Williardi direkam secara audio visual dan diberitahukan kepada beliau Bahwa saksi mendapatkan laporan masalah penyidikan secara lisan dari penyidik masalah kronologisnya saja Bahwa pistol Sigid pada saat pemeriksaan disita dan ada pada kami Bahwa saksi membaca perubahan BAP dari Williardi tertanggal 29 April 2009 Bahwa saksi bertemu Wakabareskrim tanggal 28 April 2009 Bahwa saksi pernah mendengar istri Williardi menemui Wakabareskrim Bahwa pemeriksaan terhadap Williardi yang tidak didampingi penasehat hukum agar menanyakan sendiri ke Williardi Bahwa walau tanpa penasehat hukum pemeriksaan terus dilakukan terhadap Williardi
21. Saksi AKBP Tornagogo Sihombing (Wadirkrimun Polda Metro Jaya), pada sidang tanggal 17 November 2009, dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut:
Bahwa saksi membenarkan pernah menemui Williardi saat jadi tersangka bersama Dir Reserse dan Kasat I dan III Jatanras hanya memberikan dukungan moril kepada beliau Bahwa saksi pada saat di Provos Mabes Polri, Williardi minta kepada Dir Reserse untuk keterangan Edo dan Jerry supaya tidak terlihat dan Dir Reserse tidak bisa bantu karena berbahaya dan Jerry masih hidup setelah itu Williardi mengatakan dirinya memang bodoh. Bahwa saksi tidak ada arahan terhadap kasus ini, semua dilakukan profesional Bahwa saksi tidak pernah ikut dalam acara BAP Williardi Bahwa saksi tidak pernah menunjukkan BAP Sigid kepada Williardi Bahwa saksi tidak pernah juga membicarakan bahwa targetnya adalah Antasari Azhar Bahwa pertemuan dengan Wakabareskrim hanya memberikan photo Jerry dan Edo dan menceritakan masalah pertemuan pak Williardi di Bowling Ancol dan Hailai Bahwa saksi pada saat pemeriksaan Williardi beliau ditanya apakah mengenal Sigid, Jerry, Edo dan beliau mengakui pernah ketemu dengan mereka Bahwa saksi tidak mengetahui perubahan BAP tanggal 29 April 2009 yang sangat signifikan yang menyangkut nama Antasari, dan masalah mengikuti, menyelidiki, mengawasi dan mengintai, dan pernyataan Williardi bahwa pertemuan dengan Antasari hanya ngobrol biasa saja Bahwa saksi mengetahui ada pemeriksaan terhadap Williardi tanggal 30 April 2009 dan dilaporkan ada perubahan. Bahwa saksi tidak tahu tentang masalah BAP tanggal 29 April 2009 Bahwa saksi tidak mengetahui adanya pertemuan antara Istri Williardi dengan Wakabareskrim Mabes Polri Bahwa saksi tidak pernah mengetahui Williardi pernah mengirim surat ke Komnas HAM mengenai pemeriksaan yang dilakukan penyidik tentang hak-hak tersangka yang tidak diberikan kepada tersangka dalam proses pemeriksaan Bahwa saksi tidak mengetahui surat protes dari penasehat hukum Williardi karna pada saat di BAP tidak didampingi penasehat hukum Bahwa saksi tidak pernah mengetahui Komnas HAM pernah menemui Williardi sehubungan dengan surat yang dikirimkannya
Bahwa Williardi pada tanggal 29 dan 30 April 2009 diperiksa di Provos sebagai Tersangka
Tanggapan Williardi :
Bahwa alasan dan penegasan saksi terhadap isi BAP tanggal 29 April yang tidak menyebut Antasari Azhar dan pada tanggal 30 April menyebut nama Antasari Azhar dan bertemu dengan Sigid yang menyatakan untuk menghilangkan nyawa dan mengkondisikan Antasari sebagai tersangka dikarenakan telah didatangi oleh Wakabareskrim dan Dir Reserse Polda Metro Jaya beserta Kasatnya Williardi menegaskan bagaimana mungkin bisa menghubungi Dir Reserse Polda Metro Jaya M. Iriawan sedangkan HP dan semua barang disita, dan untuk komunikasi dengan istri saja susah. Bagaimana mungkin bisa SMS mereka. Bahwa yang memberikan iming-iming terhadap kesaksinnya untuk menjerat pak Antasari Azhar adalah Hadiatmoko, pada tanggal 30 April jam 11 malam yang disaksikan oleh istri, kakak ipar, kakak kandung saksi dan pagi tanggal 30 bertemu lagi dengan pak Hadiatmoko
22. Saksi AKBP Nico Afianta (Kasat Jatanras III Polda Metro Jaya), pada sidang tanggal 17 November 2009, dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi pernah bertemu Williardi pada tanggal 30 April 2009 di Provos Mabes Polri Bahwa saksi menerangkan pada saat pertemuan itu Williardi meminta pada Dir Reserse Polda Metro Jaya (Iriawan) untuk meng-cut keterangan Edo dan Jerry biar tidak melibatkan dirinya tetapi Dir Reserse tidak bisa karena Jerry dan Edo masih hidup Bahwa saksi ketika berbicara dengan Williardi, Istrinya berada diluar dan kita ngobrol didalam Bahwa masalah arahan dan pengkondisian kasus dari Petinggi Polda dan Polri hanya meminta penanganan harus sesuai dengan prosedur Bahwa saksi pada pemeriksaan tanggal 22 Juli 2009 tidak ada arahan dari petinggi Polri Bahwa saksi yang memeriksa pak Williardi pada tanggal 29 dan 30 April adalah pak Saragih
Bahwa pemeriksaan tanggal 30 April dilakukan perekaman dan diberitahukan kepada Williardi Bahwa pemeriksaan pak Williardi yang tidak didampingi penasehat hukum dilaporkan dan pada saat di BAP anggota saksi sudah menunjuk PH untuk pak Williardi yaitu pak Warsito namun pak Williardi menolak dan pemeriksaan tetap dilanjutkan Bahwa saksi pada saat menemui Williardi di Provos Mabes Polri setelah Magrib pada saat Williardi sedang diperiksa Bahwa setelah saksi pulang pemeriksaan dilanjutkan Bahwa saksi pernah memeriksa Williardi tanggal 22 dan 29 April.
Tanggapan Williardi: Williardi menyatakan tetap pada keterangannya Williardi menyatakan bagai mana bisa menghubungi Dir Reserse Polda Metro Jaya karena HP sudah disita Pada BAP tanggal 30 diberikan iming-iming untuk tanda tangan BAP Bahwa pada pemeriksaan tanggal 29 tidak didampingi pengacara dan kenapa harus lapor Komnas HAM jika sudah ada pengacara yang mendampingi saksi saat pemeriksaan.
23. Saksi Jairus Saragih, SH, pada sidang tanggal 19 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut: Bahwa saksi pernah memeriksa Williardi 2 kali pada tanggal 29 dan 30 April 2009 dimulai pada jam 15.30 sampai 21.00 WIB Bahwa saksi dalam melakukan pemeriksaan tidak ada pengaruh atau arahan dari pimpinan Petinggi Polri Bahwa saksi sebelum melakukan pemeriksaan memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada pak Williardi tentang hak-haknya untuk didamping penasehat hukum Bahwa pada pemeriksaan tanggal 30 sempat didampingi penasehat hukum yang bernama Warsito tetapi setelah itu tidak tahu kemana
Bahwa saksi dalam pemeriksaan bebas dan tidak ada iming-iming yang diberikan kepada pak Williardi Bahwa pada saat tanggal 30 April 2009 melakukan pemeriksaan terhadap Williardi bersama-sama dengan Bapak Tahan Marpaung dan Anton Prihatyono Bahwa saksi melakukan pemeriksaan terhadap Williardi pada tanggal 29 dan 30 April di Mabes Polri Bahwa saksi pada saat melakukan pemeriksaan tanggal 29 April 2009 membenarkan kedatangan pak Dir reserse M. Iriawan, Wadir, Kasat I dan Kasat III Jatanras Bahwa saksi setiap melakukan kegiatan selalu kordinasi dengan atasan yaitu Kasat III setelah itu laporan ke Pak Dir. Reserse Polda Metro Jaya Bahwa saksi sebelum melakukan pemeriksaan selalu dilakukan gelar perkara Bahwa saksi pernah memeriksa Rani Juliani dua kali diposko yang sudah ditentukan oleh Kasat III Jatanras Nico Afinta Bahwa saksi ikut serta pada saat rekonstruksi di rumah Sigid jalan Patiunus yang dipimpin oleh Kompol Arif Setiawan Bahwa saksi tidak ingat pada saat rekonstruksi pak Antasari ada keberatan terhadap beberapa adegan Bahwa saksi menbenarkan dalam pemeriksaan Rani di Polda Metro Jaya berdasarkan berkas dari laporan Polres Tangerang Bahwa saksi membenarkan berdasarkan dari laporan Polres Tangerang dalam memeriksa Williardi Bahwa saksi tidak mengetahui pencabutan BAP yang dilakukan pada tanggal 30 yang tiba-tiba menyebut nama Pak Antasari Azhar
Tanggapan Williardi : Perubahan BAP tanggal 30 April 2009 karena adanya iming-iming dari petinggi Polri yang mendatangi pada tanggal 29 April 2009 pada saat dilakukan pemeriksaan Pertemuan dengan Petinggi Polri terlebih dahulu baru pembuatan BAP yang menyebut pak Antasari sebagai dalang dari pembunuhan Nasrudin Terhadap iming-iming tersebut tidak dikabulkan oleh Petinggi Polri
Saksi mengirim surat ke Komnas HAM mengenai pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik terhadap saksi pada bulan Mei Komnas HAM pernah mengunjungi saksi di Bareskrim Mabes Polri membicarakan mengenai surat yang saksi kirim
24. Saksi M.Arif Setiawan, pada sidang tanggal 19 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut: Bahwa saksi pernah memeriksa Williardi sebagai tersangaka dan sebagai saksi Bahwa saksi dalam melakukan pemeriksaan tidak pernah mendapat arahan dari Petinggi Polri Bahwa saksi dalam melakukan Rekonstruksi pernah ikut dua kali dalam Rekonstuksi pak Antasari Bahwa saksi sebelum pemeriksaan diberitahukan terlebih dahulu kepada penasehat hukum Bahwa saksi pada saat rekonstruksi dihadiri penasehat hukum Hero Bahwa saksi dalam memeriksa Williardi tidak pernah mendapat arahan dan iming-iming untuk mengkondisikan pak Antasari sebagai tersangka Bahwa saksi mengetahui bahwa Williardi pernah diperiksa pada tanggal 29 dan 30 April tetapi saksi tidak ikut hadir Bahwa saksi dalam melakukan pemeriksaan terhadap Williardi tidak pernah memperlihatkan BAP Sigid Bahwa saksi sebelum memeriksa pak Williardi ditanyakan terlebih dahulu apakah sehat rohani dan jasmani, lalu beliau jawab ya Bahwa saksi pada saat melakukan pemeriksaan terhadap Williardi dilakukan perekaman dari awal sampai akhir Bahwa saksi pada saat melakukan pemeriksaan terhadap Williardi, tidak melihat ada istri dan keluarga pak Williardi datang Bahwa saksi lupa pada saat melakukan pemeriksaan pak Williardi memegang HP atau tidak
Bahwa saksi pernah memeriksa Rani Juliani satu kali di posko Bahwa setiap adegan dalam Rekonstruksi dibukukan dan diphoto dijelaskan per-adegan Bahwa adegan penyerahan amplop itu ada dan diphoto (di BAP berita acara rekonstuksi tidak ada) Bahwa saksi tidak bisa menjelaskan adengan itu karena pak Antasari tidak bersedia Bahwa penyitaan terhadap senjata api Sigid memang ada penyitaan Bahwa saksi pada saat Rekonstruksi memang ada keberatan yang diajukan oleh pak Antasari pada saat penyerahan amplop coklat terhadap Williardi
Keberatan Terdakwa Menyatakan keberatan karena memang tidak ada penyerahan amplop coklat
Pertanyaan Terdakwa: Terdakwa menanyakan apa ada keberatan Terdakwa pada saat penyerahan amplop? Saksi: pada saat penyerahan amplop pak Antasari menyatakan keberatan
Tanggapan Penasehat Hukum : Didalam adengan Rekonsrtuksi ada penyerahan amplop coklat dari Sigid ke Williardi tetapi dalam BAP penyerahan photo dari pak Antasari ke Williardi Pada adengan ke 7 sebenarnya tidak pernah ada direkonstruksi dan kami sudah menandatangani keberatan pada adengan tersebut tapi keberatan tersebut tidak tertuang dalam BAP
Keterangan Williardi : Mengenai rekonstruksi di jalan Patiunus ada penyerahan photo yang menyerahkan Sigid dan diphoto
25. Saksi Tahan Marpaung, pada sidang tanggal 19 November 2009 dibawah Sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi pernah memeriksa Williardi pada tanggal 30 April 2009 sebagai tersangka Bahwa saksi memeriksa Williardi sebagai saksi pada tanggal 2 dan 18 Mei 2009 Bahwa saksi melakukan pemeriksaan terhadap Williardi di Pusprov Mabes Polri Bahwa saksi sebelum melakukan pemeriksaan ditanyakan dahulu apakah dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan dijawab ya dalam keadaan sehat Bahwa saksi pada saat memeriksa Williardi yang mengetik adalah pak Anton Bahwa saksi pada saat melakukan pemeriksaan terhadap Williardi selalu diberikan kebebasan, merokok, minum dan sholat, tidak ada penekanan terhadapnya Bahwa saksi pada saat memberikan pertanyan-pertanyan dalam pemeriksaan pak Williardi selalu menjawab dengan jelas dan tegas Bahwa saksi pada saat melakukan pemeriksaan terhadap pak Williardi tidak pernah memberikan arahan atas jawabannya Bahwa saksi setelah selesai melakukan pemeriksaan BAP di print lalu diberikan kepada pak Williardi untuk dibaca lagi baru ditanda tangani. Bahwa saksi setiap ada perubahan BAP pak Williardi semua dari pak Williardi sendiri Bahwa saksi pada saat pemeriksaan terhadap pak Williardi tidak pernah ada orang yang datang Bahwa saksi pada pemeriksaan pak Williardi tidak pernah ada arahan dan iming-iming dari siapapun Bahwa saksi pada pemeriksaan, pak Williardi memegang HP merokok dan minum pada saat itu. Bahwa saksi membenarkan pada saat pemeriksaan tanggal 30 April 2009 mereka bertemu kira-kira setengah jam Bahwa saksi tidak ada arahan dalam pemeriksaan untuk mengkondisikan pak Antasari sebagai tersangka dari Petinggi Polri Bahwa tidak ada pemeriksaan pak Williardi untuk di cocokan dengan BAP Sigid
Bahwa pak Williardi selalu berubah-ubah dalam memberikan keterangan Bahwa saksi membenarkan melakukan pemeriksaan terhadap pak Williardi pada jam 5 pagi Bahwa saksi tidak mengetahui masalah penyitaan pistol Sigid (BAP ada) Bahwa saksi sebelumnya telah membaca BAP pak Williardi tanggal 29 April 2009 sebelum melakukan pemeriksaan tanggal 30 April 2009 Bahwa saksi menerangkan pemeriksaan tanggal 30 April keterlibatannya karena sebagai Team Penyidik Bahwa saksi tidak mengetahui ada informasi pertemuan Istri Williardi dengan Wakabareskrim Bahwa saksi tidak mengetahui masalah protes yang dilakukan istri Williardi terhadap penahanan pak Williardi Bahwa saksi melakukan pemeriksaan di Pusprovos Mabes Polri karena pak Williardi ditahan disana Bahwa saksi pada saat itu berposisi memberikan pertanyaan dan pak Anton yang melakukan pengetikan atas jawaban yang diberikan pak Williardi Bahwa saksi pada tanggal 30 April 2009 melakukan BAP lanjutan dari BAP 29 April 2009 Bahwa saksi menerangkan pada BAP tanggal 29 ada yang menjelaskan pertemuan Pak Williardi dengan pak Antasari yang ada kaitannya dengan Sigid, Jerry dan Edo, Sigid dan Jerry Bahwa saksi tidak mendengar pembicaraan pak Williardi dengan Dir Reserse Polda Metro Jaya Bahwa pembicaraan antara pimpinan dengan Williardi sekitar 30 menit Bahwa BAP tanggal 30 April dilanjutkan untuk BAP tanggal 2 Mei kemudian dilanjutkan lagi tanggal 13 Mei 2009 Bahwa saksi tidak mengetahui masalah surat yang dikirimkan pak Williardi ke KOMNAS HAM terkait masalah pemeriksaannya Bahwa pada saat pemeriksaan istri pak Williardi sudah ada di ruang pemeriksaan Pusprovos
Bahwa pemeriksaan tanggal 30 April 2009 dilakukan jam 16.30 sampai jam 22.00 WIB Bahwa saksi setelah dilakukan pemeriksaan selalu dilaporkan kepimpinan Bahwa pak Antasari dijadikan tersangka berdasarkan keterangan yang didapat dari pak Williardi” 26. Saksi Jeffry Lumempouw, SH, pada sidang tanggal 24 November 2009 di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut: Bahwa saksi bekerja sebagai Konsultan Hukum di JL & Asociate Bahwa saksi tidak mengenal Terdakwa Antasari Azhar Bahwa saksi mengenal almarhum Nasrudin kira-kira enam bulan, kawan bermain golf, pertama kenal dilapangan golf Halim Cawang (ROYAL) Bahwa saksi mengetahui No HP Almarhum Nasrudin yaitu 0811978245 Bahwa saksi pernah bermain golf dengan almarhum di Moderland Tangerang, Pondok Indah, Dago Bandung, Karawaci setiap akan bermain sebelumnya janjian dulu untuk menetukan tempat Bahwa saksi pernah bermain golf di Pondok Indah bersama dengan Almarhum Zulkarnaen sekitar awal Februari, setelah bermain golf dan mandi berganti pakaian tibatiba almarhum mendekati di mushola untuk melakukan sholat magrib, kebetulan saksi juga mau sholat magrib lalu saksi bertanya saksi jadi imam atau makmum beliau berkata saksi saja yang jadi Imam, setelah selesai sholat lalu saksi berkata” tumben sholat khusyu banget“, lalu saksi berkata “lagi ada masalah ya” kemudian beliu menjawab “ya Jeff gimana ga ada masalah”, sambil almarhum memperlihatkan SMS di handphone miliknya merek Nokia E90. warna coklat pengirimnya Antasari yang isinya “MAAF MAS MASALAH INI HANYA KITA BERDUA YANG TAU, KALAU SAMPAI TERBLOW UP TAU AKIBATNYA” Bahwa pengirim SMS tersebut tertera nama pak ANTASARI dari contact number, no HP tidak terlihat hanya nama saja Bahwa almarhum hanya menceritakan masalahnya dengan pak Antasari yaitu pelecehan seksual yang dilakukan pak Antasari terhadap istrinya Bahwa almarhum pernah menyampaikan akan melaporkan kejadian itu kepada ibu Ani SBY terhadap perlakuan pak Antasari pada istrinya lalu saksi katakan jangan dulu kita bicarakan dulu masalah ini dikantor pak Yan Apul
Bahwa setelah itu dibuat perjanjian untuk bertemu dengan pak Yan Apul pada tanggal 24 Februari 2009, akan tetapi tidak terlaksana karena pak Yan Apul sakit terkena serangan jantung, kemudian dibuatlah perjanjian lagi minggu depannya waktunya nanti akan dikonfirmasi lagi oleh beliau Bahwa setelah batalnya bertemu dengan pak Yan Apul waktu itu sampai meninggal dunia belum sempat bertemu pak Yan Apul Bahwa pak Nasrudin pernah berbicara pada saksi bahwa HP nya disadap tetapi beliau tidak tahu siapa yang menyadap Hp nya Bahwa saksi diperiksa di Polda diperiksa oleh Kompol Arif bersamaan dengan Etza Imelda duduk bersebelahan Bahwa pada saat almarhum menceritakan pelecehan seksual yang dilakukan pak Antasari terhadap istrinya beliau tidak menyebut siapa nama istrinya Bahwa saksi baru mengetahui Istri yang dimaksud almarhum adalah Rani Juliani setelah adanya pemberitaan, karena sepengetahuan saksi beliau adalah caddy di Modern Golf Bahwa saksi selama berteman dengan almarhum saksi tidak mengetahui beliau bekerja dibidang apa Bahwa pernyataanya di TV ONE yang ada kaitannya dengan pak Antasari atas tertembaknya almarhum karena berdasarkan SMS yang pernah beliau perlihatkan kepada saksi Bahwa saksi tidak mengetahui apakah SMS tersebut dilacak oleh kepolisian Bahwa saksi lain selain dirinya yaitu saudara Etza Imelda yang mengetahui SMS tersebut pada saat beliau menjemput saksi di Pondok Indah setelah bermain golf Bahwa saksi Etza Imelda mengetahui SMS tersebut karena diperlihatkan oleh almarhum setelah saksi mengenalkannya dengan Etza Imelda sewaktu menjemput saksi di Pondok Indah di parkiran Bahwa saksi yang merekomendasikan almarhum pada saat itu untuk ke kantor pak Yan Apul Bahwa saksi mendapatkan BAP dari penyidik melalui Etza Imelda Bahwa saksi hanya satu kali diperiksa di Polda Metro Jaya diperiksa oleh Kompol Arif Setiawan Bahwa saksi sewaktu diperiksa di Polda saksi hanya diberitahu diperiksa sebagai teman dari korban
Bahwa saksi pada saat diperiksa oleh penyidik bersamaan dengan Etza Imelda, duduk bersebelahan Bahwa almarhum pada saat itu mengunakan HP communicator Nokia E90 Bahwa saksi pada saat ditunjukannya SMS oleh almarhum yang muncul hanya namanya saja, no HP tidak muncul Bahwa saksi terpikir bahwa itu merupakan SMS dari pak Antasari karena melihat nama pengirim dari HP yang menuliskan nama pak Antasari Bahwa saksi sewaktu diperiksa belum diberitahu siapa tersangkanya hanya diberitahu diperiksa sebagai teman dari korban almarhum Zulkarnaen Bahwa saksi bertemu dengan almarhum terakhir main golf di Dago Bandung sekitar bulan Maret 2009 pertemuan itu tidak membahas lagi masalah SMS Bahwa saksi pada saat diperiksa di Polda, penyidik tidak memperlihatkan isi SMS HP pak Nasrudin yang sudah disita oleh Pihak Kepolisian Bahwa saksi pada saat di rumah sakit saksi yang bicara dengan polisi minta diperiksa HP nya Almarhum siapa tahu disitu ada petunjuk kejadian ini Bahwa saksi sewaktu dijemput oleh Etza Imelda beliau turun menunggu direstoran, lalu saksi dan almarhum turun bersama ke restoran bertemu dengan Etza Imelda, almarhum masih saja menceritakan masalah SMS itu lalu menunjukan SMS kepada Etza Imelda Bahwa saksi pernah berbicara di Media (TV ONE) mengenai keterlibatan pak Antasari Azhar dalam penembakan Almarhum Bahwa pak Yan Apul memang pernah bilang pada saksi bahwa SMS tersebut belum tentu kebenarannya Bahwa saksi pada saat bertemu dengan Almarhum terakhir di Bandung tidak lagi membahas masalah SMS Bahwa Etza Imelda bertemu dengan amarhum hanya satu kali itu saja sewaktu di restoran Pondok Indah
27. Saksi Etza lmelda Fitri pada sidang tanggal 24 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi tidak mengenal Terdakwa
Bahwa saksi pernah diperiksa di Polda Metro Jaya Bahwa saksi pernah menjemput Jeffry di Lapangan Golf Pondok Indah Bahwa saksi sewaktu di Pondok Indah saksi turun menuju toilet lalu berpapasan dengan pak Jeffry dan almarhum Bahwa saksi dikenalkan oleh pak Jeffry kepada almarhum di lobby dekat resepsionis Bahwa saksi mengatakan, sambil berjalan menuju parkiran pak Nasrudin menunjukan SMS yang berisi ancaman “MAAF MAZ MASALAH INI HANYA KITA BEDUA YANG TAU KALAU SAMPAI TERBLOW UP TAU KONSEKWENSINYA” pengirimnya adalah pak Antasari Azhar Bahwa almarhum sempat bilang pak Antasri Azhar yang dimaksud adalah ketua KPK Bahwa almarhum bercerita Istrinya pernah dilecehkan oleh beliau (Antasari Azhar) Bahwa HP almarhum sama dengan hp pak Jeffry beliau minta SMS tersebut di forward ke hp pak Jeffry Bahwa setelah itu almarhum meminta bantuan bertemu dengan pak Yan Apul Bahwa kemudian saksi menghubungi sekretaris pak Yan Apul untuk pertemuan antara Almarhum, pak Jeffry dan pak Yan Apul pada tangal 24 Februari 2009 sekitar jam 17.00 Bahwa pertemuan tersebut batal, karena pak Yan Apul mengalami sakit jantung akhirnya ditetukan lagi pertemuan taggal 17 Maret 2009 tetapi tidak terlaksana karena Nasrudin sudah meninggal tanggal 14 Maret 2009 Bahwa saksi mengetahui tertembaknya pak Nasrudin melalui Koran Bahwa saksi saat diperlihatkan SMS oleh Nasrudin kita dalam posisi berjalan di lobby dan melihat nama pak Antasari dari contact number Bahwa saksi pada saat diperiksa di Polda bersama-sama dengan pak Jeffry, duduk bersebelahan tetapi penyidik berbeda Bahwa saksi ingin menjadi saksi dalam kasus ini karena rasa kemanusiaan Bahwa saksi di Polda diperiksa oleh Kompol Arif bergantian dengan Zulhelmi Bahwa saksi pernah meminta BAP atas perintah pak Jeffry kepada penyidik
Bahwa saksi mendapatkan BAP dari KEJAKSAAN diberikan sewaktu akan ke persidangan ini Bahwa saksi pada saat diperiksa Arif pernah menanyakan pada kami berdua pak Jeffry untuk memastikan tanggal dan waktu untuk ketemu pak Yan Apul, beliau hanya mengkonfirmasikan hal itu saja kemudian tanggal dan waktu cocok dan sama Bahwa saksi sarankan untuk ke kantor pak Yan Apul dari almarhum langsung karena beliau sudah kenal dengan pak Yan Apul Bahwa saksi bertemu dengan pak Nasrudin dan berkenalan secara langsung hanya pada saat jemput pak Jeffry di Pondok Indah setelah main golf Bahwa saksi pada saat itu menggunakan Nokia E90 Bahwa keterangannya di BAP yang mengenai No HP Nasrudin didapat dari handphone pak Jeffry sewaktu masih bersama-sama diperiksa penyidik (faktanya tidak mengetahui no Nasrudin) Bahwa saksi pada saat melihat SMS yang ditunjukkan oleh almarhum hanya nama Antasari saja yang muncul tidak ada Nomor Bahwa saksi tidak pernah menyimpulkan SMS itu dari pak Antasari tetapi keterangan itu langsung dari almarhum Bahwa Almarhum tertembak tanggal 13 Maret 2009 dan meninggal dunia tanggal 14 Maret 2009 jam 12 siang berdasarkan berita dikoran Bahwa saksi selama proses penyidikan, penyidik tidak pernah menunjukan atau mencocokan SMS yang pernah ditunjukan Almarhum pada kami Bahwa saksi pada saat almarhum memperlihtkan SMS nya HP dibuka membaca dari layar dalam Bahwa sewaktu pertemuan dengan pak Yan Apul gagal saksi tidak pernah meminta pada Almarhum untuk bertemu lagi dengan pak Yan Apul Bahwa pak Jeffry pernah cerita pada saksi ketemu dengan Almarhum di Bandung dan kami hanya berdiskusi saja masalah Almarhum tetapi tidak fokus membahas masalah Almarhum Bahwa saksi menegaskan ketemu dengan Almarhum saat menunjukan SMS di Loby dekat Receptionis
Keberatan Terdakwa : Keberatan saat disebut yang SMS pak Nasrudin adalah Pak Antasari
Catatan : Berdasarkan keterangan Jeffry, Atze Imelda saat ditunjukan oleh NZ SMS di Lapangan parkir Pondok Indah tetapi di BAP No 7 ditunjukan SMS di mushola, kemudian berubah lagi pertemuan di Restoran Pondok Indah Berdasarkan keterangan Etza Imelda pak Nasrudin menunjukan SMS padanya saat di lobby dekat receptionis dalam keadaan berjalan
28. Saksi Ina Susati, pada sidang tanggal 24 November 2009 dibawah sumpah di depan persidangan menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa Bahwa saksi bekerja di KPK sebagai Analis Informasi Bahwa tugas-tuganya membaca ringkasan dari hasil-hasil sadapan dalam bentuk ketikan format excel dan kemudian dianalisa, dan membuat charting atau bagian komunikasi Bahwa saksi pernah menganalisa no HP Nasrudin tetapi no HP tersebut saksi lupa Bahwa yang memerintahkan untuk menganalis no HP Almarhum Nasrudin adalah pak Budi Ibrahim selaku Dir. Pinda KPK Bahwa saksi setelah melakukan analisis selama dua minggu tidak ditemukan arahan korupsi dan teror akhirnya saksi minta untuk close saja penyadapan Bahwa setiap hasil penyadapan selalu dilaporkan ke Dir. Pinda Bahwa saksi untuk keluarnya SPRINT penyadapan harus ada ditandatangani oleh kelima unsur KPK Bahwa penyadapan yang berkaitan dengan Nasrudin yang menandatangani adalah Pak Chandra Hamzah Bahwa dalam hal penyadapan biasanya tenggang waktunya tergantung keputusan pimpinan bisa satu minggu dan bisa satu bulan
Bahwa hasil penyadapan biasanya langsung dilaporkan ke pimpinan dan orang yang membutuhkan informasi tersebut Bahwa saksi pernah meminta ke Penyedia Jasa Telkomunikasi berdasarkan SPRINT, ke Dir. Telkomsel perihal permintaan CDR, SMS dan data pelanggan No HP nya lupa Bahwa saksi pernah dipanggil pak Budi Ibrahim masuk ke ruangan pak Antasari Azhar waktunya lupa tapi sekitar tahun 2009 saat itu menjelang sore Bahwa saksi saat masuk ruangan pak Antasari saksi diperintahkan untuk membawa Laptop diruangan itu hanya ada saksi, pak Budi dan pak Antasari Bahwa saksi saat diruangan itu pak Antasari Azhar memperlihatkan print out photo berwarna laki-laki dan perempuan berdampingan, Photo Mobil, dan juga photo rumah, lalu pak Budi menyampaikan ini dihentikan saja buat cape, buang-buang waktu, lagian gak level, setelah itu pak Antasari dengan nada kesal mengatakan saya atau dia yang mati Bahwa masalah proses penyadapan saksi keberatan untuk menjelaskan Bahwa saksi lupa kapan Surat perintah penyadapan Bahwa Proses penyadapan SPRINT Harus turun dari Pimpinan baru bisa dilakukan penyadapan Bahwa untuk melakukan penyadapan dilakukan gelar perkara terlebih dahulu Bahwa saksi pernah mengirim email kepada pak Budi Ibrahim terkait dengan memonitoring no HP almarhum Nasrudin yang isinya “agar menutup Case” karena tidak ditemukan data yang mengarah kepada korupsi dan Teror Bahwa saksi saat memonitoring No Nasrudin saksi hanya diberitahu pak Budi Ibrahim terkait teror Bahwa saksi LUPA dengan No HP yang ditunjukan oleh JPU antara lain 0812….456, 0818883155, 081381202747, 081311695795, 0811978245 yang pernah diperintahkan untuk dilakukan Monitoring Bahwa saksi mengetahui Nasrudin dan Rani dari Hasil sadapan dalam SMS yang sering menyebutkan Nama mereka Bahwa penyadapan yang dilakukan berkaitan dengan teror istri pak Antasari saksi hanya melaksanakan perintah saja Bahwa saksi tidak bisa menyebutkan nama-nama teamnya yang melakukan penyadapan terhadap Nasrudin
Bahwa hasil dalam monitoring tersebut dalam bentuk Chart dan bentuk voice Bahwa saksi tidak pernah mendengar voice hasil sadapan Bahwa sadapan dimulai pada tanggal 4 Januari sampai bulan Februari Bahwa saksi tidak bisa menjelaskan hasil kerja team saat ditanya oleh JPU Bahwa saksi melakukan penyadapan hanya karena istri pimpinan ketua KPK mendapat teror Bahwa saksi waktu diperiksa dipolda tanggal 13 Agustus didampingi oleh biro hukum KPK Bahwa saksi lupa siapa yang memeriksa waktu di BAP Bahwa saksi diperiksa oleh Arip Setiawan sampai selesai pemeriksaan Bahwa dalam BAP tanggal 22 Juni 2009 mengenai pertanyaan bagaimana reaksi pak Antasari saat itu lalu saksi biasa-biasa saja dan saksi tidak pernah lagi ditanya masalah kelanjutan penyadapan Bahwa dalam BAP tanggal 13 Agustus memang ada perubahan mengenai kata-kata pak Antasari “saya atau dia yang mati” Bahwa saksi tidak bisa menjelaskan perubahan atas isi dalam BAP tanggal 13 Agustus 2009 Bahwa dalam BAP tanggal 13 Agustus poin (4) yang yang memerintahkan saksi untuk melakukan penyadapan adalah direktur saksi Pak Budi Ibrahim dasarnya adalah SPRINT tangal 10 November 2008 Bahwa user yang dimaksud dalam BAP adalah pak Antasari Azhar Bahwa semua hasil sadapan diserahkan kepada Dir. Pinda pak Budi Ibrahim Bahwa saksi tidak mengetahui apakah Data hasil sadapan itu diserahkan pak Budi Ibrahim atau tidak kepada pak Antasari Azhar Bahwa saksi lupa ada tidaknya Sprint tanggal 6 bulan Januari 2009 Bahwa yang menandatangani surat Perintah penyadapan pak Chandra Hamzah Bahwa Sprint yang bulan November tidak ada kaitannya dengan penyadapan tanggal 6 Januari 2009
Bahwa Dia atau Saya yang mati dalam BAP adalah dia yang dimaksud Nasrudin karena pada saat itu masih dalam kontek membicarakan beliau Bahwa dari hasil analisa saksi tidak dapat menyimpulkan bahwa yang melakukan teror adalah Nasrudin karena dari hasil penyadapan tidak ditemukan Bahwa saksi tidak ingat apakah ada dari hasil penyadapan yang isinya “Maaf mas kalo masalah ini sampai terblow up tau konsekwensinya” Bahwa yang memerintahkan untuk memonitoring adalah pak Budi Ibrahim Bahwa tugas terakhirnya dari pak Antasari adalah sehubungan dengan Nasrudin Bahwa Kris tidak ada kaitannya dengan lima nomor diatas yang ditunjukan oleh JPU Bahwa saksi mendapat surat panggilan dari kepolisian untuk diperiksa melalui biro hukum KPK Bahwa saksi sebelum berangkat ke Polda melapor terlebih dahulu kepada Pimpinan, pak Bibit, Chandra Hamzah, pak Yasin Bahwa pak Ibrahim pada tanggal 13 Agustus 2009 diperiksa jam 1 siang oleh Arip Setiawan Bahwa surat perintah penyadapan tertulis
Keberatan Terdakwa Terdakwa tidak pernah memberikan photo kepada saksi Terdakwa tidak pernah berkata saya atau dia yang mati
Catatan : Istri pak Anatasari Azhar mendapat teror tanggal 3 Januari 2009 SPRINT penyadapan bulan November Bahwa saksi dan Budi Ibrahim diperiksa bersamaan pada hari dan jam yang sama oleh Kompol Arip Bahwa di keterangan saksi saat diperiksa di Polda ditemani oleh biro hukum KPK dalam BAP tidak ada
BAP saksi sama dengan BAP Budi Ibrahim copy Paste Bahwa saksi dalam melakukan penyadapan dibulan Januari dan Februari masih menggunakan SK bulan November 2008 Bahwa gambar photo yang ditunjukan oleh Hakim (Berkas) berbeda dengan gambar yang saksi liat di ruang pak Antasari
29. Saksi Triyana, pada sidang tanggal 26 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa hanya sebatas kenal namanya saja Bahwa saksi bekerja dengan Sigid sejak 30 Mei 2008 Bahwa saksi tugasnya menjaga keamanan Sigid dan kelurga Bahwa saksi selalu mengikut Sigid kemana pun beliau pergi Bahwa saksi dalam pengawalan selalu dibelakang berlainan kendaraan (Terano) Bahwa ajudan pak Sigid ada dua Warsito dan Hendri Bahwa saksi pernah mengantar surat ke rumah pak Antasari, dua atau tiga kali bentuknya amplop coklat lebar Bahwa saksi mengetahui alamat rumah pak Antasari diberitahukan oleh Setyo Wahyudi (sekretaris Sigid) Bahwa saksi perintahnya hanya “antar ini kerumah pak Kumis” Bahwa saksi mengantar surat pada malam hari setelah magrib Bahwa saksi saat mengantar surat sudah ada petugas pak Antasari yang sudah menunggu di pos Rumah pak Antasari Azhar. Bahwa saksi mengantar surat star nya dari kantor Kerinci, sekitar bulan Januari atau Februari 2009 Bahwa amplop yang diantar isinya sedang dan tebal Bahwa saksi mengantar amplop yang kedua selang satu minggu dari yang pertama, perintahnya sama dari Yudi “Pak de tolong antar ke Pak Kumis”
Bahwa saksi setiap mengantar surat kerumah pak Antasari selalu sendiri menggunakan mobil Terrano dan yang menerima orangnya sama Bahwa saksi pernah melihat dua atau tiga kali pak Antasari kerumah Sigid di jalan Pati Unus Bahwa saksi hanya mengetahui pak Antasari ke rumah pak Sigid hanya dua kali itu juga dikasih tahu Yudi Bahwa saksi tidak pernah melihat pak Antasari secara lagsung dirumah pak Sigid hanya melihat mobilnya saja “Camry” Bahwa saksi pernah mendengar Williardi juga datang ke jalan Patiunus juga hanya informasi saja dari Yudi dan hanya melihat mobilnya saja di parkiran “Harrier”, tidak bertemu secara langsung dengan orangnya Bahwa saksi pernah melihat Williardi ke jalan Kerinci sekitar 2009 Bahwa saksi perrnah melihat mobil Williardi dan Antasari Azhar dirumah pak Antasari sekitar sore hari, tidak sampai malam hari Bahwa antara mobil Antasari dan Williardi ada selisih waktu saat datang ke jalan Patiunus Bahwa saksi dengan supir-supir pak Antasari dan Williardi tidak pernah bertemu dan ngobrol Bahwa yang pulang terlebih dahulu adalah pak Antasari, melihat dari mobilnya saja yang sudah tidak ada lagi di parkiran Bahwa Williardi Wizard datang pake baju dinas ditutup jaket Bahwa saksi mengetahui Williardi dari ajudan Sigid, Warsito dan Hendri Bahwa saksi tidak mengetahui selain Alfian Makarim siapa lagi yang sering disuruh mengantar barang oleh Sigid Bahwa jumlah ajudan pak Sigid ada lima dan setelah penahanan pak Sigid semua sudah ditarik oleh kepolisian Bahwa saksi setiap mengantar surat selalu menyetir sendiri Bahwa saksi yakin yang menerima amplop adalah orang pak Antasari, karena sewaktu sampai langsung buka kaca mobil dan orang dipos langsung bilang dari pak Yudi, saksi jawab ya lalu saksi serahkan dan langsung kembali pulang
Bahwa amplop ukuran folio Bahwa saksi tidak pernah melihat Terdakwa hanya mobil saja dirumah Sigid dan informasi itu dari pak Yudi tidak melihat secara langsung. Bahwa saksi sewaktu mengantar surat tidak pernah turun dari mobil Bahwa saksi sewaktu diperiksa polisi yang pertama dan kedua diperiksa dua orang Bahwa saksi sewaktu mengantar diberitahukan oleh Yudi yang menerima surat nanti adalah pak Silaban
Catatan : Bahwa saksi tidak pernah bertemu dengan pak williardi secara langsung hanya melihat mobilnya saja diparkir “Camry”, tetapi sewaktu ditanya jaksa apakah WW datang memakai baju dinas atau baju rumah saksi menjawab WW datang menggunakan baju DINAS yang ditutup jaket ?.
30. Saksi Karno, pada sidang tanggal 26 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi bekerja dengan pak Sigid sejak tahun 2000 Bahwa saksi bertugas melayani para tamu pak Sigid dijalan Kerinci dan Patiunus, menyiapan minuman dan makanan Bahwa saksi kerjanya biasanya dibantu oleh sekretaris pak Sigid, yaitu Setyo Wahyudi Bahwa saksi pernah diminta Sigid mengambil uang dirumahnya sekitar bulan Februari 2009 “ No tolong kamu ambil uang dalam tas tengtengan dibawah kolong meja kerja saksi” Bahwa saksi sewaktu pak Sigid memerintahkan mengambil uang tersebut tidak ada orang yang mendengar dan hanya saksi sendiri Bahwa saksi mengambil uang tersebut dengan Triana ke Jalan Patiunus Bahwa saksi mengatakan tas uang itu berbentuk tas jinjing warna hitam terbuat dari kertas
Bahwa saksi pada saat di Patiunus mengambil uang Triana menunggu di depan tidak masuk ke dalam Bahwa setelah uang tersebut diambil langsung ke Jalan Kerinci diserahkan ke Pak Yudi Bahwa saksi setelah itu tidak melihat pak Williardi datang Bahwa pak Williardi datang terkadang siang dan terkadang sore hari Bahwa saksi pernah melihat pak Antasari datang kerumah pak Sigid sekitar bulan Januari, lebih dari dua kali Bahwa setiap pak Antasari datang yang membukakan pintu selalu saksi Bahwa saksi pernah melihat pak Williardi, dan Antasari datang kerumah pak Sigid bersamaan. Bahwa saksi yang datang lebih dahulu adalah pak Antasari Bahwa saksi pada saat Williardi datang menunggu sebentar di ruang tamu baru kemudian pak SHW keluar mempersilakan beliau masuk Bahwa saksi tidak mendengar pembicaraan mereka Bahwa yang mengantar minuman saksi tetapi setelah itu langsung keluar Bahwa pertemuan mereka kira-kira tiga puluh menit Bahwa saksi yang meninggalkan tempat terlebih dahulu pak Williardi Bahwa pertemuan itu sekitar bulan Januari Bahwa saksi setelah pertemuan bertiga itu pak Antasari tidak pernah datang lagi Bahwa pak Williardi pernah datang lagi setelah pertemuan bertiga antara pak Antasari, Williardi dan Sigid di Jalan Patiunus Bahwa Penyerahan uang setelah pertemuan bertiga di Jalan Patiunus Bahwa saksi pernah diminta pak Setyo Wahyudi untuk memasang alat perekam satu kali Bahwa saksi tidak mengetahui memasang alat perekam yang bergambar atau yang suara Bahwa saksi hanya diperintahkan pak Yudi menyalakan alat perekam yang disamping kanan TV
Bahwa saat itu Pak Yudi hanya bilang pak Aantasari mau datang pasang alat rekamnya Bahwa alat rekam diaktifkan saat pertemuan pak Antasari dengan Sigid Bahwa saksi tidak pernah mendengar hasil rekaman percakapan pak Antasari Azhar dan Sigid Bahwa perintah pak Setyo “No, tolong Bantu saksi pasang alat rekam sebelum pak AA datang katanya “ Bahwa alat rekam hanya tinggal mengaktifkan saja, kerena memang sudah terpasang sebelumnya Bahwa saksi mengaktifkan kedua alat rekam bersamaan Bahwa kegiatan Sigid, saksi tidak selalu ikut Bahwa saksi pernah sekali mengikuti pak Sigid kerumah pak Antasari Azhar Bahwa saksi menemani pak Sigid kerumah pak Antasari Azhar setelah perekaman di Jalan Patiunus Bahwa saksi kerumah pak Antasari Azhar sekitar pukul 10 malam, saat itu saksi menyusul datang belakangan Bahwa saksi sewaktu pulang bersamaan tetapi beda mobil dengan pak Sigid Bahwa saksi kembali dari rumah Antasari sekitar jam 12 malam Bahwa saksi tidak mengetahui apakah Sigid bertemu dengan Antasari atau di dalam Rumah Antasari Bahwa saksi pernah melihat pak Sigid dan Antasari bertemu di hotel Grand Mahakam sekitar tahun 2008 Bahwa pertemuan itu dilantai 8 dan didalam kamar sudah ada pak Antasari Bahwa saksi diperintahkan pak Sigid mengambil Uang hanya satu kali itu saja Bahwa saksi pernah melihat Chairul Anwar, Pinora, M. Joni datang kepatiunus Bahwa mereka (Team Chairul) datang lebih dari satu kali kerumah pak Sigid, tanggal dan waktu mereka datang tidak ingat Bahwa saksi tidak mengetahui alamat email Sigid
Bahwa saksi tidak pernah membawa laptop dari Kerinci ke Patiunus Bahwa yang lebih dahulu pertemuan berdua dulu direkam dari pertemuan bertiga Bahwa pada pertemuan bertiga, saksi dan Setyo Wahyudi menunggu diluar, dan tidak melihat kalau Setyo disuruh mengambil sesuatu dimobil pak Antasari Bahwa saksi pada saat pertemuan bertiga melihat pak Williardi membawa amplop coklat saat pulang Bahwa saksi di BAP empat kali tanggal 29 April Bahwa saksi setelah terjadi pembunuhan tidak pernah melihat pak Antasari Azhar dan Williardi datang Bahwa saksi tidak kenal dengan pengawal pak Antasari Bahwa saksi kenal dengan supir Williardi, yaitu Indra Apriadi Bahwa tugas pokok saksi melayani pak Sigid dikantor dan dirumah Bahwa saksi mengetahui pak Antasari dari Setyo Wahyudi Bahwa saksi kenal dengan pak Antasari sekitar bulan Januari 2009 Bahwa istilah “ pak Kumis” tau dari Yudi Bahwa saksi tidak mengenal supir pak Antasari Bahwa saksi saat merekam hanya diminta Yudi unuk membantu menyalakan alat rekam sebelum pak Antasari datang Bahwa alat rekam memang sudah terpasang hanya tinggal menyalakannya saja Bahwa saksi tidak ada peritah dari Yudi untuk mengecek rekaman sebelumnya Bahwa rekaman yag dibawah meja Yudi yang memasang Bahwa alat rekam tidak terlihat tersembunyi dibawah meja Bahwa pak Antasari masuk setelah rekaman ON Bahwa perekaman itu sekitar bulan Januari Bahwa saksi tidak mengetahui siapa yang mematikan alat perekam setelah pak AA bertemu SHW
Bahwa rekaman sebelum pertemuan bertiga (WW, AA dan SHW) Bahwa saksi tidak mengetahui rekaman sudah ada dikepolisian Bahwa saksi tidak pernah memberitahu polisi masalah rekaman Bahwa saksi pada saat diperiksa polisi langsung menanyakan “rekaman kamu taruh dimana” lalu saksi jawab disamping TV Bahwa saksi pada saat merekam pak Antasari tidak dikasih tau Bahwa saksi mengetahui Chairul Anwar, Pinora, M. Joni dari pak Yudi Bahwa saksi pada saat dirumah pak Antasari hanya diluar saja, tidak masuk. Bahwa setelah setengah jam di Patiunus (setelah dari rumah pak Antasari) ada orang banyak datang masuk keruang kerja pak Sigid Bahwa saksi tidak mengetahui apakah rekaman masih on atau masih nempel disitu Bahwa saksi tidak mengetahui pada saat itu apakah rekaman diambil polisi atau tidak. Bahwa polisi diruangan tidak mendengar percakapan mereka Bahwa saksi setelah polisi keluar tidak mengetahui bawa apa dari ruangan Sigid Bahwa saksi pada saat itu hanya megetahui pak Sigid terlibat penembakan di Tangerang Bahwa saksi setelah pak Sigid dibawa selang setengah jam langsung diminta keterangan oleh polisi Bahwa saksi pada saat pemeriksaan pertama tidak menyebut nama pak Antasari Bahwa saksi pada pemeriksaan kedua baru ditanyakan pak Antasari Bahwa saksi pada saat diperiksa tidak diperlihatkan alat rekaman Bahwa saksi pada saat ditanya masalah rekaman oleh polisi, diperiksa bersamaan dengan Setyo Wahyudi Bahwa saksi pada saat akan diperiksa janjian bertemu dengan Yudi diparkiran Polda Bahwa saksi saat diperiksa penyidik, hanya ditanya masalah rekaman itu ditaruh dimana, tidak diperlihatkan alat perekamnya
Bahwa saksi yang mengetahui alat rekaman diruang pak Sigid hanya saksi dan Yudi Bahwa tidak ada ciri-ciri khusus dari alat perekam itu Bahwa masalah waktu yang rinci di BAP sebenarnya tidak ingat Bahwa saksi pada tanggal 28 April 2009 diperiksa oleh penyidik bersama Setyo Wahyudi bersamaan Bahwa saksi diperintahkan oleh Sigid mengambil uang hanya satu kali saat itu saja Bahwa saksi tidak pernah diperlihatkan oleh polisi barang bukti sama sekali sewaktu diperiksa Bahwa letak alat rekam dekat dengan tempat duduk
Pertanyaan Terdakwa : saat diperintahkan memasang alat rekam merasa heran kenapa pak Antasari direkam? Saksi menjawab hanya heran kenapa direkam
31. Saksi Fajar Hari Kuncoro, pada sidang tanggal 26 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi jadi polisi semenjak tahun 1992 Bahwa saksi sebelum menjadi ajudan pak Antasari bertugas di BNN Bahwa saksi menjadi ajudan pak Antasari sejak awal 2008 Bahwa saksi pernah mengantar pak Antasari kerumah Sigid Bahwa saksi mengantar pak Antasari tidak secara terus menerus Bahwa saksi untuk menjadi ajudan pak Antasari bergantian dengan pak Imam Safei’i selama 3 kali 24 jam Bahwa saksi setiap mendampingi beliau ke Jalan Patiunus selepas jam kantor disana sekitar satu jam
Bahwa saksi pernah mengantar pak Antasari ke rumah Sigid sekitar tahun 2009 tepatnya lupa Bahwa saksi pada saat mengantar pak Antasari main golf hanya sebatas loker saja Bahwa pada saat beliau tidak keluar kemana-mana saksi tetap dikantor ada ruangan khusus sprin Bahwa saksi pernah melihat pak Nasrudin datang ke KPK dua kali Bahwa kedatangan Nasrudin ke KPK sekitar tahun 2008 Bahwa saksi tidak pernah bertemu pak Williardi dirumah pak Sigid Bahwa saksi dalam menjalankan tugas satu kendaraan dengan pak Antasari Bahwa setiap didalam mobil bersama beliau, tidak pernah cerita-cerita Bahwa saksi tidak mengetahui dalam rangka apa Nasrudin datang kekantor KPK Bahwa setiap Nasrudin datang ke KPK selalu kompirasi terlebih dahulu ke sekretaris pak Antasari, lalu saksi terima untuk diberitahukan ke beliau Bahwa saksi tidak mengetahui apakah Nasrudin datang mengisi buku tamu Bahwa saksi setiap kerumah Sigid yang jemput oleh Setyo Wahyudi Bahwa saksi pernah mengantar pak Antasari ke hotel Grand Mahakam dan tidak tau siapa yang memesan kamar Bahwa yang menjaga keamanan dirumah pak Antasari, Anton, Hasan, Indra, Zulkarnain, Silaban Bahwa Setelah penangkapan pak Antasari semua pengawal ditarik dan kembali kekesatuan masing-masing Bahwa saksi mengetahui Nasrudin meninggal dunia dari detik.com. Bahwa setelah mengetahui Nasrudin yang pernah datan ke KPK meninggal, tidak diberitahukan ke pak Antasari Bahwa setiap pak Nasrudin pulang dari KPK mukanya biasa-biasa saja Bahwa semua pengawal-pengawal pak Antasari semua diperiksa oleh Penyidik karena mereka memberitahu saksi melalui telpon
Bahwa pak Silaban diperiksa masalah menerima amplop tapi dia merasa tidak pernah menerima amplop Bahwa saksi tidak pernah mengetahui masalah surat kerja sama antara KPK dan Suara Merdeka Bahwa saksi tidak tinggal dirumah pak Antasari selama menjadi ajudannya karena rumahnya sangat terbatas Bahwa setelah pak Antasari ditahan tidak kerumah pak Antasari lagi karena sudah distand-bykan dikantor Bahwa saksi mengetahui pengawalan dirumah pak Antasari sudah tidak ada lagi semenjak beliau ditahan Bahwa setiap Nasrudin datang ke KPK pada siang hari Bahwa saksi tidak mengetahui apakah Bawa dokumen atau tidak setiap Nasrudin ke KPK Bahwa saksi mendengar nama Williardi terkait kasus ini setelah beliau masuk tahanan Bahwa saksi selama mendampingi pak Antasari tidak pernah melihat pak Antasari bertemu dengan Williardi
32. Saksi Iman Safei’i pada sidang tanggal 26 November 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi menjadi polisi semenjak tahun 1990 Bahwa saksi sebelumnya bertugas di polda Metro Jaya bagian SAMAPTA Bahwa saksi bertugas di KPK semenjak akhir Januari 2008 Bahwa pada saat itu yang menjadi ketua KPK pak Antasari Bahwa tugasnya menjadi ajudan pak Antasari, memantau semua tugas-tugas pak Antasari agar tidak ada hambatan Bahwa saksi pernah mengantar pak Antasari ke Jalan Patiunus dua atau tiga kali Bahwa saksi pernah mengantar pak Antasari kerumah Sigid sehabis jam kantor sekitar tahun 2008 dan awal 2009
Bahwa saksi tidak pernah melihat kedatangan Williardi saat pak Antasari datang kerumah Sigid Bahwa setiap kerumah Sigid saksi hanya menunggu dimobil Bahwa saksi pernah melihat Nasrudin datang kekantor KPK sebanyak 2 kali, lamanya sekitar 15 sampai 20 menit Bahwa saksi pernah mendampingi pak Antasari ke hotel Grand Mahakam lebih dari satu kali Bahwa pak Antasari di hotel Grand Mahakam sekitar 3 sampai 4 jam-an Bahwa setiap ke hotel Grand Mahakam setelah Jam kantor selesai Bahwa tamu yang ditemui pak Antasari di Grand Mahakam tidak tahu karena kami hanya standby dimobil Bahwa saat disana tidak ada mobil Harrier yang datang Bahwa saksi pernah melihat Nasrudin secara langsung saat datang ke KPK Bahwa saksi mengetahui Nasrudin meninggal dari TV dan Koran Bahwa setelah mengetahui Nasrudin meninggal saksi langsung menghubungi ajudanajudan untuk meningkatkan kewaspadaan menjaga pak Antasari karena saat ini sangat rawan Bahwa saksi tidak memberitahukan kepada pak Antasari masalah Nasrudin tertembak Bahwa saksi tidak mengetahui maksud dan tujuan Nasrudin datang ke KPK Bahwa saksi menjadi ajudan pak Antasari persisnya bulan Januari Bahwa selama mendampingi beliau, orangnya sangat tegas dan jika marah karena setiap yang diperintahkan tidak sesuai dengan keinginan beliau Bahwa pak Antasari orangnya baik dan suka membantu, seperti seorang supir taxi yang pernah beliau Bantu untuk membayar uang kuliah anaknya Bahwa setiap Nasrudin datang baik pulang atau datang raut mukanya sama biasa saja, tidak ada kekesalan atau kekecewaan Bahwa setiap mengantar pak Antasari kerumah Sigid tidak pernah masuk hanya sampai luar saja
Bahwa setiap kerumah pak Sigid tidak pernah dengar rumor dari anak buahnya bahwa pak Antasari akan direkam Bahwa setiap datang kerumah Sigid selalu dijemput oleh Setyo Wahyudi didepan pintu Bahwa saksi menegaskan setiap pak Antasari kerumah Sigid dan hotel Grand Makaham selalu sore hari selepas jam kantor
Catatan : Berdasarkan keterangan ajudan-ajudan pak Antasari, pak Antasari setiap keluar kantor baik kerumah Sigid maupun ke Grand Mahakam selalu setelah jam kantor selesai pada sore hari, sedangkan dalam keterangan Rani Juliani ketemu dengan pak Antasari di Grand Mahakam jam 2 siang.
33. Saksi Lucia Ida Altarini, pada Sidang tangal 1 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa Bahwa saksi bekerja di KPK sejak Tahun 2004 Bahwa tugasnya di KPK mengurus Administrasi kantor, mengurus jadwal, mengurus perjalanan dinas Bahwa saksi kenal dengan Nasrudin Bahwa Nasrudin pernah datang ke KPK 5 kali Bahwa kedatangan pertama Nasrudin sekitar bulan Agustus, bulan Oktober dan November 2008 Bahwa kedatangan pak Nasrudin ke KPK menghubungi saya terlebih dahulu, dan ada juga yang langsung ke pak Antasari lalu beliau memberitahu saya bahwa Nasrudin akan datang Bahwa saksi tidak pernah menanyakan apa keperluan Nasrudin datang ke KPK Bahwa dari lima kali pertemuan Nasrudin dengan Antasari mimik wajahnya biasa saja setiap datang ke KPK Nasrudin datang ke KPK dan saya juga tidak pernah menanyakan Bahwa saksi tidak pernah menerima email dari ajudan pak Antasari
Bahwa saksi tidak ingat nomor HP pak Antasari Bahwa kedatangan Nasrudin yang lima kali selalu diterima Pak Antasari karena sudah diagendakan terlebih dahulu Bahwa korban tidak pernah datang kalau belum diagendakan Bahwa setiap tamu sebelum masuk keruangan pak Antasari, keruangan saya dahulu Bahwa Nasrudin pernah datang bawa map kekantor KPK Bahwa setiap Nasrudin datang pak Antasari menunggu diruangannya Bahwa saksi lupa apakah Nasrudin pulang bawa map lagi Bahwa saksi tidak mengetahui apakah Nasrudin pernah membuat laporan terkait Korupsi Bahwa Nasrudin datang kadang pagi dan kadang siang datang ke KPK Bahwa saksi tidak mengetahui pekerjaan Nasrudin Bahwa Nasrudin datang ke KPK pada saat jam kerja Bahwa saksi mengetahui kematian Nasrudin dari ajudan pak Antasari, Fajar Kuncoro melalui SMS Bahwa ajudan pak Antasari dua dan selalu bergantian Bahwa saksi setelah mendapat berita ditembaknya Nasrudin, langsung SMS memberitahukan kepak Antasari lalu beliau mengatakan Inalilahi wainailahi rojiun Bahwa Nasrudin datang ke KPK sendiri tidak didampingi Bahwa saksi pernah menanyakan pak Antasari kenal dari mana Nasrudin, lalu beliau menjawab kenal semenjak saya jadi ketua KPK dan beliau bercerita sangat tertarik dengan Nasrudin karena beliau banyak mengetahui banyak permasalahan di BUMN, tetapi lama kelamaan, Nasrudin minta proyek Bahwa dari permintaan Nasrudin tersebut, saksi tidak mengetahui apakah dibantu atau tidak Bahwa mulai awal 2009 pak Antasari menolak bertemu Nasrudin Bahwa bentuk penolakannya hanya “sampaikan padanya saya ada acara”
Bahwa setelah perintah penolakan disampaikan ada beberapa kali Nasrudin minta untuk menemui pak Antasari tapi ditolak Bahwa antara saya dan pak Antasari profesional tidak pernah menceritakan hal pribadi Bahwa saksi tidak mengetahui masalah pak Antasari diteror Bahwa saksi pernah diperiksa dipolda satu kali terkait kasus pak Antasari Bahwa saksi pernah menerima SMS dari pak Antasari pada bulan Januari yang isinya ‘ibu Ida maaf mohon Tanya apakah akhir-akhir ini ada yang tanya-tanya nomor hp istri saya? karena banyak telpon gelap yang dialamatkan ke istri saya “ lalu saya jawab tidak” Bahwa jadwal-jadwal dinas pak Antasari selalu dijadwalkan dan selalu diingatkan melalui ajudannya Bahwa berdasarkan peraturan jam kerja pak Antasari dari jam 8 sampai jam 5 sore tetapi kalau masih ada rapat beliau masih dikantor Bahwa saksi tidak mengetahui pak Antasari pernah ke Grand Mahakam Bahwa pak Antasari bercerita masalah Nasrudin minta proyek setelah ada penolakan dari pak Antasari untuk ketemu dengan Nasrudin Bahwa setiap tamu yang datang selalu disambut di lobby baru setelah itu menghubungi saya Bahwa jadwal pak Antasari diluar kantor tidak ikut menjadwalkan Bahwa kegiatan pak Antasari keluar negeri sekitar akhir Desember 2008 menjelang tahun baru 2009 selama 2 minggu Bahwa pada saat memberitahukan Nasrudin meninggal reaksi pak Antasari biasa saja Bahwa saksi menjadi sekretaris pak Antasari sejak Desember 2007 Bahwa pak Antasari kurang bisa mengoperasikan Komputer Bahwa saksi lupa apakah pernah mengajukan cuti selama tahun 2007 dan 2008 Bahwa kalau saya cuti sakit yang menggantikan adalah Lili Bahwa saksi pada Januari, dan bulan Mei pernah mengajukan cuti sakit Bahwa sewaktu pak Antasari cuti ke Australia tidak ada kesan suntuk dan keluhan beliau biasa saja
Bahwa setiap berkunjung Nasrudin mimik mukanya biasa saja tidak ada kesan kesal atau marah begitu juga sewaktu pulang biasa saja Bahwa setelah mendengar Nasrudin meninggal saya biasa saja Bahwa saksi tidak pernah ditanya dokumen-dokumen yang pernah disampaikan Nasrudin Bahwa sejak Desember 2008 dan awal 2009 pernah ada coretan-coretan sepanjang kuningan yang menghujat pak Antasari Bahwa coretan-coretan dalam kasus apa lupa Bahwa pak Antasari sebagai ketua KPK tidak pernah keluar kantor tiba-tiba Bahwa saksi pernah dengar cerita sekretaris pulang kantor pak Antasari kembali kekantor Bahwa saksi tidak pernah meberikan nomor hp bapak dan ibu ke siapapun tanpa seizin beliau Bahwa saksi mengatakan LUPA sewaktu pak Antasari di Australia pernah berkomunikasi Bahwa pertemuan Nasrudin yang lima kali diagendakan selalu, disambut dari bawah dahulu, lalu kesaya baru ke pak Antasari Bahwa pada saat menolak kedatangan Nasrudin, pada saat beliau masih nelpon belum ke kantor Bahwa Nasrudin terahir datang sekitar November 2008 kesannya biasa saja Bahwa pernah ada LSM yang datang protes (serikat Garuda) Bahwa saksi memberikan kesan terhadap pak Antasari orangnya tidak pernah marah, suka guyon dan humor Bahwa perjalanan ke Australia urus anaknya memulai sekolah S2 Bahwa pada tahun 2008 akhir pak Antasari pernah mengambil cuti menjelang tahun baru Bahwa system Agenda Jadwal ketua KPK Online jadi bisa diketahui semua pimpinan ketua KPK Bahwa reaksi Nasrudin pada saat ditolak untuk ketemu pak Antasari biasa saja tidak ada kekecewaan
Bahwa saksi yang mempersiapkan cuti pak Antasari, alasan cuti untuk mengurus anak, kalo tidak salah untuk mencarikan tempat tinggal anaknya Bahwa usulan cuti biasanya dua minggu sebelumnya Bahwa pak Antasari kembali pada saat itu karena ada seminar dan beliau ke Bali tanggal 3 bulan Desember Bahwa pak Antasari betul cuti masalah anaknya yang kesulitan mencari apartement
34. Saksi Chandra M Hamzah, pada Sidang tangal 1 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa Bahwa saksi pernah di BAP dikepolisian satu kali Bahwa kira-kira akhir 2008 pak Antasari pernah menceritakan keluhan Bahwa pak Antasari pernah bercerita istrinya pernah didatangi oleh seseorang yang naik ojek diperbelanjaan, memaki-maki dan mengancam” bilang sama suamimu jangan cobacoba bongkar kasus korupsi karena saya tau siapa suami anda” Bahwa pak Antasari menceritakan terror yang menimpa istrinya awal Januari 2009 Bahwa pak Antasari menceritakan nomor yang meneror istrinya pada awalnya hanya pada saya sendiri kemudian saya diperintahkan untuk memanggil Budi ibrahim Bahwa pada saat itu tidak ada staff pak Budi Ibrahim yang ada hanya kami bertiga Bahwa diruangan pak Antasari perbincangan mengenai terror melalui telpon terhadap pak Antasari dan istrinya Bahwa pak Antasari menyerahkan nomor Hp nya kepada pak Budi ibrahim untuk dilakukan penyadapan Bahwa siapa saja boleh memintakan nomor-nomor untuk dilakukan penyelidikan dan no tersebut harus terkait dengan tindak pidana korupsi Bahwa alasannya mengeluarkan surat perintah penyadapan terkait dengan pak Antasari karena ingin menghalang-halangi pengungkapan Korupsi Bahwa penandatanganan SPRINT setelah diberikannya nomor-nomor oleh pak Antasari
Bahwa mendapat laporan hasil penyadapan secara lisan, setelah satu bulan berjalan tidak ditemukannya terror Bahwa pak budi ibrahim menghadap pak Antasari untuk melaporkan hasil sadapan Bahwa pak Budi Ibrahim mengatakan pada saya bahwa pak Antasari minta diperpanjang lagi penyadapannya lalu saya perpanjang lagi satu kali selama 30 hari Bahwa dari perpanjangan masih tidak ditemukan adanya teror jadi langsung ditutup (selesai penyadapan ) Bahwa perpanjangan sadapan dengan formulir baru Bahwa setelah penyadapan ditutup tidak pernah lagi dibicarakan dengan pak Antasari Bahwa pak Budi tidak pernah menyampaikan kata-kata kepada saya mengenai DIA ATAU SAYA yang MATI mengenai ucapan pak Antasari Bahwa nomor-nomor yang diperlihatkan jaksa tidak bisa memastikan apakah itu nomor yang diberikan oleh pak Antasari Bahwa Pak Budi Ibarahim tidak pernah melaporkan nama-nama pemilik nomor Bahwa setiap agenda ketua KPK tidak harus diketahui oleh semua pimpinan KPK Bahwa saksi tidak terlampau harus mengetahui siapa saja tamu dari pak Antasari Bahwa saksi menerangkan bukan surat perintah penyadapan tapi surat perintah penyidikan yang dikeluarkan Bahwa masalah SPRINT bulan november 2008 yang bisa menjelaskan hanya pak Budi Ibrahim Bahwa setiap kasus punya kata sandi untuk pak Antasari diberi kata sandi “Batusari” Bahwa saksi tidak mengetahui pak Antasari kenal dengan Nasrudin Bahwa saksi tidak pernah mengetahui pak Antasari dapat laporan Korupsi dari Nasrudin Bahwa tidak ada larangan untuk menyampaikan laporan korupsi kepada KPK bagi siapa saja Bahwa saksi tidak ada relevansi untuk melihat buku agenda tamu pak Antasari Bahwa bentuk ancaman yang diterima istri pak Antasari adalah “bilang pada suamimu jangan coba-coba bongkar kasus korupsi”
Bahwa saksi mendengar cerita ancaman istri pak Antasari langsung dari pak Antasari Bahwa penyadapan dilakukan setelah pak Antasari memberikan nomor Bahwa saksi tidak pernah disampaikan hasil chard dari penyadapan Bahwa saksi mengatakan tidak pernah memberikan keterangannya di BAP No 17 Bahwa pak Budi tidak pernah melaporkan secara detail hasil penyadapan beliau hanya melaporkan nomor–nomor tersebut “Tidak Bunyi’ Bahwa nomor tersebut tidak pernah dikemukakan oleh Budi Ibrahim sampai ditutupnya penyadapan Bahwa ada dilaporkan masalah coretan-coretan sekitar bulan Januari dan Februari Bahwa saksi mengatakan isi coretan itu tidak tahu Bahwa saksi tidak mengetahui apakah coretan-coretan ada hubungannya dengan kegiatan KPK yang sedang kencangnya memberantas Korupsi atau tidak Bahwa KPK pernah menangani kasus Putra RNI sampai kepersidangan ditahun 2008 Bahwa saksi tidak mengetahui dokumen RNI dari mana Bahwa sekitar Maret 2009 pak Antasari pernah menceritakan putrinya di Australia belum mendapatkan Apartemen lalu saya memberian rekomendasi teman saya siapa tahu bisa Bantu disana Bahwa saksi setelah dapat laporan dari pak Budi tidak bunyi maka tidak dilanjutkan lagi Bahwa setelah itu tidak dilakukan lagi kegiatan penyadapan dan tidak ditemukan siapa si peneror Bahwa kasus BI ditangani KPK awal tahun 2008 Bahwa hasil dari penyadapan nomor-nomor tidak diketemukan terhadap si peneror Bahwa penyadapan hanya berbentuk suara dan SMS Bahwa tidak ada SMS dari hasil penyadapan
Keberatan Terdakwa:
Yang saya minta adalah untuk mendeteksi no telpon masuk bukan melakukan penyadapan
35. Saksi Alfian Makarim, pada Sidang tangal 1 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa Bahwa saksi bekerja sebagai pengawal Sigit Bahwa saksi bekerja aplusan dengan yang lain dua hari masuk, dua hari libur Bahwa saksi dua kali mengantar surat kerumah pak Antasari Bahwa amplopnya tipis kalo diisi kertas hanya sekitar dua lembar Bahwa saksi diperintakan pak Yudi untuk mengantar amplop “tolong antarkan surat kerumah pak Antasari nanti sudah ada yang menunggu disana” Bahwa saksi hanya dua kali mengantar surat dan selalu berangkat sendiri Bahwa saksi yang menerima awalnya tidak tahu tetapi setelah diperlihatkan polisi baru mengetahui namanya pak Silaban Bahwa saksi pernah mengawal Sigid ke rumah pak Antasari Bahwa yang lebih dahulu mengawal Sigid ke rumah Pak Antasari dari mengantar surat Bahwa akhir 2008 pernah mengantar Sigid ke rumah pak Antasari Bahwa saksi mengantar surat sekitar bulan Januari 2009 Bahwa setiap mengawal pak Sigid mobil terpisah saya naik terano hitam Bahwa pak Wiliardi biasanya datang langsung masuk saja saat di jalan Kerinci Bahwa saksi pernah melihat Wiliardi datang satu kali kejalan Patiunus memakai mobil Harrier warna silver diantar oleh supirnya Bahwa saksi mengantar surat memakai mobil Nissan Terrano Bahwa ada yang menjaga rumah Sigid dari polres Jakarta Selatan, satu kali 24 jam aplusan (Gunawan dan Waskito)
Bahwa saksi tidak pernah melihat pak Antasari datang ke kantor Ampera Bahwa saksi pernah melihat pak Antasari sekali ke Patiunus Bahwa saksi mengetahui pak Antasari diberitahukan oleh pak Yudi Bahwa saksi tidak mengetahui maksud kedatangan pak Antasari Bahwa saksi bekerja dengan Sigid sejak bulan Maret 2008 Bahwa saksi tidak pernah melihat dan kenal dengan Chairul Anwar dan team Bahwa saksi tidak mengetahui pak Antasari dan Wiliardi pernah datang bersamaan ke rumah Sigid dihari yang sama Bahwa saksi melihat pak Wiliardi datang memakai pakaian jaket Bahwa saksi mengetahui Wiliardi diberitahukan oleh pak Yudi Bahwa pak Wiliardi lebih sering datang ke Kerinci dari pada ke Patiunus Bahwa mobil pak Antasari Camry sedan warna hitam Bahwa saksi mengikuti pak Sigid tergantung dari perintah beliau Bahwa saksi setiap pak Sigid ada tamu menunggu diluar dan tidak masuk Bahwa saksi melihat dan bertatap muka dengan pak Antasari baru saat ini dipersidangan Bahwa saksi diperintahkan mengantar surat hanya khusus ke rumah pak Antasari saja Bahwa amplop yang diantar ke rumah pak Antasari dua-duanya tipis Bahwa tipis amplop coklat itu kalau ditiup angin bisa terbang Bahwa saksi mengantar surat pada malam hari bulan Januari Bahwa saksi mengetahui Wiliardi diberitahu oleh Yudi Bahwa saksi setiap melakukan pengawalan terhadap Sigid, berbeda mobil Bahwa saksi setiap mengawal Sigid, Setyo Wahyudi selalu tinggal di kantor
36. Saksi Gunawan, pada Sidang tangal 1 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut: Bahwa saksi bekerja sebagai anggota Polri Bahwa saksi pernah diperintahkan untuk menjaga kemanan kantor Harian Merdeka di jalan Kerinci Bahwa saksi, pertama ditugaskan di Kerinci kemudian dipindahkan ke kediaman pak Sigid Bahwa yang mengatur pemindahan tugas pak Yudi Bahwa saksi di Kerinci sekitar September 2008 setelah itu pindah ke rumah Sigid aplusan dengan Waskito Bahwa saksi kenal dengan Wiliardi mantan Kapolres Jaksel Bahwa saksi ketika di Kerinci belum pernah melihat Wiliardi datang Bahwa saksi di Patiunus pernah melihat Wiliardi datang Bahwa saksi yang membukakan pintu gerbang saat Wiliardi datang Bahwa Wiliardi datang ke Patiunus ada dua kali yang pertama akhir Januari dan awal Februri 2009 Bahwa pak Wiliardi saat datang bersama supirnya Bahwa saksi kenal dengan Antasari sebagai ketua KPK Bahwa saksi belum pernah melihat pak Antasari secara langsung Bahwa pengamanan di rumah Sigid disenjatai Bahwa saksi tidak pernah melihat pak Antasari datang bersamaan dengan pak Wiliardi Bahwa polisi hanya saya dan Waskito yang lain sipil Bahwa saksi tidak mengetahui rumah pak Antasari Bahwa yang melayani pak Sigid dirumah dalah pak Yudi
Bahwa yang menjaga rumah Sigid saya dan Satgas Bahwa saksi pertama kali ditugaskan di Kerinci Bahwa saksi tugas dirumah Sigid ada Surat Perintah langsung dari pak Chairul Anwar Kapolres Jakarta selatan Bahwa pak Chairul Anwar pernah berkunjung kerumah Sigid sekitar Januari 2009 Bahwa saksi mengatakan hanya mengawal pak Sigid dikediaman saja Bahwa setiap tamu-tamu yang akan datang selalu ada pemberitahuan terlebih dahulu dari pak Yudi Bahwa saksi tidak mengantar tamu sampai dalam rumah Bahwa ada Anggota Brimob juga yang menjaga rumah Sigid Bahwa saksi hanya tahu Sigid seorang pengusaha Bahwa saksi tidak mengetahui usaha lain Sigid selain Mess Media Suara Merdeka Bahwa saksi tidak mengetahui siapa yang jago tembak diantara pengawal Sigid Bahwa saksi mengenal Sigid karena ada Sprint dari Kapolres tahun 2008 Bahwa saksi pernah dengar ada kemalingan di Kerinci
Pertanyaan Terdakwa: Apakah saksi mengetahui di Kerinci ada kehilangan itu sebuah laptop sewaktu tugas di Patiunus ? Saksi mengatakan yang hilang Kamera tapi saksi tidak mengetahui pastiya.
37. Saksi Hendry Septia Herlambang, pada Sidang tangal 1 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut Bahwa saksi sebagai anggota polri dari kesatuan Polres Jakarta Selatan Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa
Bahwa saksi diperintahkan menjaga kantor Sigid berdasarkan SPRINT dari Kapolres Jaksel Bahwa saksi diperintahkan menjaga keamanan kantor di Ampera milik pak Sigid Bahwa saksi dalam menjaga kantor membawa senjata Bahwa selain saksi ada Indrayana Bahwa saksi hanya di Ampera satu bulan ahir Desember 2008 dan di Kerinci tidak pernah Bahwa saksi pernah melihat kedatangan Wiliardi satu kali di Ampera tapi mobil yang dipakai lupa Bahwa Wiliardi datang bersama drivernya Indra Apriadi Bahwa saksi tidak pernah menyiapkan bajunya dan perlengkapan Sigid, hanya memasukan tasnya saja kedalam mobil Bahwa saksi jadi pengawal Sigid sejak awal Januari sampai Februari Bahwa saksi tidak mengetahui tujuan Wiliardi datang ke Ampera Bahwa saksi pernah mengetahui pak Antasari datang ke rumah Sigid tetapi tidak melihat secara langsung Bahwa saksi mengetahui pak Antasari datang diberitahukan oleh Yudi Bahwa Wiliardi datang menggunakan mobil warna silver tapi lupa mobilnya apa Bahwa saksi tidak pernah mengetahui mobil Camry dan mobil Wiliardi datang bersamaan
38. Priyono Sidang Tanggal 3 Desember 2009, dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut: Bahwa Saksi adalah Supir dari Pak Antasari Bahwa Saksi mengenal Pak Antasari Bahwa bekerja jadi Supir Pak Antasari sejak Tahun 2001 sampai sekarang
Bahwa Saksi mengatakan yang mejadi supir pak Antasari hanya saksi sendiri tidak ada yang lain Bahwa Saksi pernah mengantar pak Antasari kejalan Patiunus tapi lupa berapa kalinya Bahwa saksi mengatakan mobil yang selalu dipakai untuk mengantar Pak Antasari adalah mobil Camry Bahwa sakasi pernah mengantar pak Antasari ke Grand Mahakam lebih dari dua kali Bahwa Saksi pernah diperiksa dikepolisian satu kali Bahwa Saksi ke patiunus tidak mengetahui rumah siapa Bahwa Saksi lupa berapa lama setiap pergi ke Grand Mahakam Bahwa Saksi mengetahui yang di Patiunus rumah Sigid dari media massa Bahwa Saksi mengatakan ajudan Pak Antasari adalah Fajar dan Imam Syafei Bahwa Saksi selama dijalan Patiunus tidak pernah berkomunikasi dengan orang-orang disana Bahwa Saksi setiap hari Sabtu dan Minggu libur Bahwa Saksi mengatakan setiap menyupiri Pak Antasari, dalam perjalanan beliau suka guyon dan ngobrol Bahwa saksi mengatakan Pak Antasari adalah orang yang baik dan disiplin Bahwa saksi menceritakan pernah ditilang Polisi saat bersama Pak Antasari karena menerobos lampu merah Bahwa saksi mengatakan walau sebagai ketua KPK Bapak tetap ditilang karena melanggar peraturan Bahwa saksi mengatakan mobil camry sudah ada sebelum bapak jadi ketua KPK Bahwa saksi menerangkan setiap kekantor memakai flat dinas, setelah selesai ditukar dengan flat yang sebenarnya Bahwa setiap pak Antasari turun mobil yang membukakan pintu ajudannya Bahwa saksi menerangkan Pak Antasari setiap diperjalanan, didalam mobil biasanya baca Koran tapi kalau perjalanan jauh beliau tidur
Bahwa saksi pada sekitar bulan April pernah mengalami tabrakan dijalan Tol Cengkareng pada saat itu didalam mobil ada Pak Antasari Bahwa mobil Terrano yang menabrak mobil Pak Antasari pada saat itu Bahwa saksi pada saat tabrakan keluar mobil bersama ajudan untuk menyelesaikannya Bahwa saksi tidak mengetahui lagi kelanjutan kasus penabrakan mobil.
39. Saksi Hasan Mulachela, pada Sidang tangal 8 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi tidak kenal dengan Terdakwa Bahwa saksi bekerja di PT Pers Indonesia Merdeka di kantor Sigid sejak Juli 2008 sampai November 2009 Bahwa saksi tidak pernah melihat pak Antasari di Ampera, Kerinci dan Patiunus Bahwa saksi pernah melihat pak Wiliardi datang ke Ampera satu kali dan Kerinci satu kali sekitar tahun 2009 Bahwa saksi mengatakan pak Sigid pernah menanyakan pada saya apakah ada uang dikas sebesar 500 juta, lalu saya jawab tidak ada Bahwa saksi mengatakan uang yang ada dikas perusahaan berkisar antara Rp 30 juta Bahwa saksi pada sore hari ditelpon pak Yudi untuk mengantar uang ke pak Wiliardi dan uang sudah ada dimeja pak Yudi Bahwa saat mengantar uang, pak Wiliardi sudah ada diruang meeting bersama pak Sigid Bahwa tas uang tersebut berwana coklat Bahwa saksi mengatakan uang yang diberikan kepada pak Wiliardi Chase Bahwa saksi tidak melihat saat pak Wiliardi meninggalkan kantor Bahwa saksi mengatakan pak Sigid memang sering meminjamkan Uangnya kepada kolega-koleganya Bahwa saksi tidak pernah melihat chek dari pak Wiliardi sebagai pengganti uang pinjaman
Bahwa saksi mengatakan ceknya tidak bisa cair lalu dikembalikan ke pak Wiliardi Bahwa penyerahan uang ke pak Wiliardi merupakan kedatangan beliau yang kedua kali Bahwa saksi mengatakan uang yang diserahkan ke Wiliardi bukan merupakan uang perusahaan Bahwa saksi tidak mengetahui siapa yang mengenalkan pak Sigid ke Wiliardi Bahwa yang mengenalkan saksi kepada Wiliardi adalah pak Sigid Bahwa saat pak Wiliardi datang beliau memakai seragam Polisi Bahwa saksi mengetahui masalah cek dari Setyo Wahyudi Bahwa saksi tidak mengetahui cek atas nama siapa Bahwa saksi berkantor diampera sebelumnya di Kerinci Bahwa setiap dipanggil ke Patiunus oleh Sigid selalu menunggu terlebih dahulu diruang tamu, baru masuk keruang kerja pak Sigid setelah dipanggil Bahwa saksi tidak pernah disampaikan masalah rekaman Bahwa saksi mengatakan selain pak Wiliardi ada pejabat lain yang sering datang kerumah Sigid seperti pak Prabowo dan Perwira Polisi (lupa namanya), Abdulrahman Wahid Bahwa saksi tidak mengetahui pak Sigid mempunyai kerja sampingan Bahwa saksi mengatakan pak Sigid yang mengatakan uang 500 juta itu pak WW pinjam Saksi tidak mengetahui kalau uang tersebut akan dikembalikan oleh pak Antasari Bahwa saksi mengetahui yang membayar gaji ajudan pak Antasari adalah pak Sigid dengar dari Yudi tapi tidak mengetahui secara pasti Bahwa saksi mengatakan yang mengembalikan uang tersebut bukan pak Antasari
Pertanyaan Terdakwa : Uang yang diserahkan ke Wiliardi uang pribadi bukan uang perusahaan, apakah Setyo Wahyudi menceritakan asal usul uang tersebut?
Bahwa saksi Tidak mengetahui dari mana asal usul uang tersebut 40. Saksi Waskito Ashy Pranowo, pada Sidang tangal 8 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi tidak mengenal pak Antasari Azhar Bahwa saksi bekerja sebagai anggota Polri Bahwa saksi bertugas dikantor pak Sigid sejak November 2008 sampai April 2009 Bahwa awal tugas dikantor Kerinci kemudian dipindahkan ke kediaman pak Sigid lalu jadi ajudan beliau Bahwa yang memerintahkan untuk mengikuti pak Sigid berdasarkan SPRINT dari pimpinan Kombes Pol. Chairul Anwar Bahwa saksi tidak pernah melihat pak Antasari datang ke Kerinci Bahwa saksi pernah melihat Wiliardi datang kekerinci satu kali dan Ampera satu kali setelah jadi pengawal pak Sigid Bahwa saksi pernah melihat satu kali kedatangan pak Antasari sekitar bulan November 2008 saat menjaga keamanan rumah pak Sigid Bahwa semenjak menjadi pengawal pak Sigid tidak pernah melihat kedatangan pak Antasari Bahwa saksi mengatakan setiap yang mau ketemu pak Sigid menghubungi pak Yudi terlebih dahulu Bahwa saksi mengatakan pada awalnya yang ditugaskan hanya dua orang, kemudian ditambah lagi jadi keseluruhan enam orang dari Polres Jaksel Bahwa saksi mengatakan Sigid dikawal karena beliau sebagai pengusaha dan atas perintah atasan kami hanya mengikuti saja Bahwa saksi di Kerinci menjaga kantor, dan pindah ke Patiunus menjaga kediaman lalu menjadi pengawal Sigid Bahwa saksi mengatakan yang mengatur dimana-mana tugas pak Sigid sendiri karena dari pimpinan hanya mengarahkan ikut pak Sigid Bahwa saksi mengatakan sekitar Tahun 2009 pejabat Polisi yang pernah datang kerumah Sigid adalah pak Chairul Anwar Kapolres Jakarta selatan
Bahwa pak Sigid tidak pernah memperlihatkan senjata organiknya Bahwa saksi mengatakan pernah mengikuti latihan nembak pada awal pendidikan Bintara selain itu tidak pernah Bahwa saksi tidak pernah meminjamkan senjata Organiknya kepada pak Sigid Bahwa saksi tidak mengetahui pak Sigid punya Senjata Bahwa dalam perjalanan mengawal pak Sigid ada mobil Terano dibelakang yang selalu mengikuti (Sipil dan Brimob) Bahwa Terrano berplat dinas polisi sewaktu masih ada brimob Bahwa saksi mengatakan mobil Terrano berwarna hitam polos Bahwa saksi tidak berdinas lagi dikediaman Sigid semenjak April 2009 karena ada kasus ini ditarik pimpinan Bahwa mobil Terrano milik Sigid flatnya saja yang diganti flat dinas
Pertanyaan Terdakwa Pada saat kejadian tanggal 14 Maret 2009 dan sekitar tangal 18-19 berada dimana? Saksi menjawab lupa berada dimana
41. Saksi Eduardus Noe Ndopo Mbte, pada Sidang tangal 8 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi tidak kenal dengan Terdakwa Bahwa saksi tidak pernah diperiksa sebagai saksi pak Antasari Bahwa saksi mengatakan semua BAP nya dicabut karena semua isinya tidak benar dan proses pembuatannya dalam tekanan dan intimidasi sehingga apa yang saya sampaikan adalah arahan dari penyidik Bahwa saksi diperiksa beberapa kali lupa
Bahwa sewaktu diperiksa tidak diberitahu untuk kasus apa Bahwa saksi sekitar awal Februari 2009 jam 23.00 bertemu Jery, Jery minta tolong untuk membantu Wiliardi karena ada tugas Negara dan beliau juga menceritakan sebenarnya sudah ada team lain yang mengikuti Intelejen Negara Bahwa Jery memperlihatkan amplop Coklat yang berisi Foto Orang dan mobil Bahwa keesokan harinya Jery menelpon untuk bertemu Wiliardi di Bowling Ancol Bahwa saksi pada saat di Bowling ancol menelpon Hendrikus untuk membicarakan tugas Negara ini Bahwa saksi mengatakan pada saat pertemuan bertiga, Jery menanyakan kenapa tugas ini bukan polisi yang melakukan, Wiliardi menjawab kalau anggota waktunya terbatas tidak bisa mengawasi selama 24 jam Bahwa saksi mengatakan pertemuan bertiga di Hailai Ancol hanya sekitar setengan jam, pak Wiliardi yang lebih dahulu meninggalkan tempat Bahwa saksi setelah tiga hari pertemuan dihubungi oleh Wiliardi beliau menanyakan apakah sudah ada orang itu, saya menjawab belum Bahwa setelah itu kita janjian bertemu di Hotel Ambara Bahwa saksi dijemput oleh supir pak Wiliardi di Hotel Ambara untuk ke kantor pak Wiliardi di Mabes Polri Bahwa saksi mengatakan saat bertemu di Mabes Polri pak Wiliardi mengatakan tolonglah Edo ini buat karir saya juga Bahwa saksi mengatakan pak Wiliardi bilang minta tolong hanya mengikuti orang itu saja Bahwa saksi di Mabes Polri hanya 15 menit bertemu dengan pak Wiliardi Bahwa setelah semingu pak Wiliardi nelpon dan mengajak ketemuan di Chitos Bahwa setelah ketemu di Chitos Wiliardi ikut mobil saya Bahwa saksi mengatakan Wiliardi menyerahkan uang operasional di dalam mobil saksi Bahwa jumlah uang berapa tidak dibicarakan oleh Wiliardi Bahwa saksi menyerahkan uang ke Hendrikus Rp 100 juta dan meminta bertanggung jawab atas uang itu
Bahwa saksi tidak mengenal Fransiskus, Daniel dan Heri santoso Bahwa saksi ditelpon Hendrikus, setiap turun lapangan selalu ada yang mengikuti, menggunakan seragam polisi, safari, mobil Panther warnah merah, Terrano, mobil Timor, motor Ninja, lalu saya laporkan ke Wiliardi, beliau bilang itu team kita juga yang ikut mengawasi Bahwa saksi menitipkan sisa uang ke Fidelis dan mengatakan uang ini adalah uang operasional Tugas Negara Bahwa saksi tidak pernah ketemu pak Wiliardi setelah kejadiannya 14 Maret 2009 Bahwa saksi juga mengambil uang 100 juta untuk pulang ke Flores Bahwa saksi tidak pernah bertemu dengan Wiliardi di restoran hotel Ambara Bahwa saksi bertemu dengan Wiliardi hanya dua kali di CHITOS dan Mabes Bahwa pak Wiliardi tidak pernah mengatakan uang 500 juta saat pertemuan di Hailai Ancol beliau hanya bilang nanti dibantulah operasional Bahwa perintah pak Wiliardi hanya untuk mengikuti orang yang ada difoto saja dan dilaporkan Bahwa saksi mengatakan mengetahui peristiwa penembakan 14 Maret 2009 setelah ditangkap oleh kepolisian Bahwa saksi pernah ditegur Wiliardi disuruh mengawasi kok malah meninggalkan Bahwa saksi pada saat dipertemukan polisi dengan Hendrikus tidak pernah menegurnya karena tahu beliau korban juga seperti saya Bahwa saksi mengatakan Hendrikus tidak pernah menyampaikan memanggil teman yang lain Bahwa saksi mengatakan Hendrikus mulai bekerja setelah operasional keluar bulan Februari 2009 Bahwa saksi diperiksa sebagai saksi hanya untuk Wiliardi dan Jery Bahwa saksi tidak pernah diperiksa untuk Antasari Azhar maupun Sigid Bahwa saksi menghubungi Hendrikus karena ada Tugas Negara dari Wiliardi Bahwa tidak ada kata-kata untuk membunuh dari Wiliardi
Bhawa saksi mengatakan tidak ada perintah dari pak Antasari untuk membunuh Bahwa saksi saat ditangkap diperintahkan untuk ikut ke Polda tetapi dibawa kehotel nirwana Bahwa saksi saat dijemput petugas pada malam hari, lalu dianiaya samapai muka Hancur Bahwa saksi diperiksa dihotel nirwana dengan mata di lakban, kemaluan diestrum, ditelanjangi, dan diborgol tangan dan kaki Bahwa saksi mengatakan tidak ada kata-kata lain hanya untuk mengawasi korban saja Bahwa setiap melakukan pengawasan ada team lain yang sudah mengikuti Bahwa saksi pada saat menerima uang tidak diberitahu berapa jumlah tersebut Bahwa saksi tidak mengetahui uang tersebut dari mana
42. Saksi Jery Hermawan Lo, pada Sidang tangal 8 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut Bahwa saksi tidak mengenal Antasari azhar Bahwa saksi mengenal Wiliardi sejak tahun 1997 Bahwa Wiliardi menghubungi untuk meminta no telpon Edo Bahwa pak Wiliardi meminta Edo untuk datang karena ada tugas Negara Bahwa Wiliardi saat datang kekantor membawa amplop choklat Bahwa saksi bertemu Edo dan Wiliardi di Hailai Bowling Ancol Bahwa saksi tidak memfasilitasi pertemuan itu Bahwa pertemuan di Hailai sekitar 15 menit Bahwa pada saat bertemu Edo, Wiliardi meminta untuk membantu tugas Negara, untuk meneror dan mengawasi seseorang secara terus-menerus Bahwa saksi diperiksa hanya sebagai saksi Edo dan Wiliardi Bahwa saksi hanya mengakui sebagian yang benar dari isi BAP
Bahwa saksi ditangkap polisi tanggal 28 April 2009 Bahwa saksi pada saat ditangkap anaknya juga ikut ditangkap oleh pihak kepolisian Bahwa saat penangkapan HP disita Bahwa saksi dipertemukan dengan Edo dengan kondisi babak belur tangan berdarahdarah Bahwa Edo meminta untuk mendukung BAP nya Bahwa saat diperiksa di hotel tidak didampingi Penasehat hukum Bahwa pemeriksaan di polda hanya pemeriksaan tambahan Bahwa saksi pada saat diperiksa merasa ketakutan luar biasa Bahwa beberapa hari sebelum ditangkap pernah menghubungi Edo untuk perpanjangan SNTK Bahwa Wiliardi hanya mengatakan ikuti terus menerus Bahwa Wiliardi mengatakan sudah ada intel sebelumnya yang mengikuti Bahwa saksi mengenal Edo tahun 1997 Bahwa saksi mengenal Hendrikus tahun 2003 Bahwa pada saat bertemu Wiliardi tidak ada kata-kata ‘Habisi orang itu’ Bahwa saksi setelah terjadi penembakan hanya berasumsi yang melakukan Penembak Jitu Bahwa saksi mengatakan tidak mungkin penembakan yang sangat jitu itu dilakukan oleh anak buahnya Bahwa saksi pada saat ditangkap dimasukan kedalam sel yang sangat pengap yang ada hanya lubang kecil dan sangat susah untuk napas Bahwa saksi bertemu Edo di hotel Nirwana dikumpulkan disitu Bahwa Edo meminta diperkuat BAP nya Bahwa pada saat itu Edo sudah babak belur sedangkan Amsi tangan dan kaki dirantai penuh dengan luka-luka
Bahwa saksi tidak pernah diperiksa untuk pak Antasari Bahwa saksi ditanya polisi kenal dengan SIGID saat didalam mobil dan mereka juga menanyakan apa ada anggota dan pejabat yang terlibat saya jawab tidak tahu Bahwa pada saat di BAP penyidiknya SUHERI dan team juga ada HELMI dibawah pimpinan Kompol Arif Bahwa saksi diperiksa ada siang dan ada juga malam Bahwa saksi diperiksa berkali-kali dan untuk sebagai saksi hanya dua kali Bahwa saat di BAP disebutkan untuk tersangka Edo dan Wiliardi Bahwa saksi tidak pernah diperiksa sebagai saksi untuk Pak Antasari Bahwa saksi tidak diberitahukan penyidik keterangan untuk Edo dan Wiliardi dimasukan kedalam BAP pak Antasari
43. Saksi Abdul Mun’im Idries (Ahli Forensik), pada Sidang tangal 10 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa ahli kali diperiksa satu kali oleh penyidik Bahwa ahli melihat mayat Hari minggu, ditelpon oleh bapak Nico Afinta, Iriawan, Jusuf Manggabarani Bahwa ahli menemukan 2 butir anak peluru dikepala, satu disebelah kanan atas telinga, tidak tembus, luka tembak masuk, yang kedua di rongga tengkorak jaringan otak Bahwa ahli masih dapat mengenali peluru Bahwa ahli tidak dapat memastikan jarak tembakan Bahwa berdasarkan luka tembak pada korban tidak menyebabkan kematian secara langsung Bahwa Pada kasus ini korban mati akibat luka tembak Bahwa ahli tidak dapat memastikan tembakan pertama atau kedua yang menyebabkan kematian Bahwa Jarak antara lubang 1 dan 2 adalah 12 cm
bahwa ahli menerangkan macam-macam luka tembak, Berdasarkan jarak: yaitu jarak jauh, dekat, sangat dekat, tempel Bahwa dari keadaan mayat, ahli menyimpulkan dari hasil akhir berdasarkan sifat luka yaitu tembakan jarak jauh, sangat jauh atau dekat tapi terhalang sesuatu. Bahwa senjata api yang digunakan jenis S&W 38 Bahwa ahli setelah melakukan pemeriksaan diminta hasilnya oleh penyidik dan yang diberikan hanya berita singkat yang ditulis tangan, keesokan harinya baru diberikan hasilnya Bahwa Ahli mengingat hasil pemeriksaan Bahwa Ahli menerangkan dua anak peluru pada kepala korban tidak utuh karena peluru lembek, dari timah Bahwa Kedua peluru putarannya kearah kanan Bahwa ahli tidak memberikan peluru pada penyidik pada pemeriksaan pertama, yang diberikan hanya hasil pemeriksaan Bahwa ahli tidak mengetahui diameter luka karena mayat tidak asli lagi karena sudah ada jahitan Bahwa ahli melihat pada tengkorak, luka tembak masuk karena kerusakan bagian interna lebih besar dari eksterna maka luka tembak masuk Bahwa ahli menuangkan hasil pemeriksaan tentang kerusakan Bahwa ahli diperiksa Untuk korban bernama Nasrudin Bahwa ahli hanya memeriksa korban di RSCM Bahwa ahli tidak memeriksa Korban di TKP Bahwa ahli mengatakan mayat sudah tidak asli karena sudah ada jahitan Bahwa ahli menjelaskan mayat tidak asli karena menerima mayat tanpa pakaian, rambut sudah digunting, luka sudah dijahit Bahwa ahli tidak menemukan ada bintik-bintik yang mengidentifikasikan tembakan dekat Bahwa ahli tidak bisa memastikan waktu kematian korban karena keaslian sudah tidak terjaga
Bahwa ahli tidak mengetahui kapan kematian korban karena mayat tidak langsung ke ahli, mayat telah dimanipulasi Bahwa ahli membuka lagi jahitan untuk mengeluarkan peluru dari kepala korban Bahwa berita singkat yang ditulis tangan diberikan kepada penyidik Bahwa Istilah mayat sudah dimanipulasi maksudnya sudah tidak dalam kondisi aslinya Bahwa akibat dari tidak aslinya mayat kematian tidak dapat dipastikan, dan yang paling penting tidak bisa menentukan alibi dan tanggal si pelaku Bahwa ahli mengatakan diameter anak peluru 9 mm Bahwa ahli pada saat menuliskan anak peluru 9 mm ahli ditelpon oleh puslabpor pak Kamal yang mengatakan terlalu berani menulis berita acara 9 mm Bahwa ahli diminta menghilangkan tulisan oleh Kasat Reserse Polda Metro Jaya tentang tulisan 9 mm Bahwa ahli mengatakan mengetahui anak peluru korban, dari photo yang diambil Bahwa ahli mengatakan senjata jarang digunakan karena melihat dari putaran peluru masih bagus. Bahwa menjelaskan senjata yang digunakan masih baik Bahwa ahli mengatakan mayat sudah tidak asli, tetapi Peluru masih didalam kepala korban Bahwa ahli mengatakan jarak tembak 50 pada korban ada mesiu yang menempel pada korban bahwa ahli tidak menemukan mesiu disekitar korban bahwa ahli menerima mayat korban dalam keadaan telanjang Bahwa Ahli meyakini peluru tersebut 9 mm Bahwa ahli menjelaskan Istilah kata berani yang diucapkan oleh Puslapor Mabes karena menulis berita acara peluru 9 mm Bahwa ahli tidak pernah diperlihatkan senjata yang menembak korban
Bahwa ahli mengatakan senjata jarang digunakan dari anak peluru bagian dalamnya masih jelas Bahwa ahli mengatakan tidak asli karena mayat sudah dijahit Bahwa ahli mengatakan setiap dokter berwenang untuk melakukan visum Bahwa ahli mengatakan yang menyuruh menghilangkan tulisan 9 mm dari Polda Metrojaya Bahwa ahli diminta untuk memeriksa korban oleh pak Dir Reserse Polda dan pak Jusuf yang mengatakan masih ada kaitan famili dengan korban Bahwa ahli menerima mayat yang hanya ditutupi kain putih Bahwa ahli mengatakan yang menyebabkan kematian luka berat Bahwa semua dokter berwenang melakukan visum Bahwa ahli mengatakan keaslian otopsi ada 4 yaitu mayat yang baik, keaslian barang bukti, teknik pemeriksaan dan koordinasi. Bahwa pada waktu melihat mayat, mayat menggunakan celana Bahwa ahli tidak melihat baju korban Bahwa ahli mengatakan tembakan tanpa penghalang mesiu bisa menempel dipakaian kalau jarak 50 cm Bahwa ahli mengatakan tidak mengikuti proses jadi tidak mengetahui jika korban ditembak melalui kaca mobil mesiu bisa masuk Bahwa faktor penghalang jarak tembak tidak sama dengan alat peredam Bahwa S&W Bisa dipasang alat peredam Bahwa hasil tembakan yang dipasang alat peredam dengan yang tidak dipakaikan alat peredam hasilnya sama, hanya suaranya saja yang berbeda Bahwa ahli mengatakan untuk senjata genggam, jarak jauh tembakan diatas 50 cm
44. Saksi Drs. Maruli Simanjuntak (Ahli Balistik) pada Sidang tangal 10 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut
Bahwa tugas Ahli secara spesifik tugas sehari-hari Bahwa ahli pernah diminta untuk melakukan pengujian balestik terhadap 2 butir anak peluru berkut serpihan dan senjata api jenis Revolver Bahwa ahli untuk pembuktian dilakukan pembandingan antara peluru bukti dengan peluru pembanding menggunakan mikroskop pembanding peluru, ada ciri-ciri mikro dan makro dengan keidentifikasinnya maka disimpulkan bahwa anak peluru dari senjata bukti sama. Bahwa B1 sama dengan pembandingnya Bahwa dari senjata bisa diketahui kriterianya dari garis-garis halus yang ada, jadi identik, bisa ditentukan caliber apa, timahnya dan perputarannya Bahwa secara mikro ada sidik jari senjata, garis menyambung jadi sama dan sesuai Bahwa B1 dan B2 disimpulkan betul ditembakkan dari senjatanya relvover barang bukti Bahwa peluru dilontarkan dari senjata baru, yang jarang digunakan Bahwa Ahli masih ingat barang bukti Bahwa ahli tidak bertanya pada saat barang bukti dibawa karena sudah diberikan oleh penyidik, dan sudah ada LP nya Bahwa ahli mengatakan mengetahui asal barang bukti dari berkas visum Bahwa ahli mengatakan bila sudah ada visum sudah legal untuk dilakukan uji balistik Bahwa Ahli menerima peluru yang dibawa penyidik, tidak melihat langsung peluru yang pada diri korban, hanya mengetahui dari berita acara saja Bahwa ahli mengatakan barang bukti diterima disegel dalam plastik Bahwa ahli mengatakan yang menyegel alat bukti dokter Bahwa ahli melakukan uji balistik peluru jenis caliber 38 Bahwa ahli mengatakan pada penembakan jarak jauh secara langsung disekitar tubuh korban ada mesiu Bahwa ahli mengatakan dari mesiu yang menentukan jaraknya Bahwa ahli menjelaskan kalau menembak peluru selongsong tertinggal didalam serpihannya berbentuk pecahan peluru kecil-kecil
Bahwa ahli meyakini serpihan dari barang bukti bagian dari anak peluru Bahwa ahli mengatakan alur senjata masih bagus dan senjata sudah pernah dipakai Bahwa ahli memeriksa senjata pada tgl 14 Mei, dalam keadaan disegel Bahwa ahli ketika melakukan uji balestik tidak mengetahui senjata yang diduga dipakai untuk membunuh NZ Bahwa setelah selesai membandingkan anak peluru disimpan di Puslabpor Bahwa ahli mengatakan penembakan tidak secara langsung melalui media kaca Bahwa ahli mengatakan bila penembakan dihalangi lebih dari 1 media ada perbedaannya dan tergantung medianya Bahwa ahli mengatakan ada kaca yang menghalangi kemudian baru mengenai korban Bahwa ahli Ketika memeriksa kaca tidak ada residu mesiu sehingga dapat dikatakan jarak jauh Bahwa ahli mengatakan tidak ada serpihan anak peluru dimobil Bahwa serpihan dipastikan dari peluru yang sama Bahwa ahli mengatakan karakterisktik selongsong dan anak peluru sama, dengan alat pembanding Bahwa ahli pada saat diserahkan Barang bukti tidak ada baju Bahwa ahli mengatakan tanggal 16 maret dari visum Bahwa ahli mulai melakukan periksa pada tanggal 18 Maret selesai pada tanggal 19 Maret 2009 Bahwa ahli menjelaskan senjata S&W caliber 38, peluru juga harus caliber 38 Bahwa peluru caliber 38 tidak bisa digunakan untuk peluru 9 mm Bahwa ahli mengatakan peluru 9 mm tidak bisa masuk kedalam caliber 38 Bahwa ahli mengatakan akibat tembakan peluru 38 dengan 9 mili berbeda Bahwa ahli melakukan pemeriksaan terhadap barang bukti senjata 0.38
Catatan : bahwa ahli mengatakan menerima Barang Bukti pada tanggal 14 Maret dalam keadaan disegel tetapi Pada tanggal 4 Mei senjata dipegang Kapolda tanpa segel
45. Saksi RUBY ZUKRI ALAMSYAH pada Sidang tangal 15 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut: Bahwa Ahli menjelaskan tentang ahli dibidang IT yaitu memiliki pengalaman secara umum tentang IT mempunyai sertifikat internasional, berpengalaman 15 tahun di bidang IT, security, digital forensic dan pengertian digital forensic yaitu membawa ke pengadilan, menganalisa bukti digital untuk pengadilan Bahwa Ahli pernah melakukan analisa yang berkaitan dengan kasus Nasrudin Bahwa Ahli menyebutkan benda yang dianalisa ada 16 item yang berupa HP (handphone), Voice Recorder, Hand Camera (pocket camera), Memory card HP, dan Spy Camera Bahwa Ahli menjelaskan teknik analisa yang digunakan menggunakan standard operating procedure, yaitu tahap dimana setelah barang bukti digital disita, dilakukan pengkopian terhadap barang bukti asli karena barang bukti digital biasanya lebih rentan dan memerlukan perhatian khusus, proses ini disebut dengan kloning, kemudian dilakukan hasting, untuk menjaga integritas barang bukti digital yang disita, kemudian baru dianalisis Bahwa ahli menjelaskan cara menganalisis voice recorder pada kasus ini adalah dalam bentuk digital jadi setelah dilakukan rekaman menjadi file kemudian dikloning dan melakukan hasting kemudian memutar video nya dan dibuat transkripnya Bahwa Ahli menjelaskan proses analisa untuk spy camera yang berbentuk kecil, yaitu setelah direkam dan menjadi data file kemudian dikloning lalu menganalisa datanya Bahwa ahli menyebutkan dalam memeriksa Hand Phone menemukan sms Rani ke Nasrudin, ada 2 yang telah terhapus tetapi masih bisa direcover Bahwa Ahli mengatakan isi dari sms Rani kepada Nasrudin adalah “masalah dengan Antasari diselesaikan saja, kalau diteruskan lagi saya tidak mau” Bahwa Ahli menemukan sms dari pak Antasari Azhar yang berisi “Demi Allah bukan saya” tetapi kurang mengetahui persisny, selain itu tidak menemukan lagi Bahwa ahli menjelaskan yang melakukan penyidikan dan penyitaan barang bukti adalah penyidik
Bahwa Ahli mendapatkan barang bukti untuk diperiksa dari penyidik Bahwa Ahli menjelaskan pemeriksaan yang dilakukan melalui software, yaitu mengconnect dengan komputer melalui USB, kemudian isi akan terbuka di Komputer, dan hardware Bahwa Ahli menjelaskan yang ada dalam laporan adalah print out dari file yang ada di komputer Bahwa Ahli menemukan rekaman suara Rani dengan Antasari yang direkam oleh Nasrudin ketika menelpon Rani yang sedang bersama Antasari, dalam memory card Hand Phone Nasrudin yang berdurasi 18 menit Bahwa Ahli sudah mengkoordinasi pada awal juni sampel suara Antasari dan Sigid Bahwa Ahli melakukan analisis dari voice recorder warna merah creative muvo Bahwa Ahli menjelaskan alat digital yang hasilnya berisi file di creative muvo di connect dengan USB ke komputer, ada directory baru di komputer, kemudian dilakukan kloning, pada saat meng-connect tidak ada apapun yang akan merubah data Bahwa Ahli menemukan rekaman berdurasi 1,5 jam dan pembicaraan baru dimulai pada menit ke 37 yang isinya tidak terdegar jelas Bahwa ahli setelah mendapatkan hasil rekaman kemudian membuat transkrip dan membuat laporan digital forensic Bahwa Ahli mengatakan percakapan Rani-Antasari dari HP Nasrudin adalah percakapan Rani dengan Antasari yang diawali oleh percakapan telpon antara Rani dengan Nasrudin, kemudian ditengah ada suara orang lain masuk, karena Nasrudin mendapatkan telpon sehingga akan masuk pada rekaman. Bahwa dalam rekaman terdapat suara korban yang mengatakan Rani sudah masuk kamar. Bahwa Ahli mengatakan rekaman suara pada voice recorder muvo creative warna merah adalah voice recorder tersebut disimpan tersembunyi, mungkin didalam kantong, karena suaranya kecil, yang memegang adalah yang suaranya besar yaitu Sigid, dimana isi percakan tersebut mengenai perencanaan sebuah kegiatan Bahwa Ahli pernah melakukan analisa terhadap spy-cam dengan cara yang sama yaitu dengan melakukan kloning kemudian melakukan analisa. Bahwa Ahli mengatakan terdapat beberapa file yang tersimpan, namun yang berkaitan hanya file TVY 003
Bahwa Ahli memutar hasil spy cam yang hanya berjalan selama 7 detik selebihnya tidak dapat digunakan hasilnya kurang bagus Bahwa Ahli pernah melakukan analisa terhadap nomor-nomor yang diajukan penyidik Bahwa Ahli menggunakan metode CDR untuk menganalisa nomor-nomor tersebut untuk mengetahui sms, mms, durasi, juga transaksi telpon Bahwa Ahli menjelaskan metode yang dilakukan yaitu penyidik meminta CDR dari operator kemudian mendapatkan print out beserta soft copy nya, untuk memudahkan menggunakan software kemudian menjadi diagram Bahwa Ahli menemukan transaksi antara SHW?AA ada 49 SMS (terhadap tiga buah nomor sigid) dan tidak ada voice call, antara SHW?WW ada 66 voice call, dan antara AA?WW ada 7 voice call Bahwa Ahli setelah memeriksa dengan software mencocokan lagi dengan print outnya Bahwa Ahli tidak dapat melihat isi smsnya hanya bisa melihat transaksinya saja kapan Bahwa ahli dapat mengetahui posisi lokasi transaksi dilihat dari koordinat yang paling dekat PTS, namun tidak dapat mengetahui posisi tepatnya Bahwa ahli menemukan transaksi pada saat Antasari dan Sigit tercover pada PTS yang sama yaitu PTS Simprug yang merupakan PTS yang paling dekat dengan terjadinya transaksi, selain itu di PTS Kebayoran Baru Bahwa Ahli mengatakan hubungan terakhir SHWàAA sms ke 3 no sigit 43 kali, tidak ada telpon, SHWàWW 66 voice call, AAàWW 7 voice call, Hendrikus-fransiskus tidak hapal karena banyak, JerryàWW berlokasi sekitar Ancol Bahwa Ahli mengatakan pada tanggal 14 Maret ada komunikasi antara nomor-nomor tersebut, nomor pastinya ada di Berita Acara Bahwa Ahli tidak mengetahui ada transaki setelah tanggal 14 Maret Bahwa Ahli membuat transkrip rekaman Bahwa Ahli mengatakan masih dapat memastikan isi transkrip masih asli Bahwa Ahli menjelaskan proses pembuatan transkrip yaitu menggunakan alat untuk verifikasi suara membuat transkrip membedakan suara dari tinggi dan rendahnya Bahwa Ahli mengatakan semua suara tercover baik yang jelas maupun yang tidak jelas
Bahwa Ahli dijadikan ahli oleh jaksa atas dasar pengalaman selama 15 tahun dan punya sertifikat internasional Bahwa Ahli mengatakan dapat membedakan bila suara ada yang dipotong atau tidak asli Bahwa Ahli menerima barang bukti dari penyidik dalam plastik yang dilakban Bahwa Ahli meyakini rekaman belum didengar orang lain sebelum Ahli, karena banyak penyidik yang me-request dan sengaja menunggu untuk ahli datang dan memperdengarkan isi rekaman Bahwa Ahli menjelaskan kloning induk digital forensik dibawa untuk menjaga keaslian barang bukti digital Bahwa Ahli mengatakan dapat terjadi menggunakan nomor telepon bukan digunakan oleh orang yang mempunyai nomor tersebut tapi oleh orang lain dengan cara kloning Bahwa Ahli mengatakan BTS ilegal dapat dilakukan Bahwa Ahli menjelaskan proses rekaaman suara Rani-Antasari pada memory card hp Nasrudin yaitu Nasrudin sebelum menelpon Rani menenekan ‘rec’ pada Hpnya (Nokia N 65) kemudian kedua hp berfungsi menjadi microphone sehingga selama Nasrudin menelpon Rani semua pembicaraan bisa terekam masuk Bahwa Ahli menjelaskan telah ada niat sejak ada perintah Nasrudin kepada Rani untuk ‘jangan dimatiin’ Bahwa Ahli mengatakan nomor telpon yang sudah kloning dapat digunakan bila no yang dikloning dalam keadaan mati, karena hanya bisa 1 nomor saja yang aktif Bahwa Ahli mengatakan kloning tidak sering dan tidak lazim dilakukan Bahwa Ahli menjelaskan posisi jerry pada tangggal 14 Maret menjelang penembakan ada transaksi dari PTS yang coverage areanya sekityar 1200 m dari menara PTS yang terekam hanya koordinat saja, lokasi pastinya tidak dapat dipastikan Bahwa Ahli menjelaskan IMEI membuktikan fisik dari HP Bahwa Ahli menjelaskan untuk mengetahui pengiriman sms dari seseorang dapat dilihat dari simcardnya saja Bahwa ahli mengatakan jika no hp diganti untuk membuktikan pengiriman sms dilakukan oleh seseorang yang lebih faktual dilihat dari IMEI nya Bahwa Ahli memang membuat transkrip namun yang ada dipersidangan dibuat oleh penyidik yang telah mengkopi dari Ahli
Catatan : (transkrip yang diterima PH hanya transkrip AA-SHW saja tidak ada transkrip AA-Rani) Bahwa Ahli tidak mengetahui pemilik suara yang berbicara dengan Nasrudin tentang ‘dikamar 803’ dalam rekaman Antasari-Rani Bahwa Ahli tidak bisa menjelaskan dengan pasti maksud sms Rani-Nasrudin hanya konteksnya Rani mau masalah dengan Antasari diselasaikan saja tapi tidak mau disertakan lagi Bahwa Ahli menjelaskan ada file-file lain yang tidak berkaitan dalam voice recorder adalah file-file percobaan dan file yang tidak sengaja tertekan Bahwa Ahli mengatakan masalah IT dapat direkayasa Bahwa Ahli mengatakan selain kloning tidak dapat digunakan cara lain untuk menggunakan nomor HP karena nomornya belum tentu sama yang akan keluar Bahwa ahli mengatakan nomor HP dapat diketahui pemiliknya seperti dari nomor pasca bayar karena ada nama pemiliknya yang keluar Bahwa Ahli meyakini nomor-nomor yang ahli terima dari penyidik merupakan nomor dari orang-orang yang disebutkan penyidik Bahwa Ahli mendapatkan sampel suara Antasari dengan Sigid dari penyidik bukan inisiatif sendiri yang mencari sampel Bahwa Ahli tidak mengetahui bagaimana dan darimana penyidik mendapatkan sampel suara Bahwa ahli memeriksa HP Nasrudin dari bulan Januari sampai Maret Bahwa Ahli tidak menemukan sms dengan isi ‘maaf ma masalah ini hanya kita yang tau kalau sampai terblow up tau sendiri akibatnya’ Bahwa Ahli selama menganalisis barang bukti tidak pernah menemukan sms dengan isi” ‘maaf mas masalah ini hanya kita yang tau kalau sampai terblow up tau sendiri akibatnya’ karena ada keterbatasan kapasitas memori dan batas waktu untuk setiap HP jadi tidak menemukan kata-kata tersebut Bahwa Ahli mengatakan data yang ada dapat di tracking tergantung dari memori HP dan bisa direcover kecuali jika sudah ditiban Bahwa ahli menjelaskan operator biasanya hanya menyimpan percakanan sms selama tiga hari saja kemudian menghapusnnya
Bahwa ahli menjelaskan alat untuk mengkloning yang disebut Simax jarang ada saat ini dan kebanyakan simcard yang ada sekarang susah untuk dikloning hanya nomor-nomor tertentu saja 46. Saksi Ahli: M. Nuh Al Azhar pada Sidang Tanggal 17 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa Ahli ikut menandatangani BAP untuk barang bukti rekaman suara Bahwa Ahli melakukan analisis terhadap barang bukti berupa 2 digital recorder Bahwa Ahli mengatakan Ahmad Harto adalah penanggung jawab Bahwa Ahli mengatakan ditelpon oleh penyidik ketika masih di Inggris diminta untuk melakukan analisa terhadap barang bukti Bahwa Ahli menjelaskan cara menganalisa suara yaitu dari 2 jenis tape recorder dilakukan cloning kemudian di check yang hasilnya sama, yang dianalsia hanya back up nya untuk melindungi barang bukti yang asli, kemudian dicheck keasliannya hasilny asli, kemudian dilakukan pendekatan kualitas suara agar terdengar jernih, kemudian melakukan transkrip, lalu melakukan voice recognition dengan metode spektogram Bahwa Ahli bertugas di Puslabfor Bahwa Ahli menjelaskan ada 2 suara manusia dari creative muvo yang setelah di transkripkan menjadi suara 1 dan suara 2 Bahwa Ahli mengatakan ada sampel suara pembanding Bahwa Ahli menjelaskan analisa bukti dengan menggunakan voice recognition untuk mendapatkan hasil yang kuat dilakukan dengan kata yang sama, diambil kata-kata yang jelas yaitu kata yang berdiri utuh tidak disambung Bahwa Ahli mengatakan ada 2 jenis suara yaitu suara Antasari dan Suara Sigid Bahwa Ahli mengatakan pada sampel pembanding yang didapat dari penyidik terdapat administrasi dan bukti pengambilan sample Bahwa Ahli mengatakan pembanding terdapat pada creative muvo warna hitam Bahwa Ahli berkesimpulan suara dalam rekaman identik (sudah pasti sama) dengan pembanding yaitu suara Antasari dan Sigid
Bahwa Ahli menjelaskan sebelum masuk ke proses voice recognition dilakukan recording kemudian dilakukan transkrip yang sangat ketat minimal dilakukan oleh 2 orang kemudian menuliskan sesuai dengan yang didengar Bahwa Ahli mengatakan isi dari transkrip tersebut rencana pembunuhan terhadap seseorang (keberatan PH) Bahwa Ahli adalah anggota kepolisian Proses analisa dilakukan dengan ketat, teliti dan cermat Bahwa Ahli mengatakan belum pernah bertemu dengan Antasari Bahwa Ahli mengatakan suara unknown yang ada pada barang bukti dibandingkan dengan sampel suara pembanding yang harus jelas administrasinya Bahwa Ahli mengatakan tidak di ajarkan tapi diberitahu oleh penyidik bahwa sampel suara pembanding adalah suara Antasari dan Sigid Bahwa Ahli menjelaskan yang membuat transkrip adalah ahli dan team Catatan : (pada sidang sebelumnya Ahli Ruby mengatakan ia yang membuat transkrip) Bahwa Ahli mengatakan bahwa ada 2 suara lain maka terdapat lebih dari 2 suara yang ada pada rekaman Bahwa Ahli mengatakan rekaman asli juga diterima oleh ahli Bahwa Ahli mengatakan suara pembanding ditaruh didalam kantong coklat Bahwa Ahli mengecheck keaslian barang bukti yaitu tidak ditemukan adanya editing dan rekaman tersebut apa adanya Bahwa Ahli melakukan transkrip untuk semua file, tidak hanya file-file tertentu saja Bahwa Ahli menjelaskan dari rekaman suara yang tidak jelas dijernihkan suaranya sehingga menjadi jelas dengan meningkatkan kualitas, dan menghilangkan dengungan, menghilangkan noisenya Bahwa ahli menjelaskan proses cloning yaitu menggandakan dari satu sector ke sector lain, setelah mendapatkan barang bukti kemudian dicloning lalu kemudian baru dicheck Bahwa Ahli mengatakan suara yang tidak jelas ditulis sebagai ‘tidak jelas’ juga Bahwa Ahli mengatakan pilihan kata pembanding ditentukan oleh Ahli yang dilihat dari kata-kata yang spektrumnya jelas
Bahwa Ahli menjelaskan analisis dilakukan dengan melihat pitch style yang sama, ada suara cepat atau pengucapan sama Bahwa Ahli meminta persyaratan sebelum memeriksa barang bukti yaitu adanya suara pembanding Bahwa Ahli menjelaskan pengambilan suara untuk suara pembanding dengan cara membaca kata-kata untuk suara pembanding Bahwa Ahli mengatakan dapat mengetahui dari kata-kata yang sama dan pengucapan yang khas untuk dapat memastikan suara tersebut milik siapa dan agar tidak terdapat kesalahan Bahwa Ahli hanya menuliskan kata-kata yang terdengar jelas saja Bahwa Ahli mengatakan terdapat lebih dari 20 kata yang identik dengan suara rekaman Bahwa Ahli mengatakan mengenal Ruby Zukri Alamsyah dan bertemu pada saat ada conference di Malaysia 2 tahun lalu Bahwa Ahli mengatakan pertemuan 2 tahun lalu adalah yang pertama dan terakhir kalinya Ahli bertemu dengan Ruby Zukri Alamsyah Bahwa Ahli mengatakan tidak tahu bila Ruby juga diminta untuk menganalisa rekaman karena bukan kompetensinya untuk menanyakan Bahwa Ahli diminta untuk memeriksa di awal bulan Juni Bahwa Ahli mengatakan tidak diinformasikan bahwa Ruby juga sudah diminta untuk memeriksa karena ahli tidak mau diganggu pada saat mulai menganalisa Bahwa Ahli mengatakan transkrip dibuat oleh team Catatan : (Saksi Ruby mengatakan dipersidangan sebelumnya bahwa transkrip tersebut dibuat olehnya) Bahwa Ahli tidak mengetahui alat rekam yang didapat dari penyidik telah dianalisa sebelumnya oleh orang lain Bahwa Ahli tidak mengetahui rekaman tersebut telah diperdengarkan orang lain.
Lanjutan Sidang 17 Desember 2009, Komprontir antara saksi Ruby Zikri Alamsyah dan saksi M. Nuh Al Azhar Keterangan saksi Ruby : Bahwa Ahli mengatakan ahli diminta untuk membuat transkrip bukan yang ada stempel dari puslabfor tetapi yang ada stempel dengan nama Ahli Bahwa Ahli menjelaskan laporan digital forensic yang dibuat punya standard dan format sendiri Bahwa Ahli mengatakan pada penyidik untuk melampirkan transkrip sendiri Bahwa Ahli mengatakan Ahli membuat transkrip sendiri dan M. Nuh membuat transkrip sendiri juga, jadi ada dua transkrip Bahwa Ahli baru bertemu dengan M. Nuh lagi di persidangan ini setelah pertemuan akhir di Malaysia Bahwa ahli tidak mengetahui siapa yang lebih dahulu membuka rekaman Bahwa ahli mengetahui rekaman sudah dibuka orang lain atau belum tidak tahu Bahwa Ahli menjelaskan lampiran yang ada pada Penasihat Hukum dipersidangan kemarin dengan stempel puslabfor bukan transkrip Ruby Bahwa Ahli tidak tahu siapa yang memeriksa duluan rekaman tersebut Bahwa Ahli mengakui penyataannya yang meyakini rekaman belum pernah didengarkan orang lain karena banyak yang sudah merequest dan sengaja menunggu kedatangan ahli untuk mendengarkan hasil rekaman tersebut
Catatan: Dalam BAP Djoko Sarwono, seharusnya ia disumpah dulu baru di BAP, sedangkan didalam BAP dilakukan lebih dahulu sebulum disumpah
47. Saksi Ahli Dr. Agung Harsoyo, pada persidangan tanggal 17 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa Ahli adalah seorang ahli dibidang IT
Bahwa Ahli dapat menjelaskan teknis pengiriman dan penerimaan SMS, yaitu: system mengirim sms dengan simcard, biasanya GSM yang mempunyai beberapa kerawanan (red. ‘Dalam hitungan detik, jaringan GSM jebol’ Bahwa Ahli menjelaskan kerentanan GSM dan CDMA dari http://wiki.thc.org/gsm Bahwa Ahli menjelaskan pengiriman dan penerimaan sms akan terekam pada operator pengirim dan penerima, yaitu Dari hp penerima akan menyimpan sms yang diterima dicocokan dengan phone book kemudian kan ditampilkan kelayar, pencocokan tersebut mengabaikan country code (+62) Call Detail Record Operator, yang mencatat lengkap mengenai pengirim atau penerima, bahkan hingga posisi koordinat Bahwa Ahli menjelaskan intrik SMS yaitu dirancang tanpa mekanisme non repudiation artinya pengirim dapat mengelak telah melakukan transaksi karena tidak ada signature Bahwa ahli menyebutkan terdapat 6 kemungkinan penerimaan SMS dengan nomor tertentu, yaitu: Memang benar-benar dikirim oleh nomor tertentu Mengirim dengan nomor sendiri (aplikasi komersil telah beredar) Mengirim dari server yang terhubung dengan SMSC (beberapa situs memberikan layanan ini) Dari Fake BTS yang telah menyadap identitas pengirim kemudaian mengirimkan atas namanya ketika tidak aktif, kalo dengan izin lawful intercept, umumnya ada pada http://wiki.thc.org/gsm Cloning kartu sim,pengirim kemudian mengirim pada saat tidak aktif Oknum dari operator Bahwa Ahli mengatakan salah satu contoh adalah dengan mengirim kepada diri sendiri harga 1.99 US$, berlangganan Bahwa Ahli menjelaskan dapat terjadinya Hacking GSM dapat dilihat pada www.2sms.com Bahwa Ahli mengatakan dapat terjadinya pengiriman sms dapat dikirim tanpa pengetahuan si pemilik nomor tersebut dan kemungkinan yang paling bagus adalah dengan menggunakan web server
Contoh: NO HP X
NO HP Penerima
Pengirim menggunakan No HP X melalui webserver
Bahwa Ahli dengan menggunakan cara web server dapat mengirim SMS kepada no penerima dengan menggunakan no HP X Bahwa Ahli menjelaskan NO HP X tidak berperan apapun dalam hal pengiriman SMS tersebut, walaupun kondisi HP X aktif atau tidak aktif Bahwa Ahli mengatakan walaupun kondisi kedua Hp mati, SMS masih tetap dapat diterima karena operator mempunyai fasilitas untuk menahan sms yang diterima bila Hp dalam keadaan mati untuk beberapa waktu tertentu Bahwa Ahli mengatakan dapat mengetahui pengirim sebenarnya untuk sms pada Hp Nasrudin yang berisi ‘maaf maz masalah ini hanya kita berdua yang tau kalau sampai terblow up tau akibatnya Bahwa yang diperlukan Ahli untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan menggunakan HP Barang bukti tersebut Catatan : (JPU Tidak membawa Barang Bukti hp tersebut) Bahwa Ahli mengatakan untuk mengetahui pengirim sebenarnya dapat dilakukan dengan cara mempelajari CDR operator Bahwa Ahli mengatakan beberapa Hp jenis tertentu dapat mengetahui langsung pengirim dan dari mana dan ada HP yang tidak bisa
48. Saksi Ahli IT: Agung Harsoyo pada persidangan tanggal 22 Desember 2009, dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut :
Bahwa Ahli hanya memerlukan barang bukti saja untuk menganalisa sms Bahwa Ahli dalam menganalisa barang bukti hanya untuk melihat sms saja, isi dan pengirimnya, data dalam barang bukti tidak akan mengalami perubahan Bahwa Ahli menjelaskan barang bukti terkait dengan operator, dimasing-masing titik titik terdapat jejak, pada operator mendapat data dan penerima juga mendapat data. Ditingkat awal akan dilihat ada sms atau tidak, apa dikirim dari nomor tertentu dan detail (tangggal, waktu) Bahwa Ahli menjelaskan sebelum dihapus dari log telpon akan dapat dilihat nomor HP berhubungan dengan siapa saja Bahwa Ahli menjelaskan SMS yang ada di HP masih bisa dibaca Bahwa Ahli mengatakan tidak menemukan SMS dibulan Februari Bahwa Ahli menjelaskan tidak mungkin SMS terhapus sendiri Bahwa Ahli menjelaskan SMS ataupun rekaman pasti akan masuk dalam satu memory, kalau dihapus hanya ditandai saja, tapi masih tersimpan di memory Bahwa Ahli tidak menemukan SMS yang berasal dari nomor Antasari di HP Nasrudin yang bernada Ancaman Bahwa Ahli menjelaskan untuk menentukan posisi menurut BTS saja tidak tepat karena BTS terbagi menjadi 3 sektor, yang namanya coverage seperti payung masing-masing 1200 yang dapat diketahui hanya posisi kira-kira saja, dan itupun masih terdapat banyak kemungkinan Bahwa Ahli menjelaskan tentang komunikasi antara Antasari-Sigid-Williardi yang terdapat dalam BAP yang menyebutkan berada dalam posisi yang sama, tidak tepat bila dikatakan ditempat yang sama karena dari antena azimuth yang berputar searah 1800 disetiap 1200 sudah ada coverage yang lain dan terdapat kemungkinan lain. Bahwa Ahli mengatakan dapat melihat hubungan komunikasi dengan menggunakan CDR untuk mengetahui siapa yang mengirim SMS ke siapa, SMS masuk dan SMS keluar, dan Lognya Bahwa Ahli menjelaskan dalam CDR dicatat oleh SMSCenter, bahwa SMSCenter menghubungi SMSCenter nomor yang ingin dituju Bahwa Ahli menjelaskan dapat melihat dan menelusuri tempat yang mengirim SMS dengan nomor ID yang dicatat dengan Internet Service Provider (ISP) yang sudah ada alamatnya
Bahwa Ahli menjelaskan SMS tidak ada, kemungkinan kerena SMS tersebut memang tidak ada, atau SMS tersebut ada tetapi sudah dihapus dan pernah ada tetapi dihapus atau ditimpa Bahwa ahli mengatakan bila SMS tidak dapat dilihat Bahwa Ahli dapat mencari SMS yang diduga bukan dari nomor sipengirim dengan menggunakan CDR Bahwa Ahli tidak dapat membuka kembali pembicaraan Antasari-Rani yang ada di HP Nasrudin karena barang bukti sudah rusak Bahwa Ahli menjelaskan rekaman sudah rusak dan harus dibuka dengan menggunakan alat bantu untuk merecover kembali data yang rusak Bahwa Ahli tidak menemukan SMS di sekitar bulan Februari Bahwa Ahli dapat melihat isi komunikasi diprovide karena datanya ada dioperator Bahwa Ahli menjelaskan ID dapat menggunakan identitas palsu tetapi nomor ISP yang berkaitan dengan nomor pelanggan tidak dapat dipalsukan Bahwa Ahli menjelaskan yang bisa dilihat buka contentnya hanya catatan saja Bahwa Ahli tidak menemukan langsung SMS di bulan februari tapi dapat dilihat dengan catatan yang ada dalam CDR, jika hanya dibatasi dibulan Februari dapat dilihat
Catatan : Lampiran dari CDR operator sekitar 8 Bundel berkas dari JPU, baru diketahui oleh PH pada persidangan selasa 22 Desember 2009
49. Saksi Ahli Psikologi Yusti Probowati pada persidangan tanggal 22 Desember 2009, dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut: Bahwa Ahli menjelaskan dalam melakukan analisa menggunakan cara standard dengan metode observasi, wawancara yang mendalam dan menggunakan alat Bahwa Ahli mengatakan control cognitive ketika seseorang melakukan sesuatu dipengaruhi oleh intellectual
Bahwa Ahli mengatakan hasil survey terhadap Antasari berkaitan dengan cognitive, ketika cognitive menonjol, maka empati dan religiusnya kurang Bahwa Ahli mengatakan dari hasil test Antasari memiliki agresifitas yang tinggi Bahwa Ahli mengatakan ada dua hal yang menyebabkan orang melakukan hal tertentu yaitu factor internal dan eksternal Bahwa Ahli menjelaskan laporan psikologi halaman 7 yang dimaksud dorongan itu adalah potensi (visi internal) karakteristik dari kepribadian subjeknya, dan aspek internal orang berbeda-beda Bahwa Ahli mengatakan jenis test berbeda-beda tetapi metodenya sama Bahwa Ahli melakukan analisa bersama team yang terdiri dari 4 orang Bahwa Ahli mengatakan factor yang mempengaruhi seseorang dalam psikologi adalah pengalaman hidup dan yang paling berpengaruh adalah keluarga Bahwa Ahli mengatakan pemeriksaan terhadap Antasari dilakukan didalam tahanan Bahwa Ahli mengetahui dakwaan yang didakwakan terhadap Antasari terkait pembunuhan Nasrudin Bahwa Ahli tidak mengetahui sudah berapa lama Antasari ditahan Bahwa Ahli memberikan opini bahwa Antasari tertekan Bahwa Ahli mengatakan orang yang diperiksa ditahanan dengan orang yang diperiksa di café akan berbeda karena suasana tempat berpengaruh Bahwa Ahli menjelaskan subjek tidak tau yang mana yang sedang di test tapi subjek mengetahui tes tersebut untuk apa Bahwa Ahli mengatakan selalu memberitahukan pada subjek tujuan dilakukannya test tersebut Bahwa Ahli mengatakan sebelum melakukan test terhadap Antasari sudah memberi tahu terlebih dahulu tujuan test yang sudah ada dalam inform concern Bahwa Ahli melakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali terhadap Antasari Bahwa Ahli hanya hadir dalam pertemuan terakhir saja tetapi selalu berdiskusi dengan team
Bahwa Ahli mengatakan penilaian tidak dapat dilihat dari luar saja tetapi dengan mengguanakan alat Bahwa Ahli menolak menjawab pertanyaan berkaitan dengan hasil wawancara 6.c Bahwa Ahli melakukan analisa terhadap Antasari diminta oleh kepolisian Bahwa Ahli menjelaskan kekuasaan yang dimaksud dalam laporan adalah lebih pada internal yang menyangkut harga diri Bahwa Ahli menjelaskan standard paranoid setiap orang berbeda Bahwa Ahli mengatakan yang menganalogikan kesimpulan nomor 2 adalah team Bahwa Ahli tidak menjawab pertanyaan berkaitan dengan butir 8 Bahwa Ahli mengatakan pengukuran terhadap tingkat religiusitas dan control cognitive bukan dari individu dengan individu lain tetapi dari individu itu sendiri Bahwa Ahli lebih banyak melakukan pemeriksaan pada kasus criminal Bahwa Ahli pernah melakukan penelitian terhadap kasus orang yang berkuasa walaupun tidak sama persis dengan Kasus Antasari dan tidak dipublikasikan Bahwa Ahli menjelaskan tentang tingkat religious dinilai dari bagaimana seseorang menghayati nilai-nilai agama sebagai sesuatu yang dapat mengontrol perilakunya bukan dari bagaimana ia menjalankan agamanya Bahwa Ahli tidak pernah melakukan penelitian masalah pekerjaan Terdakwa Bahwa Ahli mengatakan tujuan melakukan pemeriksaan terhadap Terdakwa untuk kompetensi psikologis Bahwa Ahli berkeyakinan hasil test benar walaupun ada persentasi kesalahan Bahwa ahli mengatakan bila dilakukan pemeriksaan terhadap Antasari oleh orang lain pasti akan ada perbedaan Bahwa Ahli mengetahui Antasari pernah melakukan test psikolog untuk posisi atau jabatan tapi ahli tidak mengetahui test apa
Catatan:
Ahli menemukan bahwa control cognitive Antasari Tinggi dan religiusitasnya rendah, tetapi hanya menuliskan religiusitasnya rendah untuk alasan apa, orang umum yang membaca akan berpikiran jelek terhadap Antasari Bahwa PH pada saat menyetujui pemeriksaan psikolog karena Antasari saat itu memerlukan bantuan psikolog atau ulama pada saat dalam tahanan, tetapi setelah mengetahui bahwa psikolog tersebut bertujuan untuk test, tidak menyetujui lagi Bahwa Ahli mengatakan 4 kali melakukan pemeriksaan terhadap Antasari,tetapi kenyataannya Psikolog melakukan pemeriksaan terhadap Antasari hanya satu kali dilakukan oleh team Psikolog Ahli menuliskan sikap Antasari mendominasi pengacara, padahal hal tersebut bukan karena sikap hati-hati Antasari melainkan hak Antasari sebagai Terdakwa untuk didampingi oleh pengacara Bahwa ada rekomendasi yang ditulis ahli untuk polisi, jaksa, dan hakim harus diwaspadai karena ada perencanaan dan dorongan agresif
50. Saksi Ahli Hukum Pidana Andi Hamzah pada persidangan tanggal 22 Desember 2009, dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut: Bahwa ahli menerangkan pemancingan adalah menjanjikan sesuatu, memberikan sesuatu dengan memakai kekuasaan Bahwa Ahli menjelaskan pemancingan itu kesepakatan harus berwujud kerja sama, dan mempunyai kehendak yang sama dan dilakukan bersama-sama walaupun perannya bisa berbeda Bahwa dalam kasus pembunuhan harus ada kesepakatan untuk membunuh Bahwa ahli menjelaskan yang dimaksud alat bukti itu keterangan 2 orang saksi Bahwa Ahli menjelaskan orang yang melakukan pemancingan hanya bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan, bila terjadi sesuatu terhadap orang tersebut yang tidak dilakukan oleh pemancing maka tidak menjadi tanggung jawabnya Bahwa Ahli mengatakan rekaman bukan merupakan alat bukti dalam pidana biasa yang terdapat dalam KUHAP, rekaman merupakan alat bukti untuk tindak pidana korupsi saja Bahwa Ahli mengatakan petunjuk pada Pasal 188 (2) KUHAP petunjuk hanya dapat diperoleh dari keterangan surat, saksi dan Terdakwa, pada ayat (3) penilaian tersebut sesuai dengan hati nurani hakim, jadi menurut ahli alat bukti petunjuk itu tidak ada, karena tidak ada artinya.
Bahwa Ahli menjelaskan keterangan Saksi yang dipakai adalah apa yang didengar dan apa yang dilihat dan dirasakan secara langsung oleh saksi Bahwa Ahli mengatakan SMS, Telepon, Internet saat ini belum dapat digunakan sebagai barang bukti Bahwa yang dimaksud dengan saksi mahkota adalah keterangan salah seorang Terdakwa yang paling ringan hukumannya dan dikeluarkan dari Terdakwa baru bisa jadi saksi Bahwa ahli mengatakan 10 surat hanya satu saksi jadi harus mencari satu saksi lagi Bahwa Ahli mengatakan tidak ada alat Bukti Petunjuk Bahwa Ahli mengatakan Nilai kesaksian seorang saksi yang bersaksi hanya karena melihat SMS itu tidak ada nilainya sama sekali Bahwa Ahli mengatakan walaupun lebih dari 10 orang yang melihat SMS semua keterangan mereka tetap tidak ada nilainya Bahwa Ahli mempertegas syarat dari ikut serta itu dalam tindakan real harus mempunya KEHENDAK yang SAMA.
51. Saksi Novarina Williardi pada Sidang tanggal 29 Desember 2009 dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut : Bahwa Saksi adalah istri dari Williardi Wizard Bahwa Saksi mengatakan Williardi ditahan penyidik sejak hari Selasa, tanggal 28 April 2009, malam hari. Bahwa Saksi menceritakan pada tanggal 28 April 2009, malam hari, mengangkat telepon untuk Williardi, kemudian memberikan telepon ke Williardi, setelah selesai menelpon Williardi menyuruh menyiapkan pakaian dinas, kemudian langsung keluar, sejak saat itu komunikasi hanya dengan supir saja. Bahwa Saksi besoknya ditelepon oleh supir disuruh untuk bersiap-siap karena Williardi mau bertemu. Bahwa Saksi mengatakan kira-kira jam 8 berangkat ke Mabes bersama supir Bahwa Saksi bertemu dengan Pak Williardi yang sudah ada didalam ruangan Bahwa Williardi meminta untuk menjaga anak-anak
Bahwa Saksi menerima surat penangkapan dan penahanan pada tanggal 30 April 2009 Bahwa Saksi diceritakan oleh Williardi dirinya sudah diperiksa Bahwa Saksi tidak membaca benar isi pemeriksaannya hanya melihat ada tulisan kenal Antasari dan kenal Sigid Bahwa Saksi pada tanggal 29 April 2009 menanyakan kepada Williardi mengapa tidak bisa pulang padahal hanya ditanya mengenal Antasari atau tidak,. Bahwa Saksi kemudian menanyakan kepada petugas mengapa pak Williardi tidak bisa pulang, petugas tersebut hanya mengatakan tidak tahu, kemudian Saksi diminta untuk pulang oleh Williardi karena sudah malam Bahwa Saksi pada tanggal 30 April ketika datang menjenguk, diminta untuk meninggalkan HP dan KTP, pada saat mau masuk dihambat, karena sedang ada tamu yaitu Wakabareskrim, kemudian Saksi menunggu diluar, namun tidak melihat Wakabareskrim keluar ruangan hanya diberitahu bahwa Wakabareskrim sudah keluar. Bahwa pada Saksi Williardi mengatakan, Wakabareskrim minta bantu, kalau diperiksa penyidik bilang saja kalau ada perintah dari Antasari, sudahlah ikutin saja Bahwa Saksi mengatakan pertama kali Williardi diperiksa malam hari oleh 4 orang, selama kira-kira setengah jam, pada saat itu ada Saksi, Williardi, Direktur, penyidik dan anggota keluarga Bahwa Direktur mengatakan pada Saksi untuk bersabar, inikan targetnya Antasari, nanti akan dibantu Bahwa Saksi melihat Williardi diberikan telpon oleh penyidik (telponan dengan SHW), tapi tidak jelas bicara dengan siapa, kemudian Williardi dipanggil penyidik untuk keluar (satu ruangan tetapi ada sekatnya), ketika Saksi masih bicara dengan Direktur Reskrimum Polda Bahwa setelah berbicara dengan Direktur, Saksi keluar dan berbicara dengan anggota keluarganya, kemudian Direktur keluar dan pamit untuk pulang, kemudian Saksi menemui Williardi lagi dan Williardi mengatakan pada saksi kita tunggu saja ‘janjinya’ Bahwa Saksi mengatakan BAP ditandatangani oleh Williardi pada saat dipanggil oleh penyik keluar saat kami sedang ngobrol dengan Direktur Bahwa Saksi mengatakan pada tanggal 30 April 2009, sebelum Direktur datang Williardi sudah ada didalam ruangan dengan penyidik yang dijaga oleh provos dan baru bisa masuk pada saat Direktur datang
Bahwa Saksi mengatakan ada perubahan BAP tanggal 29 dengan BAP tanggal 30 yaitu kata-kata ‘membunuh’ Bahwa Saksi mengatakan sesudah di BAP tanggal 30 melihat Williardi menangis dikamar mandi sambil memukul-mukul kepalanya dan mengatakan bahwa ia dikhianati dan meminta Saksi untuk menemui Direktur karena ingin merubah BAP dari awal Bahwa Saksi menelpon Direktur tetapi tidak diangkat-angkat, kemudian mengirimkan SMS yang isinya ”selamat malam saya ingin menghadap beri waktu kapan saya bisa menghadap” kemudian Saksi ke kantor untuk menemui Direktur karena beliau tidak ada lagi di Mabes, akhirnya saksi pulang dalam perjalanan saksi menerima SMS dari Direktur untuk datang jam 6 ke Polda Bahwa Saksi meminta penjelasan kepada Direktur tentang keterlibatan Williardi kemudian Dir meminta anak buahnya untuk membawa sketsa yang di TV, setelah itu Direktur menjelaskan pada Saksi hubungan telpon Williardi, kemudian Direktur di telepon anak buahnya, katanya ada rapat dengan Kapolda, setelah itu Direktur izin mau sholat dan saya minta pamit karena beliau sudah ditunggu Kapolda kemudian beliau mengatakan jika Williardi mau merubah BAP nya silakan saja Bahwa Saksi tidak mengetahui apakah ada perubahan BAP setelah itu Bahwa Saksi diceritakan oleh Williardi setiap kali diperiksa penyidik meminta ‘beginibegini’ saksi mengatakan pada Williardi ‘jangan mau’ Bahwa Saksi mengatakan hanya mengenal Direktur saja pada saat pemeriksaan tanggal 30 April 2009 tapi tidak mengenal yang lain Bahwa Saksi tidak mengenal Kasat- kasat yang ikut Bahwa Saksi mengatakan pada saat Direktur datang ada 3 orang yang mendampingi jadi keseluruhan mereka datang ber empat Bahwa Saksi tidak mengetahui Williardi diperiksa pada saat itu karena Williardi ada didalam dan Saksi tidak boleh masuk Bahwa pada tanggal 29 dan 30 April 2009 Williardi tidak didampingi oleh lawyer karena pengacara pak Warsito pada saat itu yang dibawa Saksi ke Mabes, ditolak penyidik karena tidak ada surat kuasa dan Williardi sudah mau dibawa untuk diperiksa lagi Bahwa Saksi mengatakan tidak ada penawaran dari Dir untuk didampingi oleh lawyer Bahwa Saksi mengatakan setelah tanggal 16 Mei 2009 Williardi dipindahkan ke Bareskrim
Bahwa Saksi susah untuk menjenguk Williardi setelah beliau dipindahkan ke Bareskrim karena harus ada izin khusus dari Kabareskrim dan Wakabareskrim untuk membesuk Bahwa Saksi meminta nomor HP Wakabareskrim, kemudian mengirim SMS, lalu dibalas oleh wakabareskrim, isinya saya sedang ada rapat di DPR, kemudian ditelpon Wakabareskrim disuruh menghadap sendiri tampa didampingi oleh siapapun Bahwa Saksi bersama dengan anaknya yang paling besar bertemu dengan Wakabareskrim dan dibelakangnya ada adjudannya seorang laki-laki dan seorang perempuan Bahwa Saksi meminta surat tertulis izin untuk membesuk Williardi namun tidak diperbolehkan Wakabareskrim, karena harus menghadap beliau dulu untuk menjenguk Williardi Bahwa Saksi menanyakan ‘apakah perlu ditambah pengacara lagi?’ dijawab oleh wakabareskrim ‘perlu, dan singkirkan Yakob, berapa pengacara kamu bayar?’ kemudian saksi menjawab ‘pengacara tidak minta bayaran’ Bahwa Saksi mengatakan Wakabareskrim menyuruh untuk mengatakan pada Williardi bahwa ‘saya diperintah oleh Antasari untuk menghabisi tapi pelaksanaannya saya perintahkan orang lain’ dan Saksi mengatakan pada Wakabareskrim bahwa Wiliardi bersumpah bahwa bukan Williardi yang melakukannya Bahwa Saksi kemudian diperbolehkan bertemu dengan Williardi selama 25 menit Bahwa Saksi mengatakan pada Williardi pesan Wakabareskrim kemudian dijawab ‘tidak mau lagi’ oleh Williardi, setelah itu Saksi pulang Bahwa Saksi tidak mengetahui ada perubahan lagi atau tidak pada BAP Williardi Bahwa Saksi dipersulit bertemu Williardi sejak dipindahkan di Bareskrim tanggal 16 Mei 2009 Bahwa Saksi menceritakan suatu malam 4 atau 5 hari sebelum P21 ditelpon oleh nomor direktur, tetapi yang berbicara adalah Williardi, yang meminta saksi datang ke Mabes karena ada berita gembira Bahwa Saksi ketika datang ke Mabes melihat Williardi duduk bersama Direktur Bahwa saksi tidak mengetahui apa yang dibicarakan direktur dengan Williardi pada saat saksi belum datang Bahwa saksi menanyakan pada Williardi kabar gembira apa beliau mengatakan gak tau ni Irwan, pokonya disuruh menghadap Wakabareskrim. dan pertemuan itu sekitar setengah jam-an
Bahwa saksi masuk kedalam ruangan bersama dengan Williardi, diruangan ada Kabareskrim, Direktur dan seorang penyidik lagi Bahwa saksi menceritakan Kabareskrim mengatakan ‘ya udah kamu ini tidak dipecat, kamu sudah seperti keluarga, yang penting kalau Antasari bebas, kamu juga bebas, saya tidak mau kalau Antasari bebas kamu yang kena hukuman berat’ lalu dijawab oleh Williardi ‘Demi Allah saya tidak pernah diperintah Antasari’ Bahwa Saksi mengatakan pada Williardi untuk jangan mau lagi disuruh, karena saksi sudah tidak kuat lagi kalau seperti ini Bahwa saksi mengatakan pada bulan Agustus ketika saksi sedang ada urusan di Medan dari tanggal 4-7, dan pada tanggal 5 malam hari ditelpon pengacara yang meminta saksi datang karena Williardi diperiksa lagi, kemudian saksi meminta untuk bicara dengan Williardi, Williardi mengatakan diminta untuk mengatakan ada perintah, lalu oleh saksi disuruh untuk jangan mau lagi, kemudian besoknya Saksi berangkat ke Jakarta pesawat pagi dan langsung datang ke Mabes Bahwa pada saat Saksi datang ke Mabes, Williardi sudah diperiksa lagi tetapi tidak ada yang berubah Bahwa Saksi menikah dengan Williardi sejak 16 Juli 1987 Bahwa Saksi tidak pernah diceritakan oleh Williardi alasannya ditahan Bahwa saksi pernah bertanya alasan penahanan Williardi pada penyidik tetapi dijawab tidak tahu Bahwa Saksi mengenal Jerry sejak pindah ke Jakarta tahun 1998 dikenalkan oleh Williardi Bahwa Saksi mengatakan Williardi dan Jerry saling mengunjungi seperti keluarga Bahwa Saksi tidak mengetahui pekerjaan Sigid Bahwa Saksi tidak mengetahui Williardi mengenal Terdakwa , baru tahu pada sidang ini saja Bahwa Saksi tidak mengetahui kapan Williardi mengenal Sigid Bahwa Saksi tidak pernah diceritakan oleh Williardi tentang ia jengkel atau benci dengan seseorang atau alm. Nasrudin Bahwa testimony ditandatangani di mabes setelah Williardi memberikan keterangan persidangan tanggal 10 November 2009
Bahwa Saksi pernah melapor pada Kapolri dan Komnas HAM dibulan Mei 2009 tentang masalah penahanan Williardi direkam dan ada pengacara juga pada saat itu Bahwa saksi tidak pernah diceritakan oleh Williardi tentang masalah karir di kantor Bahwa Saksi tidak pernah diceritakan masalah uang 500 juta baru mengetahui sejak suami ditangkap Bahwa Saksi mengatahui Williardi berteman dengan Jerry Bahwa Saksi tidak mengetahui dengan persis alamat tempat tinggal Jerry, tetapi pernah kerumahnya
52. Saksi Ahli Senjata, Roy Haryanto, pada sidang tanggal 29 Desember 2009 dibawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut: Bahwa Ahli adalah seorang ahli dalam bidang senjata dan amunisi Bahwa Ahli adalah supplier di Angkatan Darat Bahwa Ahli berpendidikan khusus di USA Bahwa Ahli menerangkan yang dimaksud serpihan peluru adalah serpihan peluru yang berasal dari filter peluru Bahwa Ahli menerangkan peluru dapat menimbulkan serpihan bila membentur benda keras seperti besi dan bentuk dari serpihan peluru itu kecil-kecil Bahwa Ahli menerangkan bila peluru membentur kaca tidak mungkin menimbulkan serpihan peluru karena kaca tidak sekeras timah BahwaAhli menerangkan jarak tembak seperti yang ditunjukan dalam gambar dengan doubel action akan sangat sulit dilakukan Bahwa Ahli menerangkan seseorang yang menggunakan senjata revolver dengan satu tangan diatas kendaraan bermotor yang berjalan tidak mungkin dilakukan oleh amatir karena perlu latihan dengan 3000-4000 peluru Bahwa Ahli menerangkanakan sangat sulit melakukan tembakan seperti yang terlihat di foto dimana ada 2 kali tembakan, tidak mungkin terjadi karena tembakan kedua pasti akan jauh dari tembakan pertama karena ada hentakan dan revolver itu senjata laras pendek
Bahwa Ahli menerangkan untuk melakukan tembakan seperti yang ada di rekonstruksi perlu keahlian khusus Bahwa Ahli menerangkan dalam kasus penembakan seperti ini dengan kendaraan bermotor, sasaran akan kearah bawah, bisa dilihat dari angle nya Bahwa Ahli menerangkan dibutuhkan perlu minimal 3000-4000 peluru latihan dengan senjata yang sama untuk latihan menembak Bahwa Ahli menerangkan untuk menembak benda bergerak tidak cukup dengan latihan sekali duakali saja Bahwa Ahli mengatakan alat bukti senjata tersebut tidak dalam keadaan baik, karena ada disalah satu silindernya macet Bahwa Ahli menerangkan revolver 38 spesial yang proyektilnya 0,356 harus menggunakan peluru 38 spesial juga Bahwa Ahli menerangkan peluru 9 mili adalah dari senjata otomatis tidak mungkin digunakan untuk revolver 38 spesial Bahwa Ahli menerangkan senjata revolver yang macet pada salah satu silindernya , trigernya akan keras sehingga akurasi penembakan akan banyak tidak kena sasaran Bahwa Ahli menerangkan akan sulit dengan satu tangan melakukan tembakan kedua yang masuk, lain lagi bila ada faktor luck, itupun akan sulit dilakukan
53. Saksi Susno Duadji, persidangan tanggal 7 Januari 2010 dibawah sumpah menerangkan Sebagai Berikut : Bahwa Saksi memang pernah mengundang wiliardi untuk bertemu tetapi lupa pada tanggal berapa, Bahwa Saksi meralat bukan memanggil wiliardi tetapi mengundang karena dalam posisinya sebagai pribadi adalah senior Wiliardi dan Wiliardi masih berstatus anggota polisi aktif Bahwa Saksi mendengar informasi ada beberapa hak-hak Wiliardi sebagai tersangka yang dirasakan oleh Wiliardi kurang mulus, seperti hak bertemu istrinya dan hak untuk komunikasi Bahwa Saksi langsung mengatakan lewat staf pribadinya untuk mengundang Wiliardi dan keluarga kalau bisa ada anak dan istrinya, pada jam makan sore habis magrib, bicaranya dari hati kehati
Bahwa Saksi memanggil Wiliardi melalui staf pribadinya bukan melalui Dir Polda Metro jaya Bahwa pada saat itu memang kebetulan ada Dir.reserse Polda Metro Jaya makanya sekalian juga diundang makan malam Bahwa pada saat pertemuan itu tidak membicarakan masalah kedinasan Bahwa Saksi mengatakan pada Wiliardi pada saat pertemuan tersebut ”Williardi Anda ini masih berstatus sebagai anggota Polri aktif, kemudian apakah ada kesulitan selama masamasa Anda ditahan, apakah ada keluhan, adakah yang perlu dibantu karena saya adalah senior Anda, secara moral dan kewajiban, terlepas daripada Anda salah atau tidak dalam kasus ini, itu persidangan yang menentukan” kemudian makan dan sebagainya Bahwa pada Saksi Wiliardi mengatakan jam besuknya dikurangi dan sebagainya Bahwa pada saat itu Saksi langsung memerintahkan pada kepala jaga tahanan tidak perlu ada perbedaan silahkan untuk mendapatkan hak-haknya Bahwa setelah itu hanya berbicara dari hati kehati masalah keluarga dan sebagainya dan Wiliardi juga menceritakan masalah tentang kesaksiannya Bahwa Saksi menasehati Wiliardi “kesaksian Anda adalah hak Anda, berhenti atau tidaknya Anda jadi anggota Polri itu yang menenukan adalah kesalahan Anda, dan kalau dihukum diatas 3 bulan itu bisa diisukan diberhentikan dari anggota polri, diatas bersalah atau tidaknya Anda sendiri yang paling tahu, keterangan apa yang akan Anda berikan dalam BAP andalah sendiri yang paling tahu karena resiko dari keterangan Anda, Anda dan bersama keluarga yang akan merasakannya” Bahwa Saksi tidak mengetahui BAP wiliardi tanggal 30 dan kesaksiannya apa, hanya menjelaskan kepada Wiliardi “apa yang Anda katakan itulah yang akan menentukan nasib Anda” Bahwa Saksi mengatakan tidak mungkin saya akan menyuruh Wiliardi kembali pada BAP tanggal 30, karena saya tidak mengetahui, tidak mungkin seorang Kabareskrim akan mempengaruhi seseorang untuk memberikan kesaksian Bahwa Saksi mengatakan terkait dengan laporan, kasus ini diproses oleh Kapolda Polda Metro Jaya itu bawahan langsung dari Kapolda Metro Jaya, kemudian khusus, sekali lagi kepada seluruh rakyat Indonesia, karena banyak salah pengertian terhadap dirinya, kasus yang terkait dengan KPK termasuk Antasari kemudian Bibit dan Chandra termasuk kasus Anggodo, Kabareskrim waktu itu, Susno Duadji tidak ikut serta Bahwa Saksi mengatakan alasan dirinya tidak ikut serta dalam kasus yang terkait dalam KPK kerena Kapolri sangat merespon tuntutan masyarakat, suara masyarakat, supaya
tidak terjadi konflik kepentingan, jadi kalau masyarakat mengatakan Kabareskrim merekayasa kasus dan sebagainya itu tidak benar, saya tidak ikut supaya tidak ada konflik kepentingan, karena antara KPK dengan Bareskrim beberapa bulan sekali ketemu, jadi tidak bagus kalau saya masuk disitu Bahwa Saksi mengatakan untuk kasus Terdakwa Antasari Azhar pengawas penyidik (wasdik) yang ditunjuk Wakabareskrim Hadiatmoko pada saat itu dan hasil penyidikan itu langsung dilaporkan ke Kapolri Bahwa Saksi mengatakan memang Hadiatmoko tidak diwajibkan untuk melapor pada saya, Dia (Moko) melaporkan ini langsung ke Kapolri, kalau untuk kasus-kasus umum wajib Dia melaporkan pada saya karena Dia bawahan saya dan pembantu saya, jadi Dia telah melakukan tugas yang benar tidak melapor ke Saya, justru salah kalau melapor pada Saya Bahwa Saksi mengatakan tidak pernah mendapatkan dari Iriawan laporan tentang adanya keterlibatan antara Antasari dengan Wiliardi Bahwa Iriawan telah melaksanakan tugas yang benar karena tidak melapor pada saya, justru kalau melapor pada saya salah, Bahwa Saksi mengatakan catatan yang salah terkait dengan pernyataan Iriawan pada tanggal 17 September 2009 bahwa Dia sudah melapor kepada Kabareskrim tetapi tidak mendapat respon, itu tidak benar Bahwa Saksi mengatakan awalnya tidak mengetahui tentang team-team yang dibentuk untuk mencari motivasi kasus Antasari, karena tidak dilibatkan dalam hal ini, tetapi pada suatu saat saya mengetahui ada team itu setelah team itu tidak berhasil, itu saja Bahwa Saksi mengatakan ketua team pada saat itu adalah Wakabareskrim Hadiatmoko Bahwa Saksi tidak mengetahui apakah karena team tersebut tidak berhasil Wakabareskrim dicopot dari jabatannya, karena hal itu bukan kewenangan saya Bahwa Saksi mengatakan tidak terlibatnya dirinya sebagai Kabareskrim pada saat itu karena memang tidak perlu saya campuri, dalam garis besar kebijakan Polisi kebijakan dalam Negeri Kabareskrim tidak boleh terlibat untuk menghindari konflik kepentingan, kalau sudah berdiskusi, mengajak diskusi itu salah namanya dan saya tahu sesuatu yang salah ditawarkan kepada saya, tidak boleh melakukan itu Bahwa Saksi mengatakan tidak mengetahui makna dibentuk team pencari motivasi tersebut mungkin ada makna lain, kalau maknanya apa dan untuk apa saya kira sebaiknya ditanya saja pada ketua teamnya Bahwa Saksi mengatakan ketua team tidak melapor pada saya tapi langsung pada Kapolri, kalau melapor pada saya salah
Bahwa Saksi tidak mengetahui ada perintah struktural atau dari siapapun itu bahwa ada yang mengharuskan untuk mengaitkan dengan Antasari karena Hadiatmoko melaporkan langsung kepada Kapolri, tidak kepada saya Bahwa Saksi tidak mengetahui adanya pertemuan Wiliardi dengan Hadiatmoko, Bahwa Saksi tidak mengetahui pembentukan team itu perintah siapa, Bahwa Saksi tahu team setelah terakhir tapi tidak tau siapa yang membentuk team itu Bahwa Saksi tidak mengetahui anggotanya secara persis Bahwa Saksi mengatakan Wakabareskrim setelah punya otoritas dan kewenangan untuk mengawasi kasus ini kemudian untuk mengungkap motivasi Bahwa Wakabarskrim tidak melapor pada saya, dia melapor dan bertanggung jawab langsung pada Kapolri Bahwa Saksi menjelaskan dalam struktur Hadiatmoko sebagai Wakabareskrim wajib hukumnya melapor pada Kabareskrim, tetapi dalam struktur dia sebagai ketua team bertanggung jawab pada Kapolri, salah kalau dia melapor pada saya, saya tau peranan saya, saya tidak akan bertanya, tidak akan meminta dan tidak akan tersinggung, itu yang benar Bahwa Saksi mengatakan soal pekerjaan, ada instansi, misalnya anggota saya atau anggota lain dilibatkan dalam operasi preman, maka pada saat itu dia tidak melapor pada Kabareskrim tetapi pada ketua atau kepala tim operasional supaya penindaknya tidak banyak Bahwa Saksi mengatakan terkait dengan pernyataan beberapa saksi lain yang mengatakan bahwa ‘Antasari melapor pada Kapolri, kemudian Kapolri membentuk team untuk membatu menjaga Antasari’, saya tidak mengetahui pembentukannya, tapi setelah ada persidangan ini, kalau saya bilang tidak tahu semua orang baca dikoran kan, tentunya saya tahu menurut sepengetahuan khalayak ramai saja Bahwa Saksi mengatakan dalam struktur saksi sebagai Kabareskrim untuk kasus ini tidak dilibatkan, tidak untuk penyelidikan, pengawasan itu tanggung jawab Polda Metro Jaya Bahwa Saksi tidak mengetahui team yang dibentuk untuk membantu Antasari tersebut Bahwa Saksi tidak mengetahui pada waktu Antasari melapor pada Wakapolri Bahwa Saksi mengatakan alat bukti rekaman bisa dan sah untuk menjadi alat bukti untuk beberapa kasus, alat bukti diatur dalam pasal 184, tetapi ada juga undang-undang yang secara khusus memperluas alat bukti tergantung kasusnya, korupsi, teroris, money
laundering, narkotik berlaku juga, jadi sudah terang tentang alat bukti itu, pada kasus pidana umum bukannya tidak lazim lagi tetapi sudah jelas dalam undang-undang Bahwa Saksi mengatakan keluhan yang disampaikan Wiliardi mengenai hak-haknya diruangan saya adalah sangat terbatas bertemu istrinya, katanya tidak boleh menelpon istrinya, dan mengenai pengacara, dan saya merespon langsung semuanya dengan mengontak divisi bidang hukum tanpa memandang statusnya tersangka bersalah atau tidak karena masih juniornya Bahwa Saksi pada saat itu tidak memanggil langsung pihak-pihak yang tidak memberikan hak-hak wiliardi karena begitu diperintahkan, langsung dituruti, jadi tidak sampai membuat pencari fakta Bahwa pada saat itu ada penyidik yang langsung menangani kasus ini ada di dalam ruangan juga yaitu Dir reserse umum yang ada di kantor Bareskrim jadi sekalian di undang Bahwa pada saat itu tidak dibicarakan hal-hal yang menyangkut materi kasus Bahwa Saksi mengatakan pada Iriawan ‘Dik iwan, dia ini kan teman kamu satu angkatan juga, jadi kalau dia sakit, kau carikan obat misalnya batuk dan lain-lain, selimut juga kalau kedinginan dan sebagainya.’ Bahwa Saksi tidak membicarakan materi kasus karena tahu posisinya Bahwa saksi mengatakan Pengawas Penyidik yang diperintahkan oleh Kapolri saat itu adalah Wakabareskrim Hadiatmoko Bahwa Saksi mengatakan tugas Pengawas Penyidik adalah mengawasi jalannya penyidikan, kemudian mengawasi sikap, perilaku, dan tingkah laku dari penyidik supaya tidak menyimpang dari aturan dan etika dan sebagainya Bahwa Saksi mengatakan pengawas penyidik harus proaktif mengawasi jalannya penyidikan Bahwa Saksi menjelaskan yang bertanggung jawab atas selesai atau tidaknya penyidikan adalah penyidik Bahwa Saksi tidak memberikan komentar tentang apa yang dilakukan dalam penyidikan, karena sudah sama-sama mendengar dan sama-sama sudah mengetahui apa yang dilakukan karena ketentuan undang-undang sudah cukup jelas Bahwa Saksi mengatakan pada masa Antasari menjabat sebagai ketua KPK, hubungan antar sesama aparat penegak hukum bagus sekali, ada forum KPK, Kejaksaan, Jaksa Muda Pidana Khusus, Bareskrim dan pertemuan terakhir pada saat itu, hadir juga Chandra Hamzah
Bahwa Saksi menjelaskan pada saat itu belum ada kasus ini Bahwa Saksi mengatakan team dibentuk setelah kasus masuk kemudian dibentuk team pencari motivasi, tim itu team pengawas kemudian itu nanti berkembang lagi, ada team lagi dibawahnya, dan ada orang lain dibawahnya Bahwa Saksi tidak mengetahui ada berapa team Bahwa Saksi pada saat mengetahui adanya penangkapan atau penahanan terhadap Antasari tidak pernah mengikuti rapat yang kemudian mendapat informasi tentang duduk kasus yang sebenarnya diruangannya Bahwa Saksi mengatakan setelah kasus disidik ada gelar, yang ada undangan kepada pejabat Mabes Polri termasuk saya sebagai undangan yang hadir tapi kapasitas saya hanya sebagai peserta gelar, jadi tidak berwenang memberikan decision tapi memberikan sumbangan pemikiran dan sebagainya diterima atau tidak itu tergantung penyidik Bahwa saksi tidak mendapatkan dan tidak mengetahui adanya laporan mengenai ditemukan informasi-informasi yang menyatakan proses ini muatan materilnya tidak terpenuhi Bahwa Saksi mengatakan Moko sebagai ketua tim pengawas punya kepentingan karena sebagai penyidik yang dapat tugas tentunya ada kepentingan, kepentingan yang utama sebagai seorang jendral to succsess the mission is the first and the second I don’t know, apakah ada kepentingan dibalik kepentingan itu hanya dia dan Tuhan yang tahu Bahwa Saksi mengatakan gelar perkara itu berarti sudah ada tersangka dan dimohon dalam penyidikan kasus, ada lagi gelar hasil penyidikan yang mengevaluasi fakta-fakta yang disebut didapat selama penyidikan untuk mengungkap pelakunya Bahwa Saksi hanya mem-back up bantuan tenaga, apabila keluar kota dan sebagainya, apabila ada informasi yang didapat langsung diserahkan, sifatnya masih tertutup Bahwa Saksi mengatakan pembicaraan dengan Wiliardi hanya urusan pribadi saja, saya tidak bertanya, Dia tidak bercerita, hanya saya sebagai kakak senior menyatakan “Anda masih sebagai polisi aktif, saya mempunyai kewajiban moral untuk mengatasi kesulitankesulitan pribadi anda” dan juga memberikan nasehat “apa yang Anda berikan keterangan dalam kesaksian ataupun tersangka itu akibatnya Anda sendiri dan keluarga yang menanggung” Bahwa pada saat itu ada Iriawan juga Bahwa Saksi ketika itu mengatakan pada Wiliardi ‘coba dibicarakan lagi dengan teman satu angkatanmu (Iriawan) maksudnya adalah mengenai kepentingan Wiliardi yang dihambat masalah Pengacara, telpon dan besuk
Bahwa Saksi mengatakan tanggapan Iriawan pada saat itu adalah ‘oh ia pak, sudah dibantu, kalau ada apa-apa nomor telpon saya juga dia tau’ Bahwa Saksi pada saat itu tidak mengecek benar atau tidak nya hal tersebut kepada Wiliardi karena orangnya sudah ada didepannya Bahwa Saksi mengatakan saya bertanggung jawab terhadap Bareskrim kemudian ada satu tugas penyidikan yang ditangani oleh team tetapi komando dan pengendaliannya tidak dibawah bareskrim, jadi ini sekalian saja saya tegaskan, adalah aneh saya tidak diberi tugas untuk itu, kemudian saya dituntut mempertanggungjawabkan itu, ini yang terjadi sekarang, hingga saya duduk tidak sebagai Kabareskrim saat ini. Saya dituduh merekayasa, saya bertanggung jawab atas penanganan kasus ini padahal ini dipimpin oleh suatu team penyidikannya oleh Direktur, maka yang disebut Anggodo dalam rekaman dibilang Truno 3, di Bareskrim Saya ini Guru 1, diurutan Markas Besar Kepolisian Indonesia saya adalah Tribrata 5, boleh dikatakan oleh Ketua Mahkamah konstitusi 28 kali nama saya disebut itu tidak benar, kemudian Truno 3 itu bukan saya Bahwa Saksi mengatakan dalam kasus KPK, Antasari, Bibit-Chandra bukan saya yang memegang tetapi kalau dikatakan tau atau tidak seluruh masyarakat Indonesia juga tahu Bahwa saksi bukan merupakan Team dalam kasus Terdakwa Antasari karena ada team yang sudah dibentuk Kapolri untuk kasus ini
Catatan: Pada persidangan sebelumnya Irjen Polisi Hadiatmoko mengatakan bahwa ‘ saya tidak ikut campur dalam kasus ini’ dan pada persidangan ini Susno Duadji mengatakan Hadiatmoko adalah pengawas penyidikan dalam kasus ini Pada persidangan sebelumnya Wiliardi Wizard dibawah sumpah menyatakan bahwa Wiliardi dibujuk, diminta, dijanjikan oleh Irjen Hadiatmoko untuk mengaitkan pada Antasari, targetnya adalah Antasari. Pada persidangan ini Susno Duadji mengatakan Hadiatmoko adalah ketua tim pengawas penyidikan yang diperintahkan langsung oleh Kapolri dan menurut hirarki Hadiatmoko bukan melapor pada Kabareskrim tetapi pada yang memerintah yaitu Kapolri PH Meminta izin majelis untuk menghadirkan Kapolri sebagai saksi
Keterangan Terdakwa Antasari Azhar, pada persidangan tanggal 12 Januari 2010, mengatakan:
Bahwa Terdakwa menjelaskan riwayat hidup dibidang hukum, pertama kali menjadi pegawai negri di Departemen Kehakiman tahun 1985, di Kejaksaan Jakarta Pusat tahun 1987-1988, kemuian di Lampung sebagai kepala seksi penyidikan korupsi, Jakarta Barat, kemudian Kejaksaan Negeri Baturaja, Kasubdit upaya Hukum Pidana Umum, Kasubdit pendidikan pidana khusus, di ....., Kabid Media Massa di Kejari Jakarta Selatan, Aspidum DKI, Riau Kapuspenkum, Kendari, Padang, Kejgung Dir, Penuntut Umum (Cirrus Sinaga dalah kasubditnya pada saat itu), dari Jaksa Agung mendapat perintah mengikuti test untuk pimpinan KPK, sejak pertengahan Desember, 18 Desember 2007 menjadi Pimpinan KPK sampai dengan 4 Mei dilakukan penahanan. Bahwa Terdakwa menjelaskan latar belakang pendidikan dalam negeri pada saat di Departemen Kehakiman, pendidikan ........ hukum dan konseling perundangan, pada saat pendidikan jaksa untuk karrir, pendidikan korupsi,penyelundupan dan pendidikan selama...... diluar negri, Sydney selama 6 bulan, di Melbourne tahun 2001, ........ Bahwa Terdakwa pernah menjadi penuntut dalam perkara pembunuhan, tetapi tidak banyak karena banyak di tindak pidana korupsi, dan tuntutan maksimal adalah 12 tahun pada perkara di Riau Bahwa Terdakwa mengatakan diperiksa sebagai tersangka kalau tidak salah sebanyak 7 kali Bahwa Terdakwa mengatakan belum mengenal Sigid selama di uji test fit and profer untuk menjadi ketua KPK Bahwa Terdakwa menceritakan perkenalan dengan Sigid yaitu karena ada suatu pertemuan, agendanya tidak tahu, pada saat itu belum kenal, kemudian Terdakwa mendapatkan telpon dari Sigid yang mengatakan bahwa ‘ini Sigid yang pernah bertemu’ saya katakan ‘ya, ada apa?’ kemudian Sigid bilang ‘ini ada salah satu wakil ketua komisi 3 ingin mendengar visi dan misi anda jika nanti memimpin KPK untuk kasus BLBI’ saya tanyakan siapa, Sigid bilang ‘Suripto’ kemudian Sigid menyampaiakan bahwa Suripto ingin bertemu untuk mendengar visi dan misi saya, sebagai orang yang mengikuti test fit and proper adanya keingintahuan pihak lain tentang visi dan misi saya sebagai pemberantas korupsi saya senang-senang saja, kemudian dijanjikan bertemu di Patiunus, pada saat itu yang terbayang oleh saya adalah rumah Pak Suripto, saya datang kesitu diterima yang bersangkutan (Sigid), saya pikir pada waktu itu Pak Suripto sedang mandi, kemudian pak Suripto datang, saya katakan ‘wah pak, strategis sekali rumahnya’ kemudian pak Suripto bilang ‘ini bukan rumah saya, ini rumah Sigid, itulah pertama kali saya tahu Bahwa Terdakwa mengatakan yang dibicarakan dalam pertemuan itu adalah hanya masalah BLBI Bahwa Terdakwa mengatakan setelah terpilih menjadi ketua KPK, Sigid menelpon mengatakan ‘ ketua KPK apa tidak ingin men...... aparat penegak hukum?’ saya bilang ‘ada apa?’ kemudian sigid bilang ‘ ini Kapolri, pak Sutanto ingin bertemu’ pada saat itu
saya pikir pak Sutanto itu Kapolri, pak Sigid ini aksesnya begitu demikian, pada saat itu saya baru kenal dan belum tahu siapa yang bersangkutan, kemudian saya cek, teryata benar, tetapi pertemuan itu tidak jadi Bahwa Terdakwa menceritakan pertama kali mengenal Rani, ketika bertugas di Sumbar, saya tidak main golf, tetapi main tennis, setelah pindah ke Kejaksaan Agung ada Adhyaksa club, oleh teman-teman disana yang ketuanya pak Sudibyo Saleh, ada pak Damono, Pak Manulang, mengajak saya main golf, saya bilang saya tidak bisa, oleh karena itu saya diajak ke Modern, saya minta dicarikan pelatih untuk main golf, dicarikanlah caddy yang menjadi juara antar caddy yang bernama Poppy, pada waktu itu sambil main sambil belajar, pada waktu itu beberapa kali main saya baru kenal, Rani adalah caddy pak Sudibyo Saleh, setiap bermain golf caddy pak Saiful saleh adalah Rani, Rani tidak pernah menjadi caddy saya, itu pada tahun 2006 Bahwa Terdakwa menceritakan perkenalan dengan Wiliardi sekitar bulan Januari atau Februari, siang itu di telpon Sigid, kalimatnya pada saat itu adalah ‘mas, udah lama nih gak mampir’, saya tanyakan ‘ada apa’, ‘mampirlah, ngopi-ngopi’ katanya, kemudian saya jawab ‘nantlah saya lihat, kalau tidak ada kesibukan saya mampir’ sore harinya saya mampir, nobrol-ngobrol, Sigid bercerita tentang jadwal pribadinya dan lain-lain, sigid bertanya pada saya ’mas masih sering main golf sama Kapolri?’ saya katakan ‘darimana Anda tahu saya main golf dengan Kapolri, saya tidak perhah memberi tahu?’, dia bilang ‘ah...saya tahu aja’ lalu saya tanyakan kenapa, dia bilang ‘ya, nggak,sering main dengan Kapolri justru dengan olahraga bisa terawa dengan kesibukan sehari-hari’ kemudian dia katakan ‘mas ada yang mau kenal, saya tanyakan siapa, katanya ‘ada teman saya dari kepolisian , mau kenal mas’ saya kataan ‘lho? koq? mau kenalan dengan saya’ dia bilang ‘ siapa yang tidak ingin kenal dengan ketua kpk’ saya bilang kalau maksudnya positif mau kenal tidak apa-apa, kalau maksudnya baik’ kemudian Sigid keluar, dipanggilah Wiliardi, dikenalkan pada waktu itu dalam obrolan pribadi, kemudian ia (Wiliardi) katakan ia adalah bekas Kapolres Jaksel, saya juga pernah jadi Kajari Jaksel, dan lainlain, setelah itu kira-kira 10 menit Wiliardi keluar, itu pertama kali bertemu Wiliardi Bahwa Terdakwa menceritakan pertama kali mengenal Nasrudin sekitar bulan Mei, pada saat itu Nasrudin, pertama kali menelpon saya di no 455 karena seperti diketahui, nomor telpon tersebut adalah akses publik, kemana-mana kalau saya ceramah tentang korupsi saya sampaikan kalau ada informasi tentang korupsi, ke HP ini bisa, ke Pengaduan Masyarakat bisa, ke KPK manapun bisa, Nasrudin menelpon mengatakan bahwa Ia menyampaikan informasi tentang BUMN, saya tanyakan BUMN mana mudah-mudahan kalau tidak ada halangan besoklah kita ketemu, dia tanya ‘dimana pak kantornya? Nanti saya sampaikan besok’ Bahwa Terdakwa mengatakan karena pemeriksaan sudah cukup lama 6 bulan yang lalu, keterangan-keterangan yang diberikan ada yang ingat ada yang tidak ingat, dari keterangan yang saya berikan saat inilah yang benar, syukur-syukur keterangan yang diberikan ini sama dengan BAP
Bahwa Terdakwa mengatakan bertemu langsung dengan Nasrudin sebanyak 6 kali, 1 kali di Mahakam, 5 kali di kantor Bahwa Terdakwa pernah menerima SMS dari Nasrudin yaitu ketika ingin bertemu di kantor, dia mengirim sms dulu ke saya, saya beritahu sekretaris ‘apakah ada jadwal lain yang bisa kita sisipkan untuk menerima yang bersangkutan’ dan biasanya yang bersangkutan menelpon HP saya Bahwa Terdakwa mengatakan mengetahui nomor Nasrudin bila melihat ke Hpnya, karena ada namanya, dan menyimpan nomor Nasrudin ketika pertama kali yang bersangkutan menelpon ke HP nya Bahwa Terdakwa mengatakan seingat saya sekitar bulan Mei, setelah telpon, janji mau bertemu, kebetulan besoknya saya mau menerima tamu dari Sumatra Barat, saya katakan ‘mas ketemu di Mahakam besok saja’ Bahwa Terdakwa mengatakan dalam hubungannya dengan Nasrudin kalau dibilang selisih paham tidak terlalu signifikan, pada waktu itu di Grand Mahakam, yang bersangkutan telpon saya, menanyakan ‘kapan, bagaimana perkembangan pertemuan’ saya bilang merapat ke Grand Mahakam saja, tidak lama Ia menelpon sudah sampai Mahakam, saya suruh naik, pada saat itu tamu yang saya terima saya minta selesai, karena saya akan menerima tamu, disitulah terjadi, pada saat tu saya terkejut sebetulnya karena yang bersangkutan menyampaikan pada saat itu ia mengatakan ‘lho? kok bapak bertemu dengan istri saya?’ saya katakan ‘lho? jadi suami istri?’ apakah itu diartikan salah paham atau tidak saya tidak tahu, lalu saya katakan padanya ‘katanya mau menyampaikan informasi BUMN? mana?’ lalu Ia bilang ‘saya lagi pusing pak” kemudian kami bicara menjauh dari tamu saya iu, saya katakan ‘pusing kenapa pak?’ dia bilang ibunya sedang di opname di Singapore lalu saya katakan ‘kita sesama muslim bisa saling bantu’ Bahwa Terdakwa mengingat nomor kamar hotel tersebut pada saat rekonstruksi yaitu kamar 803 Bahwa Terdakwa mengatakan tamu yang ia terima pada saat itu adalah Rani Bahwa Terdakwa mengatakan tamu selain Rani pada waktu Nasrudin datang, belum datang Bahwa Terdakwa mengatakan berada di hotel setelah makan siang sebelum jam 2, karena janji jam 3 ketemu dengan tamu dari Padang, pada saat itu baru landing di Cengkareng Bahwa Terdakwa mengatakan pada saat itu baru 1 tamu yang datang yaitu Rani, datangnya Rani sehabis makan siang sekitar jam 2-an Bahwa Terdakwa mengatakan pada saat itu tidak ada orang lain di hotel
Bahwa Terdakwa menceritakan pembicaraan dengan Rani sesuai dengan permintaan yang bersangkutan (Rani), ingin bertemu saya menyampaikan ia sudah jadi marketing dan ingin saya kembali bermain golf di Modern, karena ada suatu ketika saya tidak bermain gol lagi di Modern, dia katakan oleh manajernya diminta, karena pernah kenal dan ia marketing, cobalah pak Antasari untuk main lagi di Modern Bahwa Terdakwa mengatakan yang meminta Rani datang ke 803 adalah saya, karena ada saat itu sudah ada confirm untuk bertemu, besok, tempatnya akan saya beritahu kemudian, paginya saya minta pesan kamar persiapan untuk tamu saya dari Padang, Pak Sabri, yang selalu saya tempatkan disitu, karena saya sudah sangat dekat secara pribadi, pada saat saya tugas di Kejaksaan tinggi Padang, saya anggap Pak Sabri adalah penasehat spiritual saya, Ia janji datang jam 3, lalu masuk SMS Rani, saya katakan ‘Kamu ke Mahakam saja’ sekalian maksud saya menunggu tamu, kemudian setelah diberitahu Rani ia sudah di Mahakam saya katakan padanya untuk naik saja ke 803 Bahwa Terdakwa mengatakan kondisi kamar 803 adalah 2 tingkat yang dibawah itu sofa, ruang tamu, ruang makan, ruang atasnya baru tempat tidur, saya menerima diruang tamu Bahwa Terdakwa mengatakan pertemuan itu adalah inisiatif Rani, tapi tempatnya saya yang memberitahu Bahwa Terdakwa menjelaskan bahwa ketika Nasrudin masuk, persepsi saya ia ingin menyampaikan informasi, maksud saya bergantian, Rani keluar lalu saya bertemu dengan Nasrudin, karena janjinya Nasrudin ingin menyampaikan informasi tentang BUMN, begitu dia masuk, dia katakan “lho kok bapak dengan istri saya?” saya katakan ‘lho, kalian suami istri?’ saya tidak tahu kalau mereka adalah suami istri, lantas saya tanyakan ‘mana informasinya? Dia katakan ia sedang pusing, melihat kondisi itu langsung saya ajak bicara menjauh dari Rani, kami bicara di depan meja makan, saya tanyakan kenapa dia pusing, dia katakan Ibunya diopname di RS Singapore, saya katakan sebagai sesama muslim kita bisa saling bantu, saya tanyakan ‘selama ini bagaimana, siapa yang bantu?’ dia katakan ‘biasanya yang bantu saya pak Tantri Abeng’ saya bilang saya juga kenal, maka dihubungilah pak Tantri Abeng, dia bilang pak Tantri Abeng mau bicara, lalu saya bicara ditepon dengan Pak Tantri Abeng, Pak Tantri mengatakan susah menghubungi saya untuk berterimakasih, saya tanyakan terimakasih untuk apa, pak Tantri mengatakan waktu kunjungan ke Padang Ibu Tantri sakit, saya yang besuk, kemudian telpon selesai saya tanyakan pada Nasrudin ‘bagaimana?’, dia katakan ‘pak nanti informasinya saya berikan di kantor saja’ saya bilang ‘sepakat, nanti kita cari waktu’ Bahwa Terdakwa mengatakan Rani bersama dengannya dikamar 803 selama 15-20 menit sebelum Nasrudin datang Bahwa Terdakwa mengatakan Nasrudin bersamaan dengan Rani meninggalkan Kamar 803 sebelum jam 3, persisnya lupa Bahwa Terdakwa mengatakan tidak pernah mendapatkan SMS teror atau ancaman dari Nasrudin
Bahwa Terdakwa menjelaskan pada waktu itu pagi hari sebelum ke kantor, saya baca SMS yang isinya antara lain ‘pada waktu dihotel ternyata bapak melakukan pelecehan seksual’ saya balas ‘Astagfirullah tidak sekeji itu saya’ kemudian ia membalas ‘Iya pak, kalau bisa kita ketemu’ saya bilang ‘ke kantor saja sekaligus bawa informasi yang dijanjikan’ Bahwa Terdakwa menjelaskan Nas datang kekantor sekitar bulan November, sebelum makan siang, yang disampaikan pada waktu bertemu Nasrudin menyampaikan membawa informasi, saya bilang ‘Pak Nas (saya selalu panggil dia dengan sebutan Pak Nas), hatihati jangan terprovokasi, saya sudah sering mengalami hal seperti itu, akhirnya pembicaraan dialihkan pada data yang dibawa dia Bahwa Terdakwa mengatakan bisa saja Nasrudin terprovokasi, karena sebelum itu saya sudah sering mendapatkan sms-sms atau tindakan-tindakan oknum, yang isinya agar saya tidak melakukan pemberantasan hukum, terlalu membabi buta katanya, menurut berita saya pernah disantet oleh seorang konglomerat dengan biaya beapa juta, sepanjang jalan Kuningan nama saya dicoret-coret karena tidak adil memberantas korupsi dan telpon segala macam, maksud saya agar beliau berhati-hati pada hal-hal seperti itu Bahwa Terdakwa mengatakan setelah membahas itu membicarakan masalah proyek Bahwa Terdakwa menjelaskan pada pertemuan itu seingat saya Nasrudin mengatakan secara lisan ‘untung pak, kita clear-kan kalau tidak saya mau lapor ke DPR dan Media karena tidak ada kejelasan’ Bahwa Terdakwa mengatakan pada saat itu tidak menyebut Presiden Bahwa Terdakwa menjelaskan kapasitas saya dengan Kapolri pada saat itu tidak ada kata melapor, hanya saya sampaikan dulu pada waktu itu saya minta waktu dengan ajudan untuk bertemu Kapolri dikantornya, karena beliau sejak terpilih menjadi Kapolri sudah .... pada saya dulu, saya kesana karena ada 2 agenda yang saya bawa, pertama adalah Rakor KPK, Kapolri, Kejagung, untuk bulan Januari, dimana sudah diputuskan pada bulan sebelumnya tuan rumah adalah Polri, yang kedua saya tanyakan pada Kapolri rencana dalam rangka reforasi Polri, beliau menyampaikan saat itu sudah memembuat edaran banyak sekali kedaerah-daerah untuk pejabat-pejabat Mabes Polri tidak boleh menggunakan fasilitas-fasilitas di Polda, jadi kalau makan jangan direstoranlah di Polda saja, setelah itu kami bicara masalah pribadi, karena memang pada saat saya Aspidum DKI beliau adalah Kadivserse Polda Metro yang sama-sama menyelesaikan kasus yang melibatkan Tommy Soeharto, saya ditanya oleh Kapolri ‘Bagaimana pak Antasari, pengalaman sebagai Ketua KPK?’ saya katakan ‘suka dukanya luar biasa’ berceritalah saya saya pada saat itu sering mendapat SMS-SMS, nama saya di coret-coret, termasuk terakhir ada pertemuan dan salah paham, saya sampaikan pada Kapolri bahwa saya dibilang melakukan pelecehan seksual, pada saat itu Kapolri mengatakan ‘wah hati-hati, jangan sampai ada upaya penjebakan ketua KPK, pejabat negara tidak boleh digitukan’
Bahwa Terdakwa tidak memberikan identitas pengirim SMS tersebut Bahwa Terdakwa mengatakan tidak melapor ke Polisi karena sejak menjadi Jaksa juga sudah sering mendapatkan yang seperti itu karena sudah merupakan resiko tugas dan sudah merupakan hal yang biasa, tetapi kepada Kapolri itu hanya bercerita saja Bahwa Terdakwa mengatakan ada apresiasi dari Kapolri pada saat itu menyikapi pernyataan dari saya, tetapi kalau Laporan resmi dengan LP itu tidak ada Bahwa Terdakwa mengatakan setelah Nasrudin meninggal, saya masih 2 kali mendapatkan semacam ancaman dan tindakan-tindakan fisik Bahwa Terdakwa hanya menceritakan masalah SMS Nasrudin tersebut hanya kepada Kapolri Bahwa Terdakwa kurang mengetahui apa persisnya yang dilakukan Kapolri setelah saya bercerita, tetapi semingguan setelah itu saya sedang dikantor ditelpon oleh Sigid, dia bilang ‘mas apa benar mas bercerita ada kondisi (istilahnya) tekanan?’ saya katakan ‘iya. Saya pernah bercerita pada kesempatan ....., ada apa?’ lalu Sigid mengatakan ‘ini, tampaknya sudah ada team yang dibentuk untuk membantu mas, mau bertemu nggak?’ saat itu saya berpikir berarti Kapolri menyikapi, sorenya saya mampir ke rumah Sigid, dan bertemu dan dikenalkan dengan Pak Chairul Anwar oleh Sigid, lalu saya telpon pak Kapolri untuk memberikan apresiasi saya karena pak Kapolri menyikapi cerita saya, saya katakan ‘Pak, terima kasih ini saya bertemu dengan Pak Chairul Anwar ini’ lalu Kapolri mengatakan ‘ya sudah ceritakan apa adanya tentang gangguan itu’ Bahwa Terdakwa bercerita secara umum tentang gangguan-gangguan yang diterima kepada Chairul Anwar Bahwa Terdakwa meminta kepada Chairul Anwar untuk melihat rangkaian ini dan dideteksi karena ada hal-hal yang dirasa ganjil Bahwa Terdakwa hanya memberikan informasi saja kepada chairul Anwar, selanjutnya menyerahkan kepada Polri karena bukan dibawah perintah saya Bahwa Terdakwa pada saat itu juga menyebut nama Nasrudin Bahwa Terdakwa tidak mengetahui yang selanjutnya dilakukan oleh Chairul Anwar Bahwa Terdakwa mengatakan bertemu team sebanyak 3 kali, pertama pada saat perkenalan dengan Chairul Anwar, Kedua pada saat mereka sudah melakukan kegiatan deteksi, ketiga pada saat Cherul Anwar menyampaikan ternyata tidak ada apa-apa, jadi selesai Bahwa pertemuan tersebut semuanya dirumah Sigid
Bahwa team tidak melaporkan tapi menyampaikan pada saya hasil kerjanya Bahwa pada pertemuan kedua yang disampaikan oleh team adalah ‘tidak ada pak, mereka hanya jalan-jalan suami istri’ Bahwa Terdakwa menjelaskan maksud tidak ada apa-apa adalah tidak ada kaitan dengan pihak lain hanya jalan-jalan suami istri dan tidak ada kegiatan yang membahayakan Bahwa Terdakwa hanya mengingat anggota team tersebut ada Pinora, ada juga Kasat Reserse Jaksel tapi lupa namanya Bahwa Terdakwa bertemu dengan Kapolri di Golf, menyampaikan bahwa tidak ada apaapa pak Antasari, aman-aman saja Bahwa Terdakwa bertemu dengan Nasrudin dalam kurun waktu 2008 sebanyak 1 kali dihotel Bahwa Terdakwa tidak mengetahui Rani telah berkeluarga atau tidak dan tidak pernah bertanya kepada Rani sudah berkeluarga atau belum karena bukan kepentingan saya Bahwa Terdakwa tidak melaksanakan perpisahan Rani yang pada saat berhenti menjadi caddy Bahwa pada saat itu Terdakwa belum selesai main golf diajak pak Dibyo untuk makan diatas, hampir semua Adhyaksa golf club jaksa semua isinya Bahwa saat itu Terdakwa diminta menyanyi, dan menanyakan pada pak Dibyo ada apa, pak Dibyo mengatakan caddy nya ingin berhenti kerja Bahwa Terdakwa mengatakan pembicaraan dihotel itu yang pertama meminta saya untuk bermain golf lagi di Modern, karena saya sudah pindah main di BSD yang lebih dekat dengan rumah, yang kedua karena saya ketua KPK, Rani minta bantuan pada saya bila ada keluarganya yang kena kasus, sya katakan tidak bisa karena KPK tidak seperti itu Bahwa Terdakwa hanya menyentuh Rani ketika bersalaman datang dan pulang Bahwa Terdakwa membantah tuduhan pelecehan seksual yang dituduhkan Nasrudin Bahwa Terdakwa mengatakan 5 kali pertemuan dengan Nasrudin dikantor yaitu ketika Nasrudin datang membawa map berisi SK menteri BUMN, dimana dikatakan bahwa dia mendapatkan SK tetapi tidak dilantik, yang lainnya dilantik, saya katakan padanya saat itu kalau informasi korupsi BUMN saya mungkin tindak lanjuti tapi kalau SK bukan kapasitas saya’ Bahwa pertemuan yang kedua Terdakwa dengan Nasrudin, ketika dia datang pada menawarkan asuransi dan menyampaikan informasi tentang korupsi di RNI
Bahwa pertemuan ketiga Terdakwa dengan Nasrudin hanya untuk mengkonfirmasi sejauh mana penanganan RNI Bahwa pertemuan keempat Terdakwa dengan Nasrudin tentang masalah KPK itu juga Bahwa pertemuan kelima Terdakwa dengan Nasrudin pada akhir 2008, dia datang untuk mengecek dan membawa proposal tentang PT Ranggolawe, minta rekomendasikan ke PT Antam, permintaan tersebut saya tolak karena KPK tidak boleh melakukan itu Bahwa Terdakwa mengatakan pada tanggal 1 Januari di Bali, saya dan istri menerima ancaman Bahwa Terdakwa menjelaskan sekitar tanggal 31 saya ada ceramah di universitas Mahendrabrata, di Bali, karena biasanya berkumpul dengan keluarga untuk memperingati ulang tahun perkawinan, maka saya mengajak anak-anak dan Istri, pada tanggal 1 Januari pagi, masuk telpon ke istri saya, saya sedang mandi pada saat itu, setelah selesai saya melihat kondisi istri tidak seperti biasa, saya tanyakan dan istri saya mengatakan nanti sajalah, setelah pulang dari Bali saya tanyakan kembali, istri saya menyampaikan ‘iya biasa ada yang telpon mengatakan bahwa kasih tau bapak jangan terlalu gencar memberantas korupsi, kami tahu siapa dia’ setelah yang laki-laki ngomong diberikan kepada yang perempuan mengatakan ‘iya bu, asal tau saja saya tuh capek bu melayani suami ibu hampir tiap malam’ Bahwa Terdakwa mengatakan kejadian sms istrinya belakangan setelah kejadian dengan SMS Nasrudin Bahwa jarak waktu antara SMS pada HP istrinya dan SMS Nasrudin sekitar 1 atau 2 minggu Bahwa Terdakwa semula menduga Nasrudin karena masalah ini berkaitan dengan perempuan, dan satu-satunya masalah dengan perempuan hanya di Mahakam saja, tetapi karena banyak ada masalah yang dibicarakan berbeda dan masalah dengan Nasrudin telah selesai, maka saya berpikir pasti ada yang lain, maka pada waktu bertemu dengan Cahirul Anwar itu saya minta deteksi Bahwa Terdakwa memberikan nomor HP Istrinya, Nasrudin untuk melihat nomor telpon mana yang masuk pada nomor Istri saya, karena sampai sekarang belum ketemu Bahwa Terdakwa memanggil Budi Ibrahim menceritakan kejadian SMS ke nomor HP istri saya, karena terpikir waktu itu hal ini akan menghambat kegiatan pemberantasan korupsi sebagai ketua KPK, maka saya minta dideteksi Bahwa Terdakwa memberikan nomor istrinya, Nasrudin dan 3 nomor lainnya di sebuah amplop kecil kepada Budi Ibrahim
Bahwa Terdakwa menjelaskan perintah deteksi itu hanya minta pada tanggal sekian, pukul sekian ada telpon masuk ke Hp istri saya, tolong dicatat siapa, karena pada waktu itu semacam Private Number Bahwa waktu itu disampaikan pada Terdakwa bahwa tidak ada yang mencurigakan dan deteksi sudah berhenti pada saat itu Bahwa Terdakwa diperlihatkan foto Rani dan Nasrudin ketika di airport sedang menarik tas Bahwa Terdakwa tidak pernah diperlihatkan dan diserahkan alamat-alamat yang berkaitan Bahwa Terdakwa tidak memperlihatkan foto-foto kepada Budi Ibrahim dan Ina Susanti Bahwa Terdakwa bertemu dengan Sigid sekitar November sampai dengan saya diproses hukum ini tidak lebih 10 kali Bahwa Terdakwa mengatakan apapun pembicaraan saya dengan Chairul Anwar pasti Sigid mendengar Bahwa Terdakwa menceritakan pada Chairul Anwar selain pencoretan-pencoretan nama, penyantetan, sms lain yang masuk dan hal yang paling terbaru Bahwa Terdakwa terakhir bertemu dengan Sigid di bulan Januari, terakhir saya bertemu sebelum berangkat ke Australia Bahwa Terdakwa menceritakan pada tanggal 16 sampai sepuluh hari saya tidak masuk kantor, kena DBD, sehingga saya berobat di Singapore atas izin pimpinan KPK yang lain pada waktu itu, setelah itu bertemu sekitar Februari, bercerita tentang kenapa saya mau ke Australia karena sudah 1 bulan lebih istri saya mendampingi anak saya yang kedua kebetulan diterima di Monasch University dari rekomendasi universitas Brawijaya pada waktu itu tidak mendapat apartement, waktu itu minta tolong pak Chandra Hamzah kalau punya akses disana, tolong saya supaya tidak harus berangkat Bahwa Terdakwa tidak ingat pada saat itu kondisi saya sedang batuk atau tidak tapi materi pembicaraan pada saat itu mengenai saya mau ke Australia Bahwa Terdakwa tidak meyakini rekaman yang diperdengarkan dipersidangan Bahwa Terdakwa tidak duduk di sofa yang sama dengan Rani Bahwa Terdakwa tidak membuka pakaian Rani Bahwa Terdakwa tidak membuka celananya pada saat bertemu Rani
Bahwa Terdakwa tidak mengajak Nasrudin kesudut ruangan tetapi mengikuti Nasrudin yang berjalan kesudut ruangan Bahwa Terdakwa menemui Rani karena teringat dengan Rani yang caddy nya pak Sudibyo Saleh, karena sempat mendengar informasi tentang Pak Sudibyo yang sakit, saya pikir mungkin Rani mengetahui, dan mungkin ada hal pokok karena Rani bukan caddy saya tetapi mau bertemu dengan saya, ini ada apa, sekaligus menghargai pak Sudibyo Saleh, dan Rani pun mengatakan ini semata-mata untuk marketing Bahwa Terdakwa menjelaskan setelah mengklarifikasi masalah SMS dengan Nasrudin pembicaraan dilanjutkan dengan tentang PT Ranggolawe Bahwa Terdakwa meyakini tidak pernah mengirim SMS ancaman kepada Nasrudin, tetapi ternyata menurut Penuntut Umum tetap ada, maka kami mempunyai pertimbangan untuk mengajukan laporan polisi yang kalaupun ada berarti saya yakini nomor HP saya digunakan oleh pihak ketiga Bahwa Terdakwa tidak merasa terganggu samasekali dengan perbuatan Nasrudin yang menuduh saya melakukan pelecean seksual terhadap istrinya karena saya tidak pernah melakukannya dan dia memahami itu Bahwa Terdakwa tidak kaget mengetahui Nasrudin dan Rani adalah suami istri Bahwa Terdakwa tidak pernah menerima hasil kerja team yang berupa foto Nasrudin, foto Rani, alamat, foto mobil yang diserahkan oleh team kepada Sigid yang kemudian diantar kerumah Terdakwa yang diterima oleh penjaga rumah Bahwa Terdakwa hanya mendengar cerita mereka dirumah Sigid karena mengetahui team tersebut sepengetahuan Kapolri, tentunya melapor kepada atasannya Bahwa Terdakwa tidak pernah mengeluarkan kata-kata ‘dia atau saya yang mati’ Bahwa Terdakwa tidak dalam posisi memerintah atau mengendalikan team, karena team tersebut resmi dari Kapolri jadi kegiatan mereka yang tahu Bahwa Terdakwa disarankan oleh Chairul Anwar untuk melaporkan langsung secara formal bila terjadi apa-apa lagi Bahwa atas saran Chairul Anwar tersebut Terdakwa tidak mengambil sikap hanya mengucapkan terima kasih Bahwa Terdakwa mengatakan Chairul Anwar melaporkan hasil kerjanya yang terakhir pada akhir Januari atau Februari
Bahwa Terdakwa tidak ingat yang mana yang lebih dulu antara pertemuan bertiga saya, Sigid dan Wiliardi dengan pertemuan dengan Chahirul Anwar yang melaporkan hasil kerja terakhirnya Bahwa Terdakwa mengatakan tidak mengetahui siapa yang lebih dulu tiba saya atau Wiliardi, tetapi sepenglihatan saya belum ada orang dan saya disuruh tunggu Bahwa pada saat tu Terdakwa diminta untuk menunggu kemudian diberi minum, tidak berapa lama kemudian Sigid datang Bahwa Terdakwa menjelaskan ia diundang oleh Sigid kerumahnya Bahwa Terdakwa mengatakan komunikasinya dengan Sigid tidak selalu lancar Bahwa Terdakwa mengatakan sebagian besar Sigid yang menghubunginya untuk berkomunikasi Bahwa Terdakwa mengatakan ada juga berkomunikasi dengan sekretaris Sigid Bahwa Terdakwa mengatakan tidak mengetahui waktu kedatangan Wiliardi hanya tahu masuk keruangan 10 menit setelah saya Bahwa Terdakwa tidak mengetahui posisi ruangan tersebut ruang tamu atau ruang kerja, tetapi selalu diruangan itu bertemu Bahwa Terdakwa tidak selalu duduk di kursi utama ruangan tersebut tergantung siapa yang duduk duluan Bahwa Terdakwa dipersilahkan duduk dikursi utama pada saat pertemuan itu Bahwa Sigid keluar hanya untuk memangil Wiliardi Bahwa pembicaraan bertiga hanya sampai 10 menit, kemudian Wiliardi keluar ruangan Bahwa Terdakwa tidak pernah meminta Yudi mengambil amplop dalam mobilnya, pembicaraan hanya dalam ruangan Bahwa dalam pertemuan tersebut tidak ada amplop coklat Bahwa Terdakwa dapat melihat Williardi keluar dari ruangan melewati pintu itu Bahwa Terdakwa mengatakan Williardi masuk menggunakan seragam, keluar seperti itu tidak ada penyerahan amplop seperti reonstruksi yang dimanipulasi Bahwa Terdakwa mengatakan pernah bertemu dengan Wiliardi lagi pada akhir Maret dirumah saya
Bahwa Terdakwa mengatakan Sigid yang menyampaikan tentang kemungkinan karir Wiliardi dan meminta saya bicara pada Kapolri Bahwa Terdakwa tidak pernah menindaklanjuti permintaan Sigid tersebut dan berbicara pada Kapolri Bahwa Terdakwa mengatakan selama ini Sigid yang selalu proaktif menanyakan pada saya ‘gimana mas?’, saya tidak pernah bicara dengan Kapolri Bahwa Terdakwa mengatakan pada pertemuan tersebut tidak ada janji untuk bertemu dengan Wiliardi, hanya Sigid menelpon, karena kalau pulang kantor selalu lewat samping rumahnya saya mampir Bahwa Terdakwa mengatakan tidak pernah ditelpon Sigid yang mengatakan ia akan memberikan bantuan operasional kepada Wiliardi sebesar 500 juta rupiah dan menelpon Sigid mengatakan ‘sudah nanti kita cari’ Bahwa Terdakwa mengetahui Nasrudin meninggal dunia sepulang dari Australia, 15 Maret, saya ditelpon Sekretaris saya Ibu Ida, Dia mengatakan ‘Pak, tamu yang sering ketemu bapak, Pak Nas, itu menurut berita meninggal karena ditembak’ Bahwa Terdakwa tidak pernah ditelpon Sigid yang mengatakan ‘wah bisa runyam ini pak, bisa runyam kita’ Bahwa Terdakwa tidak perah mengatakan pada Sigid kalimat ‘sudah tenang saja saya sudah koordinasikan’ Bahwa Terdakwa mengatakan Sigid pada waktu itu 2 kali dibulan Januari atau Februari memang agak kesal tentang birokrasi di KPK tentang rubrik kerja sama KPK dengan Suara Merdeka, itu saja pak, dia agak kesal, kok birokrasi sulit sekali karena setelah 1 bulan tidak ada jawaban rencana kerja sama rubrik hukum antara Suara Merdeka dengan KPK Bahwa Terdakwa mengatakan Wiliardi kerumah saya setelah Nasrudin meninggal Bahwa pada saat itu Sigid yang meng Sms, mengatakan ‘mas ingat pak Wiliardi yang dulu ketemu?’ saya tanyakan kenapa, Sigid bilang ini rencananya mau kerumah, yah mungkin mau suaan aja mas, mau kenal lebih dekat’ saya katakan nanti jam 4 saja Bahwa pembicaraan dengan Williardi itu adalah rumahnya dekat, dia di Lippo dan saya di BSD, selanjutnya dia tanya saya ada lagi main golf, saya katakan saya sudah agak lama sejak saya sakit, kurang aktif golf Bahwa Wiliardi datang kerumah semata-mata hanya ingin mengenal lebih dekat saja
Bahwa pada saat pertemuan bertiga Sigid mengatakan ‘mas, ini sudah kombes loh, sudah Sespati, kalau mas punya akses tolonglah teman saya ini, saya bilang kalau sudah Sespati biasanya sudah tidak perlu lagi itu, Sigid katakan ‘tolonglah bicarakan kalau ada kemungkinan’ saya katakan kalau soal kemungkinan kita tidak bisa janji Bahwa pada waktu pertemuan bertiga itu Wiliardi hanya menyampaikan siapa dia, karena baru pertama itu ketemu, siapa dia, mantan Kapolres Jaksel, sekarang ada di Mabes Polri, hanya kurang lebih 10 menit, tidak lebih, dia kenalan lalu pulang Bahwa Terdakwa mengatakan Williardi diantar Yudi kerumahnya pada sore hari di hari libur Sabtu atau Minggu Bahwa Terdakwa mengatakan Williardi hanya 15 berada dirumah saya Bahwa Terdakwa tidak pernah bertemu dengan Wiliardi pada saat bertemu dengan team dari Kapolri Bahwa Terdakwa tidak pernah meminta Sigid untuk membantu permasalahannya dengan Nasrudin Bahwa Terdakwa mengatakan tidak pernah menanyakan bagaimana menghabisi teror kepada Sigid, hanya membicarakan dengan Kombes Chairul Anwar karena tahu team itu resminya dari pak Kapolri Bahwa Terdakwa tidak mengetahui Sigid atau Wiliardi mengenal Nasrudin atau tidak Bahwa Terdakwa masih tetap meminta tolong kepada KPK walaupun sudah meminta bantuan polri karena ingin cepat mengetahui, selain bantuan resmi yang diberikan pak Kapolri, saya meminta bantuan kepada Budi Ibrahim Bahwa Terdakwa meyakini pada waktu itu ini bukan perilakunya Nasrudin, pasti pihak lain Bahwa setelah dilakukan deteksi Terdakwa menjadi yakin bahwa itu bukan perbuatan Nasrudin Bahwa Terdakwa mengatakan setelah meninggal nya Nasrudin saya masih 2 kali mendapatkan kondisi yang tidak nyaman sebagai ketua KPK Bahwa Terdakwa mengatakan deteksi tersebut tidak hanya dilakukan pada nomor Nasrudin, tetapi semua yang saya duga saya lacak, sampai hari ni masih saya lacak Bahwa Terdakwa mengatakan meminta Budi Ibrahim untuk melakukan deteksi, tidak pernah secara spesifik meminta penyadapan, karena kalau penyadapan ada hasilnya diserahkan pada saya, saya tidak pernah dapat, yang saya dapatkan flow chart deteksi, saya tidak pernah memerintahkan penyadapan.
Bahwa Terdakwa menjelaskan perbedaan deteksi dengan sadap, yaitu pada deteksi hanya melihat hubungan nomor ini ke nomor lain dan tidak ada kontent, sedangkan penyadapan dari proses masuknya ada SP yang masuk, dan dilakukan SP penyadapan dan didengar dan dibikin transkripnya Bahwa Terdakwa mengatakan penyadapan di KPK ada dibawah Chandra Hamzah dan M. Yasin Bahwa Terdakwa mengatakan informasi korupsi yang dilaporkan Nasrudin kepada Terdakwa dapat di check di KPK Bahwa Informasi yang diterima Terdakwa tersebut diserahkan Terdakwa pada ketua yang lain untuk diproses dibawah, karena menurut informasi kasus RNI telah dilaporkan sebelum era kepemimpinannya Bahwa Terdakwa tidak mengetahui apakah informasi tersebut ada di administrasi Bahwa Terdakwa mengatakan pada Nasrudin, karena anda melaporkan ini tolong dicatat bahwa anda harus kami lindungi, kita harus melindungi pelapor korupsi Bahwa Terdakwa mengatakan Nasrudin langsung menyerahkan informasi pada saya, saya ambil laporan tersebut, tetapi saya tidak menyarankannya untuk membuat laporan Bahwa Terdakwa setelah menerima informasi langsung menyerahkan pada bagian penindakan, pertama kali Chandra Hamzah dan dibawah ditindak lanjuti, dan ternyata memang menjadi perkara Bahwa Terdakwa hanya menyampaikan belasungkawa melalui sekretaris saya Ibu Ida, saya katakan pada ibu Ida tanyakan alamatnya untuk menyampaikan secara resmi kerumahnya, tidak kepada Rani Bahwa Terdakwa mengenal Rani sejak tahun 2004 Bahwa Terdakwa bermain Golf di Moderland awal tahun 2003- 2007 Bahwa Terdakwa dapat info dari teman-teman ,bahwa Rani berkali-kali meminta no telpon Terdakwa dari teman Terdakwa Ishak pada ahir 2008 Bahwa Rani berkali-kali meminta no Hp Terdakwa kepada Ishak dan Ibrahim, saat itu Terdakwa sudah menjadi Ketua KPK Bahwa Terdakwa mengatakan sebelum mendapat SMS dari Rani, memang ada telpon yang masuk berkali-kali tetapi tidak termemory di HP
Bahwa Terdakwa tertarik dengan SMS yang dikirimkan Rani karena beliau adalah caddy dari pak Sudibyo Sholeh, dan mungkin ada yang ingin disampaikan karena yang Terdakwa dengar terakhir beliau sedang sakit Bahwa pertemuan dengan Rani setelah beberapa kali dihubungi baru diadakan pertemuan Bahwa Terdakwa sebelumnya memang sudah ada jadwal untuk bertemu dengan guru spiritual untuk konsultasi masalah Agama Bahwa rencana pertemuan di Grand Mahakam lebih dahulu memanggil guru Spritual baru dengan Rani Bahwa Terdakwa lebih dahulu pesan kamar baru untuk bertemu dengan guru spiritual baru setelah itu Rani sekalian bertemu di Grand Mahakam Bahwa sebelumnya memang sudah aja janji dengan Nasrudin juga Bahwa Terdakwa yang sampai dahulu di Grand Mahakam baru kemudian tidak berapa lama Rani mengimpormasikan sudah sampai Bahwa Terdakwa tidak mengetahui Rani berangkat ke Garand Mahakam sudah janjian dahulu dengan Nasrudin Ketemuan di Rumah sakit Harapan Kita. Bahwa Terdakwa tidak mengetahui sebelum Rani naik keatas , Nasrudin sudah menunggu dibawah Bahwa pada saat Rani naik ke atas tidak disampaikannya, bahwa suaminya menunggu dibawah dia hanya seperti gelisah Bahwa Terdakwa tidak mengetahui Rani sudah melakukan Kawin sirih dengan Nasrudin Bahwa Terdakwa tidak mengetahui Rani dan Nasrudin meninggalkan Grand Mahakam bersamaan Bahwa pada saat Rani masih dikamar ada telpon masuk dari Nasrudin,dan langsung saya persilakan pak Nasrudin naik saja dan meminta Rani untuk keluar Bahwa pada saat pak Nasrudin masuk beliau lantas bilang kok ada istri saya, setelah itu Rani duduk di sofa dan saya berbicara dengan Nasrudin Bahwa pada saat pak Nasrudin bilang kok ada istri saya, Terdakwa bilang kalian suami Istri lalu Nasrudin masuk dan berkeluh kesah Bahwa pada saat itu pintu kamar tidak terkunci
Bahwa saat Nasrudin masuk selain berkata ini Bapak dengan Istri saya, beliau juga bilang Bapak mundur sajalah sebagai ketua KPK Bahwa setelah kejadian itu hubungan masih baik dan beliau masih banyak memberikan informasi Bahwa melihat dari proses kejadian-kejadian yang terbesit dipikiran Terdakwa adalah apa maksudnya Rani Bahwa setelah kejadian di Grand Mahakam pertemuan dengan Nasrudin masih sering dan hubungan masih baik sekali Bahwa Terdakwa terakhir bertemu dengan Nasrudin sekitar bulan November, Desember beliau berjanji untuk menyampaikan imformasi Korupsi, selain itu berhubungan melalui SMS dan by phone juga masih sering Bahwa pada saat mengimformasikan kepada Kapolri mengenai masalah yang menimpa Terdakwa, tidak begitu lama sekitar dua mingguan dihubungi oleh Sigid sekitar bulan Desember menanyakan masalah perihal masalah yang menimpa saya Bahwa pada saat menginformasikan ke Kapolri kemudian diinformasikan Sigid untuk datang kerumahnya pada saat itu saya datang dan memberikan apresiasi kepada Kapolri karena langsung direspon Bahwa pada saat itu Sigid mengatakan dia banyak akses di Polres Jakarta Selatan Bahwa pertemuan pertama dengan team pada tanggal 5/6 Januari 2009 Bahwa pada pertemuan dengan Saudara Chairul Anwar, Sigit tidak mengetahui masalah Terdakwa, karena Terdakwa hanya memberitahukan kepada Chairul Anwar saat pertemuan dirumah Sigid dan ada beliau Bahwa setelah dibentuk team tidak ada pembicaraan mengenai nama Williardi pada saat pertemuan itu Bahwa pada saat pertemuan bertiga (SHW,WW, AA) dalam suasana santai, tidak ada pembicaraan masalah kasus, karena sudah selesai dengan team Chairul Anwar Bahwa pembicaraan saat itu lazim saja, seseorang memperkenalkan seseorang Bahwa setelah bertemu dengan Williardi sekitar 10 menit, Terdakwa mengatakan pada Sigid jangan begitulah sembarangan mengenalkan orang Bahwa pada saat berbicara dengan Sigid saat itu intonasi Terdakwa yang keras dan Sigid yang halus
Bahwa Sigid pernah mengatakan kerja sama Harian Suara Merdeka dengan KPK rumit. Bahwa setiap proposal tembusannya selalu dikirim kerumah Bahwa perkenalan dengan Nasrudin bulan Mei melalui telepon lebih dahulu baru bertemu di Grand Mahakam Bahwa setelah bertemu di Grand Mahakam, beliau langsung menelpon Tanri Abeng, beliau bilang lagi ketemu saya BahwaTerdakwa menceritakan setelah Nasrudin meninggal masih ada tindakan fisik dan teror yang diterima, sekitar bulan April ada yang mengatakan “Kasih Tau bos mu jangan sok-sok menggungkap korupsi”,dan masih bulan April juga mobil saya dipepet depan belakang hancur, setelah itu datang pagi ke kantor sudah banyak coretan-coretan yang tidak baik. Selain itu Istri saya yang baru keluar dari Giant disamperin tukang ojek “ Ibu ketua KPK Bilang sama bapak jangan sok jago jadi ketua KPK” Bahwa Terdakwa merasa nyaman dan aman setelah Kapolri membentuk team dan memberikan apresiasi atas attensinya Bahwa hubungan Terdakwa dengan Nasrudin setelah dari Bali masih baik Bahwa pada tanggal 4 Mei 2009 Terdakwa dipanggil ke Polda sebagai saksi, pada waktu minggu itu saya masih memberikan ceramah di sespati Lembang, lalu saya dapat surat panggilan untuk menjadi saksi kasus Nasrudin,lalu ditanya kenal A,B,C, lalu setelah makan siang saya langsung ditetapkan sebagai tersangka,pada saat itu ada salah satu lawyer saya yang bilang bisa tunjukkan keterlibatan sebagai tersangka Bahwa setelah itu jam 4 sore sebelum dikirim ketahanan saya disuruh menandatangani surat ,penahanan dan penangkapan Bahwa setelah jam 6 sore langsung masuk Tahanan Bahwa pada saat ditahanan Terdakwa langsung diperetelin Bahwa Polda menyatakan saya sebagai tersangka jam 2 siang Bahwa Jaksa Agung sehari sebelumnya mengumumkan sebagai Terdakwa Bahwa Rekonstruksi di Patiunus di rumah Sigid pada waktu itu Terdakwa diminta untuk datang, lalu saya datang menggunakan baju tahanan, kemudian disuruh buka Bahwa pada saat itu saya tanya Lawyer saya mereka jawab Ada, Sigid duduk, Wiliardi duduk, lalu penyidik masuk bawa amplop berdiri disamping kiri saya “AA yang menyerahkan amplop” lalu saya keluar dan sewaktu masuk Sigid sudah pegang amplop
Bahwa pada saat itu saya menolak menanda tangani BAP Bahwa Penyidik mengatakan ini Rekonstruksi menurut Sigid Bahwa rekonstruksi untuk Antasari Azhar dan Williardi Wizard tidak ada sampai sekarang Bahwa Terdakwa dan JPU tidak ada ganjelan Bahwa setiap kali pemeriksaan selalu hadir lawyer tapi tidak lengkap Bahwa Penasehat Hukum selalu keberatan dengan cara pemeriksaan penyidik Bahwa Penasehat Hukum banyak bilang yang dilakukan penyidik salah ya memang salah Bahwa saat diperiksa tidak diberitahukan akan direkam Bahwa ada pertanyaan dari penyidik ahir-ahir ini ada anggota KPK yang terima suap, lalu saya jawab kalau ada anggota KPK yang terima suap maka kita mundur dan bubarkan saja KPK Bahwa saat Rekonstruksi tidak didampingi Penasehat Hukum Bahwa pada saat Rekonstruksi ada beberapa adengan yang tidak setuju tetapi saya tetap melakukan karena itu Rekonstruksi untuk Sigid dan tidak memakai peran pengganti Bahwa Terdakwa pernah meminta pada Penasehat Hukum untuk mengirim surat kepada Kejaksaan untuk dilakukan rekonstruksi ulang, tetapi sampai sekarang tidak ada tanggapan dari kejaksaan dan tidak ada rekonstruksi ulang Bahwa Terdakwa tidak pernah memerintahkan KPK untuk melakukan penyadapan tetapi melakukan deteksi untuk beberapa nomor Bahwa kalau ada Penyadapan pasti ada hasil Transkrip Bahwa Terdakwa tidak pernah meminta hasil penyadapan atau hasil Transkrip karena memang tidak meminta Penyadapan Bahwa pertemuan pengkleran masalah SMS itu sudah tidak ada lagi, masalah selesai, dan bulan Januari tidak bertemu lagi karena konsen dengan masalah Korupsi Bahwa selama berkarir hampir 30 puluh tahun tidak pernah memukul bawahan, tetangga Bahwa Terdakwa setiap memutuskan segala sesuatu selalu berhubungan dengan Tuhan terlebih dahulu
Bahwa Terdakwa tidak pernah meminta kepada Sigid maupun Wiliardi untuk menghabisi Nasrudin Bahwa dalam pertemuan bertiga dirumah Sigid tidak ada kesepakatan untuk pemberian tugas untuk memerintahkan menghabisi Nasrudin Bahwa Terdakwa tidak kenal dengan Eksekutor Bahwa Terdakwa menyampaikan ke Kapolri saat itu secara umum tentang KPK dan masalah yang terjadi Bahwa Terdakwa mengetahui Kapolri membentuk Team dari Sigid Bahwa Terdakwa mengetahui namanya dikait-kaitkan dengan Korban dari media yang mengatakan ada SMS dengan inisial AA Bahwa Terdakwa tidak pernah minta kepada Kapolri untuk jabatan Williardi Bahwa Terdakwa tidak pernah meminta pada Bareskrim untuk jabatan Williardi juga pada Pejabat Polri Bahwa Terdakwa tidak pernah menjanjikan hal lain kepada Williardi Bahwa Terdakwa tidak pernah menjanjikan hal lain kepada Sigid termasuk proyek Koran Merdeka Bahwa Terdakwa tidak pernah diberitahukan Sigid mengenai uang Rp 500 juta yang diberikan ke Williardi untuk biaya operasional Bahwa Terdakwa tidak pernah menjanjikan perkara-perkara lain terhadap Sigid Bahwa setelah pertemuan di Grand Mahakam, Rani tidak pernah menghubungi lagi Bahwa Terdakwa pada saat pertemuan dengan Rani tidak pernah memberikan uang hanya pada Almarhum bantuan untuk ibunya yang sakit. Bahwa Terdakwa dalam kasus ini tidak mencurigai orang lain untuk saat ini Bahwa Terdakwa mengatakan terhadap ancaman, teror yang diterima tidak ada alasan untuk merasa takut atau panik sesuai dengan dakwaan JPU karena hubungan masih sangat baik Bahwa Terdakwa mendengar Almarhum tertembak merasa tenang-tenang saja karena merasa tidak terkait
Bahwa apabila Sigid mengirim surat ke KPK tembusannya selalu kerumah bentuknya amplop coklat, mengirim undangan ulangtahun Ibu Sigid juga pakai amplop Coklat Bahwa tembusan Surat kerja sama itu sudah diserahkan ke Penyidik namun didalam berkas tidak dimasukkan oleh penyidik Bahwa Terdakwa tidak pernah memaki-maki jaksa Cirrus saat menjadi bawahan Bahwa ketika Nasrudin datang ke KPK beliau melaporkan secara lisan, kemudian saya beritahukan kepada Chandra juga secara lisan Bahwa istri juga tidak pernah menunjukkan kemaran terhadap ancaman itu Bahwa Terdakwa selalu menceritakan kepada Istri sebelum berangkat kerja mau, ngapain saja, mau ketemu dengan siapa selalu diceritakan Bahwa kegiatan dikamar 803 itu semua pribadi Bahwa kegiatan dikamar 803 biasanya habis jam kantor Bahwa bahwa pada saat masuk Nasrudin beliau berkata ‘lo bapak kok bersama istri saya” lalu dia berkeluh kesah tentang ibunya yang sakit,dan pemberian uang kenasrudin itu bukan karena tidak enak tapi karena rasa kemanusiaan, setelah itu dia mengatakan makasih Bahwa kesaksian Yudi yang mengatakan setiap Terdakwa kekamar 803 selalu dia yang membayar itu tidak selalu, kalau ada pertemuan dengan Sigit, Yudi yang bayar dan yang buka kamar lalu diganti uangnya oleh ajudan Bahwa pada saat Williardi datang kerumah Yudi tidak ikut masuk kedalam Bahwa pertemuan dengan Wiliardi dirumah yang ke dua dan terakhir Bahwa posisi Sigid hanya sebagai teman saja Bahwa Terdakwa tidak pernah menceritakan kepada Sigid masalah kamar 803 Bahwa Terdakwa baru mengetahui yang bayar ajudan adalah Sigid, pantesan setiap kali saya kemana dan dimana beliau selalu tau dan Terdakwa tidak mengetahui secara Khusus siapa yang menyuruh beliau Bahwa Terdakwa tidak pernah memberikan akses ke atas Bahwa Sigit tidak pernah cerita masalah kasus-kasus
Bahwa pada saat Nasrudin masuk kamar 803 dia hanya bilang kok bapak bersama istri saya, dan saat itu rani tidak menangis yang saya dengar hanya almarhum mengatakan ayo Rani kita pulang Bahwa pada saat itu Terdakwa tidak menuntun Nasrudin kebelakang, dan tidak ada katakata “kita ini satu team, saya masih ingin membangun Negara “ saat itu kita hanya membahas masalah ibunya yang sakit
B. ANALISA KETERANGAN SAKSI-SAKSI DAN TERDAKWA
Majelis Hakim yang terhormat, Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang yang mulia.
Perkenankan kami menyampaikan keterangan saksi dan fakta yang terungkap di persidangan dan analisa faktanya yang didapat di persidangan, dan sekaligus kami akan membahas dan menyangkal bagian dari fakta persidangan dan analisa fakta persidangan yang disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam surat tuntutannya. Kami menyangkal fakta persidangan dan analisanya yang disampaikan JPU dalam surat tuntutannya dari halaman 11 s/d 136, karena banyaknya (kalau tidak mau dikatakan seluruhnya) berisi manipulasi, karangan, ilusi, rekaan, imajinasi dan penggelapan fakta yang diperoleh di persidangan oleh JPU. Disamping itu, karena fakta persidangan dan analisa fakta persidangannya tidak benar, penuh manipulasi, maka dengan sendirinya analisa yuridis yang dibuat berdasarkan fakta persidangan dan analisa fakta persidangannya yang penuh manipulasi, tentunya juga menjadi tidak benar. Mengenai ketidakbenaran ini, tentunya akan kami buktikan dalam keterangan kami di bawah ini: Di saat membuat pledoi ini telah terjadi perdebatan yang cukup alot diantara para Penasihat Hukum tentang adanya manipulasi fakta persidangan dan analisanya yang dilakukan oleh para JPU, yaitu satu pihak menganjurkan untuk melaporkannya kepada pihak yang berwajib (Kepolisian, Kejaksaan Agung), di pihak lainnya mengatakan biar
saja dan serahkan kepada Majelis Hakim. Dan kemudian diputuskan untuk membacakannya dan menyerahkannya kepada Majelis Hakim.
Sebagian dari keterangan-keterangan saksi-saksi di bawah sumpah dalam persidangan ini, sengaja kami ulangi dan bacakan di bawah ini agar dapat mengungkapkan fakta yang ditemui dalam persidangan ini, yang ada hubungannya dengan Terdakwa dan dakwaan kepadanya, dan dengan analisanya sekaligus.
SRI MARTUTI. Saksi Sri Martuti adalah istri pertama korban. Dari keterangan saksi Sri Martuti di persidangan, tanggal 3 November 2009, ditemui fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa saksi menerangkan, dia adalah istri korban. Bahwa saksi menerangkan, pada saat bertemu dengan korban, yang dibicarakan hanya tentang anak, karena sang anak mau kuliah. Bahwa saksi menerangkan, kebutuhan saksi sangat dicukupi oleh almarhum/korban. Bahwa saksi menerangkan, saksi menelepon almarhum pada tanggal 13 Maret 2009, yang dibicarakan hanya tentang anak yang sudah mau lulus sekolah saja dan akan kuliah dimana. Bahwa saksi menerangkan, komunikasi terakhir dengan almarhum/korban adalah pada tangal 13 Maret 2009. Bahwa saksi menerangkan, saksi tidak mengetahui almarhum mempunyai hubungan dengan Antasari Azhar, Ketua KPK. Bahwa saksi menerangkan, dia mengetahui almarhum kenal dengan Terdakwa, setelah almarhum bercerita tentang Terdakwa, sebelum tanggal 9 Maret 2009, pada saat almarhum menceritakan akan mendapatkan proyek yang sudah dikonsultasikan dengan Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, almarhum tidak pernah menceritakan mendapat teror dan ancaman dari siapapun. Bahwa saksi menerangkan, dia pernah diperiksa di Polres Tangerang dan tidak mengetahui diperiksa sebagai apa.
Bahwa saksi menerangkan, almarhum tidak pernah bercerita punya masalah dengan Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, dia tidak mengetahui secara langsung peristiwa pembunuhan korban.
ANALISA FAKTA : BERDASARKAN FAKTA PERSIDANGAN YANG DIPEROLEH DARI SAKSI SRI MARTUTI
Selama korban bertemu dengan saksi Sri Martuti, korban tidak pernah menceritakan kepadanya tentang adanya hubungan yang tidak baik dengan Terdakwa. Bahkan sampai sehari sebelum terjadinya penembakan terhadap korban pun, korban tidak pernah menceritakan adanya masalah dengan Terdakwa, apalagi adanya ancaman-ancaman dari Terdakwa. Saksi Sri Martuti ini masih tetap istri sah korban, yang tetap dikunjungi, diperhatikan, diurus anak mereka, dicukupi kehidupannya, tidak pernah ada keluhan dari korban tentang hubungannya dengan Terdakwa. Lalu, bagaimana istri siri, “istri” yang mengaku istri ketiga, dapat mengarang cerita bahwa “suaminya” diancam orang? Dari kesaksian Sri Martuti ini di bawah sumpah, terbukti bahwa tidak ada hubungan yang buruk antara korban dengan Terdakwa, apalagi adanya ancaman dari Terdakwa kepada korban.
Saksi Sri Martuti diperiksa sebagai saksi pada tanggal 3 November 2009. Pada saat diperiksa/di–BAP tidak disebutkan siapa tersangkanya, namun diperiksa dalam perkara tindak pidana “pembunuhan subsider penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang” sebagaimana dimaksud Pasal 338 Subs 351 ayat (3) KUHP. Sedangkan Terdakwa didakwa Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP jo Pasal 340 KUHP. Pasal yang sangat berbeda dengan pasal yang menjadi dasar pemeriksaan saksi Sri Martuti. Berarti saksi ini tidak diperiksa untuk Terdakwa. Selain pasal yang didakwakan berbeda, nama tersangkanya pun tidak disebutkan.
Ini berarti saksi Sri Martuti ini, sama sekali tidak membuktikan apa pun terhadap dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum, yang mendakwa Terdakwa menyuruh, membujuk orang lain untuk menghilangkan nyawa orang.
RUSLI. Saksi Rusli adalah anggota polisi pada Polres Metro Tangerang. Dari keterangan saksi Rusli di persidangan, tanggal 3 November 2009, ditemui fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa saksi menerangkan, dia tidak kenal dengan Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, dia mengetahui korban sudah dibawa supirnya ke Rumah Sakit Mayapada Tangerang, setelah saksi tiba di TKP. Bahwa saksi menerangkan, dia bertemu Suparmin, supir korban, di parkiran Rumah Sakit Mayapada Tangerang, dan langsung meminta keterangan terkait dengan kejadian di Jalan Haryono. Bahwa saksi menerangkan, dia mendapat informasi hanya dari supir korban saja. Bahwa saksi menerangkan, menurut saksi Suparmin, bosnya ditembak oleh dua orang yang naik motor Scorpio warna silver. Bahwa saksi menerangkan, dia mengetahui dua tembakan di kepala korban berdasarkan keterangan dari dokter yang menangani korban. * dari keterangan ini, dapat diketahui bahwa faktanya saksi Rusli ini menerangkan hal-hal yang dia dengar dari orang lain (saksi Suparmin). Bahwa saksi menerangkan, dia melihat korban di ICU, sedang ditangani oleh tim dokter. Bahwa saksi menerangkan, dia sempat melihat korban waktu di ruang ICU dan masih bernafas. Bahwa saksi menerangkan, dia melihat pada saat di Rumah Sakit Mayapada Tangerang, korban sudah ditangani dokter, kepalanya sudah diperban. * Ini membuktikan apa yang diterangkan oleh saksi ahli Abdul Mun’im Idris di dalam persidangan di bawah sumpah, bahwa benar di rumah sakit Mayapada Tangerang, mayat korban telah dibedah, dijahit, (istilah saksi ahli) dimanipulasi.
Bahwa saksi menerangkan, dia bukan sebagai saksi pelapor dalam kasus ini, tapi dalam BAP dicantumkan sebagai saksi pelapor. Bahwa saksi menerangkan, dia tidak menemukan selongsong peluru di TKP. Dihubungkan dengan keterangan saksi ahli balistik yang mengatakan menemukan serpihan peluru di jok mobil belakang setelah mobil berpindah-pindah dari TKP ke rumah sakit-rumah sakit, mana yang benar?
ANALISA FAKTA : BERDASARKAN FAKTA PERSIDANGAN YANG DIPEROLEH DARI SAKSI RUSLI
Saksi bukan saksi pelapor walaupun dalam BAP dicantumkan sebagai saksi pelapor. Pada saat kejadian, saksi tidak ada di TKP, beberapa saat kemudian baru meluncur ke TKP namun korban, supir korban dan mobil korban sudah dibawa ke Rumah Sakit Mayapada Tangerang. Saksi menerangkan bahwa semua yang diketahuinya adalah berdasarkan keterangan yang didapatnya dari supir korban (saksi Suparmin) pada saat di Rumah Sakit Mayapada Tangerang. Menurut Saksi Rusli, dia mendengar dari saksi Suparmin yang menerangkan bahwa korban ditembak oleh dua orang yang naik motor Scorpio warna silver. Padahal di saat Suparmin menerangkan di persidangan ini juga, nyata sekali saksi Suparmin ini memberikan keterangan yang tidak benar alias berbohong, karena dia memberi keterangan dalam BAP penyidikan setelah “disekap” selama 4 hari di kantor polisi. Kami menggunakan kata-kata “disekap” karena saksi selama 4 hari tersebut menurut pengakuannya sendiri memang “disekap” di kantor polisi, tidur di kantor polisi dan tidak diperbolehkan pulang, tidak jelas statusnya ditahan atau bukan, dan selama “masa penyekapan” itulah dia menjelaskan tentang motor yang digunakan pelaku, tentang peristiwa terjadinya penembakan korban, tentang ciri-ciri pelaku penembakan, dan berbagai keterangan lainnya yang tidak logis dan tidak masuk di akal. Namun keterangan bohong ini dapat dimengerti karena keterangan (bohong) ini dibuatnya dalam masa “penyekapan” oleh oknum penyidik. Jadi keterangan saksi Rusli berdasarkan keterangan saksi Suparmin ini tidak membuktikan tentang : Berapa lubang dalam kepala korban
Motor yang digunakan pelaku Ciri-ciri dari pelaku penembakan
2. Saksi Rusli diperiksa sebagai saksi pada tanggal 3 November 2009. Pada saat diperiksa/di–BAP, tidak disebutkan siapa tersangkanya, namun diperiksa dalam perkara tindak pidana “pembunuhan subsider penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang” sebagaimana dimaksud Pasal 338 Subs 351 ayat (3) KUHP. Sedangkan Terdakwa didakwa Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP jo Pasal 340 KUHP. Pasal yang sangat berbeda dengan pasal yang menjadi dasar pemeriksaan saksi Rusli. Berarti saksi ini tidak diperiksa untuk Terdakwa. Selain pasal yang didakwakan berbeda, nama tersangkanya pun tidak disebutkan. Pertanyaannya sekarang, jelas masalah ini bukan masalah sepele, melainkan sesungguhnya masalah ini adalah masalah substansi, penting, karena pada gilirannya sangat merugikan Terdakwa di dalam pembelaannya. Terlebih-lebih persidangan ini sangat menarik perhatian masyarakat, bukan masyarakat awam saja, masyarakat pemerhati hukum, mahasiswa-mahasiswa fakultas hukum, sangat memperhatikan persidangan ini. Oleh karena itu, akan sangat berbahaya apabila saudara Jaksa Penuntut Umum menggunakan BAP-BAP yang melanggar hukum. Bukankah kita semua berada di sini untuk menegakkan hukum. Kalaulah pelanggaran hukum dan undang-undang yang dilakukan oleh saudara Jaksa Penuntut Umum serupa ini dibiarkan, dan ditolerir di dalam persidangan ini, maka sangatlah berbahaya bagi perkembangan penegakan hukum di pengadilan. Kami percaya Majelis Hakim yang dipimpin oleh Hakim Ketua yang sudah menunjukkan/membuktikan kebijaksanaannya, tidak akan menerima BAP-BAP yang dibuat secara melanggar hukum.
Ini berarti saksi Rusli ini sama sekali tidak membuktikan apa pun terhadap dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum, yang mendakwa Terdakwa menyuruh, membujuk orang lain untuk menghilangkan nyawa orang.
IRAWATI ARIENDA. Saksi Irawati Arienda adalah istri kedua korban.
Dari keterangan saksi Irawati Arienda di persidangan, tanggal 3 November 2009, ditemui fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa saksi menerangkan, dia tidak kenal dengan Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, dia adalah istri korban/almarhum Nasrudin. Bahwa saksi menerangkan, dia mempunyai dua orang anak dari pernikahannya dengan almarhum. Bahwa saksi menerangkan, dia selama berumah tangga tidak pernah cek-cok dengan almarhum. Bahwa saksi menerangkan, dia tidak pernah tahu bahwa suaminya (korban) mempunyai istri siri/simpanan yang bernama Rani. Bahwa saksi menerangkan, dia mengetahui almarhum bukan jejaka setelah kasus ini. Bahwa saksi menerangkan, almarhum tidak pernah menceritakan masalah kantor di rumah karena sudah komitmen dari awal, urusan kantor tidak boleh dibawa ke rumah. Bahwa saksi menerangkan, pada tanggal 13 Maret 2009, almarhum masih makan malam di rumah bersama saksi dan anak-anak. Bahwa saksi menerangkan, pada tanggal 13 Maret 2009, jam 06.00 WIB, almarhum pamit kepada saksi, mau pergi, tapi saksi minta korban menemani saksi dan anaknya di rumah. * Terlihat dengan jelas bahwa saksi Irawati Arienda dengan korban berkeluarga sebagaimana suatu keluarga yang harmonis. Bahwa saksi menerangkan, dia tidak mengenal Terdakwa. Saksi hanya mengetahui Terdakwa dari media massa sebagai Ketua KPK. Bahwa saksi menerangkan, dia pernah mendengar nama Rani Juliani, saat almarhum menelepon seseorang, kemudian almarhum menyebut nama Rani Juliani, dan saksi bertanya siapa Rani Juliani? Almarhum menjawab Rani Juliani adalah anak angkat dari Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, almarhum tidak pernah bercerita kepada saksi tentang perjalananya ke Sulawesi Selatan, dan tidak ada perubahan dengan sikap almarhum sepulang dari Sulawesi Selatan. Bahwa saksi menerangkan, almarhum tidak pernah bercerita pernah mendapat teror atau ancaman dari siapapun.
Bahwa saksi menerangkan, waktu sampai di Rumah Sakit Mayapada Tangerang, saksi melihat korban sudah ditangani oleh tim dokter. Bahwa saksi menerangkan, dia diperiksa sebagai saksi apa, saksi lupa. Bahwa saksi menerangkan, dia tidak pernah mengetahui ada hubungan apa antara Terdakwa dengan almarhum. Bahwa saksi menerangkan, dia tidak tahu menahu tentang permasalahan antara almarhum dengan Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, dia juga tidak kenal dengan Williardi Wizar dan Sigit Haryo Wibisono. Bahwa saksi menerangkan, dia tidak pernah menerima teror.
ANALISA FAKTA : BERDASARKAN FAKTA PERSIDANGAN YANG DIPEROLEH DARI SAKSI IRAWATI ARIENDA Saksi dan korban berumah tangga sebagaimana layaknya sebuah rumah tangga yang normal. Suami pulang setiap hari, kecuali tugas di luar kota, tinggal di rumah, berangkat ke kantor pada pagi hari, sarapan pagi di rumah, makan malam di rumah, namun selama ini tidak pernah mendengar cerita dari korban tentang adanya hubungan yang tidak baik, keluhan, ancaman dari Terdakwa. Lalu, bagaimana istri siri, “istri” yang mengaku istri ketiga, dapat mengarang cerita bahwa “suaminya” diancam orang? Bukankah hal ini tidak logis, kecuali memang istri siri ini mengada-ada, mengarang-ngarang cerita dengan maksud-maksud tertentu. Mengenai istri siri ini akan kami bahas dalam bagian tersendiri. Saksi Irawati Arienda diperiksa sebagai saksi pada tanggal 3 November 2009. Pada saat diperiksa/di–BAP tidak disebutkan siapa tersangkanya, namun diperiksa dalam perkara tindak pidana “pembunuhan subsider penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang” sebagaimana dimaksud Pasal 338 Subs 351 ayat (3) KUHP. Sedangkan Terdakwa didakwa Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP jo Pasal 340 KUHP. Pasal yang sangat berbeda dengan pasal yang menjadi dasar pemeriksaan saksi Irawati Arienda. Berarti saksi Irawati Arienda ini tidak diperiksa untuk Terdakwa. Selain pasal yang didakwakan berbeda, nama tersangkanya pun tidak disebutkan.
Ini berarti saksi Irawati Arienda ini, sama sekali tidak membuktikan apa pun terhadap dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum, yang mendakwa Terdakwa menyuruh, membujuk orang lain untuk menghilangkan nyawa orang. SUPARMIN. Saksi Suparmin adalah sopir di kantor korban. Dari keterangan saksi Suparmin di persidangan, tanggal 3 November 2009, ditemui fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa saksi menerangkan, dia kenal dengan Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, dia kenal dengan almarhum, mantan bosnya di Putra RNI. Bahwa saksi menerangkan, dia sudah satu tahun bekerja sebagai supir di kantor almarhum. Bahwa saksi menerangkan, pada saat terjadi penembakan, saksi mendengar letusan dor…dor.. Kemudian saksi menoleh ke belakang, melihat almarhum sudah tergeletak ke kanan, saksi shock, kemudian saksi menoleh ke depan, melihat dua orang naik motor Scorpio, kemudian saksi langsung menarik rem tangan, dan membuka mobil, teriakteriak minta tolong, kemudian orang-orang langsung berkerumunan berdatangan. * Dari keterangan saksi Suparmin ini, jelas terbukti bahwa kejadian sangat cepat dan saksi panik. Bahwa saksi menerangkan, dia melihat pada saat itu ada dua orang yang naik motor Scorpio, yang dibonceng agak kecil. Bahwa saksi menerangkan, dia tidak melihat mereka memegang senjata api, karena tangannya diayun ke bawah. Bahwa saksi menerangkan, pada saat itu kejadian sangat cepat sekali. Bahwa saksi menerangkan, korban di bawa ke Rumah Sakit Mayapada Tangerang, oleh saksi sendiri. Bahwa saksi menerangkan, banyak darah keluar dari kepala korban. Bahwa saksi menerangkan, setelah sampai di Rumah Sakit Mayapada Tangerang, saksi ditanya oleh dua orang polisi berpakaian dinas, dan meminta keterangan dan KTP saksi. Bahwa saksi menerangkan, dia mengetahui Rani Juliani sebagai istri siri korban setelah diperiksa di Polres Tangerang.
Bahwa saksi menerangkan, almarhum tidak pernah bercerita masalah rumah di dalam mobil selama perjalanan. Bahwa saksi menerangkan, pengendara sepeda motor Scorpio yang melakukan penembakan pada saat itu, yang di depan pakai tutup kepala, dan yang di belakang pakai helm warna hitam. * keterangan saksi ini tidak logis dan tidak benar karena kejadiannya sangat cepat dan saksi dalam keadaan panik. Bahwa saksi menerangkan, setelah Avanza menyalip di depan, terdengar suara dor..dor…, dan Avanza masih di depan saksi. Bahwa saksi menerangkan, kejadian itu sekejap dan setelah melihat ke belakang, saksi mengerem mobil dan minta tolong, Avanza sudah tidak ada lagi di depan saksi. Bahwa saksi menerangkan, dia melihat motor saat menoleh ke kiri. Bahwa saksi menerangkan, pada BAP yang kedua, polisi yang mengingatkan saksi tentang adanya mobil Avanza. Bahwa saksi menerangkan, polisi yang menanyakan nomor polisi, merek motor dan saksi hanya membenarkan saja. Bahwa saksi menerangkan, dia tidak pernah mendengar korban punya masalah dengan Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, dia yang mengantar Rani Juliani dan korban ke Hotel Grand Mahakam. Bahwa saksi menerangkan, dia tidak pernah mengetahui nama Sigit Haryo Wibisono, dan tidak pernah membawa korban ke Jalan Patiunus.
ANALISA FAKTA : BERDASARKAN FAKTA PERSIDANGAN YANG DIPEROLEH DARI SAKSI SUPARMIN Pada saat terjadi penembakan, saksi mendengar letusan dor…dor.. Kemudian saksi menoleh ke belakang, melihat almarhum sudah tergeletak ke kanan, saksi shock, kemudian saksi menoleh ke depan, melihat dua orang naik motor Scorpio. Kemudian saksi langsung menarik rem tangan, dan membuka mobil, teriak-teriak minta tolong, kemudian orang-orang langsung berkerumunan berdatangan.
Saksi tidak melihat mereka memegang senjata api karena tangannya diayun ke bawah. Kejadian itu sekejap dan setelah melihat ke belakang, saksi mengerem mobil dan minta tolong, Avanza sudah tidak ada lagi di depan saksi.
Dari fakta persidangan ini, jelas saksi Suparmin ini berbohong dan memberikan keterangan palsu. Adalah tidak mungkin/mustahil seorang supir yang menerangkan kejadian penembakan yang menyebabkan tuannya tergeletak di belakang mobil berlumuran darah, yang menurut pengakuannya sendiri, kejadiannya sangat cepat, tetapi anehnya dapat menerangkan dengan rinci, baik mengenai motor, mobil di depannya, dan orang-orang di atas motor, yang sama-sama sedang melaju.
Dengan melihat luka tembak di kepala korban, dapat diketahui bahwa kejadian itu berlangsung per detik. Dor... dor..., saksi panik, menghentikan mobil mendadak, melompat keluar, berteriak-teriak minta tolong. Bagaimana bisa di kemudian hari di BAP, saksi dapat menjelaskan kejadian dengan rinci sekali. Kami ingatkan persidangan yang mulia, bahwa keterangan yang rinci ini, diberikan setelah saksi “tidur-tiduran selama 4 hari, siang dan malam” di kantor polisi selama masa penyidikan.
Kami ulangi sedikit analisa dalam keterangan saksi Rusli (saudara Jaksa Penuntut Umum, jangan bilang ini copy paste). Bahwa saksi Suparmin ini memberikan keterangan yang tidak benar, palsu, dan tidak logis. Ketidaklogisan keterangan saksi Suparmin ini, karena dia memberi keterangan dalam BAP penyidikan setelah “disekap” selama 4 hari di kantor polisi. Kami menggunakan kata-kata “disekap” karena saksi selama 4 hari tersebut menurut pengakuannya sendiri memang “disekap” di kantor polisi, tidur di kantor polisi dan tidak diperbolehkan pulang, tidak jelas statusnya ditahan atau bukan, dan selama “masa penyekapan” itulah, dia menjelaskan tentang motor yang digunakan pelaku, tentang peristiwa terjadinya penembakan korban, tentang ciri-ciri pelaku penembakan, dan berbagai keterangan lainnya yang tidak logis dan tidak masuk di akal. Namun keterangan bohong ini dapat dimengerti karena keterangan (bohong/palsu) ini dibuatnya dalam masa “penyekapan” oleh oknum penyidik. Saksi tidak pernah mendapatkan ilmu intelejen. Saksi tidak dapat mengingat suatu kejadian yang terjadi dalam hitungan detik. Peristiwa penembakan terjadi dengan sangat cepat. Keterangan saksi yang begitu lengkap mengenai peristiwa penembakan, hanyalah karangan saksi saja, yang dapat diperkirakan, keterangan saksi ada yang mengatur. Siapa yang mengatur, kami tidak akan menuduh siapa-siapa. Tapi tentunya persidangan yang mulia disini, yang dipimpin oleh Hakim Ketua dan Majelis Hakim, saudara Jaksa
Penuntut Umum, Para Penasihat Hukum dan pengunjung sidang, dapat mengetahui dengan jelas, siapa yang berkepentingan membuat karangan keterangan seperti itu. Seperti diketahui, berdasarkan keterangan saksi Suparmin di persidangan ini, atas keinginan oknum polisi-lah, saksi “menginap” selama 4 hari di kantor polisi. Kami menggunakan istilah “menginap” karena kenyataannya saksi Suparmin ini tinggal, menginap di kantor polisi tanpa ada surat penahanan. Sempat juga terbersit dalam pikiran kami, saksi ini menginap di kantor polisi atau di hotel polisi. (Ingat, beberapa saksi dalam kasus ini diperiksa di hotel, di motel, di apartment, di restoran). Keterangan saksi mengenai adanya mobil Avanza yang menghalangi mobil korban baru dikemukakan setelah saksi menginap selama 4 (empat) hari di Polda Metro Jaya. Barang bukti motor Scorpio yang ada dalam perkara a quo, ditunjukkan oleh polisi kepada saksi, waktu itu polisi menunjukkan kepada saksi bahwa motor Scorpio yang ditunjuk inilah yang digunakan oleh penembak, dan saksi hanya mengiyakan. Keterangan saksi Suparmin yang walaupun dilakukan di bawah sumpah, tidak berkesesuaian dengan surat dakwaan, BAP Rekonstruksi, dan keterangan saksi Rani Juliani. Saksi Suparmin menerangkan bahwa saksilah yang mengantarkan saksi Rani Juliani dan korban ke Hotel Grand Mahakam. Dalam surat dakwaan, halaman 2 paragraf 2, baris 2 s/d 3, tercantum bahwa “.....bersama korban dengan menggunakan taxi saksi Rani Juliani menuju hotel Grand Mahakam ...........”. Artinya JPU juga mengakui saksi Suparmin ini memberikan keterangan bohong. Dalam BAP Rekonstruksi, saksi Rani Juliani mengakui dan diperagakan, datang ke Hotel Grand Mahakam dengan menggunakan taksi.
Dari fakta ini, jelas keterangan saksi Suparmin tidak benar dan tidak bisa diterima kesaksiannya sebagai alat bukti dalam persidangan ini. Apalagi keterangan saksi Suparmin ini sama sekali tidak ada mendukung dan tidak membuktikan apa pun dalam hubungannya dengan dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum, yang mendakwa Terdakwa menyuruh, membujuk orang lain untuk menghilangkan nyawa orang.
SIGIT HARYO WIBISONO. Saksi Sigit Haryo Wibisono adalah pengusaha surat kabar Suara Merdeka, dan menjadi Terdakwa dalam perkara lainnya.
Dari keterangan saksi Sigit Haryo Wibisono di persidangan, tanggal 5 November 2009, ditemui fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa saksi menerangkan, pertama kali bertemu Terdakwa di Hotel Grand Mahakam. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa dan tidak ada saksi lain dan alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi ini. Bahwa saksi menerangkan, dia menyarankan agar Terdakwa melaporkan kepada Kapolri adanya ancaman. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa dan tidak ada saksi lain dan alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi ini. Bahwa saksi menerangkan, Terdakwa menceritakan kepada saksi, yang melakukan teror adalah Nazrudin Zulkarnaen. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa dan tidak ada saksi lain dan alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi ini. Bahwa saksi menerangkan, ada pertemuan di Jalan Kerinci. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa dan tidak ada saksi lain dan alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi ini. Bahwa saksi menerangkan, Terdakwa mengatakan kepada saksi bahwa Terdakwa dikejar-kejar dan diteror. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa dan tidak ada saksi lain dan alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi ini. Bahwa saksi menerangkan, ada pertemuan dengan Williardi Wizar, dimana dalam pertemuan tersebut ada penyerahan foto. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa dan tidak ada saksi lain dan alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi ini. Demikian juga saksi Williardi Wizar menolak keterangan saksi ini. Bahwa saksi menerangkan, Terdakwa mengatakan korban memeras Terdakwa dalam proyek Sumsel. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa dan tidak ada saksi lain dan alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi ini. Bahwa saksi menerangkan, Terdakwa yang menentukan tempat posko tim.
* Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa dan tidak ada saksi lain dan alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi ini. Bahwa saksi menerangkan, Terdakwa meminta untuk mencari tindak pidana yang dilakukan korban. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa dan tidak ada saksi lain dan alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi ini. Bahwa saksi menerangkan, biaya operasional yang diminta Williardi Wizard sudah diberitahukan oleh saksi kepada Terdakwa. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa dan tidak ada saksi lain dan alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi ini. Bahwa saksi menerangkan, Terdakwa resah karena diteror oleh korban. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa dan tidak ada saksi lain dan alat bukti lain yang mendukung keterangan saksi ini. Bahwa saksi menerangkan, setelah peristiwa penembakan korban, saksi menelepon Terdakwa dan Terdakwa mengatakan “tenang saja sudah dikoordinasikan”. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa, karena pada saat itu Terdakwa sedang berada di Australia, dan mempersilahkan melihat catatan apakah benar ada telepon dari saksi kepada Terdakwa pada waktu Terdakwa berada di Australia. Bahwa saksi menerangkan, Terdakwa mengatakan kepada saksi, korban adalah pelaku narkoba. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, semua hasil kerja tim yang dipimpin saksi Chairul anwar, diserahkan kepada saksi. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa, karena ada tim langsung yang dibentuk oleh Kapolri. Bahwa saksi menerangkan, saksi yang mengurus pengawalan sejak Terdakwa menjadi Ketua KPK. * Keterangan ini ditolak oleh Terdakwa, karena ada pengawalan resmi bentukan Kapolri. Bahwa saksi menerangkan, peran yang dituduhkan kepada saksi dalam masalah ini adalah sebagai penyandang dana memberikan uang kepada Williardi Wizar sebesar 500 juta rupiah
* Terdakwa tidak tahu menahu mengenai soal ini, baik saksi Sigit Haryo Wibisono maupun saksi Williardi Wizar, tidak pernah bercerita mengenai masalah ini. Bahwa saksi menerangkan, saksi mengetahui penembakan terhadap korban pada tanggal 14 Maret 2009, pada saat di atas pesawat dari Semarang ke Jakarta. Bahwa saksi menerangkan, saksi sangat kaget mendengar korban mati tertembak, karena pada awalnya tidak ada rencana pembunuhan. Bahwa saksi menerangkan, saksi kenal dengan Williardi Wizar sekitar bulan Pebruari 2009, dikenalkan oleh Dirut PT. PIM yang bernama M. Agus, maksud dan tujuan perkenalan tersebut untuk meminta dukungan kepada Terdakwa dalam promosi jabatan Williardi Wizar. * Tidak ada komentar dari Terdakwa, karena ketiga hal tersebut di atas tidak diketahui sama sekali oleh Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, saksi mengetahui ada satu tim yang dipimpin Kombes Chairul Anwar, Kapolres Jaksel, untuk melakukan penyelidikan terhadap teror yang dialami Terdakwa sebelum bertemu dengan Williardi Wizar. * Terdakwa tidak mengetahui bagaimana saksi ini mengetahui adanya tim bentukan Kapolri. Tidak benar Terdakwa melaporkan kepada Kapolri adanya teror kepada Terdakwa. Yang ada Terdakwa hanya menceritakan suka dukanya selama menjabat sebagai Ketua KPK, termasuk adanya sms ancaman kepada Terdakwa dan istrinya. * Bahwa Terdakwa tidak pernah meminta kepada Kapolri untuk membentuk satu tim terkait adanya sms ancaman kepada Terdakwa dan istrinya tersebut. Terdakwa justru baru mengetahui adanya tim yang dibentuk Kapolri setelah diberitahu oleh saksi Sigit Haryo Wibisono. Bahwa saksi menerangkan, eksekusi yang dimaksud dalam BAP hanya untuk menghabisi terornya saja, bukan membunuhnya. Bahwa saksi menerangkan, setelah adanya tim Chairul Anwar , baru muncul tim Williardi Wizar. Bahwa saksi menerangkan, tidak ada ucapan untuk mencari orang lain untuk melakukan pembunuhan. * Bahwa benar Terdakwa tidak pernah mengatakan, membujuk, menyuruh mencari orang lain untuk melakukan pembunuhan. Bahwa saksi menerangkan, tidak pernah disuruh, dibujuk, diperintahkan oleh Terdakwa untuk melakukan pembunuhan.
* Bahwa Terdakwa membenarkan keterangan saksi di bawah sumpah ini, bahwa Terdakwa tidak pernah menyuruh, membujuk dan memerintahkan saksi untuk melakukan pembunuhan. Bahwa saksi menerangkan, tidak ada rencana untuk mencari orang untuk membunuh korban. * Bahwa Terdakwa membenarkan keterangan saksi di bawah sumpah ini, bahwa Terdakwa tidak pernah menyuruh, membujuk dan memerintahkan saksi untuk mencari orang untuk melakukan pembunuhan. Bahwa saksi menerangkan ada penyerahan file amplop coklat ke Williardi Wizar di rumahnya di Jalan Patiunus. * Bahwa Terdakwa tidak hadir dalam pertemuan yang dikatakan ada penyerahan amplop, Terdakwa tidak mengetahui kejadian ini, kalau benar ada. Bahwa saksi menerangkan, yang dimaksud menghilangan nyawa pada BAP tanggal 2 Mei 2009, poin 22, adalah menghilangkann terror, bukan menghilangkan nyawa. Bahwa saksi menerangkan, saksi saat diperiksa merasa tertekan. Bahwa saksi menerangkan, yang dimaksud menghilangkan teror adalah menghilangkan perbuatan terornya, bukan menghilangkan nyawanya. Bahwa saksi menerangkan, yang melakukan perekaman terhadap Terdakwa adalah sekretarisnya Setyo Wahyudi atas perintah saksi. *
Bahwa rekaman bukan alat bukti dalam suatu kasus pidana umum.
Bahwa saksi menerangkan, yang mengundang Williardi Wizar ke rumah saksi, dan ditemukan dengan Terdakwa adalah atas permintaan saksi sendiri, tanpa terlebih dahulu memberitahukan kepada Terdakwa. * Bahwa dalam peristiwa ini Terdakwa telah menyatakan keberatannya dan menegur saksi untuk tidak memperkenalkan orang-orang, tanpa terlebih dahulu meminta ijin kepada Terdakwa. Istilah Terdakwa, jangan di-“amprokin” (mem-fait a compli, mempertemukan dengan orang-orang). Bahwa saksi menerangkan, dalam pertemuan itu tidak ada kata-kata untuk menghilangkan nyawa orang. Bahwa saksi menerangkan, foto Rani Juliani dan korban diemail ke staf saksi , Setyo Wahyudi, oleh tim Chairul Anwar.
Bahwa saksi menerangkan, uang 500 juta rupiah bukan untuk operasional membunuh korban. Bahwa saksi menerangkan, saksi yang selalu meminta foto dan hasil laporan dari tim Chairul Anwar. Bahwa saksi menerangkan, barang bukti juga disita oleh polisi. Bahwa saksi menerangkan, penyerahan foto ke Williardi Wizar, tidak ada perintah apaapa untuk orang yang ada di foto. Bahwa saksi menerangkan, pada adegan ke 7 rekonstruksi, saksi tidak melihat Terdakwa menyerahkan foto ke Williardi Wizar. Bahwa saksi menerangkan, pada saat penyerahan foto, tidak ada menyebut nama Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, dia membayar gaji para pengawal keamanan Terdakwa. * Hal ini di luar pengetahuan Terdakwa. Terdakwa pernah menyampaikan keheranannya mengenai hal ini dan mengatakan, “pantas semua kegiatan perjalanan saya diketahui oleh saksi SHW”. Menunjuk keterangan saksi Suhardi Alius, di bawah sumpah di persidangan ini yang mengatakan, “untuk personel pengamanan ketua KPK sudah dipersiapkan oleh Kapolri termasuk mobil pengawalan. Gaji polisi yang mengawal Ketua KPK dibayar oleh Negara, tetapi mendapat tambahan insentif dari KPK”. Ini juga membuktikan bahwa saksi Sigit Haryo Wibisono ini seringkali memberikan keterangan yang tidak benar, hanya untuk menunjukkan bahwa dia seolah-olah orang yang berpengaruh di kepolisian. Jadi apabila saksi Sigit Haryo Wibisono benar membayar “gaji” para pengawal Terdakwa, dilakukan dengan maksud yang buruk, yaitu dapat mengikuti semua kegiatan perjalanan Terdakwa. Dengan maksud apa saksi Sigit Haryo Wibisono melakukan ini. Mengenai rekaman di rumah saksi Sigit Haryo Wibisono, walaupun rekaman bukan alat bukti, timbul pertanyaan, dengan maksud apa saksi Sigit Haryo Wibisono diam-diam melakukan rekaman terhadap pembicaraan Terdakwa di rumah saksi Sigit Haryo Wibisono. Pertanyaan ini pernah diajukan oleh Penasihat Hukum kepada saksi Sigit Haryo Wibisono, namun saksi menjawab dengan diam saja.
ANALISA FAKTA
BERDASARKAN FAKTA PERSIDANGAN YANG DIPEROLEH DARI SAKSI SIGIT HARYO WIBISONO.
Bahwa Terdakwa tidak ada menyuruh, memerintahkan, membujuk saksi untuk melakukan, baik mencari orang untuk membunuh, maupun untuk membunuh orang. Bahwa “cerita-cerita” Terdakwa memberikan amplop coklat kepada Williardi Wizar terbukti tidak benar. Bahwa benar Terdakwa tidak tahu menahu/tidak tahu sama sekali tentang uang sejumlah lima ratus juta rupiah. Bahwa benar Terdakwa tidak mengetahui, apalagi mengatur tentang pembentukan tim untuk mengikuti korban. Bahwa benar Terdakwa tidak punya hubungan apa pun dengan Tim yang dibicarakan dalam kasus ini, kecuali benar Terdakwa mengetahui belakangan ada Tim yang dibentuk Kapolri untuk menjaga keamanan Terdakwa.
RANI JULIANI. Saksi Rani Juliani adalah istri siri korban dan diperiksa pada sidang tertutup, tanggal 5 November 2009.
Majelis Hakim yang terhormat, Saudara Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang yang mulia,
Khusus untuk Berita Acara Persidangan saksi Rani Juliani yang kami catat, secara lengkap kami cantumkan, agar Majelis Hakim dan Saudara Jaksa Penuntut Umum, dapat menilai standard moral dari saksi Rani Juliani. Namun kami sengaja tidak membacakan semua keterangan saksi Rani Juliani karena: Keterangan saksi Rani Juliani berisi tentang kehidupannya yang tidak mengenal malu, tidak senonoh, melanggar hukum, melanggar hukum agama, sehingga tidak patut dibacakan di dalam persidangan yang terhormat di sini. JPU pun dalam surat tuntutannya,
halaman 3 mengatakan, “bagaimanapun peristiwa yang terjadi di kamar 803 adalah suatu skandal yang sangat memalukan apabila diketahui oleh publik .........”, namun herannya JPU terus menerus mengulanginya, baik dalam dakwaan maupun dalam surat tuntutannya. Sehingga menjadi pertanyaan, apa maksud JPU selain memang dengan sengaja membuat malu Terdakwa, dengan harapan hal-hal yang memalukan ini, yang sesungguhnya tidak pernah terjadi dapat menghancurkan reputasi Terdakwa, dan JPU mengira dapat mengkaitkan dengan surat dakwaan dan surat tuntutan. Sedangkan sesungguhnya hal tersebut sama sekali tidak membuktikan dakwaan dan tuntutan JPU. Semua keterangan saksi Rani Juliani yang menyudutkan Terdakwa selain telah dibantah oleh Terdakwa, dan juga tidak didukung oleh alat bukti lainnya. Keterangan saksi Rani Juliani penuh dengan kebohongan dan fitnah. Keterangan saksi Rani Juliani tidak logis dan tidak masuk di akal. Keterangan saksi Rani Juliani saling bertentangan, baik dengan keterangannya sendiri di BAP, maupun dengan keterangan saksi lainnya. Kami percaya Majelis Hakim sependapat dengan kami, bahwa keterangan saksi Rani Juliani berisi tentang kehidupannya yang tidak mengenal malu, tidak senonoh, melanggar hukum, melanggar hukum agama, sehingga tidak patut dibacakan di dalam persidangan yang terhormat di sini. Hal ini terbukti pada saat saksi Rani Juliani diperiksa dalam persidangan di sini, Majelis Hakim yang telah mendengar surat dakwaan yang berisi halhal yang tidak senonoh, tidak patut diperdengarkan dalam sidang terbuka, menetapkan agar pemeriksaan saksi Rani Juliani ini dilakukan dalam sidang yang tertutup. Dan nampaknya JPU tidak berani menentang penetapan hakim tersebut karena sesungguhnya mereka mengakui apa yang dibacakannya itu bertentangan dengan norma-norma kesusilaan, apalagi mereka sesungguhnya mengetahui “cerita” yang disampaikan dalam dakwaannya tersebut adalah cerita yang tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Menurut Pasal 185 ayat (6), dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan: a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain; * Saksi Rani Juliani ini dalam kesaksiannya sendiri saling bertentangan, demikian juga dengan keterangan saksi lainnya. Contoh: Saksi Rani Juliani mengatakan dia ditampar oleh suaminya karena suaminya tidak tahu dia di kamar hotel bersama Terdakwa, padahal mereka berdua datang bersamasama ke hotel tersebut untuk bertemu dengan Terdakwa. Bagaimana mungkin korban menampar saksi ini dan bertanya kepada Terdakwa, “apa yang Bapak lakukan disini dengan istri saya”.
Apalagi keterangan ini dibantah oleh Terdakwa yang mengatakan tidak ada penamparan dan tidak ada ribut-ribut. Saksi ini menjelaskan seolah-olah terjadi pelecehan seksual. Ini adalah hal yang tidak mungkin, tidak logis, karena saksi datang bersama-sama dengan suaminya, dan suaminya menunggu di lobby hotel yang sama, dan mengetahui kamar dimana Terdakwa dan saksi berada. Lagipula, beberapa menit kemudian, baik saksi, baik “suami” saksi/korban akan datang juga ke kamar Terdakwa. Adalah tidak mungkin terjadi apa yang difitnahkan oleh saksi ini. Waktu saksi mengatakan dia ditampar oleh korban dan mengatakan, “ngapain disini”, Penasihat Hukum bertanya, apakah saksi tidak bertanya, “lho, kan datangnya sama-sama, masuk ke kamar pun korban tahu, kenapa bertanya seperti itu”. Saksi Rani Juliani menjawab, “saya hanya menuruti suami”. Penasihat hukum bertanya lagi, “maksudnya menuruti apa?”. Saksi Rani Juliani diam saja. Sesungguhnya apa yang terjadi, apa rencana mereka berdua dengan berpura-pura tidak tahu saksi Rani Juliani bertemu di dalam kamar dengan Terdakwa. Padahal mereka datang bersama-sama (berdua), korban mengetahui Rani Juliani naik ke kamar hotel, suami menunggu di lobby hotel yang sama. Mereka berdua sejak semula sudah tahu baik “suami”/korban maupun Rani Juliani berjanji masing-masing bertemu di hotel yang sama, sama-sama datang, di kamar yang sama, dan waktu yang hampir bersamaan. Sedangkan Terdakwa tidak tahu mereka berdua saling mengenal, apalagi sebagai suami istri siri. Bahkan korban memesan kepada istri sirinya, Rani Juliani, untuk menghidupkan telepon, walaupun telepon tersebut ternyata dimatikan. Semua ini membuktikan bahwa saksi Rani Juliani membuat berita fitnah, tidak masuk di akal, yang sangat disayangkan mengapa pihak penyidik “menelan” keterangan saksi ini bulat-bulat. Dan yang lebih disayangkan lagi, Jaksa Penuntut Umum pun menerima dan menggunakannya dalam surat dakwaannya, dan tanpa rasa malu membacakannya di persidangan yang terbuka. Jangan-jangan ada skenario yang mengatur agar “peristiwa memalukan” ini dimunculkan dan diangkat sebagai faktor untuk menjadikan Antasari Azhar sebagai Terdakwa. JPU jangan mengatakan kami hanya bisa bertanya, JPU-lah yang harus dengan bukti-bukti dan fakta (KALAU ADA) membuktikan bahwa tidak benar tidak ada rekayasa. Kalau kami sih, berdasarkan fakta dan alat bukti yang logis dan sah menurut hukum, sudah bisa membuktikan bahwa ada rekayasa. Buktinya, sudah tahu saksi Rani Juliani dan korban datang berdua, kok masih bertanya, “ngapain disini”. Jelas ini adalah sebuah rekayasa yang dilakukan secara sadar dan terencana, dengan target yang jelas yaitu untuk menjatuhkan Antasari Azhar/Terdakwa.
Dalam tuntutannya, JPU bahkan dengan pongahnya mengatakan bahwa Terdakwa dan Penasihat Hukumnya sengaja menggiring opini masyarakat agar menganggap kasus ini sebagai sebuah rekayasa. Perlu kami sampaikan kepada JPU bahwa seluruh “masyarakat dunia” mengikuti jalannya persidangan ini, dan juga mengikuti perkembangan setiap
kejadian dan fakta yang ditemukan di persidangan ini. Dengan demikian masyarakat awam sekalipun, akan dengan sangat mudah mengatakan bahwa sebenarnya kasus ini hanyalah sebuah rekayasa, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, dengan target yang sudah sangat jelas, yaitu menjatuhkan Antasari Azhar dan menjadikannya sebagai Terdakwa.
Secara umum dan secara hukum, bukankah keterangan satu orang saksi, tidak bisa diterima sebagai alat bukti, apalagi keterangan tersebut dibantah oleh satu orang lainnya di dalam satu peristiwa yang sama, yang hanya diketahui oleh kedua orang itu. Hal seperti ini, mahasiswa tingkat pertama fakultas hukum pun tahu bahwa, keterangan seorang saksi bukan menjadi alat bukti (unus testis nullus testis). Dengan demikian sesuai Pasal 185 ayat (6) huruf a KUHAP, Majelis Hakim tidak perlu memperhatikan keterangan saksi ini, karena tidak ada persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain. Dalam kesempatan yang baik ini kami sangat berterima kasih kepada Majelis Hakim yang dipimpin oleh Ketua Majelis yang sangat bijaksana, yang cepat tanggap untuk mendengar keterangan TIDAK SENONOH dan FITNAH dari saksi Rani Juliani ini, dalam sidang yang tertutup, sehingga fitnah dan character assassination terhadap Terdakwa tidak berkembang lebih jauh. Kami bersyukur bahwa persidangan yang mulia ini dipimpin oleh Majelis Hakim yang mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi. Terima kasih Majelis Hakim, bukan hanya untuk kami atau Terdakwa semata, tapi juga untuk masyarakat Indonesia dan keluarga-keluarga Indonesia yang menyaksikan persidangan ini, baik langsung maupun melalui media elektronik.
* Keterangan saksi Rani Juliani bertentangan dengan keterangan saksi Suparmin. Dimana saksi Suparmin, baik dalam pemeriksaan saksi maupun pada saat konfrontir, tetap memberikan kesaksian yang berbeda tentang kedatangan ke Hotel Grand Mahakam dengan menggunakan mobil milik korban/suami siri saksi. Bila kita mengamati, keterangan saksi-saksi dalam perkara ini dengan gamblang, terang benderang, saling bertentangan dalam keterangannya sendiri, demikian juga terhadap keterangan saksi-saksi lain. Sangat disayangkan Jaksa Penuntut Umum menggunakan keterangan-keterangan yang saling bertentangan, yang tidak logis, yang jelas-jelas merupakan fitnah, sebagai bahan untuk membuat surat tuntutan.
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
* Keterangan saksi Rani Juliani ini tidak berhubungan, tidak berkesesuaian dengan alat bukti lainnya, sehingga sesuai Pasal 185 ayat (6) huruf b KUHAP, Majelis Hakim tidak perlu memperhatikan keterangan saksi ini.
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu; * Keterangan saksi Rani Juliani ini tidak pantas untuk di BAP oleh penyidik, dimasukkan di dalam berkas, dan digunakan oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum untuk menjadi salah satu dasar pemeriksaan di dalam persidangan yang mulia ini, karena merupakan fitnah, yang dengan sengaja dibuat hanya untuk merusak nama baik, menimbulkan stigma negatif terhadap Terdakwa, padahal secara hukum tidak ada kaitannya sama sekali dengan dakwaan atau tindak pidana yang didakwakan dilakukan oleh Terdakwa. Keterangan atau fitnah saksi Rani Juliani ini semua substansinya adalah fitnah dan tidak ada alasan yang mungkin dipergunakan untuk membenarkan keterangan saksi ini. Semua justru membuktikan kebohongan, fitnah dan menimbulkan tanda tanya, untuk apa hal ini semua dilakukannya. Siapa yang mengatur kebohongan dan fitnah ini. Apakah dari dirinya sendiri atau ada pihak-pihak tertentu yang menggunakannya dalam rangka menjatuhkan citra dan nama baik Terdakwa. Atau hanya agar dakwaan dapat dibuktikan. Pertanyaan ini menjadi wajar, pada waktu keterangan saksi Rani Juliani yang berisikan kebohongan, fitnah, dan tidak dapat dibuktikannya, dipercaya, digunakan, untuk dibuat menjadi suatu berkas perkara dan digunakan untuk dilanjutkan menjadi dakwaan, bahkan bahan untuk membuat surat tuntutan.
Beruntung Terdakwa dihakimi oleh Majelis Hakim yang arif bijaksana, sehingga tentunya dapat melihat dan mengetahui bahwa keterangan saksi Rani Juliani hanyalah/semata-mata fitnah belaka, tanpa bukti, sehingga sesuai Pasal 185 ayat (6) huruf c KUHAP, Majelis Hakim tidak perlu memperhatikan keterangan saksi ini, karena tidak ada alasan pembenar, atau bukti lainnya yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu.
Saksi Rani Juliani, di dalam persidangan memberikan keterangan secara berbelit-belit, berbohong, sehingga terlihat bahwa saksi ini memberikan keterangan yang tidak benar. Saksi Rani Juliani juga mencoba berbohong kepada Penasihat Hukum, pada saat Penasihat Hukum bertanya dimana saja saksi diperiksa oleh penyidik, mula-mula dia menerangkan diperiksa di kantor polisi. Namun setelah “didesak” oleh Penasihat Hukum, saksi mengakui hanya satu kali diperiksa di kantor polisi, selebihnya diperiksa di apartment, di rumah makan, dan di hotel di Ancol.
Dan pada saat Penasihat Hukum menanyakan, “siapa yang menyediakan apartment untuk saksi”, saksi menjawab, “saudaranya saksi”. Selanjutnya setelah menjawab berbelit-belit, Penasihat Hukum lainnya menanyakan lagi, “siapa saudaranya saksi yang menyediakan apartment tersebut”, saksi Rani Juliani menjawab, “Jarono”. Akan tetapi ketika ditanya, “apa pekerjaan Jarono”, saksi Rani Juliani “kelepasan” menjawab dan akhirnya mengakui bahwa Saudara Jarono, yang pada awalnya oleh saksi diakui sebagai saudaranya, ternyata merupakan anggota polisi. Saksi ini sangat dilindungi dan “di-service” oleh oknum-oknum polisi secara berkelebihan, antara lain disediakan apartment, dikawani/ditemani/ dikawal, sampaisampai menginap di apartment bersama Rani Juliani, diantar-jemput setiap kali akan diperiksa/di-BAP di hotel di Ancol, di rumah makan Sari Kuring, di apartment. Saksi selama pemeriksaan oleh penyidik, bahkan sampai pemeriksaan di persidangan disini pun, selalu diantar jemput dan diawasi oleh oknum polisi. Kami katakan disini oknumoknum polisi karena kami masih menyangsikan bahwa pimpinan Polri mengetahui “service berlebihan” yang diberikan oleh oknum-oknum polisi ini kepada saksi Rani Juliani. Sehingga tidak mengherankan apabila saksi ini dapat memberikan keterangan yang luar biasa dalam BAP-nya, seperti apa yang dikehendaki oleh oknum-oknum tersebut. Namun persidangan yang mulia disini beruntung, karena Ketua Majelis Hakim tunduk kepada ketentuan hukum yang berlaku, terbukti Ketua Majelis Hakim berulang kali menyampaikan dalam persidangan, bahwa keterangan yang diterima sebagai alat bukti adalah keterangan yang diberikan dalam persidangan.
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya. * Saksi Rani Juliani ini, dalam persidangan yang mulia ini, mula-mula mengaku sebagai istri ketiga dari korban. Namun kemudian terbukti bahwa dia tidak melakukan pernikahan secara sah menurut hukum yang berlaku. Dia sudah bercerai kemudian hidup lagi “bersama” dengan korban, padahal sudah “bercerai”. Pernikahannya hanyalah merupakan secarik surat di bawah tangan, yang dibuat oleh korban sebagai pengakuan telah “menikah” dengan saksi Rani Juliani, sehingga kalau toh ada perceraian, menurut keterangannya, itu pun dibuat di atas secarik kertas. (Catatan tambahan: saksi ini dengan pongah, baik di persidangan ini maupun di luar/media televisi mengaku-ngaku sebagai istri ketiga, tanpa merasa bersalah terhadap istri pertama dan istri kedua korban). Dia sudah mengetahui bahwa korban telah memiliki istri, namun tetap bersedia, secara sembunyi-sembunyi, menjadi istri siri/simpanan dari korban.
Di dalam persidangan ini terbukti bahwa saksi ini seringkali membohongi korban/suami sirinya. Kelihatannya sudah menjadi hal biasa di dalam kehidupannya untuk membohongi orang. Kami mengingatkan persidangan disini, tentang keterangannya yang mengatakan dia membohongi teman-teman di tempat bekerjanya, dengan mengatakan bahwa korban bukanlah suaminya, melainkan hanya sebagai langganan di lapangan golf. Di dalam persidangan, saksi ini pun mengakui pernah melakukan aborsi atau menggugurkan kandungannya, dari hubungan gelapnya dengan seseorang yang bukan suaminya. Ketika ditanya oleh Penasihat Hukum mengenai hal ini, tidak terlihat sedikit pun perasaan bersalah, apalagi perasaan malu, bahkan dengan sikap menantang, saksi ini tidak mau menjawab pertanyaan Penasihat Hukum, dan berulang kali dengan pongah mengatakan, “itu hak saya, saya tidak mau menjawab”, dan sikap-sikap yang menunjukkan kesombongan, tidak ada rasa malu atas perbuatannya. Jawaban-jawabannya diberikan dengan suara lantang dan tidak mengenal malu. Kiranya cukuplah terbukti bahwa saksi Rani Juliani ini tidak termasuk saksi yang dapat didengar keterangannya dan digunakan menjadi alat bukti, antara lain karena sesuai Pasal 185 ayat (6) huruf d, cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya. Tentu persidangan yang mulia disini, Majelis Hakim yang terhormat, Saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, dan Sidang yang mulia, dapat sependapat dan menerima bahwa cara hidup dan kesusilaan saksi Rani Juliani, tidak patut diterima sebagai keterangan saksi, apalagi dijadikan alat bukti. Sehingga oleh karenanya haruslah dikesampingkan. Namun alangkah kecewanya kami ketika mendengar saudara Jaksa Penuntut Umum masih juga menggunakan keterangan saksi yang cara hidupnya dan kesusilaannya (seperti yang terbukti dalam persidangan ini) tidak patut dan tidak pantas untuk didengar sebagai saksi, apalagi digunakan sebagai dasar di dalam tuntutannya. Kami juga merasa sangat heran dan aneh, bagaimana JPU mengatakan bahwa saksi Rani Juliani ini adalah istri korban, padahal jelas-jelas dalam persidangan yang mulia disini telah terbukti bahwa saksi Rani Juliani adalah istri siri korban, simpanan korban, karena mereka sebenarnya tidak pernah melakukan perkawinan yang sah menurut hukum. JPU sepertinya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan istilah istri yang sah, dan apa perbedaannya dengan istilah istri siri. Adalah tidak patut apabila kami meragukan kualitas pengetahuan hukum dari JPU ini, yang secara sembarangan telah mengatakan saksi Rani Juliani sebagai istri korban. Apabila untuk membedakan hal ini saja JPU tidak mampu dan tidak mengerti, bagaimana JPU dapat menganalisa secara hukum fakta-fakta dalam persidangan yang mulia disini.
Apabila begitu, apabila bukan soal kualitas pengetahuan hukum JPU, lalu mengapa JPU mengaburkan pengertian istri dengan istri siri. Tentu tidak lain dan tidak bukan ini adalah bagian dari rekayasa. Atau semua ini dalam rangka mencari menang. Belum lagi saksi Rani Juliani ini juga mengatakan bahwa setelah menikah siri dengan korban pun, dia masih melakukan hubungan intim dengan lelaki lain. Menjadi pertanyaan kami, apakah seorang yang menjadi “istri gelap”, melakukan aborsi/menggugurkan kandungan tanpa punya suami, hidup membohongi “suami”, membohongi orang banyak, adalah orang yang masih patut didengar sebagai saksi yang keterangannya digunakan oleh saudara Jaksa Penuntut Umum di dalam surat tuntutannya. Menjadi pertanyaan kami, bagaimanakah standard moral kita di dalam menegakkan hukum! Pada gilirannya, menjadi pertanyaan juga, apakah persidangan ini dapat menerima standard moral semacam ini! Kami percaya Majelis Hakim tidak akan menerima tuntutan yang didasarkan pada keterangan saksi dengan standard moral seperti di atas. Untuk itu, sekali lagi kami ucapkan terima kasih kepada Majelis Hakim.
CHAIRUL ANWAR. Saksi Chairul Anwar adalah mantan Kapolres Jakarta Selatan dan menjadi Ketua Tim yang dibentuk oleh Kapolri. Dari keterangan saksi Chairul Anwar di persidangan, tanggal 10 November 2009, ditemui fakta persidangan sebagai berikut: Saksi ini menerangkan, bahwa benar saksi ditunjuk oleh Kapolri untuk membentuk Tim, untuk mencari siapa yang mengirim SMS kepada Terdakwa. Saksi ini menerangkan, bahwa pertama kali bertemu dengan Terdakwa di rumah saksi SHW atas inisiatif dari saksi SHW. Saksi ini menerangkan, bahwa papa saat pertemuan dengan Saksi SHW dan Terdakwa, ia mendengar Terdakwa menelepon pak Kapolri, beliau mengucapkan terima kasih atas pembentukan tim. Saksi ini menerangkan, bahwa ia membentuk tim karena sudah mendapat perintah dari Kapolri. Saksi ini menerangkan, bahwa pada tanggal 4 Januari mendapat telepon dari pak Suhardi Alius agar menghadap Wakapolri, kemudian saksi menghadap bersama kompol Iwan dan M Joni (anggota team) pada saat menghadap mendapat arahan yang intinya dalam melakukan penyelidikan harus sesuai dengan prosedur, objektif dan tidak boleh melakukan rekayasa
Saksi ini menerangkan, bahwa perintah dari pak Kapolri secara lisan untuk melakukan penyelidikan, kemudian yang membuat surat perintah penyidikan dan membentuk team saksi sendiri dan ketua ketua team saksi sendiri Saksi ini menerangkan, bahwa target yang dituju dalam melakukan penyidikan adalah tentang Integritas dan profile si pengirim SMS Saksi ini menerangkan, bahwa proses penyidikan dilakukan selama tiga minggu dan setelah itu saksi dan team membuat laporan hasil kerja yang diserahkan kepada pak Suhardi Alius yang akan disampaikan kepada bapak Kapolri Saksi ini menerangkan, bahwa laporan hasil kerja itu berupa data, identitas dan photo si peneror Saksi ini menerangkan, bahwa photo yang didapat itu adalah photo dari saudara Nasrudin dan Rani Saksi ini menerangkan, bahwa laporan tidak ada yang diberikan kepada pak Antasari karena yang selalu minta laporan adalah pak Sigid, karena dia mengaku sebagai keluarga pak Antasari Azhar dan penyerahan laporan itu dirumah saudara Sigid di jalan Patiunus kepada saksi SHW. Saksi ini menerangkan, bahwa yang aktif untuk meminta laporan dan komunikasi dengan saksi adalah pak Sigid dan beliaulah yang mengatur semua pertemuan-pertemuan dirumahnya * Ini membuktikan bahwa yang sibuk dan mengatur segalanya adalah saksi SHW, tanpa sepengetahuan Terdakwa. Saksi menerangkan, bahwa setiap hari ia memberikan laporan secara lisan ke Koorspri Suhardi Alius untuk dilaporkan ke Bapak Kapolri. Saksi menerangkan, bahwa waktu terjadi penembakan ia sudah tidak ada komunikasi lagi dengan pak Sigit Haryo Wibisono karena sebelumnya tugasnya sudah selesai. Saksi menerangkan, bahwa tugas atau perintah dari bapak Kapolri tidak ada yang spesifik Saksi menerangkan, bahwa data awal diperoleh identitas alamat rumah, no Hp, dari pak Antasari pada pertemuan awal di rumah Sigid Haryo Wibisono. Saksi menerangkan, bahwa Terdakwa menceritakan kepada Bapak Kapolri tentang adanya SMS gelap, kemudian Kapolri memerintahkan kepada saksi untuk membentuk tim, baru dimulai penyidikan.
Saksi menerangkan, bahwa karena Terdakwa sebagai ketua KPK dan pejabat tinggi Negara makanya kami memberikan perhatian lebih padanya yang mendapat SMS gelap. Saksi menerangkan, bahwa dari hasil laporan penyidikan di Kendari kami laporkan ke Terdakwa dan beliau tidak ada komentar kemudian saksi menyarankan pada Terdakwa untuk membuat laporan polisi, setelah itu saksi menyampaikan tugas tim sudah selesai. Saksi menerangkan, bahwa bapak Kapolri tidak pernah memerintahkan orang lain selain team yang saksi bentuk untuk melakukan penyidikan terhadap teror kepada Terdakwa. Saksi menerangkan, bahwa yang selalu memfasilitasi pertemuan saksi dengan Terdakwa adalah saksi SHW Saksi menerangkan, bahwa Terdakwa tidak menyimpan photo korban yang dari hasil penyelidikan Saksi menerangkan, bahwa tidak ada biaya operasional dalam melakukan penyelidikan karena semua sudah merupakan tugas dan tanggung jawab Negara * Ini membuktikan bahwa keterangan saksi SHW yang menyatakan ia memberikan uang kepada tim adalah tidak benar. Saksi menerangkan, bahwa setelah tim selesai bekerja Terdakwa dan korban masih mempunyai hubungan yang baik dan teror ancaman tsb tidak ada kaitan dengan korban, sehingga Terdakwa tidak berkehendak melaporkannya kepada kepolisian. Saksi menerangkan, bahwa antara Terdakwa dan saksi SHW selama pertemuan tidak ada pembicaraan Terdakwa masalah penabrakan mobil dan perampokan terhadap korban Saksi menerangkan, bahwa memang tidak pernah ada perintah dari Terdakwa untuk menyerahkan semua laporan ke pak Sigit. Saksi menerangkan, bahwa setelah selesainya tugas tim, Terdakwa merasa puas atas hasil kerja Tim tersebut.
ANALISA FAKTA BERDASARKAN FAKTA PERSIDANGAN YANG DIPEROLEH DARI SAKSI CHAIRUL ANWAR.
Bahwa saksi membentuk Tim untuk mencari pengirim sms gelap terhadap Terdakwa atas perintah Kapolri, setelah Terdakwa menceritakan kepada Kapolri adanya sms yang mengganggu Terdakwa. Bahwa saksi SHW yang aktif mencari tahu hasil kerja Tim, meminta laporan, mengatur pertemuan, menghubungi saksi Chairul Anwar, menghubungi saksi Suhardi Alius, termasuk menghubungi beberapa anggota tim pimpinan saksi Chairul Anwar, antara lain saksi Helmy Santika, serta menghubungi Terdakwa. Bahwa kegiatan saksi SHW ini kebanyakan dilakukan di luar pengetahuan Terdakwa. Ini semua menimbulkan pertanyaan dengan maksud apa saksi SHW melakukan segala kegiatan ini, sedangkan terbukti di dalam persidangan ini Terdakwa tidak menganggap hal ancaman sms ini sebagai suatu hal yang luar biasa, bahkan dalam persidangan pun Terdakwa mengatakan bahwa hal ini adalah masalah biasa, karena sebagai Ketua KPK, Terdakwa sudah biasa dan bukan hal yang aneh lagi mendapatkan ancaman dari pihak lain. Bahwa setelah tim yang dipimpin saksi Chairul Anwar selesai bekerja, Terdakwa dan korban masih mempunyai hubungan yang baik, karena hasil dari tim menjelaskan sms dan telepon teror, tidak ada hubungannya dengan korban, sehingga Terdakwa tidak berkehendak melaporkan korban kepada kepolisian. Ini membuktikan bahwa tidak ada lagi masalah antara Terdakwa dengan korban.
HELMY SANTIKA.
Saksi Helmy Santika adalah anggota polisi/anggota Tim yang dibentuk oleh Kapolri, yang diketuai oleh saksi Chairul Anwar. Saksi Helmy Santika pada sidang tanggal 10 November 2009, menerangkan beberapa hal, namun dari keterangan saksi Helmy Santika ini sama sekali tidak diperoleh keterangan yang mendukung dakwaan JPU. Saksi ini hanya menerangkan bahwa ia tergabung dalam tim yang dipimpin oleh saksi Chairul Anwar, dan bertugas untuk mendapatkan foto korban. Bahwa karena saksi Helmy Santika pernah mengenal korban, saksi berhasil menemui korban dan memperoleh foto dari korban. Untuk itu kami tidak berpanjang lebar tentang saksi ini.
WILLIARDI WIZAR. Saksi Williardi Wizar adalah mantan Kapolres Jakarta Selatan dan menjadi Terdakwa dalam perkara lain.
Dari keterangan saksi Williardi Wizar di persidangan, tanggal 10 November 2009, ditemui fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa saksi menerangkan, dia pada saat di-BAP tidak didampingi oleh penasehat hukum. * Penyidik telah melakukan pelanggaran hukum, yaitu tidak menyiapkan penasihat hukum untuk saksi, baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka, dan ini pula yang menyebabkan terjadinya silang pendapat mengenai isi BAP saksi. Bahwa saksi menerangkan, dia kenal dengan Terdakwa karena dikenalkan oleh saksi Sigit Haryo Wibisono. Bahwa saksi menerangkan, dia pada saat dikenalkan kepada Terdakwa, hanya ngobrol biasa saja selama kurang lebih setengah jam, obrolan pada saat itu hanya seputar masalah pengalaman tugas, dan berharap kalau bisa diperhatikan kenaikan pangkatnya. Bahwa saksi menerangkan, Sigit Haryo Wibisono meminta kepada saksi untuk dicarikan orang di luar anggota polri, yang bisa mengikuti orang yang gambarnya ada di dalam amplop coklat secara terus menerus selama 24 jam. Bahwa saksi menerangkan, dia meminta ketegasan masalah tugas, dan saksi mendapat penjelasan tugas yang ada hanya mengikuti seseorang dan mengawasi gerak-geriknya dan laporkan setiap saat target yang siap diikuti dan diawasi tidak jelas dan tidak tahu, karena cuma ada amplop coklat dari Sigid dan isinya tidak tahu karena tidak pernah saksi buka Saksi tahu target Nasrudin setelah saksi ditangkap uang operasional sebesar Rp 500 juta diterima dari pak Sigid setelah team Edo sudah siap dan uang tersebut diterima di kantor Sigid di jalan Kerinci Saksi dengan terdakwa tidak pernah membicarakan masalah pencarian informan untuk melakukan pengintaian karena semua laporan ke pak Sigid, dan saksi hanya bertemu satu kali dengan Terdakwa. Saksi pernah menghubungi Kombes Arif, sekretaris pribadi Kapolri untuk menayakan masalah kasus pak Antasari Azhar ini benar atau tidaknya, lalu beliau mengatakan memang ada. yang mengundang datang untuk bertemu bertiga adalah pak Sigid dan yang datang duluan pak Antasari Azhar, disana terdakwa tidak pernah cerita tentang masalahnya dengan Nasrudin
dari awal percakapan sampai akhir bertiga terus, pak Sigid tidak pernah meninggalkan saksi dan pak Antasari Azhar ngobrol berdua. Saksi tidak pernah ada ucapan siap mengamankan kepada pak Antasari Azhar pada saat pertemuan itu saksi menerima amplop coklat dari pak Sigid pada pertemuan pertama pada pertemuan ketiga tidak ada penyerahan amplop dihadapan Terdakwa Saksi Sigid mengatakan team yang dibentuk Kapolri kerjanya lamban dan ahirnya Sigid meminta saksi untuk mencari informan untuk mengawasi dan mengintai korban dalam waktu 24 jam pencarian informan itu atas permintaan Sigid untuk bergabung dengan team Mabes Polri permintaan Sigid kepada informan yang saksi cari adalah untuk mengawasi korban dan melaporkan kalau ada tindak pidana supaya bisa dilaporkan ke team biar mereka yang bergerak uang 500 juta rupiah tidak untuk membunuh hanya untuk mengawasi gerak-gerik orang yang dimaksud dalam amplop Coklat Saksi bertemu terdakwa hanya dua kali dan yang aktif dalam komunikasi adalah pak Sigid, dalam pertemuan saksi dengan pak Antasari Azhar tidak pernah beliau cerita tentang masalahnya dengan Nasrudin kita hanya ngobrol biasa masalah pengalaman kerja Pertemuan pertama adalah di rumah saksi , dan pertemuan kedua saksi datang ke rumah Terdakwa untuk menanyakan masalah kenaikan pangkatnya/promosi jabatan. Saksi mengatakan bahwa dia dibuatkan BAP pada tanggal 29 April 2009, yang (tanpa dihadiri penasihat hukum), dan namun herannya kenapa tidak ada dalam berkas perkara. BAP yang diakui kebenarannya hanya yang tanggal 29 April 2009 karena selain itu semua BAP nya isinya adalah kebohongan akibat imimg-iming para penyidiknya dan Wakabareskrim Irjen Pol Hadiatmoko. saksi pada BAP tanggal 30 April yang menyebut nama pak Antasari Azhar karena telah dikondisikan dan diintimidasi, dibujuk, dijanjikan apabila mengkaitkan dengan Terdakwa, tidak akan diproses secara pidana, tapi hanya dikenakan hukuman disiplin, oleh pejabat petinggi Polri yaitu Wakabareskrim Irjen Pol Hadiatmoko, dengan para penyidiknya. dalam BAP saksi tanggal 30 April 2009 tersebut munculnya nama Pak Antasari Azhar setelah didatangi oleh Wakabareskrim Hadiatmoko, Dir reskrim Polda Metro Jaya
Kombes Pol. M. Iriawan, serta Wadir reskrim, dan kasat I dan III jatanras Polda Metro Jaya, mereka bilang ikuti saja semuanya karena sasaran kita hanya pak Antasari Azhar. * Dari keterangan saksi Williardi Wizar ini, di bawah sumpah, dan dihubungkan dengan keterangan saksi-saksi lainnya, antara lain saksi Komjen Pol Susno Duadji di persidangan ini, yang juga diberikannya di bawah sumpah, benarlah terbukti bahwa saksi Williardi Wizar telah memberikan keterangan yang tidak benar tentang keterkaitan Terdakwa dalam perkara ini, dalam BAP tertanggal 30 April 2009, yang isinya mengkaitkan dengan Terdakwa, dan telah dicabutnya, baik pada waktu proses penyidikan, maupun di depan persidangan ini. * Perlu kiranya kami ingatkan bahwa saksi Williardi Wizar ini di tengah pemeriksaannya di persidangan, telah bersumpah “Demi Allah, kalau saya berbohong, biar saya dan anakanak saya mati dan dilaknat Allah”. (Ketua Majelis sempat mengingatkan saksi, untuk tidak perlu begitu karena sebelumnya telah disumpah). saksi pada saat pertemuan dengan Wakabareskrim dan Dir. Reskrim, mereka mengkondisikan BAP saksi untuk menjerat Antasari Azhar (Terdakwa), dan mengimingimingi bahwa saksi tidak akan ditahan dan dan akan dijamin oleh pimpinan Polri, saksi hanya dikenakan hukuman disiplin saja. Hal ini disaksikan oleh istri saksi. Dan kepada istri saksi, para penyidik juga mengatakan tenang saja, suami kamu aman tidak akan ditahan. Saksi menerangkan bahwa pada saat pembuatan BAP saksi diminta oleh Dir. Reskrim Kombes pol Iriawan untuk menyamakan BAP saksi dengan BAP punya pak Sigid Haryo Wibisono kemudian BAP nya ditayangkan di televisi swasta yang menyatakan keterlibatannya, karena BAP tersebut akhirnya membuat ibu saksi sakit dan anak – anak saksi tidak mau sekolah dan saksi ditahan dalam BAP yang menyebutkan saksi kemudian menghubungi Dir.reskrimum melalui pesan singkat (SMS) yang isinya “mana janjimu tolong diklarifikasi aq tak sebejat itu “, saksi memprotes isi BAP tersebut karena saksi tidak pernah memberikan keterangan seperti itu dan itu faktanya setelah itu saksi ingin mencabut BAP saksi tentang Rekayasa yang sudah dibuat itu, lalu saksi dicaci maki oleh petinggi Polri dengan mengatakan penghianat dan kata-kata yang tidak sewajarnya pada jam 1 (satu) malam dibangunkan oleh Wakabareskrim dan saksi disuruh membuat apa saja keterangan yang bisa menjerat pak Antasari Azhar penyidik mengatakan kepada saksi kalau hanya berdasarkan BAP tanggal 29 April mana bisa menjerat pak Antasari Azhar
pertemuan dengan pak Antasari Azhar dirumah Sigid tidak ada kata-kata untuk menghabisi nyawa orang lain karena bisa dibuktikan dilihat dirumah pak SHW ada alat perekam dan CCTV pada saat rekonstruksi, amplop coklat diberikan oleh Sigid kemudian penyidik minta tolong seakan-akan itu pak Antasari Azhar yang menyerahkan padahal pada kenyataannya tidak seperti itu Saksi tidak pernah diperitahkan mencari orang untuk membunuh Nasrudin hanya diminta untuk mencari informan untuk mengawasi seseorang Saksi tidak mengetahui kenapa pak Antasari Azhar yang dijadikan target selama pemeriksaan, saksi mendapat tekanan dari Wakabareskrim pak Hadiatmoko dan kombes Pol Iriawan dalam proses pemeriksaan saksi sewaktu rekonstruksi tidak didampingi penasehat hukum Saksi waktu diperiksa BAP sebagai tersangka, BAP dikasih penyidik setelah berkas dinyatakan P21 oleh Kejaksaan BAP yang sebenarnya adalah tanggal 29 April karena BAP yang tanggal 30 April dibuat setelah didatangi pejabat petinggi Polri saksi membenarkan pernah mengirimin surat ke KOMNAS HAM terkait masalah pemeriksaannya
ANALISA FAKTA : BERDASARKAN FAKTA PERSIDANGAN YANG DIPEROLEH DARI SAKSI WILLIARDI WIZAR.
Majelis Hakim yang Mulia,
Dari keterangan saksi Williardi Wizar ini di muka persidangan di bawah sumpah, didapat fakta: Bahwa terbukti, saksi diperiksa tanpa didampingi oleh penasihat hukum, dalam pemeriksaan tanggal 29 April 2009.
Bahwa terbukti, ada pemeriksaan/BAP pada tanggal 29 April 2009, yang tidak/belum menyebutkan adanya keterkaitan Antasari Azhar/Terdakwa, namun sangat disayangkan tidak dimasukkan/tidak ada dalam berkas perkara dalam persidangan ini. Bahwa terbukti, saksi diarahkan, dibujuk, dijanjikan, diiming-imingi oleh Wakabareskrim Mabes Polri Irjen Pol Hadiatmoko, Dir reskrim Polda Metro Jaya KOMBES Pol. M. Iriawan, serta Wadir reskrim, dan kasat I dan III jatanras Polda Metro Jaya, sehingga BAP tanggal 30 April 2009 tercantum seolah-olah ada keterkaitan Antasari Azhar/Terdakwa. Bahwa terbukti, Terdakwa tidak pernah menyuruh, membujuk, apalagi memerintahkan saksi, baik untuk mencari orang untuk melakukan pembunuhan, maupun untuk melakukan pembunuhan, apalagi mengeluarkan kata-kata “menghabisi nyawa orang lain” dalam pertemuan di rumah saksi Sigit. Bahwa terbukti, tidak ada penyerahan amplop dihadapan saksi dan Terdakwa pada saat pertemuan bertiga di rumah saksi Sigit. Bahwa terbukti, pada saat rekonstruksi amplop coklat diberikan oleh Sigit, penyidik minta tolong kepada saksi Williardi Wizar untuk saksi menyetujui seakan-akan Antasari Azhar/Terdakwa-lah yang menyerahkan amplop tersebut, padahal pada kenyataannya tidak seperti itu.
SAKSI H. JA. PINORA Saksi H. JA. Pinora adalah anggota polisi/anggot Tim yang dibentuk oleh Kapolri, yang diketuai oleh saksi Chairul Anwar. Fakta yang diperoleh dari saksi H. JA. Pinora, pada sidang tanggal 10 November 2009, antara lain adalah sebagai berikut: Saksi menerangkan bahwa saksi mendapat telepon dari Kabaintelkam Polri agar saksi membantu pak Cahirul Anwar untuk melaksanakan tugas khusus dari bapak Kapolri setelah itu saksi menghubungi pak Chairul Anwar sebagai ketua tim, kemudian beliau menjelaskan pada saksi bahwa ada orang yang melakukan teror kepada ketua KPK Saksi menerangkan bahwa setelah itu saksi mengadakan pertemuan di Hotel Manhatan, kemudian pak Sigid datang sendiri selanjutnya saksi diperkenalkan kepada saudara Sigid Haryo Wibisono Saksi menerangkan bahwa dalam penyidikan telah berhasil diketahui identitas orang yang melakukan sms gelap terhadap ketua KPK
Saksi menerangkan bahwa tugas saksi dalam team sebagai administrasi, mengumpulkan hasil data lapangan yang berupa photo Nasrudin dan Rani Juliani, alamat rumah dan identitas peneror Saksi menerangkan bahwa hasil photo yang didapat dari Helmi Santika lalu dikirim kepada pak Sigid melalui email:
[email protected]. atas perintah dari pak Chairul Anwar Saksi menerangkan bahwa saksi pernah bertemu dengan pak Sigid sebanyak dua kali bersama semua team, yang pertama bertemu di hotel Manhattan dan yang kedua bertemu dirumah Sigid di jalan Patiunus juga bersama terdakwa Saksi menerangkan bahwa pertemuan pertama di hotel Manhattan yang dibicarakan hanya perkenalan saja dan masalah yang sedang menimpa pak Antasari Azhar pada saat itu pak Sigid datang belakangan dari team Saksi menerangkan bahwa pada pertemuan kedua dilakukan dirumah pak Sigid di jalan Patiunus yang menyampaikan laporan hasil kerja team kepada saksi SHW. Saksi menerangkan bahwa “terror” yang diterima pak Antasari Azhar tidak dijelaskan oleh ketua team secara detail Saksi menerangkan bahwa hasil penyidikan photo yang didapat pertama kali dari anggota tim lainnya, yaitu Helmi Santika, yaitu berupa soft copy Saksi menerangkan bahwa saksi ditugaskan untuk mengungkap siapa jati diri si pengirim sms gelap kepada Antasari Azhar Saksi menerangkan bahwa hasil dari penyidikan itu berupa photo-photo Nasrudin dan Rani setelah itu saksi buat laporan kepada ketua team Saksi menerangkan bahwa penyidikan dilakukan sesuai dengan perintah ketua team, tidak ada arahan dari ketua apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, semua yang dilakukan harus sesuai perintah yang telah diberikan Saksi menerangkan bahwa tidak ada perintah dari pak Antasari Azhar untuk melakukan penabrakan terhadap mobil Nasrudin Saksi menerangkan bahwa rencana penyidikan semua secara lisan dan tidak secara tertulis Saksi menerangkan bahwa setelah masa tugas kami berahir tidak ada lagi kontak dengan Sigid
Saksi menerangkan bahwa laporan hasil penyelidikan yang kita buat ditanda tangani oleh pak Chairul Anwar bertemu dengan Pak Sigid karena ditelpon oleh Kabaintelkam untuk ketemu pak Chairul tanggal 4 januari 2009 ANALISA FAKTA: Bahwa saksi adalah anggota tim yang diketuai saksi Chairul Anwar yang bertugas untuk mencari pengirim sms dan telepon gelap terhadap Terdakwa dan istrinya. Bahwa saksi SHW yang aktif mencari tahu hasil kerja Tim, meminta laporan, mengatur pertemuan, menghubungi saksi Chairul Anwar, menghubungi saksi Suhardi Alius, termasuk menghubungi beberapa anggota tim pimpinan saksi Chairul Anwar, antara lain saksi Helmy Santika dan saksi H.JA. Pinora. Bahwa tim berhasil mendapatkan photo korban dan saksi Rani Juliani, serta alamat rumah korban, dan hasil photo yang didapat dikirim kepada saksi SHW melalui email:
[email protected]. atas perintah saksi Chairul Anwar. Berarti saksi SHW begitu aktif sampai-sampai alamat email-nya pun diberikannya kepada tim, tanpa sepengetahuan Terdakwa. Seperti berulang kali kami sampaikan di persidangan ini, dengan maksud apa saksi SHW ini melakukan segala kegiatan tersebut, di luar pengetahuan Terdakwa. Bahwa setelah tim selesai bekerja, Terdakwa tidak lagi merasa terganggu, sehingga tidak melaporkan korban secara resmi kepada kepolisian seperti dianjurkan oleh ketua Tim, saksi Chairul Anwar, yang mengatakan “kalau masih merasa terganggu, silahkan melapor kepada pihak kepolisian secara resmi”. Yang mengherankan mengapa saksi SHW kelihatannya tetap melakukan kegiatan antara lain menghubungi saksi WW, tanpa sepengetahuan Terdakwa. Bahwa terbukti Terdakwa tidak pernah memerintahkan untuk menabrak mobil korban dan melakukan tindak pidana lainnya, sebagaimana kesaksian Ketua tim, saksi Chairul Anwar, serta seluruh anggota tim lainnya.
MUHAMMAD JONI. Saksi Muhammad Joni adalah anggota polisi/anggota Tim yang dibentuk oleh Kapolri, yang diketuai oleh saksi Chairul Anwar. Kami tidak akan berpanjang lebar mengenai keterangan saksi Muhammad Joni, pada sidang tanggal 10 November 2009, karena sama sekali tidak diperoleh keterangan yang mendukung dakwaan JPU. Namun dari keterangannya didapat fakta yang justru membuktikan bahwa dakwaan JPU tidak benar, sebagai berikut:
Bahwa saksi bertugas dan berhasil mengumpulkan data tentang alamat rumah dan photo Nasrudin Zulkarnaen dan Rani. Bahwa tim dan anggotanya tidak berkeberatan saksi SHW mengikuti kegiatan pembahasan yang dilakukan tim, karena saksi SHW mengatakan dirinya sebagai saudara Terdakwa. Hal ini juga dibenarkan dalam kesaksian ketua tim dan anggotanya di persidangan ini, bahwa SHW menyatakan dia sebagai saudara dari Terdakwa. Benar terbukti dari keterangan Ketua tim dan para anggotanya, dalam hal ini saksi Muhammad Joni, bahwa pada saat pertemuan terakhir dengan Terdakwa saat menyampaikan hasil laporan terakhir dari Kendari, raut muka Terdakwa biasa-biasa saja. Ini berarti, benar terbukti bahwa Terdakwa sudah merasa tenang dan tidak ada masalah lagi dengan korban. Bahwa dari keterangan saksi Muhammad Joni ini pun terbukti bahwa saksi SHW-lah yang aktif mencari tahu mengenai hasil kerja tim.
Dari keterangan saksi Muhammad Joni ini, diperoleh bukti apa yang didakwakan oleh JPU tidak benar, termasuk juga tidak terbuktinya motivasi yang coba digambarkan oleh JPU.
MUHAMMAD AGUS. Saksi Muhammad Agus adalah karyawan saksi Sigit Haryo Wibisono, selaku Direktur Pengembangan di Harian Suara Merdeka, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 12 November 2009.
Keterangan saksi Muhammad Agus ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Terdakwa, yang didakwa menyuruh, membujuk, memerintahkan mencari orang lain untuk melakukan pembunuhan, atau melakukan pembunuhan. Saksi ini lebih tepat didengar untuk kasus Terdakwa lain. Menjadi pertanyaan, mengapa JPU mengajukan saksi yang tidak ada hubungannya dengan Terdakwa. Apakah ini juga termasuk semata-mata agar kelihatan JPU mempunyai begitu banyak saksi yang seolaholah dapat membuktikan dakwaannya, padahal dalam persidangan ini terlihat saksi ini tidak dapat membuktikan apa pun juga untuk mendukung dakwaan JPU. Belum lagi bila melihat BAP saksi ini yang dibuat secara melanggar undang-undang. Kami yakin JPU mengetahui Undang-undang mana yang dilanggar oleh penyidik pada saat memeriksa saksi ini.
IDA LAKSMIWATI.
Saksi Ida Laksmiwati adalah istri Terdakwa, dan atas permintaan Penasihat Hukum Terdakwa, sesuai dengan undang-undang, saksi tidak jadi diperiksa di persidangan.
SETYO WAHYUDI.
Saksi Setyo Wahyudi adalah karyawan/sekretaris saksi Sigit Haryo Wibisono, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 12 November 2009.
Kami tidak memberikan tanggapan atas keterangan saksi Setyo Wahyudi ini, karena saksi ini adalah orang gajian dari Terdakwa lainnya, yaitu Sigit Haryo Wibisono, sehingga semua keterangannya hanyalah untuk kepentingan tuan yang menggajinya dan memberatkan Terdakwa. Semua keterangannya yang memberatkan Terdakwa telah dibantah oleh Terdakwa dan sekarang kami perjelas dasar bantahan terhadap keterangan bohong saksi Setyo Wahyudi, yang memberatkan Terdakwa.
Bahwa saksi pernah diminta membuka email dilaptop pak Sigid yang berisikan photo seorang laki-laki dan perempuan yang tidak ada namanya dan juga peta alamat rumah Bahwa photo tersebut atas perintah pak Sigid ditambahkan nama, alamat, dan tempat tanggal lahir, dimasing-masing photo Nazrudin dan Rani yang didapat dari BB pak Sigid Bahwa hasil photo tersebut langsung diperintahkan pak Sigid untuk dikirim ke rumah pak Antasari Azhar Bahwa ada dua kali pengiriman photo kerumah pak Antasari Azhar yang diantar oleh Alvian Bahwa pengiriman pertama adalah berupa data, photo Nasrudin dan Rani yang mengantar pak Alvian dan yang kedua data yang diterima dari pak M.Joni yang berupa photo mobil BMW, photo rumah dan yang kedua yang mengantar map coklat itu tetap masih saudara Alvian Makarim ke rumah pak Antasari Azhar.
* Saksi Alfian Makarim mengatakan tidak pernah melihat isi dari amplop coklat yang dia berikan kepada orang-orang di rumah Terdakwa. Jadi tidak benar Terdakwa maupun orang-orang di rumah Terdakwa pernah menerima foto yang katanya dikirimkan oleh Setyo Wahyudi. Yang ada adalah amplop coklat berisi MoU yang dimintakan bantuannya oleh saksi SHW. * Segala sesuatu mengenai rekaman, kami tidak berkehendak membahasnya karena kami tidak mau turut larut melanggar hukum seperti yang dilakukan penyidik di kepolisian maupun JPU. * Undang-undang dan saksi ahli pidana, Prof. Andi Hamzah, termasuk saksi Komjen Pol Susno Duadji, mengatakan bahwa rekaman hanya dapat digunakan sebagai alat bukti dalam perkara narkotika, terorisme, korupsi, dan pencucian uang. Sedangkan perkara disini adalah perkara pidana umum, yang alat buktinya sudah diatur secara tegas dalam KUHAP, sehingga oleh karenanya segala sesuatu keterangan saksi Setyo Wahyudi mengenai rekaman dan alat rekamannya sendiri, tidak perlu kami tanggapi. Bahwa saksi pernah diperintahkan pak Antasari Azhar mengambil map didalam mobilnya * Keterangan ini telah dibantah oleh Terdakwa sehingga keterangan ini tidak dapat menjadi alat bukti. Bahwa saksi tidak pernah diperiksa untuk kasus pak Antasari Azhar
Bahwa CCTV di rumah pak Sigid sudah disita oleh Kepolisian * Walaupun CCTV ini tidak bisa dijadikan alat bukti dalam persidangan ini, tetap saja timbul pertanyaan dimana dan dikemanakan CCTV tersebut.
Bahwa saksi sewaktu membuka email dari Baintelkam Polri tidak langsung di print tetapi dilaporkan ke pak Sigid terlebih dahulu baru beliau memerintahkan kepada saksi untuk menambahkan nama Nasrudin dan Rani dari BB pak Sigid * Jelas disini seperti kami kemukakan di atas bahwa saksi SHW melakukan manuvermanuver secara aktif tanpa sepengetahuan dan ijin dari Terdakwa. Bahwa saksi tidak pernah mendengar pak Sigid dan pak Antasari Azhar membicarakan akan membunuh Nasrudin Zulkarnaen
* Ini justru membuktikan apa yang didakwakan oleh JPU dalam surat dakwaan terhadap Terdakwa tidak benar. Bahwa saksi tidak pernah diperiksa sebagai saksi kasus Williardi wizard Bahwa saksi hanya diperiksa sebagai kasus Nazrudin * Saksi ini pun membuktikan cara kerja penyidik yang melanggar hukum, undangundang, dalam hal membuat BAP dan menyusun berkas perkara, dan yang sangat disayangkan BAP yang terjadi dengan melanggar hukum dan undang-undang digunakan oleh JPU untuk membuat surat dakwaan dan surat tuntutannya. Sehingga oleh karenanya kami percaya Majelis Hakim yang memimpin persidangan ini akan menolak keterangan saksi ini.
ENDANG MUHAMMAD HASAN. Saksi Endang Muhammad hasan adalah ayah dari Saksi Rani Juliani. Dari keterangan saksi Endang Muhammad Hasan di persidangan, tanggal 12 November 2009, ditemui fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa saksi menerangkan, dia yang menikahkan Rani dengan Nasrudin pada tanggal 17 juli 2007 yang dihadiri dari keluarga besar saksi (nikah siri) Bahwa saksi menerangkan, saksi menikahkan Rani secara siri dengan Nasrudin karena mengetahui almarhum sudah punya istri Bahwa saksi menerangkan, almarhum datang kerumahnya dua sampai tiga kali dalam seminggu, dan tidak pernah menginap Bahwa saksi menerangkan, pasca tertembaknya Nasrudin, Rani tidak ke rumah sakit karena takut bertemu dengan istri Nasrudin * Selain tidak patutnya saksi ini didengar sebagai saksi karena alasan hukum, kami tidak mengomentari standard moral saksi ini, apakah layak atau tidak diterima keterangannya sebagai saksi/alat bukti, dan kami menyerahkannya pada penilaian Majelis Hakim. Walaupun kami tidak dapat menerimanya sebagai saksi/alat bukti. Bahwa saksi menerangkan, pada saat Nasrudin tertembak, Rani masih istri almarhum * Keterangan saksi ini tidak benar, karena saksi Rani Juliani dalam persidangan ini mengatakan sudah bercerai.
Bahwa saksi menerangkan, setelah penembakan, Rani menghilang karena dibawa polisi ke hotel karena Rani merasa takut lalu minta perlindungan kepolisian Bahwa saksi menerangkan, saksi pada hari Minggu tanggal 15 Maret, Rani didatangi polisi dari Polres Tangerang dan dibawa mereka untuk dimintai keterangan Bahwa saksi menerangkan, saksi Nasrudin maupun Rani tidak pernah bercerita masalah Rani kepergok di hotel Grand Mahakam. Bahwa saksi menerangkan, Rani dan saksi dibawa polisi tanggal 15 Maret 2009 jam 10 pagi, tanpa surat panggilan. * MENJADI PERTANYAAN YANG SANGAT SERIUS, BAGAIMANA PARA PENYIDIK DI PAGI HARI, TANGGAL 15 MARET 2009, DI BAWAH JAM 10 PAGI, TELAH DATANG KE KEDIAMAN SAKSI ENDANG MUHAMMAD HASAN DAN SAKSI RANI JULIANI, DAN DI PAGI HARI, PUKUL 10 PAGI, MEMBUAT BAPBAP DENGAN PERTANYAAN-PERTANYAAN MENGARAH KEPADA TERDAKWA. TIDAKKAH INI MENJADI BUKTI BAHWA TERDAKWA MEMANG SEJAK SEMULA SUDAH DIJADIKAN TARGET? Bahwa saksi menerangkan berulangkali dan menegaskan bahwa saksi diperiksa di Polres Tangerang, jam 10 pagi, tanggal 15 Maret 2009, bersama-sama dengan saksi Rani Juliani. Bahwa saksi menerangkan, saksi diperiksa untuk BAP dua kali yang pertama bersama Rani di polres Tangerang tanggal 15 Maret 2009 dan yang kedua diperiksa di apartemen, di polda tidak ada pemeriksaan terhadap saksi. * Polisi mencantumkan dalam BAP saksi tertanggal 14 Mei 2009, bahwa pemeriksaan dilakukan di kantor Polda Metro Jaya, Direktorat Reserse Kriminal Umum, padahal kenyataannya sesuai dengan keterangan saksi di muka persidangan ini, di bawah sumpah, mengatakan dia tidak pernah diperiksa di Polda Metro Jaya, melainkan di apartment, yang menurut keterangan saksi Rani Juliani, apartment tersebut disediakan oleh anggota polisi bernama Jarono. Tidakkah hal ini cukup jelas meyakinkan persidangan ini tentang adanya keinginan keras untuk menargetkan Antasari Azhar menjadi Terdakwa. * Mengenai BAP-BAP pada proses penyidikan, terbukti dibuat secara melanggar hukum, karena tempatnya tidak tepat/tidak di kantor polisi melainkan di apartment, di hotel, di rumah makan, ada arahan dari pihak-pihak lain, ada perubahan-perubahan BAP yang berkesesuaian sangat rinci satu sama lain, yang diperiksa oleh penyidik yang sama, artinya sesuai fakta ketika oknum penyidik ini memeriksa para saksi, semua merubah kesaksiannya sehingga berkesesuaian satu sama lain. Majelis Hakim mendengar dan melihat mengenai ketidakberesan, pelanggaran hukum dalam pembuatan BAP-BAP yang dilakukan oleh penyidik, sehingga Majelis Hakim berulang kali mengatakan bahwa keterangan yang didengar adalah keterangan
yang disampaikan di depan persidangan yang mulia disini. (Hal ini telah sesuai dengan hukum yang berlaku).
ANALISA FAKTA BERDASARKAN FAKTA PERSIDANGAN YANG DIPEROLEH DARI SAKSI ENDANG MUHAMMAD HASAN.
Saksi ini adalah orang tua/Bapak dari saksi Rani Juliani. Saksi ini tidak terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, atas peristiwa yang didakwakan kepada Terdakwa. Seharusnya saksi ini tidak diajukan sebagai saksi dalam perkara ini, karena terbukti saksi ini tidak mengalami sendiri, tidak melihat sendiri, dan tidak mendengar sendiri, peristiwa yang didakwakan oleh JPU dalam dakwaannya. Bukankah menurut undang-undang, seseorang dapat diajukan sebagai saksi apabila dia mengalami sendiri, mendengar sendiri, atau melihat sendiri peristiwa yang didakwakan saudara JPU, dan yang ingin dibuktikannya. Kami yakin JPU mengetahui istilah saksi de auditu. Menurut BAP saksi Endang Muhammad Hasan, tanggal 15 Maret 2009, saksi diperiksa dalam perkara tindak pidana “percobaan menghilangkan nyawa orang lain atau pembunuhan yang direncanakan dan atau penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang” sebagaimana dimaksud Pasal 340 Sub 338 Jo 53 KUHP dan atau Pasal 351 ayat (3) KUHP. Jadi jelas seharusnya saksi ini tidak diajukan sebagai saksi, karena saksi ini tidak mengetahui sendiri, melihat sendiri, dan mendengar sendiri tentang percobaan menghilangkan nyawa orang lain atau pembunuhan yang direncanakan dan atau penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang. Lalu pertanyaannya, mengapa orang ini masih diajukan sebagai saksi oleh JPU. Tentunya tidak lain hanya untuk mendiskreditkan, memberikan citra buruk kepada Terdakwa dan ingin mendukung gambaran yang coba ditampilkan JPU dalam persidangan ini, seolaholah peristiwa “pelecehan seksual” merupakan motifasi terjadinya pembunuhan. Semua peristiwa yang diceritakan oleh anaknya, Rani Juliani, adalah semata-mata untuk merusak citra Terdakwa, sekaligus ingin menggambarkan seolah-olah apa yang diceritakan saksi Rani Juliani itu sebagai motifasi dalam peristiwa pembunuhan yang didakwakan oleh JPU. Padahal terbukti dalam persidangan ini cerita mengenai “terjadinya pelecehan seksual” hanyalah karangan dan “isapan jempol” dari saksi Rani Juliani. Dan karena JPU merasa cerita satu orang saksi Rani Juliani tentang “terjadinya pelecehan seksual” tidak cukup kuat dan tidak akan terbukti, maka dipaksakanlah orang tua saksi
Rani Juliani ini untuk menjadi saksi, walaupun JPU tentu mengetahui orang tua saksi Rani Juliani ini tidak memenuhi syarat hukum, tidak patut dan tidak pantas untuk menjadi saksi. Sehingga pemaksaan mengajukan orang tua saksi Rani Juliani ini sebagai saksi, justru membuktikan dan menjadi keyakinan bagi persidangan yang mulia disini, bahwa cerita “pelecehan seksual” tidak pernah terjadi.
ARIFIN.
Saksi Arifin adalah supir dari saksi Sigit Haryo Wibisono, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 12 November 2009.
Majelis Hakim yang Terhormat, Saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang yang mulia
Perlu kiranya kami mengingatkan apa yang telah terjadi pada permulaan pemeriksaan saksi di persidangan ini. Pada mula saat saksi Arifin ini ditanya oleh JPU, sambil menunjukkan BAP penyidikan, menanyakan apakah seluruh keterangan saksi dalam BAP yang pernah diberikan di depan penyidik benar adanya, dan masihkah tetap pada keterangannya dalam BAP tersebut. Saksi menyatakan benar semua dan tetap pada BAP-nya.
Pada saat itu, Penasihat Hukum keberatan dan menginterupsi, menanyakan kepada saksi, apakah masih ingat semua pertanyaan dan jawaban saksi di dalam BAP dan berapa pertanyaan yang diajukan oleh penyidik kepada saksi sewaktu diperiksa. Saksi menjawab tidak ingat lagi berapa pertanyaan yang diajukan oleh penyidik. Kemudian JPU mengatakan, “kalau begitu saya bacakan BAP saudara saksi”. Kemudian JPU membacakan beberapa halaman BAP saksi. Setelah selesai dibacakan beberapa halaman, JPU bertanya kembali kepada saksi, “apakah semua pertanyaan penyidik dan jawaban saudara saksi benar seperti itu”, saksi menjawab, “ya benar semua”.
Melihat hal itu pada giliran Penasihat Hukum bertanya, atas ijin Ketua Majelis Hakim, Penasihat Hukum “mengulangi”, seolah-olah membacakan kembali beberapa halaman BAP yang sebelumnya dibacakan oleh JPU, dan kemudian bertanya pada saksi, “apakah benar yang dibacakan ini sesuai dengan pertanyaan penyidik dan apakah benar jawaban saudara tersebut”, saksi menjawab, “ya benar semua”. Kemudian Penasihat Hukum menyampaikan kepada Majelis Hakim bahwa saksi ini memberikan keterangan yang tidak benar, sebab apa yang dibacakan oleh Penasihat Hukum, TIDAK SESUAI dengan yang tertera di dalam BAP saksi. Penasihat Hukum sengaja membacakan berbeda dengan apa yang tertulis dalam BAP saksi, untuk menunjukkan bahwa saksi ini hanya mengiyakan saja apa yang ditanya oleh JPU. Kejadian ini menunjukkan dan membuktikan bahwa ada yang mengajarkan saksi untuk bertetap pada BAP penyidikan, sehingga mengiyakan saja apa yang dibacakan oleh penuntut umum. Padahal berulang kali Majelis Hakim telah mengatakan bahwa keterangan yang diterima sebagai alat bukti adalah keterangan yang diberikan di dalam persidangan ini. (Tentunya sesuai dengan Pasal 185 ayat (6) KUHAP). Oleh karena terbukti bahwa saksi ini telah memberikan keterangan yang tidak jujur, tidak benar, tidak sesuai dengan fakta sesungguhnya, maka dengan sendirinya keterangan saksi Arifin ini tidak layak dijadikan sebagai alat bukti dalam persidangan yang mulia disini. Kami yakin dan percaya Majelis Hakim yang memimpin persidangan ini akan menolak keterangan saksi ini. Bahwa saksi Arifin ini, selain telah memberikan keterangan yang tidak benar sehingga tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti, saksi ini pun banyak memberikan keterangan dalam BAP-nya berdasarkan keterangannya yang didengarnya dari orang lain. Terlebihlebih lagi, semua keterangan Saksi Arifin ini sama sekali tidak mendukung dakwaan JPU, dan juga sama sekali tidak membuktikan apa pun terhadap dakwaan JPU yang mendakwa Terdakwa menyuruh, membujuk orang lain untuk menghilangkan nyawa orang. Saksi ini tidak tahu menahu tentang peristiwa yang didakwankan kepada Terdakwa.
SIDANG KONFRONTASI SAKSI RANI JULIANI DENGAN SAKSI SUPARMIN Rani Juliani : Saksi bersama korban berangkat ke Hotel Grand Mahakam dengan menggunakan taksi. Suparmin : Saksi yang mengantar Rani Juliani dan korban ke Hotel Grand Mahakam menggunakan mobil pribadi milik korban.
Dari perbedaan keterangan kedua orang saksi ini, terlihat jelas bahwa baik penyidik maupun JPU, ternyata sangat memaksakan agar kedua saksi ini memberikan kesaksian, yang tujuannya semata-mata hanyalah untuk memberatkan Terdakwa dan menjadikannya sebagai Terdakwa dalam persidangan ini. Parahnya lagi, JPU ternyata tetap menggunakan kesaksian yang bertentangan ini, baik dalam dakwaannya maupun dalam surat tuntutannya, untuk mendakwa Terdakwa. Padahal jelas-jelas keterangan yang bertentangan ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar, apalagi sebagai alat buki, dalam persidangan ini, sehingga oleh karenanya keterangan yang bertentangan ini haruslah ditolak dean dikesampingkan.
SUHARDI ALIUS Saksi Suhardi Alius adalah mantan Koorspri Kapolri, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 17 November 2009. Dari keterangan saksi Suhardi Alius ini, diperoleh fakta persidangan sebagai berikut: Saksi mengatakan bahwa saksi kenal dengan Sigid tahun 2005 hanya sekilas, intensitas ketemu setelah menyusun keamanan pak Antasari Azhar sebagai ketua KPK, beliau yang telepon merekomendasikan kemudian saksi konfirmasikan lagi ke pak Antasari Azhar * Keterangan saksi Suhardi Alius ini membuktikan bahwa saksi kenal dengan saudara Sigit Haryo Wibisono. * Terdakwa sebelumnya tidak pernah menceritakan mengenai Tim bentukan Kapolri. Terdakwa mengetahui justru dari saksi Sigit Haryo Wibisono. Mungkin saksi Sigit Haryo Wibisono mengetahui perihal Kapolri membentuk tim dari saksi Suhardi Alius, atau dari saksi Chairul Anwar (orang yang diperintahkan Kapolri), yang juga kenal dengan saksi Sigit Haryo Wibisono. Saksi mengatakan bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sewaktu menjabat sebagai koorspri Kapolri yang mengurusi masalah permintaan pengamanan para pejabat Negara termasuk mengurus masalah pengamanan Pak Antasari Azhar sebagai ketua KPK * Ini membuktikan pengamanan Antasari Azhar/Terdakwa sebagai ketua KPK, diurus oleh Koorspri Kapolri, tidak seperti keterangan yang tidak benar dari saksi Sigit Haryo Wibisono yang mengatakan seolah-olah saksi ini yang mengurus pengamanan Terdakwa sebagai Ketua KPK. Saksi mengatakan bahwa pada awal Januari saksi diperintahkan bapak Kapolri untuk menghubungi saudara Chairul Anwar untuk menghadap, yang hadir adalah saksi, Arif Sulistianto, pemanggilan itu berkaitan dengan informasi dan cerita pak Antasari Azhar yang mendapat intimidasi dari seseorang.
Saksi mengatakan bahwa saksi menerangkan arahan Kapolri adalah untuk membantu penyelidikan mencari identitas lengkap yang melakukan intimidasi terhadap pak Antasari Azhar agar dilakukan secara profesional dan tetap dalam koridor hukum Saksi mengatakan bahwa saksi menerangkan setelah pertemuan itu kombes Chairul Anwar langsung membentuk team untuk melakukan identifikasi Saksi mengatakan bahwa saksi selalu mendapatkan laporan dari kombes Chairul Anwar dalam melakukan identifikasi terhadap si peneror seperti photo, identitas si peneror. Saksi mengatakan bahwa saksi setelah mendapat laporan dari team Chairul Anwar langsung dilaporkan kepada Kapolri Saksi mengatakan bahwa pada akhir Januari team membuat laporan yang intinya tidak ditemukannya suatu tindak pidana dan laporan itu dilaporkan kepada Kapolri * Ini membuktikan bahwa Tim sudah berhasil bekerja dengan baik karena tidak ada ditemukan tindak pidana, tidak ada ancaman/SMS, yang berarti keadaan telah kondusif sehingga ketika saksi Chairul Anwar mengatakan “kalau merasa masih perlu, silahkan melapor secara resmi kepada pihak kepolisian”, sehingga Terdakwa tidak lagi melaporkan secara resmi kepada pihak kepolisian. Artinya Terdakwa telah merasa tidak ada lagi orang-orang yang menggangu Terdakwa. Saksi mengatakan bahwa Williardi tidak pernah ada komunikasi dengan saksi terkait dengan masalah pak Antasari Azhar Saksi mengatakan bahwa saksi tidak pernah ada kontak dan pertemuan dengan Williardi selama bulan Januari 2009 Saksi mengatakan bahwa hasil laporan dari Tim yang dipimpin oleh Chairul Anwar tidak ditembuskan kepada Antasari Azhar/Terdakwa. Saksi mengatakan bahwa yang mengetahui hasil laporan tersebut hanya tim dan bapak Kapolri. * Tidak benar yang mengetahui hasil laporan hanya tim dan Bapak Kapolri, karena saksi ini juga menerima laporan dari Chairul Anwar yang diteruskan kepada Bapak Kapolri. Yang mengetahui pembentukan tim, hasil laporan tim, adalah Kapolri, saksi, anggota tim, dan Chairul Anwar. Jadi kalau saksi SHW mengetahui mengenai hal ini, seyogyanya diketahui dari pihak-pihak ini, sebab Terdakwa tidak pernah mengetahui hasil kerja tim ini. Bahkan Terdakwa sebelumnya tidak tahu ada tim yang dibentuk oleh Kapolri. Terdakwa justru baru tahu kemudian setelah diceritakan oleh saksi SHW. Saksi menerangkan Sigid juga pernah meminta pengamanan atas nama pak Antasari Azhar untuk melakukan pengamanan terhadap putri pak Antasari Azhar di Magelang
dalam rangka kuliah praktek karena beliau merasa cemas terhadap anaknya dan pengamanan kami lakukan secara tertutup Saksi menerangkan bahwa mengetahui Chairul Anwar melapor juga kepada Wakapolri * Hal ini membuktikan bahwa benar Terdakwa meminta Chairul Anwar melapor juga kepada Wakapolri. Bahwa saksi menerangkan, dari hasil laporan team, pak Antasari Azhar tidak pernah mengeluh dan mengucapkan tidak puas terhadap kerja team Bahwa saksi menerangkan, saksi tidak mengetahui terdakwa menganjurkan untuk melakukan pembunuhan Bahwa saksi menerangkan, untuk personel pengamanan ketua KPK sudah dipersiapkan oleh Kapolri termasuk mobil pengawalan. Gaji polisi yang mengawal ketua KPK dibayar oleh negara tetapi mendapat tambahan insentif dari KPK. * Bahwa keterangan ini pun membuktikan mengenai masalah pengamanan terhadap Terdakwa selaku Ketua KPK sudah disediakan oleh Kapolri, dan tidak ada keterkaitan atau peran saudara SHW seperti yang saksi SHW katakan. Ini juga membuktikan bahwa saksi SHW ini seringkali memberikan keterangan yang tidak benar, hanya untuk menunjukkan bahwa dia seolah-olah orang yang berpengaruh di kepolisian.
INDRA APRIADI Saksi Indra Apriadi adalah supir saksi Williardi Wizar, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 17 November 2009. Keterangan saksi Indra Apriadi ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Terdakwa, yang didakwa menyuruh, membujuk, memerintahkan mencari orang lain untuk melakukan pembunuhan, atau melakukan pembunuhan. Saksi ini lebih tepat didengar untuk kasus Terdakwa lain. Menjadi pertanyaan, mengapa JPU mengajukan saksi yang tidak ada hubungannya dengan Terdakwa. Apakah ini juga termasuk semata-mata agar kelihatan JPU mempunyai begitu banyak saksi yang seolaholah dapat membuktikan dakwaannya, padahal dalam persidangan ini terlihat saksi ini tidak dapat membuktikan apa pun juga untuk mendukung dakwaan JPU.
Belum lagi bila melihat BAP saksi ini yang dibuat secara melanggar undang-undang. Kami yakin JPU mengetahui Undang-undang mana yang dilanggar oleh penyidik pada saat memeriksa saksi ini.
IRJEN POL HADIATMOKO. Saksi Irjen Pol Hadiatmoko adalah mantan Wakabareskrim Mabes Polri, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 17 November 2009. Dari keterangan saksi Irjen Pol Hadiatmoko ini diperoleh fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa saksi menerangkan menemui Williardi pada tanggal 28 April 2009 karena mendapat telepon dari Kombes M. Iriawan, Dir Reserse Polda Metro Jaya, yang menginformasikan adanya keterlibatan Perwira Menengah Polri dalam pembunuhan Nasrudin Bahwa saksi menerangkan hadir pada waktu saksi Williardi Wizar diperiksa Bahwa saksi menerangkan tidak pernah mengiming-iming serta memberi jaminan kepada Williardi untuk tidak ditahan dan hanya akan dikenakan pelanggaran kode etik Bahwa saksi menerangkan tidak mempunyai kepentingan untuk mengiming-imingi serta memberi jaminan kepada saksi Williardi Wizar Bahwa saksi menerangkan yang bertanggung jawab terhadap BAP adalah penyidik Bahwa saksi menerangkan pada saat bertemu Williardi tidak dilakukan perekaman Bahwa saksi menerangkan tidak mengetahui perubahan BAP Williardi Wizar
ANALISA FAKTA ATAS KETERANGAN AKSI IRJEN POL HADIATMOKO. Bahwa keterangan saksi Irjen Pol Hadiatmoko ini sangat bertentangan dengan keterangan saksi Williardi Wizar dan saksi Komjen Pol Susno Duadji. Saksi Irjen Pol Hadiatmoko mengatakan di persidangan : saksi tidak menekan, tidak mengiming-imingi, tidak menjanjikan, dan tidak mengarahkan saksi Williardi Wizar agar mengkaitkan kesaksiannya untuk melibatkan Antasari Azhar agar menjadi Terdakwa.
-
saksi tidak punya kepentingan apa pun dalam pemeriksaan perkara Terdakwa.
Saksi Williardi Wizar mengatakan di persidangan : Irjen Pol Hadiatmoko menekan, mengiming-imingi, menjanjikan, dan mengarahkan saksi agar mengkaitkan kesaksiannya kepada Terdakwa, dengan catatan tidak akan dikenakan perkara pidana namun hanya akan dikenakan pelanggaran kode etik kepada saksi. Saksi Williardi Wizar mencabut BAP tertanggal 2 Mei 2009, yang berisi: “ Yang memerintahkan untuk menghilangkan nyawa tersebut adalah Sdr. Antasari Azhar .... dst”, dan “Menurut saya yang memiliki kepentingan menghilangkan nyawa orang tersebut adalah Sdr. Antasari Azhar”. Bahwa yang memberikan iming-iming terhadap kesaksiannya untuk menjerat Antasari Azhar adalah Hadiatmoko, pada tanggal 29 April jam 11 malam, yang disaksikan oleh istri, kakak ipar, kakak kandung saksi dan pagi tanggal 30 bertemu lagi dengan pak Hadiatmoko. Bahwa Saksi Williardi Wizar pada waktu mau salaman dengan saksi Hadiatmoko dimana saksi Hadiatmoko memerintahkan saksi Williardi Wizar hormat komando terlebih dahulu. Saksi Komjen Pol Susno Duadji mengatakan di persidangan : Irjen Pol Hadiatmoko mempunyai kepentingan dalam pemeriksaan perkara Terdakwa, karena saksi adalah selaku Ketua Pengawas Penyidikan, yang langsung ditunjuk oleh Kapolri dan bertanggung jawab kepada Kapolri. Irjen Pol Hadiatmoko mempunyai kepentingan suksesnya penyidikan sebab dia adalah Ketua Pengawas Penyidikan dalam hal mencari motifasi. Dari fakta ini jelas saksi Irjen Pol Hadiatmoko, baik selaku Wakabareskrim maupun ketua pengawas penyidikan sangat mempunyai kepentingan, dalam hal mencari motifasi, telah menekan, mengiming-imingi, menjanjikan, dan mengarahkan saksi Williardi Wizar agar mengaitkan kesaksiannya kepada Terdakwa/Antasari Azhar. Ini membuktikan secara sah dan meyakinkan menurut hukum bahwa BAP saksi Williardi Wizar yang mengkaitkan Terdakwa adalah tidak benar, dan dengan sendirinya tidak dapat digunakan sebagai alat bukti. Terlebih-lebih Majelis Hakim sudah mengatakan bahwa yang menjadi alat bukti adalah keterangan yang diberikan di dalam persidangan yang mulia disini.
Majelis Hakim yang mulia,
Di bawah ini akan kami gabungkan saksi-saksi penyidik yang diminta oleh JPU untuk dihadirkan di persidangan, yang pada mulanya walaupun dengan sedikit keraguan, kami meminta juga kepada Majelis Hakim untuk dipanggil agar memberikan keterangan yang sebenarnya. Keraguan kami adalah, dalam berbagai pengalaman persidangan dan sudah menjadi rahasia umum, tidak ada/belum ada para penyidik di muka persidangan yang mengakui perbuatannya mengarahkan, menuntun, menyesuaikan keterangan para saksi, merekayasa, apalagi menyiksa para saksi dan Tersangka. Dan ternyata keraguan kami terbukti, sehingga ketika JPU masih ingin memanggil para penyidik tersebut, kami para Penasihat Hukum dengan tegas mengatakan, “tidak perlu dipanggil dan didengar lagi, karena para oknum penyidik ini adalah bagian dari pembuat rekayasa BAP”, karena ternyata kami melihat para penyidik ini melakukan “nyanyian koor satu nada” yang tidak indah didengar di persidangan ini. Adapun saksi-saksi penyidik yang diminta oleh JPU untuk dihadirkan di persidangan ini, yang memberikan keterangan verbal lisan adalah: KOMBES POL M. IRIAWAN. AKBP DANIEL TIFAONA. AKBP TORNAGOGO SIHOMBING. AKBP NICO AFINTA. KOMPOL JAIRUS SARAGIH, SH. KOMPOL R. ARIF SETIAWAN. AKP TAHAN MARPAUNG.
Kami tidak akan berpanjang lebar memberikan tanggapan atas keterangan para saksi verbal lisan di atas, karena kami menilai bahwa keterangan mereka tersebut memang sengaja sudah dipersiapkan terlebih dahulu, agar dapat tampil dengan “satu suara” di persidangan ini. Dengan demikian segala kebohongan yang mereka lakukan dalam proses pemeriksaan, telah dicoba dibungkus oleh mereka. Namun meskipun demikian, kami tetap akan membongkar dan menyampaikan kepada persidangan yang mulia disini bahwa sebenarnya begitu banyak kejanggalan-kejanggalan, kalau tidak mau disebut rekayasa,
yang terjadi dalam proses pemeriksaan perkara ini, yang dilakukan oleh para penyidik tersebut di atas, baik kepada Terdakwa maupun kepada saksi-saksi lainnya, yang akan kami terangkan di bawah nanti.
JEFRRY LUMEMPOUW, SH. Saksi Jefrry Lumempouw, SH. adalah rekan korban, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 24 November 2009. Dari keterangan Saksi Jefrry Lumempouw, SH. ini, diperoleh fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa saksi menerangkan, pernah bermain golf di Pondok Indah bersama dengan Almarhum Zulkarnaen sekitar awal Februari, setelah bermain golf dan mandi berganti pakaian tiba-tiba almarhum mendekati di mushola untuk melakukan sholat magrib, kebetulan saksi juga mau sholat magrib lalu saksi bertanya saksi jadi imam atau makmum beliau berkata saksi saja yang jadi Imam, setelah selesai sholat lalu saksi berkata” tumben sholat khusyu banget“, lalu saksi berkata “lagi ada masalah ya” kemudian beliu menjawab “ya Jeff gimana ga ada masalah”, sambil almarhum memperlihatkan SMS di handphone miliknya merek Nokia E90. warna coklat pengirimnya Antasari yang isinya “MAAF MAS MASALAH INI HANYA KITA BERDUA YANG TAU, KALAU SAMPAI TERBLOW UP TAU AKIBATNYA”. Bahwa saksi menerangkan, diperiksa di Polda diperiksa oleh Kompol Arif bersamaan dengan Etza Imelda duduk bersebelahan. * Keterangan saksi ini menambah keyakinan kita bahwa ada pihak-pihak yang ingin menjadikan Antasari Azhar sebagai target untuk dijadikan Terdakwa. Keterangan saksi yang menyatakan melihat sms dari Terdakwa, tidak terbukti. Di persidangan ini justru terbukti Terdakwa tidak pernah melakukan sms tersebut dari nomor teleponnya kepada nomor telepon korban. * Dan tidak ada bukti apa pun yang mendukung keterangan saksi yang menyatakan ada sms dari Terdakwa, kecuali temannya saksi Etza Imelda Fitri, yang di-BAP di kantor polisi bersebelah-sebelahan dengan saling mencocokkan keterangannya satu sama lain. Dan hal ini terjadi di hadapan penyidik yang bernama Kompol R. Arif Setiawan, SH., yang juga selalu membuat BAP perubahan-peruabahan para saksi lain, sehingga berkesesuaian satu sama lain. Bahwa saksi menerangkan, pernyataannya di TV One yang ada kaitannya dengan pak Antasari atas tertembaknya almarhum karena berdasarkan SMS yang pernah beliau perlihatkan kepada saksi.
* Hal ini juga membuktikan sejak jauh-jauh hari saksi ini sudah dipersiapkan untuk menjadi bagian dari usaha menargetkan Antasari Azhar menjadi Terdakwa, karena jelas terbukti tidak ada sms seperti apa yang dikatakan dilihatnya dari HP korban. Mengenai sms yang dikatakan pernah dilihat oleh saksi ini, ternyata di persidangan yang mulia ini, telah terbukti bahwa sms tersebut tidak pernah ada. Bahkan baik penyidik maupun JPU, ternyata juga tidak pernah melihat dan mengetahui kebenaran sms tersebut, namun sangat aneh karena penyidik maupun JPU tetap memaksakan keterangan (yang tidak pernah ada) tersebut, dimasukkan ke dalam berkas perkara, ke dalam surat dakwaan, dan ke dalam surat tuntutan. Bahwa saksi menerangkan, saksi selain dirinya juga ada saudara Etza Imelda yang mengetahui SMS tersebut pada saat beliau menjemput saksi di Pondok Indah setelah bermain golf Bahwa saksi menerangkan, saksi Etza Imelda mengetahui SMS tersebut karena diperlihatkan oleh almarhum setelah saksi mengenalkannya dengan Etza Imelda sewaktu menjemput saksi di Pondok Indah di parkiran. * Jelas terbukti secara sah dan meyakinkan secara hukum, saksi Etza Imelda Fitri ini merupakan bagian dari upaya pentargetan Antasari Azhar menjadi Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, di persidangan saksi mendapatkan BAP dari penyidik melalui Etza Imelda Fitri. * Pada waktu diperiksa di persidangan, saksi ini memegang dan memiliki BAP-nya selaku saksi. Ketika ditanyakan oleh Penasihat Hukum, bagaimana dia memperoleh BAP saksi yang seharusnya tidak boleh dimiliki, saksi ini mengatakan BAP itu diperoleh dari penyidik melalui saksi Etza Imelda Fitri. Ini menunjukkan saksi ini dan saksi Etza Imelda Fitri mempunyai hubungan yang sangat baik, yang luar biasa dengan pihak penyidik. Bahwa saksi menerangkan, saksi terpikir bahwa itu merupakan SMS dari pak Antasari karena melihat nama pengirim dari HP yang menuliskan nama pak Antasari. * Keterangan ini pun merupakan keterangan yang tidak benar alias bohong, karena tidak ada bukti sama sekali mengenai keterangannya ini. saksi pada saat di rumah sakit saksi yang bicara dengan polisi minta diperiksa HP nya Almarhum siapa tahu disitu ada petunjuk kejadian ini saksi sewaktu dijemput oleh Etza Imelda beliau turun menunggu direstoran, lalu saksi dan almarhum turun bersama kerestoran bertemu dengan Etza Imelda, almarhum masih saja menceritakan masalah SMS itu lalu menunjukan SMS kepada Etza Imelda saksi pernah berbicara di Media (TV ONE) mengenai keterlibatan pak Antasari Azhar dalam terhadap penembakan Almarhum.
* Dari keterangan tersebut di atas jelas sekali kedua orang saksi ini merupakan bagian dari upaya menargetkan Antasari Azhar menjadi Terdakwa. Bahwa saksi menerangkan, pada saat bertemu dengan Almarhum terakhir di Bandung tidak lagi membahas masalah SMS. *
Ini membuktikan bahwa tidak ada sms yang berbau mengancam korban.
Bahwa saksi menerangkan, Etza Imelda Fitri bertemu dengan almarhum hanya satu kali itu saja sewaktu di restoran Pondok Indah, dan korban memperlihatkan HP-nya yang berisi sms di restoran Pondok Indah. * Padahal saksi Etza Imelda Fitri mengatakan korban memperlihatkan HP-nya yang berisi sms pada saat berjalan menuju parkiran. Ini membuktikan “sms pengancaman” sebenarnya tidak ada. Bagaimana mungkin baru bertemu satu kali, sudah menunjukkan hal-hal yang sangat pribadi. Dan saat memperlihatkan HP berisi sms tersebut, berbeda antara keterangan saksi Jeffry L dengan saksi Etza Imelda Fitri. Dan bagaimana mungkin saksi Jeffry L dan saksi Etza Imelda F tidak dapat mengingat kapan pertemuan itu, namun keduanya bisa ingat persis kata-kata, kalimat yang terdapat dalam HP korban. Jelas ini membuktikan mereka berdua berencana menyiapkan kesaksian untuk menargetkan Antasari Azhar menjadi Terdakwa. Menjadi pertanyaan, siapa di belakang mereka yang berkepentingan untuk menjadikan Antasari Azhar menjadi Terdakwa.
ANALISA FAKTA Dari fakta persidangan berdasarkan keterangan saksi Jeffry Lumempouw, SH., pembahasan akan bersamaan dengan analisa fakta saksi Etza Imelda Fitri.
ETZA IMELDA FITRI. Saksi Etza Imelda Fitri adalah rekan korban, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 24 November 2009. Dari keterangan Saksi Etza Imelda Fitri ini, diperoleh fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa saksi sewaktu di Pondok Indah saksi turun menuju toilet lalu berpapasan dengan pak Jeffry dan almarhum Bahwa saksi dikenalkan oleh pak Jeffry kepada almarhum di lobby dekat resepsionis
Bahwa saksi mengatakan setelah perkenalan itu sambil berjalan menuju parkiran pak Nasrudin menunjukan SMS yang berisi ancaman MAAF MAS MASALAH INI HANYA KITA BEDUA YANG TAU KALAU SAMPAI TERBLOW UP TAU KONSEKWENSINYA” pengirimnya adalah pak Antasari Azhar. * Saksi Jeffry L mengatakan sms ditunjukkan oleh korban kepada saksi Etza Imelda F di RESTORAN Pondok Indah Golf. Sedangkan saksi Etza Imelda F mula-mula menerangkan ia ditunjukkan sms oleh korban di LOBBY DEKAT RESEPSIONIS, namun ada juga keterangannya yang mengatakan sms itu ditunjukkan PADA WAKTU BERJALAN MENUJU PARKIRAN. * Jelas terbukti keterangan kedua orang saksi ini tidak benar, bohong. Untuk hal-hal yang mereka anggap tidak penting, keterangan mereka berbeda satu sama lain. Hal ini menunjukkan pengaturan skenario tentang sms pada korban tidak sempurna. Bahwa saksi bertemu dengan pak Nasrudin dan berkenalan secara langsung hanya pada saat jemput pak Jeffry di Pondok Indah setelah main golf Bahwa almarhum bercerita istrinya pernah dilecehkan oleh beliau (Antasari Azhar). * Bagaimana mungkin seorang laki-laki yang baru berkenalan satu kali, tidak lebih dari 10 menit, menceritakan masalah-masalah yang sangat pribadi. Bahwa HP almarhum sama dengan hp pak Jeffry, beliau minta SMS tersebut di forward ke hp pak Jeffry. * Keterangan ini pun bohong besar, karena ternyata tidak ada sms tersebut pada HP saksi Jeffry L, yang berisi sms ancaman. Keterangan mengenai forward sms ancaman hanyalah untuk agar kelihatan benar-benar sms ancaman itu ada, padahal tidak ada forward tentang sms itu, karena memang sms ancaman itu tidak pernah ada. * Mengenai sms ancaman ini, yang dimasukkan dalam surat dakwaan JPU, berasal dari “isapan jempol” kedua orang saksi ini. Kami katakan sebagai “isapan jempol” kedua orang saksi ini karena tidak ada bukti sama sekali tentang adanya sms ancaman itu. Penyidik maupun JPU tidak dapat menghadirkan di persidangan ini satu barang bukti pun tentang sms yang disebutkan kedua orang saksi ini, dan JPU mengakui hal ini. * Perlu diketahui bahwa Terdakwa, melalui Penasihat Hukumnya, sedang mempertimbangkan untuk melaporkan kedua saksi ini atas dugaan memberikan keterangan palsu, memfitnah, menyebarluaskan kebohongan. Bahwa saksi pada saat diperiksa di polda bersama-sama dengan pak Jeffry duduk bersebelahan tetapi penyidik berbeda.
* Jelas kedua orang saksi ini mendapat perlakuan istimewa dari penyidik. Bukankah pemeriksaan terhadap kedua orang saksi ini dilakukan dalam waktu bersamaan, dan tempat yang duduk bersebelahan, membuktikan para penyidik tersebut, Kompol Arif R. Setiawan, SH., membiarkan, mengijinkan agar keterangan bohong kedua orang saksi ini cocok satu sama lain. Bahwa saksi ingin menjadi saksi dalam kasus ini karena rasa kemanusiaan. * Namun karena keterangannya yang bohong dan berbelit-belit serta “air matanya” di persidangan, menjadi pertanyaan bagi persidangan disini, rasa kemanusiaan apa yang dimiliki oleh saksi ini, yang telah memberikan keterangan bohong, padahal ia memberikan keterangan di bawah sumpah. Bahwa saksi tidak pernah menyimpulkan SMS itu dari pak Antasari tetapi keterangan itu langsung dari almarhum Bahwa Almarhum tertembak tanggal 13 Maret 2009 dan meninggal dunia tanggal 14 Maret 2009 jam 12 siang berdasarkan berita dikoran Bahwa saksi menegaskan ketemu dengan Almarhum saat menunjukan SMS di Loby dekat Receptionis
ANALISA FAKTA BERDASARKAN KETERANGAN SAKSI JEFFRY LUMEMPOUW DAN SAKSI ETZA IMELDA FITRI
Kedua orang saksi ini tidak bisa diterima kesaksiannya karena keterangannya tidak logis, tidak masuk di akal, tidak didukung alat bukti lain, bertentang satu sama lain, dan proses pembuatan BAP-nya pun menunjukkan segala sesuatu mengenai keterangan kedua orang saksi ini adalah suatu skenario yang bertujuan untuk menjadikan Antasari Azhar menjadi Terdakwa. Pertanyaannya, apakah tujuan untuk menjadikan Antasari Azhar menjadi Terdakwa ini merupakan inisiatif mereka atau membantu pihak-pihak lain yang berkeinginan Antasari Azhar menjadi Terdakwa. Melihat kecilnya kemungkinan kedua orang saksi ini mempunyai kepentingan pribadi, maka yang lebih logis, adalah kedua orang ini merupakan bagian dari rekayasa atau pembantu dari pihak-pihak yang berkeinginan Antasari Azhar menjadi Terdakwa.
INA SUSANTI.
Saksi Ina Susanti adalah karyawan di KPK yang bekerja di bagian IT, diperiksa di persidangan pada tanggal 24 November 2009. Dari keterangan Saksi Ina Susanti ini, diperoleh fakta persidangan sebagai berikut: Saksi ini di BAP oleh penyidik Kompol R. Arif Setiawan, SH., yang juga memeriksa saksi Budi Ibrahim, sehingga tidak heranlah ada keterangan-keterangan mereka yang berkesesuaian padahal peristiwa-peristiwa yang diceritakan mustahil bisa sama. Salah satu contoh, saksi Budi Ibrahim dan saksi Ina Susanti sama-sama diperiksa dan di BAP oleh penyidik Kompol R. Arif Setiawan, SH. dalam hari yang sama dan saat yang sama. Dalam persidangan hal ini telah kami kemukakan dan mohon dicatat, bahwa penyidik Kompol R. Arif Setiawan, SH. memeriksa 2 orang saksi dalam waktu yang bersamaan, dan hasilnya sama. Dalam BAP-nya tertanggal 13 Agustus 2009 inilah saksi Budi Ibrahim merubah keterangannya tertanggal 2 Juni 2009, yang mengatakan reaksi Saudara Antasari Azhar biasa-biasa saja, menjadi, Sdr. Antasari Azhar terdiam sejenak namun tiba-tiba dengan nada kesal Sdr. Antasari Azhar mengatakan “saya atau dia yang mati”. Persis sama dengan BAP saksi Ina Susanti yang diperiksa pada hari yang sama, di saat yang sama, oleh penyidik yang sama, mengatakan Sdr. Antasari Azhar terdiam sejenak namun tiba-tiba dengan nada kesal Sdr. Antasari Azhar mengatakan “saya atau dia yang mati”. Bukankah jelas sekali disini penyidik Kompol R. Arif Setiawan, SH. berencana mengatur, mengarahkan, menyesuaikan keterangan kedua orang saksi ini demi mencapai targetnya agar Antasari Azhar menjadi Terdakwa dan pada gilirannya agar dijatuhi hukuman. Kami mempersilahkan Majelis Hakim yang terhormat, saudara JPU yang kami hormati, serta persidangan yang mulia dapat melihat, meneliti bahwa dalam BAP saksi Ina Susanti, tertanggal 13 Agustus 2009, pertanyaan dan jawaban nomor 9 dan nomor 10, di copy-paste sama persis dengan pertanyaan dan jawaban nomor 8 dan nomor 9, BAP saksi Budi Ibrahim tertanggal 13 Agustus 2009. Sehingga oleh karenanya sama seperti BAP saksi Budi Ibrahim yang tidak dapat diterima dan dijadikan sebagai alat bukti dalam persidangan ini, begitu juga dengan BAP saksi Ina Susanti, tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti dalam persidangan ini.
TRIYANA. Saksi Triyana adalah karyawan/ajudan saksi Sigit Haryo Wibisono, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 26 November 2009. Keterangan saksi Triyana ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Terdakwa, yang didakwa menyuruh, membujuk, memerintahkan mencari orang lain untuk melakukan pembunuhan, atau melakukan pembunuhan.
Saksi ini lebih tepat didengar untuk kasus Terdakwa lain. Menjadi pertanyaan, mengapa JPU mengajukan saksi yang tidak ada hubungannya dengan Terdakwa. Apakah ini juga termasuk semata-mata agar kelihatan JPU mempunyai begitu banyak saksi yang seolaholah dapat membuktikan dakwaannya, padahal dalam persidangan ini terlihat saksi ini tidak dapat membuktikan apa pun juga untuk mendukung dakwaan JPU. Belum lagi bila melihat BAP saksi ini yang dibuat secara melanggar undang-undang. Kami yakin JPU mengetahui Undang-undang mana yang dilanggar oleh penyidik pada saat memeriksa saksi ini. Saksi Triyana diperiksa sebagai saksi pada tanggal 26 November 2009. Pada saat diperiksa/di–BAP, tidak disebutkan siapa tersangkanya, namun diperiksa dalam perkara tindak pidana “dengan direncanakan telah menghilangkan nyawa orang lain dan atau pembunuhan” sebagaimana dimaksud Pasal 340 subsider Pasal 338 KUHP. Sedangkan Terdakwa didakwa Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP jo Pasal 340 KUHP. Pasal yang sangat berbeda dengan pasal yang menjadi dasar pemeriksaan saksi Triyana. Berarti saksi ini tidak diperiksa untuk Terdakwa. Selain pasal yang didakwakan berbeda, nama tersangkanya pun tidak disebutkan.
KARNO. Saksi Karno adalah pembantu saksi Sigit Haryo Wibisono, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 26 November 2009.
Kami tidak memberikan tanggapan yang banyak atas keterangan saksi Karno ini, karena saksi ini adalah orang gajian dari Terdakwa lainnya, yaitu Sigit Haryo Wibisono, sehingga semua keterangannya hanyalah untuk kepentingan tuan yang menggajinya dan memberatkan Terdakwa. Saksi Karno ini antara lain menjelaskan bahwa ada pertemuan antara Saksi SHW, saksi WW dan Terdakwa, hanya satu kali dan tidak lebih dari 30 menit. Saksi ini tidak mengetahui apa yang dibicarakan dalam pertemuan itu, dan saksi WW yang meninggalkan pertemuan terlebih dahulu. Saksi ini yang memasang alat rekam di rumah saksi SHW atas perintah saksi SHW. Mengenai alat rekam ini dan rekaman yang dibawa ke dalam persidangan disini, kami telah bertetap untuk tidak mengomentari hal-hal yang berhubungan dengan alat rekam dan hasil rekamannya karena kami tidak mau turut larut melanggar hukum seperti yang dilakukan penyidik di kepolisian maupun JPU.
Undang-undang dan saksi ahli pidana, Prof. Andi Hamzah, termasuk saksi Komjen Pol Susno Duadji, mengatakan bahwa rekaman hanya dapat digunakan sebagai alat bukti dalam perkara narkotika, terorisme, korupsi, dan pencucian uang. Sedangkan perkara disini adalah perkara pidana umum, yang alat buktinya sudah diatur secara tegas dalam KUHAP, sehingga oleh karenanya segala sesuatu keterangan saksi Karno mengenai rekaman dan alat rekamannya sendiri, tidak perlu kami tanggapi. Namun untuk menjadi perhatian Majelis Hakim, kami mengomentari sedikit mengenai alat rekaman ini : * Dimana alat rekam ini ditemukan? * Siapa yang menemukan alat rekam ini? * Siapa yang menyita alat rekam ini? * Dari siapa alat rekam ini disita? * Dalam persidangan ini, saksi SHW mengatakan dengan ragu, ia yang menandatangani surat penyitaan alat rekam tersebut, namun saksi SHW ini tidak mengatakan saksi yang menyerahkan alat rekam kepada penyidik. Belum lagi tentang alat rekam, CCTV, yang kata saksi SHW dan para pegawainya yang juga menjadi saksi, diambil juga oleh penyidik. Alangkah anehnya cara kerja para penyidik kepolisian yang secara melanggar hukum mengajukan alat rekam suara sebagai “alat bukti” namun menyembunyikan keberadaan CCTV yang diambilnya dari rumah saksi SHW. Apa maksud para penyidik menyembunyikan CCTV. Apakah karena penyidik sadar bahwa CCTV tidak boleh dijadikan barang bukti dalam kasus pidana umum, seperti kasus ini. Tapi menjadi keanehan mengapa alat rekam suara yang dilarang oleh undang-undang, diajukannya di muka persidangan ini. Yang lebih aneh lagi, JPU menerima hal ini dan menggunakan berkas perkara yang bertentangan dengan undangundang. Secara tegas kami nyatakan disini bahwa nampak sekali JPU TIDAK MEMPELAJARI SUNGGUH-SUNGGUH BERKAS PERKARA INI, HANYA MENERIMA SAJA, ENTAH KARENA DIPERINTAH ATASAN, KARENA MASA PENAHANAN TERDAKWA AKAN HABIS APABILA JPU MEMPELAJARI BERKAS SECARA MENDALAM, ATAU ENTAH KARENA ALASAN APA. Mengenai hal ini, telah jauh-jauh hari kami ingatkan, pada saat berkas perkara diajukan ke kejaksaan, agar kejaksaan mempelajari berkas perkara ini dengan sungguh-sungguh, apakah berkas perkara ini sudah sesuai dengan hukum yang berlaku. Dan pada kenyataannya sekarang terbukti dalam persidangan ini begitu banyaknya pelanggaran di dalam berkas perkara dalam persidangan ini. Kami sangat merasa beruntung persidangan ini dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim yang patuh dan taat pada aturan hukum yang berlaku, terbukti Ketua Majelis Hakim berulang kali menyampaikan dalam persidangan, bahwa keterangan yang diterima sebagai alat
bukti adalah keterangan yang diberikan dalam persidangan ini. Dan untuk hal ini kami ucapkan terima kasih kepada Majelis Hakim.
FAJAR HARI KUNCORO. Saksi Fajar Hari Kuncoro adalah ajudan Terdakwa, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 26 November 2009. Keterangan saksi Fajar Hari Kuncoro ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan dakwaan JPU, yang mendakwa Terdakwa dengan dakwaan menyuruh, membujuk, memerintahkan mencari orang lain untuk melakukan pembunuhan, atau melakukan pembunuhan. Saksi ini tidak tahu menahu tentang peristiwa yang didakwakan kepada Terdakwa. Apakah ini juga termasuk semata-mata agar kelihatan JPU mempunyai begitu banyak saksi yang seolah-olah dapat membuktikan dakwaannya, padahal dalam persidangan ini terlihat saksi ini tidak dapat membuktikan apa pun juga untuk mendukung dakwaan JPU.
IMAM SAFI’I Saksi Imam Safi’i adalah ajudan Terdakwa, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 26 November 2009. Saksi Imam Safi’i ini menerangkan hal-hal yang sama dengan keterangan Terdakwa di persidangan ini. Oleh karena itu tidak kami bahas secara rinci. Keterangan saksi Imam Safi’i ini sama sekali tidak membuktikan dakwaan JPU yang mendakwa Terdakwa dengan dakwaan menyuruh, membujuk, memerintahkan mencari orang lain untuk melakukan pembunuhan, atau melakukan pembunuhan.
LUCIA IDA ALTARINI. Saksi Lucia Ida Altarini adalah sekretaris di KPK, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 1 Desember 2009. Keterangan saksi Lucia Ida Altarina ini sama sekali tidak mengetahui tentang peristiwa yang didakwakan kepada Terdakwa. Apalagi dijadikan alat bukti untuk mendukung dakwaan JPU. Oleh karena itu keterangan saksi ini tidak kami bahas secara rinci.
CHANDRA MARTHA HAMZAH. Saksi Chandra Martha Hamzah adalah Wakil Ketua KPK, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 1 Desember 2009. Dari keterangan Saksi Chandra Martha Hamzah ini, diperoleh fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa pak Antasari pernah bercerita istrinya pernah didatangi oleh seseorang yang naik ojek diperbelanjaan, memaki-maki dan mengancam” bilang sama suamimu jangan cobacoba bongkar kasus korupsi karena saya tau siapa suami anda” Bahwa pak Antasari menceritakan terror yang menimpa istrinya awal Januari 2009 Bahwa penandatanganan SPRINT setelah diberikannya nomor-nomor oleh pak Antasari Bahwa pak Budi tidak pernah menyampaikan kata-kata kepada saya mengenai DIA ATAU SAYA yang MATI mengenai ucapan pak Antasari Bahwa bentuk ancaman yang diterima istri pak Antasari adalah “bilang pada suamimu jangan coba-coba bongkar kasus korupsi” Bahwa saksi mendengar cerita ancaman istri pak Antasari langsung dari pak Antasari Bahwa saksi tidak pernah disampaikan hasil chard dari penyadapan Bahwa pak Budi tidak pernah melaporkan secara detail hasil penyadapan beliau hanya melaporkan nomor–nomor tersebut “Tidak Bunyi’ Bahwa ada dilaporkan masalah coretan-coretan sekitar bulan Januari dan Februari
ANALISA FAKTA DARI KETERANGAN SAKSI CHANDRA MARTHA HAMZAH INI DAPAT DIKETAHUI. Bahwa benar Terdakwa dan istrinya sering diancam orang. Bahwa benar pak Budi tidak pernah menyampaikan kata-kata kepada saksi Chandra Martha Hamzah mengenai kata-kata Terdakwa yang mengatakan DIA ATAU SAYA YANG MATI. Bahwa ini membuktikan memang benar tidak ada kata-kata tersebut, sebab kata-kata itu baru timbul pada saat saksi Budi Ibrahim diperiksa oleh penyidik R. Arif Setiawan, SH. di kantor polisi, tanggal 13 Agustus 2009.
Bahwa saksi ini tidak tahu menahu dan sama sekali tidak mendukung dakwaan JPU.
ALFIAN MAKARIM. Saksi Alfian Makarim adalah ajudan saksi Sigit Haryo Wibisono, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 1 Desember 2009. Keterangan saksi Alfian Makarim ini sama sekali tidak mengetahui tentang peristiwa yang didakwakan kepada Terdakwa. Apalagi dijadikan alat bukti untuk mendukung dakwaan JPU. Oleh karena itu keterangan saksi ini tidak kami bahas secara rinci.
GUNAWAN. Saksi Gunawan adalah ajudan saksi Sigit Haryo Wibisono, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 1 Desember 2009. Keterangan saksi Gunawan ini sama sekali tidak mengetahui tentang peristiwa yang didakwakan kepada Terdakwa. Apalagi dijadikan alat bukti untuk mendukung dakwaan JPU. Oleh karena itu keterangan saksi ini tidak kami bahas secara rinci.
HENRY SEPTIA HERLAMBANG. Saksi Henry Septia Herlambang adalah ajudan saksi Sigit Haryo Wibisono, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 1 Desember 2009. Keterangan saksi Henry Septia Herlambang ini sama sekali tidak mengetahui tentang peristiwa yang didakwakan kepada Terdakwa. Apalagi dijadikan alat bukti untuk mendukung dakwaan JPU. Oleh karena itu keterangan saksi ini tidak kami bahas secara rinci.
BUDI IBRAHIM. Saksi Budi Ibrahim adalah karyawan di KPK yang bekerja di bagian IT, tidak diperiksa di persidangan pada tanggal 1 Desember 2009. Fakta yang terungkap di persidangan:
Saksi tidak hadir dan sudah dipanggil dengan patut dan saksi mengikuti pendidikan di luar negeri; BAP saksi dibacakan oleh JPU dan JPU membacakan berita acara sumpah; Terdakwa dan Penasihat Hukum Terdakwa menolak BAP dibacakan. Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa dicatat di persidangan; Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa karena Saksi diperiksa 4 (empat) kali dengan tanggal yang berbeda dan tidak jelas sumpah yang dibacakan untuk BAP yang mana dan tidak jelas saksi diperiksa untuk tersangka siapa. Terlebih lagi kami mengharapkan Majelis Hakim, JPU, dan persidangan yang mulia disini dapat meneliti dengan sungguh-sungguh BAP saksi Budi Ibrahim ini, untuk menilai bahwa isi BAP saksi Budi Ibrahim ini tidak patut diterima sebagai alat bukti dalam persidangan ini. Perlu diingatkan semua BAP saksi Budi Ibrahim ini dibuat oleh penyidik yang bernama Kompol R Arif Setiawan, SH., yang nampaknya “ahli” menuntun para saksi merubah keterangan-keterangannya sehingga saling berkesesuaian satu sama lain. Dalam beberapa BAP saksi Budi Ibrahim, penyidik Kompol R. Arif Setiawan, SH. sangat aktif dan berinisiatif mengajukan pertanyaan serupa ini: Dalam BAP tertanggal 2 Juni 2009, tercantum pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Dalam poin 3 dan jawabannya, apakah Sdr. masih tetap pada jawaban dalam BAP tersebut.............., jawaban saksi, ya ada sedikit yang akan saya perbaiki. Dalam poin 5, apakah ada perbaikan terhadap BAP Sdr. terdahulu...., jawaban saksi, ya ada. Dalam poin 6, penyidik Kompol Arif menanyakan, apakah ada perbaikan terhadap BAP Sdr. terdahulu. Dijawab oleh saksi, ada. Dalam poin 7, penyidik Kompol Arif menanyakan, apakah ada perbaikan terhadap BAP Sdr. terdahulu. Dijawab oleh saksi, ada. Dalam poin 8, penyidik Kompol Arif menanyakan, apakah ada perbaikan terhadap BAP Sdr. terdahulu. Dijawab oleh saksi, ada. Dalam poin 9, penyidik Kompol Arif menanyakan, apakah ada perbaikan terhadap BAP Sdr. terdahulu. Dijawab oleh saksi, ada.
Apakah ada perbaikan terhadap BAP Sdr. terdahulu tanggal 27 Mei 2009 selain point nomor 19. Jelaskan? Demikian selanjutnya seringkali penyidik Kompol Arif menanyakan, membimbing, mengarahkan saksi Budi Ibrahim ini untuk merubah keterangannya.
Dalam BAP saksi Budi Ibrahim yang dibuat oleh penyidik yang bernama Kompol R Arif Setiawan, SH. ini, semua nomor pertanyaan dan jawabannya dibuat dari nomor 1 dan selanjutnya, tidak seperti BAP-BAP lain, yang diperiksa oleh penyidik lain, BAP pertama dimulai dengan pertanyaan nomor 1, dan selanjutnya sampai habis, misalnya pertanyaan terakhir nomor 30. Dan apabila ada pemeriksaan tambahan, maka dalam BAP Tambahan tersebut, tercantum pertanyaan pertama dimulai dengan nomor 31. Tidak dalam 4 BAP saksi Budi Ibrahim ini, setiap BAP, baik BAP pertama maupun BAP tambahan, dimulai dengan nomor 1 sehingga tidak diketahui mana BAP yang pertama, mana BAP Tambahan.
Kejanggalan-kejanggalan dalam BAP saksi Budi Ibrahim.
Pada BAP saksi, tanggal 27 Mei 2009, jam 14.00 WIB, halaman 1, penyidik menanyakan: “Saat ini Sdr. akan diperiksa dan dimintai keterangan kembali (Tambahan) sebagai saksi dalam perkara pembunuhan ...........” * Ini membuktikan bahwa BAP ini sesungguhnya bukan BAP pertama. Namun di dalam berkas dimasukkan seolah-olah sebagai BAP pertama kali. Hal ini lebih terbukti lagi apabila kita meneliti BAP saksi, tanggal 13 Agustus 2009, jam 14.00 WIB, pertanyaan dan jawaban saksi pada poin nomor 5 sebagai berikut: Pertanyaan: “ Pada BAP Sdr. tertanggal 2 Juni 2009 pada point jawaban No. 7 Sdr. menjelaskan bahwa pada pertanyaan point 26 pada berita acara terdahulu tertanggal 23 Mei 2009,
yang benar yang mana apakah BAP terdahulu tertanggal 23 Mei atau 27 Mei 2009, kemudian pada BAP tanggal 2 Juni 2009 point 9 yang benar yang mana “pada jawaban Sdr. pada berita acara pemeriksaan terdahulu tertanggal 23 Mei 2009 atau 27 Mei 2009” jelaskan?” Jawaban: “Yang benar adalah BAP saya terdahulu tertanggal 27 Mei 2009, dikarenakan pada tanggal 23 Mei 2009 saya tidak pernah di BAP. Kemudian pada BAP tertanggal 2 Juni 2009 pada point 9 yang benar adalah pada jawaban saya pada berita acara pemeriksaan terdahulu tertanggal 27 Mei 2009, jadi bukan tanggal 23 Mei 2009 dikarenakan tanggal 23 Mei 2009 saya tidak pernah di BAP oleh penyidik”. * Disini jelas saksi Budi Ibrahim ini berbohong ketika mengatakan tidak ada BAP tanggal 23 Mei 2009, padahal dalam BAP tanggal 27 Mei 2009, jelas sekali terbukti bahwa penyidik menyatakan: “Saat ini Sdr. akan diperiksa dan dimintai keterangan kembali (Tambahan) sebagai saksi dalam perkara pembunuhan ...........”
Dalam BAP tanggal 27 Mei 2009, atas pertanyaan pada poin 24, saksi Budi Ibrahim menjelaskan antara lain: “ ....... kemudian saya katakan ada nomor lain selain keempat nomor telepon tersebut yang berkaitan yaitu 081611113244 .......” * Disini jelas saksi Budi Ibrahim menyatakan bahwa nomor tersebut di atas dia yang menemukan. Sementara dalam BAP yang sama, dalam pertanyaan dan jawaban poin 33, ia mengatakan: Pertanyaan: “ Siapa saksi yang melihat pada saat Sdr. ANTASARI AZHAR pada tanggal 27 Januari 2009 yang mana Sdr. ANTASARI AZHAR memberikan Nomor handphone 081611113244 untuk dilakukan penyadapan, jelaskan”. Jawaban: “ Yang melihat pada saat Sdr. ANTASARI AZHAR pada tanggal 27 Januari 2009, yang mana Sdr. ANTASARI AZHAR memberikan dan memerintahkan untuk nomor handphone 081611113244 ............” Dari jawaban poin 24, diketahui saksi ini mengakui nomor handphone 081611113244, saksi yang memberitahu Terdakwa. Sedangkan dalam jawaban poin 33, saksi ini
mengatakan Terdakwa yang memberikan dan memerintahkan untuk nomor handphone 081611113244. Jelas saksi ini berbohong. Dalam BAP-BAP selanjutnya saksi Budi Ibrahim ini banyak mengkoreksi/memperbaiki, merubah keterangan-keterangannya, misalnya BAP tertanggal 2 Juni 2009, dalam pertanyaan nomor 3 dan jawabannya, pertanyaan nomor 4 dan jawabannya, pertanyaan nomor 5 dan jawabannya, pertanyaan nomor 6 dan jawabannya, pertanyaan nomor 7 dan jawabannya, pertanyaan nomor 9 dan jawabannya, semua perubahan keterangan saksi Budi Ibrahim ini adalah hal-hal yang sangat substantif. Dalam pertanyaan nomor 3 dan jawabannya, saksi ini merubah keterangannya yaitu di point nomor 19. Pada point nomor 19 BAP tanggal 27 Mei 2009, saksi ini mengatakan Terdakwa memberikan nomor-nomor telepon untuk disadap melalui sms. Kemudian dirubah pada BAP tanggal 2 Juni 2009, saksi ini mengatakan nomor-nomor telepon itu diberikan langsung oleh Terdakwa dan ditulis dalam secarik kertas warna putih. Juga mengenai catatan dalam kertas putih ini diubah dengan mengatakan ditulis dalam amplop putih. Hal substantif yang dirubah juga dalam BAP tanggal 2 Juni 2009, jawaban nomor 19, saksi Budi Ibrahim mengatakan : ............ setiap saya melaporkan (sebanyak 4 kali) kepada Sdr. Antasari Azhar tentang hasil penyadapan yaitu tanggal 8 Januari 2009, 9 Januari 2009, 12 Januari 2009, dan tanggal 22 Januari 2009, reaksi Sdr. Antasari Azhar biasa-biasa saja. Namun pada BAP tanggal 13 Agustus 2009, jawaban nomor 7, dalam waktu yang sama pada waktu ia melapor kepada Antasari Azhar, saksi Budi Ibrahim ini mengatakan Sdr. Antasari Azhar terdiam sejenak namun tiba-tiba dengan nada kesal Sdr. Antasari Azhar mengatakan “saya atau dia yang mati”. Jelas pernyataan yang mengatakan “saya atau dia yang mati” ini adalah isapan jempol belaka untuk menargetkan Antasari Azhar menjadi Terdakwa. Belum lagi keterangan saksi Budi Ibrahim ini yang menyatakan bahwa ia mendapat perintah menyadap dari Terdakwa, padahal Terdakwa tidak pernah menyuruh menyadap melainkan hanya untuk mendeteksi. Ada perbedaan yang jelas antara menyadap dan mendeteksi. Menyadap memerlukan surat perintah dan ada syarat-syarat tertentu, dan ada hasilnya berupa transkrip pembicaraan pihak yang disadap. Sedangkan deteksi hanyalah untuk mengetahui hubungan telepon yang masuk dan keluar tanpa mengetahui isi pembicaraan yang dideteksi.
Kiranya cukuplah pembahasan mengenai BAP saksi Budi Ibrahim ini untuk menjadi dasar tidak menerima dan menolak BAP saksi Budi Ibrahim ini.
PRIYONO. Saksi Priyono adalah supir pribadi Terdakwa, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 3 Desember 2009. Dari keterangan saksi Priyono ini, diperoleh fakta persidangan sebagai berikut: Saksi bekerja sebagai supir Terdakwa (AA) pada saat bertugas di KPK. Saksi pernah antar Terdakwa (AA) ke rumah Sigid, tapi tidak tahu untuk keperluan apa. Saksi tidak mengetahui tentang permasalahan antara Terdakwa (AA) dengan Nasrudin. Oleh karena itu tidak kami bahas.
HASAN MULACHELA alias HABIB HASAN. Saksi Hasan Mulachela alias Habib Hasan adalah karyawan saksi Sigit Haryo Wibisono di PT Pers Indonesia Merdeka, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 8 Desember 2009. Keterangan saksi Hasan Mulachela ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Terdakwa, yang didakwa menyuruh, membujuk, memerintahkan mencari orang lain untuk melakukan pembunuhan, atau melakukan pembunuhan. Saksi Hasan Mulachela ini hanya menerangkan mengenai uang 500 juta rupiah yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Terdakwa. Tidak satu orang saksi pun atau alat bukti lainnya yang dapat membuktikan adanya hubungan Terdakwa dengan uang 500 juta rupiah tersebut. Tidak satu orang saksi pun atau alat bukti lainnya yang dapat membuktikan bahwa Terdakwa mengetahui adanya uang 500 juta rupiah tersebut.
Kalaupun saksi Hasan Mulachela ini ingin didengar, saksi ini lebih tepat didengar untuk kasus Terdakwa lain. Menjadi pertanyaan, mengapa JPU mengajukan saksi yang tidak ada hubungannya dengan Terdakwa. Apakah ini juga termasuk semata-mata agar kelihatan JPU mempunyai begitu banyak saksi yang seolah-olah dapat membuktikan dakwaannya, padahal dalam persidangan ini terlihat saksi ini tidak dapat membuktikan apa pun juga untuk mendukung dakwaan JPU. Belum lagi bila melihat BAP saksi ini yang dibuat secara melanggar undang-undang. Kami yakin JPU mengetahui Undang-undang mana yang dilanggar oleh penyidik pada saat memeriksa saksi ini.
WASKITO ASHI PRANOWO. Saksi Waskito Ashi Pranowo adalah ajudan saksi Sigit Haryo Wibisono, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 8 Desember 2009. Keterangan saksi Waskito Ashi Pranowo ini sama sekali tidak mengetahui tentang peristiwa yang didakwakan kepada Terdakwa. Apalagi dijadikan alat bukti untuk mendukung dakwaan JPU. Oleh karena itu keterangan saksi ini tidak kami bahas secara rinci.
EDUARDUS NOE NDOPO MBETE AL. EDO. Saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete Al. Edo adalah tersangka dalam perkara lain, yang diperiksa sebagai saksi di persidangan pada tanggal 8 Desember 2009. Dari keterangan saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete Al. Edo ini, diperoleh fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa saksi tidak kenal dengan Terdakwa, dan semua keterangannya tidak ada hubungannya dengan Terdakwa. Terdakwa tidak tahu menahu dan tidak ada hubungan baik langsung maupun tidak langsung, dengan segala tindakannya. DANIEL DAEN SABON als DANIL FRANSISKUS TADON KERAN als AMSI HENDRIKUS KIA WALEN als HENDRIK HERI SANTOSA als BAGOL Terhadap saksi-saksi tersebut di atas, tidak bersedia memberikannya keterangannya dan BAP nya tidak dibacakan. Fakta yang terungkap di persidangan : Pada tanggal 8 Desember 2009, para saksi (45 s/d 48) menolak untuk diperiksa dan BAP para saksi tersebut tidak dibacakan oleh JPU.
Akan tetapi persidangan yang mulia disini tentunya sudah melihat, bahwa ternyata para saksi ini telah mencabut keterangannya di dalam BAP, karena seluruh keterangan di dalam BAP tersebut diberikan karena ada tekanan dan penyiksaan oleh penyidik. Selain itu pemeriksaan terhadap saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete Al. Edo juga dilakukan di Hotel Nirwana, dengan kondisi mata dilakban, kemaluan disetrum, badan ditelanjangi, tangan dan kaki diborgol. Artinya keterangan para saksi ini di dalam BAP mereka bukanlah berisi kejadian yang sebenarnya, melainkan rekayasa dari penyidik.
JERRY HERMAWAN LO. Saksi Jerry Hermawan Lo adalah saksi (penghubung “eksekutor”), dan menjadi Terdakwa dalam perkara lainnya. Dari keterangan saksi Jerry Hermawan Lo di persidangan, tanggal 8 Desember 2009, ditemui fakta persidangan antara lain: Bahwa saksi tidak kenal dengan Terdakwa, dan semua keterangannya tidak ada hubungannya dengan Terdakwa. Terdakwa menerangkan tidak tahu menahu dan tidak ada hubungan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan segala tindakan yang dilakukan oleh saksi. Hal ini juga dibenarkan oleh saksi.
DR. ABDUL MUN’IM IDRIES, SP.F. Dr. Abdul Mun’im Idries, Sp.F., adalah pakar/ahli foresik, yang menjadi saksi ahli dalam pemeriksaan perkara ini, diperiksa di persidangan pada tanggal 10 Desember 2009. Dari saksi ahli ini diperoleh keterangan-keterangan sebagai berikut: Bahwa ahli tidak dapat memastikan jarak tembakan Bahwa senjata api yang digunakan jenis S&W 0, 38 Bahwa ahli tidak memberikan peluru pada penyidik pada pemeriksaan pertama, yang diberikan hanya hasil pemeriksaan Bahwa ahli tidak mengetahui diameter luka karena mayat tidak asli lagi karena sudah ada jahitan Bahwa ahli hanya memeriksa korban di RSCM padahal mayat korban ditangani terlebih dahulu oleh dokter di Rumah Sakit Mayapada Tangerang
Bahwa ahli menjelaskan mayat tidak asli karena menerima mayat tanpa pakaian, rambut sudah digunting, luka sudah dijahit Bahwa ahli tidak bisa memastikan waktu kematian korban karena keaslian mayat korban sudah tidak terjaga Bahwa ahli menjelaskan mayat sudah dimanipulasi maksudnya sudah tidak dalam kondisi aslinya Bahwa ahli mengatakan diameter anak peluru 9 mm Bahwa pada saat menuliskan anak peluru 9 mm, ahli ditelepon oleh puslabpor, pak Kamal, yang mengatakan terlalu berani menulis 9 mm di berita acara, dan agar diubah. Bahwa ahli diminta menghilangkan tulisan 9 mm oleh Kasat Reserse Polda Metro Jaya Bahwa ahli menerangkan peluru 9 mm tidak bisa digunakan untuk senjata jenis 0,38
ANALISA FAKTA BERDASARKAN KETERANGAN DR. ABDUL MUN’IM IDRIES, SP.F.
Dari keterangan saksi ahli ini dapat diketahui bahwa saksi ahli bukanlah yang pertama kali menangani korban, tetapi setelah melalui beberapa rumah sakit. Saksi ahli juga mengatakan bahwa ketika memeriksa mayat korban, kondisi mayat sudah tidak asli lagi, telah dimanipulasi, rambutnya sudah dicukur/dibotaki, lukanya sudah dijahit, dan baju korban sudah tidak ada. Pemeriksaan mayat korban dilakukan saksi ahli setelah dirinya ditelepon dan diminta oleh penyidik. Bahkan setelah melakukan pemeriksaan pun, penyidik masih tetap menelepon saksi ahli dan menyuruhnya untuk mengubah beberapa keterangan yang dibuat saksi ahli. Tentunya menjadi pertanyaan dalam persidangan yang mulia disini, apa maksud dari penyidik tersebut, yang sangat aktif menghubungi saksi ahli, bahkan menyuruh saksi ahli untuk mengubah keterangan yang dibuatnya dalam pemeriksaan mayat korban tersebut. Bukankah ini membuktikan adanya rekayasa yang dilakukan penyidik dalam perkara ini.
Dr. Abdul Mun’im Idries, Sp.F., ini adalah saksi ahli yang diajukan oleh JPU. Namun pada saat memberikan keterangan di persidangan ini, JPU justru bertanya sambil marahmarah kepada saksi ahli, sampai membuat Penasihat Hukum heran dan berkata, “lho, saksi ahli ini kan JPU yang mengajukan. Kok dimarah-marahi sama JPU sendiri”.
Ini membuktikan bahwa JPU tidak menerima keterangan saksi ahli ini, yang telah merugikan JPU, padahal yang dijelaskan saksi ahli adalah fakta yang sebenarnya.
DRS. MARULI SIMANJUNTAK. Drs. Maruli Simanjuntak, adalah saksi ahli laboratorium foresik, yang menjadi saksi ahli dalam pemeriksaan perkara ini, diperiksa di persidangan pada tanggal 10 Desember 2009. Dari saksi ahli ini diperoleh keterangan-keterangan sebagai berikut: Bahwa ahli menjelaskan senjata S&W 38, peluru juga harus 0,38 Bahwa peluru caliber 38 tidak bisa digunakan untuk peluru 9 mm Bahwa ahli mengatakan peluru 9 mm tidak bisa masuk kedalam caliber 38 Bahwa ahli mengatakan akibat tembakan peluru 38 dengan 9 mili berbeda Bahwa ahli melakukan pemeriksaan terhadap barang bukti senjata 0.38 Bahwa ahli menemukan satu serpihan peluru di jok belakang mobil korban.
ANALISA FAKTA BERDASARKAN KETERANGAN DRS. MARULI SIMANJUNTAK. Dalam persidangan yang mulia disini, saksi ahli menjelaskan menerima dua butir anak peluru dan satu serpihan peluru. Ahli menjelaskan peluru 9 mm tidak bisa digunakan untuk pistol jenis S&W 38. Majelis Hakim pun sempat melontarkan pernyataan memang benar peluru 9 mm tidak bisa digunakan untuk pistol jenis S&W 38. Ahli menyatakan peluru yang ada berukuran 0.38, sedangkan ahli forensik mengatakan peluru berukuran 9 mm. Mengingat saksi ahli ini adalah seorang polisi, bagian dari penyidik, dan melihat caracara penanganan perkara ini dapat diyakini bahwa keterangan saksi ahli Abdul Mun’im Idries yang bukan merupakan bagian dari kepolisian-lah yang dapat dipercaya dan dapat dijadikan sebagai alat bukti di dalam persidangan yang mulia ini. Apalagi ada bukti pihak
penyidik berusaha jauh-jauh hari untuk menghilangkan keterangan saksi ahli Abdul Mun’im Idries, yaitu tentang peluru berukuran 9 mm.
RUBY ZUKRI ALAMSYAH. M. NUH AL AZHAR. Saksi Ahli Ruby Zukri Alamsyah dan saksi ahli M. Nuh Al Azhar adalah saksi ahli yang memberikan keterangan terhadap barang yang menurut undang-undang tidak bisa digunakan sebagai barang bukti dan alat bukti. Oleh karena itu keterangan kedua orang saksi ahli ini tidak kami komentari, karena ahli ini memberikan keterangan terhadap suatu barang yang tidak sah untuk dijadikan barang bukti yang sah dan alat bukti yang sah. Keterangan dari saksi ahli yang diberikan berdasarkan barang bukti yang tidak sah tentunya menjadi tidak sah juga.
Apalagi keterangan kedua orang saksi ahli ini saling bertentangan sehingga Majelis Hakim menganggap perlu untuk mengkonfrontir yang namun ketika dikonfrontasi keduanya bertetap pada keterangan mereka masing-masing yang berbeda. Saksi ahli Ruby Zukri Alamsyah, mengatakan bahwa dirinya diminta untuk membuat transkrip, dan hasil transkripnya adalah yang ada stempel dengan nama ahli. Sedangkan saksi ahli M. Nuh Al Azhar juga mengatakan bahwa yang membuat transkrip adalah dirinya dan tim.
Kami percaya Majelis Hakim yang memimpin jalannya persidangan disini tidak akan memakai keterangan yang tidak sah dari ahli terhadap barang bukti yang tidak sah, dan tidak akan mejadikannya sebagai salah satu dasar pertimbangannya untuk mengambil putusan.
DR. AGUNG HARSOYO. Dr. Agung Harsoyo adalah saksi ahli IT dari ITB, yang menjadi saksi ahli dalam pemeriksaan perkara ini, diperiksa di persidangan pada tanggal 17 Desember 2009 dan tanggal 22 Desember 2009. Dari saksi ahli ini diperoleh keterangan-keterangan sebagai berikut:
Bahwa Ahli adalah seorang ahli dibidang IT, pada intinya membuktikan tidak ada sms dari HP Terdakwa kepada korban. Bahwa dalam persidangan dapat dibuktikan oleh saksi ahli di meja Majelis Hakim, bisa nomor HP orang lain digunakan mengirim sms ke nomor HP orang lain, sementara HP dari orang itu tidak digunakan. Jadi terbukti secara sah dan meyakinkan menurt hukum, saksi Jeffry Lumempouw, SH., dan saksi Etza Imelda Fitri, tidak pernah bisa menunjukkan bukti mengenai keterangannya yang mengatakan melihat adanya sms dari Terdakwa kepada HP korban. JPU pun tidak dapat membuktikan adanya sms yang berbunyi “maaf mas masalah ini hanya kita berdua yang tau kalau sampai terblow up tau sendiri akibatnya”. Maka terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bahwa kata-kata ini, yang dipergunakan di dalam surat dakwaan, maupun surat tuntutan adalah keterangan palsu yang tidak seyogyanya digunakan oleh penyidik maupun JPU untuk membuat surat tuntutan. Bukankah pada waktu terjadi perdebatan tentang sms ini, JPU “ngotot” mengatakan sms itu ada, namun yang pasti sms tersebut tidak pernah ada di persidangan ini. Yang sangat “mengharukan", bagaimana JPU masih saja di dalam surat tuntutannya menyebut-nyebut, bahkan mencoba memberatkan Terdakwa dengan isu sms ini, padahal sudah jelas baik JPU maupun seluruh persidangan disini, tidak pernah melihat adanya sms itu. Bukankah ini menunjukkan JPU menggunakan segala cara (seperti yang dituduhkan kepada Penasihat Hukum), untuk mencoba membuktikan dakwaan dan surat tuntutannya. PROF. DR. YUSTI PROBOWATI. Seperti pada bagian keterangan saksi-saksi lain, keterangan yang kami cantumkan dalam “keterangan saksi di persidangan”, hanyalah keterangan yang ada relevansinya dengan pembahasan kami. Mengenai keterangan lengkap saksi-saksi, termasuk saksi ahli ini, telah tercantum dalam bagian keterangan saksi di persidangan. Jadi JPU jangan mengatakan kami menggelapkan, karena semuanya sudah tercantum dalam pembelaan di atas, dan dalam catatan persidangan yang dilakukan oleh panitera pengganti, yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari pledoi kami ini.
Prof. Dr. Yusti Probowati adalah saksi ahli Psikologi, yang menjadi saksi ahli dalam pemeriksaan perkara ini, diperiksa di persidangan pada tanggal 22 Desember 2009. Dari keterangan saksi ahli ini diperoleh fakta-fakta sebagai berikut: Bahwa Ahli mengatakan dari hasil test, Terdakwa memiliki agresifitas yang tinggi * Keterangan saksi ahli ini tidak benar. Dalam persidangan ini Terdakwa tidak pernah agresif bahkan telah terbukti di persidangan ini Terdakwa tidak pernah sekali pun
menunjukkan tanda-tanda agresif, bahkan Terdakwa adalah orang yang sangat kooperatif, sehingga sangat membantu lancarnya persidangan. * Selama masa persidangan berbulan-bulan yang begitu berat, yang kadang-kadang membuat Penasihat Hukum emosi, apalagi JPU, Terdakwa tidak sekali pun membuat kegaduhan. Menjadi pertanyaan bagaimana dan dengan alasan apa, JPU dalam surat tuntutannya, dalam bagian yang memberatkan, mengatakan Terdakwa membuat gaduh. Tidakkah ini bagian dari rekayasa. * Satu-satunya Terdakwa menunjukkan emosinya, yaitu pada waktu Terdakwa mendengar fitnah dalam BAP saksi WW yang telah dibantah oleh WW di bawah sumpah, yang dengan emosi saksi WW mengatakan, ‘kalau saya berbohong disini, biarlah anakanak saya ikut dilaknat”, Terdakwa menunjukkan emosinya dengan menangis dan mencucurkan air matanya. Bukannya dengan tindakan agresif seperti yang dikatakan oleh saksi ahli. * Pada waktu JPU, Cyrus Sinaga, membacakan tuntutan hukuman mati, dengan suaranya yang lantang, Terdakwa duduk diam, tidak menunjukkan agresifitasnya. Bertentangan bukan dengan apa yang dikatakan oleh saksi ahli. Bahwa ahli mengatakan anak Terdakwa mempunyai karakter yang hampir sama dengan Terdakwa. * Keterangan saksi ahli ini tidak benar. Bagaimana saksi ahli ini dapat mengeluarkan kesimpulan seperti itu. Padahal saksi ahli ini tidak pernah memeriksa anak Terdakwa. Bahwa Ahli mengatakan pemeriksaan terhadap Antasari dilakukan di dalam tahanan * Menurut saksi ahli, pemeriksaan di ruang tahanan ini berpengaruh terhadap hasil test yang dilakukan, karena kondisi kejiwaan yang berbeda, dibandingkan apabila tes dilakukan di tempat lain yang lebih santai. Bahwa Ahli mengetahui dakwaan yang didakwakan terhadap Antasari terkait pembunuhan Nasrudin Bahwa Ahli tidak mengetahui sudah berapa lama Antasari ditahan Bahwa Ahli mengatakan orang yang diperiksa di tahanan dengan orang yang diperiksa di café akan berbeda karena suasana tempat berpengaruh Bahwa Ahli melakukan analisa terhadap Antasari diminta oleh kepolisian Bahwa Ahli hanya satu kali hadir dalam pertemuan terakhir saja, tetapi selalu berdiskusi dengan team
* Hal ini semua membuktikan bahwa sejak awal, saksi ahli ini sudah memiliki penilaian terhadap Terdakwa, sehingga dengan demikian penilaian saksi ahli terhadap Terdakwa menjadi tidak objektif dan hasil yang dibuatnya cenderung mendukung sangkaan penyidik pada waktu itu. Bahwa Ahli mengatakan sebelum melakukan test terhadap Antasari, sudah diberitahu terlebih dahulu tujuan test, dalam inform concern, sehingga tidak perlu lagi diberitahukan secara verbal kepada Terdakwa * Apa maksud saksi ahli ini tidak menjelaskan kepada Terdakwa secara verbal, tujuan dilakukannya pemeriksaan psikologi. Ini membuktikan saksi ahli sungguhsungguh bertindak sebagai seorang “penyidik”, yang bertujuan agar sangkaannya bisa terbukti nantinya di persidangan. Bahwa Ahli menjelaskan tentang tingkat religius dinilai dari bagaimana seseorang menghayati nilai-nilai agama sebagai sesuatu yang dapat mengontrol perilakunya bukan dari bagaimana ia menjalankan agamanya * Keterangan saksi ahli ini tidak benar. Penasihat Hukum juga mengajukan keberatan kepada saksi ahli ini, bagaimana saksi ahli dapat menilai tingkat religiusitas seseorang. * Tim Penasihat Hukum juga sudah memasukkan keterangan Prof. Sarlito Wirawan Sarwono, yang keterangannya berbeda dan membantah keterangan saksi ahli ini. Bahwa ahli menerangkan tidak bisa memastikan keterangannya benar seratus persen. Bahwa ahli mengatakan bila dilakukan pemeriksaan terhadap Antasari oleh orang lain pasti akan ada perbedaan Bahwa ahli mengatakan benar membuat hasil pemeriksaan dalam surat dengan kop kepolisian, Deputi Sumber Daya Manusia Polri, Biro Psikologi. ANALISA FAKTA BERDASARKAN KETERANGAN SAKSI PROF. DR. YUSTI PROBOWATI. Begitu banyak keterangan saksi ahli ini dalam hasil pemeriksaannya yang tidak benar. Hal ini dikarenakan keterangan saksi ahli ini diberikan atas permintaan penyidik. Belum lagi sebelum melakukan pemeriksaan terhadap Terdakwa, sejak awal saksi ahli ini sudah memiliki penilaian (pendapat) terhadap Terdakwa. Dengan demikian hasil analisa saksi ahli ini menjadi tidak objektif lagi, sehingga harus ditolak dan tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam persidangan ini.
PROF. ANDI HAMZAH, SH.
Prof. Andi Hamzah, SH., adalah saksi ahli pidana, yang menjadi saksi ahli dalam pemeriksaan perkara ini, diperiksa di persidangan pada tanggal 22 Desember 2009. Dari saksi ahli ini diperoleh keterangan-keterangan sebagai berikut: Bahwa Ahli menjelaskan pemancingan itu kesepakatan yang harus berwujud kerja sama, dan mempunyai kehendak yang sama dan dilakukan bersama-sama walaupun perannya bisa berbeda Bahwa Ahli mengatakan rekaman bukan merupakan alat bukti dalam pidana biasa yang terdapat dalam KUHAP, rekaman merupakan alat bukti untuk tindak pidana seperti korupsi dan lain-lain Bahwa Ahli mengatakan mengenai alat bukti petunjuk dalam Pasal 188 (2) KUHAP, hanya dapat diperoleh dari keterangan surat, saksi dan terdakwa, pada ayat (3) penilaian tersebut sesuai dengan hati nurani hakim, jadi menurut ahli alat bukti petunjuk itu tidak ada, karena tidak ada artinya. Bahwa Ahli mengatakan petunjuk bukan merupakan alat bukti, sehingga sebanyak apa pun petunjuk, jika tidak didukung dua alat bukti yang sah, maka tidak mempunyai nilai pembuktian. Bahwa Ahli mengatakan Nilai kesaksian seorang saksi yang bersaksi hanya karena melihat SMS itu tidak ada nilainya sama sekali Bahwa Ahli mengatakan walaupun lebih dari 10 orang yang melihat SMS semua keterangan mereka tetap tidak ada nilainya
ANALISA FAKTA BERDASARKAN KETERANGAN SAKSI AHLI PROF. ANDI HAMZAH, SH.
Sudah jelaslah bahwa sesuai dengan keterangan saksi ahli ini, yang menyatakan bahwa petunjuk bukan merupakan alat bukti, sehingga seandainya ada sebanyak apa pun petunjuk, jika tidak didukung dua alat bukti yang sah, maka tidak mempunyai nilai pembuktian. Maka hasil analisa JPU, khususnya mengenai bagian petunjuk, tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam persidangan ini, terlebih lagi petunjuk JPU tersebut tidak didukung dengan alat bukti apa pun. Selanjutnya mengenai rekaman yang diajukan oleh JPU tidak dapat dijadikan sebagai petunjuk, atau barang bukti, apalagi alat bukti dalam persidangan ini.
NOVARINA. Saksi Novarina adalah istri saksi Williardi Wizar, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 29 Desember 2009, yang mengatakan dia menyaksikan pada tanggal 29 April 2009, bahwa benar suami saksi diiming-iming, dijanjikan apabila BAP suaminya WW dikaitkan dengan Terdakwa Antasari Azhar, maka suaminya tidak akan dikenakan pidana, dan hanya akan dikenakan hukuman disiplin. Bahwa suaminya dikurangi semua hak-haknya, sehingga ketika saksi bertemu dengan Kabareskrim, saksi menceritakan semua masalah yang dialami suaminya tersebut. Bahwa saksi mengetahui suami saksi pernah mengirim surat pengaduan ke Komnas HAM terkait kesulitan-kesulitan yang dialami suami saksi selama ditahan oleh penyidik.
ROY HARYANTO. Roy Haryanto adalah saksi ahli dalam bidang senjata dan amunisi, yang menjadi saksi ahli dalam pemeriksaan perkara ini, diperiksa di persidangan pada tanggal 29 Desember 2009. Dari keterangan saksi ahli Roy Haryanto ini, diperoleh fakta sebagai berikut: Bahwa Ahli adalah seorang ahli dalam bidang senjata dan amunisi Bahwa Ahli menerangkan peluru dapat menimbulkan serpihan bila membentur benda keras seperti besi atau baja dan bentuk dari serpihan peluru itu kecil-kecil Bahwa Ahli menerangkan bila peluru membentur kaca tidak mungkin menimbulkan serpihan peluru karena kaca tidak sekeras timah Bahwa Ahli menerangkan jarak tembak seperti yang ditunjukan dalam gambar dengan doubel action akan sangat sulit dilakukan Bahwa Ahli menerangkan seseorang yang menggunakan senjata revolver dengan satu tangan diatas kendaraan bermotor yang berjalan tidak mungkin dilakukan oleh amatir karena perlu latihan dengan 3000-4000 peluru, dengan pistol yang sama.
ANALISA FAKTA BERDASARKAN KETERANGAN SAKSI AHLI ROY HARYANTO.
Bahwa saksi ahli ini diajukan hanya untuk menunjukkan bahwa dakwaan JPU tentang penggunaan pistol dalam persidangan bukanlah pistol yang tertera dalam dakwaan. Apalagi bila JPU mau sedikit jujur untuk memasukkan rekonstruksi penembakan dalam perkara terdakwa lain, yang akan membuktikan bahwa pistol dalam rekonstruksi tersebut berbeda dengan pistol yang ada dalam persidangan disini. Jelas disini JPU ikut merekayasa, setidak-tidaknya melakukan berbagai cara untuk menyesatkan persidangan ini. Karena berkas perkara dari terdakwa di persidangan lain, banyak dibawa-bawa ke persidangan ini walaupun tidak ada relevansinya, sedangkan mengenai pistol ini sama sekali tidak disinggungnya.
KOMJEN POL SUSNO DUADJI. Saksi Komjen Pol Susno Duadji adalah mantan Kabareskrim Mabes Polri, yang diperiksa di persidangan pada tanggal 7 Januari 2010. Dari keterangan Saksi Komjen Pol Susno Duadji ini, diperoleh fakta persidangan sebagai berikut: Bahwa dalam perkara Terdakwa, Saksi tidak dilibatkan sama sekali. Saksi menjelaskan bahwa yang ditunjuk untuk menjadi Ketua Tim Pengawas Penyidikan adalah Wakabareskrim Irjen Pol Hadiatmoko. Sehingga Irjen Pol Hadiatmoko pasti tahu betul tentang perkara Terdakwa. (catatan : dalam sidang persidangan Irjen Pol Hadiatmoko menyatakan tidak tahu menahu dan tidak punya kepentingan dalam perkara Terdakwa); Saksi menerangkan bahwa Saksi sebagai Kabareskrim tidak mendapat laporan dari Irjen Pol Hadiatmoko yang pada saat itu adalah Wakabareskrim; Saksi menerangkan bahwa terdapat beberapa tim pencari motivasi pembunuhan Nasrudin yang juga dipimpin oleh Wakabarekskrim Irjen Pol Hadiatmoko, tapi karena tidak berhasil Irjen Pol Hadiatmoko diberhentikan sebagai Wakabareskrim. Bahwa Wakabareskrim Irjen Pol Hadiatmoko dalam perkara Terdakwa ini, langsung bertanggung jawab kepada Kapolri dan bukan kepada Saksi selaku Kabareskrim; Saksi menerangkan bahwa Hadiatmoko selaku Ketua Tim Pengawas Penyidikan proaktif dalam mengawasi penanganan perkara sehingga terdapat kepentingan dari Hadiatmoko agar perkara Terdakwa ini berhasil dikerjakan.
ANALISA FAKTA BERDASARKAN KETERANGAN SAKSI KOMJEN POL SUSNO DUADJI.
Dari keterangan saksi ini maka jelas terbukti bahwa saksi Irjen Pol Hadiatmoko telah memberikan keterangan yang tidak benar pada saat persidangan, dimana dalam persidangan terdahulu, saksi Irjen Pol Hadiatmoko ini mengatakan tidak mengetahui dan tidak mempunyai kepentingan apa pun dalam pemeriksaan perkara Terdakwa. Akan tetapi dari keterangan saksi Komjen Pol Susno Duadji ini, jelas terbukti bahwa saksi Irjen Pol Hadiatmoko mempunyai kepentingan dalam perkara Terdakwa, karena dia adalah ketua tim pengawas penyidikan, yang mempunyai kepentingan agar perkara Terdakwa ini berhasil dilaksanakan.
KETERANGAN TERDAKWA Keterangan Terdakwa Antasari Azhar, pada persidangan tanggal 12 Januari 2010, sudah termuat seluruhnya di dalam bagian keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan nota pembelaan kami ini.
ANALISA FAKTA ATAS KETERANGAN TERDAKWA. Bahwa keterangan Terdakwa ini, menunjukkan tidak ada hal yang ditutup-tutupinya, semua kejadian diceritakan secara jujur, termasuk pertemuannya dengan saksi Rani Juliani, dan juga pertemuannya dengan saksi Sigit Haryo Wibisono dan saksi Williardi Wizar. Hanya saja ada pihak-pihak yang memanipulasi keterangan Terdakwa dengan rekayasa-rekayasa tertentu, sehingga pertemuan-pertemuan tersebut disalahartikan. Pembahasan lebih lengkap mengenai keterangan Terdakwa ini kami sampaikan dalam bagian sinkronisasi keterangan saksi-saksi.
C. ANALISA TERHADAP BARANG BUKTI Bahwa terdapat beberapa alat bukti yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum yang diajukan/diperlihatkan dalam persidangan. Namun, kami Tim Penasihat Hukum akan menganalisa barang bukti yang relevan dan terkait dengan terdakwa, baik yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum maupun Penasihat Hukum, serta barang bukti yang tidak
diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum namun ada kaitan/relevansinya dengan perkara ini. Yaitu: Barang bukti yang diajukan JAKSA PENUNTUT UMUM Barang bukti yang disita dari kantor KPK yang terdiri atas : Amplop coklat dari Sigid Haryo Wibisono kepada Antasari Azhar berisikan hasil pemeriksaan asset Eks Pemegang saham dari BPK. Amplop coklat dari Mega Simarmata kepada Antasari Azhar yang diserahkan via ibu Ida. Map warna biru berisi Copy Surat Nota Kesepahaman antara PT. Graha Artha Citra Mandiri dan PT RNI. 1 (satu) buah hardisk merek western digital model WD 800ZD kapasitas 80 GB. Bahwa barang bukti tersebut tidak dapat membuktikan adanya keterkaitan atau relevansinya dengan dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum, sehingga tidak mempunyai nilai pembuktian.
Barang bukti lainnya yang disita dari kantor KPK berupa beberapa kepingan DVDR, CD, Surat Perintah penyelidikan, Surat perintah penyadapan, surat permintaan CDR, SMS dan data pelanggan ke operator, lembaran chart percakapan handPenasihat Hukumone tertanggal 8, 9, dan 12 Januari 2009. Bahwa barang bukti dari KPK tersebut adalah untuk membuktikan telah dilakukan proses pendeteksian terhadap nomor-nomor yang diduga melakukan teror yang dapat menghambat kinerja Ketua KPK. Bahwa adanya surat perintah tersebut menunjukan proses pendeteksian telah dilakukan sesuai prosedur. Bahwa tidak ada bukti hasil penyadapan yang diberikan kepada Terdakwa, karena pada dasarnya yang dimintakan oleh terdakwa adalah pendeteksian bukan penyadapan. Oleh karenanya, hasil akhir yang diterima oleh terdakwa adalah flowchart komunikasi yang dilakukan oleh korban, bukan transkip pembicaraan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat bukti tersebut tidak ada relevansinya dengan dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum.
Transkip rekaman suara yang dibuat oleh ahli Ruby Zukry Alamsyah dan ahli Muh. Nuh.
“Bukti” rekaman yang diajukan Jaksa Penuntut Umum menurut undang-undang tidak termasuk alat bukti dalam perkara pidana umum. Rekaman bukanlah alat bukti. Perkara ini adalah perkara pidana umum, dan alat buktinya sudah diatur secara tegas dalam KUHAP. Artinya, “barang bukti” berupa rekaman yang diajukan Jaksa Penuntut Umum haruslah dikesampingkan dan dianggap tidak ada. Selain itu seandainya ada dan dibenarkan oleh undang-undang (quad non) isi rekaman itu pun (transkrip versi Jaksa Penuntut Umum) tidak mendukung dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Bahwa transkip rekaman yang dibuat oleh ahli tersebut dilakukan tidak dengan prosedur yang benar dalam mengambil sampel suara Terdakwa. Bahwa penyidik dalam mengambil sampel suara harus dilakukan dengan membuat Berita Acara yang ditandatangani oleh yang mempunyai suara dan oleh saksi yang netral. Selanjutnya sampel suara tersebut di lag (disegel) untuk diberikan kepada ahli suara untuk diteliti. Pada saat sampel suara tersebut akan dibuka oleh ahli suara tersebut harus disaksikan oleh saksi yang netral. Namun, dalam prakteknya, prosedur ini tidak dilakukan oleh penyidik, sebagaimana keterangan saksi ahli dipersidangan yang mengatakan menerima sampel suara tanpa disegel. Oleh karenanya, besar kemungkinan sampel suara tersebut juga direkayasa. Bahwa terdapat dua bukti transkip rekaman yang dibuat oleh 2 (dua) orang ahli yang mengambil file dari satu alat rekam suara, sehingga dapat dipastikan bahwa alat rekam suara tersebut sudah dibuka dan dianalisis lebih dari satu orang sehingga meragukan keaslian barang bukti tersebut. Bahwa menurut saksi M Nuh terdapat 2 (dua) suara lain pada alat rekaman sehingga terdapat lebih dari 2 (dua) suara yang ada dalam rekaman. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan transkip rekaman yang diperoleh dari alat rekaman, bukan alat bukti yang sah dan tidak dapat dijadikan dasar dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum.
Barang bukti Laporan Pemeriksaan Psikologi No. P/154/VI/2009/Ropsi tanggal 15 Juni 2009. Bahwa barang bukti laporan pemeriksaan psikologi yang menyatakan bahwa control cognitive Terdakwa tinggi dan religiusitasnya rendah, tidak dapat dijadikan dasar dan kesimpulan bahwa terdakwa memungkinkan menjadi pendorong untuk melakukan prilaku melanggar aturan/norma. Bahwa pada saat Terdakwa menyetujui pemeriksaan psikolog karena dijelaskan oleh penyidik kehadiran psikolog adalah untuk membantu kondisi Terdakwa agar tidak mengalami stress, seperti halnya dihadirkannya Rohaniawan. Akan tetapi, ternyata
setelah Terdakwa mengetahui bahwa psikolog tersebut bertujuan untuk mendukung upaya “rekayasa’ penyidik, terdakwa tidak menyetujui lagi. Bahwa Ahli mengatakan 4 (empat) kali melakukan pemeriksaan terhadap Terdakwa, tetapi kenyataannya ahli Psikolog melakukan pemeriksaan terhadap Terdakwa hanya satu kali. Bahwa berdasarkan hal tersebut, maka Laporan pemeriksaan psikologi sangat tidak tepat dan sangat mengada-ada untuk dijadikan dasar dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Bahwa adanya laporan pemeriksaan psikologi tersebut yang sangat mengada-ada dan sangat dipaksakan, diperkuat juga dengan second opinion dari psikolog yang telah mempunyai reputasi ternama yakni Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, tanggal 16 Desember 2009. Hasil second opinion tersebut juga telah disampaikan kepada Majelis hakim di persidangan tanggal 22 Desember 2009. Dalam second opinion Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, pada halaman 2 point 3 mengatakan: “sepanjang pengetahuan saya, pemeriksaan psikologis tidak untuk menilai religiusitas seseorang, dan juga belum ada test psikologi yang bisa menilai religiusitas seseorang. Selain itu, sejauh yang saya tahu, belum ada penelitian psikologi yang membuktikan adanya korelasi antara tingkat religiusitas seseorang dengan perilaku melanggar norma”. Selanjutnya dalam halaman 2 point 4, Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono mengatakan: “Dalam dokumen (Laporan Pemeriksaan Psikologi No. P/154/VI/2009/Ropsi tanggal 15 Juni 2009.) tidak ada satu kalimatpun yang menghubungkan atau menjelaskan hubungan antara gambaran kepribadian subjek dengan prilaku “menghilangkan nyawa oran lain” atau “membunuh” sebagaimana disangkakan terhadap diri subyek dan simpulan butir 5 dan Rekomendai butir 3 tidak dapat diartikan bahwa subyek telah melakukan pembunuhan. Bahwa berdasarkan second opinion tersebut dikaitkan dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang menggunakan Laporan Pemeriksaan Psikologi No. P/154/VI/2009/Ropsi tanggal 15 Juni 2009 sebagai salah satu barang bukti (dalam berkas tuntutan Jaksa Penuntut Umum berada di halaman 111 urutan 14 dari daftar barang bukti) untuk memperkuat tuntutannya, dapat ditegaskan bahwa hal itu merupakan upaya yang dicaricari oleh Jaksa Penuntut Umum agar tuntutannya masuk akal dan logis karena dibuktikan oleh hasil pemeriksaan psikolog. Inilah salah satu pertanda bahwa Jaksa Penuntut Umum sangat kekurangan alat bukti sehingga memunculkan alat bukti lainnya. Bahwa sesuai dengan tulisan Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono pada bagian akhir second opinionnya mengatakan ..Dalam sistem peradilan pidana Indonesia, pemeriksaan psikologi hanya bersifat sebagai alat bantu, bukan alat bukti (berbeda dengan VR). Inilah
bukti kepura-puran Jaksa Penuntut Umum yang pura-pura tidak mengetahui atau memang tidak tahu klasifikasi barang bukti yang diatur dalam KUHAP.
Berita Acara Rekonstruksi
Bahwa dalam Berita Acara Rekonstruksi tanggal 7 Agustus 2009 di Kamar 803 Hotel Gran Mahakam, terdapat beberapa adegan yang tidak diketahui atau tidak disetujui yaitu: Terdakwa AA tidak menyetujui adegan No. 10, 11, 13, 15. Terdakwa AA tidak mengetahui adegan No. 12 & 18 Dalam foto Nomor 17 (adegan mencium Rani Juliani) ada orang lain yang terfoto, tidak jelas identitas dan kapasitasnya. Pada waktu pemotretan foto Nomor 29 (adegan Alm. Nasrudin menampar Rani Juliani), beberapa Penyidik yang hadir mengarahkan Rani Juliani.
Bahwa Berita Acara Rekonstruksi tanggal 4 Agustus 2009 di rumah Sigid Haryo Wibisono, Jl. Patiunus No. 36, Jaksel, terdapat kejanggalan yaitu: Antasari Azhar tidak didampingi Penasihat Hukum. Antasari Azhar menolak adegan No. 5 dan No. 7, akan tetapi Penyidik tetap saja “meminta” Antasari Azhar untuk memperagakan adegan tersebut., karena sesuai dengan BAP Sigid. Penyidik saat itu berjanji kepada Antasari Azhar untuk mengadakan rekonstruksi kembali sesuai BAP Antasari Azhar, namun penyidik ternyata “membohongi” Antasari Azhar, rekonstruksi yang dijanjikan tidak pernah ada. Tim Penasihat Hukum juga sudah meminta secara tertulis agar dilakukan rekonstruksi ulang kepada Kejaksaan Agung, namun tidak dijawab apalagi dikabulkan. Bahwa dalam berkas BAP rekonstruksi adegan penyerahan amplop tersebut tidak dicantumkan fotonya seperti pada adegan-adegan lainnya. Adegan penyerahan amplop tersebut hanya berisi keterangan yang telah dimanipulasi,
Barang bukti Handphone (HP) merek Nokia E 91
Bahwa Barang bukti hp milik korban yang dijadikan barang bukti dipersidangan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam kondisi rusak sehingga tidak dapat dilakukan analisa oleh ahli IT untuk mengetahui keberadaan sms ancaman yang diduga dari terdakwa Antasari Azhar.
Alat rekam video warna hitam dan alat rekam suara warna merah merek CREATIVE Type MUVO N.200 1 GB. Bahwa barang rekaman tersebut tidak dapat dijadikan barang bukti dan tidak dapat menjadi alat bukti dalam perkara tindak pidana umum sebagaimana diatur dalam pasal 184 KUHAP. Bahwa alat rekam video warna hitam setelah diputar hanya berisikan gambar yang sangat singkat dan tidak jelas sehingga tidak memperlihatkan adanya suatu peristiwa atau kegiatan yang relevan dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Bahwa alat rekam suara warna merah merek CREATIVE yang dipasang oleh saksi Setyo Wahyudi dan saksi Karno atas perintah Sigid Haryo Wibisono yang disita oleh penyidik, belum pernah diperdengarkan atau didengar kembali hasil rekaman tersebut oleh saksi Setyo Wahyudi, saksi Karno ataupun Sigid Haryo Wibisono, sehingga keaslian isi rekaman tersebut diragukan kebenarannya. Bahwa perekaman gambar dan suara tersebut dilakukan saksi Setyo Wahyudi dan saksi Karno atas perintah Sigid Haryo Wibisono tanpa sepengetahuan Terdakwa tidak dapat dijadikan barang bukti karena proses perekaman tersebut tidak dilakukan oleh lembaga/instansi yang resmi. Bahwa alat rekam video dan suara yang dijadikan barang bukti tersebut banyak dijual dipasaran dengan harga yang terjangkau dan mudah di dapatkan, sehingga tidak ada jaminan keaslian jika alat rekam yang disita oleh penyidik tersebut adalah benar alat rekaman yang disita dari rumah Sigid Haryo Wibisono. Bahwa seandainya isi rekaman itu ada dan dibenarkan oleh undang-undang (quad non) isi rekaman itu pun (transkrip versi Jaksa Penuntut Umum) tidak juga mendukung dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum.
Barang bukti 1 (satu) pucuk senjata api jenis Revolver merk S&W. Bahwa barang bukti senjata api tersebut tidak ada keterkaitan dan relevansinya dengan Terdakwa, baik dalam bentuk menyuruh melakukan pembunuhan ataupun memberikan
fasilitas baik dalam bentuk dana ataupun senjata yang dapat menimbulkan terjadinya tindakan pembunuhan. Namun demikian, untuk membantu proses pembuktian, maka Penasihat Hukum tetap melakukan pengujian terhadap barang bukti senjata tersebut, dan pada saat diperlihatkan di persidangan dan setelah dilakukan pemeriksaan oleh ahli senjata Roy Haryanto, saksi ahli mengatakan bahwa senjata tidak dalam kondisi baik karena di salah satu silindernya macet dan triggernya/penarik pelatuknya keras. Bahwa dalam persidangan, meskipun Jaksa Penuntut Umum senjata dalam kondisi baik, namun pada saat Jaksa Penuntut Umum memaksakan menekan triggernya ternyata keras (sambil menodongkan kepada saksi ahli). Dengan kondisi trigger demikian, maka jika dipaksakan pasti tembakannya akan melenceng dari sasaran. Berdasarkan keterangan ahli tersebut, maka dapat dipastikan bahwa tidak mungkin terjadi penembakan dengan sasaran yang tepat jika menggunakan senjata yang dijadikan barang bukti tersebut.
Barang bukti Peluru yang berada di kepala korban berbeda dengan jenis senjata yang dijadikan barang bukti. Bahwa menurut ahli forensik dr. Mun’im Idris, ukuran peluru yang diambil dari kepala korban berukuran 9 mm, sedangkan ahli balistik mengatakan untuk senjata jenis S&W 0.38 pelurunya juga harus 0.38 mm tidak bisa menggunakan peluru 9 mm. Bahwa menurut saksi ahli balistik, Drs Maruli Simanjuntak, ia tidak melihat langsung peluru dari korban tetapi diberikan oleh penyidik yang sudah disegel dalam plastik. Bahwa berdasarkan keterangan ahli tersebut, maka terdapat kejanggalan atas barang bukti peluru yang dihadirkan dipersidangan oleh Jaksa Penuntut Umum, dengan demikian barang bukti tersebut tidak mempunyai kekuatan pembuktian.
Berdasarkan analisa terhadap barang-barang yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, maka kami berkesimpulan tidak ada satu barang buktipun yang sah dan meyakinkan yang dapat dijadikan dasar dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa. Bahkan sebaliknya terdapat beberapa barang bukti yang penting dan sangat relevan dengan proses pembuktian perkara ini telah dengan sengaja tidak diperlihatkan dan digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum.
b.
Barang Bukti yang diajukan oleh PENASIHAT HUKUM
Bahwa untuk mendukung proses persidangan dan kebenaran fakta-fakta persidangan, penasihat Hukum juga dalam pledoi ini melampirkan bukti-bukti yang sekaligus memperkuat pembelaan Terdakwa, yaitu : Second opinion dari psikolog Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono tanggal 16 Desember 2009. Surat Ijin dari Dekan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB untuk staff pengajar yang menjadi ahli IT di persidangan. Penetapan Majelis Hakim PN Jaksel untuk memberikan Ijin membuka data CDR dan yang terkait kepada operator telekomunikasi yaitu PT. Indosat, PT Exelcomindo, PT Telkomsel, PT Mobile-8. Surat Pernyataan ahli IT dari ITB tanggal 28 Desember 2009. Kesimpulan ahli IT dari ITB.
Barang bukti yang disembunyikan oleh Jaksa Penuntut Umum Baju yang dikenakan korban pada saat tertembak. Bahwa Penyidik dan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat memperlihatkan baju korban yang digunakan pada saat tertembak. Bahwa keberadaan baju korban adalah penting untuk mengetahui belerang/mesiu dari peluru, sehingga dari kandungan mesiu yang menempel di baju korban dapat diketahui jarak tembak kepada korban.
CCTV, pistol merk S&W dan 4 peluru yang disita dari rumah Sigid Haryo Wibisono. Bahwa CCTV dan pistol S&W dan 4 peluru yang ada di rumah Sigit Haryo Wibisono berdasarkan keterangan Setyo Wahyudi telah disita oleh penyidik. Namun, dalam persidangan tidak dijadikan barang bukti oleh Jaksa Penuntut Umum.
Cek giro senilai Rp 500 juta yang disita penyidik. Berdasarkan keterangan saksi Setyo Wahyudi dipersidangan tanggal 12 November 2009 ada bukti lembaran cek giro senilai Rp 500 juta dari Williardi Wizard yang disita oleh penyidik. Namun, dalam persidangan barang bukti tersebut tidak ada.
Amplop coklat yang disita penyidik dari rumah Antasari Azhar. Bahwa Bukti surat tembusan Kerja sama KPK dengan koran Merdeka yang telah disita dari Terdakwa pada saat pertamakali penyidikan (9 Mei 2009) tidak dijadikan barang bukti dipersidangan. Bahwa barang bukti amplop coklat ini sangat penting karena amplop coklat inilah yang diakui oleh terdakwa Nasrudin Zulkarnaen sebagai amplop coklat yang berisikan proposal kerjasama yang dikirimkan Sigid Haryo Wibisono, bukan amplop coklat yang berisikan foto dan data korban Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani.
D. SINKRONISASI KETERANGAN SAKSI DAN BUKTI
Bahwa untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh dan sempurna dari fakta-fakta persidangan, melihat uraian analisa fakta yang diajukan oleh JPU dalam surat tuntutannya sangat rancu dan penuh manipulasi, maka akan kami uraikan dan analisa fakta yang sebenarnya agar dapat di ketahui mana fakta yang sebenarnya dan mana fakta yang manipulasi yaitu sebagi berikut:
Awal mula hubungan Rani Juliani dengan Terdakwa Bahwa Terdakwa mengenal Rani sekitar tahun 2006 di Modern land tempat Terdakwa bermain Golf. Pada waktu itu beberapa kali main Terdakwa baru mengenal Rani Juliani adalah caddy pak Sudibyo Saleh, setiap bermain golf caddy pak Sudibyo Saleh adalah Rani Juliani, dan ia tidak pernah menjadi caddy Terdakwa. Bahwa hubungan antara Rani Juliani dengan Terdakwa semenjak Terdakwa menjadi Ketua KPK adalah diawali dari upaya Rani Juliani yang mencoba menghubungi Terdakwa dengan bebagai macam cara. Pencarian nomor telepon Terdakwa dilakukan dengan mencari informasi di tempat kerja dan melalui teman-teman serta orang yang dekat dengan Terdakwa.. Rani berkali-kali meminta no Hp Terdakwa kepada Ishak dan Ibrahim, pada saat itu Terdakwa sudah menjadi Ketua KPK. Setelah mendapatkan nomor telepon, Rani Juliani berusaha mengubungi Terdakwa namun tidak mendapat tanggapan dari Terdakwa (sesuai keterangan Rani di persidangan tanggal 10 November 2009). Bahwa Terdakwa mengatakan sebelum mendapat SMS dari Rani, memang ada telpon yang masuk berkalikali tetapi tidak tercantum nomor penelpon di memory HP Terdakwa. Setelah itu Rani Juliani berkali-kali menelpon dan SMS tetapi tidak pernah dibalas oleh Terdakwa Kemudian Rani Mengirimkan SMS kepada Terdakwa yang berisi menperkenalkan bahwa dia adalah caddynya pak Sudibyo Saleh dan mengajak untuk bertemu karena ada hal penting yang ingin dibicarakan. Kemudian Karena disebut nama Pak Sudibyo yang adalah merupakan mantan atasan Terdakwa yang sangat Terdakwa
hormati, maka Terdakwa membalas SMS Rani yang mengatakan besok saja kalau mau ketemu. Inilah etika dari seorang yang menghargai seniornya, walaupun sudah menjadi seorang pejabat, Terdakwa tetap menghormati Pak Sudibyo sebagai mantan atasannya,sehingga Terdakwa mau bertemu dengan Rani Juliani. Selain itu Terdakwa juga sempat mendengar informasi tentang Pak Sudibyo yang sakit, sehingga Terdakwa berpikir mungkin Rani Julainti mengetahui hal tersebut , dan mungkin ada hal lainnya yang penting yang ingin disampaikan.
Bahwa esok harinya seperti kebiasaan Terdakwa sebelum berangkat kerja, Terdakwa bercerita pada Istrinya tentang kegiatan Terdakwa untuk hari itu, yaitu mau bertemu di hotel Grand Mahakam dengan Guru agamanya yang datang dari Padang, pada saat itu Terdakwa juga mengatakan ada rencana bertemu dengan caddy pak Sudibyo Saleh tetapi belum pasti.
Bahwa selanjutnya Terdakwa datang lebih dahulu di hotel Grand Mahakam sebelum Guru agamanya datang, beberapa saat kemudian Terdakwa Mendapat SMS dari Rani Yang menanyakan apakah jadi untuk bertemu? karena Terdakwa sudah sampai di hotel Grand Mahakam, sambil menunggu tamunya dari Padang, dan sebelumnya Terdakwa juga sudah membuat janji dengan Nasrudin Zulkarnaen (korban) di hotel Grand Mahakam juga, maka Terdakwa menyarankan Rani untuk datang ke Hotel Grand Mahakam saja. Tidak berapa lama kemudian (fakta ini diakui oleh Rani bahwa ia bersama korban sengaja datang berdua untuk bertemu Terdakwa) Rani Juliani sampai di hotel dan meng-sms lagi kepada Terdakwa dan disarankan Terdakwa untuk naik ke kamar 803, ketika sampai disana pintu kamar tidak terkunci.
Sesuai dengan Keterangan Terdakwa dan Rani dipersidangan bahwa pintu tidak terkunci, artinya pintu kamar tersebut bisa dibuka dari luar dan dari dalam, dan hal ini dibuktikan dengan keluar masuknya pegawai hotel yang mengantar makanan buahbuahan dan minuman, sehingga sangat tidak mungkin melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh tanpa diketahui oleh orang lain. “Andaipun” terjadi perbuatan asusila dilakukan oleh Terdakwa terhadap Rani Juliani, mengapa Rani Juliani tidak berlari kearah pintu dan keluar meninggalkan Terdakwa? Inilah salah satu bukti adanya rekayasa dari tuntutan JPU yang mengatakan telah terjadi perbuatan asusila di kamar 803 sekedar untuk melakukan pembunuhan karakter kepada Terdakwa
Bahwa pada saat Rani Juliani telah berada dalam kamar dan dipersilahkan duduk disofa, pembicaraan antara Terdakwa dengan Rani Juliani pada saat itu adalah hanya mengenai penawaran untuk kembali menjadi member Golf di tempat Rani bekerja dan tidak membicarakan hal lain (sebagaimana terdengar dalam rekaman yang diperdengarkan di persidangan tanggal 15 Desember 2009, yang kami tidak akui sebagai barang bukti, hanya terdengar suara bujukan Rani Juliani kepada Terdakwa). Bahwa pada saat itu Terdakwa menolak karena kecewa dengan pelayanan dari Modernland Golf, pembicaraan tersebut hanya berkisar antara 15-20 menit, kemudian beberapa saat kemudian Terdakwa mendapat SMS dari Nasrudin Zulkarnaen dan Terdakwa langsung meminta Nasrudin Zulkarnaen naik ke atas kamar 803. Karena akan ada tamu lagi yang akan masuk, maka Terdakwa menyudahi pertemuan dengan Rani Juliani.
Bahwa jika benar menurut JPU terjadi pelecehan seksual pada saat Rani Juliani berada dalam kamar 803 berdasarkan rekaman ( yang bukan barang bukti) yang diperdengarkan oleh JPU di persidangan, maka menjadi hal yang aneh dan menjadi tidak “nyambung” antara hasil rekaman dengan dakwaan dan tuntutan JPU. Bahwa JPU, Penasihat Hukum, Majelis hakim, pengunjung sidang, bahkan semua rakyat Indonesia yang mendengarkan secara langsung, baik di persidangan maupun melalui media elektronik secara jelas nyata bahwa tidak ada satu kata atau satu kalimatpun yang dapat membuktikan adanya perbuatan asusila/pelecehan seksual terhadap Rani Juliani. Dan kalaupun benar ada peristiwa pelecehan tersebut mengapa Rani Juliani tidak merekam peristiwa tersebut, sehingga apa yang mau dicoba oleh JPU menjadi motivasi dapat terbukti. Tetapi faktanya tidak ada rekaman pelecehan seksual karena memang tidak pernah terjadi.
Bahwa rekaman pembicaraan di kamar 803 yang dijadikan dasar dakwaan dan tuntutan JPU merupakan sebuah fakta kejanggalan yang sangat jelas diperlihatkan oleh JPU. Fakta hukum bahwa korban Nasrudin Zulkarnaen pernah menyuruh melakukan perekaman pembicaraan antara Rani Juliani dengan Terdakwa. Fakta ini berdasarkan keterangan: Saksi Rani Juliani mengatakan bahwa ia ketika dalam taxi menuju hotel grand Mahakam, saksi diminta untuk meng “on” kan hpnya dan jangan dimatikan. Bahwa ketika dalam kamar hotel, saksi sudah duduk di sofa, , kemudian ada telepon masuk, dan saksi angkat, dan korban mengatakan jangan dimatikan handphone. Bahwa menurut saksi, korban mengatakan kalau nanti saya telepon, kamu bilang di rumah teman dan hp jangan dimatikan, taruh di tas. Bahwa kalimat, “bilang di rumah
teman” adalah kode dari korban, dan saksi tidak menanyakan lebih lanjut karena itu perintah dari korban. Saksi ahli IT, Ruby Zukri Alamsyah mengatakan: Bahwa ia menemukan rekaman suara Rani dengan Antasari yang direkam oleh Nasrudin Zulkarnaen ketika menelpon Rani yang sedang bersama Antasari, dalam memory card Hand Phone Nasrudin yang berdurasi 18 menit. Bahwa Ahli menjelaskan proses rekaman suara Rani-Antasari pada memory card hp Nasrudin yaitu Nasrudin sebelum menelpon Rani menekan ‘rec’ pada Hpnya (Nokia N 65) kemudian kedua hp berfungsi menjadi microphone sehingga selama Nasrudin menelpon Rani semua pembicaraan bisa terekam masuk. Bahwa Ahli menjelaskan telah ada niat sejak ada perintah Nasrudin kepada Rani untuk ‘jangan dimatiin’. Bahwa dalam rekaman tersebut terdapat pembicaraan antara orang lain (seseorang yang tidak diketahui yang kita sebutkan dengan istilah Mr. X) dengan Nasrudin yang menyampaikan Rani sudah masuk ke kamar 803. Artinya pada waktu korban dengan saksi Rani Juliani merencanakan dan melaksanakan pertemuan di Hotel Grand Mahakam, korban berhubungan dan melaporkan kepada Mr. X bahwa Rani Juliani sudah masuk di kamar 803. Bahwa adanya bukti komunikasi Nasrudin Zulkarnaen dengan orang lain (Mr. X) dalam rekaman itu tidak ditindaklanjuti oleh penyidik siapa Mr. X tersebut, ini hal yang sangat kita sesali. Bahwa penjelasan ini hanya untuk mengcounter pendapat JPU yang menggunakan isi rekaman, bukan berarti kami menerima rekaman itu sebagai barang bukti apalagi alat bukti.
Bahwa setelah Nasrudin Zulkarnaen masuk dan melihat adanya Rani Juliani di dalam kamar dan mengatakan “kenapa bapak dengan Istri saya?” , Terdakwapun kaget karena tidak mengetahui jika Rani Juliani dan Nasrudin Zulkarnaen adalah suami Istri. Bahwa kemudian Nasrudin Zulkarnaen berjalan ke arah bagian belakang dan diikuti oleh Terdakwa (hal ini berdasarkan keterangan Rani Juliani dan Terdakwa di persidangan), pada saat itu Nasrudin Zulkarnaen mengeluhkan tentang ibunya yang sakit, dan Terdakwa merasa prihatin dan memberikan bantuan sejumlah uang, pada saat itu pembicaraan berkembang ketika Nasrudin Zulkarnaen mengatakan jika selama ini ia dibantu juga oleh Tanri Abeng, dan Terdakwa pun mengenal Tanri Abeng, dan Terdakwa sempat berbicara dengan Tanri Abeng melalui handpone ketika dihubungi oleh Nasrudin Zulkarnaen.
Bahwa setelah itu Terdakwa menanyakan informasi korupsi yang akan disampaikan oleh Nasrudin Zulkarnaen. Bahwa setelah pertemuan selesai, Nasrudin dan Rani Juliani pamit untuk pulang dan Terdakwa bersiap-siap menemui tamu guru agamanya.
Bahwa terbukti dalam persidangan ini: kedatangan korban dengan saksi rani Juliani bersama-sama ke hotel Grand Mahakam, korban menunggu di lobby dan menyuruh saksi Rani Juliani naik ke kamar 803 dengan pesan agar Hp di on kan dan jangan dimatikan, nanti kalau korban menelepon bilang lagi di rumah teman, kemudian korban menyusul naik menemui saksi Rani Juliani dan Terdakwa, kemudian melakukan penamparan pada saksi Rani Juliani dengan mengatakan kepada Terdakwa, “ngapain Bapak dengan istri saya”; Ini semua membuktikan bahwa kedua orang ini mempunyai rencana tertentu untuk menjebak Terdakwa, yang namun tidak berhasil karena semuanya tidak logis. Dan yang sangat menyedihkan karena, jebakan-jebakan yang tidak logis dan tidak terbukti ini, masih juga digunakan oleh JPU untuk mendasari surat dakwaan dan surat tuntutannya. Bukankah justru hal ini yang dapat menyesatkan masyarakat di luar sana. Kami yakin persidangan yang dipimpin oleh Majelis Hakim yang bijaksana tidak akan tersesat dengan penyesatan yang coba dilakukan oleh JPU.
Bahwa sekitar satu minggu kemudian Nasrudin mengirim SMS kepada Terdakwa yang isinya “Bapak telah melakukan pelecehan terhadap Istri saya”, setelah itu Nasrudin meminta bertemu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bahwa selanjutnya Terdakwa mempersilahkan bertemu dengannya di kantor untuk mengklarifikasi masalah tersebut.
Dalam pertemuan tersebut Terdakwa menyampaikan agar korban berhati-hati jangan sampai terprovokasi pada hal-hal seperti itu, dan korban menjawab “untung pak, kita clear-kan kalau tidak saya mau lapor ke DPR dan Media karena tidak ada kejelasan. Sekarang sudah jelas bagi saya”.
Bahwa setelah pertemuan tersebut selanjutnya hubungan antara Terdakwa dengan korban baik-baik saja dan tidak ada permasalahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan keterangan saksi-saksi dipersidangan antara lain:
Saksi Lucida Ida Altarini, bekerja di kantor KPK sebagai sekretaris Terdakwa, menjelaskan di persidangan bahwa korban Nasrudin Zulkarnaen pernah berkunjung ke kantor KPK dan bertemu dengan Terdakwa sebanyak 5 (lima) kali dan wajahnya korban pada saat datang dan pulang biasa-biasa saja. Saksi Sri Martuti, istri korban mengatakan bahwa Saksi mengetahui almarhum kenal dengan pak Antasari Azhar, setelah almarhum cerita tentang pak Antasari Azhar sebelum tanggal 9 Maret yang beliau menceritakan akan mendapatkan proyek yang sudah dikonsultasikan dengan Antasari Azhar proyek tersebut tidak bermasalah. Saksi Fajar Hari Kuncoro, ajudan Terdakwa, mengatakan pernah melihat korban datang ke kantor KPK sebanyak 2 (dua) kali dan setiap meninggalkan kantor KPK wajahnya biasa-biasa saja. Saksi Chairul Anwar, mengatakan pak Antasari Azhar dan Nasrudin masih mempunyai hubungan baik melalui telpon. Keterangan Terdakwa bahwa terdakwa bertemu langsung dengan Nasrudin sebanyak 6 kali, 1 kali di Mahakam, 5 kali di kantor, yaitu Pertemuan pertama dengan Nasrudin dikantor yaitu ketika Nasrudin datang membawa map berisi SK menteri BUMN, dimana dikatakan bahwa Dia (Nasrudin Zulkarnaen) mendapatkan SK tetapi tidak dilantik, yang lainnya dilantik. Pertemuan yang kedua terdakwa dengan Nasrudin, ketika dia datang pada menawarkan asuransi dan menyampaikan informasi tentang korupsi di RNI. Pertemuan ketiga terdakwa dengan Nasrudin hanya untuk mengkonfirmasi sejauh mana penanganan RNI. Pertemuan keempat terdakwa dengan Nasrudin tentang masalah KPK itu juga. Pertemuan kelima terdakwa dengan Nasrudin pada akhir 2008, dia datang untuk mengecek dan membawa proposal tentang PT Ranggolawe, minta rekomendasikan ke PT Antam, permintaan tersebut oleh Terdakwa di tolak karena KPK tidak boleh melakukan itu. Pertemuan yang sekian kali banyaknya membuktikan setelah pertemuan klarifikasi, tidak ada lagi masalah antara Terdakwa dan korban.
Bahwa benar pada suatu waktu Terdakwa pernah menolak Nasrudin Zulkarnaen untuk bertemu karena belum ada janji sebelumnya, selain itu lebih dikarenakan Terdakwa sedang sibuk dan ada banyak rapat bersama tamu lainnya, mengingat kedudukan Terdakwa selaku pejabat Negara.
Bahwa penolakan untuk bertemu inilah yang diputar balikan oleh JPU dalam dakwaan dan tuntutannya secara terang-terangan, seolah-olah Terdakwa berusaha menghindar karena masih adanya adanya permasalahan dengan korban, padahal semua di persidangan ini mengetahui/menyaksikan bahwa tidak ada lagi permasalahan itu.
Bahwa setelah Terdakwa belum bisa menerima korban, hubungan diantara mereka tetap baik, hal ini dibuktikan dengan adanya permohonan dari korban agar keponakannya dapat dibantu masuk di KPK. Sampai dengan itu tidak ada lagi permasalahan yang spesifik antara Terdakwa dan korban.
Tentang adanya Teror dan Pertemuan di Rumah SHW
Bahwa yang menjadi dasar dakwaan dan tuntutan JPU dalam surat tuntutannya terhadap Terdakwa adalah Terdakwa merasa resah dan gelisah dengan adanya teror dari korban sehingga Terdakwa selanjutnya menghubungi Sigid Haryo Wibisono untuk membantu menyelesaikan teror tersebut. Bahwa apa yang dikemukakan oleh JPU tersebut adalah kesimpulan yang menyesatkan, mengada-ada dan memanipulasi fakta-fakta persidangan.
Bahwa Yang menjadi permasalahan adalah Teror dari orang tidak dikenal yang menelpon Istri Terdakwa sewaktu di Bali. Teror tersebut sudah dianggap hal yang biasa oleh Terdakwa karena semenjak Terdakwa menjabat sebagai Jaksa sudah sering mendapatkan teror seperti itu.
Bahwa Terdakwa sempat terpikir bahwa teror tersebut dilakukan oleh korban, tetapi setelah mengetahui dan menyimak isi teror tersebut, dan melihat hubungan Terdakwa dengan korban masih berjalan dengan baik, maka Terdakwa meyakini bahwa yang melakukan teror telepon tersebut bukanlah korban, dan mencurigai adanya pihak lain yang melakukan teror terhadap dirinya dan keluarganya.
Bahwa seiring dengan berjalannya waktu, ketika Terdakwa bertemu dengan Kapolri untuk membicarakan Rakor KPK, Polri, Kejagung, untuk bulan Januari, dimana sudah diputuskan pada bulan sebelumnya tuan rumah adalah Polri, pembicaraan dalam rangka reformasi Polri, setelah itu membicarakan masalah pribadi mengenai suka duka Terdakwa sebagai ketua KPK, pada saat itu Kapolri menanyakan kepada Terdakwa suka dan duka menjadi Ketua KPK. Selanjutnya Terdakwa menceritakan bagian dukanya ketika menjabat ketua KPK dan juga ketika masih menjadi jaksa, yaitu mulai dari, nama Terdakwa yang dicoret-coret, sering mendapat SMS-SMS yang tidak jelas, termasuk terakhir ada kesalahpahaman antara Terdakwa dengan seseorang disebuah hotel, serta masalah teror di Bali ketika berlibur bersama keluarga. Bahwa atas pembicaraan tersebut, bapak kapolri mengatakan hal tersebut tidak boleh dibiarkan dan selaku pejabat Negara harus dilindungi dari ancaman.
Bahwa Setelah dua minggu pertemuan dengan Kapolri, Sigid Haryo Wibisono menelpon Terdakwa agar berkunjung ke rumahnya dan mengatakan bahwa Kapolri sudah membentuk Tim untuk membantu Terdakwa dalam mengatasi telepon teror yang dialami Terdakwa. (Bahwa pada saat itu Terdakwa merasa heran dan terkejut , darimana Sigid mengetahui bahwa Terdakwa pernah bercerita dengan Kapolri tentang masalah telepon teror tersebut). Bahwa setelah Terdakwa bertemu dengan Tim di rumah Sigid, Terdakwa memberikan apresiasi karena Kapolri menanggapi ceritanya, kemudian Terdakwa menelpon Kapolri dan mengucapkan terimakasih atas adanya Tim yang dibentuk oleh Kapolri. Fakta hukum bahwa telah ada dibentuk Tim oleh Kapolri yang dipimpin oleh Kombes Chairul Anwar untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaku teror dan pengancaman Ketua KPK, berdasarkan keterangan: Saksi Sigid Haryo Wibisono mengatakan bahwa ada satu Tim yang dipimpin Kombes Chairul Anwar, Kapolres Jaksel untuk melakukan penyelidikan terhadap teror yang dialami pak Antasari Azhar sebelum bertemu dengan Williardi Saksi Chairul Anwar mengatakan, Bahwa saksi mendapatkan perintah dari pak Kapolri secara lisan untuk melakukan penyelidikan terhadap teror yang didapat pak Antasari Azhar, kemudian saksi membuat surat perintah penyidikan, dan saksi membentuk Tim khusus dimana saksi sendiri menjadi ketua Tim. Saksi Helmi Santika mengatakan bahwa tugas saksi adalah melakukan profiling terhadap seseorang yang telah diduga melakukan teror terhadap ketua KPK Antasari Azhar. Bahwa saksi diminta pak Chairul Anwar untuk membantunya . Saksi M. Pinora mengatakan, bahwa saksi mendapat telepon dari Kabaintelkam Polri agar saksi membantu pak Cahirul Anwar untuk melaksanakan tugas khusus dari bapak Kapolri setelah itu saksi menghubungi pak Chairul Anwar kemudian beliau menjelaskan pada saksi bahwa ada orang yang melakukan teror kepada ketua KPK.
Saksi M. Joni mengatakan, bahwa penugasan saksi masuk salah satu Tim sebagai penyidik ada Surat perintah dari pimpinan. Bahwa tugas saksi mengumpulkan data-data yang meneror ketua KPK . Saksi Williardi Wizard mengatakan, bahwa Sigid pernah menyampaikan ada tugas untuk menyelidiki seseorang dari Kapolri dan sudah dibentuk Tim yang dipimpin oleh kombes Chairul Anwar, Kapolres Jakarta Selatan. Bahwa Saksi juga pernah menghubungi Kombes Arif, sekretaris pribadi Kapolri untuk menayakan masalah kasus pak Antasari Azhar ini benar atau tidaknya, lalu beliau mengatakan memang ada jadi mohon dibantu.
Bahwa selanjutnya dalam pertemuan tersebut Terdakwa menceritakan kepada Chairul Anwar tentang semua kejadian yang janggal yang dialaminya termasuk teror telepon ketika Terdakwa berada di Bali bersama keluarga serta kejadian-kejadian yang aneh, termasuk kejadian di Hotel Grand Mahakam. Bahwa pada saat itu jugalah awal terjadinya penyelidikan terhadap korban, karena ingin diketahui apakah ada kaitannya korban dan Rani Juliani dengan teror telepon di Bali.
Bahwa ketika penyelidikan Tim berjalan, Terdakwa tidak lagi mengikuti secara detail perkembangan penyelidikan Tim tersebut. Bahwa Terdakwa tidak pernah meminta informasi apapun dari Tim tersebut, baik data korban maupun aktifitas Tim, bahwa yang aktif meminta keterangan dan informasi kepada Tim yang dipimpin Chaerul Anwar adalah Sigid Haryo Wibisono.
Fakta hukum bahwa Sigid Haryo Wibisono mempunyai peran yang sangat aktif dalam permasalahan penyelidikan yang dilakukan tim yang dibentuk oleh Kapolri, yaitu SHW mengikuti pertemuan di hotel Manhattan dengan Tim yang dipimpin oleh Chaerul Anwar, menerima laporan hasil kerja dari Tim Chaerul Anwar, memberikan data korban Nasrudin Zulkarnaen. Fakta ini berdasarkan keterangan: Saksi Chaerul Anwar mengatakan, telah dihubungi oleh Sigid Haryo Wibisono untuk datang kerumahnya membahas permasalahan yang dihadapi oleh Terdakwa Antasari Azhar. Bahwa laporan tidak ada yang diberikan kepada pak Antasari karena yang selalu minta laporan adalah pak Sigid, karena dia mengaku sebagai keluarga Terdakwa dan penyerahan laporan itu dirumah saudara Sigid di jalan Pati unus. Bahwa yang aktif untuk meminta laporan dan komunikasi dengan saksi adalah pak Sigid dan beliaulah yang mengatur semua setiap pertemuan-pertemuan dirumahnya. Bahwa Sigid yang minta photo, data, kegiatan hasil penyidikan kepada tim untuk di email kepadanya, dan Sigid juga meminta agar data diantar langsung ke rumahnya yang diantarkan oleh M. Joni.
Saksi Helmi Santika mengatakan bahwa yang aktif berbicara pada Antasari Azhar ketika bertemu di jalan Patiunus adalah pak Sigid. Bahwa pertemuan pertama kali dengan Sigid adalah di Coffe Shop hotel Manhatan, Jakarta Selatan, pada saat itu membicarakan masalah penyelidikan terhadap si peneror pak Antasari Azhar, kemudian setelah kita ngobrol-ngobrol baru pak Sigid datang yang menceritakan masalah yang sedang dialami pak Antasari Azhar. Saksi H.JA Pinora mengatakan Bahwa ia bertugas dalam Tim Chaerul Anwar sebagai administrasi, mengumpulkan hasil data lapangan yang berupa photo Nasrudin dan Rani Juliani, alamat rumah dan identitas peneror. Bahwa hasil photo yang didapat dari Helmi Santika lalu dikirim dari email:
[email protected] kepada pak Sigid melalui email:
[email protected]. atas perintah dari pak Chairul Anwar. Bahwa Saksi pernah bertemu dengan pak Sigid sebanyak dua kali bersama semua Tim, yang pertama bertemu di hotel Manhattan dan yang kedua bertemu dirumah Sigid di jalan Patiunus juga bersama terdakwa. Saksi M. Joni mengatakan Bahwa pertemuan di Manhattan seluruh Tim hadir, yang dibicarakan masalah pak Antasari Azhar yang diteror Nasrudin Zulkarnaen untuk dilakukan penyelidikan, dan masalah strategi, dan pada saat itu itu Sigid datang belakangan. Bahwa pada saat membicarakan strategi dalam masalah peneror pak Antasari Azhar, keberadaan Sigid tidak mengganggu Tim karena pak Sigid mengaku sebagai saudara dari pak Antasari Azhar. Saksi Setyo Wahyudi mengatakan Bahwa ia pernah diminta membuka email dilaptop pak Sigid yang berisikan photo seorang laki-laki dan perempuan yang tidak ada namanya dan juga peta alamat rumah. Bahwa photo tersebut atas perintah pak Sigid ditambahkan nama, alamat, dan tempat tanggal lahir, dimasing-masing photo Nazrudin dan Rani yang didapat dari BB pak Sigid. Saksi Suhardi Alius mengatakan bahwa Tim pengamanan dari Kapolri untuk Pak Antasari Azhar atas rekomendasi dari pak Sigid. Bahwa sigid juga pernah meminta pengamanan atas nama pak Antasari Azhar untuk melakukan pengamanan terhadap putri pak Antasari Azhar di Magelang dalam rangka kuliah praktek karena beliau merasa cemas terhadap anaknya dan pengamanan kami lakukan secara tertutup
Bahwa Terdakwa sudah merasa nyaman dengan adanya Tim yang dibentuk oleh Kapolri yang melakukan penyelidikan terhadap adanya teror kepada Terdakwa dan istri terdakwa. Bahwa dari semua anggota Tim yang dijadikan saksi menjelaskan bahwa dari sikap Terdakwa tidak pernah menunjukkan ketakutan atau kebencian terhadap Nasrudin. Bahwa Terdakwa hanya bertemu tiga kali, dan pernah ada pertemuan antara Tim dengan Sigid di hotel Manhattan yang tidak diketahui oleh Terdakwa (berdasarkan keterangan anggota Tim). Bahwa Setelah Tim selesai bertugas, didapatkan informasi bahwa tidak ada kaitan antara Nasrudin dan Rani dengan teror di Bali. Setelah itu Terdakwa tidak pernah mendapatkan terror lagi sehingga Terdakwa merasa puas dengan hasil kerja Tim
tersebut dan sama sekali tidak menunjukan kekecewaannya (sesuai dengan keterangan saksi Chairul Anwar). Bahwa pada saat itu Terdakwa tidak merasa perlu membuat laporan secara resmi sebagaimana di sarankan oleh Chairul Anwar, karena Terdakwa merasa belum perlu dan secara fisik belum ada teror yang berarti. Bahwa berdasarkan fakta tersebut diatas, maka pendapat Jaksa dalam dakwaan dan tuntutannya yang mengatakan bahwa Terdakwa tidak puas terhadap hasil kerja Tim yang dipimpin oleh Chaerul Anwar adalah sangat menyesatkan, tidak sesuai fakta dan dimanipulasi agar mendukung dakwaan dan tuntutannya.
Bahwa melalui staff di KPK yaitu Budi Ibrahim dan Ina Susanti, Terdakwa meminta untuk melakukan deteksi terhadap beberapa nomor yang Terdakwa curigai termasuk nomor Nasrudin dan Rani untuk melihat apakah ada hubungannya dengan teror di Bali. Bahwa hasil pendeteksian yang dilakukan oleh staff KPK tersebut adalah ‘tidak bunyi’, yang artinya dari alur komunikasi Nasrudin dan Rani tidak ada hubungannya dengan teror di Bali, sehingga oleh karenanya berdasarkan fakta ini, Terdakwa meyakini tidak ada teror telepon dari korban, oleh karena itu Terdakwa meyakini ada pihak ketiga yang memanfaatkan situasi tersebut untuk meneror dan menjatuhkannya, terbukti setelah meninggalnya korban, Terdakwa masih mendapatkan teror dan ancaman.
Hubungan Terdakwa dengan Williardi Wizard
Bahwa JPU dalam tuntutannya mengemukakan bahwa : “dikarenakan Terdakwa tidak puas dengan hasil kerja Tim Chaerul Anwar, selanjutnya Terdakwa mendesak Sigid Haryo Wibisono untuk membantu mencari orang yang dapat menghentikan teror tersebut”. Bahwa kesimpulan JPU ini adalah keliru dan sangat menyesatkan, karena fakta sebenarnya berdasarkan keterangan saksi-saksi di pengadilan adalah sebagai berikut: Bahwa pada saat Terdakwa sedang berkunjung di rumah Sigid Haryo Wibisono, tiba-tiba Sigid Haryo Wibisono mengatakan bermaksud akan memperkenalkan seseorang, dan oleh Terdakwa menanyakan siapa dan maksudnya apa. Bahwa dikarenakan Williardi Wizard sudah berada di rumah Sigid Haryo Wibisono, maka Terdakwa pun dipertemukan, kemudian berbicara sebentar dan bercerita tentang pengalaman kerja dan ternyata Terdakwa bersama Williardi Wizard sama-sama pernah bertugas di Jakarta Selatan. Bahwa pertemuan itu berlangsung sekitar 10 menit, setelah itu Williardi Wizard pamit pulang meninggalkan rumah Sigid Haryo Wibisono. Keterangan Terdakwa yang sesuai dengan keterangan saksi Williardi Wizard di pengadilan yang mengatakan Bahwa ia mengenal Terdakwa karena dikenalkan oleh
saudara Sigid Haryo Wibisono, yang sebelumnya Saksi pada bulan Januari 2009 dihubungi oleh Agus, staff pak Sigid, dan beliau meminta saksi untuk datang ke Kerinci kantornya pak Sigid karena beliau ingin mengenalkan saksi dengan Terdakwa.
Bahwa selanjutnya dalam tuntutan JPU juga mengemukakan bahwa : “pertemuan tersebut berkaitan dengan teror dan perencanaan tentang pembunuhan, yang dilakukan oleh Terdakwa bersama dengan Sigid Haryo Wibisono dan Williardi Wizard. Bahwa dalam tuntutan JPU, pada halaman 143 dan 144, menyatakan bahwa : “Pada pertemuan terdakwa Terdakwa Antasari Azhar, Sigit Haryo Wibisono dan Williardi Wizard telah timbul kesepakatan menghabisi nyawa Alm. Nasrudin Zulkarnaen dengan menggunakan tenaga orang lain. Pada pertemuan tersebut Terdakwa dan Sigit Haryo Wibisono memberikan amplop coklat kepada Williardi Wizard yang berisi foto Alm. Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani dan foto kendaraan, alamat rumah dan kantor Alm Nasrudin Zulkarnaen yang sebelumnya diperoleh dari Tim yang dibentuk oleh Kapolri. Untuk biaya operasional menghilangkan nyawa Alm Nasrudin Zulkanaen telah disepakati antara Terdakwa Antasari Azhar, Sigit Haryo Wibisono dan Williardi Wizard sebanyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang akan disediakan oleh Sigit Haryo Wibisono dan akan diserahkan kepada Williardi Wizard untuk mencari orang yang akan melaksanakan tugas tersebut”.
Bahwa apa yang dikemukakan JPU tersebut tidak benar, karena tidak ada hubungannya dan tidak berkesesuaian dengan fakta yang terungkap di persidangan. Apa yang dikemukakannya tersebut semata-mata diambilnya dari BAP-BAP yang telah dicabut, baik oleh saksi SHW, saksi WW, juga Terdakwa menyangkalnya. Padahal Ketua Majelis Hakim sudah menjelaskan berulang kali bahwa keterangan yang benar dan menjadi alat bukti adalah keterangan yang disampaikan dan diperoleh di muka persidangan. Terbukti disini JPU melawan undang-undang serta penetapan Majelis Hakim di atas, secara terang-terangan karena masih menggunakan BAP-BAP, padahal BAP-BAP tersebut sudah dicabut.
Bahwa dalam pertemuan bertiga di rumah Sigid Haryo Wibisono, Terdakwa tidak pernah melakukan perbuatan untuk menganjurkan atau mencelakai atau menyuruh melakukan pembunuhan terhadap korban Nasrudin Zulkarnaen. Fakta ini berdasarkan keterangan:
Saksi Sigid Haryo Wibisono, mengatakan Bahwa tidak pernah ada perintah dari Terdakwa untuk membunuh Nasrudin Zulkarnaen , ataupun rencana untuk mencari orang untuk membunuh Nasrudin Zulkarnaen. Saksi Williardi Wizard, mengatakan pada saat dikenalkan ke pak Antasari Azhar, hanya ngobrol biasa saja selama kurang lebih 10 menit, obrolan pada saat itu hanya seputar masalah pengalaman tugas. Saksi Setyo Wahyudi, mengatakan bahwa ia tidak pernah mendengar pak Sigid dan pak Antasari Azhar membicarakan rencana akan membunuh Nasrudin Zulkarnaen Keterangan Terdakwa Antasari Azhar, mengatakan pada saat pertemuan bertiga dengan Sigid dan Williardi di rumah Sigid, dalam suasana santai, dan tidak ada pembicaraan masalah kasus, karena sudah selesai dengan Tim Chairul Anwar. Bahwa pada saat pertemuan di rumah Sigid Haryo Wibisono tidak ada penyerahan amplop coklat yang berisi data dan foto korban Nasrudin Zulkarnaen kepada Williardi.
Bahwa pada saat pertemuan dengan Tim Chaerul Anwar pun juga tidak ada perintah, arahan ataupun permintaan dari Terdakwa untuk membunuh ataupun mencelakai Nasrudin Zulkarnaen. Fakta ini berdasarkan keterangan: Saksi Chairul Anwar, mengatakan selama pertemuan dengan Terdakwa dan Sigid tidak ada pembicaraan Antasari Azhar masalah penabrakan mobil dan perampokan terhadap pak Nasrudin Zulkarnaen, atau hal-hal yang melanggar hokum lainnya. Saksi Helmi Santika, mengatakan sewaktu bertemu pak Antasari Azhar dirumah pak Sigid tidak ada perintah apa-apa dari beliau (Antasari Azhar), bahkan tidak pernah ikut campur dalam kerja tim. Saksi M Pinora, mengatakan bahwa tidak ada perintah dari pak Antasari Azhar untuk melakukan penabrakan terhadap mobil Nasrudin. Pak Antasari tidak pernah terlibat ikut Tim.
Bahwa Terdakwa tidak pernah memberikan atau mengetahui adanya uang 500 juta rupiah yang diberikan oleh Sigid kepada Williardi. Bahwa fakta sebenarnya uang tersebut adalah uang pribadi dan atas inisiatif dari Sigid Haryo Wibisono sendiri. Fakta ini berdasarkan keterangan: Saksi Setyo Wahyudi, mengatakan bahwa saksi pernah memberikan uang Rp 500 juta kepada pak Williardi. Bahwa penyerahan uang tersebut adalah perintah pak Sigid dengan mengatakan bahwa pak Williardi meminjam uang 500 juta rupiah dan satu bulan lagi akan dikembalikan. Bahwa ada jaminan dari pak Williardi atas pinjaman uang tersebut
yang berupa cek BRI KCP BRI Menteng tertanggal 4 Maret 2009 setelah jatuh tempo cek tidak bisa dicairkan dan saksi laporkan ke pak Sigid. Bahwa pinjaman uang Rp 500 juta ke pak Williardi adalah ucapan dari pak Sigid dan pada saat itu terdakwa tidak ada. Saksi Williardi Wizard mengatakan bahwa Sigid langsung memberikan uang 500 juta rupiah kepada saksi sebagai operasional untuk menyelidiki seseorang. Bahwa uang 500 juta rupiah tersebut tidak ada perjanjian apa-apa dengan pak Sigid, semua itu hanya untuk operasional saja. Bahwa semua uang sebesar Rp 500 juta diserahkan langsung ke Eduardus Noe Ndopo.Dan Terdakwa tidak mengetahui tentang uang tersebut. Saksi Sigid Haryo Wibisono, mengatakan bahwa ia adalah sebagai penyandang dana memberikan uang kepada Williardi sebesar 500 juta rupiah. Saksi Hasan Mulachela mengatakan, bahwa ia pernah ditanyakan oleh Sigid apakah mempunyai uang dikas sejumlah 500 juta rupiah dan saksi Hasan mengatakan tidak punya. Bahwa Sigid pernah menyampaikan jika uang 500 juta tersebut dipinjam oleh Williardi Keterangan Terdakwa Antasari Azhar mengatakan, bahwa ia tidak pernah diberitahukan oleh Sigid baik secara langsung maupun melalui telepon mengenai uang Rp 500 juta yang diberikan ke Wiliardi untuk biaya operasional Bahwa perlu menjadi catatan dalam pledoi ini, bahwa bukti cek giro senilai 500 juta rupiah tersebut telah disita oleh penyidik, tetapi tidak disertakan sebagai barang bukti dan sampai saat ini tidak diketahui keberadaan bukti cek tersebut. Bahwa Terdakwa juga tidak pernah memberikan amplop coklat kepada Williardi Wizard pada saat pertemuan di rumah Sigid Haryo Wibisono. Fakta ini berdasarkan keterangan: Saksi Williardi Wizard menyatakan, bahwa tidak ada penyerahan amplop pada saat pertemuan bertiga di rumah Sigid dengan Terdakwa. Bahwa Saksi menerima amplop coklat dari Sigid pada pertemuan pertama dan saksi tidak pernah membuka amplop tersebut. Saksi Karno menyatakan, bahwa pernah melihat Williardi dan Antasari Azhar kerumah Sigid. Bahwa pada saat pertemuan bertiga tersebut, saksi bersama Setyo Wahyudi menunggu di luar dan tidak melihat kalau Setyo Wahyudi disuruh mengambil sesuatu di mobil Antasari Azhar. Keterangan Terdakwa Antasari Azhar bahwa Terdakwa tidak pernah meminta Setyo Wahyudi mengambil amplop dalam mobilnya, pembicaraan hanya dalam ruangan. Bahwa dalam pertemuan tersebut tidak ada amplop coklat.
Keterangan saksi dan Waskito yang mengatakan tidak pernah dimintai kunci mobil pada saar di rumah Sigid Bahwa penjelasan JPU yang mengatakan bahwa amplop coklat tersebut diserahkan oleh Terdakwa kepada Williardi Wizard setelah terlebih dahulu menyuruh Setyo Wahyudi mengambil amplop coklat tersebut di mobil Terdakwa adalah sangat mengada-ada. Karena Jika benar Setyo Wahyudi telah mengambil dokumen di mobil terdakwa, maka Setyo Wahyudi pasti akan menghubungi ajudan ataupun supir Terdakwa untuk meminta dokumen atau setidak-tidaknya meminta kunci mobil kepada supir atau ajudan Terdakwa. Bahwa kesaksian Karno pun telah memperjelas bahwa ketika ia bersama Setyo Wahyudi menunggu di luar, ia tidak melihat kalau Setyo Wahyudi disuruh mengambil sesuatu di mobil Terdakwa. Jelaslah bahwa uraian JPU dalam tuntutannya adalah sangat mengada-ada dan penuh dengan manipulasi.
Bahwa ada adegan rekonstruksi yang di manipulasi oleh penyidik yaitu adegan penyerahan amplop coklat dari Terdakwa kepada Williardi. Bahwa Fakta sebenarnya adalah tidak ada penyerahan amplop coklat dari Terdakwa kepada Williardi Wizard, hal ini berdasarkan keterangan: Saksi Williardi Wizard mengatakan bahwa pada saat rekonstruksi, amplop coklat diberikan oleh Sigid kemudian penyidik minta tolong seakan-akan itu Terdakwa yang menyerahkan padahal pada kenyataannya tidak seperti itu. Keterangan Terdakwa mengatakan bahwa pada saat rekonstruksi penyidik masuk bawa amplop berdiri disamping kiri saya dan mengatakan “AA yang menyerahkan amplop” lalu saya keluar dan sewaktu masuk Sigid sudah pegang Amplop, dan Penyidik mengatakan Ini Rekonstruksi versi Sigid, nanti ada rekonstruksi versi Antasari Azhar dan Williardi Wizard. Namun selanjutnya untuk rekonstruksi untuk Terdakwa dan Williardi Wizard tidak ada sampai sekarang. Saksi M. Arif Setiawan mengatakan bahwa pada saat Rekonstruksi memang ada keberatan yang diajukan oleh pak Antasari pada saat penyerahan amplop coklat terhadap Williardi.
Bahwa semua fakta yang berkaitan dengan Amplop tersebut dibuat dan direkayasa secara sistematis seolah-olah ada kejadian seperti itu dengan cara memanipulasi fakta-fakta yang ada. Fakta lain yang terkait dengan amplop coklat tersebut adalah JPU dalam tuntutannya mengemukakan bahwa Terdakwa telah menerima amplop coklat yang dikirim oleh Setyo Wahyudi yang berisikan data dan foto Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani. Bahwa dalam keterangan saksi dipersidangan diketahui begitu seringnya pengiriman amplop coklat ke rumah Terdakwa yang dilakukan oleh beberapa orang. Fakta ini dapat dilihat pada keterangan saksi-saksi dipersidangan yaitu:
Saksi Setyo Wahyudi mengatakan bahwa ada dua kali pengiriman photo kerumah pak Antasari Azhar yang diantar oleh Alfian. Bahwa pengiriman pertama adalah berupa data, photo Nasrudin dan Rani yang mengantar pak Alfian dan yang kedua data yang diterima dari pak M.Joni yang berupa photo mobil BMW, photo rumah dan yang kedua yang mengantar map coklat itu tetap masih saudara Alfian Mukramin ke rumah pak Antasari Azhar. Saksi Triyana mengatakan bahwa ia pernah mengantar surat ke rumah pak Antasari, dua atau tiga kali bentuknya amplop coklat lebar dan tebal. Bahwa saksi mengetahui alamat rumah pak Antasari diberitahukan oleh Setyo Wahyudi dan diberitahukan oleh Yudi yang menerima surat nanti adalah pak Silaban. Bahwa saksi mengantar surat starnya dari kantor Kerinci, sekitar bulan Januari atau Februari 2009. Bahwa amplop coklat yang diantar isinya sedang dan tebal . Bahwa saksi mengantar amplop yang kedua selang satu minggu dari yang pertama, perintahnya sama dari Yudi “Pak de tolong antar ke Pak Kumis”. Bahwa saksi setiap mengantar surat kerumah pak Antasari selalu sendiri menggunakan mobil Terrano dan yang menerima orangnya sama. Saksi Alfian mengatakan bahwa Bahwa saksi dua kali mengantar surat kerumah pak Antasari.. Bahwa saksi diperintakan pak Yudi untuk mengantar amplop “tolong antarkan surat kerumah pak Antasari nanti sudah ada yang menunggu disana”. Bahwa saksi hanya dua kali mengantar surat dan selalu berangkat sendiri. Bahwa saksi yang menerima awalnya tidak tahu tetapi setelah diperlihatkan polisi baru mengetahui namanya Pak Silaban Bahwa melihat keterangan dari para saksi tersebut, membuktikan bahwa pengiriman amplop ke rumah Terdakwa tersebut sengaja dimunculkan agar bersesuaian dengan keterangan sebelumnya bahwa Terdakwalah yang memberikan amplop coklat tersebut kepada Williardi Wizard yang diperolehnya dari Setyo Wahyudi melalui orang suruhan Setyo Wahyudi, dimana data ini telah diperoleh sebelumnya dari Tim Chaerul Anwar. Bahwa seandainya amplop coklat tersebut benar dikirim oleh Setyo Wahyudi melalui beberapa orang suruhannya (Saksi Alfian dan Saksi Triyana), namun orang suruhan atau saksi-saksi tersebut tidak pernah melihat dan mengetahui apa isi dalam amplop coklat tersebut. Bahwa menurut Terdakwa adalah benar Terdakwa pernah menerima amplop coklat yang dikirimkan oleh Setyo Wahyudi melalui Triyana namun amplop coklat tersebut berisikan proposal kerjasama antara KPK dengan Harian Merdeka, yang mana amplop coklat tersebut telah disita oleh penyidik namun tidak dijadikan barang bukti oleh JPU dalam persidangan.
Analisa terhadap Fakta hukum lainnya
Fakta hukum bahwa Sigid Haryo Wibisono memerintahkan melakukan perekaman pembicaraannya dengan Terdakwa tanpa sepengetahuan Terdakwa. Fakta ini berdasarkan dan bersesuain dengan keterangan saksi-saksi: Saksi Sigid Haryo Wibisono mengatakan Bahwa benar ada rekaman pembicaraan antara dirinya dan pak Antasari Azhar sewaktu mengobrol dirumahnya di jalan Patiunus Saksi Setyo Wahyudi mengatakan bahwa ia pernah memasang alat perekam suara dibawah meja dan alat rekam gambar disamping TV atas perintah pak Sigid. Bahwa saksi memasang alat perekam karena dapat perintah pak Sigid beliau mengatakan “pak kumis mau datang tolong pasang alat rekam”. Bahwa saksi belum pernah membuka atau mendengar hasil rekaman percakapan antara pak Antasari Azhar dan pak Sigid. Saksi Karno mengatakan bahwa ia pernah diminta pak Setyo Wahyudi untuk memasang alat perekam satu kali. Bahwa saksi tidak mengetahui memasang alat perekam yang bergambar atau yang suara. Bahwa saksi hanya diperintahkan pak Yudi menyalakan alat perekam yang disamping kanan TV. Bahwa alat rekam diaktifkan saat pertemuan pak Antasari dengan Sigid. Bahwa saksi tidak pernah mendengar hasil rekaman percakapan pak Antasari Azhar dan Sigid. Saksi ahli IT Ruby Zukri Alamsyah, mengatakan bahwa ia pernah melakukan analisa yang berkaitan dengan kasus Nasrudin. Bahwa Ahli menyebutkan benda yang dianalisa ada 16 item yang berupa HP (handphone), Voice Recorder, Hand Camera (pocket camera), Memory card HP, dan Spy Camera. Bahwa Ahli menjelaskan alat digital yang hasilnya berisi file di creative muvo di connect dengan USB ke komputer, ada directory baru di komputer, kemudian dilakukan kloning, pada saat meng-connect tidak ada apapun yang akan merubah data . Bahwa Ahli menemukan rekaman berdurasi 1,5 jam dan pembicaraan baru dimulai pada menit ke 37 yang isinya tidak terdegar jelas. Bahwa ahli setelah mendapatkan hasil rekaman kemudian membuat transkrip dan membuat laporan digital forensic Fakta hukum bahwa bukti sms pada bulan Pebruari 2009 yang berisikan: “ Maaf Mas, permasalahan ini hanya kita yang tahu, kalau sampai ter blow-up tahu sendiri akibatnya”. Para saksi hanya melihat tulisan nama pengirimnya Antasari Azhar tapi tidak melihat nomor handpone pengirim. Fakta ini berdasarkan dan bersesuain dengan keterangan saksi-saki: Saksi Rani Juliani mengatakan bahwa setelah pulang dari Kendari ia pernah diperlihatkan oleh korban Nasrudin Zulkarnaen sms yang isinya urang lebih ‘Mas, masalah ini hanya kita yang tahu, kalau sampai ter-blow up, tahu sendiri konsekuensinya.’ Dan saksi membaca di atasnya itu pengirimnya Antasari KPK. Saksi Jeffry Lumempouw, SH, mengatakan bahwa pengirim SMS tersebut tertera nama pak ANTASARI dari contact number, no HP tidak terlihat hanya nama saja
Saksi Etza lmelda Fitri mengatakan bahwa saksi pada saat melihat SMS yang ditunjukkan oleh almarhum hanya nama Antasari saja yang muncul tidak ada nomor. Fakta hukum bahwa tidak ditemukan adanya bukti sms pada bulan Pebruari 2009 yang berisikan “ Maaf Mas, permasalahan ini hanya kita yang tahu, kalau sampai ter blow-up tahu sendiri akibatnya.” Dan fakta bahwa isi sms handpone dapat direkayasa. Fakta ini berdasarkan dan bersesuain dengan keterangan saksi-saki: Saksi ahli IT, Ruby Zukri Alamsyah, mengatakan bahwa selama menganalisis barang bukti handphone korban tidak pernah menemukan sms yang berbunyi “ Maaf Mas, permasalahan ini hanya kita yang tahu, kalau sampai terblowup tahu sendiri akibatnya”. Bahwa ahli Ruby menyebutkan dalam memeriksa Hand Phone menemukan sms Rani ke Nasrudin, ada 2 yang telah terhapus tetapi masih bisa direcover. Bahwa Ahli mengatakan isi dari sms Rani kepada Nasrudin adalah “masalah dengan Antasari diselesaikan saja, kalau diteruskan lagi saya tidak mau”. Bahwa menurut ahli, masalah IT dapat direkayasa. Saksi ahli Dr. Agung Harsoyo, mengatakan bahwa ia tidak menemukan SMS di bulan Februari 2009. Bahwa Ahli tidak menemukan SMS yang berasal dari nomor Antasari di HP Nasrudin yang bernada Ancaman. Bahwa ID pengirim SMS dapat menggunakan identitas palsu. Sebagai salah satu contoh adalah kita dapat mengirimkan sms kepada diri sendiri harga 1.99 US$, dan berlangganan. Bahwa Ahli menjelaskan dapat terjadinya Hacking GSM dapat dilihat pada www.2sms.com. Bahwa Ahli mengatakan dengan masuk ke situs tersebut, kita dapat melakukan pengiriman sms tanpa pengetahuan si pemilik nomor tersebut. Kemungkinan pengiriman yang paling bagus adalah dengan menggunakan web server Fakta hukum bahwa BAP saksi Williardi Wizard tanggal 30 April 2009 telah dikondisikan untuk menjerat Antasari Azhar. Fakta ini berdasarkan dan bersesuaian dengan keterangan saksi-saki: Saksi Williardi Wizard mengatakan bahwa Bahwa BAP yang diakui kebenarannya hanya yang tanggal 29 April 2009 karena selain itu semua BAP nya isinya adalah kebohongan. Bahwa saksi pada BAP tanggal 30 April yang menyebut nama pak Antasari Azhar karena telah dikondisikan dan diintimidasi oleh pejabat petinggi Polri. Bahwa dalam BAP saksi tanggal 30 April 2009 tersebut munculnya nama Pak Antasari Azhar setelah didatangi oleh WAKABARESKRIM Mabes Polri HADIATMOKO, Dir reskrim Polda Metro Jaya KOMBES Pol. M. Iriawan, serta Wadir reskrim,dan kasat I dan III jatanras Polda Metro Jaya, mereka bilang ikuti saja semuanya karena sasaran kita hanya pak Antasari Azhar. Bahwa saksi pada saat pertemuan dengan Wakabareskrim dan Dir.reskrim mereka mengkondisikan BAP saksi untuk menjerat pak Antasari Azhar, dan mengiming-imingi saksi bahwa saksi tidak akan ditahan dan dan akan dijamin oleh pimpinan Polri, saksi hanya dikenakan sanksi disiplin saja, dan kepada istri saksi juga Wakabareskrim mengatakan tenang saja, suami kamu aman tidak akan ditahan. Bahwa pada saat pembuatan BAP diminta Dir.reskrim kombes pol Iriawan untuk menyamakan BAP dengan BAP punya pak Sigid Hadi Wibisono.
Saksi Novarina Williardi mengatakan bahwa Williardi mengatakan, Wakabareskrim minta bantu, kalau diperiksa penyidik bilang saja kalau ada perintah dari Antasari, sudahlah ikutin saja. Bahwa Saksi mengatakan ada perubahan BAP tanggal 29 dengan BAP tanggal 30 yaitu kata-kata ‘membunuh’. Bahwa Saksi mengatakan sesudah di BAP tanggal 30 melihat Williardi menangis dikamar mandi sambil memukul-mukul kepalanya dan mengatakan bahwa ia dikhianati dan meminta Saksi untuk menemui Direktur karena ingin merubah BAP dari awal. Bahwa Saksi mengatakan Wakabareskrim menyuruhnya untuk mengatakan pada Williardi bahwa ‘saya diperintah oleh Antasari untuk menghabisi tapi pelaksanaannya saya perintahkan orang lain’ dan Saksi mengatakan pada Wakabareskrim bahwa Wiliardi bersumpah bahwa bukan Williardi yang melakukannya. Bahwa saksi masuk kedalam ruangan bersama dengan Williardi, diruangan ada Kabareskrim, Direktur dan seorang penyidik lagi dan saksi mendengar Kabareskrim mengatakan ‘ya udah kamu ini tidak dipecat, kamu sudah seperti keluarga, yang penting kalau Antasari bebas, kamu juga bebas, saya tidak mau kalau Antasari bebas kamu yang kena hukuman berat’ lalu dijawab oleh Williardi ‘Demi Allah saya tidak pernah diperintah Antasari. Saksi AKBP Tornagogo Sihombing (Wadirkrimun Polda Metro Jaya) mengatakan bahwa saksi membenarkan pernah menemui Williardi saat jadi tersangka bersama Dir Reserse dan Kasat I dan III Jatanras hanya memberikan dukungan moril kepada beliau Saksi Jairus Saragih, SH, mengatakan bahwa saksi pada saat melakukan pemeriksaan tanggal 30 April 2009 membenarkan kedatangan pak Dir reserse M. Iriawan, Wadir, Kasat I dan Kasat III Jatanras. Saksi Komjen Pol Susno Duadji, mengatakan bahwa pada awalnya tidak mengetahui tentang team-team yang dibentuk untuk mencari motivasi kasus Antasari, karena tidak dilibatkan dalam hal ini, tetapi pada suatu saat saya mengetahui ada team itu setelah team itu tidak berhasil, itu saja.Selanjutnya saksi mengatakan ketua team pengawas penyidik pada saat itu adalah Wakabareskrim Hadiatmoko. Adapun tugas Pengawas Penyidik adalah mengawasi jalannya penyidikan, kemudian mengawasi sikap, perilaku, dan tingkah laku dari penyidik supaya tidak menyimpang dari aturan dan etika dan sebagainya. Bahwa Saksi ketika itu mengatakan pada Wiliardi ‘coba dibicarakan lagi dengan teman satu angkatanmu (Iriawan) maksudnya adalah mengenai kepentingan Wiliardi yang dihambat masalah pengacara, telpon dan besuk
Bahwa semua polemik tentang kesaksian Williardi Wizard menjadi jelas dan terang dengan hadirnya saksi Komjen Pol Susno Duadji di persidangan. Bahwa Wakabareskrim Hadiatmoko pada saat itu adalah Ketua Tim Pengawas Penyidik yang melapor dan bertanggung jawab langsung pada Kapolri, tidak kepada Kabareskrim. Bahwa benar Wakabareskrim Hadiatmoko mempunyai kepentingan-kepentingan dalam menangani perkara ini dengan cara berusaha mempengaruhi Williardi Wizard dan jalannya proses pemeriksaan. Bahwa dari kesaksian Susno Duadji juga membuktikan adanya upayaupaya untuk mempengaruhi, mengkondisikan dan mengiming-imingi Williardi Wizard
dalam proses pembuatan BAP untuk menjerat Antasari Azhar. Selain itu saksi Susno Duadji menjelaskan pada awalnya tidak mengetahui tentang team-team yang dibentuk untuk mencari motivasi kasus Antasari, karena tidak dilibatkan, tetapi saksi mengetahui ada team itu setelah team itu tidak berhasil dan Wakabareskrim dicopot. Dari kesaksian Susno Duadji tersebut membuktikan adanya upaya dipaksakannya mencari motivasi dalam kasus ini, karena sesungguhnya tidak ada motivasi dari Terdakwa.
Demikianlah uraian fakta persidangan ini yang secara jelas sudah menjawab siapa yang sebenarnya merekayasa, memanipulasi dan membuat gaduh persidangan ini.
IV. ANALISA YURIDIS
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Setelah membaca dan mempelajari secara cermat pembuktian yang dikemukakan Penuntut Umum dalam Surat Tuntutan Bab IV ANALISA YURIDIS halaman 136 s/d 160 kami menyimpulkan bahwa Penuntut Umum tidak mengetahui, tidak memahami dan tidak mengerti tentang sistem pembuktian dan azas-azas hukum pembuktian yang dianut oleh KUHAP. Sistem pembuktian dan azas-azas hukum pembuktian yang diatur secara tegas dan jelas dalam KUHAP tersebut tidak boleh dilanggar tetapi harus diterapkan dalam setiap persidangan perkara pidana di Indonesia.
Tanpa bermaksud menggurui Penuntut Umum kami akan terlebih dahulu mengemukakan tentang sistem pembuktian dan azas-azas hukum pembuktian yang dianut oleh KUHAP selanjutnya kami akan mengemukakan Pembahasan Yuridis terhadap pelanggaranpelanggaran sistem pembuktian dan azas-azas hukum pembuktian yang dilakukan Penuntut Umum.
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Penuntut Umum terhadap sistem pembuktian dan azas-azas hukum pembuktian yang dianut KUHAP tersebut merupakan masalah yang sangat serius karena menyangkut hak azasi Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., apalagi Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., dituntut terbukti bersalah dengan pidana mati.
1.
SISTEM PEMBUKTIAN YANG DIANUT KUHAP.
Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum Yth,
Sebelum mengemukakan pembahasan yuridis tentang sistem pembuktian yang dianut KUHAP kami akan mengemukakan lebih dahulu teori tentang sistem pembuktian sebagai perbandingan dalam memahami sistem pembuktian yang dianut dalam KUHAP. a. SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT KEYAKINAN (CONVICTION IN TIME).
Menurut sistem pembuktian ini untuk menentukan salah tidaknya seorang Terdakwa semata-mata ditentukan oleh penilaian “ keyakinan Hakim “ tanpa batas. Darimana Hakim menerima dan menyimpulkan keyakinannya tidak menjadi masalah dalam sistem ini. Faktor “ keyakinan Hakim “ leluasa tanpa batas.
Sistem pembuktian ini mengandung kelemahan.
Hakim dapat saja menjatuhkan hukuman kepada seorang Terdakwa semata-mata atas dasar “ keyakinan Hakim “ saja tanpa didukung alat bukti yang sah dan cukup.
Sebaliknya Hakim leluasa menjatuhkan menjatuhkan Putusan Bebas walaupun kesalahan Terdakwa telah terbukti dengan alat bukti cukup.
Keyakinan Hakim yang “ dominan “ menentukan salah tidaknya Terdakwa.
b. SISTEM PEMBUKTIAN DENGAN ALASAN LOGIS (CONVICTION RAISONCE).
Menurut sistem pembuktian ini untuk menentukan salah tidaknya seorang Terdakwa tetap menggunakan “ keyakinan Hakim “. Tetapi factor “ keyakinan Hakim “ dibatasi. “ Keyakinan Hakim “ harus didukung dengan alasan-alasan yang jelas. Hakim wajib menguraikan dan menjelaskan alasan-alasan apa yang mendasari keyakinannya atas kesalahan Terdakwa.
“ Keyakinan Hakim “ dalam sistem pembuktian Conviction Raisonce harus dilandasi reasoning atau alasan-alasan dan reasoning ini harus “ reasonable “ yakni berdasarkan alasan yang logis, objektif dan dapat diterima.
c. SISTEM PEMBUKTIAN SECARA POSITIF (POSITIEF WETTELIJK STELSEL).
Menurut sistem pembuktian ini untuk menentukan salah tidaknya seorang Terdakwa hanya didasarkan pada alat bukti yang sah. Jika telah dipenuhi syarat dan ketentuan pembuktian menurut Undang-Undang maka sudah dapat menentukan kesalahan Terdakwa tanpa mempersoalkan “ keyakinan Hakim “.
Sistem ini berpedoman pada prinsip pembuktian dengan alat bukti yang ditentukan Undang-Undang. Faktor “ keyakinan Hakim” dikesampingkan.
d. SISTEM PEMBUKTIAN SECARA NEGATIF (NEGATIEF WETTELIJK STELSEL).
Sistem ini menggabungkan sistem pembuktian Conviction intime (Sistem Pembuktian Menurut Keyakinan) dan Posistif Wettelijk Stelsel (Sistem Pembuktian Secara Positif) menjadi Negatief Wettelijk Stelsel (Sistem Pembuktian Secara Negatif).
Menurut sistem ini salah tidaknya seorang Terdakwa tidak cukup hanya berdasarkan “ keyakinan Hakim “ semata-mata.
Juga tidak cukup jika hanya berdasarkan alat bukti yang sah yang ditentukan UndangUndang.
Seorang Terdakwa baru dapat dinyatakan bersalah apabila perbuatan yang didakwakan kepadanya dapat dibuktikan dengan cara dan dengan alat bukti yang sah menurut Undang-Undang serta ada “ keyakinan Hakim “.
Jadi menurut Sistem Pembuktian Secara Negatif ini unsur objektif dan unsur subjektif disatukan.
Dalam sistem ini harus selalu terdapat 2 komponen yaitu :
pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat bukti yang sah menurut Undang-Undang.
“ keyakinan Hakim “ yang juga harus didasarkan atas cara dan dengan alat bukti yang sah menurut Undang-Undang.
e. SISTEM PEMBUKTIAN YANG DIANUT DI INDONESIA MENURUT KUHAP ADALAH NEGATIEF WETTELIJK STELSEL (SISTEM PEMBUKTIAN SECARA NEGATIF).
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Diantara beberapa sistem pembuktian tersebut diatas sistem pembuktian mana yang diterapkan di Indonesia menurut KUHAP ?
Pasal 183 KUHAP berbunyi sebagai berikut : “ Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya. ” Pasal 183 KUHAP tersebut menentukan secara tegas dan jelas bahwa untuk menentukan salah tidaknya seorang Terdakwa harus memenuhi :
sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah. “ keyakinan Hakim “ yang didasarkan pada 2 (dua) alat bukti yang sah tersebut.
Tanpa adanya 2(dua) alat bukti yang sah dan keyakinan Hakim maka Terdakwa tidak dapat dinyatakan terbukti bersalah sehingga Terdakwa harus di Putus Bebas.
Berdasarkan Pasal 183 KUHAP tersebut maka sistem pembuktian yang diterapkan di Indonesia menurut KUHAP adalah sistem pembuktian secara negatif (Negatief Wettelijk Stelsel).
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Apakah Penuntut Umum mempedomani sistem pembuktian negatif (Negatief Wettelijk Stelsel) yang dianut KUHAP tersebut.
Ternyata Penuntut umum melanggar sistem pembuktian negatif yang dianut KUHAP tersebut.
2.
BEBERAPA AZAS HUKUM PEMBUKTIAN DALAM KUHAP.
a.
AZAS MINIMUM PEMBUKTIAN (Pasal 183 KUHAP).
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Azas minimum pembuktian merupakan prinsip yang mengatur batas yang harus dipenuhi untuk membuktikan kesalahan Terdakwa. Atau dengan kata lain azas minimum pembuktian ialah suatu prinsip yang harus dipedomani dalam menilai cukup atau tidaknya alat bukti untuk membuktikan kesalahan Terdakwa.
Pasal 183 KUHAP berbunyi sebagai berikut :
“ Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya. ” Pasal 183 KUHAP menyatakan secara tegas dan jelas sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah.
Alat bukti yang dimaksud adalah yang disebut dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP yaitu :
Keterangan Saksi. Keterangan Ahli. Surat. Petunjuk. Keterangan Terdakwa.
Dengan demikian batas minimum pembuktian adalah 2 (dua) alat bukti yang sah yang tercantum dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP.
Tanpa ada 2 (dua) alat bukti yang sah Terdakwa tidak boleh dinyatakan terbukti bersalah dan tidak boleh dihukum.
Azas ini harus dipenuhi, tidak boleh dilanggar.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati,
Hadirin yang Terhormat.
Apakah Penuntut Umum melaksanakan azas minimum pembuktian yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP tersebut.
Ternyata Penuntut Umum telah melanggar azas ini dengan cara :
Tanpa ada 2 (dua) alat bukti yang sah, Penuntut Umum menyatakan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, terbukti bersalah dan menuntut pidana mati.
b. AZAS KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI YANG SAH IALAH KETERANGAN SAKSI DISIDANG PENGADILAN (Pasal 185 ayat 1 KUHAP).
Apakah Penuntut Umum mematuhi azas ini ?
Pasal 185 ayat (1) KUHAP berbunyi sebagai berikut :
(1). Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di Sidang Pengadilan”.
Berdasarkan Pasal 185 ayat (1) KUHAP tersebut maka keterangan saksi yang sah sebagai alat bukti adalah keterangan yang diberikan saksi di Sidang Pengadilan.
Dengan demikian keterangan saksi yang diberikan diluar Sidang Pengadilan seperti keterangan dalam pemeriksaan penyidikan, tidak merupakan alat bukti yang sah. Keterangan saksi di Sidang Pengadilan diberikan dibawah sumpah sedangkan keterangan pada pemeriksaan penyidikan tidak dibawah sumpah.
Lagi-lagi azas ini dilanggar Penuntut Umum dengan cara :
Menggunakan sebagai alat bukti keterangan Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD pada tahap penyidikan Penyidik Kepolisian yang terdapat dalam Berita Acara Pemeriksaan tanpa disumpah.
Padahal saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD telah memberikan keterangan dipersidangan dengan disumpah terlebih dahulu.
Keterangan saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD yang merupakan alat bukti yang sah adalah yang diberikan dibawah sumpah dipersidangan bukan yang diberikan tanpa disumpah dipenyidikan (Pasal 185 ayat (1) KUHAP).
Ini sesuai dengan pernyataan Ketua Majelis Hakim Yang Mulia yang dipersidangan dalam pemeriksaan saksi-saksi selalu mengingatkan bahwa keterangan saksi yang sah sebagai alat bukti adalah keterangan yang diberikan saksi dipersidangan.
Menggunakan sebagai alat bukti keterangan SIGID HARYO WIBISONO pada tahap penyidikan Penyidik Kepolisian yang terdapat dalam Berita Acara Pemeriksaan tanpa disumpah.
Padahal saksi SIGID HARYO WIBISONO telah memberikan keterangan dipersidangan dengan disumpah terlebih dahulu.
Keterangan saksi SIGID HARYO WIBISONO yang merupakan alat bukti yang sah adalah yang diberikan dibawah sumpah dipersidangan bukan yang diberikan tanpa disumpah dipenyidikan (Pasal 185 ayat (1) KUHAP).
Ini sesuai dengan pernyataan Ketua Majelis Hakim Yang Mulia yang dipersidangan dalam pemeriksaan saksi-saksi selalu mengingatkan bahwa keterangan saksi yang sah sebagai alat bukti adalah keterangan yang diberikan saksi dipersidangan.
c.
AZAS UNUS TESTIS NULLUS TESTIS.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Pasal 185 ayat (2) KUHAP berbunyi sebagai berikut :
“ Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa Terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.”
Berdasarkan Pasal 185 ayat (2) KUHAP tersebut jika dalam suatu perkara hanya ada 1 (satu) alat bukti keterangan saksi maka tidak cukup bukti untuk membuktikan dakwaan yang didakwakan kepada Terdakwa sehingga Terdakwa harus dituntut dan diputus dengan Putusan Bebas (vrijspraak). Azas Unus Testis Nullus Testis ini pun dilanggar Penuntut Umum antara lain dengan cara :
Menyatakan seolah-olah terjadi pelecehan seksual dikamar 803 Hotel Grand Mahakam dengan hanya mendasarkan pada keterangan 1 (satu) orang saksi yaitu RANI JULIANI.
Rekaman tidak termasuk alat bukti yang sah dalam perkara Tindak Pidana Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP dan juga tidak termasuk sebagai
sumber untuk memperoleh petunjuk dalam perkara Tindak Pidana Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 188 ayat (2) KUHAP.
Keterangan Ahli yang menyangkut rekaman tersebut juga tidak dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah karena materi keterangan Ahli adalah tentang rekaman yang mana rekaman tersebut tidak sah sebagai alat bukti dalam perkara Tindak Pidana Umum.
Karena itu alat bukti yang ada hanya keterangan 1 (satu) orang saksi yaitu saksi RANI JULIANI yang menurut Azas Unus Testis Nullus Testis tidak merupakan alat bukti.
d. AZAS PETUNJUK HANYA DAPAT DIPEROLEH DARI KETERANGAN SAKSI, SURAT DAN KETERANGAN TERDAKWA.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Pasal 188 ayat (2) KUHAP berbunyi sebagai berikut : “ Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari : a.
Keterangan Saksi;
b.
Surat;
c.
Keterangan Terdakwa.”
Pasal 188 ayat (2) KUHAP tersebut menyatakan “ HANYA” berarti :
-
Petunjuk hanya dapat diperoleh dari :
-
--
Keterangan Saksi.
--
Surat.
--
Keterangan Terdakwa.
Petunjuk tidak dapat diperoleh dari : --
Keterangan Ahli.
--
Barang Bukti.
Bahwa alat bukti petunjuk dalam perkara-perkara Tindak Pidana Khusus seperti perkara Tindak Pidana Korupsi, Tindak Pidana Terorisme, Tindak Pidana Narkotika, dan Tindak Pidana Pencucian Uang diatur secara khusus mengenai rakaman antara lain Rekaman Data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca dan direkam sebagai sumber perolehan alat bukti petunjuk.
Untuk jelasnya kami kutip Pasal 26 A Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. UndangUndang No. 20 Tahun 2001 yang berbunyi sebagai berikut :
“ alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Hukum Acara Pidana, khusus untuk Tindak Pidana Korupsi juga dapat diperoleh dari :
a. alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optic atau yang serupa dengan itu ; dan
b. dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang diatas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupu yang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka atau perforrasi yang memiliki makna.”
Bahwa Rekaman dapat diterima sebagai sumber perolehan bukti petunjuk hanya dalam perkara tindak pidana Korupsi, Tindak Pidana Terorisme, Tindak Pidana Narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sedangkan untuk Tindak Pidana Umum tetap berpatokan pada Pasal 184 ayat (1) dan Pasal 188 ayat (2) KUHAP sehingga rekaman tidak termasuk alat bukti dan tidak dapat digunakan sebagai sumber perolehan petunjuk. Hal ini sesuai dengan keterangan Ahli Prof. ANDI HAMZAH, SH, sebagai berikut :
Bahwa rekaman tidak merupakan alat bukti dalam perkara Tindak Pidana Umum sehingga tidak boleh digunakan sebagai alat bukti dalam perkara Tindak Pidana Umum.
Bahwa rekaman merupakan sumber perolehan alat bukti petunjuk dalam perkara tindak pidana korupsi, Tindak Pidana Terorisme, Tindak Pidana Narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Tentang rekaman ini sesuai juga dengan keterangan dibawah sumpah dari saksi SUSNO DUAJI mantan Kabareskrim Mabes Polri yang menyatakan :
-
Bahwa rekaman tidak merupakan alat bukti dalam perkara Tindak Pidana Umum.
Bahwa rekaman merupakan alat bukti dalam perkara Korupsi, perkara Terorisme, perkara Narkotika dan perkara Pencucian uang. Bahwa ternyata Penuntut Umum mendasarkan pembuktian hanya pada REKAMAN padahal jelas-jelas perkara ini adalah perkara Tindak Pidana Umum sehingga Rekaman tidak boleh digunakan sebagai alat bukti maupun sebagai sumber perolehan petunjuk.
e.
AZAS PENILAIAN KEBENARAN KETERANGAN SAKSI.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Pasal 185 ayat (6) KUHAP berbunyi sebagai berikut :
“ Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, Hakim harus dengan sungguhsungguh memperhatikan :
a.
Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b.
Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c. Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu; d. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.”
Berdasarkan Pasal 185 ayat (6) KUHAP tersebut Hakim tidak begitu saja menerima keterangan saksi tetapi harus menilai kebenaran keterangan saksi dengan cara memperhatikan secara cermat :
-
Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
-
Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu;
Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.”
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Bahwa tentang amplop coklat terdapat perbedaan keterangan sebagai berikut : Saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD dibawah sumpah memberikan keterangan antara lain :
-Bahwa pada pertemuan bertiga yaitu saksi, Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, dan saksi SIGID HARYO WIBISONO dirumah SIGID tidak ada amplop coklat dan pada waktu pulang dari rumah SIGID saksi tidak ada membawa amplop coklat.
-Saksi menerima amplop coklat berisi foto NASRUDIN adalah dari saksi SIGID HARYO WIBISONO pada saat bertemu berdua dengan SIGID dirumah SIGID.
-Saksi tidak pernah menerima amplop coklat dari Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH.
-
Saksi INDRA APRIADI dibawah sumpah memberikan keterangan antara lain :
-Bahwa pada waktu pertemuan bertiga dirumah SIGID, saksi melihat Kombes Pol. WILIARDI WIZARD keluar dari rumah SIGID masuk kemobil tidak ada memengang amplop coklat.
-
Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, memberikan keterangan antara lain :
-Terdakwa tidak pernah memberikan amplop coklat berisi foto kepada Kombes Pol. WILIARDI WIZARD.
Bahwa terdapat keterangan lain yaitu : Saksi SIGID HARYO WIBISONO dibawah sumpah memberikan keterangan antara lain : -Bahwa pada waktu pertemuan bertiga, Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, memberikan amplop coklat berisi foto kepada Kombes Pol. WILIARDI WIZARD. Saksi SETIO WAHYUDI dan saksi KARNO masing-masing karyawan SIGID memberikan keterangan bahwa Kombes Pol. WILIARDI WIZARD membawa amplop coklat pada waktu keluar dari rumah SIGID.
Bahwa keterangan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD, keterangan saksi INDRA APRIADI, dan keterangan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, berbeda dengan keterangan saksi SIGID HARYO WIBISONO, saksi SETIO WAHYUDI dan saksi KARNO.
Bahwa saksi SETIO WAHYUDI dan saksi KARNO adalah karyawan dari saksi SIGID HARYO WIBISONO sehingga objektifitas dari keterangan kedua saksi tersebut diragukan.
Karena itu kami berpendapat bahwa yang benar adalah keterangan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD, keterangan saksi INDRA APRIADI dan keterangan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, yang menyatakan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, tidak pernah menyerahkan amplop coklat kepada saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD.
f. AZAS TESTIMONIUM DE AUDITU TIDAK MERUPAKAN ALAT BUKTI YANG SAH.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Pasal 1 ayat 27 KUHAP berbunyi sebagai berikut :
“ Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.”
Penjelasan Pasal 185 ayat 1 KUHAP berbunyi sebagai berikut :
“ Dalam keterangan saksi tidak termasuk keterangan yang diperoleh dari orang lain atau testimonium de auditu.”
Berdasarkan Pasal 1 ayat 27 KUHAP dan Pasal 185 ayat 1 KUHAP tersebut keterangan saksi yang didengar dari cerita orang lain tidak merupakan alat bukti yang sah sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat bukti untuk membuktikan kesalahan Terdakwa.
g. AZAS PENDAPAT MAUPUN REKAAN YANG DIPEROLEH DARI HASIL PEMIKIRAN SAJA, BUKAN MERUPAKAN KETERANGAN SAKSI.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati,
Hadirin yang Terhormat.
Pasal 185 ayat (5) KUHAP berbunyi sebagai berikut :
“ Baik pendapat maupun rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran saja bukan merupakan keterangan saksi.”
Berdasarkan Pasal 185 ayat (5) KUHAP tersebut pendapat atau rekaan dari saksi tidak merupakan alat bukti keterangan saksi sehingga tidak dapat digunakan untuk membuktikan dakwaan yang didakwakan kepada Terdakwa.
3.
PEMBAHASAN YURIDIS TERHADAP PEMBUKTIAN PENUNTUT UMUM.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Penuntut Umum pada halaman 136 Surat Tuntutan menyatakan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 55 ayat (1) ke-2 jo Pasal 340 KUHP sebagai berikut :
-
Barang siapa
-
Orang yang melakukan atau turut melakukan
Dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu daya atau dengan memberi kesempatan, daya upaya atau keterangan sengaja membujuk untuk melakukan perbuatan pidana. lain.
Dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu merampas nyawa orang
a.
Unsur “ barang siapa “ .
Pada halaman 139 s/d 140 Surat Tuntutan Penuntut Umum menyatakan : “ Berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, keterangan Terdakwa dan barang bukti maka dapat disimpulkan Terdakwa ANTASARI AZHAR SH, MH mempunyai kepentingan yang kuat terhadap kematian Alm. NASRUDIN ZULKARNAIN. Bahkan dapat dinyatakan bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR merupakan motor pengerak terjadinya pembunuhan terhadap korban Alm. NASRUDIN ZULKARNAIN.
Untuk itu secara yuridis dipandang tepat dan sangat beralasan menurut hukum menempatkan ANTASARI AZHAR dalam kapasitas selaku Terdakwa dalam persidangan yang mulia ini.
Dengan demikian unsur “ barang siapa “ telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan menyakinkan secara hukum “.
Pembuktian yang dilakukan Penuntut Umum tersebut sangat keliru. Pembuktian unsur “ barang siapa “ yaitu subjek hukum yang diduga atau didakwa melakukan tindak pidana bergantung pada pembuktian delik intinya, karena unsur “ barang siapa “ merupakan suatu elemen delik yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat ditempatkan sebagai unsur pidana tersendiri.
Hal ini sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung RI No: 951K/Pid/1982,tgl 10 Agustus 1983 dalam perkara YOJIRO KITAJIMA, yang antara lain menerangkan bahwa unsur “barang siapa “ hanya merupakan kata ganti orang, dimana unsur ini baru mempunyai
makna jika dikaitkan dengan unsur-unsur pidana lainnya, oleh karenanya haruslah dibuktikan secara bersamaan dengan unsur-unsur lain dalam perbuatan yang didakwakan dalam kaitan dengan “barang siapa.”
Dengan demikian untuk membuktikan unsur “ barang siapa “ haruslah dibuktikan seluruh unsur-unsur lainnya dari tindak pidana yang didakwakan.
b. Mengenai “ Orang Yang Melakukan Atau Turut Melakukan Perbuatan Pidana “ (Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP).
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP menyatakan 3 (tiga) macam peserta yaitu : -
Orang yang melakukan.
-
Orang yang menyuruh melakukan.
-
Orang yang turut melakukan.
Dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum tidak mendakwakan “ menyuruh melakukan “ tetapi hanya mendakwakan “ telah melakukan atau turut serta melakukan “.
Dalam Surat Tuntutan halaman 151-152 Penuntut Umum menyatakan sebagai berikut :
“ Bahwa berdasarkan fakta –fakta hukum yang terungkap dalam persidangan ini sebagai mana telah kami uraikan diatas telah terbukti perbuatan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., bersama-sama dengan saksi SIGID HARYOWIBISONO dan saksi WILIARDI WIZARD (Terdakwa dalam berkas terpisah) untuk membujuk EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO melakukan pembunuhan berencana terhadap korban NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR.
Dengan demikian unsur “ Orang yang melakukan atau turut melakukan perbuatan pidana “ tersebut telah terbukti dan terpenuhi secara sah dan menyakinkan menurut hukum”.
Penuntut Umum tidak secara tegas dan jelas menentukan mana yang terbukti apakah sebagai “ orang yang melakukan “ atau turut melakukan “, tetapi secara samar-samar Penuntut Umum menyatakan pembuktian pada “ turut melakukan ”. Mengenai “ TURUT MELAKUKAN (MEDEPLEGEN) “.
Penuntut Umum pada halaman 141 Surat Tuntutan mengemukakan Dokrin sebagai berikut :
“ Pada ajaran ilmu hukum pidana baik dalam bentuk dokrin-dokrin maupun putusanputusan pengadilan, pengertian dari “ turut serta” melakukan tindak pidana secara umum adalah kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mewujutkan suatu tindak pidana. Menurut Prof. Moeljatno, SH, dalam bukunya berjudul Hukum Pidana, Delik-Delik Percobaan, Delik-Delik Penyertaan yang diterbitkan oleh PT. Bina Aksara Tahun 195 halaman 87 disebutkan : “ adalah mereka yang bersama melakukan perbuatan itu, jadi yang dengan sengaja ikut mengerjakan terjadinya perbuatan (opzettlijk tot het plegen van felt medewerken), mereka ini adalah yang turut serta melakukan (medeplegen) perbuatan. Berkaitan dengan itu Prof. Dr. Schaffmeister-Prof. Dr. N.Keizen-Mr.E.PH.Sutorius dalam buku hukum pidana penerbit Liberti Yogjakarta Tahun 1995 halaman 249 dinyatakan : “ turut serta melakukan artinya bersepakat dengan orang lain membuat rencana melakukan suatu perbuatan pidana dan secara bersama-sama melaksanakannya (bekerjasama).”
Selain Dokrin yang dikemukan Penuntut Umum tersebut terdapat Dokrin lain sebagai berikut : Prof. Satohit Kartanegara menyatakan bahwa medeplegen harus memenuhi dua syarat yaitu : --
Harus ada kerjasama yang disadari/diinsafi (bewuste samenwerking).
--
Harus melakukan perbuatan pelaksanaan (uitvoerings handeling).
Drs. P.A.F. Lamintang, SH, dalam buku “ Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, cetakan 1997 halaman 655 menyatakan :
“ Seorang medeplegen itu harus melakukan suatu uitvoerings handeling atau suatu tindakan pelaksanaan”. Van Hamel (1927:411) dan Trapman (Hazewinkel Suringa, 1989 : 376 menyamakan pengertian medeplegerschap dan medeplegen, mensyaratkan bahwa dua orang yang dapat termasuk medeplegers masing-masing tersendiri harus memenuhi seluruh isi delik, dengan kata lain bahwa tiap-tiap pelaku-peserta harus memahami semua unsur-unsur delik yang diuraikan didalam Undang-Undang Pidana secara sempurna.
Drs. P.A.F. Lamintang (1984;590) menyimpulkan pendapat Van Hamel sebagai berikut :
……suatu medeplegen itu hanya dapat dianggap sebagai ada yaitu apabila tindakan tiaptiap peserta didalam suatu tindak pidana dapat dianggap sebagai telah menghasilkan suatu dadershap secara sempurna.
Moeljatno (1984;40) menyimpulkan pendapat Van Hamel, bahwa perbuatan orang yang medeplegen itu harus melakukan seluruh perbuatan pelaksanaan.
Berdasarkan Dokrin, termasuk Dokrin yang dikemukan Penuntut Umum dalam Surat Tuntutan maka dapat disimpulkan bahwa turut melakukan (Medeplegen) harus memenuhi syarat : -
adanya kesepakatan, kerjasama yang disadari/diinsafi.
-
bersama-sama melaksanakan.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Apakah ada kesepakatan atau kerjasama yang disadari/diinsafi antara Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, saksi SIGID HARYOWIBISONO dan saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD untuk melakukan penganjuran kepada EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO supaya melakukan pembunuhan berencana terhadap NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR ?
Apakah Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, ada melakukan perbuatan pelaksanaan penganjuran kepada EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO supaya melakukan pembunuhan berencana terhadap NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR ?
Penuntut Umum Dalam Pembuktian Turut Melakukan (Medeplegen) Hanya Mengemukakan Asumsi Tanpa Ada Fakta Tanpa Ada Alat Bukti.
-
Pada halaman 143 Surat Tuntutan Penuntut Umum menyatakan sebagai berikut :
“ kegagalan Tim yang dibentuk oleh Kapolri dan Penyadapan yang dilakukan oleh Budi Ibrahim untuk menjebak atau menindak alm. NASRUDIN ZULKARNAIN membuat Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, menjadi kecewa dan marah”.
Pernyataan Penuntut Umum tersebut tidak benar, tidak berdasar hanya merupakan asumsi karena :
--
Pernyataan Penuntut Umum tersebut tidak didukung alat bukti.
-Terdakwa memberikan keterangan bahwa dia tidak pernah kecewa, tidak pernah marah atas hasil dari Tim yang dibentuk Kapolri. -Alat bukti saksi maupun alat bukti lainnya yang sah tidak ada yang dapat membuktikan bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, kecewa dan marah. -
Pada halaman 143 Surat Tuntutan Penuntut Umum menyatakan sebagai berikut :
“ Dalam pertemuan-pertemuan antara ANTASARI AZHAR dan SIGID HARYO WIBISONO dirumah SIGID HARYO WIBISONO yang terletak di Jalan Pati Unus No.35 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, akhirnya Terdakwa ANTASARI AZHAR dan SIGID HARYO WIBISONO berencana untuk menghabiskan nyawa alm. NASRUDIN ZULKARNAIN dengan menggunakan tenaga orang lain, ketika Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dipanggil oleh SIGID HARYO WIBISONO untuk datang kerumah di Jalan Pati Unus No.35 Kebayoran Baru Jakarta Selatan untuk bertemu dengan Terdakwa selaku Ketua KPK maka Kombes Pol. WILIARDI WIZARD meminta bantuan Terdakwa ANTASARI AZHAR, untuk promosi jabatan pada Kapolri. Permintaan WILIARDI WIZARD disetujui oleh Terdakwa ANTASARI AZHAR dan akan dibicarakan kepada Kapolri dan Kombes Pol. WILIARDI WIZARD bersedia pula ikut mengatasi penyelesaian masalah Terdakwa ANTASARI AZHAR, dengan alm. NASRUDIN ZULKARNAIN.
Pada pertemuan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SIGID HARYO WIBISONO dan WILIARDI WIZARD telah timbul kesepakatan menghabisi nyawa alm. NASRUDIN ZULKARNAIN dengan menggunakan tenaga orang lain. Pada pertemuan tersebut Terdakwa ANTASARI AZHAR dan SIGID HARYO WIBISONO memberikan amplop berwarna coklat kepada WILIARDI WIZARD yang berisi foto NASRUDIN ZULKARNAIN dan RANI JULIANI dan foto kendaraan alm. NASRUDIN ZULKARNAIN, alamat rumah dan kantor alm. NASRUDIN ZULKARNAIN yang sebelumnya diperoleh dari Tim yang dibentuk oleh Kapolri. Untuk biaya oprasional untuk menghilangkan nyawa alm. NASRUDIN ZULKARNAIN telah disepakati antara Terdakwa ANTASRI AZHAR. SIGID HARYO WIBISONO dan WILIARDI WIZARD Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang akan disediakan oleh SIGID HARYO WIBISONO dan akan diserhkan kepada WILIARDI WIZARD untuk mencari orang yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut.”
Pernyataan Penuntut Umum tersebut tidak benar, tidak berdasar dan hanya merupakan asumsi karena : Alat bukti yang sah yaitu keterangan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dibawah sumpah sebagai berikut : -Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, tidak pernah meminta kepada saksi untuk membunuh NASRUDIN. -Pada pertemuan saksi dengan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, dan SIGIG HARYO WIBISONO tidak ada pembicaraan untuk membunuh NASRUDIN. -Bahwa saksi SIGID HARYO WIBISONO meminta kepada saksi hanya mencari orang untuk mengikuti NASRUDIN dan mencari pidananya.
-Bahwa saksi juga meminta kepada EDO mencari orang untuk mengikuti NASRUDIN secara terus menerus 24 jam dan mencari pidananya. Alat bukti yang sah yaitu keterangan saksi SIGID HARYO WIBISONO dibawah sumpah menyatakan sebagai berikut : -Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, tidak pernah meminta kepada saksi untuk membunuh NASRUDIN ZULKARNAIN. -Pada pertemuan saksi dengan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, dan saksi Kombes Pol WILIARDI WIZARD tidak ada pembicaraan untuk membunuh NASRUDIN. -Bahwa Kombes Pol. WILIARDI WIZARD mencari orang hanya untuk mengikuti NASRUDIN secara terus menerus dan mencari pidananya. Alat bukti yang sah yaitu keterangan Terdakwa ANTASARI AZHAR yang menyatakan : -Bahwa Terdakwa tidak pernah meminta saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD untuk mencari orang membunuh NASRUDIN. -Bahwa dalam pertemuan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, dengan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dan saksi SIGID HARYO WIBISONO tidak ada pembicaraan untuk membunuh NASRUDIN. Bahwa saksi SUHARDI ALIUS, CHAIRUL ANWAR, HELMI SANTIKA, J.A. PINORA dan MUHAMAD JHONI tidak melihat, tidak mendengar dan tidak mengetahui pembicaraan antara Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, dengan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dan saksi SIGID HARYO WIBISONO dirumah saksi SIGID HARYO WIBISONO di Jalan Pati Unus Jakarta Selatan. -
Tentang Amplop warna coklat.
Bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, tidak pernah menerima amplop coklat berisi foto alm. NASRUDIN ZULKARNAIN, RANI JULIANI, alamat rumah dan kantor serta foto kendaraan yang digunakan NASRUDIN. Bahwa Terdakwa pernah menerima amplop coklat yang isinya berkas surat-surat bukan amplop coklat berisi foto.
Bahwa tidak ada satupun alat bukti saksi yang menyatakan melihat Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, menerima amplop coklat berisi foto.
-
Pada halaman 146 Surat Tuntutan Penuntut Umum menyatakan sebagai berikut :
“ Selanjutnya setelah Terdakwa ANTASARI AZHAR ,SH, MH, menerima data lengkap mengenai alm. NASRUDIN ZULKARNAIN dan tidak puas dengan hasil kerja dari Tim yang dibentuk oleh Kapolri dan hasil kerja dari saksi BUDI IBRAHIM dalam melaksanakan penyadapan terhadap no Hp. alm. NASRUDIN ZULKARNAIn dan RANI JULIANI maka Terdakwa ANTASARI AZHAR bekerja sama dan bersepakatdengan SIGID HARYO WIBISONO dan WILIARDI WIZARD untuk menghabisi nyawa alm. NASRUDIN ZULKARNAIN dengan menggunakan jasa orang lain dan biaya oprasional sebanyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).” Bahwa pernyataan Penuntut Umum tersebut tidak benar, tidak berdasar hanya merupakan asumsi karena : -Tidak ada satu pun alat bukti saksi yang menyatakan melihat, mendengar dan mengetahui Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dan SIGID HARYO WIBISONO bersama-sama dan bersepakat untuk menghabisi NASRUDIN ZULKARNAIN. -Bahwa alat bukti yang sah lainnya juga tidak ada satupun yang dapat digunakan membuktikan pernyataan Penuntut Umum tersebut. Mengenai Rekaman dan keterangan Ahli RUBY ZUKRI ALAMSYAH serta keterangan Ahli MUHAMAD NUH AL AZHAR tentang rekaman tersebut. Bahwa Pasal 184 ayat (1) KUHAP menentukan secara limitatif alat bukti yang sah yaitu : --
Keterangan saksi.
--
Keterangan Ahli.
--
Surat.
--
Petunjuk.
--
Keterangan Terdakwa
Pasal 188 ayat (2) KUHAP berbunyi sebagai berikut :
“ Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat diperoleh dari :
a.
Keterangan Saksi.
b.
Surat.
c.
Keterangan Terdakwa.
Bahwa berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP dan Pasal 188 ayat (2) KUHAP tersebut Rekaman tidak merupakan alat bukti yang dan tidak merupakan sumber perolehan petunjuk. Bahwa rekaman hanya dapat digunakan dalam perkara Tindak Pidana Korupsi, Tindak Pidana Terorisme, Tindak Pidana Narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang untuk memperoleh alat bukti petunjuk.
Hal ini sesuai dengan keterangan saksi SUSNO DUAJI dan keterangan Ahli Prof. ANDI HAMZAH yang telah kami jelaskan didepan.
Bahwa karena rekaman tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam perkara Tindak Pidana Umum maka dengan sendirinya keterangan Ahli mengenai rekaman tersebut tidak sah sebagai alat bukti keterangan Ahli.
Demikian juga semua Berita Acara terhadap rekaman tersebut yang dibuat Ahli tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dan tidak merupakan alat bukti yang sah karena rekaman itu sendiri tidak sah sebagai alat bukti.
Pada halaman 150 s/d 151 Surat Tuntutan Penuntut umum meyatakan sebagai berikut :
“ Menyimak dan memperhatikan keterangan saksi-saksi dihubungkan antara satu dengan yang lain telah melahirkan alat bukti petunjuk bahwa penganjuran yang dilakukan oleh Terdakwa ANTASARI AZHAR bersama-sama dengan WILIARDI WIZARD dan SIGID HARYO WIBISONO adalah untuk membunuh alm. NASRUDIN ZULKARNAIN. Kesimpulan tersebut dapat diperoleh dari kenyataan sebagai berikut :
Keterangan saksi SIGID HARYO WIBISONO yang menerangkan telah menyerahkan dana oprasional sebanyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada WILIARDI WIZARD untuk mengamankan karena Kombes Pol. WILIARDI WIZARD adalah Polisi bilamana dihubungkan dengan keterangan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD yang menyatakan uang dari SIGID HARYO WIBISONO untuk oprasional penyelidikan terhadap seseorang, maka tersebut sangatlah tidak logis karena penyelidikan sudah dilakukan oleh Tim yang dipimpin oleh CHAIRUL ANWAR selaku Tim yang dibentuk sesuai perintah Kapolri secara lisan. Apabila dana tersebut digunakan untuk mengikuti atau membuntuti seseorang juga dinilai terlalu besar nilainya dan sangat tidak logis keterangan yang sifatnya sangat tidak logis ini dapat diterik suatu kesimpulan bahwa dana tersebut digunakan sebagai biaya oprasional untuk melakukan pembunuhan terhadap alm. NASRUDIN ZULKARNAIN dan bukan untuk biaya mengikuti atau menyelidiki terhadap alm. NASRUDIN ZULKARNAIN. Apalagi menurut keterangan Kombes CHAIRUL ANWAR Terdakwa tidak bersedia melaporkan persaolan itu untuk dibuatkan Laporan Polisi (LP).
Fakta-fakta ini secara yuridis telah melahirkan petunjuk yang jelas bahwa penganjuran pembujukan yang dilakukan oleh Terdakwa ANTASARI AZHAR bersama-sama dengan SIGID HARYO WIBISONO dan Kombes Pol. WILIARDI WIZARD adalah penganjuran untuk melakukan pembunuhan terhadap NASRUDIN ZULKARNAIN.
Selanjutnya keterangan saksi WILIARDI WIZARD ketika bertemu dengan EDUARDUS NOE NDOPO MBETE meminta untuk menghabisi terror, bila dihubungkan dengan keterangan saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO yang mengatakan diberi tugas untuk mengikuti seseorang, maka telah lahirlah suatu petunjuk bahwa menghabisi terror yang dimaksud adalah untuk menghabisi nyawa alm. NASRUDIN ZULKARNAIN.
Pernyataan Penuntut Umum tersebut tidak benar karena : -Bahwa menurut saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dan keterangan saksi EDO uang tersebut adalah dana untuk mengikuti NASRUDIN secara terus menerus 24 jam dan mencari pidananya bukan dana untuk membunuh NASRUDIN.
-Bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, tidak mengetahui pemberian uang sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dari saksi SIGID HARYO WIBISONO kepada WILIARDI WIZARD.
-
Pada halaman 151 Surat Tuntutan Penuntut Umum menyatakan sebagai berikut :
“ Berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan Ahli-ahli, petunjuk dan keterangan Terdakwa didepan persidangan maka unsur ini telah terbukti dan terpenuhi, yaitu Terdakwa ANTASARI AZHAR, SIGID HARYO WIBISONO dan WILIARDI WIZARD telah bersepakat secara bersama-sama untuk menghabisi nyawa korban alm. NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR melalui orang lain secara terperinci dapat digambarkan sebagai berikt :
Terdakwa menyediakan dan meyerahkan foto korban alm. NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR, kendaraan BMW, alamat rumah dan kantor NASRUDIN ZULKARNAIN kepada saksi WILIARDI WIZARD. Terdakwa berjanji kepada Kombes Pol. WILIARDI WIZARD untuk membicarakan kepada Kapolri tentang promosi jabatan WILIARDI WIZARD.
SIGID HARYO WIBISONO menyediakan dana oprasional sebesar Rp. 500.000.000,- setelah ada persetujuan Terdakwa ANTASARI AZHAR.
WILIARDI WIZARD membawa foto korban alm. NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR, mobil BMW, alamat rumah dan kantor alm. NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR untuk mencari orang yang akan menghabisi alm. NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR.
Pernyataan Penuntut Umum tersebut tidak benar karena : -Terdakwa tidak pernah menyerahkan foto korban alm. NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR, mobil BMW, alamat rumah dan kantor alm. NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR kepada saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZAR
Bahwa keterangan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD amplop coklat yang berisi foto tersebut diterimanya dari SIGID HARYO WIBISONO pada saat bertemu berdua dengan SIGID bukan pada saat bertemu bertiga. -Terdakwa tidak mengetahui pemberian uang Rp. 500.000.000,- dari SIGID kepada WILIARDI. -Bahwa menurut keterangan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dan saksi EDO dana Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tersebut adalah untuk mengikuti NASRUDIN secara terus menerus 24 jam dan mencari pidananya bukan untuk membunuh NASRUDIN. -Terdakwa tidak mengetahui saksi WILIARDI WIZARD menemui EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO dan kepergian saksi WILIARDI WIZARD menemui EDO tanpa sepengetahuan Terdakwa ANTASARI AZHAR. -Terdakwa tidak mengetahui apa yang dibicarakan saksi WILIARDI WIZARD dengan saksi EDO. Mengenai “ JANJI “ Terdakwa ANTASARI AZHAR kepada Kombes Pol. WILIARDI WIZARD.
Bahwa dalam Surat Dakwaan halaman 4 Penuntut Umum mencantumkan uraian perbuatan sebagai berikut :
“ Bahwa setelah menerima foto korban, foto mobil, alamat rumah dan kantor korban dari Terdakwa dan adanya janji dari Terdakwa yang akan membicarakan promosi pangkat dan jabatannya kepada Kapolri…..dst”.
Pada Surat Tuntutan halaman 151 Penuntut Umum menyatakan sebagai berikut :
“ Terdakwa berjanji kepada Kombes Pol. WILIARDI WIZARD untuk membicarakan kepada Kapolri tentang promosi jabatan WILIARDI WIZARD.” Bahwa kalimat janji dari Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, kepada saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD tersebut memperlihatkan :
-Bahwa janji termasuk dalam salah satu sarana yang diatur dalam Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHAP. -Bahwa dengan mencantumkan janji dari Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, kepada saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD untuk membicarakan kepada Kapolri tentang pangkat dan jabatan WILIARDI WIZARD dalam dakwaan dan Surat Tuntutan maka sebenarnya perbuatan yang didakwakan Penuntut Umum adalah perbuatan penganjuran dari Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, kepada Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dengan sarana janji (uitlokking). Sehingga dakwaan perbuatan antara Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, dengan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD bukan turut melakukan (medeplegen) tetapi dakwaan penganjuran (uitlokking) dengan sarana janji.
Berdasarkan pembahasan yuridis tersebut diatas unsur “ turut melakukan (medeplegen) “ Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP tidak terbukti.
Karena Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP tidak terbukti maka dakwaan tidak terbukti sehingga Terdakwa harus diputus bebas.
c. Mengenai Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP “ Mereka Yang Dengan Memberi Atau Menjajikan Sesuatu, Dengan Menyalahgunakan Kekuasaan Atau Martabat Dengan Kekerasan, Ancaman Atau Penyesatan Atau Dengan Memberi Kesempatan, Sarana Atau Keterangan Sengaja Menganjurkan Orang Lain Supaya Melakukan Perbuatan.”
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Penuntut Umum dalam membuktikan penganjuran menggunakan 2 (dua) dari 10 (sepuluh) sarana penganjuran yaitu :
Dengan pemberian yaitu berupa uang oprasional sebanyak Rp. 500.000.000,(lima ratus juta rupiah). Memberi keterangan berupa foto NASRUDIN, foto mobil, alamat rumah dan kantor alm. NASRUDIN ZULKARNAIN.
Pada halaman 152 Penuntut Umum menyatakan sebagai berikut :
“ Fakta perbuatan dalam perkara ini terlihat sarana yang dipergunakan dalam melakukan pembujukan oleh Terdakwa ANTASARI AZHAR, bersama SIGID HARYO WIBISONO dan WILIARDI WIZARD adalah dengan pemberian uang sebanyak Rp. 500.000.000,(lima ratus juta rupiah) sebagai uang oprasional kepada EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO. Bahwa sebelum uang oprasional tersebut diserahkan SIGID HARYO WIBISONO kepada Kombes Pol. WILAIRDI WIZARD terlebih dahulu SIGID HARYO WIBISONO mengkonfirmasikan kepada Terdakwa melalui telepon seluler dan dijawab Terdakwa : berikan saja nanti kita cari gantinya.”
Pernyataan Penuntut Umum tersebut tidak benar karena :
Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, memberikan keterangan dipersidangan sebagai berikut :
-Bahwa saksi SIGID HARYO WIBISONO tidak pernah mengkonfirmasikan kepada Terdakwa ANTASARI AZHAR,SH, MH, melalui telepon seluler sebelum uang tersebut diserahkan kepada Kombes Pol. WILIARDI WIZARD. -Bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, tidak pernah mengatakan kepada SIGID : “ berikan saja nanti kita carikan gantinya “. Bahwa keterangan saksi SIGID HARYO WIBISONO tidak didukung alat bukti saksi lain maupun alat bukti lainnya. Keterangan saksi SIGID HARYO WIBISONO berdiri sendiri sehingga tidak merupakan alat bukti yang sah (Unus Testis Nullus Testis).
Tentang Siapa Yang Menyerahkan Amplop Coklat Berisi Foto Kepada Saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD.
Saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD memberi keterangan dibawah sumpah antara lain sebagai berikut : -Bahwa saksi menerima amplop coklat berisi foto dari SIGID HARYO WIBISONO bukan dari Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH.
-Bahwa saksi menerima amplop coklat berisi foto pada saat pertemuan saksi berdua dengan SIGID HARYO WIBISONO sebelum pertemuan bertiga dengan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, dan saksi SIGID HARYO WIBISONO. --
Bahwa pada saat pertemuan bertiga tidak ada amplop coklat berisi foto.
-
Terdakwa ANTASARI AZHAR memberikan keterangan sebagai berikut :
-Bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, tidak pernah memberikan amplop coklat berisi foto NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR kepada saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD. -Bahwa pada pertemuan antara Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, dengan saksi SIGID HARYO WIBISONO dan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dirumah SIGID di Jalan Pati Unus No. 35 Jakarta Selatan tidak ada amplop coklat berisi foto. Saksi INDRA APRIADI Supir saksi WILIARDI WIZARD memberikan keterangan sebagai berikut : -Saksi melihat Kombes Pol. WILIARDI WIZARD keluar dari rumah SIGID HARYO WIBISONO dan masuk kedalam mobil.
-Saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD tidak ada memegang amplop coklat pada saat keluar dari rumah saksi SIGID HARYO WIBISONO.
Berdasarkan alat bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD menerima amplop coklat tersebut bukan dari Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH.
Pada halaman 153 Penuntut Umum menyatakan sebagai berikut: “ Dalam pertemuan antara Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, SIGID HARYO WIBISONO dan Kombes Pol.Drs. WILIARDI WIZARD di rumah SIGID HARYO WIBISONO yang terletak di Jalan Pati Unus No. 35 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, disepakati Kombes Pol.Drs.WILIARDI WIZARD yang akan mencari orang untuk menghabisi nyawa korban alm. NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR.”. Pernyataan Penuntut Umum tersebut tidak benar karena :
Bahwa dalam pertemuan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH. MH, dengan saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD dan saksi SIGID HARYO WIBISONO di rumah saksi SIGID HARYO WIBISONO di Jalan Pati Unus No. 35 Jakarta selatan tidak ada pembicaraan mencari orang untuk membunuh NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR. Pada halaman 153-154 Surat Tuntutan Penuntut Umum menyatakan sebagai berikut :
“ Ketika Kombes Pol. WILIARDI WIZARD bertemu dengan EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO dan JERRY HERMAWAN LO diBowling Hailai Ancol dan meminta bantuannya untuk mengikuti dan menghabisi nyawa korban alm. NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR dengan alasan tugas Negara dan ternyata EDUARDUS NOE NDOPO MBETEals. EDO menyetujuinya, kemudian Kombes Pol. WILIARDI WIZARD meminta dana oprasional sebanyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan setelah ada persetujuan dari Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, maka SIGID HARYO WIBISONO menyerahkan dana Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada Kombes Pol. Drs.WILIARDI WIZARD dan selanjutnya EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO menerima dana tersebut sebagai biaya oprasional.”.
Pernyataan Penuntut Umum tersebut tidak benar karena : Saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO dibawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut :
-Pada pertemuan antara saksi dengan saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD tidak ada pembicaraan untuk membunuh NASRUDIN. -Pertemuan hanya membicarakan untuk mengikuti secara terus menerus dan mencari pidananya. Saksi JERRY HERMAWAN LO dibawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut : -Pada pertemuan antara saksi dengan saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD tidak ada pembicaraan untuk membunuh NASRUDIN. -Pertemuan hanya membicarakan untuk mengikuti secara terus menerus dan mencari pidananya. Saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD dibawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut : -Bahwa tidak ada permintaan saksi kepada EDO maupun JERRY untuk membunuh NASRUDIN.
Pada halaman 154 mulai baris ke-6 s/d halaman 155 Surat Tuntutan Penuntut Umum menyatakan sebagai berikut :
“Hal ini dapat dilihat dari keterangan saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD dengan sumpah pada pokoknya menerangkan : “ Benar JERRY HERMAWAN LO memperkenalkan saksi dengan EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO di Boeling Hailai Ancol dan saksi memerintahkan untuk mengikuti seseorang untuk mencari pidananya.” (halaman 154 baris 6 s/d 11 Surat Tuntutan) Keterangan saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD diatas bersesuaian dengan keterangan saksi JERRY HERMAWAN LO dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan : -Benar WILIARDI WIZARD meminta tolong kepada saksi untuk dipertemukan dengan EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO. -Benar pada hari Senin saksi bertemu dengan WILIARDI WIZARD dan EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO di Bowling Hailai Ancol dan dalam
pertemuan tersebut WILIARDI WIZARD mengatakan kepada EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO “ bantulah saya, ini tugas Negara, teror orang ini, ikuti terus menerus.”(halaman 154 baris 23 s/d 31 Surat Tuntutan) Keterangan saksi Kombes Pol Drs. WILIARDI WIZARD dan JERRY HERMAWAN LO bersesuaian pula dengan saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO dibawah sumpah pada pokoknya sebagai berikut : “ Benar ketika saksi bertemu dengan WILIARDI WIZARD dan JERRY HERMAWAN LO di Hailai Ancol, WILIARDI WIZARD meminta tolong kepada saksi suatu tugas Negara untuk mengikuti orang secara terus menerus dan saksi masih berpikir dulu…..dst.” (halaman 154 baris 32 s/d 37 Surat Tuntutan)
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Penuntut Umum harus konsekwen dengan fakta keterangan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD, saksi JERRY HERMAN LO, saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO yang di kutip dan dikemukakan nya tersebut diatas.
Berdasarkan keterangan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD, keterangan JERRY HERMAWAN LO dan keterangan saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO masing-masing dibawah sumpah yang dikutip dan dikemukakan Penuntut Umum tersebut diatas dan menurut Penuntut Umum saling bersesuain maka dapat disimpulkan bahwa pembicaraan antara saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dengan saksi JERRY HERMAWAN LO dan saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO adalah untuk mengikuti orang secara terus menerus dan untuk mencari pidananya bukan untuk membunuh.
Fakta ini merupakan fakta yang sebenarnya.
Akan tetapi dengan berdasarkan pada keterangan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD, saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO dan saksi JERRY
HERMAWAN LO tersebut Penuntut Umum pada halaman 155 Surat Tuntutan telah menyatakan kesimpulan sebagai berikut : “ menyimak dan memperhatikan keterangan saksi-saksi tersebut diatas, ternyata unsur ini telah dapat dibuktikan secara sah dan menyakinkan, yaitu : Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, SIGID HARYO WIBISONO dan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD bersama-sama melakukan penganjuran untuk menghilangkan nyawa NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR..”
Kesimpulan tersebut sangat keliru karena tidak sesuai dengan keterangan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD, keterangan saksi JERRY HERMAWAN LO dan keterangan saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO yang dikutip dan dikemukakan Penuntut Umum yang menyatakan hanya untuk mengikuti orang secara terus menerus dan untuk mencari pidananya bukan untuk membunuh.
Dengan berdasarkan pada keterangan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD, saksi JERRY HERMAWAN LO, saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO, saksi SIGID HARYO WIBISONO dan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH, yang menyatakan tidak pernah ada pembicaraan untuk membunuh NASRUDIN dapat disimpulkan tidak ada rencana untuk membunuh NASRUDIN. Karena itu kerjasama yang diinsafi/disadari untuk menganjurkan melakukan pembunuhan terhadap NASRUDIN tidak terbukti. Demikian juga perbuatan pelaksanaan untuk menganjurkan EDO membunuh NASRUDIN tidak ada dilakukan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH.
Berdasarkan pembahasan tersebut maka unsur menganjurkan orang lain untuk melakukan kejahatan (Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP) tidak terbukti. Karena Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP tidak terbukti maka dakwaan tidak terbukti sehingga Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., harus diputus bebas.
d. Mengenai “ Dengan Sengaja Dan Direncanakan Terlebih Dahulu Merampas Nyawa Orang Lain “ (Pasal 340 KUHP).
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Dalam Surat Dakwaan penuntut Umum mencantumkan bahwa 2 (dua) anak peluru yang ditemukan dalam kepala korban diameter 9 millimeter.
Bahwa Visum Et Repertum dari Rumah Sakit Cipto Manggunkusumo No : 1030/SK.II/03/2-2009 tgl 30 Maret 2009 yang dibuat dan ditandatangani saksi Dr. Abdul Mun’in Idries, SpF, pada kesimpulannya menyatakan sebagai berikut :
“ Pada mayat laki-laki yang berumur sekitar 40 tahun ini didapatkan 2 (dua) buah luka tembak masuk pada sisi kepala sebelah kiri, kerusakan jaringan otak serta pendarahan dalam rongga tengkorak serta 2 (dua) butir anak peluru yang sudah tidak utuh “
“ Sebab matinya orang ini akibat tembakan senjata api yang masuk dari sisi sebelah kiri, berdasarkan sifat lukanya 2 (kedua) luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh, peluru pertama masuk dari arah belakang sisi kepala sebelah kiri dan peluru 2 (kedua) masuk dari arah depan sisi kepala sebelah kiri, diameter kedua anak peluru tersebut 9 milineter dengan ulir kekanan, hal tersebut sesuai dengan peluru yang ditembakkan dari senjata api kaliber 0,38 tipe S&W.”
Bahwa Ahli Dr. Abdul Min’in Idris, SpF, memberikan keterangan bahwa 2 (dua) anak peluru yang ditemukan dikepala korban NASRUDIN diameter 9 millimeter.
Berdasarkan Visum Et Repertum dan keterangan Ahli Dr. Abdul Mun’in Idris, SpF, tersebut terdapat fakta bahwa NASRUDIN ZULKARNAIN meninggal karena ditembak dengan dua peluru kaliber 9 milimeter. Apakah 2(dua) anak peluru diameter 9 millimeter tersebut ditembakan dari barang bukti pistol revolver tipe S&W kaliber 38 ?
Menurut keterangan Ahli Roy Haryanto (Ahli senjata) dibawah sumpah dipersidangan memberikan keterangan sebagai berikut :
Bahwa peluru diameter 9 millimeter tidak bisa masuk kedalam pistol revolver tipe S&W kaliber 38.
Keterangan Ahli Roy Haryanto tersebut bersesuaian dengan keterangan Ahli Drs. M. Simanjuntak yang diajukan Penuntut Umum dipersidangan dibawah sumpah memberikan keterangan :
Bahwa peluru diameter 9 millimeter tidak bisa masuk kedalam pistol revolver tipe S&W kaliber 38.
Berdasarkan keterangan Ahli Dr. Abdul Mun’in Idris, SpF, dan keterangan Ahli Roy Haryanto dan keterangan Drs. M. Simanjuntak tersebut yang saling bersesuaian diperoleh fakta hukum bahwa 2 (dua) anak peluru yang ditemukan dikepala korban NASRUDIN bukan ditembakan dari barang bukti pistol revolver tipe S&W kaliber 38 atau dengan kata lain 2(dua) anak peluru yang ditemukan dikepala korban NASRUDIN ditembakkan dari pistol lain oleh orang lain setidak-tidaknya bukan ditembakkan oleh DANIEL DAEN SABON als. DANIL.
Mengenai Putusan Pengadilan Negeri Tangerang.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Penuntut Umum melampirkan foto copy Putusan Pengadilan Negeri Tangerang dalam Surat Tuntutan dan menggunakannya sebagai alat bukti.
Apakah Putusan Pengadilan Negeri Tangerang dalam perkara Terdakwa JERRY HERMAWAN LO, Terdakwa EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO, Terdakwa HENDRIKUS KIA WALEN als. HENDRIK, Terdakwa FRANSISKUS TADON KERAN als. AMSI, Terdakwa HERY SANTOSO bin RASJA als. BAGOL, Terdakwa DANIEL DAEN SABON als. DANIL dapat digunakan sebagai alat bukti dalam perkara Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH. Putusan Pengadilan Negeri Tangerang tersebut tidak dapat digunakan sebagai alat bukti karena :
-
Putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum tetap.
Sepanjang pemeriksaan persidangan Penuntut Umum tidak pernah mengajukan Putusan tersebut sebagai alat bukti atau sebagai barang bukti. Foto copy Putusan tersebut muncul sebagai lampiran Surat Tuntutan tanpa terlebih dahulu diperiksa dipersidangan.
Mengenai saksi HENDRIKUS KIA WALEN als. HENDRIK, saksi FRANSISKUS TADON KERAN als. AMSI, saksi HERY SANTOSO bin RASJA als. BAGOL, saksi DANIEL DAEN SABON als. DANIL.
Dalam persidangan perkara Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., ini tidak pernah didengar keterangan dari saksi HENDRIKUS KIA WALEN als. HENDRIK, saksi FRANSISKUS TADON KERAN als. AMSI, saksi HERY SANTOSO bin RASJA als. BAGOL, saksi DANIEL DAEN SABON als. DANIL.
Pada hal Penuntut Umum harus membuktikan adanya rangkaian dari perbuatan dari awal terjadinya pembujukan yang didakwakan sampai dengan terjadinya pembunuhan.
Bahwa benar ada fakta NASRUDIN dibunuh tetapi siapa pembunuhnya dan bagaimana rangkaian-rangkaian keterkaitan satu dengan lainnya sejak penganjuran sampai dengan terbunuhnya NASRUDIN tidak terbukti.
Berdasarkan pembahasan yuridis tersebut diatas perbuatan “ dengan sengaja “ dan “ dengan direncanakan terlebih dahulu merampas nyawa orang lain Pasal 340 KUHP “ tidak terbukti.
Karena Pasal 340 KUHP tidak terbukti maka dakwaan tidak terbukti sehingga Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., harus diputus bebas.
Dengan tidak terbuktinya Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP dan Pasal 340 KUHP maka dakwaan Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 55 ayat (1) ke-2 jo Pasal 340 KUHP tidak terbukti.
4. PEMBAHASAN YURIDIS TERHADAP URAIAN PERBUATAN YANG DIDAKWAKAN DALAM SURAT DAKWAAN.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat. Kami akan mengemukakan Pembahasan Yuridis terhadap uraian perbuatan yang didakwakan dalam Surat Dakwaan.
A.
Uraian Perbuatan Tentang Pelecahan Seksual.
Dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum mencantumkan uraian dakwaan pelecehan seksual dengan hanya didasarkan pada keterangan 1 (satu) orang saksi yaitu RANI JULIANI.
Pasal 185 ayat (2) KUHAP berbunyi sebagai berikut :
“ Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa Terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.”
Berdasarkan Pasal 185 ayat (2) KUHAP azas Unus Testis Nullus Testis tersebut jika dalam suatu perkara hanya ada 1 (satu) alat bukti keterangan saksi maka tidak layak untuk dicantumkan dalam dakwaan. Azas Unus Testis Nullus Testis ini pun dilanggar Penuntut Umum dengan cara antara lain :
Menyatakan seolah-olah fakta yang benar terjadi pelecehan seksual dikamar 803 Hotel Grand Mahakam dengan mendasarkan pada keterangan 1 (satu) orang saksi yaitu RANI JULIANI. Rekaman tidak termasuk alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP dan juga tidak termasuk sebagai sumber untuk memperoleh petunjuk sebagaimana diatur dalam Pasal 188 ayat (2) KUHAP.
Keterangan Ahli yang menyangkut rekaman tersebut juga tidak dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah karena materi keterangan Ahli adalah tentang rekaman yang mana rekaman tersebut tidak sah sebagai alat bukti dalam perkara Tindak Pidana Umum.
Karena itu alat bukti yang ada hanya keterangan 1 (satu) orang saksi yaitu saksi RANI JULIANI yang menurut Azas Unus Testis Nullus Testis tidak merupakan alat bukti.
B. Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 3 Surat Dakwaan Menyatakan : “ Atas Ancaman Tersebut Terdakwa Merasa Takut Dan Panik Lalu Menduga Orang Yang Meneror Tersebut Adalah Korban, Kemudian Saksi Sigid Haryo Wibisono Diminta Membantunya Mengatasi Terror Tersebut Dengan Cara Mengamankan Atau Menghabisinya.
Bahwa uraian perbuatan dalam dakwaan tersebut tidak benar dan tidak terbukti karena :
Alat bukti keterangan Terdakwa yaitu keterangan Terdakwa dipersidangan menyatakan Terdakwa tidak merasa terkait dan tidak pernah panik. Alat bukti saksi maupun alat bukti lainnya tidak ada yang dapat membuktikan bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., merasa takut dan panik.
Keterangan saksi SIGID dibawah sumpah dipersidangan bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., tidak pernah meminta saksi menghabisi korban NASRUDIN.
Keterangan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., dipersidangan menyatakan bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., tidak pernah meminta saksi SIGID membantunya menghabisi korban NASRUDIN.
C.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 3 Surat Dakwaan :
“ Karena kerja Tim tidak bisa menghentikan ancaman dan terror yang dilakukan korban terhadap diri dan keluarganya, Terrdakwa semakin panik dan takut, selanjutnya kembali menemui saksi SIGID HARYO WIBISONO dirumahnya di Jalan Pati Unus No. 35 Kebayaron Baru Jakarta Selatan dan menyampaikan keluhannya serta meminta saksi SIGID HARYO WIBISONO untuk mencari cara mengamankan atau menghabisi korban.”
Bahwa uraian perbuatan dalam dakwaan tersebut tidak terbukti karena :
Alat bukti keterangan Terdakwa yaitu keterangan Terdakwa dipersidangan menyatakan Terdakwa tidak merasa takut dan tidak pernah panik.
Alat bukti saksi maupun alat bukti lainnya tidak ada yang dapat membuktikan bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., merasa takut dan panik.
Keterangan saksi SIGID dibawah sumpah dipersidangan bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., tidak pernah meminta saksi menghabisi korban NASRUDIN. Keterangan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., dipersidangan menyatakan bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., tidak pernah meminta saksi SIGID membantunya menghabisi korban NASRUDIN.
D.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 4 Surat Dakwaan :
“ Karena terus menerus didesak, saksi SIGID HARYO WIBISONO menyetujui permintaan dan bersedia membantu Terdakwa untuk menghabisi korban dengan cara menjadikan korban sebagai Tersangka dalam perkara Korupsi oleh KPK, menjadikan korban sebagai korban perampokan yang akan dilakukan oleh TKI (orang-orang yang tidak bekerja di Indonesia) dengan tujuan untuk menghabisi korban, kemudian saksi SIGID HARYO WIBISONO menyampaikan kepada Terdakwa akan mengusahakan orang yang bisa menghabisi korban melalui saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD.”
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
Saksi SIGID HARYO WIBISONO dibawah sumpah dipersidangan memberikan keterangan :
-Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., tidak pernah meminta saksi SIGID HARYO WIBISONO menghabisi NASRUDIN.
Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., memberikan keterangan tidak pernah meminta bantuan SIGID untuk membunuh NASRUDIN.
-
Rekaman bukan alat bukti yang sah dalam perkara Tindak Pidana Umum.
Keterangan Ahli dan Berita Acara tentang rekaman tersebut juga tidak sah karena materinya menyangkut rekaman yang tidak sah sebagai alat bukti.
Alat bukti saksi maupun alat bukti yang sah lainnya tidak ada yang dapat digunakan membuktikan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., meminta bantuan SIGID HARYO WIBISONO membunuh NASRUDIN.
E.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 4 Surat Dakwaan :
“ Setelah itu saksi SIGID HARYO WIBISONO menghubungi saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD dan menyampaikan permasalahan yang dihadapi Terdakwa serta keinginan Terdakwa untuk menghabisi korban, apabila berhasil mewujudkan keinginan tersebut, maka Terdakwa akan membicarakan promosi kenaikan pangkat dan jabatannya kepada Kapolri.” Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
-
Saksi SIGID memberikan keterangan dibawah sumpah:
-Bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., tidak pernah meminta bantuan untuk membunuh NASRUDIN. -Bahwa saksi SIGID tidak pernah membicarakan pembunuhan NASRUDIN kepada Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD.
Saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Bahwa saksi tidak pernah mendapat permintaan dari Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., maupun dari saksi SIGID HARYO WIBISONO untuk membunuh NASRUDIN.
-
Keterangan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH.
-Bahwa Terdakwa tidak pernah mempunyai keinginan untuk membunuh NASRUDIN.
F.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 4 Surat Dakwaan :
“ Selanjutnya akhir bulan Januari 2009, Terdakwa dipertemukan oleh saksi SIGID HARYO WIBISONO dengan saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD di Jalan Pati Unus No.35 Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Setelah bertemu Terdakwa menyampaikan keluhan/terror yang dialaminya dan keluarga kepada saksi SIGID HARYO BIWISONO dan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD, kemudian meminta saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD untuk menyelesaikan terror dan ancaman yang dilakukan korban terhadap diri dan keluarganya dengan cara menghabisi korban dan saksi SIGID HARYO WIBISONO akan mempersiapkan dana oprasional untuk mewujudkan pekerjaan tersebut, mendengar keluhan dan permintaan tersebut, sebaliknya saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD menyampaikan keinginannya agar Terdakwa membicarakan kemungkinan kenaikkan pangkat dan jabatannya kepada Kapolri. Dengan adanya harapan serta peluang promosi jabatan, saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD mengatakan “ siap mengamankan “.
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
Saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Bahwa dalam pertemuan saksi dengan Terdakwa ANTASARI AZHAR dan saksi SIGID HARYO WIBISONO tidak ada pembicaraan untuk membunuh NASRUDIN.
-Saksi tidak pernah mengatakan kepada Terdakwa ANTASARI AZHAR “ siap mengamankan “.
--
Pada pertemuan tersebut tidak ada pembicaraan tentang dana oprasional.
-
Saksi SIGID HARYO WIBISONO memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Bahwa dalam pertemuan dengan Terdakwa ANTASARI AZHAR dan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD tidak ada pembicaraan membunuh NASRUDIN.
--
Pada pertemuan tersebut tidak ada pembicaraan tentang dana oprasional.
-
Keterangan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH. :
-Bahwa dalam pertemuan dengan saksi SIGID HARYO WIBISONO dan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD tidak ada pembicaraan untuk membunuh NASRUDIN. --
Pada pertemuan tersebut tidak ada pembicaraan tentang dana oprasional.
G.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 4 Surat Dakwaan :
“ Hasil pertemuan itu disepakati Terrdakwa akan membicarakan kemungkinan kenaikkan pangkat dan jabatan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dengan Kapolri dan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD akan mencari orang yang bisa menghabisi korban, guna menghentikan ancaman dan terror yang dilakukan terhadap Terdakwa.”
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
Saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD memberikan keterangan dibawah sumpah :
--
Tidak ada pembicaraan saksi akan mencari orang untuk menghabisi NASRUDIN
-
Saksi SIGID HARYO WIBISONO memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Tidak ada pembicaraan bahwa saksi WILIARDI WIZARD akan mencari orang untuk membunuh NASRUDIN. -
Keterangan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH. :
-Tidak ada pembicaraan bahwa saksi WILIARDI akan mencari orang untuk menghabisi NASRUDIN. -Pertemuan Kombes Pol. WILIARDI WIZARD dengan saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO dan JERRY HERMAWAN LO tanpa sepengatahuan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH.
H.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 4 Surat Dakwaan :
“ Sesuai kesepakatan Terdakwa memberikan foto korban, foto mobil, alamat rumah dan alamat kantor korban kepada saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD yang diserahkan oleh saksi SIGID HARYO WIBISONO yang sebelumnya diterima dari Tim yang dibentuk Kapolri yang diketuai Kombes Pol. Drs. H. CHAIRUL ANWAR,MH.”
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
Saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Bahwa saksi tidak pernah menerima amplop berisi foto dari Terdakwa ANTASARI AZHAR.
-Bahwa saksi menerima amplop berisi foto dari saksi SIGID HARYO WIBISONO pada saat pertemuan berdua dengan SIGID sebelum pertemuan bertiga.
-
Saksi INDRA APRIADI memberikan keterangan dibawah sumpah:
-Bahwa saksi melihat saksi WILIARDI WIZARD keluar dari rumah SIGID dan masuk kemobil setelah bertemu bertiga tidak ada membawa amplop coklat.
-
Keterangan Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH. :
-Bahwa Terdakwa tidak pernah memberikan amplop coklat kepada saksi WILIARDI WIZARD.
I.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 4 Surat Dakwaan :
“ Pada pertemuan tersebut, saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD menyerahkan 1 (satu) lembar kertas HVS yang ada gambar foto seorang laki-laki yang dibawahnya bertuliskan nama korban NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR beserta alamat lengkap rumah dan kantornya dan 1 (satu) lembar kertas HVS bergambar mobil BMW warna silver dengan plat No. Pol. B 191 E, selanjtnya meminta bantuan saksi JERRY HERMAWAN LO untuk mencarikan seseorang yang dapat menghabisi nyawa korban karena orang tersebut sangat berbahaya bagi Negara dan misi tersebut merupakan tugas Negara.” Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
Saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Saksi tidak pernah meminta bantuan JERRY HERMAWAN LO untuk mencarikan seseorang yang dapat menghabisi nyawa NASRUDIN.
-
Saksi JERRY HERMAWAN LO memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Saksi WILIARDI WIZARD tidak pernah meminta kepada saksi untuk mencari orang menghabisi nyawa NASRUDIN. Alat bukti saksi lainya maupun alat bukti yang sah lainnya tidak ada yang dapat membuktikan adanya permintaan saksi WILIARDI mencari orang untuk menghabisi nyawa NASRUDIN.
J.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 4 Surat Dakwaan :
“ Menyingkapi permintaan tersebut pada malam itu juga saksi JERRY HERMAWAN LO menghubungi dan meminta saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO untuk bersedia bertemu dengan saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD serta datang kerumahnya di Komp. Perumahan Permata Buana Blok A7 No. 13 Kembangan Jakarta Barat, Ketika bertemu saksi JERRY HERMAWAN LO menyampaikan ada tugas Negara dan sangat rahasia yaitu mengenalkan seseorang yang dapat menghabisi nyawa seseorang lelaki yang fotonya ada pada kertas HVS sambil menunjukan foto yang diterimanya dari saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD.
Setelah pembicaraan tersebut saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO meninggalkan rumah saksi JERRY HERMAWAN LO lalu menghubungi saksi HENDRIKUR KIA WALEN als. HENDRIK dan menyampaikan adanya orderan untuk menghilangkan nyawa korban.” Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
-
Saksi JERRY HERMAN LO memberikan keterangan dib7awah sumpah :
-Saksi tidak pernah meminta EDO mengenalkan seseorang yang dapat menghabisi nyawa seorang laki-laki yang ada dalam foto..
Saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Saksi JERRY HERMAWAN LO tidak pernah meminta kepada saksi untuk mengenalkan seseorang yang dapat menghabisi nyawa seorang laki-laki yang ada dalam foto..
K. Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 5 Surat Dakwaan :
“Keesokan harinya pada tgl 2 Februari 2009 sekira pukul 19.20 Wib saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD, saksi JERRY HERMAWAN LO, dan saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO bertemu di café/restoran Arena Bowling Ancol Jakarta Utara, pada pertemuan tersebut saksi JERRY HERMAWAN LO kembali meminta saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO agar mencari orang guna menghabisi orang yang fotonya pernah ditunjukkannya karena membahayakan keamanan Negara sambil menyerahkan amplop warna coklat berisi 2 (dua) lembar foto dicetak diatas kertas HVS yaitu foto korban NASRUDIN ZULKARNAIN ISKANDAR beserta alamat lengkap rumah dan kantornya dan foto mobil BMW warna silver dengan plat nomor Polisi B 191E.
Pada kesempatan itu saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD juga menjelaskan hal yang sama kepada saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO untuk melaksanakan atau menyelesaikan tugas Negara tersebut menjelanmg Pemilu Legislatif karena membahayakan Negara dan meminta mengenalkan seseorang yang dapat melaksanakan tugas menghabisi nyawa korban.”
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
-
Saksi JERRY HERMAN LO memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Saksi tidak pernah meminta EDO mengenalkan seseorang yang dapat menghabisi nyawa seorang laki-laki yang ada dalam foto.. Saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Saksi JERRY HERMAWAN LO tidak pernah meminta kepada saksi untuk mengenalkan seseorang yang dapat menghabisi nyawa seorang laki-laki yang ada dalam foto. Saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Pada pertemuan di Café Bowling Ancol saksi tidak pernah meninta kepada EDO untuk mengenalkan seseorang yang dapat melaksanakan tugas menghabisi orang.
-Saksi hanya meminta untuk mengikuti secara terus menerus 24 jam dan mencari pidananya.
l.
Uraian perbuatan dakwaan halaman 5 Surat Dakwaan :
“ Setelah pertemuan saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO menemui saksi HENDRIKUS KIA WALEN als. HENDRIK yang telah menunggu diparkiran mobil, kemudian menyerahkan amplop besar warna coklat sambil mengatakan pekerjaan yang akan dikerjakan menyangkut tugas Negara yaitu menghabisi orang yang ada fotonya diamplop coklat tersebut karena membahayakan keamanan Negara dan nanti akan disediakan sarana serta uang oprasional untuk memperlancar pekerjaan tersebut.”
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
Saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Saksi tidak pernah mengatakan kepada HENDRIKUS KIA WALEN als. HENDRIK bahwa pekerjaan yang akan dilakukan menyangkut tugas Negara yaitu menghabisi orang yang ada fotonya diamplop coklat.
Saksi lain ataupun alat bukti sah lainnya tidak ada yang dapat membuktikan uraian perbuatan dakwaan tersebut.
M.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 5 Surat Dakwaan :
“ Karena Terdakwa masih diteror oleh korban, pada bulan Februari 2009 Terdakwa menanggapinya dengan mengirim sms kepada korban yang isinya “ maaf mas masalah ini yang tahu hanya kita berdua kalau sampai terblow up tahu konsekwensinya “ yang kemudian sms tersebut diperlihatkan korban kepada saksi ETZA IMELDA FITRI, SH dan saksi JEFFY LUMEMPOUW, SH .”
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
-
Saksi ETZA IMELDA FITRI, SH, memberikan keterangan dibawah sumpah :
--
Saksi hanya membaca sms yang tertulis pada Hp. NAZRUDIN.
--
Saksi tidak melihat Terdakwa ANTASARI AZHAR mengirim sms.
--
Saksi tidak mengetahui siapa yang mengirim sms.
Keterangan Ahli RUBY ZIKRI ALAMSYAH memberikan keterangan dibawah sumpah :
--
Tidak ada sms dari Hp Terdakwa ANTASARI AZHAR ke Hp NASRUDIN.
-Ahli mengatakan dapat terjadi penggunaan nomor Hp oleh orang lain dengan cara kloning tanpa sepengetahuan pemilik asli Hp.
Keterangan Ahli Dr. AGUNG HARSOYO memberikan keterangan dibawah sumpah:
--
Tidak ada sms dari Hp Terdakwa ANTASARI AZHAR ke Hp. NASRUDIN.
-Ahli mengatakan dapat terjadi penggunaan nomor Hp. oleh orang lain dengan cara cloning tanpa sepengetahuan pemilik asli Hp.
Tidak ada alat bukti saksi lain atau alat bukti sah lainnya yang dapat membuktikan bahwa Terdakwa ANTASARI AZHAR mengirim sms tersebut kepada NASRUDIN.
N.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 5 Surat Dakwaan :
“ Selanjutnya pada awal bulan Maret 2009 Kombes Pol. WILIARDI WIZARD menemui saksi SIGID HARYO WIBISONO di Kantor Pers Indonesia Merdeka Jl. Kerinci VIII No.63 Kebayoran Baru Jakarta Selatan meminta dana oprasional untuk melaksanakan niat untuk menghabisi nyawa korban sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Permintaan tersebut, saksi SIGID HARYO WIBISONO menugaskan saksi SETIO WAHYUDI menyerahkan dana sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD, namun sebelum menyerahkan uang saksi SIGID HARYO WIBISONO memberitahukan lebih dahulu kepada Terdakwa via telepon dan mengatakan bahwa ia akan menyerahkan uang oprasional kepada saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan uang tersebut adalah sebagai pinjaman yang harus dikembalikan lagi dan Terdakwa menjawab “ nanti akan dicarikan gantinya.”
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
-
Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH.,memberikan keterangan:
-Terdakwa tidak ada menerima pemberitahuan dari SIGID HARYO WIBISONO tentang uang yang diberikannya kepada saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD. -Terdakwa ANTASARI AZHAR, SH, MH., tidak ada mengatakan kapada SIGID “ nanti akan dicarikan gantinya.”
Keterangan saksi SIGID HARYO WIBISONO berdiri sendiri tanpa didukung saksi lain atau alat bukti sah lainnya sehingga merupakan Unus Testis Nullus Testis.
O.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 5 Surat Dakwaan :
“ Setelah menerima dana oprasional sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD menemui saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO dipelataran lobby Cilandak Town Square (Citos) lalu menyerahkan uang sebesar Rp. 5000.000.000,- 9lima ratus juta rupiah) untuk biaya oprasional.
Pada malam itu juga saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO menyerahkan uang oprasional menghabisi korban sebesar Rp. 500.000.000,- (lima raus juta rupiah) kepada saksi HENDRIKUS KIA WALEN als. HENDRIK di MC. Donal Tebet dan menugaskan agar segera menghabisi korban, namun uang yang diambil hanya sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) saja.”
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
Saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Saksi tidak pernah menugaskan saksi HENDRIKUS KIA WALEN als. HENDRIK untuk menghabisi korban.
Saksi HENDRIKUS KIA WALEN als. HENDRIK tidak memberikan keterangan dipersidangan perkara ini.
Saksi lain atau alat bukti sah lainnya tidak ada yang dapat membuktikan uraian perbuatan yang didakwakan tersebut.
P.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 6 Surat Dakwaan :
“ Setelah menyerahkan uang sebanyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO mengatakan kepada saksi HENDRIKUS KIA WALEN als. HENDRIK harus bertanggung jawab melaksanakan tugas menghabisi korban.” Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
Saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Saksi tidak pernah mengatakan kepada HENDRIKUS KIA WALEN als. HENDRIK “ harus bertanggung jawab melaksanakan tugas mengahabisi korban.
Saksi HENDRIKUS KIA WALEN als. HENDRK tidak memberikan keterangan dipersidangan perkara ini.
Saksi lain atau alat bukti sah lainnya tidak ada yang dapat membuktikan uraian perbuatan yang didakwakan tersebut.
Q.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 6 Surat Dakwaan :
“ Untuk memastikan tugas menghabisi korban sudah dijalankan atau belum, saksi Kombes Pol. WILIARDI WIZARD menghubungi saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO dan mengajak bertemu diruang kerjanya di Subdit Pariwisata Baminkam Mabes Polri Jakarta, pada pertemuan tersebut saksi Kombes Pol. WILIARDI
WIZARD kembali menegaskan bahwa tugas menghabisi korban benar-benar tugas Negara dan pelaksanaannya jangan sampai lewat Pemilu Legislatif tahun 2009 karena akan sia-sia serta akan meledak sebab menyangkut keamanan Negara dan menegaskan supaya saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO tidak usah khawatir karena sumua ini sudah diatur dan diamankan bilah pekerjaan ini berhasil maka pangkat dan karirnya akan naik. Sebaliknya saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO mengatakan bahwa dana oprasional yang telah diterimanya sudah diserhkan kepada seorang pelaksana dilapangan .”
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
Saksi Kombes Pol. Drs. WILIARDI WIZARD memberikan keterangan dibawah sumpah :
-Bahwa saksi tidak pernah mengatakan kepada EDO bahwa tugas menghabisi korban benar-benar tugas Negara dan pelaksanaannya jangan sampai lewat Pemilu Legislatif 2009. -Bahwa saksi hanya meminta EDO mengikuti secara terus menerus 24 jam dan mencari pidananya.
Saksi EDUARDUS NOE NDOPO MBETE als. EDO memberikan keterangan dibawah sumpah : -Bahwa tidak ada permintaan saksi WILIARDI WIZARD untuk membunuh NASRUDIN. -Bahwa saksi WILIARDI WIZARD hanya minta mengikutu secara terus menerus 24 jam dan mencari pidananya..
Saksi lain atau alat bukti sah lainnya tidak ada yang dapat membuktikan uraian perbuatan yang didakwakan tersebut.
R.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 6 Surat Dakwaan :
“…kemudian saksi DANIEL DAEN SABON als. DANIL mengarahkan senjata api jenis revolver tipe S&W caliber 38 yang telah dipersiapkannya kearah kaca kecil samping kiri belakang mobil BMW lurus searah dengan kepala korban lalu menembak atau menarik pelatuk senjata api tersebut sebanyak 2 (dua) kali, sehingga peluru menembus kaca pintu mobil dan kena tepat dikepala korban.”
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar karena :
2 (dua) butir anak peluru yang berada dikepala korban NASRUDIN berdiameter 9 millimeter.
Ukuran diameter 9 millimeter ini didasarkan pada :
-Keterangan Ahli Dr. ABDUL MUN’IN IDRIS, SpF., dibawah sumpah dipersidangan menyatakan 2 (dua) anak peluru yang berada dikepala NASRUDIN berdiameter 9 millimeter dengan ulir kekanan. -Visum Et Refertum No. 1030/SK.II/03/2-2009 tgl 30 Maret 2009 yang didalamnya mencantumkan 2 (dua) anak peluru yang ditemukan dikepala korban berdiameter 9 millimeter dengan ulir kekanan.
Ahli Drs. M. SIMANJUNTAK dibawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut :
-38.
Bahwa peluruh 9 millimeter tidak bisa masuk ke pistol revolver tipe S&W kaliber
Ahli ROY HARYANTO dibawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut :
-Bahwa peluru diameter 9 millimeter tidak bisa masuk kepistol revolver tipe S&W kaliber 38.
Berdasarkan keterangan Ahli Dr. ABDUL MUN’IN IDRIS, SpF., Ahli Drs. M. SIMANJUNTAK, Ahli ROY HARYANTO dan Visum Et Refertum diperoleh Fakta Yuridis :
Bahwa 2 (dua) anak peluru yang ditemukan dikepala NASRUDIN bukan ditembakan dari barang bukti senjata api jenis revolver tipe S&W caliber 38.
Bahwa 2 (dua) anak peluru yang ditemukan dikepala NASRUDIN ditembakan dari senjata api lain.
Bahwa berdarakan Fakta Yuridis tersebut maka uraian perbuatan yang didakwakan yaitu saksi DANEIL DAEN SABON als. DANIL menembak NASRUDIN dengan barang bukti senjata api jenis revolver tipe S&W kaliber 38 tidak terbukti.
S.
Uraian Perbuatan Dakwaan Halaman 6 Surat Dakwaan :
“ Setelah mengetahui bahwa korban telah meninggal dunia karena ditembak, saksi SIGID HARYO WIBISONO menghubungi Terdakwa dan mengatakan “ bagaimana nih pak, bisa runyam kita ? “ dan Terdakwa menjawab “ tenang saja saya sudah kordinasikan.”
Uraian perbuatan dakwaan tersebut tidak benar :
Saksi SIGID HARYO WIBISONO dan Terdakwa ANTASARI AZHAR menyatakan dipersidangan tidak ada pembicaraan seperti tersebut dalam uraian dakwaan.
Saksi lain dan alat bukti sah lainnya tidak ada yang dapat membuktikan uraian perbuatan tersebut.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan, Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati, Hadirin yang Terhormat.
Dengan Pembahasan Yuridis tersebut diatas telah kami buktikan bahwa seluruh uraian perbuatan yang didakwakan Penuntut Umum dalam Surat Dakwaan tidak benar dan tidak terbukti.
Dengan demikian dakwaan yang didakwakan Penuntut Umum Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-2 jo. Pasal 340 KUHP tidak terbukti secara sah dan menyakinkan menurut hukum.
V. KESIMPULAN DAN PERMOHONAN
Majelis Hakim yang Mulia, Jaksa Penuntut Umum dan hadirin yang kami hormati.
KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh pembahasan yuridis di atas kami berkesimpulan sebagai berikut:
Tidak ada alat bukti yang sah dan cukup yang dapat mendukung pembuktian Dakwaan.
Terdakwa Antasari Azhar, SH,MH, tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana yang didakwakan.
Terdakwa Antasari Azhar, SH,MH, harus diputuskan bebas dari seluruh dakwaan (vrijspraak).
PERMOHONAN / PENUTUP
Majelis Hakim yang Mulia, Jaksa Penuntut Umum dan hadirin yang kami hormati.
Antasari Azhar yang saat ini duduk dihadapan Majelis Hakim sebagai Terdakwa, benar – benar tengah menghadapi kezaliman yang sangat luar biasa, betapa tidak, ia bukan saja telah diberhentikan sementara sebagai pegawai negeri dan diberhentikan tetap sebagai ketua KPK melainkan harus mengalami kenyataan yang lebih pahit yaitu telah dipermalukan secara terbuka, bukan saja dihadapan keluarganya melainkan juga didepan publik untuk kemudian dituntut untuk dihukum MATI .Gambar terdakwa dengan seragam tahanan masih sering ditayangkan oleh stasiun TV. Sungguh ironis, tetapi itulah yang terjadi.
Majelis Hakim yang Mulia, Jaksa Penuntut Umum dan hadirin yang kami hormati.
Setelah menguraikan segala sesuatu yang kami anggap relevan dalam Nota pembacaan naskah pembelaan ini perkenankanlah kami memohonkan perhatian Majelis yang kami muliakan tentang perjalanan karir terdakwa yaitu sebagai berikut: Bahwa Terdakwa menjelaskan riwayat hidup dibidang hukum, pertama kali menjadi pegawai negeri di BPHN Departemen Kehakiman tahun 1981-1985, Jaksa Fungsional di Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat tahun 1985-1989, kemudian Kasubsi Pra Penuntutan di Kejaksaan Negeri Tanjung Pinang tahun 1989-1992, Kasi Penyidikan Korupsi di Kejaksaan Tinggi Lampung tahun 1992-1994, kemudian Kasi Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Jakarta Barat tahun 1994-1995, kemudian Kasi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Jakarta Barat tahun 1995-1996, Kepala Kejaksaan Negeri Baturaja, Kasubdit Upaya Hukum Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung RI tahun 1999, Kepala Bidang Penyelenggara Pusat Operasi Intelijen Kejaksaan Agung RI tahun 1999, Kasubdit Penyidikan Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung RI tahun 1999-2000, Kepala Bidang Hubungan Media Massa PUSPENKUM Kejaksaan Agung RI tahun 2000, Asisten Tindak Pidana Umum Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta tahun 2002, Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Riau tahun 2002, Kepala Pusat Penerangan Hukum (KAPUSPENKUM) Kejaksaan Agung RI pada tahun 2003, Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara pada tahun 2003-2004, Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat pada tahun 2004-2006, Direktur Penuntutan pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum pada tahun 2006-2007, dari Jaksa Agung mendapat perintah mengikuti test untuk pimpinan KPK, sejak pertengahan Desember, 18 Desember 2007 menjadi Pimpinan KPK sampai dengan 4 Mei 2009 dilakukan penahanan. Demikianlah sekelumit riwayat, pengabdian dan perjalanan panjang karir Terdakwa yang demikian gemilang berikut berbagai tanda penghargaan yang pernah diterimanya antara lain:
Satya Lencana Karya Satya 10 tahun Satya Lencana Karya Satya 20 tahun
Tanda penghargaan itu barangkali saat ini masih tergantung di dinding rumah atau bahkan di ruang kantor Terdakwa yang tidak sempat dibenahinya karena harus menerima kenyataan diberhentikan dari jabatannya dan kemudian ditahan.
Perjalanan karir panjang yang demikian gemilang ini tiba – tiba dengan begitu mudah diruntuhkan dengan tuduhan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, yaitu skandal sex dan pembunuhan berencana. Tanda penghargaan pengabdian panjang yang pernah diterimanya seakan tidak lagi memberi arti.
Majelis Hakim yang Mulia, Jaksa Penuntut Umum dan hadirin yang kami hormati.
Selama persidangan dalam perkara ini berlangsung kita saksikan Istri dan anak–anak terdakwa demikian pula para kerabat dekat terdakwa senantiasa hadir untuk memberikan dukungan dan rasa simpati kepada terdakwa yang tengah mengalami cobaan dalam perjalanan hidupnya ini, mereka datang atas kemauan sendiri dan semata – mata didorong rasa simpati sekaligus prihatin. Istri dan anak – anak terdakwa tentunya sangat mengharap agar penderitaan panjang ini segera berakhir dan mereka tidak lagi melihat suami dan ayahandanya hanya mampu melambaikan tangan dari dalam mobil tahanan setiap datang dan pergi meninggalkan gedung Pengadilan.
Ketika Yth Sdr JPU selesai membacakan tuntutannya agar Terdakwa dijatuhi hukuman MATI kami menyaksikan kerabat Terdakwa yang selama persidangan ini kelihatan tambah nampak mendesah dan menintikkan air mata.
Majelis Hakim yang Mulia, Jaksa Penuntut Umum dan hadirin yang kami hormati.
Semoga harapan sanak keluarga dan mereka yang selama ini memperlihatkan rasa simpatinya bukanlah harapan yang sisa – sia.
Semoga pula setelah penderitaan panjang ini mereka dapat berkumpul kembali seperti sediakala dan tidak lagi berlebaran dalam kungkungan dinding tahanan. Keadilan benar – benar mereka dambakan, tentu melalui putusan yang arif dari yang Mulia majelis hakim nantinya.
Tidak ada salahnya kalau dalam kesempatan ini kami mengingatkan Majelis Hakim yang kami muliakan akan sabda Rasullah SAW “KATAKAN YANG BENAR ITU SEBAGAI BENAR MESKIPUN PAHIT UNTUK MENGATAKANNYA ( Qullil haq walau kaana murron ) Keadilan benar – benar mereka dambakan, tentu melalui putusan yang arif dari yang Mulia majelis hakim nantinya.
Tidak ada salahnya kalau dalam kesempatan ini kami mengingatkan Majelis Hakim yang kami muliakan akan sabda Rasullah SAW “KATAKAN YANG BENAR ITU SEBAGAI BENAR MESKIPUN PAHIT UNTUK MENGATAKANNYA ( Qullil haq walau kaana murron )
PERMOHONAN Setelah memperhatikan segala ketentuan hukum yang berkaitan dengan perkara ini, kami Tim Penasehat Hukum memohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili perkara ini dapat kiranya menjatuhkan putusan: Menyatakan Terdakwa Antasari Azhar, SH,MH., tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan dalam dakwaan. Membebaskan Terdakwa Antasari Azhar, SH.,MH dari seluruh dakwaan (Vrijspraak). Barang bukti dikembalikan kepada yang berhak. Merehabiliter nama baik, harkat dan martabat Terdakwa Antasari Azhar, SH,MH. Biaya perkara dibebankan kepada Negara.
PENUTUP Demikianlah Pembelaan ini kami sampaikan dengan hormat dengan harapan mendapat pertimbangan yang seadil-adilnya dari Majelis Hakim Yang Mulia. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 28 Januari 2010
JUNIVER GIRSANG, SH, MH.
DENNY KAILIMANG, SH, MH.
HOTMA P.D. SITOMPOEL,SH, M.Hum. TUMBUR SIMANJUNTAK, SH. & nbsp;
DR. MAQDIR ISMAIL., SH., LL.M.
M. ASSEGAF, SH.
LMM. SAMOSIR SH.
HERO ANTHONY, SH.,MH.
RISKA ELITA, SH.,MH.
S. YANTHI NURDIN,SH.,MH.
MONANG SAGALA, SH.
ANISDA NASUTION, SH.
ARI YUSUF AMIR, SH.
VICTORIA SIDABUTAR, SH.
AGUS SALIM, SH., MH.
JOHN I.M. PATTIWAEL, SH.
SOPAR SITINJAK, SH.
MASAYU D. KERTOPATI, SH.
http://www.facebook.com/home.php?#/pages/AntriDongcom-SITUS-LAYANANPUBLIK/278613708504?ref=ts