MEMBANGUN OTORITAS KEILMUAN: ANALISIS DISTRIBUSI TUGAS ...
Membangun Otoritas Keilmuan: Analisis Distribusi Tugas Dosen ditinjau dari Perspektif Manajemen Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi M. Natsir Luts dan Yusria Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak: Peneltian ini membahas tentang analisis pendistribusian tugas dosen ditinjau dari perspektif manajemen pendidikan pada fakultas tarbiyah IAIN STS Jambi. Dosen adalah tenaga pendidik yang berada pada perguruan tinggi. Tugas pokok seorang dosen adalah melaksanakan tri dharma perguruan yaitu melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Terkait dengan bidang keilmuan/keahlian dosen merupakan masalah krusial. Otoritas keilmuan dan kewenangan akademik merupakan dua hal yang sangat esensial dalam kehidupan perguruan tinggi. Sementara tuntutan menjadi professional untuk profesi dosen adalah suatu keniscayaan. Menjadi professional berarti menjadi ahli dalam bidangnya, seorang yang ahli tentu berkualitas, menjadi berkualitas bukan hanya masalah ahli, tetapi menyangkut integritas dan personalitas. Dalam perspektif manajemen pendidkan terkait pengembangan sumber daya manusia, menjadi professional adalah satu kesatuan konsep personality dan integritas yang dipadupadankan dengan skill yaitu keahlian. Adalah menjadi Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
507
508
M. NATSIR DAN YUSRIA suatu keharusan dan tanggungjawab seorang dosen untuk memiliki otoritas atas keilmuan yang dimilikinya. Penelitian ini menggunakan disain penelitian deskriptif kualitatif, subjek penelitian adalah seluruh dosen fakultas tarbiyah IAIN STS Jambi, tehnik yang digunakan adalah purposive dan snowball sampling. Kata-kata kunci: Tugas Dosen, Profesionalitas Dosen, Manajemen Pendidikan.
Pendahuluan Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang memiliki karakteristik kehidupan akademik dan mempunyai privilege secara khusus untuk memberikan kemungkinan bagi para civitas akademikanya berkarya, memanfaatkannya dan tidak terlepas dari adanya kaidah, norma, dan tanggungjawab. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, ia menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk diterapkan di dalam masyarakat. Institute Agama Islam Negeri dilihat dari kajian keilmuannya adalah salah satu lembaga pendidikan yang berorientasi pada kajian keilmuan Islam. Sebagai lembaga pendidikan Islam IAIN diharapkan mampu memberikan respon dan jawaban islami terhadap tantangan-tantangan zaman saat ini. Kehidupan perguruan tinggi seperti IAIN sebagai penyelenggara pendidikan tinggi dapat berlangsung secara wajar; sehat dan produktif apabila ditopang oleh adanya kewenangan akademik dan otonomi keilmuan. Adanya hubungan kondisional antara keduanya ini merupakan hal yang sangat esensial dalam kehidupan sebuah perguruan tinggi, karena pimpinan perguruan tinggi berkewajiban mengupayakan dan menjamin agar segenap civitas akademika di perguruan tinggi dapat melaksanakan kebebasan akademik dan otonomi keilmuan secara bertanggung jawab dan mandiri.1 Harapan masyarakat, perguruan tinggi harus sudah berjalan berdasarkan pada market oriented, mengiingat iklim kompetisi semakin menghangat di era globalisasi. Selanjutnya perguruan tinggi harus memfokuskan manajerial organisasinya Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
MEMBANGUN OTORITAS KEILMUAN: ANALISIS DISTRIBUSI TUGAS ... pada kepuasan pelanggan,yang terdiri dari masyarakat pengguna (user), masyarakat intelektual, dan masyarakat peminat pendidikan (calon mahasiswa). IAIN Jambi adalah satu-satunya perguruan tinggi Islam negeri yang memiliki empat fakultas yaitu fakultas Syariah, Ushuluddin, Tarbiyah, dan fakultas Adab dengan berbagai konsentrasi (penjurusan). Fakultas tarbiyah adalah fakultas pendidikan yang memiliki jurusan dan program studi seperti jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), jurusan Kependidikan Islam (KI), dan program studi seperti program studi Bahasa Inggris, (BI), program studi Fisika, program studi Matematika, program studi Biologi dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), dengan jumlah dosen hampir mencapai dua ratus orang baik dosen tetap maupun dosen luar biasa. Fakultas tarbiyah merupakan fakultas yang banyak diminati oleh masyarakat yaitu calon mahasiswa karena fakultas tarbiyah adalah fakultas yang menjanji untuk lapangan pekerjaan. Harapan masyarakat ini seyogyakan tidak mengecewakan mereka. Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh interaksi antara dosen dan mahasiswa. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan bahwa banyak dosen yang mengajar di fakultas tarbiyah tidak sesuai dengan keahlian sebagaimana tercantum dalam Surat Keputuan (SK ) yang di keluarkan oleh Rektor. Seperti dosen dengan keahlian administrasi pendidikan dengan kepangkatan lector/lector kepala dan kepangkatan di atasnya memayungi dosen di bidang ilmu eksak. Temuan lain dosen bukan ahli di bidang metode penelitian kuantitatif berdasarkan SK mengajar yang dikeluarkan oleh Dekan fakultas Tarbiyah dosen tersebut mengajar metode penelitian kuantitatif. Selain mengajar yang tidak sesuai denga bidang keahlian dosen, juga ditemukan dosen membimbing dan menguji tidak sesuai dengan bidang keahliannya, baik dari segi kecenderungan metodologi yaitu kuantitatif ataupun kualitatif. Berdasarkan temuan yang didapat dari permasalahan di atas banyak keluhan-keluhan dari dosen tersebut mulai dari menyusun Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
509
510
M. NATSIR DAN YUSRIA materi ajar sampai dengan menyampaikan materi tersebut dosen mengalami kesulitan, persoalannya adalah pertama kesulitan dari segi merancang silabus pada mata kuliah yang akan diajar, mencari referensi, dan yang lebih urgen dari itu semua adalah kurang menguasainya dosen dalam menyampaikan materi sehingga materi tidak tersampaikan dengan maksimal, hal ini berimplikasi pada dosen bersangkutan akan sering bolos masuk dengan kata lain malas mengajar karena kurang menguasai materi, sehingga dosen hanya memberi tugas-tugas/fotokopian pada mahasiswa, efek lain adalah akan membentuk image “tertentu” pada mahasiswa terhadap dosen yang bersangkutan. Berdasarkan permasalahan di atas, makalah ini selanjutnya memuat pembahasan tentang penyebab ketidaksesuaian dosen mengajar dengan keahliannya dan job deskription yang didistribusikan oleh fakultas, dan perencanaan yang telah dilakukan, serta dampaknya terhadap profesionalitas kinerja dosen. Untuk mencermati lebih mendetail dirasakan perlu melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengangkat tema membangun otoritas kelilmuan : Analisis distribusi tugas dosen dalam perspektif Manajemen pendidikan pada Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi.
Kerangka Teori Otoritas Keilmuan Terminology ilmu dilihat dari segi bahasa Inggris adalah science. Sedangkan kata ilmu dalam bahasa arab adalah berasal dari kata alima. Ilmu bertolak dari pengalaman empiris sebagai proses penggalian. Karakteristik ilmu menurut Dadang Suhardan dkk. adalah objektif, ada pokok persoalan tertentu, memiliki sistematika konten dan wilayah kajian, terbuka dapat dijelaskan secara ilmiah, ada metodologi, dan memiliki terminology yang standar. Sejak munculnya ilmu-ilmu social otoritas telah menjadi subyek penelitian dalam berbagai pengaturan empiris. Dalam bidang pemerintahan otoritas adalah klaim legitimasi atau pembenaran hak untuk menjalankan kekuasaan2. Sementara Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
MEMBANGUN OTORITAS KEILMUAN: ANALISIS DISTRIBUSI TUGAS ... itu kata otoritas sering disamakan dengan istilah “kekuasaan”, padahal makna sebenarnya tidak sama. Kekuasaan lebih mengacu pada kemampuan untuk memerintah sedang kan orang lain tidak memiliki kemampuan itu. Michaels dalam Encyclopedia Alfabet of Social Science mendefinisikan otoritas adalah kapasitas, bawaan atau diperoleh untuk melaksanakan pengaruhnya terhadap kelompok3. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa otoritas bukanlah kapasitas tetapi hubungan. Terkait dengan itu Hassan dalam Semiawan menyebutkan bahwa wibawa keilmuan dalam mengutarakan pikiran dan pendapatnya serta penemuannya adalah pengakuan terhadap kebebasan mimbar akademik4. Selanjutnya oleh Hassan dipertegas bahwa mimbar akademik yang dilandasi otonomi keilmuan dan kebebasan ilmiah yang dimiliki mereka yang memenuhi segala persyaratan untuk itu5. Menurut Sartono Kartodiprodjo dalam Hassan yang dikutip oleh Semiawan, “Kebebasan mimbar akademik adalah prinsip yang melekat dalam kebudayaan kepakaran dilingkup universitas yang didasarkan atas integritasnya yang pada gilirannya terikat kepada etika dalam menghayati ilmu pengetahuan sebagai upaya menuju kebenaran ilmu.6 Dalam statute IAIN pasal 153,154,155 dan 156 ayat 1 point kode etik menyebutkan dalam melaksanakan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik dan otonomi keilmuan setiap anggota civitas akademika harus bertanggungjawab secara pribadi dan hasilnya tidak merugikan IAIN; selanjutnya disebutkan pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik dan otonomi keilmuan, diarahkan untuk terwujudnya pemantapan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya keislaman, teknologi dan pembangunan nasional (ayat 2)7. Jadi otoritas dan integritas keilmuan harus menjadi milik dan melekat pada diri seorang dosen untuk menunjukkan jati dirinya sebagai tenaga pendidik yang profesional. Kinerja, Fungsi dan Tugas Dosen Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan Aparatur Negara Nomor : 38/KEP/ Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
511
512
M. NATSIR DAN YUSRIA MK.Waspan/8/1999 tentang jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya pada Bab I paal I butir I Dosen adalah seorang yang berdasarkan keahlian dan diangkat oleh penyelenggara Perguruan Tinggi dengan tugas utama mengajar pada Perguruan Tinggi yang bersangkutan. Dalam pasal 2 butir 1 dituliskan dosen berkedudukan sebagai pejabat fungsional dengan tugas utama mengajar pada Perguruan Tinggi. Sedangkan dalam pasal 3 dikatakan Tugas Pokok Dosen adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran pada Perguruan Tinggi, Penelitian serta Pengabdian pada masyarakat.8 Menurut Tampubolon untuk menjalankan tugasnya sebagai dosen dengan baik dalam pengajaran, seorang dosen harus memiliki kemampuan dasar di antaranya adalah menguasai bidang ilmu kesarjanaannya, khususnya mata kuliah yang akan diajarkannya.9 Berbicara masalah kinerja dikatakan bahwa benda dan jasa sebagai hasil kegiatan manusia yang secara sadar dilakukannya disebut “kinerja”.10 Kinerja menurut Ilyas (2001) adalah penampilan hasil karya personel baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun structural tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel dalam organisasi. Sementara itu Nawawi (2008) mendefinisikan kinerja adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik/material maupun non fisik/non material. Sedangkan Mangkunegara (2009) mengartikan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Berdasarkan definisi di atas kinerja erat kaitannya dengan hasil pekerjaan seseorang dalam suatu lembaga, dimana hasil pekerjaan tersebut menyangkut kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu. Secara umum pengertian dosen atau tenaga pengajar sebagaimana dikemukakan Sisdiknas (2005) adalah pendidik professional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
MEMBANGUN OTORITAS KEILMUAN: ANALISIS DISTRIBUSI TUGAS ... teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai peraturan perundang-undangan.11 kedudukan dosen sebagai tenaga professional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta pengabdi kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Kedudukan dosen sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan system pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqawa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidangnya yaitu ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh dosen sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan tempat tugas, memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas dan memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesian. Beban kerja dosen mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran, membimbing dan melatih, melakukan penelitian , melakukan tugas tambahan dan melakukan pengabdian pada masyarakat.12 Kata profesional berasal dari bahasa Inggris berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti13. Dalam perspektif manajemen sumber daya manusia menjadi professional adalah tuntutan jabatan, dan profesi. Aspek penting dalam sebuah profesi adalah sikap professional dan kualitas kerja. Profesionalisme harus didukung oleh suatu kode etik yang berfungsi sebagai norma hukum dan sekaligus sebagai norma kemasyarakatan.14 Dosen sebagaimana tenaga pendidik lainnya seperti guru dituntut menjadi professional yang merupakan ramuan dari kualitas dan Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
513
514
M. NATSIR DAN YUSRIA integritas. Dosen sebagai tenaga pendidik di perguruan tinggi memiliki integritas dan kualitas yang tinggi terhadap ilmu dan otonomi keilmuannya. Glickman dalam Bafadhal menegaskan bahwa seorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan dan motivasi15. Dengan maksud bahwa seseorang akan bekerja secara professional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk memberi dengan sebaik-baiknya. Sementara itu profesionalisme menurut Kunandar adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang.16 Berbicara masalah mutu atau kualitas, telah lama diterapkan di dunia industri, diperkirakan dapat mengatasi permasalahan kontemporer yang muncul pada dunia pendidikan saat ini. Secara Total Quality Management (TQM) sumber daya manusia dosen (SDMD) memiliki posisi yang vital dalam membentuk image mutu lulusan maupun mutu lembaga secara umum. Kondisi ini diperkuat dengan fakta bahwa dosen memiliki otoritas tinggi dalam proses akademik, dan bahkan lebih tinggi dari profesi serupa di lembaga pendidikan di bawahnya. Meskipun ukuran mutu itu bersifat relative, akan tetapi pada dasarnya mutu tenaga pengajar di perguruan tinggi dapat dilihat dari produktivitas pelaksanaan tri darma yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Realitasnya dosen memiliki “kewenangan akademik” baik dilihat dari jenjang pendidikan maupun jabatan fungsional.17 Sedangkan kewenangan profesi ditentukan oleh kedua parameter mutu dosen tersebut walau dalam praktek keadaannya bertentangan. Perencanaan manajemen tenaga pendidik merupakan pengembangan dan strategi dalam menyusun tenaga pendidik yang komprehensif untuk memenuhi kebutuhan lembaga di masa yang akan datang. perencanaan sumber daya manusia adalah langkah awal dari pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia, namun demikian perencanaan sering diabaikan. Merujuk pada teori perencanaan manajemen sumber daya manusia ada Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
MEMBANGUN OTORITAS KEILMUAN: ANALISIS DISTRIBUSI TUGAS ... beberapa cara yang dilakukan antara lain mengunakan metode tradisional, metode perencanaan terintegrasi, seleksi, manajemen kinerja, pemberian kompensasi, dan pengembangan karier18.
Perencanaan Pendistribusian Tugas Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi Untuk melaksanakan tridarma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Terkait dengan bidang pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu dari tridarma perguruan tinggi yang akan diteliti. Oleh karena itu peran dosen dalam proses pembelajaran merupakan peran yang strategis untuk memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran akan dapat terlaksana sesuai dengan diinginkan bila didukung oleh suatu perencanaan yang sesuai dengan keahlian dan kompetensi mengajar dosen bersangkutan dalam pembelajaran. Pendistribusian tugas dosen terkait dengan pendidikan dan pengajaran dikelompokkan kepada (1) Pendistribusian terkait dengan mata kuliah yang diajarkan dan (2) Pendistribuaisn dalam hal membimbing dan menguji tugas akhir mahasiswa yaitu skripsi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Tim Pembuat Roster mata kuliah Fakultas tarbiyah sebelum mendistribusikan sejumlah mata kuliah kepada para dosen, terlebih dahulu membuat perencanaan untuk setiap semester dengan menggacu pada berapa banyak jumlah dosen yang mengajar di fakultas tarbiyah, baik dosen tetap maupun dosen luar biasa, dengan berapa banyak mata kuliah yang diajarkan pada semester tertentu, atau rasio jumlah dosen berbanding dengan jumlah mata kuliah dibagi sesuai dengan (1) kompetensi atau keahlian dosen yang bersangkutan, (2) rumpun mata kuliah yang diasuh, (3) apabila ketentuan pada poin pertama dan kedua telah dipenuhi, sementara masih ada dosen yang belum mendapat pendistribusian mata kuliah, dikarenakan kelebihan lokal, dan disebabkan mata kuliah pada semester tersebut tidak ditawarkan dan tidak ada di semester tersebut, maka ditempuh cara lain yaitu dengan tidak mengacu pada poin pertama dan Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
515
516
M. NATSIR DAN YUSRIA kedua.19 Sementara itu berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada seorang dosen fakultas tarbiyah dan juga mantan pejabat pada fakultas tarbiyah IAIN STS Jambi di samping itu juga terlibat dalam pembuatan roster pada masa beliau menjabat mengatakan bahwa 1) berdasarkan pada beban kerja dosen yang wajib dipenuhi yaitu 12 sks, dimana 8 sks dosen bersangkutan harus mengajar di kelas dan 4 sks adalah tugas penelitian dan pengabdian, 2) berdasarkan vak keahlian/rumpun keilmuan, 3) tidak didasarkan pada rumpun keilmuan disebabkan kelebihan lokal atau mata kuliah ditawarkan pada semester tersebut tidak ada disemester itu.20 Sedangkan hasil wawancara lain dengan dosen fakultas tarbiyah mengatakan bahwa 8 sks yang dimaksud adalah mata kuliah keahlian dosen bersangkutan dimana 8 sks itu mencakup tugas membimbing dan menguji skripsi. Dan juga apabila dosen bersangkutan itu berpangkat lektor maka 8 sks tersebut tidak semuanya dosen tersebut mengajar langsung, artinya ada berapa sks diasistenkan.21 Namun realitas di lapangan tidak sebagaimana ketentuan yang ada, bahwa ketidaksesuaian dosen mengajar dengan vak keahlian bukan hanya terjadi pada proses pembelajaran saja , akan tetapi juga ketika membimbing dan menguji skripsi. Terkait dengan itu tugas dosen berikutnya adalah membimbing dan menguji skripsi. Berdasarkan hasil pengamatan ditemui banyak dosen membimbing dan menguji tidak sesuai dengan kemampuan dalam bidang metodologi seperti dosen yang kompetensinya pada kualitatif diberi membimbing dan menguji bidang kuantitatif.22 Sementara itu dari hasil wawancara yang dilakukan dinyatakan bahwa ketika dosen bersangkutan diberikan membimbing dan menguji skripsi yang tidak sesuai dengan kemampuan di bidang kuantitatif, diminta untuk membimbing dan menguji dosen bersangkutan merasa kesulitan, dan ketika membiombing dan menguji tidak optimal, dikarenakan dosen bersangkutan tidak menguasai bidang itu, selanjutnya dikatakan kasihan mahasiswanya kalau kita membimbing dan menguji skripsi kuantitatif sementara kita menguasai bidang kualitatif, Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
MEMBANGUN OTORITAS KEILMUAN: ANALISIS DISTRIBUSI TUGAS ... dalam membimbing dan menguji jadi setengah-setengah, kasihan juga mahasiswanya mereka ketika diuji sudah mempersiapkan diri dan mempelajari skripsi akan tetapi pertanyaan kita sampaikan tidak memuaskan.23 Jadi berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan kondisi demikian yang selalu menjadi korban adalah mahasiswa, karena ketidaksesuaian dan ketidak mampu dosen serta tidak optimalnya dosen mengajar. Sementara fakultas tarbiyah sendiri saat ini telah memiliki sejumlah dosen yang kompeten di bidangnya, artinya sekarang ini untuk mengatakan bahwa fakultas tarbiyah kekurangan dosen dibidang atau diprogram studi masing sudah tidak lagi seperti beberapa tahun belakangan. Dan lagi ketika penerimaan mahasiswa baru jumlah mahasiswa baru pun pertambahannya tidak begitu signifikan, artinya jumlah lokal pun sebenar tidak bertambah dari tahun ke tahun, akan tetapi pemberdayaan dosen berdasarkan kompetensi dan keahliannya belum maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan fakultas tarbiyah masih memberlakukan aspek “pemerataan dan keadilan” bukan didasarkan pada aspek kompetensi, proporsi dan profesional.24 Permasalahan kualitas bukan menjadi faktor pertimbangan utama dalam mendistribusikan tugas dosen tersebut.
Implementasi pendistribusian terhadap Kinerja Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi Salah satu tugas dan tanggung jawab dosen sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No 60 tahun 1999 adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Pendidikan dan pengajaran merupakan tugas utama seorang dosen yang harus dilaksanakan dengan sebagai realisasi dari tugas utama suatu perguruan tinggi yaitu melaksanakan proses pembelajaran dalam upaya mendidik mahasiswa. Untuk itu mengajar merupakan kewajiban bagi dosen pada setiap semester. Sebelum dosen bersangkutan memasuki ruang kuliah dosen terlebih dahulu mendapat roster sebagai surat perintah dari atasan bahwa dosen bersangkutan akan mengajar apa pada semester tersebut. Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
517
518
M. NATSIR DAN YUSRIA Setelah roster sampai di tangan dosen bersangkutan, dosen mulai merancang materi pembelajaran yang akan dilaksanakan selama satu semester ke depan. Sebagai seorang pendidik dosen mengemban tugas dan tanggungn jawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki mahasiswa, baik aspek kognitif, afeksi berupa sikap, nilai-nilai dan ketrampilan yang sesuia dengan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan tugas utama dosen sebagai pendidik dan pengajar maka tugas dosen diantaranya adalah (1) membuat rencana pembelajaran seperti menyusun dan mengembangkan satuan acuan pembelajaran, silabus, bahkan handout perkuliahan kegiatan ini bagi dosen merupakan hal yang biasa di lakukan, karena membuat rencana program pembelajaran adalah bagian dari tugas dosen dalam proses pembelajaran. Akan tetapi apabila mata kuliah yang diberikan pada semester tersebut diantaranya adalah mata kuliah di luar keilmuan, keahlian, dan kompetensi dosen bersangkutan, akan menjadi persoalan. Sebab berdasarkan hasil pengamatan ditemukan hampir sebagian besar dosen – yang dimaksud ada dosen senior dan sebagian dosen yunior -- pada fakultas tarbiyah IAIN STS Jambi ketika diberikan mata kuliah yang bukan keilmuannya, “mengeluh” atau mempertanyakan dengan sesama teman sejawatnya “bagaimana ini”, atau “bagaimana membuat RPP nya”, “bagaimana referensinya”, “dimana harus dicari”, dan sebagainya. (2) dalam melaksanakan pembelajaran adalah kemampuan dalam menyampaikan materi perkuliahan, penguasaan materi, pengunaan media, penggunaan metode dan strategi, juga menemukan kendala, karena faktor bukan mata kuliah keahlian yang harus diajarkan, berefek pada malas dan suka bolos mengajar, kondisi ini terindikasi ketika jam mengajar dosen bersangkutan masuk hanya memberikan fotokopi-fotokopi materi kuliah dengan alasan dosen bersangkutan ada kesibukan ataupun banyak kegiatan di luar kampus, sehingga tidak dapat mengajar ketika itu. Kejadian seperti ini tidak hanya satu atau dua kali pertemuan saja akan tetapi sering dilakukan. Indikasi lain menunjukkan terjadi satu kali pertemuan ditanda tangan Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
MEMBANGUN OTORITAS KEILMUAN: ANALISIS DISTRIBUSI TUGAS ... oleh dosen bersangkutan lebih dari satu kali tanda tangan bahkan sampai empat kali tanda tangan. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan apakah karena dosen bersangkutan diberi mata kuliah yang tidak sesuai dengan keahliannya, atau memang secara pribadi atau faktor internal dosen bersangkutan adalah dosen yang dikategorikan sebagai dosen yang malas, dan juga tidak memiliki kompetensi dalam hal mengajar. Dari hasil pengamatan peneliti persoalan ini dapat dikategorikan kepada dua hal terkait dengan pendistribusian tugas dosen yaitu faktor internal dan faktor eksternal pada dosen yang mengajar di fakultas tarbiyah. Faktor internal dosen dapat ditelusuri melalui (1) kualifikasi akademik hanya memiliki gelar tetapi minim ilmu, (2) kompetensi dalam mengajar minim, (3) faktor pribadi bersangkutan, sedangkan faktor eksternal dapat dilihat melalui (1) mata kuliah yang diberi tidak sesuai dengan keilmuan, (2) tidak ada keinginan untuk mencari tahu lebih banyak, (3) masa bodoh, (4) tidak ada peninjauan atau tindak lanjut atau pun sanksi dari pimpinan.
Evaluasi Terhadap kinerja Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi Evaluasi menurut Wandr dan Gerald W. Brown dalam bukunya Essentials of Educational Evaluation dikatakan bahwa Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu25. Alasan perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil suatu tindakan pertama untuk mengetahui apakah tujuan yang diinginkan sudah tercapai dengan baik dan untuk memperbaiki serta mengarahkan pelaksanaan ke depan lebih baik lagi. kedua aktivitas mengevaluasi merupakan salah satu ciri dari sebuah lembaga yang profesional. Ketiga dilihat dari sisi kelembagaan, kegiatan pendidikan merupakan kegiatan manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating, controlling, dan evaluating. Dua fungsi terakhir dari kegiatan manajemen tersebut hampir merupakan titik lemah dalam manajemen tradisional karena menganggap bahwa fungsi kontrol dan evaluasi pada Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
519
520
M. NATSIR DAN YUSRIA setiap proses termasuk pendidikan dianggap sebagai suatu upaya pengekangan kebebasan dan kemerdekaan bagi para pelaksana kegiatan. Namun tuntutan terhadap lulusan dan layanan lembaga pendidikan yang bermutu semakin mendesak karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat dan tantangan yang begitu kompleks, satu cara yang harus diupayakan adalah meningkatkan daya saijngm lulusan serta produk-produk akademik serta layanannya yang dicapai melalui peningkatan mutu pendidikan. Menyoal mutu pendidikan Edward Sallis dalam bukunya Total Quality Management in Education berpendapat bahwa mutu tidak hanya mengandung pengertian absolut, tetapi mutu memiliki pengertian relatif yang dapat dijabarkan dalam dua aspek, yaitu pertama mutu yang menyesuaikan diri dengan spesifikasi yang telah dibuat oleh produsen (quality in fact), dan kedua mutu yang berupaya untuk senantiasa memenuhi keinginan konsumen (quality in perseption.)26 orientasi mutu, profesionalisme dan menunjung tinggi profesi harus mampu menjadi etos kerja dosen kode etik dosen harus pula ditegakkan dan dikembangkan ke arah memiliki otoritas yang tinggi sebagai pengawal profesi dosen. Artinya profesionalisme harus didukung oleh kompetensi yang standar yang harus dimiliki oleh dosen yang profesional. Kompetensi yang dimaksud merupakan kepemilikan kemampuan atau keahlian yang bersifat khusus, tingkat pendidikan, dan sertifikasi keahlian yang dipandang sebagai prasyarat untuk menjadi dosen profesional yang bersertifikasi. Secara quality in fact dapat dilakukan dengan mengukur kualitas mahasiswa berdasarkan tingkat kemampuan kelulusan yang disesuaikan dengan tujuan yang ditetapkan perguruan tinggi khususnya fakultas tarbiyah berdasarkan kurikulum/ silabi. Sedangkan dari aspek quality in perseption kualitas layanan pendidikan diukur dari kemampuan kompetensi berdasarkan keinginan pelanggan yaitu kepuasan orang tua, masyarakat, lingkungan yang akan menggunakannya. Mutu Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
MEMBANGUN OTORITAS KEILMUAN: ANALISIS DISTRIBUSI TUGAS ... pendidikan diasumsikan sebagai pemenuhan selera kebutuhan dari stakeholders. Untuk memenuhi itu proses pembelajaran yang dikatakan bermutu adalah yang memenuhi keinginan pelanggan yang disesuaikan dengan tuntutan perubahan zaman. Banyak aspek yang mempengaruhi kualitas pendidikan diantaranya terkait dengan dosen. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara, selama ini bahwa fakultas tarbiyah secara perspektif kajian ilmu manajemen belum pernah melakukan pengecekkan atau mengevaluasi kondisi di lapangan tentang keadaan dosen yang mengajar tidak sesuai dengan kompetensi dan keahlian dosen. Selama ini yang telah dilakukan adalah apabila dosen bersangkutan tidak mengajar sesuai batas waktu yang diberikan, dosen tersebut digantikan oleh dosen lain.27 Penilaian kinerja dosen merupakan suatu proses dimana lembaga melakukan evaluasi atau menilai kinerja dosen atau mengevaluasi hasil pekerjaan dosen. Penilaian yang dilakukan terhadap dosen tidak saja ditujukan untuk menilai kinerja, juga sekaligus berfungsi untuk mengawasi dosen dalam melaksanakan tugas pokoknya yaitu pendidikan dan pengajaran. Evaluasi berfungsi sebagai alat untuk mengawas kinerja dosen. Oleh karena itu evaluasi terhadap kinerja dosen dapat dilaksanakan oleh ketua jurusan atau ketua program studi, tim independent yang ditunjuk oleh fakultas, teman sejawat, dan mahasiswa. Adapun tujuan evaluasi terhadap kinerja dosen bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat prestasi kerja dosen, (2) pemberian penghargaan yang serasi, seperti tunjangan prestasi, insentif, kenaikan gaji, pengembangan karier, kesempatan untuk mengikuti pendidikan tambahan, dan sebagainya,(3) mendorong pertanggungjawaban kinerja dosen, (4) meningkatkan motivasi kerja dosen, (5) meningkatkan komunikasi antara dosen dengan pimpinan melalui diskusi yang terkait dengan peningkatan kinerja dosen, (6) sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari dosen untuk memperbaiki lingkungan kerja, sistem pembinaan, saran pendukung dan sebagainya, (7) sebagai salah satu sumber informasi dalam perencanaan pelatihan dan pengembangan Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
521
522
M. NATSIR DAN YUSRIA dosen, (8) membantu dalam penetapan tugas mengajar, (9) sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan gaji, insentif, upah, kompensasi dan berbagai imbalan lainnya, (10) sebagai alat untuk menjaga tingkat kinerja dosen, (11) sebagai alat untuk membantu dosen dann mendorong dosen untuk mengambil inisiatif dalam upaya memperbaiki kinerja, (12) untuk mengetahui efektivitas kebijakan yang berkaitan dengan SDM, seperti seleksi, rekrutmen serta pelatihan dan pengembangan, (13) mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja doswen menjadi lebih baik, dan (14) pemberian sanksi atau penghargaan.28 Sementara itu aspek yang menjadi ukuran dalam mengevaluasi kinerja dosen diantaranya adalah (1) kualitas hasil kerja, (2) kemampuan, (3) inisiatif, (4)komunikasi, (5) ketapatan waktu.29 Sedangkan dasar yang dijadikan pegangan untuk mengevaluasi kinerja dosen dapat merujuk kepada UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional, UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP No 60 tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi, dan keputusan-keputusan lain yang dapat dijadikan landasan hukum. Adapun prosedur evaluasi terhadap kinerja dosen dapat dilakukan beebrapa tahapan , menurut Gary penilaian kinerja terdiri dari tiga tahap yaitu mendefinisikan pekerjaan, menilai kinerja, dan memberikan umpan balik.30 Sementara pandangan lain yang lebih tepat untuk mengukur kinerja dosen seperti dikemukakan oleh Marwansyah dan Mukaram mengemukakan lima langkah yaitu pertama, mengidentifikasi tujuan spesifik penilaian unjuk kerj. kedua, menentukan tugas-tugas yang harus dijalankan dalam suatu pekerjaan. Ketiga, memeriksa tugas-tugas yang dijalani. Keempat, menilai unjuk kerja. Kelima, membicarakan hasil penilaian dengan karyawan.31 Saat ini sertifikasi dosen telah berjalan sekitar 4-5 tahun. Artinya peninjauan terhadap apakah dosen telah mengajar sesuai dengan keilmuan yang dimiliki. Karena berdasarkan hasil wawancara dikatakan bahwa dosen yang telah sertifikasi selama ini yang dilihat bukan mengacu pada bahwa dosen mengajar Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
MEMBANGUN OTORITAS KEILMUAN: ANALISIS DISTRIBUSI TUGAS ... sesuai dengan keahliannya, akan tetapi hanya memenuhi tuntutan kewajiban bahwa beban kerja dosen yang tidak memegang jabatan adalah 12 sks, 8 sks untuk dosen yang memegang jabatan. Meninjau kembali pada tujuan sertifikasi adalah untuk menentukan kelayakan dosen dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran sekaligus mewujudkan tujuan pendidikan nasional, kemudian untuk meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan serta meningkatkan profesionalitas dosen. Artinya bahwa selama ini fakultas tarbiyah sebagai lembaga pencetak tenaga pendidik yang profesional belum melaksanakan tujuan dari sertifikasi yang sebenarnya. Pola seperti ini sebenarnya sudah harus mulai diubah sedikit demi sedikit, tuntutan akan kualitas pendidikan sebagai feed back dari sertifikasi harus menjadi tanggung jawab sebagai pendidik profesional. Kecuali itu fakultas tarbiyah sendiri sudah memiliki tenaga dosen yang berkualitas, dilihat dari kualifikasi akademik. Fakultas tarbiyah telah memiliki doktor sebanyak 20 orang dosen, dan masih banyak lagi dosen sedang melaksanakan pendidikan doktoral. Kualifikasi akademik ini juga harus dibarengi dengan kompetensi dalam mengajar. Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa masih ada sebagian dosen yang mengajar hanya masuk sebentar, memberi foto copi materi kuliah, tanda tangan untuk sekian pertemuan, dan sebagainya.32 Keadaan seperti itu bukan mencerminkan seorang dosen yang profesional apalagi telah menikmati hasil sertifikasi. Pemberdayaan sistem penilaian dosen oleh mahasiswa perlu dilakukan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di fakultas tarbiyah. Sistem penilaian tersebut dapat digunakan untuk memberi penilaian terhadap dosen yang mengajar apakah ia dapat mengembangkan dan membagi ilmu nya kepada mahasiswa, sebagai feed back dari pembelajaran yang dilakukan oleh dosen berupa penilaian apakah dosen bersangkutan dapat mengajar sesuai dengan didaktik metodik ilmu pendidikan, sehingga dapat diterima oleh mahasiswa. Cara lain yang dapat dilakukan adalah meminta mahasiswa untuk melaporkan kepada fakultas siapa saja dosen yang suka bolos mengajar dengan berbagai Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
523
524
M. NATSIR DAN YUSRIA alasan dan dosen yang melakukan tanda tangan lebih dari 1 kali. Oleh karena itu dosen sebagai tenaga fungsional secara profesional harus diukur kinerjanya dengan menggunakan alat ukur kinerja.
Penutup Dosen adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Berdasarkan pemaparan tentang tugas dosen bidang pendidikan dan pengajaran yang merupakan salah satu dari tridarma perguruan tinggi, pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa: pertama, perencanaan pendistribusian tugas dosen fakultas tarbiyah selama ini mengacu pada beban kerja dosen yang dikelompokkan kepada dosen dengan jabatan dan dosen biasa atau tidak memegang jabatan. Akan tetapi kurang memperhatikan aspek keahlian dan keilmuan yang dimiliki dosen bersangkutan. Kedua, Implementasi terhadap kinerja dosen selama proses pembelajaran berlangsung menemukan permasalahan yaitu pertama, ketika dosen bersangkutan menyusun dan membuat silabus dan rencana pembelajaran. Kedua, kesulitan dalam mencari buku rujukan atau referensi, ketiga kurangnya penguasaan terhadap materi, keempat, mahasiswa hanya diberi fotokopian materi tanpa ada penjelasan dari dosen bersangkutan, kelima dosen melakukan tanda tangan tidak sesuai dengan kehadirannya, hal ini disebabkan karena dua faktor yaitu faktor internal dosen bersangkutan dan faktor eksternal dari pihak fakultas tidak memberikan sanksi. Ketiga, evaluasi terhadap kinerja dosen selama ini yaitu peninjauan terhadap dosen yang mengajar baik yang sesuai dengan vak keahliannya maupun tidak sesuai dengan bidang keahliannya belum ada atau belum dilaksanakan, apalagi untuk menemukan format penilaian kinerja dosen sama sekali belum ada.
Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
MEMBANGUN OTORITAS KEILMUAN: ANALISIS DISTRIBUSI TUGAS ... Catatan:
(Endnotes) 1
i Pasal 17 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah No.60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. 2 http://dwi-jo.blogspot.com/2011/10/pengertian-otoritas.html. 3 Ibid. 4 Conny R. Semiawan, Catatan Kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Kencana, 2007)hal. 51. 5 Fuad Hasan, Kebebasan Akademik dan Kebebasan Mimbar Akademik, (Jakarta : Depdikbud, 1989), hal. 17. 6 Loc.cit. Catatan Kecil… 7 Lihat kembali Statuta IAIN Pasal 153,154,155 dan 156: ayat 1 dan 2. 8 Surat Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan Aparatur Negara Nomor 38/KEP/MK.Waspan/8/1999 9 10 Ravik KArsidi, Jurnal Profesionalisme Guru dan Peningkatan Mutu Pendidikan Di Era Otonomi Daerah, (Wonogiri : 23 Juli 2005) 11 Sistim Pendidikan Nasional, 2005 12 Ibid. 13 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggrism Indonesia, (Jakarta : Indonesia, 1992),hal. 449. liht juga Join Multiply to get updates from Desi 18 Oktober 2008 12: 06 AM. 14 Ravik Karsidi, Op.Cit. h. 10. 15 Ibrahim Bafadhal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi Menuju desentralisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hal. 5 16 Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakrta : Grasindo Persada, 2007),hal. 46. 17 http:/jurnal-kopertis4.tripod.com/8-02.html 18 Dadang dkk., Loc.cit. 19 Wawancara, 28 Agustus 2012 20 Wawancara, 30 Agustus 2012 21 Wawancara September 2012 22 Observasi, Agustus 2012 23 Wawancaraq Agustus 2012 24 Observasi, selama beberapa tahun ini kondisi demikian tidak berubah dari tahun ke tahun jika tidak ada keinginan untuk merubah pola tersdebut. 25 Wandr, Edwin and Gerald W. Brown, Essentials of Educational Evaluation (Holt Rinehart and Winston,1977). 26 Edward Sallis, Total Quality in Education, (London : Kogam Page, 1993) 27 Observasi Agustus-September 2012 28 Tim Fakultas Ilmu Pendidikan, Pedoman Penilaian Kinerja Dosen, (Bandung : UPI, 2009),h.5. 29 Ibid. 30 Gary, (1997),h. 3 31 Marwansyah dan Mukaram, (2000),h. 108. 32 Observasi Agustus 2012 Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
525
526
M. NATSIR DAN YUSRIA DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta. Bafadhal Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi menuju desentralisasi. Jakarta : Bumi Aksara. Bogdan And Binkle. 1982. Qualitative Research for Education : An Introduction to Theory and Methods, Allyn and Bocan, Boston London.
http://dwi-jo.blogspot.com/2011/10/pengertian-otoritas. html. http://jurnal-kopertis4.tripod.com/8-02.html.
Hasan F. 1989. Kebebasan Akademik dan Kebebasan Mimbar Akademik, Jakarta : Depdikbud. John M. Echols dan Hassan Shadily. 1992. Kamus Inggrism Indonesia, Jakarta : Indonesia. Keputusan Menteri Negara Bidang Pengawasan Pembangunan Aparatur Negara Nomor : 38/KEp/MK.Waspan/8/1999. Mukarram dan Marwansyah, 2000. Peraturan Pemerintah Reoublik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi. Sallis, Edward . 1993. Total Quality in Education, London : Kogam Page. Semiawan, Conny R. 2007. Catatan Kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Kencana. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung : Penerbit Alfabeta. Sukmadinata, Nana S. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya. Statute IAIN Pasal 153,154,155 dan 156 ayat (1 dan 2) Tim Fakultas Ilmu Pendidikan, 2009. Pedoman Penilaiann Kinerja Dosen, Bandung : UPI. Wandr, Edwin and Gerald W. Brown. 1977. Essentials of Education Evaluation. Holt Rinehart and Winston. Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013