Reny Safita, Pelatihan …
PELATIHAN KETERAMPILAN MENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI OLEH MAHASISWA TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH IAIN STS JAMBI (STUDI KASUS MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI) Reny Safita, M.Pd
Abstrak Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Mutu pendidikan merupakan dampak dari keprofesionalan pendidik. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) keguruan merupakan salah satu cara yang harus ditempuh oleh mahasiswa calon guru agar menjadi tenaga pendidik yang profesional. Untuk meningkatkan keefektifan PPL keguruan maka perlu dilaksanakan pelatihan keterampilan mahasiswa dalam mengembangkan media pembelajaran biologi untuk meningkatkan keterampilan mengajar mahasiswa sebelum melaksanakan PPL. Mata kuliah media pembelajaran biologi menuntut mahasiswa terampil dalam membuat dan mengembangkan media pembelajaran biologi untuk SMP/MTs dan SMA/MAN. Proses pembelajaran di tadris biologi IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi untuk mata kuliah media pembelajaran biologi tidak hanya melalui pertemuan di kelas, tetapi juga melakukan praktik dalam mengembangkan media pembelajaran biologi oleh mahasiswa. Namun pembelajaran selama ini yang diberikan hanya berupa teori saja tanpa praktik mengembangkan media pembelajaran biologi oleh mahasiswa. Berdasarkan permasalahan di atas maka dibuatlah suatu pelatihan keterampilan mengembangkan media pembelajaran biologi oleh mahasiswa. Pelatihan memberikan materi keterampilan dalam mengembangkan media pembelajaran biologi berupa teori dan praktik langsung oleh mahasiswa. Diharapkan dengan adanya pelatihan keterampilan mengembangkan media pembelajaran biologi mahasiswa dalam melaksanakan PPL dapat terampil dalam mengembangkan media pembelajaran biologi dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah tempat mahasiswa tersebut PPL. Kata Kunci :
40
Mahasiswa biologi, Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), Media pembelajaran biologi
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
A. PENDAHULUAN Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan zaman yang semakin canggih, semakin meningkat baik ragam, lebih-lebih kualitasnya. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur kongkrit yang sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan itu, hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah masalah kualitas pembelajaran. Masalah umum yang sering dihadapi peserta didik adalah masih cukup banyak yang belum dapat mencapai kualitas belajar yang memuaskan. Mutu pendidikan merupakan suatu dampak dari keprofesionalan tenaga pendidik. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) keguruan merupakan salah satu cara yang harus ditempuh oleh mahasiswa calon tenaga pendidik (guru) khususnya mata pelajaran biologi di sekolah yang dikelola oleh pemerintah maupun di sekolah yang dikelola oleh masyarakat agar menjadi tenaga pendidik yang profesional. Untuk lebih meningkatkan keefektifan PPL keguruan sebelum melaksanakan PPL, maka solusinya adalah mahasiswa calon tenaga pendidik (guru) harus terampil dalam mengembangkan media pembelajaran biologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran. Para guru/ mahasiswa calon guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah pada saat PPL, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru / mahasiswa calon guru biologi sekurang-kurangnya dapt menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran biologi yang akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia di sekolah tempat mahasiswa calon guru PPL. Kemampuan mengembangkan media pembelajaran biologi sangat perlu dimiliki mahasiswa sebagai calon guru biologi. Sejak dahulu, mata kuliah media pembelajaran biologi perlu dipelajari dan dikuasai mahasiswa. Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan mengembangkan media pembelajaran biologi setelah mengikuti perkuliahan media pembelajaran. Dengan demikian mahasiswa calon guru biologi seharusnya mempunyai keterampilan lebih mengenai proses pengembangan media pembelajaran biologi. Yang menjadi masalah adalah, benarkah semua mahasiswa program studi biologi yang hendak PPL pada semester VII tahun ajaran 2012/2013 telah terampil dalam hal mengembangkan media pembelajaran biologi? Bagaimana meningkatkan keterampilan 41
Reny Safita, Pelatihan …
mahasiswa calon guru biologi dalam mengembangkan media pembelajaran biologi untuk siswa-siswa mereka saat PPL nantinya? Data dilapangan menunjukkan bahwa pengembangan media pembelajaran biologi oleh sebagian besar mahasiswa biologi pada semester VI tahun ajaran 2010/2012 belum dapat dilakukan mahasiswa. Hal ini karena selama ini mereka hanya mendapatkan materi mata kuliah media pembelajaran biologi hanya berupa teori. Selanjutnya, berdasarkan peneilitian pendahuluan berupa wawancara dengan mahasiswa program studi biologi yang saat ini semester VI tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 3 lokal (A, B, C), rata-rata mahasiswa belum memiliki keterampilan untuk mengembangkan media pembelajaran biologi. Hal ini terlihat saat saya meminta siswa menggambarkan sel hewan pada kertas karton pada saat pra penelitian, beberapa mahasiswa tidak dapat menggambarkannya secara jelas. Salah satu penyebabnya adalah kesenjangan antara kemampuan teori dan praktek dalam perkuliahan media pembelajarn biologi dan belum terbiasanya mahasiswa calon guru biologi dalam mengembangkan media pembelajaran biologi. Sementara, mereka pada semester depan akan melaksanakan kegiatan PPL. Pelatihan keterampilan pengembangan media pembelajaran biologi ini sangat penting, sejak mereka berstatus sebagai calon guru biologi. Oleh karena itu perlu diadakan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam mengembangkan media pembelajaran biologi di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Untuk mengantisipasi kesenjangan antara kemampuan aktual calon guru biologi yang dihasilkan oleh Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dengan kemampuan yang dituntut untuk peningkatan mutu pendidikan yaitu bagaimana menyiapkan calon guru untuk memiliki kompetensi, maka penyiapan sejak dini sangat penting. Pelatihan keterampilan pengembangan media pembelajaran biologi sejak mahasiswa sebelum melaksanakan PPL adalah sangatlah tepat. Tujuan pelatihan keterampilan mengembangkan media pembelajaran biologi oleh mahasiswa adalah memberikan bekal pengetahuan kepada mahasiswa calon guru biologi dalam memilih,merancang dan mengembangkan media pembelajaran biologi di sekolah dalam proses pembelajaran selama PPL di tempat yang telah ditentukan oleh UPL IAIN STS Jambi.Selain itu juga bertujuan membekali keterampilan mahasiswa biologi dalam membuat media pembelajaran biologi. Manfaat pelatihan keterampilan mengembangkan media pembelajaran biologi ini baik secara langsung maupun tidak langsung bagi mahasiswa calon guru biologi diantaranya dapat meningkatkan keterampilan dan kreatifitas calon guru biologi dalam merancang, 42
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
membuat, mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran biologi dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah tempat mereka bertugas. B. TINJAUAN PUSTAKA Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat adanya latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya dilakukan oleh manusia seumur hidupnya, kapan saja dimana saja, baik di sekolah maupun di rumah dalam waktu yang sudah ditentukan. Namun satu hal yang pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh itikad dan maksud tertentu (Hamalik, 2001). Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap berpikir siswa. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran yaitu siswa hendaknya diberi peluang untuk berbicara dan diskusi dengan teman-temannya (Akhmad Sudrajat, 2008). Guru adalah orang yang bertugas mengajar, mendidik, melatih dan bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan siswanya. Tidak ada seorangpun guru yang menginginkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat atau menjadi beban orang tua, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha keras supaya siswanya sukses dalam menuntut ilmu pengetahuan dan menjadikan siswanya, baik manusia yang maju, berkualitas dan berguna bagi nusa dan bangsa. Oleh karenanya guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat (Lufri, 2007: 5). Sebagai tenaga kependidikan dan pengajar, setiap guru dalam melaksanakan tugas harus memiliki kemampuan profesional. Kemampuan ini sebagai gambaran bahwa guru itu merupakan pekerjaan yang membutuhkan keahlian. Dengan kemampuan itu, guru dapat melakukan perannya sesuai standar kinerja guru sebagai tenaga profesional. Profesional guru dikembangkan dari KD yang memiliki ciriciri: 1) kepribadian yang prima; 2) kemampuan untuk memotivasi siswa; 3) kemampuan manajemen pembelajaran secara utuh; 4) kemampuan untuk mengekspresikan gagasan-gagasan; dan 5) memiliki kemampuan menggunakan media maupun peralatan belajar terkini, strategi belajar dan metodologi penelitian (Sagala, 2003: 149). Salah satu karakteristik guru biologi adalah senang berinteraksi dengan alam, lingkungan, terutama dengan makhluk hidup. Guru biologi tidak bisa dipisahkan dengan laboratorium, termasuk alam semesta ini. Dengan kata lain, guru biologi harus mencintai makhluk hidup dan senang berinteraksi dengannya dalam rangka menggali ilmu tentang makhluk hidup itu sendiri dan lingkungannya serta mengajarkannya kepada siswanya (Lufri, 2007: 8). 43
Reny Safita, Pelatihan …
Sebagai mahasiswa calon guru agar menjadi tenaga pendidik yang profesional terlebih dahalu melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). PPL keguruan merupakan salah satu cara untuk menjadikan mahasiswa calon guru sebagai tenaga pendidik profesional. Tenaga pendidik yang profesional dapat meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu sebelum PPL, sebaiknya mahasiswa calon guru biologi harus terampil dalam memilih, mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran biologi. Menurut Hanafiah, dkk (2009:59), Media Pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadi verbalisme. Ditambahkan Rusman (2008:3), bahwa media adalah alat utuk memberi perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar, sedangkan menurut Brow (1980) dalam Rusman (2008:2) media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan ataupun penyalurannya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus dipertimbangkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Jika media dapat digunakan sebagai sumber belajar maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda atau peristiwa yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan atau keterampilan (Djamarah, 2006:120). Salah satu hal utama dan menantang dalam memutuskan rancangan mengajar adalah menentukan media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengajajaran. Penentuan media yang akan digunakan didasarkan pada apa yang akan diajarkan, bagaimana akan di evaluasi dan siapa yang menjadi siswa. Oleh karena itu maka kemampuan profesional calon guru biologi harus ditingkatkan, karena pada gilirannya akan memberikan dampak positif pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar. Dengan adanya media pembelajaran diharapkan penyajian materi belajar lebih jelas tidak bersifat verballitas. Adanya contoh-contoh yang menarik berupa fakta, data, gambar, grafik, foto atau video dengan atau tanpa suara dan anaimasi menjadikan kegiatan proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga tidak membosankan siswa. Menurut Haryanto (1997:185) sebelum memutuskan akan mengunakan media pembelajaran, perlu dipertimbangkan beberapa hal seperti berikut: 1. Apakah bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dengan mutu yang baik? 2. Apakah biaya persiapan dan pengadaannya tidak terlalu tinggi? 3. Apakah memerlukan biaya untuk produksi? 4. Berapa lama waktu dibutuhkan untuk persiapan? 44
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
5. Syarat-syarat apa yang dibutuhkan untuk tiap-tiap peralatan, fasilitas, keterampilan teknis dan pelajaran? 6. Apakah tidak ada lagi media pembelajaran (peralatan) yang lebih sederhana dan mudah oleh siswa? 7. Apakah tidak menimbulkan banyak masalah di dalam memilih media pembelajaran dan jadwal yang ada? 8. Apakah tidak merepotkan penyimpanan dan pemeliharaan? 9. Apakah yang lebih diutamakan oleh pengajar? Seiring dengan pesatnya perkembagan ilmu dan teknologi, khususnya di bidang elektronika, telekomunikasi dan informasi serta teknologi komputer maka media pembelajaran tampil dengan berbagai jenis dan format, seperti visual, tape recorder, video, program radio, internet dan sebagainya. Setiap jenis media tersebut memiliki sifat dan karakteristik masing-masing. Berdasarkan indera yang dirangsang dalam proses pembelajaran, jenis media dapat dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu media visual, media audio, media audio visiual dan multimedia. Dari keempat jenis media tersebut, dilakukan pengelompokan berdasarkan ciri dan bentuk fisik, tingkat pengalaman yang diperoleh peserta didik, jumlah pengguna dan pola pemanfaatannya. Berbagai bentuk dan jenis media pembelajaran biologi yang digunakan oleh guru akan menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa.Pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran biologi pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran. Penggunaan media pembelajaran biologi juga akan mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan kemampuan indera. Hal ini dimungkinkan karena objek yang terlalu besar dapat lebih dibuat lebih kecil dalam bentuk foto, gambar atau model. Sementara untuk objek yang terlalu kecil untuk diamati dapat diperbesar dengan menggunakan alat bantu proyeksi. Demikian juga dengan gerak atau suatu proses yang terlelu cepat atau terlalu lambat dapat diatasi dengan mengatur kecepatan penampilannya di kelas. Berbagai kejadian masa lalu, peristiwa yang berbahaya atau peristiwa langka yang sudah terekam dalam suatu film dapat ditampilkan pada saat kapan saja berupa film dokumenter tentang evolusi. Kegiatan belajar biologi merupakan suatu proses yang menuntut adanya aktivitas siswa, dengan demikian pengembangan media diarahkan pada kegiatan yang ditunjang oleh alat peraga praktek dan alat observasi. Dalam pengajaran biologi, ketika perangkat penunjang 45
Reny Safita, Pelatihan …
kegiatan tersedia masih mungkin terdapat sejumlah kendala sehingga proses pembelajaran tidak berjalan seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan, diantaranya: a) Objek sebagai sumber fakta yang terbatas, terjadi karena objek tidak ada, kemelimpahannya tidak tepat dengan waktu belajar (musim), sulit dijangkau karena jarak, posisi atau lokasi, terlalu kecil atau terlalu besar, berbahaya bila didekati atau dilindungi. Perkembangan fisik kota sebagai salah satu cekaman antrapogenik pada tingkat komunitas mengakibatkan terjadinya pergeseran bahkan penghilangan habitat organisme, akibatnya pada daerah perkotaan objek biologi menjadi jauh dari jangkauan. b) Proses sulit diamati, terjadi karena terlalu cepat (reaksi metabolisme), terlalu lambat (adaptasi dan pertumbuhan), atau berada dalam sistem yang sangat kecil (sel/organel), terjadi dalam sistem makhluk hidup dan tidak konstan (mudah dipengaruhi faktor lingkungan). c) Terbatasnya sarana laboratorium, keterbatasan sarana laboratorium ini merupakan suatu yang umum terjadi. Keterbatasan ini bisa disebabkan karena alatnya yang tidak ada atau rusak. Umumnya sekolah jarang menganggarkan dana untuk pemeliharaan perangkat laboratorium, akibatnya banyak alat-alat yang rusak karena tidak terpelihara. Disisi lain kebutuhan bahan-bahan laboratorium sering tidak terpenuhi karena terbatasnya dana yang ada. Sampai saat ini dunia pendidikan selalu dihadapkan dengan proporsi alat yang tidak seimbang, dan di sekolah tertentu bahkan tidak pernah mencapai keadaan minimum. d) Siswa terlalu banyak, proporsi siswa dan guru tidak seimbang, keadaan ini mengakibatkan siswa tidak belajar secara optimal. Jumlah kelas yang terlalu banyak menyulitkan guru untuk membagi perhatian kepada seluruh siswa secara merata. Sementara itu untuk kegiatan praktikum dalam laboratorium yang semestinya perbandingan guru dan siswa menjadi lebih kecil tidak terjadi. Bahkan karena banyaknya murid di sekolah mengakibatkan terjadi perubahan peruntukan laboratorium menjadi kelas. Akibatnya terjadi kesulitan dalam mengembangkan tuntutan kurikulum. Menurut Riandi (2012: 83) bahwa jenis dan pengelompokkan media pembelajaran biologi adalah sebagai berikut: 1. Media Non-elektronik dalam pembelajaran biologi, yaitu kelompok kategori media non elektronik didasarkan kepada cara pengelompokkan atau klasifikasi media berdasarkan diperlukan tidaknya perangkat elektronik untuk menjalankan media tersebut. Media non elektronik adalah media yang dapat digunakan tanpa bantuan alat-alat elektronik seperti media grafis, model, chart, mock46
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
up, specimen dan sebagainya. Karena tidak adanya tuntutan perangkat elektronik yang pada umumnya memerlukan energi listrik, memungkinkan kelompok media ini dapat digunakan di berbagai daerah yang belum memiliki sumber energi listrik. Berdasarkan jenisnya media non-elektronik dalam pembelajaran biologi dapat dikelompokkan menjadi:(a) Media grafis dan chart, untuk memperjelas pesan yang ingin disampaikan guru kepada siswa. Namun demikian peranan media ini dalam menyampaikan pesan terbatas hanya dapat dicerna melalui penginderaan mata. Sehingga dalam konteks belajar mengajar tidakbanyak menuntut siswa untuk menggunakan alat indera lainnya.(b) Media Asli, atau specimen merupakan obyek sebenarnya yang digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Cakupan media asli dalampembelajaran biologi sangat luas, mulai dari bagian kecil dari suatu obyek sampai ke obyek utuh lengkap dengan habitatnya. Berdasarkan ukurannya mulai dari obyek yang besar sampai dengan obyek mikroskopis yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Media asli sering juga disebut sebagai realia karena media tersebut adalah obyek nyata (real), dalam kaitan materi biologi adalah makhluk hidup utuh atau bagian-bagiannya. Menampilkan obyek nyata di dalam kelas, dapat memberikan pengalaman langsung kepada para siswa saat pembelajaran. Apabila memungkinkan para siswa dapat menyentuh, membaui, memegang atau memanipulasi obyek tersebut. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan media asli antara lain tingkatan pengalaman siswa yang belajar dan ketersediaan obyek sebagai media. Beberapa obyek mungkin terlalu besar atau terlalu kecil untuk disajikan pada tingkatan sekolah tertentu atau mungkin juga obyeknya membahayakan siswa, misalnya ular berbisa, binatang buas, tumbuhan beracun dan lain sebagainya. Hal lainnya adalah kemudahan mengoleksi serta harga suatu obyek yang mungkin sangat mahal. Namun demikian penggunaan media asli dapat menjebatani perbedaan situasi pembelajaran di kelas dengan situasi kehidupan nyata. Berdasarkan pada kondisinya, media asli dibedakan menjadi: (1) media segar, seringkali disebut sebagai preparat segar. Contoh media segar yang umum digunakan dalam pembelajaran biologi adalah tumbuhan dan bagiannya; akar, batang, daun, bunga, buah, biji, sporagonium dan sebagainya. Binatang; mencit, burung merpati, katak, udang, belalang dan sebagainya.(2) media awetan, terdiri dari awetan basah dan awetan kering. Awetan basah dibuat dengan cara merendam tumbuhan dan atau binatang baik dalam bentuk utuh atau pun bagianbagiannya dalam larutan pengawet.Larutan formalin 4% digunakan untuk mengawetkan binatang atau bagian tubuh binatang dengan cara merendamkannya. Sedangkan awetan kering dibuat dengan cara mengeringkan tumbuh-tumbuhan, binatang atau bagian-bagiannya 47
Reny Safita, Pelatihan …
dengan atau tanpa bahan pengawet, contohnya adalah herbarium.(c) Media Model, merupakan media tiga dimensi yang dapat dilihat, diraba dan mungkin dimanipulasi. Media model dibuat dalam usaha membantu mewujudkan realitas. Hal ini dimaksudkan untuk mensiasati kelemahan dari media asli yang tidak mungkin dijadikan alat pembelajaran di kelas yang disebabkan oleh berbagai alasan. Alasan tersebut antara lain ukuran yang ekstrim besar atau ekstrim kecil, bagian dalam media asli yang tidak tampak dari luar dan sebagainya. Dalam beberapa kasus, media model sengaja dibuat dengan menghilangkan bagian-bagian tertentu agar bagian-bagian lainya lebihjelas. Melalui penggunaan model sebagai media, suatu obyek dapat dibawa ke dalam kelas dalam bentuk replikanya. 2. Media Elektronik dalam pembelajaran biologi, penamaan media elektronik didasarkan pada kebutuhan perangkat elektronik ketika akan menggunakannya dalam pembelajaran. Disamping kebutuhan perangkat elektronik, dalam penggunaan media kelompok ini diperlukan juga sumber listrik untuk menjalankan perangkat tersebut. Agar penggunaan media kelompok ini tidak terkesan memboroskan biaya, maka media yang disiapkan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki kelebihan dengan macam media lainnya yang dari segi pembiayaan lebih murah. Di dalam pembelajaran biologi terdapat sejumlah konsep yang sulit divisualisasikan, misalnya Metabolisme, Materi genetika, Reproduksi sel dan lain-lain. Melalui media elektronik konsep-konsep tersebut diharapkan dapat dengan mudah dikuasai siswa. Sejalan dengan perkembangan teknologi, komputer dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Komputer sebagai media pembelajaran pemanfaatannya meliputi penyaji informasi, simulasi, latihan, dan permainan belajar. Belakangan dengan munculnya komputer yang secara luas dapat diaplikasikan ke dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan dan atau pembelajaran, munculah kelompok media pembelajaran interaktif. Pada media interaktif tersebut selain menampilkan audio visual, juga media dapat diprogram untuk dapat “merespon” si pengguna (interaktif). Berdasarkan jenisnya media elektronik dapat dikelompokkan menjadi media audio, media visual dan media audio visual. Beberapa contoh media elektronik adalah overhead projector (OHP), slide projector, radio, televisi, komputer dan sebagainya. Berikut ini penjabaran masing-masing jenis media elektronik dalam pembelajaran biologi: (a) Overhead projector (OHP), merupakan jenis media proyeksi yang mengandalkan kemampuan visual 48
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
peserta didik dalam merespon pesan. Media OHP merupakan salah satu media pembelajaran yang mudahdibuat, lagipula biayanya sangat murah bila dibandingkan dengan media lainnya. Salah satu keuntungan penggunaan OHP tidak memerlukan ruangan gelap secara khusus. Bisa digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan bahan ajar yang sudah dirumuskan. Pembelajaran dengan menggunakan OHP adalah materi-materi yang menuntut penjelasan lebih lanjut, seperti bila kita akan membahas tentang struktur dan fungsi organel sel. Kita bisa menampilkan gambar sel dengan organel-organel didalamnya kemudian sambil kita menampilkan gambar tersebut di depan kelas maka sambil menunjuk organelnya kita dapat menjelaskan struktur dan fungsinya sekaligus. (b) Slide projector, adalah media film bersuara dengan menggunakan satu seri gambar diam dalam film positif berupa slide (film bingkai) yangdisajikan dengan memproyeksikannya satu demi satu secara berurutandengan disertai pesan-pesan berupa audio melalui rekaman pada kaset. Film yang diproyeksikan pada layar harus dalam ruangan gelap supaya menghasilkan gambar yang diinginkan. Lama atau sebentarnya film yang ditayangkan tergantung pada pesan yang akan kita sampaikan, satu menitpun bisa kalau pesan tersebut/ informasi telah terpenuhi. Media ini umumnya digunakan untuk menyajikan foto-foto obyek bahan ajar terutama yang sulit ditemukan disekitar sekolah, misalnya dalam menyajikan materi keanekaragaman bentuk daun pada tumbuhan tingkat tinggi, foto jaringan mikroskopis hewan atau tumbuhan yang diambil melalui pemotretan dengan bantuan mikroskop. Pembelajaran dengan menggunakan slide adalah materi-materi berupa informasi atau fakta-fakta tertentu, seperti bila kita akan membahas tentang keanekaragaman daun pada tumbuhan tingkat tinggi (misalnya dari macam tulang daunnya atau bentuk daunnya), tidak bisa digunakan untuk model pembelajaran yang menuntut keterampilan tertentu yang membutuhkan gerakan. (c) Komputer, penggunaan komputer dalam dunia pendidikan itu sah- sah saja. Komputer, dengan power pointnya mempermudah bagi kita sebagai guru untuk membuat suatu media lebih menarik lagi, selain tulisan kita juga bisa menampilkan gambar yang dibuat sendiri atau mengambil dari media lainnya seperti mendonload dari internet atau tidak hanya gambar, kita juga bisa menampilkan animasi atau film sekalipun yang diambil dari potongan-potongan film bisa itu dari VCD atau dari media Televisi. Power point pada media komputer merupakan pengembangan dari OHP dan slide proyektor, dimana pada OHP kita hanya terbatas pada gambar diam saja namun pada media 49
Reny Safita, Pelatihan …
komputer kita bias menampilkan animasi. Penggunaan animasi misalnya pada materi tentang virus dan monera, proses reproduksi sel baik secara langsung maupun tidak langsung, sintesis protein atau pada peristiwa penyerapan makanan dalam system pencernaan makanan. Pengembangan media pembelajaran merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan penyusunan dokumen pembelajaran lainnya, seperti kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lain-lain. Artinya setelah dokumen-dokumen pembelajaran tersebut siap disusun, dilanjutkan dengan pengadaan/penyiapan media pembelajarannya sebagai sumber belajar dan alat bantu dalam proses pembelajaran. Apabila ragam dan jumlah media pembelajaran sangat terbatas, maka pendidik perlu mengembangkannya secara individu, berkelompok, dan memperlihatkan pihak lain, agar diperoleh efisiensi dan segala konsekuensi serta manfaatnya menjadi milik bersama. Pengembangan media pembelajaran biologi bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sejalan dengan jiwa otonomi daerah yang asumsi dasarnya adalah keragaman, dari segi kemampuan atau muatan lokal sangat mungkin dan luas untuk mengembangkan berbagai media pembelajaran biologi, selaras dengan kurikulum yang berlaku. Untuk menghasilkan media pembelajaran yang baik dalam arti efektif dalam meningkatkan mutu pembelajaran, maka diperlukan suatu perancangan yang baik. Media pembelajaran yang baik tidak bisa dibuat secara spontan atau asal jadi. Dalam menyusun rancangan, berbagai hal yang harus diperhitungkan, baik menyangkut materi (content), pedagogik, tampilan dan aspek bahasa serta tujuan yang hendak dicapai dengan media tersebut. Pengembangan media pembelajaran sangat penting artinya untuk mengatasi kekurangan dan keterbatasan persediaan media yang ada. Disamping itu, media yang dikembangkan sendiri oleh guru/pendidik dapat menghindari ketidak-tepatan (mismatch) karena dirancang sesuai dengan kebutuhan, potensi sumber daya dan kondisi lingkungan masing-masing. Lebih dari itu, juga dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan inovasi para pendidik sehingga dihasilkan profesionalitas pendidik. Prosedur untuk mengembangkan media pembelajaran sebagai berikut: 1) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa. 2) merumuskan tujuan instruksional. 50
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
3) merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan. 4) mengembangkan alat ukur keberhasilan. 5) mengadakan tes dan revisi. Selanjutnya dalam pengembangan alat sederhana sebagai bagian dari media pembelajaran hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Mampu menyederhanakan proses. 2) Mampu untuk memvisualkan atau mengkonkritkan hal-hal yang abstrak. 3) Biaya murah dengan bahan yang berada dari lingkungan sekitar kita (azas manfaat, bagi siswa memberi contoh untuk memanfaatkan barang bekas atau berfikir kreatif). 4) Mudah dirakit dan digunakan oleh siswa secara individual atau kelompok. 5) Penggunaan material dengan biaya yang rendah. C. METODOLOGI PELATIHAN Metode pelatihan ini merupakan pemberian materi secara teori dan praktik. Sebelum pelatihan dilaksanakan, maka instruktur mempersiapkan tinjauan berupa grand tour pada mahasiswa biologi angkatan 2009 yang hendak melaksanakan PPL. Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa biologi angkatan 2009, maka peneliti melakukan kajian pustaka tentang berbagai media pembelajaran biologi yang masih sulit dibuat oleh makhasiswa calon guru biologi yang hendak melaksanakan PPL. Selanjutnya peneliti melakukan persiapan alat dan bahan untuk pengembangan media pembelajaran biologi, kemudia menentukan waktu pelaksanaan pelatihan keterampilan mengembangkan media pembelajaran biologi oleh mahasiswa biologi. Selain itu yang sangat penting dipersiapkan oleh instruktur adalah mempersiapkan materi yang akan disampaikan dalam kegiatan pelatihan tersebut. D. HASIL dan PEMBAHASAN Pelatihan keterampilan mengembangkan media pembelajaran biologi yang dilaksanakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa biologi dalam mengembangkan media pembelajaran biologi sebelum mereka melaksanakan PPL di sekolahsekolah yang telah di tentukan oleh fakultas Tarbiyah. Dalam proses pembelajaran pada mata kuliah media pembelajaran biologi mahasiswa tidak hanya mendapatkan materi berupa teori saja tetapi juga harus mendapatkan praktik langsung dalam melatih keterampilan mahasiswa dalam mengembangkan media pembelajaran biologi. 51
Reny Safita, Pelatihan …
Pada pelatihan keterampilan ini media pembelajaran biologi yang dikembangkan oleh mahasiswa berupa media non elektronik dan media eleoktronik dalam pembelajaran biologi. Media non elektronik dalam pembelajaran biologi yang dikembangkan oleh mahasiswa adalah media gambar, charta, media asli (media segar dan media awetan), media alat peraga atau model. Sedangkan untuk media elektronik dalam pembelajaran biologi yang dikembangkan oleh mahasiswa adalah media OHP, powerpoint dan film dokumenter yang di download dari internet. Setelah diberikan pelatihan keterampilan mengembangkan media pembelajaran biologi bagi mahasiswa maka dilihat nilai keterampilan mahasiswa dalam mengembangkan media pembelajaran biologi. Berdasarkan observasi maka terlihat bahwa masih rendahnya keterampilan mahasiswa dalam mengembangkan media pembelajaran biologi. Hal ini terlihat jelas pada hasil karya yang mereka hasilkan. Jika ditinjau kembali dengan nilai hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah media pembelajaran biologi rata-rata mahasiswa telah tuntas belajar media pembelajaran biologi dengan rata-rata nilai B+. Akan tetapi pada kenyataannya pada praktik tidak semua mahasiswa calon guru biologi mampu terampil dalam mengembangkan media pembelajaran biologi. Tetapi setelah pelatihan yang telah diberikan mahasiswa sudah mulai terampil dalam mengembangkan media pembelajaran biologi. Hal ini terlihat dari nilai keterampilan mahasiswa meningkat dari setiap pelatihan yang dilakukan. Rekapitulasi rata-rata nilai keterampilan mahasiswa semester VI tahun akademik 2011/2012 dimana nilai rata-rata keterampilan lokal VI A pada tindakan awal (pra penelitian) sebesar 45,7.,tindakan siklus I sebesar 62,7., tindakan siklus II sebesar 71,5 dan tindakan siklus III sebesar 80,2. Selanjutnya hasil rata-rata nilai keterampilan mahasiswa pada lokal VI B di awal tindakan sebesar 52,9. hasil tindakan siklus II sebesar 73,0, dan hasil tindakan siklus III sebesar 80,1. Sedangkan pada lokal VI C hasil nilai rata-rata keterampilan mahasiswa pada awal tindakan sebesar 53,7. Hasil tindakan siklus I sebesar 62,4., hasil tindakan siklus II sebesar 71,6 dan hasil tindakan siklus III sebesar 79,2. Dari ke tiga lokal mahasiswa semester VI ini nilai keterampilan mahasiswa dalam mengembangkan media pembelajaran biologi tertinggi jatuh pada lokal VI A dengan pokok bahasan media elektronik dalam pembelajaran biologi berupa media OHP, Powerpoint dan film dokumenter. E. KESIMPULAN dan SARAN Dari kegiatan pelatihan yag telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pelatihan keterampilan mengembangkan media pembelajaran biologi dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa tidak hanya teori 52
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
saja tapi pada praktiknya mahasiswa mampu mengembangkan media pembelajaran biologi. Mengingat besarnya manfaat pelatihan maka selanjutnya perlu tindak lanjut dari Ketua Program Studi Biologi untuk menambah SKS media pembelajaran biologi 1 SKS untuk kegiatan praktikum mengembangkan media pembelajaran biologi sehingga mahasiswa dapat terampil dalam mengembangkan media pembelajaran biologi dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah tempat mereka melaksanakan PPL. F. DAFTAR PUSTAKA Arsyad Azhar,. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hamalik Oemar,. 1990. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Hamalik, Oemar. 2001. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito. Hujair AH Sanaky. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara. Iskandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Gaung Persada Press. Kemmis dan Mc. Taggart R. 1993. The Action Research dalam buku Penelitian Tindakan Kelas, Bahan penataran untuk Instruktur, I Wayan Sukarnyana. Depdiknas: Proyek Peningkatan Pusat Pengembangan Guru IPS dan PMP Malang (Hopkins,1993:12). Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: Jurusan Biologi FMIPA UNP. Martinis, Yamin. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press. Musfiqon. 2011. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Rayandra Asyhar. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pemelajaran. Jakarta: Gaung Persada Presss. Riandi,. 2012. Media Pembelajaran Biologi.
53
Reny Safita, Pelatihan …
Sadiman Arief , dkk,. 2007. RajaGrafindo Persada.
Media
Pendidikan.
Jakarta:
PT.
Sudjana, Nana dkk,. 2000. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru. Syaiful Bahri, Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful, Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Tilaar, H.A.R.. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Pustaka Ilmu.
54