INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
1
Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kemampuan Berpikir Divergen dan Cara Belajar Matematika terhadap Akademik Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon. Abdillah Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon
ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yang bertujuan untuk menyelediki pengaruh kecerdasan spiritual, kemampuan berpikir divergen dan cara belajar terhadap preatasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester enam Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon tahun akademik 2011/2012 yang terdiri atas 4 kelas dengan jumlah siswa 160 orang. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel stratified random sampling (Sampel Acak classter). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon berada dalam kategori sedang atau 58,97% dengan skor rata-rata 75,83 dari skor ideal 100. Tingkat kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati berada dalam kategori tinggi atau 56,38% dengan skor rata-rata 199,69 dari skor ideal 297. Kemampuan berpikir divergen berada dalam kategori sangat tinggi atau 71,79% dengan skor rata-rata 69,87 dari skor ideal 100. Cara belajar matematika berada dalam kategori tinggi atau 87,18 % dengan skor rata-rata 54,74 dari skor ideal 80. Hasil analisis statistik inferensial menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, kemampuan berpikir divergen, dan cara belajar matematika mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi akademik dengan koefesien determinasi R2 = 0,667 hal ini berarti 66,7% variansi total prestasi akademik matematika dijelaskan oleh kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, kemampuan berpikir divergen dan cara belajar matematika. Kata Kunci: Kecerdasan Spiritual, Kemampuan Berpikir Divergen, Cara Belajar Prestasi Akademik. PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat memacu proses perubahan dalam masyarakat dan mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, matematika yang merupakan salah satu ilmu dasar yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan memegang peranan penting, dan pengaruh yang sangat besar terhadap
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
2
perkembangan ilmu pengetahuan yang lain. Hal ini disebabkan oleh fungsi matematika sebagai sarana berpikir logis, analitis dan sistematis sehingga membantu dalam memecahkan masalah dalam bidang ilmu lainnya. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak. Sifat abstrak itu menyebabkan banyak orang yang mempelajari mengalami kesulitan yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran matematika yang dalam pelaksanaannya terlihat belum menggembirakan. Keadaan tersebut sudah barang tentu terkait dengan kondisi tingkat pendidikan di negara kita. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan sosial, teknologi, maupun ekonomi S. Nasution1. Marzano et al2 menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan pemikir-pemikir yang matang dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata. Berarti lulusan yang diharapkan adalah mereka yang mampu memecahkan masalah melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan yang dimiliki, pemikir yang mempunyai spiritualitas yang tinggi, kritis dan kreatif. Dilihat dari perspektif personalitas mampu mengekspresikan diri dalam keseimbangan, keterpaduan, dan dinamika yang tinggi. Secara umum, tanpa disadari situasi pendidikan formal saat ini, cukup memprihatinkan, baik ditinjau dari aspek kognitif dan psikomotorik, maupun aspek afektif. Dari sisi aspek kognitif, sudah menjadi isu global, lokal atau regional, maupun secara nasional, khususnya dalam mata pelajaran Matematika. Seiring dengan itu, faktor-faktor yang bersifat afektif dan kecerdasan spiritual yang diduga turut mempengaruhi prestasi belajar, juga semakin mengkhawatirkan. Mahasiswa cenderung hidup bergaya holistik dan euforia; kecenderungan terbawa dalam iklim kehidupan bergelimang citra negatif seperti tertarik pornografi, senang budaya keras, dan bahkan terpengaruh narkoba. Pada tahapan yang makin memprihatinkan, keadaan mahasiswa sudah sangat menyedihkan. 1
2
Nasution, S. 2000. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Pt. Bumi Aksara. Halaman 4. Sanjaya, 2005. Kemampuan Berpikir, dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Di Kabupaten Luwu. Tesis. Program Studi Teknologi PPS UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA. Surabaya.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
3
Menurut Muchlis3, Motivasi Belajar (MB) mahasiswa merupakan suatu kekuatan yang ada pada mahasiswa dan menyebabkan mahasiswa itu bertindak dan berbuat yang meliputi kehadiran kuliah, keikutsertaan kursus, nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), orientasi pasca-studi, perencanaan studi, komitmen belajar, penggunaan waktu luang, tingkat kehadiran, target studi, tingkat kompetisi sesama teman, kepedulian dengan nilai, pemanfaatan sumber belajar, keaktivisan di bidang keilmuan, dan keantusiasan di ruang kuliah. Senada dengan penjelasan di atas kondisi prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon nampaknya masih kurang memuaskan. Hal ini tergambar pada nilai rata-rata hasil belajar materi grup pada mata kuliah struktur aljabar untuk dua kelas pada tahun akademik 2010/2011 yaitu 6,49 dengan simpangan baku gabungan 13,67. Kondisi ini memerlukan munculnya generasi yang mempunyai spiritualitas yang tinggi, kreatif, pemikir divergen, dalam menyelesaikan segenap problem yang melanda bangsa ini. Hasil pengamatan atau wawancara terbatas terhadap beberapa mahasiswa memberikan indikasi bahwa kecerdasan spiritual mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon masih belum memuaskan. Di sisi lain, kemampuan berpikir divergen mereka juga masih relatif rendah. Demikian juga cara belajar yang mereka terapkan pada umumnya belum sesuai dengan cara belajar matematika yang diharapkan. Fakta-fakta tersebut disinyalir turut mempengaruhi hasil belajar matematika yang mereka capai. Untuk meyakinkan hal itu perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu landasan teoretis yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk mempertimbangkan variabel-variabel, kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, kemampuan berpikir divergen, dan cara belajar matematika
dalam
melakukan
penelitian
tindakan,
pengembangan.
3
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=19252. Diakses 2012/02/9
eksperimen,
dan
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
4
Kecerdasan Spiritual dan Prestasi Akademik Matematika Kecerdasan spiritual mahasiswa dapat dilihat dari usaha mahasiswa membaca peristiwa alam sekitar, manusia dan hubungan sosialnya, bahkan Tuhannya. Selain daripada itu mahasiswa akan senantiasa merenung dan berpikir setelah membaca suatu hal atau peristiwa. Namun setelah membaca, mahasiswa kembali menyadari bahawa semua itu sebagai ciptaan Tuhan. Disini mahasiswa dituntut untuk mampu memberdayakan kemampuan nalar (reasoning power) dalam dirinya sehingga pada akhirnya melahirkan perbuatan yang berlandaskan pada pentingnya beribadah, contohnya berdoa, berbicara yang sopan kepada dosendosennya, mengucapkan istighfar bila melakukan kesalahan, alhamdulillah bila mendapat nilai yang bagus dan melakukan hal-hal yang bersifat spiritual lainnya dalam mendorong mahasiswa melakukan hal-hal yang bersifat positif sehingga pada akhirnya akan menunjang motivasi belajar di dalam peningkatan prestasi akademik matematika.
Berpikir Divergen dan Prestasi Akademik Matematika Berpikir divergen melatih pemikiran mahasiswa untuk berpikir lebih kritis, mencari suatu pemecahan dengan berbagai alternatif jawaban yang akan mengembangkan kreativitas mahasiswa misalnya diberikan soal seperti: carilah 2 buah bilangan yang selisih antara kedua bilangan tersebut adalah 10, soal ini dapat mamancing kreativitas mahasiswa untuk menemukan jawaban sebanyakbanyaknya sehingga sejalan dengan hal ini kemampuan berpikir divergen dapat berpengaruh positif terhadap prestasi akademiknya. Apalagi ditunjang dengan pendekatan dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh dosen demi meningkatkan kemampuan berpikir divergen mahasiswa.
Cara Belajar dan Prestasi Akademik Matematika Dengan melaksanakan indikator cara belajar seperti rencana belajar, mengikuti pelajaran, mempunyai buku kerja, mempelajari buku, berdiskusi, tanya jawab, menghafal pelajaran, memantapkan prestasi akademik, dan memanfaatkan perpustakaan dengan semaksimal mungkin, ditambah dengan bimbingan dan
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
5
arahan dari para dosen yang telah berpengalaman maka mahasiswa dapat melaksanakan cara-cara belajar matematika yang baik dan efektif sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi akademik mereka. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Suharnan4 mengutip pendapat Cronbach tentang pengertian belajar, yaitu perubahan tingkah laku manusia sebagai akibat dari berbagai macam pengalaman yang dilaluinya. Dari batasan-batasan tentang belajar di atas mengandung pengertian bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang sementara berlangsung untuk mencapai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah yang terjadi disebabkan oleh berbagai pengalaman yang disengaja, bukan karena faktor kebetulan atau tiba-tiba terjadi pada diri individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika merupakan tingkat penguasaan yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika, yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian survei yang berbentuk ex-post facto dan bersifat kausalitas, yaitu akan menyelidiki pengaruh kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, kemampuan berpikir divergen, dan cara belajar matematika
terhadap
prestasi
akademik
mahasiswa
Jurusan
Pendidikan
Matematika IAIN Ambon. Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi tiga variabel independen dan satu variabel dependent. Variabel independen yang dimaksud yaitu: kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati dilambangkan X1, kemampuan berpikir divergen dilambangkan X2, dan
4
cara belajar matematika dilambangkan X3.
Suharnan, (2005). Psikologi Kognitif. Penerbit Srikandi, Surabaya. Hal 215.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
sedangkan
variabel
dependent
adalah
prestasi
akademik
6
matematika
dilambangkan Y. Hubungan antara variabel independent dan dependent digambarkan di bawah ini. X1
X2
X3
Y
Ket: X1 = kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, X2 = kemampuan berpikir divergen, X3 = cara belajar matematika, Y = prestasi akademik mata kuliah analisis real. Ada 4 (empat) instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, dua instrumen berbentuk angket dan satu instrumen berbentuk tes. Instrumen yang berbentuk angket, yaitu (1) angket kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, (2) angket cara belajar matematika, sedangkan yang berbentuk tes adalah tes prestasi hasil belajar sebagai gambaran prestasi akademik dan tes kemampuan berpikir divergen. Keempat instrumen tersebut dikembangkan melalui proses validasi dan uji lapangan. Keempat instrumen tersebut selanjutnya diberikan kepada semua mahasiswa yang menjadi unit sampel untuk direspon. Adapun untuk mengumpulkan data prestasi akademik matematika, digunakan tes hasil belajar mata kuliah analisis real matematika. Ada tiga jenis data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan uji coba, yaitu: 1. Data tes hasil belajar pada mata kuliah analisis real II. 2. Data kemampuan berpikir divergen 3. Data cara belajar matematika. Data tes hasil belajar pada mata kuliah analisis real II dikumpulkan menggunakan instrumen tes hasil belajar. Data kemampuan berpikir divergen dikumpulkan menggunakan instrumen tes kemampuan berpikir divergen. Data cara belajar matematika dikumpulkan menggunakan instrumen angket cara belajar matematika dan diisi mahasiswa berdasarkan pengalaman mereka masing-masing. Data yang terkumpul diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik statistik, yaitu teknik statistik deskriptif dan inferensial. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Teknik
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
7
ini meliputi (1) mean, modus, dan median (2) ukuran dispersi, yaitu: range, simpangan baku, ragam, dan koefisien variasi, dan (3) tabel distribusi frekuensi, baik frekuensi absolut maupun frekuensi relatif atau persentase, dan (4) diagram untuk masing-masing variabel penelitian. Adapun untuk menjawab rumusan masalah utama digunakan analisis statistik inferensial yaitu teknik analisis regresi linier multipel dengan tiga variabel bebas. Model regresi yang akan digunakan adalah model regresi linier ganda yaitu: Y= β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3X3 + ε, dan fungsi taksirannya adalah Ŷ = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 . Uji-t
Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan Uji-F dan
yang terkait dengan Analisis Varians dalam regresi tersebut. Proses
perhitungan dilakukan dengan menggunakan paket program pengolah data melalui komputer (MS. Office Excell dan SPSS).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Kecerdasan Spiritual dalam Aspek Penerapan Suara Hati Hasil analisis statistik deskriptif yang berkaitan dengan skor variabel kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati disajikan pada tabel 4.1 berikut ini. Statistik Deskriptif untuk Skor Variabel Kecerdasan Spiritual dalam Aspek Penerapan Suara Hati. No Statistik Ukuran 1 Mean 199,69 2 Median 203,00 3 Modus 196,00 4 Maksimum 250,00 5 Minimum 128,00 6 Range 122,00 7 Standar Deviasi 34,33 8 Ragam 117,166 9 Koefisien Variasi 0,17 10 Koefisien Kemencengan 0,11 Mean sebesar 199,69 menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon termasuk dalam kualifikasi “tinggi”. Median sebesar 203,00 menunjukkan bahwa ada 50% mahasiswa
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
8
Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon yang skor kecerdasan spiritual (penerapan suara hati) paling rendah 203,50 atau 50% paling tinggi 203,00. Dari ukuran penyebaran meliputi deviasi standar, ragam, range, dan koefisien variasi yang skornya relatif kecil memberikan indikasi bahwa data kecerdasan spiritual (penerapan suara hati) mahasiswa cenderung
menyebar
secara homogen. Koefisien kemencengan sebesar 0,11 (bertanda positif) menunujukkan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang memperoleh skor kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati di bawah mean lebih banyak daripada di atas mean. Sebaran Frekuensi Skor Kecerdasan Spiritual dalam Aspek Penerapan Suara Hati Skor Kecerdasan spiritual mahasiswa Kualifikasi Frekuensi (penerapan suara hati) Sangat Tinggi 2 Tinggi 20 Sedang 17 Rendah 0 Sangat Rendah 0 Jumlah 39 Keterangan: X = nilai kecerdasan spiritual Dari tabel
Persentase 5,10 51,28 43,59 0,00 0,00 100
dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbesar kecerdasan
spiritual dalam aspek penerapan suara hati mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon berada dalam kualifikasi “tinggi”. Jumlah mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati sangat rendah dan rendah berjumlah 0 orang (0,00%), sedangkan yang kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati tinggi dan sangat tinggi berjumlah 22 orang (56,38%).
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
2.
9
Kemampuan Berpikir Divergen Statistik Deskriptif untuk Skor Variabel Kemampuan Berpikir Divergen Statistik Ukuran Mean 69,87 Median 75,00 Modus 75,00 Maksimum 87,50 Minimum 37,50 Range 50,00 Standar Deviasi 12,73 Ragam 162,15 Koefisien Variasi 0,18 Koefisien Kemencengan -0,40 Mean sebesar 69,87 menunjukkan bahwa kemampuan berpikir divergen
mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon termasuk dalam kualifikasi “sangat tinggi”. Median sebesar 75,00 menunjukkan bahwa ada 50% mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon yang skor kemampuan divergen paling rendah 75,00 atau 50% paling tinggi 75,00. Dari ukuran penyebaran meliputi standar deviasi, ragam, range, dan koefisien variasi yang skornya relatif kecil memberikan indikasi bahwa data kemampuan berpikir divergen mahasiswa cenderung menyebar secara homogen. Koefisien kemencengan sebesar -0,40 (bertanda negatif) menunujukkan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang memperoleh skor kemampuan berpikir divergen di atas mean lebih banyak daripada di bawah mean. Sebaran Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Divergen Skor Kemampuan Kualifikasi Frekuensi Persentase Berpikir Divergen Sangat Tinggi 28 71,79 Tinggi 7 17,95 Sedang 4 10,26 Rendah 0 0 Sangat Rendah 0 0 Jumlah 39 100 Dari tabel dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbesar kemampuan berpikir divergen mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon berada dalam kualifikasi “tinggi dan sangat tinggi”. Jumlah mahasiswa yang
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
10
memiliki kemampuan berpikir divergen sangat rendah dan rendah berjumlah 0 orang (0,00%), sedangkan yang kemampuan berpikir divergennya tinggi dan sangat tinggi berjumlah 35 orang (89,74%). 3. Cara Belajar Matematika Statistik Deskriptif untuk Skor Variabel Cara Belajar Matematika No Statistik Ukuran 1 Mean 54,74 2 Median 55,00 3 Modus 51,00 4 Maksimum 68,00 5 Minimum 37,00 6 Range 31,00 7 Standar Deviasi 8,44 8 Ragam 71,24 9 Koefisien Variasi 0,15 10 Koefisien Kemencengan 0,44 Mean sebesar 54,74 menunjukkan bahwa cara belajar matematika mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon termasuk dalam kualifikasi “tinggi”. Median sebesar 55,00 menunjukkan bahwa ada
50%
mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon yang skor cara belajar matematika paling rendah 55,00 atau 50% paling tinggi 55,00 Dari ukuran penyebaran meliputi standar deviasi, ragam, range, dan koefisien variasi yang skornya relatif kecil memberikan indikasi bahwa data cara belajar matematika mahasiswa cenderung menyebar secara homogen. Koefisien kemencengan sebesar 0,44 (bertanda positif) menunjukkan bahwa mahasiswamahasiswa yang memperoleh skor cara belajar matematika di bawah mean lebih banyak daripada di atas mean. Sebaran Frekuensi Skor Cara Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon Skor Cara Belajar Kualifikasi Frekuensi Persentase Matematika Sangat Tinggi 0 0,00 Tinggi 34 87,18 Sedang 5 12,82 Rendah 0 0 Sangat Rendah 0 0 Jumlah 39 100
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
11
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbesar cara belajar matematika mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon berada dalam kualifikasi “tinggi”. Jumlah mahasiswa yang memiliki cara belajar matematika tinggi dan sangat tinggi adalah 34 orang (87,18%) sedangkan mahasiswa yang cara belajarnya rendah dan sangat rendah berjumlah 0 orang (0,00%). 4.
Prestasi Akademik Statistik Deskriptif untuk Skor Variabel Prestasi Akademik No Statistik 1 Mean 2 Median 3 Modus 4 Maksimum 5 Minimum 6 Range 7 Deviasi Standar 8 Ragam 9 Koefisien Variasi 10 Koefisien Kemencengan
Ukuran 75,43 76,63 45,40 91,90 45,40 46,50 2,00 125,32 0,15 2,68
Mean sebesar 75,43 menunjukkan bahwa hasil belajar matematika mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon termasuk dalam kualifikasi “sedang”. Median sebesar 76,63 menunjukkan bahwa ada 50% mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon yang skor hasil belajar matematika paling rendah 76,63 atau 50% paling tinggi 76,63. Dari ukuran penyebaran meliputi standar deviasi, ragam, range, dan koefisien variasi yang skornya relatif kecil memberikan indikasi bahwa data prestasi akademik mahasiswa cenderung menyebar secara homogen. Koefisien kemencengan sebesar 0,38 (bertanda positif) menunujukkan bahwa mahasiswamahasiswa yang memperoleh skor prestasi akademik di bawah mean lebih banyak daripada di atas mean.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Akademik Skor Hasil Belajar Kualifikasi Frekuensi Matematika Sangat Tinggi 4 Tinggi 8 Sedang 23 Rendah 4 Sangat Rendah 0 Jumlah 39
12
Persentase 10,26 20,51 58,97 10,26 0 100
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbesar prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon berada dalam kualifikasi “sedang”. Jumlah mahasiswa yang memiliki prestasi akademik rendah dan sangat rendah adalah 4 orang (10,26%) sedangkan mahasiswa yang prestasi akademiknya tinggi dan sangat tinggi berjumlah 12 orang (30,77%).
PENUTUP Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon secara umum termasuk dalam kualifikasi “tinggi”
2.
Kemampuan berpikir divergen mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon secara umum termasuk dalam kualifikasi “sangat tinggi”.
3.
Cara belajar matematika mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon secara umum termasuk dalam kualifiksi “tinggi”.
4.
Prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon secara umum termasuk dalam kualifiaksi “sedang”.
5.
Kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, kemampuan berpikir divergen, dan cara belajar matematika, secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon. Kontribusi ketiga variabel bebas tersebut terhadap prestasi akademik sebesar 66,7%.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
13
DAFTAR PUSTAKA Gie, The Liang. Filsafat Matematika (bagian 2). Teknologi. Yogyakarta. 1993.
Yayasan Studi Ilmu dan
----------, Cara Belajar yang Efisien. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. 1988. Ginanjar Agustian, Ary. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Jakarta: Arga. 2001. http://www.pelita.or.id/baca.php?id=19252. Diakses 2012/02/9 Munandar, Utami. Kreativitas dan Keterbakatan (strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1999. Rahman, R. Model pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kecerdasan Spritual untuk meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa SMA. Bandung. UPI. 2010. Sak. U & Maker. J. C,. Divergence and convergence of mental force of children in open and slosed mathematical problems. International education journal, 6(2), 252-260. 2005. Sanjaya, Kemampuan Berpikir, dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Di Kabupaten Luwu. Tesis. Program Studi Teknologi PPS UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA. Surabaya. 2005. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta. 2000. Sudjana, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi (edisi revisi). Tarsito. Bandung. 2002. Suharnan, Psikologi Kognitif. Penerbit Srikandi, Surabaya. 2005. Zohar, D dan Marshall, I. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: MIZAN Pustaka. 2001. Gardner, Howard. Multiple intelligences (Kecerdasan Majemuk). Batam: Interaksara. 2003.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
14
Inovasi Realistic Mathematic dalam Pengembangan Perangkat Pembelajaran sebagai Bekal Bagi Mahasiswa Matematika IAIN Ambon untuk Kajian Matematika SMP Ajeng Gelora Mastuti Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon s ABSTRAK Salah satu keluhan yang banyak terdengar dalam dunia pendidikan matematika adalah kurangnya keterkaitan antara pembelajaran matematika di sekolah dengan dunia nyata dan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic dirancang berawal dari pemecahan masalah yang ada di sekitar siswa dan berbasis pada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman matematika siswa. Penelitian ini dianalisis untuk memperoleh manfaat sebagai berikut: sebagai bekal mengajar bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika ke depannya, bahan masukan bagi guru-guru matematika SMP dalam mengajarkan materi pecahan, dan juga dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam mengembangkan alternatif pembelajaran terhadap konsep matematika khususnya konsep pecahan apabila menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang berorientasi pendekatan pembelajaran matematika realistik. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan perangkat karena peneliti ingin mengembangkan suatu perangkat pembelajaran pada topik pecahan yang berorientasi pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic. Penelitian pengembangan yang dimaksud adalah penelitian yang menghasilkan perangkat pembelajaran yang meliputi RP, buku siswa yang memuat LKS. Model pengembangan perangkat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pengembangan four D Models (model 4-D) yang terdiri dari empat tahap, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate), sebagaimana dikemukakan oleh Thiagarajan. Berdasarkan hasil uji coba perangkat diperoleh perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang baik, karena memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan, yaitu: (1) Kemampuan guru/ dosen dalam mengelola pembelajaran: efektif; (2) Tes hasil belajar baik. Berdasarkan hasil pengembangan perangkat pembelajaran yang telah dilakukan sampai pada ujicoba sehingga menghasilkan draft final, maka diperoleh perangkat pembelajaran sebagai berikut: Rencana Pembelajaran, Buku Siswa yang memuat LKS. Berdasarkan nilai postest yang baik pada masing-masing kelompok maka perangkat pembelajaran tersebut merupakan bekal bagi mahasiswa jurusan pendidikan matematika IAIN Ambon untuk Kajian Matematika SMP Kata Kunci : Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction), perangkat pembelajaran, keefektifan pembelajaran, hasil belajar.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
15
PENDAHULUAN Dewasa ini matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendapat perhatian cukup besar, baik dari masyarakat maupun dari pemerintah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pendidikan matematika di Indonesia oleh berbagai pihak yang peduli kepada matematika sekolah. Namun hasil belajar yang dicapai belum sesuai seperti yang diharapkan. Berbicara tentang pembelajaran matematika di sekolah tidak terlepas dari masalah-masalah yang terdapat didalamnya. Para guru menyadari bahwa matematika bukanlah termasuk bidang studi yang mudah bagi kebanyakan siswa. Matematika sering dikeluhkan sebagai bidang studi yang sulit dan membosankan siswa karena kebanyakan matematika diajarkan dengan metode yang tidak menarik, guru menerangkan sementara siswa hanya mencatat sehingga tidak heran apabila nilai matematika siswa rendah dibanding nilai pelajaran lain. Namun rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika bukan semata-mata karena materi yang sulit, tetapi bisa juga disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan. Soedjadi5 menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di sekolah lebih khusus di dalam kelas, banyak ditentukan oleh proses mengajar belajar (pembelajaran) yang ditanggani langsung oleh para guru. Selanjutnya dikatakan bahwa masukan instrumental yang meliputi pendidik, sarana, kurikulum serta evaluasi hasil belajar dipandang sebagai faktor dominan yang memiliki pengaruh besar. Berikut ini digambarkan skema untuk mempermudah melakukan analisis terhadap proses pembelajaran. Kecenderungan pembelajaran matematika saat ini adalah pembelajaran yang memusatkan pada keterlibatan siswa secara aktif. Tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah khususnya di SMP masih berjalan secara konvensional. Banyak guru matematika yang mendominasi pembelajaran sehingga aktivitas siswa cenderung kurang. Hal
5
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia (Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta. Dirjend Dikti Depdiknas.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
16
ini tentu saja berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa. Yuwono6 mengatakan bahwa pembelajaran matematika secara konvensional mengakibatkan siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran. Selain itu, salah satu keluhan yang banyak terdengar dalam dunia pendidikan matematika adalah kurangnya keterkaitan antara pembelajaran matematika di sekolah dengan dunia nyata dan kehidupan sehari-hari siswa. Observasi di lapangan mendukung data tersebut, misalnya di Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon, beberapa mahasiswa semester I (satu) bahkan semester IV (empat)
mengalami kesulitan dan bahkan salah dalam
menyelesaikan operasi penjumlahan pecahan. Beberapa kesalahan diantaranya, seperti menyelesaikan penjumlahan pecahan baik penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama maupun penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Mereka menjawab
1 5 6 1 1 4 3 7 dan penjumlahan , dan beberapa 8 8 16 2 3 6 6 6
kesalahan lainnya. Hal yang sama dikemukakan oleh Soedjadi7 bahwa kelemahan siswa di SD antara lain tidak dengan cepat mengerjakan perkalian dan pembagian, mengerjakan pecahan, memahami geometri, menyelesaikan soal cerita. Berkaitan dengan hal tersebut, guru perlu mengupayakan suatu pendekatan pembelajaran yang sekiranya dapat membawa pemahaman siswa lebih baik tentang suatu konsep. Salah satu upaya untuk menanggulangi beberapa kesulitan siswa tentang pembelajaran topik pecahan seperti di atas adalah dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematic dalam mengajarkan topik tersebut. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic dirancang berawal dari pemecahan masalah yang ada di sekitar siswa dan berbasis pada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman
matematika
siswa.
pembelajaran matematika sebaiknya diupayakan
6
Oleh
karena
itu,
dalam
bersifat kontekstual, artinya
Yuwono, I. 2001. Pembelajaran Matematika secara Membumi. Malang: FMIPA Depdiknas Universitas Negeri Malang. 7 Soedjadi, 1992. Miskonsepsi Matematika dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Pendidikan Sains dan Matematika. IKIP Surabaya
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
17
pembelajaran matematika perlu dikelola dengan memperhatikan konteks (lingkungan)
kehidupan
sehari-hari.
Misalnya,
pembelajaran
matematika
dilaksanakan dengan menggunakan benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang berasal dari lingkungan kehidupan siswa. Benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang berasal dari lingkungan kehidupan siswa tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk mengawali pembahasan topik-topik matematika tertentu. Suwarsono8 mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika yang memanfaatkan lingkungan (konteks) kehidupan siswa memberikan berbagai manfaat, antara lain: menumbuhkembangkan kesadaran pada diri para siswa bahwa sekalipun konsep-konsep matematika bersifat abstrak, pembentukan dan pengembangan konsep-konsep tersebut ternyata seringkali didasarkan pada fenomena-fenomena yang ada di dunia nyata,menumbuhkembangkan kesadaran pada diri para siswa bahwa sekalipun konsep-konsep matematika bersifat abstrak, banyak di antara konsep-konsep tersebut mempunyai berbagai penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Program
pembelajaran
dalam
kerangka
Realistic
Mathematic
dikembangkan dan diteliti di Belanda selama kurang lebih 33 tahun (sejak tahun 1970) atau yang dikenal juga sebagai Realistic Mathematics Education (RME) didasarkan pada gagasan-gagasan Professor Hans Freudenthal, antara lain menyatakan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Artinya bahwa matematika bukan merupakan suatu subjek yang siap saji untuk siswa, melainkan bahwa matematika adalah suatu pelajaran yang dinamis yang dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya9. Freudenthal10 mengemukakan beberapa penelitian pendahuluan di beberapa negara menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan
matematika realistik:1) membuat matematika lebih menarik, relevan, dan 8
Suwarsono, St , 2001. Beberapa Permasalahan yang Terkait dengan Upaya Implementasi Pendekatan Matematika Realistik di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional tentang Pendekatan Matematika Realistik Universitas Sanata Dharma tanggal 14-15 Nopember 2001 9 TIM MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 10 Ibid.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
18
bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak, mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa, 2) menekankan belajar matematika pada „learning by doing,3) memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian (algoritma) yang baku, 4) menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika. Berdasarkan
keadaan
di
atas,
peneliti
mencoba
pembelajaran dengan Inovasi Realistic Mathematic dalam
menggunakan Pengembangan
Perangkat Pembelajaran sebagai Bekal Bagi Mahasiswa Matematika IAIN Ambon untuk Kajian Matematika SMP. Inovasi Pendekatan Pembelajaran Matematika Treffers11 merumuskan dua jenis pematematikaan, yaitu pematematikaan horisontal dan pematematikaan vertikal. Pematematikaan horisontal berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya bersama intuisi mereka sebagai alat untuk menyelesaikan masalah dari dunia nyata. Sedangkan pematematikaan vertikal berkaitan dengan proses organisasi kembali pengetahuan yang telah diperoleh dalam simbol-simbol matematika yang lebih abstrak. Berkaitan dengan dua jenis pematematikaan di atas, secara umum terdapat empat pendekatan pembelajaran matematika berdasarkan intensitas pematematikaannya pada tabel 2.1, yaitu: Pendekatan Pembelajaran Mekanistik
Komponen matematisasi Horison Vertikal tal -
Empiristik
+
-
Strukturalistik
-
+
Realistik
+
+
Keterangan: tanda „+‟ lebih memuat komponen, tanda „-„ kurang memuat komponen.
11
Yuwono, I. 2001. Pembelajaran Matematika secara Membumi. Malang: FMIPA Depdiknas Universitas Negeri Malang
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
19
Pendekatan Pembelajaran Realistic Mathematic Soedjadi12 dalam sebuah makalah seminar nasional tentang Realistic Mathematic di Surabaya, menyatakan bahwa Realistic Mathematic pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik (siswa) untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik daripada yang lalu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamati atau dipahami siswa melalui membayangkan sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa. Perangkat Pembelajaran Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa tujuan utama penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran dalam hal ini adalah sekumpulan komponen sumber belajar yang menggunakan pendekatan Realistic Mathematic, maka perangkat pembelajaran yang dirancang atau didesain selanjutnya dilakukan validasi naskah perangkat pembelajaran oleh para ahli (validator) mencakup kebenaran substansi dan kesesuaian dengan tingkat berpikir siswa yang mengacu pada indikator validasi perangkat oleh Fauzi 13. Perangkat buku siswa yang memuat LKS disusun berdasarkan pendekatan pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini. Buku siswa ini diupayakan dapat memberi kemudahan guru dalam menerapkan Realistic Mathematic juga memberi kemudahan guru dan mahasiswa dalam mengembangkan konsep-konsep dan gagasan-gasasan matematika khususnya konsep pecahan yang bermula dari masalah kontekstual yang disajikan. Adapaun indikator validasi buku siswa mencakup: a. Apakah masalah-masalah kontekstual sesuai dengan tuntutan RP? b. Apakah tuntutan soal sesuai dengan tingkat perkembangan siswa? c. Apakah pengorganisasiannya sistematis? 12
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia (Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta. Dirjend Dikti Depdiknas 13 Fauzi, KMS, 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagian di SD. Tesis. PPs Universitas Negeri Surabaya
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
20
d. Apakah cakupan materinya memadai? e. Bagaimana peranan soal untuk mendorong siswa menemukan dengan cara mereka sendiri konsep yang dipelajari? f. Apakah gambar menunjang materi? g. Apakah latihan soal mendukung konsep? h. Apakah bahasa yang digunakan sudah baku/tepat? i. Apakah jenis dan ukuran huruf sesuai untuk siswa? j. Kejelasan petunjuk dan arahan. Model Thiagarajan Analisis Kurikulum 1994
Analisis Siswa
Define
Analisis Materi Analisis Tugas Perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus Merancang Perangkat Pembelajaran
Validasi Ahli
Design
Draft I
HV Revisi I Draft II Uji Coba
Develop
HUC Revisi II dst
Draft III
Gambar 2.2 Modifikasi Pengembangan Perangkat Model 4-D Laporan Pengembangan Perangkat Pembelajaran (Draft Final)
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
21
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan perangkat karena peneliti ingin mengembangkan suatu perangkat pembelajaran pada topik pecahan yang berorientasi
pendekatan
pembelajaran
Realistic
Mathematic.
Penelitian
pengembangan yang dimaksud adalah penelitian yang menghasilkan perangkat pembelajaran yang meliputi RP, buku siswa yang memuat LKS. Model pengembangan perangkat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pengembangan four D Models (model 4-D) yang terdiri dari empat tahap, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate), sebagaimana dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel14 yang telah dimodifikasi. 1. Tes Hasil Belajar Pemberian tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada awal penelitian sebelum pembelajaran dilakukan dan pada akhir pembelajaran setelah pembelajaran dilakukan dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Tes yang diberikan sebelum pembelajaran bertujuan untuk memperoleh kemampuan awal siswa, sedangkan tes akhir bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa
terhadap materi yang diberikan
setelah diajar dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematic. a. Penilaian kinerja/ Rubrik Tabel 3.1 berikut merupakan acuan penilaian tes yang berupa pembuatan perangkat. No Kriteria Kinerja 1. FORMAT 1. Pembagian materi tidak jelas, tidak memiliki daya tarik dan penomoran yang kurang jelas, tidak adanya pengaturan ruang dan tata letak yang baik, tidak ada kesesuaian gambar dan teks serta ukuran huruf. 2. Pembagian materi cukup jelas, memiliki cukup daya tarik dan penomoran yang cukup jelas, adanya pengaturan ruang dan tata letak yang cukup baik, ada sedikit kesesuaian gambar dan teks serta ukuran huruf. 3. Pembagian materi jelas, memiliki daya tarik dan 14
Thiagarajan, S., Semmel D. S.,& Semmel M. I. 1974. Intructional Development For Traning Teachers Of Execeptional Children. A source Book Bloomington: Center for Innovation on Teaching the Handicapped
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
4.
2.
BAHASA
1.
2.
3.
4.
3.
ILUSTRASI
1.
2.
3.
4.
4.
ISI
1.
2.
3.
22
penomoran yang cukup jelas, adanya pengaturan ruang dan tata letak yang baik, ada kesesuaian gambar dan teks serta ukuran huruf. Pembagian materi jelas dan terinci, memiliki daya tarik dan penomoran yang jelas, adanya pengaturan ruang dan tata letak yang baik dan berwarna, kesesuaian gambar dan teks serta ukuran huruf. Tidak ada kesesuaian kalimat dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca serta usia siswa, tidak mendorong minat membaca karena kerumitan struktur kalimat, serta petunjuk dan arahan tidak jelas. Sedikit ada kesesuaian kalimat dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca serta usia siswa, cukup mendorong minat membaca karena ada sedikit kerumitan struktur kalimat, serta petunjuk dan arahan cukup jelas. Cukup ada kesesuaian kalimat dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca serta usia siswa, mendorong minat membaca karena struktur kalimat cukup sederhana, serta petunjuk dan arahan cukup jelas. Ada kesesuaian kalimat dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca serta usia siswa, mendorong minat membaca karena kesederhanaan struktur kalimat, serta petunjuk dan arahan jelas. Dukungan ilustrasi tidak memperjelas konsep dan tidak memberikan rangsangan secara visual, serta tampilan tidak jelas dan sulit dipahami. Dukungan ilustrasi sedikit memperjelas konsep dan sedikit memberikan rangsangan secara visual, serta tampilan cukup jelas dan cukup dipahami. Dukungan ilustrasi mulai memperjelas konsep dan memberikan rangsangan secara visual, serta tampilan jelas dan cukup dipahami. Dukungan ilustrasi memperjelas konsep dan memberikan rangsangan secara visual, serta tampilan jelas dan mudah dipahami. Tidak ada kebenaran materi secara esensial maupun urutannya dan tidak dikelompokkan pada bagian-bagian yang logis, tidak sesuai dengan kurikulum yang ada dan pembelajaran realistic mathematic. Sedikit ada kebenaran materi secara esensial tetapi tidak dengan urutannya dan ada yang dikelompokkan pada bagian-bagian yang logis, cukup sesuai dengan kurikulum yang ada dan pembelajaran realistic mathematic. Cukup ada kebenaran materi secara esensial maupun
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
23
urutannya dan dikelompokkan pada bagian-bagian yang logis, sesuai dengan kurikulum yang ada dan pembelajaran realistic mathematic. 4. Ada kebenaran materi secara esensial maupun urutannya dan dikelompokkan pada bagian-bagian yang logis, sesuai dengan kurikulum yang ada dan pembelajaran realistic mathematic. Penilaian umum Kesimpulan penilaian secara umum *): 1 : kurang baik 2 : cukup baik 3 : baik 4 : baik sekali 2. Analisis kemampuan guru/ Dosen mengelola pembelajaran Data hasil pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran selama kegiatan pembelajaran berlangsung dianalisis dengan menggunakan skor rata-rata. Kemampuan guru mengelola pembelajaran dikatakan efektif jika rata-rata dari semua skor untuk tiap RP berada pada kriteria minimal 3. Hasil analisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran ini digunakan untuk merevisi perangkat pembelajaran yang telah diujicobakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran Berdasarkan hasil validasi ahli, beberapa revisi yang dilakukan pada perangkat pembelajaran yang terdiri dari sekumpulan sumber belajar berupa: Rencana Pembelajaran (RP), Buku Siswa yang memuat LKS, dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. Tabel Revisi RP (Berdasarkan masukan dari validator) Yang direvisi RP-1
Sebelum direvisi Sub pokok bahasan penjumlahan pecahan baik penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama maupun penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama disatukan dalam satu kali pertemuan.
Sesudah direvisi Sub pokok bahasan penjumlahan pecahan dibagi dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama (RP-1) membahas penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama dan pertemuan kedua (RP-2) membahas penjumlahan
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
24
pecahan yang penyebutnya tidak sama. Tabel Revisi Buku Siswa (Berdasarkan masukan dari validator) Yang Sebelum direvisi Sesudah direvisi direvisi Buku Siswa Arahan: Apa yang akan kamu Arahan: Apa yang akan kalian 1,2,3 pelajari hari ini pelajari hari ini? Buku siswa 1 Lab mini 1: Jumlahkan 1/8 dan 3/8 Buku siswa 1 Semua kalimat perintah pada lab mini 1 diubah menjadi kalimat kegiatan.
Buku siswa 1 Terdapat jawaban pada hasil diskusi 1
Lab mini 1: kalimat “Jumlahkan 1/8 dan 3/8” , telah dihapus Gambarlah sebuah persegipanjang pada kertas grafik yang menunjukkan perdelapanan. Dari persegipanjang tersebut warnailah satu bagian dari persegipanjang tersebut dengan pensil warna untuk menyatakan 1 8 Dengan menggunakan pensil warna yang lain, warnailah tiga bagian yang lain dari persegipanjang itu untuk menyatakan 3 8 Tidak ditunjukkan jawabannya.
2. Hasil Simulasi Simulasi tersebut, dilakukan secara terbatas karena keterbatasan waktu, dalam arti peneliti hanya mensimulasikan RP-1 dan RP-2 terhadap enam orang mahasiswa semester IV pendidikan matematika IAIN Ambon. Simulasi tersebut dimaksudkan untuk melakukan uji keterbacaan Buku Siswa yang memuat LKS kepada enam mahasiswa yang telah dipilih dengan cara meminta mahasiswa untuk menggaris bawahi kata-kata atau kalimat yang tidak dipahami. Selain itu simulasi ini juga dimaksudkan untuk memberi gambaran cara mengajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic kepada mahasiswa. Berdasarkan hasil simulasi kemudian dilakukan revisi perangkat. Revisi dari hasil simulasi diuraikan pada tabel berikut.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
25
Tabel Revisi RP (Berdasarkan hasil simulasi) Yang direvisi Sebelum direvisi Sesudah direvisi RP-1 Siswa mampu melakukan Siswa mampu melakukan (Indikator) operasi hitung pada himpunan operasi hitung pada pecahan dan dapat menulis pecahan dan dapat menulis suatu bilangan dalam bentuk suatu bilangan dalam baku bentuk baku. Semua RP Mathematic Realistic Mathematic Realistic (Pendekatan Pembelajaran) Tabel Revisi Buku Siswa (Berdasarkan hasil simulasi) Yang direvisi Sebelum direvisi Sesudah direvisi Buku Siswa -1 Latihan: Tini membuat sebuah Latihan: Tini membuat diagram lingkaran.... sebuah diagram lingkaran untuk menunjukkan kepada teman sekelasnya bagaimana dia menghabiskan waktunya setiap hari. 3. Hasil Ujicoba Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan hasil validasi dan simulasi, selanjutnya diujicobakan pada mahasiswa semester IVA Pendidikan matematika IAIN Ambon. Perangkat pembelajaran ini diujicobakan sebanayk 3 kali pertemuan. Dari hasil ujicoba tersebut kemudian dilakukan revisi kembali untuk mendapatkan draft IV (draf final) perangkat pembelajaran. Uji coba melibatkan dua orang pengamat. Adapun yang bertindak sebagai pengamat 1 adalah Anasufi Banawi, M.Pd dan pengamat 2 adalah Abdillah, M.Pd. Dalam uji coba ini pengamat melakukan pengamatan terhadap kemampuan pengelolaan pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa. Sedangkan peneliti berperan sebagai pengamat umum, yang mengamati secara umum proses pembelajaran. Kegiatan ujicoba ini telah dilaksanakan selama tiga hari dengan jadwal kegiatan sebagaimana tercantum pada waktu penelitian. Dalam proses pembelajaran, siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok heterogen. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan rata-rata tiap kelompok relatif sama.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
26
Tabel Revisi RP (Berdasarkan hasil ujicoba) Yang direvisi Sebelum direvisi Sesudah direvisi Semua RP Tidak ada penilain Dibuat kolom penilaian Tabel Revisi Buku Siswa (Berdasarkan hasil ujicoba) Yang direvisi Sebelum direvisi Sesudah direvisi BS-2 Contoh 1: Contoh 1: Pak Arif mempunyai Pak Arif mempunyai sebidang sebidang tanah untuk tanah untuk lahan perkebunan. lahan perkebunan. Dia Dia merencanakan menanami merencanakan menanami separuh lahannya dengan separuh lahannya dengan tanaman apotik hidup. Dia tanaman apotik hidup. Dia ingin sepertiga dari lahan ingin sepertiga dari lahan yang akan ditanami tanaman yang akan ditanami apotik hidup itu ditanami tanaman apotik hidup itu kunyit ditanami temulawak BS-3 Kamu mempunyai 6 buah Kamu mempunyai 6 biji permen yang akan dibagi permen yang akan dibagi kepada teman-temanmu. kepada teman-temanmu. Masing-masing teman Masing-masing teman memperoleh 2 biji memperoleh 2 biji permen. permen. Berapa orang Berapa orang yang menerima yang menerima permen? permen? Data yang diperoleh dari ujicoba berupa data kemampuan guru mengelola pembelajaran. Data kemampuan guru mengelola pembelajaran dikumpulkan menggunakan instrumen lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran. Dalam proses pengembangan perangkat pembelajaran dan untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka pada tahap ujicoba ini akan dipaparkan analisis deskriptif data pengamatan meliputi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Hal tesebut dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan
perangkat
pembelajaran
yang
berorientasi pendekatan Realistic Mathematic pada pokok bahasan pecahan dan untuk kemungkinan penerapan. Analisis data yang dihasilkan dari instrumen pengelolaan pembelajaran dan instrumen aktivitas didasarkan pada instrumen yang telah dikembangkan oleh Fauzi2015. 20
Fauzi, KMS, 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagian di SD. Tesis. PPs Universitas Negeri Surabaya.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
27
1. Deskripsi Kemampuan Guru/ Dosen Mengelola Pembelajaran Untuk
mengamati
kemampuan
guru
dalam
mengelola
kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic pada tiap-tiap pertemuan, digunakan instrumen pengelolaan pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh seorang pengamat dengan cara menuliskan tanda cek pada kolom yang bersesuaian dengan skor penilaian. Kemampuan Guru/ Dosen Mengelola Pembelajaran (Uji Coba) N o 1
Aspek Yang Diamati
RP1
RP2
RP3
4
3
3
4
3
3
a. Memberikan masalah kontekstual (pada buku siswa) b. Membantu siswa memahami „konteks‟ dalam soal, mengarahkan siswa menemukan jawaban dan cara untuk menjawab soal dengan bantuan terbatas c. Mengamati cara siswa menyelesaikan soal,
3
3
3
3
3
3
3
3
3
d. Mengoptimalkan interaksi siswa,
3 3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Kegiatan Awal:
a. Menghubungkan pelajaran hari ini dengan pelajaran sebelumnya b. Memotivasi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran 2
Kegiatan Inti:
e. Mendorong siswa membandingkan jawabannya saat diskusi kelompok dan diskusi kelas, f. Meminta siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas, g. Menghargai berbagai pendapat siswa h. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber i. Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan dari suatu prosedur/konsep, j. Mendorong siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru/teman 3 .
Kegiatan Akhir:
a. Menengaskan kembali kesimpulan materi. b. Memberikan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. 4 Pengelolaan waktu 5
Suasana Kelas:
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
a. Antusias siswa b. Antusis guru Rata-rata
28
3
3
3
3
3
3
3,12
3,00
3,00
Berdasarkan kriteria kemampuan guru mengelola pembelajaran seperti diuraikan dalam BAB III, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif, karena dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata dari semua skor untuk tiap RP mencapai kategori nilai minimal 3. 2. Tes untuk mahasiswa dalam membuat perangkat Untuk menilai tes mahasiswa dalam membuat perangkat pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic, digunakan instrumen penilaian kinerja (bab III). Penilaian dilakukan oleh peneliti sendiri dengan cara menuliskan tanda cek pada kolom yang bersesuaian dengan skor penilaian. Deskripsi penilaian tes kinerja mahasiswa dalam membuat perangkat dengan Pendekatan Realistic Mathematic sebelum pembelajaran SKOR Kelompok
1 2 3 4
format 2 1 1 2
bahasa 2 3 1 3
ilustrasi 2 2 1 1
isi 2 2 1 2
SKOR RATARATA
KATEGORI
2 2 1 2
Cukup Cukup Kurang Cukup
Tabel 4.10 Deskripsi penilaian tes kinerja mahasiswa dalam membuat perangkat dengan Pendekatan Realistic Mathematic setelah pembelajaran SKOR Kelompok
1 2 3 4
format 4 3 3 3
bahasa 4 3 4 3
ilustrasi 4 3 3 3
isi 4 4 2 3
SKOR RATARATA
KATEGORI
4 3 3 3
Baik Baik Baik Baik
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah diberikan pembelajan dengan pendekatan Realistic Mathematic nilai kinerja masing_masing kelompok meningkat. Seperti pada kelompok 1 di mana nilai awalnya cukup menjadi sangat baik, begitu pula dengan kelompok 2, dan 4 dari nilai cukup menjadi baik, dan kelompok 2 dari nilai kurang menjadi baik. Hal ini menjadi dasar bahwa
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
29
pengembangan perangkat pembelajaran dalam hal ini khususnya buku siswa yang memuat LKS dapat dipahami oleh mahasiswa dan dijadikan bekal pada kajian matematika SMP dan ke masa yang akan datang ketika menjadi seorang guru.
PENUTUP Berdasarkan hasil pengembangan perangkat pembelajaran yang telah dilakukan sampai pada ujicoba sehingga menghasilkan draft final, maka diperoleh perangkat pembelajaran sebagai berikut: Rencana Pembelajaran dan Buku Siswa yang memuat LKS. Berdasarkan nilai postest yang baik pada masing-masing kelompok maka perangkat pembelajaran tersebut merupakan bekal bagi mahasiswa jurusan pendidikan matematika IAIN Ambon untuk Kajian Matematika SMP.
DAFTAR PUSTAKA Bartle, R.G, and Sherbert, 2000. Introduction to Real Analysis, 3rd ed.,Newyork: John Wiley and Sons, Inc. Fauzi, KMS, 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagian di SD. Tesis. PPs Universitas Negeri Surabaya. Ijudin, Romal. 2005. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Pokok Bahasan Persamaan Linear dengan Dua Peubah di Kelas II SLTP. Tesis. PPs Unesa Surabaya. Junaidi, Dedi, 2002. Kamus Matematika, Bandung: Pustaka Setia. Negoro, B. Harahap,2003. Ensiklopedia Matematika.Jakarta: Erlangga. Pandoyo, 2003. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press. Ruseffendi, E. T, 1979. Materi Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D. II dan Pendidikan Kependudukan. Soedjadi, 1992. Miskonsepsi Matematika dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Pendidikan Sains dan Matematika. IKIP Surabaya.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
30
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia (Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta. Dirjend Dikti Depdiknas. Suwarsono, St , 2001. Beberapa Permasalahan yang Terkait dengan Upaya Implementasi Pendekatan Matematika Realistik di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional tentang Pendekatan Matematika Realistik Universitas Sanata Dharma tanggal 14-15 Nopember 2001. Thiagarajan, S., Semmel D. S.,& Semmel M. I. 1974. Intructional Development For Traning Teachers Of Execeptional Children. A source Book Bloomington: Center for Innovation on Teaching the Handicapped. TIM MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. Yuwono, I. 2001. Pembelajaran Matematika secara Membumi. Malang: FMIPA Depdiknas Universitas Negeri Malang.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
31
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK MELALUI OPTIMALISASI PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI POKOK BAHASAN SUKU BANYAK DI MAN 1 AMBON Djafar Lessy Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon ABSTRAK Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Maka mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dan sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama, agar lulusan sekolah menengah diharapkan dapat membangun, menerapkan informasi dan pengetahuan dan dapat menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, guru tidak terlepas dari masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik, selain metode atau pendekatan pembelajaran yang diterapkan, fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI MAN 1 Ambon pada pokok bahasan suku banyak dengan mengoptimalkan pengelolaan kelas. Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah dua peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata ( 60%). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan tahap-tahap berdasarkan pendapat Milles dan huberman (reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan). Berdasarkan Hasil yang diperoleh, ditemukan bahwa fungsi pengelolaan kelas sangat berpengaruh penting dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat berpikir kritis dengan baik. Hal ini terbukti dengan adanya S1 dan S2 yang mampu menyelesaikan soal pokok bahasan suku banyak secara baik, sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Robert Ennis. Kata kunci : Berpikir kritis, pengelolaan kelas PENDAHULUAN
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadi proses
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
32
belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik dan anak didik dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.16 Tidak lepas dari tujuan pendidikan, matematika yang merupakan salah satu mata pelajaran pada pendidikan menengah atas, mempunyai tujuan meningkatkan kecerdasan dalam berpikir logis, pengetahuan tentang matematika, keterampilan dalam berhitung dan syarat untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan tersebut menjadikan perlunya pelajaran matematika pada jenjang-jenjang pendidikan sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Sehingga, lulusan sekolah menengah diharapkan dapat membangun, menerapkan informasi dan pengetahuan dan dapat menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan. Terkait dengan tujuan pendidikan menengah, maka berpikir kritis yang bertujuan membuat peserta didik dapat memutuskan apa yang diyakini atau di kerjakan, sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar, karena berpikir kritis sebagai jantung pembelajaran di kelas guna memperoleh pengetahuan.17 Keberadaan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Ambon, dengan prestasi akademis yang diraih seperti perolehan kejuaraan olympiade ilmu pengetahuan maupun
dalam
bidang
karya
ilmiah
baik
tingkat
Propinsi
maupun
Kabupaten/Kota. Demikian pula berbagai prestasi dalam bidang kegiatan (Non Akademis) diantaranya kejuaraan PMR, Pramuka, Marching Band, MTQ untuk tingkat Propinsi, Kabupaten/Kodya memaksakan setiap guru untuk memberikan yang terbaik saat melakukan proses belajar mengajar kepada peserta didiknya. 16
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2006), hlm 173. 17 Dina Mayadiana Suwarma, Suatu Pembelajaran Kemempuan bepikir kritis Matematika, (Jakarta: Cakrawala Mahakarya, 2009).hlm. 13
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
33
Sekolah dengan jumlah peserta didik sekitar 500 orang dan tenaga pengajar sekitar 49 orang membuat MAN I Ambon menjadi salah satu sekolah menengah yang dituntut untuk menjadi sekolah menengah yang menghasilkan peserta didik yang cerdas, berpengetahuan, berkepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan pengalaman peneliti yang telah mengajar di MAN 1 Ambon semester I tahun ajaran 2011/2012 diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mendapat pembelajaran konvensional antara lain: 1. Dalam setiap tes yang di lakukan, peserta didik memperoleh nilai matematika rata-rata adalah 4,5. 2. Pencapaian nilai tertinggi 7 3. Nilai terendah 1. Pengalaman peneliti juga menemukan bahwa peserta didik kesulitan dalam memahami materi suku banyak yang disampaikan oleh guru, terutama dalam menentukan hasil bagi dan sisa pembagian. kemungkinan masalah-masalah yang timbul sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik minim atau kurang memuaskan, yaitu : 1. Penataan ruang kelas yang tidak sesuai, sehingga membuat suasana proses belajar mengajar sangat membosankan terutama bagi peserta didik. 2. Suasana di dalam kelas terasa sangat panas saat berlangsungnya pelajaran matematika yang di sampaikan pada jam ke-7 dan 8 atau pada pukul 12.00 - 01.30 WIT. 3. Pada saat yang bersamaan peserta didik kurang, bahkan tidak pernah mengajukan pertanyaan saat pembelajaran berlangsung sampai selesai. 4. Peserta didik terlihat tidak siap dalam menerima pelajaran.
Berpikir Kritis Menurut John Dewey berpikir kritis adalah pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya
dan
kesimpulan-kesimpulan
lanjutan
yang
menjadi
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
34
kecenderungannya. Karena begitu pentingnya, berpikir kritis pada umumnya dianggap sebagai tujuan utama dari pembelajaran. Menurut Edward Glaser, berpikir kritis adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulankesimpulan. Sedangkan menurut Robert Ennis – definisinya yang sudah beredar luas dalam bidang berpikir kritis – berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.18 Dari beberapa pendapat di atas, yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk memahami masalah yang masuk akal dan refleksi yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan serta menarik kesimpulan yang valid. Dalam kurikulum berpikir kritis, menurut Ennis terdapat dua belas indikator berpikir kritis yang dikolompokkan dalam lima kemampuann berpikir, yaitu (1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), (2) Membangun keterampilan dasar (basic support), (3) Membuat inferensi (inferring), (4) Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), (5) Mengatur strategi (strategies and tactics). Kelima kolompok indikator keterampilan berpikir kritis tersebut diuraikan lebih lanjut pada tabel berikut :19 Tabel. 2.1. Indikator berpikir kritis Keterampilan berpikir kritis 1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification)
Sub keterampilan berpikir kritis 1. Memfokuskan pertanyaan
2.
18 19
hlm. 13
Menganalisa argumen.
Penjelasan a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi kriteria- kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin. c. Menjaga kondisi pikiran. a. Mengidentifikasi kesimpulan. b. Mengidentifikasi alasan (sebab)
Alec Fisher, Berpikir Kritis (Sebuah Pengantar), hlm. 2. Dina Mayadiana Suwarma, Suatu Pembelajaran Kemampuan berfikir kritis Matematika,
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
3. bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang.
2. Membangun 1. keterampilan dasar (basic support),
2.
Mempertimbangka n keredibilitas (kriteria) suatu sumber
yang dinyatakan (eksplisit). c. Mengidentifikasi alasan (sebab) yang tidak dinyatakan (implisit). d. Mengidentifikasi ketidakrelevelan dan kerelevelan. e. Mencari persamaan dan perbedaan. f. Mencari struktur suatu argumen. g. merangkum a. Mengapa. b. Apa intinya, apa artinya. c. Apa contohnya, apa yang bukan contohnya. d. Bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut. e. Perbedaan apa yang menyebabkan. f. Akankah anda menyatakan lebih dari itu
a. b. c. d. e.
f. g. h. Mengobservasi dan a. mempertimbang kan hasil observasi b. c. d. e. f. g.
3. Membuat kesimpulan
1.
Membuat deduksi dan
35
a. b.
Ahli. Tidak adanya konflik internal Kesepakatan antara sumber. Reputasi Menggunakan prosedur yang ada Mengetahui resiko. Kemampuan memberi alasan. Kebiasaan hati-hati. Ikut terlibat dalam menyimpulkan. Dilaporkan oleh pengamat sendiri. Mencatat hal-hal yang diinginkan. Penguatan (collaboration) dan kemungkinan penguatan. Kondisi akses yang baik. Penggunaan teknologi yang kompeten. Kepuasan observer atas kredibilitas criteria. Kelompok yang logis. Kondisi yang logis.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
(inferring), 2.
3.
mempertimbangka n hasil deduksi. Membuat induksi dan mempertimbangka n induksi Membuat dan mempertimbangka n nilai keputusan
4. Membuat 1. Mendefinisikan penjelsan lebih istilah, lanjut (advanced mempertimbangkan clarification) definisi
c. Interpretasi pernyataan. a. Membuat generalisasi b. Membuat kesimpulan dan hipotesis. a. b. c. d. e. a.
b.
5. Mengatur strategi (strategies and tactics).
36
2. Mengidentifikasi asumsi
c. a. b.
Memutuskan suatu tindakan
a. b. c. d. e. f.
Latar belakang fakta. Konsekuensi. Penerapan prinsip-prinsip Memikirkan alternative. Menyeimbangkan memutuskan. Bentuk: sinonim, klasifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh. Strategi definisi (tindakan mengidentifikasi persamaan) Konten (isi) Penalaran secara implicit. asumsi yang diperlukan, rekontruksi, argument. Mendefinisikan masalah Menyeleksi criteria untuk membuat solusi Merumuskan alternative yang memungkinkan Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan secara tentative. Mereview Memonitor implementasi
Pengelolahan Kelas Pengelolaan kelas menurut Suharsimi Arikonto, sebagaimana yang dikutip oleh Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, “pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membentuk, menciptakan kondisi belajar yang optimal”.20
20
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami, hlm.103
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
37
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah,21 pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam.macam kegiatan belajar peserta didik sehingga subjek didik terhindar dari permasalah mengganggu seperti peserta didik mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga guru dapat mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan. Menurut Ahmad Rohani, ada tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas, yaitu
pendekatan modifikasi
perilaku, pendekatan sosio-emosional,
dan
pendekatan proses kelompok.22 1. Pendekatan modifikasi perilaku (Behavior-Modification Approach) Pendekatan ini didasari oleh psikologi behavioral yang menganggap perilaku manusia yang baik maupun yang tidak baik merupakan hasil belajar. Oleh sebab itu perlu membentuk, mempertahankan perilaku yang dikehendaki dan mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak dikehendaki. 2. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate Approach) Pendekatan sosio-emosional bertolak dari psikologi klinis dan konseling. Pandangannya
adalah
bahwa
proses
belajar-mengajar
yang
berhasil
mempersyaratkan hubungan sosio-emosional yang baik antara guru dengan subyek didik. 3. Pendekatan Proses Kelompok (Group-Process Approach) 21
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:Rineka Cipta,2005), hlm.173. 22 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 148
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
38
Pendekatan proses kelompok berangkat dari psikologi sosial dan dinamika kelompok, dengan anggapan bahwa proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok. Untuk itu guru harus mengusahakan agar kelas menjadi suatu ikatan kelompok yang kuat.23 Dapat penulis simpulkan bahwa pengalaman belajar peserta didik didapat dari kegiatan kelompok di mana dalam kelompok terdapat norma-norma yang harus diikuti oleh anggotanya, terdapat tujuan yang ingin dicapai, adanya hubungan timbal balik antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan, serta memelihara kelompok yang produktif.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu keadaan objektif dalam suatu deskriptif situasi.24 Dokumentasi sebagai sumber data awal, untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa berupa nilai ulangan matematika siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik di MAN 1 Ambon kelas XI Yang berjumlah 28 peserta didik, yang menjadi subjek penelitian adalah dua peserta didik dengan memiliki kemampuan berpikir kritis diatas rata-rata ≥ 60 %, subjek ditentukan berdasarkan kemampuan menyelesaikan soal dan berbicara. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Peneliti 2. Wawancara 3. Tes Tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan suku banyak. Sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu soal-soal tersebut divalidasi oleh dosen, kurikulum dan guru mata pelajaran kemudian dilakukan revisi.
23
Ibid. 149 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),hlm. 11. 24
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
39
Data yang telah dikumpulkan dari penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan a.
Reduksi Data
b.
Penyajian Data
c.
Menarik Kesimpulan Pada penelitian ini uji keabsahan data di lakukan dengan triangulasi data.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.25
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa kedua subjek memiliki kemampuan berpikir kritis yang sesuai dengan indikator kemampuan berpikir ktiris yang dikemukakan oleh Ennis, yaitu mampu memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), membuat inferensi (inferring), membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), dan mengatur strategi (strategies and tactics).26 Kemampuan berpikir kritis yang terdapat pada kedua subjek dapat dikategorikan sebagai individu yang berpikir kritis, Hal ini sesuai dengan pendapat Costa yang mengatakan bahwa individu yang berpikir kritis memiliki ciri-ciri diantaranya adalah pandai mendeteksi permasalahan, mampu mendeteksi perbedaan-perbedaan informasi, suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual, mampu mengidentifikasi atribut-atribut benda (seperti : sifat, bentuk wujud, dan lain-lain). selain itu mampu mendaftar alternatif pemecahan masalah, mampu mendaftar alternatif ide, mampu mendaftar alternatif situasi, mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah yang
25
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.330 26 Dina Mayadiana Suwarma, Suatu Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis Matematika, hlm. 13
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
40
lainnya, mampu menarik kesimpulan dan generalisasi dari data yang ada dan data yang berasal dari lapangan.27 Kemampuan berpikir kiritis yang dimiliki kedua subjek cukup kompleks, hal ini merupakan suatu kompetensi yang harus dilatihkan pada peserta didik, karena kemampuan ini sangat diperlukan dalam kehidupan sekarang. Hal yang tak dapat dipungkiri juga, bahwa kelas merupakan lingkungan yang diciptakan berdasarkan kesadaran kolektif dari suatu komunitas peserta didik yang relatif memiliki tujuan yang sama. Pengelolaan kelas mengarah kepada peran guru untuk menata pembelajaran secara kolektif atau klasikal dengan cara mengelola perbedaan-perbedaan kekuatan individu menjadi suatu aktivitas belajar bersama. Pengelolaan kelas menurut Suharsimin Arikunto, sebagaimana dikutip oleh Pupuh fathurrahman dan Sobry sutikno, pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membentuk , menciptakan kondisi belajar yang optimal28. Sedangkan menurut Syaiful bahri Djumarah pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran29. Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang jelas, menguasai materi, pemilihan metode yang tepat. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah mencegah timbulnya perilaku subjek didik yang mengganggu jalannya proses belajar mengajar sehingga mempengaruhi proses berpikir peserta didik yang lain. Penelitian yang dilakukan selama kurang lebih sebulan ini mengambil dua subjek dan kelas yang memiliki tingkat pengelolaan yang optimal dan berpikir kritis yang baik, dari pengamatan selama penelitian dilakukan, peneliti dapat melihat bahwa peran seorang guru dalam mengelola kelas sangat dibutuhkan, sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dan peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis.
27
Ibid, hlm.11 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami, hlm.103 29 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:Rineka Cipta,2005), hlm.173. 28
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
41
PENUTUP Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV maka diperoleh kesimpulan bahwa fungsi pengelolaan kelas sangat berpengaruh penting dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat berpikir kritis dengan baik. Hal ini terbukti dengan adanya S1 dan S2 yang mampu menyelesaikan soal pokok bahasan suku banyak secara baik, sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Robert Ennis.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP & MTs. Jakarta: Depdiknas, 2004. Dirjen Pendidkan Islam. Undang-Undang dan Peraturan pemerintah RI Tentang Pendidikan. Jakarta: DEPAG RI, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:Rineka Cipta, 2005. ---------------------------, danAswan Zain. Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2006.
Strategi
Belajar
Mengajar.
Fisher, Alec. Berpikir Kritis (Sebuah Pengantar). Jakarta: Erlangga, 2008. Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. Strategi Belaja Mengajar Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT.Refika Aditama, 2007. http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/menggunakan-ketrampilan-berpikiruntuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran/2011/03/28 Muhaimin dkk. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP)pada sekolah dan madrasah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009. Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2004.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
42
Sudjana, Nana. Metode Statistik. Bandung : Taristo. 1995. ------------------, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1998 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta. 2010 Suwarma, Dina Mayadiana. Suatu Pembelajaran Kemampuan berpikir kritis Matematika. Jakarta: Cakrawala Mahakarya, 2009. Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka,1991. Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya, 2002. Wardhani, IGAK dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :Universitas Terbuka, 2008. Wirodikromo, Sartono. Matematika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2006. Drapper N, Smith H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Umum. Fotheringham AS., Brunsdon C., Charlton M. 2000. Quantitative Geography: perspectives on spatial data analysis. England: John Willey & Sons Ltd. LeSage JP. 1999. The Theory and Pratice of Spatial Econometrics. Toledo: Department of Economics University of Toledo. Lesage JP. 2004. Maximum likelihood estimation of spatial regression models. Department of Economics University of Toledo March. Nainggolan OI. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara [tesis]. Medan: Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara. Pace RK, Barry R. 1997. Spare Spatial Autoregressions. Statist. & Probab. Letters 33: 291-297. Rohimah SR. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penderita Gizi Buruk dengan Menggunakan model SAR Poisson [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Todaro MP. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Trans. Haris Munandar. Erlangga: Jakarta. Suyanto. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia Periode 1980-2007. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
43
ANALISIS KOMPONEN UTAMA Mariana Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon ABSTRAK Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan analisis komponen utama (principal component analysis). Penggunaan analisis komponen utama bertujuan untuk mereduksi dimensi data yang saling berkorelasi menjadi dimensi data yang tidak saling berkorelasi yaitu variabel-variabel baru yang saling bebas ( tidak berkorelasi ). Variable-variabel baru tersebut merupakan kombinasi linier dari variabel-variabel bebas asal. Variabel-variabel baru yang dihasilkan itulah yang kemudian disebut komponen utama, dan selanjutnya diregresikan dengan variabel tak bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji analisis regresi komponen utama sebagai salah satu solusi dalam menangani multikolinieritas antar variabel bebas pada analisis regresi linier berganda, selanjutnya akan diberikan ilustrasi penerapan analisis regresi komponen utama dalam contoh kasus. Diberikan data amatan berkaitan dengan proses industrialisasi yang terjadi pada 15 kabupaten di suatu propinsi, dimana peubahpeubah dispesifikasikan terdiri dari empat peubah bebas sebagai indikator industrialisasi untuk mengetahui sejauh mana proses industrialisasi yang berlangsung (x) berpengaruh terhadap pendapatan perkapita (y). Berdasarkan ilustrasi contoh kasus, menunjukkan bahwa analisis menggunakan regresi komponen utama cukup efektif dalam mengatasi masalah multikolinearitas. Ini terlihat dimana nilai VIF pada regresi komponen utama bernilai satu ( menunjukkan tidak terdapat korelasi antar variabel komponen utama ). Selain itu, berdasarkan uji parsial terhadap masing-masing variabel z menunjukkan bahwa masing-masing variabel berpengaruh nyata terhadap y. Sedangkan jika dilihat dari standar eror penduga koefisien regresi, pada penduga koefisien regresi komponen utama bernilai lebih kecil, sehingga bisa dikatakan lebih tepat dan lebih reliable. Kata Kunci: Analisis Komponen Utama, Multikolinieritas
PENDAHULUAN Analisis regresi linear merupakan suatu teknik statistika yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas (independent variable) terhadap variabel tak bebas (dependent variable). Analisis regresi yang hanya melibatkan satu variable bebas di sebut Analisis regresi linear sederhana, sedangkan yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas disebut analisi regresi linear berganda. Salah satu asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan pengujian hipotesis
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
44
terhadap parameter pada analisis regresi linier berganda adalah tidak terjadinya korelasi antar variabel bebas (multikolinier). Jika antar variabel saling berkorelasi tinggi, penggunaan Metode Kuadrat Terkecil (MKT) untuk menduga koefisien regresi menjadi tidak valid karena tidak dipenuhinya salah satu asumsi (Aunuddin, 1989).
Akibatnya,
hipotesis
menunjukkan
variabel-variabel
bebas
yang
seharusnya berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebas akan dinyatakan sebaliknya (tidak nyata secara statistik), tanda koefisien regresi dugaan yang dihasilkan bertentangan dengan kondisi aktual, penduga koefisien regresi bersifat tidak stabil sehingga mengakibatkan sulitnya menduga nilai-nilai variabel tak bebas yang tentunya akan mengakibatkan tidak akuratnya pada pendugaan (Myers, 1991). Indikasi multikolinieritas, salah satunya, dapat dideteksi dari Variance Inflation Factor ( VIF). Kondisi ini mendorong untuk dikembangkannya suatu cara atau teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah multikolinieritas pada analisis regresi linier berganda. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan analisis komponen utama (principal component analysis). Penggunaan analisis komponen utama bertujuan untuk mereduksi dimensi data yang saling berkorelasi menjadi dimensi data yang tidak saling berkorelasi yaitu variabel-variabel baru yang saling bebas ( tidak berkorelasi ). Variable-variabel baru tersebut merupakan kombinasi linier dari variabel-variabel bebas asal. Variabel-variabel baru yang dihasilkan itulah yang kemudian disebut komponen utama, dan selanjutnya diregresikan dengan variabel tak bebas. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengkaji analisis regresi komponen utama sebagai salah satu solusi dalam menangani multikolinieritas antar variabel bebas pada analisis regresi linier berganda, selanjutnya akan diberikan ilustrasi penerapan analisis regresi komponen utama dalam contoh kasus. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda merupakan analisis regresi yang melibatkan lebih dari satu variable bebas ( X1, X2, … , Xn ) yang disebut prediktor dan mempunyai hubungan linier dengan variabel tak bebas (Y) yang disebut
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
45
respon. Model regresi linier berganda yang melibatkan p variabel bebas secara umum dinyatakan sebagai berikut : Y = 0 + 1X1 + 2X2 + ... + nXn + i ; i = 1, 2, … , n Dimana Y adalah variabel tak bebas, Xi adalah variabel bebas ke-i, i adalah sisaan dan 0, 1, 2, … , n adalah koefisien regresi. Model persamaan regresi secara umum juga dapat ditulis dalam notasi matriks sebagai berikut : Y = X + dimana Y adalah vektor peubah
respon berukuran
n 1 yang elemennya
merupakan nilai-nilai amatan dari variabel tak bebas, X adalah matriks peubah bebas yang berukuran n ( p 1) , adalah vektor koefisien regresi yang berukuran ( p 1) 1 dan adalah vektor galat berukuran n 1 , dimana asumsi untuk i yaitu : 1.
E(i) = 0 untuk i = 1, 2, … , n atau ini ekuivalen dengan E(Yi) = 0 + 1X1i + 2X2i + ... + nXni
2.
Var(i) = σ2 untuk i = 1, 2, … , n
3.
cov(i,j) = 0 untuk setiap i ≠ j Parameter biasanya diduga menggunakan metode kuadrat terkecil.
Prinsip dasar metode ini yaitu meminimumkan jumlah kuadrat galat (JKG minimum). Menurut (Myers & Milton, 1991) Asumsi yang harus dipenuhi yaitu : 1.
X adalah matriks non-singular (berpangkat penuh) atau tidak ada korelasi yang erat diantara peubah-peubah bebas (cor ( xi , x j ) 0, i j )
2.
adalah vektor acak dengan rataan 0 dan ragam 2 , ini bararti tidak ada autokorelasi antar galat (cov(ei , e j ) 0, i j ) Sehingga diperoleh penduga MKT sebagai berikut : 1 βˆ X' X X' Y
dimana βˆ adalah penduga yang memenuhi sifat linear, tidak berbias dan memiliki ragam minimum. Pada analisis regresi, salah saatu tujuan yang ingin dicapai adalah pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi dengan tujuan untuk mengetahui
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
46
kontribusi relative dari masing-masing variabel bebas. Pada MKT uji parameter regresi dapat dilakukan secara parsial menggunakan uji t. Bentuk umum uji hipotesisnya sebagai berikut : H 0 : j 0 artinya koefisien ke-j tidak signifikan atau variable bebas ke-j tidak
berpengaruh nyata terhadap Y. H 0 : j 0 artinya koefisien ke-j signifikan atau variable bebas ke-j berpengaruh
nyata terhadap Y. Statistik uji yang digunakan untuk menguji parameter regresi secara parsial yaitu : t hit ( ˆ j )
ˆ j var( ˆ j )
Dengan kaidah keputusan jika t hit ( ˆ j ) t ( n p1); / 2 , maka H 0 ditolak yang artinya variable bebas ke-j berpengaruh nyata terhadap Y.
Multikolinieritas Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi antara variable-variabel bebas dalam regresi linear ganda. Akibatnya salah satu asumsi untuk menduga koefisien regresi menggunakan MKT tidak terpenuhi sehingga penggunaannya menjadi tidak valid (Aunnudin, 1989). Jika dilakukan untuk melakukan prediksi, model yang didapat akan menghasilkan prediksi yang buruk (menyimpang dari nilai aslinya). selain itu menurut jollife (1986) masalah multikolinearitas juga akan mengakibatkan : Koefisien regresi dugaan tidak nyata walaupun nilai R2-nya tinggi. Nilai dugaan koefisien regresi sangat sensitive terhadap perubahan data. Dengan MKT, simpangan baku koefisien regresi dugaan sangat besar. Salah satu metode formal yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinier adalah melalui faktor inflasi ragam (Variance Inflation Factor/VIF). VIF digunakan sebagai kriteria untuk mendeteksi multikolinieritas pada regresi linier yang melibatkan lebih dari dua variabel bebas. VIFi memiliki persamaan sebagaiberikut :
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
VIFi =
47
1 1 Ri2
dimana Ri2 adalah koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-i (Xi) dengan variabel bebas lainnya. Indikasi adanya masalah multikolinearitas yaitu jika nilai VIF
lebih besar dari 10.
Selain itu multikolinearitas dapat pula
dideteksi dengan melihat akar ciri dari X‟X. Jika ada satu atau lebih akar ciri bernilai kecil bahkan hampir nol berarti ada satu atau lebih hubungan linear yang erat antar peubah bebas. Analisis Komponen Utama Analisis komponen utama merupakan teknik statistik yang dapat digunakan untuk menjelaskan struktur ragam-peragam dari sekumpulan variabel melalui beberapa variabel baru dimana variabel baru ini saling bebas, dan merupakan kombinasi linier dari variabel asalnya. Variabel baru tersebut dinamakan komponen utama (principal component). Secara umum tujuan dari analisis komponen utama adalah mereduksi dimensi data yang besar dan saling berkorelasi menjadi dimensi data yang kecil dan tidak saling berkorelasi ( jolliffe 2002 ), hal ini dilakukan untuk kebutuhan interpretasi. Komponen utama dapat dibentuk dari matriks ragam-peragam ( ) maupun matriks korelasi. Kedua matriks tersebut berguna dalam penghitungan nilai akar ciri i dan vektor ciri i . 1 , 2 ,..........., p merupakan akar ciri yang diperoleh dari persamaan | - I | = 0, sedangkan 1 , 2 ,........., p merupakan vektor ciri yang diperoleh dari persamaan ( i I ) i 0; i 1,2,.... p . Misalkan X1, X2 , …….., Xp adalah peubah acak yang menyebar menurut sebaran tertentu dengan verktor nilai tengah serta memiliki pasangan akar ciri dan vektor ciri yang saling ortonormal (1 , 1 ) , (2 , 2 ) ,……, ( p , p ) , maka komponen utama ke-i dapat didefinisikan sebagai berikut : KUi = i1 ' X 1 +……….+ ip ' X p Berdasarkan definisi diatas ragam dari komponen utama ke-i adalah
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
p
48
p
2 Var ( KU i ) i '1 1 1i 1 j ij ; j 1,2,....., p KU 1
i 1 j 1
Hasil penurunan persamaan langrange menunjukkan bahwa i merupakan akar ciri terbesar yang memaksimumkan ragam KU1 dan 1 merupakan vektor ciri yang berpadanan dengan i . KU2 adalah komponen utama ke-2 yang memaksimumkan nilai '2 2 2 . KUp adalah komponen utama ke-p yang memaksimumkan ragam KUp dengan memaksimumkan ' p p p . Urutan KU1, KU2, …,KUp harus memenuhi persyaratan 1 2 ......... p . Sementara itu, kontribusi keragaman dari setiap komponen utama ke-k terhadap total keragaman adalah (proporsi)=
k tr ()
1
1 2 ..... p
Matriks peragam digunakan bila semua peubah yang diamati diukur dalam satuan pengukuran yang sama, tetapi bila peubah yang diamati mempunyai satuan pengukuran yang berbeda, maka digunakan matriks korelasi, dalam hal ini veriabel bebas perlu dibakukan terlebih dahulu dalam variabel baku sebagai berikut :
zp
xp p
p
Korelasi antara peubah ke-i dengan komponen utama ke-j jika diturunkan berdasarkan matriks peragam dinyatakan sebagai rxi y j
i j si
dengan j adalah
akar ciri matriks peragam dan s i adalah simpangan baku peubah ke-i. Sedangkan jika diturunkan berdasarkan matriks korelasi maka rxi y j i j .
Kriteria Pemilihan Komponen Utama Salah satu tujuan dari analisis komponen utama adalah mereduksi dimensi data asal yang semula terdapat p variabel bebas menjadi k komponen utama (dimana k < p ). Langkah awal yaitu menghitung skor masing-masing komponen
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
49
utama. Lalu dipilih k komponen ( k < m) untuk digunakan sebagai peubah bebas dalam MKT. Secara umum kriteria pemilihan k komponen utama yaitu : 1.
Dalam pemilihan jumlah komponen teresebut belum ada aturan tertentu yang disepakati oleh semua ahli statistika. Sebagian ahli statistika ada yang mengambil akar ciri yang lebih besar dari 1 atau mengambil komponen utama tertentu, dimana proporsi keragaman y yang dapat diterangkan oleh komponen tersebut dianggap cukup berarti.
2.
Proporsi kumulatif keragaman data asal yang dijelaskan oleh k komponen utama minimal 80%, dan proporsi total variansi populasi bernilai cukup besar.
3.
Dengan menggunakan scree plot yaitu plot antara i dengan i , pemilihan nilai k berdasarkan scree plot ditentukan dengan melihat letak terjadinya belokan dengan menghapus komponen utama yang menghasilkan beberapa nilai eigen kecil membentuk pola garis lurus.
Analisis Regresi Komponen Utama Metode regresi komponen utama merupakan teknik analisis komponen utama yang dikombinasikan dengan teknik regresi MKT. Prinsipnya yaitu dengan memilih beberapa komponen utama pertama yang akan digunakan sebagai peubah bebas dalam regresi MKT. Dalam hal ini, jika semua komponen utama digunakan sebagai peubah bebas, maka akan dihasilkan model yang setara dengan yang diperoleh melalui MKT (Jollife, 1986). Prosedurnya diawali dengan melakukan pembakuan peubah bebas. Misalkan matrik Z berasal dari matriks X yang terpusatkan dan terskalakan, yaitu :
z ij n
( xij x j ) s 1j / 2
Dimana s j (xij x j ) 2 , i 1,2,............, n dan, j 1,2,............, m . i 1
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
50
Maka matriks korelasinya adalah Z‟Z dan akar ciri dari matriks korelasinya yaitu
1 2 ....... j diperoleh dari persamaan determinan : | Z‟Z - j I | = 0 Untuk setiap akar ciri j terdapat vektor ciri j yang memenuhi : ( Z‟Z - j I ) j = 0 Vektor cirinya yaitu j = ( 1 j , 2 j ,........, mj )' merupakan solusi ternormalkan sedemikian rupa sehingga j ' j 1 Fungsi komponen utama KUj merupakan kombinasi linear antara matriks Z dengan vektor j dalam bentuk : KUj = 1 j Z1 2 j Z 2 ........ mj Z m ………………….(1) Sehingga persamaan regresi komponen utama yang didapat adalah sebagai berikut : Y = 0 1 KU 1 2 KU 2 ........ k KU k …………(2) Dari k komponen utama, missal diambil g komponen utama, selanjutnya berdasarkan persamaan (1) dan (2), persamaan regresi komponen utama dapat ditransformasikan ke peubah asal yang dibakukan yaitu : Y = 0 1Z1 2 Z 2 ........ m Z m …………………(3) Dimana 0 0
j j11 j 2 2 ........ jk k j 1,2,3,.......m
Ragam koefisien regresi komponen utama dihitung dengan rumus : Var ( PC g ) s
m
*2
a ig2
g 1
, i 1,2,...., p; g 1,2,......, m
g
Dimana g adalah akar cirri ke-j dan s *2 adalah galat dibagi jumlah galat terkoreksi, dirumuskan sebagai :
s *2
s2 ( y y) 2
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
51
Pengujian signifikansi terhadap koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui pengaruh dari setiap peubah bebas digunakan uji t-student, yaitu :
t (W1 )
W1 Var (W1 )
Persamaan regresi dalam bentuk peubah asal X akhirnya diperoleh sebagai berikut : Y 0 1 X 1 2 X 2 ....... p X p CONTOH KASUS Diberikan data amatan berkaitan dengan proses industrialisasi yang terjadi pada 15 kabupaten di suatu propinsi, dimana peubah-peubah dispesifikasikan terdiri dari empat peubah bebas sebagai indikator industrialisasi untuk mengetahui sejauh mana proses industrialisasi yang berlangsung (x) berpengaruh terhadap pendapatan perkapita (y) ( Gazperz, 1992 ) sebagai berikut : Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
y 67,5 68,9 70,65 73,6 71,89 84,5 72,34 77,65 80,25 79,87 86,75 65,75 70,2 89,25 85
x1 9,75 10,5 11,25 12,6 11,9 15,2 12,25 12,9 14,3 13,25 15,3 8,9 10,6 17,25 16,9
x2 6,5 10,25 11,9 11,75 11 13,5 12 12,6 13,2 12,9 14 9,25 10,5 15 14,9
x3 1,61 2 2,5 2,7 2,25 3,25 2,9 3 3,1 3,05 3,25 1,9 1,95 3,5 3,4
x4 0,65 0,75 0,9 1,15 0,95 1,75 1,05 1 1,7 1,25 1,8 0,6 0,5 2 1,95
Dimana : y = pendapatan perkapita ( PDRB per kapita ), diukur dalam satuan juta rupiah. x1 = kontribusi industri manufaktur dalam produk domestik regional bruto (PDRB), diukur dalam satuan persen (%).
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
52
x2 = Banyaknya tenaga kerja dalam sektor industri manufaktur, diukur dalam satuan persen (%). ( presentase dari total tenaga kerja daerah tersebut ). x3 = produktivitas tenaga kerja industry manufaktur, diukur dalam satuan juta rupiah per tenaga kerja. ( nilai tambah industry manufaktur per tenaga kerja ). x4 = investasi dalam industri manufaktur per tenaga kerja, diukur dalam satuan juta rupiah per tenaga kerja ( jumlah investasi dalam industry manufaktur dibagi dengan banyaknya tenaga kerja industry manufaktur ). Selanjutnya dilakukan analisis apakah keempat peubah
bebas tersebut (x)
memberikan pengaruh positip terhadap penambahan pendapatan daerah perkapita (y). Adapun langkah-langkah analisis sebagai berikut : 1. Menggunakan bantuan softwere MINITAB 14, dilakukan pengamatan apakah terdapat korelasi antar variabel bebas. Berdasarkan korelasi pearson yang diperoleh sebagai berikut : X1 X2 0,909 0,000
X2
X3 0,933 0,000
0,952 0,000
X4 0,969 0,000
0,864 0,000
X3
0,911 0,000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Terlihat korelasi antar variabel seluruhnya mendekati 1(besar), juga p-value < 0,05, dapat disimpulkan bahwa hal ini menunjukkan adanya korelasi antar masing-masing variabel bebas ( x1 dengan x2, x3 dan x4 ; x2 dengan x3 dan x4 ; x3 dengan x4 ). 2. Analisis menggunakan MKT dengan bantuan MINITAB 14 : Regression Analysis: Y versus X1; X2; X3; X4 The regression equation is Y = 41,7 + 2,35 X1 - 0,248 X2 + 2,05 X3 + 1,57 X4 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 41,658 6,345 6,57 0,000 X1 2,347 1,066 2,20 0,052 24,7 X2 -0,2483 0,8428 -0,29 0,774 12,2 X3 2,052 3,526 0,58 0,573 16,0 X4 1,569 4,492 0,35 0,734 18,1 S = 2,02669 R-Sq = 94,9% R-Sq(adj) = 92,9%
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
53
Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 4 763,97 190,99 46,50 0,000 Residual Error 10 41,07 4,11 Total 14 805,05 Source DF Seq SS X1 1 761,41 X2 1 0,03 X3 1 2,03 X4 1 0,50
Dari analisis menggunakan MKT diatas, dapat dilihat bahwa berdasarkan Analisis of Variance, p-value < 0.05 dan R-Sq = 94,9% (tinggi) menunjukkan bahwa model nyata secara statistic. Sedangkang berdasarkan uji parsial p-value > 0.05, artinya tidak ada variabel yang nyata secara statistik. Akibatnya analisis menjadi tidak valid seperti teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat multikolinearitas diantara peubah bebas. Juga dari nilai VIF yang diperoleh, ternyata semuanya lebih dari 10. Sehingga disimpulkan terdapat multikolinearitas antar variabel bebas. 3. Analisis menggunakan komponen utama : a. Pembakuan data X. Karena satuan antara peubah bebas tidak sama dan range antar variabel cukup besar, maka yang digunakan adalah matriks korelasi, sehingga langkah pertama yaitu membakukan data (x), diperoleh data hasil pembakuan (z) sebagai berikut : Z1
Z2
Z3
Z4
1,23053 0,93346 0,63639 0,10166 0,37893 0,92818
2,42986 0,75794 0,02229 0,08917 0,42355 0,69106
1,76149 1,12579 0,31079
-0,2403
0,02229
0,34121
0,01716
0,2898
0,50421
1,07131 0,87652 0,58435 0,09739 0,48696 1,07131 0,29217 0,38957
0,01521 0,71829 0,91171
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
0,5717 0,1558 0,96779 1,56721 0,89385 1,74017 1,60154
0,55731 0,42355 0,91398 1,20379 0,64648 1,35983 1,31525
0,66721 0,58571 0,91171 1,28879 1,20729 1,31921 1,15621
54
0,97391 0,09739 1,1687 -1,1687 1,36348 1,55826 1,46087
b. Menentukan akar ciri, vektor ciri dan skor komponen utama untuk seluruh data. Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue Proportion Cumulative
3,7694 0,942 0,942
0,1625 0,041 0,983
0,0442 0,011 0,994
0,0239 0,006 1,000
Variable PC1 PC2 PC3 PC4 Z1 -0,506 0,340 0,357 -0,708 Z2 -0,494 -0,639 0,507 0,301 Z3 -0,504 -0,318 -0,781 -0,187 Z4 -0,497 0,612 -0,075 0,611
Dari hasil analisis diatas dapat diperoleh persamaan untuk masing-masing komponen utama sebagai berikut : PC1 = – 0,506Z1 – 0,494Z2 – 0,504Z3 – 0,497Z4 PC2 = 0,340Z1 – 0,639Z2 – 0,318Z3 +0,6127Z4 PC3 = 0,357Z1 + 0,507Z2 – 0,781Z3 – 0,075Z4 PC4 = – 0,708Z1 + 0,301Z2 – 0,187Z3 + 0,611Z4 Selanjutnya dari persamaan diatas, diperoleh skor komponen utama untuk masing masing komponen utama yaitu :
SK(PC1) SK(PC2) SK(PC3) SK(PC4) 3,243231 1,03882 -0,21517 -0,18534 1,849782 -0,01149 0,227459 0,107717 0,780085 -0,46092 0,048057 0,144935 0,136227 -0,04203 -0,08608 -0,01721 1,00501 0,07221 0,247484 -0,02242 -1,80299 0,23971 -0,11067 0,034936 0,083819 -0,38326 -0,31906 -0,06549 -0,21235 -0,5781 -0,21152 -0,25724
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
-1,3849 -0,63167 -1,98155 2,618075 2,057773 -2,99162 -2,76889
55
0,22212 -0,10749 0,233282 -0,34433 -0,19439 -0,03284 0,17033 0,00919 0,133498 -0,06904 -0,07562 0,274175 -0,34134 0,398283 -0,16907 0,25687 0,1635 -0,11733 0,23046 0,226011 -0,06162
Scree plot komponen utama : Scree Plot of Z1; ...; Z4 4
Eigenvalue
3
2
1
0 1
2
3
4
Component Number
Berdasarkan scree plot maupun nilai proporsi dari komponen utama, 2 komponen utama PC1 dan PC2 sudah dapat menjelaskan keragaman sebesar 98.3%, maka untuk selanjutnya PC1 dan PC2 ini sudah layak dipakai sebagai variabel baru yang saling bebas untuk analisa regresi. PC1 dan PC2 masing-masing merupakan kombinasi linear dari empat peubah asal yang telah dibakukan (z). Selanjutnya menggunakan MKT diperoleh persamaan regresi komponen utama sebagai berikut : The regression equation is Y = 76,3 - 3,75 SK(PC1) + 2,46 SK(PC2) Predictor Coef SE Coef T Constant 76,2733 0,5115 SK(PC1) -3,7530 0,2726 SK(PC2) 2,463 1,314
P 149,12 -13,77 1,87
VIF 0,000 0,000 0,085
1,0 1,0
S = 1,98101 R-Sq = 94,2% R-Sq(adj) = 93,2%
Dari analisi diatas dapat dilihat, bahwa VIF menunjukkan tidak ada korelasi antar variabel komponen utama. Selanjutnya dilakukan uji parsial untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel,berdasarkan p-value yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya PC1 yang memiliki pengaruh signifikan terhadap model, sedangkan PC2 tidak. Sehingga model bisa diperingkas dengan menghilangkan variabel PC2.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
56
The regression equation is Y = 76,3 - 3,75 SK(PC1) Predictor Coef SE Coef T P Constant 76,2733 0,5588 136,50 0,000 SK(PC1) -3,7532 0,2978 -12,60 0,000 S = 2,16418 R-Sq = 92,4% R-Sq(adj) = 91,9% Analysis of Variance Source Regression Residual Error 13 Total
DF 1 14
SS 744,16 60,89 805,05
MS F P 744,16 158,88 0,000 4,68
SK(PC1) merupakan fungsi dari PC1, bila disubtitusikan dengan PC1 diperoleh : yˆ 76,3 3,76(0,506Z1 0,494Z 2 0,504Z 3 0,497Z 4) yˆ 76,3 1,517Z1 1,847Z 2 1,883Z 3 1,857Z 4 Selanjutnya dilakukan uji parsial terhadap masing-masing variabel baku, untuk melihat terdapat pengaruh atau tidak darimasing-masing variabel baku. Ditentukan terlebih dahulu s*2 menggunakan rumus : s *2
s2 4.68 0.0058 2 ( y y) 805.05
Selanjutnya diperoleh ragam koefisien regresi utama m a ij Var ( PC j ) s *2 , i 1,2......, p; j 1,2,......m. g 1 j Karena komponen utama yang terlibat dalam regresi komponen utama hanya satu komponen utama, jadi m=1. Dengan demikian diperoleh : Var ( PC1 ) s *2
ai1
1 Dimana i=1,2,3,4 dan ai1 adalah koefisien komponen utama pertama ( vektor ciri pertama ), 1 adalah akar ciri pertama, sehingga dapat ditentukan ragam (variance) dari koefisien regresi i , i 1,2,3,4 . (0,506) 2 Var ( 1 ) (0.0058) 0,000394 3,7694 Var ( 2 ) (0.0058)
(0,494) 2 0,000375 3,7694
Var ( 3 ) (0.0058)
(0,504) 2 0,000391 3,7694
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
57
(0,497) 2 0,000380 3,7694 Sehingga diperoleh galat baku dari koefisien regresi baku adalah : s( 1 ) Var ( 1 ) 0,0198 Var ( 4 ) (0.0058)
s( 2 ) Var ( 2 ) 0,0194 s( 3 ) Var ( 3 ) 0,0198
s( 4 ) Var ( 4 ) 0,0195 Uji signifikansi koefisien regresi baku adalah : 1,517 t ( 1 ) 1 76,6162 s( 1 ) 0,0198 1,847 t ( 2 ) 2 95,2062 s( 2 ) 0,0194 1,883 t ( 3 ) 3 95,1010 s( 3 ) 0,0198 1,875 t ( 4 ) 4 95,2308 s( 4 ) 0,0195 Dari persamaan regresi baku berdasarkan t hitung yang diperoleh, tampak bahwa
keempat peubah bebas nyata secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa ukuran industrialisasi memiliki peranan yang relative sama besarnya terhadap pendapatan per kapita (y). Selanjutnya dari regresi baku, dikembalikan ke kondisi semula yaitu : yˆ 76,3 1,517(
x1 12,86 x 11,95 x 2,69 x 1,20 ) 1,847( 2 ) 1,883( 3 ) 1,857( 4 ) 2,52 2,24 0,61 0,51
yˆ 46,00062 0,6019 x1 0,8247 x2 3,0870 x3 0,6418x4
PENUTUP Berdasarkan ilustrasi contoh kasus, menunjukkan bahwa analisis menggunakan regresi
komponen
utama
cukup
efektif
dalam
mengatasi
masalah
multikolinearitas. Ini terlihat dimana nilai VIF pada regresi komponen utama bernilai satu ( menunjukkan tidak terdapat korelasi antar variabel komponen utama ). Selain itu, berdasarkan uji parsial terhadap masing-masing variabel z menunjukkan bahwa masing-masing variabel berpengaruh nyata terhadap y. Sedangkan jika dilihat dari standar eror penduga koefisien regresi, pada penduga
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
58
koefisien regresi komponen utama bernilai lebih kecil, sehingga bisa dikatakan lebih tepat dan lebih reliable.
DAFTAR PUSTAKA Aunuddin, 1989. Analisis Data. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gasperz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung. Jollife, I. T., 1986. Principal Componen Analysis. Springer-Verlag. Newyork. Myers, R.H. & J.S.Milton. 1991. A First Course in the Theory of Linear Statistical Models. PWS-KENT Publishing Company. Bosto..
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
59
KREATIVITAS PESERTA DIDIK DALAM PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN PESERTA DIDIK KELAS II SD MUHAMMADIYAH AMBON
Patma Sopamena Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon
ABSTRAK Kreativitas dalam pendekatan matematika realistik menekankan agar peserta didik dapat mengkontruksikan ide yang dimiliki untuk memecahkan masalah secara kreatif dengan menggunakan konteks dunia nyatanya pada pembelajaran matematika. Penelitian ini bersifat dekriptif kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kreativitas peserta didik dalam pendekatan matematika realistik pada pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran peserta didik kelas II SD Muhamadiyah Ambon. Variabel penelitian ini adalah dengan menggunakan variabel tunggal yaitu kreativitas peserta didik dalam pendekatan matematika realistik pada pembelajaran matematika. Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik kelas II yang berjumlah 63 orang dengan sampel penelitian sebanyak 3 orang. Teknik pengumpalan data yang digunakan yaitu dengan mengunakan Observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui subjek penelitian memiliki kreativitas yaitu dorongan ingin tahu karena mengajukan pertanyaan, mempunyai pendapat sendiri, dapat menggungkapkanya serta tidak terpengaruh pendapat temanya karena mempunyai jawaban sendiri dan dapat menyampaikanya. Orisinalitas karena memanfaatkan media kertas, batu dan lidi untuk menghitung, dapat bekerja sendiri karena kemandirian mengerjakan tugas dan senang mencoba hal-hal baru karena berpartisipasi pada awal pembelajaran dengan menggunakan media permen yang selama ini belum pernah dilakukan oleh subjek. Kata kunci : Kreativitas, Pendekatan Matematika Realistik, Operasi Hitung Campuran
PENDAHULUAN Penggunaan metode yang tepat terutama pada bidang matematika dapat mengaktifkan peserta didik dan meningkatkan kreativitas peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan dimana pembelajaran matematika yang
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
60
selama ini selalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika adalah alat yang dipakai, sehingga pandangan ini mendorong guru cenderung hanya memberi tahu konsep atau teorema dan cara menggunakanya. Guru cenderung mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki ke pikiran peserta didik dan peserta didik menerima secara pasif dan tidak kritis. Adakalanya peserta didik mampu menjawab setiap soal yang diberikan oleh guru dengan benar namun peserta didik tidak mampu untuk mengungkapkan alasan atas jawabanya sendiri. keadaan tersebut terjadi karena dalam proses pembelajaran peserta didik kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-ide dan alasan atas jawaban yang diberikan sehingga peserta didik menjadi kurang terbiasa untuk mengugkapkan ide-ide atau alasan dari jawabanya. Pendekatan matematika realistik menekankan guru untuk membawa matematika pada pengajaran bermakna dengan mengaitkan matematika dengan kehidupan nyata sehari-hari peserta didik yang bersifat realisrik. Pendekatan matematika realistik dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani (human Activities) yang harus dikaitkan dengan realitas. Dalam pendekatan ini peserta didik disajikan masalah-masalah yang bersifat kontekstual yakni masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik. Realistik dalam hal ini merupakan suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh peserta didik atau membayangkan situasi dalam dunia nyata peserta didik. Pendekatan ini menerapkan 5 langkah yaitu: memahami
masalah
kontekstual,
menjelaskan
masalah
kontekstual,
menyelesaikan masalah kontekstual, membandingkan dan mendiskusikan jawaban dan langkah terakhir yaitu menarik kesimpulan. Keberhasilan pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan tetapi juga dipengaruhi oleh kreativitas yang dimiliki peserta didik. peserta didik yang kreatif dalam proses belajar mengajar dimungkinkan memiliki prestasi belajar yang tinggi karena, lebih mudah mengikuti pembelajaran. Pada kenyatanya tidak sedikit dijumpai peserta didik yang berprestasi tinggi namun memiliki kreativitas yang rendah, hal ini karena banyak peserta didik yang mencapai keberhasilan akademis tetapi hanya sedikit
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
61
yang menunjukan kreativitas pada proses belajar mengajar. Kurangnya prestasi belajar peserta didik juga disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan materi yang diberikan yang salah satu faktornya yaitu kurangnya pengetahuan dasar akan ilmu matematika itu sendiri hal tersebut tercermin dari pengetahuan dasar dalam menghitung bilangan yang salah satu yaitu pada operasi hitung campuran, materi tersebut bagi seorang peserta didik marupakan dasar atau pondasi dalam memahami materi pada tingkatan selanjutnya. Penyampaian materi yang begitu jauh dari pemahaman peserta didik dan hal ini juga berlaku pada SD Muhammadiyah Ambon, berdasarkan wawancara singkat dengan salah satu peserta didik pada sekolah tersebut dimana peserta didik yang bersangkutan tidak memahami materi yang diajarkan karena penyampaian materi yang tidak bisa dipahami.
Pendekatan Matematika Realistik Pendekatan Matematika Realistik tidak dapat dipisahkan dari institude fraudenthal. Institute ini didirikan pada tahun 1971, berada dibawah Utrecht university belanda. Nama institut ini diambil dari nama pendirinya yaitu Hans Freudenthal yang berkebangsaan jerman-belanda. Pendekatan matematika realitik menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana peserta didik belajar matematika dan bagaimana matematika harus diajarkan. Pendekatan matematika realistik dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani (Human Activities) yang harus dikaitkan dengan realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut
Pendekatan Matemtika Realistik mempunyai ciri antara lain bahwa
dalam proses pembelajaran siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingan guru, dan bahwa penemuan kembali (Reinvention) ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan sebagai situasi dan persoalan “dunia rill”. Pendekatan matematika realistik dilakukan dengan mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar peserta didik, pengalaman nyata yang pernah dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan matematika
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
62
sebagai aktivitas peserta didik. Dengan pendekatan matematika realistik peserta didik tidak hanya dibawa kedunia nyata melainkan juga berhubungan langsung dengan masalah situasi nyata yang ada dalam pikiran peserta didik. Jadi peserta didik diajak berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah
pembelajaran
dengam
menggunakan
Pendekatan
Matematika Realistik adalah sebagai berikut 1. Mamahami masalah kontekstual 2. Menjelaskan masalah kontekstual 3. Memyelesaikan masalah kontekstual 4. Membandingkan mendiskusikan jawaban 5. Menarik kesimpulan Menurut De Lange, pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik meliputi aspek-aspek berikut: a. Memulai pelajaran dengan menggajukan masalah (soal) yang “rill” bagi peserta didik sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuanya sehingga peserta didik segera terlibat dalam pembelajaran secara bermakna. b. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai c. Peserta didik mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan. d. Pengajaran berlangsung secara interaktif: peserta didik menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikanya, memahami jawaban temanya (peserta didik lain), setuju terhadap jawaban temanya, menyatakan ketidaksetujuanya, mencari alternatif penyelesaian yang lain dan melakukan refleksi terhadap semua langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran30.
Teori-Teori Belajar Yang Terkait Dengan Pendekatan Matematika Realistik a. Teori Belajar Piaget 30
http://almaira111109.blogspot.com/2011/01/pmr.diakses tanggal 12 November 2011
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
63
Teori ini menekankan pada fungsi adaptasi yaitu penyesuaian diri dengan lingkungan peserta didik, memungkinkan bahwa dalam perkembangan intelektual peserta didik menurut Piaget merupakan suatu proses dimana peserta didik secara aktif berinisiatif membangun pemahamanya dari pengelamanya sendiri dengan berinteraksi dengan lingkungan. Dalam pembelajaran dengan mengunakan pendekatan matematika realistik yaitu ketika mamahami masalah kontekstual dengan guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan meminta peserta didik untuk memahami masalah tersebut. peserta didik secara aktif membangun pengetahuan secara terus menerus melakukan akomodasi dan asimilasi terhadap informasi-informasi yang baru yang diterimanya. peserta didik secara aktif membangun pengetahuan secara terus menerus melakukan akomodasi dan asimilasi terhadap informasi-informasi yang baru yang diterimanya. b. Teori Vygotsky Teori Vyotsky ini menekankan pada hakikat sosio kultural dari pembelajaran yaitu peserta didik dalam belajar menangani tugas-tugas yang dipelajari melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya dan peserta didik belajar paling baik apabila berada pada zona perkembangan terdekat mereka. Teori ini ketika dihubungkan dengan pendekatan matematika realistik yaitu ketika memyelesaikan masalah kontekstual dimana peserta didik secara individu menyelesaiakn masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. c. Teori Belajar Ausubel Teori ini menekankan pada belajar bermakna, yaitu peserta didik memperoleh pengetahuan atau informasi baru bagi dirinya berdasarkan informasi yang telah diperoleh sebelumnya dalam struktur kognitif peserta didik yang dalam pendekatan matematika realistik dengan menjelaskan masalah kontekstual yaitu Jika dalam memahami masalah peserta didik mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan memberikan petunjukpetunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
64
Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta dan berkreasi, kreativitas mengacu pada kemampuan individu yang mengandalkan keunikan dan kemahiranya untuk menghasilkan gagasan baru dan wawasan segar yang bernilai bagi individu tersebut.31 Berdasarkan pendapat tersebut, maka kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru baik berupa perbuatan ataupun tingkah laku. Dalam kreativitas proses kreativitas merupakan arah termujudya kreativitas yang dimiliki individu. Proses kreativitas ini diawali dari impuls, hasrat yang tumbuh dari dalam hati. Dorongan hati merupakan energi hebat yang berpotensi menguasai belahan otak kanan yang kaya dengan imajinasi dan pengembaraan.32 Menurut Klausmeier, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membentuk ketrampilan memecahkan masalah berlaku pula untuk pembentukan kreativitas. Sekolah dapat mengembangkan ketrampilan memecahkan masalahmasalah dan sekaligus mengembangkan kreativitas melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menolong peserta didik mengenali masalah-masalah untuk dipecahkan 2. Menolong peserta didik menemukan informasi, pengertian-pengertian, asasasas, dan metode-metode yang perlu untuk memecahkan masalah. 3. Menolong peserta didik untuk merumuskan dan membatasi masalah-masalah. 4. Menolong peserta didik mengolah dan kemudian menerapkan informasi pada masalah tersebut untuk memperoleh kemungkinan-kemungkinan (hipotesis). 5. Menolong peserta didik merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis itu untuk memperoleh pemecahan masalah. 6. Mendorong peserta didik mengadakan penemuan dan penilaian mandiri secara bebas.33
31
Deni Koswara. Bagaimana Menjadi Guru Kreatif?,(Bandung: PT.Bumi Mekar,2008).
Hal 40-41 32
Du Faizah. Keindahan Belajar Dalam Perspektif Pedagogi. (Jakarta: Cindi Grafika, 2008). hal 102 33 Slameto.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.(Jakarta:Rineka Cipta,2003). Hal 152.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
65
Dalam penelitian ini indikator-indikator kreativitas yang digunakan dalam penelitian yaitu: 1. Dorongan ingin tahu besar 2. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkanya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain 3. Keaslian (orisinalitas) tampak dalam ungkapan gagasan, karangan dan sebagainya; dalam memecahkan masalah menggunakan cara-cara orisinalyang jarang diperlihatkan anak-anak lain. 4. Dapat bekerja sendiri 5. Senang mencoba hal-hal baru
METODE PENELITIAN Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu untuk mengetahui kreativitas peserta didik dengan menggunakan pendekatan matematika realistik pada pembelajaran matematika. Subjek penelitian dalam proses penelitian ini adalah peserta didik kelas II SD Muhammadiyah Air Kuning Ambon. Subjek yang dipilih berdasarkan kriteria hasil tes tertinggi yang diambil 3orang dari jumlah total 63 orang siswa yang terdiri dai 2 kelas yaitu kelas 2A dan 2B dan penelitian dilaksanakan pada siswa kelas 2A. Dimana subjek yang dipilih adalah yang memperoleh hasil tes tertinggi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen non tes, yaitu dengan menggunakan check-list, dan pedoman wawancara. check-list digunakan untuk mengisi lembar observasi.34 Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu sebagai berikut: 1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi Dalam penelitian ini, berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut : 34
Suharismi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta. 2006), hal 149-150
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
66
a. Langkah Persiapan 1) Melihat rencana pembelajaran dari guru mata pelajaran matematika untuk dilihat indikator pencapaian berdasarkan materi yang akan diajarkan 2) Membuat pedoman observasi proses pembelajaran peserta didik. 3) Menyusun pedoman wawancawa 4) Menyusun soal tes yang akan di kerjakan oleh peserta didik berdasarkan indkator dengan panduan kurikulum KTSP 5) Soal tes yang disusun kemudian dikonsultasikan dengan guru bidang studi dan dosen pembimbing 6) Melakukan penelitian berdasarkan jadwal yang telah ditentukan. b. Langkah-Langkah Pelaksanaan 1) Proses pengerjaan soal tes oleh peserta didik 2) Setelah pelaksanaan pengisian tes telah usai maka hasil dari para peserta didik dikumpulkan dan diperiksa untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyelesaiakn soal yang telah diberikan 3) Menentukan subjek yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian. 4) Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik untuk mengetahui kreativitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. 5) Pengamatan terhadap peserta didik mengenai kreativitas peserta didik dalam proses pembelajara. 6) Mengisi lembar observasi 7) Setelah proses pembelajaran usai maka melukakan wawancara pada peserta didik yang dijadikan sebagai subjek penelitian. c. Pengujian 1) Menganalisis hasil pengamatan dan wawancara 2) Mengkaji hasil pengamatan, wawancara, dan hasil observasi. 3) Dari kajian tersebut akan dijadikan sebagai data hasil penelitian Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif, mengikuti konsep yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu sebagai berikut:
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
67
1. Reduksi Data (Data Reduction) Pada tahap ini peneliti membaca, mempelajari dan menelaah data yang telah diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas peserta didik dan wawancara yang kemudian akan di reduksi. Reduksi data merupakan suatu proses merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang pentingdan penyederhanaan data yang diperoleh dari catatan-catatandi lapangan. 2. Penyajian Data (Data Display) Penyajian data merupakan suatu proses lanjutan dari reduksi data. Setelah data direduksi, data tersebut disajikan dalam bentuk uraian singkatdan terstruktur, sehingga memungkinkan peneliti untuk menarik suatu kesimpulan. 3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing) Penarikan kesimpulan merupakan sutu proses yang didasarkan pada data yang diperoleh dari reduksi data dan penyajian data. Kesimpulan didukung dengan data-data yang valid, sehingga kesimpulan yang dikemukakan dapat bersifat akurat
HASIL DAN PEMBAHASAN Indikator kreativitas dari masing-masing subjek dalam pendekatan matematika realistik yang dijadikan sebagai bahan penentuan kreativitas yaitu: 1. Dorongan ingin tahu besar Diketahui dengan mengajukan pertanyaan kepada guru 2. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkanya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain Diketahui bila mempunyai jawaban sendiri, dapat menjelaskan jawaban, tidak meminta jawaban teman. 3. Keaslian (orisinalitas) tampak dalam ungkapan gagasan, karangan dan sebagainya, dalam memecahkan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan peserta didik yang lain.. Diketahui bila menggunakan media yang berbeda ketika menyelesaikan masalah
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
68
4. Dapat bekerja sendiri Diketahui bila mandiri dalam mengerjakan tugas 5. Senang mencoba hal-hal baru Diketahu bila berpartisipasi mengerjakan hal yang belum dikerjakan Berdasarkan hasil penelitian dari 3 orang subjek pada SD Muhammadiyah Ambon, diperoleh kecenderungan bahwa semua subjek memiliki kreativitas yang baik dan cenderung mencerminkan semua indikator kreativitas yang ada yaitu dorongan ingin tahu yag besar dengan mengajukan pertanyaan kepada guru, mempunyai pendapat sendiri dengan menjelaskan kembali hasil temuan kepada guru dan temanya yang lain serta tidak mudah terpengaruh oleh pendapat teman lainya. Orisinal yang dilihat dari penggunaan media yang untuk menghitung yaitu dengan kertas, batu dan lidi dapat bekerja sendiri dilihat dari kemandirian dalam mengerjakan semua arahan yang diberikan oleh guru dan senang mncoba hal baru yang diketahui dari keikut sertaan setiap subjek untuk berpartisipasi pada proses pembelajaran yang selama ini belum pernah dialaminya. a. Dorongan ingin tahu besar Hasil penelitian menunjukan bahwa subjek TAW, KAP dan IRA cenderung kreatif ketika proses pembelajaran berlangsung sering mengajukan pertanyaan kepada guru hal ini membuktikan bahwa subjek memiliki dorongan ingin tahu yang cukup besar. Dorongan ingin tahu yang besar membuktikan bahwa ke 3 subjek memiliki kreativitas dalam pembelajaran hal ini juga terlihat dari perhatian subjek dalam menyimak materi yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan media pembelajaran yang setiap saat dijumpai oleh subjek. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran matematika yang pendekatan matematika realistik yaitu adanya prinsip realitas. dorongan ingin tahu ditandai dengan keinginan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan kepada guru yang mendorong kreativitas peserta didik, hal ini sejalan dengan pendapat philips gamagge yang menyatakan bahwa pendidikan yang berfokus pada menjawab pertanyaan dan tidak
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
69
merangsang peserta didik untuk bertanya adalah pendidikan yang tidak mendorong peserta didik untuk kreatif.35 b. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkanya,tidak mudah terpengaruh orang lain Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik diketahui bahwa untuk subjek TAW, KAP dan IRA memilki kreativitas karena mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain serta dapat menyampaikan pendapatnya sendiri. Semua subjek dalam penelitian cenderung mempunyai pendapat sendiri ketika dihadapakan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik hal ini dapat dilihat dari penyampaian pendapat subjek ketika telah menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan media yang berada disekitarnya. Ketika proses pembelajaran berlangsung dilihat bahwa subjek IRA cenderung masih belum terbiasa dalam menggunakan media pembelajaran yang ada disekitarnya namun pada akhirnya subjek dapat menyelesaikan permasalahan yang ada walaupun pada awalnya belum mengkontruksikan ide kedalam dunia nyatanya. c. Keaslian (orisinalitas) tampak dalam ungkapan gagasan, karangan dan sebagainya, dalam memecahkan masalah menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang di perlihatkan anak-anak lain Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik diketahui bahwa dalam menyelesaikan permasalahan yang ada subjek TAW, KAP ddan IRA dapat mengungkapkan ide yang dimiliki ketika proses pembelajaran berlangsung hal ini dapat dilihat dari pemilihan media untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan media disekitarnya dan dapat mengungkapkan ide yang dimiliki ketika dituntut untuk menyelesaikan masalah.
35
Dewi Utami Faizah. Keindahan Belajar Dalam Perpektif Pedagogi. (Jakarta: Cindi Grafika, 2008) hal.100
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
70
Pengungkapan ideatau gagasan dari semua subjek berdasarkan pengalaman nyata yang dialami subjek dengan memberikan contoh yang beranekaragam serta dapat mengetahui jawaban dari contoh yang disampaikan membuktikan bahwa subjek memiliki kreativtas yang baik d. Dapat bekerja sendiri Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik diketahui bahwa untuk subjek TAW, KAP dan IRA memilki kreativitas ketika proses pembelajaran berlangsung
dapat
menyelesaikan
permasalahan
dengan
mengunakan
kemampuanya sendiri. Kemandirian subjek TAW, KAP dan IRA dalam menyelesaikan permasalahan dapat dilihat dari kemandirian subjek ketika menyelesaiakn contoh soal yang diberikan dan kepercayaan diri subjek untuk tidak mengharapkan jawaban dari temanya serta ketidakinginan subjek untuk memberikan jawaban kepada temanya yang lain. Dengan kemandirian subjek tersebut dapat diketahui bahwa subjek TAW, KAP dan IRA memiliki kreativitas yang baik dengan mampu menyelesaikan permasalahan dengan mandiri. e. Senang mencoba hal-hal baru Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik diketahui bahwa untuk subjek TAW, KAP dan IRA memilki kreativitas karena ketika proses pembelajaran berlangsung semua subjek dapat berpartisipasi untuk memberikan pemahaman kepada teman-temanya yang lain dengan memberanikan diri untuk memperagakan proses pembelajaran berlangsung dengan keinginan sendiri serta mampu menceritakan hasil temuanya. Dorongan ingin tahu dilihat dari pertanyaan yang dilontarkan kepada guru. Dapat bekerja sendiri dilihat dari kemandirian subjek dalam menyelesaikan permasalahan dan keaktifan subjek ketika berpartisipasi membantu guru menjelaskan materi yang diajarkan ketika awal proses pembelajaran untuk memberikan pemahaman awal kepada siswa hal tersebut menunjukan subjek senang mencoba hal-hal baru.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
71
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kreativitas peserta didik dalam pendekatan matematika realistik pada pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran dari 3 orang subjek
SD Muhammadiyan Ambon, diperoleh kecenderungan subjek
mempunyai kreativitas dalam proses pembelajaran metematika dilihat dari dorongan ingin tahu dengan memberikan pertanyaan kepada guru, mempunyai pendapat sendiri dan dapat menyampaikan dengan menjelaskan kembali hasil temuanya, orisinal dengan menggunakan media disekitarnya untuk melakukan perhitungan yaitu dengan kertas, batu dan lidi. Dapat bekerja sendiri dengan menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan senang mencoba hal-hal baru dengan berpartisispasi memberikan penjelasan ketika awal proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Bartle, R.G, and Sherbert, 2000. Introduction to Real Analysis, 3rd ed.,Newyork: John Wiley and Sons, Inc. Fauzi, KMS, 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagian di SD. Tesis. PPs Universitas Negeri Surabaya. Ijudin, Romal. 2005. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Pokok Bahasan Persamaan Linear dengan Dua Peubah di Kelas II SLTP. Tesis. PPs Unesa Surabaya. Junaidi, Dedi, 2002. Kamus Matematika, Bandung: Pustaka Setia. Negoro, B. Harahap,2003. Ensiklopedia Matematika.Jakarta: Erlangga. Pandoyo, 2003. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press. Ruseffendi, E. T, 1979. Materi Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D. II dan Pendidikan Kependudukan. Soedjadi, 1992. Miskonsepsi Matematika dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Pendidikan Sains dan Matematika. IKIP Surabaya.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
72
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia (Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta. Dirjend Dikti Depdiknas. Suwarsono, St , 2001. Beberapa Permasalahan yang Terkait dengan Upaya Implementasi Pendekatan Matematika Realistik di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional tentang Pendekatan Matematika Realistik Universitas Sanata Dharma tanggal 14-15 Nopember 2001. Thiagarajan, S., Semmel D. S.,& Semmel M. I. 1974. Intructional Development For Traning Teachers Of Execeptional Children. A source Book Bloomington: Center for Innovation on Teaching the Handicapped. TIM MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. Yuwono, I. 2001. Pembelajaran Matematika secara Membumi. Malang: FMIPA Depdiknas Universitas Negeri Malang..
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
73
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI PECAHAN PADA SISWA KELAS VII SMP AL-WATHAN AMBON Rusmin Madya Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon ABSTRAK Pembelajaran matematika seharusnya tidak terpaku pada satu model pembelajaran saja tapi seorang guru seharusnya dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sehingga tidak membosankan tetapi menjadi perhatian siswa. Namun penggunaan model-model tersebut harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar materi pecahan pada siswa kelas VII SMP Al-Wathan Ambon dan Seberapa besar pengaruhnya. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Wathan Ambon selama sebulan dari tanggal 12 Maret - 12 April 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Al-wathan ambon sebanyak 92 siswa yang tersebar dalam 3 kelas. Sampel diambil secara cluster random sampling maka terpililah siswa kelas VII-2 sebagai sampel. Data hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran diperoleh menggunakan tes dan angket serta dianalisis menggunakan uji regresi. Untuk koofisien antara variable X (pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT ) dan variable Y (penguasaan materi pecahan ), dari hasil perhitungan diperoleh harga thitung = 8,98.sedangkan daftar distribusi untuk ttabel = 2,05, ternyata thitung > ttabel ini berarti thitung berada diluar daerah penerimaan daftar H0.logikanya H0 ditolak dan dapat diterimanya Ha implikasinya terhadap hipotesis yaitu “Model pembelajaran kooperatif Tipe TGT memberikan pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar materi pecahan dapat diterima” Kemudian untuk melihat besar pengaruh Model pembelajaran kooperatif Tipe TGT terhadap hasil belajar materi pecahan dilakukan uji determinasi, dimana harga = 0,9973 atau 99,73%. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar siswa materi pecahan pada kelas VII SMP Al-Wathan Ambon dan besar pengaruhnya adalah 99,73%. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, TGT, Hasil Belajar, dan Materi Pecahan..
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
74
PENDAHULUAN Matematika sebagai ilmu yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi memerlukan keterlibatan siswa secara aktif. Dalam proses pembelajarannya, yang diharapkan adalah keterlibatan mental (intelektual dan emosional), fisik, indifidual dan kelompok sehingga siswa betul-betul kreatif. Maka untuk dapat meningkatkan hal tersebut diatas perlu dikembangkan model pembelajaran yang tepat.Salah satu model pembelajaran yang tepat adalah pembelajaran Cooperative Tiype Teams Games Tournament (TGT). Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu model yang sangat tepat untuk dikembangkan dan diterapkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, karena model pembelajaran tipe TGT memiliki tekhnik pemecahan masalah yang komplek dan dapat memotivasi seluruh siswa untuk memanfaatkan seluruh energi sosial. Siswa saling mengambil tanggungjawab, bekerjasama dalam kelompok-kelompok
kecil,
dan
saling
membantu,
mendiskusikan
dan
berargumentasi untuk mengasa pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.36 Kelompok–kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar yang bervariasi yaitu tinggi, sedang dan rendah disamping itu mereka harus memiliki latar belakang berbeda-beda seperti suku, agama, dan jenis kelamin.37 Berdasarkan uraian di atas peneliti pernah mengadakan observasi pada SMP AlWathan Ambon kelas VII, ditemukan banyak siswa yang kurang terlibat aktif dalam memaksimalkan potensi mental (intelektual dan emosional), fisik, indifidual dan kelompok. Itu terlihat saat proses kegiatan belajar berlangsung, seperti siswa kurang kreatif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru, kurang memiliki keberanian untuk merespon atau menjawab pertanyaanpertanyaan yang ditanyakan guru dan sesama siswa, kurangnya kompetisi yang efektif dan sehat untuk mengisi kesenjangan dalam pemahaman pada materi yang 36
Muhamad Noer, Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: Tim Penyusun LPMP. Jawa Timurdan PSMS Unesa, 2005), hal. 40. 37
Slavin,Cooperatif Learning, (Cara Efektif dan Menyenangkan Pacu Prestasi Seluruh Peserta Didik)( Jakarta : Nusamedia, 2002) hal.4.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
75
diberikan guru, dan tidak memiliki tanggungjawab bila diberikan tugas oleh guru dalam bentuk individu maupun kelompok, bahkan dalam belajar siswa kaku akan temperatur kondisi kelas yang tidak hidup. Akibatnya mereka kurang menguasai materi dengan baik. Selain beberapa kondisi di atas, ada juga beberapa siswa yang terlibat aktif dan kreatif dalam memaksimalkan potensinya, memiliki keberanian dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru, berusaha untuk menjadi lebih baik dari teman-temanya yang lain, memiliki tanggung jawab bila diberikan tugas baik individu maupun kelompok. Beberapa kondisi siswa tersebut di atas dalam mengikuti proses belajar mengajar mungkin tergantung atau dipengaruhi oleh model pembelajaran yang disajikan guru atau dorongan hasrat masing-masing siswa untuk memanfaatkan seluruh energi yang ada. Dalam proses pembelajaran di SMP Al-Wathan Ambon masih menggunakan proses pembelajaran langsung. Dimana guru memberikan materi siswa menerima materi dari guru selanjutnya guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal latihan. Guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal latihan di depan kelas, ketika siswa tidak bisa mengerjakan maka langsung dijawab oleh guru. Hal ini menyebabkan siswa tidak terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Padahal di SMP Al-Wathan telah menggunakan kurikulum KTSP dimana guru harus kreatif menggunakan model pembelajaran sehingga siswa dapat memaksimalkan potensinya.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT) Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pembelajaran dimana setelah kehadiran guru, siswa pindah kekelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan guru.38
38
Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran, (Ambon: Unesa Universiti Press 2004). hal.138
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
Empat berikut:
langkah model pembelajaran TGT
76
dapat dijabarkan sebagai
39
1. Langkah I. Persentase Kelas : Guru mempresentasikan pelajaran, presentasi ini bisa berupa pengajaran langsung atau ceramah diskusi yang dilakukan oleh guru namun dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. 2. Langkah II. Tim: tim merupakan heteroginitas yang berdasarkan kinerja akademik, jenis kelamin dan suku. 3. Langkah III. Permainan :Permainan tersusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan isi yang di rancang untuk mengetes pengetahuan siswa dan diperoleh siswa dari presentasi kelas dan latihan tim. Permainan dimainkan di meja-meja dengan tiga siswa. Tiap siswa mewakili satu tim berbeda. 4. Langkah IV. Turnamen : Merupakan struktur pelaksanaan permainan tersebut. Turnamen itu biasanya dilaksanakan pada akhir minggu setelah guru menyelesaikan presentasi kelas dan tim-tim yang telah memperoleh kesempatan berlatih dengan LKS. Pengaturan meja-meja dapat digambarkan sebagai berikut:40 A-1 Tinggi
Meja Turna ment 1 B-1 B-2 Tinggi Rata-rata
A-2 Rata-rata
Meja Turna ment 2 B-3 Rata-rata
B-4 Rendah
A-3 Rata-rata
Meja Turna ment 3
A-4 Rendah
Meja Turna ment 4
C-1 C-2 C-3 Tinggi Rata-rata Rata-rata
C-4 Rendah
Bagan pengaturan meja-meja tournament menurut skor tim 39
Zainal, Elham Rohmant, Membangun Provesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, (Bandung : Yrama Widya 2008), hal.123 40
Muhamad Noer, Pembelajaran Kooperatif. (Surabaya: Tim Penyusun LPMP. Jawa Timur dan PSMS Unesa, 2005), hal : 42.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
77
Keterangan: A-1 : Siswa kelompok A yang memiliki skor tertinggi A-2 : Siswa kelompok A yang memiliki skor rata-rata A-3 : Siswa kelompok A yang memiliki skor rata-rata A-4 : Siswa kelompok A yang memiliki skor rendah B-1 : Siswa kelompok B yang memiliki skor tertinggi B-2 : Siswa kelompok B yang memiliki skor rata-rata B-3 : Siswa kelompok B yang memiliki skor rata-rata B-4 : Siswa kelompok B yang memiliki skor rendah C-1 : Siswa kelompok C yang memiliki skor tertinggi C-2 : Siswa kelompok C yang memiliki skor rata-rata C-3 : Siswa kelompok C yang memiliki skor rata-rata C-4 : Siswa kelompok C yang memiliki skor rendah Penilaian Hasil Belajar Matematika Kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filosofisnya, namun untuk mengemukakan persepsi, kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku, agar semua proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran yang dapat dicapai. Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa yang dijelaskan oleh Sudjono, bahwa belajar mengajar merupakan suatu merupakan suatu proses yang mengandung unsur yang dapat dibedakan. Yakni tujuan pembelajaran (instruksional), pengalaman (proses belajar mengajar) dan proses basil belajar. Penilaian merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan belajar siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan, konsep, sikap, nilai maupun ketrampilan proses. Hal ini dapat digunakan oleh guru sebagai balikan maupun keputusan yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi mengajar yang tepat maupun dapat memperbaiki proses belajar mengajar. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar siswa. Tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut: 1. Tes
formatif,
yaitu
bertujuan
untuk
mengetahui
sejauh
mana
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
78
tingkatpenguasaan siswa dalam proses belajar mengajar.41 2. Tes sub sumatif, yaitu penialian yang meliputi sejumlah bahan pengajaran atau satuan bahan yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. 3. Tes sumatif, yaitu penilaian yang diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu catur wulan atau satu semester.42
METODE PENELITIAN Tipe penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperiment yaitu untuk melihat pengaruh team games tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada materi pecahan dan besar pengaruhnya. Dalam penelitian ini digunakan penelitian instrument, yang meliputi . angket dan tes. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi dalam tiga tahap sebagai berikut: 1. Kajian Pustaka Kajian pustaka dilakukan dengan mengumpulkan referensi-referensi kepustakaan yang terkait dengan penelitian . 2. Melakukan Penelitian Tahapan kedua merupakan proses peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan sebagai pembuktian akan teori atau hipotesa dari permasalahan yang diangkat. 3. AnalisisData Analisis data merupakan proses yang terakhir setelah data terkumpul, dilakukan dengan cara mengaitkan antara variabel X dan Y kemudian disimpulkan sebagai hasil penelitian. 41
Arikunto, dasar-dasar evaluasi pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2001) hal. 36 Usman, menjadi guru professional (Andung : Remaja 2005), hal.27
42
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
79
Tehnik Analisis Data Teknik yang digunakan dalam analisis data penelitian ini menggunakan analisis distribusi frekuensi untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran Team Games Tuornament
(TGT) terhadap hasil belajar siswa pada materi
pecahan dikelas VII SMP Al-Wathan Ambon. dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Analisis Deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran koopertaritf tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar materi pecahan pada siswa kelas VII SMP Al-Wathan Ambon. Sesuai dengan pedoman penilaian yang digunakan, pedoman penilaian tersebut adalah pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP), seperti yang di gambarkan pada tabel di bawah ini: 43 Pedoman Penilaian Acuan Patokan. No 1 2 3 4 5
Interval kelas Angka 80 –100 66– 79 56 – 65 46 – 55 0 – 45
Huruf A B C D E
Keterangan Sangat Baik Baik Cukup Kurang Gagal
Untuk melihat hasil belajar siswa hanya berdasarkan nilai perolehan siswa pada saat tes. Untuk mencari nilai skor digunakan rumus sebsgsi berikut : Nilai =Skor yang diperoleh x 100 % Skor Total Dalam rangka pengujian hipotesis yang telah ditentukan, maka analisis data hasil penelitian ini secara statistik. Guna menentukan tes statistik ini yang dapat digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas, homogenitas
43
SuharsiminArikunto,Metodelogi Penelitia,( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 272.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
80
kemudian diolah dengan menggunakan rumus Regresi Linear sederhana sebagai berikut : 1.
Uji Normalitas
Dimana :
= Normatif Oi = Frekuensi Pengamatan Ei = Frekuensi Teoritik
Kriteria pengujian : x2 x dengan taraf nyata 0,05 untuk nilai lainnya ditolak. Jika x2hitung< x2tabel diterima Jika x2hitung> x2tabel ditolak Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian normalitas data adalah sebagai berikut : 1). Menentukan rentang R = Data terbesar- terkecil 2). Menentukan banyaknya kelas (K) K = 1+3,3 log n 3). Menentukan panjangnya kelas (P) P= 4). Menentukan data distribusi frekuensi 5). Menentukan nilai rata-rata ( )
= 6). Simpangan baku = 7). Mencari Z batas kelas, dengan menggunakan rumus : Z= Dimana :
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
81
xi = batas kelas = nilai rata-rata S = simpangan baku 2.
Uji homogenitas Pengujian homogenitas dengan rumus :44 F= Adapun rumus varians sebagai berikut :
Dengan : = Nilai titik tengah interval kelas = Frekuensi pada kelas interval n = Subjek kriteria uji : Jika Fhitung< Ftabel diterima Jika Fhitung > Ftabel ditolak 3. Mancari Persamaan Regresi Untuk keperluan perhitungan persamaan regresi penulis menggunakan rumus sebagai berikut: = a + bx untuk mendapatkan harga-harga a dan b menggunakan rumus :45
Dimana : a
= Konstanta
b
= Koefisien regresi
44
Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian (Bandung: Pustaka setia, 2005) hal.161 Nana Sudjana,Teknik Analisis Regresi dan Korelasi(Bandung: Tarsito, 1996)hal. 312
45
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
82
Σx = Jumlah nilai x Σy = Jumlah nilai y Σ
= Jumlah kuadrat nilai x
Σ
Jumlah kuadrat nilai y
Σx 4.
= Jumlah produk antara nilai x dan y Uji Linieritas Regresi
Untuk keperluan ini, perlu dihitung jumlah kuadrat (JK) untuk sumber varians sebagai berikut : 1.
=Σ
2.
=
3.
=b
4.
= =ΣX
5. 6.
=
7. Dimana : = = Hasil tersebut dibandingkan dengan nilai F yang telah dikonsultasikan dengan tabel pada taraf nyata 0.05 atau 0,01 derajat kebebasan (dk) pembilang 1 dan penyebut (n-2) dengan kriteria. Jika Fhitung Ftabel, maka regresi berarti diterima. Jika Fhitung< Ftabel, maka regresi berarti ditolak. 5.
Mengukur Uji Keberartian Persamaan Regresi.
a)
Menguji keberartian regresi
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
Untuk menguji keberartian regresi digunakan statistik : F =
83
kemudian
hasilnya dibandingkan dengan nilai F yang telah dikonsultasikan dengan table pada taraf nyata 5% atau 1% derajat kebebasan (dk) pembilang 1 dan penyebut n1 dengan criteria : Jika Freg Ftabel, maka regresi bearti diterima Jika Freg Ftabel, maka regresi ditolak b) Menguji Kelinieran Regresi Untuk menguji kelinieran regresi digunakan statistik F
=
hasilnya
dibandingkan dengan nlai F yang telah dikonsultasikan dengan table pada taraf nyata 5% atau 1% derajat kebebasan (dk) pembilang (k-2) dan penyebut (n-k) dengan kriteria : Jika Freg Ftabel, maka regresi bearti diterima Jika Freg Ftabel, maka regresi ditolak Setelah diperoleh persamaan regresi dalam bentuk linear, maka digunakan uji ketergantungan antara variabel. Uji yang digunakan adalah Uji t :
t= Dimana :46
S2yx =
(s2y b2s2x
= Dengan: Sb= Varians koefisien arah regresi b b= Koefisien arah regresi S2yx= Varians galat taksiran y dan x
46
Sudjana, Metode Statistic Edisi VI, (Bandung : Tarsito 2005), hal. 321
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
84
thitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttable pada taraf nyata 5% atau 1% dan dk = n - 1 kriterianya ; Jika thit arti H0 diterima. Jika thit
ttabel maka Haditolak, dalam
ttabel, maka Ho ditolak, dalam arti Haditerima
F = Dimana :
S2TC = S2E= Dimana :
S2TC = S2
=
Terakhir adalah digunakan uji determinasi untuk melihat besar pengaruh. Rumus 2
yang digunakan yaitu: r =
. Tabel 3.
Daftar Analisis Varians (ANAVA) Regresi Linear Sederhana. 47 Sumber varians
Db
JK
RJK
Total
N
Regrasi (a)
1
JK (a)
JK (a)
Regresi (b/a)
1
JK (b/a)
Residu
n-2
JK (S)
=
Tuna cocok
k-2
JK (TC}
=
Galat
n-k
JK (G)
Kriteria pengujian hipotesis:
47
Ibid. hal. 133
F
= JK (b/a)
=
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
Persamaan linier jika F
tabal
Fhitung dengan taraf nyata adalah
85
= 0,05
perhitungan tabel anava dapat dilihat pada lampiran halaman 106.
HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TGT dalam penelitian ini digunakan angket dan tes, dimana angket tersebut terdiri dari 20 item pertanyaan yang terkait dengan pembelajaran matematika, sebanyak 5 soal pertanyaan sedangkan yang terkait dengan pembelajaran TGT sebanyak 15 soal pertanyaan. Dengan 5 pilihan sangat senang, senang, biasa, tidak senang, sangat tidak senang dengan skor masing-masing pertanyaan bervariabel.485, 4, 3, 2, 1. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah penulis lakukan di SMP Alwathan Ambon. Memberikan dukungan yang positif terhadap argumen-argumen para ahli diatas. Ini dapat ditunjukan pada skor-skor yang diperoleh pada angket dan hasil belar tes, hal ini dapat dilihat sebagai berikut: 1.
Tingkat antusias siswa dalam mengisi angket yang di berikan peneliti
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang termasuk kategori sangat senang atau sangat baik 9 orang siswa (30%), kategori senang atau baik 16 orang siswa (53,3 %), dan siswa yang termasuk kategori biasa saja atau kurang baik 5 orang siswa (16,7%). Berdasarkan tabel penilaian acuan patokan (PAP) rata-rata 80,93 berada pada interval 80 ≤ x≤ 100 maka tingkat antusias siswa
adalah
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT dikategorikan sangat senang atau sangat baik. 2.
Tingkat penguasaan siswa dalam menyelesaikan soal tes materi pecahan
tidak ada yang termasuk kategori gagal . Yang termasuk kategori baik sekali 13 orang siswa (43,3%),kategori baik 12 orang siswa (40%), dan kategori cukup 5 orang siswa (16,7%). Berdasarkan tabel pedoman penilaian acuan patokan (PAP), Nilai rata-rata adalah 80,7 berada pada interval 80 ≤ x≤ 100 sehingga tingkat
48
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengaajar, Melalui PenanamanKonsep Umum
Dan Konsep Islam, (Bandung : Rafika Aditama 2007), hal. 87.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
86
penguasaan siswa terhadap materi pecahan secara klasikal termasuk kategori sangat baik. Berdasarkan perhitungan dalam bab IV diperoleh suatu hubungan antara variable X dan Variabel Y, diperoleh harga thitung = 8,98. sedangkan daftar distribusi untuk ttabel = 2,05, ternyata thitung > ttabel ini berarti thitung berada diluar daerah penerimaan daftar H0.logikanya H0 ditolak dan dapat diterimanya
Ha
implikasinya terhadap hipotesis yaitu “Model pembelajaran kooperatif Tipe TGT memberikan pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar materi pecahan dapat diterima”. Kemudian untuk melihat besar pengaruh Model pembelajaran kooperatif Tipe TGT
terhadap hasil belajar materi pecahan dapat dilihat dengan
menggunakan uji determinasi, dimana harga
= 0,99. Nilai
tersebut diatas
merupakan suatu angka presentasi yang sangat baik untuk dijadikan representasi.
PENUTUPAN 1. Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGTterhadap hasil belajar materi pecahan pada siswa kelas VII SMP Al-Wathan Ambon dilihat dari harga thitung = 8,98 sedangkan tdaftar = 2,05, ternyata thitung > ttabel ini berarti thitung berada diluar daerah penerimaan daftar H0.logikanya H0 ditolak dan dapat diterimanya Ha. 2. Besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil
belajar materi pecahan pada siswa kelas VII SMP Al-wathan Ambon,dari hasil perhitungan maka diperoleh nilai r2 = 0,9973. Dan nilai r sendiri adalah 0,9986 atau 99,73% maka besar pengaruhnya adalah sebesar 99,73%. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimin,2009, Manajemen Penelitia,. RinekeCipta: Jakarta.
-----------,Suharsimin,2002, Metodelogi Penelitia,Rineka Cipta: Jakarta. Anita Lie,2000, pembelajaran kooperatif, PT Raja Grasindo Persada, Jakarta.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
87
Fathurrohman Pupuh dan M. Sobry Sutikno,2007 strategi belajar mengaajar, melalui penanaman konsep umum dan konsep islam, Rafika Aditama : Bandung Herman. http://one.indoskripsi.com, model pembelajaran kooperatif, Ambon 12 desember 2009. Hasan, M. Iqbal.2002, Pokok-Pokok Materi Metodelogi penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia : Jakarta. Muslimin Ibrahim, dkk, 2001, Pembelajaran Kooperatif Learning Gramedia : Surabaya. M. Khafid, Suyati, 2007, matematika untuk sekolah dasar kelas IV penekanan pada berhitung semester 2 KTSP standar isi 2006, Erlangga : Jakarta ----------------, Suyati, 2007, matematika untuk sekolah dasar kelas V penekanan pada berhitung semester 2. KTSP standar isi 2006, Erlangga : Jakarta NoerMuhamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Tim Penyusun LPMP. Jawa Timur dan PSMS Unesa. SalehHaji. Makalah Kiat Pengajaran Matematika yang Menyenangkan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Sekolah” disampaikan padaseminardan Workshop Prodi Pend. MatematikaNasional FKIP UnidarAmbon, 22-23 Desember 2009 Simangungsong Wilson, Sukino. 2006. Matematika SMP Kelas VII, Erlangga: Jakarta Slavin, Robert E. 2002. Cooperatif Learning, (Cara Efektif dan Menyenangkan Pacu Prestasi Seluruh Peserta Didik). Nusamedi: Jakarta Sugiono. 2008. metode penelitian pendidikan. Alfabeta. Bandung. Sudjana,2005, Metode Statistic Edisi VI, Tarsito:Bandung. ----------, 1996, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi,Tarsito : Bandung
Sudrajat, 2005, Dasar-Dasar Penelitian, Pustaka setia : bandung Tanwey Gerson Ratumanan. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Unesa Universiti Press. Ambon. ----------GersonRatumanan, 2002, Evaluasi Pendidikan Belajar dan PembelajaranPT. Unessa Press : surabaya
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
88
Uno Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif Cet. IV:Bumi Aksara: Jakarta Usman Uzer Muhammad. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja :Bandung Wardono.http://wwwSman3blitar.com “pengaruh motifasi dan model PembelajaranMatematika” (Diakses Ambon, 12 Desember 2009) Mariati, WIN2PDF. http : // www.daneparie.com “ Model pembelajaran kooperatif ” (Diakses Ambon, 12 desember 2009) Wilson Simangunsong, Sukino. 2006. Matematika untuk SMP kelas VII. Erlangga: Jakarta Zainal Aqib, Elham Rohmant. 2008. Membngun Provesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, Yrama Widya, Bandung.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
89
PENGARUH PENERAPAN METODE ROLE PLAY TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BATU MERAH AMBON Sarfa Wassahua Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon ABSTRAK Aritmatika Sosial adalah materi matematika pada kelas VII semester I yang terdiri dari harga penjualan, harga pembelian, untung rugi dan persen. Role Play (Bermain Peran) Merupakan suatu metode pembelajaran yang ada pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik. Untuk mengetahui pengaruh tersebut perlu ada penguasaan peserta didik terhadap hasil belajar dan strategi pembelajaran tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode role play (bermain peran) (Variabel X) terhadap hasil belajar peserta didik (Variabel Y), dan besar pengaruh yang terjadi. Tipe penelitian yang digunakan adalah kuantitatif eksperimen, Sampel dalam penelitian ini 37 peserta didik. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis regresi linear sederhana. Hasil tes awal yang diperoleh untuk mengetahui penguasaan metode role play (bermain peran) adalah baik sekali 0 peserta didik (0%), baik 3 peserta didik (8,1%) cukup 0 peserta didik (0%) kurang 1 peserta didik (2,70%) dan yang di anggap gagal 33 peserta didik (89,2%). Sedangkan hasil belajar aritmatika sosial diperoleh baik baik sekali 3 peserta didik (8,1), baik 9 peserta didik (24,4%) cukup 12 peserta didik (32,4%) kurang 8 peserta didik (21,6) dan yang di anggap gagal 5 peserta didik (13,5%). Untuk uji t peserta didik diperoleh = 5,725 dan = 1,658 maka dapat dikatakan ada peengaruh yang terjadi dan besar pengaruh dapat dicari dengan menghitung koefisien determinasi ( ) yang diperoleh r = 0,67 dan besar pengaruh yang terjadi adalah 67% Kata Kunci : Role play (bermain peran), hasil belajar, aritmatika sosial PENDAHULUAN Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu – satunya wadah yang dapat di pandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun (SDM) yang bermutu
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
90
tinggi adalah pendidikan.49 Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal- hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis. Oleh karena itu, pembelajaran dan penilaian harus mengedepankan ketiga ranah aspek perkembangan anak tersebut yaitu: (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, (3) ranah psikomotorik. Namun
kenyataannya
sebagian
peserta
didik
belum
mampu
menghubungkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan dan dimanfaatkan. Hal ini disebabkan karena penggunaan sistem pembelajaran yang kurang tepat yaitu peserta didik hanya diberikan pengetahuan secara lisan, sedangkan peserta didik membutuhkan konsep – konsep dengan sistem belajar yang fleksibel sesuai dengan kehidupan dan gaya belajar mereka. Sehingga matematika akan lebih bermakna karena pengajaran berpusat pada peserta didik dan pendidik lebih bersifat sebagai fasilitator dan pembimbing. Strategi pengajaran berpusat pada peserta didik merupakan keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada hasil belajar dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. ada juga faktor tidak ada keterkaitan antara peserta didik adalah suasana kelas yang kurang mendukung sehingga sebagian peserta didik terlanjur menganggap bahwa materi matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga kecenderungan kelas menjadi tegang. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Merah Ambon, sebagian besar pendidik bidang studi khususnya mata pelajaran matematika kurang memperhatikan peserta didik yang kurang aktif. Hal itu disebabkan karena pembelajaran yang sering di terapkan kurang mengaktifkan peserta didik. Misalnya, Untuk pendidik yang menggunakan metode diskusi hanya peserta didik yang berkemampuan tinggi yang aktif sedangkan peserta didik yang berkemampuan rendah tidak terlibat dan selain itu juga dengan metode ceramah sehingga tidak melihat keaktifan peserta didiknya dalam proses pembelajaran.
49
Hal 4
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. (Jakarta : Kencana, 2010).
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
91
Dengan terjadinya masalah – masalah di sekolah, peneliti tertarik untuk menerapkan metode role play pada kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Merah Ambon, karena dengan metode role play aktivitas yang di dalamnya peserta didik tidak perlu cemas, karena kegiatan ini seolah – olah mengizinkan mereka untuk mencetak kesalahan dan mendorong untuk mengambil resiko dan bereksperimen, bahkan peserta didik yang berkemampuan rendah pun dapat merasa sukses. Metode ini merupakan gambaran tentang suatu kondisi dalam satu hal di dalam masyarakat, seperti jual beli, untung, rugi dan persen. Metode role play yaitu metode yang digunakan dimana peserta didik dapat berperan langsung dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari - hari. Peneliti tertarik dalam penerapan metode ini dengan menggunakan materi aritmatika sosial karena materi aritmatika sosial adalah materi yang menggambarkan kegiatan dalam kehidupan sehari – hari yaitu, jual beli, untung, rugi dan persen. Sehingga peserta didik akan lebih mudah menerapkan materi aritmatika sosial dalam kehidupan sehari – hari.
Metode bermain Peran (Role Play) Metode role play (bermain peran) adalah salah satu pembelajaran dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Role play merupakan salah satu metode yang sangat berguna untuk menggali sikap dan untuk melatih kemampuan. Untuk melakukan role play. Ada beberapa cara untuk melakukan metode role play menciptakan alur cerita (scripting) dan untuk menampilkannya (staging). 1.
Alur cerita (Scripting) a.
Improvisasi. Berikan skenario secara umum kepada peserta dan minta mereka menambah detailnya.
b.
Menentukan peran. Berikan instruksi yang telah dipersiapkan kepada peserta guna menunjukan fakta tentang peran yang mereka mainkan dan sekenario berlangsung.
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
c.
92
Adegan pendek yang disiapkan peserta didik. Berikan informasi latar belakang kepada peserta didik tentang situasi dan mintalah mereka untuk mengembangkan sendiri seketsa role play.
d.
Membaca naskah. Berikan naskah yang telah di persiapkan kepada peserta didik untuk diperankan.
e.
Memainkan kembali kehidupan. Mintalah peserta didik untuk memainkan kembali situasi nyata yang pernah mereka hadapi.
2.
Menampilkan (Staging) 1.
Simultan. Bagilah peserta didik dalam kelompok dengan ukuran yang sesuai (contohnya drama berpasangan, trio untuk drama tiga orang) dan mintalah semua secara simultan (bersama) memainkan peran mereka.
2.
Berperan. Mintalah peserta didik satu atau lebih peserta didik berperan di depan kelompok. Mintalah yang lain untuk mengamati dan memberikan tanggapan.
3.
Rotasi. Rotasilah kelompok di depan kelompok dengan memotong role play yang sedang berjalan dan memasukan peserta didik baru untuk mengantikan satu atau lebih pemain.
4.
Aktor yang berbeda. Rekrutlah lebih dari satu peserta didik untuk berperan dalam situasi yang sama. Hal ini akan memungkinkan kelompok untuk menggamati lebih dari satu gaya. Pengulangan. Lakukan role play untuk ke dua kali.50
5.
Media ini menyediakan lingkungan yang aman bagi peserta didik untuk berimajinasi, bereksperimen degan prilaku dan keterampilan baru karena peserta didik terlibat dalam peran mereka maka pembelajaran bersifat holistik melibatkan emosi, psikomotorik maupun kognisi mereka. Kreativitas dari semua pesrta didik dapat bebas melalui aktivitas role play. Ciri khas role play (berbeda dengan bermain drama) adalah sangat pendek, jarang melebihi 10 menit. Pendidik hanya memberi skenario singkat, peserta didik bebas berimprovisasi berprilaku maupun berkata – kata.
50
Silberman Mel. Cara Pelatihan & Pembelajar Aktif. (PT Indeks : Jakarta, 2010). Hal 40
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
93
Langkah – langkah dalam melakukan metode role play 1.
Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok.
2.
Dari setiap kelompok dipilih satu orang/ lebih perwakilan untuk berperan.
3.
Setiap peserta didik yang mendapat peran harus menunjukkan aktivitas sesuai profesinya.
4.
Peserta didik perwakilan kelompok berperan sesuai yang diminta pendidik.
5.
Dari setiap jawaban yang ditunjukkan dapat ditelusuri bahwa aktivitas sejalan atau tidak dengan pengetahuannya.51
METODE PENELITIAN Tipe penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif Eksperimen yang menggambarkan pengaruh metode role play terhadap hasil belajar peserta didik materi aritmatika sosial kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Merah Ambon. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling, dalam penelitian ini Kelas yang terpilih adalah kelas
yang
berjumlah 37 peserta didik. Prosedur penelitian meliputi 1) Tahap persiapan : Menyusun proposal penelitian, Menyusun perangkat pembelajaran, Menyusun instrumen penelitian. 2) Tahap pelaksanakan: Memberikan pre- test, Melaksanakan metode role play, Memberikan post-test. Teknik Analisis Data 1.
Teknik Statistik Deskriptif Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Penggunaan statistik deskriptif ini untuk mengetahui pengaruh hasil belajar matematika materi aritmatika sosial pada kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Merah Ambon. Pedoman penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman penilaian acuan patokan. 51
Tilaar. Media Pembelajaran A ktif. (Cetakan II, 2011). Hal 124
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
94
Interval Huruf Keterangan A Baik Sekali 80% B Baik 65% C Cukup 56% D Kurang 39% E Gagal 0% Untuk menghitung skor yang diperoleh peserta didik dengan menggunakan rumus persentase : x100% 52
P
2.
Keterangan: P = persentase F = jumlah Skor N = jumlah Skor Total Analisis Statistik Regresi Linier Sederhana Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh metode role play
Terhadap hasil belajar aritmatika sosial pada peserta didik kelas VII madrasah tsanawiyah negeri ambon. Bentuk umum persamaan regresi linier sederhana.53 Yaitu:
Dengan: nilai yang diprediksi bilangan konstanta atau bila harga X = 0 koefisien regresi nilai variabel independen untuk menghitung harga a dan b adalah :
a= b= Analisis selanjutnya yaitu melakukan uji keberartian regresi yang disajikan pada tabel ANAVA sebagai berikut : 52
Sudijono anas, pengantar statistik pendidikan. (jakarta: Raja grafindo persada, 2003). Hal
53
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Cet IX (Bandung, Alfabeta, 2010) Hal 188
40
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
95
Tabel 1.2 Daftar Analisis Varians (ANAVA) Regresi Linear Sederhana Sumber Varians Total
Db
Regresi a Regresi (b/a) Sisa
1 1 n-2
JK
KT
N
Nilai F Hitung
Tabel 0,0 0,05 1
JK( JK (a) a) reg = JK(b/a) reg/ si JK( sisa=JK(G)/(n sa b/a) -2) JK (S) Tuna cocok k-2 JK( TC=K(TC)/(kTC/ G Galat n-k TC) 2) JK( G=k(G)/(n-k) G) Jumlah kuadrat (JK) dari berbagai sumber farians dihitung dengan menggunakan rumus JK (T) = JK (a) = JK (b/a) = (b, [ JK (S) = JK(T) –JK(a) – JK(b/a) JK (G) =
{
-(
)/n}
JK (TC) = JK (S) – JK(G) a.
Menguji Kelinearan Regresi Menguji kelinearan regresi digunakan statistik F =
TC / SG
kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai F yang dikonsultasikan dengan tabel pada taraf nyata 0,05% atau 0,01% derajat kebebasan (dk) pembilang (k-2) dan penyebut (n-2) dengan kriteria: - Jika F (TC)
maka regresi linear ditolak
- Jika F (TC)
maka regresi linear diterima
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
96
Setelah diperoleh persamaan regresi dalam bentuk linear, maka analisis terakhir adalah digunakan uji keergantungan antara variabel uji yang digunakan yakni uji t54 dengan rumus:
t= Dengan:
=
Keterangan : b = Varians koefisien arah regresi b = Deviasi standar b Koefisien arah regresi = Varians galat taksiran y dan x Hasil perhitungan t yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai pada taraf nyata 0,05% atau 0,01% dan dk = n-2 kriterianya: Jika maka ditolak dalam arti diterima Jika b.
maka
ditolak dalam arti
diterima
Uji Keberartian regresi Untuk keberartian regresi digunakan statistik F =
/
kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai F yang telah dikonsultasikan pada taraf nyata 5% atau 1%, derajat kebebasan (dk) pembilang (n-2) dengan kriteria
54
Jika
maka regresi berarti diterima
Jika
maka regresi berarti diterima.
Ibid hlm 37
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
97
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik
Dalam observasi ini dilakukan pada saat pembelajaran role play berlangsung. Dan ditabulasi kedalam tabel distribususi frekuensi adalah sebagai berikut: Tabel 1.3 frekuensi hasil observasi hasil belajar peserta didik kelas VII MTs Negeri Batu Merah Ambon No Hal Yang Diamati Validator Rata-rata 1 Peserta didik aktif mengikuti pelajaran sampai 3 3 selesai 2 Peserta didik mampu mengeluarkan pendapatnya 3 2 3 Peserta didik berani berperan secara seksama 3 3 4 Peserta didik menghayati dalam membaca naskah 3 4 5 Peserta didik mampu memecahkan masalah yang 2 3 ada 6 Peserta didik aktif dalam melakukan peran 3 3 7 Peserta didik mampu bertanya 3 2 8 Peserta didik serius dalam berperan 4 3 9 Peserta didik aktif dalam berdiskusi 4 4 10 Peserta didik berperan sesuai dengan kehidupan 4 4 sehari-hari Jumlah
32
32
Keterangan: = Kelompok 1
= Kelompok 2
Berdasarkan data diatas tersebut menujukan tigkat partisipasi peserta didik dalam pembelajaran metode role play berlangsung adalah kategori Cukup baik. dengan 2 kelompok aktivitas peserta didik yang diamati dan dilakukan oleh 2 pengamat. selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan Statistik Deskriptif dan Analisis Statistik Regresi Linear Sederhana. 2.
Analisis statistik deskriptif
a.
Hasil pre-test peserta didik sebelum melaksanakaan metode role play Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui hasil tes awal, kemudian
ditabulasi kedalam tabel distribusi frekuensi, maka hasil tes peserta didik MTs Negeri Batu Merah Ambon adalah sebagai berikut:
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
98
Tabel 1.4 distribusi frekuensi hasil pre-test peserta didik Interval Nilai 80% x 100% 65% x 80% 56% x < 65% 39% x < 56% 0% x < 39% Jumlah
Frekuensi 0 3 0 1 33 37
Persentase 0% 8,1% 0% 2,70% 89,2% 100
Sumber: Hasil belajar peserta didik kelas
Keterangan Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal
MTs N Batu Merah
Ambon Berdasarkan hasil perolehan nilai pada tabel di atas dapat dikemukakan halhal sebagai berikut: Tingkat penguasan peserta didik dalam menyelesaikan soal penjualan, pembelian, untung, rugi dan persen yang termasuk gagal 33orang (89,2%), kurang 1 orang (2,70%), baik 3 orang (8,1%), tidak ada cukup dan baik sekali. b. Hasil post-test peserta didik setelah menggunakan metode role play Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui hasil tes akhir, kemudian ditabulasi kedalam tabel distribusi frekuensi, maka hasil tes peserta didik pada metode role play MTs Negeri Batu Merah Ambon adalah sebagai berikut: Tabel 1.5 distribusi frekuensi pos-test hasil belajar peserta didik 8
Interfal 80% x 100% 65% x 80% 56% x < 65% 39% x < 56% 0% x < 39% Jumlah
Frekuensi 3 9 12 8 5 37
persentase 8,1% 24,4% 32,4% 21,6% 13,5% 100
Sumber: Hasil belajar peserta didik kelas
Keterangan Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal
MTs N Batu Merah Ambon
Berdasarkan hasil perolehan nilai pada tabel di atas, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
Tingkat penguasan peserta didik dalam menyelesaiakan soal
99
pos-test
aritmatika sosial yang termasuk gagal 5 orang(13,5%), kurang 8 orang (21,6%), cukup 12 orang (32,4%), baik 9 orang (24,4%) dan baik sekali 3 orang(8,1%) 3. Analisis Statistik Regresi Linear Sederhana Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui tes, maka akan dicari persamaaan regresi linear sederhana dengan terlebih dahulu menentukan nilai a dan b. Dari hasil perhitungan maka di dapat nilai a = 2,76 dan nilai b = 0,95 dari hasil
tersebut
maka
diperoleh
persamaan
regresi
linear
sederhana
adalah: Regresi dengan X merupakan variabel bebasnya dan Y variabel terikat dimana regresi Y atas X, sebaliknya, adalah regresi X atas Y. Penganalisaan selanjutnya melakukan uji keberartian dan uji regresi seperti terlihat pada tabel analisis varians (ANAVA) berikut ini: Tabel 1.6 Hasil perhitungan daftar analisis varians ANAVA Smber varians
Db
JK
KT
Nilai F Tabel
Total
37
67536
67536
Regresi (a)
1
33317
33317
Regrsi (b/a)
1
39649
39649
Sisa
35
3900
37517
Tuna cocok
16
7094
44337
Galat
18
60437
3180
Hitung
0,05
0,01
6332
139424
Dari hasil analisis diatas, uji kelinearan regresi diperoleh 0,127 sedangkan uji keberartian regresi linear sederhana
1,658 2,358
(TC) = (reg) = 6332.
Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian hipotesis “ ada pengaruh metode role play terhadap hasil belajar aritmatika sosial”. Untuk itu akan digunakan uji independen antara variabel (uji t) yaitu variabel metode role play pada hasil belajar aritmatika sosial. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t = 0,95. Kemudian nilai
dibandingkan dengan
dari tabulasi pada taraf 0,05
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
untuk derajat kebebasan (db), maka diperoleh
100
1,658. Dengan demikian,
pada taraf nyata nyata 0,05 maka yang berbunyi “ada pengaruh
>
metode role play terhadap hasil belajar” Untuk mengetahui besar pengaruh yang terjadi maka data dianalisis dengan menggunakan koefisien determinasi (
) yang hasil akhirnya r = 0,67
maka dapat disimpulkan bahwa besar pengaruh yang terjadi adalah 67 % dan yang tidak berpengaruh 33%. 4.
Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (rpp) Validasi rencana pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan sebelum
pembelajaran dilakukan, dan ditabulasikan kedalam distribusu frekuensi sebagai berikut: Tabel 1.7 Hasil validasi rencana pelaksanaan pembelajaran No I
II
Aspek yang penilaian
Validator Rata-rata
FORMAT 1. Kejelasan pembagian materi 2. Sistem penomoran 3. Pengaturan ruang dan tata letak 4. Jenis dan ukuran huruf sesuai
4 4 4 4
4 4 4 3
Jumlah
16
15
4 4
3 4
4 5
3 4
4
4
4
4
4 3
4 3
32
30
Isi 1. Kebenaran isi/ materi 2. Indikatornya dikelompokkan pada bagian-bagian yang logis 3. Disesuaikan dengan standar KTSP 4. Kesesuaian memilih metode sehingga peserta didik dapat belajar 5. Langkah-langkah RPP dirumuskan secara jelas dalam pembelajaran dikelas 6. Kesesuaian RPP dengan pembelajaran berdasarkan masalah 7. Keruntutan materi 8. Kesesuaian lokasi waktu yang digunakan
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
III
BAHASA 1. Kebenaran tata bahasa 2. Kejelasan petunjuk dan arahan 3. Sifat komunikasi bahasa yang digunakan
3 3 4
3 3 3
Jumlah
10
9
101
Menurut ke-2 para ahli menunjukan bahwa RPP ini dapat digunakan dalam pembelajaran selanjutnya dan RPP ini dapat dikategorikan cukup baik dan baik. Sesuai dengan perhitungan di atas, diperoleh suatu pola hubungan antara metode pembelajaran role play dan hasil belajar aritmatika sosial dalam bentuk persamaan regresi linear sederhana
. Uji linearitas dan
keberartian tersebut memberi petunjuk bahwa dalam hubungan yang signifikan antara metode role play dan hasil belajar aritmatika sosial. Penafsiran lebih khusus lagi mengandung pengertian bahwa ada peningkatan rata-rata skor pada hasil belajar aritmatika sosial untuk metode role play. Sesuai dengan teori belajar J. Piaget terkait dengan perkembangan asimilasi yang merupakan proses kognitif yang memungkinkan seseorang mengintegrasikan presepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya.55 Selanjutnya untuk koefisien arah regresi, melalui uji t untuk mengetahui metode role play terhadap hasil belajar aritmatika sosial. Selanjutnya untuk arah koefisien arah regresi, melalui uji t untuk mengetahui model pembelajaran terhadap hasil belajar aritmatika sosial, dari hasil perhitungan diperoleh harga koefisien arah regresi 0,95. Besaran ini bila ditafsirkan bahwa
ditolak
diterima atau ada pengaruh metode role play. Kadar pengaruh metode role play terhadap hasil belajar peserta didik ditunjukan oleh koefisien korelasi yang dapat dijelaskan bahwa metode role play dapat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik melalui hubungan linear persamaan
55
.
Ismail, Pembaharuan Dalam Pembelajaran Matematika, edisi 1 (Universitas terbuka, 2008).hal 74
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
102
PENUTUP 1. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan metode role play terhadap hasil peserta didik pada kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Merah Ambon. Hal ini dapat dilihat melalui hasil analisis regresi yaitu dimana 6332,
= 139424, dan hasil uji t peserta didik
=
= 5,725
1,658 2. Besarnya pengaruh yang terjadi pada penerapan metode role play terhadap hasil belajar peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Merah Ambon 67%
DAFTAR PUSTAKA Alwi, H dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002 Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran, cet.II. Bandung: CV. Alfabeta, 2009 http://technology13.education.com/2009/07/04/proses-belajar-dan-hakekatmatematika/ http://ilmuwanmuda.wordpress.com/19/05/2011piaget-dan-teorinya/ Hudojo, H. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaanya di depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional, 1979 Miles, M.B dan Huberman, A.M. Analisis data kualitatif: Buku sumber tentang metode-metode baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992 Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif, bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006 Nuharini, D, dkk. Matematika Konsep dan aplikasinya 1, Untuk kelas VII SMP dan MTs, Jakarta, CV. Putra Nugraha. 2008 Purwanto, N. Psikologi pendidikan, cet.V. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007 Sagala, S. Konsep dan makna pembelajaran, cet VII. Bandung: CV. Alfabeta, 2009
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
103
Sopamena, P. Proses Berpikir Mahasiswa didik dalam Mengkontruksi Bukti Keterbagian. Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2009 Sriyanto, HJ. Strategi sukses menguasai matematika, Yogyakarta: PT Indonesia Cerdas, 2007 Sudarman. Proses Berpikir Peserta didik SMP Berdasarkan Adversity Quotient (AQ) dalam menyelesaikan Masalah Matematika. Disertasi. Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, 2010 Sugiyono, Metode Penenlitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. 2010
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
104
ISSN 2303-0992
JURNAL MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH IAIN AMBON AMBON
JURNAL MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA
VOL.1
NO.1
HLM. 1 - 110
AMBON JANUARI
ISSN 2303-0992
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
105
ISSN 2303-0992
Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan bulan Juli. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil-hasil penelitian bidang pendidikan matematika, matematika, dan statistika. Penanggung Jawab Ketua Wakil
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Penyunting Patma Sopamena Ketua Penyunting Djafar Lessy
Penyunting Ahli
Tatang Herman (UPI Bandung Purwanto (UM Malang) Subanji (UM Malang) Ismail DP (IAIN Ambon)
Editor
Sarfa Wassahua Mariana Ajeng Gelora Mastuti Abdillah
Tata Usaha
Dinar Riaddin Ahmad Sallatalohy
Sekretariat
Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon. Jln. DR. H. Tarmidzi Taher, Kebun Cengkeh Batu Merah Atas Ambon, Telp./Fax. (0911) 344315
Matematika dan Pembelajarannya diterbitkan bulan Agustus 2013 oleh Pendidikan Matematika IAIN Ambon
Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto spasi 1,5, font 12 times new roman, kurang lebih 20 halaman. Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara lainnya. Tulisan yang diterima adalah berupa hasil penelitian.
DAFTAR ISI
INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS 2013
Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kemampuan Berpikir Divergen Dan Cara Belajar Matematika Terhadap Akademik Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Iain Ambon Inovasi Realistic Mathematic dalam Pengembangan Perangkat Pembelajaran sebagai Bekal Bagi Mahasiswa Matematika Kelas VIII IAIN Ambon untuk Kajian Matematika SMP Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Melalui Optimalisasi Pengelolaan Kelas Dalam PembelajaranMatematika Kelas XI Pokok Bahasan Suku Banyak Di MAN 1 Ambon Analisis Komponen Utama Kreativitas Peserta Didik Dalam Pendekatan Matematika Realistik Pada Pembelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Campuran Peserta Didik Kelas II SD Muhammadiyah Ambon
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Pada Siswa Kelas VII Smp Al-Wathan Ambon Belajar Peserta Didik Materi Aritmatika Sosial Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Merah Ambon
106
Abdillah 1 - 13 Ajeng Gelora Mastuti 14 - 30 Djafar Lessy 31 - 42 Mariana 43 - 58 Patma Sopamena 59 - 72 Rusmin Madya 73 - 88 Sarfa Wassahua 89-103